BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Transkripsi

1 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada ini berisi mengenai proses pengumpulan dan pengolahan data yang diperlukan dalam penyelesaian masalah penelitian. Data yang diperoleh merupakan hasil dari penelitian di lapangan baik melalui observasi langsung, kuesioner maupun literatur. 4.1 PENGUMPULAN DATA Data yang dibutuhkan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengukuran dan observasi langsung, sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil pengisian kuesioner oleh responden dan literatur Pengumpulan Data Primer Data primer pada penelitian ini terdiri dari : 1. Temperatur Udara Pengukuran temperatur ruang kelas dilakukan dengan alat bantu termometer ruangan dan thermo-hygrometer selama 2 hari pada pada jam dengan interval pengambilan data setiap setengah jam. Pengukuran tersebut dilakukan pada 3 interval ketinggian yaitu pada ketinggian 0,1 meter, 0,6 meter, dan 1,1 meter dari dasar lantai ruangan tersebut. Data temperature ruang hari ke-1 ditunjukkan pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Temperatur Ruangan Hari ke-1 No. Jadwal Waktu Temperatur Pada Ketinggian ke (ºC) 0,1 m 0,6 m 1,1 m 1 Kelas Kosong 7:30 27,8 27,8 27,8 8:00 27,8 27,8 27,8 2 A 8:30 28,8 28,8 28,9 9:00 29,4 29,5 29,4 9:30 29,6 29,7 29,7 10:00 29, B 10:30 30,5 30,5 30,6 11:00 commit 31,1 to user 31,1 31,1 11:30 31,7 31,8 31,8 IV-1

2 Tabel 4.1 Temperatur ruangan Hari ke-1 (lanjutan) No. Jadwal Waktu Temperatur Pada Ketinggian ke (ºC) 0,1 m 0,6 m 1,1 m 12:00 31, :30 32,5 32,6 32,6 4 C 13:00 32,7 32,8 32,9 13:30 32,8 32,9 32,8 14:00 32,7 32,7 32,8 5 Akhir 14:30 32,4 32,5 32,5 Rata-rata Total 30,81 30,89 30,91 Temperatur (ºC) :30 8:00 8:30 9:00 9:30 10:00 10:30 11:00 11:30 12:00 12:30 13:00 13:30 14:00 14:30 Waktu (WIB) 0.1 m 0.6 m 1.1 m Gambar 4.1 Data Temperatur Hari Ke 1 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa saat pengukuran temperatur ruangan pada hari pertama, data yang terukur semakin siang waktu pengukuran, semakin tinggi pula temperatur ruangan tersebut. Terjadi beberapa fluktuasipada beberapa waktu pengukuran, namun sebagian besar menunjukkan bahwa semakin siang temperature ruang semnakin tinggi pada ruangan tersebut.temperatur terbesar terjadi pada jam dengan ketinggian 0.6 meter sebesar 32.9 ºC. Sedangkan temperatur terkecil terukur pada awal pengukuran sebesar 27.9 ºC. Rata-rata total suhu pada hari pertama ketinggian 0,1 meter adalah 30,81 ºC, ketinggian 0,6 meter adalah 30,89 ºC dan ketinggian 1,1 meter adalah 30,91 ºC. IV-2

3 Tabel 4.2 Temperatur Ruangan Hari ke-2 No. Jadwal Waktu Temperatur Pada Ketinggian ke (ºC) 0,1 m 0,6 m 1,1 m 1 Kelas Kosong 7:30 27,8 27,8 27,8 8:00 27,8 27,8 27,8 2 A 8:30 28,8 28,8 28,9 9:00 29,4 29,5 29,4 9:30 29,6 29,7 29,7 10:00 29, B 10:30 30,5 30,5 30,6 11:00 31,1 31,1 31,1 11:30 31,7 31,8 31,8 12:00 32,2 32,3 32,4 12:30 32,5 32,6 32,6 4 C 13:00 32,7 32,8 32,8 13:30 32,6 32,7 32,7 14:00 32,6 32,6 32,6 5 Akhir 14: ,1 32,1 Rata-rata Total 30,74 30,81 30,82 Temperatur (ºC) :30 8:00 8:30 9:00 9:30 10:00 10:30 11:00 11:30 12:00 12:30 13:00 13:30 14:00 14:30 Waktu (WIB) 0.1 m 0.6 m 1.1 m Gambar 4.2 Data Temperatur Hari Ke 2 Pada pengukuran hari kedua,semakin siang waktu pengukuran juga terjadi kenaikan temperatur dari awal pengukuran, walaupun terjadi fluktuasi pada bebarap waktu pengukuran. Temperatur paling tinggi terjadi pada waktu pengukuran dengan ketinggian 0,6 meter dan 1,1 meter. Rata-rata total suhu pada hari pertama ketinggian commit 0,1 to meter user adalah 30,74 ºC, ketinggian 0,6 meter adalah 30,81 ºC dan ketinggian 1,1 meter adalah 30,82 ºC. IV-3

4 2. Kelembaban Udara Pengambilan data kelembaban udara ruang dilakukan dengan alat thermohygrometer pada ketinggian 1,1 meter dari dasar lantai ruangan selama 2 hari dengan interval pengambilan data setiap setengah jam dari pukul Berikut ini adalah rekapan data kelembaban udara yang terukur pada hari pertama dan kedua : Tabel 4.3 Kelembaban Udara Hari ke-1 No. Jadwal Waktu Kelembaban udara 1 Kelas Kosong 7:30 78% 8:00 78% 2 A 8:30 76% 9:00 75% 9:30 75% 10:00 72% 3 B 10:30 71% 11:00 70% 11:30 69% 12:00 67% 12:30 67% 4 C 13:00 66% 13:30 65% 14:00 65% 5 Akhir 14:30 66% Rata-rata Total 71% 80% 75% 70% 65% 60% 55% 7:30 8:00 8:30 9:00 9:30 10:00 10:30 11:00 Kelembapan 11:30 12:00 12:30 13:00 13:30 14:00 14:30 Waktu (WIB) Gambar commit 4.3 Grafik to user Kelembaban Hari Ke 1 IV-4

5 Berdasarkan tabel diatas, rata-rata kelembaban pada hari pertama sebesar 71% dengan nilai kelembaban tertinggi yang terukur sebesar 78% dan nilai kelembaban terendah sebesar 65%. Semakin lama waktu pengukuran, kelembaban yang terukur semakin kecil. Tabel 4.4 Kelembaban Udara Hari ke-2 No. Jadwal Waktu Kelembaban udara 1 Kelas Kosong 7:30 80% 8:00 79% 2 A 8:30 78% 9:00 75% 9:30 75% 10:00 71% 3 B 10:30 72% 11:00 72% 11:30 72% 4 C 12:00 70% 12:30 70% 13:00 68% 13:30 69% 14:00 67% 5 Akhir 14:30 67% Rata-rata Total 72.33% 85% 80% Kelembapan 75% 70% 65% 60% 7:30 8:00 8:30 9:00 9:30 10:00 10:30 11:00 11:30 12:00 12:30 13:00 13:30 14:00 14:30 Waktu (WIB) Gambar 4.4 Grafik Kelembaban Hari Ke 2 Pada pengukuran kelembaban udara pada hari kedua kelembaban udara tertinggi sebesar 80% sedangkan kelembaban udara terendah sebesar 67%. IV-5

6 3. Kecepatan Angin Pengambilan data kecepatan angin / udara yang berhembus di dalam ruang kelas dilakukan selama 2 hari dengan interval waktu pengambilan data selama setengah jam pada pukul dengan ketinggian alat 1,1 meter dari dasar lantai ruang kelas. Tabel 4.5 Kecepatan Angin Hari ke-1 No. Jadwal Waktu Kecepatan Angin (m/s) 1 Kelas Kosong 7:30 0,01 8:00 0,02 2 A 8:30 0,04 9:00 0,05 9:30 0,04 10:00 0,06 3 B 10:30 0,06 11:00 0,05 11:30 0,08 4 C 12:00 0,1 12:30 0,05 13:00 0,01 13:30 0,02 14:00 0,04 5 Akhir 14:30 0,03 Rata-rata Total 0,04 Kecepatan Angin (m/s) Waktu (WIB) Gambar 4.5 Kecepatan Angin Hari Ke 1 Berdasarkan tabel diatas, terjadi fluktuasi besar kecepatan angin yang terukur daria awal pengukuran sampai akhir pengukuran. Kecepatan angin tertinggi yang terukur sebesar 0,1 m/s, sedangkan commit to kecepatan user angin terendah yang terukur sebesar 0,01 m/s dengan rata-rata total pengukuran sebesar 0,04 m/s, IV-6

7 Tabel 4.6 Kecepatan Angin Hari ke-2 No. Jadwal Waktu Kecepatan Angin (m/s) 1 Kelas Kosong 7:30 0,02 8:00 0,04 2 A 8:30 0,05 9:00 0,04 9:30 0,03 10:00 0,02 3 B 10:30 0,05 11:00 0,05 11:30 0,07 12:00 0,08 12:30 0,02 4 C 13:00 0,01 13:30 0,03 14:00 0,03 5 Akhir 14:30 0,03 Rata-rata Total 0,038 Kecepatan Angin (m/s) Waktu (WIB) Gambar 4.6 Kecepatan Angin Hari Ke 2 Pada pengambilan data hari ke dua, kecepatan angin yang terukur bersifat fluktuatif. Kecepatan angin yang terukur paling tinggi pada jam siang dengan kecepatan 0,08 m/s sedangkan kecepatan terendah berkisar pada kecepatan 0,02 m/s. Berdasarkan pengumpulan data pengukuran kecepatan angin hari ke dua, diperoleh rata-rata kecepatan angin pada hari kedua sebesar 0,038 m/s. IV-7

8 4. Suhu Bola Basah, Suhu Bola Kering, dan Suhu Bola Pengambilan data suhu bola basah, suhu bola kering, suhu bola dilakukan dengan menggunakan alat bantu Area Heat Stress yang dapat langsung terukur nilai dari ketiga besaran pengukuran tersebut.. Pengukuran dilakukan pada pukul selama 2 hari pada ketinggian 1,1 meter dari dasar lantai ruang kelas dengan interval pengambilan data setiap setengah jam. Posisi alat saat pengukuran berada pada tengah-tengah ruang kelas. Tabel 4.7 Suhu Bola Basah, Bola kering, dan Bola Hari ke-1 Suhu Bola Suhu Bola Suhu Bola No. Jadwal Waktu Kering (ºC) Basah (ºC) (ºC) 1 Kelas Kosong 7:30 28,4 26,4 28,6 8:00 28,9 26, A 8:30 29,5 26,7 29,6 9: ,6 30,1 9:30 30,5 26,2 30,6 10: ,4 31,1 3 B 10:30 31,2 26,6 31,6 11:00 31, ,9 11:30 32,5 27,3 32,9 12:00 32,6 27,4 33,1 12:30 32,8 27,4 33,4 4 C 13:00 32,9 27,3 33,8 13:30 33,1 27,5 33,7 14:00 33, ,6 5 Akhir 14:30 33,2 27,1 33,6 Rata-rata Total 31,43 26,89 31,77 Temperatur (ºC) :30 8:00 8:30 9:00 9:30 10:00 10:30 11:00 11:30 12:00 12:30 13:00 13:30 14:00 14:30 Waktu (WIB) Gambar 4.7 Suhu Bola Basah, Kering, dan Bola Ke 1 Suhu Bola Kering Suhu Bola Basah Suhu Bola IV-8

9 Berdasarkan data yang diperoleh selama pengukuran pada hari pertama, data yang terukur secara garis besar semakin siang waktu pengambilan data, maka semakin tinggi pula suhu yang terukur. Pada suhu bola kering, suhu tertinggi yang terukur sebesar 33,2 ºC dan yang terendah sebesar 28,4 ºC dengan ratarata suhu pengukuran sebesar 31,43 ºC. Pada pengukuran bola basah, suhu tertinggi diperoleh pada suhu 27,5 ºC dan terendah pada suhu 26,2 ºC dengan rata-rata suhu yang terukur sebesar 26,89 ºC. Pada pengukuran suhu bola diperoleh suhu tertinggi pada suhu 33,8 ºC dan terendah pada suhu 28,6 ºC dengan rata-rata suhu pengukuran sebesar 31,67 ºC. Pengukuran pada hari kedua di dapat nilai tertinggi suhu bola kering sebesar 33,4 º C dan terendah pada suhu 28,6 ºC dengan rata-rata suhu 31,58 ºC. Pada pengukuran suhu bola basah terukur nilai tertinggi sebesar 27,6 ºC dan nilai terendah pada suhu 26.4 ºC dengan rata-rata suhu pengukuran sebesar 27 º C. Pada pengukuran suhu bola, nilai tertinggi diperoleh pada suhu 34 ºC dan terendah pada suhu 28,7 ºC dengan rata-rata suhu pengukuran sebesar 31,9 ºC. Tabel 4.8 Suhu Bola Basah, Bola kering, dan Bola Hari ke-2 Suhu Bola Suhu Bola No. Jadwal Waktu Kering (ºC) Basah (ºC) Suhu Bola (ºC) 1 Kelas Kosong 7:30 28,6 26,6 28,7 8:00 29,2 26,7 29,1 2 A 8:30 29,5 26,9 29,8 9:00 29,9 26,9 30,1 9:30 30,6 26,9 30,5 10:00 30,8 26,4 31,4 3 B 10:30 31,7 26,4 31,7 11:00 31,8 26,4 32,2 11:30 32,5 27,1 32,3 12:00 32,8 27, :30 33,2 27,4 33,6 4 C 13:00 33,4 27,4 33,9 13:30 33,2 27,6 33,7 14:00 33,2 27,4 33,8 5 Akhir 14:30 33,3 27,4 33,7 Rata-rata Total 31, ,9 IV-9

10 40 35 Temperatur (ºC) Suhu Bola Kering Suhu Bola Basah Suhu Bola 0 7:30 8:00 8:30 9:00 9:30 10:00 10:30 11:00 11:30 12:00 12:30 13:00 13:30 14:00 14:30 Waktu (WIB) Gambar 4.8 Suhu Bola Basah, Kering, dan Bola Ke Pengumpulan Data Sekunder Data-data sekunder pada penelitian ini terdiri dari data personal mahasiswa, data persepsi dan data preferensi ruangan tersebut yang diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh responden pengguna kelas. 1. Data Personal Mahasiswa Data personal mahasiswa yang digunakan adalah umur, berat badan dan tinggi badan mahasiswa pengguna ruang kelas. Data personal mahasiswa ditunjukkan pada tabel 4.9 Tabel 4.9 Data Personal Rata-rata Mahasiswa Mahasiswa Umur (tahun) Berat Badan (Kg) Tinggi Badan (Cm) Kelas 1 19,71 60,53 168,56 Kelas 2 20,66 62,88 169,7 Kelas 3 21,46 61,2 170,08 Rata-rata Total 20,61 61,54 169,45 Data di atas merupakan rata-rata dari perhitungan umur, berat badan dan tinggi badan yang diperoleh dari rekapan data hasil kuesiner. Berikut contoh perhitungan data personal rata-rata mahasiwa: Mahasiswa A berumur 19,5 tahun dengan tinggi badan 176cm dan berat badan 62 kg, mahasiswa B berumur 19,3 tahun dengan tinggi badan 167 dan berat badan 57 kg, dan mahasiswa C berumur 20 tahun dengan tinggi badan 170 cm dan berat badan commit 59 kg, to user maka rata-rata data personal mereka, IV-10

11 Penyelesaian : - rata-rata umur mahasiswa = umur 1+umur 2+ +umur n jumlah mahasiswa = 19,5+19, = 19,6 tahun - rata-rata tinggi badan mahasiswa = - rata-rata berat badan mahasiswa = tinggi 1+tinggi 2+ +tinggi n jumlah mahasiswa = = 171 cm = berat 1+berat 2+ +berat n jumlah mahasiswa = 59,3 kg 2. Jenis Pakaian Jenis pakaian yang didata berupa pakaian yang digunakan sehari-hari dalam proses belajar mengajar di ruang tersebut oleh mahasiswa dan kuesioner diisi langsung oleh mahasiswa. Jenis Pakaian Kemeja Pakaian Dalam Tabel 4.10 Jenis Pakaian Jenis Jenis Tipe Tipe Tipe Pakaian Pakaian Tipis Pendek Formal Tanpa Lengan Tipis Panjang Kain Sweater Tipis Celana Tebal Pendek Jaket / Rok Jeans Lengan Panjang Tebal Normal Lengan Panjang Pendek pendek Tebal Berkerah Celana Dalam Tebal Tebal Kaos Singlet Sepatu Tipis Tipis Kaki Kaos Boot 3.Data Persepsi dan Preferensi Ruangan Data persepsi dan preferensi yang dikumpulkan adalah sensasi termal, kondisi termal,kenyamanan termal, kondisi aliran udara, dan efek lingkungan kerja yang ditulis langsung oleh mahasiswa yang bersangkutan. Data kelelahan fisik yang commit diambil to meliputi user tangan, bahu, punggung dan IV-11

12 kaki. Pengisian kuesioner dilakukan dalam tiga kelas setiap harinya yang dilakukan selama 2 hari sesuai dengan waktu pengukuran data primer. Pada perhitungan persepsi termal, menggunakan nilai yang terbagi menjadi 7 kriteria yang disesuaikan dengan standar skala ASHRAE. Kriteria tersebut adalah dingin (-3), sejuk (-2), agak sejuk (-1), netral (0), agak hangat (1), hangat (2), dan panas (3). Data hasil diperoleh dengan mencari nilai rata-rata tiap kriteria. Apabila nilai total menghasilkan nilai positif, maka kondisi yang dirasakan responden lebih cenderung ke kondisi panas, sedangkan jika bernilai negatif maka kondisi yang dirasakan responden cenderung bersifat dingin. Apabila bernilai nol ( 0 ) maka kondisi yang dirasakan responden cenderung netral. Rata-rata total hasil merupakan nilai rata-rata yang diperoleh dari nilai hasil pengukuran pada hari pertama dan hari ke dua. Persepsi termal manusia berbanding lurus dengan tingkat hunian manusia, semakin banyak penghuni ruangan maka semakin besar pula tingkat kenyamanan yang dinginkan. Berikut ini contoh perhitungan persepsi dan preferensi termal ruang : Pada kuesioner yang telah diisi oleh mahasiswa, mahasiswa ke-1 memilih kolom agak sejuk (-1) dalam hal persepsi termal dan kolom sejuk (-2) dalam hal preferensi termal. Mahasiswa ke-2 memilih kolom netral (0) pada kolom persepsi termal dan kolom agak sejuk (1) pada kolom preferensi termal. Nilai persepsi termal = = Nilai preferensi termal = = persepsi 1+persepsi 2+ +persepsi n jumlah mahasiswa = -0,5 preferensi 1+preferensi 2+ +preferensi n jumlah mahasiswa = -1,5 IV-12

13 Data persepsi dan preferensi termal baik awal dan sesudah kuliah selengkapnya akan ditampilkan pada tabel di bawah ini, Tabel 4.11 Persepsi Termal Jadwal A Awal Kuliah Persepsi Termal Awal Kuliah Kriteria dan Nilai Hari ke-1 Hari ke-2 Hasil Persentase Hasil Persentase Dingin -3-0,40 13% -0,15 5% Sejuk -2-0,41 20% -0,71 36% Agak Sejuk -1-0,21 21% -0,15 15% Netral % 0 12% Agak Hangat 1 0,06 6% 0,21 21% Hangat 2 0,12 6% 0,16 8% Panas 3 0,12 4% 0,06 2% Total -0,71 100% -, % Rata-rata Total Hasil -0,65 Persentase 40.00% 35.00% 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% Hari ke-1 Hari ke-2 Kriteria Grafik 4.9 Persepsi Termal Awal Kuliah Pada pengumpulan data persepsi termal jadwal A awal kuliah diperoleh nilai ratarata total sebesar -0,65 yang berarti kondisi yang dirasakan responden cenderung ke arah dingin ( agak sejuk ). Tabel 4.12 Persepsi Termal Jadwal A Saat Kuliah Persepsi Termal Saat Kuliah Hari ke-1 Hari ke-2 Hasil Persentase Hasil Persentase Dingin -3-0,12 4% -0,37 12% Sejuk -2-0,43 commit 21% to user -0,57 29% Agak Sejuk -1-0,09 9% -0,01 1% IV-13

14 Tabel 4.12 Persepsi Termal Jadwal A Saat Kuliah (lanjutan) Persepsi Termal Saat Kuliah Hari ke-1 Hari ke-2 Kriteria dan Nilai Hasil Persentase Hasil Persentase Netral 0 0,00 12% 0,00 1% Agak Hangat 1 0,30 30% 0,06 6% Hangat 2 0,39 19% 0,82 41% Panas 3 0,12 4% 0,31 10% Total 0,16 100% 0,23 100% Rata-rata Total Hasil 0,20 Persentase 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Hari ke-1 Hari ke-2 Kriteria Gambar 4.10 Grafik Persepsi Termal Saat Kuliah Pada pengumpulan data persepsi termal jadwal A saat kuliah, diperoleh nilai rata-rata total sebesar 0,20 yang berarti kondisi yang dirasakan responden cenderung ke arah panas ( agak hangat ). Tabel 4.13 Preferensi Termal Jadwal A Awal Kuliah Preferensi Termal Awal Kuliah Kriteria dan Nilai Hari ke-1 Hari ke-2 Hasil Persentase Hasil Persentase Dingin -3-0,06 2% -0,15 5% Sejuk -2-0,29 14% -0,20 10% Agak Sejuk -1-0,23 23% -0,28 28% Netral 0 0,00 15% 0,00 12% Agak Hangat 1 0,33 33% 0,26 26% Hangat 2 0,10 5% 0,22 11% Panas 3 0,21 7% 0,24 8% Total 0,06 100% 0,09 100% Rata-rata Total Hasil 0,08 IV-14

15 Persentase 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% Hari ke-1 Hari ke-2 0% Dingin Sejuk Agak Sejuk Netral Kriteria Agak Hangat Hangat Panas Data preferensi termal Gambar 4.11 Preferensi Termal Awal Kuliah berdasarkan kuesioner yang dibagikan kepada responden selama dua hari diperoleh rata-rata total hasil sebesar 0,08 yang berarti mengarah ke kriteria agak hangat. Namun karena lebih dekat dengan nilai 0 yang berarti netral maka disimpulkan mahaiswa cenderung mengharapkan kondisi netral Awal kuliah pada jadwal kuliah A ( pagi ). Tabel 4.14 Preferensi Termal Jadwal A Saat Kuliah Preferensi Termal Saat Kuliah Kriteria dan Nilai Hari ke-1 Hari ke-2 Hasil Persentase Hasil Persentase Dingin -3-0,24 8% -0,58 19% Sejuk -2-0,47 23% -0,27 13% Agak Sejuk -1-0,16 16% -0,20 20% Netral 0 0,00 7% 0,00 3% Agak Hangat 1 0,17 17% 0,16 16% Hangat 2 0,43 21% 0,51 26% Panas 3 0,18 6% 0,06 2% Total -0,09 100,00% -0,32 100% Rata-rata Total Hasil -0,20 IV-15

16 30% 25% Persentase 20% 15% 10% 5% Hari ke-1 Hari ke-2 0% Dingin Sejuk Agak Sejuk Netral Kriteria Agak Hangat Hangat Panas Gambar 4.12 Preferensi Termal Saat Kuliah Pada data preferensi termal saat kuliah, diperoleh rata-rata total hasil dari pengisian kuesioner selama dua hari sebesar -0,20 yang berarti responden cenderung menginginkan suhu yang lebih dingin dibandingkan suhu yang dirasakan saat pengisian kuesioner ( saat kuliah ) pada jadwal A ( pagi ). 4. Kenyamanan Termal dan Efek Lingkungan Kerja Pada penilaian kenyaman termal terdapat 5 nilai dan 5 kriteria yaitu, sangat tidak nyaman (-2), tidak nyaman (-1), netral (0), nyaman (1), sangat nyaman (2). Semakin ke arah positif nilainya, maka dapat diartikan mahasiswa cenderung nyaman, sedangkan apabila hasilnya negatif berarrti mahasiswa (responden) cenderung merasakan suasana tidak nyaman. Berikut merupakan contoh perhitungan nilai kenyamanan termal : Pada kuesioner bagian kenyamanan termal dan efek lingkungan kerja yang telah diisi oleh mahasiswa, mahasiswa ke-1 memilih kolom tidak nyaman (-2) dalam hal kenyaman termal termal dan kolom mengganggu ( -1 ) dalam hal efek lingkungan kerja. Mahasiswa ke-2 memilih kolom netral ( 0 ) pada kolom kenyamanan termal dan kolom mengganggu ( -1 ) pada kolom preferensi termal. Nilai kenyamanan termal = termal 1+termal 2+ +termal n jumlah mahasiswa 2+0 commit = to user 2 = -0,5 IV-16

17 Nilai efek lingkungan kerja = efek 1+efek 2+ +efek n jumlah mahasiswa = = Tabel 4.15 Kenyamanan Termal Jadwal A Awal Kuliah Kenyamanan Termal Awal Kuliah Kriteria dan Nilai Hari ke-1 Hari ke-2 Hasil Persentase Hasil Persentase Sangat Tidak Nyaman -2-0,08 4% -0,16 8% Tidak Nyaman -1-0,23 23% -0,08 8% Netral 0 0,00 40% 0,00 29% Nyaman 1 0,26 26% 0,53 53% Sangat Nyaman 2 0,14 7% 0,04 2% Total 0,08 100% 0,33 100% Rata-rata Total Hasil 0, % 50% Persentase 40% 30% 20% 10% Hari ke-1 Hari ke-2 0% Sangat Tidak Nyaman Tidak Nyaman Netral Nyaman Sangat Nyaman Kriteria Gambar 4.13 Kenyamanan Termal Awal Kuliah Pada pengambilan data kenyamanan termal yang diperoleh berdasarkan kuesioner yang dibagikan selama dua hari, didapatkan rata-rata total hasil sebesar 0,2 yang berarti kenyamanan termal yang dirasakan responden cenderung ke arah nyaman. Dalam data tersebut,hasilnya diperoleh pada kriteria antara netral dan nyaman. IV-17

18 Tabel 4.16 Kenyamanan Termal Jadwal A Saat Kuliah Kenyamanan Termal Sesudah Kuliah Kriteria dan Nilai Hari ke-1 Hari ke-2 Hasil Persentase Hasil Persentase Sangat Tidak Nyaman -2-0,24 12% -0,41 20% Tidak Nyaman -1-0,31 31% -0,23 23% Netral 0 0,00 10% 0,00 2% Nyaman 1 0,36 36% 0,36 36% Sangat Nyaman 2 0,22 11% 0,37 18% Total 0,03 100% 0,08 100% Rata-rata Total Hasil 0,06 40% 35% 30% Persentase 25% 20% 15% 10% 5% Hari ke-1 Hari ke-2 0% Sangat Tidak Nyaman Tidak Nyaman Netral Nyaman Sangat Nyaman Kriteria Gambar 4.14 Kenyamanan Termal Saat Kuliah Pada pengumpulan data kenyamana termal saat kuliah, diperoleh nilai rata-rata total hasil sebesar 0,06. Hal tersebut dapat diartikan bahwa suasana yang dirasakan responden berkisar antara netral dan nyaman. Namun tingkat kenyamanan menurun dibanding dengan kenyamanan yang dirasakan saat awal kuliah. Pada pengukuran efek lingkungan kerja yang juga diperoleh berdasarkan kuesioner yang dibagikan selama dua hari digunakan 5 nilai dan 5 kriteria yaitu sangat mengganggu (-2), cukup mengganggu (-1), netral (0), cukup mendukung (-1) dan sangat mendukung (2). Semakin positif nilai yang didapat, maka semakin mendukung pula kondisi lingkungan kerja yang dirasakan responden. Apabila bernilai negatif, maka kondisi lingkungan kerja yang dirasakan responden ( dalam hal ini adalah kelas ) tidak mendukung. IV-18

19 Tabel 4.17 Efek Lingkungan Kerja Jadwal A Awal Kuliah Efek Lingkungan Kerja Awal Kuliah Kriteria dan Nilai Hari ke-1 Hari ke-2 Hasil Persentase Hasil Persentase Sangat Mengganggu -2-0,37 18% -0,17 9% Cukup Mengganggu -1-0,19 19% -0,11 12% Netral 0 0,00 3% 0,00 9% Cukup Mendukung 1 0,57 57% 0,60 64% Sangat Mendukung 2 0,04 2% 0,10 5% Total 0,05 100% 0,41 100% Rata-rata Total Hasil 0,23 Presentase 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Hari ke-1 Hari ke-2 Kriteria Grafik 4.15 Efek Lingkungan Kerja Awal Kuliah Berdasarkan data yang diperoleh, efek lingkungan kerja yang dirasakan responden sebeljum kuliah cenderung ke arah mendukung dengan nilai ratarata total sebesar 0,23 yang berkisar antara netral dan cukup mendukung. Tabel 4.18 Efek Lingkungan Kerja Jadwal A Saat Kuliah Efek Lingkungan Kerja Saat Kuliah Kriteria dan Nilai Hari ke-1 Hari ke-2 Hasil Persentase Hasil Persentase Sangat Mengganggu -2-0,43 21% -0,6 32% Cukup Mengganggu -1-0,27 27% -0,1 12% Netral 0 0,00 8% 0,0 23% Cukup Mendukung 1 0,36 36% 0,3 28% Sangat Mendukung 2 0,16 8% 0,1 5% Total -0,17 100% -0,4 100% Rata-rata Total Hasil -0,28 IV-19

20 Persentase 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Hari ke-1 Hari ke-2 Kriteria Grafik 4.16 Efek Lingkungan Kerja Saat Kuliah Efek lingkungan kerja yang dirasakan responden saat kuliah bernilai -0,28 yang berarti kondisi cukup mengganggu. Hal tersebut mempunyai nilai yang menurun dibandingkan dengan kondisi yang dirasakan awal kuliah Pengambilan data kelelahan fisik hanya bersifat pelengkap yang diperoleh bersama dengan kuesioner yang dibagikan kepda responden. Dalam hal ini digunakan 4 ktiteria dan 4 nilai yaitu tidak lelah (0), sedikit lelah (1), lelah (2), dan sangat lelah (4). Semakin tinggi nilai yang dihasilkan, maka dapat disimpulkan bahwa responden mengalami kelelahan pada bagian tubuh yang disebutkan. 4.2 PENGOLAHAN DATA Pada sub bab ini berisi mengenai pengolahan data berdasarkan data-data yang telah diperoleh dari observasi langsung dan asumsi asumsi dari literature sehingga didapatkan nilai Heat Stress Index Penghitungan Kondisi Termal dan Kelelahan Kerja Data-data kondisi termal dan kelelahan kerja akan dihitung dan disajikan dalam bentuk tabel maupun diagram sehingga memudahkan dalam menganalisis permasalahan dalam penelitian sebagai data pendukung / sekunder. IV-20

21 1. Kondisi Termal Perhitungan dan diagram kondisi termal sebagai berikut, Tabel 4.19 Perhitungan Kondisi Termal Nilai Kriteria Jadwal A Jadwal B Jadwal C Persepsi termal Awal Kuliah -0,65 1,07 1,60 Saat Kuliah 0,20 1,65 1,13 Preferensi Termal Awal Kuliah 0,08-1,54-1,84 Saat Kuliah -0,20-1,87-1,01 Persepsi Aliran Udara Awal Kuliah 0,41 1,15 1,15 Saat Kuliah 0,59 0,84 0,68 Preferensi Aliran Udara Awal Kuliah 0,57 1,33 1,29 Saat Kuliah 0,54 1,51 1,11 Kenyamanan Termal Awal Kuliah 0,20-0,33-1,14 Saat Kuliah 0,06-0,63-0,67 Efek Lingkungan Kerja Awal Kuliah 0,23-0,27-0,51 Saat Kuliah -0,28-0,69-0,36 Kondisi Termal Nilai Sebelum Kuliah Setelah Kuliah Persepsi termal Sebelum Kuliah Setelah Kuliah Preferensi Termal Sebelum Kuliah Setelah Kuliah Sebelum Kuliah Setelah Kuliah Persepsi Aliran Preferensi Udara Aliran Udara Kriteria Sebelum Kuliah Setelah Kuliah Kenyamanan Termal Sebelum Kuliah Setelah Kuliah Efek Lingkungan Kerja Jadwal A Jadwal B Jadwal C Grafik 4.17 Kondisi Termal Berdasarkan tabel dan grafik yang telah disajikan dalam bentuk kolom terlihat alur nilai dari setiap kriterianya sesuai dengan jadwal kelas penelitian masing-masing. Perbedaan warna digunakan dalam memudahkan pembacaan. Untuk kriteria persepsi termal dan preferensi termal apabila grafik semakin ke atas ( positif ) berarti suhu yang dirasakan ataupun yang diharapkan semakin tinggi / panas, sedangkan apabila grafik menunjukkan kea rah bawah ( minus ), maka suhu yang dirasakan maupun diharapkan responden lebih dingin. Untuk IV-21

22 kriteria aliran udara, maka semakin ke atas grafiknya, maka semakin besar pula kecepatan aliran udara yang dirasakan maupun diharapkan oleh para responden. Dalam kriteria aliran udara tidak ada kondisi grafik turun ( minus ) dikarenakan nilai 0 merupakan nilai minimum yang berarti suasana aliran udara yang dirasakan maupun diharapkan dalam ruangan oleh responden dalam keadaan netral atau dapat dikatakan tidak mungkin aliran udara dalam kondisi tidak ada / kurang. Untuk criteria kenyamanan termal semakin tinggi grafik maka semakin nyaman kondisi suasana ruangan yang dirasakan maupun diharapkan oleh responden, begitu juga sebaliknya. Untuk criteria efek lingkungan kerja, semakin tinggi grafik, maka semakin mendukung pula suasana yang dirasakan maupun diharapkan oleh responden, sedangkan apabila menunjukkan angka minus berarti responden merasa terganggu dengan kondisi keadaan ruangan yang sekarang. Setiap criteria mempunyai batas penilaian masing-masing yang disesuaikan dengan standar aturan kenyamana termal dari ASHRAE dan mengacu pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh peneliti lain dengan tempat yang berbeda. Pada sensasi termal digunakan batas nilai dari -3 sampai dengan 3 sesuai dengan standar ASHRAE, untuk aliran udara digunakan batas 0 sampai dengan 2, sedangkan untuk criteria kenyamanan termal dan efek lingkungan kerja digunakan batas nilai dari -2 sampai dengan 2 sesuai penelitian yang dilakukan pendahulu oleh Imam Fadhialah dkk dengan judul penelitian Desain Perbaikan Lingkungan Kerja Guna Mereduksi Paparan Panas Kerja Operator di PT. XY dengan tahun terbit 2013 dan Rajendra dengan judul penelitian Kajian Kenyamanan Termal Ruangan Kelas Untuk Penghematan Energi tahun Berdasarkan grafik tersebut ditunjukkan bahwa responder sebagian besar menginginkan suhu ruangan yang lebih dingin dibandingkan yang sekarang, sedangkan untuk aliran udara responden menghendaki hembusan ydara yang lebih tinggi dibanding kondisi saat ini. Untuk kenyaman dan efek lingkungan kerja terlihat responden menginginkan kondisi ruangan yang lebih nyaman. IV-22

23 4.2.2 Perhitungan Keseimbangan Termal Pada tahap perhitungan keseimbangan termal ruangan dilakukan terlebih dahulu perhitungan luas permukaan tubuh masing-masing mahasiswa beserta nilai insulan jenis pakaian yang dipergunakan selama mengikuti proses perkuliahan dalam ruang tersebut saat dilakukan proses pengambilan data dan pengukuran sebagai bahan dalam perhitungan Heat Stress Index ruangan tersebut. 1. Nilai Insulan Pakaian Efek insulasi pakaian yang dikenakan sangat berpengaruh terhadap kenyamanan termal. Pakaian mengurangi pelepasan panas dari tubuh. Setiap jenis pakaian mempunyai pendekatan nilai-nilai sendiri dalam menyebabkan tingkat panas yang ditahan oleh jenis pakaian tersebut. Untuk mendapatkan nilai insulan pakaian yang digunakan mahasiswa yang menggunakan pakaian lebih dari satu jenis maka dihitung dengan cara menjumlahkan nilai insulan pakain yang sedang digunakan. Menurut standar ASHRAE 1989, batas nyaman untuk pakaian yang digunakan tidak boleh lebih dari 0,5 clo. Contoh perhitungan nilai insulan pakaian : Mahasiswa 1 saat dilakukan penelitian mengenakan jenis pakaian seperti kemeja tipis panjang ( 0,2 clo), celana dalam ( 0,03 clo ), singlet ( 0,04 clo ), celana jenans ( 0,2 clo ), sepatu tebal ( 0,04 clo ), kaos kaki tipis ( 0,02 clo ) dan jaket tanpa lengan ( 0,12 clo ), maka perhitungannya sebagai berikut : Nilai insulan pakaian = 0,2 + 0,03 + 0,04 +0,2 + 0,04 + 0,02 + 0,12 = 0,65 clo Jadi besar nilai insulan mahasiswa 1 tersebut sebesar 0,65 clo. Berikut ini akan disajikan rekapitulasi penghitungan nilai insulan pakaian yang dikenakan mahasiswa pada saat pengambilan data beserta dengan grafiknya. Tabel 4.20 Nilai Insulan Pakaian Mahasiswa Jenis Pakaian Nilai Rata-rata ( clo ) Pakaian Dalam 0,08 Kemeja 0,18 Celana 0,25 Baju Hangat / Jaket 0,017 Kaos Kaki 0,09 Sepatu 0,02 Total 0,64 IV-23

24 Nilai Insulan Pakaian Dalam Tingkat Nilai Insulan Kemeja Celana Baju Hangat / Jaket Grafik 4.18 Nilai Insulan Pakaian Kaos Kaki Sepatu 2. Luas Permukaan Tubuh Perhitungan luas permukaan tubuh merupakan perkiraan luas permukaan tubuh seseorang dilihat dari proporsi tinggi dan berat badannya. Perhitungan secara manual ini digunakan sebagai pertimbangan dalam memperkirakan luas permukaan tubuh mahasiswa yang terpapar oleh panas.. Perhitungan Luas permukaan tubuh dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Akt= 0,202 x m 0,425 x h 0,7253 Keterangan: Akt = luas permukaan tubuh m = berat badan (kg) h = tinggi badan (m) Contoh perhitungan : Mahasiswa 1 memiliki berat sebesar 61 kg dan tinggi sebesar 1,72 meter. Sehingga, perhitungan Akt menjadi: Akt= 0,202 x m 0,425 x h 0,7253 Akt = 0,202 x 61,,425 x 1,72 0,7253 Akt = 0,202 x 5,738 x 1,481 Akt = 1,716 Jadi diperoleh besar nilai dubois surface area yang dikenakan oleh mahasiswa 1 sebesar 1,716 m². IV-24

25 Tabel 4.21 Nilai Luas Permukaan Tubuh Area Mahasiswa Mahasiswa m 0,425 h 0,7253 Luas Permukaan Tubuh Jadwal A 5,719 1,460 1,687 Jadwal B 5,813 1,467 1,723 Jadwal C 5,746 1,470 1,706 Rata-rata Total 5,759 1,466 1, Nilai Rata-rata Temperatur, Kelembaban, dan Kecepatan Angin Dalam perhitungan Heat Stress Index elemen temperatur udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin adalah data primer dalam pengolahan data. Berikut merupakan tabel nilai rata-rata dari ketiga elemen tersebut yang diperoleh dari pengolahan data yang telah terkumpul. Tabel 4.22 Nilai Rata-rata Suhu, Kelembaban, dan Kecepatan Angin Ketinggian Rata-rata Rata-rata Total Faktor Hari ke (m) Nilai Nilai Temperatur 1 1,1 30,91 Udara 2 1,1 30,82 30,86 ºC Suhu Bola 1 1,1 26,89 Basah 2 1,1 27,00 26,94 ºC Suhu Bola 1 1,1 31,43 Kering 2 1,1 31,58 31,51 ºC Suhu Bola 1 1,1 31,77 2 1,1 31,90 31,84 ºC Kelembaban 1 1,1 71% Udara 2 1,1 72% 71,50% Kecepatan 1 1,1 0,044 Angin 2 1,1 0,038 0,04 m/s Pada pengukuran kelembaban udara pada ruang kelas, selain dengan pengukuran langsung dengan hygrometer, dapat juga dicari nilainya dengan cara menggunakan psycometric chart. Pada psycometric chart terdapat titik temu antara stemperatur bola basah dengan temperatur bola kering yang merupakan nilai kelembaban udara pada ruang yang sedang diukur. Pada chart dapat dilihat bahwa kelembaban yang terukur dengan kelembaban hasil pengukuran langsung besarnya hampir sama. IV-25

26 4. Perhitungan Heat Stress Index Dalam perhitungan kenyamanan termal ruangan, Heat Stress Index ( HSI ) Merupakan bilangan yang menunjukkan tingkat keseimbangan termal ruangan tersebut yang semakin tinggi nilainya semakin tinggi pula resikonya, mulai dari kepanasan, cepat lelah hingga dapat menyebabkan resiko kematian. Dalam penelitian ini, perhitungan nilai Heat Stress Index dilakukam menggunkan rumus pendekatan yang dikeluarkan oleh ASHRAE (1989 ) yang memiliki persaman seperti berikut ini. M W = (C + R + Esk) + ( Cres + Eres) Keterangan M = tingkat produksi energi metabolisme W = tingkat pekerjaan mekanik Qsk = total tingkat kehilangan panas dari kulit Qres = tingkat kehilangan panas dari pernapasan C = tingkat kehilangan panas konvektif dari kulit R = tingkat kehilangan panas radiatif dari kulit Esk = tingkat kehilangan panas penguapan total dari kulit Cres = tingkat kehilangan panas konvektif dari pernapasan Eres = tingkat kehilangan panas penguapan dari pernapasan Sedangkan lambang-lambang lain yang digunakan selama perhitungan keseimbangan panas adalah : M-W = Metabolic rate (W m-2) C +R = Konveksi kehilangan panas per unit area (W m-)2 Esk = Total penguapan kehilangan panas dari kulit (W m-2) Emax = Maksimum potensial penguapan per unit area (W m-2) Cres + Eres = Respirasi kering kehilangan panas per unit area permukaan tubuh + Evaporative loss dari Pernapasan (W m-2) w = Skin wattedness (ND) Ere = Evaporative loss yang diperlukan per unit area untuk keseimbangan panas (W m-2) r = Efisiensi keringat IV-26

27 Sreq = Keringat yang diperlukan (W m-2) atau Sreq x 0,26 :10 (Liter/jam) HSI = Heat stress index (%) Tcl = Suhu pakaian ( o C) hcl = Koefisien transfer konvektif pakaian ( W / m² o C ) fcl = Factor of clothing icl = Isolation of clothing hc = Koefisien transfer kalor konvektif ( W / m² o C ) hr = Koefisien transfer kalor radiatif ( W / m² o C ) tr = Suhu radiatif ( o C) ta = Suhu udara lingkungan ( o C) tsk = Suhu kulit ( o C) v = Kecepatan angin ( m/s ) Berdasarkan data hasil yang diperoleh dari pengumpulan data dan pengolahan data sebelumnya, maka didapatkan data elemen yang digunakan dalam perhitungan Heat Stress Index sebagai berikut : - ta = o C - tr = 31,84 o C - v = 0,04 m/s - Re,cl = 0,015 m 2 kpa W -1 - RH = 71,5% - Icl = 0,64 clo - Ar / AD = 0,77 - tcl = 34,3 o C - AD = 1,705 Penyelesaian Metabolisme produksi panas W m -2 = M W = (58,15 x Act xad) - 0 = (58,15 x 1,2 x 1,705) = 118,97 IV-27

28 Rcl = Icl x 1clo = 0,64 x 0,155 m 2 C W -1 = 0,099 fcl = 1 + 0,31 Clo = 1 + = 1 + = 1,19 0,31Rcl 0,155 0,31x0,099 0,155 Koefisien Heat Transfer hc = 8,3 v 0,6 untuk 0,2 < v < 4,0 hc = 3,1 untuk 0 < v < 0,2 maka hc = 16,5 x bc = 16,5 x 3,1 = 51,15 W m -2 kpa -1 Hitung nilai hr dan tcl dengan melakukan iterasi terhadap rumus : Ar 4 hr = AD (273,2+ tcl+tr 2 )3 = 4 x 0,95 x (5,67 x 10-8 ) x 0,77 x {273,2 = 4,76 W m -2 K -1 Menghitung temperatur operatif 34,3 ( 31,84 )} 2 3 to = ( hrtr hct a) ( h t ) r c to = to (4,71x31,84 51,15x30,86) (4,71 51,15) = 30,94 o C Untuk ta = 30,86 o C maka tekanan suhu udara diberikan oleh Psa = exp 4030,18 18,956 ta 235 = exp commit 4030,18to user 18,956 30, IV-28

29 = 44,56 mb = 4,456 kpa Pa = RH x Psa = 0,715 x 4,456 = 31,86 mb = 3,186 kpa untuk tsk 37,35 o C maka tekanan suhu kulit adalah Psk,s 4030,18 = exp 18,956 tsk 235 = exp = 66,25 mb = 6,625 kpa Kombinasikan koefisien heat transfer h = bc + hr = 3,1 + 4,76 = 7,86 W m -2 K -1 Mengkalkulasikan nilai-nilai yang telah diperoleh ke dalam persamaan, tsk to C + R = Rcl 1/ fclxh 38 30,94 C + R = 0,099 1/1,19x7,86 C + R = 34,33 W m -2 Esk = Esk = Psk, s Pa Re, cl 1/ fclxbc 6,625 3,186 0,015 1/1,19x51,15 = 109,83 W m -2 x w IV-29

30 Untuk w = 1, Esk = Emax = 109,83 W m -2 Cres + E res = 0,0014 M (34 - ta) + 0,0173 M (5,87 - Pa) = 0,0014 x 175 (34-30,86) + 0,0173 x 118 (5,87 3,18) = 6,046W m -2 Maka persamaan keseimbangan panas menjadi : M W = C + R + Esk + Cres + E res 118,97 = 34,33 +( 109,83 x w) +6,046 Jadi, w = 0,715 Wreq = Ereq E max Ereq = Wreq x Emax Sedangkan r = Sreq = r = = 0,71 x 109,83 r = 0,74 Sreq = = 78,59 W m -2 : 2 W 1 2 Ereq Wm r 2 0, ,59 Wm 0.74 Sreq = 105,63 W m -2 Heat stress index (HSI) = Heat stress index (HSI) = Heat stress index (HSI) = 71,55 % Heat stress index pada commit range to user berarti potensial heat stress sangat besar, juga diharuskan mendapatkan asupan minuman berion yang cukup. 2 2 Ereq E max x100% 78,59 x100% 109,83 IV-30

31 4.2.3 Perhitungan Pembebanan Pendinginan Ruang Kelas Perhitungan pembebanan pendinginan digunakan untuk mengetahui jumlah panas yang terdapat pada ruang kelas sehingga dapat diketahui jumlah beban pendinginan yang harus digunakan agar ruang kelas etap pada suhu yang diinginkan, Adapun data yang data perhitungan yang diperoeh dari observasi langsung sebagai berikut : - Ruang kelas berukuran panjang 9,39 m, lebar 12 m, dan tinggi 3,5 m. - Terdapat 4 buah kipas angin namun hanya 3 yang dapat digunakan. - Terdapat 12 lampu neon - Dalam ruang tersebut terdapat 1 buah LCD dan tempat yang biasa digunakan untuk mengoprasikan laptop. - Cat dinding berwarna krim atau putih pucat. - Dinding bagian utara berbatasan dengan ruang kelas lain terbuat dari kayu dan terdapat 10 buah kaca dengan ukuran 1m² pada bagian atas. - Dinding bagian selatan juga berbatasan dengan ruang kelas lain dan terbuat dari kayu. - Dinding bagian utara dan selatan berbatasan dengan luar ruangan yang terdiri dari kayu dan batu bata. Terdapat juga 16 kaca dengan 2 variasi yaitu sekitar 115cm x 85cm dan 135cm x 100 cm pada bagian dinding tersebut. - Dinding kayu Berikut ini merupakan data ketetapan maupun asumsi yang digunakan dalam perhitungan beban pendinginan. - Lampu yang terdapat dalam ruang kelas diasumsikan mengeluarkan panas sebesar 70% dengan daya 20 watt - Panas LCD projector diasumsikan sebesar 50 watt dan laptop sebesar 30 watt - Radiasi matahari rata-rata (I) = 600 W/m² - Pergantian udara per jam sebesar 3 ACH (Air Change per Hour ) IV-31

32 - Bangunan dinding sebagian memiliki struktur batu bata dengan tebal 11 cm dengan konduktivitas 1,2 W/m 2 0 C dan sebagian tersusun oleh kayu dengan konduktivitas 0,16 W/m 2 0 C - Lapisan plester batu bata pada dinding sebelah luar dan dalam dengan tebal dengan konduktivitas 0,9 W/m 2 0 C - Konduktan permukaan dalam sebesar 8,12 W/m 2 0 C Maka beban pendinginan yang diperluakan adalah: Rumus: Qm = Qi +Qs + Qc +Qv Dimana: Qm = panas yang harus diangkut oleh mesin penyejuk Qi = panas dari sumber di dalam ruangan Qs = panas matahari yang menembus kaca Qc = panas dari ruangan luar yang menembus dinding Qv = panas dari udara luar Penyelesaian: 1) Transmitan dan Resistan Elemen Bangunan f1 R bata = 8,12 W/m 2 0 C = 1,2 W/m 0C - Dinding bagian utara dan selatan fo = 10 W/m 2 0 C (normal) Resistan batu bata = 0,11 / 1,2 = 0,092 Resistan plester = 0,015 / 0,9 = 0,0167 Resistan kayu = 0,02 / 0,16 = 0,125 Transmitan dinding 1 (U1) = 3,24 W/m 2 0 C Resistan dinding 2 (R2) = 1/f1+ Rkayu + 1/fo = 1/8,12 + 0, /7,78 = 0,376 Transmitan dinding 2 (U2) = 1/0,376 = commit 2,65 W/m to 2 user 0 C IV-32

33 2) Kenaikan Suhu Benda oleh Radiasi Matahari - Dinding Utara fo = 7,78 W/m 2 0 C Radiasi matahari (solar factor) untuk bagian utara (I) = 130 W/m² Suhu luar ruangan = 33 0 C Cat putih dengan arbsorsi (α)= 0,595 Sudut datang matahari = 60 0 Maka, suhu permukaan yang terkena sinar matahari : Ts = To + (I α/fo) = 33+ (130xcos 60 x 0,595/ 7,78) = 33+ 4,97 = 37,97 0 C - Dinding Selatan Fo = 7,78 W/m 2 0 C Radiasi matahari (solar factor) untuk bagian selatan (I) = 97 W/m² Suhu luar ruangan = 33 0 C Cat putih dengan arbsorsi (α)= 0,595 Sudut datang matahari = 60 0 Ts = To + (I α/fo) = 33+(97x cos 60x 0,595/ 7,78) = 33+3,70 = 36,70 0 C 3) Panas yang Menembus Elemen Bangunan - Dinding Utara Luas dinding batu bata = 6,7m² Luas dinding kayu = 7,51m² Luas kaca = 17,73m² Suhu dalam ruanganyang diinginkan =24,8 0 C Suhu permukaan luar dinding = 37,97 0 C U dinding batu bata =3,24W/m 2 0 C U dinding kayu =2,65 W/m 2 0 C U kaca = 4,48 W/m 2 0 C t = 37,97 24,8 ºC = 13,17 ºC IV-33

34 Maka jumlah panas yang dipindahkan: Q = A.U. t Qc1 = A.U. t + A.U. t + A.U. t = 6,7 3,24 13,17+7,51 2,65 13,17+17,73 4,48 13,17 = 1203,43 Watt - Dinding Selatan Luas dinding batu bata = 6,7m² Luas dinding kayu = 7,51m² Luas kaca = 17,73m² Suhu dalam ruanganyang diinginkan =24,8 0 C Suhu permukaan luar dinding =36,70 0 C Maka jumlah panas yang dipindahkan: Q = A.U. t U dinding batu bata= 3,24 W/m² 0 C U dinding kayu=2,65 W/m² 0 C U kaca = 4,48 W/m² 0 C t = 36,70 24,8 0C = 11,90 0 C Qc2 = A.U2. t + A.U. t + A.U. t = 6,7 3,24 11,90 +7,51 2,65 11,90 +17,73 4,48 11,90 = 1150,54 Watt Qc total = Qc1 + Qc2 = 1203, ,54 = 2083,31 4) Panas Menembus Ventilasi dan Kaca Luas kaca = 17,73 m² Luas ventilasi = 0,84 m² Luas total= 17,73+0,84 = 18,57 m² SGF (Solar Gaint Factor) kaca = 0,75 Nilai θ kaca = 0,75 Radiasi matahari (solar factor) untuk bagian utara (I) = 130 W/m² Radiasi matahari (solar factor) untuk bagian selatan (I) = 97 W/m² IV-34

35 - Dinding utara Qs1 = A.I.θ = 18, ,75 = 1810,57 W - Dinding selatan Qs2 = A.I.θ = 18, ,75 = 1350,96 W Qs total = Qs1 + Qs2 = 1810, ,96 = 3161,543 Karena cahaya matahari terhalang tritisan, maka Qs bernilai 0. 5) Panas Karena Ventilasi Panjang kelas = 9,39 m Lebar kelas = 12 m Tinggi kelas = 3,5 m Pergantian udara ( N ) = 3 ACH ΔT kaca = 33 24,8 = 8,2 - Dinding selatan dan utara Qv = panas karena ventilasi Qp = Volume x N /3600 = 9,39 x 12 x 3,5 x 3 / 3600 = 0,328 Qv = V. ΔT = 1300 x 0,328 x 8,2 = 3503,40W Qv total = Qv + Qv = 3503, ,40 = 7006,80 IV-35

36 6) Panas Manusia dan Mesin Qi = panas (manusia, peralatan) = panas lampu + panas manusia + panas in focus + panas laptop = (12x20x70%) + (50 118,97) + (50) + (30) = 6196,5 W Jadi total beban pendinginan yang dibutuhkan adalah, Qm = Qi + Qs + Qc + Qv = , ,80 =15557,3 W = 17,5573 kw (beban pendinginan) Dengan ketetapan bahwa 1 kw = 3412,142 btu dan 1 pk = 9000 btu maka diperoleh hasil akhir, = 15,5573 * 3412,142 / 9000 = 5,89 PK Predicted Mean Vote (PMV) dan Predicted Precentaged of Dissatisfied ( PPD) a. Pertukaran panas konvektif respiratori Cres = 0,0014 M (34-ta) = 0,0014 x 118,97 ( 34 30,86 ) = 0,523 W/m² b. Pertukaran panas evaporative respiratori Eres = 1,72 x 10 5 M (5867- pa ) Eres = 1, 72 x 10 5 x 118,97 x ( ) = 5,48 W/m² c. Pertukaran panas secara penguapan pada kulit ketika manusia mengalami sensasi termal Ec = 3,05 x 10ˉ³ x ((5733-6,99 x (M-W)- pa)) + 0,42 (M-W-58,15) Ec = 3,05 x 10ˉ³ x ((5733-6,99 x (118,97)- 3186)) + 0,42 (118,97-58,15) = 30,77 W/m² IV-36

37 d. Faktor area pakaian Fcl = 1,05 + 0,645 Icl = 1,05 + 0,645 x 0,64 = 1,464 e. Kehilangan panas kering Ar H = x fcl x ((tcl +273) 4 - (tr+273) 4 )+fcl x hc (tcl-ta) AD H = 0,95 x 5,67 x 10-8 x 0,77 x 1,464 x ((34,3 +273) 4 - (31,84+273) 4 )+ 1,464 x 51,15 (34,3-30,86) = 33,45 f. Predicted Mean Vote PMV = (0,303x e -0,036M + 0,028)x((M-W)-H-Ec-Cres-Eres)) PMV = (0,303x e -0,036x118,97 + 0,028)x((118,97)-33,45-30,77-0,523-5,48)) = 1,568 Berdasarkan hasil tersebut maka kondisi yang dirasakan oleh mahasiswa cenderung agak hangat ke hangat. g. Predicted Precentaged of Dissatisfied ( PPD) -(0,03353xPMV^4+0,2179x PMV^2) PPD = x e -(0,03353x1,568^4+0,2179x 1,568^2) PPD = x e PPD = 54,62 % Jadi mahasiswa yang merasa tidak nyaman sekitar 54,62 % Perhitungan Aliran Udara Maka Total panas yang dipindahkan : Hp = Qc + Qv + Qi Hp = 1203, , Volume Ruang = p l t = 720 m 3 Volume Ruang = 9, ,5 = 394,38 m 3 ti = 33 0 C ta = 24,8 0 C (suhu yang diinginkan) t = 8,2 0 C IV-37

38 a. Pergantian Udara Per Jam N = Hp / 0,33 V (ti-ta) N = 10903,35 / 0,33 394,38 8,2 = 10,21 b. Aliran Udara Yang Harus Dipindahkan Maka banyaknya aliran udara yang dipindahkan adalah : Q = VN / 3600 Q = ,35 / 3600 = 1,119 m³/s c. Kecepatan Angin Pada Ketinggian Tertentu Tinggi ruangan (h) = 20 m Kecepatan angin di jendela = 0,7 m/s Tempat universitas merupakan daerah pinggiran kota (hbl) = 400 m V20 = Vbl.(h4/hbl) φ = 0,7 (20/400)0,25 = 0,33 m/s d. Aliran Udara karena Perbedaan Tekanan Kefektifan bukaan (Cv) = 0,3 Jumlah bukaan efektif pada inlet dan outlet= 4 bukaan Bukaan jendela = 2, bukaan pintu = 2 A1: Ao = 1:1, factor pengali 1 Luas jendela = 1,35 x 1,05 = 1,417 m² Luas pintu = 2,2 m² Efektifan pengaliran udara sebesar 75% sesuai bentuk jendela pada ruangan tersebut. Q = Cv.A.V = 0,3 1 x (1,08*2 x 75%+2,2x2) 0,33 = 0,648 m³/s e. Aliran Udara karena Perbedaan Suhu konstanta proporsi (c) = 0,121 tinggi antara titik tengah inlet dan outlet (h) = 0 IV-38

39 Qb = C.A.h(ti-to) = 0,121 1, ,2 = 0 Maka aliran udara karena gabungan tekanan angin dan perbedaan suhu : Q = [Qp2 + Qb2]0,5 = [0, ] 0,5 = 0,648 m³/s Ternyata nilai Q gabungan lebih kecil dengan Q aliran udara untuk membuang panas yang memperhatikan volume ruang. Selisih aliran udara yang dibutuhkan = 1,119-0,648 = 0,471 m/s Jadi dalam ruang kelas harus mengalir udara sebesar 0,33 m/s di seluruh ruangan. Namun sesuai standar SNI 2001 bahwa untuk mempertahankan kondisi nyaman, aliran udara yang jatuh tidak boleh lebih dari 0,25 m/s dan sebaiknya lebih besar dari 0,15 m/s. Oleh karena itu dalam penelitian ini diambil perbaikan berupa penggunaaan air conditioner Perbaikan Untuk menghemat energi, maka dilakukan beberapa perbaikan pada ruang kelas. a. Suhu dalam ruang di naikkan dari 24 ºC menjadi 25,8 ºC. Suhu 25,8 ºC masih merupakan suhu dalam batas nyaman optimal yang ditetapkan oleh SNI. b. Dinding batu bata plester kedua sisi dan kayu diganti dengan batu bata yang diplester kedua sisinya dengan penambahan gabus. Gabus digunakan sebagai isolator sehingga panas tidak mudah menembus dinding c. Kaca yang luasnya 17,3 m² di kurangi menjadi 9,3 m² ( dari 16 kaca menjadi 8 kaca) Pada ruang tersebut jumlah dan luas kaca dikurangi agar jumlah panas yang masuk melalui kaca menjadi berkurang d. Pergantian udara diturunkan dari 3 ACH menjadi 0 ACH Pada pemasangan AC, maka ruanagan dalam keadaan tertutup dan pergantian udara dilakukan commit oleh to AC user tersebut sehingga pemasangan ventilasi tidak dibutuhkan. IV-39

40 Penyelesaian: 1) Panas yang Menembus Elemen Bangunan - Dinding Utara Luas dinding batu bata plester gabus = 23,12 m² Luas kaca = 9,73m² Suhu dalam ruanganyang diinginkan =25,8 0 C Suhu permukaan luar dinding=35,52 0 C U dinding batu bata plester gabus =0,85 W/m 2 0 C U kaca = 4,48 W/m 2 0 C t = 37,97 25,8 0C = 12,17 ºC Maka jumlah panas yang dipindahkan: Q = A.U. t Qc1 = A.U. t + A.U. t = 23,12 0,85 12,17+9,73 4,48 12,17 = 553,19 Watt - Dinding Selatan Luas dinding batu bata plester gabus = 23,12 m² Luas kaca = 9,73 m² Suhu dalam ruangan yang diinginkan =25,8 0 C Suhu permukaan luar dinding= 36,70 0 C U dinding batu bata plester gabus =0,85 W/m 2 0 C U kaca = 4,48 W/m 2 0 C t = 36,70 25,8 0C = 12,68 ºC Qc2 = A.U2. t + A.U. t = 23,12 0,85 12,68 +9,73 0,85 12,68 = 528,37 Watt Qc total = Qc1 + Qc2 = 553, ,37 = 1081,56 IV-40

41 2) Panas Karena Ventilasi Panjang kelas = 9,39 m Lebar kelas = 12 m Tinggi kelas = 3,5 m Pergantian udara ( N ) = 0 ACH ΔT kaca = 33 25,8 = 7,2 - Dinding selatan dan utara Qv = panas karena ventilasi Qp = Volume x N /3600 = 9,39 x 12 x 3,5 x 0 / 3600 = 0 Qv = Qp. ΔT = 1300 x 0 x 8,2 = 0 W Jadi total beban pendinginan yang dibutuhkan adalah, Qm = Qi + Qs + Qc + Qv = 6196, , =7278,06 W = 7,27806 kw (beban pendinginan) Dengan ketetapan bahwa 1 kw = 3412,142 btu dan 1 pk = 9000 btu maka diperoleh hasil akhir, = 7,27806 * 3412,142 / 9000 = 2,75 PK Sedangkan perbaikan PPD dan PMV sebagai berikut, 1) Pertukaran panas konvektif respiratori Cres = 0,0014 M (34-ta) = 0,0014 x 118,97 ( 34 25,8 ) = 1,36 W/m² 2) Pertukaran panas evaporatif respiratori Eres = 1,72 x 10 5 M (5867- pa ) Eres = 1, 72 x 10 5 x 118,97 x ( ) = 5,48 W/m² IV-41

42 3) Pertukaran panas secara penguapan pada kulit ketika manusia mengalami sensasi termal Ec = 3,05 x 10ˉ³ x ((5733-6,99 x (M-W)- pa)) + 0,42 (M-W-58,15) Ec = 3,05 x 10ˉ³ x ((5733-6,99 x (118,97)- 3186)) + 0,42 (118,97-58,15) = 30,77 W/m² 4) Faktor area pakaian Fcl = 1,05 + 0,645 Icl = 1,05 + 0,645 x 0,64 = 1,464 5) Kehilangan panas kering Ar H = x fcl x ((tcl +273) 4 - (tr+273) 4 )+fcl x hc (tcl-ta) AD H = 0,95 x 5,67 x 10-8 x 0,77 x 1,464 x ((34,3 +273) 4 - (31,84+273) 4 )+ 1,464 x 51,15 (34,3-25,8) = 67,69 6) Predicted Mean Vote PMV = (0,303x e -0,036M + 0,028)x((M-W)-H-Ec-Cres-Eres)) PMV = (0,303x e -0,036x118,97 + 0,028)x((118,97)-67,69-30,77-1,365-5,48)) = 0,439 7) Predicted Precentaged of Dissatisfied ( PPD) -(0,03353xPMV^4+0,2179x PMV^2) PPD = x e -(0,03353x0,439^4+0,2179x 0,439^2) PPD = x e PPD = 9,02 % IV-42

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini diuraikan mengenai analisis dan interpretasi hasil perhitungan dan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab IV. Analisis dan interpretasi hasil akan

Lebih terperinci

EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS MAHASISWA (STUDI KASUS RUANG KELAS 303 JURUSAN TEKNIK MESIN UNS)

EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS MAHASISWA (STUDI KASUS RUANG KELAS 303 JURUSAN TEKNIK MESIN UNS) EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS MAHASISWA (STUDI KASUS RUANG KELAS 303 JURUSAN TEKNIK MESIN UNS) Bambang Suhardi 1), Pringgo Widyo Laksono 2), dan Bekti Budisantosa 3) 1,3 Laboratorium Perancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004)

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004) menyatakan bahwa ergonomi adalah kemampuan untuk menerapkan informasi menurut karakter, kapasitas

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1: DAFTAR ISTILAH Kenyamanan termal atau thermal comfort adalah kondisi pikiran yang mengekspresikan kepuasan terhadap lingkungan termal. Temperatur udara atau air temperature (T a )

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN, PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN, DAN PEMILIHAN UNIT AC

BAB III PERENCANAAN, PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN, DAN PEMILIHAN UNIT AC BAB III PERENCANAAN, PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN, DAN PEMILIHAN UNIT AC Dalam perancangan pemasangan AC pada Ruang Dosen dan Teknisi, data-data yang dibutuhkan diambil dari berbagai buku acuan. Data-data

Lebih terperinci

Bab 14 Kenyamanan Termal. Kenyaman termal

Bab 14 Kenyamanan Termal. Kenyaman termal Bab 14 Kenyamanan Termal Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T E-mail: yeffry@unikom.ac.id 172 Kenyaman termal Kenyaman termal adalah suatu kondisi yang dinikmati oleh manusia. Faktor-faktor kenyamanan termal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kenyamanan Termal 2.1.1 Definisi Kenyamanan Termal Kenyamanan termal merupakan suatu kondisi dari pikiran manusia yang menunjukkan kepuasan dengan lingkungan termal (Nugroho,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ruangan. Untuk mencapai kinerja optimal dari kegiatan dalam ruangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. ruangan. Untuk mencapai kinerja optimal dari kegiatan dalam ruangan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kegiatan manusia modern delapan puluh persennya dilakukan di dalam ruangan. Untuk mencapai kinerja optimal dari kegiatan dalam ruangan tersebut biasanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PSIKROMETRI Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian udara.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN UMUM

BAB V KESIMPULAN UMUM 177 BAB V KESIMPULAN UMUM Kesimpulan 1 Perilaku termal dalam bangunan percobaan menunjukan suhu pukul 07.00 WIB sebesar 24.1 o C,, pukul 13.00 WIB suhu mencapai 28.4 o C, pada pukul 18.00 WIB suhu mencapai

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN:

Seminar Nasional IENACO ISSN: INVESTIGASI SETING AIR CONDITIONING (AC) PADA USAHA PENINGKATAN KENYAMANAN THERMAL DAN HEMAT ENERGI DI KELAS Sugiono* 1, Ishardita P.Tama 2,Wisnu W 3, Lydia D.R. Suweda 4 Jurusan Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN 4.1 Analisa Data Pengumpulan data di maksudkan untuk mendapatkan gambaran dalam proses perhitungan beban pendingin pada ruang kerja lantai 2, data-data yang di perlukan

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN:

Seminar Nasional IENACO ISSN: INVESTIGASI HEAT STRESS PADA PEKERJA WIRING HARNESS BERDASARKAN PREDICTED MEAN VOTE (PMV) INDEX MENGGUNAKAN CFD SIMULATION Sugiono 1*), Dwi H. Sulistyarini 2), Suluh E. Swara 3), Khairan A. Mahadika 4)

Lebih terperinci

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA Tujuan Instruksional Khusus Mmahasiswa mampu melakukan perhitungan dan analisis pengkondisian udara. Cakupan dari pokok bahasan ini adalah prinsip pengkondisian udara, penggunaan

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA UNTUK MENGURANGI STRESS PADA DEPARTEMEN QUALITY CONTROL PT PACIFIC PALMINDO INDUSTRI

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA UNTUK MENGURANGI STRESS PADA DEPARTEMEN QUALITY CONTROL PT PACIFIC PALMINDO INDUSTRI USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA UNTUK MENGURANGI STRESS PADA DEPARTEMEN QUALITY CONTROL PT PACIFIC PALMINDO INDUSTRI TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Penulisan Tugas Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan. BAB I PENDAHULUAN Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Perusahaan pada umumnya memiliki tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia terletak di daerah tropis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and Airconditioning Engineers, 1989), kenyamanan termal merupakan perasaan dimana seseorang merasa nyaman dengan keadaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif

BAB II LANDASAN TEORITIS. Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Definisi Kenyamanan Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif seseorang terhadap lingkungannya. Kenyamanan tidak dapat diwakili oleh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Tanpa Beban Untuk mengetahui profil sebaran suhu dalam mesin pengering ERK hibrid tipe bak yang diuji dilakukan dua kali percobaan tanpa beban yang dilakukan pada

Lebih terperinci

Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto)

Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto) Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto) Damalia Enesty Purnama 1, Agung Murti Nugroho 2, Ir. Bambang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN

BAB IV ANALISA DATA PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN BAB IV ANALISA DATA PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN Dalam perhitungan beban pendingin gedung yang akan dikondisikan oleh mesin pendingin didapat data-data dari gedung tersebut, sebagai berikut : IV.1 Nama

Lebih terperinci

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kuliah (Studi Kasus : Ruang Kuliah 303 Jurusan Teknik Mesin UNS) Skripsi

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kuliah (Studi Kasus : Ruang Kuliah 303 Jurusan Teknik Mesin UNS) Skripsi Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kuliah (Studi Kasus : Ruang Kuliah 303 Jurusan Teknik Mesin UNS) Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik BEKTI BUDISANTOSA I 0309010 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANG SEKOLAH SMA NEGERI DI KOTA PADANG

EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANG SEKOLAH SMA NEGERI DI KOTA PADANG EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANG SEKOLAH SMA NEGERI DI KOTA PADANG Lusi Susanti, Nike Aulia Laboratorium Sistem Kerja dan Ergonomi, Jurusan Teknik Industri, Universitas Andalas, Padang Email: lusi@ft.unand.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bagian ini memaparkan pendahuluan dari penelitian yang dilakukan. Pendahuluan ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematis

Lebih terperinci

PERHI TUNGAN BEBAN PENDI NGI N PADA RUANG LABORATORI UM KOMPUTER PAPSI - I TS

PERHI TUNGAN BEBAN PENDI NGI N PADA RUANG LABORATORI UM KOMPUTER PAPSI - I TS PERHI TUNGAN BEBAN PENDI NGI N PADA RUANG LABORATORI UM KOMPUTER PAPSI - I TS Oleh : LAURA SUNDARION 2107 030 075 Dosen Pembimbing : Ir. Denny M.E SOEDJONO, MT LATAR BELAKANG Sistem pengkondisian udara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Radiasi Matahari IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jansen (1995) menyatakan bahwa posisi matahari diperlukan untuk menentukan radaisi surya yang diteruskan melalui kaca dan bahan transparan lain, dimana

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN.

BAB III PERANCANGAN. BAB III PERANCANGAN 3.1 Beban Pendinginan (Cooling Load) Beban pendinginan pada peralatan mesin pendingin jarang diperoleh hanya dari salah satu sumber panas. Biasanya perhitungan sumber panas berkembang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara pada Kandang Sapi Perah

HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara pada Kandang Sapi Perah HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara pada Kandang Sapi Perah Analisis distribusi suhu dan kelembaban udara dilakukan pada saat kandang tidak diisi sapi (kandang kosong). Karakteristik

Lebih terperinci

9/17/ KALOR 1

9/17/ KALOR 1 9. KALOR 1 1 KALOR SEBAGAI TRANSFER ENERGI Satuan kalor adalah kalori (kal) Definisi kalori: Kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 gram air sebesar 1 derajat Celcius. Satuan yang lebih sering

Lebih terperinci

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONVERSI RANGKAIAN PENGUKUR SUHU Rangkaian pengukur suhu ini keluarannya adalah tegangan sehingga dibutuhkan pengambilan data konversi untuk mengetahui bentuk persamaan yang

Lebih terperinci

BAGIAN III PRINSIP-PRINSIP ESTIMASI BEBAN PENDINGIN TATA UDARA

BAGIAN III PRINSIP-PRINSIP ESTIMASI BEBAN PENDINGIN TATA UDARA BAGIAN III PRINSIP-PRINSIP ESTIMASI BEBAN PENDINGIN TATA UDARA UNIT 9 SUMBER-SUMBER PANAS Delapan unit sebelumnya telah dibahas dasar-dasar tata udara dan pengaruhnya terhadap kenyamanan manusia. Juga

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Termal Kayu Meranti (Shorea Leprosula Miq.) Karakteristik termal menunjukkan pengaruh perlakuan suhu pada bahan (Welty,1950). Dengan mengetahui karakteristik termal

Lebih terperinci

PMV (PREDICTED MEAN VOTE) SEBAGAI THERMAL INDEX

PMV (PREDICTED MEAN VOTE) SEBAGAI THERMAL INDEX PMV (PREDICTED MEAN VOTE) SEBAGAI THERMAL INDEX THERMAL COMFORT Professor Fanger dari Technical University of Denmark beranggapan bahwa thermal comfort didefinisikan sebagai istilah keadaan fisik tubuh

Lebih terperinci

RANCANGAN FASILITAS KERJA AKIBAT PANAS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DI PABRIK TAHU. William NIM

RANCANGAN FASILITAS KERJA AKIBAT PANAS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DI PABRIK TAHU. William NIM RANCANGAN FASILITAS KERJA AKIBAT PANAS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DI PABRIK TAHU TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Oleh William NIM.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada musim kemarau yaitu bulan Mei sampai Juli 2007 berlokasi di Laboratorium Lapangan Bagian Ternak Perah, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Fasad selubung ganda merupakan fasad yang terbentuk dengan adanya penambahan kaca eksternal dari fasad kaca internal yang terintegrasi pada dinding tirai. Fasad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bila berada dalam temperatur ekstrim selama durasi waktu tertentu. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. bila berada dalam temperatur ekstrim selama durasi waktu tertentu. Kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Faktor temperatur pada suatu lingkungan kerja merupakan salah satu faktor fisik yang dapat berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan bagi pekerja, bila

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas LAMPIRAN 49 Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas 1. Jumlah Air yang Harus Diuapkan = = = 180 = 72.4 Air yang harus diuapkan (w v ) = 180 72.4 = 107.6 kg Laju penguapan (Ẇ v ) = 107.6 / (32 x 3600) =

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Iklim Mikro Rumah Tanaman Tipe Standard Peak Selama 24 jam Struktur rumah tanaman berinteraksi dengan parameter lingkungan di sekitarnya menghasilkan iklim mikro yang khas.

Lebih terperinci

PENGARUH LUASAN BUKAAN TERHADAP KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS SISWA PADA BANGUNAN SD NEGERI SUDIRMAN 1 KOTA MAKASSAR

PENGARUH LUASAN BUKAAN TERHADAP KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS SISWA PADA BANGUNAN SD NEGERI SUDIRMAN 1 KOTA MAKASSAR PENGARUH LUASAN BUKAAN TERHADAP KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS SISWA PADA BANGUNAN SD NEGERI SUDIRMAN 1 KOTA MAKASSAR Muhammad Tayeb 1, Ramli Rahim 2, Baharuddin 3 1 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sensasi dan kenyamanan termal telah menjadi fokus masyarakat dalam beberapa periode terakhir. Lingkungan yang nyaman telah menjadi salah satu syarat untuk menunjang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Suhu Udara Hasil pengukuran suhu udara di dalam rumah tanaman pada beberapa titik dapat dilihat pada Gambar 6. Grafik suhu udara di dalam rumah tanaman menyerupai bentuk parabola

Lebih terperinci

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

ANALISA KEBUTUHAN BEBAN PENDINGIN DAN DAYA ALAT PENDINGIN AC UNTUK AULA KAMPUS 2 UM METRO. Abstrak

ANALISA KEBUTUHAN BEBAN PENDINGIN DAN DAYA ALAT PENDINGIN AC UNTUK AULA KAMPUS 2 UM METRO. Abstrak ANALISA KEBUTUHAN BEBAN PENDINGIN DAN DAYA ALAT PENDINGIN AC UNTUK AULA KAMPUS 2 UM METRO. Kemas Ridhuan, Andi Rifai Program Studi Teknik Mesin Universitas muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar Dewantara No.

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur Disusun oleh : Yudi Leo Kristianto (0951010014) Dosen : JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RADIASI MATAHARI DAN SH DARA DI DALAM RMAH TANAMAN Radiasi matahari mempunyai nilai fluktuatif setiap waktu, tetapi akan meningkat dan mencapai nilai maksimumnya pada siang

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

KAJIAN KENYAMANAN TERMAL RUANG KULIAH PADA GEDUNG SEKOLAH C LANTAI 2 POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

KAJIAN KENYAMANAN TERMAL RUANG KULIAH PADA GEDUNG SEKOLAH C LANTAI 2 POLITEKNIK NEGERI SEMARANG KAJIAN KENYAMANAN TERMAL RUANG KULIAH PADA GEDUNG SEKOLAH C LANTAI 2 POLITEKNIK NEGERI SEMARANG Demi Tria Istiningrum 1, Rr Leidy Arumintia W.S. 1, Muhamad Mukhlisin 1,*, Mochammad Tri Rochadi 1 1) Jurusan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat III. MEODE PENELIIAN A. Waktu dan empat Penelitian dilakukan di Laboratorium Energi Surya Leuwikopo, serta Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen eknik Pertanian, Fakultas eknologi

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-204 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu persyaratan ruangan yang baik adalah ruangan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu persyaratan ruangan yang baik adalah ruangan yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu persyaratan ruangan yang baik adalah ruangan yang memiliki suhu yang nyaman yang dianggap cukup baik sehingga dapat memberikan kebebasan bagi orang-orang

Lebih terperinci

PENGARUH PEMASANGAN EXHAUST FAN DI RUANG KELAS 3.8 FAKULTAS TEKNIK UNTIRTA TERHADAP KENYAMANAN THERMAL YANG DIHASILKAN

PENGARUH PEMASANGAN EXHAUST FAN DI RUANG KELAS 3.8 FAKULTAS TEKNIK UNTIRTA TERHADAP KENYAMANAN THERMAL YANG DIHASILKAN 70 PENGARUH PEMASANGAN EXHAUST FAN DI RUANG KELAS 3.8 FAKULTAS TEKNIK UNTIRTA TERHADAP KENYAMANAN THERMAL YANG DIHASILKAN Dwinanto 1)*, Imron Rosyadi 1), Rina Lusiani 1), Aswata Wisnuadji 1), Kautsar Ghatra

Lebih terperinci

ANALISIS KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN HIJAU GEDUNG KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM

ANALISIS KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN HIJAU GEDUNG KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM ANALISIS KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN HIJAU GEDUNG KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM Lisa Novianti dan Tri Harso Kayono Program Studi Arsitektur, Universitas Mercu Buana, Jakarta-Indonesia e-mail: sha.lisa2@yahoo.com

Lebih terperinci

PENGHEMATAN ENERGI PADA PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DALAM PENGATURAN UDARA DENGAN CARA BUATAN

PENGHEMATAN ENERGI PADA PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DALAM PENGATURAN UDARA DENGAN CARA BUATAN PENGHEMATAN ENERGI PADA PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DALAM PENGATURAN UDARA DENGAN CARA BUATAN Eka Widiyananto, ST. Staf Pengajar Program Studi Arsitektur - Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon Pengudaraan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan penulis pada PT BMC, maka diperoleh kesimpulan yaitu sebagai berikut

Lebih terperinci

STUDI KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS TK TUNAS MUDA X IKKT JAKARTA BARAT

STUDI KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS TK TUNAS MUDA X IKKT JAKARTA BARAT STUDI KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS TK TUNAS MUDA X IKKT JAKARTA BARAT Tuti Purwaningsih dan M Syarif Hidayat Program Studi Arsitektur, Universitas Mercu Buana, Jakarta-Indonesia e-mail: tutipurwa@gmail.com

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini dibahas mengenai pemaparan analisis dan interpretasi hasil dari output yang didapatkan penelitian. Analisis penelitian ini dijabarkan dan diuraikan pada

Lebih terperinci

Ergonomic Assessment Pada Home Industri (Studi Kasus Industri Tempe)

Ergonomic Assessment Pada Home Industri (Studi Kasus Industri Tempe) Ergonomic Assessment Pada Home Industri (Studi Kasus Industri Tempe) Company Profile Letak : Pemilik : Pekerja : Jam Kerja : Kapasitas Produksi/hari :... kg kacang kedelai Flowchart Proses Produksi Kacang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering Sebuah penelitian dilakukan oleh Pearlmutter dkk (1996) untuk mengembangkan model

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Penurunan Kadar Air Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu ruang pengeringan sekitar 32,30 o C, suhu ruang hasil pembakaran 51,21 0 C dan

Lebih terperinci

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Ruang Pengering dan Sebarannya A.1. Suhu Lingkungan, Suhu Ruang, dan Suhu Outlet Udara pengering berasal dari udara lingkungan yang dihisap oleh kipas pembuang, kemudian

Lebih terperinci

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC)

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC) BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC) Refrigeration, Ventilation and Air-conditioning RVAC Air-conditioning Pengolahan udara Menyediakan udara dingin Membuat udara

Lebih terperinci

IV-138 DAFTAR ISTILAH

IV-138 DAFTAR ISTILAH IV-138 DAFTAR ISTILAH Evaporasi; (penguapan air dari kulit) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar 0,58

Lebih terperinci

BAB III DATA ANALISA DAN PERHITUNGAN PENGKONDISIAN UDARA

BAB III DATA ANALISA DAN PERHITUNGAN PENGKONDISIAN UDARA BAB III DATA ANALISA DAN PERHITUNGAN PENGKONDISIAN UDARA Data analisa dan perhitungan dihitung pada jam terpanas yaitu sekitar jam 11.00 sampai dengan jam 15.00, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kaum Petani dengan kultur agraris khas pedesaan Indonesia bermukim di perumahan dengan bentuk bangunan yang mempunyai tata ruang dan tata letak sederhana. Hampir seluruh

Lebih terperinci

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL Frans Soehartono 1, Anik Juniwati 2, Agus Dwi Hariyanto 3 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X Contoh soal kalibrasi termometer 1. Pipa kaca tak berskala berisi alkohol hendak dijadikan termometer. Tinggi kolom alkohol ketika ujung bawah pipa kaca dimasukkan

Lebih terperinci

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan TINJAUAN PUSTAKA A. Pengeringan Tipe Efek Rumah Kaca (ERK) Pengeringan merupakan salah satu proses pasca panen yang umum dilakukan pada berbagai produk pertanian yang ditujukan untuk menurunkan kadar air

Lebih terperinci

Kata kunci : pemanasan global, bahan dan warna atap, insulasi atap, plafon ruangan, kenyamanan

Kata kunci : pemanasan global, bahan dan warna atap, insulasi atap, plafon ruangan, kenyamanan Variasi bahan dan warna atap bangunan untuk Menurunkan Temperatur Ruangan akibat Pemanasan Global Nasrul Ilminnafik 1, a *, Digdo L.S. 2,b, Hary Sutjahjono 3,c, Ade Ansyori M.M. 4,d dan Erfani M 5,e 1,2,3,4,5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, misalnya lingkungan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki 1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai 11 15 LS sehingga memiliki iklim tropis lembab basah dengan ciri khas: curah hujan yang tinggi namun penguapan rendah, suhu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia memiliki suhu inti tubuh normal sekitar 36-37 C. Suhu tubuh tersebut dapat berubah naik atau turun tergantung dari aktivitas pekerjaan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi lingkungan kerja menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kenyamanan pekerja (Choi dkk, 2012). Pada saat pekerja merasa nyaman dalam bekerja maka

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca

Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca JURNAL TEKNIK POMITS Vol.,, (03) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) B-30 Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca Indriyati Fanani Putri, Ridho Hantoro,

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN PENGUKURAN KONDISI TERMAL TEMPAT KERJA YANG MENDUKUNG KENYAMANAN OPERATOR UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DI LANTAI PRODUKSI PT. SINAR SOSRO TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat

Lebih terperinci

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! Soal Suhu dan Kalor Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1.1 termometer air panas Sebuah gelas yang berisi air panas kemudian dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air dingin. Pada

Lebih terperinci

Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi

Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi Lia Laila Prodi Teknologi Pengolahan Sawit, Institut Teknologi dan Sains Bandung Abstrak. Sistem pengondisian udara dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2012, penjualan pakaian olah raga di pasar global melebihi $244 milyar (Sishoo, 2015). Penjualan tersebut mencakup 46 negara di seluruh dunia yang memperkirakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Agar efisiensi operasi AC maximum, masing-masing komponen AC harus

III. METODE PENELITIAN. Agar efisiensi operasi AC maximum, masing-masing komponen AC harus III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Agar efisiensi operasi AC maximum, masing-masing komponen AC harus beroperasi pada tingkat efisiensi optimalnya. Untuk mempertahankan agar kinerja operasi selalu

Lebih terperinci

- TEMPERATUR - Temperatur inti tubuh manusia berada pada kisaran nilai 37 o C (khususnya bagian otak dan rongga dada) 30/10/2011

- TEMPERATUR - Temperatur inti tubuh manusia berada pada kisaran nilai 37 o C (khususnya bagian otak dan rongga dada) 30/10/2011 ERGONOMI - TEMPERATUR - Universitas Mercu Buana 2011 Tubuh Manusia dan Temperatur Kroemer & Kroemer,, 2001) Temperatur inti tubuh manusia berada pada kisaran nilai 37 o C (khususnya bagian otak dan rongga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA Alat pengkondisian udara merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Lingkungan Mengetahui kondisi lingkungan tempat percobaan sangat penting diketahui karena diharapkan faktor-faktor luar yang berpengaruh terhadap percobaan dapat diketahui.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lingkungan Mikro Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lingkungan Mikro Lokasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan Mikro Lokasi Penelitian Berdasarkan pengambilan data selama penelitian yang berlangsung mulai pukul 06.00 sampai pukul 16.00 WIB, data yang diperoleh menunjukkan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN PENDINGIN GEDUNG

BAB IV PERHITUNGAN PENDINGIN GEDUNG BAB IV PERHITUNGAN PENDINGIN GEDUNG 4.1. Survey Penggunaan Gedung Survey yang dilakukan pada PT.FOOD STATION di jalan raya Cipinang (Pasar Induk), Jakarta Timur. Posisi gedung menghadap dari utara ke selatan

Lebih terperinci

Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract

Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract ANALISIS EVAPORATIVE AIR COOLER DENGAN TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA Hendra Listiono 1, Azridjal Aziz 2, Rahmat Iman Mainil 3 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau

Lebih terperinci

STUDI TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG TAMU KOMPLEK PERUMAHAN SERDANG RESIDENCE MEDAN SKRIPSI OLEH HENDRA

STUDI TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG TAMU KOMPLEK PERUMAHAN SERDANG RESIDENCE MEDAN SKRIPSI OLEH HENDRA STUDI TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG TAMU KOMPLEK PERUMAHAN SERDANG RESIDENCE MEDAN SKRIPSI OLEH HENDRA 100406077 DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 STUDI TINGKAT

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN

BAB III PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN 57 BAB III PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN 3.1 Beban Pendingin Tabel 3.1.1 Flow Chart Perhitungan Beban kalor gedung secara umum ada 2 macam yaitu kalor sensible dan kalor laten. Beban kalor laten dan sensible

Lebih terperinci

Universitas Mercu Buana 49

Universitas Mercu Buana 49 BAB III METODE PENELITIAN Ada dua faktor yang menjadi beba dalam sebuah mesin pendingin yaitu beban internal dan beban ekternal. Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya beban internal terjadi karena

Lebih terperinci

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penggunaan Kolektor Terhadap Suhu Ruang Pengering Energi surya untuk proses pengeringan didasarkan atas curahan iradisai yang diterima rumah kaca dari matahari. Iradiasi

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271 1 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup Edo Wirapraja, Bambang

Lebih terperinci

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2016

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2016 ANALISA KONDISI TERMAL UNTUK MENDUKUNG KENYAMANAN KERJA OPERATOR DI PT. PABRIK ES SIANTAR TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Oleh Marta Sundari

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berikut ini adalah penarikan kesimpulan yang berisi rangkuman dari analisis, serta perumusan masalah yang harus dijawab dengan jelas dan ringkas. 7.1.1 Temperatur

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Perhitungan Daya Motor 4.1.1 Torsi pada poros (T 1 ) T3 T2 T1 Torsi pada poros dengan beban teh 10 kg Torsi pada poros tanpa beban - Massa poros; IV-1 Momen inersia pada poros;

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bayan 4 No. 20. Karakteristik bahan di sekitar lokasi Ke-1 didominasi oleh dinding

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bayan 4 No. 20. Karakteristik bahan di sekitar lokasi Ke-1 didominasi oleh dinding 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Simulasi 3.1.1. Lokasi Ke-1 Lokasi Ke-1 merupakan ruang semi tertutup yang terletak di Jalan Tambak Bayan 4 No. 20. Karakteristik bahan di sekitar lokasi Ke-1

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGAMBILAN

BAB III METODOLOGI PENGAMBILAN BAB III METODOLOGI PENGAMBILAN 3.1 Metodologi Data Perhitungan Beban Pendingin Ada dua faktor yang akan menjadi beban dari suatu sistim mesin pendingin yaitu beban internal dan beban eksternal. Beban internal

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada umumnya apartemen menggunakan sistem pengondisian udara untuk memberikan kenyamanan termal bagi penghuni dalam ruangan. Namun, keterbatasan luas ruangan dalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.2 Tahapan Analisis Persamaan Differensial untuk Transfer Energi

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.2 Tahapan Analisis Persamaan Differensial untuk Transfer Energi BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Studi Pendahuluan Langkah awal dalam penelitian ini adalah mencari dan mengumpulkan sumbersumber seperti: buku, jurnal atau penelitian sebelumnya yang mendukung penelitian.

Lebih terperinci

Kajian Termis pada Beberapa Material Dinding untuk Ruang Bawah Tanah. I G B Wijaya Kusuma 1)

Kajian Termis pada Beberapa Material Dinding untuk Ruang Bawah Tanah. I G B Wijaya Kusuma 1) Kusuma Vol. 10 No. 2 April 2003 urnal TEKNIK SIPIL Kajian Termis pada Beberapa Material Dinding untuk Ruang Bawah Tanah I G B Wijaya Kusuma 1) Abstrak Karena terbatasnya lahan yang tersedia di kodya Denpasar,

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN. Tugas Akhir

BAB III PERHITUNGAN. Tugas Akhir BAB III PERHITUNGAN 3.1 Beban Pendingin Ruangan Beban pendingin ruangan adalah beban laju aliran panas yang harus dipindahkan dari udara ruangan untuk mempertahankan temperatur ruangan sesuai yang diinginkan.

Lebih terperinci