III. METODOLOGI KAJIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. METODOLOGI KAJIAN"

Transkripsi

1 III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kabupaten Pacitan merupakan salah satu daerah tertinggal dari delapan kabupaten di Jawa Timur. Daerah tertinggal adalah daerah kabupaten yang masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala nasional. Daerah tertinggal ditetapkan dengan menggunakan enam kriteria yaitu perekonomian masyarakat, sumberdaya manusia, sarana-prasarana (infrastruktur), kemampuan keuangan lokal, aksesibilitas dan karakteristik daerah (Pemkab Pacitan, 2006). Daerah-daerah yang terbelakang atau tertinggal mempunyai ketergantungan yang kuat dengan daerah luar. Daerah tersebut melakukan kegiatan pembangunan ekonomi untuk menghilangkan keterbelakangan dan mengurangi ketergantungan. Daerah-daerah yang terbelakang harus melakukan perubahan yang mendasar atau fundamental agar mampu berdiri sendiri. Pengembangan ekonomi lokal merupakan sebuah upaya untuk mengendalikan aktivitas ekonomi bagi masyarakat lokal yang terbelakang. Dengan adanya pengembangan ekonomi lokal, memungkinkan kelompok masyarakat miskin produktif seperti petani kelapa dapat masuk dalam rantai perekonomian yang lebih besar. Konsep pengembangan ekonomi lokal memberikan peluang kepada suatu komunitas untuk berperan dan berinisiatif menggerakkan sumberdaya-sumberdaya lokal yang ada untuk membangun komunitas tersebut. Kabupaten Pacitan adalah salah satu penghasil kelapa, karena kelapa merupakan komoditas utama yang tersebar di hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Pacitan. Namun potensi kelapa yang dimiliki Kabupaten Pacitan belum dimanfaatkan secara optimal dan belum mampu menjadi penggerak utama perekonomian lokal. Diharapkan upaya pengembangan ekonomi lokal yang berbasis pada komoditas kelapa, dapat menggerakkan perekonomian masyarakat sehingga Kabupaten Pacitan tidak lagi termasuk kategori daerah tertinggal. Setiap wilayah perlu melihat sektor atau komoditas apa yang memiliki potensi besar dan dapat dikembangkan dengan cepat. Tidak semua sektor dalam suatu perekonomian memiliki kemampuan tumbuh yang sama. Perencana pembangunan ekonomi biasanya akan memanfaatkan sektor-sektor yang dapat tumbuh tinggi (sektor basis, atau sektor kunci, atau sektor unggulan) untuk mendorong pertumbuhan rata-rata yang relatif tinggi. Perkembangan 45

2 sektor atau komoditas tersebut akan mendorong sektor lain turut berkembang sehingga perekonomian daerah secara keseluruhan akan tumbuh. Analisis Location Quotient (LQ) merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui keunggulan komparatif komoditas kelapa di Kabupaten Pacitan sehingga eksistensinya diharapkan dapat menjadi kegiatan basis ekonomi wilayah. Dalam pengembangan suatu wilayah, selain potensi keunggulan komparatif maka perlu diketahui pula keunggulan kompetitif. Untuk itu perlu diketahui pergeseran struktur komoditas atau sektor dan seberapa besar share komoditas atau sektor tersebut di suatu wilayah dibandingkan dengan cakupan wilayah referensi yang lebih luas, dalam dua titik waktu. Dengan memahami struktur dan kontribusi sub sektor perkebunan atau komoditas kelapa di Kabupaten Pacitan, dapat menjelaskan kemampuan berkompetisi (competitiveness) komoditas kelapa secara dinamis dalam hubungannya dengan pertumbuhan wilayah. Dalam pengembangan ekonomi lokal, diperlukan langkah untuk mengidentifikasi dan mengembangkan sekumpulan kegiatan ekonomi yang terkait dan atau berpusat pada sebuah komoditas, mulai dari pra produksi hingga pasca produksi, yang disebut dengan klaster. Klaster dapat berupa klaster pertanian dan klaster industri, tergantung dari kegiatan ekonomi yang dominan dalam kawasan itu. Klaster yang dikembangkan umumnya berpusat pada komoditas. Berkenaan dengan strategi pengembangan ekonomi lokal yang berbasis komoditas kelapa, maka pengembangan klaster industri kelapa selayaknya dicoba untuk diinisiasi di Kabupaten Pacitan, dengan terlebih dahulu mengidentifikasi kelayakan finansial, nilai tambah dan marjin pemasaran yang memberikan dampak kesejahteraan bagi masyarakat petani-pengrajin yang miskin. Konsep klaster yang dipopulerkan oleh Porter (1990) dalam Zulham (2007) menggambarkan bahwa daya saing satu wilayah ditentukan oleh kerja sama yang serasi antar unit usaha dan industri yang terdapat di suatu wilayah. Mengacu pada konsep tersebut, unit-unit usaha dan kelembagaan dalam klaster industri kelapa diharapkan memerankan fungsi/ hubungan yang saling mendukung untuk pengembangan ekonomi di Kabupaten Pacitan. Berkaitan dengan hal ini, maka kajian tentang klaster kelapa dapat dijadikan landasan bagi pengambil kebijakan untuk mempertimbangkan bentuk klaster kelapa yang dapat dikembangkan di Kabupaten Pacitan. 46

3 Berdasarkan hasil kajian Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal Bappenas (2003) menunjukkan bahwa bentuk-bentuk klaster yang ada di Indonesia dapat dikategorikan sebagai: pertama, klaster industri yang terbentuk secara alamiah tanpa intervensi pemerintah. Dan, kedua, klaster industri yang berkembang karena intervensi pemerintah. Klaster menurut kategori pertama terbentuk oleh kegiatan ekonomi masyarakat secara turun temurun. Sedangkan klaster menurut kategori kedua, didorong oleh upaya pengembangan potensi ekonomi dalam rangka melaksanakan program pemerintah. Pengembangan ekonomi lokal yang menggunakan strategi pengembangan klaster merupakan proses penjalinan kepentingan antara sektor pemerintah, swasta dan masyarakat. Hal ini membutuhkan komitmen yang berkelanjutan dari pemerintah daerah, kalangan bisnis, dan dunia pendidikan. Untuk itu diperlukan kepeloporan dan kerjasama yang erat, dimana masingmasing pihak harus memberikan komitmen penuh terhadap perannya. Kepemimpinan Pemerintah Daerah Kabupaten dan kemampuannya untuk memobilisasi pemain-pemain dari kalangan non pemerintah, merupakan kunci sukses dalam pengembangan ekonomi lokal. Berdasarkan hal-hal tersebut maka disusun perumusan strategi dengan melalui tiga tahap analisis, yaitu tahap masukan, tahap analisis, dan tahap keputusan. Pada tahap masukan (input stage) dilakukan identifikasi mengenai faktor-faktor peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan yang bersifat strategis berupa analisa EFE dan IFE. Pada tahap penggabungan (matching stage) digunakan Matriks SWOT guna memetakan posisi lembaga terhadap lingkungannya dan menetapkan strategi umum. Hasil analisis SWOT yang dilanjutkan dengan QSPM akan memetakan posisi lembaga terhadap lingkungannya dan menyediakan pilihan strategi umum yang sesuai, serta dijadikan dasar dalam menetapkan sasaran-sasaran lembaga ke depan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan dari para stakeholder. Salah satu program prioritas dari Strategi Pembangunan Daerah Tertinggal Kabupaten Pacitan Tahun adalah pengembangan ekonomi lokal, yang diarahkan untuk mengembangkan ekonomi daerah tertinggal dengan didasarkan pada pendayagunaan potensi sumberdaya lokal yang dimiliki masing-masing wilayah, oleh pemerintah daerah dan masyarakat. Dalam menginisiasi strategi pengembangan ekonomi lokal, langkah yang perlu 47

4 dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan adalah memadukan kebijakan top down dan bottom up planning, sehingga kegiatan ekonomi masyarakat yang telah dilakukan secara turun temurun dan membentuk klaster alamiah, dapat diperkuat dengan intervensi kebijakan. Kerangka pemikiran kajian pengembangan ekonomi lokal berbasis komoditas kelapa di Kabupaten Pacitan tersaji dalam Gambar 7. KABUPATEN PACITAN termasuk kategori daerah tertinggal dilihat dari aspek : perekonomian masyarakat, SDM, infrastruktur, kemampuan keuangan lokal Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) : Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang memberikan dampak terhadap rumah tangga miskin dan UMKM. Memperluas kesempatan kerja Pemberdayaan produsen/ masyarakat miskin Potensi SDA : KELAPA Belum dimanfaatkan secara optimal Belum mampu menggerakkan perekonomian lokal Belum memberikan kesejahteraan pada produsen (petani/ pengrajin) Analisis Keunggulan Komparatif : LQ Analisis Keunggulan Kompetitif : Shift-Share Analisis Kelayakan Finansial: NPV, IRR, Net B/C Apakah kelapa merupakan sektor basis? Kelayakan Pengembangan Klaster Industri Kelapa? YA Analisis Nilai Tambah Analisis Marjin Pemasaran PERUMUSAN STRATEGI TAHAP MASUKAN (Input Stage) IFE EFE TAHAP PENGGABUNGAN (Matching Stage) Matriks SWOT TAHAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN (Decision Stage) QSPM 48

5 Kegiatan Ekonomi Komunitas (Community Based Development) Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan (Local Government Policy) PERANCANGAN PROGRAM DALAM RANGKA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI & PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL 3.2 Lokasi dan Waktu Gambar Kajian 7. Kerangka Pemikiran Kajian Kajian dilaksanakan di Kabupaten Pacitan dengan pertimbangan bahwa wilayah ini mempunyai komoditas unggulan daerah berupa kelapa yang mempunyai potensi menggerakkan perekonomian lokal. Selain itu Kabupaten Pacitan, sesuai Keputusan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor 1 Tahun 2005, merupakan salah satu dari delapan kabupaten di Jawa Timur yang masuk kategori Daerah Tertinggal. Penentuan lokasi sampling dilakukan secara purposive, yang difokuskan pada Kecamatan Kebonagung meliputi dua desa yaitu Desa Mantren dan Desa Worawari. Lokasi ini dipilih karena merupakan salah satu sentra kelapa dan produsen gula merah di Kabupaten Pacitan. Selain itu kedua desa tersebut merupakan target program pembangunan komunitas (community based development) berbasis petani dan produsen kelapa yang dilakukan oleh Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa. Kajian dilaksanakan selama satu bulan dari awal Bulan April 2007 sampai awal Bulan Mei Metode Kajian Sasaran Kajian dan Teknik Sampling Sasaran kajian adalah 1) kelompok produsen yang meliputi petani kelapa, pengrajin produk berbahan baku kelapa khususnya gula merah, dan penderes; 2) pihak-pihak yang terkait dengan pemasaran dan tataniaga produk berbahan baku kelapa; 3) kelompok masyarakat sipil atau Lembaga Swadaya Masyarakat yang peduli terhadap isu-isu pemberdayaan masyarakat dan ekonomi kerakyatan; serta 3) pihak pemerintah daerah dan aparat yang terkait dengan pengembangan ekonomi lokal berbasis komoditas kelapa. Teknik sampling dilakukan secara purposive yang masing-masing dianggap mewakili kelompok produsen yaitu petani kelapa, pengrajin dan penderes; mewakili kelompok tengkulak, bakul maupun kelembagaan tataniaga 49

6 kelapa; mewakili pihak pemerintah daerah dan aparat yang terkait. Distribusi responden secara rinci tersaji dalam Tabel 1. Tabel 1. Distribusi Responden Kajian No Kelompok Jenis Responden Jumlah 1 Produsen Pengrajin gula merah 90 orang 2 Pemasaran Tengkulak desa/ kecamatan 5 orang Pedagang besar 1 orang 3 Masyarakat Sipil Masyarakat Mandiri Dompet 2 orang atau Lembaga Swadaya Masyarakat Dhuafa 4 Pemerintah Dinas Kehutanan dan Perkebunan 2 orang Daerah dan aparat Dinas Perindustrian dan 2 orang Perdagangan Badan Pemberdayaan Masyarakat 2 orang Badan Penelitian dan 2 orang Pengembangan Badan Perencanaan Daerah 2 orang Biro Pusat Statistik Pacitan 1 orang Metode Pengumpulan Data Data yang diperlukan untuk kajian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan responden untuk mendapatkan gambaran umum hal-hal yang berhubungan dengan kajian ini, serta mendapatkan informasi faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pengembangan ekonomi lokal berbasis komoditas kelapa. Data primer juga diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah disediakan terlebih dahulu. Data sekunder diperoleh dari laporan yang dikeluarkan oleh instansiinstansi yang berkaitan langsung dengan komoditas kelapa dan program pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan yaitu Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Badan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan, Badan Perencanaan Daerah 50

7 dan Biro Pusat Statistik Kabupaten Pacitan. Data sekunder juga diperoleh dari studi pustaka dengan melakukan penelaahan terhadap referensi yang relevan dengan topik kajian Metoda Pengolahan dan Analisis Data Dalam kajian ini digunakan metode analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk : 1) analisis keunggulan komparatif melalui Analisis Location Quotient (LQ); 2) analisis keunggulan kompetitif melalui Analisis Shift-Share; 3) Analisis Kelayakan Finansial; 4) Analisis Nilai Tambah; 5) Analisis Marjin Tata Niaga Analisis Location Quotient (LQ) Analisis LQ digunakan untuk mengetahui prospek pengembangan suatu wilayah yang berbasiskan potensi keunggulan komparatif serta mengidentifikasikan komoditas unggulan yang menjadi sektor basis dan non basis. LQ merupakan suatu indeks untuk membandingkan pangsa sub wilayah dalam aktivitas tertentu dengan pangsa total aktivitas tersebut dalam total aktivitas wilayah (Blakely, 2002). Pendekatan ini merupakan perbandingan antara fungsi relatif produksi/ luas areal komoditas j pada tingkat wilayah dengan fungsi relatif produksi/ luas areal komoditas j pada tingkat wilayah yang lebih besar. Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut : LQij = Xij X. j Xi. X.. keterangan : LQij = indeks kuosien lokasi kecamatan i untuk komoditas j Xij = jumlah luas areal/ produksi di kecamatan i untuk komoditas j Xi. = jumlah luas areal/ produksi seluruh komoditi perkebunan di kecamatan i X.j = jumlah luas areal/ produksi komoditas j di seluruh kecamatan di Kabupaten Pacitan X.. = jumlah luas areal/ produksi total komoditi perkebunan di seluruh Kabupaten Pacitan Kriteria penilaian dalam penentuan ukuran derajat basis dan non basis adalah jika nilai indeks LQ > 1 maka komoditas tersebut merupakan komoditas basis sedangkan bila nilai indeks LQ 1 maka komoditas yang dimaksud 51

8 termasuk ke dalam komoditas non basis pada kegiatan perekonomian di wilayah Kabupaten Pacitan Analisis Shift-Share Analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi keunggulan kompetitif suatu komoditas atau wilayah dan menghitung seberapa besar kontribusi (share) komoditas atau kecamatan terhadap pertumbuhan komoditas-komoditas yang bersesuaian di tingkat Kabupaten Pacitan. Dengan melihat nilai kontribusi (share) dapat diketahui komoditas ataupun wilayah (kecamatan) yang dapat memberikan kontribusi terbesar (keunggulan kompetitif) terhadap pertumbuhan di wilayah yang lebih luas (Kabupaten Pacitan). Pada analisis shift-share ini menggunakan indikator jumlah produksi dari setiap komoditas perkebunan rakyat pada dua titik waktu. Analisis dibagi menjadi tiga komponen, yaitu komponen pertumbuhan regional/ kabupaten (Regional Agregat Shift Share/ RASS), komponen pertumbuhan proporsional (Proportional Shift Share/ PSS) dan komponen pertumbuhan pangsa lokal/ kecamatan (Differential Shift Share/ DSS), sehingga besar perubahan produksi sama dengan penjumlahan dari ketiga komponen tersebut. Adapun tahapantahapan perhitungannya adalah sebagai berikut: 1. Menghitung besarnya pergeseran/ perubahan secara agregat di tingkat regional (regional agregat shift share), yaitu pertumbuhan produksi tingkat regional/ kabupaten (RASS). Hasil perhitungan ini dapat menunjukkan maju atau lambatnya perubahan perekonomian di tingkat Kabupaten Pacitan. 2. Menghitung besarnya pergeseran komoditas secara asal, tanpa memperhatikan lokasi (proportional shift share), yaitu rasio produksi per komoditas dari komoditas perkebunan rakyat tahun akhir dan tahun awal, minus rasio produksi kabupaten tahun akhir dan tahun awal (PSS). Dari hasil perhitungan ini akan diketahui komoditas-komoditas yang relatif maju atau lamban di setiap Kabupaten Pacitan. 3. Menghitung komponen pertumbuhan pangsa lokal (differential shift share), yaitu rasio luas areal/ produksi setiap komoditas dari komoditas perkebunan rakyat di setiap kecamatan tahun akhir dan tahun awal (DSS). Dari hasil perhitungan ini akan diketahui komoditas-komoditas yang relatif maju atau lambat di setiap kecamatan ataupun kecamatan-kecamatan yang relatif maju atau lambat dalam setiap komoditas. 52

9 Persamaan Shift Share adalah : Total Shift Share = RASS + PSS + DSS X.. X.j X.. X ij X.j RASS = 1 PSS = DSS = X.. X.j X.. Xij X.j keterangan : i = indeks kecamatan, i = 1,2,3,...,12 j = indeks komoditas, j = 1,2,3,...,17 X ij = jumlah produksi komoditas j di kecamatan i pada tahun akhir analisis Xij = jumlah produksi komoditas j di kecamatan i pada tahun awal analisis X.j = jumlah produksi komoditas j di seluruh kecamatan di Kabupaten Pacitan pada tahun akhir analisis. X.j = jumlah produksi komoditas j di seluruh kecamatan di Kabupaten Pacitan pada tahun awal analisis. X.. = jumlah produksi total komoditi perkebunan di Kabupaten Pacitan pada tahun akhir analisis. X.. = jumlah produksi total komoditi perkebunan di Kabupaten Pacitan pada tahun awal analisis Analisis Kelayakan Finansial Perhitungan kelayakan finansial produk turunan kelapa dilakukan dengan analisa-analisa (1) Net Present Value (NPV), (2) Internal Rate of Return (IRR), 3) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C). Net Present Value (NPV) menunjukkan selisih antara jumlah nilai kini benefit kotor yang diperoleh suatu investasi dengan jumlah nilai biaya total. Nilai kini merupakan nilai dana yang telah dibobot dengan diskon faktor pada tingkat discount rate tertentu. Discounted cash flow adalah selisih antara jumlah nilai penerimaan arus tunai pada waktu sekarang dengan biaya yang dikeluarkan pada waktu sekarang dengan tingkat bunga tertentu. Bila NPV > 0, maka pengembangan produk turunan kelapa layak untuk diusahakan. Sedangkan bila NPV < 0, maka pengembangan produk turunan kelapa tidak layak untuk diusahakan. Secara sistematis perhitungan NPV dirumuskan sebagai berikut (Gray et al., 2002) : NPV = B C n t t t t= 0 (1 + r) Keterangan : B t = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t 53

10 C t = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t r = Tingkat diskonto (%) t = Umur proyek (tahun) n = Jumlah tahun Internal Rate of Return (IRR) merupakan ukuran keberhasilan suatu kegiatan industri dilihat dari kemampuannya untuk menghasilkan benefit bersih, dimana setiap benefit bersih (Bt > Ct) yang diperoleh diinvestasikan kembali pada tahun berikutnya. IRR dinyatakan dalam persen yang merupakan pembanding yang baik dengan tingkat discount rate modal yang berlaku. IRR adalah arus pengembalian yang menghasilkan NPV aliran masuk = NPV aliran keluar, disebut juga Marginal Efficiency of Capital. IRR adalah r*, yaitu suatu tingkat bunga yang menunjukkan NPV sama dengan jumlah seluruh investasi proyek atau tingkat bunga yang menghasilkan NPV = 0. Jika diperoleh nilai IRR lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku (discount rate), maka investasi usaha layak untuk dilakukan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat bunga yang berlaku, maka investasi usaha tersebut tidak layak dilakukan. Secara sistematis, perhitungan IRR dapat dirumuskan sebagai berikut (Syaukat, 2003) : B C n n t t = t t= (1 + r*) t= 0 (1 + r 0 *) t Keterangan : B t = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t C t = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t r* = IRR t = Umur proyek (tahun) n = Jumlah tahun Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara jumlah present value yang positif (sebagai pembilang) dengan present value yang negatif (sebagai penyebut). Angka ini menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan. Jika nilai Net B/C > 1, maka kegiatan pengembangan produk turunan kelapa yang dilakukan menguntungkan karena penerimaan lebih besar daripada biaya total. Secara sistematis nilai tersebut dirumuskan sebagai berikut (Gray et al., 2002) : 54

11 NetB / C n t= 0 = n t= 0 B C t t (1 + r) C B t (1 + r) t t t (untuk B t C t > 0) (untuk B t C t < 0) Keterangan : B t = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t C t = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t r = Tingkat diskonto (%) t = Umur proyek (tahun) n = Jumlah tahun Analisis Marjin Tataniaga Dalam pengembangan suatu komoditas dan produk turunannya, selain kelayakan secara finansial, juga harus mempertimbangkan kelayakan pemasaran. Analisis yang sesuai untuk tujuan tersebut adalah analisis marjin tataniaga. Secara matematis persamaan marjin tataniaga adalah sebagai berikut : m m n m M = Mj = Cij + Pj j=1 j=1 i=1 j=1 Keterangan : m : = 1,2, M = Marjin tataniaga (Rp/ kg) Mj = Marjin tataniaga (Rp/ kg) lembaga tataniaga ke j (j=1,2,...,m); jumlah lembaga tataniaga yang terlibat Cij = Biaya tataniaga ke i (Rp/ kg) pada lembaga tataniaga ke j; (i...,n) dan n jumlah jenis pembiayaan Pj = Marjin keuntungan lembaga tataniaga ke j (Rp/ kg) Analisis Nilai Tambah Analisis nilai tambah adalah nilai tambah bruto pada pengolahan produk turunan kelapa. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi dikurangi bahan baku dan penolong. Cara menghitung nilai tambah mengacu pada Metode Hayami, yang dipaparkan pada Tabel 2. 55

12 Tabel 2 Model Perhitungan Nilai Tambah dengan Metode Hayami Variabel I Output, Input dan Harga : 1. Output (kg/th) 2. Bahan Baku (kg/th) 3. Tenaga Kerja (HOK/th) 4. Faktor Konversi (1 : 2) 5. Koefisien Tenaga Kerja (3 : 2) 6. Harga Output (Rp/kg) 7. Upah Rata-rata Tenaga Kerja (Rp/HOK) Nilai a b c d = a/b e = c/b f g II Pendapatan dan Keuntungan 8. Harga Bahan Baku (Rp/kg) 9. Sumbangan Input Lain (Rp/kg) 10. Nilai Output (4x6) 11. a. Nilai Tambah (10-8-9) b. Rasio Nilai Tambah (11a : 10) x 100% 12. a. Imbalan Tenaga Kerja (5x7) b. Bagian Tenaga Kerja (12a : 11a) x 100% 13. a. Keuntungan (11a-12a) b. Tingkat Keuntungan (13a:10) x 100% h i j = d x f k = j-i-h l (%) = k/j x 100% m = e x g n (%) = m/k x 100% o = k-m p (%) = o/j x 100% III Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi 14. Marjin Keuntungan (10-8) a. Pendapatan Tenaga Kerja (12a : 14) x 100% b. Sumbangan Input Lain (9: 14) X 100% c. Keuntungan Kegiatan Produksi (13a : 14) x 100% Sumber : Hayami dalam Gumbira Said dan Intan (2002) Tabel 3. Perincian Tujuan, Analisis, Notasi, Parameter dan Sumber Data q = j-h r (%) = m/q x 100% s (%) = i/q x 100% t (%) = o/q x 100% No Tujuan Analisis Notasi Parameter Sumber Data 1 Menganalisis keunggulan komparatif komoditas kelapa di Kabupaten Pacitan Indeks Location Quotient (LQ) Xij X.j 2 Menganalisis keunggulan kompetitif komoditas kelapa di Kabupaten Pacitan Shift Share Xi. X.. Xij X ij X.j produksi komoditas j di kecamatan i produksi komoditas j di seluruh kecamatan produksi seluruh komoditi perkebunan di kecamatan i produksi total komoditi perkebunan di Kabupaten Pacitan produksi komoditas j di kecamatan i pada tahun awal analisis produksi komoditas j di kecamatan i pada tahun akhir analisis Kantor BPS, Dinas Perhutanan dan Perkebunan Kantor BPS, Dinas Perhutanan dan Perkebunan 56

13 3 Menganalisis kelayakan finansial produk turunan kelapa 4 Mengetahui sebaran manfaat dan keuntungan pemasaran yang diterima produsen 5 Mengetahui persentase nilai tambah produk turunan kelapa (nilai yang tercipta dari suatu kegiatan produksi) Analisis Kelayakan Finansial Analisis Marjin Pemasaran Analisis Nilai Tambah X.j X.. X.. BC Ratio NPV IRR M Mj m Cij n Pj a b c d = a/b e = c/b produksi komoditas j di seluruh kecamatan pada tahun awal analisis produksi komoditas j di seluruh kecamatan pada tahun akhir analisis. produksi total komoditi perkebunan di seluruh Kabupaten Pacitan pada tahun awal analisis produksi total komoditi perkebunan di seluruh Kabupaten Pacitan pada tahun akhir analisis Total Pendapatan dan Total Biaya Total Pendapatan, Total Biaya, dan Suku Bunga Total Pendapatan, Total Biaya, dan Suku Bunga Marjin tataniaga Marjin pemasaran lembaga tataniaga ke j (j = 1,2,..., m) Jumlah lembaga tataniaga yang terlibat Biaya tataniaga ke i (Rp/ kg) pada lembaga tataniaga ke j (i = 1,2,..., n) Jumlah jenis pembiayaan Marjin keuntungan lembaga tataniaga ke j (Rp/ kg) Produk turunan kelapa (kg/ bulan) Bahan baku (butir atau liter/ bulan) Tenaga kerja (HOK/ bulan) Faktor konversi ¾ Koefisien tenaga kerja 5/4 Survei Produsen/ Penderes, Survei Tengkulak Survei Tengkulak, Survei Produsen/ Penderes Survei Produsen No Tujuan Analisis Notasi Parameter Sumber Data 5 Analisis Nilai Tambah f g h i j = dxf k = j-h-i l (%) = k/jx100% m = exg n(%) = m/kx100% o = k m p(%) = Harga produk (Rp/ kg) Upah rata-rata (Rp/ HOK) Harga bahan baku (Rp/ butir atau liter) Nilai input lain (Rp/ butir atau liter bahan baku) Nilai produk (Rp) Nilai tambah (Rp) Rasio nilai tambah Imbalan tenaga kerja Bagian tenaga kerja Keuntungan 57

14 o/jx100% q = j h r(%)=m/q X100% s(%) = i/q X 100% u(%) = o/q X 100% Tingkat keuntungan Marjin keuntungan Pendapatan tenaga kerja Sumbangan input lain Keuntungan pengolah 3.4 Metode Perumusan Strategi dan Perancangan Program Dalam menyusun strategi pembangunan ekonomi lokal berbasis komoditas kelapa di Kabupaten Pacitan, dilakukan dengan melalui tiga tahap analisis, yaitu tahap masukan, tahap analisis, dan tahap keputusan. Setelah dilakukan penetapan strategi, maka selanjutnya melakukan perancangan program sesuai dengan visi-misi-tujuan Kabupaten Pacitan. Kerangka formulasi strategi menurut David (2004) ditunjukkan pada Gambar TAHAP MASUKAN Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) Evaluasi Faktor Internal (IFE) 2. TAHAP ANALISIS MATRIKS SWOT 3. TAHAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN MATRIKS PERENCANAAN STRATEGIS KUANTITATIF (QUANTITATIVE STRATEGIC PLANNING MATRIX) Gambar 8. Kerangka Formulasi Strategi 1. Evaluasi Faktor Internal (IFE Internal Factor Evaluation) Evaluasi Faktor Internal (IFE) digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal lembaga berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Tahapan kerja pada penyusunan Evaluasi Faktor Internal adalah sebagai berikut (David, 2004) : a. Menyusun daftar critical success factors untuk aspek internal kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses) dengan melibatkan beberapa responden. b. Menentukan derajat kepentingan relatif setiap faktor internal (bobot). Penentuan bobot faktor internal dilakukan dengan memberikan penilaian 58

15 atau pembobotan angka pada masing-masing faktor. Penilaian angka pembobotan adalah sebagai berikut: 2 jika faktor vertikal lebih penting dari faktor horizontal, 1 jika faktor vertikal sama pentingnya dengan faktor horizontal, dan 0 jika faktor vertikal kurang penting daripada faktor horizontal. Untuk mendapatkan bobot nilai, tiap faktor dibagi dengan total nilai dari analisis internal. Jumlah seluruh bobot adalah 1. c. Memberikan skala rating (peringkat) 1 sampai 4 untuk setiap faktor untuk menunjukkan apakah faktor tersebut mewakili kelemahan utama/ sangat lemah (peringkat = 1), kelemahan kecil/ agak lemah (peringkat = 2), kekuatan kecil/ agak kuat (peringkat = 3), dan kekuatan utama/ sangat kuat (peringkat = 4). d. Mengalikan bobot dengan rating (peringkat) dari masing-masing faktor untuk menentukan nilai skornya. e. Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total. Nilai rata-rata adalah 2.5. Jika nilainya dibawah 2.5 menunjukkan bahwa secara internal, lembaga adalah lemah. Sedangkan nilai yang lebih besar dari 2.5 menunjukkan posisi internal yang kuat. Matriks Evaluasi Faktor Internal tersaji dalam Tabel 4. Tabel 4. Matriks Evaluasi Faktor Internal No. Faktor Internal Bobot Rating Bobot x Rating Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weakness) Total 1 2. Evaluasi Faktor Eksternal (EFE External Factor Evaluation) Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) digunakan untuk mengevaluasi faktorfaktor eksternal lembaga (pemerintah daerah Kabupaten Pacitan). Faktor eksternal menyangkut persoalan politik, ekonomi, sosial budaya, demografi, teknologi, hukum dan faktor lingkungan berupa lingkungan usaha industri, pasar, serta data eksternal relevan lainnya. Faktor eksternal berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap lembaga. Hasil analisis 59

16 eksternal digunakan untuk mengetahui peluang dan ancaman yang ada serta seberapa baik strategi yang telah dilakukan selama ini. Tahapan kerja pada penyusuan Evaluasi Faktor Eksternal adalah sebagai berikut : a. Menyusun daftar critical success factors untuk aspek eksternal yang mencakup peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan melibatkan beberapa responden. b. Menentukan derajat kepentingan relatif setiap faktor internal (bobot). Penentuan bobot faktor internal dilakukan dengan memberikan penilaian atau pembobotan angka pada masing-masing faktor. Penilaian angka pembobotan adalah sebagai berikut: 2 jika faktor vertikal lebih penting dari faktor horizontal, 1 jika faktor vertikal sama pentingnya dengan faktor horizontal, dan 0 jika faktor vertikal kurang penting daripada faktor horizontal. Untuk mendapatkan bobot nilai, tiap faktor dibagi dengan total nilai dari analisis internal. Jumlah seluruh bobot adalah 1. c. Memberi peringkat (rating) 1 sampai 4 pada peluang dan ancaman untuk menunjukkan seberapa efektif strategi mampu merespon faktor-faktor eksternal yang berpengaruh tersebut. Angka 1 menunjukkan respon jelek, 2 respon rata-rata, 3 respon diatas rata-rata, dan 4 respon sangat bagus. d. Menentukan nilai yang dibobot (skor tertimbang) dengan cara mengalikan bobot dengan peringkat (rating). e. Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total. Skor total 4.0 mengindikasikan bahwa lembaga merespon dengan cara yang luar biasa terhadap peluang-peluang yang ada dan menghindari ancaman-ancaman di pasar industrinya. Sementara itu, skor total sebesar 1.0 menunjukkan bahwa lembaga tidak memanfaatkan peluang-peluang yang ada atau tidak menghindari ancaman-ancaman eksternal. Matriks evaluasi faktor eksternal tersaji pada Tabel 5. Tabel 5. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal No. Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats)

17 3... Total 1 3. Analisis SWOT Analisis SWOT merupakan alat untuk memaksimalkan peranan faktor yang bersifat positif, meminimalisasi kelemahan yang terdapat dalam tubuh organisasi dan menekan dampak ancaman yang timbul. Hasil analisis SWOT adalah berupa sebuah matriks yang terdiri atas empat kuadran. Masingmasing kuadran merupakan perpaduan strategi antara faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Secara lengkap matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 6. Menurut David (2004) langkahlangkah dalam menyusun matriks SWOT adalah sebagai berikut: a. Mendaftar peluang eksternal b. Mendaftar ancaman eksternal c. Mendaftar kekuatan internal d. Mendaftar kelemahan internal e. Memadukan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel S-O. f. Memadukan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat hasilnya ke dalam sel W-O. g. Memadukan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel S-T. h. Memadukan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat hasilnya pada sel W-T. Tabel 6. Matriks SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats) Faktor Internal Faktor Eksternal OPPORTUNITIES (O) STRENGTHS (S) STRATEGI S-O Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang WEAKNESSES (W) STRATEGI W-O Meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang THREATS (T) STRATEGI S-T STRATEGI W-T 61

18 Menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman 4. Analisis QSPM Quantitative Strategies Planning Matrix (QSPM) merupakan teknik yang dipakai pada Tahap Pengambilan Keputusan. Teknik ini secara jelas menunjukkan strategi alternatif mana yang paling baik untuk dipilih. Bentuk dasar QSPM tersaji pada Tabel 7. Tabel 7. Matriks Analisis QSPM Faktor Kunci Bobot Strategi Alternatif I II III AS TAS AS TAS AS TAS INTERNAL Kekuatan... Kelemahan... EKSTERNAL Peluang... Ancaman... JUMLAH RANKING Kolom sebelah kiri dari QSPM terdiri dari key success factors yang dihasilkan dari matriks IFE dan EFE yang didapat dari Input Stage. Barisan atas terdiri dari alternatif strategi yang dapat direkomendasikan, hasil dari Matriks SWOT. Kolom Weight adalah bobot kemenarikan yang diterima oleh masing-masing faktor dalam Matriks EFE dan Matriks IFE. Komponen-komponen utama dari suatu QSPM terdiri dari: Key Factors, Strategic Alternatives, Weights, Attractiveness Score, Total Attractiveness Score, dan Sum Total Attractiveness Score. Langkah-langkah dalam analisis QSPM adalah sebagai berikut: 62

19 a. Menyusun daftar kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman di kolom sebelah kiri QSPM, yang diambil dari Matriks IFE dan EFE. Minimal sepuluh external critical success factors dan sepuluh internal critical success factors dimasukkan ke dalam QSPM. b. Memberi bobot (weight) pada masing-masing external dan internal key success factors. Bobot (weight) ini sama dengan yang ada di EFE Matriks dan IFE Matriks. c. Mengidentifikasi strategi alternatif yang pelaksanaannya harus dipertimbangkan lembaga. Mencatat strategi-strategi ini di bagian atas baris QSPM. Mengelompokkan strategi-strategi tersebut ke dalam kesatuan yang mutually exclusive, jika memungkinkan. d. Menetapkan Attractiveness Scores (AS), yaitu nilai yang menunjukkan kemenarikan relatif untuk masing-masing strategi yang terpilih. Attractiveness Score ditetapkan dengan cara meneliti masing-masing external dan internal key success factors. Batasan nilai Attractiveness Scores adalah : 1 tidak menarik 2 agak menarik 3 secara logis menarik 4 sangat menarik e. Menghitung Total Attractiveness Scores (TAS). Total Attractiveness Scores (TAS) didapat dari perkalian bobot (weight) dengan attractiveness score pada masing-masing baris. Total Attractiveness Scores menunjukkan relative attractiveness dari masing-masing alternatif strategi. f. Menghitung Sum Total Attractiveness Scores, dengan cara menjumlahkan semua TAS pada masing-masing kolom QSPM. Dari beberapa nilai TAS yang didapat, nilai TAS dari alternatif strategi yang tertinggi yang menunjukkan bahwa alternatif strategi itu yang menjadi pilihan utama. Nilai TAS terkecil menunjukkan bahwa alternatif strategi ini menjadi pilihan terakhir. 63

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Potensi perikanan yang dimiliki Kabupaten Lampung Barat yang sangat besar ternyata belum memberikan kontribusi yang optimal bagi masyarakat dan pemerintah daerah.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, dengan batasan waktu data dari tahun 2000 sampai dengan 2009. Pertimbangan pemilihan lokasi kajian antar

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kedua tempat usaha di kota Bogor, yaitu KFC Taman Topi dan Rahat cafe. KFC Taman Topi berlokasi di Jalan Kapten Muslihat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kemiskinan merupakan penyakit ekonomi pada suatu daerah yang harus di tanggulangi. Kemiskinan akan menyebabkan ketidakberdayaan masyarakat dalam mengelola

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data 15 III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Pengambilan data dilakukan di PT. Mitra Bangun Cemerlang yang terletak di JL. Raya Kukun Cadas km 1,7 Kampung Pangondokan, Kelurahan Kutabaru, Kecamatan Pasar

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara 20 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara (lampiran 1) dengan pihak perusahaan sebanyak 3 responden

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada CV Salim Abadi (CV SA), yang terletak di Jalan Raya Punggur Mojopahit Kampung Tanggul Angin, Kecamatan Punggur,

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, 35 III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Pemilihan daerah penelitian dilakukan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 41 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian dengan membahas suatu permasalahan dengan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di 38 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di Kompleks Perumahan Cikunir, Jatibening, Jakarta dan memiliki perkebunan sayuran

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rahat Cafe 1 yang berlokasi di Jalan Malabar 1 No.1 (samping Pangrango Plaza) kota Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 42 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi analisis yaitu metode penelitian yang menuturkan dan menafsirkan data sehingga

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4. Lokasi dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di pabrik pupuk organik PT Agrindo Surya Graha yang berlokasi di jalan PLTP Angkrong, Kampung Sunda Wenang, RT 25/ Rw 11,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara umum. Sedangkan untuk kajian detil dilakukan di kecamatan-kecamatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan 36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian III. METODE KAJIAN 3.. Kerangka Pemikiran Kajian Sinergi yang saling menguntungkan antara petani dan perusahaan (PT ATB) dalam pengusahaan perkebunan merupakan faktor penting dalam usaha pengembangan perkebunan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Pia Apple Pie yang berada di Jalan Pangrango 10 Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua lokasi, yakni Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, khususnya di Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Agroforestry yang membawahi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Godongijo Asri yang berlokasi di Jalan Cinangka Km 10, Kecamatan Sawangan, Kotamadya Depok. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Wisata Agro Tambi yang terletak di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja

Lebih terperinci

METODOLOGI KAJIAN. deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode

METODOLOGI KAJIAN. deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode III. METODOLOGI KAJIAN 3.1. Jenis Kajian Ditinjau dari aspek tujuan penelitian, kajian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode deskriptif

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada usaha Durian Jatohan Haji Arif (DJHA), yang terletak di Jalan Raya Serang-Pandeglang KM. 14 Kecamatan Baros, Kabupaten

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Elsari Brownies & Bakery (EBB) yang bertempat di Jalan Raya Pondok Rumput Nomor 18 RT 06/RW 11, Kelurahan Kebon Pedes,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Ciri-ciri metode deskriptif analitis adalah memusatkan pada pemecahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Kaliduren Estates yang berlokasi di Perkebunan Tugu/Cimenteng, Desa Langkap Jaya, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING

BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING Penetapan Kriteria Optimasi Penetapan kriteria optimasi dalam studi ini akan dijabarkan sebagai berikut: Kekuatan aspek internal perusahaan yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada produksi karet remah di PT ADEI Crumb Rubber Industry yang berlokasi di Jalan Imam Bonjol, Kel. Satria, Kec. Padang Hilir,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tempat produksi sate bandeng pada UKM Awal Putra Mandiri yang berlokasi di Jl. Ratu Rangga Blok B No.252 Rt. 02/11, Kampung

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Halaman.. i..vi.. viii.. ix I. PENDAHULUAN.. 1 1.1. Latar Belakang.. 1 1.2. Identifikasi Masalah..5 1.3. Rumusan Masalah.. 6 1.4. Tujuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perkebunan karet rakyat di Kabupaten Cianjur mempunyai peluang yang cukup besar untuk pemasaran dalam negeri dan pasar ekspor. Pemberdayaan masyarakat perkebunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Definisi dan Batasan Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istlah-istilah dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN Strategi Pengembangan Usaha Maharani Farm Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Rumah Potong Ayam Maharani Farm yang beralamat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lokasi unit usaha pembenihan ikan nila Kelompok Tani Gemah Parahiyangan yang terletak di Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang, Jawa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Martabak Air Mancur Bogor yang terletak di Jl. Sudirman, untuk pemilihan lokasinya dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang 35 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel 39 I. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian dengan membahas suatu permasalahan dengan cara

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu metode yang meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada restoran tradisional khas Jawa Timur Pondok Sekararum yang terletak di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Propinsi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Studi Pendahuluan. Identifikasi Masalah. Pengumpulan Data. Analisa Faktor Internal dan Eksternal

BAB 3 METODOLOGI. Studi Pendahuluan. Identifikasi Masalah. Pengumpulan Data. Analisa Faktor Internal dan Eksternal BAB 3 METODOLOGI Studi Pendahuluan Studi Pustaka Identifikasi Masalah Pengumpulan Data Analisa Faktor Internal dan Eksternal Pengolahan data Analisa Strategi dengan metode SWOT, IE Matrix, dan QSPM Penetapan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Mitra Alam. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa perusahaan tersebut merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang 53 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang diberikan kepada variabel sebagai petunjuk dalam memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis di Desa Kadeula Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Kegiatan

Lebih terperinci

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Usaha pengolahan pindang ikan dipengaruhi 2 (dua) faktor penting yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi aspek produksi, manajerial,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 29 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Sektor UKM memiliki peran dan fungsi sangat strategik dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia, tetapi kredit perbankan untuk sektor ini dinilai masih

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian dilaksanakan pada perusahaan CV Septia Anugerah Jakarta, yang beralamat di Jalan Fatmawati No. 26 Pondok Labu Jakarta Selatan. CV Septia Anugerah

Lebih terperinci

penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif.

penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada usaha sate bebek H. Syafe i Cibeber, Kota Cilegon, Provinsi Banten. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua desa yaitu di Desa Tangkil dan Hambalang di Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor. Penelitian di kedua desa ini adalah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar yang berlokasi di Jl. Kolonel Masturi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk 56 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 6 Lokasi penelitian

METODE PENELITIAN. Gambar 6 Lokasi penelitian METODE PENELITIAN 36 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : Peta-peta tematik (curah hujan, tanah, peta penggunaan lahan, lereng, administrasi dan RTRW), data-data

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengetahui visi, misi dan tujuan Perum Pegadaian. Kemudian dilakukan analisis lingkungan internal

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggambarkan kondisi eksternal dan internal PT. Padang Digital Indonesia saat ini

Lebih terperinci

3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN Industri farmasi merupakan salah satu industri besar dan berpengaruh di Indonesia, karena Indonesia merupakan pasar obat potensial (Pharos, 2008) Hingga saat

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian adalah PT Godongijo Asri yang beralamat di Desa Serua, Kecamatan Cinangka, Sawangan, Depok, Jawa

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan Tyas Orchid yang berkantor di Bukit Cimanggu City Blok Q6 No 19 Jl. KH. Sholeh Iskandar, Bogor. Pemilihan objek

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 33 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil, dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 40 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Perencanaan dan pembangunan suatu daerah haruslah disesuaikan dengan potensi yang dimiliki daerah bersangkutan dan inilah kunci keberhasilan program pengembangan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT. Pelni merupakan perusahaan pelayaran nasional yang bergerak dalam bidang jasa dan memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal pelayanan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di peternakan domba Tawakkal Farm (TF) Jalan Raya Sukabumi Km 15 Dusun Cimande Hilir No. 32, Caringin, Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Gama Catering yang beralamat di Komp. Bumi Panyileukan Blok G 13 No. 20 Kota Bandung. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang 23 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang lingkup wilayah kerja Dinas Perkebunan Kabupaten Batu Bara dan Dinas Pertanian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit Adolina PT Perkebunan Nusantara IV yang terletak di Kelurahan Batang Terap Kecamatan Perbaungan Kabupaten

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Penelitian

Bab 3 Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian 3.1 Flowchart Pemecahan Masalah Penelitian adalah kegiatan dalam mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan menyajikan data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 19 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pemasaran adalah faktor penting dalam manajemen perusahaan. Strategi pemasaran yang diterapkan harus seiring dengan misi dan tujuan perusahaan. Strategi

Lebih terperinci

Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata

Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata CHAPTER-09 Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata SWOT Filosofi SWOT Analisis SWOT atau Tows adalah alat analisis yang umumnya digunakan untuk merumuskan strategi atas identifikasi berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Subjek Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi pengembangan bisnis pada Bakso Lotus Jembar. Adapun yang menjadi objek

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan kopi bubuk Inkopas Sejahtera, Pemilihan lokasi ditentukan secara sengaja, karena adanya pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko. RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, 2005. Analisis Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan Agribisnis di Kabupaten Dompu Propinsi Nusa Tenggara Barat. Di Bawah bimbingan E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh 22 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh dan menganalisis data sehubungan dengan tujuan penelitian. Agroindustri gula aren dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 47 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Kabupaten Natuna merupakan salah satu daerah tertinggal dari tujuh kabupaten dan kota di Provinsi Kepulauan Riau. Daerah tertinggal adalah daerah

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data 27 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Lokasi tempat pelaksanaan Program Misykat DPU DT berada di kelurahan Loji Gunung Batu, Kecamatan Ciomas, Kotamadya Bogor, Jawa Barat. Waktu pengumpulan data selama

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Metode Kerja Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Metode Kerja Pengumpulan Data III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini akan dilakukan di CV. Bening Jati Anugerah yang terletak di Desa Parung Kabupaten Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian April sampai dengan Agustus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dilakukan secara purposive (sengaja) yaitu berdasarkan pertimbanganpertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian mengenai strategi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan, maka prioritas strategi yang direkomendasikan untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Strategi Perusahaan Manajemen meliputi perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengendalian atas keputusan-keputusan dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. (PKPBDD) yang terletak di Jalan Raya Sawangan No. 16B, Pancoran Mas,

IV. METODE PENELITIAN. (PKPBDD) yang terletak di Jalan Raya Sawangan No. 16B, Pancoran Mas, IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok (PKPBDD) yang terletak di Jalan Raya Sawangan No. 16B, Pancoran Mas, Depok. Pemilihan

Lebih terperinci

VII. FORMULASI STRATEGI

VII. FORMULASI STRATEGI VII. FORMULASI STRATEGI 7.1 Tahapan Masukan (Input Stage) Tahapan masukan (input stage) merupakan langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melalui langkah kedua dan langkah ketiga didalam tahap formulasi

Lebih terperinci

IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan satuan kasus adalah sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Kendal. Studi kasus adalah metode

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian.

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian. 29 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Pada masa krisis periode 1998-2000 usaha kecil merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian Indonesia dikarenakan kemampuannya dalam menghadapi terpaan krisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di industri pembuatan tempe UD. Tigo Putro di Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari 2013 hingga April 2013. Dengan tahapan pengumpulan data awal penelitian dilaksanakan pada Bulan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di outlet takoyummy yang berlokasi di Plaza Ekalokasari Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (Purposive)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data 13 BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu Kegiatan ini dibatasi sebagai studi kasus pada komoditas pertanian sub sektor tanaman pangan di wilayah Bogor Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Jenis dan Sumber Data

4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Jenis dan Sumber Data 4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur. Pengambilan data di lapangan dipusatkan di PPN Brondong dan pusat pemerintahan Kabupaten

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian yang dilakukan ini didasarkan pada suatu pemikiran bahwa perlu dilaksanakan pengembangan agroindustri serat sabut kelapa berkaret. Pengembangan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Restoran Pasir 7 Pasar Ikan Segar yang terletak di Kampung Sawah, Jalan Raya Depok (seberang Kampus UI Depok), Kelurahan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Transportasi laut merupakan suatu hal yang sangat mutlak bagi Provinsi Maluku khususnya Kabupaten Maluku Tenggara Barat mengingat luas wilayah laut yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian deskriptif, jenis penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana faktor faktor internal

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha pengolahan komoditi kelapa, dampaknya terhadap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan di Kabupaten Langkat selama 3 (tiga)

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan di Kabupaten Langkat selama 3 (tiga) III. METODE PEELITIA. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan di Kabupaten Langkat selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai Januari 2009 sampai dengan Maret 2009. Jenis dan Sumber Data.

Lebih terperinci

ANALISIS PERUMUSAN STRATEGI DI X TRAVEL DENGAN METODE QSPM

ANALISIS PERUMUSAN STRATEGI DI X TRAVEL DENGAN METODE QSPM ANALISIS PERUMUSAN STRATEGI DI X TRAVEL DENGAN METODE QSPM Amanda Nur Cahyawati, Dwi Hadi Sulistyarini, Suluh Elman Swara Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Jln. MT. Haryono

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti, serta penting untuk memperoleh

Lebih terperinci