SIKAP MAHASISWA USU TERHADAP POLA-POLA E-LEARNING SKRIPSI STEVIE DUMA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SIKAP MAHASISWA USU TERHADAP POLA-POLA E-LEARNING SKRIPSI STEVIE DUMA"

Transkripsi

1 SIKAP MAHASISWA USU TERHADAP POLA-POLA E-LEARNING SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi pesyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh STEVIE DUMA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA GENAP, 2008/2009

2 LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul : Gambaran Sikap Mahasiswa USU terhadap Pola-Pola E-learning adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun. Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku. Medan, Agustus 2009 STEVIE DUMA NIM

3 Gambaran sikap mahasiswa USU terhadap pola-pola e-learning Stevie Duma dan Filia Dina Anggaraeni ABSTRAK Sistem pembelajaran konvensional diakui tidak lagi efektif dalam menyambut tantangan globalisasi dunia yang kini berubah menjadi dunia teknologi. Sekarang ini banyak dikembangkan sistem pembelajaran yang berbasis teknologi dan salah satunya adalah e-learning. Dalam penelitian ini e-learning ini dilihat melalui 4 polanya yaitu individual self-paced e-learning online, individual self-paced e-learning offline, group based e-learning synchroniously, dan group based e-learning asynchroniously. Sikap mahasiswa USU terhadap pola-pola e- learning akan menggambarkan bagaimana kepercayaan atau persepsi, perasaaan, dan kecendrungan perilaku mahasiswa USU terhadap pola-pola e-learning. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sikap mahasiswa USU terhadap pola-pola e-learning. Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah skala sikap Likert. Pola I mempunyai realiabilitas alpha sebesar 0,740. Pola II mempunyai realiabilitas alpha sebesar 0,780. Pola III mempunyai realiabilitas alpha sebesar 0,812. Pola IV mempunyai realiabilitas alpha sebesar 0,827. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif dengan teknik pengambilan sampling berupa cluster sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa di seluruh fakultas di USU yang berjumlah 200 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap mahasiswa USU terhadap pola individual self-paced e-learning online adalah subjek penelitian yang termasuk ke dalam kategori sikap positif sebanyak 40 orang (20 %), subjek yang termasuk ke dalam kategori sikap netral sebanyak 137 orang (68,5 %), subjek yang termasuk ke dalam kategori bersikap negatif sebanyak 23 orang (11,5 %). Sikap mahasiswa USU terhadap pola individual self-paced e-learning offline adalah subjek penelitian yang termasuk ke dalam kategori sikap positif sebanyak 42 orang (21 %), subjek yang termasuk ke dalam kategori sikap netral sebanyak 124 orang (62 %), subjek yang termasuk ke dalam kategori bersikap negatif sebanyak 34 orang (17%). Sikap mahasiswa USU terhadap pola group based e- learning synchroniously adalah subjek penelitian yang termasuk ke dalam kategori sikap positif sebanyak 33 orang (16,5 %), subjek yang termasuk ke dalam kategori sikap netral sebanyak 145 orang (72,5 %), subjek yang termasuk ke dalam kategori bersikap negatif sebanyak 22 orang (11 %). Sikap mahasiswa USU terhadap pola group based e-learning asynchroniously adalah subjek penelitian yang termasuk ke dalam kategori sikap positif sebanyak 26 orang (13 %), subjek yang termasuk ke dalam kategori sikap netral sebanyak 153 orang (81 %), subjek yang termasuk ke dalam kategori bersikap negatif sebanyak 21 orang (76,5 %). Kata Kunci: pola-pola e-learning, sikap mahasiswa

4 The description of University of North Sumatera students attitude toward e-learning type Stevie Duma and Filia Dina Anggaraeni ABSTRACT Conventional learning system become an uneffective in responding to the world challenge that concerning in technology. Now a days many learning system developed in technology base and one of them is e-learning. In this research e- learning is seen by 4 types, that is individual self-paced e-learning online, individual self-paced e-learning offline, group based e-learning synchroniously, and group based e-learning asynchroniously. Attitude of University of North Sumatera students toward e-learning type will describe how University of North Sumatera students feel, think by its belief and perception, and tend to behave to e- learning types. This research aims to know the description of University of North Sumatera students attitude toward e-learning type. Measurement tools that was used is attitude scale from Likert. Reliability of alpha in first type is 0,740. Reliability of alpha in second type is 0,780. Reliability of alpha in third type is 0,812. Reliability of alpha in fourh type is 0,827. Method used was descriptive quantitative and sampling technique was cluster sampling. Sample in this research was 200 student from all the faculty in University of North Sumatera. The result indicate that University of North Sumatera students attitude toward individual self-paced e-learning online was 40 students (20 %) counted as positive category, 137 students (68,5 %) counted as neutral category, 23 (11,5 %) students counted as negative category. The University of North Sumatera students attitude toward individual self-paced e-learning offline was 42 students (21 %) counted as positive category, 124 students (62 %) counted as neutral category, 34 (17 %) students counted as negative category. The University of North Sumatera students attitude toward group based e-learning synchroniously was 33 students (16,5 %) counted as positive category, 145 students (72,5 %) counted as neutral category, 22 (11 %) students counted as negative category. The University of North Sumatera students attitude toward group based e-learning asynchroniously was 26 students (13 %) counted as positive category, 153 students (81 %) counted as neutral category, 21 (10,5 %) students counted as negative category. Key Words: e-learning types, students attitude

5 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Skripsi yang berjudul Sikap Mahasiswa USU terhadap Pola-Pola E-learning dengan baik. Penulis sangat bersyukur atas petunjuk dan pertolongan Tuhan Yang Maha Esa dalam penyelesaian tugas ini, karena penulis menyadari bahwa tanpa petunjuk dan pertolongan-nya, perjuangan dalam penyelesaian tugas ini akan begitu berat terasa. Tugas mata kuliah ini dapat penulis selesaikan karena bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan tugas mata kuliah Seminar ini, antara lain: 1. Ibu Filia Dina A, Mpd selaku dosen pembimbing. Terima kasih penulis ucapkan atas bantuan, bimbingan dan masukan yang begitu berarti yang telah Ibu berikan kepada penulis dalam penyelesaian tugas seminar ini. 2. Terima kasih kepada seluruh dosen Fakultas Psikologi yang membantu saya untuk lebih memahami penelitian saya. 3. Kepada Ayah, Ibu serta adik-adik dan keluarga penulis, yang selama ini telah memberikan dukungan dan doanya demi kelancaran dan kesuksesan penulis dalam penyelesaian seminar ini, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

6 4. Teman-teman dan sahabat yang selalu mendukung, memotivasi dan membantu penulis dalam penyelesaian seminar ini (Yenni, Ira, Dini, Dinda, Tika, Lili, bang Ronal, bang Fahmi, Ilham, Indah). Terima kasih penulis ucapkan pada semuanya karena selalu menjadi tempat curhatan penulis ketika penulis sedang stress, semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah diberikan. 5. Teman-teman satu divisi pendidikan (Jeni, Toni, Acid, dll). Terima kasih atas bantuannya. 6. Terima kasih buat semua orang yang pernah membantu perkembangan seminar penulis. Walaupun tidak disebutkan, tapi bantuan yang diberikan sangat berguna bagi penulis. Semoga Allah membalas dengan banyak kebaikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karenanya penulis mengharapkan adanya masukan dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak, guna menyempurnakan penelitian ini agar menjadi lebih baik lagi. Akhirnya kepada Allah jua penulis berserah diri. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin. Medan, Agustus 2009 Penulis

7 DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN... i ABSTRAK... iii ABSTRACT... i KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR LAMPIRAN... i BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Pertanyaan Penelitian C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian Manfaat teoritis Manfaat praktis E. Sistematika Penulisan BAB II LANDASAN TEORI A. E-learning Pengertian e-learning Pola e-learning... 16

8 3. Fungsi e-learning Manfaat dan kekurangan e-learning Komponen yang membentuk e-learning Filosofis e-learning B. Sikap Definisi sikap Komponen sikap Ciri-ciri sikap Karakteristik sikap Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap Pembentukan sikap dan perubahan sikap Pengukuran sikap C. Mahasiswa D. Sikap Mahasiswa USU terhadap Pola E-learning BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian B. Defenisi Operasional C. Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel Populasi dan sampel Metode pengambilan sampel Jumlah sampel penelitian D. Alat Ukur Yang Digunakan... 42

9 E. Uji Coba Alat Ukur Validitas alat ukur Reliabilitas alat ukur Hasil uji coba alat ukur F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tahap persiapan penelitian Tahap pelaksanaan penelitian Tahap pengolahan data penelitian G. Metode Analisa Data BAB IV ANALISA DATA A. Analisa Data Pengelompokan subjek berdasarkan jenis kelamin Pengelompokan subjek berdasarkan usia Hasil penelitian a. Gambaran sikap mahasiswa USU terhadap pola individual self-paced e-learning online b. Gambaran sikap mahasiswa USU terhadap pola individual self-paced e-learning online c. Gambaran sikap mahasiswa USU terhadap pola group based e-learning synchroniously d. Gambaran sikap mahasiswa USU terhadap pola group based e-learning asynchroniously B. Pembahasan

10 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran Saran metodologis Saran praktis DAFTAR PUSTAKA... 80

11 DAFTAR TABEL Tabel 1 Pembagian Fakultas Berdasarkan Cluster Tabel 2 Perhitungan Pembagian Proporsi pada Setiap Cluster Tabel 3 Pembagian Proporsi Disetiap Fakultas Tabel 4 Distribusi Aitem Skala Sikap yang Digunakan dalam Penelitian...44 Tabel 5 Blue Print Skala Sikap Sebelum Uji Coba Tabel 6 Blue Print Skala Sikap Sebelum Uji Coba Tabel 7 Blue Print Skala Sikap Sebelum Uji Coba Tabel 8 Blue Print Skala Sikap Setelah Uji Coba Tabel 9 Pengelompokan Usia Tabel 10 Pengkategorisasian Sikap Mahasiswa USU terhadap Pola-Pola E-learning Tabel 11 Hasil Uji Normalitas Skala Sikap Mahasiswa USU terhadap Pola E-learning-Pola I...62 Tabel 12 Hasil Uji Normalitas Skala Sikap Mahasiswa USU terhadap Pola E-learning-Pola II...62 Tabel 13 Hasil Uji Normalitas Skala Sikap Mahasiswa USU terhadap Pola E-learning-Pola III...62 Tabel 14 Hasil Uji Normalitas Skala Sikap Mahasiswa USU terhadap Pola E-learning-Pola IV...62 Tabel 15 Kriteria kategori Skor Sikap Mahasiswa USU terhadap Pola Individual Self-Paced E-learning Online

12 Tabel 16 Kriteria kategori Skor Sikap Mahasiswa USU terhadap Pola Individual Self-Paced E-learning Offline Tabel 17 Kriteria kategori Skor Sikap Mahasiswa USU terhadap Pola Group Based E-learning Synchroniously Tabel 18 Kriteria kategori Skor Sikap Mahasiswa USU terhadap Pola Group Based E-learning Synchroniously

13 DAFTAR GRAFIK Grafik 1 Grafik 2 Grafik 3 Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin...59 Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Usia...60 Sikap Mahasiswa USU terhadap Pola Individual Self-Paced E-learning Online...64 Grafik 4 Sikap Mahasiswa USU terhadap Pola Individual Self-Paced. E-learning Online Grafik 5 Sikap Mahasiswa USU terhadap Pola Group Based E-learning Synchroniously Grafik 6 Sikap Mahasiswa USU terhadap Pola Group Based E-learning Asynchroniously... 70

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Skala Try Out Lampiran 2 Skala Penelitian Lampiran 3 Data Try Out Lampiran 4 Data Penelitian Lampiran 5 Reliabilitas Item Lampiran 6 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Lampiran 7 Hasil Statistik Deskriptif SPSS

15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pembelajaran merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian kompetensi lulusan. Sistem pembelajaran telah mengalami perkembangan yang cukup pesat seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) (Widanarko, 2007). Sebelum ada perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, para pelajar harus puas dengan sistem pembelajaran konvensional dimana sistem ini adalah sistem yang diterapkan oleh pengajar kepada pelajar sampai pada taraf memberi bekal pengetahuan dan keterampilan sebatas sekedar tahu saja. Belum sampai kepada meletakan nilainilai wawasan sosial dan kemanusiaan, serta penguasaan bekal hidup yang praktis. Dalam sistem ini terlihat bahwa hubungan pengajar dan pelajar ibarat hubungan cerek dan cangkir, yang satu cuma sebatas memberi dan yang lain sekedar menerima saja (Marjohan, 2007). Pernyataan di atas didukung oleh Suryadi (2008) yang mengatakan bahwa sistem belajar konvensional di sekolah makin diyakini sebagai sistem yang sudah tidak efektif lagi. Berbagai konsep yang menyangkut kemampuan otak, kecerdasan, dan kreativitas, berkembang makin jauh, dan makin menguatkan argumentasi yang ingin mengoreksi kelemahan sistem belajar yang selama ini berlaku secara konvensional. Ciri-ciri sistem pengajaran kuno atau konvensional sangat terlihat jelas dalam interaksi pengajar-pelajar di institusi pendidikan.

16 Diantaranya adalah pendekatan yang masih bersifat otoriter, yaitu bersifat menguasai. Pengajar menganggap bahwa dirinyalah paling benar, yang mengharuskan setiap pelajar menerima apa yang dikatakan, sehingga interaksi pengajar-pelajar lebih diwarnai oleh rasa takut. Selain itu sistem pendidikan yang diterapkan oleh pengajar kepada pelajar bersifat mengulang-ulang dan tidak ada, atau kurang, kreasi dalam mengembangkan pelajaran dan seni mengajarnya. Sama-sama dapat diperhatikan bahwa masih ada pengajar yang mana kalau mengajar menggunakan buku dan catatan yang sama sepanjang tahun. Dan ceramah merupakan metode yang lazim diterapkan. Pelajar kurang terlibat secara aktif dan inilah penyebab suasana kelas dan suasana belajar menjadi serba membosankan. Riyanto (2007) menyatakan bahwa penerapan sistem belajar mengajar secara konvensional adalah suatu ketidakefektifan, sebab dengan perkembangan zaman, pertukaran informasi menjadi cepat dan instan sehingga institusi yang masih menggunakan sistem tradisional ini akan tertinggal dari perkembangan informasi teknologi yang semakin pesat. Banyak kendala yang dialami ketika penyelenggaraan pendidikan yang masih bersifat konvensional dituntut untuk memberikan pelayanannya bagi masyarakat luas yang tersebar di seluruh Nusantara. Kendala-kendala yang dialami antara lain keterbatasan finansial, jauhnya lokasi, dan keterbatasan institusi (Tafiardi, 2005). Pernyataan di atas didukung oleh Nurcahyo (2009) yang mengatakan bahwa sistem pembelajaran ini tidak dapat menjawab tantangan perkembangan teknologi dan informasi yang berkembang begitu pesat. Keberadaan teknologi ini telah mengubah cara kita

17 membaca, berkomunikasi, dan belajar. Keberadaan tersebut juga memungkinkan semua orang yang mempunyai akses terhadap teknologi dapat memperoleh informasi apa saja, dimana saja, dan kapan saja (Chaeruman,2008). Menurut Badrul Khan (dalam Chaeruman, 2008) dengan adanya teknologi, maka pembelajaran akan lebih bersifat terbuka, fleksibel, dan terdistribusi. Salah satu hasil dari perkembangan teknologi adalah keberadaan internet yang telah mengubah paradigma berfikir konvensional serta berhasil menawarkan alternatif pembelajaran dalam pendidikan (Suryaningtyas, 2008). Pesatnya perkembangan informasi dan teknologi, khususnya internet memungkinkan pengembangan layanan informasi yang lebih baik dalam suatu institusi pendidikan (Riyanto, 2007). Sistem pembelajaran berbasis elektronik yang kini sedang marak dibicarakan adalah e-learning. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya jumlah perguruan tinggi di berbagai negara yang menyajikan materi perkuliahan secara elektronik, baik sebagai pelengkap maupun pengganti pelajaran tatap muka (Fachri, 2007). E-learning telah menjadi suatu kebutuhan bagi sivitas akademika, mengingat baik pengajar, pelajar maupun institusi pendidikan telah memanfaatkan teknologi komputer dalam proses kegiatan belajar mengajar (Widanarko, 2007). Sistem pembelajaran e-learning di lingkungan perguruan tinggi mendorong pendidik untuk memungkinkan pengembangan layanan informasi yang lebih baik dalam suatu institusi pendidikan (Suryaningtyas, 2008). E-learning ini membawa pengaruh terjadinya proses transformasi pendidikan konvensional ke dalam bentuk digital, baik secara isi (content) dan

18 sistemnya (Wahono,2005). Menurut Organisation For Economic Co-operation and Development (OECD)(2005) e-learning mengacu pada penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan dan mendukung pembelajaran. Tetapi untuk lebih luasnya, pelajar yang menggunakan dan mengakses materi kuliah secara on-line juga dapat dikatakan e-learning (OECD, 2005). Senada dengan OECD, Rochaety (2005) mengatakan bahwa e-learning adalah perpaduan antara metode tatap muka dengan metode online (via internet dan berbagai pengembangan teknologi informasi lainnya). Lebih lanjut Koswara (2003) menjelaskan bahwa proses belajar-mengajar melalui e-learning dilakukan dengan menggunakan berbagai fasilitas teknologi informasi, seperti komputer baik hardware maupun software, teknologi jaringan seperti local area network dan wide area network, serta teknologi telekomunikasi seperti radio, telepon, dan satelit. Penyampaian materi e-learning dapat melalui synchronous atau asynchronous. Synchronous berarti pengajar dan pelajar berinteraksi secara waktu nyata (real time), beberapa peralatan yang menggunakan cara itu harganya relatif mahal. Misalnya dengan two-way videoconferences, audioconferencing, internet chat, dan desktop video conferencing. Penyampaian materi dengan asynchronous tidak secara bersamaan. Dosen menyampaikan instruksi melalui video atau komputer, kemudian pelajar merespons pada lain waktu. Misalnya, instruksi disampaikan melalui web atau dan umpan balik disampaikan melalui (Koswara, 2003). Terdapat beberapa tipe dari aktifitas e-learning yang dikemukakan Romiszowski (dalam Naidu, 2006), yaitu: Pertama, individual self-paced e-

19 learning online, Kedua, individual self-paced e-learning offline, Ketiga, groupbased e-learning synchronously, Keempat, group-based e-learning asynchronously. Melalui e-learning, para pelajar dimungkinkan untuk tetap dapat belajar sekalipun tidak hadir secara fisik di dalam kelas. Kegiatan belajar menjadi sangat fleksibel karena dapat disesuaikan dengan ketersediaan waktu para pelajar. Kegiatan pembelajaran terjadi melalui interaksi mahasiswa dengan sumber belajar yang tersedia dan dapat diakses dari internet (Fachri, 2007). Implementasi sistem e-learning dewasa ini sangat bervariasi, namun semua itu didasarkan atas suatu prinsip bahwa e-learning dimaksudkan sebagai upaya pendistribusian materi pembelajaran melalui media elektronik atau Internet sehingga peserta didik dapat mengaksesnya kapan saja dari seluruh penjuru dunia. Ciri pembelajaran dengan e-learning adalah terciptanya lingkungan belajar yang fleksibel dan terdistribusi (Surjono, 2007). Pemanfaatan informasi dan teknologi sudah merupakan kelaziman di Amerika Serikat pada dasawarsa yang lalu (Riyanto, 2007). Seperti yang dilakukan beberapa perguruan tinggi di luar negri, misalnya Kanada, yang telah menjadikan pembelajaran elektronik sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang dapat dipilih oleh peserta didiknya. Artinya, seluruh kegiatan perkuliahan diikut i oleh peserta didik melalui pemanfaatan internet, mulai dari pendaftaran diri, untuk mengikuti kuliah, konsultasi akademik, penyelesaian tugas-tugas, sampai dengan evaluasi kegiatan belajar peserta didiknya. Dengan demikian, peserta didik dapat memilih apakah akan mengikuti kegiatan kuliah secara tatap muka, secara online, atau perpaduan keduanya (Fachri, 2007).

20 Di Indonesia sendiri, lingkungan akademis pendidikan yang sudah akrab dengan implikasi informasi dan teknologi di bidang pendidikan salah satunya adalah Universitas Indonesia (UI). Hampir setiap Fakultas yang terdapat di UI memiliki jaringan yang dapat diakses oleh masyarakat, memberikan informasi bahkan bagi yang sulit mendapatkannya karena problema ruang dan waktu. Hal ini juga tentunya sangat membantu bagi calon peserta didik maupun peserta didik atau bahkan alumni yang membutuhkan informasi tentang biaya kuliah, kurikulum, dosen pembimbing, atau banyak yang lainnya. Contoh lain adalah Universitas Swasta Bina Nusantara juga memiliki jaringan internet yang sangat baik, yang melayakkan mereka mendapatkan penghargaan akademi pendidikan Indonesia dengan situs terbaik. Layanan yang disediakan pada situs mereka dapat dibandingkan dengan layanan yang disediakan oleh situs-situs pendidikan luar negeri seperti Institut Pendidikan California atau Institut Pendidikan Virginia (Riyanto,2007). Salah satu peserta didik ataupun pelajar yang menggunakan media elektronik adalah mahasiswa. Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di Universitas, institut atau akademi. Takwin (2008) mengatakan mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi dapat disebut sebagai mahasiswa. Dalam Santrock (2007) dikatakan bahwa jika pelajar ingin siap kerja, teknologi harus menjadi bagian integral dari sekolah dan pelajaran di kelas. Jika dikaitkan dengan pendapat di atas, mahasiswa juga merupakan peserta didik yang nantinya akan dipersiapkan untuk bekerja sehingga kemampuan berteknologi sangatlah dibutuhkan. Hal ini didukung oleh Bieter & Pierson (dalam Santrock,

21 2007) yang menyatakan bahwa dunia sekarang adalah dunia yang berorientasi teknologi, sehingga kompetensi orang makin ditantang dan diperluas dengan cepat. Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa mahasiswa kedepannya akan ditantang kompetensinya dalam bidang teknologi. Sekali lagi teknologi pendidikan sangat dibutuhkan dalam menjawab tantangan dunia yang semakin cepat. Selain perguruan-perguruan tinggi yang sudah disebutkan di atas, Universitas Sumatera Utara (USU) termasuk salah satu perguruan tinggi yang sedang mengembangkan sistem pembelajaran dengan menggunakan e-learning. Berdasarkan hasil observasi, penerapan sistem e-learning di universitas yang memiliki 13 Fakultas dan beberapa program studinya ini dapat dilihat dari adanya portal akademik yang menangani permasalahan mahasiswa yang dulunya dilakukan secara manual. Seperti contoh pengisian Kartu Rencana Studi (KRS) yang sekarang dapat dilakukan hanya dengan membuka internet lalu mengakses portal akademik dan akhirnya KRS pun dapat terelesaikan dalam waktu yang singkat. Pada beberapa fakultas di USU ini sudah mulai menerapkan sistem e- learning. Salah satu contohnya adalah Fakultas Psikologi. Baik mahasiswa maupun pengajar di Fakultas ini sangat sering menggunakan media elektronik sebagai alat pendukung dalam hal belajar mengajar. Dan media yang paling sering digunakan adalah komputer, laptop, dan internet. Hasil observasi menunjukkan bahwa beberapa dosen telah mengunggah (upload) materi perkuliahannya di internet, tepatnya melalui portal akademik. Menurut Zulharman (2007) berinternet dengan baik untuk mahasiswa yaitu kemampuan berinternet dalam hal mengakses,

22 mengelola, menilai secara kritis kesahihan dan kemampu-terapan informasi yang mendukung dalam menjelaskan dan menyelesaikan masalah, atau mengambil keputusan. Hasugian (2005) menyatakan hal ini disebabkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat dan dipacu oleh adanya kemudahan pada penyebarluasan informasi baik melalui media cetak ataupun internet. Berbagai informasi ilmiah semakin tersedia di berbagai situs di internet dan semua hal itu merupakan suasana yang kondusif bagi berkembangnya kegiatan pengajaran di suatu perguruan tinggi. Namun hasil observasi awal menunjukkan bahwa informasi tentang e-learning di USU belum sempurna. Hal ini bisa terbukti dari hasil wawancara informal berikut terkait dengan e-learning : E-learning ya? Pernah dengar si...tapi ga tau pasti pengertiannya. Setahu saya e-learning itu kalo dari namanya aja dia berhubungan sama kek internetinternet gitu. Tapi ga tau ya apa itu benar atau salah. (Komunikasi Personal, Maret 2009). Wawancara di atas menunjukkan bahwa kata-kata e-learning belum populer di kalangan mahasiswa USU. Namun begitu bukan berarti mahasiswa di USU buta akan e-learning. Hal ini terbukti dari hasil wawancara informal terhadap mahasiswa yang mengetahui e-learning: e-learning itu menurut saya adalah suatu metode pembelajaran yang berbasis elektronik. Salah satu contohnya aja ya menurut saya mencari-cari bahan kuliah dengan menggunakan internet itu sudah termasuk e-learning. Penggunaannya sendiri sangat membantu saya dalam mengerjakan tugas kuliah yang terkadang tidak saya dapatkan hanya dari buku kuliah. Baguslah menurut saya e-learning itu. Kalo bisa si semakin dikembangkan. Terutama untuk jurnal-jurnal, soalnya terkadang akses jurnal itu susah (Komunikasi Personal, Maret 2009).

23 Keberhasilan perkembangan e-learning yang dijabarkan melalui pola-pola yang dikemukakan oleh Romiszowski (Naidu, 2006) di USU ini dipengaruhi oleh sikap dari sivitas akademinya yang salah satunya adalah mahasiswa. Sikap sendiri merujuk pada evaluasi individu terhadap berbagai aspek dunia sosial serta bagaimana evaluasi tersebut memunculkan rasa suka atau tidak suka individu terhadap isu, ide, orang lain, kelompok sosial dan objek (Baron, 2004). Menurut Azwar (2005) sikap merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif. Hal ini senada dengan tiga komponen sikap yang diungkapkan oleh Mann (dalam Azwar, 2003), yaitu: komponen kognitif merupakan persepsi, kepercayaan dan stereotipe yang dimiliki oleh individu mengenai sesuatu, komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi serta komponen konatif berisi tendensi atau kecendrungan untuk bertindak atau untuk beraksi terhadap sesuatu dengan caracara tertentu. Diasumsikan bagaimana mahasiswa berfikir, merasakan, dan berperilaku akan mempengaruhi perkembangan penerapan e-learning di USU yang ditinjau dari adanya pola-pola e-learning. Sikap mahasiswa USU terhadap pola-pola e-learning dimana pola-pola ini yang akan dijadikan sebagai indikator perilakunya dipengaruhi oleh pemikiran dan pemahaman mahasiswa itu sendiri dan pengalaman mahasiswa dengan pola-pola e-learning tersebut. Hasil observasi awal yang dilakukan peneliti juga menunjukkan bahwa pola individual self-paced e-learning online lebih banyak digunakan di USU. Dimana sebagian dari mahasiswa di USU menggunakan jasa internet untuk

24 mencari sumber belajarnya. Hal ini dikuatkan dengan adanya hasil wawancara berikut: Aku tau e-learning itu ya dari kampus. Karena di kampus aku emang udah ada yang menggunakan e-learning gitu. Jadi di kampus tu udah ada beberapa dosen yang ngasih bahan materinya melalui portal yang nantinya bisa diakses dengan internet. Bahkan ada dosen kami yang ga masuk ke kelas. Hanya ujian aja baru mahasiswanya datang. Jadi bahan-bahannya tu diambil dari internet. Kalo ga salah tu dikirim ke dan menurut aku emang udah seharusnya e- learning itu lebih dipopulerkan jadi mahasiswa USU tu ga gaptek hehehe.... (Komunikasi Personal, Maret 2009). Menurut Azwar (2003), nilai dan opini sangat erat berkaitan dengan sikap. Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami individu. Apa yang telah dan sedang dialami oleh individu akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatannya terhadap stimulus sosial. Berdasarkan hasil wawancara mahasiswa yang mengetahui tentang e-learning, dapat diketahui bahwa mereka memiliki pandangan yang positif terhadap keberadaan sistem e- learning karena kemudahan-kemudahan yang mereka rasakan yang sangat membantu dalam pengerjaan tugas kuliah. Selain itu pendapat positif mahasiswa terhadap e-learning juga terbentuk dari manfaat yang mereka rasakan seperti kelenturan sistem e-learning itu sendiri. Namun begitu, menurut Middlebrook (dalam Azwar, 2003), tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek akan cenderung membentuk sikap negaif terhadap objek tersebut. Pengetahuan mahasiswa Universitas Sumatera Utara tentang e-learning tidak sepesat pengetahuan mahasiswa yang ada di luar Medan, khususnya daerah Jawa. Padahal sekarang ini sistem e-learning sedang marak-maraknya dibicarakan dan sedang dikembangkan. Selain itu, penelitian tetang sikap mahasiswa USU terhadap pola-pola e-learning penting dilakukan agar dapat diketahui respon

25 mahasiswa terhadap pola-pola e-learning, apakah positif atau negatif. Berdasarkan penjelasan di atas peneliti merasa penting untuk mendapatkan gambaran secara kuanitatif bagaimana sikap mahasiswa USU terhadap pola-pola e-learning.

26 B. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan fenomena di atas peneliti ingin mengetahui hal yang dirumuskan dalam pertanyaan dibawah ini : Bagaimana gambaran sikap mahasiswa USU terhadap pola-pola e- learning? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran sikap mahasiswa USU terhadap pola-pola e-learning D. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan ada dua manfaat yang dapat diambil, diantaranya, yaitu : 1. Manfaat Teoritis Diharapkan dalam penelitian ini dapat membantu mengembangkan ilmu psikologi khususnya psikologi pendidikan dan bidang lainnya dalam aplikasinya dan memberikan sumbangsih karya ilmiah yang berhubungan dengan sikap mahasiswa USU terhadap pola-pola e-learning. 2. Manfaat Praktis Penelitian diharapkan dapat dipergunakan sebagai :

27 1. Pandangan untuk memetakan kesiapan mahasiswa Universitas Sumatera Utara dalam menerima perkembangan teknologi pendidikan khususnya e- learning. 2. Sebagai masukan bagi pihak kampus USU untuk menentukan sistem e- learning yang tepat sehingga dapat lebih memudahkan kinerja para pengajar dan memudahkan pembelajaran bagi peserta didik. E. Sistematika Penulisan. Sistematika penulisan penelitian ini sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II : Landasan Teori Bab ini menguraikan kepustakaan yang menjadi landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian. Bab III: Metode Penelitian Berisikan mengenai metode-metode dalam penelitian yaitu identifikasi variabel, definisi operasional variabel penelitian, subjek penelitian, lokasi penelitian, instrumen dan alat ukur yang digunakan, metode pengambilan sampel, dan metode analisis data.

28 BAB II LANDASAN TEORI A. E-learning 1. Pengertian e-learning Istilah e-learning mengandung pengertian yang sangat luas, sehingga banyak pakar yang menguraikan tentang defenisi e-learning dari berbagai sudut pandang. Salah satu defenisi yang cukup dapat diterima banyak pihak adalah yang dikemukan oleh Hartley (dalam Wahono, 2003) yaitu e-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer lain. Senada dengan yang dikemukakan Hartley, Naidu (2003) mengatakan bahwa e-learning mengacu pada penggunaan jaringan teknologi dan komunikasi dalam belajar dan mengajar. Tetapi untuk lebih luasnya, mahasiswa yang menggunakan dan mengakses materi kuliah secara on-line juga dapat dikatakan e-learning (OECD, 2005). E- learning merupakan alternatif pembelajaran yang relatif baru utuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar (Koswara, 2008). Menurut Widanarko (2007) e-learning adalah proses pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) secara sistematis dengan mengintegrasikan semua komponen pembelajaran, termasuk interaksi pembelajaran lintas ruang dan waktu, dengan kualitas yang terjamin. Seorang tokoh yang bernama Rosenberg (dalam Suyanto,2005)

29 menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solousi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. E-learning ini sendiri mempunyai beberapa karakteristik seperti yang telah dikemukakan oleh Suyanto (2005). Ia mengemukakan 4 karakteristik e-learning yang terdiri dari: a. Memanfaatkan jasa teknologi elektronik, dimana pengajar dan peserta didik, peserta didik dan peserta didik, ataupun pengajar dan sesama pengajar dapat berkomunikasi dengan relatif mudah tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler. b. Memanfaatkan keunggulan komputer (media digital dan jaringan komputer). c. Menggunakan bahan ajar yang bersifat mandiri yang dapat disimpan dikomputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan dimana saja bila yang bersangkutan membutuhkannya. d. Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan yang dapat dilihat setiap saat dikomputer. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa e-learning adalah suatu sistem dalam pembelajaran yang mengacu pada penggunaan teknologi informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dengan karakteristik-karakteristik seperti memanfaatkan jasa teknologi,

30 memanfatkan keunggukan komputer, menggunakan bahan ajar yang bersifat mandiri, dan memanfaatkan jadwal belajar yang dapat dilihat pada komputer. 2. Pola e-learning Meurut OECD (2005) pola e-learning berdasarkan penawaran mata kuliah yang diakses melalui internet atau jaringan online lainnya, e-learning terbagi atas: a. Web-supplemented, berfokus pada pengajaran yang berdasarkan ruang kelas tetapi meliputi elemen-elemen seperti penempatan skema mata kuliah dan catatan dosen secara online, menggunakan dan jaringan ke sumber online. b. Web-dependent, mewajibkan mahasiswa untuk menggunakan internet untuk elemen kunci dari program-program seperti diskusi online, tugas, proyek atau kerjasama online, tetapi tanpa pengurangan waktu kelas yang signifikan. c. Mixed Mode, elemen e-learning mulai menggantikan waktu kelas. Diskusi online, tugas, proyek atau kerja sama menggantikan pengejaran dan belajar secara tatap muka. d. Fully Online, mahasiswa dapat mengikuti mata kuliah yang ditawarkan oleh universitas pada suatu kota dari kota lain, negara, atau pada waktu lain. Selain pola-pola yang telah disebutkan di atas terdapat sejumlah pola e- learning lainnya yang berdasarkan aktivitas pendidikan yang dilakukan perorangan ataupun kelompok secara online atau offline, dan sinkron atau tidak sinkron yang menurut Romiszowski (dalam Naidu, 2006), yaitu:

31 a. Individual self-paced e-learning online yang mengacu pada situasi dimana pelajar individu mengakses sumber belajar melalui intranet atau internet. Contoh dari tipe ini adalah pelajar yang belajar sendiri atau mengadakan penelitian pada internet atau jaringan lokal. b. Individual self-paced e-learning offline yang mengacu pada situasi dimana pelajar individu menggunakan sumber belajar yang tidak terhubung dengan intranet atau internet. Contoh dari tipe ini adalah pelajar yang belajar melalui perangkat seperti CD dan DVD c. Group-based e-learning synchronously yang mengacu pada situasi dimana sekelompok pelajar belajar bersama dalam waktu yang nyata melalui intranet atau internet. Hal ini meliputi komunikasi dua arah yang menggunakan audio dan videokonferensi. d. Group-based e-learning asynchronously yang mengacu pada situasi di mana sekelompok pelajar tidak harus belajar dalam waktu yang nyata. Contoh tipikal dari tipe ini meliputi diskusi online melalui dan konferensi dengan pembelajaran sistem manajemen. E-learning mempunyai berbagai macam pola seperti yang dikemukakan di atas. Dari dua pola-pola e-learning yang telah dijabarkan di atas, peneliti akan menggunakan pola e-learning menurut Romiszowski (dalam Naidu, 2006). Dimana pola-pola ini yang nantinya akan dijadikan sebagai indikator perilaku yang akan dikaitkan dengan komponen sikap.

32 3. Fungsi e-learning Menurut Siahaan (dalam Fachri, 2007) setidaknya ada tiga fungsi e- learning terhadap kegiatan pembelajaran dalam kelas, yaitu: a. Berfungsi sebagai Suplemen (tambahan): apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini tidak ada kewajiban bagi peserta didik untuk mengakses materi e-learning. Sekalipun sifatnya opsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu saja akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan. b. Berfungsi sebagai komplemen (pelengkap): apabila materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima siswa di dalam kelas (Lewis, 2002). Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk menjadi materi pengayaan (reinforcement) atau remedial bagi peserta didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional. Materi pembelajaran elektronik dikatakan sebagai enrichment, apabila kepada peserta didik yang dapat dengan cepat menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru secara tatap muka (fast learner) diberikan kesempatan untuk mengakses materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka. Tujuannya agar semakin memantapkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran yang disajikan guru di dalam kelas. Sedangkan sebagai program remedial, apabila kepada peserta didik yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran yang disajikan guru secara tatap muka di kelas (slow learners) diberikan

33 kesempatan untuk memanfaatkan materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dirancang untuk mereka. Tujuannya agar peserta didik semakin lebih mudah memahami materi pelajaran yang disajikan guru di kelas. c. Berfungsi sebagai subtitusi: apabila perguruan tinggi atau sekolah memberikan beberapa alternatif model kegiatan pembelajaran/perkuliahan kepada para mahasiswanya. Tujuannya agar para mahasiswa dapat secara fleksibel mengelola kegiatan perkuliahannya sesuai dengan waktu dan aktivitas lain sehari-hari mahasiswa. 4. Manfaat dan kekurangan e-learning Menurut Suryaningtyas (2008) dalam proses pembelajaran, terdapat beberapa manfaat e-learning, yaitu: a. Fleksibel: Menghemat waktu proses belajar mengajar. b. Mengurangi biaya perjalanan. c. Menghemat biaya pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur, peralatan, buku-buku) d. Menjangkau wilayah geografis yang lebih luas. e. Melatih pembelajar lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu pengetahuan. Secara lebih rinci, Fachri (2007) membagi manfaat e-learning ini yang dapat dilihat dari dua sudut yaitu dari sudut peserta didik dan pengajar. Jika dilihat dari sudut peserta didik manfaat e-learning adalah:

34 a. Kegiatan e-learning dimungkinkan berkembangnya fleksibilitas belajar yang tinggi. Artinya peserta didik dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang. b. Peserta didik apat berkomunikasi dengan pengajar setiap saat. Dengan kondisi yang demikian, peserta didik dapat lebih memantapkan penguasaanya terhadap materi pembelajaran. c. Kegiatan e-learning juga dapat memberikan manfaat bagi peserta didik yang belajar di sekolah-sekolah kecil di daerah miskin, yang mengikuti pendidikan di rumah, yang merasa phobia dengan sekolah, atau para peserta didik yang tidak dapat mengikuti pembelajaran dengan berbagai macam alasan, dan yang tidak tertampung di sekolah konvensional (Brown, dalam Fachri 2003). Dilihat dari sudut pengajar, kegiatan e-learning ini memiliki beberapa manfaat, yaitu (Soekartawi, dalam Fachri 2003): a. Lebih mudah melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi. b. Dapat mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna peningkatan wawasan karena waktu luang yang dimiliki relatif lebih banyak. c. Dapat mengontrol kegiatan belajar peserta didik. d. Dengan kegiatan e-learning pengajar dapat memastikan apakah peserta didik telah mengerjakan soal-soal latihan setelah mempelajari topik tertentu.

35 e. Dapat memeriksa jawaban peserta didik dan memberitahukannya hasilnya kepada peserta didik. Walaupun begitu, pemanfaatan e-learning dalam proses pembelajarannya juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Berbagai kritik yang disampaikan Bullen (dalam Suyanto,2005) adalah: a. Kurangnya interaksi antara pengajar dan peserta didik atau bahkan antara peserta didik itu sendiri. Kurangnya interaksi ini dapat memperlambat terbentuknya nilai dalam proses belajar mengajar. b. Kecendrungan mengabaikan aspek atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis dan komersial. c. Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal. d. Tidak semua tempat tersedia internet. e. Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan internet. f. Kurangnya penguasaan bahasa komputer. 5. Komponen yang membentuk e-learning Menurut Wahono (2003) ada beberapa komponen yang membentuk e-learning yang terdiri dari: a. Infrastruktur e-learning: Infrastruktur e-learning dapat berupa personal computer (PC), jaringan komputer, internet dan perlengkapan multimedia. Termasuk didalamnya peralatan teleconference apabila ingin memberikan layanan synchronous learning melalui teleconference.

36 b. Sistem dan Aplikasi e-learning: Sistem perangkat lunak yang memvirtualisasi proses belajar mengajar konvensional. Bagaimana manajemen kelas, pembuatan materi atau konten, forum diskusi, sistem penilaian (rapor), sistem ujian online dan segala fitur yang berhubungan dengan manajemen proses belajar mengajar. Sistem perangkat lunak tersebut sering disebut dengan Learning Management System (LMS). LMS banyak yang opensource sehingga bisa dimanfaatkan dengan mudah dan murah untuk dibangun di sekolah dan universitas. c. Isi e-learning: Konten dan bahan ajar yang ada pada e-learning system (Learning Management System). Konten dan bahan ajar ini bisa dalam bentuk Multimedia-based Content (konten berbentuk multimedia interaktif) atau Text-based Content (konten berbentuk teks seperti pada buku pelajaran biasa). Biasa disimpan dalam Learning Management System (LMS) sehingga dapat dijalankan oleh peserta kapanpun dan dimanapun. Sedangkan Actor (pelaku) yang ada dalam pelaksanakan e-learning boleh dikatakan sama dengan proses belajar mengajar konvensional, yaitu perlu adanya pengajar (instruktur) yang membimbing, peserta didik yang menerima bahan ajar dan administrator yang mengelola administrasi dan proses belajar mengajar.

37 6. Filosofis e-learning Menurut Cisco (dalam Suyanto,2005) ada beberapa filosofis dari e- learning, yaitu: a. E-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan, secara on-line. b. E-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku text, CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalosasi. c. E-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan isi dan pengembangan teknologi pendidikan. d. Kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Semakin baik keselarasan antar isi dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik.

38 B. SIKAP 1. Definisi sikap Allport (dalam Hogg, 2004) mendefinisikan sikap sebagai sebuah kecendrungan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu dalam situasi sosial. Sikap merujuk pada evaluasi individu terhadap berbagai aspek dunia sosial serta bagaimana evaluasi tersebut memunculkan rasa suka atau tidak suka individu terhadap isu, ide, orang lain, kelompok sosial dan objek (Baron, 2004) Sikap pada awalnya diartikan sebagai suatu syarat untuk munculnya suatu tindakan. Fenomena sikap adalah mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnai perasaan, dan akan ikut menentukan kecenderungan perilaku kita terhadap manusia atau sesuatu yang kita hadapi, bahkan terhadap diri kita sendiri. Pandangan dan perasaan kita terpengaruh oleh ingatan akan masa lalu, oleh apa yang kita ketahui dan kesan kita terhadap apa yang sedang kita hadapi saat ini (Azwar, 2005). Morgan (dalam Sukadji, 1993) menyatakan sikap adalah suatu evaluasi, yang merupakan predisposisi perolehan belajar. Predisposisi mengarahkan prilaku yang evaluatif yang konsisten terhadap orang, sekelompok orang, suatu objek, atau sekelompok objek. Pernyataan evaluatif dapat bermacam-macam, seperti senang-tidak senang, pro-anti, setuju-tidak setuju, positif-negatif, dan sebagainya. Azwar (2005), menggolongkan definisi sikap dalam tiga kerangka pemikiran. Pertama, sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Berarti sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak

39 (unfavorable) pada objek tersebut. Kedua, sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Ketiga skema triadik (triadic schema). Menurut pemikiran ini suatu sikap merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek. Berdasarkan yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial untuk bereaksi yang merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling bereaksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek. 2. Komponen sikap Mann (dalam Azwar, 2000), menyatakan sikap terdiri dari 3 (tiga) komponen, yaitu: a. Komponen kognitif Komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial. Azwar (2000) menyatakan kepercayaan terhadap sesuatu datang dari apa yang telah dilihat atau dari yang telah diketahui. Berdasarkan hal ini kemudian terbentuk ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu objek. Sekali

40 kepercayaan terbentuk akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang diharapkan dari objek tertentu. b. Komponen afektif Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin mengubah sikap seseorang. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun, pengertian perasaan pribadi seringkali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap. Azwar (2000) menyatakan bahwa reaksi emosional banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang dipercayai sebagai benar dan berlaku bagi objek termaksud. c. Komponen konatif Komponen perilaku berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Menurut Azwar (2000) komponen konatif menunjukkan bagaimana cara berperilaku sesuai dengan objek sikap yang dihadapi. Asumsinya adalah bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Kecenderungan berperilaku secara konsisten, selarasdengan kepercayaan dan perasaan ini membentuk sikap individual. Azwar (2000) menyatakan bahwa ketiga komponen diatas adalah selaras dan konsisten. Konsistensi antara kepercayaan (kognitif), perasaan (afektif), dan

41 tendensi perilaku (konatif) menjadi landasan dalam usaha penyimpulan sikap yang dicerminkan oleh jawaban terhadap skala sikap. Apabila salah satu diantara ketiga komponen tersebut tidak konsisten dengan yang lain, maka akan terjadi ketidakselarasan yang menyebabkan timbulnya mekanisme perubahan sikap. 3. Ciri-ciri sikap Walgito (1989) mengatakan sikap mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan faktor pendorong yang lain. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut: 1. Memiliki objek. Objek sikap dapat berupa konsep abstrak seperti situasi, merk, maupun konsep abstrak seperti produk, kelompok atau individu. Sikap itu selain bertujuan pada suatu objek juga dapat pada sekumpulan objek. 2. Memiliki arah tertentu. Sikap seseorang menunjukkan bagaimana seseorang menangani suatu objek sikap yang dinyatakan dengan menyetujui atau tidak, suka atau tidak suka, sejauh mana tingkat ketidaksukaan dan sejauh mana tingkat keyakinannya. 3. Memiliki struktur. Sikap tidak berdiri sendiri tetapi berhubungan dengan bentuk-bentuk mekanisme psikologis yang lain, sehingga berbentuk suatu kesatuan psikologis yang kompleks, akibatnya sikap memiliki sifat stabil, konstan dan membentuk generalisasi.

42 4. Sikap merupakan hasil belajar. Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi individu memperolehnya melalui pengalaman nyata seperti informasi dari teman, media massa, dan penjual. Sikap sebagai hasil belajar cenderung bertambah kuat dan semakin sulit untuk dirubah. 4. Karakteristik sikap Sax (1980) menjelaskan beberapa karakteristik sikap yaitu: 1. Arah. Sikap terpilah pada dua arah kesetujuan, yaitu setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung terhadap sesuatu atau seseorang sebagai objek. 2. Intensitas. Kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu. Sua orang yang sama tidak sukanya terhadap sesuatu, yaitu sama-sama memiliki sikap yang berarah negatif belum tentu memiliki sikap negatif yang sama intensitasnya. 3. Keleluasan. Kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap suatu objek sikap dapat mengenai hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik akan tetapi dapat pula mencakup banyak sekali aspek yang sama pada objek sikap. 4. Konsistensi. Kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan dengan responnya terhadap objek sikap termaksud. 5. Spontanitas

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikanya berorientasi akademis dan umum, bermacam-macam

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikanya berorientasi akademis dan umum, bermacam-macam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi/universitas menggunakan model pendidikan yang paling umum dan dikenal masyarakat yaitu sistem sekolah formal dimana penyelenggaraan pendidikannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi 1. Definisi persepsi Sensasi yang ditransmisikan ke otak adalah bentuk mentah dari energi yang harus diinterpretasi dan diorganisasi melalui sebuah proses yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siap pakai dan berkualitas. Berkaitan dengan itu, pendidikan diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. siap pakai dan berkualitas. Berkaitan dengan itu, pendidikan diharapkan mampu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penggunaan teknologi dalam bidang pendidikan semakin meluas seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi yang begitu pesat menuntut untuk dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. E-learning Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai pemanfaatan teknologi internet untuk mendistribusikan materi pembelajaran, sehingga siswa dapat

Lebih terperinci

PERBEDAAN SELF DIRECTED LEARNING DITINJAU DARI POLA PEMBELAJARAN E-LEARNING PADA MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI

PERBEDAAN SELF DIRECTED LEARNING DITINJAU DARI POLA PEMBELAJARAN E-LEARNING PADA MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI PERBEDAAN SELF DIRECTED LEARNING DITINJAU DARI POLA PEMBELAJARAN E-LEARNING PADA MAHASISWA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh MAULIDINI NAZLELY 071301030 FAKULTAS

Lebih terperinci

GAMBARAN E-READINESS PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI TRISA NOVIA

GAMBARAN E-READINESS PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI TRISA NOVIA GAMBARAN E-READINESS PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh TRISA NOVIA 071301048 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

GAMBARAN SIKAP SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN BERMUATAN MULTIKULTURAL (STUDI PADA SISWA SMA YAYASAN PERGURUAN SULTAN ISKANDAR MUDA MEDAN)

GAMBARAN SIKAP SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN BERMUATAN MULTIKULTURAL (STUDI PADA SISWA SMA YAYASAN PERGURUAN SULTAN ISKANDAR MUDA MEDAN) GAMBARAN SIKAP SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN BERMUATAN MULTIKULTURAL (STUDI PADA SISWA SMA YAYASAN PERGURUAN SULTAN ISKANDAR MUDA MEDAN) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Lebih terperinci

GAMBARAN SIKAP MAHASISWA UNIVERSITAS SAMUDRA LANGSA TERHADAP TUGAS DAN WEWENANG WILAYATUL HISBAH DI KOTA LANGSA SKRIPSI SRI WULANDARI

GAMBARAN SIKAP MAHASISWA UNIVERSITAS SAMUDRA LANGSA TERHADAP TUGAS DAN WEWENANG WILAYATUL HISBAH DI KOTA LANGSA SKRIPSI SRI WULANDARI GAMBARAN SIKAP MAHASISWA UNIVERSITAS SAMUDRA LANGSA TERHADAP TUGAS DAN WEWENANG WILAYATUL HISBAH DI KOTA LANGSA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: SRI WULANDARI 081301009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang semakin pesat, kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme belajar mengajar berbasis TI menjadi tidak terelakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paradigma lama. Para paradigma baru mahasiswa menjadi active learner. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. paradigma lama. Para paradigma baru mahasiswa menjadi active learner. Oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada paradigma lama proses belajar mengajar pada umumnya berlangsung di ruang kelas dan ditandai dengan kehadiran pendidik di muka kelas. Pendidik memiliki tanggung

Lebih terperinci

Pemanfaatan E-Learning sebagai Media Pembelajaran

Pemanfaatan E-Learning sebagai Media Pembelajaran Pemanfaatan E-Learning sebagai Media Pembelajaran Merry Agustina Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bina Darma Jalan A. Yani No. 12 Plaju Palembang 30264 merry_agst@mail.binadarma.ac.id Abstrak Seiring

Lebih terperinci

EMA SAFITRI

EMA SAFITRI 1 GAMBARAN KECEMASAN AKADEMIK SISWA DI SMA NEGERI UNGGUL ACEH TIMUR S k r i p s i Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh: EMA SAFITRI 051301056 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I BAB 1 PENDAHULUAN BAB I BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan unsur yang sangat penting dalam pendidikan di Indonesia. Dalam pembelajaran terdapat berbagai macam strategi dan metode yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. SIKAP 1. Definisi Sikap Sikap menurut Thurstone, Likert dan Osgood (dalam Azwar, 2005) adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. LaPierre (1934 dalam Azwar, 2005) mengatakan

Lebih terperinci

APLIKASI KOMPUTER. Pokok Bahasan : PENGENALAN E-LEARNING. Anggun Puspita Dewi, S.Kom., MM. Modul ke: Fakultas MKCU

APLIKASI KOMPUTER. Pokok Bahasan : PENGENALAN E-LEARNING. Anggun Puspita Dewi, S.Kom., MM. Modul ke: Fakultas MKCU APLIKASI KOMPUTER Modul ke: Pokok Bahasan : PENGENALAN E-LEARNING Fakultas MKCU www.mercubuana.ac.id Anggun Puspita Dewi, S.Kom., MM Program Studi Sistem Informasi & MarComm PENGENALAN E-LEARNING E-Learning

Lebih terperinci

Sistem Informasi untuk Pendidikan (3) Pengembangan Kurikulum S2 KRK640 3 SKS

Sistem Informasi untuk Pendidikan (3) Pengembangan Kurikulum S2 KRK640 3 SKS Sistem Informasi untuk Pendidikan (3) Pengembangan Kurikulum S2 KRK640 3 SKS SISTEM BELAJAR MENGAJAR ON-LINE Pembelajaran on-line adalah pembelajaran yang menggunakan internet untuk menyampaikan bahan

Lebih terperinci

Perkembangan E-Learning di Dunia Pendidikan Yang ada di Indonesia

Perkembangan E-Learning di Dunia Pendidikan Yang ada di Indonesia Perkembangan E-Learning di Dunia Pendidikan Yang ada di Indonesia Eko Yuliandi TKJ ITB / SEAMOLEC 2011/2012 PENDAHULUAN A: Latar Belakang Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang semakin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. E-learning 1. Pengertian e-learning E-learning adalah sebuah proses pembelajaran yang berbasis elektronik. Salah satu media yang digunakan adalah jaringan komputer. Dengan dikembangkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Information and Communication Technology ( ICT ) yang. keuntungan yang masuk, baik secara finansial maupun jaringan.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Information and Communication Technology ( ICT ) yang. keuntungan yang masuk, baik secara finansial maupun jaringan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi yang sudah berlangsung merupakan kenyataan terhadap kemajuan jaman yang memiliki kelebihan dan kekurangannya. Hal ini terjadi berkat dari perkembangan dan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi. Oleh SURI HANDAYANI DAMANIK

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi. Oleh SURI HANDAYANI DAMANIK HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG KETERAMPILAN GURU MENGAJAR DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS AKSELERASI UNTUK MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA SWASTA AL-AZHAR MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)Untuk Meningkatkan Proses Pembelajaran Dalam Rangka Menuju Profesionalitas Guru Hardi Santoso 3)

Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)Untuk Meningkatkan Proses Pembelajaran Dalam Rangka Menuju Profesionalitas Guru Hardi Santoso 3) ISSN : 1693 1173 Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)Untuk Meningkatkan Proses Pembelajaran Dalam Rangka Menuju Profesionalitas Guru Hardi Santoso 3) Abstrak Perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, salah satunya dalam bidang teknologi yang merupakan alat bantu

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, salah satunya dalam bidang teknologi yang merupakan alat bantu 12 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dunia pendidikan di zaman modern saat ini telah berkembang dengan sangat pesat, salah satunya dalam bidang teknologi yang merupakan alat bantu dalam proses pembelajaran.

Lebih terperinci

PENGARUH HYPNOTEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA

PENGARUH HYPNOTEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA PENGARUH HYPNOTEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA (Studi Pra-Eksperimen pada Topik Berkomunikasi terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 17 Medan) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan ujian

Lebih terperinci

PENGELOLAAN METODE PEMBELAJARAN. R. Nety Rustikayanti

PENGELOLAAN METODE PEMBELAJARAN. R. Nety Rustikayanti PENGELOLAAN METODE PEMBELAJARAN R. Nety Rustikayanti ISTILAH Metode pembelajaran cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SKRIPSI OLEH: YENNY PUTRI PRATIWI K4308128 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Gantina (2011) mengatakan bahwa self management merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Gantina (2011) mengatakan bahwa self management merupakan BAB II LANDASAN TEORI A. SELF MANAGEMENT 1. Definisi Self Management Menurut Gantina (2011) mengatakan bahwa self management merupakan prosedur pada individu untuk mengatur prilakunya sendiri. Pendapat

Lebih terperinci

PEMANFAATAN E-LEARNING SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DI UNIVERSITAS BINA DARMA PALEMBANG

PEMANFAATAN E-LEARNING SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DI UNIVERSITAS BINA DARMA PALEMBANG PEMANFAATAN E-LEARNING SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DI UNIVERSITAS BINA DARMA PALEMBANG Merry Agustina Fakultas Ilmu KomputerUniversitas Bina Darma Palembang Jl. A. Yani No. 12 Plaju Palembang 30264 email

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Allport (dalam Hogg, 2004) mendefinisikan sikap sebagai sebuah

BAB II LANDASAN TEORI. Allport (dalam Hogg, 2004) mendefinisikan sikap sebagai sebuah BAB II LANDASAN TEORI II. A. SIKAP II.A.1. Definisi Sikap Allport (dalam Hogg, 2004) mendefinisikan sikap sebagai sebuah kecendrungan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu dalam situasi sosial. Sikap

Lebih terperinci

EXPLANATORY STYLE PADA INDIVIDU DALAM MENGHADAPI PENYAKIT KANKER SKRIPSI DEWI NATALIA RUSLI

EXPLANATORY STYLE PADA INDIVIDU DALAM MENGHADAPI PENYAKIT KANKER SKRIPSI DEWI NATALIA RUSLI EXPLANATORY STYLE PADA INDIVIDU DALAM MENGHADAPI PENYAKIT KANKER SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh DEWI NATALIA RUSLI 071301037 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti e-learning (Haverila, 2009). Saat membicarakan e-learning, banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. seperti e-learning (Haverila, 2009). Saat membicarakan e-learning, banyak orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi ini, teknologi telah berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan teknologi ini tentu saja memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan, contohnya

Lebih terperinci

Mengapresiasi e-learning Berbasis MOODLE Basori 1

Mengapresiasi e-learning Berbasis MOODLE Basori 1 Mengapresiasi e-learning Berbasis MOODLE Basori 1 A. Pendahuluan Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat mendorong berbagai lembaga pendidikan memanfaatkan sistem e-learning untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Lahey (2007) mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku yang

BAB II LANDASAN TEORI. Lahey (2007) mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku yang BAB II LANDASAN TEORI A. Self-Directed Learning 1. Pengertian belajar Lahey (2007) mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku yang relatif permanen dan terjadi sebagai hasil dari latihan dan pengalaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. isi. Pernyataan yang pernah dilontarkan Alvin Toffler akan terjadinya pergeseran

BAB I PENDAHULUAN. isi. Pernyataan yang pernah dilontarkan Alvin Toffler akan terjadinya pergeseran I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Revolusi digital telah merubah konsep-konsep tentang waktu, ruang, dan isi. Pernyataan yang pernah dilontarkan Alvin Toffler akan terjadinya pergeseran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif yang menekankan analisisnya pada data numerical

Lebih terperinci

GAMBARAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA MANDARIN SISWA SMA METHODIST 2 MEDAN SKRIPSI MENTARI MANIK

GAMBARAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA MANDARIN SISWA SMA METHODIST 2 MEDAN SKRIPSI MENTARI MANIK GAMBARAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA MANDARIN SISWA SMA METHODIST 2 MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh MENTARI MANIK 101301098 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI IKLIM KELAS TERHADAP PENGGUNAAN STRATEGI SELF-REGULATED LEARNING SISWA KELAS X DAN XI UNGGULANPADA SMA NEGERI 3 MEDAN SKRIPSI

PENGARUH PERSEPSI IKLIM KELAS TERHADAP PENGGUNAAN STRATEGI SELF-REGULATED LEARNING SISWA KELAS X DAN XI UNGGULANPADA SMA NEGERI 3 MEDAN SKRIPSI PENGARUH PERSEPSI IKLIM KELAS TERHADAP PENGGUNAAN STRATEGI SELF-REGULATED LEARNING SISWA KELAS X DAN XI UNGGULANPADA SMA NEGERI 3 MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kabar, audio visual dan elektronik, tetapi juga sumber-sumber informasi lainnya

BAB I PENDAHULUAN. kabar, audio visual dan elektronik, tetapi juga sumber-sumber informasi lainnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perkembangan teknologi informasi beberapa tahun belakangan ini berkembang dengan cepat. Hal ini telah mengubah paradigma masyarakat dalam mencari dan mendapatkan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA.

IMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA. IMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA munir@upi.edu PENGANTAR e-learning suatu istilah yang digunakan terhadap proses belajar mengajar berbasis online tanpa dibatasi

Lebih terperinci

Mengapa menggunakan ICT. Bagaimana level kompetensi ICT bagi seorang guru? Pemanfaatan ICT untuk Pembelajaran 5/24/12. Learning: dahulu vs sekarang

Mengapa menggunakan ICT. Bagaimana level kompetensi ICT bagi seorang guru? Pemanfaatan ICT untuk Pembelajaran 5/24/12. Learning: dahulu vs sekarang Learning: dahulu vs sekarang Pemanfaatan ICT untuk Pembelajaran Herman Dwi Surjono, Ph.D. Dosen FT dan PPs UNY Kepala Puskom UNY hermansurjono@uny.ac.id http://blog.uny.ac.id/hermansurjono http://herman.elearning-jogja.org

Lebih terperinci

e-learning: Konsep dan Pemanfaatan Outline Definisi E-learning Konsep e-learning

e-learning: Konsep dan Pemanfaatan Outline Definisi E-learning Konsep e-learning 1 2 3 4 e-learning: Konsep dan Pemanfaatan Prof. Herman Dwi Surjono, Ph.D. http://blog.uny.ac.id/hermansurjono Outline Definisi e-learning Konsep e-learning E-learning framework Komponen e-learning Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi sangat pesat khususnya di bidang informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi sangat pesat khususnya di bidang informasi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi sangat pesat khususnya di bidang informasi dan komunikasi pada era globalisasi seperti sekarang ini. Teknologi informasi merupakan istilah

Lebih terperinci

S Pembelajaran berbasis komputer (CBL) S CD pembelajaran S Multimedia pembelajaran S Aplikasi tutorial S Games, dll. S Pembelajaran berbasis web (WBL)

S Pembelajaran berbasis komputer (CBL) S CD pembelajaran S Multimedia pembelajaran S Aplikasi tutorial S Games, dll. S Pembelajaran berbasis web (WBL) Belajar: dahulu vs sekarang Perkembangan Teknologi E-Learning Herman Dwi Surjono, Ph.D. Dosen FT dan PPs UNY Kepala Puskom UNY http://blog.uny.ac.id/hermansurjono http://herman.elearning-jogja.org http://www.facebook.com/hermands

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (Information and

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (Information and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communication Technology) telah membawa perubahan pada dunia pendidikan. Saat ini terdapat suatu

Lebih terperinci

Aplikasi Komputer. Pengenalan E-learning. Miftahul Fikri, M.Si. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen.

Aplikasi Komputer. Pengenalan E-learning. Miftahul Fikri, M.Si. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen. Modul ke: Pengenalan E-learning Fakultas Ekonomi dan Bisnis Miftahul Fikri, M.Si Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Jaya Kumar C. Koran (2002), mendefinisikan e-learning sebagai sembarang pengajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ruangan kelas, dengan kondisi dimana guru atau pengajar mengajar di depan

BAB I PENDAHULUAN. ruangan kelas, dengan kondisi dimana guru atau pengajar mengajar di depan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum kegiatan belajar mengajar harus dilakukan hanya dalam ruangan kelas, dengan kondisi dimana guru atau pengajar mengajar di depan kelas sambil sesekali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kata globalisasi sering dipakai sebagai salah satu ciri abad 21. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Kata globalisasi sering dipakai sebagai salah satu ciri abad 21. Globalisasi BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar belakang Masalah Kata globalisasi sering dipakai sebagai salah satu ciri abad 21. Globalisasi adalah suatu fakta yang tidak dapat dihindari dan sekaligus merupakan suatu proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teknologi komputer membawa pengaruh yang cukup besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teknologi komputer membawa pengaruh yang cukup besar bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi komputer membawa pengaruh yang cukup besar bagi kehidupan manusia di seluruh dunia. Dalam berbagai aspek kehidupan, manusia terus mengembangkan teknologi

Lebih terperinci

GAMBARAN COPING STRESS PADA WANITA MADYA DALAM MENGHADAPI PRAMENOPAUSE SKRIPSI HILMAYANI NASUTION

GAMBARAN COPING STRESS PADA WANITA MADYA DALAM MENGHADAPI PRAMENOPAUSE SKRIPSI HILMAYANI NASUTION GAMBARAN COPING STRESS PADA WANITA MADYA DALAM MENGHADAPI PRAMENOPAUSE SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: HILMAYANI NASUTION 041301009 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PENDIDIK DAN KEMANDIRIAN MAHASISWA.

IMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PENDIDIK DAN KEMANDIRIAN MAHASISWA. IMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PENDIDIK DAN KEMANDIRIAN MAHASISWA munir@upi.edu PENGANTAR Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya media pembelajaran dapat menghantarkan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN INTERNET SEBAGAI TEKNOLOGI INFORMASI DI KALANGAN MAHASISWA EKONOMI AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

PENGGUNAAN INTERNET SEBAGAI TEKNOLOGI INFORMASI DI KALANGAN MAHASISWA EKONOMI AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI PENGGUNAAN INTERNET SEBAGAI TEKNOLOGI INFORMASI DI KALANGAN MAHASISWA EKONOMI AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi saat ini mengarahkan sejarah teknologi pendidikan pada alur yang baru. Seiring dengan berkembangnya

Lebih terperinci

PERTEMUAN III. Kode Mata Kuliah Semester. 4 (empat) SKS. 2 (dua) Prodi/Fakultas. S1 Informatika / F.T. Febrian

PERTEMUAN III. Kode Mata Kuliah Semester. 4 (empat) SKS. 2 (dua) Prodi/Fakultas. S1 Informatika / F.T. Febrian PERTEMUAN III Kode Mata Kuliah 6715320445 Semester 4 (empat) SKS 2 (dua) Prodi/Fakultas S1 Informatika / F.T FUNGSI E-LEARNING Menurut Siahaan (2003), setidaknya ada 3 (tiga) fungsi pembelajaran elektronik

Lebih terperinci

Software User Manual E-Learning Panduan Bagi Mahasiswa

Software User Manual E-Learning Panduan Bagi Mahasiswa Software User Manual E-Learning Panduan Bagi Mahasiswa [E-learning Mahasiswa] Page 0 KATA PENGANTAR Pendidikan merupakan salah satu pilar bangsa yang perlu diselenggarakan dan ditingkatkan pelaksanaannya.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA KARYAWAN SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan. Ujian Sarjana Psikologi

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA KARYAWAN SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan. Ujian Sarjana Psikologi HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA KARYAWAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi OLEH FITRI DIAN ADLINA 101301091 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN JOB DEMAND DENGAN CYBERLOAFING PADA GURU DI PUCCA LEARNING CENTER SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan. Ujian Sarjana Psikologi.

HUBUNGAN JOB DEMAND DENGAN CYBERLOAFING PADA GURU DI PUCCA LEARNING CENTER SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan. Ujian Sarjana Psikologi. HUBUNGAN JOB DEMAND DENGAN CYBERLOAFING PADA GURU DI PUCCA LEARNING CENTER SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh JULIANA EKA PUTRI 121301055 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

GAMBARAN SELF-EFFICACY PADA MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA YANG BERASAL DARI PAPUA SKRIPSI. Rony Syahputra

GAMBARAN SELF-EFFICACY PADA MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA YANG BERASAL DARI PAPUA SKRIPSI. Rony Syahputra GAMBARAN SELF-EFFICACY PADA MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA YANG BERASAL DARI PAPUA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh : Rony Syahputra 111301048 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERSEPSI TERHADAP PENGEMBANGAN KARIR ANTARA WANITA MENIKAH DENGAN WANITA BELUM MENIKAH (SINGLE) SKRIPSI

PERBEDAAN PERSEPSI TERHADAP PENGEMBANGAN KARIR ANTARA WANITA MENIKAH DENGAN WANITA BELUM MENIKAH (SINGLE) SKRIPSI PERBEDAAN PERSEPSI TERHADAP PENGEMBANGAN KARIR ANTARA WANITA MENIKAH DENGAN WANITA BELUM MENIKAH (SINGLE) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh : SULASTRIE 071301003

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEYAKINAN DIRI DENGAN PENYESUAIAN DIRI SISWA KELAS X SMA BUDI MURNI DELI TUA YANG TINGGAL DI ASRAMA PRISKA SILITONGA

HUBUNGAN ANTARA KEYAKINAN DIRI DENGAN PENYESUAIAN DIRI SISWA KELAS X SMA BUDI MURNI DELI TUA YANG TINGGAL DI ASRAMA PRISKA SILITONGA HUBUNGAN ANTARA KEYAKINAN DIRI DENGAN PENYESUAIAN DIRI SISWA KELAS X SMA BUDI MURNI DELI TUA YANG TINGGAL DI ASRAMA Oleh PRISKA SILITONGA 061301048 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA GENAP,

Lebih terperinci

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi PENGARUH BULLYING DI TEMPAT KERJA TERHADAP BURNOUT PADA KARYAWAN SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: CITRA WAHYUNI 111301109 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

Nomor : 05/465/F-/III/2009 Jakarta, 10 Maret Perihal: Tata Cara Perkuliahan e-learning

Nomor : 05/465/F-/III/2009 Jakarta, 10 Maret Perihal: Tata Cara Perkuliahan e-learning Nomor : 05/465/F-/III/2009 Jakarta, 10 Maret 2009 Yang terhormat, Bapak Bapak/Ibu Dosen Pengampu Mata Kuliah e-learning Semester Genap Tahun Akademik 2008/2009 Program Kelas Karyawan, Universitas Mercu

Lebih terperinci

fesejarah Teknisi Jardiknas Written by Administrator Wednesday, 10 January 2007

fesejarah Teknisi Jardiknas Written by Administrator Wednesday, 10 January 2007 fesejarah Teknisi Jardiknas Written by Administrator Wednesday, 10 January 2007 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa tujuan Pendirian Negara Republik Indonesia antara lain adalah mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menganalisis merupakan bagian penting dalam kemampuan berfikir tingkat tinggi, hal ini disebabkan karena jika siswa sudah memiliki kemampuan berfikir analitis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Electronic Learning atau yang biasa disingkat dengan e-learning merupakan cara baru yang terdapat pada dunia pendidikan, dimana proses belajar mengajar menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2005: 247). Penelitian dengan

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2005: 247). Penelitian dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional kuantitatif. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya

Lebih terperinci

PENGARUH ATRIBUT PRODUK TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PENGGUNA SMARTPHONE SAMSUNG GALAXY SERIES SKRIPSI RAHARJA FAKULTAS PSIKOLOGI

PENGARUH ATRIBUT PRODUK TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PENGGUNA SMARTPHONE SAMSUNG GALAXY SERIES SKRIPSI RAHARJA FAKULTAS PSIKOLOGI PENGARUH ATRIBUT PRODUK TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PENGGUNA SMARTPHONE SAMSUNG GALAXY SERIES SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh RAHARJA 091301067 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

JAUH PA D A P E R G U R UAN

JAUH PA D A P E R G U R UAN 133 B A B I X P E N D I D I K A N JARAK JAUH PA D A P E R G U R UAN T I N G G I A. P R O G R A M P E N D I D I K A N T I N G G I J A R A K J A U H Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 107/U/2001

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI IKLIM SEKOLAH TERHADAP STUDENT ENGAGEMENT PADA SISWA SMA SULTAN ISKANDAR MUDA MEDAN SKRIPSI MUHAMMAD ANGGY FAJAR PURBA

PENGARUH PERSEPSI IKLIM SEKOLAH TERHADAP STUDENT ENGAGEMENT PADA SISWA SMA SULTAN ISKANDAR MUDA MEDAN SKRIPSI MUHAMMAD ANGGY FAJAR PURBA PENGARUH PERSEPSI IKLIM SEKOLAH TERHADAP STUDENT ENGAGEMENT PADA SISWA SMA SULTAN ISKANDAR MUDA MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: MUHAMMAD ANGGY FAJAR PURBA

Lebih terperinci

PROSES PEMBELAJARAN MELALUI MEDIA ELEKTRONIK (e-learning)

PROSES PEMBELAJARAN MELALUI MEDIA ELEKTRONIK (e-learning) PROSES PEMBELAJARAN MELALUI MEDIA ELEKTRONIK (e-learning) Oleh : Dwi Heri Sudaryanto, S.Kom *) ABSTRAK Konsep dan mekanisme kegiatan pembelajaran di jaman sekarang sudah bergeser ke proses pembelajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang I. PENDAHULUAN Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar adalah susatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, pesatnya kemajuan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, pesatnya kemajuan teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah menyebar ke setiap aspek, hampir seluruh dimensi kehidupan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN SELF- REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI USU TIS A MUHARRANI

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN SELF- REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI USU TIS A MUHARRANI HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN SELF- REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI USU Oleh TIS A MUHARRANI 061301015 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA GENAP, 2011/2012 LEMBAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses sistematis untuk meningkatkan martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi pendidikan yang intinya untuk

Lebih terperinci

SKRIPSI. Nadya Putri Delwis FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA GENAP, 2013/2014

SKRIPSI. Nadya Putri Delwis FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA GENAP, 2013/2014 PERBEDAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA SINGLE SEX SCHOOLS DAN COEDUCATIONAL SCHOOLS DI KOTA PADANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: Nadya Putri Delwis 101301024 FAKULTAS

Lebih terperinci

GAMBARAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KUALITAS E-LEARNING DI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI MARISA ANDRA

GAMBARAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KUALITAS E-LEARNING DI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI MARISA ANDRA GAMBARAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KUALITAS E-LEARNING DI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh MARISA ANDRA 081301039

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi siswa. Pendidikan juga merupakan suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa pendidik diharapkan mengembangkan materi pembelajaran, yang kemudian dipertegas melalui Peraturan Menteri Pendidikan

Lebih terperinci

STRUKTUR SIKAP Komponen Kognitif Komponen Afektif Komponen Konatif

STRUKTUR SIKAP Komponen Kognitif Komponen Afektif Komponen Konatif STRUKTUR DAN PEMBENTUKAN SIKAP STRUKTUR SIKAP Komponen Kognitif Komponen Afektif Komponen Konatif Komponen Kognitif Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Berisi persepsi,

Lebih terperinci

PENGARUH BRAND IMAGE TERHADAP INTENSI MEMBELI PRODUK IPHONE PADA SISWA-SISWI SMA SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan. Ujian Sarjana Psikologi

PENGARUH BRAND IMAGE TERHADAP INTENSI MEMBELI PRODUK IPHONE PADA SISWA-SISWI SMA SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan. Ujian Sarjana Psikologi PENGARUH BRAND IMAGE TERHADAP INTENSI MEMBELI PRODUK IPHONE PADA SISWA-SISWI SMA SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: Siti Melisa Harahap 111301005 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan diharapkan setiap individu mendapatkan pengetahuan yang dapat

Lebih terperinci

EKSPLORASI PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE E-LEARNING Oleh : Eva Imania Eliasa, S.Pd

EKSPLORASI PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE E-LEARNING Oleh : Eva Imania Eliasa, S.Pd EKSPLORASI PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE E-LEARNING Oleh : Eva Imania Eliasa, S.Pd PENDAHULUAN E-learning atau biasa disebut electronic learning adalah the process of learning online especial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman yang serba teknologi ini, gadget smartphone merupakan sebuah alat

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman yang serba teknologi ini, gadget smartphone merupakan sebuah alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi komunikasi dalam wujud ponsel merupakan fenomena yang paling unik dan menarik dalam penggunaannya, karena termasuk benda elektronik yang mudah digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan komunikasi diantara sesamanya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan komunikasi diantara sesamanya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan komunikasi diantara sesamanya, untuk dapat saling berhubungan satu dengan yang lainnya, maka manusia mulai mencari dan menciptakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI KONGRUENSI BUDAYA DENGAN INTERGROUP CONTACT PADA MASYARAKAT SUKU BATAK TOBA TERHADAP MASYARAKAT SUKU NIAS DI KABUPATEN SIMALUNGUN

HUBUNGAN PERSEPSI KONGRUENSI BUDAYA DENGAN INTERGROUP CONTACT PADA MASYARAKAT SUKU BATAK TOBA TERHADAP MASYARAKAT SUKU NIAS DI KABUPATEN SIMALUNGUN HUBUNGAN PERSEPSI KONGRUENSI BUDAYA DENGAN INTERGROUP CONTACT PADA MASYARAKAT SUKU BATAK TOBA TERHADAP MASYARAKAT SUKU NIAS DI KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana

Lebih terperinci

2.1 Dasar Teori E-Learning

2.1 Dasar Teori E-Learning 2.1 Dasar Teori 2.1.1 E-Learning Istilah e-learning mengandung pengertian yang sangat luas, sehingga banyak pakar yang menguraikan tentang definisi e-learning dari berbagai sudut pandang. Salah satu definisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 2 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identitas Variabel Variabel merupakan suatu yang dapat berubah-ubah dan mempunyai nilai yang berbeda-beda, menurut (Sugiyanto, 2001),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada saat ini sudah sangatlah pesat. Telah tersediakan beragam layanan yang mendukung untuk perkembangan teknologi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisikan pernyataan penelitian, hipotesis penelitian, variabel penelitian, responden penelitian, alat ukur penelitian, prosedur penelitian, dan metode analisis data.

Lebih terperinci

WORKSHOP Pelatihan Pembelajaran Online Dosen

WORKSHOP Pelatihan Pembelajaran Online Dosen Fakultas Syari ah Universitas Islam Negeri SMH Banten WORKSHOP Pelatihan Pembelajaran Online Dosen Oleh : Edy Nasri,M.Kom Serang, 26 April 2017 Pembelajaran Online Sistem pembelajaran online adalah hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan, baik metode pembelajaran secara personal, media pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan, baik metode pembelajaran secara personal, media pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa perubahan yang sangat besar bagi kemajuan dunia pendidikan. Seiring dengan perkembangan tersebut metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dewasa ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dewasa ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dewasa ini telah membawa perubahan pesat dalam aspek kehidupan manusia, perkembangan tersebut telah mengubah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI Husni Mubarok, S.Pd., M.Si. Tadris Biologi IAIN Jember PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI CHAPTER 6 Pengembangan Ajar Berbasis Web/ Internet/ Elektronik Jenis Software OS/ Operating System: software yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif digunakan untuk meneliti

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH DIMENSI KUALITAS LAYANAN, DIMENSI KUALITAS SISTEM DAN DIMENSI KUALITAS INFORMASI TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PENGGUNA ONLINE SHOPPING

SKRIPSI PENGARUH DIMENSI KUALITAS LAYANAN, DIMENSI KUALITAS SISTEM DAN DIMENSI KUALITAS INFORMASI TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PENGGUNA ONLINE SHOPPING SKRIPSI PENGARUH DIMENSI KUALITAS LAYANAN, DIMENSI KUALITAS SISTEM DAN DIMENSI KUALITAS INFORMASI TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PENGGUNA ONLINE SHOPPING PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi informasi beberapa tahun belakangan ini berkembang dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga dengan perkembangan ini telah mengubah paradigma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sumber kemajuan bangsa yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sumber kemajuan bangsa yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sumber kemajuan bangsa yang sangat menentukan daya saing antar bangsa. Oleh karena itu sektor pendidikan harus terus ditingkatkan mutunya.

Lebih terperinci

MAKALAH. Pemanfaatan jaringan teknologi informasi untuk dunia pendidikan. DISUSUN OLEH : : Drs. T A W I N

MAKALAH. Pemanfaatan jaringan teknologi informasi untuk dunia pendidikan. DISUSUN OLEH : : Drs. T A W I N MAKALAH Pemanfaatan jaringan teknologi informasi untuk dunia pendidikan. DISUSUN OLEH : NAMA ASAL SEKOLAH : Drs. T A W I N : MAN 1 KOTA PROBOLINGGO PELATIHAN JARDIKNAS KOTA PROBOLINGGO 2007 Pemanfaatan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak globalisasi adalah perkembangan Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) atau Information and Communication

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak globalisasi adalah perkembangan Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) atau Information and Communication 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi ditandai dengan perubahan paradigma masyarakat dari lokal menjadi global. Masyarakat awalnya hanya berinteraksi dalam suatu kelompok tertentu, tetapi

Lebih terperinci

PERBEDAAN KECEMASAN KOMUNIKASI ANTARA MAHASISWA YANG MENGIKUTI PENDEKATAN PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED LEARNING DENGAN TEACHER CENTERED LEARNING

PERBEDAAN KECEMASAN KOMUNIKASI ANTARA MAHASISWA YANG MENGIKUTI PENDEKATAN PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED LEARNING DENGAN TEACHER CENTERED LEARNING PERBEDAAN KECEMASAN KOMUNIKASI ANTARA MAHASISWA YANG MENGIKUTI PENDEKATAN PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED LEARNING DENGAN TEACHER CENTERED LEARNING SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana

Lebih terperinci