VI. ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA"

Transkripsi

1 VI. ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA 6.1 Aspek Non Finansial Analisis aspek-aspek non finansial dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana usaha pengolahan ikan asap ini layak bila dilihat dari aspek-aspek non finansial. Dalam penelitian ini, dikaji beberapa aspek non finansial, diantaranya aspek komersial, aspek teknis, aspek institusional-organisasimanajerial, aspek sosial lingkungan, dan aspek ekonomi Aspek Komersial Aspek komersial merupakan aspek penting yang terlebih dahulu harus dianalisis sebelum memutuskan untuk memulai atau mengembangkan suatu usaha, termasuk usaha pengolahan ikan asap yang menjadi objek penelitian. Variabel-variabel aspek komersial yang akan dianalisis dalam penelitian ini meliputi jumlah permintaan, penawaran, strategi pemasaran, dan struktur persaingan Permintaan Tingkat permintaan ikan asap PCH pada saat ini cukup tinggi. Permintaan ikan asap PCH berasal dari hipermarket seperti Giant, Hero dan Hypermart, catering, hotel, pedagang ekspor dan perorangan (pembeli langsung). Pedagang ekspor ini merupakan pedagang yang melakukan ekspor ikan asap PCH ke Negara Canada, Afrika, Taiwan, dan Hongkong. Rata-rata permintaan ikan asap PCH sebesar 600 kg per bulannya, dengan rata-rata 20 kg per hari. Permintaan ini akan cenderung meningkat. Hal ini terbukti pada tahun 2010, PCH menerima permintaan ikan asap dari Negara Timur Tengah, Jepang, Hongkong, Thailand dan Belanda sebesar 100 kg per hari. Permintaan ini tidak langsung dipenuhi oleh PCH, tetapi melalui distributor dan pedagang ekspor. Distributor yang menjalin kerjasama dengan PCH yaitu Carrefour yang akan memenuhi permintaan ikan asap dari negara lain. Hal ini dikarenakan PCH belum mampu memenuhi persyaratan yang diperlukan untuk melakukan ekspor langsung karena membutuhkan investasi yang sangat besar. 63

2 Tingginya permintaan ikan asap ini merupakan potensi pasar yang dimiliki PCH cukup besar, bahkan potensi ini dapat terus dikembangkan mengingat permintaan yang terus meningkat. Oleh karena itu, peluang besar bagi PCH untuk terus meningkatkan kapasitas produksi ikan asap agar dapat memenuhi permintaan pasar Penawaran Potensi pasar yang dimiliki oleh PCH juga dapat dilihat dari sisi penawarannya. Pada saat sekarang, usaha pengolahan ikan asap masih sedikit di Indonesia, terutama pengolahan ikan asap yang memiliki mutu dan produktivitas yang tinggi seperti yang dihasilkan PCH. Keistimewaan yang dimiliki PCH yaitu pengolahan tradisional, alami (tanpa bahan pengawet), dikemas dengan baik serta penggunaan teknologi yang canggih. Produk ikan asap yang dihasilkan PCH memiliki nilai gizi, kelezatan rasa, tahan lama dan kemurnian produk yang belum bisa dihasilkan produsen ikan asap lainnya. Hal ini merupakan peluang besar bagi PCH untuk mengembangkan usahanya. Pengolahan ikan asap yang ada di Kabupaten Bogor hanya dua perusahaan. Perusahaan yang kedua yaitu Kelompok Usaha Ikan Lele Asap Citra Dumbo. Perusahaan ini masih melakukan pengolahan ikan asap secara tradisional. Produksi ikan asap yang dihasilkan pun hanya ikan lele asap, sehingga perusahaan ini bukan merupakan pesaing PCH. Oleh karena itu, PCH merupakan satu-satunya produsen ikan asap dengan teknologi canggih tanpa bahan pengawet yang ada di Kabupaten Bogor. Hal ini mengakibatkan PCH memiliki peluang pasar yang cukup besar dan berpotensi untuk terus dikembangkan. Untuk skala nasional pun, PCH masih memiliki keunggulan dibandingkan produsen ikan asap lain yang ada di berbagai daerah. Produsen pengolahan ikan asap terkenal lain yang ada di Indonesia seperti pesaing di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Tenggara, Sumatera dan Maluku. Hal ini dilihat dari segi harga, proses produksi, ketahanan produk ikan asap, target pasar dan packaging produk. Ikan asap PCH melakukan proses produksi ikan yang paling efisien dibanding produsen ikan lainnya, dengan waktu empat jam PCH dapat menghasilkan ikan asap dengan kualitas yang tinggi, berupa gizi, kelezatan rasa, tahan lama, dan 64

3 kemurnian produk. Sedangkan produsen lain belum mampu menghasilkan ikan asap dengan lama produksi seperti PCH. Mereka baru mampu memproduksi ikan asap minimal jam bahkan satu bulan dengan kualitas yang masih rendah. Daya tahan lama ikan yang dihasilkan masih hitungan hari belum seperti PCH yang mampu menghasilkan ikan dengan daya tahan hingga satu tahun. Begitu juga dengan target pasar, pengolahan ikan asap lain masih mencakup pasar tradisional di daerah mereka dengan segmen masyarakat menengah ke bawah dan harga yang rendah, sehingga tidak menguntungkan bagi pengusaha. Sedangkan PCH sudah mampu menghasilkan ikan dengan target pasar mencakup supermarket dan mancanegara dengan segmen pasar menengah ke atas. Apalagi packaging yang dilakukan, produsen lain masih menggunakan kemasan plastik sederhana, belum seperti PCH telah menggunakan plastik dan karton dengan desain yang sangat menarik serta pengemasan menggunakan vaccum sealer. Oleh karena itu, PCH masih menjadi produsen ikan asap yang dinginkan oleh para distributor atau konsumen ikan asap Strategi Pemasaran Strategi pemasaran diperlukan salah satunya untuk menghadapi persaingan di pasar. Strategi pemasaran yang dilakukan oleh PCH dalam memasarkan produknya adalah menggunakan bauran pemasaran yang meliputi harga, produk, promosi, dan distribusi. 1. Harga Harga merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan marketing mix. Penentuan harga menjadi sangat penting untuk diperhatikan, mengingat harga merupakan salah satu penyebab laku tidaknya produk yang ditawarkan. Kesalahan dalam penetapan harga akan menyebabkan kesalahan dalam kelayakan usaha. Oleh karena itu, kebijakan dalam penetapan harga harus diperhitungkan secara benar dan tepat. Kebijakan dalam penetapan harga merupakan kegiatan yang sangat penting, karena jika harga terlalu tinggi produk tersebut mengalami kesulitan dalam memasuki pasar, demikian pula sebaliknya dengan harga terlalu rendah menyebabkan kerugian terhadap kegiatan usaha. 65

4 Aneka ikan asap yang diproduksi PCH adalah ikan Marlin, Layaran, Tuna, Cakalang, Pari, Patin dan Lele Asap. Penentuan harga ikan asap PCH berdasarkan biaya operasional perusahaan, khususnya harga bahan baku ikan segar. PCH dapat memproduksi ikan asap dengan proses produksi yang hemat, sehingga dapat menghasilkan harga yang sangat kompetitif. Harga pokok produksi PCH adalah persen, dengan keuntungan sebesar persen. Harga penjualan ikan asap PCH juga dibedakan atas dua ukuran produk penjualanya yaitu kemasan 1 kg dan 205 gram yang disesuaikan dengan permintaan konsumen. Hal ini dilakukan untuk memperluas pasar penjualan ikan asap. Harga jual ikan asap PCH kemasan 1 kg dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Harga Jual Ikan Asap Kemasan 1 kg Petikan Cita Halus (PCH) Tahun 2010 No Jenis Ikan Harga persatuan (Rp/unit) Harga Beli Harga Pokok Produksi (HPP) Harga Jual 1. Ikan Pari Asap Ikan Cakalang Asap Ikan Tuna Asap Ikan Marlin Asap Ikan Kakap Merah Asap Ikan Lele Asap Ikan Patin ASap Ikan Layaran Asap Sumber : Petikan Cita Halus (PCH) 2010 Akan tetapi, pada tahun 2009, PCH melakukan perbaikan kemasan ikan asap. Perbaikan kemasan dilakukan pada produk ikan asap yang berukuran 205 gram, yaitu dengan mengemas produk menjadi ukuran baru 195 gram. Ini merupakan trik dagang yang dilakukan PCH agar perbaikan packaging ini tidak menaikkan harga jual produk ikan asap. Perbaikan kemasan dilakukan pada kemasan 205 gram karena permintaan produk ikan asap ini lebih banyak oleh konsumen serta kemasan ini mudah untuk dikemas serta dibawa kemana-mana. Harga jual ikan asap PCH kemasan 195 gram dapat dilihat pada Tabel 7. 66

5 Tabel 7. Harga Jual Ikan Asap Kemasan 195 gram Petikan Cita Halus (PCH) Tahun 2010 No Jenis Ikan Harga persatuan (Rp/unit) Harga Beli Harga Pokok Produksi Harga Jual 1. Ikan Pari Asap Ikan Cakalang Asap Ikan Tuna Asap Ikan Marlin Asap Ikan Kakap Merah Asap Ikan Lele Asap Ikan Patin ASap Ikan Layaran Asap Sumber : Petikan Cita Halus (PCH) 2010 Mulai dari awal produksi hingga sekarang, PCH belum pernah melakukan peningkatan harga jual, walaupun bahan baku telah berapa kali mengalami kenaikan harga beli. Hal ini merupakan strategi harga PCH untuk menjaga kepercayaan dan loyalitas pelanggan, apalagi sampai saat ini PCH masih selalu mencari pasar baru untuk memperluas pemasarannya. Pembayaran yang dilakukan dalam penjualan ikan asap PCH adalah pembayaraan tunai, tetapi biasanya penjualan yang dilakukan pada distributor seperti hypermarket dikenal dengan sistem konsinyasi. Penjualan kepada hypermarket akan mengalami penerimaan penundaan pembayaran. PCH baru akan menerima pembayaran setelah dua minggu produk diterima distributor. Akan tetapi keuntungan penjualan pada hypermarket yaitu tidak adanya pengembalian produk yang rusak atau jelek, sehingga setiap produk yang dikirim oleh PCH akan diterima seluruhnya oleh hypermarket tanpa adanya pengembalian. 2. Produk Strategi produk ikan asap PCH memiliki nilai gizi, kelezatan rasa, tahan lama, dan kemurnian produk yang tinggi. Ikan asap ini mengandung sedikit kadar air, dagingnya padat dan warna lebih menarik serta mengkilap. Ikan asap PCH dihasilkan dengan pengasapan secara tradisional dan alami tanpa bahan pengawet dan bumbu-bumbuan. Pengasapan ini menggunakan bahan bakar yang 67

6 mengandung selulosa tinggi yang sekaligus berguna sebagai bahan pengawet ikan dan memberikan aroma khas. Kelebihan lainnya ikan asap PCH dapat disimpan dalam freezer dan apabila akan dikonsumsi langsung dipanaskan di microwave tanpa perlu diberi bumbu lagi. Produk ikan asap PCH juga telah memiliki sertifikat Halal, izin Departemen Kesehatan, label Barcode dan dalam proses mendapatkan nomor registrasi dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). PCH melakukan penjualan produk ikan asap dalam dua ukuran produk 195 gram dan 1 kg. Hal ini dilakukan agar dapat menjangkau kebutuhan konsumen yang berbeda sekaligus sebagai salah satu strategi dagang yang dilakukan PCH sesuai dengan segmen pasar yang dituju. PCH juga memiliki tas khusus untuk setiap pembelian ikan asap sebanyak tujuh pack. Tas khusus ini dapat menyimpan ikan asap dengan ketahanan selama 12 jam, sehingga ikan asap dapat dibawa untuk perjalanan jauh antar kota bahkan antar propinsi. Gambar 4 menunjukkan kemasan 195 gram ikan asap PCH. Gambar 4. Kemasan 195 gram Ikan Asap Petikan Cita Halus Tahun 2010 Sumber : Petikan Cita Halus (PCH) Promosi Strategi promosi yang dilakukan PCH banyak memanfaatkan momentum pameran. Bagi pemilik, promosi melalui pameran-pameran merupakan cara yang terbaik untuk memperkenalkan produk yang dihasilkan, khususnya bagi UKM- UKM dengan modal terbatas. Awal promosi, PCH memberanikan diri mengikuti Pameran Produksi Ekspor (PPE) yang diadakan Pemerintah Daerah Jawa Barat pada tahun PCH juga pernah mengikuti pameran Jakarta Fair yang diselenggarakan Pemerintah DKI dan Agrinex yang diselenggarakan IPB, HIPMI, 68

7 DEKOPIN, Departemen Pertanian dan Performax. Akibat mengikuti pameranpameran inilah PCH mendapatkan tawaran dari atase perdagangan untuk memasarkan ikan produksi ke berbagai negara lain serta mendapat pasar Hero dan Giant sampai saat sekarang ini. PCH pernah melakukan promosi hingga ke luar negeri yaitu ke negeri Malaysia dengan Pameran Halal Antarbangsa Malaysia (MIHAS) dan negeri Singapura yang bekerjasama dengan Indagro Bandung dan Pertamina pada tahun 2006 dan Promosi lain yang dilakukan PCH melalui media cetak (majalah, koran, dan tabloid) dan elektronik (televisi dan radio) dan promosi melalui pamflet, leaflet dan brosur. Selain itu, pada tahun 2009, PCH membuat packaging dengan desain yang sangat menarik. Rencana pemasaran ke depan, PCH akan mencari agen pemasaran yang berkeinginan untuk mengembangkan pemasaraan ikan asap ini lebih luas lagi. Seperti minimarket Alfamart, PCH ingin mengembangkan pemasaran dengan berbagai bahan baku ikan dan olahan ikan serta fastfood berbahan dasar ikan dalam bentuk franchise dengan nama Minamart. Perluasan ini merupakan peluang besar bagi PCH dan agen pemasaran dalam meraih keuntungan yang lebih besar, karena kesadaran masyarakat terutama golongan menengah ke atas telah tinggi dalam membeli produk yang praktis, higienis serta mengandung nilai gizi yang tinggi. Kerjasama ini tentunya melalui prosedur dan syarat-syarat tertentu. Rencana pemasaran lain yang akan dilakukan PCH dengan diferensiasi produk memasuki pasar-pasar tradisional untuk segmen pasar masyarakat menengah ke bawah. Penjualan jenis ikan yang akan dilakukan terbatas pada ikan Cucut dan Pari, yang memiliki harga lebih murah sehingga terjangkau oleh konsumen tanpa mengurangi kualitas ikan asap tersebut. 4. Disribusi Pemasaran produk ikan asap dilakukan PCH melalui empat saluran distribusi yaitu (1) Citayam UKM konsumen akhir (pembeli langsung); (2) Citayam UKM pedagang - konsumen; (3) Citayam Hypermarket (Hero dan Giant) konsumen akhir; dan (4) Citayam UKM hotel atau Catering konsumen akhir (tamu hotel). Skema saluran distribusi pemasaran produk ikan 69

8 asap PCH dapat dilihat pada Gambar 5. Sedangkan sistem pemasaran produk dilakukan dengan dua cara yaitu pembeli datang langsung ke lokasi produksi atau pembeli menggunakan jasa layanan antar pesanan. Pada saluran distribusi (1), produk ikan asap yang dipasarkan di UKM dibeli langsung oleh konsumen akhir, sedangkan pada saluran (2), produk ikan asap di UKM dibeli oleh pedagang, kemudian pedagang yang akan menjual langsung kepada konsumen akhir. Pedagang ini merupakan pedagang ekspor yang memasarkan produk ikan asap PCH di negara luar seperti negara-negara di Eropa, Afrika dan Asia. Alur distribusi saluran (3), produk ikan asap UKM dibeli oleh hypermarket khususnya Giant dan Hero kemudian dijual kepada konsumen akhir. PCH yang lansung mendistribusikan produk ikan asap ke bagian gudang Hypermarket Giant dan Hero. Saluran pemasaran melalui hypermarket memiliki kontrak kerjasama yang kontinu dengan PCH. Saluran distribusi (4), produk ikan asap di UKM dibeli oleh pihak hotel atau catering, kemudian diolah menjadi makanan siap saji dan dibeli atau dikonsumsi oleh para tamu atau pengguna hotel berupa makanan jadi. Citayam Saluran 3 UKM Saluran 2 Saluran 4 Hypermarket Pedagang Hotel/Catering Saluran 1 Konsumen Gambar 5. Skema Saluran Distribusi Pengolahan Ikan Asap Petikan Cita Halus (PCH) Tahun 2010 Sumber : Petikan Cita Halus (PCH)

9 Struktur Persaingan Untuk cakupan wilayah Kabupaten Bogor, PCH belum memiliki pesaing yang berpotensi dalam pengembangan usaha ikan asap. Target pasar ikan asap PCH tidak hanya mencakup Kabupaten Bogor, tetapi meliputi ekspor ke berbagai mancanegara, sehingga PCH juga harus memperhatikan persaingan dengan daerah lain di luar Kabupaten Bogor. Pada daerah lain, sudah banyak pengusaha yang bergerak dalam pengolahan ikan asap diantaranya yang paling terkenal berasal dari Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Ikan asap yang diolah dari bahan baku ikan bandeng merupakan salah satu produk unggulan khas daerah ini. Ikan bandeng asap dari Sidoarjo memiliki karakteristik karena diolah dalam bentuk utuh (whole fish) yang telah mengalami penyiangan terlebih dahulu (insang dan isi perut dibuang). Pengolahan ikan asap di Sidoarjo memang betul-betul hanya memanfaatkan asap dalam proses pengolahannya. Akan tetapi, daya awet pengolahan ikan ini hanya 2-3 hari. Berbeda dengan PCH yang mampu memiliki daya awet ikan hingga satu tahun lamanya. Begitu juga dengan Maluku, tepatnya di Desa Galala, yang paling terkenal dengan produk ikan asapnya. Ikan asap yang dikenal dengan ikan fufu merupakan salah satu makanan khas asal Maluku, yang lazim dijadikan buah tangan para wisatawan saat berkunjung ke daerah ini. Wisatawan menyukainya karena kesegaran, dagingnya enak dan paket serta kualitas labelnya yang terjamin. Ikan asapan yang diminati adalah jenis cakalang karena rasanya enak dan tahan lama. Akan tetapi, produksi tiap hari produsen di Maluku masih rendah yaitu 20 kg ikan segar perhari, begitu juga daya awet produk rendah selama satu minggu, serta packaging produk yang masih sederhana menggunakan kardus. Pada daerah Sulawesi juga terkenal dengan produk ikan asap, terutama Sulawesi Tenggara, tepatnya di Bao Bao Buton. Pasar produk ikan asap ini sudah mencapai Jepang, Korea dan Cina. Ikan yang dikenal dengan nama ikan kaholeo ini, memiliki ketepatan baik temperatur maupun waktu untuk mendapatkan mutu, rasa, warna dan aroma daging ikan yang dinginkan. Sebagai komoditas ekspor ke Jepang, ikan kayu harus memenuhi sejumlah persyaratan yang telah ditentukan pembelinya. Kelemahannya, proses pengasapan yang lebih dari satu bulan membuat uang yang ditanamkan berputar lambat, sementara modal juga tak 71

10 sedikit. Pengasapan ini juga ada di Sulawesi Barat dengan menggunakan ikan terbang sebagai bahan baku. Produk ini masih konsumsi lokal, yang biasa disajikan dalam bentuk makanan olahan di restoran. Pesaing lain adalah pengusaha ikan asap di kawasan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah. Pengasapan dilakukan di dalam cerobong asap, dengan tiap cerobong terdiri dari empat potongan drum yang berfungsi sebagai kompor. Setiap kali produksi dapat menghasilkan 500 kg ikan asap dengan beragam jenis seperti ikan tongkol, manyung, ataupun pari. Harga jual untuk ukuran kecil ikan asap yang dikenal dengan ikan panggang seharga Rp 250,- per potong, serta Rp 500,- untuk potongan besar. Akan tetapi, pemasaran yang dilakukan masih berupa pasar tradisional, karena masyarakat yang mengkonsumsi ikan asap ini tergolong kelas menengah ke bawah. Pengusaha ini telah mencoba melakukan pemasaran ke supermarket, tetapi tidak menghasilkan keuntungan bagi mereka. Pengolahan ikan asap ini juga menimbulkan protes warga sekitar lokasi pengasapan, karena asap yang ditimbulkan dari hasil pengolahan tersebut. Berbeda dengan PCH yang tidak mengganggu masyarakat sekitar lokasi produksi, dan harga jual produknya yang tinggi dengan segmen pasar menengah ke atas sehingga sangat menghasilkan keuntungan yang besar bagi PCH. Pesaing pengusaha ikan asap lainnya masih tergolong sederhana. Misalnya, pengolahan ikan asap di Kecamatan Surodadi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Industri pengasapan sudah berlangsung puluhan tahun di desa ini. Industri pengasapan salah satu industri pengolahan ikan yang menjadi penopang hidup sebagian masyarakat pesisir. Ikan yang diproduksi hanya dua jenis yaitu ikan manyung dan ikan pari. Biasanya penjualan dilakukan per potong ikan asap dengan harga Rp per potong ikan. Pengasapan yang dilakukan di daerah ini masih sangat sederhana, yaitu menjadikan baskom sebagai tempat khusus pengasapan ikan. Pengusaha lain adalah penjual ikan dari Desa Kenjeran, Surabaya. Pengolahan ikan juga masih tergolong sederhana, dengan membuat bilik-bilik kecil tempat pengasapan ikan. Ikan yang diolah adalah ikan baronang, kakap merah, tenggiri dan ikan pari, yang ditawarkan di tempat-tempat penjualan ikan asap di sepanjang tepi pantai Kenjeran. 72

11 Pengusaha ikan asap lainnya berasal dari Sumatera yang terkenal dengan ikan salai, tetapi di daerah ini pengolahan masih membutuhkan waktu tidak kurang dari 30 jam untuk proses pengasapan. Salah satunya ikan lele asap yang merupakan produk asli makanan asli Sumatera Barat, tetapi pemasaran ikan asap ini masih terbatas pada masyarakat sekitar Sumatera Barat. Begitu juga dengan pengolahan ikan asap di Kabupaten Rembang, yang masih berskala rumahan. Hasilnya hanya untuk konsumsi lokal dan dipasarkan di Pasar Rembang. Ikan asap di Kecamatan Kulisusu, Kendari juga masih berskala rumah tangga, dengan pasar masih di wilayah Kecamatan Kulisusu. Oleh karena itu, dapat dilihat ikan asap PCH masih memiliki keunggulan dibandingkan ikan asap pesaingnya di berbagai daerah Hasil Analisi Aspek Komersial Analisis aspek komersial mengkaji mengenai potensi pasar menghasilkan informasi bahwa dari sisi permintaan, PCH memiliki potensi pasar yang cukup besar. Potensi pasar ini ditunjukkan oleh permintaan ikan asap yang kontinu dan cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Sementara itu, dari sisi penawaran produk ikan asap yang dihasilkan masih sangat terbuka. PCH tidak mendapat tekanan persaingan yang berarti, karena merupakan salah satu pengolahan ikan asap yang memiliki keistimewaan dengan mutu dan produktivitas yang tinggi dibanding pengolahan ikan asap lainnya serta menggunakan teknologi canggih tanpa bahan pengawet. Strategi pemasaran yang diterapkan baik melalui strategi harga, promosi, produk, maupun distribusi mampu membuat produk ikan asap PCH ini diterima di pasar dan mampu bersaing dengan produk sejenisnya di pasar. PCH juga tidak memiliki persaingan dalam pengembangan usahanya. Berdasarkan analisis terhadap aspek komersial tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengolahan ikan asap PCH layak untuk dijalankan. 73

12 Aspek Teknis Aspek teknis berhubungan dengan lokasi usaha, besaran skala operasional untuk mencapai kondisi yang ekonomis, layout dan proses produksi termasuk input proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa Lokasi Usaha Lokasi usaha Pengolahan Ikan Asap PCH terletak di Desa Raga Jaya, Kecamatan Citayam, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penentuan lokasi ini dilakukan oleh pemilik berdasarkan beberapa pertimbangan diantaranya: 1. Ketersediaan bahan baku utama Lokasi yang menunjang usaha pengolahan ikan asap adalah lokasi yang dekat dengan sumber bahan baku karena akan menghemat biaya transportasi, dan mempermudah memperoleh bahan baku, agar cepat diolah sehingga mutu tetap terjaga. Bahan baku merupakan komponen penting dalam kegiatan produksi sehingga penanganannya menjadi perhatian penting bagi perusahaan. Bahan baku utama dalam pengolahan ikan asap ini yaitu ikan segar. Untuk ikan air tawar diperoleh PCH dengan melakukan kerjasama dengan masyarakat sekitar tempat produksi yang mempunyai kolam ikan. Upaya lain yang dilakukan untuk ketersediaan bahan baku yaitu mengadakan pendekatan kepada seluruh petani ikan mulai Citayam, Cimanggis, Parung, Bogor, Sukabumi, Waduk Cirata bahkan sampai Cianjur dan telah diadakan pertemuan yang difasilitasi Dinas Perikanan Kabupaten Bogor dengan para petani ikan Bogor dan sekitarnya. Dengan demikian, pasokan bahan baku ikan air tawar PCH dapat terpenuhi. Bahkan PCH telah menyiapkan kolam penampung untuk lebih kurang 10 ton ikan segar. Mengenai bahan baku yang berasal dari ikan laut, saat ini masih mencukupi dari Muara Angke dan Muara Baru. Alasan PCH mendapatkan perolehan bahan baku ikan laut dari Muara Angke dan Muara Baru, karena merupakan pasar terbesar perolehan bahan baku ikan di DKI Jakarta yang merupakan tempat pelelangan ikan. Akan tetapi, PCH terus mengasah kemampuan untuk mengamankan pasokan ikan laut, saat ini PCH sedang 74

13 membangun jaringan dengan Pangandaran, Pelabuhan Ratu, Cilacap, Cirebon, Tegal atau Brebes, Serang dan sampai Jawa Timur. Untuk bahan baku lainnya, seperti jeruk nipis, garam, bahan bakar dan kajang juga diperoleh PCH dari masyarakat sekitar tempat produksi sehingga dapat lebih menghemat biaya transportasi. PCH membeli bahan baku lain di pasar tradisional Citayam. Alasan pemilihan pasar bahan baku penjualan ikan asap yaitu golongan masyarakat menengah ke atas. Hal ini dikarenakan karena masyarakat menengah ke atas sudah sangat mementingkan gizi untuk setiap produk yang dikonsumsi walaupun dengan biaya yang lebih besar. Berbeda dengan masyarakat menengah ke bawah, untuk memenuhi kebutuhan pangan setiap harinya mereka sulit, sehingga mereka jarang mengutamakan kualitas gizinya. Jumlah bahan baku yang dibeli perusahaan pengolahan ikan asap tergantung dari permintaan ikan asap di pasar. Pembelian bahan baku langsung dilakukan kepada produsen atau penjual. Pembelian bahan baku dilakukan setiap dua kali seminggu atau tergantung persediaan bahan baku yang masih ada. PCH belum mempunyai sistem untuk menentukan besarnya jumlah persediaan bahan baku. Selama ini persediaan bahan baku dipenuhi dengan pembelian dalam jumlah besar untuk sekali pemesanan bahan baku. Perusahaan baru akan melakukan pemesanan bahan baku lagi apabila bahan baku diperkirakan cukup untuk tiga kali proses produksi ke depan. Hal ini dikarenakan untuk setiap kali produksi PCH tidak sama. PCH memiliki ruang penyimpanan untuk bahan baku. Hal ini agar produksi tetap bisa dilakukan setiap adanya permintaan ikan asap. Oleh karena itu, PCH selalu memiliki ketersediaan bahan baku yang disimpan di dalam freezer. 2. Letak pasar yang dituju Pertimbangan dalam pemilihan lokasi juga disesuaikan dengan letak pasar yang dituju. Sebagian besar pasar tujuan produk ikan asap PCH adalah Giant dan Hero, catering, hotel, pedagang dan perorangan (pembeli langsung). Jarak pasar yang agak jauh dari lokasi perusahaan tidak menyulitkan penjualan, karena PCH memiliki dua kendaraan operasional untuk mendistribusikan ikan asap untuk setiap pasarnya. Lokasi ini juga dekat dengan wilayah Bogor dan Depok. Apalagi PCH memiliki tempat khusus untuk pemasaran ikan asap miliknya yaitu di UKM 75

14 Center Waduk Melati di Jalan Sudirman, Jakarta Selatan. Lokasi ini sangat strategis dalam menempuh perjalanan ke berbagai letak pasar tujuan PCH. Letak lokasi yang strategis dari konsumen memudahkkan konsumen mengetahui akan produk ikan asap PCH dan dapat menarik mereka untuk datang membeli produk. 3. Tenaga listrik dan air Aliran listrik ditempat produksi pengolahan cukup baik. Setiap harinya listrik dapat menyala 24 jam. Gangguan biasanya terjadi apabila cuaca yang kurang mendukung seperti musim hujan pada saat sekarang, sehingga sering mengalami mati lampu. Keadaan ini mengakibatkan banyak alat-alat produksi yang mengalami kerusakan. Hal ini cukup merugikan pemilik, karena harus membeli alat produksi yang baru agar tetap dapat menjalankan aktivitas produksi dengan harga yang cukup mahal. Akan tetapi umumnya, pada lokasi tempat produksi ini tidak mengalami gangguan kebutuhan listrik. Lokasi tersebut memiliki sistem sirkulasi air yang baik dan saluran air yang lancar sehingga sangat baik untuk penampungan ikan dan penanganan limbah. PCH memiliki dua buah sumur dengan kedalaman 21 meter di lokasi produksi ikan asap. Sumur ini mengakibatkan aliran air bersih tersedia dengan baik untuk pengolahan ikan asap. Air yang dihasilkan sangat murni bahkan dapat digunakan untuk minum sehari-hari di lokasi produksi. Air yang digunakan diperoleh melalui sumur bor disalurkan melalui pipa tahan karat, air limbah disalurkan ke tempat penampungan dengan saluran khusus. Oleh karena itu, PCH tidak mengalami kesulitan dalam hal memperoleh air bersih. 4. Suplai tenaga kerja Suplai tenaga kerja bagi perusahaan tidak mengalami masalah. Tenaga kerja perusahaan terdiri dari dua lingkup, tenaga kerja internal dan eksternal. Tenaga kerja internal terdiri dari anggota keluarga pemilik sendiri yang menjabat sebagai pemimpin dan manajer perusahaan. Tingkat pendidikan tenaga kerja internal ini minimal S1 yang berjumlah empat orang. Sedangkan tenaga kerja eksternal yang dimiliki perusahaan berasal dari masyarakat sekitar tempat produksi ikan asap. Tenaga kerja ini diperuntukkan di bagian produksi pengolahan ikan asap. Tenaga kerja ini tidak sulit diperoleh oleh PCH. Hal ini karena kriteria untuk perekrutan tenaga kerja eksternal ini mudah yaitu tekun, 76

15 rajin, ulet dan dapat dipercaya. Kriteria tersebut merupakan modal besar untuk terjalinnya kerjasama antara pemilik dan pekerja serta tercipta loyalitas yang besar dari pekerja. 5. Fasilitas transportasi Lokasi perusahaan terletak di pinggir jalan beraspal, sehingga memudahkan dalam transportasi baik produk maupun bahan baku. Akses transportasi pada bahan baku ikan asap tersedia lancar dengan kondisi jalan menuju tempat perolehan bahan baku sangat baik. Untuk perolehan bahan baku yang masih dalam lingkup Jabotabek, PCH menggunakan kendaraan operasional perusahaan untuk pengambilannya, sedangkan bahan baku yang diberasal dari antar pulau diperoleh dengan alat angkut kapal pesiar ASPI (Asosiasi Supplier Produk Indonesia). Akses untuk pendistribusian hasil olahan ikan asap ini juga menggunakan kendaraan operasional perusahaan. Kendaraan operasional yang dimiliki perusahaan ada dua yaitu Kijang Kapsul dan Kijang Super. 6. Hukum dan peraturan yang berlaku Sejauh ini, perusahaan masih berada dalam koridor hukum dan peraturan yang berlaku sehingga tidak ada hambatan hukum dan peraturan lokal yang melarang kegiatan usaha ini. Kondisi sosial budaya masyarakat sekitar juga tidak ada yang menentang kegiatan usaha ini. 7. Cuaca dan keadaan tanah Kondisi cuaca dan keadaan tanah di wilayah lokasi pengolahan ikan asap cukup baik untuk proses produksi. Ketergantungan produksi terhadap bahan baku ikan memang cukup tergantung pada keadaan cuaca, namun hal tersebut tidak menjadi masalah bagi PCH. Hal ini dikarenakan suplai bahan baku ikan air tawar selalu tersedia dari masyarakat sekitar. PCH juga memiliki peralatan untuk menyimpan bahan baku agar ketersediaan bahan baku terjamin setiap melakukan produksi ikan asap. Kondisi tanah lokasi produksi ikan asap PCH sangat baik, karena pada tempat ini tidak pernah terjadi banjir walaupun pada saat musim hujan. Harga tanah di lokasi pun sangat murah, sehingga menghemat biaya investasi yang dikeluarkan PCH. 77

16 8. Sikap masyarakat Sikap masyarakat terhadap keberadaan PCH sangat terbuka. Masyarakat sangat mendukung dengan adanya pengolahan ikan asap PCH ini. Hal ini karena PCH menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat setempat. Keuntungan yang dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar dengan adanya ikan asap adalah perekrutan tenaga kerja produksi dari masyarakat sekitar. Keuntungan lain yaitu perolehan bahan baku yang dibeli dari masyarakat sekitar, seperti ikan air tawar, jeruk nipis, kayu dan tempurung untuk bahan bakar produksi ikan asap. Hal ini sesuai dengan tujuan utama yang dinginkan PCH dalam mendirikan pengolahan ikan asap ini, yaitu mensejahterakan masyarakat nelayan atau masyarakat lainnya dengan meningkatkan nilai tambah pada ikan segar. 9. Rencana Perluasan Usaha Perencanaan perluasan usaha jangka panjang yang akan dilakukan PCH yaitu dengan mendirikan cabang perusahaan pengolahan ikan asap untuk setiap propinsi yang ada di Indonesia, terutama propinsi yang memiliki bahan baku ikan yang berlimpah dan berkualitas tinggi serta mengkoordinir seluruh UKM berbasis ikan sejenis yang ada di Indonesia. Untuk jangka pendek perluasan yang akan dilakukan PCH dengan meningkatkan kapasitas produksi ikan asap, akibat PCH menerima permintaan ikan asap dari Negara Timur Tengah, Jepang, Hongkong, Thailand dan Belanda sebesar 100 kg per hari. Untuk mewujudkan rencana pengembangan usaha ini, PCH akan melakukan kerjasama dengan investor sebagai penanaman modal. Hal ini dilakukan karena kebutuhan untuk peningkatan kapasitas produksi membutuhkan investasi cukup besar. Modal yang ditanamkan akan digunakan untuk menjalankan kegiatan operasional usaha Skala Usaha Skala usaha PCH berbentuk usaha kecil. Sesuai dengan Kriteria pengusaha kecil yang diatur dalam Pasal 5 ayat (1) Undang- Undang Nomor 9 Tahun 1995, yaitu: (a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp ,- (dua ratus juta), tidak termasuk tanah dan bagunan tempat usaha, (b) Memiliki hasil penjualan tahunan, paling banyak Rp 1 M, (c) Milik Warga Negara Indonesia (WNI), (d) Berdiri sendiri, tidak memiliki anak perusahaan atau cabang 78

17 perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi, dan (e) Berbentuk usaha perorangan, badan usaha tidak berbadan hukum atau badan usaha berbadan hukum dalam bentuk koperasi. Skala usaha ini juga bisa dilihat dari jumlah tenaga kerja perusahaan yang berjumlah lima orang dan kapasitas produksi perusahaan. Besarnya kapasitas produksi perusahaan setiap minggunya tidak sama. Hal ini dikarenakan produksi PCH masih berdasarkan jumlah pesanan. Walaupun demikian, kapasitas produksi dibuat lebih besar dari jumlah pesanan. Hal ini dilakukan untuk melayani pembeli yang langsung datang ke perusahaan tanpa pesan terlebih dahulu Layout Rumah produksi yang dibangun oleh PCH telah mengikuti kriteria kelayakan rumah produksi menurut GMP (Good Manufacturing Practices) dan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) dari DEPERINDAG. Luas bangunan yang didirikan PCH adalah 144 m 2. Bangunan dan fasilitas terdiri dua tingkat. Tingkat satu merupakan ruang produksi (ruangan pokok) yaitu ruangan yang digunakan sebagai tempat proses produksi makanan. Tingkat kedua ruangan pelengkap yaitu ruangan yang digunakan sebagai tempat administrasi produksi dan pelayanan karyawan. Tingkat satu terdiri atas enam ruangan yaitu ruang penyiangan, ruang penirisan, dapur pengasapan, ruang rotasi, ruang pengemasan dan ruang penyimpanan (Lampiran 5). Tata letak ruangan sudah sesuai tata urutan proses produksi dan di desain dengan baik, agar tidak terjadi kontaminasi untuk setiap proses produksi. Hal ini bertujuan agar ikan asap yang dihasilkan memiliki kualitas dan mutu yang tinggi serta higienis. Bangunan di desain agar aliran proses produksi dapat berjalan dengan efisien dan efektif. 1. Ruang Penyiangan Ruang ini untuk penerimaan ikan segar yang telah telah disortasi untuk kemudian diolah menjadi ikan asap. Rata-rata penanganan bahan baku untuk setiap kali proses produksi berkisar 250 kg. Ruang penyiangan ini dibuat dengan bahan yang mudah dan berhubungan dengan saluran pembuangan dan saluran air. Ketersediaan air bersih ini yang dihasilkan dari sumur pompa sudah sangat cukup 79

18 untuk melakukan proses pembersihan dan penyiangan karena kualitas airnya sangat bersih. Kemudian, ikan akan direndam dengan air garam dan jeruk nipis. 2. Ruang Penirisan Setelah direndam dengan air garam dan jeruk nipis, ikan akan ditiriskan pada ruangan ini. Ikan akan ditiriskan selama menit untuk mengurangi kadar air pada ikan sebelum melalui proses pengasapan. 3. Dapur Pengasapan Ruang pengasapan berada disebelah ruang penirisan, karena setelah penirisan ikan akan langsung diasap. Berdasarkan kapasitas produksi, dapur pengasapan yang berjumlah empat buah mempunyai kapasitas yang besar yaitu mampu memproduksi masing-masing 250 kg bahan baku per hari. Ruangan ini dilengkapi dengan cerobong asap agar asap tidak menyebar ke ruang lainnya di dalam gedung. 4. Ruang Rotasi Ruang ini digunakan untuk proses pembalikan ikan yang telah diasap, agar ikan asap yang dihasilkan matang sepenuhnya. Kajang pengasapan berisi ikan asap akan diletakkan di atas meja khusus, kemudian ikan akan dibalik satu per satu dengan hati-hati. 5. Ruang Pengemasan Ruang ini dibuat terpisah agar tidak terjadi kontaminasi dengan lingkungan luar dan bahan yang masuk. Ruangan ini cukup steril dengan ukuran yang relatif luas sehingga memberanikan keleluasaan ruang gerak bagi pekerja. Pada ruangan ini terdapat alat untuk penimbangan, pengemasan dan proses vakum dengan dua vaccum sealer. Untuk ruangan pengemasan lantainya diberi keramik warna putih agar kotoran dapat terlihat dan langsung dibersihkan dan dibuat ventilasi agar sirkulasi udara baik. 6. Ruang Penyimpanan Ruang penyimpanan digunakan untuk penyimpanan produk akhir. Sesuai dengan kaidah GMP, penempatan bahan baku dan produk akhir tidak boleh dilakukan dalam satu ruangan. Hal ini akan mempengaruhi terhadap mutu produk akhir, seperti terjadinya kontaminasi bau atau aroma khas ikan asap yang 80

19 bercampur dengan ikan basah. Oleh karena itu, pada pengolahan ikan asap PCH tidak pernah bertemu antara bahan baku ikan dengan produk akhir ikan asap Proses Produksi Proses produksi merupakan proses pengubahan bahan baku menjadi hasil akhir atau produk. Tahapan proses produksi ikan asap PCH yaitu penerimaan bahan baku ikan, penyortiran, pembelahan ikan, pembersihan ikan, perendaman ikan, penirisan, pengasapan, pendinginan, penggemasan ikan asap dan penyimpanan (freezer). Proses produksi yang dilakukan PCH telah sesuai dengan pelaksanaan proses industri pengasapan ikan yang semestinya (Wibowo 2002). PCH telah melakukan proses produksi yang hygienis dengan alur yang efisien dan efektif. Hal ini dilihat dari teknik pengolahan ikan asap yang dijalankan PCH. Adapun proses produksi ikan asap PCH dapat dilihat pada Gambar 6. Kapasitas yang ada pada pengolahan ikan asap ada empat dapur dengan kemampuan untuk satu kali produksi bisa mencapai 250 kg per dapur dengan lama waktu pengasapan hanya empat jam. Akan tetapi, rata-rata produksi PCH masih rendah dengan kapasitas 9 kg per hari. Hal ini sesuai dengan permintaan distributor dan konsumen terhadap ikan asap PCH. Jika PCH memasak terus menerus selama 24 jam, PCH akan terbentur alat penyimpanan (coolstorage) yang tidak mencukupi, karena spesifikasi produk PCH setelah diolah harus disimpan ditempat dingin dengan temperatur minus 10 15ºC, serta dikemas dengan vacuum scealer agar bisa aman sampai satu tahun tergantung dari rantai pendinginnya. 81

20 Penerimaan Bahan Baku Penyortiran Penyiangan Perendaman Air Garam Perendaman Jeruk Nipis Penirisan Pengasapan Pendinginan Penyortiran Pengemasan Penyimpanan Gambar 6. Proses Pengolahan Ikan Asap Petikan Cita Halus Tahun 2010 Sumber : Petikan Cita Halus 2010 Sejak tahun 2009, PCH telah meningkatkan produksi menjadi 20 kg per hari, sesuai dengan permintaan ikan asap PCH yang meningkat. Hal ini akibat dari perbaikan packaging menjadi lebih menarik yang dilakukan PCH, serta penggunaan merek dagang yang mengakibatkan PCH telah dikenal oleh distributor lain dan masyarakat luas. Pada tahun 2010 ini pun, PCH akan melakukan kerjasama dengan Negara Timur Tengah, Jepang, Hongkong, Thailand 82

21 dan Belanda sebesar 100 kg per hari. Hal ini tentu menjadi peluang pasar yang sangat bagus dalam pengembangan pasar ikan asap PCH. Pendinginan beku di lakukan PCH di dalam tujuh freezer yang dimilikinya. Pendinginan beku hukumnya wajib untuk produk PCH sebagai risiko dari komitmen PCH yang tidak menggunakan pengawet maupun kimiawi lain. Produk PCH benar-benar diolah secara tradisional, alami (bebas dari pengawet dan zat-zat aditif lain), hygienis dan dikemas dengan baik serta menggunakan teknologi canggih. Sedangkan bahan bakar PCH menggunakan limbah kelapa mulai dari akar pohon, pelepah, daun, sabut dan tempurung semua terpakai serta serbuk gergaji, sedangkan asap yang dihasilkan menurut hasil riset dari IPB akan dapat dimanfaatkan dengan cara menjadikannya liquit smoked alias cuka asap. Asap cair ini mempunyai kegunaan sebagai pemberi rasa dan aroma yang spesifik dan sebagai pengawet bahan makanan seperti daging, ikan dan bakso karena sifat antimikrobia dan antioksidan yang ada di dalam asap cair. Proses produksi ikan asap PCH ini merupakan proses produksi yang sudah memiliki keefisienan produk yang tinggi. Proses produksi ini mampu menghasilkan ikan asap dengan lama produksi empat jam, tetapi menghasilkan jumlah ikan asap yang banyak. Proses produksi ini juga telah sesuai mendapat izin Departemen Kesehatan, Sertifikat Halal, GMP (Good Manufacturing Practices) dan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point). Apalagi sekarang PCH sedang menjalani proses untuk mendapatkan izin BPOM. Oleh karena itu, proses produksi PCH telah memenuhi kriteria standar pengolahan produk ikan asap yang bermutu tinggi. Selama ini proses dapat berjalan dengan baik, tidak ditemui kendala yang berarti Hasil Analisis Aspek teknis Berdasarkan analisis dari aspek teknis, dapat dikatakan bahwa usaha pengolahan ikan asap PCH layak untuk dijalankan karena tidak ada masalah yang dapat mengganggu usaha secara teknis. Dalam hal lokasi, skala usaha, layout ruangan perusahaan maupun proses produksi tidak mengalami kendala yang berarti. Kondisi layout ruangan usaha sudah sesuai dengan ketentuan GMP dan HACCP. Begitu juga untuk proses pengadaan bahan baku, PCH tidak mengalami 83

22 kesulitan untuk pemenuhan bahan baku tersebut. Teknologi yang digunakan dalam proses produksi pengolahan ikan asap sudah menggunakan teknologi yang cukup canggih. Produk ikan asap PCH sudah memenuhi standar keamanan serta memiliki mutu tinggi, sehingga bermanfaat tinggi bila dikonsumsi oleh konsumen Aspek Institusional, Organisasi, dan Manajerial Hal yang dilihat pada aspek ini terdiri dari bentuk organisasi, struktur organisasi, deskripsi jabatan, personil kunci dan jumlah tenaga kerja yang dipergunakan Institusional Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bentuk institusional perusahaan adalah bentuk badan hukum usaha dan izin usaha. a. Bentuk Badan Usaha Bentuk dari usaha pengolahan ikan asap PCH adalah Perusahaan Perorangan. Perusahaan perseorangan adalah badan usaha kepemilikannya dimiliki oleh satu orang. Alasan pembagian tugas karyawan tergantung kegiatan usaha yang dilakukan, sehingga setiap karyawan bisa melakukan setiap tahaptahap pekerjaan dalam pengolahan ikan asap, tidak terfokus hanya pada pekerjaan tertentu. b. Izin Usaha PCH sudah memiliki semua izin pendirian usaha, mulai dari Surat Ijin Lokasi dan Gangguan, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Surat Izin Tempat Usaha (SITU), ijin Tanda Diri Industri (TDI), Tanda Diri Perusahaan (TDP), Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), dan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB). Adanya izin usaha ini, PCH dapat menjalankan usahanya dengan lancar karena telah memenuhi hukum dan peraturan yang berlaku. 84

23 Struktur Organisasi Agar usaha ini dapat berjalan sesuai dengan maksud dan tujuan, maka perlu organisasi dan manajemen. Sruktur organisasi ditetapkan untuk menunjang pelaksanaan usaha maupun operasional. Struktur organisasi yang digunakan oleh PCH adalah bertipe struktur garis artinya organisasi masih kecil dan sederhana. Kelebihan dari struktur garis adalah adanya kesatuan perintah yang terjamin dengan baik karena pengendalian berada dalam satu tangan yaitu pimpinan, sehingga proses pengambilan keputusan pun cepat. Kelemahan struktur garis adalah seluruh organisasi bergantung hanya pada satu orang yaitu pimpinan. Struktur organisasi yang ditetapkan oleh aneka ikan asap yang diproduksi oleh PCH tersusun atas beberapa uraian tanggung jawab, yaitu Pimpinan yang memiliki beberapa kepala bagian yang terdiri dari Kepala Produksi, Kepala Pemasaran dan Kepala Administrasi Keuangan serta Tenaga Kerja. Kepala bagian produksi memiliki tenaga kerja yang akan membantu dalam pelaksanaan proses produksi secara langsung. Selama ini semua bagian yang ada pada struktur tersebut telah melaksanakan fungsi dan tugas masing-masing. Struktur organisasi yang dimiliki PCH sudah merupakan struktur pembagian tugas dan fungsi yang tepat untuk menjamin sebuah perusahaan dapat melaksanakan proses kegiatan dapat berlangsung dengan optimal. Setiap bagian bertanggungjawab dalam melaksanakan tugas masing-masing, sehingga semua proses kegiatan pengolahan ikan asap mulai dari pembelian bahan baku sampai menjadi ikan asap hingga pemasaran dapat berlangsung dengan baik Manajerial Jumlah seluruh tenaga kerja yang dimiliki oleh PCH pada saat sekarang sebanyak tujuh orang. Tenaga kerja perusahaan terdiri dari dua lingkup, tenaga kerja internal dan eksternal. Tenaga kerja internal terdiri dari anggota keluarga pemilik sendiri yang menjabat sebagai pemimpin dan manajer perusahaan. Tingkat pendidikan tenaga kerja internal ini minimal S1 yang berjumlah empat orang. Sedangkan tenaga kerja eksternal yang dimiliki perusahaan berasal dari masyarakat setempat. Tenaga kerja ini diperuntukan dibagian produksi pengolahan ikan asap. Kriteria untuk perekrutan tenaga kerja eksternal ini yaitu 85

24 tekun, rajin, ulat dan dapat dipercaya. Kriteria tersebut merupakan modal besar untuk terjalinnya kerjasama antara pemilik dan pekerja serta tercipta loyalitas yang besar dari pekerja. Tenaga kerja tetap dibagian produksi ini berjumlah tiga orang dengan tingkat pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD) yang terdiri atas pekerja dan dua asistennya. PCH juga memilik tenaga kerja tidak tetap yang diperlukan ketika PCH melakukan produksi ikan asap dalam jumlah yang sangat besar. Untuk meningkatkan kinerja setiap tenaga kerja, PCH sering melakukan pelatihan-pelatihan dalam meningkatkan kinerja dalam pengolahan ikan asap. Pembagian gaji tenaga kerja berbentuk proporsional sesuai dengan besarnya keuntungan yang dimiliki perusahaan pada akhir tahun, tetapi setiap bulannya tenaga kerja tetap diberi gaji hanya untuk memenuhi kebutuhan istri dan anak setiap bulannya. Prinsip dari PCH ini adalah tidak ada perbedaan antara pemilik dengan pekerja, semua memiliki jam kerja yang sama, yang membedakan hanya tugas dari masing-masing pekerja. Perusahaan menerapkan sistem ini dengan tujuan jika perusahaan maju dan mendapatkan keuntungan yang besar, para tenaga kerja juga ikut merasakannya. Perawatan tenaga kerja dalam hal kesehatan dan hari tua akan memanfaatkan jasa asuransi yang diatur melalui perjanjian kerja. Analisis terhadap aspek manajemen mencakup pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam melakukan pengolahan ikan asap PCH. Fungsi-fungsi manajemen yang dimaksud adalah fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan atau pelaksanaan, dan pengendalian. Pelaksanaan fungsi perencanaan dilakukaan oleh pimpinan PCH selaku pemilik dan pendiri dalam pengolahan ikan asap ini. Perencanaan mencakup bagaimana melaksanakan pengolahan ikan asap yang efisien dan efektif, ketersediaan bahan baku, penetapan harga, pelaksanaan promosi, dan pemasaran yang efektif. Fungsi perencanaan ini dilaksanakan dengan baik sesuai dengan pengalaman yang telah dialami pemilik selama keberlangsungan usaha ikan asap ini. Fungsi pengorganisasian dilakukan oleh pimpinan selaku pemilik ikan asap PCH. Setiap jabatan dalam struktur organisasi memiliki job description masing-masing. Baik pimpinan, manajer dan tenaga kerja memiliki fungsi dan 86

25 tugas masing-masing dalam tercapainya visi dan misi yang dimiliki oleh PCH. Pemimpin berfungsi memimpin, mengkoordinir, mengawasi keberlangsungan kegiatan perusahaan. Pemimpin mengkoordinasikan setiap fungsi dan tugas kepada bawahannya agar pekerjaan dapat berjalan dengan baik dan terintegrasi. Oleh karena itu, pengorganisasian atau pengkoordinasian setiap pekerjaan dapat dilakukan dengan baik dan tepat. Pelaksanaan pengolahan ikan asap dilakukan oleh setiap jabatan yang telah memiliki fungsi dan tugas masing-masing. Pelaksanaan kegiatan mulai dari pembelian bahan baku, pengolahan ikan menjadi ikan asap yang berkualitas, kemudian pemasaran ke berbagai daerah dan mancanegara serta promosi agar ikan asap PCH dikenal oleh masyarakat luas baik dalam negeri maupun luar negeri. Pemimpin harus mampu menggerakkan bawahannya mengerjakan setiap pekerjaan dengan baik serta menciptakan loyalitas yang tinggi dari dalam diri tenaga kerja sehingga setiap pekerjaan dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Selain ketiga fungsi manajemen tersebut, fungsi pengendalian juga menjadi salah satu hal yang perlu dikaji untuk melihat kelayakan dari aspek manajemen. Pengendalian dan pengawasan dilakukan oleh pimpinan terhadap kinerja tenaga kerja. Akan tetapi, karena pekerja dalam pengolahan ikan asap PCH telah memiliki loyalitas yang tinggi terhadap perusahaan, pimpinan tidak perlu rutin memantau kinerja pekerja. Pimpinan hanya sesekali mengawasi kinerja pekerja secara langsung. Hal ini karena kepercayaan yang dimiliki antara pimpinan dengan bawahan Hasil Analisis Aspek Institusional-Organisasi-Manajerial Berdasarkan analisis terhadap aspek institusional-organisasi dan manajerial di atas, usaha yang dijalankan oleh pengolahan ikan asap PCH adalah layak untuk diusahakan. Secara institusional, tidak ada masalah dalam perizinan usaha karena telah memiliki izin usaha resmi, sementara itu bentuk dari usaha pengolahan ikan asap PCH adalah Kelompok USaha Bersama (KUB). Struktur organisasi yang digunakan oleh PCH adalah bertipe struktur garis artinya organisasi masih kecil dan sederhana. Struktur organisasi yang ditetapkan 87

26 oleh aneka ikan asap yang diproduksi oleh PCH tersusun atas beberapa uraian tanggung jawab, yaitu Direktur yang memiliki beberapa kepala bagian yang terdiri dari Kepala Produksi, Kepala Pemasaran dan Administrasi serta Tenaga Kerja. Kelebihan dari struktur garis adalah adanya kesatuan perintah yang terjamin dengan baik karena pengendalian berada dalam satu tangan yaitu pimpinan, sehingga proses pengambilan keputusan pun cepat. Pelaksanaan fungsifungsi manajemen PCH juga telah terlaksana dengan baik dan benar Aspek Sosial dan Lingkungan Analisis terhadap aspek sosial dilakukan untuk mempelajari keberadaan pengolahan ikan asap PCH ini dilihat dari sisi sosialnya. Faktor lingkungan juga dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif pada peternakan ini. Keberadaan pengolahan ikan asap PCH memberikan pengaruh yang positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Proses produksi pada perusahaan ini tidak menghasilkan limbah yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Limbah dari pengolahan ikan asap PCH tidak mengganggu lingkungan. Setiap bagian dari ikan tidak ada yang terbuang, semua dapat dimanfaatkan dengan baik. Limbah yang dihasilkan dari pengolahan ikan asap ini dapat berupa limbah padat dan limbah cair. Limbah padat yang dihasilkan berasal dari dari isi perut, tulang, kepala, jeroan dan ekor ikan. Limbah padat ini dapat digunakan untuk pakan ikan. Sedangkan limbah cairnya berasal dari sisa hasil pencucian dan perebusan ikan. Buangan limbah cair dengan memberikan instalasi saluran buangan secara tertutup dan lancar sehingga tidak menimbulkan bau busuk. Buangan limbah cair yang berupa limbah darah ikan dapat digunakan untuk pupuk tanaman dan tanah. Semua limbah ini dimanfaatkan langsung oleh PCH untuk pakan ikan pada 11 kolam yang dimilikinya dan kesuburan tanah disekeliling bangunan pengolahan ikan asap. Dampak lingkungan lain yang umumnya terjadi sebagai akibat dari kegiatan pengolahan ikan asap adalah pencemaran udara karena asap yang timbul. PCH menggunakan alat pengasap dalam kondisi tertutup sehingga efek pencemaran udara lingkungan lebih kecil dan hanya terjadi pada luasan yang terbatas (dalam lingkungan rumah produksi saja). 88

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Sejarah dan Perkembangan Usaha Aneka ikan asap Petikan Cita Halus (PCH) milik H. Amril Lubis mulai berproduksi pada tanggal 11 Maret 2002. Pria 62 tahun yang akrab dipanggil

Lebih terperinci

Lampiran 1. Impor Ikan Asap Dunia Tahun 2008

Lampiran 1. Impor Ikan Asap Dunia Tahun 2008 LAMPIRAN 133 Lampiran 1. Impor Ikan Asap Dunia Tahun 2008 Lampiran 2. Volume Ekspor Ikan Asap Indonesia Tahun 2005-2008 No Tahun Volume Nilai Value Kenaikan (%) (kg) (US $) 1. 2005 6.384.755 12.278.787

Lebih terperinci

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R USAHA TELUR ASIN NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M (0610963043) R. YISKA DEVIARANI S (0610963045) SHANTY MESURINGTYAS (0610963059) WIDIA NUR D (0610963067) YOLANDA KUMALASARI (0610963071) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Dalam menjalankan usaha sebaiknya terlebih dahulu mengetahui aspek pasar yang akan dimasuki oleh produk yang akan dihasilkan oleh usaha yang akan

Lebih terperinci

BISNIS OLAHAN IKAN PARI DI PANTURA JAWA TENGAH

BISNIS OLAHAN IKAN PARI DI PANTURA JAWA TENGAH BISNIS OLAHAN IKAN PARI DI PANTURA JAWA TENGAH Rizky Muhartono dan Subhechanis Saptanto Peneliti pada Balai Besar Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Badan Riset dan Sumberdaya Manusia KKP Gedung Balitbang

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1: 29 4 KEADAAN UMUM UKM 4.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pengolah Unit Pengolahan ikan teri nasi setengah kering berlokasi di Pulau Pasaran, Lingkungan 2, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Barat,

Lebih terperinci

MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN

MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu mengolah ikan teri asin kering yang berkualitas dan higienis. Indikator Keberhasilan: Mutu ikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar.

BAB I PENDAHULUAN. penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan sebuah bisnis, manajemen merupakan faktor yang paling penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar. Rencana

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Analsis Aspek Pasar Dalam aspek pasar akan dikaji mengenai potensi pasar ikan hias air tawar dan bauran pemasaran yang dilakukan perusahaan menyangkut bauran

Lebih terperinci

Manajemen Pemasaran Produk Perikanan (Benih Ikan dan Ikan Konsumsi) TIM PPM Universitas Negeri Yogyakarta

Manajemen Pemasaran Produk Perikanan (Benih Ikan dan Ikan Konsumsi) TIM PPM Universitas Negeri Yogyakarta Manajemen Pemasaran Produk Perikanan (Benih Ikan dan Ikan Konsumsi) oleh TIM PPM Universitas Negeri Yogyakarta Peluang Pemasaran Lele dan Patin Pasar Dalam Negeri Permintaan lele untuk dua pasar di DKI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangan sejak beberapa abad yang lalu. Ikan sebagai salah satu sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. pangan sejak beberapa abad yang lalu. Ikan sebagai salah satu sumber daya alam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ikan merupakan salah satu sumber zat gizi penting bagi proses kelangsungan hidup manusia. Manusia telah memanfaatkan ikan sebagai bahan pangan sejak beberapa

Lebih terperinci

LAMPIRAN FOTO-FOTO RISET

LAMPIRAN FOTO-FOTO RISET LAMPIRAN FOTO-FOTO RISET DENAH LOKASI PEMBUATAN TEMPE Jalan Besar Belok kiri Jalan Lurus Lokasi Pembuatan Tempe Bagian Sebelah Kiri Lokasi LIMBAH CAIR PEMBUATAN TEMPE Tempat Limbah Mengalir PROSES SINGKAT

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Aktivitas pendistribusian hasil tangkapan dilakukan untuk memberikan nilai pada hasil tangkapan. Nilai hasil tangkapan yang didistribusikan sangat bergantung kualitas

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Tiga Bawang merupakan sebuah industri kecil menengah yang bergerak dibidang pembuatan keripik dengan bahan baku ubi kayu. UD. Tiga Bawang adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. H.Yusdin Abdullah dan sebagai pimpinan perusahaan adalah Bapak Azmar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. H.Yusdin Abdullah dan sebagai pimpinan perusahaan adalah Bapak Azmar BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Wilayah PT. Cipta Frima Jaya adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang proses dan pembekuan untuk hasil perikanan laut, yang merupakan milik Bapak H.Yusdin

Lebih terperinci

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan 1 Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan Pengertian Abon Abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari daging (sapi, kerbau,

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1. Aspek Pasar Analisis mengenai aspek pasar digunakan untuk mengkaji potensi pasar dari produk yoghurt Dafarm baik dari sisi permintaan, penawaran serta harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Judul Program KERIPIK PISANG ANEKA RASA BERBASIS PEMASARAN KOPERASI SISWA SEKOLAH SEBAGAI BENTUK KERJA SAMA MUTUALISME.

BAB I PENDAHULUAN. A. Judul Program KERIPIK PISANG ANEKA RASA BERBASIS PEMASARAN KOPERASI SISWA SEKOLAH SEBAGAI BENTUK KERJA SAMA MUTUALISME. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Judul Program KERIPIK PISANG ANEKA RASA BERBASIS PEMASARAN KOPERASI SISWA SEKOLAH SEBAGAI BENTUK KERJA SAMA MUTUALISME. B. Latar Belakang Potensi produksi buah pisang di Indonesia

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Lokasi Kecamatan Palabuhan Ratu

Lampiran 1. Peta Lokasi Kecamatan Palabuhan Ratu LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Lokasi Kecamatan Palabuhan Ratu Lampiran 2. Kegiatan Wawancara dan Lokasi Penelitian Wawancara dengan Pemilik Usaha Lokasi Usaha Gebyar Cakalang Lampiran 3. Kegiatan pemindangan

Lebih terperinci

BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK

BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK Good Manufacturing Practice (GMP) adalah cara berproduksi yang baik dan benar untuk menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu dan keamanan. Telah dijelaskan sebelumnya

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

beragam kegunaan, maka tak heran bahwa tanaman ini dikenal juga sebagai tanaman surga. Bagian daun sampai tulang daunnya bisa dijadikan kerajinan dan

beragam kegunaan, maka tak heran bahwa tanaman ini dikenal juga sebagai tanaman surga. Bagian daun sampai tulang daunnya bisa dijadikan kerajinan dan 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman kelapa merupakan tanaman yang cukup populer di Indonesia. Tanaman ini tumbuh subur di dataran rendah di sepanjang nusantara. Mulai dari ujung barat kepulauan

Lebih terperinci

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 181). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.181, 2015 LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5726). PERATURAN

Lebih terperinci

IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN

IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Sinar Sanata Electronic Industry merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi bola lampu untuk kebutuhan rumah tangga (merk Dai-ichi)

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN oleh bapak Kuswandi (alm.), dengan status pemilikan pribadi atau

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN oleh bapak Kuswandi (alm.), dengan status pemilikan pribadi atau V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 PD Kaswari Lampion PD Kaswari Lampion merupakan perusahaan yang memproduksi moci dengan merek Moci Kaswari Lampion. Perusahaan ini menjual produknya secara langsung di toko

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang yang berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Jawa Barat.

Lebih terperinci

Menerapkan Teknik Pemanasan Tidak Langsung dalam Pengolahan KD 1: Melakukan Proses Pengasapan Ikan

Menerapkan Teknik Pemanasan Tidak Langsung dalam Pengolahan KD 1: Melakukan Proses Pengasapan Ikan 1 P a g e Menerapkan Teknik Pemanasan Tidak Langsung dalam Pengolahan KD 1: Melakukan Proses Pengasapan Ikan Pengasapan Ikan Menurut perkiraan FAO,2 % dari hasil tangkapan ikan dunia diawetkan dengan cara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya merupakan perairan dan memiliki sumber daya laut yang melimpah. Wilayah perairan Indonesia memiliki

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat besar dalam pertumbuhan ekonomi negara terutama negara yang bercorak agraris seperti Indonesia. Salah satu subsektor pertanian

Lebih terperinci

BBP4BKP. Pengolahan Pindang Ikan Air Tawar. Unit Eselon I Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan

BBP4BKP. Pengolahan Pindang Ikan Air Tawar. Unit Eselon I Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan BBP4BKP Pengolahan Pindang Ikan Air Tawar Kontak Person Dra Theresia Dwi Suryaningrum, MS theresiadwi@yahoo.com Syamdidi SPi, MAppSc didibangka@yahoo.com Unit Eselon I Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

Bisnis Keripik Singkong, Labanya Penuhi Kantong

Bisnis Keripik Singkong, Labanya Penuhi Kantong Bisnis Keripik Singkong, Labanya Penuhi Kantong Gurih dan renyahnya keripik singkong begitu banyak digemari masyarakat. Tak heran bila belakangan ini banyak pemula maupun pelaku bisnis camilan yang saling

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Bintaro Fish Center merupakan salah satu usaha yang bergerak dalam produksi lobster air tawar (jenis red claw) dan memperdagangkannya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Kreasi Lutvi merupakan sebuah perusahaan yang memproduksi makanan ringan keripik singkong. UD. Kreasi Lutvi berdiri pada tahun 1999. Sejarah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia khususnya Ibukota Jakarta membawa masalah yang besar, yaitu sampah.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia khususnya Ibukota Jakarta membawa masalah yang besar, yaitu sampah. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia khususnya Ibukota Jakarta membawa masalah yang besar, yaitu sampah. Produksi sampah di DKI Jakarta diperkirakan mencapai 6000

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan Menurut Rosyidi (2007), dalam melakukan kegiatan ekspor suatu perusahaan dapat menentukan sendiri kebijakan mengenai pemasaran

Lebih terperinci

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu usaha. Aspek pasar antara lain mengkaji potensi pasar baik dari sisi

Lebih terperinci

BISNIS TELOR ASIN KHAS BREBES

BISNIS TELOR ASIN KHAS BREBES BISNIS TELOR ASIN KHAS BREBES TUGAS LINGKUNGAN BISNIS NAMA : SAEPULOH KELAS : S1 TI 2D N.I.M : 10.11.3793 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Jl. Ring Road Utara Condong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki potensi kelautan yang sangat besar. Secara umum, potensi sumber daya kelautan di seluruh Nusantara Indonesia mencapai

Lebih terperinci

Ikan tuna dalam kaleng Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Ikan tuna dalam kaleng Bagian 3: Penanganan dan pengolahan Standar Nasional Indonesia Ikan tuna dalam kaleng Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN

C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabe berasal dari Amerika Tengah dan saat ini merupakan komoditas penting dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Hampir semua rumah tangga

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Hasil tangkapan di PPS Belawan idistribusikan dengan dua cara. Cara pertama adalah hasil tangkapan dari jalur laut didaratkan di PPS Belawan didistribusikan

Lebih terperinci

MODUL 4 PRESTO IKAN. Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu membuat presto ikan yang bercita rasa enak.

MODUL 4 PRESTO IKAN. Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu membuat presto ikan yang bercita rasa enak. MODUL 4 PRESTO IKAN Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu membuat presto ikan yang bercita rasa enak. Indikator Keberhasilan: Mutu presto ikan yang dihasilkan utuh, bersih,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. usaha budidaya jamur dan pembibitan. Berdasarkan hasil analisis yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. usaha budidaya jamur dan pembibitan. Berdasarkan hasil analisis yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Perusahaan Jamur NAD terdiri dari dua unit bisnis yaitu usaha budidaya jamur dan pembibitan. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Berdirinya UD. Ponimin pada tahun 1998, UD. Ponimin merupakan industri rumah tangga yang memproduksi tahu. UD. Ponimin ini milik Bapak Ponimin. Awalnya

Lebih terperinci

PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN. Agus Sutanto

PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN. Agus Sutanto PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN Agus Sutanto PENDAHULUAN Kebutuhan pangan selalu mengikuti trend jumlah penduduk dan dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan per kapita serta perubahan pola konsumsi

Lebih terperinci

Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan Standar Nasional Indonesia Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutu dan keamanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. mutu dan keamanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya merupakan hak azasi setiap warga masyarakat sehingga harus tersedia dalam jumlah yang cukup, aman, bermutu,

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah Perusahaan Restoran Karimata merupakan usaha perseorangan yang didirikan oleh Bapak Agung Eko Widodo pada tanggal 22 Desember 2008. Restoran ini pertama kali didirikan

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. maka para pengusaha AMDK berusaha mengemas tempat untuk air agar konsumen

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. maka para pengusaha AMDK berusaha mengemas tempat untuk air agar konsumen BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 Air Minum dalam Kemasan Ketika perkembangan zaman semakin menuntut segalanya harus lebih praktis, maka para pengusaha AMDK berusaha mengemas tempat untuk air agar konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada pertumbuhan tanaman, hewan, dan ikan. Pertanian juga berarti kegiatan pemanfaatan sumber daya

Lebih terperinci

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong Sampai hari ini tingkat kebutuhan daging sapi baik di dalam maupun di luar negeri masih cenderung sangat tinggi. Sebagai salah satu komoditas hasil peternakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi sektor perikanan Indonesia cukup besar. Indonesia memiliki perairan laut seluas 5,8 juta km 2 (perairan nusantara dan teritorial 3,1 juta km 2, perairan ZEE

Lebih terperinci

RENCANA BISNIS INFRASTRUKTUR KOMPONEN

RENCANA BISNIS INFRASTRUKTUR KOMPONEN RENCANA BISNIS INFRASTRUKTUR KOMPONEN 2 2014 2017 Nama Usaha : Rumah Kemasan Ikan Asap dan Bakso Ikan Lokasi Usaha : Kel. Dufa-Dufa Kota Ternate Tanggal Dibuat : 20 Agustus 2014 COASTAL COMMUNITY DEVELOPMENT

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM HONEY MADOE

BAB IV GAMBARAN UMUM HONEY MADOE 29 BAB IV GAMBARAN UMUM HONEY MADOE 4.1. Gambaran Umum Unit Usaha HONEY Madoe 4.1.1. Sejarah Unit Usaha HONEY Madoe Unit usaha HONEY Madoe mulai berdiri pada tahun 2006 dan untuk pertama kalinya memperkenalkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

PROSIDING ISSN: E-ISSN:

PROSIDING ISSN: E-ISSN: PRODUKSI IKAN PATIN SUPER Dwi Puji Hartono* 1, Nur Indariyanti 2, Dian Febriani 3 1,2,3 Program Studi Budidaya Perikanan Politeknik Negeri Lampung Unit IbIKK Produksi Ikan Patin Super Politeknik Negeri

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA (Tanggal 14 April 22 April 2014) No. TEORI KONSEP PERTANYAAN 1 Aspek Pasar (Husnan dan Muhammad 2005:40) 1. Konsep permintaan tersebut dapat diketahui bahwa variabel-variabel

Lebih terperinci

VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI

VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI 7.1. Identifikasi Faktor Internal Berdasarkan aspek-aspek yang ditinjau untuk mengidentifikasi faktor kekuatan dan kelemahan internal perusahaan antara lain: faktor

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah dan Perkembangan Rinadya Yoghurt Rinadya Yoghurt merupakan usaha rumahtangga yang bergerak dalam bidang pengolahan susu segar yaitu memproduksi yoghurt. Usaha ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Kandungan Gizi dan Vitamin pada Ikan Layur

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Kandungan Gizi dan Vitamin pada Ikan Layur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan layur (Trichiurus sp.) adalah salah satu jenis ikan demersal ekonomis penting yang banyak tersebar dan tertangkap di perairan Indonesia terutama di perairan Palabuhanratu.

Lebih terperinci

PENGUATAN USAHA PENGASAPAN IKAN SIDO MAKMUR KETAPANG KABUPATEN KENDAL. Jalan Menoreh Tengah X no 22 Semarang

PENGUATAN USAHA PENGASAPAN IKAN SIDO MAKMUR KETAPANG KABUPATEN KENDAL. Jalan Menoreh Tengah X no 22 Semarang PENGUATAN USAHA PENGASAPAN IKAN SIDO MAKMUR KETAPANG KABUPATEN KENDAL Indah Hartati 1, Laeli Kurniasari 1, Darmanto 2, Hasan 3 1 Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim 2 Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara maritim yang kaya akan potensi ikannya, sebagian besar wilayah Indonesia adalah lautan dan perairan. Sektor perikanan menjadi bagian yang sangat

Lebih terperinci

Bisnis Kerupuk Udang, Renyah Menguntungkan

Bisnis Kerupuk Udang, Renyah Menguntungkan Bisnis Kerupuk Udang, Renyah Menguntungkan Kerupuk merupakan salah satu makanan ringan yang banyak diburu para konsumen. Rasanya yang gurih dan teksturnya yang sangat renyah, menjadikan kerupuk sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia sangat penting untuk mengonsumsi protein yang berasal dari hewani maupun nabati. Protein dapat diperoleh dari susu, kedelai, ikan, kacang polong

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM USAHA. Kelompok Usaha Bersama (KUB) Hurip Mandiri merupakan suatu

BAB V GAMBARAN UMUM USAHA. Kelompok Usaha Bersama (KUB) Hurip Mandiri merupakan suatu 113 BAB V GAMBARAN UMUM USAHA 5.1 Lokasi Usaha Kelompok Usaha Bersama (KUB) Hurip Mandiri merupakan suatu kelompok usaha yang bergerak dalam kegiatan pengolahan hasil perikanan. Produk utama yang dihasilkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem yang

Lebih terperinci

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik dan hukum serta sosial budaya. Sedangkan lingkungan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENELITIAN. Dengan Judul : ANALISIS RANTAI NILAI (VALUE CHAIN ANALYSIS) DALAM MENCIPTAKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PADA PENGRAJIN

LAMPIRAN PENELITIAN. Dengan Judul : ANALISIS RANTAI NILAI (VALUE CHAIN ANALYSIS) DALAM MENCIPTAKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PADA PENGRAJIN LAMPIRAN PENELITIAN Dengan Judul : ANALISIS RANTAI NILAI (VALUE CHAIN ANALYSIS) DALAM MENCIPTAKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PADA PENGRAJIN BATIK MUKTI RAHAYU DIKABUPATEN MAGETAN LAMPIRAN 1 FORMULA WAWANCARA

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Usaha Bersama Jagung Goreng Gurih di Kelurahan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Usaha Bersama Jagung Goreng Gurih di Kelurahan BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Usaha Bersama Jagung Goreng Gurih di Kelurahan Labuhbaru Barat Pekanbaru 1. Latar Belakang Berdirinya Usaha Bersama Jagung Goreng Gurih Usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terluas di dunia, dengan panjang pantai 81.000 km serta terdiri atas 17.500 pulau, perhatian pemerintah Republik Indonesia terhadap sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

PERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)**

PERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)** PERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)** Oleh : Dr.drh. I Wayan Suardana, MSi* *Dosen Bagan Kesmavet Fakultas

Lebih terperinci

BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KEPITING SOKA

BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KEPITING SOKA BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KEPITING SOKA PIU KABUPATEN KUBU RAYA TAHUN 2014 BUSINESS PLAN INFRASTRUKTUR KOMPONEN 2 RUMAH PRODUKSI KEPITING SOKA A. LATAR BELAKANG Business Plan (Rencana Bisnis) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis pembuatan kerupuk kulina (kulit ikan nila) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis pembuatan kerupuk kulina (kulit ikan nila) merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN Bisnis pembuatan kerupuk kulina (kulit ikan nila) merupakan salah satu bentuk kegiatan menciptakan nilai tambah kulit ikan nila dengan mengidentifikasi peluang bisnis kerupuk tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Tinjauan Pustaka Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi di antaranya

Lebih terperinci

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5.1 Jenis dan Volume Produksi serta Ukuran Hasil Tangkapan 1) Jenis dan Volume Produksi Hasil Tangkapan Pada tahun 2006, jenis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber : [18 Februari 2009]

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber :  [18 Februari 2009] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumber daya manusia suatu bangsa termasuk Indonesia. Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar (228.523.300

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan (%)

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan (%) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia teh dikonsumsi baik disektor rumah tangga maupun bukan sektor rumah tangga seperti hotel, restoran, rumah makan, kantin dan kedai minuman. Indonesia sudah

Lebih terperinci

Pengolahan hasil pertanian dalam pelatihan ini dimaksudkan untuk mengubah bentuk bahan baku menjadi bahan

Pengolahan hasil pertanian dalam pelatihan ini dimaksudkan untuk mengubah bentuk bahan baku menjadi bahan Pelatihan Kewirausahaan untuk Pemula olahan dengan memperhatikan nilai gizi dan memperpanjang umur simpan atau keawetan produk. Untuk meningkatkan keawetan produk dapat dilakukan dengan cara : (1) Alami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil laut yang berlimpah terutama hasil tangkapan ikan. Ikan merupakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. hasil laut yang berlimpah terutama hasil tangkapan ikan. Ikan merupakan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wilayah Indonesia sebagian besar merupakan perairan, sehingga diperoleh hasil laut yang berlimpah terutama hasil tangkapan ikan. Ikan merupakan sumber protein

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat (1),

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Kelurahan Semanan Kelurahan Semanan yang berada pada wilayah Kecamatan Kalideres, berbatasan langsung dengan Sungai Cisadane di sebelah utara, Kelurahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ikan laut yang dicampur dengan bahan-bahan, seperti cabe kering yang dihaluskan

BAB 1 PENDAHULUAN. ikan laut yang dicampur dengan bahan-bahan, seperti cabe kering yang dihaluskan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otak-otak merupakan makanan khas Kota Tanjungpinang yang terbuat dari ikan laut yang dicampur dengan bahan-bahan, seperti cabe kering yang dihaluskan kemudian dicampur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Beberapa makanan kuliner yang ada di Riau berupaasam Pedas Ikan Patin,

BAB I PENDAHULUAN. ini. Beberapa makanan kuliner yang ada di Riau berupaasam Pedas Ikan Patin, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai berbagai macam masyarakat dengan latar belakang dan keinginan yang berbeda. Indonesia juga mempunyai sumberdaya alam yang dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS. kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan

VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS. kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS Faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan eksternal yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Usaha. Sebenarnya, usaha di bidang budi daya belut di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Usaha. Sebenarnya, usaha di bidang budi daya belut di Indonesia sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Sebenarnya, usaha di bidang budi daya belut di Indonesia sudah cukup lama. Permintaan akan belut pada awalnya sedikit, tidak sebanyak saat ini, sehingga dapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan alam yang salah satunya berupa hasil pertanian yang melimpah. Kekayaan alam dari sektor pertanian ini menjadi salah satu

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah Saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug terbagi dua yaitu cabai rawit merah yang dijual ke pasar (petani non mitra) dan cabai

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP.. Rumahtangga Nelayan Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang berperan dalam menjalankan usaha perikanan tangkap. Potensi sumberdaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan luas perairan 5,8 juta kilometer persegi dan garis pantai 50 ribu mil kedua

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan luas perairan 5,8 juta kilometer persegi dan garis pantai 50 ribu mil kedua 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dengan luas perairan 5,8 juta kilometer persegi dan garis pantai 50 ribu mil kedua terpanjang di dunia, Indonesia merupakan lahan subur bagi rumput laut. Di perairan

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

SNI Standar Nasional Indonesia. Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan Standar Nasional Indonesia Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3

Lebih terperinci