SINTESIS Co/Cu(II)-SALEN YANG TERTAMBATKAN PADA SILIKA SEBAGAI KATALIS PADAT UNTUK OKSIDASI GLISEROL ANDRIAWAN SUBEKTI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SINTESIS Co/Cu(II)-SALEN YANG TERTAMBATKAN PADA SILIKA SEBAGAI KATALIS PADAT UNTUK OKSIDASI GLISEROL ANDRIAWAN SUBEKTI"

Transkripsi

1 SINTESIS Co/Cu(II)-SALEN YANG TERTAMBATKAN PADA SILIKA SEBAGAI KATALIS PADAT UNTUK OKSIDASI GLISEROL ANDRIAWAN SUBEKTI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

2 SINTESIS Co/Cu(II)-SALEN YANG TERTAMBATKAN PADA SILIKA SEBAGAI KATALIS PADAT UNTUK OKSIDASI GLISEROL ANDRIAWAN SUBEKTI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Kimia DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

3 ii RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 2 Agustus 1986 dari Ayah Sagiman dan Ibu Titi Komalawati. Penulis merupakan anak ketiga dari 5 bersaudara. Penulis menyelesaikan studi di SMA Negeri 42 Jakarta pada Tahun Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Program Studi Kimia FMIPA melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti masa perkuliahan penulis menjadi staf pengajar lembaga bimbingan belajar Bimbingan Test Alumni Cabang Bogor pada tahun sekarang dan aktif dalam organisasi kemahasiswaan Ikatan Mahasiswa Kimia IPB 2006/2007 sebagai sekretaris dan periode 2005/2006 sebagai staf bagian Keilmuan, DKM Al-Ghifari IPB 2006/2007 sebagai staf Farabi, dan UKM Agriaswara IPB 2005/2006. Selain itu, penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia TPB dalam selang tahun , Kimia Polimer periode 2007/2008, Kimia Bahan Alam periode 2008/2009, Kimia Organik Layanan periode 2007/2008, Kimia Pangan, Kromatografi, dan Analisis Komponen Aktif D3 periode 2006/2007, dan menjadi asisten dosen Kimia Organik periode 2006/2007. Pada bulan Juli-Agustus 2007, penulis berkesempatan melaksanakan kegiatan Praktik Lapangan di Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor dengan judul Isolasi Senyawa Xilan dan β-glukan dalam Dedak Padi dan Polard serta Analisisnya Menggunakan HPLC.

4 iii ABSTRAK ANDRIAWAN SUBEKTI. Sintesis Co/Cu(II)-Salen yang Tertambatkan pada Silika sebagai Katalis Padat untuk Oksidasi Gliserol. Dibimbing oleh TUN TEDJA IRAWADI dan ZAINAL ALIM MAS UD. Telah disintesis katalis padat Co/Cu(II)-salen yang tertambatkan pada silika dengan baik. Pencirian katalis yang dihasilkan dilakukan menggunakan spektrofotometer infrmerah transformasi Fourier dan spektrofotometer serapan atom. Kinerja kedua katalis dalam mengoksidasi gliserol dan penggunaannya kembali dalam reaksi yang sama telah dibandingkan dengan baik dalam penelitian ini. Oksidasi gliserol dilakukan dengan penambahan katalis sebanyak 3 mol% gliserol dalam campuran gliserol-asetonitril. Reaksi dilakukan dengan melewatkan gas oksigen selama 4 jam pada suhu ruang dalam campuran tersebut. Hasil oksidasi dianalisis menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi. Puncak kromatogram dari hasil oksidasi yang muncul setelah menit ke-8 menunjukkan terjadinya pengubahan gliserol. Kromatogram yang diperoleh menunjukkan bahwa katalis Co(salen)-silika mengoksidasi gliserol lebih baik dan selektif dibandingkan dengan Cu(salen)-silika. Oksidasi dengan Co(salen)-silika menghasilkan satu produk oksidasi, sedangkan dengan Cu(salen)-silika menghasilkan dua produk oksidasi. Penggunaan kembali katalis padat dalam pekerjaan ini tidak mampu menunjukkan pengubahan terhadap gliserol. ABSTRACT ANDRIAWAN SUBEKTI. Synthesis of Co/Cu(II)-Salen Anchored on Silica as Solid Catalyst for Oxidation of Glycerol. Supervised by TUN TEDJA IRAWADI dan ZAINAL ALIM MAS UD. Solid catalysts of Co/Cu(II)-salen anchored on silica have been well synthesized. Characterization of resulting catalysts have been carried out by FTIR and AAS. In this research, the performance of both catalysts in oxidation of glycerol and their reutilization in the same reaction have been well compared. Oxidation of glycerol was carried out by addition of catalyst as much 3 mol% glycerol into glycerol-acetonitrile mixture. The reaction was carried out by passing oxygen gas over the mixture for 4 h at ambient temperature. The oxidation results were analyzed by HPLC. The chromatogram peaks of oxidation result which appeared after 8 th minute showed the evidence of glycerol conversion. The obtained chromatograms showed that Co(salen)-silica catalyst oxidazed glycerol better and more selective than Cu(salen)-silica. Oxidation with Co(salen)-silica afforded an oxidation product, while with Cu(salen)-silica fane two oxidation products. Reutilization of solid calaysts in this work was not able to convert glycerol.

5 i Judul Nama NIM : Sintesis Co/Cu(II)-Salen yang Tertambatkan pada Silika sebagai Katalis Padat untuk Oksidasi Gliserol : Andriawan Subekti : G Pembimbing I, Disetujui Pembimbing II, Prof. Dr. Ir. Tun Tedja Irawadi, MS NIP Dr. Zainal Alim Mas ud, DEA NIP Diketahui Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor, Dr. drh. Hasim, DEA NIP Tanggal Lulus :

6 Aku persembahkan untuk Mama dan Bapak atas semua tetes keringat dan untaian doa. ii

7 i DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... ii DAFTAR LAMPIRAN... ii PENDAHULUAN... 1 TINJAUAN PUSTAKA... 1 Katalis... 1 Ligan Salen... 1 Silika... 2 Produk Oksidasi Gliserol... 2 BAHAN DAN LINGKUP KERJA... 2 Bahan dan Alat... 2 Lingkup Kerja... 2 HASIL DAN PEMBAHASAN... 4 Ciri Katalis Heterogen... 4 Oksidasi Gliserol... 7 SIMPULAN DAN SARAN... 8 Simpulan... 8 Saran... 9 DAFTAR PUSTAKA... 9 LAMPIRAN... 11

8 ii DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Produk-produk oksidasi gliserol Sintesis kompleks logam(ii)-salen dan penyiapan katalis heterogennya Kromatogram HPLC gliserol (a), hasil oksidasi dengan Co(salen)- silika (b), hasil oksidasi dengan Cu(salen)-silika (c), hasil oksidasi dengan penggunan kembali Co(salen)-silika (d), hasil oksidasi dengan penggunaan kembali Cu(salen)-silika (e), dan hasil oksidasi dengan silika (f)... 8 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Bagan Alir Penelitian Data Perolehan 5-Klorometilsalisilaldehida Data Perolehan Salen Spektrum FTIR Salen Data Perolehan Kompleks Co(II)-Salen Data Perolehan Kompleks Cu(II)-Salen Spektrum FTIR Co(II)-Salen Spektrum FTIR Cu(II)-Salen Data Hasil Analisis AAS Kompleks Logam(II)-Salen Spektrum FTIR Co(Salen)-Silika Spektrum FTIR Cu(Salen)-Silika Spektrum FTIR Silika Terfungsionalisasi Data Hasil Analisis AAS Katalis Heterogen... 21

9 2 PRAKATA Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah SWT selalu penulis ucapkan atas rahmat, hidayah, dan ridho-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Sintesis Co/Cu(II)-Salen yang Tertambatkan pada Silika sebagai Katalis Padat untuk Oksidasi Gliserol, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta pengikut beliau hingga akhir zaman. Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terutama: Ibu Prof Dr. Ir. Tun Tedja Irawadi, MS selaku pembimbing I dan Bapak Dr. Zainal Alim Mas ud, DEA selaku pembimbing II, dan kepada seluruh anggota keluarga: Bapak, Mama, Mbak Mita, Mbak Dwi, Nuki, dan Surya atas segala bantuan baik doa, moril, materil dan kasih sayangnya. Selain itu, terima kasih kepada rekan tim sintesis katalis, Miqdad Abdullah, Robi Mustofa, dan Rachmadi, rekan Kimia 41, terutama Andre Gunawan, Yockie A Fabianto, Panji H, Ihsan K Hanifa, Dedi Sofyan, Noviadi, Ramzy, Faiz Sutanto, Satria H, Yunia Anggi, dan Rini S Asnel, serta rekan Laboratorium Kimia Organik, Mariana H, Titik H, dan Tuti Wukirsari. Terima kasih juga kepada staf bagian Kimia Organik, Bapak Sabur, Ibu Yeni Karmila, dan Ibu Siti Robiah, serta dukungan dari Mbak Irmanida B, Mas Ken A Irawadi, dan Mas Khotib. Terima kasih sebesar-besarnya kepada Laboratorium Terpadu IPB atas dukungan finansial yang telah diberikan. Jazakumullah khoiron katsiron. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi pembaca. Bogor, Januari 2009 Andriawan Subekti

10 1 PENDAHULUAN Gliserol, 1,2,3-propanatriol, merupakan bahan kimia yang telah dikenal lebih dari dua abad dan dewasa ini produksinya meningkat tajam disebabkan oleh pengembangan biodiesel. Dalam setiap produksi biodiesel, gliserol dihasilkan dengan jumlah 10%. Departemen Perindustrian (Depperin) (2007) melaporkan bahwa produksi biodiesel di Indonesia pada tahun 2007 mencapai 1.1 juta ton sehingga dapat ditentukan bahwa jumlah gliserol yang dihasilkan dari produksi biodiesel Indonesia pada tahun tersebut adalah 110,000 ton. Nilai tersebut akan terus meningkat sesuai dengan kebutuhan terhadap bahan bakar hayati. Kecenderungan ini telah berdampak pada penurunan harga jual gliserol hingga 50% (Behr et al. 2008). Pemanfaatan gliserol telah banyak dilakukan, yaitu dalam industri kosmetik, farmasetika, sabun, dan pasta gigi. Selain itu, gliserol terutama digunakan sebagai pemanis pada permen dan agen pembasah dalam tembakau. Pengembangan aplikasi gliserol sebagai bahan baku produk yang lebih bernilai jual telah banyak dilakukan untuk pemanfaatan jumlahnya yang kian meningkat. Salah satunya adalah pengubahan gliserol menjadi produk oksidasinya, seperti dihidroksiaseton (DHA), gliseraldehida, asam gliserat, asam tartronat, asam oksalat, asam glikolat, dll. (Behr et al. 2008; Pachauri & He 2006). Dalam dasawarsa terakhir ini, ligan salisilaldehidaetilenadiamina (salen) beserta turunannya telah memperoleh perhatian lebih, terutama disebabkan oleh pembuatannya yang mudah dan murah serta penerapannya yang luas dalam bidang sintesis dan katalisis. Ligan salen mampu mengikat logam dan membentuk kompleks yang memiliki aktivitas katalitik yang sangat baik pada berbagai reaksi, seperti yang terbentuk dengan Co dan Cu. Beberapa kajian baru-baru ini telah melaporkan aktivitas yang baik dari kompleks kobalt(ii) salen (Co(II)-salen) dan tembaga(ii) salen (Cu(II)- salen) dalam mengkatalisis berbagai jenis reaksi oksidasi (Amarekasera et al. 2007; Gupta & Sutar 2007; Kervinen 2005; Karandikar et al. 2004; dan Sharma et al. 2004). Sharma et al menunjukkan bahwa kompleks Co(II)-salen mampu mengoksidasi alkohol sekunder menjadi senyawa ketonnya. Selain itu, Co(II)-salen bersama Cu(II)-salen juga telah dilaporkan kemampuannya yang cukup baik dalam oksidasi yang menghasilkan keton (Karandikar et al. 2004). Dalam proses katalisis, kecenderungan penggunaan katalis heterogen lebih banyak dilakukan. Hal ini disebabkan oleh keuntungannya, yaitu mudah dipisahkan dari reaktan dan produk. Selain itu, katalis heterogen dapat dipulihkan dan digunakan kembali dalam proses katalisis yang sama. Pengembangan katalis heterogen dari kompleks salen telah banyak dilakukan, salah satunya yaitu penambatan kompleks salen pada padatan pendukung, seperti silika, MCM-41, ITQ-2, dll. (Karandikar et al. 2004; Baleizão et al. 2002, 2003). Penelitian ini melaporkan keberhasilan sintesis kompleks Co(II)-salen dan Cu(II)- salen dengan tipe salen [N,N -bis(5- klorometilsalisilidena)-etilenadiamina] yang tertambatkan pada silika terfungsionalisasi. Kedua katalis tersebut terbukti mampu mengoksidasi gliserol. Kemampuan katalitik kedua jenis katalis dalam oksidasi telah dibandingkan dalam penelitian ini. Pencirian katalis ditunjukkan dengan baik menggunakan spektrofotometer inframerah transformasi Fourier (FTIR) dan spektrofotometer serapan atom (AAS). TINJAUAN PUSTAKA Katalis Perkembangan teknologi yang ramah lingkungan telah mendorong pengembangan penelitian katalis heterogen, salah satunya adalah heterogenisasi katalis homogen untuk oksidasi. Katalis heterogen memiliki beberapa kelebihan, antara lain dapat dipisahkan dari campuran reaksi, dapat dipulihkan, dan digunakan kembali. Usaha heterogenisasi katalis homogen telah banyak dilakukan dengan penambatan katalis homogen pada suatu padatan pendukung (Baleizão et al dan 2002; Chorkendorff & Niemantsverdriet 2003). Ligan Salen Salen adalah suatu basa Schiff yang terbentuk dari salisilaldehida dan etilenadiamina ataupun turunan keduanya sebagai prazat. Sejumlah ragam salen diketahui memiliki perbedaan pada subtituennya. Berbagai jenis salen mudah membentuk kompleks dengan hampir seluruh ion logam. Kompleks ligan ini telah terbukti berguna untuk berbagai perubahan asimetrik.

11 2 Penggunaan kompleks logam salen dewasa ini telah banyak diterapkan dalam berbagai reaksi katalitik. Sejumlah besar kompleks menunjukkan aktivitas katalitik yang baik pada beberapa reaksi, salah satunya pada reaksi oksidasi (Pui & Mahy 2007; Sharma et al. 2004). Aktivitas yang baik tersebut ditunjukkan baik sebagai katalis homogen (Pui & Mahy 2007; Sharma et al. 2004) maupun heterogen yang ditambatkan pada suatu padatan pendukung, seperti silika, MCM-41, ITQ-2, dll (Karandikar et al. 2004; Baleizão et al dan 2002). Silika Silika merupakan padatan pendukung untuk katalis homogen yang digunakan dalam proses-proses yang biasanya dijalankan pada suhu rendah (di bawah 300 C), seperti hidrogenasi, polimerisasi, atau beberapa oksidasi. Sifatnya, seperti ukuran pori, ukuran partikel, daerah permukaan dapat disesuaikan dengan mudah untuk mempertemukan kebutuhan khusus dalam sebagian aplikasi. Sebagian besar pendukung silika dibuat dengan satu dari dua jalur preparasi berbeda: pengendapan gel sol untuk menghasilkan silika xerogel dan hidrolisis kobaran api untuk menghasilkan yang biasa disebut silika berasap. Silika xerogel dibuat dari natrium silikat basa (ph = 12) dan asam sulfat yang menghasilkan Si(OH) 4 sebagai prazat, sedangkan silika berasap dibuat dari SiCl 4 dalam kehadiran hidrogen dan oksigen. Keuntungan silika berasap adalah memiliki sifat mekanik yang lebih baik dan kemurnian yang lebih tinggi pada pembentuknya bila dibandingkan dengan silika xerogel (Chorkendorff & Niemantsverdriet 2003). Oleh karena itu, silika berasap lebih banyak digunakan sebagai padatan pendukung untuk berbagai katalis homogen. Produk Oksidasi Gliserol Oksidasi gliserol merupakan jalur yang cukup kompleks pada reaksi yang menghasilkan sejumlah besar produk, seperti DHA, gliseraldehida, asam gliserat, asam tartronat, asam hidroksi piruvat, asam oksalat, asam glikolat, dll. (Gambar 1). Sejumlah produk-produk oksidasi gliserol sangat berguna sebagai bahan intermediet atau bahan kimia yang sangat bernilai. Namun, hingga sekarang produk-produk tersebut masih diproduksi melalui proses yang mahal dan oleh sebab itu pemanfaatannya dalan skala industri masih rendah (Behr et al. 2008). Oksidasi gugus alkohol sekunder pada gliserol akan membentuk DHA. Hal ini telah dilakukan menggunakan katalis platina (Kimura 2001 dan Garcia et al. 1994) atau fermentasi (Bauer et al. 2005; Svitel & Sturdik 1994). DHA merupakan bahan kimia penting yang digunakan dalam industri kosmetik sebagai bahan pelindung kulit. DHA adalah bahan aktif utama dalam semua penyiapan perawatan kulit anti-pencoklatan karena matahari sejak DHA diketahui sebagai bahan tambahan pelindung kulit yang paling efektif (Cirriminna et al. 2006). Selain itu, DHA juga digunakan sebagai biomaterial polimerik. Oksidasi gugus alkohol primer pada gliserol menghasilkan gliseraldehida, suatu intermediet dalam metabolisme karbohidrat. Gliseraldehida juga digunakan sebagai standard pembanding molekul kiral seri D- atau L-. Oksidasi gliseraldehida lebih lanjut menghasilkan asam karboksilat, seperti asam gliserat, asam tartronat, dan mesoksalat (Gambar 1). Asam-asam ini merupakan prazat produk polimer dan pengemulsi biodegradabel (Behr et al. 2008). BAHAN DAN LINGKUP KERJA Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan antara lain salisilaldehida, etilenadiamina, HCl pekat, formaldehida 37%, silika (N 2 = 350 m 2 g -1, Si/Al = ) dan Co(OAc) 2 4H 2 O yang dibeli dari Sigma-Aldrich, Cu(OAc) 2 H 2 O, 3- aminopropiltrietoksisilana, asetonitril, dan gliserol. Alat-alat yang digunakan antara lain alat penentu titik leleh, spektrofotometer serapan atom (AAS), spektrofotometer inframerah transformasi Fourier (FTIR), dan kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC). Lingkup Kerja Penelitian ini dilakukan dalam 4 bagian kerja, antara lain penyiapan kompleks logam salen, penyiapan silika terfungsionalisasi, penambatan kompleks pada silika, dan oksidasi gliserol (Gambar 2). Tahapan penelitian ini ditunjukkan dalam Lampiran 1.

12 3 Gambar 1 Produk-produk oksidasi gliserol (Sumber: Behr et al. 2008) Penyiapan kompleks logam salen Sintesis 5-klorometilsalisilaldehida Mengacu pada prosedur Angyal et al. (1950) yang telah dijelaskan dengan baik, yaitu salisilaldehida 1 (6 g), formaldehida 37% b/b dalam H 2 O (3.7 ml), dan asam klorida pekat (51 ml) dicampurkan dan diaduk selama 3 jam, sementara gas hidrogen klorida dilewatkan ke dalamnya. Padatan yang dihasilkan dipisahkan dari campuran reaksi dengan penyaringan, dilarutkan kembali dalam dietil eter (50 ml), dan dikeringkan dengan natrium sulfat. Selanjutnya, dietil eter dihilangkan dengan penguap putar dan padatan yang dihasilkan kemudian direkristalisasi dengan n-heksana panas (100 ml, 50 C) sehingga diperoleh padatan putih 5-klorometilsalisilaldehida 2. Pencirian senyawa yang terbentuk dilakukan dengan penentuan titik lelehnya. Sintesis ligan salen Penyiapan ligan salen dilakukan mengikuti prosedur yang dijelaskan oleh Aranha et al. (2006), yaitu ke dalam larutan 2 (4.0 mmol) dalam etanol (25 ml) ditambahakan tetes demi tetes larutan etanol (10 ml) dari 2.0 mmol etilenadiamina 3. Campuran tersebut kemudian dipanaskan selama 2 jam. Setelah itu, campuran didinginkan pada suhu ruang, lalu didinginkan pada suhu 5 C selama semalam. Padatan salen 4 yang terbentuk kemudian disaring dan dicuci dengan etanol dingin (5 ml pada 5 C). Pencirian padatan dilakukan dengan menggunakan FTIR. Sintesis kompleks logam(ii)-salen Prosedur sintesis kompleks ini didasarkan pada prosedur umum yang dilaporkan oleh Wei et al. (2004). Co(OAc) 2 4H 2 O atau Cu(OAc) 2 H 2 O (2.0 mol) dalam EtOH (10 ml) ditambahkan ke dalam suspensi salen (2.0 mol) dalam EtOH (5 ml) dan diaduk selama 2 jam di bawah atmosfer N 2 pada suhu refluks. Campuran kemudian didinginkan dan disaring, lalu padatan yang diperoleh dicuci dengan air dan metanol untuk memberikan kompleks logam. Selanjutnya, produk murni direkristalisasi dengan metanol sehingga dihasilkan padatan 5. Padatan yang diperoleh dicirikan menggunakan FTIR dan AAS.

13 4 Penyiapan silika terfungsionalisasi Fungsionalisasi silika ini mengikuti prosedur yang dilaporkan oleh Baleizão et al. (2003). Setelah dehidrasi padatan silika (pada suhu 200 C, selama 24 jam), 3- aminopropiltrietoksisilana dalam toluena kering ditambahkan dengan nisbah mol amina /mol SiO 2 = 4 dan mol toluena/mol SiO 2 = 2. Suspensi tersebut kemudian diaduk pada suhu refluks di bawah atmosfer N 2 selama 24 jam. Padatan disaring dan diekstraksi Soxhlet dengan CH 2 Cl 2 selama 24 jam, dan dikeringkan (pada 45 C selama 24 jam). Padatan yang dihasilkan selanjutnya dicirikan dengan FTIR. Penambatan kompleks pada silika Mengacu pada prosedur penambatan Baleizão et al. (2003), sejumlah kompleks logam salen yang diketahui ditambahkan ke dalam suspensi silika termodifikasi dalam toluena kering (2 ml) dan diaduk pada suhu refluks selama 48 jam di bawah atmosfer N 2. Padatan yang diperoleh dari penyaringan suspensi tersebut kemudian diekstraksi Soxhlet dengan CH 2 Cl 2 selama 24 jam, dan dikeringkan (pada 45 C selama 24 jam). Nisbah kompleks/silika yang disiapkan adalah 40 mg kompleks/100 mg silika termodifikasi. Kelebihan sisa kompleks selanjutnya dihilangkan dengan ekstraksi padat-cair. Hasil penambatan selanjutnya dicirikan dengan FTIR dan AAS. Oksidasi gliserol Metode oksidasi gliserol yang digunakan disesuaikan dengan metode oksidasi alkohol sekunder yang dijelaskan oleh Sharma et al. (2004). Gliserol (1 mmol), kompleks logam(ii)-salen tetrambatkan (0.03 mmol atau 3 mol%), dan asetonitril kering (5 ml) dimasukkan ke dalam labu leher-dua 50 ml yang disesuaikan dengan tabung penyalur gas dan pengaduk. Campuran kemudian diaduk pada suhu ruang dan gas oksigen dilewatkan ke dalamnya dengan kecepatan rendah. Setelah proses tersebut dihentikan, katalis dipisahkan melalui penyaringan. Filtrat kemudian dianalisis menggunakan HPLC dan katalis digunakan untuk reaksi lain yang sama. Oksidasi dengan silika juga dilakukan untuk menghilangkan faktor silika dalam mengoksidasi. Hasil oksidasi dalam penelitian ini dianalisis dengan HPLC, kolom C18, fase gerak asetonitiril:air (9:1), dan detektor UV pada 262 nm. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Katalis Heterogen Penambatan suatu kompleks pada padatan pendukung dapat dilakukan dengan 2 strategi, yaitu melalui ligan dan melalui logam. Penambatan melalui ligan memiliki keuntungan, yaitu lapisan koordinasi pada ion logam (Co dan Cu) aktif tidak terikat dalam penambatan sehingga keaktifan kompleks tertambatkan ini diharapkan sama dengan yang belum tertambatkan. Namun, penambatan dengan cara ini juga memiliki kekurangan, yaitu jumlah tahapan sintesis yang banyak dan kemungkinan gugus aminopropil untuk dapat terikat pada bagian logam. Dalam setiap penambatan kompleks, kehadiran suatu gugus yang dapat membentuk ikatan kovalen antara kompleks dengan padatan sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, sintesis kompleks logam salen dalam penelitian ini diawali dengan adisi gugus klorometil pada prazat salisilaldehida sehingga penambatan kompleks ini dilakukan melalui ligan. Tahapan reaksi sintesis dan penambatan kompleks logam ditunjukkan dalam Gambar 2. Sintesis 5-klorometilsalisilaldehida telah dilakukan dengan baik dalam penelitian ini menggunakan metode yang dilaporkan oleh Angyal et al. (1950). Sintesis dilakukan dengan dijenuhkan menggunakan gas HCl. Kondensasi yang terjadi menghasilkan padatan berwarna ungu muda. Penjenuhan reaksi dengan gas HCl ditujukan untuk mempercepat pembentukkan padatan. Sintesis yang dilakukan menggunakan gas HCl dalam penjenuhan akan menghasilkan 5- klorometilsalisilaldehida lebih cepat dan lebih baik dibandingkan dengan yang tidak menggunakan gas HCl (Cort et al. 2006; Angyal et al. 1950). Padatan ungu yang terbentuk setelah kondensasi direkristalisasi menggunakan dietil eter dan direkristalisasi kembali menggunakan heksana panas (suhu 50 C). Rekristalisasi dari heksana menghasilkan serbuk berwarna putih sedikit merah muda dengan rendemen 39% (Lampiran 2). Angyal et al. (1950) dalam sintesisnya melaporkan bahwa rendemen 5- klorometilsalisilaldeida yang dhasilkan adalah sebesar 43%. Rendemen yang rendah ini disebabkan oleh penggunaan gas HCl yang kurang proporsional dengan volume campuran reaksi. Pencirian 5-klorometilsalisilaldehida yang didapat hanya dilakukan dengan

14 5. Gambar 2 Sintesis kompleks logam(ii)-salen dan penyiapan katalis heterogennya menentukan titik lelehnya, pencirian menunjukkan bahwa titik leleh 5- klorometilsalisilaldehida adalah C. Hasil ini cukup sesuai dengan metode acuan (Angyal et al. 1950) yang menyebutkan bahwa senyawa 5-klorometilsalisilaldehida merupakan padatan putih dengan titik leleh sebesar C. Padatan 5-klorometilsalisilaldehida yang diperoleh direaksikan dengan etilenadiamina untuk menghasilkan ligan salen. Salen yang dihasilkan merupakan tipe salen-h 2 N,N'- bis(salisilidena)etilenadiamina. Hal ini berarti bahwa ikatan yang terbentuk antara gugus amina pada etilenadiamina dan gugus karbonil pada 5-klorometilsalisilaldehida merupakan ikatan rangkap 2 C=N (imina) sehingga jumlah H pada gugus yang akan berikatan kompleks hanya diberikan oleh gugus OH. Seperti yang dilaporkan dalam beberapa kajian (Aranha et al. 2006; Kervinen 2005) bahwa salen merupakan padatan kuning cerah, sintesis salen ini menghasilkan padatan dengan warna yang sama. Dari prosedur yang dilakukan, dihasilkan padatan kuning salen dengan rendemen mencapai 70% (Lampiran 3). Padatan salen yang terbentuk dicirikan dengan FTIR untuk mengetahui terbentuknya gugus fungsi imina. Lampiran 4 menunjukkan spektrum FTIR dari salen yang dihasilkan. Adanya gugus imina ditunjukkan dengan vibrasi ulur C=N (ν C=N ) pada bilangan gelombang 1636 cm -1. Vibrasi ulur gugus O H (ν O H ) ditunjukkan pada 3431 cm -1. Adisi gugus klorometil ditunjukkan dengan baik oleh puncak vibrasi ulur C Cl (ν C Cl ) pada 1090 cm -1. Selain itu, beberapa pita terpilih juga ditunjukkan oleh spektrum FTIR salen, yaitu ν C-H aromatik ( cm -1 ), ν C=C aromatik ( cm -1 ), ν C N (1350 cm -1 ), ν C O (1314 cm -1 ). Salen yang telah dihasilkan merupakan ligan yang digunakan dalam pembentukkan kompleks dengan logam Co dan Cu dengan prosedur yang telah dijelaskan (Wei et al. 2004). Penggunaan gas lembam, dalam pekerjaan ini adalah nitrogen, bertujuan mencegah adanya reaksi oksidasi yang tidak diinginkan. Sintesis kompleks Co(II)-salen menghasilkan padatan

15 6 berwarna coklat dengan rendemen 56% (Lampiran 5). Berbeda dengan sintesis Co(II)-salen, sintesis kompleks Cu(II)-salen tidak memberikan padatan sehingga sintesis dilakukan dengan mengubah sedikit prosedur. Dalam sintesis Cu(II)-salen, hasil reaksi campuran logam asetat dan salen dihilangkan pelarutnya dengan penguap putar. Cara ini memberikan padatan hijau yang kemudian direkristalisasi sehingga pada akhirnya menghasilkan kembali padatan hijau dengan rendemen 69% (Lampiran 6). Kedua padatan yang dihasilkan dicirikan dengan FTIR untuk dapat dibandingkan dengan hasil pencirian salen. Hasil pencirian FTIR komplekskompleks menunjukkan pergeseran yang tidak berarti pada beberapa puncak. Spektrum yang diperoleh tidak menunjukkan adanya perubahan puncak seperti yang terpencirian pada salen. Penambahan 2 buah puncak pada daerah cm -1 merupakan penunjuk penting terbentuknya ikatan M N dan M O. Hasil spektrum Co(II)-salen yang diproleh menunjukkan masih adanya vibrasi ulur C=N (ν C=N ) pada bilangan gelombang 1640 cm -1. Vibrasi lain seperti pada salen juga ditunjukkan dalam spektrum FTIR ini, antara lain ν C-H aromatik ( cm -1 ), ν C=C aromatik ( cm -1 ), ν C N (1350 cm -1 ), ν C O (1314 cm -1 ), ν C Cl (1036 cm -1 ). Vibrasi ulur O H masih tampak dalam spektrum pada 3400 cm -1. Hal ini disebabkan oleh penggunaan metanol dalam rekristalisasi sehingga memungkinkan adanya sisa pelarut tersebut pada padatan. Adanya ikatan Co N dan Co O berturutturut ditunjukkan dengan puncak pada 665 cm -1 dan 550 cm -1 (Lampiran 7). Seperti hasil spektrum Co(II)-salen, spektrum FTIR Cu(II)-salen juga menunjukkan beberapa vibrasi ulur, yaitu ν O H (3400 cm -1 ), ν C-H aromatik ( cm -1 ), ν C=C aromatik ( cm -1 ), ν C N (1385 cm -1 ), ν C O (1347 cm -1 ), dan ν C Cl (ν C=N (1642 cm -1 ),ν C Cl (1038 cm -1 ). Adanya ikatan Cu N dan Cu O berturut-turut ditunjukkan dengan puncak pada 682 cm -1 dan 530 cm -1. Dengan demikian, kompleks logam salen dalam penelitian ini telah terbentuk (Lampiran 8). Analisis AAS pada kompleks-kompleks dilakukan untuk mengetahui keberhasilan reaksi pengompleksan. Keberhasilan pengompleksan dapat dilihat dari kadar logam dalam rendemen padatan kompleks yang dihasilkan. Hasil analisis AAS logam(ii)-salen bila dibandingkan dengan hasil teoritis menunjukkan bahwa rendemen kompleks Co(II)-salen adalah sebesar 30%, sedangkan untuk Cu(II)-salen sebesar 69% (Lampiran 9). Penggunaan prosedur yang sedikit berbeda pada pembentukan Cu(II)-salen menghasilkan kadar logam yang lebih tinggi. Namun, hasil di atas belum secara pasti menunjukkan bahwa pengompleksan dengan cara tersebut lebih baik. Hal ini disebabkan oleh adanya kemungkinan tembaga asetat yang tidak membentuk kompleks tertinggal bersama padatan karena proses penguapan pelarut. Hasil yang baik sebaiknya dilihat dari hasil analisis AAS katalis padat yang dihasilkan. Tahap akhir dari penyiapan katalis-katalis heterogen adalah penambatan kompleks logam salen pada padatan silika yang terfungsionalisasi 3-aminopropil. Penggunaan padatan silika dalam penambatan ini disebabkan oleh ketersediaannya yang mudah didapatkan. Selain itu, silika memiliki area permukaan yang luas sehingga diharapkan dapat mengikat lebih banyak kompleks logam salen yang pada akhirnya meningkatkan kemampuan katalitik katalis yang terbentuk. Penggunaan 3- aminopropiltrietoksisilana merupakan salah satu cara yang mudah untuk menghubungkan kompleks dengan padatan silika. Jumlah aminopropil yang berlebih dalam fungsionalisasi silika bertujuan memastikan pemasukan gugus tersebut pada permukaan silika sehingga diharapkan gugus silanol dapat tersubtitusi. Silika yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai ciri struktur amorf, luas area 350 m 2 g -1, dan derajat sililasi >95%. Pemanasan silika sebelum fungsionalisasi pada 200 C selama 24 jam bertujuan menghilangkan pengaruh air yang teradsorbsi. Adanya molekul air dalam reaksi fungsionalisasi dapat mengganggu pembentukkan ikatan antara gugus silanol dari silika dan etoksi dari pereaksi 3- aminopropiltrietoksisilana. Penghilangan sisa pereaksi 3-aminopropiltrietoksisilana, toluena dan pengotor lain yang mungkin terbentuk selama fungsionalisasi dihilangkan dengan ekstraksi Soxhlet menggunakan CH 2 Cl 2 selama 24 jam. Setelah ekstraksi Soxhlet, penghilangan sisa pelarut dilakukan dengan pengeringan padatan pada 45 C selama 24 jam. Penambatan kompleks logam salen pada silika terfungsionalisasi 3-aminopropil dilakukan dengan nisbah yang telah dijelaskan. Baleizão et al. (2002) telah membandingkan

16 7 kinerja kompleks logam salen yang tertambatkan pada silika dengan 2 nisbah, yaitu 15 mg komplek/100 mg silika dan 40 mg kompleks/100 mg silika. Pekerjaan tersebut menunjukkan bahwa pengunaan nisbah kompleks/silika yang lebih tinggi meningkatkan selektivitas hasil yang diperoleh. Hal ini disebabkan oleh pemasukan kompleks yang lebih banyak pada nisbah yang lebih tinggi. Penambatan kompleks dalam penelitian ini menggunakan toluena kering sebagai media. Penggunaan tersebut bertujuan meniadakan pengaruh air yang dapat menggangu terbentuknya pembentukan ikatan antara gugus amino dari silika terfungsionalisasi dengan gugus klorometil dari kompleks, serta mencegahnya terikat dengan logam pada kompleks. Pengeringan toluena hanya dilakukan dengan menambahkan Na 2 SO 4 anhidrat ke dalamnya. Reaksi pembentukan katalis padat pada suhu refluks selama 48 jam memberikan hasil padatan berwarna coklat kemerahan untuk kompleks dengan logam Co (Co(salen)-silika) dan hijau untuk kompleks dengan logam Cu (Cu(salen)-silika). Penghilangan pengotor dari padatan katalis dilakukan dengan ekstraksi Soxhlet dengan CH 2 Cl 2 selama 24 jam. Pengeringan padatan setelah ekstraksi dilakukan pada 45 C selama 24. Pengeringan dengan suhu rendah bertujuan mencegah rusaknya ikatan yang telah terbentuk. Katalis yang dihasilkan dalam penelitian ini dicirikan dengan FTIR dan AAS. Pencirian FTIR pada silika juga dilakukan untuk memastikan terjadinya penambatan. Beberapa puncak serapan penting ditunjukkan dalam ketiga spektrum (Lampiran 10, 11, & 12). Kedua katalis menunjukkan beberapa kesamaan spektrum terhadap silika terfungsionalisasi. Perbedaan signifikan antara spektrum silika dan kedua katalis terdapat pada daerah 1630 cm -1. Katalis Co/Cu(salen)-silika menunjukkan adanya vibrasi ulur C=N yang jelas, berturut-turut pada 1633 cm -1 dan 1637 cm -1 (Lampiran 10 & 11). Vibrasi ulur tersebut tidak terlihat jelas pada silika terfungsionalisasi (Lampiran 12). Dengan demikian, hasil-hasil spektrum di atas menunjukkan bahwa kompleks logam salen telah tertambat pada silika. Beberapa puncak serapan lain seperti yang ditunjukkan dalam spektrum FTIR kompleks-kompleks yang dapat lebih mendukung terjadinya penambatan tidak ditunjukkan dengan jelas dalam spektrum katalis. Hal ini diduga disebabkan oleh tertutupnya puncak-puncak tersebut akibat penambatan pada silika. Bagaimanapun, spektrum tersebut telah menunjukkan adanya penambatan. Adanya gugus amina pada silika terfungsonalisasi ditunjukkan dengan puncak pada daerah 3400 cm -1. Hal ini menunjukkan bahwa fungsionalisasi silika telah terjadi. Perlindungan terhadap sisa gugus silanol setelah fungsionalisasi silika perlu dilakukan untuk memastikan ketiadaan gugus tersebut agar penambatan tidak terganggu. Analisis AAS pada katalis-katalis yang dihasilkan dilakukan untuk mengetahui keberadaan kompleks logam(ii)-salen yang tertambat pada silika. Hasil analisis menunjukkan terjadinya penambatan pada kedua kompleks. Hal ini ditunjukkan dengan kadar Co dalam katalis Co(salen)-silika sebesar 1.0% dan kadar Cu dalam Cu(salen)-silika sebesar 1.4% (Lampiran 13). Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan cara yang berbeda pada pembentukan kompleks sebelumnya tidak berpengaruh besar terhadap penambatan kompleks. Oksidasi Gliserol Pengujian aktivitas katalitik hasil sintesis katalis padat, kompleks logam(ii)-salen yang tertambatakan pada silika terhadap oksidasi gliserol dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah dijelaskan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini diperoleh 5 contoh hasil oksidasi, yaitu contoh dengan Co/Cu(salen)-silika, Co/Cu(salen)-silika setelah digunakan sekali, dan silika terfungsionalisasi. Oksidasi dengan silika terfungsionalisasi dilakukan dengan tujuan mengoreksi kinerja katalis padat yang digunakan. Hasil analisis contoh dengan HPLC ditampilkan dalam Gambar 3. Dalam penelitian ini, analisis kualitatif hasil oksidasi dilakukan dengan membandingkan kromatogram kelima contoh di atas dengan kromatogram gliserol. Kromatogram kelima contoh menunjukkan kesamaan puncak dengan yang ditunjukkan pada kromatogram gliserol. Namun, puncak baru setelah menit ke-8 muncul dalam kromatogram kelima contoh. Kromatogram dengan Co(salen)-silika menunjukkan satu puncak baru pada menit 8.2 baik pada penggunaan pertama dan penggunaan kembali (Gambar 3b & 3d), sedangkan yang dengan Cu(salen)-silika menunjukkan dua puncak baru pada menit 8.2 dan 8.9 baik pada penggunaan pertama dan penggunaan kembali

17 8 (Gambar 3c & 3e). Puncak yang muncul pada menit 8.2 diduga merupakan produk oksidasi gliserol. Area puncak pada menit 8.2 dengan Co(salen)-silika lebih luas daripada dengan Cu(salen)-silika Hal ini menunjukkan bahwa oksidasi menggunakan Co(salen)-silika lebih baik dan lebih selektif dalam mengoksidasi gliserol dibandingkan dengan menggunakan Cu(salen)-silika. Penggunaan kembali kedua katalis dalam penelitian ini tidak memberikan hasil yang memuaskan. Hasil analisis HPLC pada penggunaan kembali kedua katalis dibandingkan dengan yang menggunakan silika menunjukkan bahwa penggunaan kembali katalis tidak mampu mengoksidasi gliserol. Hal ini menunjukkan bahwa pemulihan lebih lanjut dibutuhkan agar katalis dapat digunakan kembali dengan kinerja yang baik. Pengubahan gliserol menjadi produk oksidasinya Gambar 3 Kromatogram HPLC gliserol (a), hasil oksidasi dengan Co(salen)-silika (b), hasil oksidasi dengan Cu(salen)-silika (c), hasil oksidasi dengan penggunan kembali Co(salen)-silika (d), hasil oksidasi dengan penggunaan kembali Cu(salen)-silika (e), dan hasil oksidasi dengan silika (f). dalam penelitian ini belum sempurna. Hal ini disebabkan oleh belum dilakukannya optimisasi reaksi oksidasi terhadap nisbah substrat/katalis, waktu dan suhu reaksi, serta kondisi lainnya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sintesis katalis padat Co/Cu(II)-salen yang ditambatkan pada silika serta penciriannya menggunakan FTIR dan AAS telah dilakukan

18 9 dengan baik dalam penelitian ini. Hasil analisis HPLC pada hasil oksidasi menunjukkan bahwa kedua katalis mampu mengoksidasi gliserol. Produk yang terbentuk ditunjukkan dengan puncak yang muncul setelah menit ke-8 dalam setiap kromatogram. Oksidasi menggunakan Co(salen)-silika menunjukkan pengubahan dengan selektivitas yang baik dibandingkan dengan menggunakan Cu(salen)-silika. Jumlah produk yang dihasilkan dengan menggunakan Co(salen)-silika adalah satu, sedangkan dengan Cu(salen)-silika adalah dua. Dalam penelitian ini, katalis yang telah digunakan dalam oksidasi tersebut tidak dapat digunakan kembali dalam reaksi oksidasi yang sama. Saran Perlindungan gugus silanol setelah fungsionalisasi silika perlu dilakukan menggunakan etoksitrimetilsilana agar penambatan tidak terganggu. Optimisasi oksidasi gliserol menggunakan katalis yang diperoleh perlu dilakukan. Selain itu, analisis puncak baru yang muncul pada kromatogram HPLC hasil oksidasi perlu dilakukan untuk memastikan terbentuknya produk oksidasi. DAFTAR PUSTAKA Amarekasera AS, Oki AR, McNeal I, Uzoezie U One-pot synthesis of cobalt-salen catalyst immobilized in silica by sol-gel process and apllication in selective oxidations of alkanes and alkenes. Catal Commun 8: Angyal SJ, Morris PJ, Tetaz JR, Wilson JG The sommelet reaction: the choice of solvent and the effect of subtituents. J Chem Soc: Aranha PE, dos Santos MP, Romera S, Dockal ER Synthesis, characterization, and spectroscopic studies of tetradentate Schiff base chromium(iii) complexes. Polyhedron 26: Baleizão C, Gigante B, Garcia H, Corma A Chiral vanadyl Schiff base complex anchored on silicas as solid enantioselective catalyst for formation of cyanohydrins: optimization of the asymmetric induction by support modification. J Catal 215: Baleizão C, Gigante B, Sabater MJ, Garcia H, Corma A On the activity of chiral chromium salen complexes covalently bound to solid silicates for the enantioselective epoxide ring opening. Appl Catal A: General 228: Bauer R, N Katsikis, S Varga, dan D Hekmat Study of the inhibitory effect of the product dihydroxyacetone on Gluconobacter oxydans in a semicontinuous two-stage repeated-fed-batch process. Bioprocess and Biosystem Engineering 28: Behr A, Eilting J, Irawadi K, Leschinski J, Linder F Improved utilization of renewable resources: New important derivatives of glycerol. Green Chem 10: Chorkendorff I, Niemantsverdriet JW Concepts of Modern Catalysis and Kinetics. Weinheim: Wiley-VCH. Cirriminna R, Palmisano G, Pina GD, Rossi M, Pagliaro M One-pot electrocatalytic oxidation of glycerol to DHA. Tetrahedron Lett 47: Cort AD, Mandolini L, Pasquini C, Schiaffino L A novel ditopic zinc-salophen macrocycle: a potential two-stationed wheel for [2]-pseudorotaxanes. Org Biomol Chem 4: [Depperin] Departemen Perindustrian Bersiap menghadapi dampak gejolak ekonomi dunia. Media Industri 5. Garcia R, Besson M, Gallezot P Chemoselective catalytic oxidation of glycerol with air on platinum metals. Appl Catal A: General 127:1-2. Gupta KC, Sutar AK Catalytic activities if Schiff base transition metal complexes. Coordination Chem rev, in press. Karandikar P et al Cu/Co-salen immobilized MCM-41: characterization and catalytic reaction. Catal Commun 5: Kervinen K Studies of veratryl alcohol oxidation catalyzed by Co(salen) type complexes and molecular oxygen in aqueous solution [disertasi]. Helsinski: Faculty of Science, University of Helsinski. Kimura H Oxidation assisted new reaction of glycerol. Polym Adv Technol 12: Pachauri N, Brian He Value-added utilization of crude glycerol from biodiesel production: a survey of current research activities. ASABE (066223).

19 10 Pui A, Mahy J Synthesis, characterization and catalytic activity of halo-methylbis(salicylaldehyde)ethylenediamine cobalt(ii) complexes. Polyhedron 26: Sharma VB, Jain SL, Bir Sain Cobalt (II) Schiff base catalyzed aerobic oxidation of secondary alcohols to ketones. J Mol Catal A: Chem 212: Svitel J dan E Sturdik Product yield and byproduct formation in glycerol conversion to dihydroxyacetone by Gluconobacter oxydans. J Ferment Bioeng 78: Wei XY et al Cobalt (II) salen complex with two aza-crown pendants and its analogues as synthetic oxygen carriers. Chin J Chem 22:

20 LAMPIRAN 11

21 12 Lampiran 1 Bagan Alir Penelitian Sintesis of 5-klorometil salisilaldehida Sintesis of ligan salen Sintesis of kompleks logam- (II) salen Penyiapan silika terfungsionalisasiaminopropil Penambatan kompleks logam-(ii) salen pada silika terfungsionalisasi Oksidasi gliserol menggunakan katalis padat

22 13 Lampiran 2 Data Perolehan 5-Klorometilsalisilaldehida Penyiapan: Bobot salisilaldehida 1 = g ( mol) Volume formaldehida = 3.7 ml Volume HCl pekat = 51 ml Reaksi: Perhitungan bobot teoritis: koefisien 2 Mol 5-klorometilsalisilaldehida 2 = mol 1 koefisien 1 Mol 5-klorometilsalisilaldehida = mol salisilaldehida Bobot 5-klorometilsalisilaldehida = mol 2 BM 2 = mol 171 g mol mol 1 mmol = g Hasil percobaan: Bobot gelas piala + isi = g Bobot gelas piala kosong = g Bobot isi (5-klorometilsalisilaldehida) = g g = g hasil percobaan Rendemen = 100% hasil teoritis g = 100% g = 39.19%

23 14 Lampiran 3 Data Perolehan Salen Penyiapan: Bobot 5-klorometilsalisilaldehida 2 Bobot etilenadiamina 3 = g (50 mmol) = g (25 mmol) Reaksi: 2 Cl O OH + H 2 N NH 2 Cl N OH N HO Cl Perhitungan bobot teoritis: koefisien 4 Mol salen 4 = mol 3 koefisien 3 Mol salen = mol etilenadiamina = 25 mmol Bobot salen teoritis = mol salen BM salen = 25 mmol 365 g mol mol 1 mmol = g Hasil percobaan: Bobot kertas saring + isi = g Bobot kertas saring kosong = g Bobot isi (salen) = g g = g hasil percobaan Rendemen = 100% hasil teoritis g = 100% g = 69.72%

24 Lampiran 4 Spektrum FTIR Salen 15 15

25 16 Lampiran 5 Data Perolehan Kompleks Co(II)-Salen Penyiapan: Bobot salen = g (4 mmol) Bobot Co(OAc) 2 4H 2 O = g (4 mmol) Reaksi: Perhitungan bobot teoritis: Mol kompleks 5(i) = mol salen = 4 mmol Bobot kompleks 5(i) teoritis = mol kompleks BM kompleks 5(i) = 4 mmol 422 g mol mol 1 mmol = g Hasil percobaan: Bobot kertas saring + isi = g Bobot kertas saring kosong = g Bobot isi (salen) = g g = g hasil percobaan Rendemen = 100% hasil teoritis g = 100% g = 55.84%

26 17 Lampiran 6 Data Perolehan Kompleks Cu(II)-Salen Penyiapan: Bobot salen = g (2 mmol) Bobot Cu(OAc) 2 H 2 O = g (2 mmol) Reaksi: Perhitungan bobot teoritis: Mol kompleks 5(ii) Bobot kompleks 5 (ii) teoritis = mol salen = 2 mmol = mol kompleks BM kompleks 5(ii) = 2 mmol 427 g mol -1 = g Hasil percobaan: Bobot labu + isi = g Bobot labu kosong = g Bobot isi (salen) = g g = g 10-3 mol 1 mmol hasil percobaan Rendemen = 100% hasil teoritis g = 100% g = 68.73%

27 18 Lampiran 7 Spektrum FTIR Co(II)-Salen Lampiran 8 Spektrum FTIR Cu(II)-Salen

28 19 Lampiran 9 Data Hasil Analisis AAS Kompleks Logam(II)-Salen Contoh Kadar logam Kadar logam Kadar logam Rendemen dalam contoh dalam contoh teoritis dalam (%) (bpj) (% b/b) contoh (% b/b) Co(II)-salen 41, Cu(II)-salen 102, Contoh perhitungan (contoh Co(II)-salen) Koversi ppm menjadi % b/b -6 41,259 mg Co 10 Kg Co(II) - salen 41,259 bpj = 100% 1Kg Co(II) - salen 1mg Co(II) - salen = 4.13% Penentuan kadar logam teoritis dalam kompleks Bobot moleku Co(II)-salen = 422 g mol -1 Bobot molekul Co = 59 g mol -1 bobot atomco % Co dalam kompleks = 100% bobot molekulco(ii)- salen g mol = 100% g mol = 13.98% hasil percobaan Rendemen = 100% hasil teoritis 4.13% = 100% = 29.54% 13.98%

29 20 Lampiran 10 Spektrum FTIR Co(Salen)-Silika Lampiran 11 Spektrum FTIR Cu(Salen)-Silika

30 21 Lampiran 12 Spektrum FTIR Silika Terfungsionalisasi Lampiran 13 Data Hasil Analisis AAS Katalis Heterogen Contoh Kadar logam dalam contoh (bpj) Kadar logam dalam contoh (% b/b) Co(salen)-silika 10, Cu(salen)-silika 13, Contoh perhitungan (Co(salen)-silika): Koversi ppm menjadi % b/b -6 10,271 mg Co(II)- salen 10 Kg Co(salen)- silika 10,271 bpj = 100% 1Kg Co(salen)- silika 1mg Co(salen)- silika = 1.03%

Penambatan kompleks pada silika Oksidasi alkohol sekunder HASIL DAN PEMBAHASAN Penyiapan silika terfungsionalisasi

Penambatan kompleks pada silika Oksidasi alkohol sekunder   HASIL DAN PEMBAHASAN Penyiapan silika terfungsionalisasi 3 sehingga suhu meningkat menjadi 70 C. Selanjutnya, campuran tersebut ditambahkan asam asetat glasial (1 ml, 17.5 mmol) sehingga suhu reaksi meningkat menjadi 90 C. Suspensi putih yang terbentuk diaduk

Lebih terperinci

SINTESIS KATALIS HETEROGEN DARI KOMPLEKS LOGAM SALISILALDEHIDA-1,2-SIKLOHEKSANADIAMINA UNTUK OKSIDASI ALKOHOL SEKUNDER MENJADI KETON

SINTESIS KATALIS HETEROGEN DARI KOMPLEKS LOGAM SALISILALDEHIDA-1,2-SIKLOHEKSANADIAMINA UNTUK OKSIDASI ALKOHOL SEKUNDER MENJADI KETON SINTESIS KATALIS HETEROGEN DARI KOMPLEKS LOGAM SALISILALDEHIDA-1,2-SIKLOHEKSANADIAMINA UNTUK OKSIDASI ALKOHOL SEKUNDER MENJADI KETON MIQDAD ABDULLAH SIDDIQ DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

SINTESIS KATALIS HETEROGEN DARI KOMPLEKS LOGAM SALISILALDEHIDA-1,2-SIKLOHEKSANADIAMINA UNTUK OKSIDASI ALKOHOL SEKUNDER MENJADI KETON

SINTESIS KATALIS HETEROGEN DARI KOMPLEKS LOGAM SALISILALDEHIDA-1,2-SIKLOHEKSANADIAMINA UNTUK OKSIDASI ALKOHOL SEKUNDER MENJADI KETON SINTESIS KATALIS HETEROGEN DARI KOMPLEKS LOGAM SALISILALDEHIDA-1,2-SIKLOHEKSANADIAMINA UNTUK OKSIDASI ALKOHOL SEKUNDER MENJADI KETON MIQDAD ABDULLAH SIDDIQ DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Desain dan Sintesis Amina Sekunder

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Desain dan Sintesis Amina Sekunder BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Sintesis amina sekunder rantai karbon genap dan intermediat-intermediat sebelumnya dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Institut Pertanian Bogor. Sedangkan

Lebih terperinci

5009 Sintesis tembaga ftalosianin

5009 Sintesis tembaga ftalosianin P 59 Sintesis tembaga ftalosianin (H H ) 6 Mo 7 2 2. H2 + 8 + CuCl H 2-8 H 3-8 C 2 - H 2 - HCl Cu C 8 H 3 CH 2 CuCl H 2 Mo 7 6 2. H 2 C 32 H 16 8 Cu (18.1) (6.1) (99.) (1235.9) (576.1) Literatur Classic

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NP 4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NaEt C 10 H 18 4 Na C 2 H 6 C 8 H 12 3 (202.2) (23.0) (46.1) (156.2) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Reaksi pada gugus

Lebih terperinci

4002 Sintesis benzil dari benzoin

4002 Sintesis benzil dari benzoin 4002 Sintesis benzil dari benzoin H VCl 3 + 1 / 2 2 + 1 / 2 H 2 C 14 H 12 2 C 14 H 10 2 (212.3) 173.3 (210.2) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan ksidasi alkohol, keton, katalis logam transisi

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3 SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3 1 Universitas Diponegoro/Kimia, Semarang (diannurvika_kimia08@yahoo.co.id) 2 Universitas

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1. PEMBAHASAN Pengaruh Pencucian, Delignifikasi, dan Aktivasi Ampas tebu mengandung tiga senyawa kimia utama, yaitu selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Menurut Samsuri et al. (2007), ampas tebu mengandung

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 ASIL PECBAAN DAN PEMBAASAN Transesterifikasi, suatu reaksi kesetimbangan, sehingga hasil reaksi dapat ditingkatkan dengan menghilangkan salah satu produk yang terbentuk. Penggunaan metil laurat dalam

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor) 23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Sertifikat analisis kalium diklofenak

LAMPIRAN. Lampiran 1. Sertifikat analisis kalium diklofenak LAMPIRAN Lampiran 1. Sertifikat analisis kalium diklofenak 40 Lampiran 2. Hasil uji kalium diklofenak dengan FT-IR 41 Lampiran 3. Hasil uji asam dikofenak dengan FT-IR 42 Lampiran 4. Hasil uji butil diklofenak

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1. BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada awal penelitian dilakukan determinasi tanaman yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas botani dari tanaman yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Sertifikat analisis bahan baku (kalium diklofenak)

LAMPIRAN. Lampiran 1. Sertifikat analisis bahan baku (kalium diklofenak) LAMPIRAN Lampiran 1. Sertifikat analisis bahan baku (kalium diklofenak) 56 Lampiran 2. Hasil uji kalium diklofenak dengan FT-IR 57 Lampiran 3. Hasil uji asam diklofenak dengan FT-IR 58 Lampiran 4. Hasil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Temulawak Terpilih Pada penelitian ini sampel yang digunakan terdiri atas empat jenis sampel, yang dibedakan berdasarkan lokasi tanam dan nomor harapan. Lokasi tanam terdiri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tumbuhan Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung untuk mengetahui dan memastikan famili dan spesies tumbuhan

Lebih terperinci

2018 UNIVERSITAS HASANUDDIN

2018 UNIVERSITAS HASANUDDIN Konversi Etil p-metoksisinamat Isolat dari Kencur Kaempferia galanga L. Menjadi Asam p-metoksisinamat Menggunakan Katalis Basa NaH Murtina*, Firdaus, dan Nunuk Hariani Soekamto Departemen Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

5013 Sintesis dietil 2,6-dimetil-4-fenil-1,4-dihidropiridin-3,5- dikarboksilat

5013 Sintesis dietil 2,6-dimetil-4-fenil-1,4-dihidropiridin-3,5- dikarboksilat NP 5013 Sintesis dietil 2,6-dimetil-4-fenil-1,4-dihidropiridin-3,5- dikarboksilat NH 4 HC 3 + + 2 C 2 C 2 C 2 H CH 3 H 3 C N CH 3 H + 4 H 2 + C N 3 C 7 H 6 C 6 H 10 3 C 19 H 23 4 N C 2 (79.1) (106.1) (130.1)

Lebih terperinci

5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida

5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida NP 5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida CH CH + H H 2 S 4 + CH 3 CH C 4 H 6 3 C 7 H 6 3 C 9 H 8 4 C 2 H 4 2 (120.1) (138.1) (98.1) (180.2) (60.1) Klasifikasi

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren (PS) Pada proses sintesis ini, benzoil peroksida berperan sebagai suatu inisiator pada proses polimerisasi, sedangkan stiren berperan sebagai monomer yang

Lebih terperinci

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3 Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena Oleh : Kelompok 3 Outline Tujuan Prinsip Sifat fisik dan kimia bahan Cara kerja Hasil pengamatan Pembahasan Kesimpulan Tujuan Mensintesis Sikloheksena Menentukan

Lebih terperinci

5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan

5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan 5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan H O O O NO 2 + HO HO 4-toluenesulfonic acid + NO 2 O H 2 C 7 H 5 NO 3 C 2 H 6 O 2 C 7 H 8 O 3 S. H 2 O C 9

Lebih terperinci

4014 Resolusi enantiomer (R)- dan (S)-2,2'-dihidroksi-1,1'- binaftil ((R)- dan (S)-1,1-bi-2-naftol)

4014 Resolusi enantiomer (R)- dan (S)-2,2'-dihidroksi-1,1'- binaftil ((R)- dan (S)-1,1-bi-2-naftol) 4014 Resolusi enantiomer (R)- dan (S)-2,2'-dihidroksi-1,1'- binaftil ((R)- dan (S)-1,1-bi-2-naftol) NBCC CH 3 CN + C 20 H 14 O 2 C 26 H 29 ClN 2 O (286.3) (421.0) R-enantiomer S-enantiomer Klasifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni tahun 2012 Januari 2013 di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA

STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA PENULIS : 1. Sus Indrayanah, S.Si 2. Dr. rer. nat. Irmina Kris Murwani ALAMAT : JURUSAN KIMIA ITS SURABAYA JUDUL : STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA Abstrak :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa jerami jagung (corn stover) menjadi 5- hidroksimetil-2-furfural (HMF) dalam media ZnCl 2 dengan co-catalyst zeolit,

Lebih terperinci

SINTESIS POLIMER SUPERABSORBEN ONGGOK TAPIOKA-AKRILAMIDA: PENGARUH KONSENTRASI MONOMER DAN INISIATOR MUHAMMAD IRVAN SAESARIO

SINTESIS POLIMER SUPERABSORBEN ONGGOK TAPIOKA-AKRILAMIDA: PENGARUH KONSENTRASI MONOMER DAN INISIATOR MUHAMMAD IRVAN SAESARIO SINTESIS POLIMER SUPERABSORBEN ONGGOK TAPIOKA-AKRILAMIDA: PENGARUH KONSENTRASI MONOMER DAN INISIATOR MUHAMMAD IRVAN SAESARIO DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERCOBAAN 2 KONDENSASI SENYAWA KARBONIL DAN REAKSI CANNIZARO

PERCOBAAN 2 KONDENSASI SENYAWA KARBONIL DAN REAKSI CANNIZARO PERCOBAAN 2 KONDENSASI SENYAWA KARBONIL DAN REAKSI CANNIZARO Septi Nur Diana 10510036 K-02 Kelompok J septinurdiana92@yahoo.com Abstrak Pada percobaan ini telah dilakukan sintesis senyawa organik dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L etanol, diperoleh ekstrak

Lebih terperinci

Pengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal

Pengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal Pengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal K Oleh Said Mihdar Said Hady Nrp. 1407201729 Dosen Pembimbing Dra. Ratna

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 19 Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Biodiesel Minyak jelantah semula bewarna coklat pekat, berbau amis dan bercampur dengan partikel sisa penggorengan. Sebanyak empat liter minyak jelantah mula-mula

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014 yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas MIPA Unila, dan

Lebih terperinci

4 Pembahasan Degumming

4 Pembahasan Degumming 4 Pembahasan Proses pengolahan biodiesel dari biji nyamplung hampir sama dengan pengolahan biodiesel dari minyak sawit, jarak pagar, dan jarak kepyar. Tetapi karena biji nyamplung mengandung zat ekstraktif

Lebih terperinci

Sintesis Organik Multitahap: Sintesis Pain-Killer Benzokain

Sintesis Organik Multitahap: Sintesis Pain-Killer Benzokain Sintesis Organik Multitahap: Sintesis Pain-Killer Benzokain Safira Medina 10512057; K-01; Kelompok IV shasamedina@gmail.com Abstrak Sintesis ester etil p-aminobenzoat atau benzokain telah dilakukan melalui

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O telah diperoleh dari reaksi larutan kalsium asetat dengan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

4027 Sintesis 11-kloroundek-1-ena dari 10-undeken-1-ol

4027 Sintesis 11-kloroundek-1-ena dari 10-undeken-1-ol 4027 Sintesis 11-kloroundek-1-ena dari 10-undeken-1-ol OH SOCl 2 Cl + HCl + SO 2 C 11 H 22 O C 11 H 21 Cl (170.3) (119.0) (188.7) (36.5) (64.1) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Substitusi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat 1. Alat Destilasi 2. Batang Pengaduk 3. Beaker Glass Pyrex 4. Botol Vial 5. Chamber 6. Corong Kaca 7. Corong Pisah 500 ml Pyrex 8. Ekstraktor 5000 ml Schoot/ Duran

Lebih terperinci

SINTESIS, KARAKTERISASI, DAN EVALUASI KATALITIK Cu-EDTA BERPENDUKUNG MgF 2 UNTUK PRODUKSI VITAMIN E. Oleh: SUS INDRAYANAH

SINTESIS, KARAKTERISASI, DAN EVALUASI KATALITIK Cu-EDTA BERPENDUKUNG MgF 2 UNTUK PRODUKSI VITAMIN E. Oleh: SUS INDRAYANAH SINTESIS, KARAKTERISASI, DAN EVALUASI KATALITIK Cu-EDTA BERPENDUKUNG MgF 2 UNTUK PRODUKSI VITAMIN E Oleh: SUS INDRAYANAH 1409 2017 06 LATAR BELAKANG Vitamin E Antioksidan Alami Sintetis Friedel-Craft Belum

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- Cihideung. Sampel yang diambil adalah CAF. Penelitian

Lebih terperinci

POLA PELEPASAN UREA DARI SUPERABSORBEN KOPOLIMER ONGGOK-POLIAKRILAMIDA DENGAN BERBAGAI DERAJAT TAUT-SILANG PERTIWI UMUL JANNAH

POLA PELEPASAN UREA DARI SUPERABSORBEN KOPOLIMER ONGGOK-POLIAKRILAMIDA DENGAN BERBAGAI DERAJAT TAUT-SILANG PERTIWI UMUL JANNAH POLA PELEPASAN UREA DARI SUPERABSORBEN KOPOLIMER ONGGOK-POLIAKRILAMIDA DENGAN BERBAGAI DERAJAT TAUT-SILANG PERTIWI UMUL JANNAH DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol

4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol 4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol C 12 H 26 O (186.3) OH H 2 SO 4 konz. (98.1) + HBr (80.9) C 12 H 25 Br (249.2) Br + H 2 O (18.0) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Substitusi

Lebih terperinci

sehingga dapat diperoleh produk dengan waktu yang cepat. Dilain pihak, penggunaan katalis yang selama ini digunakan adalah katalis yang berwujud cair

sehingga dapat diperoleh produk dengan waktu yang cepat. Dilain pihak, penggunaan katalis yang selama ini digunakan adalah katalis yang berwujud cair sehingga dapat diperoleh produk dengan waktu yang cepat. Dilain pihak, penggunaan katalis yang selama ini digunakan adalah katalis yang berwujud cair sehingga dapat menyebabkan korosi atau karat pada reaktor

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. 2. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Teknik Pengolahan

Lebih terperinci

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September BAB III BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September tahun 2011 di Laboratorium Riset kimia makanan dan material, untuk

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA) PENULIS : 1. Nur Chamimmah Lailis I,S.Si 2. Dr. rer. nat. Irmina Kris Murwani ALAMAT : JURUSAN KIMIA ITS SURABAYA JUDUL : SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Preparasi Ligan Anilinditiokarbamat sebagai Pengompleks Logam Transisi melalui Ekstraksi Cair-cair Vera Mufsiroh, 2013

KATA PENGANTAR Preparasi Ligan Anilinditiokarbamat sebagai Pengompleks Logam Transisi melalui Ekstraksi Cair-cair Vera Mufsiroh, 2013 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan kekuatan-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Preparasi Ligan Anilinditiokarbamat

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS SENG-MORIN DAN POTENSINYA SEBAGAI PENGHAMBAT AKTIVITAS ENZIM LIPASE SKRIPSI

KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS SENG-MORIN DAN POTENSINYA SEBAGAI PENGHAMBAT AKTIVITAS ENZIM LIPASE SKRIPSI KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS SENG-MORIN DAN POTENSINYA SEBAGAI PENGHAMBAT AKTIVITAS ENZIM LIPASE SKRIPSI ISLAM ADIGUNA PROGRAM STUDI S-1 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih

Lebih terperinci

DESAIN DAN SINTESIS AMINA SEKUNDER RANTAI KARBON GENAP DARI ASAM KARBOKSILAT RANTAI PANJANG RAHMAD FAJAR SIDIK

DESAIN DAN SINTESIS AMINA SEKUNDER RANTAI KARBON GENAP DARI ASAM KARBOKSILAT RANTAI PANJANG RAHMAD FAJAR SIDIK DESAIN DAN SINTESIS AMINA SEKUNDER RANTAI KARBON GENAP DARI ASAM KARBOKSILAT RANTAI PANJANG RAHMAD FAJAR SIDIK SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN TENTANG TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras yang berasal dari tanaman padi merupakan bahan makanan pokok bagi setengah penduduk dunia termasuk Indonesia. Oleh karena itu, tanaman padi banyak dibudidayakan

Lebih terperinci

Kondensasi Benzoin Benzaldehid: Rute Menujuu Sintesis Obat Antiepileptik Dilantin

Kondensasi Benzoin Benzaldehid: Rute Menujuu Sintesis Obat Antiepileptik Dilantin Laporan Praktikum Senyawa Organik Polifungsi KI2251 1 Kondensasi Benzoin Benzaldehid: Rute Menujuu Sintesis Obat Antiepileptik Dilantin Antika Anggraeni Kelas 01; Subkelas I; Kelompok C; Nurrahmi Handayani

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II I. Nomor Percobaan : VI II. Nama Percobaan : Reaksi Asetilasi Anilin III. Tujuan Percobaan : Agar mahasiswa dapat mengetahui salah satu cara mensintesa senyawa

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

SINTESIS (E)-3-(4-HIDROKSIFENIL)-1-(NAFTALEN-1-IL)PROP-2-EN-1-ON DARI ASETILNAFTALEN DAN 4-HIDROKSIBENZALDEHID. R. E. Putri 1, A.

SINTESIS (E)-3-(4-HIDROKSIFENIL)-1-(NAFTALEN-1-IL)PROP-2-EN-1-ON DARI ASETILNAFTALEN DAN 4-HIDROKSIBENZALDEHID. R. E. Putri 1, A. SINTESIS (E)-3-(4-HIDROKSIFENIL)-1-(NAFTALEN-1-IL)PROP-2-EN-1-ON DARI ASETILNAFTALEN DAN 4-HIDROKSIBENZALDEHID R. E. Putri 1, A. Zamri 2, Jasril 2 1 Mahasiswa Program S1 Kimia FMIPA-UR 2 Bidang Kimia Organik

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK Waktu 150 menit Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCBAAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk membuat, mengisolasi dan mengkarakterisasi derivat akrilamida. Penelitian diawali dengan mereaksikan akrilamida dengan anilin sulfat.

Lebih terperinci

5007 Reaksi ftalat anhidrida dengan resorsinol menjadi fluorescein

5007 Reaksi ftalat anhidrida dengan resorsinol menjadi fluorescein 57 Reaksi ftalat anhidrida dengan resorsinol menjadi fluorescein CH H H + 2 + 2 H 2 H C 8 H 4 3 C 6 H 6 2 C 2 H 12 5 (148.1) (11.1) (332.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Reaksi pada gugus

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Mensintesis Senyawa rganotimah Sebanyak 50 mmol atau 2 ekivalen senyawa maltol, C 6 H 6 3 (Mr=126) ditambahkan dalam 50 mmol atau 2 ekivalen larutan natrium hidroksida,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK NAMA NIM KEL.PRAKTIKUM/KELAS JUDUL ASISTEN DOSEN PEMBIMBING : : : : : : HASTI RIZKY WAHYUNI 08121006019 VII / A (GANJIL) UJI PROTEIN DINDA FARRAH DIBA 1. Dr. rer.nat

Lebih terperinci

4019 Sintesis metil asetamidostearat dari metil oleat

4019 Sintesis metil asetamidostearat dari metil oleat NP 4019 Sintesis metil asetamidostearat dari metil oleat C 19 H 36 2 (296.5) 10 9 SnCl 4 H 2 Me (260.5) + H 3 C C N C 2 H 3 N (41.1) NH + 10 10 9 9 Me Me C 21 H 41 N 3 (355.6) NH Klasifikasi Tipe reaksi

Lebih terperinci

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat NP 4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat CEt + FeCl 3 x 6 H 2 CEt C 8 H 12 3 C 4 H 6 C 12 H 18 4 (156.2) (70.2) (270.3) (226.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Adisi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK : Reaksi Pembuatan Alkena dengan Dehidrasi Alkohol

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK : Reaksi Pembuatan Alkena dengan Dehidrasi Alkohol Paraf Asisten Judul LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK : Reaksi Pembuatan Alkena dengan Dehidrasi Alkohol Tujuan Percobaan : 1. Mempelajari reaksi dehidrasi dari suatu alkohol untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan sumber bahan bakar semakin meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. Akan tetapi cadangan sumber bahan bakar justru

Lebih terperinci

Lampiran 1 Bagan alir penelitian

Lampiran 1 Bagan alir penelitian LAMPIRAN Lampiran 1 Bagan alir penelitian Ampas Tebu Pencirian: Analisis Komposisi Kimia (Proksimat) Pencirian Selulosa: Densitas, Viskositas, DP, dan BM Preparasi Ampas Tebu Modifikasi Asetilasi (Cequeira

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,

Lebih terperinci

ZAHRA NURI NADA YUDHO JATI PRASETYO

ZAHRA NURI NADA YUDHO JATI PRASETYO SKRIPSI TK091383 PEMBUATAN HIDROGEN DARI GLISEROL DENGAN KATALIS KARBON AKTIF DAN Ni/HZSM-5 DENGAN METODE PEMANASAN KONVENSIONAL ZAHRA NURI NADA 2310100031 YUDHO JATI PRASETYO 2310100070 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 22 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Produksi Furfural Bonggol jagung (corn cobs) yang digunakan dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur 4-5 hari untuk menurunkan kandungan airnya, kemudian

Lebih terperinci

Penetapan kadar Cu dalam CuSO 4.5H 2 O

Penetapan kadar Cu dalam CuSO 4.5H 2 O Penetapan kadar Cu dalam CuSO 4.5H 2 O Dody H. Dwi Tiara Tanjung Laode F. Nidya Denaya Tembaga dalam bahasa latin yaitu Cuprum, dalam bahasa Inggris yaitu Copper adalah unsur kimia yang mempunyai simbol

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian 9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan mulai bulan November 2010 sampai dengan bulan Juni 2011 di Laboratorium Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Tahap Sintesis Biodiesel Pada tahap sintesis biodiesel, telah dibuat biodiesel dari minyak sawit, melalui reaksi transesterifikasi. Jenis alkohol yang digunakan adalah metanol,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,

Lebih terperinci

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Departemen Farmasi FMIPA UI, dalam kurun waktu Februari 2008 hingga Mei 2008. A. ALAT 1. Kromatografi

Lebih terperinci

4001 Transesterifikasi minyak jarak menjadi metil risinoleat

4001 Transesterifikasi minyak jarak menjadi metil risinoleat 4001 Transesterifikasi minyak jarak menjadi metil risinoleat castor oil + MeH Na-methylate H Me CH 4 (32.0) C 19 H 36 3 (312.5) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Reaksi pada gugus karbonil

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN

PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN DESY TRI KUSUMANINGTYAS (1409 100 060) Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Sebanyak 5 kg buah segar tanaman andaliman asal Medan diperoleh dari Pasar Senen, Jakarta. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian

Lebih terperinci

ADSORPTIVITAS CAMPURAN KAOLIN-LIMBAH PADAT TAPIOKA TERMODIFIKASI SURFAKTAN HEKSADESILTRIMETILAMONIUM BROMIDA DAN TWEEN 80 TERHADAP CIBACRON RED

ADSORPTIVITAS CAMPURAN KAOLIN-LIMBAH PADAT TAPIOKA TERMODIFIKASI SURFAKTAN HEKSADESILTRIMETILAMONIUM BROMIDA DAN TWEEN 80 TERHADAP CIBACRON RED ADSORPTIVITAS CAMPURAN KAOLIN-LIMBAH PADAT TAPIOKA TERMODIFIKASI SURFAKTAN HEKSADESILTRIMETILAMONIUM BROMIDA DAN TWEEN 80 TERHADAP CIBACRON RED SUFI FITRIANA SURAYA DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih terperinci

ABSTRAK. POTENSI BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica) SEBAGAI BAHAN BAKU ALTERNATIF BIODIESEL

ABSTRAK. POTENSI BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica) SEBAGAI BAHAN BAKU ALTERNATIF BIODIESEL ABSTRAK POTENSI BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica) SEBAGAI BAHAN BAKU ALTERNATIF BIODIESEL Produksi minyak bumi mengalami penurunan berbanding terbalik dengan penggunaannya yang semakin meningkat setiap

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS BESI(III)-EDTA ABSTRAK

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS BESI(III)-EDTA ABSTRAK Prosiding Seminar Nasional Sains 2010 ISBN 978-979-028-272-8 OPTIMALISASI SAINS UNTUK MEMBERDAYAKAN MANUSIA SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS BESI(III)-EDTA 1.Harsasi Setyawati,S.Si 2. Dr. rer.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex

Lebih terperinci

SUSI SUSILAWATI STUDI REAKSI DEMETILASI KININ MENGGUNAKAN ASAM HIDROIODIDA PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

SUSI SUSILAWATI STUDI REAKSI DEMETILASI KININ MENGGUNAKAN ASAM HIDROIODIDA PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI SUSI SUSILAWATI 10703073 STUDI REAKSI DEMETILASI KININ MENGGUNAKAN ASAM HIDROIODIDA PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2 0 0 8 Pada kutipan atau saduran

Lebih terperinci

SINTESIS SENYAWA METOKSIFLAVON MELALUI SIKLISASI OKSIDATIF HIDROKSIMETOKSIKALKON

SINTESIS SENYAWA METOKSIFLAVON MELALUI SIKLISASI OKSIDATIF HIDROKSIMETOKSIKALKON SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Nopember 2012 sampai Januari 2013. Lokasi penelitian di Laboratorium Riset dan Laboratorium Kimia Analitik

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Sampel Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar Bringharjo Yogyakarta, dibersihkan dan dikeringkan untuk menghilangkan kandungan air yang

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-8- HIDROKSIKUINOLIN DAN Co(II)-8-HIDROKSIKUINOLIN Laelatri Agustina 1, Suhartana 2, Sriatun 3

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-8- HIDROKSIKUINOLIN DAN Co(II)-8-HIDROKSIKUINOLIN Laelatri Agustina 1, Suhartana 2, Sriatun 3 SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-8- HIDROKSIKUINOLIN DAN Co(II)-8-HIDROKSIKUINOLIN Laelatri Agustina 1, Suhartana 2, Sriatun 3 1 Universitas Diponegoro/Kimia, Semarang (laelatriagustina@gmail.com)

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK KI-2051 PERCOBAAN 7 & 8 ALDEHID DAN KETON : SIFAT DAN REAKSI KIMIA PROTEIN DAN KARBOHIDRAT : SIFAT DAN REAKSI KIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK KI-2051 PERCOBAAN 7 & 8 ALDEHID DAN KETON : SIFAT DAN REAKSI KIMIA PROTEIN DAN KARBOHIDRAT : SIFAT DAN REAKSI KIMIA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK KI-2051 PERCOBAAN 7 & 8 ALDEHID DAN KETON : SIFAT DAN REAKSI KIMIA PROTEIN DAN KARBOHIDRAT : SIFAT DAN REAKSI KIMIA Disusun oleh Nama : Gheady Wheland Faiz Muhammad NIM

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian tentang konversi biomassa kulit durian menjadi HMF dalam larutan ZnCl 2 berlangsung selama 7 bulan, Januari-Agustus 2014, yang berlokasi

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Asap Cair Asap cair dari kecubung dibuat dengan teknik pirolisis, yaitu dekomposisi secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen

Lebih terperinci

SKRIPSI SOPHIA FEBRIANY NIM :

SKRIPSI SOPHIA FEBRIANY NIM : SINTESIS BASA SCHIFF DARI HASIL KONDENSASI ETILENDIAMIN DAN ANILINA DENGAN SENYAWA ALDEHIDA HASIL OZONOLISIS METIL OLEAT SERTA PEMANFAATANNYA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA LOGAM SENG SKRIPSI SOPHIA FEBRIANY

Lebih terperinci