BAB 5 PENUTUP. lakukan. Bab ini berisi simpulan dari hasil analisis serta solusi atau rekomendasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 5 PENUTUP. lakukan. Bab ini berisi simpulan dari hasil analisis serta solusi atau rekomendasi"

Transkripsi

1 85 BAB 5 PENUTUP Bab ini merupakan bab terakhir dalam pemaparan studi kasus yang penulis lakukan. Bab ini berisi simpulan dari hasil analisis serta solusi atau rekomendasi untuk perusahaan dalam membantu menyelesaikan permasalahan yang terjadi berdasarkan hasil analisis studi kasus. 5.1 Simpulan Penulis telah melakukan pemaparan temuan dan analisis dari hasil reduksi terhadap data-data yang penulis kumpulkan selama melakukan riset lapangan terkait dengan implementasi sistem dan prosedur pengadaan barang dan jasa pada PT Madu Baru. Analisis yang penulis lakukan bertujuan untuk menjawab pertanyaan studi kasus yang penulis ajukan pada Bab Implementasi Sistem dan Prosedur Pengadaan PT Madu Baru Berdasarkan paparan temuan dan analis terhadap implementasi sistem dan prosedur pengadaan PT Madu Baru dapat diketahui bahwa implementasi pengadaan kurang baik sehingga kurang dapat berjalan dengan optimal. Hal ini penulis ketahui dari wawancara dan observasi awal sebelum dimulainya penelitian studi kasus ini yang menunjukkan bahwa permasalahan yang merupakan dampak dari kekurangoptimalan implementasi pengadaan, yaitu kesalahan spesifikasi barang yang diterima dan keterlambatan barang yang diminta. Selanjutnya,kekurangoptimalan implementasi tersebut diperkuat dengan adanya

2 hasil analisis yang penulis lakukan berdasarkan hasil pengumpulan data selama melakukan penelitian studi kasus ini. Melalui analisis tersebut dapat diketahui bahwa penyebab kurang optimalnya implementasi sistem dan prosedur pengadaan pada PT Madu Baru ialah sebagai berikut. Permasalahan Kesalahan Spesifikasi Barang yang Diterima 1. Kelengkapan dan kejelasan SOP (standard operating procedure) SOP tidak mengandung kelengkapan dan kejelasan dalam memberikan informasi terkait dengan seluruh unsur sistem dan prosedur pengadaan, termasuk dalam memberikan panduan penulisan spesifikasi dan nama barang barang yang diminta pada dokumen DPP (daftar permintaan pembelian). Hal ini menyebabkan SOP yang ada kurang dapat dijadikan panduan dalam implementasi pengadaan perusahaan. 2. Aktivitas komunikasi Kurang adanya kejelasan mengenai penyebutan spesifikasi barang yang diminta menyebabkan sering terjadinya salah paham antaar divisi pengadaan dan pihak yang melakukan permintaan barang (peminta). 3. Sumber daya perusahaan Kualitas yang kurang mendukung dalam proses, khususnya pada SDM pada bagian gudang. Tidak ada pelatihan khusus yang dilakukan oleh perusahaan dalam memberikan arahan kepada SDM, sedangkan barang-barang yang ada pada perusahaan jumlahnya sangat banyak dan beragam sehingga diperlukan 86

3 keahlian dan pemahaman khusus dalam memahami barang-barang tersebut terlebih barang-barang yang digunakan pada proses produksi. Perusahaan tidak memiliki sistem komputerisasi khusus dalam membantu implementasi proses pengadaan. Penempatan barang-barang pada gudang pusat tidak tersusun dengan rapi dan adanya penggabungan antara barang yang idle dan barang yang masih aktif digunakan dapat menyebabkan kekeliruan dalam penempatan barang mengingat banyaknya jenis dan jumlah barang yang dibutuhkan oleh perusahaan. 4. Aktivitas pemantauan (Pemantauan) Tidak ada aktivitas pemantauan selama proses pengadaan dalam perusahaan sedang berlangsung. Hal ini menyebabkan masih seringnya terjadinya permasalahan terkait ketidakjelasan mengenai spesifikasi barang. Tidak ada penilaian kinerja antarmasing-masing divisi, penilaian kinerja hanya dilakukan oleh pihak Direksi. Permasalahan Keterlambatan Barang yang Diminta 1. Sistem dan prosedur pengadaan perusahaan SOP yang ada belum diperbaharui. Prosedur pengadaan cukup rumit sehingga membutuhkan waktu lama dalam pemprosesan dokumen dari awal pengajuan DPP sampai dengan diterbitkannya SP. 87

4 2. Aktivitas komunikasi Terjadinya salah paham dalam aktivitas komunikasi antara peminta dan divisi pengadaan disebabkan oleh: kurang adanya pemahaman terhadap prosedur pengadaan, khususnya pada karyawan di luar divisi pengadaan, yang menyebabkan pihak peminta sering menanyakan keberadaan barangnya dan tidak adabya sosialisasi terhadap rencana kebutuhan barang (peminta) kepada divisi pembelian sehingga divisi pengadaan, khususnya bagian pembelian, tidak dapat merencanakan atau mengantisipasi dari awal ketika ada barang-barang yang akan diproses pengadaannya. 3. Sumber daya perusahaan Kualitas SDM kurang mendukung dalam proses, khususnya SDM pada bagian gudang. SDM tersebut tidak cepat tanggap dalam mempelajari setiap prosedur yang ada. Kuantitas SDM dalam seksi pembelian kurang memadai, sedangkan proses pengadaan tidak hanya dilakukan oleh satu departemen, tetapi dilakukan semua departemen. Hal ini menyebabkan proses pengadaan membutuhkan waktu yang cukup lama. Perusahaan tidak memiliki sistem komputerisasi khusus dalam membantu implementasi proses pengadaan. Sistem komputerisasi dapat menghemat dalam prosedur pengadaan, khususnya dalam pemrosesan dokumendokumen pengadaan. 88

5 Penempatan barang-barang pada gudang pusat tidak tersusun dengan rapi. Di samping itu, ada penggabungan antara barang yang idle dan barang yang masih aktif digunakan menyebabkan lamanya proses pencarian barangbarang yang dibutuhkan dan berakibat pada lamanya proses pengadaan. 4. Aktivitas pengendalian sistem dan prosedur pengadaan Terdapat perangkapan tugas dalam menerima dan menyimpan barang yang dilakukan oleh divisi gudang. Sistem otorisasi cukup rumit dan berbelit. 5. Aktivitas pengendalian proses pengadaan Perusahaan tidak menetapkan batasan waktu dalam proses pengajuan DPP sampai dengan dikeluarkannya SP/SPK. Selain itu, tidak ada batasan waktu atau hari dalam pemprosesan dokumen dalam setiap divisi sehingga menyebabkan implementasi pengadaan dapat berjalan lama. Peminta tidak menetapkan batasan sisa persediaan minimum sebelum melakukan pengajuan DPP. Selain itu, tidak adanya batasan waktu dan frekuensi bagi peminta dalam mengajukan permintaan barang menyebabkan banyak DPP yang perlu diproses oleh divisi pengadaan. 6. Hubungan dengan pemasok Proses pemilihan pemasok yang hanya didasarkan pada persyaratan dokumen menyebakan perusahaan terkadang berhadapan dengan pemasok yang kurang berkualitas. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya permasalahan seperti lamanya proses pengiriman barang dari pemasok sehingga membuat implementasi pegadaan kurang optimal. 89

6 Terkadang perusahaan dihadapkan dengan kurangnya peserta lelang karena spesifikasi yang baru sehingga menyebabkan terulangnya proses pengadaan. 7. Aktivitas pemantauan Tidak ada pihak yang melakukan pemantauan khusus untuk memastikan barang sudah diterima atau belum. Pihak pembelian akan mengetahui barang tersebut belum diterima jika peminta menelepon untuk menanyakan barang yang diminta.. Tidak ada pemantauan selama proses pengadaan dalam perusahaan sedang berlangsung. Tidak ada penilaian kinerja antarmasing-masing divisi. Penilaian kinerja hanya dilakukan oleh pihak Direksi. Ada kekurangdisiplinan terhadap ketepatan waktu berkerja sehingga pekerjaan yang masuk atau diterima dari divisi lain tidak langsung diproses dan menumpuk serta tidak ada yang melakukan pemantauan atas hal tersebut. Selain penyebab kurang optimalnya implementasi pengadaan berdasarkan kedua permasalahan di atas, terdapat juga penyebab kekurangoptimalan implementasi pengadaan yang lainnya sebagai berikut. Tidak diberlakukan rotasi karyawan. Kurang ada pengamanan terhadap dokumen dan fisik barang. Ruangan di gudang pusat sudah tidak mencukupi untuk menampung banyaknya barang yang ada. 90

7 Belum ada tindak lanjut yang resmi dari perusahaan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang terjadi seperti kesalahan spesifikasi atau kerterlambatan penerimaan barang yang disebabkan dari faktor internal. Berdasarkan hasil analisis terkait dengan penyebab permasalahan kurang optimalnya implementasi pengadaan dapar diketahui bahwa akar permasalahan adanya penyebab permasalahan-permasalahan tersebut ialah kebijakan pada perusahaan yang belum dapat secara maksimal memberikan panduan dalam keoptimalan implementasi sistem dan prosedur pengadaan barang dan jasa pada PT Madu Baru. 5.2 Solusi dan Rekomendasi Solusi dan Rekomendasi Penyebab Kurang Optimalnya Implementasi Sistem dan Prosedur Pengadaan Berikut ialah solusi atau rekomendasi untuk perusahaan dalam membantu menyelesaikan permasalahan yang terjadi berdasarkan penyebab kekurangoptimalan implementasi sistem dan prosedur pengadaan. 1. Kelengkapan dan kejelasan SOP Perlu ada pembaharuan terhadap SOP yang ada dengan melihat pada permasalahan-permasalahan yang seringkali terjadi pada proses pengadaan sehingga SOP yang ada dapat dijadikan panduan dalam implementasi pengadaan. 91

8 2. Aktivitas komunikasi Sosialisasi terhadap prosedur pengadaan perlu diberikan kepada setiap karyawan mengingat seluruh karyawan diizinkan dalam mengajukan permintaan barang. Rencana kebutuhan barang yang dibuat oleh peminta pada awal tahun perlu disosialisasikan kepada seluruh divisi pengadaan, khususnya pada divisi pembelian, sehingga divisi pembelian dapat membuat perencanaan proses pengadaan, misalnya pemilihan pemasok yang tepat, estimasi harga barang yang sesuai dengan kualitas sehingga dapat meminimalisasi permasalahan yang ada seperti keterlambatan barang atau kesalahan spesifikasi barang. Perlu ada kebijakan mengenai penulisan yang tepat terhadap spesifikasi barang yang diminta sehingga ada kesamaan dan tidak terjadi kesalahan dalam pemahaman spesifikasi, misalnya dengan menuliskan nomor jenis barang atau nama barang yang berlaku secara umum mengingat banyaknya barang dan jenis yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam beroperasi. 3. Sumber daya perusahaan Perusahaan perlu berfokus pada kualitas SDM yang ada, misalnya dengan memberikan pelatihan khusus karena SDM sangat mempengaruhi keoptimalan suatu implementasi dari sistem dan prosedur. Perlu adanya penambahan kuantitas SDM dalam seksi pembelian mengingat banyaknya permintaan barang yang perlu diproses dan banyaknya tugas yang perlu dilakukan. Melalui penambahan SDM ini diharapkan 92

9 permasalahan seperti keterlambatan barang yang diterima yang disebabkan faktor internal dapat diminimalisasi. Perusahaan dapat menyediakan sistem komputerisasi khusus dalam proses pengadaan agar implementasinya dapat berjalan dengan optimal. Melalui sistem komputerisasi yang khusus juga dapat meminimalkan terjadinya kesalahan-kesalahan dalam spesifikasi barang karena bisa secara otomatis terprogram dalam komputer. Perlunya penyusunan yang rapi dan jelas terkait dengan penyimpanan barang (dikelompokkan berdasarkan jenis dan kebutuhannya) sehingga akan memudahkan dalam pencarian barang mengingat banyak jenis barang. Selain itu, akan menghemat waktu dalam proses pengadaan. 4. Aktivitas pengendalian terhadap sistem dan prosedur pengadaan Penerimaan dan penyimpanan barang yang diterima dari pemasok perlu dilakukan oleh pihak yang berbeda sehingga kedua kegiatan tersebut dapat lebih maksimal mengingat kedua tugas tersebut membutuhkan keahlian dan pemahaman yang khusus. Pemisahan tersebut dapat meminimalisasi terjadinya permasalahan, seperti kesalahan spesifikasi dan keterlambatan barang karena yang akan menyimpan persediaan barang di gudang akan memahami dengan baik setiap jenis/spesifikasi barang yang diminta sehingga dapat menghemat waktu dalam pemprosesan dokumen. Perlu ada kebijakan dalam perampingan aktivitas terkait dengan sistem otorisasi sehingga meskipun sistem otorisasi dilakukan sebagi bentuk 93

10 pengendalian, tetapi jangan sampai menjadi penghambat dalam implementasi. 5. Aktivitas pengendalian terhadap proses pengadaan Perusahaan perlu menetapkan batasan waktu maksimal dalam proses pengadaan yang ada di perusahaan, termasuk batasan berapa lama maksimal pemrosesan dokumen pada setiap divisi pengadaan. Melalui pembatasan tersebut dapat meminimalkan permasalahan, seperti keterlambatan barang yang diterima yang disebabkan faktor internal. Perusahaan perlu menetapkan batasan keseringan (frekuensi) dalam seminggu atau sebulan dalam pengajuan permintaan barang. Hal ini dapat meminimalkan terjadinya penumpukan dokumen yang harus diproses oleh divisi pengadaan mengingat banyaknya departemen yang mengajukan permintaan barang. Peminta juga perlu menetapkan batasan minimal sisa persediaan barang sebelum mengajukan permintaan barang sehingga jika ada keterlambatan barang yang diminta baik dari faktor internal maupun eksternal atau adanya kesalahan yang menyebabkan terulangnya proses pengadaan, pihak peminta masih memiliki persediaan barang dan tidak menghambat proses operasi perusahaan. Perlu adanya penyegaran terhadap karyawan dengan melakukan rotasi. Hal ini dapat membantu meminimalisasi terjadinya risiko-risiko. Terhadap akses dokumen dan fisik barang perlu ada pengamanan, seperti CCTV atau akses pintu dengan menggunakan sidik jari. 94

11 6. Hubungan dengan pemasok Perusahaan perlu memeriksa dengan teliti mengenai keaslian dokumen dari pemasok atau dengan mendatangi langsung lokasi pemasok untuk memastikan bahwa pemasok tersebut benar-benar layak dijadikan rekan kerja perusahaan. Hal ini diharapkan dapat meminimalisasi terjadinya permasalahan dalam implementasi. Perusahaan perlu menetapkan alternatif batasan jumlah peserta lelang jika syarat jumlah perserta tidak memenuhi sehingga proses pengadaan tidak memakan waktu yang lama. 7. Aktivitas pemantauan Peran pengawas internal perlu dimaksimalkan dalam membantu kelancaran implementasi pengadaan perusahaan misalnya dengan melakukan pemantauan baik selama proses pengadaan berlangsung (on going activities) maupun diluar proses pengadaan berlangsung (separated activities). Hal ini dapat membantu meminimalkan terjadinya permasalahan dalam implementasi pengadaan. Perusahaan perlu memberlakukan penilaian kinerja antarmasing-masing divisi atau personil pengadaan sehingga permasalahan dalam implementasi, seperti komunikasi antardivisi, dapat dicarikan solusinya. Perusahaan perlu melakukan tindak lanjut (follow-up) solusi terhadap permasalahan-permaslaahan yang seringkali terjadi dalam proses pengadaan, khususnya yang disebabkan oleh faktor internal. 95

12 5.2.2 Solusi dan Rekomendasi Sistem dan Prosedur Pengadaan Barang dan Jasa Rekomendasi sistem dan prosedur pengadaan barang dan jasa berdasarkan permasalahan dan penyebab permasalahan pada perusahaan ialah sebagai berikut Standard Operating Procedure Pengadaan Barang dan Jasa SOP merupakan bentuk panduan dalam pelaksanaan implementasi pengadaan barang dan jasa sehingga kelengkapan dan kejelasan dalam memberikan informasi sangat dibutuhkan. Rekomendasi informasi-informasi yang perlu dijelasakan dalam SOP pengadaan yang penulis adopsi dari Fatimah dkk. (2015) ialah: 1. judul dan nomor SOP, 2. lembar pengesahan, tanggal pembuatan dan pengesahan, 3. daftar isi, 4. daftar distribusi dokumen, Daftar distribusi dokumen berisi nama-nama unit kerja, divisi, dan karyawan yang didistribusikan dokumen SOP pengadaan. Hal ini merupakan bentuk sosialisasi terhadap SOP yang ada. 5. lembar pembuka yang berisi surat keputusan pimpinan, visi dan misi perusahaan, tujuan dan ruang lingkup prosedur, dasar hukum, 6. indikator keberhasilan implementasi prosedur, 7. daftar referensi yang berisi definisi istilah-istilah dalam prosedur, 8. fungsi-fungsi yang terlibat dalam prosedur, 96

13 Paparan mengenai fungsi-fungsi yang terlibat perlu berisi penjelasan mengenai tugas dan tanggung jawab masing-masing. 9. dokumen-dokumen yang digunakan, Dokumen yang diterbitkan dalam prosedur pengadaan perlu dijelaskan secara lengkap. Selain itu, dokumen-dokumen yang digunakan perlu dilampiri: petunjuk penggunaan dan pengisiannya, khusunya pada pengisian nama barang dan spesifikasi barang, validasi dan otorisasi, contoh blanko dokumen. 10. prosedur pengadaan, Prosedur pengadaan dapat dibuat dalam bentuk narasi sehingga lebih memudahkan dalam menggambarkan rangkaian kegiatan proses dan bersifat lebih fleksibel dalam pemodifikasian. Prosedur pengadaan perlu dibuat secara lengkap dengan ketentuan-ketentuan jika pengadaan dilakukan dengan metode pengadaan lainnya, seperti penunjukan langsung atau pengadaan dilakukan dalam keadaan mendesak di luar masa giling. Prosedur pengadaan juga perlu dilampiri batasan/rentang waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan prosedur. 11. metode pengadaan dan penggolongan rekanan, Dalam metode pengadaan perlu dilampirkan petunjuk jika terjadi permasalahan terkait dengan ketidaksesuaian terhadap SP dan SPK dari pemasok dengan penjelasan dokumen-dokumen yang dibutuhkan dalam pemrosesan tersebut. 97

14 12. Lampiran, Lampiran dapat berisi: bagan alir dari setiap prosedur pengadaan barang dan jasa, contoh blanko formulir atau dokumen pengadaan barang dan jasa, dan ketentuan penulisan dalam dokumen, termasuk ketentuan penulisan spesifikasi barang atau pekerjaan (jasa) Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa Rekomendasi terhadap dokumen tambahan yang digunakan dalam prosedur pengadaan ialah sebagai berikut. 1. DPP (Daftar Permintaan Pembelian) Dalam DPP yang ada pada perusahaan sebaiknya ditambah: kolom nama barang (diberikan keterangan yang ditulis secara lengkap), kolom spesifikasi barang/nomor jenis barang, pemakaian rata-rata perbulan, sisa persediaan pada divisi yang bersangkutan, dan otoritas dilakukan oleh karyawan yang mengajukan DPP, kabag. yang bersangkutan, gudang pusat, akuntansi, dan seksi pembelian. 2. Berita acara kebutuhan barang/jasa Dalam hal pembelian barang di atas nominal seratus juta rupiah atau nominal lainnya yang dianggap material oleh perusahaan, perlu diadakan pemeriksaan terhadap barang yang dibutuhkan sebelum dilakukannya proses pengadaan barang tersebut mengingat jumlahnya bersifat material bagi perusahaan. 98

15 Dokumen ini dapat digunakan sebagai bentuk evaluasi terhadap pembelian barang dengan nominal yang besar. Formulir ini berisi: hasil pemeriksaan barang, analisis penyebab kebutuhan barang, dampak ketidaktersediaan barang yang akan timbul, bentuk usaha yang telah dilakukan, sejarah barang, dan tanggal, bulan, dan tahun batasan dibutuhkannya barang atau jasa tersebut. (sumber referensi : pada tanggal 17 Juni 2016) Prosedur Pengadaan Barang dan Jasa Rekomendasi terhadap prosedur pengadaan barang dan jasa ialah sebagai berikut. Peminta Peminta mengajukan DPP rangkap empat dengan mengisi kolom nama barang (disii dengan nama barang yang lengkap), spesifikasi barang, ukuran barang, kode barang, jumlah, satuan, pemakaian rata-rata per bulan, dan sisa persediaan barang pada divisi yang bersangkutan (peminta). DPP ditandatangani oleh pihak yang mengajukan DPP dengan melampirkan tanggal otorisasi dan selanjutnya dimintakan tanda tangan kabag. yang bersangkutan. Kabag. yang bersangkutan memeriksa seluruh pengisian dokumen termasuk penulisan spesifikasi dan pengisian sisa persediaan barang dengan mencocokan pada batas minimum persediaan barang tersebut. 99

16 Jika barang yang diminta merupakan barang yang nilai pengadaannya besar atau material, peminta selanjutnya membuat formulir berita acara kebutuhan barang dan jasa untuk dilampirkan bersama DPP dengan meminta otorisasi kabag. yang bersangkutan. DPP yang sudah ditandatangani dimasukkan ke dalam rekapan atau catatan permintaan barang dengan tanggal pengajuannya sehingga memudahkan dalam memantau proses pemintaan barang. DPP dikirimkan ke bagian gudang untuk dilihat sisa persediaan barangnya. Gudang pusat Gudang pusat melakukan pemeriksaan dan pengisian sisa persediaan barang di gudang. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mencocokkan pada kartu persediaan gudang. Gudang pusat mengisi nomor urut dokumen DPP. Dokumen yang telah diisi nomor urut dan sisa persediaan barang dimintakan tanda tangan Kabag. Gudang Pusat dengan melampirkan tanggal otorisasi. Mengambil DPP rangkap tiga sebagai arsip. Jika persediaan barang di gudang tidak mencukupi, DPP lembar 1, 2, dan 4 tersebut dikirimkan langsung ke divisi akuntansi dan keuangan untuk diproses pengadaannya. Jika persediaan barang mencukupi, gudang selanjutnya memproses prosedur pengeluran barang. 100

17 Akuntansi dan Keuangan DPP lembar 1, 2, dan 4 diisi harga terakhir barang dan dicocokkan dengan RKAP (Rencana Kerja Anggaran Perusahaan) divisi pemintan. Jika barang yang diminta ialah jenis barang dengan spesifikasi baru dan belum ada harga terakhir, penulisan harga terakhir disesuaikan dengan harga pasar yang berlaku saat periode tersebut. DPP yang telah diisikan harga terakhir barang selanjutnya ditandatangani dengan melampirkan tanggal otorisasi. DPP lembar 2 disimpan sebagai arsip. DPP lembar 1 dan 4 dikirimkan ke bagian seksi pembelian. Seksi Pembelian Seksi pembelian menerima DPP lembar 1 dan 4 kemudian melakukan evaluasi dan menyeleksi DPP untuk melihat metode yang akan digunakan dalam proses pengadaan. Proses penyeleksian ini didasarkan pada harga terakhir barang tersebut. Jika pengadaan barang yang menggunakan metode penunjukkan langsung atau pembelian langsung, seksi pembelian selanjutnya akan menghubungi pemasok untuk melakukan pembelian barang dengan mengeluarkan SP (Surat Pesanan)/SPK (Surat Perintah Kerja). Berdasarkan hasil evaluasi DPP Jika pengadaan barang menggunakan metode lelang atau nilai pengadaannya besar atau material, pihak pembelian melakukan pemeriksaan dokumen formulir berita acara kebutuhan barang atau jasa yang dilampirkan bersamaan dengan DPP dan menandatangani dokumen tersebut. 101

18 Jika pengadaan barang yang diminta menggunakan metode lelang, seksi pembelian akan menghubungi calon pemasok dengan meminta dikirim penawaran harga. Penawaran harga yang masuk dibuat rekapitulasi penawaran harga. Data rekapitulasi penawaran harga kemudian ditandatangani dan dikirimkan ke bagian tim pembelian dengan menyertakan DPP lembar 1 dan 4 yang sudah ditandatangani, dokumen berita acara kebutuhan barang yang sudah ditandangani, dan surat asli penawaran harga dari para pemasok. Tim Pembelian Tim pembelian menerima dokumen-dokumen dari seksi pembelian. Melalui dokumen-dokumen tersebut, tim pembelian melakukan negosiasi dengan para pemasok dan menentukan calon pemenang. Hasil negosiasi dan calon pemenang ditandatangani oleh seluruh anggota tim pembelian dengan dilampiri tanggal otorisasi. Seluruh anggota tim pembelian juga menandatangani berita acara kebutuhan barang atau jasa. Hasil negosiasi kemudian diserahkan kepada Direksi dan Kabag. Akuntansi dan Keuangan untuk ditentukan pemasok pemenang dan dimintakan otorisasinya sert tanggal otorisasi. Hasil keputusan pemenang dan negosiasi dikirimkan ke seksi pembelian untuk dibuat SP/SPK dengan menyertakan DPP lembar 1 dan 4, dokumen berita acara kebutuhan barang yang sudah ditandangani oleh tim pembelian, dan surat asli penawaran harga dari para pemasok. 102

19 Seksi Pembelian Seksi pembelian membuat SP/SPK rangkap 3 untuk dikirimkan kepada pemasok pemenang berdasarkan hasil keputusan pemenang dan menandatangani SP/SPK tersebut dengan diketahui Kabag. Akuntansi dan Keuangan. DPP lembar 1 dan 4 yang sudah lengkap ditandatangani oleh peminta, kabag. yang bersangkutan, gudang. akuntansi, dan seksi pembelian kemudian diberi keterangan oleh seksi pembelian dengan tulisan SP/SPK telah dikirimkan kepada pemasok pada tanggal... DPP lembar 1 kemudian dikirimkan ke peminta;sp lembar 1 dikirimkan ke gudang; dan SP lembar 2 dikirimkan ke akuntansi. DPP lembar 4 dan SP/SPK lembar 3 disimpan sebagai arsip Solusi dan Rekomendasi pada Sumber Daya Perusahaan Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan sumber daya terbesar dalam perusahaan, khususnya pada perusahaan manufaktur seperti PT Madu Baru. Oleh sebab itu, kualitas dan kuantitas SDM yang ada pada perusahaan perlu menjadi fokus perusahaan. Berdasarkan paparan temuan dan analisis terhadap sumber daya perusahaan dapat diketahui bahwa kuantitas SDM, khususnya pada SDM bagian pembelian, sebaiknya perlu dipertimbangkan penambahan jumlahnya. Hal ini mengingat banyaknya jumlah departemen yang ada pada perusahaan sehingga keterbatasan SDM, khususnya pada SDM bagian pembelian, menjadi salah satu penyebab kurang optimalnya implementasi yang ada. 103

20 Terkait dengan kualitas SDM yang ada, perusahaan perlu untuk mempertimbangkan dalam memberikan pelatihan dan pengembangan pada SDM terkait dengan proses bisnis perusahaan, khususnya pada proses pengadaan. Pelatihan dan pengembangan pada SDM perusahaan tidak hanya dilakukan pada tingkat manajerial (management development program), tetapi juga perlu dilakukan pada tingkat karyawan pelaksana. Pelatihan-pelatihan tersebut dapat dilakukan dengan cara berikut. Training merupakan pelatihan jangka pendek yang dilakukan pada saat awal bekerja pada perusahaan. Seminar atau Workshop Seminar atau workshop umumnya dilakukan pada saat pengenalan sistem atau program baru yang akan diterapkan oleh perusahaan. Studi Banding Studi banding umumnya dilakukan sebagai bentuk penyegaran terhadap SDM agar dapat meningkatkan motivasi karyawan dengan melihat pada perusahaan sejenis atau perusahaan lainnya yang berskala lebih besar dibandingkan perusahaan tempat bekerja Sistem Informasi Perusahaan Salah satu permasalahan dalam kekurangoptimalan implementasi pengadaan perusahaan ialah terkait dengan banyaknya jenis barang pada perusahaan sehingga seringkali terjadinya permasalahan dalam pengelolaan barang atau persediaan, penyimpanan barang digudang yang tidak tertata dengan baik, dan permasalahan-permasalahan lainnya sehingga berdampak pada 104

21 kesalahan spesifikasi barang, kerusakan atau kehilangan barang, keterlambatan proses pengadaan, dan dampak lainnya. Perusahaan perlu memiliki sebuah sistem informasi yang dapat mencegah terjadinya permasalahan-permasalahan tersebut. Salah satunya ialah dengan menerapkan warehouse management system (WMS). WMS merupakan sebuah sistem yang digunakan dalam manajemen pergudangan perusahaan. Adapun tujuan penerapan WMS ialah sebagai berikut. Speed up handling process Penerapan WMS dapat mempercepat proses yang ada karena dilakukan secara komputerisasi dan otomatis. Ensure accurate inventory data Penerapan WMS membantu pemrosesan persediaan secara tepat dan akurat secara real time. Optimize your warehouse layout and space utilization Penerapan WMS dapat membantu dalam penyimpanan barang secara optimal berdasarkan tipe atau spesifikasi barang. Salah satu aplikasi yang berbasis pada WMS ialah aplikasi oracle warehouse management system. Oracle warehouse management system merupakan aplikasi yang digunakan untuk mengelola dan mengoptimalkan proses rantai pasokan khususnya pada proses di gudang. Aplikasi oracle warehouse management system dapat membantu dalam mengintegrasikan proses secara fungsional baik dari pengadaan, manufaktur, SOP, persediaan, transportasi maupun keuangan. Kelebihan dalam aplikasi oracle ialah: 105

22 meningkatkan ketepatan dalam persediaan (salah satunya dengan penggunaan bar-code pada barang), meningkatkan produktivitas tenaga kerja, dan mendukung pelaksanaan mobilitas distribusi, manufaktur, dan pemeliharaan proses. 5.3 Keterbatasan Penelitian Studi Kasus Keterbatasan dalam penelitian studi kasus ini ialah jumlah narasumber yang penulis wawancara hanya empat narasumber dan narasumber tersebut ialah pihakpihak yang berperan sebagai pimpinan setiap fungsi dalam pelaksanaan pengadaan perusahaan. Hal ini disebabkan oleh pada saat melakukan pengumpulan data, keterbatasan waktu menjadi salah satu penghambat dalam proses pencarian data. Waktu pengumpulan data bersamaan dengan masa giling perusahaan (proses produksi perusahaan) sehingga seluruh karyawan, khususnya karyawan pelaksana, sedang sibuk dalam penyelesaian tugas masing-masing. 5.4 Saran untuk Penelitian Berikutnya Studi kasus yang penulis lakukan ini hanya terfokus pada implementasi sistem dan prosedur pengadaan sehingga aspek-aspek lainnya seperti keputusan anggaran dalam pengadaan barang dan jasa, kebijakan dalam nilai dan metode pengadaan, dampak permasalahan pengadaan yang terjadi pada cost perusahaan (akuntansi), dan aspek lainnya diluar implementasi sistem dan prosedur pengadaan tidak diangkat dalam studi kasus ini. Oleh sebab itu, penelitian studi kasus berikutnya dapat mengembangkan studi kasus ini dengan melihat pada 106

23 anggaran pengadaan, metode pengadaan, dan dampaknya pada aspek cost dalam laporan keuangan pada perusahaan. 107

Lampiran 1 PROSEDUR AKTIVITAS PERSEDIAAN BARANG MASUK. PT. SUMBER REJEKI Jalan Gembong Sekolahan No.14 Surabaya STANDARD OPERATING PROCEDURE

Lampiran 1 PROSEDUR AKTIVITAS PERSEDIAAN BARANG MASUK. PT. SUMBER REJEKI Jalan Gembong Sekolahan No.14 Surabaya STANDARD OPERATING PROCEDURE Lampiran 1 PROSEDUR AKTIVITAS PERSEDIAAN BARANG MASUK PT. SUMBER REJEKI Jalan Gembong Sekolahan No.14 Surabaya STANDARD OPERATING PROCEDURE PROSEDUR AKTIVITAS PERSEDIAAN BARANG MASUK 1. TUJUAN Tujuan dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Sistem Informasi Akuntansi Pembelian Barang Material

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Sistem Informasi Akuntansi Pembelian Barang Material BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskriptif Hasil Penelitian. Sistem Informasi Akuntansi Pembelian Barang Material Sistem pembelian barang material di PT. Madubaru pada umumnya dilakukan secara kredit, karena

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Audit operasional atas fungsi pembelian dan hutang usaha pada PT Prima Auto

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Audit operasional atas fungsi pembelian dan hutang usaha pada PT Prima Auto BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Audit operasional atas fungsi pembelian dan hutang usaha pada PT Prima Auto Mandiri dibatasi pada hal-hal berikut ini: a. Mengidentifikasikan kelemahan sistem pengendalian

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN Evaluasi atas sistem akuntansi dimulai pada saat perusahaan mengalami kekurangan bahan baku untuk produksi saat produksi berlangsung. Selain itu evaluasi juga dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Tahap Penelitian Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan Pada tahap ini dikumpulkan informasi mengenai sistem pembelian dan pengelolaan persediaan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Tujuan Evaluasi. Tujuan dilakukan evaluasi yaitu untuk mengetahui pengendalian internal

BAB IV PEMBAHASAN. Tujuan Evaluasi. Tujuan dilakukan evaluasi yaitu untuk mengetahui pengendalian internal BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Tujuan Evaluasi Tujuan dilakukan evaluasi yaitu untuk mengetahui pengendalian internal atas siklus pendapatan pada PT Kartina Tri Satria sudah baik atau belum, dan mengetahui kelemahan-kelemahannya

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Pembahasan audit operasional atas fungsi pembelian dan pengelolaan bahan

BAB 4 PEMBAHASAN. Pembahasan audit operasional atas fungsi pembelian dan pengelolaan bahan BAB 4 PEMBAHASAN Pembahasan audit operasional atas fungsi pembelian dan pengelolaan bahan baku pada PT Urasima Putra Gamalindo difokuskan untuk hal-hal berikut ini: a) Mengidentifikasi kelemahan dan keunggulan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan perancangan sistem informasi akuntansi pembelian, hutang dan pengeluaran kas pada PT Tuffiadi Semesta maka ditemukan beberapa masalah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Sistem Penerimaan Kas dari Pemasangan Sambungan Baru

BAB IV PEMBAHASAN. A. Sistem Penerimaan Kas dari Pemasangan Sambungan Baru BAB IV PEMBAHASAN A. Sistem Penerimaan Kas dari Pemasangan Sambungan Baru Penerimaan kas dari PDAM Tirta Satria Cabang Purwokerto 2 terbagi menjadi 2 yaitu penerimaan kas air dan non air. Penerimaan kas

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN Tinjauan Teori Pengertian Sistem dan Prosedur

BAB III PEMBAHASAN Tinjauan Teori Pengertian Sistem dan Prosedur BAB III PEMBAHASAN 3.1. Tinjauan Teori 3.1.1. Pengertian Sistem dan Prosedur Menurut Mulyadi (2001:5), sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. yang merupakan urutan-urutan menurut waktu dan tata cara tertentu untuk

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. yang merupakan urutan-urutan menurut waktu dan tata cara tertentu untuk BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Pustaka 1. Prosedur Pengertian prosedur menurut Ismail masya (1994 : 74) bahwa Prosedur adalah suatu rangkaian tugas-tugas yang saling berhubungan yang merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Kredit 1. Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Kredit Pada PT. Anugrah. Sistem penjualan yang dilakukan oleh PT. Anugrah

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki, BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT. Karya Indah Bersama adalah sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

Lebih terperinci

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN. produk. Ada dua jenis produk yang didistribusikan, yaitu cat dan aneka furniture.

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN. produk. Ada dua jenis produk yang didistribusikan, yaitu cat dan aneka furniture. BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan PT. Tirtakencana Tatawarna adalah perusahaan yang bergerak dalam distribusi produk. Ada dua jenis produk yang didistribusikan, yaitu

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis membahas mengenai pelaksanaan audit operasional

BAB 4 PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis membahas mengenai pelaksanaan audit operasional BAB 4 PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis membahas mengenai pelaksanaan audit operasional pada PT. Valindo Global. Pembahasan tersebut dibatasi pada penerimaan dan pengeluaran kas. Dalam melaksanakan audit

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT NORITA MULTIPLASTINDO

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT NORITA MULTIPLASTINDO BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT NORITA MULTIPLASTINDO IV.1 Perencanaan Audit Operasional Audit operasional merupakan suatu proses sistematis yang mencakup serangkaian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis yang semakin ketat saat ini mengakibatkan setiap perusahaan membutuhkan sistem informasi dalam perkembangan usahanya serta untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB III SISTEM YANG BERJALAN

BAB III SISTEM YANG BERJALAN BAB III SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Singkat PT Bikasoga Berawal dari Bandung Selatan Sport Club (BSSC) yang penggunaannya diresmikan pada tanggal 11 Januari 1995 oleh Bapak Prof. Dr. Soedrajad Djiwandono,

Lebih terperinci

BAB IV. Audit Operasional Atas Fungsi Pengelolaan Persediaan Barang. Jadi Pada PT Aneka Medium Garment. IV.1. Survei Pendahuluan

BAB IV. Audit Operasional Atas Fungsi Pengelolaan Persediaan Barang. Jadi Pada PT Aneka Medium Garment. IV.1. Survei Pendahuluan BAB IV Audit Operasional Atas Fungsi Pengelolaan Persediaan Barang Jadi Pada PT Aneka Medium Garment IV.1. Survei Pendahuluan Kegiatan awal dalam melakukan audit operasional atas fungsi pengelolaan persediaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 26 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data 1. Unsur-Unsur Pengendalian Internal Persediaan Barang Dagang a. Lingkungan Pengendalian Lingkungan pengendalian internal pada PT.

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN BAHAN BAKU PT KARYADINAMIKA GRAHA MANDIRI

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN BAHAN BAKU PT KARYADINAMIKA GRAHA MANDIRI BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN BAHAN BAKU PT KARYADINAMIKA GRAHA MANDIRI IV.1. Tahap Penelitian Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan Pada tahap

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan. Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan. Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana IV.1.1. Evaluasi atas Aktivitas Pembelian Barang Dagang Aktivitas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. persediaan bahan baku. Pembahasan dimulai dengan penjelasan prosedur pembelian dan

BAB IV PEMBAHASAN. persediaan bahan baku. Pembahasan dimulai dengan penjelasan prosedur pembelian dan BAB IV PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan hasil dari proses evaluasi kegiatan pembelian tunai dan persediaan bahan baku. Pembahasan dimulai dengan penjelasan prosedur pembelian dan persediaan, penggunaan

Lebih terperinci

BAB II. Dasar Teori. 2.1 Konsep dan Dasar Definisi Konsep

BAB II. Dasar Teori. 2.1 Konsep dan Dasar Definisi Konsep BAB II Dasar Teori 2.1 Konsep dan Dasar Definisi Konsep 1. Sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan. (Mulyadi, 2001:5) 2.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Penerapan Pengendalian Internal Sistem Informasi Akuntansi. Pembelian pada PT Pondok Pujian Sejahtera

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Penerapan Pengendalian Internal Sistem Informasi Akuntansi. Pembelian pada PT Pondok Pujian Sejahtera BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Evaluasi Penerapan Pengendalian Internal Sistem Informasi Akuntansi Pembelian pada PT Pondok Pujian Sejahtera Pada bab III dijelaskan tentang praktek sistem informasi akuntansi

Lebih terperinci

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis di Divisi Industri Makanan dan Minuman (BMC) PT. AGRONESIA dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada proses ini penulis melakukan proses interview dan observation terhadap

BAB IV PEMBAHASAN. Pada proses ini penulis melakukan proses interview dan observation terhadap BAB IV PEMBAHASAN Proses audit operasional dilakukan untuk menilai apakah kinerja dari manajemen pada fungsi pembelian dan pengelolaan persediaan sudah dilaksanakan dengan kebijakan yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. dengan melakukan survei pendahuluan guna memperoleh informasi seputar latar

BAB IV PEMBAHASAN. dengan melakukan survei pendahuluan guna memperoleh informasi seputar latar BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Survei Pendahuluan Evaluasi Sistem Pengendalian Internal pada PT Bondor Indonesia diawali dengan melakukan survei pendahuluan guna memperoleh informasi seputar latar belakang perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Sistem informasi akuntansi persediaan merupakan sebuah sistem yang memelihara catatan persediaan dan memberitahu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Audit operasional dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan

BAB IV PEMBAHASAN. Audit operasional dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan BAB IV PEMBAHASAN Audit operasional dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan keekonomisan suatu perusahaan. Untuk memulai suatu pemeriksaan, seorang auditor harus terlebih dahulu mengadakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. jadi pada PT Indo Semar Sakti dibatasi pada hal-hal berikut ini:

BAB IV PEMBAHASAN. jadi pada PT Indo Semar Sakti dibatasi pada hal-hal berikut ini: BAB IV PEMBAHASAN Pembahasan audit operasional atas fungsi pengelolaan persediaan barang jadi pada PT Indo Semar Sakti dibatasi pada hal-hal berikut ini: a) Mengidentifikasi kelemahan sistem pengendalian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan. Adanya

BAB II LANDASAN TEORI. dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan. Adanya BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Sistem Sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan. Adanya sebuah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pengendalian Internal Pada Prosedur Penjualan Kredit

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pengendalian Internal Pada Prosedur Penjualan Kredit BAB IV PEMBAHASAN IV. Evaluasi Pengendalian Internal Pada Prosedur Penjualan Kredit Dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya, perusahaan harus memiliki pengendalian internal yang memadai, terutama yang

Lebih terperinci

4.1. Audit Oprasional atas Fungsi Pengadaan Barang PT. Perkebunan

4.1. Audit Oprasional atas Fungsi Pengadaan Barang PT. Perkebunan BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Audit Oprasional atas Fungsi Pengadaan Barang PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Pelaksanaan pemeriksaan atas fungsi pengadaan barang pada PT. Perkebunan Nusantara

Lebih terperinci

: MANAGER & STAFF. 5 Apakah terdapat rotasi pekerjaan yang dilakukaan perusahaan?

: MANAGER & STAFF. 5 Apakah terdapat rotasi pekerjaan yang dilakukaan perusahaan? Nama Perusahaan Dilengkapi oleh Jabatan : PT. PP LONDON SUMATRA INDONESIA TBK : PROCUREMENT & HUMAN RESOURCES : MANAGER & STAFF FUNGSI PEMBELIAN A. Umum Ya Tidak Ket. 1 Apakah struktur organisasi telah

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM AKUNTANSI PEMBELIAN DAN UTANG PADA FELINDO JAYA

BAB 3 ANALISIS SISTEM AKUNTANSI PEMBELIAN DAN UTANG PADA FELINDO JAYA BAB 3 ANALISIS SISTEM AKUNTANSI PEMBELIAN DAN UTANG PADA FELINDO JAYA 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan Perusahaan Perorangan Felindo Jaya didirikan pada tahun 1997, dengan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan COSO, komunikasi, aktivitas pengendalian, dan pemantauan.

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan COSO, komunikasi, aktivitas pengendalian, dan pemantauan. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perencanaan Evaluasi IV.1.1. Ruang Lingkup Evaluasi Ruang lingkup pengendalian internal atas siklus pendapatan adalah : 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan

Lebih terperinci

SIKLUS PENGELUARAN B Y : M R. H A L O H O

SIKLUS PENGELUARAN B Y : M R. H A L O H O SIKLUS PENGELUARAN B Y : M R. H A L O H O Tujuan dari siklus pengeluaran Meyakinkan bahwa seluruh barang dan jasa telah dipesan sesuai kebutuhan Menerima seluruh barang yang dipesan dan memeriksa (verifikasi)

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENGELOLAAN PERSEDIAAN DI PT BANGUNREKSA MILLENIUM JAYA

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENGELOLAAN PERSEDIAAN DI PT BANGUNREKSA MILLENIUM JAYA BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENGELOLAAN PERSEDIAAN DI PT BANGUNREKSA MILLENIUM JAYA IV.1 Survei Pendahuluan Pelaksanaan audit operasional di PT Bangunreksa Millenium Jaya akan dimulai dari tahap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pembelian 2.1.1 Pengertian Pembelian Pembelian adalah transaksi pembelian terjadi antara perusahaan dengan pemasok atau pihak penjual. Barang-barang yang dibeli dapat berupa

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Pada bab ini akan dilakukan analisis sistem penggajian pada PT. Sistemaju Mandiri Prakarsa dengan tujuan untuk meneliti dan mempelajari sistem penggajian yang sedang diterapkan

Lebih terperinci

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) PENGHAPUSAN BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) PENGHAPUSAN BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) PENGHAPUSAN BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 1. Tujuan: Standard Operating Procedure (SOP) Penghapusan Barang Milik/Kekayaan Negara bertujuan untuk menyeragamkan tata cara

Lebih terperinci

TABEL 1 DAFTAR PERTANYAAN EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL

TABEL 1 DAFTAR PERTANYAAN EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 TABEL 1 DAFTAR EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL Indepedensi Auditor Internal Apakah auditor internal yang ada pada perusahaan merupakan fungsi yang terpisah dari fungsi operasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Kecil Menengah (UKM) Pengertian Usaha Kecil menurut pasal 1 Undang-Undang No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Kecil Menengah (UKM) Pengertian Usaha Kecil menurut pasal 1 Undang-Undang No. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Kecil Menengah (UKM) 2.1.1 Pengertian Usaha Kecil Menengah (UKM) Pengertian Usaha Kecil menurut pasal 1 Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro kecil dan menengah,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tagihan UKM Kolom Nama Sebagai Catatan Realisasi Simpanan Wajib

Lampiran 1. Tagihan UKM Kolom Nama Sebagai Catatan Realisasi Simpanan Wajib Lampiran 1. Tagihan UKM Kolom Nama Sebagai Catatan Realisasi Simpanan Wajib Lampiran 2. Tagihan UKM Kolom Tanda Tangan Sebagai Catatan Realisasi Lampiran 3. Standard Operating Procedure (SOP) Prosedur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. I. Implementasi Sistem Informasi atas Pembelian dan Penjualan pada CV.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. I. Implementasi Sistem Informasi atas Pembelian dan Penjualan pada CV. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian I. Implementasi Sistem Informasi atas Pembelian dan Penjualan pada CV. Barezky Total CV. Barezky Total adalah termasuk dalam Usaha Mikro, Kecil,

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Dalam pelaksanaan Kerja Praktek di PT Industri Telekomunikasi

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Dalam pelaksanaan Kerja Praktek di PT Industri Telekomunikasi BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Dalam pelaksanaan Kerja Praktek di PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) yang dimulai sejak pada tanggal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembelian Pembelian dapat juga dikatakan sebagai procurement atau pangadaan barang. Mulyadi (2008:298) mengatakan bahwa Pembelian digunakan dalam perusahaan untuk pengadaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini dunia usaha mengalami perkembangan yang cukup pesat, memberikan peluang bisnis tersendiri bagi para pelaku bisnis. Peranan informasi

Lebih terperinci

Lampiran 1 Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Lampiran 1 Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama Lampiran 1 Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama No. 1 2 Lapangan Pekerjaan Utama 2011 2012 Februari Agustus Februari Agustus Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. bersumber dari beberapa pemasok yang mempunyai merk berbeda. mengenai latar belakang perusahaan dan mengumpulkan informasi yang

BAB IV PEMBAHASAN. bersumber dari beberapa pemasok yang mempunyai merk berbeda. mengenai latar belakang perusahaan dan mengumpulkan informasi yang BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Survey Pendahuluan PT. Anugerah Indah Makmur adalah perusahaan yang bergerak di bidang distribusi makanan dan minuman ringan. Persediaan yang diperoleh perusahaan bersumber dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kegiatan, baik kegiatan dalam usaha maupun dalam pendidikan. Setiap

BAB II LANDASAN TEORI. kegiatan, baik kegiatan dalam usaha maupun dalam pendidikan. Setiap BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Evaluasi Evaluasi merupakan salah satu sarana yang penting dalam melakukan kegiatan, baik kegiatan dalam usaha maupun dalam pendidikan. Setiap berjalannya kegiatan biasanya

Lebih terperinci

PT. WIYO. Komp. Pergudangan Tiara Jabon E1/27 Sidoarjo STANDARD OPERATING PROCEDURE. PROSEDUR PENERIMAAN dan PENGIRIMAN PESANAN

PT. WIYO. Komp. Pergudangan Tiara Jabon E1/27 Sidoarjo STANDARD OPERATING PROCEDURE. PROSEDUR PENERIMAAN dan PENGIRIMAN PESANAN Lampiran 1 PT. WIYO Komp. Pergudangan Tiara Jabon E1/27 Sidoarjo STANDARD OPERATING PROCEDURE PROSEDUR PENERIMAAN dan PENGIRIMAN PESANAN 1. TUJUAN Tujuan dari Standard Operating Procedure penerimaan pesanan

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 05/IN/M/2011 TENTANG

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 05/IN/M/2011 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 05/IN/M/2011 TENTANG PENGAMANAN DAN PENATAUSAHAAN BARANG PERSEDIAAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM MENTERI PEKERJAAN

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN PROSES BISNIS BIDANG USAHA

BAB 3 GAMBARAN PROSES BISNIS BIDANG USAHA BAB 3 GAMBARAN PROSES BISNIS BIDANG USAHA 3.1 Pembatasan Area Bisnis Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada perusahaan manufaktur, secara umum perusahaan perusahaan tersebut memiliki beberapa area

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI SIKLUS PENDAPATAN PT. TIRTAKENCAN A TATAWARN A YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI SIKLUS PENDAPATAN PT. TIRTAKENCAN A TATAWARN A YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI SIKLUS PENDAPATAN PT. TIRTAKENCAN A TATAWARN A YANG BERJALAN 3.1. Profil Perusahaan PT. Tirtakencana Tatawarna adalah perusahaan yang bergerak dalam distribusi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.2 Sejarah Singkat Perusahaan Clowor Distro Semarang adalah usaha usaha bersama 4 orang yang bergerak dibidang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan satu dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan satu dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem Akuntansi Mulyadi (2008: 2) sistem adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama untuk mencapai tujuan tertentu.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS 4.1 Metode Pencatatan Persediaan pada PT Bio Farma (Persero) 1. Kegiatan pengadaan bahan baku Bon Permintaan Barang

BAB IV ANALISIS 4.1 Metode Pencatatan Persediaan pada PT Bio Farma (Persero) 1. Kegiatan pengadaan bahan baku Bon Permintaan Barang BAB IV ANALISIS 4.1 Metode Pencatatan Persediaan pada PT Bio Farma (Persero) PT Bio Farma (Persero) merupakan satu-satunya perusahaan BUMN yang bergerak di bidang memproduksi vaksin dan antisera. Untuk

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Survei Pendahuluan

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Survei Pendahuluan BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Survei Pendahuluan Survei pendahuluan adalah permulaan yang digunakan dalam merencanakan tahap-tahap audit berikutnya. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai semua

Lebih terperinci

Lampiran 1. POS untuk Prosedur Perekrutan Karyawan Tetap PT. JAYABAYA RAYA

Lampiran 1. POS untuk Prosedur Perekrutan Karyawan Tetap PT. JAYABAYA RAYA Lampiran 1. POS untuk Prosedur Perekrutan Karyawan Tetap LOGO PERUSAHAAN PT. JAYABAYA RAYA Prosedur Perekrutan Karyawan Tetap I. Tujuan Prosedur Prosedur ini disusun dan disajikan dengan tujuan: Terbit:

Lebih terperinci

BAB III SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PERSEDIAAN PADA PT HERFINTA FARM AND PLANTATION MEDAN. A. Pengertian Persediaan dan Jenis Persediaan

BAB III SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PERSEDIAAN PADA PT HERFINTA FARM AND PLANTATION MEDAN. A. Pengertian Persediaan dan Jenis Persediaan BAB III SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PERSEDIAAN PADA PT HERFINTA FARM AND PLANTATION MEDAN A. Pengertian Persediaan dan Jenis Persediaan Berikut beberapa defenisi persediaan menurut beberapa ahli : Persediaan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM. komponen dengan mempelajari seberapa bagus bagian-bagian komponen

BAB III ANALISIS SISTEM. komponen dengan mempelajari seberapa bagus bagian-bagian komponen BAB III ANALISIS SISTEM 3.1 ANALISIS SISTEM Analisis sistem adalah teknik pemecahan masalah yang menguraikan bagianbagian komponen dengan mempelajari seberapa bagus bagian-bagian komponen tersebut bekerja

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan pesatnya perkembangan perusahaan pada zaman ini maka setiap perusahaan harus memiliki sistem-sistem yang dapat di gunakan untuk merencanakan, menyusun,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berjalannya waktu, sebuah organisasi bisnis yang dijalankan dengan baik dapat bertumbuh serta berkembang menjadi organisasi yang lebih besar dan kompleks. Organisasi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. PT. Bumi Maestroayu dijelaskan pada bab keempat ini. Berdasarkan ruang lingkup yang

BAB IV PEMBAHASAN. PT. Bumi Maestroayu dijelaskan pada bab keempat ini. Berdasarkan ruang lingkup yang BAB IV PEMBAHASAN Pembahasan audit operasional atas fungsi penjualan dan penerimaan kas pada PT. Bumi Maestroayu dijelaskan pada bab keempat ini. Berdasarkan ruang lingkup yang telah penulis uraikan pada

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki

BAB 4 PEMBAHASAN. Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki BAB 4 PEMBAHASAN Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki pengendalian internal yang memadai, terutama pada siklus pendapatannya. Siklus pendapatan terdiri dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persediaan adalah sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan yang dapat dikonversikan ke dalam bentuk kas ketika terjadi suatu transaksi penjualan. Dalam mengelola

Lebih terperinci

Standard Operating Procedure (SOP) Sistem CV. BS. Jl. Lebak Indah No. 22, Surabaya STANDARD OPERATING PROCEDURE PROSEDUR SISTEM PERSEDIAAN

Standard Operating Procedure (SOP) Sistem CV. BS. Jl. Lebak Indah No. 22, Surabaya STANDARD OPERATING PROCEDURE PROSEDUR SISTEM PERSEDIAAN Lampiran 1. Persediaan Standard Operating Procedure (SOP) Sistem CV. BS Jl. Lebak Indah No. 22, Surabaya STANDARD OPERATING PROCEDURE PROSEDUR SISTEM PERSEDIAAN 1. TUJUAN Standard Operating Procedure sistem

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN DAN HUTANG USAHA PADA PT MITRA MAKMURJAYA MANDIRI

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN DAN HUTANG USAHA PADA PT MITRA MAKMURJAYA MANDIRI BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN DAN HUTANG USAHA PADA PT MITRA MAKMURJAYA MANDIRI IV.1. Survey Pendahuluan Survey pendahuluan yang dilakukan adalah atas aktivitas yang berkaitan dengan prosedur

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTANSI PEMBELIAN. Endang Sri Utami, S.E., M.Si., Ak., CA

SISTEM AKUNTANSI PEMBELIAN. Endang Sri Utami, S.E., M.Si., Ak., CA SISTEM AKUNTANSI PEMBELIAN Endang Sri Utami, S.E., M.Si., Ak., CA Tujuan Pembelajaran 1. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami deskripsi kegiatan pembelian. 2. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui

Lebih terperinci

BAB III. Objek Penelitian. PT. Rackindo Setara Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta yang

BAB III. Objek Penelitian. PT. Rackindo Setara Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta yang BAB III Objek Penelitian III.1. Sejarah singkat Perusahaan PT. Rackindo Setara Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang furniture / meubel. Kegiatan utama dari perusahaan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1. Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1. Latar Belakang Perusahaan PT Sekar Hati Jaya Maju didirikan pada tahun 1984. Pada mulanya PT Sekar Hati Jaya Maju merupakan perusahaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada PT. PIKIRAN RAKYAT serta pembahasan yang telah dikemukakan pada bahasan bab sebelumnya, penulis menarik

Lebih terperinci

PENJELASAN XII PENGADAAN BARANG DAN JASA OLEH MASYARAKAT

PENJELASAN XII PENGADAAN BARANG DAN JASA OLEH MASYARAKAT PENJELASAN XII PENGADAAN BARANG DAN JASA OLEH MASYARAKAT 12.1. Penjelasan Umum 12.1.1. Ruang Lingkup Ruang lingkup berlakunya Penjelasan XII adalah berkaitan dengan pengadaan yang dilakukan masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan PT. XYZ merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam perdagangan alat listrik dan juga elektronik. Kelebihan

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM AKUNTANSI PEMBELIAN PADA PT. BAHANA KARYA MANDIRI

ANALISIS SISTEM AKUNTANSI PEMBELIAN PADA PT. BAHANA KARYA MANDIRI ANALISIS SISTEM AKUNTANSI PEMBELIAN PADA PT. BAHANA KARYA MANDIRI Nama : Dwi Ayu Larasati NPM : 22213664 Kelas : 3EB22 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Mulatsih, SE., MM LATAR BELAKANG MASALAH Era globalisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jaman memaksa setiap perusahaan berlombalomba untuk terus berinovasi dalam mengembangkan bisnisnya agar dapat tetap bertahan di jaman yang semakin maju

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN SISTEM YANG BERJALAN. bermotor. Produk-produk yang dihasilkan dipasarkan

BAB 3 GAMBARAN SISTEM YANG BERJALAN. bermotor. Produk-produk yang dihasilkan dipasarkan BAB 3 GAMBARAN SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Singkat Perusahaan Perusahaan perorangan Speed Power Racing adalah perusahaan yang bergerak dalam industri pembuatan spare parts (perlengkapan) kendaraan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Penjualan Unsur Pengendalian Internal Pada PT. Tiga Putra Adhi Mandiri

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Penjualan Unsur Pengendalian Internal Pada PT. Tiga Putra Adhi Mandiri BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Penjualan 4.1.1 Unsur Pengendalian Internal Pada PT. Tiga Putra Adhi Mandiri Penulis mempunyai kriteria tersendiri untuk menilai unsur pengendalian internal dalam perusahaan. Kriteria

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Peranan Sistem

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Peranan Sistem BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Peranan Sistem Pengendalian Intern Gaji Dan Upah Dalam Menunjang Ketepatan Pembayaran (Studi Kasus pada PT.

Lebih terperinci

BAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga

BAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga BAB II A. Manajemen Operasi Manajemen Operasi membahas bagaimana membangun dan mengelola operasi suatu organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga pengendalian sistim

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Karya Mandiri Persada merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor (bahan konstruksi, mekanikal,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. - Internal Control Questionaire (ICQ) Pertanyaan dalam kuesioner dapat dijawab dengan :

LAMPIRAN. Lampiran 1. - Internal Control Questionaire (ICQ) Pertanyaan dalam kuesioner dapat dijawab dengan : L1 LAMPIRAN Lampiran 1. - Internal Control Questionaire (ICQ) Pertanyaan dalam kuesioner dapat dijawab dengan : 1. Ya, artinya sistem dan prosedur telah diterapkan serta dilaksanakan dengan baik sebagaimana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian Pengendalian Internal. Pengertian pengendalian internal merupakan metode yang berguna bagi

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian Pengendalian Internal. Pengertian pengendalian internal merupakan metode yang berguna bagi BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengendalian Internal II.1.1 Pengertian Pengendalian Internal Pengertian pengendalian internal merupakan metode yang berguna bagi manajemen untuk menjaga kekayaan organisasi,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sistem Informasi Akuntansi Pembelian Pada PT Arwana Citramulia, Tbk Untuk mengetahui tentang prosedur pembelian pada PT Arwana Citramulia, Tbk, maka penerapan prosedur

Lebih terperinci

Bab 4 PEMBAHASAN. 4.1 Evaluasi Terhadap Prosedur Siklus Pengeluaran. pembelian yang sudah berjalan dengan cukup baik, yaitu: berurut nomor cetak.

Bab 4 PEMBAHASAN. 4.1 Evaluasi Terhadap Prosedur Siklus Pengeluaran. pembelian yang sudah berjalan dengan cukup baik, yaitu: berurut nomor cetak. Bab 4 PEMBAHASAN 4.1 Evaluasi Terhadap Prosedur Siklus Pengeluaran 4.1.1 Evaluasi Prosedur Pembelian Berdasarkan hasil penelitian yang didapat dari proses wawancara dan observasi, perusahaan mempunyai

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. dimulai dengan survei pendahuluan. Tahap ini merupakan langkah awal

BAB 4 PEMBAHASAN. dimulai dengan survei pendahuluan. Tahap ini merupakan langkah awal BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Survei Pendahuluan Pelaksanaan audit manajemen pada PT. MJPF Farma Indonesia akan dimulai dengan survei pendahuluan. Tahap ini merupakan langkah awal dalam mempersiapkan dan merencanakan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Perencanaan Kegiatan Evaluasi Pengendalian Internal

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Perencanaan Kegiatan Evaluasi Pengendalian Internal BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Perencanaan Kegiatan Evaluasi Pengendalian Internal Evaluasi pengendalian internal adalah suatu kegiatan untuk menilai dan mengevaluasi pengendalian internal perusahaan dan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Sistem Informasi Manajemen berkepentingan dalam menyediakan sistem informasi yang menyeluruh dan terintegrasi untuk mengambil keputusan berbagai tingkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Akuntansi 2.1.1 Pengertian Sistem Akuntansi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam suatu perusahaan, sistem akuntansi memegang peranan penting dalam mengatur arus pengelolaan data akuntansi untuk menghasilkan

Lebih terperinci

Standard Operating Procedure PENGADAAN BARANG DAN JASA

Standard Operating Procedure PENGADAAN BARANG DAN JASA Standard Operating Procedure PENGADAAN BARANG DAN JASA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017 0 LEMBAR IDENTIFIKASI Nama Dokumen : Pengadaan Barang dan Jasa Kode Dokumen : UN10/F14/HK.01.02.a/506

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem BAB II TINJAUAN PUSTAKA Aktivitas perusahaan dapat berjalan dengan baik jika aktivitas tersebut saling terorganisir dengan baik dan terdapat suatu sistem yang baik dimana sistem tersebut

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan PT. Sinar Rejeki Lasindounggul merupakan perkembangan dari Sinar Rejeki yang didirikan pada tanggal 30 agustus 1982. Sinar Rejeki pada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 61 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Evaluasi Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Pada PT.Modern Putra Indonesia. Berikut ini sistem penjualan perusahaan yang akan dibahas oleh penulis adalah mengenai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, sebuah sistem teknologi informasi dibutuhkan oleh setiap organisasi untuk mencapai tujuannya. Peran sistem teknologi informasi

Lebih terperinci

BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 14 TAHUN 2010

BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 14 TAHUN 2010 . BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG/JASA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 adalah sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pengertian usaha mikro, kecil, dan menengah menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 adalah sebagai berikut: 2.1.1 Usaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan yang terjadi secara berulang-ulang, sedangkan Nafarin (2009: 9)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan yang terjadi secara berulang-ulang, sedangkan Nafarin (2009: 9) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prosedur 1. Pengertian Prosedur Prosedur tidak hanya melibatkan aspek financial saja, tetapi aspek manajemen juga memiliki peranan penting. Prosedur merupakan rangkaian langkah

Lebih terperinci

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) A. Pengertian Just In Time (JIT) Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi

Lebih terperinci