BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Transkripsi

1 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data Gambaran Umum Perusahaan Sejarah dan Perkembangan Perusahaan CV. CIKUPA INTI RUBBER (CIR) adalah perusahaan yang khusus bergerak dibidang perdagangan sepatu yang mulai didirikan pada tanggal 20 Agustus Tujuan dari pendirian CV. CIKUPA INTI RUBBER adalah sebagai perusahaan manufaktur profitable, yaitu sebagai perusahaan industri sepatu yang menguntungkan atau sebagai sumber penerimaan bagi pemiliknya yang berusaha membuat produk-produk yang mampu bersaing di pasar dan diterima oleh konsumen Visi dan Misi CV. CIKUPA INTI RUBBER Visi perusahaan adalah: Memberikan nilai tambah bagi pelanggan. 59

2 60 Menjadi Supplier pilihan utama pelanggan. Menjunjung tinggi kode etik dalam melakukan semua kegiatan dan transaksi, baik keluar maupun ke dalam perusahaan. Meningkatkan pelayanan, dan kualitas produk terbaik bagi perlanggan. Menjalin mitra kerja yang saling menguntungkan. Misi perusahaan adalah: Mengembangkan bisnis untuk memberikan pandangan masa depan. Merekrut dan membimbing karyawan agar memiliki pengalaman dan karakter yang baik khususnya kepada rekan kerja maupun kepada semua klien. Membuat keputusan yang bijak mengenai masalah pembelian, penjualan serta pekerjaan dalam rangka menciptakan stabilitas bagi perusahaan. Meningkatkan kinerja secara berkesinambungan, baik pribadi maupun dalam bisnis. Membantu pemerintah dalam program mengurangi pengangguran Lokasi CV. CIKUPA INTI RUBBER CV. CIKUPA INTI RUBBER berlokasi Jln. Raya Serang Km. 14,4 Desa Dukuh RT 05/02 Cikupa Kab. Tangerang. CV. CIKUPA INTI RUBBER ditinjau dari segi administrasi berada pada wilayah

3 61 Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Dasar pemilihan lokasi adalah sebagai berikut: a. Segi Teknis 1) Letak geografis sangat baik (10 KM sebelah timur Pusat Kabupaten Tangerang) dan berada dalam kawasan industri Starwin yang terhubung langsung dengan Jalan Raya Serang. 2) Kepadatan penduduk dan kurangnya lapangan kerja di daerah sekitarnya mengakibatkan banyak pengangguran. Hal ini memudahkan untuk menyerap tenaga kerja. b. Segi Sosial 1) Pengurangan pengangguran dan membendung bahaya urbanisasi. 2) Membantu pemerintah dalam program mengurangi pengangguran c. Segi Ekonomis 1) Memperkuat usaha dalam bidang produksi sepatu dalam negeri. 2) Pemasaran hasil produksi dalam jaringan yang luas Organisasi CV. CIKUPA INTI RUBBER Bentuk perusahaan CV. CIKUPA INTI RUBBER adalah persekutuan komanditer (Commanditaire Vennootschap atau CV) di bidang manufaktur dalam industri sepatu, dimana perusahaan ini beroperasi dalam skala yang relatif kecil, dan pemilik bertanggung jawab sepenuhnya terhadap risiko dalam kegiatan perusahaan. CV. CIKUPA INTI RUBBER memiliki bentuk struktur organisasi yang sederhana, dapat dilihat pada Gambar. 4.1 dimana struktur organisasi

4 62 berbentuk garis atau lini. Dalam organisasi garis ini, pimpinan perusahaan membawahi beberapa bagian dengan wewenang dan tanggung jawab secara vertikal. Struktur ini menunjukkan bahwa saluran perintah atau pendelegasian wewenang datang dari pimpinan melalui kepala bagian kemudian diteruskan kepada bawahannya sampai pada tingkat yang terendah. Hubungan horizontal berlangsung antar bagian yang satu dengan bagian yang lain, tetapi bagian yang satu tidak berhak terhadap bagian yang lain. Pemilik sekaligus pimpinan perusahaan CV. CIKUPA INTI RUBBER mengambil keputusan dalam segala bidang aktivitas perusahaan dan menetapkan garis umum kebijakan perusahaan. Dalam pengambilan keputusan, pimpinan perusahaan terlebih dahulu melakukan diskusi dan konfirmasi dengan manager masing-masing departemen, karena manager yang sangat mengetahui kondisi yang sebenarnya terjadi di lapangan.

5 Struktur Organisasi Perusahaan dan Deskripsi Jabatan CV. CIKUPA INTI RUBBER Struktur Organisasi Perusahaan CV. CIKUPA INTI RUBBER Dapat terlihat pada Gambar 4.1 sebagai berikut: DIREKTUR WAKIL DIREKTUR DEPARTEMEN PRODUKSI DAN TEKNIK DEPARTEMEN QUALITY CONTROL DAN PLANNING DEPARTEMEN ADMINISTRASI BAGIAN BOTTOM BAGIAN UPPER BAGIAN ASSEMBLING BAGIAN FINISHING BAGIAN PEMASARAN BAGIAN KEUANGAN DAN AKUNTANSI BAGIAN UMUM DAN PERSONALIA Gambar 4.1 Struktur Organisasi Perusahaan CV. CIKUPA INTI RUBBER 63 63

6 Deskripsi Jabatan Perusahaan CV. CIKUPA INTI RUBBER CV. CIKUPA INTI RUBBER membentuk tata kerja yang merupakan suatu jenjang dari urutan pekerjaan yang berisikan tugas dan wewenang serta pangkat dan jabatan dari masing-masing departemen. Tugas dan wewenang CV. CIKUPA INTI RUBBER adalah sebagai berikut: a. Direktur Direktur adalah pimpinan tertinggi CV. CIKUPA INTI RUBBER yang dibantu oleh manajer keuangan dan umum dan manajer produksi dan teknik. Tugas dan wewenang Direktur sebagai berikut: 1) Menetapkan kebijakan umum perusahaan dalam menyusun rencana kerja, anggaran pendapatan dan anggaran belanja perusahaan. 2) Mengatur dan mengarahkan sumber daya yang ada di dalam perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan. 3) Bertanggung jawab atas semua kegiatan perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan. b. Bagian Keuangan dan Umum 1. Bagian Keuangan Tugas dan wewenang bagian keuangan adalah membantu Direktur dalam hal sebagai berikut: i. Melaksanakan penjualan produk yang meliputi hasil produksi, waste, barang yang tidak terpakai, serta meneliti

7 65 kebenaran dan kelengkapan jaminan sehubungan dengan penjualan kredit. ii. Menyelenggarakan lalu lintas keuangan yang meliputi penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang, bertanggung jawab atas uang muka, penyelesaian utang piutang, rencana kebutuhan uang per bulan dan melakukan verifikasi. iii. Menyelenggarakan kegiatan pergudangan, yang meliputi penerimaan barang, penyimpanan dan pemeliharaan, pengeluaran barang, inventory control, inventarisasi serta stock opname barang dalam gudang. iv. Melakukan pencatatan atas kekayaan dan hutang perusahaan yang meliputi buku harian, klasifikasi posting, recording, menyiapkan dokumen untuk pengolahan data, meneliti dan mengkoreksi hasil analisis data yang menyangkut administrasi dan keuangan serta menyusun laporan keuangan. 2. Bagian umum Mempunyai tugas dan wewenang membantu Direktur dalam hal sebagai berikut: i. Mengatur penyelenggaraan pembinaan personil dan hubungan perburuhan.

8 66 ii. Mengatur pembinaan mental dan menyelenggarakan tugastugas penyuluhan atas masalah-masalah karyawan dan keluarganya. iii. Bersama bagian teknik dan bagian produksi mengatur usaha perlindungan kerja. iv. Mengatur kegiatan-kegiatan hubungan masyarakat sekitar perusahaan dan penerangan terhadap warga perusahaan serta mengatur dokumentasi perusahaan. v. Mengatur kegiatan tata usaha surat menyurat, pengolahan data dan penyusunan laporan. c. Bagian Produksi Bagian produksi mempunyai tugas dan wewenang membantu Direktur dalam hal sebagai berikut: i. Mengatur dan melaksanakan pembuatan barang dari bahan baku menjadi barang jadi. ii. Mengatur pelaksanaan maintenance, rehabilitasi dan overhaul mesin-mesin produksi. iii. Membuat rencana kebutuhan bahan baku atau bahan pembantu, spare part, alat dan bahan lain yang berhubungan dengan tugasnya. iv. Bersama dengan bagian teknik, mengatur dan mengawasi usaha perlindungan keselamatan kerja. v. Mengatur kerja dan memberi rekomendasi pengangkatan, mutasi, dan pelatihan untuk karyawan bagian produksi.

9 67 d. Bagian Teknik i. Mengatur pelasanaan operasi dan maintenance, serta rehabilitasi dan perbaikan mesin-mesin. ii. Mengatur distribusi tenaga listrik, air, dan AC sesuai kebutuhan. iii. Memberikan jasa bengkel. iv. Membuat rencana kebutuhan bahan bakar, pelumas, spare part, alat-alat, dan bahan lain yang berhubungan dengan tugasnya Aktifitas Perusahaan Kontruksi Sepatu Umumnya konstruksi sepatu terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu upper dan bottom. Upper sepatu adalah bagian sepatu yang terdapat di bagian sisi atas, mulai dari ujung depan sepatu, sisi kanan dan kiri, bagian lidah (tongue) sampai dengan bagian belakang. Karakteristik dari upper biasanya berbahan dasar kain sintetis atau kulit (leather) yang telah dirakit dengan jahitan (stitching process). Bottom sepatu adalah bagian alas atau bagian bawah dari sepatu, biasanya orang menyebut bagian sole. Bottom terdiri dari insole, midsole, dan outsole. Konstruksi sepatu dapat dilihat pada Gambar berikut:

10 68 TONGUE BUMPER LACE TOE CAP INSOLE LINING UPPER OUTSOLE Gambar 4.2 Kontruksi Sepatu Converse ALL STAR Sumber : Proses Produksi Aktivitas utama perusahaan adalah memproduksi berbagai jenis sepatu dengan merk dagang ALL STAR lokal. Produksi sepatu yang dilakukan oleh CV. CIKUPA INTI RUBBER berdasarkan atas pesanan yang diterima (make to order). CV. CIKUPA INTI RUBBER memiliki standar proses produksi sepatu dengan 4 (empat) tahap yaitu: 1) Proses Produksi Upper dan Insole (Upper and Insole Production)

11 69 Proses pembuatan Upper (bagian atas sepatu) diawali dengan pengambilan bahan baku berupa kain kanvas, kain Lining (kanvas natural), dan epa dari gudang bahan baku lalu dipola sesuai model kemudian masuk proses pemotongan (cutting) menjadi komponen Upper dan Insole. Komponen Upper yang sudah jadi kemudian dilakukan proses Sewing / Stitching untuk pola lebih lanjut, sepert jahit logo, penempelan komponen, dan penjahitan variasi pada Upper. Setelah itu, dilakukan proses koncing atau melubangi Upper untuk memasang kancing (eye late). Insole dan Upper yang selesai produksi kemudian masuk ke Departemen Pengendalian Kualitas (Quality Control) dilakukan pengecekan standar kualitas Upper yang ditetapkan perusahaan sebelum dikirim ke bagian Assembling. 2) Proses Produksi Bottom (Bottom Production) Proses pembuatan Bottom (bagian bawah sepatu) terbagi menjadi 4 (empat) bagian, yaitu pembuatan Outsole, bumper, Foxing dan Toe Cap. Proses ini diawali dengan penimbangan bahan baku. Kemudian bahan baku tersebut dicampur dengan beberapa bahan kimia dan karet jenis KBR-01 dan SIR-3L untuk diolah kedalam mesin Kneader. Proeses pengolahan dalam mesin Kneader membutuhkan waktu sekitar 10 menit. Untuk menghasilkan komponen Bumper, Foxing dan Toe cap hasil dari pengolahan tersebut di mixing kedalam mesin Roll dengan temperatur C. Sedangkan untuk menghasilkan

12 70 komponen Outsole hasil dari pengolahan tersebut di cetak didalam mesin Press dengan temperatur C. Setelah selesai proses, kemudian komponen-komponen tersebut didinginkan selama kurang lebih enam jam. 3) Proses Perakitan Komponen (Assembling) Proses perakitan (assembling) berbagai komponen menjadi sepatu diawali dengan proses persiapan komponen seperti penyediaan Laste, Upper, Outsole, Foxing, Bumper, Toe Cap, dan Texon Board. Proses Assembling diawali dengan pemasangan Upper dan Outsole. Sebelum dilakukan pemasangan, terlebih dahulu Upper dipasang Texon dengan cara diobras. Kemudian Upper dipasangkan ke Laste agar Upper membentuk kontur kaki. Selanjutnya, pemasangan Toe Cap pada Upper dengan cara pengeleman. Lalu dilakukan pemolesan primer untuk penempelan Upper dan Outsole. Penempelan dilakukan dengan cara di lem dengan 2 (dua tahap), yaitu pengeleman untuk bagian dasar (outsole) dan pengeleman untuk bagian atas (upper). Upper dan Outsole yang sudah terpasang kemudian dibentuk pola untuk penempelan Foxing. Lalu pemolesan primer dilakukan pada bagian depan untuk Bumper dan belakang untuk logo dan di press secara keseluruhan. Setelah itu, dilakukan pemanasan sepatu selama ± menit pada mesin pemanas (oven). Sepatu yang sudah siap kemudian

13 71 didinginkan selama menit dan selanjutnya dilakukan pelepasan laste dari sepatu serta pemasangan tali (lace). Terakhir, dilakukan pengecekan dan pembersihan pada sepatu dari segala kotoran (sisa lem, debu, atau sisa benang). 4) Finishing Proses ini merupakan akhir dari semua proses produksi yang dikerjakan. Sepatu hasil produksi yang telah melewati pemeriksaan kualitas kemudian dipasangkan Name Tag dan dikemas (packing) ke dalam plastik yang selanjutnya disimpan di gudang sebagai barang jadi. Proses produksi sepatu CV. CIKUPA INTI RUBBER dapat disajikan dalam Gambar 4.3 berikut: Proses Pembuatan Upper dan Insole (Upper and Insole Production) Proses Pembuatan Bottom (Bottom Production) Proses Perakitan (Assembling) Finishing Produk Sepatu Gambar 4.3 Proses Produksi Sepatu CV. CIKUPA INTI RUBBER Sumber : Data Perusahaan (diolah Penulis)

14 Bahan Baku Upper Pembentukan Pola Pemotongan (Cutting) Pengecekan (Checking) Koncing Sewing/Stitching Gambar 4.4 Bagan Proses Produksi Upper Sumber : Data Perusahaan (diolah penulis) 72 72

15 Mesin Roll Foxing, Toe Cap, Bumper Pencampuran Bahan Compound dan Karet Pengolahan dalam Mesin Kneader Mesin Press Outsole Pengecekan Pendinginan Gambar 4.5 Bagan Proses Produksi Bottom Sumber : Data Perusahaan (diolah penulis) 73 73

16 Obras Upper dengan Texon Pemasangan Laste Pengeleman Toe Cap Pemolesan Primer 1 Pengeleman Dasar Pengeleman untuk logo dan bumper Pemolesan Primer 2 Pola dan Pemasangan Foxing Penggabungan Upper dan Outsole Pengeleman Atas Press Pemanasan (Oven) Pendinginan Pengecekan (Checking) Gambar 4.6 Bagan Proses Assembling Sumber : Data Perusahaan (diolah penulis) 74 74

17 Pemasangan Name Tag Pembersihan (Cleaning) Pemasangan Tali Gudang Barang Jadi Pengemasan (Packing) Gambar 4.7 Bagan Proses Finishing Sumber : Data Perusahaan (diolah penulis) 75 75

18 76 Adapun hasil produksi sepatu ALL STAR tipe Chuck Taylor Low Cut yang dihasilkan oleh CV. CIKUPA INTI RUBBER seperti gambar dibawah ini: Gambar 4.8 Sepatu ALL STAR Tipe Chuck Taylor Low Cut Data Produksi Data yang dikumpulkan adalah data produksi Sepatu ALL STAR Tipe Chuck Taylor Low Cut. Data berupa jumlah produksi dan jumlah produk cacat selama bulan Januari sampai dengan bulan Juni. Data diperoleh melalui wawancara dan pengumpulan catatan dokumentasi perusahaan yang dapat dilihat pada Tabel 4.1

19 77 Tabel 4.1 Data Produksi Sepatu ALL STAR Tipe Chuck Taylor Low Cut Pada Bulan Januari Sampai Dengan Bulan Juni ALL STAR Tipe Chuck Taylor Low Cut No Periode Jumlah Produksi Jumlah Cacat % Cacat 1 Januari ,50 2 Febuari ,64 3 Maret ,16 4 April ,45 5 Mei ,84 6 Juni ,13 Total ,75 Sumber: CV. CIKUPA INTI RUBBER 4.2 Pengolahan Data Untuk mencapai peningkatan kualitas dengan penerapan metode Six Sigma, pengolahan data yang dilakukan harus melalui tahapan-tahapan seperti, Define, Measure, Analysis, Improve dan Control (DMAIC). Konsep ini merupakan tahapan peningkatan kualitas secara terus menerus menuju target Six Sigma Tahap Definisi (Define) Dalam tahapan pertama ini, dilakukan pendefinisian masalah kualitas dalam proses akhir produk sepatu mengenai jumlah produk

20 78 dan jumlah produk cacat. Didalam tahap define memerlukan langkah-langkah pendefinisian sebagai berikut: 1. Pendefinisian kriteria pemilihan proyek. 2. Pendefinisian peran-peran orang yang terlibat dalam proses produksi. 3. Dan, membuat diagram SIPOC Pendefinisian Kriteria Pemilihan Proyek Produk sepatu ALL STAR Tipe Chuck Taylor Low Cut pada CV. CIKUPA INTI RUBBER merupakan produk yang paling dominan diantara semua tipe sepatu yang diproduksi oleh perusahaan ini, karena tipe sepatu ini yang paling banyak dipesan atau diminati oleh konsumen bila dibandingkan dengan produk lainnya seperti sepatu ALL STAR Tipe ALL STAR Tipe Chuck Taylor High Cut, ALL STAR Tipe Chuck Taylor Lean Low Cut dan ALL STAR Tipe Chuck Taylor Lean High Cut. Perusahaan telah menetapkan persentase nilai maksimal untuk cacat pada produk sepatu yaitu tidak melebihi 2% dari jumlah produksi. Namun pada kenyataannya persentasi yang dialami masih ada yang diatas 2% dengan berbagai jenis kecacatan. Jenis kecacatan yang dihasilkan pada produk sepatu seperti foxing bonding, foxing melentung, foxing bonyok, foxing kuning, toe cap bonyok, out sole reject, out sole miring, bumper melentung, bumper bonyok, bumper bonding, toe cap melentung dan upper miring. Dengan banyaknya jenis cacat yang terjadi, ini menunjukan proses produksi sepatu masih belum

21 79 berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.1 bahwa persentase kecacatan produk tiap bulannya berubah-ubah yaitu pada bulan Januari sebesar 1,53 %, pada bulan Febuari sebesar 1,64 %, pada bulan Maret sebesar 2,16 %, pada bulan April sebesar 1,45 %, pada bulan Mei sebesar 1,68 % dan pada bulai Juni sebesar 2,13 %. Persenatse tertinggi terjadi pada bulan Maret Pendefinisian Peran-peran Orang yang Terlibat Dalam Proses Produksi CV. CIKUPA INTI RUBBER memliki beberapa orang yang terlibat didalam proyek ini, yaitu: a. Pimpinan perusahaan bertindak sebagai Dewan kepemimpinan dan Champion, yang memiliki tanggungjawab dalam melakukan pemantauan secara periodik terhadap proses produksi sepatu. b. Kepala bagian produksi bertindak sebagai Master Black Belt yang memiliki tanggungjawab memberikan pemahaman mengenai batas toleransi cacat produk kepada semua karyawan, dengan harapan karyawan mampu meningkatkan kinerja didalam proses produksi sepatu. c. Supervisor atau Mandor bertindak sebagai Green Belt yang memiliki tanggungjawab terhadap proses produksi sepatu.

22 80 d. Karyawan bertindak sebagai member dalam perusahaan CV. CIKUPA INTI RUBBER yang memiliki tanggungjawab untuk menjalankan proses produksi sepatu Membuat Diagram SIPOC Dalam manajemen dan perbaikan proses, diagram SIPOC merupakan salah satu teknik yang paling berguna dan paling sering digunakan. Diagram ini digunakan untuk menampilkan sekumpulan aktifitas lintas fungsional dalam satu diagram tunggal yang sederhana, menggunakan kerangka kerja yang dapat diterapkan pada proses dengan semua ukuran bahkan organisasi keseluruhan, membantu memelihara perspektif gambar besar, yang untuk itu detail tambahan dapat dilakukan untuk menyajikan tampilan sekilas dari aliran kerja. SIPOC dari lima elemen yang ada yaitu, Supplier (pemasok), Input (masukan), Process (proses), Output (keluaran) dan Customer (pelanggan). (Hendra: 2011) Proses produksi sepatu ALL STAR Tipe Chuck Taylor Low Cut memiliki diagram SIPOC sebagai berikut:

23 81 Supplier Input Process Output Customer Bahan baku Compound Texon Canvas Natural Pembuatan upper dan insole Sepatu ALL STAR Toko-toko sepatu dan Usaha dari CV. Dian Anugrah Bahan baku karet dari CV. Dwi Tunggal Bahan baku upper dari CV. Lima Saudara Kancing Tali Foxing Set Outsole Insole Name Tag Tongue Label Lem Benang Pembuatan bottom Assembling Tipe Chuck Taylor Low Cut Kecil Menengah (UKM) lainnya Gambar 4.9 Diagram SIPOC Proses Produksi Sepatu ALL STAR Tipe Chuck Taylor Low Cut Tahap Pengukuran (Measure) Didalam tahapan kedua ini dilakukan pengevaluasian sistem pengukuran karakteristik-karakteristik bagi kualitas (CTQ) dan menaksir kemampuan baseline kinerja (output) yang dapat memberikan informasi untuk membantu dalam proses pengambilan keputusan untuk peningkatan kualitas. Tahap-tahap dalam pengukuran (Measure), yaitu:

24 Menentukan Karakteristik Kualitas (CTQ) Karakteristik kualitas (Critical to Quality - CTQ) harus berhubungan langsung dengan kebutuhan spesifik pelanggan, dengan melihat persyaratan-persyaratan output yang diinginkan pelanggan (Gaspersz, 2002). Karakteristik-karakteristik kunci yang dapat menyebabkan produk akhir sepatu tidak memenuhi harapan konsumen adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 Data CTQ (Critical to Quality) Potensial Produk Sepatu Tipe ALL STAR Chuck Taylor Low Cut No Jenis Cacat Januari Febuari Maret April Mei Juni Σ % 1 Foxing Bonding ,88 2 Foxing Melentung ,22 3 Foxing Bonyok ,16 4 Foxing Kuning ,75 5 Toe Cap Bonyok ,64

25 83 No Jenis Cacat Januari Febuari Maret April Mei Juni Σ % 6 Out Sole Reject ,67 7 Out Sole Miring ,22 8 Bumper Melentung ,86 9 Bumper Bonyok ,05 10 Bumper Bonding ,97 11 Toe Cap melentung ,41 12 Upper Miring ,10 Total Sumber: CV. CIKUPA INTI RUBBER

26 Pengukuran Baseline Kinerja Output Perusahaan (menghitung DPMO dan level sigma perusahaan) Untuk mengukur tingkat kinerja perusahaan dapat diketahui dengan menentukan Defect Per Million Opportunities (DPMO) dan melakukan pengukuran level Sigma. Berdasarkan pengukuran ini, tinggi rendahnya level Sigma sangat bergantung kepada tingginya tingkat kegagalan atau cacat dari jumlah produksi. Perhitungan nilai DPMO (Defect Per Million Opportunity) dan Sigma produk sepatu ALL STAR Tipe Chuck Taylor Low Cut dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut: Tabel 4.3 Nilai DPMO dan Sigma Dari Proses Produksi Sepatu (Januari - Juni) Bulan Jumlah Jumlah Banyak Proporsi DPMO Sigma A Produksi B Produk Cacat C CTQ Penyebab Kecacatan D C B X 100% = E C BxD X 1 jt = F G** Januari ,5 1252,56 4,52 Febuari , ,91 4,49 Maret , ,84 4,41

27 85 Bulan Jumlah Jumlah Banyak Proporsi DPMO Sigma A Produksi B Produk Cacat C CTQ Penyebab Kecacatan D C B X 100% = E C BxD X 1 jt = F G** April , ,12 4,53 Mei , ,51 4,46 Juni , ,94 4,41 Total Rata-rata 10, ,57 4,47 Sumber: Data sukender yang diolah ** Konversi nilai DPMO Pada perhitungan dalam Tabel 4.3 diatas, maka dapat dinyatakan bahwa CV. CIKUPA INTI RUBBER memiliki tingkat Sigma sebesar 4,47 dengan DPMO rata-rata sebesar 1465,57 per sejuta produk Tahap Analisa (Analyze) Dalam tahapan ketiga ini, merupakan fase mencari dan menentukan akar permasalahan. Analisis data ini dilakukan untuk mencari apa aja yang menjadi faktor penyebab kegagalan proses dan menemukan sumber penyebab masalah kualitas. Tahap ini terdiri atas 3 langkah, yaitu:

28 Membuat Pareto Diagram Pareto Diagram adalah grafik yang digunakan untuk melihat penyebab terbesar suatu masalah (Rampersad, 2005). Grafik ini menampilkan distribusi variabel data-data, seperti permasalahan, complain, peny`ebab, tipe-tipe non-conformities. Cara pembuatan Pareto Diagram ini adalah dengan menyusun data frekuensi terbanyak hingga data dengan frekuensi terkecil. Biasanya Pareto Diagram digunakan sebagai identifikasi masalah yang paling penting. Dalam Pareto Diagram, berlaku aturan 80/20. Artinya, 20% jenis kecacatan dapat menyebabkan 80% kegagalan proses. Proses penyusunan Pareto Diagram mengikuti enam langkah yaitu : a) Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data berdasarkan masalah, penyebab, jenis ketidaksesuaian dan sebagainya. b) Menentukan satuan yang digunakan untuk urutan karakteristik misalnya frekuensi, unit dan sebagainya. c) Mengumpulkan data. d) Merangkum data dan membuat rangking dari kategori data. e) Menghitung frekuensi kumulatif atau presentasi kumulatif. f) Membuat diagram batang, menunjukan tingkat kepentingan dari masing-masing masalah.

29 87 Setelah Pareto Diagram dibuat kita dapat memprioritaskan penyelesaian masalah yang terjadi, sehingga kita dapat menentukan DSP (Daftar Skala Prioritas) tentang jenis cacat mana yang akan di prioritaskan terlebih dahulu karena cacat tersebut mempunyai nilai tertinggi dari jenis cacat lainnya yang mempengaruhi kualitas produk sepatu tersebut. Berdasarkan data kecacatan pada tahapan measure, dapat diketahui bahwa ada 12 jenis cacat, yaitu: 1. Foxing Bonding, cacat sebanyak 651 (21,88%) 2. Foxing Melentung, cacat sebanyak 215 (7,22%) 3. Foxing Bonyok, cacat sebanyak 213 (7,16%) 4. Foxing Kuning, cacat sebanyak 201 (6,75%) 5. Toe Cap Bonyok, cacat sebanyak 257 (8,64%) 6. Out Sole Reject, cacat sebanyak 258 (8,67%) 7. Out Sole Miring, cacat sebanyak 215 (7,22%) 8. Bumper Melentung, cacat sebanyak 234 (7,86%) 9. Bumper Bonyok, cacat sebanyak 180 (6,05%) 10. Bumper Bonding, cacat sebanyak 148 (148%) 11. Toe Cap Melentung, cacat sebanyak 161 (5,41%) 12. Upper Miring, cacat sebanyak 241 (8,10%)

30 Pareto Diagram Jenis Kecacatan Sepatu 120% % % 60% 40% 20% 0 0% Jumlah Komulatif % Gambar 4.10 Pareto Diagram Jenis Kecacatan Sepatu ALL STAR Tipe Chuck Taylor Low Cut Dari hasil perhitungan diatas dapat dilihat bahwa persentase terbesar yaitu untuk jenis cacat Foxing Bonding, 21,88%. Sesuai dengan prinsip Pareto 80-20, dimana 20% produk cacat dapat disebabkan oleh 80% jenis kecacatan. Oleh karena itu, untuk mengurangi jumlah produk cacat sampai pada tingkat 80% cukup dengan mengendalikan jenis cacat Foxing Bonding agar lebih efisien dan tidak memakan waktu, biaya dan tenaga kerja yang ada.

31 Membuat Fishbone Diagram Diagram Sebab-Akibat atau yang sering dikenal dengan istilah Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagram) adalah alat yang memungkinkan meletakkan secara sistematis representasi grafis jalan setapak yang pada akhirnya mengarah ke akar penyebab suatu masalah kualitas. Diagram Sebab-Akibat terdiri dari dua sisi. Pada sisi kanan, efek samping, daftar masalah, atau kekhawatiran akan kualitas dipertanyakan. Sementara pada sisi kiri adalah daftar penyebab utama masalah itu. Sisi kanan juga dapat mencakup efek yang diinginkan pengguna untuk dicapai. Yang penting dilakukan adalah penyebab terus-menerus mendefinisikan dan berhubungan satu sama lain. Langkah-langkah pembuatan Diagram Sebab-Akibat yaitu : a. Tentukan masalah yang akan diperbaiki. b. Cari faktor utama yang berpengaruh. c. Cari faktor yang lebih spesifik yang mempengaruhi faktor utama. Untuk mengetahui penyebab timbulnya permasalahan pada produksi sepatu ALL STAR Tipe Chuck Taylor Low Cut maka dilakukan wawancara dan dokumentasi cacatan dengan bagian-bagian yang berhubungan dengan proses produksi. Fokus analisa lebih kepada unsur teratas sebagai sebab dari suatu akibat yaitu manusia, metode kerja, material, mesin dan lingkungan. Adapun gambar Fishbone Diagram untuk masalah Foxing Bonding dapat dilihat pada Gambar 4.6

32 90 Man Method Kurang teliti Kurang pengawasan Kurang pengetahuan Karyawan tidak memenuhi SOP Mesin terlalu sering standby Tidak meratanya suhu dalam oven Machine Komposisi bahan baku compound tidak sesuai standar Material Bahan baku compound sudah expired Kadar sulfur terlalu tinggi Foxing Bonding Gambar 4.11 Fishbone Diagram Penyebab Foxing Bonding Adapun uraian dari Gambar 4.6 Fishbone Diagram Penyebab Foxing Bonding, yaitu: 1. Man Permasalahan yang terjadi pada manusia adalah: a. Karyawan bekerja kurang teliti didalam melakukan penyetelan mesin Oven sehingga menyebabkan tidak merekatnya bagian foxing Rubber dengan Upper.

33 91 b. Kurang pengetahuan didalam pengoperasian mesin Oven. Hal ini disebabkan karena karyawan tersebut merupakan karyawan baru. c. Kurang pengawasan, hal ini terjadi karena karyawan yang malas mengawasi jalannya proses produksi yang nantinya akan menyebabkan hasil akhir pada proses Oven menjadi tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan. 2. Mechine Permasalahan yang terjadi pada mesin adalah: a. Mesin terlalu sering standby. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengawasan pada mesin Oven ketika waktu pakai dan tidak sehingga terjadi penurunan kinerja mesin. b. Tidak meratanya suhu pada mesin Oven (suhu normal C), ini juga merupakan salah satu penyebab terjadinya Foxing Bonding, karena sering terjadi ditengah proses Oven. 3. Method Permasalahan yang terjadi pada metode kerja adalah: a. Karyawan tidak memenuhi standar operasi prosedur (SOP) pada mesin Oven yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman terhadap proses kerja mesin. 4. Material Permasalahan yang terjadi pada material adalah: a. Komposisi bahan baku Compound tidak sesuai dengan standar. Hal ini terjadi saat penimbangan bahan baku Compound untuk membuat Foxing.

34 92 b. Bahan baku Compound yang sudah expired, ini juga merupakan salah satu faktor penyebab Foxing Bonding, karena Foxing akan sulit merekat dengan Upper setelah dilakukan proses Oven. c. Kadar Sulfur terlalu tinggi. Ini terjadi ketika proses pengolahan dalam mesin Kneader sehingga menghasilkan Foxing yang keras Membuat FMEA (Failure Mode and Effect Analyze) Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) merupakan suatu prosedur terstruktur untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin modus kegagalan. Dalam Metode FMEA dilakukan perhitungan Risk Priority Number (RPN) yang merupakan hasil perkalian dari nilai Severity (S), Occurrence (O) dan Detectability (D). Kegagalan pada proses kemudian diberi rating sebagai dasar prioritas dalam melakukan tindakan perbaikan. Rating diberikan berdasarkan beberapa kategori dengan menggunakan skala 1-10 sebagai kriterianya, yaitu: 1. Severity, rating yang mengacu pada besarnya dampak serius dari penyebab kecacatan produk sepatu. 2. Occurrence, rating yang mengacu pada berapa banyak frekuensi penyebab kecacatan produk sepatu. 3. Detection, mengacu pada kemungkinan metode deteksi yang sekarang dapat mendeteksi penyebab kecacatan produk sepatu sebelum produk tersebut dirilis untuk produksi.

35 93 Berikut adalah Tabel FMEA penyebab terjadinya Foxing Bonding pada produk sepatu ALL STAR Tipe Chuck Taylor Low Cut yang dapat dilihat pada Tabel 4.4

36 Tabel 4.4 FMEA Produk Sepatu ALL STAR Tipe Chuck Taylor Low Cut Deskripsi Proses Jenis Kecacatan Efek Kecacatan S Penyebab Kecacatan O Deteksi D RPN Ranking Bahan baku Compound sudah expired 4 Periksa SOP saat proses penimbangan bahan baku Ovening Machine Foxing Bonding Tidak merekatnya Foxing dengan Upper 9 Terlalu lama dalam mesin Oven (Standar C) Operator kurang teliti dalam pengoperasian mesin 9 8 Periksa SOP sebelum pengoperasian mesin Oven Peneguran langsung terhadap Operator Kadar Sulfur terlalu tinggi 3 Periksa SOP Keterangan: S = Severity, O = Occurance, D = Detection Mesin terlalu sering standby 3 Tidak meratanya suhu dalam oven 4 Komposisi bahan baku Compound tidak sesuai standar Periksa mesin sebelum memulai proses Periksa mesin sebelum memulai proses Periksa SOP

37 Tahap Perbaikan (Improve) Dalam tahapan keempat ini, merupakan tahapan perbaikan kualitas Six Sigma. Pada tahap ini akan dilakukan perbaikan dari penyebab signifikan yang muncul dari Fishbone Diagram untuk jenis cacat Foxing Bonding. Langkah perbaikan yang dilakukan untuk memperbaiki proses produksi sepatu, yaitu dengan metode 5W+1H Perbaikan Foxing Bonding dengan Metode 5W+1H Metode 5W+1H terdiri dari What (apa), Why (mengapa), Where (dimana), When (kapan), Who (siapa) dan How (bagaimana). Berikut adalah rencana tindakan perbaikan pada faktor man, machine, method dan material untuk jenis kecacatan yang paling signifikan dapat dilihat pada beberapa Tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5 Perbaikan Foxing Bonding Pada Faktor Man Jenis 5W+1H Deskripsi / Tindakan Tujuan Utama Alasan Kegunaan What (apa) Why (mengapa) 1. Meningkatkan skill karyawan. 2. Meningkatkan kedisiplinan karyawan. 3. Meningkatkan kesadaran karyawan akan pentingnya kualitas sepatu. 1. Agar karyawan lebih terampil dalam bekerja. 2. Agar karyawan lebih disiplin dalam bekerja. 3. Agar karyawan mengetahui akan pentingnya kualitas sepatu.

38 96 Jenis 5W+1H Deskripsi / Tindakan Lokasi Where (dimana) Dilaksanakan di CV. CIKUPA INTI RUBBER, pada ruang pelatihan karyawan. Sekuens (Urutan) When (kapan) Pada saat proses produksi. Orang Who (siapa) Kepala bagian produksi yang bertanggung jawab dalam pelaksanaannya. Metode How (bagaimana) Melakukan pelatihan kerja, pelatihan kedisiplinan, mengadakan penyuluhan akan pentingnya kualitas untuk setiap proses produksi sepatu. Sumber: Data primer hasil wawancara dan dokumentasi catatan di CV. CIKUPA INTI RUBBER Tabel 4.6 Perbaikan Foxing Bonding Pada Faktor Machine Jenis 5W+1H Deskripsi / Tindakan Tujuan Utama What (apa) Meningkatkan upaya pemeliharaan mesin dan perawatan mesin secara berkala.

39 97 Jenis 5W+1H Deskripsi / Tindakan Alasan Kegunaan Why (mengapa) Untuk mengantisipasi gangguan mesin pada saat proses produksi berlangsung. Lokasi Where (dimana) Dilaksanakan di CV. CIKUPA INTI RUBBER, pada ruang pelatihan karyawan. Sekuens (Urutan) When (kapan) Setelah Improve pada faktor Man atau secara bersamaan dengan Improve pada faktor Man. Orang Who (siapa) Kepala bagian produksi dan bagian teknisi yang bertanggung jawab dalam pelaksanaannya. Metode How (bagaimana) Melakukan penjelasan tentang pemeliharaan mesin dan perawatan mesin secara berkala. Dan mengganti mesin yang lama dengan yang baru apabila mesin sudak tidak layak pakai. Sumber: : Data primer hasil wawancara dan dokumentasi catatan di CV. CIKUPA INTI RUBBER

40 98 Tabel 4.7 Perbaikan Foxing Bonding Pada Faktor Method Jenis 5W+1H Deskripsi / Tindakan Tujuan Utama What (apa) Membuat standar operasional prosedur (SOP) untuk karyawan CV. CIKUPA INTI RUBBER Alasan Kegunaan Why (mengapa) Agar didalam pelaksanaan proses produksi menghasilkan kualitas sepatu yang sesuai dengan standar. Lokasi Where (dimana) Dilaksanakan di CV. CIKUPA INTI RUBBER, pada ruang pelatihan karyawan. Sekuens (Urutan) When (kapan) Pelaksanaan dapat dilakukan bersama dengan Improve pada faktor Man. Orang Who (siapa) Kepala bagian produksi yang bertanggung jawab dalam pelaksanaannya. Metode How (bagaimana) Memberikan pelatihan pada karyawan agar dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan standar perusahaan. Sumber: Data primer hasil wawancara dan dokumentasi catatan di CV. CIKUPA INTI RUBBER

41 99 Tabel 4.8 Perbaikan Foxing Bonding Pada Faktor Material Jenis 5W+1H Deskripsi / Tindakan Tujuan Utama What (apa) Menentukan dan menimbang bahan baku Compound dengan tepat. Alasan Kegunaan Why (mengapa) Agar tidak terjadi permasalahan Foxing Bonding dan sesuai dengan standar perusahaan. Lokasi Where (dimana) Dilaksanakan di CV. CIKUPA INTI RUBBER, pada ruang pelatihan karyawan. Sekuens (Urutan) When (kapan) Pada saat bahan baku dikirim oleh Supplier. Orang Who (siapa) Bagian penerimaan barang dan bagian produksi. Metode How (bagaimana) Membuat standar kualitas untuk bahan baku pembuat sepatu dan memberikan penjelasan tentang pentingnya inspeksi pada bahan baku yang akan dipakai untuk proses produksi. Sumber: Data primer hasil wawancara dan dokumentasi catatan di CV. CIKUPA INTI RUBBER

42 Tahap Pengendalian (Control) Tahap pengendalian (Control) merupakan tahapan terakhir didalam proyek peningkatan kualitas Six Sigma. Dalam tahapan ini, hasil-hasil dari peningkatan kualitas didokumentasikan dan dipublikasikan. Usulan tindakan yang diperoleh dari hasil wwawancara dan dokumentasi catatan dengan perusahaan dijadikan usulan-usulan perbaikan kerja untuk dijadikan standarisasi demi mencapai target perusahaan yaitu mengurangi hasil cacat pada produk akhir sesuai dengan standar perusahaan (tidak lebih dari 2% dari jumlah produksi). Setelah mengetahui usulan-usulan tindakan perbaikan, perlu adanya Alat Kontrol untuk mengetahui apakah ada peningkatan kualitas dari hasil akhir produk sepatu tersebut. Tabel Usulan Tindakan dan Alat Kontrol dibuat untuk jenis cacat yang memiliki persentase tertinggi yang nantinya akan mewakili jenis cacat secara keseluruhan. Dapat dilihat pada Tabel 4.9 Tabel 4.9 Usulan Tindakan dan Alat Kontrol - Foxing Bonding Jenis Faktor Usulan Tindakan Alat Kontrol Cacat Penyebab Foxing Man a. Pelatihan keterampilan 1. Setelah dilakukan Bonding kerja karyawan dalam usulan-usulan proses produksi sepatu. tindakan, maka perlu b. Pelatihan untuk adanya pengontrolan meningkatkan keahlian apakah ada karyawan dalam peningkatan kualitas.

43 101 Jenis Faktor Usulan Tindakan Alat Kontrol Cacat Penyebab pengoperasian masin 2. Pegontrolan dilakukan Oven. saat proses produksi c. Peningkatan berlangsung apakah kedisiplinan karyawan. masih banyak terdapat d. Penjelasan mengenai kecacatan. pentingnya kualitas 3. Untuk mengetahui ada akhir produk sepatu. atau tidak adanya peningkatan, dilakukan dengan menghitung persentase tingkatan kecacatan dan nilai Sigma perusahaan setiap bulannya. Foxing Machine a. Penjelasan tentang 1. Setelah dilakukan Bonding pengoperasian, usulan tindakan pemeliharaan dan terhadap mesin. Maka perawatan mesin secara dilakukan berkala. pengontrolan terhadap b. Teratur memeriksa mesin apakah masih mesin Oven sebelum ada mesin yang digunakan. mengalami kerusakan pada saat proses produksi berlangsung. 2. Pengontrolan dilakukan setiap satu minggu sekali. 3. Untuk mengetahui ada atau tidak adanya

44 102 Jenis Faktor Usulan Tindakan Alat Kontrol Cacat Penyebab peningkatan, dilakukan dengan menghitung persentase tingkatan kecacatan dan nilai Sigma perusahaan setiap bulannya. Foxing Method Penjelasan tentang 1. Setelah dilakukan Bonding pengoperasian kerja penjelasan tentang peralatan dan mesin serta pengoperasian kerja memperbaiki SOP bila peralatan dan mesin terdapat perubahan dalam serta perbaikan SOP proses. bila terdapat perubahan. 2. Kontrol mengenai cara kerja karyawan pada saat proses produksi berlangsung. Pengontrolan dilakukan oleh Supervisor setiap satu bulan sekali. 3. Untuk mengetahui ada atau tidak adanya peningkatan, dilakukan dengan menghitung persentase tingkatan kecacatan dan nilai

45 103 Jenis Faktor Usulan Tindakan Alat Kontrol Cacat Penyebab Sigma perusahaan setiap bulannya. Foxing Bonding Material a. Pengecekan bahan baku Compound sebelum digunakan apakah sudah sesuai spesifikasi. b. Pengecekan bahan baku Compound apakah sudah expired atau belum. 1. Pengawasan dan pengevaluasian terhadap kualitas bahan baku dari Supplier pada saat barang tiba. 2. Pengontrolan terhadap bahan baku agar dapat dilihat ada atau tidak adanya pengurangan terhadap cacat produk sepatu. 3. Untuk mengetahui ada atau tidak adanya peningkatan, dengan menghitung persentase tingkatan kecacatan dan nilai Sigma. Sumber: Data primer hasil wawancara dan dokumentasi catatan di CV. CIKUPA INTI RUBBER Dari Usulan Tindakan dan Alat Kontrol yang telah dibuat pada tabel diatas, perlu dilakukan oleh pihak perusahaan sebagai upaya untuk melanggengkan program Six Sigma. Beberapa hal yang perlu diperhatikan

46 104 oleh pihak perusahaan didalam melaksanakan pengontrolan terhadap usulan-usulan tindakan yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1. Setiap 1 atau 2 bulan sekali secara berkala dihitung data hasil produk sepatu ALL STAR Tipe Chuck Taylor Low Cut yang cacat pada CV. CIKUPA INTI RUBBER kemudian dihitung persentase tingkat kecacatannya. 2. Mencari faktor penyebab timbulnya kecacatan produk sepatu. 3. Dan, menghitung DPMO dan nilai Sigma untuk dapat melihat peningkatan nilai Sigma, dan seterusnya untuk dapat mencapai level Six (6) Sigma.

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI 56 BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI Pada Bab ini dibahas tahap Analyze (A), Improve (I), dan Control (C) dalam pengendalian kualitas terus menerus DMAIC sebagai langkah lanjutan dari kedua tahap sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu proses berpikir yang dilakukan dalam penulisan suatu laporan, mulai dari menentukan judul dan permasalahan, melakukan pengumpulan data yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 94 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi pemecahan masalah (flow diagram) merupakan diagram yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya dan faktor penyebab banyaknya re-work dari proses produksi kursi pada PT. SUBUR MANDIRI, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan yang dilalui, mulai dari identifikasi masalah sampai pada tahap penyelesaian masalah dalam penyelesaian tugas akhir. Metodologi bertujuan

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Slide Bracket, Kualitas, Six Sigma, DMAIC, DPMO, Usulan Peningkatan Kualitas

ABSTRAK. Kata Kunci: Slide Bracket, Kualitas, Six Sigma, DMAIC, DPMO, Usulan Peningkatan Kualitas ABSTRAK Peningkatan kualitas produk ataupun jasa yang dihasilkan merupakan sesuatu yang mutlak perlu dilakukan oleh setiap perusahaan untuk dapat bertahan di era yang semakin kompetitif ini. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT SEI Bogor pada Bulan September 2016 sampai dengan Bulan Desember 2016. PT SEI Bogor merupakan perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR..... ABSTRAK..... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, diperlukan adanya desain atau skema langkah penelitian sebagai acuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHAHULUAN I.1 BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Berdasarkan sifatnya, maka penelitian ini digolongkan sebagai penelitian deskriptif (descriptif research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan terhadap

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 40 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Sejarah Perusahaan National Garment merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri pembuatan barang fashion seperti kaos,kemeja,celana,jaket

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 54 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam melakukan penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya masalah, data untuk mengukur kinerja saat ini (saat pengamatan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu 48 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu dilakukan. Data-data yang dikumpulkan selama masa observasi adalah sebagai berikut : Data jumlah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 39 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan gambaran dari langkahlangkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Melalui pembuatan flowchart penelitian

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang BAB V ANALISA DATA 5.1. Tahap Analyze Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan merugikan perusahaan. Alat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian di bawah ini: Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada diagram alir penelitian Mulai Studi Pendahuluan Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian PT. Abdi Juang Investama bergerak di bidang pembuatan Trolly Shopping Cart berdiri pada tahun 2014. PT Abdi Juang Investama ini sudah mengembangkan bisnisnya

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan kriteria optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi kualitas produksi pipa pada perusahaan ini yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Pendekatan Six Sigma yang digunakan dalam peningkatan produktivitas terdiri dari 5 (lima) fase yang disebut DMAIC (Define, Measure, Analize, Improve

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Setiap tahapan dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat Pada tahun 2001 terjadi krisis moneter yang menyebabkan Perusahaan Salim Indoplantation melepaskan sahamnya kepada perusahaan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA 1.1 Tahap Analyze 1.1.1 Diagram Pareto Pada tahapan Analyse diagram pareto berguna untuk membantu mengurutkan prioritas penyelesaian masalah yang harus dilakukan. Yaitu melakukan

Lebih terperinci

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 57 BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat kata

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti dan data yang diperoleh. Penelitian

Lebih terperinci

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Start Penelitian Pendahuluan Identifikasi Masalah Studi Pustaka Tujuan Penelitian Pengumpulan Data : -Data Data Pengolahan Data

Lebih terperinci

PENERAPAN ALAT BANTU UNTUK MEMINIMASI PRODUK DEFECT PADA PROSES PRODUKSI RUBBER BELLOW DI PT AGRONESIA (DIVISI INDUSTRI TEKNIK KARET)

PENERAPAN ALAT BANTU UNTUK MEMINIMASI PRODUK DEFECT PADA PROSES PRODUKSI RUBBER BELLOW DI PT AGRONESIA (DIVISI INDUSTRI TEKNIK KARET) ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2900 PENERAPAN ALAT BANTU UNTUK MEMINIMASI PRODUK DEFECT PADA PROSES PRODUKSI RUBBER BELLOW DI PT AGRONESIA (DIVISI INDUSTRI

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI ALUMINIUM PROFIL 4404 MENGGUNAKAN METODE DMAIC

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI ALUMINIUM PROFIL 4404 MENGGUNAKAN METODE DMAIC USULAN PERBAIKAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI ALUMINIUM PROFIL 4404 MENGGUNAKAN METODE DMAIC Disusun Oleh Nama : Afriza Prihadi NPM : 30412313 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing 1 : Dr. Ina Siti Hasanah,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur 1 IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur ABSTRAK Adanya persaingan antar produk yang semakin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian ini menggambarkan langkah-langkah atau kerangka pikir yang akan dijalankan pada penelitian ini. Tujuan dari pembuatan metodologi penelitian ini adalah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kualitas produk textile merupakan suatu hal yang sangat penting yang mampu membuat perusahaan semakin berkembang dan unggul di pasar komoditi textile ini. Perusahaan yang memiliki kualitas produk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, dunia automotive di Indonesia menunjukkan perkembangan yang signifikan. Menurut harian Bisnis Indonesia pada 29 Maret 2012, peningkatan penjualan kendaraan

Lebih terperinci

3.1 Persiapan Penelitian

3.1 Persiapan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Dalam mengerjakan Tugas Akhir ini dilakukan langkah-angkah perancangan yang jelas agar tujuan dari Tugas Akhir ini dapat tercapai. Pada bab ini akan

Lebih terperinci

UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PRODUK KAIN KATUN TIPE PADA PROSES PENCELUPAN DI PT ARGO PANTES,TBK. DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC

UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PRODUK KAIN KATUN TIPE PADA PROSES PENCELUPAN DI PT ARGO PANTES,TBK. DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PRODUK KAIN KATUN TIPE 41166 PADA PROSES PENCELUPAN DI PT ARGO PANTES,TBK. DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC Disusun Oleh: Juli Evelina/33412985 Pembimbing: Dr. Ir. Rakhma Oktavina,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metode Pemecahan Masalah Flow Chart metodologi pemecahan masalah merupakan diagram alir yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Pada bab ini, penulis akan menjabarkan hasil yang di dapat dari pengumpulan dan pengolahan data, serta melakukan analisis terhadap masing-masing hasil tersebut. 5.1. Tahap Define

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d.

Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d. Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d. Langkah Tindakan Persamaan Hasil 1 Proses apa yang ingin diketahui? Produk kacang garing 2 Berapa jumlah Standart inventory (safety stock )?

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 6.1. AnalisisTahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA Moh. Umar Sidik Daryanto (Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri, Universitas Gunadarma) ABSTRAK PT. Teknik Makmur

Lebih terperinci

memuaskan pelanggan dan memenangkan persaingan PT. ITS selalu berasaha mengurangi adanya aktivitas tambahan atau pemborosan yang disebabkan karena

memuaskan pelanggan dan memenangkan persaingan PT. ITS selalu berasaha mengurangi adanya aktivitas tambahan atau pemborosan yang disebabkan karena BABV PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define (Pendefinisian) PT. Indonesia Toray Synthetics (PT. ITS) merupakan perusahaan manufaktur dengan sistem produksi make to order, dimana proses produksi dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di wilayah lokal saja, akan tetapi sudah meluas sampai kawasan nasional bahkan internasional.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Laporan Tugas Akhir. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Laporan Tugas Akhir. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Sansan Saudaratex Jaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang garment. Saat ini perusahaan mempunyai permasalahan kualitas pada produk celana yang dihasilkan dimana masih banyaknya jumlah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang tekstil benang jahit. Saat ini perusahaan memiliki permasalahan kualitas benang jahit pada bagian twisting, di mana diketahui terjadi cacat benang.

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS BLOK SILINDER (TIPE-G) DENGAN METODE DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE DAN CONTROL (DMAIC)

PENGENDALIAN KUALITAS BLOK SILINDER (TIPE-G) DENGAN METODE DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE DAN CONTROL (DMAIC) PENGENDALIAN KUALITAS BLOK SILINDER (TIPE-G) DENGAN METODE DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE DAN CONTROL (DMAIC) Nama : Gangsar Novianto NPM : 32410950 Jurusan : Teknik Industri Fakultas : Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri atau perindustrian merupakan sebuah kegiatan ekonomi yang tidak hanya melakukan pengolahan bahan baku menjadi produk yang memiliki nilai lebih dalam penggunaannya

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Dari perhitungan yang telah dilakukan didapatkan nilai sigma untuk data atribut produk wajan super ukuran 20 sebesar 3,53. 5.1.1 Menganalisis CTQ (Critical to Quality)

Lebih terperinci

USULAN TINDAKAN DALAM UPAYA MENGURANGI POTENSIAL COUSES KEGAGALAN PROSES PRODUKSI PADA CV TRIJAYA MULIA

USULAN TINDAKAN DALAM UPAYA MENGURANGI POTENSIAL COUSES KEGAGALAN PROSES PRODUKSI PADA CV TRIJAYA MULIA USULAN TINDAKAN DALAM UPAYA MENGURANGI POTENSIAL COUSES KEGAGALAN PROSES PRODUKSI PADA CV TRIJAYA MULIA Albertus Daru D. 1), Suhendro Purnomo 2) 1,2) Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

Oleh : Miftakhusani

Oleh : Miftakhusani USULAN MINIMASI CACAT PRODUK PERALATAN MAKANAN GARPU ART 401 DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. INDOMETAL SEDJATI ENT. LTD. JAKARTA Oleh : Miftakhusani 2010-21-012 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan Collection Shoes merupakan perusahaan sepatu yang sudah berdiri cukup lama. Dalam penelitian saat ini pengamatan dilakukan pada produksi sepatu pantofel. Masalah utama dari bagian produksi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 69 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode Penelitian dilakukan dengan mengadakan pengamatan/observasi secara langsung dengan mengunjungi PT.Delident Chemical Indonesia untuk melihat secara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI... ABSTRAK PT Wahana Pancha Nugraha, Bandung adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan Parts Manufacturing. Salah satu produk yang dihasilkan dari perusahaan ini adalah Dies mesin tablet untuk pharmaceutical

Lebih terperinci

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma...

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma... ABSTRAK Persaingan dunia industri semakin ketat, mendorong para pelaku industri untuk makin giat melakukan berbagai hal untuk tetap bertahan. Salah satu yang terpenting adalah kualitas produk yang merupakan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Waluyo Jatmiko II FTI UPN Veteran Jawa Timur

Seminar Nasional Waluyo Jatmiko II FTI UPN Veteran Jawa Timur Peningkatan dan Perbaikan Kualitas Produk "Sepatu" dengan Menggunakan Siklus Dmaic pada Six Sigma di CV. X Mojokerto Rusindiyanto FTI UPN Veteran Jawa Timur Abstraksi Di tengah persaingan bisnis yang semakin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode yang digunakan dalam penelitian untuk pemecahan masalah dimana setiap pembahasan diuraikan dalam bentuk tahapan terstruktur. Tahapan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah proses produksi di PT. XY, sedangkan objek penelitian ini adalah perbaikan dan meminimalisir masalah pada proses produksi

Lebih terperinci

Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2010

Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2010 ANALISIS TINGKAT KECACATAN (DEFECT) PADA PRODUK BENANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT SEGORO ECOMULYO TEXTIL, DRIYOREJO GERSIK SKRIPSI Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W 0432010174 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut : III-1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut : 3.1 Studi Pendahuluan Sebelum melakukan penelitian lebih

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI ABSTRAK PT Kandakawana Sakti bergerak pada bidang pengecatan yang berspesialisasi pada pengecatan body motor Honda. Penelitian ini diawali dengan masalah tingginya produk cacat yang dihasilkan dan kegagalan

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI 4.1 Tahap Perancangan Sistem Terintegrasi Setelah dilakukan brainstorming dan studi pustaka, maka langkah selanjutnya adalah membuat sistem terintegrasi dari metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian merupakan landasan agar proses penelitian berjalan secara sistematis, terstruktur, dan terarah. Metodologi penelitian merupakan

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh IVAN HERBETH H. SIBURIAN

TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh IVAN HERBETH H. SIBURIAN USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FAILURE MODE AND EFFECT (FMEA) PADA PRODUK RIBBED SMOKE SHEET DI PABRIK KARET PTPN. II KEBUN BATANG SERANGAN TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS

ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS ) DI PT. GAJAH TUNGGAL, Tbk TANGERANG PROPOSAL SKRIPSI Diajukan Oleh : AGUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Produk yang dikatakan berkualitas adalah produk yang mampu memenuhi kebutuhan konsumen. Maka dari itu setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menghasilkan produk berupa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah siklus DMAIC telah diterapkan dan diperoleh hasilnya, tujuan dari

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah siklus DMAIC telah diterapkan dan diperoleh hasilnya, tujuan dari BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah siklus DMAIC telah diterapkan dan diperoleh hasilnya, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa hal tertentu yang dibagi menjadi tiga

Lebih terperinci

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009 ANALISIS DATA 4.1 FASE ANALISA Fase ini merupakan fase mencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah. Kemudian, dilakukan brainstroming dengan pihak perusahaan untuk mengidentifikasi akar permasalahan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Berikut ini adalah metode yang digunakan dalam melakukan penelitian dan pengolahan data: Mula i Observasilapangan / studi awal Studipusta ka Identifikasi dan perumusan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Produksi Botol Kemasan Sabun Lifebuoy Bahan baku utama untuk pembuatan botol kemasan sabun lifebuoy adalah biji plastik berwarna putih yang sudah memenuhi standar

Lebih terperinci

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1)

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1) USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK PENYANGGA AKI MOTOR HONDA VARIO TECHNO PART STAY D ECCU MENGGUNAKAN METODE DMAIC PADA PT. ADHI WIJAYACITRA Nama : Muhammad Robiesa Npm : 30409301 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Punch, Kualitas, DMAIC, Upaya Menekan Variasi Kualitas Produk

ABSTRAK. Kata Kunci: Punch, Kualitas, DMAIC, Upaya Menekan Variasi Kualitas Produk ABSTRAK PT Wahana Pancha Nugraha merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang penyediaan permesinan dan sparepart untuk industri farmasi. Salah satu produk yang dihasilkan dari perusahaan ini

Lebih terperinci

ABSTRAK. viii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. viii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT.X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri garment. Produk yang menjadi objek penelitian adalah kemeja wanita style 12FS4808. Pada proses produksi baik sewing maupun finishing sering

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin hari semakin pesatnya perkembangan industri manufaktur

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin hari semakin pesatnya perkembangan industri manufaktur 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin hari semakin pesatnya perkembangan industri manufaktur sehingga membuat produsen harus pandai dalam menghadapi persaingan. Ketatnya persaingan di pasar nasional

Lebih terperinci

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN. pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN. pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN Pembahasan pada bab ini menanalisa hasil pendefinisian permasalahan pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah ditetapkan. 5.1 Analyze Dengan

Lebih terperinci

Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Tepung Terigu dengan Pendekatan Six Sigma dan Cost of Poor Quality

Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Tepung Terigu dengan Pendekatan Six Sigma dan Cost of Poor Quality Petunjuk Sitasi: Mudiastuti, R. D., & Hermawan, A. (2017). Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Tepung Terigu dengan Pendekatan Six Sigma dan Cost of Poor Quality. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp.

Lebih terperinci

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici Topik Khusus ~ Pengantar Six Sigma ~ ekop2003@yahoo.com Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Participative

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE DEFINE- MEASURE- ANALYZE- IMPROVE- CONTROL (DMAIC) DALAM PENGENDALIAN KUALITAS CACAT DI PT. MANGUL JAYA- BEKASI

USULAN PENERAPAN METODE DEFINE- MEASURE- ANALYZE- IMPROVE- CONTROL (DMAIC) DALAM PENGENDALIAN KUALITAS CACAT DI PT. MANGUL JAYA- BEKASI USULAN PENERAPAN METODE DEFINE- MEASURE- ANALYZE- IMPROVE- CONTROL (DMAIC) DALAM PENGENDALIAN KUALITAS CACAT DI PT. MANGUL JAYA- BEKASI TUGAS AKHIR OLEH HENDY TANNADY 0900802115 EDISON 0900795835 SUPRIADY

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SIX SIGMA DENGAN KONSEP DMAIC SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BUSI MOBIL KIJANG 2000cc

PENERAPAN METODE SIX SIGMA DENGAN KONSEP DMAIC SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BUSI MOBIL KIJANG 2000cc PENERAPAN METODE SIX SIGMA DENGAN KONSEP DMAIC SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BUSI MOBIL KIJANG 2000cc Perusahaan Kualitas Six Sigma Mengurangi Resiko Produk Gagal DMAIC Berdasarkan latar belakang

Lebih terperinci

Tabel I.1 Jumlah Permintaan Produk PT. Nikkatsu Electric Works Tahun (Sumber : Data PT. Nikkatsu Electric Works)

Tabel I.1 Jumlah Permintaan Produk PT. Nikkatsu Electric Works Tahun (Sumber : Data PT. Nikkatsu Electric Works) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perusahaan yang menjadikan kualitas sebagai strategi bersaing akan mempunyai keunggulan terhadap pesaingnya dalam menguasai pasar karena tidak semua perusahaan mampu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian Metode Penelitian merupakan deskripsi dari seluruh rangkaian kegiatan yang dilaksanakan selama proses penelitian dilaksanakan yakni

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT. ECCO INDONESIA SIDOARJO

PENINGKATAN KUALITAS SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT. ECCO INDONESIA SIDOARJO PENINGKATAN KUALITAS SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT. ECCO INDONESIA SIDOARJO SKRIPSI Disusun oleh : SABRINA DWI C 0632010035 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define 5.2 Tahap Measure Jenis Cacat Jumlah Cacat jumlah

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define 5.2 Tahap Measure Jenis Cacat Jumlah Cacat jumlah 59 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define National Garmen merupakan sebuah industri pembuatan baju kemeja, kaos polo, kaos oblong dan jaket. Sistem produksi pada National Garmen berdasarkan make by order yaitu

Lebih terperinci

RANCANGAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK CHAIR TYPE 4030 DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA PADA PT MAITLAND SMITH INDONESIA SEMARANG SKRIPSI

RANCANGAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK CHAIR TYPE 4030 DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA PADA PT MAITLAND SMITH INDONESIA SEMARANG SKRIPSI RANCANGAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK CHAIR TYPE 4030 DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA PADA PT MAITLAND SMITH INDONESIA SEMARANG SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan gelar

Lebih terperinci

ANALISIS DEFECT RATE PENGELASAN DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA DI PT PROFAB INDONESIA

ANALISIS DEFECT RATE PENGELASAN DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA DI PT PROFAB INDONESIA ANALISIS DEFECT RATE PENGELASAN DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA DI PT PROFAB INDONESIA Decky Antony Kifta Program Studi Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknik Ibnu Sina Batam Email:

Lebih terperinci

PENGUKURAN KUALITAS PRODUK FURNITURE DENGAN METODE SIX SIGMA UNTUK MEMINIMUMKAN KACACATAN PRODUK DI CV. TIGA PUTRA MALANG SKRIPSI OLEH :

PENGUKURAN KUALITAS PRODUK FURNITURE DENGAN METODE SIX SIGMA UNTUK MEMINIMUMKAN KACACATAN PRODUK DI CV. TIGA PUTRA MALANG SKRIPSI OLEH : PENGUKURAN KUALITAS PRODUK FURNITURE DENGAN METODE SIX SIGMA UNTUK MEMINIMUMKAN KACACATAN PRODUK DI CV. TIGA PUTRA MALANG SKRIPSI OLEH : SOLYKHUL ANWAR 0532015018 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Penggunaan Metode FMEA dan FTA untuk Perumusan Usulan Perbaikan Kualitas Sepatu Running

Penggunaan Metode FMEA dan FTA untuk Perumusan Usulan Perbaikan Kualitas Sepatu Running Petunjuk Sitasi: Sentosa, B. F., Novareza, O., & Swara, S. E. (2017). Penggunaan Metode FMEA dan FTA untuk Perumusan Usulan Perbaikan Kualitas Sepatu Running. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. D86-92).

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DATA BAB III PENGUMPULAN DATA 3. FASE PENDEFINISIAN 3.. Sekilas tentang Perusahaan PT Batman Kencana merupakan perusahaan manufaktur nasional yang bergerak di bidang produksi balon dan permen. Jenis produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perusahaan dalam hal untuk meningkatkan produktivitasnya harus mempunyai sistem produksi yang baik dengan proses yang terkendali agar dapat memberikan output yang sesuai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu proses berpikir yang dilakukan dalam penulisan suatu laporan, mulai dari menentukan judul dan permasalahan, melakukan pengumpulan data yang akan digunakan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PADA MESIN PRODUKSI NONWOVEN SPUNBOND DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DAN FMEA

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PADA MESIN PRODUKSI NONWOVEN SPUNBOND DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DAN FMEA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PADA MESIN PRODUKSI NONWOVEN SPUNBOND DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DAN FMEA Mochammad Damaindra, Atikha Sidhi Cahyana Program studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS CELANA PENDEK MODEL PM 01 DENGAN METODE DMAIC DI PT PINTU MAS GARMINDO. Putri Endang Fitriany

USULAN PERBAIKAN KUALITAS CELANA PENDEK MODEL PM 01 DENGAN METODE DMAIC DI PT PINTU MAS GARMINDO. Putri Endang Fitriany USULAN PERBAIKAN KUALITAS CELANA PENDEK MODEL PM 01 DENGAN METODE DMAIC DI PT PINTU MAS GARMINDO Putri Endang Fitriany 35412763 LATAR BELAKANG Kualitas Cacat DMAIC PT Pintu Mas Garmindo Celana Pendek Model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga menuntut setiap perusahaan untuk selalu memperhatikan kebutuhan dan keinginan

BAB I PENDAHULUAN. juga menuntut setiap perusahaan untuk selalu memperhatikan kebutuhan dan keinginan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi saat ini, persaingan bisnis menjadi sangat tajam, baik di pasar nasional maupun di pasar internasional. Meningkatnya persaingan bisnis

Lebih terperinci

Implementasi Metode Six Sigma DMAIC untuk Mengurangi Paint Bucket Cacat di PT X

Implementasi Metode Six Sigma DMAIC untuk Mengurangi Paint Bucket Cacat di PT X Implementasi Metode Six Sigma DMAIC untuk Mengurangi Paint Cacat di PT X Hanky Fransiscus 1, Cynthia Prithadevi Juwono 2, Isabelle Sarah Astari 3 1,2,3) Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci