BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah. Umpan balik yang diberikan kepada siswa didik merupakan salah satu hal

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Umpan balik yang diberikan kepada siswa didik merupakan salah satu hal yang penting di dalam pendidikan klinik, karena umpan balik tersebut akan berpengaruh terhadap performa klinis mahasiswa dan perkembangan kemampuan keterampilan klinik mahasiswa tersebut (Ende, 1983; Cantillon & Sargeant, 2008). Umpan balik sebaiknya disisipkan pada proses instruksional pengajaran dan penilaian hasil belajar sehari-hari untuk mendapatkan hasil maksimal. Umpan balik didalam pembelajaran klinik didefinisikan sebagai informasi spesifik yang membandingkan antara performa mahasiswa yang diobservasi dengan performa standar (Van de Ridder, 2008) sehingga kesenjangan tersebut bisa diketahui dan diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan performa selanjutnya (Cantillon & Sargeant, 2008; Van de Ridder, 2008). Beberapa komponen kritis yang mempengaruhi keefektifan umpan balik adalah 1) adanya metode umpan balik yang interaktif dan dihasilkan dari observasi langsung, 2) dimulai dari self-assessment (penilaian performa yang dilakukan mahasiswa sendiri), 3) diakhiri dengan rencana aksi selanjutnya, serta 4) ada tindak lanjut nyata yang dilakukan oleh mahasiswa (Hattie & Timperley, 2007; Ramani & Krackov, 2012). Konten umpan balik bisa terdiri dari 1

2 2 umpan balik positif atau negatif, kedua konten itu terkadang disampaikan pada satu waktu yang sama. Umpan balik negatif yang disampaikan tidak dengan hati-hati justru bisa menyebabkan turunnya motivasi dan performa pada mahasiswa (Hattie & Timperley, 2007). Proses pemberian umpan balik yang memperhatikan komponen kritis diatas diharapkan dapat meningkatkan keefektifan umpan balik. Umpan balik cocok untuk dilaksanakan dalam berbagai latar pendidikan klinik, termasuk pendidikan klinik kedokteran gigi. Namun demikian, proses belajar di pendidikan klinik kedokteran gigi mempunyai ciri khas yang berbeda dengan pendidikan klinik dibidang kesehatan lainnya. Perbedaan tersebut berupa adanya prosedur tindakan mahasiswa yang cenderung invasif dan irreversible (jaringan gigi yang terlanjur diberi tindakan perawatan tidak bisa kembali seperti semula) terhadap gigi pasien, sedangkan kondisi mahasiswa dalam tahap tersebut relatif ada pada tahap kurang berpengalaman (masih belajar) (Fugill, 2005; Anderson et al., 2011). Oleh karena itu, interaksi yang baik antara instruktur klinik dan mahasiswa, pemberian umpan balik, dan level supervisi yang maksimal dalam setting klinik kedokteran gigi dibutuhkan supaya tercipta lingkungan pendidikan klinik yang aman dan efektif, baik untuk pasien dan mahasiswa itu sendiri (Anderson et al., 2011). Cantillon dan Sargeant (2008) menyarankan penggunaan model Reflective Feedback Conversation didalam pemberian umpan balik di pendidikan klinik.

3 3 Model tersebut merupakan model umpan balik yang menekankan peran mahasiswa yang lebih dominan didalam proses diskusi umpan balik, dimana topik umpan balik diputuskan oleh mahasiswa, dibutuhkan kemampuan self-assessment yang lebih baik untuk mengenali performa yang masih kurang baik serta kemampuan mahasiswa untuk merencanakan sendiri rencana aksi untuk perbaikan performanya. Di Indonesia, model Reflective Feedback Conversation masih kurang feasible diterapkan. Hal ini disebabkan kultural Indonesia yang cenderung bersifat large power distance, mahasiswa masih membutuhkan arahan/ tuntunan dari pengajar untuk memutuskan apa yang akan dipelajari (Suhoyo et al., 2014), sehingga mahasiswa tidak terbiasa untuk memimpin dan meminta umpan balik, serta mengungkapkan keinginannya untuk memilih topik diskusi terlebih dahulu. Mahasiswa cenderung menunggu penilaian pengajar dan melakukan keputusan pengajar tanpa mendiskusikannya lagi. Umpan balik model Pendleton dinilai peneliti merupakan model yang lebih feasible untuk diterapkan dalam pendidikan klinik di Indonesia, hal ini dikarenakan umpan balik model Pendleton mirip dengan reflective feedback conversation tetapi peran pengajar dan mahasiswa seimbang. Pengajar memimpin didalam penggalian self-assessment dan refleksi mahasiswa, serta adanya elaborasi dan validasi dari pengajar mengenai penilaian mahasiswa. Umpan balik model Pendleton diberikan dengan teknik yang baik, eksplorasi konten negatif diberikan setelah konten positif (Cantillon & Sargeant, 2008).

4 4 Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan yang terkait umpan balik di pendidikan klinik kedokteran gigi mengungkapkan bahwa mahasiswa kedokteran gigi melaporkan bahwa mereka jarang atau bahkan tidak pernah diberikan umpan balik oleh instruktur, atau umpan balik yang diberikan cenderung merendahkan dan tidak berguna (Fugill, 2005; Anderson et al., 2012). Survei kepada mahasiswa kedokteran gigi di Universitas Otago yang dilakukan Rountree dan Adam (2014) juga menguatkan dua penelitian di atas. Kurangnya umpan balik dari instruktur klinik, baik kurang secara kuantitas maupun kualitas merupakan aspek yang dirasa kurang memuaskan dalam pendidikan klinik kedokteran gigi. Fugill (2005) menganjurkan bahwa instruktur klinik perlu digiatkan untuk memberikan umpan balik secara komprehensif, terstruktur, dan disampaikan dengan cara positif. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Liberman et al. (2005) menggarisbawahi adanya perbedaan persepsi antara residen dan konsulen bedah mengenai umpan balik. Seringkali pengajar berpersepsi mereka sudah memberikan umpan balik yang cukup baik secara berkala, tetapi sayangnya tidak diketahui secara pasti bagaimana tingkat penerimaan dan pemahaman pembelajar terhadap umpan balik yang diberikan tersebut. Berdasarkan notulensi rapat evaluasi pendidikan klinik tahun 2015 di Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri masih belum menyediakan kolom umpan balik pada lembar

5 5 penilaian performa klinis mahasiswa sehingga pemberian umpan balik tidak pernah termonitor dengan baik, sedangkan setiap performa klinis mahasiswa terhadap pasien dinilai dan merupakan bagian yang akan menentukan kelulusan mereka. Dengan tidak adanya format umpan balik, maka umpan balik yang diberikan merupakan umpan balik yang kondisional, tidak terstruktur, dan sering berupa evaluasi tindakan saja, dimana instruktur klinik menyampaikan penilaian salah atau benar suatu tindakan mahasiswa. Dari penjelasan diatas maka bisa disimpulkan bahwa diperlukan studi yang lebih lanjut untuk meningkatkan dan mengembangkan umpan balik di dalam setting pendidikan klinik kedokteran gigi. I.2. Perumusan Masalah Umpan balik sebagai komponen dari formative assessment merupakan salah satu hal yang dipercaya bisa digunakan sebagai sumber informasi yang dapat digunakan untuk memperbaiki, menguatkan performa, dan mendorong kemampuan mahasiswa dalam melakukan refleksi, self- assessment dan selfregulation yang digunakan untuk pembelajaran selanjutnya. Pendidikan klinik di kedokteran gigi membutuhkan ketepatan diagnosa dan melibatkan prosedur tindakan yang invasif dan irreversible terhadap pasien, sehingga supervisi dan umpan balik dari instruktur klinik akan memfasilitasi mahasiswa belajar praktik lebih baik di setting klinik. Kesediaan umpan balik yang masih minimal akan berdampak kepada kesalahan tindakan terhadap pasien yang berulang.

6 6 Peningkatan dan pengembangan umpan balik didalam setting pendidikan klinik kedokteran gigi merupakan salah satu kebutuhan yang penting. Umpan balik terstruktur menggunakan model Pendleton yang dimodifikasi dengan menambahkan rencana aksi dari mahasiswa diyakini peneliti bisa menjadi salah satu model yang dapat menunjang peningkatan dan pengembangan umpan balik di dalam setting pendidikan klinik kedokteran gigi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana perbedaan persepsi mahasiswa mengenai nilai-nilai umpan balik yang mereka terima selama di pendidikan klinik sebelum dan sesudah pelaksanaan umpan balik terstruktur model Pendleton yang dilakukan setelah penilaian performa klinis mahasiswa? 2. Bagaimana tingkat penerimaan mahasiswa terhadap pelaksanaan umpan balik terstruktur model Pendleton? I.3. Tujuan Penelitian A. Tujuan Umum Untuk mengetahui persepsi dan tingkat penerimaan mahasiswa terhadap pelaksanaan umpan balik terstruktur model Pendleton yang dilakukan setelah penilaian performa klinis mahasiswa.

7 7 B. Tujuan Khusus 1. Untuk membandingkan persepsi mahasiswa mengenai nilai-nilai umpan balik yang mereka terima selama di pendidikan klinik sebelum dan sesudah pelaksanaan umpan balik terstruktur yang dilakukan setelah penilaian performa klinis mahasiswa. 2. Untuk mengetahui tingkat penerimaan (kepuasan, manfaat, kesulitan, serta respon) mahasiswa terhadap pelaksanaan umpan balik terstruktur model Pendleton. 3. Untuk mengetahui apakah proses umpan balik terstruktur model Pendleton bisa dijalankan dengan baik di setting pendidikan klinik kedokteran gigi. I.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi mahasiswa, sebagai tahap awal untuk dapat meningkatkan kemampuan refleksi dan self-assessment. 2. Bagi instruktur klinik, adanya implementasi umpan balik terstruktur akan memberikan peluang bagi instruktur untuk mengembangkan kemampuannya di dalam memberikan umpan balik terstruktur model Pendleton kepada mahasiswa.

8 8 3. Bagi institusi, hasil penelitian dapat digunakan sebagai langkah awal untuk meningkatkan dan mengembangkan umpan balik yang bisa diterapkan di setting pendidikan klinik kedokteran gigi. 4. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, hasil penelitian dapat memberikan data tentang pengembangan bentuk dan manfaat umpan balik terstruktur yang diterapkan di setting pendidikan klinik kedokteran gigi. I.5. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian sebelumnya yang membahas tentang umpan balik di pendidikan klinik diantaranya adalah: 1. Fugill (2005) melakukan studi terhadap mahasiswa klinik kedokteran gigi untuk mengeksplorasi karakteristik interaksi antara dosen dan pembelajar yang akan berdampak terhadap pembelajaran keterampilan performa klinik. Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa umpan balik termasuk salah satu interaksi yang diyakini bisa berdampak terhadap pembelajaran mahasiswa, tetapi sayangnya hasil kuesioner menunjukkan bahwa mahasiswa sangat sedikit atau bahkan tidak pernah diberikan umpan balik. Fugill menganjurkan bahwa instruktur klinik perlu digiatkan untuk memberikan umpan balik secara komprehensif, terstruktur, dan disampaikan dengan cara positif. Umpan balik yang terstruktur akan membuat instruktur klinik lebih fokus saat proses pemberian umpan balik.

9 9 2. Saedon et al. (2012) melakukan systematic review terhadap studi-studi yang ada pada data base Medline, Embase, tentang peran umpan balik dan keterkaitan dengan penilaian pendidikan klinik yang ada pada tahun Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan dampak dari umpan balik terkait dengan keefektifan penilaian pendidikan klinik mahasiswa kedokteran tahap spesialis. Dari pencarian data base tersebut ditemukan 15 studi yang sesuai kriteria inklusi dan cukup berkualitas untuk dianalisa. Hasil dari penelitian ini adalah umpan balik yang diimplementasikan dengan baik, umpan balik yang berasal dari penilaian pendidikan klinik, dan dari beberapa sumber terbukti akan memberikan dampak positif dalam melakukan praktik. Dibutuhkan penelitian selanjutnya untuk memperkaya bukti yang berkaitan dengan keefektifan umpan balik yang berasal penilaian pendidikan klinik terhadap tindakan klinis yang lebih spesifik. 3. Bazrafkan et al. (2013) melakukan studi deskriptif mengenai bagaimana persepsi residen yang ada di Fakultas Kedokteran Universitas Shiraz Iran tentang umpan balik yang diberikan di pendidikan klinik. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner pendapat residen berupa 21 pertanyaan yang menggali pandangan residen terhadap umpan balik yang mereka dapatkan selama mengikuti pelatihan ilmu kedokteran. Penelitian ini membuktikan bahwa residen mempunyai persepsi yang positif terhadap umpan balik yang diberikan

10 10 selama pelatihan. Residen mengungkapkan bahwa umpan balik yang diberikan memotivasi mereka untuk belajar. Dari penjelasan beberapa penelitian sebelumnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti baru terkait tentang apakah umpan balik terstruktur model Pendleton dapat memfasilitasi mahasiswa dalam belajar praktik pada setting pendidikan klinik kedokteran gigi. Keterbaruan dari penelitian ini adalah peneliti akan melakukan intervensi berupa pelaksanaan umpan balik terstruktur model Pendleton terhadap mahasiswa klinik kedokteran gigi dan memodifikasi dengan menambahkan tahap rencana aksi dari mahasiswa. Persepsi mengenai umpan balik dan tingkat penerimaan mahasiswa terhadap intervensi tersebut diukur menggunakan kuesioner. Peneliti tidak mengenalkan bentuk penilaian (formative assessment) yang baru kepada mahasiswa, peneliti hanya menambahkan lembar umpan balik terstruktur model Pendleton modifikasi yang diharapkan bisa menambah kualitas penilaian yang sudah ada sebelumnya.