RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 108/PHPU.B-VII /2009 PERKARA NOMOR 109/PHPU.B-VII/2009

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 108/PHPU.B-VII /2009 PERKARA NOMOR 109/PHPU.B-VII/2009"

Transkripsi

1 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 108/PHPU.B-VII /2009 PERKARA NOMOR 109/PHPU.B-VII/2009 PERIHAL PERMOHONAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM CALON PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2009 ACARA MENDENGAR JAWABAN TERMOHON, PIHAK TERKAIT, KETERANGAN SAKSI, DAN PEMBUKTIAN J A K A R T A RABU, 5 AGUSTUS 2009

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 108/PHPU.B-VII /2009 PERKARA NOMOR 109/PHPU.B-VII/2009 PERIHAL Permohonan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Calon Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009 PEMOHON - H. Jusuf Kalla dan H. Wiranto (Pasangan Calon Nomor Urut 3) - HJ. Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri dan H. Prabowo Subianto (Pasangan Calon Nomor Urut 1) ACARA Mendengar Jawaban Termohon, Pihak Terkait, Keterangan Saksi, dan Pembuktian (II) Rabu, 5 Agustus 2009, Pukul WIB Ruang Sidang Pleno Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Prof. Dr. Moh. Mahfud MD, S.H. (Ketua) 2) Prof. Abdul Mukthie Fadjar, S.H., M.S. (Anggota) 3) Dr. H.M. Arsyad Sanusi, S.H., M.Hum. (Anggota) 4) Dr. Harjono, S.H., M.CL. (Anggota) 5) Dr. Muhammad Alim, S.H., M.Hum (Anggota) 6) Maruarar Siahaan, S.H. (Anggota) 7) Prof. Dr. Maria Farida Indrati, S.H., M.H. (Anggota) 8) Prof. Dr. Ahmad Sodiki, S.H. (Anggota) 9) Dr. H.M. Akil Mochtar, S.H., M.H. (Anggota) Cholidin Nasir, S.H. Pan M. Faiz, S.H. Yunita Ramadhani, S.H. Mardian Wibowo, S.H. Makhfud, S.H. Lutfi Widagdo. E, S.H. Panitera Pengganti Panitera Pengganti Panitera Pengganti Panitera Pengganti Panitera Pengganti Panitera Pengganti 1

3 Pihak yang Hadir: Kuasa Hukum Pemohon Perkara Nomor108/PHPU.B-VII/2009: - Tim Kuasa Hukum Perkara Perkara 108/PHPU.B-VII/2009 Pemohon Perkara Nomor 109/PHPU.B-VII/2009: - Hj. Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri - H. Prabowo Subianto Kuasa Hukum Pemohon Perkara Nomor 109/PHPU.B-VII/2009: - Tim Kuasa Hukum Pemohon Perkara Nomor 109/PHPU.B-VII/2009 Termohon: - Prof. Dr. Syamsul Bahri, M.S. - Dra. Endang Sulastri Kuasa Hukum Termohon: - Tim Kuasa Hukum Termohon Pihak Terkait: (Pasangan SBY-Boediono) - Tim Kuasa Hukum SBY-Boediono Saksi Yang dipanggil MK dari Bawaslu: - Nur Hidayat Sardini, S.Sos., M.Si. - Bambang Eka Cahya Widodo, S. Ip., M. Si. - Wirdyaningsih, S.H., M.H. Saksi Pemohon Perkara Nomor108/PHPU.B-VII/2009: - Umi Sari Dewi - Mohammad Zulfikar - Mohammad Sholeh Saksi Pemohon Perkara Nomor109/PHPU.B-VII/2009: - Diah Primas tuti - Hairul Anwar - Achmad Zein - Oki Agus S - Deni H. I. - Karmadi N - Tuntang H - Sutarto - Achyar 2

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H. Sidang Pleno Mahkamah Konstitusi untuk mendengar atau untuk kelanjutan jawaban dari Termohon, kemudian keterangan saksi yang diundang oleh Mahkamah Konstitusi dalam hal ini Bawaslu dan keterangan saksi-saksi lain yang dihadirkan dalam Perkara Nomor 108 dan 109/PHPU.B-VII/2009 dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum. KETUK PALU 3X Seperti dijanjikan pada tadi malam, hari ini Majelis memberi kesempatan kepada Termohon untuk menanggapi tambahan permohonan atau perubahan atau perbaikan permohonan dari Pemohon 1, kemudian nanti dari Bawaslu diberi waktu yang seluas-luasnya untuk bicara apa saja karena semua pihak menyebut nama Bawaslu, kemudian ini ada saksi-saksi yang diajukan oleh Pemohon yaitu Saudara Yudi Latief, sudah datang atau belum? Belum. Kemudian Prof. Guntur Hamsyah, belum datang juga, ini sebagai saksi atau ahli, Pak? Sebagai ahli. Kemudian Ir. Nazaruddin belum datang, lalu Ir. Syukur Kabat, belum datang, lalu Umi Sari Dewi belum datang, Karmadi Nawiran belum datang, Achmad Fauzi belum datang. Bapak ini siapa? Oh saksi dari Pemohon II? Siapa namanya? Baik, nanti kalau begitu sambil menunggu yang lain ambil sumpahnya nanti saja ya, kalau sudah lengkap, sekarang dengarkan dulu. Dipersilakan, Termohon. Kalau bisa naskahnya dibagi sekaligus, Bapak. 2. KUASA HUKUM TERMOHON: JOSEPH SUARDI SABDA, S.H. Majelis Yang Mulia, Yang Terhormat para Pemohon perkenankanlah kami menyampaikan tambahan jawaban Termohon sehubungan dengan perubahan permohonan dalam perkara PHPU atas nama Pemohon H. Muhammad Jusuf Kalla dan H. Wiranto, S.H. Untuk dan atas nama Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai Termohon dalam perkara ini bersama ini perkenankanlah kami menyampaikan tambahan jawaban sebagai berikut : 1. Jawaban Termohon atas perubahan Pemohon pada prinsipnya Termohon berpendapat bahwa yang dilakukan oleh Termohon itu bukan perubahan atau perbaikan melainkan penggantian, jadi bukan yang dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 17 Tahun Dalam pokok perkara, bahwa Termohon menolak dalil Pemohon pada halaman 14 angka 2.15 Pemohon tidak menguraikan dengan jelas dalil dugaan penggelembungan suara yang dilakukan Termohon untuk 3

5 Pasangan Caton Nomor Urut 2 Soesilo Bambang Yudhoyono - Boediono. Di mana, berapa jumlahnya, dan oleh siapa? Ketentuan Pasal 5 ayat (3) huruf b angka 2 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden menentukan bahwa permohonan sekurang-kurangnya memuat uraian yang jelas mengenai kesalahan penghitungan suara yang ditetapkan secara nasional oleh KPU dan penghitungan suara yang benar menurut Pemohon; b. Bahwa Termohon menolak dalil Pemohon angka terhadap penetapan jumlah TPS, kami sampaikan data sebagai berikut : Jumlah TPS Pemilu Legistatif 2009 (SK KPU No.164/Kpts/KPU/2009) Jumlah TPS Pilpres Tahun 2009 (SK KPU No. 315/Kpts/KPU/2009) Penetapan jumlah TPS Pilpres ini dibenarkan oleh ketentuan Pasal 113 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden dan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 29 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara di Tempat Pemungutan Suara Dalam Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009 Pemohon sendiri sebenarnya mengetahui faktor penyebab terjadinya perubahan jumlah TPS, karena di halaman 24 butir 2.16 permohonan Pemohon mengemukakan: "... adanya peraturan yang menyebutkan bahwa untuk Pilpres di setiap TPS ditetapkan pemilihnya maksimal berjumlah 800 orang per TPS yang berbeda dengan Pemilu Legislatif sebanyak 500 orang per TPS". Dengan demikian, terjadinya pengurangan jumlah TPS merupakan hal yang tidak perlu lagi dipermasalahkan oleh Pemohon. c. Bahwa Termohon menolak dalil Pemohon angka 2.17 yang tidak menguraikan dengan jelas dugaan perbuatan melawan hukum di Provinsi Papua, berupa perbuatan pencontrengan yang tidak dilakukan oleh pemilih, melainkan oleh para anggota Panitia Pemungutan Suara (PPS). Perbuatan tersebut dilakukan oleh siapa, berapa jumlahnya dan dengan modus apa? Pada saat pembuktian, Termohon bersedia untuk menunjukkan bukti bahwa perbuatan melawan hukum berupa pencontrengan oleh anggota PPS tersebut benar ada, tetapi jumlahnya tidak signifikan dan tidak mempengaruhi rekapitutasi penghitungan perolehan suara, karena 4

6 atas rekomendasi Panwaslu setempat, KPU setempat sudah membatalkan perolehan angkanya, yang tidak dihitung perolehan angka yang diperoleh melalui perbuatan melawan hukum itu. d. Bahwa Termohon dan jajaranya telah melaksanakan semua tahapan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun Hal demikian dapat dibuktikan dengan output kegiatan pelaksanaan tahapan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Pelaksanaan tahapan pemutakhiran daftar pemilih menghasilkan DPT, tahapan pencalonan menghasilkan penetapan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden, tahapan pemungutan suara menghasilkan penetapan perolehan suara pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden. Berdasarkan fakta output tersebut semua tahapan sudah dilaksanakan oleh Termohon. e. Bahwa terhadap dalil Pemohon angka 2.20, Termohon telah menyampaikan jawaban pada tanggal 4 Agustus 2009 kemarin. f. Di halaman 24, angka 2.16 Pemohon mengemukakan bahwa dengan hilangnya TPS, di mana setiap TPS menampung 500 suara, maka Pemohon kehilangan suara sebanyak X 500 = suara. Apa yang dikemukakan oleh Pemohon tidak benar dan tidak logis, karena adalah tidak mungkin untuk menyatakan bahwa suara yang hilang itu seluruhnya merupakan suara untuk Pemohon. Pemilihan Umum Presiden yang bersifat rahasia tidak memungkinkan seseorang untuk mengetahui kepada siapa suara dari seseorang lain diberikan pada saat pencontrengan. Asas rahasia menentukan bahwa apa yang dicontreng hanya dapat diketahui oleh si pencontreng itu sendiri dan oleh Tuhan. Dalil di dalam "perubahan" permohonan yang menyatakan Pemohon kehilangan suara telah menimbulkan dalil baru yang menyatakan bahwa perolehan suara Pemohon berada pada urutan nomor 2, sehingga jika Pilpres putaran kedua digelar Sehingga jika, sekali lagi jika pilpres putaran kedua digelar,maka pemilih harus menjatuhkan pilihannya kepada Pemohon, atau kepada calon nomor 2. Perubahan permohonan ini membawa konsekuensi kepada hukum acara di Mahkamah ini, karena dengan perubahan ini pasangan Capres dan Cawapres Nomor urut 1 yaitu Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto harus ditempatkan bukan sebagai sesama Pemohon melainkan sebagai pihak terkait, jadi harus duduk di sini karena kedua-duanya memperebutkan urutan kedua dalam Pilpres supaya dapat masuk ke dalam putaran kedua jika putaran kedua tersebut diadakan. 5

7 Bahwa karena dalil Pemohon sebagaimana dikemukakan di atas tidak diadasarkan pada ketentuan hukum, data dan fakta yang benar maka sepatutnya Mahkamah Konstitusi menolak kesimpulan dan dalildalil Pemohon. Berdasarkan fakta tersebut maka kami mengajukan permohonan atau petitum sama seperti yang kami kemukakan kemarin. Terima kasih. 3. KETUA: PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H. Berikutnya Bawaslu, saya ingin sampaikan lagi bahwa Bawaslu ini diminta memberi keterangan atas permintaan Mahkamah Konstitusi dan tadi malam saya sudah sampaikan bahwa pihak-pihak Pemohon, maupun Termohon dan Pihak Terkait itu tidak diizinkan memanggil saksi Panwaslu di daerah-daerah karena semua keterangan nanti akan diberikan oleh Bawaslu sebagai institusi, kecuali tentu dengan izin dari Bawaslu. Nah, di sini ada ketentuan Pasal 41 ayat (2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi yang berbunyi begini untuk kepentingan pemeriksaan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) Hakim Konstitusi wajib memanggil para pihak yang berperkara untuk memberi keterangan yang dibutuhkan dan/atau meminta keterangan secara tertulis kepada lembaga negara yang terkait dengan permohonan. Nah, ini berdasar ini maka Bawaslu di samping nanti menyampaikan secara lisan maka yang disampaikan secara lisan itu naskahnya supaya disampaikan juga kepada Mahkamah. Nah, untuk itu dipersilakan Ketua Bawaslu. 4. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 108/PHPU.B- VII/2009: VICTOR W. NADAPDAP, S.H., M.H. Pimpinan Majelis? 5. KETUA: PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H. Silakan? 6. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 108/PHPU.B- VII/2009: VICTOR W. NADAPDAP, S.H., M.H. Pertanyaan kami adalah apakah keterangan daripada Bawaslu itu sebagai keterangan saksi atau keterangan lain, karena keterangan lain kami tidak tahu nanti posisinya keterangan itu tentang apa, tapi kalau saksi mungkin (...) 6

8 7. KETUA: PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H. Ya, kalau dalam hukum itu namanya ad informandum. Artinya, tambahan untuk Majelis Hakim untuk menjadi bahan pertimbangan nantinya. Silakan. 8. KETUA BAWASLU: NUR HIDAYAT SARDINI, S.SOS., M.SI. Terima kasih, Pak Ketua Mahkamah Konstitusi yang saya muliakan. Penjelasan Bawaslu terhadap penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009 dalam Sengketa Penghitungan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil presiden tahun Ketua dan Hakim Anggota Mahkamah Konstitusi yang saya muliakan. Para Pemohon Sengketa Hasil Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden yang saya hormati, Termohon Sengketa Perselisihan Hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang saya hormati, serta Pihak Terkait Sengketa Perselisihan Hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang saya hormati, serta Hadirin dan Anggota Bawaslu yang kami hormati pula. Berkenaan dengan persidangan mengenai perselisihan hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009 maka perkenankanlah kami dalam kapasitas sebagai badan pengawas pemillu sebagai Lembaga Pengawas Penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil presiden menyampaikan hal-hal penting yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009 Pertama, dasar hukum Badan Pengawas Pemilu adalah lembaga yang mempunyai kewenangan untuk mengawasi tahapan penyelengaraan pemilu mulai dari pemutakhiran data pemilih hingga proses rekapitulasi suara, pemungutan dan penghitungan suara dalam proses penetapan pemilu sesuai dengan Pasal 74 ayat (1) huruf A Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu. Pada konteks Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, Bawaslu dan jajaran pengawas pemilu mempunyai kewenangan untuk melakukan pengawasan atas pelaksanaan penyusunan daftar pemilih yang dilaksanakan oleh KPU hingga menerima, mengkaji dan menindaklanjuti laporan pelanggaran pemilu sesuai dengan Pasal 31 ayat (1) juncto Pasal 190 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Dua, catatan dalam proses penyelenggaran Pemilu Presiden dan Wakil Presiden khususnya dalam penyusunan daftar pemilih. Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 365/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 25 Juli 2009 tentang Penetapan Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden RI Tahun 2009 merupakan sebuah proses yang tidak berdiri sendiri karena sangat berhubungan erat dengan proses ataupun tahapan Pemilu sebelumnya, yang dimulai antara lain dari tahap pendaftaran pemilih, pencalonan, kampanye, pemungutan suara dan penghitungan suara di 7

9 TPS hingga rekapitulasi hasil suara. Dengan demikian, keberhasilan dan/atau ketidakberhasilan penyelenggaraan tahapan penetapan hasil rekapitulasi penghitungan suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden ini sangat ditentukan oleh keberhasilan penyelenggaraan tahapan-tahapan sebelumnya; Bawaslu beserta seluruh jajarannya dalam kapasitas sebagai institusi pengawas pemilu telah menyampaikan berbagai masukan baik kepada KPU, maupun kepada pasangan calon Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan Tim Kampanye Nasional dalam setiap tahapan pemilu. Dalam konteks pendaftaran dan pemutakhiran daftar pemilih, kami membuat surat himbauan yang ditujukan kepada Pasangan Calon-Tim Kampanye agar turut mencermati proses pelaksanaan pemutakhiran daftar pemilih untuk mencegah dan meminimalisasi potensi terjadinya pelanggaran maupun permasalahan di kemudian hari. Dalam konsep kami ada istilah pengawasan preventivikasi, konsep pengawasan preventivikasi dan proses pengawasan penindakan atau represifikasi. Pada proses penyelenggaraan Tahapan Pemungutan dan Penghitungan Suara di TPS, Rekapitulasi di PPK, KPU Kabupaten/Kota, KPU Provinsi dan Rekapitulasi di tingkat Nasional, serta Penetapan Hasil Pemilu Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, Bawaslu menyampaikan pandangan dan pendapatnya. Pendapat Bawaslu berserta jajaran Panwas dilakukan setelah melalui proses evaluasi nasional yang melibatkan seluruh Panwaslu Provinsi se-indonesia; Proses dalam tahapan pemutakhiran daftar pemilih sangat berpengaruh terhadap kualitas proses dan hasil dalam penyelenggaraan tahapan rekapitulasi hasil perolehan suara. Problem pada tahapan ini disebabkan oleh karena kurang memadainya persiapan dan kesiapan KPU dalam merencanakan, mengelola, mensupervisi proses pelaksanaan pemutakhiran DPT. Salah satu masalah lain yang menjadi penyebab utama problem dalam pemutakhiran data pemilih karena KPU telah beberapa kali, setidaknya telah 3 (tiga) kali melakukan perubahan jadwal dan tenggat waktu pemutakhiran DPT. Tindakan sedemikian menyebabkan dan mempunyai implikasi serius pada kinerja KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota dalam memutakhirkan DPT. Jadwal pemutakhiran dan penetapan DPT yang sering berubah-ubah ini telah menyebabkan pula munculnya banyak versi DPT sehingga menimbulkan kebingungan di kalangan peserta pemilu dan juga bagi pengawas pemilu. Selain itu, ketiadaan sistem dan mekanisme yang tepat guna membantu proses pemutakhiran DPT juga turut berkontribusi dalam ' menyebabkan munculnya ketidakakuratan data DPT; KPU menetapkan 31 Mei 2009 sebagai batas akhir pemutakhiran data yang harus dilakukan oleh KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota padahal batas akhir penetapan pemutakhiran data adalah 8 Juni 2009 karena Pemilu Presiden dan Wakil Presiden akan Dilaksanakan pada tanggal 8 Juli 2009 berdasarkan Pasal 29 ayat (5) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 dinyatakan bahwa 30 hari sebelum pemungutan 8 3

10 suara KPU menetapkan Daftar Pemilih Tetap. Pada batas waktu tersebut sebenarnya ada waktu cukup banyak daerah yang tidak memenuhi penetapan KPU untuk melakukan pemutakhiran data pemilih. Lebih dari itu KPU ternyata telah melakukan pemutakhiran data pemilih dua hari sebelum Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yaitu 8 Juli 2009 dilakukan dengan alasan karena rekomendasi dari Bawaslu dan jajaran pengawas di tingkat daerah. Berikutnya bahwa akses jajaran pengawas pemilu terhadap salinan berita acara hasil pemilu di TPS pada kenyataannya masih banyak terhambat. Bawaslu bersama KPU memang telah memiliki persepsi yang sama dalam kerangka menjamin akses bagi pengawas pemilu lapangan. Pengawas pemilu lapangan adalah pengawas petugas kami di setiap desa sejumlah satu orang, namun pada kenyataannya masih dijumpai adanya PPL yang tidak mendapatkan salinan berita acara tersebut atau paling kurang terlambat untuk memperolehnya. Berikutnya KPU senantiasa membuat pernyataan dengan merujuk pada Panwas daerah dalam proses pemutakhiran data pemilih. Berkenaan dengan hal tersebut kami ingin tekankan bahwa Bawaslu perlu untuk menyampaikan hal-hal sebagai berikut : penetapan DPT hanya dilakukan oleh sekali sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 sebagaimana saya kutip pada Pasal 29 ayat (5) Undang-Undang Nomor 42 Tahun Oleh karena itu, Bawaslu memiliki sikap dan kebijakan bahwa pengawas pemilu di semua tingkatan tidak diperkenankan merekomendasikan perubahan DPT yang sudah ditetapkan oleh KPU melalui surat kami nomor 442 seterusnya tanggal 11 Juni 2009 yang ditujukan kepada Ketua Panwaslu Provinsi se-indonesia Yang kedua, sebelum DPT ditetapkan tanggal 30 April 2009 Bawaslu melalui surat nomor 270-Bawaslu dan seterusnya perihal surat edaran pengawasanan pendaftaran pemilih presiden dan wakil presiden telah mengingatkan kepada KPU agar pada masa perbaikan daftar pemilih sementara lebih bersikap cermat dan hati-hati sehingga apa yang telah terjadi pada Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD sebelumnya tidak lagi terulang pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden kali ini. c. Pada tanggal 1 Mei 2009 melalui surat kami nomor 281 dan seterusnya Bawaslu telah menyampaikan himbauan kepada tim kampanye pasangan calon agar turut serta mencermati proses pemutakhiran data dan penetapan daftar pemilih, kala kami mendapati kekurangaktifan tim kampanye dalam menggerakkan atau mendorong anggotanya untuk terlibat dalam prosese-proses dimaksud. Pada bagian berikutnya kendati Bawaslu telah melakukan berbagai hal sebagaimana dikemukakan dalam butir-butir di atas dan berdasarkan hasil penelusuran dan pengawasan kami ada beberapa pengawas pemilu telah menerbitkan rekomendasi kepada KPU terkait dengan perubahan DPT, setidaknya ada 6 pengawas pemilu yang memang merekomendasikan kepada KPU sebelum dilakukan perbaikan DPT, ada 9

11 sekitar 4 pengawas pemilu justru melakukan penindakan atas pelanggaran yang dilakukan oleh KPU setempat karena melakukan pelanggaran atas Pasal 209 juncto Pasal 41 Undang-Undang Nomor 42 Tahun Dari sepuluh hasil penelusuran kami tidak seluruhnya merekomendasikan soal terkait dengan DPT, tapi dari 10 itu 6 adalah yang memang kami akui merekomendasi tetapi sisanya ialah 4 justru dalam rangka melalukan penindakan atas pelanggaran yang dilakukan oleh KPU sesuai dengan jenjang karena memang melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud Pasal 208 juncto Pasal 41 Undang- Undang Nomor 42 Tahun Bawaslu sedang menempuh langkah-langkah mekanisme internal dan terkait dengan masalah itu. Bawaslu sedang memproses dan menelusuri atas kemungkinan dugaan ketidaktaatan mereka terhadap Bawaslu maupun jenjang Panwaslu di atasnya. Oleh karena itu berdasarkan butir di atas, maka tindakan KPU dan pihak lainnya yang membuat pernyataan sepihak, bahwa seluruh pengawas pemilu dalam jajaran pengawas pemilu telah merekomendasikan seluruh perubahan DPT atas 471 kabupaten/kota atau 33 provinsi di seluruh Indonesia adalah pernyataan dan tindakan yang keliru serta menyesatkan. Jadi tidak bisa hanya dari 10 Panwaslu sesuai dengan saya sebut tadi 6 di antaranya memang merekomendasi, 4 di antaranya sedang melakukan penindakan atas kasus masalah DPT lalu serta merta disimpulkan bahwa Bawaslu maupun jajaran pengawas pemilu di tanah air itu telah melakukan upaya-upaya yang serta merta membuat kesimpulan, lompatan kesimpulan sehingga pengawas pemilu atau Bawaslu telah melakukan rekomendasi seluruhnya. Kami perlu jelaskan soal itu. Lampirannya kami akan serahkan kepada Hakim Majelis Konstitusi yang kami muliakan. Beberapa Catatan lainnya dalam Tahapan Proses Penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan Respon Bawaslu atas Permohonan yang berkaitan dengan Bawaslu kali ini. Pertama, Bawaslu telah memberikan penilaian dengan membuat pernyataan bahwa KPU telah melakukan tindakan yang dapat dikualifikasi sebagai tidak profesional. Penilaian dimaksud berkenaan dengan tindakan KPU yang berkaitan dengan, sekali lagi penilaian dimaksud berkenaan dengan tindakan KPU yang berkaitan dengan perubahan jadwal dengan memajukan secara sepihak jadwal Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Tindakan sedemikian tersebut telah mempunyai implikasi pada "kekacauan" jadwal tahapan pemilu lainnya dan sekaligus membuat persiapan tahapan pemilu selanjutnya menjadi tidak optimal. Perbuatan KPU tersebut juga menyebabkan konsentrasi dari pasangan calon dan Tim Kampanye tidak lagi memberikan fokus yang memadai yang pada persoalan yang menyangkut masalah Daftar Pemilih Tetap dimaksud. Penilaian Bawaslu atas sikap tidak profesional dari KPU juga dikaitkan dengan beberapa hal lainnya, yaitu: kesatu, KPU baru mensosialisasikan format pelaporan dana kampanye dari pasangan calon 10

12 Presiden dan Wakil Presiden 2 (dua) hari sebelum berakhirnya masa kampanye yang dimulai dari tanggal 27 Juni hingga 4 Juli Hal ini menyebabkan pelaporan mengenai dana kampanye tidak konsisten sehingga indikasi adanya berbagai pelanggaran dalam pengelolaan dana kampanye yang diduga dilakukan oleh pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat secara optimal diselesaikan; kedua, ada indikasi berupa tindakan yang dapat dikualifikasi sebagai perbuatan yang bertentangan dengan prinsip netralitas dalam melakukan sosialisasi atas pasangan calon sehingga diduga keras hanya menguntungkan salah satu pasangan calon saja; ketiga, KPU mempunyai kewenangan untuk menentukan jumalh TPS berkaitan dengan jumlah peserta pemilu di suatu wilayah pemilihan tertentu tetapi KPU dinilai tidak cukup transparan untuk menjelaskan opsi kenapa kebijakan tersebut dilakukan, diterbitkan sehingga potensi disinyalir melakukan tindakan melawan hokum akhirnya diungkapkan oleh pihak. Yang berikutnya, rincian mengenai pandangan, pendapat dan penilaian Bawaslu atas penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden secara lengkap akan kami sampaikan pada Sidang Majelis yang kami muliakan Mahkamah Konstitusi ini di kemudian setelah ini. Demikianlah beberapa hal yang perlu diajukan Bawaslu dalam persidangan ini yang tengah memeriksa sengketa Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. Semoga Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait lain yang menjadi pihak dalam persengketaan persidangan di Mahkamah Konstitusi ini menjadi maklum adanya. Terima kasih, wassalamualaikum wr. wb. 9. KETUA: PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H. Baik, terima kasih. Naskahnya diambil, Panitera. Sebelum masuk ke saksi-saksi lain, saya kira ini penting kalau Termohon mau merespon terhadap..., Termohon dulu karena tadi ke Termohon, baru nanti Pemohon. Kalau Termohon? 10. KUASA HUKUM TERMOHON: JOSEPH SUARDI SABDA, S.H. Kami bukan mau merespon, malahan mau mengajukan pertanyaan kepada saksi. 11. KETUA: PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H. Ya, respon itu juga bisa bertanya. 12. KUASA HUKUM TERMOHON: JOSEPH SUARDI SABDA, S.H. Saksi tadi mengatakan bahwa DPT tidak akurat, Bawaslu tadi mengatakan bahwa DPT tidak akurat, menurut pengamatan Bawaslu 11

13 kalau dengan persentase, berapa persen ketidak akuratannya? Apa 100% tidak akurat? Atau 50%? Atau lebih dari 50%? Pertanyaan kedua, apakah DPT akurat merupakan conditio sine qua non? Artinya hanya kalau DPT akurat pemilu boleh dilaksanakan dan pemilu menjadi sah, atau apakah kesalahan-kesalahan dalam DPT akurat masih diperkenankan? Tidak mengakibatkan pemilu tidak boleh dilaksanakan apalagi mengakibatkan pemilu batal. Kemudian ketiga (...) 13. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 109/PHPU.B- VII/2009: ARTERIA DAHLAN, S.T., S.H. Mohon izin, Yang Mulia. 14. KETUA: PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H. Nanti ada waktunya sendiri, silakan diteruskan. 15. KUASA HUKUM TERMOHON: JOSEPH SUARDI SABDA, S.H. Kemudian yang terakhir, sehubungan dengan sosialisasi, apakah benar Bawaslu menyampaikan rekomendasi yang berhubungan dengan sosialisasi yang dikatakan menguntungkan salah satu pasangan Capres dan Cawapres? Apakah sesudah rekomendasi itu, benarkah Bawaslu melakukan pemeriksaan terhadap mereka yang bertanggung jawab dalam sosialisasi tersebut? Dan apakah benar bahwa hasil pemeriksaan dari Bawaslu menyatakan tidak ada pelanggaran kode etik yang dilakukan sehubungan sosialisasi tersebut? Tiga pertanyaan, Majelis Yang Terhormat. Terima kasih. 16. KETUA: PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H. Silakan? 17. KETUA BAWASLU: NUR HIDAYAT SARDINI, S.SOS., M.SI. Terima kasih Yang kami Muliakan, bolehkah kami secara bergiliran kepada anggota Bawaslu karena terkait dengan lingkup tugasnya? 18. KETUA: PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H. Boleh, tetapi supaya menyesuaikan waktu agar singkat tapi jelas, saya persilakan. 12

14 19. KETUA BAWASLU: NUR HIDAYAT SARDINI, S.SOS., M.SI. Silakan kepada Pak Bambang Eka Tjahya Widodo, terkait dengan masalah pendaftaran pemilih. 20. BAWASLU: BAMBANG EKA CAHYA WIDODO, S.IP., M.SI. Terima kasih Pak Ketua, Majelis Hakim yang saya hormati, para Pemohon dan Termohon, Pihak Terkait yang saya hormati, pertama saya ingin menyampaikan bahwa berkaitan dengan DPT pada tanggal 31 Mei 2009 pada waktu penetapan DPT yang pertama, Bawaslu menyampaikan waktu itu ada catatan terhadap 10 Provinsi yang masih menyisakan masalah berkaitan dengan DPT, ada beberapa poin yang kami sampaikan, yang pertama menyangkut ketidakakuratan DPT dalam konteks nama ganda, nama dan NIK ganda, tempat tanggal lahir ganda, itu kemudian juga pemilih yang sudah meninggal yang masih terdaftar dalam DPT dan juga menyangkut kemungkinan adanya pemilih yang belum terdaftar, itu kita sampaikan langsung ke KPU pada sidang pleno KPU. KPU kami minta melakukan cross-check terhadap kepada KPU Provinsi pada waktu itu dan dilakukan cross-check yang kemudian ditemukan masih terjadi adanya sejumlah perubahan-perubahan data pada tanggal 31 Mei 2009 dan kemudian itu terbukti tanggal 8 Juni 2009 KPU merivisi DPT itu dengan penambahan sekitar itu yang kita ketahui, nah perubahan terakhir yang tanggal 6 Juli 2009 itu sampai pemilu dilaksanakan Bawaslu tidak mengetahui ada perubahan itu, ini catatan kami. Jadi bahwa ketidakakuratan itu ada itu adalah suatu hal yang sudah kita sampaikan langsung kepada KPU untuk ditindaklanjuti. Apakah DPT yang akurat merupakan kondisi (...). 21. KUASA HUKUM TERMOHON: JOSEPH SUARDI SABDA, S.H. Interupsi Majelis Yang Mulia, dia belum menjawab pertanyaan kami. Pertanyaan kami adalah mana yang lebih besar, yang akurat, atau yang tidak akurat dalam DPT? 22. BAWASLU: BAMBANG EKA CAHYA WIDODO, S.IP., M.SI. Pak. Kami tidak bisa menghitung karena DPT-nya berubah-ubah terus, 23. KUASA HUKUM TERMOHON: JOSEPH SUARDI SABDA, S.H. Bahwa angka itu satu-satunya angka yang Anda kemukakan? 13

15 24. BAWASLU: BAMBANG EKA CAHYA WIDODO, S.IP., M.SI. Tidak itu adalah perubahan DPT dari tanggal 31 Mei 2009 menjadi perubahan DPT (...) 25. KUASA HUKUM TERMOHON: JOSEPH SUARDI SABDA, S.H. Berapa lengkap yang terbesar yang pernah anda kemukakan mengenai ketidakakuratan? Berapa angka tertinggi? 26. KETUA: PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H. Silakan dijawab saja dulu berdasar itu, nanti di-anu lagi kalau tidak jelas, nanti Hakim akan menyimpulkan. Silakan. 27. BAWASLU: BAMBANG EKA CAHYA WIDODO, S.IP., M.SI. Kemudian, apakah DPT yang akurat merupakan suatu kondisi sine qua non saya kira bukan dan tidak bisa bahwa DPT harus akurat 100% baru pemilu bisa dilaksanakan, tidak ada satu Negara pun yang bisa melaksanakan pemilu dengan kondisi DPT akurat 100%, karena setiap hari ada yang meninggal, pasti akan ada perubahan DPT, karena itu saya kira pertanyaan yang tidak mungkin bisa dikatakan bahwa DPT harus 100% bersih, tetapi kenyataan yang kami sampaikan itu tidak hanya menyangkut perubahan-perubahan itu tetapi adalah adanya catatancatatan yang saya kira sudah disampaikan tadi. Apakah kesalahankesalahan dalam DPT mengakibatkan tidak dapat dilaksanakan pemilu? Kami juga tidak dalam kapasitas mengatakan bahwa kesalahan dalam DPT itu mengakibatkan pemilu tidak dapat dilaksanakan, tetapi adalah catatan dari Bawaslu kesalahan-kesalahan atau catatan-catatan ketidakakuratan dalam DPT seperti yang disampaikan tadi adalah akan mempengaruhi proses berikutnya. Karena DPT merupakan informasi yang sangat penting baik bagi peserta pemilu maupun bagi pelaksana, sebagai peserta pemilu akan menentukan prosentase perolehan suara karena tentu prosentase menjadi suatu yang sulit ditentukan kalau tidak ada DPT yang tetap. Tetapi bagi pelaksana lebih penting karena DPT merupakan informasi untuk pencetakan surat suara dan kebutuhan logistik termasuk jumlah TPS yang diperlukan. Saya kira itu penjelasan saya mengenai DPT. 28. KETUA: PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H. Masih ada lagi? 14

16 29. BAWASLU: WIRDYANINGSIH, S.H., M.H. Masih, terima kasih Majelis Hakim yang saya hormati. Pihak Pemohon, Termohon dan Pihak Terkait yang saya muliakan, berkaitan dengan pertanyaan nomor 3, yaitu apakah ada suatu bentuk yang bisa dikatakan ada suatu proses di mana kami pernah melakukan suatu penelusuran pelanggaran berkaitan dengan sosialisasi. Kami pernah menemukan adanya suatu sosialisasi yang dilakukan oleh KPU melalui spanduk di mana spanduk yang disebarkan kepada seluruh Indonesia, yang disebarkan oleh KPU Pusat dengan mencontoh contreng pada nama, foto dan nomor hanya pada salah satu pasangan calon tertentu dan kami sudah kaji dan sudah mendapatkan bukti-bukti yang jelas dan kami sudah melakukan klarifikasi baik kepada KPU maupun pihak percetakan dan pihak sekretariat yang melakukan ini, itu memang diakui betul dikeluarkan oleh KPU, dan hasil dari kajian kami kami merekomendasi agar dibentuk dewan kehormatan kepada penanggung jawab sosialisasi ini di KPU, namun jawaban yang kami terima dari KPU hasil dari pemeriksaan internal yang dilakukan oleh KPU mengatakan bahwa tidak perlu dibentuk dewan kehormatan karena itu tidak ada unsur kesengajaan dan itu bukanlah merupakan suatu keberpihakan, itu ada suatu kesalahan yang mereka akui. Itu yang pertama. Yang kedua, kami mendapat laporan dari pasangan calon berkaitan adanya sosialisasi yang dilakukan oleh KPU dalam hal ini salah satu contohnya adalah Jawa Timur, seingat saya Jember di mana sosialisasi dalam mengisi form berita acara untuk C-1 di daerah tersebut dilakukan sosialisasi dengan memberikan contoh ada 3 pasangan calon tapi kemudian pasangan calon tertentu diperoleh suara terbanyak. Dan di sini bisa saya sebutkan pasangan calon nomor 2, kami punya bukti dan kami minta teruskan pada Panwas Provinsi kami Jawa Timur untuk melakukan klarifikasi itu benar adanya diakui oleh KPU Jember, ini sebenarnya adalah suatu pola yang sudah terbentuk dan sudah dicetak seperti apa adanya yang mereka dapatkan dari atasan mereka. Seperti itu yang bisa saya sampaikan, terima kasih. 30. KETUA: PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H. Baik, sekarang ke Pihak Terkait dulu. 31. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: AMIR SYAMSUDIN, S.H. Terima kasih, Bapak Ketua dan Anggota Majelis Mahkamah Konstitusi yang kami hormati. Berkaitan dengan catatan di 10 provinsi, catatan di 10 provinsi ini catatan Bawaslu, Panwaslu Provinsi atau mewakili maksud saya merepresentasikan provinsi itu atau 10 provinsi itu atau bagaimana? Bisa Saudara jelaskan? 15

17 32. BAWASLU: BAMBANG EKA CAHYA WIDODO, S.IP., M.SI. Baik, terima kasih. Catatan di 10 provinsi ini merupakan laporan dari Panwaslu Provinsi berdasarkan masukan-masukan dari Panwaslu Kabupaten/Kota, sebagai catatan DPT by name itu adanya KPU Kabupaten/Kota tidak ada provinsi, Pak, karena itu yang bisa memberikan catatan sampai detil dimana terjadinya masalah-masalah seperti misalnya nama ganda, tempat tanggal lahir ganda termasuk pemilih yang tidak memenuhi syarat masih tercantum adalah Panwaslu Kabupaten/Kota. 33. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: AMIR SYAMSUDIN, S.H. Jadi catatan yang Bawaslu peroleh ini adalah catatan dari 10 dari 33 provinsi. Baik, ini DPT berkaitan dengan persiapan tentunya sebelum Pilpres dilakukan. Apakah catatan itu diberikan sebelum Pilpres dilakukan? 34. BAWASLU: BAMBANG EKA CAHYA WIDODO, S.IP., M.SI. Ya, Pak. Tepatnya pada tanggal 31 Mei 2009 kita menyampaikan langsung kepada KPU bahwa ada Sidang Pleno KPU yang membahas penetapan DPT. 35. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: AMIR SYAMSUDIN, S.H. Cukup. Kemudian setelah pelaksanaan Pilpres dilakukan apakah catatan-catatan itu tergambar juga di dalam satu laporan yang berakibat kepada pelaksanaan Pilpres itu sendiri? Apakah Bawaslu pernah mendapatkan laporan, kemudian karena persiapannya itu ada catatan, kemudian pada saat pelaksanaan adakah catatan yang diberikan 10 provinsi ini? 36. BAWASLU: BAMBANG EKA CAHYA WIDODO, S.IP., M.SI. Tidak ada yang spesifik, Pihak Terkait, dalam konteks ini, dalam catatan yang diberikan oleh 10 provinsi. Dalam arti, apakah terjadi manipulasi atau perubahan seperti yang dipersoalakan kita tidak mendapatkan catatan yang spesifik. 37. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: AMIR SYAMSUDIN, S.H. Tidak, Saudara tidak pernah mendapatkan..., Bawaslu maksudnya tidak pernah mendapatkan catatan? 16

18 38. BAWASLU: BAMBANG EKA CAHYA WIDODO, S.IP., M.SI. Tidak. 39. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: AMIR SYAMSUDIN, S.H. Apakah catatan pada saat persiapan yang 10 provinsi ini kalau Saudara mengatakan itu spesifik dan tidak spesifik, apakah itu spesifik tadinya? Pada saat persiapan itu? 40. BAWASLU: BAMBANG EKA CAHYA WIDODO, S.IP., M.SI. Ya, menyangkut masalah-masalah yang ada di dalam DPT. 41. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: AMIR SYAMSUDIN, S.H. Namun pada saat setelah pelaksanaan dilakukan (...) 42. KETUA: PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H. Pihak terkait, sebentar. Pertanyaannya mungkin dirangkum dalam satu rangkaian saja karena kalau kejar-kejaran ini nanti sampai sore ini. Apa sebenarnya yang ingin dicapai dari pertanyaan ini? 43. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: AMIR SYAMSUDIN, S.H. Jadi pertanyaan ini sebenarnya yang ingin kami capai, Bapak Ketua Mahkamah adalah berkaitan dengan keterangan Bawaslu telah adanya 10 catatan pada saat persiapan, seyogyanya itu tergambar jelas nanti pada saat pelaksanaan. Nah, ini sekarang saya hanya ingin melihat adakah sinkronisasi antara catatan pada saat persiapan itu juga tergambar di dalam pada saat pelaksanaan Pilpres itu dilakukan? 44. KETUA: PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H. Itu dijawab, saya kira itu maksudnya. Silakan. Apakah catatancatatan Saudara itu berpengaruh atau tergambar di dalam hasil Pilpres? 45. BAWASLU: BAMBANG EKA CAHYA WIDODO, S.IP., M.SI. Baik, Majelis Hakim yang terhormat. Saya perlu menjelaskan bahwa kami tidak mendapatkan informasi yang cukup dari KPU apakah masukan-masukan kami ditindaklanjuti atau tidak. Bahkan secara teknis kami baru menerima DPT dalam bentuk soft copy itu adalah satu hari sebelum pemungutan suara, sehingga tidak ada waktu yang cukup buat kami untuk melakukan pengecekan pakah masukan-masukan dari 17

19 Panwas sudah direspon, tetapi secara lisan ketika kami melakukan klarifikasi terhadap KPU dan anggota KPU kami mendapat informasi bahwa perubahan-perubahan atas catatan kami telah dilakukan tetapi dilakukan terhadap DPT dalam bentuk hard copy sementara soft copy nya belum dilakukan perubahan. 46. KETUA: PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H. Pertanyaan itu apakah Saudara bisa menyimpulkan bahwa seluruh catatan-catatan yang telah disampaikan yang kemudian mungkin tidak sepenuhnya diperhatikan sebagiannya diabaikan apakah itu berpengaruh langsung terhadap hasil Pilpres, pertanyaannya begitu tadi. 47. BAWASLU: BAMBANG EKA CAHYA WIDODO, S.IP., M.SI. Mohon maaf, kami tidak bisa menyimpulkan. 48. KETUA: PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H. Tidak bisa menyimpulkan. Saya kira cukup ya, masih ada terakhir cukup ya. Pemohon, kalau ada? 49. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 108/PHPU.B- VII/2009: CHAIRUMAN HARAHAP, S.H., M.H. Yang kami ingin perjelas sebenarnya pertama ada statement yang menyatakan bahwa seluruh perubahan DPT yang dilakukan oleh KPU telah direkomendasikan oleh Bawaslu atau Panwasku di masing-masing wilayah yang kemudian tadi sudah dijelaskan bahwa itu hanya direkomendasikan oleh sepuluh. Sepuluh itupun bermasalah yaitu 6 rekomendasi dan 4 sedang memproses pelanggaran. Apakah yang 10 yang dimaksud ini adalah sama dengan yang 10 provinsi yang tadi juga bermasalah? Artinya yang merekomendasikan itu hanya 6 dari seluruh Indonesia, sedangkan yang lain tidak, ini pertama. Yang kedua, masalah sosialisasi yang disebutkan tadi telah sampai kepada spanduk dan lain sebagainya kami mendapat bukti dari Kuningan bahwa KPU Kabupaten Kuningan telah membuat Bulletin Jurnal KPU edisi Juni 2009 dengan mencantumkan tata cara pencontrengan pasangan Capres dan Cawapres yang ada indikasi penggiringan untuk memilih pada nomor urut 2, ditandai dengan bentuk contrengan yang lebih besar dibandingkan dengan pencontrengan pada nomor urut 1 dan 3. Dengan ini kami protes pada waktu itu di Kuningan dan dijawab oleh KPU Kuningan. Bahwa pembuatan tanda contreng pada contoh suara sah dan tidak sah adalah pengadopsian dari contoh media sosialisasi yang dikeluarkan oleh KPU pusat, artinya apa yang dilakukan KPU Pusat itu 18

20 telah menjalar dan dikembangkan di bawah sampai ke masyarakat dalam bentuk-bentuk lain termasuk dalam buletin ini. Apakah Bawaslu melihat ini sebagai suatu tindakan yang masif berdasarkan suatu kebijakan dari pusat? Terima kasih, Pak. 50. KETUA: PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H. Silakan, dijawab langsung saja. 51. BAWASLU: WIRDYANINGSIH, S.H., M.H. Kami tidak mendapatkan informasi itu Pak, tapi yang kami jelaskan adalah bentuk sosialisasi spanduk yang memang diakui oleh KPU dicetak dan didistribusikan oleh KPU ke seluruh Indonesia berkaitan dengan spanduk yang bermasalah tersebut. Ada beberapa Panwas kami yang menemukan kemudian melaporkan kepada kami. Terima kasih. 52. KETUA: PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H. Baik, berikutnya silakan. 53. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 108/PHPU.B- VII/2009: VICTOR W. NADAPDAP, S.H., M.H. Terima kasih buat Panwaslu. Ceritanya begini, perubahan apakah Panwas mengetahui perubahan TPS tersebut karena sepanjang pengetahuan kami sesuai dengan Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 356 keputusan tahun 2009 bahwa sebenarnya menyangkut jumlah TPS harus juga dilampirkan atau terinci dalam SK Rekapitulasi DPT. Kami tidak lihat dan yang jadi pertanyaannya adalah kapan dan di mana Panwas tahu bahwa ada perubahan TPS sedemikian rupa. Terima kasih. 54. KETUA: PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H. Apakah Bawaslu tahu itu kalau ada perubahan TPS, pengurangan jumlah TPS sebanyak ? 55. BAWASLU: BAMBANG EKA CAHYA WIDODO, S.IP., M.SI. Majelis yang saya hormati, yang pertama saya ingin menjawab pertanyaan apakah perubahan DPT yang direkomendasikan itu pararel dengan yang kami rekomendasikan yang 10? Jawabannya tidak, karena ada beberapa provinsi yang mengajukan perubahan, itu karena terjadi kesalahan pada tahap rekapitulasi. Saya ambil contoh misalnya kasus Kabupaten Gianyar dimana ada pemilih yang tidak terekap pada 19

21 waktu rekapitulasi lalu kemudian dilaporkan oleh Panwaslu kepada Panwasalu Provinsi dan Panwaslu Provinsi melapor kepada Bawaslu, sementara Bali pada waktu itu tidak ada persoalan tentang yang pada 31 Mei kami ajukan. Kemudian juga kasus di Seram bagian Barat yang saya perlu sampaikan karena kondisi objektif Pemekaran wilayah kabupaten dari Maluku Tengah dengan Seram Bagian Barat maka ada sekitar 700 pemilih di Seram Bagian Barat yang belum terdaftar dalam DPT, yang kemudian direkomendasikan oleh Panwaslu. Sementara pada waktu rekomendasi 31 Mei itu tidak termasuk dalam persoalan yang kita majukan. Yang kedua, soal perubahan TPS yang kita ketahui dari hasil klarifikasi terhadap Ketua dan Anggota KPU yang terkait dengan kasus yang dilaporkan oleh pasangan calon nomor satu. Jadi kita mengetahui perubahan itu dan dasar pertimbangannya tentu pertama adalah karena perubahan undang-undang dari 500 ke 800 per-tps, yang kedua sebetulnya KPU sudah menerbitkan surat keputusan tentang syaratsyarat penggabungan TPS itu termasuk di dalamnya memperhatikan konsidi objektif tentang wilayah, kesulitan geografis, dan juga adat istiadat, dan sebagainya, saya kira itu. 56. KETUA: PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H. Artinya, ada dasarnya menurut Saudara perubahan itu, silakan Pemohon II. 57. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 109/PHPU.B- VII/2009: ARTERIA DAHLAN, S.T., S.H. Mohon izin bertanya, Yang Mulia. Ada beberapa hal, pertama tentang permasalah kuantitatif. Bawaslu sepanjang pengetahuan dan pengawasan yang dilakukan oleh Bawaslu, apakah ada temuan penggelembungan suara yang dilakukan untuk pasangan calon Soesilo Bambang Yudhoyono? Kemudian apakah ada ditemukan C-1 yang palsu? Atau C-1 yang dikondisikan, atau C-1 yang bukan diproduksi oleh KPU tapi dipergunakan dalam proses Pemilu ini. Kemudian, apakah ditemukan surat suara yang sudah di contreng terlebih dahulu, sebelum proses pemungutan suara? Apakah ditemukan pemungutan suara yang dilakukan oleh satu orang dalam konteks Pemilu perwakilan, jadi satu orang mencontreng untuk 100 orang atau beberapa orang. Apakah diketemukan dalam proses pelaksanaan Pemilu, DPT atau saksi-saksi pasangan calon termasuk KPPS tidak menerima DPT atau DPT ayang berbasis TPS itu untuk yang kuantitatif. Kemudian untuk yang kualitatif, kami tentunya menanyakan bahwa kami secara resmi telah menerbitkan surat pada tanggal 11 Juli 2009 terkait dengan beberapa hal. Jadi itu bukti P-31 kami Yang Mulia. Pertanyaannya sepanjang pemantauan Bawaslu, apakah KPU telah 20

22 dengan sengaja atau setidak-tidaknya lalai di dalam penyusunan daftar pemilih tetap? Kemudian, apakah KPU sepanjang pengetahuan Bawaslu tentunya telah tidak menindaklanjuti banyak temuan-temuan atau masukan-masukan yang telah dilakukan oleh Bawaslu? Ketiga, bahwa apakah benar sepanjang pengetahuan Bawaslu DPT yang dianggap DPT oleh teman-teman Termohon ini baru dibagikan pada tanggal 6 Juli, 35 jam sebelum dilaksanakannya pemungutan suara? Kemudian apakah benar pemberian DPT itu tidak dilakukan dalam bentuk fisik secara tertulis akan tetapi dilakukan dalam bentuk cakram padat atau CD? Kemudian apakah betul diketemukan bahwa hasil pembukaan cakram padat itu banyak sekali kabupaten-kabupaten yang tidak dapat dilihat DPT-nya berbasis kabupaten, apalagi DPT yang berbasis TPS? Kemudian yang ke empat, apakah betul Termohon telah menerbitkan kebijakan yang memangkas hampir TPS, dan pertanyaannya apakah betul pada saat pemangkasan itu melalui SK KPU yang terakhir tidak diatur mengenai jumlah pemilih di TPS yang bersangkutan. Kemudian yang ke lima, terkait dengan IFES apakah betul dan diperkenankan di dalam proses perhitungan tabulasi nasional, bukan quick count, penghitungan tabulasi nasional KPU selaku penyelenggara Pemilu yang merupakan kewajiban hukum utamanya menghitung berkerjasama dengan pihak ketiga yang namanya IFES. Kemudian terkait dengan masalah DPT akan kami tanyakan sebagai berikut; apakah banyak pemilih yang terdaftar lebih dari satu kali? Dalam konteks NIK ganda, NIK dan nama sama, DPT tanpa NIK, DPT yang datanya nihil, DPT tanpa nama, DPT tanpa umur, DPT tanpa TPS (...) 58. KETUA: PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H. Saudara kalau yang sudah ditanyakan tadi oleh yang lain, saya kira jangan diulangi termasuk soal jumlah, pengurangan jumlah TPS tadi sudah dijawab. Sudah ditanya, sudah dijawab, kalau diulangi lagi Majelis sudah bisa mengambil kesimpulan. Tidak perlu ditekan-tekankan lagi. 59. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 109/PHPU.B- VII/2009: ARTERIA DAHLAN, S.T., S.H. Baik Yang Mulia, saya lanjutkan lagi, Yang Mulia. Bawaslu tadi mengatakan ada 10 temuan pelanggaran yang dilakukan oleh Termohon, 6 DPT 4 pelanggaran yang dilakukan oleh KPU yang terkait tidak dengan DPT. Pertanyaannya apakah 10 itu sudah dapat menjadikan KPU berdasarkan kewenangan Bawaslu dinyatakan telah melanggar ketentuan Peraturan Perundang-Undangan setidaktidaknya melanggar ketentuan Undang-Undang Pemilu. Kemudian berikutnya apakah tindakan yang dimaksud, tindakan tidak profesional, kami ingin dijelaskan lebih lanjut, tindakan tidak profesional seperti apa? Kemudian pertanyaanya sama apakah tindakan profesional itu tindakan 21

23 yang bertentangan dengan undang-undang atau setidak-tidaknya menyimpang dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. Terakhir, Yang Mulia. Pertanyaanya cukup prinsipil apakah sepanjang pengetahuan Bawaslu keberadaan atau penerbitan Putusan MK yang mengizinkan penggunaan KTP dengan berbasis kartu keluarga itu dapat benar-benar efektif dalam konteks mengakomodir segala keluh kesah terkait dengan permasalah DPT ini. Cukup, sekian. 60. KETUA: PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H. Silahkan dijawab, dipilih saja yang terkait dengan tugas dan jangan opini. Saudara memberikan di sini menyampaikan fakta-faktanya saja, jangan opini. Kalau opininya nanti biar di sini saja. 61. BAWASLU: BAMBANG EKA CAHYA WIDODO, S.IP., M.SI. Terima kasih, Yang Mulia. Ada beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan DPT yang perlu kami jelaskan. Pertama adalah bahwa betul kami juga menerima salinan DPT dalam bentuk cakram padat dan dalam bentuk hardisk tentunya dan kita juga menemukan ada beberapa yang tidak bisa dibuka karena mungkin programnya tidak cocok dengan yang kita punya. Kemudian, kami juga menerima pada tanggal 6 Juli malam waktu itu dan kemudian tidak cukup waktu kami untuk melakukan pengecekan secara menyeluruh terhadap dokumen yang diberikan kepada kami. Sebetulnya kami sudah meminta melalui surat resmi kepada KPU, saya lupa tanggalnya tetapi jauh lebih awal sebelum itu pada bulan Mei yang jelas kita sudah meminta salinan itu supaya kami bisa ikut membantu mencermati kemungkinan kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam DPT. Kemudian soal apakah KPU dalam penyusunan DPT dapat dinyatakan sebagai kesengajaan, kami menemukan dalam rapat kami tidak ditemukan unsur kesengajaan, mengingat KPU berusaha untuk melakukan akomodasi terhadap perubahan-perubahan itu dan ini menurut kami tidak bisa dikategorikan sebagai kesengajaan. Saya kira itu yang menyangkut DPT. 62. BAWASLU: WIRDYANINGSIH, S.H., M.H. Mohon izin Yang Mulia, berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan lebih kepada penggelembungan suara, C-1 palsu, surat suara yang sudah dicontreng sebelum proses, pemilih yang mencontreng lebih dari dua kali, itu memang kami temukan di beberapa daerah dan seperti pola yang sudah diatur di dalam undang-undang kami teruskan kalau itu memenuhi unsur pelanggaran tindak pidana, kami serahkan kepada 22

24 Kepolisian. Namun kalau bisa dikatakan apakah itu masih terstruktur dan sistematis kami tidak bisa menyimpulkan. Pasti ada di beberapa daerah dan kami sudah compare mengenai data-data tersebut. Kemudian, ada pertanyaan yang berkaitan dengan IFES, kami juga sedang melakukan proses kajian dan proses pembahasan untuk laporan pelanggaran mengenai IFES, penanganan ini kami belum bisa menyimpulkan namun untuk sementara adalah KPU memang mengakui telah bekerja sama dengan IFES untuk proses penghitungan tabulasi nasional, dan kami sudah melakukan klarifikasi dengan pihak-pihak terkait kepada IFES, terhadap KPU, terhadap BPPT dan terhadap tim audit yang menilai proses tersebut. Untuk sementara yang kami bisa sampaikan adalah KPU memang melakukan proses tersebut namun memang tidak ada sesuatu proses yang bisa dikatakan try by eror. Jadi, langsung dilakukan saat itu karena kondisi waktu yang mendesak. Itu saja yang bisa disampaikan, terima kasih. 63. KETUA: PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H. Sekarang dari meja Majelis Hakim, ada, saya tanya dulu. Dari keterangan Saudara tadi itu kalau contoh-contoh pelanggaran, kecurangan, nampaknya yang tanya itu calon pasangan nomor duanya. Apakah dalam laporan-laporan yang masuk ke Saudara kecurangan atau pelanggaran itu bersifat random atau memang hanya menuju pada pasangan nomor dua? Apakah memang tidak ada laporan bahwa pasangan lain pun diberbagai daerah lain mungkin diuntungkan atau diuntungkan juga dari sebuah proses ketidakbenaran? Apa hanya nomor dua yang diuntungkan, dan nomor lain dirugikan? 64. KETUA BAWASLU: NUR HIDAYAT SARDINI, S.SOS., M.SI. Ya, baik. Yang Saya Muliakan, bahwa dari setiap pasangan calon sebagai peserta Pemilu memang yang banyak disorot adalah pasangan nomor dua. Tetapi nomor satu dan nomor tiga pun juga hampir melakukan yang sama. Dalam kaitan dengan itu kami tidak pada posisi untuk menyimpulkan apakah nomor dua itu (...) 65. KETUA: PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H. Saudara tidak usah menyimpulkan, saya hanya tanya berdasar yang data yang dimiliki. Apakah nomor dua kan begitu? 66. KETUA BAWASLU: NUR HIDAYAT SARDINI, S.SOS., M.SI. Baik. 23

PUTUSAN. Nomor 37/PHPU.A-VII/2009 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN. Nomor 37/PHPU.A-VII/2009 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 37/PHPU.A-VII/2009 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN KETERANGAN DALAM PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 72/PHPU.C-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 72/PHPU.C-VII/2009 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 72/PHPU.C-VII/2009 PERIHAL PERMOHONAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT,

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 44/PHPU.D-VI/2008

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 44/PHPU.D-VI/2008 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 44/PHPU.D-VI/2008 PERIHAL PERMOHONAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.792, 2013 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pemberian Keterngan. Perselisihan Hasil Pemilu. MK. Bawaslu. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN

Lebih terperinci

PERIHAL PERMOHONAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR

PERIHAL PERMOHONAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 217/PHPU.D-VIII/2010 PERIHAL PERMOHONAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 27/PHPU.D-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 27/PHPU.D-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 27/PHPU.D-X/2012 PERIHAL Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kota Banda Aceh Tahun

Lebih terperinci

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.773, 2015 BAWASLU. Pemilihan Umum. Pengawasan. Perubahan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-VI/2008

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-VI/2008 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-VI/2008 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

P U T U S A N. Perkara Nomor : 032/PHPU.A-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

P U T U S A N. Perkara Nomor : 032/PHPU.A-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA P U T U S A N Perkara Nomor : 032/PHPU.A-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada

Lebih terperinci

P U T U S A N Perkara Nomor : 019/PHPU.A-II/2004

P U T U S A N Perkara Nomor : 019/PHPU.A-II/2004 P U T U S A N Perkara Nomor : 019/PHPU.A-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 11 TAHUN

Lebih terperinci

PUTUSAN Perkara Nomor : 051/PHPU.A-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

PUTUSAN Perkara Nomor : 051/PHPU.A-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia PUTUSAN Perkara Nomor : 051/PHPU.A-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 65/PHPU.C-VII /2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 65/PHPU.C-VII /2009 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 65/PHPU.C-VII /2009 PERIHAL PERMOHONAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT,

Lebih terperinci

PERIHAL PERMOHONAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH KOTA TANJUNGBALAI

PERIHAL PERMOHONAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH KOTA TANJUNGBALAI MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 166/PHPU.D-VIII/2010 PERIHAL PERMOHONAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH KOTA

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 147&150/PHPU.D-VIII/2010

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 147&150/PHPU.D-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 147&150/PHPU.D-VIII/2010 PERIHAL PERMOHONAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PUU-XII/2014 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 27/SKLN-VI/2008

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 27/SKLN-VI/2008 irvanag MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 27/SKLN-VI/2008 PERIHAL SENGKETA KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA ANTARA KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI MALUKU

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 153/PHPU.D-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 153/PHPU.D-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 153/PHPU.D-XI/2013 PERIHAL Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Alor Tahun

Lebih terperinci

P U T U S A N. No. 179/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

P U T U S A N. No. 179/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA P U T U S A N No. 179/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa dan memutus pada tingkat pertama dan terakhir perkara Pengaduan Nomor 391/I-P/L-DKPP/2014

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PHPU.D-VIII/2010

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PHPU.D-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PHPU.D-VIII/2010 PERIHAL PERMOHONAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 65/PHPU.D-VIII/2010

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 65/PHPU.D-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 65/PHPU.D-VIII/2010 PERIHAL PERMOHONAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 128/DKPP-PKE-VI/2017 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

P U T U S A N Nomor 128/DKPP-PKE-VI/2017 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA P U T U S A N Nomor 128/DKPP-PKE-VI/2017 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA DEMI KEADILAN DAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU Memeriksa dan memutus pada tingkat pertama dan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN PERGERAKAN KOTAK SUARA, REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA, DAN PENETAPAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 4/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 4/PUU-VII/2009 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 4/PUU-VII/2009 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN

Lebih terperinci

KETETAPAN Nomor 57/PHPU.D-VI/2008

KETETAPAN Nomor 57/PHPU.D-VI/2008 KETETAPAN Nomor 57/PHPU.D-VI/2008 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa membaca Surat Permohonan dari Komisi Pemilihan Umum Kabupaten

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 129/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 129/PUU-VII/2009 Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxp;;;;;;;;;;;;;;;;;;; ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PHPU.D-VI/2008

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PHPU.D-VI/2008 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PHPU.D-VI/2008 PERIHAL PERMOHONAN KEBERATAN TERHADAP PENETAPAN PENGHITUNGAN SUARA HASIL PEMILIHAN KEPALA DAERAH

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 59/PHPU.D-VIII/2010

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 59/PHPU.D-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 59/PHPU.D-VIII/2010 PERIHAL PERMOHONAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-VIII/2010

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-VIII/2010 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

P U T U S A N 111/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

P U T U S A N 111/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA P U T U S A N 111/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa dan memutus pada tingkat pertama dan terakhir perkara pengaduan No.256/I-P/L-DKPP/2014,

Lebih terperinci

P U T U S A N. No. 89/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

P U T U S A N. No. 89/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA P U T U S A N No. 89/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa dan memutus pada tingkat pertama dan terakhir perkara Pengaduan Nomor 201/I-P/L-DKPP/2014

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006 irvanag MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 12 TAHUN 2003 TENTANG PEMILU ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD, UU NO. 23

Lebih terperinci

PUTUSAN NOMOR 85/PHPU.C-VII/2009 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA.

PUTUSAN NOMOR 85/PHPU.C-VII/2009 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA. 1 F PUTUSAN NOMOR 85/PHPU.C-VII/2009 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang memeriksa, mengadili dan memutus perkara konstitusi pada tingkat

Lebih terperinci

P U T U S A N No. 20/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

P U T U S A N No. 20/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA P U T U S A N No. 20/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa dan memutus pada tingkat pertama dan terakhir perkara Pengaduan Nomor 51/I-P/L-DKPP/2014

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua Sebagaimana

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 32/PHPU.D-VIII/2010

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 32/PHPU.D-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 32/PHPU.D-VIII/2010 PERIHAL PERMOHONAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH DAN PENETAPAN DAFTAR PEMILIH DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006 irvanag MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 12 TAHUN 2003 TENTANG PEMILU ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD, UU NO. 23

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PANGKALPINANG. NOMOR : 17/Kpts/KPU-Kota /2013 TENTANG

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PANGKALPINANG. NOMOR : 17/Kpts/KPU-Kota /2013 TENTANG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PANGKALPINANG NOMOR : 17/Kpts/KPU-Kota-009.436512/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PANGKALPINANG NOMOR: 01/Kpts/KPU-Kota-009.436512/2012

Lebih terperinci

P U T U S A N. No. 192/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

P U T U S A N. No. 192/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA P U T U S A N No. 192/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa dan memutus pada tingkat pertama dan terakhir perkara pengaduan Nomor 439/I-P/L-DKPP/2014,

Lebih terperinci

P U T U S A N. Perkara Nomor :013/PHPU.A-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

P U T U S A N. Perkara Nomor :013/PHPU.A-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA P U T U S A N Perkara Nomor :013/PHPU.A-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN SUARA DI TEMPAT PEMUNGUTAN

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 130/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 130/PUU-VII/2009 Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxp;;;;;;;;;;;;;;;;;;; ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA

Lebih terperinci

BAB III BAWASLU DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PEMILU. A. Kewenangan Bawaslu dalam Menyelesaikan Sengketa Pemilu

BAB III BAWASLU DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PEMILU. A. Kewenangan Bawaslu dalam Menyelesaikan Sengketa Pemilu 41 BAB III BAWASLU DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PEMILU A. Kewenangan Bawaslu dalam Menyelesaikan Sengketa Pemilu Pemilihan umum merupakan pesta demokrasi yang dilakukan untuk memilih seorang pemimpin.

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN BERACARA DALAM PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-VI/2008

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-VI/2008 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-VI/2008 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PHPU.D-VI/2008

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PHPU.D-VI/2008 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PHPU.D-VI/2008 PERIHAL PERMOHONAN KEBERATAN TERHADAP PENETAPAN PENGHITUNGAN SUARA HASIL PEMILIHAN KEPALA DAERAH

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XV/2017 PERIHAL PERMOHONAN PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM TERHADAP

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 84/PHPU.C-VII/2009 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

P U T U S A N Nomor 84/PHPU.C-VII/2009 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA 1 P U T U S A N Nomor 84/PHPU.C-VII/2009 DEMI KEADILAN BERDA SARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1] Menimbang bahwa sebelum memeriksa, mengadili, memutus pokok perkara

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Daftar Pemilih. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. Penetapan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Daftar Pemilih. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. Penetapan. No.845, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Daftar Pemilih. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. Penetapan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 190/PHPU.D-VIII/2010

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 190/PHPU.D-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 190/PHPU.D-VIII/2010 PERIHAL PERMOHONAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 1/PHPU.D-VIII/2010

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 1/PHPU.D-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 1/PHPU.D-VIII/2010 PERIHAL PERMOHONAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 12/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 12/PUU-VII/2009 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 12/PUU-VII/2009 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 10/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 10/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN NOMOR : 10/Kpts/KPU Kab 014329920/2010 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM, DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN PENYUSUNAN DAN PENETAPAN DAFTAR PEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XVI/2018

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XVI/2018 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XVI/2018 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 63/PUU-VIII/2010

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 63/PUU-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 63/PUU-VIII/2010 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TERHADAP

Lebih terperinci

SALINAN PUTUSAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU Diunduh dari laman : P U T U S A N. Nomor 144/DKPP-PKE-V/2016

SALINAN PUTUSAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU Diunduh dari laman :  P U T U S A N. Nomor 144/DKPP-PKE-V/2016 P U T U S A N Nomor 144/DKPP-PKE-V/2016 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Memeriksa dan memutus pada tingkat pertama dan terakhir Pengaduan Nomor 221/V-P/L- DKPP/2016, tanggal

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 86/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 86/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 86/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM TERHADAP UNDANG-

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 83/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 83/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 83/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN

Lebih terperinci

KETETAPAN Nomor 63/PHPU.D-IX/2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

KETETAPAN Nomor 63/PHPU.D-IX/2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA KETETAPAN Nomor 63/PHPU.D-IX/2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa membaca surat dari Komisi Pemilihan Umum Kota Pekanbaru Nomor

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 45/PHPU.D-VI/2008

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 45/PHPU.D-VI/2008 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 45/PHPU.D-VI/2008 PERIHAL PERMOHONAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 211, 212/PHPU.D-VIII/2010

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 211, 212/PHPU.D-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 211, 212/PHPU.D-VIII/2010 PERIHAL PERMOHONAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai

Lebih terperinci

KETETAPAN Nomor 1/PHPU-PRES/XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

KETETAPAN Nomor 1/PHPU-PRES/XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA KETETAPAN Nomor 1/PHPU-PRES/XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa Mahkamah Konstitusi telah menerima permohonan dari Pasangan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

ACARA PEMERIKSAAN PERBAIKAN PERMOHONAN (II)

ACARA PEMERIKSAAN PERBAIKAN PERMOHONAN (II) MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 36/PUU-VIII/2010 PERIHAL PERMOHONAN PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 52/PHPU.A-VII/2009 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

P U T U S A N Nomor 52/PHPU.A-VII/2009 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA P U T U S A N Nomor 52/PHPU.A-VII/2009 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 65/PUU-XIV/2016 Konstitusinalitas KPU Sebagai Penyelenggara Pemilihan Kepala Daerah Pada Rezim Pemilihan Kepala Daerah Bukan Pemilihan Umum I. PEMOHON 1. Muhammad Syukur

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 24/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 24/PUU-VII/2009 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 24/PUU-VII/2009 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL, UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

PUTUSAN No. 26/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN No. 26/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN No. 26/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa dan memutus pada tingkat pertama dan terakhir perkara pengaduan Nomor 80/I-P/L-DKPP/2014,

Lebih terperinci

P U T U S A N. No. 165/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

P U T U S A N. No. 165/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA P U T U S A N No. 165/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa dan memutus padatingkat pertama dan terakhir perkara pengaduan Nomor 398/I-P/L-DKPP/2014,

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN SENGKETA ANTARPESERTA PEMILIHAN UMUM DENGAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 65/PUU-VIII/2010 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 140/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 140/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 140/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

PERIHAL PERMOHONAN PEMBATALAN KEPUTUSAN KPU NOMOR 411/KPTS/KPU/TAHUN 2014 PERMOHONAN PEMBATALAN KEPUTUSAN KPU NOMOR 412/KPTS/KPU/TAHUN 2014

PERIHAL PERMOHONAN PEMBATALAN KEPUTUSAN KPU NOMOR 411/KPTS/KPU/TAHUN 2014 PERMOHONAN PEMBATALAN KEPUTUSAN KPU NOMOR 412/KPTS/KPU/TAHUN 2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 01-01-16/PHPU-DPR-DPRD/XII/2014 PERKARA NOMOR 03-05-06/PHPU-DPR-DPRD/XII/2014 PERIHAL PERMOHONAN PEMBATALAN KEPUTUSAN

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 2/PHPU.D-VIII/2010

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 2/PHPU.D-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 2/PHPU.D-VIII/2010 PERIHAL PERMOHONAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-VIII/2010

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-VIII/2010 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG TATA KERJA DAN POLA HUBUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PROVINSI, DAN PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

P U T U S A N No. 173/DKPP-PKE-III/2014

P U T U S A N No. 173/DKPP-PKE-III/2014 P U T U S A N No. 173/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa dan memutus pada tingkat pertama dan terakhir perkara Pengaduan Nomor 388/I-P/L-DKPP/2014,

Lebih terperinci

P U T U S A N No /DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

P U T U S A N No /DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA P U T U S A N No. 125.137/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa dan memutus pada tingkat pertama dan terakhir perkara pengaduan Nomor 248/I-P/L-DKPP/2014,

Lebih terperinci

P U T U S A N No. 279/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

P U T U S A N No. 279/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA P U T U S A N No. 279/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa dan memutus pada tingkat pertama dan terakhir perkara dengan Nomor Pengaduan 656/I-P/L-DKPP/2014

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 11/PUU-VIII/2010 Tentang UU Penyelenggaraan Pemilu Independensi Bawaslu

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 11/PUU-VIII/2010 Tentang UU Penyelenggaraan Pemilu Independensi Bawaslu RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 11/PUU-VIII/2010 Tentang UU Penyelenggaraan Pemilu Independensi Bawaslu I. PARA PEMOHON 1. Nur Hidayat Sardini, S.Sos., M.Si; 2. Wahidah Suaib, S.Ag., M.Si;

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 99/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 99/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 99/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG- UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 31/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 31/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 31/PUU-XII/2014 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 112/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 112/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 112/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat [Pasal 4 ayat (1) dan ayat (3)] terhadap

Lebih terperinci

P U T U S A N. Perkara Nomor : 046/PHPU.A-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

P U T U S A N. Perkara Nomor : 046/PHPU.A-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA P U T U S A N Perkara Nomor : 046/PHPU.A-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada

Lebih terperinci

P U T U S A N No. 307/DKPP-PKE-III/2014

P U T U S A N No. 307/DKPP-PKE-III/2014 P U T U S A N No. 307/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa dan memutus pada tingkat pertama dan terakhir perkara Pengaduan Nomor 468/I-P/L-DKPP/2014,

Lebih terperinci