HASIL DAN ANALISIS. Karakteristik Hasil Evolusi
|
|
- Sonny Muljana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab VII HASIL DAN ANALISIS Sintesis populasi dengan simulasi Monte Carlo memberikan sekitar percobaan untuk 1300 sistem bintang ganda progenitor. Sistem bintang progenitor sebelumnya telah diseleksi dengan memperhatikan batasan m 1, m 2, q dan R L,1 agar dapat dievolusikan. Batasan ini diberikan untuk menjamin sistem tidak akan memiliki massa terlalu kecil, menjadi terlalu tua, ataupun mengalami supernova serta masih bisa berevolusi dalam roche lobe-nya. Hasil seleksi tersebut memberikan sejumlah model yang siap dievolusikan dengan Program STAR. Setelah evolusi selesai hingga tahap horizontal branch, sistem akhir akan diperiksa untuk mengetahui sistem mana yang mengalami fase CE dan berhasil melewatinya. Pemeriksaan fase CE dilakukan dengan menghitung perubahan P orb terhadap waktu serta perbandingan R L,1 /R 1. Sistem dinyatakan mengalami CE jika terjadi penurunan drastis pada P orb dan R L,1 = R 1. Kemudian sistem ini akan diperiksa lagi untuk mengetahui berapa dari jumlah tersebut yang berhasil melewati fase CE dan menjadi sistem post-ce. Perbandingan R L,2 /R 2 adalah parameter yang akan ditinjau untuk menentukan keberhasilan sistem menjadi post-ce binary. Apabila setelah fase CE bintang sekunder belum memenuhi roche lobe-nya maka sistem tersebut dikatakan selamat menjadi sistem PCEB. Sistem-sistem ini yang akan dianalisis parameternya untuk memperoleh distribusi m core, P orb dan a f. VII.1 Karakteristik Hasil Evolusi Hasil akhir dari seluruh sistem yang dievolusikan dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis sistem yaitu sistem yang tidak mengalami CE karena flash (indeks 0 dan 3), sistem yang mengalami CE (indeks 1), dan sistem yang terlalu tua (indeks 2). Besar angin bintang yang digunakan mempengaruhi hasil akhir sintesis populasi dimana semakin besar angin bintang yang digunakan maka semakin sedikit sistem yang mengalami CE. 37
2 VII.2 Parameter Sistem Post-CE Pada bagian ini akan ditinjau distribusi dari berbagai parameter sistem post- CE untuk ketiga nilai parameter angin yang digunakan. Beberapa parameter yang akan ditinjau adalah distribusi posisi sistem post-ce pada diagram HR, distribusi m core bintang primer, distribusi separasi akhir untuk tiap metode, distribusi roche lobe bintang sekunder, distribusi massa sekunder dan distribusi parameter λ. Dari ketiga nilai parameter angin, model tanpa angin bintang memberikan jumlah sistem post-ce yang paling banyak. Hasil seleksi untuk sistem post-ce dari 1000 model yang dievolusikan berbeda-beda untuk parameter angin yang berbeda. Selain itu sistem juga ditinjau dengan menggunakan nilai parameter α dan γ yang berbeda. Jumlah sistem post-ce yang diperoleh untuk masing-masing nilai α dan γ adalah sebagai berikut: 1. untuk α = 0.3 ada 339 sistem (wind = 0), 222 sistem (wind = 0.3), 146 sistem (wind = 0.5) 2. untuk α = 0.5 ada 508 sistem (wind = 0), 392 sistem (wind = 0.3), 313 sistem (wind = 0.5) 3. untuk α = 0.5 ada 753 sistem (wind = 0), 629 sistem (wind = 0.3), 536 sistem (wind = 0.5) 4. untuk γ = 1.5 ada 765 sistem (wind = 0), 650 sistem (wind = 0.3), 562 sistem (wind = 0.5) 5. untuk γ = 1.6 ada 734 sistem (wind = 0), 639 sistem (wind = 0.3), 535 sistem (wind = 0.5) 6. untuk γ = 1.7 ada 718 sistem (wind = 0), 608 sistem (wind = 0.3), 511 sistem (wind = 0.5) 38
3 VII.2.1 Posisi Sistem Post-CE di Diagram HR Jumlah dan distribusi dari sistem yang mengalami CE serta sistem yang selamat menjadi post-ce pada diagram HR akan di-plot untuk tiap parameter angin yang ditinjau seperti pada gambar VII.1 untuk wind = 0, VII.2 untuk wind = 0.3 dan VII.3 untuk wind = 0.5. Posisi dari sistem-sistem post-ce akan dibandingkan terhadap jejak evolusi bintang tunggal dengan massa antara 1 8 M. Karena sintesis populasi dilakukan untuk tiga nilai angin bintang yang berbeda maka posisi sistem post-ce pada diagram HR juga di-plot untuk masing-masing nilai tersebut. Hal ini disebabkan karena jejak evolusi bintang akan berbeda jika menggunakan parameter angin yang berbeda. Dari kedua metode yang ditinjau, metode α menunjukkan kecenderungan jumlah yang semakin meningkat seiring membesarnya nilai α. Sedangkan metode γ menunjukkan kecenderungan sebaliknya walaupun pebedaannya hanya sedikit. Selain itu, untuk tiap nilai α atau γ, pemakaian angin bintang untuk sintesis populasi berdampak pada pengurangan jumlah sistem yang berhasil menjadi post-ce. Semakin besar angin maka semakin sedikit jumlah sistem yang selamat. 39
4 Gambar VII.1: Pada diagram HR di atas diberikan plot distribusi sistem yang selamat dari fase CE yang dievolusikan tanpa menggunakan angin bintang. Titik biru menunjukkan sistem yang mengalamice tetapi tidak selamat sedangkan titik merah adalah letak sistem yang berhasil melewati fase CE. Tiga buah grafik di sebelah kiri adalah seleksi sistem post-ce menggunakan α dan tiga grafik di sebelah kanan merupakan hasil seleksi dengan γ. 40
5 Gambar VII.2: Sama seperti pada gambar VII.1 tetapi dengan parameter angin sebesar
6 Gambar VII.3: Sama seperti pada gambar VII.1 tetapi dengan parameter angin sebesar
7 Selain posisi sistem post-ce pada diagram HR, frekuensi m core juga akan di-plot untuk melihat pengaruh tinjauan metode yang digunakan terhadap jumlah sistem yang selamat dari fase CE. Sebagai perbandingan hasil yang diperoleh Ginanjar (2006) diberikan pada gambar VII.4. Dalam melakukan sintesis populasi Ginanjar (2006) tidak menggunakan angin bintang dan sistem post-ce diseleksi dengan menggunakan α sebesar 1.0. Distribusi m core yang dihasilkan menunjukkan profil double-peak dengan satu puncak 0.4 M dan satu puncak lagi sekitar 0.6 M. Gambar VII.4: Distribusi m core yang diperoleh dari sintesis populasi untuk sistem post-ce. tanpa angin bintang dan ditinjau dengan nilai α = 1.0 (Ginanjar 2006) Berbeda dengan hasil yang diperoleh Ginanjar (2006), sintesis populasi pada tesis ini berhasil memperoleh distribusi single-peak terutama untuk nilai α = 0.3. Penggunaan angin bintang membuat puncak tergeser ke kiri ke arah m core lebih kecil. Ini terlihat pada grafik distribusi m core untuk masing-masing nilai α dan γ yang diberikan pada gambar VII.5. 43
8 Gambar VII.5: Distribusi m core dengan enam buah nilai α dan γ. Pada grafik sebelah kiri dari atas ke bawah: α = 0.3, 0.5 dan 1.0. Grafik sebelah kanan dari atas ke bawah: γ = 1.5, 1.6 dan 1.7. Pada tiap grafik, garis merah menunjukkan evolusi tanpa angin bintang, garis hijau menggunakan angin 0.3 dan garis biru menggunakan angin
9 VII.2.2 Distribusi λ Distribusi nilai λ memperlihatkan kecenderungan yang berbeda untuk tiap parameter. Hasil dari Ginanjar (2006) adalah distribusi dengan puncak di sekitar 0.4 seperti pada gambar VII.6. Puncak distribusi λ yang diperoleh dalam tesis ini berada di sekitar 0.3 dan semakin bergeser ke kiri dengan nilai α yang mengecil. Sedangkan pada metode γ besarnya nilai γ yang digunakan tidak terlalu berpengaruh pada λ dan dengan hasil yang lebih kecil dengan pekerjaan sebelumnya (de Kool 1992, Willem & Kolb 2004) dimana nilai λ yang digunakan adalah 0.5. Gambar VII.6: Distribusi λ dari hasil sintesis populasi oleh Ginanjar (2006) Pada gambar VII.7 terlihat bahwa nilai λ bergeser ke kanan seiring kenaikan nilai α hingga akhirnya distribusi antara α dan γ sesuai untuk nilai α besar. 45
10 Gambar VII.7: Distribusi λ untuk dua metode yang berbeda. Sebelah kiri adalah metode α sedangkan sebelah kanan untuk metode γ. Ke arah bawah menunjukkan nilai parameter yang semakin besar, yaitu 0.3, 0.5 dan 1.0 untuk α, 1.5, 1.6 dan 1.7 untuk γ. Pada tiap grafik, garis merah menunjukkan evolusi tanpa angin bintang, garis hijau menggunakan angin 0.3 dan garis biru menggunakan angin
11 VII.2.3 Distribusi M core vs Usia Berbeda dengan hasil yang diperoleh Ginanjar (2006), distribusi m core yang diperoleh melalui sintesis populasi dengan evolusi horizontal branch berhasil menambah jumlah m core di sekitar massa inti 0.6 M. Walaupun demikian masih terlihat adanya gap pada massa 0.5 M yang disebabkan oleh perbedaan massa inti bintang ketika meneruskan evolusi dari giant branch menuju horizontal branch. Gambar VII.8 menunjukkan plot distribusi m core terhadap usia CE yang diperoleh Ginanjar (2006). Gambar VII.8: Hubungan mcore dengan usia sistem pada saat terjadi CE. Ada gap disekitar m core = 0.5 M (Ginanjar 2006) Hasil yang diperoleh melalui tesis ini juga menunjukkan adanya gap di sekitar m core 0.5 M, sesuai dengan hasil yang diperoleh Ginanjar (2006), Politano (1996) dan de Kool (1992). Politano (1996) dan de Kool (1992) menjelaskan keberadaan gap tersebut disebabkan karena diskontinuitas massa inti bintang primer antara giant branch dan horizontal branch. Untuk parameter 47
12 angin yang sama, metode α dan γ memperlihatkan profil yang mirip hanya pada nilai α besar yaitu 1.0, sama seperti pada m core dan λ. Ini disebabkan karena nilai α kecil akan mengurangi sistem dengan m core kecil. Sedangkan semakin besar angin yang digunakan terlihat bahwa jumlah sistem di sebelah kanan gap semakin berkurang. Hal ini berarti angin bintang mengurangi jumlah sistem dengan m core besar. Pengurangan jumlah ini konsisten untuk kedua metode yang digunakan seperti yang ditunjukkan pada gambar VII.9, VII.10, dan VII.11. Diperkirakan munculnya profil double-peak pada distribusi m core bukan karena jumlah sistem dengan m core kecil bertambah tetapi justru sebaliknya. Sistem dengan m core besar semakin berkurang dengan membesarnya angin, karena angin menjadi semakin berpengaruh untuk bintang dengan massa besar. 48
13 Gambar VII.9: Distribusi m core terhadap usia pada saat terjadinya CE untuk dua metode yang berbeda. Sebelah kiri adalah metode α sedangkan sebelah kanan untuk metode γ. Ke arah bawah menunjukkan nilai parameter yang semakin besar, yaitu 0.3, 0.5 dan 1.0 untuk α, 1.5, 1.6 dan 1.7 untuk γ. 49
14 Gambar VII.10: Sama seperti pada gambar VII.9 tetapi dengan angin
15 Gambar VII.11: Sama seperti pada gambar VII.9 tetapi dengan angin 0.5 Jika ditinjau dari usia, sistem yang selamat memiliki usia maksimal sekitar 10 milyar tahun, tidak jauh berbeda dari hasil yang diperoleh Ginanjar (2006). Ini berarti pengubahan limitasi usia dari 10 milyar tahun menjadi 12 milyar tahun tidak terlalu berpengaruh pada hasil. 51
SINTESIS POPULASI DENGAN PROGRAM STAR
Bab VI SINTESIS POPULASI DENGAN PROGRAM STAR Sintesis populasi biasanya dilakukan dengan membuat sekelompok model bintang dengan berbagai massa dan parameter yang diinginkan dan kemudian diikuti evolusinya
Lebih terperinciANGIN BINTANG & HORIZONTAL BRANCH
Bab V ANGIN BINTANG & HORIZONTAL BRANCH Angin bintang adalah sebuah parameter yang mutlak digunakan agar model evolusi yang dibuat lebih realistis, karena sekecil apa pun suatu bintang pastilah memiliki
Lebih terperinciSYARAT BATAS DALAM PEMROGRAMAN
Bab IV SYARAT BATAS DALAM PEMROGRAMAN Sintesis populasi pada tesis ini dilakukan dengan menggunakan parameterparameter yang telah didefinisikan sebelumnya. Pemodelan evolusi bintang dan sintesis populasi
Lebih terperinciSINTESIS POPULASI CATACLYSMIC VARIABLE PADA TAHAP POST COMMON ENVELOPE MENGGUNAKAN ANGIN BINTANG DAN EVOLUSI HORIZONTAL BRANCH
SINTESIS POPULASI CATACLYSMIC VARIABLE PADA TAHAP POST COMMON ENVELOPE MENGGUNAKAN ANGIN BINTANG DAN EVOLUSI HORIZONTAL BRANCH TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. de Jager, C., Nieuwenhuijzen, H., dan van der Hucht, K. A., 1988, Mass Loss Rates in The Hertzsprung-Russel Diagram, A&AS, 72, 259
DAFTAR PUSTAKA de Jager, C., Nieuwenhuijzen, H., dan van der Hucht, K. A., 1988, Mass Loss Rates in The Hertzsprung-Russel Diagram, A&AS, 72, 259 de Kool, M., 1992, Statistics of Cataclysmic Variable Formation,
Lebih terperinciBab V MetodeFunctional Statistics Algorithm (FSA) dalam Sintesis Populasi
31 Bab V MetodeFunctional Statistics Algorithm (FSA) dalam Sintesis Populasi V.1 Mengenal Metode Functional Statistics Algorithm (FSA) Metode Functional Statistics Algorithm (FSA) adalah sebuah metode
Lebih terperinciBab II Dasar Teori Evolusi Bintang
5 Bab II Dasar Teori Evolusi Bintang II.1 Mengenal Diagram Hertzprung-Russel (HR) Ejnar Hertzprung pada tahun 1911 mem-plot sebuah diagram yang menghubungkan antara magnitudo relatif bintang-bintang dalam
Lebih terperinciCATACLYSMIC VARIABLE
Bab III CATACLYSMIC VARIABLE Bintang variable kataklismik atau cataclysmic variable (CV) adalah suatu sistem bintang ganda yang terdiri dari komponen primer bintang katai putih dan pasangannya adalah sebuah
Lebih terperinciHasil dan Analisis. IV.1.2 Pengamatan Data IR1 a) Identifikasi Pola Konveksi Diurnal dari Penampang Melintang Indeks Konvektif
Bab IV Hasil dan Analisis IV.1 Pola Konveksi Diurnal IV.1.1 Pengamatan Data OLR Pengolahan data OLR untuk periode September 2005 Agustus 2006 menggambarkan perbedaan distribusi tutupan awan. Pada bulan
Lebih terperinciBAB III. Proses Fisis Penyebab Fluktuasi Temperatur CMB
BAB III Proses Fisis Penyebab Fluktuasi Temperatur CMB III.1 Penyebab Fluktuasi Struktur di alam semesta berasal dari fluktuasi kuantum di awal alam semesta. Akibat pengembangan alam semesta, fluktuasi
Lebih terperinciBAB IV HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN Dari simulasi yang telah dilakukan didapat hasil sebaran konsentrasi SO 2 dari data emisi pada tanggal 31 Oktober 2003 pada PLTU milik PT. Indorama Synthetics tbk.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan (September-November 2009) di salah satu jalur hijau jalan Kota Bogor yaitu di jalan dr. Semeru (Lampiran
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
21 Analisis output dilakukan terhadap hasil simulasi yang diperoleh agar dapat mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi output. Optimasi juga dilakukan agar output meningkat mendekati dengan hasil
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 DESKRIPSI UMUM Dalam bagian bab 4 (empat) ini akan dilakukan analisis dan pembahasan terhadap permasalahan yang telah dibahas pada bab 3 (tiga) di atas. Analisis akan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Melalui penerapan metode bedahingga dengan interpolasi Lagrange sebagai syarat batas terkait, maka solusi numerik dari dinamika dan interaksi soliton DNA model PBD dapat dicari
Lebih terperinciBAB III PENJELASAN SIMULATOR. Bab ini akan menjelaskan tentang cara pemakaian simulator robot pencari kebocoran gas yang dibuat oleh Wulung.
18 BAB III PENJELASAN SIMULATOR Bab ini akan menjelaskan tentang cara pemakaian simulator robot pencari kebocoran gas yang dibuat oleh Wulung. 3.1 Antar Muka Gambar 0.1 GUI Simulator Error! Reference source
Lebih terperinciBab IV Spektroskopi. IV Obyek Pengamatan. Bintang program: Nama : RS Gru (HD ) α 2000 : 21 h m δ 2000
Bab IV Spektroskopi Pengamatan spektroskopi variabel delta Scuti biasanya dimaksudkan untuk mendeteksi komponen non-radial dari pulsasi. Hal ini membutuhkan resolusi kisi yang tinggi demi dapat mendeteksi
Lebih terperinciBintang Ganda DND-2006
Bintang Ganda Bintang ganda (double stars) adalah dua buah bintang yang terikat satu sama lain oleh gaya tarik gravitasi antar kedua bintang tersebut. Apabila sistem bintang ini lebih dari dua, maka disebut
Lebih terperinciBab VI Perbandingan Model Simulasi menggunakan Metode Monte Carlo dan Metode Functional Statistics Algorithm (FSA)
37 Bab VI Perbandingan Model Simulasi menggunakan Metode Monte Carlo dan Metode Functional Statistics Algorithm (FSA) VI.1 Probabilitas Integral (Integral Kumulatif) Ketika menganalisis distribusi probabilitas,
Lebih terperinciBAB III METODE Tahapan Studi Adapun diagram alur (flowchart) dari studi ini sebagai berikut.
BAB III METODE 3.1 Tahap Penelitian 3.1.1 Tahapan Persiapan Tahapan persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan data dan pengolahan data. Dalam tahap ini dilakukan penyusunan rencana
Lebih terperinciBAB IV STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
BAB IV STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN Adapun hal-hal yang dibahas pada bab ini meliputi hasil analisis lokalisasi kerusakan terhadap objek studi sistem struktur yang telah ditentukan sebelumnya dan mempelajari
Lebih terperinciHUBUNGAN GAMMA-RAY BURST DAN SUPERNOVA
Bab III HUBUNGAN GAMMA-RAY BURST DAN SUPERNOVA Pengamatan menunjukkan bahwa beberapa Gamma-Ray Burst terjadi bersamaan dengan supernova keruntuhan-pusat khususnya supernova tipe Ib/c. Mengingat energi
Lebih terperinciDiagram Segitiga dan Kesetimbangan Cair-Cair
Diagram Segitiga dan Kesetimbangan Cair-Cair Membuat Diagram Segitiga dan Cara Membacanya Kesetimbangan Cair-Cair dalam Diagram Segitiga Contoh dalam Ekstraksi Cair-Cair Setijo Bismo DTK FTUI 25 Nopember
Lebih terperinciBAB 4 EVALUASI DAN ANALISA DATA
BAB 4 EVALUASI DAN ANALISA DATA Pada bab ini akan dibahas tentang evaluasi dan analisa data yang terdapat pada penelitian yang dilakukan. 4.1 Evaluasi inverse dan forward kinematik Pada bagian ini dilakukan
Lebih terperinciBAB III LIMIT DAN KEKONTINUAN FUNGSI
BAB III LIMIT DAN KEKONTINUAN FUNGSI Pembahasan pada bab ini dibagi dalam dua bagian. Pada bagian pertama dibahas it fungsi yang meliputi pengertian, sifat, dan penghitungan nilai it suatu fungsi. Pada
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN ALAT
BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Prinsip Kerja Robot Prinsip kerja robot yang saya buat adalah robot lego mindstorm NXT yang menggunakan sensor ultrasonik yang berfungsi sebagai mata pada robot dengan tambahan
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM
BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada BAB ini, penulis ingin membahas mengenai perencanaan dan implementasi dari Aplikasi tersebut, antara lain Flowchart dari sistem tersebut dan struktur data yang terdapat
Lebih terperinciBab 4. Pembentukan Planet Raksasa. 4.1 Inti Planet Raksasa
Bab 4 Pembentukan Planet Raksasa Bab ini memberikan tinjauan ringkas mengenai pembentukan inti planet raksasa. Sebagaimana telah disinggung, teori pembentukan sistem keplanetan yang banyak diterima dewasa
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Di awal eksperimen dilakukan penimbangan berat model kapal berikut model palka dan muatannya. Penimbangan berat ini dilakukan terhadap setiap perlakuan. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB III PERHITUNGAN DAN VALIDASI SERTA ANALISIS HASIL SIMULASI
BAB III PERHITUNGAN DAN VALIDASI SERTA ANALISIS HASIL SIMULASI 3.1 Perhitungan Hasil Simulasi Analisis dimulai dengan melakukan pemodelan dan perhitungan numerik menggunakan program simulasi DINI. Dalam
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada musim kemarau yaitu bulan Mei sampai Juli 2007 berlokasi di Laboratorium Lapangan Bagian Ternak Perah, Departemen Ilmu
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Sebelum melakukan analisis dengan penerapan simulasi Monte Carlo dan VaR,
BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisa Harga Saham BBCA Sebelum melakukan analisis dengan penerapan simulasi Monte Carlo dan VaR, penulis akan menganalisa pergerakan harga saham BBCA. Data yang diperlukan dalam
Lebih terperinci1. Gambaran permukaan bumi di atas suatu media gambar biasa disebut... a. atlas c. globe b. peta d. skala
1. Gambaran permukaan bumi di atas suatu media gambar biasa disebut... a. atlas c. globe b. peta d. skala 2. Berikut ini ciri-ciri peta, kecuali... a. Berjudul c. bermata angin b. berskala d. bersampul
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise Peta sebaran SPL dan salinitas berdasarkan cruise track Indomix selengkapnya disajikan pada Gambar 6. 3A 2A
Lebih terperinciLecture Notes On Algorithms and Data Structures. Oleh Thompson Susabda Ngoen
Lecture Notes On Algorithms and Data Structures AVL TREE Oleh Thompson Susabda Ngoen Universitas Bina Nusantara Fakultas Ilmu Komputer 2003 Thompson S.N. AVL TREE 1 AVL TREE Binary Search Tree BST dibuat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Gelombang dan klasifikasinya. Gelombang adalah suatu gangguan menjalar dalam suatu medium ataupun tanpa medium. Dalam klasifikasinya gelombang terbagi menjadi yaitu :. Gelombang
Lebih terperinci.: Analisis Gerombol - Bagian 2 :.
seri tulisan data mining.: Analisis Gerombol - Bagian 2 :. Penggerombolan Tak Berhirarki - Algoritma k-means Bagus Sartono bagusco@gmail.com June 4, 2016 Abstract Pada seri tulisan ini akan dipaparkan
Lebih terperinciBab IV. Hasil dan Pembahasan
Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab ini memaparkan hasil sintesis, karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit La 1-x Sr x FeO 3-δ (LSFO) dengan x = 0,2 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6
Lebih terperinciIV PEMBAHASAN. jika λ 1 < 0 dan λ 2 > 0, maka titik bersifat sadel. Nilai ( ) mengakibatkan. 4.1 Model SIR
9 IV PEMBAHASAN 4.1 Model SIR 4.1.1 Titik Tetap Untuk mendapatkan titik tetap diperoleh dari dua persamaan singular an ) sehingga dari persamaan 2) diperoleh : - si + s = 0 9) si + )i = 0 didapat titik
Lebih terperinciGambar 3.1 Lintasan Pengukuran
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif analitik yaitu metode mengumpulkan data tanpa melakukan akuisisi data secara langsung
Lebih terperinciCAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 10 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM
CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 0 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM Cahaya Cermin 0. EBTANAS-0-2 Bayangan yang terbentuk oleh cermin cekung dari sebuah benda setinggi h yang ditempatkan pada jarak lebih kecil
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI 3.1. PENDAHULUAN
BAB III METODOLOGI 3.1. PENDAHULUAN Dalam melakukan studi Tugas Akhir diperlukan metodologi yang akan digunakan agar studi ini dapat berjalan sesuai dengan koridor yang telah direncanakan di awal. Dalam
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. diperlukan suatu pengumpulan data dan fakta yang lengkap, relevan dan objektif
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk mendapatkan perumusan, analisa dan pemecahan masalah, maka diperlukan suatu pengumpulan data dan fakta yang lengkap, relevan dan objektif serta
Lebih terperinciTabel 1 Sudut terjadinya jarak terdekat dan terjauh pada berbagai kombinasi pemilihan arah acuan 0 o dan arah rotasi HASIL DAN PEMBAHASAN
sudut pada langkah sehingga diperoleh (α i, x i ).. Mentransformasi x i ke jarak sebenarnya melalui informasi jarak pada peta.. Melakukan analisis korelasi linier sirkular antara x dan α untuk masingmasing
Lebih terperinciXpedia Fisika DP SNMPTN 05
Xpedia Fisika DP SNMPTN 05 Doc. Name: XPFIS9910 Version: 2012-06 halaman 1 Sebuah bola bermassa m terikat pada ujung sebuah tali diputar searah jarum jam dalam sebuah lingkaran mendatar dengan jari-jari
Lebih terperincimatematika PEMINATAN Kelas X SISTEM PERTIDAKSAMAAN LINEAR DAN KUADRAT K13 A. Pertidaksamaan Linear B. Daerah Pertidaksamaan Linear
K13 Kelas matematika PEMINATAN SISTEM PERTIDAKSAMAAN LINEAR DAN KUADRAT Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi pertidaksamaan
Lebih terperinci4 PERHITUNGAN DAN ANALISIS
Bab 4 4 PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 PENENTUAN PARAMETER TANAH 4.1.1 Parameter Kekuatan Tanah c dan Langkah awal dari perencanaan pembangunan terowongan adalah dengan melakukan kegiatan penyelidikan tanah.
Lebih terperinciDEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH UMUM
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH UMUM Tes Seleksi Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2004 Materi Uji : ASTRONOMI Waktu :
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Proses Pencabangan model DTMC SIR
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Proses Pencabangan model DTMC SIR Proses pencabangan suatu individu terinfeksi berbentuk seperti diagram pohon dan diasumsikan bahwa semua individu terinfeksi adalah saling independent
Lebih terperinciθ = 1.22 λ D...1 point θ = 2R d...2 point θ Bulan θ mata = 33.7 θ Jupiter = 1.7
Soal & Kunci Jawaban 1. [HLM] Diketahui diameter pupil mata adalah 5 mm. Dengan menggunakan kriteria Rayleigh, (a) hitunglah limit resolusi sudut mata manusia pada panjang gelombang 550 nm, (b) hitunglah
Lebih terperinci12/1/ Pengaturan 2.Keseimbangan 3.Warna 4.Legibilitas (Kemudahan dibaca) 5.Menarik
Perancangan Visual Unsur Visual (Foto, gambar, grafik) TIM Media Pembelajaran FT Unsur teks/huruf 1.Pengaturan 2.Keseimbangan 3.Warna 4.Legibilitas (Kemudahan dibaca) 5.Menarik a. Perataan b. Bentuk c.
Lebih terperinciKARAKTERISTIK GAMMA-RAY BURST
Bab II KARAKTERISTIK GAMMA-RAY BURST Gamma-Ray Burst (GRB) merupakan fenomena semburan sinar-gamma yang berlangsung secara singkat dan intensif. Energi yang terlibat dalam semburan ini mencapai 10 54 erg
Lebih terperinciVI. PEMBAHASAN. dengan metode kemungkinan maksimum, tetapi terhadap
89 VI. PEMBAHASAN Pada analisis yang menggunakan pendekatan model acak satu faktor (model persamaan 4.1), metode kuadrat terkecil secara umum memberikan hasil dugaan yang berbeda dengan metode kemungkinan
Lebih terperinciTEORI RESIKO ELEMENTER
TEORI RESIKO ELEMETER Ringkasan: Pada bagian ini, kita mengembangkan beberapa hubungan antara cadangan, premi, biaya keamanan dan tingkat retensi yang berguna untuk asuransi umum. Hubungan ini didasarkan
Lebih terperinciDEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
TUGAS AKHIR PENGATURAN OUTPUT GENERATOR INDUKSI DENGANN STATIC SYNCHRONOUS COMPENSATOR (STATCOM) PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan sarjana
Lebih terperinciSUMBER Z DAN SUMBER ATOLL
Bab IV SUMBER Z DAN SUMBER ATOLL Pengamatan obyek-obyek LMXB yang terus menerus dilakukan mengantarkan kita pada klasifikasi baru berdasarkan analisis diagram dua warna sinar-x, diantaranya sumber Z dan
Lebih terperinciSolusi Penyelesaian Persamaan Laplace dengan Menggunakan Metode Random Walk Gapar 1), Yudha Arman 1), Apriansyah 2)
Solusi Penyelesaian Persamaan Laplace dengan Menggunakan Metode Random Walk Gapar 1), Yudha Arman 1), Apriansyah 2) 1) Program Studi Fisika Jurusan Fisika Universitas Tanjungpura 2)Program Studi Ilmu Kelautan
Lebih terperinciALAT YANG DIPERLUKAN TALI SLINKI PEGAS
Getaran dan Gelombang ALAT YANG DIPERLUKAN TALI SLINKI PEGAS BANDUL Amplitudo Amplitudo (A) Amplitudo adalah posisi maksimum benda relatif terhadap posisi kesetimbangan Ketika tidak ada gaya gesekan, sebuah
Lebih terperinciBAB IV PERMODELAN POISSON S RATIO. Berikut ini adalah diagram alir dalam mengerjakan permodelan poisson s ratio.
94 BAB IV PERMODELAN POISSON S RATIO 4.1 Work Flow Permodelan Poisson Ratio Berikut ini adalah diagram alir dalam mengerjakan permodelan poisson s ratio. Selain dari data seismic, kita juga membutuhkan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. langsung melihat database yang digunakan dengan cara menekan tombol open
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Program Peramalan 4.1.1 Tampilan Layar Pada saat pertama kali menjalankan program peramalan ini, user akan dihadapkan pada tampilan program seperti Gambar 4.1. Pada kondisi
Lebih terperinciPERBANDINGAN KURVA PADA DISTRIBUSI UNIFORM DAN DISTRIBUSI BINOMIAL
Statistika, Vol., No., Mei PERBANDINGAN KURVA PADA DISTRIBUSI UNIFORM DAN DISTRIBUSI BINOMIAL Moh. Yamin Darsyah, Dwi Haryo Ismunarti Program Studi S Statistika Universitas Muhammadiyah Semarang, Jl. Kedung
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 1.1 JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Jenis penelitian deskriptif (Narbuko dan Achmadi, 2008) adalah jenis penelitian yang berusaha
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA...
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv KATA PENGANTAR... v INTISARI... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL...
Lebih terperinci2.6. Tipe Chart Line Charts Bar Charts
2.6. Tipe Chart Mari kita lihat tiga jenis chart yang paling populer : Line chart Bar chart Candlestick chart Sekarang, kami akan menjelaskan masing-masing grafik. Line Charts Sebuah Line Chart ditarik
Lebih terperinciDEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PROFIL DAN JUMLAH SUDU PADA VARIASI KECEPATAN ANGIN TERHADAP DAYA DAN PUTARAN TURBIN ANGIN SAVONIUS MENGGUNAKAN SUDU PENGARAH DENGAN LUAS SAPUAN ROTOR 0,90 M 2 SKRIPSI Skripsi
Lebih terperinciDefinisi Arus. Pergerakkan horizontal massa air. Penyebab
Definisi Arus Pergerakkan horizontal massa air Penyebab Fakfor Penggerak (Angin) Perbedaan Gradien Tekanan Perubahan Densitas Pengaruh Pasang Surut Air Laut Karakteristik Arus Aliran putaran yang besar
Lebih terperinci1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN
1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Pada bab ini akan dibahas pengaruh dasar laut tak rata terhadap perambatan gelombang permukaan secara analitik. Pengaruh dasar tak rata ini akan ditinjau melalui simpangan
Lebih terperinciBAB 4 ANALISA SISTEM
52 BAB 4 ANALISA SISTEM 4.1 Analisa Input Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya, variabel - variabel input yang digunakan dalam program disesuaikan dengan rumus yang sudah didapat. Hal ini dimaksudkan
Lebih terperinciBAB IV SIMULASI PENGARUH PERCEPATAN GEMPABUMI TERHADAP KESTABILAN LERENG PADA TANAH RESIDUAL HASIL PELAPUKAN TUF LAPILI
BAB IV SIMULASI PENGARUH PERCEPATAN GEMPABUMI TERHADAP KESTABILAN LERENG PADA TANAH RESIDUAL HASIL PELAPUKAN TUF LAPILI 4.1. LONGSORAN DI DAERAH PENELITIAN Di daerah penelitian banyak ditemukan kasus longsoran.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Banten. Sumber-sumber gempa di Banten terdapat pada zona subduksi pada pertemuan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tanggal 17 Juni 2006 gempa sebesar 6,8 skala Richter mengguncang Banten. Sumber-sumber gempa di Banten terdapat pada zona subduksi pada pertemuan lempeng Ausralia
Lebih terperinciDesain Sistem Kendali Rotary Pendulum dengan Sliding-PID
Desain Sistem Kendali Rotary Pendulum dengan Sliding-PID Oleh: Muntari (2106 100 026) Pembimbing: Hendro Nurhadi, Dipl.-Ing., Ph.D. 1 Seminar Proposal Tugas Akhir S1 Teknik Mesin 19 Juli 2013 Pendahuluan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM SISTEM VIDEO KAMERA VIDEO KELOMPOK : 6 ISA MAHFUDI NIM KELAS / Abs : JTD-2A / 13
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM VIDEO KAMERA VIDEO KELOMPOK Oleh : 3 ISA MAHFUDI NAMA ISA MAHFUDI : ISA MAHFUDI NIM. 1141160018 NIM (NIM. 1141160018) : 1141160018 KELAS / Abs : JTD-2A / 13 KELOMPOK : 6 Kelompok
Lebih terperinciKondisi seperti tersebut dapat dikatakan bahwa antara flux (Ф) dan tegangan (e) terdapat geseran fasa sebesar π / 2 radian atau 90 o.
Bila dua buah gelombang dengan persamaan Ф = Фm cos ωt dan e = Em sin ωt dilukiskan secara bersama dalam satu susunan sumbu Cartesius seperti pada Gambar 1, maka terlihat bahwa kedua gelombang tersebut
Lebih terperinciDefinisi yang sama dapat diberikan untuk limit tak hingga sepihak.
Lecture 4. Limit C A. Infinite Limits Definisi 4.1 Notasi lim f(x) = Menyatakan bahwa nilai f(x) membesar tanpa batas jika nilai x semakin dekat dengan a, tetapi tidak sama dengan a. lim f(x) = lim f(x)
Lebih terperinciBAB 4 PENERAPAN DGS PADA ANTENA SUSUN MULTIBAND
BAB 4 PENERAPAN PADA ANTENA SUSUN MULTIBAND 4.1 ANTENA SINGLE ELEMENT MULTIBAND Perancangan antena single element multiband melalui beberapa tahap penelitian. Pertama dilakukan penelitian single element
Lebih terperinciRiwayat Bintang. Alexandre Costa, Beatriz García, Ricardo Moreno, Rosa M Ros
Riwayat Bintang Alexandre Costa, Beatriz García, Ricardo Moreno, Rosa M Ros International Astronomical Union - Comm. 46 Escola Secundária de Loulé, Portugal Universidad Tecnológica Nacional, Argentina
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengantar Pada Bab ini akan dilakukan pembahasan untuk menetapkan beban overbooking melalui model penghitungan. Untuk dapat melakukan penghitungan tersebut, terlebih dahulu
Lebih terperinciPhase (Fase) vs Delay vs Time (Waktu) 2007
Pertanyaan apakah menambahkan delay dan pergeseran fase adalah dua hal sama? Apakah beda delay dan fase? Apakah korelasinya? Adalah pertanyaan pertanyaan yang sering timbul di dunia audio dan tidak banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kendaraan. truk dengan penambahan pada bagian atap kabin truk berupa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 SUBYEK PENELITIAN Pengerjaan penelitian dalam tugas akhir ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kendaraan truk dengan penambahan pada bagian atap
Lebih terperinciDistribusi Frekuensi, Penyajian Data Histogram, Polygon dan Kurva Ogive
Modul ke: 02 Zulkifli, Fakultas Ekonomi dan Bisnis STATISTIK BISNIS Distribusi Frekuensi, Penyajian Data Histogram, Polygon dan Kurva Ogive SE., MM. Program Studi Akuntansi S1 Distribusi Frekuensi Distribusi
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 GRAFIK PENGUKURAN PORT TUNGGAL
LAMPIRAN 1 GRAFIK PENGUKURAN PORT TUNGGAL 1.1 Pengukuran Return Loss Antena Mikrostrip Array 2 Elemen Grafik hasil pengukuran return loss dari antena mikrostrip array 2 elemen dapat dilihat pada Gambar
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Sumber Data
13 METODE PENELITIAN Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil simulasi melalui pembangkitan dari komputer. Untuk membangkitkan data, digunakan desain model persamaan struktural
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Secara umum, inti dari dibuatnya metode penelitian adalah untuk menguraikan tata cara penelitian ini dilakukan. Tujuan dari adanya metodologi ini adalah untuk mempermudah
Lebih terperinciPENENTUAN HIPOSENTER GEMPABUMI DI WILAYAH PROVINSI ACEH PERIODE JANUARI Oleh ZULHAM SUGITO 1
PENENTUAN HIPOSENTER GEMPABUMI DI WILAYAH PROVINSI ACEH PERIODE JANUARI 2018 Oleh ZULHAM SUGITO 1 1 PMG Stasiun Geofisika Mata Ie Banda Aceh Pendahuluan Aktifitas tektonik di Provinsi Aceh dipengaruhi
Lebih terperinciDAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN...
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang
Lebih terperinciBAB II Tinjauan Pustaka
BAB II Tinjauan Pustaka Pada bab ini dibahas mengenai konsep-konsep yang mendasari ekstraksi unsur jalan pada citra inderaja. Uraian mengenai konsep tersebut dimulai dari ekstraksi jalan, deteksi tepi,
Lebih terperinciM-5 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG CAHAYA TAMPAK
M-5 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG CAHAYA TAMPAK I. TUJUAN Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan besar panjang gelombang dari cahaya tampak dengan menggunakan konsep difraksi dan interferensi. II.
Lebih terperinciTENTANG UTS. Penentuan Cadangan, hal. 1
TENTANG UTS Soal 1: Jawaban umumnya tidak fokus atau straight ke pertanyaan/ masalah yang diajukan. Key words dalam pertanyaan di atas tekanan saturasi, sedangkan dalam banyak jawaban di bawah tekanan
Lebih terperinciKARAKTERISASI FIBER BRAGG GRATING (FBG) TIPE UNIFORM DENGAN MODULASI AKUSTIK MENGGUNAKAN METODE TRANSFER MATRIK
KARAKTERISASI FIBER BRAGG GRATING (FBG) TIPE UNIFORM DENGAN MODULASI AKUSTIK MENGGUNAKAN METODE TRANSFER MATRIK Pipit Sri Wahyuni 1109201719 Pembimbing Prof. Dr. rer. nat. Agus Rubiyanto, M.Eng.Sc ABSTRAK
Lebih terperinciBAB III. KECEPATAN GRUP DAN RAPAT KEADAAN BAB IV. SUHU KRITIS...52 BAB VI. DAFTAR PUSTAKA...61
DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN...i HALAMAN PERSEMBAHAN...ii PRAKATA...iii DAFTAR ISI...v DAFTAR GAMBAR...vii DAFTAR SINGKATAN...xi DAFTAR LAMBANG...xii INTISARI...xiv ABSTRACT...xv BABI. PENDAHULUAN...16
Lebih terperinciLEMBAR PERNYATAAN DEWAN PENGUJI
2006 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL LUAR... i HALAMAN JUDUL DALAM... ii LEMBAR PENGESAHAN...... iii LEMBAR PERNYATAAN DEWAN PENGUJI... iv ABSTRAK... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL...
Lebih terperinciBAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding
14 BAB III. TEORI DASAR 3.1. Prinsip Dasar Metode Gayaberat 3.1.1. Teori Gayaberat Newton Teori gayaberat didasarkan oleh hukum Newton tentang gravitasi. Hukum gravitasi Newton yang menyatakan bahwa gaya
Lebih terperinciBAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS
BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS Simulasi MIMO OFDM dengan teknik spatial multiplexing ini menggunakan berbagai macam parameter, yang mana dapat dilihat pada tabel 4.1. Pada simulasi, digunakan tiga
Lebih terperincidan 3. Jumlah partisi vertikal (m) dari kiri ke kanan beturut-turut adalah 1, 2, 3, 4, dan 5. akurasi =.
dan 3. Jumlah partisi vertikal (m) dari kiri ke kanan beturut-turut adalah 1, 2, 3, 4, dan 5. Gambar 5 Macam-macam bentuk partisi citra. Ekstraksi Fitur Pada tahap ini semua partisi dari citra dihitung
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA
BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA.1 PERHITUNGAN DATA Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data mentah berupa temperatur kerja fluida pada saat pengujian, perbedaan head tekanan, dan waktu
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN III.
III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kawasan Industri Kota Tangerang, khususnya di Kecamatan Jatiuwung (Gambar 4) dan dilaksanakan pada Bulan April sampai dengan Mei
Lebih terperinciFisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi
Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi Getaran dan Gelombang Hukum Hooke F s = - k x F s adalah gaya pegas k adalah konstanta pegas Konstanta pegas adalah ukuran kekakuan dari
Lebih terperinciBAB IV SIMULASI PEMBANDINGAN PERILAKU PENDUGA FUNGSI INTENSITAS LOKAL PROSES POISSON PERIODIK DENGAN BANDWIDTH OPTIMAL DAN BANDWIDTH OPTIMAL ASIMTOTIK
BAB IV SIMULASI PEMBANDINGAN PERILAKU PENDUGA FUNGSI INTENSITAS LOKAL PROSES POISSON PERIODIK DENGAN BANDWIDTH OPTIMAL DAN BANDWIDTH OPTIMAL ASIMTOTIK Pada bagian ini dilakukan simulasi untuk membandingkan
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. commit to user
BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Chen, et al (2012) melakukan penelitian mengenai mekanisme munculnya cogging torque dari motor sinkron permanen magnet, dengan tujuan untuk meningkatkan performa
Lebih terperinciSistem Kristal dan Kisi Bravais
Sistem Kristal dan Kisi Bravais Sistem kristal dapat dibagi ke dalam 7 sistem kristal. Adapun ke tujuh sistem kristal tersebut adalah Kubus, tetragonal, ortorombik, heksagonal, trigonal, monoklin, dan
Lebih terperinci