MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 55/PUU-XV/2017

Transkripsi

1 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 55/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 ACARA PEMERIKSAAN PENDAHULUAN (I) J A K A R T A RABU, 23 AGUSTUS 2017

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 55/PUU-XV/2017 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara [Pasal 1 angka 1, angka 2, dan angka 3] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. Sofyan H. 2. Wiyono 3. Taripan Siregar, dkk ACARA Pemeriksaan Pendahuluan (I) Rabu, 23 Agustus 2017 Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Wahiduddin Adams (Ketua) 2) Manahan MP Sitompul (Anggota) 3) I Dewa Gede Palguna (Anggota) Ery Satria Pamungkas Panitera Pengganti i

3 Pihak yang Hadir: A. Pemohon: 1. Sofyan H. 2. Wiyono 3. Taripan Siregar 4. Dasman 5. Sortha Siagian 6. Suryamah B. Kuasa Hukum Pemohon: 1. Mohammad Yusuf Hasibuan ii

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Baik. Sidang Perkara Nomor 55/PUU-XV/2017 dibuka dan terbuka untuk umum. Kami persilakan kepada Pemohon atau Kuasanya yang hadir untuk memperkenalkan diri. 2. KUASA HUKUM PEMOHON: MOHAMMAD YUSUF HASIBUAN Assalamualaikum wr. wb. Nama saya Mohammad Yusuf Hasibuan, S.H. Saya selaku Kuasa dari Para Pemohon. Terima kasih, Pak. 3. PEMOHON: SOFYAN HASIBUAN Assalamualaikum wr. wb. Nama saya Sofyan Hasibuan, Pemohon. Terima kasih. 4. PEMOHON: TARIPAN SIREGAR Selamat sore. Nama saya Taripan Siregar. Terima kasih. 5. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Taripan Siregar, ya, Pak? 6. PEMOHON: TARIPAN SIREGAR Ya. 7. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Silakan. KETUK PALU 3X 8. PEMOHON: SORTHA SIAGIAN Selamat sore. Nama saya Sortha Siagian. 1

5 9. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Sortha Siagian, ya? Baik. 10. PEMOHON: WIYONO Assalamualaikum wr. wb. Nama saya Wiyono. 11. PEMOHON: SURYAMAH Selamat sore. Nama saya Suryamah. 12. PEMOHON: DASMAN kasih. Assalamualaikum wr. wb. Nama saya Dasman, Pemohon. Terima 13. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Ya. Jadi, Pemohon hadir, kemudian juga Kuasanya, ya, Pak Yusuf Hasibuan, ya. Baik. Agenda kita pada sore hari ini adalah Pemeriksaan Pendahuluan terhadap Permohonan yang diajukan terkait dengan Pengujian Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Kami persilakan kepada siapa Kuasanya, ya, untuk menyampaikan pokokpokok permohonannya, ya karena ini juga sudah kami terima, tertulis. Jadi, pokok-pokoknya saja, ya, kan sudah biasalah berperkara di atau beracara di Mahkamah Konstitusi. Kami persilakan. 14. KUASA HUKUM PEMOHON: MOHAMMAD YUSUF HASIBUAN Assalamualaikum wr. wb. Kepada Yang Terhormat Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jalan Merdeka Barat Nomor 6. Dengan hormat, kami mewakili Sofyan H., Wiyono, Taripan Siregar, Dasman, Sumarto, Sortha Siagian, dan Suryamah untuk mengajukan permohonan ini diwakili oleh Kuasa, Mohammad Yusuf Hasibuan dan Reiza Aribowo. Kewenangan Mahkamah Konstitusi. Bahwa merujuk pada Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 juncto Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 eh Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun Selanjutnya, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Mahkamah Konstitusi atau Undang-Undang MK. Kedudukan Hukum atau legal standing. Bahwa Para Pemohon adalah Warga Negara Indonesia sebagaimana dimaksud Pasal 51 ayat 2

6 (1) huruf a Undang-Undang MK yang hak dan konstitusionalnya telah dirugikan karena Pemohon tidak pernah mendapatkan uang pensiun oleh karena berlakunya Pasal 1 angka 1, angka 2, dan angka 3 Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Di antaranya berbunyi sebagai berikut. Pasal 1 angka 1, Tata usaha negara adalah administrasi negara yang melaksanakan fungsi untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah. Pasal 1 angka 2 berbunyi, Badan atau pejabat usaha tata nega pejabat tata usaha negara adalah badan atau pejabat yang melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. Pasal 1 angka 3 berbunyi, Keputusan tata usaha negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang bersifat konkret, individual, final yang menimbulkan akibat hukum bagi bagi seseorang atau badan hukum perdata. Bahwa berdasarkan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta Nomor 2 Nomor 07/G/2008 PTUN Jakarta, tertanggal 7 Juli 2008 pada halaman 64, alinea kedua, menyatakan bahwa menimbang bahwa terhadap dalil tergugat, menyatakan bahwa Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta tidak berwenang mengadili sengketa a quo, dimana menurut tergugat, para penggugat seharusnya tidak mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta melainkan ke Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI) karena pegawai Pengangkut Penumpang Djakarta bukanlah pegawai negeri, melainkan pegawai badan usaha milik negara sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 95 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara yang menyatakan, Ayat (1): Karyawan BUMN merupakan pekerja BUMN yang pengangkatan, pemberhentian, hak dan kewajibannya ditetapkan berdasarkan perjanjian kerja bersama sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan. Ayat (2): Bagi BUMN tidak berlaku segala ketentuan kepegawaian dan eselonisasi jabatan yang berlaku bagi pegawai negeri sipil. Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, Para Pemohon merasa hak konstitusionalnya dirugikan dengan berlakunya Pasal 1 angka 1, angka 2, dan angka 3 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara karena tidak memiliki kejelasan dalam definisi apakah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) termasuk dalam badan atau pejabat yang melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan 3

7 perundang-undangan yang berlaku, sehingga Para Pemohon tidak mendapatkan uang pensiun bulanan selama ini. Alasan-alasan Permohonan Pemohon. Bahwa dahulu Para Pemohon adalah pegawai Perusahaan Negara Pengangkutan Penumpang Dakarta (PNPPD) yang diangkat berdasarkan surat keputusan direksi PNPPD dengan rincian sebagai berikut. A. Surat Keputusan Nomor: SKEP BP 481/12/1978 tentang Pengangkatan Pegawai PNPPD. Bahwa selanjutnya berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1978, Para Pemohon mengikuti penataran tingkat instansi pusat tipe C dengan uraian sebagai berikut dan seterusnya. Bahwa perlu diketahui terlebih dahulu, pengangkatan pegawai Perusahaan Negara Pengangkutan Penumpang Djakarta (PNPPD) dengan mengingat Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Penggajian Pegawai Perusahaan Negara. Kemudian dipandang perlu dengan segera menyesuaikan pangkat dan gaji pokok pegawai PPNPD menurut Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1967 ke dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil. Bahwa berdasarkan Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Penggajian Pegawai Perusahaan Negara berbunyi, Gaji pegawai perusahaan diatur oleh menteri menurut ketentuan-ketentuan peraturan pemerintah ini. Bahwa berdasarkan Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1967 ke dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil berbunyi, Kepada pegawai negeri sipil yang diangkat dalam suatu pangkat menurut peraturan pemerintah ini diberikan gaji pokok berdasarkan golongan, ruang, yang ditetapkan untuk pangkat itu sebagaimana tersebut terlampir... tersebut dalam lampiran 2 peraturan pemerintah ini. Bahwa sesuai dengan hal tersebut di atas, Para Pemohon mengalami kerugian konstitusional karena tidak dibayarkannya hak untuk mendapatkan uang pensiun bulanan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundangan yang berlaku bagi pegawai negeri sipil. Bahwa selain itu juga, Para Pemohon tidak mendapatkan pengakuan dan jaminan sebagai pensiunan pegawai Perusahaan Negara Pengangkutan Penumpang Djakarta, sekarang disebut Perum PPD, serta tidak adanya perlakuan hukum yang adil dan kepastian hukum karena selama ini Para Pemohon telah dizalimi oleh Pasal 1 angka 2... angka 1, angka 2, dan angka 3 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara karena Para Pemohon dianggap sebagai pekerja BUMN, padahal Para Pemohon tidak diangkat dengan perjanjian kerja bersama di bidang ketenagakerjaan. 4

8 Bahwa dari dalil... bahwa dari seluruh dalil-dalil yang diuraikan di atas dan bukti-bukti terlampir, dengan ini Para Pemohon mohon Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia untuk kiranya berkenan memberikan putusan sebagai berikut. Mengabulkan Permohonan Para Pemohon untuk seluruhnya. Dua. Menyatakan bahwa materi muatan Pasal 1 angka 1, angka 2, dan angka 3 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Tiga. Menyatakan bahwa materi muatan Pasal 1 angka 1, angka 2, dan angka 3 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Empat. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya. Apabila Hakim berpendapat lain, mohon diberikan putusan seadiladilnya (ex aequo et bono). Terima kasih, Majelis. 15. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Baik, sudah dibacakan permohonannya oleh Kuasa dan pada kesempatan ini dari Majelis Panel Hakim akan menyampaikan saran, nasihat. Saya kira Kuasa sudah beberapa kali hadir di Majelis ini, sehingga sudah beberapa kali mengikuti acara, dan nanti menjadi bahan masukan atau pertimbangan untuk perbaikan permohonannya. Pertama, ini terkait yang diuji adalah Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara, ya. Nah, di sini masih disebut Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2004 padahal yang up to date, yang paling terakhir adalah Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009, ya, tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Pengadilan Tata Usaha Negara. Ketika Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 itu perubahan pertama sebetulnya, ya. Ketika perubahan pertama, biasanya teknik perundang-undangan tidak menyebut perubahan pertama, seolah-olah nanti akan ada perubahan berikutnya, tapi begitu ada perubahan kedua, disebutkan. Jadi, lengkapnya undang-undang itu sekarang adalah Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Pengadilan Tata Usaha Negara, ya. Nah, yang dimohonkan pengujian adalah Pasal 1 angka 1, Pasal 1 angka 2, Pasal 1 angka 3. Tadi sudah disampaikan legal standing-nya, kemudian kerugiannya, kerugian konstitusional, mungkin nanti Para Hakim yang lain juga akan menyarankan untuk mempertajam tentang legal standing karena itu akan menentukan apakah Saudara punya apa... kedudukan hukum untuk mengajukan Permohonan ini, dan lalu 5

9 apakah kerugian konstitusional dengan pasal-pasal yang dimohonkan pengujian itu, apakah potensial atau aktual, ya. Kalau melihat yang digambarkan, itu kelihatan aktual, tapi apakah itu berkaitan erat atau tidak, nanti Saudara perhatikan, ya. Nah, ini Pemohonnya ada tujuh, ya, yang hadir enam, ya. Bertindak sebagai perorangan warga negara. Ini coba kalau disebut kalau di dalam tekniknya ada Pemohon I, Pemohon II, tapi kalau argumentasinya sama, ya cukup Para Pemohon ya, setelah menyebut yang lainnya. Kemudian yang kedua, ya, latar belakang kerugian yang digambarkan di sini adalah terkait dengan pensiunan dan kemudian coba nanti dihubungkan terkait dengan berlakunya norma yang diuji itu, Pasal 1 angka 1, Pasal 1 angka 2, Pasal 1 angka 3. Nah, kemudian ini perlu nanti dicermati secara umum, tidak overlapping, ya, tumpang-tindih antara argumentasi Pemohon, dalil kedudukan hukum dengan alasan-alasannya, ya. Nah, alasan-alasannya. Memang banyak dicampurkan alasan-alasannya ini apa... surat keputusan pengangkatan sebagai apa... pegawai, kemudian juga, ya, piagam-piagam penataran P4. Nah, ini apakah relevan terkait dengan itu alasan-alasan apa... atau positanya nanti, ya. Kemudian, yang berikutnya adalah hubungan sebab-akibat, ya, antara kedudukan hukum dengan norma yang diuji, apa hubungannya antara kewenangan tata usaha negara dengan kedudukan Pemohon sebagai pensiunan dari perusahaan negara, walaupun di sini disebutkan juga ada putusan-putusan pengadilan TUN, ya, coba disebutkan. Dan kemudian, bisa, enggak, digambarkan, ya kalau dalam hal atau misalnya andai kata nanti permohonan ini dikabulkan, itu hak pensiun Pemohon itu dapat dicairkan, gambarkan. Sehingga kelihatan kan kalau ini berhasil, nanti bisa dicairkan karena yang diuji ini adalah kewenangan tata usaha negara, ya. Kemudian, yang terakhir dari saya, ini terkait ketentuan umum yang diuji, ya. Nah, ketentuan umum itu kan apa... ketentuan-ketentuan yang bersifat umum yang nanti banyak digunakan dalam pasal-pasal. Nah, ini punya implikasi. Misalnya kalau pengertian tata usaha negara, badan atau pejabat tata usaha negara, usaha-usaha negara yang di pasal ini dinyatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan mengikat, semua istilah term tata usaha negara, itu habis semua, dan memang pasal ketentuan umum itu umumnya tidak langsung memuat norma perintah, norma larangan, norma kebolehan, tapi kan isinya adalah hal-hal yang bersifat umum, definisi yang akan digunakan di dalam ketentuan pasal-pasal atau norma-norma berikutnya. Agak tidak banyak yang menguji ini karena itu tadi, ya, Kuasanya. Jadi, kalau ini misalnya dikabulkan, ya pengertian tata usaha negara, administrasi negara, itu ya enggak berlaku semua. Sedangkan istilah tata 6

10 usaha negara, saya kira puluhan kata ini ada di dalam Undang-Undang Pengadilan Tata Usaha Negara. Baik Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986-nya, Nomor 9 Tahun 2004-nya, Nomor 51 Tahun 2009-nya. Berarti, itu semua enggak bisa dipergunakan lagi karena dibatalkan. Jadi, ini semua coba di apa dibahas, dikaji, dianalisis lagi supaya apa yang dimaksudkan bahwa dengan pengujian ini diharapkan kerugian konstitusional atau kerugian finansial yang digambarkan hakhak pensiunnya dari Para Pemohon ini, ya dapat dicairkan, misal seperti kata di sini, disebutkan ya. Saya kira demikian dari saya. Saya kira Pak Dr. Palguna, saya kira bisa menyampaikan saran dan nasihatnya. 16. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA Terima kasih, Yang Mulia Pak Ketua. Saudara Pemohon, khususnya Saudara Kuasanya, ya karena Anda yang paham hukum acara, ya. Pertanyaan mendasarnya adalah begini, bagaimana Saudara bisa menjelaskan bahwa kalau permohonan dikabulkan, lalu hak apa namanya gaji apa pensiunan dari ini, bahkan bisa diinikan, kalau Anda minta mencoret pasal itu? Logikanya enggak ada, enggak atau tidak terlihat dalam Permohonan ini, ya kan? Kalau pasal itu dicoret, tadi sudah disampaikan oleh Yang Mulia, berarti tidak ada definisi lagi, apa yang dimaksud dengan pejabat tata usaha negara, apa yang dimaksud dengan keputusan tata usaha negara, apa yang dimaksud apa yang dimaksud dengan badan apa itu, ya. Tata usaha negara itu apa itu sendiri, administrasi negara itu apa, keputusan tata usaha negara itu apa. Kan semuanya jadi kabur karena Saudara di dalam petitum minta ini supaya dinyatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun Lalu ketika pasal undang-undang itu menunjukkan, Maka pejabat tata usaha negara yang bersangkutan, yang mana yang dimaksud karena ininya sudah dicoret? Karena itu yang Saudara minta adalah definisi dan itu yang Saudara minta untuk dikabulkan. Lagipula nah kalau itu yang terjadi, ini apa Pemohon yang Saudara wakili ini makin apa tidak makin tidak mendapatkan kepastian? Coba dipikirkan itu. Enggak usah ditanggapi dulu, Anda catat saja dulu, nanti kan ada di waktu untuk melakukan perbaikan permohonan. Itu itu pertama, logikanya enggak tampak. Pertanyaan yang kedua, kalau yang menjadi masalah adalah tidak dibayarnya apa gaji mantan karyawan PPD Jakarta ini, apakah memang persoalannya itu di persoalan pengadilan tata usaha negara? Apakah itu penyebabnya? Ataukah justru peraturan perundangundangan lain sebenarnya yang tidak mengatur soal itu secara tegas, gitu? Kalau saya baca di Permohonan Saudara ini, kan hanya karena Saudara gagal mengajukan permohonan di pengadilan tata usaha negara, kan? Lalu karena itu, kemudian mengajukan lalu Undang- 7

11 Undang Pengadilan Tata Usaha Negaranya Saudara korek-korek. Padahal apa di situ sumber masalahnya? Atau di undang-undang yang lain? Coba dipikirkan ini, supaya kasihan juga kan apa Bapak-Bapak sama Ibu- Ibu yang sudah cukup berumur, sudah pensiun itu kalau bolak-balik untuk surat keputusan yang tidak jelas itu. Misalnya itu. Ini kami wajib menasihatkan karena Pasal 39 menasihati mewajibkan kami untuk memberikan nasihat. Perkara itu Saudara terima atau tidak, itu kan terserah Pemohon, tapi kami wajib mengingatkan itu. Itu dulu, logikanya saja dulu anunya. Karena di dalam petitum, Anda minta supaya ini dinyatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun Artinya, Saudara menyatakan bahwa pasal itu dianggap tidak ada. Nah, kalau pasal itu dianggap tidak ada, maka semua definisi tentang apa itu badan atau pejabat tata usaha negara, apa itu keputusan tata usaha negara, apa itu pengadilan tata usaha negara, jadi semuanya enggak ada. Lalu bagaimana terus undang-undang yang ini akan berbunyi, kalau semua definisi itu enggak ada? Makin tidak ada kepastian hukum. Bukan hanya terhadap Pemohon, tapi terhadap semua kasus yang lain yang berkaitan dengan pengadilan tata usaha negara. Nanti akan tidak ada kepastian. Itu tolong dipikirkan dulu matang-matang, ya. Nah, terutama yang perlu Saudara pikirkan terutama yang perlu Saudara pikirkan adalah apa ya penyebabnya itu adalah undangundang tentang pengadilan tata usaha negara ini. Jangan karena Saudara bertolak dari kasus konkret misalnya karena permohonan Anda tidak dikabulkan di pengadilan tata usaha negara, lalu Anda menganggap undang-undang ini yang bertentangan dengan Undang- Undang Dasar Tahun 1945, belum tentu begitu. Padahal, persoalan pokoknya adalah Saudara ingin agar Ibu/Bapak ini pensiunnya dibayar, kan itu, kan? Kan itu persoalannya? Jadi, oleh karena itu, mengapa Undang-Undang Pengadilan Tata Usaha Negara ini yang dikorek-korek, gitu kan. Apalagi Saudara mengatakan ini sampai dizalimi dan segala macam. Padahal, itu kan mengatur yang lebih luas. Nah, penyebabnya adalah nah, ini yang saya perlu sampaikan kepada Saudara Lawyer, khususnya. Saudara dalam menguji undangundang terhadap Undang-Undang Dasar Tahun 1945 itu, jangan menggunakan argumentasi yang berangkat dari perkara konkret karena ini kan yang diuji adalah norma norma undang-undang. Kalau norma undang-undang ini dikabulkan, maka pengabulan itu bukan hanya ber akan hanya berdampak kepada Pemohon. Pengabulan itu karena norma undang-undang yang berlaku umum (erga omnes), maka rakyat Indonesia itu yang akan terpengaruh, walaupun dia tidak sebagai Pemohon. Paham, ya, maksud saya? Nah, oleh karena itu, tolong diidentifikasi baik-baik dulu. Apakah memang undang-undang ini penyebabnya, ya? Tentu kita bersimpati kepada Bapak, Ibu ini, Saudara juga, ya. Mengapa kalau misalnya 8

12 nasibnya dianggap terkatung-katung karena dianggap karena tidak terbayar misalnya ini, seperti yang diharapkan, tetapi apakah penyebab itu ada pada undang-undang ini? Itu pertanyaan pertama yang mesti Saudara pertimbangkan terlebih dahulu. Jangan hanya karena bertolak dari kasus konkret karena Saudara misalnya permohonannya di di-no, atau dinyatakan tidak dapat diterima di di Pengadilan Tata Usaha Negara, atau gugatan Saudara dinyatakan tidak dapat diterima beracara di situ dengan alasan bahwa entah apalah alasan tidak menganggap PT TUN tidak berwenang, misalnya. Kemudian, undang-undang ini yang di dikorek-korek, gitu. Padahal, penyebabnya bisa jadi bukan di situ, ya. Nah, tetapi itu adalah soal pertanyaan mendasar pertama. Tetapi kalau Saudara misalnya tetap meyakini bahwa penyebabnya adalah pada undang-undang ini, nah Saudara tidak menyebutkan alasan sama sekali di dalam alasan permohonan, mengapa Saudara menganggap pasalpasal yang Saudara mintakan pengujian ini bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun Enggak ada. Saya tidak melihat di alasan itu, terutama di halaman 7 sampai dengan malah sangat sumir, halaman 7 sampai dengan 8. Saudara di situ hanya menyampaikan beberapa beberapa apa peraturan atau putusan yang tidak ada sangkut pautnya dengan pembuktian tentang konstitusionalitas undangundang Saudara mohonkan pengujian. Ingat, ketika Anda mengajukan permohonan pengujian undangundang terhadap Undang-Undang Dasar Tahun 1945, artinya dalam anggapan Saudara, itu Anda harus membuktikan bahwa norma yang undang-undang yang Saudara mohonkan pengujian itu adalah itu bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun Jangan beranggapan bahwa norma yang Saudara itu Saudara mohonkan pengujian itu akan menyelesaikan kasus konkret yang Saudara hadapi, bukan itu persoalannya. Itu, ya. Nanti tolong dipikirkan. Nah, kalau itu ini adalah persoalan pembuktian tentang konstitusionalitas. Jadi, Anda harus membuat argumen, mengapa norma yang Anda mohonkan pengujian itu bertentangan dengan Undang- Undang Dasar Tahun 1945, sehingga harus dikabulkan? Dan sekali lagi, kalau dikabulkan, nah ini kaitannya dengan legal standing. Kalau dikabulkan, ini apakah ini akan menguntungkan Pemohon Saudara atau tidak? Atau malah membuat lebih-lebih rugi karena menjadi makin tidak jelas ke mana dia harus mengadu lalu? Karena Anda minta mencoret hal pasal-pasal yang justru memberikan definisi untuk memberikan kepastian hukum justru yang Saudara minta untuk dicoret itu, ya, kan? Itu itu tolong dipikirkan dulu baik-baik, ya. Nah, oleh karena itu, ya, saya tidak akan memberikan nasihat lebih detail lagi mengenai soal ini. Tapi satu pertanyaan mendasarnya yang perlu Saudara pikirkan, apakah memang Saudara perlu mengajukan pengujian ini ke Mahkamah Konstitusi? Kalau Saudara 9

13 belum yakin betul bahwa penyebab dari klien yang Anda wakili sekarang ini adalah ada di undang-undang ini penyebabnya, mengapa dia ini kan. Coba Anda lihat dulu, apakah jangan-jangan di undang-undang lain atau peraturan perundang-undangan yang lebih rendah dari undang-undang jangan-jangan persoalannya, bukan di undang-undang ini. Itu yang nasihat disampaikan. Tapi, kembali lagi, itu adalah nasihat yang wajib kami sampaikan menurut Pasal 39. Tentu apakah nasihat itu akan Saudara terima atau tidak, kembali sepenuhnya kepada Pemohon, khususnya dalam hal ini melalui Kuasanya. Terima kasih, Pak Ketua. 17. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Terima kasih, Yang Mulia. Selanjutnya, Pak Dr. Manahan Sitompul, kami persilakan. 18. HAKIM ANGGOTA: MANAHAN MP SITOMPUL Terima kasih, Yang Mulia. Saya berangkat dari yang dialami oleh Para Pemohon ini adalah kasus konkret, ya. Setelah saya lihat tadi putusannya, sudah diputus oleh PTUN Jakarta dan kemudian juga Pengadilan Tinggi TUN, dan kedua-duanya, putusan itu menyatakan memang mereka tidak berwenang. Nah, jadi terus karena ketentuan di dalam Undang-Undang Peradilan TUN itu ada kewenangannya, ini yang Anda lihat menjadi suatu hambatan, kan begitu, ya, terhadap perjuangan dari Para Bapak- Bapak, Ibu ini. Kita memang simpatilah melihat Bapak-Bapak, Ibu ini, ya. Cuma coba dulu dilihat, putusan itu apa sarannya di situ? Tentu putusan itu kan ada punya pertimbangan, ya. Pertimbangannya itu coba dipelajari karena ini yang penting kan hak-hak Ibu/Bapak ini dari segi materiil, ya, dari segi materiilnya itu bisa diperoleh. Jadi, artian begini, jangan karena kita mau mencari tikus, ya, lumbungnya yang dibakar. Nah, ini kalau tiga-tiga itu Pasal 1 ayat angka 1, angka 2, angka 3, itu tiangnya apa itu Undang-Undang Peradilan itu, kalau itu dibongkar habis, ya, enggak ada lagi apanya kekuatan dari undang-undang itu. Nah, jadi memang itu perlu dipikirkan. Karena saya lihat di putusan yang PTUN-nya sama PT TUN-nya hampir sama bahwa itu tidak berke mereka tidak berwenang. Malah disarankan adalah menggunakan Undang-Undang tentang Ketenagakerjaan, he eh. Jadi, coba dilihat dulu ke sana, jangan terus begitu ada putusan PTUN mengatakan tidak berwenang, Wah paksakan bahwa dia berwenang, itu enggak bisa. Ndak bisa karena itu kewenangan itu sudah diatur, jelas. Makanya, ini ketentuannya, ketentuan umum, sudah jelas ketentuan Peradilan Tata Usaha Negara itu adalah putusan yang mengenai soal keputusan peb pejabat tata usaha negara. Nah, apakah 10

14 keputusan dari BUMN atau BUMD, ya, BUMN atau BUMD itu PPA PN apa namanya itu perusahaan PPD itu adalah keputusan pejabat tata una tata usaha negara apa tidak? Kan itu persoalannya. Nah, apakah keputusannya itu merupakan pejabat tata usaha negara apa tidak? Coba dilihat putusan pengadilan itu. Apakah menyatakan itu bukan keputusan dari pejabat tata usaha negara? Nah, coba dilihat di putusannya itu. Saya kira menyinggung ke sana, kalau dilihat nanti putusan itu. Hanya menyatakan bahwa ini adalah status bukan pegawai negeri, ya, gitu ya, statusnya bukan pegawai negeri, tentu statusnya adalah katanya perjanjian kerja, begitu kan? Tapi, coba ditelusuri dulu, ya. Jangan terus di yang di apa namanya di-counter dengan semangat untuk merombak daripada Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara itu sendiri. Coba dilihat dulu nanti bagaimana, Oh, memang ada benarnya. Karena saran daripada putusan itu, coba melihat kepada undang-undang nomor tentang Ketenagakerjaan, ya, tentang Undang-Undang Nomor 4, kalau enggak salah saya itu. Coba dilihat di situ, apakah di situ kemungkinannya hak-hak Bapak-Bapak, Ibu-Ibu ini bisa dilihat atau diperjuangkan. Ya, itu tentu antara pekerja dengan pengusaha, misalnya kan. Nah, coba dilihat itu karena ini sangat riskan kalau kita menyinggung tentang norma yang ada di dalam ketentuan umum, yang notabene itu yang Anda majukan sebagai judicial review. Itu inti dari Permohonan ini saya lihat. Namun, secara formil ada kata-kata tadi yang, ya, dizalimi, itu janganlah, ya. Zalim dihilangkanlah kata-kata dizalimi. Kalau di kalau yang menzalimi itu kan orang apa mahkluk hiduplah atau manusia yang menzalim menzalimi orang lain. Mana ada undang-undang yang menzalimi orang? Kalau tidak apa pakai itu, dirugikan hak konstitusional. Nah, itu lebih lebih cocok dipakai itu daripada kata dizalimi, ya. Dirugikan hak konstitusional Para Pemohon ini oleh berlakunya undang-undang atau peratu atau norma dalam undang-undang ini. Nah, itu lebih lebih enak lagi yang kalau kita biasanya beracara di Mahkamah Konstitusi ini. Apa memang Penasihat Hukum ini sudah sering beracara di sini? Belum pernah? Sudah, ya. Nah, itu. Kemudian, saya sarankan di kewenangan itu, coba ditambah, nanti dilihat Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, ya, disarankan saja itu. Kemudian ya, jadi ini tidak ada diajukan kasasi? Hanya tingkat banding saja? Tidak ada diajukan kasasi? Tidak, ya. Jadi, hanya sampai Putusan Nomor 193 PT TUN Jakarta, sampai di situ? Habis masa waktu untuk mengajukan kasasi, tidak dilakukan kasasi, ya? Ya. Nah, mungkin itu juga kenapa tidak dilakukan? Mungkin di sana argumentasi yang diajukan oleh Para Bapak-Bapak, Ibu-Ibu ini bisa dipertimbangkan lebih lanjut. 11

15 Nah, tapi walaupun itu, ini putusan sudah inkracht sudah inkracht, jadi itu berkekuatan. Nah, pelajari itu pertimbangan daripada putusan yang sudah inkracht itu untuk mencari jalan keluar yang sebenarnya, untuk memperjuangkan hak-hak dari Bapak-Bapak, Ibu ini, ya. Barangkali itu saja saran dari saya. Terima kasih. 19. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA Ini sedikit lagi, ya. Anda, lawyer-nya khususnya, tentu saya ingin mengingatkan. Begini, tadi saya di apa dengan pertanyaan Yang Mulia Pak Sitompul tadi, katakalah misalnya, katakan umpamanya permohonan Saudara berhasil, apakah menurut Saudara Pengacara, lalu akan terbuka peluang dari orang, pihak-pihak yang Saudara wakili untuk mengajukan kembali ke Pengadilan Tata Usaha Negara? Kan tidak. Bagaimana caranya? Orang sudah ke anu sudah lewat. Waktunya kan sudah lewat. Apa yang digunakan sebagai pegangan karena pasalnya sudah dicoret? Bukan, bukan putusannya, pasalnya kan sudah dicoret. Jadi, definisi pengadilan tata usaha negaranya lalu apa? Apa definisi tentang badan, atau pejabat tata usaha negara, atau keputusan tata usaha negara itu lalu apa? Karena itu yang Anda minta coret. Itu... itu yang... yang... kami mengerti karena Anda datang ke pengadilan, bukan mencari kesalahan kan ke sini. Anda kan minta keadilan. Justru karena itu, kami nasihatkan. Kalau pasal yang Anda mau jadikan dasar untuk mengajukan, Anda minta untuk dicoret, bagaimana Anda mau mengajukan? Karena definisi tentang pejabat tata usaha negaranya kemudian jadi hilang. Demikian juga keputusan tata usaha negaranya, Saudara minta dihilangkan. Karena Anda kan minta dinyatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, ya kan? Di petitum Anda, kan? Coba baca petitumnya, apa bunyinya? Ya, toh? Artinya apa kalau dinyatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945? Tidak berlaku. Kalau tidak berlaku, artinya apa? Tidak ada ketentuan itu, kan? Lalu apa dasarnya Beliau nanti akan mengajukan permohonan? Nah, makanya nanti saya minta, apakah benar undang-undang ini yang menjadi persoalan atau di peraturan perundang-undangan yang lain? Anda perlu berikan Pemahaman yang benar pada... atau perlu diskusikanlah setidak-tidaknya dengan klien... apa namanya... Bapak, Ibu yang diwakili ini, yang Saudara wakili ini. 20. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Miknya, miknya. 12

16 21. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA Ini sidang terbuka, dinyalakan saja. Apa maksudnya? 22. KUASA HUKUM PEMOHON: MOHAMMAD YUSUF HASIBUAN Ya, Pak. Saya sudah pelajari terkait dengan Ibu-Ibu ini dan Bapak-bapak ini. Karena mereka diangkat berdasarkan peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA Lalu? 24. KUASA HUKUM PEMOHON: MOHAMMAD YUSUF HASIBUAN Tentang Peraturan Pegawai Negeri Sipil. 25. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA Ya. 26. KUASA HUKUM PEMOHON: MOHAMMAD YUSUF HASIBUAN Itu di SK-nya, Pak. Dan mereka (...) 27. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA Bet (...) 28. KUASA HUKUM PEMOHON: MOHAMMAD YUSUF HASIBUAN Sebentar, Pak. Dan mereka tidak diangkat berdasarkan definisi pekerja BUMN, tetapi dia pegawai perusahaan negara, bukan pekerja BUMN karena tidak ada, sampai saat ini, perjanjian kerja bersamanya enggak pernah ditandatangani. Mereka (...) 29. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA Itu sudah (...) 30. KUASA HUKUM PEMOHON: MOHAMMAD YUSUF HASIBUAN Hanya mendapatkan (...) 13

17 31. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA Ya. 32. KUASA HUKUM PEMOHON: MOHAMMAD YUSUF HASIBUAN Pak. SK, terus pendidikan P4, ada juga dapat Trilomba Juang. Itu, 33. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA Itu sudah Saudara jelaskan dalam Permohonan, kan? 34. KUASA HUKUM PEMOHON: MOHAMMAD YUSUF HASIBUAN He eh. 35. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA Nah, maka pertanyaannya itu timbul, lalu kenapa Saudara jadi meloncat menyalahkan Undang-Undang Pengadilan Tata Usaha Negara? Kan itu yang jadi persoalan. Dan Anda meminta supaya pasal yang memberikan pengertian itu dicoret. 36. KUASA HUKUM PEMOHON: MOHAMMAD YUSUF HASIBUAN Karena pasal itu, Pak, tidak memberikan ruang. BUMN kan Badan Usaha Milik Negara (...) 37. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA Kami paham, kami paham itu. Kan ini Permohonan sudah Anda tulis, ya kami paham itu. Tapi kalau dicoret, lalu apa definisinya? Itu yang kami pertanyakan dari tadi. 38. KUASA HUKUM PEMOHON: MOHAMMAD YUSUF HASIBUAN Izin, Majelis. Saya rasa kalau itu dicoret, pemerintah meng-cover kembali. 39. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA Loh, bagaimana logikanya? 14

18 40. KUASA HUKUM PEMOHON: MOHAMMAD YUSUF HASIBUAN Dibentuk undang-undang baru. 41. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA Itu udah lain lagi logika Saudara ini. Sudah lain lagi logika Saudara. 42. KUASA HUKUM PEMOHON: MOHAMMAD YUSUF HASIBUAN Ya, Pak. Over... apa namanya... ada kekosongan hukum. Pasti pemerintah (...) 43. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA Jangan Saudara memberikan janji-janji surga dululah kepada... ini... kasihan Ibu, Bapak ini. Tolonglah dipikirkan baik-baik. Apa memang undang-undang ini penyebabnya, itu tolong dipikirkan, ya. 44. KUASA HUKUM PEMOHON: MOHAMMAD YUSUF HASIBUAN Ya. 45. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA Apa betul memang undang-undang ini penyebabnya? Supaya kita ndak salah objek deh. Supaya ndak salah objek dari niat mulia Saudara, dari nasib Ibu, Bapak ini. Suapaya tidak salah objek permohonan Saudara lagi. 46. KUASA HUKUM PEMOHON: MOHAMMAD YUSUF HASIBUAN Menurut hemat saya, ya, Pak. 47. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA Jadi Anda tetap pada itu? 48. KUASA HUKUM PEMOHON: MOHAMMAD YUSUF HASIBUAN Tetap. 15

19 49. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA Silakan. Yang penting kami sudah memberikan nasihat dan sesuai dengan undang-undang yang mewajibkan kami untuk melakukan itu. Ya, terima kasih, Pak Ketua. 50. HAKIM ANGGOTA: MANAHAN MP SITOMPUL Ya. Jadi, Mahkamah Konstitusi ini jangan dianggap sebagai apa namanya peradilan yang multikewenangan, ya. Jadi, artinya Karena gagal di sana, gagal di praperadilan TUN, sehingga dianggap kita ini seperti Mahkamah yang bisa menyelesaikan hal-hal yang... yang tidak mungkin, begitu ya menurut kita. Nah, itu salah satunya. Jadi, anggapan ini memang agak banyak di masyarakat sehingga kadang-kadang tanpa ada argumentasi yang jelas tentang kewenangan Mahkamah Konstitusi sampai dimana dan apa yang harus digugat di sini, sehingga benar-benar memenuhi hak-hak daripada Para Pemohon itu untuk diberikan, begitu ya. Ini saya tahu ini, tuntutannya Bapak-Bapak, Ibu ini kan yang penting supaya dapat gaji, supaya dapat ini, tidak ada masalah di norma. Norma undang-undang itu bagus. Nah, itu. Yang jadi masalah sekarang kejelian melihat ya, peraturan-peraturan yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah itu yang mengenai soal hak Bapak ini sudah dinyatakan sama dengan pegawai negeri sipil seperti itu, sehingga ini, ini, tapi enggak terbit ininya, SK-nya, tidak apa begini itu coba, itu yang diuraikan dulu. Makanya saya bilang tadi, jangan Karena melihat tikus satu lumbung padi ya, malah padinya apa namanya itu lumbungnya itu dibakar atau dicopot, malah ambruk semua. Itu coba ini dipahami oleh Penasihat Hukum, jangan terlalu ngotot. Nanti waste of time, waste of money, segala macam, ya. Coba di direnungkan dulu, jangan terlalu emosi, itu maksudnya kita, ya. Kita juga di sini bukan sembarangan kita memberi nasihat, ya. Pasal 39 itu kewajiban kita memberi nasihat agar ya mungkin bisa diperbaiki, cari coba pasal yang lain, mungkin. Jangan itu, kalau undang-undang pasal itu, tentang itu, itu ketentuan pokok yang menurut ketentuan pokok itu apa langsung menuju kepada kepentingan dari Para Bapak-Bapak, Ibu ini. Kadang-kadang itu juga tidak menyentuh. Jadi, coba dipikirkan. Jangan karena Anda di sini, forum, nanti di hadapan Para Bapak-Bapak, Ibu ini yang Saudara wakili, saya mendapat apa, begitu. Jangan. Artinya, muka saya ini taruh di mana? Kira-kira begitu. Jangan seperti itu, ya. Coba direnungkan, coba dikonsultasikan dengan orang yang lebih mengerti, yang lebih mengetahui, begitu ya, 16

20 demi untuk perjuangan Bapak-Bapak, Ibu ini. Barangkali itu saja tambahan dari saya, Yang Mulia. 51. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Ya, baik. Saya kira ini sesinya adalah untuk penasihatan. Karena Pasal 39 Undang-Undang MK mengharuskan kita menyampaikan itu, dan tadi kan sudah kita singgung, mulai dari legal standing-nya, kemudian positanya, kemudian juga petitumnya, kemudian alasan-alasannya. Tapi yang paling mendasar itu, ya coba apakah memang dengan memohonkan pengujian pasal-pasal ini, hak-hak atau kerugian yang sekarang dialami oleh Para Pemohon yang diwakili oleh kuasa ini, ya akan dapat diperoleh atau dicairkan, ya. Bahkan usaha-usaha Saudara atau usaha-usaha yang dilakukan oleh Pemohon, kan sudah. Dari TUN, banding, tidak kasasi. Itu kan kemudian pasti sudah lewat waktunya, ya. Nah, lalu sekarang diajukan permohonan untuk menguji, misalnya soal kewenangan bahwa itu bukan kewenangan TUN, ya mungkin cari pasal yang terkait itu, misalnya, ya, tapi pikir saja. Kalau memang tadi akan menghabiskan waktu dan tempat lain untuk ya memulihkan hakhak kerugian daripada Pemohon ini, coba dipikirkan, ya. Nanti dijawab di perbaikannya atau tidak diperbaiki atau hal lain yang Saudara ambil setelah kami menyampaikan nasihat-nasihat ini. Nah, untuk waktunya, ini 14 hari. Jadi kalau sekarang Rabu, 23 Agustus, nanti penyerahan perbaikannya itu Selasa, 5 September 2017, pukul WIB, ya. Kalau memang tidak ada perbaikan, ya ini yang akan kami jadikan apa laporan kepada Rapat Permusyawaratan Hakim. Tapi kalau dalam waktu 14 hari, ada perbaikan, nah perbaikan itu nanti pada waktunya akan disidang lagi dan Saudara akan menyampaikan perbaikan dengan alasan-alasannya, atau ada acara lain, Saudara misalnya tidak meneruskan, itu terserah pada Saudara, ya, mengenai permohonan ini. Jadi, ada waktu 14 hari. Ya, kalau kurang dari 14 hari, silakan. Itu juga lebih baik, lebih cepat lebih baik, ya. Nah, setelah itu baru sidang akan kita lanjutkan setelah 14 hari itu nanti, ya. Saya kira cukup, ya. 17

21 Ya, baik. Saya kira terima kasih dan sidang ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 23 Agustus 2017 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d. Yohana Citra Permatasari NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya. 18