BAB I. PENDAHULUAN A.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I. PENDAHULUAN A."

Transkripsi

1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeliharaan jalan merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan manajemen jalan. Perkerasan jalan yang telah dilalui oleh lalu lintas akan mengalami penurunan kualitas, baik secara struktural maupun fungsional sesuai dengan perkiraan umur rencana. Pemeliharaan jalan yang dilakukan secara terus menerus dengan perencanaan yang baik dan pendanaan yang cukup, serta pemilihan jenis pemeliharaan jalan yang tepat diperlukan untuk mengatasi penurunan kualitas jalan. Pelaksanaan pemeliharaan jalan yang tidak tepat mengakibatkan nilai ekonomi dari setiap jaringan jalan dapat dengan cepat menurun dan apabila jaringan jalan dalam kondisi yang buruk, maka akan berdampak buruk terhadap pengguna jalan serta masyarakat. Preservasi jalan merupakan pendekatan proaktif dalam menjaga kualitas jalan yang ada. Preservasi jalan menurut FHWA dalam Galehouse et al. (2003) merupakan seluruh kegiatan yang dilakukan untuk menyediakan dan memelihara layanan jalan, termasuk pemeliharaan korektif, pemeliharaan preventif, serta rehabilitasi minor, namun tidak termasuk pembangunan jalan baru atau rekonstruksi serta rehabilitasi mayor. Hal ini berbeda dengan konsep preservasi jalan di Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 29 Ayat 3 menyatakan bahwa dana preservasi jalan digunakan khusus untuk kegiatan pemeliharaan, rehabilitasi, dan rekonstruksi jalan. Pemahaman preservasi jalan di Indonesia ini tentu berbeda dengan hakekat preservasi jalan yang telah diterapkan di Eropa, Amerika, dan Australia yang cenderung merupakan upaya mempertahankan jalan yang sudah mantap. Upaya pengimplementasian preservasi jalan masih belum berjalan sesuai dengan terminologi serta persyaratan preservasi jalan yang telah ada. Program preservasi jalan yang efektif akan menangani kerusakan perkerasan jalan pada saat kondisi perkerasan masih baik dan belum terdapat kerusakan yang serius. Pemeliharaan preventif menurut AASHTO dalam Geiger (2005) merupakan suatu strategi untuk pemeliharaan jalan serta perlengkapan jalan 1

2 2 existing dengan pembiayaan yang efektif (cost-effective treatment) untuk memperlambat kerusakan di masa yang akan datang dan mempertahankan atau memperbaiki kondisi fungsional dari sistem (tanpa secara signifikan meningkatkan kapasitas struktural). Penanganan kerusakan pada saat yang tepat dapat memulihkan kondisi perkerasan hampir sesuai dengan kondisi awalnya. Pelaksanaan pemeliharaan preventif pada perkerasan jalan dapat menunda pelaksanaan pekerjaan rehabilitasi dan rekonstruksi yang biayanya jauh lebih mahal dibandingkan dengan akumulasi biaya pemeliharaan preventif. Pelaksanaan pemeliharaan preventif tidak terlalu mengganggu lalu lintas dibandingkan dengan penutupan jalan yang panjang akibat pekerjaan rekonstruksi atau rehabilitasi mayor. Geiger (2005) menyatakan bahwa pemeliharaan preventif pada umumnya diterapkan untuk perkerasan yang masih dalam kondisi baik dan memiliki umur sisa layanan yang signifikan. Pemeliharaan preventif yang merupakan komponen utama dari pemeliharaan perkerasan memiliki strategi untuk memperpanjang umur pelayanan dengan menerapkan penanganan yang efektif pada permukaan jalan atau dekat dengan permukaan jalan yang secara struktural masih baik. Pemeliharaan preventif pada perkerasan lentur menurut Mulyono (2015) meliputi: (1) surface treatment: crack filling dan crack sealing; (2) crack surfacing: slurry seals, microsurfacing, chip seals, seal coats, scrub seals, dan sand seals; serta (3) surface dressing: fog seals dan rejuvenating seals. Mutu pekerjaan pemeliharaan preventif merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam strategi mencapai umur rencana perkerasan jalan. Komponen manajemen konstruksi atau sumber daya yang terlibat dalam capaian mutu pemeliharaan preventif, antara lain: tenaga kerja kontraktor, tenaga ahli konsultan, tenaga manajerial PPK, material, peralatan, lingkungan, dan pendanaan. Sumber daya yang terlibat dalam mencapai mutu pemeliharaan preventif perkerasan lentur tersebut berdampak pada proses pelaksanaan proyek dan hasil pekerjaan. Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V, selanjutnya akan disingkat dengan BBPJN V, merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di Direktorat Jenderal Bina Marga, yang selanjutnya disebut dengan Ditjen Bina Marga, yang

3 3 dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2010 Tanggal 31 Desember 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pekerjaan Umum. BBPJN V memiliki tugas pokok dan fungsi (tupoksi) untuk menjamin pemenuhan penyelenggaraan jalan dan jembatan pada ruas jalan nasional yang meliputi wilayah Provinsi Jawa Timur, Provinsi Jawa Tengah, dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (selanjutnya akan disingkat dengan Provinsi D. I. Yogyakarta). Pengambilan wilayah penelitian di BBPJN V karena wilayah kerja BBPJN V menangani ruas jalan strategis di Direktorat Jenderal Bina Marga, antara lain ruas Jalan Pantura (Pantai Utara) di Pulau Jawa, ruas Jalan Pansela (Pantai Selatan) atau JJLS (Jalur Jalan Lintas Selatan) di Pulau Jawa, dan ruas jalan metropolitan di beberapa kota besar di Indonesia (Surabaya, Semarang, Yogyakarta, dan lain-lain). Tabel 1.1 menunjukkan penelitian yang dilakukan oleh IndII (Indonesia Infrastructure Intiative) mengenai perbandingan pelayanan komoditas utama terhadap moda transportasi di Koridor Utara Jawa (Jalan Pantura). Tabel 1.1 Komparasi pelayanan komoditas utama terhadap moda transportasi di Jalur Pantura Jawa Kategori Moda Baja Semen Pupuk Mobil Motor Truk 94.9% 91.6% 100% 70% 100% Kereta Api 5.1% 0.5% 0% 0% 0% Kapal Laut 0% 7.9% 0% 30% 0% Truk , Kereta Api (2,000 Kapal Laut ,000) *2 Truk Kereta Api Kapal Laut (Sumber: IndII, 2013) Mode Share Biaya doorto-door (1000 Rp/ ton) Waktu tempuh (hari) Komparasi pelayanan komoditas utama pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa lebih dari 90% produsen menggunakan moda transportasi darat, dalam hal ini truk (menggunakan jalan raya), untuk melakukan pengiriman barang produksinya, kecuali untuk distribusi mobil 30% menggunakan moda laut.

4 4 Biaya door-to-door kereta api yang tinggi dibandingkan dengan truk dikarenakan faktor lokasi, tarif, dan biaya multihandling lainnya serta volume pengiriman yang kurang fleksibel apabila menggunakan kereta api mengakibatkan truk masih menjadi pilihan utama dari produsen untuk melakukan pengiriman komoditas. Waktu tempuh kapal laut lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan truk karena pelabuhan yang sulit diakses dan kinerja pelayanan bongkar muat yang kurang baik mengakibatkan truk menjadi pilihan utama produsen dalam mengirim logistik. Waktu tempuh yang lama ini pula yang mengakibatkan biaya pengiriman menjadi lebih mahal. Mulyono (2014) membandingkan mode share produksi angkutan barang dan penumpang di Pulau Jawa. Hasil komparasi mode share tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.2 Perbandingan mode share produksi angkutan barang dan penumpang di Pulau Jawa Jalan Jenis Lintas Lintas Lintas Angkutan Utara Tengah Selatan 93.7% Barang 75.0% 14.1% 4.7% 92.5% Penumpang 64.8% 21.3% 6.5% (Sumber: Mulyono, 2014) Kereta Api Laut Udara 1.1% 5.2% 0% 6.5% 0.3% 0.7% Perbandingan penggunaan moda transportasi barang dan penumpang pada Tabel 1.2 tersebut menunjukkan bahwa jalan lintas utara atau Pantai Utara (Pantura) yang merupakan bagian dari penanganan di wilayah BBPJN V, merupakan tumpuan distribusi barang dan penumpang yang mempengaruhi pertumbuhan perekonomian nasional. Manajemen pemeliharaan jalan Pantura harus dikelola dengan baik agar aksesibilitas, konektivitas, dan kondisi perkerasan tetap dalam kondisi yang baik, sehingga tidak mengganggu kondisi perekonomian. Hasil validasi IRMS (Integrated Road Management System) Semester I Tahun 2015, seperti terlihat pada Tabel 1.3, menunjukkan bahwa kondisi kemantapan jalan berdasarkan IRI (International Roughness Index) pada ruas jalan nasional di ketiga wilayah di bawah kewenangan BBPJN V: (1) Provinsi

5 5 No Jawa Timur: kondisi mantap 94.83% dengan kondisi baik 75.38%; (2) Provinsi Jawa Tengah: kondisi mantap 89.39% dengan kondisi baik 49.12%; dan (3) Provinsi D. I. Yogyakarta: kondisi mantap 99.04% dengan kondisi baik 80.90%. Kondisi ruas jalan yang termasuk dalam kondisi mantap merupakan kondisi jalan dalam keadaan baik dan sedang. Kondisi jalan yang masih dalam kondisi baik tersebut harus dipertahankan kondisinya melalui pemeliharaan preventif. Rehabilitasi minor diterapkan pada kondisi jalan yang mengalami rusak ringan. Kondisi jalan yang tidak mantap, dalam hal ini rusak berat, harus diperbaiki melalui mekanisme rehabilitasi mayor dan rekonstruksi. Kondisi jalan nasional di wilayah kerja BBPJN V pada Semester I Tahun 2015 sebesar 66.06% berada dalam kondisi baik, oleh karena itu diperlukan suatu pengelolaan pemeliharaan jalan melalui pemeliharaan preventif yang dilakukan pada perkerasan jalan yang tepat serta dengan jenis penanganan, waktu, dan pelaksana yang tepat agar kondisi mantap perkerasan jalan existing dapat dipertahankan. Penelitian ini akan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi capaian mutu pemeliharaan preventif perkerasan lentur agar didapatkan manajemen pemeliharaan jalan yang efektif dan efisien. Provinsi Tabel 1.3 Kondisi jalan nasional Semester I Tahun 2015 Panjang Jalan (km) Kondisi Jalan (% IRI) Kemantapan Jalan (%) Baik Sedang Rusak Rusak Ringan Berat IRI SDI 1 Jawa Timur Jawa Tengah D. I. Yogyakarta BBPJN V (Sumber: BBPJN V, 2015) Grafik kondisi jalan nasional di wilayah kerja BBPJN V Semester I Tahun 2015 berdasarkan IRI dapat dilihat pada Gambar 1.1a untuk Provinsi Jawa Timur, Gambar 1.1b untuk Provinsi Jawa Tengah, dan Gambar 1.1c untuk Provinsi D. I. Yogyakarta.

6 6 5% 1% 19% Baik 75% Sedang Rusak Ringan Rusak Berat Gambar 1.1a Kondisi jalan nasional berdasarkan IRI Semester I Tahun 2015 di Provinsi Jawa Timur (Sumber: BBPJN V, 2015) 2% 40% 9% 49% Baik Sedang Rusak Ringan Rusak Berat Gambar 1.1b Kondisi jalan nasional berdasarkan IRI Semester I Tahun 2015 di Provinsi Jawa Tengah (Sumber: BBPJN V, 2015) 1% 0% 18% Baik 81% Sedang Rusak Ringan Rusak Berat Gambar 1.1c Kondisi jalan nasional berdasarkan IRI Semester I Tahun 2015 di Provinsi D. I. Yogyakarta (Sumber: BBPJN V, 2015) Salah satu contoh strip map kondisi jalan di wilayah kerja BBPJN V dapat dilihat pada Gambar 1.2, strip map kondisi jalan Semester I Tahun 2015 dan penanganan jalan tahun pada ruas jalan Batas Kota Pekalongan (Jembatan Widuri)-Batas Kabupaten Kendal (Jembatan Kalikuto), pada stationing

7 7 (untuk selanjutnya disingkat dengan Sta.) sampai dengan Sta Ruas jalan pada segmen ini meliputi Jl. Urip Sumoharjo (Batang), Jl. Sudirman (Batang), dan Jl. Slamet Riyadi (Batang). Jenis perkerasan pada segmen tersebut adalah flexible pavement (aspal), sedangkan rigid pavement (beton) hanya ada di Sta sampai dengan Sta pada jalur opposite. Kondisi jalan berdasarkan IRI (International Roughness Index) dan SDI (Surface Distress Index) pada segmen tersebut sebagian besar adalah baik (warna hijau) dengan sedikit kondisi sedang (warna kuning) dan rusak ringan (warna jingga). Kondisi rusak berat (warna merah) tidak terjadi pada segmen tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa pada segmen tersebut, jalan yang dalam kondisi baik harus dipertahankan kondisinya melalui pemeliharaan preventif. Penanganan jalan yang telah dilakukan pada tahun 2011 sampai dengan 2015 adalah (1) pemeliharaan rutin kondisi pada tahun 2011 sampai dengan 2015 di seluruh ruas jalan; (2) pemeliharaan berkala pada tahun 2012 di Sta sampai dengan Sta ; (3) peningkatan struktur flexible pavement pada tahun 2014 di Sta sampai dengan Sta dan Sta sampai dengan Sta , termasuk pemeliharaan rutin EWP (extended warranty period) selama 2 (dua) tahun ( ) oleh kontraktor pada stationing yang sama; (4) peningkatan struktur flexible pavement pada tahun 2015 di Sta sampai dengan Sta (jalur opposite) dan Sta sampai dengan Sta (jalur normal); dan (5) peningkatan struktur rigid pavement pada tahun 2015 di Sta sampai dengan Sta (jalur opposite), termasuk pemeliharaan rutin EWP pada stationing yang sama.

8 8!"#$ %&'("&)*+, %-$ !"#$!,&*&) %-$./ !"#$!"#$ Gambar 1.2 Strip map kondisi jalan Bts. Kota Pekalongan-Bts. Kab. Kendal (Sta s/d Sta ) (Sumber: BBPJN V, 2015) Mulyono (2015) menyatakan bahwa kerusakan jalan di Indonesia cukup unik karena pada suatu segmen dari ruas jalan sering terjadi berbagai tipe dan jenis kerusakan struktural yang terjadi sehingga sulit diduga faktor penyebabnya. Faktor penyebab kerusakan jalan dibagi menjadi dua: (1) faktor eksternal, yang dominan berkaitan dengan beban sumbu kendaraan berat, kapilaritas air tanah, dan genangan air banjir di atas permukaan jalan yang berpengaruh terhadap percepatan kerusakan struktural jalan, yang pada akhirnya mengakibatkan tidak tercapainya umur rencana yang diharapkan; dan (2) faktor internal, yang berkaitan dengan permasalahan kompetensi keterampilan yang tidak didukung oleh niat untuk melakukan perubahan dari tenaga kerja lapangan dan terdapat kesan pembiaran penyimpangan mutu oleh pengawas lapangan, serta monitoring dan evaluasi yang lemah oleh pengguna jasa, dalam hal ini Satuan Kerja (Satker)/Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), terhadap kinerja kontraktor dan konsultan pengawas sehingga kegagalan bangunan jalan pascakonstruksi sering terjadi tanpa diketahui penyebabnya.

9 9 Pemeliharaan preventif di Indonesia masih sangat jarang diterapkan. Pemeliharaan jalan yang umumnya dilakukan hanya berupa tambalan (patching) dan overlay konvensional. Penyelenggara jalan masih beranggapan bahwa pemeliharaan jalan membutuhkan biaya yang besar, namun tidak memberikan nilai tambah secara ekonomi dan struktural. Pola penanganan jaringan jalan yang dilakukan Ditjen Bina Marga selama ini terbatas pada tindakan reaktif setiap tahun, sehingga penanganan jalan terkesan terlambat dan terjadi perbaikan berulang di lokasi yang sama karena tidak dilakukan penanganan preventif di ruas jalan tersebut. Paradigma seperti inilah yang akan diubah oleh penyelenggara jalan, dalam hal ini Ditjen Bina Marga, dari paradigma lama yang lebih bersifat reaktif menjadi preventif dengan membuat program antisipasi yang lebih rasional khususnya pada lintas-lintas penting jalan nasional. Penanganan pemeliharaan jalan menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 15/PRT/M/2015 Tanggal 21 April 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dilakukan di bawah pembinaan Direktorat Preservasi Jalan, yang didalamnya terdapat Subdirektorat Teknik Pemeliharaan. Hal ini didukung dengan Rencana Strategis atau Renstra Ditjen Bina Marga yang menargetkan preservasi jalan nasional sepanjang km, pembangunan jalan nasional sepanjang km, dan peningkatan kapasitas jalan nasional sepanjang km, artinya alokasi pendanaan jalan nasional 4 (empat) tahun ke depan hampir 90% digunakan untuk preservasi jalan. Penanganan pemeliharaan jalan, khususnya dalam penelitian ini pemeliharaan preventif, harus didukung dengan komponen manajemen konstruksi yang handal, oleh sebab itu diperlukan analisis dalam mengidentifikasi pengaruh komponen manajemen konstruksi untuk mencapai mutu pemeliharaan preventif perkerasan lentur. B. Perumusan Masalah Komponen manajemen konstruksi yang handal akan mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan preventif. Rumusan masalah yang dapat dikemukakan berdasarkan uraian latar belakang yang telah

10 10 dikemukakan, yang akan dilakukan analisis pengaruh komponen manajemen konstruksi terhadap capaian mutu pemeliharaan preventif perkerasan lentur adalah: 1. Apa indikator pada setiap komponen manajemen konstruksi yang berpengaruh terhadap capaian mutu? 2. Apa variabel pada setiap komponen manajemen konstruksi yang secara signifikan berpengaruh terhadap capaian mutu pemeliharaan preventif? 3. Bagaimana implikasi hasil komponen manajemen konstruksi terhadap capaian mutu pemeliharaan preventif? 4. Bagaimana implikasi hasil komponen manajemen konstruksi terhadap indikator capaian mutu pemeliharaan preventif? 5. Bagaimana pengelolaan komponen manajemen konstruksi pada ruas jalan di wilayah BBPJN V agar mutu pemeliharaan preventif perkerasan lentur dapat tercapai? Komponen manajemen konstruksi, dalam hal ini tenaga kerja kontraktor, tenaga ahli konsultan, tenaga manajerial PPK, material, peralatan, lingkungan, dan pendanaan akan berdampak pada seluruh aspak dalam proses pelaksanaan serta keberhasilan proyek, sehingga diperlukan analisis mengenai hubungannya terhadap capaian mutu pemeliharaan preventif perkerasan lentur pada ruas jalan di wilayah BBPJN V. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian analisis pengaruh komponen manajemen konstruksi terhadap capaian mutu pemeliharaan preventif perkerasan lentur pada ruas jalan di wilayah BBPJN V adalah: 1. Identifikasi indikator pada setiap komponen manajemen konstruksi yang mempengaruhi capaian mutu. 2. Menentukan variabel pada setiap komponen manajemen konstruksi yang secara signifikan berpengaruh pada capaian mutu. 3. Mengetahui implikasi hasil komponen manajemen konstruksi terhadap capaian mutu pemeliharaan preventif. 4. Mengetahui implikasi hasil komponen manajemen konstruksi terhadap indikator capaian mutu pemeliharaan preventif.

11 11 5. Menentukan metode pengelolaan komponen manajemen konstruksi pada ruas jalan di wilayah BBPJN V agar mutu pemeliharaan preventif perkerasan lentur dapat tercapai. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah memberikan acuan pengelolaan komponen manajemen konstruksi pada ruas jalan di wilayah BBPJN V, sehingga tercapai mutu penanganan pemeliharaan jalan, khususnya pemeliharaan preventif perkerasan lentur jalan nasional di wilayah BBPJN V. Pengelolaan komponen manajemen konstruksi pada ruas jalan di wilayah BBPJN V yang tepat akan memberikan manfaat terhadap proses manajemen proyek pemeliharaan preventif perkerasan lentur di masa yang akan datang. E. Batasan Penelitian Penelitian ini dibatasi pada identifikasi, analisis, pemetaan, dan pengelolaan komponen manajemen kontruksi pada ruas jalan di wilayah BBPJN V yang memberikan pengaruh terhadap capaian mutu pemeliharaan preventif perkerasan lentur jalan nasional dengan pembatasan: 1. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V (BBPJN V) yang meliputi Provinsi Jawa Timur, Provinsi Jawa Tengah, dan Provinsi D. I. Yogyakarta serta melibatkan pihak-pihak yang menangani proyek jalan nasional. 2. Subyek penelitian ini adalah pihak-pihak yang terlibat langsung dalam penanganan proyek jalan nasional, baik dari unsur pengguna jasa maupun penyedia jasa. Setiap responden disyaratkan dapat menjadi manifestasi dari instansi/lembaga ataupun perusahaan yang menaunginya dengan rincian: a. Unsur pengguna jasa: Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional beserta asisten teknis, Kepala Satuan Kerja Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional beserta asisten teknis, serta Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) beserta pengawas lapangan, di lingkungan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V.

12 12 b. Unsur penyedia jasa: para tenaga ahli atau engineer konsultan pengawas, para engineer pada Core Team (Tim Inti) Perencanaan dan Pengawasan, serta General Superintendent (GS) kontraktor yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan proyek jalan nasional di wilayah BBPJN V. 3. Penelitian ini difokuskan terhadap komponen manajemen konstruksi yang berpengaruh terhadap mutu pemeliharaan preventif perkerasan lentur jalan nasional di wilayah BBPJN V. F. Keaslian Penelitian Penelitian terdahulu yang relevan terhadap penelitian pengaruh komponen manajemen konstruksi terhadap capaian mutu pemeliharaan preventif perkerasan lentur, antara lain: 1. Doloi et al. (2010) telah melakukan penelitian mengenai kinerja kontraktor dengan judul Structural Equation Model for Assessing Impacts of Contractor's Performance on Project Success yang dimuat dalam International Journal of Project Management. Keberhasilan suatu proyek sangat dipengaruhi oleh keahlian dan kinerja kontaktor. Faktor-faktor yang mendasari pemilihan kontraktor untuk mencapai kesuksesan proyek perlu dipahami agar didapatkan kontraktor yang tepat untuk pekerjaan yang tepat. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah survei dengan menggunakan kuesioner yang dilakukan terhadap kontraktor, arsitek, konsultan, dan pemilik proyek sejumlah 97 responden. Analisis data menggunakan teknik structural equation modeling (SEM) menggunakan program AMOS 16.0 dengan total 29 atribut atau indikator teknis yang tercakup dalam lima faktor konfirmatori: (1) kesehatan bisnis dan tenaga kerja atau soundness of business and workforce (SBW), perencanaan dan pengendalian atau planning and control (PC), kualitas kinerja atau quality performance (QP), kinerja masa lalu atau past performance (PP) dan keberhasilan proyek secara keseluruhan atau overall project success (OPS). Hasil survei yang dilakukan di seluruh proyek-proyek konstruksi berukuran sedang di Australia, menunjukkan bahwa perencanaan teknis dan pengendalian kontraktor adalah kunci dalam mencapai kesuksesan

13 13 pada suatu proyek. Indikator-indikator yang terlihat pada gambar tersebut telah dilakukan Confirmatory Factor Analysis (CFA), sehingga hanya indiaktor yang signifikan mempengaruhi yang diolah dalam Full Model SEM. Hasil akhir SEM menunjukkan bahwa terhadap keberhasilan proyek secara keseluruhan: (1) faktor perencanaan dan pengendalian (PC) memiliki korelasi tertinggi (koefisien standar = 0.87); (2) faktor kesehatan bisnis dan tenaga kerja (SBW) menjadi tertinggi kedua (koefisien standar koefisien = 0.56); (3) kinerja kualitas (QP) memiliki pengaruh langsung dengan standar koefisien 0,46; dan (4) kinerja masa lalu (PP) memiliki standar koefisien sebesar Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa perencanaan dan kemampuan pengendalian merupakan faktor yang paling mempengaruhi untuk keberhasilan kontraktor ini mengubah pemikiran yang selama ini diterima di industri konstruksi Australia bahwa kinerja masa lalu merupakan kriteria tunggal untuk keberhasilan kontraktor pada proyek konstruksi yang semakin kompleks. 2. Penelitian mengenai kinerja konsultan pengawas dengan menggunakan metode structural equation modeling (SEM) telah dilakukan oleh Wadjdi et al. (2007) dengan judul Analisis Pengaruh Kepuasan Kompensasi, Komitmen Afektif, Komitmen Kalkulatif, dan Komitmen Normatif pada Kinerja (Studi terhadap Tenaga-Tenaga Ahli Konsultan Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan di Jawa Timur) yang dimuat dalam Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V. Penelitian Wadjdi et al. (2007) difokuskan pada kepuasan terhadap kompensasi ditinjau dari komitmen organisasi (komitmen afektif, kalkulatif, dan normatif) serta kinerja. Kepuasan kompensasi didefinisikan sebagai jumlah perasaan positif yang dimiliki individu mengenai kompensasi yang diterimanya. Komitmen afektif melibatkan tiga aspek: (1) pembentukan keterkaitan emosional dengan suatu organisasi; (2) pengenalan terhadap suatu organisasi; dan (3) dan keinginan untuk tetap menjadi anggota dari suatu organisasi (Meyer dan Allen, 1984 dalam Wadjidi et al., 2007). Komitmen kalkulatif adalah bentuk keterikatan psikologis pada organisasi yang mencerminkan persepsi pegawai mengenai kerugian yang akan dialami apabila pegawai memutuskan meninggalkan organisasi. Komitmen normatif

14 14 merupakan suatu kewajiban moral yang ditumbuhkan oleh pegawai setelah organisasi menginvestasikan sesuatu untuk mereka. Metode dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner subjektif yang ditujukan kepada tenaga profesional dari perusahaan konsultan teknik di Jawa Timur. Data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan metode structural equation modeling (SEM). Analisis data dan pembahasan menunjukkan hasil: (1) efek langsung dari kepuasan terhadap kompensasi untuk kinerja lebih kecil dari efek tidak langsung, yaitu efek yang diukur melalui dimensi komitmen organisasi; (2) kepuasan kompensasi paling mempengaruhi komitmen kalkutatif, hal ini berarti komitmen lebih dipengaruhi oleh perhitungan untung rugi pribadi; dan (3) komitmen berorganisasi memberikan pengaruh paling besar terhadap kinerja, artinya tekanan, kewajiban, atau etika tenaga ahli mempengaruhi kinerjanya. 3. Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dari kinerja beberapa jenis pemeliharaan preventif telah dilakukan oleh Visintine et al. (2015) dengan judul Factors Affecting the Performance of Pavement Preservation Treatments yang dimuat dalam conference proceedings dan disampaikan pada 9 th International Conference on Managing Pavement Assets (ICMPA9) di Washington D.C. pada bulan Mei Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketidakpastian output dari model (seperti kinerja preservasi jalan atau biaya) dapat dibagi dalam berbagai sumber ketidakpastian input (seperti kondisi perkerasan existing, kualitas konstruksi, kualitas material, lalu lintas, dan cuaca). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah evaluasi terhadap database yang ada dan survei terhadap ahli dalam bidang preservasi jalan. Visintine et al. (2015) menyatakan bahwa faktor-faktor utama yang berpengaruh pada kinerja berbagai jenis teknologi pemeliharaan preventif adalah (1) kondisi perkerasan exisiting; (2) pemilihan dan kualitas material; (3) proses pelaksanaan/konstruksi dan tenaga kerja; (4) ketepatan desain atau perencanaan; (5) tingkat volume/beban lalu lintas; dan (6) cuaca pada saat dan sesaat setelah pelaksanaan. Hasil penelitian menyajikan hasil berupa perbandingan antara umur layanan setelah dilakukan pemeliharaan preventif

15 15 dengan berbagai faktor yang mempengaruhi serta peningkatan atau tambahan persentase biaya yang harus dikeluarkan apabila pada saat pelaksanaan preservasi jalan. Hasil analisis ekonomi menggambarkan bahwa preservasi jalan harus dikerjakan dengan baik, sehingga risiko mengeluarkan biaya tambahan hampir 200% dan lebih dari 20 tahun untuk melakukan perbaikan dapat dihindari. 4. Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan sebuah proyek telah dilakukan oleh Zulu (2007) dengan judul Impact of Project Management on Project Performance: A Structural Equation Modelling Approach yang disampaikan pada 23 rd Annual ARCOM Conference dan dimuat dalam conference proceedings pada Association of Researchers in Construction Management. Metode yang digunakan untuk proses pengambilan data adalah melalui survei menggunakan kuesioner dan proses analisis data yang digunakan dalam meneliti hubungan antara manajemen proyek dan kinerja proyek dievaluasi dengan menggunakan model persamaan struktural atau structural equation modeling (SEM), sehingga dapat diketahui pengaruh langsung dan tidak langsung dari komponen manajemen konstruksi terhadap kinerja proyek, serta hubungan korelasi antarvariabel. Penelitian Zulu (2007) ini menggunakan pemaketan indikator untuk membentuk sebuah komposit dari sejumlah indikator, sehingga mengurangi jumlah indikator namun perhitungan tetap dilakukan untuk seluruh indikator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kepemimpinan manajemen proyek memiliki pengaruh langsung yang signifikan pada tim manajemen proyek, komunikasi, dan strategi manajemen proyek; (2) pengaruh tim proyek pada proses manajemen proyek signifikan secara statistik; (3) pengaruh strategi manajemen proyek pada proses manajemen proyek tidak signifikan secara statistik; (4) pengaruh proses manajemen proyek pada kinerja proyek tidak signifikan secara statistik; dan (5) pengaruh komunikasi proyek pada proses manajemen proyek adalah negatif dan tidak signifikan secara statistik. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini berisi tentang analisis pengaruh komponen manajemen konstruksi terhadap

16 16 capaian mutu pemeliharaan preventif perkerasan lentur di Provinsi Jawa Timur, Provinsi Jawa Tengah, dan Provinsi D. I. Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan melalui identifikasi indikator-indikator yang berpengaruh pada tenaga kerja kontraktor, tenaga ahli konsultan, tenaga manajerial PPK, material, peralatan, lingkungan, dan pendanaan. Indikator-indikator pada komponen manajemen konstruksi tersebut selanjutnya dianalisis hubungannya terhadap capaian mutu pemeliharaan preventif perkerasan lentur dengan menggunakan Metode SEM (Structural Equation Modeling). Proses analisis dilakukan dengan menggunakan software Analysis of Moment Structure (AMOS) versi 22.0.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah moda. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur transportasi darat yang berperan sangat penting dalam perkembangan suatu wilayah. Jalan berfungsi untuk mendukung kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyelenggaraan infrastruktur jalan sangat terkait dengan usaha mempertahankan kondisi jalan eksisting. Efisiensi menjadi isu utama yang melatarbelakangi pentingnya

Lebih terperinci

AB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

AB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepanjang 1316 Km, ruas jalan Pantai Utara Jawa (Pantura) merupakan urat nadi perekonomian nasional yang menghubungkan lima provinsi yaitu Banten, DKI Jakarta, Jawa

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan jalan merupakan salah satu infrastruktur utama penggerak roda perekonomian nasional dan daerah sehingga ketersediaan jalan adalah prasyarat mutlak untuk berkembangnya

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015 PEMILIHAN METODE PENILAIAN KONDISI JALAN YANG MENDEKATI PERKIRAAN KONDISI JALAN SAAT PEMELIHARAAN (STUDI KASUS: RUAS JALAN SADANG (BTS. KAB. LAMONGAN)- BTS. KOTA GRESIK STA. KM.55+000 KM.60+239) Luky Susantio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruas jalan Toyan Karangnongko merupakan ruas jalan nasional yang ditangani oleh Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Provinsi D.I. Yogyakarta yang berlokasi di Kab. Kulonprogo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi sebagai urat-nadi berkehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan nasional yang sangat penting perannya dalam ketahanan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan jalan di Indonesia merupakan prasarana transportasi yang paling dominan (90% angkutan barang menggunakan moda jalan dan 95% angkutan penumpang menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan urat-nadi kehidupan politik, ekonomi, sosialbudaya dan pertahanan keamanan nasional yang sangat vital perannya dalam ketahanan nasional.sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan prasarana transportasi yang memiliki peran penting dalam mendukung perkembangan di sektor ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2016 TENTANG KRITERIA TIPOLOGI UNIT PELAKSANA TEKNIS

Lebih terperinci

KESIAPAN KONTRAKTOR TERHADAP KEBIJAKAN PRESERVASI JALAN NASIONAL DI SUMATERA SELATAN

KESIAPAN KONTRAKTOR TERHADAP KEBIJAKAN PRESERVASI JALAN NASIONAL DI SUMATERA SELATAN KESIAPAN KONTRAKTOR TERHADAP KEBIJAKAN PRESERVASI JALAN NASIONAL DI SUMATERA SELATAN Andri Budilukito MSTT-DTSL Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Jln. Grafika 2, Yogyakarta 55281 Tlp. (0274) 545675

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumbar Tahun (%) Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat (2015)

Gambar 1.1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumbar Tahun (%) Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat (2015) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Barat terdiri dari 12 kabupaten yang terletak di pesisir barat bagian tengah pulau Sumatera yang terdiri dari dataran rendah di pantai barat dan dataran tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur adalah sangat penting mengingat fungsi keberadaan sarana

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur adalah sangat penting mengingat fungsi keberadaan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fungsi jalan sebagai bagian utama dari pembangunan infrastruktur adalah sangat penting mengingat fungsi keberadaan sarana jalan sangat mempengaruhi kehidupan baik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan tanah pada umumnya tidak mampu menahan beban kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan tanah pada umumnya tidak mampu menahan beban kendaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Permukaan tanah pada umumnya tidak mampu menahan beban kendaraan diatasnya sehingga diperlukan suatu konstruksi yang dapat menahan dan mendistribusikan beban lalu lintas yang

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Setelah dilakukan analisis dan pembahasan pada bab bab sebelumnya penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan dalam beberapa hal sebagai berikut : 1. Penentuan

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013 ANALISIS PENGARUH BEBAN BERLEBIH KENDARAAN TERHADAP PEMBEBANAN BIAYA PEMELIHARAAN JALAN (Studi Kasus: Bagian Ruas Jalan Lintas Timur Sumatera, Kayu Agung- Palembang) Syaifullah 1), I Putu Artama Wiguna

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lalu lintas jalan raya terdiri dari dua angkutan, yaitu angkutan penumpang dan angkutan barang. Angkutan penumpang adalah moda transportasi yang berfungsi untuk mengangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan suatu wilayah dipengaruhi oleh sistem transportasi yang ada di wilayah tersebut. Sistem transportasi nasional apabila dikelola dengan baik akan menunjang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur jalan nasional merupakan poros pertumbuhan perekonomian masyarakat yang mendukung peningkatkan kemakmuran dari segala aspek kehidupan. Selain itu, infrastruktur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari bahan khusus yang mempunyai kualitas yang lebih baik dan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari bahan khusus yang mempunyai kualitas yang lebih baik dan dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perkerasan Tanah saja biasanya tidak cukup dan menahan deformasi akibat beban roda berulang, untuk itu perlu adanya lapisan tambahan yang terletak antara tanah dan

Lebih terperinci

PROGRAM PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL BERDASARKAN NILAI KERATAAN PERMUKAAN, NILAI LENDUTAN, DAN NILAI MODULUS ELASTISITAS PERKERASAN

PROGRAM PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL BERDASARKAN NILAI KERATAAN PERMUKAAN, NILAI LENDUTAN, DAN NILAI MODULUS ELASTISITAS PERKERASAN PROGRAM PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL BERDASARKAN NILAI KERATAAN PERMUKAAN, NILAI LENDUTAN, DAN NILAI MODULUS ELASTISITAS PERKERASAN David Rachmat Prabowo MSTT-DTSL, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan urat-nadi kehidupan politik, ekonomi, sosialbudaya, dan pertahanan keamanan nasional yang sangat vital perannya dalam ketahanan

Lebih terperinci

2016, No Rakyat tentang Kriteria Tipologi Unit Pelaksana Teknis di Bidang Pelaksanaan Jalan Nasional di Direktorat Jenderal Bina Marga; Menging

2016, No Rakyat tentang Kriteria Tipologi Unit Pelaksana Teknis di Bidang Pelaksanaan Jalan Nasional di Direktorat Jenderal Bina Marga; Menging No.543, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. UPT. Pelaksanaan Jalan Nasional. Tipologi. Kriteria. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 2006), hampir 83% pergerakan barang di Indonesia terjadi di pulau Jawa, 10% di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 2006), hampir 83% pergerakan barang di Indonesia terjadi di pulau Jawa, 10% di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan survey asal tujuan transportasi nasional (ATTN 2001 dan 2006), hampir 83% pergerakan barang di Indonesia terjadi di pulau Jawa, 10% di pulau Sumatera, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen RI No. 34 Tahun 2006 menyatakan bahwa jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya

Lebih terperinci

Studi Penanganan Ruas Jalan Bulu Batas Kota Tuban Provinsi Jawa Timur Menggunakan Data FWD dan Data Mata Garuda

Studi Penanganan Ruas Jalan Bulu Batas Kota Tuban Provinsi Jawa Timur Menggunakan Data FWD dan Data Mata Garuda Jurnal Rekayasa Hijau No.1 Vol. I ISSN 2550-1070 Maret 2017 Studi Penanganan Ruas Jalan Bulu Batas Kota Tuban Provinsi Jawa Timur Menggunakan Data FWD dan Data Mata Garuda Rahmi Zurni, Welly Pradipta,

Lebih terperinci

KETIMPANGAN PRODUKSI ANGKUTAN BARANG DAN PENUMPANG TIAP MODA TRANSPORTASI JALUR UTAMA PANTURA JAWA

KETIMPANGAN PRODUKSI ANGKUTAN BARANG DAN PENUMPANG TIAP MODA TRANSPORTASI JALUR UTAMA PANTURA JAWA KETIMPANGAN PRODUKSI ANGKUTAN BARANG DAN PENUMPANG TIAP MODA TRANSPORTASI JALUR UTAMA PANTURA JAWA Agus Taufik Mulyono MSTT-JTSL Fakultas Teknik UGM DPP-HPJI; DPP-MTI; DPP-FSTPT; DPP-APDJI Tlp. (0274)

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Negara Indonesia memiliki rangkaian jalan nasional yang berfungsi sebagai penghubung pusat kegiatan nasional. Sebagai salah satu prasarana transportasi yang merupakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Adapun rencana tahap penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasikan masalah yang dilakukan

BAB 3 METODOLOGI. Adapun rencana tahap penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasikan masalah yang dilakukan BAB 3 METODOLOGI 3.1 Tahapan Penelitian Adapun rencana tahap penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasikan masalah yang dilakukan terkait dengan topik pembahasan penelitian

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan terbentuk atas beberapa lapisan perkerasan yang akan mengalami penurunan kondisi selama masa layannya. Menurunnya tingkat pelayanan jalan ditandai dengan adanya

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN JALAN NASIONAL BERBASIS INDIKATOR SIDLACOM

IDENTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN JALAN NASIONAL BERBASIS INDIKATOR SIDLACOM IDENTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN JALAN NASIONAL BERBASIS INDIKATOR SIDLACOM Anggoro Ary Sutio MSTT-JTSL Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Tlp. (0274) 524712 anggoro_ary_sutio@yahoo.co.id

Lebih terperinci

MENGGAPAI PELAYANAN PRIMA

MENGGAPAI PELAYANAN PRIMA PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR ǁ DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA MENGGAPAI PELAYANAN PRIMA DENGAN KERJA CEPAT MUTU TINGGI LATAR BELAKANG Peningkatan jumlah, jenis dan beban kendaraan, perilaku masyarakat

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENANGANAN JALAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENANGANAN JALAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA SELATAN IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENANGANAN JALAN NASIONAL2015-2019 DI PROVINSI SUMATERA SELATAN Rizky Ardhiarini 1, Agus Taufik Mulyono 2 1 Program Magister Sistem Teknik Transportas, Universitas Gadjah Mada, Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Klaten merupakan sebuah kabupaten di Jawa Tengah yang mengalami perkembangan yang sangat pesat dari aspek ekonomi, pembangunan dan infrastruktur. Disamping itu kemajuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan adalah salah satu prasarana yang akan mempercepat pertumbuhan dan pengembangan suatu daerah serta akan membuka hubungan sosial, ekonomi dan budaya antar daerah.

Lebih terperinci

EFISIENSI PEMELIHARAAN JALAN AKIBAT MUATAN BERLEBIH DENGAN SISTEM TRANSPORTASI BARANG MULTIMODA/INTERMODA

EFISIENSI PEMELIHARAAN JALAN AKIBAT MUATAN BERLEBIH DENGAN SISTEM TRANSPORTASI BARANG MULTIMODA/INTERMODA EFISIENSI PEMELIHARAAN JALAN AKIBAT MUATAN BERLEBIH DENGAN SISTEM TRANSPORTASI BARANG MULTIMODA/INTERMODA Prof. Dr. Ir. Ofyar Z. Tamin, MSc Lab. Transportasi FTSL ITB Bandung Email: ofyar@trans.si.itb.ac.id

Lebih terperinci

Jurnal Teknik Sipil ISSN

Jurnal Teknik Sipil ISSN ISSN 2088-9321 ISSN e-2502-5295 pp. 543-552 TINJAUAN KONDISI PERKERASAN JALAN DENGAN KOMBINASI NILAI INTERNATIONAL ROUGHNESS INDEX (IRI) DAN SURFACE DISTRESS INDEX (SDI) PADA JALAN TAKENGON BLANGKEJEREN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan sebagai salah satu bagian prasarana transportasi darat memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan suatu wilayah. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Jalan Raya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Jalan Raya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jalan Raya Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 2006 tentang jalan memuat bahwa jalan sebagai sarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

Lebih terperinci

pergerakan manusia dan barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan aman, pengguna jalan perlu terus dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan

pergerakan manusia dan barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan aman, pengguna jalan perlu terus dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan prasarana transportasi yang baik dan mantap saat ini menjadi penting diantaranya adalah prasarana jalan, yang diharapkan mampu melayani pergerakan manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jembatan merupakan bangunan pelengkap jalan yang berfungsi sebagai penghubung dua ujung jalan yang terputus oleh sungai, saluran, lembah dan selat, atau laut, jalan

Lebih terperinci

Dosen, Diploma 4 Perancangan Jalan dan Jembatan, Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Lhokseumawe, Buketrata,

Dosen, Diploma 4 Perancangan Jalan dan Jembatan, Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Lhokseumawe, Buketrata, EVALUASI TINGKAT KERUSAKAN PERMUKAAN JALAN UNTUK MENENTUKAN JENIS PENANGANAN DENGAN SISTEM PENILAIAN MENURUT BINA MARGA (Studi Kasus Jalan Nasional Bireuen Bts. Kota Lhokseumawe, Kecamatan Krueng Geukueh

Lebih terperinci

INOVASI PEMELIHARAAN NASIONAL DI INDONESIA

INOVASI PEMELIHARAAN NASIONAL DI INDONESIA PENANGANAN JALAN PANTURA INOVASI PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL DI INDONESIA Bimbingan Teknis Inovasi Teknologi Pracetak untuk Konstruksi Jalan Raya dan Adopsinya dalam Sistem Pengadaan Jalan Nasional serta

Lebih terperinci

KELAS JALAN, MUATAN SUMBU TERBERAT, DAN PERMASALAHAN BEBAN LEBIH KENDARAAN

KELAS JALAN, MUATAN SUMBU TERBERAT, DAN PERMASALAHAN BEBAN LEBIH KENDARAAN KELAS JALAN, MUATAN SUMBU TERBERAT, DAN PERMASALAHAN BEBAN LEBIH KENDARAAN Jakarta, 21 OKTOBER 2016 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT OUTLINE 1. Faktor Kunci

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jembatan merupakan sebuah struktur yang dibangun melewati jurang,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jembatan merupakan sebuah struktur yang dibangun melewati jurang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jembatan merupakan sebuah struktur yang dibangun melewati jurang, lembah, jalanan, rel, sungai, badan air, atau rintangan lainnya. Tujuan jembatan adalah untuk membuat

Lebih terperinci

Kata Kunci : Jalan Raya, Kerusakan Jalan, Metode Pavement Condition Index (PCI).

Kata Kunci : Jalan Raya, Kerusakan Jalan, Metode Pavement Condition Index (PCI). ANALISIS KONDISI KERUSAKAN JALAN PADA LAPIS PERMUKAAN MENGGUNAKAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI) (Studi Kasus : Ruas Jalan Puring-Petanahan, Kebumen, Jawa Tengah) Zukhruf Erzy Muhania Aini 2, Anita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan menerangkan bahwa Jalan sebagai bagian sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam

Lebih terperinci

PENGANGKUTAN BARANG DI JALUR PANTURA

PENGANGKUTAN BARANG DI JALUR PANTURA PENGANGKUTAN BARANG DI JALUR PANTURA Oleh: Imran Rasyid, dkk Penulis Kementerian Perhubungan Republik Indonesia Jalan utama di Pulau Jawa yang lebih dikenal dengan nama Jalur Pantura (Jalur Pantai Utara)

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan merupakan prasarana transportasi paling dominan di Indonesia. Moda jalan mendominasi sekitar 80-90% dari seluruh perjalanan di Jawa dan Sumatera. Kereta api

Lebih terperinci

PCM ANALYSIS MENINGKATKAN EFISIENSI PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR JALAN SECARA BEKELANJUTAN

PCM ANALYSIS MENINGKATKAN EFISIENSI PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR JALAN SECARA BEKELANJUTAN PCM ANALYSIS MENINGKATKAN EFISIENSI PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR JALAN SECARA BEKELANJUTAN 1) Diagnosis Analysis Infrastruktur jaringan jalan di Indonesia merupakan prasarana transportasi darat yang dominan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghindari pemborosan dana, semestinya suatu proyek terutama

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghindari pemborosan dana, semestinya suatu proyek terutama BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Konsep mengenai penentuan biaya konstruksi dan pemeliharaan jalan sering menimbulkan kesulitan serta membutuhkan pengeluaran yang tidak sedikit dan menjadi beban bagi anggaran

Lebih terperinci

KAJIAN PENERAPAN METODE KONTRAK TERHADAP KUALITAS JALAN

KAJIAN PENERAPAN METODE KONTRAK TERHADAP KUALITAS JALAN KAJIAN PENERAPAN METODE KONTRAK TERHADAP KUALITAS JALAN Betty Susanti 1 dan Reini D. Wirahadikusumah 2 1 Mahasiswa Program Studi Doktor Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai batas antar negara, provinsi ataupun kabupaten. memperhatikan kenyamanan.(sukirman,1999)

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai batas antar negara, provinsi ataupun kabupaten. memperhatikan kenyamanan.(sukirman,1999) BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Jalan adalah merupakan prasarana yang digunakan untuk memindahkan orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan hasil akhir yang dikehendaki adalah cepat, aman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan urat nadi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Hal ini diamanatkan di dalam Undang Undang Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan yang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Jalan memiliki syarat umum yaitu dari segi konstruksi harus kuat, awet dan kedap. Supardi 1)

1. PENDAHULUAN. Jalan memiliki syarat umum yaitu dari segi konstruksi harus kuat, awet dan kedap. Supardi 1) EVALUASI KERUSAKAN JALAN PADA PERKERASAN RIGID DENGAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA (STUDI KASUS RUAS JALAN SEI DURIAN RASAU JAYA km 21 + 700 S.D. km 24 + 700) Supardi 1) Abstrak Jalan Sei Durian Rasau

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPONEN MANAJEMEN KONSTRUKSI TERHADAP CAPAIAN MUTU PEMELIHARAAN PREVENTIF PERKERASAN KAKU

PENGARUH KOMPONEN MANAJEMEN KONSTRUKSI TERHADAP CAPAIAN MUTU PEMELIHARAAN PREVENTIF PERKERASAN KAKU PENGARUH KOMPONEN MANAJEMEN KONSTRUKSI TERHADAP CAPAIAN MUTU PEMELIHARAAN PREVENTIF PERKERASAN KAKU Konverman Berkat Zebua MSTT-DTSL Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Jln. Grafika 2, Kampus UGM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Raya Jalan raya adalah jalur - jalur tanah di atas permukaan bumi yang dibuat oleh manusia dengan bentuk, ukuran - ukuran dan jenis konstruksinya sehingga dapat digunakan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Direktorat Lalu lintas Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Jalan Medan Merdeka Barat No 8 Jakarta 10110 1 1. Cetak Biru Pengembangan Pelabuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkokoh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi semua aspek

Lebih terperinci

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 1.1 Latar Belakang Sistem transportasi merupakan salah satu bagian penting bagi suatu pembangunan negara. Transportasi menjadi salah satu sektor pendukung kemajuan sistem logistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan, terutama pada saat melakukan pengereman dan berhenti. Kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan, terutama pada saat melakukan pengereman dan berhenti. Kendaraan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruas jalan di persimpangan banyak mengalami kerusakan akibat beban kendaraan, terutama pada saat melakukan pengereman dan berhenti. Kendaraan yang melakukan pengereman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Jalan merupakan sarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan dan diperuntukkan bagi lalu lintas. Pertumbuhan kendaraan yang cukup pesat berdampak pada

Lebih terperinci

ANALISIS RANTAI PASOK SEMEN DI PAPUA BARAT

ANALISIS RANTAI PASOK SEMEN DI PAPUA BARAT ANALISIS RANTAI PASOK SEMEN DI PAPUA BARAT Yandra Rahadian Perdana Jurusan Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Jl. Marsda Adisucipto No. 1 Yogyakarta yrperdana@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Jalan merupakan fasilitas transportasi yang paling penting bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Jalan merupakan fasilitas transportasi yang paling penting bagi masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jalan merupakan fasilitas transportasi yang paling penting bagi masyarakat karena sangat berpengaruh pada kegiatan dan aktivitas sehari-hari. Jalan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. SEJARAH PERKEMBANGAN JALAN RAYA

I. PENDAHULUAN A. SEJARAH PERKEMBANGAN JALAN RAYA I. PENDAHULUAN A. SEJARAH PERKEMBANGAN JALAN RAYA Awal mulanya jalan hanya berupa jejak manusia dalam menjalani kehidupannya dan berinteraksi dengan manusia lain (jalan setapak). Baru setelah manusia menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi. Aktifitas masyarakat seiring dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi. Aktifitas masyarakat seiring dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, telah banyak mengalami peningkatan yang pesat dalam intensitas aktifitas sosial ekonomi seiring dengan kemajuan ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS KEGAGALAN PERKERASAN JALAN PADA JALAN RAYA TIMUR KENDAL

ANALISIS KEGAGALAN PERKERASAN JALAN PADA JALAN RAYA TIMUR KENDAL JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, 138-146 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts ANALISIS KEGAGALAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan untuk sarana transportasi umum dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Dalam hal ini, transportasi memegang peranan penting dalam memberikan jasa layanan

Lebih terperinci

ANALISA KERUSAKAN PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI DAYA DUKUNG TANAH DAN VOLUME LALU LINTAS

ANALISA KERUSAKAN PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI DAYA DUKUNG TANAH DAN VOLUME LALU LINTAS ANALISA KERUSAKAN PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI DAYA DUKUNG TANAH DAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Ruas Jalan Metro Tanjung Kari di Kecamatan Sekampung Lampung Timur STA 10+600 s/d 11+600) Ida Hadijah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat kuno sampai pada masyarakat modern saat ini. Aktivitas yang

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat kuno sampai pada masyarakat modern saat ini. Aktivitas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Transportasi sudah lama ada dalam perkembangan kehidupan manusia, dari masyarakat kuno sampai pada masyarakat modern saat ini. Aktivitas yang terjadi dalam kehidupan

Lebih terperinci

Ir. Dicky Gumilang, MSc. Manajemen Rantai Pasokan

Ir. Dicky Gumilang, MSc. Manajemen Rantai Pasokan Ir. Dicky Gumilang, MSc. Manajemen Rantai Pasokan Transportasi memindahkan produk dari satu tempat ke tempat lain yang membuat suatu rantai pasokan menjalankan pengiriman barang dari hulu ke hilir (pelanggan).

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPONEN MANAJEMEN KONSTRUKSI TERHADAP CAPAIAN MUTU PEMELIHARAAN PREVENTIF PERKERASAN LENTUR

PENGARUH KOMPONEN MANAJEMEN KONSTRUKSI TERHADAP CAPAIAN MUTU PEMELIHARAAN PREVENTIF PERKERASAN LENTUR PENGARUH KOMPONEN MANAJEMEN KONSTRUKSI TERHADAP CAPAIAN MUTU PEMELIHARAAN PREVENTIF PERKERASAN LENTUR Tisara Sita MSTT-DTSL Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Tlp. (0274) 524712 tisarasita@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khusus untuk mengangkut hasil tambang batu bara dari (Pit) di Balau melalui

BAB I PENDAHULUAN. khusus untuk mengangkut hasil tambang batu bara dari (Pit) di Balau melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas. Ruas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian negara harus ditingkatkan agar tidak terpuruk karena adanya perdagangan bebas, cara untuk memperkuat perekonomian Negara adalah dengan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan menjelaskan bahwa jalan sebagai bagian dari sistem transportasi nasional mempunyai peranan yang sangat penting dalam

Lebih terperinci

1 FERRY ANDRI, 2 EDUARDI PRAHARA

1 FERRY ANDRI, 2 EDUARDI PRAHARA ANALISIS PERENCANAAN PELAPISAN TAMBAH PADA PERKERASAN LENTUR BERDASARKAN METODE SNI 1732-1989-F DAN AASHTO 1993 STUDI KASUS : RUAS CIASEM- PAMANUKAN (PANTURA) 1 FERRY ANDRI, 2 EDUARDI PRAHARA 1 Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjamin kekuatan dan ketebalannya sehingga tidak akan mengalami distress yaitu

BAB I PENDAHULUAN. terjamin kekuatan dan ketebalannya sehingga tidak akan mengalami distress yaitu BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Struktur perkerasan merupakan struktur yang terdiri beberapa lapisan dengan kekerasan dan daya dukung yang berbeda-beda, tiap lapisan perkerasan harus terjamin

Lebih terperinci

RISIKO KETERLAMBATAN PROGRES FISIK TERHADAP MUTU PELAKSANAAN JALAN NASIONAL DI PROVINSI SULAWESI UTARA

RISIKO KETERLAMBATAN PROGRES FISIK TERHADAP MUTU PELAKSANAAN JALAN NASIONAL DI PROVINSI SULAWESI UTARA RISIKO KETERLAMBATAN PROGRES FISIK TERHADAP MUTU PELAKSANAAN JALAN NASIONAL DI PROVINSI SULAWESI UTARA Rai Fraja Nofvandro MSTT-JTSL Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Telp: (0274) 524712

Lebih terperinci

Ir. Dicky Gumilang, MSc. Manajemen Rantai Pasokan

Ir. Dicky Gumilang, MSc. Manajemen Rantai Pasokan Ir. Dicky Gumilang, MSc. Manajemen Rantai Pasokan Transportasi memindahkan produk dari satu tempat ke tempat lain, mendukung suatu rantai pasokan menjalankan fungsi pengiriman barang dari hulu (pemasok)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Jalan merupakan fasilitas transportasi yang paling sering digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Jalan merupakan fasilitas transportasi yang paling sering digunakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jalan merupakan fasilitas transportasi yang paling sering digunakan oleh sebagian besar masyarakat, sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perpindahan orang dan/atau barang secara massal dengan selamat, aman, nyaman,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perpindahan orang dan/atau barang secara massal dengan selamat, aman, nyaman, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan urat nadi kehidupan berbangsa dan bernegara yang mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang pembangunan. Transportasi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam aktivitas perekonomian di bidang transportasi. Sebab dapat menjamin

BAB I PENDAHULUAN. dalam aktivitas perekonomian di bidang transportasi. Sebab dapat menjamin BAB I PENDAHULUAN I.1 UMUM Jalan merupakan prasarana transportasi yang mempunyai peranan penting dalam aktivitas perekonomian di bidang transportasi. Sebab dapat menjamin kelancaran arus barang dan manusia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelompokan Jalan Menurut Undang Undang No. 38 Tahun 2004 tentang jalan, ditinjau dari peruntukannya jalan dibedakan menjadi : a. Jalan khusus b. Jalan Umum 2.1.1. Jalan

Lebih terperinci

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN PENDAHULUAN Angkutan jalan merupakan salah satu jenis angkutan, sehingga jaringan jalan semestinya ditinjau sebagai bagian dari sistem angkutan/transportasi secara keseluruhan. Moda jalan merupakan jenis

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR - RC

TUGAS AKHIR - RC TUGAS AKHIR RC09 1380 EVALUASI PARAMETER KOEFISIEN DISTRIBUSI KENDARAAN (C) UNTUK JALAN TIPE 4/2UD UNTUK PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR CARA BINA MARGA (Studi Kasus : Jl. Yogyakarta Magelang Km 21

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan Negara kepulauan/maritim, sehingga peranan pelayaran sangat penting bagi kehidupaan sosial, ekonomi, pemerintahan, hankam dan sebagainya. Sarana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Jalan memiliki umur layan atau umur rencana. Jika umur layan telah terlampaui, maka perlu adanya suatu lapisan tambahan (overlay) untuk meremajakan struktur perkerasan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalulintas umum,yang berada pada permukaan tanah, diatas

Lebih terperinci

Dalam perencanaan lapis perkerasan suatu jalan sangat perlu diperhatikan, bahwa bukan cuma karakteristik

Dalam perencanaan lapis perkerasan suatu jalan sangat perlu diperhatikan, bahwa bukan cuma karakteristik PENDAHULUAN Jalan raya memegang peranan penting dalam meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian serta pembangunan suatu negara. Keberadaan jalan raya sangat diperlukan untuk menunjang laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada

BAB 1 PENDAHULUAN. perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jalan merupakan akses yang menghubungkan satu tempat dengan tempat lainnya dalam satu daratan. Dalam Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, ditetapkan pengertian

Lebih terperinci

SURVEI MENGENAI BIAYA OVERHEAD SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

SURVEI MENGENAI BIAYA OVERHEAD SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA SURVEI MENGENAI BIAYA OVERHEAD SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Henry Pascal Magaline 1, Alvin Januar Haryono 2, Andi 3 ABSTRAK : Biaya overhead sebuah proyek merupakan salah satu unsur harga pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau mencapai 17.508 pulau dengan bentangan laut yang sangat panjang yaitu 94.166 kilometer merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kebutuhan ekonomi dan pergerakan masyarakat secara cepat memberikan konsekuensi (tugas) kepada pemerintah baik pusat maupun daerah untuk melakukan percepatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur penting dalam pengembangan, dalam pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa, dan dalam memajukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSTRUKSI PERKERASAN Tanah yang masih bersifat natural (belum mendapat sentuhan tangan manusia) atau dalam kondisi alam jarang sekali mampu mendukung beban berulang dari kendaraan

Lebih terperinci

Dosen Program Studi Teknik Sipil D-3 Fakultas Teknik Universitas riau

Dosen Program Studi Teknik Sipil D-3 Fakultas Teknik Universitas riau PENGARUH FAKTOR KESERAGAMAN (FK) TERHADAP VARIASI TEBAL OVERLAY PADA JALAN LINTAS DESA LABUHAN TANGGA BESAR-LABUHAN TANGGA KECIL KABUPATEN ROKAN HILIR Oleh: Elianora (*) Email: elianora@lecturer.unri.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan Padang ByPass menghubungkan Bandar Udara Internasional Minang Kabau dan Pelabuhan Teluk Bayur sepanjang 27 km, Sepanjang jalan Padang ByPass terdapat daerah industri

Lebih terperinci