BAB 4. HASIL dan PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4. HASIL dan PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 4 HASIL dan PEMBAHASAN Pada Bab 3 telah dijelaskan secara rinci mengenai masalah yang dihadapi oleh PT. CAB. Tidak adanya sistem evaluasi membuat perusahaan kesulitan untuk menilai mitra outsource mana yang memiliki kinerja baik atau buruk. Berdasarkan analisa masalah yang ada, penulis telah merancang suatu sistem evaluasi yang dapat diterapkan untuk mengevaluasi mitra outsource dari PT. CAB, terutama mitra CMT. 4.1 Standar Produksi PT. CAB Bagi mitra kerja outsource, PT. CAB telah menetapkan standar produksi yang harus diikuti oleh semua mitra tanpa kecuali. Penjelasan mengenai standar ini telah dikemukan perusahaan sebelumnya dalam kontrak kerja awal dengan mitra. Standar produksi yang ditetapkan oleh PT. CAB adalah sebagai berikut. 1. Spesifikasi dasar output yang bagus adalah : Output yang telah berupa barang jadi harus sesuai dengan desain produksi Outpu tersebut menggunakan benang yang standar Benang jahitan halus sesuai standar kualitas Jika ada model kombinasi, maka kombinasi harus sesuai dengan permintaan dalam desain produksi Untuk kaos berkerah, kerah dan klep harus dilapisi kain keras 2. Kriteria kerapian : Benang tidak loncat dan rapi. Khusus untuk benang obras tidak boleh jebol Buang benang bersih dan rapi Layout packaging rapi 3. Kriteria kebersihan : Persentase BS bahan karena kotor harus 10% dari total produksi untuk artikel yang terkait.

2 Warna bahan terjaga dan tidak berubah seperti pada awal PO produksi diserahkan. 4. Standar packaging untuk semua produk PT. CAB secara umum yaitu sebagai berikut. Hasil gosokan licin dan rapi Lipatan rapi sesuai pola lipatan standar PT. CAB Penggunaan OPP dan polybag sesuai ukuran yang diminta dalam PO produksi Labeling merk dan barcode benar pada tempatnya Hasil akhir packaging rapi 5. Standar perkiraan waktu produksi Jenis artikel Rentang waktu total Produksi Finishing Delivery Bodyfit 1 minggu 4 hari 2 hari 1 hari Kombinasi / kerah 2 minggu 9 hari 4 hari 1 hari ) waktu yang diberikan merupakan waktu pengerjaan paling maksimal bagi CMT, sehingga tidak menutup kemungkinan CMT dapat menyelesaikannya kurang dari waktu tersebut. 4.2 Variabel Kinerja Evaluasi terhadap mitra outsource tidak hanya difokuskan pada satu indikator atau variabel, tetapi beberapa variabel. Penetapan variabel yang akan digunakan telah dirundingkan oleh penulis bersama dengan pihak manajemen. Dari sejumlah variabel yang diajukan oleh penulis, pihak manajemen menetapkan 6 variabel kinerja yaitu : 1. Output Variabel output merupakan variabel yang mengambil peran penting, dimana kinerja mitra outsource terlihat paling jelas dari segi ini. Penilaian terhadap variabel ini dititikberatkan pada persentase jumlah output bagus dari bad stock (BS), kesesuaian

3 dengan spesifikasi, pemenuhan kriteria kerapian dan kebersihan, kesesuaian standar packaging, dan produksi tanpa rework. Variabel ini merupakan variabel kinerja yang paling menggambarkan pencapaian kinerja dari CMT, maka penulis memberikan bobot tertinggi, yaitu 40 % atau 0.4. Semakin tinggi persentase yang dicapai maka porsi yang dihasilkan untuk penilaian kinerja akan semakin baik pula. 2. Waktu Selain output, kinerja mitra juga dinilai dari segi waktu. Penilaian dititikberatkan pada jumlah waktu (hari) yang digunakan oleh CMT untuk mengerjakan produksi (lebih cepat, tepat waktu, atau lewat dari waktu toleransi yang diberikan), mulai dari pengecekan PO produksi yang diterima, ketepatan jadwal produksi, finishing, pengiriman, dan rework. Bobot yang diberikan untuk variabel ini adalah 20 % atau 0.2 karena variabel ini erat kaitannya dengan kinerja CMT dalam hal produksi. Semakin rendah intensitas pelanggaran waktu, maka kinerja CMT juga semakin baik. 3. Sarana Variabel ini menilai penggunaan sarana dan alat-alat produksi yang dimiliki oleh mitra. Jumlah sarana-sarana tersebut harus memenuhi standar minimal yang ditetapkan oleh perusahaan. Jika sarana yang dimiliki berjumlah lebih dari standar minimal atau boleh dikatakan banyak, maka kinerja mitra dapat lebih ditingkatkan. Syarat utama penilaian ini adalah sarana tersebut dipakai secara aktif untuk berproduksi. Jadi jika sarana tersebut tidak dipakai atau tidak dijalankan oleh tenaga kerja, maka sarana yang dimiliki oleh CMT tidak dihitung dalam penilaian ini. Variabel ini diberi bobot 5 % atau 0.05 saja karena sarana hanya masukan atau input yang tidak berpengaruh langsung dengan nilai kinerja CMT, tetapi hanya bersifat mendukung peningkatan kinerja saja. 4. Tenaga kerja

4 Selain sarana, mitra juga harus memiliki tenaga kerja. Jumlahnya juga harus memenuhi standar minimal yang ditetapkan. Batasan untuk jumlah paling maksimal tergantung daripada penggunaan sarana dan permintaan produksi yang harus disesuaikan oleh mitra sendiri. Variabel ini juga diberi bobot 5 % atau 0.05 karena tenaga kerja juga hanya masukan atau input proses yang tidak berpengaruh langsung dengan nilai kinerja CMT, tetapi hanya bersifat mendukung peningkatan kinerja saja. 5. Lokasi / tempat produksi Penilaian terhadap tempat atau lokasi produksi akan menentukan kinerja mitra dari segi kebersihan tempat, keamanan lingkungan, layout lokasi, dan keterjangkauan tempat itu sendiri. Bobot untuk variabel ini adalah 10 % atau 0.1, karena lokasi produksi ikut berpengaruh pada hasil output dalam kriteria kebersihan. 6. Sikap dan komunikasi Perusahaan memiliki hak dan kewajiban untuk senantiasa melakukan koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan mitra melalui berbagai sarana dan media komunikasi. Selain itu, sikap mitra juga memberi nilai tambah pada penilaian terhadap kinerja. Bobot untuk variabel ini adalah 20 % atau 0.2, karena sikap dan komunikasi merupakan faktor yang penting, yang berkaitan dengan bisa atau tidaknya perusahaan bekerja sama dengan CMT.

5 Tabel 4.1 Variabel dan indikator penilaian kinerja CMT Variabel Bobot Indikator Output 0.4 Waktu 0.2 Sarana 0.05 Tenaga kerja 0.05 Lokasi produksi 0.1 Sikap & komunikasi 0.2 Total bobot 1 Output bagus dari total produksi Output bagus yg sesuai spesifikasi produksi Output yg memenuhi kriteria kerapian Output yg memenuhi kriteria kebersihan Packaging output yg sesuai standar dlm PO Produksi tanpa rework dlm periode ini Keterlambatan laporan kekurangan dlm PO produksi Ketidaktepatan jadwal produksi Jadwal produksi yg tertunda krn kelalaian CMT atau rework Ketidaktepatan jadwal finishing Ketidaktepatan jadwal pengiriman Ketidaktepatan jadwal penyelesaian rework produksi Mesin jahit Mesin obras Mesin kam Mesin gulung bis Mesin gulung benang Seterika uap Semprotan alkohol Daya listrik Tenaga kerja jahit Tenaga kerja obras Tenaga kerja kam Koordinator produksi Sopir / kernet Tenaga buang benang Tenaga kerja finishing Tenaga bagian umum Kebersihan lokasi produksi & lingkungan Keamanan lingkungan Keteraturan layout lokasi produksi Kemudahan utk dijangkau Kemudahan dihubungi melalui alat komunikasi Keramahan dlm komunikasi Menerima koordinasi dan arahan dgn baik Cepat tanggap terhadap keluhan Loyalitas dan konsistensi kerja Ketaatan terhadap kontrak kerja

6 Dari hasil pengembangan variabel tersebut, penulis telah merancang penilaian atas indikatorindikator tersebut dalam bentuk formulir penilaian sebagai berikut. Tabel 4.2 Formulir Penilaian CMT FORMULIR PENILAIAN CMT Periode evaluasi : s/d

7 Variabel : output ( I ) No Pernyataan Output bagus dari total produksi Output bagus yg sesuai spesifikasi produksi Output yg memenuhi kriteria kerapian Output yg memenuhi kriteria kebersihan Packaging output yg sesuai standar dlm PO Produksi tanpa rework dlm periode ini Variabel : waktu ( II ) No Pernyataan Keterlambatan laporan kekurangan dlm PO produksi Ketidaktepatan jadwal produksi Jadwal produksi yg tertunda krn kelalaian CMT atau rework Ketidaktepatan jadwal finishing Ketidaktepatan jadwal pengiriman Ketidaktepatan jadwal penyelesaian rework produksi Variabel : sarana ( III ) No. Pernyataan Tdk punya 13. Mesin jahit 14. Mesin obras 15. Mesin kam 16. Mesin gulung bis 17. Mesin gulung benang 18. Seterika uap 19. Semprotan alkohol 20. Daya listrik Persentase Total I Intensitas x 2x 3x 50% dr min. Jumlah Standar min. 150% dr min. Total II 200% dr min. Total III Nilai Nilai Nilai

8 Variabel : tenaga kerja ( IV ) Jumlah No. Pernyataan Tdk punya 50% dr min. Standar min. 150% dr min. 200% dr min. 21. Tenaga kerja jahit 22. Tenaga kerja obras 23. Tenaga kerja kam 24. Koordinator produksi 25. Sopir / kernet 26. Tenaga buang benang 27. Tenaga kerja finishing 28. Tenaga bagian umum Total IV Variabel : lokasi / tempat produksi ( V ) No. Pernyataan Persentase Kebersihan lokasi produksi & lingkungan 30. Keamanan lingkungan 31. Keteraturan layout lokasi produksi 32. Kemudahan utk dijangkau Total V Variabel : sikap dan komunikasi ( VI ) No. Pernyataan Persentase Kemudahan dihubungi melalui alat komunikasi 34. Keramahan dlm komunikasi 35. Menerima koordinasi dan arahan dgn baik 36. Cepat tanggap terhadap keluhan 37. Loyalitas dan konsistensi kerja 38. Ketaatan terhadap kontrak kerja Total VI Nilai Nilai Nilai 4.3 Pedoman Penilaian Pedoman untuk mengisi formulir evaluasi tersebut adalah sebagai berikut : I. Output 1. Output bagus dari total produksi

9 Pernyataan pertama merupakan penilaian terhadap jumlah total output yang bagus dari total produksi pada periode evaluasi dalam bentuk persentase. Rumus perhitungan untuk persentase ini adalah : Total output bagus yg diproduksi dalam periode ini (lusin) Total output yg diproduksi CMT periode ini (lusin) X 100% 2. Output bagus yang memenuhi spesifikasi produksi Output bagus yang diterima dari CMT selanjutnya akan diperiksa oleh bagian Quality Control (QC). Faktor-faktor yang dinilai oleh bagian QC antara lain kesesuaian spesifikasi, kerapian, kebersihan, serta packaging. Rumus perhitungan : Jumlah artikel yang memenuhi spesifikasi Total artikel yang dikerjakan CMT periode ini X 100% 3. Output yang memenuhi kriteria kerapian Rumus perhitungan : Jumlah artikel sesuai kriteria kerapian Total artikel yang dikerjakan CMT periode ini X 100% 4. Output yang memenuhi kriteria kebersihan Rumus perhitungan : Jumlah artikel sesuai kriteria kebersihan Total artikel yang dikerjakan CMT periode ini X 100% 5. Packaging output yang sesuai standar dalam PO produksi Hal terakhir yang paling penting diperhatikan dalam proses produksi bagi CMT adalah packaging atau pengemasan. Rumus perhitungan : Jumlah artikel dgn packaging standar Total artikel yang dikerjakan CMT periode ini X 100% 6. Produksi tanpa rework dalam periode ini

10 Produksi yang dikategorikan tanpa rework adalah hasil atau output dari CMT yang lolos final QC dan tidak dikenakan rework. Rumus perhitungan : Jumlah artikel yg tdk dikenakan rework Total artikel yang dikerjakan CMT periode ini X 100% II. Waktu 1. Keterlambatan laporan kekurangan dalam PO produksi CMT diberi waktu untuk melaporkan segala bentuk kekurangan dalam PO produksi yang diterimanya maksimal 2 hari. Jika dalam waktu tersebut tidak ada laporan, maka perusahaan menganggap PO telah diterima sesuai dengan jumlah dalam surat jalan dan PO. Laporan yang diterima setelah 2 hari dianggap merupakan kelalaian CMT. 2. Ketidaktepatan jadwal produksi Lama produksi maksimal untuk artikel bodyfit adalah 1 minggu, sedangkan untuk kombinasi dan kaos berkerah maksimal 2 minggu. Waktu yang diberikan merupakan hasil kesepakatan dalam kontrak kerja, dimana penetapannya telah diperhitungkan dengan kerumitan desain atau model yang diproduksi. Ketepatan dalam jadwal produksi merupakan hal penting yang menunjukkan produktivitas CMT terhadap produksi perusahaan. 3. Jadwal produksi yang tertunda karena kelalaian CMT atau rework Lama pengerjaan produksi untuk 1 artikel adalah maksimal 4 hari (bodyfit) dan 10 hari (kombinasi/kerah). Produksi yang dikerjakan melewati batas waktu pengerjaan merupakan pelanggaran ketepatan jadwal produksi. 4. Ketidaktepatan jadwal finishing Lama pengerjaan untuk finishing adalah 2 hari (bodyfit) dan 3 hari (kombinasi/kerah). Finishing yang tidak diselesaikan dalam waktu tersebut merupakan pelanggaran terhadap jadwal produksi.

11 5. Ketidaktepatan jadwal pengiriman Sisa waktu yang ada setelah produksi dan finishing merupakan jangka waktu untuk melakukan pengiriman bagi CMT. 6. Ketidaktepatan jadwal penyelesaian rework Jika CMT dikenakan rework, perusahaan memberikan batas waktu maksimal untuk melakukan rework selama 3 hari. III.Sarana dan tenaga kerja Standar minimal bagi semua CMT yang direkrut oleh PT. CAB dalam hal sarana dan tenaga kerja adalah sebagai berikut. Tabel 4.3 Standar Sarana dan Tenaga Kerja No. Nama Jumlah minimal 1. Mesin jahit 8 buah 2. Mesin obras 4 buah 3. Mesin kam 1 buah 4. Mesin gulung bis 1 buah 5. Mesin gulung benang 1 buah 6. Seterika uap 2 buah 7. Semprotan alkohol 1 buah 8. Daya listrik 5500 watt 9. Tenaga kerja jahit 8 orang 10. Tenaga kerja obras 4 orang 11. Tenaga kerja kam 1 orang 12. Koordinator produksi 1 orang 13. Sopir / kernet 2 orang 14. Tenaga buang benang 2 orang 15. Tenaga kerja finishing 4 orang

12 16. Tenaga bagian umum 1 orang IV. Lokasi / tempat produksi 1. Kebersihan lokasi produksi dan lingkungan Lokasi / tempat produksi dianggap memenuhi penilaian terhadap faktor kebersihan jika : Got dan saluran air di sekitar lingkungan lancar dan bersih Ada petugas kebersihan dan sarana kebersihan umum yang memadai Tersedianya air bersih dari PAM dan mempunyai toilet atau WC yang memenuhi standar kebersihan Area produksi yang bersih dan rapi Ada tumbuhan hijau yang membuat keadaan menjadi asri 2. Keamanan lingkungan Lokasi / tempat produksi dianggap memenuhi penilaian terhadap faktor keamanan jika : Antisipasi tindakan pencurian dengan menyediakan tempat penyimpanan tas bagi para pekerja dan pemeriksaan setiap kali pekerja pulang Petugas keamanan yang siap siaga 24 jam Sistem keamanan dan ronda 24 jam Intensitas kriminalitas jarang dan bahkan tidak ada Kemudahan menghubungi bantuan aparat dan bantuan lainnya dalam keadaan darurat 3. Keteraturan layout lokasi produksi Layout produksi yang teratur adalah sebagai berikut. Tersedia tempat penyimpanan tas dan bawaan para pekerja Susunan alat-alat produksi yang teratur Susunan PO produksi dan barang ½ jadi yang teratur dan terpisah

13 Pembagian area produksi yang teratur antara produksi, buang benang, dan finishing Kenyamanan dan keleluasaan gerak dalam ruang 4. Kemudahan untuk dijangkau Kemudahan suatu lokasi untuk dijangkau bergantung dari ketersediaan sarana transportasi menuju lokasi tersebut. Jika sarana yang tersedia banyak dan mudah didapat, maka lokasi tersebut mudah untuk dijangkau. Untuk poin 1, 2, dan 3 satu syarat bernilai 20 %, sedangkan untuk poin 4, penilaian dilakukan sebagai berikut % jika sarana transportasi sangat sulit didapat, mahal, dan atau lokasi sulit dijangkau % jika sarana transportasi menuju lokasi tidak pasti selalu ada karena kondisi lalu lintas dan alam % jika sarana transportasi yang cukup memadai dengan 1 atau 2 pilihan angkutan % jika sarana transportasi sangat bervariasi (lebih dari 2 pilihan) % jika lokasi berada di daerah perkotaan yang lebih mudah dijangkau sarana apapun dengan sarana transportasi yang beraneka ragam V. Sikap dan komunikasi 1. Kemudahan dihubungi 20 % jika CMT sulit dihubungi baik melalui telepon, selular, dan atau alat komunikasi lainnya 40 % jika CMT tidak selalu bisa dihubungi, kadang-kadang bisa dan kadang-kadang tidak bisa 60 % jika CMT bisa dihubungi pada jam-jam tertentu saja sehingga menyulitkan perusahaan dalam melakukan koordinasi dalam keadaan urgent atau perubahan mendadak dalam produksi

14 80 % jika CMT selalu bisa dihubungi melalui alat komunikasi yang dimilikinya atau yang diberikan kepada perusahaan 100 % jika CMT selalu bisa dihubungi setiap saat perusahaan ingin melakukan koordinasi dan pengarahan dengan alat komunikasi yang lengkap, mulai dari telepon, faximile, selular, , dan sebagainya 2. Keramahan dlm komunikasi 20 % jika CMT selalu sangat tidak ramah, kasar, dan tidak menunjukkan sikap kerja sama dalam hubungan koordinasi produksi 40 % jika CMT kurang ramah, kadang-kadang ramah dan kadangkadang tidak ramah, bergantung dari hasil kerjanya. Pada saat hasil kerja bagus, CMT selalu ramah, sebaliknya pada saat hasil kerja dinilai jelek oleh perusahaan, CMT menunjukkan sikap yang tidak ramah 60 % jika CMT ramah dalam berkomunikasi, menanggapi semua keluhan dan koordinasi perusahaan dengan baik dan secara pasif (hanya menerima arahan saja) 80 % jika CMT sangat ramah, disertai dengan memberikan tanggapan terhadap keluhan maupun koordinasi dengan sikap terbuka serta aktif memberikan saran dan pandangan terhadap permasalahan produksi 100 % jika CMT sangat ramah, senantiasa menanggapi keluhan dan koordinasi, dan melakukan tindak lanjut yang cepat, dan memuaskan bagi perusahaan 3. Menerima koordinasi dan arahan dgn baik 20 % jika CMT sangat sulit menerima koordinasi dan arahan dengan baik 40 % jika CMT kurang bisa menerima koordinasi dan arahan, yang ditunjukkan dengan hasil kerja yang selalu dikenakan rework

15 60 % jika CMT dapat menerima koordinasi dan arahan dengan baik tapi secara pasif, artinya hanya menerima tanpa memberi masukan apapun 80 % jika CMT menerima koordinasi dan arahan dengan baik, dan secara aktif menyumbangkan ide dan saran untuk mengembangkan koordinasi yang telah diterima, sehingga hasil produksi lebih baik 100 % jika CMT menerima koordinasi dan arahan dengan sangat baik, dan melakukan tindak lanjut untuk koordinasi dan arahan yang telah diterima dengan segera, agar perusahaan dapat segera melihat hasilnya 4. Cepat tanggap terhadap keluhan 20 % jika CMT menanggapi keluhan dalam waktu lebih dari 3 hari setelah keluhan diterima 40 % jika CMT menanggapi keluhan dalam waktu lebih dari 2 hari setelah keluhan diterima 60 % jika CMT kadang-kadang menanggapi sehari setelah keluhan diterima dari perusahaan, tapi terkadang juga langsung ditindaklanjuti, bergantung dari kemauannya sendiri 80 % jika CMT selalu menanggapi keluhan dengan cepat dan segera setelah keluhan tersebut diterima 100 % jika CMT selalu menanggapi keluhan dengan cepat dan segera setelah keluhan tersebut diterima, dan mengkoordinasikan hasilnya kepada perusahaan segera setelah tindak lanjut selesai 5. Loyalitas dan konsistensi kerja 20 % jika CMT sering melakukan pelanggaran (lebih dari 3 kali) dalam hal konsistensi kerja yang tidak menentu dan loyalitas yang sangat meragukan

16 40 % jika CMT pernah melakukan pelanggaran terhadap konsistensi kerja lebih dari 1 kali, dan loyalitas masih sangat diragukan 60 % jika CMT menunjukkan konsistensi kerja yang baik, tapi oyalitas kerjanya masih diragukan 80 % jika CMT selalu konsisten terhadap pekerjaan dan loyalitasnya telah diketahui dengan jelas oleh perusahaan 100 % jika CMT sangat konsisten dalam hal kerja dan ketaatan terhadap kontrak kerja, serta loyalitasnya tidak diragukan sama sekali 6. Ketaatan terhadap kontrak kerja 20 % jika CMT sering melakukan pelanggaran terhadap ketentuan dalam kontrak kerja dengan intensitas lebih dari 3 kali dalam periode evaluasi 40 % jika CMT pernah melakukan pelanggaran lebih dari 1 kali 60 % jika CMT menaati ketentuan kontrak kerja dengan baik, tapi rasa loyalitas kerjanya masih diragukan 80 % jika CMT selalu menaati ketentuan kontrak kerja dan loyalitasnya telah diketahui dengan jelas oleh perusahaan 100 % jika CMT selalu menaati kontrak kerja, loyalitas tidak diragukan sama sekali, ditambah lagi tidak pernah melakukan pelanggaran sekalipun

17 Pedoman perhitungan nilai untuk formulir di atas dijabarkan sebagai berikut. Variabel I Persentase Nilai Variabel II Intensitas x 2x 3x Nilai ) ++ jika CMT selalu menyelesaikan lebih cepat dari waktu yang diberikan Variabel III dan IV Jumlah Tdk punya 50% dr min. Standar min. 150% dr min. 200% dr min. Nilai Variabel V dan VI Persentase Nilai Selanjutnya, hasil penilaian akan dievaluasi lebih lanjut dan disajikan ke bentuk laporan singkat. Formulir untuk laporan adalah seperti di bawah ini.

18 Tabel 4.4 Laporan Kinerja CMT Periode evaluasi : s/d LAPORAN KINERJA CMT CMT I II III IV V VI Total Nilai (T) Skala Kinerja Nilai per variabel Total nilai : total nilai per variabel bobot : total I +total II + total III + total IV + total V + total VI

19 Kolom Skala kinerja adalah kolom yang memberikan keterangan mengenai peringkat kinerja CMT. Tabel 4.5 Skala Kinerja CMT No. Total nilai Skala kinerja Grade 1. > 24 Kinerja sangat memuaskan atau lebih tinggi dari harapan A < T 24 Kinerja memuaskan atau sesuai dengan harapan B < T 18 Kinerja cukup memuaskan, tetapi harus disertai perbaikan pada kekurangan yang ada C 4. < 12 Kinerja kurang dari standar harapan, perlu perbaikan hampir di semua titik indikator evaluasi U Contoh penilaian terhadap CMT XXX FORMULIR PENILAIAN CMT Periode evaluasi : Januari 2006 s/d April 2006

20 Variabel : output ( I ) No. Pernyataan Persentase Nilai 1. Output bagus dari total produksi 4 Output bagus yg 2. sesuai spesifikasi 4 produksi 3. Output yg memenuhi kriteria kerapian 3 4. Output yg memenuhi kriteria kebersihan 3 5. Packaging output yg sesuai standar dlm PO 4 6. Produksi tanpa rework dlm periode ini 3 Total I 21 Variabel : waktu ( II ) No. Pernyataan Intensitas x 2x 3x Nilai Keterlambatan laporan 7. kekurangan dlm PO 2 produksi 8. Ketidaktepatan jadwal produksi 3 Jadwal produksi yg 9. tertunda krn kelalaian 3 CMT atau rework 10. Ketidaktepatan jadwal finishing Ketidaktepatan jadwal pengiriman 4 Ketidaktepatan jadwal 12. penyelesaian rework 5 produksi Total II 20 Variabel : sarana ( III ) Jumlah No. Pernyataan Tdk 50% Standar 150% 200% Nilai punya dr min. min. dr min. dr min. 13. Mesin jahit Mesin obras Mesin kam Mesin gulung bis Mesin gulung benang Seterika uap Semprotan alkohol Daya listrik 3 Total III 22 Variabel : tenaga kerja ( IV )

21 Jumlah No. Pernyataan Tdk 50% Standar 150% 200% Nilai punya dr min. min. dr min. dr min. 21. Tenaga kerja jahit Tenaga kerja obras Tenaga kerja kam Koordinator produksi Sopir / kernet Tenaga buang benang Tenaga kerja finishing Tenaga bagian umum 3 Total IV 26 Variabel : lokasi / tempat produksi ( V ) No. Pernyataan Persentase Nilai 29. Kebersihan lokasi produksi & lingkungan Keamanan lingkungan Keteraturan layout lokasi produksi Kemudahan utk dijangkau 2 Total V 11 Variabel : sikap dan komunikasi ( VI ) No. Pernyataan Persentase Nilai 33. Kemudahan dihubungi melalui alat komunikasi Keramahan dlm komunikasi Menerima koordinasi dan arahan dgn baik Cepat tanggap terhadap keluhan Loyalitas dan konsistensi kerja Ketaatan terhadap kontrak kerja 2 Total VI 14

22 Perhitungan nilai per variabel : Variabel I : 21 x 0.4 = 8.4 Variabel II : 20 x 0.2 = 4 Variabel III : 22 x 0.05 = 1.1 Variabel IV : 26 x 0.05 = 1.3 Variabel V : 11 x 0.1 = 1.1 Variabel VI : 14 x 0.2 = Total Nilai (T) = 18.7 T dari CMT XXX adalah 18.7 menunjukkan bahwa skala kinerja CMT ini memuaskan atau telah sesuai dengan harapan (skala kinerja grade B). Hasil perhitungan dimasukkan dalam laporan kinerja CMT sebagai berikut. LAPORAN KINERJA CMT Periode evaluasi : Januari 2006 s/d April 2006 CMT I II III IV V VI Total Nilai (T) Skala Kinerja XXX B YYY C ZZZ C AAA B BBB C CCC C DDD B EEE C

23 4.4 Sistem Evaluasi CMT Sedangkan tahapan dalam pelaksanaan evaluasi CMT dapat digambarkan dalam skema sistem berikut ini. PERSIAPAN PEMBENTUKAN TIM KERJA LAPORAN HASIL EVALUASI PERPANJANGAN / PEMUTUSAN KONTRAK PENGUMPULAN DATA & INF. EVALUASI MEETING MD & TIM DECISION Gambar 4.1 Skema Sistem Evaluasi CMT Sistem yang terlihat di atas adalah gambaran sistem evaluasi yang dirancang untuk mengevaluasi kinerja mitra CMT. Penjelasan tahap-tahap yang ada dalam skema adalah sebagai berikut. 1. Persiapan Persiapan adalah tahap awal dalam evaluasi. Pada tahap persiapan, departemen manufaktur sebagai penyelenggara melakukan perencanaan waktu pelaksanaan evaluasi, penganggaran sumber daya yang akan digunakan, menyiapkan alat dan formulir evaluasi, merencanakan pembentukan tim kerja, kemudian mengkoordinasikan dengan Managing Director (MD). Jika koordinasi positif atau dengan kata lain disetujui oleh MD, maka persiapan dianggap selesai.

24 2. Pembentukan tim kerja Departemen manufaktur pada perusahaan garmen pada khususnya merupakan departemen yang sangat sibuk setiap tahunnya. Sub-departemen di dalamnya memiliki tanggung jawab masing-masing yang tidak dapat dicampuradukkan. Untuk itu, departemen manufaktur sebagai penyelenggara evaluasi perlu membentuk tim kerja yang bertanggung jawab untuk melaksanakan evaluasi. Karyawan yang akan dilibatkan dalam hal evaluasi harus dirundingkan dengan MD dan harus dengan persetujuannya pula. Pembentukan tim ini juga bertujuan agar proses evaluasi terselesaikan dengan cepat, mengingat CMT yang harus dievaluasi berjumlah banyak. Tim kerja kemudian akan diberi penyuluhan mengenai tugas dan tanggung jawab mereka berkenaan dengan tugas mereka untuk melakukan evaluasi. Tim harus bersifat proporsional dalam melaporkan hasil evaluasi dan temuan mereka di lapangan. 3. Pengumpulan Data dan Informasi Setelah tim kerja terbentuk dan penyuluhan selesai, maka selanjutnya tim tersebut mulai melakukan tahap awal evaluasi, yaitu mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan untuk keperluan evaluasi. Dalam hal ini, departemen manufaktur dalam tahap persiapan telah menyiapkan formulir yang berisi penyataan-pernyataan berkenaan dengan kinerja CMT. Formulir ini disertai dengan petunjuk atau pedoman pengisian. Jawaban yang diberikan harus sesuai dengan kenyataan, dengan kata lain harus ada fakta yang mendukungnya. Formulir berisi 38 pernyataan yang dikembangkan dari 6 variabel atau indikator evaluasi. 4. Evaluasi Tugas tim kerja yang dibentuk selanjutnya adalah mengevaluasi data yang telah diperoleh. Tahapan evaluasi yang dimaksud adalah :

25 Memasukkan nilai atau poin untuk setiap jawaban atas pernyataan. Nilai dalam masing-masing variabel kemudian dijumlahkan. Dalam formulir laporan kinerja CMT secara global, total variabel dikalikan masing-masing dengan bobot yang diberikan pada variabel tersebut. Hasilnya kemudian dijumlahkan sehingga diperoleh total nilai kinerja. Keterangan mengenai total kinerja yang diperoleh dapat dilihat pada tabel keterangan kinerja. Semakin tinggi total nilai yang diperoleh, maka kinerja CMT pasti semakin memuaskan, sebaliknya jika total nilai semakin rendah, maka kinerja CMT tersebut pasti semakin mengecewakan. Siklus atau tahapan ini dilakukan sekali dalam setahun. Hasil evaluasi dalam bentuk formulir laporan kinerja global periode tahun yang bersangkutan, yang mana akan ditindaklanjuti oleh departemen manufaktur. Jika kinerja CMT mencapai angka skala kinerja yang semakin menurun, maka CMT tersebut akan diberi surat peringatan yang berisi himbauan untuk memperbaiki kinerjanya. Pada akhir periode, MD dan tim kerja akan melakukan pertemuan atau meeting untuk mengambil keputusan mengenai perpanjangan atau pemutusan kontrak kerja perusahaan dengan CMT. Jika jawabannya Yes, maka berarti perusahaan akan memperpanjang kontrak kerja dengan CMT. Sedangkan jika No, maka berarti perusahaan akan memutuskan kontrak tersebut.

26 Untuk memudahkan pemahaman terhadap sistem tersebut, maka penulis menyajikan sistem berjalan dalam bentuk flow chart sebagai berikut. Persiapan (perencanaan waktu evaluasi, budget, alat & formulir tim kerja, koordinasi dgn MD) Pembentukan tim kerja (pemilihan orang-orang utk mengevaluasi; syarat independen dan transparan) Pengumpulan data periode I Pengumpulan data periode II Pengumpulan data periode III Evaluasi Kinerja I Evaluasi Kinerja II Evaluasi Kinerja III Simpulan Laporan periode I Simpulan Laporan periode II Simpulan Laporan periode III Performance OK? Performance OK? Performance OK? No SP I No SP II No SP III Pelaporan simpulan I, II, dan II ke MD Meeting antara MD & tim Simpulan Final Performance OK? Perpanjangan / pemutusan kontrak Gambar 4.2 Flow Chart Sistem Evaluasi CMT

27 TAHAP Persiapan Pembent ukan tim kerja Pengump ulan data dan informasi Rencana Tahunan Evaluasi Tahapan dalam skema sistem dapat disusun dalam rencana evaluasi berperiode tahunan. Perencanaan evaluasi tahunan untuk PT. CAB dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut. Tabel 4.6 Rencana implementasi evaluasi tahunan KEGIATAN Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Perencanaan waktu evaluasi Perencanaan anggaran Persiapan alat dan formulir Perencanaan tim kerja Koordinasi dengan MD Penentuan kualifikasi dan jumlah tim Pengajuan kandidat Seleksi kandidat Penjelasan tugas dan tanggung jawab Rapat tim : pembagian tugas Pengumpulan data Pengolahan data Evaluasi data Penarikan kesimpulan evaluasi Evaluasi Tindak lanjut : surat peringatan (SP) jika hasil evaluasi tidak memuaskan Laporan hasil evaluasi Meeting MD dan tim Laporan pertanggungjawaba n CMT Rapat MD dan tim Keputusan perihal kontrak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. PD. Sandang Jaya merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. PD. Sandang Jaya merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PD. Sandang Jaya merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur, yaitu perusahaan garmen yang membuat lembaran kain menjadi sebuah baju yang

Lebih terperinci

JALUR SOP DARI ORDER DITERIMA SAMPAI ORDER JADI

JALUR SOP DARI ORDER DITERIMA SAMPAI ORDER JADI JALUR SOP DARI ORDER DITERIMA SAMPAI ORDER JADI NOTE : SETIAP DIVISI WAJIB QUALITY CONTROL DI BAGIAN MASING-MASING KLIEN ORDER BESERTA DP 60% CUSTOMER SERVICE TERIMA ORDER ISI FORM ORDER OLEH KLIEN ACC

Lebih terperinci

Satuan (orang, Paket, pcs, dll.) Satuan Jumlah. Satuan (hari, bulan, kali, dll.) Frekuen si. (hari, bulan, kali, dll.)

Satuan (orang, Paket, pcs, dll.) Satuan Jumlah. Satuan (hari, bulan, kali, dll.) Frekuen si. (hari, bulan, kali, dll.) LAMPIRAN C Nama Organisasi:. Perjanjian Hibah: Judul Proyek: Periode Proyek: PENGELUARAN PROGRAM: Paket, pcs, Frekuen si Proyek Mitra Penerima Hibah Donor Lain TOTAL 1 Kegiatan Pengembangan Organisasi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 51 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, akan dijelaskan terlebih dahulu bagaimana cara kerja sistem pengendalian kualitas yang dilakukan pada saat paling awal yaitu mulai

Lebih terperinci

SOP/UJM-L/LM/002 AUDIT MUTU INTERNAL

SOP/UJM-L/LM/002 AUDIT MUTU INTERNAL Page 1 of 22 SOP/UJM-L/LM/002 AUDIT MUTU INTERNAL Dibuat oleh Paraf Direvisi oleh Paraf : Ir. Slamet Riyadi,M.Eng : : : LPMI Tgl. Pembuatan : 20 Mei 2013 Disetujui oleh Paraf : Rektor : Tgl. Revisi : I.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Eksistensi suatu perusahaan dalam dunia bisnis ditentukan oleh performansi perusahaan tersebut dalam memberikan kepuasan kepada konsumen. Dengan memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang ingin memenangkan persaingan dituntut untuk memberikan perhatian

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang ingin memenangkan persaingan dituntut untuk memberikan perhatian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era industrialisasi yang semakin kompetitif sekarang ini, setiap pelaku bisnis yang ingin memenangkan persaingan dituntut untuk memberikan perhatian penuh kepada

Lebih terperinci

Pendahuluan. I.1 Latar belakang

Pendahuluan. I.1 Latar belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar belakang PT. Eksonindo Multi Product Industry (EMPI) merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi tas. Proses produksi tas di PT. EMPI dilakukan melalui beberapa tahap yaitu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHAHULUAN I.1 BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL 5.1 ANALISA KONDISI YANG ADA. Untuk menemukan suatu masalah yang mempengaruhi afkir label pada produk

BAB V ANALISA HASIL 5.1 ANALISA KONDISI YANG ADA. Untuk menemukan suatu masalah yang mempengaruhi afkir label pada produk BAB V ANALISA HASIL 5.1 ANALISA KONDISI YANG ADA Untuk menemukan suatu masalah yang mempengaruhi afkir label pada produk ketorolac 30 mg disini akan menganalisa kondisi yang ada di lapangan dengan mempertimbangkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Setelah melakukan penelitian pada Tunas Den s yang berlokasi di jalan

BAB IV HASIL PENELITIAN. Setelah melakukan penelitian pada Tunas Den s yang berlokasi di jalan BAB IV HASIL PENELITIAN Setelah melakukan penelitian pada Tunas Den s yang berlokasi di jalan Surapati nomor 109 Bandung, dimana perusahaan bergerak pada bidang konveksi yang memproduksi dan menjual berbagai

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Support. Webbing QC Sewing. Gambar I.1 Skema alur proses produksi tas di PT. Eksonindo Multi Product Industry

Bab I Pendahuluan. Support. Webbing QC Sewing. Gambar I.1 Skema alur proses produksi tas di PT. Eksonindo Multi Product Industry Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT. Eksonindo Multi Product Industry (EMPI) merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi tas. Proses produksi tas di PT. EMPI dilakukan melalui beberapa tahap,

Lebih terperinci

BAB III. Kerja praktek dilaksanakan pada bagian produksi jahit yang melakukan

BAB III. Kerja praktek dilaksanakan pada bagian produksi jahit yang melakukan BAB III 3.1. Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Kerja praktek dilaksanakan pada bagian produksi jahit yang melakukan proses transformasi dari masukan (input) menjadi keluaran (output), dimana manusia, bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kinerja yang tinggi dari seluruh karyawannya. Untuk tetap bertahan dan sukses,

BAB I PENDAHULUAN. kinerja yang tinggi dari seluruh karyawannya. Untuk tetap bertahan dan sukses, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era kompetisi global, perusahaan-perusahaan membutuhkan kinerja yang tinggi dari seluruh karyawannya. Untuk tetap bertahan dan sukses, perusahaan harus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja karyawan yang tinggi sangat diharapkan oleh semua perusahaan. Semakin banyak karyawan yang mempunyai kinerja tinggi, maka produktivitas perusahaan secara

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Perkembangan Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Central Aneka Busana (CAB) adalah salah satu perusahaan garmen di Indonesia, yang berlokasi di Poris, Tanggerang.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri di Indonesia sekarang ini semakin pesat. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri di Indonesia sekarang ini semakin pesat. Hal ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan industri di Indonesia sekarang ini semakin pesat. Hal ini menyebabkan iklim pesaingan antar perusahaan juga semakin ketat. Setiap perusahaan harus memikirkan

Lebih terperinci

INTEGRATED CASE MANAGEMENT ACCOUNTING CV. TRANSIT

INTEGRATED CASE MANAGEMENT ACCOUNTING CV. TRANSIT Sejarah Singkat CV Transit CV Transit adalah suatu badan usaha yang bergerak dibidang industri pembuatan sepeda. CV Transit didirikan pada tanggal 20 Juni 1995. Produk utama penjualan CV Transit ini adalah

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya untuk

BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya untuk BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya untuk menentukan bentuk persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas, maka hasilnya dapat dilhat

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data digunakan untuk elemen penyusunan current value state mapping agar mendapatkan satu rangkaian proses yang terjadi dalam pemenuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam menghadapi persaingan usaha, perusahaan dituntut untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam menghadapi persaingan usaha, perusahaan dituntut untuk dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di dalam menghadapi persaingan usaha, perusahaan dituntut untuk dapat menyediakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia merupakan unsur

Lebih terperinci

PROSEDUR PENELITIAN KOMPETITIF. Berlaku. 1 Desember 2Ot6. Revisi 0. Unit P.L2. Halaman LPPM 1. TUJUAN. Prosedur penelitian. bertujuan untuk: ini

PROSEDUR PENELITIAN KOMPETITIF. Berlaku. 1 Desember 2Ot6. Revisi 0. Unit P.L2. Halaman LPPM 1. TUJUAN. Prosedur penelitian. bertujuan untuk: ini No Berlaku P.L2 Halaman 1 Desember 2Ot6 t 1. TUJUAN Prosedur penelitian oleh, ini b) Menerangkan cara kompetitif, bertujuan untuk: a) Menerangkan carapenawaran dan pengajuan proposal penelitian kompetitif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: (Dokumentasi CV. ASJ)

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: (Dokumentasi CV. ASJ) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang CV. ASJ merupakan salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang industri sandal, berlokasi di kota Bandung, Jawa Barat. CV. ASJ memproduksi sandal pria dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan suatu faktor pendukung yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan suatu faktor pendukung yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia merupakan suatu faktor pendukung yang sangat mempengaruhi sebuah organisasi ataupun lembaga. Suatu lembaga atau organisasi tidak akan

Lebih terperinci

Laporan Rapat Tinjauan Manajemen 20 Juni 2012

Laporan Rapat Tinjauan Manajemen 20 Juni 2012 Tempat Peserta : Ruang Sidang Lt. II : Tinjauan manajemen merupakan komponen penting untuk menjamin diterapkannya sistem manajemen mutu demi tercapainya peningkatan yang berkelanjutan. memiliki komitmen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antar perusahaan menuntut adanya peningkatan kinerja demi kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. antar perusahaan menuntut adanya peningkatan kinerja demi kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang terus maju dan meningkatnya persaingan antar perusahaan menuntut adanya peningkatan kinerja demi kemajuan perusahaan. Perusahaan atau

Lebih terperinci

BAB 4 PROFIL PERUSAHAAN

BAB 4 PROFIL PERUSAHAAN BAB 4 PROFIL PERUSAHAAN 4.1. Profil Perusahaan UD. Gunung Sari merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan pakaian anak-anak dan pakaian dewasa. Perusahaan ini didirikan oleh Bpk. Mintarto Halim

Lebih terperinci

Lampiran 1 Pembagian tugas untuk teknisi. I. Mesin pada PT BSC Kyra Boga : 4 Mesin manual penggulungan. 3 Mesin pembuat cream

Lampiran 1 Pembagian tugas untuk teknisi. I. Mesin pada PT BSC Kyra Boga : 4 Mesin manual penggulungan. 3 Mesin pembuat cream LAMPIRAN Lampiran 1 Pembagian tugas untuk teknisi I. Mesin pada PT BSC Kyra Boga : 4 Mesin manual penggulungan 3 Mesin pembuat cream 4 Mesin untuk mengaduk bahan 4 Mesin foil (pengemasan) II. Teknisi yang

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari hasil pengolahan data dan analisis dapat ditarik beberapa kesimpulan untuk penelitian ini. 6.1.1 Faktor Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Kualitas Pelayanan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS. Total Waktu (menit)

BAB V ANALISIS. Total Waktu (menit) BAB V ANALISIS 5.1 Analisis Availability Rate Availability Rate mencerminkan seberapa besar waktu loading time yang tersedia yang digunakan disamping yang terserap oleh down time losses. Berikut adalah

Lebih terperinci

RAPAT KORDINASI KTU. Jakarta Januari Estate Development Group Dept

RAPAT KORDINASI KTU. Jakarta Januari Estate Development Group Dept RAPAT KORDINASI KTU Jakarta 12 13 Januari 2017 Estate Development Group Dept OVERVIEW SPK PUSAT TAHUN 2016 Overview SPK Pusat Tahun 2016 I. Overview SPK Terbit II. Tren SPK Terbit Per Bulan III. Sumber

Lebih terperinci

Apa itu IEA Bina Nusantara?

Apa itu IEA Bina Nusantara? Apa itu IEA Bina Nusantara? Innovation & Enterprise Award Bina Nusantara ini adalah program penghargaan bagi BINUSIAN yang dapat menciptakan inovasi dan dapat mendokumentasikan inovasi tersebut berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan sumber daya manusia dalam organisasi atau perusahaan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Peranan sumber daya manusia dalam organisasi atau perusahaan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan sumber daya manusia dalam organisasi atau perusahaan semakin penting seiring dengan semakin kompleksnya tugas, tanggung jawab dan tantangan yang dihadapi.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 57 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Sejarah Perusahaan PT. Inkoasku merupakan salah satu perusahaan industri otomotif yang bergerak dalam bidang Wheel Rim Manufakturing.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. CV Aneka Konveksi merupakan sebuah perusahaan konveksi yang

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. CV Aneka Konveksi merupakan sebuah perusahaan konveksi yang 48 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum Perusahaan CV Aneka Konveksi merupakan sebuah perusahaan konveksi yang didirikan pada tahun 1996 dan mempunyai 40 mesin dan 30 tenaga kerja pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance) dan pemerintahan yang bersih (clean

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance) dan pemerintahan yang bersih (clean BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam sebuah organisasi, setiap organisasi akan selalu meningkatkan kualitas sumber dayanya agar kinerjanya memuaskan.

Lebih terperinci

BAB 5 MANAJEMEN DAN STRUKTUR ORGANISASI

BAB 5 MANAJEMEN DAN STRUKTUR ORGANISASI BAB 5 MANAJEMEN DAN STRUKTUR ORGANISASI 5.1 Struktur Organisasi Pemilik Jahit 1 Jahit 2 Jahit 3 Obras Bag. potong Antar barang Finishing Admin Bagian jahit bertanggung jawab menjahit barang-barang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perundang-undangan republik Indonesia. Dituntut untuk selalu

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perundang-undangan republik Indonesia. Dituntut untuk selalu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk merupakan sebuah perusahaan penyedia jasa dan Telekomunikasi yang didirikan dan dibentuk berdasarkan hukum dan perundang-undangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Ade Busana merupakan salah satu perusahaan garment yang bergerak di. Perusahaan yang berlokasi di kawasan Cibogo Lembang ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Ade Busana merupakan salah satu perusahaan garment yang bergerak di. Perusahaan yang berlokasi di kawasan Cibogo Lembang ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ade Busana merupakan salah satu perusahaan garment yang bergerak di bidang pembuatan pakaian rajutan yang menyediakan produk berkualitas. Perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran, demonstrasi dan unjuk rasa masih marak terjadi. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran, demonstrasi dan unjuk rasa masih marak terjadi. Hal tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi ketenagakerjaan di Indonesia seperti pemutusan hubungan kerja, pengangguran, demonstrasi dan unjuk rasa masih marak terjadi. Hal tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH. 4.1 Sistem Pengadaan Perlengkapan Produksi pada PT. Indomo Mulia

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH. 4.1 Sistem Pengadaan Perlengkapan Produksi pada PT. Indomo Mulia 46 BAB IV PEMBAHASAN MASALAH 4.1 Sistem Pengadaan Perlengkapan Produksi pada PT. Indomo Mulia PT Indomo mulia merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distribusi peralatan rumah tangga salah satu produk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bab 1 Pendahuluan 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini perkembangan di dunia industri semakin pesat, banyaknya produk-produk sandang yang ditawarkan dari berbagai perusahaan membuat

Lebih terperinci

PENELITIAN KOMPETITIF

PENELITIAN KOMPETITIF No P-t2 Revisi t Halaman I No Revisi 01 Bagian Yang Diubah 1, Perubahan oada bagian referensi 2. Definisi Peneliti Disetujui Ka,, 3 Januari 2018 NOMENKTATUR PROSEDUR No. Prosedur Nama Prosedut o. t PROSEDUR

Lebih terperinci

INSTRUKSI KEPADA PEMINAT EVALUASI PERTENGAHAN PROGRAM SIKLUS HIBAH 1 TFCA- SUMATERA

INSTRUKSI KEPADA PEMINAT EVALUASI PERTENGAHAN PROGRAM SIKLUS HIBAH 1 TFCA- SUMATERA INSTRUKSI KEPADA PEMINAT EVALUASI PERTENGAHAN PROGRAM SIKLUS HIBAH 1 TFCA- SUMATERA REFERENSI BAGI PEMINAT Dalam pengajuan proposal, peminat harus menaati segala instruksi, formulir, kontrak, dan spesifikasi

Lebih terperinci

Analisis Persediaan Bahan Baku PT. BS dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ)

Analisis Persediaan Bahan Baku PT. BS dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Analisis Persediaan Bahan Baku PT. BS dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Jessica Juventia, Lusia P.S Hartanti Program Studi Teknik Industri Universitas Pelita Harapan Surabaya, Indonesia Jessicajuventia28@gmail.com,

Lebih terperinci

Gambar 4.5 Diagram Alir Penilaian Kinerja Mesin

Gambar 4.5 Diagram Alir Penilaian Kinerja Mesin 112 Mulai Pemilihan indikator penilaian kinerja mesin Pengumpulan data indikator penilaian kinerja mesin 1. Allocated Downtime 2. Accident Lost Time Penentuan bobot dan interval penilaian kinerja mesin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini perekonomian di dunia telah memasuki era globalisasi. Semua

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini perekonomian di dunia telah memasuki era globalisasi. Semua BAB 1 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini perekonomian di dunia telah memasuki era globalisasi. Semua faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, bahan baku, uang, informasi, telekomunikasi, pendidikan,

Lebih terperinci

Laporan Rapat Tinjauan Manajemen November 2012

Laporan Rapat Tinjauan Manajemen November 2012 Tempat Peserta : Ruang Sidang Lt. II : Top Management (Dekan) Management Representative ( ) Executive Management Team ( I dan III) Quality Control (Tim Gugus Jaminan Mutu) Tinjauan manajemen merupakan

Lebih terperinci

VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN

VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN 7.1 Analisis Kepuasan Petani Mitra Evaluasi kemitraan dapat juga dilihat dari tingkat kepuasan petani mitra yang menjalankannya. Kepuasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan kapasitas produksi dan ketersediaan bahan.

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan kapasitas produksi dan ketersediaan bahan. V-21 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perkembangan industri manufaktur di Indonesia semakin pesat, masing-masing perusahaan dituntut untuk memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan perusahaan pesaing

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PENGADAAN SUMDER DAYA MANUSIA (SDM) SEKRETARIAT DEWAN NASIONAL KEUANGAN INKLUSIF

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PENGADAAN SUMDER DAYA MANUSIA (SDM) SEKRETARIAT DEWAN NASIONAL KEUANGAN INKLUSIF KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PENGADAAN SUMDER DAYA MANUSIA (SDM) SEKRETARIAT DEWAN NASIONAL KEUANGAN INKLUSIF TAHUN ANGGARAN 2018 1. LATAR BELAKANG KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PENGADAAN SUMBER DAYA MANUSIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan ditempatkannya sumber daya manusia pada urutan pertama unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. dengan ditempatkannya sumber daya manusia pada urutan pertama unsur-unsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi. Pendapat ini diperkuat dengan ditempatkannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan produk plastik pada saat ini cukup pesat dimana semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan produk plastik pada saat ini cukup pesat dimana semakin 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan produk plastik pada saat ini cukup pesat dimana semakin meningkatnya pemesanan oleh masyarakat. Oleh karena itu PT. PANCA BUDI IDAMAN lebih meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Tangerang Selatan merupakan kota yang diresmikan awal tahun 2009,

BAB I PENDAHULUAN. Kota Tangerang Selatan merupakan kota yang diresmikan awal tahun 2009, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Tangerang Selatan merupakan kota yang diresmikan awal tahun 2009, hal ini membuktikan bahwa Kota Tangerang Selatan mengalami pertumbuhan ekonomi yang

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 10/07/62/Th. X, 1 Juli PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama, TPK Hotel Berbintang Sebesar 56,39 Persen. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN. pangsa pasar dunia tekstil dan penggunaan mesin-mesin atau alat-alat industri

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN. pangsa pasar dunia tekstil dan penggunaan mesin-mesin atau alat-alat industri BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Kemajuan teknologi yang terjadi dewasa ini, terutama dalam persaingan pangsa pasar dunia tekstil dan penggunaan mesin-mesin atau alat-alat industri sangat

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Organisasi atau perusahan dewasa ini menghadapi kompetisi yang semakin

BAB I Pendahuluan. Organisasi atau perusahan dewasa ini menghadapi kompetisi yang semakin 1 BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Organisasi atau perusahan dewasa ini menghadapi kompetisi yang semakin meningkat dan perlu usaha kuat untuk dapat menyesuaikan diri dengan perubahan. Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Daya saing dalam era globalisasi pada perusahaan dan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Daya saing dalam era globalisasi pada perusahaan dan industri yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing dalam era globalisasi pada perusahaan dan industri yang semakin maju, industri konveksi pun semakin berkembang pesat mengikuti irama pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROFIL PERUSAHAAN

GAMBARAN UMUM PROFIL PERUSAHAAN GAMBARAN UMUM PROFIL PERUSAHAAN CV TKB merupakan perusahaan yang bergerak dibidang garmen. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 3 Maret 2008.Perusahaan ini terletak di Jl. Gardu Raya Km. 6 No. 27 Dramaga,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 6.1.1 Atribut yang dianggap penting oleh pelanggan BSW Mart Skala peringkat untuk tingkat kepentingan suatu atribut menggunakan skala 4 titik (1,2,3,4). Rata-rata

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PERBAIKAN MUTU DAN KINERJA PUSKESMAS TAHUN 2017

KERANGKA ACUAN PERBAIKAN MUTU DAN KINERJA PUSKESMAS TAHUN 2017 KERANGKA ACUAN PERBAIKAN MUTU DAN KINERJA PUSKESMAS TAHUN 2017 I. Pendahuluan Sesuai dengan Permenkes nomor 75 Tahun 2014 disebutkan prinsip penyelenggaraan, tugas dan fungsi Puskesmas meliputi : paradigma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu cita-cita dan tujuan dari Bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. satu cita-cita dan tujuan dari Bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, bangsa yang penuh dengan harapan dan citacita. Hal ini tertuang dalam Pembukaan UUD alinea keempat yang menyebutkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manajemen sumber daya manusia merupakan satu bidang manajemen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manajemen sumber daya manusia merupakan satu bidang manajemen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen sumber daya manusia merupakan satu bidang manajemen yang khusus mempelajari hubungan dan peranan manusia dalam organisasi. Manajemen sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah perusahaan yang bergerak di industry

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah perusahaan yang bergerak di industry BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah perusahaan yang bergerak di industry garmen, dimana perusahaan memproduksi kemeja pria dewasa. Bahan dasar untuk produksi

Lebih terperinci

Pada dasarnya setiap perusahaan melakukan aktivitas untuk mencapai. tujuannya melalui kombinasi sumber daya yang dimiliki.

Pada dasarnya setiap perusahaan melakukan aktivitas untuk mencapai. tujuannya melalui kombinasi sumber daya yang dimiliki. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya setiap perusahaan melakukan aktivitas untuk mencapai tujuannya melalui kombinasi sumber daya yang dimiliki. Salah satu sumber daya yang sangat perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi memaksa setiap orang dan organisasi untuk segera melakukan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi memaksa setiap orang dan organisasi untuk segera melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia dihadapkan pada perubahan yang begitu cepat. Melesatnya kemajuan teknologi memaksa setiap orang dan organisasi untuk segera melakukan perubahan dan beradaptasi

Lebih terperinci

Metode Training ISO 9001 Sentral Sistem TIDAK MENJELASKAN APA ISI PERSYARATAN ISO 9001 TAPI

Metode Training ISO 9001 Sentral Sistem TIDAK MENJELASKAN APA ISI PERSYARATAN ISO 9001 TAPI Metode Training ISO 9001 Sentral Sistem TIDAK MENJELASKAN APA ISI PERSYARATAN ISO 9001 TAPI MENJELASKAN KONSEP/MAKSUD DARI TIAP PERSYARATAN ISO 9001 DAN MEMBERIKAN CONTOH PENERAPAN YANG BAIK 1 Penjelasan

Lebih terperinci

I. Kebijakan Pelayanan Informasi Publik

I. Kebijakan Pelayanan Informasi Publik I. Kebijakan Pelayanan Informasi Publik Keterbukaan Informasi Publik merupakan jaminan hukum bagi setiap orang untuk memperoleh informasi sebagai salah satu hak asasi manusia, sebagaimana diatur dalam

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI

PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No.15/08/62/Th.XI, 1 Agustus PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI Selama Juni, Jumlah Penumpang Angkutan Laut dan Udara Masing-Masing 37.461 Orang dan 142.782 Orang. Jumlah

Lebih terperinci

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN SEPTEMBER ,34 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN SEPTEMBER ,34 PERSEN No. 44/11/34/Th.XIII, 1 November 2011 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN SEPTEMBER 2011 56,34 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di Provinsi D.I.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja perusahaan merupakan hal yang sangat penting dilakukan sebagai upaya untuk mengukur tingkat pencapaian kinerja perusahaan itu sendiri. Salah

Lebih terperinci

Media Infokom, CV Neraca per 31/12/00

Media Infokom, CV Neraca per 31/12/00 Neraca per 31/12/ Harta Harta Lancar Kas Rp 91.647, Piutang Dagang Rp, Dikurangi: Cadangan untuk Hutang Macet Inventaris Dagang 1. Biaya Dibayar di Muka - Asuransi 6 Nota Bayar Jumlah Harta Lancar Rp 93.247,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN & SARAN

BAB VI KESIMPULAN & SARAN BAB VI KESIMPULAN & SARAN 6.1 Kesimpulan Setelah pengolahan data dan analisis yang dilakukan, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan berdasarkan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Berikut merupakan

Lebih terperinci

INFORMASI DAN SPESIFIKASI

INFORMASI DAN SPESIFIKASI INFORMASI DAN SPESIFIKASI Sablon FLOCK Adalah sablon Digital dengan menggunakan kain sintetis yg sudah memiliki perekat. Menggunakan tinta khusus yang tahan air. Menggunakan lem khusus non-water-based

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab 6 Kesimpulan dan Saran 6-1 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1.Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data pada bab sebelumnya, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi dan tata kerja Satuan Polisi Pamong Praja ditetapkan dengan Peraturan

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi dan tata kerja Satuan Polisi Pamong Praja ditetapkan dengan Peraturan 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Satuan Polisi Pamong Praja merupakan perangkat pemerintah dalam memelihara ketentraman dan ketertiban umum serta menegakan peraturan daerah. Organisasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan yang yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan yang yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manajemen merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan yang yang telah ditetapkan oleh organisasi. Dengan adanya manajemen yang baik akan dapat membantu untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, Industri konveksi adalah salah satu jenis industri yang cukup populer di Indonesia. Industri konveksi menjadi sangat populer karena produk yang dihasilkan

Lebih terperinci

B. LANGKAH-LANGKAH MENYUSUN BUSINESS ACTION PLAN (BAP) ATAU RENCANA KEGIATAN USAHA

B. LANGKAH-LANGKAH MENYUSUN BUSINESS ACTION PLAN (BAP) ATAU RENCANA KEGIATAN USAHA A. PENDAHULUAN Perencanaan (planning) merupakan langkah awal yang harus dilakukan untuk memulai suatu aktivitas apapun, apalagi untuk aktivitas usaha. Karena business (usaha) memiliki beberapa karakteristik

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL dan ANALISIS PENELITIAN

BAB 4 HASIL dan ANALISIS PENELITIAN BAB 4 HASIL dan ANALISIS PENELITIAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Penulis melakukan observasi langsung pada PT. BROCO MUTIARA ELECTRICAL INDUSTR dan melakukan wawancara dengan bagian MR (Management Representative)

Lebih terperinci

JADWAL KEGIATAN PUSLIT LP2M ISI DENPASAR 2015

JADWAL KEGIATAN PUSLIT LP2M ISI DENPASAR 2015 JADWAL KEGIATAN PUSLIT LPM ISI DENPASAR 01 1. KEGIATAN DESK EVALUASI PROPOSAL PENELITIAN TAHUN 01 1. Rapat Persiapan Pelaksanaan Desk Evaluasi.. Rapat penetapan materi dan teknis pelaksanaan Desk Evaluasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis semakin lama semakin tinggi dan sulit. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat waktu dan pelayanan yang lebih baik dari pada persaingnya. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. tepat waktu dan pelayanan yang lebih baik dari pada persaingnya. Selain itu A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Perusahaan industri yang berorientasi pada barang dagang adalah salah satu perusahaan yang berkembang di Indonesia. Setiap perusahaan tentunya akan berusaha

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI

PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No.15/03/62/Th.XI, 1 Maret 2017 PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI Selama Januari 2017, Jumlah Penumpang Angkutan Laut dan Udara Masing-Masing 20.970 Orang dan 139.148

Lebih terperinci

Perkembangan Jasa Akomodasi Provinsi Kalimantan Tengah

Perkembangan Jasa Akomodasi Provinsi Kalimantan Tengah Perkembangan Jasa Akomodasi Provinsi Kalimantan Tengah No. 10/10/62/Th. XI, 2 Oktober 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Perkembangan Jasa Akomodasi Provinsi Kalimantan Tengah Selama

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI

PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No.15/12/62/Th.X, 1 Desember PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI Selama Oktober, Jumlah Penumpang Angkutan Laut dan Udara Masing Masing 19.470 Orang dan 136.444 Orang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan pengolahan / manufaktur adalah perusahaan yang membeli bahan mentah, mengolahnya menjadi produk jadi yang siap pakai dan menjualnya kepada konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman menuntut perusahaan untuk berubah. Perubahan ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman menuntut perusahaan untuk berubah. Perubahan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman menuntut perusahaan untuk berubah. Perubahan ini mengarahkan perusahaan menuju ke arah yang lebih baik, baik secara ekonomi, sosial, budaya dan teknologi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Transportasi berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Transportasi berperan penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Transportasi merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dan sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Transportasi berperan penting dalam menunjang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TPK HOTEL BINTANG SULAWESI TENGGARA JANUARI 2016

PERKEMBANGAN TPK HOTEL BINTANG SULAWESI TENGGARA JANUARI 2016 No.16/03/Th.VII, 1 Maret 2017 PERKEMBANGAN TPK HOTEL BINTANG SULAWESI TENGGARA JANUARI 2016 Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel Bintang di Provinsi Sulawesi Tenggara pada bulan Januari 2017 tercatat 30,92

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN IHK/INFLASI KOTA MANADO

PERKEMBANGAN IHK/INFLASI KOTA MANADO No. 14/03/Th. VIII, 3 Maret 2014 PERKEMBANGAN IHK/INFLASI KOTA MANADO Kota Manado pada bulan Februari 2014 mengalami deflasi sebesar 0,23 persen. Laju inflasi tahun kalender sebesar 0,83 persen dan inflasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yaitu dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintah maupun tugas

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yaitu dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintah maupun tugas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja atau karyawan merupakan sumber daya manusia yang sangat penting dalam suatu perusahaan, karena karyawan adalah modal utama bagi suatu perusahaan tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam menghadapi persaingan dan strategi bertahan dalam jangka pendek dan jangka panjang. Karyawan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 13 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya manusia yang melimpah dalam pemerintahannya, baik lembaga pemerintahan non departemen (LPND) maupun lembaga pemerintahan departemen (LPD)

Lebih terperinci

SAMPLING PENERIMAAN ( ACCEPTANCE SAMPLING )

SAMPLING PENERIMAAN ( ACCEPTANCE SAMPLING ) SAMPLING PENERIMAAN ( ACCEPTANCE SAMPLING ) PENDAHULUAN Pengertian dari Sampling Penerimaan : keputusan untuk menerima atau menolak suatu lot atau populasi berdasarkan hasil dari pemeriksaan sebagian lot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengendalikan seluruh aktivitas perusahaan. Perusahaan pada

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengendalikan seluruh aktivitas perusahaan. Perusahaan pada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manajemen Sumber Daya Manusia dalam suatu organisasi/perusahaan memegang peranan yang sangat penting dalam mengelola, mengatur dan memanfaatkan pegawai

Lebih terperinci

Jumlah (Rp) Belanja modal peralatan dan mesin - pengadaan komputer 1 Pkt 5,460,000 BM B PL RT SM DAU 26 SOFIAN

Jumlah (Rp) Belanja modal peralatan dan mesin - pengadaan komputer 1 Pkt 5,460,000 BM B PL RT SM DAU 26 SOFIAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 RINCIAN KEGIATAN APBD 2016 KABUPATEN KEPAHIANG SKPD : KECAMATAN A1 NO KEGIATAN NAMA PAKET PENGADAAN Volume Satuan Jumlah (Rp) Kelompok Belanja (BTLP/BLP/BJ/BM/BS/BH) Jenis

Lebih terperinci

TCE-08 PENGENDALIAN BIAYA, MUTU DAN WAKTU

TCE-08 PENGENDALIAN BIAYA, MUTU DAN WAKTU TCE-08 PENGENDALIAN BIAYA, MUTU DAN WAKTU DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Jl. Sapta Taruna Raya Kompleks

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah pendekatan deskriptif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah pendekatan deskriptif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah pendekatan deskriptif. Penelitian deskriptif melakukan analisis hanya sampai pada tahap deskriptif,

Lebih terperinci