I.1 Latar Belakang Penelitian
|
|
- Harjanti Pranoto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian Mikroorganisme termofilik merupakan salah satu kelompok mikroorganisme yang memiliki kemampuan hidup dan memperbanyak diri pada temperatur 50 o C hingga 110 o C (Brock dan Freeze, 1969; Brock dan Boylen, 1973). Penelitian terhadap genetika mikroorganisme termofilik telah menghasilkan penggambaran baru dalam pohon filogenetik. Di samping itu, mikroorganisme ini menghasilkan enzim dan protein yang memiliki ketahanan termal lebih tinggi dibandingkan padanan mesofilnya (Vieille dan Zeikus, 2001). Sifat stabilitas termal ini akhirnya menjadi isu penting dalam penelitian pada tingkat struktur protein (Daniel and Cowan, 2000; Bartolucci dkk., 2003). Penelitian terhadap sifat stabilitas termal telah membuka wawasan baru terhadap pengembangan ilmu dasar yaitu pemahaman akan keterkaitan antara pelipatan (folding) protein dan stabilitasnya, maupun aplikasi praktis yaitu untuk keperluan rekayasa enzim sehingga dapat bekerja optimal pada temperatur yang lebih tinggi (Kumar dkk., 2000). Dalam dua dekade terakhir telah terjadi pergeseran paradigma industri biokatalis, enzim yang semula hanya dapat digunakan dalam kondisi biasa (mild condition) saat ini dapat digunakan dalam kondisi ekstrim seperti temperatur tinggi. Salah satu enzim termostabil yang banyak diaplikasikan dalam riset bioteknologi, di antaranya untuk proses PCR (Polymerase Chain Reaction) adalah enzim DNA Polimerase (Pol) I yang berasal dari mikroorganisme Thermus aquaticus (Taq Polimerase). Teknik PCR (Mullis dkk., 1986) digunakan untuk menggandakan daerah tertentu pada DNA secara in vitro, karenanya dibutuhkan enzim pengganda DNA yang tetap stabil pada temperatur tinggi (Barnes, 1994). Taq Pol I merupakan enzim yang bekerja optimal pada temperatur ~75 o C dan tetap stabil pada temperatur 95 o C, yaitu temperatur yang dibutuhkan untuk membuka untai ganda DNA. Sejauh ini hasil penelitian dengan berbagai metode baik secara eksperimen, statistik, bioinformatik maupun komputasi, telah menemukan bahwa sifat stabilitas termal tidak terfokus pada satu jenis interaksi intramolekul dalam 1
2 protein. Data-data menunjukkan bahwa sifat stabilitas termal dapat disebabkan oleh adanya perbedaan komposisi asam amino, interaksi elektrostatik, ikatan disulfida, interaksi hidrofobik, interaksi cincin aromatik, ikatan hidrogen dan lainlain (Jaenicke dan Zàvodszky, 1990; Jaenicke dan Böhm, 1998; Kumar dkk., 2000; Daniel dan Cowan, 2000; Das dan Gerstein, 2000; Gianese dkk., 2002). Akibat tidak spesifiknya faktor penentu stabilitas termal, disarankan bahwa faktor ini dapat berbeda dari satu protein ke protein yang lain (Bartolucci dkk., 2003). Oleh karena itu, penelitian untuk mengungkap faktor penentu stabilitas termal dari suatu protein masih terus dilakukan. Pada awalnya, penelitian terhadap faktor penentu stabilitas termal dari suatu protein ditentukan dengan berbagai teknik eksperimen (Fiorentino dkk., 1998; Haney dkk., 1999; Kumar dkk., 2000). Hal ini secara umum dilakukan dengan memberikan stress termal untuk mendestabilisasi struktur protein. Evaluasi terhadap pentingnya faktor penentu stabilitas termal juga dilakukan dengan memutasi protein target terhadap asam amino tertentu dan menganalisis efek mutasi dengan mengukur stabilitas termalnya pada berbagai temperatur. Dengan cara ini mutasi yang memberikan pengaruh signifikan terhadap kestabilan dalam berbagai temperatur pengukuran diyakini sebagai faktor penentu stabilitas termal dari suatu protein. Kesulitan terbesar dari pendekatan eksperimen yang dilakukan dengan memutasi protein target adalah menentukan daerah atau residu yang akan dimutasi. Satu tahap proses eksperimen umumnya berlangsung dalam orde waktu mikro detik hingga menit karenanya perubahan struktur hingga tingkat atom selama proses denaturasi atau destabilisasi protein belum dapat teramati. Karenanya, dalam dua dekade terakhir muncul pendekatan alternatif yaitu melalui analisis komputasi untuk membantu menentukan daerah maupun residu potensial yang dapat meningkatkan termostabilitas protein (Bartolucci dkk., 2003; Liu dan Wang, 2003). Kelebihan utama pendekatan komputasi dibandingkan eksperimen adalah bahwa metode komputasi dapat mengarahkan serta menentukan secara langsung residu-residu yang menjadi target mutasi serta dapat melihat lebih detail sampai 2
3 pada tingkat atom dalam resolusi waktu yang lebih halus (skala femto hingga nano detik) yang belum memungkinkan untuk dilakukan secara eksperimen. Dengan demikian interaksi-interaksi antar atom yang merupakan penentu stabilitas termal dapat lebih mudah diamati. Walaupun terdapat perbedaan orde waktu antara eksperimen dan komputasi, hasil pendekatan komputasi yang telah dipublikasikan (Chong dan Chu, 2002; Fan dan Mark, 2004) menunjukkan pola yang dapat dibandingkan (comparable) dengan hasil eksperimen. Gen DNA Pol I dari bakteri termofilik Geobacillus thermoleovorans galur lokal dari sumber air panas Cimanggu, Jawa Barat telah diklon dan diekspresikan di Escherichia coli. Enzim ini diberi nama DNA Pol I ITB-1 (Akhmaloka dkk., 2000; Akhmaloka dkk., 2002). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaporkan (Pramono, 2004) diketahui bahwa enzim DNA Pol I ITB-1 memiliki tingkat homologi yang tinggi dengan enzim DNA Pol I dari Bacillus caldotenax (99%) dan B.caldolitycus (99,7%). Tingginya tingkat homologi menunjukkan adanya ekivalensi fungsi (Branden dan Tooze, 1999) dengan kedua DNA Pol I tersebut yang ditandai dengan adanya domain polimerase 5 3, eksonuklease 3 5 dan eksonuklease 5 3. Analisis penjajaran urutan asam amino lebih lanjut pada domain eksonuklease 5 3 menunjukkan adanya enam motif lestari yang umum dijumpai pada domain ini. Hasil analisis penjajaran pada domain eksonuklease 3 5 menunjukkan terdapatnya tiga motif namun beberapa residu penting tidak dimiliki DNA Pol I ITB-1 sehingga diduga DNA Pol I ITB-1 tidak mempunyai aktivitas eksonuklease 3 5. Sedangkan hasil analisis penjajaran pada domain polimerase menunjukkan adanya enam motif lestari dan sisi katalitik enzim terdapat pada motif A dan motif C. Peneliti lain (Ambarsari dkk., 2006) telah melaporkan sifat biokimia enzim meliputi ph (7.4) dan temperatur optimum (65 o C) serta parameter kinetika enzim. Selain itu melalui studi mutasi terarah telah dikaji pula peran penting residu karboksilat yang terdapat pada subdomain telapak yaitu Asp-802 dan Glu-831 terhadap sifat biokimia enzim. Hanya saja, pemahaman mengenai sifat stabilitas termal enzim DNA Pol I ITB-1 belum diketahui. 3
4 I.2 Masalah Penelitian Sampai saat ini faktor penentu stabilitas termal dari enzim DNA Pol I ITB-1 belum dielusidasi. Informasi ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan, di antaranya dapat dijadikan sebagai acuan untuk merekayasa protein dan dapat digunakan untuk menghindari kesalahan target mutasi. Namun, hal yang lebih penting adalah untuk membuka dan menambah pemahaman tentang mengapa suatu protein dapat bersifat termostabil. Selama ini, pendekatan untuk mempelajari stabilitas termal keluarga DNA Pol I dilakukan dengan membandingkan urutan asam amino maupun struktur dimensi (3D) enzim yang berasal dari mesofil maupun termofil (Villbrandt dkk., 1997; Kiefer dkk., 1997) serta analisis denaturasi termal (Karantzeni dkk., 2003). Pendekatan komputasi dengan simulasi dinamika molekul (SDM) belum pernah dilaporkan sebelumnya. Pendekatan SDM sangat mungkin dilakukan mengingat metode denaturasi termal secara eksperimen dapat dimodelkan. Selain itu proses denaturasi bahkan dapat diamati hingga tingkat atom. Berangkat dari permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sifat stabilitas termal DNA Pol I ITB-1 melalui pendekatan SDM. Untuk keperluan tersebut, diperlukan pemahaman akan struktur 3D dari enzim ini. Struktur kristal Fragmen Bacillus (BF, yaitu residu nomor 297 hingga 876) DNA Pol I B.stearotermophillus (Kiefer dkk., 1997) telah dimanfaatkan sebagai cetak biru dengan tingkat homologi struktur 3D mencapai 99%, yang selanjutnya disebut sebagai Klenow-like DNA Pol I ITB-1. Penelitian difokuskan pada kajian sifat stabilitas termal enzim sehingga didapatkan informasi residu-residu yang bertanggung jawab terhadap sifat tersebut. Selain itu, dipelajari pula pergerakan dinamis enzim sebagai fungsi dari temperatur. Sebagai pembanding, dilakukan kajian yang sama terhadap padanan enzim dari keluarga Klenow-like DNA Pol I yaitu Fragmen Klenow (KF) dari E.coli (Beese dkk., 1993) dan Klenow Taq I (Klentaq) dari T.aquaticus (Kim dkk., 1995; Li dkk., 1998). 4
5 I.3 Pendekatan dan Metode Penelitian Yang Digunakan Untuk mencapai tujuan tersebut pada penelitian ini telah dilakukan simulasi dinamika molekul terhadap Klenow-like DNA Pol I ITB-1 pada berbagai temperatur (300, 350, 400 dan 500 K) dengan menggunakan perangkat lunak AMBER modul SANDER dengan sistem solvasi implisit. Hasil simulasi menyarankan adanya daerah labil dan kaku pada enzim sehingga selanjutnya dilakukan mutasi terarah in silico. Kemudian dilakukan perhitungan perubahan energi bebas dengan menggunakan perangkat lunak NAMD berdasarkan metode Alchemical Free Energy Perturbation. Untuk melihat pergerakan dinamis enzim dengan lebih detail dilakukan simulasi pada temperatur 300 dan 350 K menggunakan perangkat lunak AMBER modul SANDER dengan sistem solvasi eksplisit. Sebagai komparasi, dilakukan pula simulasi dinamika molekul pada berbagai temperatur terhadap padanan enzim yaitu KF dan Klentaq. Perangkat lunak yang digunakan adalah AMBER dengan sistem solvasi implisit. I.4 Pelaksanaan Penelitian Simulasi dinamika molekul memerlukan koordinat awal dan parameter untuk menghitung berbagai komponen energi potensial dan kinetik. Karenanya tahap awal penelitian dimulai dengan melakukan konstruksi model struktur 3D Klenowlike DNA Pol I ITB-1 menggunakan program Predict Protein dan SWISS MODEL. Sedangkan penyiapan struktur 3D KF dan Klentaq diperoleh dari Protein Data Bank (PDB) dengan menggunakan perangkat lunak Visual Molecular Dynamics (VMD). Selanjutnya dilakukan parameterisasi dan solvasi terhadap model-model enzim yang digunakan baik secara implisit dan eksplisit. Tahapan simulasi dinamika molekul dibagi menjadi empat tahap utama, yaitu tahap minimisasi, pemanasan, ekuilibrasi dan produksi. Tahap minimisasi energi bertujuan untuk mengendurkan interaksi-interaksi berenergi tinggi, baik interaksi non-ikatan seperti tumpangsuhnya (overlapping) jari-jari van der Waals antar atom, dan interaksi ikatan yang memiliki dimensi panjang, sudut, atau torsi yang menyimpang dari nilai kesetimbangannya. Setelah energi sistem relatif minimum, kemudian sistem dipanaskan hingga temperatur yang diinginkan. Pada tahap 5
6 ketiga seluruh komponen energi kemudian diekuilibrasi pada temperatur akhir pemanasan hingga nilai setiap komponen energi mencapai konvergensi. Selanjutnya dilakukan produksi simulasi denaturasi termal untuk mempelajari sifat stabilitas termal enzim serta mengamati pergerakan dinamis enzim. Selanjutnya dilakukan mutasi terarah secara in silico untuk mengevaluasi hasilhasil yang disarankan dari simulasi dinamika molekul. Terakhir, dilakukan perhitungan perubahan energi bebas antara enzim wild type (WT) dengan mutanmutannya menggunakan perangkat lunak NAMD. I.5 Sistematika Disertasi Disertasi ini dikelompokkan menjadi lima bagian meliputi: pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian, hasil dan pembahasan, kesimpulan dan alur baru yang dihasilkan. Pada bab I yaitu pendahuluan, diuraikan tentang latar belakang, masalah yang memuat tujuan penelitian, pendekatan dan metode penelitian yang digunakan, pelaksanaan penelitian secara garis besar serta sistematika penyajian disertasi. Pada Bab II tinjauan pustaka, berisi informasi yang berkaitan dengan topik yang diteliti yaitu stabilitas termal suatu protein, pendekatan yang digunakan yaitu simulasi dinamika molekul serta model protein yang digunakan yaitu DNA Pol I. Bab III, metode penelitian yang berisi penjabaran lengkap atas pendekatan dan metode yang digunakan untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian. Bab IV berisi hasil dan pembahasan, yang menyajikan hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian serta pembahasan terkait dengan hasil tersebut. Bab V, kesimpulan dan alur baru yang diperoleh dari hasil penelitian. 6
Bab IV Hasil Dan Pembahasan
Bab IV Hasil Dan Pembahasan Penelitian terhadap enzim dan protein termostabil telah membuka wawasan baru terhadap pengembangan ilmu dasar, seperti adanya faktor-faktor yang menentukan stabilitas termal
Lebih terperinciSedangkan nilai RMSD pada 328 K naik secara bertahap menuju 10 Å pada 330 ps kemudian setelah 500 ps nilai RMSD mencapai 25 Å.
Sedangkan nilai RMSD pada 328 K naik secara bertahap menuju 10 Å pada 330 ps kemudian setelah 500 ps nilai RMSD mencapai 25 Å. Gambaran kualitatif terhadap perubahan konformasi enzim selama proses simulasi
Lebih terperinciBAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI
BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI Di dalam Bab XII ini akan dibahas pengertian dan kegunaan teknik Reaksi Polimerisasi Berantai atau Polymerase Chain Reaction (PCR) serta komponen-komponen dan tahapan
Lebih terperinciSTABILITAS TERMAL DAN PERGERAKAN DINAMIS KLENOW-LIKE DNA POLIMERASE I ITB-1 BERDASARKAN SIMULASI DINAMIKA MOLEKUL DISERTASI
STABILITAS TERMAL DAN PERGERAKAN DINAMIS KLENOW-LIKE DNA POLIMERASE I ITB-1 BERDASARKAN SIMULASI DINAMIKA MOLEKUL DISERTASI Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor dari Institut
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1Lingkungan Termofilik Lingkungan geotermal alami yang tersebar di seluruh permukaan bumi, pada dasarnya terbentuk dari pergerakan kerak bumi yang terjadi pada zona tektonik yang
Lebih terperinciMUTASI C825T GEN katg ISOLAT L5 MULTIDRUG RESISTANT Mycobacterium tuberculosis TESIS RINA BUDI SATIYARTI NIM: Program Studi Kimia
MUTASI C825T GEN katg ISOLAT L5 MULTIDRUG RESISTANT Mycobacterium tuberculosis TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh: RINA BUDI
Lebih terperinciPengaruh Mutasi D802N pada Aktivitas Polimerase DNA Pol I ITB-1
PROC. ITB Sains & Tek. Vol. 38 A, No. 2, 2006, 89-98 89 Pengaruh Mutasi D802N pada Aktivitas Polimerase DNA Pol I ITB-1 L. Ambarsari 1, F. Madayanti 1, M. R. Moeis 2 & Akhmaloka 1* 1 Biokimia, FMIPA Institut
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Masalah
BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Masalah Penelitian mengenai biodiversitas mikroba termofilik telah membuka banyak informasi mengenai interaksi mikroba dengan lingkungannya (Newman dan Banfield, 2002).
Lebih terperinciFakultas Biologi Unsoed
TEKMK PCR oleh Drs. Agus Hery Susanto, M.S. staf pengajar Pendahuluan Teknik PCR (polymerase chain reaction) digunakan untuk menggandakan fragmen DNA (urutan basa nukleotida) tertentu secara invitro melalui
Lebih terperinciREPLIKASI DAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)
REPLIKASI DAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Debbie S. Retnoningrum Sekolah Farmasi, ITB Pustaka: 1. Glick, BR and JJ Pasternak, 2003, hal. 27-28; 110-120 2. Groves MJ, 2006, hal. 40 44 3. Brown TA, 2006,
Lebih terperinciPOLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)
POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Disusun oleh: Hanif Wahyuni (1210411003) Prayoga Wibhawa Nu Tursedhi Dina Putri Salim (1210412032) (1210413031) SEJARAH Teknik ini dirintis oleh Kary Mullis pada tahun 1985
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tumbuhan merupakan tonggak dari sebagian besar ekosistem terrestrial.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tumbuhan merupakan tonggak dari sebagian besar ekosistem terrestrial. Ketergantungan manusia pada tumbuhan tampak dari papan dan kayu, pakaian, kertas, obat-obatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang semakin tinggi serta adanya tekanan dari para ahli dan pecinta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dasawarsa terakhir ini, pemakaian enzim yang sifatnya efisien, selektif, mengkatalisis reaksi tanpa produk samping dan ramah lingkungan meningkat pesat. Industri
Lebih terperinciPERUBAHAN KONFORMASI STRUKTUR 3D LIPASE PPD2 DENGAN METODE SIMULASI PADA ph KONSTAN EGIDEA PUTI DEVINA
PERUBAHAN KONFORMASI STRUKTUR 3D LIPASE PPD2 DENGAN METODE SIMULASI PADA ph KONSTAN EGIDEA PUTI DEVINA DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Lampung adalah produsen tapioka utama di Indonesia. Keberadaan industri
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lampung adalah produsen tapioka utama di Indonesia. Keberadaan industri tapioka di Lampung menjadi penting berkaitan dengan penyediaan lapangan pekerjaan. Sekitar 64% penyerapan
Lebih terperinciMetodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian III.1 Alat Peralatan yang digunakan untuk melaksanakan penelitian ini adalah komputer klaster (BIOCLUST, KANAZAWA1, KANAZAWA2, GOLDEN) yang terdiri dari beberapa unit komputer
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizki Indah Permata Sari,2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara tropis yang dikelilingi oleh perairan dengan luas lebih dari 60% dari wilayah teritorialnya. Perairan Indonesia memiliki sumberdaya hayati
Lebih terperinciANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI
1 ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI PENDAHULUAN Polimerase Chain Reaction (PCR) PCR adalah suatu reaksi invitro untuk menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu
Lebih terperinciSaintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf
Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Masyarakat FIKK Universitas Negeri Gorontalo Abstrak (Polymerase Chain Reaction, PCR) adalah
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI Bab Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ix x xii I II III PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Identifikasi Masalah... 2 1.3 Tujuan Penelitian... 2 1.4 Kegunaan Penelitian...
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan PCR, terlebih dahulu dilakukan perancangan primer menggunakan program DNA Star. Pemilihan primer dilakukan dengan mempertimbangkan parameter spesifisitas,
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. Minda Azhar Disertasi
BAB. I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Inulin merupakan senyawa yang sangat potensial untuk dikembangkan. Potensi utama inulin adalah dapat dijadikan fruktosa dan fructo-oligosaccharides (FOS) (Ricca et
Lebih terperinci2014 KINETIKA PERTUMBUHAN DAN ISOLASI GENOMIK KONSORSIUM BAKTERI HYDROTHERMAL VENT KAWIO MENGGUNAKAN MEDIUM MODIFIKASI LB
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama beberapa dekade ini, manusia beranggapan laut dalam itu merupakan lingkungan yang tidak layak huni untuk berbagai jenis organisme. Hal ini disebabkan antara lain
Lebih terperinciTinjauan Pustaka. II.1 Stabilitas Termal Protein
Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Stabilitas Termal Protein Beberapa organisme telah teridentifikasi memiliki kemampuan untuk dapat bertahan hidup pada lingkungan ekstrim (Lowe dkk., 1993; Adams dkk., 1995)
Lebih terperinciMetodologi Penelitian. Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini.
Bab III Metodologi Penelitian Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini. III.1 Rancangan Penelitian Secara garis besar tahapan penelitian dijelaskan pada diagram
Lebih terperinciURAIAN MATERI 1. Pengertian dan prinsip kloning DNA Dalam genom sel eukariotik, gen hanya menempati sebagian kecil DNA kromosom, selain itu merupakan
URAIAN MATERI 1. Pengertian dan prinsip kloning DNA Dalam genom sel eukariotik, gen hanya menempati sebagian kecil DNA kromosom, selain itu merupakan sekuen non kode (sekuen yang tidak mengalami sintesis
Lebih terperinciMetode-metode dalam biologi molekuler : isolasi DNA, PCR, kloning, dan ELISA
Metode-metode dalam biologi molekuler : isolasi DNA, PCR, kloning, dan ELISA Dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Lektor mata kuliah ilmu biomedik Departemen Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi Fakultas
Lebih terperinciKATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis
KATAPENGANTAR Fuji syukut ke Hadirat Allah SWT. berkat rahmat dan izin-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang beijudul "Skrining Bakteri Vibrio sp Penyebab Penyakit Udang Berbasis Teknik Sekuens
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan α-amilase adalah enzim menghidrolisis ikatan α-1,4-glikosidik pada pati. α-amilase disekresikan oleh mikroorganisme, tanaman, dan organisme tingkat tinggi. α-amilase memiliki peranan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Amplifikasi Gen Mx Amplifikasi gen Mx telah berhasil dilakukan. Hasil amplifikasi gen Mx divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita yang
Lebih terperinciProtein ENZIM Mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan tenaga aktivasi Tidak mengubah kesetimbangan reaksi Sangat spesifik
E N Z I M Sukarti Moeljopawiro Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Protein ENZIM Mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan tenaga aktivasi Tidak mengubah kesetimbangan reaksi Sangat spesifik ENZIM
Lebih terperinciPENGANTAR TENTANG PENGERTIAN DASAR FISIOLOGI MIKROBIA
PENGANTAR TENTANG PENGERTIAN DASAR FISIOLOGI MIKROBIA Definisi fisiologi mikrobia dan kompetensi Apakah arti fisiologi mikrobia? Definisi Fisiologi menurut the Concise Oxford Dictionary, adalah ilmu yang
Lebih terperinciPRINSIP UMUM DAN PELAKSANAAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)
Unitas, Vol. 9, No. 1, September 2000 - Pebruari 2001, 17-29 PRINSIP UMUM DAN PELAKSANAAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) [General Principles and Implementation of Polymerase Chain Reaction] Darmo Handoyo
Lebih terperinci- Isolasi lipase halostabil dari bakteri halofilik isolat kawah lumpur Bleduk Kuwu
1 DESKRIPSI RISET I STUDI PENGARUH PENGUNAAN IONIC LIQUID SEBAGAI PELARUT PADA STABILITAS DAN AKTIVITAS LIPASE DARI BAKTERI HALOFILIK MODERAT ISOLAT KAWAH LUMPUR ASIN BLEDUK KUWU JAWA TENGAH 1.1 Deskripsi
Lebih terperinciTeknik-teknik Dasar Bioteknologi
Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Oleh: TIM PENGAMPU Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa mengetahui macam-macam teknik dasar yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digunakan menjadi energi melalui tahapan metabolisme, dimana semua proses
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap makhluk hidup memiliki kebutuhan energi untuk melakukan aktivitas di kehidupannya. Bahan bakar energi tersebut salah satunya adalah makanan berupa karbohidrat,
Lebih terperinciREKAYASA GENETIKA. Genetika. Rekayasa. Sukarti Moeljopawiro. Laboratorium Biokimia Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada
REKAYASA GENETIKA Sukarti Moeljopawiro Laboratorium Biokimia Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Rekayasa Genetika REKAYASA GENETIKA Teknik untuk menghasilkan molekul DNA yang berisi gen baru yang
Lebih terperinciDAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR...... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT... PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang...
Lebih terperinciBIO306. Prinsip Bioteknologi
BIO306 Prinsip Bioteknologi KULIAH 7. PUSTAKA GENOM DAN ANALISIS JENIS DNA Konstruksi Pustaka DNA Pustaka gen merupakan sumber utama isolasi gen spesifik atau fragmen gen. Koleksi klon rekombinan dari
Lebih terperinciEnzim-enzim Yang Terlibat Dalam Bioteknologi ( Kuliah S2)
Enzim-enzim Yang Terlibat Dalam Bioteknologi ( Kuliah S2) Enzim : merupakan suatu protein yang berperan sebagai katalis dalam reaksi yang terjadi di dalam makhluk hidup (Biokatalis) 1. Struktur Enzim Holoenzim:
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Exon 4 Amplifikasi gen GH exon 4 pada kambing Peranakan Etawah (PE), Saanen dan PESA (Persilangan PE-Saanen) diperoleh panjang fragmen 200 bp (Gambar 8). M 1 2 3
Lebih terperinciIdentifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( )
Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella (10.2011.185) Identifikasi gen abnormal Pemeriksaan kromosom DNA rekombinan PCR Kromosom waldeyer Kromonema : pita spiral yang tampak pada kromatid Kromomer : penebalan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur
20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI OPTIMAL REAKSI AMPLIFIKASI Sintesis fragmen 688--1119 gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur A/Indonesia/5/2005 dilakukan dengan teknik overlapping extension
Lebih terperinciPERHITUNGAN MEKANIKA MOLEKUL
Austrian Indonesian Centre (AIC) for Computational Chemistry Jurusan Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) KIMIA KOMPUTASI Anatomi Perhitungan Mekanika Molekul l Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Austrian-Indonesian
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i ABSTRACT... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii
DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Penelitian... 1 B. Rumusan Masalah Penelitian...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan bentuk gangguan dalam fungsi alam pikiran. Gangguan tersebut dapat berupa disorganisasi (kekacauan) isi pikiran, yang ditandai antara lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dalam bidang teknologi fermentasi, rekayasa genetika, dan teknologi aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin meningkat. Enzim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Nanoteknologi menjadi hal menarik untuk dipelajari karena peran dan fungsinya dalam meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Secara umum nanoteknologi dapat didefinisikan
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI TEMPERATUR UNFOLDING TERHADAP TRAYEKTORI REFOLDING PROTEIN 1GB1 RIZKY AMELIA
PENGARUH VARIASI TEMPERATUR UNFOLDING TERHADAP TRAYEKTORI REFOLDING PROTEIN 1GB1 RIZKY AMELIA DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Enzim merupakan biokatalis yang banyak digunakan dalam industri, karena enzim
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Enzim merupakan biokatalis yang banyak digunakan dalam industri, karena enzim mempunyai tenaga katalitik yang luar biasa dan umumnya jauh lebih besar dibandingkan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan terus mengalami kenaikan rata-rata 3.3% pertahun dengan quantitas dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berdasarkan skala global, pasar enzim dunia adalah pasar yang sangat berprospek cerah. Pemasaran enzim dunia di beberapa 3 tahun terakhir diperkirakan telah mencapai
Lebih terperinciSTUDI HOMOLOGI DAERAH TERMINAL-C HASIL TRANSLASI INSCRIPTO BEBERAPA GEN DNA POLIMERASE I
STUDI HOMOLOGI DAERAH TERMINAL-C HASIL TRANSLASI INSCRIPTO BEBERAPA GEN DNA POLIMERASE I T 572 MUL ABSTRAK DNA polimerase merupakan enzim yang berperan dalam proses replikasi DNA. Tiga aktivitas yang umumnya
Lebih terperinciPENGARUH SUHU TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI LAPORAN PRAKTIKUM
PENGARUH SUHU TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI LAPORAN PRAKTIKUM Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mikrobiologi yang dibina oleh Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si, M.Si Oleh : Kelompok 1 Offering H 2014
Lebih terperinciPENGENALAN ENZIM DAN ENZIM INDUSTRIAL
PENGENALAN ENZIM DAN ENZIM INDUSTRIAL Ani Suryani MATA KULIAH TEKNOLOGI ENZIM INDUSTRI Manfaat dan Karakteristik serta Teknikteknik Produksi Enzim dalam Industri Enzim Industrial dan Aplikasinya Teknologi
Lebih terperinciBIOTEKNOLOGI. Perubahan Genetik, Replikasi DNA, dan Ekspresi Gen
BIOTEKNOLOGI Perubahan Genetik, Replikasi DNA, dan Ekspresi Gen Sekilas tentang Gen dan Kromosom 1882, Walther Flemming menemukan kromosom adalah bagian dari sel yang ditemukan oleh Mendel 1887, Edouard-Joseph-Louis-Marie
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peningkatan yang diiringi dengan kesadaran masyarakat akan pemenuhan
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi masyarakat Indonesia saat ini mengalami peningkatan yang diiringi dengan kesadaran masyarakat akan pemenuhan kebutuhan gizi. Bahan pangan asal hewan
Lebih terperinciBAB IV Hasil dan Pembahasan
BAB IV Hasil dan Pembahasan Bab ini akan membahas hasil PCR, hasil penentuan urutan nukleotida, analisa in silico dan posisi residu yang mengalami mutasi dengan menggunakan program Pymol. IV.1 PCR Multiplek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Senyawa D-tagatosa merupakan suatu monosakarida hasil isomerisasi dari D- galaktosa. Monosakarida ini telah ditetapkan sebagai material GRAS (Generally Recognized as
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat akan pemenuhan gizi pada masa kini. semakin tinggi seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran
PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan pemenuhan gizi pada masa kini semakin tinggi seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi guna menunjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan sebagai salah satu sumber protein hewani mengandung semua jenis asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh manusia (Suhartini dan Nur 2005 dalam Granada 2011),
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan Dalam bab ini akan dipaparkan hasil dari tahap-tahap penelitian yang telah dilakukan. Melalui tahapan tersebut diperoleh urutan nukleotida sampel yang positif diabetes dan sampel
Lebih terperinciHasil dan Pembahasan
BAB IV Hasil dan Pembahasan Hasil yang diperoleh dari tahapan penelitian akan dijelaskan pada bab ini. Dimulai dengan amplifikasi gen katg, penentuan urutan nukleotida (sequencing), dan diakhiri dengan
Lebih terperinciREPLIKASI DNA. Febriana Dwi Wahyuni, M.Si.
REPLIKASI DNA Febriana Dwi Wahyuni, M.Si. REPLIKASI REPLIKASI adalah perbanyakan diri menghasilkan produk baru yang sama dengan dirinya Pada tingkat molekul kimia hanya DNA yang dapat melakukan replikasi
Lebih terperinciENZIM IKA PUSPITA DEWI
ENZIM IKA PUSPITA DEWI 1 2 Enzim Klasifikasi enzim Komponen dan struktur enzim Kerja enzim sebagai katalisator 3 Enzim Enzim merupakan Polimer biologis yang mengkatalisis reaksi kimia Protein yang dapat
Lebih terperinciENZIM. Ir. Niken Astuti, MP. Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, UMB YOGYA
ENZIM Ir. Niken Astuti, MP. Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, UMB YOGYA ENZIM ENZIM ADALAH PROTEIN YG SANGAT KHUSUS YG MEMILIKI AKTIVITAS KATALITIK. SPESIFITAS ENZIM SANGAT TINGGI TERHADAP SUBSTRAT
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. penelitian ini
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi Enzim α-amilase Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan menanam isolat bakteri dalam media inokulum selama 24 jam. Media inokulum tersebut
Lebih terperinciKONFORMASI ENZIM LIPASE T1 PADA PELARUT ALKOHOL DIKAJI DENGAN TEKNIK SIMULASI DINAMIKA MOLEKUL AYU MELISA PUTRI
KONFORMASI ENZIM LIPASE T1 PADA PELARUT ALKOHOL DIKAJI DENGAN TEKNIK SIMULASI DINAMIKA MOLEKUL AYU MELISA PUTRI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 ii iii PERNYATAAN MENGENAI TESIS
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang
I. PENDAHULUAN Kanker serviks menduduki urutan kedua dari penyakit kanker yang menyerang perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang berkembang (Emilia, dkk., 2010). Berdasarkan
Lebih terperinciMAKALAH GENETIKA PCR ( Polimerase Chain Reaction ) «apikde...
http://apikdewefppundip201wordpress.com/2012/06/29/makalah-gene... 1 of 6 19/12/2012 23:43 APIKDEWEFPPUNDIP2011 Just another WordPress.com site MAKALAH GENETIKA PCR ( Polimerase Chain Reaction ) JUN 29
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
14 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Konfirmasi bakteri C. violaceum dan B. cereus dilakukan dengan pewarnaan Gram, identifikasi morfologi sel bakteri, sekuensing PCR 16s rdna dan uji kualitatif aktivitas
Lebih terperinciKloning Gen Pengkode Enzim Endo-1,4-Beta-Glucanase (ysdc) dan Endo-Beta-1,3-1,4 Glucanase (BSUW23_10175) dari Bacillus subtilis dalam Sel Escherichia coli Origami Mariana Wahjudi*, Olivia Maria Angelina,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi ini membutuhkan primer spesifik (sekuen oligonukelotida khusus) untuk daerah tersebut. Primer biasanya terdiri dari 10-20 nukleotida dan dirancang berdasarkan daerah konservatif
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. dari kelompok Arkaea dan Bakteri (Madigan dan Marrs, 1997). dikenal suhu minimum, optimum dan maksimum.
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bakteri Termofilik Salah satu jenis mikroorganisme yang banyak dieksplorasi adalah mikroorganisme termofilik yang hidup di daerah sekitar gunung berapi dan sumber air panas. Mikroorganisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus infeksi bakteri semakin meningkat setiap tahunnya. Infeksi bakteri dapat diobati dengan antibiotika yang sesuai. Namun terdapat penyalahgunaan antibiotika
Lebih terperinciPeminatan (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam)
Peminatan (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL SEKOLAH MENENGAH ATAS / MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Mata Pelajaran : Matematika Peminatan Jenjang
Lebih terperinciANALISA PASANGAN JEMBATAN GARAM RESIDU GLU15-LYS4 PADA KESTABILAN TERMAL PROTEIN 1GB1
Jurnal Biofisika 10 (1): 68-74 ANALISA PASANGAN JEMBATAN GARAM RESIDU GLU15-LYS4 PADA KESTABILAN TERMAL PROTEIN 1GB1 K. N. Sawitri 1*, T. Sumaryada 1,2, L. Ambarsari 2,3 1 Departemen Fisika, FMIPA-IPB
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Sejak tahun 1972 telah berkembang usaha rekayasa genetika yang memberikan harapan bagi industri peternakan, baik yang berkaitan dengan masalah reproduksi, pakan maupun kesehatan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Protease dari Penicillium sp.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Protease dari Penicillium sp. Enzim merupakan suatu protein yang memiliki aktivitas biokimia sebagai katalis suatu reaksi. Enzim sangat
Lebih terperinciIsolasi, Karakterisasi dan Uji Potensi Bakteri Penghasil Enzim Termostabil Air Panas Kerinci
ISSN: 2503-4588 Isolasi, Karakterisasi dan Uji Potensi Bakteri Penghasil Enzim Termostabil Air Panas Kerinci Priya Tri Nanda 1, Sinta Anggraini Siregar 1, Rifky Kurniawan 1, Hairuidin 1, Meriyanti 1, Yatno
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan program komputer berdasarkan metode sintesis dua arah TBIO, dimana proses sintesis daerah
Lebih terperinciKURSUS SINGKAT ISOLASI DAN AMPLIFIKASI DNA UNTUK GURU- GURU SMA
LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (MANDIRI) KURSUS SINGKAT ISOLASI DAN AMPLIFIKASI DNA UNTUK GURU- GURU SMA Oleh: Dr. Topik Hidayat dkk NIP 132169279 Dilaksanakan atas biaya MANDIRI Bandung,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Banyak faktor yang menyebabkan warna kulit manusia berbedabeda dari faktor genetik, usia, cahaya matahari dan lingkungan. Semua itu berhubungan dengan melanosom
Lebih terperinciPrinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri
Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. dan hipertermofil. Bakteri psikrofil hidup pada kisaran suhu C dan.
BAB II KAJIAN TEORI A. Bakteri Termofilik Berdasarkan suhu optimum pertumbuhan, mikroorganisme secara umum dibedakan atas mikroorganisme psikrofil, psikotrop, mesofil, termofil, dan hipertermofil. Bakteri
Lebih terperinciMetode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan
4 Metode Penelitian ini dilakukan pada beberapa tahap yaitu, pembuatan media, pengujian aktivitas urikase secara kualitatif, pertumbuhan dan pemanenan bakteri, pengukuran aktivitas urikase, pengaruh ph,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terdapat beragam mikroorganisme yang dapat tumbuh pada kondisi ekstrim, seperti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi lingkungan daerah vulkanik yang beranekaragam menyebabkan terdapat beragam mikroorganisme yang dapat tumbuh pada kondisi ekstrim, seperti suhu, ph, dan konsentrasi
Lebih terperinciSIMULASI REFOLDING PROTEIN 2PTL MENGGUNAKAN NOT JUST ANOTHER MOLECULAR DYNAMICS PROGRAM (NAMD) NURIKA FITRIANI
SIMULASI REFOLDING PROTEIN 2PTL MENGGUNAKAN NOT JUST ANOTHER MOLECULAR DYNAMICS PROGRAM (NAMD) NURIKA FITRIANI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Lebih terperinciPERANAN TEKNIK POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) TERHADAP PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN KARYA TULIS ILMIAH. Oleh
PERANAN TEKNIK POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) TERHADAP PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN KARYA TULIS ILMIAH Oleh ELLIWATI HASIBUAN, S.Si, M.Si NIP. 1962 1017 2000 03 2 001 Pranata Laboratorium Perguruann
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Enzim merupakan suatu biokatalisator yang banyak dimanfaatkan saat ini. Bioteknologi enzim telah banyak digunakan dalam industri. Banyak industri telah mengganti proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. senyawa yang lebih sederhana seperti peptida dan asam amino. Enzim protease
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Enzim protease adalah enzim yang dapat menghidrolisis protein menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti peptida dan asam amino. Enzim protease merupakan salah satu
Lebih terperinci2015 ISOLASI DNA PARSIAL GEN
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ikan gurame (Osphronemus merupakan salah satu ikan air tawar yang termasuk ke dalam infraclass Teleostei (Integrated Taxonomic Information System, 2012).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri patogen penyebab tuberkulosis.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri patogen penyebab tuberkulosis. Secara umum penyebaran bakteri ini melalui inhalasi, yaitu udara yang tercemar oleh penderita
Lebih terperinciSIMULASI EFEKTIVITAS SENYAWA OBAT ERITROMISIN F DAN 6,7 ANHIDROERITROMISIN F DALAM LAMBUNG MENGGUNAKAN METODE SEMIEMPIRIS AUSTIN MODEL 1 (AM1)
SIMULASI EFEKTIVITAS SENYAWA OBAT ERITROMISIN F DAN 6,7 ANHIDROERITROMISIN F DALAM LAMBUNG MENGGUNAKAN METODE SEMIEMPIRIS AUSTIN MODEL 1 (AM1) Agung Tri Prasetya, M. Alauhdin, Nuni Widiarti Kimia FMIPA
Lebih terperinciIdentifikasi mikroba secara molekuler dengan metode NCBI (National Center for Biotechnology Information)
Identifikasi mikroba secara molekuler dengan metode NCBI (National Center for Biotechnology Information) Identifikasi bakteri pada saat ini masih dilakukan secara konvensional melalui studi morfologi dan
Lebih terperinciAnalisa Jembatan Garam untuk Meningkatkan Kestabilan Termal Enzim Xilanase Aspergillus niger
Jurnal EduMatSains, 1 (2) Januari 2017, 191-201 Analisa Jembatan Garam untuk Meningkatkan Kestabilan Termal Enzim Xilanase Aspergillus niger Nya Daniaty malau *1, Manogari Sianturi 2 1,2 Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang , 2014 Isolasi DNA Genom Bakteri Termofilik Sumber Air Panas Ciengang, Kawah Darajat dan Hydrothermal Vent Kawio
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia secara geologis terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama yaitu lempeng Eropa-Asia, India-Australia dan Pasifik yang berperan dalam proses pembentukan
Lebih terperinciDINAMIKA REAKTIVASI MUTAN p53-y220c OLEH ADDUCT PRIMA-SISTEIN
DINAMIKA REAKTIVASI MUTAN p53-y220c OLEH ADDUCT PRIMA-SISTEIN Disusun Oleh : ANGELINE PRITA CAHYANTI M0307028 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Sains JURUSAN
Lebih terperinciREKAYASA GENETIKA. By: Ace Baehaki, S.Pi, M.Si
REKAYASA GENETIKA By: Ace Baehaki, S.Pi, M.Si Dalam rekayasa genetika DNA dan RNA DNA (deoxyribonucleic Acid) : penyimpan informasi genetika Informasi melambangkan suatu keteraturan kebalikan dari entropi
Lebih terperinciIDENTIFIKASI ISOLAT BAKTERI PENGHASIL ENZIM SELULASE DARI LIMBAH AMPAS TEBU BERDASARKAN ANALISIS HOMOLOGI GEN PENYANDI 16S rrna
IDENTIFIKASI ISOLAT BAKTERI PENGHASIL ENZIM SELULASE DARI LIMBAH AMPAS TEBU BERDASARKAN ANALISIS HOMOLOGI GEN PENYANDI 16S rrna DYAH RATNA ARIPUTRI 2443009052 PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS
Lebih terperinci