BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA"

Transkripsi

1 BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA Penentuan pit optimal dalam simulasi perencanaan tambang Bab 3 berikut akan dibantu software NPV Scheduler dan datamine studio dengan tujuan akhir yaitu mendapatkan suatu desain pit dengan menggun akan optimasi pit. Studi kasus yang batasan masalahnya telah dijelaskan pada Bab 1 akan disimulasikan berdasarkan beberapa kenyataan yang dihadapi perusahaan pertambangan yaitu harga komoditas mineral yang cenderung berubah pada umumnya bergerak naik, serta biaya produksi yang cenderung meningkat. Tujuan membagi simulasi ke dalam tiga skenario yaitu untuk melihat pengaruh dari perubahan komponen harga dan biaya pada perencanaan tambang dan desain pit yang optimal suatu tambang terbuka. NPV Scheduler menggunakan banyak variabel yang dapat mempengaruhi hasil simulasi, karena itu penggunaan variabel di dalam NPV Scheduler akan dibatasi pada simulasi suatu perusahaan tambang tembaga emas dengan produksi tetap hingga akhir umur tambang menghadapi perubahan harg a komoditas mineral dan adanya kenaikan biaya produksi. Keterangan lebih jelas dari ketiga skenario yang dijalankan pada NPV Scheduler sebagai berikut : a) Skenario pertama dilakukan dengan asumsi : Harga logam dan biaya penjualan ( selling cost) diasumsikan tetap dari awal tambang berdiri hingga akhir tambang. Biaya produksi baik itu biaya penambangan maupun biaya pengolahan tetap dari awal tambang berdiri hingga akhir tambang. Produksi, parameter geoteknis, dan parameter lainnya tetap hingga akhir tambang. Skenario diatas akan diproses di dalam NPV Scheduler. Hasilnya akan menjadi masukkan untuk pembahasan. Penjelasan lebih lengkap dapat dilihat pada Gambar 3.1 : 39

2 Produksi tetap Harga logam tetap Biaya produksi tetap Parameter geoteknis tetap Parameter lainnya tetap NPV Scheduler Ultimate pit Umur Batuan dan bijih NPV/Profit Kadar logam tambang yang diperoleh yang diperoleh Gambar 3.1 Bagan Alir Skenario (1) b) Skenario kedua dilakukan dengan asumsi : Harga logam dan biaya penjualan (selling cost) diasumsikan naik yaitu pada pushback ke-3 dan ke-6. Biaya produksi baik itu biaya penambangan diasumsikan naik pada pushback ke-3 dan ke-6 sementara biaya pengolahan naik pada pushback ke-6. Produksi, parameter geoteknis, dan parameter lainnya tetap hingga akhir tambang. Skenario dua akan dibantu software datamine studio yang berperan mengambil salah satu pushback dan mengubah pushback tersebut untuk dijadikan desain acuan ketika akan memasukkan input harga logam dan biaya produksi yang baru. Skenario diatas akan diproses di dalam NPV Scheduler. Hasilnya akan menjadi masukkan untuk pembahasan. Penjelasan lebih lengkap dapat dilihat pada Gambar 3.2 : 40

3 Produksi tetap Harga logam naik pada pushback ke-3 dan ke-6 Biaya penambangan naik pada pushback ke-3 dan ke-6 sementara biaya pengolahan naik pada pushback ke-6 Parameter geoteknis tetap Parameter lainnya tetap NPV Scheduler Datamine Studio Ultimate pit Umur Batuan dan bijih NPV/Profit Kadar logam tambang yang diperoleh yang diperoleh Gambar 3.2 Bagan Alir Skenario (2) c) Skenario ketiga dilakukan dengan asumsi : Harga logam dan biaya penjualan ( selling cost) diasumsikan turun yaitu pada pushback ke-3 dan ke-6. Biaya produksi baik itu biaya penambangan diasumsikan naik pada pushback ke-3 dan ke-6 sementara biaya pengolahan naik pada pushback ke-6. Produksi, parameter geoteknis, dan parameter lainnya tetap hingga akhir tambang. Skenario tiga akan dibantu software datamine studio yang berperan mengambil salah satu pushback dan mengubah pushback tersebut untuk dijadikan 41

4 desain acuan ketika akan memasukkan input harga logam dan biaya produksi yang baru. Skenario diatas akan diproses di dalam NPV Scheduler. Hasilnya akan menjadi masukkan untuk pembahasan. Penjelasan lebih lengkap dapat dilihat pada Gambar 3.3 : Produksi tetap Harga logam turun pada pushback ke-3 dan ke-6 Biaya penambangan naik pada pushback ke-3 dan ke-6 sementara biaya pengolahan naik pada pushback ke-6 Parameter geoteknis tetap Parameter lainnya tetap NPV Scheduler Datamine Studio Ultimate pit Umur Batuan dan bijih NPV/Profit Kadar logam tambang yang diperoleh yang diperoleh Gambar 3.3 Bagan Alir Skenario (3) 42

5 3.1 Studi Kasus Kasus yang diangkat untuk dikerjakan dengan NPV Scheduler ini diambil dari Earthworks NPV Scheduler Help (2007). Sebuah departemen eksplorasi pada suatu perusahaan tambang membuat model geologi (dalam ekstension Datamine) dari sebuah proyek tembaga -emas. Model ini memiliki sekitar blok yang didalamnya terkandung subcells berisikan model volumetric dari topografi dan batas bijih. Berdasarkan hasil test dari konsultan metalurgi disarankan untuk membagi bijih kedalam dua bagian yaitu SULF1 ( mill-smelting-refining) dan SULF2 (leach dan SXEW). Sementara menurut konsultan geoteknis setelah melihat keadaan batuan cebakan bijih dan karakteristik batuan sekitar menyarankan membagi daerah tambang tersebut ke dalam lima bagian seperti Tabel 3.1 dan Gambar 3.4 berikut : Tabel 3.1 Azimuth Vs Slope Azimuth ( 0 ) Slope ( 0 ) U U U U Gambar 3.4 Azimuth Vs Slope 5 Gambar 3.5 berikut merupakan gambar kontur awal dari pit : Gambar 3.5 Kontur Awal pit 43

6 3.1.1 Skenario (1) : Dari mulai tambang beroperasi hingga akhir umur tamba ng data yang digunakan ialah sebagai berikut. Parameter Ekonomi : o Harga Au : $ 23,6/gr o Biaya penjualan Au : $ 3,31/gr o Harga Cu : $ 8.157,09/tonne o Biaya penjualan Cu : $ 8,1571/tonne o Biaya penambangan : $ 1,166/tonne o Biaya pengolahan : SULF1 : Biaya pengolahan : $ 2,67/tonne Perolehan Au : 85% Biaya penggerusan dan pemurnian Au : $ 0 Perolehan Cu : 89% Biaya penggerusan dan pemurnian Cu : $ 176,34/tonne SULF2 : o Biaya pengolahan : $ 1,29/tonne o Perolehan Au : 0% o Biaya SXEW Au : $ 0 o Perolehan Cu : 63% o Biaya SXEW Cu : $ 308,65/tonne Dilusi tambang : 5% Perolehan tambang : 95% Annual discount rate : 10% Laju produksi bijih dari tambang : 10 juta tonne/tahun Kapasitas stockpile : S1 : Untuk batuan SULF1 : 25 juta tonne S2 : Untuk batuan SULF2 : 10 juta tonne 44

7 3.1.2 Skenario (2) : Parameter Ekonomi : o Harga Au : $ 23,6/gr o Biaya penjualan Au : $ 3,31/gr o Harga Cu : $ 8.157,09/tonne o Biaya penjualan Cu : $ 8,1571/tonne o Biaya penambangan : $ 1,166/tonne o Biaya pengolahan : SULF1 : Biaya pengolahan : $ 2,67/tonne Perolehan Au : 85% Biaya penggerusan dan pemurnian Au : $ 0 Perolehan Cu : 89% Biaya penggerusan dan pemurnian Cu : $ 176,34/tonne SULF2 : o Biaya pengolahan : $ 1,29/tonne o Perolehan Au : 0% o Biaya SXEW Au : $ 0 o Perolehan Cu : 63% o Biaya SXEW Cu : $ 308,65/tonne Dilusi tambang : 5% Perolehan tambang : 95% Annual discount rate : 10% Laju produksi bijih dari tambang : 10 juta tonne/tahun Kapasitas stockpile : S1 : Untuk batuan SULF1 : 25 juta tonne S2 : Untuk batuan SULF2 : 10 juta tonne 45

8 Ketika tambang telah beroperasi 3-4 tahun terjadi beberapa perubahan pada harga komoditas dan biaya penambangan, menjadi seperti dibawah ini : Harga Au : $ 29,15/gr Biaya penjualan : $ 4,09/gr Harga Cu : $ ,34/tonne Biaya penjualan : $ 10,0813/tonne Biaya penambangan : $ 1,2826/tonne Ketika tambang telah beroperasi sekitar 7 tahun, kembali terjadi beberapa perubahan harga komoditas dan biaya, menjadi seperti di bawah ini : Harga Au : $ 53,915/gr Biaya penjualan : $ 7,56/gr Harga Cu : $ ,45/tonne Biaya penjualan : $ 18,6465/tonne Biaya penambangan : $ 1,41/tonne Biaya Pengolahan : SULF1 : Biaya pengolahan : $ 2,937/tonne SULF2 : Biaya pengolahan : $ 1,419/tonne Skenario (3) : Parameter Ekonomi : o Harga Au : $ 23,6/gr o Biaya penjualan Au : $ 3,31/gr o Harga Cu : $ 8.157,09/tonne o Biaya penjualan Cu : $ 8,1571/tonne o Biaya penambangan : $ 1,166/tonne o Biaya pengolahan : SULF1 : Biaya pengolahan : $ 2,67/tonne Perolehan Au : 85% Biaya penggerusan dan pemurnian Au : $ 0 Perolehan Cu : 89% Biaya penggerusan dan pemurnian Cu : $ 176,34/tonne 46

9 SULF2 : o Biaya pengolahan : $ 1,29/tonne o Perolehan Au : 0% o Biaya SXEW Au : $ 0 o Perolehan Cu : 63% o Biaya SXEW Cu : $ 308,65/tonne Dilusi tambang : 5% Perolehan tambang : 95% Annual discount rate : 10% Laju produksi bijih dari tambang : 10 juta tonne/tahun Kapasitas stockpile : S1 : Untuk batuan SULF1 : 25 juta tonne S2 : Untuk batuan SULF2 : 10 juta tonne Ketika tambang telah beroperasi 3-4 tahun terjadi beberapa perubahan pada harga komoditas dan biaya, menjadi seperti dibawah ini : o Harga Au : $ 19,431/gr o Biaya penjualan : $ 2,72/gr o Harga Cu : $ 6.715,814/tonne o Biaya penjualan : $ 6,7158/tonne o Biaya penambangan : $ 1,2826/tonne Ketika tambang telah beroperasi hampir 7 tahun, kembali terjadi beberapa perubahan harga komoditas dan biaya, menjadi seperti di bawah ini : Harga Au : $ 17,881/gr Biaya penjualan : $ 2,5/gr Harga Cu : $ 5.207,714/tonne Biaya penjualan : $ 5,2077/tonne Biaya penambangan : $ 1,41/tonne Biaya pengolahan : SULF1 : Biaya pengolahan : $ 2,937/tonne SULF2 : Biaya pengolahan : $ 1,419/tonne 47

10 3.2 Pengolahan Data Penjelasan berikut mengacu pada Bab 2 dimana secara umum Schedule berisi enam model, yaitu : software NPV Mulai Model Masukkan (Input Model) Model Ekonomi (Economic Model) Batas Pit Akhir (Ultimate Pit) Tahapan Penambangan (Pushback Generator) Penjadualan (Scheduling) Optimasi Stockpile (Stockpile Optimizer) Optimasi Kadar Batas (Mineflow Optimizer) Selesai Gambar 3.6 Model Pada NPV Scheduler 48

11 3.2.1 Skenario (1) : (1) Model Masukkan (Input model) Model masukkan merupakan model pertama pada NPV Scheduler yang bertujuan untuk memasukkan blok model (Gambar awal dari pit dap at dilihat pada Gambar 3.5) ke dalam NPV Scheduler. Model ini penting untuk menjalankan model - model NPV Scheduler berikutnya. Masukkan yang diperlukan pada input model diawali dengan memasukkan blok model, satuan mata uang, dan tipe penyusun batuan. Pada ketiga skenario blok model yang digunakan yaitu cumodel.dm, kemudian menjelaskan hasil dari tambang yaitu batuan berupa ore (SULF1 dan SULF2) dan waste. Bijih (SULF1dan SULF2) akan menghasilkan produk berupa Au dan Cu, sementara satuan mata uang yang digunakan terhadap ketiga skenario beserta perhitungannya yaitu US$. Setelah selesai memasukkan input beserta blok model ke dalam model masukkan dan menjalankannya. Hasil dari model masukkan dapat dilihat pada Bab 5. (2) Model Ekonomi (Economic Settings Model) Model ekonomi merupakan model yang bertujuan untuk menentukan nilai ekonomik blok dari produk, jenis batuan, metode pemrosesan yang akan digunakan, biaya penambangan, biaya pengolahan, serta perolehan. Model ekonomi memiliki beberapa tab sebagai masukkan yang harus diisi (Options, Prices, Mining, Processing, Adjustments) seperti pada Gambar 3.7 untuk menjalankan model ekonomi seutuhnya. Gambar 3.7 Economic Settings Model 49

12 Model ini secara garis besar dibagi atas cost model dan profit model. Cost model adalah pilihan yang membuat economic model menghitung parameter harga dan biaya, sementara profit model adalah pilihan dimana economic model tidak akan menghitung nilai ekonomik blok yang baru (harga dan biaya yang baru), tetapi hanya menggunakan nilai ekonomik blok (harga dan biaya) dari blok mode itu sendiri. Model ini juga merupakan model untuk mengisi komponen berupa harga logam, biaya untuk menjualnya, biaya penambangan beserta inkrementalnya, perolehan tambang, dilusi tambang, biaya pengolahan, biaya pengolahan tambahan Au dan Cu, serta perolehan Au dan Cu dari pengolahan. Setelah selesai memasukkan input ke dalam model ekonomi dan menjalankannya. Hasil dari model ekonomi dapat dilihat pada Bab 5. (3) Model Batas Pit Akhir (Ultimate Pit Model) Model batas pit akhir merupakan model untuk menentukan ultimate pit dan pit phase dari cebakan bijih (blok model mula -mula) baik itu dengan menggunakan metoda Lerchs Grossman/kerucut mengambang. Model batas pit akhir memiliki beberapa tab sebagai masukkan yang harus diisi ( ultimate pit, sequencing, slopes, time, advanced ) seperti pada Gambar 3.8 untuk dapat menjalankan model batas pit akhir seutuhnya. Gambar 3.8 Ultimate Pit Settings Model 50

13 Model ini secara garis besar merupakan model untuk menentukan metoda optimasi pit yang akan diguna kan baik itu Lerchs Grossman/kerucut mengambang terhadap cebakan bijih (blok model). Metoda kerucut mengambang merupakan metoda penentuan ultimate pit dengan mengangkat terlebih dahulu waste yang berada di atas ore untuk kemudian mengambil ore tersebut, sementara metoda Lerchs Grossman merupakan metoda penentuan ultimate pit yang penjelasan algoritmanya tercantum pada bab dua. Studi kasus (ketiga skenario) ini dijalankan dengan menggunakan metoda optimasi pit Lerchs Grossman. Model ini juga merupakan tempat untuk mengisi keadaan lereng ( azimuth, sudut lereng), besarnya laju produksi dari tambang per tahun, discount rate per tahun, serta batasan pit (restricted zones). Model batas pit akhir juga dapat digunakan untuk menentukan daerah terlarang ( restricted zone) yang akan ditambang. Daerah yang tidak boleh ditambang dapat berupa batas kontrak, jalan, sungai, pembangkit listrik, dll. Studi kasus ini mendefinisikan daerah terlarang ( resrtricted zone) sebagai zona khusus penyimpanan (stockpiles) dan tempat pembuangan ( dumps) dimana operasi penambangan tidak dapat dilakukan di zona khusus ini. Gambar 3.9 berikut menjelaskan local restriction untuk ketiga skenario ini (kuning merupakan area stockpile, merah area dumps). Gambar 3.9 Local Restriction 51

14 Setelah selesai memasukkan input ke dalam model batas pit akhir dan menjalankannya. Hasil dari model batas pit akhir dapat di lihat pada Bab 5. (4) Model Tahapan Penambangan (Pushback Generator) Model pushback generator merupakan model keempat pada NPV Scheduler yang memiliki tujuan untuk menghas ilkan pushback, urutannya, beserta batasannya. Model pushback generator memiliki beberapa tab sebagai masukkan yang harus diisi (options, control, advanced) seperti pada Gambar 3.10 untuk dapat menjalankan model pushback generator seutuhnya. Gambar 3.10 Pushback Settings Model Model ini merupakan tempat untuk memberi masukkan kepada software yaitu jumlah pushback maksimum yang akan dihasilkan, apakah pushback tersebut nantinya akan mencapai batas ultimate pit (bagian terluar), lebar jalan pengangkutan, besarnya laju minimum bijih dari tambang yang akan dikirim ke pabrik pengolahan (millore) untuk setiap pushback-nya. Setelah selesai memasukkan input ke dalam model pushback generator dan menjalankannya. Hasil dari model pushback generator dapat dilihat pada Bab 5. 52

15 (5) Model Penjadualan (Scheduling) Model penjadualan merupakan model kelima sekaligus model terakhir dari NPV Scheduler bertujuan untuk menjadualkan pushback tambang dengan melihat batasan praktis (tonase dan waktu), serta menghasilkan estimasi NPV yang lebih akurat. Model scheduling memiliki beberapa tab sebagai masukkan yang harus diisi (targets, time, options, pushbacks ) seperti pada Gambar 3.11 untuk dapat menjalankan model scheduling seutuhnya. Gambar 3.11 Scheduling Settings Model Model ini merupakan tempat untuk memberi masukkan kepada software berupa banyaknya hari dalam satu periode (kurun waktu) yang akan digunakan dalam penjadualan, waktu kerja truk selama umur tambang, jarak antar pushback, dan tujuan dari produk hasil penambangan baik itu ore (SULF1 dan SULF2) maupun waste. Tujuan dari SULF1 yaitu crusher, tujuan dari SULF2 yaitu heap (heap A dan heap B), dan tujuan dari waste ialah dump (dump A dan dump B). Setelah selesai memasukkan input ke dalam model scheduling dan menjalankannya. Hasil dari model scheduling dapat dilihat pada Bab 5. 53

16 (6) Model Optimasi Stockpile/Optimasi Kadar Batas Model optimasi stockpile/optimasi kadar batas merupakan model keenam yang hanya ada pada software paket NPV Scheduler + Mine Flow Optimizer. Model ini merupakan model pilihan (tidak wajib) dan tidak ada pada s oftware NPV Scheduler sendiri melainkan sebuah paket software. Model ini bertujuan untuk melihat kembali jadual penambangan dan mempertimbangkan kombinasi dari pencampuran target produk tambang itu sendiri (Au dan Cu) pada stockpile atau penggunaan teknik optimasi kadar batas yang kesemuanya berguna untuk memaksimalkan NPV. Model stockpiling memiliki beberapa tab sebagai masukkan yang harus diisi (parameters, stockpiles, external, constraints, options, grades, mining ) seperti pada Gambar 3.12 untuk dapat menjalankan model stockpiling seutuhnya. Gambar 3.12 Stockpile/Mine Flow Optimizer Model Model ini merupakan tempat untuk memberi masukkan kepada software berupa besar (tonase) maksimum prestripping, mengisi kapasitas stockpile termasuk kadar batas baik itu S1 ( stockpile untuk material SULF1) ata u S2 ( stockpile untuk material SULF2) dan biaya muat -angkut ke crusher (rehandling cost ), kapasitas pabrik pengolahan milling dan leaching, optimasi yang akan digunakan ( stockpile optimizer/mine flow optimizer), penentuan mineral utama dan mineral sampinga n. 54

17 Studi kasus ini Cu dipilih sebagai produk utama, sementara Au merupakan produk sampingan. Setelah selesai memasukkan input ke dalam model stockpiling dan menjalankannya. Hasil dari model stockpiling dapat dilihat pada Bab 5. Demikianlah software NPV S cheduler dijalankan dari awal s/d akhir ( input model - economic model - ultimate pit model - pushback generator model scheduling model stockpile optimizer/mine flow optimizer) untuk skenario satu. Skenario dua dan skenario tiga hanya memiliki beberapa perubahan pada parameter ekonomi (harga dan biaya produksi). Penjelasan lebih lengkap mengenai skenario dua dan tiga dapat dilihat seperti berikut Skenario (2) : Skenario (2) dijalankan dengan langkah pengoperasian NPV Scheduler seperti telah dijelaskan pada skenario (1) yaitu menggunakan data yang ada pada skenario (1) kemudian menjalankan seluruh model ada pada NPV Scheduler ( input model s/d pushback generator). Setelah menjalankan input model s/d pushback generator kemudian mengambil salah satu pushback yang telah dihasilkan ( pushback ketiga) atau keadaan ini akan sama dengan ketika tambang telah beroperasi sekitar 3 tahun dari awal tambang berdiri untuk dibawa dan diedit menggunakan software datamine studio. Hasil datamine studio akan kembali menjadi masukkan pada input model. Langkah berikutnya menjalankan kembali NPV Scheduler ( input model s/d pushback generator) dengan membuat beberapa perubahan pada harga komoditas yaitu kenaikan harga logam Au dan Cu, kenaikan biaya untuk menjualnya, sert a kenaikan biaya penambangan yang keseluruhannya akan menjadi seperti Tabel 3.2 Tabel 3.2 Perubahan Pertama Pada Skenario (2) Nama komponen Nilai saat ini Nilai sebelumnya Harga Au $ 29,15/gr $ 23,6/gr Biaya penjualan Au $ 4,09/gr $ 3,31/gr Harga Cu $ 10081,34/tonne $ 8157,09/tonne Biaya penjualan Cu $ 10,0813/tonne $ 8,1571/tonne Biaya penambangan $ 1,2826/tonne $ 1,166/tonne 55

18 Setelah menjalankan input model s/d pushback generator kemudian mengambil kembali salah satu pushback yang telah dihasilkan ( pushback ketiga) atau keadaan ini akan sama dengan ketika tambang telah beroperasi sekitar 7 tahun dari awal tambang berdiri untuk dibawa dan diedit menggunakan software datamine studio. Hasil datamine studio akan kembali menjadi masukkan pada input model. Langkah berikutnya menjalankan kembali NP V Scheduler ( pushback generator) dengan membuat beberapa perubahan pada harga komoditas yaitu kenaikan harga logam Au dan Cu, kenaikan biaya untuk menjualnya, kenaikan biaya penambangan serta biaya pengolahan yang keseluruhannya akan menjadi seperti Tabel 3.3 berikut ini : Tabel 3.3 Perubahan Kedua Pada Skenario (2) Nama komponen Nilai saat ini Nilai sebelumnya Harga Au $ 53,915/gr $ 29,15/gr Biaya Penjualan Au $ 7,56/gr $ 4,09/gr Harga Cu $ 18646,45/tonne $10081,34/tonne Biaya Penjualan Cu $ 18,6465/tonne $ 10,0813/tonne Biaya Penambangan $ 1,41/tonne $ 1,2826/tonne Biaya Pengolahan : SULF1 $ 2,937/tonne $ 2,67/tonne SULF2 $ 1,419/tonne $ 1,29/tonne Hasil akhir dari menjalankan kembali NPV Scheduler ( input model s/d pushback generator) dengan perubahan data seperti pada Tabel.3.3 merupakan hasil akhir skenario (2) Skenario (3) : Skenario (3) dijalankan dengan langkah pengoperasian NPV Scheduler seperti telah dijelaskan pada skenario (1) yaitu menggunakan data yang ada pada skenario (1) kemudian menjalankan selur uh model ada pada NPV Scheduler ( input model s/d pushback generator). Setelah menjalankan input model s/d pushnack generator kemudian mengambil salah satu pushback yang telah dihasilkan ( pushback ketiga) atau keadaan 56

19 ini akan sama dengan ketika tambang te lah beroperasi sekitar 3 tahun dari awal tambang berdiri untuk dibawa dan diedit menggunakan software datamine studio. Hasil datamine studio akan kembali menjadi masukkan pada input model. Langkah berikutnya menjalankan kembali NPV Scheduler ( input model s/d pushback generator) dengan membuat beberapa perubahan pada harga komoditas yaitu penurunan harga logam Au dan Cu, penurunan biaya untuk menjualnya, serta kenaikan biaya penambangan yang keseluruhannya akan menjadi seperti Tabel 3.4 berikut ini : Tabel 3.4 Perubahan Pertama Pada Skenario (3) Nama komponen Nilai saat ini Nilai sebelumnya Harga Au $ 19,431/gr $ 23,6/gr Biaya penjualan Au $ 2,72/gr $ 3,31/gr Harga Cu $ 6715,814/tonne $ 8157,09/tonne Biaya penjualan Cu $ 6,7158/tonne $ 8,1571/tonne Biaya penambangan $ 1,2826/tonne $ 1,166/tonne Setelah menjalankan input model s/d pushback generator mengambil kembali salah satu pushback yang telah dihasilkan ( pushback ketiga) atau keadaan ini akan sama dengan ketika tambang telah beroperasi lebih dari 7 tahun dari awal tambang berdiri untuk dibawa dan diedit menggunakan software datamine studio. Hasil datamine studio akan kembali menjadi masukkan pada input model. Langkah berikutnya menjalankan kembali NPV Scheduler ( input model s/d pushback generator) dengan membuat beberapa perubahan pada har ga komoditas yaitu penurunan harga logam Au dan Cu, penurunan biaya untuk menjualnya, kenaikan biaya penambangan serta biaya pengolahan yang keseluruhannya akan menjadi seperti Tabel 3.5 berikut ini: 57

20 Tabel 3.5 Perubahan Kedua Pada Skenario (3) Nama komponen Nilai saat ini Nilai sebelumnya Harga Au $ 17,881/gr $ 19,431/gr Biaya Penjualan Au $ 2,5/gr $ 2,72/gr Harga Cu $ 5207,714/tonne $ 6715,814/tonne Biaya Penjualan Cu $ 5,2077/tonne $ 6,7158/tonne Biaya Penambangan $ 1,41/tonne $ 1,2826/tonne Biaya Pengolahan : SULF1 $ 2,937/tonne $ 2,67/tonne SULF2 $ 1,419/tonne $ 1,29/tonne Hasil akhir dari menjalankan kembali NPV Scheduler ( input model s/d pushback generator) diatas dengan perubahan data seperti pada Tabel.3.5 merupakan hasil akhir skenario (3). 58

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Hasil Simulasi NPV Scheduler Skenario (1)

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Hasil Simulasi NPV Scheduler Skenario (1) BAB V PEMBAHASAN Bab pembahasan ini dibagi menjadi tiga bagian pembahasan. Pembahasan yang pertama ialah hasil simulasi NPV Scheduler, berikutnya akan membahas analisis hasil berupa perbandingan dari simulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya mineral yang ada di alam merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui kembali (non-renewable), dengan kata lain industri pertambangan selalu

Lebih terperinci

BAB IV SIMULASI OPTIMASI PIT MENGGUNAKAN PROGRAM FORTRAN

BAB IV SIMULASI OPTIMASI PIT MENGGUNAKAN PROGRAM FORTRAN BAB IV SIMULASI OPTIMASI PIT MENGGUNAKAN PROGRAM FORTRAN Penentuan batas terluar pit ( ultimate pit) merupakan faktor penting dalam perencanaan tambang, dan ketepatan dalam menentukan ultimate pit akan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pendahuluan

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pendahuluan BAB II DASAR TEORI 2.1 Pendahuluan Optimasi merupakan proses menjadikan sesuatu keluaran lebih efektif/lebih sempurna dengan melakukan penyesuaian pada masukkan. Jika optimasi itu merupakan proses, maka

Lebih terperinci

2-D Dynamic Programming atau PIT LIMIT DESIGN

2-D Dynamic Programming atau PIT LIMIT DESIGN 2-D Dynamic Programming atau metode Lerchs-Grossmann PIT LIMIT DESIGN Data yang digunakan adalah data teknoekonomik (termasuk sudut lereng) dengan metode blok bijih Istilah perancangan tambang (Adisoma,

Lebih terperinci

Perencanaan Produksi Tambang Terbuka Pada Bijih Menggunakan Optimasi Pit

Perencanaan Produksi Tambang Terbuka Pada Bijih Menggunakan Optimasi Pit Perencanaan Produksi Tambang Terbuka Pada Bijih Menggunakan Optimasi Pit TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan tahap Sarjana S-1 Di Program Studi Teknik Pertambangan Institut

Lebih terperinci

DEFINISI RUMUS - APLIKASI NISBAH KUPAS COG BECOG - ICOG

DEFINISI RUMUS - APLIKASI NISBAH KUPAS COG BECOG - ICOG DEFINISI RUMUS - APLIKASI NISBAH KUPAS COG BECOG - ICOG CUTOFF GRADE, CUT-OFF GRADE (KADAR BATAS) STRIPPING RATIO (NISBAH KUPAS) KADAR EKIVALEN BREAK EVEN CUTOFF GRADE (BECOG) INTERNAL CUTOFF GRADE (ICOG)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik

BAB I PENDAHULUAN. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Nikel laterit adalah produk residual pelapukan kimia pada batuan ultramafik. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik

Lebih terperinci

1. PERANCANGAN PIT DAN PUSHBACK

1. PERANCANGAN PIT DAN PUSHBACK 1. PERANCANGAN PIT DAN PUSHBACK 1.1 PENGANTAR 1. Pembahasan akan ditekankan pada perancangan geometri yang dapat ditambang dengan masukan dari geometri pit yang dihasilkan oleh program floating cone. 2.

Lebih terperinci

BAB IX EVALUASI FINANSIAL

BAB IX EVALUASI FINANSIAL BAB IX EVALUASI FINANSIAL 9.1. PENDAHULUAN 1) Tujuan dari suatu usaha bisnis dalam ekonomi pasar bebas adalah memberikan pengembalian finansial (financial return) kepada para pemilk usaha, konsisten dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tailing yang dihasilkan dari industri pertambangan menjadi perdebatan karena volume

BAB 1 PENDAHULUAN. Tailing yang dihasilkan dari industri pertambangan menjadi perdebatan karena volume BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambangan adalah industri ekstraktif yang mengambil mineral berharga dari batuan bijih kemudian diolah untuk menghasilkan produk konsentrat, suatu produk yang ekonomis

Lebih terperinci

Tambang Terbuka (013)

Tambang Terbuka (013) Tambang Terbuka (013) Abdullah 13.31.1.350 Fakultas Teknik Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Pejuang Republik Indonesia Makassar 2013 Pendahuluan Aturan utama dari eksploitasi tambang adalah memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi di bidang pertambangan memerlukan jumlah dana yang sangat besar agar investasi yang akan dikeluarkan tersebut menguntungkan. Komoditas endapan mineral yang

Lebih terperinci

Artikel Pendidikan 23

Artikel Pendidikan 23 Artikel Pendidikan 23 RANCANGAN DESAIN TAMBANG BATUBARA DI PT. BUMI BARA KENCANA DI DESA MASAHA KEC. KAPUAS HULU KAB. KAPUAS KALIMANTAN TENGAH Oleh : Alpiana Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Mataram

Lebih terperinci

Metode Perhitungan Cadangan. Konsep Dasar

Metode Perhitungan Cadangan. Konsep Dasar Metode Perhitungan Cadangan Konsep Dasar Konversi Unit 1 inch = 2,54 cm 1 karat = 200 mgram 1 m = 3,281 feet 1 mile = 1.609 km 1 ha = 10.000 m 2 1 acre = 0,404686 ha 1 cc = 0,061 cinch 1 kg = 2,2046 pound

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di sektor pertambangan batubara dengan skala menengah - besar.

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di sektor pertambangan batubara dengan skala menengah - besar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Milagro Indonesia Mining adalah salah satu perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan batubara dengan skala menengah - besar. Lokasi penelitian secara administratif

Lebih terperinci

DESAIN TAMBANG PERTEMUAN KE-3

DESAIN TAMBANG PERTEMUAN KE-3 DESAIN TAMBANG PERTEMUAN KE-3 Penambangan dengan sistem tambang terbuka menyebabkan adanya perubahan rona/bentuk dari suatu daerah yang akan ditambang menjadi sebuah front penambangan Setelah penambangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan penambangan bawah tanah yang meliputi kegiatan berupa

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan penambangan bawah tanah yang meliputi kegiatan berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penambangan emas di PT Cibaliung Sumberdaya (PT CSD) dilakukan dengan penambangan bawah tanah yang meliputi kegiatan berupa pemberaian, pemuatan, dan pengangkutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu. Maka dari

Lebih terperinci

PENGARUH KESTABILAN LERENG TERHADAP CADANGAN ENDAPAN BAUKSIT

PENGARUH KESTABILAN LERENG TERHADAP CADANGAN ENDAPAN BAUKSIT PENGARUH KESTABILAN LERENG TERHADAP CADANGAN ENDAPAN BAUKSIT Oleh Eddy Winarno; Wawong Dwi Ratminah Program Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta Abstrak Optimalisasi Keberhasilanan Penambangan Terbuka

Lebih terperinci

KCMI ( Kode Cadangan Mineral Indonesia )

KCMI ( Kode Cadangan Mineral Indonesia ) KCMI ( Kode Cadangan Mineral Indonesia ) Perkembangan dunia menuntut adanya transparansi, standarisasi dan accountability termasuk di dalam dunia eksplorasi dan pertambangan mineral dan batubara di Indonesia.

Lebih terperinci

Berdasarkan hasil penyelidikan awal, pit Batu Hijau berpotensi dikembangkan ke fase 7

Berdasarkan hasil penyelidikan awal, pit Batu Hijau berpotensi dikembangkan ke fase 7 Oleh: Ignasius Laya Berdasarkan hasil penyelidikan awal, pit Batu Hijau berpotensi dikembangkan ke fase 7 JAKARTA. PT Newmont Nusa Tenggara, anak usaha Newmont Mining Corporation, salah satu dari lima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT Antam (Persero) Tbk. UBPE (Unit Bisnis Pertambangan Emas) Pongkor

BAB I PENDAHULUAN. PT Antam (Persero) Tbk. UBPE (Unit Bisnis Pertambangan Emas) Pongkor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Antam (Persero) Tbk. UBPE (Unit Bisnis Pertambangan Emas) Pongkor merupakan salah satu tambang emas bawah tanah (underground) yang terdapat di Indonesia yang terletak

Lebih terperinci

Aplikasi Teknologi Informasi Untuk Perencanaan Tambang Kuari Batugamping Di Gunung Sudo Kabupaten Gunung Kidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Aplikasi Teknologi Informasi Untuk Perencanaan Tambang Kuari Batugamping Di Gunung Sudo Kabupaten Gunung Kidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Aplikasi Teknologi Informasi Untuk Perencanaan Tambang Kuari Batugamping Di Gunung Sudo Kabupaten Gunung Kidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta R. Andy Erwin Wijaya 1, Dianto Isnawan 2 1 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Investasi di bidang pertambangan memerlukan jumlah dana yang sangat besar. Agar investasi yang akan dikeluarkan tersebut menguntungkan, maka komoditas endapan bahan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Penyusunan Basis Data Assay

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Penyusunan Basis Data Assay BAB V PEMBAHASAN 5.1 Penyusunan Basis Data Assay Basis data Assay dan data informasi geologi adalah data data dasar di dalam proses permodelan dan estimasi sumberdaya bijih. Prosedur awal setelah data

Lebih terperinci

BIJIH BESI OLEH : YUAN JAYA PRATAMA ( ) KEOMPOK : IV (EMPAT) GENESA BIJIH BESI

BIJIH BESI OLEH : YUAN JAYA PRATAMA ( ) KEOMPOK : IV (EMPAT) GENESA BIJIH BESI BIJIH BESI OLEH : YUAN JAYA PRATAMA (12 02 0034) KEOMPOK : IV (EMPAT) GENESA BIJIH BESI Proses terjadinya cebakan bahan galian bijih besi berhubungan erat dengan adanya peristiwa tektonik pra-mineralisasi.

Lebih terperinci

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

KONSEP PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI BAHAN GALIAN TERTINGGAL DAN BAHAN GALIAN BERPOTENSI TERBUANG PADA WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN. Oleh : Tim Penyusun

KONSEP PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI BAHAN GALIAN TERTINGGAL DAN BAHAN GALIAN BERPOTENSI TERBUANG PADA WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN. Oleh : Tim Penyusun KONSEP PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI BAHAN GALIAN TERTINGGAL DAN BAHAN GALIAN BERPOTENSI TERBUANG PADA WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN Oleh : Tim Penyusun 1. PENDAHULUAN Pemanfaatan bahan galian sebagai sumber

Lebih terperinci

Prodi Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung Jl. Tamansari No. 1 Bandung

Prodi Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung Jl. Tamansari No. 1 Bandung Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Penjadwalan Tambang (Mine Scheduling) untuk Mencapai Target Produksi Batubara 25.000 Ton/Bulan di PT Milagro Indonesia Mining Desa Bukit Merdeka Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Klasifikasi Sumberdaya Dan Cadangan Batubara Badan Standarisasi Nasional (BSN) telah menetapkan pembakuan mengenai Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan SNI No. 13-6011-1999.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil bahan galian berharga dari lapisan bumi. Perkembangan dan peningkatan teknologi cukup besar, baik dalam

Lebih terperinci

BAB IV PENAMBANGAN 4.1 Metode Penambangan 4.2 Perancangan Tambang

BAB IV PENAMBANGAN 4.1 Metode Penambangan 4.2 Perancangan Tambang BAB IV PENAMBANGAN 4.1 Metode Penambangan Cadangan Batubara yang terdapat dalam daerah penambangan Sangasanga mempunyai kemiringan umum sekitar 10-15 dan dengan cropline yang berada di sisi barat daerah

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Repub

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Repub BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2017 KEMEN-ESDM. Nilai Tambah Mineral. Peningkatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN

Lebih terperinci

Penentuan Pit Limit Penambangan Batubara Dengan Metode Lerchs-Grossmann Menggunakan 3DMine Software

Penentuan Pit Limit Penambangan Batubara Dengan Metode Lerchs-Grossmann Menggunakan 3DMine Software KURVATEK Vol.1. No. 2, November 2016, pp. 67-72 ISSN: 2477-7870 67 Penentuan Pit Limit Penambangan Batubara Dengan Metode Lerchs-Grossmann Menggunakan 3DMine Software Hidayatullah Sidiq 1,a, Idra Pusvito

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Metode Penambangan 5.2 Perancangan Tambang Perancangan Batas Awal Penambangan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Metode Penambangan 5.2 Perancangan Tambang Perancangan Batas Awal Penambangan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Metode Penambangan Pemilihan metode penambangan Block Cut Open Pit Mining dikarenakan seam batubara mempunyai kemiringan yang cukup signifikan yaitu sebesar 10-15 sehingga batas akhir

Lebih terperinci

SISTEM TAMBANG TERBUKA

SISTEM TAMBANG TERBUKA SISTEM TAMBANG TERBUKA A. JENIS-JENIS METODE PENAMBANGAN Secara garis besar metode penambangan dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu : 1) Tambang terbuka (surface mining). 2) Tambang dalam/tambang bawah

Lebih terperinci

[TAMBANG TERBUKA ] February 28, Tambang Terbuka

[TAMBANG TERBUKA ] February 28, Tambang Terbuka Tambang Terbuka I. Pengertian Tambang Terbuka Tambang Terbuka (open pit mine) adalah bukaan yang dibuat dipermukaan tanah, betujuan untuk mengambil bijih dan akan dibiarkan tetap terbuka (tidak ditimbun

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Perencanaan Tambang (Mine Plan) Ada berbagai macam perencanaan antara lain : a. Perencanaan jangka panjang, yaitu suatu perencanaan kegiatan yang jangka waktunya lebih dari 5

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.35, 2014 KEMENESDM. Peningkatan. Nilai Tambah. Mineral. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENINGKATAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TEMPAT PENELITIAN Penelitian dilakukan disuatu lokasi lapangan sumur gas Segat di propinsi Riau dan Jakarta. Penelusuran data dilakukan di Jakarta yang merupakan kantor

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Wr. Wb. Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Wr. Wb. Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan 1 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah sehingga laporan yang berjudul Perencanaan dan Perancangan Tambang dapat terselesaikan

Lebih terperinci

Tentang Pemurnian dan Pengolahan Mineral di Dalam Negeri

Tentang Pemurnian dan Pengolahan Mineral di Dalam Negeri Tentang Pemurnian dan Pengolahan Mineral di Dalam Negeri LATAR BELAKANG 1. Selama ini beberapa komoditas mineral (a.l. Nikel, bauksit, bijih besi dan pasir besi serta mangan) sebagian besar dijual ke luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan modal yang maksimal. Kebutuhan modal yang maksimal. menyebabkan perusahaan tambang berusaha agar kegiatan penambangan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan modal yang maksimal. Kebutuhan modal yang maksimal. menyebabkan perusahaan tambang berusaha agar kegiatan penambangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bidang pertambangan merupakan salah satu bidang usaha yang membutuhkan modal yang maksimal. Kebutuhan modal yang maksimal menyebabkan perusahaan tambang berusaha agar

Lebih terperinci

Bedah Permen ESDM No. 7 Tahun Tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral

Bedah Permen ESDM No. 7 Tahun Tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral Bedah Permen ESDM No. 7 Tahun 2012 Tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral LATAR BELAKANG 1. Selama ini beberapa komoditas mineral (a.l. Nikel, bauksit,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Penentuan dan Pemilihan Pit Potensial Penentuan dan pemilihan pit potensial merupakan langkah awal dalam melakukan evaluasi cadangan batubara. Penentuan pit potensial ini diperlukan

Lebih terperinci

MineScape Mine Planning and Design Software

MineScape Mine Planning and Design Software MineScape Mine Planning and Design Software MineScape dikembangkan untuk memenuhi berbagai tuntutan dalam industri pertambangan dan digunakan oleh lebih dari 100 perusahaan pertambangan di Indonesia. Minescape

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK PENELITIAN

BAB 3 OBJEK PENELITIAN BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1 Sejarah Pertambangan di Indonesia Pertambangan di Indonesia sudah ada dari zaman kesultanan, raja hindu, dan budha di Indonesia di masa lampau. Namun sejarah pencatatan akuntansi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BESI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BESI SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BESI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

Draft Bahan Kuliah Perencanaan dan permodelan Tambang

Draft Bahan Kuliah Perencanaan dan permodelan Tambang Draft Bahan Kuliah Perencanaan dan permodelan Tambang Versi : 00.2008 Oleh : NURHAKIM, ST, MT PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2008 PRAKATA Alhamdulillah, La haula

Lebih terperinci

Gophering Adalah metode penambangan yang tidak sistematis, umumnya dilakukan secara tradisional / manual. Dipakai untuk endapan tersebar dengan nilai

Gophering Adalah metode penambangan yang tidak sistematis, umumnya dilakukan secara tradisional / manual. Dipakai untuk endapan tersebar dengan nilai Gophering Adalah metode penambangan yang tidak sistematis, umumnya dilakukan secara tradisional / manual. Dipakai untuk endapan tersebar dengan nilai sedang-tinggi Bijih dan batuan samping cukup kuat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Emas (Au) telah dimanfaatkan sejak era prasejarah sebagai mineral ekonomis yang bernilai tinggi. Mineral emas dianggap berharga karena kilauan cahaya yang dipantulkan

Lebih terperinci

Menimbang Manfaat PT Freeport bagi Indonesia. Indonesia Corruption Watch (ICW) Jakarta, 1 November 2011

Menimbang Manfaat PT Freeport bagi Indonesia. Indonesia Corruption Watch (ICW)  Jakarta, 1 November 2011 Menimbang Manfaat PT Freeport bagi Indonesia Indonesia Corruption Watch (ICW) www.antikorupsi.org Jakarta, 1 November 2011 PT Freeport Indonesia (PTFI) Tahun 1967 Kontrak Karya antara Pemerintah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Maksud dan Tujuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geoteknik merupakan suatu ilmu terapan yang peranannya sangat penting, tidak hanya dalam dunia pertambangan akan tetapi dalam berbagai bidang seperti teknik sipil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertambangan, khususnya batubara merupakan salah satu komoditas yang penting untuk memenuhi kebutuhan energi yang semakin meningkat. Batubara saat ini menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan Lokasi tambang Perusahaan terletak di daerah Kutai Lama, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Luas areal Kuasa Pertambangan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Analisis Investasi Tambang Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan endapan bahan galian yang meliputi

Lebih terperinci

Jurnal Cartenz, Vol.4, No. 6, Desember 2013 ISSN

Jurnal Cartenz, Vol.4, No. 6, Desember 2013 ISSN PERMODELAN KEMAJUAN TAMBANG BATU GAMPING MENGGUNAKAN APLIKASI SURPAC 6.1.2 Studi Kasus : Kegiatan Penambangan Batu Gamping Distrik Arso 1 Kabupaten Keerom Oleh, Bevie Marcho Nahumury Dosen Teknik Pertambangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu kegiatan yang penting dilakukan oleh suatu perusahaan, karena untuk

BAB I PENDAHULUAN. suatu kegiatan yang penting dilakukan oleh suatu perusahaan, karena untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pertambangan memiliki cakupan yang sangat luas, yaitu dimulai dari tahapan eksplorasi, kajian kelayakan, pengembangan dan perencanaan tambang, penambangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. PACIFIC GLOBAL UTAMA (PT. PGU) bermaksud untuk. membuka tambang batubara baru di Desa Pulau Panggung dan Desa

BAB I PENDAHULUAN. PT. PACIFIC GLOBAL UTAMA (PT. PGU) bermaksud untuk. membuka tambang batubara baru di Desa Pulau Panggung dan Desa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. PACIFIC GLOBAL UTAMA (PT. PGU) bermaksud untuk membuka tambang batubara baru di Desa Pulau Panggung dan Desa Tanjung Lalang, Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (pentahapan) serta evaluasi suatu tambang terbuka yang modern.

BAB I PENDAHULUAN. (pentahapan) serta evaluasi suatu tambang terbuka yang modern. BAB I PENDAHULUAN 1.1. SASARAN KULIAH 1) Mahasiswa diharapkan mensintesiskan dapat merangkum pengetahuan keekonomian yang telah perancangan (penentuan kerekayasaan diperoleh pit ke limit) dan dalam dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang rinci dan pasti untuk mencapai tujuan atau sasaran kegiatan serta urutan

BAB I PENDAHULUAN. yang rinci dan pasti untuk mencapai tujuan atau sasaran kegiatan serta urutan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rancangan adalah penentuan persyaratan, spesifikasi dan kriteria teknik yang rinci dan pasti untuk mencapai tujuan atau sasaran kegiatan serta urutan teknis pelaksanaannya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PT AMMAN MINERAL NUSA TENGGARA (PT. AMNT)

BAB II GAMBARAN UMUM PT AMMAN MINERAL NUSA TENGGARA (PT. AMNT) BAB II GAMBARAN UMUM PT AMMAN MINERAL NUSA TENGGARA (PT. AMNT) A. PROFIL PT AMMAN MINERAL NUSA TENGGARA (PT. AMNT) PT. Amman Mineral Nusa Tenggara (PT. AMNT) merupakan perusahaan tambang yang berada dibawah

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN GEOLOGI Oleh : Asep Bahtiar P, ST. MT

STUDI KELAYAKAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN GEOLOGI Oleh : Asep Bahtiar P, ST. MT STUDI KELAYAKAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN GEOLOGI 2010 Oleh : Asep Bahtiar P, ST. MT Dasar Hukum Pasal 8 UU Kepmen Esdm 1453 K/29/MEM/ 2000, Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan Pasal 9 Kepmen Esdm

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM INVENTORI UNTUK MENDAPATKAN ALTERNATIF DESAIN PERGUDANGAN (STUDI KASUS DI PT. PETROKIMIA GRESIK)

PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM INVENTORI UNTUK MENDAPATKAN ALTERNATIF DESAIN PERGUDANGAN (STUDI KASUS DI PT. PETROKIMIA GRESIK) TM. 091486 - Manufaktur TUGAS AKHIR PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM INVENTORI UNTUK MENDAPATKAN ALTERNATIF DESAIN PERGUDANGAN (STUDI KASUS DI PT. PETROKIMIA GRESIK) Cipto Adi Pringgodigdo 2104.100.026 Dosen

Lebih terperinci

BAB IV PENYUSUNAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENYUSUNAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENYUSUNAN DAN PENGOLAHAN DATA Dalam studi penelitian Permodelan dan Estimasi Sumberdaya Nikel Laterit di Pulau Gee, Halmahera Timur Propinsi Maluku Utara ini data awal yang digunakan berasal dari

Lebih terperinci

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2-2. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Estimasi Sumber Daya Bijih Besi Eksplorasi adalah suatu rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mencari sumberdaya bahan galian atau endapan mineral berharga dengan meliputi

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH PENAMBANGAN EMAS (STUDI KASUS: PEMANFAATAN TAILING DI PT. ANTAM UBPE PONGKOR)

KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH PENAMBANGAN EMAS (STUDI KASUS: PEMANFAATAN TAILING DI PT. ANTAM UBPE PONGKOR) UNIVERSITAS INDONESIA KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH PENAMBANGAN EMAS (STUDI KASUS: PEMANFAATAN TAILING DI PT. ANTAM UBPE PONGKOR) Tesis ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar MAGISTER

Lebih terperinci

TEMPAT PENIMBUNAN STOCK PILE AND WASTE DUMP

TEMPAT PENIMBUNAN STOCK PILE AND WASTE DUMP TEMPAT PENIMBUNAN STOCK PILE AND WASTE DUMP Jenis tempat penimbunan STOCK PILE AND WASTE DUMP TEMPAT PENIMBUNAN 1. WASTE DUMP LOKASI PEMBUANGAN OVERBURDEN ATAU MATERIAL KADAR RENDAH DAN ATAU MATERIAL BUKAN

Lebih terperinci

Tambang Batu Hijau, Indonesia

Tambang Batu Hijau, Indonesia Tambang Batu Hijau, Indonesia Laporan Naratif Konteks Batu Hijau adalah tambang terbuka di Indonesia dengan komoditas utama berupa tembaga dan emas dengan sejumlah kecil perak. Terletak di Kabupaten Sumbawa

Lebih terperinci

TERHADAP RANCANGAN PUSH BACK

TERHADAP RANCANGAN PUSH BACK PENGARUH LOSSES TERHADAP RANCANGAN PUSH BACK 3 BULAN DI FRONT SUWOTA SITE TANJUNGBULI PT. ANEKA TAMBANG UBP NIKEL MALUKU UTARA KABUPATEN HALMAHERA TIMUR PROVINSI MALUKU UTARA Oleh : Recky Fernando L. Tobing

Lebih terperinci

A. PROSES PEMBENTUKAN KEKAR, SESAR, DAN LIPATAN

A. PROSES PEMBENTUKAN KEKAR, SESAR, DAN LIPATAN A. PROSES PEMBENTUKAN KEKAR, SESAR, DAN LIPATAN 1. Pembentukan Kekar Ada dua faktor dalam pembentukan struktur kekar pada batuan, yaitu faktor dari gaya endogen dan faktor dari gaya eksogen. Pada gaya

Lebih terperinci

PERANCANGAN TEKNIS PENAMBANGAN BATUGAMPING UNTUK KEBUTUHAN PABRIK SEMEN DI PT. SINAR TAMBANG ARTHALESTARI KABUPATEN BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH

PERANCANGAN TEKNIS PENAMBANGAN BATUGAMPING UNTUK KEBUTUHAN PABRIK SEMEN DI PT. SINAR TAMBANG ARTHALESTARI KABUPATEN BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH PERANCANGAN TEKNIS PENAMBANGAN BATUGAMPING UNTUK KEBUTUHAN PABRIK SEMEN DI PT. SINAR TAMBANG ARTHALESTARI KABUPATEN BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH SKRIPSI Oleh ZULKARNAEN 112090144 PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK 98 BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan analisis terhadap lereng, pada kondisi MAT yang sama, nilai FK cenderung menurun seiring dengan semakin dalam dan terjalnya lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Berau Coal merupakan salah satu tambang batubara dengan sistim penambangan

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Berau Coal merupakan salah satu tambang batubara dengan sistim penambangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian PT. Berau Coal merupakan salah satu tambang batubara dengan sistim penambangan terbuka di Kalimantan Timur Indonesia yang resmi berdiri pada tanggal 5 April

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meilani Magdalena/

BAB I PENDAHULUAN. Meilani Magdalena/ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem porfiri merupakan suatu endapan hipotermal yang dicirikan oleh stockwork yang tersebar (disseminated) dalam massa batuan yang besar yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan dunia akan energi listrik semakin meningkat diiringi dengan meningkatnya jumlah penduduk. Terutama Indonesia yang merupakan negara berkembang membutuhkan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara yang mempunyai sumber daya alam yang sangat besar, Indonesia mempunyai kesempatan untuk mengembangkan segala potensi yang ada yang seyogyanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PT. Freeport Indonesia merupakan perusahaan tambang tembaga dan emas terbesar di Indonesia dengan kapasitas produksi kurang lebih sebesar 1,7 miliar pon tembaga dan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SEQUENCE PENAMBANGAN BATUBARA UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI BULANAN (Studi Kasus: Bara 14 Seam C PT. Fajar Bumi Sakti, Kalimantan Timur)

PERANCANGAN SEQUENCE PENAMBANGAN BATUBARA UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI BULANAN (Studi Kasus: Bara 14 Seam C PT. Fajar Bumi Sakti, Kalimantan Timur) PERANCANGAN SEQUENCE PENAMBANGAN BATUBARA UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI BULANAN (Studi Kasus: Bara 14 Seam C PT. Fajar Bumi Sakti, Kalimantan Timur) Dadang Aryanda*, Muhammad Ramli*, H. Djamaluddin* *)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Pulau Sebuku terletak pada koordinat 116,3384 o 116,3640 o BT dan 03,5209 o 03,5771 o LS (Bakosurtanal) di selatan garis ekuator, sebelah tenggara

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Perancangan Desain Pit Tambang Bijih Besi di PT. Juya Aceh Mining di Desa Ie Mierah dan Alue Dawah, Kecamatan Bahbarot, Kabupaten Aceh Barat Daya, Provinsi

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Perancangan (Design) Pit Ef Pada Penambangan Batubara di PT Milagro Indonesia Mining Desa Sungai Merdeka, Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi

Lebih terperinci

PENENTUAN BESAR BOULDER UNTUK MENCAPAI NILAI CUT-OFF GRADE PADA OPERASI PENAMBANGAN NIKEL LATERIT DI TANJUNG BULI, HALMAHERA TIMUR, MALUKU UTARA

PENENTUAN BESAR BOULDER UNTUK MENCAPAI NILAI CUT-OFF GRADE PADA OPERASI PENAMBANGAN NIKEL LATERIT DI TANJUNG BULI, HALMAHERA TIMUR, MALUKU UTARA PENENTUAN BESAR BOULDER UNTUK MENCAPAI NILAI CUT-OFF GRADE PADA OPERASI PENAMBANGAN NIKEL LATERIT DI TANJUNG BULI, HALMAHERA TIMUR, MALUKU UTARA TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasil tambang baik mineral maupun batubara merupakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Hasil tambang baik mineral maupun batubara merupakan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil tambang baik mineral maupun batubara merupakan sumber daya alam yang tidak terbaharukan (non renewable) yang dikuasai negara, oleh karena itu pengelolaannya

Lebih terperinci

Penyusunan Matriks PMTB Tahun 2015

Penyusunan Matriks PMTB Tahun 2015 RAHASIA MI-04 Eksplorasi REPUBLIK INDONESIA Penyusunan Matriks PMTB Tahun 2015 Survei ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai: 1. Data nilai investasi kegiatan eksplorasi dan evaluasi menurut

Lebih terperinci

BAB III BASIS DAN EVALUASI DATA

BAB III BASIS DAN EVALUASI DATA BAB III BASIS DAN EVALUASI DATA 3.1. Basis Data Basis data yang digunakan adalah data yang diperoleh langsung dari hasil pemboran eksplorasi untuk kemudian dilakukan verifikasi data dan pengolahan data

Lebih terperinci

OUTLOOK KRIKIL JASA PERTAMBANGAN

OUTLOOK KRIKIL JASA PERTAMBANGAN OUTLOOK KRIKIL JASA PERTAMBANGAN GAMBAR SURAM PERTAMBANGAN Beberapa tahun terakhir ini, harga batu bara terus melemah. Hasil riset Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) bersama PriceWaterhouseCoopers

Lebih terperinci

Trenggono Sutioso. PT. Antam (Persero) Tbk. SARI

Trenggono Sutioso. PT. Antam (Persero) Tbk. SARI Topik Utama Strategi Pertumbuhan Antam Melalui Penciptaan Nilai Tambah Mineral Trenggono Sutioso PT. Antam (Persero) Tbk. trenggono.sutiyoso@antam.com SARI Undang-Undang No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Bukit Makmur Mandiri Utama (PT BUMA) adalah sebuah perusahaan kontraktor pertambangan yang memiliki kerjasama operasional pertambangan dengan PT Bahari Cakrawala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penambangan (mining) dapat dilakukan dengan menguntungkan bila sudah jelas

BAB I PENDAHULUAN. Penambangan (mining) dapat dilakukan dengan menguntungkan bila sudah jelas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penambangan (mining) dapat dilakukan dengan menguntungkan bila sudah jelas diketahui berapa besar cadangan mineral (mineral reserves) yang ditemukan. Cadangan ini

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI

BAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI BAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI Hasil pengolahan data yang didapat akan dibahas dan dianalisis pada bab ini. Analisis dilakukan untuk mengetahui kondisi bawah permukaan secara geometri yang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Batubara Batubara adalah akumulasi material organik yang berasal dari sisasisa tumbuhan yang telah melalui proses kompaksi, ubahan kimia dan proses metamorfosis oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Aneka Tambang (Antam), Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor adalah salah satu industri penambangan dan pengolahan bijih emas. Lingkup kegiatannya adalah

Lebih terperinci

VI. VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA MINERAL

VI. VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA MINERAL VI. VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA MINERAL 6.1 Valuasi Kelayakan Finansial Valuasi ekonomi mineral dilakukan untuk mengetahui prospek mineral yang ada di wilayah studi. Tabel 44 mendeskripsikan wilayah-wilayah

Lebih terperinci

2017, No tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 06 Tahun 2017 tentang Tata Cara Dan Persyaratan Pemberia

2017, No tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 06 Tahun 2017 tentang Tata Cara Dan Persyaratan Pemberia No.687, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Penjualan Mineral ke Luar Negeri. Pensyaratan dan Pemberian Rekomendasi. Perubahan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. IV. HASIL PENELITIAN Batas Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) vii

DAFTAR ISI. IV. HASIL PENELITIAN Batas Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) vii DAFTAR ISI RINGKASAN... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karakteristik dari suatu endapan mineral dipengaruhi oleh kondisi pembentukannya yang berhubungan dengan sumber panas, aktivitas hidrotermal, karakteristik

Lebih terperinci