KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi DKI Jakarta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi DKI Jakarta"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi DKI Jakarta Agustus 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta

2 Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil. Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional. 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional. 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU. Nilai-Nilai Strategis Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Trust and Integrity, Professionalism, Excellence, Public Interest, Coordination and Teamwork. Visi Menjadi kantor perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. Misi Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan. i

3 Halaman ini sengaja dikosongkan

4 Kata Pengantar Kami memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi DKI Jakarta edisi Agustus 2017 ini dapat diselesaikan dengan baik. Buku ini merupakan terbitan rutin triwulanan, yang pada edisi ini menganalisis dan mengevaluasi kondisi perekonomian DKI Jakarta khususnya pada triwulan II 2017 serta asesmen prospek ekonomi untuk triwulan berjalan serta keseluruhan tahun 2017, berdasarkan realisasi data hingga bulan Agustus Secara ringkas, perkembangan ekonomi DKI Jakarta hingga triwulan II 2017 mengindikasikan berlanjutnya fase peningkatan pertumbuhan ekonomi ke depan, yang terlihat pada terus meningkatnya pertumbuhan investasi dan tetap tingginya pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Namun, adanya pergeseran belanja pemerintah dan berkurangnya aktivitas ekspor impor barang terkait libur panjang menyebabkan ekonomi pada triwulan II 2017 melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Inflasi DKI Jakarta pada triwulan II 2017 masih tetap terkendali, yang didukung oleh terjaganya pasokan pangan, khususnya pada bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada berbagai pihak, seperti BPS DKI Jakarta, SKPD Provinsi DKI Jakarta, narasumber yang kami undang dalam Focus Group Discussion serta pihak-pihak lainnya, atas perolehan data dan informasi yang digunakan dalam penyusunan buku ini. Harapan kami, kajian ini dapat menjadi sumber referensi bagi para pemangku kepentingan dan pemerhati ekonomi Jakarta serta dapat memberikan manfaat bagi pembangunan ekonomi Provinsi DKI Jakarta. Masukan dan saran dari berbagai pihak juga kami harapkan untuk dapat meningkatkan kualitas kajian buku KEKR ini. Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-nya dan melindungi kita dalam berkarya. Jakarta, Agustus 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI DKI JAKARTA ttd. Doni P. Joewono Kepala Perwakilan iii

5 Halaman ini sengaja dikosongkan

6 Daftar Isi KATA PENGANTAR DAFTAR ISI RINGKASAN UMUM TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH halaman halaman halaman halaman iii v vii xi BAB I. PEREKONOMIAN GLOBAL DAN NASIONAL halaman 1 A. Perekonomian Global halaman 1 B. Perekonomian Nasional halaman 3 C. Bauran Kebijakan halaman 11 BAB II. EKONOMI MAKRO REGIONAL halaman 13 A. Komponen Permintaan halaman 14 B. Komponen Penawaran (Lapangan Usaha) halaman 26 Boks 1 Melambatnya Konsumsi dan Perdagangan Ritel di Jakarta halaman 35 BAB III. KEUANGAN PEMERINTAH halaman 41 A. Pendapatan Daerah halaman 41 B. Belanja Daerah halaman 45 C. Pembiayaan halaman 47 BAB IV. INFLASI halaman 51 A. Perkembangan dan Program Pengendalian Inflasi Triwulan I 2017 halaman 51 B. Perkembangan Disagregasi Inflasi Triwulan I 2017 halaman 55 C. Tracking Inflasi Triwulan II 2017 halaman 60 D. Program Pengendalian Inflasi Triwulan II 2017 halaman 63 Boks 2 Pemanfaatan Teknologi Controlled Atmosphere Storage (CAS) dalam Pengendalian Inflasi DKI Jakarta halaman 67 BAB V. STABILITAS KEUANGAN DAERAH SERTA PENGEMBANGAN KEUANGAN DAN UMKM halaman 71 A. Perkembangan Kinerja Perbankan halaman 72 B. Stabilitas Keuangan Daerah halaman 79 C. Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM halaman 96 BAB VI. SISTEM PEMBAYARAN halaman 103 A. Pengelolaan Uang halaman 103 B. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran halaman 106 BAB VII. KESEJAHTERAAN halaman 109 A. Tingkat Kemiskinan halaman 109 B. Perkembangan Indeks Rasio Gini halaman 115 BAB VIII. PROSPEK PEREKONOMIAN A. Prospek Perekonomian Global dan Nasional B. Prospek Perekonomian DKI Jakarta halaman halaman halaman v

7 Halaman ini sengaja dikosongkan

8 Ringkasan Umum Memasuki pertengahan tahun 2017, perkembangan ekonomi DKI Jakarta mengindikasikan berlanjutnya fase peningkatan pertumbuhan ekonomi ke depan. Indikasi berlanjutnya fase peningkatan pertumbuhan ekonomi terlihat pada terus meningkatnya pertumbuhan investasi dan tetap tingginya pertumbuhan konsumsi rumah tangga, yang didukung dengan tetap terjaganya tingkat keyakinan masyarakat. Perkembangan ekonomi yang juga diiringi dengan terkendalinya inflasi di ibukota diharapkan dapat terus mendukung momentum pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta. Untuk turut mendukung momentum pemulihan ekonomi tersebut secara nasional, dan dengan tetap mengutamakan kestabilan makroekonomi dan sistem keuangan, Bank Indonesia pada Agustus 2017 menurunkan tingkat suku bunga BI 7-day Reverse Repo Rate. Kebijakan tersebut konsisten dengan adanya ruang pelonggaran kebijakan moneter dengan rendahnya realisasi dan prakiraan inflasi tahun 2017 dan 2018 di dalam kisaran sasaran, sehingga dapat terus mendukung momentum pertumbuhan ekonomi. Berbagai hal ini diharapkan dapat semakin mendorong optimisme masyarakat sehingga perekonomian nasional, khususnya DKI Jakarta, dapat terus menguat dan semakin berkualitas. Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada triwulan II 2017 tetap tumbuh positif, sebesar 5,96% (yoy). Realisasi pertumbuhan tersebut relatif melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 6,45% (yoy), yang lebih disebabkan oleh adanya pergeseran belanja pemerintah dan berkurangnya aktivitas ekspor impor barang terkait libur panjang, di samping masih terbatasnya dampak peningkatan perdagangan dunia pada ekspor Indonesia. Pergeseran belanja pemerintah, terutama Kementerian/Lembaga yang berkantor di ibukota, pada pembayaran gaji dan tunjangan ke-13 Pegawai Negeri Sipil (PNS) dari sebelumnya pada bulan Juni menjadi bulan Juli 2017 merupakan faktor utama turunnya kinerja belanja pemerintah pada triwulan II Sementara pada sisi perdagangan luar negeri, pelarangan kendaraan angkutan barang untuk melintas selama masa libur Lebaran 2017 berkontribusi pada rendahnya aktivitas ekspor dan impor Jakarta. Namun demikian, investasi tetap tumbuh solid, yang didorong oleh berbagai pembangunan konstruksi di DKI Jakarta. Pada perkembangan harga, tekanan inflasi di ibukota pada triwulan II 2017 tetap terkendali, di tengah siklus musiman bulan Ramadhan dan hari Idul Fitri. Hal tersebut ditunjukkan dengan capaian inflasi sebesar 3,94% (yoy), yang lebih rendah dibandingkan inflasi rata-rata tiga tahun sebelumnya di kisaran 6,11% (yoy). Terjaganya inflasi di DKI Jakarta dipengaruhi oleh harga pangan yang secara umum terkendali, di tengah meningkatnya permintaan pada masa Ramadhan dan hari Idul Fitri. Semakin efektifnya program pengendalian harga oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) DKI Jakarta, berbagai kebijakan pemerintah yang tidak mendorong inflasi, serta komunikasi yang baik dan masif kepada masyarakat untuk menjaga ekspektasi inflasi menjadi faktor utama yang mendukung terkendalinya tingkat harga di DKI Jakarta pada triwulan II Dari sisi kesejahteraan, pertumbuhan positif ekonomi DKI Jakarta belum berdampak pada tingkat kemiskinan, yang tercatat kembali meningkat pada Maret Hal tersebut karena pertumbuhan ekonomi Jakarta lebih didorong oleh golongan menengah atas, sehingga kemiskinan tetap meningkat di tengah tren perbaikan pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini tercermin pula pada semakin melebarnya ketimpangan pendapatan, melalui rasio gini yang meningkat, setelah beberapa periode vii

9 menunjukkan tren yang menurun. Lebih lanjut, meningkatnya kemiskinan juga disebabkan oleh terbatasnya kemampuan sektor formal dalam menyerap tenaga kerja, yang tercermin pada penyerapan tenaga kerja sektor informal yang lebih tinggi dibandingkan penyerapan pada sektor formal. Namun, kompensasi yang diberikan oleh sektor informal tidak sebanding dengan meningkatnya harga-harga komoditas pokok yang dikonsumsi masyarakat kelas bawah, sehingga berdampak pada bertambahnya tingkat kemiskinan. Mengiringi perkembangan perekonomian Jakarta tersebut, kondisi stabilitas sistem keuangan DKI Jakarta pada triwulan II 2017 masih terjaga, yang didukung oleh kinerja positif pada sektor perbankan. Kinerja sektor korporasi dan sektor rumah tangga juga relatif cukup baik. Kinerja korporasi menunjukkan peningkatan yang didukung oleh pertumbuhan sektor-sektor utama Jakarta, dan terindikasi dari membaiknya indikator rasio keuangan utama. Di sisi lain, resiliensi sektor rumah tangga juga masih relatif cukup baik yang tercermin melalui membaiknya tingkat ekspektasi dan keyakinan rumah tangga terhadap kondisi perekonomian. Pada sisi sistem pembayaran, efek musiman bulan puasa dan Idul Fitri pada triwulan II 2017 berdampak pada aktivitas transaksi keuangan masyarakat, terutama transaksi secara tunai. Respons yang searah dari transaksi tunai terhadap kondisi tersebut tercermin pada net outflow aliran uang tunai pada triwulan laporan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu, melambatnya konsumsi rumah tangga secara keseluruhan terindikasi pada perkembangan transaksi nontunai, melalui perlambatan pada transaksi yang menggunakan sistem kliring nasional (SKN-BI). Untuk prospek ekonomi, pantauan terhadap berbagai faktor baik kondisi ekonomi global maupun nasional mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada tahun 2017 akan meningkat dibandingkan dengan tahun 2016, meskipun sedikit lebih rendah dari proyeksi pada triwulan sebelumnya. Faktor pendorong pertumbuhan masih akan bersumber dari konsumsi masyarakat, seiring dengan membaiknya investasi, khususnya melalui pembangunan infrastruktur oleh pemerintah. Harga komoditas global yang diperkirakan tetap stabil akan turut memberikan kontribusi positif melalui peningkatan perdagangan antardaerah neto dari Jakarta kepada daerahdaerah penghasil komoditas. Di sisi harga, tekanan inflasi pada tahun 2017 diperkirakan tetap terkendali dan mendukung pencapaian sasaran inflasi nasional tahun Dampak kebijakan penyesuaian subsidi listrik untuk golongan 900 VA tidak setinggi perkiraan semula, karena jumlah kelompok pelanggan tersebut tidak terlalu banyak di Jakarta. Kendati demikian, penguatan koordinasi Bank Indonesia dan Pemerintah Provinsi DKI dalam menentukan langkah-langkah strategis pengendalian inflasi, antara lain melalui pengendalian harga pangan di Ibukota akan terus ditingkatkan, sehingga sasaran inflasi nasional tahun 2017 sebesar 4% ± 1% akan dapat dicapai. viii

10 Halaman ini sengaja dikosongkan ix

11 Halaman ini sengaja dikosongkan x

12 Ekonomi Makro Regional Tabel Indikator Terpilih Total Total I II III IV Total I II Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)* Berdasarkan Lapangan Usaha: 1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa keuangan dan Asuransi Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa Lainnya Berdasarkan Permintaan: 1 Konsumsi a. Pengeluran Konsumsi Rumah Tangga b. Pengeluaran Konsumsi LNPRT c. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah PMTB Perubahan Inventori Ekspor Barang dan Jasa Impor Barang dan Jasa Net Ekspor Antar Daerah Ekspor - Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) 11,529 11,454 2,550 3,050 2,786 4,138 12,524 2,207 2,142 - Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) 2,950 3, , Impor - Nilai Impor Non Migas (USD Juta) 56,039 46,350 11,245 11,948 11,212 12,597 47,002 12,724 12,692 - Volume Impor Non Migas (ribu ton) 22,514 26,289 7,574 7,563 6,540 7,666 29,343 7,123 7,378 Indeks Harga Konsumen Laju Inflasi Tahunan (%, yoy) Perbankan Dana Pihak Ketiga (Rp Triliun) 2,067 2,179 2,258 2,282 2,302 2,473 2,473 2,504 2,538 Kredit (Rp Triliun) 1,206 1,338 1,295 1,358 1,356 1,439 1,439 1,429 1,472 - Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit UMKM (Rp Triliun) Loan to Deposit Ratio (%) NPL Gross (%) Sistem Pembayaran Transaksi Kliring (Rp Triliun) Indikator - Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Triliun) Rata-rata Harian Volume Transaksi (ribu) Sumber: BPS, BI xi

13 Halaman ini sengaja dikosongkan

14 PEREKONOMIAN GLOBAL & NASIONAL Bab 1 Perekonomian global pada awal tahun 2017 terus bergerak menuju arah perbaikan, disertai dengan terjadinya pergeseran sumber-sumber pertumbuhan. Perbaikan ekonomi dunia antara lain ditopang oleh membaiknya ekonomi Tiongkok dan Eropa. Sementara itu, perekonomian AS diperkirakan tumbuh lebih rendah sejalan dengan konsumsi yang melemah dan investasi yang tertahan oleh prospek penurunan harga minyak. Di sisi lain, harga komoditas global masih tetap tinggi, berpotensi bias ke bawah. Pada perkembangan nasional, perekonomian Indonesia tumbuh stabil pada triwulan II 2017, yang didukung oleh meningkatnya kinerja investasi. Di sisi harga, inflasi pada triwulan II 2017 terkendali di tengah meningkatnya permintaan seiring masuknya periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), dengan kisaran angka yang tetap mendukung pencapaian sasaran inflasi Kondisi ini mencerminkan kondisi stabilitas makroekonomi yang tetap terjaga, yang juga didukung oleh defisit transaksi berjalan yang menurun, dan nilai tukar rupiah yang bergerak menguat. Di sisi lain, stabilitas sistem keuangan tetap solid, yang ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan terjaganya kinerja pasar keuangan. A. Perekonomian Global Ekspansi perekonomian dunia terus berlanjut disertai dengan terjadinya pergeseran sumber-sumber pertumbuhan. Di satu sisi, perekonomian Tiongkok tumbuh lebih baik ditopang oleh konsumsi yang solid dan ekspor yang meningkat. Di Eropa, pertumbuhan ekonomi juga diperkirakan lebih baik seiring dengan peningkatan aktivitas konsumsi dan kinerja ekspor yang meningkat. Di sisi lain, perekonomian AS diperkirakan tumbuh lebih rendah sejalan dengan konsumsi yang melemah dan investasi yang tertahan oleh prospek penurunan harga minyak. Perkembangan ekonomi global tersebut berpotensi mendorong peningkatan volume perdagangan dunia dan masih tetap tingginya harga komoditas global. Sementara itu, kenaikan FFR diperkirakan akan terjadi satu kali pada akhir tahun 2017 dan normalisasi 1

15 neraca bank sentral AS diperkirakan akan diumumkan pada September Perekonomian Tiongkok diperkirakan tumbuh lebih baik ditopang oleh konsumsi yang solid dan ekspor yang meningkat. Sumber penopang konsumsi di antaranya adalah pertumbuhan kredit rumah tangga yang masih meningkat, peningkatan upah riil yang positif, dan tren penguatan pada indikator dini (employment PMI dan tingkat keyakinan konsumen). Selain itu, ekspor pada triwulan II tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, yang didorong oleh permintaan global khususnya AS, Eropa, dan Jepang. Ekspor yang tumbuh lebih tinggi sementara impor melambat menyebabkan surplus neraca perdagangan masih tinggi, meskipun pada triwulan II 2017 sedikit mengalami penurunan. Di Eropa, pertumbuhan ekonomi diperkirakan lebih baik seiring dnegan peningkatan aktivitas konsumsi dan kinerja ekspor. Peningkatan aktivitas konsumsi tercermin dari penjualan ritel dan kredit rumah tangga (RT) yang membaik meski terbatas. Peningkatan aktivitas konsumsi diperkirakan berlanjut paling tidak hingga awal triwulan III Hal ini terindikasi dari market retail PMI yang kembali bertahan pada level ekspansi dalam 3 bulan terakhir. Lebih baiknya pertumbuhan ekonomi Eropa juga didukung oleh meningkatnya kinerja ekspor seiring dengan berlanjutnya pemulihan ekonomi global. Di sisi lain, perekonomian AS diperkiakan tumbuh lebih rendah sejalan dengan konsumsi yang melemah dan investasi yang tertahan oleh prospek penurunan harga minyak. Melemahnya konsumsi tercermin dari pertumbuhan pengeluaran konsumsi personal yang menurun menjadi 2,6% (yoy) pada triwulan II 2017, dari 2,9% (yoy) pada triwulan sebelumnya. sementara itu, investasi AS pada triwulan II 2017 tertahan, yang dicerminkan oleh pertumbuhan sebesar 3,4% (yoy) atau hanya sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,2% (yoy). Tertahannya pertumbuhan investasi tersebut terutama disebabkan moderasi investasi nonresidensial seiring dengan harga minyak yang diperkirakan menurun. Ke depan, pertumbuhan investasi (terutama nonresidensial) diperkirakan terbatas sejalan dengan prospek harga minyak. 2

16 Sementara itu, harga komoditas global diperkirakan juga masih tetap tinggi, meskipun berpotensi bias ke bawah. Perkiraan harga komoditas global yang masih tetap tinggi ditopang oleh tingginya harga batubara hingga triwulan III Tingginya harga batubara tersebut didorong oleh permintaan Tiongkok yang bersifat siklikal seiring dengan musim panas dan kebutuhan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) akibat gangguan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Ke depan, permintaan batubara diperkirakan menurun seiring hilangnya faktor siklikal dan pergeseran ke sumber energi lain. Selain itu, harga minyak sawit diperkirakan menurun seiring meningkatnya produksi di tengah melambatnya permintaan. B. Perekonomian Nasional Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2017 tercatat 5,01% (yoy), sama dengan triwulan I 2017, namun lebih rendah dari periode yang sama pada 2016 sebesar 5,18% (yoy). Pertumbuhan ekonomi tersebut didukung oleh meningkatnya kinerja investasi, khususnya investasi bangunan sejalan dengan akselerasi belanja infrastruktur pemerintah (Tabel 1.1). Di sisi lain, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tetap solid meskipun sedikit termoderasi, sementara konsumsi Pemerintah mengalami kontraksi seiring dengan adanya pergeseran pengeluaran. Dari sisi eksternal, kinerja ekspor melambat terutama dipengaruhi penurunan pertumbuhan volume ekspor produk manufaktur sejalan dengan belum kuatnya pemulihan ekonomi dunia. Tabel 1.1 Tabel Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran (% yoy) Komponen Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi LNPRT Konsumsi Pemerintah Investasi Investasi Bangunan Investasi Nonbangunan Ekspor Impor Pertumbuhan Domestik Bruto Sumber: Badan Pusat Statistik I II III IV Total I II III IV Total I 2017 II Kinerja investasi bangunan yang cukup kuat menopang peningkatan investasi pada triwulan II Pertumbuhan investasi pada triwulan II 2017 tercatat sebesar 5,35% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 4,78% (yoy). Perbaikan kinerja investasi utamanya 3

17 bersumber dari investasi bangunan yang tumbuh 6,07% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,87% (yoy), sejalan dengan berlanjutnya proyek infrastruktur yang dikerjakan oleh Pemerintah dan pihak swasta, termasuk BUMN. Di sisi lain, investasi nonbangunan menunjukkan kinerja yang membaik didorong oleh pertumbuhan dari Cultivated Biological Resources (CBR) dan Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Namun, pertumbuhan investasi nonbangunan tanpa CBR dan HAKI cenderung melemah sejalan dengan kontraksi pertumbuhan mesin dan perlengkapan yang tercermin pada turunnya impor mesin dan peralatan serta impor barang modal bukan kendaraan. Sementara itu, kinerja investasi nonbangunan berupa kendaraan masih tumbuh tinggi meskipun sedikit termoderasi. Selain itu, impor alat angkut dan perlengkapan meningkat. Konsumsi rumah tangga (RT) tumbuh lebih stabil dengan dukungan faktor lebaran dan inflasi yang terjaga, namun sedikit lebih rendah dari proyeksi semula. Konsumsi RT pada triwulan II 2017 tumbuh 4,95% (yoy) relatif stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya ditopang pengeluaran terkait makanan & minuman, transportasi & komunikasi, serta restoran dan hotel. Sementara itu, realisasi inflasi yang terendah dalam periode Lebaran 3 tahun terakhir turut mendukung terjaganya konsumsi. Selain itu, kinerja konsumsi rumah tangga yang terjaga sejalan dengan keyakinan konsumen yang tetap positif. Meskipun konsumsi tetap kuat, RT terindikasi menahan pembelian barang-barang durable yang lebih merupakan kebutuhan tersier. Sementara itu, konsumsi Pemerintah pada triwulan II 2017 terkontraksi terkait dengan adanya pergeseran pengeluaran. Konsumsi pemerintah tercatat turun (-1,93% yoy) pada triwulan II 2017, setelah tumbuh cukup kuat pada triwulan sebelumnya (2,68% yoy). Terbatasnya konsumsi pemerintah tersebut terutama bersumber dari realisasi pengeluaran pemerintah pusat yang tumbuh 1,3% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya maupun periode yang sama pada tahun Realisasi belanja pegawai dan barang mengalami kontraksi pertumbuhan terkait pergeseran pengeluaran ke triwulan III Demikian pula, transfer ke daerah tercatat rendah disebabkan oleh realisasi DAK Fisik yang turun. Dari sisi eksternal, pertumbuhan ekspor melambat sejalan dengan ekspor manufaktur yang mengalami tekanan dipengaruhi oleh belum kuatnya 4

18 pemulihan ekonomi negara maju. Pertumbuhan ekspor pada triwulan II 2017 sebesar 3,36% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 8,21% (yoy). Kinerja ekspor terutama ditopang oleh tetap positifnya pertumbuhan ekspor nonmigas, di tengah kontraksi ekspor migas. Namun, ekspor nonmigas mengalami penurunan disebabkan oleh pelemahan ekspor manufaktur di tengah masih positifnya kinerja ekspor pertanian. Ekspor manufaktur kembali terkontraksi sejalan dengan belum kuatnya pemulihan ekonomi negara maju khususnya AS. Sementara itu, harga komoditas primer tercatat tetap tinggi, antara lain harga komoditas batubara yang didorong oleh peningkatan permintaan dari Tiongkok. Selain itu, kinerja komoditas primer juga didukung oleh minyak nabati (CPO) meskipun sempat mengalami koreksi harga yang bersifat temporer terkait pasokan yang berlimpah dari Malaysia. Sebagai respons dari pelemahan ekspor dan permintaan domestik, impor juga tumbuh melambat. Pertumbuhan impor pada triwulan II 2017 hanya sebesar 0,55% (yoy) setelah tumbuh 5,12% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Pelemahan tersebut terutama didorong oleh penurunan impor migas. Sementara itu, perlambatan impor nonmigas terutama didorong oleh koreksi pertumbuhan impor bahan baku dan barang modal. Dari sisi sektoral, kinerja Lapangan Usaha (LU) transportasi dan komunikasi dan konstruksi yang membaik menopang pertumbuhan ekonomi pada triwulan II LU transportasi dan komunikasi tumbuh meningkat didorong oleh tingginya permintaan terkait faktor musiman Lebaran dan hari libur (Tabel 1.2). Aktifitas Lebaran dan hari libur juga mendorong kinerja LU Perdagangan dan Penyediaan Akomodasi dan Mamin, khususnya untuk Hotel dan Restoran. Namun, moderasi konsumsi rumah tangga berpengaruh terhadap terbatasnya pertumbuhan sublapangan usaha perdagangan. Sementara itu, LU konstruksi terus melanjutkan tren peningkatan pertumbuhan sejalan dengan kuatnya investasi bangunan oleh Pemerintah dan swasta. Kinerja LU manufaktur terbatas sejalan dengan pelemahan ekspor barang manufaktur. Sebaliknya, harga komoditas yang tetap tinggi menopang kinerja LU pertambangan yang kembali tumbuh positif setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi. 5

19 Tabel 1.2 Tabel Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha (% yoy) Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, Air Bersih, dan Pengadaan Air* Konstruksi Perdagangan dan Penyediaan Akomodasi dan Mamin** Transportasi, Pergudangan, Informasi dan Komunikasi*** Jasa Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan**** Jasa-jasa Lainnya***** Pertumbuhan Domestik Bruto *) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Pengadaan Listrik dan Gas dan (ii) Pengadaan Air **) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor serta (ii) Penyediaan Akomodasi dan Mamin ***) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Transportasi dan Pergudangan serta (ii) Informasi dan Komunikasi ****) Penggabungan 3 lap. usaha: (i) Jasa Keuangan, (ii) Real Estate dan (iii) Jasa Perusahaan *****) Penggabungan 4 lap. usaha: (i) Adm. Pemerintahan, Pertahanan, Jaminan Sosial Wajib, (ii) Jasa Pendidikan, (iii) Jasa Kesehatan dan (iv) Jasa Lainnya Sumber: Badan Pusat Statistik Komponen I II III IV Total 2017 I II III IV Total I II Secara spasial, berbagai daerah di Indonesia mencatatkan arah pertumbuhan yang beragam pada triwulan II Perekonomian Sumatera, Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua berhasil tumbuh stabil dan lebih baik dibandingkan triwulan I Sementara perekonomian Jawa, Sulawesi, dan Kalimantan justru tumbuh melambat (Gambar 1.1). Ekonomi Jawa tumbuh melambat 5,41% lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,68% disebabkan penurunan kinerja ekspor dan konsumsi pemerintah ditengah konsumsi RT yang tetap solid. Perekonomian Kalimantan dan Sulawesi masing-masing tumbuh melambat 4,44% (yoy) dan 6,49% (yoy) pada triwulan II 2017 dari triwulan sebelumnya 4,94% (yoy) dan 6,84% (yoy). Selain konsumsi pemerintah yang terbatas di kedua wilayah tersebut, kinerja ekspor juga tumbuh melambat seiring melemahnya harga komoditas seperti batubara (Kalimantan) dan CNO (Sulawesi). Sementara itu, ekonomi Sumatera tumbuh stabil 4,09% (yoy) ditopang oleh konsumsi RT yang tetap kuat. Di sisi lain, kinerja ekspor mineral dan jasa di wilayah Balinusra dan ekspor Nikel di wilayah Maluku Papua (Mapua) yang meningkat menopang pertumbuhan ekonomi. 6,00 5,50 5,00 ACEH 4,01 SUMUT I'17 II'17 5,09 RIAU 2,41 SUMBAR 5,32 JAMBI 4,29 BENGKULU 5,04 Jawa (58,5%) 5,57 5,47 5,59 5,68 5, I'17 II'17 Sumatera (22%) 4,60 3,53 4,29 4,09 4,09 SUMSEL 5,24 KEP. RIAU 1,04 LAMPUNG 5,03 KEP. BABEL 5,36 DKI 5,96 BANTEN 5,52 JABAR 5,29 3,37 Kalimantan Sulawesi (6%) (7,9%) 6,87 8,19 7,42 6,84 6,49 1,37 2,01 KALBAR 4,92 JATENG 5,18 JATIM 5,03 DIY 5,17 4,94 4, I'17 II'17 KALTENG 6,12 KALSEL 5,15 BALI 5,87 KALTARA 6,44 6,17 KALTIM 3,58 SULBAR 4,78 NTB -1, I'17 II'17 SULSEL 6,63 SULTENG 6,61 GORONTALO 6,64 NTT 5,01 SULTRA 7,03 SULUT 5,80 Mapua (2,5%) 4,54 6,35 7,45 4,04 4, I'17 II'17 MALUT 6,96 MALUKU 5,68 PAPBAR 2,01 Bali Nusra (3,1%) 5,90 10,45 5,89 2,49 3, I'17 II'17 5,01 NASIONAL 4,88 5,02 5,01 5, I'17 II'17 PAPUA 4,91 Sumber BPS (diolah) PDRB 7,0% 6,0% PDRB < 7,0% 5,0% PDRB < 6,0% 4,0% PDRB < 5,0% 0% PDRB < 4,0% PDRB < 0% Gambar 1.1 Peta Pertumbuhan Ekonomi Daerah Triwulan II-2017 (% yoy) 6

20 Dari sisi harga, inflasi pada triwulan II 2017 terkendali di tengah meningkatnya permintaan seiring masuknya periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN). Sepanjang periode triwulan II 2017, kenaikan tekanan inflasi terutama terjadi pada bulan Juni 2017 yakni sebesar 0,69% (mtm). Meski demikian, tekanan inflasi di bulan Juni tersebut lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata inflasi periode puasa dan lebaran dalam tiga tahun terakhir yakni sebesar 0,85% (mtm). Perkembangan inflasi yang terkendali ini tidak terlepas dari kontribusi positif berbagai kebijakan yang ditempuh Pemerintah dan koordinasi yang kuat dengan Bank Indonesia dalam menghadapi lebaran. Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK hingga Juni 2017 secara kumulatif tercatat 2,38% (ytd) atau secara tahunan mencapai 4,37% (yoy). Memasuki awal triwulan III 2017, inflasi IHK tetap terkendali dan berada pada level yang lebih rendah dari perkiraan semula. Pada Juli 2017, inflasi IHK tercatat 0,22% (mtm) dibawah rata-rata realisasi inflasi pascalebaran dalam tiga tahun terakhir yang sebesar 0,28% (mtm). Realisasi inflasi IHK pada Juli 2017 dipengaruhi oleh terkendalinya inflasi pada kelompok administered prices (AP) dan inflasi kelompok volatile foods dan inflasi inti yang tercatat lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata inflasi pada periode pascalebaran tiga tahun terakhir. Dengan perkembangan ini, inflasi IHK sampai dengan bulan Juli secara kumulatif tercatat 2,60% (ytd) atau secara tahunan tercatat 3,88% (yoy) Inflasi inti pada bulan Juni 2017 masih tercatat cukup rendah meskipun mengalami sedikit kenaikan dibandingkan dengan periode bulan sebelumnya. inflasi inti pada bulan Juni 2017 tercatat sebesar 0,26% (mtm), sedikit meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 0,16% (mtm), namun lebih rendah dari historis inflasi inti periode lebaran tiga tahun terakhir yang sebesar 0,40% (mtm), sehingga secara tahunan inflasi inti pada triwulan II 2017 tercatat sebesar 3,13% (yoy). Realisasi inflasi inti Juni 2017 yang mengalami peningkatan dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan terkait pola musiman Ramadhan, sebagaimana tercermin dari komponen inti traded yang meningkat. Demikian halnya dengan komponen inti nontraded yang juga mengalami peningkatan dibandingkan dengan bulan sebelumnya terutama pada beberapa komoditas makanan seperti nasi dengan lauk, mie, dan kopi manis. Sementara itu, Inflasi inti pada Juli 2017 tercatat 0,26% 7

21 (mtm) lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata inflasi inti pada periode pascalebaran tiga tahun terakhir, yaitu 0,45% (mtm). Inflasi kelompok inti pada bulan Juli 2017 lebih dipengaruhi oleh tekanan pada komponen inti nontraded terutama pada biaya sekolah SMA dan SD seiring masuknya tahun ajaran baru. Di sisi lain, komponen inti traded mengalami perlambatan karena deflasi pada komoditas emas perhiasan. Secara tahunan, inflasi inti pada Juli 2017 tercatat 3,05% (yoy), lebih rendah dibanding realisasi inflasi inti di bulan sebelumnya yang sebesar 3,13% (yoy). Inflasi kelompok volatile food (VF) pada bulan Juni 2017 tercatat lebih rendah dari bulan sebelumnya. inflasi kelompok VF pada Juni 2017 tercatat sebesar 0,65% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 0,91% (mtm) dan lebih rendah secara historis pada periode lebaran dalam tiga tahun terakhir dengan rata-rata 1,78% (mtm). Dengan demikian, secara tahunan inflasi VF pada triwulan II 2017 tercatat 2,17% (yoy). Relatif rendahnya inflasi VF Juni 2017 ditopang oleh kebijakan pengendalian inflasi komoditas VF selama bulan puasa yang dilakukan oleh Pemerintah untuk memastikan ketersediaan pasokan pangan bagi masyarakat, antara lain melalui operasi pasar, pasar murah, serta kebijakan pemenuhan pasokan pangan dari berbagai sumber. Lebih lanjut, Inflasi kelompok volatile food pada Juli 2017 juga tercatat lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya, yakni menjadi 0,17% (mtm). Rendahnya inflasi volatile food terutama bersumber dari koreksi harga beberapa komoditas pangan paska Idul Fitri seperti bawang putih, daging ayam ras, beras, dan cabai merah. Penurunan inflasi VF lebih lanjut tertahan oleh kenaikan telur ayam ras, tomat sayur dan bawang merah. Secara tahunan, inflasi volatile food tercatat rendah yaitu sebesar 1,13% (yoy). Sementara itu, inflasi Administered Prices (AP) pada Juni 2017 tercatat masih berada pada level yang cukup tinggi. Inflasi kelompok AP pada Juni 2017 tercatat sebesar 2,10% (mtm) atau lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 0,69% (mtm). Dengan demikian, secara tahunan inflasi AP pada triwulan II 2017 masih tetap berada pada level yang cukup tinggi yakni mencapai 10,64% (yoy). Inflasi AP pada bulan Juni 2017 terutama disebabkan adanya penyesuaian tarif listrik untuk pelanggan pascabayar daya 900 VA nonsubsidi. Beberapa kenaikan tarif angkutan 8

22 sepanjang periode Ramadhan seperti tarif angkutan udara, tarif angkutan antarkota, dan tarif kereta api juga turut mendorong kenaikan inflasi AP. Inflasi kelompok administered prices pada Juli 2017 tercatat 0,07% (mtm), lebih rendah dibanding bulan sebelumnya. Realisasi inflasi AP yang lebih rendah tersebut dipengaruhi oleh deflasi pada komponen tarif angkutan antar kota dan kereta api. Penurunan inflasi administered prices yang lebih dalam tertahan oleh kenaikan tarif angkutan udara seiring meningkatnya permintaan selama periode liburan sekolah dan adanya kenaikan cukai rokok. Secara tahunan, inflasi administered prices pada Juli 2017 tercatat menurun dibanding bulan sebelumnya yakni menjadi 9,27% (yoy) dari sebelumnya 10,64% (yoy). Secara spasial, sebagian besar wilayah mencatat inflasi yang rendah pada bulan Juli 2017 (Gambar 1.2). Secara berurutan, inflasi terendah tercatat di Jawa dan Sumatera yang masing masing tercatat 0,19% (mtm), diikuti Kawasan Timur Indonesia (KTI) sebesar 0,35% (mtm). Rendahnya inflasi di Jawa dan Sumatera disumbang inflasi seluruh provinsi di kedua wilayah tersebut, bahkan beberapa daerah tercatat mengalami deflasi seperti di Kepulauan Bangka Belitung (-0,25%; mtm), Lampung (-0,09%; mtm), dan Kepulauan Riau (-0,04%; mtm). Inflasi KTI tercatat lebih tinggi dibanding wilayah lainnya akibat relatif tingginya inflasi berbagai provinsi di wilayah Sulampua, seperti di Gorontalo (1,03%; mtm), Sulawesi Tenggara (0,99%; mtm), dan Maluku (0,99%; mtm). Meski demikian, kenaikan lebih lanjut tertahan oleh deflasi di sejumlah provinsi antara lain Papua (-1,23%; mtm), Kalimantan Utara (-0,27%; mtm), Kalimantan Barat (-0,18%; mtm), Kalimantan Tengah (-0,05%; mtm), dan Nusa Tenggara Timur (-0,16%; mtm). Inflasi Nasional: 0,22%, mtm Gambar 1.2 Peta Inflasi Daerah Bulan Juli 2017 (% mtm) 9

23 Nilai tukar rupiah bergerak cukup stabil ditopang oleh tetap tingginya kepercayaan terhadap stabilitas makroekonomi Indonesia. Pada triwulan II 2017, secara rata-rata rupiah menguat sebesar 0,30% dari Rp menjadi Rp per dolar AS. Penguatan rupiah pada triwulan II 2017 didukung oleh kondisi domestik yang cukup solid di tengah perkembangan eksternal yang cenderung dinamis. Stabilnya nilai tukar rupiah berlanjut pada Juli Hingga akhir Juli 2017, secara point-to-point nilai tukar rupiah sedikit menguat sebesar 0,02% (ptp) dari Rp menjadi Rp per dolar AS, meski secara rata-rata nilai tukar rupiah melemah sebesar 0,37% dari Rp menjadi Rp Stabilnya nilai tukar rupiah ditopang oleh aliran dana masuk yang tetap kuat seiring dengan prospek imbal hasil yang positif dan diikuti oleh tetap tingginya pasokan valas korporasi di pasar valas domestik. Nilai tukar rupiah ke depan diperkirakan tetap stabil didukung oleh keseimbangan neraca pembayaran yang terjaga dan pasar valas domestik yang semakin dalam. Stabilitas sistem keuangan tetap kuat, didukung oleh ketahanan industri perbankan yang tetap kuat yang bersumber dari tingginya rasio kecukupan modal. Permodalan industri perbankan masih berada pada level yang cukup kuat dan jauh di atas threshold-nya seiring dengan terjaganya profitabilitas perbankan. Tingkat kecukupan modal perbankan atau Capital Adequacy Ratio (CAR) mencapai 22,5% pada akhir triwulan II Tingkat kecukupan modal perbankan ini masih lebih tinggi dibandingkan tahuntahun sebelumnya dan diperkirakan mampu untuk memitigasi risiko kredit dan mengantisipasi kebutuhan pemenuhan Capital Surcharge serta Countercyclical Capital Buffer. Sementara itu, risiko kredit yang tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) masih terjaga dan bahkan mengalami sedikit penurunan. NPL tercatat sebesar 3,02% pada akhir triwulan II 2017, turun 5 bps dari 3,07% pada akhir triwulan I Pertumbuhan kredit pada triwulan II 2017 melambat. Kredit tumbuh 7,8% (yoy) pada akhir triwulan II 2017, lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,2% (yoy). Namun, pertumbuhan kredit sejak awal tahun masih positif dan tumbuh 2,6% (ytd) pada Juni Perlambatan pertumbuhan kredit utamanya bersumber dari melambatnya pertumbuhan kredit modal kerja (KMK) dan kredit investasi (KI). KMK tumbuh melambat menjadi 7,2% (yoy) dari 8,6% (yoy) pada triwulan 10

24 sebelumnya, sementara pertumbuhan KI melambat menjadi 6,5% (yoy) dari 10,3% pada triwulan sebelumnya. Di sisi lain, kredit konsumsi mampu tumbuh lebih baik menjadi 9,9% (yoy) dari 9,3% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Pertumbuhan DPK meningkat terutama bersumber dari giro dan deposito. Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan II 2017 tumbuh sebesar 10,3% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 10,0% (yoy). Berdasarkan jenisnya, peningkatan pertumbuhan DPK triwulan II 2017 terutama bersumber dari giro dan deposito, sementara pertumbuhan tabungan menurun. C. Bauran Kebijakan Dengan mempertimbangkan kondisi terkini, serta prospek dan risiko perekonomian ke depan, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada Agustus 2017 memutuskan untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps dari 4,75% menjadi 4,50%, dengan suku bunga Deposit Facility turun 25 bps menjadi 3,75% dan Lending Facility turun 25 bps menjadi 5,25%, berlaku efektif sejak 23 Agustus Keputusan tersebut konsisten dengan adanya ruang pelonggaran kebijakan moneter dengan rendahnya realisasi dan prakiraan inflasi tahun 2017 dan 2018 di dalam kisaran sasaran yang ditetapkan, serta terkendalinya defisit transaksi berjalan dalam batas yang aman. Risiko eksternal terkait dengan rencana kenaikan Fed Funds Rate (FFR) dan normalisasi neraca bank sentral AS mereda sehingga perbedaan suku bunga dalam dan luar negeri Indonesia tetap menarik. Penurunan suku bunga kebijakan diharapkan dapat memperkuat intermediasi perbankan sehingga memperkokoh stabilitas sistem keuangan serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran guna menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Bank Indonesia juga akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas lainnya untuk memastikan pengendalian inflasi, penguatan stimulus pertumbuhan, dan reformasi struktural berjalan dengan baik sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. 11

25 Halaman ini sengaja dikosongkan 12

26 EKONOMI MAKRO REGIONAL Bab 2 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan II 2017 melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya, dan lebih rendah dari perkiraan Bank Indonesia. Perlambatan yang terutama disebabkan oleh pelemahan kinerja ekspor dan impor, serta belanja pemerintah ini mengakibatkan pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan ini turun menjadi 5,96% (yoy) dari 6,45% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Pelemahan kinerja ekspor DKI Jakarta tidak terlepas dari perkembangan pasar luar negeri untuk produk ekspor utama Jakarta seperti kendaraan bermotor dan perhiasan yang belum sejalan dengan perbaikan kondisi ekonomi global secara umum. Selain itu, pelarangan kendaraan angkutan barang untuk melintas selama masa libur Lebaran 2017 juga turut berkontribusi pada rendahnya aktivitas ekspor dan impor Jakarta. Pelemahan ekonomi juga dikontribusi oleh melemahnya kinerja belanja pemerintah, terutama pada belanja Kementerian dan Lembaga (K/L) yang berkantor di Ibukota. Bergesernya pembayaran gaji dan tunjangan ke-13 Pegawai Negeri Sipil (PNS) dari sebelumnya pada bulan Juni menjadi bulan Juli 2017 merupakan faktor utama turunnya kinerja belanja pemerintah pada triwulan II 2017 Sementara itu, komponen pengeluaran yang menjadi sumber pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan II 2017 adalah konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga non-profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) dan ekspor neto antardaerah yang masih tumbuh cukup tinggi, meskipun mengalami perlambatan. Laju perlambatan pada konsumsi rumah tangga dapat tertahan dengan adanya faktor puasa dan Idul Fitri, sedangkan pada konsumsi LNPRT terbantu dengan adanya Pilkada DKI Jakarta putaran kedua dan kegiatan lembaga keagamaan sepanjang bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Sebaliknya, investasi (PMTB) tumbuh meningkat sejalan dengan realisasi berbagai proyek infrastruktur di DKI Jakarta. 13

27 Sejalan dengan pelemahan kinerja ekspor dan impor, dua lapangan usaha (LU) utama dalam PDRB DKI Jakarta, yaitu LU perdagangan dan industri pengolahan mengalami perlambatan pertumbuhan. Perlambatan pada LU perdagangan disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan intermediate demand dari kegiatan industri pengolahan yang pada periode laporan menunjukkan perlambatan. Sementara itu, LU utama lainnya yaitu konstruksi mengalami peningkatan sejalan dengan pertumbuhan PMTB yang juga meningkat, demikian juga LU informasi dan komunikasi yang memberi kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi Jakarta. A. Komponen Permintaan Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan II 2017 melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Kinerja pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan tercatat sebesar 5,96% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 6,45% (yoy) 1, dan juga lebih rendah dari capaian pertumbuhan pada triwulan II tahun sebelumnya yang sebesar 6,04% (yoy) (Grafik 2.1). Melambatnya pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta juga sejalan dengan pertumbuhan ekonomi kawasan Jawa pada triwulan II 2017 yang tercatat 5,41% (yoy), lebih rendah daripada triwulan sebelumnya (5,66%; yoy) (Grafik 2.2). Sumber: BPS, diolah Grafik 2.1 Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Sumber: BPS, diolah Grafik 2.2 Pertumbuhan Ekonomi Nasional, Kawasan Jawa, dan Jakarta Meskipun masih tercatat mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, konsumsi rumah tangga (RT) sebagai komponen yang memiliki kontribusi terbesar dan menopang pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II 2017, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tercatat sebesar 5,86% (yoy), 1 Berdasarkan rilis data pertumbuhan ekonomi triwulan II 2017 oleh BPS Provinsi DKI Jakarta, terdapat koreksi angka pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta triwulan I 2017, dari sebelumnya 6,48% (yoy) menjadi 6,45% (yoy). 14

28 sedangkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya tercatat sebesar 5,97% (yoy). Relatif rendahnya kegiatan belanja masyarakat merupakan faktor terbesar yang menahan pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Hal tersebut antara lain disebabkan karena masyarakat, khususnya masyarakat kelas menengah pada triwulan laporan cenderung menahan belanja, untuk mengantisipasi pengeluaran yang lebih besar pada triwulan III 2017, antara lain tahun ajaran baru. Namun demikian, laju perlambatan pada konsumsi rumah tangga dapat tertahan dengan adanya faktor bulan puasa dan Idul Fitri, yang secara umum mendorong belanja masyarakat. Di sisi lain, kondisi keyakinan konsumen yang secara umum masih berada pada level positif juga turut menopang pertumbuhan positif konsumsi rumah tangga. Masih terjaganya kondisi keyakinan konsumen pada level positif tercermin pada hasil survei konsumen Bank Indonesia. Dari hasil survei, terlihat keseluruhan komponen, antara lain Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK), dan Indeks Kondisi Ekonomi saat ini (IKE) mengalami pertumbuhan serta berada pada level positif pada pertengahan tahun 2017 (Grafik 2.3). Hal tersebut menggambarkan persepsi masyarakat terhadap perekonomian domestik pada tahun 2017 yang stabil dan terjaga. Selain itu, hasil survei menunjukkan bahwa penghasilan masyarakat meningkat pada triwulan II 2017, yang sejalan dengan pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) dalam menyambut datangnya hari raya Idul Fitri. Meningkatnya penghasilan masyarakat tersebut tercermin dari Indeks Penghasilan Konsumen yang meningkat cukup tinggi pada triwulan II 2017 (Grafik 2.4). Sumber: Survei Konsumen BI, diolah Grafik 2.3 Indeks Survei Konsumen Sumber: Survei Konsumen BI, diolah Grafik 2.4 Indeks Penghasilan Konsumen dan Ketersediaan Kerja Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja masih berada pada level pesimis, meskipun tumbuh membaik. Hal ini tidak terlepas dari persepsi masyarakat terhadap lapangan kerja formal yang relatif masih sulit diperoleh, yang 15

29 tercermin dari pertumbuhan lapangan kerja formal yang lebih rendah dari pertumbuhan lapangan kerja informal (Grafik 2.5). Beberapa hal yang menyebabkan pertumbuhan lapangan kerja informal lebih tinggi dari lapangan kerja formal antara lain semakin maraknya masyarakat yang memilih berprofesi sebagai pengemudi transportasi umum berbasis on-line, serta pemberdayaan peran serta masyarakat dalam membangun dan merawat kota Jakarta sebagai Pekerja Penanganan Sarana dan Prasarana Umum (PPSU) yang memiliki penghasilan setara Upah Minimum Provinsi. Sumber: BPS, diolah Grafik 2.5 Pertumbuhan Lapangan Kerja Formal dan Informal Melambatnya konsumsi juga terkonfirmasi melalui penjualan kendaraan bermotor yang mengalami kontraksi. Pada triwulan II 2017, penjualan kendaraan bermotor khususnya mobil di DKI Jakarta berkurang 5,69% (yoy) dari jumlah penjualan pada triwulan yang sama tahun 2016, sedangkan penjualan pada triwulan sebelumnya masih mengalami pertumbuhan positif 6,18% (yoy) (Grafik 2.6). Jika ditelusuri lebih dalam, penjualan mobil low cost green car (LCGC) yang terjangkau oleh kelas menengah di Jakarta serta selalu mencatat pertumbuhan yang tinggi, pada triwulan II 2017 mencatat perlambatan yang cukup dalam, yaitu dengan realisasi pertumbuhan 15,93% (yoy), dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 55,5% (yoy) (Grafik 2.7). Sumber: Gaikindo Grafik 2.6 Penjualan Mobil di Jakarta Sumber: Gaikindo Grafik 2.7 Penjualan Mobil LCGC di Jakarta 16

30 Namun, laju perlambatan pada konsumsi rumah tangga dapat tertahan dengan adanya faktor bulan puasa dan hari raya Idul Fitri, sejalan dengan tren peningkatan belanja masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pada kedua momen tersebut, seperti kebutuhan makanan dan pakaian muslim. Hal tersebut tercermin pada impor barang konsumsi yang membaik pada triwulan II 2017, meskipun masih tumbuh negatif (Grafik 2.8). Dari sisi pembiayaan, datangnya momen bulan puasa dan hari raya Idul Fitri dalam mendorong belanja tercermin dari kredit konsumsi pada triwulan II 2017 yang meningkat (Grafik 2.9). Pada triwulan laporan, penyaluran kredit konsumsi di DKI Jakarta tumbuh 6,53% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya dengan realisasi sebesar 5,20% (yoy), dimana pada periode tersebut tidak terdapat momen bulan puasa dan Idul Fitri. Jika dilihat secara nominal, penyaluran kredit konsumsi pada triwulan II 2017 sebesar Rp202,6 triliun, sedangkan penyaluran pada triwulan sebelumnya tercatat sebesar Rp198,7 triliun. Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 2.8 Impor Barang Konsumsi Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 2.9 Penyaluran Kredit Konsumsi di Jakarta Peningkatan belanja masyarakat pada momen bulan puasa dan hari raya Idul Fitri juga terkonfirmasi melalui hasil liaison 2 terhadap beberapa perusahaan di DKI Jakarta pada periode triwulan II Hasil liaison menunjukkan bahwa dorongan momen bulan puasa dan Idul Fitri terhadap tingkat belanja tercermin pada meningkatnya penjualan domestik perusahaan, seperti terlihat pada skala likert penjualan domestik beberapa perusahaan yang lebih tinggi pada triwulan II 2017 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Grafik 2.10). Namun, melambatnya konsumsi tercermin pada tingkat persediaan beberapa perusahaan tersebut yang sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Grafik 2.11). 2 Kegiatan Liaison adalah kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung/tidak langsung kepada pelaku usaha/institusi lainnya mengenai perkembangan dan arah kegiatan usaha dengan cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan dan likert scale. 17

31 Hal tersebut mengindikasikan bahwa tingkat persediaan atau inventory barang perusahaan yang terjual kepada masyarakat pada triwulan laporan yang tidak lebih banyak dari triwulan sebelumnya. Sumber: Liaison Bank Indonesia, diolah Grafik 2.10 Skala Likert Penjualan Domestik Sumber: Liaison Bank Indonesia, diolah Grafik 2.11 Skala Likert Persediaan Sementara itu, pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta putaran kedua yang dilaksanakan pada tanggal 19 April 2017 dan kegiatan lembaga sosial masyarakat terkait bulan Ramadhan dan persiapan Lebaran memberikan dorongan yang cukup kuat terhadap pertumbuhan konsumsi di DKI Jakarta, khususnya konsumsi lembaga non-publik yang melayani rumah tangga (LNPRT). Pada triwulan II 2017, konsumsi LNPRT tumbuh sebesar 18,09% (yoy), cukup tinggi meskipun sudah mulai melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh 21,29% (yoy). Dengan memasuki Pilkada DKI Jakarta putaran kedua, partai-partai politik lebih mengintensifkan kegiatan rapat konsolidasi untuk meraih hasil maksimal pada Pilkada. Begitu juga dengan pelaksanaan Pilkada di daerah dan provinsi lain yang berkontribusi terhadap pertumbuhan konsumsi LNPRT DKI Jakarta, yang disebabkan oleh sebagian besar partai politik memiliki kantor pusat di Jakarta dan memusatkan kegiatan konsolidasi di Ibukota. Namun, jumlah daerah yang melaksanakan Pilkada putaran kedua hanya satu dibandingkan dengan Pilkada putaran pertama, maka berdampak pada melambatnya pertumbuhan konsumsi LNPRT pada triwulan laporan. Lebih lanjut, konsumsi LNPRT juga ditopang oleh kegiatan yayasan dan lembaga keagamaan sepanjang bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Memasuki triwulan III 2017, konsumsi rumah tangga diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan II 2017, sejalan dengan ekspektasi positif masyarakat yang terindikasi dari indeks Survei Konsumen Bank Indonesia yang terus tumbuh positif dan berada pada level optimis (Grafik 2.12). Di sisi lain, konfirmasi yang diperoleh dari kalangan usaha melalui kegiatan liaison 18

32 menyebutkan, kondisi penjualan pada satu triwulan ke depan diperkirakan akan tetap membaik, yang didorong oleh beberapa penyelenggaraan festival belanja pada triwulan berjalan (Grafik 2.13). Festival belanja tersebut antara lain Hari Belanja Diskon Indonesia yang digelar oleh Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO) dalam rangka menyambut dan memeriahkan perayaan HUT Republik Indonesia ke-72. Pesta belanja diskon tersebut akan diikuti oleh mal-mal modern dan berbagai pusat perbelanjaan pada tanggal Agustus 2017 dengan menawarkan berbagai barang dengan harga yang lebih terjangkau, seperti produk busana, elektronik, makanan dan minuman, hingga hiburan. Kemudian festival belanja berikutnya adalah Happy Birthday Indonesia yang akan diselenggarakan di Jakarta International Expo Kemayoran pada tanggal Agustus 2017 yang akan diikuti oleh lebih dari 200 perusahaan yang mengelola 500 merk lokal dan internasional. Festival-festival belanja tersebut diharapkan dapat menstimulasi belanja masyarakat dan menjadi pendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan berjalan. Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Grafik 2.12 Perkembangan Terkini Survei Konsumen Bank Indonesia Sumber: Liaison Bank Indonesia, diolah Grafik 2.13 Perkiraan Penjualan Konsumsi pemerintah pada triwulan II 2017 kembali terkontraksi lebih dalam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, konsumsi pemerintah tumbuh -5,15% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang juga mengalami kontraksi dengan pertumbuhan sebesar -3,83% (yoy). Melemahnya kinerja belanja pemerintah tersebut terutama disumbang oleh pelemahan belanja Kementerian dan Lembaga (K/L) yang berkantor di ibukota. Turunnya kinerja belanja K/L tersebut disebabkan oleh bergesernya pembayaran gaji dan tunjangan ke-13 Pegawai Negeri Sipil (PNS) dari triwulan II ke triwulan III Pada tahun lalu, gaji dan tunjangan ke-13 serta gaji ke-14 (Tunjangan Hari Raya) dibayarkan pada bulan Juni, atau masih berada pada triwulan II, 19

33 sedangkan pada tahun 2017 gaji dan tunjangan tersebut baru dibayarkan pada bulan Juli 2017 (triwulan III). Porsi belanja K/L tersebut cukup dominan terhadap pembentukan komponen konsumsi pemerintah di DKI Jakarta, karena mayoritas K/L berkantor di Ibukota, sehingga penundaan belanja berdampak pada kontraksi konsumsi pemerintah DKI Jakarta. Belum optimalnya belanja Kementerian/Lembaga tersebut tercermin dari serapan anggaran sampai dengan pertengahan tahun 2017 yang belum mencapai separuh dari pagu anggaran, meskipun serapan tersebut lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya (Grafik 2.14). Pada bulan Juni 2017, serapan belanja kumulatif APBN untuk Kementerian/Lembaga baru mencapai 32% dari pagu anggaran. Lebih lanjut, penyerapan belanja kumulatif pada APBD DKI Jakarta juga turut berkontribusi pada kontraksi konsumsi pemerintah. Sampai dengan pertengahan tahun 2017, serapan belanja kumulatif APBD DKI Jakarta tercatat sebesar 25,3%, lebih rendah dibandingkan dengan serapan belanja kumulatif pada pertengahan tahun 2016, yang mencapai 27,4% (Grafik 2.15). Realisasi belanja APBD sampai dengan pertengahan tahun 2017 yang lebih rendah dibandingkan penyerapan tahun sebelumnya, disebabkan oleh persentase realisasi belanja pegawai yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu, yang disebabkan oleh pergeseran waktu pencairan gaji serta tunjangan kepada PNS. Konsumsi pemerintah pada triwulan III 2017 diperkirakan kembali tumbuh positif. Pertumbuhan tersebut salah satunya akan didorong oleh belanja pegawai melalui pencairan tunjangan dan gaji ke-13 untuk Pegawai Negeri Sipil pada bulan Juli. Di samping itu, memasuki semester II tahun 2017, penyerapan belanja akan lebih dioptimalkan untuk memenuhi target realisasi anggaran pada akhir tahun. Sumber: Ditjen Perbendaharaan Negara Jkt Grafik 2.14 Realisasi Belanja Kementerian/Lembaga di Jakarta Sumber: BPKD DKI Jakarta Grafik 2.15 Perkembangan Realisasi Belanja APBD DKI Jakarta 20

34 Di tengah kontraksi pertumbuhan konsumsi pemerintah, kinerja investasi DKI Jakarta tetap tumbuh positif, meskipun relatif terbatas dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II 2017, komponen investasi DKI Jakarta tercatat mengalami pertumbuhan 4,12% (yoy), lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,00% (yoy) 3. Pertumbuhan pada triwulan laporan tersebut masih ditopang oleh investasi yang dilakukan oleh pemerintah, khususnya investasi bangunan dalam bentuk pembangunan infrastruktur di ibukota. Investasi bangunan tersebut masih mendominasi pangsa komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi secara keseluruhan di Jakarta pada triwulan laporan, dengan realisasi pertumbuhan pada triwulan II 2017 sebesar 5,75% (yoy) (Grafik 2.16 dan 2.17). Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta Grafik 2.16 Nominal Komponen PMTB Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta Grafik 2.17 Pertumbuhan Investasi Bangunan Akselerasi investasi bangunan di DKI Jakarta didorong oleh pembangunan infrastruktur yang menyebar di berbagai wilayah di Jakarta. Proyek-proyek tersebut antara lain kelanjutan pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) dengan keseluruhan progres pekerjaan sampai dengan akhir triwulan II 2017 telah mencapai 75%, dengan rincian 87,5% untuk konstruksi bawah tanah dan 56,86% untuk konstruksi layang 4 ; pembangunan LRT Jabodebek dengan progres pekerjaan sampai dengan triwulan I 2017 sebesar 15,5% 5, dengan rincian ruas Cawang-Cibubur telah terbangun 31,4%, ruas Cawang-Kuningan-Dukuh Atas baru terbangun 2,7%, serta ruas Cawang- Bekasi Timur yang telah terbangun 15,1%; pembangunan LRT dalam kota Jakarta yang menghubungkan rute Kelapa Gading-Velodrome dengan progres pekerjaan sampai bulan Juni 2017 mencapai 26,35%, atau lebih 3 Berdasarkan rilis data pertumbuhan ekonomi triwulan II 2017 oleh BPS Provinsi DKI Jakarta, terdapat koreksi angka pertumbuhan investasi DKI Jakarta triwulan I 2017, dari sebelumnya 6,30% (yoy) menjadi 4,00% (yoy). 4 Sumber: laman PT MRT Jakarta (jakartamrt.co.id) 5 Sumber: Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) 21

35 cepat dari target progres tengah tahun sebesar 25% 6. Lebih lanjut, pada awal tahun 2017, DKI Jakarta memulai pembangunan tiga underpass dan tiga flyover secara bersamaan dengan total anggaran mencapai Rp 700 miliar yang bersumber dari belanja modal APBD DKI Jakarta. Pembangunan tersebut antara lain flyover Cipinang Lontar, Pancoran, dan Bintaro, serta underpass Kartini, mampang-kuningan, dan Matraman, dimana sampai dengan posisi akhir bulan Juni 2017, progres total pekerjaan untuk keenam konstruksi tersebut telah mencapai 40%. Sementara itu, peran swasta dalam kegiatan investasi masih terbatas. Masih rendahnya kegiatan investasi swasta terindikasi dari penyaluran kredit investasi yang melanjutkan tren perlambatan. Pada triwulan II 2017 penyaluran kredit investasi tumbuh 6,64% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 9,33% (yoy). (Grafik 2.18). Masih rendahnya investasi swasta tersebut tidak terlepas dari perilaku investor swasta yang masih melanjutkan perilaku wait-and-see terhadap kondisi ekonomi saat ini yang telah dimulai sejak awal tahun 2016, yang juga tercermin dari penyaluran kredit korporasi yang melambat pada triwulan laporan (Grafik 2.19). Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 2.19 Penyaluran Kredit Investasi Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 2.20 Penyaluran Kredit Rumah Tangga untuk Perumahan Investasi bangunan yang dilakukan oleh pemerintah melalui pembangunan konstruksi dan infrastruktur masih akan menjadi penopang utama pertumbuhan investasi pada triwulan berjalan, antara lain pembangunan MRT, pembangunan LRT di dalam kota Jakarta dan lintas Jabodebek, serta pembangunan flyover dan underpass. Pada pembangunan MRT sampai dengan perkembangan terkini 7, konstruksi layang telah mencapai 64,10% dan konstruksi bawah tanah telah mencapai 88,26%. Pembangunan LRT 6 Sumber: PT Jakarta Propertindo 7 Per tanggal 31 Juli 2017, data diperoleh dari laman 22

36 Jakarta yang menghubungkan rute Kelapa Gading Velodrome telah mencapai 29,8% progres fisik, dan diakui oleh PT Jakarta Propertindo selaku pihak pelaksana pembangunan proyek lebih tinggi dari target yang dicanangkan 8. Sementara itu, pembangunan LRT Jabotabek yang meliputi tiga rute, yaitu rute Cibubur Cawang sepanjang 14,5 km telah mencapai 37%, rute Bekasi Timur Cawang sepanjang 17,1 km telah mencapai 17%, dan rute Cawang Dukuh Atas sepanjang 10,5 km baru mencapai 3%. Lebih lanjut, pembangunan flyover dan underpass, antara lain flyover Cipinang Lontar, Pancoran, dan Bintaro, serta underpass Kartini, mampang- Kuningan, dan Matraman, ditargetkan untuk selesai pada akhir tahun 2017, sehingga pada semester II ini, pekerjaan konstruksi akan semakin dipercepat untuk memenuhi target. Di sisi lain, investasi swasta diperkirakan masih belum meningkat signifikan, yang terindikasi dari penyaluran kredit investasi dan kredit korporasi terkini yang masih tumbuh melambat (Grafik 2.20 dan 2.21). Namun, berlalunya Pilkada diperkirakan dapat mengurangi efek psikologis negatif dan perilaku wait-and-see investor swasta, sehingga dalam waktu ke depan kontribusi investasi dari sektor swasta diharapkan membaik. Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 2.20 Perkembangan Terkini Penyaluran Kredit Investasi Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 2.21 Perkembangan Terkini Penyaluran Kredit Korporasi Dari sisi eksternal, kinerja ekspor luar negeri kembali mengalami kontraksi yang lebih dalam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Ekspor DKI Jakarta pada triwulan II 2017 tumbuh -13,69% (yoy), terkontraksi cukup dalam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang juga mengalami kontraksi dengan realisasi pertumbuhan -5,84% (yoy). Kontraksi terutama disebabkan oleh ekspor barang yang mengalami kontraksi cukup dalam, serta ekspor jasa yang juga tumbuh negatif. Ekspor barang pada triwulan 8 Sumber: tanggal 12 Agustus

37 laporan mengalami kontraksi 25,27% (yoy), sedangkan ekspor jasa mengalami kontraksi 1,99% (yoy) (Grafik 2.22 dan 2.23). Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta Grafik 2.22 Pertumbuhan Ekspor DKI Jakarta per Komponen Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta Grafik 2.23 Pertumbuhan Ekspor Barang DKI Jakarta Kontraksi yang cukup dalam pada ekspor barang salah satunya disebabkan oleh kebijakan pemerintah melalui Peraturan Dirjen Perhubungan Darat No.SK2717/Aj.201/DRJD tentang Pengaturan Lalu Lintas dan Pengaturan Kendaraan Angkutan Barang pada Masa Angkutan Lebaran Tahun 2017, yang turut berkontribusi dalam rendahnya aktivitas ekspor Jakarta. Berdasarkan peraturan tersebut, angkutan barang ekspor dan impor pada masa libur lebaran tahun 2017, pada tanggal 21 Juni 29 Juni 2017 tidak boleh beroperasi melalui jalan nasional dan jalan tol. Kebijakan tersebut menyebabkan menurunnya aktivitas arus barang dari dan menuju pelabuhan, termasuk yang terkait dengan kegiatan tersebut. Sejalan dengan hal tersebut, nilai ekspor DKI Jakarta pada triwulan II 2017 berkurang 29,77% (yoy) dibandingkan nilai ekspor pada triwulan II tahun lalu (Grafik 2.24). Lebih lanjut, perkembangan pasar luar negeri untuk produk ekspor utama Jakarta seperti kendaraan bermotor, perhiasan, dan peralatan mekanik 9 belum sejalan dengan perbaikan kondisi ekonomi global secara umum, sehingga berdampak pada angka pertumbuhan yang terus bergerak negatif, dan turut berkontribusi terhadap kontraksi pertumbuhan ekspor DKI Jakarta (Grafik 2.25). 9 Berdasarkan Berita Resmi Statistik BPS Provinsi DKI Jakarta No. 38/08/31/Th. XIX tanggal 1 Agustus 2017 perihal Ekspor dan Impor DKI Jakarta. Tiga besar nilai ekspor produk DKI Jakarta menurut golongan barang HS 2 digit adalah kendaraan dan bagiannya, perhiasan/permata, dan mesin-mesin/pesawat mekanik. 24

38 Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 2.24 Pertumbuhan Nilai Ekspor DKI Jakarta Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 2.25 Ekspor Produk Unggulan DKI Jakarta Ekspor jasa pada triwulan laporan masih memiliki pangsa dominan terhadap keseluruhan ekspor luar negeri DKI Jakarta, melalui kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke ibukota (Grafik 2.26). Sejalan dengan ekspor barang yang menurun, jumlah wisman yang berkunjung ke Ibukota pada triwulan laporan terus menurun dengan tingkat pertumbuhan yang terus melambat (Grafik 2.27), sehingga hal tersebut turut berkontribusi terhadap kontraksi ekspor DKI Jakarta secara keseluruhan. Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta Grafik 2.26 Pangsa Ekspor DKI Jakarta Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta Grafik 2.27 Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke DKI Jakarta Setelah mengalami pertumbuhan positif pada triwulan sebelumnya, kinerja impor DKI Jakarta kembali mengalami kontraksi pada triwulan II Pada triwulan laporan, kinerja impor terkontraksi 2,58% (yoy), sedangkan pada triwulan sebelumnya tumbuh positif 2,95% (yoy). Kontraksi pada impor DKI Jakarta tersebut dikontribusi oleh perlambatan pada pertumbuhan impor barang modal dan bahan baku (Grafik 2.28), sejalan dengan melambatnya pertumbuhan intermediate demand dari kegiatan industri pengolahan yang pada periode laporan menunjukkan perlambatan, yang juga sebagai dampak dari terbatasnya pertumbuhan konsumsi. Di sisi lain, impor barang konsumsi mengalami perbaikan, meski masih mengalami pertumbuhan 25

39 negatif, yang terbantu oleh faktor musiman bulan puasa dan hari raya Idul Fitri, melalui impor makanan kemasan dan barang tekstil atau pakaian muslim. Kontraksi kinerja impor DKI Jakarta tersebut juga sejalan dengan perlambatan pertumbuhan nilai barang-barang impor yang masuk ke DKI Jakarta (Grafik 2.29). Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 2.28 Impor Barang Konsumsi, Bahan Baku, dan Barang Modal Sumber: Bea Cukai, diolah Grafik 2.29 Pertumbuhan Nilai Impor DKI Jakarta B. Komponen Penawaran (Lapangan Usaha) Lapangan usaha utama di DKI Jakarta juga secara umum mengalami pertumbuhan yang sejalan dengan komponen permintaannya. Struktur perekonomian Jakarta menurut Lapangan Usaha (LU) pada triwulan II 2017 didominasi oleh tiga lapangan usaha utama, yaitu perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, industri pengolahan, dan konstruksi 10. Lapangan Usaha Konstruksi Kinerja LU konstruksi Jakarta tumbuh lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan LU kontruksi di DKI Jakarta pada triwulan II 2017 tercatat sebesar 4,11% (yoy), terakselerasi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,56% (yoy). Pertumbuhan LU konstruksi tersebut tidak terlepas dari masifnya pembangunan infrastruktur di DKI Jakarta, seperti infrastruktur transportasi serta infrastruktur jalan dan jembatan. Pada perkembangan terkini, pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) sampai dengan akhir triwulan II 2017 telah mencapai 75%, dengan rincian 87,5% untuk konstruksi bawah tanah dan 62% untuk konstruksi layang 11, 10 Berdasarkan Berita Resmi Statistik BPS DKI Jakarta No. 41/08/31/Th.XIX tanggal 7 Agustus 2017 perihal Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Triwulan II Sumber: laman PT MRT Jakarta (jakartamrt.co.id) 26

40 pembangunan LRT Jabodebek telah mencapai progres pekerjaan 15,5% 12 sampai dengan tengah tahun 2017, dengan rincian ruas Cawang-Cibubur telah terbangun 31,4%, ruas Cawang-Bekasi Timur yang telah terbangun 15,1%, serta ruas Cawang-Kuningan-Dukuh Atas yang baru terbangun 2,7%, pembangunan LRT dalam kota Jakarta yang menghubungkan rute Kelapa Gading-Velodrome dengan progres pekerjaan sampai bulan Juni 2017 mencapai 26,35%, atau lebih cepat dari target progres tengah tahun sebesar 25% 13. Lebih lanjut, pada awal tahun 2017, DKI Jakarta memulai pembangunan 3 underpass dan 3 flyover secara bersamaan dengan total anggaran mencapai Rp 700 miliar yang bersumber dari belanja modal APBD DKI Jakarta. Pembangunan tersebut antara lain flyover Cipinang Lontar, Pancoran, dan Bintaro, serta underpass Kartini, Mampang-Kuningan, dan Matraman. Sampai dengan posisi akhir bulan Juni 2017, progres total pekerjaan untuk keenam konstruksi tersebut telah mencapai 40%. Namun, kegiatan konstruksi di sektor swasta masih belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal tersebut disebabkan oleh belum terlalu bergairahnya kondisi pasar properti residensial di DKI Jakarta. Belum bergairahnya kegiatan konstruksi sektor swasta tersebut juga terindikasi pada pertumbuhan penyaluran kredit ke sektor konstruksi yang melambat dan konsumsi semen yang mengalami kontraksi pada triwulan II 2017 (Grafik 2.30 dan 2.31). Sumber: Asosiasi Semen Indonesia Grafik 2.30 Konsumsi Semen di Jakarta Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 2.31 Penyaluran Kredit Sektor Konstruksi Kinerja lapangan usaha konstruksi pada triwulan berjalan diperkirakan melanjutkan pertumbuhan positif. Pertumbuhan tersebut masih akan ditopang oleh konstruksi infrastruktur yang dikerjakan oleh pemerintah 12 Sumber: Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) 13 Sumber: PT Jakarta Propertindo 27

41 seperti infrastruktur moda transportasi umum kereta massal cepat, serta infrastruktur jalan dan jembatan. Pada pembangunan MRT sampai dengan perkembangan terkini 14, konstruksi layang telah mencapai 64,10% dan konstruksi bawah tanah telah mencapai 88,26%. Pembangunan LRT Jakarta yang menghubungkan rute Kelapa Gading Velodrome telah mencapai 29,8% progress fisik, dan diakui oleh PT Jakarta Propertindo selaku pihak pelaksana pembangunan proyek lebih tinggi dari target yang dicanangkan 15. Sementara itu, pembangunan LRT Jabotabek yang meliputi tiga rute, yaitu rute Cibubur Cawang sepanjang 14,5 km telah mencapai 37%, rute Bekasi Timur Cawang sepanjang 17,1 km telah mencapai 17%, dan rute Cawang Dukuh Atas sepanjang 10,5 km baru mencapai 3%. Lebih lanjut, pembangunan flyover dan underpass, antara lain flyover Cipinang Lontar, Pancoran, dan Bintaro, serta underpass Kartini, mampang-kuningan, dan Matraman, ditargetkan untuk selesai pada akhir tahun 2017, sehingga pada semester II ini, pekerjaan konstruksi akan semakin dipercepat untuk memenuhi target. Di samping itu, pembangunan infrastruktur tata ruang di DKI Jakarta juga akan menjadi pendorong pertumbuhan lapangan usaha konstruksi, antara lain pembangunan dan pemeliharaan sarana pedestrian, di antaranya Kawasan Tanah Abang, Kawasan Istiqlal, penghubung Kota Tua-Museum Bahari, dan kawasan Stasiun Palmerah. Pertumbuhan konsumsi semen di Jakarta yang meningkat menjadi indikasi berlanjutnya pertumbuhan positif lapangan usaha konstruksi pada triwulan berjalan (Grafik 2.32). Sumber: Asosiasi Semen Indonesia Grafik 2.32 Perkembangan Terkini Konsumsi Semen di Jakarta Lapangan Usaha Industri Pengolahan Pada triwulan II 2017, lapangan industri pengolahan tumbuh 5,92% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang 14 Per tanggal 31 Juli 2017, data diperoleh dari laman 15 Sumber: tanggal 12 Agustus

42 tercatat sebesar 6,27% (yoy) 16. Perlambatan industri pengolahan di DKI Jakarta yang secara umum masih didominasi oleh output produksi industri skala besar dan sedang mengalami perlambatan pada triwulan II Indeks industri Besar dan Sedang di DKI Jakarta pada triwulan II 2017 tercatat tumbuh 11,29% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan indeks pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 12,47% (yoy) (Grafik 2.33). Melambatnya industri pengolahan di DKI Jakarta salah satunya disebabkan oleh turunnya output industri alat angkut yang memiliki pangsa dominan terhadap industri pengolahan DKI Jakarta, sejalan dengan kontraksi pertumbuhan produksi mobil pada triwulan II 2017 (Grafik 2.34). Di samping itu, cukup panjangnya masa cuti bersama dalam rangka hari raya Idul Fitri tahun pada penghujung triwulan II 2017 juga berkontribusi terhadap melambatnya LU industri pengolahan, seiring dengan berhentinya kegiatan operasi dan produksi selama kurang lebih 6 hari kerja. Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta Grafik 2.33 Pertumbuhan Indeks Industri Besar dan Sedang di Jakarta Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 2.34 Pertumbuhan Produksi Mobil Lapangan usaha industri pengolahan pada triwulan berjalan diperkirakan tumbuh sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan II Relatif terbatasnya perkiraan pertumbuhan permintaan dan konsumsi rumah tangga, belum dapat mendongkrak pertumbuhan lapangan usaha industri pengolahan untuk dapat tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Aktivitas produksi yang masih di bawah kapasitas terpasang, menyebabkan pertumbuhan permintaan belum direspons oleh pelaku usaha melalui investasi untuk meningkatkan kapasitas produksinya. Di samping itu, beberapa pabrikan mobil yang merilis model baru pada semester II Berdasarkan rilis data pertumbuhan ekonomi triwulan II 2017 oleh BPS Provinsi DKI Jakarta, terdapat koreksi angka pertumbuhan lapangan usaha industri pengolahan DKI Jakarta triwulan I 2017, dari sebelumnya 5,84% (yoy) menjadi 6,27% (yoy). 29

43 diperkirakan dapat meningkatkan pertumbuhan industri kendaraan bermotor melalui produksi mobil terbaru. Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Perlambatan konsumsi rumah tangga berdampak pada kinerja lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor. Pada triwulan II 2017, pertumbuhan lapangan usaha perdagangan tercatat tumbuh sebesar 3,69% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,07% (yoy). Faktor musiman bulan puasa dan hari raya Idul Fitri yang jatuh pada triwulan laporan tidak memiliki dampak positif yang signifikan terhadap pertumbuhan lapangan usaha perdagangan. Relatif rendahnya kegiatan belanja masyarakat merupakan faktor terbesar yang menahan pertumbuhan lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor. Hal tersebut antara lain disebabkan karena masyarakat, khususnya masyarakat kelas menengah pada triwulan laporan cenderung menahan konsumsi, untuk mengantisipasi pengeluaran yang lebih besar setelah Idul Fitri, antara lain tahun ajaran baru. Melambatnya pertumbuhan lapangan usaha perdagangan terkomfirmasi melalui hasil Survei Pedagang Eceran (SPE) Bank Indonesia yang menunjukkan perlambatan, antara lain pada penjualan makanan minuman serta penjualan barang rumah tangga (Grafik 2.35). Perlambatan juga tercermin pada pembiayaan perbankan pada lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor. Hal tersebut terlihat dari penyaluran kredit pada sektor perdagangan besar dan eceran pada triwulan laporan yang tumbuh sebesar 1,66% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,77%; yoy) (Grafik 2.36). 30

44 Sumber: SPE Bank Indonesia, diolah Grafik 2.35 Indeks Penjualan Eceran di Jakarta Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 2.36 Kredit Sektor Perdagangan Besar dan Eceran di Jakarta Pertumbuhan lapangan usaha perdagangan pada triwulan III 2017 diperkirakan tumbuh lebih baik dibandingkan dengan triwulan laporan. Pertumbuhan positif tersebut salah satunya akan didorong melalui konsumsi masyarakat dalam menyambut tahun ajaran baru yang jatuh pada triwulan berjalan, melalui belanja pakaian seragam, buku pelajaran, serta perlengkapan sekolah lainnya. Lebih lanjut, pada triwulan berjalan juga akan diselenggarakan berbagai festival belanja, antara lain Hari Belanja Diskon Indonesia yang digelar oleh Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO) dalam rangka menyambut dan memeriahkan perayaan HUT Republik Indonesia ke-72 dan festival belanja Happy Birthday Indonesia yang akan diselenggarakan di Jakarta International Expo Kemayoran pada tanggal Agustus 2017 yang akan diikuti oleh lebih dari 200 perusahaan yang mengelola 500 merk lokal dan internasional. Festival-festival belanja tersebut diharapkan dapat menstimulasi belanja masyarakat dan menjadi faktor pendorong pertumbuhan lapangan usaha pada triwulan berjalan. Lapangan Usaha Lainnya Lapangan usaha lainnya yang memiliki pangsa cukup dominan terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi DKI Jakarta, seperti LU Informasi dan Komunikasi dan LU Jasa Keuangan dan Asuransi juga menjadi sektor yang berkontribusi terhadap akselerasi pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada triwulan laporan. Lapangan usaha informasi dan komunikasi kembali tumbuh positif, sejalan dengan meningkatnya kebutuhan informasi masyarakat dan perubahan pola komunikasi seluler masyarakat, yaitu dari pemakai telepon (voice) dan short message services (SMS) menjadi pemakai data. Selain itu, penetrasi 31

45 penggunaan sosial media yang semakin tinggi turut berdampak pada pertumbuhan pembelian dan pemakaian data selular. Lebih lanjut, momen hari raya idul Fitri juga berdampak pada peningkatan aktivitas seluler, khususnya dalam rangka pengiriman ucapan hari raya, sehingga hal tersebut mendorong masyarakat dalam melakukan belanja data seluler lebih banyak daripada biasanya. Hal tersebut tercermin pada meningkatnya indeks penjualan peralatan komunikasi pada triwulan II 2017 yang dihasilkan melalui Survei Pedagang Eceran (SPE) Bank Indonesia (Grafik 2.37). Dengan perkembangan demikian, lapangan usaha informasi dan komunikasi pada triwulan II 2017 mencatat pertumbuhan 11,81% (yoy), lebih baik dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat 10,47% (yoy). Sumber: SPE Bank Indonesia, diolah Grafik 2.37 Indeks Penjualan Peralatan Komunikasi Namun, lapangan usaha jasa keuangan dan asuransi menunjukkan perlambatan. Pada triwulan II 2017, lapangan usaha tersebut tercatat tumbuh 7,08% (yoy), lebih rendah daripada pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 9,15% (yoy) 18. Melambatnya pertumbuhan lapangan jasa keuangan tersebut sejalan dengan penyaluran kredit pada triwulan laporan yang melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Di satu sisi, penyaluran kredit pada triwulan II 2017 tumbuh sebesar 8,41% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan penyaluran kredit pada triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh 10,37% (yoy) (Grafik 2.38). Di sisi lain, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) masyarakat Jakarta relatif stabil, dengan penghimpunan yang tumbuh 10,99% (yoy) pada triwulan II 2017 dan tumbuh 10,82% pada triwulan sebelumnya (Grafik 2.39). Melambatnya penyaluran kredit serta stabilnya pertumbuhan penghimpunan DPK pada tingkat yang cukup baik tersebut 18 Berdasarkan rilis data pertumbuhan ekonomi triwulan II 2017 oleh BPS Provinsi DKI Jakarta, terdapat koreksi angka pertumbuhan lapangan usaha jasa keuangan dan asuransi DKI Jakarta triwulan I 2017, dari sebelumnya 9,53% (yoy) menjadi 9,15% (yoy). 32

46 sejalan dengan kondisi konsumsi masyarakat saat ini, yang lebih menahan belanja dan lebih memilih untuk menyimpan dan menabung pendapatannya. Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 2.38 Penyaluran Kredit di Jakarta Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 2.39 Penghimpunan DPK 33

47 Halaman ini sengaja dikosongkan 34

48 BOKS 1 Melambatnya Konsumsi dan Perdagangan Ritel di Jakarta Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta triwulan II 2017 yang melambat, salah satunya disebabkan oleh melemahnya konsumsi rumah tangga (RT). Konsumsi RT yang melemah tersebut menjadi sorotan berbagai kalangan, karena terjadi di tengah momen bulan puasa dan Lebaran yang jatuh pada triwulan laporan. Kondisi demikian yang juga didukung oleh pemberitaan mengenai penurunan pada transaksi ritel, juga menjadi anomali, karena terjadi di tengah kondisi makroekonomi yang relatif stabil. Apakah daya beli masyarakat DKI Jakarta mengalami penurunan? Atau apakah terdapat penyebab yang lain sehingga konsumsi rumah tangga melambat? Profil Konsumsi DKI Jakarta Sebagai ibukota negara, perekonomian DKI Jakarta memiliki pangsa terbesar terhadap PDB Nasional, begitu juga dengan pangsa konsumsi rumah tangganya. Konsumsi RT DKI Jakarta memiliki pangsa 18% terhadap nasional, kemudian diikuti Jawa Timur (17%), Jawa Barat (16%), dan Jawa Tengah (10%). Pada PDRB DKI Jakarta, konsumsi RT juga memiliki porsi yang terbesar, dengan kisaran 60%, dan menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta (Grafik B.1.1). Jika dilihat lebih dalam, subkelompok yang mendominasi konsumsi rumah tangga di DKI Jakarta secara umum adalah kebutuhan-kebutuhan primer yang dibutuhkan untuk aktivitas dan kegiatan rumah tangga sehari-hari (Grafik B.1.2). Sumber: BPS, diolah Grafik B.1.1 Porsi Konsumsi RT pada PDRB DKI Jakarta Sumber: BPS, diolah Grafik B.1.2 Subkelompok pada Konsumsi RT DKI Jakarta Indikasi Perlambatan Konsumsi Rumah Tangga Momen bulan puasa dan hari raya Idul Fitri secara umum disambut gembira oleh kalangan ritel dan perdagangan, karena kedua momen 35

49 tersebut menstimulasi perilaku belanja masyarakat yang lebih banyak dan lebih tinggi dibandingkan dengan biasanya. Namun, momen bulan puasa dan Idul Fitri pada tahun 2017 tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Sampai dengan pertengahan tahun 2017, kondisi penjualan secara umum menurun, bahkan pada saat momen bulan puasa dan Idul Fitri. Berbagai kalangan mengeluhkan hal tersebut, seperti Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) yang mengatakan bahwa hampir semua perusahaan ritel mengeluhkan penjualan berbagai produk yang jauh menurun dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya 1. Sementara itu, lesunya belanja masyarakat juga tercermin pada kondisi pusat perdagangan, seperti di kawasan Glodok yang dikenal sebagai pusat belanja barang kebutuhan elektronik. Kios-kios di kawasan Glodok kini dilaporkan mulai banyak ditinggalkan pemiliknya, karena lebih banyak mendatangkan kerugian 2. Jika dilihat dari kelas masyarakat, pelemahan belanja cenderung lebih banyak terjadi pada segmen menengah ke bawah. Hal ini terindikasi pada pertumbuhan penjualan pada retailer dengan pangsa pasar menengah ke bawah pada triwulan II 2017 yang lebih rendah dibandingkan triwulan II pada tahun lalu (Grafik B.1.3 dan B.1.4). Di sisi lain, konsumsi masyarakat kelas menengah relatif masih kuat di DKI Jakarta, yang tercermin dari pertumbuhan penjualan beberapa retailer dengan pangsa pasar masyarakat kelas menengah yang meningkat (Grafik B.1.5 dan B.1.6). Sumber: FGD dengan Retailer Grafik B.1.3 Growth Penjualan Retail A dengan Segmen Menengah Ke Bawah Sumber: FGD dengan Retailer Grafik B.1.4 Growth Penjualan Retail B dengan Segmen Menengah Ke Bawah 1 tanggal 26 Juni Bisnis Retail Lesu, Omzet Pedagang di Glodok Tergerus 18 Juli

50 Sumber: FGD dengan Retailer Grafik B.1.5 Pertumbuhan Penjualan Retail C dengan Segmen Menengah Sumber: FGD dengan Retailer Grafik B.1.6 Pertumbuhan Penjualan Retail D dengan Segmen Menengah Perlambatan konsumsi rumah tangga yang dituding sebagai penyebab turunnya penjualan ritel semakin terkonfirmasi dari angka pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta terkini yang dirilis pada bulan Agustus Data tersebut menunjukkan bahwa konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2017 tumbuh 5,86% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (5,97%; yoy). Sejalan dengan konsumsi rumah tangga, lapangan usaha (LU) perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor juga melambat, dengan pertumbuhan pada triwulan II 2017 sebesar 3,69% (yoy) yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (5,07%; yoy). Pertumbuhan pada triwulan II 2017 yang terdapat momen bulan puasa dan Idul Fitri ini berbeda dengan pola historis pada tahun-tahun sebelumnya. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan LU perdagangan pada momen puasa dan Idul Fitri yang secara umum lebih tinggi dibandingkan dengan waktu normal (Grafik B.1.7 dan B.1.8) Sumber: BPS Prov. DKI Jakarta Grafik B.1.7 Pertumbuhan Konsumsi RT DKI Jakarta Sumber: BPS Prov. DKI Jakarta Grafik B.1.8 Pertumbuhan LU Perdagangan DKI Jakarta Namun, perlambatan konsumsi rumah tangga dan lapangan usaha perdagangan pada triwulan II 2017 cukup mengundang berbagai pertanyaan dari sejumlah kalangan, karena terjadi di tengah stabilitas ekonomi nasional yang kondusif. Sejalan dengan hal tersebut, kondisi perekonomian DKI Jakarta juga relatif stabil dan kondusif, yang tercermin pada indikator makroekonomi yang relatif baik, khususnya tingkat 37

51 keyakinan masyarakat yang masih terjaga di level positif (Grafik B.1.9). Indikator pada sisi intermediasi perbankan juga menunjukkan peningkatan, yaitu pada penyaluran kredit konsumsi (Grafik B.1.10). Hal tersebut menunjukkan bahwa daya beli masih ada, namun terdapat beberapa hal yang membuat masyarakat Jakarta memutuskan untuk tidak melakukan belanja. Penyebab Perlambatan Konsumsi Rumah Tangga dan Perdagangan Retail Melambatnya konsumsi dan perdagangan retail di tengah momen bulan puasa dan Idul Fitri serta stabilitas ekonomi menjadi sebuah kondisi yang perlu dicari penyebabnya. Secara umum, hal-hal yang menyebabkan terjadinya perlambatan adalah sebagai berikut: 1. Perubahan Perilaku (Behavior Changing) Masyarakat dewasa ini cenderung lebih selektif untuk melakukan belanja, antara lain dengan memprioritaskan pembelian kebutuhankebutuhan primer, sedangkan untuk kebutuhan sekunder atau komplementer masih dapat ditunda kebutuhannya, atau cukup dengan menggunakan barang yang telah dimiliki sebelumnya karena sifatnya yang tidak mendesak. Hal tersebut tercermin pada hasil Survei Pedagan Eceran (SPE) Bank Indonesia, yang menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan perubahan pola belanja, yaitu peningkatan belanja pada kebutuhan makanan dan minuman (kebutuhan primer dan bersifat mendesak), serta penurunan pada belanja pakaian (kebutuhan primer namun sifatnya tidak mendesak) dan belanja barang rumah tangga (barang sekunder dan sifatnya tidak mendesak) (Grafik B.1.9, B.1.10, dan B.1.11). Sumber: Survei Pedagang Eceran (SPE) BI Grafik B.1.9 Belanja Makanan dan Minuman Sumber: Survei Pedagang Eceran (SPE) BI Grafik B.1.10 Belanja Pakaian 38

52 Sumber: Survei Pedagang Eceran (SPE) BI Grafik B.1.11 Belanja Barang Pribadi dan Rumah Tangga 2. Penggunaan E-Commerce Penggunaan e-commerce ini lebih kepada penyebab turunnya pembelanjaan di toko-toko ritel dan toko fisik. Kemudahan akses internet yang dinikmati oleh warga ibukota serta kemudahan transaksi berpengaruh terhadap pergeseran pola belanja, dari sebelumnya mendatangi pusat perbelanjaan, kini cukup mengunakan gawai. Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), sebanyak 51,8% penduduk Indonesia telah memiliki akses dan menggunakan internet, dengan pengguna terbesar ada di Pulau Jawa. Pengguna internet tersebut paling banyak mengakses toko online, sehingga hal ini ditengarai menjadi pemicu berkurangnya transaksi di lokasi belanja ritel. Namun, data pasti mengenai jumlah transkasi belanja melalui media e-commerce belum terdokumentasi secara lengkap, sehingga belum bisa diperoleh gambaran menyeluruh mengenai kegiatan jual-beli melalui internet. 3. Kondisi Lapangan Kerja. Pada kondisi lapangan kerja, pertumbuhan lapangan kerja informal di DKI Jakarta lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan kerja formal. Hal tersebut menyebabkan terbatasnya perbaikan daya beli masyarakat, karena lapangan kerja informal tidak dapat menyediakan job security sebaik lapangan kerja formal, sehingga masyarakat yang bekerja di sektor informal cenderung membelanjakan pendapatannya untuk kebutuhan yang penting saja. 39

53 Halaman ini sengaja dikosongkan 40

54 KEUANGAN PEMERINTAH Bab 3 Perekonomian DKI Jakarta yang tumbuh melambat pada triwulan II 2017 mengakibatkan kinerja pendapatan daerah turut melambat. Pertumbuhan PAD mengalami kontraksi akibat menurunnya penerimaan dari empat pajak utama, yaitu pajak kendaraan bermotor (PKB), bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB), bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) serta pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (PBB-P2). Sebaliknya, kinerja realisasi belanja daerah pada triwulan II 2017 mengalami peningkatan melalui realisasi belanja bantuan sosial untuk siswa miskin dan realisasi belanja modal. Kinerja investasi pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada triwulan ini sangat baik dengan adanya realisasi pembangunan rusun, pembangunan jalan, dan pembelian alat berat untuk mendukung pembangunan di Jakarta. Dari sisi pembiayaan, realisasi pada triwulan II 2017 cukup signifikan yaitu berupa peningkatan pembiayaan kepada PT. MRT dan PT. Jakpro, khususnya dalam rangka pembangunan infrastruktur untuk mendukung Asian Games A. Pendapatan Daerah Melambatnya pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada triwulan II 2017 turut berdampak terhadap kinerja pendapatan daerah. Penerimaan pendapatan daerah tercatat sebesar Rp13,96 triliun atau tumbuh 4,23% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (Tabel 3.1). Angka pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I 2017 yang mencapai 30,08% (yoy), atau terhadap pertumbuhan triwulan II 2016 yang sebesar 12,87% (yoy). Secara kumulatif, pendapatan daerah meningkat yaitu dari Rp23,60 triliun pada semester pertama 2016 menjadi Rp27,24 triliun pada semester pertama 2017 atau tumbuh sebesar 15,41% (ctc). 41

55 U R A I A N Tabel 3.1 Realisasi Pendapatan Daerah DKI Jakarta Kumulatif Tw II 2016 Kumulatif Tw II 2017 Realisasi Tw II 2017 Rp Miliar % Rp Miliar % Rp Miliar % yoy (%) PENDAPATAN 23, % 27, % 13, % 4.23% PAD 15, % 15, % 8, % -2.64% Pajak Daerah 13, % 13, % 6, % -9.92% Retribusi Daerah % % % % Hasil Pengelolaan Kekayaan % % % % Daerah yang Dipisahkan Lain-Lain PAD 1, % 1, % 1, % 47.29% DANA PERIMBANGAN 6, % 10, % 4, % 12.04% LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH Sumber: BPKD DKI Jakarta 1, % % % 57.48% Sumber pendapatan utama DKI Jakarta, yaitu pendapatan asli daerah (PAD) mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,64% (yoy) yang disebabkan karena turunnya penerimaan pajak daerah. Penerimaan pajak pada triwulan II 2017 terkontraksi hingga 9,92% (yoy), jauh menurun dibandingkan dengan kinerja triwulan sebelumnya yang tumbuh 16,49% (yoy), maupun terhadap periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat tumbuh 17,34% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut, retribusi daerah juga mengalami kontraksi pertumbuhan hingga 13,30% (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,32% (yoy). Meskipun kinerja retribusi termasuk rendah, sesungguhnya fungsi utama retribusi bukanlah sebagai instrumen penerimaan pendapatan, melainkan sebagai instrumen pengendalian perizinan oleh Pemerintah DKI Jakarta I II III IV I II III IV I II III IV I II I II III IV I II III IV I II III IV I II % gbphtb (LHS) gpbb (RHS) % g_pkb g_bbn-kb g_penjualan Mobil Sumber: BPKD DKI Jakarta, diolah Grafik 3.1 Perkembangan Sumber Pajak Utama DKI Jakarta Penurunan kinerja penerimaan pajak tidak terlepas dari melemahnya kinerja empat sumber pajak utama, yaitu pajak kendaraan bermotor (PKB), bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB), bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) serta pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (PBB-P2). 42

56 Sejalan dengan melemahnya penjualan kendaraan bermotor, pertumbuhan BBNKB terkontraksi hingga 13,51% (yoy), jauh menurun dibandingkan dengan kinerja triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,69% (yoy), maupun terhadap periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh 10,83% (yoy). Pertumbuhan PKB juga terkontraksi sebesar 3,56% (yoy), menurun dibandingkan dengan kinerja triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 8,72% (yoy), maupun terhadap triwulan II 2016 yang tumbuh sebesar 29,99% (yoy). Untuk meningkatkan penerimaan pajak kendaraan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menerapkan kebijakan penghapusan denda PKB dan BBNKB bagi wajib pajak yang memiliki tunggakan. Kebijakan tersebut diterapkan mulai 19 Juli 2017 hingga 31 Agustus 2017 berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pajak dan Retribusi Daerah DKI Jakarta Nomor 1594 tahun Kebijakan sejenis juga pernah diterapkan pada tahun 2016 dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mampu memperoleh pendapatan lebih dari Rp1 triliun rupiah. Realisasi penerimaan BPHTB pada triwulan II 2017 terkontraksi sebesar 7,54% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya mampu tumbuh hingga 84,70% (yoy). Kinerja ini juga lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II 2016 yang tercatat mengalami pertumbuhan 22,31%. Selain karena masih belum kuatnya penjualan properti di Jakarta, rendahnya penerimaan BPHTB juga disebabkan karena telah diterapkannya kebijakan pembebasan BPHTB untuk transaksi dengan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) sampai dengan Rp2 miliar. Selain itu, penjualan apartemen untuk segmen high end juga terkendala pajak yang cukup tinggi, karena dikenakan PPNBM 20%, PPh barang sangat mewah 5% dan PPN 10% sehingga turut menghambat penjualan. Sejalan dengan penurunan kinerja BPHTB, penerimaan dari PBB-P2 juga mengalami kontraksi hingga 20,93% (yoy). Pada triwulan sebelumnya penerimaan dari PBB-P2 tumbuh sebesar 32,97% (yoy), sedangkan pada triwulan II 2016 pertumbuhannya 14,96% (yoy). Penurunan ini turut dipengaruhi oleh penerapan kebijakan penghapusan penerimaan PBB-P2 dengan NJOP sampai dengan Rp1 miliar sebanyak 1,1 juta SPPT, pengurangan PBB kepada Wajib Pajak karena kondisi tertentu atau terkena bencana alam, Rumah Sakit swasta dan Sekolah Swasta juga bagi Veteran, Purnawirawan dan Pensiunan PNS. Penerimaan PBB-P2 diperkirakan meningkat pada triwulan III 2017 karena batas akhir pembayaran yang jatuh 43

57 pada 31 Agustus Selain itu, sebagai upaya meningkatkan penerimaan PBB-P2 dan memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam melakukan pembayaran, Pemerintah DKI Jakarta pada tanggal 10 Agustus 2017 telah meluncurkan layanan pembayaran PBB-P2 melalui Indomaret. Tabel 3.2 Realisasi Penerimaan Pajak Jenis Pajak Daerah Kumulatif Tw II 2016 Kumulatif Tw II 2017 Realisasi Tw II 2017 Rp Miliar % Rp Miliar % Rp Miliar % (yoy) Pajak Kendaraan Bermotor 3, % 3, % 1, % -3.56% Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 2, % 2, % 1, % % Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor % % % 3.34% Pajak Hotel % % % % Pajak Restoran 1, % 1, % % -8.95% Pajak Hiburan % % % % Pajak Reklame % % % 2.43% Pajak Penerangan Jalan % % % % Pajak Air Tanah % % % % Pajak Parkir % % % % Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan 1, % 1, % % -7.54% Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan 1, % 1, % % % Pajak Rokok % % % 11.40% Total 13, % 13, % 6, % -9.92% Sumber: BPKD DKI Jakarta Perlambatan pertumbuhan yang terjadi pada pendapatan daerah dapat tertahan dengan adanya dorongan dari dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Dana perimbangan mampu tumbuh sebesar 12,04% (yoy) karena adanya realisasi penerimaan dana alokasi khusus (DAK) non-fisik. Pada tahun 2017, Provinsi DKI Jakarta dianggarkan menerima DAK non-fisik sebesar Rp3,15 triliun yang mayoritas alokasinya untuk bantuan operasional sekolah dan tunjangan profesi guru (Tabel 3.3). Pada triwulan II 2017 penerimaan DAK non-fisik terealisasi sebesar Rp719,06, sedangkan secara kumulatif realisasinya mencapai Rp1,48 triliun. Hal ini berbeda dengan kondisi tahun sebelumnya, karena realisasi DAK nonfisik baru terealisasi pada triwulan IV Sementara itu, lain-lain pendapatan daerah yang sah tumbuh 57,48% (yoy) pada triwulan laporan. Tingginya pertumbuhan disebabkan karena pada tahun 2016 pendapatan hibah lebih banyak direalisasikan pada triwulan III. Selain itu, berbeda dengan komposisi tahun sebelumnya, pada tahun 2017 kelompok pendapatan ini hanya terdiri dari dari pendapatan hibah, terutama hibah untuk MRT. Sedangkan pada tahun sebelumnya terdapat juga komponen dana penyesuaian dan otonomi khusus. Pada tahun 2017, komponen tersebut tergabung dalam DAK. 44

58 Tabel 3.3 Rincian DAK Non Fisik di DKI Jakarta Komponen DAK Non Fisik Alokasi (Rp Ribu) Bantuan Operasional Sekolah Rp 1,617,317,600 Bantuan Operasional Penyelenggaraan PAUD Rp 80,812,800 Tunjangan Profesi Guru Rp 1,385,462,880 Tambahan Penghasilan Guru Rp 14,298,000 Tunjangan Khusus Guru Rp - Bantuan Operasional Kesehatan dan KB Bantuan Operasional Kesehatan Rp 17,000,000 Akreditasi Rumah Sakit Rp - Akreditasi Puskesmas Rp 17,000,140 Jaminan Persalinan Rp - Bantuan Operasional KB Rp - Dana Peningkatan Kapasitas Koperasi dan UKM Rp 1,000,000 Dana Pelayanan Administrasi Kependudukan Rp 16,080,458 Total Rp 3,148,971,878 Sumber: Kementerian Keuangan B. Belanja Daerah Berbeda dengan realisasi pendapatan yang mengalami perlambatan, kinerja realisasi belanja daerah pada triwulan II 2017 lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Tabel 3.4). Realisasi belanja daerah tumbuh 10,44% (yoy), sedangkan pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 22,03% (yoy). Namun, angka pertumbuhan tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II 2016 yang mencapai 27,35% (yoy). U R A I A N Tabel 3.4 Rincian Belanja DKI Jakarta Kumulatif Tw II 2016 Kumulatif Tw II 2017 Tw II 2017 Rp Miliar % Rp Miliar % Rp Miliar % yoy BELANJA 16, % 16, % 11, % 10.44% BELANJA TIDAK LANGSUNG 10, % 9, % 6, % 19.03% Belanja Pegawai 7, % 7, % 4, % -0.18% Belanja Bunga % % Belanja Subsidi % % - Belanja Hibah 1, % % % % Belanja Bantuan Sosial 1, % 1, % 1, % % Belanja Bagi Hasil Belanja Bantuan Keuangan % % % 14.72% Belanja Tidak Terduga % % - BELANJA LANGSUNG 6, % 6, % 4, % 0.69% Belanja Pegawai % 1, % % % Belanja Barang dan Jasa 4, % 4, % 2, % % Belanja Modal % 1, % 1, % 42.09% Sumber: BPKD DKI Jakarta Pertumbuhan realisasi belanja masih terjaga karena didorong oleh realisasi belanja tidak langsung yang mampu tumbuh hingga 19,03% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi hingga 38,55% (yoy). Dorongan realisasi belanja tidak langsung terutama bersumber dari realisasi 45

59 belanja bantuan sosial kepada siswa miskin. Pada tahun 2016, realisasi belanja bantuan ini banyak dilakukan pada triwulan I dan IV, sehingga menimbulkan base effect karena pada tahun 2017 realisasinya baru dilakukan pada triwulan II. Di samping itu, pertumbuhan belanja pegawai mengalami kontraksi sebesar 0,18% (yoy), karena adanya pergeseran pembayaran tunjangan PNS dari bulan Juni ke Juli. Pertumbuhan belanja hibah juga terkontraksi 66,97% (yoy), sedangkan pada triwulan sebelumnya kontraksi yang terjadi adalah 77,47% (yoy). Pada tahun 2017, anggaran hibah kepada organisasi masyarakat (ormas) berkurang secara drastis dibandingkan dengan APBD 2016, sehingga total anggaran belanja hibah pada tahun 2017 lebih rendah. Pada akhirnya, hal tersebut berdampak pada rendahnya pertumbuhan realisasi belanja hibah tahun 2017, dibandingkan dengan tahun Sementara itu, belanja langsung mengalami perlambatan pertumbuhan, yaitu dari 23,72% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi 0,69% (yoy) pada triwulan II Angka pertumbuhan tersebut juga jauh lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II 2016 yang mencapai 119,27% (yoy). Melambatnya pertumbuhan belanja langsung disebabkan karena menurunnya pertumbuhan belanja barang dan jasa hingga terkontraksi sebesar 18,48% (yoy), sedangkan pada triwulan sebelumnya pertumbuhan belanja barang dan jasa mencapai 10,12% (yoy). Hal ini disebabkan karena adanya keterlambatan dalam pengadaan barang dan jasa, maupun sebagai akibat dari adanya efisiensi anggaran dengan pelaksanaan lelang konsolidasi. Sebaliknya belanja modal mengalami peningkatan pertumbuhan, yaitu dari 28,86% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi 42,09% (yoy) pada triwulan II Namun, pertumbuhan ini masih lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II 2016 yang mencapai 243,26% (yoy). Pertumbuhan belanja modal pada triwulan laporan terutama didorong untuk realisasi pembangunan rusun, pembangunan jalan, dan pembelian alat berat untuk mendukung pembangunan di Jakarta. 46

60 % ,000 Rp Miliar Total Realisasi Belanja Daerah (LHS) Persentase Realisasi Total Belanja (RHS) % , , Tw I Tw II Tw III Tw IV 20,000 10, I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber: BPKD DKI Jakarta Grafik 3.2 Penyerapan Belanja Triwulanan DKI Jakarta Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Pemprov. DKI Jakarta Grafik 3.3 Realisasi dan Penyerapan Belanja Kumulatif DKI Jakarta C. Pembiayaan Pada triwulan II 2017, realiasi penerimaan pembiayaan tercatat sebesar 99,75%, belum mengalami perubahan signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Tabel III.7). Secara nominal terdapat peningkatan penerimaan dari SiLPA sebesar Rp8,7 miliar, namun jumlah ini belum mampu mendorong pertumbuhan yang lebih tinggi. Penerimaan pembiayaan bahkan mengalami pertumbuhan negatif jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan yang sama tahun lalu. Hal ini disebabkan karena sumber penerimaan pembiayaan lainnya, yaitu pinjaman daerah yang bersumber dari Bank Dunia untuk program Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI), atau yang dikenal juga dengan Proyek Darurat Penanggulangan Banjir Jakarta, masih belum terdapat realisasi karena belum berjalannya program pengerukan/normalisasi sungai di DKI Jakarta. Hal ini berbeda dengan kondisi tahun 2016, karena pinjaman JEDI telah direalisasikan sejak triwulan II. Sementara itu realisasi pengeluaran pembiayaan pada triwulan laporan tumbuh hingga mendekati 13 kali lipat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena pada triwulan laporan terjadi peningkatan yang signifikan pada penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah kepada PT. Mass Rapit Transit (MRT), ditambah dengan penyertaan modal kepada PT Jakarta Propertindo (JAKPRO). Terus berjalannya pembangunan MRT, LRT Jakarta, ditambah dengan pembangunan infrastruktur lainnya untuk mendukung Asian Games 2018 mengakibatkan pembiayaan untuk kedua BUMD Jakarta ini mengalami peningkatan. 47

61 URAIAN Tabel 3.5 Pembiayaan DKI Jakarta Triwulan II 2017 Rp Miliar % Rp Miliar % Rp Miliar % yoy PENERIMAAN PEMBIAYAAN 5, % 7, % % % Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun 4, % 7, % % % Anggaran Sebelumnya Penerimaan Pinjaman Daerah % Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman PENGELUARAN PEMBIAYAAN % 2, % 2, % % Pembentukan Dana Cadangan % Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah % 2, % 2, % % Daerah Pembayaran Pokok Utang Sumber: BPKD DKI Jakarta Realisasi Kumulatif Tw II 2016 Realisasi Kumulatif Tw II 2017 Tw II

62 Halaman ini sengaja dikosongkan 49

63 Halaman ini sengaja dikosongkan 50

64 INFLASI INFLASI Bab 4 Sampai dengan pertengahan tahun 2017, inflasi DKI Jakarta tetap terkendali pada level yang lebih rendah dibandingkan perkembangan beberapa tahun terakhir. Kondisi permintaan yang belum memberikan tekanan, terjaganya pasokan pangan, dan semakin solidnya program pengendalian inflasi yang dilakukan oleh TPID DKI Jakarta, berkontribusi terhadap terjaganya perkembangan inflasi di paruh pertama tahun 2017 ini. Hal ini juga didukung oleh terbatasnya dampak penyesuaian subsidi listrik 900VA di DKI Jakarta. Memasuki triwulan III 2017, inflasi Ibukota masih terjaga. Berkurangnya tekanan permintaan barang dan jasa secara umum, berkontribusi terhadap inflasi Juli Selain itu, penundaan kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, diikuti dengan pergerakan harga pangan yang masih terkendali, mendukung terjaganya inflasi DKI Jakarta. Berbagai kebijakan Bank Indonesia maupun stakeholder terkait lainnya, akan diupayakan untuk tetap mengawal pencapaian target inflasi 4% ± 1%. A. Perkembangan dan Program Pengendalian Inflasi Triwulan II 2017 Pada triwulan II 2017, inflasi DKI Jakarta tercatat sebesar 3,94% (yoy), lebih rendah dari inflasi nasional (4,37% yoy) maupun dari rata-rata inflasi ibukota tiga tahun sebelumnya (6,11% yoy). Perayaan Idul Fitri 2017 yang jatuh bertepatan pada bulan Juni, tidak mendorong inflasi terlalu keatas. Permintaan masyarakat akan barang dan jasa yang belum terlalu solid sepanjang triwulan II 2017, serta didukung oleh terkendalinya harga pangan, mampu menahan gejolak inflasi yang berlebih. Terkendalinya harga pangan terutama didorong oleh semakin efektifnya program pengendalian harga oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) DKI Jakarta, berbagai kebijakan pemerintah yang tidak memberikan dorongan inflasi yang besar, serta komunikasi yang baik dan masif untuk menjaga ekspektasi inflasi masyarakat. 51

65 Sumber: BPS Grafik 4.1 Inflasi Jakarta dan Nasional Sumber: BPS Grafik 4.2 Inflasi Jakarta dan Nasional Triwulanan Jika dilihat dari sisi kelompok pengeluaran, inflasi hampir seluruh kelompok pengeluaran lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian tahun-tahun sebelumnya. Kelompok pengeluaran bahan makanan pada triwulan II 2017 yang tercatat sebesar 2,43% (yoy), jauh lebih terkendali jika dibandingkan dengan rata-rata tiga tahun sebelumnya sebesar 8,46% (yoy). TPID DKI Jakarta, melalui BUMD pangannya, melakukan berbagai terobosan program dalam pengendalian harga pangan. Di sisi hulu, kerjasama antardaerah maupun antarinstansi dalam pemenuhan pasokan masyarakat Ibukota terus diperkuat. Hal ini juga didukung oleh koordinasi yang baik dengan stakeholder terkait di sisi hilir, antara lain dengan Kementerian dan pihak Swasta. Hal ini ditujukan agar masyarakat DKI Jakarta dapat selalu menikmati pangan dengan harga yang stabil dan terjangkau. Kelompok pengeluaran lainnya yang harganya terpantau terkendali adalah makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, yang tercatat mengalami inflasi sebesar 4,50% (yoy) pada triwulan II Berdasarkan pola historisnya, kelompok pengeluaran ini selalu naik cukup tinggi, terutama pada bulan Ramadhan. Walau demikian, pencapaian saat ini lebih rendah dari rata-rata tiga tahun sebelumnya sebesar 9,05% (yoy). Hal ini mengindikasikan bahwa pada triwulan II 2017, tingkat permintaan masyarakat tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya. Belum solidnya perbaikan permintaan masyarakat terutama didorong oleh perilaku untuk menahan konsumsi. Belum kuatnya tekanan permintaan masyarakat juga terlihat dari inflasi kelompok pengeluaran sandang yang tercatat sebesar 3,80% (yoy) pada triwulan II 2017, lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata tiga tahun sebelumnya sebesar 6,35% (yoy). Berdasarkan pola konsumsinya, 52

66 kebutuhan sandang masyarakat cenderung meningkat untuk keperluan Ramadhan dan Idul Fitri. Namun, hal ini tidak terlalu terlihat pada tahun Walau bertepatan dengan perayaan Idul Fitri pada Juni 2017, harga sandang di DKI Jakarta tidak mengalami kenaikan yang berarti. Berdasarkan informasi pelaku usaha di sektor riil, penjualan baju lebaran saat Idul Fitri tahun 2017 tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, pergerakan harga emas perhiasan di Ibukota juga relatif terjaga, mengingat harga emas internasional yang tidak berfluktuatif. Berbagai faktor tersebut berkontribusi terhadap inflasi kelompok pengeluaran sandang yang rendah. Walau bertepatan dengan libur panjang saat Idul Fitri 2017, inflasi kelompok pengeluaran transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan II 2017 tetap terkendali. Di tengah kenaikan permintaan jasa transportasi untuk keperluan mudik, kelompok ini tercatat mengalami inflasi sebesar 4,21% (yoy), masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata tiga tahun sebelumnya segesar 6,23% (yoy). Hal tersebut disebabkan oleh pergerakan tarif transportasi, seperti angkutan antarkota dan angkutan udara yang naik relatif tidak terlalu tinggi. Pembangunan infrastruktur pendukung oleh pemerintah, antara lain tol lintas daerah, yang mendorong sebagian masyarakat melakukan mudik dengan kendaraan pribadi. Hal ini menyebabkan permintaan jasa transportasi lainnya cenderung tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya. Tekanan harga dari kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga juga bergerak terbatas. Di tengah libur panjang yang banyak dimanfaatkan untuk berlibur, kelompok pengeluaran ini justru hanya mengalami inflasi sebesar 0,81% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata tiga tahun sebelumnya 2,85% (yoy). Banyaknya warga DKI Jakarta yang berpergian keluar kota, menyebabkan sepinya beberapa destinasi wisata di Ibukota, sehingga permintaan akan jasa rekreasi cenderung berkurang. Belum masuknya tahun ajaran baru sekolah juga turut berkontribusi terhadap rendahnya inflasi kelompok pengeluaran ini. Adapun kelompok pengeluaran yang tercatat lebih tinggi dari rata-ratanya hanya kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Kelompok pengeluaran ini tercatat mengalami inflasi sebesar 5,63% (yoy), lebih tinggi dari rata-rata tiga tahun sebelumnya (4,82% yoy). Kebijakan 53

67 pemerintah melakukan penyesuaian subsidi listrik 900VA secara berkala mulai Januari 2017 (Januari-Maret-Mei) menjadi faktor utama yang mendorong inflasi lebih ke atas. Namun, jumlah penggunanya yang tidak terlalu banyak di DKI Jakarta, menyebabkan dampak kebijakan tersebut menjadi lebih terbatas dibandingkan dengan daerah-daerah lain. Sumber: BPS (diolah) Grafik 4.3 Inflasi berdasarkan kelompok barang Program Pengendalian Inflasi Triwulan II 2017 Program pengendalian inflasi yang dilakukan TPID DKI Jakarta tetap mengacu pada prinsip 4K (Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, Komunikasi dan Keterjangkauan Harga) dan roadmap pengendalian inflasi. Pada triwulan II 2017, program yang dilakukan lebih berfokus pada persiapan menghadapi Ramadhan dan Idul Fitri yang jatuh pada Juni 2017, dan tetap melanjutkan program-program yang telah dilakukan sebelumnya. Persiapan menghadapi Ramadhan dan Idul Fitri diawali dengan High Level Meeting (HLM) TPID DKI Jakarta. Dari kegiatan HLM tersebut dihasilkan berbagai program pengendalian harga untuk menghadapi dinamika permintaan masyarakat dalam menghadapi bulan Ramadhan dan Idul Fitri yang akan memengaruhi pergerakan harga. Berbagai program yang dilakukan dan disepakati TPID DKI Jakarta, dikomunikasi melalui berbagai media tingkat daerah (Jakarta) dan nasional dalam wadah media gathering untuk membentuk ekspektasi harga yang positif baik bagi masyarakat, antara lain tentang kecukupan pasokan dan operasi pasar selama Ramadhan. Selain itu, TPID DKI Jakarta juga telah meresmikan tiga unit mesin Controlled Atmosphere Storage (CAS) sebagai media buffer stock untuk komoditas hortikultura. Kegiatan ini juga diikuti dengan penandatanganan 54

68 Memorandum of Understanding (MoU) kerjasama pasokan bawang merah dengan kelompok tani di Brebes sebagai penyuplai DKI Jakarta. TPID DKI Jakarta juga turut aktif dalam mendukung kegiatan berskala nasional, antara lain adalah dukungan terhadap gerakan stabilisasi pangan yang diadakan oleh Bulog dan Menteri Perdagangan, sidak pasokan dan harga di berbagai pasar, termasuk pasar induk beras cipinang dan pasar induk Kramat Jati bersama Menteri Perdagangan RI dan Menteri Pertanian RI. Sama seperti tahun sebelumnya, TPID DKI Jakarta kembali mengadakan Festival Jakarta Great Sale (FJGS) di 40 pasar tradisional di Ibukota. FJGS menjual berbagai bahan pangan dengan harga yang terjangkau. TPID DKI Jakarta, bekerjasama dengan PT Transjakarta, juga telah membuka outlet pangan di 53 Halte Busway, yang memudahkan masyarakat untuk mengakses bahan pangan dengan harga yang terjangkau. Adapun beberapa program pendukung lainnya yang dijalankan TPID DKI Jakarta, bekerjasama dengan mitra strategis seperti BPOM adalah pengawasan pangan. Pengawasan dilakukan untuk memeriksa kualitas dan kesehatan pangan yang beredar di Ibukota. Pengawasan dilakukan di pasarpasar serta di industri rumah tangga. Selain itu, TPID DKI Jakarta juga menjamin kelancaran distribusi pangan itu sendiri, antara lain melalui pengaturan lalu lintas yang masuk/keluar dari DKI Jakarta. Berbagai langkah yang ditempuh TPID DKI Jakarta, berkontribusi terhadap terjaganya harga pangan sepanjang triwulan II Potensi kenaikan harga pangan yang tinggi pada Ramadhan dan Idul Fitri, mampu dijaga dengan baik, sehingga harga pangan tidaklah berfluktuasi. B. Perkembangan Disagregasi Inflasi Triwulan II 2017 Terjaganya seluruh disagregasi pembentuk inflasi (inflasi inti, volatile food dan administered price) berkontribusi terhadap terkendalinya inflasi triwulan II 2017 di Ibukota. (Grafik 4.4). 55

69 Sumber: BPS, Bank Indonesia (diolah) Grafik 4.4 Pergerakan disagregasi inflasi DKI Jakarta Inflasi Inti Inflasi inti sampai dengan triwulan II 2017 bergerak cukup stabil. Masuknya bulan Ramadhan dan Idul Fitri yang jatuh pada Juni 2017, tidak serta merta mendorong inflasi inti lebih keatas. Faktor terjaganya inflasi inti datang dari sisi eksternal dan internal, antara lain dari perkembangan nilai tukar yang tidak fluktuatif, harga komoditas internasional yang terjaga, serta permintaan masyarakat yang belum terlalu kuat. Nilai tukar rupiah cenderung bergerak stabil sampai dengan pertengahan tahun Hal tersebut menjadikan harga-harga barang impor juga stabil, baik bahan baku maupun barang konsumsi (imported inflation terbatas). Sementara itu, permintaan masyarakat yang belum terlalu solid, terindikasi dari relatif rendahnya kegiatan belanja masyarakat yang menahan pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Hal tersebut disebabkan oleh masyarakat, khususnya kelas menengah, yang cenderung menahan belanja, untuk mengantisipasi pengeluaran yang lebih besar pada triwulan III 2017, antara lain tahun ajaran baru. Sumber: BPS, Bank Indonesia (diolah) Grafik 4.5 Pergerakan inflasi inti dan nilai tukar Sumber: BI, Bloomberg, BPS (diolah) Grafik 4.6 Harga Minyak Dunia Jika dilihat dari subkelompok pengeluaran yang memiliki bobot cukup besar pada inflasi inti, yaitu subkelompok pengeluaran makanan jadi, cenderung bergerak stabil rendah. Subkelompok ini mengalami inflasi sebesar 4,35% (yoy) pada triwulan II Walau bertepatan dengan Ramadhan dan Idul 56

70 Fitri 2017, pencapaian ini masih lebih rendah dibandingkan dengan ratarata tiga tahun sebelumnya (10,51% yoy). Permintaan masyarakat yang belum terlalu tinggi, serta biaya produksi perusahaan yang terjaga, menyebabkan harga-harga makanan jadi tidak bergejolak. Inflasi kelompok pengeluaran sandang turut berkontribusi terhadap terjaganya inflasi inti. Pola masyarakat yang cenderung berbelanja banyak keperluan sandang untuk keperluan Ramadhan dan Idul Fitri, tidak terjadi pada tahun Berdasarkan pengakuan pedagang-pedagang di Pasar Tanah Abang, penjualan sandang tahun ini lebih rendah dibandingkan dengan bulan Ramadhan dan Idul Fitri tahun-tahun sebelumnya. Hal ini tercermin dari inflasi kelompok pengeluaran sandang yang sebesar 3,80% (yoy), lebih rendah dari rata-rata tiga tahun sebelumnya (6,35% yoy). Lebih rendahnya inflasi sandang, juga dikontribusikan oleh tren penurunan harga emas perhiasan. Pergerakan harga emas perhiasan di Jakarta yang cenderung turun tidak terlepas dari tren penurunan harga emas internasional. Pada triwulan II 2017, harga emas perhiasan mengalami kenaikan harga sebesar 5,05% (yoy), lebih rendah dibandingkan rata-rata tiga tahun sebelumnya (12,84% yoy). Sumber: Bloomberg Grafik 4.6 Pergerakan Inflasi Sandang dan Makanan Jadi Sumber: BI, Bloomberg, BPS (diolah) Grafik 4.7 Pertumbuhan emas internasional, NT& emas perhiasan Tabel 4.1 Komoditas Penyumbang Inflasi Inti Triwulan II 2017 Komoditas Inflasi Inti Utama Penyumbang Tertinggi Komoditas Inflasi Inti Dengan Inflasi Tertinggi Komoditas Bobot Kontribusi (yoy) Inflasi (yoy) Komoditas Bobot Kontribusi (yoy) Inflasi (yoy) TARIP PULSA PONSEL 1.81% 0.32% 17.85% IKAN KERANJANG 0.09% 0.05% 71.73% SEWA RUMAH 4.32% 0.29% 6.67% TARIP GUNTING RAMBUT ANAK 0.03% 0.01% 37.25% KONTRAK RUMAH 4.93% 0.17% 3.35% SARUNG KATUN 0.09% 0.03% 32.38% NASI DENGAN LAUK 2.52% 0.13% 5.16% TARIP LABORATORIUM 0.02% 0.01% 29.67% EMAS PERHIASAN 2.16% 0.11% 5.05% GELAS MINUM 0.07% 0.01% 19.39% Sumber: BPS Volatile Food Inflasi volatile food yang terjaga hingga pertengahan tahun, berkontribusi terhadap terkendalinya inflasi triwulan II Walau bersamaan dengan 57

71 bulan Ramadhan dan Idul Fitri 2017, tidak serta merta diikuti gejolak harga pangan yang berarti. Inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan II 2017 tercatat sebesar 2,43% (yoy), jauh lebih terkendali dibandingkan dengan rata-rata triwulan II tiga tahun sebelumnya (8,46% yoy). Terkendalinya inflasi volatile food, terutama disumbangkan oleh subkelompok pengeluaran padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya yang terjaga (1,31% yoy). Secara rata-rata dalam tiga tahun sebelumnya, subkelompok tersebut mengalami inflasi sebesar 9,14% (yoy). Melalui BUMD pangan, TPID DKI Jakarta terus menjaga kesinambungan pasokan pangan strategis yang masuk ke Ibukota, maupun harga yang tercatat di tingkat konsumen. Khusus untuk beras, selain kerjasama antardaerah yang selalu digalakkan baik melalui mekanisme perdagangan maupun pengelolaan Sistem Resi Gudang (SRG), kerjasama juga dilakukan dengan Bulog dengan mekanisme standby stock beras. Beras dari Bulog akan dikeluarkan apabila beras yang masuk ke Ibukota berada pada titik yang rendah. Distribusi beras dengan harga yang lebih murah ke masyarakat, baik dengan bekerjasama dengan pasar tradisional, pasar modern, e-commerce, maupun outlet BUMD, juga turut menjaga harga beras di tingkat ritel. Dengan berbagai upaya tersebut inflasi beras mencapai 0,65% (yoy), jauh lebih rendah dari rata-rata tiga tahun sebelumnya (9,08% yoy). Terkendalinya inflasi volatile food juga didukung oleh subkelompok pengeluaran bumbu-bumbuan. Subkelompok ini tercatat mengalami inflasi sebesar 6,15% (yoy), yang juga lebih rendah dari rata-ratanya (8,07% yoy). Langkah TPID DKI Jakarta melalui pembelian mesin Controlled Atmosphere Storage (CAS) yang berfungsi sebagai media penyimpanan buffer stock komoditas hortikultura, berhasil menahan gejolak harga yang lebih tinggi. Pemanfaatan mesin ini juga didukung oleh kerjasama pasokan bawang merah dari kelompok tani di Brebes. Program ini turut berkontribusi terhadap terkendalinya gejolak harga yang lebih tinggi di Ibukota, di tengah masuknya musim tanam di beberapa daerah sentra produksi utama. TPID DKI Jakarta merupakan TPID pertama yang memiliki teknologi CAS. Kinerja inflasi kelompok volatile food pada pertengahan tahun 2017 juga didukung oleh terjaganya inflasi subkelompok pengeluaran daging dan hasil-hasilnya (5,32% yoy). Pemenuhan pasokan sapi dan daging sapi di 58

72 Ibukota selalu dilakukan baik melalui perdangan dengan peternak di Nusa Tenggara Timur (NTT), maupun impor dari New Zealand dan Australia. Pasokan ayam ras yang masuk ke Ibukota pun tetap terjaga, di tengah kenaikan permintaan pangan masyarakat. Selain itu, penerapan HET (harga eceran tertinggi) oleh pemerintah pada beberapa komoditas, seperti daging beku, gula dan minyak goreng, turut memiliki peran dalam terkendalinya harga pangan di DKI Jakarta. Tabel 4.2 Komoditas Volatile Food Penyumbang Inflasi Triwulan II 2017 Komoditas Volatile Food Utama Penyumbang Tertinggi Komoditas Volatile Food Dengan Inflasi Tertinggi Komoditas Bobot Kontribusi (yoy) Inflasi (yoy) Komoditas Bobot Kontribusi (yoy) Inflasi (yoy) DAGING AYAM RAS 1.21% 0.10% 8.50% CABAI RAWIT 0.11% 0.08% 68.46% CABAI RAWIT 0.11% 0.08% 68.46% AYAM HIDUP 0.07% 0.02% 29.25% TELUR AYAM RAS 0.57% 0.03% 4.56% CUMI-CUMI 0.05% 0.01% 17.79% TAHU MENTAH 0.29% 0.02% 8.83% DAUN SINGKONG 0.05% 0.01% 14.79% AYAM HIDUP 0.07% 0.02% 29.25% KACANG PANJANG 0.10% 0.01% 14.72% Sumber: BPS Administered Prices Idul Fitri yang jatuh pada Juni 2017, juga tidak serta merta mendorong inflasi kelompok administered prices terlalu tinggi. Relatif terkendalinya inflasi administered price pada pertengahan tahun 2017 terutama disumbangkan oleh kenaikan tarif transportasi yang tidak setinggi tahuntahun sebelumnya. Kenaikan tarif transportasi yang banyak digunakan untuk melakukan aktivitas mudik dari Ibukota, terutama antarkota dan udara, tercatat cukup terkendali. Pada triwulan II 2017, subkelompok pengeluaran transpor tercatat mengalami inflasi sebesar 2,80% (yoy), lebih rendah dari rata-rata tiga tahun sebelumnya (9,35% yoy). Di dalamnya, inflasi angkutan antarkota dan angkutan udara juga tercatat relatif terkendali, masingmasing sebesar sebesar 4,58% (yoy) dan 5,92% (yoy). Padahal pada tiga tahun terakhir, angkutan udara bisa mengalami inflasi dengan rata-rata 27,66% (yoy), sedangkan angkutan antarkota mencapai sebesar 8,91% (yoy). Lebih terkendalinya inflasi transpor tahun ini disebabkan oleh masifnya pembangunan infrastruktur jalan tol oleh pemerintah, sehingga masyarakat cenderung melakukan kegiatan mudik dengan kendaraan pribadi. Adapun kebijakan penyesuaian subsidi listrik 900VA yang dilakukan secara bertahap (Januari-Maret-Mei 2017) menjadi pendorong inflasi utama dari administered price. Kebijakan tersebut menyebabkan tarif listrik mengalami 59

73 kenaikan sebesar 17,81% (yoy) dan mendorong inflasi subkelompok bahan bakar, penerangan dan air sebesar 12,04% (yoy). Namun, jumlah pengguna listrik 900VA yang relatif sedikit di Ibukota, menyebabkan dampak yang lebih terbatas dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya pada kelompok administered price. Sumber: BPS, diolah Grafik 4.8 Pergerakan Inflasi Transportasi Tabel 4.3 Komoditas-komoditas Penyumbang Inflasi Administered Price Triwulan II 2017 Komoditas Administered Price Utama Penyumbang Tertinggi Komoditas Administered Price Dengan Inflasi Tertinggi Komoditas Bobot Kontribusi (yoy) Inflasi (yoy) Komoditas Bobot Sumbangan (yoy) Inflasi (yoy) TARIP LISTRIK 4.12% 0.73% 17.81% BIAYA PERPANJANGAN STNK 0.52% 0.56% % BIAYA PERPANJANGAN STNK 0.52% 0.56% % TARIP LISTRIK 4.12% 0.73% 17.81% BENSIN 3.11% 0.19% 6.06% TARIP KERETA API 0.22% 0.02% 7.75% ROKOK KRETEK FILTER 1.41% 0.10% 7.11% ROKOK KRETEK FILTER 1.41% 0.10% 7.11% ROKOK KRETEK 0.78% 0.08% 10.01% BENSIN 3.11% 0.19% 6.06% Sumber: BPS C. Tracking Inflasi Triwulan III 2017 Inflasi DKI Jakarta pada triwulan III 2017 diprakirakan lebih rendah dari triwulan II Secara umum, permintaan akan barang dan jasa menurun seiring berakhirnya Idul Fitri dan libur panjang. Beberapa harga pangan terpantau mengalami penurunan, seiring stabilnya pasokan di Ibukota. Dari sisi administered price, beberapa harga transportasi juga akan mengalami penurunan, terutama angkutan udara dan angkutan antar kota. Berakhirnya musim liburan menyebabkan turunnya permintaan akan jasa transportasi. Ditundanya kebijakan pemerintah dalam menaikkan harga BBM bersubsidi, turut menjaga inflasi administered price. Memasuki bulan ke tujuh pasca-ramadhan dan Idul Fitri, tekanan inflasi DKI Jakarta pada bulan Juli 2017 mengalami penurunan. Inflasi bulan Juli 2017 tercatat sebesar 0,40% (mtm) atau 3,69% (yoy). Terkendalinya inflasi terutama disebabkan oleh semakin rendahnya tekanan pada inflasi volatile food dan administered price. 60

74 Seiring berakhirnya Ramadhan dan Idul Fitri 2017, tekanan permintaan akan komoditas pangan pun berkurang. Hal ini terlihat dari inflasi bahan makanan yang tercatat sebesar 1,46% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya 2,43% (yoy), maupun dengan rata-rata tiga tahun sebelumnya (6,20% yoy). Jika dilihat dari komoditasnya, beberapa komoditas pangan strategis mengalami deflasi. Beras, yang merupakan komoditas pangan dengan bobot terbesar, kembali menjadi kontributor utama terkendalinya harga bahan makanan, karena mengalami deflasi sebesar 0,37% (yoy). Komoditas lainnya yang tercatat mengalami deflasi adalah daging sapi, bawang merah dan cabai merah, masing-masing sebesar 1,55% (yoy), 9,98% (yoy) dan 7,17% (yoy). Sumber: BPS, diolah Grafik 4.9 Pergerakan inflasi kelompok bahan makanan Jika dilihat dari perkembangan stoknya, stok pangan Ibukota hingga akhir Juli 2017 tetap stabil. Volume beras yang masuk ke Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) pada akhir Juli 2017 masih terkendali. BUMD pangan Jakarta masih mampu menjaga pasokan yang berkesinambungan, sehingga harga beras tetap stabil. Penambahan stok juga diperkuat dengan perluasan kerjasama antardaerah. Demikian pula dengan pasokan daging sapi yang juga masih stabil, karena pengiriman sapi dari Nusa Tenggara Timur (NTT) dan realisasi impor daging sapi juga tetap terjaga. Pasokan bumbubumbuan yang utamanya masuk melalui Pasar Induk Kramat Jati juga tetap terjaga. 61

75 Sumber: Biro Perekonomian DKI Jakarta Grafik 4.10 Pasokan dan harga cabai di Pasar Induk Kramat jati Sumber: Biro Perekonomian DKI Jakarta Grafik 4.11 Perkembangan harga daging ayam dan sapi, dan telur ayam Sumber: Biro Perekonomian DKI Jakarta Grafik IV.12 Pasokan dan harga beras di Pasar Induk Cipinang Sumber: Biro Perekonomian DKI Jakarta Grafik IV.13 Pasokan dan harga bawang merah di Ps. Induk Kramat Jati Sumber: BMKG Gambar 4.12 Prakiraan Curah Hujan Terkini Sumber: BMKG Gambar 4.13 Prakiraan Sifat Hujan Terkini Pada triwulan III 2017, inflasi volatile food diprakirakan tetap terjaga. Gejolak harga pangan yang disebabkan oleh faktor musiman diperkirakan sangat minim. Hari Raya Idul Adha yang jatuh pada 31 Agustus diperkirakan tidak terlalu berpengaruh pada pergerakan harga pangan secara umum. TPID DKI Jakarta, melalui BUMD pangan akan terus melakukan perluasan kerjasama antardaerah, agar pasokan yang masuk ke Ibukota tetap terjaga sepanjang waktu. Dalam menjalankan program tersebut, TPID DKI Jakarta melakukan koordinasi yang intensif dengan BUMD pangan, Bulog, Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan, serta dengan pihak terkait lainnya. Berbagai program pengendalian harga ini akan membantu tercapainya inflasi triwulan III 2017 yang tetap terkendali. 62

76 Dari sisi inflasi inti, pergerakan berbagai harga komoditas yang tergabung dalam inflasi inti masih relatif terbatas. Dampak dari penyesuaian subsidi listrik pada beberapa komoditas yang terkait, antara lain sewa rumah dan kontrak rumah, belum terlihat signifikan memengaruhi perkembangan inflasi inti. Masuknya tahun ajaran baru pendidikan juga tidak terlalu mendorong inflasi lebih keatas. Permintaan masyarakat yang masih terbatas, diikuti oleh kecenderungan masyarakat untuk menabung, terkendalinya ekspektasi inflasi, serta nilai tukar yang cukup stabil, turut mendukung stabilnya inflasi inti secara keseluruhan Di samping itu, kebijakan pemerintah untuk menunda kenaikan harga BBM bersubsidi pada Juli 2017, berkontribusi terhadap terkendalinya inflasi administered price triwulan III Kebijakan ini akan dikaji setiap tiga bulan. Selain itu, tiadanya libur panjang selama triwulan III 2017, juga berkontribusi terhadap rendahnya tekanan inflasi dari komoditas transportasi. Berbagai faktor tersebut, menjaga inflasi administered price dari gejolak yang berlebih. Perkembangan harga-harga akan terus dicermati untuk mendukung pencapaian sasaran inflasi nasional. Kebijakan Bank Indonesia akan diupayakan untuk tetap mengawal pencapaian target inflasi nasional tahun 2017 yaitu 4% ± 1%. Selain itu, penguatan koordinasi Bank Indonesia, Pemerintah Provinsi DKI dan Pemerintah Pusat melalui TPID sangat diperlukan untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi tahun 2017, terutama dari administered price dan volatile food. Koordinasi kebijakan administered price, terutama terkait dengan waktu penetapan kebijakan tersebut, agar tidak bersamaan dengan munculnya tekanan inflasi yang bersifat musiman. D. Program Pengendalian Inflasi Triwulan III 2017 Pada triwulan III 2017, program-program yang telah dijalankan pada waktuwaktu sebelumnya, tetap dilakukan. Adapun beberapa kegiatan yang baru dilakukan adalah kerjasama pasokan beras dengan Usaha Daerah di Sidrap, Sulawesi Tengah. Selain itu, TPID DKI Jakarta juga menjajaki kerjasama corporate farming dengan TPID Jogjakarta. Dari sisi distribusi, TPID DKI Jakarta akan segera meresmikan JakGrosir. JakGrosir merupakan pusat perkulakan, yang hadir dengan maksud memotong rantai distribusi agar rantai distribusi menjadi lebih efisien. Jak 63

77 Grosir mendapatkan barang-barang yang dijualnya langsung dari produser penghasil barang-barang tersebut. Dengan rantai distribusi yang lebih pendek, Jak Grosir dapat menawarkan produk-produk dengan harga yang lebih murah, khusus kepada pedagang-pedagang pasar tradisional di Ibukota. Dengan demikian barang-barang dapat sampai ke konsumen akhir dengan harga yang lebih murah pula. TPID DKI Jakarta juga mengedepankan peran komunikasi yang masif dan efektif kepada masyarakat dalam menjangkar ekspektasi harga. Ekspektasi yang baik, turut berkontribusi terhadap terkendalinya harga barang dan jasa secara keseluruhan. Info Pangan Jakarta (IPJ), yang merupakan salah satu media komunikasi perkembangan harga di DKI Jakarta, akan terus dikembangkan, dan akan segera dilengkapi dengan fitur market place, yang mengakomodir masyarakat untuk berbelanja bahan pangan secara online. Penguatan peran dan perluasan kerjasama di bidang pangan dan komoditas pendukung lainnya perlu terus didorong oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui berbagai program yang tidak hanya semata-mata mengendalikan harga-harga di DKI Jakarta, namun juga dapat meningkatkan perekonomian bagi daerah pemasoknya. Terkendalinya inflasi DKI Jakarta akan menjadi barometer pergerakan harga pangan nasional pada umumnya. 64

78 Halaman ini sengaja dikosongkan 65

79 Halaman ini sengaja dikosongkan 66

80 BOKS 2 PEMANFAATAN TEKNOLOGI CONTROLLED ATMOSPHERE STORAGE (CAS) DALAM PENGENDALIAN INFLASI DKI JAKARTA Saat ini, anggota TPID DKI Jakarta, yaitu BUMD pangan DKI Jakarta seperti PD Pasar Jaya, PT Food Station Tjipinang Jaya dan PD Dharma Jaya, diberi mandat untuk dapat menstabilkan beberapa komoditas pangan strategis di ibukota. Pembelian mesin CAS, yang akan dikelola oleh PD Pasar Jaya, merupakan bagian dari langkah TPID DKI Jakarta dalam rangka pengendalian pasokan untuk menjaga kestabilan harga pangan, khususnya produk hortikultura. Secara umum, CAS mampu menahan laju pematangan / pembusukan sebuah produk. Secara teknis, CAS dapat digunakan untuk menyimpan berbagai jenis produk hortikultura dengan pengaturan yang berbedabeda. Terdapat beberapa keunggulan menggunakan CAS dalam menyimpan produk hortikultura, terutama bawang merah. Dengan CAS, masa simpan bawang merah bisa mencapai 3-6 bulan, dengan susut bobot ± 8%. Hal ini berbeda dengan metode konvensional yang susutnya mencapai 35% dan masa simpan yang lebih cepat. Menyertai pembelian mesin CAS, pasokan bawang diperoleh melalui MoU kerjasama antardaerah, yaitu antara PD Pasar Jaya dengan pemimpin kelompok petani bawang merah asal Brebes. Konsep optimalisasi peran BUMD melalui kerjasama antardaerah yang didukung dengan alat CAS ini diharapkan dapat menjadi pilot project yang kemudian dapat diterapkan di seluruh daerah. Gambar B.2.1 Konsep Buffer Stock dengan Alat Controlled Atmosphere Storage 67

81 Dengan adanya mesin CAS, manajemen stok produk-produk hortikultura, terutama bawang merah akan menjadi lebih baik dan sekaligus menjaga kestabilan harga. Hasil panen petani dapat disimpan dan dikeluarkan lagi dari mesin CAS, sesuai dengan kebutuhan. Dalam hal ini mesin CAS digunakan sebagai media buffer stock komoditas hortikultura. Kedepannya TPID DKI Jakarta akan menambah jumlah CAS, dengan target pembelian mesin barunya mencapai 10 unit per tahun. Jenis komoditas yang disimpan juga akan ditambah, seperti cabai merah dan buah-buahan. 68

82 Halaman ini sengaja dikosongkan 69

83 Halaman ini sengaja dikosongkan 70

84 STABILITAS KEUANGAN DAERAH SERTA PENGEMBANGAN KEUANGAN DAN UMKM Bab 5 Secara umum, kondisi stabilitas keuangan di DKI Jakarta masih terjaga di tingkat yang aman. Aset perbankan di DKI Jakarta tumbuh sebesar 10,78% terutama didorong oleh peningkatan dana pihak ketiga yang mencapai 11,22%. Sementara itu, pertumbuhan kredit hanya sebesar 8,41% atau cenderung tertahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 10,37%. Proses pemulihan ekonomi Indonesia yang tidak sekuat perkiran semula turut memberikan keyakinan perbankan untuk tetap selektif dalam menyalurkan kreditnya. Rasio kredit bermasalah (non performing loan) pada triwulan II 2017 terlihat dalam kondisi aman dan menunjukkan perbaikan yaitu tercatat sebesar 2,61%. Perbaikan tersebut antara lain didorong oleh meningkatnya restrukturisasi kredit yang dilakukan oleh beberapa bank sehingga secara keseluruhan rasio loan at risk juga ikut terdorong meningkat selama beberapa tahun terakhir. Kinerja korporasi pada triwulan II 2017 masih dibayangi oleh kondisi eksternal, yaitu melambatnya kinerja ekspor komoditas unggulan ke negara mitra dagang utama DKI Jakarta, di tengah membaiknya indikator perekonomian global. Hal tersebut berdampak pula pada terbatasnya investasi oleh pihak swasta. Tingkat ketahanan sektor rumah tangga masih relatif cukup baik. Hal ini tergambar dari meningkatnya angka indeks keyakinan konsumen (IKK) dan indeks kondisi ekonomi (IKE) saat ini. Meskipun terdapat peningkatan dalam permintaan kredit, konsumsi rumah tangga cenderung masih tertahan sehubungan dengan antisipasi masyarakat terhadap kebutuhan pasca-hari raya dan tahun ajaran baru. Kredit bermasalah sektor rumah tangga masih berada pada batas aman dengan rasio NPL berada pada angka 1,96% Sementara itu, penyaluran kredit di sektor UMKM menunjukkan perbaikan. Kredit UMKM tumbuh 4,25% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dengan mayoritas penyaluran kepada kredit modal

85 kerja. Kontribusi jumlah kredit UMKM terhadap total kredit perbankan di Provinsi DKI Jakarta masih tergolong sangat kecil yaitu hanya sebesar 8,74% dari total keseluruhan kredit. Hal itu lebih disebabkan karena pelaku UMKM sebagian besar berada di luar wilayah DKI Jakarta (Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi). Di samping itu, meskipun rasio kredit bermasalah di sektor UMKM membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, rasio tersebut sudah melebhi batas aman 5% sehingga perlu diwaspadai. A. Perkembangan Kinerja Perbankan Asesmen Kinerja Perbankan Total aset bank umum di Provinsi DKI Jakarta pada triwulan II 2017 tercatat sebesar Rp4.278 triliun atau tumbuh 10,78% (yoy) dibandingkan dengan posisi yang sama pada tahun sebelumnya. Pertumbuhan tersebut disebabkan meningkatnya dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai 11,22%. Penambahan DPK terutama dipicu oleh pertumbuhan deposito di sektor korporasi yang mencapai 17,09% (yoy). Walaupun demikian, pertumbuhan aset tersebut tercatat melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I 2017 yang sebesar 11,81% (tabel 5.1). Perlambatan tersebut antara lain dikarenakan ekspansi kredit yang cenderung tertahan atau hanya tumbuh sebesar 8,41% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan I 2017 yang tumbuh sebesar 10,37% (yoy). Perlambatan pertumbuhan kredit tersebut terutama terjadi pada kredit modal kerja dan kredit investasi sektor-sektor utama di DKI Jakarta, yaitu kredit kepada perdagangan besar dan eceran; industri pengolahan; perantara keuangan; dan transportasi, pergudangan dan komunikasi. Belum membaiknya perkembangan pasar luar negeri untuk produk ekspor utama Jakarta seperti kendaraan bermotor, perhiasan, dan peralatan mekanik, terkontraksinya produksi mobil, serta belum kuatnya kegiatan belanja masyarakat, turut memberikan andil yang cukup besar dalam perlambatan pertumbuhan kredit tersebut. Hal tersebut menggambarkan masih tingginya risiko, yang mendorong bank cenderung berhati-hati dalam memberikan pembiayaan kegiatan ekonomi. Sebagai dampaknya pertumbuhan kredit modal kerja dan kredit investasi melambat pada triwulan II 2017 dibandingkan dengan periode sebelumnya, yaitu dari 12,66% (yoy) dan 9,33% (yoy) menjadi 9,82% (yoy) dan 6,64% (yoy). 72

86 Sementara itu, dilihat dari rasio kredit bermasalah, pada triwulan II 2017 terlihat menunjukkan perbaikan. Kredit bermasalah tercatat sebesar 2,61%, membaik dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar 2,87%. Perbaikan tersebut terutama disebabkan restrukturisasi kredit yang dilakukan oleh beberapa bank, terutama kredit investasi. Dari total kredit restrukturisasi pada triwulan laporan yaitu sebesar Rp80 triliun, kredit investasi memiliki pangsa sebesar 54,69% atau sebesar Rp42,8 triliun. Selain itu, perbaikan NPL juga disebabkan adanya hapus buku kredit bermasalah yang tercermin dari meningkatnya jumlah hapus buku. Pada triwulan II 2017 jumlah hapus buku tercatat sebesar Rp122 triliun atau tumbuh 23,89% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 24,13% (yoy). Dari 106 bank umum yang beroperasi di wilayah DKI Jakarta, kelompok aset terbesar dimiliki oleh bank swasta nasional yang mencapai 51%, diikuti oleh bank milik pemerintah dan bank asing masing-masing sebesar 33% dan 15% (Grafik 5.1), dengan kantor Pusat Bank sebagaian besar berada di wilayah Jakarta Pusat. No Tabel 5.1 Perkembangan Kinerja Bank Umum di Provinsi DKI Jakarta Keterangan triliun Rp I II III IV I II III IV I II III IV I II 1 Total Asset 3,003 3,143 3,321 3,463 3,579 3,625 3,778 3,778 3,775 3,862 3,953 4,162 4,220 4,278 2 Dana Pihak Ketiga (DPK) 1,820 1,913 2,000 2,100 2,153 2,183 2,251 2,220 2,258 2,282 2,302 2,473 2,504 2,538 3 Kredit - Lokasi Bank (LB) 1,623 1,706 1,759 1,803 1,806 1,887 1,960 2,004 1,942 2,024 2,036 2,140 2,131 2,177 - Lokasi Proyek (LP) 1,109 1,160 1,186 1,206 1,202 1,263 1,305 1,338 1,295 1,358 1,355 1,439 1,429 1,472 4 Pertumbuhan (growth ) - g_asset (%, yoy) g_dpk (%, yoy) g_kredit Lokasi Bank (%, yoy) g_kredit Lokasi Proyek (%, yoy) LDR LDR-Lokasi Bank LDR-Lokasi Proyek Non performing loan (NPL) - Lokasi Bank Lokasi Proyek Sumber: Bank Indonesia 15% 1% 33% 51% Bank Persero Bank Asing & Campuran Bank Swasta Nasional Bank Pemerintah Daerah Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 5.1 Komposisi Aset Berdasarkan Kelompok Bank Dana Pihak Ketiga (DPK) Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) pada triwulan II 2017 menunjukkan peningkatan. DPK tercatat tumbuh sebesar 11,22% (yoy), lebih tinggi

87 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 10,89% (yoy). Peningkatan DPK terutama didorong oleh DPK pemerintah dan korporasi, yang masing-masing tumbuh 17,20% dan 13,81%, lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 13,11% dan 9,13%. Faktor utama peningkatan DPK tersebut berasal dari peningkatan giro dan deposito yang mencapai 12,23% dan 10,86% (yoy), lebih baik dari triwulan sebelumnya yang sebesar 10,39% dan 7,79%. Sementara itu, penghimpunan dana tabungan menunjukkan perlambatan pertumbuhan. Pada triwulan II 2017 dana tabungan tercatat tumbuh sebesar 10,72% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 13,90% (yoy) (Grafik 5.2). Perlambatan tersebut terutama berasal dari sektor rumah tangga, seiring dengan meningkatnya kebutuhan menjelang hari raya idul fitri dan jelang tahun ajaran baru. Daerah bisnis dan pusat perdagangan seperti Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan masih menjadi primadona bagi DKI Jakarta dalam melakukan penghimpunan dana. Penghimpunan dana di Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan masing-masing tumbuh sebesar 11,19% (yoy) dan 16,25% (yoy) terutama didominasi oleh pertumbuhan deposito %, yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II Total DPK g_dpk Jakarta g_tabungan Jakarta g_deposito Jakarta Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.2 Pertumbuhan DPK DKI Jakarta dalam triliun dalam triliun 1,400 1,200 1, Jan Feb I II III IV I II Jakarta Barat Jakarta Timur Jakarta Utara Jakarta Selatan Jakarta Pusat Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.3 Sebaran DPK per wilayah Bila dibandingkan dengan pertumbuhan DPK nasional dan Jawa, pertumbuhan DPK Provinsi DKI Jakarta relatif lebih tinggi. Pertumbuhan DPK nasional tercatat sebesar 10,32% (yoy), sementara pertumbuhan DPK di Jawa sebesar 11,03%, (yoy) (Grafik 5.4). Selain itu, berdasarkan jumlah nominal dana yang dihimpun, Provinsi DKI Jakarta masih menjadi tumpuan perbankan nasional dalam hal penghimpunan dana pihak ketiga. Hal tersebut tercermin dari proporsi penghimpunan DPK di DKI Jakarta (berdasarkan lokasi bank) terhadap DPK Perbankan nasional mencapai 51%. Sedangkan bila dibandingkan dengan perbankan di Jawa, proporsi DPK DKI Jakarta mencapai 64% (Grafik 5.5). 74

88 (%, yoy) dalam triliun 3,000 2,500 Giro Deposito % DPK Jakarta thd Jawa (skala kanan) Tabungan % DPK Jakarta thd Nasional (skala kanan) , , , I II III IV I II III IV I II III IV I II g_dpk Perbankan Nasional g_dpk di Provinsi Jakarta g_dpk Perbankan di P. Jawa Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.4 Pertumbuhan DPK DKI Jakarta, Jawa dan Nasional I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.5 Share DPK Jakarta terhadap Jawa dan Nasional Komposisi dana pihak ketiga DKI Jakarta pada triwulan II 2017 masih didominasi oleh deposito, dengan proporsi sebesar 54%. Kemudian diikuti oleh giro dan tabungan dengan proporsi masing-masing sebesar 28% dan 18% (Grafik 5.6). Komposisi tersebut relatif tidak berubah dalam kurun waktu empat tahun terakhir. Tingginya komposisi deposito tersebut berdampak pada biaya dana yang ditanggung oleh bank menjadi lebih mahal. Namun, hal tersebut masih dapat diatasi dengan mengalokasikan kelebihan dana terebut dalam bentuk kredit di luar wilayah Jakarta ataupun melakukan penempatan pada instrumen lain yang lebih menguntungkan. 18% 28% 54% Penyaluran Kredit Giro Tabungan Deposito Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 5.6 Komposisi DPK di Jakarta Pertumbuhan ekonomi global yang berangsur membaik terutama di beberapa negara tujuan ekspor belum berdampak langsung terhadap kinerja ekspor Indonesia. Ekspor masih mengalami kontraksi sehingga pertumbuhan kredit, terutama kredit modal kerja dan kredit investasi, ikut mengalami perlambatan. Selain itu, proses pemulihan ekonomi Indonesia, yang tidak sekuat perkiran semula, turut memberikan keyakinan terhadap perbankan untuk tetap selektif dalam menyalurkan kreditnya. Hal tersebut tercermin pada penyaluran kredit pada triwulan II 2017 yang cenderung melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan kredit berdasarkan lokasi proyek tumbuh melambat menjadi 8,41% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang sebesar 10,37% (yoy) (Grafik 5.7). Perlambatan

89 tersebut terutama terjadi pada kredit modal kerja (dari 12,7% menjadi 9,3% (yoy)) dan kredit investasi (dari 9,3% menjadi 6,6% (yoy)). Sementara itu, kredit konsumsi tumbuh sebesar 6,5% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 4,04% (yoy) (Grafik 5.8). Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit di DKI Jakarta didominasi oleh kredit modal kerja yang memiliki pangsa sebesar 57%, diikuti oleh kredit investasi (29%), dan kredit konsumsi (14%) (Grafik 5.9). 2,500 2,000 1,500 1, I II III IV I II III IV I II Kredit (LB) Kredit (LP) - g_kredit (LB) - g_kredit (LP) Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.7 Pertumbuhan Kredit di Jakarta 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% Trillions I II III IV I II III IV I II Kredit Modal Kerja Kredit Konsumsi g_kredit Investasi (skala kanan) 20% 18% 16% 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% Kredit Investasi g_kredit Modal Kerja (skala kanan) g_kredit Konsumsi (skala kanan) Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.8 Pangsa Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan % % 57% Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.9 Pangsa Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan I II III IV I II III IV I II III IV I II LDR-Lokasi Bank LDR-Lokasi Proyek Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.10 rasio LDR berdasarkan lokasi proyek dan lokasi bank Dengan posisinya sebagai ibukota negara dan pusat kegiatan ekonomi Indonesia, DKI Jakarta memiliki karakteristik sebagai daerah penghimpun dana. Hal tersebut dikarenakan porsi belanja Kementerian dan Lembaga (K/L) Pemerintah Pusat yang sebagian besar (50%) dikelola di DKI Jakarta dan banyaknya korporasi yang berkantor pusat di DKI Jakarta, sehingga dana korporasi yang mengalir ke kantor pusat menjadi sumber penghimpunan dana bagi perbankan di Jakarta. Besarnya penghimpunan dana tersebut tidak diimbangi dengan besarnya permintaan kredit di Jakarta sehingga mendorong perbankan untuk menyalurkan kreditnya ke daerah lainnya di luar Jakarta. Kondisi tersebut tercermin dari LDR Lokasi proyek yang hanya sebesar 57,09%, jauh lebih 76

90 rendah dibandingkan dengan LDR Lokasi Bank yang sebesar 85,79% (Grafik 5.10). Dengan kata lain terdapat 27,80% kredit disalurkan di luar DKI Jakarta. Dari sisi risiko kredit, pada triwulan II 2017, tingkat kualitas kredit perbankan di Provinsi DKI Jakarta membaik dibandingkan dengan triwulan I 2017, yaitu dari 2,87% menjadi 2,61% (Lokasi Proyek). Demikian pula halnya dengan NPL berdasarkan lokasi bank yang tercatat membaik dari 2,95% menjadi 2.70% (Grafik 5.11) % 3.50% NPL (LP) Modal Kerja Investasi Konsumsi % % % 1.50% % 1.00 I II III IV I II III IV I II NPL Lokasi Bank NPL Lokasi Proyek Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.11 Perkembangan NPL DKI Jakarta 0.50% 0.00% I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.12 Perkembangan NPL (LP) Berdasarkan Jenis Penggunaan Berdasarkan jenis penggunaan, NPL gross untuk seluruh jenis kredit tercatat membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. NPL gross kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi pada triwulan II 2017 masing-masing sebesar 2,66%, 2,82%, dan 1,93%, membaik dari triwulan sebelumnya yang masing-masing sebesar 3,09%, 2,85%, dan 2,01% (Grafik 5.12). Membaiknya risiko kredit tersebut disebabkan oleh restrukturisasi kredit yang dilakukan oleh beberapa bank, terutama kredit investasi. Dari total kredit restrukturisasi pada triwulan laporan yaitu Rp80 triliun, kredit investasi memiliki pangsa sebesar 54,69% atau sebesar Rp42,8 triliun. Selain itu, perbaikan NPL juga disebabkan adanya hapus buku kredit bermasalah yang tercermin dari meningkatnya jumlah hapus buku. Pada triwulan II 2017 jumlah hapus buku sebesar Rp122 triliun atau tumbuh 23,89% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 24,13% (yoy). Secara keseluruhan, NPL di DKI Jakarta berdasarkan lokasi proyek masih lebih rendah jika dibandingkan dengan NPL di Pulau Jawa maupun nasional yang masing-masing tercatat sebesar 2,99% dan 3,02% (Grafik 5.13). Namun, perbaikan NPL tersebut dibayangi oleh meningkatnya kredit restrukturisasi sehingga secara keseluruhan rasio loan at risk juga ikut terdorong meningkat selama beberapa tahun terakhir (grafik 5.14).

91 (%) NPL Perbankan Nasional NPL Perbankan Jakarta NPL Perbankan di P. Jawa dalam triliun 1,600 1,400 1,200 1, % 10.00% % I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.13 Pebandingan NPL DKI Jakarta, Jawa dan Nasional % Jun-17 Total Kredit LAR % LAR tdhp Total Kredit Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.14 Loan at Risk DKI Jakarta Dari total kredit yang telah diberikan, kredit kepada sektor swasta masih mendominasi pemberian kredit, dengan porsi pada triwulan II 2017 mencapai 85,20%, sedangkan kepada sektor pemerintah sebanyak 13,47% (Grafik 5.15). Hal tersebut tidak terlepas dari peran DKI Jakarta sebagai pusat bisnis dan barometer ekonomi Indonesia. Namun, pada triwulan II 2017, pertumbuhan kredit kepada kedua sektor tersebut terlihat melambat. Pertumbuhan kredit sektor swasta melambat dari 7,08% (yoy) menjadi 6,77% (yoy) dan sektor pemerintah melambat dari 35,08% (yoy) menjadi 22,85% (yoy) (Grafik 5.16). 1.33% 50.00% g_sektor Pemerintah g_sektor Swasta 13.47% 40.00% 30.00% 20.00% 85.20% 10.00% Sektor Pemerintah Sektor Swasta Lainnya 0.00% % % I II III IV I II III IV I II Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.15 Komposisi Kredit Berdasarkan Golongan Debitur Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.16 Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Golongan Debitur Banyaknya perkantoran dan pusat perbelanjaan yang terletak di Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan, maupun pusat grosir dan perdagangan seperti di Mangga Dua, Tanah abang dan Glodok, serta tempat-tempat hiburan dan restoran, membuat wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan menjadi dominan dalam hal penyaluran kredit. Pada triwulan II 2017, total kredit yang disalurkan di dua daerah tersebut masing-masing sebesar 35,36% dan 35,14% dari total kredit di DKI Jakarta (Grafik 5.17). 78

92 35.14% 8.26% 0.09% 35.36% dalam triliun % 10.15% I II III IV I II III IV I II Jakarta Pusat Jakarta Utara Jakarta Barat Jakarta Selatan Jakarta Timur Kepulauan Seribu Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.17 Sebaran Kredit di Provinsi DKI Jakarta Jakarta Pusat Jakarta Utara Jakarta Barat Jakarta Selatan Jakarta Timur Kepulauan Seribu Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.18 Perkembangan Sebaran Kredit DKI Jakarta B. Stabilitas Keuangan Daerah Asesmen Sektor Korporasi Sumber Kerentanan Sektor Korporasi Kinerja korporasi DKI Jakarta pada triwulan II 2017 dipengaruhi perkembangan sektor eksternal maupun internal. Dari sisi eksternal, ketidakpastian kondisi geopolitik memberikan risiko bagi kinerja ekspor unggulan DKI Jakarta seperti kendaraan bermotor, perhiasan, dan peralatan mekanik. Sedangkan dari sisi internal pelarangan kendaraan angkutan barang pada masa libur idul fitri, tingginya ketergantungan akan barang impor, melemahnya kinerja belanja pemerintah, terutama pada belanja Kementerian dan Lembaga (K/L), serta relatif tertahannya kegiatan belanja masyarakat untuk mengantisipasi pengeluaran pasca idul fitri, turut memberikan andil yang cukup besar dalam menahan laju perekonomian DKI Jakarta. Walaupun di sisi lain kegiatan investasi, terutama infrastruktur terus meningkat sejalan dengan realisasi berbagai proyek infrastruktur di DKI Jakarta. Beberapa faktor yang memberikan tekanan pada kinerja Korporasi DKI Jakarta, antara lain : 1. Perlambatan permintaan negara mitra dagang utama DKI Jakarta Selain memenuhi permintaan dan konsumsi domestik, korporasi di DKI Jakarta juga melakukan ekspor untuk memenuhi permintaan dari pihak eksternal. Adapun negara mitra dagang utama DKI Jakarta yaitu Singapura, Amerika Serikat, Filipina, Tiongkok dan Thailand. Di tengah perbaikan ekonomi dunia yang ditopang oleh pertumbuhan ekonomi AS, Tiongkok dan Eropa, pertumbuhan ekonomi di beberapa negara mitra dagang DKI Jakarta tersebut pada triwulan II juga menunjukkan perbaikan. Perekonomian di Amerika Serikat tumbuh sedikit membaik,

93 yaitu 2.1%, dibandingkan triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 2,0%. Ekonomi Filipina juga tumbuh membaik yaitu 6,5%, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,4%). Mengikuti dua negara sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Thailand juga meningkat menjadi 3,7% dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,3% (Grafik 5.19). Namun hal tersebut belum dapat mendorong pertumbuhan ekspor DKI Jakarta ke negara-negara mitra dagang tersebut. Ekspor DKI Jakarta masih terkontraksi pada triwulan II (1.00) (2.00) I II III IV I II III IV I II III IV I II Singapura Amerika Thailand Tiongkok Filipina Sumber: Trading Economics Grafik 5.19 Pertumbuhan Ekonomi Mitra Dagang Utama Lainnya 33% Perhiasan dan pakaian 7% Produk Kimia 11% Bahan baku baja 20% Makanan minuman 16% Kendaraan Bermotor 13% Sumber: Bank Indonesia Grafik Share ekspor komoditas DKI Jakarta 2. Perlambatan kinerja ekspor komoditas unggulan DKI Jakarta Komposisi ekspor DKI Jakarta didominasi oleh ekspor bahan baku baja (20,01%), makanan minuman (15,44%), kendaraan bermotor (13,20%), produk kimia (10,68%), dan perhiasan (7,41%) (grafik 5.18). Pada triwulan II 2017, seluruh komoditas unggulan tersebut mengalami kontraksi (grafik 5.20), bahkan beberapa di antaranya terkontraksi cukup dalam. Bahan baku baja terkontraksi 3,67% setelah pada triwulan sebelumnya tercatat tumbuh 6,73%, demikian pula dengan produk makanan dan minuman yang terkontraksi 11.74% dimana pada triwulan sebelumnya juga terkontraksi 8,13%. Kontraksi yang cukup dalam juga dialami oleh kendaraan bermotor sebesar 72,85% (triwulan sebelumnya tercatat 59,18%), diikuti oleh perhiasan yang terkontraksi 39,19% (triwulan sebelumnya 10, 34%), dan produk kimia (terkontraksi 37,74% setelah pada triwulan sebelumnya tercatat tumbuh 11,38%). 80

94 I II III IV I II III IV I II Basic Metals Motor vehicles, trailers Wearing Apparel, Dressing and dyeing Food products and Beverages Chemicals and chemical products Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 5.21 Pertumbuhan Ekspor Komoditas Unggulan DKI Jakarta I II III IV I II III IV I II III IV I II Singapura Amerika Filipina Tiongkok Thailand Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 5.22 Pertumbuhan Ekspor ke negara tujuan utama DKI Jakarta Ekspor komoditas bahan baku baja melambat terutama karena banyak negara yang menerapkan bea masuk tinggi untuk melindungi industri baja di dalam negeri masing-masing. Sebagai akibatnya produk baja dari Indonesia menjadi tidak dapat bersaing, bahkan tidak bisa masuk ke pasar ekspor. Beberapa negara yang menerapkan kebijakan tersebut yaitu Amerika Serikat, Kanada, dan Australia. Untuk perhiasan, penurunan ekspor lebih disebabkan karena menurunnya permintaan akibat melambatnya ekonomi di beberapa negara tujuan ekspor yaitu Tiongkok, Dubai dan India. Demikian pula halnya untuk perkembangan pasar luar negeri kendaraan bermotor dan peralatan mekanik yang juga belum sejalan dengan perbaikan kondisi ekonomi global secara umum, sehingga berdampak pada angka pertumbuhan yang terus bergerak negatif. Selain hal di atas, adanya kebijakan pemerintah melalui Peraturan Dirjen Perhubungan Darat No. SK2717/Aj.201/DRJD tentang Pengaturan Lalu Lintas dan Pengaturan Kendaraan Angkutan Barang pada Masa Angkutan Lebaran Tahun 2017 juga turut berkontribusi terhadap terkontraksinya ekspor DKI Jakarta di triwulan II Berdasarkan peraturan tersebut, angkutan barang ekspor dan impor pada masa libur lebaran tahun 2017, pada tanggal 21 Juni s.d 29 Juni 2017 tidak boleh beroperasi melalui jalan nasional dan jalan tol sehingga aktivitas arus barang dari dan menuju pelabuhan mengalami penurunan. 3. Terbatasnya Investasi oleh pihak Swasta Peran swasta dalam kegiatan investasi masih terbatas. Masih rendahnya kegiatan investasi swasta terindikasi dari penyaluran kredit investasi yang melanjutkan tren perlambatan. Pada triwulan II 2017 penyaluran kredit investasi tumbuh 6,64% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 9,33% (yoy).

95 Masih rendahnya investasi swasta tersebut tidak terlepas dari perilaku investor swasta yang masih melanjutkan perilaku wait-and-see terhadap kondisi ekonomi saat ini yang telah dimulai sejak awal tahun Hal tersebut tercermin dari penyaluran kredit korporasi yang melambat pada triwulan laporan. Dengan berlalunya Pilkada di DKI Jakarta diperkirakan dapat mengurangi efek psikologis negatif dan perilaku wait-and-see investor swasta, sehingga dalam ke depan kontribusi investasi dari sektor swasta diharapkan membaik. Percepatan beberapa proyek infrastruktur oleh Pemerintah Pusat dan Daerah di DKI Jakarta diharapkan akan dapat menstimulus swasta untuk meningkatkan perannya dalam pembangunan ekonomi DKI Jakarta. Adapun proyek yang sedang dikerjakan yaitu kelanjutan pembangunan Mass Rapid Transportation (MRT) dengan keseluruhan progres pekerjaan sampai dengan akhir triwulan II 2017 telah mencapai 75%, pembangunan LRT Jabodebek ruas Cawang-Cibubur (31,4%), ruas Cawang-Kuningan-Dukuh Atas (2,7%), serta ruas Cawang-Bekasi Timur (15,1%), pembangunan LRT rute Kelapa Gading-Velodrome (26,35%) serta 3 underpass (Kartini, mampang-kuningan, dan Matraman) dan 3 flyover (Cipinang Lontar, Pancoran, dan Bintaro) dengan progress pekerjaan untuk mencapai 40%. Kinerja dan risiko Sektor Korporasi Kinerja Korporasi Umum Sejalan dengan perlambatan kondisi ekonomi, kinerja korporasi pada periode laporan diperkirakan sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, khususnya pada sektor industri pengolahan; perdagangan besar dan eceran; dan kendaraan bermotor terutama karena menghadapi berbagai tantangan, seperti belum adanya perbaikan yang signifikan dari konsumsi masyarakat, serta penurunan kinerja ekspor. Perlambatan kinerja korporasi tersebut antara lain tercermin pada : - Kinerja lapangan usaha utama perdagangan besar dan eceran dan reparasi kendaraan bermotor pada PDRB DKI Jakarta yang mengalami perlambatan pertumbuhan dari 5,07% pada triwulan I 2017 menjadi 3,69% pada triwulan II 2017, yang dipicu oleh kinerja ekspor yang melambat. Kinerja lapangan usaha real estate juga melambat dari 4,43% menjadi 4,05%, serta lapangan usaha jasa keuangan dan 82

96 asuransi yang turun dari 9,15% menjadi 7.08%. Pertumbuhan ketiga lapangan usaha tersebut masih berada di bawah pertumbuhan periode yang sama tahun 2016 yaitu perdagangan 5,05%, real estate 4,58% dan jasa keuangan 13,33% (yoy) - Perlambatan juga terjadi pada industri pengolahan PDRB DKI Jakarta yang tumbuh melambat dari 6,27% pada triwulan I 2017 menjadi 5,92%. Walaupun demikian pertumbuhan tersebut jauh lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode yang sama tahun 2016 yang sebesar 3,82%. - Dilihat dari sisi kredit, terjadi penurunan di sektor perdagangan besar dan eceran dari sebelumnya 4,77% pada triwulan I 2017 menjadi 1,66% pada triwulan II 2017, demikian pula penyaluran kredit kepada real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan yang turun cukup signifikan dari 19,62% pada triwulan I 2017 menjadi 10,52% pada triwulan II Berdasarkan hasil liason kepada beberapa perusahaan besar di DKI Jakarta, beberapa industri yang menghadapi tantangan dan risiko perlambatan antara lain : - Industri logam dasar dan besi baja Beberapa negara tujuan ekspor utama menerapkan peraturan anti dumping, dengan menerapkan bea masuk tinggi untuk melindungi industri baja di dalam negeri masing-masing. Hal tersebut menyebabkan produk baja dari Indonesia menjadi tidak dapat bersaing, bahkan tidak bisa masuk ke pasar ekspor seperti Amerika Serikat yang menerapkan bea masuk sebesar 51%, Kanada sebesar 49%, dan Australia sebesar 19%. Selain itu membanjirnya produk impor dari Tiongkok dan menurunnya harga baja dunia ikut memengaruhi menurunnya kinerja ekspor dan produksi industri logam dasar dan besi baja tersebut. - Industri Kendaraan Bermotor Pada triwulan II 2017, ekspor kendaraan bermotor, baik CBU maupun CKD, terkontraksi cukup dalam sebesar 21,55% (yoy). Sedangkan pada triwulan sebelumnya ekspor masih tercatat tumbuh sebesar 20,18% (yoy). Penyebab turunnya ekspor tersebut terutama karena ekspor kendaraan CKD yang terkontraksi mencapai 53,94% (yoy), lebih dalam daripada triwulan I 2017 yang terkontraksi 23,50% (yoy). Selain itu, penjualan kendaraan bermotor, khususnya mobil di DKI Jakarta,

97 berkurang 5,69% (yoy) dari jumlah penjualan pada triwulan yang sama tahun Penjualan pada triwulan sebelumnya masih mengalami pertumbuhan positif sebesar 6,18% (yoy). Jika ditelusuri lebih dalam, penjualan mobil low cost green car (LCGC) menjadi penyebab perlambatan tersebut. LCGC yang harganya cukup terjangkau oleh masyarakat kelas menengah di DKI Jakarta, mencatat perlambatan yang cukup dalam pada triwulan II 2017 dengan realisasi pertumbuhan 15,93% (yoy), jauh dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat 55,5%. - Industri Jasa Keuangan dan Asuransi Perlambatan di sektor jasa keuangan dan asuransi antara lain tercermin dari melambatnya pertumbuhan kredit pada periode laporan dibandingkan dengan periode triwulan sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan kredit terutama terjadi pada kredit investasi korporasi, yang melambat dari 8.7% pada triwulan I 2017 menjadi 5,9% pada triwulan II Sementara itu, pertumbuhan kredit modal kerja hanya mengalami sedikit perlambatan, yaitu dari 8,2% menjadi 8,1%. Perlambatan pada kredit investasi tersebut terutama dialami oleh korporasi yang bergerak di bidang perdagangan besar dan eceran, yang turun cukup signifikan dari 13,9% menjadi 7,6%, diikuti oleh sektor real estate dari 19,9% menjadi 14,7%. Dilihat dari kredit modal kerja perlambatan yang cukup dalam dialami oleh sektor real estate, yang turun signifikan dari 11,6% menjadi terkontraksi 1,6%. - Industri kertas Semakin tingginya kesadaran masyarakat terutama di negara-negara maju terkait penggunaan kertas membuat permintaan akan kertas putih dunia mengalami penurunan, selain juga menghadapi tekanan menurunnya harga kertas dunia. Hal tersebut sejalan dengan penurunan kapasitas produksi berdasarkan SKDU yaitu dari 68,67% pada triwulan sebelumnya menjadi 56,25% pada triwulan laporan. Angka tersebut terendah sejak tahun 2014 dengan kapasitas produksi terpakai pada triwulan yang sama tahun sebelumnya mencapai 74%. 84 Adanya kebijakan pemerintah melalui Peraturan Dirjen Perhubungan Darat No. SK2717/Aj.201/DRJD tentang Pengaturan Lalu Lintas dan Pengaturan Kendaraan Angkutan Barang pada Masa Angkutan Lebaran Tahun 2017 juga turut berkontribusi terhadap kinerja ekspor dan

98 perdagangan DKI Jakarta. Berdasarkan peraturan tersebut, angkutan barang ekspor dan impor pada masa libur lebaran tahun 2017, pada tanggal 21 Juni s.d 29 Juni 2017 tidak boleh beroperasi melalui jalan nasional dan jalan tol sehingga aktivitas arus barang dari dan menuju pelabuhan mengalami penurunan I II III IV I II III IV I II Industri Pengolahan Konstruksi Perdagangan Besar & Eceran dan Reparasi Mobil & Sepeda Motor Jasa Keuangan dan Asuransi Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 5.23 Pertumbuhan PDRB Lapangan Usaha Unggulan DKI Jakarta % SBT I II III IV I II III IV I II III IV I II III *) perkiraan Realisasi SKDU g_pdrb % qtq Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 5.24 Perkembangan Realisasi SKDU dan pertumbuhan PDRB Di tengah melambatnya kinerja beberapa industri di atas, optimisme dunia usaha terhadap sektor-sektor unggulan terlihat masih cukup baik. Hal tersebut tercermin dari : - Meningkatnya pertumbuhan lapangan usaha konstruksi pada PDRB DKI Jakarta dari sebelumnya 3,56% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi 4,11% (yoy) pada triwulan laporan (grafik 5.23). Pertumbuhan tersebut masih jauh lebih baik dibandingkan periode yang sama pada tahun 2016 yang sebesar 0.82% terutama dipicu oleh maraknya pembangunan infrastruktur oleh Pemerintah DKI Jakarta. Sektor swasta diperkirakan juga akan mulai ambil bagian dalam aktivitas pembangunan ekonomi. Hal itu terlihat dari hasil survei SKDU yang menunjukkan perbaikan, sebagaimana terlihat dari meningkatnya nilai saldo bersih tertimbang (SBT) Industri bangunan dari -4,34 SBT menjadi 13,49 SBT. - Meningkatnya nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia pada triwulan II 2017 menjadi sebesar 39,25 SBT (grafik 5.22), jauh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I 2017 yang hanya sebesar 0.07 SBT. Membaiknya nilai SBT tersebut antara lain disebabkan optimisme dunia usaha di sektor perdagangan, restoran dan hotel, yang menunjukkan peningkatan yang signifikan, yaitu dari -4,73 SBT menjadi 13,49 SBT. Demikian pula halnya dengan Industri Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan yang meningkat dari 4,30 SBT menjadi10,48 SBT (grafik 5.25).

99 - Membaiknya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) menjadi 136,7 dari sebelumnya sebesar 130,6. Perbaikan keyakinan konsumen didorong oleh ekspektasi kondisi kegiatan usaha 6 bulan ke depan yang membaik (dari 146,9 menjadi 154,6) dan ekspektasi ketersediaan lapangan pekerjaan 6 bulan ke depan (meningkat dari 97,21 menjadi 121,7). Selain itu juga meningkatnya Indeks Ekonomi saat Ini (IKE) dari 100,7 menjadi 118,7 poin, dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dari 141,8 menjadi 142,6 juga mencerminkan optimisme masyarakat akan perbaikan ekonomi pada masa mendatang di DKI Jakarta (Grafik 5.26) I II III IV I II III IV I II I II III IV I II III IV I II Industri Pengolahan Perdagangan, Hotel & Restoran Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Bangunan Pengangkutan & Komunikasi Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 5.25 Perkembangan Realisasi SKDU sektor Unggulan DKI Jakarta Indeks Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 5.26 Perkembangan Indeks IEK, IKK dan IKE DKI Jakarta - Meningkatnya kapasitas produksi pada Industri pengolahan sebagaimana hasil SKDU dari 70,18% pada triwulan sebelumnya menjadi 75,13% pada triwulan II 2017 (grafik 5.27), yang terutama dipicu oleh peningkatan kapasitas produksi di industri kimia (dari 74,71% menjadi 84%), industri alat angkut, mesin dan peralatannya (dari 65,75% menjadi 80,0%), industri logam dasar, besi dan baja (dari 72,0% menjadi 80,0% dan industri tekstil, barang kulit dan alas kaki (dari 57,0% menjadi 59,88%) % 80.00% 75.00% 70.00% 65.00% 60.00% 55.00% I II III IV I II III IV I II Rata-rata Industri Kapasitas Produksi Industri Pengolahan Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.27 Kapasitas Produksi Industri Pengolahan 86

100 Kinerja Korporasi - Keuangan Pada triwulan I 2017, kinerja korporasi DKI Jakarta menunjukkan perbaikan, seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi makro DKI Jakarta. Hal tersebut tercermin dari meningkatnya indikator profitabilitas, solvabilitas dan likuditas. Namun, produktivitas terlihat sedikit menurun dibandingkan dengan triwulan IV Pada triwulan II 2017, korporasi DKI Jakarta masih menghadapi tantangan berupa menurunnya permintaan ekspor terutama dari negara-negara tujuan utama, walaupun secara keseluruhan indikator perekonomian di negara-negara tersebut menunjukkan perbaikan. Tabel 5.2 Tabel Rasio Keuangan Korporasi Nonkeuangan No Sektor ROA ROE DER Current Ratio Arah Arah Arah 2016 TW I TW I TW I TW I Pertanian Industri Dasar dan Kimia Industri Barang Konsumsi Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Aneka Industri Pertambangan Properti dan Real Estate Perdagangan, Jasa dan Investasi Agregat Arah No Sektor Sovability Ratio Asset Turnover DSR ICR Arah Arah Arah 2016 TW I TW I TW I TW I Pertanian Industri Dasar dan Kimia Industri Barang Konsumsi Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Aneka Industri Pertambangan Properti dan Real Estate Perdagangan, Jasa dan Investasi Agregat Sumber : Reuters, diolah Arah A. Produktivitas Dibandingkan dengan triwulan IV 2016, produktivitas korporasi, yang tercermin dari indikator asset turnover, turun dari 24,26 menjadi 22,96. Namun, indikator inventory turnover sedikit meningkat, yaitu dari 10,45 menjadi 10,54. Kemampuan korporasi DKI Jakarta untuk mengoptimalkan penggunaan asetnya lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kondisi ini sesuai dengan perilaku historis, yaitu cenderung melambatnya permintaan pada awal tahun, baik domestik maupun eksternal, dibandingkan dengan saat pergantian tahun. B. Profitabilitas Pada triwulan I 2017 rasio ROA dan ROE meningkat, masing-masing dari 1,42% dan 3,10% pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 1,54% dan 3,44% (Tabel 5.2). Kenaikan ROA dan ROE tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan net income karena korporasi melakukan upaya-upaya efisiensi, baik berupa penurunan biaya maupun utang. Hal ini terlihat dari lebih rendahnya proporsi utang korporasi pada triwulan laporan menjadi 96% dari triwulan sebelumnya sebesar 102%. Penurunan tertinggi terjadi

101 pada sektor infrastruktur, utilitas dan komunikasi. Namun, dari sisi produktivitas terlihat ada penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kondisi tersebut tercermin dari rasio perputaran aset yang lebih rendah, terutama di sektor korporasi nonkeuangan. C. Solvabilitas Tingkat ketahanan korporasi DKI Jakarta secara keseluruhan cenderung lebih baik dibandingkan dengan kondisi triwulan IV Kondisi ini dipengaruhi oleh rasio penurunan komposisi utang, yang tercermin dari penurunan indikator debt to equity ratio (DER) dari 102% (triwulan IV 2016) menjadi 96% (triwulan I 2017). Penurunan DER tersebut mendorong naiknya indikator solvabilitas korporasi (Total Aset/Total Liabilitas) dari 204% menjadi 211% dan likuiditas (current ratio) dari 150% menjadi 161%. D. Likuiditas Likuiditas korporasi juga terlihat membaik tercermin melalui peningkatan current ratio dari 150% menjadi 161% yang didorong oleh peningkatan likuiditas di industri kimia, industri barang konsumsi, transportasi dan pedagangan. Membaiknya profitabilitas korporasi DKI Jakarta secara langsung menambah kemampuan korporasi tersebut dalam membayar utang sehingga Debt Service Ratio (DSR) mengalami perbaikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. DSR pada triwulan I 2017 tercatat sebesar 77,7%% atau membaik dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya sebesar 81,7%. Selain itu, kemampuan korporasi dalam membayar bunga juga mengalami peningkatan, tercermin dari nilai Interest Coverage Ratio (ICR) yang sebesar 8,93, membaik dibandingkan dengan triwulan IV 2016 sebesar 7,75. Hal ini mengindikasikan semakin kecilnya utang korporasi yang berisiko. Namun, beberapa sektor masih menunjukkan DSR yang cukup tinggi. Sektor-sektor tersebut antara lain pertanian, aneka industri dan sektor properti dan real estate dengan DSR masing-masing sebesar 332%, 140%, dan 109%. Hal itu menunjukkan bahwa kemampuan industri dalam menghasilkan profit belum dapat mengimbangi utang yang menjadi kewajibannya. Artinya, terdapat risiko berkurangnya repayment capacity utang korporasi pada sektor tersebut, yang dapat menjadi sumber kerentanan sistem keuangan, yang perlu terus diperhatikan. Namun, dengan ICR yang masih >1,5 maka kemampuan korporasi dalam membayar bunga tergolong masih cukup baik. 88

102 Trillions Berdasarkan asesmen kinerja korporasi di atas, secara keseluruhan korporasi DKI Jakarta mengalami perbaikan jika dibandingkan tahun 2016, namun masih terdapat beberapa sektor yang profitabilitasnya menurun yaitu sektor industri dasar dan kimia serta industri pertanian. Walaupun demikian penurunan di sektor-sektor tersebut diprediksi tidak akan berdampak secara luas. Pada triwulan II 2017 koporasi DKI Jakarta masih menghadapi kendala berkaitan dengan permintaan ekspor yang terbatas terutama di beberapa negara tujuan utama. Namun, optimisme dunia usaha terhadap sektorsektor unggulan terlihat masih cukup baik sejalan dengan membaiknya perekonomian dunia dan perekonomian negara-negara tujuan ekspor. Eksposur Perbankan pada Sektor Korporasi Perkreditan Secara umum, porsi kredit perbankan yang disalurkan pada triwulan II 2017 ke sektor korporasi meningkat dari 61,69% pada triwulan sebelumnya menjadi 64,51% pada triwulan II Namun, pertumbuhan penyaluran kredit pada triwulan laporan melambat dari 8,09% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 7,1% (yoy) (Grafik 5.29). Meskipun melambat, penyaluran kredit pada tiga sektor utama di Provinsi DKI Jakarta tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Ketiga sektor tersebut adalah sektor perdagangan besar dan eceran; sektor perantara keuangan, dan sektor industri pengolahan yang masing masing tumbuh 6,03%, 22,23%, dan 3,36% (yoy) (Grafik 5.30). Sektor konstruksi menjadi salah satu sektor yang menahan pertumbuhan kredit kepada sektor korporasi. Pada triwulan II 2017 sektor ini tumbuh melambat dari 27,22% (yoy) menjadi 19,54% (yoy). 1% 21% 13% 65% Pemerintah Korporasi Rumah Tangga Lainnya % 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% I II III IV I II III IV I II Modal Kerja Investasi g_kredit Korporasi Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.28 Pangsa kredit korporasi Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.29 Pertumbuhan kredit Koprorasi

103 Trillions % 30% 7% 6% NPL Korporasi Industri Pengolahan Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran Perantara Keuangan % 20% 5% % 4% % 5% 3% 750 0% 2% 700 I II III IV I II III IV I II Kredit Korporasi (skala kiri) g_industri Pengolahan g_konstruksi g_perdagangan Besar dan Eceran g_perantara Keuangan Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.30 Penyaluran Kredit pada Sektor Utama Korporasi -5% -10% 1% 0% I II III IV I II III IV I II Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.31 NPL pada Sektor Utama Korporasi Dari sisi kualitas kredit secara umum, non-performing loan (NPL) kredit korporasi membaik yaitu dari 3,67% menjadi 3,18% pada triwulan II Perbaikan kualitas kredit tersebut didukung oleh perbaikan pada beberapa sektor ekonomi di antaranya tiga sektor utama di Provinsi DKI Jakarta yaitu sektor Perdagangan Besar dan Eceran, sektor industri pengolahan, dan sektor perantara keuangan yang pada triwulan laporan tercatat membaik menjadi 4,47%, 3,45%, dan 0,81% (yoy). No Sektor Ekonomi Tabel 5.3 Kredit Korporasi menurut sektor ekonomi Baki Debet (Rp T) Pangsa (%) Mar-16 Pertumb. Kredit NPL Gross Baki Debet (Rp T) Pangsa (%) Pertumb. Kredit NPL Gross Baki Debet (Rp T) Pangsa (%) Pertumb. Kredit NPL Gross Baki Debet (Rp T) Pangsa (%) Pertumb. NPL Gross Kredit 1 Perdagangan Besar Dan Eceran 157,92 18,80% -0,29% 5,79% 165,47 17,88% 1,89% 5,50% 165,51 18,23% 4,81% 5,14% 175,03 18,44% 6,03% 4,47% 2 Industri Pengolahan 164,26 19,56% 5,27% 3,69% 174,68 18,88% -0,27% 4,52% 165,14 18,19% 0,54% 4,23% 176,34 18,57% 3,36% 3,45% 3 Perantara Keuangan 119,81 14,26% 4,55% 0,40% 141,45 15,29% 20,99% 1,20% 142,90 15,74% 19,27% 1,50% 155,50 16,38% 22,23% 0,81% 4 Real Estate, Usaha Persewaan, Dan Jasa Perusahaan 89,18 10,62% 18,74% 3,54% 104,74 11,32% 16,84% 2,31% 103,66 11,42% 16,23% 1,80% 107,92 11,37% 7,23% 1,92% 5 Transportasi, Pergudangan Dan Komunikasi 86,97 10,35% 6,81% 4,51% 80,84 8,74% -10,24% 5,80% 81,81 9,01% -5,93% 6,33% 78,78 8,30% -9,57% 4,73% 6 Konstruksi 51,91 6,18% 21,85% 4,51% 65,77 7,11% 28,56% 3,22% 66,04 7,27% 4,81% 2,92% 68,65 7,23% 19,54% 3,64% 7 Pertanian, Perburuan Dan Kehutanan 56,36 6,71% 17,19% 3,21% 67,98 7,35% 10,79% 3,67% 62,70 6,91% 11,24% 3,67% 65,90 6,94% 8,21% 1,96% 8 Pertambangan Dan Penggalian 52,00 6,19% 4,04% 3,67% 55,95 6,05% 0,19% 6,11% 53,46 5,89% 2,80% 6,39% 54,31 5,72% 6,14% 6,41% 9 Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum 22,29 2,65% 18,59% 0,50% 23,54 2,54% 7,83% 0,71% 23,48 2,59% 5,33% 2,18% 24,17 2,55% 5,49% 2,17% 10 Listrik, Gas Dan Air 13,31 1,58% -6,99% 2,22% 16,11 1,74% 4,09% 3,05% 16,39 1,80% 23,10% 4,77% 15,85 1,67% 2,27% 4,06% 11 Lain-lain 25,93 3,09% 0,04% 2,31% 28,73 3,11% -1,32% 1,26% 26,76 2,95% 3,20% 2,35% 26,94 2,84% 2,20% 2,78% Total 839,95 100% 6,97% 3,21% 925,27 100% 6,48% 3,67% 907,86 100% 8,09% 3,67% 949,38 100,00% 7,15% 3,18% Sumber: Bank Indonesia Des-16 Mar-17 Jun-17 Dana Pihak Ketiga Dari sisi pendanaan, pada triwulan II 2017, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) korporasi meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu dari 9,12% menjadi 13,91% (yoy) (Grafik 5.32). Peningkatan DPK pada triwulan laporan dipicu oleh meningkatnya tabungan maupun deposito (Grafik 5.31). Komposisi DPK korporasi lebih didominasi oleh deposito yang memiliki pangsa sebesar 53% dari total DPK (Grafik 5.34). 90

104 Trillions % % % % % % I II III IV I II III IV I II DPK Korporasi g_dpk Korporasi Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 5.32 Perkembangan DPK Korporasi 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% % g_dpk Korporasi g_giro g_tabungan g_deposito I II III IV I II III IV I II Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 5.33 Pertumbuhan komponen DPK 42% 53% 5% Asesmen Sektor Rumah Tangga giro tabungan deposito Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 5.34 Komposisi DPK Korporasi Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga Pada triwulan II 2017 kinerja perekonomian Jakarta tercatat tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu dari 6,45% (yoy) menjadi 5,96% (yoy) yang disebabkan oleh pelemahan kinerja ekspor dan impor, serta belanja pemerintah. Sementara itu, kendati melambat, konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga non-profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) dan ekspor neto antardaerah masih tumbuh cukup tinggi. Masa puasa dan Idul Fitri, serta kegiatan Pilkada DKI Jakarta putaran kedua dan berbagai kegiatan lembaga keagamaan yang menyertai aktivitas sepanjang bulan puasa menjadi faktor penahan laju perlambatan pertumbuhan konsumsi (Grafik 5.35). Pada triwulan II 2017 pertumbuhan konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan, yaitu dari 5,97% (yoy) menjadi 5,86% (yoy). Sekalipun melambat, pencapaian pertumbuhan konsumsi rumah tangga tersebut terbilang cukup tinggi. Aktivitas belanja masyarakat yang dipengaruhi momen hari besar keagamaan telah menopang konsumsi rumah tangga sehingga menahan perlambatan yang tidak terlalu dalam. Hal tersebut diperkuat dengan lebih tingginya pertumbuhan kredit konsumsi rumah tangga dari triwulan sebelumnya dan meningkatnya ekspektasi dan

105 Pesimis Optimis optimisme masyarakat sebagaimana terindikasi pada peningkatan komponen indeks Survei Konsumen (SK). 62% 61% 60% 59% 58% 57% 56% I II III IV I II III IV I II III IV I II Proporsi Konsumsi RT thd PDRB Pertumbuhan Konsumsi RT (RHS) Proporsi Konsumsi Non RT thd PDRB Pertumbuhan PDRB (RHS) Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 5.35 Kontribusi Konsumsi Rumah Tanggal Terhadap PDRB Meskipun perekonomian melambat, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) menunjukkan tren yang membaik. Hasil survei ini mengonfirmasi adanya optimisme masyarakat akan kondisi perekonomian yang dirasakannya saat ini. Optimisme masyarakat tercermin dari angka Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), yang lebih besar dari 100. IKK tercatat meningkat, yaitu dari 121,1 pada triwulan sebelumnya menjadi 130,6 pada triwulan laporan. Peningkatan IKK didorong oleh peningkatan dua komponen pembentuknya yaitu Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). IKE, yang menggambarkan persepsi konsumen mengenai kondisi ekonomi saat ini menunjukkan peningkatan menjadi 118,7 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 100,6, menunjukkan optimisme yang menguat. Sementara itu, IEK, yang menggambarkan persepsi masyarakat akan prospek ekonomi Jakarta ke depan, juga menunjukkan optimisme yang semakin kuat. Hal tersebut tercermin dari peningkatan indeks, yaitu dari 141,6 pada triwulan sebelumnya, menjadi 142,6 (Grafik 5.36). Persepsi positif masyarakat tersebut dibangun oleh adanya optimisme perbaikan kondisi lapangan usaha, yang berdampak pada lebih terbukanya lapangan pekerjaan, dan perbaikan penghasilan I II III IV I II III IV I II Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Threshold Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Grafik 5.36 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen 92

106 Kinerja Keuangan Rumah Tangga Kondisi keuangan rumah tangga pada triwulan laporan masih menunjukkan ketahanan yang cukup baik. Hal tersebut didukung dari hasil survei konsumen Bank Indonesia yang menunjukkan optimisme adanya peningkatan pendapatan rumah tangga. Meskipun pertumbuhan DPK rumah tangga mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu dari 8,57% (yoy) menjadi 6,04% (yoy) (Grafik 5.37), berdasarkan hasil survei konsumen Bank Indonesia proporsi penghasilan yang digunakan untuk menabung dan pembayaran cicilan meningkat dari triwulan sebelumnya. Sedangkan porsi untuk konsumsi mengalami penurunan pada triwulan II 2017 (Grafik 5.38). Berdasarkan data tersebut, dapat diindikasikan bahwa perilaku rumah tangga pada triwulan laporan cenderung untuk menahan konsumsinya dengan mengalokasikan penghasilan untuk membayar cicilan dan menabung. 25% % 15% % 5% 0% -5% -10% I II III IV I II III IV I II III IV I II g_total DPK g_dpk RT Jan Feb Mar Apr Mei Jun 2017 Konsumsi Pembayaran cicilan/pinjaman Tabungan Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.37 Pertumbuhan Total DPK dan DPK Rumah Tangga Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Grafik 5.38 Pertumbuhan Total DPK dan DPK Rumah Tangga Dana Pihak Ketiga Rumah Tangga di Perbankan Pada triwulan laporan, Dana Pihak Ketiga (DPK) rumah tangga tumbuh sebesar 6,04% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan I 2017 yang sebesar 8,57% (yoy). Penurunan terutama disebabkan turunnya tabungan dan deposito, yaitu dari sebelumnya tumbuh 12,09% dan 6,3% menjadi 7,02% dan 3,61%. Hal tersebut ikut menarik pertumbuhan DPK rumah tangga ke bawah walaupun pertumbuhan giro meningkat dari 6,26% menjadi 19,63% (yoy) (Grafik 5.39). Pangsa DPK rumah tangga terhadap total DPK perbankan di Provinsi DKI Jakarta sendiri hanya sebesar 37,84%, menurun dari triwulan sebelumnya 37,65% (Grafik 5.40). 93

107 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% I II III IV I II III IV I II III IV I II -10% % -30% g_giro RT g_tabungan RT g_deposito RT g_total DPK RT Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 5.39 Perkembangan DPK 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 58.36% 41.64% 58.53% 41.47% 58.56% 41.44% 57.70% 42.30% 58.17% 41.83% 58.05% 41.95% 62.97% 37.03% 59.48% 40.52% 62.03% 37.97% 60.31% 39.69% 59.77% 40.23% 60.29% 39.71% 62.35% 37.65% I II III IV I II III IV I II III IV I II DPK RT DPK Non RT Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 5.40 Komposisi DPK 62.16% 37.84% Penurunan DPK rumah tangga yang signifikan terjadi pada dana yang bersifat jangka pendek, yaitu tabungan (Grafik 5.39). Pertumbuhan tersebut mengindikasikan bahwa masyarakat menggunakan dana tersebut untuk memenuhi kebutuhan konsumsi jangka pendeknya, seperti konsumsi pangan dan nonpangan, cicilan utang, dan lain sebagainya. Dengan laju perubahan masing-masing DPK tersebut, maka porsi deposito terhadap total DPK rumah tangga menjadi yang tertinggi, yaitu sebesar 19,79%, diikuti dengan porsi tabungan (15,19%), dan giro (2,86%) (Grafik 5.41). 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 21.53% 21.85% 22.47% 23.52% 23.85% 23.78% 19.92% 22.13% 20.42% 21.24% 20.75% 20.25% 19.83% 19.79% 16.85% 16.29% 15.88% 15.45% 14.65% 14.60% 14.65% 15.35% 14.87% 15.79% 15.74% 15.53% 15.22% 15.19% 3.26% 3.33% 3.09% 3.33% 3.33% 3.58% 2.46% 3.03% 2.68% 2.66% 3.74% 3.94% 2.60% 2.86% I II III IV I II III IV I II III IV I II Giro RT Tabungan RT Deposito RT Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.41 Komposisi DPK Rumah Tangga Kredit Perbankan pada Sektor Rumah Tangga Berbeda dengan pertumbuhan total kredit di Provinsi DKI Jakarta yang tumbuh melambat, pertumbuhan kredit rumah tangga pada triwulan laporan meningkat. Kredit rumah tangga tumbuh 4,98% (yoy) atau meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,37% (yoy) (Grafik 5.42). Sedangkan komposisi kredit rumah tangga terhadap total kredit perbankan di Provinsi DKI Jakarta pada triwulan II 2017 hanya sebesar 20,74% atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 21,13% (Grafik 5.43). Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit kepada sektor rumah tangga sebagian besar digunakan untuk konsumsi (64,56%), diikuti kredit modal kerja (22,51%), dan kredit investasi (12,93%) (Tabel 5.4). 94

108 25% 20% 15% 10% 5% 0% I II III IV I II III IV I II III IV I II -5% g_kredit (LP) g_kredit Non RT g_kredit RT Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.42 Perkembangan Kredit 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 23.52% 23.05% 22.28% 23.63% 23.20% 23.11% 22.37% 22.31% 22.78% 21.42% 21.21% 21.03% 21.13% 20.74% 75.01% 75.66% 76.15% 74.75% 75.00% 75.31% 76.03% 76.07% 75.88% 77.16% 77.47% 77.56% 77.65% 77.98% I II III IV I II III IV I II III IV I II Kredit Non RT Kredit RT Lainnya Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.43 Komposisi Kredit Jenis Penggunaan Tabel 5.4 Kredit Sektor Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Penggunaan Jumlah Kredit 2016 I II III IV NPL (%) Jumlah Kredit NPL (%) Jumlah Kredit NPL (%) Jumlah Kredit NPL (%) Jumlah Kredit NPL (%) Jumlah Kredit Pangsa (%) triliun Rp RT-Modal Kerja RT-Investasi RT-Konsumsi Total Kredit RT Sumber: Bank Indonesia I 2017 II NPL (%) Kredit konsumsi rumah tangga meningkat cukup signifikan, yaitu dari 4,91% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 7,28% (yoy) pada triwulan laporan. Peningkatan kredit konsumsi ini dikarenakan adanya peningkatan dari seluruh jenis penggunaan kredit. Pada triwulan II 2017 tercatat kredit pemilikan rumah tumbuh dari -0,34% (yoy) menjadi 1,47% (yoy), kredit kendaraan bermotor dari -4,67% (yoy) menjadi 2,80% (yoy), dan kredit multiguna dari 10,23% (yoy) menjadi 11,77% (yoy) (Grafik 5.44). 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% I II III IV I II III IV I II III IV I II % g_kredit RT g_kredit Kendaraan g_kredit Perumahan g_kredit Multiguna Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 5.44 Perkembangan Kredit Rumah Tangga Berdasarkan komposisinya, kredit multiguna memiliki porsi terbesar dalam kredit konsumsi rumah tangga yaitu mencapai 57,43%, diikuti oleh kredit perumahan dan kredit kendaraan bermotor masing-masing sebesar 32,59% dan 9,98% (Grafik 5.45). Pertumbuhan kredit multiguna yang terus meningkat dan pangsa yang lebih besar dibandingkan dengan jenis kredit 95

109 konsumsi rumah tangga lainnnya, tidak terlepas dari semakin giatnya penawaran-penawaran perbankan kepada debitur yang disertai dengan prosedur pengajuan kredit multiguna yang cenderung mudah, dan fleksibilitas dalam penggunaan dana menyebabkan kredit jenis ini banyak diminati oleh masyarakat walaupun dengan konsekuensi suku bunga yang lebih tinggi. 120% 100% 80% 38.08% 39.27% 39.14% 38.66% 37.90% 36.81% 36.69% 35.63% 35.36% 34.46% 34.38% 34.32% 33.59% 32.59% 60% 40% 20% 49.44% 48.28% 48.39% 49.74% 50.96% 52.69% 52.00% 53.58% 54.03% 55.13% 55.08% 55.49% 56.77% 57.43% 0% I II III IV I II III IV I II III IV I II Kendaraan Multiguna Perumahan Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.45 Komposisi Kredit Konsumsi Rumah Tangga Dari sisi risiko kredit, NPL Konsumsi rumah tangga di DKI Jakarta masih berada di bawah batas aman meskipun memiliki kecenderungan untuk meningkat. Pada posisi triwulan laporan NPL tercatat sebesar 1,96%, atau sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,97% (Grafik 5.46). Penurunan NPL tersebut didorong oleh membaiknya NPL pada kredit pemilikan rumah yaitu dari 2,58% menjadi 2,38%. 3.00% 2.50% 2.00% 1.50% 1.00% 0.50% 0.00% I II III IV I II III IV I II III IV I II NPL Kredit Konsumsi RT NPL Krd Perumahan NPL Krd Kendaraan NPL Krd Multiguna Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.46 Perkembangan NPL Kredit Konsumsi Rumah Tangga C. Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Akses Keuangan kepada UMKM Berbeda dengan pertumbuhan kredit yang disalurkan di Provinsi DKI Jakarta, kinerja kredit UMKM pada triwulan laporan tumbuh lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II 2017 kredit 96

110 UMKM tumbuh sebesar 4,25% (yoy), lebih baik dari triwulan sebelumnya sebesar 4,08% (yoy) (Grafik 5.47). Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit UMKM terutama diberikan untuk kredit modal kerja, yaitu sebesar 71%, dan sisanya diberikan untuk kredit investasi sebesar 29% (Grafik 5.48). 1,600 1,400 1,200 1, I II III IV I II III IV I II III IV I II Total Kredit (LP) Total Kredit UMKM (LP) g_total Kredit (Skala Kanan) g_kredit UMKM (Skala Kanan) Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.47 Pertumbuhan Kredit UMKM 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% 29% 0% 71% UMKM - Modal Kerja UMKM - Investasi UMKM - Konsumsi Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.48 Porsi Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan Berdasarkan skala usahanya, kredit UMKM di Provinsi DKI Jakarta masih didominasi oleh kredit kepada skala usaha menengah. Pada triwulan II 2017, pertumbuhan kredit kepada skala usaha menengah sebesar 8,02% (yoy) atau melambat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 8,66% (yoy). Untuk kredit kepada skala usaha mikro masih mengalami kontraksi, namun tidak sedalam triwulan sebelumnya yaitu dari -28,15% (yoy) menjadi - 21,39% (yoy) (Grafik 5.49). Terbatasnya akses pelaku UMKM terhadap fasilitas pembiayaan dari perbankan, di satu sisi, antara lain disebabkan kurangnya keahlian sumber daya manusia (SDM) perbankan yang memahami mengenai UMKM. Di sisi lain, kondisi pelaku UMKM sendiri yang belum memenuhi persyaratan juga menjadi tantangan di dalam mendapatkan pendanaan dari sektor perbankan. Banyaknya usaha mikro, kecil dan menengah yang tidak dapat memenuhi persyaratan kredit, antara lain tidak adanya jaminan yang mencukupi dan tidak terdeteksinya cash flow ataupun keuangan dari calon debitur menyebabkan bank kesulitan dalam menghitung kemampuan keuangan debitur. 97

111 dalam triliun I II III IV I II III IV I II III IV I % 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% -40% Mikro Kecil Menengah g_mikro(skala Kanan) g_kecil (Skala Kanan) g_menengah (Skala Kanan) Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.49 UMKM Berdasarkan Skala Usaha Berdasarkan lapangan usaha, penyebaran kredit UMKM lebih diarahkan kepada sektor-sektor ekonomi utama Jakarta. Sektor-sektor ekonomi yang banyak menerima dana pembiayaan yaitu sektor perdagangan besar dan eceran, dengan pangsa 39,48%, sektor industri pengolahan engan pangsa 13,08%, sektor konstruksi dengan pangsa 8,17%, dan sektor perantara keuangan dengan pangsa 4,16% (Grafik 5.50). Pertumbuhan kredit UMKM terhadap sektor utama dimaksud secara umum meningkat. Hal tersebut tercermin dari peningkatan kredit UMKM pada sektor industri pengolahan, sektor konstruksi, dan sektor perantara keuangan yang masing-masing tumbuh menjadi 10,78% (yoy), 11,01% (yoy), dan 3,59% (yoy) lebih baik dari triwulan sebelumnya. Sebaliknya, terjadi perlambatan pada kredit UMKM sektor usaha perdagangan besar dan eceran dari 9% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 6,77% (yoy) (Grafik 5.51). 200% 35.11% 13.08% 150% 100% 8.17% 4.16% 39.48% 50% 0% -50% I II III IV I II III IV I II III IV I II Industri Pengolahan Perantara Keuangan Sektor Lain Perdagangan Besar dan Eceran Konstruksi Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.50 Kredit UMKM Berdasarkan Sektor Ekonomi Industri Pengolahan Perantara Keuangan Perdagangan Besar dan Eceran Konstruksi Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.51 Perkembangan Kredit UMKM Berdasarkan Sektor Utama Meskipun secara kuantitas porsi kredit UMKM jauh lebih kecil dibandingkan total keseluruhan kredit di Provinsi DKI Jakarta, yaitu hanya sebesar 8,74% dari total kredit, dalam satu tahun terakhir tingkat non-performing loan (NPL) kredit UMKM cenderung mengalami peningkatan. Tren peningkatan NPL ini perlu diwaspadai dan menjadi perhatian perbankan, meskipun pada 98

112 triwulan II 2017 NPL UMKM menurun dari 5,72% menjadi 5,47%. Membaiknya angka NPL tersebut didorong dari membaiknya NPL pada kredit investasi dan modal kerja, yang masing-masing tercatat sebesar 6,49% dan 5,07% dari sebelumnya sebesar 6,73% dan 5,29% (Grafik 5.52). Sedangkan berdasarkan skala usaha, membaiknya NPL terutama berasal dari kredit skala mikro dan menengah (Grafik 5.53). 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0% I II III IV I II III IV I II III IV I II NPL UMKM Modal Kerja Investasi Konsumsi Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.52 Perkembangan NPL Kredit UMKM berdasarkan Jenis Penggunaan 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0% I II III IV I II III IV I II III IV I II NPL UMKM Mikro Kecil Menengah Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.53 Perkembangan NPL Kredit UMKM Berdasarkan Skala Usaha Jika dilihat dari jumlah rekening debitur UMKM berdasarkan lokasi proyek, sampai dengan triwulan II 2017 tercatat sebanyak rekening. Dari jumlah tersebut, terdapat rekening UMKM skala mikro, sebanyak rekening UMKM skala kecil, dan sebanyak rekening UMKM berskala menengah. Meskipun pelaku usahanya lebih sedikit, kredit UMKM terbesar tersalur kepada UMKM berskala menengah Pengembangan UMKM Pemerintah daerah telah melakukan berbagai upaya untuk mendorong peningkatan penyaluran kredit bagi UMKM. Salah satunya yaitu menjadikan pelaku UMKM untuk lebih bankable dengan tujuan agar pelaku-pelaku UMKM ini dapat mengakses pembiayaan dari lembaga keuangan. Upaya yang telah dilakukan tersebut antara lain melalui (1) penyediaan lokasi binaan (lokbin) dan lokasi sementara (loksem) bagi UMKM; (2) pendataan dan pemberian surat izin usaha; (3) sertifikasi BPOM bagi UMKM kuliner; dan (4) pemberian bantuan untuk peningkatan usaha. Pemerintah Daerah juga mendorong sinergi antar-bumd yang dimilikinya untuk meningkatkan kapasitas dan penyaluran kredit UMKM. Salah satu contoh sinergi tersebut adalah kerjasama antara Bank DKI dengan PD Pasar Jaya dalam menyalurkan kredit kepada para pedagang di lingkungan PD Pasar Jaya. Di samping itu, Pemerintah Daerah juga memberikan bantuan modal usaha 99

113 dan gerobak untuk membantu usaha kecil menengah di kawasan Perkampungan Industri Kecil (PIK) serta di rumah susun. Dalam rangka mendukung peningkatan akses keuangan UMKM, Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta juga melakukan berbagai upaya antara lain dalam bentuk program pengendalian inflasi, Pengembangan klaster perikanan berbasis wisata di Kepulauan Seribu, dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL). Program tersebut dijalankan untuk meningkatkan kapasitas UMKM dan memfasilitasi akses terhadap input, produksi, pasar dan keuangan. Selain itu, Bank Indonesia juga memberikan bantuan teknis kepada UMKM, Business Development Services (BDS), pendamping UMKM, Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) dan lembaga atau institusi terkait lainnya melalui penyediaan informasi maupun capacity building tentang pencatatan transaksi keuangan, manajemen keuangan, penguatan kelembagaan, business coaching dan kegiatan lainnya. Selain itu, dalam rangka meningkatkan akses pembiayaan terhadap UMKM, Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta saat ini sedang melakukan kajian pola pembiayaan terhadap usaha budidaya perikanan di Pulau Seribu dengan sasarannya adalah perbankan dan pembiayaan melalui Financial Technology. 100

114 Halaman ini sengaja dikosongkan 101

115 Halaman ini sengaja dikosongkan 102

116 SISTEM PEMBAYARAN Bab 6 Aktivitas transaksi keuangan di DKI Jakarta pada triwulan II 2017 dipengaruhi baik oleh aktivitas ekonomi maupun aktivitas sosial masyarakat pada triwulan tersebut. Untuk transaksi secara tunai, pengaruh musiman bulan puasa dan Idul Fitri berdampak pada net outflow aliran uang tunai pada triwulan laporan yang lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu, melambatnya konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2017 berdampak pada melambatnya perkembangan transaksi nontunai, terutama pada transaksi yang menggunakan sistem kliring nasional (SKN-BI). A. Pengelolaan Uang Pada triwulan II 2017, Provinsi DKI Jakarta mengalami net outflow yang cukup tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Tabel 6.1). Hal tersebut mengindikasikan jumlah penarikan uang dari kas Bank Indonesia (outflow) lebih banyak dibandingkan dengan uang yang disetorkan kembali (inflow). Kebutuhan dan penarikan uang kartal yang meningkat pada triwulan II 2017 tidak terlepas dari berbagai aktivitas konsumsi yang mengalami peningkatan, terutama terkait dengan momen bulan puasa, serta hari raya idul Fitri. Pada kedua momen tersebut, belanja masyarakat cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya, antara lain untuk kebutuhan makanan, minuman, maupun kebutuhan sandang. Indikator (Rp Miliar) Penarikan / Outflow Penyetoran / Inflow Net Flow Sumber: Bank Indonesia Tabel 6.1 Perkembangan Transaksi Uang Kartal Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 26, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , (1,674.35) 43, (8,489.40) 21, , ,

117 Sumber: Bank Indonesia Grafik 6.1 Perkembangan Inflow Outflow Uang Kartal Sumber: Bank Indonesia Grafik 6.2 Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan Net Flow Peningkatan perputaran uang kartal tersebut dapat terlihat dari tingkat penarikan (outflow) uang kartal yang tercatat sebesar Rp64,47 triliun atau meningkat sebesar 93,58% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Sementara itu, tingkat penyetoran (inflow) tercatat sebesar Rp19,08 triliun atau turun 28,95% (qtq) dari triwulan sebelumnya. dengan demikian, posisi aliran uang kartal pada triwulan II 2017 tercatat sebesar Rp45,39 triliun (net outflow), jauh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mengalami net outflow sebesar Rp6,45 triliun. Selain pengelolaan aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia, salah satu tugas Bank Indonesia dalam pengelolaan uang rupiah adalah memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan kepada masyarakat (Clean Money Policy), di antaranya melalui pemusnahan uang tidak layak edar secara rutin. Pada periode triwulan II 2017, nilai nominal pemusnahan UTLE tercatat sebesar Rp10,30 triliun atau sebesar 54% dari jumlah uang kartal yang masuk ke kas Bank Indonesia (Grafik 6.3). Relatif tingginya pemusnahan UTLE tersebut disebabkan karena masih tingginya animo masyarakat terhadap uang rupiah Tahun Emisi 2016 (T.E. 2016) yang dikeluarkan pada akhir tahun 2016 lalu. Hal tersebut mendorong penukaran uang emisi lama dalam jumlah besar, yang sebagian memiliki kondisi tidak layak edar, dengan uang T.E Dalam rangka mengendalikan jumlah uang kartal yang dianggap tidak layak edar dan harus dimusnahkan, Bank Indonesia terus melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang kartal. Dengan demikian diharapkan usia edar uang kartal dapat lebih panjang, sehingga mengurangi besarnya volume UTLE dan menurunkan biaya pencetakan uang baru. Selain itu, Bank Indonesia juga secara rutin menyelenggarakan kegiatan kas keliling ke daerah-daerah yang relatif terpencil dan terluar, dan memiliki volume UTLE yang cukup banyak, 104

118 seperti pada Kepulauan Seribu. Pada bulan Juni 2017 lalu atau bertepatan dengan Ramadhan, bekerjasama dengan Polisi Perairan Polda Metro Jaya melaksanakan kegiatan kas keliling ke Kepulauan Seribu, antara lain Pulau Pramuka, Pulau Panggang, Pulau Untung Jawa, Pulau Tidung, dan Pulau Harapan. Lebih lanjut, Bank Indonesia ke depan juga akan turut aktif dan rutin untuk melaksanakan kegiatan kas keliling di Kepulauan Seribu, bekerja sama dengan Bank DKI dan Bank Rakyat Indonesia (melalui Kapal Bahtera Seva) yang memiliki layanan perbankan di Kepulauan Seribu. Dengan demikian, diharapkan volume uang layak edar di Kepulauan Seribu akan senantiasa terjaga. Sementara itu, selama triwulan II 2017, penemuan uang palsu di DKI Jakarta yang masuk melalui laporan serta setoran perbankan ke Bank Indonesia tercatat mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jumlah temuan uang palsu pada triwulan laporan tercatat sebesar lembar, atau meningkat sebesar 22,30% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebanyak lembar (Grafik 6.4). Bertambah banyaknya peredaran uang palsu pada triwulan laporan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya tersebut disebabkan karena adanya momen bulan puasa dan idul Fitri yang biasanya dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan untuk mengambil kesempatan, yang dipicu oleh tingginya kebutuhan masyarakat akan uang kartal, khususnya uang pecahan kecil yang akan digunakan pada saat Idul Fitri. Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 6.3 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 6.4 Temuan Uang Palsu Untuk terus meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat, Bank Indonesia senantiasa melakukan penanggulangan yang bersifat preventif maupun represif. Tindakan preventif dilaksanakan antara lain melalui program edukasi dan sosialisasi keaslian uang rupiah secara berkala. Kantor Perwakilan Bank Indonesia senantiasa menggalakkan kegiatan edukasi dan 105

119 sosialisasi uang rupiah, baik melalui koran, radio, videotron, maupun poster, kepada audiens yang beragam, antara lain kalangan perbankan, TNI, penegak hukum, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dunia usaha, organisasi keagamaan dan kemasyarakatan, jajaran manajemen Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), serta kalangan nelayan. Edukasi dan sosialisasi tersebut dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar senantiasa memperlakukan uangnya dengan lebih baik, serta agar masyarakat semakin mengenali ciri-ciri keaslian uang rupiah. Sementara itu, upaya penanggulangan secara represif dilaksanakan oleh Kepolisian dengan menangkap dan menghukum pembuat maupun pengedar uang palsu sesuai dengan ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku. B. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran Meskipun transaksi tunai masyarakat mengalami peningkatan pada momen ramadhan dan Idul Fitri, konsumsi rumah tangga yang secara keseluruhan mengalami perlambatan terindikasi dari aktivitas nontunai yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Selama triwulan II 2017, penyelesaian transaksi ritel melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI), baik yang berbasis kredit maupun debet, tercatat sebesar Rp435,09 triliun dengan 20,8 juta transaksi (Grafik 6.5). Nominal transaksi ritel tersebut turun 6,32% (qtq) dibandingkan dengan nominal transaksi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp464,48 triliun, meskipun dengan jumlah transaksi yang lebih rendah yaitu 20,2 juta transaksi. Berdasarkan jenisnya, Sistem Kliring Nasional (SKN) dibagi menjadi SKN berbasis Data Keuangan Elektronik (DKE) dan SKN berbasis warkat (kliring debet). SKN berbasis DKE atau yang biasa disebut kliring kredit, tercatat juga mengalami penurunan. Kegiatan transaksi menggunakan SKN berbasis DKE tersebut tercatat sebanyak 19,1 juta transaksi dengan nilai nominal sebesar Rp350,53 triliun. Transaksi menggunakan SKN berbasis DKE tersebut meningkat 9,49% dibandingkan dengan transaksi pada periode triwulan sebelumnya. Sementara itu, jika dilihat secara nominal transaksi tersebut mengalami kontraksi sebesar 31,15% dibandingkan dengan nominal triwulan sebelumnya. 106

120 Sumber: Bank Indonesia Grafik 6.5 Pertumbuhan Transaksi SKN-BI (Kredit dan Debet) Penggunaan SKN berbasis warkat (kliring debet) pada triwulan II 2017 juga menunjukkan perlambatan. Pada triwulan II 2017 terdapat 1,8 juta transaksi dengan nilai nominal Rp84,6 triliun. Jumlah transaksi tersebut lebih rendah 35,13% dibandingkan dengan jumlah transaksi triwulan sebelumnya, sedangkan dari nominalnya juga mengalami kontraksi sebesar 31,15% dibandingkan dengan periode triwulan sebelumnya (Grafik 6.6 dan 6.7) Sumber: Bank Indonesia Grafik 6.6 Pertumbuhan Nominal SKN Sumber: Bank Indonesia Grafik 6.7 Pertumbuhan Volume SKN Kondisi yang sama juga terjadi pada transaksi dengan sistem Real Time Gross Settlement (RTGS), yang pada triwulan laporan mengalami kontraksi 5,78% (qtq) secara nominal, dari Rp2.910,8 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi 2.742,4 triliun pada triwulan laporan, dengan jumlah transaksi sebanyak 748 ribu transaksi. 107

121 Halaman ini sengaja dikosongkan 108

122 KESEJAHTERAAN Bab 7 Tingkat kemiskinan Jakarta kembali meningkat pada Maret Terbatasnya peran golongan miskin pada aktivitas ekonomi menyebabkan rendahnya dampak pertumbuhan ekonomi terhadap kondisi ekonomi mereka. Pertumbuhan ekonomi Jakarta lebih digerakkan oleh golongan ekonomi kelas menengah-atas. Golongan masyarakat tersebut banyak bergerak di sektorsektor ekonomi yang memberikan nilai tambah besar pada perekonomian. Sehingga ketika ekonomi tumbuh pesat, golongan menengah-atas yang lebih menikmati buah pertumbuhan ekonomi, sementara tingkat kemiskinan belum tentu turun, karena rendahnya peran golongan miskin dalam perekonomian. Faktor penyebab lain adalah terbatasnya kemampuan sektor formal dalam menyerap tenaga kerja. Belum solidnya perbaikan ekonomi menyebabkan aktivitas dunia usaha masih terbatas, sehingga kebutuhan tenaga kerja pun terbatas. Penyerapan tenaga kerja yang cukup tinggi terjadi di sektor informal. Namun kompensasi yang diberikan oleh sektor informal tidak sebanding dengan meningkatnya harga-harga komoditas pokok yang dikonsumsi masyarakat miskin. Sebagai akibatnya kemiskinan meningkat. Selain diwarnai oleh meningkatnya kemiskinan, kondisi ekonomi sosial Jakarta juga diwarnai oleh kembali meningkatnya ketimpangan pendapatan. Indeks rasio gini meningkat, setelah beberapa periode menunjukkan tren yang menurun. Indeks rasio gini Jakarta kini berada di level 0,410, yang artinya A. Tingkat Kemiskinan Kondisi kemiskinan pada Maret 2017 kembali menunjukkan peningkatan. Sejak tahun 2016, pertumbuhan ekonomi Provinsi DKI Jakarta relatif terbatas dalam memperbaiki kondisi kemiskinan di Jakarta. Kegiatan ekonomi Jakarta, yang relatif masih tinggi dibandingkan dengan daerahdaerah lain, belum dapat dinikmati secara merata oleh masyarakat Jakarta. Geliat ekonomi Jakarta lebih didorong oleh golongan ekonomi menengahatas. Sehingga ketika pertumbuhan ekonomi melaju cukup kencang, sebagaimana yang terjadi pada triwulan I 2017, yang mencapat 6,48% 109

123 (yoy), tingkat kemiskinan justru meningkat. Buah pembangunan tidak banyak memberikan perubahan pada kondisi kemiskinan Jakarta. Jumlah penduduk miskin di Jakarta pada Maret 2017 meningkat 1,4% (yoy) menjadi 389,69 ribu orang. Dengan demikian persentasi (porsi) penduduk miskin Jakarta pada periode tersebut menjadi 3,77%, lebih tinggi dari kondisi Maret dan September Pada Maret dan September 2016 persentase orang miskin masing-masing sebesar 3,75% Ribu orang Maret September Maret September Maret September Maret % (yoy) Jumlah orang miskin g orang miskin (skala kanan) Sumber: BPS, diolah Grafik 7.1 Perkembangan Orang Miskin Jakarta (5) (10) (15) %, yoy Maret September Maret September Maret September Maret September Maret September Maret g.pdrb % Prosentase Penduduk Miskin (skala kanan) Sumber: BPS, diolah Grafik 7.2 Pertumbuhan Ekonomi dan Persentase Penduduk Miskin Penambahan kesempatan kerja di Jakarta tidak serta merta menurunkan tingkat kemiskinan. Hal tersebut dapat terjadi karena penyerapan tenaga kerja cenderung mengarah ke sektor informal. Kondisi tersebut telah terjadi sejak tahun Meningkatnya peran sektor informal di pasar tenaga kerja Jakarta, sejalan dengan tingginya pertumbuhan tenaga kerja pada level pendidikan yang relatif rendah, yaitu pendidikan SMP ke bawah. Pada level pendidikan tersebut pertumbuhan penyerapan tenaga kerja mencapai 20,72% (yoy), tertinggi di antara level pendidikan lainnya. Pertumbuhan tenaga kerja tertinggi kedua terjadi pada pekerja dengan latar belakang pendidikan sekolah menengah atas kejuruan (SMAK), yaitu sebesar 10,29% (yoy). Sementara itu, pekerja dengan level pendidikan SMA umum dan sekolah tinggi justru berkurang (terkontraksi). Masing-masing tumbuh sebesar -14,22% dan -7,87% (yoy) (5) (10) (15) (20) %, yoy Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb g.formal g. Informal Sumber: BPS, diolah Grafik 7.3 Perkembangan Lapangan Pekerjaan Sektor Formal-Informal Sumber: BPS, diolah Grafik 7.4 Pertumbuhan Tenaga Kerja Berdasarkan Pendidikan 110

124 Tingginya penyerapan tenaga kerja di sektor informal cukup mampu menurunkan tingkat pengangguran terbuka (TPT), Namun tidak memperbaiki kondisi kemiskinan di Jakarta. Upah pekerja di sektor informal umumnya berada di bawah upah minimum provinsi (UMP). Kendati UMP secara nominal terus meningkat, secara riil pertumbuhan UMP tahun 2017 melambat, bahkan diperkirakan lebih rendah dari inflasi hingga akhir tahun Artinya, kenaikan UMP tidak dapat mendongkrak daya beli. Dengan upah di bawah UMP, kemampuan pekerja informal dalam memenuhi kebutuhan hidup layak sangat terbatas. Oleh karena itu kelompok ini rentan jatuh miskin manakala aktivitas ekonomi tempat mereka bekerja mengalami penurunan. Guna menahan penurunan daya beli masyarakat miskin lebih lanjut, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyediakan berbagai program sosial bagi masyarakatnya. Sepanjang masyarakat miskin terdaftar sebagai penduduk Jakarta, mereka akan memperolah berbagai fasilitas publik yang disediakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, seperti Kartu Jakarta Pintar (KJP), Kartu Jakarta Sehat (KJS). Selain itu, mereka juga dibebaskan dari biaya transpor bila menggunakan jasa Trans Jakarta, serta mendapatkan akses terhadap beberapa komoditas pangan seperti beras dan daging yang dapat diperoleh dengan harga murah, karena terdapat subsidi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Namun, bila masyarakat miskin tersebut bukan warga/penduduk Jakarta (tidak memiliki KTP Jakarta), maka berbagai fasilitas bagi orang miskin tersebut tidak dapat diperoleh. Masih terbatasnya kegiatan ekonomi swasta menyebabkan rendahnya penyerapan tenaga kerja di sektor formal. Hal tersebut tercermin dari meningkatnya tingkat pengangguran terbuka (TPT) dengan level pendidikan tinggi (diploma dan universitas). Pada Februari 2016 TPT dengan jenjang pendidikan tinggi tercatat sebesar 3,75%. Level tersebut kemudian meningkat menjadi 5,35% pada Februari

125 Maret September Maret September Maret September Maret September Maret 12 %, yoy g UMP Real inflasi Jakarta Sumber: BPS, diolah Grafik 7.5 UMP Riil dan Inflasi Jakarta Sumber: BPS, diolah Grafik 7.6 Tingkat Pengangguran Terbuka Jakarta Meningkatnya angka garis kemiskinan (GK), menjadi salah satu faktor penyebab bertambahnya jumlah penduduk miskin. Artinya, harga komoditas-komoditas yang dikonsumsi oleh golongan miskin mengalami kenaikan. Pada Maret 2017 garis kemiskinan Jakarta tercatat sebesar Rp , atau meningkat 5,13% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Dilihat dari komposisi komoditas pembentuknya, kenaikan lebih tinggi terjadi pada kelompok komoditas pangan (garis kemiskinan makanan/gkm). Dengan kondisi tersebut, maka porsi komoditas pangan dalam komposisi garis kemiskinan kembali meningkat, setelah beberapa periode sebelumnya porsinya menurun. Sebaliknya, garis kemiskinan nonmakanan (GKNM), pangsanya kembali turun, seiring dengan pertumbuhannya yang melambat %, yoy GK GKM GKNM Sumber: BPS, diolah Grafik 7.7 Perkembangan Garis Kemiskinan % Maret September Maret September Maret GKM GKNM Sumber: BPS, diolah Grafik 7.8 Komposisi Garis Kemiskinan Kenaikan harga-harga pada komoditas yang memiliki pangsa cukup besar dalam keranjang komoditas kebutuhan minimum yang dikonsumsi oleh masyarakat (garis kemiskinan) sedikit saja, dapat memicu meningkatnya jumlah orang miskin. Kelompok makanan menempati porsi terbesar dalam pembentukan garis kemiskinan. Kendati inflasi kolompok makanan dalam tren yang menurun, garis kemiskinan makanan (GKM) pada periode Maret 112

126 2017 menunjukkan peningkatan. Pada Maret 2017 GKM tumbuh sebesar 5,38% (yoy), lebih tinggi dari kenaikan GKM periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar 3,14% (yoy). Komoditas-komoditas yang memberi andil cukup besar terhadap peningkatan GKM, yaitu rokok kretek filter, daging ayam ras, telur ayam ras, cabai merah, kopi bubuk (sachet). Kenaikan yang tertinggi berasal dari komoditas rokok kretek filter. Komoditas tersebut menempati porsi terbesar kedua setelah beras dalam keranjang komoditas yang membentuk GKM. Kenaikan harga rokok kretek filter disebabkan oleh penyesuaian harga bertahap yang dilakukan pelaku usaha, sebagai respons dari kenaikan cukai rokok pada awal tahun Akibat dari kenaikan harga ini, kontribusi komoditas rokok kretek filter terhadap pembentukan GKM meningkat cukup signifikan, yaitu dari 14,2% pada Maret 2016 menjadi 17,26% pada Maret Besarnya peningkatan kontribusi rokok kretek filter menahan tren penurunan pertumbuhan GKM %, yoy Maret September Maret September Maret September Maret September Maret GKM Inflasi Makanan Sumber : BPS, diolah Grafik 7.9 GKM dan Inflasi Makanan % Sep Mar Sep Mar Sept Mar Rokok Kretek (Filter) Telur Ayam Ras Daging Ayam Ras Mie Instan Beras (rhs) Sumber: BPS, diolah Grafik 7.10 Kontribusi Komoditas Utama dalam GKM % Sementara itu, garis kemiskinan nonmakanan (GKNM) tumbuh melambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada Maret 2017 GKNM tumbuh sebesar 4,67 (yoy), lebih rendah dari peningkatan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,70% (yoy). Perlambatan terutama didorong oleh turunnya kontribusi perumahan dalam pembentukan GKNM, yaitu dari 39% pada Maret 2016 menjadi 36,46% pada Maret Hal ini sejalan dengan tertahannya laju kenaikan harga kontrak rumah. Pangsa perumahan merupakan yang terbesar dalam keranjang konsumsi nonmakanan masyarakat miskin. 113

127 %, yoy Kontrak Rumah Sumber: BPS, diolah Grafik 7.11 Perkembangan Kenaikan Harga Kontrak Rumah % Sep Mar Sep Mar Sept Perumahan (rhs) Angkutan Pendidikan Listrik Bensin Perlengkapan Mandi % Sumber: BPS, diolah Grafik 7.12 Kontribusi Komoditas Utama dalam GKNM Sedangkan faktor penyebab naiknya GKNM adalah meningkatnya sumbangan komoditas-komoditas energi. Kenaikan harga tersebut, tidak terlepas dari berbagai kebijakan penyesuaian harga energi yang dilakukan pemerintah, terutama terhadap komoditas bensin dan listrik. Sumbangan kedua komoditas tersebut dalam pembentukan GKNM meningkat, yaitu masing-masing dari 11,10% dan 7,56% pada Maret 2016 menjadi 12,63% dan 11,92% pada Maret Meningkatnya jumlah penduduk miskin diikuti dengan meningkatnya indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi pada triwulan I 2017, tidak mampu menjaga masyarakat yang berada di sekitar garis kemiskinan agar tidak kian terperosok miskin. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya indeks kedalaman kemiskinan. Dengan penghasilan yang relatif stagnan, bahkan secara riil cenderung turun, dan naiknya harga komoditas dalam keranjang garis kemiskinan, menyebabkan semakin rendahnya kemampuan masyarakat berpenghasilan kecil atau masyarakat miskin memenuhi kebutuhan pokok minimum (setara dengan garis kemiskinan). Hal ini kemudian menyebabkan terjadinya pelebaran gap antara kemampuan konsumsi masyarakat miskin dengan garis kemiskinan, atau sering dikatakan indeks kedalaman kemiskinan meningkat. Meningkatnya indeks kedalaman kemiskinan diikuti oleh meningkatnya indeks keparahan kemiskinan. Hal ini menunjukkan bahwa selain semakin jauh kemampuan orang miskin dalam memenuhi kebutuhan minimumnya, ketimpangan daya beli di antara masyarakat miskin itu pun juga meningkat. 114

128 Indeks Maret September Maret September Maret September Maret September Maret September Maret Indeks Maret September Maret September Maret September Maret September Maret September Maret Indeks Kedalaman Kemiskinan Poly. (Indeks Kedalaman Kemiskinan) Sumber: BPS, diolah Grafik 7.13 Indeks Kedalaman Kemiskinan Indeks Keparahan Kemiskinan Poly. (Indeks Keparahan Kemiskinan) Sumber: BPS, diolah Grafik 7.14 Indeks Keparahan Kemiskinan B. Perkembangan Indeks Rasio Gini Setelah sempat bergerak turun dalam beberapa periode, indeks rasio gini Provinsi DKI Jakarta pada Maret 2017 kembali meningkat. Indeks rasio gini Jakarta saat ini sebesar 0,410. Dengan kata lain ketimpangan di Jakarta masuk dalam kategori 0,40. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yang tercatat berada pada level 0,411, indeks rasio gini Jakarta saat ini menunjukkan perbaikan. Namun, bila dibandingkan dengan satu periode pengukuran sebelumnya, yaitu September 2016 (0,397), indeks rasio gini Jakarta menunjukkan pemburukan. Pada periode tersebut kondisi ketim Dari sisi distribusi pendapatan, penguasaan ekonomi masih didominasi oleh 20% kelompok masyarakat dengan pendapatan tertinggi. Kelompok masyarakat tersebut mampu menguasai kue perekonomian hingga 48,2%, mendekati separuh dari total perekonomian. Dengan kata lain ekonomi terkonsentrasi pada kelompok masyarakat berpenghasilan tertinggi. Idealnya 20% kelompok masyarakat dengan pendapatan tertinggi menguasai kue ekonomi kurang lebih 20%. Sementara itu, 40% kelompok masyarakat berpendapatan menengah menguasai kue ekonomi sebesar 35,7%. Porsi tersebut lebih rendah dari kondisi periode yang sama tahun sebelumnya yang mampu menguasai perekonomian sebesar 36,3%. Dilihat dari porsi penguasaan kue ekonominya, 40% kelompok masyarakat ini cukup dekat dengan kondisi ideal (40%). Namun, untuk 40% kelompok masyarakat berpendapatan terendah masih jauh dari ideal. Kelompok ini hanya mampu menguasai 16,1% kue 115

129 Maret September Maret September Maret September Maret September Maret September Maret perekonomian. Kondisi tersebut nyaris tidak berubah sejak tahun Keadaan ini melengkapi indikator ketimpangan pendapatan di Jakarta Indeks Mar Sep Mar Sep Mar Sumber: BPS, diolah Grafik 7.15 Perkembangan Rasio Gini % Mar Sep Mar Sep Mar % PendapatanTerendah 40% Pendapatan Sedang 20% Pendapatan Tinggi Sumber: BPS diolah Grafik 7.16 Distribusi Pendapatan Berdasarkan data terkini, jumlah masyarakat Jakarta yang hanya menikmati 16% kue pembangunan ekonomi sebanyak kurang lebih 4,15 juta orang. Dari kelompok masyarakat tersebut, sebanyak 389,7 ribu orang atau sekitar 9% di antaranya merupakan masyarakat miskin. Kemampuan penguasaan ekonomi dari 40% masyarakat berpendapatan terendah relatif tidak banyak perubahan dari waktu ke waktu (persisten). Besarnya ketimpangan pendapatan perkapita Jakarta, juga terlihat dari perkembangan pendapatan perkapita Jakarta. Pendapatan perkapita Jakarta berada jauh di atas garis kemiskinan. Pendapatan perkapita Jakarta pada akhir tahun 2016 tercatat sebesar Rp 207,99 juta per tahun. Sementara itu, garis kemiskinan dalam satu tahun tercatat hanya sebesar Rp 6,44 juta per kapita. Mencermati data tersebut dapat dikatakan bahwa secara rata-rata pendapatan perkapita masyarakat Jakarta jauh dari kategori miskin. Namun pada kenyataannya terdapat 3,77% masyarakat yang tinggal di Jakarta masuk dalam kategori miskin. 250,000,000 Rupiah 200,000, ,000, ,000,000 50,000, Garis Kemiskinan Pendapatan perkapita Sumber BPS diolah. Grafik 7.17 Garis Kemiskinan dan Pendapatan perkapita. 116

130 Dengan kenyataan ini perhatian sebaiknya lebih dicurahkan pada penurunan kemiskinan dibandingkan dengan penurunan ketimpangan pendapatan. Konsentrasi penguasaan kue ekonomi oleh kelompok masyarakat berpendapatan tertinggi (20% penduduk), dan menengah (40% penduduk) merupakan kondisi struktural yang sudah lama terjadi dan akan terus berlangsung. Beberapa faktor menyebabkan kelompok atas mampu mempertahankan dominasi di dalam perekonomian, yaitu: (1) besarnya akses kelompok tersebut terhadap pendidikan dan peningkatan kemampuan atau keahliannya, sehingga lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan yang layak; (2) besarnya akses terhadap aktivitas ekonomi, yang umumnya bergerak di sektor formal dengan jam kerja penuh. (3) sektor ekonomi yang digeluti masyarakat berpenghasilan tinggi umumnya sektor yang memberikan nilai tambah tinggi terhadap perekonomian. Sehingga bila kondisi ekonomi sedang menggeliat, kelompok masyarakat ini umumnya yang dapat menikmati hasilnya lebih banyak, dan pada akhirnya semakin meningkatkan kondisi ketimpangan. Sementara itu, kemiskinan terjadi di antaranya disebabkan oleh pengangguran dan rendahnya kemampuan untuk menghasilkan pendapatan yang lebih. Faktor lemahnya pendidikan dan minimnya keahlian menyebabkan terbatasnya kesempatan kerja, terutama di sektor formal, yang dapat menyediakan upah setidaknya sama dengan upah minimum yang telah ditentukan pemerintah (UMP). Kalaupun terserap kerja, sektor yang dimasuki umumnya sektor informal, dengan kompensasi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan minimumnya. Dengan demikian kelompok masyarakat berpenghasilan rendah sangat sensitif terhadap perubahan harga barang-barang yang menjadi kebutuhan pokoknya dan perubahan kondisi ekonomi. Perhatian Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terhadap pendidikan cukup besar, tercermin dari alokasi pendidikan dalam APBD sebesar 20%. Selain pendidikan formal, Pemerintah DKI Jakarta juga memberikan berbagai kursus/ pelatihan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat Jakarta secara gratis. Hal ini merupakan upaya positif untuk menyiapkan sumber daya manusia pada masa mendatang (jangka menengah-panjang) agar dapat lebih diterima oleh dunia kerja formal. Selain pendidikan, dukungan terhadap lingkungan usaha yang kondusif juga diperlukan. Dukungan pemerintah diharapkan melalui kebijakan- 117

131 kebijakan yang dapat mendorong geliat dunia swasta. Semangat untuk memperbaiki doing of business di Jakarta merupakan hal yang positif untuk meningkatkan peran swasta dalam perekonomian. Bila sektor swasta bergairah, kesempatan kerja akan semakin terbuka, terutama di sektor formal, yang diharapkan dapat memberikan kompensasi yang baik bagi pekerja, dan kemiskinan bisa berkurang. 118

132 Halaman ini sengaja dikosongkan 119

133 Halaman ini sengaja dikosongkan 120

134 PROSPEK PEREKONOMIAN Bab 8 Dengan memerhatikan kondisi terkini, baik ekonomi global maupun nasional, pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada tahun 2017 diprakirakan lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2016, namun lebih rendah dari proyeksi sebelumnya. Pada triwulan IV 2017 pertumbuhan ekonomi diprakirakan mengalami akselerasi dan mencapai kisaran 5,9%-6,3% yoy. Pertumbuhan terutama akan ditopang oleh konsumsi masyarakat, seiring dengan kuatnya pertumbuhan investasi bangunan oleh pemerintah pusat, maupun oleh pemerintah DKI Jakarta khususnya dalam mempersiapkan Asian Games Perdagangan antardaerah neto akan turut memberikan kontribusi positif, di tengah kinerja ekspor yang masih lemah. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi keseluruhan tahun 2017 diprakirakan berada pada kisaran 6,0%- 6,4%. Di sisi lain, tingkat inflasi Jakarta pada tahun 2017 diperkirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya. Tekanan dari inflasi inti yang tidak terlalu kuat, ditambah dengan terjaganya volatile food dan administered prices, akan membawa inflasi pada kisaran 4±1%, namun dengan kecenderungan bias ke bawah. Sementara itu, beberapa risiko masih membayangi dinamika perekonomian DKI Jakarta ke depan. Dari sisi global, masih terdapat risiko tekanan tehadap nilai tukar terkait rencana kenaikan Fed Fund Rate. Dari sisi domestik, masih terdapat risiko pemotongan belanja pemerintah akibat peningkatan defisit fiskal, dan risiko akibat review kebijakan bahan bakar minyak (BBM). A. Prospek Perekonomian Global dan Nasional Prospek Perekonomian Global Perbaikan ekonomi global pada tahun 2017 diprakirakan masih sejalan dengan proyeksi semula. Namun, dengan memerhatikan perkembangan terkini, terdapat perubahan prakiraan angka pertumbuhan pada beberapa negara. Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan India diprakirakan menjadi lebih rendah dari proyeksi sebelumnya, sedangkan pertumbuhan Tiongkok dan Uni Eropa diprakirakan meningkat (Tabel 8.1). 121

135 Tabel 8.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia Realisasi CF Bank Indonesia Jul-17 Mei 2017 Jul 2017 Agst Dunia 3, ,5 3, Negara Maju 1, ,0 2, Amerika Serikat 1, ,3 2, Kawasan Eropa 1, ,7 1, Jepang 1, ,2 0, Negara Berkembang 4, ,5 4, Negara Berkembang Asia 6,4 Tiongkok 6, ,6 6, India 7, ,4 7, Volume Perdagangan Dunia (barang dan jasa) 1,2 1,7 1, Minyak (USD per barel) 41, Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada tahun 2017 diprakirakan sebesar 2,2%, lebih rendah dibandingkan dengan proyeksi pada periode triwulan sebelumnya (Mei) yang sebesar 2,3%. Hal ini disebabkan karena akselerasi fixed investment yang tertahan, seiring rendahnya harga minyak. Selain itu risiko tertahannya konsumsi, seiring dengan tertahannya pertumbuhan penjualan retail dan melemahnya pembiayaan konsumsi, semakin memperkuat downside risk pertumbuhan ekonomi Amerika. Sementara itu FFR diprakirakan naik pada bulan Desember dengan impiled probability sebesar 38% (Grafik 8.1). 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 94.40% 6% 89.70% 10% 58.20% 38% 57.80% 38% 39.10% % 38.80% Sep 17 Nov 17 Des 17 Jan 18 Mar 18 Mei 18 Sumber: Bloomberg Grafik 8.1 FFR Implied Probability 45% Pertumbuhan ekonomi India diprakirakan lebih rendah karena indikator ekonomi yang belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Konsumsi swasta masih terbatas yang diantaranya dipengaruhi ketidakpastian sistem pajak baru yang diimplementasikan pada I Juli Investasi juga tertahan karena adanya overlevereged dengan NPL yang tinggi. Tekanan inflasi juga melemah sehingga Bank Sentral India (RBI) menurunkan suku bunga 122

136 acuannya sebesar 25 bps menjadi 6%, atau yang terendah sejak tahun Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi Tiongkok diprakirakan lebih baik karena realisasi pertumbuhan ekonomi semester pertama yang solid dengan ditopang oleh perbaikan ekspor dan konsumsi. Pertumbuhan ekonomi yang cukup kuat juga ditunjukkan dengan pertumbuhan penjualan retail yang mencapai 10,9% pada triwulan I, dan 10,8% pada triwulan II. Selain itu ekspor dapat tumbuh cukup tinggi karena adanya dorongan permintaan global, khususnya Amerika Serikat, Eropa dan Jepang. Sejalan dengan ini, perekonomian Eropa diprakirakan lebih baik karena menurunnya risiko geopolitik dan ketidakpastian keuangan. Risiko menurun pasca-bailout terhadap utang Yunani pada 15 Juni 2017 dan pelaksanaan pemilu di Jerman yang berlangsung kondusif. Pada triwulan II 2017, perekonomian Eropa tumbuh 2,1% (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,9% (yoy), karena didukung oleh perbaikan ekonomi di Perancis dan Spanyol. Perkembangan positif ekonomi Eropa juga tercermin dari purchasing managers index (PMI) komposit yang mencapai 55,8, melebihi batas ekspansi sebesar 50. Dari sisi harga komoditas, indeks harga komoditas ekspor Indonesia (IHKEI) diprakirakan meningkat karena tingginya harga batubara, meskipun bersifat temporer. Harga batubara yang tinggi disebabkan oleh meningkatnya permintaan dari Tiongkok untuk kebutuhan PLTU, karena terjadi gangguan pada PLTA serta adanya faktor iklim. Permintaan diprakirakan kembali normal seiring hilangnya faktor siklikal dan pergeseran ke energi lain. Harga logam juga diprakirakan meningkat karena didukung oleh kuatnya permintaan dari Tiongkok. Sebaliknya harga crude palm oil (CPO) berada dalam tren menurun karena produksi yang meningkat, di tengah melambatnya permintaan karena adanya substitusi oleh kedelai dan resolusi Uni Eropa yang akan menurunkan impor CPO pada tahun Sementara itu, harga minyak diprakirakan lebih rendah karena tingginya produksi Amerika Serikat. Produksi minyak AS tumbuh tinggi, seiring breakeven cost yang terus turun akibat tingginya produktivitas. 123

137 Prospek Perekonomian Nasional Pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2017 diprakirakan masih berada pada kisaran 5,0%-5,4%, sejalan dengan proyeksi sebelumnya. Prospek perbaikan ekonomi domestik bersumber dari beberapa faktor, yaitu meningkatnya investasi khususnya investasi bangunan, perbaikan sektor eksternal seiring masih tingginya harga komoditas, dan relatif terjaganya konsumsi rumah tangga. Investasi diprakirakan meningkat karena didorong oleh sektor swasta dan realisasi proyek pemerintah. Aktivitas ekspor diprakirakan tumbuh, sejalan dengan harga komoditas yang masih tinggi serta berlanjutnya perbaikan pertumbuhan ekonomi global. Sementara itu, peran konsumsi rumah tangga tetap besar didukung oleh inflasi yang rendah di tengah kenaikan pendapatan masyarakat yang terbatas, terutama di kelompok menengah ke bawah. Bank Indonesia terus mencermati risiko perekonomian yang berasal dari eksternal maupun domestik. Dari sisi global, risiko eksternal terkait dengan rencana kenaikan Fed Funds Rate (FFR) dan normalisasi neraca bank sentral AS mereda sehingga perbedaan suku bunga dalam dan luar negeri Indonesia akan tetap menarik. Kenaikan FFR diperkirakan akan terjadi satu kali pada akhir tahun 2017 dan normalisasi neraca bank sentral AS diperkirakan akan diumumkan pada September Dari sisi domestik, risiko yang tetap perlu diwaspadai terutama terkait dengan masih berlangsungnya konsolidasi korporasi dan perbankan. Untuk itu, Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran guna menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Bank Indonesia juga terus mempererat koordinasi bersama Pemerintah dalam rangka pengendalian inflasi agar tetap berada pada kisaran sasaran dan mendorong kelanjutan reformasi struktural agar dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. B. Prospek Perekonomian DKI Jakarta Prospek Pertumbuhan Ekonomi Meskipun realisasi pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta hingga semester pertama lebih rendah dari proyeksi sebelumnya, pertumbuhan ekonomi DKI 124

138 Jakarta pada tahun 2017 diprakirakan masih akan lebih baik dibandingkan dengan tahun 2016, namun lebih rendah dari proyeksi sebelumnya. Masih kuatnya pertumbuhan konsumsi masyarakat, dengan ditopang oleh investasi yang terus meningkat, diprakirakan dapat membawa perekonomian DKI Jakarta tumbuh pada kisaran 6,0%-6,4%, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2016 yang tercatat sebesar 5,8% (Tabel 8.2). Tabel 8.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jakarta Sisi Permintaan (% yoy) 2017 PDRB (%,yoy) Sisi Permintaan Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi LNPRT (4.7) 11.7 (6.7) - (6.3) (11.5) - (11.1) Konsumsi Pemerintah (0.0) Pembentukan Modal Tetap Bruto Ekspor Luar Negeri (1.0) (0.4) (11.0) - (10.6) (10.0) - (9.6) (10.3) - (9.9) Net Ekspor Antar Daerah (24.8) Impor Luar Negeri (11.3) (0.7) (2.5) - (2.1) (2.7) - (2.3) (1.4) - (1.0) Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah p proyeksi Bank Indonesia Total Total III p IV p Total-p Investasi diprakirakan tumbuh pada kisaran 4,1%-4,5%, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2016 yang sebesar 1,6%. Pertumbuhan investasi masih akan ditopang oleh berbagai proyek infrastruktur pemerintah pusat, maupun pemerintah DKI Jakarta, khususnya dalam rangka persiapan venue Asian Games 2018 yang ditargetkan selesai pada Desember Dengan prospek global dan nasional yang positif, dorongan dari sektor swasta juga diharapkan dapat kembali pulih. Sementara itu terus melemahnya kinerja ekspor pada semester pertama tahun 2017, diprakirakan membawa ekspor pada akhir tahun 2017 menjadi lebih rendah dari proyeksi sebelumnya, maupun terhadap kinerja tahun Ekspor diprakirakan mengalami kontraksi 10,3%-9,9%, atau lebih tinggi dari kontraksi tahun sebelumnya yang sebesar 0,4%. Pelemahan ekspor komoditas utama, yaitu kendaraan bermotor dan emas perhiasan diprakirakan masih akan berlanjut, yang disebabkan belum kuatnya permintaan dari mitra dagang utama seperti Philipina, Saudi Arabia, dan Thailand. Sejalan dengan melemahnya ekspor, kinerja impor juga diprakirakan masih lemah. Jika pada tahun 2016 impor mengalami kontraksi sebesar 0,7%, maka pada tahun 2017 kontraksinya diprakirakan berkisar pada 1,4%-1,0%. 125

139 Di sisi lain, ekspor neto perdagangan antardaerah diprakirakan meningkat karena adanya pergeseran tren penjualan kendaraan bermotor ke provinsi yang masih berkembang, khususnya di kawasan timur seperti Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua. Jika pada tahun 2016 pertumbuhan ekspor neto antardaerah sebesar 5,8%, maka pada tahun 2017 pertumbuhannya diprakirakan dapat mencapai 9.1%-9.5%. Sejalan dengan meningkatnya investasi, yang disertai dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang baik, konsumsi masyarakat diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2016 pertumbuhan konsumsi rumah tangga tercatat sebesar 5,5%, sedangkan pada tahun 2017 diprakirakan pertumbuhannya dapat mencapai 5,7%-6,1%. Optimisme terhadap prospek ekonomi juga tercermin dari indeks ekspektasi konsumen (IEK) yang masih terjaga pada area optimis dan masih pada tren meningkat (Grafik 8.3) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Ekspektasi Penghasilan 6 bln yad Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja 6 bln yad Ekspektasi Kegiatan Usaha 6 bln yad Optimis Pesimis Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Grafik 8.3 Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen dan Komponennya Rendahnya kinerja konsumsi pemerintah hingga semester pertama, mengakibatkan prakiraan untuk keseluruhan tahun 2017 menjadi lebih rendah dibandingkan sebelumnya. Konsumsi pemerintah diprakirakan tumbuh di bawah 0,4%, sedangkan pada tahun 2016 pertumbuhannya tercatat sebesar 2,4%. Setelah adanya dorongan pertumbuhan yang relatif kuat pada tahun 2016, khususnya karena faktor pilkada, pertumbuhan konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT) diprakirakan menurun pada tahun Konsumsi LNPRT diprakirakan tumbuh pada kisaran 4,2%-4,6%, setelah pada tahun 2016 mampu tumbuh hingga 11,7%. 126

140 Pada triwulan IV 2017, pertumbuhan ekonomi diprakirakan berkisar pada 5,9%-6,3% yoy. Investasi diprakirakan akan mengalami akselerasi pertumbuhan, kususnya untuk pemerintah DKI Jakarta, yang pada tahun 2017 tidak dimungkinkan untuk memiliki proyek yang bersifat multi years karena adanya pergantian kepala daerah. Ekspor diprakirakan membaik meskipun masih tumbuh dalam teritori negatif, sedangkan kontraksi impor diprakirakan masih akan meningkat. Ekspor neto antardaerah akan tumbuh meskipun tidak setinggi triwulan sebelumnya. Dengan adanya peningkatan investasi, konsumsi masyarakat diprakirakan dapat tumbuh lebih tinggi. Konsumsi pemerintah juga diprakirakan dapat tumbuh lebih tinggi, sedangkan LNPRT akan terkontraksi karena tidak adanya faktor pendorong seperti pada tahun 2016 yaitu momen Pilkada serentak. Tabel 8.3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jakarta Sisi Penawaran (% yoy) 2017 PDRB (%,yoy) Sisi Produksi Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah & Limbah Konstruksi Perdagangan Besar & Eceran, Rep. Kendaraan Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Adm Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sos Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah p proyeksi Bank Indonesia Total Total III p IV p Total-p Dari sisi lapangan usaha (LU), perkembangan sektor-sektor utama di DKI Jakarta pada tahun 2017 diprakirakan meningkat, khususnya pada LU industri pengolahan dan LU konstruksi (Tabel 8.3). Industri pengolahan diprakirakan dapat tumbuh pada kisaran 5,7%-6,1%, sedangkan pertumbuhan tahun 2016 adalah 5,1%. Meningkatnya permintaan kendaraan bermotor dari pasar domestik, khususnya pada provinsi di Kawasan Timur Indonesia, diharapkan dapat memacu kinerja industri pengolahan, di tengah perlambatan ekspor. 127

141 Sementara itu, sejalan dengan meningkatnya investasi, sektor konstruksi diprakirakan dapat tumbuh pada kisaran 3,9%-4,3%, meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya yang sebesar 1,4%. Dukungan pembangunan oleh Kementerian/Lembaga yang berada di DKI Jakarta dengan dana APBN, ditambah dengan realisasi proyek milik Pemerintah DKI Jakarta akan menjadi penopang sektor konstruksi, karena masih terbatasnya geliat sektor swasta. Di samping itu, sejalan dengan meningkatnya konsumsi masyarakat, kinerja sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi kendaraan diprakirakan terjaga pada kisaran 3,9%-4,3%. Adanya kecenderungan peningkatan belanja masyarakat untuk kebutuhan tersier, seperti rekreasi atau kegiatan leisure, juga berdampak pada meningkatnya kinerja LU penyediaan akomodasi dan makan minum. LU tersebut diprakirakan dapat tumbuh pada kisaran 6,5%-6,9%, meningkat dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya yang sebesar 5,8%. Pada triwulan IV 2017 industri pengolahan diprakirakan tumbuh pada kisaran 5,5%-5,9% yoy, atau melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang diprakirakan berkisar pada 5,6%- 6,0% yoy. Sektor konstruksi diperkirakan masih akan menjaga akselerasi pertumbuhan untuk menjaga realisasi proyek di akhir tahun, sehingga diprakirakan tumbuh pada kisaran 4,2%-4,6% yoy, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang diprakirakan sebesar 3,9%-4,3%. Sejalan dengan tingkat konsumsi yang diprakirakan meningkat, sektor perdagangan diprakirakan tumbuh pada kisaran 3,6%- 4,0% yoy, meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang diprakirakan sebesar 3,6%-4,0%. Prospek Inflasi Pada akhir 2017, inflasi diprediksi bias ke bawah dari prakiraan semula 4,0% - 5,0% (yoy), yang disebabkan oleh tekanan inflasi inti yang diprakirakan akan lebih rendah, di samping terjaganya inflasi administered prices dan volatile food. Pada semester I 2017, meskipun terdapat momen puasa dan lebaran, realisasi inflasi inti tidak setinggi prakiraan sebelumnya. Pada semester II, dengan tidak adanya faktor pendorong yang kuat, maka realisasi inflasi inti berpotensi lebih rendah, sehingga tingkat inflasi secara umum juga lebih rendah. Selain itu, harga emas perhiasan yang juga termasuk 128

142 dalam komponen inflasi ini diprakirakan juga tidak akan terlalu bergejolak, seiring masih lesunya pasar emas internasional. Dari sisi administered prices, tiadanya libur panjang sepanjang semester II 2017, menyebabkan terbatasnya tekanan terhadap tarif transportasi. Selain itu, belum adanya kepastian kenaikan harga energi dari pemerintah, semakin mendukung inflasi administered prices yang terjaga. Dari sisi volatile food, semakin solidnya kinerja TPID Jakarta dalam mengedalikan pergerakan harga pangan strategis melalui BUMD, Kementerian dan Swasta, serta pemanfaatan teknologi controlled atmosphere storage (CAS), akan mampu menjadi faktor penahan berbagai gejolak harga pangan secara keseluruhan. Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Grafik 8.4 Ekspektasi Inflasi Konsumen Pada triwulan IV 2017, inflasi diprakirakan tetap terkendali. Faktor pendorong inflasi pada akhir tahun yaitu perayaan hari natal dan tahun baru 2018, diprakirakan hanya akan meningkatkan permintaan masyarakat secara terbatas, sehingga dorongan terhadap inflasi triwulan IV 2017 tidak kuat. Hal tersebut turut tercermin dari ekspektasi inflasi yang relatif tidak menunjukkan banyak perubahan (Grafik IV.1). Inflasi dalam jangka 3 bulan dan 6 bulan kedepan diperkirakan tetap terkendali, seiring berakhirnya Idul Fitri Faktor Risiko Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Perekonomian DKI Jakarta pada tahun 2017 dihadapkan pada beberapa risiko yang dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi bias ke bawah dari kisaran proyeksi 5,95%-6,35%. Beberapa faktor risiko tersebut telah diidentifikasi pada triwulan sebelumnya, baik yang bersumber dari sisi global maupun domestik. Dari sisi global, risiko kenaikan FFR masih mengemuka dan dapat mengakibatkan ketidakpastian di pasar keuangan, sehingga 129

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017 RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017 INFLASI IHK Inflasi Juli 2017 Terkendali Inflasi Juli 2017 terkendali sehingga masih mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017 sebesar 4,0±1%. Inflasi Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Koreksi Harga Paska Idul Fitri Dorong Deflasi Agustus

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter - Bank Indonesia, Pusat Kebijakan Ekonomi

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2017 RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2017 INFLASI IHK Inflasi Juni 2017 Terkendali Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi 0,69% (mtm) di bulan Juni (Tabel 1). Inflasi IHK pada periode puasa dan lebaran

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016 Inflasi 2016 Cukup Rendah dan Berada dalam Batas

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Inflasi Bulan Januari 2017 Meningkat, Namun Masih

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016 Inflasi Ramadhan 2016 Cukup Terkendali INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017 RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017 INFLASI IHK Inflasi Mei 2017 Terkendali Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi 0,39% (mtm) di bulan Mei (Tabel 1). Inflasi IHK bulan ini meningkat dibanding

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017 RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017 Koreksi Harga Pangan dan Faktor Musiman Dorong Deflasi Agustus INFLASI IHK Inflasi Agustus 2017 terkendali sehingga masih mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017 sebesar

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016 Penurunan Harga BBM dan Panen Raya Dorong Deflasi Bulan

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER INFLASI IHK Inflasi September 2017 Terkendali Inflasi IHK sampai dengan September 2017 terkendali dan mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017. Pada bulan September inflasi

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Inflasi Lebaran 2016 Cukup Terkendali INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER 2016 Tekanan Inflasi di Bulan September 2016 Cukup Terkendali

Lebih terperinci

ANALISIS INFLASI MARET 2016

ANALISIS INFLASI MARET 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) ANALISIS INFLASI MARET 2016 Komoditas Pangan Dorong Inflasi IHK Maret INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017 RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi April 2017 Terkendali Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi 0,09% (mtm) di bulan April (Tabel 1). Inflasi IHK

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1 Penurunan Harga Pangan dan Komoditas Energi Dorong Deflasi IHK Bulan Februari Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Februari 2016 mengalami deflasi. Deflasi IHK pada bulan ini mencapai -0,09% (mtm). Realisasi

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2016 Tekanan Inflasi di Bulan Oktober 2016 Cukup Terkendali

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017 RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 217 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi Bulan Februari 217 Terkendali Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat,23% (mtm) di bulan Februari. Inflasi di bulan ini

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2016 Inflasi Bulan November 2016 Didorong Harga Pangan

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi 2017 Terkendali Dan Berada Pada Sasaran Inflasi Inflasi IHK sampai dengan Desember 2017 terkendali dan masuk dalam kisaran sasaran

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi pada awal tahun 2016 mengalami perlambatan dibandingkan dengan bulan lalu. Pada Januari 2016, inflasi IHK tercatat sebesar 0,51% (mtm), lebih rendah

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi di bulan Desember menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan bulan lalu dan lebih tinggi dari historisnya. Inflasi

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur 1 Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur ALUR PIKIR 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017 2 BPS PROVINSI DI YOGYAKARTA No 46/08/34/ThXIX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II 2017 TUMBUH 5,17 PERSEN LEBIH LAMBAT

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID Harga Pangan Dorong Inflasi Oktober 2017 Tetap Rendah INFLASI IHK Inflasi IHK sampai dengan Oktober 2017 terkendali dan mendukung pencapaian sasaran

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MARET 2017

RELEASE NOTE INFLASI MARET 2017 RELEASE NOTE INFLASI MARET 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Panen Dorong Deflasi Maret 2017 Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami deflasi 0,02% (mtm) di bulan Maret (Tabel 1). Deflasi bulan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 63/11/34/Th.XVIII, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 4,68 PERSEN, LEBIH LAMBAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi DKI Jakarta. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi DKI Jakarta. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi DKI Jakarta Triwulan I 2016 Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel di regional melalui penguatan nilainilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 45/08/34/Th.XVIII, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II 2016 TUMBUH 5,57 PERSEN LEBIH

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional PROVINSI DKI JAKARTA FEBRUARI 2017 KANTOR PERWAKILAN PROVINSI DKI JAKARTA

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional PROVINSI DKI JAKARTA FEBRUARI 2017 KANTOR PERWAKILAN PROVINSI DKI JAKARTA FEBRUARI 217 KANTOR PERWAKILAN PROVINSI DKI JAKARTA Jl. Ir. H. Juanda No. 28, Jakarta Pusat 112 www.bi.go.id Kajian Ekonomi & Keuangan Regional PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 37/08/Th.XX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I - 2017 EKONOMI ACEH SEMESTER I-2017 DENGAN MIGAS NAIK 3,67 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 3,54 PERSEN

Lebih terperinci

DATA SOSIAL EKONOMI STRATEGIS. April 2017

DATA SOSIAL EKONOMI STRATEGIS. April 2017 DATA SOSIAL EKONOMI STRATEGIS April 2017 2 Data Sosial Ekonomi Strategis April 2017 Ringkasan Indikator Strategis Pertumbuhan Ekonomi Inflasi Perdagangan Internasional Kemiskinan & Rasio Gini Ketenagakerjaan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DAN KALIMANTAN UTARA MEI 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Timur Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A NOVEMBER 217 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi DKI Jakarta. November 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi DKI Jakarta. November 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi DKI Jakarta November 2017 Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013 BADAN PUSAT STATISTIK No. 34/05/Th. XVI, 6 Mei 2013 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013 KONDISI BISNIS DAN EKONOMI KONSUMEN MENINGKAT A. INDEKS TENDENSI BISNIS A. Penjelasan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No.11/02/34/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,05 PERSEN LEBIH TINGGI DIBANDING TAHUN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017 No. 54/08/19/Th.XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II-2017 TUMBUH 1,70 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 47/08/34/Th.XVII, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II 2015 MENGALAMI KONTRAKSI 0,09 PERSEN,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 51/11/Th.XIX, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III - EKONOMI ACEH TRIWULAN III TAHUN DENGAN MIGAS TUMBUH 2,22 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 3,31 PERSEN

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 5,21 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 5,21 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 09/08/Th.XVII, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 5,21 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015 Perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Utara Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 46/05/Th. XVIII, 5 Mei 2015 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015 KONDISI BISNIS MENURUN NAMUN KONDISI EKONOMI KONSUMEN SEDIKIT MENINGKAT A. INDEKS

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2015 No. 10/02/14/Th. XVII, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN EKONOMI RIAU TAHUN TUMBUH 0,22 PERSEN MELAMBAT SEJAK LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian Riau tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH. 07 November 2016

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH. 07 November 2016 BADAN PUSAT STATISTIK 07 November 2016 Berita Resmi Statistik Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Tengah (Produk Domestik Regional Bruto) Indeks Tendensi Konsumen 7 November 2016 BADAN PUSAT STATISTIK Pertumbuhan

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2015 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 65/11/34/Th.XVII, 5 November PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 5,57 PERSEN, LEBIH TINGGI

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

TABEL 1 LAJU PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA (Persentase) Triw I 2011 Triw II Semester I 2011 LAPANGAN USAHA

TABEL 1 LAJU PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA (Persentase) Triw I 2011 Triw II Semester I 2011 LAPANGAN USAHA No. 01/08/53/TH.XIV, 5 AGUSTUS PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN II TUMBUH 5,21 PERSEN Pertumbuhan ekonomi NTT yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada triwulan II tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 12/02/52/Th.X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT PADA TRIWULAN IV 2015 TUMBUH 11,98 PERSEN Sampai dengan

Lebih terperinci

Tim Penulis: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPw BI Provinsi Kaltara CP. dan

Tim Penulis: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPw BI Provinsi Kaltara CP. dan Edisi Agustus 217 Buku Kajian Ekonomi dan Regional ini Diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Utara Jl. Mulawarman No. 123, Kota Tarakan 77117 No. Telp: 551-38 7777. Fax:

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 218 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Timur Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan 01 02 03 Perkembangan Perekonomian Terkini Peluang Pengembangan Perekonomian Proyeksi Perekonomian Ke depan 2 Produk Domestik Regional Bruto Nasional Balikpapan Kaltim Industri Konstruksi Transportasi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 09/02/Th.XX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH EKONOMI ACEH SELAMA TAHUN DENGAN MIGAS TUMBUH 3,31 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 4,31 PERSEN. Perekonomian Aceh

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi DIY Triwulan III-2017 No. 63/11/Th.XIX, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pertumbuhan Ekonomi DIY Triwulan III-2017 EKONOMI DIY TRIWULAN III-

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 52/08/35/Th.XV, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,03 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Mei 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan November 2017 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III-2017 Pertumbuhan Ekonomi Aceh Triwulan III-2017 No. 51/11/Th. XX, 6 November 2017 PROVINSI ACEH PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III-2017 EKONOMI ACEH TRIWULAN III-2017 DENGAN MIGAS NAIK 4,78 PERSEN, TANPA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan 4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 37/08/Th.XIX, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I - 2016 EKONOMI ACEH SEMESTER I - 2016 DENGAN MIGAS NAIK 3,59 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 4,35 PERSEN

Lebih terperinci

Berita Resmi Statistik

Berita Resmi Statistik 6 November 2017 2 Pelopor Data Statistik Terpercaya Untuk Semua Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (Produk Domestik Bruto) Berita Resmi Statistik 6 November 2017 Indeks Tendensi Bisnis dan Indeks Tendensi Konsumen

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI BARAT TRIWULAN III 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI BARAT TRIWULAN III 2016 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 67/11/76/Th. X, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI BARAT TRIWULAN III 2016 EKONOMI SULAWESI BARAT TRIWULAN III 2016 TUMBUH POSITIF MASING-MASING 3,28 PERSEN (Q

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 90/11/21/Th.X, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN TRIWULAN III-2015 TUMBUH 6,37 PERSEN (C-TO-C) Perekonomian

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Agustus 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat Mei - 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016 No. 55/08/19/Th.X, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 3,67 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 TUMBUH 1,11 PERSEN LEBIH BAIK DIBANDING TRIWULAN III/2015 No. 054/11/14/Th.XVII, 7 November 2016 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN III-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN III-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN III-2017 Ekonomi Provinsi Lampung Triwulan III- 2017 Tumbuh 5,21 Persen Melambat Dibandingkan Triwulan III- 2016 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III-2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III-217 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI TENGAH Ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah triwulan III-217 tumbuh 8,68 persen dibandingkan triwulan III-216. Perekonomian

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan November 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Rakordal KALTENG. Kondisi Perekonomian Triwulan III dan Outlook Oktober 2015

Rakordal KALTENG. Kondisi Perekonomian Triwulan III dan Outlook Oktober 2015 Rakordal KALTENG 2015 Kondisi Perekonomian Triwulan III dan Outlook 2015 19 Oktober 2015 Outline 1 Perekonomian Nasional PDB Inflasi Rupiah Outlook 2015 3 Perekonomian Proyeksi PDRB Target Inflasi Kalteng

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan III 2016 Perekonomian Indonesia menunjukkan perkembangan yang positif pada triwulan III 2016 dan bulan Oktober 2016, disertai stabilitas makroekonomi

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I-2015 No. 26/5/14/Th.XVI, 5 Mei 215 PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I-215 EKONOMI RIAU TRIWULAN I-215 MENGALAMI KONTRAKSI,18 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-214 Perekonomian Riau yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Perkembangan Terkini, Tantangan, dan Prospek Ekonomi Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Disampaikan pada MUSRENBANG RKPD 2017 KOTA BALIKPAPAN OUTLINE 2 Perekonomian Nasional Perekonomian

Lebih terperinci