BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Gantina (2011) mengatakan bahwa self management merupakan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Gantina (2011) mengatakan bahwa self management merupakan"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. SELF MANAGEMENT 1. Definisi Self Management Menurut Gantina (2011) mengatakan bahwa self management merupakan prosedur pada individu untuk mengatur prilakunya sendiri. Pendapat tersebut senada dengan pendapat Gie (2000) self management berarti mendorong diri sendiri untuk maju, mengatur kemampuan dirinya, mengendalikan kemampuan untuk mencapai hal-hal yang baik, dan mengembangkan berbagai segi dari kehidupan pribadi. Self management diperlukan bagi seseorang agar mampu menjadikan dirinya sebagai pribadi yang berkualitas dan bermanfaat dalam menjalani kehidupannya. Self management juga membantu orang-orang untuk mengarahkan setiap prilakunya kepada hal-hal positif dan dapat mengatur dirinya ke arah yang lebih baik dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Self management dan self-regulated merupakan instilah yang sering dijumpai dalam literatur psikologi, khususnya dalam psikologi pendidikan. menurut Rismanto (2016) self management merupakan kemampuan untuk mengatur dan mengelola dirinya. Sedangkan menurut Zimmerman (Woolfolk, 2004) mengatakan bahwa self-regulation merupakan sebuah proses dimana seseorang peserta didik mengaktifkan dan menopang kognisi, perilaku, dan perasaannya yang secara sistematis berorientasi pada pencapaian suatu tujuan. Secara teoritis 14

2 15 dapat dikatakan bahwa self management menjadi aspek dalam membentuk selfregulated learning. Jadi ketika individu sudah meregulasi dirinya, maka individu tersebut memiliki self management, namun ketika individu mampu memanajemen dirinya belum tentu individu tersebut sudah meregulasi dirinya. 2. Definisi Academic Self Management Self management juga berfokus dalam bidang pendidikan yang dikenal dengan Academic self management dan dimiliki oleh pelajar baik siswa maupun mahasiswa. Menurut Menurut Cormier & Cormier (1985), self management adalah suatu proses dimana seseorang mengarahkan tingkah lakunya sendiri dengan menggunakan satu strategi. Pendapat tersebut sejalan dengan Dembo (2004) menyatakan academic self management adalah strategi yang digunakanpelajar untuk menggontrol faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar, yang meliputi strategi prilaku (manajemen waktu, dan pengaturan lingkungan fisik dan sosial), strategi motivasi (menyusun tujuan dan meregulasi emosi serta usasha) dan strategi cara belajar (belajar dari buku bacaan, belajar dari dosen, mempersiapkan diri untuk ujian, dan menjalani ujian) Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa academic self management merupakan suatu pengaturan diri untuk membuat strategi dalam pendidikan yang digunakan oleh pelajar untuk bisa mengontrol cara belajarnya sehingga dapat mencegah dan menghindari faktor-faktor penghambat dalam belajar. 15

3 16 3. Komponen Academic Self Management Zimmerman & Risemberg (dalam Dembo, 2004), terdapat lima komponen dalam academic self management, yaitu: a. Motivasi Motivasi merupakan proses internal yang memberikan perilaku yang berenergi dan terarah. Proses internal tersebut seperti tujuan seseorang, keyakinan, persepsi, dan juga harapan. Misalnya, ketekunan dalam mengerjakan tugas berhubungan dengan seberapa kompeten kamu dapat menyelesaikan tugas tersebut. selain itu, keyakinan seseorang tentang penyebab keberhasilan dan kegagalan pada tugas-tugas ini mempengaruhi motivasi seseorang dan tindakannya pada tugas-tugas dimasa yang akan datang. Salah satu perbedaan utama dari pelajar yang sukses dan pelajar yang tidak sukses adalah dalam hal motivasi, pelajar yang sukses mampu memotivasi dirinya sendiri walaupun dia sedang berada dalam kondisi yang kurang baik, sedangkan pelajar yang tidak sukses cenderung sulit untuk mengatur motivasi mereka. Pelajar yang sukses seharusnya mampu berkonsentrasi dan yakin dengan kemampuannya dan pengaruh dari lingkungan. Selain itu masalah lainnya dalam motivasi adalah ketekunan. Pelajar dapat memotivasi dirinya sendiri, namun tidak tekun karena ada hal-hal yang mengganggu selama motivasi sedang dibangun. Gangguan yang kecil dapat 16

4 17 menyebabkan motivasi seseorang menjadi menurun. Untuk menjadi pelajar yang sukses, seharusnya mampu untuk berkonsentrasi dan tanggap dengan lingkungan yang mengganggu. Setiap pelajar melewati setiap proses yang berbeda untuk mengatur perilakunya. b. Metode Belajar Metode belajar sering juga dikenal sebagai strategi belajar. Strategi belajar merupakan suatu metode yang digunakan pelajar untuk mendapatkan informasi. Pelajar dengan prestasi yang tinggi menggunakaan strategi belajar yang lebih baik daripada pelajar yang memiliki prestasi yang rendah. Strategi belajar yang dapat digunakan seperti menggarisbawahi kalimat yang penting, meringkas, dan menguraikan. Pelajar yang sukses diharapkan memiliki strategi pembelajaran yang baik. Hal ini dapat dilakukan dengan memperlengkapi hal-hal yang membantu pelajar dalam memahami sesuatu. Seperti membuat catatan kecil ketika guru menerangkan sehingga pada waktu ujian memiliki gambaran tentang poinpoin penting dan memudahkan untuk menghafal bahan pelajaran. c. Penggunaan Waktu Pelajar dengan kemampuan manajemen waktu yang lebih baik cenderung memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan pelajar yang keterampilan manajemen waktu yang tidak baik. Manajemen waktu sangat dibutuhkan karena berdampak dengan management diri pelajar. Jika seorang 17

5 18 pelajar mengalami kesulitan dalam waktu, dia akan mengalami kesulitan untuk mengatur tugas mana yang harus diselesaikan terlebih dahulu. d. Lingkungan Fisik dan Sosial Komponen ini berkaitan dengan kemampuan peserta didik untuk merekonstrusi lingkungan fisik dan sosial untuk memenuhi kebutuhan pelajar. Merekonstruksi lingkungan fisik berhubungan dengan tempat untuk belajar yang tenang dan tidak mengganggu kegiatan belajar. Merekonstruksi lingkungan sosial berhubungan dengan kemampuan individu untuk menentukan kapan dia harus belajar dalam kelompok, belajar sendiri atau dengan teman, kapan waktunya dia membutuhkan bimbingan dosen, guru pribadi, ataupun melalui sumber nonsosial (seperti melalui referensi buku atau menggunakan internet). e. Performansi Pada saat pelajar belajar bagaimana mengamati dan mengontrol setiap performansi, pelajar dapat menjadi mentor diri sendiri. Pelajar dapat mempraktekkan kemampuan yang dimilikinya, proses pengevaluasian diri, dan membuat perubahan sehingga tujuan dapat tercapai. 18

6 19 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Academic Self Management Dembo (2004) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi academic self management, yaitu: a. Faktor personal dan sosiokultural Faktor personal meliputi bagaimana sikap, keyakinan, dan nilai-nilai yang dibawa siswa sampai ke perguruan tinggi berdasarkan pengalaman pribadi dan sosial budaya mereka. Hal ini mempengaruhui bagaimana motivasi, perilaku, dan kelangsungan studi pelajar. Selain itu, faktor sosiokultural juga mempengaruhi bagaimana motivasi siswa, hal tersebut dapat dilihat dari level sosioekonomi, tingkat pendidikan orangtua, dan harapan orangtua dapat mempengaruhi motivasi dan perilaku pelajar. b. Faktor lingkungan kelas Faktor lingkungan yang mempengaruhi academic self management akan mempengaruhi bagaimana academic self management pelajar di dalam kelas, seperti jenis tugas yang diberikan, perilaku instruktur, dan metode pembelajaran. c. Faktor internal Faktor internal meliputi tujuan siswa, kepercayaan, perasaan dan persepsi pelajar yang akan berpengaruh terhadap academic self management. Misalnya, jika pelajar menghargai tugas dan dapat menguasainya, maka pelajar cenderung menggunakan strategi belajar yang berbeda, berusaha keras, dan bertahan sampai tugas terselesaikan. 19

7 20 5. Strategi Dari Academic Self Management Menurut Dembo (2004), strategi dari academic self management dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu: a. Strategi motivasi Strategi motivasi seperti menyusun tujuan dan meregulasi emosi serta usaha. Perencanaan tujuan meliputi proses membuat standart untuk performansi. Tujuan membantu pelajar untuk lebih aware terhadap hasil dan menentukan apa yang ingin dilakukannya.. Emosi akademik dapat mempengaruhi proses belajar seseorang, kontrol diri, dan pencapaian akademik. Komponen utama dalam menentukan emosi yaitu self talk. Self talk berfungsi untuk memicu seseorang untuk menjadi produktif dalam belajar b. Strategi prilaku Strategi prilaku seperti manajemen atau mengatur waktu, pengaturan lingkungan fisik dan sosial. Manajemen waktu bertujuan untuk memastikan bahwa semua tugas yang dianggap lebih penting sudah terlaksana, oleh karena itu dibutuhkan strategi-strategi dalam mengatur waktu tersebut, seperti membuat jadwal belajar, mengatur jam istirahat dalam proses belajar, memiliki alternatif kegiatan yang akan diberikan ketika waktu senggang. Pengaturan lingkungan fisik dan sosial meliputi kemampuan untuk menentukan kapan pelajar harus bekerja sendiri atau dengan orang lain, 20

8 21 kapan waktunya untuk mencari bantuan dari tutor, teman sebaya, dan sumber nonsosial lain. c. Strategi cara belajar Strategi cara belajar meliputi belajar dari buku bacaan, belajar dari dosen, mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian, dan dalam menjalani ujian. Sebagai seorang pembaca yang belajar mealui buku bacaan diharapkan mampu menentukan poin-poin penting dari bacaan, meringkas informasi, memperoleh pemahaman dan kesimpulan dari materi yang sudah dibaca. Pada saat dosen memberikan informasi diharapkan seorang pelajar mampu memperoleh pesan yang disampaikan oleh dosen. Pelajar juga diharapkan mempersiapkan dirinya sebelum mengikuti ujian dengan mengulangi pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya. B. E-LEARNING 1. Pengertian E-learning Perkembangan teknologi merupakan salah satu hal yang tidak dapat dihindari. Kemajuan teknologi berjalan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Salah satu respon positif dari perkembangan teknologi tersebut adalah pembelajaran berbasis e-learning. E-learning tersusun dari dua bagian, yaitu 'e' yang merupakan singkatan dari 'electronica' dan 'learning' yang berarti 'pembelajaran'. Jadi e- learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika. Jadi dalam pelaksanaannya, e-learning menggunakan jasa audio, 21

9 22 video atau perangkat komputer atau kombinasi dari ketiganya yang didukung dengan penggunaan teknologi sebagai medianya (Santrock, 2007) E-learning sendiri memiliki berbagai macam pengertian. Menurut Naidu (2006), e-learning merupakan penggunaan jaringan teknologi informasi dan komunikasi yang disengaja dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Pendapat tersebut hampir sama dengan pendapat Rosenberg (2006), yang mengatakan bahwa e-learning merupakan penggunaan teknologi internet untuk menciptakan atau mengirimkan lingkungan pembelajaran yang meliputi sekumpulan sumber instruksi, informasi, dan solusi, yang bertujuan untuk meningkatkan performansi individu dan organisasi. Pada umunya, e-learning merupakan proses pembelajaran yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, khususnya internet, yang bertujuan agar pelajar dan pengajar dapat berkomunikasi tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Santock (2007) yang menyatakan bahwa internet merupakan inti dari komunikasi melalui komputer. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa e-learning memanfaatkan kemajuan teknologi dalam proses pembelajaran dengan menggunakan jaringan internet, sehingga memudahkan kegiatan belajar mengajar. 22

10 23 2. Pola Penggunaan E-Learning Menurut Romiszowski (dalam Naidu, 2006) ada empat pola penggunaan e- learning, yaitu: a. Individual self-paced e-learning online yang mengarahkan pada situasi pelajar yang mengakses intranet atau internet menjadi sumber belajar. Contoh dari tipe ini adalah pelajar yang sedang belajar sendiri atau mengadakan penelitian pada internet atau jaringan lokal. b. Individual self-paced e-learning offline yang mengarahkan pada situasi pelajar yang tidak menggunakan intranet atau internet sebagai sumber belajarnya. Contoh dari tipe ini adalah pelajar yang belajar melalui media seperti CD dan DVD. c. Group-based e-learning synchronously yang mengarah pada situasi sekelompok pelajar, belajar bersama dalam waktu yang nyata melalui media intranet atau internet. Hal ini meliputi komunikasi dua arah yang menggunakan audio dan video konferensi d. Group-based e-learning asynchronously yang mengarah pada situasi sekelompok pelajar yang tidak harus belajar dalam waktu yang sama. Contoh dari tipe ini berupa diskusi online melalui dan konferensi dengan pembelajaran sistem manajemen. 23

11 24 3. Kelebihan E-learning Menurut Bates dan Wulf (dalam Nisa, 2012) pembelajaran melalui e-learning memiliki kelebihan, antara lain: a. Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur (enhance interactivity). Apabila dirancang secara cermat, pembelajaran elektronik dapat meningkatkan kadar interaksi pembelajaran, baik antara peserta didik dengan guru/instruktur, antara sesama peserta didik, maupun antara peserta didik dengan bahan belajar (enhance interactivity). b. Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place exibility). Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan tersedia untuk diakses oleh peserta didik melalui internet, maka peserta didik dapat melakukan interaksi dengan sumber belajar ini kapan saja dan dari mana saja. c. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global audience). Dengan eksibilitas waktu dan tempat, maka jumlah peserta didik yang dapat dijangkau melalui kegiatan pembelajaran elektronik semakin lebih banyak atau meluas. Ruang dan tempat serta waktu tidak lagi menjadi hambatan. Siapa saja, di mana saja, dan kapan saja, seseorang dapat belajar. d. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities). Fasilitas yang 24

12 25 tersedia dalam teknologi internet dan berbagai perangkat lunak yang terus berkembang turut membantu mempermudah pengembangan bahan belajar elektronik. Demikian juga dengan penyempurnaan atau pemutakhiran bahan belajar sesuai dengan tuntutan perkembangan materi keilmuannya dapat dilakukan secara periodik dan mudah. 4. Kekurangan E-learning Pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan. beberapa kritik mengenai e-learning menurut Yahfizham (2014) yaitu : a. Kurangnya interaksi antara pengajar dan yang diajar bahkan sesama diajar itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar-mengajar. b. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis. c. Proses pembelajaran cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan d. Berubahan peran dosen dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan TIK. e. Yang diajar tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal. f. Tidak semua tempat tersedia difasilitasi internet. g. Gagap dalam menguasai computer. 25

13 26 C. MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Mahasiswa adalah suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya dalam kaitannya dengan perguruan tinggi, sedangkan perguruan tinggi didefenisikan sebagai lembaga pendidikan formal di atas sekolah lanjutan menengah ke atas yang terutama memberikan pendidikan teori dari suatu ilmu pengetahuan, disamping mengajarkan keterampilan (skill) tertentu (Sarwono dalam Nugraha, 2001). Menurut Papalia (2003), mahasiswa termasuk dalam tahap pencapaian (achieving stage), yaitu tahap indivdu menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk mencapai kemandirian dan kompetensi, misalnya dalam hal karir dan keluarga. Masa di kampus merupakan tempat dimana mahasiswa dapat mengembangkan rasa ingin tahu mereka secara intelektual, dan meningkatkan kemampuan dalam hal bekerja serta meningkatkan kesempatan untuk memperoleh pekerjaan Mahasiswa USU merupakan peserta didik yang terdaftar di USU secara sah pada satu jenis pendidikan akademik, profesi, dan/atau vokasi. Mahasiswa USU dapat dikategorikan ke dalam beberapa program, yaitu program diploma, program strata-1, dan program pascasarjana. memiliki beberapa program studi, seperti fakultas kedokteran, fakultas hukum, fakultas pertanian, fakultas teknik, fakultas ekonomi, fakultas kedokteran gigi, fakultas 26

14 27 ilmu budaya, fakultas MIPA, fakultas FISIP, fakultas keseharan masyarakat, fakultas keperawatan, fakultas psikologi, fakultas farmasi, dan faultas fasilkom. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel dari mahasiswa USU program strata-1 fakultas psikologi. Mahasiswa psikologi adalah individu yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi, dimana individu dituntut untuk menguasai teori-teori psikologi. Batasan umur untuk mahasiswa tidaklah bersifat mutlak, karena realita di lapangan, banyak individu yang menyandang gelar mahasiswa kurang dari usia yang tertulis ataupun lebih dari batas atas. Fakultas Psikologi USU memberikan fasilitas belajar menggunakan e-learning, seperti menyediakan OHP pada setiap kelas, menyediakan jaringan internet untuk membantu mahasiswa mencari referensi di internet. Hampir seluruh mahasiswa di Fakultas Psikologi USU pernah melakukan e-learning, termasuk dalam kegiatan perkuliahan. Pemanfaatan e-learning ini sendiri dimulai dari pengisian Kartu Rencana Studi secara online setiap semester, kuliah online pada matakuliah tertentu, dan pemutaran film dalam bentuk audiovideo dalam perkuliahan tertentu, serta pengiriman tugas kelompok maupun individu melalui . D. HUBUNGAN ACADEMIC SELF MANAGEMENT DENGAN PENGGUNAAN E-LEARNING PADA MAHASISWA PSIKOLOGI USU Mahasiswa Fakultas Psikologi USU berperan sebagai individu yang menjalani pendidikan orang dewasa dan dituntut untuk dapat mengatur dirinya untuk 27

15 28 belajar. Dalam menjalankan proses belajar mahasiswa dituntut untuk memanfaatkan hal-hal yang bisa membantu proses belajar mengajarnya, salah satunya dengan memanfaatkan e-learning. E-learning memiliki pengaruh yang positif terhadap mutu belajar mahasiswa. Ketika mahasiswa memanfaatkan elearning dengan intensif maka mutu belajar mahasiswa juga akan meningkat (Karwati, 2014). Mahasiswa Fakultas Psikologi menggunakan e-learning untuk mendukung proses belajarnya. Mahasiswa terdorong untuk menggunakan e-learning karena dapat diakses dimana saja dan kapan saja, tampilannya lebih menarik dibandingkan menggunakan buku. E- learning juga dapat berbentuk audio, visual, maupun audiovisual. E-learning dapat diartikan sebagai pembelajaran dengan menggunakan media atau jasa bantuan perangkat elektronika. Pembelajaran e-learning dapat dilakukan secara individu ataupun kelompok. Pola e-learning yang mendukung pembejaran seperti indidualized self-paced e-learning online, individualized self-paced e-learning offline, group based e-learning synchronously, dan group based e-learning asynchronously (Naidu, 2006). Pola e-learning indidualized self-paced e-learning online mengacu pada situassi dimana seorang individu belajar dengan memanfaatkan akses sumber belajar menggunakan jaringan internet atau intranet. Melalui pola ini maka mahasiswa akan cenderung untuk mengontrol, memonitoring, dan memilih metode pembelajaran secara individu dengan melibatkan media elektronik yang terhubung dengan jaringan internet. Media yang dapat dimanfaatkan oleh 28

16 29 mahasiswa seperti media sosial, dimana penggunaannya dapat berupa mengakses tutorial yang mendukung kegiatan belajar, memperoleh informasi yang ada di mancanegara, mengakses jurnal-jurnal online. Pola e-learning individualized self-paced e-learning offline mengacu pada situasi seorang pelajar yang menggunakan sumber belajar seperti perangkat elektronik dan tanpa melibatkan jaringan internet. Melalui pola ini maka mahasiswa akan cenderung mengontrol, memonitoring serta melibatkan media elekronik yang dapat mendukung proses belajar seperti laptop, smartphone, CD- ROM. Selain menggunakan perangkat elektronik, mahasiswa juga dapat memanfaatkan software atau aplikasi yang ada dalam perangkat elektronik tersebut. mahasiswa biasanya akan belajar menggunakan powerpoint slide dosen ataupun makalah dalam bentuk softcopy. Pola e-learning group based e-learning synchronously mengacu pada situasi kelompok pelajar yang berinteraksi dengan melibatkan jaringan internet dan saling terhubung dalam waktu yang sama. Hal ini termasuk konferensi berbasis chat, dan audio ataupun video yang saling terhubung satu arau dua arah. Terakhir pada pola e-learning group based e-learning asynchronously mengacu pada situasi dimana sekelompok pelajar bekerja melalui internet atau internet dan dalam pertukaran atau proses pembelajaran antara anggota kelompok terjadi dengan jeda waktu. Memanfaatkan e-learning untuk memaksimalkan proses belajar merupakan salah satu gambaran ketika mahasiswa mampu melakukan pengaturan diri untuk 29

17 30 belajar yang disebut sebagai academic self management. Academic self management merupakan pengaturan untuk membuat strategi dalam pendidikan yang digunakan oleh pelajar untuk bisa mengatur cara belajarnya dengan mengurangi dan menghilangkan faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam belajar. Terdapat 3 strategi dalam academic self managmenet yang dapat membantu mahasiswa untuk belajar, yaitu strategi motivasi, perilaku, dan cara belajar (Dembo, 2004). Strategi motivasi dapat melibatkan mahasiswa untuk terdorong menggunakan e-learning. Melalui e-learning mahasiswa mendapatkan proses pembeljaran yang efektif dan efisien serta menyenangkan. Hal tersebut menyebabkan mahasiswa terdorong untuk memanfaatkan e-learning untuk mendukung proses belajarnya (Uwes, 2008) Manajemen waktu meliputi mengatur waktu untuk belajar dan juga beristirahat. Lingkungan fisik dan sosial juga berpengaruh pada proses belajar, seperti kapan seseorang harus belajar sendiri, menggunakan internet sebagai referensi utama maupun sebagai referensi tambahannya, belajar dalam kelompok dengan menggunakan media grup chat. Melalui e-learning dapat memudahkan mahasiswa untuk berkomunikasi secara kelompok melalui grup chatting dengan teman ataupun dengan dosen, tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler (Yazdi, 2012). Strategi cara belajar yang dapat dilakukan mahasiswa seperti belajar dari buku bacaan dapat berbentuk harcopy ataupun softcopy dan menggunakan perangkat elektronik, menyusun rencana belajar untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian dapat menggunakan memo atau alarm untuk mengatur waktu. 30

18 31 Melalui academic self management, mahasiswa mampu mengurangi bahkan menghindari hal-hal apa saja yang dapat menghambat perkembangannya dalam akademik, seperti terlalu banyak mengikuti organisasi, kurangnya komitmen dalam belajar, penggunaan media sosial yang berlebihan, dan sebagainya. Sedangkan hal-hal yang mendukung perkembangan akademiknya, seperti metode belajarnya ataupun waktu yang efektif digunakan untuk belajar. Seseorang yang memiliki academic self management yang baik umumnya mampu untuk mengatur dirinya sendiri, tanpa harus melibatkan orang lain. Seseorang yang memiliki academic self management dapat mengatur kegiatan belajarnya, untuk memaksimalkan proses belajarnya. E-learning dapat melibatkan setiap strategi dalam academic self management. Ketika mahasiswa menggunakan pembelajaran e-learning maka mahasiswa tersebut juga mengasah kemampuannya untuk memotivasi diri, disiplin dalam penggunaan waktu, pengaturan lingkungan fisik dan sosial, serta cara belajar yang nyaman dan sesuai dengan dirinya sendiri. Ketika seorang mahasiswa memiliki academic self management yang baik, dia dapat memanfaatkan fasilitas e-learning yang ada untuk meningkatkan peforma akademiknya. 31

19 32 E. HIPOTESA PENELITIAN Berdasarkan uraian teoritis, maka peneliti membuat hipotesa, yaitu a. Hipotesa Mayor: Terdapat hubungan antara academic self management dengan pola penggunaan e-learning pada mahasiswa Fakultas Psikologi USU. b. Hipotesa minor: 1. Terdapat hubungan antara academic self managment dengan pola Individual self-paced e-learning online pada mahasiswa Fakultas Psikologi USU. 2. Terdapat hubungan antara academic self managment dengan pola Individual self-paced e-learning offline pada mahasiswa Fakultas Psikologi USU. 3. Terdapat hubungan antara academic self managment dengan pola Group-based e-learning synchronously pada mahasiswa Fakultas Psikologi USU. 4. Terdapat hubungan antara academic self managment dengan pola Group-based e-learning synchronously pada mahasiswa Fakultas Psikologi USU. 32

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi 1. Definisi persepsi Sensasi yang ditransmisikan ke otak adalah bentuk mentah dari energi yang harus diinterpretasi dan diorganisasi melalui sebuah proses yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paradigma lama. Para paradigma baru mahasiswa menjadi active learner. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. paradigma lama. Para paradigma baru mahasiswa menjadi active learner. Oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada paradigma lama proses belajar mengajar pada umumnya berlangsung di ruang kelas dan ditandai dengan kehadiran pendidik di muka kelas. Pendidik memiliki tanggung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Berbagai konsep dan teknik baru dalam pembelajaran telah banyak dikembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Berbagai konsep dan teknik baru dalam pembelajaran telah banyak dikembangkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berbagai konsep dan teknik baru dalam pembelajaran telah banyak dikembangkan untuk menggantikan metode tradisional yang hanya mengandalkan pada kuliah satu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Lahey (2007) mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku yang

BAB II LANDASAN TEORI. Lahey (2007) mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku yang BAB II LANDASAN TEORI A. Self-Directed Learning 1. Pengertian belajar Lahey (2007) mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku yang relatif permanen dan terjadi sebagai hasil dari latihan dan pengalaman.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. satu arah di kelas. Pandangan baru seperti active learning dan student-centered

BAB 1 PENDAHULUAN. satu arah di kelas. Pandangan baru seperti active learning dan student-centered BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berbagai konsep dan teknik baru dalam pembelajaran telah banyak dikembangkan untuk menggantikan metode tradisional yang hanya mengandalkan pada kuliah satu

Lebih terperinci

PENGELOLAAN METODE PEMBELAJARAN. R. Nety Rustikayanti

PENGELOLAAN METODE PEMBELAJARAN. R. Nety Rustikayanti PENGELOLAAN METODE PEMBELAJARAN R. Nety Rustikayanti ISTILAH Metode pembelajaran cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Academic Self Management 1. Pengertian Academic Self Management Menurut Gie (2000) Self Management berarti mendorong diri sendiri untuk maju, mengatur semua unsur kemampuan pribadi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. self-regulated learning dapat dikatakan berlangsung bila peserta didik secara

BAB II LANDASAN TEORI. self-regulated learning dapat dikatakan berlangsung bila peserta didik secara BAB II LANDASAN TEORI A. SELF REGULATED LEARNING 1. Pengertian Self-Regulated Learning Zimmerman (dalam Schunk & Zimmerman, 1998) mengatakan bahwa self-regulated learning dapat dikatakan berlangsung bila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siap pakai dan berkualitas. Berkaitan dengan itu, pendidikan diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. siap pakai dan berkualitas. Berkaitan dengan itu, pendidikan diharapkan mampu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penggunaan teknologi dalam bidang pendidikan semakin meluas seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi yang begitu pesat menuntut untuk dapat

Lebih terperinci

PROSES PEMBELAJARAN MELALUI MEDIA ELEKTRONIK (e-learning)

PROSES PEMBELAJARAN MELALUI MEDIA ELEKTRONIK (e-learning) PROSES PEMBELAJARAN MELALUI MEDIA ELEKTRONIK (e-learning) Oleh : Dwi Heri Sudaryanto, S.Kom *) ABSTRAK Konsep dan mekanisme kegiatan pembelajaran di jaman sekarang sudah bergeser ke proses pembelajaran

Lebih terperinci

2.1 Dasar Teori E-Learning

2.1 Dasar Teori E-Learning 2.1 Dasar Teori 2.1.1 E-Learning Istilah e-learning mengandung pengertian yang sangat luas, sehingga banyak pakar yang menguraikan tentang definisi e-learning dari berbagai sudut pandang. Salah satu definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar, terencana untuk mewujudkan proses belajar dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan karekteristik peserta didik. Dalam proses pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah diharapkan mampu. memfasilitasi proses pembelajaran yang efektif kepada para siswa guna

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah diharapkan mampu. memfasilitasi proses pembelajaran yang efektif kepada para siswa guna BAB I PENDAHULUAN Pada Bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan asumsi penelitian. A. Latar Belakang Masalah Sebagai lembaga pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi informasi beberapa tahun belakangan ini berkembang dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga dengan perkembangan ini telah mengubah paradigma

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Academic Self-Management 1. Pengertian academic self-management Tujuan dari dunia pendidikan adalah menghasilkan orang-orang yang mampu untuk mengedukasi diri sendiri, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar 17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan

Lebih terperinci

METODE DAN JENIS PELATIHAN

METODE DAN JENIS PELATIHAN METODE DAN JENIS PELATIHAN Perubahan bekerja setiap saat dan salah satu tanda organisasi yang hebat adalah mereka memiliki komitmen untuk terus-menerus melatih dan mendidik orang-orangnya sehingga mereka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk menggunakan cara-cara baru dan strategi yang matang sejak awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Buku Panduan WebCT 4.1 Untuk Pengajar. Definisi e-learning :

Pendahuluan. Buku Panduan WebCT 4.1 Untuk Pengajar. Definisi e-learning : 1 Pendahuluan Definisi e-learning Banyak perubahan dengan sangat cepat tentang e-learning, sebelum kata Elearning menjadi popular banyak kata-kata pembelajaran yang telah digunakan dan masih tetap digunakan

Lebih terperinci

Teknik Presentasi Informasi, meliputi ceramah/kuliah, konferensi/diskusi, media audiovisual, pembelajaran jarak jauh/kursus korespondensi, internet

Teknik Presentasi Informasi, meliputi ceramah/kuliah, konferensi/diskusi, media audiovisual, pembelajaran jarak jauh/kursus korespondensi, internet Perubahan bekerja setiap saat dan salah satu tanda organisasi yang hebat adalah mereka memiliki komitmen untuk terusmenerus melatih dan mendidik orang-orangnya sehingga mereka memiliki pengetahuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sarana utama untuk mempersiapkan diri dengan keterampilan dan pengetahuan dasar. Sekolah merupakan sarana yang diharapkan mampu menolong individu

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI Husni Mubarok, S.Pd., M.Si. Tadris Biologi IAIN Jember PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI CHAPTER 6 Pengembangan Ajar Berbasis Web/ Internet/ Elektronik Jenis Software OS/ Operating System: software yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran penting dalam kemajuan suatu bangsa, termasuk di Indonesia. Pendidikan kejuruan, atau yang sering disebut dengan Sekolah Menengah Kejuruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya salah satunya untuk suatu keahlian tingkat sarjana.

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya salah satunya untuk suatu keahlian tingkat sarjana. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah individu yang belajar di perguruan tinggi, baik di Universitas, Institute atau Akademi. Sukadji (2001) mengemukakan bahwa mahasiswa adalah sebagian

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE E-LEARNING DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SEKOLAH PADA MATA PELAJARAN TIK TINGKAT SMP

PENGGUNAAN METODE E-LEARNING DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SEKOLAH PADA MATA PELAJARAN TIK TINGKAT SMP PENGGUNAAN METODE E-LEARNING DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SEKOLAH PADA MATA PELAJARAN TIK TINGKAT SMP DISUSUN OLEH : ANDI AFIFUDDIN GURU MTs. THOLABUDDIN MASIN 2007 1 KATA PENGANTAR Puji dan syukur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi 1. Defenisi Motivasi Pintrich & Schunk (2002) mendefenisikan motivasi sebagai proses yang mengarahkan pada suatu tujuan, yang melibatkan adanya aktivitas dan berkelanjutan.

Lebih terperinci

KONSEP DASAR TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

KONSEP DASAR TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI KONSEP DASAR TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Komputer adalah serangkaian ataupun sekelompok mesin elektronik yang terdiri dari ribuan bahkan jutaan komponen yang dapat saling bekerja sama, serta membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang mempunyai kompetensi yang tinggi baik dilihat dari aspek

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang mempunyai kompetensi yang tinggi baik dilihat dari aspek 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Untuk menghadapi tantangan di era globalisasi ini diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai kompetensi yang tinggi baik dilihat dari aspek koneksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdapat beberapa permasalahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. terdapat beberapa permasalahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil observasi pembelajaran di SMA N 1 Kasihan menunjukkan bahwa terdapat beberapa permasalahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar khususnya pada pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. mengenai penanganan masalah pada sebuah perguruan tinggi dapat dilihat pada. Tabel 2.1 Tinjauan Pustaka. Pembuatan Aplikasi Sistem

BAB II DASAR TEORI. mengenai penanganan masalah pada sebuah perguruan tinggi dapat dilihat pada. Tabel 2.1 Tinjauan Pustaka. Pembuatan Aplikasi Sistem BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Untuk melakukan pengembangan sebuah sistem, terlebih dahulu melihat kerja maupun proses dari sistem sebelumnya untuk menunjang perkembangan sistem menjadi lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti e-learning (Haverila, 2009). Saat membicarakan e-learning, banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. seperti e-learning (Haverila, 2009). Saat membicarakan e-learning, banyak orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi ini, teknologi telah berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan teknologi ini tentu saja memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan, contohnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengenalan tentang teknologi komputer dan aplikasinya sebaiknya dimulai

I. PENDAHULUAN. Pengenalan tentang teknologi komputer dan aplikasinya sebaiknya dimulai 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengenalan tentang teknologi komputer dan aplikasinya sebaiknya dimulai semenjak masa kanak-kanak, tidak membeda-bedakan latar belakang siswa dan diberikan pada semua

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN WEB ENHANCE LEARNING

MODEL PEMBELAJARAN WEB ENHANCE LEARNING MODEL PEMBELAJARAN WEB ENHANCE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA Oleh : Kuswari Hernawati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY E-mail :kuswari@uny.ac.id Abstrak Di dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahap perkembangan, siswa SMP dapat dikategorikan sebagai remaja awal. Pada usia remaja, pendidikan menjadi suatu kewajiban yang mutlak harus dijalani. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mengakibatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mengakibatkan perubahan dan pertumbuhan kehidupan ke arah yang lebih kompleks. Kemajuan teknologi juga membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring ketatnya persaingan didunia pekerjaan, peningkatan Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring ketatnya persaingan didunia pekerjaan, peningkatan Sumber Daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring ketatnya persaingan didunia pekerjaan, peningkatan Sumber Daya Manusia tetunya menjadi focus perhatian semua kalangan masyarakat untuk bisa semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

LAMPIRAN A 1. SKALA SELF-DIRECTED LEARNING 2. SKALA POLA PEMBELAJARAN E-LEARNING UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LAMPIRAN A 1. SKALA SELF-DIRECTED LEARNING 2. SKALA POLA PEMBELAJARAN E-LEARNING UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LAMPIRAN A 1. SKALA SELF-DIRECTED LEARNING 2. SKALA POLA PEMBELAJARAN E-LEARNING RAHASIA Identitas Diri Nama / Inisial : No : Usia : Fakultas/Jurusan : Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu proses penting yang harus didapatkan dalam hidup setiap individu, yang terdiri dari segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam

Lebih terperinci

BAB I BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I BAB 1 PENDAHULUAN BAB I BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan unsur yang sangat penting dalam pendidikan di Indonesia. Dalam pembelajaran terdapat berbagai macam strategi dan metode yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mahasiswa adalah pemuda yang mempunyai peran besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mahasiswa adalah pemuda yang mempunyai peran besar dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa adalah pemuda yang mempunyai peran besar dalam menentukan arah perbaikan bangsa ini. Mahasiswa sebagai elemen masyarakat yang mempunyai kekuatan untuk memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bidang kehidupan, termasuk di dalamnya bidang pekerjaan. Tidak terkecuali

BAB I PENDAHULUAN. dan bidang kehidupan, termasuk di dalamnya bidang pekerjaan. Tidak terkecuali BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa sekarang adalah masa yang penuh dengan persaingan diberbagai aspek dan bidang kehidupan, termasuk di dalamnya bidang pekerjaan. Tidak terkecuali negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ilmunya dalam dunia pendidikan hingga tingkat Perguruan Tinggi. Dalam jenjang

BAB I PENDAHULUAN. ilmunya dalam dunia pendidikan hingga tingkat Perguruan Tinggi. Dalam jenjang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini zaman semakin berkembang, khususnya pada dunia pendidikan. Untuk mengikuti perkembangan zaman tersebut, individu mengembangkan ilmunya dalam dunia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perilaku, memainkan peran penting dalam proses pembelajaran. Salah satu proses

BAB II LANDASAN TEORI. perilaku, memainkan peran penting dalam proses pembelajaran. Salah satu proses BAB II LANDASAN TEORI A. Self Regulated Learning 1. Definisi self regulated learning Teori sosial kognitif menyatakan bahwa faktor sosial, kognitif serta faktor perilaku, memainkan peran penting dalam

Lebih terperinci

Pemanfaatan IT dalam Pembelajaran Bahasa Asing. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar

Pemanfaatan IT dalam Pembelajaran Bahasa Asing. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar Pemanfaatan IT dalam Pembelajaran Bahasa Asing Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2012 BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan internet akhir-akhir ini telah membuat internet menjadi begitu besar peranannya baik sebagai sarana memperoleh informasi dengan cepat dan selalu diperbaharui.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan

Lebih terperinci

Pemanfaatan E-Learning sebagai Media Pembelajaran

Pemanfaatan E-Learning sebagai Media Pembelajaran Pemanfaatan E-Learning sebagai Media Pembelajaran Merry Agustina Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bina Darma Jalan A. Yani No. 12 Plaju Palembang 30264 merry_agst@mail.binadarma.ac.id Abstrak Seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, salah satunya dalam bidang teknologi yang merupakan alat bantu

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, salah satunya dalam bidang teknologi yang merupakan alat bantu 12 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dunia pendidikan di zaman modern saat ini telah berkembang dengan sangat pesat, salah satunya dalam bidang teknologi yang merupakan alat bantu dalam proses pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik

BAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh semua orang atau anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ahdawi Firmansyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ahdawi Firmansyah, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu cara yang terbaik bagi siswa untuk belajar adalah mengalami dan menghadapi tantangan permasalahan ilmu pengetahuan, membiasakan siswa berpikir dan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN Sri Wahyuni Adiningtiyas. Dosen Tetap Prodi Bimbingan Konseling UNRIKA Batam Abstrak Penguasaan terhadap cara-cara belajar yang

Lebih terperinci

Tugas dari p3 Selain E-Bussiness dan E-Commerce, E-Learning

Tugas dari p3 Selain E-Bussiness dan E-Commerce, E-Learning Nama : Gerson Dullosa Utama Nim : 14111053 Kelas : 22 (malam) Prodi : Teknik Informatika Tugas : P3 E-learning Tugas dari p3 Selain E-Bussiness dan E-Commerce, PENGERTIAN DAN MANFAAT E-LEARNING E-Learning

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugas-tugas di dalam kelas saja, melainkan proses terjadinya interaksi antara guru,

BAB I PENDAHULUAN. tugas-tugas di dalam kelas saja, melainkan proses terjadinya interaksi antara guru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bukan hanya kegiatan guru dalam menyampaikan materi dan tugas-tugas di dalam kelas saja, melainkan proses terjadinya interaksi antara guru, siswa dan sumber

Lebih terperinci

Sistem Informasi untuk Pendidikan (3) Pengembangan Kurikulum S2 KRK640 3 SKS

Sistem Informasi untuk Pendidikan (3) Pengembangan Kurikulum S2 KRK640 3 SKS Sistem Informasi untuk Pendidikan (3) Pengembangan Kurikulum S2 KRK640 3 SKS SISTEM BELAJAR MENGAJAR ON-LINE Pembelajaran on-line adalah pembelajaran yang menggunakan internet untuk menyampaikan bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self regulated learning. (Najah, 2012) mendefinisikan self regulated learning adalah proses aktif dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self regulated learning. (Najah, 2012) mendefinisikan self regulated learning adalah proses aktif dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Self regulated learning 1. Pengertian Self regulated learning Menurut Zimmerman dan Martinez-Pons (1990) self regulated learning adalah tingkatan dimana partisipan secara aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan kemajuan teknologi. Perubahan paradigma dalam dunia pendidikan menuntut adanya perubahan pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Menurut Gibbons (2002), self directed learning adalah peningkatan

BAB II LANDASAN TEORITIS. Menurut Gibbons (2002), self directed learning adalah peningkatan BAB II LANDASAN TEORITIS A. Self Directed Learning 1. Pengertian Self Directed Learning Menurut Gibbons (2002), self directed learning adalah peningkatan pengetahuan, keahlian, prestasi, dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan siswa kurang dapat berkembang sesuai dengan harapan.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan siswa kurang dapat berkembang sesuai dengan harapan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prestasi yang didapatkan siswa di sekolah tidak semata-mata dipengaruhi oleh faktor IQ saja, melainkan dipengaruhi oleh banyak faktor yang berkaitan dengan pencapaian

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI SINKRONISASI BIDIREKSIONAL ANTAR LEARNING MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS MOODLE

RANCANG BANGUN APLIKASI SINKRONISASI BIDIREKSIONAL ANTAR LEARNING MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS MOODLE RANCANG BANGUN APLIKASI SINKRONISASI BIDIREKSIONAL ANTAR LEARNING MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS MOODLE Henning Titi Ciptaningtyas 1), Royyana Muslim Ijtihadie 1), Panji Arya Lumayung 1) 1) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak perusahaan yang menuntut pegawainya berpendidikan minimal sarjana,

BAB I PENDAHULUAN. banyak perusahaan yang menuntut pegawainya berpendidikan minimal sarjana, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan aspek penting bagi setiap negara, terutama bagi negara berkembang seperti negara Indonesia. Terlebih dalam dunia kerja, dimana banyak

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية)

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) SKS : 2 SKS Dosen : Rovi in, M.Ag Semester : Ganjil Prodi : PBA 1 Guru profesional memiliki empat kompetensi, yaitu: pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Moch Ikhsan Pahlawan,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Moch Ikhsan Pahlawan,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perbuatan dan pengalaman yang dialami oleh manusia merupakan pembelajaran bagi diri manusia itu sendiri. Proses belajar dalam kehidupan manusia sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dilaksanakan dengan tujuan untuk membentuk karakteristik seseorang agar menjadi lebih baik. Melalui jalur pendidikan formal, warga negara juga diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupan manusia, manusia akan mengalami perubahan, baik perubahan dari luar maupun dari dalam. Dari dalam seperti fisik, pertumbuhan tinggi

Lebih terperinci

APLIKASI KOMPUTER. Pokok Bahasan : PENGENALAN E-LEARNING. Anggun Puspita Dewi, S.Kom., MM. Modul ke: Fakultas MKCU

APLIKASI KOMPUTER. Pokok Bahasan : PENGENALAN E-LEARNING. Anggun Puspita Dewi, S.Kom., MM. Modul ke: Fakultas MKCU APLIKASI KOMPUTER Modul ke: Pokok Bahasan : PENGENALAN E-LEARNING Fakultas MKCU www.mercubuana.ac.id Anggun Puspita Dewi, S.Kom., MM Program Studi Sistem Informasi & MarComm PENGENALAN E-LEARNING E-Learning

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teoritis 1. Self-Efficacy a. Pengertian Self-Efficacy Self-efficacy menurut Bandura (1997) adalah keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah salah satu lembaga pendidikan, idealnya harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah salah satu lembaga pendidikan, idealnya harus mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah salah satu lembaga pendidikan, idealnya harus mampu memberikan pengetahuan dasar dan sejumlah keterampilan khusus serta pelatihan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. memasuki lapangan pekerjaan baik melalui jenjang karier, menjadi tenaga kerja di

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. memasuki lapangan pekerjaan baik melalui jenjang karier, menjadi tenaga kerja di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia merupakan syarat untuk

Lebih terperinci

Mengapresiasi e-learning Berbasis MOODLE Basori 1

Mengapresiasi e-learning Berbasis MOODLE Basori 1 Mengapresiasi e-learning Berbasis MOODLE Basori 1 A. Pendahuluan Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat mendorong berbagai lembaga pendidikan memanfaatkan sistem e-learning untuk

Lebih terperinci

Bab IV Rekomendasi IV.1. Analisis Lanjutan

Bab IV Rekomendasi IV.1. Analisis Lanjutan 48 Bab IV Rekomendasi Pada bab ini akan dipaparkan jalannya tahap 3 penelitian (Gambar III.1), yaitu mengenai pembentukan rekomendasi bagi UKM untuk langkah implementasi selanjutnya. Sebagai dasar pemberian

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. adanya perbedaan yang signifikan antara self regulated learning pada mahasiswa 2013

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. adanya perbedaan yang signifikan antara self regulated learning pada mahasiswa 2013 BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1. Simpulan Secara umum kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah tidak adanya perbedaan yang signifikan antara self regulated learning pada mahasiswa

Lebih terperinci

Metode Belajar di MEDIU

Metode Belajar di MEDIU Metode Belajar di MEDIU Dalam proses belajar mengajar di MEDIU, ada 4 metode utama yang digunakan: a) Aktifitas belajar mengajar : i- Kuliah ii- Tutorial iii- Kuliah Online b) Aktifitas pendukung belajar:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fariz Eka Nurfu ad, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fariz Eka Nurfu ad, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang semakin pesat, menuntut masyarakat untuk mengikuti perkembangannya. Salah satu bidang yang mendapatkan dampak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Learning Model pembelajaran PBL merupakan model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya MEA di tahun 2016 dimana orang-orang dengan kewarganegaraan asing dapat bekerja

Lebih terperinci

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN Kegiatan pembelajaran di Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan menekankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aktifitas proses belajar mengajar sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aktifitas proses belajar mengajar sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktifitas proses belajar mengajar sebagai sarana pengembangan berbagai aspek kehidupan manusi. Proses pembelajaran di lembaga pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu dalam hidupnya tidak terlepas dari proses belajar. Individu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu dalam hidupnya tidak terlepas dari proses belajar. Individu 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG MASALAH Setiap individu dalam hidupnya tidak terlepas dari proses belajar. Individu selalu belajar untuk memperoleh berbagai keterampilan dan kemampuan agar dapat

Lebih terperinci

Variasi Proses Pembelajaran melalui Penerapan E-learning

Variasi Proses Pembelajaran melalui Penerapan E-learning Variasi Proses Pembelajaran melalui Penerapan E-learning Marfuatun, M.Si Jurdik Kimia FMIPA UNY A. Pendahuluan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan salah satu kebijakan pemerintah yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, fitur dan layanan teknologi komunikasi sudah demikian maju.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, fitur dan layanan teknologi komunikasi sudah demikian maju. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, fitur dan layanan teknologi komunikasi sudah demikian maju. Teknologi komunikasi dapat membawa seorang individu melintasi batas ruang dan waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (Information and

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (Information and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communication Technology) telah membawa perubahan pada dunia pendidikan. Saat ini terdapat suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pemahaman teknologi pembelajaran, media sebagai sumber belajar merupakan komponen dalam sistem pembelajaran (instructional) selain pesan, orang, teknik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keberhasilan Keberhasilan adalah hasil serangkaian keputusan kecil yang memuncak dalam sebuah tujuan besar dalam sebuah tujuan besar atau pencapaian. keberhasilan adalah lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abad 20 ini banyak ditandai dengan kemunculan teknologi mutakhir yang

BAB I PENDAHULUAN. Abad 20 ini banyak ditandai dengan kemunculan teknologi mutakhir yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Abad 20 ini banyak ditandai dengan kemunculan teknologi mutakhir yang memanfaatkan internet sebagai salah satu hal yang paling banyak diambil manfaatnya untuk membantu

Lebih terperinci

Variasi Bahan Ajar pada Pembelajaran E-Learning Guna Menunjang Pembelajaran di Sekolah Menengah Atas ARTIKEL ILMIAH

Variasi Bahan Ajar pada Pembelajaran E-Learning Guna Menunjang Pembelajaran di Sekolah Menengah Atas ARTIKEL ILMIAH Variasi Bahan Ajar pada Pembelajaran E-Learning Guna Menunjang Pembelajaran di Sekolah Menengah Atas ARTIKEL ILMIAH Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan subjek yang memiliki potensi untuk. mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan subjek yang memiliki potensi untuk. mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mahasiswa merupakan subjek yang memiliki potensi untuk mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam keseluruhan bentuk aktivitas dan kreativitasnya,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Definisi mahasiswa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kamisa,

BAB 2 LANDASAN TEORI. Definisi mahasiswa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kamisa, BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Mahasiswa yang Bekerja 2.1.1 Definisi Mahasiswa Definisi mahasiswa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kamisa, 1997), bahwa mahasiswa merupakan individu yang belajar di perguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat berubah saat ini membutuhkan manusia yang siap dan tanggap. Salah satu cara untuk menghasilkan manusia yang

Lebih terperinci

Nomor : 05/465/F-/III/2009 Jakarta, 10 Maret Perihal: Tata Cara Perkuliahan e-learning

Nomor : 05/465/F-/III/2009 Jakarta, 10 Maret Perihal: Tata Cara Perkuliahan e-learning Nomor : 05/465/F-/III/2009 Jakarta, 10 Maret 2009 Yang terhormat, Bapak Bapak/Ibu Dosen Pengampu Mata Kuliah e-learning Semester Genap Tahun Akademik 2008/2009 Program Kelas Karyawan, Universitas Mercu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1 bab 1

BAB I PENDAHULUAN 1 bab 1 BAB I PENDAHULUAN 1 bab 1 1.1 Latar Belakang Masalah Pelayanan informasi yang cepat dan akurat sangat dibutuhkan di zaman modern seperti saat ini. Selama ini STMIK AKAKOM Yogyakarta menjalin komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi perekonomian yang cukup sulit bagi sebagian lapisan masyarakat mendorong mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. kondisi perekonomian yang cukup sulit bagi sebagian lapisan masyarakat mendorong mahasiswa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Fenomena kuliah sambil kerja banyak dijumpai di berbagai negara. Hal ini terjadi baik di negara berkembang maupun di negara maju yang telah mapan secara ekonomi.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan

Lebih terperinci

Dr. Ketang Wiyono, S.Pd., M.Pd.

Dr. Ketang Wiyono, S.Pd., M.Pd. PENELITIAN TINDAKAN KELAS PROPOSAL UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS MAHASISWA PADA PERKULIAHAN PENDAHULUAN FISIKA INTI DENGAN PENGGUNAAN MoDELss Oleh Dr. Ketang Wiyono, S.Pd., M.Pd. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah melalui sekolah menengah kejuruan (SMK). Pendidikan kejuruan adalah bagian sistem pendidikan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah melalui sekolah menengah kejuruan (SMK). Pendidikan kejuruan adalah bagian sistem pendidikan nasional yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) guna mendukung proses pembangunan Indonesia dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses untuk mendapatkan pengetahuan atau wawasan, mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju kesuksesan

Lebih terperinci

Ice breaking Kontrak perkuliahan Pembentukan kelompok Rancangan pembelanjaran Pendahuluan : Etika dan Sikap profesional sarjana pemberian tugas-tugas.

Ice breaking Kontrak perkuliahan Pembentukan kelompok Rancangan pembelanjaran Pendahuluan : Etika dan Sikap profesional sarjana pemberian tugas-tugas. Modul ke: 01Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ice breaking Kontrak perkuliahan Pembentukan kelompok Rancangan pembelanjaran Pendahuluan : Etika dan Sikap profesional sarjana pemberian tugas-tugas. Yusman, SE.,

Lebih terperinci

JAUH PA D A P E R G U R UAN

JAUH PA D A P E R G U R UAN 133 B A B I X P E N D I D I K A N JARAK JAUH PA D A P E R G U R UAN T I N G G I A. P R O G R A M P E N D I D I K A N T I N G G I J A R A K J A U H Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 107/U/2001

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bekerja sama

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bekerja sama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak awal abad ke-21, istilah internet sudah dikenal berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, terlepas dari usia, tingkat pendidikan, dan status sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial sehingga komunikasi merupakan hal yang pasti dilakukan setiap harinya. Menurut Edwin Emery dkk., (1965, dalam Muis, 2001: 3)

Lebih terperinci