SUMBER Z DAN SUMBER ATOLL
|
|
- Hadi Indradjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab IV SUMBER Z DAN SUMBER ATOLL Pengamatan obyek-obyek LMXB yang terus menerus dilakukan mengantarkan kita pada klasifikasi baru berdasarkan analisis diagram dua warna sinar-x, diantaranya sumber Z dan sumber Atoll (HK89). Pada paper tersebut, analisis data dilakukan terhadap 16 LMXB yang diperoleh dari satelit EXOSAT (lihat tabel IV.1). IV.1 Timing Properties EXOSAT merupakan salah satu satelit yang dimanfaatkan untuk mencatat foton-foton sinar-x yang terdeteksi. Foton yang tercatat itu, jika di-plot terhadap waktu pengamatan, maka terbentuklah sebuah kurva cahaya. Fotonfoton yang terdeteksi memiliki intensitas tertentu, dan dapat kita analisis perilakunya untuk mengetahui proses fisis yang sedang terjadi pada obyek LMXB. Intensitas foton yang bergantung terhadap waktu itu disebut Timing Properties(lihat gambar IV.1). IV.2 Spectral Behaviour Pada LMXB, foton yang kita terima didominasi oleh pancaran sinar-x dari piringan akresinya. Jika kita ingin mempelajari fisis LMXB, terutama struktur fisis bintang kompaknya, hingga saat ini para astronom mencoba menganalisisnya melalui perilaku pancaran sinar-x yang dihasilkannya. Foton-foton sinar-x itu dihasilkan dalam beragam rentang energi, dari tingkat energi yang rendah atau disebut soft X-ray hingga energi tinggi yang disebut hard X- ray. Perilaku foton pada suatu rentang energi itulah yang disebut Spectral Behaviour(lihat gambar IV.2). 20
2 Gambar IV.1: count rate GX 5-1 sebagai fungsi waktu (Mitsuda et al, 1984) IV.3 Analisis Fourier Untuk mengetahui perilaku foton sinar-x pada LMXB, agar lebih mudah menganalisisnya, biasanya para astronom mengkonversi terlebih dahulu dari kurva cahaya menjadi Power Density (PD). Salah satu caranya menggunakan transformasi Fourier. Pada dasarnya, sinyal yang kita terima dapat kita pandang sebagai superposisi dari sejumlah gelombang termasuk noise. Untuk mengetahui periodisitas sinyal tersebut, salah satu caranya menggunakan Fast Fourier Transform. Sebagai contoh, dapat dilihat pada gambar IV.3. Prinsip dasar untuk melakukan analisis Fourier yaitu berdasarkan transformasi Fourier. Karena data pengamatan yang kita dapatkan tidak kontinu, maka transformasi yang digunakan yaitu transformasi Fourier diskrit. Secara 21
3 Gambar IV.2: (atas) Contoh spektrum dari Sco X-1 dengan jeda waktu pengamatan 60 menit. (bawah) Ratio kedua spektrum di atas dalam fungsi energi (Mitsuda et al, 1984) matematika, sinyal yang terdeteksi dapat didefinisikan sebagai berikut: X j = N x k exp (i2πjk/n) k=1 (IV.1) dimana j [ (N/2)...(N/2) 1] dengan frekuensi: ω j = 2πν j (IV.2) dari persamaan IV.1 dan IV.2, maka harga power density dapat ditulis: P j =A X j 2 (IV.3) 22
4 Gambar IV.3: Kiri: Kurva cahaya GX 5-1 diambil oleh satelit Tenma. Kanan:Kurva Power Density setelah dilakukan transformasi fourier (Mitsuda et al, 1984) A merupakan konstanta normalisasi: A = 1 N (IV.4) Sehingga jika ditampilkan dalam kurva PD, kita dapat mengetahui berapa power dalam setiap frekuensi. Fast Fourier Transform yaitu algoritma komputer untuk menghitung transformasi Fourier diskrit secara efisien. Data pada algoritma itu memiliki jumlah bin N pangkat 2. Selain kurva PD, kita dapat memplot diagram dua warna. Diagarm dua warna sinar-x berbeda dengan diagram dua warna dalam optik. Diagram dua warna optik memang disebut seperti itu karena sumbu x dan y merupakan rasio dari warna-warna U, B dan V. Sementara pada sinar-x, rentang panjang gelombangnya tidak terbagi ke dalam warna-warna, namun berdasarkan rentang energi. Diagram dua warna disusun berdasarkan plot hardness ratio. Hardness ratio yaitu rasio dari rentang energi tinggi dan rendah. Untuk mendapatkan hardness ratio, awalnya kita bagi dua dari suatu rentang energi. Energi yang lebih rendah disebut sebagai soft, dan energi yang tinggi disebut sebagai hard. Daerah soft dan hard dibagi lagi menjadi dua. Misalkan pada daerah soft, kita tentukan rentangnya antara kev 23
5 Gambar IV.4: Kiri:Kurva cahaya dalam setiap rentang energi. Rebin dilakukan untuk mendapatkan hardness ratio.kanan: 6 Plot hard harness ratio vs softhardness ratio (Mitsuda et al, 1984; HK89) dan kev. Untuk mendapatkan hardness ratio, dilakukan pembagian terhadap kedua rentang di atas. Agar porsinya sama, setiap daerah dilakukan rebin. Misal yang tadinya 1 bin = 4 s, setelah dilakukan rebin menjadi 1 bin = 100 s. Setelah itu, hal yang sama dilakukan terhadap rentang hard X-ray. Jika rentang hard X-ray antara kev, dan kita bagi dua menjadi kev dengan kev. Untuk mendapatkan hardness ratio, secara sederhana dapat ditulis dalam persamaan berikut. soft = energidalamrentang(1 2.5) energidalamrentang(2.5 10) (IV.5) hard = energidalamrentang(10 16) energidalamrentang(16 20) (IV.6) IV.3.1 Quasi Periodic Oscillation (QPO) van der Klis (1985) pertama kali menemukan fenomena osilasi yang tidak begitu periodik pada GX 5-1. Periodisitas LMXB dapat dicari dengan analisis Fourier. Pada kurva cahaya PD, kita dapat melihat berapa power yang ada dalam setiap frekuensinya. Jika obyek tersebut tidak memiliki periodisitas, 24
6 Gambar IV.5: Cyg X-2 dan GX 17+2 menunjukkan QPO pada kurva PD (HK89) maka di kurva PD yang kita temukan hanya noise. Sebaliknya, jika ada periodisitas, kita akan menemukan pada suatu frekuensi, terdapat power yang paling tinggi dibanding yang lainnya dengan puncak yang sempit. Pada GX 5-1, puncak power memiliki rentang frekuensi yang lebar. Periodenya bervariasi dalam rentang frekuensi tersebut. Karena periodenya selalu berubah, disebut sebagai QPO. Pada obyek-obyek LMXB terang, QPO seringkali terlihat. Keberadaan QPO ini menjadi salah satu karakteristik dari sumber Z. Mekanisme fisis terjadinya QPO masih belum diketahui dengan pasti. Berbagai teori dikemukakan untuk menjelaskan proses QPO itu. Titarchuk et al.,1999 memprediksi proses terjadinya QPO dengan model Centrifugal Barrier (CB). CB merupakan wilayah transisi aliran akresi yang di dalamnya diperkirakan terjadi osilasi. Resonansi antara kecepatan sudut angular di dalam piringan dan variasi dalam area emisi menyebabkan osilasi sepanjang wilayah transisi yang menghasilkan QPO dalam fluks sinar-x. Prinsip dasar yang dilakukan berdasarkan korelasi antara fluks sinar-x dan frekuensi QPO. 25
7 IV.4 Sumber Z Penemuan Sco X-1 membuatnya terus menerus diamati oleh para astronom. Beberapa hasil menyatakan bahwa Sco X-1 merupakan sistem bintang ganda dengan komponen bintang kompak adalah Bintang Neutron. Selain Sco X- 1, obyek LMXB terang lainnya yaitu Cyg X-2. Plot hardness ratio Sco X-1 atau Cyg X-2 dilakukan ke dalam diagram dua warna sinar-x. Titik-titik yang tampak pada diagram tersebut membentuk jejak huruf Z, sehingga dikenal dengan nama sumber Z. Sumber Z terbagi menjadi 3 segmen yang saling terhubung. Segmen pertama yang membentuk titik-titik secara horizontal, disebut sebagai Horizontal Branch (HB). Kemudian, diikuti oleh Normal Branch (NB) dan Flaring Branch (FB). Beberapa LMXB lain ada juga yang tidak menunjukkan FB. Gambar IV.6: Sumber Z dari Cyg X-2 yang menunjukkan ketiga cabangnya(hk89) Gambar IV.9 menunjukkan pola yang sedikit lebih halus dibanding gambar IV.8. Daerah abu-abu pada gambar IV.9 menandakan terjadinya pergeseran bentuk dari yang sebelumnya. Gierlinski dan Done (2001) menyatakan bahwa pergeseran tersebut akibat perbedaan absorpsi. Selain itu, pergerakan dari HB ke FB, terjadi dengan menyusuri jejak tanpa adanya lompatan. 26
8 Gambar IV.7: Sumber Z dengan tiga komponennya, HB, NB, dan FB yang diamati oleh Rossi X-ray Timing Explorer (RXTE) (Chakrabarty et al, 2002) IV.4.1 Horizontal Branch (HB) Berbagai variasi intensitas yang besar dengan hardness ratio yang relatif konstan pada diagram dua warna, disebut sebagai Horizontal Branch (HB). HK89 menyatakan bahwa pada kurva PSD dari HB, tampak adanya puncak yang lebar dengan rentang frekuensi antara Hz, disebut sebagai HB QPO (lihat gambar IV.7). HB QPO di fit dengan fungsi Lorentzian berikut (IV.7). f QP O (ν) = A (ν ν QP O + ( ) 2 δν (IV.7) 2 Dengan A yaitu konstanta normalisasi, ν frekuensi dan δν yaitu lebar frekuensi. HB QPO berasosiasi dengan red noise yang frekuensinya dibawah 1 Hz dan disebut sebagai Low Frequency Noise (LFN). Selain itu, terlihat juga noise yang bentuknya mirip dengan LFN, namun berada pada frekuensi yang tinggi, dan disebut High Frequency Noise (HFN). Walaupun memiliki bentuk yang sama, frekuensi cut off antara LFN dan HFN sangat berbeda. Frekuensi cut off HFN cukup besar, yaitu antara 25 hingga > 100 Hz. HFN dapat dideskripsikan sebagai power law dengan cut off eksponensial dinyatakan sebagai berikut. P (ν) = ν α exp(ν/ν cut ) (IV.8) Dimana P merupakan power yang bergantung terhadap frekuensi ν, dan indeks power law. 27
9 Gambar IV.8: Diagram Hardness Ratio vs Intensitas menunjukkan rentang QPO pada setiap cabang(van der Klis, 1989) IV.4.2 Normal Branch(NB) dan Flaring Branch(FB) Normal Branch (NB) yaitu kondisi cabang sumber Z dengan intensitas semakin menurun ke arah Flaring Branch (FB). QPO juga terdeteksi di NB dengan frekuensi yang lebih rendah dibanding HB QPO, yaitu sekitar 5-7 Hz. LFN hampir jarang ditemukan dan yang ada hanya HFN. Jika NB QPO bertransisi ke FB, frekuensi QPO akan meningkat hingga berada antara Hz dalam FB. FB QPO pertama kali ditemukan di Sco X-1 dan GX Dari kedua sumber tampak adanya QPO yang bervariasi antara Hz. Kadang-kadang, FB QPO bergabung dengan NB QPO pada intensitas frekuensi yang lebih kuat, tampak dari sudut NB QPO bergerak ke FB QPO (lihat gambar 4.10). Komponen noise lain yang terdeteksi di NB, berada pada rentang Hz, disebut sebagai Very Low Frequency Noise (VLFN). Bentuk fungsional VLFN yaitu: f V LF N (ν) = Aν α (IV.9) Selain komponen VLFN, HFN juga terdeteksi pada NB-FB. 28
10 Gambar IV.9: Sumber Atoll yang terdiri dari Island State (I), Lower Banana (LB) dan Upper Banana (UB)(HK89) IV.5 Sumber Atoll Hasil analisis terhadap 16 LMXB yang diambil dari EXOSAT, memberikan klasifikasi selain sumber Z, dan dikenal dengan sumber Atoll. Sumber Atoll terdiri dari 2 bagian yang terpisah, yaitu Banana State dan Island State. Penamaan keduanya mengikuti bentuk pada diagram dua warna yang mirip dengan fuzzy banana dan pulau karang. IV.5.1 Banana State Sumber Atoll memiliki karakteristik yang berbeda dibanding sumber Z. Pada diagram dua warna, bagian yang mirip dengan fuzzy banana disebut sebagai Banana State. Banana State terbagi lagi menjadi 2, yaitu upper banana dan lower banana. HK89 mendapatkan bahwa dari 16 LMXB yang dianalisis, diantaranya terdapat 10 obyek yang masuk ke dalam klasifikasi sumber Atoll. Dengan 4 obyek hanya menunjukkan pola Banana State. Dengan merujuk pada diagram dua warnanya, jika dilihat di kurva PD, akan tampak adanya perbedaan jika dibandingkan dengan sumber Z. Perbedaan tersebut nampak jelas dari titik-titik power density yang di plot dari Banana State, tidak ada 29
11 Gambar IV.10: Diagram dua warna untuk sumber-sumber Atoll yang hampir mirip dengan jejak huruf Z didapatkan dari pengamatan Rossi X-Ray Timing Explorer (RXTE). Untuk membedakan keduanya, akan lebih jelas jika dilihat dari kurva PD (Chakrabarty et al,2002) tonjolan yang menunjukkan adanya QPO. IV.5.2 Island State Salah satu bagian dari sumber Atoll yang mirip dengan pulau disebut sebagai Island State. Island State ini cenderung muncul pada intensitas yang lebih rendah dibandingkan dengan Banana State. Perbedaan antara Banana State dengan Island State lebih mudah dilihat dari Power Spectral Density, dibanding diagram dua warna. Dari gambar IV.16, tampak bahwa kurva yang dibentuk oleh Banana State dan Island State tidak sama. Kita dapat melihat perbedaan yang jelas pada 4U yang memiliki spectra Banana State dan Island State yang terpisah. Untuk Banana State, VLFN tampak mendominasi dibanding HFN. Sementara untuk Island State, hampir tidak menunjukkan adanya VLFN, namun memiliki HFN yang kuat. Sementara itu, untuk 4U dan 4U , tampak 30
12 Gambar IV.11: Banana State yang mirip dengan fuzzy banana (HK89) Gambar IV.12: Upper Banana dan Lower Banana yang tidak menunjukkan adanya QPO. Power Spectral Density didominasi oleh VLFN (HK89) 31
13 Gambar IV.13: Sumber Atoll dengan bagian-bagiannya. Untuk 2 obyek paling bawah, hanya menunjukkan pola Island State, karena data yang diambil dari EXOSAT tidak lengkap (HK89) 32
14 Gambar IV.14: HFN tampak sangat dominan pada PD dibandingkan dengan LFN ataupun VLFN yang sangat lemah dan hampir dapat diabaikan (HK89) 33
15 untuk Island State pada kurva PD menampakkan VLFN yang lemah. Hal ini berbeda dengan 4U yang tidak memiliki VLFN, namun lebih didominasi HFN. Perbedaan antara Island State dengan Banana State telah dibahas oleh HK89. HK89 mendapatkan bahwa Island State terjadi pada intensitas yang lebih rendah dibanding Banana State. Informasi terbaru mengenai sumber Atoll dapat dilihat pada gambar IV.12 yang diambil oleh satelit Rossi X-ray Timing Explorer (RXTE). Bentuk yang tampak pada diagram dua warnanya sedikit berbeda dengan bentuk yang ada di gambar IV.15. Sekilas, kita akan mengira bahwa gambar IV.12 merupakan sumber Z, karena jejaknya cukup mirip dengan huruf Z dengan cabang yang terpisah. Namun, hal itu tidak benar, karena hal yang menjadi karakteristik lain sumber Z yaitu adanya QPO, tidak ada pada sumber Atoll. 34
16 Tabel IV.1: 16 LMXB diantaranya terdapat sumber Z yang terlebih dahulu diketahui (Charles dan Seward, 1995, Tab. 8.1) Source Obs Start time duration soft hard Cyg X :176:23: :318:23: GX :269:11: :119:20: :239:15: Sco X :056:03: :070:04: GX :249:22: :250:19: :232:11: :258:16: :093:05: GX :090:16: :096:20: GX :243:08: U :236:15: :227:11: GX :122:06: :094:11: GX :270:00: GX :082:00: :264:20: U :270:05: :106:11: :231:11: :265:21:
17 Tabel IV.2: Lanjutan...16 LMXB diantaranya terdapat sumber Z yang terlebih dahulu diketahui (Charles dan Seward, 1995, Tab. 8.1) Source Obs Start time duration soft hard GX :266:13: :083:22: :247:04: U :110:16: U :218:19: U :211:02: :254:09: :276:17: U :187:20: :071:13:
1. Jika FB QPO diabaikan, Power Spectral Density antara FB dan Banana. 2. Jika HB QPO diabaikan, Power Spectral Densityantara HB dan Island
Bab V PEMBAHASAN Menurut HK89, hubungan sumber Z dan sumber Atoll dapat diasumsikan sebagai berikut: 1. Jika FB QPO diabaikan, Power Spectral Density antara FB dan Banana State, memiliki kemiripan. 2.
Lebih terperinciKORELASI ANTARA SPECTRAL BEHAVIOUR DAN TIMING PROPERTIES PADA LOW MASS X-RAY BINARIES (LMXBs)
KORELASI ANTARA SPECTRAL BEHAVIOUR DAN TIMING PROPERTIES PADA LOW MASS X-RAY BINARIES (LMXBs) TUGAS AKHIR Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung
Lebih terperinciKARAKTERISTIK GAMMA-RAY BURST
Bab II KARAKTERISTIK GAMMA-RAY BURST Gamma-Ray Burst (GRB) merupakan fenomena semburan sinar-gamma yang berlangsung secara singkat dan intensif. Energi yang terlibat dalam semburan ini mencapai 10 54 erg
Lebih terperinciLow Mass X-ray Binary
Bab II Low Mass X-ray Binary Sco X-1 merupakan obyek yang pertama kali ditemukan sebagai sumber sinar- X di luar Matahari (Giacconi et al., 1962). Berbagai pengamatan dilakukan untuk mencari sumber sinar-x
Lebih terperinciHubungan 1/1 filter oktaf. =Frekuesi aliran rendah (s/d -3dB), Hz =Frekuesi aliran tinggi (s/d -3dB), Hz
Hubungan 1/1 filter oktaf f 1 f 2 f 1 = 2 1/2f c f 1 = 2 1/2f c f 1 = 2f c1 = frekuensi tengah penyaring =Frekuesi aliran rendah (s/d -3dB), Hz =Frekuesi aliran tinggi (s/d -3dB), Hz Analisis oktaf sepertiga,
Lebih terperinciBAB III. Proses Fisis Penyebab Fluktuasi Temperatur CMB
BAB III Proses Fisis Penyebab Fluktuasi Temperatur CMB III.1 Penyebab Fluktuasi Struktur di alam semesta berasal dari fluktuasi kuantum di awal alam semesta. Akibat pengembangan alam semesta, fluktuasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 1. Metode Penelitian Penelitian menggunakan metode deskriptif melalui pendekatan kuantitatif. Fenomena yang ada merupakan fenomena alam berupa kumpulan bintang-bintang dalam gugus
Lebih terperinciCATATAN KULIAH PENGANTAR SPEKSTOSKOPI. Diah Ayu Suci Kinasih Departemen Fisika Universitas Diponegoro Semarang 2016
CATATAN KULIAH PENGANTAR SPEKSTOSKOPI Diah Ayu Suci Kinasih -24040115130099- Departemen Fisika Universitas Diponegoro Semarang 2016 PENGANTAR SPEKTROSKOPI Pengertian Berdasarkan teori klasik spektoskopi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. dari suara tersebut dapat dilihat, sehingga dapat dibandingkan, ataupun dicocokan dengan
23 BAB III METODOLOGI 3.1 Metodologi Penelitian Penelitian ini ingin membangun sistem yang dapat melakukan langkah dasar identifikasi, yaitu melakukan ektraksi suara Gamelan Bonang, dengan ekstrasi ini,
Lebih terperinciBAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA
BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA Tujuan Instruksional Umum Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perambatan gelombang, yang merupakan hal yang penting dalam sistem komunikasi serat optik. Pembahasan
Lebih terperinciKOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T
Data dan Sinyal Data yang akan ditransmisikan kedalam media transmisi harus ditransformasikan terlebih dahulu kedalam bentuk gelombang elektromagnetik. Bit 1 dan 0 akan diwakili oleh tegangan listrik dengan
Lebih terperinciKONSEP DAN TERMINOLOGI ==Terminologi==
TRANSMISI DATA KONSEP DAN TERMINOLOGI ==Terminologi== Direct link digunakan untuk menunjukkan jalur transmisi antara dua perangkat dimana sinyal dirambatkan secara langsung dari transmitter menuju receiver
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.. Respon Impuls Akustik Ruangan. Respon impuls akustik suatu ruangan didefinisikan sebagai sinyal suara yang diterima oleh suatu titik (titik penerima, B) dalam ruangan akibat suatu
Lebih terperinciOPTIMASI RANCANGAN FILTER BANDPASS AKTIF UNTUK SINYAL LEMAH MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Studi Kasus: Sinyal EEG
OPTIMASI RANCANGAN FILTER BANDPASS AKTIF UNTUK SINYAL LEMAH MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Studi Kasus: Sinyal EEG Oleh : Ellys Kumala P (1107100040) Dosen Pembimbing Dr. Melania Suweni Muntini, MT JURUSAN
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. spektrofotometer UV-Vis dan hasil uji serapan panjang gelombang sampel dapat
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian diawali dengan pembuatan sampel untuk uji serapan panjang gelombang sampel. Sampel yang digunakan pada uji serapan panjang gelombang sampel adalah
Lebih terperinciSatuan Besaran dalam Astronomi. Dr. Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB
Satuan Besaran dalam Astronomi Dr. Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB Kompetensi Dasar X.3.1 Memahami hakikat fisika dan prinsipprinsip pengukuran (ketepatan, ketelitian dan aturan angka penting) X.4.1 Menyajikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi di bidang informasi spasial dan fotogrametri menuntut sumber data yang berbentuk digital, baik berformat vektor maupun raster. Hal ini dapat
Lebih terperinciHUBUNGAN GAMMA-RAY BURST DAN SUPERNOVA
Bab III HUBUNGAN GAMMA-RAY BURST DAN SUPERNOVA Pengamatan menunjukkan bahwa beberapa Gamma-Ray Burst terjadi bersamaan dengan supernova keruntuhan-pusat khususnya supernova tipe Ib/c. Mengingat energi
Lebih terperinciBAB III TEORI DASAR. 3.1 Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. Seismologi adalah ilmu yang mempelajari gempa bumi dan struktur dalam bumi
20 BAB III TEORI DASAR 3.1 Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik Seismologi adalah ilmu yang mempelajari gempa bumi dan struktur dalam bumi dengan menggunakan gelombang seismik yang dapat ditimbulkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
58 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Data Pengambilan data dilakukan dengan spesifikasi yang telah ditentukan sebagai berikut: Pengujian : Sembilan kecepatan motor (1000 RPM, 1200 RPM, 1400 RPM,
Lebih terperinciMODUL 5 EKSTRAKSI CIRI SINYAL WICARA
MODUL 5 EKSTRAKSI CIRI SINYAL WICARA I. TUJUAN - Mahasiswa mampu melakukan estimasi frekuensi fundamental sinyal wicara dari pengamatan spektrumnya dan bentuk gelombangnya - Mahasiswa mampu menggambarkan
Lebih terperinciPencocokan Citra Digital
BAB II DASAR TEORI II.1 Pencocokan Citra Digital Teknologi fotogrametri terus mengalami perkembangan dari sistem fotogrametri analog hingga sistem fotogrametri dijital yang lebih praktis, murah dan otomatis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PSD Bab I Pendahuluan 1
BAB I PENDAHULUAN Pengolahan Sinyal Digital (Digital Signal Processing, disingkat DSP) adalah suatu bagian dari sain dan teknologi yang berkembang pesat selama 40 tahun terakhir. Perkembangan ini terutama
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
7 d) phase spectrum, dengan persamaan matematis: e) coherency, dengan persamaan matematis: f) gain spektrum, dengan persamaan matematis: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Geografis dan Cuaca Kototabang
Lebih terperinciBab 3. Transmisi Data
Bab 3. Transmisi Data Bab 3. Transmisi Data 1/34 Outline Terminologi dan Konsep Transmisi Data Media Transmisi Konsep Domain Waktu Konsep Domain Frekuensi Transmisi Analog Transmisi Digital Gangguan Transmisi
Lebih terperinciSINYAL. Adri Priadana ilkomadri.com
SINYAL Adri Priadana ilkomadri.com Pengertian Sinyal Merupakan suatu perubahan amplitude dari tegangan atau arus terhadap waktu (time). Data yang dikirimkan dalam bentuk analog ataupun digital. Sinyal
Lebih terperinciPENGKLASIFIKASIAN TINGKAT DANGEROUS DRIVING BEHAVIOR MENGGUNAKAN DATA ELEKTROENSEFALOGRAFI (EEG) DENGAN PENDEKATAN MACHINE LEARNING
PENGKLASIFIKASIAN TINGKAT DANGEROUS DRIVING BEHAVIOR MENGGUNAKAN DATA ELEKTROENSEFALOGRAFI (EEG) DENGAN PENDEKATAN MACHINE LEARNING Nama : Alisca Damayanti NPM : 50412648 Jurusan : Teknik Informatika Fakultas
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
52 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Distribusi Hiposenter Gempa dan Mekanisme Vulkanik Pada persebaran hiposenter Gunung Sinabung (gambar 31), persebaran hiposenter untuk gempa vulkanik sangat terlihat adanya
Lebih terperinciSeminar Nasional APTIKOM (SEMNASTIKOM), Hotel Lombok Raya Mataram, Oktober 2016
IMPLEMENTASI ALGORITMA FAST FOURIER TRANSFORM DAN MEAN SQUARE PERCENTAGE ERROR UNTUK MENGHITUNG PERUBAHAN SPEKTRUM SUARA SETELAH MENGGUNAKAN FILTER PRE-EMPHASIS Fitri Mintarsih 1, Rizal Bahaweres 2, Ricky
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN PEMBUATAN PROTOTIPE BAND PASS FILTER UNTUK OPTIMASI TRANSFER DAYA PADA SINYAL FREKUENSI RENDAH; STUDI KASUS : SINYAL EEG
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PROTOTIPE BAND PASS FILTER UNTUK OPTIMASI TRANSFER DAYA PADA SINYAL FREKUENSI RENDAH; STUDI KASUS : SINYAL EEG LISA SAKINAH (07 00 70) Dosen Pembimbing: Dr. Melania Suweni Muntini,
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengambilan Contoh Dasar Gambar 16 merupakan hasil dari plot bottom sampling dari beberapa titik yang dilakukan secara acak untuk mengetahui dimana posisi target yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matahari merupakan sumber energi terbesar di Bumi. Tanpa Matahari
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matahari merupakan sumber energi terbesar di Bumi. Tanpa Matahari mungkin tidak pernah ada kehidupan di muka Bumi ini. Matahari adalah sebuah bintang yang merupakan
Lebih terperinciKomunikasi Data Kuliah 3 Transmisi Data
Komunikasi Data Kuliah 3 Transmisi Data Komunikasi Data 1/32 Terminolog1 (1) Transmitter Penerima Media Media guide e.g. twisted pair, serat optik Media unguide e.g. udara, air, hampa udara Komunikasi
Lebih terperinciJaringan Komputer. Transmisi Data
Jaringan Komputer Transmisi Data Terminologi (1) Transmitter Receiver Media Transmisi Guided media Contoh; twisted pair, serat optik Unguided media Contoh; udara, air, ruang hampa Terminologi (2) Hubungan
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN MENGENAI SENSOR LASER
41 BAB IV TINJAUAN MENGENAI SENSOR LASER 4.1 Laser Laser atau sinar laser adalah singkatan dari Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation, yang berarti suatu berkas sinar yang diperkuat dengan
Lebih terperinciAngin Meridional. Analisis Spektrum
menyebabkan pola dinamika angin seperti itu. Proporsi nilai eigen mempresentasikan seberapa besar pengaruh dinamika angin pada komponen utama angin baik zonal maupun meridional terhadap keseluruhan pergerakan
Lebih terperinciBab II Dasar Teori Evolusi Bintang
5 Bab II Dasar Teori Evolusi Bintang II.1 Mengenal Diagram Hertzprung-Russel (HR) Ejnar Hertzprung pada tahun 1911 mem-plot sebuah diagram yang menghubungkan antara magnitudo relatif bintang-bintang dalam
Lebih terperinci(2) dengan adalah komponen normal dari suatu kecepatan partikel yang berhubungan langsung dengan tekanan yang diakibatkan oleh suara dengan persamaan
Getaran Teredam Dalam Rongga Tertutup pada Sembarang Bentuk Dari hasil beberapa uji peredaman getaran pada pipa tertutup membuktikan bahwa getaran teredam di dalam rongga tertutup dapat dianalisa tidak
Lebih terperinciData and Computer BAB 3
William Stallings Data and Computer Communications BAB 3 Transmisi Data Terminologi (1) Transmitter Receiver Media Transmisi Guided media Contoh; twisted pair, serat optik Unguided media Contoh; udara,
Lebih terperinciBab II Teori Dasar. Gambar 2.1 Diagram blok sistem akuisisi data berbasis komputer [2]
Bab II Teori Dasar 2.1 Proses Akuisisi Data [2, 5] Salah satu fungsi utama suatu sistem pengukuran adalah pembangkitan dan/atau pengukuran tehadap sinyal fisik riil yang ada. Peranan perangkat keras (hardware)
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dicolokan ke komputer, hal ini untuk menghindari noise yang biasanya muncul
37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Pengambilan Database Awalnya gitar terlebih dahulu ditala menggunakan efek gitar ZOOM 505II, setelah ditala suara gitar dimasukan kedalam komputer melalui
Lebih terperinci3. Analisis Spektral 3.1 Analisis Fourier
3. Analisis Spektral 3.1 Analisis Fourier Hampir semua sinyal Geofisika dapat dinyatakan sebagai suatu dekomposisi sinyal ke dalam fungsi sinus dan cosinus dengan frekuensi yang berbeda-beda (juga disebut
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DATA POLA INTERFERENSI FRINJI PADA SISTEM INTERFEROMETER SAGNAC
BAB 4 ANALISIS DATA POLA INTERFERENSI FRINJI PADA SISTEM INTERFEROMETER SAGNAC Pada bab 4 ini dibahas hanya setup Interferometer Sagnac pasif menggunakan konfigurasi triangle dengan jarak antara satu cermin
Lebih terperinciBAB IV OSILATOR HARMONIS
Tinjauan Secara Mekanika Klasik BAB IV OSILATOR HARMONIS Osilator harmonis terjadi manakala sebuah partikel ditarik oleh gaya yang besarnya sebanding dengan perpindahan posisi partikel tersebut. F () =
Lebih terperinci#2 Dualisme Partikel & Gelombang Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya
#2 Dualisme Partikel & Gelombang Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya Kerangka materi Tujuan: Memberikan pemahaman tentang sifat dualisme partikel dan gelombang
Lebih terperinciGambar 3.1 Lintasan Pengukuran
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif analitik yaitu metode mengumpulkan data tanpa melakukan akuisisi data secara langsung
Lebih terperinciLABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2015/2016
LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2015/2016 JUDUL AMPITUDE SHIFT KEYING GRUP 4 3A PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penerapan Cadzow Filtering Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan meningkatkan strength tras seismik yang dapat dilakukan setelah koreksi NMO
Lebih terperinciBAB IV SINYAL DAN MODULASI
DIKTAT MATA KULIAH KOMUNIKASI DATA BAB IV SINYAL DAN MODULASI IF Pengertian Sinyal Untuk menyalurkan data dari satu tempat ke tempat yang lain, data akan diubah menjadi sebuah bentuk sinyal. Sinyal adalah
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Remote Sensing (Penginderaan Jauh)
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Remote Sensing (Penginderaan Jauh) Remote Sensing didefinisikan sebagai ilmu untuk mendapatkan informasi mengenai obyek-obyek pada permukaan bumi dengan analisis data yang
Lebih terperinciudara maupun benda padat. Manusia dapat berkomunikasi dengan manusia dari gagasan yang ingin disampaikan pada pendengar.
BAB II DASAR TEORI 2.1 Suara (Speaker) Suara adalah sinyal atau gelombang yang merambat dengan frekuensi dan amplitudo tertentu melalui media perantara yang dihantarkannya seperti media air, udara maupun
Lebih terperinciOXEA - Alat Analisis Unsur Online
OXEA - Alat Analisis Unsur Online OXEA ( Online X-ray Elemental Analyzer) didasarkan pada teknologi fluoresens sinar X (XRF) yang terkenal di bidang laboratorium. Dengan bantuan dari sebuah prosedur yang
Lebih terperinciOleh : Chatief Kunjaya. KK Astronomi, ITB
Oleh : Chatief Kunjaya KK Astronomi, ITB Kompetensi Dasar XI.3.10 Menganalisis gejala dan ciri-ciri gelombang secara umum XII.3.1 Menerapkan konsep dan prinsip gelombang bunyi dan cahaya dalam teknologi
Lebih terperinciMenyebutkan prinsip umum sinyal bicara dan musik Mengetahui Distorsi Mengetahui tentang tranmisi informasi Mengetahui tentang kapasitas kanal
Menyebutkan prinsip umum sinyal bicara dan musik Mengetahui Distorsi Mengetahui tentang tranmisi informasi Mengetahui tentang kapasitas kanal dua macam sumber informasi, yaitu ide-ide yang bersumber dari
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Lifeform Karang Secara Visual Karang memiliki variasi bentuk pertumbuhan koloni yang berkaitan dengan kondisi lingkungan perairan. Berdasarkan hasil identifikasi
Lebih terperinciMOTOR DRIVER. Gambar 1 Bagian-bagian Robot
ACTION TOOLS OUTPUT INFORMATION MEKANIK MOTOR MOTOR DRIVER CPU SISTEM KENDALI SENSOR Gambar 1 Bagian-bagian Robot Gambar 1 menunjukkan bagian-bagian robot secara garis besar. Tidak seluruh bagian ada pada
Lebih terperinciStatistika. Analisis Data Time Series. 13-Sep-16. h2p://is5arto.staff.ugm.ac.id
Universitas Gadjah Mada Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Prodi Pascasarjana Teknik Sipil Statistika Analisis Data Time Series 1 Analisis Data Time Series Acuan Haan, C.T., 1982, Sta+s+cal Methods in
Lebih terperinciMODUL V FISIKA MODERN RADIASI BENDA HITAM
1 MODUL V FISIKA MODERN RADIASI BENDA HITAM Tujuan instruksional umum : Agar mahasiswa dapat memahami tentang radiasi benda hitam Tujuan instruksional khusus : Dapat menerangkan tentang radiasi termal
Lebih terperinciPENENTUAN KESTABILAN SPARKING SPEKTROMETER EMISI MENGGUNAKAN BAHAN PADUAN ALUMINIUM
ISSN 1979-2409 Penentuan Kestabilan Sparking Spektrometer Emisi Menggunakan Bahan Paduan Aluminium (Agus Jamaludin, Djoko Kisworo, Darma Adiantoro) PENENTUAN KESTABILAN SPARKING SPEKTROMETER EMISI MENGGUNAKAN
Lebih terperinciPEMODELAN NUMERIK RESPON DINAMIK STRUKTUR TURBIN ANGIN AKIBAT PEMBEBANAN GELOMBANG AIR DAN ANGIN
PEMODELAN NUMERIK RESPON DINAMIK STRUKTUR TURBIN ANGIN AKIBAT PEMBEBANAN GELOMBANG AIR DAN ANGIN Medianto NRP : 0321050 Pembimbing : Olga Pattipawaej, Ph.D FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada citra, terutama citra digital dapat disebabkan oleh noise sehingga mengakibatkan penurunan kualitas citra tersebut (Gunara, 2007). Derau atau noise merupakan
Lebih terperinciTerminolog1 (1) Transmitter Penerima Media. Media guide. Media unguide. e.g. twisted pair, serat optik. e.g. udara, air, hampa udara
Transmisi Data Terminolog1 (1) Transmitter Penerima Media Media guide e.g. twisted pair, serat optik Media unguide e.g. udara, air, hampa udara Terminologi (2) Direct link tidak ada intermediasi devices
Lebih terperinciGambar 2.1 Perangkat UniTrain-I dan MCLS-modular yang digunakan dalam Digital Signal Processing (Lucas-Nulle, 2012)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Digital Signal Processing Pada masa sekarang ini, pengolahan sinyal secara digital yang merupakan alternatif dalam pengolahan sinyal analog telah diterapkan begitu luas. Dari
Lebih terperinciALGORITHMA FAST FOURIER TRASFORM (FFT) UNTUK ANALISIS POLA CURAH HUJAN DI KALIMANTAN BARAT
ALGORITHMA FAST FOURIER TRASFORM (FFT) UTUK AALISIS POLA CURAH HUJA DI KALIMATA BARAT Andi Ihwan Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura, Pontianak, e-mail: iwankonjo@yahoo.com Abstrak Secara garis
Lebih terperincis(t) = C (2.39) } (2.42) atau, dengan menempatkan + )(2.44)
2.9 Analisis Fourier Alasan penting untuk pusat osilasi harmonik adalah bahwa virtually apapun osilasi atau getaran dapat dipecah menjadi harmonis, yaitu getaran sinusoidal. Hal ini berlaku tidak hanya
Lebih terperinciDERET FOURIER DAN APLIKASINYA DALAM FISIKA
Matakuliah: Fisika Matematika DERET FOURIER DAN APLIKASINYA DALAM FISIKA Di S U S U N Oleh : Kelompok VI DEWI RATNA PERTIWI SITEPU (8176175004) RIFKA ANNISA GIRSANG (8176175014) PENDIDIKAN FISIKA REGULER
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. LED (Light Emitting Diode) LED (Light Emitting Diode) adalah dioda yang memancarkan cahaya jika diberi tegangan tertentu. LED terbuat dari bahan semikonduktor tipe-p (pembawa
Lebih terperinciHASIL DAN ANALISIS. Karakteristik Hasil Evolusi
Bab VII HASIL DAN ANALISIS Sintesis populasi dengan simulasi Monte Carlo memberikan sekitar 220.000 percobaan untuk 1300 sistem bintang ganda progenitor. Sistem bintang progenitor sebelumnya telah diseleksi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Pengukuran kecepatan..., Sayuti Syamsuar U, FT UI, 2009.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan teknologi alat ukur sudut arah Ψ (heading) berbasis Strapdown Inertial Navigation menggunakan sensor Ring Laser Gyro (RLG) dan Interferometer Fiber Optic
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia termasuk daerah yang rawan terjadi gempabumi karena berada pada pertemuan tiga lempeng, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Aktivitas kegempaan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus
26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian 3.1.1 Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus mempergunakan data semburan radio Matahari tipe II yang
Lebih terperinciBAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik
BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK 2.1 Umum elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik seperti yang diilustrasikan pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Raman merupakan teknik pembiasan sinar yang memiliki berbagai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Dasar Spektroskopi Raman Raman merupakan teknik pembiasan sinar yang memiliki berbagai keunggulan dalam penggunaannya. Dalam spektrum Raman tidak ada dua molekul yang
Lebih terperinciPENDEKATAN TEORITIK. Elastisitas Medium
PENDEKATAN TEORITIK Elastisitas Medium Untuk mengetahui secara sempurna kelakuan atau sifat dari suatu medium adalah dengan mengetahui hubungan antara tegangan yang bekerja () dan regangan yang diakibatkan
Lebih terperinciRay Tracing S1 Teknik Informatika
Ray Tracing S1 Teknik Informatika 1 Definisi Ray tracing adalah salah satu dari banyak teknik yang ada untuk membuat gambar dengan komputer. Ide dibalik ray tracing adalah bahwa gambar yang benar secara
Lebih terperinciHASIL DAN ANALISA. 3.1 Penentuan Batas Penetrasi Maksimum
BAB 3 HASIL DAN ANALISA 3.1 Penentuan Batas Penetrasi Maksimum Zonasi kedalaman diperlukan untuk mendapatkan batas penetrasi cahaya ke dalam kolom air. Nilai batas penetrasi akan digunakan dalam konversi
Lebih terperinci#2 Dualisme Partikel & Gelombang (Sifat Partikel dari Gelombang) Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya
#2 Dualisme Partikel & Gelombang (Sifat Partikel dari Gelombang) Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya Kerangka materi Tujuan: Memberikan pemahaman tentang sifat
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENGUKURAN LAPANGAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA SEISMOELEKTRIK
BAB IV HASIL PENGUKURAN LAPANGAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA SEISMOELEKTRIK 4.1 Data Hasil Pengukuran Lapangan Dalam bab ini akan dijelaskan hasil-hasil yang diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan
Lebih terperinciKOMUNIKASI DATA Teknik Pengkodean Sinyal. Fery Antony, ST Universitas IGM
KOMUNIKASI DATA Teknik Pengkodean Sinyal Fery Antony, ST Universitas IGM Gambar Teknik Pengkodean dan Modulasi a) Digital signaling: sumber data g(t), berupa digital atau analog, dikodekan menjadi sinyal
Lebih terperinciPREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini.
PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini. Dari gambar dapat disimpulkan bahwa tebal keping adalah... A. 4,30 mm B. 4,50 mm C. 4,70
Lebih terperinciSTAR FORMATION RATE (SFR) PADA GALAKSI YANG BERINTERAKSI
Bab IV STAR FORMATION RATE (SFR) PADA GALAKSI YANG BERINTERAKSI IV.1 Star Formation Rate (SFR) di Galaksi Star formation adalah suatu peristiwa pembentukan bintang yang terjadi di suatu daerah. Sebagai
Lebih terperinciANALYSIS OF TIME SERIES DATA (EL NINO and Sunspot) BASED ON TIME- FREQUENCY
ANALISIS DATA TIME SERIES (EL NINO dan SUNSPOT) BERBASIS WAKTU- FREKUENSI Marnianty Muin, Bannu Abdul Samad, Halmar Halide, Eko Juarlin Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Lebih terperincipembuatan sensor kristal fotonik pendeteksi gas ozon. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Transmitansi (%) Panjang gelombang (nm)
6 3.3.3. Pengenceran dan pembuatan kurva kalibrasi a) Optimalisasi alat spektrofotometer sesuai dengan petunjuk penggunaan alat. b) Larutan penjerap 1 ml yang sudah dilakukan penjerapan dibagi dua, 5 ml
Lebih terperinciMODUL. Nyquist dan Efek Aliasing, dan Transformasi Fourier Diskrit
MODUL Nyquist dan Efek Aliasing, dan Transformasi Fourier Diskrit PENDAHULUAN Pada awalnya kita hanya mengenal sinyal atau isyarat analog dan kontinyu (terus menerus tanpa ada jeda sedikitpun, misalnya
Lebih terperinciGelombang sferis (bola) dan Radiasi suara
Chapter 5 Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara Gelombang dasar lain datang jika jarak dari beberapa titik dari titik tertentu dianggap sebagai koordinat relevan yang bergantung pada variabel akustik.
Lebih terperinciModulasi Sudut / Modulasi Eksponensial
Modulasi Sudut / Modulasi Eksponensial Modulasi sudut / Modulasi eksponensial Sudut gelombang pembawa berubah sesuai/ berpadanan dengan gelombang informasi kata lain informasi ditransmisikan dengan perubahan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
19 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik. Dalam mengidentifikasi semburan radio Matahari (solar
Lebih terperinciPRINSIP UMUM. Bagian dari komunikasi. Bentuk gelombang sinyal analog sebagai fungsi waktu
TEKNIK MODULASI PRINSIP UMUM PRINSIP UMUM Bagian dari komunikasi Bentuk gelombang sinyal analog sebagai fungsi waktu PRINSIP UMUM Modulasi merupakan suatu proses dimana informasi, baik berupa sinyal audio,
Lebih terperinciPertemuan 3 Perbaikan Citra pada Domain Spasial (1) Anny Yuniarti, S.Kom, M.Comp.Sc
Pertemuan 3 Perbaikan Citra pada Domain Spasial (1), S.Kom, M.Comp.Sc Tujuan Memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai berbagai teknik perbaikan citra pada domain spasial, antara lain : Transformasi
Lebih terperinciIII. TEORI DASAR. dan mampu dicatat oleh seismograf (Hendrajaya dan Bijaksana, 1990).
17 III. TEORI DASAR 3.1. Gelombang Seismik Gelombang adalah perambatan suatu energi, yang mampu memindahkan partikel ke tempat lain sesuai dengan arah perambatannya (Tjia, 1993). Gerak gelombang adalah
Lebih terperinciFrekuensi Dominan Dalam Vokal Bahasa Indonesia
Frekuensi Dominan Dalam Vokal Bahasa Indonesia Tjong Wan Sen #1 # Fakultas Komputer, Universitas Presiden Jln. Ki Hajar Dewantara, Jababeka, Cikarang 1 wansen@president.ac.id Abstract Pengenalan ucapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Inovasi di dalam teknologi telekomunikasi berkembang dengan cepat dan selaras dengan perkembangan karakteristik masyarakat modern yang memiliki mobilitas tinggi, mencari
Lebih terperinciSPEKTROSKOPI INFRA MERAH (IR)
SPEKTROSKOPI INFRA MERAH (IR) Spektrum Elektromagnetik tinggi tinggi Frekuensi (ν) Energi rendah rendah X-RAY ULTRAVIOLET INFRARED MICRO- WAVE RADIO FREQUENCY Ultraviolet Visible Vibrasi Infrared Resonansi
Lebih terperinciKomunikasi Data POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA. Lecturer: Sesi 5 Data dan Sinyal. Jurusan Teknik Komputer Program Studi D3 Teknik Komputer
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA Jurusan Teknik Komputer Program Studi D3 Teknik Komputer Lecturer: M. Miftakul Amin, S. Kom., M. Eng. Komunikasi Data Sesi 5 Data dan Sinyal 2015 Komunikasi Data 1 Data & Sinyal
Lebih terperinciPOLITEKNIK NEGERI JAKARTA
LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2012/2013 JUDUL ( FSK) FREQUENCY SHIFT KEYING GRUP 1 TELKOM 3D PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK
Lebih terperinciSISTEM IDENTIFIKASI STRUKTUR DENGAN MENGGUNAKAN METODE FREQUENCY DOMAIN DECOMPOSITION-NATURAL EXCITATION TECHNIQUE
Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 SISTEM IDENTIFIKASI STRUKTUR DENGAN MENGGUNAKAN METODE FREQUENCY DOMAIN DECOMPOSITION-NATURAL EXCITATION TECHNIQUE Richard
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tari Fitriani, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matahari merupakan sumber energi utama perubahan kondisi lingkungan antariksa. Matahari terus-menerus meradiasikan kalor, radiasi elektromagnetik pada seluruh panjang
Lebih terperinciDASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Arjuni Budi P. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK-UPI
DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Pendahuluan Telekomunikasi = Tele -- komunikasi Tele = jauh Komunikasi = proses pertukaran informasi Telekomunikasi = Proses pertukaran
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA PENGUKURAN JARAK MENGGUNAKAN INFRA MERAH DAN ULTRASONIK
60 BAB IV ANALISIS DATA PENGUKURAN JARAK MENGGUNAKAN INFRA MERAH DAN ULTRASONIK 4.1 Karakteristik Infra Merah Untuk pengukuran, digunakan konversi intensitas dari fototransistor menjadi nilai tegangan
Lebih terperinciSTUDI PUSTAKA PERUBAHAN KERAPATAN ELEKTRON LAPISAN D IONOSFER MENGGUNAKAN PENGAMATAN AMPLITUDO SINYAL VLF
Berita Dirgantara Vol. 11 No. 3 September 2010:80-86 STUDI PUSTAKA PERUBAHAN KERAPATAN ELEKTRON LAPISAN D IONOSFER MENGGUNAKAN PENGAMATAN AMPLITUDO SINYAL VLF Prayitno Abadi Peneliti Bidang Ionosfer dan
Lebih terperinci