Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia"

Transkripsi

1 Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

2 BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : (sirkulasi) Fax. : BKM_TOD@bi.go.id Website :

3 LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I-2010 Laporan Kebijakan Moneter dipublikasikan secara triwulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada bulan Januari, April, Juli, dan Oktober. Selain dalam rangka memenuhi ketentuan pasal 58 UU Bank Indonesia No. 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, laporan ini berfungsi untuk dua maksud utama, yaitu: (i) sebagai perwujudan nyata dari kerangka kerja antisipatif yang mendasarkan pada prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan dalam perumusan kebijakan moneter, dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan kebijakan yang melandasi keputusan kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia. Dewan Gubernur Darmin Nasution Hartadi A. Sarwono Siti Ch. Fadjrijah Deputi Gubernur Senior Deputi Gubernur Deputi Gubernur S. Budi Rochadi Deputi Gubernur Muliaman D. Hadad Ardhayadi Mitroatmodjo Budi Mulya Deputi Gubernur Deputi Gubernur Deputi Gubernur i

4 ii LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia

5 LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia Langkah-langkah Penguatan Kebijakan Moneter dengan Sasaran Akhir Kestabilan Harga (Inflation Targeting Frameworks) Mulai Juli 2005 Bank Indonesia telah mengimplementasikan penguatan kerangka kerja kebijakan moneter konsisten dengan Inflation Targeting Framework (ITF), yang mencakup empat elemen dasar: (1) penggunaan suku bunga BI Rate sebagai policy reference rate, (2) proses perumusan kebijakan moneter yang antisipatif, (3) strategi komunikasi yang lebih transparan, dan (4) penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah. Langkah-langkah dimaksud ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Prinsip Dasar Sasaran Inflasi Strategi Kebijakan Moneter Kebijakan moneter dengan ITF menempatkan sasaran inflasi sebagai tujuan utama (overriding objective) dan jangkar nominal (nominal anchor) kebijakan moneter. Dalam hubungan ini, Bank Indonesia menerapkan strategi antisipatif (forward looking) dengan mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi jangka menengah ke depan. Penerapan ITF tidak berarti bahwa kebijakan moneter tidak memperhatikan pertumbuhan ekonomi. Paradigma dasar kebijakan moneter untuk menjaga keseimbangan (striking the optimal balance) antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi tetap dipertahankan, baik dalam penetapan sasaran inflasi maupun respon kebijakan moneter, dengan mengarahkan pada pencapaian inflasi yang rendah dan stabil dalam jangka menengah-panjang. Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia telah menetapkan dan mengumumkan sasaran inflasi IHK setiap tahunnya. Berdasarkan KMK No.1/KMK.011/2008 sasaran inflasi untuk periode tahun , masingmasing sebesar 5,0%, 4,5%, dan 4,0% dengan deviasi ±1%. Namun demikian, berdasarkan perkembangan terkini, Bank Indonesia mengusulkan kepada Pemerintah tentang perubahan sasaran inflasi tahun menjadi sebesar 5% ± 1%, 5% ± 1%, dan 4,5% ± 1%. Instrumen dan Operasi Moneter BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate merupakan suku bunga sinyaling dalam rangka mencapai sasaran inflasi jangka menengah panjang, yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu. Dalam rangka implementasi penyempurnaan kerangka operasional kebijakan moneter, terhitung sejak tanggal 9 Juni 2008 Bank Indonesia melakukan perubahan sasaran operasional dari suku bunga SBI 1 bulan menjadi suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). BI Rate diimplementasikan dalam operasi moneter melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter yang tercermin pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian likuiditas di pasar, operasi moneter harian dilakukan dengan menggunakan seperangkat instrumen moneter dan koridor suku bunga (standing facilities). Proses Perumusan Kebijakan Transparansi BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur melalui mekanisme Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan. Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance kebijakan moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG mingguan. Perubahan dalam BI Rate pada dasarnya menunjukkan respons kebijakan moneter Bank Indonesia untuk mengarahkan prakiraan inflasi ke depan agar tetap berada dalam lintasan sasaran inflasi yang telah ditetapkan. Kebijakan moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar, website, maupun penerbitan Laporan Kebijakan Moneter (LKM). Transparansi dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan sekaligus pembentukan ekspektasi masyarakat atas prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan serta respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia. Koordinasi dengan Pemerintah Untuk koordinasi dalam penetapan sasaran, pemantauan dan pengendalian inflasi, Pemerintah dan Bank Indonesia telah membentuk Tim yang melibatkan pejabat-pejabat dari berbagai instansi terkait. Dalam pelaksanaan tugasnya, Tim membahas dan merekomendasikan kebijakan-kebijakan yang diperlukan baik dari sisi Pemerintah maupun Bank Indonesia untuk mengendalikan tekanan inflasi dalam rangka pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkkan. iii

6 iv LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia

7 LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia Gubernur Bank Indonesia Kata Pengantar Proses pemulihan perekonomian global masih terus berlanjut dan turut mendukung kinerja perekonomian domestik. Proses pemulihan tersebut ditandai oleh penguatan ekonomi kawasan Asia yang terus berlangsung dan pemulihan ekonomi negara maju yang semakin kuat. Perekonomian negara maju diperkirakan akan mencatat pertumbuhan positif tahun ini walaupun masih dibayangi oleh tingginya angka pengangguran dan ketatnya penyaluran kredit. Sementara itu kebijakan moneter global saat ini masih cenderung akomodatif meski beberapa bank sentral negara berkembang Asia dan bank sentral negara maju mulai menempuh kebijakan moneter lebih ketat. Kinerja perekonomian domestik menunjukkan perkembangan yang membaik seiring dengan masih berlanjutnya proses pemulihan perekonomian global. Pertumbuhan PDB pada triwulan I 2010 diprakirakan sebesar 5,7% (yoy). Pada triwulan dimaksud, kinerja ekspor diprakirakan semakin membaik seiring dengan mulai pulihnya perekonomian global dan perkembangan harga komoditas internasional. Kinerja impor juga diprakirakan meningkat sejalan dengan masih kuatnya permintaan domestik dan eksternal. Investasi juga diperkirakan akan mengalami peningkatan didukung oleh berbagai upaya Pemerintah. Sementara itu, konsumsi juga berada dalam arah yang membaik ditopang oleh daya beli masyarakat yang masih cukup kuat. Di sisi penawaran, penyumbang utama dalam pertumbuhan triwulan I 2010 diprakirakan berasal dari sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor industri pengolahan, serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Di sisi stabilitas harga, tekanan inflasi masih menunjukkan kecenderungan yang rendah selama triwulan I 2010, yaitu pada level 3,43% (yoy). Terkendalinya inflasi pada tingkat yang relatif rendah sejalan dengan nilai tukar rupiah yang cenderung terapresiasi, kecukupan sisi pasokan dalam merespons kenaikan permintaan, serta relatif terjaganya ekspektasi inflasi. Kinerja perekonomian Indonesia yang solid dan didukung oleh kondisi eksternal yang positif mampu menopang solidnya kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) selama triwulan I Transaksi berjalan diprakirakan mencatat surplus sejalan dengan membaiknya kinerja ekspor terutama yang berbasis komoditas sumber daya alam. Di sisi lain, kinerja impor juga menunjukkan peningkatan sejalan dengan akselerasi permintaan domestik dan ekspor. Selain itu, kenaikan harga komoditas ekspor Indonesia turut mendukung perbaikan transaksi berjalan. Neraca modal dan finansial diprakirakan juga mencatat surplus ditopang oleh aliran modal masuk dan penerbitan v

8 LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia obligasi valas pemerintah. Sejalan dengan perkembangan NPI tersebut, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret 2010 tercatat sebesar 71,8 miliar dolar AS atau setara dengan 5,8 bulan impor dan pembayaran Utang Luar Negeri (ULN) pemerintah. Di sektor perbankan, stabilitas sistem perbankan nasional relatif terjaga. Secara mikro, industri perbankan nasional tetap stabil yang tercermin dari masih terjaganya rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio - CAR) dan rasio gross maupun net dari Non-Performing Loan (NPL) tetap terkendali di angka cukup rendah. Di sisi lain, respons suku bunga perbankan masih membaik terbukti dengan menurunnya suku bunga simpanan yang pada akhirnya akan mendorong turunnya suku bunga kredit lebih lanjut. Diharapkan respon penurunan suku bunga kredit akan diikuti oleh penyaluran kredit secara optimal oleh perbankan. Sementara itu, likuiditas perbankan masih mencukupi untuk pembiayaan perekonomian. Ke depan, prospek perekonomian Indonesia tahun 2010 dan 2011 diprakirakan akan tumbuh lebih baik dari prakiraan di akhir Percepatan kegiatan perekonomian tersebut didukung oleh membaiknya sisi eksternal serta permintaan domestik yang tetap kuat. Pemulihan yang terjadi di negara-negara mitra dagang Indonesia akan mendorong peningkatan akan barang-barang ekspor Indonesia sehingga diharapkan hal tersebut akan mendorong sektor-sektor yang terkait ekspor seperti sektor industri pengolahan dan perdagangan. Di samping itu, kinerja konsumsi rumah tangga juga diprakirakan akan tetap tumbuh tinggi sejalan dengan pendapatan yang lebih tinggi dan terjaganya tingkat keyakinan konsumen. Di sisi penawaran, pertumbuhan berbagai sektor usaha diperkirakan dalam arah yang membaik. Dengan optimisme tersebut, perekonomian Indonesia yang pada triwulan I 2010 diprakirakan tumbuh sekitar 5,7% sepanjang 2010 akan dapat tumbuh mencapai 5,5-6,0% dengan bias ke atas. Di sisi stabilitas harga, inflasi diprakirakan belum akan memberikan tekanan yang signifikan sampai dengan semester I Inflasi tahun 2010 diprakirakan disumbang dari peningkatan inflasi impor dan permintaan domestik sejalan dengan prakiraan membaiknya ekonomi global dan perekonomian domestik. Selain itu, eskpektasi inflasi menunjukkan kecenderungan membaik terlihat dari hasil berbagai survei yang menunjukkan menurunnya ekspektasi inflasi pada tahun Secara keseluruhan, inflasi ke depan diprakirakan akan tetap mencapai target jangka pendek yang ditetapkan yakni 5%+1% pada tahun 2010 dan 2011 serta target jangka menengah yaitu 4%+1% pada tahun Dengan mempertimbangkan perkembangan-perkembangan tersebut di atas, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 6 April 2010 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,5%. Keputusan mempertahankan BI Rate tersebut diambil setelah Rapat Dewan Gubernur menyimpulkan bahwa tingkat suku bunga BI Rate sebesar 6,5% masih konsisten dengan target inflasi pada tahun 2010 dan 2011 sebesar 5+1% serta target inflasi jangka menengah pada tahun 2014 sebesar 4+1%. Stance kebijakan saat ini juga dipandang masih kondusif bagi proses pemulihan perekonomian dan intermediasi perbankan. Jakarta, 23 April 2010 Pjs. Gubernur Bank Indonesia Dr. Darmin Nasution vi

9 LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia Daftar Isi Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Daftar Isi 1. Tinjauan Umum Perkembangan Makroekonomi Terkini... 5 Perkembangan Ekonomi Dunia... 5 Pertumbuhan Ekonomi... 7 Neraca Pembayaran Indonesia Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan Nilai Tukar Rupiah Inflasi Kebijakan Moneter Perekonomian Indonesia ke Depan Asumsi dan Skenario yang Digunakan Prospek Pertumbuhan Ekonomi Prakiraan Inflasi Respon Kebijakan Moneter Triwulan I Tabel Statistik vii

10 LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Daftar Isi viii

11 Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Penguatan ekonomi domestik terus berlanjut didukung oleh kinerja ekonomi global yang kondusif. Aktivitas ekonomi Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan pada triwulan IV Pada triwulan tersebut perekonomian Indonesia mampu tumbuh sebesar 5,4% (yoy), sehingga secara keseluruhan tahun 2009 perekonomian tumbuh sebesar 4,5% (yoy). Kondisi perekonomian yang semakin menunjukkan suasana optimis tersebut mendukung prospek ekonomi yang lebih baik dari perkiraan semula. Perekonomian Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan akan tumbuh mencapai kisaran 5,5%-6,0% dan pada tahun 2011 mencapai 6,0%-6,5%. Stabilitas harga masih terjaga sebagaimana tercermin pada perkembangan IHK yang rendah selama triwulan I Hal ini sejalan dengan perkiraan tekanan inflasi yang signifikan, yang belum akan muncul setidaknya sampai semester I Untuk keseluruhan tahun, inflasi IHK tahun 2010 akan berada pada kisaran sasaran sebesar 5%±1%. Bank Indonesia memandang bahwa proses pemulihan ekonomi global terus berlangsung dan semakin kuat. Ekonomi negara maju, terutama di AS dan Jepang terus membaik. Demikian juga pemulihan ekonomi Asia non-jepang, terutama China dan India juga semakin kuat. Sementara itu, indikasi perbaikan ekonomi di Eropa mulai terlihat meski masih terbatas. Penyelesaian krisis Yunani sejauh ini direspons secara positif oleh pelaku ekonomi dan hanya berdampak terbatas di pasar finansial. Pemulihan ekonomi global yang disertai dengan perbaikan persepsi risiko memicu optimisme di pasar finansial dan pasar komoditas. Hal ini dicerminkan oleh indeks harga di bursa saham global yang mencatat kenaikan dan harga komoditas di pasar internasional yang cenderung meningkat. Aliran modal asing ke pasar keuangan emerging market terus berlangsung seiring dengan semakin membaiknya persepsi risiko. Kondisi ini mendorong penguatan nilai tukar mata uang di kawasan tersebut. Optimisme yang semakin kuat terhadap pemulihan ekonomi global dan permintaan global yang membaik, mendorong kenaikan harga berbagai komoditas. Kenaikan harga yang dibarengi oleh penguatan mata uang sejauh ini belum memicu kenaikan inflasi global secara signifikan terutama di negara maju. Dalam kondisi proses pemulihan ekonomi dunia yang belum sepenuhnya kembali normal, otoritas moneter terutama di negara maju cenderung masih menerapkan stance kebijakan moneter yang akomodatif. Sinyal kebijakan pengetatan moneter lebih banyak tampak di emerging market terkait dengan meningkatnya tekanan inflasi seiring dengan ekspansi ekonomi yang tinggi. Kinerja ekonomi domestik pada triwulan I 2010 berpotensi lebih baik dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya. Pada triwulan I 2010, ekonomi domestik diperkirakan tumbuh 5,7% (yoy). Perkembangan tersebut didukung oleh hal-hal sebagai berikut. Pertama, kinerja ekspor diperkirakan meningkat seiring dengan perbaikan ekonomi global dan membaiknya harga komoditas internasional. Kedua, konsumsi diperkirakan masih kuat didukung oleh daya beli masyarakat dan ekspektasi konsumen yang terjaga. Ketiga, sejalan dengan peningkatan ekspor dan konsumsi rumah tangga, pemulihan investasi diperkirakan lebih kuat didukung oleh berbagai upaya Pemerintah untuk mendorong proyek infrastruktur. 1

12 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2010 Selain itu, iklim investasi pada tahun 2010 yang lebih baik juga didukung oleh perbaikan sovereign credit rating Indonesia oleh S&P dari BB- ke BB. Dengan peningkatan tersebut, rating Indonesia tinggal 1 notch menuju investment grade. Keempat, sejalan dengan perbaikan kinerja di sisi eksternal, sejumlah sektor diperkirakan dapat tumbuh lebih tinggi yakni sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan. Pertumbuhan sektor industri pengolahan yang lebih tinggi didorong oleh membaiknya industri yang berorientasi ekspor dan industri otomotif. Sementara itu, pertumbuhan sektor perdagangan yang lebih tinggi sejalan dengan kenaikan kegiatan ekspor dan impor serta membaiknya kinerja industri pengolahan. Namun demikian, terdapat beberapa hal yang menjadi tantangan untuk mendorong pertumbuhan yang lebih tinggi terutama terkait dengan upaya mempercepat implementasi program-program infrastruktur dan memanfaatkan secara optimal peluang dari implementasi ASEAN-China Free Trade Agreement (AC-FTA). Berlanjutnya penguatan ekonomi juga terlihat dari perkembangan ekonomi daerah yang terus menunjukkan perbaikan. Kinerja perekonomian daerah terutama ditopang oleh perekonomian di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua (Kali-Sulampua), dan Jakarta. Sementara itu, kegiatan ekonomi di wilayah lainnya (Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara atau Jabalnustra) menunjukkan perlambatan. Kinerja ekonomi daerah yang meningkat bersumber dari peningkatan ekspor, investasi, dan konsumsi. Membaiknya kinerja ekspor di masing-masing wilayah bersumber dari kenaikan ekspor komoditas utama, seperti produk pertambangan dan CPO di Sumatera dan Kali-Sulampua, serta produk kimia di Jabalnustra. Dari sisi negara tujuan utama, ekspor masing-masing wilayah mengalami pergeseran yang semula ke Jepang, Amerika dan Eropa, beralih ke negara ASEAN dan China karena pemulihan ekonomi terutama terjadi di kawasan tersebut. Bahkan porsi ekspor Sumatera dan Kali-Sulampua ke India menunjukkan peningkatan, terutama untuk produk CPO dan batubara. Sejalan dengan peningkatan kegiatan ekonomi, investasi terindikasi menguat. Hal itu tercermin dari indikator pertumbuhan konsumsi semen dan impor barang modal yang pertumbuhannya masih positif. Dari sisi investasi Pemerintah Daerah, belanja modal juga menunjukkan peningkatan. Peningkatan investasi terutama terkait dengan proyek-proyek infrastruktur seperti perbaikan dan pembangunan jalan, bendungan, jembatan, dan bandara. Dari sisi lapangan usaha, sektor industri mengalami peningkatan terkait dengan membaiknya permintaan domestik dan eksternal. Kinerja sektor industri yang membaik tercermin dari kapasitas produksi dan impor bahan baku yang meningkat di seluruh daerah. Dari sektor pertambangan, membaiknya kinerja di sektor ini terutama bersumber dari peningkatan produksi pertambangan nonminyak dan gas (nonmigas), khususnya batubara dan tembaga, sedangkan produksi migas masih cenderung melambat. Dari sisi harga, inflasi tetap terkendali pada triwulan I Tekanan inflasi pada triwulan I 2010 cenderung rendah ditandai oleh deflasi pada Maret 2010 sebesar 0,14% (mtm), sehingga secara tahunan inflasi IHK mencapai 3,43% (yoy). Terkendalinya inflasi pada tingkat yang relatif rendah sejalan dengan kecenderungan penguatan nilai tukar rupiah dan kecukupan pasokan dalam merespons kenaikan permintaan. Selain itu, rendahnya inflasi di bulan Maret 2010 juga didukung oleh meredanya tekanan inflasi yang bersumber dari volatile food (terutama beras) karena mulainya musim panen di beberapa daerah dan minimalnya tekanan inflasi yang bersumber dari administered price. 2

13 Tinjauan Umum Kinerja neraca pembayaran Indonesia (NPI) triwulan I 2010 diperkirakan masih tetap solid yang didukung oleh pemulihan ekonomi dunia. Transaksi berjalan diperkirakan akan mencatat surplus. Hal tersebut sejalan dengan kinerja ekspor yang terus membaik terutama berasal dari komoditas berbasis sumber daya alam (SDA) di antaranya batubara dan tembaga. Di sisi lain, impor juga meningkat sejalan dengan akselerasi permintaan domestik dan ekspor. Dari sisi neraca transaksi modal dan finansial (TMF) triwulan I 2010 diperkirakan juga mencatat surplus terkait dengan aliran modal masuk dan penerbitan obligasi valas pemerintah. Indikator risiko Indonesia membaik, tercermin pada indikator credit default swaps (CDS) Indonesia yang saat ini berada pada level terendah, penurunan yield spread Government Bond Indonesia dengan US Treasury Note, serta perbaikan rating Indonesia. Dengan perkembangan tersebut, cadangan devisa pada akhir Maret 2010 diperkirakan mencapai 71,8 miliar dolar AS atau setara dengan 5,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Sejalan dengan kinerja NPI yang solid, nilai tukar rupiah cenderung menguat. Secara keseluruhan, selama triwulan I 2010 rupiah rata-rata menguat 2,2% ke level Rp9.254/USD. Pada akhir triwulan I 2010, rupiah mencapai level Rp9.090/USD atau menguat 3,7% (point to point). Penguatan nilai tukar rupiah didukung oleh kondisi fundamental makroekonomi yang kondusif, tercermin pada kinerja NPI yang cukup baik dan membaiknya persepsi risiko. Selain itu, penguatan rupiah juga didukung oleh imbal hasil rupiah tetap menarik tercermin pada uncovered interest parity (UIP), covered interest parity (CIP) dan yield spread Government Bond Indonesia yang relatif tinggi, bahkan tertinggi dibandingkan dengan negara kawasan lainnya. Penguatan rupiah yang terjadi juga diikuti oleh volatilitas nilai tukar yang relatif stabil mencapai 0,57% dibandingkan dengan triwulan IV 2009 yang mencapai 0,56%. Kinerja sektor keuangan membaik sejalan dengan pemulihan ekonomi global dan domestik. IHSG selama triwulan I 2010 mengalami penguatan yang cukup signifikan, yaitu mencapai 10,2%. Kinerja IHSG tersebut merupakan yang tertinggi di negara kawasan. Beberapa faktor yang mendorong perbaikan IHSG antara lain prospek perekonomian Indonesia yang membaik, diikuti oleh menurunnya persepi risiko, perbaikan credit rating, dan masih tingginya imbal hasil rupiah. Hal serupa juga tercermin pada indikator keuangan lainnya seperti yield SUN yang menurun. Di pasar uang antar bank, ekses likuiditas masih cukup besar sehingga mendorong suku bunga PUAB O/N mendekati koridor bawah BI Rate. Langkah Bank Indonesia memperpanjang jangka waktu SBI antara lain dalam rangka mendalamkan pasar (financial deepening) berjalan dengan baik tercermin dari menurunnya spread suku bunga tertinggi dan terendah di pasar PUAB O/N. Selain itu, porsi SBI dengan tenor 3 bulan saat ini porsinya meningkat menjadi 67,04% dari 24,64% di akhir triwulan sebelumnya. Sejalan dengan menurunnya persepsi risiko perbankan, suku bunga deposito dan kredit masih mengalami penurunan meskipun belum sebesar yang diharapkan. Ke depan, transmisi kebijakan moneter diperkirakan akan semakin membaik seiring dengan meningkatnya optimisme perbankan pada kondisi perekonomian. Di sisi mikro perbankan, kondisi perbankan nasional tetap stabil. Hal itu tercermin dari masih terjaganya rasio kecukupan modal (CAR) per Februari sebesar 19,3%. Sementara itu, rasio gross non-performing loan (NPL) tetap terkendali pada 4% dengan rasio neto NPL 3

14 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2010 sebesar 1%. Selain itu likuiditas perbankan, termasuk likuiditas di pasar uang antar bank semakin membaik. Demikian pula dana pihak ketiga (DPK) menunjukkan peningkatan. Perkembangan ekonomi global dan domestik yang membaik selama triwulan I-2010 diperkirakan akan terus berlanjut ke depan. Hal ini memperkuat keyakinan Bank Indonesia bahwa prospek perekonomian Indonesia akan lebih baik dari perkiraan semula. Pertumbuhan ekonomi pada 2010 diperkirakan mencapai kisaran 5,5%-6,0%, lebih tinggi dari perkiraan semula sebesar 5,0%-5,5%. Perbaikan ekonomi tidak hanya ditopang oleh konsumsi yang tetap kuat, tetapi juga didukung oleh peningkatan ekspor sejalan dengan pemulihan ekonomi global. Peningkatan permintaan yang dibarengi oleh perbaikan iklim investasi diperkirakan mendorong peningkatan investasi secara signifikan. Perbaikan ekonomi tersebut diperkirakan terus berlanjut pada 2011 dengan pertumbuhan ekonomi dapat mencapai 6,0%-6,5%. Peningkatan permintaan yang dapat direspons sisi penawaran secara memadai diharapkan dapat menjaga tekanan inflasi ke depan pada tingkat yang rendah. Prospek ekonomi jangka menengah panjang (medium-terms) tahun secara lengkap tersaji dalam Laporan Perekonomian Indonesia 2009 yang dapat diakses melalui website Bank Indonesia. Dengan mempertimbangkan bahwa tingkat BI Rate 6,5% masih konsisten dengan sasaran inflasi tahun 2010 sebesar 5%±1% dan arah kebijakan moneter saat ini juga dipandang masih kondusif bagi proses pemulihan perekonomian dan berlangsungnya intermediasi perbankan. Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 6 April 2010 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,5% dengan koridor suku bunga sebesar +/- 50bps di sekitar BI Rate. 4

15 Perkembangan Makroekonomi Terkini 2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Berlanjutnya proses pemulihan ekonomi global turut mendukung kinerja perekonomian domestik. Selama triwulan I 2010, pemulihan ekonomi global semakin merata yang didukung oleh tetap solidnya perekonomian di kawasan Asia. Kondisi tersebut memberikan dampak positif pada perkembangan ekonomi di dalam negeri. Pada triwulan I 2010, perekonomian akan tumbuh lebih baik dari prakiraan semula yang didorong oleh adanya perbaikan ekspor serta didukung oleh adanya indikasi peningkatan investasi. Membaiknya permintaan negara mitra dagang yang disertai oleh masih tingginya harga komoditas berdampak positif pada kinerja ekspor. Sejalan dengan itu, optimisme pelaku usaha terhadap membaiknya kondisi perekonomian yang disertai dengan perbaikan iklim investasi domestik dan berbagai rencana proyek infrastruktur pemerintah berdampak pada perbaikan kinerja investasi. Sementara itu, konsumsi rumah tangga berada dalam arah yang membaik ditopang oleh masih kuatnya daya beli masyarakat serta terjaganya optimisme konsumen. Di sisi penawaran, membaiknya kinerja ekspor dan impor diprakirakan mendorong peningkatan kinerja sektor industri pengolahan serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Membaiknya permintaan ekspor akan memberikan kontribusi positif terhadap sektor industri pengolahan, sementara kenaikan impor akan berdampak positif terhadap kinerja sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Di sisi lain, sektor pertanian diperkirakan tumbuh melambat pada triwulan I 2010 terutama dipengaruhi oleh adanya pergeseran masa panen ke awal triwulan II Sektor lainnya yang diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi adalah sektor listrik, gas dan air bersih sejalan dengan berlanjutnya program konversi minyak tanah di beberapa daerah dan sudah mulai beroperasinya beberapa proyek listrik MW tahap I, serta sektor pengangkutan dan komunikasi terkait dengan penetrasi bisnis usaha telekomunikasi. PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA Proses pemulihan ekonomi global diperkirakan berjalan semakin pesat pada triwulan I Laju perbaikan ekonomi dunia masih disokong oleh kelompok negara berkembang khususnya Asia. Sementara perekonomian negara maju diperkirakan akan mencatatkan pertumbuhan positif meski masih dihadapkan pada tingginya angka pengangguran dan ketatnya penyaluran kredit. Di sisi lain, pemulihan negara-negara kawasan Uni Eropa sedikit tertinggal akibat krisis defisit fiskal yang melilit beberapa negara seperti Yunani serta lemahnya indikator-indikator konsumsi. Sementara itu, kinerja produksi di negara maju tumbuh solid seiring berhasilnya program stimulus fiskal yang memicu aktivitas industri serta didukung oleh rendahnya level inventory. Di negara berkembang, solidnya permintaan domestik di China menyebabkan tingginya permintaan impor di negara kawasan Asia dan memberikan efek spill-over pada pertumbuhan ekonomi kawasan Asia lainnya. Perekonomian AS pada triwulan IV-2009 tumbuh solid didorong oleh aktivitas industri yang menguat. Stimulus fiskal yang dikucurkan oleh Pemerintah AS mampu 5

16 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2010 menggerakkan produksi yang juga ditopang oleh semakin rendahnya level inventory. Ekonomi AS pada triwulan IV-2009 tumbuh sebesar 5,6% (qtq, annualize) atau sudah tumbuh positif secara year-on-year sebesar -0,1%. Melihat perkembangan tersebut, ekonomi AS pada triwulan I 2010 diprakirakan akan tumbuh positif. Berdasarkan informasi terkini, konsumsi di AS mulai menguat ditopang oleh tertahannya laju peningkatan PHK. Membaiknya konsumsi rumah tangga tercermin dari meningkatnya penjualan eceran selama 4 bulan berturut-turut. Peningkatan konsumsi tersebut juga dipicu oleh pemutusan hubungan kerja yang semakin melambat dan tertahannya peningkatan laju pengangguran yang kini mencapai 9,7%. Kondusifnya pasar tenaga kerja tercermin dari penurunan rata-rata initial jobless claim pada triwulan I 2010 sebesar 467 ribu orang dari 500 ribu orang pada triwulan sebelumnya. Selain itu, pertumbuhan negatif angka payroll juga semakin mengecil. Sisi produksi AS semakin membaik bahkan terindikasi sudah memasuki fase ekspansi. Stimulus fiskal pemerintah AS berupa pembangunan proyek infrastruktur mampu memicu aktivitas produksi AS. Di sisi lain, menguatnya penjualan eceran memicu turunnya level inventory dan direspons dengan peningkatan produksi seperti tercermin dari indeks pembelian kalangan pabrikan (PMI) dan industrial production yang meningkat. Kinerja pasar keuangan global kembali dalam tren menguat setelah sempat jatuh akibat ketidakpastian penyelesaian krisis fiskal di Eropa pada pertengahan triwulan. Optimisme investor pada pasar keuangan global terus meningkat sebagaimana tercermin pada bursa saham di negara maju yang menguat sepanjang triwulan I Namun demikian, bursa saham sempat anjlok dipicu oleh membengkaknya defisit fiskal negara GIPSY (Greece, Ireland, Portugal, Spain, dan Italy) serta ketidakjelasan solusi penyelesaiannya. Memasuki akhir triwulan I 2010, risk appetite investor kembali membaik seiring dengan solusi pendanaan defisit fiskal Yunani yang melibatkan Uni Eropa dan IMF. Pasar global juga meningkat dipicu oleh rilis data fundamental ekonomi global yang terus mengalami perbaikan dan laporan keuangan emiten yang sesuai dengan perkiraan. Proses pemulihan ekonomi Asia pada triwulan IV-2009 mengalami kemajuan pesat dan telah mencapai angka pertumbuhan positif. Sebagian besar pertumbuhan ekonomi Asia telah rebound setelah mengalami kejatuhan cukup dalam pada semester pertama tahun Beberapa negara di Asia yang perekonomiannya bertumpu pada sektor eksternal mengalami perbaikan yang signifikan seiring dengan tingginya permintaan ekspor ke China dan India. Selain itu, permintaan domestik juga cenderung meningkat yang didorong oleh positive wealth assets seiring dengan meningkatnya harga rumah dan bursa saham Asia serta tertahannya suku bunga di level yang rendah. Sementara itu, beberapa negara Asia lainnya yang perekonomiannya lebih bertumpu pada permintaan domestik terus melanjutkan tren positif. Ke depan, ekonomi China dan India masih menjadi motor utama perekonomian di Asia. Perekonomian China dan India diperkirakan masing-masing akan tumbuh sebesar 11,1% (yoy) dan 7,9% (yoy) pada triwulan I Tekanan inflasi dunia sepanjang triwulan I 2010 relatif terjaga. Berdasarkan data realisasi inflasi yang dikompositkan, tekanan inflasi dunia masih relatif stabil jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tekanan inflasi dunia pada Maret 2010 berada pada level 3,1% (yoy), tidak berubah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Harga komoditas 6

17 Perkembangan Makroekonomi Terkini internasional yang meningkat terindikasi belum memberikan tekanan inflasi seiring dengan aktivitas ekonomi dunia yang belum sepenuhnya pulih. Kebijakan moneter masih cenderung akomodatif meski sinyal pengetatan mulai terlihat di beberapa emerging market. Pada triwulan I 2010 sebagian besar Bank Sentral utama seperti Fed, BoJ, dan ECB masih menahan kenaikan suku bunga sebagai upaya mendorong pemulihan ekonomi domestik. The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga di kisaran 0%-0,25% terkait masih tingginya angka pengangguran dan masih terjaganya prakiraan inflasi. Sementara ECB tetap mempertahankan suku bunga pada level 1,0% untuk memberikan iklim kondusif pada penyelesaian krisis defisit fiskal Yunani. Di sisi lain, BoJ meningkatkan 3 month loan facility menjadi 20 triliun yen (222 milliar dolar AS), dua kali lipat dari sebelumnya untuk mendorong terjadinya inflasi pada jangka menengah meskipun suku bunga masih bertahan di level yang rendah yakni sebesar 0,1%. Beberapa bank sentral negara berkembang Asia dan bank sentral negara maju mulai beralih menempuh kebijakan ketat. Sinyal pengetatan moneter terlihat jelas di negara China dan India yang menaikkan giro wajib minimumnya masing-masing 100bps dan 75bps sepanjang triwulan I Beberapa bank sentral Asia yang sudah menaikkan suku bunga acuannya diantaranya Malaysia dan India. Bank sentral negara maju seperti Australia dan Israel juga sudah menaikkan suku bunga acuannya seiring tekanan inflasi yang meningkat serta ekonomi yang sudah berekspansi. PERTUMBUHAN EKONOMI Permintaan Agregat Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2010 diprakirakan semakin membaik. Peningkatan kinerja ekspor yang cukup tinggi dan masih kuatnya konsumsi rumah tangga mampu mendorong berlanjutnya perbaikan pertumbuhan ekonomi. PDB triwulan I 2010 diprakirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yakni mencapai 5,7% (yoy). Hal tersebut didukung oleh perkembangan indikator penuntun PDB yang mengindikasikan peningkatan (Grafik 2.1). Grafik 2.1 Indikator Penuntun PDB Pertumbuhan PDB diperkirakan meningkat dengan bertopang pada perbaikan ekspor dan konsumsi rumah tangga (Tabel 2.1). Kinerja ekspor diprakirakan tumbuh semakin membaik seiring dengan perbaikan ekonomi global dan masih tingginya harga komoditas internasional. Impor juga diprakirakan tumbuh lebih tinggi sebagai respons dari membaiknya permintaan eksternal terhadap komoditas industri pengolahan. Sejalan dengan perbaikan kinerja ekspor, investasi diperkirakan akan meningkat, baik berupa investasi yang dilakukan pemerintah maupun swasta. Sementara itu, konsumsi berada dalam arah yang membaik meskipun angka pertumbuhannya pada triwulan I 2010 diprakirakan melambat. Hal tersebut lebih dipengaruhi oleh base effect factor periode tahun sebelumnya yang tumbuh tinggi terkait Pemilu Legislatif. 7

18 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2010 Tabel 2.1 Pertumbuhan Ekonomi - Sisi Permintaan Indikator I II III IV I II III IV I* Total Konsumsi 4,9 5,5 5,5 6,3 6,4 5,9 7,3 6,3 5,4 5,9 6,2 4,4 Konsumsi Swasta 5,0 5,7 5,5 5,3 4,8 5,3 6,0 4,8 4,7 4,0 4,9 3,4 Konsumsi Pemerintah 3,9 3,6 5,3 14,1 16,4 10,4 19,2 17,0 10,3 17,0 15,7 12,3 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 9,4 13,9 12,2 12,3 9,4 11,9 3,5 2,4 3,2 4,2 3,3 6,9 Ekspor Barang dan Jasa 8,5 13,6 12,4 10,6 2,0 9,5-18,7-15,5-7,8 3,7-9,7 19,0 Impor Barang dan Jasa 9,0 18,0 16,1 11,1-3,7 10,0-24,4-21,0-14,7 1,6-15,0 21,1 PDB 6,3 6,2 6,3 6,2 5,3 6,0 4,5 4,1 4,2 5,4 4,5 5,7 * Angka Proyeksi Bank Indonesia Sumber : BPS Grafik 2.2 Indikator Penuntun Konsumsi Rumah Tangga Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2010 diprakirakan masih akan tumbuh positif. Hal tersebut dikonfirmasikan oleh pergerakan indikator penuntun konsumsi rumah tangga yang terus mengindikasikan perbaikan (Grafik 2.2). Membaiknya konsumsi rumah tangga didukung oleh daya beli masyarakat yang masih cukup kuat. Kenaikan UMP dengan rata-rata sebesar 8,8% (yoy) pada awal tahun 2010 yang juga disertai kenaikan gaji PNS, TNI, dan Polri sebesar 5% menjadi salah satu faktor yang menopang perbaikan daya beli masyarakat. Pergerakan nilai tukar petani dan upah buruh hingga Februari 2010 yang relatif stabil menjadi salah satu indikator yang menunjukkan masih cukup kuatnya penghasilan masyarakat. Sementara itu, optimisme masyarakat terhadap pendapatan yang diterimanya berpotensi mendorong kenaikan konsumsi rumah tangga lebih lanjut. Indikasi membaiknya konsumsi rumah tangga juga terlihat dari penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan yang meningkat. Namun, jika dibandingkan dengan realisasi konsumsi rumah tangga triwulan I 2009, pertumbuhan konsumsi rumah tangga periode laporan diprakirakan lebih rendah daripada konsumsi triwulan I 2009 tersebut terkait dengan tingginya pengeluaran konsumsi lembaga nonprofit menjelang Pemilu Legislatif (base effect factor). Berdasarkan perkembangan tersebut, konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2010 diprakirakan masih tumbuh positif sebesar 3,4% (yoy). Grafik 2.3 Pert. Penjualan Barang Elektronik Perkembangan beberapa indikator dini juga turut mendukung perbaikan konsumsi rumah tangga pada triwulan I Konsumsi barang tahan lama seperti penjualan mobil, sepeda motor, dan barang elektronik masih mencatat pertumbuhan yang tinggi (Grafik 2.3). Indeks penjualan eceran (IPE) Februari 2010 tercatat sebesar 209,2 atau tumbuh mencapai 41,3% (yoy), meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 40,3% (yoy). Pertumbuhan IPE tersebut ditopang oleh terus membaiknya beberapa kelompok komoditas seperti makanan dan tembakau, pakaian dan perlengkapan, serta peralatan tulis. Di sisi lain, indeks keyakinan konsumen juga bergerak membaik. 8

19 Perkembangan Makroekonomi Terkini Grafik 2.4 Indikator Penuntun Investasi Grafik 2.5 Pertumbuhan Impor Barang Modal Grafik 2.6 Pertumbuhan Konsumsi Semen Perbaikan pertumbuhan konsumsi juga tercermin dari kenaikan pertumbuhan impor barang konsumsi hingga Februari Searah dengan hal tersebut, indikator yang terkait dengan pembiayaan konsumsi seperti pertumbuhan M1 riil juga menunjukkan tren yang meningkat. Kinerja investasi diprakirakan tumbuh meningkat pada triwulan I 2010 sebagai dampak berlanjutnya perbaikan permintaan domestik dan eksternal. Perbaikan pertumbuhan investasi tersebut sejalan dengan perkembangan indikator penuntun investasi yang menunjukkan peningkatan investasi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Grafik 2.4). Peningkatan investasi juga tercermin dari impor barang modal (Grafik 2.5) yang tumbuh membaik dan realisasi investasi bangunan sebagaimana ditunjukkan oleh masih tingginya konsumsi semen. Sementara itu, terjaganya optimisme pelaku usaha terkait dengan perkiraan kenaikan order luar negeri dan iklim investasi yang kondusif berdampak positif mendorong kenaikan investasi pada triwulan I Sejalan dengan perkembangan tersebut, investasi pada triwulan I 2010 diprakirakan akan tumbuh sebesar 6,9% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dilihat dari strukturnya, pangsa utama pertumbuhan investasi pada triwulan I 2010 diperkirakan masih didominasi oleh investasi bangunan. Peningkatan pertumbuhan investasi didukung oleh perkembangan berbagai indikator dini investasi. Investasi nonbangunan mengindikasikan perbaikan yang tercermin dari impor barang modal yang cenderung meningkat hingga Februari Pola yang sama juga tercermin pada pertumbuhan konsumsi semen (Grafik 2.6) yang membaik hingga Februari 2010 sejalan dengan bergulirnya realisasi sektor bangunan dan proyek infrastruktur. Selain itu, perkembangan kegiatan investasi tersebut sejalan dengan perkembangan realisasi PMA dan PMDN yang cenderung membaik hingga akhir tahun Hal tersebut didukung informasi BKPM bahwa realisasi investasi PMA pada triwulan I 2010 diperkirakan meningkat pada kisaran 9,2 11,7 miliar dolar AS dibandingkan dengan periode yang sama tahun Selain itu, peningkatan investasi didukung oleh perbaikan pada sisi pembiayaan sebagaimana ditunjukkan oleh pertumbuhan kredit investasi yang mulai membaik (Grafik 2.7). Semakin membaiknya kondisi perekonomian negara mitra dagang dan harga komoditas mendorong kinerja ekspor tumbuh meningkat. Hal tersebut tercermin dari kenaikan permintaan negara maju seperti Amerika dan negara emerging markets terutama China (Grafik 2.8). Tren peningkatan indeks produksi, tingkat kepercayaan konsumen serta sentimen bisnis negara G3 dan China hingga Februari 9

20 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2010 Grafik 2.7 Pertumbuhan Kredit Investasi dan PMTB 2010 juga mendukung akselerasi pertumbuhan ekspor. Selain itu, harga komoditas yang cenderung meningkat di pasar internasional turut berdampak positif pada tingginya volume perdagangan global yang tercermin dari indeks Baltic Dry. Perdagangan dengan negara lainnya seperti India juga diperkirakan semakin membaik sehubungan dengan disepakatinya Free Trade Agreement (AI-FTA) negara-negara ASEAN dengan India serta mulai diimplementasikannya ACFTA secara penuh pada awal tahun Data ekspor BPS terkini mencatat nilai ekspor pada Februari 2010 mencapai 11,20 miliar dolar AS atau meningkat tajam 57,05% (yoy) dibandingkan dengan Februari Berdasarkan perkembangan tersebut, ekspor pada triwulan I 2010 diperkirakan tumbuh meningkat yaitu sebesar 19,0% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut, pertumbuhan ekspor non migas masih ditopang oleh ekspor komoditas primer berupa produk pertambangan seperti batubara dan produk hasil industri seperti minyak kelapa sawit. Grafik 2.8 Pertumbuhan Ekspor ke Negara Maju Grafik 2.9 Indikator Penuntun Impor Tren positif pertumbuhan impor diprakirakan berlanjut pada triwulan I 2010 sejalan dengan masih kuatnya permintaan domestik dan peningkatan permintaan eksternal. Hal tersebut ditunjukkan oleh pergerakan indikator penuntun impor yang membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Grafik 2.9). Setelah menunjukkan tren positif pada akhir tahun, pada Februari impor kembali menunjukkan peningkatan baik secara tahunan maupun bulanan. Berdasarkan data BPS, nilai impor pada Februari 2010 mencapai 9,50 miliar dolar AS atau meningkat sebesar 63,23% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Dengan perkembangan tersebut, impor pada triwulan I 2010 diperkirakan tumbuh mencapai 21,1% (yoy). Pangsa pertumbuhan impor terutama masih bersumber dari impor bahan baku/penolong yang tumbuh membaik. Dilihat dari golongan komoditas HS 2 dijit, pertumbuhan nilai impor pada Februari 2010 didorong oleh pertumbuhan impor beberapa komoditas yang terkait dengan penambahan kapasitas produksi seperti mesin/pesawat mekanik serta mesin dan peralatan listrik. Operasi Keuangan Pemerintah Realisasi kinerja operasi keuangan Pemerintah selama Januari- Februari 2010 diwarnai oleh pencapaian target APBN yang lebih baik untuk penerimaan dan belanja negara dibandingkan tahun Sebagaimana pola di tahun-tahun sebelumnya, realisasi APBN di dua bulan pertama 2010 mencatat surplus anggaran dan jumlah surplus di 2010 tersebut relatif sama dibandingkan tahun Namun demikian, realisasi pendapatan dan belanja negara tersebut terhadap targetnya,mengalami perbaikan dibandingkan dengan tahun lalu. Penerimaan dan hibah negara telah mencapai 11,4% dari target APBN, atau lebih tinggi dari tahun 10

21 Perkembangan Makroekonomi Terkini 2009 yang sebesar 10,7%. Peningkatan tersebut terutama bersumber dari hasil penerimaan perpajakan yang membaik. Kondisi yang sama juga ditunjukkan oleh kinerja belanja negara yang telah mencapai 9,3% dari target APBN, sedikit meningkat dari 9,2% dari target APBN di Kondisi tersebut didorong oleh penyaluran belanja ke daerah yang lebih tinggi. Sementara itu, realisasi Belanja Modal di awal tahun masih minimal. Di sisi pembiayaan, realisasi penerbitan SBN telah mencapai sepertiga dari target APBN sejalan dengan perkembangan pasar SUN yang kondusif, walaupun operasi keuangan masih mengalami surplus anggaran. Membaiknya aktivitas perekonomian pada tahun 2010 mampu mendorong kinerja sektor perpajakan. Selama dua bulan pertama tahun 2010, penerimaan perpajakan mencapai 12,2% dari target APBN, atau lebih baik dari tahun 2009 yang baru sebesar 11,5%. Meningkatnya penerimaan perpajakan tersebut berasal dari penerimaan PPN, pajak ekspor dan cukai. Kenaikan penerimaan PPN dan pajak ekspor diindikasi akibat aktivitas perekonomian yang membaik, termasuk meningkatnya kegiatan ekspor. Selain karena kondisi global tersebut, kenaikan Pajak Ekspor juga dikarenakan oleh kebijakan yang membebankan tarif Bea Keluar untuk komoditas crude palm oil (CPO) yang lebih tinggi sesuai dengan perkembangan harganya di pasar internasional. 1 Sebaliknya, penerimaan PPh relatif menurun terutama dari sektor migas. Menurunnya penerimaan terkait migas juga terjadi pada penerimaan nonpajak. Namun secara pencapaian target APBN, penerimaan nonpajak relatif sama dengan tahun sebelumnya sebesar 8,6% seiring dengan target yang lebih rendah. Penyerapan belanja negara membaik yang ditopang oleh peningkatan penyaluran transfer ke daerah. Sampai dengan Februari 2010, realisasi transfer ke daerah mencapai 16,4% dari target APBN. Pencapaian tersebut lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu sebesar 14,7% seiring dengan pembayaran Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) yang lebih besar. Namun secara umum, perbaikan belanja negara relatif terbatas akibat rendahnya belanja Pemerintah pusat yang hanya mencapai 6,2% dari target APBN, atau lebih rendah dari pencapaian tahun sebelumnya sebesar 6,7%. Kondisi ini dikarenakan masih rendahnya pengeluaran yang bersifat non-discretionary seperti pembayaran Subsidi dan Bunga Utang. Minimnya pengeluaran juga terjadi pada Belanja Modal yang baru mencapai 2,3% dari target APBN. Di sisi lain, realisasi Belanja Pegawai dan Bantuan Sosial mampu mencatat perbaikan dari periode sama tahun lalu. Di sisi pembiayaan, tingginya minat pelaku pasar berdampak pada penerbitan SBN yang lebih besar dari targetnya selama triwulan I Total penerbitan SBN dan SBSN (gross) selama triwulan I 2010 mencapai sekitar 66,5 triliun rupiah atau 38% dari target APBN. Namun demikian, pencapaian tersebut masih lebih rendah dari tahun 2009 akibat besarnya penerbitan global bond pada triwulan I Selain minat pelaku pasar yang besar, tingginya penerbitan SBN juga didukung oleh pasar SUN yang kondusif sebagaimana tercermin dari yield SUN pasar sekunder di hampir seluruh tenor yang mengalami penurunan dibandingkan dengan posisi akhir tahun Kondisi tersebut berimbas pada yield di pasar primer yang juga menurun pada Maret Terjadi kenaikan tarif Bea Keluar CPO dari 0% di tahun 2009 menjadi 3% sejak awal tahun 2010 akibat mulai meningkatnya harga CPO 11

22 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2010 Penawaran Agregat Kinerja sektor usaha pada triwulan I 2010 mengindikasikan perbaikan sejalan dengan perkembangan indikator sektoral yang menunjukkan peningkatan (Tabel 2.2). Sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor bangunan, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa tumbuh diprakirakan tumbuh membaik pada triwulan I 2010 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Membaiknya sektor perdagangan, hotel dan restoran terutama didorong oleh peningkatan subsektor perdagangan besar (impor) serta terkait juga dengan penerapan Asean China Free Trade Agreement (ACFTA). Sementara peningkatan pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi masih didorong oleh subsektor telekomunikasi. Penyumbang utama dalam pertumbuhan PDB triwulan I 2010 diprakirakan berasal dari sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor industri pengolahan, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sementara itu, pangsa terbesar terhadap perekonomian masih berasal dari sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor pertanian. Tabel 2.2 Pertumbuhan Ekonomi - Sisi Penawaran % Y-o-Y, Tahun Dasar 2000 Indikator I II III IV I II III IV I* Pertanian 3,4 6,4 4,8 3,2 5,1 4,8 5,9 2,9 3,3 4,6 4,1 4,5 Pertambangan & Penggalian 2,0-1,6-0,4 2,3 2,4 0,7 2,6 3,4 6,2 5,2 4,4 5,0 Industri Pengolahan 4,7 4,3 4,2 4,3 1,8 3,7 1,5 1,5 1,3 4,2 2,1 4,2 Listrik, Gas & Air Bersih 10,3 12,3 11,8 10,4 9,3 10,9 11,2 15,3 14,5 14,0 13,8 14,0 Bangunan 8,6 8,2 8,3 7,8 5,9 7,5 6,2 6,1 7,7 8,0 7,1 8,1 Perdagangan, Hotel & Restoran 8,4 6,7 7,7 7,6 5,5 6,9 0,6 0,0-0,2 4,2 1,1 5,1 Pengangkutan & Komunikasi 14,0 18,1 16,6 15,6 16,1 16,6 16,8 17,0 16,4 12,2 15,5 14,2 Keuangan, Persewaan & Jasa 8,0 8,3 8,7 8,6 7,4 8,2 6,3 5,3 4,9 3,8 5,0 4,2 Jasa-jasa 6,6 5,5 6,5 7,0 5,9 6,2 6,7 7,2 6,0 5,7 6,4 5,2 PDB 6,3 6,2 6,3 6,2 5,3 6,0 4,5 4,1 4,2 5,4 4,5 5,7 * Angka Proyeksi Bank Indonesia Sumber : BPS Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan I 2010 berada dalam arah yang membaik dengan angka pertumbuhan yang diprakirakan relatif stabil. Membaiknya permintaan eksternal menjadi faktor positif bagi perkembangan sektor industri pengolahan terutama industri yang berorientasi ekspor seperti subsektor alat angkutan, mesin dan peralatannya, subsektor kimia dan barang dari karet, subsektor tekstil, barang kulit dan alas kaki, serta subsektor barang kayu dan hasil hutan. Indikator permintaan domestik sektor industri seperti penjualan mobil dan sepeda motor juga menunjukkan tren perbaikan seiring dengan masih cukup kuatnya daya beli masyarakat. Perkembangan kinerja sektor industri juga dikonfirmasi oleh indikator penuntun sektor industri pengolahan yang berada dalam fase ekspansi. Hal serupa juga ditunjukkan oleh perkembangan indeks dan utilisasi kapasitas produksi Survei Produksi BI serta impor bahan baku industri yang berada dalam tren yang meningkat pada pertengahan triwulan I Impor bahan baku tumbuh sebesar 68,9% (yoy) disertai peningkatan indeks produksi dan kapasitas utilisasi yaitu masing-masing sebesar 12

23 Perkembangan Makroekonomi Terkini 5,7% (yoy) dan 7,3% (yoy) pada Januari Di sisi pembiayaan, kredit perbankan yang disalurkan kepada sektor industri sampai dengan pertengahan triwulan I 2010 tumbuh stabil namun masih berada di bawah rata-rata pertumbuhan tahun Sektor perdagangan, hotel, dan restoran diprakirakan tumbuh meningkat pada triwulan I Faktor utama yang memengaruhi peningkatan kinerja sektor perdagangan, hotel, dan restoran adalah meningkatnya impor serta membaiknya kinerja sektor industri pengolahan. Impor pada Februari 2010 tumbuh sebesar 63,23% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, kinerja sektor industri pengolahan yang membaik mengindikasikan adanya peningkatan jumlah barang yang diperdagangkan di sektor perdagangan. Meskipun di sisi lain, sektor pertanian dan sektor pertambangan yang juga turut memengaruhi kinerja sektor perdagangan diprakirakan mengalami sedikit perlambatan. Indikasi meningkatnya kinerja sektor perdagangan juga tercermin dari naiknya indeks penjualan riil Survei Penjualan Eceran (SPE) BI dan tingkat hunian hotel di Bali. Indeks penjualan riil pada Februari 2010 tumbuh meningkat yaitu dari 36,5% (yoy) pada Januari 2010 menjadi 40,0% (yoy). Di sisi pembiayaan, kredit perbankan yang disalurkan pada sektor perdagangan menunjukkan perkembangan yang relatif stabil. Sektor pertanian mengindikasikan adanya perlambatan pada triwulan I Melambatnya kinerja sektor pertanian pada triwulan I 2010 terutama dikarenakan oleh adanya pergeseran musim panen raya padi. Masa panen raya tahun 2010 diperkirakan berlangsung pada periode Maret-April. Adanya pergeseran masa tanam yang terjadi pada akhir tahun 2009 berpengaruh pada konsentrasi produksi panen padi yang bergeser ke bulan April sehingga produksi pada akhir triwulan I 2010 lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Produksi padi pada masa panen ini diperkirakan masih cukup baik seiring dengan tingkat kegagalan panen padi akibat banjir ataupun puso periode Januari- Februari 2010 yang lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama dalam 5 tahun terakhir. Berdasarkan ARAM I BPS tahun 2010, produksi padi tahun 2010 diperkirakan hanya meningkat 0,88% dari tahun sebelumnya yaitu menjadi 64,9 juta ton. Meskipun berada di bawah target awal Pemerintah, perkiraan produksi padi ini masih mampu untuk memenuhi kebutuhan domestik. Sementara itu, kinerja subsektor perkebunan pada triwulan I 2010 diperkirakan masih dapat menopang kinerja sektor pertanian seiring dengan masih cukup tingginya ekspor beberapa komoditas perkebunan. Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit perbankan kepada sektor pertanian menunjukkan perkembangan yang relatif stabil. Sektor pertambangan masih menunjukkan kinerja yang membaik pada triwulan I Perbaikan sektor tersebut tercermin dari perkembangan beberapa indikator dini yaitu ekspor batubara, nikel, tembaga, bijih, kerak dan abu logam serta produksi minyak yang berada dalam arah yang meningkat sampai dengan awal triwulan I Hal itu terutama dipengaruhi oleh permintaan negara mitra dagang yang membaik. Di sisi lain, permintaan eksternal komoditas batubara juga didukung oleh sistem penjualan ekspor jangka panjang. Dari sisi pembiayaan, kredit yang disalurkan kepada sektor pertambangan menunjukkan peningkatan sampai dengan pertengahan triwulan I Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan I 2010 diprakirakan tumbuh membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal tersebut terindikasi 13

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818163 +62

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818163 +62

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818163 +62

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2008 4. Outlook Perekonomian Di tengah gejolak yang mewarnai perekonomian global, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2008 diprakirakan mencapai 6,2% atau melambat

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818163 +62

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2010

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Boks I Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Gambaran Umum Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yang meningkat seiring masih berlangsungnya krisis

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2010

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Grup Kebijakan Moneter Departemen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Grup Kebijakan Moneter Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818163

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2003, Bank Indonesia Sampai dengan triwulan III-2003, kondisi perekonomian Indonesia masih mengindikasikan

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

BUKU LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2010 ISSN

BUKU LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2010 ISSN BUKU LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2010 ISSN 0522-2572 Laporan Perekonomian Indonesia 2010 i Visi Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2010

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 261 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2007 2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Penguatan pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan terus berlanjut pada triwulan IV-2007. PDB triwulan IV-2007 diprakirakan

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) DIREKTORAT PERENCANAAN MAKRO FEBRUARI

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Pengaturan dan Komunikasi Kebijakan Moneter Grup Kebijakan Moneter Departemen

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter

Tinjauan Kebijakan Moneter Mei 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Tinjauan Kebijakan Moneter Mei 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Grup Kebijakan Moneter Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan IV 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan IV 2003, Bank Indonesia Sampai

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini 2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Penguatan pertumbuhan ekonomi diprakirakan berlanjut pada triwulan II-2007. Setelah mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi pada triwulan I-2007, PDB diprakirakan tumbuh

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan masih akan terus berlangsung pada 2008, melanjutkan perkembangan yang membaik selama 2007. Pertumbuhan ekonomi 2008 diprakirakan mencapai

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur 1 Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur ALUR PIKIR 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAANN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJAA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGAR RAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel...

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

Kinerja CARLISYA PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 1,728,431,985.66 Pasar Uang 0-80% Deposito Syariah 6.12% 93.88% Infrastruktur 87.50% Disetahunkaluncuran Sejak pe- Deskripsi Jan-16 YoY Keuangan 12.50% Yield 0.64% 7.66%

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Perkembangan Terkini, Tantangan, dan Prospek Ekonomi Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Disampaikan pada MUSRENBANG RKPD 2017 KOTA BALIKPAPAN OUTLINE 2 Perekonomian Nasional Perekonomian

Lebih terperinci

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Kinerja CENTURY PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 3,058,893,148.56 - Keuangan - Infrastruktur 0-80% AAA A - 66.33% 15.52% 18.15% - Inflasi (Jan 2016) - Inflasi (YoY) - BI Rate 0.51% 4.14% 7.25% Kinerja Sejak pe- Deskripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818163 +62

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan I 2004 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan I 2004, Bank Indonesia Membaiknya

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Perkembangan Terkini, Prospek, dan Tantangan Ke Depan

Perkembangan Terkini, Prospek, dan Tantangan Ke Depan Ringkasan Laporan Nusantara Februari 2014 *) Perkembangan Terkini, Prospek, dan Tantangan Ke Depan PERKEMBANGAN TERKINI EKONOMI DAERAH Setelah mengalami perlambatan pada beberapa triwulan sebelumnya, realisasi

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

UMKM & Prospek Ekonomi 2006

UMKM & Prospek Ekonomi 2006 UMKM & Prospek Ekonomi 2006 Oleh : B.S. Kusmuljono Ketua Komite Nasional Pemberdayaan Keuangan Mikro Indonesia (Komnas PKMI) Komisaris BRI Disampaikan pada : Dialog Ekonomi 2005 & Prospek Ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2012 ISSN

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2012 ISSN LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2012 ISSN 0522-2572 Visi Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan II 2004 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan II 2004, Bank Indonesia Selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi secara makro, di samping kebijakan fiskal juga terdapat kebijakan moneter yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Respon (stance) kebijakan moneter ditetapkan untuk menjamin agar pergerakan inflasi dan ekonomi ke depan tetap berada pada jalur pencapaian sasaran inflasi

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax: KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Tel: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Prospek Ekspor

Lebih terperinci

SURVEI PERSEPSI PASAR

SURVEI PERSEPSI PASAR 1 SURVEI PERSEPSI PASAR Triwulan I 2010 Inflasi dan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 diperkirakan berada pada kisaran 5,1-5,5%. Mayoritas responden (58,8%) optimis bahwa pertumbuhan ekonomi pada tahun

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2014 149 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum... 1.2 Realisasi Semester I Tahun 2013... 1.2.1 Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik BAB I PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik maupun global.

Lebih terperinci

SURVEI PERSEPSI PASAR

SURVEI PERSEPSI PASAR 1 SURVEI PERSEPSI PASAR Triwulan III 2010 Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 diperkirakan sebesar 6,1%. Inflasi berada pada kisaran 6,1-6,5% Perkembangan ekonomi global dan domestik yang semakin membaik, kinerja

Lebih terperinci

Memperkuat Ketahanan, Mendorong Momentum Pemulihan Ekonomi Nasional LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2009

Memperkuat Ketahanan, Mendorong Momentum Pemulihan Ekonomi Nasional LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2009 Memperkuat Ketahanan, Mendorong Momentum Pemulihan Ekonomi Nasional LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2009 LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2009 ISSN 0522-2572 Laporan Perekonomian Indonesia 2009 i Visi Menjadi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003 Tim Penulis Laporan triwulan I-2003, Bank Indonesia Kondisi moneter selama triwulan I-2003 tetap stabil dan terkendali meskipun belum

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2011

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2011 Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 211 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 Posisi uang primer pada akhir Januari 2002 menurun menjadi Rp 116,5 triliun atau 8,8% lebih rendah dibandingkan akhir bulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada

Lebih terperinci

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Melemahnya nilai tukar rupiah dan merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan membuat panik pelaku bisnis. Pengusaha tahu-tempe, barang elektronik, dan sejumlah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci