Valenikha Fitri Nadhira 1) dan Titik Sumarti 1)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Valenikha Fitri Nadhira 1) dan Titik Sumarti 1)"

Transkripsi

1 Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat [JSKPM], Vol. 1 (2): URL: Copyright (c) 2017 Departemen SKPM ISBN: ; E-ISSN: ANALISIS GENDER DALAM USAHA TERNAK DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETERNAK SAPI PERAH (Kasus Desa Margamukti, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung) Gender Analysis in Livestock Business and Their Relation to the Household Income of Dairy Farmers (Case Margamukti Village, Pangalengan Sub-district, Bandung District) Valenikha Fitri Nadhira 1) dan Titik Sumarti 1) 1) Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, Darmaga Bogor 16680, Indonesia valenikha.fitri@gmail.com; titik_sumarti@apps.ipb.ac.id ABSTRACT KPPPA data in 2015 showed that the index of gender inequality in Indonesia is still relatively high compared to other ASEAN countries, about 0,5. In order to achieve development including the development of animal husbandry sector, the role of men and women and also gender equality should be understood by all stakeholders. However, it turns out the woman is not fully in control of the resources and benefits. The general purpose of this study is to analyze the level of gender equality in the dairy cattle business and to analyze the relationship between the level of gender equality in the dairy cattle business and income of dairy farmer s household in Pangalengan. This research use simple random sampling technique, cross tabulation analysis and Rank Spearman statistical test. Research showed that there is still gender inequality at control over resources and benefits. Gender equality in household cattle business has a significant relationship with a household income of dairy farmers. Keywords: access, control, dairy cattle business ABSTRAK Data KPPPA 2015 menunjukkan bahwa Indeks Ketimpangan Gender di Indonesia masih terbilang tinggi dibandingkan Negara ASEAN lainnya, yaitu 0,5. Pada hakekatnya dalam mewujudkan pembangunan, termasuk pembangunan peternakan harus memahami kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan. Pada kenyataanya, perempuan tersebut tidak sepenuhnya memegang kontrol atas sumber daya dan manfaat. Tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisis kesetaraan gender dalam usaha ternak sapi perah dan menganalisis hubungan kesetaraan gender dalam usaha ternak dengan pendapatan rumah tangga peternak sapi perah. Penelitian menggunakan teknik simple random sampling, analisis tabulasi silang dan uji statistik Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih ada ketidaksetaraan gender pada kontrol atas sumber daya dan manfaat. Kesetaraan gender dalam rumah tangga usaha ternak memiliki hubungan yang signifikan dengan pendapatan rumah tangga peternak sapi perah. Kata Kunci : akses, kontrol, usaha ternak sapi perah Agustus

2 PENDAHULUAN Instruksi Presiden RI No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarustamaan Gender dalam Pembangunan Nasional mendefinisikan bahwa kesetaraan gender yaitu kesamaan kondisi bagi perempuan dan lakilaki untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan. Hal tersebut didukung dengan Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun Undang-undang No. 17 Tahun 2007 menetapkan bahwa visi pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur. Adil berarti tidak ada pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apapun termasuk diskriminasi gender. Pada kenyataanya, keseteraan gender belum sepenuhnya dapat diwujudkan dalam pembangunan. Hal tersebut didukung dengan data KPPPA 2015 yang menunjukan tingginya nilai indeks ketimpangan gender Indonesia, yaitu 0,5, yang menempati posisi ketiga di Negara ASEAN. Pembangunan peternakan merupakan salah satu bagian pembangunan nasional yang sangat penting. Menurut Data analisis PDB Sektor Pertanian 2012, subsektor peternakan menyumbang PDB sebesar 11,18 persen terhadap keseluruh sektor pertanian. Selain itu, berdasarkan data Sensus Pertanian 2013, jumlah usaha peternakan yang dikelola rumah tangga menempati angka kedua terbesar setelah usaha rumah tangga tanaman pangan. Menurut Hill (2009) mewujudkan pembangunan peternakan yang berkelanjutan, perlu memahami pentingnya pengarustamaan gender dan kesetaraan antara lakilaki dan perempuan. Assan (2014) menambahkan bahwa produksi ternak secara umum, menawarkan keuntungan lebih dari kegiatan pertanian lainnya yang telah digunakan sebagai titik masuk untuk mempromosikan kesetaraan gender. Pada kenyataanya perempuan tidak sepenuhnya memegang kontrol dalam usaha peternakan. Hal tersebut didukung oleh penelitian Sumarti dan Fuah (2015) yang menyatakan bahwa masih terdapat isu gender dalam peternakan. Ketimpangan gender ditemukan dalam akses dan kontrol atas sumber daya dan manfaat masih dominan dirasakan oleh laki-laki. Selain itu pengambilan keputusan perempuan masih dalam level rumah tangga, sementara pria dapat berpartisipasi dalam kelompok ternak. Penelitian Paudel et al. (2009), juga menyatakan bahwa masih ada bias gender dalam produksi peternakan, khususnya pada peternakan sapi perah. Perempuan memiliki peluang lebih sedikit untuk berpartisipasi dalam pelatihan. Pada kenyataanya, kontribusi produksi atau usaha peternakan terhadap kesejahteraan dan pendapatan rumah tangga dapat dipengaruhi oleh ketimpangan gender di dalamnya (Assan 2014). Hal ini juga didukung oleh penelitian Septiadi dan Wigna (2013) yang menyatakan bahwa adanya ketimpangan gender dalam rumah tangga berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan rumah tangga tersebut. Berdasarkan pemaparan tersebut, pertanyaan penelitian umum yang diajukan adalah bagaimana analisis gender dalam rumah tangga usaha ternak dan hubungannya dengan pendapatan rumah tangga peternak sapi perah? Rumah tangga peternak merupakan elemen penting dalam pengembangan usaha ternak tersebut. Oleh karena itu penting bagi peneliti untuk mengidentifikasikan terlebih dahulu bagaimana karakteristik rumah tangga peternak sapi perah di Desa Margamukti? Pada kenyataanya masih terdapat ketimpangan gender dalam pelaksanaan kegiatan usaha ternak. Penelitian Sumarti dan Fuah (2015) di Jawa dan Papua menunjukan bahwa masih terdapat isu gender seperti akses dan kontrol atas sumber daya dan manfaat masih dominan dirasakan oleh laki-laki. Berdasarkan pernyataan tersebut, menarik bagi peneliti untuk menganalisis bagaimana kesetaraan gender dalam usaha ternak sapi perah di Desa Margamukti? Tingkat kesetaraan gender dapat diukur melalui akses, kontrol, dan manfaat yang dirasakan baik laki-laki maupun perempuan. Tingkat kesetaraan gender tidak semata-mata dapat dilihat dari satu sisi. Penelitian Angelie (2014) menyatakan bahwa ada hubungan yang nyata antara beberapa variabel karakteristik rumah tangga peternak terhadap tingkat kesetaraan gender dalam usaha ternak. Oleh karena itu untuk melihat kesetaraan gender dalam usaha ternak, perlu juga dilihat bagaimana hubungan karakteristik rumah tangga peternak sapi perah dengan kesetaraan gender dalam usaha ternak sapi perah di Desa Margamukti? 130 Agustus 2017

3 Pada umumnya, kegiatan usaha ternak bertujuan untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga. Kegiatan usaha ternak ini bukan hanya melibatkan baik laki-laki saja, namun perempuan juga ikut terlibat. Menurut pendapat Lubis dan Suradisastra (2000), bahwa melibatkan perempuan dalam kegiatan usaha produktif subsektor peternakan tersebut merupakan upaya peningkatan keamanan ekonomi rumah tangga, termasuk pendapatan rumah tangga, dan peningkatan status perempuan dalam kegiatan sektoral. Pada kenyataannya masih ditemukan ketimpangan gender dalam usaha ternak. Hal tersebut dapat mempengaruhi kontribusi produktif usaha ternak. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Assan (2014) yang menyatakan bahwa kontribusi produktif usaha ternak terhadap ekonomi keluarga dipengaruhi oleh ketimpangan gender di dalamnya. Menurut Septiadi dan Wigna (2013), ketimpangan gender tersebut dapat mepengaruhi tingkat kemiskinan dalam rumah tangga petani. Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti tertarik untuk menganalisis bagaimana hubungan kesetaraan gender dalam usaha ternak sapi perah dengan pendapatan rumah tangga peternak di Desa Margamukti? Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan karakteristik rumah tangga peternakan sapi perah di Desa Margamukti. 2. Menganalisis tingkat kesetaraan gender dalam usaha ternak sapi perah di Desa Margamukti. 3. Menganalisis hubungan karakteristik rumah tangga peternak sapi perah dengan kesetaraan gender dalam usaha ternak sapi perah di Desa Margamukti. 4. Menganalisis hubungan kesetaraan gender dalam usaha ternak sapi perah dengan tingkat pendapatan rumah tangga peternak sapi perah di Desa Margamukti. PENDEKATAN TEORITIS Gender dalam Pembangunan Peternakan Gender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum tertentu baik laki-laki maupun perempuan sebagai hasil dari konstruksi sosial dan budaya (Handayani dan Sugiarti 2008). Sementara itu, menurut Hill (2009) untuk mewujudkan pembangunan peternakan yang berkelanjutan, perlu memahami pentingnya pengarusutamaan gender dan kesetaraan antara lakilaki dan perempuan. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian Paudel et al. (2009) di Nepal yang menyatakan bahwa pentingnya kesetaraan gender tidak hanya sebagai hak asasi manusia, tetapi penting untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan standar hidup. Hill (2009) mengungkapkan bahwa isu gender dalam sektor peternakan diantaranya adalah, akses dan kontrol ternak, peran dan tanggung jawab pengambilan keputusan dalam produksi hingga pemasaran peternakan, ketimpangan pengetahuan mengenai penyakit, pakan, dan manfaat ternak itu sendiri, dan ketimpangan dalam memperoleh jasa dalam sektor peternakan. Kesetaraan Gender Instruksi Presiden RI No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarustamaan Gender dalam Pembangunan Nasional, mendefinisikan kesetaraan gender sebagai kesamaan kondisi bagi perempuan dan laki-laki untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan. Kesetaraan dan keadilan gender merupakan salah satu dari delapan komitmen kunci yang ditetapkan dan disepakati dalam Millennium Development Goals atau MDG s (KPPPA 2015). Fakih (1996) menambahkan bahwa bentuk-bentuk ketidakadilan gender sedikitnya terdiri atas 5 aspek, yaitu: a. Marginalisasi (peminggiran) ekonomi Marginalisasi menekankan dengan lemahnya kesempatan perempuan dalam akses dan kontrol perempuan terhadap sumber-sumber ekonomi, seperti tanah, kredit, pasar. b. Subordinasi Keyakinan bahwa salah satu jenis kelamin lebih baik, lebih penting, atau lebih diutamakan dibandingkan jenis kelamin yang lain. Terdapat batasan-batasan yang berasal dari kultural, agama, atau kebijakan terhadap perempuan dalam melakukan sesuatu. Pandangan gender menimbulkan subordinasi pada perempuan. Perempuan dianggap emosional dan tidak rasional sehingga perempuan tidak dapat memimpin dan berakibat pada menempatkan perempuan pada posisi kedua. c. Beban kerja ganda Adanya anggapan bahwa perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin menyebabkan perempuan memiliki tanggung jawab untuk mengerjakan seluruh pekerjaan domestik/reproduktif. Perempuan biasanya Agustus

4 memiliki tiga peran, yaitu produktif, reproduktif, dan memelihara masyarakat. Perempuan lebih dominan pada tiga peran tersebut sedangkan laki-laki lebih dominan pada peran produktif dan politik masyarakat. d. Stereotype Pelabelan negatif pada salah satu jenis kelamin, umumnya perempuan. Pelabelan negatif dapat melahirkan ketidakadilan yang merugikan dan berdampak buruk pada salah satu pihak. e. Kekerasan Kekerasan berbasis gender didefinisikan sebagai kekerasan terhadap perempuan. Bentuknya bermacam-macam dapat berupa kekerasan fisik maupun psikologis. Kekerasan terjadi akibat dari adanya konstruksi sosial yang sering dibudayakan di dalam masyarakat. Analisis Gender Menurut Puspitawati (2008) analisis gender merupakan suatu metode atau alat untuk mendeteksi ketimpangan melalui penyediaan data dan fakta serta informasi tentang gender yaitu data yang terpilah antara laki-laki dan perempuan dalam aspek akses, peran, kontrol dan manfaat. Alat Analisis gender yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik Analisis Harvard. Teknik Analisis Harvard dibuat untuk menjelaskan bahwa ada kasus ekonomi untuk alokasi sumber daya bagi perempuan maupun laki-laki. Teknik analisis Harvard ini mengumpulkan data skala mikro atau skala rumah tangga dan masyarakat. Kerangka ini terdiri atas tiga elemen pokok, yaitu profil aktivitas, profil akses dan kontrol atas sumber daya dan manfaat, dan faktor-faktor yang mempengaruhi (March et al. 1999): a. Profil aktivitas, dalam profil aktivitas dikelompokkan menjadi peran produktif, reproduktif dan sosial. Peran gender adalah peran yang diciptakan masyarakat bagi perempuan dan laki-laki. Istilah peran mengacu pada norma berperilaku yang berlaku untuk suatu posisi dalam struktur sosial (Hubeis 2010). b. Profil akses dan kontrol atas sumber daya dan manfaat, dalam profil akses merujuk pada kesempatan untuk menggunakan sumber daya produktif dan manfaat yang didapatnya tanpa memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil sumber daya tersebut dalam program. Sementara itu, profil kontrol merujuk pada kewenangan untuk mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumber daya dan manfaat yang telah didapat. Individu yang mencapai tingkat kesetaraan gender dalam kontrol dapat membuat keputusan mengenai penggunaan sumber daya dan apapun yang bisa dijualnya. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi, elemen ini adalah mengurutkan faktor-faktor yang memberikan pengaruh terhadap perbedaan gender dalam pembagian kerja, akses dan kontrol atas sumber daya dan manfaat. Faktorfaktor yang mempengaruhi, termasuk relasi gender, norma komunitas, kepercayaan, budaya, kondisi demografi, struktur institusional, kondisi ekonomi dan faktor internal dan eksternal politik. Usaha Ternak Sapi Perah Menurut Soekartawi (1995), usahatani merupakan kegiatan penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien pada suatu usaha pertanian agar memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Sumber daya tersebut dapat berupa kandang, tenaga kerja, modal, dan manajemen. Usaha ternak merupakan subsektor dari usahatani. Menurut Mastuti dan Hidayat (2009), pada umumnya pemeliharaan sapi perah peternakan melibatkan seluruh anggota rumah tangga. Pengelolaan sapi perah menjadi bagian pekerjaan anggota rumah tangga lain, terutama ibu rumah tangga yang relatif memiliki waktu luang lebih banyak Sulistyati et al. (2013), menambahkan bahwa kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan usaha sapi perah, peternak mengandalkan bapak sebagai pekerja utamanya dibantu oleh isterinya (perempuan), kecuali untuk masalah penerimaan uang setoran didominasi oleh istri. Karakteristik Rumah Tangga Peternak Menurut Hartono (2011), karakterstik rumah tangga peternak dapat dijadikan cerminan keadaan rumah tangga dalam kemampuannya memperoleh akses informasi, mengembangkan sumber daya yang dimiliki, termasuk mengadopsi teknologi dalam usaha untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga. Karakteristik rumah tangga dalam penelitian ini adalah: a. Umur Siagian (2008) menyatakan bahwa umur adalah hal penting karena mempunyai kaitan yang erat dengan berbagai segi kehidupan organisasional. Umur mempunyai kaitan erat dengan berbagai 132 Agustus 2017

5 segi organisasi, kaitan umur dengan tingkat kedewasaan psikologis menunjukkan kematangan dalam arti individu menjadi semakin bijaksana dalam mengambil keputusan bagi kepentingan organisasi. b. Tingkat Pendidikan Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan kegiatankegiatan mental, seperti kemampuan dalam menganalisis dan meramalkan suatu kondisi atau keadaan baik ekonomi, politik, maupun kondisi pasar. Seseorang yang memiliki tingkat kemampuan intelektual yang dimaksud merupakan modal dasar bagi seseorang untuk bertindak sekaligus berperilaku didalam menghadapi suatu tugas pekerjaannya (Robbins 2003). c. Jumlah Tanggungan Rumah Tangga Siagian (2008) menyatakan bahwa, jumlah tanggungan adalah seluruh jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan seseorang. Penelitian Angelie (2014) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara jumlah tanggungan keluarga peternak terhadap tingkat kesetaraan gender dalam kontrol atas aset dan sumber daya modal. d. Jumlah Kepemilikan Ternak Menurut Adamu dan Idisi (2014), perempuan kepala keluarga memiliki peternakan yang lebih kecil dan menggunakan input yang lebih sedikit termasuk jumlah ternak yang dimilikinya. Beberapa penelitian di Negara Afrika, jumlah kepemilikan ternak laki-laki lebih banyak tiga kali lipat daripada jumlah kepemilikan ternak oleh perempuan kepala keluarga. Jumlah kepemilikan ternak dalam suatu rumah tangga peternakan dapat mempengaruhi kesetaraan gender dalam rumah tangga peternak tersebut. e. Jumlah Tenaga Kerja Menurut Angelie (2014), tenaga kerja adalah banyaknya sumber daya manusia yang bekerja atau mengelola usahatani, dapat berasal dari anggota rumah tangga maupun dari luar anggota rumah tangga. Pada usahatani, aspek tenaga kerja merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan usahatani. penelitian Angelie (2014), menyatakan bahwa peningkatan tenaga kerja di luar rumah juga akan menurunkan partisipasi anggota rumah tangga termasuk partisipasi perempuan dalam usaha ternak yang berdampak pada tingkat kesetaraan gender dalam rumah tangga peternak tersebut. f. Luas Kepemilikan Kandang Usaha Ternak Luas kepemilikan kandang usaha ternak adalah besarnya kepemilikan kandang yang dikuasai oleh responden yang dinyatakan dalam ukuran baku perkalian nilai panjang dan lebar. Luas kepemilikan kandang memiliki hubungan yang nyata dengan variabel kesetaraan gender yaitu pada variabel manfaat, partisipasi dan kontrol (Angelie 2014). Pendapatan Rumah Tangga Menurut Rahayu et al. (2014), pendapatan rumah tangga adalah selisih antara penerimaan dengan total pengeluaran yang diperoleh seluruh anggota keluarga. Lebih jauh lagi, Penelitian tersebut mendefinisikan pendapatan rumah tangga peternak dengan selisih penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan untuk usaha ternak. Soekartawi (1995) juga memberikan konsep yang serupa mengenai pendapatan peternak dari usahatani, yaitu total penerimaan dikurangi total biaya. Apabila dikaitkan dengan kesetaraan gender, Bayer dan Letty (2014) menyatakan bahwa dengan meningkatnya peran perempuan dalam produksi ternak dan pengakuan perempuan atas hak akses dan kontrol atas usaha ternak, dapat meningkatkan kesejahteraan rumah tangga, termasuk meningkatkan pendapatan rumah tangga. Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengacu pada teknik analisis gender Harvard yang dikemukakan oleh March et al.(1999). Peneliti menggunakan alat analisis gender Harvard tersebut pada setiap aspek pembagian kerja, akses terhadap sumber daya, akses terhadap manfaat, kontrol atas sumber daya dan kontrol atas manfaat. Peneliti melihat kesetaraan gender dari masingmasing aspek tersebut. Penelitian ini melihat kesetaraan gender dalam rumah tangga peternak. Kesetaraan gender ditentukan oleh karakteristik rumah tangga peternak tersebut. Menurut Hartono (2011), karakteristik rumah tangga peternak dapat dijadikan cerminan keadaan rumah tangga dalam kemampuannya mendapatkan kesempatan berusaha memperoleh akses informasi dan kemampuan mengembangkan sumber daya yang dimiliki, termasuk mengadopsi teknologi dalam usaha untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga. Pada penelitian ini, karakteristik rumah tangga peternak yang dilihat adalah umur responden (suami dan istri dalam rumah tangga), tingkat pendidikan (suami dan istri Agustus

6 dalam rumah tangga), jumlah tanggungan rumah tangga, jumlah kepemilikan ternak, jumlah tenaga kerja, dan luas kepemilikan kandang yang dimiliki rumah tangga peternak. Kesetaraan gender pada masing-masing aspek dapat menentukan pendapatan rumah tangga. Hal ini sejalan dengan penelitian Septiadi dan Wigna (2013) yang menyatakan bahwa adanya ketimpangan gender dalam rumah tangga berhubungan positif dengan kemiskinan dalam rumah tangga tersebut. Pada penelitian ini, peneliti melihat variabel tingkat pendapatan. Oleh karena itu, peneliti menguhubungkan kesetaraan gender pada setiap aspek dengan tingkat pendapatan yang didapat oleh rumah tangga peternak. Karakteristik Rumah Tangga Peternak (X) o Umur (X1) o Tingkat Pendidikan (X2) o Jumlah Tanggungan Rumah Tangga (X3) o Jumlah Kepemilikan Ternak (X4) o Jumlah Tenaga Kerja (X5) o Luas kepemilikan kandang (X6) Kesetaraan Gender dalam Rumah Tangga Peternak (Y1) Tingkat Pembagian Kerja (Y1.1) Tingkat kesetaraan gender dalam akses terhadap sumber daya (Y1.2) Tingkat kesetaraan gender dalam akses terhadap manfaat (Y1.3) Tingkat kesetaraan gender dalam kontrol atas sumber daya (Y1.4) Tingkat kesetaraan gender dalam kontrol atas manfaat (Y1.5) Keterangan : Hubungan : Hipotesis Tingkat Pendapatan Rumah Tangga (Y2) Gambar 1. Kerangka pemikiran 1. Diduga terdapat hubungan antara karakteristik rumah tangga peternak dengan tingkat pembagian kerja rumah tangga peternak sapi perah. 2. Diduga terdapat hubungan antara karakteristik rumah tangga peternak dengan tingkat kesetaraan gender dalam akses terhadap sumber daya dalam rumah tangga peternak sapi perah. 3. Diduga terdapat hubungan antara karakteristik rumah tangga peternak dengan tingkat kesetaraan gender dalam akses terhadap manfaat dalam rumah tangga peternak sapi perah. 4. Diduga terdapat hubungan antara karakteristik rumah tangga peternak dengan tingkat kesetaraan gender dalam kontrol atas sumber daya dalam rumah tangga peternak sapi perah. 5. Diduga terdapat hubungan antara karakteristik rumah tangga peternak dengan tingkat kesetaraan gender dalam kontrol atas manfaat dalam rumah tangga peternak sapi perah. 6. Diduga terdapat hubungan antara tingkat pembagian kerja dengan tingkat pendapatan rumah tangga peternak sapi perah. 7. Diduga terdapat hubungan antara tingkat kesetaraan gender dalam akses terhadap sumber daya dengan tingkat pendapatan rumah tangga peternak sapi perah. 8. Diduga terdapat hubungan antara tingkat kesetaraan gender dalam akses terhadap manfaat dengan tingkat pendapatan rumah tangga peternak sapi perah. 9. Diduga terdapat hubungan antara tingkat kesetaraan gender dalam kontrol atas sumber daya dengan tingkat pendapatan rumah tangga peternak sapi perah. 10. Diduga terdapat hubungan antara tingkat kesetaraan gender dalam kontrol atas manfaat dengan tingkat pendapatan rumah tangga peternak sapi perah. METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif. Penelitian kuantitatif dilakukan dengan metode survei melalui instrumen kuesioner yang diberikan kepada responden. Data kualitatif dilakukan dengan wawancara mendalam. Data kualitatif digunakan untuk menggali informasi yang sifatnya lebih dalam serta untuk memperjelas gambaran tentang keadaan sosial yang diperoleh melalui pendekatan kuantitatif (Singarimbun dan Efendi 2014). Pendekatan kuantitatif digunakan untuk melihat kesetaraan gender, hubungan antara karakteristik rumah tangga peternak kesetaraan gender dalam rumha tangga usaha ternak, dan melihat hubungan 134 Agustus 2017

7 antara kesetaraan gender dalam rumah tangga peternak dengan tingkat pendapatan rumah tangga peternak tersebut. Sementara itu, data kualitatif didapatkan dari para informan dibentuk menjadi narasi yang digunakan untuk menyempurnakan data dari hasil survei. Penelitian ini dilakukan di Desa Margamukti, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan penghasil susu sapi terbesar di Jawa Barat dan memiliki jumlah rumah tangga pemilik ternak sapi perah terbanyak di Kecamatan Pangalengan. Desa ini juga memiliki Tempat Penyetoran Susu yang melakukan pengecekan kualitas susu yang disetorkan oleh peternak setiap hari, sehingga harga susu setiap rumah tangga peternak dapat berbeda-beda sesuai dengan kualitas susu yang dihasilkan. Penelitian dimulai dari September 2016 hingga Januari Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan langsung di lapang dengan cara survei menggunakan kuesioner, observasi dan wawancara mendalam menggunakan panduan wawancara. Sementara itu, data sekunder diperoleh melalui studi literatur dan informasi tertulis yang dapat digunakan dan sesuai dengan topik penelitian. Data sekunder berupa data monografi desa, data penyuluh peternakan, data Koperasi Peternakan Bandung Selatan, dan hasil penelitian akademisi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah tangga peternakan di Desa Margamukti. Sampel dalam penelitian ini adalah rumah tangga pemilik peternakan sapi perah yang mengelola peternakan sampai penjualan susu hasil peternakan. Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 482 peternak. Unit analisis dalam penelitian ini adalah rumah tangga (suami-istri). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah probability sampling dengan menggunakan metode simple random sampling. Jumlah sampel yang diambil adalah 50 responden. Terdapat 4 informan pada penelitian ini, yaitu pihak yang mewakili dinas peternakan, Koperasi Peternakan Bandung Selatan, Penyuluh Peternakan, dan Ketua Kelompok Ternak. Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diolah dengan uji hubungan untuk melihat hubungan antara variabel dengan menggunakan Rank Spearman. Data kuantitatif diolah menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2013 dan SPSS for windows 21. Sementara itu, data kualitatif dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi (Sitorus 1998). Korelasi Rank Speraman digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara karakteristik rumah tangga peternak dengan kesetaraan gender dan hubungan antara kesetaraan gender dengan tingkat pendapatan peternak. Tanda bintang (*) yang terdapat pada nilai korelasi koefisien juga menunjukan signifikansi atau hubungan antara variabel. Semakin banyak jumlah bintang (*) pada koefisien korelasi, semakin tinggi tingkat signifikan atau hubungan antara variabel. Arah korelasi ditentukan oleh nilai koefisien korelasi bernilai positif (+) atau negatif (-). Jika nilai koefisien positif, maka arah korelasi searah. Semakin besar nilai suatu variabel terikat, semakin besar juga nilai variabel bebasnya, begitu juga sebaliknya. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Usaha Ternak Sapi Perah Perkembangan usaha ternak sapi perah di Kecamatan Pangalengan, termasuk Desa Margamukti, banyak dipengaruhi oleh keberadaan Dinas Peternakan Kabupaten Bandung dan Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS). Peternak memperoleh bantuan bibit ternak dari Dinas Peternakan Kabupaten Bandung. Bantuan bibit ini bersifat bergilir dari peternak satu ke peternak lainnya. Koperasi ini menyediakan berbagai kebutuhan peternak untuk usaha ternak sapi perah, seperti menyediakan pakan ternak, melayani kesehatan ternak, melayani kawin suntik, melakukan penyuluhan usaha ternak sapi perah, kredit usaha ternak, menampung serta memasarkan susu dari peternak. Koperasi memberikan beberapa Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) di masing-masing desa. Desa Margamukti memiliki 3 TPK. Terdapat 562 peternak di Desa Margamukti, namun berdasarkan hasil penelitian di lapang, tidak semua orang yang tergabung menjadi anggota kelompok ternak memiliki pekerjaan utama sebagai peternak. Pengelolaan Usaha Ternak Pengelolaan usaha ternak sapi perah dalam penelitian ini adalah kegiatan merawat dan Agustus

8 mengurus ternak sapi perah. Ternak produktif adalah ternak yang dapat menghasilkan susu, yaitu ternak laktasi. Sementara itu, sapi pedet adalah anak sapi yang merupakan sapi investasi atau sapi potensial karena di masa yang akan datang akan menjadi sapi laktasi. Selain sapi pedet, sapi dara merupakan sapi yang potensial menjadi sapi laktasi. Sapi dara adalah sapi yang belum pernah kawin. Selain sapi laktasi dan potensial untuk laktasi, beberapa peternak juga memiliki sapi jantan. Sapi jantan ini bukan sapi produktif, namun sapi jantan ini merupakan investasi bagi peternak. Kegiatan mengurus dan merawat ternak ini dapat dilakukan oleh tenaga kerja dalam rumah tangga dan tenaga kerja luar rumah tangga. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, upah yang diberikan kepada tenaga kerja luar rumah tangga berada pada rentang Rp sampai Rp per bulan. Pemasaran Susu Sebagian besar peternak tergabung dalam wadah koperasi, sehingga jalur pemasaran susu juga melalui koperasi. Sebagian besar produksi susu tersebut dipasarkan langsung ke koperasi melalui Tempat Pelayanan Koperasi (TPK). Harga yang ditetapkan oleh koperasi berada pada rentang Rp4.500 sampai Rp5.100 per liter. Harga ini ditetapkan sesuai dengan kualitas susu yang dihasilkan oleh peternak. Karakteristik Responden Responden laki-laki dan perempuan sebagian besar berada pada kategori umur dewasa menengah (31-50 tahun) dengan persentase laki-laki dan perempuan masing-masing 56 persen dan 64 persen. Dominasi umur responden pada kategori dewasa menengah ini sesuai dengan tahapan perkembangan menurut Havighurts (1950), yang menyatakan bahwa dalam jenjang umur dewasa menengah merupakan umur untuk mencapai dan mempertahankan kehidupan ekonomi. Selain itu, pada tahapan ini baik istri maupun suami saling menghubungkan diri sebagai pribadi dan saling bekerja sama dalam menjalankan aspek kehidupannya. Meskipun demikian, terdapat 28 persen perempuan yang berumur muda, sedangkan laki-laki cenderung berumur tua (22%). Sementara itu, tingkat pendidikan formal responden laki-laki sebagian besar berada pada tingkat rendah (tidak tamat SD/tamat SD), yaitu sebesar 48 persen dengan persentase tidak tamat SD 2 persen dan tamat SD 46 persen. Sedangkan responden perempuan, sebagian besar telah menempuh pendidikan formal hingga tingkat menengah atau tamat SMP, yaitu sebanyak 27 orang (54%). Hal ini menunjukkan bahwa capaian tingkat pendidikan formal responden perempuan lebih tinggi daripada responden laki-laki. Hal ini dapat dikarenakan, dahulu, sejak kecil laki-laki yang berasal dari keluarga peternak membantu orangtuanya untuk mengarit atau mengambil rumput untuk pakan ternak. Jumlah tanggungan rumah tangga responden sebagian besar berada pada tingkat sedang (60%). Hal ini menjelaskan bahwa sebagian besar rumah tangga responden memiliki tanggungan 3 sampai 4 orang dalam satu rumah tangga, termasuk dirinya sendiri. Sebagian besar rumah tangga responden memiliki sapi pada kategori sedang, yaitu 6 sampai 10 ekor sapi (44%). Jumlah ternak responden berada pada rentang 2 hingga 25 ekor sapi. Selain itu, sebagian besar rumah tangga responden memiliki jumlah tenaga kerja dalam usaha ternak pada kategori rendah, yaitu kurang dari 3 orang (76%). Hal tersebut disebabkan sebagian besar responden tidak memiliki tenaga kerja luar anggota rumah tangga. Luas kepemilikan kandang responden sebagian besar berada pada kategori menengah, yaitu 84 sampai 140 m 2 (44%). Kesetaraan Gender Dalam Rumah Tangga Peternak Pada penelitian ini kesetaraan gender dilihat melalui lima kategori. Pada kategori Laki-laki (L) dan Perempuan (P) menjelaskan bahwa aktivitas, akses, maupun kontrol tersebut hanya bisa didapatkan oleh laki-laki atau perempuan saja. Kategori bersama dominan laki-laki (BDL) dan kategori bersama dominan perempuan (BDP) menjelaskan bahwa aktivitas, akses, maupun kontrol tersebut bisa dirasakan oleh kedua belah pihak, baik perempuan maupun laki-laki, namun lebih dominan hanya dirasakan oleh satu pihak saja. Kategori bersama (B) menjelaskan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki aktivitas, akses, maupun kontrol yang sama terhadap sumber daya ataupun manfaat tersebut. Semakin kegiatan akses dan kontrol tersebut dirasakan laki-laki maupun perempuan (bersama), tingkat kesetaraan semakin tinggi. Pembagian Kerja Pembagian kerja atau peran gender dikategorikan dalam tiga kelompok, yaitu peran reproduktif, peran 136 Agustus 2017

9 produktif, dan peran sosial. Penelitian ini melihat pembagian kerja atau berdasarkan profil aktivitas dalam rumah tangga peternak sapi perah. Pada rumah tangga peternak, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kerja reproduktif sebagian besar dilakukan oleh perempuan Berdasarkan curahan waktu kerja, sebagian besar laki-laki memiliki tingkat curahan waktu kerja reproduktif yang rendah (88%), dengan rata-rata curahan kerja reproduktif yang dilakukan laki-laki adalah 33 menit per hari. Sementara itu, sebagian besar perempuan memiliki tingkat curahan waktu kerja reproduktif yang tinggi (70%) dengan rata-rata curahan waktu kerja 578 menit per hari. Kerja produktif dominan dilakukan oleh laki-laki. Berdasarkan curahan waktu kerja, pembagian kerja produktif, sebanyak 48 persen laki-laki memiliki tingkat curahan waktu kerja produktif tinggi dengan rata-rata curahan waktu kerja produktif laki-laki adalah 269 menit per hari. Sementara itu sebagian besar perempuan (68%) memiliki curahan waktu kerja produktif pada kategori rendah, dengan ratarata curahan waktu kerja produktif perempuan adalah 142 menit per hari. Meskipun demikian, 12 persen perempuan yang memiliki curahan waktu kerja produktif pada kategori tinggi. Kerja sosial dominan dilakukan bersama-sama oleh laki-laki dan perempuan. Curahan waktu kerja sosial laki-laki dan perempuan cenderung sama, berada pada kategori sedang (48%) dengan rata-rata curahan waktu kerja menit per hari. Nilai tersebut sudah diakumulasikan dengan hitungan per hari. Pada kenyataannya kerja sosial tersebut merupakan kegiatan per minggu ataupun per bulan. Kegiatan sosial yang dilihat dalam penelitian ini adalah arisan, hajatan, pengajian, dan kumpul desa. Berdasarkan ketiga curahan waktu kerja tersebut, dapat dilihat total curahan waktu kerja yang dilakukan laki-laki (suami) dan perempuan (istri). sebagian besar laki-laki memiliki total curahan waktu kerja yang rendah (78%). Sementara itu, sebagian besar perempuan memiliki total curahan waktu kerja yang tinggi (74%). Hal ini menunjukkan bahwa adanya beban kerja ganda yang dialami oleh perempuan. Kondisi ini sesuai dengan pendapat Fakih (1996) mengenai beban kerja perempuan. Perempuan dapat memiliki tiga peran yaitu reproduktif, produktif, dan sosial masyarakat, sedangkan laki-laki lebih dominan pada peran produktif dan sosial masyarakat. Tingkat Kesetaraan Gender dalam Akses terhadap Sumber Daya Akses sumber daya dalam penelitian ini adalah akses kandang, input ternak, tenaga kerja, input pakan, kesehatan ternak, penyuluhan, rapat koperasi, kelompok ternak, kredit, dan pasar. Sebagian besar (48%) rumah tangga responden masuk dalam kategori tingkat kesetaraan gender dalam akses terhadap sumber daya pada kategori sedang. Sementara itu, sebanyak 38 persen termasuk dalam kategori tinggi dan sebanyak 14 persen termasuk dalam kategori rendah. Tingkat kesetaraan gender dalam akses dominan belum setara, masih berada pada kategori sedang, yaitu akses terhadap sumber daya dapat dirasakan bersama dominan laki-laki atau dominan perempuan. Tingkat Kesetaraan Gender dalam Akses terhadap Manfaat Akses manfaat dalam penelitian ini adalah akses hasil penjualan susu sapi, manfaat pendapatan usaha, pemenuhan kebutuhan dasar, manfaat kredit usaha, dan pengetahuan usaha ternak. Sebagian besar rumah tangga responden menempati tingkat kesetaraan gender dalam akses terhadap manfaat pada kategori tinggi (74%). Sebagian besar rumah tangga sudah memiliki kesetaraan gender dalam akses terhadap manfaat yang tinggi, ada kesetaraan dalam mengontrol terhadap manfaat antara laki-laki (suami) dan perempuan (istri). Tingkat Kesetaraan Gender dalam Kontrol atas Sumber Daya Kontrol sumber daya dalam penelitian ini adalah akses kandang, input ternak, tenaga kerja, input pakan, kesehatan ternak, penyuluhan, rapat koperasi, kelompok ternak, kredit, dan pasar. Sebagian besar rumah tangga responden menempati tingkat kesetaraan gender dalam kontrol atas sumber daya pada kategori sedang (46%). Sementara itu, sebanyak 40 persen menempati kategori rendah dan hanya 14 persen menempati kategori tinggi. Tingkat kesetaraan gender dalam kontrol atas sumber daya berada pada tingkat sedang ke rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian Sari et al. (2009) yang menyatakan bahwa kontrol atas sumber daya cenderung dirasakan oleh satu pihak saja (laki-laki). Adanya isu subordinasi menyebabkan perempuan tidak memiliki kesempatan yang sama dalam kontrol atau pengambilan keputusan terhadap sumber daya Agustus

10 dalam rumah tangga peternak. Kondisi ini sejalan dengan pendapat Fakih (1996), batasan kultural dan agama menyebabkan perempuan memiliki peluang yang lebih rendah dalam pengambilan keputusan. Sementara itu, laki-laki yang dianggap sebagai kepala keluarga dianggap sebagai pihak yang memiliki kewenangan yang lebih tinggi dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga. Tingkat Kesetaraan Gender dalam Kontrol atas Manfaat Kontrol manfaat dalam penelitian ini adalah akses hasil penjualan susu sapi, manfaat pendapatan usaha, pemenuhan kebutuhan dasar, manfaat kredit usaha, dan pengetahuan usaha ternak. Sebagian besar rumah tangga responden menempati tingkat kesetaraan gender dalam kontrol atas manfaat pada kategori rendah (66%). Hal ini menyatakan bahwa kesetaraan pengambilan keputusan atau kontrol atas manfaat masih timpang antara laki-laki (suami) dan perempuan (istri). Sementara itu, sebanyak 26 persen menempati kategori sedang dan hanya 6 persen menempati kategori tinggi. Hubungan Karakteristik Rumah Tangga Peternak dengan Tingkat Kesetaraan Gender dalam Pembagian Kerja Karakteristik rumah tangga responden yang memiliki hubungan signifikan dengan tingkat curahan waktu kerja laki-laki adalah jumlah kepemilikan ternak. Umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan rumah tangga, jumlah tenaga kerja, dan luas kepemilikan kandang tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan curahan waktu kerja produktif laki-laki. Meskipun demikian, tingkat curahan waktu kerja produktif laki-laki yang tinggi sebagian besar dimiliki oleh responden dengan umur dewasa menengah, yakni 31 sampai 50 tahun (60,7%). Hal ini sejalan dengan pendapat Havighurst (1950) dalam Mugniesyah (2009) bahwa tugas perkembangan pada umur dewasa menengah, salah satunya adalah mencapai dan mempertahankan suatu tingkat kehidupan ekonomi. Oleh karena itu, laki-laki pada umur dewasa menengah sebagian besar memiliki curahan kerja produktif yang lebih tinggi daripada kategori umur lainnya. Jumlah kepemilikan ternak, memiliki hubungan yang signifikan antara jumlah kepemilikan ternak dengan tingkat curahan waktu kerja produktif lakilaki. Berdasarkan observasi lapang, semakin banyak jumlah ternak, semakin banyak waktu yang diperlukan untuk pemeliharaan, mengumpulkan pakan dan memerah sapi, sehingga tingkat curahan waktu kerja produktif laki-laki pun turut meningkat. Hal ini sejalan dengan penelitian Handayani (2014) yang menyatakan bahwa jumlah kepemilikan ternak memiliki korelasi yang positif dengan curahan waktu kerja laki-laki (suami). Sementara itu, karakteristik rumah tangga responden yang memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat curahan waktu kerja produktif perempuan adalah jumlah tenaga kepemilikan ternak dan jumlah tenaga kerja. Umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan rumah tangga, dan luas kepemilikan kandang tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan curahan waktu kerja produktif perempuan. Jumlah kepemilikan ternak memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan tingkat curahan waktu kerja produktif perempuan. Hal ini dapat disebabkan karena semakin banyak kepemilikan ternak, perempuan (istri) semakin diperlukan untuk terlibat membantu usaha ternak atau membantu suaminya. Berdasarkan keadaan lapang, semakin banyak jumlah ternak, semakin banyak waktu yang diperlukan untuk memberi makan dan membersihkan kandang ternak. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan produktif yang sebagian besar dikerjakan oleh perempuan, sehingga curahan waktu kerja produktif perempuan pun meningkat. Selain itu, jumlah tenaga kerja juga memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat curahan waktu kerja produktif perempuan. Berdasarkan kondisi lapang, keberadaan tenaga kerja yang lebih banyak, khususnya penambahan tenaga kerja luar rumah tangga, disebabkan karena rumah tangga usaha ternak tersebut memiliki sapi yang banyak. Tenaga kerja tersebut membantu kegiatan produktif seperti mengumpulkan pakan dan memerah sapi perah. Berbeda halnya dengan kegiatan produktif yang dominan dilakukan perempuan. Kegiatan ini tidak dibantu oleh tenaga kerja luar rumah tangga yang sebagian besar laki-laki. Hubungan Karakteristik Rumah Tangga Peternak dengan Tingkat Kesetaraan Gender dalam Akses terhadap Sumber Daya Karakteristik rumah tangga responden yang memiliki hubungan signifikan dengan tingkat kesetaraan gender dalam akses terhadap sumber daya adalah umur, dan jumlah kepemilikan ternak. semakin tinggi tingkat kesetaraan dalam akses terhadap sumber daya usaha ternak. Berdasarkan 138 Agustus 2017

11 pengamatan lapang, kondisi ini disebabkan pada umur muda dan menengah, sebagian besar responden masih memiliki anak kecil. Beberapa responden dengan umur muda memiliki pandangan bahwa istri harus di rumah, mengurus anak, dan tidak perlu ke kandang. Semakin banyak jumlah kepemilikan ternak, semakin tinggi tingkat kesetaraan gender dalam akses terhadap sumber daya. Hal ini dapat disebabkan karena semakin banyak ternak yang dimiliki membutuhkan semakin banyak tenaga kerja untuk membantu produksi usaha ternak. Kesetaraan gender dalam akses antara laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga usaha ternak menggambarkan adanya kesempatan yang setara dan mewujudkan kerjasama antara suami dan istri mengelola usaha ternak. Hubungan Karakteristik Rumah Tangga Peternak dengan Tingkat Kesetaraan Gender dalam Akses terhadap Manfaat Karakteristik rumah tangga responden tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat kesetaraan gender dalam akses terhadap manfaat. Pada umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan rumah tangga, jumlah kepemilikan ternak, jumlah tenaga kerja, dan luas kepemilikan lahan yang rendah ataupun tinggi, sebagian besar rumah tangga responden memiliki kesetaraan gender dalam akses terhadap manfaat pada kategori sedang ke tinggi. Hubungan Karakteristik Rumah Tangga Peternak dengan Tingkat Kesetaraan Gender dalam Kontrol atas Sumber Daya Karakteristik rumah tangga responden yang memiliki hubungan signifikan dengan tingkat kesetaraan gender dalam kontrol atas sumber daya adalah umur, jumlah kepemilikan ternak, dan jumlah tenaga kerja. Pada umur responden muda, sebagian besar responden baru membangun rumah tangga. Pada umur ini, laki-laki merasa lebih dominan. Muncul isu subordinasi bahwa laki-laki lebih pantas untuk mengambil keputusan, dan perempuan adalah tanggungannya sehingga harus nurut pada keputusan suami. Keadaan tersebut semakin diperparah saat laki-laki memiliki umur yang lebih tua daripada istri. Selain itu pada umur ini, sebagian besar rumah tangga masih memiliki anak kecil, sehingga perempuan yang memiliki peran reproduktif yang lebih kuat semakin dikesampingkan dalam peran produktif, termasuk peran dalam mengontrol usaha ternak. Semakin banyak jumlah ternak, semakin setara tingkat kesetaraan gender dalam kontrol atas sumber daya. Laki-laki dan perempuan bekerjasama untuk mengawasi, mengatur dan mengambil keputusan dalam mengelola usaha ternak, sehingga tingkat kesetaraan gender dalam kontrol atas sumber daya termasuk ke dalam kategori tinggi. Jumlah tenaga kerja juga memiliki hubungan dengan tingkat kesetaraan gender dalam kontrol atas sumber daya. Berdasarkan pengamatan lapang, tenaga kerja pada jumlah tenaga kerja yang rendah, terdiri atas suami dan istri saja, tidak ada tenaga kerja luar rumah tangga yang dipekerjakan. Pada kondisi ini, laki-laki merasa lebih dominan karena perempuan dianggap tidak mengerti mengenai teknik usaha ternak. Hal tersebut menyebabkan adanya isu subordinasi dan menyebabkan tingkat kesetaraan gender dalam kontrol atas sumber daya rendah. Hubungan Karakteristik Rumah Tangga Peternak dengan Tingkat Kesetaraan Gender dalam Kontrol atas Manfaat Karakteristik rumah tangga responden tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat kesetaraan gender dalam kontrol atas manfaat. Pada umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan rumah tangga, jumlah kepemilikan ternak, jumlah tenaga kerja, dan luas kepemilikan lahan yang rendah ataupun tinggi, sebagian besar rumah tangga responden memiliki kesetaraan gender dalam kontrol atas manfaat pada kategori rendah. Hubungan Antara Kesetaraan Gender Dengan Tingkat Pendapatan Peternak Pendapatan tiap rumah tangga peternak memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Pada dasarnya, sapi yang menghasilkan pendapatan langsung untuk peternak adalah sapi produktif atau sapi laktasi. Selain dipengaruhi jumlah ternak secara keseluruhan, harga susu juga mempengaruhi pendapatan peternak. Harga ini ditetapkan berdasarkan kualitas susu. Pengecekan kualitas susu dilakukan setiap hari, setiap susu disetorkan ke Tempat Penyetoran Susu (TPS), sehingga memungkinkan adanya perbedaan harga pada masing-masing rumah tangga peternak. Selain kualitas susu, ternak sapi perah atau sapi laktasi mengeluarkan volume susu yang berbeda tiap individu. Hal ini juga dipengaruhi oleh kualitas Agustus

12 perawatan sapi perah dan masa-masa pertumbuhan sapi perah. Sapi perah yang dirawat dengan baik menghasilkan susu yang banyak dan kualitas yang bagus. Sebagian besar responden berada pada kategori tingkat pendapatan sedang, yaitu antara Rp sampai Rp per bulan (38%). Sebaran ini tidak terlalu timpang antara tingkat pendapatan rendah (34%), sedang, maupun tinggi (28%). Berdasarkan uji korelasi Rank Spearman terdapat hubungan yang signifikan antara kesetaraan gender dalam akses terhadap manfaat dengan tingkat harga susu yang di dapat tiap rumah tangga peternak. Semakin tinggi kesetaraan gender dalam akses terhadap sumber daya, semakin tinggi harga susu yang diperoleh rumah tangga peternak. Sementara itu curahan waktu kerja produktif laki-laki, tingkat curahan waktu kerja produktif perempuan, dan tingkat kesetaraan gender dalam akses terhadap sumber daya memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat pendapatan. Meskipun demikian, dengan melihat analisis tabulasi silang, terdapat kecenderungan hubungan juga antara kesetaraan gender dalam akses terhadap manfaat, kontrol atas sumber daya dan kontrol atas manfaat. Menurut hasil observasi lapang, adanya akses yang setara dalam sumber daya ini dapat meningkatkan kualitas susu dan volume susu sapi yang diproduksi oleh sapi dalam rumah tangga peternak tersebut. Ketika laki-laki dan perempuan bersama-sama dapat mengontrol terhadap sumber daya usaha ternak (seperti input ternak, kesehatan ternak, pakan, tenaga kerja, penyuluhan, kredit, dan lain-lain), laki-laki (suami) dan perempuan (istri) dapat bekerja sama untuk mengelola usaha ternak dan menghasilkan susu dengan kualitas baik dan volume yang besar. Sementara itu, saat tingkat kesetaraan gender dalam akses terhadap manfaat rendah, laki-laki dan perempuan tidak memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh manfaat (hasil penjualan, hasil kredit, pengetahuan, dan lain-lain). Menurut pengamatan peneliti, saat laki-laki dan perempuan tidak memiliki kesempatan yang sama dalam manfaat, khusunya pengetahuan, mereka tidak dapat bekerja sama dengan baik dalam mengelola usaha ternak sehingga pendapatan yang didapat dari kegiatan usaha ternak tidak maksimal. Pada tingkat kesetaraan gender dalam kontrol atas sumber daya yang tinggi, perempuan maupun laki-laki bersama dapat mengambil keputusan mengenai pengelolaan usaha ternak. Pengambilan keputusan tidak dominan ke salah satu pihak saja, baik laki-laki maupun perempuan saja, sehingga saat keadaan mendesak (misalnya sapi sakit) perempuan atau laki-laki samasama dapat mengambil keputusan secara cepat. Selain itu keputusan tersebut dapat didiskusikan bersama dan perempuan dan laki-laki dapat mempertimbangkan sesuai pengalaman yang dimilikinya selama merawat ternak. Kondisi ini sesuai dengan penelitian Septiadi dan Wigna (2013) yang menyebutkan bahwa ketimpangan gender memiliki hubungan positif dengan kemiskinan. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kesetaraan gender dalam akses terhadap sumber daya, akses terhadap manfaat, kontrol terhadap sumber daya, dan kontrol atas manfaat untuk dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga peternak SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Karakteristik rumah tangga peternak sapi perah, yaitu umur laki-laki tergolong umur menengah ke umur tua, sedangkan umur perempuan tergolong ke umur menengah ke umur muda. Tingkat pendidikan formal laki-laki lebih rendah daripada perempuan. Jumlah tanggungan rumah tangga peternak berada pada kategori sedang, yaitu 3 sampai 4 orang. Jumlah kepemilikan seluruh ternak rumah tangga peternak berada pada kategori sedang, yaitu 6 sampai 10 ekor sapi. Jumlah tenaga kerja dalam rumah tangga peternak berada pada kategori rendah (kurang dari 3 orang). Selain itu, luas kepemilikan kandang yang dimiliki rumah tangga peternak responden berada pada kategori menengah, yaitu 84 sampai 140 m Pembagian kerja menunjukkan bahwa curahan waktu kerja perempuan sebagian besar ada pada peran reproduktif sedangkan laki-laki pada peran produktif. Perempuan memiliki tiga peran yaitu reproduktif, produktif, dan sosial, sedangkan laki-laki hanya pada kerja produktif dan sosial. Hal ini menyebabkan adanya beban kerja ganda perempuan. Tingkat kesetaraan gender dalam akses terhadap sumber daya dalam rumah tangga usaha ternak termasuk ke dalam kategori sedang ke tinggi dan tingkat kesetaraan gender dalam akses tehadap manfaat termasuk ke dalam kategori tinggi. Tingkat kesetaraan gender dalam kontrol atas sumber daya dan manfaat masuk ke dalam kategori sedang ke rendah. Hal ini 140 Agustus 2017

ANALISIS RELASI GENDER DAN KEBERHASILAN ORGANISASI KOPERASI WARGA (KOWAR) SMP NEGERI 7 BEKASI

ANALISIS RELASI GENDER DAN KEBERHASILAN ORGANISASI KOPERASI WARGA (KOWAR) SMP NEGERI 7 BEKASI ANALISIS RELASI GENDER DAN KEBERHASILAN ORGANISASI KOPERASI WARGA (KOWAR) SMP NEGERI 7 BEKASI DWIMORA EFRINI I34052103 SKRIPSI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sidakaton, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal, Propinsi Jawa Tengah (Lampiran 1). Lokasi penelitian ditentukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 7 Bekasi yang beralamat di Jalan Belanak II, Perumnas II, Bekasi, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG 21 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan data kualititatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menggambarkan atau

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak 25 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara cross sectional study, yaitu penelitian yang hanya dilakukan pada satu waktu

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dalam anggota KPBS Pangalengan dan memiliki sapi perah produktif.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dalam anggota KPBS Pangalengan dan memiliki sapi perah produktif. III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah peternak sapi perah yang tergabung dalam anggota KPBS Pangalengan dan memiliki sapi perah produktif. 3.2. Metode

Lebih terperinci

Hubungan Perilaku Komunikasi Interpersonal...Muhammad Fauzi

Hubungan Perilaku Komunikasi Interpersonal...Muhammad Fauzi HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TINGKAT PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI PETERNAK DALAM BETERNAK SAPI PERAH (Kasus Pada Kelompok Peternak Sapi Perah TPK Desa Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten

Lebih terperinci

Hubungan antara Dinamika Kelompok dengan Keberdayaan Peternak Ade Triwahyuni

Hubungan antara Dinamika Kelompok dengan Keberdayaan Peternak Ade Triwahyuni HUBUNGAN ANTARA DINAMIKA KELOMPOK DENGAN KEBERDAYAAN PETERNAK KAMBING PERAH PERANAKAN ETTAWA RELATIONSHIP BETWEEN GROUP DYNAMICS WITH EMPOWERMENT DAIRY GOAT FARMERS ( Suatu Kasus pada Kelompok Mandiri

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dimiliki oleh petani masih dalam jumlah yang sangat terbatas.

PENDAHULUAN. dimiliki oleh petani masih dalam jumlah yang sangat terbatas. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan pembangunan dalam usaha dibidang pertanian, khusunya peternakan dapat memberikan pembangunan yang berarti bagi pengembangan ekonomi maupun masyarakat. Pembangunan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat)

HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat) HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat) PALUPI CIPTONINGRUM I34050807 SKRIPSI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani)

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) KONTRIBUSI PENDAPATAN BURUH TANI PEREMPUAN TERHADAP TOTAL PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI DESA BABAKANMULYA KECAMATAN JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT

Lebih terperinci

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG KERANGKA PEMIKIRAN Program konversi minyak tanah ke LPG dilakukan melalui pembagian paket LPG kg beserta tabung, kompor, regulator dan selang secara gratis kepada keluarga miskin yang jumlahnya mencapai.

Lebih terperinci

Hubungan Antara Faktor Internal dengan Faktor Eksternal... Fitriana Suciani

Hubungan Antara Faktor Internal dengan Faktor Eksternal... Fitriana Suciani HUBUNGAN ANTARA FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI PERAH (Kasus di Kelompok Peternak Wargi Saluyu Desa Haurngombong Kecamatan Pamulihan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Norma dan nilai gender dalam masyarakat merujuk pada gagasan-gagasan tentang bagaimana seharusnya

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN 39 HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN Pembagian peran/aktivitas yang dilakukan dalam rumah tangga perikanan berkaitan dengan

Lebih terperinci

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at : Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU DALAM PEMANFAATAN TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN PADA PETERNAK

Lebih terperinci

1 III METODE PENELITIAN. (Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara) Jabar yang telah mengikuti program

1 III METODE PENELITIAN. (Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara) Jabar yang telah mengikuti program 18 1 III METODE PENELITIAN 1.1 Obyek Penelitian Obyek dari penelitian ini adalah peternak sapi perah anggota KPSBU (Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara) Jabar yang telah mengikuti program pembinaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan metode survey di Kelurahan Kertamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 25 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan desain kelompok kontrol non-ekivalen karena subjek tidak dikelompokkan secara acak (Ruseffendi, 1994). Desain penelitian ini

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu di Desa Kembang Kuning, Kecamatan Klapanunggal, Bogor yang merupakan kawasan

Lebih terperinci

ANALISIS GENDER DAN KESETERAAN GENDER PADA USAHATANI PADI SAWAH DAN PADI LADANG DI KABUPATEN KARAWANG NURJAMAN

ANALISIS GENDER DAN KESETERAAN GENDER PADA USAHATANI PADI SAWAH DAN PADI LADANG DI KABUPATEN KARAWANG NURJAMAN ANALISIS GENDER DAN KESETERAAN GENDER PADA USAHATANI PADI SAWAH DAN PADI LADANG DI KABUPATEN KARAWANG NURJAMAN DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian 46 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross-sectional karena data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan (Singarimbun dan Effendi 1991). Penelitian

Lebih terperinci

DEFINISI OPERASIONAL

DEFINISI OPERASIONAL 18 DEFINISI OPERASIONAL Definisi operasional untuk masing-masing variabel sebagai berikut: 1. Tingkat pendidikan yaitu pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh responden pada saat penelitian berlangsung.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 31 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei dengan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data utama.

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN 45 HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN Pengambilan keputusan yang dilakukan dalam rumah tangga perikanan berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9 BAB II Kajian Pustaka Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9 Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) sudah menjadi isu yang sangat penting dan sudah menjadi komitmen bangsa-bangsa di dunia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Agroforestri Secara umum agroforestri adalah manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang berada ditpk Sukamenak Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang berada ditpk Sukamenak Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. 17 3.1. Objek Penelitian III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek penelitian ini adalah peternak sapi perah anggota KPBS Pangalengan yang berada ditpk Sukamenak Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. 3.2.

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dalam kelompok peternak Lebaksiuh yang ada di desa Sindanggalih, kecamatan

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dalam kelompok peternak Lebaksiuh yang ada di desa Sindanggalih, kecamatan 25 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek penelitian Objek yang diamati dalam penelitian ini adalah peternak yang tergabung dalam kelompok peternak Lebaksiuh yang ada di desa Sindanggalih, kecamatan

Lebih terperinci

VI. METODE PENELITIAN

VI. METODE PENELITIAN VI. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Penelitian kuantitatif dilaksanakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. selesai, seekor induk sapi perah harus diafkir, dan diganti dengan induk baru yang

I PENDAHULUAN. selesai, seekor induk sapi perah harus diafkir, dan diganti dengan induk baru yang 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Eksistensi induk dalam usaha sapi perah sangat penting, selain sebagai asset juga sebagai faktor produksi utama dalam proses produksi. Setelah masa produktif selesai,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka 5 PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Konsep Gender Gender merupakan suatu konsep yang merujuk pada peran dan hubungan antara laki-laki dan perempuan yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis, tetapi

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 36 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Pembangunan sebagai upaya terencana untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan penduduk khususnya di negara-negara berkembang senantiasa mencurahkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Data dikumpulkan untuk meneliti suatu fenomena dalam satu kurun waktu tertentu (Umar 2006).

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG 17 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di salah satu desa penerima Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yaitu Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel 38 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Maret sampai Agustus 2009 pada dua basis pemeliharaan yang berbeda yakni: basis lahan sawah dan lahan persawahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian masih menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang mampu diserap dari berbagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang menggambarkan, mendeskripsikan dan memaparkan fakta-fakta

Lebih terperinci

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI 48 PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI Bab berikut menganalisis pengaruh antara variabel ketimpangan gender dengan strategi bertahan hidup pada rumah

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI TENAGA KERJA DALAM KELUARGA UNTUK PENGEMBANGAN USAHATERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG

ANALISIS POTENSI TENAGA KERJA DALAM KELUARGA UNTUK PENGEMBANGAN USAHATERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG ANALISIS POTENSI TENAGA KERJA DALAM KELUARGA UNTUK PENGEMBANGAN USAHATERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG SKRIPSI AYU PRIHARDHINI SEPTIANINGRUM PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 3.1. Pendekatan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan didukung dengan data kuantitatif. Pendekatan kualitatif menekankan pada

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 33 BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah di tiga desa binaan BP3K Kecamatan Dramaga diantaranya adalah Desa Parakan Kecamatan Ciomas dan Desa Purwasari Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan (teknik pengumpulan data) kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan melalui metode survey (Singarimbun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai sebuah negara berkembang, Indonesia turut serta dan berperan aktif dalam setiap kegiatan dan program-program pembangunan yang menjadi agenda organisasi negara-negara

Lebih terperinci

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA (Dusun Jatisari, Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang)

Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang) Jurnal Ilmu Peternakan, Juni 8, hal. 51 57 ISSN 197 2821 Vol. 3 No.2 Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang) Stepanus Pakage Staf Pengajar Jurusan

Lebih terperinci

Strategi Koping Fungsi Ekonomi: Strategi penghematan Strategi penambahan pendapatan. Dukungan Sosial: Keluarga Besar Tetangga. Input Throughput Output

Strategi Koping Fungsi Ekonomi: Strategi penghematan Strategi penambahan pendapatan. Dukungan Sosial: Keluarga Besar Tetangga. Input Throughput Output 34 KERANGKA PEMIKIRAN Kemiskinan yang melanda bangsa Indonesia selama bertahun-tahun menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah meningkatnya harga kebutuhan pokok yang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perbedaan ini menyebabkan ketidaksetaraan antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perbedaan ini menyebabkan ketidaksetaraan antara laki-laki dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan telah ada sejak lama. Adanya perbedaan ini menyebabkan ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan, terutama bagi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Peternak

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Peternak HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Peternak Responden pada penelitian ini adalah peternak yang berdiam di Desa Dompu, Moyo Mekar dan Desa Sepakat Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat dengan karakteristik

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak 24 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian yang diamati yaitu pengaruh aplikasi teknologi pakan, kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sekolah di Kota Bogor SMAN 1. Kelas Bertaraf Internasional. 12 Laki-laki 24 Perempuan 12 Laki-laki 25 Perempuan

METODE PENELITIAN. Sekolah di Kota Bogor SMAN 1. Kelas Bertaraf Internasional. 12 Laki-laki 24 Perempuan 12 Laki-laki 25 Perempuan 60 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Bogor, Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Jumlah penduduk Indonesia meningkat terus dari tahun ke tahun. Sensus penduduk

Lebih terperinci

Peran Koperasi Unit Desa (KUD) Andini Luhur Getasan dalam Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang

Peran Koperasi Unit Desa (KUD) Andini Luhur Getasan dalam Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang AGRISTA : Vol. 4 No. 3 September 216 : Hal. 157-169 ISSN 232-1713 Peran Koperasi Unit Desa (KUD) Andini Luhur Getasan dalam Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang

Lebih terperinci

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (P2KP) DI KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (P2KP) DI KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (PKP) DI KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO Riska Yulianti, Agung Wibowo, Arip Wijianto Program Studi

Lebih terperinci

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar 90 menit Managed by IDP Education Australia IAPBE-2006 TUJUAN Peserta mampu: 1. Memahami konsep gender sebagai konstruksi sosial 2. Memahami pengaruh gender terhadap pendidikan

Lebih terperinci

DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH

DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH (Studi Kasus : Desa Pematang Setrak, Kec Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai) Ikram Anggita Nasution

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Peran Pekerjaan dan Keluarga Fenomena wanita bekerja di luar rumah oleh banyak pihak dianggap sebagai sesuatu yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia. Kendati semakin lumrah,

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini memadukan metode content analysis research dan survei deskriptif korelasional. Analisis isi untuk mengukur agenda media sedangkan survei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan seperti masalah yang tanpa ujung pangkal. Barangkali, peribahasa yang tepat untuk menggambarkan masalah kemiskinan adalah mati satu tumbuh seribu. Kemiskinan

Lebih terperinci

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian Preferensi Pangan Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian Preferensi Pangan Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor 12 KERANGKA PEMIKIRAN Preferensi terhadap makanan didefinisikan sebagai derajat kesukaan atau ketidaksukaan terhadap makanan dan preferensi akan berpengaruh terhadap konsumsi pangan (Suhardjo 1989). Preferensi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh 20 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, karena data dikumpulkan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan dengan sampel yang dipilih khusus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan

TINJAUAN PUSTAKA. ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Gender Gender menggambarkan peran laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan biologis, melainkan oleh

Lebih terperinci

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN Dina Novia Priminingtyas Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang ABSTRAK Potensi perempuan dalam pembangunan

Lebih terperinci

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN G E N D E R B R I E F S E R I E S NO. 1 GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN The Australia-Indonesia Partnership for Reconstruction and Development Local Governance and Community Infrastructure for Communities

Lebih terperinci

PEMASARAN SUSU DI KECAMATAN MOJOSONGO DAN KECAMATAN CEPOGO, KABUPATEN BOYOLALI. P. U. L. Premisti, A. Setiadi, dan W. Sumekar

PEMASARAN SUSU DI KECAMATAN MOJOSONGO DAN KECAMATAN CEPOGO, KABUPATEN BOYOLALI. P. U. L. Premisti, A. Setiadi, dan W. Sumekar PEMASARAN SUSU DI KECAMATAN MOJOSONGO DAN KECAMATAN CEPOGO, KABUPATEN BOYOLALI P. U. L. Premisti, A. Setiadi, dan W. Sumekar Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro E-mail: putriutamilintang@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENELITIAN 69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan

Lebih terperinci

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita 22 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi yang baik, terutama pada anak merupakan salah satu aset penting untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara sedang berkembang adalah jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, pemerintah menetapkan bahwa dalam kerangka pencapaian pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berkembang paling pesat di negara-negara berkembang. Ternak seringkali dijadikan sebagai aset non lahan terbesar dalam

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU 68 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU 6.1 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efek Komunikasi dalam Pemasaran Lanting Ubi Kayu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kualitas sumberdaya manusia di Indonesia masih perlu mendapat prioritas dalam pembangunan nasional. Berdasarkan laporan United Nation for Development Programme

Lebih terperinci

Perempuan dan Industri Rumahan

Perempuan dan Industri Rumahan A B PEREMPUAN DAN INDUSTRI RUMAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAHAN DALAM SISTEM EKONOMI RUMAH TANGGA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK C ...gender equality is critical to the development

Lebih terperinci

PENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

PENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN M. Handayani, dkk Pendapatan Tenaga Kerja... PENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN FAMILY LABOUR INCOME ON CATTLE FARMING IN TOROH SUBDISTRICT

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian METODOLOGI Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik survei dalam bentuk penelitian deskriptif korelasional. Penelitian ini berusaha menggambarkan karakteristik

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER (Kasus Mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Tahun Masuk 2006, Fakultas Ekologi Manusia) ALWIN TAHER I34051845 DEPARTEMEN SAINS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkebunan merupakan aktivitas budi daya tanaman tertentu pada lahan yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman tahunan yang jenis

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG Rohmad Budiono 1 dan Rini Widiati 2 1 Balai Pengkajian Teknoogi Pertanan Jawa Timur 2 Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Energi (KKPE) dari Bank Rakyat Indonesia Cabang Sumedang.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Energi (KKPE) dari Bank Rakyat Indonesia Cabang Sumedang. III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek pada penelitian ini adalah para Peternak Sapi Perah di Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang yang menerima Kredit Ketahanan Pangan dan Energi

Lebih terperinci

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI 9.1 Keberhasilan BMT Swadaya Pribumi dalam Pemenuhan Kebutuhan praktis dan kebutuhan strategis Gender Keberhasilan BMT Swadaya Pribumi pada penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender XVII Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender Salah satu strategi pokok pembangunan Propinsi Jawa Timur 2009-2014 adalah pengarusutamaan gender. Itu artinya, seluruh proses perencanaan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2 dikatakan bahwa koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 [HDI] Human Development Report Human Development Index (HDI). [Internet]. [dinduh. 4 Ibid.

BAB I PENDAHULUAN. 1 [HDI] Human Development Report Human Development Index (HDI). [Internet]. [dinduh. 4 Ibid. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Hubeis (2010) kualitas hidup manusia dapat diukur berdasarkan pengukuran Human Development Index (HDI), Gender Development Index (GDI), dan Gender Empowerment

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETERNAK ANGGOTA KPSBU LEMBANG KABUPATEN BANDUNG SKRIPSI

ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETERNAK ANGGOTA KPSBU LEMBANG KABUPATEN BANDUNG SKRIPSI ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETERNAK ANGGOTA KPSBU LEMBANG KABUPATEN BANDUNG SKRIPSI YENI MARLIANI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel 26 METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi petani terhadap kompetensi penyuluh pertanian. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada dua lokasi, yaitu PT. Perkebunan Nusantara IV Sumatera Utara dan PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara Jakarta.

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI Volume 11, Nomor 1, Hal. 31-37 ISSN 0852-8349 Januari - Juni 2009 HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian 31 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian survai deskriptif dan korelasionel yang terkait dengan Program Ketahanan Pangan di Kecamatan Gandus. Menurut Singarimbun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan dengan desain penelitian survei, yaitu mengambil contoh dari suatu

Lebih terperinci

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2011, VOL. 11, NO. 1, 27-34

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2011, VOL. 11, NO. 1, 27-34 JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2011, VOL. 11, NO. 1, 27-34 Hubungan Keberdayaan Peternak Sapi Perah Dengan Tingkat Keberhasilan Usaha Ternak (Correlation Between Dairy Farmer s Power and Level of Farming Succeeding)

Lebih terperinci