BAB II DASAR TEORI 2.1 Pendahuluan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II DASAR TEORI 2.1 Pendahuluan"

Transkripsi

1 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pendahuluan Optimasi merupakan proses menjadikan sesuatu keluaran lebih efektif/lebih sempurna dengan melakukan penyesuaian pada masukkan. Jika optimasi itu merupakan proses, maka hasil dari optimasi pit merupakan pit yang telah menjadi lebih efektif dan memiliki keuntungan terbesar (keun tungan = pendapatan ongkos). Perencanaan tambang dapat dijelaskan dengan membuat suatu rancangan tambang untuk mencapai ultimate pit limit dalam jangka waktu tertentu secara aman dan menguntungkan. Dimana didalamnya berisikan juga perancangan batas akhir penambangan, tahapan ( pushback), urutan penambangan, penjadualan produksi, dll (hal yang berkaitan dengan geometri). Sementara aspek perencanaan tambang lainnya meliputi perhitungan kebutuhan alat dan tenaga kerja perkiraan biaya modal dan ongkos operasi. Perencanaan tambang memiliki tujuan membuat suatu rencana produksi tambang untuk sebuah cebakan bijih yang akan menghasilkan aliran kas dan memaksimalkan kriteria ekonomi (NPV/ROR) dan menghasilkan tonase bijih pada tingkat produksi yang telah ditentukan dengan biaya serendah mungkin. Kegiatan perencanaan tambang berawal dari diperolehnya data utama sebagai masukkan berupa data geologi, kualitas bijih, geoteknik, infrastruktur, metallurgi, pemasaran ( marketing). Berikutnya dengan petunjuk dan batasan dari bagian manajemen perusahaan tambang dikembangkan desain penambangan kemudian rancangan penambangan (geometri tambang) dimana didalamnya terdapat produksi alat, penjadualan produksi. Sementara aspek yang tidak berkaitan dengan geometri tambang berupa perkiraan pembiayaan baik itu ongkos modal maupun ongkos operasi juga ikut diestimasi. Penggabungan dari seluruh aspek tersebut akan menghasilkan keluaran berupa alternatif-alternatif tambang dan dapat dijadikan acuan untuk fase berikutnya. Berikut merupakan su atu siklus perencanaan tambang yang disajikan dalam Gambar

2 Gambar 2.1 Siklus Perencanaan Tambang 2.2 Penaksiran Cadangan Bijih Penaksiran cadangan merupakan salah satu tugas terpenting dan memiliki tanggung jawab yang berat dalam mengevaluasi suatu proyek penambangan. Hasil dari penaksiran cadangan ini berupa suatu taksiran. Seperti model yang kita buat adalah pendekatan dari realitas berdasarkan data/informasi yang kita miliki, dan tentunya masih memiliki ketidakpastian. Data utama yang diperlukan untuk menentukan taksiran cadangan bijih dapat berupa data geologi, data kadar, data lokasi, peta topografi. Metoda -metoda yang digunakan untuk menaksir cadangan dapat berupa metoda poligon, metoda jarak terbalik, dll. Metoda poligon dibuat dengan cara membagi du a jarak antara dua titik conto dengan satu garis sumbu, kadar pada suatu luasan di dalam poligon ditaksir dengan nilai data yang berada di tengah-tengah poligon. Umumnya diterapkan pada endapan - endapan yang relatif homogen dan mempunyai bentuk yang sederha na. Metoda ini 9

3 bekerja dengan terlebih dahulu mendapatkan data -data lubang bor yang berisi kadar beserta volume bijih. Gambar 2.2 berikut merupakan contoh metoda poligon. Gambar 2.2 Contoh Metoda Poligon Metoda jarak terbalik merupakan suatu cara penaksiran cadangan dengan memperhitungkan adanya hubungan letak ruang (jarak) atau merupakan penaksiran harga rata-rata terbobot dari data-data lubang bor di sekitar titik tersebut. Data yang berada di dekat titik yang ditaksir memperoleh bobot lebih besar, sedangkan data yang jauh dari titik yang ditaksir bobotnya lebih kecil. Untuk mendapatkan efek pemerataan data dilakukan faktor pangkat (ID 1, ID 2, ID 3, ) dan semakin tinggi pangkat yang digunakan hasilnya akan semakin mendekati metode nearest point. Z*() = () Z xi n i1 i n i1 = 1 i i = d r i n r di i1 Catatan : Z*( ) : Kadar yang ditaksir i : Faktor pembobotan berisi jarak Z(x) i : Kadar sample disekitar d : Jarak antara titik bor dengan titik yang hendak ditaksir i r : Pangkat (Power) yang digunakan 10

4 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari Gambar 2.3 berikut ini yang berisikan beberapa titik bor lengkap dengan kadar dan jarak dengan sua tu titik yang kadarnya hendak diketahui. Gambar 2.3 Contoh Metoda Jarak Terbalik Hubungan jarak ( spacing) antar titik bor dengan ukuran blok model dapat digunakan rule of thumb jarak antar titik bor ialah ¼ grid blok model. Penjelasan berupa contoh lebih lengkapnya seperti Gambar 2.4 berikut ini (jika jarak antar titik bor 25m maka grid blok model 10m x 10m ). 10m 10m Jarak antar titik bor : 25m Gambar 2.4 Rule Of Thumb Hubungan Jarak Antar Titik Bor Vs Grid Blok M odel 11

5 2.3 Kadar Batas, Nisbah Pengupasan, dan Kadar Ekivalen Pengertian kadar rata-rata batas terendah dari bijih yang masih dapat menghasilkan keuntungan apabila ditambang disebut kadar batas (c ut off grade). Sementara apabila diinginkan kadar bijih yang menghasilkan angka yang sama antara pendapatan yang diperoleh dari penjualan bijih tadi dengan biaya yang dikeluarkan untuk menambang serta memprosesnya kadar ini dikenal dengan nama kadar batas pulang pokok ( break even cut off grade). Pengertian kadar batas yang lainnya dapat berupa internal cut off grade yaitu kadar minimum suatu keadaan yang menghasilkan kerugian lebih kecil dari dua keadaan berikut, yaitu mengirimkan material hasil penambangan ke tempat pemrosesan, atau mengirimkan material tersebut ke tempat pembuangan. Nisbah pengupasan ( Stripping Ratio) didefinisikan sebagai nisbah dari jumlah material penutup ( waste) terhadap jumlah material bijih ( ore). Untuk tambang bijih digunakan ton waste/ton ore, sementara untuk tambang batubara sering digunakan m 3 waste/ton batubara. Lebih lanjut jika kadar bijih diketahui, dan jika semua keuntungan bersih dari menambang bijih tersebut dipakai untuk mengupas tanah penutup merupakan konsep break even stripping ratio. Konsep kadar ekivalen lahir dari evaluasi dimana keadaan yang ditemukan berupa cebakan bijih yang didapati lebih dari satu mineral (utama dan ikutan ). Net Smelter Return (NSR) merupakan konsep awal sebelum menuju kadar ekivalen, NSR didefinisikan sebagai nilai kotor dari satu ton bijih setelah dikurangi dengan ongkos - ongkos smelting, refining, freight (SRF). Kadar yang menghasilkan gabungan nilai NSR dari semua mineral yang ada merupakan kadar ekivalen. 2.4 Dasar Rencana Penambangan Ketika suatu tambang akan dibuka akan ada banyak faktor yang berperan dalam menentukan berjalan/tidaknya suatu tambang. Secara garis besar pertimbangan yang menjadi dasar rencana penambangan dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Pertimbangan Ekonomis. Kadar Batas (Cut Off Grade) Pengertian dari kadar batas itu sendiri yaitu kadar rata-rata terendah dari endapan bahan galian yang masih memberikan keuntungan apabila endapan 12

6 tersebut ditambang. Kadar batas inilah yang akan menentukan batas -batas atau besarnya cadangan. Tabel 2.1 berikut ialah perhitungan besarnya kadar batas : Kadar bijih 0,80 % Cu 0,70 % Cu Perolehan 85 % Cu 85 % Cu Perolehan tembaga per tonne 6,80 Kg 5,95 Kg Ongkos Per tonne bijih Per kg Cu Per tonne bijih Per kg Cu Penambangan $ 1,00 $ 0,15 $ 1,00 $ 0,17 Pengolahan $ 3,00 $ 0,44 $ 3,00 $ 0,50 G & A $ 1,00 $ 0,15 $ 1,00 $ 0,17 Depresiasi $ 1,40 $ 0,20 $ 1,40 $ 0,24 Total $ 6,40 $ 0,94 $ 6,40 $ 1,08 Ongkos Penggerusan, Pemurnian, Pengangkutan $ 5,10 $ 0,75 $ 4,46 $ 0,75 Total $11,50 $ 1,69 $ 10,86 $ 1,83 Harga $ 1.75/Kg $11,90 $ 1,75 $ 10,41 $ 1,75 Keuntungan Bersih $ 0,40 $ 0,06 ($ 0,45) ($ 0,08) Kadar Batas 0,75 % Cu (1) Dengan Interpolasi Catatan : ( ) : Nilai di dalam kolom negatif Tabel 2.1 Contoh Perhitungan Kadar Batas (COG) (1) : Kadar batas (x) didapat dari dari interpolasi (ketika net value = $ 0) berikut : $ 0,4-0 = 0,80% Cu (x) 0 - ($ 0,45) = (x) - 0,70% Cu Nisbah Pengupasan (Stripping Ratio) Nisbah pengupasan ialah perbandingan waste yang harus dipindahkan untuk mendapatkan ore. Sementara nisbah pengupasan untuk inkrement terakhir sepanjang dinding pit ialah breakeven stripping ratio. BESR = Pendapatan per tonne bijih (Ongkos produksi per tonne bijih) Ongkos pengupasan per tonne waste Dimana pendapatan per tonne bijih apabila dikurangi ongkos produksi per tonne bijih akan menghasilkan pendapatan bersih. Pada Tabel 2.2 berikut ditampilkan contoh penggunaan BESR. 13

7 Kadar bijih 0,8 % Cu 0,6 % Cu Perolehan per kg Cu per tonne bijih Ongkos Tabel 2.2 Contoh Perhitungan Nisbah Pengupasan Pulang Pokok (BESR) 6,80 5,10 Tonne bijih Kg Cu Tonne bijih Kg Cu Penambangan * $ 1,00 $ 0,15 $ 1,00 $ 0,19 Pengolahan $ 3,00 $ 0,44 $ 3,00 $ 0,60 G & A $ 1,00 $ 0,15 $ 1,00 $ 0,19 Ongkos Penggerusan, Pemurnian, Pengangkutan $ 5,00 $ 0,74 $ 5,00 $ 0,98 $ 5,10 $ 0,75 $ 3,83 $ 0,75 $ 10,10 $ 1,49 $ 8,83 $ 1,73 Depresiasi $ 1,40 $ 0,20 $ 1,40 $ 0,28 Total Ongkos $ 11,50 $ 1,69 $ 10,23 $ 2,01 Nisbah Pengupasan Pulang Pokok (BESR) $ 1.75/Kg Cu Harga Jual Produk $ 11,90 $ 8,93 Keuntungan Bersih $ 0,40 $ (1,30) BESR ( 1 ) 0,42 $ 2.00/Kg Cu Harga Jual Produk $ 13,60 $ 10,20 Keuntungan Bersih $ 2,10 $ (0,03) BESR ( 2 ) 2,21 $ 2.25 /Kg Cu Harga Jual Produk $ 15,30 $ 11,48 Keuntungan Bersih $ 3,80 $ 1,25 BESR ( 3 ) 4,0 $ 2.50 /Kg Cu Harga Jual Produk $ 17,00 $ 12,75 Keuntungan Bersih $ 5,50 $ 2,52 BESR ( 4 ) 5,79 2,65 Catatan : ( ) : Nilai di dalam kolom negatif * : Tidak termasuk ongkos pengupasan BESR ( 1 ), ( 2 ), ( 3 ), ( 4 ) : Nisbah Pengupasan pada saat ongkos pengupasan $ 0.95 per tonne waste. 14

8 2. Pertimbangan teknik. Geoteknik Pertimbangan geoteknik disini (tambang terbuka) termasuk uji kekuatan batuan (uji kuat tekan, uji kuat tarik, uji geser, pemetaan bidang lemah, dll) yang diperlukan untuk menentukan kestabilan lereng. Dari sini ler eng berikut sudutnya dapat didesain. Desain lereng melibatkan analisis tiga komponen penting pada lereng tambang (Kennedy, 1990) yaitu : 1. Konfigurasi jenjang ( bench configuration). Didalamnya terdapat komponen : tinggi jenjang, lebar jenjang, beserta su dut muka (face angle). 2 Sudut lereng antar jalan ( interramp angle). Sudut lereng gabungan beberapa jenjang diantara dua jalan angkut. 3. Sudut lereng keseluruhan ( overral slope angle). Sudut sebenarnya dari dinding pit keseluruhan. Penjelasan lebih lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.5 berikut ini : Gambar 2.5 jenjang, sudut lereng antar jalan, sudut lereng keseluruhan 15

9 Batas Akhir Pit (Ultimate Pit Slope) Pengertian ultimate pit slope merupakan batas akhir atau paling luar dari suatu tambang terbuka yang masih diperbolehkan, dan pada kemiringan ini jenjang masih tetap mantap. Dalam menentukan kemiringan lereng suatu tambang harus ditinjau dari dua segi, yaitu : o Dari segi ekonomis, kemiringan lereng tersebut masih menguntungkan o Dari segi teknis keamanannya, kemiringan lereng tersebut masih bisa dijamin. Sistem Penirisan Pembagian sistem penirisan secara umum dibagi menjadi dua, yaitu : o Sistem penirisan langsung. Sistem penirisan ini dilakukan dengan cara mengeluarkan air yang sudah terlebih dahulu masuk kedalam tambang. o Sistem penirisan tidak langsung. Sistem penirisan ini dilakukan dengan cara mencegah masuknya air ke dalam tambang. 2.5 Perancangan Batas Akhir Penambangan Perancangan tambang biasanya dimaksudkan sebagai bagian dari proses perencanaan tambang yang berkaitan dengan masalah -masalah geometri. Di dalamnya terdapat perancangan batas akhir penambangan, pushback, urutan penambangan tahunan/bulanan, penjadualan produksi, dan waste dump. Sementara bagian dari proses perencanaan tambang yang tidak memiliki hubungan dengan permasalahan geometri meliputi kebutuhan alat dan tenaga kerja, perkiraan biaya, dan biaya operasi. Dalam menentukan batas penambangan, terdapat tujuan yang hendak dicapai yaitu menentukan batas-batas penambangan pada suatu cebakan bijih (jumlah cadangan dan kadarnya) yang akan memaksimalkan nilai bersih total dari cebakan bijih tersebut sebelum memasukkan faktor nilai waktu dan uang. Dimana tidak diperhitungkannya nilai waktu dari uang akan menghasilkan bentuk pit yang paling besar untuk suatu set parameter ekonomik tertentu. Dan dengan mena mbahkan faktor bunga (interest) besar pit akan berkurang. 16

10 Metoda yang sering digunakan dalam merancang batas akhir penambangan dan telah menjadi standar pada tambang terbuka yaitu metoda kerucut mengambang dan metoda Lerchs Grossman Metoda Kerucut Mengambang Metoda kerucut mengambang ini umum digunakan untuk menentukan geometri batas akhir penambangan karena mudah dimengerti. Awal dikembangkannya metoda kerucut mengambang didasari fakta bahwa selama masih ditemukannya nilai blok yang positif pada bl ok model, maka nilai dari blok model tersebut masih mungkin untuk diperbaiki. Penjelasan secara umum dari metoda kerucut mengambang yaitu metoda ini akan mencari dan mengangkat produk berharga yaitu produk yang nilainya lebih tinggi dari ongkos untuk menam bang berikut mengolah dengan terlebih dahulu mengangkat batuan yang menutupi produk berharga tesebut dan arah bergerak metode ini yaitu straight forward. Keuntungan dari metoda ini ialah metoda ini mudah untuk dimengerti dan mudah untuk diterapkan pada ope rasi penambangan sementara kekurangan dari metoda ini yaitu metoda ini tidak dapat mencoba semua kemungkinan kombinasi dari blok bijih. Algoritma dari metoda kerucut mengambang yaitu : 1. Langkah pengerjaan berawal dari pencarian blok bijih blok yang memi liki nilai ekonomik blok positif dan berada di permukaan. 2. Berikutnya dengan membentuk suatu kerucut minimum yang dapat dipindahkan pada blok bijih tersebut. 3. Jika jumlah nilai ekonomik blok dari blok -blok termasuk nilai blok yang ditanyakan berada di dalam kerucut bernilai positif, maka kerucut tersebut harus diangkat. 4. Berikutnya meneruskan kembali pencarian blok bijih hingga semua blok bijih yang berada di dalam blok model telah diperiksa. 5. Bentuk tersisa dari blok model setelah pengangkatan keru cut yang bernilai positif dilakukan merupakan ultimate pit. Halaman berikut ini yaitu pada Gambar 2.6 akan ditampilkan algoritma dari metoda kerucut mengambang dalam bentuk diagram alir : 17

11 Mulai Memulai dari level permukaan Mencari nilai ekonomik blok yang positif Mencoba level berikutnya Membentuk suatu kerucut terbalik Kembali mencari nilai blok positif Tidak Nilai blok dalam kerucut positif? Ya Memperbaharui topografi pit Cek blok positif pada permukaan Tidak Ya Tidak Cek blok positif pada semua level Ya Topografi pit hasil optimasi Selesai Gambar 2.6 Diagram Alir Metoda Kerucut Mengambang (Wright, 1990) 18

12 Penjelasan dari metoda optimasi pit kerucut mengambang juga disertai contoh penggunaannya seperti berikut ini : Berikut disajikan Tabel 2.3 yang merupakan penampang melintang dari suatu blok model berisikan informasi berupa nilai ekonomik blok, d engan bentuk (sudut) lereng yang masih diijinkan yaitu satu blok ke kanan/kiri dan satu blok ke atas/bawah atau Asumsi Blok (i,j) ialah blok (baris, kolom). Pencarian blok positif dimulai dari bagian kiri level permukaan sepanjang baris pertama kemudi an dilanjutkan ke baris berikutnya dan seterusnya. Tabel 2.3 Nilai Ekonomik Blok Mula-Mula Hasil pencarian blok bijih dapat dilihat pada Tabel 2.4 yaitu berada pada baris ke-2 kolom ke-5 (2,5). Dimana nilai kerucut (blok yang diarsir) yang terbentuk dari blok (2,5) = = -1 Tabel 2.4 Nilai Ekonomik Blok Hasil Pencarian Blok Bijih Pada Blok (2,5)

13 Hasil pencarian blok bijih berikutnya seperti terlihat pada Tabel 2.5 berada pada baris ke-3 kolom ke-4 (3,4). Dimana nilai kerucut terbentuk dari blok (3,4) = = +2. (blok yang diarsir) yang Tabel 2.5 Nilai Ekonomik Blok Hasil Pencarian Blok Bijih Pada Blok (3,4) Hasil pencarian blok bijih berikutnya seperti terlihat pada Tabel 2.6 berada pada baris ke-4 kolom ke-4 (4,4). Dimana nilai kerucut (blok yang diarsir ) yang terbentuk dari blok (4,4) = = -1. Tabel 2.6 Nilai Ekonomik Blok Hasil Pencarian Blok Bijih Pada Blok (4,4) Karena tidak ditemukan kembali blok bijih setelah blok (4,4), maka pencarian berakhir pada blok (4,4). Dengan hasil akhir optimasi pit menggunakan kerucut mengambang seperti pada Tabel 2.5 yaitu

14 2.5.2 Metoda Lerchs Grossman Metoda Lerchs Grossman pertama kali di kembangkan oleh Helmut Lerchs and Ingo F. Grossman dengan papernya yang berjudul Optimum Design of Open Pit Mines. Pertama kali dipublikasikan pada pertemuan asosiasi peneliti Amerika dan Kanada di Montreal (Mei, 1964). Dan kembali dipublikasikan pada bu lletin CIMM (Januari,1965). Prosedur dasar dari penggunaan metoda Lerchs Grossman untuk mendesain batas akhir pit penambangan ( ultimate pit design) dengan terlebih dahulu menentukan bentuk ataupun sudut lereng sebesar satu blok ke kanan/kiri dan satu blok ke atas/bawah atau 45 0 dan asumsi nilai awal ekonomik blok (m ij ). Penjelasan lebih lengkap sebagai berikut : 1. Mengasumsikan nilai ekonomik blok (BEV) sebagai m ij. 2. Berikutnya yaitu pembuatan satu baris berupa air blocks pada baris ke-0 yang berisikan angka nol. 3. Menjumlahkan seluruh nilai ekonomik blok (BEV) pada kolom j pada penampang melintang dari suatu blok model. Kemudian nilai hasil penjumlahan untuk setiap kolom (nilai ekonomik kolom) tersebut diasumsikan (M ij ). M ij = n mij untuk j = 1,2,,dst (1) i0 4. Kemudian untuk setiap blok dihitung nilai optimal dari pit (P ij ) dari i,j = 1,1 dimulai dari kolom pertama (j) bergerak ke arah baris berikutnya (i+1) hingga mencapai dasar kemudian berpindah kolom (j+1) untuk k emudian menghitung P ij hingga mencapai dasar dan seterusnya dengan gerakan forward pass hingga pada kolom terakhir penampang melintang blok model. i-1, j-1 P ij = M ij + Max i, j-1 i+1, j-1 untuk j = 1,2,,dst (2) 5. Nilai maksimum dari pit ialah blok pada kolom tera khir dan baris yang ada dipermukaan P ij. Kelebihan dari metoda Lerchs Grossman, yaitu metodanya mudah digunakan untuk diproses komputer dan dapat lebih akurat melihat nilai optimum suatu pit 21

15 daripada menggunakan metoda kerucut mengambang. Kekurangan dari metoda Lerchs Grossman yaitu metoda ini tidak melihat adanya faktor waktu sebagai parameter. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan algoritma dari metoda Lerchs Grossman dalam bentuk diagram alir : Mulai Mengasumsikan nilai ekonomik blok sebagai m ij Membuat air blocks pada baris ke-0 Menentukan nilai ekonomik kolom (M ij ) dengan menjumlahkan m ij per kolom Menentukan topografi optimal dari pit (P ij ) dimana P ij = M ij + Max ((P i-1,j-1 ), (P i,j-1 ), (P i+1,j-1 )) dengan arah gerakan forward pass dari kolom pertama hingga kolom terakhir Nilai maksimum pit merupakan P ij pada kolom terakhir yang berada dipermukaan Selesai Gambar 2.7 Algoritma Lerchs Grossman Penjelasan dari metoda optimasi pit Lerchs Grossman beserta contoh penggunaannya seperti berikut ini : Seperti terlihat pada Tabel 2.7 merupakan penampang melintang dari suatu blok model berisikan informasi berupa nilai ekonomik blok mula -mula (m ij ). Asumsi 22

16 bentuk/sudut lereng yang masih diijinkan yaitu satu blok ke kanan dan satu blok ke kiri atau Tabel 2.7 Nilai Ekonomik Blok Mula-Mula (m ij ) Seperti terlihat pada Tabel 2.8 nilai ekonomik blok beserta air blocks (blok yang diarsir) berisikan angka nol sebagai penyusunnya. Tabel 2.8 Nilai Ekonomik Blok (Bersama air blocks) Seperti terlihat pada Tabel 2.9 berikut yang berisikan air blocks (blok yang diarsir) dan nilai kumulatif per kolom M ij. 23

17 Tabel 2.9 Nilai Ekonomik Kolom (M ij ) Pada Tabel 2.10 berikut ini ialah pit yang berisikan nilai yang optimal (P ij ) hasil dari optimasi Lerchs Grossman dengan nilai maksimum pit ialah 14 (blok yang diarsir). Tabel 2.10 Nilai Pit Optimal (P ij ) X X 3 X X X X 4 X X X 7 0 X X X Pada Tabel 2.11 berikut ini maka yang terlihat ialah nilai pit yang optimal (P ij ), dan arah gerakan backward pass dari blok yang memiliki nilai maksimum menuju blok awal perhitungan dilakukan. 24

18 Tabel 2.11 Nilai Pit Optimal (P ij ) beserta backward pass X X 3 X X X X 4 X X X 7 0 X X X 2.6 Perancangan Pit dan Pushback Tahapan tambang atau biasa disebut pushback adalah bentuk-bentuk penambangan yang menunjukkan bagaimana suatu pit akan ditambang, dari titik awal hingga ke bentuk akhir pit. Adapun tujuan dari pembuatan pushback ini, yaitu : untuk membagi seluruh volume yang ada dalam pit ke dalam unit-unit perencanaan yang lebih kecil sehingga lebih mudah ditangani. Tahapan -tahapan penambangan yang dirancang secara baik akan memberikan akses ke semua daerah kerja yang cukup untuk operasi peralatan yang efisien. Dalam merancang tahapan tambang adanya suatu kriteria -kriteria (Irwandy Arif, 2002) diantaranya seperti di bawah berikut : Harus cukup lebar agar peralatan tambang dapat bekerja dengan baik. Lebar pushback minimum m. Memperhatikan sekurang-kurangnya memiliki satu jalan angkut untuk setiap pushback, dengan memperhitungkan jumlah material yang terlibat dan memungkinkannya akses keluar. Jalan angkut ini harus menunjukkan pula akses ke seluruh permukaan kerja. Penambahan jalan pada suatu pushback akan mengurangi lebar daerah kerja. Tambang tidak akan pernah sama bentuknya dengan rancangan tahap -tahap penambangan, karena dalam kenyataanya beberapa pushback dapat saja dikerjakan secara bersamaan. 25

19 2.7 Penjadualan Produksi Suatu penjadualan produksi tambang yang dinyata kan dalam periode waktu (misalnya tahun) untuk atribut berupa tonase, kadar, dan pemindahan material total yang akan dihasilkan oleh tambang tersebut. Tujuan yang diinginkan ialah menghasilkan suatu jadual untuk mencapai beberapa kriteria ekonomik seperti memaksimumkan NPV atau ROR. Prosedur yang biasa digunakan untuk mendapatkan penjadualan tambang yang optimal dapat dibagi ke dalam tiga langkah. Langkah pertama dengan mendefinisikan urutan penambangan. Berikutnya dengan menjelaskan strategi kadar batas ( cut off grade) yang berbeda terhadap waktu. Dan terakhir menetapkan kombinasi dari laju produksi baik itu menambang, mengolah, dan memurnikan yang akan optimal. Banyaknya material/tanah penutup yang harus dikupas selama masa pra - produksi sekurang-kurangnya adalah jumlah material/tanah penutup yang harus dipindahkan dari pushback tahap pertama, dan masih mungkin dilakukan pengupasan pra-produksi pada pushback kedua, dan seterusnya. Material bijih yang ditambang selama pra-produksi biasanya ditempatkan di dek at crusher dan menjadi bagian dari bijih untuk tahun pertama. 2.8 Waste Dump Dan Stockpile Waste dump adalah suatu daerah dari tambang terbuka tempat pembuangan material kadar rendah dan/atau material bukan bijih yang harus digali dari pit untuk memperoleh bijih/material kadar tinggi. Langkah pertama dalam mendesain waste dump ialah bagaimana menyeleksi tempat yang tepat untuk menangani waste rock selama umur tambang. Seleksi tempat sendiri dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti berikut : lokasi dan ukuran pit, topografi, volume waste rock yang akan dipindahkan, kondisi tanah/batuan sekitar, peralatan yang akan digunakan. Setelah berbagai pertimbangan diseleksi, dilanjutkan dengan pemilihan alternatif-alternatif lokasi yang ada. Setelah memilih alter natif yang terbaik dan yang mungkin maka desain dapat dibuat. Pada umumnya ongkos pemindahan material merupakan komponen utama termahal pada ongkos penambangan maka desain tempat pembuangan memiliki peran penting. Dua hal parameter terpenting yang mempenga ruhi desain tempat 26

20 pembuangan ialah lokasi dan ukuran pit untuk kurun waktu tertentu dan penjadualan produksi waste beserta lokasi asalnya. Lokasi dari tempat pembuangan sendiri tidak harus diluar tambang, tetapi memungkinkan juga untuk ditempatkan didalam ( internal dumping). Tempat pembuangan tersebut juga harus dijaga kestabilannya. Dimana kestabilan dari tempat pembuangan bergantung dari beberapa faktor seperti : topografi tempat pembuangan, metode pembuatan tempat pembuangan, parameter geoteknik dari te mpat pembuangan dan material penyusunnya, gaya dari luar yang bekerja (gempa bumi, air hujan). Kesemuanya itu ditambah pengalaman praktis dan pengambilan keputusan yang tepat merupakan campuran yang diperlukan untuk mendapatkan solusi yang ekonomis, praktis, dan keselamatan tetap terjaga. Stockpile digunakan sebagai tempat untuk menyimpan material yang akan digunakan pada saat yang akan datang (tempat menyimpan bijih berkadar rendah yang dapat diproses pada saat yang akan datang, dan tempat menyimpan tanah penutup atau tanah pucuk yang dapat digunakan untuk reklamasi). 2.9 Analisis Investasi Tambang Ciri atau karakteristik industri pertambangan itu sendiri dapat berupa : padat modal, masa pra-produksi yang panjang, risiko tinggi, dan sumber daya tak terbaharui. Suatu usaha bisnis termasuk pertambangan mempunyai tujuan yaitu memberikan pengembalian finansial kepada para pemilik usaha, konsisten dengan tujuan dari perusahaan. Tujuan dari evaluasi finansial sendiri adalah untuk menentukan apakah pengembalian finansial yang cukup dapat diperoleh dari suatu proyek. Berikut merupakan ukuran kinerja dalam menetukan layak/tidak layaknya suatu proyek : 1) Net Present Value Secara sederhana NPV dapat diartikan sebagai jumlah dari aliran kas hingga akhir proyek. Dimana umumnya ketika didapat NPV > 0, proyek dapat diterima. Tabel 2.12 berikut merupakan contoh dari perhitungan NPV : 27

21 Tabel 2.12 Contoh Aliran Kas Vs Tahun Year Aliran Kas ($) Dengan mengambil laju bunga 10 %, maka : NPV = (P/F,1,10%) (P/F,2,10%) (P/F,3,10%) (P/F,4,10%) (P/F,5,10%) (P/F,6,10%) (P/F,7,10%) (P/F,8,10%) (P/F,9,10%) NPV = * 0, * 0, * 0, * 0, * 0, * 0, * 0, * 0, * 0,4241 NPV = , , , NPV = $ ,35 2) Rate of Return (ROR) Definisi rate of return yaitu : perbandingan antara uang masuk/keluar ( gain/loss) terhadap uang (assets, capital) yang diinvestasikan yang dinyatakan dalam %. Tabel 2.13 berikut merupakan contoh dari perhitungan ROR : 28

22 Tabel 2.13 Contoh Rate Of Return Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Pendapatan bersih dari operasi Depresiasi Pendapatan yang akan dikenai pajak pajak@50% Keuntungan bersih Ratarata Total Investasi = 6000 Rate of return = (1250/6000) * 100% = 12.5% 3) Payback Period Definisi dari payback period yaitu : waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal dari suatu proyek investasi. Tabel 2.14 berikut merupakan contoh dari perhitungan payback period : Aliran kas tahunan Proposal Proposal Proposal Proposal Proposal A B C D E Inisiasi investasi ($) Tahun proyek Tabel 2.14 Contoh Payback Period Payback period (Tahun)

23 Ada beberapa alasan yang mendorong mengapa pemberi pinjaman perlu memberikan bunga kepada peminjam, alasan tersebut ialah : 1. Risiko Ketika pemberi pinjaman memberikan pinjaman ia juga berhadapan dengan kemungkinan jika peminjam tidak mam pu membayar pinjaman. 2. Inflasi Uang yang dibayarkan dimasa depan akan memiliki nilai intrinsik lebih kecil akibat dari inflasi. 3. Biaya Transaksi Akan ada pengeluaran ketika mempersiapkan pinjaman, pencatatan pembayaran, penagihan hutang. 4. Biaya akibat kehilangan peluang Dengan memberi pinjaman maka, pemberi pinjaman tidak dapat menggunakan uang tersebut untuk dimanfaatkan. 5. Penundaan kepuasan Dengan memberi pinjaman, pemberi pinjaman telah menunda manfaat yang dapat memuaskan dari uang tersebut. Pada analisis investasi tambang sendiri dikenal istilah aliran kas ( cash flow). Secara singkat aliran kas dapat dijelaskan sebagai selisih uang masuk dengan uang yang keluar pada suatu kurun waktu tertentu. Penjelasan lebih lengkap dari aliran kas seperti yang telah dijelaskan di atas diuraikan seperti pada Tabel 2.15 berikut, yaitu komponen-komponen penyusun aliran kas (dimulai dari pendapatan produk yang dapat dijual * harga komoditas/unit hingga didapat aliran kas bersih) pada sisi kanan dan operasi (+/ -/=) yang hendak dilakukan pada sisi kiri. 30

24 Tabel 2.15 Contoh Aliran Kas Operasi Komponen Pendapatan dari produk yang dapat dijual * Harga komoditas/unit ( - ) Royalti ( = ) Pendapatan kotor dari tambang ( - ) Ongkos operasi ( = ) Pendapatan besih dari tambang ( - ) Depresiasi dan Amortisasi ( = ) Pendapatan yang akan dikenai pajak ( - ) Pajak ( = ) Pendapatan setelah dikenai pajak ( + ) Depresiasi dan Amortisasi ( = ) Aliran kas operasi ( - ) Ongkos modal ( - ) Modal kerja ( = ) Aliran kas bersih Aliran kas sendiri memiliki hubungan dengan formula bunga ( interest formulas) yang bermula dari lima variabel berikut : F = Jumlah uang di masa yang akan datang. P = Jumlah uang saat ini. A = Seri pembayaran untuk n kali. i = Laju bunga efektif per periode. n = Banyaknya periode bunga. Adapun formula yang digunakan berikut ini : 1. F = P * (1 + i) n (3) 2. P = F * 1 (4) (1 + i) n 3. F = A * (1 + i) n - 1 (5) i 4. A = F * i (6) (1 + i) n

25 5. P = A * (1 + i) n 1 (7) i (1 + i) n 6. A = P * i (1 + i) n (8) (1 + i) n - 1 Permasalahan bunga dapat disederhanakan dengan menggunakan salah s atu dari dua langkah berikut : (1) Meringkas masalah. Meringkas masalah dengan menetukan variabel -variabel yang diketahui terlebih dahulu, dan mendefinisikan variabel yang hendak ditanya. (2) Menjelaskan ke dalam diagram aliran kas. Dengan mengkonstruksikan masalah ke dalam diagram aliran kas. Yaitu plot diagram aliran kas vs waktu, dimana pemasukkan diplot vertikal keatas dan pengeluaran diplot vertikal kebawah, seperti gambar berikut ini : F + A1 A2 A3 A4 Aliran Kas Time P Gambar 2.8 Diagram Garis Aliran Kas Ongkos modal merupakan b iaya investasi yang diperlukan untuk melakukan persiapan umum kegiatan penambangan hingga mencapai tahap produksi. Ongkos modal sendiri masih dibedakan menjadi dua, yaitu : Modal Tetap. Pengeluaran yang dibutuhkan untuk mendirikan site, membeli peralatan, persiapan fasilitas serta berbagai pengeluaran yang terkait dengan persiapan dimulainya proyek. Contoh : Akuisisi tanah, tahapan pra produksi maupun pembangunan sarana dan 32

26 prasarana tambang, studi dan izin lingkungan, bangunan dan fasilitas penambangan dan pengolahan, fasilitas penunjang, pengeluaran ketika mendesain tambang. Modal Kerja. Pengeluaran selain modal tetap yang dibutuhkan untuk memulai operasi penambangan pada bulan awal produksi. Contoh : Inventaris (bahan mentah, suku cadang, penyediaan, m aterial yang sedang diproses, produk akhir), dll. Selain dari ongkos modal (modal tetap dan modal kerja) dikenal juga biaya operasi ( operating costs) yaitu semua biaya yang diperlukan untuk dapat melakukan kegiatan penambangan dan / pengolahan Program NPV Scheduler Pengenalan NPV Scheduler NPV Scheduler merupakan piranti lunak buatan Earthworks juga salah satu piranti lunak yang dapat digunakan untuk merencanakan suatu tambang terbuka dengan memasukkan faktor-faktor ekonomi sebagai batasan d alam merancang suatu tambang terbuka. NPV Scheduler digunakan pada tambang di negara-negara berikut chile (tembaga), afrika selatan (berlian, bijih besi, dan platina), brazil (fosfat), juga dapat digunakan untuk kasus batubara, seperti pada tambang batuba ra miller mining di inggris. Ketika program telah diisi dengan berbagai masukkan dan menghasilkan ultimate pit maka otomatis blok-blok yang berada didalam daerah pit akan memberi harga optimal yang mungkin diraih. Simulasi model pengangkutan dapat dijelas kan dengan membuat tujuan ore dan waste untuk optimisasi rencana pengangkutan pada tambang dengan hasil keluaran berupa waktu kerja truk. Jadual yang telah keluar sebagai keluaran dari scheduling model dapat dijadikan jawaban akhir suatu kasus perencanaan tambang atau juga dapat dievaluasi kembali dengan menggunakan parameter -parameter variabel ekonomi berupa alternatif menggunakan stockpile untuk optimasi stokpile dan variabel cut off grade untuk optimasi kadar batas. Baik itu optmasi scheduling atau optimasi kadar batas akan menghasilkan NPV yang lebih baik daripada NPV keluaran scheduling model. 33

27 Penggunaan simulasi harga probabalistik pada NPV Scheduler memungkinkan dengan menggunakan datamine studio sebagai alat bantu. Hanya saja hasil NPV Scheduler tersebut yang dapat digunakan dari model masukkan s/d model pushback generator, dan tidak akan sampai kepada model penjadualan atau model optimasi stockpile/optimasi kadar batas, karena alat bantu (datamine studio) hanya menerima masukkan dari NPV Scheduler berupa pushback tambang. Untuk memudahkan penjelasan mengenai NPV Scheduler berikut disajikan penjelasan model-model yang ada pada NPV Scheduler sebagai penyusun utama : 1. Model masukkan (Input Model) Merupakan model untuk memasukkan blok model, satuan mata uang, dan tipe penyusun batuan. 2. Model Ekonomi (Economic Model) Merupakan model untuk memasukkan harga blok untuk produk yang diinginkan, metode pemrosesan yang akan digunakan, biaya penambangan, biaya pengolahan, dan perolehan. 3. Batas Pit Akhir (Ultimate Pit) Merupakan model untuk menghasilkan ultimate pit dan pit phase dengan menggunakan metoda Lerchs Grossman/kerucut mengambang. Juga modul untuk mengisi keadaan lereng (azimuth, sudut lereng), besarnya laju produksi dari tambang, discount rate, batasan pit yang akan ditambang. Hasil keluaran berupa bentuk ultimate pit, phase menuju suatu batas akhir pit, dan menghasilkan suatu kisaran NPV yang optimal. 4. Tahapan Penambangan (Pushback Generator) Merupakan model untuk mendapatkan pushback praktis, urutannya, beserta batasannya. 5. Penjadualan (Scheduling) Merupakan model untuk menjadualkan tambang dengan melihat batasan, dan menghasilkan estimasi NPV yang lebih akurat. 6. Optimasi Stokpile dan Kadar Batas (Stockpile And Mineflow Optimizer) Merupakan model yang bertuju an melihat kembali jadual penambangan dan mempertimbangkan kombinasi dari pencampuran target pada stockpile atau mineflow optimizer yang pada akhirnya berguna untuk memaksimalkan NPV. 34

28 Gambar berikut Gambar 2.9 merupakan bentuk flow chart dari model-model yang ada pada NPV Scheduler : Mulai Model Masukkan (Input Model) Model Ekonomi (Economic Model) Batas Pit Akhir (Ultimate Pit) Tahapan Penambangan (Pushback Generator) Penjadualan (Scheduling) * Pilihan Optimasi Stockpile (Stockpile Optimizer) * Pilihan Optimasi Kadar Batas (Mineflow Optimizer) Selesai Gambar 2.9 Model Yang Ada Pada NPV Scheduler 35

29 Masukkan dan keluaran NPV Scheduler NPV Scheduler sebagai piranti lunak yang diciptakan untuk membuat suatu perencanaan tambang tentunya harus diisi berbagai masukkan aga r dapat mengeluarkan suatu keluaran. Berikut data -data yang diperlukan sebagai masukkan untuk NPV Scheduler : o Blok model yang berisi data geologi dan geokimia sumber daya. o Keadaan harga, biaya, dilusi, perolehan, kondisi lereng, tingkat suku bunga, produksi rata-rata bijih yang diinginkan, dll. Sementara berikut merupakan data -data keluaran dari NPV Scheduler : o Permukaan ultimate pit, dan pit phase o Permukaan pushback. o Permukaan Periode (jadual). o Laporan kerja yang berisi Profit, NPV, Nisbah Pengupasan, Ongk os Penambangan dan Pengolahan, Umur Tambang. o Tampilan grafis dan kurva-kurva Langkah-Langkah Pengerjaan NPV Scheduler Dengan menggunakan NPV Scheduler dapat dihasilkan perencanaan tambang yang optimal dengan langkah-langkah berikut : 1. Langkah pertama dalam menjalankan program NPV Scheduler ialah pada model import model dengan memberi input (mengimport) suatu blok model dengan ekstensi datamine, medsystem, vulcan, surpac, micromine, dll. 2. Langkah kedua yaitu pada model ekonomi dengan memberi input berupa harga logam, komponen-komponen biaya baik itu biaya penambangan, biaya untuk pengolahan, perolehan dan sebagai keluaran akan didapat nilai bersih untuk keseluruhan blok. 3. Langkah ketiga yaitu pada model ultimate pit dengan memberi masukkan berupa metode pencarian ultimate pit yang diinginkan, optimasi yang diharapkan, keadaan lereng dimana tambang berada ( azimuth dan slope), suku bunga yang digunakan, tonase bijih yang diharapkan keluar untuk suatu kurun waktu. Program akan mencari bentuk ultimate pit serta maksimasi NPV. 36

30 4. Langkah keempat yaitu pada model pushback dengan memberi berbagai input untuk mencari NPV optimal pada suatu ultimate pit ke dalam bentuk geometri ruang pushback yang terbaik dan praktis. 5. Langkah kelima yaitu pada pada model scheduling. Menjadualkan bagaimana menambang pushback yang telah ada dengan batasan-batasan tertentu. Seperti mempertahankan jumlah bijih hasil keluaran tambang dan nisbah pengupasan pada tingkat tertentu, waktu kerja truk. Untuk menghasilkan perkiraan NPV yang lebih realistik. Hasil dari model penjadualan dapat dianggap sebagai hasil akhir. 6. Langkah pilihan pada NPV Scheduler yaitu model stockpile merupakan melihat kembali jadual penambangan untuk parameter -parameter ekonomi, hasilnya berupa strategi penyimpanan yang optimal melalui tempat penyimpanan bijih dan/atau mendapatkan material dari sumber luar dan hasilnya akan memperlihatkan hasil perkiraan NPV secara lebih detail. Langkah berikut ( mine flow optimizer) juga merupakan pilihan yang memiliki kekuatan untuk mendapatkan hasil NPV yang lebih maksimal dari optimasi penyimpanan, mekanismenya yaitu mengkombinasikan kegunaan optimasi penyimpanan dengan optimasi kadar batas lebih lanjutnya dengan meningkatkan laju penambangan dan kadar batas sehingga didapat nilai NPV maksimum. Keenam langkah mengerjakan NPV Scheduler diatas disajikan pula dalam bentuk diagram alir untuk memudahkan pengenalan akan NPV Scheduler seperti pada Gambar 2.10 berikut : 37

31 Mulai Mengimport Blok Model sebagai masukkan untuk Model Masukkan Menghasilkan keluaran berupa laporan Memberi masukkan untuk Model Ekonomi Menghasilkan keluaran berupa laporan dan kontur awal pit Menghasilkan keluaran berupa laporan, bentuk ultimate pit, dan pit phase Memberi masukkan untuk Model Batas Pit Memberi masukkan untuk Model Tahapan Penambangan Dengan bantuan Datamine Studio menjadikan salah satu pushback sebagai masukkan mula-mula Menghasilkan keluaran berupa laporan dan bentuk pushback Memberi masukkan pada Model Penjadualan Menghasilkan keluaran berupa bentuk scheduling surface dan laporan akhir Memberi masukkan untuk Model Stockpile (Stockpile Optimizer) Memberi masukkan untuk Optimasi Kadar Batas (Stockpile Optimizer) Menghasilkan keluaran berupa laporan akhir dengan maximized NPV Selesai Gambar 2.10 Langkah Pengerjaan NPV Scheduler 38

BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA Penentuan pit optimal dalam simulasi perencanaan tambang Bab 3 berikut akan dibantu software NPV Scheduler dan datamine studio dengan tujuan akhir yaitu mendapatkan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya mineral yang ada di alam merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui kembali (non-renewable), dengan kata lain industri pertambangan selalu

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Hasil Simulasi NPV Scheduler Skenario (1)

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Hasil Simulasi NPV Scheduler Skenario (1) BAB V PEMBAHASAN Bab pembahasan ini dibagi menjadi tiga bagian pembahasan. Pembahasan yang pertama ialah hasil simulasi NPV Scheduler, berikutnya akan membahas analisis hasil berupa perbandingan dari simulasi

Lebih terperinci

BAB IV SIMULASI OPTIMASI PIT MENGGUNAKAN PROGRAM FORTRAN

BAB IV SIMULASI OPTIMASI PIT MENGGUNAKAN PROGRAM FORTRAN BAB IV SIMULASI OPTIMASI PIT MENGGUNAKAN PROGRAM FORTRAN Penentuan batas terluar pit ( ultimate pit) merupakan faktor penting dalam perencanaan tambang, dan ketepatan dalam menentukan ultimate pit akan

Lebih terperinci

2-D Dynamic Programming atau PIT LIMIT DESIGN

2-D Dynamic Programming atau PIT LIMIT DESIGN 2-D Dynamic Programming atau metode Lerchs-Grossmann PIT LIMIT DESIGN Data yang digunakan adalah data teknoekonomik (termasuk sudut lereng) dengan metode blok bijih Istilah perancangan tambang (Adisoma,

Lebih terperinci

DEFINISI RUMUS - APLIKASI NISBAH KUPAS COG BECOG - ICOG

DEFINISI RUMUS - APLIKASI NISBAH KUPAS COG BECOG - ICOG DEFINISI RUMUS - APLIKASI NISBAH KUPAS COG BECOG - ICOG CUTOFF GRADE, CUT-OFF GRADE (KADAR BATAS) STRIPPING RATIO (NISBAH KUPAS) KADAR EKIVALEN BREAK EVEN CUTOFF GRADE (BECOG) INTERNAL CUTOFF GRADE (ICOG)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu kegiatan yang penting dilakukan oleh suatu perusahaan, karena untuk

BAB I PENDAHULUAN. suatu kegiatan yang penting dilakukan oleh suatu perusahaan, karena untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pertambangan memiliki cakupan yang sangat luas, yaitu dimulai dari tahapan eksplorasi, kajian kelayakan, pengembangan dan perencanaan tambang, penambangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di sektor pertambangan batubara dengan skala menengah - besar.

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di sektor pertambangan batubara dengan skala menengah - besar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Milagro Indonesia Mining adalah salah satu perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan batubara dengan skala menengah - besar. Lokasi penelitian secara administratif

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Analisis Investasi Tambang Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan endapan bahan galian yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik

BAB I PENDAHULUAN. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Nikel laterit adalah produk residual pelapukan kimia pada batuan ultramafik. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik

Lebih terperinci

1. PERANCANGAN PIT DAN PUSHBACK

1. PERANCANGAN PIT DAN PUSHBACK 1. PERANCANGAN PIT DAN PUSHBACK 1.1 PENGANTAR 1. Pembahasan akan ditekankan pada perancangan geometri yang dapat ditambang dengan masukan dari geometri pit yang dihasilkan oleh program floating cone. 2.

Lebih terperinci

BAB IX EVALUASI FINANSIAL

BAB IX EVALUASI FINANSIAL BAB IX EVALUASI FINANSIAL 9.1. PENDAHULUAN 1) Tujuan dari suatu usaha bisnis dalam ekonomi pasar bebas adalah memberikan pengembalian finansial (financial return) kepada para pemilk usaha, konsisten dengan

Lebih terperinci

Tambang Terbuka (013)

Tambang Terbuka (013) Tambang Terbuka (013) Abdullah 13.31.1.350 Fakultas Teknik Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Pejuang Republik Indonesia Makassar 2013 Pendahuluan Aturan utama dari eksploitasi tambang adalah memilih

Lebih terperinci

Artikel Pendidikan 23

Artikel Pendidikan 23 Artikel Pendidikan 23 RANCANGAN DESAIN TAMBANG BATUBARA DI PT. BUMI BARA KENCANA DI DESA MASAHA KEC. KAPUAS HULU KAB. KAPUAS KALIMANTAN TENGAH Oleh : Alpiana Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Mataram

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu. Maka dari

Lebih terperinci

Aplikasi Teknologi Informasi Untuk Perencanaan Tambang Kuari Batugamping Di Gunung Sudo Kabupaten Gunung Kidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Aplikasi Teknologi Informasi Untuk Perencanaan Tambang Kuari Batugamping Di Gunung Sudo Kabupaten Gunung Kidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Aplikasi Teknologi Informasi Untuk Perencanaan Tambang Kuari Batugamping Di Gunung Sudo Kabupaten Gunung Kidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta R. Andy Erwin Wijaya 1, Dianto Isnawan 2 1 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan industri pertambangan batu andesit penting sekali di sektor konstruksi,

BAB I PENDAHULUAN. Peranan industri pertambangan batu andesit penting sekali di sektor konstruksi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan penduduk yang semakin pesat berdampak pada pembangunan. Peranan industri pertambangan batu andesit penting sekali di sektor konstruksi, terutama dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil bahan galian berharga dari lapisan bumi. Perkembangan dan peningkatan teknologi cukup besar, baik dalam

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Penentuan dan Pemilihan Pit Potensial Penentuan dan pemilihan pit potensial merupakan langkah awal dalam melakukan evaluasi cadangan batubara. Penentuan pit potensial ini diperlukan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SEQUENCE PENAMBANGAN BATUBARA UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI BULANAN (Studi Kasus: Bara 14 Seam C PT. Fajar Bumi Sakti, Kalimantan Timur)

PERANCANGAN SEQUENCE PENAMBANGAN BATUBARA UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI BULANAN (Studi Kasus: Bara 14 Seam C PT. Fajar Bumi Sakti, Kalimantan Timur) PERANCANGAN SEQUENCE PENAMBANGAN BATUBARA UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI BULANAN (Studi Kasus: Bara 14 Seam C PT. Fajar Bumi Sakti, Kalimantan Timur) Dadang Aryanda*, Muhammad Ramli*, H. Djamaluddin* *)

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang. BAB V HASIL ANALISA 5.1 ANALISIS FINANSIAL Untuk melihat prospek cadangan batubara PT. XYZ, selain dilakukan tinjauan dari segi teknis, dilakukan juga kajian berdasarkan aspek keuangan dan keekonomian.

Lebih terperinci

Perencanaan Produksi Tambang Terbuka Pada Bijih Menggunakan Optimasi Pit

Perencanaan Produksi Tambang Terbuka Pada Bijih Menggunakan Optimasi Pit Perencanaan Produksi Tambang Terbuka Pada Bijih Menggunakan Optimasi Pit TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan tahap Sarjana S-1 Di Program Studi Teknik Pertambangan Institut

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. 2. Tiap peluang memberikan hasil yang berbeda. 3. Tiap peluang memberikan resiko yang berbeda.

BAB III TEORI DASAR. 2. Tiap peluang memberikan hasil yang berbeda. 3. Tiap peluang memberikan resiko yang berbeda. BAB III TEORI DASAR 3.1 Analisis Investasi Tambang Investasi merupakan penukaran sejumlah dana dengan kemungkinan perolehan 100 % (karena telah dikuasai) dengan jumlah dana yang lebih besar, tetapi kemungkinan

Lebih terperinci

KONSEP PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI BAHAN GALIAN TERTINGGAL DAN BAHAN GALIAN BERPOTENSI TERBUANG PADA WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN. Oleh : Tim Penyusun

KONSEP PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI BAHAN GALIAN TERTINGGAL DAN BAHAN GALIAN BERPOTENSI TERBUANG PADA WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN. Oleh : Tim Penyusun KONSEP PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI BAHAN GALIAN TERTINGGAL DAN BAHAN GALIAN BERPOTENSI TERBUANG PADA WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN Oleh : Tim Penyusun 1. PENDAHULUAN Pemanfaatan bahan galian sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Klasifikasi Sumberdaya Dan Cadangan Batubara Badan Standarisasi Nasional (BSN) telah menetapkan pembakuan mengenai Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan SNI No. 13-6011-1999.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan.

BAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang membutuhkan investasi besar, teknologi yang memadai serta beresiko tinggi terutama pada tahap eksplorasi. Untuk

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Perancangan (Design) Pit Ef Pada Penambangan Batubara di PT Milagro Indonesia Mining Desa Sungai Merdeka, Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Perancangan Desain Pit Tambang Bijih Besi di PT. Juya Aceh Mining di Desa Ie Mierah dan Alue Dawah, Kecamatan Bahbarot, Kabupaten Aceh Barat Daya, Provinsi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. perencanaan yang lebih muda dikelola. Unit ini umumnya menghubungkan. dibuat mengenai rancangan tambang, diantaranya yaitu :

BAB V PEMBAHASAN. perencanaan yang lebih muda dikelola. Unit ini umumnya menghubungkan. dibuat mengenai rancangan tambang, diantaranya yaitu : BAB V PEMBAHASAN 5.1 Rancangan Tahapan Penambangan Langkah pertama didalam rancangan tahap penambangan ialah menentukan volume rancangan akhir tambang keseluruhan menjadi unit-unit perencanaan yang lebih

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. IV. HASIL PENELITIAN Batas Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) vii

DAFTAR ISI. IV. HASIL PENELITIAN Batas Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) vii DAFTAR ISI RINGKASAN... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Maksud dan Tujuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geoteknik merupakan suatu ilmu terapan yang peranannya sangat penting, tidak hanya dalam dunia pertambangan akan tetapi dalam berbagai bidang seperti teknik sipil

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Perencanaan Tambang (Mine Plan) Ada berbagai macam perencanaan antara lain : a. Perencanaan jangka panjang, yaitu suatu perencanaan kegiatan yang jangka waktunya lebih dari 5

Lebih terperinci

PENGARUH KESTABILAN LERENG TERHADAP CADANGAN ENDAPAN BAUKSIT

PENGARUH KESTABILAN LERENG TERHADAP CADANGAN ENDAPAN BAUKSIT PENGARUH KESTABILAN LERENG TERHADAP CADANGAN ENDAPAN BAUKSIT Oleh Eddy Winarno; Wawong Dwi Ratminah Program Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta Abstrak Optimalisasi Keberhasilanan Penambangan Terbuka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Diagram alir metode penelitian merupakan kerangka berpikir yang terdiri langkah-langkah penelitian yang disusun sebagai acuan penelitian. Diagram alir diperlukan agar penyusunan

Lebih terperinci

Indah Pratiwi Teknik Industri - UMS. Indah Pratiwi - Teknik Industri - UMS

Indah Pratiwi Teknik Industri - UMS. Indah Pratiwi - Teknik Industri - UMS Indah Pratiwi Teknik Industri - UMS Indah Pratiwi - Teknik Industri - UMS 1 1. Analisa Pemilihan Proyek 2 Latar Belakang Cara yang aman untuk menangani berbagai alternatif yang menyangkut investasi peralatan,

Lebih terperinci

Metode Perhitungan Cadangan. Konsep Dasar

Metode Perhitungan Cadangan. Konsep Dasar Metode Perhitungan Cadangan Konsep Dasar Konversi Unit 1 inch = 2,54 cm 1 karat = 200 mgram 1 m = 3,281 feet 1 mile = 1.609 km 1 ha = 10.000 m 2 1 acre = 0,404686 ha 1 cc = 0,061 cinch 1 kg = 2,2046 pound

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi di bidang pertambangan memerlukan jumlah dana yang sangat besar agar investasi yang akan dikeluarkan tersebut menguntungkan. Komoditas endapan mineral yang

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN STUDI KELAYAKAN, EKSPLOITASI DAN PRODUKSI

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN STUDI KELAYAKAN, EKSPLOITASI DAN PRODUKSI LAMPIRAN XIII b KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR :1453 K/29/MEM/2000 TANGGAL : 3 November 2000 PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN STUDI KELAYAKAN, EKSPLOITASI DAN PRODUKSI A. FORMAT LAPORAN

Lebih terperinci

SISTEM TAMBANG TERBUKA

SISTEM TAMBANG TERBUKA SISTEM TAMBANG TERBUKA A. JENIS-JENIS METODE PENAMBANGAN Secara garis besar metode penambangan dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu : 1) Tambang terbuka (surface mining). 2) Tambang dalam/tambang bawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Investasi di bidang pertambangan memerlukan jumlah dana yang sangat besar. Agar investasi yang akan dikeluarkan tersebut menguntungkan, maka komoditas endapan bahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Berau Coal merupakan salah satu tambang batubara dengan sistim penambangan

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Berau Coal merupakan salah satu tambang batubara dengan sistim penambangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian PT. Berau Coal merupakan salah satu tambang batubara dengan sistim penambangan terbuka di Kalimantan Timur Indonesia yang resmi berdiri pada tanggal 5 April

Lebih terperinci

IV. ANALISA FAKTOR KELAYAKAN FINANSIAL

IV. ANALISA FAKTOR KELAYAKAN FINANSIAL 32 IV. ANALISA FAKTOR KELAYAKAN FINANSIAL 4.1. Identifikasi Indikator Kelayakan Finansial Pada umumnya ada enam indikator yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian kelayakan finansial dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan modal yang maksimal. Kebutuhan modal yang maksimal. menyebabkan perusahaan tambang berusaha agar kegiatan penambangan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan modal yang maksimal. Kebutuhan modal yang maksimal. menyebabkan perusahaan tambang berusaha agar kegiatan penambangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bidang pertambangan merupakan salah satu bidang usaha yang membutuhkan modal yang maksimal. Kebutuhan modal yang maksimal menyebabkan perusahaan tambang berusaha agar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

[TAMBANG TERBUKA ] February 28, Tambang Terbuka

[TAMBANG TERBUKA ] February 28, Tambang Terbuka Tambang Terbuka I. Pengertian Tambang Terbuka Tambang Terbuka (open pit mine) adalah bukaan yang dibuat dipermukaan tanah, betujuan untuk mengambil bijih dan akan dibiarkan tetap terbuka (tidak ditimbun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. PACIFIC GLOBAL UTAMA (PT. PGU) bermaksud untuk. membuka tambang batubara baru di Desa Pulau Panggung dan Desa

BAB I PENDAHULUAN. PT. PACIFIC GLOBAL UTAMA (PT. PGU) bermaksud untuk. membuka tambang batubara baru di Desa Pulau Panggung dan Desa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. PACIFIC GLOBAL UTAMA (PT. PGU) bermaksud untuk membuka tambang batubara baru di Desa Pulau Panggung dan Desa Tanjung Lalang, Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Kelayakan Investasi Evaluasi terhadap kelayakan ekonomi proyek didasarkan pada 2 (dua) konsep analisa, yaitu analisa ekonomi dan analisa finansial. Analisa ekomoni bertujuan

Lebih terperinci

METODA-METODA DALAM PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA

METODA-METODA DALAM PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA METODA-METODA DALAM PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA Cadangan batubara (coal reserves) merupakan hal penting dalam menentukan penambangan endapan dengan ekonomis. Tingkat kepastian cadangan terestimasi menentukan

Lebih terperinci

9 Universitas Indonesia

9 Universitas Indonesia BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan atau feasibility study adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha atau bisnis yang akan dijalankan,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Statistik Univarian

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Statistik Univarian BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Statistik Univarian Analisis statistik yang dilakukan yaitu analisis statistik univarian untuk ketebalan batubara. Analisis statistik ini dilakukan untuk melihat variasi ketebalan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Citra Jaya Putra Utama merupakan salah satu perusahaan jasa yang bergerak di bidang distribusi farmasi. Perusahaan saat ini ingin melakukan investasi modal dalam bentuk cabang baru di Surabaya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman RINGKASAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. Halaman RINGKASAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI RINGKASAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

TEMPAT PENIMBUNAN STOCK PILE AND WASTE DUMP

TEMPAT PENIMBUNAN STOCK PILE AND WASTE DUMP TEMPAT PENIMBUNAN STOCK PILE AND WASTE DUMP Jenis tempat penimbunan STOCK PILE AND WASTE DUMP TEMPAT PENIMBUNAN 1. WASTE DUMP LOKASI PEMBUANGAN OVERBURDEN ATAU MATERIAL KADAR RENDAH DAN ATAU MATERIAL BUKAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Proyek Dalam menilai suatu proyek, perlu diadakannya studi kelayakan untuk mengetahui apakah proyek tersebut layak untuk dijalankan atau tidak. Dan penilaian tersebut

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

Penentuan Pit Limit Penambangan Batubara Dengan Metode Lerchs-Grossmann Menggunakan 3DMine Software

Penentuan Pit Limit Penambangan Batubara Dengan Metode Lerchs-Grossmann Menggunakan 3DMine Software KURVATEK Vol.1. No. 2, November 2016, pp. 67-72 ISSN: 2477-7870 67 Penentuan Pit Limit Penambangan Batubara Dengan Metode Lerchs-Grossmann Menggunakan 3DMine Software Hidayatullah Sidiq 1,a, Idra Pusvito

Lebih terperinci

ANALISA KELAYAKAN INVESTASI PENAMBAHAN UNIT DUMP TRUCK DI PT. MASDAR MEGA MAS

ANALISA KELAYAKAN INVESTASI PENAMBAHAN UNIT DUMP TRUCK DI PT. MASDAR MEGA MAS ANALISA KELAYAKAN INVESTASI PENAMBAHAN UNIT DUMP TRUCK DI PT. MASDAR MEGA MAS TUGAS AKHIR Oleh Muhamad Rizki Anhar 1201000086 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

DESAIN TAMBANG PERTEMUAN KE-3

DESAIN TAMBANG PERTEMUAN KE-3 DESAIN TAMBANG PERTEMUAN KE-3 Penambangan dengan sistem tambang terbuka menyebabkan adanya perubahan rona/bentuk dari suatu daerah yang akan ditambang menjadi sebuah front penambangan Setelah penambangan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Penyusunan Basis Data Assay

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Penyusunan Basis Data Assay BAB V PEMBAHASAN 5.1 Penyusunan Basis Data Assay Basis data Assay dan data informasi geologi adalah data data dasar di dalam proses permodelan dan estimasi sumberdaya bijih. Prosedur awal setelah data

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Sedangkan perumahan merupakan kumpulan atau kelompok rumah yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Setelah melakukan wawancara dan mengumpulkan data, penulis menggunakan suatu alat analisis untuk mengevaluasi kelayakan investasi produk Fitaliv yakni capital budgeting.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang rinci dan pasti untuk mencapai tujuan atau sasaran kegiatan serta urutan

BAB I PENDAHULUAN. yang rinci dan pasti untuk mencapai tujuan atau sasaran kegiatan serta urutan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rancangan adalah penentuan persyaratan, spesifikasi dan kriteria teknik yang rinci dan pasti untuk mencapai tujuan atau sasaran kegiatan serta urutan teknis pelaksanaannya

Lebih terperinci

Prodi Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung Jl. Tamansari No. 1 Bandung

Prodi Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung Jl. Tamansari No. 1 Bandung Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Penjadwalan Tambang (Mine Scheduling) untuk Mencapai Target Produksi Batubara 25.000 Ton/Bulan di PT Milagro Indonesia Mining Desa Bukit Merdeka Kecamatan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada METODE PERBANDINGAN EKONOMI METODE BIAYA TAHUNAN EKIVALEN Untuk tujuan perbandingan, digunakan perubahan nilai menjadi biaya tahunan seragam ekivalen. Perhitungan secara pendekatan : Perlu diperhitungkan

Lebih terperinci

EVALUASI EKONOMI MINERAL

EVALUASI EKONOMI MINERAL Bahan Kuliah Ekonomi Mineral EVALUASI EKONOMI MINERAL DOSEN : Meinarni Thamrin PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNHAS 2010 @Mey 1 SUMMARY : Ekonomi mineral mencakup bermacam-macam kegiatan Aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu.

Lebih terperinci

= Jumlah stasiun kerja. 4. Keseimbangan Waktu Senggang (Balance Delay) Balance delay merupakan ukuran dari ketidakefisienan

= Jumlah stasiun kerja. 4. Keseimbangan Waktu Senggang (Balance Delay) Balance delay merupakan ukuran dari ketidakefisienan Keterangan: n = Jumlah stasiun kerja Ws Wi = Waktu stasiun kerja terbesar. = Waktu sebenarnya pada stasiun kerja. i = 1,2,3,,n. 4. Keseimbangan Waktu Senggang (Balance Delay) Balance delay merupakan ukuran

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Cadangan, Perancangan dan Geometri Penambangan.

ABSTRAK. Kata Kunci : Cadangan, Perancangan dan Geometri Penambangan. RANCANGAN TAHAPAN (PUSHBACK) PENAMBANGAN ENDAPAN BIJIH NIKEL PADA PT. HENGJAYA MINERALINDO (HM) KECAMATAN BUNGKU PESISIR KABUPATEN MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH Sahrul 1, Musnajam 1, Asnun 2 Teknik

Lebih terperinci

IV. PEMODELAN SISTEM. A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01

IV. PEMODELAN SISTEM. A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01 IV. PEMODELAN SISTEM A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01 Sistem penunjang keputusan pengarah kebijakan strategi pemasaran dirancang dalam suatu perangkat lunak yang dinamakan EssDSS 01 (Sistem Penunjang Keputusan

Lebih terperinci

Rencana Rancangan Tahapan Penambangan untuk Menentukan Jadwal Produksi PT. Cipta Kridatama Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh

Rencana Rancangan Tahapan Penambangan untuk Menentukan Jadwal Produksi PT. Cipta Kridatama Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Rencana Rancangan Tahapan Penambangan untuk Menentukan Jadwal Produksi PT. Cipta Kridatama Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh 1 Adnannst,

Lebih terperinci

Mata Kuliah - Kewirausahaan II-

Mata Kuliah - Kewirausahaan II- Mata Kuliah - Kewirausahaan II- Modul ke: Analisa Investasi dalam Berwirausaha Fakultas FIKOM Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising www.mercubuana.ac.id Evaluasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang digunakan dalam analisa dan pembahasan penelitian ini satu persatu secara singkat dan kerangka berfikir

Lebih terperinci

RANGKUMAN BAB 23 EVALUASI EKONOMI DARI PENGELUARAN MODAL (Akuntansi Biaya edisi 13 Buku 2, Karangan Carter dan Usry)

RANGKUMAN BAB 23 EVALUASI EKONOMI DARI PENGELUARAN MODAL (Akuntansi Biaya edisi 13 Buku 2, Karangan Carter dan Usry) RANGKUMAN BAB 23 EVALUASI EKONOMI DARI PENGELUARAN MODAL (Akuntansi Biaya edisi 13 Buku 2, Karangan Carter dan Usry) BIAYA MODAL ( THE COST OF CAPITAL ) Biaya modal mewakili perkiraan tingkat pengembalian

Lebih terperinci

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal Disarikan Gitman dan Sumber lain yang relevan Pendahuluan Investasi merupakan penanaman kembali dana yang dimiliki oleh perusahaan ke dalam suatu aset dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis lakukan pada Warnet Pelangi, maka penulis menyimpulkan bahwa: 1. Warnet Pelangi belum menerapkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Bisnis 2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Kata bisnis berasal dari bahasa Inggris busy yang artinya sibuk, sedangkan business artinya kesibukan. Bisnis dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Investasi dan Depresiasi Menurut Husein Umar (2000,p1), investasi adalah upaya menanamkan faktor produksi langka yakni dana, kekayaan alam, tenaga ahli dan terampil, teknologi

Lebih terperinci

Aspek Keuangan. Studi Kelayakan (Feasibility Study) Sumber Dana. Alam Santosa

Aspek Keuangan. Studi Kelayakan (Feasibility Study) Sumber Dana. Alam Santosa Alam Santosa Aspek Keuangan Studi Kelayakan (Feasibility Study) Analisis Aspek Keuangan Menentukan sumber dana Menghitung kebutuhan dana untuk aktiva tetap dan modal kerja Aliran Kas Penilaian Investasi

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA BENGKEL LAS SINAR AGUNG REJEKI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS PENGANGGARAN MODAL

STUDI KELAYAKAN USAHA BENGKEL LAS SINAR AGUNG REJEKI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS PENGANGGARAN MODAL STUDI KELAYAKAN USAHA BENGKEL LAS SINAR AGUNG REJEKI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS PENGANGGARAN MODAL NAMA : DIAN RUSMITA NPM : 12209223 JURUSAN : MANAJEMEN JENJANG : S1 PEMBIMBING : EDY NURSANTA, SE., MM

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN. Penganggaran Modal. Riska Rosdiana SE., M.Si. Modul ke: Fakultas Ekonomi & Bisnis. Program Studi Manajemen.

MANAJEMEN KEUANGAN. Penganggaran Modal. Riska Rosdiana SE., M.Si. Modul ke: Fakultas Ekonomi & Bisnis. Program Studi Manajemen. Modul ke: MANAJEMEN KEUANGAN Penganggaran Modal Fakultas Ekonomi & Bisnis Riska Rosdiana SE., M.Si Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Modal atau capital merujuk pada aktiva tetap

Lebih terperinci

MineScape Mine Planning and Design Software

MineScape Mine Planning and Design Software MineScape Mine Planning and Design Software MineScape dikembangkan untuk memenuhi berbagai tuntutan dalam industri pertambangan dan digunakan oleh lebih dari 100 perusahaan pertambangan di Indonesia. Minescape

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Adapun langkah-langkah yang akan ditempuh dalam penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir dibawah ini : Gambar 3.1 Tahapan Penelitian III-1 3.1 Penelitian Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis uraikan dalam bab sebelumnya, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sistem penambangan adalah suatu cara atau teknik yang dilakukan untuk membebaskan atau mengambil endapan bahan galian yang mempunyai arti ekonomis dari batuan induknya

Lebih terperinci

ANALISIS ASPEK KEUANGAN DALAM MANAJEMEN PROYEK *)

ANALISIS ASPEK KEUANGAN DALAM MANAJEMEN PROYEK *) ANALISIS ASPEK KEUANGAN DALAM MANAJEMEN PROYEK *) A. Dasar Dasar Proyek 1. Batasan Proyek Clive Gray mendifinisikan proyek sebagai kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Metode Penambangan 5.2 Perancangan Tambang Perancangan Batas Awal Penambangan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Metode Penambangan 5.2 Perancangan Tambang Perancangan Batas Awal Penambangan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Metode Penambangan Pemilihan metode penambangan Block Cut Open Pit Mining dikarenakan seam batubara mempunyai kemiringan yang cukup signifikan yaitu sebesar 10-15 sehingga batas akhir

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA Data yang digunakan merupakan data dari PT. XYZ, berupa peta topografi dan data pemboran 86 titik. Dari data tersebut dilakukan pengolahan sebagai berikut : 4.1 Analisis Statistik

Lebih terperinci

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN Oleh : Tim Penyusun 1. PENDAHULUAN Kegiatan usaha pertambangan harus dilakukan secara optimal, diantaranya termasuk melakukan

Lebih terperinci

PERENCANAAN MANAJEMEN BIAYA

PERENCANAAN MANAJEMEN BIAYA L/O/G/O PENGELOLAAN SISTEM INFORMASI Hendri Sopryadi,M.T.I PERTEMUAN- 6 PERENCANAAN MANAJEMEN BIAYA 2 9 BIDANG PENGETAHUAN YANG PERLU DIKUASAI MANAJER (SUMBER: SCHWALBE, I.T.PROJECT MANAGEMENT, THOMSON

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan permasalahan serta maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: 1. Estimasi incremental

Lebih terperinci

IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR

IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR 4.1 Gambaran Umum Kelompok Tani Hurip Kelompok Tani Hurip terletak di Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Desa Cikarawang adalah salah satu Desa di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Investasi Investasi ialah komitmen saat ini atas uang atau sumber daya lainnya, dengan pengharapan untuk memperoleh imbalan di masa mendatang (Bodie, Kane, dan Marcus, 2008).

Lebih terperinci