KATA PENGANTAR. atas Karunia-Nya penulis dapat menyusun Laporan Praktek Kerja Lapang (PKL)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. atas Karunia-Nya penulis dapat menyusun Laporan Praktek Kerja Lapang (PKL)"

Transkripsi

1

2

3

4 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Karunia-Nya penulis dapat menyusun Laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini hingga selesai. Laporan ini dapat disusun karena banyak masukan dan dukungan dari berbagai pihak yang berupa informasi, arahan dan bimbingan oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Kedua orang tua saya sebagai sumber motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan studi. 2. Bapak Ir. Wartomo, MP. selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 3. Ibu Andi Early Febrinda, S.TP.,M.Sc selaku Ketua Program studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan. 4. Bapak Elisa Ginsel Popang, S. TP selaku dosen pembimbing PKL. 5. Bapak Tjahaja Gondosetiawan selaku Direktur Manager PT. Bumi Jaya. 6. Bapak Ruslan selaku Factory Manager PT. Bumi Jaya. 7. Bapak Fani Yunanta selaku Kepala HRD PT. Bumi Jaya. 8. Ibu Riyanah dan Bapak P. Sitompul selaku Pembibing Lapangan PT. Bumi Jaya beserta staf dan karyawan. 9. Rekan-rekan mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

5 Dalam penulisan ini penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekeliruan yang sebenarnya tidak disengaja, maka dalam kesempatan ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan berikutnya dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Penulis Kampus Sei Keledang, Nopember 2008.

6 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dan Tujuan... 2 C. Hasil Yang Diharapkan... 3 ii iii v vii II. III. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN A. Tinjauan Umum Perusahaan... 4 B. Manajemen Perusahan... 4 C. Lokasi dan Waktu Kegiatan PKL... 4 HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG A. Pengolahan Karet Spesifikasi Teknis (Crumb Rubber) 1. Pembersihan dan Pemotongan Bahan Baku... 6 a. Tujuan... 6 b. Dasar Teori... 7 c. Waktu dan Tempat... 7 d. Alat dan Bahan... 7 e. Prosedur Kerja... 7 f. Hasil Yang Dicapai Penggilingan Crepe dan Peremahan... 8 a. Tujuan... 8 b. Dasar Teori... 8 c. Waktu dan Tempat... 9 d. Alat dan Bahan... 9 e. Prosedur Kerja... 9 f. Hasil Yang Dicapai Pengeringan a. Tujuan b. Dasar Teori c. Waktu dan Tempat d. Alat dan Bahan e. Prosedur Kerja f. Hasil Yang Dicapai... 12

7 4. Pengepakan a. Tujuan b. Dasar Teori c. Waktu dan Tempat d. Alat dan Bahan e. Prosedur Kerja f. Hasil Yang Dicapai B. Pengolahan Air Limbah 1. Tujuan Dasar Teori Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Kerja Hasil Yang Dicapai IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 27

8 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Diagram Alir Proses Pengolahan Karet Spesifikasi Teknis (Crumb Rubber) Diagram Alir Proses Pengolahan Air Limbah Pengolahan Karet Spesifikasi Teknis (Crumb Rubber) Proses Penerimaan Bahan Baku Karet Spesifikasi Teknis (Crumb Rubber) Proses Produksi Pengolahan Karet Spesifikasi Teknis (Crumb Rubber) Proses Pengepresan dan Pengepakan Karet Spesifikasi Teknis (Crumb Rubber) Proses Pengolahan Limbah Karet Spesifikasi Teknis (Crumb Rubber)

9 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya sangat penting dalam penerimaan devisa negara, penyerapan tenaga kerja serta pengembangan perekonomian rakyat dan daerah. Dimana saat ini telah ditemukan beberapa cara pengolahan dan pembuatan barang dari bahan baku karet, maka ikut berkembang pula industri yang mengolah getah karet menjadi bahan yang berguna untuk kehidupan manusia. Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Barang yang dibuat dari karet alam antara lain aneka ban kendaraan (dari sepeda, motor, mobil, traktor, hingga pesawat terbang) sepatu karet, sabuk, penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator dan bahan-bahan pembungkus logam. Dan masih banyak lagi barang yang dapat dibuat dari karet alam. Karet spesifikasi teknis (Crumb Rubber) adalah karet alam yang dibuat khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu juga didasarkan pada sifat-sifat teknis. Warna atau penilaian visual yang menjadi dasar penentuan golongan mutu pada jenis karet sheet, crepe maupun lateks pekat tidak berlaku pada jenis ini. Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan merupakan suatu wadah pendidikan yang

10 berhubungan dengan perkebunan yang diharapkan mampu menyiapkan tenaga kerja yang terampil dan memiliki keahlian di bidang perkebuan. Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan membagi kurikulum sebesar 30-40% untuk teori atau perkuliahan dan 60%-70% untuk praktek. Pada semester akhir melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di perusahaan-perusahaan. Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) yang telah kami lakukan dari tanggal 8 Maret sampai dengan 8 Mei 2008, sangat bermanfaat bagi mahasiswa. Kegiatan tersebut merupakan persyaratan suatu kelulusan mahasiswa secara perorangan untuk mendapat bekal pengalaman dan keterampilan di lapangan sesuai dengan bidangnya masing-masing. Melalui kegiatan ini mahasiswa tidak hanya dihadapkan pada teori yang didapat pada bangku kuliah semata-mata tetapi langsung terjun ke lapangan dengan bentukbentuk kegiatan lapangan dan masalah-masalah ataupun kenyataan yang diharapkan kelak apabila mahasiswa bekerja pada suatu perusahaan nantinya. B. Tujuan Adapun tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah sebagai berikut : 1. Memahami dan melihat secara langsung proses pengolahan Karet Spesifikasi Teknis (Crumb Rubber). 2. Mahasiswa mendapatkan pengetahuan teknis dan keterampilan praktis serta memahami jenis-jenis alat dan sarana yang digunakan dalam proses pengolahan Karet Spesifikasi Teknis (Crumb Rubber).

11 3. Untuk mempelajari kondisi/mekanisme di perusahaan, sehingga dapat dengan cepat menyesuaikan diri pada saat terjun ke dunia industri yang sekarang ini semakin berkembang dan maju pesat. 4. Untuk menambah kepercayaan diri dan keberanian serta tanggung jawab dalam melaksanakan tugas yang dipercayakan oleh instansi / perusahaan kepada mahasiswa. 5. Menambah wawasan dan pengalaman baru. C. Hasil yang Diharapkan 1. Dapat mengenal lebih jauh realita ilmu yang telah diterima selama kuliah. 2. Dapat menguji kemampuan mahasiswa atas ilmu pengetahuan yang diperolehnya. 3. Dapat menambah wawasan mahasiswa sebagai bekal apabila akan bekerja. 4. Memperdalam dan meningkatkan keterampilan dan kreativitas mahasiswa.

12 II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. Tinjauan Umum Perusahaan Pabrik karet crumb rubber PT. Bumi Jaya adalah perseroan terbatas yang di dirikan tanggal 09 November 2004 berdasarkan Akta No. 18, notaris Marlina Flora, SH serta telah memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Nomor : 03107/182451, serta memiliki Syarat Persetujuan Penanaman Modal Asing (PMA) Nomor : 35/V/PMA/2007 NKP : yang bergerak dalam industri Pembuatan Karet Remah (Crumb Rubber). B. Manajemen Perusahaan Jumlah staf dan karyawan PT. Bumi Jaya adalah sebagai berikut : 1. Manager : 1 orang 2. Asisten Kepala : 1 orang 3. Asisten : 7 orang 4. Mandor : 8 orang 5. Operator : 7 orang 6. Helper : 5 orang 7. Tenaga Bulanan Tetap : 186 orang 8. Tenaga Harian Lepas : 46 orang C. Lokasi dan Waktu Kegiatan PKL Lokasi yang telah ditetapkan sebagai tempat pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada tahun 2007/2008 berlokasi di wilayah Provinsi

13 Kalimantan Selatan, yaitu terletak di Jl. Tanjung Balikpapan, Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan. Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) dilakukan oleh mahasiswa semester VI Politeknik Pertanian Negeri Samarinda selama 2 bulan, terhitung sejak tanggal 08 Maret 2008 sampai dengan 08 Mei 2008.

14 III. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG A. Pengolahan Karet Spesifikasi Teknis (Crumb Rubber) 1. Pembersihan dan Pemotongan Bahan Baku a. Tujuan Pembersihan dan pemotongan bertujuan supaya kotoran-kotoran yang melekat pada permukaan bahan baku terlepas dan mengendap. Biasanya kotoran yang terdapat di dalam bongkah-bongkah gumpalan mutu rendah seperti potongan-potongan kayu, tanah atau bahan keras lainnya dan juga untuk mempermudah dalam proses penggilingan crepe. b. Dasar teori Bahan-bahan seperti lump mangkok dan gumpalan mutu rendah lainnya harus diolah secara terpisah. Sebelum diremahkan, bahan baku tersebut dibersihkan dengan cara direndam dalam tangki pelunak (blending tank) yang dibuat dari beton, supaya kotoran-kotoran yang melekat pada permukaannya terlepas dan mengendap. Bahan baku atau bahan dasar yang telah dibersihkan atau dicuci dialirkan melalui saluran air menuju bak pengangkut dan dibawa ke mesin pisau berputar. Bahan2 tersebut akan dipotong-potong untuk mempermudah proses peremahan (Setyamidjaja, D. 1993).

15 c. Waktu dan tempat Proses pembersihan dan pemotongan bahan baku dilaksanakan dari tanggal 25 Maret sampai 29 Maret Proses pembersihan dan pemotongan bahan baku dilaksanakan di pabrik karet crumb rubber PT. Bumi Jaya, Jl. Tanjung-Balikpapan. d. Alat dan bahan Alat yang digunakan yaitu : Vibrating Screen, Buket Elevator, Wash Blending Tank. Bahan yang digunakan yaitu : lump mangkok, slabs karet rakyat, lump tanah, lump kebun, lump mangkok, crepe mutu rendah (brown crepe) dan air. e. Prosedur kerja 1) Bahan baku yang digunakan dalam membuat karet spesifikasi teknis yaitu koagulum lateks yang bermutu rendah, seperti lump mangkok, slabs karet rakyat, lump tanah, lump kebun, lump mangkok, crepe mutu rendah (brown crepe). 2) Bahan baku dimasukkan ke vibrating screen. Pada mesin ini pemotongan atau pencacahan diikuti dengan pencucian bahan baku. 3) Selanjutnya bahan baku akan masuk ke wash blending tank supaya kotoran-kotoran yang melekat pada permukaan bahan baku terlepas dan mengendap.

16 4) Kemudian bahan baku akan diangkat dengan buket elevator masuk ke vibrating screen II, kemudian bahan baku masuk lagi ke wash blending tank II. 5) Untuk proses pembersihan dan pemotongan bahan baku ini berlangsung sampai 3 kali ulangan. f. Hasil yang dicapai Dari proses pembersihan dan pemotongan bahan baku karet di atas dihasilkan bahan baku yang bersih dan bahan baku sudah terpotong-potong kecil dan ini yang akan memudahkan proses penggilingan crepe selanjutnya. 2. Penggilingan crepe dan peremahan. a. Tujuan Penggilingan crepe dan peremahan bertujuan untuk mendapatkan remahan yang siap untuk dikeringkan. b. Dasar teori Pada unit prosesing karet remah tipe tertentu, potongan-potongan ini sebelum diremahkan terlebih dahulu digiling dalam gilingan crepe sehingga menjadi lembaran-lembaran panjang seperti brown crepe. Lembaran-lembaran inilah yang kemudian diremahkan. Sifat yang dihasilkan oleh penggilingan crepe dan peremahan adalah agar mudah dikeringkan sehingga dicapai kapasitas produksi yang lebih tinggi dan kematangan remah yang sempurna (Setyamidjaja, D. 1993).

17 c. Waktu dan tempat Proses penggilingan crepe dan peremahan dilaksanakan dari tanggal 31 Maret sampai 16 April Proses penggilingan crepe dan peremahan dilaksanakan di pabrik karet crumb rubber PT. Bumi Jaya, Jl. Tanjung-Balikpapan. d. Alat dan bahan Alat yang digunakan yaitu : Crepper, Shredder, Chain conveyor, Wash tank, Belt conveyor, Over head vibrator, Transfer pump, Over head vibrator screen, Troli. Bahan yang digunakan yaitu : lump mangkok, slabs karet rakyat, lump tanah, lump kebun, lump mangkok, crepe mutu rendah (brown crepe), air dan kapur sirih. e. Prosedur kerja 1) Bahan baku atau bahan dasar yang telah dicuci dialirkan melalui saluran air menuju buket elevator dan dibawa ke mesin gilingan crepe (creeper I, II, dan III) sehingga menjadi lembaran-lembaran panjang seperti brown crepe. 2) Lembaran-lembaran crepe yang dihasilkan oleh gilingan crepe kemudian dimasukkan ke dalam mesin pencacah (shredder). 3) Kemudian remah-remah yang terbentuk dialirkan ke wash tank dan kemudian dengan ban berjalan (chain conveyor) remah-remah tadi dibawa ke mesin creeper 4, 5, 6 dan 7.

18 4) Selanjutnya setelah remah-remah tadi melewati mesin creeper 7, remah-remah tadi dialirkan lagi ke mesin pencacah (shredder II). Kemudian dialirkan lagi ke bak pencucian (wash tank II). 5) Seusai proses penggilingan crepe, bahan yang ada di dalam bak pencucian (wash tank II) dimana terdapat dua buah aliran bak, untuk bak sebelah kiri tempat mengalirnya air berlebih yang kotor dan untuk yang sebelah kanan tempat mengalirnya air yang mengandung kapur sirih. Larutan kapur sirih digunakan untuk merendam bahan sebelum masuk ke dalam mesin transfer pump. 6) Bahan yang telah direndam dalam larutan kapur sirih langsung akan disedot ke dalam mesin transfer pump, kemudian mesin transfer pump akan mempompa remah-remah ke dalam mesin over head vibrator screen. 7) Di dalam mesin over head vibrator screen remah-remah karet akan langsung terayak dan remah-remah akan langsung jatuh atau masuk ke dalam troli-troli (cetakan plat-plat yang berbentuk segi empat). 8) Kemudian troli akan dimasukkan ke dalam dryer dengan 2 burner (pengeringan air dan pemasakan). f. Hasil yang dicapai Dari proses penggilingan crepe di atas diperoleh remahan karet yang diinginkan.

19 3. Pengeringan a. Tujuan Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air sampai batas aman simpan baik dari serangan serangga maupun mikrobiologis, enzimatis dan hidrolis. Dalam pengeringan faktor yang dapat memepengaruhi hasil adalah lamanya penuntasan, ketinggian remahan, suhu dan lama pengeringan. b. Dasar teori Pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap air secara simultan, yang memerlukan energi panas untuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan dari permukaan bahan, yang dikeringkan oleh media pengering yang biasanya berupa panas. Dengan demikian bahan yang dikeringkan dapat mempunyai waktu simpan yang lebih lama. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada 2 golongan, yaitu: Faktor yang berhubungan dengan udara pengering. Yang termasuk dalam golongan ini adalah suhu, kecepatan volumetrik aliran udara pengering, dan kelembaban udara. Faktor yang berhubungan dengan sifat bahan.yang termasuk dalam golongan ini adalah ukuran bahan, kadar air awal, dan tekanan parsial dalam bahan. Pengeringan merupakan tahap awal dari adanya pengawetan. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air menuju

20 udara karena adanya perbedaan kandungan uap air antara udara dengan bahan yang dikeringkan (Setyamidjaja, D. 1993). c. Waktu dan tempat Proses pengeringan dilaksanakan dari tanggal 17 April sampai 22 April Proses pengeringan dilaksanakan di pabrik karet crumb rubber PT. Bumi Jaya, Jl. Tanjung-Balikpapan. d. Alat dan bahan Alat yang digunakan yaitu : Dry Prebreaker, Cooling Tray conveyor, Dryer, Belt Conveyor. Bahan yang digunakan yaitu : lump mangkok, slabs karet rakyat, lump tanah, lump kebun, lump mangkok, crepe mutu rendah (brown crepe). e. Prosedur Kerja 1) Selanjutnya dilakukan proses dryer, kemudian dengan belt conveyor akan membawa remah-remah karet masuk ke dalam dry prebreaker I. Dilakukan 2 kali proses ulangan. 2) Seusai 2 kali proses ulangan dengan belt conveyor akan membawa mesin pengering masuk ke dalam mesin cooling tray conveyor (pendingin). f. Hasil yang dicapai Dari proses pengeringan diperoleh bongkahan-bongkahan karet yang berwarna coklat tua.

21 4. Pengepakan a. Tujuan Pengepakan dimaksudkan untuk menghindari penyerapan uap air dari lingkungan serta bebas kontaminan lain. b. Dasar teori Pengepakan atau pegemasan merupakan salah satu cara pengawetan bahan hasil pertanian, karena pengepakan atau pengemasan dapat memperpanjang umur simpan bahan. Pengepakan atau pengemasan adalah wadah atau pembungkus yang dapat membantu mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan-kerusakan pada bahan yang dikemas/dibungkusnya. Melindungi dan mengawetkan produk, seperti melindungi dari sinar ultraviolet, panas, kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari kotoran dan mikroba yang dapat merusak dan menurunkan mutu produk. Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai alat komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada kemasan. Meningkatkan efisiensi, misalnya : memudahkan pengiriman dan penyimpanan. Hal ini penting dalam dunia perdagangan. Melindungi pengaruh buruk dari luar, melindungi pengaruh buruk dari produk di dalamnya, misalnya jika produk yang dikemas berupa produk yang berbau tajam, atau produk berbahaya seperti air

22 keras, gas beracun dan produk yang dapat menularkan warna, maka dengan mengepak atau mengemas produk ini dapat melindungi produk-produk lain di sekitarnya(setyamidjaja, D. 1993). c. Waktu dan tempat Proses pengepakan dilaksanakan dari tanggal 23 April sampai 28 April Proses pengepakan dilaksanakan di pabrik karet crumb rubber PT. Bumi Jaya, Jl. Tanjung-Balikpapan. d. Alat dan bahan Alat yang digunakan yaitu : Balling Pres, Pisau, Metal Detector, Metal Box. Bahan yang digunakan yaitu : bongkahan karet, shrink wrap min 0,2 mm, plastik polyethylene 0,03 mm, red interlayer min 0,10 + 0,02 mm. e. Prosedur Kerja 1) Remah-remah yang keluar dari mesin pengering yang berada dalam troli-troli telah menjadi bongkahan karet kemudian diangkat dan ditaruh di atas meja yang tersedia. 2) Sejumlah bongkahan ditimbang untuk memperoleh berat 34,95 kg s/d 35,05 kg. kemudian dimasukkan ke dalam mesin pengempa/pres dengan suhu 40 o C. 3) Setelah bongkahan keluar dari mesin pengempa/pres, bongkahan dibiarkan sebentar kemudian dengan belt conveyor bongkahan

23 akan melewati timbangan dan kemudian dilakukan pemotongan sampel. 4) Selanjutnya bongkahan karet masuk ke dalam mesin metal detector yang bertugas untuk mengecek bongkahan karet dari logam-logam yang terdapat di dalam bongkahan karet. 5) Kemudian bongkahan dinaikkan ke atas belt conveyor dan akan langsung membawa bongkahan ke tempat pengemasan / pembungkusan. 6) Selanjutnya bongkahan dibungkus dengan plastik polyethylene yang tebalnya 0,03 mm. 7) Setelah selesai bongkahan di masukkan ke dalam metal box. 8) Kemudian bongkahan tersebut dipak dalam bentuk pallet dan dibungkus dengan plastik pembungkus bandela yang tebalnya min 0,10 + 0,02 mm. 9) Kemudian 36 bandella disusun dalam 6 tumpukan, dialasi dengan sebuah pallet kayu dengan kaki 3 1 / 2 inci sehingga dapat diangkut dengan fork-liff truck. Ke-36 bandella dalam tumpukan masih dibungkus dengan plastik shrink wrap sebagai pelindung. f. Hasil yang dicapai Dari proses pengepakan maka diperoleh bongkahan karet remah kualitas SIR 20 dengan ukuran 70 cm x 35 cm x 16,25 cm, dan berat 35 kg.

24 Kemudian bongkahan dibungkus dengan plastik polyethylene yang tebalnya 0,03 mm, selanjutnya dilapisi dengan Red Interlayer yang tebalnya min 0,10 + 0,02 mm. Dan dibungkus dengan Shrink Wrap yang tebalnya min 0,2 mm sebagai kemasan akhir. Kapasitas produksi 3,7 ton /jam dan diperoleh kadar kotoran (dirt content) 0,200 %, kadar abu (ash content) 1,00 %, kadar zat menguap 0,80 %, PRI minimal 50 %, kadar nitrogen (N 2 ) 0,6 %. Tiap jenis kualitas karet remah mempunyai standar tertentu. Klasifikasi kualitas dilaksanakan menurut cara-cara baru dengan penggolongan berdasarkan ciri-ciri teknis. Yang menjadi dasar dalam spesifikasi teknis adalah kadar beberapa zat dan unsur-unsur tertentu yang terdapat dalam karet, yang berpengaruh terhadap sifat-sifat akhir produk yang dibuat dari karet. Unsur-unsur dalam penetapan kualitas secara spesifikasi teknis adalah : 1) Kadar kotoran (dirt content) Kadar kotoran menjadi dasar pokok dan kriteria terpenting dalam spesifikasi, karena kadar kotoran sangat besar pengaruhnya terhadap ketahanan retak dan kelenturan barang-barang dari karet. 2) Kadar abu (ash content) Penentuan kadar abu dimaksudkan untuk melindungi konsumen terhadap penambahan bahan-bahan pengisi ke dalam karet pada waktu pengolahan.

25 3) Kadar zat menguap (volatile content) Penentuan kadar zat menguap ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa karet yang disajikan cukup kering. Selain penentuan ketiga bahan tersebut di atas, masih dianalisis juga kadar tembaga, mangan, dan nitrogen. Pada akhirnya hasil spesifikasi teknis disimpulkan dalam suatu standar yaitu Standard Indonesia Rubber (SIR). Standar Indonesia Rubber (SIR) adalah produk karet alam yang baik prosesing ataupun penentuan kualitasnya, dilakukan secara spesifikasi teknis. Untuk tiap golongan SIR tersebut harus ditentukan nilai Plastisity Retention Index (PRI)-nya dan digolongkan dengan menggunakan simbol huruf H, M dan S. H menunjukkan nilai PRI-nya sebesar 80; M untuk nilaipri antara 60 79; dan S untuk nilai PRI antara Karet remah nilai PRI kurang dari 30 tidak boleh dimasukkan ke dalam golongan SIR. PRI adalah ukuran terhadap tahan usangnya karet dan juga sebagai petunjuk mudah tidaknya karet tersebut dilunakkan dalam gilingan pelunak. Makin tinggi nilai PRI, makin tinggi pula kualitas karet tersebut. Untuk menentukan nilai PRI digunakan alat yang disebut Wallace Plastemeter.

26 Dengan berkembangnya penelitian, dewasa ini sebagai dasar penentuan SIR dipakai Surat Keputusan Menteri Perdagangan tahun Tabel 01. Spesifikasi karet Standar Indonesia Rubber SIR sesuai SK Menperdag N0. 293/Kp/X/1972 Spesifikasi SIR 10 SIR 20 Kadar kotoran (%, maks.) Kadar abu (%, maks.) Kadar Zat menguap (%, maks) PRI (min.) Po (min.) Indeks warna (Lovibond, maks.) ASH-T (maks.) Sari aseton Warna kode 0,10 0,75 1, Coklat 0,02 0,75 1, Kuning Dengan demikian hingga saat ini, semua karet remah SIR yang diekspor harus memiliki persyaratan mutu seperti yang ditetapkan dalam surat keputusan Memperdag tersebut. Semua sarana penentu kualitas ini dimaksudkan agar SIR dapat bersaing dengan produk karet bongkah yang berasal dari negara produsen karet bongkah selain Indonesia yang memiliki standar sendiri-sendiri. B. Pengolahan Air Limbah 1. Tujuan Tujuan dari pengolahan air limbah karet yaitu : agar air limbah pengolahan karet bisa dibuang ke saluran-saluran air umum tanpa

27 membahayakan lingkungan, maka dari itu air limbah tersebut harus diolah terlebih dahulu. Prinsip pengolahan air limbah menggunakan sistem lumpur aktif. Dengan memanfaatkan lumpur limbah sebagai tempat untuk mengaktifkan bakteri, mengembangbiakkan bakteri untuk memproses air limbah agar bisa dimanfaatkan sehingga tidak mencemari lingkungan. 2. Dasar teori Dalam pengolahan karet selain dihasilkan produk-produk yang diinginkan juga dihasilkan produk lain berupa limbah. Limbah yang menjadi masalah di pabrik-pabrik biasanya berupa cairan. Cairan ini dikenal dengan nama air limbah karet karena memang komponenya sebagian besar terdiri dari air dan zat-zat sisa pengolahan karet. Proses pembuatan karet membutuhkan air yang tidak sedikit. Pabrik pengolahan skala kecil dengan kapasitas produksi yang sedikit saja membutuhkan air dalam jumlah yang besar. Apalagi pabrik pengolahan yang besar. Sebagai contoh, dalam pembuatan 1 kg crepe digunakan sekitar 60 liter air dan untuk pembuatan 1 kg ribbed smoke sheet di butuhkan 30 liter air. Misalnya satu hari sebuah pabrik memproduksi ratusan sampai ribuan kilogram karet, maka air yang digunakan akan mencapai ribuan gallon dalam sebulan. Dalam industri karet, air yang digunakan sebagai bahan pengencer lateks, pembuatan larutan-larutan kimia, pencuci hasil

28 bekuan dan alat-alat yang digunakan, serta mendinginkan mesinmesin. Sisa air yang digunakan akan di keluarkan dalam bentuk limbah. Ini menimbulkan masalah baru. Pada awalnya mungkin limbah hanya sedikit, tetapi dalam waktu panjang limbah akan menumpuk dan harus mendapat perhatian khusus. Air limbah yang dibuang langsung ke suatu tempat akan menggangu lingkungan sekitarnya karena menjadi penyebab timbulnya polusi. Berbagia macam kotoran dan zat kimia yang berbahaya juga bisa menimbulkan masalah kesehatan bagi mahluk hidup di sekitarnya. Air limbah karet juga menimbulkan bau yang kurang enak. Terkadang karena masalah limbah ini timbul pertikaian antara pengelola pabrik karet dengan penduduk sekitarnya. Pabrik yang mengolah karet sheet dan karet spesifikasi teknis tidak terlalu mengalami kesulitan dalam masalah limbah. Air limbah pengolahan karet sheet dan spesifikasi teknis dapat dibuang ke saluran pembuangan air umum dengan pengelolaan yang sederhana. (Nazaruddin dan Paimin, F.B. 1992). 3. Waktu dan tempat Proses pengolahan air limbah dilaksanakan dari tanggal 29 April samapi 6 Mei Proses pengolahan air limbah dilaksanakan di pabrik karet crumb rubber PT. Bumi Jaya, Jl. Tanjung-Balikpapan.

29 4. Alat dan bahan Alat yang digunakan dalam proses pengolahan limbah yaitu : Bak Aerasi I, II, III, Bak Sedimen, Bak penampung limbah sementara, Alat penyedot limbah, Bak limbah padat, Saringan 10 mm, Bak penampung limbah, Bak Retreatment, Air Lift Pump (alat penyedot limbah) dan Blower. Bahan yang digunakan yaitu : limbah karet dan air. 5. Prosedur kerja 1) Air limbah karet dari produksi langsung dialirkan ke bak retreatment, limbah yang tedapat dalam bak retreatment berupa limbah padat dan cair. limbah padatnya yaitu tatal (pasir berkayu), remah-remah karet yang ikut terbuang dan limbah cair yaitu : lumpur dan air. 2) Untuk limbah tatal yang terendap dibawah, langsung disedot menggunakan alat pompa penyedot tatal dan langsung masuk ke bak penampungan limbah tatal. 3) Untuk limbah remah-remah karet akan langsung disedot dengan menggunakan alat pompa penyedot remah karet dan langsung masuk ke dalam bak penampungan limbah remah-remah karet. 4) Untuk limbah lumpur bercampur air akan langsung mengalir ke dalam areal pumpit, kemudian akan langsung tersedot melalui alat pompa penyedot lumpur bercampur air dan langsung dialirkan ke dalam bak-bak aerasi I, II dan III.

30 5) Kemudian limbah akan diproses di bak aerasi I langsung mengalir ke dalam bak aerasi II, dimana bak aerasi I dan II fungsinya sebagai tempat hidupnya bakteri dimana didalam bak terdapat blower sebagai oksigen untuk memberi pernapasan buat bakteri. selanjutnya ke bak aerasi III, di dalam bak aerasi III disebut bak deniftrifikasi (tempat perkembangbiakan bakteri dan kontrol nitrogen dalam kandungan lumpur). 6) Selanjutnya limbah lumpur dan air yang sudah diproses di bak aerasi I, II dan III, akan dialirkan ke dalam bak sedimen kemudian diukur kandungan lumpurnya dan untuk menjaga kapasitas lumpur dan air. 7) Kemudian limbah lumpur dan air tersebut di alirkan lagi ke dalam bak aerasi I, II dan III. Kemudian dialirkan lagi ke bak sedimen. 8) Setelah proses limbah lumpur dan air di dalam bak sedimen sudah selesai maka akan dihasilkan air limbah yang jernih dan tidak berbau dan langsung dialirkan ke pembuangan air limbah dan langsung dilairkan langsung ke sungai. 6. Hasil yang dicapai Setelah selesai melakukan proses-proses pengolahan limbah, maka diperoleh air limbah yang jernih dan tidak berbau. Dengan ph normal dan tidak berbahaya bagi kesehatan lingkungan dan makhluk hidup sekitarnya.

31 Dengan demikian air limbah bisa langsung dialirkan ke sungai. Air ini pun dapat digunakan dengan aman karena tidak menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia.

32 IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari uraian kegiatan PKL yang dilaksanakan di PT. Bumi Jaya dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Dari kegiatan PKL ini mahasiswa dapat mengetahui secara langsung teknik dan keterampilan khusus tentang pengolahan karet spesifikasi teknis (Crumb Rubber) serta alat yang digunakan secara praktis. 2. Kegiatan pengolahan karet spesifikasi teknis (Crumb Rubber) yang dilaksanakan di PT. Bumi Jaya meliputi Pembersihan dan pemotongan bahan baku, Penggilingan crepe, Pengeringan, Pengepakan dan Pengolahan limbah. 3. Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) pada pabrik crumb rubber PT. Bumi Jaya yang memproduksi karet spesifikasi teknis (Crumb Rubber) kualitas SIR-20 yang 100 persen untuk komoditas ekspor ke sejumlah negara asia yang diperdagangkan dengan bentuk bongkah berukuran 70 cm x 16,25 cm, dengan bobot 35 kg perbongkah, terbungkus rapi dengan plastik Polyethylene yang tebalnya 0,03 mm, selanjutnya dilapisi dengan Red Interlayer yang tebalnya min 0,01 + 0,02 mm. Dan dibungkus dengan Shrink Wrap yang tebalnya min 0,2 mm sebagai kemasan akhir.

33 B. Saran Hal-hal yang perlu diperhatikan di pabrik pengolahan karet spesifikasi teknis (crumb rubber) adalah : 1. Pengadaan bahan baku dari supplier harus benar-benar diperhatikan dengan baik. 2. Menanamkan kesadaran pada setiap orang, khususnya karyawan untuk bekerja sesuai dengan sistem manajemen yang berlaku agar proses produksi berjalan optimal.

34 DAFTAR PUSTAKA Angkapradipta, P Pemupukan Tanaman Karet. Pedoman Praktik. Balai Penelitian Perkebunan Bogor, Bogor. Nazaruddin dan Paimin, F. B Karet : Srategi Pemasaran Tahun 2000 Budidaya dan Pengolahan. Penebar Swadaya, Jakarta. Setyamidjaja, D Karet Budidaya dan Pengolahan. Kanisius, Yogyakarta. Walujono, K. dkk., Kemungkinan Pengolahan Karet Remah di Indonesia. PT. Soeroengan, Jakarta.

35 LAMPIRAN

36 Lampiran 1. Diagram Alir Proses Pengolahan Karet Spesifikasi Teknis (Crumb Rubber) Bahan Baku Vibrating Screen Wash Blending Tank 3X Buket Elevator Crepeer 3X Belt Conveyor Shredder Wash Tank I Chain Conveyor Creeper IV-VII Sheredder II Wash Tank II Transfer Pump Over Head Vibrating Screen Drier

37 Drier Suhu dan C. Dry Prebreaker II Belt Conveyor Cooling Tray Conveyor 40 0 C Balling Press 2X Belt Conveyor Pemotongan Sampel Metal Detektor Metal Box Pengepakan Proses Pengolahan Karet Spesifikasi Teknis (Crumb Rubber)

38 Lampiran 2. Diagram Alir Proses Pengolahan Air Limbah Pengolahan Karet Spesifikasi Teknis (Crumb Rubber) Limbah Pabrik Bak penampung sementara saringan 10 mm Bak Retreament diendapkan Limbah Tatal Limbah cair Limbah Karet Pompa Penyedot (air lift pump) Pompa penyedot lumpur Blower Alat Curah Tatal Bak Aerasi I, II, III Penampungan Sementara Penampungan Sementara Bak Sedimen Kembali ke pabrik Bak Aerasi I, II, III Bak Sedimen Air limbah jernih Proses Pengolahan Air Limbah Pengolahan Karet Spesifikasi Teknis (Crumb Rubber)

39 Lampiran 3. Proses Penerimaan Bahan baku Karet Spesifikasi Teknis (Crumb Rubber) 3a. Penimbangan Truk yang membawa 3b. Pemotongan Bahan Baku dengan Bahan Baku Mesin Cutter 3c. Sortasi Bahan Baku diatas Meja 3d. Penimbangan Bahan Baku Pemotong Bahan Baku Sebelum di Produksi

40 Lampiran 4. Proses Produksi Pengolahan Karet Spesifikasi Teknis (Crumb Rubber) 4a. Proses Pembersihan Bahan Baku 4b. Proses Pemotongan Wash Blending Tank Bahan Baku didalam Vibrating Screen 4c. Proses Penggilingan Crepe 4d. Proses Pengeringan Karet didalam Mesin Creeper

41 Lampiran 5. Proses Pengepresan dan Pengepakan Karet Spesifikasi Teknis (Crumb Rubber) 5a. Proses Pengepresan Karet didalam 5b. Proses Pembungkusan Karet Mesin Balling Press dilakukan Secara Manual 5c. Proses Pengepakan Karet didalam 5d. Proses pengepakan Akhir Karet Metal Box yang Siap Dikirim.

42 Lampiran 6. Proses Pengolahan Limbah Karet Spesifikasi Teknis (Crumb Rubber) 6a. Proses Penampungan Sementara 6b. Proses Pengolahan Lumpur Limbah Tatal, Karet dan Lumpur didalam Bak Aerasi Limbah 6c. Proses Penampungan Sementara 6d. Proses Akhir Pengolahan Air Limbah Tatal Limbah

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan. PT. Hadi Baru didirikan tanggal 1 Agustus 1964 di hadapan notaris, Roesli SH, di Medan dengan akte No. 97/HB/1/1961 tertanggal 17 Januari 1961 dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas merupakan keseluruhan karakteristik dan keistimewaan dari suatu produk atau jasa yang dihasilkan dari kemampuan produk atau jasa untuk memuaskan sebagian atau

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PT. RIAU CRUMB RUBBER FACTORY PEKANBARU. PT. Riau Crumb Rubber Factory (RICRY) merupakan Perusahaan Modal

BAB II GAMBARAN UMUM PT. RIAU CRUMB RUBBER FACTORY PEKANBARU. PT. Riau Crumb Rubber Factory (RICRY) merupakan Perusahaan Modal BAB II GAMBARAN UMUM PT. RIAU CRUMB RUBBER FACTORY PEKANBARU A. Sejarah PT. Riau Crumb Rubber Factory PT. Riau Crumb Rubber Factory (RICRY) merupakan Perusahaan Modal Dalam Negeri (PMDN) yang bergerak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari-hari. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditas

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari-hari. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditas 13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia, Karena, banyak terdapat kegunaan dari tanaman ini, contohnya tanaman menghasilkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Karet alam (natural rubber, Hevea braziliensis), merupakan komoditas perkebunan tradisional sekaligus komoditas ekspor yang berperan penting sebagai penghasil devisa negara

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Hadi Baru didirikan tanggal 1 Agustus 1964 dihadapan notaris, Roesli SH, di Medan dengan Akte No.97/HB/1961 tertanggal 17 Januari 1961 dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. fisika dan daya tahan karet dipakai untuk produksi-produksi pabrik yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. fisika dan daya tahan karet dipakai untuk produksi-produksi pabrik yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karet Alam Karet alam adalah komoditi homogen yang cukup baik. Karet mempunyai daya lentur yang sangat tinggi, kekuatan tarik dan dapat dibentuk dengan panas yang rendah, daya

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 30 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Beaker glass 250 ml Blender Cawan platina Gelas ukur 200 ml Gunting Kertas saring

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. periode ini. Beberapa bukti maupun catatan telah memperkuat bahwa karet alam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. periode ini. Beberapa bukti maupun catatan telah memperkuat bahwa karet alam BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Karet Alam Karet alam pertama kali ditemukan oleh Christopher Columbus pada tahun 1493 ketika melihat seorang anak penduduk asli pulau Haiti sedang bermain bola berwarna

Lebih terperinci

Lampiran 1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Lampiran 1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Lampiran 1 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab 1. Manager Bunut Rubber Factory Manager Factory merupakan pimpinan tertinggi di pabrik yang mengelola kebijakan di pabrik, penanggung jawab utama atas jalannya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT.Bridgestone Sumatra Rubber Estate merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan dan pengolahan karet. Hasil perkebunan berupa

Lebih terperinci

Lampiran -1 : Spesifikasi Mesin dan Peralatan. 10 Pisau duduk. Gear Box no : 5 Zn 280. Ratio : 1 : 20. : Spc 400x4 & Spc 400x4

Lampiran -1 : Spesifikasi Mesin dan Peralatan. 10 Pisau duduk. Gear Box no : 5 Zn 280. Ratio : 1 : 20. : Spc 400x4 & Spc 400x4 Lampiran -1 : Spesifikasi Mesin dan Peralatan 1. Breaker Tahun Operasi : 1994 Produksi Spesifikasi : Lokal : 11 pisau putar 10 Pisau duduk Elektro Motor Putaran mesin : 140 Amp : 100 HP : 1460 RPM Cos

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu komoditi pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu komoditi pertanian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Karet di Provinsi Lampung Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu komoditi pertanian penting di lingkungan Internasional dan juga Indonesia. Di Indonesia

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PENGOLAHAN KARET REMAH/CRUMB RUBBER SIR 20 DI PT. INSAN BONAFIDE BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PENGOLAHAN KARET REMAH/CRUMB RUBBER SIR 20 DI PT. INSAN BONAFIDE BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN 1 LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PENGOLAHAN KARET REMAH/CRUMB RUBBER SIR 20 DI PT. INSAN BONAFIDE BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN Oleh DEWI MAWAR NIM. 050 500 027 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan. 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia masih menjadi primadona untuk membangun perekonomian negara. Kinerja ekspor komoditas pertanian menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penanganan Pasca Panen Lateks Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang masih segar 35 jam setelah penyadapan. Getah yang dihasilkan dari proses

Lebih terperinci

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Ekstraksi Tepung Karaginan Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : 1. Sortasi dan Penimbangan Proses sortasi ini bertujuan untuk memisahkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. SOCFINDO (SOCFINDO) berdiri pada tanggal 7 Desember 1930 dengan nama Socfin Medan S.A. Pada tahun 1965, PT. SOCFINDO dialihkan di bawah pengawasan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Batanghari Tebing Pratama adalah perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang pengolahan bokar (bahan olahan karet) menjadi karet remah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perdagangan Internasional Suatu Negara membutuhkan negara lain dan saling menjalin hubungan perdagangan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup bagi masyarakat. Hubungan

Lebih terperinci

KAilAM KESERAGAMAN KUALITAS CRUMB RUBBER Dl PABWlK PEWGOLAHWN KARET ALAM PTP XI! PERKEBUN AN CIIQUMPAY, KABUPATEN PURWAKARTA, JAWA BARAT.

KAilAM KESERAGAMAN KUALITAS CRUMB RUBBER Dl PABWlK PEWGOLAHWN KARET ALAM PTP XI! PERKEBUN AN CIIQUMPAY, KABUPATEN PURWAKARTA, JAWA BARAT. 7= / 7-14 ( qci7 ax2 ' KAilAM KESERAGAMAN KUALITAS CRUMB RUBBER Dl PABWlK PEWGOLAHWN KARET ALAM PTP XI! PERKEBUN AN CIIQUMPAY, KABUPATEN PURWAKARTA, JAWA BARAT Oleh z NUR BERLIAN VENUS ALI F 25, 0717 1993

Lebih terperinci

KAilAM KESERAGAMAN KUALITAS CRUMB RUBBER Dl PABWlK PEWGOLAHWN KARET ALAM PTP XI! PERKEBUN AN CIIQUMPAY, KABUPATEN PURWAKARTA, JAWA BARAT.

KAilAM KESERAGAMAN KUALITAS CRUMB RUBBER Dl PABWlK PEWGOLAHWN KARET ALAM PTP XI! PERKEBUN AN CIIQUMPAY, KABUPATEN PURWAKARTA, JAWA BARAT. 7= / 7-14 ( qci7 ax2 ' KAilAM KESERAGAMAN KUALITAS CRUMB RUBBER Dl PABWlK PEWGOLAHWN KARET ALAM PTP XI! PERKEBUN AN CIIQUMPAY, KABUPATEN PURWAKARTA, JAWA BARAT Oleh z NUR BERLIAN VENUS ALI F 25, 0717 1993

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh berbagai faktor. Faktor faktor tersebut selain faktor yang menyangkut

BAB I PENDAHULUAN. oleh berbagai faktor. Faktor faktor tersebut selain faktor yang menyangkut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia merupakan salah satu komponen perekonomian yang penting. Perindustrian memungkinkan perekonomian kita berkembang pesat dan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan yang berdampingan dengan teknologi yang mempermudah

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan yang berdampingan dengan teknologi yang mempermudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan yang berdampingan dengan teknologi yang mempermudah memperoleh informasi dan memudahkan dalam urusan bisnis membuat daya saing semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Kebun Batang Serangan dibuka pada tahun 1910 yang dikelola oleh pemerintahan Belanda dengan nama perusahaan NV.BDM (Breningde Deli Maatscappinjen).

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Asahan Crumb Rubber merupakan suatu badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha pengolahan karet, yaitu mengolah bahan baku karet yang berasal

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Sari Tani Jaya Sumatera merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan ubi kayu untuk menghasilkan produk tepung tapioka yang

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBUATAN PUREE MANGGA Oleh: Masnun, BPP Jambi BAB. I. PENDAHULUAN

TEKNOLOGI PEMBUATAN PUREE MANGGA Oleh: Masnun, BPP Jambi BAB. I. PENDAHULUAN TEKNOLOGI PEMBUATAN PUREE MANGGA Oleh: Masnun, BPP Jambi BAB. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mangga merupakan komoditas buah yang mudah rusak. Kerusakan buah mangga dapat disebabkan karena ketidak hati-hatian

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE

PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE Deddy Kurniawan W, Fahmi Arifan, Tri Yuni Kusharharyati Jurusan Teknik Kimia PSD III Teknik, UNDIP Semarang

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG PENINGKATAN MUTU BAHAN OLAH KARET MELALUI PENATAAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI DENGAN

Lebih terperinci

BAB III PROSES PRODUKSI kg kering per hari adalah sebagai berikut :

BAB III PROSES PRODUKSI kg kering per hari adalah sebagai berikut : BAB III PROSES PRODUKSI III.1 Pengolahan Crumb Rubber Flow process pabrik pengolahan Crumb Rubber Gunung Para kapasitas 30.000 kg kering per hari adalah sebagai berikut : III.1.1. Penerimaan coumpound

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Tiga Bawang merupakan sebuah industri kecil menengah yang bergerak dibidang pembuatan keripik dengan bahan baku ubi kayu. UD. Tiga Bawang adalah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Proses Produksi Ribbed Smoked Sheet dan Estate Brown Crepe Lateks hasil sadapan dari kebun diangkut ke tiap afdeling. Lateks dikumpulkan disebuah bak yang ada tiap afdeling yang

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah dan Perkembangan PT ADEI Crumb Rubber Industry PT ADEI Crumb Rubber Indusry adalah perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang industri pengolahan karet dan eksportir

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karet Alam Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet termasuk tanaman tahunan yang tergolong dalam famili Euphorbiaceae, tumbuh baik di dataran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kelapa sawit (Elaesis guineesis Jacq.) merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi dari pada tanaman penghasil minyak nabati

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang keberadaannya sangat penting dan dibutuhkan di Indonesia. Tanaman karet sangat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KARET REMAH (CRUMB RUBBER) INDONESIA. Karet merupakan polimer hidrokarbon yang bersifat elastis dan terbentuk

IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KARET REMAH (CRUMB RUBBER) INDONESIA. Karet merupakan polimer hidrokarbon yang bersifat elastis dan terbentuk 48 IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KARET REMAH (CRUMB RUBBER) INDONESIA 4.1. Gambaran Umum Karet Karet merupakan polimer hidrokarbon yang bersifat elastis dan terbentuk dari emulsi kesusuan yang dikenal sebagai

Lebih terperinci

Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan Standar Nasional Indonesia Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Bahan olah karet ICS. Badan Standardisasi Nasional

SNI Standar Nasional Indonesia. Bahan olah karet ICS. Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Bahan olah karet ICS Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Standar Nasional Indonesia...i No...4 Parameter...4 No...5 Parameter...5 i Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI)

Lebih terperinci

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 42/M-IND/PER/11/2005 TENTANG PENGOLAHAN,

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 42/M-IND/PER/11/2005 TENTANG PENGOLAHAN, MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 42/M-IND/PER/11/2005 TENTANG PENGOLAHAN, PENGEMASAN DAN PELABELAN GARAM BERIODIUM MENTERI PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya prakoagulasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya prakoagulasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA Lateks kebun yang bermutu baik merupakan syarat utama mendapatkan hasil olah karet yang baik. Penurunan mutu biasanya disebab terjadinya prakoagulasi. Prakoagulasi akan menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk karet

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk karet BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk karet Indonesia adalah jenis karet remah yang dikenal sebagai karet Standar Indonesia Rubber

Lebih terperinci

Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan Standar Nasional Indonesia Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar di Indonesia. Lampung adalah salah satu sentra perkebunan karet di Indonesia. Luas areal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Unit Operasi IPAL Mojosongo Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo di bangun untuk mengolah air buangan dari kota Surakarta bagian utara, dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Daftar Wawancara

Lampiran 1 Daftar Wawancara LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Wawancara 1. Bagaimana proses produksi di Pabrik Gula Pagotan? 2. Dalam proses produksi tersebut menghasilkan limbah apa saja? 3. Tolong jelaskan proses pengolahan limbah tersebut?

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi mutu komoditas dan produk sawit ditentukan berdasarkan urutan rantai pasok dan produk yang dihasilkan. Faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan devisa Indonesia. Pada dasarnya karet berasal dari alam yaitu dari getah

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan devisa Indonesia. Pada dasarnya karet berasal dari alam yaitu dari getah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet alam terbesar di dunia. Awal mulanya karet hanya ada di Amerika Selatan, namun sekarang sudah berhasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen karet alam terbesar kedua didunia setelah Thailand. Produksi karet alam pada tahun 2012 di Indonesia mencapai 3,27 juta ton. Indonesia

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU

INSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU PENANGANAN PENDAHULUAN Instruksi kerja merupakan dokumen pengendali yang menyediakan perintah-perintah untuk pekerjaan atau tugas tertentu dalam penanganan pascapanen mangga Gedong Gincu. 1. Struktur kerja

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

PENENTUAN PLASTISITAS AWAL DAN PLASTISITAS RETENSI INDEKS KARET. Rudi Munzirwan Siregar

PENENTUAN PLASTISITAS AWAL DAN PLASTISITAS RETENSI INDEKS KARET. Rudi Munzirwan Siregar PENENTUAN PLASTISITAS AWAL DAN PLASTISITAS RETENSI INDEKS KARET Rudi Munzirwan Siregar Abstrak Penelitian tentang Penentuan Plastisitas Awal dan Plastisitas Retensi Indeks karet telah dilakukan. Kedalam

Lebih terperinci

Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian

Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Teknologi Penanganan dan Pengolahan Hasil Pertanian Mas ud Effendi Tahap Awal Proses Pengolahan (1) Kualitas produk olahan yang dihasilkan sangat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dijadikan tanaman perkebunan secara besaar besaran, karet memiliki sejarah yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dijadikan tanaman perkebunan secara besaar besaran, karet memiliki sejarah yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Karet Sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh secara liar sampai dijadikan tanaman perkebunan secara besaar besaran, karet memiliki sejarah yang cukup

Lebih terperinci

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dicapai melalui pembangunan kesehatan dengan tujuan meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. dicapai melalui pembangunan kesehatan dengan tujuan meningkatkan kualitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sehat 2010 merupakan visi pembangunan nasional yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan dengan tujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SANITASI PANGAN PADA PRODUKSI KOPI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, JAMBU-SEMARANG. Roswita Sela 14.I1.0174

IMPLEMENTASI SANITASI PANGAN PADA PRODUKSI KOPI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, JAMBU-SEMARANG. Roswita Sela 14.I1.0174 IMPLEMENTASI SANITASI PANGAN PADA PRODUKSI KOPI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, JAMBU-SEMARANG Roswita Sela 14.I1.0174 OUTLINE PROFIL PERUSAHAAN PROSES PRODUKSI SANITASI KESIMPULAN SEJARAH SINGKAT PERUSAHAAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Rubber (SIR) merupakan jenis karet alam padat yang diperdagangkan saat ini. Karet

BAB 1 PENDAHULUAN. Rubber (SIR) merupakan jenis karet alam padat yang diperdagangkan saat ini. Karet BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk karet Indonesia adalah jenis karet remah yang dikenal sebagai karet Standar Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perekonomian Indonesia. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perekonomian Indonesia. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditas penghasil getah ini. Usaha

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. KARET ALAM DAN KARET ALAM PADAT (SIR 20) Karet alam adalah senyawa hidrokarbon yang dihasilkan melalui penggumpalan getah dari hasil penyadapan tanaman tertentu. Getah tersebut

Lebih terperinci

IV. KEADAAN PERUSAHAAN DAN DAERAH PENELITIAN. PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Pematang Kiwah

IV. KEADAAN PERUSAHAAN DAN DAERAH PENELITIAN. PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Pematang Kiwah IV. KEADAAN PERUSAHAAN DAN DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Pematang Kiwah Kabupaten Lampung Selatan adalah pabrik pengolahan karet remah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Pengawasan. Mutu. SIR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Pengawasan. Mutu. SIR No.393, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Pengawasan. Mutu. SIR PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 53/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG PENGAWASAN MUTU BAHAN OLAH

Lebih terperinci

SEJARAH DESAIN. Media Promosi, Kemasan Modul 2. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

SEJARAH DESAIN. Media Promosi, Kemasan Modul 2. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk SEJARAH DESAIN Modul ke: Media Promosi, Kemasan Modul 2 Fakultas Desain dan Seni Kreatif Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Abstract Istilah kemasan sering disamakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Socfin Indonesia (SOCFINDO) berdiri pada tanggal 7 Desember 1930 dengan nama Socfin Medan S.A. Pada tahun 1965, PT. Socfin Indonesia (SOCFINDO)

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KARET INDONESIA. Di tengah masih berlangsungnya ketidakpastian perekonomian dunia dan

IV. GAMBARAN UMUM KARET INDONESIA. Di tengah masih berlangsungnya ketidakpastian perekonomian dunia dan 59 IV. GAMBARAN UMUM KARET INDONESIA A. Perekonomian Karet Indonesia Di tengah masih berlangsungnya ketidakpastian perekonomian dunia dan memburuknya kinerja neraca perdagangan nasional, kondisi perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi Karet Indonesia Berdasarkan Kepemilikan Lahan pada Tahun Produksi (Ton)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi Karet Indonesia Berdasarkan Kepemilikan Lahan pada Tahun Produksi (Ton) A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Tanaman karet merupakan tanaman tahunan dengan bentuk pohon batang lurus. Bagian yang dipanen dari tanaman karet adalah getah atau lateks. Lateks tanaman karet banyak digunakan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain talas bentul, gula pasir, gula merah, santan, garam, mentega, tepung ketan putih. Sementara itu, alat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi spesifikasi perusahaan yang bertujuan untuk meningkatkan laba

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi spesifikasi perusahaan yang bertujuan untuk meningkatkan laba BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengendalian kualitas merupakan suatu fungsi manajemen untuk pengurangan maupun pengendalian jumlah produk yang cacat ataupun yang tidak memenuhi spesifikasi

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

SNI Standar Nasional Indonesia. Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan Standar Nasional Indonesia Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3

Lebih terperinci

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS 13.1. Pendahuluan Tepung beras merupakan bahan baku makanan yang sangat luas sekali penggunaannya. Tepung beras dipakai sebagai bahan pembuat roti, mie dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

I. METODOLOGI PENELITIAN

I. METODOLOGI PENELITIAN I. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mutu Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Aagrobisnis Perkebunan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK TUGAS SANITASI MASYARAKAT TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK Disusun Oleh : KELOMPOK Andre Barudi Hasbi Pradana Sahid Akbar Adi Gadang Giolding Hotma L L2J008005 L2J008014 L2J008053 L2J008078

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Perdagangan merupakan proses pembelian dan penjualan barang yang dilakukan pada suatu tempat. Perdagangan telah dilakukan oleh orang-orang terdahulu

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR DIVISI KARET PINANG HIJAU PINANG BIRU TENGGARONG KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR DIVISI KARET PINANG HIJAU PINANG BIRU TENGGARONG KALIMANTAN TIMUR LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR DIVISI KARET PINANG HIJAU PINANG BIRU TENGGARONG KALIMANTAN TIMUR Oleh : MIFTAHUL JANNAH NIM. 070 500 136 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PERTANIAN. Abstract

TEKNOLOGI PERTANIAN. Abstract 1 TEKNOLOGI PERTANIAN UJI KINERJA MESIN PENGGILING KARET REMAH (Crepe Mangel) PADA PABRIK PENGOLAHAN KARET Di PTPN XII KOTTA BLATER JEMBER Performance Test of Crepe Mangel in PTPN XII Kotta Blater Jember

Lebih terperinci

Tabel 1. Rating Factor Operator Operator Faktor Kelas Lambang Nilai Total Rating Factor Keterampilan Average D 0,00

Tabel 1. Rating Factor Operator Operator Faktor Kelas Lambang Nilai Total Rating Factor Keterampilan Average D 0,00 LAMPIRAN I Stasiun Kerja I II Tabel 1. Rating Factor Operator Operator Faktor Kelas Lambang Nilai Total Rating Factor Keterampilan Average D 0,00 1 Usaha Average D 0,00 Kondisi Kerja Average D 0,00 0,00

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :42/M-IND/PER/11/2005 TENTANG PENGOLAHAN, PENGEMASAN DAN PELABELAN GARAM BERIODIUM

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :42/M-IND/PER/11/2005 TENTANG PENGOLAHAN, PENGEMASAN DAN PELABELAN GARAM BERIODIUM PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :42/M-IND/PER/11/2005 TENTANG PENGOLAHAN, PENGEMASAN DAN PELABELAN GARAM BERIODIUM MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOS DARI CAMPURAN DAUN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DAN KOTORAN AYAM DENGAN AKTIVATOR EM-4. Oleh : SUKARNO NIM.

PEMBUATAN KOMPOS DARI CAMPURAN DAUN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DAN KOTORAN AYAM DENGAN AKTIVATOR EM-4. Oleh : SUKARNO NIM. PEMBUATAN KOMPOS DARI CAMPURAN DAUN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DAN KOTORAN AYAM DENGAN AKTIVATOR EM-4 Oleh : SUKARNO NIM. 120500064 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

PENGOLAHAN BUAH LADA

PENGOLAHAN BUAH LADA PENGOLAHAN BUAH LADA Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama I. PENDAHULUAN Lada memiliki nama latin Piper nigrum dan merupakan family Piperaceae. Lada disebut juga sebagai raja dalam kelompok rempah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia modern saat ini banyak peralatan peralatan yang menggunakan bahan yang sifatnya elastis tidak mudah pecah bila jatuh dari suatu tempat. Peningkatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 38/Permentan/OT.140/8/2008 TENTANG PEDOMAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR)

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 38/Permentan/OT.140/8/2008 TENTANG PEDOMAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 38/Permentan/OT.140/8/2008 TENTANG PEDOMAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN. Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan 1 Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan Pengertian Abon Abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari daging (sapi, kerbau,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan CV. Mitra Lestari Plastik merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan biji plastik menjadi kemasan plastik. Perusahaan ini diprakarsai

Lebih terperinci

Mulai. Studi pustaka. Pengumpulan d. Penyusunan control chart Xbar-R dengan Minitab. - Po - PRI. Apakah control chart. terkendali?

Mulai. Studi pustaka. Pengumpulan d. Penyusunan control chart Xbar-R dengan Minitab. - Po - PRI. Apakah control chart. terkendali? Lampiran 1. Bagan alir penelitian Mulai Studi pustaka Pengumpulan d Penyusunan control chart Xbar-R dengan Minitab - Po - PRI Ya Apakah control chart terkendali? Tidak Menetapkan spesifikasi konsumen Penelusuran

Lebih terperinci

Produksi Bersih. Proses: Dampak: Peningkatan efisiensi Peningkatan kinerja lingkungan Peningkatan keunggulan kompetitif

Produksi Bersih. Proses: Dampak: Peningkatan efisiensi Peningkatan kinerja lingkungan Peningkatan keunggulan kompetitif TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Produksi Bersih dan Penerapannya Produksi bersih didefinisikan sebagai penerapan secara kontinyu dari strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif pada proses produksi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. IDENTIFIKASI KERUSAKAN BUAH APEL FUJI SUN MOON. IDENTIFIKASI KERUSAKAN MERUPAKAN TAHAPAN AWAL PENANGANAN SORTASI BUAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. IDENTIFIKASI KERUSAKAN BUAH APEL FUJI SUN MOON. IDENTIFIKASI KERUSAKAN MERUPAKAN TAHAPAN AWAL PENANGANAN SORTASI BUAH BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. IDENTIFIKASI KERUSAKAN BUAH APEL FUJI SUN MOON. IDENTIFIKASI KERUSAKAN MERUPAKAN TAHAPAN AWAL PENANGANAN SORTASI BUAH BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Kerusakan

Lebih terperinci

KAJIAN PERMASALAHAN SOSIAL EKONOMI DAN SOLUSI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT TAPIOKA PADA U.D BANGKIT PRIMA DESA NANGKOD KECAMATAN KEJOBONG

KAJIAN PERMASALAHAN SOSIAL EKONOMI DAN SOLUSI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT TAPIOKA PADA U.D BANGKIT PRIMA DESA NANGKOD KECAMATAN KEJOBONG 39 KAJIAN PERMASALAHAN SOSIAL EKONOMI DAN SOLUSI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT TAPIOKA PADA U.D BANGKIT PRIMA DESA NANGKOD KECAMATAN KEJOBONG Siti Liswati 1), Sulistyani Budiningsih 2), dan Dumasari 2) 1) BPK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam dunia industri, kualitas merupakan faktor dasar yang

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam dunia industri, kualitas merupakan faktor dasar yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di dalam dunia industri, kualitas merupakan faktor dasar yang mempengaruhi pilihan konsumen untuk berbagai jenis produk yang berkembang pesat dewasa ini. Perusahaan

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian (2017) TUJUAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

Pengemasan benih ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) pada sarana angkutan udara

Pengemasan benih ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) pada sarana angkutan udara Standar Nasional Indonesia Pengemasan benih ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) pada sarana angkutan udara ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah kebutuhan pokok bagi semua makhluk hidup di dunia. Air dapat berbentuk padat, cair, dan gas. Air di bumi digolongkan menjadi 3 bagian pokok, yaitu air hujan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN NOTULENSI Pengelompokan Kegiatan Value Added dan Non Value Added No Kegiatan 1. Tebu dibawa ke pabrik menggunakan truk 2. Truk menunggu untuk ditimbang 3. Truk yang berisikan tebu ditimbang 4.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tiga, yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN)

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tiga, yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Karet di Propinsi Lampung Perkebunan karet di Provinsi Lampung menurut status pengusahaanya dibedakan menjadi tiga, yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci