dipelajari hampir lebih dari empat dekade (Alqurashi, 2007). Komitmen organisasi menggambarkan bagaimana hubungan keterikatan antara karyawan dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "dipelajari hampir lebih dari empat dekade (Alqurashi, 2007). Komitmen organisasi menggambarkan bagaimana hubungan keterikatan antara karyawan dengan"

Transkripsi

1 2 Komitmen organisasi merupakan konstruk psikologis penting yang telah dipelajari hampir lebih dari empat dekade (Alqurashi, 2007). Komitmen organisasi menggambarkan bagaimana hubungan keterikatan antara karyawan dengan organisasi, dimana hubungan ini tidak hanya berpengaruh pada karyawan saja, tetapi juga terhadap perusahaan (Meyer, Stanley, Herscovitch, & Topolnytsky, 2002). Dampak positif dari konsekuensi hubungan tersebut dapat berupa: kehadiran, partisipasi, dan rendahnya turn over, sedangkan konsekuensi negatifnya dapat berupa: tingginya tingkat turn over, rendahnya produktivitas, dan absensi (Alqurashi, 2007). Komitmen organisasi adalah kondisi psikologis yang mengikat karyawan dengan sebuah organisasi (Meyer & Allen, 1991). Komitmen organisasi (organizational commitment) terdiri dari 3 aspek, yaitu afektif, normatif, dan continuance (keberlanjutan). Komitmen afektif adalah keterikatan secara emosional atau identifikasi karyawan terhadap organisasi. Aspek normatif merujuk pada rasa tanggung jawab atau loyalitas karyawan untuk bertahan. Aspek keberlanjutan merefleksikan kesediaan untuk tetap bertahan dikarenakan ongkos jika keluar (misalnya karena keterbatasan pilihan) (Triana & Garcia, 2009). Komitmen afektif merupakan komitmen yang paling banyak bepengaruh terhadap sikap dan perilaku, seperti perilaku kewargaan organisasi ( organizational citizenship behavior) dan kepuasan kerja (Meyer, Stanley, Herscovitch, & Topolsky, 2002). Menurut Allen dan Meyer (1990) komitmen afektif merujuk pada ikatan emosional, identifikasi, dan keterlibatan dalam organisasi. Berdasarkan definisi tersebut, maka komitmen afektif memiliki tiga aspek. Aspek pertama adalah

2 3 partisipasi, yaitu keinginan untuk berusaha dengan sungguh-sungguh demi kepentingan organisasi. Aspek kedua adalah identifikasi, yaitu kepercayaan dan penerimaan terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi (identifikasi). Sedangkan aspek ketiga adalah loyalitas, yaitu keinginan kuat untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi. Seorang individu akan mengembangkan ikatan emosional dengan organisasi ketika ia mengidentifikasi tujuan organisasi dan bersedia membantu organisasi dalam mencapai tujuannya. Identifikasi terhadap organisasi akan terjadi jika nilai yang dimiliki karyawan sejalan dengan nilai organisasi serta nilai tersebut mampu diinternalisasi oleh karyawan tersebut. Karyawan yang memiliki komitmen afektif yang tinggi akan memiliki keinginan kuat untuk melakukan usaha maksimal demi pencapaian tujuan organisasi. Komitmen afektif terbukti memiliki hubungan yang positif dengan efektifitas organisasi, misalnya kepuasan kerja, keterlibatan kerja, motivasi, dan performa (Triana, Garcia, & Colella, 2010). Definisi komitmen afektif pada penelitian ini merujuk pada apa yang dikemukakan oleh Allen dan Meyer (1990 ), yaitu komitmen afektif adalah ikatan emosional, identifikasi, dan keterlibatan dalam organisasi. Berdasarkan definisi tersebut, maka komitmen afektif mengandung tiga aspek, yaitu (1) keinginan untuk berusaha dengan sungguh-sungguh demi kepentingan organisasi, (2) kepercayaan dan penerimaan terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi, dan (3) keinginan kuat untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi. Para ahli sepakat bahwa masalah penting dalam dunia kerja yang penuh keberagaman ( workforce diversity) adalah banyak karyawan yang menganggap

3 4 mereka tidak sepenuhnya dilibatkan, tidak dinilai sebagai bagian dari organisasi (Taylor, 2011). Hal ini akan tercermin dalam komitmen karyawan terhadap organisasi. Menurut Cox (1994), iklim keberagaman pada organisasi yang terdiri dari berbagai karyawan dengan latar belakang sosial budaya yang beragam dapat mempengaruhi komitmen karyawannya. Kondisi iklim keberagaman yang positif dapat memunculkan komitmen organisasi yang tinggi pada karyawan. Meskipun telah ada banyak penelitian mengenai komitmen organisasi, namun masih sedikit sekali penelitian yang secara langsung mengkaitkan komitmen organisasi dengan keberagaman, terutama iklim keberagaman (Triana & Garcia, 2009). Menurut Cox (1994), iklim keberagaman ( diversity climate) adalah atmosfer perusahaan yang dilihat dari interaksinya dengan minoritas baik pada level individu, kelompok, dan organisasi. Fenomena yang membentuk keberagaman dapat berupa prasangka, stereotipe, kepribadian, konflik antar kelompok, bias institusional, dan variasi bentuk-bentuk dari integrasi fenomena-fenomena tersebut. Gelfand, Nishii, Raver, dan Schneider (2005) mendefinisikan iklim keberagaman adalah kebijakan, praktik, dan prosedur yang baik implisit maupun eksplisit menunjukkan bahwa memelihara keberagaman dan mengurangi diskriminasi merupakan prioritas organisasi. Secara singkat, iklim keberagaman adalah pemahaman umum mengenai apa yang terjadi di organisasi terkait keberagaman (Taylor, 2011). Taylor (2011) menyatakan bahwa iklim keberagaman adalah sejauh mana kebijakan, praktik, dan prosedur yang ada menyatakan bahwa organisasi mendorong dan memelihara keberagaman dan inklusifitas.

4 5 Iklim keberagaman terdiri dari konstruk yang multidimensional. Berbagai konsep para ahli mengenai iklim keberagaman mencakup: (1) adanya praktik dan kebijakan untuk mendukung keberagaman dan/ atau menyediakan kesempatan bagi karyawan yang biasanya terkucilkan, (2) dukungan organisasi dan pimpinan terhadap keberagaman, (3) adanya bias, diskriminasi, dan prasangka, dan (4) persepsi dan evaluasi menyeluruh terhadap pengalaman sebagai bagian kelompok dominan/ non-dominan di dalam organisasi ( Chrobot-Mason, Konrad, & Linnehan, 2006). Iklim keberagaman merupakan derajat heterogenitas anggota organisasi (Hyde & Hopkins, 2004). Iklim keberagaman suatu organisasi merefleksikan berbagai bentuk diskriminasi dan pelecehan dalam organisasi. Iklim keberagaman yang positif tidak akan toleran terhadap pelecehan dan diskriminasi, sedangkan iklim keberagaman yang negatif akan dipahami oleh karyawan bahwa organisasi mentolerir pelecehan dan diskriminasi (Goyal & Shrivastava, 2013). Iklim keberagaman organisasi merupakan barometer penting untuk mengetahui posisi organisasi dalam menciptakan prasangka dan lingkungan bebas diskriminasi semua usaha mempromosikan keberagaman esensinya adalah untuk meningkatkan iklim keberagaman organisasi. Perusahaan perlu mengenali bagaimana kondisi iklim keberagamannya berdampak pada level individu maupun organisasi. Pengenalan terhadap iklim keberagaman akan membantu menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan menyenangkan bagi seluruh karyawan (Goyal & Shrivastava, 2013). Pada penelitian ini iklim keberagaman yang dimaksud adalah yang sesuai dengan definisi Taylor (2011), yaitu sejauh mana kebijakan, praktik, dan

5 6 prosedur yang ada menyatakan bahwa organisasi mendorong dan memelihara keberagaman dan inklusifitas. Cara yang dapat dilakukan untuk mencapai iklim keberagaman yang positif adalah melalui pengelolaan terhadap keberagaman ( managing diversity). Rasmussen (1996) mengatakan bahwa keberagaman adalah mosaik dari orang - orang yang membuat beragam latar belakang, gaya, perspektif, nilai, dan keyakinan sebagai aset bagi organisasi atau kelompok dimana mereka saling berinteraksi. Komponen keberagaman mencakup perbedaan dan persamaan di antara budaya, usia, ras, gender, tingkat pendidikan, dan agama kepercayaan (Kim, 2006). Keberagaman dalam organisasi perlu dikelola dengan baik agar memberikan efek yang positif bagi organisasi. Pengelolaan keberagaman ( managing diversity) yang berhasil mampu meningkatkan komitmen, kepuasan, performa karyawan, dan performa keuangan perusahaan (Patrick & Kumar, 2012). Friday dan Friday (2003) mengemukakan bahwa jika keberagaman dikelola secara efektif di dalam sebuah organisasi, maka berakibat pada meningkatnya kreatifitas dan inovasi, serta peningkatan pembuatan keputusan ( decision-making). Apabila keberagaman tidak dikelola dengan baik, maka berakibat potensi kerugian berupa kegagalan komunikasi, konflik interpersonal, dan tingkat turnover yang tinggi. Friday dan Friday (2003) menulis bahwa terdapat tiga tahapan yang merupakan kontinum dalam pengelolaan keberagaman. Tahap pertama adalah acknowledging diversity, tahapan penting untuk menyadari dan memahami bahwa keberagaman atau perbedaan individual itu ada dan dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat positif bagi organisasi. Tahapan berikutnya adalah valuing diversity,

6 7 yang merujuk pada penghargaan dan respek terhadap keberagaman dan perbedaan individual yang ada. Tahapan selanjutnya yang merupakan komponen terakhir dari kontinum keberagaman adalah managing diversity, yaitu perencanaan ( planning), pengorganisasian ( organising), pengarahan ( leading) keberagaman atau individu yang berbeda dalam sebuah sistem yang dimanfaatkan untuk pencapaian tujuan strategi organisasi. Pengelolaan keberagaman ( diversity management) merupakan tindakan organisasi yang secara sukarela dirancang untuk meningkatkan inklusifitas karyawan dengan berbagai latar belakang ke dalam struktur organisasi baik formal maupun informal melalui pemberlakuan kebijakan atau program (Mor Barak, 2005). Tujuan dari manajemen keberagaman adalah untuk menciptakan sebuah organisasi dimana setiap anggotanya yang berasal dari latar belakang sosial budaya yang berbeda-beda dapat berkontribusi dan mencapai potensi optimalnya. Terdapat beberapa paradigma terhadap manajemen keberagaman dalam manajemen sumber daya manusia ( human resources), salah satu di antaranya adalah pendekatan diversity enlargement. Diversity enlargement bertujuan untuk mengubah budaya organisasi melalui perubahan komposisi pegawai. Strategi yang dilakukan dalam pendekatan ini adalah dengan cara merekrut karyawan dari beragam latar belakang. Pendekatan ini berasumsi bahwa kehadiran rekrutan baru akan mengubah budaya sehingga tidak memerlukan intervensi tambahan. Penelitian Caldwell, Mack, Johnson, dan Biderman (2012) menunjukkan bahwa nilai individual yang dianut seseorang dalam memandang keberagaman merupakan perantara dalam menentukan hubungan antara pesepsi mengenai

7 8 keadilan dan inklusifitas dalam organisasi dengan komitmen terhadap organisasi. Mor Barak (2005) mengatakan bahwa keadilan dan inklusifitas organisasi merupakan bagian dari iklim keberagaman. Jika dilihat secara individu, penerimaan seseorang terhadap keberagaman tergantung pada sikapnya terhadap keberagaman itu sendiri. Sikap tersebut menentukan apakah ia dapat terbuka dan menerima adanya perbedaan di antara rekan kerja. Perhatian seseorang terhadap persamaan dan perbedaan dirinya dengan orang lain berpengaruh terhadap kesediaannya berinteraksi (Konrad, Prashad, & Pringle, 2006). Sikap terhadap keberagaman ini diistilahkan oleh Miville (1999) sebagai universal diverse orientation (UDO). UDO memotret keterbukaan terhadap keberagaman dalam arti luas. Meskipun UDO dikembangkan dalam ranah konseling, tetapi tetap berguna dalam konteks organisasi dimana dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk penempatan posisi karyawan yang tepat ( placement). Pengukuran UDO menjadi penting untuk melihat bagaimana seorang individu menyikapi keberagaman dalam tempat kerja (Chrobot-Mason, Konrad, & Linnehan, 2006). Definisi sikap terhadap keberagaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah kesadaran ( awareness) dan potensi penerimaan terhadap persamaan dan perbedaan yang ada di antara setiap orang ( Fuertes, Miville, Mohr, Sedlacek, & Gretchen, 2000). Perusahaan yang akan menjadi tempat penelitian dilakukan adalah PT. XYZ, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan. Berdasarkan hasil wawancara dalam pengambilan data awal dengan Manajer Human Capitol di perusahaan XYZ, diketahui bahwa pihak top management tidak membedakan asal-

8 9 usul dan latar belakang sosial budaya karyawan, sebagaimana dikutip dari wawancara sebagai berikut: : itu di president letter karna terkait dengan bahwa kita pengen compete di globalisasi gitu ya. Trus visi kita juga ke world leader pasti ga lepas setelah pada diversity. Diversity.. jadi udah ada komitmen dari manajemen untuk melakukan diversity.dalam arti kata pada saat itu adalah kalo mau rekrut itu jangan primordial, gitu. Misalnya mentang mentang bosnya dari ITB ngambilnya dari ITB. Bosnya dari Jawa Barat ngambilnya dari Jawa Barat (W1R1, 3-6). Melalui president letter ditegaskan bahwa pihak perusahaan menginginkan untuk mempekerjakan semua orang dari berbagai latar belakang budaya (asal daerah). Kebijakan tersebut diimplementasikan dalam sistem rekrutmen karyawan baru yang tidak memandang latar belakang asal daerah sehingga semua orang mendapatkan kesempatan yang sama untuk menjadi karyawan di perusahaan. Dengan demikian, perusahaan memiliki karyawan dari beragam latar belakang daerah di Indonesia sehingga secara alamiah tercipta kondisi pekerja yang beragam. Tindakan yang dilakukan perusahaan dapat dikatakan sesuai dengan strategi pengelolaan keberagaman dengan pendekatan diversity enlargement. Hal ini sebagaimana dikutip dalam wanwancara: eeee.. kita gak mendesign ya tapi karna nature kalo menurut saya. Naturenya adalah bahwa eeee bisnis kita ada di berbagai daerah, gitu kan. Awalnya bikin bendungan di wonorejo gitu kan. Kemudian bikin lapangan golf, bikin jalan kemudian di Sumatera, Kalimantan bahkan beberapa waktu lalu kita diminta Freport buat benerin jalan gitu kan. Ya otomatis eee karyawan karyawan daerah, karyawan karyawan local menjadi bagian kita gitu. Kita ga menutup mata untuk rekrut karyawan baru. Tidak semuanya dari Jawa gitu enggak. Tapiii eee.. S1 D3 staf ya. Kalo SLTA dari jawa banyak, jurusannya masih terbatas kalo di jawa. Tapi kalo sudah perguruan tinggi, tingkat pendidikannya tinggi kita sudah berbagai suku bangsa (W1R1,14-20). Pihak perusahaan tidak merasakan adanya isu keberagaman yang mengganggu di dalam perusahaan. Isu yang dirasakan justru adalah tingkat turn

9 10 over yang tinggi. Sejak merasakan adanya isu ini, maka pihak perusahaan merasa perlu untuk mengukur tingkat komitmen pelamar pada saat rekrutmen. Komitmen yang diukur dilihat dari dimensi organisasi, budaya, dan lingkungan. Hal di atas seperti dalam kutipan wawancara berikut: eee.. itu kan filosofinya.. mengenai konsep nilai inti, bahwa nilai inti dan nilai budaya oraganisasi kita mencakup banya hal. Tapi ga ada statement bahwa misalnya policy orang yang masuk ke sini adalah orang yang berlatarbelakang ini ini ini, enggak (W1R1, 49-51). mulai tahun ini kita selain psikotest untuk melihat potensi untuk melihat IQ, kecepatan, ketelitian dan sebagainya tetapi juga potensi akademik. Kita juga mengukur komitmen terhadap organisasi, komitmen terhadap budaya atau value ya, dan komitment terhadap lingkungan. Jadi seberapa komitnya si kandidat ini ketika mau masuk ke pama (W1R1, ). Sebagaimana telah disinggung di atas oleh Friday dan Friday (2003), fenomena turn over memiliki hubungan dengan pengelolaan keberagaman. Demikian pula, komitmen organisasi memiliki keterkaitan dengan bagaimana organisasi mengelola isu-isu keberagaman. Perusahaan sudah memperhatikan isu komitmen organisasi dalam usaha mengurangi tingkat turn over, namun belum mengkaitkan dengan isu keberagaman. Isu keberagaman baru sebatas membuka kesempatan yang sama untuk semua latar belakang kandidat, namun belum ada pengelolaan setelah masuk menjadi karyawan. Iklim keberagaman mempengaruhi sisi afektif ( affective outcomes) karyawan (Cox, 1994). Affective outcomes merujuk pada bagaimana seseorang merasakan dan berpikir tentang pekerjaan dan yang mempekerjakan mereka. Persepsi karyawan terhadap perlakuan perusahaan yang menghargai mereka memiliki pengaruh signifikan terhadap keterlibatan dan inovasi karyawan. Rasa dihargai dipengaruhi oleh bagaimana perlakuan terhadap perbedaan budaya dalam

10 11 organisasi, seperti stereotipe, etnosentrisme, dan prasangka. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada kaitan yang erat antara kondisi iklim keberagaman terhadap komitmen karyawan secara afektif terhadap organisasi pada organisasi yang multikultural. Romanenko (2012) m enjelaskan bahwa perubahan pada sikap terhadap keberagaman merupakan konsekuensi dari pengelolaan keberagaman di perusahaan dan memiliki konsekuensi lebih lanjut terhadap komitmen afektif karyawan. Pengelolaan keberagaman yang dilakukan secara komit oleh perusahaan memiliki efek positif terhadap komitmen karyawan terhadap organisasi. Iklim keberagaman yang positif merupakan salah satu hasil dari pengelolaan keberagaman yang efektif. Sikap merupakan anteseden dari intensi perilaku yang mampu mempengaruhi munculnya perilaku, dan dapat dikatakan merupakan prakondisi bagi komitmen karyawan. Komitmen karyawan merupakan konsekuensi dari komitmen strategi HR dan merupakan keluaran yang diharapkan dari pengelolaan keberagaman. (Romanenko, 2012). Berdasarkan uraian di atas, iklim keberagaman sebagai hasil dari pengelolaan keberagaman berpengaruh terhadap komitmen afektif karyawan (Cox, 1994). Komitmen afektif juga dipengaruhi oleh sikap terhadap keberagaman, dimana sikap terhadap keberagaman yang positif muncul karena adanya iklim keberagaman yang positif (Romanenko, 2012). Iklim keberagaman dapat disimpulkan mempengaruhi komitmen afektif secara langsung maupun secara tidak langsung melalui pengaruhnya terhadap sikap terhadap keberagaman. Variabel sikap terhadap

11 12 keberagaman dalam hubungan antara iklim keberagaman dan komitmen afektif dikatakan sebagai variabel mediator. Mediator adalah variabel yang menentukan bagaimana hubungan yang terjadi antara variabel independen dan variabel dependen (Baron & Kenny, 1986). Sebuah mediator biasanya merupakan karakteristik dalam level individual yang mengelaborasi makna hubungan antara variabel independen dan variabel dependen (Bennet, 2000). Hubungan iklim keberagaman, sikap terhadap keberagaman, dan komitmen afektif dapat digambarkan seperti bagan berikut: SIKAP TERHADAP KEBERAGAMAN IKLIM KEBERAGAMAN (diversity climate) KOMITMEN AFEKTIF (affective commitment) Gambar 1. Kerangka hubungan antar variabel penelitian Tujuan Penelitian Masih sedikitnya penelitian yang mengangkat topik mengenai keberagaman dan komitmen organisasi membuat peneliti tertarik untuk menguji apakah iklim keberagaman di suatu organisasi berperan terhadap komitmen afektif karyawan dengan dimediasi oleh sikap karyawan terhadap keberagaman. Berdasarkan dari uraian fenomena di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran iklim keberagaman terhadap komitmen afektif yang dimediasi oleh sikap

12 13 terhadap keberagaman. Pertanyaan penelitian yang hendak dijawab adalah apakah hubungan antara iklim keberagaman dan komitmen afektif dimediasi oleh sikap terhadap keberagaman? Sehingga, hipotesis penelitian adalah: Peran iklim keberagaman terhadap komitmen afektif dimediasi oleh Sikap terhadap keberagaman. Implikasi studi Secara teoretis, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dalam bidang Psikologi, khususnya Psikologi Industri dan Organisasi. Penelitian ini diharapkan memperkaya referensi hasil penelitian serta sebagai masukan untuk memperkuat teori yang sudah ada mengenai iklim keberagaman di organisasi, sikap terhadap keberagaman, dan komitmen afektif karyawan terhadap organisasi. Manfaat praktis yang dapat diberikan adalah memberi masukan intervensi bagi perusahaan XYZ dalam mengelola karyawan. Melalui masukan tersebut diharapkan perusahaan dapat mempertimbangkan kondisi iklim keberagaman dan sikap karyawan terhadap keberagaman dalam upaya-upaya meningkatkan komitmen karyawan untuk terikat secara emosional dengan perusahaan sehingga memperkecil keinginan karyawan untuk keluar dari perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komitmen organisasi 1. Pengertian Komitmen merupakan perilaku seseorang terhadap organisasi atau perusahaan dimana individu tersebut bisa bersikap tegas dan berpegang teguh pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi dibentuk sebagai wadah bagi sekumpulan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi dibentuk sebagai wadah bagi sekumpulan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi dibentuk sebagai wadah bagi sekumpulan individu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Wibowo, 2007:25). Efektifnya organisasi tergantung kepada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan berisi penjelasan mengeai teori-teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu teori komitmen profesi, komitmen organisasi, dan guru, serta hubungan antara komitmen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berbentuk perusahaan. Perusahaan merupakan badan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berbentuk perusahaan. Perusahaan merupakan badan usaha yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan dunia perbankan dan dunia usaha sekarang ini timbul lembaga keuangan seperti lembaga pembiayaan. Lembaga pembiayaan tersebut berbentuk perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan Steers, 1982;

BAB II LANDASAN TEORI. berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan Steers, 1982; BAB II LANDASAN TEORI A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Komitmen organisasi dapat didefenisikan dengan dua cara yang amat berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komitmen organisasi 1. Pengertian Komitmen merupakan perilaku seseorang terhadap organisasi atau perusahaan dimana individu tersebut bisa bersikap tegas dan berpegang teguh pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memproduksi barang-barang yang berkualitas demi meningkatkan daya

BAB I PENDAHULUAN. untuk memproduksi barang-barang yang berkualitas demi meningkatkan daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan atau organisasi di Indonesia semakin lama semakin pesat, terutama pada era globalisasi saat ini. Hal ini menuntut setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Komitmen Organisasi Porter (1998:27) oleh Zainuddin (2002) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menarik para wisatawan agar mau berkunjung. Hal ini penting dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menarik para wisatawan agar mau berkunjung. Hal ini penting dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan didirikannya museum Bank Indonesia sebagai salah satu objek wisata dan edukasi, maka Bank Indonesia dihadapkan pada tantangan bagaimana untuk menarik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara BAB II LANDASAN TEORI A. KOMITMEN KARYAWAN TERHADAP ORGANISASI 1. Defenisi Komitmen Karyawan terhadap Organisasi Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara individu karyawan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan salah satu aset berharga yang dimiliki sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan salah satu aset berharga yang dimiliki sebuah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan salah satu aset berharga yang dimiliki sebuah perusahaan. Pada praktiknya, perusahaan sering melupakan hakikat sumber daya manusia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi/korporat (corporate social responsibilities ), workforce diversities,

BAB I PENDAHULUAN. organisasi/korporat (corporate social responsibilities ), workforce diversities, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumberdaya manusia merupakan salah satu aspek krusial yang menentukan keberhasilan misi dan visi suatu perusahaan, oleh karena itu keberadaannya mutlak dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai. Salah satu tujuan utama yang ingin dicapai oleh perusahaan adalah mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran yang merupakan inti dari kegiatan sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran yang merupakan inti dari kegiatan sekolah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia adalah aset organisasi yang paling berharga (Shah, 2012), karena tanpa sumber daya manusia yang berkualitas maka organisasi tidak akan bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun internasional harus bekerja secara kompetitif dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan tersebut begitu terasa dan terus meningkat ke arah yang semakin maju. Untuk mengantisipasinya,

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia merupakan salah satu unsur terpenting di dalam suatu organisasi karena merupakan unsur yang mengendalikan organisasi serta mempertahankan dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Komitmen organisasional (organizational commitment), didefinisikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Komitmen organisasional (organizational commitment), didefinisikan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Komitmen organisasional Komitmen organisasional (organizational commitment), didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia yang kompetitif akan terlahir dari dunia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia yang kompetitif akan terlahir dari dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang kompetitif akan terlahir dari dunia pendidikan yang bermutu. Rendahnya mutu pendidikan akan menjadi masalah besar bagi suatu bangsa,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian Kinerja Kinerja merupakan hasil kerja atau karya yang dihasilkan oleh masing-masing karyawan untuk membantu badan usaha dalam mencapai dan mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Budaya perusahaan adalah aturan main yang ada di dalam perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Budaya perusahaan adalah aturan main yang ada di dalam perusahaan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN TEORI 2.1.1 Budaya Perusahaan Budaya perusahaan adalah aturan main yang ada di dalam perusahaan yang akan menjadi pegangan para karyawan dalam menjalankan kewajibannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 Kepuasan kerja 2.1.1. Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari dan digunakan sebagai konstruk pengukuran dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Anggaran Menurut Anthony dan Govindarajan (2006:73), anggaran merupakan alat penting perencanaan dan pengendalian jangka pendek

Lebih terperinci

Fenomena globalisasi telah menciptakan keberagaman di beberapa. sektor organisasi yang berbeda meliputi sektor pendidikan, kesehatan,

Fenomena globalisasi telah menciptakan keberagaman di beberapa. sektor organisasi yang berbeda meliputi sektor pendidikan, kesehatan, 1 Fenomena globalisasi telah menciptakan keberagaman di beberapa sektor organisasi yang berbeda meliputi sektor pendidikan, kesehatan, pemerintah, media termasuk di tempat kerja (Prasad, Pringle & Konrad,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepuasan Kerja Kepuasan kerja adalah tingkat rasa puas individu bahwa mereka mendapat imbalan yang setimpal dari bermacam-macam aspek situasi pekerjaan dari organisasi tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak lagi terelakkan. Dalam organisasi-organisasi bisnis, kondisi ini terkadang

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak lagi terelakkan. Dalam organisasi-organisasi bisnis, kondisi ini terkadang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan tim yang komposisinya heterogen saat ini menjadi satu keadaan yang tidak lagi terelakkan. Dalam organisasi-organisasi bisnis, kondisi ini terkadang justru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada dasarnya hubungan antara perusahaan dengan karyawan adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada dasarnya hubungan antara perusahaan dengan karyawan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya hubungan antara perusahaan dengan karyawan adalah hubungan yang saling menguntungkan. Di satu sisi perusahaan ingin mendapatkan keuntungan yang besar,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Mathis dan Jackson (2006:3), Manajemen Sumber Daya Manusia adalah rancangan sistem-sistem formal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori OCB (Organizational Citizenship Behavior) OCB adalah sebuah konsep yang relatif baru dianalisis kinerja, tetapi itu merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Iklim Organisasi 2.1.1. Definisi Iklim Organisasi Awalnya, iklim organisasi adalah istilah yang digunakan merujuk kepada berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Komitmen Organisasi 1.1 Definisi Komitmen Organisasi Kata komitmen berasal dari kata latin yang berarti to connect. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No. 3 tahun 1982, perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No. 3 tahun 1982, perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Berdasarkan UU No. 3 tahun 1982, perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang tetap dan terus menerus yang didirikan serta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Stephen P. (2002:135) Dalam suatu organisasi kepemimpinan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Stephen P. (2002:135) Dalam suatu organisasi kepemimpinan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kepemimpinan 2.1.1.1 Pengertian Kepemimpinan Menurut Stephen P. (2002:135) Dalam suatu organisasi kepemimpinan merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini, akan dibahas mengenai teori dari dimensi iklim organisasi dan komitmen afektif yang digunakan penulis sebagai dasar dalam penelitian ini. Pada sub bagian pertama menjelaskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penjelasan Teoritis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penjelasan Teoritis BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penjelasan Teoritis 1. Komitmen Organisasi a. Pengertian Komitmen Organisasi Dalam prilaku organisasi, terdapat beragam definisi tentang komitmen organisasi. Sebagai suatu sikap,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak

PENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak PENDAHULUAN Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak dilakukan di bidang human resource development (HRD) (Chalofsky

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan aset tidak nyata yang menghasilkan produk karya jasa intelektual

BAB I PENDAHULUAN. merupakan aset tidak nyata yang menghasilkan produk karya jasa intelektual BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia adalah salah satu aset usaha berharga dan merupakan aset tidak nyata yang menghasilkan produk karya jasa intelektual (Darmawan, 2013).

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN TEORETIS

BAB 2 KAJIAN TEORETIS BAB 2 KAJIAN TEORETIS 2.1 Definisi Konsep 2.1.1 Turnover Intention Turnover intention (keinginan keluar dari pekerjaan) merupakan tanda awal terjadinya turnover (keluar dari pekerjaan) (Sunarso, 2000).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, banyak perusahaan yang telah menetapkan pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan swasta maupun

Lebih terperinci

Contoh Komitmen Karyawan terhadap Perusahaan / Organisasi di PT. Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia)

Contoh Komitmen Karyawan terhadap Perusahaan / Organisasi di PT. Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) Contoh Komitmen Karyawan terhadap Perusahaan / Organisasi di PT. Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) a. Ingin memberikan yang terbaik bagi perusahaan. b. Ingin mengembangkan pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi tersebut (Mathis & Jackson, 2006). Menurut Velnampy (2013)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi tersebut (Mathis & Jackson, 2006). Menurut Velnampy (2013) 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Komitmen Organisasional 2.1.1. Pengertian Komitmen Organisasional Komitmen organisasional adalah tingkat sampai dimana karyawan yakin dan menerima tujuan organisasional, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah belum optimal.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah belum optimal. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah merupakan salah satu organisasi pelayanan publik yang sering dianggap belum produktif dan efisien dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Sebagai penyelenggara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dasar pembangunan nasional. Dengan kata lain manusia adalah unsur kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dasar pembangunan nasional. Dengan kata lain manusia adalah unsur kerja 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Potensi sumber daya manusia pada hakekatnya merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional. Dengan kata lain manusia adalah unsur kerja yang terpenting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan sangat efektif dan efisien. Efektifitas dan efisiensi proses kerja

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan sangat efektif dan efisien. Efektifitas dan efisiensi proses kerja 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan organisasi saat ini sangat dipengaruhi oleh berbagai tantangan dan peluang yang hadir setiap saat, yang mendorong setiap organisasi untuk berjalan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini berada pada pasar berkembang Asia. Hal ini dapat dilihat dengan masuknya pasar AFTA (ASEAN Free Trade Area) dan MEA (Masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepuasan Kerja 2.1.1 Pengertian Kepuasan Kerja Di antara para pakar memberikan pengertian tentang kepuasan kerja atau job satisfaction dengan penekanan pada sudut pandang masing-masing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pegawai dimana perusahaan atau organisasi sekarang berusaha

BAB I PENDAHULUAN. bagi pegawai dimana perusahaan atau organisasi sekarang berusaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini banyak perusahaan atau organisasi berlomba-lomba untuk menjadi sebuah perusahaan atau organisasi yang menjadi pilihan bagi pegawai dimana perusahaan atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi

BAB II LANDASAN TEORI. dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Komitmen Organisasional Menurut Robbins (2008), komitmen karyawan terhadap organisasi yaitu sampai tingkat mana seorang pegawai memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pandangan karyawan ketika mereka telah diperlakukan dengan baik oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pandangan karyawan ketika mereka telah diperlakukan dengan baik oleh BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pertukaran Sosial Fung et al. (2012) menyatakan bahwa teori pertukaran sosial merupakan pandangan karyawan ketika mereka telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Aldag dan Resckhe (1997), Organizational Citizenship Behavior

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Aldag dan Resckhe (1997), Organizational Citizenship Behavior BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Organization Citizenship Behavior (OCB) Aldag dan Resckhe (1997), Organizational Citizenship Behavior merupakan kontribusi individu dalam melebihi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengujian komitmen organisasi terhadap variabel lain terkait sikap kerja karyawan

BAB I PENDAHULUAN. pengujian komitmen organisasi terhadap variabel lain terkait sikap kerja karyawan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhatian besar dari praktisi maupun akademisi telah diberikan kepada pengujian komitmen organisasi terhadap variabel lain terkait sikap kerja karyawan dan hasil organisasi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) 1. Definisi Organizational Citizenship Behavior (OCB) Organizational citizenship behavior (OCB) merupakan perilaku yang ada didalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Komitmen organisasional menjadi hal penting pada sebuah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Komitmen organisasional menjadi hal penting pada sebuah organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komitmen organisasional menjadi hal penting pada sebuah organisasi dalam menciptakan kelangsungan hidupnya, apapun bentuk organisasi itu dalam mencapai tujuannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) Organizational Citizenship Behavior (OCB) pertama kali dipopulerkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) Organizational Citizenship Behavior (OCB) pertama kali dipopulerkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) 1. Definisi Organizational Citizenship Behavior (OCB) Organizational Citizenship Behavior (OCB) pertama kali dipopulerkan oleh Organ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan medis (McGuire, Hasskarl, Bode, Klingmann, & Zahn, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan medis (McGuire, Hasskarl, Bode, Klingmann, & Zahn, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perusahaan farmasi adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan, produksi dan pemasaran obat yang memiliki surat izin untuk penggunaan medis (McGuire, Hasskarl,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organizational Citizenship Behavior 2.1.1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational citizenship behavior

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mampu untuk bekerja sama dan membantu rekan kerja serta melakukan. Orgnizational Citizenship Behavior (OCB) (Steve dan Thomas, 2014)

PENDAHULUAN. mampu untuk bekerja sama dan membantu rekan kerja serta melakukan. Orgnizational Citizenship Behavior (OCB) (Steve dan Thomas, 2014) PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia dan pengelolaannya merupakan salah satu kunci penting yang dapat mempengaruhi kinerja dan menciptakan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, oleh karena itu perusahaan membutuhkan manusia-manusia yang berkualitas tinggi, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. ini, oleh karena itu perusahaan membutuhkan manusia-manusia yang berkualitas tinggi, memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan penggerak roda organisasi dalam mencapai dan mewujudkan tujuan dan sasaran yang ditetapkan organisasi, dengan kata lain sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuannya adalah tersedianya karyawan/sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. tujuannya adalah tersedianya karyawan/sumber daya manusia (SDM) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu faktor penentu keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya adalah tersedianya karyawan/sumber daya manusia (SDM) yang qualified dan capable dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinamis, sehingga semua organisasi atau perusahaan yang bergerak di

BAB I PENDAHULUAN. dinamis, sehingga semua organisasi atau perusahaan yang bergerak di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia perekonomian dewasa ini tumbuh dan berkembang secara dinamis, sehingga semua organisasi atau perusahaan yang bergerak di dalamnya agar selalu mampu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS PENELITIAN. melakukan balas budi terhadap organisasi dengan bersikap dan berprilaku lebih

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS PENELITIAN. melakukan balas budi terhadap organisasi dengan bersikap dan berprilaku lebih BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Teori Pertukaran Sosial Blau, (1964) dalam Fung, Ahmad, & Omar (2012) menyatakan bahwa Teori pertukaran sosial merupakan pandangan karyawan ketika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 12 BAB II LANDASAN TEORI Pemerintah merupakan organisasi pelayanan publik yang diharapkan dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Pegawai negeri sipil yang merupakan pelaksana tugas-tugas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, dinamika kerja pada perusahaan di seluruh dunia telah bergeser dari bekerja secara individual menjadi bekerja secara tim. Efektivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dinamika kerja di lingkungan industri dan organisasi akhir-akhir ini selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dinamika kerja di lingkungan industri dan organisasi akhir-akhir ini selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kerja di lingkungan industri dan organisasi akhir-akhir ini selalu ditanamkan suatu sikap dimana individu harus mampu bekerja secara tim, bukan bekerja secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi yang penuh persaingan. Ritel adalah salah satu cara pemasaran

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi yang penuh persaingan. Ritel adalah salah satu cara pemasaran 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha ritel modern merupakan peluang usaha yang sangat menjanjikan di era globalisasi yang penuh persaingan. Ritel adalah salah satu cara pemasaran produk meliputi

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa kepemimpinan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa kepemimpinan BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan transaksional berpengaruh positif terhadap komitmen terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi ini adalah bagaimana menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki kualitas, kapabilitas dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang senantiasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang senantiasa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang senantiasa memprioritaskan pembangunan diberbagai bidang. Salah satu indikatornya dapat terlihat dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (human resources) secara unggul. Sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (human resources) secara unggul. Sumber daya manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat global, perlu mempersiapkan sumber daya manusia (human resources) secara unggul. Sumber daya manusia yang unggul diperlukan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Pengertian Kinerja Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah perusahaan. Ketika kinerja dari karyawan meningkat maka bisa dipastikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu untuk bekerja sama dan membantu rekan kerja serta melakukan

BAB I PENDAHULUAN. mampu untuk bekerja sama dan membantu rekan kerja serta melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia dan pengelolaannya merupakan salah satu kunci penting yang dapat mempengaruhi kinerja dan menciptakan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adapun nilai tersebut adalah unik, tidak dapat ditiru dan tidak dapat digantikan

BAB I PENDAHULUAN. Adapun nilai tersebut adalah unik, tidak dapat ditiru dan tidak dapat digantikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perekonomian dunia yang semakin maju menuntut perusahaan-perusahaan yang ada menghadapi berbagai tantangan agar dapat bertahan dalam persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri rumah sakit terus meningkat di Indonesia seiring dengan perkembangan perekonomian negara dan global (Djumena, 2012). Hal ini juga disebabkan oleh penertiban

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan temuantemuan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Kepuasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Komitmen Organisasi. Salim (dalam Martini dan Rostiana, 2003) bahwa komitmen organisasi di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Komitmen Organisasi. Salim (dalam Martini dan Rostiana, 2003) bahwa komitmen organisasi di 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Komitmen bukanlah sesuatu yang bisa hadir begitu saja, karena itu untuk menghasilkan karyawan yang memiliki komitmen yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi maupun industri. Dengan adanya globalisasi maka dunia usaha mau

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi maupun industri. Dengan adanya globalisasi maka dunia usaha mau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahanperubahan pesat pada kondisi ekonomi secara keseluruhan, telah menyebabkan munculnya sejumlah tuntutan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bergeser dari bekerja secara individual menjadi bekerja secara tim. Efektivitas dan kinerja

BAB 1 PENDAHULUAN. bergeser dari bekerja secara individual menjadi bekerja secara tim. Efektivitas dan kinerja 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, dinamika kerja pada perusahaan di seluruh dunia telah bergeser dari bekerja secara individual menjadi bekerja secara tim. Efektivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Ada berberapa pendapat para ahli mengenai pengertian manajemen sumber daya manusia seperti: Menurut Hasibuan (2013:10), Manajemen Sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Suatu perusahaan memiliki tujuan untuk mencapai keunggulan, baik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Suatu perusahaan memiliki tujuan untuk mencapai keunggulan, baik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan memiliki tujuan untuk mencapai keunggulan, baik keunggulan untuk bersaing dengan organisasi lain maupun untuk tetap dapat survive. Usaha untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terpenting di dalamnya. Tanpa adanya manusia, organisasi tidak mungkin dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terpenting di dalamnya. Tanpa adanya manusia, organisasi tidak mungkin dapat digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia usaha dan industri tidak lepas dari adanya unsur manusia. Apa pun bentuk dan kegiatan suatu organisasi, manusia selalu memainkan peranan

Lebih terperinci

World Economic Forum (WEF) menyusun The Global Competitiveness. Report 2014/2015 dan menempatkan daya saing Indonesia (Global

World Economic Forum (WEF) menyusun The Global Competitiveness. Report 2014/2015 dan menempatkan daya saing Indonesia (Global 1 World Economic Forum (WEF) menyusun The Global Competitiveness Report 2014/2015 dan menempatkan daya saing Indonesia (Global Competitiveness Index-GCI) berada pada peringkat ke-34 dunia. Global Competitiveness

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aset terpenting dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aset terpenting dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aset terpenting dalam sebuah organisasi, yang dapat menggerakkan sumber daya lainnya. SDM secara tidak langsung dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peran sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan penentu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peran sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan penentu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan penentu yang sangat penting bagi keefektifan dan keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN HIPOTESIS. Dengan menjadi bagian dari perusahaan, karyawan dididik untuk berkomitmen

BAB II LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN HIPOTESIS. Dengan menjadi bagian dari perusahaan, karyawan dididik untuk berkomitmen BAB II LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN HIPOTESIS 2.1. Komitmen Organisasi Ketika perusahaan menawarkan pekerjaan dan pelamar kerja menerima tawaran tersebut, pelamar kerja tersebut telah menjadi bagian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan status Universitas Gadjah Mada (UGM) dari universitas yang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan status Universitas Gadjah Mada (UGM) dari universitas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan status Universitas Gadjah Mada (UGM) dari universitas yang berstatus Badan Hukum Milik Negara (BHMN) berdasar Peraturan Pemerintah Nomor 153 Tahun 2000 menjadi

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. a. Komitmen Organisasi paling sering didefinisikan yaitu:

BAB II URAIAN TEORITIS. a. Komitmen Organisasi paling sering didefinisikan yaitu: BAB II URAIAN TEORITIS A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen a. Komitmen Organisasi paling sering didefinisikan yaitu: 1. Keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu; 2. Keinginan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sry Juliyanta Br Sembiring Keloko, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sry Juliyanta Br Sembiring Keloko, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karyawan merupakan aset sebuah perusahaan untuk membuat perusahaan terus maju dan bertahan dalam perkembangan perusahaan. Setiap perusahaan menginginkan karyawan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap organisasi pasti menginginkan untuk memiliki sumber daya manusia (SDM) yang baik untuk organisasinya tak terkecuali di Indonesia. Ironisnya, untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa ini, perubahan merupakan keniscayaan. Organisasi menghadapi

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa ini, perubahan merupakan keniscayaan. Organisasi menghadapi 1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Pada masa ini, perubahan merupakan keniscayaan. Organisasi menghadapi tekanan dari berbagai sisi. Perubahan dalam hal undang-undang dan peraturan pemerintah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan peranan penting bagi keberhasilan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan peranan penting bagi keberhasilan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia merupakan peranan penting bagi keberhasilan suatu institusi. Sumber daya manusia merupakan aset hidup yang perlu dipelihara dan dikembangkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang kekuasaan kehakiman di empat lingkungan peradilan, yaitu Peradilan

BAB I PENDAHULUAN. bidang kekuasaan kehakiman di empat lingkungan peradilan, yaitu Peradilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan satu atap memberikan tanggungjawab dan tantangan bagi Mahkamah Agung (MA), karena selain mempunyai posisi dan peran strategis di bidang kekuasaan kehakiman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan sumber daya terpenting dalam suatu instansi pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan misi dan tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernah dilakukan sebelumnya untuk semakin memperkuat kebenaran empiris

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernah dilakukan sebelumnya untuk semakin memperkuat kebenaran empiris BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Bab ini menguraikan tentang beberapa teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian. Selain itu akan disertakan pula penelitian terdahulu yang pernah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas pengelolaan sumber daya manusia. Organisasi yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas pengelolaan sumber daya manusia. Organisasi yang berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi saat ini mengalami kelangkaan sumber daya berkualitas dan persaingan yang terus meningkat. Efektifitas organisasi tidak terlepas dari efektifitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kejelasan Sasaran Anggaran Menurut Halim & Syam Kusufi (2012) mengatakan bahwa anggaran memiliki peranan penting dalam organisasi sektor publik, terutama organisasi pemerintahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. SDM merupakan aset penting dalam suatu organisasi, karena merupakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. SDM merupakan aset penting dalam suatu organisasi, karena merupakan sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor penting dalam pencapaian keberhasilan organisasi. Tantangan yang dihadapi organisasi pada masa sekarang dan dimasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pengukuran kinerja (SPK) dianggap sebagai salah satu topik dan teknik

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pengukuran kinerja (SPK) dianggap sebagai salah satu topik dan teknik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pengukuran kinerja (SPK) dianggap sebagai salah satu topik dan teknik yang paling penting dan sering yang dibahas dalam bidang management control system. Bidang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. karyawan memihak organisasi tertentu beserta tujuan-tujuannya dan adanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. karyawan memihak organisasi tertentu beserta tujuan-tujuannya dan adanya BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Komitmen organisasional Komitmen organisasional merupakan satu keadaan dimana seorang karyawan memihak organisasi tertentu beserta

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) memegang peranan penting di Perusahaan

BAB I. PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) memegang peranan penting di Perusahaan BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) memegang peranan penting di Perusahaan karena penggerak utama Perusahaan bukanlah modal melainkan Sumber Daya Manusia. Pengaturan Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan saat ini, sangat diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan saat ini, sangat diharapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan saat ini, sangat diharapkan guru-guru mempunyai komitmen yang kuat dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab mereka.

Lebih terperinci