BAB II TINJAUAN FILOLOGIS. filologi yaitu, dimulai dari penjabaran deskripsi BMK, membuat kritik teks,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN FILOLOGIS. filologi yaitu, dimulai dari penjabaran deskripsi BMK, membuat kritik teks,"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN FILOLOGIS Pada bab II ini menguraikan tentang tinjauan filologis yang dilakukan terhadap naskah BMK. Hal ini dilakukan untuk membahas permasalahan secara mendalam yang ada di dalam naksah. Tinjauan dilakukan sesuai dengan cara kerja filologi yaitu, dimulai dari penjabaran deskripsi BMK, membuat kritik teks, membuat suntingan teks yang dilengkapi dengan aparat kritik, dan terakhir terjemahan. A. Deskripsi Naskah Deskripsi naskah adalah suatu gambaran dan rincian mengenai wujud fisik naskah maupun isi naskah secara garis besar dengan tujuan untuk mempermudah pengenalan terhadap naskah beserta konteks isinya. Dalam bab ini, menguraikan deskripsi naskah BMK. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendeskripsikan naskah antara lain menyangkut informasi atau data mengenai: (1) judul naskah; (2) nomor naskah; (3) tempat penyimpanan naskah; (4) asal naskah; (5) keadaan naskah; (6) ukuran naskah; (7) tebal naskah; (8) jumlah baris pada setiap halaman naskah; (9) huruf, aksara, tulisan; (10) cara penulisan; (11) bahan naskah; (12) bahasa naskah; (13) bentuk teks; (14) umur naskah; (15) identitas pengarang atau penyalin; (16) asalusul naskah; (17) fungsi sosial naskah; (18) iktisar teks/cerita (Emuch: 1986,2). Di bawah ini paparan mengenai hal tersebut : 40

2 41 1. Judul Naskah Buku maripating kapal (selanjutnya disingkat BMK). Judul tersebut terdapat pada sampul luar naskah. Selain itu terdapat juga pada teks BMK halaman 1 yaitu : punika makripat dhatêng kapal, pambuka katrangan Terjemahan: ini makrifat tentang kuda, keterangan awal Gambar 18: Sampul luar naskah BMK Gambar 19: Judul naskah terdapat dalam teks ( Naskah BMK hlm.1)

3 42 2. Nomor Naskah Naskah BMK terdapat pada beberapa katalog yaitu, A. Katalog Descriptive Catalogus of the Javanese manuscripts and Printed Book in the Main Libraries of Surakarta and Yogyakarta (Girardet Sutanto, 1983:384) pada nomor kodek B. Javanese Literature in Surakarta Manuscrips Volume 2 Manuscripts of The Mangkunegaran Palace (Nancy K. florida, 2000:388) dengan nomor kodek MN 579 N6 SMP 16-17/11. A. Katalog lokal Perpustakaan Reksa Pustaka Mangkunegaran katagori fauna flora halaman 23 nomor kodek N6. Adapun yang tertulis pada sampul luar naskah BMK adalah nomor kodek N6 3. Tempat Penyimpanan Naskah Naskah ini tersimpan di Perpustakaan Reksapustaka, Pura Mangkunegaran Surakarta. Dibuktikan dengan adanya cap atau stempel berbentuk oval tertulis KANTOOR REKSOPOESTOKO MANGKOENEGARAN pada lembaran kosong halaman pertama sebelum teks, dan halaman terakhir teks.

4 43 Gambar 18. Cap kepemilikan (Kantoor Reksopoestoko Mangkoenagaran) ( Naskah BMK lembar pertama setelah sampul depan) 4. Asal Naskah Tidak diketahui. 5. Keadaan Naskah Naskah ini secara umum dalam keadaan masih baik, yaitu tulisannya masih bisa dibaca, kertasnya masih mudah dibolak-balik. Sebagian besar lembaran naskah masih dalam satu jilidan, walaupun ada yang sudah lepas dari jilidan. Naskah BMK ini pada awalnya mempunyai halaman yang berisi teks sebanyak 31 halaman, akan tetapi setelah dilakukan observasi ke tempat penyimpanan naskah, yaitu Perpustakaan Reksa Pustaka Pura Mangkunegaran naskah ini hanya memuat 29 halaman saja. Setelah dilakukan analisis secara mendalam naskah ini ternyata tidak memiliki halaman 5 dan 6. Padahal, pada naskah BMK ini telah dilakukan penyelamanat berupa penempatan naskah pada box hitam. Akan tetapi hal ini tidak bisa mencegah kerapuhan kertas seiring berjalannya waktu. Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa 1 lembar teks telah rapuh dan terlepas dari jilidannya yang hanya berupa ikatan tali jahit dan kemudian hilang.

5 44 6. Ukuran Naskah Tabel. 1 Ukuran Naskah BMK Ukuran lebar naskah Panjang Lebar 19 cm 14, 3 cm Ukuran teks (ruang tulisan) Panjang Lebar 17 cm 9,3 cm Ukuran margin Kanan Kiri Atas Bawah 2,2 cm 2,8 cm 1,5 cm 0,5 cm 7. Tebal naskah a. Tebal naskah adalah : 0,5 cm. b. Jumlah total halaman : 35 hlm. c. Jumlah halaman yang berisi teks : 29 hlm. d. Jumlah halaman yang hilang : 2 hlm. e. Halaman kosong sebelum teks : 1 lmb. f. Halaman sampul : 2 lmb.

6 45 8. Jumlah Baris Per Halaman Jumlah baris tiap halaman pada naskah BMK tidak selalu sama. Jumlah baris pada teks rata rata 19 baris per halaman. Jumlah baris pada teks yang dilengkapi dengan gambar ilustrasi rata-rata 4 baris per halaman. 9. Huruf, Aksara, Tulisan Huruf Aksara : Jawa : Jawa Carik Tulisan : Jarak antarbaris dan jarak antarhuruf teratur, Jarak antar baris dan antar huruf renggang sehingga mudah dibaca. Ditulis dengan tinta berwarna hitam dari awal hingga akhir teks. 10. Cara Penulisan a. Teks BMK ditulis dengan memanfaatkan kedua sisi kertas, yaitu bagian depan dan belakang atau recto verso. Penulisan diawali dari kanan ke kiri, memenuhi arah lebarnya. BMK merupakan teks yang berbentuk prosa atau gancaran. Dalam hal pengaturan paragraf, penulis menggunakan tanda pada seperti pada teks tembang. Tanda tersebut digunakan secara konsisten. b. Penulisan tanda baca dalam naskah BMK berupa pada lingsa ( ) dan pada lungsi ( ) sebagai keterangan titik. Selain digunakan sebagaimana mestinya, tanda koma atau pada lingsa digunakan juga sebagai penanda angka.

7 46 c. Cara Penomoran halaman tidak ada, hanya saja dilakukan penambahan dari tangan ketiga memakai angka Arab menggunakan pensil di sudut bawah sebelah kanan setiap halaman teks. d. Gambar yang memuat ilustrasi dalam naskah BMK diletakkan di tengah-tengah halaman. Teks sebagai keterangan ditulis di bawah gambar. Gambar 20: Gambar ilustrasi naskah BMK (Naskah BMK hlm.9) e. Penulisan naskah BMK juga mengalami beberapa kesalahan tulis, oleh karena itu diperlukan cara untuk pembenaran tulisan tersebut. Yaitu (a) mencoret atau mengarsir huruf yang dianggap

8 47 salah, (b) menggosok huruf yang dianggap salah, (c) memberikan dua sandhangan swara. Gambar 21: Pembetulan kesalahan tulis dengan dicoret atau diarsir (Naskah BMK hlm.23) Gambar 22: Pembetulan kesalahan tulis dengan kesalahan tulis dihapus (Naskah BMK hlm.20) Gambar 23: Pembetulan kesalahan tulis dengan kesalahan tulis diberi dua sandhangan swara (Naskah BMK hlm.13) 11. Bahan Naskah Naskah ini ditulis menggunakan media berupa buku tulis dengan kertas folio putih bergaris, tetapi sudah berubah warna menjadi kecoklatan. Hal ini disebabkan oleh cuaca dan termakan usia. Sampul naskah adalah soft cover atau kertas karton tipis berwarna hijau lurik.

9 Bahasa Naskah Teks dalam naskah ini menggunakan bahasa Jawa baru ragam krama. Akan tetapi terdapat penggunaan istilah sains atau ilmu pengetahuan yang membahas tentang pertumbuhan dan perkembangan kuda. Misalnya: poèl, rampas, lungse. Terdapat juga istilah mistik Islam atau tasawuf. Misalnya: makripat, wiradat ing dzad supe, dan wiradat ing dzad awon. 13. Bentuk Teks Naskah ini berbentuk gancaran yaitu prosa. Akan tetapi setiap awal paragraf dimulai dengan penanda bait/pada seperti pada teks naskah yang berbentuk tembang. setiap bab diakhiri dengan garis horizontal mengarah pada lebar teks. 14. Umur Naskah Umur naskah tidak dicantumkan tersurat maupun tersirat. Tidak ditemukan tanda-tanda untuk mengetahui umur naskah. Penentuan umur naskah BMK dapat diperkirakan berdasarkan bahasa yang digunakan, bentuk teks, dan penggunaan nama tokoh yang ada di dalam teks. A. Bahasa naskah yang digunakan yaitu Jawa baru ragam krama. Bahasa Jawa Baru terjadi pada zaman Surakarta awal (1700M). B. Bentuk teks gancaran atau prosa. Berdasarkan pendapat J.J.Ras (1985) perkembangan penulisan menggunakan bentuk prosa di wilayah Jawa dilakukan selama abad ke-19.

10 49 C. Nama tokoh yang ada di dalam teks adalah terdapat pada teks halaman dua Sadaya wau tanpa samar awit mawi wawaton trang, ingkang sampun kayakinakên kaliyan ingkang Sinuhun Kalijaga, tuwin sampun kangupakatakên dhatêng para wali sadaya. Sampun mupakat sah mila kagêm waton ing karaton. Dening pratelanipun ing ngandhap punika. Terjemhan: Semua hal di atas dibahas secara jelas dengan menggunakan dasar yang jelas, yang sudah diyakinkan oleh Sinuhun Kalijaga, dan sudah disetujui oleh para wali. Sudah mufakat sah apabila keterangan yang membahasa tentang kuda ini digunakan sebagai dasar di Keraton. Adapun rinciannya di bawah ini. Dari kutipan ini terdapat nama salah satu tokoh Walisanga, yaitu Sinuhun Kalijaga atau yang biasa dikenal dengan Sunan Kalijaga. Berdasarkan keterangan diatas, maka naskah BMK diperkirakan ditulis kurang lebih sekitar akhir tahun 1900-an M. 15. Identitas Pengarang atau Penyalin Dalam naskah ini tidak ditemukan nama pengarang atau penyalin (anonim). Akan tetapi ditemukan catatan di akhir teks yang bertuliskan lêbda turangga yang berarti orang yang mahir dalam ilmu pengetahuan tentang kuda. 16. Asal-Usul Naskah Tidak diketahui asal-usul naskah yang tersimpan di Perpustakaan Reksa Pustaka Pura mangkunegaran.

11 Fungsi Sosial Naskah Fungsi sosial naskah BMK tidak ada, tetapi mempunyai fungsi sosial teks karena di dalam naskah BMK terdapat kandungan ilmu pengetahuan yang membahas kuda secara mendalam. Naskah BMK berfungsi sebagai bacaan umum lebih bermanfaat apabila dibaca oleh masyarakat yang berhubungan dengan hewan khususnya kuda. Dalam naskah BMK ini, dijelaskan sifat kuda sesuai umurnya. 18. Iktisar Teks/Cerita Naskah berjudul BMK berisi tentang pertumbuhan dan perkembangan kuda dari lahir bêlo hingga menjadi utamaning turangga kuda yang siap untuk ditunggangi atau bisa digunakan untuk meringankan pekerjaan manusia, dan kuda yang sudah tua lungse atau sudah tidak digunakan lagi. Dalam menjelaskan keadaan perkembangan kuda, penulis menerangkan lebih detail perihal jumlah, bentuk, warna gigi dan sifat kuda sesuai dengan umurnya. Bahkan dilengkapi dengan gambar ilustrasi mengenai keadaana perkembangan gigi bêlo hingga kuda dewasa.

12 51 B. Kritik Teks Kritik teks merupakan langkah awal dalam kerja filologi guna mendapatkan suntingan teks. Pengertian kritik naskah menurut Paul Maas dalam Darusuprapta (1984) ialah menempatkan teks pada tempat yang sewajarnya, memberikan evaluasi terhadap teks, meneliti atau mengkaji lembaran naskah, lembaran bacaan naskah yang mengandung kalimat atau rangkaian kata-kata tertentu. Metode kritik teks secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu untuk metode edisi naskah tunggal dan metode edisi naskah jamak. Adapun yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode naskah tunggal. Dalam langkah kerja ritik teks ditemukan kelainan atau varian dalam penulisan naskah BMK, varian-varian tersebut meliputi lacuna, adisi, hypercorrect, dan ketidakkonsistenan kata. Hal ini kemudian dikelompokan menjadi beberapa jenis sebagai berukut: a. Lacuna : huruf, kata, kalimat, bait yang terlewati b. Adisi : bagian dari kata, suku kata, maupun kelompok kata yang kelebihan. c. Hypercorrect : perubahan ejaan karena pergeseran lafal. Pengelompokan kelainan atau varian naskah BMK disusun dalam bentuk. tabel untuk mempermudah pemahaman dibuat singkatan sebagai berikut: No. hlm. br : Nomor urut : Halaman varian penulisan pada teks BMK : Baris. Letak varian kata dalam teks BMK. Perhitungan baris dimulai dari paling atas baris 1 sampai bawah.

13 : edisi teks didasarkan pada pertimbangan linguistik # : edisi teks didasarkan pada konteks kalimat Tabel 2. Daftar kata yang termasuk dalam katagori Lacuna huruf No hlm br Teks BMK Edisi Arti Naming 6 ingkang Hanya 6 yang atas naming ingkang inggil inggil # Naming 6 ingkang inggil # Hanya 6 yang atas naming ingkang inggil Katumpakan Ditunggangi #@ Katupakan Poma@ Nasehat Pema Poma@ Nasehat Pema Panggalih@ # Pikiran Pagalih

14 # Pikiran Pagalih # Pikiran Pagalih # Pikiran Pagalih Tabel 3. Daftar kata yang termasuk dalam katagori Adisi huruf No hlm br Teks BMK Edisi Arti Bêlo@ Anak kuda Bêllo Lungseng Lungse@# Dawêg@ Tidak digunakan lagi Sudah selesai Dangwêg

15 54 Tabel 4. Daftar kata yang termasuk dalam katagori Hypercorrect No hlm Br Teks BMK Edisi Arti Sagêd@ Bisa Sagêt pupak#@ Lengkap Nupak Sagêd@ Bisa Sagêt Kayakinakê n@# Diyakinkan Kayakimakên kamupakata kên@# Dimufakatka n kangupakatakên Bentuk Wujutipun

16 Sagêd@ Bisa Sagêt Wiradat@ Cara Wiradad dzat@ sifat dzad Wiradat@ Cara Wiradad dzat@ sifat dzad Lantip@ Cerdas Lantib Bandhang@ # Berlari kencang Dhandhang

17 Taksih@ Masih Têgsih Untunipun# Giginya Untonipun Sagêd@ Bisa Sagêt Bandhang@ # Berlari kencang Dhandhang Pambandha ngipun@# Berlarinya Pandhandhangipun Wiradat@ Cara Wiradad dzat@ sifat dzad

18 Wiradat@ Cara Wiradad dzat@ sifat dzad Wiradat@ Cara Wiradad dzat@ sifat dzad Wiradat@ Cara Wiradad dzat@ sifat dzad Wiradat@ Cara Wiradad

19 sifat dzad Wiradat@ Cara Wiradad dzat@ sifat dzad Wiradat@ Cara Wiradad dzat@ sifat dzad Wiradat@ Cara Wiradad dzat@ sifat dzad

20 Wiradat@ Cara Wiradad dzat@ sifat dzad C. Suntingan Teks Menurut Edwar Djamaris (1991) tujuan penyuntingan naskah adalah, pertama untuk mendapatkan kembali teks yang mendekati asli, teks yang autoritatis. Kedua untuk membebaskan teks dari segala macam kesalahan yang terjadi pada waktu penyalinannya sehingga teks itu dapat dipahami sebaik-baiknya. Secara umum penyuntingan teks dapat dibedakan dari jenis naskah yang akan disunting. Naskah tunggal atau yang berjumlah satu, dilakukan dengan dua metode, yaitu metode standard dan metode diplomatik. Sementara pada naskah jamak, atau naskah yang berjumlah lebih dari satu dapat dilakukan dengan metode gabungan dan metode landasan. Analisis suntingan teks naskah BMK, menggunakan metode standar. Dalam suntingan teks BMK disertai pedoman keterangan yang digunakan dalam menyajikan suntingan teks beserta aparat kritiknya sebagai berikut : a. Dalam suntingan teks, huruf kapital digunakan untuk menulis nama orang. Sedangkan kata atau kelompok kata lainnya ditulis dengan huruf kecil.

21 60 b. Simbol huruf /ê/ seperti ini dibaca seperti membaca kata bahasa Jawa êndhog yang berarti telur. Adapun contoh kata pada bahasa Indonesia seperti menara. c. Simbol huruf /è/ seperti ini dibaca seperti membaca kata bahasa Jawa yèn,yang berarti jika. Adapun contoh kata pada bahasa Indonesia seperti sukses. d. Simbol huruf /e/ seperti ini dibaca seperti membaca kata bahasa Jawa endah yang berarti indah. Adapun contoh kata pada bahasa Indonesia seperti sate. e. Penulisan kata dasar yang berakhiran huruf /h/ dan mendapat akhiran /e/, /-a/, /-an/, /-ane/, /-anira/ dalam penulisan aksara Jawa sering ditulis dengan fonem /y/ atau /w/. Adapun dalam suntingan teks, fonem akan ditulis dengan /h/. Misalnya penulisan kata kagaliya ditansliterasikan kagaliha kagaliya = kagaliha f. Pemakaian tanda hubung untuk penulisan kata ulang (reduplikasi) dalam teks misalnya kata ngatiyati ditransliterasikan ngati-ati. ngatiyati= ngati-ati. g. Penulisan dwipurwa (reduplikasi parsial) misalnya penulisan kata wawaton ditransliterasikan menjadi wêwaton.

22 61 wawaton = wêwaton. h. Penulisan teks dengan penggunaan (ô) dibaca [ɔ] langsung disunting misalnya penulisan kata sumongga ditransliterasikan sumangga. sumongga = sumangga. i. Kekhasan penulisan teks penggunaan sa rekan pada kata santasa dan manusa yang berarti sentausa dan manusia langsung disunting menjadi santosa dan manungsa. satasa = santosa manusa = manungsa j. Kesalahan penulisan kata yang terletak pada halaman 13 baris ke-12 dari atas seharusnya dapat dibaca pratelanipun akan tetapi karena huruf pa mendapat dua sandhangan swara berupa taling dan wulu, maka langsung disunting dan dibetulkan. pratelanipun k. Penulisan kata bayu atotipun langsung disunting bayu ototipun disesuaikan dengan penggunaan bahasa pada Jogjakarta dan Surakarta.

23 62 l. Dalam teks, tedapat angka Arab dalam kurung [1], [2], [3] sebagai tanda pergantian halaman dalam teks asli BMK. m. Penggunaan angka Arab berukuran kecil berada di atas kata 1,2,3 dst menunjukkan kritik teks yang disertai usulan kata terdapat di catatan kaki. Berikut ini adalah sajian suntingan teks naskah BMK disertai dengan aparat kritik sebagai kritik teks yang kemudian diusulkan pembetulan pada catatan kaki. Suntingan Teks BUKU MAKRIPATING KAPAL [1] Punika makripat dhatêng kapal, pambuka katrangan ingkang anjalari sagêt 1 sumêrêp ing wanci umuripun kapal. Awit kapal lair sangking biyungipun, ngantos dumugi sêpuh lungse botên kangge. Utawi pambuka katrangan, ingkang jalari sagêt 2 sumêrêp sadaya kawontênan manahipun ing kapal sadèrèngipun nupak. 3 Inggih kapal awit lair sangking biyungipun, ugi ngantos dumugi sê-[2] puh lungse botên kangge. Sadaya wau tanpa samar awit mawi wêwaton trang, ingkang sampun kayakimakên 4 kaliyan ingkang Sinuhun Kalijaga, tuwin sampun kangupakatakên 5 dhatêng para wali sadaya. Sampun mupakat sah mila kagêm waton ing Karaton. Dening pratelanipun ing ngandhap punika. Kapal bêlo awit lair sangking biyungipun, untu ingkang ngandhap naming 6 ingkang nginggil 6 i-[3]ji. Punika tanpa mawi cêmêng saha lêkok, tuwin warni alitalit pêthak. Manawi sampun kalampahan umur 1000 dintên, dados kirang langkung pupak #@ naming 6 #

24 63 kapal bêlo umur 3 taun, punika wiwit poèl. Têgêsipun awit angrêntahakên untu bêlo amung sajodho ingkang têngah, ngantos dumugi umur 2000 dintên. Dados kirang langkung kapal bêlo umur 6 taun punika, rêntah-[4]ipun untu bêlo têlas. Inggih punika ingkang kawastanan rampas. Dening rampasipun wau manawi sampun kalampahan sataun. Dados kapal umur 7 taun punika, untu ingkang ngandhap naming 7 ingkang nginggil 6 iji wau wontên cêmêngipun sadaya ngantos dumugi umur 3000 dintên. Dados kirang langkung kapal umur 9 taun. Wondening [5] 8, [6] 9, [7] ni jêne, kados jênenipun jagung. Utawi waradin papak, tuwin warni wujutipun 10 untu agêng-agêng. Wondening sadaya katranganipun untu kapal wau, ingkang dados têtêngêr ing wanci umuripun kapal, kados ing ngandhap punika. [8] punika untu kapal bêlo awit lair sangking biyungipun, dumugi umur 3 taun. [9] 7 naming 6 # 8 halaman terlepas dari jilidan dan hilang. 9 halaman terlepas dari jilidan dan hilang. 10

25 64 punika untu kapal umur 7 taun ngantos dumugi umur 9 taun. [10] punika untu kapal umur 10 taun tumindak ngantos dumugi umur 12 taun. [11]

26 65 punika untu kapal umur 13 taun tumindak ngantos dumugi umur 14 taun. [12] punika untu kapal umur 16 taun tumindak dumugi umur 18 taun sapanginggilipun. Lêbda turangga [13] punika makripat pambuka katrangan ingkang anjalari saget 11 sumêrêp, sadaya kawontênan manahipun ing kapal sadèrèngipun numpak. Inggih kapal awit 11

27 66 lair sangking biyungipun, ugi ngantos sêpuh lungseng 12 botên kangge. Wondening pratelanipun kados ing ngandhap punika. [14] punika untu kapal bêlo awit lair sangking biyungipun, ngantos dumugi umur 1000 dintên. Dados kirang langkung kapal bêllo 13 umur 3 taun. Punika kawuningan wiradad 14 ing dzad 15 supe. Ingkang anjalari nuwuhakên kawontênanipun manah, inggih supe. [15]

28 67 punika untu kapal bêlo umur 4 taun tumindak. Wiwit angrêntahakên untu bêlo sajodho ingkang têngah, ngantos dumugi umur 2000 dintên. Dados kirang langkung kapal umur 6 taun. Punika anggènipun ang-[16]rêntahakên untu bêlo têlas. Anaming kapal bêlo ing nalika umur 4 taun tumindak, ngantos dumugi umur 6 taun wau, punika kadunungan wiradad 16 ing dzad 17 2 bab. Ingkang 1 bab kêndho bayu ototipun. Ingkang 2 bab èngêt. Dening èngêt wau, ingkang anjalari nuwuhakên kawontênanipun manah lantib 18 dhatêng pangajaran. Mila wau kapal bêlo ingkang dawêg [17] wanci umur sumantên, bilih katumpakan malah dhandhang 19 dhatêng pangajaran

29 68 Anaming sami sumêrêpa, kapal wau manawi têgsih 20 untonipun 21 bêlo, bilih ngantos kaajar nyirig sapanunggilanipun, punika anggènipun dawêg kadunungan kêndho bayu ototipun Kalajeng kêndho sapanginggilipun, wau kapal bêlo bilih sampun rampas untonipun bêlo, punika botên sagêt 22 dados ka-[18]pal. Inggih kalajêng dados bêlo sapanginggilipun. Malah wêwah wulonipun lajêng tuwuh gèmbèl, kados ing nalika dawêg lair sangking biyungipun. Mangka kapal ingkang dawêg wanci umur sumantên wau, bilih katupakan 23 tansah dhandhang 24 dhatêng pangajaran. Malah kapara miwiti dhatêng kasagêdan. Amila pema 25 ingkang santosa ing pagalih. 26 Ingkang tansah èngêt, manawi numpa-[19]k kapal ingkang dawêg wanci umur sumantên. Punika amung kaèmplokana kimawon. Parlu naming nêdahakên margi ing radinan. Sampun pisan-pisan ananduki pandhandhangipun 27 kapal dhatêng pangajaran wau. Tur punika sangking kajêngipun pun kapal bêlo piyambak. Bilih ngantos dipunturuti, inggih lajêng sande kapal. Kados ingkang [20] sampun kapratelakakên ing ngajêng wau. Amila pema 28 wawêling punika ingkang tansah èngêt. Ingkang punika ing sarèhning sampun katrangakên mênggah ing pangagêman, kula amung sumangga ing pagalih. 29 [21] untunipun # katumpakan #

30 69 punika untu kapal umur 7 taun ngantos dumugi umur 3000 dintên. Dados kirang langkung kapal umur 9 taun. Punika kadunungan wiradad 30 ing dzad 31 birahi. Ingkang anjalari nuwuhakên kawontênanipun manah, sura tanpa duga, mangkrak murkangkara, nir baya wiweka, [22] tan langgêng lana. Ingkang makatên ing saèstonipun wau kapal tansah awon. Amila sami sumêrêpa, sadaya putra wayah kula ingkang sami rêmên ngingah kapal, tuwin rêmên nitih jaran, manawi kapal dawêg wanci umur sumantên, tamtu kadunungan ingkang makatên. Punika ing pagalih 32 sampun ngantos gêla tuwin cuwa, bilih ngantos gêla cuwa, mangka kapal kalampahan ngantos kabucal. [23] inggih punika bêgjanipun ingkang dumugèkakên ngingah, margi punika mangke, kapal wau manawi sampun dumugi ing wanci umuripun kadunungan wiradad 33 ing

31 70 dzad 34 awon. Lajêng kadunungan wiradad 35 ing dzad 36 sae, lêstantun sapanginggilipun. Amila sami kagaliha, wau kewan dawêg wanci umur kadunungan wiradad 37 ing dzad 38 awon. Inggih sampun bo-[24]tên kenging karaosakên. Ingkang awit manusya punika, sami-sami titahipun Hyang Maha Suci wontên ing ngalam donya. Punika botên wontên ingkang nyamèni ewadening manusya wau. Bilih dangwêg 39 ing wanci umur kadunungan wiradad 40 ing dzad 41 ingkang nuwuhakên angkara murka, dêgsura nir baya wiweka. Mungkuring parikrama, punika awis ingkang kenging [25] kaèngêtakên. Dening punika mangke, manawi sampun dumugi ing wanci umur kadunungan wiradad 42 ing dzad 43 ingkang nuwuhakên sae, punika mèh tanpa kaèngêtakên. Wau sadaya pratingkahipun ingkang awon kados dening mantun piyambak. Mila sadaya ingkang sami rêmên kapal, ing sarèhning sampun katrangakên, mênggah ing pangagêman, kula amung sumangga ing pagalih. 44 [26]

32 71 punika untu kapal umur 10 taun tumindak, ngantos dumugi umur 4000 dintên. Dados kirang langkung kapal umur 12 taun. Punika kadunungan wiradad 45 ing dzad 46 madya wêrda. Têgêsipun satêngah sêpuh. Inggih punika mêmpêng ingkang anjalari nuwuh-[27]akên kawontênanipun manah. Wiwit tata kautamaning turangga, sampun kathah manahipun ingkang lana, lêstantun sapanginggilipun. [28]

33 72 punika untu kapal umur 13 taun tumindak, ngantos dumugi umur 5000 dintên. Dados kirang langkung kapal umur 15 taun. Punika kadunungan wiradad 47 ing dzad 48 purwa wêrda. Têgêsipun wiwit sêpuh. Ingkang anjalari nuwuhakên kawontênani- [29] pun manah. Têtêp kautamaning turangga, jatmika nayaning aswa, nala surasaranta, titi têtêg ngati-ati, tan kewran sakèhing tatali, lêstantun sapanginggilipun. [30] punika untu kapal umur 16 taun tumindak, dumugi sapanginggilipun. Punika kadunungan wiradad 49 ing dzad 50 tuhu wêrda. Têgêsipun sampun têmên sêpuh. Ingkang anjalari nuwuhakên cêkak napas. Sudanipun ing roh, inggih punika kapal ingkang ka- [31]wastanan sêpuh lungse botên kangge. Amargi kapal punika wosipun ingkang dipunpitados amung satunggal, inggih amung napasipun. Mangka punika napasipun sampun cêkak, lêstantun sapanginggilipun. Sampun sah. cêtha lêbda turangga

34 73 D. Terjemahan Terjemahan adalah pemindahan bahasa dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Pemindahan bahasa ini tidak bisa terlepas dari unsur makna. Makna yang ada dalam bahasa sumber seharusnya juga sama dengan makna dalam bahasa sasaran. Hasil terjemahan yang baik adalah kesesuaian makna dari bahasa sumber ke bahasa sasarannya. Proses terjemahan tidak hanya mengubah atau memindahkan sebuah teks dari bahasa sumber ke bahasa sasaran, akan tetapi juga memindahkan kandungan isi, pengetahuan sesuai dengan makna dalam bahasa asalnya. Secara garis besar, Catford (1974) membagi terjemahan menjadi tiga jenis : 1. Terjemahan kata per kata : terjemahan yang tiap-tiap kata teks bahasa sumber diikuti oleh kata-kata yang sepadan dalam bahasa sasaran. Jenis terjemahan ini terikat oleh bentuk. Kata kerja dalam bahasa sumber juga harus diikuti kata kerja dalam bahasa sasaran, jika dalam bahasa sumber berupa kata benda terjemahannya juga kata benda, dan semacamnya. 2. Terjemahan harfiah : terjemahan antara terjemahan kata per kata dan terjemahan bebas, berada di antara terjemahan kata per kata dan terjemahan bebas. Menerjemahkan secara harfiah dimulai dari menerjemahkan kata per kata kemudian gramatikanya disesuaikan dengan bahasa sasaran 3. Terjemahan bebas : terjemahan yang tidak terikat oleh bentuk satuansatuan kebahasaan. Satuan kata dalam teks sumber terjemahannya tidak harus berupa kata, tetapi boleh berupa frase atau kalimat.

35 74 Dari ketiga jenis terjemahan di atas, untuk memperoleh interpretasi isi yang terkandung dalam naskah, maka digunakan jenis terjemahan bebas. Dalam penelitian naskah Jawa, hasil alih aksara akan diterjemahkan ke dalam bahasa nasional atau Bahasa Indonesia. Terjemahan Teks Buku Makrifat Tentang Kuda [1] ini makrifat tentang kuda, keterangan awal tentang kuda yang bisa digunakan sebagai acuan penunjuk umur kuda. Mulai dari kuda terlahir dari induknya, sampai tua lungse dan tidak bisa digunakan lagi, atau keterangan yang bisa digunakan untuk penunjuk sifat kuda secara keseluruhan sebelum kuda bergigi lengkap, yaitu kuda yang terlahir dari induknya hingga tua lungse [2] dan tidak bisa digunakan lagi. Semua hal di atas dibahas secara jelas dengan menggunakan dasar yang jelas, yang sudah diyakinkan oleh Sinuhun Kalijaga, dan sudah disetujui oleh para wali. Sudah mufakat sah apabila keterangan yang membahasa tentang kuda ini digunakan sebagai dasar di Keraton. Adapun rinciannya di bawah ini. Anak kuda yang lahir dari induknya, gigi yang ada pada rahang bawah ada 6 buah dan rahang atas berjumlah 6 [3] buah. Gigi-gigi ini tidak berwarna hitam dan berlekuk-lekuk, akan tetapi berbentuk kecil-kecil berwarna putih. Apabila kuda sudah memasuki umur 1000 hari, jadi kurang lebih anak kuda telah berumur 3 tahun ini mulai poèl. Poèl artinya merontokan gigi anak kuda dimulai dari sepasang gigi yang berada di tengah, hal ini terjadi sampai umur 2000 hari. Jadi kurang lebih anak kuda yang telah berumur 6 tahun ini, peristiwa merontokan [4] gigi selesai.

36 75 Ketika kuda sudah merontokan gigi dan kemudian digantikan dengan gigi yang baru maka dinamakan rampas. Adapun peristiwa rampas itu apabila sudah terjadi selama setahun. Jadi kurang lebih kuda berumur 7 tahun ini, gigi yang ada di rahang bawah berjumlah 6 buah dan rahang atas berjumlah 6 buah dan semuanya berwarna hitam. Sampai mencapai umur 3000 hari. Jadi kurang lebih kuda berumur 9 tahun. Adapun [5], [6], [7] gigi anak kuda berwarna jêne yaitu putih kekuning-kuningan, seperti warna jêne pada warna jagung, atau berbentuk rata dan rapi. Gigi-gigi kuda yang berwarna jêne ini berbentuk besar-besar. Adapun semua keterangan gigi kuda di atas dijadikan sebagai penunjuk dan acuan umur kuda, rinciannya seperti di bawah ini. [8] ini adalah gigi anak kuda yang terlahir dari induknya hingga berumur 3 tahun.[9]

37 76 ini adalah gigi kuda berumur 7 tahun hingga berumur 9 tahun. [10] ini adalah gigi kuda berumur 10 tahun berjalan hingga berumur 12 tahun. [11]

38 77 ini adalah gigi kuda berumur 13 tahun berjalan hingga berumur 14 tahun. [12] ini adalah gigi kuda berumur 16 tahun berjalan hingga berumur 18 tahun dan seterusnya. Lebda turangga [13] ini makrifat tentang kuda, keterangan awal tentang kuda yang bisa digunakan penunjuk dan acuan sifatkuda sebelum ditunggangi, yaitu mulai kuda yang terlahir dari induknya, hingga tua lungse dan tidak bisa digunakan lagi. Adapun rinciannya tertera di bawah ini. [14]

39 78 ini gigi anak kuda mulai terlahir dari induknya, sampai berumur 1000 hari. Jadi kurang lebih anak kuda berumur 3 tahun. Pada umur ini, dinamakan keadaan sifat lupa. Yang menyebabkan keadaan sifatnya itu adalah lupa. [15]

40 79 ini gigi anak kuda berumur 4 tahun. Anak kuda ini mulai merontokan gigi-giginya dimulai dari sepasang gigi yang berada di tengah, sampai berumur 2000 hari. Jadi kurang lebih kuda berumur 6 tahun, peristiwa [16] merontokannya habis. Sementara itu anak kuda ketika memasuki umur 4 tahun, sampai berumur 6 tahun ini dinamakan keadaan yang menyangkut 2 sifat. Yaitu bab 1 keadaan mulai mengendor otot-ototnya. Yang bab 2 ingat. Adapun ingat ini, yang menyebabkan tumbuhnya keadaan sifat kuda yang cerdas dalam pembelajaran. sehingga anak kuda yang sudah [17] genap usia sekian jika ditunggangi justru berlari kencang terhadap pembelajaran. Akan tetapi ketahuilah, bahwa kuda itu apabila masih mempunyai gigi anak kuda jika sampai diajari berjalan, berlari-lari kecil dan seterusnya ini bisa dilakukan saat keadaan mulai mengendor otot-ototnya. Ini tidak bisa menjadi [18] kuda. Akan tetapi tetap menjadi anak kuda seterusnya. Justru akan tumbuh bulu hingga lebat, seperti ketika kuda terlahir dari induknya. Maka kuda yang sudah genap berumur sekian, jika ditunggangi akan selalu berlari kencang pada pembelajaran. justru akan mulai bisa dikendalikan. Sehingga harus serius kukuh pada pikirannya. Yang selalu [19] diingat apabila menunggangi kuda yang genap berumur sekian ini adalah ikutilah kemauannya saja. Hanya perlu mengajarinya berjalan di jalan yang rata. Jangan sekali-kali menambah kecepatan lari kuda pada saat pembelajaran. juga ini dari keinginan anak kuda itu sendiri. Bila sampai dituruti kemudian kuda itu tidak mau diajari lagi, seperti yang sudah dijelaskan di atas. Maka akhirnya kuda ini akan selalu ingat. Yang seperti ini karena sudah [20] dijelaskan bagaimana cara memperlakukan kuda selanjutnnya saya hanya mempersilahkan berfikir ulang. [21]

41 80 ini adalah gigi kuda berumur 7 tahun hingga berumur 3000 hari. Jadi kurang lebih kuda berumur 9 tahun ini, ketepatan masa kuda dalam sifat birahi. Yang menyebabkan keadaan sifat dan sifatini adalah serba tanpa dugaan, hanya teriakteriak, tanpa bisa berhati-hati [22] tidak lestari selamanya. Keadaan seperti ini sebenarnya ketika kondisi kuda senantiasa galak. Sehingga ketahuilah anak cucu saya semua yang menyukai memelihara kuda, juga menyukai menunggang kuda, apabila kuda genap umur sekian ini, pasti dalam keadaan seperti ini. Sehingga jangan sampai kecewa dan menyesal karena apabila sampai kecewa maka kuda bisa-bisa akan kalian buang. [23] Akan tetapi beruntunganlah bagi orang yang memelihara dan hingga bisa ternak kuda. Kuda apabila sudah sampai pada umur keadaan sifat buruk, kemudian keadaan sifat baik dan lestari seterusnya. Sehingga mari dipikirkan kembali ketika kuda genap berumur keadaan sifat buruk. Yaitu jangan sampai dirasakan. [24] Karena manusia dan hewan adalah sama-sama mahluk Tuhan yang Maha Suci yang ada di alam dunia ini. keadaan ini tidak ada yang menyamai walaupun manusia itu. Apabila kuda genap pada umur keadaan sifat yang menyebabkan kemarahan, tidak

42 81 mengerti tata krama, tidak berhati-hati pada keburukan, hilangnya kerumitan itu, inilah pelajaran mahal yang harus selalu [25] diingat. Adapun saat nanti apabila sudah pada umur keadaan sifat yang menumbuhkan kebaikan, kejadian di atas sudah dilupakan. Semua itu kelakuan yang buruk seperti sembuh sendiri. Sehingga semua orang yang menyukai kuda, karena sudah diterangkan di atas bagaimana merawat dan memperlakukannya, saya hanya mempersilahkan dipikir ulang. [26] ini adalah gigi kuda selama berumur 10 tahun hingga berumur 4000 hari. Jadi kurang lebih kuda berumur 12 tahun ini keadaan sifat madya wêrda, maksudnya setengah tua. Yaitu keadaan kuda dalam keadaan yang menumbuhkan [27] sifat rajin. Mulai dari keutamaan turangga, sudah banyak keadaan hatinya yang tetap, lestari seterusnya. [28]

43 82 ini adalah kuda selama berumur 13 tahun hingga umur 5000 hari. Jadi kurang lebih kuda berumur 15 tahun ini keadaan sifat purwa wêrda, maksudnya mulai tua. Yang menyebabkan tumbuhnya keadaan [29] hati. Tetap keutamaan turangga, tingkah laku yang sopan, hati yang merasa sedih, teliti cermat dan hati-hati, tidak menyerah pada banyaknya rintangan, lestari seterusnya. [30] ini gigi kuda memasuki umur 16 tahun, seterusnya sampai kuda mati. Ini dinamakan keadaan sifat tuhu wêrda, maksudnya sudah benar-benar tua. Pada umur ini, nafas

44 83 kuda mulai pendek. Berkurangnya roh. Yang seperti inilah kuda yang disebut [31] tua lungse dan tidak dapat digunakan lagi. Karena inti yang dicari pada kuda hanya satu yaitu nafasnya. Maka nafas kuda yang pendek-pendek itu sudah lestari sampai kuda mati. Sudah sah. Jelas lêbda turangga

BAB III KAJIAN ISI. dari pemikiran nenek moyang terdahulu. Dasar pemikiran serta teori-teori dasar

BAB III KAJIAN ISI. dari pemikiran nenek moyang terdahulu. Dasar pemikiran serta teori-teori dasar BAB III KAJIAN ISI Sumber ilmu dan pengetahuan yang berkembang saat ini, merupakan hasil dari pemikiran nenek moyang terdahulu. Dasar pemikiran serta teori-teori dasar yang kemudian dikembangkan dan dipelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kumpulan beribu ribu pulau, sehingga Indonesia dikenal sebagai Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kumpulan beribu ribu pulau, sehingga Indonesia dikenal sebagai Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang majemuk. Hal ini dibuktikan dengan wilayah Indonesia yang membentang dari Sabang sampai Merauke yang terdiri dari kumpulan beribu ribu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang luas yang mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. yang luas yang mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Filologi merupakan suatu pengetahuan tentang sastra-sastra dalam arti yang luas yang mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan (Baroroh-Baried,

Lebih terperinci

BUKU MAKRIPATING KAPAL (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS DAN KAJIAN MISTIK)

BUKU MAKRIPATING KAPAL (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS DAN KAJIAN MISTIK) BUKU MAKRIPATING KAPAL (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS DAN KAJIAN MISTIK) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Daerah Fakultar Ilmu Budaya

Lebih terperinci

Kawruh warnining udheng-udhengan (suatu tinjauan filologis) Budi Kristiono C UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN

Kawruh warnining udheng-udhengan (suatu tinjauan filologis) Budi Kristiono C UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN Kawruh warnining udheng-udhengan (suatu tinjauan filologis) Budi Kristiono C0199012 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis

BAB I PENDAHULUAN. bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia memiliki banyak warisan kebudayaan yang berupa bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis berupa naskah

Lebih terperinci

Nilai Moral Dalam Serat Dongeng Asmadaya (Sebuah Tinjauan Filologi Sastra)

Nilai Moral Dalam Serat Dongeng Asmadaya (Sebuah Tinjauan Filologi Sastra) Nilai Moral Dalam Serat Dongeng Asmadaya (Sebuah Tinjauan Filologi Sastra) Oleh: Mudika Nofalia Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa liadicha@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

PATHISARI. Wosing těmbung: Sěrat Pangracutan, suntingan lan jarwanipun teks, kalěpasan.

PATHISARI. Wosing těmbung: Sěrat Pangracutan, suntingan lan jarwanipun teks, kalěpasan. PATHISARI Skripsi punika asil saking panaliten filologi tumrap Sěrat Pangracutan ingkang kasimpěn ing Perpustakaan Pura Pakualaman Ngayogyakarta mawi kode koleksi 0125/PP/73. Skripsi punika awujud suntingan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Filologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu philos yang

BAB II KAJIAN TEORI. Filologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu philos yang 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Filologi 1. Pengertian Filologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu philos yang berarti cinta dan logos yang berarti kata. Dengan demikian, kata filologi membentuk

Lebih terperinci

UNGGAH-UNGGUHING BASA JAWI*

UNGGAH-UNGGUHING BASA JAWI* UNGGAH-UNGGUHING BASA JAWI* Dening Sutrisna Wibawa Universitas Negeri Yogyakarta 1. Pambuka Unggah-ungguhing basa mujudaken perangan ingkang baku soksintena ingkang ngginakaken basa Jawi. Tiyang dipunwastani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara atau kerajaan tentu mempunyai sistem hirarki dalam

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara atau kerajaan tentu mempunyai sistem hirarki dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu negara atau kerajaan tentu mempunyai sistem hirarki dalam pemerintahan. Seperti yang terdapat pada kerajaan-kerajaan di Indonesia yang hingga saat ini

Lebih terperinci

FORMAT PENULISAN PKL UNTUK MAHASISWA

FORMAT PENULISAN PKL UNTUK MAHASISWA FORMAT PENULISAN PKL UNTUK MAHASISWA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER/INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2016 DAFTAR ISI I. FORMAT PENULISAN SECARA UMUM... 2 1.1. Bahasa Penulisan...

Lebih terperinci

TATA TULIS KARYA TULIS ILMIAH

TATA TULIS KARYA TULIS ILMIAH TATA TULIS KARYA TULIS ILMIAH 1.Ukuran kertas dan ruang pengetikan Pengetikan karya tulis ilmiah menggunakan kertas HVS atau duplikator putih ukuran kuarto (21,00 x 28,50). Ruang pengetikan pada setiap

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN. (Ratna, 2004:34). Metode berfungsi untuk menyederhanakan masalah, sehingga

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN. (Ratna, 2004:34). Metode berfungsi untuk menyederhanakan masalah, sehingga BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN Metode dapat diartikan sebagai cara, strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya (Ratna, 2004:34).

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal I. FORMAT PENULISAN SECARA UMUM... 1 II. BAGIAN-BAGIAN TUGAS AKHIR... 5

DAFTAR ISI. Hal I. FORMAT PENULISAN SECARA UMUM... 1 II. BAGIAN-BAGIAN TUGAS AKHIR... 5 DAFTAR ISI Hal I. FORMAT PENULISAN SECARA UMUM... 1 1. 1. Bahasa Penulisan... 1 1. 2. Format penulisan... 1 1. 3. Penomoran Halaman... 3 1. 4. Tabel, gambar, grafik, skema, dan objek lainnya... 3 1. 5.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah naskah Wawacan Pandita Sawang yang beraksara Arab (Pegon) dan berbahasa Sunda, teks di dalamnya berbentuk puisi/wawacan. Naskah

Lebih terperinci

TATA TULIS BUKU TUGAS AKHIR. Fakultas Teknik Elektro 1

TATA TULIS BUKU TUGAS AKHIR. Fakultas Teknik Elektro 1 TATA TULIS BUKU TUGAS AKHIR Fakultas Teknik Elektro 1 Kertas Jenis kertas : HVS A4 (210 mm x 297 mm) dan berat 80 g/m2 (HVS 80 GSM), khusus untuk gambar yang tdk memungkinkan dicetak di kertas A4 dapat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal I. FORMAT PENULISAN SECARA UMUM... 1 II. BAGIAN-BAGIAN TUGAS AKHIR... 6

DAFTAR ISI. Hal I. FORMAT PENULISAN SECARA UMUM... 1 II. BAGIAN-BAGIAN TUGAS AKHIR... 6 DAFTAR ISI Hal I. FORMAT PENULISAN SECARA UMUM... 1 1. 1. Bahasa Penulisan... 1 1. 2. Format penulisan... 1 1. 3. Penomoran Halaman... 3 1. 4. Tabel, gambar, grafik, skema, dan objek lainnya... 3 1. 5.

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb. Sugeng enjang, mugi kawilujengan, kasarasan saha karaharjan tansah kajiwa kasalira kula lan panjenengan sedaya.

Assalamu alaikum Wr. Wb. Sugeng enjang, mugi kawilujengan, kasarasan saha karaharjan tansah kajiwa kasalira kula lan panjenengan sedaya. BUPATI KULONPROGO WEDHAR SABDA WONTEN ING ACARA MUSYAWARAH CABANG VII GABUNGAN PELAKSANA KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA (GAPENSI) KABUPATEN KULONPROGO Wates, 12 Februari 2011 Assalamu alaikum Wr. Wb. Sugeng

Lebih terperinci

SÊRAT PURWAKA SURTI (Suatu Tinjauan Filologis)

SÊRAT PURWAKA SURTI (Suatu Tinjauan Filologis) SÊRAT PURWAKA SURTI (Suatu Tinjauan Filologis) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas

Lebih terperinci

INTERNSHIP & CAREER DEVELOPMENT (ICD) FE UNS 1

INTERNSHIP & CAREER DEVELOPMENT (ICD) FE UNS 1 FORMAT LAPORAN KULIAH MAGANG KERJA MAHASISWA PROGRAM S1 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA A. KANDUNGAN ISI LAPORAN Secara umum, laporan Kuliah Magang Kerja Mahasiswa terdiri dari tiga

Lebih terperinci

MEDIA PASINAON MAOS UKARA MAWI AKSARA JAWA KANTHI POP-UP BOOK KANGGE SISWA KELAS VII SMPN 1 IMOGIRI

MEDIA PASINAON MAOS UKARA MAWI AKSARA JAWA KANTHI POP-UP BOOK KANGGE SISWA KELAS VII SMPN 1 IMOGIRI Media Pasinaon Maos... Destiya Novia 65 MEDIA PASINAON MAOS UKARA MAWI AKSARA JAWA KANTHI POP-UP BOOK KANGGE SISWA KELAS VII SMPN 1 IMOGIRI READING JAVANESE SCRIPT LEARNING MEDIA WITH POP-UP BOOK FOR STUDENT

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN 24 BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN Bab ini terdiri dari beberapa uraian yaitu, (1) objek penelitian, (2) metode, (3) prosedur penelitian, (4) teknik pengumpulan data 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, dan sastra (Baried, 1983: 4). Cipta sastra yang termuat dalam naskah,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, dan sastra (Baried, 1983: 4). Cipta sastra yang termuat dalam naskah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Naskah-naskah yang terdapat di Nusantara memiliki isi yang sangat kaya. Kekayaan itu dapat ditunjukkan oleh aneka ragam aspek kehidupan yang dikemukakan, misalnya masalah

Lebih terperinci

Mugi kawilujengan, kasarasan saha karaharjan tansah kajiwa kasalira kula lan panjenengan sedaya.

Mugi kawilujengan, kasarasan saha karaharjan tansah kajiwa kasalira kula lan panjenengan sedaya. BUPATI KULONPROGO WEDHAR SABDA WONTEN ING ACARA MBIKAK UNDIAN KUPON BLONJO MIRAH ING BALAI DESA NOMPOREJO, GALUR Assalamu alaikum Wr. Wb. Wates, 5 Maret 2011 Mugi kawilujengan, kasarasan saha karaharjan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/semester Materi Pokok Kompetensi Alokasi Waktu : SMP Negeri 1 Prambanan Klaten : Pendidikan Bahasa Jawa : VII/satu : Angka Jawa :

Lebih terperinci

BAB III OBJEK, METODE, DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III OBJEK, METODE, DAN TEKNIK PENELITIAN BAB III OBJEK, METODE, DAN TEKNIK PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah naskah Sunda berjudul Sajarah Cijulang (SC). Naskah SC merupakan naskah yang berada di kalangan masyarakat.

Lebih terperinci

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi KI Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi KI Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/semester Materi Pokok Kompetensi Alokasi Waktu : SMP Negeri 1 Prambanan Klaten : Pendidikan Bahasa Jawa : VII/satu : Teks Cerita

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb. Sugeng siang, mugi kawilujengan, kasarasan saha karaharjan tansah kajiwa kasalira kula lan panjenengan sedaya.

Assalamu alaikum Wr. Wb. Sugeng siang, mugi kawilujengan, kasarasan saha karaharjan tansah kajiwa kasalira kula lan panjenengan sedaya. BUPATI KULONPROGO WEDHAR SABDA WONTEN ING ACARA SMK MA ARIF I WATES NAMPI SERTIFIKAT SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO : 9001 : 2008 SAKING PT. TUV RHEINLAND INDONESIA LAN NGEPYAKAKEN GEDUNG ENGGAL Wates, 26 Februari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang sangat kaya. Salah satu kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang sangat kaya. Salah satu kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang sangat kaya. Salah satu kekayaan yang dimiliki yaitu kebudayaan.koentjaraningrat (1985) menyebutkan bahwa kebudayaan terdiri dari tujuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi tulis yang berkembang di masyarakat Jawa dapat diketahui melalui

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi tulis yang berkembang di masyarakat Jawa dapat diketahui melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi tulis yang berkembang di masyarakat Jawa dapat diketahui melalui naskah kuna. Jenis isi dari naskah kuna sangat beragam. Jenis teks tersebut antara lain berisi

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut : A. Simpulan. 1. Sêrat Srutjar merupakan naskah jamak. Ditemukan tiga buah naskah yang

BAB IV PENUTUP. ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut : A. Simpulan. 1. Sêrat Srutjar merupakan naskah jamak. Ditemukan tiga buah naskah yang 373 BAB IV PENUTUP Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, maka akhir penelitian ini dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut : A. Simpulan 1. Sêrat Srutjar merupakan naskah jamak. Ditemukan

Lebih terperinci

Tata Cara Penulisan Laporan Praktikum

Tata Cara Penulisan Laporan Praktikum Tata Cara Penulisan Laporan Praktikum 1) Bahan dan Ukuran Bahan dan ukuran mencakup naskah, ukuran dan sampul. a. Naskah dibuat di atas kertas HVS 70 gram dan tidak bolak-balik b. Ukuran naskah adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai cipta sastra karena teks yang terdapat dalam teks mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai cipta sastra karena teks yang terdapat dalam teks mengungkapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah-naskah Nusantara sangat beraneka ragam, yang isinya mengemukakan tentang kehidupan manusia misalnya, masalah politik, sosial, ekonomi, agama, kebudayaan, bahasa,

Lebih terperinci

KAJIAN FILOLOGI SÊRAT DWIKARÅNÅ

KAJIAN FILOLOGI SÊRAT DWIKARÅNÅ KAJIAN FILOLOGI SÊRAT DWIKARÅNÅ SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Nur Jannah

Lebih terperinci

ANALISIS SEMIOTIK TEKSKIDUNG RUMEKSA ING WENGI

ANALISIS SEMIOTIK TEKSKIDUNG RUMEKSA ING WENGI ANALISIS SEMIOTIK TEKSKIDUNG RUMEKSA ING WENGI A. PENDAHULUAN Indonesia mempunyai khasanah sastra klasik yang beraneka ragam, yang terdiri dari sastra-sastra daerah. Sastra klasik adalah sastra dalam bahasa

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 29 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Metode ilmiah dari suatu ilmu pengetahuan adalah segala jalan atau cara dalam rangka ilmu tersebut, untuk sampai kepada kesatuan pengetahuan. Tanpa metode ilmiah

Lebih terperinci

Analisis Kesalahan Kalimat Teks Pidato Berbahasa Jawa Siswa Kelas IX di SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang Tahun Pembelajaran 2014/2015

Analisis Kesalahan Kalimat Teks Pidato Berbahasa Jawa Siswa Kelas IX di SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang Tahun Pembelajaran 2014/2015 Analisis Kesalahan Kalimat Teks Pidato Berbahasa Jawa Siswa Kelas IX di SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang Tahun Pembelajaran 2014/2015 Oleh : Rani Aryanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Hasil penelitian dan pembahasan naskah Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå dan

BAB V PENUTUP. Hasil penelitian dan pembahasan naskah Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå dan BAB V PENUTUP A. Simpulan Hasil penelitian dan pembahasan naskah Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå dan teks Widjåjåkoesoemå telah diuraikan dalam bab IV. Berdasarkan uraian dari bab IV tersebut, dapat diambil simpulan

Lebih terperinci

PANDUAN PENULISAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

PANDUAN PENULISAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) PANDUAN PENULISAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) STIBA SARASWATI DENPASAR HALAMAN SAMPUL DEPAN Halaman Sampul Depan memuat judul, tempat, logo STIBA Saraswati Denpasar, nama mahasiswa dan nomor pokok

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia UMB TATA TULIS DALAM RAGAM ILMIAH. Kundari, S.Pd, M.Pd. Komunikasi. Komunikasi. Modul ke: Fakultas Ilmu. Program Studi Sistem

Bahasa Indonesia UMB TATA TULIS DALAM RAGAM ILMIAH. Kundari, S.Pd, M.Pd. Komunikasi. Komunikasi. Modul ke: Fakultas Ilmu. Program Studi Sistem Bahasa Indonesia UMB Modul ke: TATA TULIS DALAM RAGAM ILMIAH Fakultas Ilmu Komunikasi Kundari, S.Pd, M.Pd. Program Studi Sistem Komunikasi www.mercubuana.ac.id STANDAR KOMPETENSI Mahasiswa dapat memahami

Lebih terperinci

TATA CARA PENULISAN BUKU LAPORAN PROYEK AKHIR

TATA CARA PENULISAN BUKU LAPORAN PROYEK AKHIR TATA CARA PENULISAN BUKU LAPORAN PROYEK AKHIR A. Bahan dan ukuran Bahan dan ukuran mencakup : naskah, sampul, warna sampul, tulisan pada sampul dan ukuran. 1. Naskah Naskah dibuat pada kertas A5 (8,27

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada kertas, lontar, kulit kayu atau rotan (Djamaris, 1977:20). Naskah

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada kertas, lontar, kulit kayu atau rotan (Djamaris, 1977:20). Naskah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah merupakan obyek material filologi yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan hasil budaya bangsa pada masa lalu (Baried, 1985:54). Naskah yang dimaksud

Lebih terperinci

Darmawasita: suntingan teks dan kajian isi BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Darmawasita: suntingan teks dan kajian isi BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Darmawasita: suntingan teks dan kajian isi Monika Fitri Setyowati C0100036 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Bela Masalah Dalam mengungkapkan informasi tentang berbagai hal yang pernah hidup dan berkembang di

Lebih terperinci

PANDUAN PENULISAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

PANDUAN PENULISAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK PANDUAN PENULISAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK Ketentuan Umum Laporan Praktek Kerja Lapangan diketik menggunakan kertas HVS ukuran A4 70 gram, jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang banyak masyarakat yang berburu naskah-naskah kuna

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang banyak masyarakat yang berburu naskah-naskah kuna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang banyak masyarakat yang berburu naskah-naskah kuna untuk mengetahui segala sesuatu yang berkaitan pada masa itu. Naskah yang dijumpai saat ini, antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, yang wajib kita mensyukuri rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan yang tidak ternilai

Lebih terperinci

PEDOMAN PENULISAN TUGAS AKHIR TAHUN AKADEMIK 2012/2013

PEDOMAN PENULISAN TUGAS AKHIR TAHUN AKADEMIK 2012/2013 PEDOMAN PENULISAN TUGAS AKHIR TAHUN AKADEMIK 2012/2013 PROGRAM STUDI KOMPUTERISASI AKUNTANSI AKADEMI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER INTeL COM GLOBAL INDO KISARAN 2013 KATA PENGANTAR Setiap lulusan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Kelas/Semester Mata Pelajaran Materi Pokok Alokasi Waktu : SMP N 4 WATES : VII/ Gasal : Bahasa Jawa : Unggah-ungguh : 80 menit A. Kompetensi Inti

Lebih terperinci

SERAT GAREBEG MULUD PB VII (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN ISI)

SERAT GAREBEG MULUD PB VII (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN ISI) SERAT GAREBEG MULUD PB VII (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN ISI) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Lebih terperinci

BAB III CARA PENULISAN

BAB III CARA PENULISAN BAB III CARA PENULISAN 3.1. Bahan yang digunakan: 1 Kertas yang digunakan untuk mengetik laporan adalah kertas HVS 80 gram ukuran A4 warna putih. 2 Untuk sampul luar ditetapkan sampul kertas karton manila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Perkembangan Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa sangat

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Perkembangan Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara dengan penduduk pemeluk agama Islam terbesar di dunia. Perkembangan Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa sangat pesat, hal ini tak luput

Lebih terperinci

PAMBUDIDAYA NGIPUK-IPUK SAHA MEKARAKEN UNGGAH-UNGGUHING BASA JAWI

PAMBUDIDAYA NGIPUK-IPUK SAHA MEKARAKEN UNGGAH-UNGGUHING BASA JAWI PAMBUDIDAYA NGIPUK-IPUK SAHA MEKARAKEN UNGGAH-UNGGUHING BASA JAWI Dening Sutrisna Wibawa Universitas Negeri Yogyakarta-Indonesia Makalah kangge Seminar Internasional Basa Jawi Ingkang dipunadani dening

Lebih terperinci

BUKU PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI

BUKU PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI BUKU PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016 BAB I PENDAHULUAN Skripsi adalah tugas akhir yang harus ditulis oleh mahasiswa dalam Program

Lebih terperinci

8. Jenis bahan naskah

8. Jenis bahan naskah Tabel 1: Hasil Penelitan Deskripsi Naskah No. Keterangan Naskah. 1. Nama Pemilik Terdahulu 2. Tempat penyimpanan 3. Nomor kodeks 4. Judul a. terdapat di mana saja, halaman berapa? b. Berdasarkan keterangan

Lebih terperinci

PROPOSAL DAN LAPORAN TUGAS AKHIR 2017

PROPOSAL DAN LAPORAN TUGAS AKHIR 2017 PEDOMAN PENYUSUNAN PROPOSAL DAN LAPORAN TUGAS AKHIR 2017 PROGRAM STUDI D3 OTOMASI SISTEM INSTRUMENTASI DEPARTEMEN TEKNIK FAKULTAS VOKASI UNIVERSITAS AIRLANGGA Kampus B Jalan Srikana 65 Surabaya 60286 Telp:

Lebih terperinci

TANGGAP WACANA BUPATI KARANGANYAR WONTEN ING ACARA TATA CARA BANDERA PENGETAN DINTEN AMBAL WARSA PAMARINTAH KABUPATEN KARANGANYAR KAPING 99 WARSA 2016

TANGGAP WACANA BUPATI KARANGANYAR WONTEN ING ACARA TATA CARA BANDERA PENGETAN DINTEN AMBAL WARSA PAMARINTAH KABUPATEN KARANGANYAR KAPING 99 WARSA 2016 TANGGAP WACANA BUPATI KARANGANYAR WONTEN ING ACARA TATA CARA BANDERA PENGETAN DINTEN AMBAL WARSA PAMARINTAH KABUPATEN KARANGANYAR KAPING 99 WARSA 2016 Dinten/Surya kaping : Jumah Pahing, 18 Nopember 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kehidupan, berbagai buah pikiran, gagasan, ajaran, cerita, paham dan

BAB I PENDAHULUAN. tentang kehidupan, berbagai buah pikiran, gagasan, ajaran, cerita, paham dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai peninggalan tulisan, naskah menyimpan berbagai informasi tentang kehidupan, berbagai buah pikiran, gagasan, ajaran, cerita, paham dan pandangan hidup yang

Lebih terperinci

Penyusunan Skripsi dengan Tata Cara Penulisannya

Penyusunan Skripsi dengan Tata Cara Penulisannya Penyusunan Skripsi dengan Tata Cara Penulisannya I. Penyusunan Skripsi Penyusunan skripsi, meliputi: A. Bagian Awal, meliputi: 1. Halaman sampul depan Halaman sampul depan memuat: a. Judul skripsi, dibuat

Lebih terperinci

PANDUAN PENULISAN TESIS MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS TELKOM

PANDUAN PENULISAN TESIS MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS TELKOM PANDUAN PENULISAN TESIS MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS TELKOM MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS TELKOM BANDUNG KATA PENGANTAR Buku Panduan Tesis ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman umum kepada mahasiswa

Lebih terperinci

BAB 2 DESKRIPSI NASKAH

BAB 2 DESKRIPSI NASKAH 17 BAB 2 DESKRIPSI NASKAH Pendahuluan Dalam bab ini akan disajikan deskripsi dari naskah-naskah yang menjadi data utama. Ada empat naskah yang menjadi data utama dalam penelitian ini yaitu Ramayana, Parimbwan,

Lebih terperinci

SÊRAT PANGLIPUR TIS-TIS (Suatu Tinjauan Filologis)

SÊRAT PANGLIPUR TIS-TIS (Suatu Tinjauan Filologis) SÊRAT PANGLIPUR TIS-TIS (Suatu Tinjauan Filologis) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam

BAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno adalah benda budaya yang merekam informasi dan pengetahuan masyarakat lampau yang diturunkan secara turun temurun semenjak dulu sampai saat ini. Warisan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SatuanPendidikan : SMP N 4 WATES Kelas/Semester : VII/1 Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Materi Pokok : Unggah-ungguh Alokasi Waktu : 2 X 40 menit (80 menit) A. Kompetensi

Lebih terperinci

KAJIAN SEMIOTIK SYAIR SINDHEN BEDHAYA KETAWANG PADA NASKAH SERAT SINDHEN BEDHAYA

KAJIAN SEMIOTIK SYAIR SINDHEN BEDHAYA KETAWANG PADA NASKAH SERAT SINDHEN BEDHAYA KAJIAN SEMIOTIK SYAIR SINDHEN BEDHAYA KETAWANG PADA NASKAH SERAT SINDHEN BEDHAYA Skripsi Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana Humaniora Program Strata 1 dalam Ilmu Sastra Indonesia Oleh: Fitrianna Arfiyanti

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI MORAL DAN SOSIOLOGI NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA

ANALISIS NILAI MORAL DAN SOSIOLOGI NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA ANALISIS NILAI MORAL DAN SOSIOLOGI NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA Oleh: Ika Putri Mei Wulandari pendidikan bahasa dan sastra jawa Princess_29@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

TRANSLITERASI. Pengertian Transliterasi. Manfaat Transliterasi. Metode Transliterasi. Masalah-Masalah Transliterasi

TRANSLITERASI. Pengertian Transliterasi. Manfaat Transliterasi. Metode Transliterasi. Masalah-Masalah Transliterasi TRANSLITERASI Pengertian Transliterasi Onions (dalam Darusuprapta 1984: 2), adalah suntingan yang disajikan dengan jenis tulisan lain. Manfaat Transliterasi 1. pelestarian naskah 2. pengenalan naskah Baried

Lebih terperinci

KAJIAN FILOLOGI SÊRAT SÊKAR WIJÅYÅKUSUMÅ SKRIPSI

KAJIAN FILOLOGI SÊRAT SÊKAR WIJÅYÅKUSUMÅ SKRIPSI KAJIAN FILOLOGI SÊRAT SÊKAR WIJÅYÅKUSUMÅ SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan oleh

Lebih terperinci

NASKAH SÊRAT KAWRUH MAHNITISMÊ (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS)

NASKAH SÊRAT KAWRUH MAHNITISMÊ (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS) NASKAH SÊRAT KAWRUH MAHNITISMÊ (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagai Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Jurusan Sastra Jawa Fakultas Ilmu Budaya Uniersitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Pengertian Filologi. kebudayaan suatu bangsa melalui teks-teks tertulis di dalam naskah-naskah klasik

BAB II KAJIAN TEORI. A. Pengertian Filologi. kebudayaan suatu bangsa melalui teks-teks tertulis di dalam naskah-naskah klasik digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Filologi Filologi adalah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang bertujuan memahami kebudayaan suatu bangsa melalui teks-teks tertulis di dalam naskah-naskah

Lebih terperinci

ILUSTRASI ADALAH PENGGAMBARAN AKAN SESUATU. ILUSTRASI DAPAT BERUPA TABEL DAN GAMBAR (GRAFIK, FOTO, DIAGRAM, BAGAN, PETA, DENAH, DAN GAMBAR LAINNYA).

ILUSTRASI ADALAH PENGGAMBARAN AKAN SESUATU. ILUSTRASI DAPAT BERUPA TABEL DAN GAMBAR (GRAFIK, FOTO, DIAGRAM, BAGAN, PETA, DENAH, DAN GAMBAR LAINNYA). TEKNIK ILUSTRASI DALAM PENULISAN ARTIKEL ILMIAH PENDAHULUAN ILUSTRASI ADALAH PENGGAMBARAN AKAN SESUATU. ILUSTRASI DAPAT BERUPA TABEL DAN GAMBAR (GRAFIK, FOTO, DIAGRAM, BAGAN, PETA, DENAH, DAN GAMBAR LAINNYA).

Lebih terperinci

TEKNIK DAN TATA CARA PENULISAN LAPORAN MAGANG

TEKNIK DAN TATA CARA PENULISAN LAPORAN MAGANG TEKNIK DAN TATA CARA PENULISAN LAPORAN MAGANG A. Jenis dan Ukuran Kertas Bahan meliputi bahan untuk : naskah dan sampul a. Naskah Naskah diketik pada kertas HVS 80 gram dengan ukuran A4 (+ 210 mm x 297

Lebih terperinci

BAB III CARA PANALITEN. metode deskriptif. Miturut pamanggihipun Sudaryanto (1988: 62) metode

BAB III CARA PANALITEN. metode deskriptif. Miturut pamanggihipun Sudaryanto (1988: 62) metode BAB III CARA PANALITEN A. Jinising Panaliten Panaliten menika kagolong jinising panaliten ingkang ngginakaken metode deskriptif. Miturut pamanggihipun Sudaryanto (1988: 62) metode deskriptif inggih menika

Lebih terperinci

Format Skripsi Tujuan instruksional khusus:

Format Skripsi Tujuan instruksional khusus: Format Skripsi Tujuan instruksional khusus: Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa akan dapat menerapkan format skripsi yang berlaku di Institut Pertanian Bogor dalam penulisan skripsi. Subpokok bahasan

Lebih terperinci

FORMAT PROPOSAL PENELITIAN REGULER

FORMAT PROPOSAL PENELITIAN REGULER FORMAT PROPOSAL PENELITIAN REGULER Proposal ditulis menggunakan huruf Times New Roman ukuran 12 dengan jarak baris 1,15 spasi kecuali ringkasan satu spasi dan ukuran kertas A4 margin kiri 4 cm, margin

Lebih terperinci

SULUK DEWARUCI. (Suatu Tinjauan Filologis dan Kajian Isi)

SULUK DEWARUCI. (Suatu Tinjauan Filologis dan Kajian Isi) SULUK DEWARUCI (Suatu Tinjauan Filologis dan Kajian Isi) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

KAJIAN FILOLOGI SÅHÅ PRANATANING GÊSANG ING SÊRAT PURWÅKARÅNÅ. Yesi Permata Eko Wardani

KAJIAN FILOLOGI SÅHÅ PRANATANING GÊSANG ING SÊRAT PURWÅKARÅNÅ. Yesi Permata Eko Wardani 1 KAJIAN FILOLOGI SÅHÅ PRANATANING GÊSANG ING SÊRAT PURWÅKARÅNÅ Yesi Permata Eko Wardani 12205241012 SARINING PANALITÈN Panalitèn mênikå ngêwrat gangsal ancas panalitèn. Ancasipun inggih mênikå 1) ngandharakên

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 20152015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Tiyang Tani lan Tikus: Mewariskan Nilai Budu Pekerti bagi Anak melalui Dongen Klasik Jawa. Oleh : Supartinah Dosen PGSD FIP UNY

Tiyang Tani lan Tikus: Mewariskan Nilai Budu Pekerti bagi Anak melalui Dongen Klasik Jawa. Oleh : Supartinah Dosen PGSD FIP UNY 1 Tiyang Tani lan Tikus: Mewariskan Nilai Budu Pekerti bagi Anak melalui Dongen Klasik Jawa Oleh : Supartinah Dosen PGSD FIP UNY A. PENDAHULUAN Anak-anak umumnya telah mengenal, bahkan hafal, cerita rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikir manusia demi menunjang keberlangsungan hidupnya. Dalam Kamus Besar

BAB I PENDAHULUAN. pikir manusia demi menunjang keberlangsungan hidupnya. Dalam Kamus Besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia. Hal itu disebabkan karena budaya merupakan hasil olah rasa dan olah pikir manusia demi menunjang

Lebih terperinci

TEKNIK ILUSTRASI DALAM PENULISAN ARTIKEL ILMIAH WASMEN MANALU

TEKNIK ILUSTRASI DALAM PENULISAN ARTIKEL ILMIAH WASMEN MANALU TEKNIK ILUSTRASI DALAM PENULISAN ARTIKEL ILMIAH WASMEN MANALU PENDAHULUAN ILUSTRASI ADALAH PENGGAMBARAN AKAN SESUATU. ILUSTRASI DAPAT BERUPA TABEL DAN GAMBAR (GRAFIK, FOTO, DIAGRAM, BAGAN, PETA, DENAH,

Lebih terperinci

AMANAT DALAM CERITA MINTARAGA GANTJARAN KARYA PRIJOHOETOMO

AMANAT DALAM CERITA MINTARAGA GANTJARAN KARYA PRIJOHOETOMO AMANAT DALAM CERITA MINTARAGA GANTJARAN KARYA PRIJOHOETOMO Djoko Sulaksono Pendidikan Bahasa Jawa, FKIP UNS ciptaningmintaraga@yahoo.com Abstrak Cerita wayang merupakan salah satu cerita yang dapat dijadikan

Lebih terperinci

TINJAUAN FILOLOGI DAN AJARAN MORAL DALAM SÊRAT DRIYABRATA

TINJAUAN FILOLOGI DAN AJARAN MORAL DALAM SÊRAT DRIYABRATA TINJAUAN FILOLOGI DAN AJARAN MORAL DALAM SÊRAT DRIYABRATA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENULISAN TUGAS AKHIR MAHASISWA

PEDOMAN TEKNIS PENULISAN TUGAS AKHIR MAHASISWA PEDOMAN TEKNIS PENULISAN TUGAS AKHIR MAHASISWA Disusun Oleh : Pusat Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu Pendidikan (P4MP) POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN BALIKPAPAN 2012 DAFTAR ISI Halaman BAB I

Lebih terperinci

SUNTINGAN TEKS DAN NILAI KEPAHLAWANAN DALAM ANGLINGWULAN MBÊDHAH KELANI (Suatu Tinjauan Filologis)

SUNTINGAN TEKS DAN NILAI KEPAHLAWANAN DALAM ANGLINGWULAN MBÊDHAH KELANI (Suatu Tinjauan Filologis) SUNTINGAN TEKS DAN NILAI KEPAHLAWANAN DALAM ANGLINGWULAN MBÊDHAH KELANI (Suatu Tinjauan Filologis) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra

Lebih terperinci

SÊRAT DONGÈNG BRAMBANG BAWANG SAHA DONGÈNG ARUMSARI (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS)

SÊRAT DONGÈNG BRAMBANG BAWANG SAHA DONGÈNG ARUMSARI (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS) SÊRAT DONGÈNG BRAMBANG BAWANG SAHA DONGÈNG ARUMSARI (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS) SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan guna Mencapai Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan

Lebih terperinci

Serat Pawukon di Surakarta (Sebuah Kajian Filologis dan Kodikologis)

Serat Pawukon di Surakarta (Sebuah Kajian Filologis dan Kodikologis) Serat Pawukon di Surakarta (Sebuah Kajian Filologis dan Kodikologis) SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan guna Mencapai Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Lebih terperinci

1 3 5 7 BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Tugas Akhir dan Tesis merupakan karya tulis ilmiah yang disusun secara mandiri oleh mahasiswa program Sarjana (S1) di bawah pengarahan dosen pembimbing.

Lebih terperinci

SÊRAT SULUK ARTA-ARTI (Suatu Tinjauan Filologis)

SÊRAT SULUK ARTA-ARTI (Suatu Tinjauan Filologis) SÊRAT SULUK ARTA-ARTI (Suatu Tinjauan Filologis) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Jawa Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas

Lebih terperinci

TEKNIK ILUSTRASI DALAM PENULISAN ARTIKEL ILMIAH

TEKNIK ILUSTRASI DALAM PENULISAN ARTIKEL ILMIAH TEKNIK ILUSTRASI DALAM PENULISAN ARTIKEL ILMIAH PENDAHULUAN ILUSTRASI ADALAH PENGGAMBARAN AKAN SESUATU. ILUSTRASI DAPAT BERUPA TABEL DAN GAMBAR (GRAFIK, FOTO, DIAGRAM, BAGAN, PETA, DENAH, DAN GAMBAR LAINNYA).

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN FAKULTAS NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG TATA PEMBENTUKAN PERATURAN FAKULTAS FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

LAMPIRAN I PERATURAN FAKULTAS NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG TATA PEMBENTUKAN PERATURAN FAKULTAS FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG LAMPIRAN I PERATURAN FAKULTAS NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG TATA PEMBENTUKAN PERATURAN FAKULTAS FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN FAKULTAS SISTEMATIKA BAB I KERANGKA

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBALAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBALAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBALAJARAN Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Pertemuan Ke : SMP N 2 Ngemplak : Bahasa Jawa : VIII/ Ganjil : 1 X Pertemuan Standar Kompetensi : 2. Mampu mengungkapkan pikiran

Lebih terperinci

MEDIA PASINAON DOLANAN ULAR TANGGA CANGKRIMAN MIGUNAKAKEN PROGRAM MACROMEDIA FLASH PROFESSIONAL 8 KANGGE SISWA SMP KELAS VII

MEDIA PASINAON DOLANAN ULAR TANGGA CANGKRIMAN MIGUNAKAKEN PROGRAM MACROMEDIA FLASH PROFESSIONAL 8 KANGGE SISWA SMP KELAS VII 44 Jurnal Penelitian Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Jawa Volume 6, Nomor 6, Juni 2017 MEDIA PASINAON DOLANAN ULAR TANGGA CANGKRIMAN MIGUNAKAKEN PROGRAM MACROMEDIA FLASH PROFESSIONAL 8 KANGGE SISWA SMP

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/semester Materi Pokok Kompetensi Alokasi Waktu : SMP Negeri 1 Prambanan Klaten : Pendidikan Bahasa Jawa : VII/satu : Sandhangan Panyigeg

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu. Naskah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu. Naskah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kepustakaan yang relevan 1.1.1 Transliterasi Transliterasi merupakan salah satu tahap/langkah dalam penyuntingan teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH ( SKRIPSI, TESIS, DISERTASI, ARTIKEL, MAKALAH, DAN LAPORAN PENELITIAN )

BAB I PENDAHULUAN PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH ( SKRIPSI, TESIS, DISERTASI, ARTIKEL, MAKALAH, DAN LAPORAN PENELITIAN ) BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI, TESIS, DAN DISERTASI Skripsi, tesis, dan disertasi hasil penelitian lapangan adalah jenis penelitian yang berorientasi pada pengumpulan data empiris di lapangan. Ditinjau dari

Lebih terperinci

menyusun teks lisan sesuai unggahungguh. berbagai keperluan. C. Tujuan Pembelajaran

menyusun teks lisan sesuai unggahungguh. berbagai keperluan. C. Tujuan Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SatuanPendidikan : SMP N 4 WATES Kelas/Semester : VII/1 Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Materi Pokok : Unggah-ungguh Alokasi Waktu : 2 X 40 menit (80 menit) A. Kompetensi

Lebih terperinci

I. STRUKTUR PENULISAN TUGAS AKHIR. Susunan struktur Penulisan Tugas Akhir adalah sebagai berikut :

I. STRUKTUR PENULISAN TUGAS AKHIR. Susunan struktur Penulisan Tugas Akhir adalah sebagai berikut : I. STRUKTUR PENULISAN TUGAS AKHIR Susunan struktur Penulisan Tugas Akhir adalah sebagai berikut : A. BAGIAN AWAL B. BAGIAN UTAMA C. BAGIAN AKHIR A. BAGIAN AWAL 1. HALAMAN JUDUL 2. HALAMAN PERSETUJUAN 3.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ditemukan dua varian naskah, yaitu naskah Sêrat Driyabrata dengan nomor

BAB V PENUTUP. ditemukan dua varian naskah, yaitu naskah Sêrat Driyabrata dengan nomor BAB V PENUTUP A. Simpulan Hasil penelitian dan pembahasan telah diuraikan dalam bab IV. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut, dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1. Inventarisasi naskah

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP. dan melakukan wawancara, kesulitan-kesulitan yang dialami oleh mahasiswa

BAB 4 PENUTUP. dan melakukan wawancara, kesulitan-kesulitan yang dialami oleh mahasiswa BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Hasil dari data penelitian yang dilakukan dengan cara menyebar kuesioner dan melakukan wawancara, kesulitan-kesulitan yang dialami oleh mahasiswa Program Studi Diploma III

Lebih terperinci