BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu kerangka pendekatan pola pikir dalam rangka menyusun dan melaksanakan suatu penelitian. Tujuannya adalah untuk mengarahkan proses berpikir untuk menjawab permasalahan yang akan diteliti lebih lanjut agar berlangsung secara terarah. 3.1 Jenis Penelitian Penelitian tentang penentuan prioritas penanganan ruas jalan nasional Panton Labu/Simpang Langsa batas SUMUT ini termasuk dalam jenis penelitian survei dimana penelitian ini mengambil sampel dari satu populasi dan informasi diperoleh melalui responden dengan menggunakan kuesioner. Proses analisis dilakukan dengan menggunakan data sekunder seoptimal mungkin. Metode yang dipakai adalah metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan metode Bina Marga. Program Expert Choice 11 yang merupakan perangkat lunak dari penerapan teori Analytical Hierarchy Process (AHP) dipakai dalam mengolah data hasil kuesioner dari para responden. 3.2 Daerah Penelitian Daerah penelitian meliputi 8 (delapan) ruas jalan nasional yang tersebar di 3 (tiga) kabupaten/kota di wilayah provinsi Aceh mulai batas kabupaten Aceh Utara sampai batas provinsi Sumatera Utara (SUMUT) dengan panjang total 179 km. Dari 88

2 8 (delapan) ruas yang ada tidak semua ruas dapat dilakukan penanganan, sehingga sangat diperlukan penentuan skala prioritas penanganannya. Adapun data ke 8 (delapan) ruas jalan tersebut yang menjadi daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini : Tabel 3.1 Jalan Nasional yang Menjadi Daerah Penelitian No Urut No Kab / Kota Nama Panjang Jalan Baik Kondisi Jalan Sedang Rusak Ringan Rusak Berat (km) (km) (km) (km) (km) Aceh Timur Panton Labu/Simpang (Km 328) - Peureulak Aceh Timur Peureulak - (Km 392) - Bts. Kota Langsa Langsa Jln. AM.Ibrahim (Langsa) Langsa Jln. Ahmad Yani (Langsa) Aceh Bts. Kota Langsa - Bts. Prov. Tamiang SUMUT Langsa Jln. Agus Salim (Langsa) Langsa Bts. Kota Langsa - Kuala Langsa Langsa Jln. Kuala Langsa (Langsa) Jumlah Sumber : Satker Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional Aceh 89

3 3.3 Prosedur Penelitian Proses tahapan penelitian untuk tugas akhir ini secara umum diperlihatkan melalui bagan alir (flowchart) pada gambar 3.1. Dimana prosedurnya sesuai dengan prinsip dasar AHP yaitu sebagai berikut : 1. Perumusan masalah Merumuskan permasalahan yang dihadapi pemerintah pusat yaitu dengan adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan pendanaan jalan dengan kemampuan dana APBN sehingga pemerintah pusat mengalami kesulitan untuk memenuhi SPM jalan serta mempertahankan kondisi ruas jalan tetap dalam kondisi mantap. 2. Melakukan tinjauan pustaka Kajian pustaka dilakukan untuk mencari dan mendapatkan teori dan konsepkonsep yang relevan serta peraturan-peraturan yang menjadi dasar untuk melakukan analisa. 3. Mengumpulkan data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer yaitu data persepsi yang merupakan hasil kuesioner dari pemangku kepentingan (stakeholder) yang terdiri dari wakil perencana, wakil pelaksana dan wakil pengguna/masyarakat. Selain data primer, dikumpulkan juga data sekunder yang relevan dengan penelitian ini yang meliputi data kondisi ruas jalan, lalulintas harian rata rata (LHR), peta jaringan jalan, data geometrik ruas jalan, data biaya penanganan ruas jalan pada daerah penelitian, data nilai rata rata penghasilan masyarakat atau product domestic regional bruto (PDRB), 90

4 angka pertumbuhan lalu lintas serta data komponen unit biaya operasional kendaraan (BOK). 4. Pengolahan dan analisis data Mengolah data persepsi yang merupakan hasil kuesioner dari para pemangku kepentingan (stakeholders) dengan menggunakan program expert choice 11 yang merupakan perangkat lunak dari penerapan teori analytical hierarchy process. Selain itu, dalam proses analisa prioritas penanganan jalan juga dilakukan analisa dengan metode bina marga dan digunakan hanya sebagai metode pembanding. 5. Penyusunan urutan prioritas ruas jalan Pada tahap ini dilakukan penyusunan urutan prioritas jalan yang akan ditangani pemeliharaannya agar ruas yang telah dinilai dari beberapa kriteria dalam metode AHP dan metode Bina Marga tersebut akan diutamakan pengerjaannya. 6. Membandingkan dengan metode yang dipakai pemerintah Hasil yang diperoleh dari metode AHP akan dibandingkan dengan hasil dari metode yang dipakai pemerintah yakni metode bina marga, sehingga bisa dilihat pola/ kecenderungan kriteria penanganan yang dipakai masing-masing metode. Adapun metodologi penelitian untuk penelitian tugas akhir ini diperlihatkan melalui bagan alir penelitian pada gambar 3.1 berikut : 91

5 Mulai Latar Belakang Perumusan Masalah Bagaimana kriteria dan prioritas dalam menentukan penanganan pada ruas jalan nasional Panton Labu Langsa Batas SUMUT serta apakah ada perbedaan prioritas dengan memakai metode Analytical Hierarchy Process (AHP) berdasarkan kriteria kondisi ruas jalan, arus lalu lintas dan biaya penanganan dan dengan memakai metode Bina Marga Studi Literatur Pengumpulan Data Penentuan Kriteria Peta Jaringan Jalan Nasional Provinsi Aceh Data kondisi ruas jalan nasional Panton Labu Langsa Batas SUMUT Data LHR Data biaya penanganan pada ruas jalan nasional Panton Labu Langsa Batas SUMUT UU dan Peraturan terkait Data geometrik jalan Data PDRB Aceh Angka pertumbuhan lalulintas Pengolahan Data Kuesioner Analisa Penelitian Analisa dilakukan berdasarkan 3 (tiga) kriteria yang digunakan dalam penelitian ini Menganalisa kriteria yang menjadi prioritas dalam penanganan ruas jalan nasional Panton Labu Langsa Batas SUMUT Menganalisa ruas jalan yang menjadi prioritas penanganannya memakai metode AHP dan metode Bina Marga Membandingkan hasil penelitian antara metode AHP dan metode Bina Marga Hasil Penelitian Kriteria yang menjadi prioritas dalam penanganan ruas jalan nasional Panton Labu/Simpang Langsa Batas SUMUT Urutan ruas jalan yang menjadi prioritas penanganannya berdasarkan bobot tertinggi Hasil perbandingan dari kedua metode Kesimpulan dan Saran Selesai Gambar 3.1 Bagan Alir Metodologi Penelitian (Flowchart) 92

6 3.4 Variabel Penelitian Untuk menyelesaikan penelitian tugas akhir ini diperlukan sejumlah kriteria yang dijadikan sebagai kandidat variabel dalam hal ini harus memenuhi syarat berikut ini : 1. Diusahakan dapat dimulai dengan variabel yang kuantitatif sehingga obyektifitas penilaian dapat dipertahankan 2. Data variabel mudah dikumpulkan dan selalu dapat diperbaharui 3. Mampu mewakili karakteristik jalan sebagai gambaran yang layak mengenai tingkat kepentingan ruas yang akan ditangani. Variabel yang digunakan adalah 3 (tiga) kriteria yang dianggap paling berpengaruh sebagai dasar pertimbangan penanganan jalan yang diperoleh dari hasil wawancara pada para responden serta dengan pertimbangan dari beberapa penelitian terdahulu seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, yaitu : 1. Kriteria kondisi jalan a. Baik b. Sedang c. Rusak ringan d. Rusak berat 2. Kriteria arus lalu lintas a. Kapasitas ruas jalan b. Volume lalu lintas 3. Kriteria Biaya Penanganan Secara umum susunan hierarki penelitian ini seperti ditunjukkan pada gambar 3.2 berikut : 93

7 Prioritas Penanganan Jalan Nasional Panton Labu/Simpang Langsa Batas SUMUT Arus Lalulintas Kondisi Jalan Biaya Penanganan Kapasitas Volume Lalulintas Baik Sedang Rusak Ringan Rusak Berat Urutan Prioritas Penanganan 8 (delapan) Jalan Nasional Pada Daerah Penelitian (Jalan 1, Jalan 2, dst) Gambar 3.2 Skema Susunan Hierarki Penelitian 3.5 Sampel Penelitian Survei yang dilakukan pada penelitian ini pemilihan sampel responden bersifat tidak acak (non random sampling) dilakukan dengan cara purposive sampling, dimana sampel dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu bahwa unsurunsur yang dikehendaki telah ada dalam sampel responden yang diambil. Salah satu metode dalam purposive sampling adalah pemakaian expert sampling dimana expert sampling terdiri dari sampel orang yang diketahui mempunyai pengalaman atau keahlian dalam suatu bidang. Ada dua alasan mengapa expert sampling dipakai. Pertama, ini adalah cara terbaik untuk memperoleh sampel orang yang punya specific expertise. Dalam hal ini expert sampling adalah hal yang khusus dari purposive sampling. Alasan lainnya adalah expert sampling tersebut dapat digunakan sebagai 94

8 bukti penguat validitas sampel yang dipilih menggunakan metoda non probabilistik lainnya. (Wadjidi, 2008 dalam Sembiring, 2008). Sampel responden pada penelitian ini merupakan para pemangku kepentingan (stakeholder) yang berada pada level pengambil keputusan di balai besar pelaksana jalan nasional wilayah I yakni satuan kerja perencanaan dan pengawasan jalan nasional Aceh (Satker P2JN Aceh), satker pelaksanaan jalan nasional wilayah I provinsi Aceh (Satker PJN I Aceh) dan badan perencanaan pembangunan daerah provinsi Aceh (Bappeda Aceh). Sementara sebagai wakil dari pengguna jalan diambil responden dari akademisi dan organisasi himpunan pengembang jalan Indonesia (HPJI). 95

9 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Survei Untuk memperoleh data persepsi dari para pemangku kepentingan (stakeholder) maka dilakukan survei terhadap para responden. Responden tersebut terdiri dari 2 (dua) responden wakil dari perencana program, 2 (dua) responden wakil pelaksana dan 2 (dua) responden wakil pengguna jalan. Adapun distribusi responden tersebut dapat dilihat dalam tabel 4.1 berikut ini : Tabel 4.1 Data Distribusi Responden No Instansi Jumlah Responden Keterangan Satuan Kerja Perencanaan dan Pengawasan 1 1 responden Jalan Nasional Aceh (BBPJN I) 2 Badan Perencanaan Pembangunan Aceh 1 responden Wakil Perencana 3 Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Aceh (BBPJN I) 2 responden Wakil Pelaksana Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia 4 1 responden (HPJI) Aceh 5 Akademisi 1 responden Wakil Pengguna Total 6 responden Dari hasil survei dengan menggunakan kuesioner seperti pada lampiran 1 terhadap 6 (enam) responden diperoleh distribusi perangkingan kriteria menurut 96

10 kelompok responden. Adapun hasil penempatan rangking seluruh responden terhadap semua kriteria direkapitulasi sehingga terlihat urutan rangking kriteria seperti yang disajikan dalam tabel 4.2 berikut ini : Tabel 4.2 Urutan Rangking Kriteria Menurut Responden No Kriteria dan Kelompok Responden Perangkingan Rangking 1 Rangking 2 Rangking 3 1 Kondisi ruas jalan a. Wakil Perencana b. Wakil Pelaksana c. Wakil Pengguna Arus ruas jalan a. Wakil Perencana b. Wakil Pelaksana c. Wakil Pengguna Biaya pemeliharaan jalan a. Wakil Perencana b. Wakil Pelaksana c. Wakil Pengguna Perincian hasil persepsi para responden yang telah disajikan dalam tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa responden yang menempatkan kriteria 1 yaitu kriteria kondisi ruas jalan sebagai rangking 1 adalah 4 responden (66,67%), rangking 2 adalah 2 responden (33,33%) dan rangking 3 adalah 0 responden (0%). Responden yang menempatkan kriteria 2 yakni kriteria arus ruas jalan sebagai rangking 1 sebanyak 0 responden (0%), rangking 2 sebanyak 3 responden (50%) dan rangking 3 sebanyak 3 responden (50%). Responden yang menempatkan kriteria 3 yakni kriteria biaya pemeliharaan jalan sebagai rangking 1 sebanyak 2 responden (33,33%), rangking 2 sebanyak 1 responden (16,67%) dan rangking 3 sebanyak 3 responden 97

11 (50%). Maka dapat disimpulkan bahwa untuk kriteria rangking 1(satu) pilihan para responden adalah kriteria kondisi ruas jalan sebanyak 4 (empat) responden (66,67%). Sedangkan untuk kriteria rangking 2 (dua) dan kriteria rangking 3 (tiga) pilihan para responden adalah kriteria biaya pemeliharaan jalan atau kriteria arus ruas jalan dengan masing masing sebanyak 3 (tiga) responden (50%). Karena 50% responden menempatkan kriteria arus ruas jalan dan kriteria biaya penanganan pada rangking 2 (dua) dan rangking 3 (tiga), maka untuk kriteria yang akan menempati peringkat/rangking 2 (dua) dan rangking 3 (tiga) pilihan responden bisa saja ditempati oleh kriteria biaya pemeliharaan jalan atau kriteria arus ruas jalan tergantung pada besarnya bobot dari masing masing kriteria tersebut. Oleh karena itu perlu dianalisis besarnya bobot masing masing kriteria tersebut sesuai dengan hasil kuesioner atau pilihan responden. Dari hasil distribusi perangkingan di atas terlihat bahwa kecenderungan para responden dalam menentukan rangking sangat dipengaruhi oleh persepsi dari kepentingan mereka. Seperti bagi wakil perencana dan pengguna jalan yang cenderung memberikan perhatian mereka terhadap kondisi ruas jalan yang sangat tinggi, sedangkan untuk wakil pelaksana lebih cenderung memilih kriteria biaya pemeliharaan jalan. Hal tersebut terkait dengan besarnya biaya yang diperlukan serta sebagai bentuk ketersediaan anggaran dalam penanganan jalan. 4.2 Analisis Bobot Kriteria Setelah data persepsi dari para pemangku kepentingan (stakeholder) terkumpul, maka proses selanjutnya adalah menghitung bobot kriteria dari masing masing responden dan kemudian dilanjutkan dengan bobot rata-rata per kelompok 98

12 stakeholder dan bobot rata-rata keseluruhan. Dalam menghitung bobot kriteria digunakan program expert choice 11. Hasil rekapitulasi pembobotan secara keseluruhan disebut sebagai nilai eigen vector, seperti disajikan dalam tabel 4.3 di bawah. Adapun proses perhitungan bobot kriteria tersebut adalah : 1. Meng- input data kuesioner ke program expert choice 11 yang hasilnya dapat dilihat pada lampiran Merekapitulasi output pada langkah Menghitung bobot kriteria per kelompok stakeholder. 4. Selanjutnya menghitung bobot kriteria (eigen vector) keseluruhan responden. Tabel 4.3 Rekapitulasi Bobot Kriteria Secara Keseluruhan Responden Kondisi Jalan Arus Jalan Biaya Pemeliharaan Jalan 1 Wakil Perencana Wakil Perencana Wakil Pelaksana Wakil Pelaksana Wakil Pengguna Wakil Pengguna % Rata - Rata Bobot Keseluruhan Wakil Perencana Wakil Pelaksana Wakil Pengguna % Rata - Rata Bobot Keseluruhan % Bobot Kriteria % Rata - Rata Bobot Kriteria Per Kelompok Stakeholders CR (maks 0.03) 99

13 Berdasarkan perhitungan bobot rata-rata (eigen vector) keseluruhan responden diperoleh bahwa kriteria kondisi ruas jalan memiliki bobot sebesar 56,38 %, kriteria arus ruas jalan 12,03 % dan kriteria biaya pemeliharaan jalan sebesar 31,55 %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi ruas jalan merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam penentuan prioritas penanganan ruas jalan nasional Panton Labu / Simpang Langsa Batas SUMUT. Sementara itu untuk bobot per kelompok pemangku kepentingan (stakeholders) juga jelas terlihat bahwa kelompok perencana dan pengguna jalan sangat memprioritaskan kriteria kondisi ruas jalan dalam penanganan ruas jalan di daerah penelitian yakni masing masing sebesar 72,8 % dan 77,2 %. Sedangkan bagi wakil pelaksana jalan, kriteria biaya penanganan mendapatkan bobot terbesar yaitu sebesar 73,4 %. 4.3 Analisis Bobot Variabel Setelah bobot untuk masing-masing kriteria diperoleh mulai dari bobot kriteria hasil kuisioner masing-masing responden, bobot per kelompok stakeholder dan bobot kriteria keseluruhan. Langkah selanjutnya adalah menghitung bobot masing-masing variabel. Adapun proses perhitungan bobot variabel adalah sebagai berikut : 1. Meng-input data kuesioner ke program expert choice Melakukan sintesis terhadap semua variabel yang hasilnya disajikan pada lampiran Merekapitulasi output pada langkah

14 4. Menghitung bobot variabel relatif per kelompok stakeholders dan keseluruhan responden. Adapun perhitungannya disajikan dalam tabel 4.4 dan tabel 4.5 berikut ini : Tabel 4.4 Perhitungan Bobot Variabel Secara Keseluruhan dan Per Kelompok Pemangku Kepentingan (Stakeholders) Responden Kondisi Baik Kondisi Sedang Kondisi Rusak Ringan Kondisi Rusak Berat Kapasitas Jalan Volume Lalu lintas Biaya Pemelih araan Jalan 1 WPR WPR WPL WPL WPG WPG % Rata - Rata Bobot Keseluruhan WPR WPL WPG % Rata - Rata Bobot Keseluruhan % Rata - Rata Bobot Variabel Per Kelompok Stakeholders KET : WPR : Wakil Perencana WPG : Wakil Pengguna WPL : Wakil Pelaksana % Bobot Variabel CR (maks 0.10) 101

15 Tabel 4.5 Rekapitulasi Bobot Variabel Relatif Secara Keseluruhan No Variabel Bobot Variabel Relatif Bobot Kriteria ( a ) ( b ) ( c ) ( d ) 1 Kondisi Baik Kondisi Sedang Kondisi Rusak Ringan Kondisi Rusak Berat Kapasitas Jalan Volume Lalu lintas Biaya Pemeliharaan Jalan Total Dari hasil perhitungan bobot variabel relatif secara keseluruhan diperoleh variabel kondisi perkerasan rusak berat mendapatkan bobot yang paling tinggi dibandingkan kriteria yang lain dengan nilai 35,37 %, selanjutnya di urutan kedua adalah variabel biaya pemeliharaan jalan sebesar 31,55 %. Urutan ketiga adalah variabel kondisi perkerasan rusak ringan sebesar 12,25 %. Sedangkan urutan keempat, kelima, keenam dan ketujuh secara berturut-turut adalah kapasitas ruas jalan 8,95 %, kondisi sedang 6,40 %, volume lalu lintas 3,10 % dan kondisi baik dengan bobot 2,37 %. 4.4 Analisis Bobot Alternatif Terhadap Variabel Setelah bobot kriteria dan bobot variabel relatif diperoleh maka selanjutnya adalah proses pembobotan alternatif ruas jalan terhadap variabel yang telah ditentukan. Dalam proses pembobotan alternatif meliputi 7 (tujuh) variabel, yaitu 4 102

16 (empat) variabel dari kriteria kondisi perkerasan ruas jalan yakni kondisi perkerasan baik, kondisi sedang, kondisi rusak ringan dan kondisi rusak berat dan 2 (dua) variabel dari kriteria ruas jalan yakni kapasitas ruas jalan dan volume lalulintas serta variabel biaya pemeliharaan jalan. Sementara itu, ada 8 (delapan) alternatif ruas jalan dalam pembobotan penentuan prioritas penanganannya di wilayah penelitian. Adapun 8 (delapan) alternatif tersebut diperlihatkan dalam tabel 4.6 berikut : Tabel 4.6 Alternatif Jalan Yang Dipakai Dalam Penentuan Prioritas Penanganan Jalan Di Daerah Penelitian No Nomor Nama Panjang Jalan (km) Panton Labu/Simpang (km 328) - Peureulak Peureulak (km 392) - Batas Kota Langsa Jalan A.M.Ibrahim (Langsa) Jalan Ahmad Yani (Langsa) Batas Kota Langsa - Batas Prov. SUMUT Jalan Agus Salim (Langsa) Batas Kota Langsa - Kuala Langsa Jalan Kuala Langsa (Langsa) Panjang Jalan Total Sumber : Satuan Kerja Perencana dan Pengawasan Jalan Nasional Aceh Bobot Alternatif Terhadap Variabel Kondisi Perkerasan Dalam pembobotan alternatif terhadap variabel kondisi perkerasan ada 4 (empat) variabel yaitu variabel kondisi baik, sedang, rusak ringan dan rusak berat. 103

17 Adapun hasil rekapitulasi kondisi ruas jalan di daerah penelitian tahun 2014 dengan tipe perkerasan aspal hotmix seperti ditunjukkan dalam tabel 4.7 di bawah. Sementara rincian data kondisi ruas jalan tahun 2014 dilampirkan pada lampiran 4. Tabel 4.7 Kondisi Jalan Nasional Panton Labu/Simpang Langsa Batas SUMUT Berdasarkan Nilai IRI Tahun 2014 No No Nama Panjang (km) Kondisi Perkerasan Berdasarkan nilai IRI km % km % km % km % Panton Labu/Simpang (km 328) - Peureulak % % % % Peureulak (km 392) - Batas Kota Langsa % % % % Jalan A.M.Ibrahim (Langsa) % % % % Jalan Ahmad Yani (Langsa) % % % % Batas Kota Langsa - Batas Prov. SUMUT % % % % Jalan Agus Salim (Langsa) % % % % Batas Kota Langsa - Kuala Langsa % % % % Jalan Kuala Langsa (Langsa) % % % % Panjang ruas jalan TOTAL Persentase 100% 72.45% 27.44% 0.06% 0.06% Sumber : Satuan Kerja Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional Aceh Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional I Direktorat Jenderal Bina Marga Baik Sedang Rusak Ringan Rusak Berat

18 Proses perhitungan bobot alternatif ruas jalan terhadap kondisi ruas jalan diperoleh dengan langkah langkah sebagai berikut : 1. Menghitung persentase dari tiap kondisi masing masing ruas jalan terhadap panjang total ruas jalan tersebut. 2. Kemudian persentase tersebut dikalikan dengan nilai bobot variabel relatif masing masing kondisi yaitu untuk kondisi baik, sedang, rusak ringan dan rusak berat sesuai dengan tabel 4.5 di atas. Hasil kali tersebut disebut sebagai bobot kondisi. Kemudian bobot tiap kondisi masing masing ruas jalan dijumlahkan (total bobot kondisi). 3. Menghitung bobot skor masing masing alternatif ruas jalan dengan cara melakukan perbandingan berpasangan masing masing alternatif ruas jalan terhadap total bobot kondisi masing masing ruas yang diperoleh. Dalam hal ini peneliti menghitung dengan memakai program expert choice Kemudian bobot skor dikalikan dengan bobot kriteria kondisi ruas jalan. Rekapitulasi hasil perhitungan untuk langkah 1 dan langkah 2 dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini : 105

19 Tabel 4.8 Rekapitulasi Total Bobot Kondisi Masing Masing Alternatif Jalan Memakai Data Kondisi Tahun 2014 No Urut Nomor Nama Jalan Panton Labu/Simpang (km 328) - Peureulak Peureulak (km 392) - Batas Kota Langsa Jalan A.M.Ibrahim (Langsa) Jalan Ahmad Yani (Langsa) Batas Kota Langsa - Batas Prov. SUMUT Jalan Agus Salim (Langsa) Batas Kota Langsa - Kuala Langsa Jalan Kuala Langsa (Langsa) Jumlah Panjang Jalan (km) Baik % Kondisi Perkerasan Sedang Rusak Ringan Rusak Berat Total Baik Bobot Tiap Kondisi Sedang Rusak Ringan Rusak Berat Total Bobot Kondisi % % % % % % % % Bobot Variabel Relatif Kondisi Baik Kondisi Sedang Kondisi Rusak Ringan Kondisi Rusak Berat

20 Proses selanjutnya adalah menghitung bobot skor masing masing alternatif ruas jalan dengan cara melakukan perbandingan berpasangan tiap alternatif ruas jalan terhadap total bobot kondisi masing masing ruas yang diperoleh. Range total bobot kondisi ruas jalan setiap alternatif ruas jalan dihitung terlebih dahulu sebagai range dalam memberikan nilai skala perbandingan berpasangan. Range tersebut diperoleh dengan mencari selisih antara total bobot kondisi terbesar dikurang dengan total bobot kondisi terkecil, hal ini karena ruas jalan dengan bobot total bobot kondisi yang lebih besar akan lebih diprioritaskan dalam penanganannya dibandingkan ruas jalan yang memiliki total bobot yang lebih kecil. Kemudian nilai selisih tersebut dibagi dengan jumlah jarak nilai skala banding berpasangan (n). Dimana nilai skala banding berpasangan adalah 1 s/d 9. Namun karena skala 1 merupakan perbandingan dengan tingkat kepentingan yang sama maka range yang diperhitungkan adalah 2 s/d 9, maka n = 9 1 = 8. Dari hasil rekapitulasi total bobot kondisi semua alternatif ruas jalan diketahui bahwa ruas jalan A.M.Ibrahim (Langsa) memiliki total bobot kondisi terbesar yaitu Sedangkan ruas jalan dengan total bobot kondisi terkecil adalah ruas jalan Ahmad Yani (Langsa) yaitu sebesar Maka selisih bobot terbesar dengan bobot terkecil adalah = Sehingga range pada skala 2 s/d 9 masing masing bertambah sebesar ( ) / (8) = Dengan menggunakan perhitungan tersebut maka nilai skala banding berpasangan dapat ditentukan dalam membandingkan masing masing alternatif ruas jalan seperti yang ditampilkan pada tabel 4.9 berikut : 107

21 Tabel 4.9 Skala Banding Berpasangan Untuk Variabel Kondisi Jalan Skala Banding Berpasangan Selisih Total Bobot Kondisi Range Total Bobot Kondisi s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d Sebagai contoh dalam memberikan nilai skala banding berpasangan antara alternatif ruas jalan Panton Labu/Simpang (Km 328) Peureulak dengan ruas jalan Peureulak (Km 392) batas kota Langsa adalah sebagai berikut. Untuk ruas jalan Panton Labu/Simpang (Km 328) Peureulak memiliki total bobot kondisi sebesar dan ruas jalan Peureulak (Km 392) batas kota Langsa sebesar , maka selisihnya adalah = = Dimana selisih total bobot kondisi kedua ruas tersebut berada pada range nilai 2 skala banding berpasangan. Karena selisih total bobot kedua ruas kondisi tersebut bernilai positif (+) maka nilai skala banding berpasangan yang digunakan adalah 2. Akan tetapi jika selisihnya bernilai negatif (-) maka nilai skala banding berpasangan yang dipakai adalah 1/2 atau 0.5. Adapun nilai skala banding berpasangan untuk 108

22 perbandingan setiap alternatif ruas jalan terhadap variabel kondisi ruas jalan ditampilkan pada tabel 4.10 berikut ini : Tabel 4.10 Nilai Skala Banding Berpasangan Untuk Perbandingan Setiap Alternatif Terhadap Variabel Kondisi Jalan Alternatif / /6 1/2 1/ /2 1 1/8 3 1/2 1/7 1/3 1/ /4 1/3 1/9 1 1/4 1/9 1/4 1/ /2 2 1/ /6 1/2 1/ / / /6 1 1/ / /6 2 1 Setelah nilai skala banding berpasangan diperoleh maka selanjutnya adalah menghitung bobot skor masing masing alternatif dengan memakai program expert choice 11, dimana prosesnya sama seperti menghitung bobot kriteria dan bobot variabel. Adapun proses perhitungan bobot skor alternatif ruas jalan terhadap variabel kondisi ruas jalan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Meng- input data nilai skala banding berpasangan yang diperoleh seperti pada tabel 4.10 di atas ke program expert choice 11 yang hasilnya dapat dilihat pada lampiran Merekapitulasi output pada langkah

23 3. Menghitung bobot alternatif masing masing ruas jalan terhadap variabel/kriteria kondisi ruas jalan. Rekapitulasi bobot skor dan hasil perhitungan bobot alternatif ruas jalan terhadap variabel/kriteria kondisi ruas jalan ditampilkan pada tabel 4.11 berikut : Tabel 4.11 Rekapitulasi Bobot Skor dan Bobot Alternatif Terhadap Variabel/Kriteria Kondisi Jalan No Urut Nomor Nama Bobot Skor Bobot Alternatif Panton Labu/Simpang (km 328) - Peureulak Peureulak (km 392) - Batas Kota Langsa Jalan A.M.Ibrahim (Langsa) Jalan Ahmad Yani (Langsa) Batas Kota Langsa - Batas Prov. SUMUT Jalan Agus Salim (Langsa) Batas Kota Langsa - Kuala Langsa Jalan Kuala Langsa (Langsa) Total Bobot kriteria kondisi ruas jalan (Tabel 4.5) Berdasarkan perhitungan pada tabel 4.11 di atas diperoleh bahwa ruas jalan A.M.Ibrahim (Langsa) merupakan alternatif ruas jalan dengan bobot dan prioritas tertinggi jika di tinjau dari kondisi ruas jalan, yaitu memiliki bobot prioritas sebesar atau 21,819 %. 110

24 4.4.2 Bobot Alternatif Terhadap Variabel Kapasitas Jalan Bobot dari masing masing alternatif terhadap variabel kapasitas diperoleh setelah terlebih dahulu menghitung kapasitas masing masing alternatif ruas jalan dengan rumus yang digunakan dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) seperti pada persamaan 2.1 dan 2.2 yaitu : Rumus kapasitas di wilayah perkotaan : C = C o x FC W x FC SP x FC SF x FC CS Sementara rumus kapasitas jalan antar kota : Dimana: C = Co x F CW x FC SP x FC SF C C o FC W FC SP = Kapasitas (smp/jam) = Kapasitas dasar (smp/jam) = Faktor koreksi kapasitas untuk lebar jalan = Faktor koreksi kapasitas akibat pembagian arah (tidak berlaku untuk jalan satu arah) FC SF FC CS = Faktor koreksi kapasitas akibat hambatan samping dan bahu jalan/kereb = Faktor koreksi kapasitas akibat ukuran kota (jumlah penduduk) Untuk memperoleh nilai dari faktor faktor koreksi kapasitas untuk masing masing alternatif ruas jalan terlebih dahulu harus diketahui data eksisting tiap alternatif. Adapun data eksisting dari masing masing alternatif ruas jalan tersebut ditampilkan pada tabel 4.12 yang kemudian digunakan dalam proses perhitungan kapasitas ruas jalan seperti pada tabel 4.13 di bawah. 111

25 Tabel 4.12 Data Eksisting Tiap Alternatif Jalan 112 No Data Eksisting Segmen 1 Segmen 2 Segmen Jumlah lajur Panjang Jalan / Segmen (km) Pembatas Median (D/UD) UD UD UD D D UD D UD UD UD 4 Arah Pembagian arah ( % - % ) Lebar jalan efektif (m) Lebar bahu efektif (m) Ukuran kota (juta penduduk) Kelas hambatan samping Permukiman Permukiman, beberapa transportasi umum Daerah industri dengan beberapa toko di pinggir jalan Daerah komersial, aktivitas pinggir jalan tinggi Daerah komersial dengan aktivitas perbelanjaan pinggir jalan Nomor 112

26 Tabel 4.13 Rekapitulasi Perhitungan Kapasitas Jalan No Nomor Nama Co FCw FCsp FCsf FCcs Kapasitas (smp/jam) a b c d e f g h i = (d*e*f*g*h) Panton Labu/Simpang (km 328) - Peureulak Peureulak (km 392) - Batas Kota Langsa Jalan A.M.Ibrahim (Langsa) Jalan Ahmad Yani (Langsa) Batas Kota Langsa - Batas Prov. SUMUT Segmen 1 (Awal batas kota Langsa) Segmen 2 (Sampai Batas SUMUT) Segmen 3 (Kota Tamiang) Rata - rata Jalan Agus Salim (Langsa) Batas Kota Langsa - Kuala Langsa Jalan Kuala Langsa (Langsa)

27 Berdasarkan data pada tabel 4.12 diperoleh nilai setiap faktor koreksi kapasitas yang sesuai dengan tabel 2.5 s.d tabel Setelah besarnya kapasitas suatu ruas jalan diperoleh seperti pada tabel 4.13 di atas, maka selanjutnya dilakukan pembobotan alternatif ruas jalan terhadap variabel kapasitas ruas jalan. Dalam proses pembobotan alternatif terhadap variabel kapasitas ruas jalan dilakukan perbandingan berpasangan tiap alternatif ruas jalan. Range selisih kapasitas ruas jalan diperoleh dengan mencari selisih antara kapasitas ruas jalan terkecil dikurang dengan kapasitas ruas jalan terbesar, hal ini karena ruas jalan dengan kapasitas yang lebih kecil akan lebih diprioritaskan penanganannya. Kemudian nilai selisih tersebut dibagi dengan jumlah jarak nilai skala banding berpasangan (n), yaitu n = 9 1 = 8. Dari hasil rekapitulasi kapasitas ruas jalan semua alternatif ruas jalan diketahui bahwa ruas jalan Ahmad Yani (Langsa) merupakan ruas jalan dengan kapasitas ruas jalan terbesar yaitu sebesar 5, smp/jam, sedangkan ruas jalan yang memiliki kapasitas ruas jalan terkecil adalah ruas jalan batas kota Langsa Kuala Langsa yaitu sebesar 2, smp/jam. Maka selisih nilai kapasitas ruas jalan terkecil dengan kapasitas terbesar adalah 2, , = (-) 2, smp/jam. Sehingga range pada skala 2 s/d 9 masing masing bertambah sebesar (2, ) / (8) = smp/jam. Dengan menggunakan perhitungan tersebut maka nilai skala banding berpasangan dapat ditentukan dalam membandingkan masing masing alternatif ruas jalan seperti yang ditampilkan pada tabel 4.14 berikut ini : 114

28 Tabel 4.14 Skala Banding Berpasangan Untuk Variabel Kapasitas Jalan Skala Banding Berpasangan Selisih Kapasitas (smp/jam) Range (smp/jam) s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d Sebagai contoh dalam memberikan nilai skala banding berpasangan antara alternatif ruas jalan Panton Labu/Simpang (Km 328) Peureulak dengan ruas jalan Peureulak (Km 392) batas kota Langsa adalah sebagai berikut. Untuk ruas jalan Panton Labu/Simpang (Km 328) Peureulak memiliki kapasitas sebesar 2755 smp/jam dan ruas jalan Peureulak (Km 392) batas kota Langsa memiliki kapasitas sebesar 2639 smp/jam, maka selisih kapasitas nya adalah = = 116 smp/jam. Dimana selisih kapasitas kedua ruas tersebut berada pada range nilai 2 skala banding berpasangan. Karena selisih kapasitas kedua ruas tersebut bernilai positif (+) maka nilai skala banding berpasangan yang digunakan adalah 1/2 atau 0.5, akan tetapi jika selisih nilai kapasitas ruasnya bernilai negatif (-) maka nilai skala banding berpasangan yang dipakai adalah 2. Hal ini karena 115

29 diasumsikan bahwa ruas jalan dengan kapasitas jalan yang lebih kecil akan lebih diprioritaskan penanganannya. Nilai skala banding berpasangan untuk perbandingan setiap alternatif terhadap variabel kapasitas ruas jalan dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut : Tabel 4.15 Nilai Skala Banding Berpasangan Untuk Perbandingan Setiap Alternatif Terhadap Variabel Kapasitas Jalan Alternatif /2 1/ /2 1/3 1/ / /3 1/ / /8 1/8 1/9 1 1/2 1/8 1/9 1/ /8 1/8 1/ /8 1/9 1/ / /3 1/ / /2 1 Setelah nilai skala banding berpasangan diperoleh maka selanjutnya adalah menghitung bobot skor masing masing alternatif dengan memakai program expert choice 11. Adapun proses perhitungan bobot skor alternatif ruas jalan terhadap variabel kapasitas ruas jalan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Meng- input data nilai skala banding berpasangan yang diperoleh seperti pada tabel 4.15 di atas ke program expert choice 11 yang hasilnya disajikan pada lampiran Merekapitulasi output pada langkah Menghitung bobot alternatif terhadap variabel relatif kapasitas ruas jalan. 116

30 Rekapitulasi bobot skor dan hasil perhitungan bobot alternatif ruas jalan terhadap variabel relatif kapasitas ruas jalan dengan menggunakan program expert choice 11 ditampilkan pada tabel 4.16 berikut : Tabel 4.16 Rekapitulasi Bobot Skor dan Bobot Alternatif Terhadap Variabel Relatif Kapasitas Jalan No Urut Nomor Nama Bobot Skor Bobot Alternatif Panton Labu/Simpang (km 328) - Peureulak Peureulak (km 392) - Batas Kota Langsa Jalan A.M.Ibrahim (Langsa) Jalan Ahmad Yani (Langsa) Batas Kota Langsa - Batas Prov. SUMUT Jalan Agus Salim (Langsa) Batas Kota Langsa - Kuala Langsa Jalan Kuala Langsa (Langsa) Total Bobot variabel relatif kapasitas ruas jalan (Tabel 4.5) Berdasarkan perhitungan pada tabel 4.16 di atas diperoleh ruas jalan batas kota Langsa Kuala Langsa merupakan alternatif ruas jalan dengan bobot dan prioritas tertinggi jika di tinjau dari variabel kapasitas ruas jalan dengan bobot prioritas sebesar atau 2,461 %. 117

31 4.4.3 Bobot Alternatif Terhadap Variabel Volume Lalulintas Analisis pembobotan alternatif ruas jalan terhadap variabel volume lalu lintas berasumsi bahwa alternatif ruas jalan dengan volume lalu lintas yang lebih besar akan lebih diprioritaskan penanganannya dibandingkan dengan alternatif ruas jalan dengan volume lalu lintas yang lebih kecil. Analisa dilakukan berdasarkan pada data sekunder yang diperoleh dari satuan kerja perencanaan dan pengawasan jalan nasional Aceh yang dilampirkan pada lampiran 7. Adapun rekapitulasi data volume lalu lintas untuk masing masing alternatif tersebut dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut ini : Tabel 4.17 Rekapitulasi Volume Lalu Lintas Setiap Alternatif Jalan No Urut Nomor Nama LHRT (kend/hari) Panton Labu/Simpang (km 328) - Peureulak 5, Peureulak (km 392) - Batas Kota Langsa 4, Jalan A.M.Ibrahim (Langsa) 3, Jalan Ahmad Yani (Langsa) 89, Batas Kota Langsa - Batas Prov. SUMUT 6, Jalan Agus Salim (Langsa) 14, Batas Kota Langsa - Kuala Langsa 9, Jalan Kuala Langsa (Langsa) 14,301 Sumber : Satuan Kerja Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional Aceh Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional I Direktorat Jenderal Bina Marga Range selisih LHRT diperoleh dengan mencari selisih antara LHRT terbesar dikurang dengan LHRT terkecil. Hal ini karena ruas jalan dengan LHRT yang nilainya lebih besar akan lebih diprioritaskan dalam penanganannya. 118

32 Kemudian selisih LHRT tersebut dibagi dengan jumlah jarak nilai skala banding berpasangan (n), dimana n = 9 1 = 8. Dari hasil rekapitulasi LHRT diperoleh ruas jalan Ahmad Yani (Langsa) merupakan ruas jalan dengan LHRT terbesar yaitu sebesar 89,205 kend/hari. Sedangkan ruas jalan dengan LHRT terkecil adalah ruas jalan A.M.Ibrahim (Langsa) yaitu sebesar 3,039 kend/hari. Maka selisih nilai LHRT = kend/hari. Sehingga range bertambah sebesar (86166 kend/hari) / (8) = 10, kend/hari. Dengan menggunakan perhitungan tersebut maka nilai skala banding berpasangan dapat ditentukan dalam membandingkan masing masing alternatif ruas jalan seperti yang ditampilkan pada tabel 4.18 berikut : Tabel 4.18 Skala Banding Berpasangan Untuk Variabel Volume Lalu Lintas Skala Banding Berpasangan Selisih Nilai LHRT (kend/hari) Range (kend/hari) s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d

33 Apabila selisih LHRT bernilai positif (+) maka nilai skala banding berpasangan yang digunakan adalah nilai skala perbandingan 1 s/d 9. Akan tetapi jika selisih LHRT bernilai negatif (-) maka nilai skala banding berpasangan yang dipakai adalah nilai kebalikannya. Adapun nilai skala banding berpasangan untuk perbandingan setiap alternatif terhadap variabel volume lalulintas dapat dilihat pada tabel 4.19 berikut: Tabel 4.19 Nilai Skala Banding Berpasangan Untuk Perbandingan Setiap Alternatif Terhadap Variabel Volume Lalulintas Alternatif /9 1/2 1/2 1/2 1/ / /9 1/2 1/2 1/2 1/ /2 1/2 1 1/9 1/2 1/3 1/2 1/ /9 1 1/2 1/2 1/ / /9 2 1/2 1 1/ /8 2 1/2 2 1 Selanjutnya adalah menghitung bobot skor masing masing alternatif dengan memakai program expert choice 11. Hasil perhitungan dengan program expert choice 11 dapat dilihat pada lampiran 8. Adapun rekapitulasi bobot skor dan hasil perhitungan bobot alternatif ruas jalan terhadap variabel relatif volume lalu lintas ditampilkan pada tabel 4.20 berikut ini : 120

34 Tabel 4.20 Rekapitulasi Bobot Skor dan Bobot Alternatif Terhadap Variabel Relatif Volume Lalulintas No Urut Nomor Nama Bobot Skor Bobot Alternatif Panton Labu/Simpang (km 328) - Peureulak Peureulak (km 392) - Batas Kota Langsa Jalan A.M.Ibrahim (Langsa) Jalan Ahmad Yani (Langsa) Batas Kota Langsa - Batas Prov. SUMUT Jalan Agus Salim (Langsa) Batas Kota Langsa - Kuala Langsa Jalan Kuala Langsa (Langsa) Total Bobot variabel relatif volume lalu lintas (Tabel 4.5) Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.20 di atas menunjukkan bahwa ruas jalan Ahmad Yani (Langsa) merupakan alternatif ruas jalan dengan bobot dan prioritas tertinggi jika di tinjau dari variabel volume lalu lintas, yaitu memiliki bobot prioritas sebesar atau 1,665 % Bobot Alternatif Terhadap Variabel Biaya Penanganan Jalan Analisis bobot alternatif terhadap variabel biaya penanganan jalan dilakukan dengan asumsi bahwa ruas jalan dengan nilai biaya penanganan lebih kecil akan lebih diprioritaskan dibandingkan ruas jalan dengan biaya yang lebih besar. 121

35 Adapun data biaya penanganan jalan untuk semua alternatif ruas jalan dapat dilihat pada tabel 4.21 berikut ini : Tabel 4.21 Biaya Penanganan Untuk Semua Alternatif Jalan No Urut Nomor Nama Biaya Penanganan Panton Labu/Simpang (km 328) - Peureulak Rp 45,408,200, Peureulak (km 392) - Batas Kota Langsa Rp 1,843,560, Jalan A.M.Ibrahim (Langsa) Rp 267,160, Jalan Ahmad Yani (Langsa) Rp 75,000, Batas Kota Langsa - Batas Prov. SUMUT Rp 78,942,488, Jalan Agus Salim (Langsa) Rp 83,560, Batas Kota Langsa - Kuala Langsa Rp 122,100, Jalan Kuala Langsa (Langsa) Rp 82,500,000 Sumber : Satuan Kerja Pelaksana Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Aceh Range selisih biaya penanganan diperoleh dengan menghitung selisih antara biaya penanganan jalan terkecil dengan biaya penanganan terbesar. Hal ini karena ruas jalan dengan biaya penanganan lebih kecil akan lebih diprioritaskan penanganannya. Kemudian selisih biaya penanganan tersebut dibagi dengan jumlah jarak nilai skala banding berpasangan (n), dimana n = 9 1 = 8. Dari tabel 4.21 di atas dapat diketahui bahwa ruas jalan Ahmad Yani (Langsa) merupakan ruas jalan dengan biaya pemeliharaan terkecil yaitu sebesar Rp.75,000,000,-. Sedangkan ruas jalan yang memiliki biaya pemeliharaan terbesar adalah ruas jalan batas kota Langsa batas Provinsi SUMUT yaitu sebesar Rp.78,942,488,000,-. Maka selisih nilai biaya pemeliharaan terkecil dengan biaya 122

36 pemeliharaan terbesar adalah (Rp.75,000,000,-) (Rp.78,942,488,000,-) = (-) (Rp.78,867,488,000). Sehingga range pada skala 2 s/d 9 masing masing bertambah sebesar (Rp.78,867,488,000) / (8) = Rp.9,858,436,000,-. Sehingga nilai skala banding berpasangan dalam membandingkan masing masing alternatif ruas jalan terhadap variabel biaya penanganan jalan seperti yang ditampilkan pada tabel 4.22 berikut : Tabel 4.22 Skala Banding Berpasangan Untuk Variabel Biaya Penanganan Jalan Skala Banding Berpasangan Selisih Biaya (Rpx10 6 ) Range (Rpx10 6 ) s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d Adapun nilai skala banding berpasangan untuk perbandingan setiap alternatif terhadap variabel biaya penanganan dari masing masing alternatif ditampilkan pada tabel 4.23 di bawah ini : 123

37 Tabel 4.23 Nilai Skala Banding Berpasangan Untuk Perbandingan Setiap Alternatif Terhadap Variabel Biaya Penanganan Alternatif /6 1/6 1/6 5 1/6 1/6 1/ /2 1/2 9 1/2 1/2 1/ /2 9 1/2 1/2 1/ /5 1/9 1/9 1/9 1 1/9 1/9 1/ / / /2 9 1/2 1 1/ / Dengan meng-input nilai skala banding berpasangan pada tabel 4.23 di atas ke program expert choice 11 maka diperoleh bobot skor masing masing alternatif terhadap variabel biaya penanganan jalan dimana hasil perhitungannya dilampirkan pada lampiran 9. Adapun rekapitulasi bobot skor dan hasil perhitungan bobot alternatif ruas jalan terhadap variabel relatif biaya penanganan jalan ditampilkan pada tabel 4.24 di bawah ini : 124

38 Tabel 4.24 Rekapitulasi Bobot Skor dan Bobot Alternatif Terhadap Variabel Relatif Biaya Penanganan Jalan No Urut Nomor Nama Bobot Skor Bobot Alternatif Panton Labu/Simpang (km 328) - Peureulak Peureulak (km 392) - Batas Kota Langsa Jalan A.M.Ibrahim (Langsa) Jalan Ahmad Yani (Langsa) Batas Kota Langsa - Batas Prov. SUMUT Jalan Agus Salim (Langsa) Batas Kota Langsa - Kuala Langsa Jalan Kuala Langsa (Langsa) Total Bobot variabel relatif biaya penanganan jalan (Tabel 4.5) Berdasarkan rekapitulasi hasil perhitungan pada tabel 4.24 di atas diperoleh ruas jalan Ahmad Yani (Langsa) merupakan alternatif ruas jalan dengan bobot dan prioritas penanganan tertinggi jika di tinjau dari biaya penanganannya, yaitu memiliki bobot prioritas sebesar atau 7,383 %. 4.5 Prioritas Penanganan Jalan Terhadap Semua Kriteria Analisis prioritas terhadap semua kriteria ini menunjukkan seberapa besar pengaruh tiap kriteria ataupun variabel mulai dari yang pengaruhnya besar sampai yang pengaruhnya sangat kecil. Bobot prioritas terhadap semua kriteria 125

39 merupakan jumlah bobot alternatif terhadap keseluruhan kriteria dan atau variabel penelitian. Rekapitulasi bobot prioritas terhadap semua kriteria dapat dilihat pada tabel 4.25 berikut ini : Tabel 4.25 Rekapitulasi Bobot Prioritas Terhadap Semua Kriteria No Urut No Kondisi Jalan Bobot Alternatif Kapasitas Jalan Volume Lalulintas Biaya Penanganan ( a ) ( b ) (c ) ( d ) ( e ) ( f ) Bobot Prioritas Total % (g = c+d+e+f) % % % % % % % % Jumlah % Berdasarkan bobot prioritas terhadap semua kriteria pada tabel 4.25 di atas dapat diketahui rangking setiap ruas jalan tersebut. Dimana ruas jalan yang menunjukkan bobot prioritas lebih besar maka penanganannya akan lebih diprioritaskan. Hal tersebut dikarenakan semakin tinggi bobot prioritas suatu ruas jalan berarti tingkat pencapaian tujuan pengelolaan jalan dari ruas tersebut 126

40 terhadap pengelolaan jalan nasional Panton Labu/Simpang Langsa Batas SUMUT telah sesuai dengan kriteria dan variabel yang ditetapkan. Adapun rangking atau urutan prioritas penanganannya ditampilkan pada tabel 4.26 berikut : Tabel 4.26 Rangking Prioritas Penanganan Jalan Nasional Panton Labu/Simpang Langsa Batas SUMUT Terhadap Semua Kriteria Dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) No Nama Bobot Prioritas % Rangking a b c d e Jalan A.M.Ibrahim (Langsa) % Jalan Agus Salim (Langsa) % Jalan Kuala Langsa (Langsa) % Batas Kota Langsa - Kuala Langsa % Jalan Ahmad Yani (Langsa) % Peureulak (km 392) - Batas Kota Langsa % Panton Labu/Simpang (km 328) - Peureulak % Batas Kota Langsa - Batas Prov. SUMUT % % Dengan memasukkan 3 kriteria yaitu kriteria kondisi ruas jalan, arus ruas jalan dan biaya penanganan jalan terhadap penentuan prioritas penanganan jalan di daerah penelitian diperoleh bahwa ruas jalan A.M.Ibrahim (Langsa) adalah prioritas pertama, diikuti ruas jalan Agus Salim (Langsa) dan seterusnya. 127

41 4.6 Penentuan Prioritas Penanganan Jalan Dengan Metode Bina Marga Analisis Penghematan Biaya Operasi Kendaraan (BOK) Karena yang diperhitungkan sebagai manfaat proyek adalah selisih dalam BOK, maka yang perlu dihitung adalah biaya tidak tetap saja baik untuk kondisi dengan proyek (with project) maupun untuk kondisi tanpa proyek (without project). (Pedoman studi kelayakan proyek jalan dan jembatan Pd.T B) Biaya Konsumsi Bahan Bakar (BiBBMj) Biaya konsumsi bahan bakar dihitung dengan persamaan 2.12, yaitu : BiBBMj= KBBMi x HBBMj Dimana : BiBBMj = Biaya konsumsi bahan bakar (Rp/km) KBBMi HBBMj = Konsumsi bahan bakar minyak (liter/km) = Harga bahan bakar (Rp/liter) Dalam analisis ekonomi digunakan harga ekonomi sebagai harga satuan bahan bakar (Pd.T B). Adapun harga bahan bakar dapat dilihat pada tabel 4.27 berikut : Jenis Bahan Bakar Tabel 4.27 Harga bahan bakar tahun 2015 Harga Finansial (Rp/liter) Harga Ekonomi (Rp/liter) Bensin Premium Rp 7, Rp 6, Solar Rp 6, Rp 6, Harga Ekonomi = Harga Finansial - PPN (10%) Sumber : Kementerian ESDM RI, 2015 Sementara untuk menghitung konsumsi bahan bakar minyak masing masing kendaraan digunakan persamaan

42 Kecepatan rata rata (V R ) lalu lintas Dengan menggunakan persamaan 2.14 s.d 2.17 dan berdasarkan pada tabel 2.24 s.d 2.32 serta tabel 4.12 dihitung kecepatan arus bebas kendaraan pada masing masing ruas jalan dimana hasil perhitungannya ditunjukkan pada tabel 4.28 di bawah. Adapun perhitungan kecepatan arus bebas kendaraan pada setiap ruas jalan dilampirkan pada lampiran 10. Contoh perhitungan Dihitung kecepatan arus bebas untuk kendaraan ringan pada ruas jalan Panton Labu/Simpang (km 328) Peureulak dengan data sebagai berikut : Jalan arteri 2/2 UD dengan tipe medan datar ; FV 0 = 65 km/jam (tabel 2.29) Lebar bahu efektif 1,0 m; Hambatan samping rendah : FFV SF = 0,97 (tabel 2.30) Pengembangan samping jalan 25 %; FFV RC = 0,98 (tabel 2.31) Lebar jalur lalu lintas efektif 7,0 m; FV w = 0 (tabel 2.31) Sehingga, FV = (FV O + FV W ) FFV SF FFV RC = (65 + 0) x 0,97 x 0,98 = 61,789 km/jam 129

STUDI KAPASITAS, KECEPATAN, DAN DERAJAT KEJENUHAN JALAN PURNAWARMAN, BANDUNG

STUDI KAPASITAS, KECEPATAN, DAN DERAJAT KEJENUHAN JALAN PURNAWARMAN, BANDUNG STUDI KAPASITAS, KECEPATAN, DAN DERAJAT KEJENUHAN JALAN PURNAWARMAN, BANDUNG Sopian Toni NRP : 9821018 Pembimbing : Silvia Sukirman, Ir FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Lalu Lintas Jalan R.A Kartini Jalan R.A Kartini adalah jalan satu arah di wilayah Bandar Lampung yang berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS JALAN TERHADAP KEMACETAN

ANALISIS KAPASITAS JALAN TERHADAP KEMACETAN ANALISIS KAPASITAS JALAN TERHADAP KEMACETAN (Studi kasus Jalan Karapitan) PROPOSAL PENELITIAN Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat akademis dalam menempuh program Sarjana (S-1) Oleh RIZKY ARIEF RAMADHAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Latar belakang kebutuhan akan perpindahan dalam suatu masyarakat, baik orang maupun barang menimbulkan pengangkutan. Untuk itu diperlukan alat-alat angkut, dan

Lebih terperinci

Langkah Perhitungan PERHITUNGAN KINERJA RUAS JALAN PERKOTAAN BERDASARKAN MKJI Analisa Kondisi Ruas Jalan. Materi Kuliah Teknik Lalu Lintas

Langkah Perhitungan PERHITUNGAN KINERJA RUAS JALAN PERKOTAAN BERDASARKAN MKJI Analisa Kondisi Ruas Jalan. Materi Kuliah Teknik Lalu Lintas Materi Kuliah Teknik Lalu Lintas Langkah Perhitungan PERHITUNGAN KINERJA RUAS JALAN PERKOTAAN BERDASARKAN MKJI 1997 Dr.Eng. M. Zudhy Irawan, S.T., M.T. 1. Masukkan data ruas jalan a. Kondisi ruas jalan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 JALAN Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Motto dan Persembahan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Motto dan Persembahan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaman Judul i Pengesahan ii Persetujuan iii Motto dan Persembahan iv ABSTRAK v ABSTRACT vi KATA PENGANTAR vii DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL xiii DAFTAR GAMBAR xv DAFTAR LAMPIRAN xvi DAFTAR NOTASI

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tipe jalan pada jalan perkotaan adalah sebagai berikut ini.

BAB II DASAR TEORI. Tipe jalan pada jalan perkotaan adalah sebagai berikut ini. BAB II DASAR TEORI 2.1. Umum Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memegang peranan penting dalam konektifitas suatu daerah, sehingga kegiatan distribusi barang dan jasa dapat dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 KINERJA RUAS JALAN Kinerja ruas jalan menggunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), 1997 yang meliputi volume lalu lintas, kapasitas jalan, kecepatan arus bebas, dan derajat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. untuk mengetahui pengaruh yang terjadi pada jalan tersebut akibat pembangunan jalur

BAB 3 METODOLOGI. untuk mengetahui pengaruh yang terjadi pada jalan tersebut akibat pembangunan jalur BAB 3 METODOLOGI 3.1. Pendekatan Penelitian Pada tahap awal dilakukan pengamatan terhadap lokasi jalan yang akan diteliti untuk mengetahui pengaruh yang terjadi pada jalan tersebut akibat pembangunan jalur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Jaringan Jalan Berdasarkan Undang-undang nomor 38 tahun 2004 tentang jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

Lebih terperinci

STUDI KAPASITAS, KECEPATAN DAN DERAJAT KEJENUHAN PADA JALAN LEMBONG, BANDUNG MENGGUNAKAN METODE MKJI 1997

STUDI KAPASITAS, KECEPATAN DAN DERAJAT KEJENUHAN PADA JALAN LEMBONG, BANDUNG MENGGUNAKAN METODE MKJI 1997 STUDI KAPASITAS, KECEPATAN DAN DERAJAT KEJENUHAN PADA JALAN LEMBONG, BANDUNG MENGGUNAKAN METODE MKJI 1997 Julius Harpariadi NRP : 9821059 Pembimbing : Ir. Silvia Sukirman FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Potongan Melintang Jalan

Gambar 4.1 Potongan Melintang Jalan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Geometrik Jalan Jalan Arif Rahman Hakim merupakan jalan kolektor primer yang merupakan salah satu jalan menuju pusat Kota Gororntalo. Segmen yang menjadi objek

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Pada bagian berikut ini disampaikan Bagan Alir dari Program Kerja.

BAB III METODOLOGI. Pada bagian berikut ini disampaikan Bagan Alir dari Program Kerja. 3.1 Bagan Alir Program Kerja BAB III METODOLOGI Pada bagian berikut ini disampaikan Bagan Alir dari Program Kerja. Persiapan Penyusunan Program Kerja dan Metodologi Data Sekunder Pengumpulan Data Data

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 UMUM Keperluan data pada studi kali ini meliputi data model transportasi yang berupa data jaringan jalan, data model sistem zona, dan data matriks asal-tujuan,

Lebih terperinci

DAMPAK PUSAT PERBELANJAAN SAKURA MART TERHADAP KINERJA RUAS JALAN TRANS SULAWESI DI KOTA AMURANG

DAMPAK PUSAT PERBELANJAAN SAKURA MART TERHADAP KINERJA RUAS JALAN TRANS SULAWESI DI KOTA AMURANG Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember (787-794) ISSN: 2337-6732 DAMPAK PUSAT PERBELANJAAN SAKURA MART TERHADAP KINERJA RUAS JALAN TRANS SULAWESI DI KOTA AMURANG Meila Femina Katihokang James A. Timboeleng,

Lebih terperinci

Kata Kunci : Kinerja Ruas Jalan, Derajat Kejenuhan, Tingkat Pelayanan, Sistem Satu Arah

Kata Kunci : Kinerja Ruas Jalan, Derajat Kejenuhan, Tingkat Pelayanan, Sistem Satu Arah ABSTRAK Sistem satu arah merupakan suatu pola lalu lintas dimana dilakukan perubahan pada jalan dua arah menjadi jalan satu arah. Perubahan pola lalu lintas ini berfungsi untuk meningkatkan kapasitas jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat secara keseluruhan (Munawar, 2004). Untuk tujuan tersebut, maka

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat secara keseluruhan (Munawar, 2004). Untuk tujuan tersebut, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor jalan merupakan salah satu penunjang yang sangat penting bagi kegiatan-kegiatan ekonomi yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. karakteristik arus jalan, dan aktivitas samping jalan.

BAB III LANDASAN TEORI. karakteristik arus jalan, dan aktivitas samping jalan. 14 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Karakteristik Jalan Karakteristik utama jalan yang akan mempengaruhi kapasitas dan kinerja jalan jika jalan tersebut dibebani arus lalu lintas. Karakteristik jalan tersebut

Lebih terperinci

MANAJEMEN LALU LINTAS DI PUSAT KOTA JAYAPURA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PENATAAN PARKIR

MANAJEMEN LALU LINTAS DI PUSAT KOTA JAYAPURA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PENATAAN PARKIR MANAJEMEN LALU LINTAS DI PUSAT KOTA JAYAPURA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PENATAAN PARKIR Sutardi, Hera Widyastuti, dan Budi Rahardjo Pasca Sarjana Bidang Manajemen dan Rekayasa Transportasi FTSP, ITS. Email

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja atau tingkat pelayanan jalan menurut US-HCM adalah ukuran. Kinerja ruas jalan pada umumnya dapat dinyatakan dalam kecepatan,

TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja atau tingkat pelayanan jalan menurut US-HCM adalah ukuran. Kinerja ruas jalan pada umumnya dapat dinyatakan dalam kecepatan, 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja (Level of Services) Kinerja atau tingkat pelayanan jalan menurut US-HCM adalah ukuran kualitatif yang digunakan di Amerika dan menerangkan kondisi operasional dalam arus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Studi Pustaka. Survey Pendahuluan. Pengumpulan Data. Analisis data. Pembahasan. Kesimpulan dan saran.

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Studi Pustaka. Survey Pendahuluan. Pengumpulan Data. Analisis data. Pembahasan. Kesimpulan dan saran. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Langka pelaksanaan penelitian Langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini dapat dijelaskan pada bagan atau gambar 3.1. di bawah ini : Mulai Studi Pustaka Survey

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH Penyusunan garis besar langkah kerja merupakan suatu tahapan kegiatan dengan menggunakan metodologi. Metodologi pendekatan analisis dilakukan dengan penyederhanaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.2 Definisi Jalan Pasal 4 no. 38 Tahun 2004 tentang jalan, memberikan definisi mengenai jalan yaitu prasarana transportasi darat meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkapnya

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. manajemen sampai pengoperasian jalan (Sukirman 1994).

BAB III LANDASAN TEORI. manajemen sampai pengoperasian jalan (Sukirman 1994). BAB III LANDASAN TEORI 3.1.Volume Lalu Lintas Volume lalu lintas adalah banyaknya kendaraan yang melewati suatu titik atau garis tertentu pada suatu penampang melintang jalan.data pencacahan volume lalu

Lebih terperinci

STUDI KINERJA JALAN SATU ARAH DI JALAN KEBON KAWUNG, BANDUNG

STUDI KINERJA JALAN SATU ARAH DI JALAN KEBON KAWUNG, BANDUNG STUDI KINERJA JALAN SATU ARAH DI JALAN KEBON KAWUNG, BANDUNG Hendra Saputera NRP : 9921020 Pembimbing : Prof. Ir. Bambang I. S., M.Sc., Ph.D FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Perkotaan Jalan perkotaan adalah jalan yang terdapat perkembangan secara permanen dan menerus di sepanjang atau hampir seluruh jalan, minimum pada satu sisi jalan, baik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 29 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Volume Lalu Lintas Hasil penelitian yang dilaksanakan selama seminggu di ruas Jalan Mutiara Kecamatan Banggai Kabupaten Banggai Kepulauan khususnya sepanjang 18 m pada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN. mengenai rekapitulasi untuk total semua jenis kendaraan, volume lalulintas harian

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN. mengenai rekapitulasi untuk total semua jenis kendaraan, volume lalulintas harian BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Untuk menganalisa lalulintas pada ruas jalan Jatiwaringin diperlukan data lalulintas pada lajur jalan tersebut. Dalam bab ini dibahas hasil dari penelitian

Lebih terperinci

PENGANTAR TRANSPORTASI

PENGANTAR TRANSPORTASI PENGANTAR TRANSPORTASI KINERJA PELAYANAN TRANSPORTASI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS FASILITAS ARUS TERGANGGU

Lebih terperinci

Irvan Banuya NRP : Pembimbing : Ir. Silvia Sukirman FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK

Irvan Banuya NRP : Pembimbing : Ir. Silvia Sukirman FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK STUDI PERBANDINGAN TINGKAT KINERJA JALAN LEMBONG, BANDUNG MENGGUNAKAN METODE MKJI 1997 SEBELUM DAN SETELAH REKAYASA LALU LINTAS DI PERSIMPANGAN JALAN BRAGA JALAN SUNIARAJA Irvan Banuya NRP : 9421035 Pembimbing

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN DALAM KAMPUS UNIVERSITAS SAM RATULANGI

ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN DALAM KAMPUS UNIVERSITAS SAM RATULANGI ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN DALAM KAMPUS UNIVERSITAS SAM RATULANGI Lendy Arthur Kolinug, T. K. Sendow, F. Jansen, M. R. E Manoppo Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi Email

Lebih terperinci

Tidak adanya metode khusus yang digunakan oleh Satuan Kerja Sementara Pemeliharaan Jalan Papua Barat dalam menentukan skala prioritas dalam

Tidak adanya metode khusus yang digunakan oleh Satuan Kerja Sementara Pemeliharaan Jalan Papua Barat dalam menentukan skala prioritas dalam Tidak adanya metode khusus yang digunakan oleh Satuan Kerja Sementara Pemeliharaan Jalan Papua Barat dalam menentukan skala prioritas dalam penyusunan usulan penanganan jaringan jalan Keterbatasan dana

Lebih terperinci

PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KINERJA RUAS JALAN RAYA SESETAN

PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KINERJA RUAS JALAN RAYA SESETAN PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KINERJA RUAS JALAN RAYA SESETAN TUGAS AKHIR Oleh : IDA BAGUS DEDY SANJAYA 0519151030 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2016 PERNYATAAN Dengan ini

Lebih terperinci

ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN SAM RATULANGI DENGAN METODE MKJI 1997 DAN PKJI 2014

ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN SAM RATULANGI DENGAN METODE MKJI 1997 DAN PKJI 2014 ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN SAM RATULANGI DENGAN METODE MKJI 1997 DAN PKJI 2014 Rusdianto Horman Lalenoh Theo K. Sendow, Freddy Jansen Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado email:

Lebih terperinci

PENGARUH PARKIR ON-STREET TERHADAP KINERJA RUAS JALAN ARIEF RAHMAN HAKIM KOTA MALANG

PENGARUH PARKIR ON-STREET TERHADAP KINERJA RUAS JALAN ARIEF RAHMAN HAKIM KOTA MALANG PENGARUH PARKIR ON-STREET TERHADAP KINERJA RUAS JALAN ARIEF RAHMAN HAKIM KOTA MALANG Dwi Ratnaningsih Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Malang dwiratna.polinema@gmail.com Abstrak Permasalahan dibidang

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA JALAN TERHADAP RENCANA PEMBANGUNAN JALAN DUA JALUR

EVALUASI KINERJA JALAN TERHADAP RENCANA PEMBANGUNAN JALAN DUA JALUR EVALUASI KINERJA JALAN TERHADAP RENCANA PEMBANGUNAN JALAN DUA JALUR Said Jalalul Akbar 1), Wesli 2), Burhanuddin 3), Muammar Khadafi 4) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh email:

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Variabel Analisis Variabel yang digunakan dalam analisis kinerja Ruas Jalan Otto Iskandardiata Kota Bandung akibat pertumbuhan lalu lintas selama 10 tahun mendatang

Lebih terperinci

KAJIAN PELAYANAN FUNGSI JALAN KOTA BOGOR SELATAN (Studi Kasus Ruas Jalan Bogor Selatan Zona B)

KAJIAN PELAYANAN FUNGSI JALAN KOTA BOGOR SELATAN (Studi Kasus Ruas Jalan Bogor Selatan Zona B) KAJIAN PELAYANAN FUNGSI JALAN KOTA BOGOR SELATAN (Studi Kasus Ruas Jalan Bogor Selatan Zona B) Dede Sarwono Program Studi Teknik Sipi, Fakultas Teknik, Universitas Ibn Khaldun Bogor Jl.K.H. sholeh Iskandar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Latar belakang kebutuhan akan perpindahan dalam suatu masyarakat, baik orang maupun barang menimbulkan pengangkutan. Untuk itu diperlukan alat-alat angkut, dan

Lebih terperinci

FEASIBILITY STUDY PEMBANGUNAN JALAN DARI TERMINAL MASARAN - RINGROAD BANGKALAN

FEASIBILITY STUDY PEMBANGUNAN JALAN DARI TERMINAL MASARAN - RINGROAD BANGKALAN JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 FEASIBILITY STUDY PEMBANGUNAN JALAN DARI TERMINAL MASARAN - RINGROAD BANGKALAN Muslim Hamidi, Anak Agung Gde Kartika, ST,

Lebih terperinci

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA Desy Damayanti Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Ria Asih Aryani Soemitro Dosen Pembina Magister Manajemen Aset FTSP

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PELEBARAN RUAS JALAN TERHADAP KINERJA JALAN

ANALISIS PENGARUH PELEBARAN RUAS JALAN TERHADAP KINERJA JALAN ANALISIS PENGARUH PELEBARAN RUAS JALAN TERHADAP KINERJA JALAN Agus Wiyono Alumni Program Studi Teknik Sipil Universitas Surakarta Jl. Raya Palur KM 05 Surakarta Abstrak Jalan Adisumarmo Kartasura km 0,00

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dari tahap awal sampai dengan tahap akhir. Pada bab ini akan dijelaskan langkah

BAB III METODE PENELITIAN. dari tahap awal sampai dengan tahap akhir. Pada bab ini akan dijelaskan langkah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan penelitian mencakup keseluruhan langkah pelaksanaan penelitian dari tahap awal sampai dengan tahap akhir. Pada bab ini akan dijelaskan langkah kerja

Lebih terperinci

PENGARUH PENUTUPAN CELAH MEDIAN JALAN TERHADAP KARAKTERISTIK LALU LINTAS DI JALAN IR.H.JUANDA BANDUNG

PENGARUH PENUTUPAN CELAH MEDIAN JALAN TERHADAP KARAKTERISTIK LALU LINTAS DI JALAN IR.H.JUANDA BANDUNG PENGARUH PENUTUPAN CELAH MEDIAN JALAN TERHADAP KARAKTERISTIK LALU LINTAS DI JALAN IR.H.JUANDA BANDUNG Perry M Sihotang NRP : 9521089 NIRM : 41077011950350 Pembimbing : Wimpy Santosa, Ph.D FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI V.1 TINJAUAN UMUM Dalam Bab ini, akan dievaluasi tanah dasar, lalu lintas, struktur perkerasan, dan bangunan pelengkap yang ada di sepanjang ruas jalan Semarang-Godong. Hasil evaluasi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. kapasitas. Data volume lalu lintas dapat berupa: d. Arus belok (belok kiri atau belok kanan).

BAB III LANDASAN TEORI. kapasitas. Data volume lalu lintas dapat berupa: d. Arus belok (belok kiri atau belok kanan). BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Volume Lalu Lintas Volume lalu lintas menunjukkan jumlah kendaraan yang melintasi satu titik pengamatan dalam satu satuan waktu (hari, jam, menit). Sehubungan dengan penentuan

Lebih terperinci

JURNAL ANALISA KAPASITAS DAN TINGKAT PELAYANAN RUAS JALAN H.B YASIN BERDASARKAN MKJI Oleh RAHIMA AHMAD NIM:

JURNAL ANALISA KAPASITAS DAN TINGKAT PELAYANAN RUAS JALAN H.B YASIN BERDASARKAN MKJI Oleh RAHIMA AHMAD NIM: JURNAL ANALISA KAPASITAS DAN TINGKAT PELAYANAN RUAS JALAN H.B YASIN BERDASARKAN MKJI 1997 Oleh RAHIMA AHMAD NIM:5114 10 094 Jurnal ini telah disetujui dan telah diterima oleh dosen pembimbing sebagai salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Fungsi Jalan Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan, sistem jaringan jalan di Indonesia dapat dibedakan atas

Lebih terperinci

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan Karangmenjangan Jalan Raya Nginden jika dilihat berdasarkan Dinas PU

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS ZONA SELAMAT SEKOLAH DAN KINERJA RUAS JALAN

ANALISIS EFEKTIVITAS ZONA SELAMAT SEKOLAH DAN KINERJA RUAS JALAN ANALISIS EFEKTIVITAS ZONA SELAMAT SEKOLAH DAN KINERJA RUAS JALAN ( STUDI KASUS: ZOSS SD NEGERI 1 UBUNG ) TUGAS AKHIR Oleh : I Gede Gita Narayana 1104105049 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISA KEPADATAN ARUS LALU LINTAS DI RUAS JALAN HR. MUHAMMAD DENGAN METODE PENDEKATAN NON LINEAR

ANALISA KEPADATAN ARUS LALU LINTAS DI RUAS JALAN HR. MUHAMMAD DENGAN METODE PENDEKATAN NON LINEAR ANALISA KEPADATAN ARUS LALU LINTAS DI RUAS JALAN HR. MUHAMMAD DENGAN METODE PENDEKATAN NON LINEAR Disusun oleh : HADI PRASETIYO WIBOWO 0253 010 056 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Umum Untuk menganalisa lalu lintas pada ruas jalan Ir. H. Djuanda (Dago) diperlukan data lalu lintas pada lajur jalan tersebut. Dalam bab ini akan dibahas hasil

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Pengolongan jenis kendaraan sebagai berikut : Indeks untuk kendaraan bermotor dengan 4 roda (mobil penumpang)

BAB III LANDASAN TEORI. Pengolongan jenis kendaraan sebagai berikut : Indeks untuk kendaraan bermotor dengan 4 roda (mobil penumpang) BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Volume Lalu Lintas Menurut MKJI (1997) jenis kendaraan dibagi menjadi 3 golongan. Pengolongan jenis kendaraan sebagai berikut : 1. Kendaraan ringan (LV) Indeks untuk kendaraan

Lebih terperinci

STUDI TINGKAT KINERJA JALAN BRIGADIR JENDERAL KATAMSO BANDUNG

STUDI TINGKAT KINERJA JALAN BRIGADIR JENDERAL KATAMSO BANDUNG STUDI TINGKAT KINERJA JALAN BRIGADIR JENDERAL KATAMSO BANDUNG SUDY ANTON NRP : 9721075 NIRM : 41077011970310 Pembimbing : Silvia Sukirman, Ir. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. permukaan air, terkecuali jalan kereta, jalan lori, dan jalan kabel. (UU No. 38

BAB II LANDASAN TEORI. permukaan air, terkecuali jalan kereta, jalan lori, dan jalan kabel. (UU No. 38 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian jalan Jalan merupakan akses yang sangat penting bagi masyarakat.jalan juga memiliki alat transportasi kendaraan yang meliputi berbagai segala bagian jalan, termasuk

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS, TINGKAT PELAYANAN, KINERJA DAN PENGARUH PEMBUATAN MEDIAN JALAN. Adhi Muhtadi ABSTRAK

ANALISIS KAPASITAS, TINGKAT PELAYANAN, KINERJA DAN PENGARUH PEMBUATAN MEDIAN JALAN. Adhi Muhtadi ABSTRAK Analisis Kapasitas, Tingkat Pelayanan, Kinerja dan 43 Pengaruh Pembuatan Median Jalan ANALISIS KAPASITAS, TINGKAT PELAYANAN, KINERJA DAN PENGARUH PEMBUATAN MEDIAN JALAN Adhi Muhtadi ABSTRAK Pada saat ini

Lebih terperinci

Kata Kunci : Parkir di Pinggir Jalan, Kinerja Ruas Jalan, dan BOK.

Kata Kunci : Parkir di Pinggir Jalan, Kinerja Ruas Jalan, dan BOK. i ii ABSTRAK Semakin pesatnya perkembangan suatu wilayah maka akan diikuti pula dengan meningkatnya pergerakan yang terjadi di wilayah tersebut. Seperti yang terjadi di Kabupaten Badung khususnya di Kelurahan

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK PARKIR PINGGIR JALAN (ON STREET PARKING) DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA JALAN (STUDI KASUS: JALAN LEGIAN)

ANALISIS KARAKTERISTIK PARKIR PINGGIR JALAN (ON STREET PARKING) DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA JALAN (STUDI KASUS: JALAN LEGIAN) ANALISIS KARAKTERISTIK PARKIR PINGGIR JALAN (ON STREET PARKING) DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA RUAS JALAN (STUDI KASUS: JALAN LEGIAN) TUGAS AKHIR OLEH : I GEDE MUDASTRA WAESNAWA (1004105036) JURUSAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lori, dan jalan kabel (Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lori, dan jalan kabel (Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hirarki Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,

Lebih terperinci

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT BEROPERASINYA TERMINAL PESAPEN SURABAYA

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT BEROPERASINYA TERMINAL PESAPEN SURABAYA MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT BEROPERASINYA TERMINAL PESAPEN SURABAYA Bimagisteradi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK : Surabaya merupakan

Lebih terperinci

MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA. From : BAB 5 (MKJI) JALAN PERKOTAAN

MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA. From : BAB 5 (MKJI) JALAN PERKOTAAN MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA From : BAB 5 (MKJI) JALAN PERKOTAAN 1.1. Lingkup dan Tujuan 1. PENDAHULUAN 1.1.1. Definisi segmen jalan perkotaan : Mempunyai pengembangan secara permanen dan menerus minimum

Lebih terperinci

Studi Kemacetan Lalu Lintas Di Pusat Kota Ratahan ABSTRAK

Studi Kemacetan Lalu Lintas Di Pusat Kota Ratahan ABSTRAK Studi Kemacetan Lalu Lintas Di Pusat Kota Ratahan Melisa Margareth 1, Papia J.C. Franklin 2, Fela Warouw 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam Ratulangi Manado 2 & 3

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Volume Kendaraan Bermotor Volume lalu lintas menunjukan jumlah kendaraan yang melintasi satu titik pengamatan dalam satu satuan waktu (hari, jam, menit). Sehubungan dengan penentuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA. kondisi geometrik jalan secara langsung. Data geometrik ruas jalan Kalimalang. a. Sistem jaringan jalan : Kolektor sekunder

BAB IV HASIL DAN ANALISA. kondisi geometrik jalan secara langsung. Data geometrik ruas jalan Kalimalang. a. Sistem jaringan jalan : Kolektor sekunder BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Data Geometrik Jalan Data geometrik jalan adalah data yang berisi kondisi geometrik dari segmen jalan yang diteliti. Data ini merupakan data primer

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Fungsi Jalan Sesuai dengan Undang-Undang No. 22 tahun 2009 dan menurut Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 2006, sistem jaringan jalan di Indonesia dapat dibedakan

Lebih terperinci

RINGKASAN SKRIPSI ANALISIS TINGKAT PELAYANAN JALAN SISINGAMANGARAJA (KOTA PALANGKA RAYA)

RINGKASAN SKRIPSI ANALISIS TINGKAT PELAYANAN JALAN SISINGAMANGARAJA (KOTA PALANGKA RAYA) RINGKASAN SKRIPSI ANALISIS TINGKAT PELAYANAN JALAN SISINGAMANGARAJA (KOTA PALANGKA RAYA) Oleh: HENDRA NPM.11.51.13018 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA 2016

Lebih terperinci

Analisis Kapasitas Ruas Jalan Raja Eyato Berdasarkan MKJI 1997 Indri Darise 1, Fakih Husnan 2, Indriati M Patuti 3.

Analisis Kapasitas Ruas Jalan Raja Eyato Berdasarkan MKJI 1997 Indri Darise 1, Fakih Husnan 2, Indriati M Patuti 3. Analisis Kapasitas Ruas Jalan Raja Eyato Berdasarkan MKJI 1997 Indri Darise 1, Fakih Husnan 2, Indriati M Patuti 3. INTISARI Kapasitas daya dukung jalan sangat penting dalam mendesain suatu ruas jalan,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 17 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Kondisi Lalu Lintas Situasi lalu lintas untuk tahun yang dianalisa ditentukan menurut arus jam rencana, atau lalu lintas harian rerata tahunan (LHRT) dengan faktor yang sesuai

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA RUAS JALAN MANADO BYPASS TAHAP I DI KOTA MANADO

ANALISA KINERJA RUAS JALAN MANADO BYPASS TAHAP I DI KOTA MANADO ANALISA KINERJA RUAS JALAN MANADO BYPASS TAHAP I DI KOTA MANADO Ignatius Tri Prasetyo Samponu Theo K. Sendow, Mecky Manoppo Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado Email: ignatius010@gmail.com

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Dalam studi ini, ruas Jalan Hayam Wuruk, Raya, Jalan Cokroaminoto, Jalan

III. METODE PENELITIAN. Dalam studi ini, ruas Jalan Hayam Wuruk, Raya, Jalan Cokroaminoto, Jalan 3.1 Lokasi Penelitian III. METODE PENELITIAN Dalam studi ini, ruas Jalan Hayam Wuruk, Raya, Jalan Cokroaminoto, Jalan Gatotsubroto Barat dan Jalan Raya Sesetan diambil sebagai tempat studi karena pada

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DATA. 4.1 Data Ruas Jalan Eksisting dan setelah Underpass. Jalur lalu lintas eksisting dari Jl. Gatot Subroto Barat menuju Jl.

BAB IV DESKRIPSI DATA. 4.1 Data Ruas Jalan Eksisting dan setelah Underpass. Jalur lalu lintas eksisting dari Jl. Gatot Subroto Barat menuju Jl. BAB IV DESKRIPSI DATA 4.1 Data Ruas Jalan Eksisting dan setelah Underpass Jalur lalu lintas eksisting dari Jl. Gatot Subroto Barat menuju Jl. Gatot Subroto Timur melewati ruas-ruas jalan dengan volume

Lebih terperinci

III. PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA A. JENIS KENDARAAN

III. PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA A. JENIS KENDARAAN III. PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA A. JENIS KENDARAAN Jenis kendaraan berdasarkan fungsinya sebagai alat angkutan : 1. Angkutan pribadi Kendaraan untuk mengangkut individu pemilik kendaraan

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR ANALISA KELAYAKAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN LAYANG (FLY OVER) JATINGALEH

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR ANALISA KELAYAKAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN LAYANG (FLY OVER) JATINGALEH LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR ANALISA KELAYAKAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN LAYANG (FLY OVER) JATINGALEH Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana (S-1) pada Jurusan

Lebih terperinci

RENCANA JALAN TOL TENGAH DI JL. AHMAD YANI SURABAYA BUKAN MERUPAKAN SOLUSI UNTUK PENGURANGAN KEMACETAN LALU-LINTAS

RENCANA JALAN TOL TENGAH DI JL. AHMAD YANI SURABAYA BUKAN MERUPAKAN SOLUSI UNTUK PENGURANGAN KEMACETAN LALU-LINTAS RENCANA JALAN TOL TENGAH DI JL. AHMAD YANI SURABAYA BUKAN MERUPAKAN SOLUSI UNTUK PENGURANGAN KEMACETAN LALU-LINTAS DUNAT INDRATMO Teknik Sipil FTSP - ITS Telp. : (031) 8290332 ; Fax. : (031) 8292953 ;

Lebih terperinci

Kata kunci : Jalan tol Gempol-Pasuruan, analisa kelayakan, Analisa ekonomi,analisa finansial

Kata kunci : Jalan tol Gempol-Pasuruan, analisa kelayakan, Analisa ekonomi,analisa finansial ANALSS KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL-PASURUAN Citto Pacama Fajrinia, Hera Widiyastuti Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, nstitut Teknologi Sepuluh Nopember (TS) Jl. Arief

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN ARUS LALU LINTAS SATU ARAH DAN DUA ARAH PADA RUAS JALAN PURNAWARMAN, BANDUNG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

STUDI PERBANDINGAN ARUS LALU LINTAS SATU ARAH DAN DUA ARAH PADA RUAS JALAN PURNAWARMAN, BANDUNG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL STUDI PERBANDINGAN ARUS LALU LINTAS SATU ARAH DAN DUA ARAH PADA RUAS JALAN PURNAWARMAN, BANDUNG Ochy Octavianus Nrp : 0121086 Pembimbing : Tan Lie Ing, ST., MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

UCAPAN TERIMA KASIH. Bukit Jimbaran, Maret Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH. Bukit Jimbaran, Maret Penulis UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur dipanjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-nyalah, Tugas Akhir yang berjudul Analisis Biaya Kemacetan Akibat Tundaan Lalu Lintas (Studi Kasus : Ruas

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN JALAN PADA RUAS JALAN SETIABUDI SEMARANG. Laporan Tugas Akhir

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN JALAN PADA RUAS JALAN SETIABUDI SEMARANG. Laporan Tugas Akhir ANALISIS TINGKAT PELAYANAN JALAN PADA RUAS JALAN SETIABUDI SEMARANG Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : Yoseph Fernando

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lalu Lintas 2.1.1 Pengertian Lalu Lintas Lalu lintas di dalam Undang-undang No. 22 tahun 2009, didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di ruang Lalu Lintas jalan. Sedang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. PRASYARAT GELAR... ii. LEMBAR PERSETUJUAN... iii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv. UCAPAN TERIMAKASIH...

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. PRASYARAT GELAR... ii. LEMBAR PERSETUJUAN... iii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv. UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PRASYARAT GELAR... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v ABSTRAK... vii ABSTRACK... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA PERJALANAN AKIBAT TUNDAAN LALU LINTAS

ANALISIS BIAYA PERJALANAN AKIBAT TUNDAAN LALU LINTAS ANALISIS BIAYA PERJALANAN AKIBAT TUNDAAN LALU LINTAS (STUDI KASUS: RUAS JALAN PADANG LUWIH BADUNG MULAI DARI SIMPANG JL. PADANG LUWIH - JL. DALUNG PERMAI SAMPAI SIMPANG JL. PADANG LUWIH - JL. I WAYAN GENTUH)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. kebutuhan pada pembahasan pada Bab berikutnya. Adapun data-data tersebut. yang diambil seperti yang tertuang dibawah ini.

BAB IV HASIL PENELITIAN. kebutuhan pada pembahasan pada Bab berikutnya. Adapun data-data tersebut. yang diambil seperti yang tertuang dibawah ini. BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Umum Pengumpulan data pada tesis ini diambil dari instansi terkait serta dari laporan-laporan terdahulu yang semuanya itu akan berhubungan serta menunjang pelaporan tesis pada

Lebih terperinci

Laporan Survey RLL Traffic Counting Jalan Kertajaya Indah

Laporan Survey RLL Traffic Counting Jalan Kertajaya Indah 2010 Laporan Survey RLL Traffic Counting Jalan Kertajaya Indah 3 rd Group Sandyna Frisca Maria Ulfa 3108100051 Yosi Bima Hendrata 3108100071 Dwiky Pranarka 3108100080 Reza Prayoga 3108100137 Aditya Nugroho

Lebih terperinci

Pengaruh Aktifitas Kampus Itenas Terhadap Kinerja Jalan P.K.H. Mustafa Bandung

Pengaruh Aktifitas Kampus Itenas Terhadap Kinerja Jalan P.K.H. Mustafa Bandung Reka Racana Teknik Sipil Itenas No.x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2014 Pengaruh Aktifitas Kampus Itenas Terhadap Kinerja Jalan P.K.H. Mustafa Bandung RANDY NURSANDY ARDIYAN

Lebih terperinci

PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KECEPATAN DAN KAPASITAS JALAN H.E.A MOKODOMPIT KOTA KENDARI

PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KECEPATAN DAN KAPASITAS JALAN H.E.A MOKODOMPIT KOTA KENDARI PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KECEPATAN DAN KAPASITAS JALAN H.E.A MOKODOMPIT KOTA KENDARI Ridwansyah Nuhun Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Haluoleo Jl. HEA.Mokodompit

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA JALAN KOTA METRO BERDASARKAN NILAI DERAJAT KEJENUHAN JALAN

ANALISIS KINERJA JALAN KOTA METRO BERDASARKAN NILAI DERAJAT KEJENUHAN JALAN ANALISIS KINERJA JALAN KOTA METRO BERDASARKAN NILAI DERAJAT KEJENUHAN JALAN Oleh: Agus Surandono Dosen Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Metro e-mail : agussurandono@yahoo.co.id ABSTRAK Suatu perencanaan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL EVALUASI KINERJA RUAS JALAN AUDIAN, DILI, TIMOR LESTE Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : ESTER ANGELA DE CASTRO NPM

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi di Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tegah. Kabupaten Sragen terdapat 308 jembatan yang menghubungkan dua

Lebih terperinci

Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Analisa jaringan jalan dibagi atas beberapa komponen: Segmen jalan Simpang bersinyal Simpang tidak bersinyal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Rekapitulasi Data Data yang direkap adalah data yang diperoleh melalui hasil pengamatan dan survei sesuai dengan kondisi sebenarnya pada simpang Jalan Tole Iskandar - Jalan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Evaluasi, pola pergerakan, efektivitas, ZoSS. iii

ABSTRAK. Kata Kunci: Evaluasi, pola pergerakan, efektivitas, ZoSS. iii ABSTRAK Tingginya volume lalu lintas berpengaruh terhadap angka kecelakaan dan yang paling rentan menjadi korban kecelakaan adalah anak-anak sekolah. Untuk itu Pemerintah Kabupaten Badung memberi perhatian

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Nilai emp Sepeda Motor Terhadap Kinerja Ruas Jalan Raya Cilember-Raya Cibabat, Cimahi ABSTRAK

Pengaruh Variasi Nilai emp Sepeda Motor Terhadap Kinerja Ruas Jalan Raya Cilember-Raya Cibabat, Cimahi ABSTRAK Pengaruh Variasi Nilai emp Sepeda Motor Terhadap Kinerja Ruas Jalan Raya Cilember-Raya Cibabat, Cimahi Aan Prabowo NRP : 0121087 Pembimbing : Silvia Sukirman, Ir. ABSTRAK Sepeda motor merupakan suatu moda

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA JALAN JENDRAL AHMAD YANI DEPAN PASAR KOSAMBI BANDUNG

EVALUASI KINERJA JALAN JENDRAL AHMAD YANI DEPAN PASAR KOSAMBI BANDUNG EVALUASI KINERJA JALAN JENDRAL AHMAD YANI DEPAN PASAR KOSAMBI BANDUNG Indra Rachman Efendi NRP : 0421076 Pembimbing : Tan Lie Ing, ST., MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Jalan Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 bahwa Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan lalu lintas regional dan intra regional dalam keadaan aman,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan lalu lintas regional dan intra regional dalam keadaan aman, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Fungsi utama dari sistem jalan adalah memberikan pelayanan untuk pergerakan lalu lintas regional dan intra regional dalam keadaan aman, nyaman, dan cara pengoperasian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i LEMBAR PENGESAHAN ii LEMBAR PERSETUJUAN iii MOTTO iv KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI vii DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR xiv DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN xvi ABSTRAK xix ABSTRACT

Lebih terperinci

RUTE TERBAIK DAN WAKTU TEMPUH TERCEPAT DARI SALON ANATA JALAN PASIRKALIKI-KAMPUS UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA JALAN PROF. DRG. SURYA SUMANTRI BANDUNG

RUTE TERBAIK DAN WAKTU TEMPUH TERCEPAT DARI SALON ANATA JALAN PASIRKALIKI-KAMPUS UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA JALAN PROF. DRG. SURYA SUMANTRI BANDUNG RUTE TERBAIK DAN WAKTU TEMPUH TERCEPAT DARI SALON ANATA JALAN PASIRKALIKI-KAMPUS UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA JALAN PROF. DRG. SURYA SUMANTRI BANDUNG Nama : Fahrul Rully Awan NRP : 0721052 Pembimbing

Lebih terperinci

ANALISIS HAMBATAN SAMPING AKIBAT AKTIVITAS PERDAGANGAN MODERN (Studi Kasus : Pada Jalan Brigjen Katamso di Bandar Lampung)

ANALISIS HAMBATAN SAMPING AKIBAT AKTIVITAS PERDAGANGAN MODERN (Studi Kasus : Pada Jalan Brigjen Katamso di Bandar Lampung) ANALISIS HAMBATAN SAMPING AKIBAT AKTIVITAS PERDAGANGAN MODERN (Studi Kasus : Pada Jalan Brigjen Katamso di Bandar Lampung) Septyanto Kurniawan Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Metro Jl.Ki

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. lingkungan). Rasio arus lalu lintas (smp/jam) terhadap kapasitas. (1) Kecepatan rata-rata teoritis (km/jam) lalu lintas. lewat.

DAFTAR ISTILAH. lingkungan). Rasio arus lalu lintas (smp/jam) terhadap kapasitas. (1) Kecepatan rata-rata teoritis (km/jam) lalu lintas. lewat. DAFTAR ISTILAH Ukuran Kinerja C Kapasitas (smp/jam) Arus lalu lintas (stabil) maksimum yang dapat dipertahankan pada kondisi tertentu (geometri, distribusi arah, komposisi lalu lintas dan faktor lingkungan).

Lebih terperinci