}USDA JATENG. l'l / 03

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "}USDA JATENG. l'l / 03"

Transkripsi

1 }USDA JATENG l'l / 03

2 BAB I PENDATIULUAN Latar Belakang Karya sastra lama dapat memberikan khazanah ilmu pengetahuan yang beraneka ragam. Penggalian karya sastra lama yang tersebar di daerah-daerah akan menghasilkan ciri-ciri khas kebudayaan daerah, di dalamnya meliputi pandangan hidup serta landasan falsafah yang mulia dan Unggi nilainya. Mungkin orang berpendapat, bahwa studi naskah tidak banyak manfaatnya dalam dunia masa kini. Pendapat demikian ini adalah pendapat yang mengingkari kenyataan bahwa bangsa kita termasuk bangsa beraksara yang telah lama mengerti dan melakukan perekaman dalam tulisan. Pendapat ini juga menutup mata terhadap kearifan kebudayaan yang direkam dalam naskah-naskah itu. Apa manfaat naskah kuno dalam hubungannya dengan penelitian sejarah. Di antara sekian banyak naskah kuno terdapat sejumlah besar naskah yang memuat karya sastra sejarah peninggalan para pujangga kita dimasa lalu. Sebagai sumber, naskah kuno merupakan sumber yang tak pernah kering. Meneliti naskah kuno bukan hanya sekedar membacanya saja untuk mengetahui isi, melainkan memerlukan penelitian filologi yang selengkap mungkin dan sedalam-dalamnya. Kata Filologi berasal dari bahasa Yunani"Philologia" yang arti aslinya adalah "kegemaran berbincang-bincang". T'*oela,*r- /a* T.ra.u/:ttrea: tt at W;4;/

3 Perbincangan atau percakapan sedikit banyak sebagai seni sangat dibina oleh bangsa Yunani kuno, karena itu filologi segera dimuliakan artinya menjadi "cinta kepada kata" sebagai pengejawantahan pikiran, kemudian menjadi "perhatian terhadap sastra dan akhirnya "studi ilmu sastra" (Sulastin, 198I: 1). Pekerjaan utama dalam penelitian filologi adalah untuk mendapatkan kembali naskah yang bersih dari kesalahan yang bisa dipertanggun$awabkan pula sebagai naskah yang paling dekat pada aslinya serta cocok dengan kebudayaan yang melahirkannya. Pekerjaan itu tidak dapat dilakukan tanpa pengetahuan bahasa naskah secara luas dan mendalam. Hal itu penting, supaya isi naskah tidak diinterpretasikan secara salah. Dalam pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini insan Indonesia sungguh memerlukan sekali siraman sejuk akan nilai-nilai luhur yang tersimpan dalam karya sastra Iama. Kita yakin, bahwa nilai yang dapat tergali dari naskah kuno dapat bermanfaat bagi seluruh bangsa Indonesia melalui membaca kajian, yang kemudian menjadi sumbangan yang khas sifatnya bagi pembangunan sastra daerah dan nilai-nilai yang terkandung. Dengan demikian, adanya penyebaran dan peran sastra dalam praktek kehidupan dapat mewarnai kehidupan sehari-hari dewasa ini. Salah satu di antara warisan budaya nasional yang sangat penting disamping seperti: candi, prasasti atau artefak-artefak adalah dalam bentuk naskah kuno. Apabila T,u^4/a;/4; /a^ T.rau/;loua; 944f tl/;";/

4 dilihat dari segi lahir atau wujud, naskah kuno adalah benda budaya yang berupa hasil karangan dalam bentuk tulisan tangan maupun ketikan, namun bukan tulisan yang tanpa makna. Didalamnya mengandung ide-ide, gagasan dan berbagai macam pengetahuan tentang alam semesta menurut persepsi budaya masyarakat yang bersangkutan, ajaran-ajaran moral, filsafat, keagamaan dan unsur-unsur lain yang mengandung nilai-nilai luhur (Tashadi, 1991: 3-4). Naskah Wirid Hidayat Jati yang dipilih sebagai bahan kajian /penelitian ini merupakan hasil karya pujangga besar Raden Ngabehi Ronggowarsito pujangga keraton Surakarta, yang memuat rangkuman wejangan para wali yang membicarakan masalah kajian makrifat yakni pandangan terhadap sifat-sifat Tuhan Yang Maha Esa. Naskah kuno ini merupakan salah satu mata rantai atau sumber yang dapat memberikan informasi kepada kita tentang perkembangan ilmu, teknologi, tata upacara, obatobatan, dongeng, babad, peraturan pemerintah, hukum dan sopan-santun, masalah hubungan manusia dengan 'luhannya (sistem religi) dan sejarah masa lampau. Naskahnaskah tersebut semuanya ditulis dengan tangan, huruf dan bahasa daerah. Kadang kala ada yang ditulis dengan huruf Arab atau huruf latin. Naskah yang ditulis tangan oleh nenek moyang kita pada waktu itu belum banyak rllcetak menjadi sebuah buku seperti sekarang, yaitu sekitar Lahun L92O ke belakang. Sejak tiga puluh tahun terakhir ini humf-huruf serta bahasa daerah tidak lagi dipelajari sungguh-sungguh dalam ;lendidikan formal di Indonesia, oleh karena itu anak-anak Taar-/;,tt*t; toril W:"d 3

5 dan generasi muda jaman sekarang jarang yang dapat membaca huruf daerahnya masing-masing. Kesulitan membaca huruf daerah, ditambah lagi dengan semakin derasnya kebudayaan asing yang masuk dan sarana komunikasi, serta kemajuan teknologi yang semakin pesat menyebabkan naskah-naskah tulisan tangan menjadi barang simpanan di rak buku yarrg tidak pernah dibaca maupun dirawat seczrra sungguh-sungguh. Museum mempakan salah satu unit pelaksana teknis di bidang kebudayaan mempunyai tugas menyelenggarakan pengumpulan, perawatan, pengawetan, penelitian, penyajian, penerbitan hasil penelitian dan memberikan bimbingan edukatif kultural tentang benda yang bernilai budaya dan ilmiah. l. 2. Dasar l. Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945, pasal 32 tentang Kebudayaan Nasional Indonesia dan pasal 36 bagian penjelasan tentang bahasa negara. 2. GBHN TAP IIIMPR/1993 tentang arah pembangunan, tujuan jangka panjang kedu, pembangunan lima tahun keenam, prioritas pembangunan lima tahun keenam, kebijaksanaan pembangunan lima tahun keenam, sasaran bidang pembangunan lima tahun keenam dan tentang kebudayaan. 3. Sambutan Presiden pada Pembukaan Konggres Bahasa Jawa 199 I di Semarang. 4. Keputusan Konggres Bahasa Jawa f"a,r^.t/rrr,r7,,* /4^ Taa,nt/'rrtlaaa; Sai/ W;*;/

6 5. Perda No 3 tahun 1984 tentang Pola Dasar Pembangunan Daerah, Strategi Wawasan Identitas. 6. Program Museum Ronggowarsito Jawa Tengah 7. SK. Kepala Museum Ronggowarsito Jawa Tengah 1.3. TuJuan 1. Umum: Menumbuhkan pandangan dan pen$ertian masyarakat bahwa museum adalah lembaga pendidikan dan ilmu pengetahuan yan dimiliki masyarakat. 2. Khusus: Memberikan motivasi kepada seluruh lapisan masyarakat apalagi generasi muda, agar lebih kreatif dalam ikut serta membina dan mengembangkan kebudayaan daerah pada khususnya, serta memahami manfaat naskah-naskah kuno yang tersebar di seluruh nusantara. l. 4. Sasaran 1. Masyarakat bertambah wawasan dan pemaharnan mengenai isi dan masalah naskah kuno dan sastra daerah. 2. Masyarakat berperan serta menyelamatkan naskahnaskah kuno yan ada dilingkungannya. f. 5. Ruang Lingkup Pelaksanaan transkripsi (alih aksara) Serat Wirid diusahakan sesuai dengan bunyi naskah aslinya sedangkan penerjemahan kata demi kata tidak

7 mungkin, karena struktur kalimat bahasa Jawa, apalagi berbentuk tembang tidak seiring dengan struktur bahasa Indonesia. Jika diterjemahkan sesuai dengan urut-urutan katanya. Kita yakin bahwa nilai yang dapat tergali dari dalamnya akan berguna bagi daerah yang bersangkutan bahkan juga akan bermanfaat bagi seluruh bangsa Indonesia melalui membaca hasil kajian, yang kemudian menjadi sumbangan yang khas sifatnya bagi pengembangan sastra daerah dan nilainilai yang terkandung. Dengan demikian, adanya penyebaran dan peran sastra dalam praktek kehidupan dapat mewarnai kehidupan sehar-hari dewasa ini Metode Pengumpulan Bahan Penulisan Studi kepustakaan dengan memilih naskah yang masih lengkap halamnnya, jelas tulisannya dan isi naskah mengandung nilai dan gagasan yang dapat diterima oleh seluruh bangsa Indonesia. 6 f"e."alr^fa b* Taarql.;*aai tanl W:,rt/

8 BAB TRAT{SKRIPSI DAN SERAT II TRANSLITERASI WIRID,d Transkripsi (alih aksara) Punika warahipun Hidayat Jati, ingkang anenahaken dunungipun angkating ngelmu makrifat, medal saking warayating wiradat, wewejanganipun para wali ing Tanah Jawi. Sasedanipun Kan$eng Susuhunan ing Ngampel denta, sami karsa ambuka w'iwiridan, ingkang dados wijining wewejanganipun suraosing ngelmu kasampurnanipun piyambak-piyambak, sami asal saking dalil kadis ijemak kiyas, kados ingkang sampun kasebut salebeting wirid sadaya, papangkatanipun kados ing ngandhap punika: Ingkang rumiyin saangkatan kala jaman awalipun nagari Demak, para wali ingkang karsa mejang amung: 8 : ui. 1. Kan$eng Susuhunan ing Ciri Kedhaton, wewejanganipun wisikan adining dat. 2. Kangjeng Susuhunan ing Tandes, wewejanganipun Wesharan Wahaning dat. 3. Kangjeng Susuhunan ing Majagung, wewejanganipun anggelar Kahaning dat. 4. Kangjeng Susuhunan ing Bonang, wewejanganipun pambukaning tata malige ing dalem Betal Makntun 5. Kan$eng Susuhunan ing Warywapada, wewejanganipun pambukaning tata malige ing dalem Betal Mukharam. 6. Kan$eng Susuhunan ing Kalinyamat, wewejanganipun ffu.ua;* *^ Taaa.z/;.ltrt-t; tani W,h;/ 7

9 7. 8. panetep Santosaning iman. Kan$eng Susuhunan ing Gunungiati, wewejanganipun pambukaning tata malige ing dalem Betal Mukharam. Kangjeng Susuhunan ing Kajenar, wewejanganipun Sasaidan. Ingkang kaping kalih, ing saangkatan malih, kala jaman akiripun nagari Demak dumugi ing Pajang, para wali ingkang karsa mejang inggih namung; 8 : iji. 1. Kan$eng Susuhunan ing Giri Parapen, wewejanganipun Wisikan ananing dat. 2. Kangjeng Susuhunan ing Darajat, wewejanganipun Wedharan wahaning dat. 3. Kangjeng Susuhunan ing Ngatas Angin, wewejanganipun anggelar Kahaning dat. 4. Kangjeng Susuhunan ing Kalijaga, wewejanganipun pambukaning tata malige ing Dalem Betal Makmur, lajeng ambabar Sagunging ingkang dados prabotipun amatrapaken panjenganipun dat sadaya, nanging dereng urut ing patrap panggenanipun satunggal-tunggal. 5. Kan$eng Susuhunan ing Tembayat, kalilan dening guru Kan$eng Sunan Kalijaga. Amiridaken wewejanganipun pambukaning tata malige ing Dalem Betal Mukhadas. 6. Kan$eng Susuhunan ing Kalinyamat, wewejanganipun pambukaning tata malige ing Dalem Betal Mukharam. 7. Kan$eng Susuhunan ing Gunungiati, wewejanganipun panetep santosaning iman. 8. Kangjeng Susuhunan ing Kajenar, wewejanganipun sasaidan. 8 frer,"r/r,r;/,4; /e^ Tr*a/;ltraa; t2,i1 W;"d

10 Ingkang kaping tiga, ing saangkatan malih, kala jaman akiripun nagari Demak dumugi ing Pajang, para wali ingkang karsa mejang inggih amung: 8 : iji. I. Kangieng Susuhunan ing Parapen, wewejanganipun Wisikan ananing dat. 2. Kangjeng Susuhunan ing Darajat, wewejanganipun wedharan kahanan ing dat. 3. Kangieng Susuhunan ing Ngatas angin, wewejanganipun geturran kahananing dat. 4. Kangjeng Susuhunan ing Kalijaga, wewejanganipun pambukaning tata malige ing Dalem Betal Makrnur, lajeng ambabar ingkang dados parabotipun, amtrapaken panjenenganing dat sadaya, ananging dereng urut patraping panggenanipun satunggal-tunggal. 5. Kan$eng Susuhunan ing Tembayat, wewejanganipun kalilan dening guru Kanjeng Susuhunan ing Kalijaga, amiridaken wejanganipun pambukaning tata malige ing Dalem Betal Mukharam. 6. Kan$eng Susuhunan ing Padusan, wewejanganipun pambukaning tata malige ing Dalem Betal Mukhadas. 7. Kangleng Susuhunan ing Kudus, wewejanganipun panetep santosaning iman. 8. Kangjeng Susuhunan ing Geseng, wewejanganipun sasaidan. Dene wewejangan kasebut nginggil punika, suraosipun inggih anunggil kemawon, amargi sami wiwiridan saking panjenenganipun Kanjeng Susuhunan ing Ngampel denta sadaya. Sareng dumugi jaman ing Mataram, panenenganipun nata ingkang Sinuhun Kangjeng Sultan Agung Prabu frar^ak+a *"^ Tr*a/lltra+l tt 41 W;";/ 9

11 Hanyakrajusuma, wewejangan wolung pangkat wau, karsa kaipun dalah parabotipun pisan, supados mutamada ing suraosipun sadaya, punika lajeng kababaraken dados wejangan satunggal kemawon, sasam-punipun mupakat kaliyan kawruhipun para ahli ngelmu. Karsa dalem amatah ingkang kalilan miridaken, wewejangan makaten ing ngandhap punika: 1. Panembahan Pumbaya 2. Panembahan Ratu Pekik 3. Panembahan Juru kithing 4. Pangeran ing Kadilangu 5. Pangeran ing Kudus 6. Pangeran ing Tembayat 7. Pangeran ing Kajoran 8. Pangeran ing Wongga 9. Pangeran ing Juminah. Menggiah wewejangan ingkang sampun dados satunggal wau, wiyosanipun sami asal saking nunukilan bangsanipun kitab tasawup sadaya, urutipun satunggal-tunggal asasandhan daliling ngelmu, minangka pitedahan anggenipun amratelakaken pangandikarripun Pangeran Kangjeng Maha Suci dhateng Kangieng Nabi Musa Kalamolah, manawi manungsa punika kathahanipun dat kang asipat esa, makaten wau ingkang kawedharaken dados witing ngelmu makrifat, dados wiriridanipun para nabi, para wali ing jaman kina, lajeng dipunkiyas ing para pandhita, dados bubukanipun wewejangan piyambak-piyambak, sareng kaimpun dados satunggal, saking karsa Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Sultan Agung ing Mataram, punika IO T"ar-fu.p e^ T"au/;lrraa; tt,rl W,L;/

12 mupakafipun suraosing ngelmu makrifat, ingkang kawejangaken sadaya, wekasanipun ing n$alami-lami wewejangan wau punika kawijangaken malih, dados sanes-sanes suraosipun ing pangawikan, amargi saking kathahipun para wicaksana, ingkang dados guru sami ambabaraken wiwiridanipun piyambak-piyambak, wonten ingkang miridaken parabotipurr ngelmu makrifat kemawon, malah terkadhang wonten ingkang amedharaken ngelmu talek akaliyan ngelmu patah sapanungg;ilipun, ingkang bangsa ngelmu sosorogan sadaya, mila ing samangke dipun persudi dhateng Kiyai Ageng Mukhammad Siroltah ing kedhung kol, inggih punika sakidulipun kedhung kol pengaten, mawi tinengeran ing taun punika rong sangga warga sinuta salebeting alip : 1779, kadhawahan ilham, rinilan denin$ Pangeran ingkang Maha Suci, anata urut-urutipun patraping ngelmu makrifat, anurut wejangan wolun$ pangkat, kakumpulaken dados satungfgfal, sangkep saprabotipun pisan. Punika Serat V/irid ingkang wiwitan, agemipun sampeyan dalem Ingkang Sinuhun Kan$eng Sunan Paku Buwana ingkang kaping pitu, ing nagari dalem Surakarta Hadiningrat. Kaorehaken para Pangeran putra sarta para pangeran wayah, tedhak turunipun sadaya, wiwit taun Walandi : 1850 babon titilaranipun swargi Raden Ngabehi Ranggawarsita, ingkang kasebut, angka: 1. Punika bubukaning Wirid ingkang amratelakaken sangkepipun patraping amejang ngelmu makrifat, kasampurnaning ngagesang, ingkina sampun kalampahaken dening para wali sadaya, turutipun satunggal-satunggal ing ngandhap punika: f,*"al.r;1-t /a" Try*a1,;ttttt; 94.rf U/;,rt/ 11

13 Ingkang rumiyin wiwiting patrap ingkang dados kuwajiban, punika guru akaliyan badhe murid sami angambil toya wau, sarta niyat ingkang maksud kados makaten. Nawaitu rafal khadasi suharata fardlan liltahi ta'ala. Allahu akbar. Niyatingsun amek banyu kandhas, karana angilangake kadhas cilik lan kang gedhe, parlu karana Allah. Nunten sami dandos angagem busana sarwa suci, boten kenging ngagem ingkang mawi emas, utaminipun manawi karsa angagem kuluk, kajeng angliga sarira, akokonyoh ganda wida, sarta mawi sumping sekar oncen-oncen surengpati wonten ing talingan kiwa, akaliyan mawi kalung sekar oncen-oncen usus ayam karangkep tiga, wangun marga/supana, utawi gombyok wangkingan kados panganten enggal. Nunten ing pamejangan katata dipun pasangi tutuwuhan maju sakawan, sarta kadekekaken lampit ingkang resik, lajeng katumpangan gelaran pasir ingkang tigas, ing nginggil pisan katumpangan sinjang pethak (mori) saules lapis pitu, apesipun lapis tiga, mawi kasebaran sekar campur bawur. Nunten sasaosan srikawin salaka pethak wawrat satail, kadekek ing wadhah tunggil akaliyan lisah sundhul langit, sarta menyan wawrat saringgit, kasasaban mori pethak, mawi pangiring sasanggan pisang agung sedhah ayu woanipun tanganan kasasaban mori pethak dados kalih wadhah, sarta kembar mayang sajodho, sami sumaji wonten ing pamejangan. L2 f"ar."r/rr;f4; /ar. T"ar".t/l.l*raa; tt nf W;";/

14 Nunten ing ngantawis manawi sampun sirep tiyang utawi wanci tengah dalu sami tindak dhateng enggen pamejangan, ingkang badhe kawejang lenggah majeng mangilen, sarta dudupa ratus kaasepaken ing talingan kiwa, lajeng ing grana, wekasan ing jaja, punika wiwit kawejang dhateng gurunipun, mawi saksi sakawan ingkang sampun sami tunggil ngelmu. Dene ingkang kawejangaken: asurut pamejangipun para wali wolu ing tanah jaji, kakumpulaken dados satunggal, wiyosipun amendhet wijining kikiyasan saking dalil pangandikaning Allah, ingkang kasebut ing dalem kadis pangandikanipun Kangjeng Nabi Mukhamad Rasululah, dhateng sayidina Ngali, kawisikaken ing talingan kiwa, papangkatanipun dados wolung wejangan, kapratelakaken ing ngandhap punika jarwanipun sadaya. l. Wisikan ananing dat. Sajatine ora ana apa-apa, awit duk maksih alrang uwung durung ana sawiji-',^riji, kang ana dhingin iku ingsun, ora ana Pangeran, amung ingsun sajatining dat kang Amaha Suci, anglimputi ing sipatingsun, anartani ing asmaningsun, amratandhani ing apngalingsun. 2. Wedharan wahananing dat. Sajatine ingsun dat kang murba amisesa, kang kuwasa anitahake sawiji-wiji, dadi padha sanalika, sampurna saka ing kodratingsun, ing kono wus kanyataan pratandhaning apngalingsun, kang dhingin ingsun nitahake kayu, aran sajaratul yakin, tumuwuh ing sajroning ngalam ngadam makdum ajali abadi, nuli cahya, aran nur Mukhamad, nuli kaca aran mir'atul Tri^4k+n *.* Taa.*/tluea; turaf W,a;/ 13

15 khayai, nuli nyawa, aran roh ilapi, nuli damar, aran kijab kang minangka warananing kalaratingsun. 3. Gelaran kahananing dat. Sajatine manungsa iku rahsaningsun, lan ingsun iki rahsaning manungsa, karang ingsun anitahake Adam asal saka ing nganasir patang prakara: 1. Bumi 2. Geni 3. Angin 4. Banyu Iku dadi kawujudaning sipatingsun, ing kono ingsun pancingi mudarah limang prakara: 1. Nur 2. Rahsa 3. Roh 4. Napsu 5. Budi Iya iku minangka warnaning wajah ingsun kang Amaha Suci. 4. Pambukaning tata malige ing dalem betal Makmur. Sajatine ingsun anata malige ana sajroning Beta1 Makmur, iku amah engging parameyaningsun, jumeneng ana sirahing Adam, kang ana sajroning sirah iku dimak, iya iku utek, kang ana ing ngantaraning utek iku manik, sajroning manik iku budi, sajroning budi iku napsu, sajroning napsu iku suksma, sajroning suksma iku rahsa, sajroning rahsa ikrr ingsun, ora ana Pangeran, anging ingsun kang anglimputi ing kahanan jati. 5. Pambukaning tata malige ing dalem Betal Mukharam. t4 f,rar",t/tr;+,t h^ T.*u/;toraa. tq4f U/;i/

16 6. 7. Sajatine ingsun anata malige ana sajroning Betal Mukhadas, iku omah enggoning lalaranganingsun, jumeneng ana dhadhaning Adam, kang ana sajroning dhadha iku ati, ang ana ing antaraning ngati iku jantung, sajroning jantung iku budi, sajroning budi iku jinem, iya iku angen-angen, sajroning angen-angen iku suksma, sajroning suksma iku rahsa, sajroning rahsa iku ingsun, ora ana Pangeran amung ingsun dat kang anglimputi kahanan jati. Pambukaning tata malige ing dalem Betal Mukhadas. Sajatine ingsun anata malige ana sajroning Betal Mukhadas, iku omah enggoning pasuceningsun, jumeneng ana ing kondholing Adam, kang ana pajroning kondhol iku pringsilan, kang ana ing antaraning pringsilan iku nutfah, iya iku mani, sajroning mani iku madi, sajroning madi iku wadi, sajroning wadi iku manikem, sajroning manikem iku rahsa, sajroning rahsa iku ingsun, ora ana Pangeran, ananging ingsun dat kang anglilnputi ing kahanan jati, jumeneng nukat ghaib, tumurun dadi Johar awal, ing kono ananing ngalam akhadiyat, alam arwah, ngalam misal, ngalam ajsam, ngalam insan kamil, dadining manungsa kang sampurna iya iku sajatining sipatingsun. Panetep iman, inggih punika ingkang dados santosaning iman. Ingsun anakseni, sahutune ora ana Pangeran, amung ingsun, lan nakseni ingsun, sahutune Mukhamad iku utusaningsun. f,r.or,"rbr,e"4 e^ T.*a/:ltraa; ta41 W;";/ r5

17 8. Sasaidan. Ingsun anakseni, ing datingsun dhewe satuhune ora ana Pangeran, amung ingsun, lan nakseni ingsun, satuhune Mukhamad iku utusaningsun, iye sajatine kang aran Allah iku badan ingsun, rasul iku rasaningsun, Mukhamad iku wahyaningsun, iya ingsun kang urip tan kena ing pati, iya ingsun kang eling tan kena ing lali, iya ingsun kang waskitha ora kasamaran ing sawiji-wiji, iya ingsun kang amurba amisesa, kang kawasa wicaksana ora kukurangurn ing pangerti, byar: sampurna padhang terawanga, ora karasa apa-apa, ora ana katon apa-apa, mung ingsun kang ngimputi ing ngalam kabeh, kalawan kodratingsun. Sasampunipun makaten, nunten amarah malih paraboting amatrapaken ing panjenenganing dat, dados sapangkat, kasebut ing ngandhap punika: 1. Angumpulaken kawula Gusti Ingsun dating gusti kang asipat esa, anglimputi ing kawulaningsun, tunggaldadi sakahanan, sampurna saka ing kudratingsun Nucekaken ing dat Ingsun dat kang amaha Suci asipat langgeng, kang amurba amisesa, kang kuwasa kang sampurnaning mala waluya ing jatiningsun, kalawan/kodratingsun. Angrakit Ingsun dat kang amaha luhur, jumeneng ratu agung, amurba amisesa, kang kuwasa kang sampurnaning mala waluya ing jatiningsun, kalawan/kodratingsun, kang agung kang Maha Mulya, ingsun wengku sampurna saka r6 f,*r..*+a e^ T.re*a/,;lt"aa; tt.rl U/;4;/

18 kapraboningsun, sang;kep saisening karatoningsun, pepak sabalan ingsun kabeh, ora ana kang kukurangan, byar: gumelar dadi saciptaningsun, ana sasedyaningsun, teka sakarsaningsun kabeh, saka ing kodratingsun. 4. Gumelaring jagad Ingsun andadekake ngalamdunya, saisen-isene iki, iye wis tutur ing wawangene, ingsun kukut mulih mulya sampurna dadi sawiji kalawan kahananingsun maneh, saka ing kodratingsun. 5. Karaharjaning turas Turasingsun kang taksih padha keri ana ing ngalam dunya kabeh, padha nemua suka bungah, sugih singgih aja ana kang kukurangan, rahayua salameta sapandhuwure sapangisore, saka ing kodratingsun. 6. Kamayan Sakebe makhlukingsun, kabeh kang ora ngendhahake/ maringingsun, padha kapawan ing kamayan dening kodratingsun. Ing wekasan kang kawejang dipunjatenana yen panggenaning patrap pratikelipun satunggal-satunggal, kapratelakaken wonten babaring wirid ingkang mawi murad maksud, kasebut ing ndalem wiradat dados pitedah andununging ngelmu makrifat sadaya wau punika. Sasampunipun makaten, ingkang amejang maos donga istifar kaliyan donga kabula salebeting batas anuwun pangapunten dhateng Kang Amurba Awisesa ing ngagesang, supados sampun ngantos angsal wewek anggenipun amedharaken rahsaning dat punika. f"*ab,4a fu^ Taaul;lt*r; tornl ll/;,r/ t7

19 Nunten ingkang kawejang dipunjanjeni, manawi taksih gesang gurunipun prayogi, dene manawi kabujeng ing perlu wonten akrabipun ingkang sakit sanget, mangka dereng ngelmu, punika kenging amisik ananing dattullah kemawon. Kajawi saking makaten, saumpami ingkang kawejan$ wau dereng anarimah utawi taksih kirang padhanging panampinipun, manawi badhe anggugunr ing sanesipun malih mboten dados punapa, angger anedha idining guru ingkang amejang ngelmu punika. Sasampunipun luwar saking pamejangan, ing ngriku nunten sami angepung ambengan wilujenging jiwa raga, menggah kathahing ambegan dados tigang asaha, ing ngandhap punika pratelanipun. 1. Mumule angaturi dhahar Kangieng Nabi Mukhamad Rasulullah sekul wuduk lembaran ayam utawi tigan, karupuk, sarem, lombok terong. 2. Mumule ngaturi dhahar para sakabat Rasul, akaliyan para waliyulah, sekul golong, pecel ayam, jangan menir, ulam maesa satunggal kagoreng. 3. Mumule ngaturi dhahar dhateng para Leluhur ingkang sami amedharaken rahsaning ngelmu makrifat, punapa ingkang dados dhadharanipun kala taksih gesang, sarta mawi ganten, sekar konyoh, sadaya punika sami kadonganan, donga Rasul, majmuk, kabula, tulak bilahi, wekasan slamet. Dene pakantuking amejang punika, yen amarengi wulan tanggalipun sapisan ing dinten Jumungah, pamejangipun anuju purnama, anggeripun boten sangar boten l8 Tret 4/a;/4; /a har^a1,;lr,ua: 9441 tl/:r:/

20 trahas, sarta boten tali wangke, manawi sangaraning wulan anuju ing dinten Jumungah, pamejangipun ing dinten ilnggiara kasih, boten angetang purnama. Menggah pakantuking panggenan pamej angan punika, stti Suci ingkang sae namanipun, sarta boten kaubar wangon, utaminipun wonten ing ardi, ing ngara-ara sarta lng toya, anggeripun sepen, langkung utami malih manawi amejang wonten ing sitinggil, tuwin palataran masjid, sasaminipun ingkang sakinten pikantuk ing nama kaliyan panggenanipun. Punika pratelanipun wajibing Uyang ingkang pantes dados guru, wolung prakawis. l. Bangsaning ngawirya, tegesipun bangsa luhur ingkang taksih kadrajatan. 2. Bangsaning ngagama, tegesipun kang bangsa ngulama ing[<ang ngalim ing kitab. 3. Bangsaning ngatapa, tegesipun bangsa pandhita, ingkang taksih ulah lampah. 4. Bangsanipun sujana, tegesipun bangsa linuwih, ingkang dados tiyang sae. 5. Bangsaning ngaguna, tegesipun bangsa saged, ingkang ulah kasagedan. 6. Bangsaning prawira, tegesipun bangsa prajurit, ingkang taksih kasub kaprawiranipun. 7. Bangsaning supunya, tegesipun bangsa sugih, ingkang taksih kabe$an. 8. Bangsaning supatya, tegesipun bangsa tani ingkang temen. f*r.at,r;*,,/a* T**al;*ata: tq41 W;4;/ I9

21 Dene panganggening tiyang dados guru, wonten wolung prakawis. 1. Paramasastra, tegesipun limpat ing sastra. 2. Pararna kawi, tegesipun putus ing kawi. 3. Mardi basa, tegesipun saged mamanates tembung. 4. Mardawa lagu, tegesipun saged damel lemesing lalagon. 5. A\Mi carita, tegesipun sugih cariyos. 6. Mondraguna, tegesipun sugih kasagedan. 7. Nawung kridha, tegesipun lantip ing panglepasarn. 8. Sambegana, tegesipun engetan. Ugering tiyang dados guru wolung prakawis. 1. Asih ing murid, denanggep putra wayah. 2. Talaten pamulangipun, boten mawi wigah-wigih. 3. Lumuh ing parnrih, boten darbe pangangkah punapapunapa. 4. Tanggap ing sasmita, saged anampeni pasemoning murid. 5. Sepen ing panggrayagan, boten dados kinten-kintening murid. 6. Boten ambaekaken potaken. 7. Boten angendhak kagunan. 8. Boten amburu aleman, angunggul-unggulaken kasagedanipun. Utamining tiyang dados gum wolung prakawis. l. Mulus ing sarira, boten wonten cacadipun 2. Alus ing wicara, boten asring mimisuh miwah supaos 3. Jatmika ing solah 4. Antepan bubudenipun 20 fa*al,t^f.* /a^ T"au/;/oNa; 94ai W;";/

22 (i, Paramarta lalabuhanipun Patitising nalaripun Sae lalabuhanipun Boten darbe pakareman Punika pratelanipun ingkang wajib dados murid wolung prakawis. l. Tedhak turrn 2. Tunggal bangsa 3. Tunggil agami 4. Tunggil basa 5. Sumerep ing sastra 6. Sampun kalangkung tengah tuwuh 7. Tanpa sakit 8. Tanpa kuciwa Tamat \lririd angka: 1 Lajeng nyandhak Serat Wirid Hidayat ingkang kasebut bab angka 2 punika Serat Wirid Hidayat, ingkang kasebut bab angka: 2. Punika babaring wirid ingkang amawi murad saha rnaksudipun pisan, angiras minangka bubukaning Hidayat lngkang dados pitedahan dununging ngelmu makrifat sadaya, wiyosipun asal saking dalil, khadis, ijimak kiyas. Tegesing dalil, anedahaken pangandikaning Allah. Tegesing khadis, anyariyosaken wuwulang ing Rasulullah. Tegesing ijimak angumpulaken wewejanganing para wali. Tegesing kiyas, amencaraken wawarah ing para pandhita. Sadaya punika sami dados pambukaning kekeran Ta*ak+a fu^ T"a^a/;Ztraa; tomz W;*l/ 21

23 ingkang amedharaken rahsa ghaib sajatosing ngagesang, supados waskitha ing gesangipun, lestantuna gesanging ngawal akir, dene apesing kawula manawi dumugi ing janji amung sageda waskitha ing sampurnaning sangka paran sampun ngantos dhateng panasaran. 1. Menggah ingkang dados wijining ngelmu makrifat anut kikiyasan saking khadis pangandikanipun Kan$eng Nabi Mukhamad, ingkang kawejangaken dhateng sayiddina Ngali, angestokaken ananing dat ingkang kasebut ing dalil s2pi"an saking pangandikaning Pangeran kang Maha Suci Kawisikaken talingan kiwa ing ngandhap punika jarwanipun. Menggah dunungipun makaten: Ingkang angandika sajatining dat kang Maha Suci punika, inggih gesang kita pribadi, sayekti katitipan rahsaning dat kang agung, anglimputi ing sipat punika, inggih rupa kita pribadi, sayekti kawimbuhan warnaning dat kang elek, anartani asma punika, inggih nama kita/pribadi, sayekti kaaken sesebutaning dat kang wisesa, amratandhani apngal tining dat kang sampurna, mila babasanipun wahananing dat punika anyamadi sipat, sipat punika anartani asma. Asma punika amratandhani apngal, apngal punika dados warananing dat. Dene dat, anggenipun anyamadi sipat punika: upami kadi madu lawan manisipun, yekti boten kenging yen kapisahena. Dene asma, anggenipun amratandhani apngal punika: upami kadi paesan, ingkang angilo lawan wawayanganipun, yekti saulah bawahipun ingkang angilo wawayangan wau katut kemawon. 22 T.*ak;A ea T.ra.u1.;furaat tual W;4;/

24 Dene apngal, anggenipun dados wahananing dat punika: upami kadi samodra lawan ombakipun, yekti w:rhananing ngombak anut sareh ing samodra. Dados sejatosipun ingkang nama dat punika tajalining Mukhamad, sejatosipun ingkang nama Mukhamad punika wirhananing cahaya ingkang anglimputi ing jasat, dumunung wonten ing gesang kita, inggih punika gesang piyambak, Iroten wonten ingkang ang esangi, milakua saha aninggali, rrrrdyarsa, angganda, anggandika, anggraosaken saliring lirhsa, punika saking kodrating dat kita sadaya, tegesipun Irrakaten: dating Pangeran Kang Maha Suci punika irnggenipun aningali amung angagem ing netra kita, iln#lenipun amiyarsa angagem ing talingan kita, anggenipun :tngganda angagem ing grana kita, anggenipun angandika irngagem ing lesan kita, anggenipun angraosaken saliring t'ahsa ugi angagem ing pangraos kita, sampun mawi uwas strmelanging galih, sebab wahaning wahyu dyatmika punika sampun kasarira, tegesipun, Iair batining Allah sampun rlumunung wonten ing gesang kita pribadi, manawi in$ lrabasan sepuh dating manungsa kaliyan sipating Allah, :rwit dadosing dat punika kadim ajali abadi, tegesipun rumuhun piyambak, kala taksih awang-uwung salaminipun lng kahanan kita, dadosing sipat punika: kudzusul ngalam, tegesipun anyar wonten kahananing ngalam donya, ananging sami tarik-tinarik, tetep-tinetepan, samukawis ingkang nama <lat punika sayekti dumunung wonten ing sipat, sakaliripun ingkang anama sipat punika sayekti kadunungan sipat daya. 2. Dene mengsah ing ngurut-urutan dumadining dat sipat punika wonten waharripun, kasebut ing dalil kapin$ kalih, Tur-/a+a. /a* Tra^a/;lzraa; 9"i1 ll/:.;/ 23

25 saking pangandikaning Pangeran Kang Maha Suci, makaten Jarwanipun: Sejailne ingsun dat kang murba amisesa, kang kuwasa anitahaken sawiji-wiji, dadi padha sanalika sampurna saka ing kodratingsun, ing kono wus kanyatahan ing pra(andha angalingsun, minang (ka) bubukaning iradatingsun, kang dhingin ingsun anitahake kayu, aran sajaratul yakin, tumuwuh ing sajroning ngalam ngadam makdum ajali abadi, nuli cahya, aran nur Mukhamad, nuli kaca, aran mir'atul kayai, nuli nyawa aran roh ilapi, nuli damar, aran kandit, nuli sosotya, aran darah, nuli dhing-dhing Jalal, aran kijab, kang minangka warananing kalaratingsun, menggah dunungipun makaten. Sajaratul gaktn, tumuwuh ing salebeting ngalam makdum ajali abadi, tegesipun: kajeng sejati, dumunung ing Jagad sonyaruri, taksih awung-awung salaminipun ing kahanan kita, punika khakekating dat mutlak kang khadim, tegesipun: sajatining dat kang amesthi rumuhun piyambak, inggih punika dating atma, dados wahananing ngalam akadiyat. Nur Mukhamad, tegesipun: baya kang pinuji, kacariyos ing khadis, warninipun kados paksi merak, wonten ing dalem sosotya kang pethak, dumunung ing arah-arahing sajaratul yakin, punika khakekating cahya ingkang ingaken tajalining dat, wonten salebeting ing nukat gaib, minangka sipating asma, dados wahananing ngalam wahdat. Mir'qtul kayat, tegesipun, kaca wirangi, kacariyos ing khadis dumunung wonten sangajenging nur Mukhamad, punika khakekating pramana, ingkang ingaken rahsaning 24 fri*r/rr+r; /a* T"a^,/l.lzraa; 9"42 W;od

26 (lut, minangka asmaning atma, dados wahaning ngalam irkadiyat. Roh ilapl tegesipun: bawa ingkang awening, kacariyos lng khadis, asal saking nur Mukhamad, punika khakekating suksma, ingkang angaken kahaning dat, minangka apngaling atma, dados wahananing ngalam arwah. Kandil tegesipun: dilah tanpa latu, kacariyos ing khadis awarni sosotya ingkang mancur mancorong, gumantung tanpa canthelan, ing ngriku kahananing nur Mukhamad, sarta enggen pakumpulaning roh sadaya, punika khakekailng angen-angen, ingkang ingaken wa\mayanganing rlat, minangka embananing atma, dados wahananing ngalam misal. Darah, tegesipun: sosotya, kacariyos ing khadis adarbe sorot mancawarni, sami kanggenan malaekat, punika khake (ka) ting budi, ingkang angaken paesaning dat, minangka wiwaraning atma, dados wahananing ngalam ajsam. KAab, winastan dhing-dhing jalal, tegesipun: warana ingkang ngagung, kacariyos ing khadis medal saking sosotya ingkang amanca warni, ing nalika mosik anganakaken uruh, kukus, toya, punika khakekating jasad, minangka sasandhanganing atma, dados wahananing ngalam insan kamil. Menggah pratelanin saking ijmak kiyas, papangkataning dhing-dhing jalal ingkang awarni uruh kukus, toya warl, sami dados anigang warana, ingkang kasebut ing ngandhap 'punika: Ingkang rumiyin, uruh ngedalaken tigang panglkat: I Kitab kisma, dados wahyaning jasad ing jawi, kadosta: kulit, daging, sapanunggilanipun. 2. Kitab rukmi, dados wahyaning f,rrr^.t/t r;l* /a^ Taa"a/;ltraa; tur,rl WL,A 25

27 jasat ing lebet, kadosta: utek, manik, manah, jantung, sapanunggilanipun. 3. Kitab retna, dados wahyaning zasad ingkang alembat, kadosta: mani, erah, sungsum sapanunggilanipun. Ingkang kaping kalih kukus, angedalaken tigang pangkat, 1. Kitab pepeteng, dados wahananing panas sapanunggilanipun, 2. Kitab guntur dados wahananing panca driya, 3. Kitab latu, dados wahananing napsu. Ingkang kaping tiga toya, angedalaken tigang pangkat, 1. Kitab ebun, toya gesang, dados kahananing suksma, 2. Kitab nur rasa, dados wahanarring rahsa, 3. Kitab nur cahya, ingkang saka langkung padhang, dados kahananing atma, sadaya punika warananing dat sami dumunung wonten ing insan kamil, tegesipun kasampurnaning manungsa sampun uwas sumelang malih, sabab kahananig bale ngaras, kursi, lohkil nahpul, kalam, taraju, wot siratal mustakim, swarga, naraka, bumi, langit saisenipun sadaya punika sampun kawengku salebeting warana, sinamadan dening dat kita ingkang Amaha Agung gumelar dados kaelokaning sipat kita ingkang Esa, anartani ing purbarring asma kang Wisesa, amratandhani ing kuwasaning apngal kita ingkang sampurna. 3. Pratelanipun kadosta: ing nalika ingkang Maha Suci karsa amujudaken sipatipun, winastan: Adam, asal saking nganasir kawan prakawis, l. Siti; 2 l,attu; 3. Angiu 4. Toya, punika kahananipun kasebut wonten ing dalil kaping tiga, saking pangandikaning Pangeran Ingkang Maha Suci, makaten jarwanipun. 26 f"aul^fa- /a^ T,rau/ ltraa; ttmf Wa;/

28 Sajatine ingsun anitahaken Adam, asal saking ing nganasir patang prakara, 1. Bumi; 2. Geni; 3. Angin; 4. tsanyu, iku dadi awujudaning sipatingsun, ing kono Ingsun panjingi mudah limang prakara, I. Nur; 2. Rahsa; 3. Roh; 4. Napsu; 5. Budi, iya iku minangka warananing wajahingsun ingkang Amaha Suci. Menggah dunungipun makaten, mudah punika dating kawula, wajah punika dating Gusti ingkang asipat langgeng, kacariyos ing kadis panjinging mudah gangsal prakawis wau, wiwit saking embun-embun kendel wonten ing utek, lajeng tumumn dhateng netra, lajeng tumurun dhateng karna, lajeng tumumn dhateng jaja, lajeng sumarambah ing jasad sadaya, jangkepipun jumeneng insan kamil, makaten punika kawimbuhan saking karsanipun ingkang Maha Suci, anggenipun anjenengaken malih anggening dat, katata wonten ing bettullah dados tigang kahanan, punika sajatosipun minangka kayektening kahanan satungsaltunggal, anandhakaken kalarating dat kang Agung, ingkang Amaha Mulya, langgeng boten kenging ewah gingsir, saking kahanan jati, kasebut wonten ing dalil kaping sakawan, saking pangandikaning Pangeran ingkang Maha Suci dados tigang ayat, kapratelakaken ing ngandhap punika: 4. Ayat ingkang sapisan, pambukaning tata malige ing dalem betal makmur, makaten Jarwanipun: Sajatine ingsun anata malige ana sajroning betal makmur, iku omah enggoning parameyaningsun, jumeneng ana siqah ing Adam, kang ana sajroning sirah iku demak, iyo iku utek, kang ana ngantaraning utek iku manik, T"a^ek+A /2.* Tra.*,t/,;ltraa; ttnl ll/;";/ 27

29 sajroning manik iku budi sajroning budi iku napsu, sajroning napsu iku suksma, sajroning suksma iku rahsa, sajroning rahsa iku ingsun, ora ana Pangeran, amung ingsun dat kang anglimputi ing kahanan jati. 6. Ayat ingkang kaping tiga, pambukaning tata malige ing dalem betal Mukhadas, makaten Jarwanipun: Sajatine ingsun anata malige ana sajroning betal mukhadas iku omah enggoning pasuceningsun, jumeneng ana kondholing Adam, kang ana sajroning kondhol iku pringsilan, kang ana ing ngantaraning pringsilan iku nutjah, iya iku mani, sajroning mani iku madi, sajroning madi iku wadi, sajroning wadi iku manikem, sajroning manikem iku rahsa, sajroning rahsa iku ingsun iku ingsun, ora ana Pangeran, amung ingsun dat kang anglimputi ing kahanan jati, jumeneng nukat ghaib, tumurun dadi johar Awal, ing kono kahananing ngalam akhadiyat, wahdat, wakidiyat, alam arwah, ngalam misal, ngalam ajsam, ngalam insan kamit, dadining manungsa kang sampurna, iya iku sajatinig sipatingsun. Manawi sampun anampeni ing dalil pangandikanipun kang Amaha Suci makaten wau dipunwaskitha ing galih, inggih ingkang makaten punika wahananing nugraha, kahananing kanugrahan, nugraha punika dating Gusti, kanugrahan punika sipating kawula, tunggal tanpa wawangenan, dumunung wonten ing badan kita. Dene pratelaning kayektening kahanan sadaya wau, kasebut ing ngandhap punika pratelanipun: 28 f,rau/r^la /zt" Tratqlllzrzal toral U/hd

30 Ingkang rumiyin, anedahaken ingkang kasebut ing salebeting betal makmur, tegesipun griya kang arame, rnakaten dunungipun satunggal-tunggal. Sirah Punika wiyosanipun kahananing betal makmur Utek Kahananing kandha, anarik wahananing cahya, dados pambukaning dat Manik Kahananig pramana kanarik wahananing karsa, dados pambukaning paningal Budi Kahananing prana, anarik wahananing karsa, dados pambukaning pamicara Suksma Kahananing nyawa, anarik wahananing cipta, dados pambukaning panglglanda Rahsa Kahananing atma, anarik wahananing wisesa, dados pambukaning pangraos Wasiyating guru ingkang amedharaken ngelmu pambukaning tata malige ing dalem betal makmur, utaminipun anglampahan boten karsa dhahar ulam utak, kaliyan ulam manik, madyanipun sampun ngantos amastani polo kaliyan manik, kabar pa (I) kantukipun ingkang sampun kalampahan asring katarimah ngelmunipun. Ingkang kaping kalih, anedahaken ingkang kasebut ing salebeting ing betal mukharam, tegesipun griya ingkang kaawisan, makaten dunungipun satunggal-tunggal Dhadha Ati : Punika wiyosanipun kahananing betal mukharam : Kahananing panca driya, anarik wahananing napsu, dados wahananing napas faa^ata,,l^a- fu,* Taa,t a/;ltae+; 9,r4f ta;";/ 29

31 Jantung Budi Jinem Suksma rahsa Kahananing panca maya, anarik wahananing birahi, dados wahyuning keketek Kahananing pranawa, anarik wahananing karsa, dados wahyaning pamicara Kahananing panggraito, anarik wahananing su (swara) dados wahyaning pamiyarsa Kahananing nyawa, anarik wahananing cipta, dados wahyaning pangganda Kahananing atma, anarik kahananing wisesa, dados wahyaning pangraos Wasiyating guru ingkang medharaken ngelmu pambukaning tata malige ing dalem betal mukharam, utaminipun anglampahan boten karsa dhahar ulam manah, kaliyan jantung, madyanipun sampun ngantos amastani angen-angen, kabar pakantukipun ingkang sampun kalampahan asri katarimah ngelmunipun. Ingkang kaping tiga, anedhahaken ingkang kasengu (bu) ing salebeting betal mukhadas, tegesipun griya ingkang sinucekaken, makaten dunungipun satunggal-tunggial. Kondhol : Punika wiyosanipun kahananing betal mukhadas Pringsilan : Kahananing purba, katumusan wahananing birahi, dados bubukaning asmara nala, inggih punika sengseming manah Mani : Kahananing kandha, katumusan wahananing hawa, dados pambukaning asmara 30 f"au/r+a /aa Taar-/tlz.aa; tzrnz U/;";/

32 Madi Wadi Manikem Rahsa tura, inggih punika sengseming sapandulon Kahananing warna katumusan kahananing karsa, dados pambukaning asma ratu rida, inggih punika sengseming pamirengan Kahananing nrpa, katumusan wahananing cipta, dados bubukaning asmaradana, inggih punika sengseming sapocapan Kahananing suksma, katumusan wahananing pangarasa, dados bubukaning asmara tantra, inggih punika sengseming pangarasan Kahananing atma, katumusan kahananing wisesa, dados bubukaning asmaragama, inggih punika sengseming salulut Wirayating guru ingkang amedharaken ngelmu pambukaning tata malige ing dalem betal mukhadas, utaminipun anglampahana boten karsa dhahar ulam pringsilan, sapanunggilanipun, madyanipun sampun ngantos amastani mani, kabar pakantukipun ingkang sampun kalampahan asring katarimah ngelmunipun. Ing ngandhap punika wonten riwayating guru, manawi amedharaken rahsaning betal mukhadas, ing ngatasipun amejang dhateng tiyang estri, wenang kiniyasaken makaten: Ing nalika ingkang Maha Suci karsa anata malige wonten salebeting betd mukhadas, jumeneng ing baganipun f*t^aer4* e* T*u/;tr,*t; tarf tl/;4,t 3l

33 siti kawa, punika ingkang wonten salebeting baga, purana, ingkang wonten ing ngantawising purana: reta, inggih punika mani, salebeting mani: madi, salebeting mani: wadi, salebeting wadi: manikem, salebeting manikem: rahsa, salebeting rahsa punika dating atma, ingkang nglamputi kahanan jati. Dene pitedhahipun makaten, baga, timbanganing kondhol, purana: timbanganing pringsilan, ing salajengipun sami kaliyan ing ngatasipun amejang dhateng kakung, anggenipun marsudi supados sami amarsudi ing waskithaning sangkan paran. 7. Manawi sampun waskitha, prayogi anetepa ingkang dados santosaning iman, inggih punika saadat jati, ingkang kasebut ing dalem boten makaten jarwanipun. Ingsun anakseni satuhune ora ana Pangeran, anging ingsun, lan nakseni ingsun, satuhune Mukhamad iku utusaningsun. Wirayating guru malih, ingatasipun amejang dhateng pawestri, wenang kawewahan makaten Jarwanipun: Ingsun anakseni, satuhune ora ono, Pangeran, anging ingsun, anakseni ingsun, satuhune Mukhamad iku utusaningsun, Patimah iku umatingsun. 8. Manawi sampun sumerep suraosing sahadat jati makaten wau, nunten asahidu dhateng wahananing sanak.kita, inggih punika kahananing dumadi, ingkang gumelar wonten ing ngalam donya, kadosta: bumi, langit, surya, wulan, lintang, latu, angin, toya, sapanunggalipun 32 f.reut,r:a /a* T.*.r/;*,ua; 9".r1 U/;,rl/

34 sadaya, sami anaksenana yen kita man$ke sampun angagem, jumeneng dating Gusti ingkang Amaha Suci, dados sipating Atlah ingkang sajati kasebut ing dalem boten makaten jarwanipun. Ingsun anakseni ing datingsun dhewe, satuhune ora ono Pangeran, anging ingsun, lan nakseni ingsun, satuhune Mukhamad iku utusan ingsun, iya sajatine ingkang aran Allah iku badaningsun, Rasul iku rahsaningsun, Mukhamad iku cahyaningsun, iya ingsun kang urip ora kena ing pati, iya ingsun kang eling ora keno ing lali, iya ingsun kang langgeng ora kena owah gingsir ing kahanan jati, iya ingsun kang waskitha ora kasamaran ing sawiji-wiji, iya ingsun kang amurba kang misesa, kang kuwasa wicaksana ora kukurangan ing pangerti, byar: sampurna padhang terawangan, ora krasa apa-apa, ora ana katon apa-apa, mung kang anglimputi ing ngalam kabeh, kalawan sakodratingsun. Taman Wirid, angka 2 tajeng nyandhak serat Wirid panengeran, ingkang kasebut bab angka: 3 Punika wirid panengeran ing badan dumugi kasampurnan, ingkang kasebut bab angka: 3 Punika pratikelipun angetrapaken paraboting ngelmu kasampurnan, ingkang kasebut ing dalem pemuting wiradat, kala ing kina-kina kineker kaawisan dening para wali, ing mangke kawedharaken sadaya bubukanipun, anedhaken ingkang dados panengeran badhe kadhatengan ing dinten kiyamat, tegesing kiyamat, inggih punika kiyamat ing badan f*a,r;4.t" e^ T.*a/;lr,*t; Sanf W:4;/ 33

35 kita badhe jumeneng pribadi, kapratelakaken ing ngandhap punika, uruting panengeran satunggal-tunggal. 1. Ingkang rumiyin, yen sampun asring uninga ingkang boten nate katingal, tandha kirang sataun, ing ngriku panggenanipun anyangeti tapa brata, anyunyuda pakareman, anetepana panggalih: trima, lila, temen, utami, menggah utami punika dumunung wonten ing sabar narimah myang darana. 2. Ingkang kaping kalih, yen sampun asring mireng ingkang boten nate kapiyarsa, kadosta: mireng raraosaning jin, setan, sato kewan, tandha kirang setengah taun, ing ngriku panggenaning kurmat, akaliyan tilawat, tegesipun angaj i-aj i kaliyan saj ati, sapanunggilanipun, an$lampahi padamelan sae, kinanthenan ngantos-atos dhateng gesangipun piyambak Ingkang kaping tiga, yen sampun asring malih paningalipun, kadosta: wulan Mukharam, sapar, aningali langit katingal abrit, Mulud, Rabingul akir, katingal cemeng, Rejeb, Ruwah, toya katingal abrit Siyam, Sawal, wawayanganipun piyambak katingal kalih, Dukangidah, Besar, latu katingal cemeng, sadaya punika tandha kirang kalih wulan, ing ngriku panggenaning wasiyat akaliyan riwayat, tegesipun amemeling kaliyan awawarah, kanthi taberi myang susuci. Ingkang kaping sekawan, yen dariji panunggul dipun bekuk kapetelaken dalah epek-epekipun, dariji manis kaangkat, yen sampun kangkat, anjunjung darijinipun 34 fraulaa* *"^ Tre^a/:Ztrea; toraf U/;";/

36 manis wau, tandha kirang kawan dasa dinten, ing ngriku panggenaning ngawiyat, tegesipun angapunten, inggih ngapunten ingkang sami kalepatan, utawi nedha ngapunten ingkang sami kasakitaken manahipun. 5. Ingkang kaping gangsal, yen kawawas darijinipun sampun katingal kalong, ugel-ugel sampun katingal pedhot, tandha kirang sawulan, ing ngriku panggenaning amatrapaken pikekahing ngelmu kasampurnan, kados ingkang kasebut ing ngandhap punika: Iman Tokit Makripat Islam Tegesipun angandel, ingkang dipunandel kodratipun tegesipun kodrat kuwasa Tegesipun muhung satunggal, inggih punika pasrah dhateng iradat karsa Tegesipun waskitha, ingkang dipunwaskithani ngelminipun, inggih punika anguningani dununging dat, sipat, asma, apngal. 1. Dat, tegesipun kandha 2. Sipat, tegesipun rupa 3. Asma, tegesipun aran 4. Apngal, tegesipun pangerti Tegesipun wilujeng, ingkang wilujeng punika khayatipun, tegesipun khayat: gesang, dumunung wonten sipat jalal, jamal, kahar, kamal. 1. Jamal, tegesipun Agung, ingkang agung punika datipun dene anglimputi ing ngalam sadaya. Taat/r,t;l+ /et Taa,r.a/;ltaaa: 9"41 W:4;/ 35

37 Menggah dunungipun makaten Iman : Wonten ing eneng Tokhid : Wonten ing ening Makrifat : Wonten ing awas Islam : Wonten ing engetan 2. Jamal, tegesipun elek, ingkang elok punika sipatipun dene dede jaler, dede estri, dede wandu, sarta boten arah, boten enggen, tanpa warna tanpa rupa. 3. Kahar, tegesipun misesa, ingkang misesa punika asmanipun, dene boten nama sinten-sinten. 4. Kamal, tegesipun sampurna, ingkang sampurna punika apngalipun, dene saged gumelar sanalika pangertinipun, saking kiwasa tanpa sangsaya. 6. Ingkang kaping nem, yen sampun katinglal warninipun piyambak, tandha kirang satengah wulan, ing ngriku panggenaning pamuja, aneges karsanipun ingkang kuwasa, patrapipun saben angangkat yen badhe sare, pamujanipun kasebut ing ngandhap punika: Ana pupujaningsun sawiji, date iya datingsun, sipate iya sipatingsun, asmane iya asmaningsun apngale iya apngalingsun, ingsun puja ing patemon tunggal, saka ananingsun, sampurna kalawan kodratingsun, ing ngriku cinipta ingkang pinuja satunggil, kadosta : bapa biyung, kaki nini, garwa putra wayah sasaminipun, ingkang dados 36 f*al,r;1* h^ T.re^allltraal tt"41 tl/;;/

38 telenging cipta, sageda nunggil wonten jamaning kalanggengan. 7. Ingkang kaping pitu, yen sampun rumaos boten ajeng punapa-punapa, tondha kirang pendhak dinten, ingngriku panggenanins tobat, patrapipun saben wungu sare kasebut ing ngandhap punika: Ingsun ana longsamaring dat ingsun dhewe, regeding sisi ingsun, gesehe atiningsun, serenging napsuingsun,laline ing nguripingsun salawas-lawase, ing mengko ingsun ruwat sampurna ing sadosaningsun kabeh, soko ing kodratingsun. 8. Ingkang kaping wolu, yen keteking asta sampun boten wonten, tuwin garbbeging talingan sampun kandel, punapa dene wapramaya ning kena sampun onyet, pramananing tingal sampun sepen, andadosaken rengating imbu, ing wekasan pucuking parsi sampun karaos asrep, punika tondha sampun majad ing dinten kiyamat, jtimeneng kaliyan pribadi, ing ngriku panggenanipun anucekaken sakathahing anasir, tegesipun anasir: bongso, inggih punika bangsanipun khak, dumunung wonten ing dat sipat asma, apngal kadosta: anasir badan, asal sakin$ bumi, latu, angin, toya, punika kacipta asuci mulya mantuk dhateng asalipun sampurna, anunggil kaliyan anasiring roh, ingkang mondhok wonten kahananing wujud ngelmu nur suhud. f.ra^a/r.r;l* /t^ T,wal;lzraat ll/;4;/ 37

39 Tegesipun wujud: wahana, inggih punika erah, amargi erah punika dados kanyatananipun eroh. Ngelmu, tegesipun: paningal inggih punika paningalipun netra balaka, amargi tingal punika dados pamawasing roh. Nur tegesipun: cahya, inggih punika cahya ing kalimputi ing sarira, amargi cahya punika dados pratandhaning roh. Suhud tegesipun: saksi, inggih punika napas amargi napas punika dados saksinipun roh dene anggenipun anucekaken kasebut ing ngandhap punika. Ingsun anucekaken sakaliring anasir kang bangsa jasmani, sukci mulya sampurna anunggal kalawan. Sakaliring anasiringsun kang bangsa rokhani, nirmala wau ya ing kalawan jati dening kodratingsun ing badanipun, angusapa puser kaping tiga, upami karaos liwung kados wuru, angusapa jaja kaping Uga, upami karaos arip badhe tilem, angusapa bathuk kaping tiga, upami kraos badhe supe, angusapa embun-embunan kaping tiga, ing ngriku anempakna rasaning jati wisesa, tegesipun angeniraken angen-angen, sebab punika panggenanipun kadhatengan rancana saking badanipun piyambak, inggih punika sadherek sakawan gangsal pancer, ing ngriku prayogi kamwata, kados ing ngandhap punika. Ingsun angruwat kadangingsun papat kalima pancer, dumunung ana ing badaningsun dhewe, kakang kawah adhi ari-ari, getih, puser, sakehing kadangingsun kang metu ing marga ina, lan kang ora metu saka ing marga ina, sarta kadangingsun kang metu bareng sadina, kabeh padha 38 T"a*il"+A /a^ T"ar-/:*.z+; torai U/;4;/

40 sampurna, nir mala waluya ing kahanan jati, kalawan kodratingsun. Nunten asaksia kalawan datingsun piyambak, kasebut ing ngandhap punika: Ingsun anakseni datingsun dhewe, satuhune ora ana Pangeran, angin ingsun, lan satuhune Nabi Mukhammad iku utusaningsun, iya sajatine kang aran Allah iku badaningsun, iya ingsun kang eling ora kena lali, iya ingsun kang langgeng ora kena owah gingsir ing kahanan jati, iya ingsun kang waskitha ora kasamaran ing sawiji-wiji, iya ingsun kang amurba wisesa, kang kuwasa wicaksana ora kukurangan ing pangerti, byar: sampurna padhang terawangan, ora karasa apa-apa, ora katon apa-apa, mung ingsun ingkang anglimputi ing ngalam kabeh kalawan kodrat ingsun. Yen asampun makaten, cahya nur Mukhammad, tumumn gumilang-gilang wonten ing wadana, ing ngriku panggenanipun angawinaken badan akaliyan nyawa, kasebut ing ngandhap punika: Allah kang ngawinake winalen dening Rasul, pangulune Mukhammad, saksine Malaikat papat, iya iku ingsun kang ngawin badaningsun, sapatemon kalawan suksma ningsun, winalenan dening rahsaningsun, Israpil paningalingsun, ngijrail pamiyarsaningsun, srikawine sampurna saka kodratingsun. Nunten anyiptaa sangkan paraning tanqjul tarki, kasebut ing ngandhap punika: Ingsun mancad saka tingal, insan kamil, tumeka marang ngalam ajsan, nuli tumeka marang ngalam misal, f,,4r."r/"r;/,n /e^ T.**,r/,lZt"aal tt4.4f W;4U 39

41 nuli tumeka marang ngalam arwah, nuli tumeka marang wakidiyat, nuli tumeka marang wahdat, nuli tumeka marang akadiyat, nuli tumeka marang ngalam insan kamil maneh, sampurna padhang terawangan, saka ing kodratingsun. Yen sampun makaten nunten tata-tata dandos, kados ing ngandhap punika: 1. Asidhakep suku tunggal, anutupi babahan nawa sanga, darijining asta sami antuk ing selaning dariji, jempol den aben sami jempol, lajeng tumumpang ing jaja, den leresi sipataning tengah jaja, salonjoring suku awit jempol, kapanggihaken sami dhengkul kang rapet, pajaleran sapalandhunganipun sinipat kaliyan jempol suku, sampun ngantos katindhihan. 2. Amawas pucuking grana den sipat ing jaja ing pusering jaleran ing jempol suku. 3. Anarik napas king kiwa, mubeng anengen, saking tengen mubeng ngina, kakumpulaken dados satunggal, wonten ing lintang johar, tegesipun ing puser, katarik nlanginggil leres kang asareh, nunten tinata wonten maligenipun betal mukharam, tegesipun ing jaja, sampun ngantos tumpangsuh kumpuling napas, tan napas, anpas, nupus. J. Napas punika ta tangsuling jisim, dumunung wonten ing manah suweda, tegesipun woding manah wahananipun dados angin.ingkang medal kemawon. 2. Tan napas, punika ta tangsuling manah, dumunung wonten ing puser, wahananipun dados angin ingkang manjing kemawon. 3. Anpas, punika ta tangsuling roh, dumunung wonten ing jantung, wahananipun dados angin ingkang wonten nglebet kemawon. 40 fu'*.r/u;7..r- h. Ta*u/;lt*t; tt4.<f W,hd

42 4. Nupus, punika ta tangsuling rahsa, dumung wonten ing manah puad kang ngapethak, inggih punika wonten woding jajantung, wahananipun dados angin ingkang anglimputi sakaliring jasmani, akaliyan rokhani, yen sampun kumpul dados satunggal, napas, tan napas, anpas, nupus, wau lajeng katarik manginggil ingkang alon, kendel wonten ing maligenipun betal makmur, inggih punika ing sirah, kacipta mantun dados nukat ghaib. 4. Angeremaken netra, ingkang alon, angingkemaken lathi ingkang dhamis, Iidhah katekuk manginggil kapadalaken ing cethak, waja gathuk kasami waja ingkang aradin, ing ngriku nunten angeningaken cipta, lajeng pasrah analangsa dhateng datipun piyambak. Yen sampun makaten, godhonging kajeng sajaratil muntaha rentah, redi tursina rebah, tegesipun punika talingan pangleh, graha mingkup, ing ngriku dhatengipun cahyaning napsu kawan prakawis, ingkang rumiyin cahya cemeng, nunten cahya abrit, nunten cahyaning pramana, amanca warni dhatengipun, gumelar sareng cemeng, abrit, ijem, jene, pethak, sami anglimputi ing dating karaton, ananging sadaya punika dede sejatosipun karaton kang tinata Maha Mulya, mila ing saderengipun kadhatengan cahya punika, kedah ambirata asaling cahya satunggal, kasampurnakaken saking kodrat kita, ingkang supados sampun ngantos kalimputan dening cahya, ing ngandhap punika pamberatipun. frar,"tl,r;/,,n fu^ Ta<.^a/;fu,*t; 9.41 U/;";/ 4l

43 Cahya ireng kadayaning napsu luamah, sumurup maring cahya kang abang, cahya abang kadayaning napsu amarah, sumurup maring cahya kang kuning, cahya kuning kadayaning napsu supyah, sumump maring cahya kang putih, cahya putih kadayaning napsu mutmainah, sumurup maring cahya kang amanca warna kadayaning napsu mutmainah, sumurup maiing cahya kang amanca warrra kadayaning pramana sumurup maring dating cahyaning, kang awening mancur mancorong gumilang tanpa wawayangan, byar: sampurna padhang terawangan, ora ana katon apa-apa, kabeh-kabeh padha kalimputan datingsun saka kodratingsun. Sasampunipun makaten, nunten matrapna panjenenganing dat kados ingkang kasebut ing ngandhap punika. 1. Angumpulaken kamula Gusti Ingsun dating Gusti asipat Esa, kang anglimputi ing kawula ningsun, tunggal dadi sakahanan, samprrrna saka kodratingsun. 2. Anuncekaken Ingsun kang Amaha Suci, kang asipat langgeng ingkang amurba amisesa, kang kuwasa, kang sampurna nir mala waluya ing jatiningsun kalawan kodratingsun. 3. Angrakit Ingsun dat kang Maha Luhur, kang jumeneng Ratu Agung, kang amurba amisesa, kang kuwasa, andadekake ing karatoningsun. Kang Agung kang Maha Mulya, ingsun wengku sampurna saka praboningsun sakep saisen, pepak sabalaning kabeh, ora ana kang kukurangan, 42 faauh;/^* /a^ Traul;*"aa; tcr"z ll/d,a

44 byar: gumelar dadi saciptaningsun, ana sasedya ningsun, teka sakarsaningsun, saka kodratingsun. Angracut Jisimingsun kang kari ing ngalam donya, yen wis ana jam karamat, Kang Maha Mulya, wulu kulit daging getih balung sumsum sapanunggalane kabeh, asale saka ing cahya: muliya maring cahya, sampurna bali marang ingsun maneh, saka ing kodratingsun. Anarik Yoganingsun sapandhuwur sapangisor, kabeh kang padha mulih ing jaman karamating ngalam dhewe-dhewe, padha Suci Mulya sampurna kaya ingsun. Angukut Ingsun anandakake ing ngalam donya, saisen-isene kabeh, yen wis tutug ing wawangene ingsun kukut mulih, naulya sampurna dadia sawiji kalawan kahananingsun maneh, saka kodratingsun. Ambabar Turasingsun kang padha kari ana ing ngalam donya kabeh, padha nemua suka bungah, sugih ajana kang kukurangan, rahayua salameta sapandhuwure sapangisore saka kodratingsun. Amasang pengasihan Sakehing titah ingsun kabeh, kang padha andulu, kang padha kapmngu, padha asih welasa marang ingsun, saka kodratingsun. Amasang kamayan f.ra^al"aa e* Taaaal;*aaa; tordl W;,;/ 43

45 Sakehe makluk ingsun kabeh kang ora angendahake maringsun, padha kaprabawa ing kamayan dening kodratingsun. Ing ngriku pamegenging napas tinurunaken medal ing grana kang alon, sampun ngantos kasesa,.lajeng pasrah analangsa dhateng datipun piyainbak. Dene anggenipun amratapaken panjenengan ing dat sadaya wau yen karingkes dados satunggal, wonten pratingkahipun, wiwit pamegenging napas amung sapisan. kemawon, ing nalika matrapaken kados ing ngandhap punika: Sakaliring catrya kabeh padha kalimputan dening datingsun, iya ingsun dating Gusti kang asipat Esa, iya ingsun dating kang Maha Suci asipat langgeng, iya ingsun dating kang Amaha Luhur, jumeneng Ratu Agung, kang amurba amisesa, kang kuwasa angracut jisimingsun, anarik yoganingsun, angukut jagadingsun, ambabar turasipun, amasang pangawikan, maring titahingsun, amasang kamayan marang maklukingsun, kabeh sampurna saka ing kodratingsun. Menggah cancutipun ing salebeting amegeng napas wau, angger enget ing cipta kemawon, patraping sadaya punika inggih sampun cekap makaten, sebab ing salebeting jaman karamatullah, ing tembe waktuning makam ijabah, tegesipun panggenan katarimah, punapa wajah. Mudah punika dating kawula, wajah punika dating Gusti kang asipat langgeng. Yen sampun dados satunggal, napas tan napas, anpas, nupus, wau lajeng katarik manginggil ingkang alon, kendel l 44 T"au/aa /ar" Tra*./ttt*r; toril ll/;";/

46 tinata wonten ing tata malige betal makmur, inggih punika sirah, ing ngriku, cipta alicin mantuk dados nuat ghaib, tegesipun saliring jasmani kacipta aluluh dados yoya, nunten kacipta aluyud dados Ayawa, nunten kacipta alenyep dados rahsa, nunten kacipta alayad dados cahya, gumilang tanpa wawayangan ing kahanan kita kang sajati. Yen sampun makaten, erah kita larut lajeng karaos walikaten saliringanggotaning sarira sadaya, andadosaken netra bawue, talingan pengleh, grana mingkup, lidhah mangkeret, ing wekasan cahya surem, swarna sirna, boten saged aningali, amiyarsa, angganda, amlraos, amung kantun cipta kemawon, amargi sampun kinukut tataning sarengat, tarekat, kakhekat, makripat. Sarengat punika lampahing badan, dunungipun ing lesan, tarekat, lampahing manah, dumunungipun ing grana, kakhekat, lampahing nyawa, dumunungipun ing talingan, rnakripat, lampahing rahsa, dumunungipun ing netra, mila sajatosipun sarengat punika lesan, tarekat grana, kakhekat talingan, makripat netra, manggahi ingkang kinukut rumiyin paningaling netra, kaumpamakaken baturing wirangi, utawi esating toya zanjarlr, nunten pamiyarsaning talingan, kaumpamakaken rentahing godhong sajaratil muntaha, utawi ingkang srahing kajar aswat, nunten panggaandaning grana, kaumpamakaken guguring wukir ikrap, utawi redi Tursina, nunten miraosing lesan, kaumpamakaken bibrahing wod siratal mustakim, utawi risaking kakbatullah, ing ngriku lajeng karaos nikmat sarira sadaya, anglangkungi nikmating san rahsa, amargi awit binuka kijabing Pangeran, waktunipun sirnaning warana, Iajeng katingaling jaman karamatullah, fra^4/"r,;/-r; e^ Tra/;Zrrea; towl tl/;";/ 45

47 pangraosipun ing dalem ngadam khukumi dhatengipun sakathahing cahya, ingkang sami ngliputi ing dating karaton, ing nalika puhika amung amusthia pupuntoning tekading aksara alip kang ngajabarjer epes, ungelipun : a, I, tl, tegesipun, aku iki urip, lajeng anyipta branta ing dat, supados sampun ngantos kaengetan dhateng ingkang kantun sadaya. Sampun jangkep Ugang karaton. l"ajeng ntadhak ingkang kasebut bab angka ; 4 Punika wirid ingkang kasebut bab angka z 4 Punika wirid ingkang dados bubukaning ngelmu makrifat sajatining ngagesang, ingkang waskitha ing szrmpurnaning sangkan paran, kamulyaning kahanan jati, asal saking dalil pangandikaning Allah, kala samanten anggenipun sami musawaratan, wonten ing ngardi nglawet, ing nalika pamejangipun Kangjeng Nabi Mukhammad dhateng sayidina Ngali, sarta pakumpulanipun para nabi sadaya, milanipun sakathahing ngardi ingkang sami celak ing nglawet, sami tumiyung saengga mirengaken pamedhar rahsa gaib, kala ing kina kineker kaawisan dening para waliyullah ing tanah Jawi, ing mangke kawedharaken sadaya, rahsa gaib sajatosing ngagesang, supados waskitha wonten ing jaman kalanggengan, sampun ngantos korup dhateng panasaran, kados ing ngandhap punika pratelanipun sadaya wau punika : l. Ingkang rumiyin, padhanging pati : iku tegese kang amurbaamisesa ing wujuding Allah, mulane ingkang sedya amisesa. 46 hau/a+a ** Taau/;laaa; tt"il W;.;/

48 2. Ingkang kaping pindho, pepetenging pati : iku tegese kang wus sirna mulung maring dat kewala, dadi datan wruh ing ngobah osike kakanthenan karsaning datullah. 3. Ingkang kaping telu, kang ginawa mati : iku tegese asih tanpa wekasan, kang sampurna samubarange. 4. Ingkang kaping pat, rowanging pati, iku tegese sih kanugrahaningi Allah, kang sampurna ing badane. 5. Ingkang kaping lima, rahsaning pati, iku tegese kang jinatekake ing giurune, iya iku kang wus sumurup rahsaning idayat, purbaning pati iku iya dattullah, ing nikmattullahu. 6. Ingkang kaping nem, kang pinanggih pati : iku tegese kang wus karsa murba bisa jumeneng. 7. Ingkang kaping pitu, paraning pati : iku tegese purbaning dattullah, kang wus tunggal ing dattullah, sajroning.ngalam baka. 8. Ingkang kaping wolu, anganggo sihing pati : iku tegese ana ing langgenge, ing dalem khukum purbaning dattullah, pati datan anembah, datan amuji, karana satuhune sirnaning makluke dattullah kang ana balaka. Punika kawruh anamas Allah, pati kang patang prakara, kaya ing ngisor iki: 1. Kang dhingin, kang mati iku napsune, kadita pangandikaning Allah ta'ala, tegese : sakehe napsune iku pada angrasani pati. 2. Kang kaping pindho, iku mati rohe, kadita pangandikaning Allah ta'ala tegese : sirnaning rahsane. 3. Kang kaping telu, iku mati kawmhe, kadita pangandikane Allah ta'ala, tegese : kang mati mau atawa tumne imane. T,*alr;1-x h^ T.r**t/,tfu,rea; tail U/;4;/ 47

49 4. Kang kaping sekawan, patining pati, kadita pangandikane Allah ta'ala, tegese : sirnaning pangucape kalawan lesan. Ing nalika punika kawruhana kang ngabangsa khukmi, kang iku ingarah dening kapi, khukume balaka, kapratelakake ing ngisor iki: 1) Kang dhingin marganing pati 2) Kang kapindho, pilungguhing pati 3) Kang kaping telu, pinanggih ing pati 4) Kang kaping pat, enggoning pati Ing kono padha kawmhana, tegese kang patang prakara mau, ing mengko binukake ghaibing dat kang amaha Suci, kaya ing ngisor iki dengemi. Margining pati iku, Hidayattullah, myang urip dumunung ana ing manusa, dadi wus ora ngolah-ngalih panggonane. Pilungguhing pati, iku pituduh Allah ta'ala, salameting kahanan jati, tegese kang waskitha ing kasampurnan sangkan paran. Pinanggih ing pafl, iku ta wekal, tegese pasrah ing Allah ta'ala ana dene pinanggih ing pati iku iradattullah. Enggoning pati, iku dumunung ana gagaweyaning Allah ta'ala, tegese iya iku sampurnaning dat ingkang asipat Esa. Punika den sami angawikanana mas Allah sahadat tanpa iman, takbir tanpa tokit, sakarat tanpa makripat, tegesipun sahadat tanpa iman punika kanyatahan, ing tunggal, anopon tekbir tanpa tokit punika ilanging tanggal, sarta kang karen ing dattullah iku kang nyata ing tunggal, utawi apngalullah kang mulih ing tunggal, iku dene sampun 48 T"aul"A /zr. T"zr*/;.1*raa;'taai W;r;/

50 karem ing sipattullah, iku tegese ingkang sampurna suksmane Punika praungkahipun sipating roh, ingkang dhingin saking badan, saking dalamakan, iku pujiane: layukriyula, ilullah, mangka pecat malih roh iku kandheg ing jengku, pujine : dzikrullah ilallah, mangka pecat malih roh iku kandheg ing wudel, pujine : la mujud, illallah, mangka pecat malih roh iku kandheg ing ati, pujine : yahu, illallah, mangka pecat malih roh iku kandheg ing tungkak, pujine : )ruwa, illallah, mangka pecat malih roh iku kandheg ing mata, pujine iku mangka angucapa nyawa iku sih lunga badan sipi, wallahu a'lam. Kang ksebut ing ngisor iki kawmhana sasmitaning kasunyatan, iku kehe nem prakara, kaya ing ngisor iki pratelane. 1. Kang dhingin, katilanging jaman ciptaning kahanan jati, warna ireng, tegese iya zarnan kang padha mijil saka ing badan kita pribadi, nanging yen kang salang surup, ing kono korup maring panasaran. 2. Ingkang kaping kalih, aningali warna rekta, tegesipun maksih ing padamelan samar. 3. Ingkang kaping tiga, aningali warna, tegesipun angrencana nyanyamur ingkang sajati, yen kagupuhaken ing tingal, maksih uga ing panggawe sasar. 4. Ingkang kaping sakawan, aningali warna seta, tegesipun cahya ingkang putih, sadaya wau sampun dados kahanan satunggal, gumilang tar wawatangan maring kahanan jati, byar: sampurna padhang ora kukurangan ing pangerti, iya iku dudu sajatine kang padha rinakit f*"akaa /a^ T"a*/:lzr.,.a; taif U/;";/ 49

51 5. kahanan jati, babasane wus parek maring wewejanging para waliyullah, nanging durung paja-paja nunggal wewejangan rahsa ghaib, ing kono matrapena kang kasebut ana surasane badan sakojur, kayata angirnanake, tegese angandel, kang den andel kodrate, tegesipun kodrat kuwasa Tokit, tegesipun muhung sawiji, iya iku pasrah marang iradate, tegesing iradat karepe. Makrifat: tegesipun kang sampun salamet maring kahanan jati. Ingkang kaping gangsal, aningali sinamar jatining warna, tegesipun inggih punika saj atosipun panunggalaningsun, maring kahanan kang sajati, dadia samarica binukut bali marang suksmaningsun, mula babasane iku wus karuh kalawan panunggalaningsun, kahanan kang amaha amulya, ingkang tanpa wawangenan, ing salawaslawase. Punika ngawontenaken gambar. Sinamar ing warna Gb. Sinamar ing warna 6. Ingkang kaping nem, jangkeping pamejangipun para waliyullah kang wus anampi kanugrahaning Allah ta'ala, wejangan ingkang maksih kineker kaawisan dening para wali, anuduhake panggonaning karaton agung, iya iku kenane kalawan pituduhe kewala, tinampan ing talingan 50 f.v.^a/a;* /a^ Taau/:.lor*r.; Qral W;";/

52 kiwa, mungguh iki gambaring karaton panggionaning kamuksan iya sanyatane. Gb. Melok Iku sarana nganggo muji: hu, tegese anyebet Allah. Ing wekasane patrap pratikele sawiji-wiji, supaya bisane jumbuh kalawan babaring wirid pituduhan anane wewejanganing guru kang wus ana ing wirid ingkang kasebut bab angka: 5 : dadine ora kasamaran ing pangrawuhe. Ing mangke amratelakaken murid ingkang boten anampeni kang kasebut ing nginggil wau sadaya, punika andadosaken boten pikantuk lalampahanipun ing ngageseulg, dados ing ngandhap punika katranganipun. 1. Edan 2. Ayan 3. Kadhengdheng 4. Gendheng 5. Kodheng Ing mangke amratelakaken wewejanganing guru satunggal-tunggal, punika ing pamedharipun rahsaning ngelmu ingkang kawejangaken awarni-warni, inggih sami f.raaaln;* /a^ T,*tqlllr.raa: 9.i1 ll/:4;/ 5r

53 angetokaken urut-uruting kikiyasan saking dalil pangandikanipun pangeran kang amaha Suci, ingkang kadha wuhaken dhateng Kan$eng Nabi Mukhammad Rasulullah kasebut ing ngandhap punika: 1. Wonten wewejanganing guru ingkang amedharaken rahsaning ngelmu wisikan ananing dat, kikjyasan saking dalil sapisan. 2. Wonten wajanganing guru ingkang amedharaken rahsaning ngelmu wedharan wahananing dat, kikiyasan saking dalil kaping kalih. 3. Wonten wewejanganing guru ingkang amedharaken rahsaning ngelmu wisikan ananing dat, kikiyasan saking dalil kaping Uga. 4. Wonten wewejanganing guru ingkang amedharaken rahsaning ngelmu kayektening kahanan, kikiyasan saking dalil ingkang kaping sakawan, ayat ingkang kapisan pambukaning tata malige ing dalem-dalem betal makmur, terkadhang ayat kaping kalih, pambukaning tata malige ing dalem betal mukhadas. 5. Wonten wewejanganing guru ingkang amedharaken rahsaning ngelmu wisikan ananing dat, kikiyasan saking santosaning iman abubuka sahadat jati, utawi saking sasaidan. Menggah suraosipun sadaya punika inggih sami kemawon, mila papangkataning ngelmu wau katata dados satunggal, ingkang supados mupakta ing suraosipun, anjawi papangkataning ngelmu talek, akaliyan ngelmu patah, yen pangiwanipun ngelmu panitisan, punika mawi empan sarta papan piyambak, tegesipun ngelmu talek punika 52 haula;t^a: /a,* Traul;laaa; t 14/ W;";/

54 ngelmu angandelaken kaelokan, kathahipun pitung prakawis. l. Ngelmu sepi 2. Ngelmu mungin 3. Ngelmu mubin 4. Nge1mu ahyan 5. Ngelmu barayan 6. Ngelmu mahbut 7. Ngelmu ghaibul guyub. Sadaya punika panggenanipun amung pirantos amujudaken papangkating kaelokan, ingkang dados tandhaning titingalan ing lahiriah kemawon, tegesipun ngelmu patah punika ngelmu sosorogan kathahipun sangang prakawis. 1. Ngelmu makdum sarpin 2. Ngelmu patariyah 3. Ngelmu sirasab 4. Ngelmu karajek 5. Ngelmu majalis 6. Ngelmu patakurrahman 7. Ngelmu supi 8. Ngelmu khapi 9. Ngelmu nakis bandiyah, dipun wastani nakis bandiyatulkhak. Sadaya punika panggenanipun amujudaken malaekat tan ingkang dados tandhaning badan alus, wonten ing donya kemawon, boten mufakat kaliyan rahsaning ngelmu kasampurnan, upami katunggilan kaliyan papangkataning ngelmu ingkang sajati, mangka salah seresipun ingkang fre*/ra;l^a- /a^ Taa"a/;ltraal 9.il W;rd 53

55 angraosaken, mbokmenawi andhatengaken pamaiben, pamaiben punika mindhak dados parapaben, parapaben punika awit taksih kikirangan, kikirangan punika ingkang amumgaken kapanansan, kapanansern punika amurugaken parabantah, kaliyan susualan, parasusualan punika pakantukipun amung rebut unggul ing pangawikan, rebat unggul ing pangawikan punika boten wande andadosaken pasulayan, milanipun para sujana ingkang putus sayektos punika boten nadyan susualan, amargi boten darbe manah kapanasan, jatmikanipun rehning sampun anumpuni saliring pangawikan, dene manawi wonten ingkang sumedya amabeni, mugi dipunkawonan kemawon, sampun ngantos kabarabean, ing wekasan kalonglongan, manawi meksa kabujeng-bujeng asengadia taksih kikirangan sumerep, makaten kemawon. Punika ingkang nama semoning ngelmu khakekat, boten kalebet ing wirid, amung ingkang supados sumerepa dhateng pitakenipun ing tiyang, ingkang tumrap ing cacangkriman, kados ing ngandhap punika: 1. Kuda ngerap ing pandengan, tegesipun: zulgen-angen. 2. Kombang angleng ing tawang, utawi kombang ngaji ing tawang, tegesipun: cipta.. 3. Amek geni adadeunar, tegesipun: nepsu. 4. Angangsu pikulan bhn5ru, tegesipun: pangraos. 5. Lembu nusu pedhete, tegesipun: perngraos. 6. Jong sumengkeng ngardi, tegesipun: budi. 7. Lumpuh ngideri jagad, tegesipun: angen-angen. 8. Cebol Anggayuh wulan, tegesipun: biraining rupa. 9. Bisu mungkasi padu, tegesipun: budi. f,*r.al,r;a /r^ T*u0;*,*o; taif W:4;/

56 10. Kodhok ngemuli lenge, tegesipun: nyawa. 11. Tanggal pisan kapurnaman, tegesipun: roh ilapi. 12. Anenun senteg pisan aniga sasi, tegesipun: roh jasmani. 13. Isining wuluh wong-wong, tegesipun: angen-angen. 14. Gegering punglu, tegesipun: angen-angen. 15. Tapaking kontul angleyang, tegesipun: angen-angen. 16. Paksi miber uluke ngungkuli langit, tegesipun: angenangen. L7. Kusuma njrah ing tawang, tegesipun: angen-angen. 18. Ana kayu amurba sawiji, tegesipun: Erngen-angen. 19. Wit buwana, tegesipun: rahsa. 24. Epang klebat papat, tegesipun: rahsa. 21. Apqadapa kukuwung, tegesipun: wahya. 22. Kembang lintang, tegesipun: cahya. 23.,Salaga langit, tegesipun: cahya. 24. Sari andaru kilat, tegesipun: cahya. 25. Who surya lang tengsu, tegesipun: cahya. 26. Asirat buk lawan udan, tegesipun: cahya. 27. Apupucuk akasa bungkah pratiwi, tegesipun: cahya. 28. Aoyot bayu bajra, tegesipun: cahya. 29. Rara ngiyeng tangis ngebaki jagad, tegesipun: cahya. 30. Ngadeg pucuking gunung, gujengan srengenge wulan, tegesipun: cahya. 31. Keblat papat kalebu sagara asat, tegesipun: cahya. 32. Panji roro sirnane bareng sang retna, tegesipun: cahya. 33. Angin kabur dening banyu, tegesipun: cahya. 34. Anaswara tanpa rupa, tegesipun: Gusti. 35. Ana rupa tanpa swara, tegesipun: kawula. 36. Kaleyang kabur tanpa angin, tegesipun: kawula. f-raul,r;a e^ T.raul,;ltaaa; tr""f ll/:*l/

57 37. Kalenthing kang isi angin, tegesipun: rasulullah. 38. Kalasa ngisenan banyu, tegesipun: Allah. 39. Geter-peter n5ruwara sajroning bumbung, tegesipun: Allah Tamat Wirid bab angka: 4 Giliring punglu tegesipun giliring mirrlis, punika ngibarat kaelokaning dat, dene boten arah boten enggen, ing pundi saestu panggenanipun, sayekti amung dumunung wonten dating gesang kita abadi. Tambining pucang, tegesipun punika ngibarat kaeloka-- ning sipating dat, dene binasakaken dede jaler, dede estri, dede wandu, kados punapa saestuning datipun, sayekti amung dumunung wonten sipating gesang kita. Wonten ingkang mastani tambining pucang punika lengipun grana kakalih, saking panginten bokmewani kelintu ing seserepan. Wekasaning langit, tanpa tepi tegesipun punika ngibarat wangenanipun soroting cahya, sumarambah dumugi kahananing sipat kita. Wekasaning samodra tanpa tepi tegesipun punika ngibarating wangenaning pangawasaning rahsa, sumarambah dumudi wahananing sipat kita. Galihing kangkung, tegesipun punika ngibarating wahananing suksma, sumarambah dumugi ing kahananipun sipat kita. Latu sakonang angastakaken samodra, tegesipun punika ngibarating hawa napsu, wimbuh salebeting panca driya kita. I 56 frar*r/rr+4; /a Tra^a/;ltraa: tttnl W;";/

58 7. Peksi miber angungkuli langit, tegesipun punika ngibarat rosaning budi, wimbuh salebeting apngal kita. 8. Baita amot samodra, tegesipun badan punika ngibarating baita, samodra punika ngibarating manah sapanunggilanipun. 9. Angin katarik ing baita, tegesipun punika ngibarat lampahipun napas, medal saking jagad. 10. Susuh angin, tegesipun punika ngibarat pakendelaning napas, dumunung wonten ing jantung, wonten ingkang mastani susuhipun angin punika rema, saking watawis bokmenawi kapendhet saking pamrayogi kemawon. 11. Bumi kapetak wonten salebeting siti, tegesipun punika ngibarating wujud kita, asal saking niti ing tembe kapendhem ing siti, inggih punika wahananipun dados daging. 12. Mendhet latu adadamar, sami kaliyan latu wonten ing salegetipun latu, utawi kabesmi latu, tegesipun punika ngibarating wujud kita, asal saking latu tansah andadosaken latu, inggih punika wahananipun dados napsu. 13. Barat katiyup ing angin, sami kaliyan angin prahara, tegesipun punika ngibaratipun wujud kita, asal saking angin angisep angin, amedalaken angin, inggih punika wahananipun dados napsu. 14. Angangsu rembatan toya, utawi kinuming toya, sami kaliyan toya wonten salebeting toya, inggih punika wahananipun dados rah. 15. Srengenge pinepe, suraosipun sami kaliyan kaca angemu srengenge, tegesipun punika ngibarating cahya kapraban surya utawi surya wonten salebeting cahya, inggih f"a^,lrat- *",* Tr<^a/ ltraa; tztil l,/;r;/ 57

59 punika wahananipun dados pramaning netra. 16. WUi wonten salebeting uwit, uwit wonten salebeting',^riji, tegesipun punika ngibarating kawula dumunung wonten ing Gusti, Gusti dumunung ing kawula, dipunbasakaken pangleburan papan tulisan. 17. Kakanganing pambayun, adhinipun wuragil, tegesipun punika ngibarating martabat insan kamil, ing nalika tanajul dhakwah wonten wekasan piyambak, saparkatinipun ing tembe dados wiwitan menggah insan kamil punika wahananipun gesangira pribadi. Lajeng nyandhak wirid ingkang angka: 5 Punika wirid ingkang kasebut bab angka: 5. Punika bubukanipun wirid sajatining ngagesang, ingkang waskitha ing sampurnaning sangkan paran, kamulyaning kahanan jati, asal saking dalil pangandikaning Allah tengala, kala ing kina-kina kineker kaawisan dening para wali, ing mangke kawedharaken sadaya, ingkang supados sageda sumerep ingaran wijining ngadadi, dumugi ajaling kasampurnanipun, kados ing ngandhap punika pratelanipun. Ingkang rumiyin amujudaken wijining ngadadi saking pangandikaning Allah tangala, punika gambaripun. 58 T"aul;Zaaa; tor41 U/d;/

60 Tegesipun punika roh rokhani, campur kaliyan roh jasmani, kawimbuhan saking kodrating Allah tangala, lajeng tumetes ing bumi Suci, ing nalika wonten ing guwa garba saweg maujud kados gambar angka I. Ing saantawis sawulan maujud kados gambar angka 2. Tegesipun punika kawimbuhan saking Kangieng Nabi Mukhammad saged kandha, milanipun ing nalika wonten ing bumi suci sampun saged geter. Ing saantawis kalih wulan, lajeng maujud kados gambar angka 3. Punika sampun kawimbuhan saking Kangjeng Nabi Mukhammad: warna,,ilanipun ing nalika wonten ing bumi suci, sampun saged kumebut, inggih punika sampun saengga rnanungsa keduten. Ing saantawis tigang wulan, lajeng maujud kados gambar angka 4 saking pangandikaning Allah tangal, dhateng Kan$eng Nabi Mukhammad, awimbuhan kulit, milanipun ing nalika wonten bumi suci sampun saged ebah, babasanipun: idham-idham kaworan saking kodrating Allah tangala. Ing saantawis kawan wulan, lejeng maujud kados gambar angka 5. Saking pangandikaning Allah tangala, dhateng Kan$eng Nabi Mukhammad, kawimbuhan: utek, mailanipun ing nalika wonten ing bumi suci, sampun saged angasaangsa. Ing saantawis gangsal wulang, lajeng maujud kados gambar angka 6. Saking pangandikanipun Allah Tangala, dhateng Kangjeng Nabi Mukhammad, kawimbuhan: balung, T"er-fu+,* fu^ T"au/,;lz"aa; 9"aZ U/;",t/ 59

61 milanipun ing nalika wonten ing bumi suci, sampun saged aminggah medhun, molak-malik, ing satebeting guwa garba. Ing saantawis pitung wulan, lajeng amaujud kados gambar angka 8. Saking pangandikanipun Allah Tangala, dhateng Kangieng Nabi Mukhammad, kawimbuhan: rupi, lajeng kawimbuhan malih saking kodrating Allah Tangala, kadosta: rambut, gefih, daging. Ing saantawis wolung wulan, lajeng maujud kados gambar angka 9. Saking pangandikanipun Atlah Tangala, dhateng Kangeng Nabi Mukhammad, inggih punika sadulurira papat kalima pancer, sampun kaetrapaken ing salebeting wewetenganing jabang bayi, katranganipun kados ing ngandhap punika: 1. Ingkang dhingin: kakawah 2. Ingkang kaping kalih wuwungkus 3. Ingkang kaping tiga ari-ari 4. Ingkang kaping sakawan getih Ana dene kakawah iku tegese dadi kasiyat. Ana dene wuwungkus iku tegese dadi karaosan. Ana dene getih iku tegese dadi waliyas mati, iya iku padha kawmhana, kakawah malaekat jabarail, wuwungklus malaekat Mingkail, ari-ari malaekat Israpil, getih malaekat Ngajirail. Jabarail lungguhe ing kulit, Mingkail lungguhe ing balung, Israpil lungguhe ing otot, Ijrail lungguhe ing daging, kabeh mau ing wekasan teguh rahayu salamet, ora katon saking kodrating Allah Tangala. 60 f.*alr,ra *.r Traa/;lt"ea; tarl W;4;/

62 Sareng ing antawis szulgang wulan, lajeng maujud bayi, saking pangandikaning Allah Tangala dhateng Kan$eng Nabi Mukhammad Rasulutlah, ingkang saking Pangeran sakawan, kaetrapaken malih binuka saking kodrating Allah Tangala, kados ing ngandhap punika katranganipun: Ingkang mmiyin: budi Ingkang kaping kalih: rahsa Ingkang kaping tiga: angen-angen Ingkang kaping sakawan: urip Iya iku Kangjeng Nabi Mukammad Rasulullah, amimbuhi: arnbuh, sarana ngangge puji sahadat jati, tegese: mantep, tegese sahadat jati kang wus wruh ing datullah, densantosa ing ngantepira, marang kang tan kena ing pati. Angandika malih Allah Tangala, dhateng Kan$eng Nabi Mukhammad Rasulullah, karsa anata rnalige ana sajroning dhadhaning manungsa, kang ana sajroning dhadha iku ati, saantaraning au iku jantung, sajroning jantung iku budi, sajroning budi jinem, sajroning jinem iku suksma, sajroning suksma iku rahsa, sajroning rahsa iku ingsun, ora ana Pangeran, ananging ingsun. krggih punika kawujudaning bayi kados gambar anglra 10. l"ajeng binuka kodrating Allah Tangala, luwar saking gu\ma garba, byar: cenger nangis punika sampun kenging dipun wastani urip, maring jamaning Maha Mu1ya. Manawi netenganing bayr luwar saking salebeting guwa garba, ing dalem sadasa wulan, utawi sewelas wulan, punika saking kismhipun ing pangetang, ing nalika medalaken rahsa boten mawi kamanah, ingkang sampun kadhawuhaken ing Allah Tangala, dhateng Kangjeng Nabi f,ra^,r/"r;/^4; /t^ T"a,"a/;ltaaa; tt ni tl/;r:/ 61

63 Mukhammad Rasulullah, sampun anyarengi kijabing dat kang elok, anamtokaken luwar saking guwa garbaning biyung sangang wulan ing ngriku sukertinja taun akaliyan tinja kalong, utawi cicingkalung akaliyan cacing tembagi, ing wekasan andhatengaken aluamah, wallahu alam. Punika densami angawruhana tanggaling sahadat, lan purnamaning sahadat, lan pangloning sahadat, lan patining sahadat. Anapon tanggaling sahadat, iku iya ananing manungsa iki, lan ana ing kahananing manungsa dadi nyata ananing Allah Tangala. Anapon purn rmzrning sahadat, iku iya ati kang abening tegese bening iku tan ana wujude, kakalih ing Allah Tangala, kang anglimpufi ing kahanan, roro iku. Anapon pangloning sahadat, iku tegese roh kang sampurna, roh iku rahsaning pangeran, tegese ora ana roh iku, namung kahananing Allah Tangala, dadi sirna kahananing sawiji-wiji, tegese panglong iku maksih ana ing jaman akhadiyat Anapon patining sahadat iku, rahsa kang teka ing Allah Tangala, tegese pati iku ora ana, iya iku patining napsu, ing Allah Tangala kang langgeng. Punika sampurnaing lampah gangsal prakawis, kados ing ngandhap punika: l. Ingkang rumiyin sampurnaning niyat. 2. Ingkang kaping kalih sampurnaning takbir 3. Ingkang kaping tiga sampurnaning sahadat 4. Ingkang kaping sakawan sampurnaning sakarat 5. Ingkang kaping gangsal sampurnaning ngurip. 62 fra^at^fa /a^ Traa.Alzraa; tcrnl ll/;4;1

64 Sampurnaning niyat, iku tegese: tanpa'darbe karsa, iku amung karsaning kawula, kawimbuhan dening sipat muridan, sirna karsaning kawula. Sampurnaning takbir, iku tegese: ora anduweni tinggaling kawula, dadi wus sirna tinggaling kawula kang sajati. Sampurnaning sahadat, iku tegese: tanpa darbe karsaning kawula, sih nugrahaning Allah Tangala. Sampurnaning sakarat, iya iku tegese: ora ana patine, waluya marang jatining ngurip, kawimbuhan dening sipat kayun. Sasampurnaning ngurip iku tegese: tanpa ana sing nguripe nanging dat kewala kang nyata, tegese dat iku iya Ingsun. Mulane padha den kawruhana, ananging manungsa kang sampurna marang kahanan jati, ingkang makluk mulih ing jamane dhewe-dhewe, kaya ing ngisor iki dengemi. Yen wus mancat ing ngalame dhewe, iku wus awujud sawiji, mulane pecating nyawa mulih marang sajroning tanajultarki, kasebut ing ngisor iki: L Cahya, tumurun mulih gumilang-gilang marang ngalam insan kamil. 2. Budi, tumurun mulih marang alam ajsan. 3. Rahsa, tumurun mulih marang ngalam misal. 4. Kantha, tumurun mulih marang ngalam arwah. 5. Warna, tumurun mulih marang ngalam makidiyat. 6. Ambu, tumurun mulih marang ngalam wahdat. 7. Angen-angen tumurun marang ngalam akadiyat. Tnatqk+a h" T"au/tltraa; torni U/;";/ 63

65 8. Urip tumurun marang ngalam insan kamil, bali sampurna padhang terawangan saka ing kodratingsun. Punika ingkang sampurna wonten ing jaman kaluwat sajroning bumi suci, kados ing ngandhap punika: 1. kulit 2. utek 3. otot 4. balung 5. rambut 6. daging 7. getih 8. sungsum Dene sadulurira papat, kalima pancer, ugu padha sampurna marang bumi suci maneh, kaya ing ngisor iki. 1. kakawah 2. wuwungkus 3. ari-ari 4. getih 5. pancer Iya iku wus mulih sampurna bali marang kodrailng ingsun maneh. Ingkang sampurna bali marang kahananing kang Maha Mulya, ingkang tanpa wawangenan, ing salawaslawase ingkang ireng urube abang, ingkang abang urrbe kuning, ingkang kuning urr.be putih, ingkang putih urube daging, daging iku urube getih, getih iku urube balung, balung iku urube den lebur dadi cahya lawan sipat kewat, kewat iku urube marang makrifat, kang langgeng, tegese wus ngilangake wujuding kawula, karana kawula iku 64 fa*ah,,* /a^ T"a,r"a1;l.rea; tarl U/;":/

66 ngadam khukume, ananging kawula iku amung datullah bala kakang ana. Sareng kapetak wonten ing dalem bumi suci, ing wujudipun manungsa salebeting tigang dinten kados gambar angka 11. Tegesipun punika saweg angabuh-abuhi, dereng wonten ingkang sirna ing salebeting pitung dinten, kados gambar angka 12. Tegesipun punika sampun ical wawangunaning manungsa, kawimbuhan bedhah ing wetengipun. Ing satebeting kawan dasa dinten, kados garnlcar angka 13. Ing salebeting satus dinten, ingaranan pulat, kados gambar angka 14. Pendhak sapisan, kados gambar angka 15. Pendhak kaping kalih kados gambar angka 16. Tegesipun punika balung sampun resik. Ing salebeting sewu dinten, kados gambar arrgka 17. Tegesipun punika sakathahing balung-balung sampun nglempak sadaya wallahu alam. Sadaya wau szrmpurna saking kodrating dat kang Maha Mulya, sampun tanpa rasa-rinasa ing salaminipun, kantun asmaning Allah ingkang cumanthel kawimbuhan pangandikaning Allah Tangala, inggih punika dumunung wonten kodrating dat kang amaha suci. Dene ingkang tumurun maring ngalaming karaton agung, kados ngandhap punika: 1. Wisikan ananing dat 2. Wedharan ananing dat 3. Gelaran ananing dat f,wrt/r^tt- /a^ T.**r/,;Zt"aa; t r41 W,t t 65

67 4. Wedharan kahananing dat 5. Wedharan ngelmu santosaning iman, ambuka sahadat jati utawi saking sasaidan. Sadaya punika sagedipun tumurun marang ngalaming karaton Agung saking kodrating dat kang amaha suci, karana saking pangandikaning Allah Tangala, ingkang jinatekaken Kangeng Nabi Mukhammad Rasulullah, ingkang sayidina Ngali, menggah pakartinipun kalayan pituduh ing guru, ingkang sampun waskitha dhateng sangkan paran, kamulyaning kahanan jati, kasebut ing ngandhap punika: 1. napas 2. tan napas 3. anpas 4. nupus 5. bawuring kaca wirangi 6. roh jasmani 7. roh rokhani 8. sarengat 9. tarekat lo. kakhekat 11. makrifat Menthuk dados nukat ghaib sadaya, byar: sampurna padhang terawangan ing pangerti, ora kukurangan, ora kasamaran, ing sawiji-wiji saka kodratingsun. Mila sadaya wau katata dados satunggal ing para waliyullah, amargi sampun ngantos tumpang suh, ingkang jinatekaken ing gurunipun, kalayan pituduh karana katampen ing talingan kiwa, sajatosipun ngelmu punika sagedipun kalampahan, sampun ngantos korup dhateng 66 fra^a/rya /a^ Tra*-/lltraal t Ml ll/;,;/

68 panasaran, utawi ingkang anglampahi pejah ing salebeting gesang, punika kedah an5ruwuna sumerep dhateng ingkang para ahli lampah, utawi ingkang sampurna ing sangkan paran, kamulyanig kahanan jati. Wenanging dados murid wolung prakawis. 1. Nastiti 2. Nastapa 3. Kulina 4. Santosa 5. Diwasa 6. Engetan 7. Santika 8. Nala Mokaling dados murid l. Edan 2. Wuta 3. Tuli 4. Ayarr 5. Bisu 6. Rare dereng diwasa 7. Tiyang sepuh ingkang sampun supe Sasanggenipun dados murid, wolung prakawis l. Ngimanaken sirik yen maibena 2. Ngetingalaken sirik yen mapekna 3. Nastitekaken sirik yen ngiwakna 4. Nerangaken sirik yen anyoala 5. Musawarat taken sirik yen miyagaha 6. Anggelaraken sirik yen ngumpetna f,*r.-*;/'r. /a^ 7.r**t/,:ltraa; tail tl/;ra 67

69 7. Nglulusaken sirik yen ngandelna 8" Nglampahaken sirik yen ambataha Utawi sarating sakarat punika kawan prakawis f. ingkang rumiyin, kedah asrah ing karsa 2. ingkang kaping kalih, badhe suka ing khukuming Allah 3. ingkang kaping tiga, badhe angraos tanpa andarbeni krekat pisan-pisan, poma sampun anarimah gadhah pisan-pisan 4. ingkang kaping sakawan, badhe anarimah gumuntung ing pangayuning Allah Tangala. Punika pujinipun tiyang sakarat, utawi kadamel misik ing tiyang sakarat, kadamel misik bapa utawi biyung, anak sadherek, utawi bojo, sapanunggalanipun, ingkang supados sampun kenging ing panca bayaning sakarat. Sir ening, manjing ing sarira ening, tetep jumeneng angen-angen, tansah murba wisesaning Allah Tangala. Dene salebetipun jaman karamatullah punika saking wangsitipun Kangieng Susuhunan Kalijaga makaten: Ingatase ngaral basariyah iku nandhang jawaliyah, tegese papangane manungsa bisa owah gingsir, inggih punika dados pratandha apesing kawula, kayektosan ing dalem ngadam khumi, katinggal pangraos kados ing ngandhap punika: f. ingkang rumiyin katingal ngalam rohkiyah, tegesipun ngalam ing nyawa, apadhang dede padhangipun rahina, tanpa keblad, wetan kilen ler kidul tengah ngandhap nginggil, ing ngriku ningali saganten tanpa tepi, punika wahananipun manah kawimbuhan 68 freuk;* /a^ Trau/:.ltraa; t r4/ ll/;".a

70 cahyaning ngutek, satengahing saganten wonten duryat, manca maya, warni kados teja gumawang cahyanipun, punika wahananipun jantung kawimbuhan cahyaning johar awal, ingkang anglimputi jatining manah, dados pangansaning sarira, empanipun dumunung wonten ing cipta, papanipun wonten ing paningal, pamiyarsa, pangganda, pangraos, pamiraos, dipunwasthani mukkasipat, pangwasanipun namung anuntun sakaliran dhateng panengeraning rrpa kang sejati. 2. Ingkang kaping kalih, sasirnaning ngalam rokiyah, katingal ngalam siriyah, ing ngriku dhatengipun cahya kawan warni, cemeng, abrit, jene, pethak, punika wahananipun budi. Amedalaken kahananing napsu kawan prakawis, ingkang dados durgamaning manah, katingalipun tumaruntun satunggal-tunggal. Ingkang wiwitan katingal rumiyin cahya cemeng, punika ananirrg napsu luamah, awanipun nalika gesang amurugaken dhahga, arip luwe saapanunggilanipun, wahananipun saking wadhuk, wahyanipun saking lesan, kadadosanipun salebeting cahya cemeng, katingal sakaliripun sato khewan, miwah ingkang gumremet, sami ngragadha anganggep Pangeran, prabawanipun bumi gonjing, ngalaming nepsu dipunwastani ngalan nusut, tegesipun supe, ing nalika punika panggenanipun supe, poma dipunenget sarta santosa, sampun korup wonten salebetipun cahya cemeng, manawi nitis dhateng sato khewan miwah gegremetan. fa".a/a+* *"^ T.ra^a/;Ztraal tor4l Wi";/ 69

71 Boten antawis dangu cahya cemeng sirna, nunten katingal ing cahya abrit, punika wahananipun napsu maarah, hawanipun nalika gesang amurugaken angkara, panasten duduka sapanunggilanipun, wahananipun saking ngampem, wahyanipun saking karna, kadadosanipun ing cahya abrit, katingal sakaliripun budi srani brakasakan, inggih sami angragadha kados anganggep Pangeran, prabawanipun latu ageng amrub ngalad-alad, ngalangming napsu dipunwastani ngalam jabarut, tegesipun asereng, ing nalika punika panggenanipun rekaos, poma dipunsareh sarla santosa, sampun ngantos korrp wonten ing salebeting cahya abrit, manawi nitis dhateng brekasakan. Boten dangu cahya abrit sirna, nunten katingal cahya jene, punika wahanipun nepsu supiyah, hawanipun ing nalika gesang amurugaken murka, pepenginan kagingahan sapanunggilanipun. Wahananipun ing lilimpa, wahyanipun saking netra, kadadosanipun ing salebetipun cahya jene, katingal sakaliring peksi miwah bangsa iber-iberan, inggih sami angragadha kados nganggep Pangeran, prabawanipun angin panca wara ageng ngalaming napsu kawastanan ngalam laut, tegesipun gingsir, ing nalika punika panggenanipun renggang saliring anggota, poma dipun mantep sarla santosa, sampun ngantos korup wonten salebetipun cahya jene, manawi nitis dhateng peksi miwah iber-iberan. Boten dangu cahya jene sirna, nunten katingal cahya pethak gesang amurugaken lobaning kautamen sapanunggilanipun, kadosta: anglampahi puja tapa brata ingkang kalantur-lantur boten mawi watawis, wahananipun ing 70 faauk+a *".r. Tra.*altlzr*i tt"al U/;4;/

72 I l;abalung, wahyanipun ing grana kadadosanipun ing salebeting cahya pethak, katingal ulam loh miwah bangsanipun bubujengan toya, wonten ing saganten rahmat, inggih sami ngragadha kados anganggep Pangeran, prabawanipun toya wening tanpa sangkan, alaming napsu dipun wastani alam malakut, tegesipun karaton, poma dipunsantosa myang waspada, sabab dede jatining karaton, ingkang karakit dening ingkang Maha Mulya, sampun ngantos korup ing salebeting cahya pethak, manawi dhateng ulam loh miwah bangsa buron toya. 3. ingkang kaping tiga, sasirnanipun ngalam siriyah katingal ngalam nuriyah, tegesipun, ngalaming cahya, padhangipun anglangkungi ing ngalarn siriyah, ing ngriku dhatengipun cahya manca warna: cemeng, abrit, jene, pethak, ijem, gumelar sareng sami katingal karaton sarta raras sadaya, punika wahananipun panca driya, kawimbuhan cahyanipun pramana, ngalaming panca driya dipunwastani ngalam hidayat, tegesipun pitedah, dene andedahaken panggenanipun kala gumelaripun karaton, ananging dede sajatining karaton, kang rinakit dening Maha Mulya, inggih punika karatoning panasaran, kadosta: L karaton kang rinakit katingal cahya cemeng, punika karaton dating sato khewan sarta gegremetan. 2. llaraton kang rinakit katingal cahya abrit, punika karaton dating brakasakan. 3. Karaton kang rinakit katingal cahya jene, punika karaton dating peksi miwah bangsa iber-iberan. T"aubr+; b" T"a^,/:lr,ra+t SoMl W;/ 7T

73 1) 2) 4. Karaton kang rinakit katingal cahya pethak, punika karaton dating ulam loh miwah bangsaning buron toya. 5. Karaton kang rinakit katingal cahya ijem, punika karaton dating tutuwrrhan. Ing nalika wonten swara kapiyarsa kados andedahaken karaton kang agung ingkang Maha Mulya, poma dipunjinem sarta santosa, sampun ngantos nyipta milih salah satunggal, mbokmenawi kalebet dhateng karaton panasaran. 4. ingkang kaping sakawan, taksih salebetipun ngalam nuriyah, ing ngriku katingal cahya wening, salebeting cahya wonten urub satunggal angadeg sasada jaler agengipun, darbe sorot wolung warni: cemeng, abrit, jene, pethak, ijem, biru, wungu, dadu, gumelar sareng sami katingal swarga sarwa asri sadaya, punika wahananipun warnining pramana, kawimbuhan dening suksma, punika wahananipun dipunwastani ngalam ngistsat, tegesipun birahi, dene panggenanipun rumaos brangta dhateng gumelaring swzrrga. Ananging sajatosipun dede swarganing kang amaha suci, dede panggenan kang anikmat mufangat rahmat, inggih punika kahyanganing jim sadaya, amung panggenan kamukten kemawon, kadosta: Ingkang katingal swarga cemeng meles meleng-meleng memba musthikaning bumi, punika kadadosan saking kanisthaning cipta, yen jumeneng wonten ing ngriku manawi dados ratuning jim cemeng. Ingkang katingal s\marga sarwa abrit, abra markata memba sosotya geniyara, punika kadadosan saking 72 Tra^a.1"+A /at" Tra^a/tZ*,aa; 9442 W;";/

74 dhustaning cipta, yen jumeneng wonten ing ngriku, manawi dados ratuning jim abrit. 3) Ingkang katingal swarga sawra jene, sumunar membaretna dumilah, punika kadadosan saking doraning cipta, yen jumeneng wonten ing ngriku manawi dados ratunig jim jene. 4) Ingkang katingal swarga sarwa pethak, amaya-maya wenes memba manikmaya, punika kadadosan saking setyaning cipta, yen jumeneng wonten ing ngriku, manawi dados ratuning pethak. 5) Ingkang katingal swarga sarwa ijem, angunguwung membatinjomaya punika kadadosan saking cipta, yen jumeneng wonten ing ngriku, manawi dados ratuning jim ijem. 6) Ingkang katingal swarga sanri birr, muyek memba manik nila pakaja, punika kadadosan saking sambawaning cipta, yen jumeneng wonten ngriku, manawi dados ratuning jim biru. 7) Ingkang katingal swarga sarwa ungu, memba manik pusparana, punika kadadosan saking sambawaning cipta, yen jumeneng wonten ing ngriku manawi dados ratuning jim wungu. 8) Ingkang katingal swarga sarwa dadu, muncer mimba mirah dalima, punika kadadosan saking ewah gingsiring cipta, yen jumeneng wonten ing ngriku, manawi dados ratunig jim dadu. Ing nalika punika mambet gandaning sakathahing kahyangan wau, amrik arum angambar kados anarik ing f*ukaa /at^ T"a.*./;louat t;"iz W;.;/ 73

75 rahsa, poma sampun ngantos karaosaken, manawi kalebet dhateng swarga panasaran. 5. Ingkang kaping gangsal, sasirnaning ngalam nuriy.b.h, katingal ngalam uluhiyah, tegesipun alaming Pangeran, padhangipun anglangkungi padhanging ngalam nuriyah, ing ngriku katingal cahya jumeneng ing makampan, punika warninipun suksma, kang amimbuhi saliring warna sadaya anglimputi salebeting jagad alit jagad ageng saisinipun, nanging gesangipun saking pramananing rahsa, ing nalika punika dhatengipun malaekat, awarni bapa myang kaki sapanunggilanipun leluhur jaler, angaken utusanipun dat kang Maha Suci, kinen ngirid dhateng karamatullah, poma dipunsantosa sampun ngimanaken Ingkang kaping nem, taksih salebetipun ngalam uluhiyah, sangsaya wewah padhangipun, ing ngriku katingal cahya mencorong, salebeting cahya wonten rumpan kados golek gadhing asawang puputran mut5rara, 100 dede jaler dede estri dede wandu, jumeneng ing makam baka, punika pramananing rahsa, kang murba misesa ing ngalam sadaya, ananging gesangipun saking dating atma, ing nalika punika dhatengipun widadari, warni biyung nini sapanunggilanipun leluhur estri, angaken utusanipun dat kang Maha Suci, kinen ngirid dhateng karamatullah, poma dipunsantosa sampun angimanaken. Ingkang kaping pitu, taksih salebetipun ngalam uluhiyah, padhangipun kadede-dede, ing ngriku boten katingal 74 T.rar..t/r;t^e^ /a^ Taa*,/lloraa: toraf U/;";/

76 punapa-punapa, ar.nung cahya gumilang tanpa wayangan, punika dating atma, inggih jatining dating sipat esa, boten arah boten enggen, tanpa \Marna, tanpa rupa, ajali abadi, kang murba amisesa, kang kuwasa anitahaken saliring ngalam, an$imputi ing ngalam sadaya, arnranawa mengku saliring makam sampurna, gesang boten wonten ingkang anggesangi, inggih punika sajatining Gusti kang Maha Suci, kang Agung datipun, kang elok sipatipun, dumunung wonten ing gesang kita pribadi, ing ngriku tanpa antawis pamoring kawula Gusti. Sampun uwas sumelang malih, katarima wonten ing sarira, kawtrla darmi angimpun saking ngelmu pamejangipun guru satunggal-tunggal, praosing manah sampun jangkep, kiranga boten kathah, anjawi namung pambiratipun ganda kemawon, sageda angganda sae punika kula dereng angsal saserepan, manawi ing wingking angsal seserepanipun, an)rumanggakaken patrapipun ing pangangge, dene weling kula wirid punika boten kenging kapriksakaken dhateng tiyang ingkang dereng tunggil ngelmu, bokmenawi kawancenan, mindhak punapa pakantukipun, destun namung babantahan kemawon, milanipun sanget ing pameling kula, sampun ngantos babantahan, mugi kagaliha ing sayektosipun. Tamat walahu alam. f"a^ataa *a Taz.t a/;ltaa+; tt if U/;";/ 75

77 B. Transliterasi (alih bahasa) Ini adalah ajaran Hidayat Jati, yang menejelaskan keberadaan serta kedudukannya sebagai ilmu makrifat, hasil akhir dari riwayat wirid yang merupakan nasehat yang baik dari para wali yang berada di tanah Jawa, sepeninggalnya beliau Kanjeng Susuhunan ing Ngampel Denta ( Sunan Ampel ), bersama-sama berinisiatif mengawali dengan membuka doa-doa yang menjadi inti atau sari nasehat yang didalamnya menggambarkan ilmu kesempurnaan masing- masing- dan bermula dari dalil, hadist, ijmak dan kiyas, I i ; seperti yang telah disebutkan di dalam wirid, dan urut- I :ii ili,t" i qmtannya sebagai berikut dibawah ini: Yang pertama bersamaan dengan masa awal berdirinya negeri Demak, para wali yang mau memberikan ajarannya hanya delapan orang : 1. Kanjeng Susuhunan di Giri Kadhaton, ajarannya tentang oisikan adanya dzat. 2. Kanjeng Susuhunan di Tandhes, ajarannya tentang *deharan keberadaan dzat 3. Kanjeng Susuhunan di Majagung, ajarannya tentang keleluasaan keberadaan dzat 4. Kanjeng Susuhunan di Bonang, ajarannya tentang terbukannya tata mahliga di dalam Betal Makmur 5. Kanjeng Susuhunan di Warywapada, ajarannya tentang terbukanya tata malige di dalam Betal Mukharam 6. Kanjeng Susuhunan di Kalinyamat, ajarannya tentang menetapkan kekuatan iman 7. Kanjeng Susuhunan di Gunung JaU, ajarannya tentang terbukanya tata malige di dalam Betal Mukharam 76 f"a^ak+* /* T"au/;kraa; t2r41 W;";/

78 8. Kanjeng Susuhunan di Kajenar, ajarannya mengenai Sasaidan. Yang kedua bersamaan dengan masa berakhirnya negeri Demak hingga menuju Pajang, para Wali yang bersedia memberikan ajarannya hanya delapan orang seperti yang tertera dibawah ini: L Kanjeng Susuhunan di Giri Parapen, ajarannya tentang bisikan adanya dzat. 2. Kanjeng Susuhunan di Darajat, ajarannya tentang wedaharan keberadaan dzat 3. Kanjeng Susuhunan di Atas Angin, ajarannya tentang getaran keberadaan dzat 4. Kanjeng Susuhunan di Kalijaga, ajarannya tentang terbukannya tata malige di dalam Betal Makmur, kemudian menerangkan tentang segala hal yang berhubungan dengan ajaran tersebut, yang nantinya akan diterapkan pada dzatyang hidup semuannya saja tanpa terkecuali, tatapi susunannya belum diurutkan berdasarkan tempatnya masing-masing 5. Kanjeng Susuhunan di Tembayat dan kanjeng Susuhunan Di Kalijaga, ajarannya tentang terbukanya tata malige di dalam Betal Mukharam 6. Kanjeng Susuhunan di Padusan, ajarannya tentang terbukannya tata malige di dalam Betal Mukhadas 7. Kanjeng Susuhunan di Kudus, ajarannya tentang menetapkan kekuatan iman di dalam diri 8. Kanjeng Susuhunan di Geseng, ajarannya mengenai Sasaidan. f,raul,r;* /a^ T.*u1.;lr,rnal toraf ll/i";/ 77

79 Adapun ajaran yang telah disebutkan diatas, kenyataannya adalah walaupun berbeda satu dengan lainnya tetap menjadi satu kesatuan, karena kesemuannya itu adalah berasal dari ajaran yang didapat dari Kanjeng Susuhunan di Ampe1 Denta (Sunan Ampel). Setelah sampai pada masa Kerajaan Mataram, oleh beliau yang berkedudukan sebagai raja pada waktu itu adalah Ingkang Sinuhun Kanjeng Sultan Agung Prabu Hanykrakusuma, ajaran yang terdiri atas delapan tingkatan tersebut dijabarkan menjadi satu ajaran saja, hal itu telah dimusyawarahkan dengan pandangan dan pengetahuan para ahli ilmu dan akhirnya dicapailah mufakat bahwa Ingkang Sinuhun telah menetapkan ajaran-ajaran tersebut seperti yang tercantum dibawah ini: 1. Panembahan Purbaya 2. Panembahan ratu Pekik 3. Panembahan Juru Kithing 4. Pangeran di Kadi l"angu 5. Pangeran di Kudus 6. Pangeran di Tembayat 7. Pangeran di kajoran 8. Pangeran di Wongga 9. Panembahan Juminah I I Adapun ajaran yang telah menjadi satu tersebut, perj alanannya bersama-sama berasal dari cuplikan ataupun semacam kutipan kitab Tasawuf semuanya, urutannya satu persatu berpatokan dari dalil ilmu, sebagai petunjuk didalam menjalankan atau melaksanakan apa yang telah 78 f,w.,r/a"taa /at Trar"a/,;lt*l: 94al U/;i/

80 diperintahkan Pangeran Kanjeng Maha Suci (Alloh SWT) kepada utusan-nya yaitu Nabi Musa Kalamollah, apabila manusia itu keberadaannya berasal dari zat yang bersifat tunggal. Demikian yang telah diterangkan menjadi tumbuhnya ilmu Makrifat, seperti wirid para nabi, para wali dijaman dahulu, yang selanjutnya dikiyas oleh para pendeta dan menjadi pembuka bagi ajaran masing-masing. Sesudah menjadi satu oleh keinginan Ingkang Sinuhun Kanjeng Sultan Agung di kerajaan Mataram, beliau menyetujui keberadaan ilmu makrifat, yang telah menjadi ajaran para wali terdahulu dan lama-kelamaan ajaran tersebut berkembang terus-menerus, menjadi ilmu makrifat yang mendapat pengaruh akibat perbedaan dari banyaknya para ilmuwan yang sangat bijaksana dan ahli dibidangnya dalam umsan penyebaran ilmu makrifat, dengan caranya sendiri. Ada juga yang menjalankan ajaran pelengkap saja seperti ilmu talak dengan ilmu patah dan sebagainya, yaitu ilmu pendukung dari ilmu makrifat seperti halnya ilmu sosorogan. Maka dimasa sekarang di Kedhung Kol, yang letaknya disebelah Selatan Kedhung Kol Pengaten, dengan ditandai tahun "dua sembilan warga sinuta (candra sengkala) dari dalam tahun Alip":satu tujuh tujuh sembilan, jatuh pada 'il-am'. Dengan menyebut nama Alloh SWT, demikian kurang lebihnya urutan ilmu makrifat, menurut ajaran delapan tingkat yang telah dikelompokkan menjadi satu. Serat Wirid ini menjadi yang pertama, milik Sampeyan dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Sunan Pakubuwana yang f,raa.ata,;1-t /e^ T.*al;ttaa; tt44f W;r;/ 79

81 ketujuh di negara Surakarta Hadiningrat. Uraiannya akan dipatuhi dan dilaksanakan oleh para Putra Pangeran serta dan cucu Pangeran sampai turunannya nantinya. Sejak tahun seribu delapan ratus lima puluh diambil dari babon/buku induk tinggalan mendiang Raden Ngabehi Ronggowarsito yang tersebut dalam bab satu. Ini adalah pembukaan serat wirid yang akan menerangakan hal-hal yang berhubungan erat dengan ilmu makrifat. Hidup akan menjadi sangat sempurna seperli yang telah dijalankan oleh para wali semuanya pada jaman terdahulu, adapun yang menjadi urutannya seperti yang tercantum seperti dibawah ini: Yang pertama adalah, keterangan yang menjelaskan bahwa sudah menjadi kewajiban antara guru dan muridnya untuk mengambil air wudhu dan berniat seperti keterangan berikut ini:" nauwattu napngalkadasl tanaal kabtrata, p arlc:nlillahi tang ala allahuakb ar ". s aya b erhiat mengambil air wudhu untuk mengilangkan najis kecil/khadast kecil hanya karena Alloh semata. Kemudian keterangan selanjutnya mewajibkan untuk mengenakan pakaian bersih dan terbebas dari najis kecil dan besar. Tidak diperbolehkan memakai perhiasan emas, yang lebih utama adalah mengenakan kopiah/kupluk tidak diperbolehkan tanpa busana, untuk pria tidak diperkenankan mengenakan anting-anting sebelah saja, perhiasan kalung, parfum yang wanginya berlebihan seperti hahrya pengantin baru. Adapun yang menjadi ajaran dan kesepakatan bersama para wali delapan di tanah Jawa, telah dikumpulkan 80 fraail"+a /at" Tra*a/;lt*ra; t"41 W;.;/

82 r menjadi satu, yang menjadi garis besa-rnya adalah mengambil inti atau sari dari kiyas dan dalil, serta ketentuan dari Alloh SWT, yang kemudian disebutkan dalam hadist nabi Muhammad SAW sebagai rasullulah dan diterima oleh Sayidina AIi. Dibisikkan melalui telinga kiri, urutanya menjadi delapan ajaran. Seperti keterangan-keterangan yang tercantum dibawah ini. 1. Bisikan adanya Dzat, Sesungguhnya tiada yang sejati didunia ini, pada awalnya dunia masih kosong, lengang, tidak ada sesuatupun, yang ada permulaan adalah Aku ( Allah), tidak ada Pangeran, kecuali hanya Aku Dzat yang Maha Suci, meliputi segala sifat yang melekat padaku, Segala puji hanya pada nama-ku, yang menandakan kekuasaan sepenuhnya ada pada-ku. 2. Wedharan tempat Dzat Sejatinya Aku adalah Dzat yang maha segala-galanya, yang berkuasa atas penciptaan, dan mengendaki segala sesuatunya pasti akan terjadi dengan seketika, sempurna akan kodrat-nya, disitu telah dinyatakan dengan tandatanda kekuasaan-nya yang paling awal, Aku menciptakan kayu dengan narra "sqjarahtl gakirt", tumbuh di dalam alam nabi Adam dan menjadi abadi, kemudian Aku ciptakan cahaya dengan nama 'Cahaya Muhammad" serta kaca dengan nzuna "mi'rahi khayat", kemudian nyawa dengan nama "nthtlapt", kemudian damar dengan nama 'Wab" yang nantinya sebagai warna dari kalarat- Ku. f,r..r.,rl,r,t/4; /aa T,*,*a1;*aea; tul ll/:";/ 81

83 3. Keadaan Dzat Sejatinya manusia itu adalah rahasia-ku, dan Aku ini merupakan rahasia didalam diri manusia, sebab aku menciptakankan nabi Adam berasal dari empat hal seperti yang tersebut dibawah ini: 1. Bumi 2. Api 3. Angin 4. Air Kesemuannya itu menjadi wujud dari sifat-ku, didalarnnya Aku melengkapi dengan lima perkara: 1. Cahya 2. Rasa,3. Ruh/nyawa 4. Nafsu 5. Budi Hal itu sebagai warrra dariwajah yamg Kumiliki yaitu, Yang Maha Suci 4. Terbukanya Tata Malige di dalam Betal Makmur Sejatinya Aku berkuasa, dan bertempat didalam Betal Makmur, berdiam pada kepala nabi Adam, yang ada didalam kepala itu adalah otak, yang ada diantara otak ' itu adalah manik, sedangkan didatam manik itu adalah budi, sedangkan didalam budi terdapat nafsu, didalam nafsu terdapat jiwa, didatanl jiwa terdapat rasa, didalam rasa terdapat Aku, tidak ada Pangeran, tetapi Aku adalah Dzat yang meliputi di dalam Keadaan yang sejati. 5. Terbukannya Tata Malige di dalam Betal Mukhadas Sejatinya Aku berkuasa di didalam malige Betal 82 f*lol,r;y* /aa T"aul;low; 5r"41 U/h;/

84 6. 7. Mukhadas, itu adalah tempat yang paling suci berdiamnya Aku, berada pada buah zakar nabi Adam, didalamnya terdapat pringsilan, yang letaknya antara pringsilan dan nutfah adalah air mani, didalamnya terdapat madi, didalamnya terdapat wadi, didalam wadi terdapat manikem, didalam manikem adalah rasa, didalam rasa itu Aku, tidak ada Pangeran tetapi Aku adalah Dzat yang meliputi di dalam keadaan yang sejati, berada pada sifat yang ghaib, akan turun menjadi yang paling awal, disitu berada di alam hidup, alam arwah, alam misal,alam ajsam,alam insan kamil, menjadi manusia yang sempurna yaitu memiliki sifat-sifat yang sudah aku gariskan. Ketetapan Iman, yaitu yang menjadi sentosanya iman, yang percaya, meyakini dengan sebenarnya, bersaksi didalam hati dan diucapkan dengan lisan bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan nabi Muhammad itu adalah utusan aryl Sasaidan Aku bersaksi, didalam dzat-ku sendiri, sepengetahuan- Ku tidak ada tuhan selain Aku, dan hanya Aku yaitu Allah SWT yang menjadi badan-ku, rasul itu rasa-ku, Muhammad itu wahyu-ku, yaitu aku yang hidup tidak dapat mati, yaitu aku yang selau ingat tidak boleh lupa, yaitu Aku yang tahu sebelum apa yang akan te{adi, yaitu Aku yang bijaksana tiada kekurangan suatu apapun tentang ilmu pengetahuan, sempurna, tidak merasakan apa-apa, tidak terlihat oleh apapun, hanyalah Aku yang meliputi keseluruhan dialam semesta ini, beserta kodrat- Ku. f,,er"4/rr;fr; /e^ T,*u/;lr"aa; tqri W;4;/ 83

85 Setelah apa yang tertera diatas, ada juga hal-hal yang menjadi kelengkapandzat dari Yang maha kuasa, beberapa keterangan tersebut ada dibawah ini: l. Menyatukan aku dan Tuhan (Allah) Aku berada pada gusti /tuhan yang memiliki sifat Esa, meliputi dalam diriku, tunggal yang menjadi satu keadaan, akan menjadi sempurna dari kodaratku. 2. Mensucikan Dzat Allah adalah Yang Maha Suci yang memiliki sifat kekal,yang menguasai seluruh makhluk_nya, dan menguasai kesempurnaan hidup kesejahteraan berasal dari-nya, beserta yang menjadi kodrat makhluk-nya. 3. Merakit atau Menyusun Alloh adalah Dzat Yang Maha Luhur, berkedudukan sebagai Ratu Ag;ung, menguasai seluruh Makhtuk-Nya, yang berkuasa menjadikan alam semesta, Yang Maha Agung dan Mulia, kesempurnaan hanyalah milik-ku, beserta seisi alam semesta ini, lengkap dengan pesuruh- Ku, ildak ada kekurangan, apa yang menjadi perintah- Ku, tidak ada yang tidak mungkin, sampai pada yang menjadi keinginan-ku semuanya, berasal dari kodrat- Ku. 4. Terciptanya Alam Semesta Alloh menciptakan Alam Semesta beserta selumh isinya ini, iyalah sudah menjadi kodrat-nya, apabila Alloh mengendaki alam semesta ini selesai dan kembali pada kemuliaan dan kesempurnaan akan bersatu sampai dengan keberadaan-ku lagi, itu adalah kodrat-ku. 84 freuta,l^a. /z^ T"a^z/;*"a+; tornf U/;,r;/

86 5. Kesejahteraan Keturunannya yang masih tertinggal di alam semesta semuanya, semoga menemukan rasa senang dan bahagia, kaya akan pengetahuanjangan sampai ada kekurangan sesuatu apapun, sebelum dan sesudahnya selalu mendapat keselamatan, itu adalah kodrat-ku. 6. Kemudahan Sebanyak-banyak makhluk ciptaan-ku, semuanya saja yang tidak menghiraukan-ku, tidak akan mendapat kemudahan-kemudahan yang menjadi kodrat-ku Yang pertama yang telah diajarkan oleh kesejatian, apabila menempatkan perlakuan-perlakuan satu demi satu, dijelaskan dalam pembabaran wirid beserta dengan murad, disebutkan dalam wiradat dan menjadi petunjuk yang asal mulanya dari ilmu makrifat semuanya. Setelah demikian, yang membaca doa istigfar dengan doa pembukaan, didalam hati memohon ampunan kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa, Yang Maha Kuasa atas kehidupan, agar supaya jangan sampai mendapatkan kesulitan dan kesukaran didalam memaparkan rasa atas Dzat. Selanjutnya adalah apabila masih hidup gumnya lebih baik, tetapi bila terikat dengan masalah, ada yang selalu mendapat sakit yang amat sangat, padahal belum berilmu, hal ini dikarenakan mendapat wisik karena adanya Dzattulloh saja. Disamping hal tersebut, apabila yang diajarkan tadi belum dapat menerima atau masih kurangnya kejelasan fra^a/r,r;l"t lr* Tra,*/llc,raa; taal W;"d 85

87 atas penerimaanya, apabila akan berguru kepada yang lainnya tidak menjadi masalah, hendaknya mendapat ijin dari guru yang memberi pelajaran sebelumnya. Setelah keluar dari pembelajaran, disitulah bersamasama duduk membentuk lingkaran untuk keduri atau memohon keselamatan jiwa dan raga, adapun banyaknya tumpeng atau ambengan yang dibutuhkan ada tiga macam, antara lain: 1. Pertama-tama mempersilahkan kepada nabi Muhammad sebagai Rasul Alloh, antara lain nasi uduk dengan ayam suwir atau bisa juga telur, kerupuk, garam,cabe,terong. 2. Pertama-tama mempersilahkan makan kepada para sahabat Rasul sekaliyan dengan para Wali Alloh, antara lain nasi golong, pecel ayam, sa5rur bayam, daging sapi satu yang digoreng. 3. Pertama-tama mempersilahkan makan kepada para leluhur yang telah mengajarkan pada kita semua ilmu makrifat, seperti halnya makanan yang dimakan seharihari ketika mereka masih hidup, serta dengan bergantian, mendoakan semuanya, berdoa untuk rasul, dan pada akhirnya mendapat keselamatan. Adapun hasil yang didapat dengan ajaran ini, bila waktu melaksanakannya bertepatan dengan bulan yang tanggal satu pada hari Jumat, dan ketika bulan purrrama, apabila tidak menakutkan tidak akan mendapat celaka, serta tidak bertepatan dengan hari naas, apabila sembilan bulan dari sejak dihitung dan bertepatan dengan hari Jumat, melaksanakan selamatan pada hari selasa manis, walaupun tidak bertepatan dengan bulan purnama. 86 Tre^a/.a* /a^ T"<.u/lltra+; towf Wr;/

88 Dengan didapatkannya tempat untuk pengajaran tersebut adalah, tanah suci/ tempat suci adalah yang terbaik, serla tidak tertutup, utamanya yang berada dilangit, ditanah semak belukar serta dirawa-rawa, harus dalam keadaan.yang sepi, lebih utamanya lagi apabila mnjelankannya pada tanah atau tempat yang tinggi seperti gunung, juga dipelataran atau halaman masjid, sesudah itu apabila kira-kira mendapat nama beserta tempatnya. Ini adalah keterangan-keterangan yang menyebutkan kewajiban bagi orang yang pantas menjadi guru, ada delapan perkara anatara lain: 1. Termasuk kedalam kelompok orang yang berani, maksudnya adalah keturunan bangsa yang luhur yang masih berderajad. 2. Terrnasuk kedalerm agamawan, maksudnya adalah para ulama yang menguasai kitab suci agama Termasuk kedalam pertapa, maksudnya adalah para pendeta yang masih menjalankan kebiasaanya bertapa Termasuk para cerdik pandai, maksudnya adalah para ilmuwan yang berpengetahuan luas, yang menjadi orang baik 5. Termasuk orang yang mempunyai nilai guna,memiliki keterampilan dan cekatan Termasuk kedalam perwira, maksudnya adalah para prajurit yang masih memiliki keturunan bangsawan atau berderajad tinggi Termasuk orang berada, maksudnya para dermawan yang mendapat kebahagiaan T"a^a/r^f-t /a^ T,*a/;*"2,a; tora W;i/ 87

89 I 8. Termasuk kelompok orang pekerja keras, maksudnya adalah kelompok para petani yang ulet dan tangguh dalam beke{a Sedangkan beberapa perkara yang menyebabkan orang biasa menjadi gurr adalah : ', 1. Para ahli pengetahuan utama, artinya orang yang faham dan pandai dalam bidang tulisan, bahasa sastra 2. Para ahli bahasa kawi atau pujangga yang termasyur, artinya orang yang faham benar, panadai akan bahasa kawi 3. Para ahli bahasa, artinya orang yang dapat berbahasa baik dan benar 4. Para ahli tembang atau ahli gending, artinya orang yang pandai dan dapat membuat lagu atau nyanyian dengan baik dan luwes 5. Para ahli cerita pandai membawakan ceritera, artinya orang yang pandai bercerita 6. Orang yang sangat bijaksana sekali, artinya kaya akan keterampilan dan serba bisa 7. Orangyang cerdas dalam bidang pemikiran dan halus akan budi bahasanya, sehingga orang yang diajak berbicara dengan mudah menangkap maksud dan tujuan. 8. Orang yang peka, berkeinginan keras, utama dan mulia, serta tidak pelupa. 88 f,*r.,r/ty*a /a^ T"at"al.;Ztraa; tord W;41/

90 r Delapan perkara, sifat seorang guru I. Mengasihi murid seperti anak sendiri 2. Sabar dalam mengajar 3. Ikhlas mengerjakan tugasnya tanpa pamrih 4. Cepat tanggap, dapat memilah-milah permasalahan mr:rid 5. Tidak bertangan besi 6. Tidak berkecil hati 7. Tldak meminta sanjungan 8. Tidak merasa unggul Delapan perkara utama yang bisa menjadikan guru 1. Sehat jasmani, tidak ada cacat satupun 2. Halus tutur kata, tidak berkata-kata kotor 3. Bertingkah laku sopan 4. berbudi luhur 5. menjadi panutan 6. Bijaksana 7. Cita-cltnya luhur 8. Tidak banyak keinginan Inilah keterangan yang wajib dimiliki apabila menjadi seorang murid, delapan perkara seperti dibawah ini. 1. Aeketurunern 2. Sebangsa 3. Seagama 4. Sebahasa 5. Tahu akan sastra 6. Jangan melewati batas usia 7. Tidak menderita sakit 8. Tidak mengecewakan f,w^,t/tr;* rlet Tr*u/;ltraa; torvi +/;",t 89

91 Kemudian selanjutnya bab dua dari serat Wirid Hidayat: Inilah yang menjadi keterangan wirid serta murid yang menjadi terbukanya hidayat, dan menjadi petunjuk bagi ilmu makrifat, yang barsal dari dalil, khadis, ijima, kiyas. - Artinya dalil, menerangkan apa yang menjadi ketentuan Allah. - Artinya khadis, menceritakan ajaran/petunjuk dari Rasullullah - Artinya ijimak, mengumpulkan ajaran-ajaran dari para wali - Artinya kiyas, menyebarluaskan ajaran pendeta Kesemuanya itu menjadi pembuka, yang akan menyebarluaskan rasa gaib dan kesejatian dalam kehidupan, agar supaya sejahtera dalam hidup, lestari dari awal hingga akhir nantinya, kemudian apabila mendapatkan kesialan manusia terhadap janji hanyalah bisa berharap didalam kesernpurnaan, jangan sarnpai menjadi penasaran. 1. Adapun yang menjadi inti dari ilmu makrifat yang diikuti oleh kiyas yang berasal dari khadis menurut sabda Nabi Muhammad SAW yang diajarkan kepada Saidina Ali, mempercayai adanya dzat yang telah disebut didalam dalit pertama dari firman Allah S\ /T, Pangeran Yang Maha Suci dibisikkan pada telinga sebelah kiri, seperti yang terdapat di bawah ini : Yang menyebutkan bahwa dzat yang sejati dan maha suci itu adalah kehidupan kita sendiri, rasa dzat yang agung meliputi sifat rrpa pribadi kita, tidak tertutup 90 faauk+a ** Taa-ehZaa.; tuil tl/;.;/

92 adanya warna dzat yang jelek, yaitu nama kita sendiri yang menyertainya. Sedangkan dzat,biasanya apa yang melekat padanya sudah dengan semestinya, apabila sebagai contoh adalah madu tidak mungkin rasanya adalah pahit, jadi tidak akan terpisahkan oleh sifat yang dimiliki. Sedangkan nama, dalam penyebutannya ditandai dengan apa yang menjadi sifat kebesaran yang dimilikinya, sebagai contoh apabila berkaca, bayangan yang tampakpun seperti aslinya, sejatinya tingkah lakunya adalah ibarat hasil cerminan yang selalu mengikuunya. Sedangkan apangal, adalah menjadi tempat yang mewadahi Dzat, apabila sebagai contoh menjadi samudera atau lautan dengan otomatis ombakpun mengikuti keberadaan samudera, sejatinya tempat dari ombak berada adalah adanya samudera atau lautan. Jadi sejatinya yang dinamakan Dzat tersebut adalah Mukhammad,dengan demikian nama Mukhammad menjadi tempat keberadaan wahyu yang meliputi didalam jasat, dan keberadaannya dalam kehidupan kita, yaitu kehidupan sendiri, tidak ada yang menghidupi, maka dari itu bersama-sama untuk melihat, mendengarkan, membau, berbicara, merasakan adanya rasa, itu berasal dari kodrat yang kita punya yaitu Dzat, artinya demikian: Dzatyang dimiliki oleh Tuhan Yang Maha Suci itu adalah apabila melihat dengan mata yang kita miliki, apabila mendengarkan dengan telinga yang kita miliki, apabila mencium dengan menggunakan hidung yang kita f,,tu4k+4 h. Tu^e/:lr,*t; 9".f W;rl/ 91

93 92 mitiki,apabila berbicara menggunakan mulut yang kita miliki, apabila merasakan juga dengan perasaan yang kita miliki, jangan sampai merasa perasaan kita khawatir, sebab keberadaan wahyu dtdzatyang kita milild tersebut telah menjadi rasa, artinya secara lahir dan batin Alloh sudah berada didalam kehidupan kita pribadi, dengan kata lain yang tertua atau paling terdahulu adalah Dzat yang berasal dari sifat Allah, sebab jadinya Dzat yaitu kadim ajali abadi. Berarti juga menganggap yang terbaik sendiri, ketika masih kosong dan hampa selama-lamanya di keadaan kita. Jadilah sifat yang dinamakan kudzr.rsul ngalam Sedangkan yang menjadi unrtan terjadinya Dzat sifat tersebut ada dalam tempatnya, disebutkan dalam dalil yang kedua, bersumber atas firman Tuhan Yang Maha Suci, demikian Allah dalam firman-nya: Sesungguhnya Aku adalahdzat YanS Maha segalagalanya, yang berkuasa memerintahkan masing-masing makhluk-ku, akan menjadi seperti sekarang ini adalah kodrat yang berasal dari-ku, disitu telah menjadi kenyataan dan pertanda kekuasaan-ku, sebagai pendahuluan atas irodat-ku, yang pertama-tama Aku memerintahkan kayu, dengan nama sajaratul yakin, dan tumbuh didalam alam Nabi Adam makdum dan menjadi abadi, kemudian cahaya, dengan nama cahaaa Mukhammad,, kemudian kaca, dengan nama mtr'atul koaol kemudian nyawa dengan nama ruthtlapi", kemudian damar dengan nama kandil, kemudian "sosotaa" dengan nama darah, kemudian dhtng-dhtng jalal dengan nama

94 kijab, yang nantinya akan memberi warna dan selalu mengikuti-ku, demikian keberadaan keterangannya Sqjarahilgakin, tumbuh didalam alam makdum ajali abadi, yang berarti bahwa: berada di alam sonaarltrt, masih diawang-awang selamanya di kehidupan kita, ini merupakan hakekat Dzat yang mutlak dan terdahulu, berarti Dzatyang sejati dan merupakan yang pernulaan, yaitu dzat di dalam jiwa, jadi berada di dalam alam akadiyat. lvur Mukhammad", yang berarti: sesuatu yang telah temji, diceritakan dalam khadis, warnanya seperli bumng merak, berada di dalam sayapnya yang benvarna putih, bertempat serah dengan sajaratul yakin, ini adalah hakekat cahaya yang merlrpakan pengganti wujud Tuhan, ada didalam nukat gaib, sebagai sifatnya nama, menjadi tempat alam wahdat. Mtr'atul kagal artinya kaca wirangi, diceritakan didalam khadis berada didepannya Nur Mukhammad, ini adalah hakekatnya jiwa, yang menjadi rahasia dari Dzat Sebagai nama Jiwa, dan menjadi tempat keberadaan alam akadiyat. Roh tlapi", artinya adalah keheningan. Diceritakan didalam Khadist berasal dari cahaya nabi Muhammad. Inilah merupakan kemulyaan dari jiwa, yang menyumh keadaan Dzat, sebagai tempat jiwa. Menjadi tempat dari alam anvah. Kandtl, artinya adalah lampu tanpa api. Diceritakan didalam Khadist berwarna gemerlap yang memancar gemerlap, bergantung tanpa ada gantungan. Disitulah T,rar.4/r,W /i4. Tra,*a/,;laaa; 9"a/ l,/;rr;/ 93

95 keadaan Nur Muhammad serta berkumpulnya ruh semuanya. Sebagai ibu dari jiwa dan menjadi tempatnya alam misal. Darah artinya, intan permata. Diceritakan didalam Khadist memiliki sinar warna yang lain. Menjadi tempat malaekat. Ini adalah kenyataan budi, yang memerintahkan untuk menghias muka dari Dzat. Sebagai pintunya roh atau nyawa menjadi tempat dari alam qjsam- Dinding dinamakan dengan dinding kemuliaan Tuhan, artinya warna yang amat besar. Diceritakan di dalam Khadist dan keluarnya berasal dari cahaya luar. Pada waktu itu bergerak-gerak mengeluarkan buih, asap, air. Inilah kenyataan atas badan atau jasad sebagai pakaian atau penutup roh. Menjadi alam ttsan kamit. Adapun keterangan dari persesuaian pendapat para ahli agama dan kiasan, tingkatan dinding atau batas kemuliaan Tuhan yang berbentuk: busa, asap dan air tadi sama-sama menjadi tiga warna, yang disebutkan seperti dibawah ini: Yang pertama adalah busa atau buih mengeluarkan tiga derajat atau tingkatan: 1. Kitab kisma atau tanah, menjadi lahirnya anggota badan yang berada diluar seperti kulit, daging dan lain-lain. 2. Kitab Rukmi atau emas, menjadi lahirnya perabot atau anggota badan yang ada di dalam, seperti otak, mata, hati, janyung dan lain-iain. 3. Kitab retna atau intan, menjadi lahirnya perabot badan yang lembut, seperti air mani, darah, sumsum, dan lainlainnya. 94 fra*,*aa /a^ T"aul;laaa;. S.ril W;r;/

96 r Yang kedua adalah asap, mengeluarkan tiga derajad atau tingkatan: 1. Kitab kegelapan, menjadi tempat rasa panas dan lainlain 2. Ilttab Guntur, menjadi tempat dari panca indera 3. Kitab Api, menjadi tempat dari nafsu atau keinginan Yang ketiga adalah air, yang mengeluarkan tiga tingkatan: t. Kitab embun, yaitu air kehidupan yang menjadi tempatnya jiwa. 2. Kitab cahaya rasa, menjadi tempatnya rahasia 3. Kitab cahaya jiwa, menjadi tempat roh dan keadaannya sangat terang. Semua itu adalah warna dari Dzat yang berada pada insan kamil. Artinya kesempurnaan manusia telah hilang prasangka dan rasa khawatir sudah tidak ada lagi. Sebab keadaan rumah tuhan, takdir yang memuat takdir manusia, firman tuhan,jalan sirotal mustagin, surga, neraka, bumi, Iangit dan seluruh isinya. Sudah masuk kedalamnya wujud yang menjadi rahasia dari Dzat-Nya Yang Maha Agung. Terbentang menjadi keindahan sifatyang Maha Esa. Menyertai permulaan nama- Ku yang berkuasa. Keterangannya seperti; pada saat Yang Maha Suci, berkehendaklah mewujudkan sifatnya yang dinamakan Adam. Yang berasal dari empat perkara pen)rusun: 1. Tanah 2. Api 3. Angin 4. Air fra^ak+t- /2.^ T"a^a/lltua; 9,r4/ W;.,A 95

97 Itulah menjadi wujud dari sifat-ku. Disitulah memasukan mudah lima perkara: l. Cahaya 2. Rahasia 3. Ruh 4. Keinginan 5. Budi Yaitu sebagai dinding pembatas wajah-ku Yang Maha Suci Adapun letak atau tempatnya demikian, mudah itu Dzat yang dimitiki hamba, wajah itu Dzat yang dimiliki Gusti yang bersifat kekal. Diceritakan dalam Khadist masuknya mudah lima perkara tersebut. Diawali dari ubunubun berhenti di otak, kemudian turun kemata, kamudian turun ketelinga, kemudian turun ke dada, kemudian menyebar keseluruh bagiantubuh, lengkaplah kedudukan insan kamil. Demikian tambahan yang diberikan oleh yang Maha Suci. Didalamnya dinamakan tempatdzat, tertata di dalam rumah Alloh menjadi tiga keadaan. Itulah kesejatian, sebagai kenyataan keadaan satu-satunya. Yang menandakan waktu dunia adalah berasal dari Yang Agung dan Maha Mulia. Kekal tidak akan berubah oleh pergeseran dari keadaan jati. Disebutkan dalam dalil yang keempat dari apa yang dikatakan Alloh, pangeran Yang Maha Suci menjadi tiga ayat, keterarigannya seperti dibawah ini: 1. Ayat yang kesatu, terbukannya tata kebahagiaan di dalam betal makmur. Demikian keterangannya: sesungguhnya- Aku menata kebahagiaan ada didalarnnya betal makmur, itu merupakan rumah atau tempat kesenangan dan 96 fa"r^el;y* /tr Tmq/;Zr,ua; ta41 W:D:/

98 kegembiraan-ku. Berada didalam Adam, yang berada di dalam kepala itu adalah otak. Yang berada diantara otak itu adalah mata. Didalam mata itu budi, didalam budi itu kesenangan, didalam kesenangan itu jiwa, didalam jiwa adalah rahasia, didalam rahasia itu adalah Aku. Tidak ada pangeran, hanya Aku Dzat yang meliputi keadaan jati. 2. Ayat yang kedua, terbukanya tata kebahagiaan di dalam betal mukaram, demikian keterangannya: sesungguhnya Aku menata kebahagiaan ada di dalam baitul mukaram, itu rrmah dan tempat larangan-larangan-ku. Berada di dalam dadanya Adam, yang berada didalam dada adalah hati, yang berada diantara hati itu jantung, didalam jantung itu budi, didalamnya budi itu jinem, yaitu anganangan didalam angan-angan itu roh atau nyawa. Pangeran Alloh, hanyalah-aku Dzat yang meliputi keadaan jati. 3. Ayat yang ketiga, terbukanya tata kebahagiaan di dalam betal mukhadas, demikian keterangannya: sesungguhnya Aku menata kebahagiaan ada di dalam betal mukhadas. Itu adalah tempat yang suci-ku, berada dalam kemaluan Adam. Yang berada dimakam itu ada pringsilan, yang ada di antara pringsilan itu nutjah, yaitu air mani. Di dalam air mani itu madi, didalam madi itu adalah wadi, yang ada di dalam wadi adalah manikam, di dalam manikam itu adalah rahasia, hanyalah Aku Dzat yang meliputi dalam keadaan kesejatian. Berada dalam nukat ghaib, turun menjadi johar awal disitu keadaan alam adalah alam akhadiyyat, wahdat, wakidiyat, alam arwah, fr*t.*+a /a^ T"aullltaa; 9,141 W;4;/ 97

99 I Ii alam misal, alam ajsam, alam insan kamil. Menjadilah manusia yang sempurna, yaitu sesungguhnya adalah sifat-ku. Apabila telah menerima dalil yang telah menjadi perkataan-ku Yang Maha Suci demikjan tadi hayatilah dan renungkanlah dalam hati. Yang demikian itu keberadaan dalam anugerah. Anugerah tersebut adalah Dzat dari Gusti, keberadaan tersebut adalah sifat dari hamba, satu tidak ada wawangenan, berada pada jasad atau badan kita. Sedangkan kayektening, keadaan semuanya tadi, disebut dibawah ini keterangannya: Yang pertama memberitahukan,apa yang disebut dalam betal makmur, artinya rumah yang tenang atau sepi, demikian tempat keberadaannya satu-persatu: 1. Kepala, ini adalah jalannya keadaan betal makmur 2. Otak, keadaan dari kandha, menarik keadaan cahaya, menjadi pembukaan Dzat 3. Manik, keadaan jiwa, menarik keadaanya warna menjadi pembukanya kemampuan melihat 4. Budi, keadaan prana, menarik keadaan karsa menjadi pembukannya kemampuan berbicara 5. Suksma, keadaan dari nyawa, menarik keadaan cipta menjadikan pembukannya kemampuan membau 6. Rahsa, keadaan dari atma, menarik wisesa, menjadikan pembukannya perasaan batin. Nasehat atau petuah guru yang mengajarkan ilmu pembukaan dari tata kebahagiaan di dalam betal makrnur, utamanya menjalankan larangan seperti tidak diperbolehkan menyantap ikan utak dan juga ikan manik. Dari keterangan i I 98 frar.4/rr+n /aa Taau/:ltraa; furnl U/;rl/

100 ilu menyatakan bahwa apabila benar mematuhinya ilmu.yang sedang dijalankan dengan mudah akan diterima. Yang kedua, menjelaskan yang disebutkan didalam betal mukharam, artinya adalah rumah yang kaawisan, demikian keberadaannya satu-persatu: l. Hati: keadaan dari panca indera, yang bisa menarik keinginan menjadi keadaan dari nafas. 2. Jantung: kedaan dari lima hal yang tak tampak, yang bisa menarik keadaan birahi, menjadikan wahyunya. 3. Budi: keadaan dari pranawa,menarik keadaan dari karsa, menjadi kemampuan akan berbicara. 4. Jinem: keadaan dari panggraita, menarik keadaan suara, menjadikan kemampuan akan mendengarkan. 5. Suksma: keadaan dari nyawa, menarik keadaan cipta, menjadikan kemampuan akan membau. 6. Rahsa: keadaan jiwa, menarik adanya wisesa, menjadi kemampuan merasakan Nasehat atau petuah guru yang mengajarkan ilmu pembukannya tata kebahagiaan di dalam betal mukharam, utamanya yang menjalankan tidak diperbolehkan memakan ikan hati dan jantung, jalan tengahnya telah dinamakan angen-angen. Dari keterangan itu menyebutkan bahwa apabila telah mematuhi larangan tersebut ilmunya dapat diterima. Yang ketiga, menerangkan yang disebutkan didalam betal mukhadas, artinya ruang yang disucikan, demikian keberadaannya satu persatu: l. Alat kelamin atau tempat rahasia : ini adalah keluarnya keadaan dari betal mukhadas f.raak++ /a^ Tra*-/;ltraa; toral W;";/ 99

101 2. Pringsilan : keadaan dari yang awal atau terdahulu, tumbuh dari keadaan birahi, dan menjadi pembukaan dari asmara (kasih sayang, cinta), yaitu ketertarikan rasa dari dalam hati. 3. Air mani : keadaan dari kandha,tumbuh dari rasa dan suasana, menjadi pembukanya asmara (kasih sayang, cinta), yaitu ketertarikan rasa sapandttlon. 4. Madi atau rahasia : keadaan warna yang tumbuh dari keadaan karsa, menjadi pembukaan dari asmara (kasih sayang, cinta), yaitu ketertarikan dari pendengaran. 5. Wadi: keadaan dari wujud atau bentuk, yang tumbuh dari keadaan cipta, menjadi pembukanya asmaradaru. yaitu ketertarikan yang berasal dari kata-kata. 6. Manikem : keadaan dari ruh, yang tumbuhnya berasal dari keadaan rasa hati, dan menjadi pembukaan dari asmara tarttra. yaitu ketertarikan perasaan. 7. Rahsa: keadaan jiwa, tumbuhnya atas keadaan wisesa, menjadi pembukaan asmara{larrla, yaitu ketertarikan salulut Nasehat atau petuah guru yang mengajarkan ilmu pembukanya tata kebahagiaan dalam betal mukhadas, utamanya adalah tidak diperbolehkan makan daging atau hati Dibawah ini ada keterangan yang memaparkan dari riwayat guru, apabila mengajarkan rahsa dari betal mukhadas, yang sehamsnya diketahui dan dipelajari oleh para wanita, boleh diberitahukan sepefoi demikian: Ketika Yang Maha Suci sudah berkehendak untuk menata kebahagiaan didalam betal mukhadas,ada bertempat r00 fm.atn;1,t" /aa^ Tm4;Uaa; bul tl/:",t i

102 rli badan Siti Hawa, y:rng disebutkan ada didalamnya badan ialah: purana Hal-hal yang ada didalam purana:reta, yaitu mani, didalam mani adalah madi, didalam madi adalah wadi, didalam wadi manikem, didalam manikem adalah rahsa, didalam rahsa adalah atma, yang keseluruhannya diliputi keadaan yang Sejati. Sedangkan petunjukanya adalah demikian: baga, timbangan dari alat kelamin, purana, timabangn dari prirgsilan, yang selanjutrrya sama dengan apa yang diajarkan unt'uk diketahui kaum pria, adapun didalam penerapannya bersama-sama didalam kodrat yang seharusnya agar memahami asal muasal dan tujuan akhir nantinya. Apabila telah benar-benar tahu dan paham dengan nyata, sudah seharusnya menetapkan yang menjadi sentosanya dari iman yaitu sahadat jati,. yang disebut didalamnya tidak seperti maksud yang dikandung. Saya bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Alloh,dan saya bersaksi bahwa sesungguhnya nabi Muhammad adalah utusan Alloh. Cerita atau dongeng dari guru lagi, walaupun ajaran ditujukan pada kaum wanita, diperbolehkan ditambah demikian keteranganrlya: Saya bersaksi, sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Alloh, dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Alloh dan Fatimah adalah umat-ku. Apabila telah mengetahui isi yang terkandung dalam sahadat Jati seperti tersebut diatas, hendaknya kita juga menuntun untuk sanak saudara kita sekalian, yaitu tentang f"/*a//+r; /t",* T.raal;lzual tt41 W;rA 101

103 keadaan-keadaan dari kejadian, yang terbentang ada didalam alam semesta antara lain: bumi, langit, matahari, bulan, bintang, api, angin, air, dan lain sebagainya, bersama-sama bersaksi bahwa kita nanti telah mengakui, keberadaan Gusti Alloh Yang Maha Suci, dan menjadi sifat Alloh yang sejati. Disebutkan didalamnya dan tidak seperti keterangan yang tertera: Saya bersaksi bahwa di dalam Dzat-K'tt, sejatinya adalah tidak ada Pangeran tetapi adalah Aku, dan bersaksi bahwa Mukhammad itu adalah Rasul-Ku, dan sesungguhnya yang bernama Alloh itu adalah badan-ku, Rasul itu adalah rahsa-ku, Mukhammad itu adalah cahaya-ku,'yaitu Aku hidup dan tidak mati, yaitu yang selalu ingat tidak akan lupa, yaitu Aku yang kekal tidak akan pernah bembah oleh pergeseran waktu di dalam keadaan yang sejati. Yaitu Aku yang benar-benar ada dan tidak dapat disamakan dengan Iain-lainnya, Aku yang berkuasa dan berkehendak atas segala yang ada, berkuasa atas pengetahuan tidak ada kekurangan didalamnya, dengan kata lain sempurna dalam segala hal, tidak terasa apapun, tidak akan terlihat apaapa, hanyalah Aku yang menguasai di alam ini, tidak ada yang berani melawan kodrat-ku. Tamat wirid yang kedua. Kemudian dilanjutkan serat wirid dengan tanda - tanda keterangan, yang disebutkan pada bab tiga Inilah serat wirid yang mengingatkan atau menyebutkan akan badan hingga kesempurnaannya, yang disebutkan dalam bab tiga. r02 T"a^akat- e^ Tu*/;*"a+; 9"a,2 U/;",/

104 Inilah keterangan yang menerapkan kelengkapan ilmu kesempurnaan, yang tersebut dalam ingatan uiradat" pada jaman yarrg terdahulu telah _di lihat oleh para wali, yang pada saat kemudian telah disebarkan pembukannya semuanya, memberitahukan yang menjadi tanda-tanda datangnya hari kiamat. Kiamat memiliki arti, yaitu kiamat yang ada didalam badan masing-masing pribadi. Keterangannya ada dibawah ini, urutnya sesuai keterangan satu-persatu. 1. YarU pertama-, bila telah sering mengetahui hal-hal yang tidak terlihat, tanda-tanda kurang satu tahun, disitulah seharusnya lebih banyak melakukan tapa brata atau tafakur, mengurangi keinginan yang tidak perlu, menetapakn hati, rela, menerima, sungguh-sungguh, mengutamakan, adapun yang paling utama adalah keberadaan didalam kesabaran dan menerima dengan suka rela 2. Yang kedua, bila telah sering mendengar apa-apa yang tidak pernah didengar sebelumnya, seperti mendengar suara-suara sebangsa jin, setan, hewan atau binatang. Dengan tanda-tanda kurang satu tahun, disitulah tempat keberadaan lanrmat beserta tilawat, yang berarti bahwa haruslah memiliki pegangan hidup yaitu kesejatian dan lain sebagainya, melakukan kebaikan-kebaikan, selalu berhati-hati dalam menjalankan kehidupan kita sendirisendiri. 3. Yang ketiga, bila telah sering berubah pengelihatannya, seperti: bulan Mukharam, sapar, apabila langit terlihat merah, Mulud, Rabingul akir, matahari terlihat hitam, f,ra^al;f-n /a^ Tr<.,ra/:ltaa.a; tcmz W;.;/ r03

105 Jumadi l,awal, Jumadi Lakhir, Rejep, Ruwah, air terlihat merah, Siyam, Syawal, bayangan badan sendiri terlihat dua, Dulkangidah, Besar, api terlihat hitam. Semua itu merupakan tanda kira-kira kurang dari dua bulan. Disitulah tempat keberadaan nasehat atau petuah dan pengalaman. Yang berarti bahwa nasehat-nasehat serta ajaran-ajaran yang sangat bermanfaat untuk kebersihan hati. 1 \t,ii 4. Yarry keempat, apabila jari telunjuk ditekuk kedalam telapak tangan dan jari manis terangkat dan dapat menjunjung jari manis tadi. Adalah tanda -tanda kurang dari sepuluh hari, disitulah tempat dan keberadaan dari hal-hal yang luhur. Artinya permohonan maaf, yaitu memaafkan atas segala kesalahan dan kekeliruan, atau memohon permintaan maaf dari orang yang telah merasa hatinya tersakiti. 5. Yang kelima, bila telah terlihat jari-jarinya berkurang atau tidak nampak, bagian pergelangan tangan sudah. terlihat lepas, tanda-tandanya kurang dari satu bulan. Disitulah tempat dan keberdaan menerapkan sebanyakbanyaknya ilmu kesempurnaan. Seperti yang ada dibawah ini: I) Iman, berarti mempercayai. Percaya akan kodratrrya, dengan kata lain percaya akan kodrat Yang Maha Kuwasa. 2) Tauhid, berarti hanya satu atau esa. Yaitu pasrah pada kehendak yang kuasa. r04 fraaz/"r+a /a Tra,u/;ltraa; tt4f W;4;/

106 3) Pandangan atas sifat Tuhan, artinya terang atau jelas maksudnya. Artinya jelas adalah ilmunya, yaitu meliputi keberadaan Dzat, sifat, asma dan apngal. a. Dzat, berarti cerita b. Sifat, berarti muka atau wujud c. Asma, berarti nama d. Apngal, berarti pengetahuan 4) Islam, artinya selamat. Yang dimaksud selamat adalah dalam kehidupannya. Yang berati kehidupan adalah: hidup itu sendiri, berada pada sifatjatal, jamal, katror, karnal. a. Jalal, artinya agung atau besar. Yang besar adalah dzatnya, berkuasa meliputi seluruh alam seisinya. b. Jamal, artinya jelek. Yang baik adalah sifatnya, bukan lakilaki, bukan perempuan, juga bukan waria, tidak berada di salah satu arah, bukan menetap tidak berwarna dan berwajah. c. Kahar, artinya yang misesa. Yang misesa adalah nama-nya. Bukanlah nama siapa-siapa. d. Kamal, artinya sempurna. Yang sempurna adalah pengetahuan-nya Adapun keberadaannya demikian adanya: Iman, berada di eneng Taukhid, berada di entng Makrifat, berada di anoas Islam, berada di engetan f"at/"r+a /a^ T"zul;ltrza; ti.al ll/.rrd 105

107 llr Yarq keenam, bila telah terlihat warnannya sendiri, tanda-tandanya kurang dari setengah bulan, disitulah tempat keberadaan permohonan, ditegaskan bahwa kehendak dan kuasa-nya, dilakukan setiap akan berangkat tidur. Permohonan yang disampaikan seperti yang tersebut dibawah ini: Saya memohon hanya Kepada-Mu, atas Kuasa-Mu, Sifat yang Engakau miliki, hanya kepada nama-mu, hanya Engkau yang Maha Mengetahui, saya memohon hanyalah Kepada-Mu, dari Engkaulah saya diciptakan, sempurna atas kodrat-mu. Disitulah tercipta yang berasal dari satu seperti: bapak, ibu, kakek, nenek, istri, suami, anak dan cucu semuanya. Setelah diucapkan, mengusap keseluruh badan, yang pertama adalah puser sebanyak tiga, apabila terasa seperti linglung, kemudian mengusap dada tiga kali, apabila merasa mengantuk dan mempunyai keinginan untuk tidur, kemudian mengusap dahi sebanyak tiga kali,apabila merasa lupa, mengusap ubun-ubun tiga kali, disitulah akan menerima rasajq.tr urisesa- Berarti didalam kita berangan-angan, adalah tempat datangnya rencana yang berasal dari badanya sendiri, yaitu apa yang dinamakn dengan empat saudara dan ydng kelima adalah pusat. Disitulah seharusnya diadakan ruwatan atau selamatan agar terhindar dari sengkala. Saya berniat untuk mengadakan selamatan untuk saudara empat dan yang kelima adalah pusat, yang berada di badanku sendiri, kakak saya adalah air ketuban, adikku adalah ari-ari, darah, puser, dan 106 f"auk+a- /ar- T"a^a/l.lrraa; tlmi W;";/

108 sebanyak-banyaknya saudaraku yang keluar bersamasama dari rahim sang ibu, dan tidak keluar dari sesuatu yang hina, serta saudaraku yang keluar bersama-sama pada satu hari semuanya terlihat sempurna, tidak ada aral yang menghalanginya dan sejahtera dalam keadaan yang sejati, tidak melawan kodrat-nya. Demikian kesaksian yang melawan Dzat-Ku sendiri, yang disebutkan dibawah ini: Aku bersaksi dengan Dzat-Ku sendiri, sejatinya tidak ada Pangeran Gusti A1loh selain Aku, dan sejatinya nabi Muhammad iti adalah utusan-ku, yaitu yang sejatinya bernama Alloh itu adalah badan-ku, yaitu Aku yang selalu ingat tidak pernah lupa, yaitu Aku yang kekal tidak akan berubah oleh perubahan waktu, yaitu Aku Yang Maha Mengetahui segala-nya tidak dapat disamarkan oleh sesuatu hal, yaitu Yang berkuasa dan berkehendak, yaitu Yang berkuasa dan Bijaksana tidak kekurangan ilmu pengetahuan, sempurna dan terang jelas, tidak merasakan apapun, tidak ada terilihat apapun, hanyalah Aku yang meliputi di alam seluruhnya tidak ada yang melawan kodrat- Ku. Apabila telah demikian, sinar dari cahaya Muhammad, diturunkan dengan sangat gemerlap di tuod.ann disitulah tempat bersatu padunya antara badan dengan nyawa, seperti yang tersebut dibaw4h ini: Alloh yang menyatukan dengan barituan pa-ra rasul, penghulunya adalah Nabi Muhammad, saksinya adalah empat malaikat, yaitu Aku yang disatukan dengan badanf.raul";1a. /ar" T,reta/;lt"aal ta41 W;.;/ r07

109 Ku, kemudian ditemukan dengan suksma-ku, ditambah dengan rahasia-ku, Isrofil adalah pengelihatan-ku, Ijrail adalah pendengaran-ku, semuanya menyatu karena kodrat- Ku. Demikian penciptaan asal muasal dan tujuan tanqjul tarlct tersebut dibawah ini: Aku mengetahui dengan penglihatan-ku, rnsan kamil sampai kepada alam qjsant, serta sampai pada alam mlsal, juga sampai pada alam arwah, juga sampai pada alam uakadigat, juga sampai pada alam uohdat,juga sampai pada okad$at, juga sampai pada alam insan kamil lagi, sempurna akan keadaanya, yang berasal dari kodrat-ku. Apabila telah mengetahui, sebaiknya segeralah menata dan bersiap seperti yang disebutkan dibawah ini: 1. Menyilangkan kedua tangan didepan dada, jari-jari tangan dikaitkan satu dengan lainya seperti posisi menyembah, meletakkan tepat ditengah-tengah dada, kedua kaki dengan posisi lurus, lutut saling bertemu rapat. 2. Menatap ujung hidung hingga sampai dada, kemudian sampai pada puser, seperti sikap akan melakukan semedi. 3. Mengambil nafas dari arah kiri, menuju sebelah kanan, kemudian dari sebelah kanan kembali kekiri. Dikumpulkan sesaat, kemudian dari arah puser, dihirup kerah atas secara perlahan-lahan, sampai tertata di bagian betal mukharam, yaitu bagian dada, jangan sampai tumpang tindih dalam mengambll najas, tan natas, anpas, nupus. 108 frar*,r;1-r- fu^ T"a^a/;tt*t; t"rrl U/;";/

110 r a. Nqfas itu adalah talinya mayat berada pada jari hati,artinya akar dari keadaan hati menjadi angin yang keluar begitu saja. b. Tan napos itu adalah talinya hati berada dipuser keeberadaannya menjadi angin yang masuk saja. c. Anpas itu adalah, talinya ruh berada pada jantung keberadaannya menjadi angin yang berada didalam saja. d. Nuprls itu adalah, talinya rahasia keberadaannya ada didalam hati yang berwarna putih, yaitu yang berada diakar jantung, keberadaannya menjadi angin yang meliputi keseluruhan jasmani serta rohani. Apabila telah berkumpul menjadi satu, nafas, tan nafas,anpas, nupus, kemudian akan ditarik keatas secara perlahan, dan berdiam pada maligenya betal makmur, yaitu terdapat kepala, tercipta menjadi nukat ghaib 4. Memejamkan mata secara perlahan, mengatupkan mulut dan bibir, lidah tertekuk keatas langit-langit mu1ut, gigi dengan gigi terkatup, disitulah berusaha untuk mengheningkan cita, dan kemudian berpasrah diri, memohon dengan memelas pada DzatYang Maha Kuasa. Apabila sudah demikian adanya, daun dari kayu sqjaratilmuntoha, redihtrsina roboh, yang berarti bahwa telinga tak mendengar apapun, disitulah datangnya cahaya dari keinginan yang terdiri atas empat, yang pertama adalah cahaya hitam, kemudian cahaya merah, kemudian cahaya dari pramana, warna. cahaya yang lain datangnya bersama-sama dan terbentang seperti hitam, fraal^fa e^ Traul,;ltreat 9"41 W;.;/ 109

111 merah, hijau, kuning, putih bersama-sama meliputi di dalam Dzatkeraton. Tetapi keselumhan warna tersebut sesungguhnya bukanlah keraton yang ditata dan diciptakan oleh Yang Maha Mulya. OIeh karena itu sebelumnya telah kedatangan cahaya tersebut. Haruslah merata cahaya yang asli dan yang berasal dari satu, telah disempurnakan dari kodrat-nya. Sehingga jangan sampai terbebani oleh banyaknya cahaya. Dibawah ini adalah hal-hal yang memberatkan: Cahaya hitam berasal dari nafsu keinginan hati, terlihat dari cahaya merah, cahaya merah berasal dari narsu amarah, terlihat dari cahaya yang kuning, cahaya kuning berasal dari nafsu supgah, terlihat dari cahaya yang putih, cahaya putih berasal dari nafsu mtttttairlall, terlihat cahaya yang berasal dari luar dan berasal dari pramana, terlihat pada Dzat cahaya-ku, yang bening memancar dengan terangnya, Udak dapaflah terlihat apaapa, semuanya tertutupi oleh Dzat-Ku yaitu kodrat-ku. Sesudahnya demikian, menerapkan, selanjutnya menerapkan seperti yang tersebut dibawah ini: a. Berkumpubeya hamba dan Gusti Aku adalahdzat Gusti yang besifat tungpal atau satu, yang meliputi di dalam hamba-ku, satu didalam kebersamaan, sempurnalah dari kodrat-ku b. Menyucikan Aku adalahdzatyang Maha Suci, yang bersifat kekal, yang berkehendak dan berkuasa atas seluruh kejadian,yang Sempurna dari bahaya, selamat dan 1r0 f,,er."rl";/,4; &,* Taa*al,tltaea; tud tl/;4;/

112 sejahtera atas kesejatian-ku, tidak ada yang bisa melawan kodrat-ku. c. Merakit Aku adalahdzatyang Maha Luhur, yang berkedudukan sebagai Ratu Agung, yang berkuasa dan berkehendak menjadikannya keraton-ku. Yang Maha Agung lagi Maha Mulya, aku berada dalam kesempurnaan didalam hidup-ku, lengkap seluruh perabot- Ku, tidak ada yang kekurangan bagi-ku, tergelarlah selunrh ciptaan-ku, ada dan tercipta apa yang menjadi kehendak-ku, datang dengan kehendak-ku, dari kodrat-ku. Melepaskan Hanyalah jasad atau badan saja yang tertinggal nantinya di dunia ini, apabila telah tiba masa kiamat dari Yang Maha Mulya, bulu, kulit, daging, darah, tulang, sungsum dan lain sebagainya tadi yang berasal dari cahaya akan kembali menjadi cahaya, sempurna kembali kepada-ku lagi, itulah kodrat-ku Menarik Ragaku dari bawah sampai atas, semuanya akan kembali kepada jaman dan alamnya masing-masing, yaitu kepada Kesucian dan kemuliaan yang sempurna seperli-ku Membereskan Aku jadikan didalam alam dunia ini, dengan seluruh isinya, apabila telah sampai pada waktunya untuk-ku ambil kembali, menjadi mulia dan bersatu kembali, tiada kekuatan yang dapat melawan kodrat-ku f4/"r.41,f/4; e^ T.raa/;ltr.ra; 9"af W:r;/ 111

113 8. Menjabarkan Tidak ada yang tertinggal satupun dari dunia ini, semoga semua menemukan kebahagiaan, kaya tidak ada yang merasa kekurangan, semoga selamat dan bahagia dari bawah sampai atas 9. Memasang kamayan Sebanyak- banyaknya semua perintah-ku, yang sudah terdahulu, yang sudah mendengar, saling mengasihi, dari kodrat-ku IO. Memasang kamayang Sebanyak-banyaknya makhluk ciptaan-ku, yang tidak mengindahkan aturan-aturan-ku, Disitu kemudian nafas dikelurkan melalui hidung secara perlahan, jangan sampai tergesa-gesa, kemudian berpasrah diri kepada Dzat yang Maha Kuasa. Didalam menjalankan perintah ang Maha Kuasa tersebut, apabila dirangkqm menjadi satu, ada keterangannya, sejak mengambil nafas hanya ada satu saja, demikian yang bisa dijalankan ada dibawah ini keterangannya: Setelah mengalfnya cahaya semua, bersama-sama diliputi oleh Dzat-Ku, yaitu Gusti Yang Maha Rsa, yaitu DzatYang Maha Suci dan besifat langgeng, yaitu Dzat Yang Maha Luhur, berkedudukan sebagai Ratu Agung, yang berkuasa dan berkehendak, yang berkuasa atas melebur jasad hamba- Nya, menarik jasad, melebur alam semesta dengan isinya, tidak menyisakan satupun isi dunia, semua itu adalah kehendak-ku yang harus terjadi, dan semuanya sudah menjadi kodrat-ku. t12 f"&r^,t/"r;t1; /a^ T"aulllzraa; 9r4l tl/:"./

114 Adapun lepasnya didalam menarik nafas tadi, apabila kita selalu teringat akan cipta saja, penerapannya semua itu telah cukup dijelaskan diatas. Sebab dalam jaman karamatullah, dikemudian nantinya waktunya makam ljabah, artinya adalah tempat untuk menerima, seperti halnya wajah. Mudah inilah Dzat dari hamba, sedangkan wajah adalah Dzat Gusti Yang bersifat kekal. Apabila telah menjadi satu, najos, tant najas, andas, nufis tadi, kemudian menarik keatas secara perlahan-lahan, diam sesaat ditata di dalam tata malige betal makmur, yaitu kepala, disitu tercipta menjadi nuat gaib, artinya adalah saliring jasmani, tercipta aluluh menjadi air, kemudian tercipta alrryu.d-menjadi ayawa, kemudian tercipta alengep menjadi rahasia, kemudian tercipta alagad" menjadi cahaya yang terang tidak ada bayangan, di keadaan kita yang sejati. Apabila telah demikian, darah yang kita miliki kemudian terasa membalik selumh badan, menjadikan mata kita kabur, telinga terasa berdengung, hidung tersumbat, lidah terasa kelu. Pada akhirnya nanti mengakibatkan cahaya badan kita suram, suara hilang, tidak dapat melihat, mendengar, mencium, merasakan. Hanyalah tersisa cipta semata, sebab telah diambil dan dibereskan dengan adanya tatanan sareat, tarekat" kakhekat, makrlfat. Sareat itu adalah perjalanan badan kita, keberadaannya ada di mulut kita, tarekat perjalanannya ada dihati kita keberadaannya berada dihidung, kakhekat perjalanan nyawa keberadaannya ada di telinga, makrifat perjalanan dari rahasia keberadaannya ada di mata. Maka sesungf.ra*al";l* /e^ T"a*/;lr,raal toml U/;,rl/ 113

115 guhnya sarengat adalah mulut, tarekat hidung, kakhekat telunga, makrifat mata. Adapun yang diambil pertama kali adalah pengelihatan mata kita, diumpamakan dengan bayangan yang ada pada cermin atau keringnya air z,amz:rljj, kemudian adalah pendengaran dari telinga, diumpamakan gugurnya daun sajaratil muntaha, ataupun lepasnya hajar aswad, selanjutnya adalah idera membau hidung kita, diumpamakan meletusnya gunung ikrap seperti gempa bumi, selanjutrrya adalah perasa dari indera pengecap, diumpamakan jebolnya jembatan siratal mustaqim, atau rusaknya kakbattulah. Disitu kemudian terasa nikmat dari selumh badan, melebihi nikmat dari segala rahasia. Sebab sejak terbukanya kijab dari Pangeran, waktunya adalah ketika hilangnya rahasia. Selanjutnya terlihatlah jaman karamattullah, merasakannya didalam alam Adam. Datangnya sebanyakbanyaknya cahaya, yang meliputi seluruh Dzatyang ada di keraton. Pada waktu itu hanya ada keharusan akhir dan tekatnya seperti aksara alip yang merupakan tanda dalam tulisan Arab, berbunyi: a, i, u, yang artinya adalah aku ini hidup. Kemudian menciptakan rasa gila asmara atau kecintaan pada semua Dzat. Seharusnya jangan sampai teringat dikala kita sudah sampai pada akhirnya dengan kata lain terlambat pada akhirnya. Inilah \Mirid yang disebutkan dalam bab 4 Ini adalah'nririd yang menjadi pembukanya ilmu makrifat kesejatiannya hidup, yang jelas dan nyata dalam asal muasal dan tujuan akhir nantinya, kemuliaan keadaan yang sejati yang berasal dari dalil apa yang difirmankan Alloh dikala lt4 fr4r.4/rr;/"t; e^ Traul:lr,ra; tt4,rz WhU

116 itu berdasarkan musyawarah, bersama-sama, berada digunung nglawet. Pada saat itu pelajaran diberikan oleh nabi Muhammad kepada Sayidina AIi, serta kumpulan para nabi seluruhnya. Oleh karenanya sebagian besar tempat yang terdekat dengan gunung nglawet, bersama-samel,-/ tunduk sehingga mendengarkan pembabahasan rahasia gaib kehidupan yang sejati. Pada jaman terdahulu telah dapat dilihat oleh para wali Alloh di tanah Jawa. Pada masa kemudian diterangkan semuanya kehidupan yang sejati, supaya dapat diketatrui kematian nantinya, serta kemuliaan keadaan jati, didalam jaman yang kekal abadi, jangan sampai nantinya dikuasai oleh rasa penasaran. Seperti dibawah inilah keterangannya: 1. Yang pertama, 2. Yang kedua 3. Yang ketiga 4. Yang keempat 5. Yang kelima 6. Yang keenam 7. Yang ketujuh 8. Yang kedelapan Inilah pengetahuan anarnas Alloh, mati yang empat perkara. Seperti yang ada dibawah ini: 1. Yang pertama adalah mati nafsu atau keinginannya, seperti apa yang dikatakan oleh Alloh SWT, artinya seluruh keinginan atau nafsu juga merasakan kematian 2. Yang kedua, adalah mati ruhnya, seperti apa yang dikatakan Alloh SWT, artinya yang mati adalah imannya 3. Yang keempat adalah, diucapkannya dengan mulut f"i^,t/rr;14; ea Taa,ul.;loua; taal U/;r:/ rr5

117 Pada waktu ini hendaknya diketahui yang termasuk dalam kelompok khtkmt, yang memiliki maksud khukum balaka. keterangannya seperti dibawah ini: l. Yang pertama sebab-sebabnya kematian 2. Yang kedua kedudukan kematian 3. Yang ketiga menemukan kematian 4. Yang keempat tempatnya kematian Disitu harap ketahuilah, keempat perkara yang tersebut diatas adalah, terbukanya hal yang ghaib DzatYang Maha Suci, seperti dibawah ini: Jalannya kematian itu adalah Hidayat dari Alloh, kepada yang hidup dan berada pada manusia, jadi letaknya sudah tidak dapat dirubah oleh siapapun juga. Kedudukan kematian, adalah petunjuk dari Alloh Ta'ala, selamatrrya keadaan sejati, artinya adalah mengetahui dengan pasti kesempurnaan asal masal dan tujuan akhir. Menemukan dalam kematian, itu adalah tawakal, artinya selalu berpasrah diri pada Alloh Ta'ala, jika menemui kematian itu adalah iradat dari Alloh SWT. Tempatnya kematian, itu berada pada kehendak-nya, artinya itu adalah Dzat yang bersifat tunggal. Demikian hendaknya jangan diselewengkan, masalah sahadat tanpa iman, takbir tanpa tauhid, sakarat tanpa makrifat. Artinya sahadat tanapa iman ini adalah kenyataan, dalam satu kesatuan, adapun takbir tanpa tauhid nantinya hilangnya kesatuan, serta yang menjadi akhir adalah Dzat Alloh itu kenyataannya adalah satu, atau dengan kata lain rasa yang dimitki oleh A1loh adalah satu, itu apabila telah 116 f"a^at^fa /a^ T.re,r^a1,:ltrtal Sor4Z W:";/

118 merasuk dalam sifat-nya, yaitu telah sempurnanya sukma atau jiwa. Ini adalah pratingkah dari sifatnya ruh, Yang pertama adalah berasal dari badan, dari dalam demikian doanya: Laguklcigula ihtllah maka terlepaslah ruh itu tidak dapat langsung dan terhenti di lutut, doanya iltutlal{ maka terlepaslah lagi ruh itu dan tidak dapat langsung dan terhenti di usudu, doanya: La m4judtoun illullah, maka terlepaslah ruh itu dan tidak dapat langsung atau terhenti di hati, doanya: Aaa u illullah, maka terlepaslah lagi ruh itu terhenti dan tidak langsung dimata, doanya dengan mengucap nyawa itu masih pergr dari badan, wallahuaklnnl Yang disebutkan dibawah ini adalah untuk diketahui keadaan yang sesungguhnya, ada enam hal seperti inilah keterangannya: 1. Yang pertama, terlihatnya jaman penciptaan keadaan yang sejati, warnanya hitam. Artinya adalah jaman yang hilang dan berasal dari diri pribadi, tetapi apabila ada salah satunya terlewatkan, disitulah dikuasai akan rasa penaserrern. 2. Yang kedua melihat warna merah, artinya masih dalam pengerjaan yang samar-samar 3. Yang keuga adalah melihat warna, artinya merencanakan nadnaamur yang sejati, apabila tergesa-gesa dalam pengelihatan, maka juga dalam pengerjaannya menjadi tidak terarah 4. Yang keempat, melihat warna tangan, artinya adalah warna cahaya putih, semuanya telah terkumpul menjadi satu, bercahaya gemerlap, pada keadaan yang sejati. T,*al.r;y* /at T,*.r"a/;1tru; 9"nl W,h;/ tl7

119 5. 6. Sempurna jelas tidak kekurangan suatu apapun, yaitu bukanlah kesejatian yang sama-sama digabungkan oleh keadaan jati, dengan bahasa lain sudah di jabarkan oleh ajaran para wali Alloh. Tetapi masih jauh dari kesamaan pelajaran rahasia ilmu gaib, disitulah melaksanakan yang telah disebutkan pada keadaan seluruh badan. Padahal mengimani adalah mempercayai, yang dipercayai adalah kodrat, artinya adalah kodrat Yang Maha Kuasa. Tauhid, artinya hanya satu, yaitu pasrah atas irodat-nya, artinya maksud dari irodat. Makrifat, artinya ilmu pandangan tentang sifat tuhan. Islam artinya yang telah selamat pada keadaan yang sebenarnya Yang kelima, terlihat secara samar kenyataan warna, artinya yaitu kenyataan dalam kebersatuan-ku terhadap keadaan yang sebenar-benarnya. Jadilah hal ghaib menjelma kembali pada jiwa-ku, oleh karenanya dengan kata lain ini telah diterangkan dengan sifat ke-esaan- Ku, keadaan yang mulia, juga tanpa batas selamalamanya. SeperLi inilah gambarnya: Yang keenam, lengkaplah ajarannya para wali Alloh, yang telah menerima anegerah dari Alloh Ta'ala. Ajaran yang telah diketahui sebelumnya oleh para wali di tanah Jawa, yang menunjukkan keraton yang agqng, yaitu didapat atas petunjuk, diterima pada telinga sebelah kiri. Demikian gambarnya keraton tempatnya hilangnya jasmaniah secara nyata Dengan memanjatkan doa: hu artinya menyebut asma Alloh. 118 T,*".r/"r+A /a.r T"e^,/:ltraa; t2r4z W;"rl

120 Pada akhirnya melaksanakan aturan-aturan satu persatu, agar dapat sepaham dengan apa yang telah dijabarkan dalam wirid, yang berasal dari ajarannya para guru yang telah ada didalam bab 5 wirid. Sehingga tidak khawatir ataupun was-was dalam pengetahuannya. Dengan kemudian diterangkan murid yang tidak bisa menerima, yemg telah disebutkan diatas semuanya. lhalini menjadikannya tidak diperbolehkan untuk menjalankan dalam kehidupannya. Seperti dibawah ini adalah keterangannya: 1. Gila 2. Mempunyai penyakit ayan 3. Kedtrcngdheng 4. Sakit Jiwa 5. Hilang akal Kemudian keterangan mengenai ajaran yang disampaikan oleh para guru satu persatu, inilah penjabarannya rahasia ilmu yang telah diajarkan bermacam-macam. Semuanya dijadiakan urut-urutan dalam kiasan-kiasan yang berasal dari dalil atau firman Alloh Yang Maha Suci, yang di perintahkan pada Kanjeng Nabi Muhammad SAW yang tersebut dibawah ini: t. Ada ajarannya guru yang menjelaskan rahasia ilmu bisikan atau ilham adanya 7-at, kiasan-kiasan dari dalil yang pertama 2. Ada ajaranya guru yang menjelaskan rahasianya ilmu uraian tentang keadaan Zat, kiasan-kiasan dari dalil yang kedua f*r..r/r*,t,t- e^ T.**/;le,ua: towl W;r;/ 119

121 3. Ada ajaranya guru yang menjelaskan rahasianya ilmu paparan tentang keadaan 7-at, kiasan-kiasan dari dalil yang ketiga 4. Ada ajaranya guru yang menjelaskan rahasianya ilmu kesejatian atau kenyataan keadaan kiasan-kiasan dari dalil yang keempat, ayat yang pertama membukanya tata kebahagiaan di dalam betalmakfilur, kemudian ayat yang kedua membukanya tata kebahagiaan di dalam betal mukhados 5. Ada ajararrya guru yang menjelaskan rahasianya ilmu kekuatannya iman yang membuka sahadat jati, atau berasal dari sasaidan Adapun keadaanya semua itu, sama-sama saja. Maka tingkatan dalam ilmu tadi tertata menjadi satu. Yang harus di sepakati keadaanya. Di jawa tingkatannya adalah ilmu talak, dengan ilmu fatah, apabila menyimpang menjadi ilmu penilisan. Hal itu dengan dipadukan tempat atau keberadaan masing-masing. Artinya ilmu talak itu ilmu yang mempercayakan keindahan, ada tujuh perkara: 1. Ilmu sepi 2. Ilmu mungin 3. IImu mubin 4. Ilmu ahyan 5. Ilmu barayan 6. Ilmu mahbut 7. Ilmu ghaibul guyub I l r20 f,*"at,r;1-t- /a,r T,*'rq/;lttaa; 9"41 ll/;.;/

122 Kesemuanya itu adalah keberadaannya, hanyalah alat untuk mewujudkan tingkatan-tingakatan dari kebaikanan. Yang menjadi penanda dan pengingat secara lahiriah atau yang tampak saja. Artinya ilmu patah tersebut adalah ilmu pengantar, banyaknya ada sembilan hal atau perkara: I. Ilmu makdum sarpin 2. Ilmu patariyah 3. Ilmu sirasab 4. Ilmu karajek 5. Ilmu majalis 6. Ilmu patakurrahman 7. Ilmu supi 8. Ilmu khapi 9. Ilmu nakis bandiyah, juga biasa disebut ilmu nakis bandiyatulkhak. Semua itu cara yang dipakai malaekat untuk mewujudkan, dan menjadi tanda sebagai badan halus, berada didunia saja. Tidak mufakat dengan rahasia ilmu kesempurnaan, apabila masih menyatu dengan tingkat ilmu yang sebenarnya. Apabila salah dalam mengartikan dan mengetahuinya, mungkin saja akan mendatangkan kebohongan. Kebohongzul nantinya menjadikan pertengkaran dan perselisihan. Pertengkaran tersebut karena masih kekurangan, kekurangan itulah yang menjadikan kepanasan. Kepanasan mendatangkan saling berbantah dengan perdebatan. Berdebatpun yang didapat hanyalah saling berebut dalam pengetahuan dan kepandaian. Sehingga menyebabkan perselisihan atau pertengkaran. f.a^ak+a /a.* T.*u[;*.w; tt41 U/;r;/ t2l

123 Oleh karena itu para cerdik pandai yang mengakhkinya menyatakan, walaupun dengan tanpa perdebatan tidak akan mendatangkan hati panas atau emosi pada akhirnya. Dengan hau lembut dan sopan santun memakai aturan maksud yang akan disampaikan jelas diterima dengan baik. Sedangkan apabila ada yang berniat membantahnya, semoga dapat dikalahkan saja jangnlah menjadi masalah dikemudian hari. Pada akhirnya akan berkurang, apabila memaksa dan mengejar-ngejar dengan berdalih masih kurang paham ataupun mengerti, demikian saja. Inilah yang namanya ungkapan ilmu khakekat, tidak termasuk didalam wirid. Hanyalah untuk diketahui bila ada pertanyaan dari orang kebanyakan. Yang berasal dari tekateki, seperti dibawah inilah keterangannya: 1. Kuda berlari cepat dipandangan, artinya angan-aqagan 2. Kumbang terbang kelangit, atau kumbang mengaji di langit, artinya cipta 3. Mengambil api untuk penerangan, artinya nafsu atau kemauan hati 4. Mengambil air dengan pikulan, artinya persaan 5. Kerbau menyusu pada anaknya, artinya perasaan 6. Jung sumengkeng di bumi, artinya budi 7. Orang lumpuh mengelilingi dunia, arlinya hanya anganzmagan 8. Orang cebol menggapai rembulan, artinya hanya anganangan Orang bisu menyudahi pertengkaran, artinya budi Katak menyelimuti lubangnya, artinmya nyawa Tanggal satu purnama, artinya ruh ilapi r22 f,rar^,r/r,r;l4 rl^ T"n.a1;l*raa; thrl Wdr(

124 L Berkata-kata sekali jadi, artinya ruh jasmani Dalamnya senapan atau bedil adalah orang-orang' artinya angen-angen 14. Punggungnya peluru, artinya angan-angan 15. Tapak kaki burun$ kuntul yang melayang' artinya angan-angan 16. t t Br:rung terbang suararrya melebihi tanettrartinya anganangan Bunga tumbuh dilangit, ar[inya angarl-angan Ada kayu muncul dengan sendirinya' artinya rahasia Pohon dunia, artinya rahasia Cabang menuju empat arah, artinya rahasia Daun muda berpelangi, artinya wahyu Bunga bintang, artinya cahaya Kelopak bunga langit, artinya cahaya Sari bintang yang besar dan berkilat' artinya cahaya Buah matahari dan bulan, artinya cahaya Berujung angkasa dan berpangkal bumi' artinya cahaya Memancamya sinar melawan hujan' artinya cahaya Berakar angin kilat dan petir' artinya cahaya Gadis yang menangis dan tangisnya memenuhi dunia' artinya cahaya 30. Berdiri dipuncaknya gunung,dan berpegangan pada matahari dan rembulan artinya cahaya 31. Penjuru empat termasuk lautan yang kering' ar[inya cahaya 32. Raden Roro hilangnya bersamaan dengan intan' artinya cahaya 33. Angin terbang dengan air' artinya cahaya fr/'r.r1.4.4; /e^ T*r"/,;fu'r,'a; Sowl W;";/ r23

125 34. Ada suara Udak ada wujudnya, artinya GusU atau Ttrhan 35. Ada wuju tidak ada suaranya, artinya adalah manusia 36. Melayang terbang tanpa angin, artinya manusia 37. Tempat air atau jun berisi angin, artinya rasullullah 38. Tikar diisi dengan air, artinya Alloh 39. Bergetar bersura didalam tabung bambu, Alloh Tamat wirid bab yang keempat 1. Giliran peluru kecil, artinya gilirannya peh:ru kecil, yaitu mengibaratkan keindahan dari Zat, meskipun tidak berarah dan bertempat, dimanapun keberadaannya sendiri sebenarnya itulah tempatnya. Yang benar hanyalah bertempat pada zat hidup kita sendiri 2. Akarnya pohon pinang, artinya yaitu mengibaratkan keindahan sifat zat, meskipun sangat dahsyat, bukan laki-laki, bukan perempuan, dan juga bukan waria, seperti apa sebenarnya zat itu, yang benar hanyalah dimana ia bertempat yaitu pada hidupnya kita sendiri. Ada yang mengira bahwa akar pohon pinang itu, lubangnya hidung dari perkiraan kemungkinan juga kelim dalam mengetahuinya 3. Penghabisan langit yang terakhir, ayitu artinya mengibaratkan batas kekuasaan rahasia, sehingga sampai keadaan sifat kita 4. Api yang seperti kunang-kunang, kelihatan seperti lautan, artinya yaitu mengibaratkan seperti hawa nafsu, dan berlambahlah di dalam panca indera kita L24 T*,t/r,r;i* e^ T*r"a/;ttraa; Snrf W:rl/

126 L Pohon kangkung, artinya yaitu mengibaratkan tempatnya jiwa, mengibaratkan tumbuhnya jiwa, yang menjalar sampai pada sifat kita Burung terbang melebihi tingginya langit, artinyayaitu mengibaratkan kekatan budi pekerti, menambah dan masuk pada apngal krta Lautan yang penghabisan tanpa batas, artinya yaitu mengibaratkan batas sorotnya cafoaya berkali-kali sampai pada keadaan sifat kita. Angin ketarik oleh perahu, artinya yaitu diibaratkan perjalanan nafas, keluar dari ajagad atau alam dunia Sarang angin, artinya yaitu ibaratrrya tempat berdiamnya nafas, berada pada jantung, ada yang mengatakan sarangnya angin itu adalah rambut, kemungkinan diambil dari nasehat atau anjuran. Dunia ada didalarnnya tanah, artinya yaitu ibarat dari wujud kita, yang berasal dari aturan dan dikemudian tertanam ditanah yaitu keberadaannya menjadi daging. Mengambil api untuk lampu penerangan atau api terbakar api, artinya yaitu mengibaratkan wujud kita yang berasal dari api lalu menjadi api dan keberadaannya menjadi nafsu keinginan. Angin tertiup angin, sama dengan angin ribut atau topan, artinya itu adalah ibaratnya wujud kita, yang berasal dari angin dan juga mengeluarkan angin. Mengambil dan memikul air, atau air meminum air, sama dengan artinya air di dalam air, yaitu tempatnya darah. f.w^,fu:l-t- fu^ T"aul,:ltraA tanz ll/;";/ r25

127 t r6. Matahari berjemur, keadaannya sama dengan cermin yang memuat matahari, artinya mengibaratkan cahaya berpakaian matahari atau matahari berada didalam cahaya, yaitu menjadi tempat dari jiwanya mata. Biji yang ada didalam pohon, atau pohon yang berada didalam biji, artinya yaitu mengibaratkan manusia berada di dalam Gusti atau Gusti yang berada di dalam diri manusia, dibahasakan meleburnya tulisan diatas papan tulis. Kakak dari yang sulung, adiknya dari yang bungsu, artinya yaitu mengibaratkan tingkatan insan kamil, pada saat sekarang turun kebawah pada akhir kemudian, sama juga artinya dengan dikemudian akan menjadi permulaan, adapun insan kamil tersebut tempatnya berada pada kehidupan sendiri. Kemudian dilanjutkan wirid yang disebut dalam bab lima. Ini adalah wirid yang disebutkan pada Bab lima Inilah pembukaan wirid kehidupan yang sejati, yang dapat terus dipandang mata di dalam kesempurnaan asalmuasal dan tujuan, kemuliaan keberadaan sejati, berasal dari dalil yaitu sabda Alloh SWT, pada jaman dahulu yang telah diteropong terlebih dahulu oleh para wali, diwaktu selanjutnya akan dipaparkan semuanya, supaya bisa mengetahui yang namanya inu dari kejadian, sampai kepada kematian yang sempurna, seperti yang ada dibawah ini adalah keterangannya: r26 f.ra^.*;a^* /a Traul.;lt,aa; ta41 W;";/

128 Yang pertama adalah, ter-wujudnya inti dari kehtdupan nantinya yang berasal dari sabda Alloh SWT, seperti intlah gambarnya, gambar 1. Artinya adalah roh yang bernama rokhani bercampur dengan roh jasmani, dan ditambah dengan kodrat yang berasal Alloh SWT, kemudian menetes jatuh di bumi yang suci, pada saat itu berada di dalam rahim, sedang berwujud seperti pada gambar 1. Dalam waktu kira-kira gambar dua, yang berarti ditambahi yang berasal dari keadaan dibumi yang suci khawatir. Gb. 1 satu bulan berwujud seperti bahwa pada saat itu telah nabi Muhammad SAW, yaitu ini telah merasa takut atau Gb. 2 Dalam waktu kira-kira dua bulan kemudian berwujud seperti gambar tiga, yang berarti telah ditambahi dari nabi Muhammad SAW: warna, maka dari itu ketika dibumi suci ini, tetah dapat berkibas-kibas walaupun lemah, yaitu telah berwujud manusia dan telah berdenyut. fual,r;a /a^ Tr*rq/;t,ra* tar.l W:r:/ r27

129 Gb. 3 Dalam waktu kira-kira tiga bulan, kemudian berwujud seperti gambar empat, dari Alloh SWT bersabda kepada nabi Muhammad SAW, mendapat tambah kulit, maka ketika pada saat itu ketika bumi suci sudah bisa bergerak, dengan tiba-tiba menjadi hamil, ini adalah kodrat dari Alloh SWT. Gb. 4 Dalam waktu kira-kira empat bulan kemudian berwujud seperti gambar lima, atas perintah Alloh SWT kepada nabi Muhammad SAW, ditambah dengan otot, maka pada saat itu ketika dibumi suci sudah dapat mengsertak. cb. 5 Dalam waktu kira-kira lima bulan, kemudian berwujud seperti gambar enam, atas perintah Alloh SWT, kepada nabi Muhammad SAW, ditambah dengan otot maka merasa lelap dan nyaman. r28 f"r"r.4l.;/^4 r*^ T.*"a/;ltr.ra: t "41 U/;4;/

130 Gb. 6 Dalam waktu kira-kira enam bulan, kemudian berwujud seperti gambar tujuh, atas perintah Alloh SWT pada nabi Muhammad SAUI ditambahi dengan; tulang, maka pada saat itu ketika berada di bumi suci, sudah dapat bergerak naik-turun, dan berputar di dalam rahim. Gb. 7 Pada saat kira-kira tujuh bulan, kemudian berwujud seperti gambar delapan, atas perintah Alloh SWT pada nabi Muhammad SAW, ditambah dengan ntpa/wajah, kemudian ditambahi yang berasal dari kodrat Alloh SWT seperti rambut, darah dan daging. f,r*a/a+t- /zq. T.ra*/;ltaat tt4/ W.rr,/ r29

131 1 Pada saat kira-kira delapan bulan, kemudian berwujud seperti gambar sembilan, atas perintah Alloh SWT pada nabi Muhammad SAW, yaitu bersaudara empat dan yang kelima adalah pusat (keturunan), telah terpasang didalam perut jabang bayi, keterangannya seperti yang tersebut dibawah ini: l. Yang pertama adalah air ketuban 2. Yang kedua adalah wadah atau bungkus 3. Yang ketiga ari-ari 4. Yang keempat adalah darah, Gb. I Adapun air ketuban tersebut diartikan sebagai khasiat, maka ketahuilah bahwa air ketuban adalah malaiikat Jibril, wadah atau bungkus adalah malaikat Mikail, ari-ari adalah malaikat Isrofil dan darah adalah malaikat ijro'il. Jibril tempatnya di kulit, Mikail tempatnya di tulang, Isrofil tempatnya di otot, ijro'il tempatnya di daging, kesemuanya itu tadi menjadi akhir dan tetap teguh, sejahtera dan selamat, dan terlihat dari kodrat Alloh SWT. Setelah masuk kira-kira sembilan bulan, kemudian telah berwujud seorang bayi, atas perintah Alloh SWT, kepada nabi Muhammad SAW- yang berasal dari Alloh SWT 130 frzul;l.t fu^ T"a.r,/;ltra+l tor,rr W;.;/

132 ada empat hal, yang telah terpasang secara otomatis dan berasal dari kodrat Alloh SWT, seperti dibawah ini adalah keterangannya: 1. Yang pertama adalah budi pekerti atau tingkah laku 2. Yang kedua adalah rahasia 3. Yang ketiga adalah pikiran 4. Yang keempat adalah kehidupan Yaitu nabi Muhammad SAW menambahi ambull dengan memakai sahadat jati atau nyata yang berarti mantap. ArLi sahadat jati yang sudah diketahui adalah Dzat Alloh SWT agar sentosa di ketetapannya kepada_nya, tidak boleh mengingkari sampai kematian datang. Perintah Alloh SWT yang lain kepada nabi Muhammad SAW adalah untuk mengatur malige di dalam hatinya manusia, di dalam jantung itu adalah budi pekerti atau tingkah laku didalam adalatr jinem, didalam jinem adalah jiwa atau nyawa, di dalam nyawa adalah rahasia, di dalam rahasia itu adalah Aku, tiada tuhan selain Alloh, wujud bayi seperti pada gambar sepuluh. Kemudlan terbukanya dan sudah menjadi kodrat Alloh SWT, keluar dari rahim dan segeralah tangis bayi memecah, itu sudah menjadi tanda awal mula hidup, itu dinamakan dengan jaman sangat mulia. Apabila ternyata ada juga bayr yang terlahir dari rahim, sampai pada usia sepuluh bulan, itu biasanya karena kesalahan dalam penghitungan bulan, pada saat itu mengeluarkan rahasia dengan kamanah, yang telah diperintahkan oleh Aloh WT, kepada nabi Muhammad SAW, jangan bersama-sama dalam satu hitungan tahun, Dzat f.***.r;l* /a^ Tx,rq/;t,*.t; taal W;4,A 131

133 yang bagus nantinya menentukan lahirnya dari rahim ibti selama sembilan bulan, dan pada akhirnya akan mendatangkan hal yang terpuji, hanya Alloh saja yang mengetauhi. Ini apabila bersama-sama untuk mengetahui tanggal sahadat, dan purnama sahadat, bulan mati sahadat, dan matinya sahadat. Adapun tanggaleya sahadat, itu artinya adanya manusia, dan ada di dalam keadaan manusia menjadi nyata karena kehendak Alloh SrWT. Adapun bulan purnama sahadat, itu artinya hati yang bening, artinya bening itu tidak ada wujudnya, keduanya adalah kehendak Alloh SWT, yang meliputi keadaannya dua wujud tersebut. Adapun bulan mati sahadat, itu artinya roh yang sempurna, roh tersebut adalah rahasia Alloh SWT, arlinya Udak ada roh tersebut, hanyalah keberadaan Alloh S\ry'T, jadi hilang keadaannya hanya satu-satunya, artinya adalah bulan mati masih ada pada jaman Akhadiyat. Adapun matinya sahadat, itu adalah rahasia yang berasal dari Alloh SWT, artinya mati itu Udak ada, yang dimaksud adalah matinya nafsu, hanya Alloh SWT yang abadi atau kekal keberadaanya. Ini adalah sempurnanya jalan dengan lima hal, seperti yang tersebut dibawah ini: 1. Yang pertama, sempurnanya niat 2. Yang kedua sempurnanya takbir 3. Yang ketiga sempurnzrnya sahadat 4. Yang keempat sempurnzrnya sekarat 5. Yang kelima sempurnanya hidup 132 fru^al.r;1-t-,la^ T.rarq/;ttraa; tul W:4;/

134 Sempurnanya niat, itu artinya tanpa mempunyai maksud lain yaitu hanyalah kepada_ku, ditambah oleh sifat muridan, hitanglah maksudmu. Sempurnanya takbir itu artinya, tidak memiliki maksud untuk pandangan yang lain, apabila demikian hilanglah pengfhatan-ku yang sejati. Sempurnanya sahadat, itu artinya tanpa mempunyai maksud tertentu, hanyalah anugerah dari Alloh SWT. Sempurnanya sekarat, itu arilnya tidak akan ada kematian, kembali pada kesejatian hidup, ditambah oleh sifat yang kayun. Sempurnanya hidup, itu artinya tidak ada yang menghidupi, tetapi Dzat-K,u adalah nyata, artinya dzat itu adalah aku. Oleh karena itu hendaklah diketahui, adanya manusia yang sempurna pada keadaan yang sejati adalah milik-ku, yang pulang pada jamannya sendiri-sendiri, seperli dibawah ini hendaklah dicermati. Apabila telah lepas dari alamnya sendiri, itu artinya telah berwujud satu, maka dari itu lepaslah nya\ ra untuk kembali menghadap tanajul tarki, seperti disebutkan dibawah ini: 1. Cahaya, turun kembali bercahaya terang benderang pada alam insan kamil. 2. Budi, turun kembali pada alam qjsan. 3. Rahasia, turun kembali pada alam misal. 4. Wujud, turun kembali pada alam anoah 5. Warna, turun kembali pada alam mahidigat. 6. Ambu, turun kembali pada alam usahdat f.rz^al,r;* /e^ T.ra*./,lltraal. tord W;4;/ r33

135 7. Angan-angan, turun kembali pada alam olcadiaat. \ 8. Hidup, turun kembali pada alam insan kamil, kembali sempurna terang kebijaksanaa.n, dari kodrat-ku. Inilah yang sempurna dalam alam kubur di dalamnya bumi suci, seperti yang tersebut dibawah ini: 1. Ku1it 2. Ot:"k 3. Otot 4. Tulang 5. Rarnbut 6. Daging 7. Darah 8. Sumstrm Sedangkan keempat saudara, dan yang kelima adalah. pusatrrya, juga akan menjadi sempurna kembali pada bumi suci, seperti yang tersebut dibawah ini. l. Air ketuban 2. Wadah atau bungkus 3. Ari-ari 4. Darah 5. Pusat, Yaitu sudah kembali sempurna, kembali pada kodrat- Ku lagi, yang sempurna kembali pada keadaan Yang Mah Mulia, yang Udak memiliki wewangian, selama-larnanya yang hitam nyalanya merah, yang warana merah nyalnya kuning, yang kuning nyalanya putih, yang putih nyalanya hanya satu dalarn Dzat Alloh SWT. r34 f,*al,r;1.* /z^ T*r.q/:fu.*r,1, t44l W,t,A

136 Kesemuanya memiliki arti sebagai berikut: kulit nyalanya daging, daging nyalanya darah, darah nyalanya tulang, tulang itu menyala akan hancur menjadi cahaya dan juga dengan sifat kewat, kewat itu nyalanya Aku, karena Aku adalah yang terdahulu hukumnya, adanya Aku itu hanyalah Dzat Alloh semata. Setelah ditekan, terkubur dalam liang kubur dalam bumi suci, dalam wujudnya manusia memasuki hari ketiga seperti gambar nomor sebelas, artinya sedang dalam keadaan melepuh, bahkan ada yang hilang. Memasuki hari ketujuh seperti gambar nomor dua belas, artinya telah hilang wujud manusia yang selayaknya, ditambah lagi perutnya membesar dan pecah. L2 Memasuki hari keempat puluh seperti gambar nomor ketiga belas. fa*ua;* /a T,rat"al;ltaea; tarf W;,rt/ 135

137 Memasuki hari ke seratus dinamakan pulan seperti gambar nomor empat belas. I Gb. 14 Seperti gambar nomor lima belas adalah keadaan satu tahun pertama, Gb. l5 Gambar nomor enam belas adalah keadaan pada satu tahun kedua disini keadaan tulang-tulang sudah bersih. Gb. 16 Dalam seribu hari seperti pada gambar tujuh belas, artinya bahwa keseluruhan tulang yang ada sudah mengumpul menjadi satu, semua itu adalah kehendak Alloh SWT Wallahu Allam. 136 fu^at"r;y* /a^ Tr*./;lrraat t r4l ll/;";/

138 Semua itu keadaan yang sempurna yang berasal dari kodrat Dzat Yang Maha Mulia, sudah tidak ada rasa didalamnya, tinggalah nama Alloh yang terpatri dan ditambah lagi apa yang dikatakan Alloh SWT, yaitu berada dalam kodrat Dzat Yang Maha Suci. Sedangkan yang turun kepada alam istana atau keraton agung,seperti yang ada dibawah ini: 1. Bisikan adanya Dzat 2. Penjabaran adanya Dzat 3. Pembabaran adanya Dzat 4. Penjabaran keadaan Dzat 5. Penjabaran ilmu kekuatan iman, membukanya sahadat jati, atau dari. ilmu sasidan Semuanya itu dapat ada terus-menerus pada alam istana atau keraton agung, karena Dzat Yang Maha Suci, karena dari perintah Alloh SWT, kepada nabi Muhammad SAW, yang juga telah diperintahkan pada Sayidina Ali, serta nasehat dan petunjuk yang diberikan oleh guru, yang sudah jelas dan nyata kepada asal muasal, kemulyaan keadaan yang sejati. Seperti yang disebutkan seperti dibawah ini: 1. Nafas 2. Tan nafas 3. Anpas 4. Nupus 5. Bawuring kaca wirangi 6. Roh Jasmani 7. Roh Rohani f,w.a/a;u *.a Trat,t/,;ltraa; t"r.r/ U/;r,A L37

139 8. Sareat 9. Tarekat 10. Hakekat 11. Ilmu Pandangan atas sifat alloh Kembali menjadi satu hal yang ghaib, dengan tibatiba, sempurna dan menjadi terang benderang dalam pengertian, tidak ada kekurangan, tidak memilki rasa khawatir, didalam satu-satunya keberadaan kodrat-ku. Maka semua itu tertata menjadi satu pada para wali Alloh, oleh sebab itu janganlah menjadi tumpang tindih pengertian yang didapat. HaI itu disebutkan kembali oleh para guru dengan ajaran yang diberikan, janganlah menerima hanya sesaat tanpa bisa diterima sepenuhnya. Sejatinya ilmu tersebut jangan sampai dilakukan dengan berakhir hanyalah rasa penasaran saja. Apabila yang melaksanakan ilmu tersebut meninggal, para ahli waris atau yang ditinggalkan harus memohon petunjuk pada para ahli yang sudah nengetahui akan hukumnya, atau yang telah sempurna atas pengetahuan akan asal muasal (dari mana dan arah tujuan kemana), kemulyaan keadaan yang sejati. Kemampuan untuk dapat menjadi murid ada delapan perkara: 1. berhati-hati 2. bertapa 3. terlatih 4. kuat r38 T"a^a/"r+-t- /z^ Taa^ahlaaa; ttal W;r;/

140 5. dewasa 6. ingatan 7. siap 8. berperasaan. Kemustahilan untuk menjadi murid: 1. gila 2. buta 3. tuli 4. ayan 5. bisu 6. anak belum cukup umur 7. Orang tua yang telah pelupa Pokok-pokok untuk menjadi murid ada delapan perkara: 1. meng-imankan atau mempercayainya, pantang apabila mendustakan/tidak mempercayainya. 2. Memperlihatkan, pantang apabila menyembunyikannya. 3. Memperhatikan, pantang apabila menyelewengkan. 4. Menerangkan, pantang apabila mempersoalkan 5. Musyawarah, pantang apabila hanya mengira-ira 6. Menerangkan, pantang apabila menyembunyikannya 7. Meluruskan, pantang apabila membesarkan 8. Menjalankan, pantang apabila berbantah atau menolak Atau syarat-syarat itu ada empat perkara: a. yang pertama adalah hanyalah berserah pada maksud, b. yang kedua adalah suka akan hukum Allah c. yang ketiga adalah akan merasa, tanpa memiliki hakekat dengan sangat teristir-newa sudah menerima T"a^ak"lq; /t",r T"a,u/,;Ztraa; ttral U/;";/ r39

141 d. yang keempat akan menerima apa yang menjadi citacita Alloh SWT. Inilah doa yang dipanjatkan apabila orang sekarat, atau untuk membisiki orang yang sedang sekarat, untuk membisikkan pada ayah atau ibu, anak, saudara atau istri/ suami dan lain-lain, yang agar supaya telah mendapat 5 malapetaka dari sekarat. Niat berfikir jernih/hening, masuk dalam badan yang jernih, tetaplah berada dalam angan-angan, selalu dan senantiasa jadikanalah Alloh SWT berada dalam anganangan untuk menguasai dan memperlakukan makhluk dengan kekuasan-nya. Sedangkan dijaman Karamattullah, berasal dari bisikan atau wangsit yang didapat oleh Sunan Kalijaga, demikian keterangannya: Apabila ada aral atau halangan kita haruslah sudah tahu, apabila tidak kita akan menjadi gila. Artinya batasbatas yang dipunyai oleh manusia dapat berubah atau lepas, yaitu akan menjadi pertanda saat naas atau apes manusia. Kenyataan didalam hukum Adam, terlihat pada perasaan, seperti yang ada dibawah ini. 1. Yang pertama terlihat alam rohkiyah, artinya alam ini di dalam nyawa, keadaannya terang benderang tetapi bukan terang pada saat siang hari. Tiada kiblat arah yang pasti, Utara, Selatan, Timur, Barat, tengah dan atas. Disitulah terlihat lautan tanpa tepi, itulah tempat hati yang ditambahi oleh cahaya, otak. Ditengah lautan terdapat kebahagiaan asing dan semu, warnanya seperti pelangi L40 f"*r.,*;7,.r. b^ T"a,u/;ltr,ra; ter4r W;4;/

142 yang cahayanya terang, ini adalah tempat jantung yang ditambah cahaya dari johar awal, yang meliputi jati dari hati dan menjadi isi dari badan, rasa sayang berada pada cipta yang terletak antara mata, penglihatan, pembau, perasa, merasakan dinamakan sifat muka, penga\masannya hanya menuntun kepada tandatanda-nya muka yang sejati. 2. Yangkedua, setelah hilangnya alam rokjeiyah. Terlihaflah alam siriyah, disitu datangnya cahaya empat warna: hitam, merah, kuning, putih itu adalah tempat dari budi. Yang mengeluarkan keberadaan nafsu empat perkara, yang akan menjadi bahaya atau halangan hati. Terlihatnya berurutan satu persatu. Yang terlihat permulaan, dan mempakan pendahuluan adalah cahaya hitam. Ini adalah adanya nafsu keinginan hati. Ketika manusia hidup keinginan inilah yang menjadikan rasa mengantuk, lapar dan lain sebagainya. Tempatnya berada diperut, dan lahirnya keinginan dari mulut. Dalam cahaya hitam ini terjadilah seperli bermacam hewan sampai pada yang sifatnya melata. Semua harus mempercayai pada tuhan, didalam kekuasaan bumi nafsu dinamakan alam keburukan. Artinya kelalaian, pada masa itu tempatnya lupa atau lalai,yang harus diingat janganlah curang dan masuk dalam cahaya hitam, apabila nanti dilain waktu menitis pada hewan sampai yang melata. Tidak berapa lama cahaya hitam akan hilang, segera saja terlihat cahaya merah. Itu adalah tempat nafsu amarah, suasana yang diciptakan dalam kehidupan menyebabkan T.ra*al,r;f* /i,r. Trar^4/;*4/-r; tanl ll/:";/ L4t

143 _-l angkara muraka atau mudah emosi, selalu marah-marah dan lain sebagainya. Letaknya ada di empedu, lahirnya dari telinga terjadinya berasal dari cahaya merah. Ditampakkan dengan tingkah laku kasar, kekuatannya seperti api yang menyala tresar dan berkobar-kobar. Dialam nafsu ini dinamakan dengan alam Jabarut, artinya sangat bengis, pada saat itu tempatnya kesulitan. Yang harus selalu diingat adalah janganlah berbuat curang. Apabila menitis pada hal yang kasar. Tidak berapa lama cahaya merah hilang, tidak berapa lama terlihat cahaya kuning. Itu adalah keadaan nafsu sufiah. Suasanaya yang ditimbulkan masih sama yaitu rasa amarah tetapi berhubungan dengan kesenangan dan semacarnnya. Tempatnya berada di limpa, lahirnya berasal dari mata. Terjadinya dalam cahaya kuning. Akan menjadikan keberdaan seperti burung atau binatang yang bersayap jika terjadinya dalam cahaya kuning. Kekuatannya seperti angin lima musim besar. Didalam alam nafsu dinamakan alam laut, artinya dapat bergeser dan berpindahpindah. Pada saat masih hidup berada diantara semua anggota badan. Cahaya kuning apabila menitis pada binatang bersayap atau burung. Tidak berapa lama cahaya kuning akan hilang, tidak berapa lama akan terlihat cahaya putih hidup yang menyebabkan kelebihan akan sifat-sifat yang utama. Seperti halnya menjalankan tirakat seperti tapa brata yang secara terus menerus, tidak hanya sesaat saja. Keberadaanya pada tulang, lahirnya dari hidung, terjadinya didalam cahaya putih. Terlihat seperti ikan dan binatang yang hidupnya di t42 T"au/r+A /2"^ T"a^a/;lt"a+t tttal k/;r;/

144 air. Ada di dalam lautan, kekuatannya seperti air benlng nan jernih tiada asal. Di dalam alam nafsu dinamakan dengan alam malakut, artinya isatana yang tersusun atas kehendak Yang Maha Mulia. Didalam cahaya putih, apabila menitis pada ikan serta binatang yang hidup diair. 3. Yang ketiga, setelah hilangnya alam siriyah, terlihat alam nuriyah. Artinya adalah alam cahaya, terangnya melebihi alam siriyah. Disitu datangnya cahaya luar dengan warna: hitam, merah, kuning, putih, hijau, terbentang bersama-sama dan tertinggal pada istana serta selaras semuanya. Ini adalah tempatnya lima indera, yang ditambah dengan cahaya mitik jiwa atau nyawa. Alamnya lima indera dinamakan dengan alam hidayat, artinya petunjuk. Maka menjadikan istana, tetapi bukanlah istana yang sejati. Disusun oleh Alloh SWT Tuhan Yang Maha Mulia, seperti: a. Istana yang disusun, terlihat cahaya hitam keberadaannya milik binatang atau hewan, sampai pada hewan yang melata. b. Istana yang disusun, terlihat cahaya merah keberadaannya milik sifat yang kaku, kasar dan cenderung brutal. c. Istana yang disusun terlihat cahaya kuning keberadaannya milik bangsa burung dan hewan bersayap. d. Istana yang disusun terlihat cahaya putih keberdaannya milik bangsa ikan dan binatang yang hidup diair. f,reul,r;1,,r- h^ T**a/;ltaaa; 94af U/:";/ 143

145 e. Istana yang tersusun terlihat cahaya hijau keberadaannya milik tumbuhan. Pada saat ini terdengar suara yang selalu mengingatkan akan kesejahteraan dan kesentosaan. 4. Yang keempat, masih didalam alam nuriyah. Disitulah terlihat akan cahaya nuriyah, cahaya yang bening didalamnya terdapat cahaya yang menyala hanya satu berdiri agak sedikit besar. Memiliki sorot delapan warna: hitam, merah, kuning, putih, hijau, biru,ungu, merah muda. Terbentang bersama-sama terlihat seperti surga. Suasana sangat asri. Ini adalah tempat keberadaan jiwa dinamakan dengan alam ngistsat, artinya rasa birahi. Adapun keberadaanya adalah rasa asmara dari suasana surga. Tetapi sejatinya bukanlah surga Yang Maha Suci. Keberadaannya adalah tempat yang nikmat ataupun manfaat dari belas kasih, yaitu tempat para dewa yang ada pada jiwa semua, seperli: a. Yang terlihat adalah seperti surga tetapi serba hitam legam dan mengkilat. Menyerupai mahkota bumi ini, tercipta dari kehinaan cipta. Apabila bertempat disitu kemungkinan menjadi jin hitam. b. Yang terlihat adalah seperti surga serba merah, terang seperti merah delima. Menyerupai pertapa yang tidak makan dan minum. Ini akan menjadikan asal kebohongan cipta. Apabila bertempat keberadaannya akan menjadi jin merah. r44 f,*r^al^1.t- fu^ T"a^a/;lr.raa: S.Ml U/:4;/

146 c. Yang terlihat surga serba kuning, bersinar menyempai intan. Juga akan menciptakan kebohongan. Keberadaannya menjadikan jin kuning. d. Yang terlihat surga serba putih bersih, menyempai intan berlian. Disini akan menciptakan setianya cipta. Jika keberdaannya bertempat akan menjadi ratunya jin putih. e. Yang terlihat surga serba hijau. Menyerupai tempat yang ditutupi oleh bayangan atau semu. Terjadinya akan rasa sentosanya cipta. Apabila keberadaarurya bertempat disitu menjadi ratunya hrjau. f. Yang terlihat surga serba biru dan sudah bercampur intan ber-warna biru. Berasal dari sesuatu yang ada dari cipta. Apabila keberadaannya bertempat menjadikan ratunya jin birr. g. Yang terlihat surga serba ungu, menyerupai bunga yang bersal dari cipta pesona.apabila keberadaarurya bertempat akan menjadi ratunya jin ungu. h. Yang terlihat surga serba merah muda, bercampur dan menyerupai warna merah muda. Terjadinya karena merubah daya cipta. Disaat inilah terciumlah aromanya, sebanyak suasana yang ada di istana. Bau harum menyebar semerbak seperti menggugah rasa. Apabila sudah merasakan, termasuk juga dalam surga penasaran. 5. Yang kelima, setelah hilangnya alam nuriyah, terlihatlah alam uluhiyah. Artinya adalah alam Pangeran, terangnya faa^a/r,t,*a /a^ T,ra^a/;lzra+l toral W;.;/ r45

147 6. 7. melebihi terang pada alam nuriyah. Disitulah terlihatnya cahaya memancar dan didalamnya cahaya terdapat bentuk yang menyenipai lebah berdiri di makam. Inilah warnanya jiwa. Yang ditambah dengan semua warna dari dunia kecil dengan isinya dan dunia besar tetapi hidupnya dari denyut nadi atau jantung dan rahasia. Diwaktu itu datangnya malaekat, menyerupai bapak, ayah juga kakek serta seluruh saudara laki-laki satu keturunan, mengakui adanya utusan dari Dzat Yang Maha Suci. Mereka ditugaskan untuk melakukan wirid kepada Karamatullah. Sangatlah istimewa dan akan menjadikan keadaan sentosa serta akan diistimewakan, apabila telah mengamalkannya. Yang keenam, masih didalam alam uluhiyah, makin bertambah terangnya, disitu terlihatlah cahaya yang bersinar. Didalamnya cahaya yang menyerupai boneka atau anak-anakan seperti warna gading. Apabila dipandang seperti pancaran mutiara. Bukan perempuan, bukan pula laki-laki, juga bukan waria berdiri dimakam yang kekal. Inilah jawa atau nyawa yang rahasia, yang memperlakukan dan menguasai seluruh alam. Tetapi hidupnya berasal dari roh atau nyawa pada waktu itu berdatangan bidadari, warna dari ibu, nenek dan seluruh saudara perempuan satu keturunan, mengakui adanya DzatYang Maha Suci. Ditugaskan untuk melakukan wirid kepada Karamattullah, sangatlah diistimewakan dan akan sentosa apabila telah mengimankan. Yang ketujuh, masih didalamnya alam uluhiyah. Terangnya menjadi-jadi disitu tidak terlihat apapun juga. t46 frz.ul;a e^ Tre.*-t/;,ttra+; tornl W;r;/

148 ' Hanyalah cahaya yang gemilang tanpa ada bayangan. Inilah Dzatyang berasal dari roh atau nyawa, yaitu Dzat yang tunggal, tanpa arah, tanpa tempat, tanpa warna, tanpa wujud, tidak ada ajal dan kekal. Yang memperlakukan dan menguasai alam seluruhnya Yang berkuasa memerintahkan sekalian alam. Meliputi seluruh isi alam, berkuasa dan Maha Sempurna. Hidup Udak ada yang menghidupkan, yaitu sejatinya Gusti Yang Maha Suci, yang Agung dan besar akan Dzat-Nya. Yang Bagus dan indah akan sifat-nya. Berada pada kehidupan kita masing-masing, disitulah antaranya bersatunya hamba dengan Gusti Tuhan Yang maha Esa. Janganlah berprasangka dan khawatir lagi, diterima pada akhirnya nanti. Hamba berkewajiban mengumpulkan seluruh ilmu pengetahuan atas pengajaran para guru satu persatu. Perasaan hati telah lengkap walaupun kurang tidaklah banyak. Kecuali hanyalah hilang wanginya saja. Apabila bisa membau dengan baik, hamba belum dapat pengganti. Dipersilahkan menerapkan dan melaksanakan. Sedangkan petuahku, wirid ini tidak boleh diperlihatkan pada orang yang belum satu faham atau seilmu. Apabila nanti menimbulkan perdebatan atau perbedaan pendapat. Maka dari itu sekali lagi ingatlah yang menjadi pesanku, janganlah samapai berbeda pendapat. Semoga ini menjadi pemikiran dan perenungan yang dapat mewujudkan kenyatan dan kebenaran. Tamat, wallahhu alam. T,*r",t/ta;1* h^ T*"at;lzrea; 9.41 ll/d,a r47

149 BAB III SIAPA R. Ng. Ronggowarsito Raden Ngabehi Ronggowarsito terlahir dengan narna kecil Bagus Burhan pada hari Senin Legi tanggal 1O tahun Be atau 15 Maret 1802 M Bulan Dulkaidah (Jawa), Wuku Sungsang, Dewi Sri, Wurukung Huwas, Musim Jita. Bagus adalah gelar kebangsawanan untuk keturunan yang ke tujuh, Burhan berarti bukti nyata. Bagus Burhan atau R.Ng.Ronggowarsito ini dikenal dengan sebutan R.Ng.Ronggowarsito III. Dari garis ayah ia keturunan ke 10 Sultan Hadiwijoyo, pendiri kerajaan Pajang. Dari pihak ibu, ia keturunan ke 13 Sultan Trenggono raja ke tiga Kerajaan Demak. Ia adalah putra sulung M.Ng.Pajangsworo atau M.Ng.Ronggowarsito II dengan Mas Aj eng Ronggowarsito, putri R. Ng. Sudiradirdj a Gantang yang mahir dalam bidang seni, temtama Sekar Macapat"cengkok" lagu Palaran (dari desa Palar). Darah seninya mengalir baik dari pihak ayah maupun ibu. Dari pihak ayah, berasal dari neneknya yaitu R.Ng. Ronggowarsito I atau R.Ng. Yasadipuro II atau disebut juga R.T Sastranegoro seorang pujangga Surakarta dengan pangkat Bupati Anom, juga nenek piutnya yang bernama R.Ng.Yasadipuro I adalah pujangga dengan pangkat Kliwon. Sejak kecil Bagus Burhan sudah menampakkan bakat yang luar biasa. Sebelum R.Ng.Yasadipuro I (nenek piutnya) meninggal, ia meninggalkan pesan kepada RT.Sastranegoro, bahwa bagus Burhan akan menj adi : "Rg' dnggo. Penutrtp dari Keraton 148 fra**+a /a^ Tra./l.ltraa; tlral ll/;4,/

150 Surakarta Hadiningrat". Pada waktu masih kecil, Bagus Burhan diasuh oleh Ki Tanujaya, abdi RT. Sastronegoro yang paling setia. Ki Tanujayalah yang membentuk watak/ pribadi Bagus Burhan. Pada tahun L74O Jawa atau 1813 Masehi, ketika Bagus Burhan bemsia 12 tahun, dikirimlah ia ke Panaraga untuk berguru dan belajar mengaji kepada Kyai Imam Besari di Pondok Gebang Tinatar. Kanjeng Kyai Imam Besari adalah menantu Sri Paduka PB W ( ) dan juga teman seperguruan RT.sastronegoro, neneknda Bagus Burhan. Tanggung jawab selama berguru ke Panaraga sepenuhnya diserahkan ketangan Ki Tanujaya. Namun pada saat itu agaknya Bagus Burhan belum sepenuhnya berniat untuk berguru dan mengaji, sehingga ia tidak mendapat kemajuan apa-apa, bahkan sifatnya yang pemboros dan suka main judi dalam tempo kurang I tahun bekal 500 reyal habis, bahkan 2 kudanyapun telah terjual, sangat menyulitkan gumnya. Akibatnya Ki Tanujaya dan Bagus Burhan meninggalkan Gebang Tinatar menuju desa Mara, tempat tinggal Ki Kasan Ngafi, sepupu Ki Tanujaya. Menurut rencana dari situ mereka akan melanjutkan pery'alanan ke Kediri tempat tinggal Pangeran Adipati Cakranikrat. Atas petunjuk Ki Kasan Ngali mereka tidak jadi ke Kediri, karena Pangeran Adipati Cakraningrat akan ke Surakarta. Mereka berdua hanya menunggu di Madiun. Untuk menyambung hidupnya, mereka bejualan klitikan di pasar Madiun. Di sinilah Bagus Burhan bertemu dengan Raden Ajeng Gombak, putri Pangeran Adipati Cakraningrat dari Kediri yang kelak akan menjadi istrinya. Pertemuan ini terjadi pada waktu f,ra^al";l^.t- /t^t" Tra*/,llzraa; t ral il/;";/ t49

151 Raden Ajeng Gombak akan membeli cincin yang dipakai oleh Bagus Burhan. Kyai Imam Besari telah melaporkan kepergian Bagus Burhan dan Ki Tanujaya kepada ayah dan nenek Bagus Burhan. Neneknya RT.Sastranegara telah menyuruh Ki Jasana untuk mencarinya. Baru beberapa bulan mereka dapat bertemu dan diajak kembali ke Gebang Tinatar. Kenakalan Bagus Burhan belum berkurang, akhirnya Kyai Imam Besari menasehati dengan hati-hati. Akhirnya Bagus Burhan sadar, menyesal atas segala perbuatannya yang tidak terpuji. Dengan penuh kesadaran Bagus Burhan yang memiliki kemauan yang keras akhirnya berusaha dengan sekuat tenaga untuk menebus kesalahan-kesalahannya. Ia mulai memperhatikan sekelilingnya dan bertekad untuk berbuat kebaikan setingkat dengan kecakapan yang dimilikinya. Ia mulai prihatin dan mendapat bimbingan serta petunjuk dari Ki Tanujaya. Oleh Ki Tanujaya Bagus Burhan dibawa ke tempat yang jauh dari pergaulan manusia untuk bertapa. Bertapa adalah cara yang lazirlr dilakukan pada masa itu untuk mendapatakan suatu penerangan batin dan keteguhan iman. Karena kemauan yang keras itulah Bagus Burhan dapat melampaui teman-teman seperguruannya. Bahkan karena kemajuan yang sangat pesat, oleh Kyai Imam Besari dikatakan bahwa Bagus Burhan telah mendapat ilham, yaitu penerangan batin dari Yang Maha Kuasa, akhirnya Bagus Burhan diangkat WaIi Guru oleh Kyai Imam Besari. Setelah dirasa cukup, Bagus Burhan kembali ke Surakarta dan dididik langsung oleh neneknda RT. 150 fur-r/r4a *^ Trau/,;lt"aa; tcr4l W.,fr/

152 Satronegoro. Pada tanggal 12 Mei 1815 atau 12 Jumadilakhir 1742, setelah Bagus Burhan dikhitankan, kemudian diserahkan kepada Panembahan Buminta (ayah angkat Raden Ajeng Gombak) untuk berguru dan mencari ilmu dalam bidang: JAYA KAWIJAYAIV(kepandaian untuk menolak p e rbuatan j ah at), KAD IG DAYAIV(kekeb alan), KA G UNAN- IG]VIIRAGAN (kecerdasan dan kesaktian). Jadi dalam hal ini pembentukan jiwa dan kepribadian Bagus Burhan mengalami tiga tingkatan: 1. Pembentukan Jiwa Dasar Pembentukan cinta kasih dari Kyai Imam Besari serta ditunjang oleh Ki Tanujaya, mengakibatkan Bagus Burhan berperasaan halus, tegas dan keras. Kyai Imam Besari adalah seorang rokhaniawan dan pendidik. 2. Pembentukan Jiwa Sastra Pembentukan ini diberikan oleh neneknya sendiri RT. Sastronegoro, seorang sastrawan yang berpengetahuan luas juga seorang pendidik. Sebagai seorang pendidik RT.Sastronegoro terkenal dengan gubahannya'sasana SUNU' dan 'DASANAMA DJARWA". 3. Pembentukan Rasa Harga Diri Didikan ini didapatkan dari Gusti Panembahan Buminta, sehingga Bagus Burhan mendapatkan pendidikan mental yang kuat, juga kekuatan batin terhadap gangguan jahat dari pihak luar. Karena pendidikan-pendidikan yang kuat dan ditambah dengan pengalaman-pengalaman semasa merantau ke Desa Ngadiluwih, Ragajampi dan Tabanan Bali, Bagus Burhan f"."r.4/r7^4 ha ha."a/;low; 9.af ll/,14;/ r5l

153 menjadi dewasa jiwanya, siap menghadapi hidup di masyarakat luas dengan segala peristiwanya. Pada tanggal 28 Oktober atau hari Senin pahing tanggal 8 sura tahun alip L747, dengan sengkalan "Amt4ji Sttci Panditaning Rattt. Bagus Burhan diangkat menjadi abdi dalem Carik kadipaten Anom dengan sebutan RANGGA PUJANGGA ANOM atau lazim disebut MAS RANGGA PA,]ANGAI{OM, Berdasarkan etimologi/ arti katanya ialah, MAS: gelar kebangsawanan untuk tingkat ke enam, RANGGA: gelar untuk pangkat di bawah Mantri atau di bawah Ngabehi, PUJAI{GGAANOM untuk memberi penghonnatan, karena ia masih muda, tetapi sudah memiliki kepandaian setingkat dengan pujangga/pendeta. Dimasa kematangannya sebagai pujangga, Ronggowarsito dengan gamblang dan wijang mampu menuangkan suara jaman dalam serat-serat yang ditulisnya. Pada tahun itu juga Bagus Burhan atau Mas Rangga Pajanganom yang berumur 2O tahun melaksanakan perkawinannya dengan Raden Ajeng Gombak di Buminatan. Tiga puluh lima hari setelah perkawinan, keduanya berkunjung ke Kediri bersama-sama dengan Ki Tanujaya, sambil minta diri untuk pergi ke Surabaya dan Bali dengan berguru kepada Kyai Tunggulwulung di Ngadiluwih, Kyai Ajar Wirakanta di Ragajampi dan Kyai Ajar Sidalaku di Tabanan Bali. Dari ketiga gutr tersebut, Kyai Ajar Sidalaku lah yang banyak memberi kesan dan ujud ramalan serta kemukjijadan. Ia berhasil membawa catatan peringatan perjalanan 152 Tr*ata;* /<^ T.*al,;taa; 9.4f tl/;"rl

154 serta kumpulan kropak-kropak dari Bali dan Kediri ke Surakarta. Pada tahun LS22Masehi atau L749 Jauta, Mas Rangga Pajanganom diangkat menjadi Manki Carik dengan gelar Mas Ngabehi Sarataka, dengan sengkalan: Terus Dadt Panditantg Rattl.- Ketika teq'adi Perang Diponegoro yaitu pada jaman Sri paduka PB W ( ), Mas Ngabehi Sarataka diberi tugas untuk menjaga Desa Nusupan dan mendapatkan kemenangan. Pada tanggal 13 Juni 1839 M atau tanggal 23 Besar tahun L757 Jawa, Mas Ngabehi Sarataka diangkat menjadi abdi dalem Panewu carik Kadipaten Anom dengan gelar RADEN NGABEHI RONGGOWARS^If0 selanjutnya ia tinggal di Pasar Kliwon. Arti nama RADEN NGABEHI RONGGOWARSITO adalah,raden :gelar untuk keturunan raja tingkat V atau piut wareng.oleh,karena itu pengangkatan Raden bagi beliau yang nierupakan keturunan ke sebelas merupakan anugerah yang telah disesuaikan dengan pangkatnya. Sedangkan Ronggowarsito, warsito berarti ucap, petuah atau mencipta (Jawa:nganggit).Jadi warsito dapat berarti pembicara, penilaian dalam bidang kepujanggan. Sejak itu ia terkenal sebagai ahli atau guru kesusasteraan Jawa. Ia mempunyai murid para bangsawan, bahkan juga bangsa Belanda, misalnya: CF.Winter, Jonas Por[ier, Dowing, Jansen dan lain-lain. Ada satu peristiwa ketika Ronggowarsito ditanya sahabatnya Winter yang orang Belanda mengenai Kapankah penjajahan Belanda akan berakhir? Ia menjawab, Belanda akan hengkang ketika ada "ori" (sejenis bambu) yang berbuah padi gaga dan ketika f.**at,r;* *,r T*u/,ltt*a; tad ll/t;/ 153

155 ada patih yang wuda(telanjang). Jika dinalar jelas ramalan itu tidak masuk akal, bahkan sangat tidak mungkin akan terjadi. Namun ramalan itu menjadi kenyataan. Ori yang dimaksud bukan bambu melainkan nama seorang gubernur Jenderal Belanda yang bernama Ori, sedangkan kata gaga, merupakan simbol anagaka 11 pada hitungan Jawa. Maksudnya tatkala Surakarta di bawah pemerintahan Paku Buwono K. Sedangkan misteri patih telanjang terpecahkan ketika patih tersebut naik tahta, yakni patih Jayengnegoro, yang dalam penulisan Jawa tak perlu diberi pakaian alias wuda. Boleh jadi pemikiran-pemikiran Ronggowarsito itu disebut nujum, namun terlepas dari semua itu, kekayaan idenya merupakan karya filsafat tingkat tinggi dan kedua bidang itu telah melebur satu sama lainnya, bisa jadi tulisan itu memiliki makna yang luas, seluas pemikiran penulisnya. Mungkin tak banyak karya sastra pujangga negeri ini yang begitu hebatnya sehingga banyak para pemimpin mengutipnya adalah SERAT KALATIDHA. Mereka banyak mengutip karena memiliki kepentingan tertentu. Dan bait ke tujuh da-ri 12 bait tembang Sinom adalah yang paling sering dikutip. Ir Soekarno mengucapkan kalimat yang sama pada saat meresmikan Museum Radya Pustaka di Solo pada 11 November Ucapan ini ditujukan u.ntuk kondisi Indonesia ketika itu. Gejolak dan perpecahan memang demikian hebat terasa saat itu, antara lain di Jawa Barat, Kalimantan dan Sulawesi. Lebih dari empat dasawarsa kemudian Soeharto kembali mengutip karya sastra itu saat merasa kewibawaan t54 f"at^ak+a /,rt Taa*a/,;l*raa; thaf W;4.d

156 kekuasaannya mulai dirongrong. Ketika itu Soeharto mendapat perlakuan yang sepanjang karir tak pernah dialami, yaitu didemo oleh ratuban mahasiswa. Raden Ngabehi Ronggowarsito atau Bagus Burhan atau Mas Rangga Pujanggaanom atau Mas Ngabehi Sarataka diangkat menjadi Kliwon Kadipaten Anom dan Sebagai Pujangga Kraton Surakarta Hadiningrat pada tanggal 14 September 1845 atau tanggal 12 Ruvrah tahun Jimawal L773, yang ditandai dengan sengkalan 'Katon Pandita Sabdaning Ratu". Pada tanggal 3 Februari 1852 R.Ng.Ronggowarsito menikah lagi dengan R.M.P Jayengmarlaya. Pada tanggfal 19 Desember 1848, Raden Ayu Ronggowarsito meninggal dan dimakamkan di Pa1ar Kecamatan Tfucuk, Kabupaten Klaten. Sedangkan R.Ng. Ronggowarsito sendiri wafat pada tanggal 24 Desember 1873 dalam usia 71 tahun, dengan meninggalkan tiga orang istri: Putri R.M. Panji Jayengma{aya, Mas Ajeng Pujadewata, Mas Ajeng Maradewata. Sedang putra-putrinya adalah : R.Ajeng Sudinah, R.Ajeng Ranakusuma, R.M. Ranakusuma, R.M. Sembada, R.M. sutamadan Rara Mumpuni. Bung Karno begitu menghormati sosok Ronggowarsito, hingga beliau memutuskan untuk.membangun makam yang indah bagi Sang Pujangga. Berdiri di atas areal tanah seluas 1000 meter persegi, tepatnya di Desa Palar, Kecamatan Trucuk Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Bangunan makam merupakan perpaduan arsitektur Joglo dan Islam. Sampai sekarang bangunan di Palar tersebut masih terawat dengan baik merupakan makam frar"4/rr;/4 h^ Taet^altZaaat tt nz W;":/ 155

157 keluarga dan banyak diziarahi masyarakat dari berbagai daerah. Hasil karya beliau antara lain adalah: Babad Iteh, Babon serat Pustaka Raja, Hidayat Jati, Mardawalagu, Parama Sastra, Purwakaning Serat Pawukon, Pustaka Raja, Rerepan Sekar Tengahan, Sejarah Pari Sawuli, Serat Iber- Iber, Uran-uran Sekar Gambuh, Widya Pradana, Aji Darmo, Ajidarma-Ajinirmala, Ajipamasa, Budayana, Cakrawati, Cemporet, Darma sarana dan Jaka Lodang. Demikianlah sedikit riwayat R.Ng Ronggowarsito, pujangga besar dari keraton Surakarta, seorang yang telah banyak berkarya dengan meninggalkan nama harum. Untuk selalu mengenangnya nama Beliau juga dijadikan nama Museum Jawa Tengah. r56 f"er.4l",ed /a. Taa.o/;laai 9441 U/;,rA

158 BAB TV PENUTUP Perjalanan hidup merupakan ketentuan yang diciptakan Tuhan. Sesudah mencipta tingkatan hidup itu tuhan berkenan mencipta mahligai zat yang diatur dalam Baitullah menjadi tiga keadaan yang disebut ajaran Wirid yang bersisi ajaran tiga dunia beserta isinya yaitu: 1. Baitulmakmur, sebagai tempat yang serba menyenangkan, 2. Baitulharam, sebagai tempat yang bersih dari segala larangan T\rhan, 3. Baitulmukadas, sebagai tempat untuk menyucikan diri. Sedangkan yang diizinkan mengajarkan Wirid hanyalah delapan orang, yaitu Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Panggung, Sunan Majaagung, Sunan Pancuran, Sunan Cirebon, She Maulana Ibrahim Jatis\Mara, dan Sunan Kajenar. Ajaran Wirid itu merupakan ajaran ilmu kesempurnaan. Ilmu itu diajarkan setelah Sunan Kalijaga tiada, beliau moksa menjadi waliullah gaib. Ilham yang diterima Sultan Agung perihal berbagai kejadian orang mati, diberitahukan kepada kerabat raja dan para ulama untuk dimusyawarahkan. Mereka yang diajak bermusyawarah ialah Panembahan Purubaya, Pangeran Juminah, Ratu Pekik (Surabaya), Panembahan Juru Kiting, Pangeran Kadilangu, Pangeran Kudus, Pangeran Tembayat, Pangeran Kajoran, Pangeran Wangga dan Penghulu Kategan. f./.4^41,;./-4; /e^ T"*a/;low; 9.ef ll/;";/ L57

159 Perbuatan manusia dan akibatnya akan terlihat sesudah kematian. Jika orang semasa hidupnya banyak berbuat jahat atau dosa, maka nanti setelah mati akan tersesat. Sebaliknya, jika orang selama hidupnya berbuat baik, sabar, sopan dan sejenisnya, maka nanti setelah mati akan mendapatkan kemuliaan dan kesempurnaan, serta rohnya akan bersatu dengan zat Tuhan. Orang yang mendapatkan kemuliaan itu tergolong orang yang kuat imannya. Sunan Kalijaga berwasiat kepada anak cucunya bahwa ia tetap hidup abadi meskipun nanti musnah dari dunia. Hi,dup abadinya diperoleh karena ia memiliki ilmu kesempurnaan yang diberikan Tuhan kepadanya. Sunan Ampel berpesan bahwa siapapun yang ingin memiliki keistimewaan seperti para nabi, para wali, dan para ulama terkenal, agar mau melakukan tapa brata, diantaranya ialah menahan nafsu jahat, menahan sahwat, mencegah berbicara kotor, berpuasa, mengurangi tidur, dan bersemadi. Panembahan Purubaya menguraikan kewajiban guru dan murid sebagai jawaban pertanyaan Sultan Agung. Berdasarkan ilmu dan pengalaman yang diperolehnya, guru itu harrs dapat dipercaya dan diteladani. Segala ilmu yang diberikan kepada muridnya harus benar paling tidak mendekati kebenaran, dan segala tingkah atau perbuatan guru harus baik sebab akan dicontoh oleh muridnya. Sebaliknya, murid harus selalu rajin dan taat. Ia harus rajin belajar, rajin berkarya, dan harus taat kepada nasehat gurunya. Itulah inti kewajiban guru dan murid yang 158 frault4a /z^ T"au/;*"aat tor4f W;";/

160 diambilkan dari ajaran Sunan KaliJagir. Selrurf ttlrtyrt berhubungan dengan itu bahwa orang hidull rll <lrrttlrr lrru rra selalu ingat kepada Tuhan dimanapun beracla rliur rhrlrrrrr keadaan bagaimanapun. Sebab jika lalai, orang akan rtttulrrlt terpengamh dan akan mudah melakukan perbuatan yitng tidak terpuji, dan akhirnya akan menyesatkan dlrlnya sendiri. Sultan Agung menanyakan perbedaan antara ngraga sltlona- dan berdoa. Ahmad Kategan menjawabnya bahwa keduanya hampir sama hanya tujuannya yang berbeda. Ngraga sukma tujuannya mengetahui hakekat Tuhan, sedang berdoa bertujuan memohon kemurahan Tuhan. Namun keduanya harus dilakukan dengan hati yang benarbenar ikhlas, menyucikan diri, niatnya bulat dan mantap, segala sifat keduniawian harus dihilangkan jauh-jauh, dan yang diharapkan hanyalah petunjuk dan kemurahan Tuhan. Berdasarkan ajaran para wali, perjalanan hidup didunia dan di akhirat melalui tingkatan-tingakatan secara berturutturut seperti berikut: t. Sajaratulyakin, yaitu zatyang berada di alam gaib atau di alam akadiat. 2. Nur Muhanrmad, yaitu cahaya hakiki berada di alam wadat, yang memberi sifat zat itu. 3. Miratulhayati, yaitu rasa hakiki di dalam hati, berada di alam akadiat. 4. Ruh ilapi, yaitu ruh suci berasal dari Nur Muhammad, berada di alam arwah. 5. Kandil, yaitu angan-angan hakiki, berada di alam misal. 6. Darah, yaitu budi hakiki, berada di alam azarl:. frauta+a /a^ T,raa^altloraa; ta4f W;,;/ 159

161 7. Kijab, yaitu keadaan makhluk hidup di dunia merupakan tirai yang amat besar. Apabila semakin mendekatkan diri kepada Ttrhan maka apa yang diinginkan dapat terkabul. Selanjutnya Sultan Agung berpesan pada yang hadir, bahwa mereka dianjurkan agar mengajarkan ilmu kesempurnaan yang dimilikinya kepada para adipati dan pembesar kerajaan bersumberkan ajaran AL Quran, Hadis, Ijmok, dan Kryas. 160 f.*ulaa *^ T"*ul;*raa; tarl W,trl

162 DAF'TAR PUSTAITA - Sulastin Sutrisno, 1981, Relevensi Studi Filologi - Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Filologi pada Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. - Sudibyo Zaenal, L979, Babad Cariyos Lelampahipun Suwargi R. Mg. Ronggowarsito Komite Ronggowarsito, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta. - Undang-Undang Dasar Negara Republik trndonesia 1945, Pasal 32 dan Garis-Garis Besar Haluan Negara, TAP IIIMPR/ Sambutan Presiden pada Pembukaan Konggres Bahasa Jawa 199f di Semarang. - Keputusan Konggres Batrasa Jawa 199I. - Peraturan Daerah No. 3 Th. 1984, Pola Dasar Pembangunan Daerah, Strategi Wawasan ldentitas. fr,r,"r/r?d. /rr^ T,r.^,/,ltr,raa: tqd ll/:,rrl r6l

163 ?*n:q 4' i lsbn

WIRID HIDAYAT JATI. Anggitanipun Pujangga R. NG. RANGGAWARSITA. Kabangun dening R. TANOJO. Penerbit TRIMURT Surabaya

WIRID HIDAYAT JATI. Anggitanipun Pujangga R. NG. RANGGAWARSITA. Kabangun dening R. TANOJO. Penerbit TRIMURT Surabaya WIRID HIDAYAT JATI Anggitanipun Pujangga R. NG. RANGGAWARSITA Kabangun dening R. TANOJO Penerbit TRIMURT Surabaya Pambuka Babon asline layang Wiri Hidayat Jati iki, karangane sang misuwur Raden Ngabehi

Lebih terperinci

BAB IV NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID HIDAYAT JATI KARYA R. NG. RANGGAWARSITA

BAB IV NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID HIDAYAT JATI KARYA R. NG. RANGGAWARSITA BAB IV NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID HIDAYAT JATI KARYA R. NG. RANGGAWARSITA Salah satu warisan budaya yang ada di Indonesia adalah warisan budaya Jawa. Warisan ini mengandung banyak nilai

Lebih terperinci

WIRID WOLUNG PANGKAT

WIRID WOLUNG PANGKAT WIRID WOLUNG PANGKAT Kepercayaan Jawa yang asli menyatakan bahwa Dzat Tuhan yang disebut dengan Sang Hyang Wenang (Sang Hyang Wisesa, Sang Hyang Widdhiwasa, Hyang Agung) adalah "tan kena kinayangapa" artinya

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN ISI. dari pemikiran nenek moyang terdahulu. Dasar pemikiran serta teori-teori dasar

BAB III KAJIAN ISI. dari pemikiran nenek moyang terdahulu. Dasar pemikiran serta teori-teori dasar BAB III KAJIAN ISI Sumber ilmu dan pengetahuan yang berkembang saat ini, merupakan hasil dari pemikiran nenek moyang terdahulu. Dasar pemikiran serta teori-teori dasar yang kemudian dikembangkan dan dipelajari

Lebih terperinci

STRUKTUR TEKS SERAT PANITIBAYA

STRUKTUR TEKS SERAT PANITIBAYA STRUKTUR TEKS SERAT PANITIBAYA SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Oleh Galih Mardiyoga 2102406566 JURUSAN BAHASA DAN SASTRA JAWA

Lebih terperinci

BAB III CARA PANALITEN. metode deskriptif. Miturut pamanggihipun Sudaryanto (1988: 62) metode

BAB III CARA PANALITEN. metode deskriptif. Miturut pamanggihipun Sudaryanto (1988: 62) metode BAB III CARA PANALITEN A. Jinising Panaliten Panaliten menika kagolong jinising panaliten ingkang ngginakaken metode deskriptif. Miturut pamanggihipun Sudaryanto (1988: 62) metode deskriptif inggih menika

Lebih terperinci

PATHISARI. Wosing těmbung: Sěrat Pangracutan, suntingan lan jarwanipun teks, kalěpasan.

PATHISARI. Wosing těmbung: Sěrat Pangracutan, suntingan lan jarwanipun teks, kalěpasan. PATHISARI Skripsi punika asil saking panaliten filologi tumrap Sěrat Pangracutan ingkang kasimpěn ing Perpustakaan Pura Pakualaman Ngayogyakarta mawi kode koleksi 0125/PP/73. Skripsi punika awujud suntingan

Lebih terperinci

SERAT SASTRA GENDHING DALAM KAJIAN STRUKTURALISME SEMIOTIK

SERAT SASTRA GENDHING DALAM KAJIAN STRUKTURALISME SEMIOTIK SERAT SASTRA GENDHING DALAM KAJIAN STRUKTURALISME SEMIOTIK SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra Jawa oleh Aldila Syarifatul Na im 2151407001 BAHASA DAN SASTRA JAWA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

UNGGAH-UNGGUHING BASA JAWI*

UNGGAH-UNGGUHING BASA JAWI* UNGGAH-UNGGUHING BASA JAWI* Dening Sutrisna Wibawa Universitas Negeri Yogyakarta 1. Pambuka Unggah-ungguhing basa mujudaken perangan ingkang baku soksintena ingkang ngginakaken basa Jawi. Tiyang dipunwastani

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS DATA

BAB II ANALISIS DATA BAB II ANALISIS DATA Pada bab dua ini, peneliti membahas dua kajian. Kajian filologis dan kajian isi. Kajian filologis membahas tentang cara kerja filologi berdasarkan penggarapan naskah tunggal yakni

Lebih terperinci

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi KI Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi KI Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/semester Materi Pokok Kompetensi Alokasi Waktu : SMP Negeri 1 Prambanan Klaten : Pendidikan Bahasa Jawa : VII/satu : Teks Cerita

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SatuanPendidikan : SMP N 4 WATES Kelas/Semester : VII/1 Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Materi Pokok : Unggah-ungguh Alokasi Waktu : 2 X 40 menit (80 menit) A. Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya-karya Raden Ngabehi Ranggawarsita banyak dipengaruhi oleh kepustakaan. 1988: 40). Kebenaran bahwa SC dikarang oleh Raden

BAB I PENDAHULUAN. Karya-karya Raden Ngabehi Ranggawarsita banyak dipengaruhi oleh kepustakaan. 1988: 40). Kebenaran bahwa SC dikarang oleh Raden BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sêrat Cêcangkriman yang selanjutnya disingkat SC termasukk jenis teks wirid karena isinya memuat ajaran tasawuf atau mistik (Marsono, 1991: 559). SC dikarang

Lebih terperinci

MEDIA PASINAON MAOS UKARA MAWI AKSARA JAWA KANTHI POP-UP BOOK KANGGE SISWA KELAS VII SMPN 1 IMOGIRI

MEDIA PASINAON MAOS UKARA MAWI AKSARA JAWA KANTHI POP-UP BOOK KANGGE SISWA KELAS VII SMPN 1 IMOGIRI Media Pasinaon Maos... Destiya Novia 65 MEDIA PASINAON MAOS UKARA MAWI AKSARA JAWA KANTHI POP-UP BOOK KANGGE SISWA KELAS VII SMPN 1 IMOGIRI READING JAVANESE SCRIPT LEARNING MEDIA WITH POP-UP BOOK FOR STUDENT

Lebih terperinci

Oleh : Mas Kumitir 1 P A M E L E N G

Oleh : Mas Kumitir 1 P A M E L E N G Oleh : Mas Kumitir 1 A J I P A M E L E N G Tegesipun aji = ratu, pameleng = pasamaden; mengku pikajeng : tandaning sedya ingkang luhur piyambak. Dene empaning pandamelan wau winastan manekung, pujabrata,

Lebih terperinci

Tuhan dalam Mistik Islam Kejawen (Kajian atas Pemikiran Raden Ngabehi Ranggawarsita)

Tuhan dalam Mistik Islam Kejawen (Kajian atas Pemikiran Raden Ngabehi Ranggawarsita) Tuhan dalam Mistik Islam Kejawen (Kajian atas Pemikiran Raden Ngabehi Ranggawarsita) Kholid Karomi * kholid_k@yahoo.co.id Abstract Javanese people were known as religious communities, but there are some

Lebih terperinci

RANGGAWARSITA DAN KESUSASTERAAN JAWA ISLAM. Miftah Arifin Dosen tetap Jurusan Syari ah STAIN Jember

RANGGAWARSITA DAN KESUSASTERAAN JAWA ISLAM. Miftah Arifin Dosen tetap Jurusan Syari ah STAIN Jember Miftah Arifin, Ranggawarsita dan Kesusasteraan Jawa Islam RANGGAWARSITA DAN KESUSASTERAAN JAWA ISLAM Miftah Arifin Dosen tetap Jurusan Syari ah STAIN Jember miftaharifin@gmail.com Abstrak Kesusasteraan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Pertemuan Ke Alokasi Waktu Kemampuan berbahasa : SMP N 4 Wates : Bahasa Jawa : VIII/ Gasal : 1 (satu) : 2 x 40 menit :

Lebih terperinci

BAB III BIOGRAFI DAN KARYA SASTRA R. NG. RANGGAWARSITA

BAB III BIOGRAFI DAN KARYA SASTRA R. NG. RANGGAWARSITA BAB III BIOGRAFI DAN KARYA SASTRA R. NG. RANGGAWARSITA A. Biografi dan Karya-karya R. Ng. Ranggawarsita 1 Biografi R. Ng. Ranggawarsita Lahirnya sebuah karya sastra disebabkan oleh penciptanya sendiri.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Pertemuan Ke Alokasi Waktu Kemampuan berbahasa : SMP N 4 Wates : Bahasa Jawa : VIII/ Gasal : 1 (satu) : 2 x 40 menit :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN FILOLOGIS. filologi yaitu, dimulai dari penjabaran deskripsi BMK, membuat kritik teks,

BAB II TINJAUAN FILOLOGIS. filologi yaitu, dimulai dari penjabaran deskripsi BMK, membuat kritik teks, BAB II TINJAUAN FILOLOGIS Pada bab II ini menguraikan tentang tinjauan filologis yang dilakukan terhadap naskah BMK. Hal ini dilakukan untuk membahas permasalahan secara mendalam yang ada di dalam naksah.

Lebih terperinci

menyusun teks lisan sesuai unggahungguh. berbagai keperluan. C. Tujuan Pembelajaran

menyusun teks lisan sesuai unggahungguh. berbagai keperluan. C. Tujuan Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SatuanPendidikan : SMP N 4 WATES Kelas/Semester : VII/1 Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Materi Pokok : Unggah-ungguh Alokasi Waktu : 2 X 40 menit (80 menit) A. Kompetensi

Lebih terperinci

DHASARING KAWERUH SEJATI

DHASARING KAWERUH SEJATI Oleh : Mas Kumitir 1 DHASARING KAWERUH SEJATI Sampun dados satunggaling tujuan tumrap dhateng sedaya janma punapa dene ingkang sami kumelip ing madiya pada, bilih sedaya sediyanipun sageda kasembadan.

Lebih terperinci

Mugi kawilujengan, kasarasan saha karaharjan tansah kajiwa kasalira kula lan panjenengan sedaya.

Mugi kawilujengan, kasarasan saha karaharjan tansah kajiwa kasalira kula lan panjenengan sedaya. BUPATI KULONPROGO WEDHAR SABDA WONTEN ING ACARA MBIKAK UNDIAN KUPON BLONJO MIRAH ING BALAI DESA NOMPOREJO, GALUR Assalamu alaikum Wr. Wb. Wates, 5 Maret 2011 Mugi kawilujengan, kasarasan saha karaharjan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI MORAL DAN SOSIOLOGI NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA

ANALISIS NILAI MORAL DAN SOSIOLOGI NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA ANALISIS NILAI MORAL DAN SOSIOLOGI NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA Oleh: Ika Putri Mei Wulandari pendidikan bahasa dan sastra jawa Princess_29@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, dan sastra (Baried, 1983: 4). Cipta sastra yang termuat dalam naskah,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, dan sastra (Baried, 1983: 4). Cipta sastra yang termuat dalam naskah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Naskah-naskah yang terdapat di Nusantara memiliki isi yang sangat kaya. Kekayaan itu dapat ditunjukkan oleh aneka ragam aspek kehidupan yang dikemukakan, misalnya masalah

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMP N 4 Wates Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Kelas/Semester : VIII/ Gasal Pertemuan Ke : 1 (satu) Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Kemampuan berbahasa :

Lebih terperinci

AJARAN ASMARAGAMA DALAM SERAT NITIMANI

AJARAN ASMARAGAMA DALAM SERAT NITIMANI AJARAN ASMARAGAMA DALAM SERAT NITIMANI Dalam budaya Jawa norma serta aturan dalam melakukan hubungan seksual diturankan oleh orang Jawa melalui ajaran kepada keturunannya baik dalam betuk lisan atau tertulisan.

Lebih terperinci

PAMBUDIDAYA NGIPUK-IPUK SAHA MEKARAKEN UNGGAH-UNGGUHING BASA JAWI

PAMBUDIDAYA NGIPUK-IPUK SAHA MEKARAKEN UNGGAH-UNGGUHING BASA JAWI PAMBUDIDAYA NGIPUK-IPUK SAHA MEKARAKEN UNGGAH-UNGGUHING BASA JAWI Dening Sutrisna Wibawa Universitas Negeri Yogyakarta-Indonesia Makalah kangge Seminar Internasional Basa Jawi Ingkang dipunadani dening

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb. Sugeng enjang, mugi kawilujengan, kasarasan saha karaharjan tansah kajiwa kasalira kula lan panjenengan sedaya.

Assalamu alaikum Wr. Wb. Sugeng enjang, mugi kawilujengan, kasarasan saha karaharjan tansah kajiwa kasalira kula lan panjenengan sedaya. BUPATI KULONPROGO WEDHAR SABDA WONTEN ING ACARA MUSYAWARAH CABANG VII GABUNGAN PELAKSANA KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA (GAPENSI) KABUPATEN KULONPROGO Wates, 12 Februari 2011 Assalamu alaikum Wr. Wb. Sugeng

Lebih terperinci

BENTUK DAN MAKNA NAMA-NAMA BANGUNAN POKOK DI KERATON KASUNANAN SURAKARTA SKRIPSI

BENTUK DAN MAKNA NAMA-NAMA BANGUNAN POKOK DI KERATON KASUNANAN SURAKARTA SKRIPSI BENTUK DAN MAKNA NAMA-NAMA BANGUNAN POKOK DI KERATON KASUNANAN SURAKARTA SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Nama : Dewi Larasati NIM : 2102408087 JURUSAN BAHASA DAN SASTRA JAWA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM AJARAN MENGENAI KONSEP SEKS DALAM SERAT NITIMANI

BAB 3 ANALISIS SISTEM AJARAN MENGENAI KONSEP SEKS DALAM SERAT NITIMANI 28 BAB 3 ANALISIS SISTEM AJARAN MENGENAI KONSEP SEKS DALAM SERAT NITIMANI 3.1 Pengantar Bab 3 dari penelitian ini akan berisi analisis konsep-konsep nilai apa yang mendasari ajaran seks di dalam SN. SN

Lebih terperinci

===== ===== SERAT KAKI WALAKA

=====  ===== SERAT KAKI WALAKA ===== ===== SERAT KAKI WALAKA Tedhakan Serat Kina Ingkang mratelakake lelampahan Sarta sugengipun Kangjeng Sunan Kalijaga Ingkang cinandhi ing Pasarean Kadilangu Demak Kababar lan lan kawedalaken PAGUYUBAN

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu : SMP N 8 YOGYAKARTA : Bahasa Jawa : IX/1 : 2 X 40 ( 1 pertemuan) A. Standar Kompetensi Mengungkapkan pikiran, pendapat,

Lebih terperinci

Ngelmu Kang Kaesthi Jeng Sunan Prawata

Ngelmu Kang Kaesthi Jeng Sunan Prawata 1 Ngelmu Kang Kaesthi Jeng Sunan Prawata Sunan Prawata adalah suami dari Ratu Kalinyamat. Pucung Jatawau: gantya mangke kang sumambung, Jeng Sunan Prawata, ambuka tekading galih, pun makaten wahyaning

Lebih terperinci

QUR AN SUCI JARWA JAWI. DALAH TAFSIRIPUN Maulana Muhammad Ali.

QUR AN SUCI JARWA JAWI. DALAH TAFSIRIPUN Maulana Muhammad Ali. QUR AN SUCI JARWA JAWI DALAH TAFSIRIPUN Maulana Muhammad Ali www.aaiil.org The Holy Quran Yasanipun Ingkang Anjarwakaken Design Layout : Maulana Muhammad Ali : R. Ng. H. Minhadjurrahman Djajasugita & M.

Lebih terperinci

Nilai Pendidikan Moral dalam Serat Suluk Bodho Karya KGPA Anom Amangkunagara V

Nilai Pendidikan Moral dalam Serat Suluk Bodho Karya KGPA Anom Amangkunagara V Nilai Pendidikan Moral dalam Serat Suluk Bodho Karya KGPA Anom Amangkunagara V Oleh: Najib Irwanto Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa najib.irwanto88@gmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

FIRMAN MENYATAKAN KESALAHAN & KEBENARAN

FIRMAN MENYATAKAN KESALAHAN & KEBENARAN Khotbah Jangkep Minggu, 4 September 2011 Pekan Biasa Ke Dua Puluh Tiga (Hijau) FIRMAN MENYATAKAN KESALAHAN & KEBENARAN Bacaan I: Yehezkiel 33:7-11; Tanggapan: Mazmur 119:33-40; Bacaan II Roma 13:8-14,

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SatuanPendidikan Kelas/Semester Mata Pelajaran Materi Pokok Alokasi Waktu : SMP N 4 WATES : VII/ Gasal : Bahasa Jawa : Unggah-ungguh : 80 menit A. Kompetensi Inti

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Kelas/Semester Mata Pelajaran Materi Pokok Alokasi Waktu : SMP N 4 WATES : VII/ Gasal : Bahasa Jawa : Unggah-ungguh : 80 menit A. Kompetensi Inti

Lebih terperinci

Nilai Moral Dalam Serat Dongeng Asmadaya (Sebuah Tinjauan Filologi Sastra)

Nilai Moral Dalam Serat Dongeng Asmadaya (Sebuah Tinjauan Filologi Sastra) Nilai Moral Dalam Serat Dongeng Asmadaya (Sebuah Tinjauan Filologi Sastra) Oleh: Mudika Nofalia Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa liadicha@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBALAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBALAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBALAJARAN Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Pertemuan Ke : SMP N 2 Ngemplak : Bahasa Jawa : VIII/ Ganjil : 1 X Pertemuan Standar Kompetensi : 2. Mampu mengungkapkan pikiran

Lebih terperinci

Segolo jenis kebufuhon buku bermutu, odo podo komi

Segolo jenis kebufuhon buku bermutu, odo podo komi )?.32r Segolo jenis kebufuhon buku bermutu, odo podo komi DAYA BATIN O RAHASIA SUKSES O KARIER BISNIS O PEMIMPIN & PROFESIONALISME O ILMU & TEKNOLOGI O PILAR-PILAR KELUARGA O OLAH RAGA O SEHAT & BUGAR

Lebih terperinci

KAJIAN FILOLOGI SÅHÅ KAWRUH SAJATOSING GÊSANG WONTÊN ING SÊRAT SULUK WARNI-WARNI. Mohamad Wahyu Hidayat

KAJIAN FILOLOGI SÅHÅ KAWRUH SAJATOSING GÊSANG WONTÊN ING SÊRAT SULUK WARNI-WARNI. Mohamad Wahyu Hidayat KAJIAN FILOLOGI SÅHÅ KAWRUH SAJATOSING GÊSANG WONTÊN ING SÊRAT SULUK WARNI-WARNI Mohamad Wahyu Hidayat 11205241011 Sarining Panalitèn Panalitѐn mênikå ancasipun kanggé ndamêl kajian filologi wontên ing

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb. Sugeng siang, mugi kawilujengan, kasarasan saha karaharjan tansah kajiwa kasalira kula lan panjenengan sedaya.

Assalamu alaikum Wr. Wb. Sugeng siang, mugi kawilujengan, kasarasan saha karaharjan tansah kajiwa kasalira kula lan panjenengan sedaya. BUPATI KULONPROGO WEDHAR SABDA WONTEN ING ACARA SMK MA ARIF I WATES NAMPI SERTIFIKAT SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO : 9001 : 2008 SAKING PT. TUV RHEINLAND INDONESIA LAN NGEPYAKAKEN GEDUNG ENGGAL Wates, 26 Februari

Lebih terperinci

SERAT WEDHAPRADANGGA

SERAT WEDHAPRADANGGA 1 SERAT WEDHAPRADANGGA Program digital ini dikembangkan untuk melestarikan dalam mendukung proses pelestarian sastra daerah di Indonesia. Hasil dari program digital ini berupa karya sastra Jawa yang disalin

Lebih terperinci

MEDIA PASINAON DOLANAN ULAR TANGGA CANGKRIMAN MIGUNAKAKEN PROGRAM MACROMEDIA FLASH PROFESSIONAL 8 KANGGE SISWA SMP KELAS VII

MEDIA PASINAON DOLANAN ULAR TANGGA CANGKRIMAN MIGUNAKAKEN PROGRAM MACROMEDIA FLASH PROFESSIONAL 8 KANGGE SISWA SMP KELAS VII 44 Jurnal Penelitian Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Jawa Volume 6, Nomor 6, Juni 2017 MEDIA PASINAON DOLANAN ULAR TANGGA CANGKRIMAN MIGUNAKAKEN PROGRAM MACROMEDIA FLASH PROFESSIONAL 8 KANGGE SISWA SMP

Lebih terperinci

MARGI KANG GE N YINGK IRAK EN MA MALA NIN G TYAS

MARGI KANG GE N YINGK IRAK EN MA MALA NIN G TYAS 1 MARGI KANG GE N YINGK IRAK EN MA MALA NIN G TYAS Kumaceluning manah prasasat nyidham rujak cempaluk nalika kula nyobi ngrembag perkawis mamalaning tyas [ati]. Ing ngandhap punika keparenga kula nyaosi

Lebih terperinci

AAK culture library I Javanese Manuscripts

AAK culture library I Javanese Manuscripts SERAT NITIMANI PUPUH I (1) Serat Nitimani punika, duk nalika murwenggita, jroning warsa lumaksana, tinengeran candra sangkala, rasaning janma kaesthi juga, *** (taun Jawi 1816). Mangkya wau kang pustaka,

Lebih terperinci

AMANAT DALAM CERITA MINTARAGA GANTJARAN KARYA PRIJOHOETOMO

AMANAT DALAM CERITA MINTARAGA GANTJARAN KARYA PRIJOHOETOMO AMANAT DALAM CERITA MINTARAGA GANTJARAN KARYA PRIJOHOETOMO Djoko Sulaksono Pendidikan Bahasa Jawa, FKIP UNS ciptaningmintaraga@yahoo.com Abstrak Cerita wayang merupakan salah satu cerita yang dapat dijadikan

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb. Sugeng enjang lan salam karaharjan tumrap kita sami.

Assalamu alaikum Wr. Wb. Sugeng enjang lan salam karaharjan tumrap kita sami. ATUR PALAPURAN PANGARSA BAGIAN PMPK DAN KB BIRO BINA SOSIAL WONTEN ING ADICARA DIALOG INTERAKTIF PANINGKATAN PANYARTANIPUN LARE ING PEMBANGUNAN KABUPATEN/KITHA SE-BAKORWIL III PROVINSI JAWI TENGAH BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

PANGANGGENIPUN DIKSI INDRIA ING ANTOLOGI CERKAK SENTHIR ANGGITANIPUN SUWARDI ENDRASWARA SKRIPSI

PANGANGGENIPUN DIKSI INDRIA ING ANTOLOGI CERKAK SENTHIR ANGGITANIPUN SUWARDI ENDRASWARA SKRIPSI PANGANGGENIPUN DIKSI INDRIA ING ANTOLOGI CERKAK SENTHIR ANGGITANIPUN SUWARDI ENDRASWARA SKRIPSI Diрunaturaken Dhateng Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Minangka Jejangkeрing Pandadaran

Lebih terperinci

KAJIAN FILOLOGI SÅHÅ PRANATANING GÊSANG ING SÊRAT PURWÅKARÅNÅ. Yesi Permata Eko Wardani

KAJIAN FILOLOGI SÅHÅ PRANATANING GÊSANG ING SÊRAT PURWÅKARÅNÅ. Yesi Permata Eko Wardani 1 KAJIAN FILOLOGI SÅHÅ PRANATANING GÊSANG ING SÊRAT PURWÅKARÅNÅ Yesi Permata Eko Wardani 12205241012 SARINING PANALITÈN Panalitèn mênikå ngêwrat gangsal ancas panalitèn. Ancasipun inggih mênikå 1) ngandharakên

Lebih terperinci

BERFOKUS KEPADA TUHAN

BERFOKUS KEPADA TUHAN Khotbah Jangkep Minggu, 7 Agustus 2011 Pekan Biasa Ke Sembilan Belas (Hijau) BERFOKUS KEPADA TUHAN Bacaan I: I Raja-raja 19: 9-18; Tanggapan: Mazmur 85: 8-14; Bacaan II: Roma 10: 5 15; Bacaan III: Injil

Lebih terperinci

Nilai Etika dan Estetika dalam Serat Pranata Lampah-Lampah Kagungan Damel Mantu B.R.A Gusti Sekar Kedhaton

Nilai Etika dan Estetika dalam Serat Pranata Lampah-Lampah Kagungan Damel Mantu B.R.A Gusti Sekar Kedhaton Nilai Etika dan Estetika dalam Serat Pranata Lampah-Lampah Kagungan Damel Mantu B.R.A Gusti Sekar Kedhaton Oleh: Umi Latifah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa umilatifah4190@gmail.com Abstrak:

Lebih terperinci

SÊRAT DONGÈNG BRAMBANG BAWANG SAHA DONGÈNG ARUMSARI (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS)

SÊRAT DONGÈNG BRAMBANG BAWANG SAHA DONGÈNG ARUMSARI (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS) SÊRAT DONGÈNG BRAMBANG BAWANG SAHA DONGÈNG ARUMSARI (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS) SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan guna Mencapai Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan

Lebih terperinci

Tiyang Tani lan Tikus: Mewariskan Nilai Budu Pekerti bagi Anak melalui Dongen Klasik Jawa. Oleh : Supartinah Dosen PGSD FIP UNY

Tiyang Tani lan Tikus: Mewariskan Nilai Budu Pekerti bagi Anak melalui Dongen Klasik Jawa. Oleh : Supartinah Dosen PGSD FIP UNY 1 Tiyang Tani lan Tikus: Mewariskan Nilai Budu Pekerti bagi Anak melalui Dongen Klasik Jawa Oleh : Supartinah Dosen PGSD FIP UNY A. PENDAHULUAN Anak-anak umumnya telah mengenal, bahkan hafal, cerita rakyat

Lebih terperinci

TEMBUNG KAHANAN BASA JAWI KINA WONTEN ING BASA JAWI ENGGAL (Adhedhasar Kamus Jawa Kuna-Indonesia kaliyan Baoesastra Djawa) SKRIPSI

TEMBUNG KAHANAN BASA JAWI KINA WONTEN ING BASA JAWI ENGGAL (Adhedhasar Kamus Jawa Kuna-Indonesia kaliyan Baoesastra Djawa) SKRIPSI TEMBUNG KAHANAN BASA JAWI KINA WONTEN ING BASA JAWI ENGGAL (Adhedhasar Kamus Jawa Kuna-Indonesia kaliyan Baoesastra Djawa) SKRIPSI Dipunaturaken dhumateng Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

2. Satleraman ngengingi Sastra Jawi Kina

2. Satleraman ngengingi Sastra Jawi Kina Bab-bab Wigatos Ingkang Kamot Wonten Ing Sastra Jawi Kina Minangka Pambangun Pekertinipun Saha Watakipun Bangsa Dening: Titik Pudjiastuti [ 1 ] 1. Pambuka Ngrembag ngengingi sastra Jawi Kina tansah nengsemaken

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Kelas/Semester Mata Pelajaran Materi Pokok Alokasi Waktu : SMP N 4 WATES : VII/ Gasal : Bahasa Jawa : Unggah-ungguh : 80 menit A. Kompetensi Inti

Lebih terperinci

QUR AN SUCI JARWA JAWI. DALAH TAFSIRIPUN Maulana Muhammad Ali.

QUR AN SUCI JARWA JAWI. DALAH TAFSIRIPUN Maulana Muhammad Ali. QUR AN SUCI JARWA JAWI DALAH TAFSIRIPUN Maulana Muhammad Ali www.aaiil.org The Holy Quran Yasanipun Ingkang Anjarwakaken Design Layout : Maulana Muhammad Ali : R. Ng. H. Minhadjurrahman Djajasugita & M.

Lebih terperinci

Analisis Kesalahan Kalimat Teks Pidato Berbahasa Jawa Siswa Kelas IX di SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang Tahun Pembelajaran 2014/2015

Analisis Kesalahan Kalimat Teks Pidato Berbahasa Jawa Siswa Kelas IX di SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang Tahun Pembelajaran 2014/2015 Analisis Kesalahan Kalimat Teks Pidato Berbahasa Jawa Siswa Kelas IX di SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang Tahun Pembelajaran 2014/2015 Oleh : Rani Aryanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BEDANIPUN METODE MAKE A MATCH SAHA PICTURE AND PICTURE TUMRAP KAPRIGELAN MAOS WAOSAN SINERAT MAWI AKSARA JAWA SISWA KELAS VIII SMP N 3 GODEAN SKRIPSI

BEDANIPUN METODE MAKE A MATCH SAHA PICTURE AND PICTURE TUMRAP KAPRIGELAN MAOS WAOSAN SINERAT MAWI AKSARA JAWA SISWA KELAS VIII SMP N 3 GODEAN SKRIPSI BEDANIPUN METODE MAKE A MATCH SAHA PICTURE AND PICTURE TUMRAP KAPRIGELAN MAOS WAOSAN SINERAT MAWI AKSARA JAWA SISWA KELAS VIII SMP N 3 GODEAN SKRIPSI Dipunajengaken dhateng Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

TANGGAP WACANA BUPATI KARANGANYAR WONTEN ING ACARA TATA CARA BANDERA PENGETAN DINTEN AMBAL WARSA PAMARINTAH KABUPATEN KARANGANYAR KAPING 99 WARSA 2016

TANGGAP WACANA BUPATI KARANGANYAR WONTEN ING ACARA TATA CARA BANDERA PENGETAN DINTEN AMBAL WARSA PAMARINTAH KABUPATEN KARANGANYAR KAPING 99 WARSA 2016 TANGGAP WACANA BUPATI KARANGANYAR WONTEN ING ACARA TATA CARA BANDERA PENGETAN DINTEN AMBAL WARSA PAMARINTAH KABUPATEN KARANGANYAR KAPING 99 WARSA 2016 Dinten/Surya kaping : Jumah Pahing, 18 Nopember 2016

Lebih terperinci

Menggagas Teori Pendidikan Orang Jawa

Menggagas Teori Pendidikan Orang Jawa Menggagas Teori Pendidikan Orang Jawa Oleh Dr. Abdul Munip, M.Ag 1 A. Pendahuluan Di Indonesia, kajian di bidang pemikiran pendidikan Islam yang berkangsung selama ini masih didominasi oleh kajian tentang

Lebih terperinci

MEDIA ADOBE FLASH CS 4 KANGGE NAMBAH KAWEGIGAN NYEKAR MACAPAT MEGATRUH SISWA KELAS VII-C SMP N 3 MAGELANG SKRIPSI

MEDIA ADOBE FLASH CS 4 KANGGE NAMBAH KAWEGIGAN NYEKAR MACAPAT MEGATRUH SISWA KELAS VII-C SMP N 3 MAGELANG SKRIPSI MEDIA ADOBE FLASH CS 4 KANGGE NAMBAH KAWEGIGAN NYEKAR MACAPAT MEGATRUH SISWA KELAS VII-C SMP N 3 MAGELANG SKRIPSI Dipunaturaken dhumateng Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Minangka

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Pertemuan Ke Alokasi Waktu Kemampuan berbahasa : SMP N 4 Wates : Bahasa Jawa : VIII/ Gasal : 1 (satu) : 2 x 40 menit :

Lebih terperinci

KAPITADOSAN ING PASAREAN MBAH ASENG WONTEN DESA GOLAN KECAMATAN SUKOREJO KABUPATEN PONOROGO

KAPITADOSAN ING PASAREAN MBAH ASENG WONTEN DESA GOLAN KECAMATAN SUKOREJO KABUPATEN PONOROGO 30 Jurnal Penelitian Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Jawa Volume 6, Nomor 3, Maret 2017 KAPITADOSAN ING PASAREAN MBAH ASENG WONTEN DESA GOLAN KECAMATAN SUKOREJO KABUPATEN PONOROGO THE RELIANCE IN MBAH

Lebih terperinci

DAERAH GROBOGAN DI AWAL SEJARAH

DAERAH GROBOGAN DI AWAL SEJARAH DAERAH GROBOGAN DI AWAL SEJARAH Berdasarkan isi dan pola penyajian, yang bersumber pada Serat Sindula atau serat Babad Pajajaran Kuda Laleyan dan Serat Witoradyo, cerita Aji Saka merupakan cerita legendaris,

Lebih terperinci

DAMEL BUKU SINAU MAOS SAHA NYERAT AKSARA JAWA KANTHI IRAH-IRAHAN CARAKA KANGGE SISWA SMP SKRIPSI

DAMEL BUKU SINAU MAOS SAHA NYERAT AKSARA JAWA KANTHI IRAH-IRAHAN CARAKA KANGGE SISWA SMP SKRIPSI DAMEL BUKU SINAU MAOS SAHA NYERAT AKSARA JAWA KANTHI IRAH-IRAHAN CARAKA KANGGE SISWA SMP SKRIPSI Kaaturaken dhumateng Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

QUR AN SUCI JARWA JAWI. DALAH TAFSIRIPUN Maulana Muhammad Ali.

QUR AN SUCI JARWA JAWI. DALAH TAFSIRIPUN Maulana Muhammad Ali. QUR AN SUCI JARWA JAWI DALAH TAFSIRIPUN Maulana Muhammad Ali www.aaiil.org The Holy Quran Yasanipun Ingkang Anjarwakaken Design Layout : Maulana Muhammad Ali : R. Ng. H. Minhadjurrahman Djajasugita & M.

Lebih terperinci

SINESTESIA BASA JAWI ING CERBUNG KALAWARTI DJAKA LODHANG WARSA 2012 SKRIPSI

SINESTESIA BASA JAWI ING CERBUNG KALAWARTI DJAKA LODHANG WARSA 2012 SKRIPSI SINESTESIA BASA JAWI ING CERBUNG KALAWARTI DJAKA LODHANG WARSA 2012 SKRIPSI Dipunaturaken dhateng Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Minangka Jejangkeping Pendadaran Anggayuh Gelar

Lebih terperinci

Ikrar Minamata インドネシア語

Ikrar Minamata インドネシア語 インドネシア語 Ikrar Minamata Melalui kisah lima puluh tahun lalu di Minamata, didapati banyak kegagalan. Dalam penelitian ini, telah dipelajari dari Minamata, betapa sulitnya mengembalikan lingkungan alam yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Aspek-aspek religiusitas..., Dhanang 1 Pramudito, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Aspek-aspek religiusitas..., Dhanang 1 Pramudito, FIB UI, 2009 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koentjaraningrat (1990:2) menyebutkan, bahwa dalam kebudayaan Jawa terdapat 7 unsur kebudayaan universal, unsur-unsur kebudayaan tersebut ialah:1. sistem religi dan

Lebih terperinci

AAK culture library I Javanese Manuscripts

AAK culture library I Javanese Manuscripts SERAT BABAD TUBAN Anyariyosaken sujarahipun para Bupati ing Tuban wiwit panjenenganipun Sang Prabu Banjaransari, Narêndra Binathara ing nagari Pajajaran citakan ke III diterbitkan dan dijual oleh BOEKH.

Lebih terperinci

1. Menerapkan unggah-ungguh jawa untuk berpamitan. 2. Menerapkan unggah-ungguh jawa untuk menyapa. 3. Menerapkan unggah-ungguh jawa untuk berkenalan.

1. Menerapkan unggah-ungguh jawa untuk berpamitan. 2. Menerapkan unggah-ungguh jawa untuk menyapa. 3. Menerapkan unggah-ungguh jawa untuk berkenalan. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SatuanPendidikan : SMP N 4 WATES Kelas/Semester : VII/1 Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Materi Pokok : Unggah-ungguh Alokasi Waktu : 2 X 40 menit (80 menit) A. Kompetensi

Lebih terperinci

SINKRETISME JAWA-ISLAM DALAM SERAT WIRID HIDAYAT JATI DAN PENGARUHNYA TERHADAP AJARAN TASAWUF DI JAWA ABAD KE-19. Mokhamad Sodikin.

SINKRETISME JAWA-ISLAM DALAM SERAT WIRID HIDAYAT JATI DAN PENGARUHNYA TERHADAP AJARAN TASAWUF DI JAWA ABAD KE-19. Mokhamad Sodikin. SINKRETISME JAWA-ISLAM DALAM SERAT WIRID HIDAYAT JATI DAN PENGARUHNYA TERHADAP AJARAN TASAWUF DI JAWA ABAD KE-19 Mokhamad Sodikin Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya

Lebih terperinci

UPACARA RUWAT RIGEN WONTEN ING KECAMATAN KLEDUNG KABUPATEN TEMANGGUNG

UPACARA RUWAT RIGEN WONTEN ING KECAMATAN KLEDUNG KABUPATEN TEMANGGUNG UPACARA RUWAT RIGEN WONTEN ING KECAMATAN KLEDUNG KABUPATEN TEMANGGUNG Upacara Ruwat Rigen... Eddy Santoso 25 CEREMONY RUWAT RIGEN in KLEDUNG DISTRICT DISTRICT TEMANGGUNG Dening: Eddy Santoso, Prodi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kaidah yang berlaku pada masing-masing bahasa. Masing-masing kata dalam kalimat

BAB I PENDAHULUAN. kaidah yang berlaku pada masing-masing bahasa. Masing-masing kata dalam kalimat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah kalimat umumnya terdiri dari rentetan kata yang disusun sesuai dengan kaidah yang berlaku pada masing-masing bahasa. Masing-masing kata dalam kalimat tersebut

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Kelas/Semester Mata Pelajaran Materi Pokok Alokasi Waktu : SMP N 4 WATES : VII/ Gasal : Bahasa Jawa : Unggah-ungguh : 80 menit A. Kompetensi Inti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan terbentuk sebagai hasil sintesa dari pengalaman-pengalaman masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan terbentuk sebagai hasil sintesa dari pengalaman-pengalaman masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memahami kebudayaan adalah hal yang sangat berguna dalam kehidupan baik kehidupan secara pribadi, bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara. Kebudayaan terbentuk

Lebih terperinci

Konsep Ketuhanan Jawa Menurut Eyang Ismaya (SEMAR) Diposting oleh admin pada tanggal 19 September 2014

Konsep Ketuhanan Jawa Menurut Eyang Ismaya (SEMAR)  Diposting oleh admin pada tanggal 19 September 2014 Konsep Ketuhanan Jawa Menurut Eyang Ismaya (SEMAR) http://lib.hukum.univpancasila.ac.id Diposting oleh admin pada tanggal 19 September 2014 Masyarakat Jawa sudah mengenal suatu kekuatan yang maha dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan gugusan pulau dan kepulauan yang memiliki beragam warisan budaya dari masa lampau. Kekayaan-kekayaan yang merupakan wujud dari aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

DAMEL MEDIA PASINAON MAOS UKARA MAWI AKSARA JAWA KANTHI BASIS WEB TUMRAP SISWA VIII SMP

DAMEL MEDIA PASINAON MAOS UKARA MAWI AKSARA JAWA KANTHI BASIS WEB TUMRAP SISWA VIII SMP DAMEL MEDIA PASINAON MAOS UKARA MAWI AKSARA JAWA KANTHI BASIS WEB TUMRAP SISWA VIII SMP Ines Ika Saputri 11205244015 Sarining Panaliten Ancasing panaliten inggih menika ngandharaken cara mujudaken media

Lebih terperinci

Kajian Moral Cerita Rakyat Pangeran Elor Lan Pangeran Wetan Karya Anie Soemarno Dalam Majalah Jaya Baya Edisi Maret 2009-April 2009

Kajian Moral Cerita Rakyat Pangeran Elor Lan Pangeran Wetan Karya Anie Soemarno Dalam Majalah Jaya Baya Edisi Maret 2009-April 2009 Kajian Moral Cerita Rakyat Pangeran Elor Lan Pangeran Wetan Karya Anie Soemarno Dalam Majalah Jaya Baya Edisi Maret 2009-April 2009 Oleh: Siswo Mardi Saputro Program setudi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

SKRIPSI. dening Anastasia Septianggi Sri Hartanti NIM

SKRIPSI. dening Anastasia Septianggi Sri Hartanti NIM PROSES LINGUISTIK SAHA MAKNA NAMA TATA UPACARA SAHA TATA CARA UPACARA PENGANTEN GAGRAG NGAYOGYAKARTA WONTEN ING BUKU TATA CARA PAES LAN PRANATACARA GAGRAG NGAYOGYAKARTA ANGGITANIPUN DWI SUNAR PRASETYONO

Lebih terperinci

Nilai Pendidikan Moral dalam Serat Pamorring Kawula Gusti dan Relevansinya dalam Kehidupan Sekarang

Nilai Pendidikan Moral dalam Serat Pamorring Kawula Gusti dan Relevansinya dalam Kehidupan Sekarang Nilai Pendidikan Moral dalam Serat Pamorring Kawula Gusti dan Relevansinya dalam Kehidupan Sekarang Oleh: Sugeng Triwibowo Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Miftah1919@gmail.com Abstrak:

Lebih terperinci

BUSANA TRADISIONAL DALAM MANUSKRIP-MANUSKRIP JAWA. Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun TIM PENGUSUL

BUSANA TRADISIONAL DALAM MANUSKRIP-MANUSKRIP JAWA. Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun TIM PENGUSUL Kode/Nama Rumpun: 613/Ilmu Sosial Humaniora LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI Development and Upgrading of Seven Universities in Improving the Quality and Relevance of Higher Education

Lebih terperinci

BAB III AJARAN FILSAFAT KETUHANAN RADEN NGABEHI RONGGOWARSITO. karya Ronggowarsito yang berkenaan dengan ajaran mistik atau tetang

BAB III AJARAN FILSAFAT KETUHANAN RADEN NGABEHI RONGGOWARSITO. karya Ronggowarsito yang berkenaan dengan ajaran mistik atau tetang 47 BAB III AJARAN FILSAFAT KETUHANAN RADEN NGABEHI RONGGOWARSITO A. Wejangan Serat Wirid Hidayat Jati. Seperti yang telah penulis singung pada Bab II, bahwa diantara kitabkitab karya Ronggowarsito yang

Lebih terperinci

QUR AN SUCI JARWA JAWI. DALAH TAFSIRIPUN Maulana Muhammad Ali.

QUR AN SUCI JARWA JAWI. DALAH TAFSIRIPUN Maulana Muhammad Ali. QUR AN SUCI JARWA JAWI DALAH TAFSIRIPUN Maulana Muhammad Ali www.aaiil.org The Holy Quran Yasanipun Ingkang Anjarwakaken Design Layout : Maulana Muhammad Ali : R. Ng. H. Minhadjurrahman Djajasugita & M.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis

BAB I PENDAHULUAN. bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia memiliki banyak warisan kebudayaan yang berupa bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis berupa naskah

Lebih terperinci

SKRIPSI. oleh. Nama. : Elok Wahyuni. : Bahasa dan Sastra Jawa NIM. Program. Jurusan FAKULTAS

SKRIPSI. oleh. Nama. : Elok Wahyuni. : Bahasa dan Sastra Jawa NIM. Program. Jurusan FAKULTAS PEROLEHAN BAHASAA JAWA ANAK PLAYGROUP AULIYAA KENDAL USIA 3-4 TAHUN SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama NIM : Elok Wahyuni : 2102407065 Program studi :Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

KAJIAN INFERENSI SALEBETING WACANA MURAL BASA JAWI WONTEN ING KITHA YOGYAKARTA. Arif Rohmawan Mulyana

KAJIAN INFERENSI SALEBETING WACANA MURAL BASA JAWI WONTEN ING KITHA YOGYAKARTA. Arif Rohmawan Mulyana KAJIAN INFERENSI SALEBETING WACANA MURAL BASA JAWI WONTEN ING KITHA YOGYAKARTA Arif Rohmawan 12205244039 Mulyana Sarining Panaliten Panaliten menika kangge ngandharaken bab inferensi salebeting wacana

Lebih terperinci

KONSEP WANITA UTAMI WONTEN ING SERAT KAOETAMANING KENJA SKRIPSI

KONSEP WANITA UTAMI WONTEN ING SERAT KAOETAMANING KENJA SKRIPSI KONSEP WANITA UTAMI WONTEN ING SERAT KAOETAMANING KENJA SKRIPSI Dipunaturaken dhumateng Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Kangge Njangkepi Salah Satunggaling Sarat Minangka kangge

Lebih terperinci

MAKNA SIMBOLIS SALEBETING SESAJEN RIKALA DAMEL GRIYA ING DESA SIKASUR KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG JAWA TENGAH. Restian Nur Salikhin

MAKNA SIMBOLIS SALEBETING SESAJEN RIKALA DAMEL GRIYA ING DESA SIKASUR KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG JAWA TENGAH. Restian Nur Salikhin MAKNA SIMBOLIS SALEBETING SESAJEN RIKALA DAMEL GRIYA ING DESA SIKASUR KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG JAWA TENGAH Restian Nur Salikhin 12205244046 Sarining Panaliten Panaliten menika dipunadani wonten

Lebih terperinci

TRADHISI ABID-ABID ING DHUSUN TEGALREJO DESA PAHONJEAN KECAMATAN MAJENANG KABUPATEN CLACAP

TRADHISI ABID-ABID ING DHUSUN TEGALREJO DESA PAHONJEAN KECAMATAN MAJENANG KABUPATEN CLACAP Tradisi Abid-Abid ing... Galih Imam Bazhari 19 TRADHISI ABID-ABID ING DHUSUN TEGALREJO DESA PAHONJEAN KECAMATAN MAJENANG KABUPATEN CLACAP THE TRADITION OF ABID-ABID IN DHUSUN TEGALREJO DESA PAHONJEAN MAJENANG

Lebih terperinci

Etika dan Penggunaan Unggah-ungguh Bahasa Jawa dalam Roman Nona Sekretaris karya Suparto Brata dan Skenario Pembelajarannya di SMA Kelas X

Etika dan Penggunaan Unggah-ungguh Bahasa Jawa dalam Roman Nona Sekretaris karya Suparto Brata dan Skenario Pembelajarannya di SMA Kelas X Etika dan Penggunaan Unggah-ungguh Bahasa Jawa dalam Roman Nona Sekretaris karya Suparto Brata dan Skenario Pembelajarannya di SMA Kelas X Oleh: Hana Pebri Ristiadi Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

ALIH KODE SAHA CAMPUR KODE WONTEN ING TEMBANG HIP-HOP JAWI ANGGITANIPUN JOGJA HIP-HOP FOUNDATION SKRIPSI

ALIH KODE SAHA CAMPUR KODE WONTEN ING TEMBANG HIP-HOP JAWI ANGGITANIPUN JOGJA HIP-HOP FOUNDATION SKRIPSI ALIH KODE SAHA CAMPUR KODE WONTEN ING TEMBANG HIP-HOP JAWI ANGGITANIPUN JOGJA HIP-HOP FOUNDATION SKRIPSI Dipunaturaken Dhateng Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Minangka Saperangan

Lebih terperinci

TRADISI ZIARAH MAKAM SUNAN PANDAN ARAN ING DESA PASEBAN KECAMATAN BAYAT KABUPATEN KLATEN. Agung Kurniadi

TRADISI ZIARAH MAKAM SUNAN PANDAN ARAN ING DESA PASEBAN KECAMATAN BAYAT KABUPATEN KLATEN. Agung Kurniadi TRADISI ZIARAH MAKAM SUNAN PANDAN ARAN ING DESA PASEBAN KECAMATAN BAYAT KABUPATEN KLATEN Agung Kurniadi 11205244010 Sarining Panaliten Panaliten menika gadhah ancas kangge ngandharaken mula bukaning tradisi,

Lebih terperinci

menyusun teks lisan sesuai unggahungguh. berbagai keperluan.

menyusun teks lisan sesuai unggahungguh. berbagai keperluan. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SatuanPendidikan : SMP N 4 WATES Kelas/Semester : VII/1 Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Materi Pokok : Unggah-ungguh Alokasi Waktu : 2 X 40 menit (80 menit) A. Kompetensi

Lebih terperinci