BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL"

Transkripsi

1 BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini dibahas mengenai pemaparan analisis dan interpretasi hasil dari output yang didapatkan penelitian. Analisis penelitian ini dijabarkan dan diuraikan pada sub bab berikut : 5.1 Analisis Kondisi Fisik Rancangan Kotak Pengumpul Panas Pada subbab ini dijelaskan mengenai analisis kondisi fisik rancangan kotak pengumpul panas yang terdiri dari aspek fungsionalitas rancangan serta spesifikasi dan material rancangan kotak pengumpul panas Fungsionalitas Rancangan Hasil rancangan kotak pengumpul panas dengan penerapan konsep reflektor dan lapisan kaca ganda telah memenuhi kebutuhan rancangan dari pengguna dalam hal ini petani biofarmaka. Kebutuhan mengenai kapasitas panas yang dihasilkan lebih besar telah dapat dipenuhi oleh rancangan dengan output panas kotak pengumpul panas yang lebih besar dari pada rancangan sebelumnya seperti yang dapat dilihat pada subbab 4.6 mengenai pengujian alat. Kemudian kebutuhan mengenai alat yang sulit dipindahkan juga telah terpenuhi dengan penggunaan roda pada rancangan. Kebutuhan mengenai keawetan rancangan dituangkan dalam solusi yaitu penggunaan material yang lebih baik seperti papan ACP dan galvalum sehingga rancangan dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. Serta, kebutuhan terakhir mengenai kebersihan alat diakomodasi dengan penggunaan material yang tidak berjamur dan berkarat seperti papan ACP dan galvalum sehingga kebersihan dari alat dapat terjaga. Secara fungsionalitas, rancangan kotak pengumpul panas dapat berjalan dengan sangat baik. Alat dapat menghasilkan udara panas yang kemudian dapat digunakan untuk melakukan pengeringan rimpang basah dalam pembuatan simplisia. Penggunaan reflektor dapat meningkatkan cahaya yang masuk ke kotak pengumpul panas sehingga panas yang dihasilkan lebih tinggi, dan lapisan kaca ganda menjadi sistem insulasi sehingga panas yang dihasilkan tidak keluar. Kedua konsep tersebut berfungsi dengan sangat baik. Akan tetapi, perlu dilakukan perbaikan mengenai sistem penyangga commit pada to user reflektor sehingga pengguna dapat V-1

2 lebih dimudahkan dalam pengaturan kemiringannya. Rancangan saat ini hanya melakukan penyanggaan dengan menggunakan besi penyangga sehingga diperlukan perbaikan penyangga reflektor Spesifikasi dan Material Rancangan Kotak Pengumpul Panas Spesifikasi dari rancangan kotak pengumpul panas terdiri dari dimensi serta material penyusun rancangan. Dimensi dari rancangan kotak pengumpul panas mengacu kepada rancangan sebelumnya yaitu rancangan Muttaqin, dkk. dkk. (2015). Dengan penggunaan dimensi yang sama sehingga dapat dilihat perbandingan performa antara rancangan sebelumnya dengan rancangan yang sedang dikembangkan. Pada rancangan kotak pengumpul panas, material penyerap dan penyimpan panas hasil radiasi matahari terbuat dari plat gelombang dengan bahan galvalum. Bentuk gelombang dipilih dikarenakan bentuk gelombang memiliki permukaan yang lebih luas dibandingkan dengan plat datar sehingga kotak pengumpul panas dapat menyerap dan menyimpan lebih banyak panas. Sedangkan dari sisi material, galvalum dipilih karena memiliki konduktivitas yang lebih baik dibandingkan dengan seng yaitu sebesar 166 W/m K. Alasan lain penggunaan galvalum sebagai plat penyerap panas dikarenakan objek pengeringan yang berupa rimpang biofarmaka sehingga dibutuhkan alat yang bersih dan higienis, maka pemilihan galvalum lebih tepat dikarenakan lebih tahan korosi dibandingkan dengan seng. Dalam aplikasinya, plat gelombang disusun dua lapis guna meningkatkan penyerapan panas sehingga pemanasan dapat bertahan lebih lama. Penggunaan cat hi-tempt pada part penyerapan panas dapat meningkatkan penyerapan panas dikarenakan cat tersebut berwarna hitam doff dengan tanpa menutup pori pori material serta ketahanan terhadap suhu tinggi lebih baik dibandingkan cat yang lain sehingga alat dapat bertahan dalam waktu yang lama. Material penyusun dinding kotak pengumpul panas menggunakan papan ACP meningkatkan performa dari rancangan. Jika rancangan alat sebelumnya menggunakan kayu yang bersifat menyerap panas, pada rancangan ini ACP dengan susunan karet sebagai filler dan alumunium sebagai skin komposit sehingga material ACP dapat mengisolasi panas sangat baik. Penggunaan papan ACP juga meningkatkan usia dari commit alat karena to user sifat dari papan ACP yang tahan V-2

3 terhadap korosi, suhu luar, tahan api sehingga alat dapat digunakan disegala kondisi cuaca tanpa terancam akan korosi dan pelapukan seperti penggunaan kayu. Rancangan ini menggunakan galvalum sebagai material penyusun rangka dari kotak pengumpul panas. Penggunaan galvalum didasarkan kepada material yang kuat dan tahan terhadap korosi. Akan tetapi, penggunaan galvalum sebagai rangka ternyata memiliki kelemahan yaitu tingkat kesulitan pengerjaan. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan material lain sebagai penyusun rangka seperti alumunium yang tahan terhadap korosi, kuat, dan mudah dalam pengerjaannya meskipun harganya sedikit lebih mahal dibandingkan dengan galvalum. Untuk sudut kemiringan rangka sebesar 9 derajad yang mengacu pada penelitian pangestuningtyas (2013), panas yang dihasilkan lebih baik dibandingkan dengan alat sebelumnya dengan sudut kemiringan 15 derajad. Untuk material penyusun lapisan kaca ganda, penggunaan kaca sebagai lapisan luar memiliki peranan penting dikarenakan lapisan luar dari kaca ganda akan bersinggungan dengan suhu luar sehingga diperlukan material yang tahan akan goresan dan bersifat kuat. Pemilihan akrilik sebagai lapisan kaca dalam merupakan pemilihan yang tepat karena akrilik merupakan bahan yang mampu meneruskan cahaya lebih baik dari pada kaca yaitu sebesar % dan memiliki konduktivitas yang lebih kecil dibandingkan kaca sehingga dapat menyimpan panas lebih baik dibandingkan dengan kaca. Konduktivitas termal dari akrilik adalah 0,17 W/mK dengan transmisi panas berkisar antara 63-68%. Dengan berat jenis akrilik sebesar antara kg/m 3 sehingga lebih ringan dibandingkan dengan kaca. Akan tetapi, penggunaan akrilik dengan ukuran 2 milimeter ternyata dirasa kurang tepat karena dengan ketebalan hanya 2 milimeter, akan mempersuit pemasangan dan akrilik akan sangat lentur sehingga untuk lebih baiknya, ketebalan akrilik disesuaikan dengan kebutuhan sehingga akan mempermudah pemasangan dan tidak terlalu elastis. Untuk reflektor, posisi penempatan reflektor berada di empat sisi yaitu depan, belakang, samping kanan, dan samping kiri. Hal ini berbeda dengan hasil rancangan Scanlin, dkk. (1999), pada rancangan Scanlin, dkk. (1999) reflektor hanya diletakkan pada bagian depan commit dan to belakang user dikarenakan peletakan bagian V-3

4 samping akan menghasilkan bayangan. Akan tetapi pada penelitian ini, reflektor diletakkan di bagian samping kotak pengumpul panas dengan diberikan perhitungan mengenai pengaturan sudut yang sesuai sehingga ketika diaplikasikan, tidak menghasilkan bayangan hitam sehingga kotak pengumpul panas bisa bekerja dengan optimal. Penggunaan stainless steel dengan permukaan yang mengkilap dapat memantulkan cahaya dengan baik. Sifat stainless steel yang tahan terhadap korosi sangatlah cocok digunakan sebagai material reflektor dikarenakan penggunaan reflektor yang mengharuskan material tahan terhadap korosi dan suhu luar dan tidak mudah buram. Stainless steel memiliki kelebihan dibandingkan dengan cermin apabila penggunaan diluar ruangan karena cermin akan mudah buram dan stainless steel akan mudah dalam membersihkan dibandingkan dengan cermin. Akan tetapi, dalam rancangan ini perlu diperhitungkan ulang mengenai dimensi maksimal dari reflektor sehingga tidak memakan tempat dan memperberat rancangan dikarenakan stainless steel bersifat berat. Rancangan pada penelitian ini memiliki berat yang bernilai lebih besar jika dibandingkan dengan rancangan sebelumnya. Hal ini dikarenakan penggunaan konsep reflektor dan double glazing, sehingga memerlukan rangka yang lebih kuat untuk menyangga. Pengaplikasian kedua konsep tersebut menambah jumlah material yang digunakan sehingga memberikan beban yang lebih berat pula pada rancangan. Meskipun dengan beban material yang lebih berat dibandingkan dengan rancangan sebelumnya. Akan tetapi, hal tersebut tidak mengurangi mobilitas dikarenakan pengaplikasian roda pada rancangan sehingga meskipun lebih berat, rancangan tetap dapat dimobilisasi dengan mudah. 5.2 Analisis Proses Pemanasan Setelah proses pembuatan alat selesai, kemudian dilakukan pengujian alat dengan melihat performa alat yang bekerja dalam meningkatkan suhu aliran udara. Berdasarkan hasil pengujian pada bab IV, dapat kita lihat bahwa panas maksimal yang dihasilkan alat terjadi pada pertengahan hari dengan kisaran waktu pukul Sedangkan hasil panas terkecil terjadi pada pukul pagi hari yang kemudian terus meningkat hingga pada puncaknya pada pukul Hasil terendah didapatkan pada pukul 09.00, hal ini dikarenakan posisi matahari yang masih pada posisi rendah sehingga commit sebaran to user panas lebih luas sehingga penerimaan V-4

5 radiasi panas menjadi lebih kecil dibandingkan dengan ketika matahari pada posisi tinggi. Selain itu, pada pukul alat masih dalam kondisi starting panas dari suhu lingkungan yang rendah sisa malam hari. Peningkatan suhu pada hasil pengujian performa rancangan kotak pengumpul panas tergambar pada grafik secara tidak linier. Hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan yang menyebabkan adanya perubahan sebaran radiasi matahari seperti pada kondisi mendung yang menutupi cahaya matahari sehingga kotak pengumpul panas menerima radiasi lebih rendah dibandingkan dengan ketika cuaca cerah. Turunnya kalor yang dihasilkan pada pengujian alat yang disebabkan oleh kondisi cuaca mendung yang menyebabkan suhu luar menjadi turun. Turunnya suhu luar berbanding terbalik dengan suhu dalam kotak pengering masih tinggi sehingga menyebabkan aliran udara panas menjadi semakin cepat masuk kedalam kotak pengumpul panas karena kepadatan udara didalam kotak lebih rendah dibandingkan dengan diluar (suhu lingkungan). Dengan semakin cepatnya aliran udara yang masuk dengan suhu yang rendah, panas yang tersimpan pada plat gelombang akan semakin cepat terambil sehingga hasil pemanasan akan menurun. 5.3 Analisis Uji ANOVA Uji Anova dapat digunakan untuk menyelidiki apakah ada pengaruh faktor terhadap respon penelitian. Pada penelitian ini dilakukan uji ANOVA untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari penerapan konsep reflektor dan lapisan kaca ganda (double glazing) pada rancangan. Uji ANOVA dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan energi kalor yang dihasilkan oleh perlakuan single glazing, double glazing,single glazing with reflector, double glazing with reflector. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan Fhitung > Ftabel ( > 4.75), sehingga Ho ditolak dengan menerima Ha yaitu ada perbedaan energi kalor yang dihasilkan oleh perlakuan single glazing, double glazing,single glazing with reflector, double glazing with reflector. Perbedaan pada uji ANOVA menunjukkan bahwa ada pengaruh dari penerapan berbagai konsep pada rancangan dasar kotak pengumpul panas. Berdasar pada hasil pengamatan, dapat dilihat bahwa aliran udara panas tertinggi dihasilkan oleh rancangan konsep commit kotak to user pengumpul panas menggunakan V-5

6 gabungan penerapan konsep reflektor dan lapisan kaca ganda. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan kedua konsep tersebut bekerja dengan baik sehingga menghasilkan aliran udara panas yang lebih tinggi dibandingkan konsep lain. Tingginya aliran udara panas yang dihasilkan kedua konsep ini disebabkan oleh masuknya cahaya matahari kedalam kotak pengumpul panas yang lebih banyak karena cahaya yang masuk dilipat gandakan oleh konsep reflektor sehingga kotak pengumpul panas menerima lebih banyak radiasi matahari. Kemudian ditambah adanya sistem insulasi yang lebih baik yaitu pengaplikasian konsep lapisan kaca ganda (double glazing) yang dapat mengurangi panas yang terbuang sehingga aliran udara panas yang dihasilkan semakin tinggi. Berdasarkan tabel signifikansi uji ANOVA (tabel 4.19), dapat dilihat bahwa nilai signifikansi dari faktor single glazing with reflector dengan double glazing bernilai lebih dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan yang ada pada perbandingan hasil kedua konsep tersebut selama pengujian tidak memiliki perbedaan yang signifikan atau perbedaan yang ada pada hasil pengujian kedua konsep tersebut tidak terpaut jauh. hal ini menunjukkan bahwa hasil dari pengujian konsep single glazing with reflector dan double glazing memiliki performa yang hampir sama. Hasil pengujian dapat dilihat pula pada grafik dibawah ini : Gambar 5.1 Grafik Perbandingan Kalor yang Dihasilkan Tiap Konsep commit to user V-6

7 Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa energi kalor yang dihasilkan oleh single glazing with reflector lebih besar dibandingkan dengan single glazing. Perbedaan ini menunjukkan adanya pengaruh dari penerapan konsep reflektor yaitu dengan melihat hasil pengamatan yang menunjukkan udara panas yang dihasilkan kotak pengumpul panas menggunakan konsep reflektor lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa reflektor pada konsep awal yaitu single glazing. Peningkatan dari suhu aliran udara yang dihasilkan kotak pengumpul panas dibandingkan dengan konsep dasar berupa single glazing menunjukkan bahwa penggunaan reflektor pada rancangan dapat melipatgandakan cahaya yang masuk sehingga penerimaan radiasi panas matahari dari kotak pengumpul panas semakin tinggi dan pengaruhnya adalah kotak pengumpul panas menghasilkan aliran udara panas yang semakin meningkat dibandingkan ketika konsep alat tidak menggunakan reflektor. Konsep double glazing menghasilkan energi kalor yang lebih besar jika dibandingkan dengan konsep dasar yaitu single glazing. Hal ini menunjukkan bahwa konsep double glazing dapat bekerja sebagai sistem insulasi yang lebih baik jika dibandingkan dengan konsep single glazing. Konsep double glazing dapat menahan udara panas tidak terbuang keluar dikarenakan udara yang dimampatkan pada konsep double glazing berperan sebagai isolasi panas dengan konduktivitas thermal yang sangat rendah sehingga temperatur tidak terbuang melalui konduktivitas kaca yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan bahwa temperatur kaca setelah diaplikasikan konsep double glazing memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan konsep single glazing. Kecilnya nilai temperatur kaca mengindikasikan bahwa pada konsep double glazing, pemanasan kaca hanya akibat panas dari luar yaitu radiasi matahari tanpa ditambah dengan panas dari serapan temperatur udara didalam kotak pengumpul panas. Berbeda dengan hasil pengamatan dari konsep single glazing yang terkena radiasi panas matahari ditambah serapan panas dari udara didalam kotak pengumpul panas sehingga temperatur kaca menghasilkan nilai yang lebih tinggi. Perbandingan antara hasil dari single glazing with reflector dengan double glazing without reflector menunjukkan hasil peningkatan aliran udara pada konsep single glazing with reflektor commit lebih to user besar dibandingkan dengan double V-7

8 glazing without reflector. Hal ini terjadi karena pada konsep single glazing with reflector, rancangan alat dapat menangkap lebih banyak cahaya matahari yang kemudian dipantulkan kedalam kotak pengumpul panas sehingga radiasi matahari yang diterima oleh kotak pengumpul panas lebih besar dibandingkan dengan konsep tanpa reflektor. Berbeda dengan konsep double glazing dengan penerimaan cahaya matahari yang lebih sedikit dibandingkan dengan rancangan yang menggunakan konsep reflektor, double glazing berfungsi untuk menahan agar udara panas yang telah dihasilkan tidak terbuang keluar melalui konduktivitas dari kaca pada sistem single glazing. Hal ini menunjukkan pula bahwa berdasarkan performa, jika dibandingan antara konsep reflektor dengan double glazing, konsep reflektor menghasilkan aliran udara panas yang lebih baik dibandingkan dengan konsep double glazing meskipun kedua konsep tersebut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan temperatur udara. Selain itu, perbandingan antara konsep single glazing dengan double glazing pada penggunaan reflektor dapat diketahui dengan mencari selisih dari kalor yang didapatkan antara single glazing dengan single glazing with reflector dan double glazing dengan double glazing with reflector. Selisih yang dihasilkan dari konsep single glazing dengan konsep single glazing with reflector didapat sebesar joule sedangkan selisih antara konsep double glazing dengan double glazing with reflector didapatkan sebesar joule. Hal ini menunjukkan bahwa pada penerapan konsep reflektor, single glazing memiliki kenaikan suhu yang lebih signifikan dibandingkan dengan pada konsep double glazing meskipun pada hasil pengamatan udara panas yang tertinggi dihasilkan oleh konsep double glazing with reflector. Hal ini dikarenakan pada konsep double glazing, clarity pada lapisan tersebut menjadi lebih buruk dibandingkan dengan lapisan single glazing karena pada lapisan double glazing, cahaya yang masuk harus melewati dua lapisan sehingga akan berkurang besarnya radiasi yang dapat ditangkap. Sedangkan pada konsep single glazing, cahaya yang masuk pada rancangan kotak pengumpul panas hanya melewati satu lapisan dengan clarity yang lebih baik sehingga penerimaan radiasi yang didapat pada kotak pengumpul panas akan menjadi lebih besar dibandingkan dengan rancangan kotak pengumpul panas menggunakan konsep double glazing. commit to user V-8

9 5.4 Analisis Peningkatan Kapasitas Pengeringan Efektifitas peningkatan kapasitas pengeringan dapat diketahui dengan melakukan perhitungan mengenai banyaknya jumlah rimpang yang dikeringkan yang diperoleh dari perhitungan jumlah massa objek yang dikeringkan dengan kapasitas kalor yang dihasilkan oleh alat. Kapasitas kalor diperoleh berdasarkan rumus yaitu : Dengan Q m c ΔT Q = mc ΔT = kapasitas kalor = massa objek = kapasitas kalor = selisih suhu Untuk mengetahui kapasitas efektif dari jumlah rimpang yang dapat dikeringkan kemudian dilakukan perhitungan kapasitas dengan penerapan reflektor dan lapisan kaca ganda. Pemilihan penggunaan konsep reflektor dan lapisan kaca ganda dikarenakan berdasarkan hasil pengamatan, penggunaan konsep reflektor dan lapisan kaca ganda menghasilkan aliran udara panas yang tertinggi. Berikut ini merupakan perhitungan dari kapasitas maksimal pengeringan rimpang jahe menggunakan persamaan 2.5: Q = Kapasitas kalor yang didapatkan dari konsep reflektor dan lapisan kaca ganda dalam pengamatan selama sehari pengamatan ( ) yaitu ,6 joule C = Kalor jenis air yaitu 4180 J/Kg o C ΔT = Selisih suhu yaitu 60 o 30 o ( 60 o merupakan suhu penguapan dengan 30 o adalah suhu lingkungan) Q = mc ΔT ,6 = m x 4180 x 30 m = 0,95 Kg m disini adalah massa dari rimpang kering dengan kadar air sebesar 12 % dari rimpang basah yang memiliki kadar air sebesar rata rata 85%. Untuk mendapatkan massa dari rimpang basah sebagai kapasitas dari pengeringan optimal, kemudian dilakukan perhitungan massa rimpang basah : m = commit, m to user = 6,7 Kg V-9

10 Kemudian selanjutnya dianalisa mengenai biaya pembuatan rancangan alat kotak pengumpul panas yang meliputi biaya pembelian material dari rancangan. Berikut ini merupakan biaya pembuatan rancangan : Tabel 5.1 Biaya Perancangan Material Harga Hollow Galvalum (6) Rp siku lubang merah Rp besi siku Rp bj rivet Rp siku u/ siku lubang Rp baut u/ siku lubang Rp bj baut siku lubang Rp besi siku Rp m amplas Rp ,5 ACP bright silver Rp roda Rp galvalum gelombang 2 Rp cat semprot 2 Rp karet penyangga Rp Stainless Steel Rp besi strip plat Rp kaca + alumunium Rp Total Rp Total biaya perancangan untuk satu unit rancangan kotak pengumpul panas dengan konsep reflektor dan double glazing sebesar Rp ,00. Pembuatan rancangan kotak pengumpul panas memang membutuhkan investasi awal yang besar dikarenakan biaya material material yang digunakan cukup mahal. Akan tetapi, hal ini sebanding apabila dilihat berdasarkan performa peningkatan suplai panas yang besar yaitu dapat melakukan pengeringan optimal berdasarkan perhitungan sebesar 6,7 Kg hanya dalam waktu setengah hari yaitu pukul sampai dengan serta usia dari alat yang dapat bertahan lama. Apabila rancangan sebelumnya yang menggunakan bahan dasar kayu hanya dapat bertahan satu tahun, karena siklus hujan selalu ada pada setiap tahun dan akibat dari musim hujan tersebut dapat merusak alat melalui pelapukan dan pengeroposan. Rancangan alat commit ini dapat to user bertahan dalam waktu yang lama V-10

11 mengingat rancangan kotak pengumpul panas pada penelitian terbuat dari material galvalum yang dapat bertahan hingga 20 tahun, kemudian papan ACP yang dapat bertahan selama 10 tahun. Selain dari segi waktu, rancangan ini juga memiliki kelebihan dari segi resiko yang lebih rendah karena material seperti Acp tahan terhadap suhu lingkungan dan bahkan tahan terhadap api. commit to user V-11

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Gambar 4.1 Rancangan Alat Pengering Solar Dryer Susilo, dkk. (2014) commit to user

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Gambar 4.1 Rancangan Alat Pengering Solar Dryer Susilo, dkk. (2014) commit to user BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini berisi pemaparan mengenai tahapan tahapan pengumpulan dan pengolahan data. Tahapan tahapan pengumpulan dan pengolahan data kemudian dijabarkan dan diuraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, akan dibahas mengenai ruang lingkup penelitian yang mencakup latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini dibahas mengenai tahapan-tahapan yang dilakukan dalam melaksanakan penelitian beserta penjabaran singkat mengenai tahapan tahapan yang dilakukan. Berikut ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) Pemanfaatan energi surya memakai teknologi kolektor adalah usaha yang paling banyak dilakukan. Kolektor berfungsi sebagai pengkonversi energi surya untuk menaikan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama 38 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah pembuatan alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai jenis sumber daya energi dalam jumlah yang cukup melimpah. Letak Indonesia yang berada pada daerah khatulistiwa, maka

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

Laporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belakangan ini terus dilakukan beberapa usaha penghematan energi fosil dengan pengembangan energi alternatif yang ramah lingkungan. Salah satunya yaitu dengan pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis dan interpreasi hasil dari pengumpulan dan pengolahan data di bab sebelumnya. Analisis yang akan dibahas antara lain analisis

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RADIASI MATAHARI DAN SH DARA DI DALAM RMAH TANAMAN Radiasi matahari mempunyai nilai fluktuatif setiap waktu, tetapi akan meningkat dan mencapai nilai maksimumnya pada siang

Lebih terperinci

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penggunaan Kolektor Terhadap Suhu Ruang Pengering Energi surya untuk proses pengeringan didasarkan atas curahan iradisai yang diterima rumah kaca dari matahari. Iradiasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Tanpa Beban Untuk mengetahui profil sebaran suhu dalam mesin pengering ERK hibrid tipe bak yang diuji dilakukan dua kali percobaan tanpa beban yang dilakukan pada

Lebih terperinci

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK VII. SIMPULAN UMUM Berdasarkan serangkaian penelitian yang telah dilakukan dan hasil-hasil yang telah dicapai, telah diperoleh disain pengering ERK dengan biaya konstruksi yang optimal dan dapat memberikan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menghasilkan prototip alat konsentrator surya (Gambar 14)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menghasilkan prototip alat konsentrator surya (Gambar 14) 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Rancang Bangun Penelitian ini menghasilkan prototip alat konsentrator surya (Gambar 14) yang berfungsi untuk memantulkan sinar matahari ke satu titik fokus sehingga dihasilkan

Lebih terperinci

BAB IV PEMILIHAN MATERIAL DAN INSTALASI

BAB IV PEMILIHAN MATERIAL DAN INSTALASI BAB IV PEMILIHAN MATERIAL DAN INSTALASI 4.1 SANDWICH PANEL Tugas pertama dari perancangan sandwich panel adalah memilih material insulasi yang tepat. Hal ini sangat penting karena fungsi utama pemilihan

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1. Perhitungan Total Beban Kalor Dalam Ruangan Dalam bahasan ini total beban kalor tersimpan dalam ruangan adalah penjumlahan dari tambahan panas dari transmisi radiasi

Lebih terperinci

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! Soal Suhu dan Kalor Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1.1 termometer air panas Sebuah gelas yang berisi air panas kemudian dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air dingin. Pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 BB III METODOLOGI PENELITIN Metode yang digunakan dalam pengujian ini adalah pengujian eksperimental terhadap lat Distilasi Surya dengan menvariasi penyerapnya dengan plastik hitam dan aluminium foil.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan. Metode pengawetan dengan cara pengeringan merupakan metode paling tua dari semua metode pengawetan yang ada. Contoh makanan yang mengalami proses pengeringan ditemukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Alat Pengering Surya Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan pada perancangan dan pembuatan alat pengering surya (solar dryer) adalah : Desain Termal 1.

Lebih terperinci

7. Menerapkan konsep suhu dan kalor. 8. Menerapkan konsep fluida. 9. Menerapkan hukum Termodinamika. 10. Menerapkan getaran, gelombang, dan bunyi

7. Menerapkan konsep suhu dan kalor. 8. Menerapkan konsep fluida. 9. Menerapkan hukum Termodinamika. 10. Menerapkan getaran, gelombang, dan bunyi Standar Kompetensi 7. Menerapkan konsep suhu dan kalor 8. Menerapkan konsep fluida 9. Menerapkan hukum Termodinamika 10. Menerapkan getaran, gelombang, dan bunyi 11. Menerapkan konsep magnet dan elektromagnet

Lebih terperinci

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap BAB III METODE PENELETIAN Metode yang digunakan dalam pengujian ini dalah pengujian eksperimental terhadap alat destilasi surya dengan memvariasikan plat penyerap dengan bahan dasar plastik yang bertujuan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Bengkel Pertanian Jurusan Teknik Pertanian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Bengkel Pertanian Jurusan Teknik Pertanian 21 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Bengkel Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Desember 2012

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada III. METODOLOGI PENELITIAN Alat pengering ini menggunakan sistem hibrida yang mempunyai dua sumber panas yaitu kolektor surya dan radiator. Saat cuaca cerah pengeringan menggunakan sumber panas dari kolektor

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Termal Kayu Meranti (Shorea Leprosula Miq.) Karakteristik termal menunjukkan pengaruh perlakuan suhu pada bahan (Welty,1950). Dengan mengetahui karakteristik termal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Kalibrasi Kalibrasi dilakukan untuk termokopel yang berada pada HTF, PCM dan permukaan kolektor. Hasil dari kalibrasi tiap termokopelnya disajikan pada Tabel 4.1,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Simulasi Distribusi Suhu Kolektor Surya 1. Domain 3 Dimensi Kolektor Surya Bentuk geometri 3 dimensi kolektor surya diperoleh dari proses pembentukan ruang kolektor menggunakan

Lebih terperinci

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur. KALOR Tujuan Pembelajaran: 1. Menjelaskan wujud-wujud zat 2. Menjelaskan susunan partikel pada masing-masing wujud zat 3. Menjelaskan sifat fisika dan sifat kimia zat 4. Mengklasifikasikan benda-benda

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Self Dryer dengan kolektor terpisah. (sumber : L szl Imre, 2006).

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Self Dryer dengan kolektor terpisah. (sumber : L szl Imre, 2006). 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengering Surya Pengering surya memanfaatkan energi matahari sebagai energi utama dalam proses pengeringan dengan bantuan kolektor surya. Ada tiga klasifikasi utama pengering surya

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL PENGUJIAN dan PENGOLAHAN DATA

BAB IV. HASIL PENGUJIAN dan PENGOLAHAN DATA BAB IV HASIL PENGUJIAN dan PENGOLAHAN DATA Data hasil pengukuran temperatur pada alat pemanas air dengan menggabungkan ke-8 buah kolektor plat datar dengan 2 buah kolektor parabolic dengan judul Analisa

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PENGERINGAN SIMPLISIA MENGGUNAKAN SOLAR DRYER DENGAN KONSEP UDARA EKSTRA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PENGERINGAN SIMPLISIA MENGGUNAKAN SOLAR DRYER DENGAN KONSEP UDARA EKSTRA Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Pengeringan Simplisia... (Hardianti dkk.) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PENGERINGAN SIMPLISIA MENGGUNAKAN SOLAR DRYER DENGAN KONSEP UDARA EKSTRA Nurul Hardianti*,

Lebih terperinci

MARDIANA LADAYNA TAWALANI M.K.

MARDIANA LADAYNA TAWALANI M.K. KALOR Dosen : Syafa at Ariful Huda, M.Pd MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat pemenuhan nilai tugas OLEH : MARDIANA 20148300573 LADAYNA TAWALANI M.K. 20148300575 Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

Ditemukan pertama kali oleh Daniel Gabriel Fahrenheit pada tahun 1744

Ditemukan pertama kali oleh Daniel Gabriel Fahrenheit pada tahun 1744 A. Suhu dan Pemuaian B. Kalor dan Perubahan Wujud C. Perpindahan Kalor A. Suhu Kata suhu sering diartikan sebagai suatu besaran yang menyatakan derajat panas atau dinginnya suatu benda. Seperti besaran

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini diuraikan mengenai analisis dan interpretasi hasil perhitungan dan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab IV. Analisis dan interpretasi hasil akan

Lebih terperinci

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. KALOR A. Pengertian Kalor Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, pada waktu memasak air dengan menggunakan kompor. Air yang semula dingin lama kelamaan

Lebih terperinci

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay A. PILIHAN GANDA Petunjuk: Pilih satu jawaban yang paling benar. 1. Grafik

Lebih terperinci

Lingga Ruhmanto Asmoro NRP Dosen Pembimbing: Dedy Zulhidayat Noor, ST. MT. Ph.D NIP

Lingga Ruhmanto Asmoro NRP Dosen Pembimbing: Dedy Zulhidayat Noor, ST. MT. Ph.D NIP RANCANG BANGUN ALAT PENGERING IKAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR SURYA PLAT GELOMBANG DENGAN PENAMBAHAN CYCLONE UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS ALIRAN UDARA PENGERINGAN Lingga Ruhmanto Asmoro NRP. 2109030047 Dosen

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Skema Alur Kerja Pembuatan - Skema proses pembuatan alat pneumatik transfer station adalah alur kerja proses pembuatan alat pneumatik transfer station

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERINGAN Pengeringan adalah proses pengurangan kelebihan air yang (kelembaban) sederhana untuk mencapai standar spesifikasi kandungan kelembaban dari suatu bahan. Pengeringan

Lebih terperinci

KALOR DAN KALOR REAKSI

KALOR DAN KALOR REAKSI KALOR DAN KALOR REAKSI PENGERTIAN KALOR Kalor Adalah bentuk energi yang berpindah dari benda yang suhunya tinggi ke benda yang suhunya rendah ketika kedua benda bersentuhan. Satuan kalor adalah Joule (J)

Lebih terperinci

Latar Belakang Kualitas ikan buruk pada saat sampai di tempat pelelangan, sehingga harga jual rendah, Kapal-kapal kecil yang di operasikan oleh nelaya

Latar Belakang Kualitas ikan buruk pada saat sampai di tempat pelelangan, sehingga harga jual rendah, Kapal-kapal kecil yang di operasikan oleh nelaya Latar Belakang Kualitas ikan buruk pada saat sampai di tempat pelelangan, sehingga harga jual rendah, Kapal-kapal kecil yang di operasikan oleh nelayan umumnya didalam cooler box nya disimpan es, Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini pengeringan merupakan satuan operasi kimia yang paling tua, paling umum dan paling tersebar dimana-mana. Lebih dari 400 jenis pengeringan telah ada dan lebih

Lebih terperinci

Nama : Maruli Tua Sinaga NPM : 2A Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing :Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT.

Nama : Maruli Tua Sinaga NPM : 2A Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing :Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT. KAJIAN EKSPERIMEN ENERGI KALOR, LAJU KONVEKSI, dan PENGURANGAN KADAR AIR PADA ALAT PENGERING KERIPIK SINGKONG Nama : Maruli Tua Sinaga NPM : 2A413749 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jenis Energi Unit Total Exist

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang   Jenis Energi Unit Total Exist 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan pokok bagi kegiatan sehari-hari, misalnya dalam bidang industri, dan rumah tangga. Saat ini di Indonesia pada umumnya masih menggunakan

Lebih terperinci

Disusun Oleh : REZA HIDAYATULLAH Pembimbing : Dedy Zulhidayat Noor, ST, MT, Ph.D.

Disusun Oleh : REZA HIDAYATULLAH Pembimbing : Dedy Zulhidayat Noor, ST, MT, Ph.D. ANALISIS KENERJA OVEN PENGERING JAMUR TIRAM PUTIH BERBAHAN BAKAR LPG DENGAN VERIASI KEMIRINGAN SUDUT ALIRAN DALAM OVEN Disusun Oleh : REZA HIDAYATULLAH 2108 030 022 Pembimbing : Dedy Zulhidayat Noor, ST,

Lebih terperinci

Bab III Proses Produksi

Bab III Proses Produksi Bab III Proses Produksi 3.1 Perancangan Komponen Utama Sebelum dilakukan proses produksi, dilakukan proses perancangan. Proses perancangan ini meliputi perancangan dua komponen utama sistem pemanas air

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE Studi Eksperimental Pengaruh Perubahan Debit Aliran... (Kristian dkk.) STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE Rio Adi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Desain Termal 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T

Lebih terperinci

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X Contoh soal kalibrasi termometer 1. Pipa kaca tak berskala berisi alkohol hendak dijadikan termometer. Tinggi kolom alkohol ketika ujung bawah pipa kaca dimasukkan

Lebih terperinci

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Ruang Pengering dan Sebarannya A.1. Suhu Lingkungan, Suhu Ruang, dan Suhu Outlet Udara pengering berasal dari udara lingkungan yang dihisap oleh kipas pembuang, kemudian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

BAB IV ANALISA STUDI KASUS BAB IV ANALISA STUDI KASUS IV.1 GOR Bulungan IV.1.1 Analisa Aliran Udara GOR Bulungan terletak pada daerah perkotaan sehingga memiliki variasi dalam batas-batas lingkungannya. Angin yang menerpa GOR Bulungan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat III. MEODE PENELIIAN A. Waktu dan empat Penelitian dilakukan di Laboratorium Energi Surya Leuwikopo, serta Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen eknik Pertanian, Fakultas eknologi

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu perancangan,

3. BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu perancangan, 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Desember 2010. Kegiatan penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu perancangan, pembuatan,

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN ALAT PENGERING

BAB 3 PERANCANGAN ALAT PENGERING BAB 3 PERANCANGAN ALAT PENGERING Perancangan yang akan dilakukan meliputi penentuan dimensi atau ukuran ukuran utama dari alat pengering berdasarkan spesifikasi kopra yang akan dikeringkan. Alat pengering

Lebih terperinci

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT KAB/KOTA Waktu: 120 menit. Laju (m/s)

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT KAB/KOTA Waktu: 120 menit. Laju (m/s) SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT KAB/KOTA Waktu: 120 menit A. SOAL PILIHAN GANDA Petunjuk: Pilih satu jawaban yang paling benar. 1. Sebuah mobil bergerak lurus dengan laju ditunjukkan oleh grafik di samping.

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca

Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca JURNAL TEKNIK POMITS Vol.,, (03) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) B-30 Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca Indriyati Fanani Putri, Ridho Hantoro,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING Bambang Setyoko, Seno Darmanto, Rahmat Program Studi Diploma III Teknik Mesin Fakultas Teknik UNDIP Jl. Prof H. Sudharto, SH, Tembalang,

Lebih terperinci

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONVERSI RANGKAIAN PENGUKUR SUHU Rangkaian pengukur suhu ini keluarannya adalah tegangan sehingga dibutuhkan pengambilan data konversi untuk mengetahui bentuk persamaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi beberapa hal pokok mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi, dan sistematika penulisan yang digunakan.

Lebih terperinci

PEMBUATAN ALAT UKUR KONDUKTIVITAS PANAS BAHAN PADAT UNTUK MEDIA PRAKTEK PEMBELAJARAN KEILMUAN FISIKA

PEMBUATAN ALAT UKUR KONDUKTIVITAS PANAS BAHAN PADAT UNTUK MEDIA PRAKTEK PEMBELAJARAN KEILMUAN FISIKA Edu Physic Vol. 3, Tahun 2012 PEMBUATAN ALAT UKUR KONDUKTIVITAS PANAS BAHAN PADAT UNTUK MEDIA PRAKTEK PEMBELAJARAN KEILMUAN FISIKA Vandri Ahmad Isnaini, S.Si., M.Si Program Studi Pendidikan Fisika IAIN

Lebih terperinci

Rancang Bangun Kolekor Surya Tipe Parabolic Trough untuk Menguapkan Air Laut berbahan Stainless dan Tembaga dengan Luas Tangkapan Cahaya 1 M 2

Rancang Bangun Kolekor Surya Tipe Parabolic Trough untuk Menguapkan Air Laut berbahan Stainless dan Tembaga dengan Luas Tangkapan Cahaya 1 M 2 Rancang Bangun Kolekor Surya Tipe Parabolic Trough untuk Menguapkan Air Laut berbahan Stainless dan Tembaga dengan Luas Tangkapan Cahaya 1 M 2 Kusaeri 1, Tachli Supriyad 1, Setya Permana Sutisna 1, 1 Program

Lebih terperinci

Analisis Performa Kolektor Surya Pelat Bersirip Dengan Variasi Luasan Permukaan Sirip

Analisis Performa Kolektor Surya Pelat Bersirip Dengan Variasi Luasan Permukaan Sirip Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 4 No.2. Oktober 2010 (88-92) Analisis Performa Kolektor Surya Pelat Bersirip Dengan Variasi Luasan Permukaan Sirip Made Sucipta, I Made Suardamana, Ketut Astawa Jurusan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMANAS AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR TIPE TRAPEZOIDAL BERPENUTUP DUA LAPIS

TEKNOLOGI PEMANAS AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR TIPE TRAPEZOIDAL BERPENUTUP DUA LAPIS TEKNOLOGI PEMANAS AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR TIPE TRAPEZOIDAL BERPENUTUP DUA LAPIS Ayu Wardana 1, Maksi Ginting 2, Sugianto 2 1 Mahasiswa Program S1 Fisika 2 Dosen Bidang Energi Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK 112 MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK Dalam bidang pertanian dan perkebunan selain persiapan lahan dan

Lebih terperinci

Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas

Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas Azridjal Aziz Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Desain Sistem Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional Dengan Memanfaatkan Uap Es Kering

Desain Sistem Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional Dengan Memanfaatkan Uap Es Kering JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Desain Sistem Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional Dengan Memanfaatkan Uap Es Kering Alwi Asy ari Aziz, Alam Baheramsyah dan Beni Cahyono Jurusan

Lebih terperinci

AAS ( Atomic Absorption Spektrophotometry) Gambar 1. Alat AAS

AAS ( Atomic Absorption Spektrophotometry) Gambar 1. Alat AAS AAS ( Atomic Absorption Spektrophotometry) Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada

Lebih terperinci

HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL KELOMPOK II BRIGITA O.Y.W. 125100601111030 SOFYAN K. 125100601111029 RAVENDIE. 125100600111006 JATMIKO E.W. 125100601111006 RIYADHUL B 125100600111004

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS Tugas Akhir Yang Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik AHMAD QURTHUBI ASHSHIDDIEQY

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Soal Zat dan Kalor

Xpedia Fisika. Soal Zat dan Kalor Xpedia Fisika Soal Zat dan Kalor Doc. Name: XPPHY0399 Version: 2013-04 halaman 1 01. Jika 400 g air pada suhu 40 C dicampur dengan 100 g air pada 30 C, suhu akhir adalah... (A) 13 C (B) 26 C (C) 36 C (D)

Lebih terperinci

pendahuluan Materi ppt modul LKS evaluasi

pendahuluan Materi ppt modul LKS evaluasi pendahuluan Materi ppt modul LKS evaluasi Standar kompetensi : memahami wujud zat dan perubahannya Kompetensi dasar : Mendiskripsikan peran dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya

Lebih terperinci

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB Pendahuluan Dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak didapati penggunaan energi dalambentukkalor: Memasak makanan Ruang pemanas/pendingin Dll. TUJUAN INSTRUKSIONAL

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KEMIRINGAN KOLEKTOR SURYA SATU LALUAN TERHADAP WAKTU PROSES PENGERINGAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KEMIRINGAN KOLEKTOR SURYA SATU LALUAN TERHADAP WAKTU PROSES PENGERINGAN TUGAS AKHIR STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KEMIRINGAN KOLEKTOR SURYA SATU LALUAN TERHADAP WAKTU PROSES PENGERINGAN OLEH : ALDO NURSATRIA ( 2108 030 084 ) DOSEN PEMBIMBING : Ir.JOKO SARSETYANTO,MT PROGRAM

Lebih terperinci

9/17/ KALOR 1

9/17/ KALOR 1 9. KALOR 1 1 KALOR SEBAGAI TRANSFER ENERGI Satuan kalor adalah kalori (kal) Definisi kalori: Kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 gram air sebesar 1 derajat Celcius. Satuan yang lebih sering

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN DESAIN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI

BAB V PENGEMBANGAN DESAIN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI BAB V PENGEMBANGAN DESAIN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI 5.1. Pengembangan Desain Mengingat pengembangan sistem prefabrikasi ini ditujukan untuk pembangunan rumah secara massal, sistem ini akan lebih menguntungkan

Lebih terperinci

A. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

A. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN A. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Pemberitahuan Pelaksanaan IbM kepada Mitra Pelaksanaan kegiatan ipteks IbM Kelompok Tani Kopi Pemanfaatan Energi Surya dan Limbah Biomassa untuk Pengeringan dimulai setelah

Lebih terperinci

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan TINJAUAN PUSTAKA A. Pengeringan Tipe Efek Rumah Kaca (ERK) Pengeringan merupakan salah satu proses pasca panen yang umum dilakukan pada berbagai produk pertanian yang ditujukan untuk menurunkan kadar air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses pengolahan simplisia di Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar I-1

BAB I PENDAHULUAN. Proses pengolahan simplisia di Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar I-1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menguraikan beberapa hal pokok mengenai penelitian ini, yaitu latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Perubahan Rasio Hutan Sebelum membahas hasil simulasi model REMO, dilakukan analisis perubahan rasio hutan pada masing-masing simulasi yang dibuat. Dalam model

Lebih terperinci

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI Standar Nasional Indonesia Papan partikel ICS 79.060.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Klasifikasi...

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Suhu Udara Hasil pengukuran suhu udara di dalam rumah tanaman pada beberapa titik dapat dilihat pada Gambar 6. Grafik suhu udara di dalam rumah tanaman menyerupai bentuk parabola

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN / KOMUNITAS Bahan kayu yang digunakan pada laci berhubungan dengan tataran lingkungan karena ramah lingkungan. Kayu yang digunakan merupakan kayu olahan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENGERINGAN COKLAT DENGAN MESIN PENGERING ENERGI SURYA METODE PENGERINGAN THIN LAYER

KARAKTERISTIK PENGERINGAN COKLAT DENGAN MESIN PENGERING ENERGI SURYA METODE PENGERINGAN THIN LAYER KARAKTERISTIK PENGERINGAN COKLAT DENGAN MESIN PENGERING ENERGI SURYA METODE PENGERINGAN THIN LAYER SKRIPSI Skripsi yang Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Oleh : DAVID TAMBUNAN

Lebih terperinci

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi Besarnya radiasi yang diserap atau dipantulkan, baik oleh permukaan bumi atau awan berubah-ubah tergantung pada ketebalan awan, kandungan uap air, atau jumlah partikel debu Radiasi datang (100%) Radiasi

Lebih terperinci

BAB III METOLOGI PENELITIAN

BAB III METOLOGI PENELITIAN BAB III METOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Metode yang digunakan adalah untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara tepat. Skripsi ini menggunakan

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur Disusun oleh : Yudi Leo Kristianto (0951010014) Dosen : JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan 4.1.1 Gambar Rakitan (Assembly) Dari perancangan yang dilakukan dengan menggunakan software Autodesk Inventor 2016, didapat sebuah prototipe alat praktikum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2016 sampai dengan bulan Desember 2016. Kegiatan penelitian ini mencakup perancangan dan pembuatan alat,

Lebih terperinci

Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap

Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CakraM Vol. 4 No.1. April 2010 (7-15) Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap I Gst.Ketut Sukadana, Made Sucipta & I Made Dhanu

Lebih terperinci

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH BUKAAN CEROBONG PADA OVEN TERHADAP KECEPATAN PENGERINGAN KERUPUK RENGGINANG

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH BUKAAN CEROBONG PADA OVEN TERHADAP KECEPATAN PENGERINGAN KERUPUK RENGGINANG UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH BUKAAN CEROBONG PADA OVEN TERHADAP KECEPATAN PENGERINGAN KERUPUK RENGGINANG DIAN HIDAYATI NRP 2110 030 037 Dosen Pembimbing Ir. Joko Sarsetyanto, MT PROGRAM STUDI DIPLOMA III

Lebih terperinci

PENGAWETAN KAYU. Eko Sri Haryanto, M.Sn

PENGAWETAN KAYU. Eko Sri Haryanto, M.Sn PENGAWETAN KAYU Eko Sri Haryanto, M.Sn PENGERTIAN Pengeringan kayu adalah suatu proses pengeluaran air dari dalam kayu hingga mencapai kadar air yang seimbang dengan lingkungan dimana kayu akan digunakan

Lebih terperinci

b. Komponen D2 Berat komponen adalah 19,68 kg Gambar 65. Komponen D1 Gambar 66. Komponen D2

b. Komponen D2 Berat komponen adalah 19,68 kg Gambar 65. Komponen D1 Gambar 66. Komponen D2 1. Varian I Varian I memiliki tiga buah komponen yaitu komponen D1 yang berfungsi sebagai dinding utama, komponen D2, komponen D3 dan komponen D4. Varian I dikembangkan dalam modul 70 x 60 cm. a. Komponen

Lebih terperinci

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA Tujuan Instruksional Khusus Mmahasiswa mampu melakukan perhitungan dan analisis pengkondisian udara. Cakupan dari pokok bahasan ini adalah prinsip pengkondisian udara, penggunaan

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN FISIKA BAB V PERPINDAHAN KALOR Prof. Dr. Susilo, M.S KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

PEMILIHAN BAHAN BAKAR DALAM PEMBUATAN DAPUR CRUCIBLE UNTUK PELEBURAN ALUMINIUM BERKAPASITAS 50KG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BATU BARA

PEMILIHAN BAHAN BAKAR DALAM PEMBUATAN DAPUR CRUCIBLE UNTUK PELEBURAN ALUMINIUM BERKAPASITAS 50KG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BATU BARA PEMILIHAN BAHAN BAKAR DALAM PEMBUATAN DAPUR CRUCIBLE UNTUK PELEBURAN ALUMINIUM BERKAPASITAS 50KG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BATU BARA SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

PENENTUAN KONSEP PERANCANGAN ALAT PENGERING SIMPLISIA JAHE MENGGUNAKAN SUMBER PANAS SINAR MATAHARI DENGAN BACKUP PANAS KOMPOR BIOMASSA

PENENTUAN KONSEP PERANCANGAN ALAT PENGERING SIMPLISIA JAHE MENGGUNAKAN SUMBER PANAS SINAR MATAHARI DENGAN BACKUP PANAS KOMPOR BIOMASSA PENENTUAN KONSEP PERANCANGAN ALAT PENGERING SIMPLISIA JAHE MENGGUNAKAN SUMBER PANAS SINAR MATAHARI DENGAN BACKUP PANAS KOMPOR BIOMASSA Ereika Ari Agassi, Retno Wulan Damayanti* ), Sukmaji Indro Cahyono

Lebih terperinci

V. HASIL UJI UNJUK KERJA

V. HASIL UJI UNJUK KERJA V. HASIL UJI UNJUK KERJA A. KAPASITAS ALAT PEMBAKAR SAMPAH (INCINERATOR) Pada uji unjuk kerja dilakukan 4 percobaan untuk melihat kinerja dari alat pembakar sampah yang telah didesain. Dalam percobaan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA

BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA 3.1 Proses Perpindahan Kalor 3.1.1 Sumber Kalor Untuk melakukan perpindahan kalor dengan metode uap dan air diperlukan sumber destilasi untuk mendidihkan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki 1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai 11 15 LS sehingga memiliki iklim tropis lembab basah dengan ciri khas: curah hujan yang tinggi namun penguapan rendah, suhu

Lebih terperinci

Kata kunci : pemanasan global, bahan dan warna atap, insulasi atap, plafon ruangan, kenyamanan

Kata kunci : pemanasan global, bahan dan warna atap, insulasi atap, plafon ruangan, kenyamanan Variasi bahan dan warna atap bangunan untuk Menurunkan Temperatur Ruangan akibat Pemanasan Global Nasrul Ilminnafik 1, a *, Digdo L.S. 2,b, Hary Sutjahjono 3,c, Ade Ansyori M.M. 4,d dan Erfani M 5,e 1,2,3,4,5

Lebih terperinci