Bab II Dasar Teori Evolusi Bintang
|
|
- Shinta Cahyadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 5 Bab II Dasar Teori Evolusi Bintang II.1 Mengenal Diagram Hertzprung-Russel (HR) Ejnar Hertzprung pada tahun 1911 mem-plot sebuah diagram yang menghubungkan antara magnitudo relatif bintang-bintang dalam satu gugus dengan tipe spektral yang mereka miliki. Dua tahun kemudian Henry Russel yang bekerja secara independen, membuat sebuah diagram yang mem-plot antara magnitudo absolut bintang-bintang dekat yang diketahui jaraknya, dengan tipe spektral mereka. Berdasarkan hasil dari Ejnar Hertzprung dan Henry Russel, maka kita mengenal diagram Hertzprung-Russel, yang merupakan diagram yang sangat penting dan menjadi dasar kita memahami bintang. Diagram Hertzprung-Russel atau dikenal dengan diagram HR merupakan plot antara terang intrinsik (luminositas/ magnitudo absolut) pada sumbu vertikal (ordinat) dan temperatur efektif pada sumbu horizontal (absis). Sifat yang dimiliki sumbu vertikal adalah nilainya semakin bertambah ke arah atas, sedangkan untuk sumbu horizontal nilainya bertambah ke arah kiri. Diagram HR biasa dinamakan dengan "Color-Magnitude Diagrams (CMD)". II.2 Memahami Diagram HR Hal utama yang harus kita ketahui adalah bahwa 90% bintang dalam Diagram HR menempati posisi seperti diagonal dari kiri atas ke kanan bawah. Daerah ini dinamakan daerah Deret Utama (Main Sequence). Posisi kiri atas merupakan posisi bintang yang memiliki derajat terang bintang yang tinggi dan panas. Sedangkan posisi kanan bawah memiliki derajat terang bintang yang rendah dan relatif 'dingin'. Matahari kita berada pada pertengahan daerah ini. Sebelah kanan Deret utama, terdapat bintang yang dingin (indeks warnanya : merah) tetapi terang. Karena luminositas hanya bergantung pada temperatur dan massa/ukuran, maka seharusnya bintang-bintang di daerah ini lebih besar daripada bintang-bintang di deret utama. Daerah ini dinamakan Giants (Raksasa) dan Supergiants (Maharaksasa). Pada sudut sebaliknya adalah bintang yang redup, bintang biru yakni bintang panas, bintang kecil atau White Dwarfs (Katai Putih). Sempitnya Deret utama merupakan petunjuk bahwa terdapat hubungan yang kuat antara luminositas dengan massa. Maka dinamakan Relasi Massa-Luminositas. Massa dan Luminositas di-plot dalam skala logaritmik relatif terhadap massa matahari dan luminositas matahari. Maka posisi deret utama
2 6 bergantung pada massa, bintang yang lebih masif lebih panas dan lebih terang Daerah-daerah pada diagram HR yang dijelaskan di atas ditunjukkan dalam gambar II.1 di bawah ini : Sumber : Gambar II. 1 Diagram HR II.3 Interpretasi Diagram HR Bintang yang satu dengan yang lain dapat dibedakan hanya dari massa inisialnya dan usianya. Berdasarkan hal tersebut, kita dapat menginterpretasikan diagram HR dalam dua hal yaitu : a. sebaran titik dalam diagram HR menunjukkan perbedaan usia bintang-bintang. Implikasi dari konsep ini adalah bahwa bintang-bintang dibentuk pada waktu yang berbeda dan kita mengenal ada bintang muda dan bintang tua. Berdasarkan hipotesis ini evolusi bintang dapat diletakkan dalam diagram HR dengan beberapa garis, yang menunjukkan waktu/usia dari bintang mulai terbentuk, dengan perubahan parameter selama waktu tersebut b. parameter gugus bintang, terutama luminositas dan temperatur permukaan, memiliki relasi kuat dengan massa. Massa merupakan parameter yang membedakan pada saat pembentukan. Berbeda titik dalam diagram menunjukkan perbedaan massa bintang. (Prialnik, 1999)
3 7 II.4 Diagram HR untuk Gugus Sutantyo (1984) menjelaskan bahwa bintang dalam satu gugus kemungkinan besar mempunyai asal mula yang sama, yaitu dilahirkan pada saat yang hampir bersamaan dan berasal dari materi yang sama. Oleh karena itu penyelidikan pada gugus bintang dengan berbagai umur penting artinya pada telaah evolusi bintang. Terdapat dua tipe gugus bintang yaitu : a) Gugus Bintang Terbuka (Gugus Galaktik) Gugus bintang terbuka mengandung 100 sampai 1000 bintang yang memiliki kemiripan komposisi kimia dengan matahari. Bintang yang paling terang sebagian besar berwarna biru. Bentuk gugus ini tidak beraturan, memiliki ukuran dalam rentang 1 sampai 20 parsec (pc). Gugus bintang yang telah diketahui hampir 1000 terdapat di galasi kita dan sebagian besar terdapat pada piringan. Beberapa mengandung gas dan debu, sementara yang lain tidak. Contoh gugus bintang terbuka adalah Pleiades dan Praesepe. b) Gugus Bola Gugus bola terkondensasi pada pusatnya. Bentuknya sferis secara virtual. Mengandung sampai dengan bintang. Bintang yang paling terang berwarna merah. Berukuran mencapai 40 parsec (pc). Dalam galaksi kita, gugus bola yang telah diketahui sebanyak 150 buah, terdistribusi secara sferis di pusat galaksi. Gugus ini tidak mengandung gas dan debu. Bintang-bintang penyusunnya secara tipikal memiliki kelimpahan elemen berat, jika dibandingkan dengan matahari memiliki faktor antara Diagram HR dalam suatu gugus bintang dapat digambarkan sebagai hubungan antara magnitudo mutlak dan warna bintang anggotanya. Parameter yang sering digunakan adalah hubungan antara M v dan B-V. Pada gugus galaktik muda hampir semua bintang masih berada di deret utama. Pada gugus galaktik tua, bintang yang massanya besar sudah ber-evolusi meninggalkan deret utama, sedangkan bintang yang massanya kecil masih di deret utama. Begitu juga dengan gugus bola, sebagian besar bintang yang berluminositas besar sudah meninggalkan deret utama. Hal ini menunjukkan bahwa gugus bola merupakan gugus yang tua. Evolusi yang cepat terdapat pada daerah antara cabang horizontal dan
4 8 cabang raksasa. Daerah tersebut adalah gap atau rumpang, yang menunjukkan daerah dengan evolusi yang cepat. Titik pada deret utama yang merupakan perbatasan antara bintang yang masih berada dalam deret utama dan bintang yang sudah meninggalkan deret utama dinamakan titik belok. Semakin rendah letak titik belok, semakin tua gugus tersebut, karena bintang yang bermassa lebih kecil sudah meninggalkan deret utama. Bintang dalam galaksi kita tidak dilahirkan dalam waktu yang bersamaan. Hal ini menunjukkan adanya generasi bintang. Ada bintang generasi tua, dan ada juga bintang generasi muda, yang memiliki ciri yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Pada tahun 1944 W.Baade mengajukan dua macam populasi bintang, yaitu : a) Populasi I : kelompok bintang muda b) Populasi II : kelompok bintang tua Bintang dalam populasi I, terdiri atas bintang maharaksasa biru dan bintang yang terbentuk belum lama berselang, sedangkan bintang dalam populasi II terdiri dari bintang raksasa merah dan bintang tua lainnya. Bintang yang terdapat dalam gugus galaktik, biasanya tergolong populasi I, sedangkan bintang anggota gugus bola tergolong populasi II. Bintang yang letaknya dekat dapat diamati geraknya. Berdasarkan geraknya bintang dapat terbagi menjadi dua golongan yaitu : bintang yang bergerak cepat dan bintang yang bergerak lambat. Dalam diagram HR, bintang yang bergerak cepat menyerupai gugus bola, sedangkan bintang yang bergerak lambat menyerupai gugus galaktik. Hal ini menunjukkan bahwa bintang yang bergerak lambat tergolong populasi I, sedangkan bintang yang bergerak cepat tergolong populasi II. Matahari termasuk bintang yang bergerak lambat, hal ini disebabkan matahari bergerak mengelilingi pusat galaksi dengan kecepatan tinggi. Jika keadaan ini dilihat dari matahari atau dari kita, maka semua bintang ini bergerak lambat karena kita bergerak bersama mereka. Bintang yang bergerak cepat, mengelilingi pusat galaksi dengan kecepatan rendah, hal ini disebabkan bintang yang bergerak cepat tersebut tertinggal oleh gerak matahari, jika titik acuan kita adalah matahari.
5 9 Berdasarkan pengamatan spektroskopi, terdapat fakta yang menunjukkan bahwa di antara bintang populasi I ada yang garis logamnya lemah, dan adapula yang kuat. Garis logam adalah garis spektrum yang berasal dari unsur kimia lebih berat dari helium (He). Bintang ini digolongkan menjadi bintang bergaris kuat dan bintang yang bergaris lemah. Bintang populasi II mengandung unsur berat yang lebih sedikit dibandingkan unsur berat populasi I. J.H. Oort mengajukan klasifikasi populasi bintang secara lebih cermat, yaitu ditunjukkan dalam 5 kelompok. Ciri kelima kelompok tersebut diberikan dalam Tabel II.1. Contoh diagram HR gugus (M5) ditunjukkan pada gambar II.2 di bawah ini: Populasi Bintang Anggotanya Ekstrem I Maharaksasa biru, gugus galaktik Pertengahan I Bintang bergaris kuat Tua I Bintang bergaris lemah Pertengahan II Bintang bergerak cepat Ekstrem II Raksasa merah, gugus bola Kecepatan Gerak (km/detik) Jumlah Elemen Berat (Z) (%) Tabel II. 1 Klasifikasi Populasi Bintang menurut J.H. Oort Gambar II. 2 Contoh Diagram HR Gugus (M5)
6 10 II.5 Isochrone Fitting Diagram HR Gugus Anggaplah bintang-bintang dalam satu gugus memiliki massa yang berbeda yaitu m 1, m 2, m 3,..., m n lahir pada waktu yang sama saat t 0, kemudian berevolusi dan mencapai usia tertentu, yaitu t, dengan massa yang hampir tidak berubah. Itulah gambaran isochrone. Dengan kata lain, isochrone adalah kurva satu dimensi yang tersusun atas titik akhir jejak evolusi bintang-bintang (pada umur tertentu) dengan rentang massa tertentu. Salah satu cara untuk mengestimasi properties gugus bintang dalam diagram HR, misalnya jarak, pemerahan antar bintang, usia dan metalisitas adalah dengan membandingkan diagram observasi dengan isochrone dari komputasi evolusi bintang. Proses ini dinamakan isochrone fitting. Isochrone fitting dilakukan dengan tujuan mencari parameter penting yang didapatkan dari diagram HR dengan cara mencocokkan kurva observasi dengan isochrone teori, sehingga didapatkan parameter penting dalam gugus bintang yang dicari. Dalam mengestimasi usia, daerah dalam diagram HR yang paling sering ditinjau (dianggap paling penting) adalah daerah turn-off (daerah titik belok) pada deret utama. Daerah turn-off adalah daerah dalam diagram HR dalam deret utama yang merupakan perbatasan antara bintang yang masih di deret utama dan bintang yang sudah meninggalkan deret utama. Makin rendah letak titik belok, berarti gugus itu makin tua, karena bintang yang bermassa kecil sudah mulai meninggalkan deret utama. Daerah turn-off dalam deret utama digunakan untuk mengestimasi usia gugus, karena daerah turn-off merupakan daerah yang sensitif sebagai indikator usia. Selain itu, kerapatan populasi dalam deret utama lebih tinggi dibandingkan dengan kerapatan populasi deret utama lanjut. Contoh diagram HR gugus dengan isochronenya ditunjukkan pada gambar II.3 di bawah ini :
7 11 Sumber : Gambar II. 3 Diagram HR Gugus M5 dan Isochrone 11 Milyar tahun II.6 Permasalahan dalam Isochrone Fitting Ketika proses isochrone fitting dilakukan, terdapat beberapa masalah yang timbul, diantaranya adalah : a. Masalah multiple stars Multiple stars adalah sistem bintang yang terdiri atas sistem dua bintang, sistem tiga bintang, dan sistem empat bintang. Dalam proses isochrone fitting multiple stars menjadi masalah yang cukup serius, dalam hal menyebabkan kerapatan titik pada deret utama dalam diagram HR tidak simetris, sehingga isochrone tidak dapat di-fitkan ke tengah deret utama. Dalam hal ini, isochrone fitting hanya berlaku pada daerah tertentu (daerah turn-off) saja, bukan diagram HR secara keseluruhan b. Masalah Daerah Kecil ( Daerah Turn-off) Daerah dalam diagran HR yang paling sering ditinjau adalah daerah kecil, yaitu daerah turn-off. Orang memfokuskan penelitian berbagai hal yang berkaitan dengan evolusi bintang kepada daerah turn-off. Proses isochrone fitting dengan memfokuskan tinjauan kepada daerah turn-off menimbulkan masalah yang cukup serius yaitu kesulitan dalam membedakan usia dari jarak dan parameter lainnya. Paper yang membahas isochrone fitting sering mendiskusikan masalah trade offs antara parameter. Contohnya adalah usia dan jarak. Padahal usia dan jarak memiliki perbedaan efek yang sangat jauh terhadap diagram HR. Usia berpengaruh kepada bentuk distribusi, sedangkan jarak hanya menyebabkan pergeseran vertikal. Trade
8 12 offs antara parameter dapat dilakukan hanya pada daerah kecil (turn off), karena usia dan jarak memiliki korelasi sangat tinggi. Sedangkan usia dan jarak memiliki korelasi yang rendah jika dilakukan pada seluruh diagram. c. Isochrone Fitting tidak memanfaatkan sebuah kuantitas yang teramati dan akurat dalam diagram HR. Terdapat sebuah kuantitas teramati dan akurat yang dapat membantu dalam proses isochrone fitting Kuantitas tersebut adalah areal density, yang menyatakan jumlah populasi data pada sebuah area luas. Kita akan memanfaatkan konsep areal density dalam simulasi model. II.7 Konsep Areal Density dalam distribusi data Ketika kita mem-plot data dalam sebuah diagram, data akan tersebar sesuai fungsi distribusinya. Areal density menyatakan jumlah populasi data dalam sebuah area luas. Data yang sudah diplot dijadikan bentuk piksel-piksel. Piksel tersebut menyatakan ada berapa jumlah data di dalamnya. Sedangkan areal density adalah jumlah data dalam satu piksel dibagi dengan ukuran luas piksel. Ilustrasi konsep areal density ditunjukkan pada gambar II.4 di bawah ini : Ada berapa jumlah titik data dalam area luas tersebut Gambar II. 4 Konsep Areal Density Jika sebuah piksel berukuran (n x n) dan terisi sejumlah i data, maka kita dapat menghitung areal density sebagai berikut : Areal Density (A) = i / (n x n) Areal density dapat membantu penyederhanaan data distribusi, karena data distribusi dijadikan piksel-piksel. Setiap pikselnya mengisi sejumlah data. (Wilson & Hurley 2003)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS
Dapatkan soal-soal lainnya di http://forum.pelatihan-osn.com KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS Tes Seleksi Olimpiade Astronomi
Lebih terperinciBab VI Perbandingan Model Simulasi menggunakan Metode Monte Carlo dan Metode Functional Statistics Algorithm (FSA)
37 Bab VI Perbandingan Model Simulasi menggunakan Metode Monte Carlo dan Metode Functional Statistics Algorithm (FSA) VI.1 Probabilitas Integral (Integral Kumulatif) Ketika menganalisis distribusi probabilitas,
Lebih terperinciKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL ASTRONOMI Ronde : Analisis Data Waktu : 240 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS
Lebih terperinciPopulasi Bintang. Ferry M. Simatupang
Ferry's Astronomy Page Populasi Bintang Ferry M. Simatupang Populasi bintang adalah kelompok bintang-bintang dalam skala galaktik, yang memiliki kesamaan usia, lokasi, kinematik, dan komposisi kimia (terutama
Lebih terperinciBab V MetodeFunctional Statistics Algorithm (FSA) dalam Sintesis Populasi
31 Bab V MetodeFunctional Statistics Algorithm (FSA) dalam Sintesis Populasi V.1 Mengenal Metode Functional Statistics Algorithm (FSA) Metode Functional Statistics Algorithm (FSA) adalah sebuah metode
Lebih terperinciPembentukan Spektrum. Spektrum kontinu. Spektrum R Å O Y Å G B Å V. Prisma
Pembentukan Spektrum Apabila seberkas cahaya putih dilalukan ke dalam prisma, maka cahaya tersebut akan terurai dalam beberapa warna (panjang gelombang) Spektrum Prisma R 6 000 Å O Y 5 000 Å G B 4 000
Lebih terperinciSYARAT BATAS DALAM PEMROGRAMAN
Bab IV SYARAT BATAS DALAM PEMROGRAMAN Sintesis populasi pada tesis ini dilakukan dengan menggunakan parameterparameter yang telah didefinisikan sebelumnya. Pemodelan evolusi bintang dan sintesis populasi
Lebih terperinciDEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH UMUM
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH UMUM Tes Seleksi Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2004 Materi Uji : ASTRONOMI Waktu :
Lebih terperinciANGIN BINTANG & HORIZONTAL BRANCH
Bab V ANGIN BINTANG & HORIZONTAL BRANCH Angin bintang adalah sebuah parameter yang mutlak digunakan agar model evolusi yang dibuat lebih realistis, karena sekecil apa pun suatu bintang pastilah memiliki
Lebih terperinciBintang Ganda DND-2006
Bintang Ganda Bintang ganda (double stars) adalah dua buah bintang yang terikat satu sama lain oleh gaya tarik gravitasi antar kedua bintang tersebut. Apabila sistem bintang ini lebih dari dua, maka disebut
Lebih terperinciSOAL PILIHAN GANDA ASTRONOMI 2008/2009 Bobot nilai masing-masing soal : 1
SOAL PILIHAN GANDA ASTRONOMI 2008/2009 Bobot nilai masing-masing soal : 1 1. [SDW] Tata Surya adalah... A. susunan Matahari, Bumi, Bulan dan bintang B. planet-planet dan satelit-satelitnya C. kumpulan
Lebih terperinciRaksasa Merah di Rasi Carinae
2017 Raksasa Merah di Rasi Carinae Suryadi Siregar Astronomy Research Group Center for Advances Sciences Bld Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung 40132 Indonesia Email: Suryadi@as.itb.ac.idnomy
Lebih terperinciHASIL DAN ANALISIS. Karakteristik Hasil Evolusi
Bab VII HASIL DAN ANALISIS Sintesis populasi dengan simulasi Monte Carlo memberikan sekitar 220.000 percobaan untuk 1300 sistem bintang ganda progenitor. Sistem bintang progenitor sebelumnya telah diseleksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kumpulan Rasi Bintang (Sumber:
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sejak masa lampau bintang-bintang telah menjadi bagian dari kebudayaan manusia. Banyak kebudayaan masa lampau yang menjadikan bintang-bintang sebagai patokan dalam kegiatan
Lebih terperinciBab III Proses Smoothing Distribusi Menggunakan Metode Pixel Sharing
14 Bab III Proses Smoothing Distribusi Menggunakan Metode Pixel Sharing III.1 Konsep Areal Density dan Pixel Sharing Konsep areal density, sebagai sebuah kuantitas yang menyatakan jumlah titik data dalam
Lebih terperinciTugas Akhir. Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Institut Teknologi Bandung. Oleh. R. Dicky Fardiana
Perbandingan Antara Metode Functional Statistics Algorithm (FSA) dengan Metode Monte Carlo Dalam Sintesa Populasi Tugas Akhir Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Institut
Lebih terperinciRiwayat Bintang. Alexandre Costa, Beatriz García, Ricardo Moreno, Rosa M Ros
Riwayat Bintang Alexandre Costa, Beatriz García, Ricardo Moreno, Rosa M Ros International Astronomical Union - Comm. 46 Escola Secundária de Loulé, Portugal Universidad Tecnológica Nacional, Argentina
Lebih terperinciindahbersamakimia.blogspot.com Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2011, Waktu : 150 menit
Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2011, Waktu : 150 menit Pilihan Berganda, 20 Soal 1. Jika jarak rata-rata planet Mars adalah 1,52 SA dari Matahari, maka periode orbit planet Mars mengelilingi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bawah interaksi gravitasi bersama dan berasal dari suatu awan gas yang sama
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gugus bintang (stellar cluster) adalah suatu kelompok bintang yang berada di bawah interaksi gravitasi bersama dan berasal dari suatu awan gas yang sama yang menjadi
Lebih terperinci7. EVOLUSI BINTANG 7.1 EVOLUSI BINTANG PRA DERET UTAMA
7. EVOLUSI BINTANG 146 P a g e Seperti mahluk hidup lainnya, bintang juga mengalami proses lahir berkembang dan mati. Umur bintang bergantung pada massanya. Makin besar massa bintang makin singkat umurnya,
Lebih terperinciSIFAT BINTANG. Astronomi. Ilmu paling tua. Zodiac of Denderah
PERTEMUAN KE 2 Ide Dasar: Matahari dan bintang-bintang menggunakan reaksi nuklir fusi untuk mengubah materi menjadi energi. Bintang padam Ketika bahan bakar nuklirnya habis. SIFAT BINTANG Astronomi Ilmu
Lebih terperinciEVOLUSI BINTANG. Adalah proses panjang yang dialami sejak kelahiran sampai dengan kematian. bintang
EVOLUSI BINTANG EVOLUSI BINTANG Adalah proses panjang yang dialami sejak kelahiran sampai dengan kematian. bintang lahir, berkembang dan akhirnya padam Terbentuknya bintang Bintang-bintang lahir di nebula,
Lebih terperinciIde Dasar: Matahari dan bintang-bintang menggunakan reaksi nuklir fusi untuk mengubah materi menjadi energi. Bintang padam Ketika bahan bakar
PERTEMUAN KE 2 Ide Dasar: Matahari dan bintang-bintang menggunakan reaksi nuklir fusi untuk mengubah materi menjadi energi. Bintang padam Ketika bahan bakar nuklirnya habis. SIFAT BINTANG Astronomi Ilmu
Lebih terperinciKEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA Tes Seleksi Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2012 Waktu 180 menit Nama Provinsi Tanggal Lahir.........
Lebih terperinciKEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA Olimpiade Sains Tingkat Prvinsi 2010 Bidang : ASTRONOMI Waktu : 150 menit Jika diperlukan,
Lebih terperinciBab IV DISTRIBUSI LUMINOSITAS GALAKSI TARGET, KERAPATAN LUMINOSITAS SERTA KAITANNYA DENGAN MORFOLOGI GALAKSI KAWAN
Bab IV DISTRIBUSI LUMINOSITAS GALAKSI TARGET, KERAPATAN LUMINOSITAS SERTA KAITANNYA DENGAN MORFOLOGI GALAKSI KAWAN Studi lebih lanjut dilakukan untuk memeriksa korelasi antara morfologi sebuah galaksi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 1. Metode Penelitian Penelitian menggunakan metode deskriptif melalui pendekatan kuantitatif. Fenomena yang ada merupakan fenomena alam berupa kumpulan bintang-bintang dalam gugus
Lebih terperinciSINTESIS POPULASI DENGAN PROGRAM STAR
Bab VI SINTESIS POPULASI DENGAN PROGRAM STAR Sintesis populasi biasanya dilakukan dengan membuat sekelompok model bintang dengan berbagai massa dan parameter yang diinginkan dan kemudian diikuti evolusinya
Lebih terperinciKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang SOLUSI SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 014 TINGKAT PROVINSI ASTRONOMI Waktu : 180 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL
Lebih terperinciSOAL SELEKSI PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL BIDANG ASTRONOMI
SOAL SELEKSI PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL BIDANG ASTRONOMI Waktu Jumlah Soal : 150 menit : 30 Soal 1. Bintang A memiliki tingkat kecemerlangan tiga kali lebih besar dibandingkan dengan Bintang B. Bintang
Lebih terperinciPEKERJAAN RUMAH SAS PERTEMUAN-1 DAN PERTEMUAN-2 A.Pilihan Ganda
PEKERJAAN RUMAH SAS PERTEMUAN-1 DAN PERTEMUAN-2 A.Pilihan Ganda 1. Tinggi bintang dari bidang ekuator disebut a. altitude b. latitude c. longitude d. deklinasi e. azimut 2. Titik pertama Aries, didefinisikan
Lebih terperinciKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL ASTRONOMI Ronde : Teori Waktu : 240 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS TAHUN 2014
Lebih terperinciθ = 1.22 λ D...1 point θ = 2R d...2 point θ Bulan θ mata = 33.7 θ Jupiter = 1.7
Soal & Kunci Jawaban 1. [HLM] Diketahui diameter pupil mata adalah 5 mm. Dengan menggunakan kriteria Rayleigh, (a) hitunglah limit resolusi sudut mata manusia pada panjang gelombang 550 nm, (b) hitunglah
Lebih terperinciSTAR FORMATION RATE (SFR) PADA GALAKSI YANG BERINTERAKSI
Bab IV STAR FORMATION RATE (SFR) PADA GALAKSI YANG BERINTERAKSI IV.1 Star Formation Rate (SFR) di Galaksi Star formation adalah suatu peristiwa pembentukan bintang yang terjadi di suatu daerah. Sebagai
Lebih terperinci1. Jika FB QPO diabaikan, Power Spectral Density antara FB dan Banana. 2. Jika HB QPO diabaikan, Power Spectral Densityantara HB dan Island
Bab V PEMBAHASAN Menurut HK89, hubungan sumber Z dan sumber Atoll dapat diasumsikan sebagai berikut: 1. Jika FB QPO diabaikan, Power Spectral Density antara FB dan Banana State, memiliki kemiripan. 2.
Lebih terperinciSOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN / KOTA 2013 CALON TIM OLIMPIADE ASTRONOMI INDONESIA 2014
SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN / KOTA 2013 CALON TIM OLIMPIADE ASTRONOMI INDONESIA 2014 ASTRONOMI WAKTU : 120 MENIT KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN
Lebih terperinciBEBERAPA CATATAN SAINS MODERN TENTANG PEMBENTUKAN KOSMOS
BEBERAPA CATATAN SAINS MODERN TENTANG PEMBENTUKAN KOSMOS SISTEM MATAHARI Bumi dan planet-planet yang beredar sekitar matahari merupakan suatu alam yang teratur yang dimensinya sangat besar bagi ukuran
Lebih terperincisangat pesat adalah kosmologi, yaitu studi tentang asal-mula, isi, bentuk, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bidang kajian fisika yang paling menarik dan berkembang sangat pesat adalah kosmologi, yaitu studi tentang asal-mula, isi, bentuk, dan evolusi alam semesta.
Lebih terperinciFOTOMETRI OBJEK LANGIT
FOTOMETRI OBJEK LANGIT Kecerahan Cahaya Bintang: * Semu (apparent) * Mutlak (absolute) * Bolometrik Warna Bintang Kompetensi Dasar: Memahami konsep dasar astrofisika Judhistira Aria Utama, M.Si. Lab. Bumi
Lebih terperinciDEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
Dapatkan soal-soal lainnya di http://forum.pelatihan-osn.com DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA Soal Test Olimpiade Sains Nasional
Lebih terperinciSOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2016 TINGKAT PROVINSI
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2016 TINGKAT PROVINSI BIDANG ASTRONOMI Waktu : 180 Menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL
Lebih terperinci3. ASTROFISIKA 1. Dimana besar c dalam ruang vakum ialah = km/s, atau mendekati 3x10 8 m/s.
3. ASTROFISIKA 1 3.1 GELOMBANG λ Dalam penelitian bintang, satu-satunya informasi yang bisa didapat ialah cahaya dari bintang tersebut. Cahaya adalah gelombang elektromagnet, yang merambat tegak lurus
Lebih terperinciHUBUNGAN GAMMA-RAY BURST DAN SUPERNOVA
Bab III HUBUNGAN GAMMA-RAY BURST DAN SUPERNOVA Pengamatan menunjukkan bahwa beberapa Gamma-Ray Burst terjadi bersamaan dengan supernova keruntuhan-pusat khususnya supernova tipe Ib/c. Mengingat energi
Lebih terperinciKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA. Soal Tes Olimpiade Sains Nasional 2011
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA Soal Tes Olimpiade Sains Nasional 2011 Bidang : ASTRONOMI Materi : Teori Tanggal : 14 September 2011 Soal
Lebih terperinciSistem Magnitudo Terang suatu bintang dalam astronomi dinyatakan dalam satuan magnitudo Hipparchus (abad ke-2 SM) membagi terang bintang
Fotometri Bintang Sistem Magnitudo Terang suatu bintang dalam astronomi dinyatakan dalam satuan magnitudo Hipparchus (abad ke-2 SM) membagi terang bintang dalam 6 kelompok, Bintang paling terang tergolong
Lebih terperinciPROGRAM PERSIAPAN OLIMPIADE SAINS BIDANG ASTRONOMI 2014 SMA 2 CIBINONG TES 20 MEI 2014
PROGRAM PERSIAPAN OLIMPIADE SAINS BIDANG ASTRONOMI 2014 SMA 2 CIBINONG TES 20 MEI 2014 NAMA PROVINSI TANGGAL LAHIR ASAL SEKOLAH KABUPATEN/ KOTA TANDA TANGAN 1. Dilihat dari Bumi, bintang-bintang tampak
Lebih terperinciSATUAN JARAK DALAM ASTRONOMI
SATUAN JARAK DALAM ASTRONOMI Satuan Astronomi (SA) atau Astronomical Unit 1 Astronomical Unit = 149 598 000 kilometers dibulatkan menjadi 150.000.000 kilometer Menurut definisinya, 1 Satuan Astronomi adalah
Lebih terperinciLow Mass X-ray Binary
Bab II Low Mass X-ray Binary Sco X-1 merupakan obyek yang pertama kali ditemukan sebagai sumber sinar- X di luar Matahari (Giacconi et al., 1962). Berbagai pengamatan dilakukan untuk mencari sumber sinar-x
Lebih terperinci2. Number of leap years between 1 January BC until 31 December 2100 AD is a b c d e. 2980
Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Kabupaten/Kota Tahun 2013 1. A star is located at a distance of 5,1 parsec. 1 parsec is equal to 3,26 light years. One light year is the distance travelled by light in
Lebih terperinciKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL TAHUN 2015 ASTRONOMI RONDE ANALISIS DATA Waktu: 240 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH
Lebih terperinciPENGENALAN ASTROFISIKA
PENGENALAN ASTROFISIKA Hukum Pancaran Untuk memahami sifat pancaran suatu benda kita hipotesakan suatu pemancar sempurna yang disebut benda hitam (black body) Pada keadaan kesetimbangan termal, temperatur
Lebih terperinciGALAKSI. Sabar Nurohman, M.Pd
GALAKSI Sabar Nurohman, M.Pd Jika malam cukup cerah, dan bulantidak munculdilangit, mata kita dapat melihat ada kabut cahaya melintang membelah langit dari horizon ke horizon. OrangYunani kuno menamainya
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Eksplorasi Pola Spektrum
konsentrasi. Konsentrasi kafein terbagi menjadi 6 konsentrasi, sehingga dari masing-masing komponen diperoleh 24 kombinasi konsentrasi. c. Campuran senyawa tiga komponen, yaitu Vitamin B1, Vitamin B6,
Lebih terperinciBab III INTERAKSI GALAKSI
Bab III INTERAKSI GALAKSI III.1 Proses Dinamik Selama Interaksi Interaksi merupakan sebuah proses saling mempengaruhi yang terjadi antara dua atau lebih obyek. Obyek-obyek yang saling berinteraksi dapat
Lebih terperinciBab 2 Metode Pendeteksian Planet Luar-surya
Bab 2 Metode Pendeteksian Planet Luar-surya Mendeteksi sebuah planet di bintang lain sangat sulit. Cahaya bintang terlalu terang sehingga kalaupun terdapat planet di bintang tersebut, kontras cahaya antara
Lebih terperinciSELEKSI TINGKAT PROVINSI CALON PESERTA INTERNATIONAL ASTRONOMY OLYMPIAD (IAO) TAHUN 2009
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIRJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS SELEKSI TINGKAT PROVINSI CALON PESERTA INTERNATIONAL ASTRONOMY OLYMPIAD (IAO) TAHUN
Lebih terperinciGalaksi. Ferry M. Simatupang
Ferry's Astronomy Page Galaksi Ferry M. Simatupang Galaksi adalah suatu sistem bintang-bintang, gas dan debu yang amat luas, dimana anggotanya saling mempengaruhi secara gravitasional. Matahari kita (bersama-sama
Lebih terperinciBAB IV. Analisis Power spectrum CMB dan Power spectrum Galaksi. IV.1 Model Concordance
BAB IV Analisis Power spectrum CMB dan Power spectrum Galaksi IV.1 Model Concordance Fisikawan teoritis hanya dapat menduga bentuk power spectrum dari pemodelan berdasarkan alam semesta mengembang dengan
Lebih terperinciApakah bintang itu? Jika malam datang dan langit sedang cerah, pergilah ke halaman rumah lalu
Apakah bintang itu? Jika malam datang dan langit sedang cerah, pergilah ke halaman rumah lalu lihatlah ke langit. Indah bukan? Benda di angkasa yang berkelap-kelip memancarkan cahaya itulah bintang. Apakah
Lebih terperinciRancang Bangun Spektrofotometer untuk Analisis Temperatur Matahari di Laboratorium Astronomi Jurusan Fisika UM
Rancang Bangun Spektrofotometer untuk Analisis Temperatur Matahari di Laboratorium Astronomi Jurusan Fisika UM NOVITA DEWI ROSALINA*), SUTRISNO, NUGROHO ADI PRAMONO Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri
Lebih terperincia. Tahap akhir evolusi bintang yang massanya hampir sama dengan massa b. Bintang dengan massa lebih besar daripada massa Matahari mengakhiri
Pembahasan Soal Olim Astro Tingkat Kabupaten Kode Soal diketik ulang oleh Andrianto Saputra di Malang Solved by Mariano N. Mohon saya dikontak jika ada yang perlu direvisi mariano.nathanaelgmail.com http//soalolimastro.blogspot.com.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. geolistrik dengan konfigurasi elektroda Schlumberger. Pada konfigurasi
3 BAB III METODE PENELITIAN 3. Pengambilan Data Lapangan Pada penelitian ini pengambilan data di lapangan menggunakan metode geolistrik dengan konfigurasi elektroda Schlumberger. Pada konfigurasi Schlumberger
Lebih terperinciFOTOMETRI BINT N ANG
FOTOMETRI BINTANG Fotometri Bintang Keadaan fisis bintang dapat ditelaah baik dari spektrumnya maupun dari kuat cahayanya. Pengukuran kuat cahaya bintang ini disebut juga fotometri bintang. Terang Bintang
Lebih terperinciindahbersamakimia.blogspot.com
Tes Seleksi Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2007 Materi Uji : Astronomi Waktu : 150 menit Tidak diperkenankan menggunakan alat hitung (kalkultor). Di bagian akhir soal diberikan daftar konstanta yang
Lebih terperinciKARAKTERISTIK GAMMA-RAY BURST
Bab II KARAKTERISTIK GAMMA-RAY BURST Gamma-Ray Burst (GRB) merupakan fenomena semburan sinar-gamma yang berlangsung secara singkat dan intensif. Energi yang terlibat dalam semburan ini mencapai 10 54 erg
Lebih terperinciOleh : Chatief Kunjaya. KK Astronomi, ITB
Oleh : Chatief Kunjaya KK Astronomi, ITB Kompetensi Dasar XI.3.10 Menganalisis gejala dan ciri-ciri gelombang secara umum XII.3.1 Menerapkan konsep dan prinsip gelombang bunyi dan cahaya dalam teknologi
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Pada salah satu cabang ilmu fisika yaitu kosmologi merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Kosmologi merupakan ilmu yang mengulas alam semesta beserta dinamikanya.
Lebih terperinciFOTOMETRI GUGUS BINTANG TERBUKA M67 (NGC 2682)
FOTOMETRI GUGUS BINTANG TERBUKA M67 (NGC 2682) Fajar Ramadhan 1, Rhorom Priyatikanto 2, Judhistira Aria Utama 1 1 Departemen Pendidikan Fisika, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Lebih terperinci1. "Ia mempunyai hobi bermain dengan pesawat model " (Benda kecil dengan sifat seperti sesungguhnya)
Bab 1 Pendahuluan 1-1 Definisi Model adalah representasi suatu masalah dalam bentuk yang lebih sederhana agar mudah dikerjakan dan diaplikasikan 1-2 Pengertian-pengertian 1. "Ia mempunyai hobi bermain
Lebih terperinciFOTOMETRI PLEIADES MENGGUNAKAN KAMERA DSLR
FOTOMETRI PLEIADES MENGGUNAKAN KAMERA DSLR Iman Firmansyah 1,*), Rhorom Priyatikanto 2, Judhistira Aria Utama 1 1 Departemen Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudhi
Lebih terperinciBab 4. Pembentukan Planet Raksasa. 4.1 Inti Planet Raksasa
Bab 4 Pembentukan Planet Raksasa Bab ini memberikan tinjauan ringkas mengenai pembentukan inti planet raksasa. Sebagaimana telah disinggung, teori pembentukan sistem keplanetan yang banyak diterima dewasa
Lebih terperinciseperti sebuah bajak, masyarakat Cina melihatnya seperti kereta raja yang ditarik binatang, dan masyarakat Jawa melihatnya seperti bajak petani.
GALAKSI Pada malam yang cerah, ribuan bintang dapat kamulihat di langit. Sesungguhnya yang kamu lihat itu belum seluruhnya, masih terdapat lebih banyak lagi bintang yangtidak mampu kamu amati. Di angkasa
Lebih terperinciBAB 13 STRUKTUR BUMI DAN STRUKTUR MATAHARI
BAB 13 STRUKTUR BUMI DAN STRUKTUR MATAHARI Tujuan Pembelajaran Kamu dapat mendeskripsikan struktur bumi. Bila kita berada di suatu tempat yang terbuka, umumnya dataran sekeliling kita akan terlihat rata.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus dan intensitas cahaya pada bidang dwimatra
Lebih terperinciKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS Nama Kelas & Sekolah Provinsi Kabupaten/Kota Tanggal Lahir Tanda Tangan Naskah ini
Lebih terperinciKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang SOLUSI OLIMPIADE SAINS NASIONAL TAHUN 2015 ASTRONOMI RONDE TEORI Waktu: 210 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada musim kemarau yaitu bulan Mei sampai Juli 2007 berlokasi di Laboratorium Lapangan Bagian Ternak Perah, Departemen Ilmu
Lebih terperinciPlanet-planet dalam sistem tatasurya kita
Cari planet yuuuk Film-film fiksi ilmiah sering menampilkan impian terpendam akan adanya dunia lain di jagad raya ini. Sejauh mana kebenaran film-film tersebut? Apakah memang ada bumi lain di sistem tatasurya
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. de Jager, C., Nieuwenhuijzen, H., dan van der Hucht, K. A., 1988, Mass Loss Rates in The Hertzsprung-Russel Diagram, A&AS, 72, 259
DAFTAR PUSTAKA de Jager, C., Nieuwenhuijzen, H., dan van der Hucht, K. A., 1988, Mass Loss Rates in The Hertzsprung-Russel Diagram, A&AS, 72, 259 de Kool, M., 1992, Statistics of Cataclysmic Variable Formation,
Lebih terperinciTugas Online 2 Fisika 2 Fotometri
Tugas Online 2 Fisika 2 Fotometri Beberapa penerapan fotometri disekitar kita yaitu : 1. Lampu jalanan dapat menyala otomatis ketika malam hari. Hal ini terjadi karena karena dilengkapi dengan LDR ( Light
Lebih terperinci5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab
PSIKROMETRI Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab 1 1. Atmospheric air Udara yang ada di atmosfir merupakan campuran dari udara kering dan uap air. Psikrometri
Lebih terperinciBAB 5 PEMBAHASAN. 39 Universitas Indonesia
BAB 5 PEMBAHASAN Dua metode penelitian yaitu simulasi dan eksperimen telah dilakukan sebagaimana telah diuraikan pada dua bab sebelumnya. Pada bab ini akan diuraikan mengenai analisa dan hasil yang diperoleh
Lebih terperinciKlasifikasi Spektrum Bintang
TUGAS IV ASTROFISIKA (FI 567) SPEKTROSKOPI SEMESTER GANJIL 2014 2015 DOSEN: JUDHISTIRA ARIA UTAMA, M.SI. (KODE: 2582) Klasifikasi Spektrum Bintang Catatan: Seluruh panjang gelombang diberikan dalam satuan
Lebih terperinciSeabad mencari ETI di MWC-349
2017 Seabad mencari ETI di MWC-349 Suryadi Siregar Astronomy Research Group Center for Advances Sciences Bld Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung 40132 Indonesia Seabad mencari ETI di MWC-349
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.. Respon Impuls Akustik Ruangan. Respon impuls akustik suatu ruangan didefinisikan sebagai sinyal suara yang diterima oleh suatu titik (titik penerima, B) dalam ruangan akibat suatu
Lebih terperinciBab IV Analisis dan Diskusi
Bab IV Analisis dan Diskusi IV.1 Hasil Perhitungan Permeabilitas Pemodelan Fisis Data yang diperoleh dari kelima model fisis saluran diolah dengan menggunakan hukum Darcy seperti tertulis pada persamaan
Lebih terperinciSOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROVINSI
SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROVINSI ASTRONOMI Waktu : 180 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN
Lebih terperinciBAB IV STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
BAB IV STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN Adapun hal-hal yang dibahas pada bab ini meliputi hasil analisis lokalisasi kerusakan terhadap objek studi sistem struktur yang telah ditentukan sebelumnya dan mempelajari
Lebih terperinciBab 4. Analisis Hasil Simulasi
Bab 4 Analisis Hasil Simulasi Pada bab ini, akan dilakukan analisis terhadap hasil simulasi skema numerik Lax-Wendroff dua langkah. Selain itu hasil simulasi juga akan divalidasi dengan menggunakan data
Lebih terperinciBAB III. Proses Fisis Penyebab Fluktuasi Temperatur CMB
BAB III Proses Fisis Penyebab Fluktuasi Temperatur CMB III.1 Penyebab Fluktuasi Struktur di alam semesta berasal dari fluktuasi kuantum di awal alam semesta. Akibat pengembangan alam semesta, fluktuasi
Lebih terperinciPLANET DAN SATELITNYA. Merkurius
PLANET DAN SATELITNYA Merkurius Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/tata_surya Merkurius dikanal juga dengan bulannya Matahari karena Merkurius merupakan planet yang paling dekat dengan Matahari dan planet
Lebih terperinciTeori Big Bang. 1. Awalnya, bumi masih merupakan planet homogen dan belum mengalami perlapisan atau
Teori Big Bang Berdasarkan Theory Big Bang, proses terbentuknya bumi berawal dari puluhan milyar tahun yang lalu. Pada awalnya terdapat gumpalan kabut raksasa yang berputar pada porosnya. Putaran tersebut
Lebih terperinciJAWABAN DAN PEMBAHASAN
JAWABAN DAN PEMBAHASAN 1. Dalam perjalanan menuju Bulan seorang astronot mengamati diameter Bulan yang besarnya 3.500 kilometer dalam cakupan sudut 6 0. Berapakah jarak Bulan saat itu? A. 23.392 km B.
Lebih terperinciKEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA Olimpiade Sains Nasional Bidang Astronomi 2012 ESSAY Solusi Teori 1) [IR] Tekanan (P) untuk atmosfer planet
Lebih terperinciPengolahan awal metode magnetik
Modul 10 Pengolahan awal metode magnetik 1. Dasar Teori Tujuan praktikum kali ini adalah untuk melakukan pengolahan data magnetik, dengan menggunakan data lapangan sampai mendapatkan anomali medan magnet
Lebih terperinciStatistical Process Control
Statistical Process Control Sachbudi Abbas Ras abbasras@yahoo.com Lembar 1 Flow Chart (dengan Stratifikasi): Grafik dari tahapan proses yang membedakan data berdasarkan sumbernya. Lembar Pengumpulan Data:
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Diagram Alir Peneletian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Menguji komposisi kimia pelat baja karbon rendah A 516 g 70 Pemberian simbol dan pembuatan batang uji standar baja karbon rendah A 516 g 70 Dicatat
Lebih terperinci09: DIAGRAM TTT DAN CCT
09: DIAGRAM TTT DAN CCT 9.1. Diagram TTT Maksud utama dari proses perlakuan panas terhadap baja adalah agar diperoleh struktur yang diinginkan supaya cocok dengan penggunaan yang direncanakan. Struktur
Lebih terperinciBab II GUGUS GALAKSI. II.1 Properti Gugus Galaksi
Bab II GUGUS GALAKSI Identifikasi gugus galaksi yang dilakukan secara saintifik dimulai pada abad ke-18, ketika untuk pertama kalinya katalog nebula dikeluarkan oleh C. Messier dan William Herschel secara
Lebih terperinciSUMBER Z DAN SUMBER ATOLL
Bab IV SUMBER Z DAN SUMBER ATOLL Pengamatan obyek-obyek LMXB yang terus menerus dilakukan mengantarkan kita pada klasifikasi baru berdasarkan analisis diagram dua warna sinar-x, diantaranya sumber Z dan
Lebih terperinci