BAB I PENDAHULUAN. pendanaan perusahaan yang harus diperhatikan oleh manajer adalah memutuskan masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. pendanaan perusahaan yang harus diperhatikan oleh manajer adalah memutuskan masalah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Kebijakan pendanaan perusahaan merupakan salah satu keputusan terpenting yang dilakukan manajer dalam memenuhi kebutuhan modal untuk peluang investasi baru. Salah satu kebijakan pendanaan perusahaan yang harus diperhatikan oleh manajer adalah memutuskan masalah struktur modal perusahaan yang tidak sederhana dan tidak mudah (Moles et al., 2011). Semenjak publikasi Modigliani dan Miller MM (1958) yang berasumsi pasar modal sempurna yang memberlakukan model ketidakrelevanan struktur modal, ada dua teori utama struktur modal perusahaan yang telah lama dikenal, yaitu: 1) teori pecking order, dan 2) teori trade-off. Pada akhir-akhir ini dikenal alternatif teori struktur modal yang lain, yang diperkenalkan oleh Baker dan Wurgler (2002), yaitu market timing ekuitas. Berkenaan dengan teori market timing ekuitas tersebut, penelitian ini akan menguji apakah market timing ekuitas berlaku dan berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan di Indonesia Latar Belakang Market timing ekuitas menunjukkan praktik menerbitkan ekuitas ketika nilai pasar tinggi dan membeli kembali ketika nilai pasar rendah (Baker dan Wurgler, 2002). Gujarati dan Porter (2009) memperkenalkan metodologi pengaruh jangka pendek dan jangka panjang yang terjadi karena fenomena kelambanan atau selang waktu (lag/past). Menurut mereka, analisis fenomena kelambanan atau selang waktu tersebut sedang menempati posisi penting dalam ilmu ekonomi. Karena penelitian ini akan menguji apakah market timing ekuitas berlaku dan berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan di Indonesia, ada tiga isu yang muncul yaitu: pertama, apakah perusahaan menggunakan market timing ekuitas sewaktu menerbitkan ekuitas. Apabila

2 hasil penelitian ini menunjukkan hasil bahwa perusahaan di Indonesia menggunakan market timing ekuitas sewaktu menerbitkan ekuitas, muncul isu kedua dan ketiga. Isu kedua, apakah market timing ekuitas berpengaruh jangka pendek terhadap struktur modal perusahaan, dan isu ketiga, apakah market timing ekuitas berpengaruh jangka panjang terhadap struktur modal. Ketiga isu market timing ekuitas ini dapat terjadi tidak hanya pada saat IPO (initial public offering), tetapi juga pada saat SEO (seasoned equity offering), dan right issue. Isu pertama, apakah perusahaan menggunakan market timing ekuitas sewaktu melakukan penerbitan ekuitas bersih, dimunculkan sehubungan dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Baker dan Wurgler (2002) yang telah menemukan teori market timing ekuitas. Mereka menyatakan bahwa market timing ekuitas menunjukkan ketika harga sahamnya tinggi perusahaan cenderung menerbitkan ekuitas, dan ketika nilai pasarnya rendah, perusahaan melakukan pembelian kembali sahamnya. Adanya praktik market timing ekuitas tersebut dimaksudkan untuk memanfaatkan fluktuasi temporer biaya ekuitas yang relatif lebih murah. Dengan perusahaan menerbitkan ekuitas dengan biaya ekuitas yang lebih murah tersebut diharapkan akan membantu meningkatkan nilai perusahaan. Dalam pasar modal efisien dan terintegrasi yang dikaji oleh MM (1958), biaya-biaya modal yang jenisnya berbeda namun secara independen tidak berbeda, sehingga tidak mendapat hasil dengan mengubah atau memindah dari ekuitas ke utang, atau sebaliknya. Besar kecilnya biaya-biaya modal tersebut tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dalam pasar modal yang tidak efisien atau tersegmen, market timing bermanfaat bagi pemegang saham yang ada atas biaya investor yang masuk (yang membeli saham), dan yang keluar (yang menjual kembali saham), pada pasar modal. Karena investor menanggung harga tinggi ketika beli, dan menanggung harga rendah ketika jual saham, maka dapat dinyatakan investor menanggung biaya

3 yang tinggi atas transaksi tersebut. Sebaliknya, perusahaan menerbitkan ekuitas ketika harga saham tinggi dan membeli kembali ketika harga rendah berarti biaya atas transaksi yang ditanggung perusahaan adalah rendah. Praktik market timing ekuitas tersebut tentu saja akan menguntungkan perusahaan, dan akhirnya keputusan yang dilakukan manajer tersebut dapat menopang pencapaian tujuan perusahaan untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Manajer mempunyai insentif untuk memberlakukan market timing pada keputusan pendanaan perusahaan apalagi mereka memikirkan dan perhatian terhadap pemegang saham yang ada (Baker dan Wurgler, 2002). Ketika pasar tidak efisien, dan investor diasumsikan bertindak tidak rasional, maka manajer melakukan pendanaan dengan ekuitas ketika terjadi mispricing, yaitu menerbitkan ekuitas ketika harga saham dinilai tinggi dari yang seharusnya dan membeli kembali ekuitas ketika harga saham dinilai rendah dari yang seharusnya. Rhodes- Kropf et al. (2005) menyatakan mispricing terjadi karena perilaku anomali investor. Karena itu, market timing ekuitas sering diklasifikasikan sebagai bagian dari keuangan keperilakuan korporasi (behavioral corporate finance) (Baker dan Wurgler, 2012). Shah (2013) menyatakan bahwa keuangan keperilakuan korporasi dapat menjelaskan penyimpangan keperilakuan manajer dan penyimpangan tersebut berpengaruh terhadap penerbitan ekuitas dan penilaian perusahaan. Pengaruh perilaku manajer tersebut dalam menerbitkan ekuitas tercermin pada praktik market timing ekuitas. Isu pertama ini juga dimunculkan sehubungan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Rajan dan Zingales (1995) yang dapat menunjukkan adanya hubungan nilai pasar ekuitas dan leverage pada negara-negara G-7 (Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Perancis, Italia, Inggris, dan Kanada). Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara nilai pasar ekuitas dan leverage yang dikarenakan ketika nilai pasar ekuitas lebih tinggi daripada nilai

4 bukunya, perusahaan menerbitkan ekuitas. Adanya penerbitan ekuitas tersebut ketika nilai pasar saham tinggi menyebabkan leverage menurun. Leverage diukur dari total utang dibagi dengan total aset. Oleh karena itu, hubungan negatif tersebut menunjukkan indikator bahwa market timing ekuitas berlaku. Indikator bahwa market timing ekuitas berlaku juga dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Xu (2009). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa nilai pasar saham yang diukur dengan market-to-book ratio berpengaruh positif terhadap penerbitan ekuitas. Ketika harga pasar saham tinggi perusahaan menerbitkan ekuitas dan ketika harga pasar saham rendah perusahaan melakukan pembelian kembali saham. Melihat uraian tersebut, teori market timing ekuitas berbeda dengan dua teori struktur modal sebelumnya, yaitu teori trade-off dan teori pecking order. Teori trade-off berasumsi bahwa perusahaan memperlawankan (trade-off) antara manfaat dan biaya dari pendanaan utang dan ekuitas. Setelah memperhatikan ketidaksempurnaan pasar seperti pajak, biaya kebangkrutan, dan biaya keagenan, pimpinan perusahaan akan berupa melakukan keseimbangan antara manfaat dan biaya pendanaan utang dan ekuitas dalam upaya mendapatan struktur modal optimum (Kraus dan Litzenberger, 1973). Teori pecking order (Myers, 1984; Myers dan Majluf, 1984) berargumentasi bahwa perusahaan mengikuti hirarkhi pendanaan untuk meminimalkan masalah informasi asimetri antara manajer (orang dalam - insider) dan pemegang saham (orang luar outsider). Teori pecking order menyarankan untuk mendanai perusahaan terlebih dahulu menggunakan laba ditahan, kemudian jika labanya tidak memadai atau ada defisit pendanaan baru menggunakan utang, dan yang terakhir (bila perlu) baru menggunakan saham biasa (Luigi dan Sorin, 2009). Dalam teori market timing ekuitas, ketika ada defisit pendanaan, pendanaan yang dilakukan oleh perusahaan tidak selalu menggunakan utang, melainkan dapat

5 menggunakan ekuitas. Perusahaan melakukan pendanaan dengan ekuitas ketika nilai ekuitasnya tinggi. Isu kedua dalam penelitian ini adalah apakah market timing ekuitas berpengaruh jangka pendek terhadap struktur modal perusahaan. Gujarati dan Porter (2009) memperkenalkan metodologi pengaruh jangka pendek dan jangka panjang dan pengaruh tersebut terjadi karena fenomena keterlambatan atau selang waktu. Menurut mereka, analisis fenomena selang waktu sedang menempati posisi penting dalam ilmu ekonomi. Menurut Baker dan Wurgler (2002), pengaruh jangka pendek dari variabel dependen dijelaskan dengan model regresi distributedlag, yaitu variabel independen menggunakan selang waktu (lag) satu tahun dan variabel dependen menggunakan waktu saat ini. Pengaruh jangka pendek market timing terhadap struktur modal adalah pengaruh kondisi pasar atau nilai pasar ekuitas setahun yang lalu (selang waktu) terhadap struktur modal saat ini, atau pengaruh kondisi pasar saat ini terhadap struktur modal satu tahun kemudian. Menurut Myers (1984) menyatakan bahwa dalam teori trade-off statis, perusahaan akan mensubstitusi utang dengan ekuitas, atau mensubstitusi ekuitas dengan utang, sampai dengan nilai perusahaan menjadi maksimal. Menurut Oztekin (2009), teori trade-off statis mengargumentasikan bahwa ada hubungan antara leverage dan nilai perusahaan, dan bahwa pada setiap periode, manajer akan proaktif menyeimbangkan kembali leverage untuk menghindari deviasi dari struktur modal optimum, yaitu struktur modal yang biaya modalnya minimum atau nilai perusahaannya maksimal. Karena proaktif tersebut, manajer dalam melakukan pendanaan dengan ekuitas atau utang didasarkan motif agar dalam suatu periode tunggal selalu diperoleh struktur modal optimum.

6 Apabila perusahaan melakukan praktik market timing ekuitas dengan menerbitkan ekuitas ketika nilai pasar saham tinggi, leverage perusahaan akan menurun. Ketika perusahaan dalam kondisi leverage rendah (under-leverage), dan apabila perusahaan juga memberlakukan trade-off statis, manajer akan proaktif melakukan proses penyeimbangan kembali yaitu akan meningkatkan leverage-nya, dengan menambah utang. Dengan ada proses penyeimbangan kembali struktur modal tersebut, leverage (struktur modal) optimum diharapkan akan didapatkan lagi. Apabila isu pertama terbukti bahwa perusahaan di Indonesia menggunakan market timing ekuitas sewaktu menerbitkan ekuitas, akan tetapi teori trade-off statis juga diberlakukan pada perusahaan di Indonesia, akan menyebabkan isu kedua tidak berlaku. Dengan isu kedua tidak berlaku berarti, meskipun ada market timing ekuitas, market timing ekuitas tersebut tidak berpengaruh jangka pendek terhadap struktur modal perusahaan di Indonesia. Isu kedua market timing ekuitas berpengaruh jangka pendek terhadap struktur modal perusahaan muncul sehubungan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Baker dan Wurgler (2002), Weigl (2011), dan beberapa penelitian lain menyatakan bahwa nilai pasar ekuitas setahun yang lalu berpengaruh negatif terhadap perubahan struktur modal saat ini, atau nilai pasar ekuitas saat ini berpengaruh negatif terhadap perubahan struktur modal satu tahun kemudian. Struktur modal atau leverage perusahaan yang dimaksud adalah kombinasi antara utang dan ekuitas (Brigham dan Ehrhardt, 2005). Indikator pengaruh jangka pendek tersebut ditunjukkan dengan adanya pengaruh negatif nilai pasar tahun lalu terhadap leverage perusahaan saat ini. Adanya pengaruh negatif tersebut dikarenakan perusahaan mengambil keuntungan dari adanya peluang market timing dengan menerbitkan ekuitas ketika nilai pasar saham tahun lalu tinggi dan membeli kembali saham ketika nilai pasar tahun lalu rendah. Perusahaan menerbitkan ekuitas tersebut membuat leverage saat ini turun.

7 Isu ketiga dalam teori market timing berkaitan dengan apakah market timing berpengaruh jangka panjang terhadap struktur modal. Isu ketiga ini dapat terjadi apabila isu pertama dan kedua memang terbukti terjadi. Isu ketiga muncul sehubungan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Baker dan Wurgler (2002), Kasbi (2007), Chazi dan Tripathy (2007), Huang dan Ritter (2009), Xu (2009), dan yang lain, yang menyatakan bahwa market timing ekuitas berpengaruh jangka panjang terhadap struktur modal. Indikator pengaruh jangka panjang tersebut ditunjukkan dengan historical market value (nilai pasar historis atau nilai pasar ekuitas beberapa tahun yang lalu) berpengaruh negatif terhadap struktur modal saat ini. Baker dan Wurgler (2002); serta Gujarati dan Porter (2009) menjelaskan pengaruh jangka panjang dari suatu variabel dependen dengan menggunakan model estimasi regresi distributedlag, yaitu variabel independen menggunakan selang waktu (lag) beberapa tahun dan variabel dependen menggunakan waktu saat ini. Apabila dengan data cross-section yang memperhatikan IPO (initial public offering), pengaruh jangka panjang market timing terhadap struktur modal adalah kondisi pasar historis atau nilai pasar ekuitas historis pada beberapa tahun (dimulai pada saat tahun initial public offering (IPO) sampai dengan pada IPO + k-1) berpengaruh terhadap struktur modal periode IPO+k, dan k menunjukkan jumlah tahun setelah IPO. Misalnya, struktur modal pada 2 tahun setelah IPO, yang kemudian ditulis IPO+2, dipengaruhi oleh nilai pasar ekuitas pada: saat tahun IPO dan setahun setelah IPO (IPO+1). Struktur modal pada 3 tahun setelah IPO (IPO+3) dipengaruhi oleh kondisi pasar atau nilai pasar ekuitas pada: saat tahun IPO, setahun setelah IPO (IPO+1), dan dua tahun setelah IPO (IPO+2). Struktur modal pada 4 tahun setelah IPO (IPO +4) dipengaruhi oleh kondisi pasar atau nilai pasar ekuitas pada: saat tahun IPO, setahun setelah IPO (IPO+1), dua tahun setelah IPO (IPO+2), dan tiga tahun setelah IPO (IPO+3).

8 Isu ketiga tersebut di atas yang menunjukkan nilai pasar historis berpengaruh terhadap struktur modal adalah berbeda dengan isu pada teori-teori struktur modal sebelumnya. Teori trade-off dinamis menyatakan bahwa nilai pasar ekuitas saham pada beberapa tahun yang lalu tidak berpengaruh terhadap struktur modalnya karena dalam teori ini menyatakan bahwa apabila struktur modal dalam kondisi saat ini belum optimum, perusahaan akan segera melakukan pembalikan atau penyesuaian kembali menuju struktur modal yang ditargetkan, yaitu struktur modal yang optimum. Proses penyesuaian tersebut dilakukan dengan cara menambah atau mengurangi ekuitas, atau menambah atau mengurangi utang. Apabila market timing pada struktur modal berlaku tetapi tidak berpengaruh jangka panjang terhadap struktur modal memungkinkan teori lain juga berlaku bersamaan, misalnya teori trade-off dinamis. Huang dan Ritter (2009); serta Zarebski dan Dimovski (2012) menyatakan bahwa antara teori struktur modal yang satu dan yang lain dapat berlaku atau dipergunakan bersama-sama dalam penentuan struktur modal karena teori-teori tersebut bersifat tidak mutually exclusive. Baker dan Wurgler (2002) melakukan riset market timing ekuitas yang dilatarbelakangi bahwa market timing ekuitas nampak menjadi aspek penting dalam kebijakan pendanaan perusahaan. Mereka melihat adanya bukti-bukti yang mendorong untuk melakukan penelitiannya. Pertama, analisis keputusan pendanaan yang nyata bahwa perusahaan cenderung menerbitkan ekuitas, ketika nilai pasarnya tinggi dibanding nilai bukunya dan nilai pasar sebelumnya. Perusahaan menerbitkan ekuitas ketika biaya ekuitas relatif rendah dan membeli kembali ketika biayanya relatif tinggi. Kedua, analisis dari ramalan dan realisasi laba pada saat menerbitkan ekuitas menunjukkan bahwa perusahaan cenderung untuk menerbitkan ekuitas pada waktu investor begitu sangat antusias terhadap prospek labanya. Ketiga, menurut Baker dan Wurgler (2002) yang mengutip hasil survei yang dilakukan oleh Graham dan Harvey

9 (2002), yang mana hasil survei tersebut menunjukkan bahwa dua per tiga dari chief financial officer (CFO) menyetujui: saham perusahaannya yang dinilai tinggi (overvalued) atau dinilai rendah (undervalued) menjadi pertimbangan penting dalam menerbitkan ekuitas. Kemudian pada kesimpulannya, apabila nilai pasar saham tinggi, perusahaan sebaiknya menerbitkan saham. Dalam teori trade-off dinamis yang berlaku pada pasar efisien, perusahaan yang baru saja menerbitkan ekuitas akan segera melakukan pembalikan atau penyesuaian kembali struktur modalnya menuju ke struktur modal yang ditargetkan, yaitu struktur modal optimum. Teori trade-off memprediksi ketika ada goncangan (shock) yang menyebabkan deviasi dari struktur modal optimum, perusahaan akan secara cepat menyeimbangkan kembali menuju struktur modal yang ditargetkan. Dengan demikian, menurut teori struktur modal trade-off ini, keputusan pendanaan yang lalu tidak mempunyai pengaruh jangka panjang terhadap struktur modal (Xu, 2009). Berdasarkan riset dengan sampel perusahaan Amerika Serikat, Xu (2009) menemukan bahwa ada market timing ekuitas pada struktur modal dengan bukti bahwa nilai pasar saham berpengaruh positif terhadap penerbitan ekuitas. Kemudian hasil riset Baker dan Wurgler (2002) menunjukkan bahwa market timing ekuitas berpengaruh jangka pendek dan panjang terhadap struktur modal. Market-to-book ratio semakin tinggi menyebabkan leverage semakin rendah. Penemuan pengaruh jangka panjang market timing terhadap leverage adalah tidak konsisten dengan teori struktur modal trade-off statis. Teori trade-off statis berargumentasi bahwa nilai perusahaan dimaksimalkan melalui rasio utang (debt ratio) yang optimal yang didasarkan pada trade-off antara taxes benefit dan biaya kebangkrutan dari utang. Teori tradeoff ini menyarankan bahwa struktur modal ditentukan oleh karakteristik perusahaan yang

10 dimiliki, dan teori ini tidak memprediksi pengaruh kumulatif keputusan pendanaan yang lalu terhadap rasio utang (leverage) saat ini. Lain halnya dengan temuan Baker dan Wurgler (2002) yang mengkaitkan market timing dengan struktur modal, dan kemudian mereka menyimpulkan bahwa struktur modal perusahaan yang didasarkan pada market timing ekuitas menunjukkan outcome kumulatif dari upaya-upaya yang lalu untuk menyesuaikan pasar ekuitas. Terhadap hasil temuannya, Baker dan Wurgler (2002) menyatakan bahwa teori market timing berbeda dengan teori trade-off. Teori market timing mengatakan bahwa perusahaan tidak mempunyai leverage (rasio utang) yang optimal (Chazi, 2004), sehingga perusahaan tidak secara cepat menyeimbangkan kembali selama adanya pengaruh dari penerbitan ekuitas yang lalu. Apabila perusahaan melakukan penyeimbangan kembali (rebalance) selama ada pengaruh keputusan pendanaan market timing, seperti yang direkomendasikan oleh teori struktur modal trade-off, maka market timing tidak mempunyai pengaruh jangka panjang terhadap struktur modal (Alti, 2006). Teori market timing adalah sebuah teori struktur modal yang bekerja dengan baik dan berdasar dengan data yang diobservasi. Dengan penjelasan perilaku time series struktur modal, teori model ini mampu menjelaskan bahwa perusahaan lebih menyukai penerbitan ekuitas ketika biaya ekuitas rendah. Selain dengan market-to-book ratio, market timing dapat diukur dengan hot market. Alti (2006) melakukan pengujian market timing ekuitas dengan menggunakan proksi hot market dan cold market. Hasil riset yang dilakukan baik oleh Alti (2006) maupun oleh Kaya (2007) menunjukkan bahwa ada tendensi ketika hot market, baik pada saat IPO maupun SEO (seasoned equity offering), perusahaan menerbitkan ekuitas lebih banyak daripada cold market, yang berarti menunjukkan bahwa ada pengaruh market timing. Hot market artinya nilai pasar dinilai tinggi dan cold market nilai pasar dinilai rendah. Menurut Zhang (2006) bahwa hot

11 market berpengaruh positif terhadap aktivitas penerbitan ekuitas. Dalam mengukur aktivitas penerbitan ekuitas, Alti (2006) menggunakan proksi equity proceeds dibagi aset. Hasil riset Alti (2006), Zhang (2006), dan Kaya (2007) tersebut berarti menunjukkan bahwa isu pertama terbukti yakni perusahaan melakukan pendanaan dengan ekuitas yang didasarkan pada teori market timing ekuitas. Setelah terbukti bahwa ada market timing ekuitas, isu kedua juga terbukti, yakni market timing ekuitas mempunyai pengaruh jangka pendek terhadap struktur modal. Pengaruh tersebut berupa hot market berpengaruh negatif terhadap leverage. Leverage ratio pada hot market mengalami penurunan yang lebih besar dalam tahun IPO. Akan tetapi, berkaitan dengan isu ketiga, pengaruh jangka panjang market timing terhadap struktur modal secara statistik tidak terbukti. Sebaliknya hasil riset mereka menunjukkan bahwa struktur modalnya terbukti secara cepat membalik untuk melakukan penyeimbangan kembali menuju struktur modal yang ditargetkan yaitu struktur modal optimum. Singkatnya, hasilnya menunjukkan bahwa market timing adalah determinan penting dari aktivitas pendanaan jangka pendek, tetapi pengaruh jangka panjangnya tidak terbukti. Kebijakan struktur modal dalam jangka panjang nampak sangat konsisten dengan adanya target leverage yang berlaku pada teori trade-off (Alti, 2006). Selain yang tersebut di atas, banyak peneliti lain yang mendukung teori market timing yang disampaikan oleh Baker dan Wurgler (2002). Elliot, Koeter-Kant, dan Warr (2007) menemukan bahwa perusahaan yang memiliki ekuitas yang dinilai tinggi oleh pasar lebih menyukai menerbitkan ekuitas untuk mendanai pendanaan yang defisit daripada perusahaan yang memiliki ekuitas yang dinilai rendah oleh pasar. Mereka mengintepretasikan temuannya sebagai pemberian bukti temuan Baker dan Wurgler (2002) mengenai teori market timing struktur modal. Huang dan Ritter (2004) melakukan pengujian teori market timing struktur

12 modal. Mereka menguji pola runtut waktu (time series) keputusan pendanaan eksternal. Temuan mereka konsisten dengan teori market timing strukur modal pada perusahaan Amerika Serikat yang mendanai defisit pendanaanya dengan ekuitas dalam jumlah besar ketika biaya modal ekuitasnya rendah. Meskipun dengan menggunakan proksi market timing yang berbeda dengan Baker dan Wurgler (2002), Chazi dan Tripathy (2007) menguji market timing ekuitas dan hasil temuannya juga konsisten dengan teori market timing ekuitas struktur modal. Bie dan Haan (2007) melakukan pengujian market timing struktur modal pada perusahaan Belanda. Temuan mereka juga konsisten dengan prediksi dari hipotesis market timing. Hanya saja, temuan mereka bahwa market timing berpengaruh jangka pendek terhadap struktur modal di perusahaan Belanda. Sebaliknya ada beberapa peneliti yang tidak sependapat dengan temuannya Baker dan Wurgler (2002). Meskipun dengan obyek penelitian yang sama, dalam risetnya, Hovakimian (2006) menyimpulkan bahwa market-to-book rata-rata historikal (historical average market-tobook ratio) dalam regresi leverage tidak terkait dengan market timing ekuitas yang lalu. Ia menemukan bahwa meskipun ketika menerbitkan ekuitas disesuaikan dengan kondisi pasar ekuitas, yaitu menerbitkan ekuitas ketika market-to-book ratio tinggi, proksi market timing tersebut tidak signifikan berpengaruh jangka panjang terhadap struktur modal. Ia menyimpulkan bahwa historical market value yang dihitung dengan market-to-book ratio rata-rata tertimbang terhadap pendanaan eksternal mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan pendanaan dan investasi pada saat sekarang, yang menyiratkan bahwa market-to-book ratio rata-rata tertimbang tersebut memuat informasi mengenai peluang pertumbuhan yang tidak ditangkap oleh market-to-book ratio saat ini.

13 Peneliti lain yaitu Islam dan Heaney (2007) juga sependapat dengan Hovakimian (2006). Adanya ketidaksetujuan mereka membuat para peneliti-peneliti lain untuk meneliti lebih lanjut mengenai market timing struktur modal. Selain mereka menguji lagi apakah market-to-book ratio dapat digunakan mengukur market timing ekuitas, ada di antara mereka melakukan pengujian market timing dengan mencoba menggunakan proksi lain, yaitu: hot/cold market, atau insider trading. Umumnya hasil penelitian-penelitian yang dilakukan untuk menanggapi hasil penelitian Hovakimian (2006) adalah mendukung temuan Baker dan Wurgler (2002). Salah satu peneliti yang sangat mendukung Baker dan Wurgler (2002) dan sangat tidak sependapat dengan temuan Hovakimian (2006) adalah Kasbi (2007). Kasbi (2007) melakukan penelitian dengan menggunakan market-to-book ratio rata-rata tertimbang pada pendanaan eksternal untuk mengukur market timing yang seperti dilakukan oleh Baker dan Wurgler (2002). Dengan menggunakan metodologi yang dikembangkan oleh Rhodes-Kroptf et al. (2005), Kasbi (2007) memecah market-to-book ratio menjadi komponen misvalution dan peluang pertumbuhan untuk menghitung variabel waktu yang tidak terkontaminasi oleh pilihan pertumbuhan (growth option). Hasil penelitiannya mereka mendukung temuannya Baker dan Wurgler (2002) dan tidak sependapat dengan studi Hovakimian (2006) dan Islam dan Heaney (2007). Hasil studi Kasbi (2007) menunjukkan bahwa hubungan negatif antara historical market-to-book ratio dan leverage merefleksikan pengaruh jangka panjang market timing ekuitas terhadap struktur modal. Dengan demikian, pengaruh tersebut bukan dikarenakan adanya peluang pertumbuhan seperti yang dinyatakan oleh Hovakimian (2006). Riset mengenai market timing ekuitas dan pengaruhnya terhadap struktur modal pada perusahaan di Indonesia sudah ada, namun hasil antara riset yang satu dan yang lain berbedabeda. Riset yang dilakukan oleh Hildanengsih (2004) menunjukkan bahwa perusahaan di

14 Indonesia dalam melakukan pendanaannya tidak mengikuti filosofi teori market timing dan perusahaan sama sekali tidak mempedulikan market-to-book yang dinilai tinggi (overvalued) untuk menerbitkan ekuitas saham. Riset yang dilakukan oleh Darminto dan Manurung (2008) menggali determinan-determinan struktur modal di Indonesia. Data yang mereka gunakan adalah data panel pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan periode pengamatannya lima tahun dari tahun 2002 sampai dengan tahun Studi empirisnya menggunakan regresi dengan model yang memasukkan variabel yang disarankan oleh teori trade-off, teori pecking order, dan kombinasi dari kedua teori tersebut. Hasil risetnya menunjukkan bahwa faktor-faktor determinan dalam teori trade-off mempunyai kemampuan lebih untuk menjelaskan struktur modal daripada aliran kas defisit dalam teori pecking order. Hipotesis pada teori pecking order tidak diterima dan tidak diterimanya hipotesis pada teori pecking order kemungkinan dalam kaitan dengan argumen market timing dalam pendanaan jangka panjang (Darminto dan Manurung, 2008). Setyawan (2008); Setyawan dan Frensidy (2012) melakukan riset yang bertujuan untuk menguji konsistensi studi empiris teori market timing ekuitas di Indonesia yang telah dilakukan oleh Dahlan (2004), dan oleh Kusumawati dan Danny (2006) yang memfokuskan pada adanya indikasi kebijakan struktur modal perusahaan di Indonesia mengarah pada teori market timing. Hasil riset Setyawan dan Frensidy mendukung hipotesis teori market timing dari Baker dan Wurgler (2002) di pasar modal Indonesia dengan penemuan utamanya yaitu market-to-book ratio mempunyai dampak negatif terhadap market leverage (Setyawan dan Frensidy, 2012). Saad dan Siagian (2011) melakukan riset mengenai market timing ekuitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil risetnya menunjukkan bahwa struktur modal perusahaan di Indonesia mengikuti prediksi teori market timing ekuitas

15 terutama dalam periode 4 sampai dengan 10 tahun setelah IPO. Dalam periode tersebut perusahaan akan merespon harga saham yang tinggi (rendah) dengan cara menerbitkan (membeli kembali) saham (Saad dan Siagian, 2011). Saadah dan Prijadi (2012) menyimpulkan bahwa pada industri tertentu di Indonesia, ada proses penyesuaian yang tidak cepat untuk menuju struktur modal yang ditargetkan dan berindikasi bahwa market timing ekuitas berpengaruh jangka panjang terhadap struktur modal perusahaan di Indonesia. Market timing berlaku pada pasar tidak harus efisien (Huang dan Ritter, 2009). Hasil riset mengenai efisiensi pasar modal di Indonesia sudah dilakukan oleh beberapa peneliti. Worthington dan Higgs (2005) menguji efisiensi pasar bentuk lemah pada pasar ekuitas di negara-negara Asia. Return harian pada pasar ekuitas di Asia (termasuk Indonesia) diuji pada random walk yang menggunakan uji koefisien korelasi serial dan uji run. Berdasar pengujian tersebut bahwa pasar ekuitas di Asia (termasuk di Indonesia) adalah tidak efisien bentuk lemah (weak-form inefficient). Kim dan Shamsuddin (2008) menguji apakah pasar saham di Asia itu efisien. Pembuktian dilakukan dengan menggunakan new multiple variance ratio test. Hasil riset mereka menunjukkan bahwa pasar Indonesia, Malaysia, dan Pilipina tidak didapatkan adanya pasar efisien. Mereka mendapatkan bukti bahwa pasar saham Singapura dan Tailand telah menjadi pasar efisien setelah krisis di Asia. Kiswanti (2008) melakukan uji efisiensi pasar modal Indonesia bentuk lemah dan setengah kuat untuk periode Hasil riset mengindikasikan bahwa pasar modal Indonesia tidak termasuk efisien bentuk lemah, yang terbukti dari hasil uji korelasi pada harga saham penutupan akhir bulan selama periode mengindikasikan ada autokorelasi positif antar harga saham penutupan akhir bulan. Di samping itu juga pasar modal Indonesia tidak termasuk dalam efisiensi bentuk setengah kuat (Kiswanti, 2008). Penelitian yang lebih

16 baru dilakukan oleh Guidi dan Gupta (2011). Mereka melakukan riset apakah pasar saham di negara-negara ASEAN itu efisien. Periode pengamatan mulai dari Januari 2000 sampai dengan April Hasil riset mereka menunjukkan bahwa hipotesis pasar efisien tidak diterima untuk pasar modal di Indonesia, Malaysia, Pilipina, dan Vietnam. Studi mereka bahwa pasar modal di Singapura dan Tailand adalah efisien bentuk lemah (Guidi dan Gupta, 2011). Dengan adanya hasil studi tersebut di atas yang menunjukkan bahwa pasar modal Indonesia yang tidak efisien tersebut mendukung berlakunya market timing struktur modal perusahaan di Indonesia. Selain pasar modal Indonesia tidak efisien, adanya informasi asimetri dan mispricing yang terkait dengan pendanaan perusahaan di Indonesia juga mendukung berlakunya market timing pada struktur modal perusahaan di Indonesia. Studi yang dilakukan oleh Hermeindito (2004), ada informasi asimetri, terutama di pasar kredit Indonesia. Studi mengenai informasi asimetri pada perusahaan IPO di pasar modal Indonesia dilakukan oleh Utamaningsih (2013). Salah satu hasil studinya bahwa underpricing (salah satu bentuk mispricing) yang terjadi pada saat IPO karena ada fenomena informasi asimetri pada periode premarket, issue date, dan aftermarket. Penelitian-penelitian mengenai teori market timing ekuitas pada struktur modal perusahaan di Indonesia seperti yang diuraikan di atas jumlahnya masih sedikit. Agar ada gambaran yang lebih komprehensif mengenai teori market timing dan bagaimana pengaruhnya terhadap struktur modal di perusahaan Indonesia, penelitian yang dilakukan ini berdasarkan pada ketiga isu tersebut di atas menggunakan model pengujian regresi berganda dan distributed-lag, serta menggunakan data panel dan cross-section yang lebih banyak daripada penelitian sebelumnya.

17 Debat mengenai kemapanan teori market timing dan bagaimana pengaruhnya terhadap struktur modal tersebut terus belum berakhir, apa lagi di Indonesia. Dengan adanya latar belakang masalah tersebut, penulis terdorong untuk melakukan penelitian market timing ekuitas pada struktur modal perusahaan di Indonesia, dan bagaimana pengaruhnya baik jangka pendek maupun jangka panjang terhadap struktur modal di perusahaan Indonesia. Agar lebih rinci dalam membahas dan meneliti ketiga isu tersebut, metode penelitian yang akan digunakan adalah menggunakan kelompok sampel yang berupa data panel dan kelompok sampel yang berupa data cross-section. Sampel yang berupa data cross-section tersebut dipecah-pecah lagi menjadi beberapa sub sampel yang didasarkan pada jumlah tahun setelah IPO (initial public offering). Dengan demikian, penelitian ini yang didasari oleh ketiga isu tersebut di atas diharapkan akan mempunyai keunikan, dapat memberikan sumbangan konsepsual dan teoritis mengenai market timing ekuitas dan bagaimana pengaruhnya terhadap struktur modal, khususnya untuk perusahaan di Indonesia Permasalahan Penelitian Berdasar latar belakang masalah yang sudah diuraikan tersebut di atas, perumusan masalah yang digunakan dalam penelitian market timing dan pengaruhnya pada struktur modal perusahaan yang terdaftar pada BEI ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah perusahaan di Indonesia menggunakan market timing ekuitas sewaktu melakukan penerbitan ekuitas? 2. Apakah market timing ekuitas berpengaruh jangka pendek terhadap struktur modal perusahaan di Indonesia?

18 3. Apakah market timing ekuitas berpengaruh jangka panjang terhadap struktur modal perusahaan di Indonesia? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menguji apakah perusahaan di Indonesia menggunakan market timing ekuitas sewaktu menerbitkan ekuitas. 2. Untuk menguji market timing ekuitas berpengaruh jangka pendek terhadap struktur modal perusahaan di Indonesia 3. Untuk menguji market timing ekuitas berpengaruh jangka panjang terhadap struktur modal perusahaan di Indonesia Motivasi Penelitian Seperti yang sudah disinggung di latar belakang masalah tersebut di atas bahwa penelitian mengenai struktur modal di Indonesia masih sedikit dan menunjukkan hasil yang berbeda. Ada yang menunjukkan hasil bahwa teori trade-off yang berlaku di Indonesia, dan ada yang menunjukkan bahwa teori pecking order yang berlaku di Indonesia. Pada perusahaan di Indonesia sudah ada beberapa penelitian market timing ekuitas. Dengan menggunakan sampel dan data yang terbatas, ada hasil yang menunjukkan bahwa teori market timing ekuitas berlaku pada perusahaan di Indonesia, tetapi juga ada yang menunjukkan bahwa teori market timing tidak berlaku di Indonesia. Penelitian ini ingin meneliti apakah market timing ekuitas benarbenar digunakan sewaktu menerbitkan ekuitas perusahaan. Seandainya hasil penelitian menunjukkan bahwa market timing ekuitas digunakan, penelitian ini meneliti lebih lanjut apakah market timing ekuitas berpengaruh baik jangka pendek maupun jangka panjang terhadap

19 struktur modal di Indonesia. Dengan data yang lebih baru, dan dengan penggunaan data panel dan data cross-section sekaligus, penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan gambaran yang lebih rinci dan akurat mengenai market timing ekuitas dan pengaruhnya terhadap struktur modal perusahaan di Indonesia. 1.5 Kontribusi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara teoritis, empiris, dan praktis kepada: 1. Para pimpinan perusahaan, investor, pengamat ekonomi, dan akademisi berupa teori struktur modal yang berlaku di Indonesia. Seandainya teori market timing berlaku di Indonesia, mereka dapat mengetahui dan memanfaatkan hasil penelitian ini mengenai seberapa jauh market timing berlaku di perusahaan di Indonesia. Terutama kepada para pimpinan perusahaan, penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan dalam penentuan struktur modal, kapan menerbitkan sekuritas ekuitas, atau kapan membeli kembali ekuitas. 2. Terutama kepada para investor di pasar modal, penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan untuk memutuskan kapan akan membeli dan menjual ekuitas. 3. Pengamat ekonomi dan akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi untuk melakukan pengamatan dan kajian yang berkaitan dengan struktur modal perusahaan di Indonesia. 4. Pemerintah dalam membagi tanggung jawab pengawasan antara pemegang saham, regulator, pimpinan perusahaan, dan pelaku pasar lainnya terhadap proses penghimpunan dana dari masyarakat dan kemudian disalurkan ke perusahaan-perusahaan yang membutuhkan dana melalui penerbitan ekuitas Keaslian Penelitian

20 Penelitian ini didasari oleh beberapa penelitian mengenai market timing pada struktur modal, terutama mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Rajan dan Zingales (1995), Baker dan Wurgler (2002), Huang dan Ritter (2009), Bougatef dan Chichti (2010), dan Weigl (2011). Menggunakan beberapa hasil penelitian sebagai acuan untuk melakukan penelitian ini dikarenakan tujuan-tujuan penelitian ini tidak cukup didapatkan dari salah satu sumber penelitian saja. Penelitian ini yang bertujuan untuk menguji apakah perusahaan di Indonesia menggunakan market timing ekuitas sewaktu melakukan penerbitan ekuitas bersih terutama menggunakan hasil penelitian Rajan dan Zingales (1995). Penelitian yang dilakukan terutama oleh Baker dan Wurgler (2002), Huang dan Ritter (2009), dan Weigl (2011) yang hanya bertujuan menguji pengaruh market timing ekuitas terhadap struktur modal adalah menjadi rujukan utama untuk tujuan penelitian ini yang menguji apakah market timing ekuitas berpengaruh (baik jangka pendek maupun jangka panjang) terhadap struktur modal perusahaan di Indonesia. Pada penelitian-penelitian sebelumnya mengenai market timing ekuitas, data yang digunakan untuk menguji hipotesis umumnya hanya satu macam saja. Misalnya data yang digunakan hanya cross-section saja atau hanya data panel. Data yang digunakan dalam penelitian ini sekaligus dua-duanya digunakan, yaitu selain menggunakan data panel, juga menggunakan data cross-section. Sampel dengan dengan data panel terdiri dari semua perusahaan yang mengabaikan tahun IPO. Sampel dengan data cross-section terdiri dari 10 sub sampel, dan pembuatan sub sampel berdasarkan pada tahun IPO+k, dan k menunjukkan jumlah tahun setelah IPO. Kedua macam data digunakan bersamaan agar dalam penelitian ini dapat menghasilkan hasil penelitian yang lebih robust. Dalam menganalisis permasalahan pertama, metode pengujian yang digunakan adalah model regresi berganda linear. Kemudian dalam menganalisis

21 permasalahan kedua dan ketiga, metode pengujian yang digunakan adalah model regresi distributed-lag.

22

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan perlu melakukan pendanaan dalam perusahaannya. Keputusan pendanaan berdampak pada struktur modal perusahaan tersebut, sehingga manajer perlu berhati-hati

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL DAN GRAFIK. Tabel 4.1 Populasi Perusahaan yang Melakukan IPO Tabel 4.2 Statistik Deskriptif... 29

DAFTAR TABEL DAN GRAFIK. Tabel 4.1 Populasi Perusahaan yang Melakukan IPO Tabel 4.2 Statistik Deskriptif... 29 DAFTAR TABEL DAN GRAFIK Tabel 4.1 Populasi Perusahaan yang Melakukan IPO... 28 Tabel 4.2 Statistik Deskriptif... 29 Tabel 4.3 Ringkasan Nilai Tolerance dan VIF... 34 Tabel 4.4 Ringkasan Nilai Durbin-Watson...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan keputusan keuangan adalah memaksimumkan kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan keputusan keuangan adalah memaksimumkan kemakmuran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sartono (2008) menyatakan bahwa tujuan akhir yang harus dicapai dari keseluruhan keputusan keuangan adalah memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau maximization

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memikirkan strategi agar dapat mempertahankan posisi di tengah persaingan

BAB I PENDAHULUAN. memikirkan strategi agar dapat mempertahankan posisi di tengah persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri saat ini menuntut perusahaan untuk selalu memikirkan strategi agar dapat mempertahankan posisi di tengah persaingan pasar yang semakin ketat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak dipublikasikannya hasil penelitian dari Modigliani dan Miller (1958) 1.

BAB I PENDAHULUAN. sejak dipublikasikannya hasil penelitian dari Modigliani dan Miller (1958) 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kajian mengenai struktur modal perusahaan dewasa ini terus berkembang sejak dipublikasikannya hasil penelitian dari Modigliani dan Miller (1958) 1. Modigliani dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, sehingga setiap keputusan yang diambil harus dipertimbangkan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, sehingga setiap keputusan yang diambil harus dipertimbangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan pasti memiliki tujuan untuk bisa memaksimalkan nilai perusahaan, sehingga setiap keputusan yang diambil harus dipertimbangkan dengan baik supaya bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan menjadi pusat perhatian stakeholders. Keputusan finansial

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan menjadi pusat perhatian stakeholders. Keputusan finansial BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Keputusan finansial merupakan hal yang sangat penting bagi suatu perusahaan dan menjadi pusat perhatian stakeholders. Keputusan finansial yang diambil oleh manajer

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. perusahaan selain kegiatan investasi. Sumber pendanaan perusahaan dapat berupa

BAB I PENGANTAR. perusahaan selain kegiatan investasi. Sumber pendanaan perusahaan dapat berupa BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pendanaan adalah salah satu bagian penting dalam suatu kegiatan bisnis. Hal ini menjadikan pendanaan sebagai fungsi strategis dari manajemen keuangan perusahaan selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan pemilik, yang diterjemahkan sebagai nilai perusahaan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan pemilik, yang diterjemahkan sebagai nilai perusahaan. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tujuan utama dari berdirinya suatu perusahaan adalah memaksimalkan kesejahteraan pemilik, yang diterjemahkan sebagai nilai perusahaan. Salah satu aktivitas perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena meningkatkan nilai perusahaan (Abor, 2007). Pentingnya hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. karena meningkatkan nilai perusahaan (Abor, 2007). Pentingnya hal tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendanaan dari hutang dan ekuitas perusahaan yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan disebut sebagai struktur permodalan (atau struktur keuangan) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor yang menentukan nilai perusahaan. Sejak Modigliani dan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor yang menentukan nilai perusahaan. Sejak Modigliani dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendanaan digunakan oleh perusahaan untuk membiayai kegiatan baik yang bersifat operasional maupun non operasional. Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dapat berasal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam beberapa dekade terakhir, struktur modal menjadi salah satu objek yang menarik untuk diteliti dalam teori keuangan modern. Sebagian besar teori dari struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Brigham dan Ehrhard (2011, p.392) menyatakan bahwa struktur modal yang

BAB I PENDAHULUAN. Brigham dan Ehrhard (2011, p.392) menyatakan bahwa struktur modal yang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pendanaan adalah salah satu bentuk keputusan keuangan, bertujuan untuk memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham. Keputusan pendanaan yang paling mentukan nilai perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksimumkan harga saham perusahaan (Brigham dan Houston, 2010: 45).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksimumkan harga saham perusahaan (Brigham dan Houston, 2010: 45). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Struktur Modal Struktur modal adalah kombinasi dari hutang dan ekuitas yang memaksimumkan harga saham perusahaan (Brigham dan Houston, 2010: 45). Dimana kunci dalam pendanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Pengelolaan fungsi keuangan ini terkait pengelolaan modal. Modal kerja

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Pengelolaan fungsi keuangan ini terkait pengelolaan modal. Modal kerja BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Fungsi keuangan merupakan salah satu fungsi penting dalam menjalankan perusahaan. Pengelolaan fungsi keuangan ini terkait pengelolaan modal. Modal kerja merupakan investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai konsekuensi finansial yang berbeda-beda (Christianti, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai konsekuensi finansial yang berbeda-beda (Christianti, 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar keputusan keuangan yang dibuat oleh perusahaan dalam rangka memaksimalkan nilai perusahaan dan kesejahteraan pemegang saham. Keputusan keuangan yang

Lebih terperinci

MARKET TIMING DAN PENGARUHNYA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR INDONESIA YANG IPO TAHUN

MARKET TIMING DAN PENGARUHNYA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR INDONESIA YANG IPO TAHUN Vol 17 No 1, Januari 2013 Hal: 69-79 MARKET TIMING DAN PENGARUHNYA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR INDONESIA YANG IPO TAHUN 2000-2008 Miswanto Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) YKPN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak terlepas dari perkembangan ekonomi global

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak terlepas dari perkembangan ekonomi global BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perekonomian suatu negara tidak terlepas dari perkembangan ekonomi global dan kawasan serta berbagai kemajuan dalam perbaikan, iklim investasi, infrastruktur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan keuangan perusahaan, membutuhkan sejumlah dana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan keuangan perusahaan, membutuhkan sejumlah dana untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan keuangan perusahaan, membutuhkan sejumlah dana untuk pengembangan usaha dengan melihat kesempatan atau peluang masa yang akan datang. Dana yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Struktur Modal Struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan Copeland,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan, maupun sumber daya manusianya. Merupakan tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan, maupun sumber daya manusianya. Merupakan tantangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia bisnis saat ini telah menciptakan suatu kondisi persaingan yang ketat antar perusahaan. Hal tersebut menuntut perusahaan untuk dapat mengelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjalankan proses bisnis, setiap perusahaan memerlukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjalankan proses bisnis, setiap perusahaan memerlukan berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Untuk menjalankan proses bisnis, setiap perusahaan memerlukan berbagai macam aset yang terdiri dari aset berwujud maupun tidak berwujud. Investasi aset diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai entitas ekonomi lazimnya memiliki tujuan jangka panjang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai entitas ekonomi lazimnya memiliki tujuan jangka panjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai entitas ekonomi lazimnya memiliki tujuan jangka panjang dan jangka pendek, dalam jangka panjang perusahaan bertujuan mengoptimalkan nilai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pembelanjaan permanen yang mencerminkan pertimbangan atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pembelanjaan permanen yang mencerminkan pertimbangan atau BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal (capital structure) didefinisikan sebagai pembelanjaan permanen yang mencerminkan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya dengan meningkatkan kemakmuran pemegang saham atau pemiliknya. Diperlukan tujuan dan strategi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal 1. Modal Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya tentu memerlukan modal, tersedianya modal yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan sebuah organisasi yang didirikan untuk memperoleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan sebuah organisasi yang didirikan untuk memperoleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perusahaan merupakan sebuah organisasi yang didirikan untuk memperoleh laba, dan selanjutnya menjaga kelangsungan hidup, terutama dalam menghadapi persaingan

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. Aset. Bunga

DAFTAR ISTILAH. Aset. Bunga DAFTAR ISTILAH Aset Istilah Keterangan Sumber ekonomi yang diharapkan memberikan manfaat usaha dikemudian hari Aset tetap Aset berwujud yang digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan, memiliki masa manfaat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Landasan teori ini menjabarkan teori-teori mengenai struktur modal yang diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang ada dalam penelitian. Serta argumen yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peluang yang akan dihadapi oleh Indonesia dengan adanya AFTA. AFTA

BAB I PENDAHULUAN. peluang yang akan dihadapi oleh Indonesia dengan adanya AFTA. AFTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asean Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. Banyak tantangan dan peluang yang akan dihadapi oleh Indonesia dengan adanya AFTA. AFTA merupakan kerja sama antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber pendanaan yang merupakan faktor utama yang harus diperhatikan. Bagi setiap perusahaan, keputusan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan manfaat penelitian secara empiris dan praktis. penggunaan dana, perolehan dana, dan pengelolaan aktiva (Brigham dan Houston,

BAB I PENDAHULUAN. dan manfaat penelitian secara empiris dan praktis. penggunaan dana, perolehan dana, dan pengelolaan aktiva (Brigham dan Houston, 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I berisi beberapa sub bab yang menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan media yang sangat efektif untuk menyalurkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan media yang sangat efektif untuk menyalurkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan media yang sangat efektif untuk menyalurkan dan menginvestasikan dana yang menghasilkan keuntungan untuk investor. Melalui pasar modal perusahaan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Kasenda (2005) menggunakan kepemilikan institusional, aktiva berwujud, ukuran perusahaan dan profitabilitas sebagai variabel independen dalam penelitiannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Semua perusahaan membutuhkan aset untuk kelangsungan operasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Semua perusahaan membutuhkan aset untuk kelangsungan operasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semua perusahaan membutuhkan aset untuk kelangsungan operasi perusahaan yang didapat dari pendanaan atau lebih dikenal dengan struktur modal (Fidyati, 2003). Keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. modal perusahaan, investor tidak dapat dipisahkan dari informasi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. modal perusahaan, investor tidak dapat dipisahkan dari informasi perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya minat serta pengetahuan masyarakat di bidang pasar modal, terutama bagi para investor yang berminat menginvestasikan modalnya, struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan pendanaan merupakan sebuah keputusan yang penting untuk. kelangsungan perusahaan. Perusahaan memerlukan pendanaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan pendanaan merupakan sebuah keputusan yang penting untuk. kelangsungan perusahaan. Perusahaan memerlukan pendanaan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputusan pendanaan merupakan sebuah keputusan yang penting untuk kelangsungan perusahaan. Perusahaan memerlukan pendanaan untuk menjalankan dan mengembangkan bisnisnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keputusan pendanaan yang mampu meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung

I. PENDAHULUAN. keputusan pendanaan yang mampu meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu keputusan penting yang dihadapi oleh manajer keuangan dalam kaitannya dengan kelangsungan operasi perusahaan adalah keputusan pendanaan atau keputusan struktur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuliati (2010) tentang Pengujian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuliati (2010) tentang Pengujian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari dilakukannya penelitian ini antara lain : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuliati (2010) tentang Pengujian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persaingan di dunia usaha baik di sektor industri maupun jasa semakin tajam.

I. PENDAHULUAN. Persaingan di dunia usaha baik di sektor industri maupun jasa semakin tajam. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Persaingan di dunia usaha baik di sektor industri maupun jasa semakin tajam. Hal ini menyebabkan setiap perusahaan berupaya untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 1 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis a. Struktur Modal Struktur modal sasaran adalah kombinasi antara utang saham preferen, dan saham ekuitas yang digunakan perusahaan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. dalam perusahaan yaitu keseimbangan antara aktiva dengan pasiva yang

LANDASAN TEORI. dalam perusahaan yaitu keseimbangan antara aktiva dengan pasiva yang 1 II. LANDASAN TEORI 1.1 Struktur Pendanaan Manajemen pendanaan pada hakekatnya menyangkut keseimbangan finansial di dalam perusahaan yaitu keseimbangan antara aktiva dengan pasiva yang dibutuhkan beserta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Dalam proses pengambilan keputusan mengenai sumber pendanaan yang akan digunakan, seorang manajer akan melakukan analisis mengenai sifat dan karateristik serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Model estimasi..., Andriyatno, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Model estimasi..., Andriyatno, FE UI, 2010. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Investor dan analis sekuritas memiliki cara-cara tersendiri untuk menentukan saham yang akan dibelinya, namun umumnya tidak terlepas dari analisis terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipicu oleh fenomena gagal bayar subprime mortgage bertransformasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dipicu oleh fenomena gagal bayar subprime mortgage bertransformasi menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis finansial tercatat banyak terjadi hingga tahun 2013. Krisis tersebut menimpa perusahaan, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kegagalan menjaga likuiditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sejak tujuan dari manajemen keuangan ialah memaksimalkan nilai perusahaan yang diukur dari kekayaan pemegang ekuitas, maka perusahaan perlu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1. Pertumbuhan Perusahaan Tingkat pertumbuhan perusahaan akan menunjukkan sampai seberapa besar perusahaan akan menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Myes dan Majluf Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Myes dan Majluf Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pecking Order Theory Pecking order theory adalah teori struktur modal yang di rumuskan oleh Myes dan Majluf 1984. Disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Simpulan secara keseluruhan menunjukkan perusahaan di Indonesia melakukan penyesuian ke leverage yang ditargetkan. Berdasarkan partial adjustment

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejauh ini penelitian empiris mengenai struktur modal bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sejauh ini penelitian empiris mengenai struktur modal bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejauh ini penelitian empiris mengenai struktur modal bertujuan untuk mengidentifikasikan model atau teori struktur modal yang dapat menjelaskan perilaku keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal (Munawir, 2001) adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal (Munawir, 2001) adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Modal dan struktur modal perusahaan Modal (Munawir, 2001) adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam pos modal (modal saham), surplus

Lebih terperinci

EQUITY MARKET TIMING DAN STRUKTUR MODAL

EQUITY MARKET TIMING DAN STRUKTUR MODAL Jurnal Manajemen Teori dan Terapan Tahun 9. No. 2, Agustus 2016 EQUITY MARKET TIMING DAN STRUKTUR MODAL Nidya Fahima Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga E-mail: chorry_040318214@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam mendanai kegiatan operasionalnya, perusahaan memiliki dua alternatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam mendanai kegiatan operasionalnya, perusahaan memiliki dua alternatif 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kebijakan Hutang Dalam mendanai kegiatan operasionalnya, perusahaan memiliki dua alternatif pendanaan yaitu pendanaan internal dan pendanaan eksternal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan antara total utang dan modal sendiri. Menurut Sartono (2001) yang dimaksud dengan struktur modal merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri ini akan memiliki prospek yang baik. Dengan pertimbangan ini, saham di

BAB I PENDAHULUAN. industri ini akan memiliki prospek yang baik. Dengan pertimbangan ini, saham di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Investasi saham property dan real estate adalah salah satu pilihan investasi yang menarik. Industri property memiliki supply lahan yang terbatas sementara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitiandan orisinalitas penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitiandan orisinalitas penelitian. BAB I PENDAHULUAN Bagian pendahuluan ini berisi tentang: latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitiandan orisinalitas penelitian. A. Latar Belakang Masalah Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat meningkatkan harga saham. Perusahaan yang sudah listing pada bursa,

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat meningkatkan harga saham. Perusahaan yang sudah listing pada bursa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan perusahaan dalam perspektif manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai perusahaan yang juga berarti memaksimumkan kekayaan pemilik saham. Aktivitas utama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena secara sistematis melalui pernyataan hubungan antar variabel.

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena secara sistematis melalui pernyataan hubungan antar variabel. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Variabel adalah segala sesuatu yang dapat diukur dengan berbagai macam nilai untuk memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai fenomenafenomena. Teori-teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai perusahaan meningkat. Masalah struktur modal merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. nilai perusahaan meningkat. Masalah struktur modal merupakan masalah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seseorang mendirikan perusahaan dengan tujuan untuk memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Tujuan ini dapat diwujudkan dengan memaksimumkan nilai perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Setiap perusahaan membutuhkan dana yang akan digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu memakmurkan para pemegang saham. Demi tercapai tujuan tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi membuka peluang interaksi dan komunikasi tanpa batas antar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi membuka peluang interaksi dan komunikasi tanpa batas antar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi membuka peluang interaksi dan komunikasi tanpa batas antar Negara. Indonesia yang termasuk dalam anggota Negara ASEAN, mulai tahun 2015

Lebih terperinci

TEORI STRUKTUR MODAL. A. Pengertian Modal dan Struktur Modal

TEORI STRUKTUR MODAL. A. Pengertian Modal dan Struktur Modal TEORI STRUKTUR MODAL A. Pengertian Modal dan Struktur Modal Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam pos modal (modal saham), keuntungan atau laba yang ditahan atau kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini keberlangsungan perusahaan-perusahaan di Indonesia terlihat tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini keberlangsungan perusahaan-perusahaan di Indonesia terlihat tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini keberlangsungan perusahaan-perusahaan di Indonesia terlihat tidak menentu dikarenakan kondisi ekonomi global cenderung tidak stabil. Apalagi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2011-2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi Tugas

Lebih terperinci

Tia Yuliawati Dosen Tetap Program Studi Manajemen FEB UNISBA ABSTRACT

Tia Yuliawati Dosen Tetap Program Studi Manajemen FEB UNISBA ABSTRACT PENGARUH NILAI PERUSAHAAN YANG DIUKUR DENGAN MARKET TO BOOK RATIO TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN (Suatu Pengujian Market Timing Theory dalam Kebijakan Struktur Modal Perusahaan) Tia Yuliawati Dosen

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. perusahaan Indonesia mulai menunjukkan perbaikan dilihat dari nilai indek

BAB I. Pendahuluan. perusahaan Indonesia mulai menunjukkan perbaikan dilihat dari nilai indek BAB I Pendahuluan 1.1. Latar belakang masalah Krisis yang terjadi di Indonesia tahun 1999 dan 2008 memberikan dampak langsung terhadap kinerja perusahaan. Perusahaan Indonesia mengalami kerugian dan kekurangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Nilai Perusahaan Tujuan perusahaan dari pendapat beberapa ahli keuangan adalah memaksimalkan nilai perusahaan, maksimalisasikan laba, menciptakan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usaha dan memaksimalkan kekayaan pemilik perusahaan. Investasi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usaha dan memaksimalkan kekayaan pemilik perusahaan. Investasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain menjalankan usahanya, perusahaan juga melakukan investasi untuk lebih mengembangkan usaha dan memaksimalkan kekayaan pemilik perusahaan. Investasi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap negara menginginkan perekonomian negaranya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap negara menginginkan perekonomian negaranya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya setiap negara menginginkan perekonomian negaranya untuk maju dan berkembang. Semakin ketatnya persaingan menyebabkan negara-negara di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selain saham, utang digunakan sebagai alternatif pendanaan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Selain saham, utang digunakan sebagai alternatif pendanaan perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selain saham, utang digunakan sebagai alternatif pendanaan perusahaan dalam struktur modal. Penggunaan utang dalam struktur modal mampu memberikan manfaat positif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di era globalisasi ini perkembangan perusahaan semakin lama semakin pesat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di era globalisasi ini perkembangan perusahaan semakin lama semakin pesat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi ini perkembangan perusahaan semakin lama semakin pesat. Banyaknya perusahaan yang bersaing untuk dapat berkembang di masing-masing usaha yang mereka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profitabilitas (profitability) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profitabilitas (profitability) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profitabilitas Profitabilitas (profitability) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba melalui operasional usahanya dengan menggunakan dana aset yang dimiliki oleh perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu cara dalam memudahkan perusahaan maupun investor untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. satu cara dalam memudahkan perusahaan maupun investor untuk mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada zaman yang semakin maju dan berkembang saat ini kebutuhan dunia usaha terhadap permodalan cenderung meningkat dan semakin bertambah. Salah satu cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tentunya hal ini tanpa mengurangi perhatian terhadap masalah-masalah lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Tentunya hal ini tanpa mengurangi perhatian terhadap masalah-masalah lain yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah klasik dalam urusan pengembangan setiap perusahaan adalah pendanaan. Tentunya hal ini tanpa mengurangi perhatian terhadap masalah-masalah lain yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minimal yang harus dikeluarkan perusahaan atas pengembalian terhadap investor

BAB I PENDAHULUAN. minimal yang harus dikeluarkan perusahaan atas pengembalian terhadap investor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan membutuhkan modal untuk mengoperasikan suatu perusahaan. Perusahaan menerbitkan saham untuk memenuhi kebutuhan operasi. Investor mengharapkan imbalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dilakukan, terutama dalam memilih sumber dana yang akan

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dilakukan, terutama dalam memilih sumber dana yang akan 1 BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Dalam melakukan kegiatan operasionalnya, suatu perusahaan selalu dihadapkan pada masalah tentang bagaimana membiayai/mendanai investasi yang akan dilakukan, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO)

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perusahaan go public di Indonesia dapat dilihat dari bertambahnya jumlah perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) setiap tahunnya. IPO merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada umumnya hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada umumnya hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Risk Averse Pada umumnya hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian atau resiko. Investor tidak tahu dengan pasti hasil yang akan diperolehnya dari investasi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama perusahaan adalah memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham. Karena itu seluruh kebijakan yang diambil oleh manajemen harus diarahkan pada upaya untuk

Lebih terperinci

PENGARUH MARKET TIMING TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN SAHAM PERDANA (IPO) YANG TERCATAT DI BEI PERIODE

PENGARUH MARKET TIMING TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN SAHAM PERDANA (IPO) YANG TERCATAT DI BEI PERIODE PENGARUH MARKET TIMING TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN SAHAM PERDANA (IPO) YANG TERCATAT DI BEI PERIODE 2002-2012 Affina Hunafa, Bernardus Yuliarto Nugroho Departemen Ilmu Administrasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perusahaan untuk berkembang dan berinovasi guna berjalannya kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perusahaan untuk berkembang dan berinovasi guna berjalannya kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran sebagai sarana investasi bagi investor dan alternatif sumber dana bagi perusahaan tentunya sangat memberikan manfaat dan keuntungan bagi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lainnya. Berdasarkan tingkat penjelasan dari kedudukan variabelnya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. TEORI STRUKTUR MODAL Teori struktur modal tidak dapat dilepaskan dari peran Profesor Franco Modigliani dan Merton Miller (dikenal dengan MM), yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam menjalankan serta mengembangkan kegiatan investasinya serta

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam menjalankan serta mengembangkan kegiatan investasinya serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia bisnis yang sedang memasuki era globalisasi mengakibatkan persaingan semakin tajam, sehingga setiap perusahaan dituntut untuk senantiasa berproduksi secara efisien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecil seperti Usaha Kecil dan Menengah (UKM), hampir semua bentuk-bentuk

BAB I PENDAHULUAN. kecil seperti Usaha Kecil dan Menengah (UKM), hampir semua bentuk-bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Utang merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari sebuah usaha, baik perusahaan berskala besar seperti perusahaan multinasional maupun berskala kecil seperti Usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatkan keunggulan produk yang dimiliki perusahaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatkan keunggulan produk yang dimiliki perusahaan tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia bisnissaat ini berada dalam era globalisasi di iringi perkembangan teknologiyang semakin canggih dan memadai yang dapat dirasakan manfaatnya oleh semua orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal dikatakan efisiensi secara informasional apabila harga sekuritassekuritasnya

BAB I PENDAHULUAN. modal dikatakan efisiensi secara informasional apabila harga sekuritassekuritasnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu faktor yang mendukung kepercayaan pemodal terhadap pasar modal adalah persepsi mereka akan kewajaran harga sekuritas (saham). Dalam keadaan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Globalisasi bermuara pada masalah tantangan dan peluang yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Globalisasi bermuara pada masalah tantangan dan peluang yang dihadapi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi bermuara pada masalah tantangan dan peluang yang dihadapi berdasarkan pada kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh tiap perusahaan dalam menghadapi semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan (Salvatore,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Modal dan Strukur Modal

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Modal dan Strukur Modal BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pengertian Modal dan Strukur Modal a. Pengertian Modal Menurut Munawir (2001) dalam Prabansari dan Kusuma (2005), modal adalah hak atau bagian yang dimiliki perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengambil peluang ini karena industri sektor properti yang terus berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengambil peluang ini karena industri sektor properti yang terus berkembang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berinvestasi dalam bentuk properti merupakan salah satu tren investasi yang saat ini sangat berkembang di masyarakat. Tidak sedikit pula perusahaan yang mengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tren investasi yang berkembang di masyarakat saat ini adalah menginvestasikan uang dalam bentuk tanah atau properti yang mengakibatkan industri sektor properti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah untuk mendapatkan dana dari masyarakat yang dapat digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah untuk mendapatkan dana dari masyarakat yang dapat digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari perusahaan mendaftarkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia adalah untuk mendapatkan dana dari masyarakat yang dapat digunakan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nilai Untuk bisa mengambil keputusan-keputusan keuangan yang benar, manajer keuangan mempunyai tujuan yang harus dicapai. Keputusan yang benar adalah keptusan yang akan membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kecil maupun perusahaan besar, salah satunya dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kecil maupun perusahaan besar, salah satunya dalam sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman era globalisasi ini banyak perusahaan yang telah berdiri baik perusahaan kecil maupun perusahaan besar, salah satunya dalam sektor manufaktur. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Hutang Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihakpihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merangsang pertumbuhan ekonomi. Namun demikian banyak hambatan yang

BAB I PENDAHULUAN. merangsang pertumbuhan ekonomi. Namun demikian banyak hambatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian saat ini ternyata sangat tergantung dengan masalah pendanaan, apalagi pada perusahaan yang sedang tumbuh senantiasa berhadapan dengan persoalan

Lebih terperinci

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 11.

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 11. TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 11 http://www.deden08m.com KONSEP PASAR MODAL EFISIEN 3/42 Dalam konteks keuangan, konsep pasar yang efisien lebih ditekankan pada aspek informasi, artinya pasar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan IPTEK yang menjadi ciri abad 21 memberikan pengaruh terhadap seluruh tatanan kehidupan secara global, sehingga mengakibatkan timbulnya persaingan yang

Lebih terperinci