BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
|
|
- Djaja Chandra
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyelenggaraan infrastruktur jalan sangat terkait dengan usaha mempertahankan kondisi jalan eksisting. Efisiensi menjadi isu utama yang melatarbelakangi pentingnya memelihara kondisi jalan agar tetap mantap hingga mencapai umur rencana. Hasil penelitian menyebutkan bahwa untuk setiap $1 biaya pengeluaran dalam usaha pemeliharaan jalan, dapat menghemat/ menghindarkan potensi pengeluaran sebesar $3 - $10 untuk memperbaiki kerusakan jalan yang semakin lama semakin parah jika tidak segera ditangani (Michigan DOT). Kegiatan inilah yang disebut preservasi jalan: memelihara jalan di saat kondisinya masih baik. Kegiatan preservasi jalan di indonesia telah dilaksanakan sejak beberapa tahun yang lalu, akan tetapi fakta di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar jalan di Indonesia rusak/ tidak mantap sebelum mencapai umur layan dan rencananya. Kondisi tersebut menggambarkan kegiatan preservasi jalan yang telah dilaksanakan masih jauh dari ideal. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sebagai penyelenggara Jalan Nasional telah menyadari kondisi tersebut dan mulai bergerak untuk membenahi pengelolaan aset jalan, dengan mengedepankan kegiatan preservasi jalan dalam menangani ruas-ruas jalan nasional. Pelaksanaan preservasi jalan dipengaruhi oleh berbagai hal, salah satunya dari sisi manajemen penyelenggaraan jalan. Manajemen konstruksi yang baik akan sangat menentukan kualitas hasil pekerjaan, oleh karena itu setiap komponen manajemen konstruksi harus dikelola secara efektif dan efisien. Pengaruh masing-masing komponen manajemen konstruksi terhadap pencapaian mutu preservasi jalan perlu diketahui dalam rangka mencapai manajemen konstruksi yang efektif dan efisien. Hal ini bermanfaat untuk menentukan action selanjutnya: bagaimana mengelola 1
2 2 seluruh komponen manajemen konstruksi untuk mendapatkan mutu hasil pekerjaan yang baik. Pemeliharaan preventif adalah salah satu jenis preservasi jalan yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 13 tahun 2011 tentang Tata Cara Pemeliharaan dan Penilik Jalan. Pemeliharaan preventif memiliki makna pemeliharaan jalan yang dilakukan sebelum terjadi kerusakan atau sebelum kerusakan yang lebih parah terjadi. Pemeliharaan preventif di Indonesia masih jarang diterapkan. Pemeliharaan jalan yang sering dilaksanakan berupa pemeliharaan korektif/ reaktif yang merupakan reaksi atas kerusakan yang telah terjadi, padahal jika dilihat dari efisiensi biaya penanganan, maka pemeliharaan preventif adalah kegiatan yang paling efisien, karena dilaksanakan pada saat kondisi jalan masih baik. Biaya penanganan yang lebih besar akan selalu menjadi kompensiasi setiap kerusakan yang terjadi. Komponen manajemen konstruksi pada kegiatan pemeliharaan preventif harus dapat dikelola dengan baik agar dapat mencapai mutu pekerjaan yang baik. Kontribusi dari masing-masing komponen terhadap capaian mutu juga penting untuk diketahui, agar pekerjaan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan besaran kontribusi dimaksud, khususnya pada kegiatan pemeliharaan perkerasan kaku. Cakupan wilayah penelitian ini adalah di Provinsi Riau dan Kepulauan Riau (Kepri). Responden penelitian adalah para stakeholder yang berperan dalam penanganan Jalan Nasional di wilayah kedua provinsi tersebut. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor: 248/KPTS/M/M/2015 tentang Penetapan Ruas Jalan Dalam Jaringan Jalan Primer Menurut Fungsinya sebagai Jalan Arteri (JAP) dan Jalan Kolektor-1 (JKP-1) menyebutkan total panjang Jalan Nasional di kedua provinsi tersebut adalah 1923,44 km. Keseluruhan ruas Jalan Nasional tersebut ditangani oleh 5 PPK di Provinsi Kepri dan 11 PPK di Provinsi Riau.
3 3 Data kondisi Jalan Nasional yang dirilis Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional II (BBPJN II) menyebutkan bahwa di Provinsi Riau jalan dengan kondisi baik sepanjang 972,30 km; jalan kondisi sedang 280,86 km; jalan kondisi rusak ringan 31,66 km; dan kondisi rusak berat 51,80 km; sedangkan di Provinsi Kepulauan Riau jalan kondisi baik sepanjang 445,70 km; jalan kondisi sedang 63,42 km; jalan kondisi rusak ringan 77,60 km; serta jalan kondisi rusak berat 0,1 km. Gambar 1.1 menjelaskan kondisi Jalan Nasional di Provinsi Riau dan Kepulauan Riau. Ruas Jalan Nasional dengan perkerasan kaku pada kedua provinsi tersebar di 25 ruas jalan, dengan panjang total 253,21 km. Tabel 1.1 menunjukan daftar ruas Jalan Nasional di Provinsi Riau dan Kepulauan Riau dengan tipe perkerasan rigid pavement (perkerasan kaku). Baik Sedang Kondisi Mantap = 1762,28 km (91,62%) Rusak Ringan Kondisi Tidak Mantap = 161,16 km (8,38%) Rusak Berat (Km) Riau Kepri (Sumber: Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional II, 2015) Gambar 1.1 Kondisi Jalan Nasional di Provinsi Riau dan Kepulauan Riau
4 4 Tabel 1.1 Daftar ruas Jalan Nasional di Provinsi Riau dan Kepulauan Riau dengan tipe perkerasan rigid pavement No. No.Ruas Nama Ruas Jalan Panjang Ruas (km) Panjang Perkerasan Lokasi Kaku (km) Simapang Balam - Simpang Batang 52,92 3,44 Riau Simpang Batang - Batas Kota Dumai 13,82 9,80 Riau Batas kota Dumai - Simpang 17,26 7,84 Riau Terminal Simpang Batang- Simpang Kulim 13,29 13,29 Riau Batas Kota Dumai - Duri 44,10 17,95 Riau Jalan Soekarno Hatta - Pinang 27,81 22,38 Riau.13.K Kampai I (Dumai) K Jalan Putri Tujuh (Dumai) 3,45 3,45 Riau K Jalan Datuk Laksamana (Dumai) 2,50 2,50 Riau Duri - Kandis 59,06 23,10 Riau Kandis - Batas Kabupaten Bengkalis 41,67 14,22 Riau Sikijang Mati - Simpang Lago 30,30 7,69 Riau Simpang Lago - Sorek I 50,53 13,82 Riau Sorek I - Batas Kab.InHu 37,80 6,85 Riau Batas Kab.InHu - Simpang Japura 24,87 5,76 Riau Simpang Japura - Pematang Reba 16,70 4,93 Riau Pematang Reba - Siberida 49,23 17,93 Riau Siberida - Batas Provinsi Jambi 50,91 41,36 Riau Batas Kab.Kampar - Batas Kota 41,04 4,04 Riau Bangkinang K Rantau Berangin - Batas 33,10 1,10 Riau Prov.Sumbar K Jl. Kaharudin Nasution (Pekanbaru) - 6,76 0,20 Riau Marpoyan Sp.Ujung Tanjung - Bagan Siapi-api 66,85 6,00 Riau Sp.Terminal - Sp.Purnama 1,75 1,75 Riau (Pelabuhan Penyeberangan Ro-Ro) Sei Akar - Bagan Jaya 56,50 12,70 Riau Batu Aji - Tanjung Uncang 9,09 9,09 Kep. Riau Jl. Duyung (pelabuhan Batu Ampar - 3,90 2,00 Kep. Riau Sp.Baloi) Total Panjang Perkerasan Kaku 253,21 (Sumber: Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional II, 2015) 1.2. Rumusan Masalah Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: a) Bagaimana mutu hasil pekerjaan yang diinginkan dalam pemeliharaan preventif perkerasan kaku;
5 5 b) Apa komponen manajemen konstruksi yang mempengaruhi capaian mutu pemeliharaan preventif perkerasan kaku; c) Bagaimana komponen manajemen konstruksi tersebut berkontribusi terhadap capaian mutu pemeliharaan preventif perkerasan kaku Tujuan Penelitian Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah: a) Mengetahui karakteristik mutu hasil pekerjaan yang diinginkan dalam pemeliharaan preventif perkerasan kaku; b) Mengetahui komponen manajemen konstruksi yang mempengaruhi capaian mutu pemeliharaan preventif perkerasan kaku; c) Mengetahui kontribusi dari masing-masing komponen manajemen konstruksi terhadap pencapaian mutu pemeliharaan preventif perkerasan kaku Batasan Penelitian Batasan penelitian ini meliputi: a) Cakupan wilayah penelitian adalah Provinsi Riau dan Kepulauan Riau. Survei dilaksanakan terhadap para stakeholder yang berperan dalam penanganan Jalan Nasional di wilayah kedua provinsi tersebut; b) Tipe perkerasan yang diteliti adalah perkerasan kaku (rigid pavement); c) Indikator proses dan pasca pelaksanaan pemeliharaan preventif yang dibahas dalam penelitian ini terbatas pada indikator yang didefinisikan penulis, berdasarkan teori dan pengalaman bekerja. Faktor lalu lintas yang mempengaruhi ruang kerja dan beban lalu lintas dalam pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan tidak diperhitungkan dalam penelitian ini; d) Proses analisa data dalam penelitian ini menggunakan prosedur Structural Equation Modeling (SEM) dengan alat bantu software Amos Manfaat Penelitian Manfaat dari pelaksanaan penelitian ini adalah:
6 6 a) Karakteristik mutu pemeliharaan preventif perkerasan kaku yang didapatkan dari penelitian dapat digunakan sebagai bahan penilaian hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan; b) Kontribusi dari masing-masing komponen manajemen konstruksi yang didapatkan, diharapkan menjadi masukan yang baik bagi penyelenggara jalan dalam rangka pengelolaan aset jalan secara efektif dan efisien Keaslian Penelitian Penelitian tentang manajemen konstruksi dan preservasi jalan yang telah dilakukan sebelum penelitian ini dilaksanakan antara lain: a) Gunawan et al. (2014), dengan judul Critical Succes Factors Pelaksanaan Proyek Konstruksi Jalan dan Jembatan di Kabupaten Pidie Jaya. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi 5 kategori teratas dan 10 critical succes factors dalam pelaksanaan proyek jalan dan jembatan di Dinas Pekerjaan Umum Bidang Bina Marga Kabupaten Pidie Jaya. Pengumpulan data primer dilakukan melalui survei kuesioner dengan target responden adalah owner dan kontraktor yang terlibat dalam konstruksi jalan dan jembatan Tahun Anggaran Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang mempengaruhi kesuksesan pelaksanaan proyek konstruksi jalan dan jembatan di Kabupaten Pidie Jaya meliputi peringkat 5 teratas kategori critical succes factors terdiri atas: kategori kontraktor, kategori konsultan/tim perencana, kategori manajemen proyek, kategori manajer proyek, dan kategori owner; sedangkan peringkat 10 teratas critical succes factors adalah faktor kemampuan menyelesaikan masalah, sistem komunikasi, efektifitas membuat keputusan, penekanan owner pada mutu tinggi konstruksi, monitoring proyek, keahlian memimpin manajer proyek, kemampuan teknik manajer proyek, penekanan owner pada konstruksi yang cepat, manajemen proyek owner, dan kecukupan dana. Perbedaan mendasar antara penelitian ini dengan penelitian yang akan dilaksanakan adalah pada alat uji yang digunakan. Penelitian ini menggunakan analisa relative importance index untuk menentukan tingkat kepentingan kategori dan faktor. Proses analisis dilakukan dalam 2 tahap,
7 7 masing-masing untuk menguji kategori dan faktor. Penelitian yang akan dilaksanakan menggunakan alat uji Structural Equation Modelling (SEM) yang dapat menganalisis tingkat kepentingan kategori (variabel laten) dan faktor (variabel manifes) sekaligus dalam satu operasi, sehingga proses analisa yang dilakukan lebih ringkas. Perbedaan lainnya adalah pada daftar respondennya. Gunawan et al. (2014) melakukan penelitian dengan responden dari kelompok owner dan kontraktor, sedangkan responden pada penelitian yang akan dilaksanakan berasal dari owner, kontraktor, dan konsultan. b) Pakseresht dan Asgari (2012), dengan judul Determining the Critical Success Factors in Construction Projects: AHP Approach. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menyusun rangking critical success factors dalam proyek konstruksi Pars gama Company. Hasil penelitian menempatkan Logistik di urutan teratas kriteria dari critical success factors disusul manajemen proyek dan manajer proyek di tempat kedua dan ketiga; sedangkan critical success factor yang menempati 3 urutan teratas adalah asesmen teknis dan ekonomi dari sumber daya yang digunakan dalam proyek, pengalaman dan track record manajer proyek, dan rencana strategis proyek. Perbedaan mendasar antara penelitian ini dengan penelitian yang akan dilaksanakan adalah pada alat uji yang digunakan. Penelitian ini menggunakan Analysis Hierarchy Process (AHP) untuk menentukan tingkat kepentingan kriteria dan faktor, sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan menggunakan alat uji Structural Equation Modelling (SEM). Perbedaan lainnya adalah pada tinjauan kesuksesan proyek. Penelitian ini tidak mendefinisikan kesuksesan secara spesifik dan masih bersifat umum, sedangkan pada penelitian yang akan dilaksanakan kesuksesan proyek ditinjau dari aspek capaian mutu preservasi jalan c) Shatnawi et al. (2009), dengan judul California s Perspective on Concrete Pavement Preservation. Penelitian ini merupakan hasil pengamatan atas pelaksanaan preservasi jalan di Negara Bagian California, Amerika Serikat. Penelitian ini menjelaskan beberapa hal tentang pelaksanaan preservasi
8 8 perkerasan kaku, meliputi: pengembangan Panduan Teknis Pemeliharaan (Maintenance Technical Advisory Guide/ MTAG-1) untuk preservasi perkerasan kaku; kinerja proyek diamond-grinding beserta manfaat yang dapat diperoleh: perpanjangan umur layan, peningkatan kualitas berkendara, dan reduksi kebisingan; kinerja dowel bar retrofits dan feed back yang didapatkan dari beberapa proyek; kinerja full-depth slab repair, khususnya dalam penggunaan beton berkekuatan tinggi (Rapid Strength Concrete/ RSC). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilaksanakan adalah pada objek penelitiannnya. Shatnawi et al. (2009) meneliti tentang permasalahan teknis dalam pelaksanaan preservasi jalan, sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan menganalisis pengaruh aspek manajemen konstruksi dalam pencapaian mutu preservasi jalan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah moda. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting
Lebih terperinciPENGARUH KOMPONEN MANAJEMEN KONSTRUKSI TERHADAP CAPAIAN MUTU PEMELIHARAAN PREVENTIF PERKERASAN KAKU
PENGARUH KOMPONEN MANAJEMEN KONSTRUKSI TERHADAP CAPAIAN MUTU PEMELIHARAAN PREVENTIF PERKERASAN KAKU Konverman Berkat Zebua MSTT-DTSL Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Jln. Grafika 2, Kampus UGM
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN
1 BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur transportasi darat yang berperan sangat penting dalam perkembangan suatu wilayah. Jalan berfungsi untuk mendukung kegiatan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan jalan merupakan salah satu infrastruktur utama penggerak roda perekonomian nasional dan daerah sehingga ketersediaan jalan adalah prasyarat mutlak untuk berkembangnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur jalan nasional merupakan poros pertumbuhan perekonomian masyarakat yang mendukung peningkatkan kemakmuran dari segala aspek kehidupan. Selain itu, infrastruktur
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A.
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeliharaan jalan merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan manajemen jalan. Perkerasan jalan yang telah dilalui oleh lalu lintas akan mengalami penurunan
Lebih terperinciKESIAPAN KONTRAKTOR TERHADAP KEBIJAKAN PRESERVASI JALAN NASIONAL DI SUMATERA SELATAN
KESIAPAN KONTRAKTOR TERHADAP KEBIJAKAN PRESERVASI JALAN NASIONAL DI SUMATERA SELATAN Andri Budilukito MSTT-DTSL Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Jln. Grafika 2, Yogyakarta 55281 Tlp. (0274) 545675
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Negara Indonesia memiliki rangkaian jalan nasional yang berfungsi sebagai penghubung pusat kegiatan nasional. Sebagai salah satu prasarana transportasi yang merupakan
Lebih terperinciFAKTOR DOMINAN PENENTU PELAKSANAAN PROYEK PLTU SKALA KECIL
FAKTOR DOMINAN PENENTU PELAKSANAAN PROYEK PLTU SKALA KECIL Nugroho Artursuwignyo 1) *), Christiono Utomo 2) Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jalan Cokroaminoto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.I. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan pembangunannya. Hal ini terlihat dari banyaknya proyek-proyek konstruksi di Indonesia yang sedang dikerjakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan UU RI No 38 Tahun 2004 tentang Jalan, dijelaskan bahwa jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan sebagai salah satu bagian prasarana transportasi darat memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan suatu wilayah. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memuaskan bagi pihak kontraktor dan owner. Keberhasilan suatu kontruksi pasti
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia konstruksi berkembang dengan pesat dengan banyaknya pembangunan infrastruktur yang terus menerus dilakukan. Sebagai Negara berkembang Indonesia juga sibuk dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan terbentuk atas beberapa lapisan perkerasan yang akan mengalami penurunan kondisi selama masa layannya. Menurunnya tingkat pelayanan jalan ditandai dengan adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen RI No. 34 Tahun 2006 menyatakan bahwa jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nasional. Salah satu bidang yang terus mengalami perkembangan yaitu Bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terus mengalami perkembangan dalam hal Pembangunan Nasional. Salah satu bidang yang terus mengalami perkembangan yaitu Bidang Transportasi. Salah satu indikasinya
Lebih terperinci2017, No tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 12 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyiapan Infrastrukt
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1228, 2017 KEMENKO-PEREKONOMIAN. Percepatan Penyiapan Infrastruktur Prioritas. Perubahan. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciTol Belmera Tersambung Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi April 2018
Rilis PUPR #2 17 Januari 2018 SP.BIRKOM/I/2018/026 Tol Belmera Tersambung Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi April 2018 Jakarta Konstruksi Jalan Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi (MKTT) seksi 1 (Tanjung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan jalan di Indonesia merupakan prasarana transportasi yang paling dominan (90% angkutan barang menggunakan moda jalan dan 95% angkutan penumpang menggunakan
Lebih terperinci2016, No Rakyat tentang Kriteria Tipologi Unit Pelaksana Teknis di Bidang Pelaksanaan Jalan Nasional di Direktorat Jenderal Bina Marga; Menging
No.543, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. UPT. Pelaksanaan Jalan Nasional. Tipologi. Kriteria. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2016
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat secara keseluruhan (Munawar, 2004). Untuk tujuan tersebut, maka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor jalan merupakan salah satu penunjang yang sangat penting bagi kegiatan-kegiatan ekonomi yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu kerangka pendekatan pola pikir dalam rangka menyusun dan melaksanakan suatu penelitian. Tujuannya adalah untuk mengarahkan proses berpikir untuk menjawab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan, dikemukakan bahwa jalan merupakan bagian dari sistem transportasi nasional yang memegang peranan penting
Lebih terperinciPEMPROVSU AKUI 584,301 KM JALAN PROVINSI RUSAK
PEMPROVSU AKUI 584,301 KM JALAN PROVINSI RUSAK Sumber gambar: medanbisnisdaily.com/news Medan Bisnis - Medan. Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) T Erry Nuradi mengakui, kondisi jalan provinsi sepanjang 584,
Lebih terperinciKata-kata Kunci: Perkerasan kaku, overloading, esa (gandar standard setara), umur perkerasan.
Sentosa, Roza ISSN 0853-2982 Jurnal Teoretis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil Analisis Dampak Beban Overloading Kendaraan pada Struktur Rigid Pavement Terhadap Umur Rencana Perkerasan (Studi Kasus Ruas
Lebih terperinciLampiran I.14 : PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 PROVINSI :
Lampiran I. : Keputusan Komisi Pemilihan Umum : 96/Kpts/KPU/TAHUN 0 : 9 MARET 0 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 0 No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KURSI
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan urat-nadi kehidupan politik, ekonomi, sosialbudaya, dan pertahanan keamanan nasional yang sangat vital perannya dalam ketahanan
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI RIAU
PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGIKATAN DANA ANGGARAN KEGIATAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang : a. bahwa sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan urat nadi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Hal ini diamanatkan di dalam Undang Undang Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur yang menghubungkan satu daerah dengan daerah lain yang sangat penting dalam sistem pelayanan masyarakat (Wirahadikusumah, 2007). Lapisan
Lebih terperinci2. Pra-studi kelayakan Studi kelayakan Rencana induk DED (Detail Engineering Design) Studi AMDAL...
DAFTAR ISI 6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xxx DAFTAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proyek adalah suatu urutan kegiatan dan peristiwa yang dirancang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proyek adalah suatu urutan kegiatan dan peristiwa yang dirancang dengan baik pada suatu permulaan dan suatu akhir dari sebuah kegiatan, yang diarahkan untuk mencapai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan adalah salah satu prasarana yang akan mempercepat pertumbuhan dan pengembangan suatu daerah serta akan membuka hubungan sosial, ekonomi dan budaya antar daerah.
Lebih terperinciMENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2016 TENTANG KRITERIA TIPOLOGI UNIT PELAKSANA TEKNIS
Lebih terperinciLONG SEGMENT SUBDIT STANDAR DAN PEDOMAN DIREKTORAT PRESERVASI JALAN DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 1
LONG SEGMENT SUBDIT STANDAR DAN PEDOMAN DIREKTORAT PRESERVASI JALAN DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 1 ATURAN NORMATIF PEMELIHARAAN JALAN Peraturan Menteri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era modern ini semakin banyak pembangunan yang terus-menerus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern ini semakin banyak pembangunan yang terus-menerus dilakukan. Kebutuhan yang selalu meningkat membuat banyak orang yang ingin terus melakukan pembangunan
Lebih terperinci5. Bagaimanakah menurut Saudara loket tempat penjualan karcis yang tersedia di terminal
LAMPRAN Lampiran KUSONER PENELTAN Fasilitas Utama Terminal. Bagaimanakah menurut Saudara jalur pemberangkatan kendaraan (bus) yang ada di terminal Mayang Terurai?. Bagaimanakah menurut Saudara jalur kedatangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Infrastruktur jalan sering dikaitkan dengan perkembangan pembangunan suatu wilayah. Jalan merupakan penghubung yang membuka daerah-daerah tertinggal serta memicu pertumbuhan
Lebih terperinciBendungan Teritip Akan Pasok Tambahan Air Baku 250 liter/detik Bagi Kota Balikpapan
Rilis PUPR #2 12 Juli 2017 SP.BIRKOM/VII/2017/343 Bendungan Teritip Akan Pasok Tambahan Air Baku 250 liter/detik Bagi Kota Balikpapan Jakarta--Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi sebagai urat-nadi berkehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan nasional yang sangat penting perannya dalam ketahanan nasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi untuk memberikan pelayanan kepada sarana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrol mutu atau quality control (QC) adalah suatu kegiatan untuk mengukur kualitas suatu barang dengan membandingkannya sesuai dengan spesifikasi dan syarat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelabuhan Tanjung Priok merupakan pelabuhan kelas utama di Indonesia. Sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelabuhan Tanjung Priok merupakan pelabuhan kelas utama di Indonesia. Sebagai pelabuhan terbesar, diperlukan sarana dan fasilitas pelabuhan untuk menunjang bongkar
Lebih terperinciANALISA BEBAN KENDARAAN TERHADAP DERAJAT KERUSAKAN JALAN DAN UMUR SISA
ANALISA BEBAN KENDARAAN TERHADAP DERAJAT KERUSAKAN JALAN DAN UMUR SISA Dian Novita Sari Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sriwijaya (Jl. Raya Prabumulih KM 32 Indralaya, Sumatera Selatan) ABSTRAK Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan urat-nadi kehidupan politik, ekonomi, sosialbudaya dan pertahanan keamanan nasional yang sangat vital perannya dalam ketahanan nasional.sistem
Lebih terperinciDATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)
KABUPATEN / KOTA : KAMPAR 14.01 KAMPAR 415.166 384.88 99.954 1 14.01.01 BANGKINANG 18.61 18.064 36.825 2 14.01.02 KAMPAR 26.00 25.246 51.316 3 14.01.03 TAMBANG 32.141 29.613 61.54 4 14.01.04 XIII KOTO
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat sebanyak 40 responden dengan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan penelitian terhadap sejumlah responden di Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat sebanyak 40 responden dengan rincian 30 responden pengguna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut UU RI No.22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan yang diundangkan setelah UU No.38 mendefinisikan Jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk bangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimulai, dan kapan harus diselesaikan. Setiap pelaksanaan proyek konstruksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umumnya sebuah proyek, mempunyai rencana pelaksanaan dan jadwal pelaksanaan yang tertentu dan sudah terjadwal, kapan pelaksanaan proyek harus dimulai, dan kapan harus
Lebih terperinciPENGARUH KOMPONEN MANAJEMEN KONSTRUKSI TERHADAP CAPAIAN MUTU PEMELIHARAAN PREVENTIF PERKERASAN LENTUR
PENGARUH KOMPONEN MANAJEMEN KONSTRUKSI TERHADAP CAPAIAN MUTU PEMELIHARAAN PREVENTIF PERKERASAN LENTUR Tisara Sita MSTT-DTSL Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Tlp. (0274) 524712 tisarasita@gmail.com
Lebih terperinciSpektrum Sipil, ISSN Vol. 3, No. 2 : , September 2016
Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 196 Vol. 3, No. 2 : 196-207, September 2016 PERBANDINGAN KELAYAKAN JALAN BETON DAN JALAN ASPAL DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) - STUDI KASUS JALAN MALWATAR-
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
48 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA IV.1 Kondisi Wilayah Studi Trase jalur Kereta Api yang akan direncanakan sebagian berada dalam Propinsi Sumatera Utara, tepatnya di wilayah Kabupaten Labuhan Batu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kota-kota di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang pesat. Pesatnya pertumbuhan kota-kota di Indonesia diikuti dengan pertumbuhan peningkatan pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera serta memegang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dari pemerintah dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera serta memegang peranan penting sebagai roda
Lebih terperinciBAB II HASIL SURVEY. 2.1 Gambaran Umum Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII. Jenderal Bina Marga, Kementrian Pekerjaan Umum.
BAB II HASIL SURVEY 2.1 Gambaran Umum Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VIII merupakan satu dari delapan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional
Lebih terperinciRilis PUPR #1. 2 Juni 2018 SP.BIRKOM/VI/2018/263
Rilis PUPR #1 2 Juni 2018 SP.BIRKOM/VI/2018/263 Jalan Nasional dan Jalan Tol Siap Dilalui, Pemudik Dihimbau Tetap Hati-Hati dan Bijak Memilih Jalur Mudik Jakarta-Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Lebih terperinciSURAT EDARAN Nomor: 11 /SE/M/2017 TENTANG
MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Kepada yang terhormat, 1. Sekretaris Jenderal; 2. Inspektur Jenderal; 3. Direktur Jenderal Sumber Daya Air; 4. Direktur Jenderal Bina Marga;
Lebih terperinciPROGRAM PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL BERDASARKAN NILAI KERATAAN PERMUKAAN, NILAI LENDUTAN, DAN NILAI MODULUS ELASTISITAS PERKERASAN
PROGRAM PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL BERDASARKAN NILAI KERATAAN PERMUKAAN, NILAI LENDUTAN, DAN NILAI MODULUS ELASTISITAS PERKERASAN David Rachmat Prabowo MSTT-DTSL, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
Lebih terperinciKementerian PUPR Siapkan Skenario Urai Kemacetan di Lokasi Pembangunan Tol Cikampek II Elevated
Rilis PUPR #3 2 Agustus 2017 SP.BIRKOM/VIII/2017/378 Kementerian PUPR Siapkan Skenario Urai Kemacetan di Lokasi Pembangunan Tol Cikampek II Elevated Jakarta Untuk mengatasi kemacetan yang terjadi di Jalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan menerangkan bahwa Jalan sebagai bagian sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dari alokasi belanja modal sebesar 216,1 triliun rupiah, sebesar 203,7 triliun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan belanja infrastruktur yang cukup signifikan dari tahun ke tahun, pemerintah melakukan penambahan alokasi anggaran infrastruktur dalam Anggaran
Lebih terperinciInfrastruktur Jalan Tol Biaya Pemeliharaan Persentase Gerbang Tol Rp 7,596, %
Bab I Pendahuluan Pada Bab ini diuraikan secara rinci mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan manfaat penelitian. I.1 Latar Belakang Tol Cipularang
Lebih terperinciMenteri Basuki : Layani Mudik, Infrastruktur Jalan Tahun Ini Lebih Siap Dibanding Sebelumnya
Rilis PUPR #1 5 Juni 2017 SP.BIRKOM/VI/2017/297 Menteri Basuki : Layani Mudik, Infrastruktur Jalan Tahun Ini Lebih Siap Dibanding Sebelumnya Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki
Lebih terperinci-2-2. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Rep
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.244, 2015 PERHUBUNGAN. Pembangunan. Jalan Tol. Sumatera. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 117 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Jalan merupakan sarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan dan diperuntukkan bagi lalu lintas. Pertumbuhan kendaraan yang cukup pesat berdampak pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kebutuhan ekonomi dan pergerakan masyarakat secara cepat memberikan konsekuensi (tugas) kepada pemerintah baik pusat maupun daerah untuk melakukan percepatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Rencana Jaringan Kereta Api di Pulau Sumatera Tahun 2030 (sumber: RIPNAS, Kemenhub, 2011)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNAS) 2030 telah direncanakan program jangka panjang pembangunan Trans Sumatera Railways yang membentang dari Provinsi
Lebih terperinciJurnal Teknik Sipil ISSN
ISSN 2088-9321 ISSN e-2502-5295 pp. 543-552 TINJAUAN KONDISI PERKERASAN JALAN DENGAN KOMBINASI NILAI INTERNATIONAL ROUGHNESS INDEX (IRI) DAN SURFACE DISTRESS INDEX (SDI) PADA JALAN TAKENGON BLANGKEJEREN
Lebih terperinciKAJIAN PENERAPAN METODE KONTRAK TERHADAP KUALITAS JALAN
KAJIAN PENERAPAN METODE KONTRAK TERHADAP KUALITAS JALAN Betty Susanti 1 dan Reini D. Wirahadikusumah 2 1 Mahasiswa Program Studi Doktor Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
1 BAB. I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Keinginan membangun jaringan Trans Sumatera dengan maksud memberdayakan sumber daya alam yang melimpah dimiliki oleh Sumatera utara dan Riau telah lama direncanakan.
Lebih terperinciKementerian PUPR Bangun Jembatan Ngadiluwih Kediri
RILIS PUPR #1 15 Mei 2017 SP.BIRKOM/V/2017/267 Kementerian PUPR Bangun Jembatan Ngadiluwih Kediri Kediri - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono bersama Sekretaris Kabinet
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jaringan jalan sebagai bagian dari sektor transportasi memiliki peran untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu sektor penting bagi perkembangan perekonomian wilayah dan kehidupan masyarakat. Adanya pertumbuhan dan perkembangan aktivitas di suatu
Lebih terperinciPembangunan Infrastruktur Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Aceh
Rilis PUPR #1 12 Juli 2017 SP.BIRKOM/VII/2017/342 Pembangunan Infrastruktur Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Aceh Jakarta - Salah satu faktor penting mendukung pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nanggroe Aceh
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Perpustakaan Universitas Islam Riau yang beralamat di jalan Kaharudin Nasution No. 113, Perhentian Marpoyan. Pekanbaru. 3.2.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan jumlah kendaraan di Indonesia dari tahun ke tahun terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jumlah kendaraan di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Hal ini menyebabkan terjadinya kepadatan lalu lintas, dan jumlah kendaraan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya dunia industri, selalu akan dihadapkan pada tantangan-tantangan baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut ingin tetap
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kami berharap klipping ini bermanfaat untuk monitoring media BPIW.
RABU, 03 FEBRUARI 2016 KATA PENGANTAR Klipping Media Massa adalah kumpulan guntingan berita yang kami sajikan secara rutin. Guntingan berita ini kami seleksi dari berita yang muncul di media cetak. Adapun
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Hormat kami. Tim penyusun
Rabu-Kamis, 14-15 Juni KATA PENGANTAR Klipping Media Massa adalah kumpulan guntingan berita yang kami sajikan secara rutin. Guntingan berita ini kami seleksi dari berita yang muncul di media cetak. Adapun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang berlangsung secara berkelanjutan dan terdiri dari tahap-tahap yang satu pihak bersifat
Lebih terperinciKeamanan Konstruksi : Kementerian PUPR Lakukan Penggantian 34 Strand Jembatan Raja Haji Fisabilillah di Batam
Rilis PUPR #1 4 Maret 2018 SP.BIRKOM/III/2018/106 Keamanan Konstruksi : Kementerian PUPR Lakukan Penggantian 34 Strand Jembatan Raja Haji Fisabilillah di Batam Batam Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 35/PRT/M/2006
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 35/PRT/M/2006 TENTANG PENINGKATAN PEMANFAATAN ASPAL BUTON UNTUK PEMELIHARAAN DAN PEMBANGUNAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perpindahan orang dan/atau barang secara massal dengan selamat, aman, nyaman,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan urat nadi kehidupan berbangsa dan bernegara yang mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang pembangunan. Transportasi merupakan
Lebih terperinciLANGKAH DAN STRATEGI. Paparan Bupati Batu Bara. Pada Tanggal 08 Januari 2015 di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian R.
LANGKAH DAN STRATEGI Percepatan Ketersediaan Lahan dan Infrastruktur Pendukung dalam Kerangka SISLOGNAS Pembangunan Pelabuhan Internasional di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara Paparan Bupati Batu Bara
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM BBPJN VIII. 2.1 Sejarah Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII
BAB II GAMBARAN UMUM BBPJN VIII 2.1 Sejarah Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VIII merupakan satu dari delapan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional
Lebih terperinciCRITICAL SUCCES FACTORS PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN DI KABUPATEN PIDIE JAYA
ISSN 2302-0253 11 Pages pp. 15-25 CRITICAL SUCCES FACTORS PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN DI KABUPATEN PIDIE JAYA Gunawan 1, Moch. Afifuddin 2, Ibnu Abbas Majid 2 1) Magister Teknik Sipil
Lebih terperinciEFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMELIHARAAN JALAN SECARA SWAKELOLA ( Study Kasus Pada Peningkatan Jalan Harjosari Pendem Di Kabupaten Karanganyar )
EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMELIHARAAN JALAN SECARA SWAKELOLA ( Study Kasus Pada Peningkatan Jalan Harjosari Pendem Di Kabupaten Karanganyar ) TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciLuas Baku Sawah (Ha) Bera Penggenangan
1 Riau 33.449 6.651 6.085 5.360 3.551 6.783 6.316 2.836 13.714 30.931 85.768 2 Bengkalis 638 52 108 281 87 214 209 77 81 976 1.751 3 Bantan 399 30 63 166 51 108 154 56 31 598 1.059 4 Bengkalis - - - -
Lebih terperinciKontraktor. Konsultan Pengawas. Konsultan Perencana
BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Struktur Organisasi Kontraktor Konsultan Perencana Pemilik Konsultan Pengawas Gambar 3.1. Skema Hubungan Antara Owner, Kontraktor & Konsultan Sumber:
Lebih terperinciRISIKO KETERLAMBATAN PROGRES FISIK TERHADAP MUTU PELAKSANAAN JALAN NASIONAL DI PROVINSI SULAWESI UTARA
RISIKO KETERLAMBATAN PROGRES FISIK TERHADAP MUTU PELAKSANAAN JALAN NASIONAL DI PROVINSI SULAWESI UTARA Rai Fraja Nofvandro MSTT-JTSL Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Telp: (0274) 524712
Lebih terperinciANALYSIS FEASIBILITY ASPHALT PAVEMENT AND CONCRETE PAVEMENT WITH ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) METHOD
ANALYSIS FEASIBILITY ASPHALT PAVEMENT AND CONCRETE PAVEMENT WITH ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) METHOD (Case Study East Serang City KP3B Project) Dwi Dinariana Civil Engineering, Faculty of Engineering,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang CV Trianom Agrotektur merupakan perusahaan yang bergerak pada industri pengolahan biji kopi. CV Trianom Agrotektur merupakan perusahaan yang sedang berada dalam tahap
Lebih terperinciWita Meutia Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil S1 Fakultas Teknik Universitas Riau Tel , Pekanbaru Riau,
EVALUASI STRUKTUR PERKERASAN JALAN MENGGUNAKAN DATA BERAT BEBAN KENDARAAN DARI JEMBATAN TIMBANG (Studi Kasus pada Ruas Jalan Siberida-Batas Jambi km 255+150 s/d km 256+150) Wita Meutia Mahasiswa Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perancangan Peningkatan Ruas Jalan Ketapang Pasir Padi (KM PKP s/d KM PKP ) Di Kota Pangkalpinang Provinsi Kep.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jalan merupakan sarana transportasi yang sangat penting untuk menunjang kelancaran perhubungan darat suatu daerah. Kebutuhan akan prasarana jalan yang baik merupakan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai kompetensi tinggi merupakan salah satu kunci untuk memenangkan persaingan di pasar internasional. Keunggulan SDM juga penting
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkembangan dunia konstruksi sekarang ini banyak sekali hal-hal yang
I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan di era globalisasi seperti saat ini sangatlah menuntut untuk menuntut ketepatan, keefektifan efisiensi dan ekonomis. Didalam perkembangan dunia konstruksi
Lebih terperinciAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepanjang 1316 Km, ruas jalan Pantai Utara Jawa (Pantura) merupakan urat nadi perekonomian nasional yang menghubungkan lima provinsi yaitu Banten, DKI Jakarta, Jawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. infrastruktur merupakan public service obligation, yaitu sesuatu yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur merupakan prasarana publik yang juga merupakan kebutuhan primer masyarakat seperti jalan, jembatan, bandar udara, jalan kereta api, dan lain - lain. Ketersediaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proyek konstruksi semakin kompleks dan membutuhkan biaya besar,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek konstruksi semakin kompleks dan membutuhkan biaya besar, sehingga membutuhkan perhatian dalam pengelolaan waktu dan sumber daya yang lebih baik. Setiap proyek
Lebih terperinciMenteri Basuki Instruksikan Konstruksi Tol Manado-Bitung Dikebut
Rilis PUPR #1 15 November 2017 SP.BIRKOM/XI/2017/559 Menteri Basuki Instruksikan Konstruksi Tol Manado-Bitung Dikebut Manado Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menginstruksikan
Lebih terperinci