ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBENIHAN MELON DI CV MULTI GLOBAL AGRINDO, KECAMATAN KARANGPANDAN, KABUPATEN KARANGANYAR, JAWA TENGAH SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBENIHAN MELON DI CV MULTI GLOBAL AGRINDO, KECAMATAN KARANGPANDAN, KABUPATEN KARANGANYAR, JAWA TENGAH SKRIPSI"

Transkripsi

1 ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBENIHAN MELON DI CV MULTI GLOBAL AGRINDO, KECAMATAN KARANGPANDAN, KABUPATEN KARANGANYAR, JAWA TENGAH SKRIPSI FITRIA PURNAMA SARI H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 RINGKASAN FITRIA PURNAMA SARI. Analisis Risiko Produksi Pembenihan Melon di CV Multi Global Agrindo, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NETTI TINAPRILLA). Salah satu kelompok komoditas hortikultura yang cukup prospektif dalam pengembangannya adalah buah-buahan. Mulai dari tahun 2005 hingga tahun 2009, buah-buahan memberikan kontribusi yang meningkat terhadap PDB nasional, yaitu sebesar milyar rupiah pada tahun 2005 menjadi milyar rupiah pada tahun 2009 (Ditjen Hortikultura 2010). Adanya peningkatan ini menunjukkan bahwa buah-buahan memegang peranan penting dalam subsektor hortikultura. Melon merupakan salah satu buah-buahan yang banyak diminati masyarakat. Produksi melon di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan yaitu dari ton pada tahun 2001 menjadi ton pada tahun Peningkatan produksi melon tidak terlepas dari dukungan subsistem hulu yang menghasilkan benih melon. Produksi dan kualitas melon yang dihasilkan sangat bergantung dengan kualitas benih yang dihasilkan pada subsistem pengadaan input yaitu pembenihan. CV Multi Global Agrindo merupakan salah satu perusahaan pembenihan yang terdapat di wilayah Karanganyar, Jawa Tengah. Perusahaan ini melakukan diversifikasi dalam melakukan kegiatan usahanya yaitu, mengusahakan benih melon varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO. Setiap varietas memiliki karakteristik yang berbeda sehingga tiap varietas memiliki keunggulan dan sumber risiko yang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi benih melon yang dihadapi CV Multi Global Agrindo (2) menganalisis besarnya tingkat risiko tunggal dan portofolio pada kegiatan produksi benih melon di CV Multi Global Agrindo (3) menganalisis strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi benih melon di CV Multi Global Agrindo. Penelitian ini dilakukan di CV Multi Global Agrindo yang berlokasi di Jl. Solo, Tawangmangu KM 30 Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-April Penelitian ini menggunakan metode analisis risiko yaitu Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variation. Sumber-sumber risiko produksi benih melon pada CV Multi Global Agrindo antara lain kondisi cuaca dan iklim, hama dan penyakit, kegiatan produksi benih, dan keterampilan tenaga kerja. Berdasarkan analisis risiko tunggal, diperoleh risiko yang paling tinggi terdapat pada benih melon varietas MAI 119 dengan nilai coefficient variation 0,766, sedangkan risiko yang paling rendah terdapat pada benih melon varietas SUMO dengan nilai coefficient variation 0,346. Sementara hasil analisis risiko portofolio yang paling tinggi risikonya adalah kombinasi MAI 119 dan SUMO dengan nilai coefficient variation 0,711, sementara risiko portofolio terendah terdapat pada kombinasi

3 LADIKA dan SUMO dengan nilai coefficient variation 0,424. Diversifikasi pada beberapa varietas benih melon di satu sisi dapat menekan risiko namun diversifikasi tidak selamanya dapat menekan risiko produksi. Dengan adanya diversifikasi maka kegagalan pada salah satu usaha diharapkan bisa dikompensasi dari usaha yang lainnya. CV Multi Global Agrindo sebagai perusahaan agribisnis tentunya sudah menyadari adanya risiko pada usaha produksi benih melon yang diusahakan. Perusahaan juga telah melakukan beberapa langkah pengelolaan risiko yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko produksi, antara lain: (1) pengelolaan risiko yang disebabkan kondisi cuaca yang sulit diprediksi, perusahaan melakukan persemaian di dalam green house untuk mencegah risiko kelayuan pada bibit. Selain itu, perusahaan memberikan paranet dan mulsa. (2) Pengelolaan risiko yang disebabkan serangan hama dan penyakit, perusahaan melakukan pencabutan tanaman yang sudah terserang hama dan penyakit dan penggunaan pestisida berupa fungisida, insektisida dan bakterisida. (3) pengelolaan risiko yang disebabkan kesalahan pada proses produksi pada tahap persemaian diantisipasi dengan membuat jadwal selisih hari persemaian selama 7-10 hari. Sementara pada tahap penyilangan, staf pada bagian produksi juga memberikan pengawasan yang intensif pada tenaga kerja yang melakukan penyilangan benih melon. Pada tahap pemanenan, upaya yang dilakukan perusahaan untuk mencegah terjadinya risiko pemanenan sebelum waktunya adalah membuat jadwal yang sangat baik dengan pemberian tanda (benang) pada melon agar tidak terjadi kesalahan pada pemetikan atau pemanenan buah melon. (4) Pengelolaan risiko yang disebabkan kesalahan tenaga kerja yaitu dengan cara melakukan pengawasan yang ketat terhadap tenaga kerja agar tenaga kerja tidak bekerja sesuka hati, selain itu, perusahaan harus memberlakukan SOP yang jelas dalam memasuki area-area atau lahan tertentu.

4 ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBENIHAN MELON DI CV MULTI GLOBAL AGRINDO, KECAMATAN KARANGPANDAN, KABUPATEN KARANGANYAR, JAWA TENGAH FITRIA PURNAMA SARI H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

5 Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Risiko Produksi Pembenihan Melon di CV Multi Global Agrindo, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah : Fitria Purnama Sari : H Menyetujui, Pembimbing Ir. Netti Tinaprilla, MM NIP Mengetahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Risiko Produksi Pembenihan Melon di CV Multi Global Agrindo, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau kutipan dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juli 2012 Fitria Purnama Sari H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kabupaten Langkat Sumatra Utara pada tanggal 8 Mei Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sentosa Ginting (Alm) dan Ibu Sri Susanti. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Impres Tanjung Baru Kabupaten Langkat pada tahun 2002 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2005 di SMP Swasta Berdikari Kabupaten Langkat. Pendidikan menengah atas di SMA Negeri 5 Binjai diselesaikan pada tahun Penulis diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun Selama mengikuti pendidikan, penulis terlibat dalam beberapa organisasi intra maupun ekstra kampus. Penulis pernah menjadi staf ahli PSDM BEM FEM IPB, anggota club perikanan dan pertanian HIPMA, serta aktif dalam beberapa kepanitian intra kampus.

8 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Risiko Produksi Pembenihan Melon di CV Multi Global Agrindo, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan menganalisis sumber-sumber risiko yang dihadapi CV Multi Global Agrindo, mengidentifikasi tingkat risiko tunggal dan portofolio, serta alternatif strategi penanganan risiko produksi benih melon di CV Multi Global Agrindo. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak dalam rangka pembangunan agribisnis melon di Indonesia khususnya di Kabupaten Karanganyar. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan pula dapat menjadi bahan masukan maupun referensi bagi penelitian selanjutnya. Bogor, Juli 2012 Fitria Purnama Sari

9 UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu selama proses penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Ir. Netti Tinaprilla, MM, selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran, waktu dan kesabaran yang diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Ir. Narni Farmayanti, MSc, selaku dosen penguji utama yang telah memberikan banyak masukan dan saran yang membangun kepada penulis. 3. Ir. Popong Nurhayati, MM, selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan yang juga telah memberikan masukan dan saran kepada penulis. 4. Seluruh dosen pengajar dan staf kependidikan Departemen Agribisnis yang telah memberikan ilmu kepada penullis selama kegiatan perkuliahan. 5. Orangtuaku tercinta, Alm Bapak Sentosa Ginting dan Ibu Sri Susanti, serta saudara kandung Rully Ginting dan Aprilla Dwi Putri. Terima kasih atas dukungan baik moril maupun materil, cinta kasih, semangat, dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik. 6. Pihak CV Multi Global Agrindo, atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan. 7. Keluarga Bapak Joko yang telah memberikan tempat tinggal sementara dan berbagai kemudahan serta informasi bagi penulis selama melakukan penelitian. 8. Teman-teman satu bimbingan, Yuki, Ruri, dan Dian yang telah saling membantu memberikan semangat terhadap penyelesaian skripsi. 9. Teman-teman PSDM BEM FEM, Akbar, Willy, Setya, Kukuh, Dear, Dila, dan Nurul yang memberikan banyak pelajaran dan pengalaman berharga bagi penulis. 10. Sahabat seperjuangan penulis yang selalu ada, Vita, Sahri, Guslina, Fifin, Fatwa, Alhamadi, Morizon, Hafiizh, Salwa, Arland, Anto, Arham, Army,

10 Puji, Memen, Kanti, Hendri, yang selalu berbagi suka dan duka, memberikan arti kehidupan serta motivasi selama penulis menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor. 11. Semua teman-teman AGB 45 yang bersama-sama berbagi ilmu, pengalaman, serta suka dan duka selama menempuh pendidikan di Departemen Agribisnis, 12. Keluarga besar The A Team Forbid PT Melia Nature Indonesia. Bogor, Juli 2012 Fitria Purnama Sari

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup II. TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Komoditi Melon Perkembangan Pembenihan Melon Kajian Risiko Produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep dan Definisi Risiko Sikap Individu Terhadap Risiko Sumber-sumber Risiko Katagori Risiko Risiko Portofolio dalam Diversifikasi Strategi Penanganan Risiko Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode pengolahan dan Analisis Data Analisis Risiko Tunggal Analisis Risiko Portofolio Analisis Strategi Pengelolaan Risiko Definisi Operasional V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN VI. PEMBAHASAN Identifikasi Sumber-sumber Risiko Analisis Risiko Produksi Analisis Risiko Tunggal Analisis Risiko Portofolio Strategi Pengolahan Risiko VII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran... 81

12 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 84

13 Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Perkiraan Permintaan Buah-buahan Indonesia Tahun Produksi Melon di Indonesia Tahun Volume Ekspor Buah Melon Tahun Volume Impor Indonesia dan Negara Produsen Tahun Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Melon di Wilayah Sentra Melon Provinsi Jawa Tengah Tahun Nilai Fraksi Untuk Setiap Gabungan Varietas Benih Melon Jumlah Karyawan dan Tenaga Kerja Pada CV Multi Global Agrindo Produksi Rata-rata dan Penerimaan CV MGA Pada benih Melon Tahun Pengaruh Cuaca Terhadap Daya Tumbuh Benih Melon Varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO Hama dan Penyakit yang Menyerang Tanaman Melon Penilaian Expected Return Benih Melon Varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO Pada Perusahaan CV MGA Penilaian Risiko Tunggal Varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO Penilaian Risiko Portofolio Pada Benih Melon Varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO Simulasi Penilaian Risiko Portofolio Pada Benih Melon Varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO... 75

14 Nomor DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Produktivitas Benih Melon LADIKA, MAI 119, dan SUMO Pada CV MGA Tahun Hubungan Fungsi Kepuasan dan Pendapatan Kerangka Pemikiran Operasional Struktur Organisasi CV MGA Proses Polinasi di CV MGA Processing Benih Melon di CV MGA Siklus Produksi Benih Melon di CV MGA Bagan Proses Produksi Benih Melon di CV MGA... 62

15 Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Penilaian Risiko Produksi Pada Kegiatan Spesialisasi Berdasarkan Penerimaan CV Multi Global Agrindo Pada Benih Melon Varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO Tahun Penilaian Risiko Produksi Pada Kegiatan Diversifikasi Berdasarkan Penerimaan CV Multi Global Agrindo Pada Benih Melon Varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO Tahun Perusahaan CV MGA Kegiatan Produksi Benih Melon... 89

16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai sektor andalan dalam membangun perekonomian nasional melalui kegiatan agribisnis. Salah satu produk dari susbsektor agribisnis yang cukup menjanjikan adalah hortikultura yang meliputi buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat (biofarmaka). Saat ini, dalam sektor pertanian, PDB hortikultura menempati urutan ke dua setelah subsektor tanamana pangan. Kontribusi hortikultura adalah sebesar 21,17 persen terhadap total PDB pertanian diatas peternakan dan perkebunan. Secara umum jika dilihat dari sisi kontribusi terhadap total PDB hortikultura, maka buah-buahan merupakan kelompok komoditas yang memiliki kontribusi terbesar diikuti dengan kelompok sayuran, tanaman hias, dan biofarmaka. Nilai PDB komoditas hortikultura Indonesia periode tahun dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas Nilai PDB (Milyar Rp) * Buah-buahan Sayuran Tanaman Hias Biofarmaka Hortikultura Keterangan: *) Angka Ramalan Sumber : Ditjen Hortikultura ( 2010) Pada Tabel 1, dapat dilihat perkembangan PDB komoditas hortikultura yang meliputi buah-buahan, sayuran, tanaman hias dan biofarmaka. Perkembangan PDB komoditas hortikultura Indonesia menunjukkan perkembangan positif dari setiap kelompok komoditas, kecuali komoditas biofarmaka yang sempat mengalami penurunan pada tahun Sementara itu, komoditas buah-buahan menunjukkan peningkatan PDB setiap tahunnya. Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa buah-buahan memberikan kontribusi terbesar dalam hal peningkatan produksi dan menjadi penyumbang bagi 1

17 pertumbuhan PDB Indonesia. Selain sebagai penyumbang PDB pertanian yang cukup penting, subsektor hortikultura, khususnya buah-buahan mempunyai peran dalam memenuhi kebutuhan gizi. Permintaan masyarakat akan komoditas buahbuahan semakin meningkat seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan kebutuhan gizi. Buah-buahan memiliki komposisi zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Tingginya kesadaran masyarakat akan nilai gizi yang terkandung dalam buah-buahan menyebabkan permintaan buah-buahan ini akan terus meningkat dan diperkirakan pada tahun 2015 permintaan buah-buahan ini akan mencapai 44,5% dengan konsumsi perkapitanya 78,74 kilogram dan total konsumsinya hingga ton. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perkiraan Permintaan Buah-buahan Indonesia Tahun Tahun Populasi Pertumbuhan Konsumsi Per Total Konsumsi (Juta) Permintaan(%) Kapita(Kg) (ribu ton) ,50 36,76 7, ,50 45,70 10, ,50 57,92 13, ,50 78,74 20,00 Sumber : Ditjen Hortikultura (2010) Buah-buahan Indonesia yang permintaannya diperkirakan akan terus mengalami peningkatan salah satunya adalah melon. Melon merupakan buah yang telah memasyarakat. Apabila dilihat dari segi ekonomi, melon memiliki harga yang bervariasi, dari yang murah sampai yang mahal menyebabkan semua kalangan dapat menjangkaunya sehingga kajian mengenai buah melon cukup menarik untuk diteliti. Pada tahun 2010, perkiraan permintaan melon mencapai ton dan perkiraan produksi mencapai ton (Ditjen Hortikultura 2010). Walaupun demikian, perkiraan permintaan melon yang tinggi ini masih belum dapat direspon oleh sisi produksi dengan baik. Produksi melon Indonesia masih berfluktuasi setiap tahunnya. Produksi melon terendah terjadi pada tahun 2001 sebesar ton. Pada tahun-tahun berikutnya produksi melon Indonesia terus mengalami peningkatan hingga tahun 2003, tetapi pada tahun 2004 mengalami penurunan yang cukup besar, kemudian meningkat lagi pada tahun Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3. 2

18 Tabel 3. Produksi Melon di Indonesia Tahun Tahun Produksi (ton) Sumber : Deptan (diolah) Pada Tabel 3, dapat dilihat bahwa jumlah produksi melon mengalami fluktuasi mulai dari tahun 2004 hingga Fluktuasi yang terjadi tidak terlalu signifikan, namun dapat dilihat bahwa dari tahun 2001 hingga 2010, peningkatan produksi melon yang terjadi sangat signifikan yaitu dari ton menjadi ton. Hal ini mengidentifikasikan bahwa semakin bertambahnya orang yang membudidayakan atau berbisnis dibidang agribisnis melon. Oleh karena itu, usaha bisnis buah, khususnya melon diarahkan untuk meningkatkan mutu dengan menghasilkan varietas melon yang unggul yang dapat dicapai melalui pembenihan yang menghasilkan benih yang berkualitas baik. Melon merupakan komoditas buah yang bernilai ekonomi tinggi dan penghasil devisa negara. Berdasarkan Tabel 4, ekspor melon meningkat dari tahun 2001 sampai tahun 2002, tetapi pada tahun 2003 ekspor melon mengalami penurunan menjadi 263,85 ton. Hal ini mengindikasikan bahwa masih rendahnya dayasaing melon Indonesia di pasar luar negeri disebabkan mutu melon yang masih rendah. Pada tahun 2004 volume ekspor melon mengalami penurunan menjadi 69,66 ton, hal ini disebabkan produksi melon Indonesia pada tahun yang sama juga sangat rendah dibandingkan tahun sebelumnya yaitu ton. Kemudian pada tahun 2005, ekspor mengalami kenaikan lagi menjadi ton. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4. 3

19 Tabel 4. Volume Ekspor Buah Melon Tahun Tahun Volume (ton) Nilai (US$) ,04 334, ,11 173, ,85 181, ,66 28, ,56 497,51 Sumber: Ditjen Hortikultura (2006) Berdasarkan data ekspor melon pada tahun 2002, menunjukkan bahwa melon merupakan komoditi penghasil devisa kelima dari kelompok buah-buahan. Dari aspek volume, melon menduduki tingkat ke-enam dengan negara tujuan ekspor Singapura, Malaysia, Jepang, Korea, dan Hongkong. Berdasarkan kondisi yang telah dipaparkan di atas, agribisnis melon masih memiliki prospek yang baik kedepannya karena permintaan maupun konsumsi buah-buahan termasuk melon diperkirakan akan terus meningkat. Oleh sebab itu, usaha atau bisnis melon di Indonesia masih perlu ditingkatkan agar dapat memenuhi permintaan konsumen lokal maupun konsumen luar negeri. Upaya yang dapat dilakukan adalah peningkatan produksi dan kualitas melon. Tentu saja hal ini tidak terlepas dari dukungan subsistem hulu yang menghasilkan benih melon. Kualitas melon yang dihasilkan sangat bergantung dengan kualitas benih yang dihasilkan pada subsistem pengadaan input yaitu pembenihan. Pembenihan termasuk dalam subsistem hulu pada subsistem agribisnis. Peran benih sebagai sarana utama agribisnis hortikultura tidak dapat digantikan oleh sarana lain. Oleh sebab itu, penggunaan benih bermutu merupakan suatu keharusan. Berkembang atau tidaknya usaha agribisnis hortikultura sangat ditentukan oleh perkembangan pembenihannya, yang dapat menjamin ketersediaan benih bermutu. Ketersediaan benih bermutu sangat penting karena merupakan kunci utama untuk mencapai keberhasilan dalam usaha budidaya hortikultura. Selama ini kebutuhan benih untuk pengembangan usaha agribisnis dipenuhi dari produksi dalam negeri dan impor. Impor benih dilakukan karena produksi benih dalam negeri belum mencukupi kebutuhan dan keterbatasan 4

20 ketersedian varietas benih bermutu. Data impor, nilai benih melon, dan asal negara produsennya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Volume Impor Indonesia dan Negara Produsen Tahun Tahun Volume Negara Produsen (ton) ,39 China, Belanda, Thailand, Jepang, dan Taiwan ,91 Thailand, Jepang, Vietnam, Israel, dan Taiwan ,69 Vietnam, Thailand, Jepang. Taiwan, dan Korea ,99 Vietnam, Thailand, USA, Malaysia, dan Jepang ,65 Jepang, Korea, Thailand,Vietnam, dan Malaysia ,11 Thailand, Vietnam, dan Taiwan ,54 Jepang, Malaysia, dan Vietnam ,02 Jepang, Korea, Vietnam Sumber: Ditjen Hortikultura (diolah) Berdasarkan Tabel 5, Impor benih melon tertinggi terjadi pada tahun 2001 sejumlah 6,39 ton sedangkan impor terendah terjadi pada tahun 2005 sejumlah 1,65 ton. Lalu impor benih meningkat kembali hingga mencapai 2,02 ton pada Data ini mengindikasikan bahwa penurunan impor benih melon yang terjadi disebabkan sudah terjadi pemenuhan permintaan melon dalam negeri yang berasal dari Indonesia, walaupun belum terpenuhi secara total. Oleh karena itu, sisi produksi melon harus tetap ditingkatkan guna memenuhi permintaan benih melon dalam negeri, hal ini dapat dilakukan dengan perbaikan pada subsistem hulu (pembenihan) yang dapat menghasilkan benih melon dengan kualitas tinggi dan produksi melon pada on-farm yang dapat menghasilkan melon dengan kualitas tinggi. Benih melon yang berkualitas tinggi, maka akan menghasilkan buah melon dengan kualitas tinggi pula karena penggunaan benih bermutu dari varietas unggul sangat menentukan keberhasilan produksi melon. Indonesia sudah melakukan ekspor benih melon pada tahun 2007 sebesar 3,90 ton dan pada tahun 2008 sebanyak 2,85 ton (Ditjen Hortikultura, 2008). Atas dasar pernyataan ini, maka pada tahun 2007 dan 2008, pasar benih melon sudah mencapai pasar ekspor, artinya Indonesia sudah melakukan ekspor-impor benih melon. Secara keseluruhan, dapat ditinjau bahwa ekspor benih melon lebih besar dibandingkan impor benih melon. Hal ini mengindikasikan bahwa permintaan benih melon dari luar negeri sangat berpotensi. 5

21 Pemenuhan permintaan ini harus didukung dari sisi produksi benih melon. Artinya, bukan saja produksi yang harus ditingkatkan tetapi juga kualitas benih yang dihasilkan. Oleh karena itu, kajian mengenai risiko produksi yang terjadi pada pembenihan melon perlu untuk diteliti. Secara umum, risiko produksi benih melon lebih besar daripada risiko budidaya buah melon apabila ditinjau dari segi aktivitas dan lamanya produksi. Salah satu wilayah di Indonesia yang sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi sentra benih melon dalam pemenuhan permintaan benih melon adalah Jawa Tengah, khususnya wilayah Karanganyar. Karanganyar adalah daerah yang sangat potensial untuk pembenihan maupun budidaya buahbuahan semusim, khususnya melon. Hal ini disebabkan kondisi lahan dan iklim yang sesuai dan sangat mendukung dalam perkembangan buah-buahan. Data Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Melon di Wilayah Sentra Melon Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Melon di Wilayah Sentra Melon Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Kabupaten Luas Panen(Ha) Produksi(Kg) Produktivitas(Kg/Ha) Sukoharjo Klaten Karanganyar Kudus Grobogan Tegal Sumber : Dinas Pertanian Jawa Tengah (2010) Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa Karanganyar merupakan salah satu daerah sentra produksi melon di Jawa Tengah dengan produktivitas Kg/Ha. Namun dalam upaya peningkatan produksi tentu saja terdapat risiko yang sering terjadi karena produksi dilakukan pada on-farm yang tidak terlepas dari risiko alam (cuaca dan iklim), hama dan penyakit, serta keterampilan tenaga kerja yang berhubungan dengan teknik dilapangan yang menyebabkan gagal panen atau produksi tidak mencapai target yang telah ditentukan. 6

22 1.2. Perumusan Masalah Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu sentra hortikultura di Jawa Tengah khususnya buah-buahan. Salah satunya adalah melon. Secara umum iklim di wilayah Kabupaten Karanganyar adalah subtropis. Melon merupakan tanaman subtropis yang mudah beradaptasi pada lingkungan udara yang sejuk. Udara yang sejuk membuat daerah ini sangat cocok sebagai sentra produksi benih melon. CV Multi Global Agrindo merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang breeding, salah satunya adalah benih melon. Pemilihan benih melon sebagai kajian penelitian karena benih melon merupakan penyumbang terbesar bagi pendapatan perusahaan. Walaupun porsi pasar benih melon belum terlalu luas, namun benih melon ini sudah unggul dari segi kualitas di pasar sehingga benih melon ini berperan sebagai produk andalan CV Multi Global Agrindo. Dalam menjalankan produksi benih melon, pelaku usaha tentu saja menghadapi masalah-masalah yang kompleks baik masalah yang sifatnya internal maupun eksternal. Pada umumnya masalah internal yang dihadapi oleh para pelaku usaha benih melon adalah masalah yang dapat dikontrol oleh pelaku usaha, seperti masalah sempitnya penguasaan lahan, rendahnya penguasaan teknologi, serta lemahnya pemodalan. Sedangkan masalah eksternal adalah masalah yang berada di luar kontrol pelaku usaha yang mencakup masalah perubahan iklim atau cuaca dan serangan hama penyakit. Dari kondisi tersebut, usaha dibidang pertanian, dalam hal ini adalah usaha pembenihan melon memiliki potensi risiko yang dapat menimbulkan kerugian. Research & Development pada benih melon sudah dilakukan sejak tahun 1993, namun baru mampu menghasilkan varietas sejak tahun Benih Melon yang dikaji dalam penelitian ini terdiri dari beberapa varietas melon yang meliputi Melon F1 LADIKA (Melon Lahir Di Karanganyar ), Melon F1 MAI 119 (Melon Asli Indonesia 119), Melon F1 SUMO (Melon Suka Usaha Melon Oke ). Produksi benih melon tidak selalu berhasil dan menguntungkan karena dalam proses pembenihan hingga mencapai benih yang siap dipasarkan tidak terlepas dari risiko. Kegagalan dalam menghasilkan varietas unggul dan fluktuasi produksi merupakan risiko yang disebabkan faktor alam (kondisi cuaca dan iklim) 7

23 yang tidak menentu, hama penyakit dan keterampilan tenaga kerja di lapangan. Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi proses pembenihan sehingga sering sekali hasil dari pembenihan yang terjadi tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan oleh perusahaan sehingga akan mempengaruhi pendapatan perusahaan. Penyimpangan dari kondisi nyata dengan kondisi yang diharapkan perusahaan ini disebut risiko. Dengan adanya fluktuasi mengindikasikan bahwa terdapat risiko produksi dalam memproduksi benih melon varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO. Fluktuasi produktivitas benih melon LADIKA, MAI, dan SUMO pada CV MGA dapat dilihat pada Gambar Produktivitas (Kg/Ha) SUMO MAI 119 LADIKA Periode Gambar 1. Produktivitas Benih Melon LADIKA, MAI 119, dan SUMO Pada CV MGA Tahun Berdasarkan Gambar 1, dapat diketahui bahwa CV MGA mengalami fluktuasi produktivitas. Dengan adanya fluktuasi produktivitas tersebut mengindikasikan bahwa terdapat risiko produksi dalam memproduksi benih melon varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO. Risiko produksi dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Kerugian akibat risiko produksi yang dialami adalah jumlah produksi yang rendah dan kualitas hasil panen benih yang menurun. Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk dapat meminimalkan risiko, salah satunya dengan melakukan diversifikasi. Secara teoritis, diversifikasi merupakan strategi untuk menekan risiko dengan cara 8

24 mengusahakan beberapa aktivitas usaha atau aset (Harwood et al. 1999). Saat ini CV MGA sudah melakukan usaha diversifikasi, yaitu dengan memproduksi berbagai jenis varietas benih melon seperti varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO. Hal ini menjadi bahan kajian dan penelitian mengenai manajemen risiko perusahaan dalam mengendalikan sumber-sumber risiko yang menyebabkan risiko produksi sehingga dapat meminimalkan risiko yang akan terjadi. Maka berdasarkan hal ini, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu: 1. Apa saja yang menjadi sumber-sumber risiko yang dihadapi CV Multi Global Agrindo dalam memproduksi benih melon? 2. Berapa besarnya risiko tunggal dan portofolio pada produksi benih melon di CV Multi Global Agrindo? 3. Bagaimana strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi benih melon di CV Multi Global Agrindo? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan pokok di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi benih melon yang dihadapi CV Multi Global Agrindo 2. Menganalisis besarnya tingkat risiko tunggal dan portofolio pada kegiatan produksi benih melon di CV Multi Global Agrindo 3. Menganalisis strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi benih melon di CV Multi Global Agrindo 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi CV Multi Global Agrindo, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam manajemen risiko produksi yang terjadi dalam pembenihan melon serta dapat mengaplikasikan strategi penanganan risiko produksi benih melon. 2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan agribisnis melon. 9

25 3. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama kuliah serta melatih kemampuan analisis dalam pemecahan masalah Ruang Lingkup 1. Produk yang dikaji dan diteliti pada penelitian ini adalah benih melon varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO yang diusahakan oleh CV MGA. 2. Data yang digunakan merupakan data produksi benih melon selama kurun waktu tahun 2007 sampai Lingkup kajian masalah yang diteliti adalah mengenai analisis sumber-sumber risiko dikaitkan juga dengan diversifikasi yang diterapkan oleh CV MGA dan stategi penanganan risiko yang dilakukan untuk menekan risiko pada usaha benih melon varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO. 4. Penilaian risiko dilakukan berdasarkan tingkat penerimaan yang diperoleh dari benih melon varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO. 10

26 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon Melon (Cucumis melo L.) berasal dari daerah Mediterania kemudian menyebar luas ke Timur Tengah dan Asia. Akhirnya, tanaman melon menyebar ke segala penjuru dunia, terutama daerah tropis dan subtropis mulai dari Jepang, Cina, Taiwan, Australia, hingga berkembang di Indonesia. Melon mulai dikembangkan di Indonesia pada tahun 1980-an di daerah Cisarua, Cibinong, Darmaga (Bogor), dan kalianda (Lampung) oleh PT Jaka Utama Lampung. Perusahaan agribisnis ini mencoba menanam beberapa varietas melon dari Amerika, Taiwan, Jepang, dan Cina. Bahkan mereka mendatangkan tenaga ahli dari Taiwan untuk membantu teknis budidaya-nya sehingga tidak mengherankan varietas melon yang terkenal di Indonesia adalah varietas melon dari Taiwan. Varietas melon yang beredar di pasaran saat ini sangat beragam yang pada dasarnya merupakan varietas melon hibrida introduksi dari Taiwan, Thailand, dan Belanda (Prajnanta 2002). Melon tipe berjaring mempunyai ciri-ciri kulit buahnya tebal, keras, kasar, berjaring, dan tahan lama. Melon tipe ini terdiri dari dua tipe yaitu musk melon (Cucumis melo var reticulates) dan cantaloupe melon (Cucumis melo var cantalupensis). Tipe musk melon banyak ditanam di Indonesia, tipe ini mempunyai ciri-ciri yaitu kulit buahnya kasar, tetapi ada juga yang halus, berjaring atau beralur, berwarna hijau kekuning-kuningan, daging buah berwarna jingga atau berwarna hijau cerah. Contohnya varietas sky rocket, action 434, aroma, dan emerald sweet. Tipe cantaloupe melon mempunyai ciri-ciri kulit buah halus atau berjaring, berwarna hijau keputihan, daging buah berwarna jingga, aromanya tajam, dan tidak tahan disimpan lama. Contoh melon tipe ini adalah casaba melon (Cucumis melo var inodorus) dengan varietas honey dew, honey world, dan super salmon (Prajnanta 2002). Berikut diuraikan sifat-sifat berbagai varietas melon hibrida yang beredar di Indonesia (Prajnanta 2002): 11

27 1. Sky Rocket Varietas ini bentuknya bulat, warna kulitnya hijau kekuningan ditutupi jaring, warna dagingnya hijau muda, baunya harum, rasa buahnya sangat manis, renyah dan legit. Kulit buahnya tebal dan mempunyai berat rata-rata 2-3 kilogram. 2. New Century Varietas ini merupakan jenis melon berbuah lonjong dan berdaging jingga. Daging buah tebal, jingga muda, lembut, rasa buahnya sangat manis, dan renyah. Varietas ini beratnya mampu mencapai 2,5-4,0 kilogram. 3. Ten Me Ten Me dikenal sebagai varietas melon paling mahal yang pernah ada di Indonesia. Buah berbentuk bulat panjang, berat rata-rata 2,0 4,0 kilogram, kulit buah berjaring halus dan teratur. Daging buah tebal, putih, sangat lembut, berair, dan sangat enak. 4. Honey Dew Buah berwarna hijau putih, permukaan halus tanpa jala. Daging lembut tidak berserat, berwarna hijau muda. Bijinya sedikit dan bobot 1,4-2,0 kilogram. 5. Emerald Sweet Penampilan varietas ini lebih menarik dibandingkan sky rocket. Jaringnya tebal. Bentuk buah bulat agak lonjong dengan berat berkisar 1,5-2,5 kilogram. Kulit buah berwarna hijau keabu-abuan dengan daging buah hijau kekuningan dan lembut. Rasa buah sangat manis dan beraroma. 6. Melon Ngawi Melon Ngawi sebenarnya bukan varietas melon. Melon Ngawi merupakan melon F-1 Hybrid varietas Action 434. Buah berbentuk bulat, bobotnya 2,1-4,0 kilogram. Kulit buah berjaring, warna hijau kuning, daging buahnya tebal, dan aromanya tidak begitu tajam. 7. Golden Melon Berbentuk bulat oval, bobot rata-rata satu kilogram, kulitnya tidak berjaring, dan berwarna kuning mulus. Warna daging buahnya putih, daging buahnya tebal, teksturnya lembut, dan rasanya manis. Melon memiliki beberapa karakteristik, yaitu bersifat berat (bulky), membutuhkan banyak tempat (voluminous), mudah rusak (perishable), 12

28 ketidakseragaman dalam hal kualitas, serta ukuran dan tingkat kematangan yang bersifat musiman. Sifat ini yang menyebabkan buah melon mempunyai risiko yang tinggi Perkembangan Pembenihan Melon Benih merupakan salah satu penentu keberhasilan agribisnis dibidang hortikultura, oleh karena itu penggunaan benih bermutu dari varietas unggul sangat menentukan keberhasilan produksi. Dalam upaya mencapai keberhasilan agribisnis hortikultura tersebut, maka industri pembenihan dalam negeri dituntut untuk mampu memenuhi semua segmen pengguna benih dengan menciptakan varietas dan memproduksi benih yang sesuai kebutuhan pengguna (konsumen) dan menerapkan prinsip tujuh tepat yaitu tepat jenis, varietas, mutu, jumlah, tempat, waktu, dan harga. Dalam suatu sistem produksi pertanian baik ditujukan untuk memenuhi konsumsi sendiri maupun yang berorientasi komersial diperlukan adanya benih dengan varietas yang berdaya hasil tinggi dan mutu yang baik. Daya hasil yang tinggi serta mutu yang terjamin pada umumnya terdapat pada varietas unggul. Namun manfaat dari suatu varietas akan dirasakan oleh petani atau konsumen apabila benih yang tersedia dalam jumlah yang cukup dengan harga yang sesuai. Sasaran jangka panjang pembangunan subsektor hortikultura dirumuskan dalam empat butir, yakni (a) tercukupinya kebutuhan produk hortikultura dalam negeri dan meningkatnya volume ekspor; (b) diperolehnya produk hortikultura bermutu tinggi dan aman konsumsi yang memiliki daya saing di pasar dalam dan luar negeri; (c) terbentuknya sentra produksi hortikultura dalam kawasan agribisnis hortikultura, dan; (d) terwujudnya kelembagaan usaha agribisnis yang efektif dan berkembang. Keberhasilan pencapaian sasaran tersebut sangat ditentukan oleh keberhasilan penanganan aspek pembenihan. Orientasi kebijakan dibidang pembenihan ini ialah, tersedianya benih bermutu varietas unggul dengan harga yang terjangkau oleh petani dan sesuai dengan kebutuhan, berkembangnya penggunaan atau penanaman benih bermutu varietas unggul hortikultura, serta tumbuh kembangnya industri benih yang tangguh dan mampu menyediakan benih bermutu. 13

29 Pembenihan merupakan salah satu kegiatan yang menentukan dalam agribisnis holtikultura. Dari tahun ke tahun, para ahli pemulia tanaman dan penangkar benih terus mencari dan mengusahakan jenis-jenis melon yang sesuai dengan selera konsumen. Selain memperhatikan rasa dan penampilan buah melon, penangkar benih juga mengusahakan jenis-jenis melon yang tahan terhadap hama dan penyakit. Sampai saat ini banyak sekali jenis melon yang ditanam di Indonesia, diantaranya adalah Sky Roket (tipe netted-melon) dan Honey Dew (tipe winter-melon). Jenis melon yang terkenal adalah jenis yang berdaging cerah (Samadi 1995) Kajian Risiko produksi Penelitian sebelumnya mengatakan adanya risiko produksi timbul karena adanya sumber risiko. Sumber risiko mengakibatkan hasil panen yang diperoleh tidak seperti yang diharapkan atau peningkatan dan penurunan dari target yang ingin dicapai. Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis tentang risiko produksi pada komoditas hortikultura diantaranya: Zebua (2011), Sembiring (2010), Ginting (2009), Safitri (2009), Tarigan (2009) Zebua (2011) dalam skripsinya membahas permasalahan risiko produksi tanaman hias adenium yang bersumber dari fluktuasi produksi tanaman hias adenium. Jika dilihat lebih rinci, penyebab fluktuasi produksi ini disebabkan serangan kondisi cuaca dan iklim yang tidak menentu, serangan hama dan penyakit, teknik perbanyakan tanaman yang kurang tepat, kondisi peralatan dan bangunan yang kurang memadai pada kegiatan produksi, dan tenaga kerja yang kurang terampil. Penelitian ini menggunakan alat analisis risiko berupa expected return, variance, standard deviation, dan coefficient variation. Adapun penilaian risiko produksi adenium varietas Arabicum yaitu 0,367, varietas Obesum yaitu 0,120, dan varietas Taisoco yaitu 0,108. Sementara risiko produksi diversifikasi berada pada kisaran 0,108 hingga 0,297. Penelitian oleh Sembiring (2010), dengan judul analisis risiko produksi sayuran organic pada The Pinewood Organic Farm di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dari hasil penelitiannya, diketahui bahwa pentingnya analisis risiko produksi dalam pengembangan usaha yang dilakukan oleh The Pinewood Organic Farm. Hal ini dikarenakan adanya risiko yang dihadapi mulai dari penanaman 14

30 bibit yaitu terjadinya tingkat kematian tanaman yang dapat disebabkan oleh suhu lingkungan sehingga perlu beradaptasi terlebih dahulu. Dan juga terdapatnya kendala yang dihadapi seperti adanya serangan hama dan penyakit, kondisi cuaca yang tidak pasti, teknologi yang digunakan yaitu penanaman pada lahan terbuka dan green house yang berdampak pada penurunan pendapatan perusahaan. Dari analisis yang dilakukan oleh Sembiring (2010), diperoleh strategi dengan melakukan diversifikasi untuk mengatasi risiko yang dihadapi, salah satunya adalah dengan portofolio budidaya berbagai jenis tanaman. Analisis risiko dilakukan dengan menggunakan variance, standard deviation, coefficient variation pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Dengan adanya diversifikasi, maka kegagalan pada salah satu kegiatan usahatani masih dapa ditutupi dari kegiatan usahatani. Oleh karena itu diversifikasi usahatani merupakan alternatif yang tepat untuk meminimalkan risiko sekaligus melindungi fluktuasi produksi. Ginting (2009) dalam skripsinya membahas permasalahan risiko produksi jamur tiram yang bersumber dari fluktuasi produksi tanaman jamur tiram. Jika dilihat lebih rinci, penyebab fluktuasi produksi ini dikarenakan serangan hama dan kondisi iklim yang juga tidak menentu. Penelitian ini juga menggunakan alat analisis risiko berupa expected return, variance, standard deviation, dan coefficient variation. Ginting (2009) menyebutkan dari hasil penilaian risiko yang menggunakan ukura coefficient variation, diketahui bahwa budidaya jamur tiram putih pada Cempaka Baru menghadapi risiko produksi sebesar 0,32. Artinya, untuk setiap satu satuan hasil produksi yang diperoleh Cempaka Baru, maka risiko (kerugian) yang dihadapi adalah sebesar 0,32 satuan. Untuk mengatasi tingginya risiko produksi ini, Ginting memberikan solusi penanganan risiko produksi dengan tindakan preventif. Penelitian Safitri (2009) mengenai risiko produksi daun potong di PT Pesona Daun Mas Asri bersumber dari ketidakstabilan jumlah produksi daun potong. Perubahan cuaca yang tidak dapat diprediksi dan serangan hama yang sulit diduga merupakan sumber risiko produksi pada usaha produksi daun potong. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini merupakan gabungan dari analisis deskriptif dan analisis risiko. Analisis risiko menggunakan expected 15

31 return, variance, standard deviation, dan coefficient variation. Dalam pembahasannya, komoditi yang dikaji hanya dibatasi dalam dua komoditi saja, yaitu asparagus bintang dan philodendron marble. Analisis risiko yang digunakan oleh Safitri (2009) menggunakan model analisis tunggal (spesialisasi) dan analisis portofolio (diversifikasi). Dengan menggunakan model tunggal (spesialisasi), philodendron marble memiliki risiko produksi yang lebih tinggi dibandingkan tanaman Asparagus bintang jika acuannya adalah produktivitas. Tetapi jika menggunakan acuan pendapatan bersih maka tanaman yang memiliki risiko produksi tertinggi adalah komoditas Asparagus bintang. Namun hasil perhitungan model portofolio ternyata memberikan hasil yang jauh lebih baik dalam hal pengelolaan risiko, yaitu risiko produksi menjadi lebih rendah dibandingkan dengan model tunggal (spesialisasi). Tarigan (2009) menganalisis risiko produksi sayuran organik pada Permata Hati Organic Farm yang berada di Bogor. Risiko diidentifikasi berdasarkan tingkat produksi sayuran organik yang berfluktuasi. Hasil penelitian menyebutkan bahwa risiko produksi disebabkan oleh kerentanan tanaman sayuran organik terhadap perubahan cuaca dan serangan hama yang mengakibatkan turunnya jumlah produksi. Untuk melihat besaran risiko yang dihadapi Permata Hati Organic Farm digunakan pengukuran risiko yaitu dengan analisis risiko yang terdiri dari expected return, variance, standard deviation, dan coefficient variation. Model perhitungan risiko menggunakan model spesialisasi dan portofolio. Model perhitungan risiko spesialisasi hanya dikhususkan terhadap komoditi brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai keriting. Sedangkan untuk model perhitungan portofolio menggunakan kombinasi komoditi tomat dengan bayam hijau dan cabai keriting dengan brokoli. Hasil penelitian Tarigan (2009) menunjukkan bahwa pada model perhitungan spesialisasi berdasarkan produktifitas, tanaman bayam hijau memiliki nilai risiko produksi tertinggi dibandingkan komoditas lainnya. Dalam angka disebutkan nilai coefficient variation-nya sebesar 0,225. Artinya setiap satu satuan yang dihasilkan memiliki risiko produksi sebesar 0,225, dan tanaman dengan risiko produksi terendah dimiliki oleh cabai keriting yang nilai coefficient variation-nya hanya 0,048. Setelah diteliti ternyata komoditi bayam hijau 16

32 merupakan tanaman yang paling sering diserang hama khususnya pada musim penghujan. Tetapi jika menggunakan nilai pendapatan bersih sebagai dasar perhitungan risiko tunggalnya, maka tanaman yang paling tinggi risikonya adalah tanaman cabai keriting dan yang paling rendah risikonya adalah tanaman brokoli. Analisis risiko dengan model perhitungan portofolio menunjukkan bahwa kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko. Penanganan risiko yang dilakukan di Permata Hati Organic Farm menggunakan teknik diversifikasi pada lahan yang ada. Dengan adanya diversifikasi usaha, diharapkan dapat menutupi kegagalan pada usaha yang merugi. Selain itu model kemitraan dengan para petani sayuran dan dengan lembaga penyedia sarana produksi pertanian juga merupakan alternatif lain yang dimaksimalkan agar risiko produksi pada Permata Hati Organic Farm dapat diminimalisir. Dari sisi internal perusahaan dilakukan juga perombakan dan perbaikan fungsi masing-masing lembaga yang ada agar tercipta kerjasama dan kesatuan kerja yang baik. Penelitian terdahulu yang telah dipaparkan menjadi sebuah gambaran umum yang dapat digunakan sebagai acuan dan bahan pembanding dengan penelitian yang dilakukan. Berdasarkan kelima bahan penelitian dapat ditarik sebuah hubungan yang menjadi kesamaan penelitian yaitu, bahwa hampir semua risiko produksi diindikasikan oleh fluktuasi jumlah produksi komoditi pertanian. Keseluruhan penelitian yang menganalisis risiko produksi komoditas tanaman yaitu, Ginting (2009), Safitri (2009), Tarigan (2009) dan disebabkan oleh pengaruh cuaca yang tidak dapat diprediksi serta serangan hama dan penyakit yang tidak dapat dicegah dengan baik. Kesimpulan lainnya adalah bahwa ternyata risiko yang dihadapi dalam usaha hortikultura berada pada kisaran 10 persen hingga 35 persen, sementara dalam penelitian ini risiko produksi dapat mencapai 76 persen. Selain itu, analisis risiko portofolio yang dilakukan pada perusahaan dengan metode diversifikasi ternyata dapat mengurangi besaran risiko pada komoditi tunggal. 17

33 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep dan Definisi Risiko Menurut Frank Knight, risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai pembuat keputusan dalam bisnis. Peluang kejadian ini dapat ditentukan berdasarkan data historis atau pengalaman selama mengelola kegiatan usaha. Adanya risiko dalam kegiatan bisnis pada umunya akan menimbulkan dampak negatif terhadap pelaku bisnis. Seperti yang dikemukakan oleh Harwood, et al (1999) bahwa risiko menunjukkan kemungkinan kejadian yang menimbulkan kerugian bagi pelaku bisnis yang mengalaminya. Setiap bisnis yang dijalankan pasti memiliki risiko dan ketidakpastian. Hal ini bertentangan dengan perilaku individu yang menginginkan kepastian dalam berusaha. Indikasi adanya risiko dalam kegiatan bisnis dapat dilihat dengan adanya variasi atau fluktuasi, seperti fluktuasi produksi, harga atau pendapatan. Untuk meminimalkan risiko yang mungkin dihadapi, dibutuhkan penilaian atau analisis risiko yang akan mempengaruhi pengambilan keputusan. Kepuasan atau utilitas yang diterima petani (manager) dari setiap pengeluaran dalam skala besar menentukan strategi yang akan dijalankan. Maksimalisasi utilitas menjadi kriteria pilihan yang dibuat oleh manajer. Tujuan yang ingin dicapai manager adalah maksimalisasi utilitas dan bukan peningkatan pendapatan semata (Debertin 1986). Hubungan antara fungsi kepuasan dan pendapatan (income) dapat dilihat pada Gambar 2. Utility Risk Averter Risk Neutral Risk Taker Income Gambar 2. Hubungan Fungsi Kepuasan dan Pendapatan Sumber : Debertin,

34 Sikap Individu Terhadap Risiko Berdasarkan Gambar 1, dapat dilihat bahwa sikap individu ketika menghadapi risiko dapat berbeda-beda. Ada orang yang berusaha menghindar, namun ada juga sebaliknya sangat senang menghadapi risiko sementara yang lain mungkin tidak berpengaruh dengan adanya risiko. Teori tentang utility (utility theory) dapat digunakan untuk menjelaskan sikap individu terhadap risiko ini. Menurut teori ini, ada tiga kelompok sikap individu dalam menghadapi risiko (Kountur 2006): 1. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk averter). Sikap ini menunjukkan bahwa semakin banyak kekayaan yang diperoleh, pertambahan manfaat (utility) dari kekayaan ini semakin kecil. Sebaliknya semakin kecil kekayaan, semakin besar manfaat atau utility yang dikorbankan. Keadaan ini dikenal dengan istilah diminishing marginal utility of wealth. Jika diaplikasikan pada risiko, semakin rugi, semakin besar penderitaan atas kerugian tersebut dibandingkan dengan kenikmatan yang diperoleh jika menguntungkan. Ini yang menjelaskan mengapa orang tidak suka menderita kerugian. Sebab semakin rugi dia, penderitaan yang dia terima akan semakin besar. pada umumnya, sebagian besar individu berada pada kelompok ini. 2. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker). Sikap ini menunjukkan keadaan yang mana utility yang diterima dengan adanya peningkatan kekayaan lebih besar dari utility yang dikorbankan dengan penurunan kekayaan pada jumlah yang sama. Keadaan seperti ini dikenal dengan istilah increasing marginal utility of wealth. Semakin meningkat kekayaan, semakin besar utility yang diterima. Peningkatan kekayaan akan memberikan utility yang lebih besar dari pada utility yang dikorbankan jika kekayaan berkurang dengan jumlah yang sama. Oleh karena itu, kebahagian (jika itu yang diukur dengan utility) yang dia terima jika berhasil lebih besar dari sengsara yang dia derita jika rugi dengan jumlah yang sama. Hanya sedikit orang yang berada pada kelompok ini. 3. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (risk neutral). Sikap ini menunjukkan bahwa besarnya utility atau manfaat yang diperoleh dari penambahan kekayaan sama dengan besarnya utility yang dikorbankan dari 19

35 pengurangan kekayaan dengan jumlah yang sama. Kondisi ini dikenal dengan istilah constant marginal utility of wealth. Oleh karena itu, orang yang tergolong risk neutral adalah orang yang tidak berpengaruh dengan adanya risiko. Hanya sebagian kecil orang yang termasuk dalam kelompok ini Sumber-sumber Risiko Faktor-faktor yang menyebabkan munculnya risiko pada umumnya berasal dari dua sumber yakni sumber internal dan eksternal. Sumber internal umumnya lebih mudah untuk dikendalikan dan bersifat pasti. Sumber eksternal umumnya jauh diluar kendali pembuat keputusan, antara lain muncul dari pasar, ekonomi, politik suatu negara, perkembangan teknologi, perubahan sosial budaya, kondisi pemasok, kondisi geografi dan kependudukan, dan perubahan lingkungan dimana perusahaan itu didirikan. Menurut Harwood et al (1999), beberapa sumber risiko yang dapat dihadapi petani adalah: 1. Risiko produksi. Sumber risiko dari produksi adalah hama dan penyakit, cuaca, musim, bencana alam, teknologi, tenaga kerja yang dapat menyebabkan gagal panen, produktivitas yang rendah, dan kualitas yang buruk. 2. Risiko pasar dan harga. Risiko yang ditimbulkan oleh pasar diantaranya barang tidak dapat dijual yang disebabkan adanya ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli, persaingan ketat, banyak pesaing masuk, banyak produksi subtitusi, daya tawar pembeli, dan strategi pemasaran yang tidak baik, sedangkan risiko yang ditimbulkan oleh harga yang naik karena adanya inflasi. 3. Risiko kelembagaan atau institusi. Risiko yang ditimbulkan adalah adanya aturan tertentu yang membuat anggota suatu oganisasi menjadi kesulitan untuk memasarkan ataupun meningkatkan hasil produksi. 4. Risiko keuangan. Risiko yang ditimbulkan antara lain perputaran barang rendah, laba yang menurun disebabkan oleh adanya piutang tak tertagih dan likuiditas yang rendah. 20

36 Darmawi (2004) menyatakan bahwa sumber risiko dapat diklasifikasikan menjadi risiko sosial, risiko fisik, dan risiko ekonomi. Menentukan sumber risiko adalah penting karena mempengaruhi cara penanganannya. 1. Risiko sosial. Sumber utama risiko ini adalah masyarakat, artinya orangorang menyebabkan penyimpangan yang merugikan dari harapan. 2. Risiko fisik. Ada banyak sumber risiko fisik yang sebagiannya adalah fenomena alam. Banyak risiko yang kompleks sumbernya tetapi termasuk katagori fisik, contohnya antara lain kebakaran, cuaca dan tanah longsor. 3. Risiko ekonomi. Banyak risiko yang dihadapi perusahaan yang bersifat ekonomi adalah inflasi dan ketidakstabilan perusahaan individu Katagori Risiko Kountur (2008) menyatakan bahwa ada beberapa kategori risiko tergantung dari sudut pandang mana seseorang melihatnya. Risiko dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, diantaranya adalah: 1. Risiko dari sudut pandang penyebab Risiko dapat dilihat dari sudut pandang sebab terjadinya risiko. ada dua macam risiko jika dilihat dari sebab terjadinya, yaitu: a. Risiko keuangan Risiko keuangan adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti harga, tingkat bunga, dan mata uang asing. b. Risiko operasional Risiko operasional adalah risiko-risiko yang disebabkan oleh faktor faktor non keuangan seperti manusia, teknologi dan alam. 2. Risiko dari sudut pandang akibat Risiko dapat dilihat dari akibat yang ditimbulkan. Ada dua katagori risiko jika dilihat dari akibat yang ditimbulkan, yaitu: a. Risiko murni Risiko murni adalah suatu kejadian berakibat hanya merugikan saja dan tidak memungkinkan adanya keuntungan. b. Risiko spekulatif Risiko spekulatif dalah risiko yang memungkinkan terjadinya kerugian tetapi juga memungkinkan terjadinya keuntungan. 21

37 3. Risiko dari sudut pandang aktivitas Aktivitas yang dapat menimbulkan risiko ada berbagai macam, misalnya aktivitas pemberian kredit, risikonya disebut risiko kredit. Seseorang yang melakukan perjalanan juga dapat menghadapi risiko, yang disebut risiko perjalanan. Banyaknya risiko dari sudut pandang aktivitas sebanyak jumlah aktivitas yang ada Risiko Portofolio dalam Diversifikasi Pengukuran risiko menjadi sangat penting dalam tahapan analisis risiko karena tahapan ini dapat menentukan relatifitas penting atau tidaknya risiko tersebut untuk ditangani dan untuk memperoleh informasi yang akan membantu dalam menetapkan kombinasi strategi manajemen risiko. Untuk menentukan banyaknya kejadian yang dianggap berisiko dapat menggunakan konsep perhitungan peluang. Hasil dari perhitungan peluang ini akan menunjukkan seberapa sering perusahaan menghadapi periode atau hasil yang sesuai dengan harapan, melebihi harapan dan tidak sesuai dengan harapan. Portofolio dalam bidang pertanian umumnya dilakukan dengan menanam lebih dari satu tanaman dalam satu lahan pada waktu bersamaan. Portofolio bertujuan mencari hasil pengembalian tertinggi dari proporsi penggunaan lahan pada tingkat risiko terendah dengan hasil tertentu. Menurut Hardwood et al. (1999) teori diversifikasi atau portofolio merupakan manajemen strategi untuk menekan risiko dengan mengusahakan beberapa aktivitas usaha atau aset. Hal ini berdasarkan jika salah satu aktivitas usaha gagal atau tidak memberikan hasil yang diharapkan pengusaha bisa menutupi kerugian tersebut dari aktivitas lain yang memberikan keuntungan lebih. Pengukuran risiko juga mencakup proses penilaian risiko. menurut Elton dan Grubber (1995) terdapat beberapa penilaian risiko yaitu, perhitungan varian (variance), standar deviasi (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation). Ketiga alat ukur penilaian risiko ini saling berkaitan satu sama lain dengan nilai varian sebagai dasar perhitungan untuk pengukuran lainnya. Standar deviasi merupakan akar kuadrat dari perhitungan nilai varian, sedangkan koefisien variasi merupakan rasio antara nilai standar baku dengan nilai expected return. Expected return merupakan nilai atau hasil yang diharapkan oleh pengusaha atau 22

38 pelaku usaha. Expected return dapat berbentuk jumlah produksi, jumlah penjualan, dan penerimaan atau pendapatan. Alat analisis risiko dengan model varian dan standar deviasi sering sekali dianggap kurang tepat apabila dibandingkan dengan penerimaan (return). Varian dan standar deviasi hanya menunjukkan nilai risiko secara absolut. Khususnya apabila dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan dalam menajemen perusahaan, model perhitungan dengan varian dan standar deviasi tidak layak. Untuk mengatasi hal itu, model perhitungan dengan menggunakan koefisien variasi merupakan model yang paling sesuai. Koefisien variasi sudah memperhitungkan antara nilai risiko yang dihadapi sebuah perusahaan dan perbandingannya dengan setiap satu-satuan penerimaan (return) yang diperoleh oleh perusahaan sehingga pada akhirnya pernyataan yang mengatakan high risk high return dapat diuji dan dilihat kebenarannya dalam kasus yang dihadapi perusahaan. Pelaku bisnis mempunyai banyak alternatif dalam melakukan investasi. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan pelaku bisnis dalam menginvestasikan dananya dengan melakukan kombinasi dari beberapa kegiatan usaha atau aset. kombinasi dari beberapa kegiatan usaha atau aset dinamakan dengan diversifikasi. Portofolio merupakan kombinasi atau gabungan dari beberapa investasi. Teori portofolio merupakan teori yang menjelaskan penyaluran modal ke dalam berbagai macam investasi dengan tujuan menekan risiko dan menjamin pendapatan seaman dan seuntung mungkin. Teori portofolio membahas portofolio yang optimum yaitu portofolio yang memberikan hasil pengembalian tertinggi pada suatu tingkatan risiko tertentu atau tingkat risiko paling rendah dengan suatu hasil tertentu. Diversifikasi dilakukan untuk mengurangi risiko portofolio, yaitu dengan cara mengkombinasi atau dengan menambah investasi aset/aktiva/sekuritas. Hal ini berdasarkan pertimbangan apabila salah satu aset menghasilkan return yang rendah maka aset yang lain diharapkan menghasilkan return yang tinggi sehingga kerugian bisa tertutupi. Keputusan manajemen untuk mengusahakan satu usaha tunggal (spesialisasi) atau diversifikasi bisa murni termotivasi karena tingkat 23

39 keuntungan yang diharapkan (expected profit) tanpa mempertimbangkan kaitannya dengan upaya menurunkan risiko. Teori portofolio membantu manajemen dalam pengembalian keputusan mengenai kombinasi investasi yang paling aman dikaitkan dengan tingkat risiko yang dihadapi. Dasar teori ini adalah pada kenyataannya investor tidak menginvestasikan seluruh dana hanya untuk satu jenis investasi tetapi melakukan diversifikasi dengan tujuan menekan risiko. Fluktuasi tingkat keuntungan akan berkurang karena saling menghilangkan jika memiliki beberapa jenis investasi Strategi Penanganan Risiko Strategi pengelolaan risiko merupakan langkah lanjutan dari proses identifikasi dan pengukuran risiko. Strategi pengelolaan risiko berbentuk langkahlangkah yang ditujukan untuk mengurangi tingkat kerugian dari suatu kondisi yang dianggap berisiko. Penanganan risiko dapat dimasukkan ke dalam fungsifungsi manajemen. Sehingga fungsi-fungsi manajemen yang dikenal dengan planning, organizing, actuating, dan controlling (POAC) bertambah satu, yaitu fungsi penanganan risiko (Kountur 2008). Menurut Kountur (2008), terdapat dua strategi penanganan risiko yaitu: 1. Preventif Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini cocok dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Strategi preventif dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: a. Membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur b. Mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) c. Memasang atau memperbaiki fasilitas fisik 2. Mitigasi Mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang dimaksud untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun beberapa cara yang termasuk dalam strategi mitigasi adalah: a. Diversifikasi Diversifikasi adalah cara menempatkan aset atau harta dibeberapa tempat sehingga jika salah satu tempat terkena musibah tidak akan menghabiskan semua 24

40 aset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara pengalihan risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko. b. Penggabungan Penggabungan atau yang lebih dikenal dengan istilah merger menekankan pola penanganan risiko pada kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain. Contoh strategi ini adalah perusahaan yang melakukan merger atau dengan melakukan akuisisi. c. Pengalihan Risiko Pengalihan risiko (transfer of risk) merupakan cara penanganan risiko dengan mengalihkan dampak dari risiko ke pihak lain. Cara ini bermaksud jika terjadi kerugian pada perusahaan maka yang menanggung kerugian tersebut adalah pihak lain. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengalihkan dampak risiko ke pihak lain, diantaranya melalui asuransi, leasing, outsourching, dan hedging. Pengalihan risiko dapat dilakukan dengan cara mengasuransikan aset perusahaan yang dampak risikonya besar sehingga jika terjadi kerugian maka pihak asuransi yang akan menanggung kerugian yang dialami perusahaan sesuai dengan kontrak perjanjian yang telah disepakati oleh pihak perusahaan dan pihak asuransi. Leasing adalah cara dimana aset digunakan tetapi kepemilikannya adalah pihak lain. Jika terjadi sesuatu pada aset tersebut maka pemiliknya yang akan menanggung kerugian atas aset tersebut. Outsourching merupakan cara dimana pekerjaan diberikan kepada pihak lain untuk mengerjakannya sehingga jika terjadi kerugian maka perusahaan tidak menanggung kerugian melainkan pihak yang melakukan pekerjaan tersebutlah yang menanggung kerugiannya. Hedging merupakan cara pengalihan risiko dengan mengurangi dampak risiko melalui transaksi penjualan atau pembelian. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melakukan hedging adalah melalui forward contract, future contract, option, dan swap Kerangka Pemikiran Operasional CV Multi Global Agrindo merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang pembenihan hortikultura khususnya sayuran dan buah-buahan. Benih- 25

41 benih yang dihasilkan akan memunculkan varietas-varietas unggul. CV Multi Global Agrindo telah melakukan plant breeding dengan research and development dan telah menemukan berbagai jenis varietas baru dari berbagai persilangan-persilangan yang telah diujicobakan. Varietas-varietas baru tersebut merupakan tanaman hortikultura yang meliputi tanaman tomat, cabe, sawi, kacang panjang, buncis, semangka, melon, terong, pare dan lain-lain. Pemilihan komoditas melon didasarkan karena benih melon merupakan benih unggulan pada perusahaan ini sehingga dapat memberikan peranan yang cukup besar terhadap pendapatan perusahaan. Kegiatan dari bidang research and development merupakan hal yang sangat penting pada usaha ini. Research and development melakukan penelitianpenelitian tentang varietas-varietas baru tanaman. Prinsip yang digunakan adalah mencari sifat yang terbaik dari hasil persilangan antara galur-galur yang terbaik. Sebagai contoh kriteria melon yang terbaik adalah dipandang dari segi ketebalan daging, diameter buah, rasa buah dan sifat tanaman yang tahan terhadap penyakit. Kegiatan ini merupakan bidang yang sangat vital bagi perusahaan dan kegiatan ini harus berlangsung secara berkelanjutan karena dengan berbagai penelitian yang terus dilakukan maka akan diperoleh varietas-varietas baru yang lebih unggul. Dalam mengusahakan benih melon, CV Multi Global Agrindo menghadapi kendala yaitu risiko produksi. Sumber-sumber yang menjadi penyebab terjadinya risiko produksi benih melon antara lain kondisi cuaca dan iklim yang sulit diprediksi, serangan hama dan penyakit, dan tingkat keterampilan tenaga kerja dalam teknik proses produksi. Adanya risiko produksi pada CV Multi global Agrindo dilihat dari adanya fluktuasi produksi. Fluktuasi produksi tersebut akan berdampak pada pendapatan yang diterima oleh perusahaan bahkan dapat menyebabkan kerugian seperti jumlah produksi yang rendah dan kualitas hasil panen benih yang menurun. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan analisis risiko produksi dengan tepat. Analisis risiko akan memberikan gambaran berapa besar nya risiko yang mungkin akan dialami oleh CV Multi Global Agrindo dalam memproduksi benih melon. Untuk meminimalkan risiko yang ada, dilakukan pengelolaan risiko yang dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi penyebab-penyebab adanya risiko 26

42 produksi, kemudian melakukan pengukuran risiko, menangani risiko dan mengevaluasi risiko. Untuk mengetahui tingkat risiko dapat diukur dengan menggunakan nilai harapan (expected return), ragam (variance), simpangan baku (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation). Nilai harapan (expected return) merupakan jumlah dari nilai-nilai yang diharapkan terjadi. Probabilitas (peluang) masing-masing dari suatu kejadian tidak pasti dan dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk melanjutkan kegiatan usaha. Ragam (variance) merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dengan expected return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian, semakin kecil nilai variance maka semakin kecil penyimpangannya sehingga semakin kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha tersebut. simpangan baku (standard deviation) dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai variance, risiko dalam penelitian ini berarti besarnya fluktuasi produksi, sehingga semakin kecil nilai standard deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha. Koefisien variasi (coefficient variation) diukur dari rasio standard deviation dengan return yang diharapkan atau ekspektasi return (expected return). Semakin kecil nilai coefficient variation maka akan semakin rendah risiko yang dihadapi. Selanjutnya dengan mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi yang baik dan tepat agar permasalahan yang terkait dengan risiko dapat diatasi. Alur kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 3. 27

43 CV Multi Global Agrindo Benih Melon Fluktuasi produksi Fluktuasi produksi diduga akibat bisnis tersebut rentan terhadap risiko produksi Fluktuasi penerimaan Analisis Risiko Tunggal dan Portofolio Expected return Ragam (Variance) Simpangan baku (standard deviation) Koefisien variasi (coefficient variation) Analisis Deskriptif Identifikasi sumber-sumber risiko produksi Cuaca dan iklim Hama dan penyakit Kegiatan produksi benih Keterampilan tenaga kerja Strategi pengelolaan risiko poduksi Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional 28

44 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di CV Multi Global Agrindo yang berlokasi di Jl. Solo, Tawangmangu KM 30 Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar. Pemilihan lokasi perusahaan CV Multi Global Agrindo dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa CV Multi Global Agrindo merupakan salah satu perusahaan pembenihan melon yang terkenal di Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, Karanganyar merupakan sentra melon karena melon merupakan tanaman subtropis yang mudah beradaptasi pada lingkungan udara yang sejuk. Udara yang sejuk membuat daerah ini sangat cocok sebagai sentra produksi benih melon. Hal lain yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi penelitian adalah beberapa penghargaan yang sudah diterima oleh CV Multi Global Agrindo. Beberapa penghargaan tersebut diantaranya adalah penghargaan pada acara Apresiasi Penerapan Teknologi Budidaya Maju Melon pada tahun 2001, piagam penghargaan atas Prestasi dan Prakarsa Dalam Upaya Pengembangan Ketahanan Pangan Melalui Pengambangan Agribisnis Pangan pada tahun 2003, dan penghargaan pada acara Apresiasi Penerapan Budidaya Maju Melon pada tahun Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data kualitatif merupakan data-data non angka berupa keterangan-keterangan mengenai perkembangan usaha pembenihan melon, kondisi usaha, peralatan yang digunakan, teknis pelaksanaan kegiatan usaha, dan sebagainya yang berhubungan dengan penelitian. Data kuantitatif merupakan data angka atau numerik seperti pendapatan perusahaan, jumlah produksi per periode, harga jual dan semua keterangan yang berupa angka. Data primer diperoleh melalui observasi (pengamatan) secara langsung dan wawancara dengan pihak perusahaan. Data primer diperoleh dari semua kegiatan perusahaan yang berkaitan dengan masalah penelitian, dan wawancara 29

45 langsung dengan pimpinan dan karyawan CV Multi Global Agrindo untuk mengetahui proses produksi, mengetahui risiko yang dihadapi perusahaan, penyebab risiko yang terjadi di perusahaan dan mengetahui bagaimana proses penanganan risiko yang selama ini telah dilakukan oleh perusahaan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari CV Multi Global Agrindo yang meliputi luas lahan yang diusahakan, harga benih melon, serta data lainnya yang mendukung dan yang berkaitan dengan risiko yang terjadi pada perusahaan, Badan Pusat Statistik (BPS), Direktorat Jenderal Hortikultura, Perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor, internet dan literatur yang relevan dengan penelitian Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif. Analisis ini untuk mengetahui gambaran mengenai keadaan umum perusahaan dan pengelolaan risiko produksi yang diterapkan perusahaan. Sedangkan analisis kuantitatif terdiri dari analisis risiko pada kegiatan usaha spesialiasasi dan diversifikasi Analisis Risiko Tunggal Peluang merupakan kemungkinan terjadinya suatu peristiwa. Peluang hanya suatu kemungkinan, jadi nilai dari suatu peluang diperoleh berdasarkan dari suatu kejadian pada kegiatan pembenihan yang dapat diukur dari pengalaman yang telah dialami perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha. Nilai peluang ditentukan dengan mengobservasi kejadian yang sudah terjadi. Peluang dari masing-masing kegiatan akan diperoleh pada setiap kondisi yaitu tertinggi, normal dan terendah. Penentuan peluang kondisi tinggi, normal, dan rendah ditentukan oleh pihak perusahaan, khususnya bagian produksi. Penentuan peluang ini berdasarkan hasil produksi dan penetapan angka daya tumbuh benih yaitu benih dapat dikatakan berhasil jika memiliki daya tumbuh lebih dari atau sama dengan 85%. Produksi dengan tingkat keberhasilan tertinggi yaitu tingkat produksi yang paling tinggi sehingga perusahaan memperoleh keuntungan maksimal pada masa panen tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan keberhasilan normal yaitu kondisi rata-rata perusahaan, dimana tingkat persentase keberhasilan produksinya 30

46 berada diantara tingkat keberhasilan tinggi dan keberhasilan rendah. Tingkat keberhasilan normal ini juga mengindikasikan tingkat keberhasilan produksi yang sering terjadi pada CV MGA. Sementara itu, yang dimaksud dengan keberhasilan rendah yaitu tingkat persentase keberhasilan yang paling rendah sehingga dapat membuat perusahaan tidak dapat mencapai keuntungan maksimal bahkan perusahaan bisa memperoleh kerugian karena biaya produksi yang dikeluarkan tidak dapat tertutupi oleh penjualan produk yang dihasilkan. Menurut Darmawi (2004), dari sudut pandang empiris maka probabilitas dapat dipandang sebagai frekuensi terjadinya event dalam jangka panjang yang dinyatakan dalam persentase. Probabilitas adalah nilai yang terletak antara 0 dan 1 yang diberikan kepada masing-masing kejadian. Apabila nilai dari suatu peluang adalah 1, maka hal tersebut merupakan sebuah kepastian. Berarti peristiwa yang diperkirakan pasti terjadi. Pengukuran peluang diperoleh dari frekuensi kejadian setiap kondisi yang dibagi dengan periode waktu selama kegiatan berlangsung, secara sistematis dapat dituliskan: Keterangan: f = frekuensi kejadian (kondisi tertinggi, normal, dan terendah) T = periode waktu proses produksi Pada penelitian ini, peluang yang akan dihitung adalah kemungkinan terjadinya risiko produksi dalam pembenihan melon di CV Multi Global Agrindo. Penentuan peluang diperoleh berdasarkan dari suatu kejadian pada kegiatan pembenihan yang dapat diukur dari pengalaman yang telah dialami perusahaan. Peluang yang ditentukan mencerminkan kemungkinan terjadinya risiko produksi benih melon di CV Multi Global Agrindo. Penyelesaian pengambilan keputusan yang mengandung risiko dapat dilakukan dengan mennggunakan nilai harapan (expected return). Nilai harapan adalah jumlah dari nilai-nilai diharapkan terjadi probabilitas (peluang) masingmasing dari suatu kejadian tidak pasti. Nilai harapan dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk melanjutkan kegiatan usaha. 31

47 Darmawi (2004), menyatakan bahwa suatu kejadian dapat ditentukan dengan membuat tabel-tabel untuk hasil-hasil yang mungkin diperoleh dan menilai hasil tersebut berdasarkan probabilitasnya. Dengan menambahkan hasil dari masing-masing kejadian tersebut dapat diperoleh nilai harapannya. Rumus expected return dituliskan sebagai berikut: E(Ri) =. Dimana: E(Ri) = Expected Return Pi = Peluang pada kondisi tertinggi, normal, dan terendah pada benih melon varieatas LADIKA, MAI 119, dan SUMO Ri = Return (Rp) Analisis kuantitatif dalam penilaian risiko yang dilakukan pada penelitian ini didasarkan dengan pengukuran penyimpangan. Beberapa ukuran dapat digunakan untuk mengukur penyimpangan diantaranya adalah ragam (variance), simpangan baku (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation). a. Ragam (Variance) Pengukuran variance dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dengan expected return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian. Nilai variance dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut (Elton dan Guber, 1995): 2 σ t = ij (R ij E(Ř i ) ) 2 dimana: 2 σ t P ij R ij = Variance dari return = peluang pada kondisi tertinggi, normal, dan terendah pada masingmasing varietas benih melon = Return atau penerimaan masing-masing varietas benih melon Ř i = Expected Return dari masing-masing varietas benih melon Nilai variance dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai variance maka semakin kecil penyimpangannya sehingga semakin kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha tersebut. 32

48 b. Simpangan Baku (Standard Deviation) Standard deviation dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai variance. Risiko dalam penelitian ini berarti besarnya fluktuasi keuntungan sehingga semakin kecil nilai standard deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha. Rumus standard deviation adalah sebagai berikut: σ t= dimana: 2 σ t σ t = Variance masing-masing varietas benih melon = standard deviation masing-masing varietas benih melon c. Koefisien Variasi (Coefficient Variation) Coefficient Variation diukur dari rasio standard deviation dengan return yang diharapkan atau ekspektasi return (expected return). Semakin kecil nilai coefficient variation maka akan semakin rendah risiko yang dihadapi. Rumus coefficient variation adalah: CV = Ř Dimana: CV = Coefficient variation masing-masing varietas benih melon σ t = Standard deviation masing-masing varietas benih melon Ř i = Expected Return masing-masing varietas benih melon Analisis Risiko Portofolio Kegiatan usaha diversifikasi juga tidak terlepas dari risiko seperti halnya kegiatan spesialisasi. Risiko yang terdapat dalam kegiatan diversifikasi dinamakan risiko portofolio. Untuk mengukur risiko portofolio dapat dilakukan dengan menghitung variance gabungan dari beberapa varietas benih melon. Komoditas yang dianalisis dalam kegiatan diversifikasi adalah kombinasi antara benih melon varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO. Elton dan Gruber (1995), menyatakan bahwa risiko portofolio lebih kompleks dibandingkan dengan risiko pada aset individu, dimana diharapkan 33

49 salah satu aset memiliki return yang baik ketika aset lain memiliki return yang menurun. Oleh karena itu, dilakukan analisis kombinasi dua aset atau lebih (portofolio) untuk menganalisis risiko kombinasi dari semua aset yang mungkin berisiko dibandingkan dengan individual aset. Perhitungan expected return pada portofolio dua aset adalah sebagai berikut (Elton dan Gruber 1995): P = X A A + X B B Dimana : X A = Fraction portofolio pada investasi aset pertama X B = Fraction portofolio pada investasi aset kedua A = Expected return pada investasi aset pertama B = Expected return pada investasi aset kedua Fraction (proporsi) dari masing-masing aset adalah: X A + X B = 1 Jika benih melon digunakan untuk dua varietas, maka variance gabungan dapat dituliskan sebagai berikut (Elton dan Gruber 1995): σ 2 p = k 2 σ 2 a + (1-k) 2 σ 2 b +2 k (1-k) σ ab Dimana : 2 σ p σ ab k (1-k) = Variance portofolio untuk investasi aset A dan B = Covariance antara investasi aset A dan B = Fraction portofolio pada investasi aset A = Fraction portofolio pada investasi aset B Jika σ ab = ρ ab σ a σ b, dimana σ ab merupakan covariance varietas A dan B, sementara ρ ab merupakan koefisien korelasi antara investasi aset A dan B maka persamaan variance portofolio dari dua aset dapat dituliskan menjadi sebagain berikut: σ 2 p = k 2 2 σ a + (1-k) 2 σ 2 b + 2 ρ ab k (1-k) σ a σ b Nilai koefisien korelasi investasi aset A dan B (ρ ab) mempunyai maksimum positif satu (+1) dan minimum negatif satu (-1). Beberapa kemungkinan korelasi diantara dua aset diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Nilai koefisien korelasi positif satu (+1) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset A dan B selalu bergerak bersama-sama. 34

50 2. Nilai koefisien korelasi negatif satu (-1) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset A dan B selalu bergerak berlawanan arah. 3. Nilai koefisien korelasi sama dengan nol (0) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset A dan B tidak ada hubungan satu dengan yang lain. Menurut Diether (2009) jika terdapat tiga aset yaitu, A, B, dan C. Bobot untuk ketiga aset adalah Wa, Wb, dan Wc dimana jumlah ketiga bobot adalah satu (Wa + Wb + Wc = 1). Maka besarnya expected return gabungan kombinasi tiga komoditas dapat dituliskan sebagai berikut: E(rp) = Wa E(r a ) + Wb E(r b ) + Wc E(r c ) Dimana: E(r p ) : Expected return gabungan ketiga investasi (A, B, dan C) Wa : Bobot atau fraction portofolio pada investasi aset A Wb : Bobot atau fraction portofolio pada investasi aset B Wc : Bobot atau fraction portofolio pada investasi aset C E(r a ) : Expected return dari investasi aset A E(r b ) : Expected return dari investasi aset B E(r c ) : Expected return dari investasi aset C Dalam penelitian ini koefisien korelasi diasumsikan memiliki nilai (+1) atau memiliki korelasi positif diantara kedua varietas yang digabungkan. Penilaian berupa peningkatan varietas dalam produksi benih melon berupa peningkatan luas lahan dan upaya pengendalian hama dan penyakit. Hal ini akan berpengaruh terhadap pendapatan yang akan diterima dengan harapan risiko yang ditimbulkan akan menjadi lebih kecil. Besarnya variance gabungan ketiga varietas dapat dituliskan sebagai berikut (Diether 2009): σ 2 2 (r p ) = W a σ 2 2 (r a ) + W b σ 2 2 (r b ) + W c σ 2 (r c ) + 2 W a W b covar (r a, r b ) + 2 W a W c covar (r a, r c ) + 2W b W c covar (r b, r c ) Dimana: σ 2 (r p ) : Variance portofolio untuk benih melon varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO σ 2 (r a ) : Variance varietas LADIKA 35

51 σ 2 (r b ) : Variance varietas MAI 119 σ 2 (r c ) : Variance varietas SUMO W a : Bobot atu fraction portofolio pada varietas LADIKA W b : Bobot atau fraction portofolio pada varietas MAI 119 W c : Bobot atau fraction portofolio pada varietas SUMO covar (r a, r b ) :Covariance antara investasi LADIKA dan MAI 119, diperoleh dengan rumus: σ ab = ρ ab σ a σ b, dimana ρ ab diasumsikan nilainya +1 covar (r a, r c ) :Covariance antara investasi LADIKA dan SUMO, diperoleh dengan rumus: σ ac = ρ ac σ a σ c, dimana ρ ac diasumsikan nilainya +1 covar (r b, r c ) :Covariance antara investasi MAI 119 dan SUMO, diperoleh dengan rumus: σ bc = ρ bc σ b σ c, dimana ρ bc diasumsikan nilainya +1 σ a : Standard deviation aset LADIKA σ b : Standard deviation aset MAI 119 σ c : Standard deviation aset SUMO Perhitungan besarnya fraksi portofolio pada penelitian ini adalah berdasarkan alokasi investasi perusahaan yaitu penggunaan lahan pada ketiga varietas benih melon yang diusahakan. Total lahan yang digunakan adalah m 2. Pembagian lahan untuk ketiga varietas benih melon yaitu m 2 untuk varietas LADIKA, m 2 untuk varietas MAI 119, dan m 2 untuk varietas SUMO. Adapun nilai fraksi untuk ketiga gabungan varietas benih melon dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Nilai Fraksi Untuk Setiap Gabungan Varietas Benih Melon Varietas Benih Melon Fraksi % LADIKA MAI 119 SUMO LADIKA+MAI ,3 66,7 - LADIKA+SUMO 57,1-42,9 MAI 119+SUMO - 72,7 27,3 LADIKA+MAI 119+SUMO 26,7 53,3 20 Tabel 7 merupakan nilai fraksi dari ketiga varietas benih melon yaitu LADIKA, MAI 119, dan SUMO. Nilai fraksi di atas diperoleh dari luasan lahan masing-masing varietas dibagi dengan total luas lahan varietas benih melon yang akan digabungkan. Hasil dari pembagian tersebut dikalikan dengan 100 persen 36

52 sehingga diperoleh pembagian fraksi untuk setiap gabungan varietas benih melon. Misalnya, untuk gabungan dua varietas yaitu LADIKA dan MAI 119, luas lahan untuk masing-masing varietas yaitu m 2 dan m 2, sehingga total dari gabungan kedua varietas yaitu m 2. Untuk varietas LADIKA luas lahan m 2 dibagi dengan total luas lahan yaitu m 2, sehingga diperoleh hasil 0,333. Hasil tersebut kemudian dikalikan dengan 100 persen sehingga diperoleh nilai fraksi yaitu 33,3 persen. Hal yang sama juga dilakukan untuk menghitung nilai fraksi varietas MAI 119, dimana luas lahan m 2 dibagi dengan total luas lahan kedua varietas yaitu m 2, sehingga diperoleh hasil 0,667. Hasil tersebut kemudian dikalikan dengan 100 persen sehingga diperoleh nilai fraksi untuk varietas MAI 119 yaitu 66,7 persen. Perhitungan di atas berlaku juga untuk gabungan varietas LADIKA dan SUMO, MAI 119 dan SUMO, dan juga gabungan ketiga varietas LADIKA, MAI 119 dan SUMO Analisis Strategi Pengelolaan Risiko Analisis strategi pengelolaan risiko dilakukan dengan melihat dan mengkaji strategi strategi pengelolaan risiko produksi yang sudah diterapkan oleh CV MGA dalam menghadapi risiko produksi benih melon. Analisis ini bertujuan untuk menilai bentuk strategi yang telah diterapkan untuk kemudian dievaluasi apakah upaya yang dilakukan sudah efektif dalam mengatasi risiko produksi yang ada. Bentuk teknik analisis ini dilakukan dengan menggunakan media wawancara kepada direktur perusahaan, staf Research and Development (R&D), staf produksi, staf pemasaran, dan tenaga kerja di lapang. Selain itu, dilakukan pengamatan langsung pada seluruh proses produksi yang dilakukan oleh CV MGA. Teknik ini dilakukan untuk menggali informasi yang menunjukkan bagaimana CV MGA menangani permasalahan risiko produksi yang merupakan langkah pencegahan risiko sebelum terjadi dan penanganan risiko ketika risiko produksi sudah terjadi. Kemudian, langkah selanjutnya adalah mengevaluasi teknik atau upaya yang sudah dilakukan oleh CV MGA dan diakhiri dengan memberi masukan yang efektif kepada perusahaan untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam mengatasi risiko produksi pada usaha diversifikasi benih melon varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO. 37

53 4.4. Definisi Operasional 1. Peluang (P) merupakan frekuensi kejadian setiap kondisi dibagi dengan periode waktu selama kegiatan produksi benih melon. 2. Expected return adalah jumlah dari penerimaan yang diharapkan pada benih melon. 3. Variance merupakan ragam atau variasi dari peluang ketiga kondisi pendapatan benih melon. 4. Return yang digunakan berdasarkan penerimaan yang diterima perusahaan dari benih melon (rupiah). 5. Standard deviation merupakan penyimpangan dari return yang diharapkan dari memproduksi benih melon. 6. Coefficient variation diukur dari rasio standard deviation dengan return yang diharapkan. 7. Diversifikasi merupakan penanaman tiga varietas benih melon dengan proporsi lahan yang berbeda-beda. 8. Koefisien korelasi pada penelitian ini diasumsikan nilainya sebesar (+1). 38

54 V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai keadaan umum tempat penelitian yaitu CV Multi Global Agrindo. Data mengenai gambaran umum CV Multi Global Agrindo diperoleh dari hasil wawancara dengan direktur perusahaan dan data sekunder perusahaan. Data tersebut digunakan untuk memberikan sejarah, perkembangan dan gambaran umum mengenai tempat penelitian Sejarah Berdirinya CV Multi Global Agrindo Terinspirasi oleh kondisi pertanian di Indonesia sekaligus guna menangkap peluang usaha dibidang agribisnis khususnya industri pembenihan merupakan tantangan yang harus dihadapi. Untuk menghadapi tantangan tersebut diperlukan dasar pemikiran, semangat, filosofi yang fundamental dan pertimbangan ekonomis maupun teknis. Hal tersebut menggugah hati nurani dari Bapak Mulyono Herlambang untuk merealisir berdirinya CV Multi Global Agrindo (CV MGA). a. Dasar pemikiran (landasan pola pikir) tersebut adalah: 1) Indonesia adalah negara agraris yang semestinya maju dibidang IPTEK pertanian dan mampu mencukupi kebutuhan pangan dan bahan pertanian bagi masyarakatnya. 2) Plant Breeding (pemulian tanaman) merupakan dasar dari keberhasilan revolusi hijau untuk peningkatan produktivitas dan kualitas pangan sehingga dapat menuju kemakmuran serta pembangunan keberlanjutan. 3) Benih adalah blue print agribisnis karena dengan menggunakan benih unggul bermutu tinggi akan didapatkan tanaman yang mempunyai produktivitas dan kualitas yang tinggi pula. b. Landasan semangat Dengan semangat kerja keras dari seluruh pengurus, staf dan karyawan CV MGA walaupun bermula dari kondisi awal yang serba kurang dan sulit namun dengan tekat bulat, maka berani untuk memulainya. Dengan harapan CV MGA akan dapat mengatasi kesulitan dan dapat memecahkan berbagai permasalahan sehingga pada saatnya CV MGA akan berhasil menjadi perusahaan yang maju, berkembang, besar dan bisa menjadi tuan rumah di negara sendiri. 39

55 c. Landasan filosofi Dari kerja keras dengan menggunakan teknologi yang unggul serta menerapkan manajemen yang baik diharapkan tercapainya keberhasilan CV MGA. Dengan demikian CV MGA akan dapat berkontribusi terhadap kemajuan pertanian Indonesia sekaligus dapat berperan untuk memajukan dan menyejahterakan petani. d. Pertimbangan ekonomis 1) Bisnis pembenihan mempunyai peluang dan kesempatan yang sangat besar sehingga dapat dijadikan kegiatan usaha yang menjanjikan untuk meraih keuntungan. 2) Komoditas benih bersifat carriable (ringkas, mudah diangkat dan didistribusikan) dan sebagai komoditas strategis di dalam sarana produksi pertanian. e. Pertimbangan teknis Bahwa untuk menghasilkan benih unggul bermutu tinggi hybrid F1 diperlukan teknologi breeding, oleh karena itu CV MGA telah menyiapkan teknologi tersebut dengan langkah berikut: 1) Tahun : proses pembelajaran plant breeding di OISCA International dan Yae Nogei Breeding Station di Jepang. 2) Tahun 1986 : proses pembelajaran Research and Development di TARI (Taiwan Agriculture Research Institute di Taiwan). Adapun proses pentahapan kegiatan dan berdirinya CV MGA adalah sebagai berikut: a. Tahun 1993 dimulai dengan kegiatan berupa ujicoba pelaksanaan R&D. b. Tahun 1998 berdiri CV MGA dengan akte notaris Agus Haryanto No.28. c. Dengan riset yang dilakukan sejak tahun 1993 maka, pada tahun 2003, 2004 dan 2005 menghasilkan 23 varietas baru dari sepuluh jenis tanaman yang telah diakui dan dilepas oleh Departemen Pertanian dengan SK Mentri Pertanian. Namun riset tetap dilakukan untuk mendapatkan varietas baru generasi berikutnya maupun perbaikan mutu terhadap varietas lama yang telah dihasilkan. 40

56 d. Tahun 2004 mulai dibentuk bagian produksi untuk memproduksi secara masal varietas-varietas baru yang telah dihasilkan oleh bagian R&D. e. Tahun 2005 mulai dibentuk bagian pemasaran untuk melakukan ujicoba pasar. f. Tahun 2006 mulai dengan kegiatan pemasaran baik untuk divisi pemasaran dalam negeri maupun ekspor dan telah dilakukan pendaftaran merek pada Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia pada tangga 29 Maret Visi, Misi dan Budaya Perusahaan Visi merupakan kondisi ideal perusahaan yang ingin dicapai dimasa yang akan datang yang mencerminkan cita-cita yang hendak dicapai dengan mempertimbangkan seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan. Oleh karena itu dengan didasari pula semangat, pola pikir dan filosofi perusahaan, maka CV MGA merumuskan visinya sebagai berikut : CV MGA menjadi perusahaan benih yang kompetitif, sehat, maju dan berkembang. Untuk mencapai tujuan yang ideal sebagai mana yang dimaksud pada visi tersebut CV MGA merumuskan misinya sebagai berikut: CV MGA mampu menghasilkan benih dengan kuantitas dan kualitas yang tinggi serta mampu memasarkan produk benihnya baik dalam negeri maupun luar negeri. Adapun upaya-upaya untuk mendukung terwujudnya visi dan misi tersebut maka CV MGA menetapkan kegiatan dan budaya perusahaan sebagai berikut: a. Melakukan R&D dan inovasi teknologi tiada henti untuk produk baru, penyempurnaan produk dan varian produk. b. Melakukan SOP (Standard Operasional Procedure) dari setiap langkah kegiatan. Dengan demikian akan dapat meminimalisir kesalahan yang terjadi baik pada produk, adminsitrasi maupun keuangan. c. Melakukan peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia), SDFF (Sumber Daya Fasilitas dan Finansial), yang mana kedua komponen tersebut sangat berpengaruh pada kinerja perusahaan. d. Melakukan perbaikan manajemen perusahaan baik sistem maupun mekanisme kerja. e. Melakukan perbaikan kesejahteraan staf dan tenaga kerja. f. Meningkatkan disiplin, etos kerja, dan motivasi diri serta suasana kebersamaan. 41

57 5.3. Aspek Bidang Usaha CV MGA memfokuskan kegiatan usaha dibidang pembenihan. Seperti diketahui industri benih nasional masih dikuasai oleh perusahaan asing atau produk-produk impor. Dengan sangat luasnya cakupan produk benih yaitu tanaman pangan (padi dan palawija) dan hortikultura (buah, sayur, tanaman hias dan biofarmaka) yang terdiri dari berbagai jenis tanaman dan varietas, maka bisnis dibidang pembenihan ini masih sangat terbuka lebar. Begitu pula inovasi teknologi dibidang pembenihan selalu mengalami peningkatan sehingga CV MGA berupaya untuk mengikuti perkembangan teknologi tersebut. CV MGA baru melakukan riset terhadap sepuluh jenis tanaman (buah dan sayuran) selanjutnya mulai tahun 2008 mulai menambah riset untuk tujuh jenis tanaman. Dengan penambahan riset tujuh jenis tanaman tersebut akan dihasilkan varietas-varietas baru sehingga lebih banyak menambah varian komoditas yang dapat dipasarkan Pemasaran Benih Melon CV MGA sudah berdiri selama 14 tahun dan lama kegiatan riset adalah 19 tahun. Umur yang termasuk relatif muda bagi perusahaan pembenihan yang melakukan breeding, sementara perusahaan kompetitor lainnya sudah begitu kuat dan mapan. Sistem pemasaran dilakukan secara konsinyasi. Oleh karena itu, fokus pemasaran di dalam negeri baru difokuskan di daerah-daerah sentra hortikultura di pulau Jawa, yaitu : a. Kantor pusat di Jl Solo-Tawangmangu Km. 29 Karangpandan, Kabupaten Karanganyar. b. Wilayah pemasaran meliputi: Zona I : Ponorogo, Ngawi. Madiun, Malang, dan Bojonegoro Zona II : Rembang, Pati, Kudus, Demak, dan Purwodadi Zona III : Semarang, Kendal, Pekalongan, Pemalang, dan Brebes Zona IV : Surakarta, DIY, Purwerejo, dan Banyumas Zona V : Magelang, Temanggung, Wonosobo dan Banjarnegara Zona VI : Bandung, Bogor, Sukabumi dan Indramayu c. 180 outlet pada toko-toko kios pertanian. d. 80 kelompok tani. 42

58 Sedangkan jaringan pasar ekspor baru melalui satu pintu yaitu YAE NOGEI CO; di Jepang, yang mana oleh pihak YAE NOGEI selanjutya dipasarkan di Jepang, Korea, Taiwan, dan RRC. Hubungan kedua perusahaan ini bukan saja hanya sebagai penjual dan pembeli benih, tetapi juga kedua perusahaan ini sudah menjalin kemitraan atau kerjasama dalam hal pelatihan transfer teknologi dan keduanya sudah sering saling berkunjung ke perusahaan sebagai proses pelatihan atau pembelajaran. Dengan ketatnya quality control dari pihak Jepang justru memberikan pembelajaran bagi pihak CV MGA untuk meningkatan standarisasi mutu produk. Setelah pemasaran masuk ke Jepang, sasaran pemasaran ekspor selanjutnya adalah Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Amerika Latin. Oleh karena itu, telah dilakukan pengiriman sampel benih ke Argentina, Myanmar maupun expo di Singapura Aspek Organisasi Perusahaan Organisasi merupakan mekanisme dan struktur yang membantu manusia untuk mencapai tujuannya secara efektif, sedangkan struktur organisasi merupakan kerangka dan susunan perwujudan pola hubungan diantara fungsifungsi, bagian-bagian, maupun orang yang menunjukkan kedudukan, tugas wewenang dan tanggungjawab yang berbeda-beda dalam organisasi. Kegiatan atau aktivitas yang dilakukan dalam suatu perusahaan memerlukan suatu pengorganisasian yang baik. Hal ini perlu dilakukan agar setiap orang yang terlibat dalam suatu organisasi dapat bekerja lebih terarah, terencana dan bertanggungjawab dengan pekerjaannya. Perusahaan dalam menjalankan kegiatan setiap harinya harus didukung oleh sumber daya manusia yang sudah diorganisasikan dengan baik sesuai dengan jenis pekerjaan dan tanggungjawab yang diberikan. Untuk menjalankan perencanaan tersebut, haruslah disusun suatu struktur organisasi yang baik. Struktur CV Multi Global Agrindo dapat dilihat pada Gambar 4. 43

59 Direktur R&D Breeding Produksi Pemasaran A Seksi Cucurbita ceae Seksi Solana ceae Seksi Bracica ceae Seksi Aneka Sayuran Seksi Pema saran Seksi Induk Pejantan Seksi Induk Betina Seksi Proces sing Divisi Ekspor Divisi Pemasa ran Divisi Admin istrasi Area Jabar Area Jateng Area Jatim Area Luar Jawa Gambar 4. Struktur Organisasi CV MGA 44

60 5.6. Sumber Daya Manusia Pada tahun-tahun awal dimulainya kegiatan ujicoba penerapan teknologi breeding sebagai embrio kegiatan CV MGA, maka kegiatan utama adalah Research and Development (R&D) dan belum ada yang diproduksi dan dipasarkan. Untuk keperluan riset sudah menghabiskan waktu yang lama serta biaya yang besar sebaliknya belum ada pemasukan sehingga masa-masa awal pengetatan pengeluaran sengatlah perlu dilakukan. Seiring dengan keberhasilan riset dengan lahirnya varietas baru maka guna menunjang bagian produksi dan pemasaran, penambahan staf maupun tenaga kerja mutlak diperlukan. Proses perekrutan staf dan tenaga kerja berbeda. Dalam perekrutan staf, CV MGA lebih mengutamakan pada kemampuan dan keterampilan Sumber Daya Manusia (SDM). Pada divisi Research and Development dan divisi produksi, CV MGA merekrut staff yang memiliki kemampuan dalam bidang teknis. Oleh karena itu, CV MGA merekrut staff yang merupakan alumni Organization for Industrial Spiritual and Cultural Advancement (OISCA) Karanganyar yang merupakan suatu organisasi swasta nirlaba yang bekerja sama untuk meningkatkan atau membangun semangat dan kesadaran serta budaya yang lingkup kerjasamanya bertaraf International. Sementara pada divisi pemasaran, CV MGA dapat merekrut staf dari ekternal melalui penyeleksian, wawancara dan training selama tiga bulan untuk melihat kinerja staf tersebut. Proses penggajian staf dilakukan perbulan secara rutin sementara tenaga kerja (buruh harian) digaji perminggu. Tabel 8. Jumlah Karyawan dan Tenaga Kerja Pada CV Multi Global Agrindo Uraian Sarjana S Sarjana Muda SLTA SLTP SD Jumlah Sumber : CV MGA Menyadari betapa pentingnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) bagi keberhasilan dalam melaksanakan berbagai kegiatan kerja, maka dilakukan pembekalan berupa peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan bagi calon karyawan maupun staf. CV MGA memberikan pelatihan selama satu tahun di 45

61 dalam perusahaan dan pelatihan diluar negeri selama satu hingga tiga bulan serta pembinaan setiap hari rabu pagi sekaligus meeting mingguan. Di dalam meeting mingguan ini dibahas mengenai pelaporan dan pemecahan masalah di lapangan. Begitu pula guna meningkatkan motivasi kerja maka perusahaan menerapkan sistem reward dan punishment. Reward biasanya diberikan kepada bagian staf Research and Development yang berhasil menemukan varietas baru yang laku dijual di pasar, sementara punishment diberikan kepada staf atau karyawan yang melakukan kecurangan atau kesalahan. Punishment ini dapat berupa teguran dan peringatan Sarana dan Prasarana Guna menunjang operasional perusahaan (kegiatan riset, produksi, pemasaran, administrasi keuangan dan bangwas), maka upaya perlengkapan sarana dan prasarana sangat diperlukan. Adapun jenis sarana dan prasarana tersebut meliputi: a. Kantor Kantor sebagai pusat kegiatan operasional perusahaan sangatlah penting. CV MGA seluas 300m 2 didesain dengan fungsi multipurpose yaitu sebagai kantor sekaligus hall meeting, penerimaan tamu (rombongan) karena seringnya menerima rombongan tamu dari kelompok tani. Bangunan ini juga dilengkapi dengan peralatan kantor sehingga tata laksana administrasi dan komunikasi dapat dilakukan. b. Lahan CV MGA yang bergerak dibidang pertanian sangatlah memerlukan lahan, baik untuk Research and Development (R&D), untuk lahan produksi maupun untuk lahan display dari berbagai jenis tanaman yang dikembangkan. Lahan CV MGA seluas sekitar 10 Ha yang terpencar sejak dari ketinggian 250 m sampai dengan ketinggian 1600 m diatas permukaan laut (dpl). Hal ini sehubungan bahwa keperluan lahan tersebut disesuaikan dengan jenis tanaman yang memerlukan suhu dan ketinggian tempat yang berbeda-beda. c. Alat transportasi Guna kelancaran operasional CV MGA, maka diperlukan sarana transportasi berupa empat unit mobil, satu unit truk, satu unit mobil box, lima unit 46

62 sepada motor. Apabila terjadi kekurangan alat transportasi, CV MGA menggunakan kendaraan sewa maupun jasa angkutan. d. Seed bank Seed bank berupa bangunan dengan kontruksi khusus yaitu berupa bangunan dari beton berlapis steroform tebal, kayu lapis dan aluminium foil. Bangunan ini dibuat kedap udara sehingga antara lantai dasar dengan lantai atas, atap dengan plafon serta dinding keliling dibatasi dengan rongga lebih kurang 30cm. Guna mengatur kelembaban dipasang mesin humidity yang mampu menyerap kadar air pada udara dalam ruangan sehingga kadar air dalam ruangan terjaga 40-50%. Alat lain yang dipasang pada ruang tersebut adalah thermometer dan hygrometer. Benih-benih riset ditempatkan pada toples yang telah diberi label dan diatur penempatannya. Dengan demikian benih masih dapat tumbuh setelah lebih dari lima tahun penyimpanan. e. Alat dan mesin Banyak ragam alat dan mesin yang digunakan sejak dari cangkul, sekop, pisau pemotong buah, mesin pencacah buah, traktor, pompa air, refrektometer (pengukur derajat kemanisan buah), moister tester (pengukur kadar air pada benih), sprayer (hand sprayer dan motor sprayer), alat packing dan sebagainya. f. Sarana produksi Sarana produksi yang terdiri dari pupuk kandang atau kompos, pupuk kimia (ZA, SP, KCL, PONSKA, NPK, PPC), pestisida (insektisida, fungisida, herbisida, bakterisida) baik kimia maupun organik yang terdiri dari berbagai jenis dan merek. Kapur pertanian (dolomid) untuk meningkatkan ph tanah dan lain sebagainya. g. Rumah persemaian (nursery) Rumah persemaian ini digunakan khusus untuk menumbuhkan benih menjadi bibit yang siap untuk ditanam (transplanting) di lahan. Kontruksi rumah persemaian adalah green house yang merupakan perpaduan plastic house dan screen house yang memberikan kemanfaaatan bagi tumbuhnya persemaian bibit dengan baik karena terpenuhi kebutuhan sinar matahari, tidak langsung terkena hujan dan sirkulasi udara yang bagus. Luas green house adalah 500m 2 dengan 47

63 kapasitas bibit tiap dua puluh hari. Green house ini juga dilengkapi peralatan semai dan media semai. h. Green house Green house seluas 300m 2 digunakan untuk membantu laboratorium penelitian hama penyakit, penanaman sampel dalam pot, uji adaptasi dan sebagainya. i. Gudang sarana produksi Digunakan untuk menyimpan sarana produksi (pupuk, pestisida, dolomid, traktor, pompa air, sprayer, mesin processing benih, kertas polinasi, box semai dan lain sebagainya) j. Rumah processing benih Seluas 200m 2, digunakan untuk menampung panenan buah dan tempat dilakukan proses pengambilan benih. k. Rumah penjemuran Seluas 150m 2, digunakan untuk pengeringan benih yang telah dicuci. l. Gudang penyimpanan benih Kontruksi bangunan sama dengan seed bank, begitu pula perlakuan pengaturan suhu dan kelembaban udara. Gudang ini khusus untuk menyimpan stok benih yang akan di-packing dan dijual. m. Laboratorium Bangunan seluas 150m 2, selain digunakan sebagai tempat seleksi, packing juga digunakan sebagai uji daya tumbuh, uji hama penyakit tanaman dan tissue culture (budidaya meristem atau jaringan) Tahap-tahap Dalam Pembenihan Melon Kegiatan dalam pembenihan melon dimulai dari research, produksi, dan pemasaran. Adapun tahap-tahap pembenihan melon sebagai berikut: a. Research and Development (R&D) Kegiatan yang dilakukan pada divisi Research and Development (R&D) dimulai dengan kegiatan penggaluran. Penggaluran ini dilakukan untuk mendapatkan famili atau galur sebagai unit seleksi agar mendapatkan populasi yang seragam. Proses selanjutnya adalah cross test. Cross test adalah proses mengawinkan suatu individu hasil persilangan dengan salah satu induknya yang 48

64 homozigot resesif. Uji silang ini bertujuan untuk mengetahui apakah individu yang diuji tersebut homozigot atau heterozigot. Apabila hasil uji silang menunjukkan perbandingan fenotipe keturunannya memisah, maka kesimpulannya individu yang diuji heterozigot bukan homozigot (galur murni). Tetapi apabila hasil uji silang 100% berfenotipe sama, maka individu tersebut homozigot. Setelah cross test dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah tes kombinasi sehingga pada akhirnya menghasilkan galur. Galur yang dihasilkan merupakan garis keturunan yang memiliki sifat-sifat khusus yang ingin dipertahankan sehingga menjadi ciri khas dari suatu garis keturunan. Penciptaan galur ini cukup lama karena memerlukan penyilangan antara beberapa generasi, menunggu generasi yang dilahirkan dari persilangan tersebut menjadi dewasa untuk dapat disilangkan kembali sehinga dalam tahap penggaluran ini sangat dibutuhkan ketekunan, ketelitian dan kesabaran. b. Produksi Benih Setelah proses riset dan mendapatkan pengakuan pelepasan varietas oleh Departemen Pertanian, maka perusahaan dapat memproduksi benih. Kegiatan produksi benih diawali dengan pemberian galur dari divisi R&D. Galur yang diberikan kepada divisi produksi berupa galur jantan dan betina. Setelah galur jantan dan betina diterima, maka dilakukan beberapa tahap pada kegiatan produksi sebagai berikut: Persemaian Dalam persemaian jumlah perbandingan antara galur jantan dan galur betina adalah 1:10, artinya apabila ada 100 benih betina maka ada sepuluh benih jantan. Penanaman induk jantan sebanyak 10% ini dikarenakan tanaman hanya diambil bunga jantannya dimana tepung sarinya untuk menyerbuki bunga betina, sedangkan jumlah bunga jantan dalam setiap batang tanaman mempunyai kemampuan menyerbuki sepuluh batang bunga betina. Selain itu juga, hal ini dilakukan atas dasar pertimbangan efisiensi biaya yang dikeluarkan. Adapun proses polinasi pada persemaian galur melon yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 5. 49

65 Penanaman induk jantan 10% Penanaman induk betina 100% Proses Polinasi Panen benih Gambar 5. Proses Polinasi di CV MGA Teknik Penyilangan Proses penyilangan antara galur jantan dan galur betina bertujuan untuk menghasilkan hybrid F1. Dalam teknik penyilangan, terdapat proses kastrasi yaitu pengambilan serbuk sari pada bungan jantan. Kastrasi dilakukan pada sore hari karena pada pagi hari terjadi penyerbukan. Pemeliharaan Pada tahap pemeliharaan terdapat kegiatan penyiraman. Pemupukan, dan pengendalian hama dan penyakit pada tanaman. Penyeleksian Buah Penyeleksian buah melon harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Kesalahan yang terjadi pada penyeleksian buah melon akan berdampak negatif terhadap penyeleksian benih selanjutnya. Seleksi yang dilakukan berdasarkan bentuk dan tingkat keseragaman dari buah melon. Panen Buah Melon Lama masa panen melon yang digunakan untuk pembenihan tentu berbeda dengan masa panen untuk buah konsumsi. Untuk memanen benih melon dibutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan panen buah konsumsi. Benih melon baru bisa dipanen setelah hari dengan alasan pentingnya kemasakan atau kematangan benih yang ada di dalam buah melon. Ciri-ciri buah melon yang sudah bisa dipanen dan diambil benihnya adalah fisik tanaman sudah lemah, daun sudah mengering, batang sudah layu, bagian luar buah sudah mengeras, dan apabila buah melon dibelah, daging buahnya akan lunak dan beraroma alkohol. 50

66 Processing Benih Processing benih merupakan kegiatan pembelahan atau pengambilan biji pada daging buah. Setelah benih diambil, lalu dibawa ke gudang dan didiamkan selama tiga hari. Tujuan benih didiamkan adalah untuk pemantapan kematangan benih. Setelah benih sudah memiliki tingkat kematangan yang sempurna, lalu diambil dan dicuci hingga bersih. Setelah itu, benih dikeringanginkan di dalam green house selama lima hingga tujuh hari. Adapun processing benih melon dapat dilihat pada Gambar 6. Panen Seleksi Pengambilan Pencucian Pengeri buah buah benih benih ngan Seleksi Gambar 6. Processing benih Melon di CV MGA Penyeleksian Benih Penyeleksian benih dilakukan untuk memisahkan benih dari kotoran (kerikil dan sisa-sisa daging buah yang masih menempel). Aktivitas yang dilakukan dalam penyeleksian benih ini adalah memisahkan antara benih normal (utuh), benih abnormal (bentuk biji tidak proposional), dan benih yang tidak berisi. Benih yang abnormal dan tidak berisi harus segera dibuang. Hasil penyeleksian benih dapat dikatakan bagus apabila kuantitas benih normal mencapai 90%. Penyimpanan Benih Penyimpanan benih dilakukan di dalam gudang. Selama proses penyimpanan di dalam gudang, dilakukan uji daya tumbuh. Dalam proses produksi benih, kegiatan uji daya tumbuh hanya dilakukan satu kali yaitu uji daya tumbuh pertama. Uji daya tumbuh yang kedua dan selanjutnya akan dilakukan seterusnya oleh divisi pemasaran. 51

67 c. Pemasaran Setelah menerima data dari bagian produksi berupa berat benih dan daya tumbuh pada uji daya tumbuh pertama, maka kegiatan dalam bagian pemasaran adalah melakukan uji daya tumbuh kedua dan seterusnya. Setelah layak untuk dikemas, maka dilakukan pengemasan lalu didistribusikan sehingga siap untuk dipasarkan. 52

68 VI. PEMBAHASAN Risiko produksi merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh besar pada keberhasilan produksi. Risiko ini berdampak pada kualitas dan kuantitas hasil produksi yang dihasilkan. risiko produksi ini dapat berupa penurunan hasil dari yang diharapkan atau penyimpangan hasil dari yang diharapkan sehingga dapat menimbulkan produksi yang menurun bahkan kegagalan panen. Setiap usaha memiliki risiko produksi dalam kadar yang berbeda tergantung dari manajemen risiko yang diterapkan perusahaan Identifikasi Sumber-sumber Risiko Risiko produksi dapat diidentifikasi melalui adanya fluktuasi produksi dari target produksi yang sudah ditentukan perusahaan. Risiko ini berpengaruh terhadap penerimaan atau pendapatan perusahaan. Risiko produksi yang dihadapi CV MGA merupakan risiko produksi yang muncul pada pengusahaan tiga varietas benih melon, yaitu LADIKA, MAI 119, dan SUMO. Ketiga varietas ini memiliki karakter yang berbeda-beda. Varietas melon LADIKA mempunyai sifat warna batang hijau, kuat, ruas panjang. Daun agak menjari, tangkai agak menjari, bentuk buah lonjong, kulit berubah kuning menjelang masak, net tebal, rasa manis atau enak, derajat kemanisan BRIX, dengan kemampuan produksi 1,8-2,2 kg/buah. Daging buah berwarna merah (orange). Melon LADIKA dapat dipanen pada umur hari setelah pembungaan. Melon LADIKA mempunyai resisten terhadap penyakit layu Bacterium, busuk buah, busuk batang Phitoptori infestan dan tahan Downy mildew. Melon LADIKA cocok ditanam m dari permukaan laut. Varietas melon MAI 119 mempunyai sifat warna batang hijau, kuat, ruas panjang. Daun agak menjari dan tangkai agak menjari, bentuk buah bulat, kulit hijau, net tebal, rasa manis atau enak, derajat kemanisan 14 BRIX, dengan kemampuan produksi 2,5 kg/buah. Daging buah berwarna merah (orange). MAI 119 dapat dipanen pada umur hari setelah pembungaan. MAI 119 mempunyai resisten terhadap penyakit layu Bacterium, busuk buah, busuk batang Phitoptori infestan dan tahan Downy mildew. MAI 119 cocok ditanam m dari permukaan laut. 53

69 Varietas melon SUMO mempunyai sifat warna batang hijau, kuat, ruas panjang. Daun agak menjari, tangkai agak menjari, bentuk buah bulat, kulit hijau kekuningan, rasa manis atau enak, daging buah kuning, derajat kemanisan 14 BRIX, dengan kemampuan produksi 2,5 kg/buah. Melon SUMO dapat dipanen pada umur hari setelah pembungaan. Melon SUMO mempunyai resisten terhadap penyakit layu Bacterium, busuk buah, busuk batang Phitoptori infestan dan tahan Downy mildew. SUMO cocok ditanam m dari permukaan laut. Indikasi adanya risiko produksi dalam proses produksi pada tiga varietas benih melon ini ditunjukkan oleh adanya fluktuasi produksi. Fluktuasi menunjukkan adanya nilai produksi tertinggi, sedang atau normal, dan terendah. Penentuan risiko produksi pada penelitian ini didasarkan pada penilaian varians, standar deviasi, dan koefisien variasi yang diperoleh dari hasil peluang terjadinya suatu kejadian. Peluang terjadinya suatu kejadian dapat dilihat dari kondisi tinggi, normal, dan rendah dari persentase keberhasilan yang dihasilkan oleh masingmasing varietas. Tingkat keberhasilan produksi dinilai dari perolehan keberhasilan panen pada periode yang sudah terjadi selama lima tahun yaitu tahun 2007 sampai Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil usaha pembenihan melon varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO, fluktuasi produksi benih melon tersebut dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Produksi Rata-rata dan Penerimaan CV MGA Pada Benih Melon Tahun Varietas Produksi Rata-rata Benih Penerimaan Kondisi Peluang Melon (Kg) (bungkus) (Rp) Tertinggi 0, LADIKA Normal 0, Terendah 0, Tertinggi 0, MAI 119 Normal 0, Terendah 0, Tertinggi 0, SUMO Normal 0, Terendah 0,

70 Pada Tabel 9, dapat diketahui bahwa pembahasan risiko dengan penerimaan dan adanya peluang terjadinya suatu kejadian dan peluang tersebut dapat diukur. Peluang CV MGA mencapai produksi benih melon varietas LADIKA tertinggi yaitu 0,3. Artinya, jika CV MGA melakukan pembenihan melon varietas LADIKA sebanyak sepuluh kali maka frekuensi CV MGA dapat mencapai produksi yang tinggi hanya tiga kali, sedangkan peluang mencapai kondisi normal yaitu 0,2 yang artinya, jika CV MGA melakukan pembenihan melon varietas LADIKA sebanyak sepuluh kali maka frekuensi CV MGA dapat mencapai produksi yang normal hanya dua kali. Sementara peluang kondisi rendah yaitu 0,5 yang artinya, jika CV MGA melakukan pembenihan melon varietas LADIKA sebanyak sepuluh kali maka frekuensi CV MGA mencapai produksi yang rendah hanya lima kali. Interpretasi yang sama juga berlaku pada persentase keberhasilan pada melon varietas MAI 119 dan SUMO. Setiap 1 kg benih melon dapat menghasilkan 50 bungkus benih melon yang siap untuk dipasarkan. Maka, berdasarkan Tabel 9, 40 kg benih melon varietas LADIKA dikalikan 50 bungkus benih melon sehingga mampu menghasilkan 2000 bungkus benih melon yang siap untuk dipasarkan. Perhitungan ini berlaku untuk varietas lainnya pada kondisi tertentu. Penerimaan CV MGA diperoleh dari jumlah kemasan (bungkus) benih yang dihasilkan dikalikan dengan harga tiap benih. Harga benih melon Varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO masing-masing adalah Rp /bungkus, Rp /bungkus, Rp /bungkus. Dengan demikian, penerimaan pada setiap periode kejadian dapat diamati dengan mempertimbangkan periode waktu tertentu. Pada Tabel 9, dapat diketahui bahwa varietas MAI 119 memiliki penerimaan tertinggi dibandingkan dengan kedua varietas yang lain, yaitu Rp Hal ini disebabkan CV MGA memang lebih memperioritaskan pada produksi benih melon varietas MAI 119 sehingga luas lahan yang dialokasikan untuk varietas MAI 119 lebih luas dibandingkan dengan varietas lain yang kemudian akan berdampak pada hasil produksi yang tinggi pula. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak perusahaan, terdapat banyak sumber risiko yang terjadi pada proses produksi pembenihan melon. Hampir pada setiap kegiatan mulai dari research hingga benih dipasarkan memiliki risiko 55

71 tersendiri. Dalam hal ini, terdapat faktor-faktor yang menjadi penyebab munculnya risiko produksi pada usaha pembenihan melon diantaranya sebagai berikut: a. Kondisi Cuaca dan Iklim Kondisi cuaca dan iklim menjadi salah satu faktor yang dapat menimbulkan risiko produksi pada usaha pembenihan benih melon. Perubahan kondisi cuaca yang drastis atau ekstrim dan sulit diprediksi akan mempengaruhi secara langsung terhadap keberhasilan pertumbuhan benih melon. Terjadinya hujan secara terus-menerus, perubahan suhu, dan sinar matahari yang berkepanjangan akan sangat berpengaruh terhadap kondisi benih yang akan dihasilkan sehingga akan dapat berdampak negatif terhadap produksi dan keberhasilan dalam proses pembenihan melon. Pada Tabel 10, dapat diketahui bahwa kondisi cuaca juga sangat mempengaruhi kualitas benih yang dihasilkan, hal ini terindikasi dari daya tumbuh benih yang dihasilkan pada tiap periode tanam benih. Selain itu, juga dapat diketahui bahwa CV MGA lebih sering melakukan kegiatan produksi benih melon pada saat musim hujan dalam kurun waktu lima tahun, yaitu dari tahun 2007 hingga Berdasarkan wawancara terhadap pihak produksi, melon sebaiknya diproduksi pada akhir musim hujan dan pada akhir musim kemarau. Namun, seringnya perkiraan kondisi cuaca yang tidak sesuai dengan kenyataan membuat produksi benih melon pun kerapkali mengalami fluktuasi. Produksi benih melon relatif lebih baik pada saat musim hujan dari pada musim kemarau karena pada saat musim kemarau melon mendapatkan penyinaran dari matahari yang lebih banyak. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya air pada melon sehingga terjadi layu pada tanaman melon yang selanjutnya akan berdampak pada daya tumbuh benih yang dihasilkan. Pengaruh kondisi cuaca terhadap daya tumbuh benih melon dapat dilihat pada Tabel

72 Tabel 10. Pengaruh Cuaca Terhadap Daya Tumbuh Benih Melon Varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO Varietas Melon Periode Tanam Cuaca DayaTumbuh (%) 2007 Awal hujan Panas Hujan Hujan 95 LADIKA 2009 Hujan Akhir hujan Akhir hujan Panas Panas Panas Panas Hujan Hujan Hujan 97 MAI Panas Hujan Hujan Awal hujan Hujan Panas Panas Panas Hujan Hujan 97 SUMO 2009 Akhir hujan Akhir hujan Hujan Hujan Hujan Hujan 98 Sumber: CV MGA Kondisi cuaca dan iklim juga menjadi penentu bagi perusahaan dalam melakukan produksi benih melon. Berdasarkan hasil wawancara dengan divisi produksi bahwa kondisi yang ideal adalah melakukan produksi benih satu kali dalam satu tahun. Namun CV MGA melakukan produksi benih melon dua hingga tiga kali dalam satu tahun. Keputusan jadwal produksi ini disesuaikan dengan 57

73 kondisi iklim dan cuaca yang terjadi. Siklus produksi benih melon dapat dilihat pada Gambar 7. Produksi Benih Melon Dua Kali dalam Setahun Produksi Tidak Produksi Produksi Bulan Produksi Benih Melon Tiga Kali dalam Setahun Produksi Produksi Produksi Bulan Gambar 7. Siklus Produksi Benih Melon di CV MGA Berdasarkan Gambar 7, dapat diketahui bahwa terdapat dua sistem siklus produksi, yaitu produksi benih melon yang dilakukan dua kali dalam satu tahun dan produksi benih melon yang dilakukan tiga kali dalam satu tahun. Produksi benih melon dilakukan dua kali dalam satu tahun yaitu terjadi pada bulan Maret (akhir musim hujan) hingga awal Juni (awal musim kemarau). Kemudian bulan Juni hingga bulan September awal terjadi musim kering yang biasanya sangat ekstrim sehingga perusahaan memutuskan untuk tidak berproduksi benih melon atau aktivitas produksi benih melon ditiadakan. Hal ini dilakukan atas pertimbangan risiko produksi yang lebih besar pada saat musim kemarau yang ekstrim karena dapat menyebabkan kekeringan pada tanaman melon. Lalu pada bulan September akhir (akhir musim kemarau), perusahaan mulai melakukan produksi benih melon kembali hingga bulan Desember ( awal musim hujan). Sementara pada produksi benih melon yang dilakukan tiga kali dalam satu tahun yaitu terjadi pada bulan Maret (akhir musim hujan) hingga awal Juni (awal musim kemarau), kemudian bulan Juni hingga bulan September, lalu bulan September akhir (akhir musim kemarau) hingga bulan Desember (awal musim 58

74 hujan). Pada siklus ini, perusahaan tetap melakukan produksi benih melon pada bulan Juni hingga bulan September meskipun perusahaan mengetahui bahwa pada musim tersebut terjadi musim kemarau yang sangat ekstrim sehingga hasil produksi mengalami penurunan. Oleh karena itu, sejak tahun 2007 perusahaan lebih memilih untuk melakukan produksi benih melon dua kali dalam satu tahun dari pada tiga kali dalam satu tahun mengingat risiko produksi yang lebih tinggi pada saat melakukan produksi tiga kali dalam satu tahun. Dalam menghadapi risiko iklim dan cuaca yang sering sekali sulit untuk diprediksi, CV MGA menggunakan green house dalam proses persemaian benih sebelum buah melon yang siap ditanam di lahan. Hal ini bertujuan untuk melindungi benih dan bibit melon dari perubahan curah hujan yang sulit diprediksi, angin yang kencang, serta perubahan suhu dan kelembaban agar produksi benih tidak menurun atau normal. Pada saat musim kemarau, suhu udara menjadi tinggi karena terpaan sinar matahari secara terus-menerus. Hal ini akan berpengaruh pada suhu di dalam green house. Kemampuan benih dan bibit melon dalam menyesuaikan suhu dalam green house sangat terbatas karena benih melon sangat rentan terhadap sinar matahari yang berlebihan. Hal ini dapat menyebabkan benih dan bibit melon menjadi layu dan kering. Oleh karena itu, tindakan pencegahan akan risiko tanaman menjadi layu, CV MGA melakukan penyiraman setiap hari secara rutin pada pagi hari. Penyiraman tidak dilakukan lagi pada sore hari karena dapat menyebabkan batang bibit melon menjadi tumbuh dengan tinggi dan tidak kokoh. Selain itu, dalam mengantisipasi risiko tanaman terhadap kekeringan, CV MGA memberi naungan berupa paranet di dalam green house. Paranet merupakan jaring berwarna hitam yang menyerap radiasi matahari sehingga berfungsi untuk menghindari atau menjaga bibit melon dari radiasi matahari yang berlebihan. Pada saat musim hujan, suhu lingkungan di dalam green house menjadi menurun dan relatif lebih lembab. Oleh karena itu, untuk menjaga agar pertumbuhan benih dan bibit tetap baik maka dilakukan pengurangan penyiraman. Intensitas penyiraman tetap dilakukan satu kali dalam sehari baik di musim hujan maupun panas, hanya saja pada musim hujan, jumlah atau kapasitas air yang diberikan berkurang. Hal ini dilakukan agar kelembaban tanaman tidak terlalu 59

75 tinggi karena kelembaban yang tinggi akan memicu timbulnya penyakit pada tanaman. Sementara pada lahan penanaman buah melon dilakukan di luar green house. Dalam menghadapi risiko iklim dan cuaca pada lahan melon, dilakukan pembuatan mulsa di tiap-tiap bedeng melon. Pemberian mulsa ini berfungsi untuk menjaga kestabilan kondisi tanaman baik dalam keadaan curah hujan yang berlebih atau pun panas yang berlebih. Pada saat terjadi musim hujan secara terusmenerus, mulsa berfungsi untuk mengurangi kelembapan tanah karena curah hujan tidak langsung jatuh pada tanah atau lahan melon. Sementara pada musim kemarau yang berlebihan, mulsa berufungsi untuk menjaga kelembaban tanah agar tanah tidak terlalu kering. b. Hama dan Penyakit Hama dan penyakit merupakan salah satu sumber risiko yang dapat merusak tanaman dan menyebabkan produksi benih melon menjadi tidak optimal. Hama dan penyakit yang menyerang buah ataupun benih melon pada umumnya berkaitan dengan kondisi cuaca. Pada saat curah hujan tinggi atau musim hujan, penyakit lebih sering menyerang tanaman. Hal ini disebabkan serangan jamur yang tumbuh dengan baik pada saat musim hujan. Serangan jamur dan bakteri ini menyebabkan tanaman mengalami kerusakan dan umumnya tanaman yang sudah terserang jamur akan lebih rentan untuk diserang bakteri, selanjutnya apabila terlambat ditangani maka serangan bakteri ini dapat menyebabkan pembusukan yang ada sehingga pada akhirnya tanaman menjadi mati. Sementara serangan hama pada umumnya lebih sering menyerang tanaman pada musim kemarau dengan curah hujan rendah, terpaan sinar matahari panjang dan suhu udara yang relatif tinggi. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan dengan pihak perusahaan, khususnya bagian produksi, maka dapat diketahui bahwa terdapat beberapa jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman melon di perusahaan CV MGA. Hama dan penyakit yang menyerang tanaman melon cukup banyak. Adapun jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman melon antara lain ; ulat daun, ulat grayak, oteng-oteng, thrips, aphids, dan kutu daun. Sementara penyakit yang sering terjadi pada tanaman melon adalah karat daun, busuk batang, virus kuning, dan cacar buah. Hama dan 60

76 penyakit menyerang bagian-bagian yang berbeda pada tanaman melon sehingga menimbulkan gejala-gejala yang berbeda dan penanganan yang berbeda pula. secara lebih lengkap, hama dan penyakit yang menyerang tanaman melon dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Hama dan Penyakit yang Menyerang Tanaman Melon Hama dan Bagian yang Gejala Penyakit Diserang Penanganan Ulat Daun Daun dan bunga menjadi rusak Pucuk dan batang Penyemprotan insektisida Ulat Grayak Menyebabkan defoliasi daun Pangkal batang Penaburan furadan Kumbang Daun Keratan pada daun Daun Penyemprotan insektisida Thrips Daun muda menjadi keriting Batang dan daun Penyemprotan insektisida Aphids Daun menggulung Batang dan daun Penyemprotan insektisida Kutu Daun Pucuk daun keriting Daun Penyemprotan insektisida Karat Daun Bintik-bintik coklat pada daun Daun Penyemprotan fungisida Busuk Batang Busuk pada pangkal batang Daun Penyemprotan fungisida Virus Kuning Pucuk daun menguning Pucuk daun Pencabutan tanaman Buah dan batang mengeluarkan Cacar Buah lender Sumber : CV MGA Buah dan batang Pemberian cairan oksonia Berdasarkan Tabel 11, dapat diketahui bahwa secara umum penanganan hama dan penyakit yang terjadi pada tanaman melon dilakukan dengan pemberian pestisida berupa insektisida dan fungisida secara rutin dan selalu memantau tanaman setiap hari sehingga jika terdapat hama dan penyakit pada tanaman dapat dilakukan pencegahan sedini mungkin. CV MGA lebih sering melakukan produksi benih melon pada saat musim hujan sehingga CV MGA lebih sering mengalami penurunan produksi atau kegagalan panen yang disebabkan oleh penyakit yang menyerang tanaman karena penyakit lebih sering menyerang tanaman pada saat musim hujan. Penyakit yang memiliki dampak yang cukup besar yang menyerang tanaman melon adalah cacar buah dan virus kuning. Penyakit cacar buah terjadi pada saat musim hujan. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri sehingga buah dan batang mengeluarkan lendir sedikit demi sedikit yang kemudian akan menjadi banyak hingga akhirnya 61

77 buah tidak berkembang dan menjadi busuk dari dalam meskipun penampilan luar buah tampak bagus. Sementara, penyakit virus kuning ini disebarkan melalui vektor hama, yaitu hama thrips. Penyakit ini menyebabkan pucuk daun menguning, titik tumbuh menjadi mati sehingga tanaman menjadi tidak berkembang. Apabila tanaman melon terkena penyakit ini maka risiko kegagalan dapat mencapai 100%. Dengan demikian, solusi dan penanganan yang dilakukan CV MGA dalam menghadapi risiko hama dan penyakit adalah dengan meningkatkan dosis penggunaan fungisida, bakterisida, dan insektisida serta meningkatkan intensitas penyemprotan pestisida. c. Kegiatan Produksi Benih Berdasarkan hasil wawancara dengan staf dan tenaga kerja dibagian produksi benih melon bahwa hampir dari setiap kegiatan produksi benih melon terdapat sumber risiko yang dapat memicu penurunan produksi atau gagal panen. Proses produksi benih dapat dilihat pada Gambar 8. Persemaian Penyilangan Pemeliharaan Penyeleksian Buah Pemanenan Buah Processing Benih Penyeleksian Benih Penyimpanan Benih Gambar 8. Bagan Proses Produksi Benih Melon di CV MGA Kegiatan produksi yang dapat menjadi sumber risiko produksi adalah persemaian, penyilangan, pemeliharaan, dan pemanenan. Risiko yang terjadi pada tahap persemaian adalah ketika terjadi pencampuran galur betina dan jantan sehingga dapat mengakibatkan kekeliruan pada proses berikutnya yaitu penyilangan galur jantan dan betina. 62

78 Pada tahap penyilangan, risiko yang biasa terjadi adalah pernyerbukan sendiri (serumah) dan penyerbukan campuran (umum). Penyerbukan sendiri (serumah) terjadi ketika kurang bersihnya proses kastrasi yang dilakukan, sementara penyerbukan campuran dapat disebabkan oleh faktor alam seperti angin. Kedua risiko ini juga tidak terlepas dari keterampilan tenaga kerja (SDM). Keterampilan yang rendah dari tenaga kerja dalam melakukan kastrasi dan penyilangan dapat menjadi sumber risiko kegagalan dalam menghasilkan benih melon yang diinginkan. Hal ini tentu akan berdampak negatif terhadap benih yang dihasilkan. Benih yang dihasilkan akan memiliki bentuk yang kecil dan tidak seragam yang pada akhirnya akan merugikan perusahaan. Pada tahap pemeliharaan, risiko produksi yang terjadi adalah serangan hama dan penyakit yang menyerang tanaman. Sementra pada tahap pemanenan, risiko yang terjadi adalah pada saat pemanenan atau pemetikan melon sebelum waktunya. Hal ini berkaitan dengan ketelitian tenaga kerja yang melakukan pemanenan. Jika terjadi kesalahan dalam memetik atau memanen buah yang belum waktunya maka benih melon yang akan dihasilkan belum masak sempurna sehingga daya tumbuh benihnya juga menjadi rendah. d. Keterampilan Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan sumber daya yang penting bagi perusahaan karena Sumber Daya Manusia (SDM) dapat mempengaruhi efisiensi dan efektifitas dari kegiatan produksi. Sumber Daya Manusia (SDM) atau tenaga kerja yang terampil, berpendidikan, dan berpengalaman sangat penting bagi perusahaan guna mendukung efisiensi dan efektifitas dari kegiatan produksi benih melon. Bagi CV MGA, tenaga kerja, khususnya dibagian produksi, lebih diutamakan adalah pengalaman dan keterampilan dari pada tingkat pendidikan. Tenaga kerja yang kurang terampil dapat menjadi sumber risiko produksi bagi perusahaan sehingga dapat berpengaruh negatif terhadap hasil produksi dan pendapatan dari benih melon. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, tenaga kerja dibagian produksi pernah melakukan kesalahan dalam kegiatan produksi benih melon. Kesalahan tersebut terjadi pada saat tenaga kerja melakukan proses pengolahan lahan, ketidaktepatan jadwal antara pengolahan lahan dan persedian benih, proses 63

79 persilangan, dan human error (kecerobohan) tenaga kerja. Kesalahan pada saat pengolahan lahan terjadi karena pada saat pengolahan lahan dibutuhkan tenaga kerja yang banyak sehingga perusahaan tidak melakukan proses penyeleksian tenaga kerja untuk bekerja di lahan. Keterampilan dari tenaga kerja juga kurang diperhatikan selama proses pengolahan lahan karena banyaknya tenaga kerja, sementara mandor atau yang mengawasi hanya berjumlah satu hingga dua orang saja sehingga sulit untuk mengontrol tenaga kerja secara keseluruhan. Sumber risiko dari tenaga kerja juga terjadi pada saat mengatur penjadwalan tanam, yaitu pada saat pengolahan lahan sudah selesai, namun bibit melon belum siap untuk ditanam. Hal ini menyebabkan masa tunggu yang terjadi pada lahan sehingga lahan lebih dulu diserang gulma. Kemudian, risiko tenaga kerja yang paling fatal adalah tenaga kerja pernah melakukan kesalahan pada proses penyilangan karena terjadinya persilangan kohemis (serumah). Hal ini akan berdampak sangat buruk terhadap kondisi atau kualitas benih yang dihasilkan. sementara human error (kecerobohan) tenaga kerja yang pernah terjadi, khususnya pada bagian produksi yaitu pada saat perpindahan tenaga kerja dari lokasi yang belum terkena penyakit cacar buah menuju lokasi atau lahan melon yang belum terkena penyakit cacar buah. Tenaga kerja kurang memperhatikan kebersihan pada saat memasuki areal yang belum terkena penyakit cacar buah sehingga pada kondisi ini, tenaga kerja bisa berperan sebagai perantara yang menyebarkan penyakit cacar buah ke areal yang belum terkena penyakit cacar buah Analisis Risiko Produksi Setelah mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang terdapat pada perusahaan, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis risiko melalui pengukuran atau penilaian risiko. kegiatan penilaian risiko ini dimulai dengan perhitungan peluang, nilai expected return, hingga nilai besaran risiko dari perhitungan varian, standar deviasi, dan koefisien variasi. Nilai hasil perhitungan peluang dan penerimaan yang dilakukan sebelumnya dijadikan sebagai bahan perhitungan lanjutan, yaitu untuk mengukur expected return. Nilai expected return merupakan nilai harapan produksi berdasarkan masing-masing kejadian. 64

80 Setelah dilakukan pengukuran peluang dari kejadian yang terjadi maka dilakukan penyelesaian pengambilan keputusan yang mengandung risiko dengan menggunakan expected return. Expected return yang dihitung berdasarkan jumlah dari nilai yang diharapkan terjadinya peluang masing-masing kejadian pada benih melon varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO. Expected return merupakan total nilai penerimaan dikalikan dengan peluang kondisi yang ada. Penilaian expected return benih melon verietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Penilaian Expected Return Benih Melon Varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO Pada Perusahaan CV MGA Varietas Benih Melon Expected Return (Rp) LADIKA MAI SUMO Berdasarkan Tabel 12, dapat diketahui bahwa expected return MAI 119 merupakan yang paling tinggi dibandingkan kedua varietas yang lain. Hal ini disebabkan CV MGA lebih berkonsentrasi pada benih melon varietas MAI 119 dibandingkan yang lainnya. Perusahaan lebih berkonsentrasi memproduksi benih varietas MAI 119 karena permintaan benih melon varietas ini cenderung lebih tinggi dan relatif lebih stabil dibandingkan LADIKA dan SUMO. Secara umum, ketiga varietas ini memiliki kualitas yang sama, hanya saja memiliki kriteria yang berbeda-beda. Hal inilah yang menyebabkan permintaan benih melon MAI 119 lebih besar dibandingkan yang lain karena preferensi konsumen yang ternyata lebih menyukai kriteria atau sifat yang dimiliki varietas MAI 119. Kriteria yang sering kali menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih varietas ini adalah karena MAI 119 relatif lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibandingkan varietas LADIKA dan SUMO. Oleh karena itu, sebagian besar lahan difokuskan pada varietas MAI 119 sehingga luas lahan yang paling luas adalah lahan untuk varietas MAI 119 dibandingkan lahan varietas LADIKA dan SUMO. Dengan demikian produksi varietas MAI 119 juga lebih tinggi. Produksi yang lebih tinggi ini akan berpengaruh pada penerimaan yang diharapkan (expected return) oleh perusahaan yang kemudian juga akan ikut meningkat. 65

81 Sementara itu, expected return yang paling rendah terjadi pada benih melon varietas SUMO. Hal ini dikarenakan varietas SUMO yang kurang diminati oleh konsumen karena kriteria yang dimiliki varietas SUMO. Kriteria dari varietas SUMO yang kurang menarik bagi konsumen adalah warna daging buah kuning. Oleh karena itu, lahan yang digunakan untuk varietas SUMO memiliki luas yang paling rendah dibandingkan kedua varietas lainnya. Selain itu, harga benih melon varietas SUMO juga relatif lebih murah dibandingkan kedua varietas lainnya sehingga akan berpengaruh pada penerimaan yang diharapkan (expected return) oleh perusahaan. Penilaian expected return yang diperoleh selanjutnya akan digunakan sebagai bahan perhitungan selanjutnya. Proses tahapan selanjutnya adalah mengukur nilai dan besaran penyimpangan atau gap antara expected return dengan realisasi nilai produksi yang diperoleh perusahaan CV MGA. Pengukuran risiko akan dilakukan dengan dua cara yaitu, pengukuran risiko tunggal dan pengukuran risiko portofolio. Perhitungan ini ditujukan untuk membandingkan nilai risiko apabila hanya melakukan satu varietas benih melon dengan mengusahakan lebih dari satu varietas benih melon Analisis Risiko Tunggal Penilaian risiko pada komoditas tunggal dilihat berdasarkan tingkat penerimaan yang diperoleh dari benih melon varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO. Penilaian risiko dapat dihitung dengan menggunakan expected return, variance, standard deviation, dan coefficient variation. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Penilaian Risiko Tunggal varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO Expected Standard Coefficient Varietas Variance Return(Rp) Deviation Variation LADIKA ,462 MAI ,766 SUMO ,346 Pada Tabel 13, dapat terlihat bahwa nilai variance berbanding lurus dengan standard deviation, yaitu jika nilai variance yang diperoleh tinggi maka 66

82 nilai standard deviation yang diperoleh juga akan tinggi, begitu juga sebaliknya. Dari ketiga varietas benih melon yaitu LADIKA, MAI 119 dan SUMO, dapat diketahui bahwa varietas MAI 119 memiliki nilai variance dan standard deviation paling tinggi yaitu sebesar dan Sedangkan varietas SUMO memiliki nilai variance dan standard deviation paling rendah yaitu sebesar dan Penilaian risiko yang paling tepat adalah dengan menggunakan koefisien variasi yang dapat diukur dari rasio standar deviasi dengan expected return. Koefisien variasi merupakan ukuran yang sangat tepat bagi pengambil keputusan dalam memilih salah satu alternatif dari beberapa kegiatan usaha setiap return yang diperoleh. Semakin tinggi nilai koefisien variasi maka semakin tinggi pula tingkat risiko yang dihadapi. Berdasarkan perhitungan diperoleh bahwa nilai koefisien variasi untuk varietas MAI 119 lebih tinggi dibandingkan varietas lainnya, yaitu sebesar 0,766. Yang berarti bahwa setiap satu rupiah yang dihasilkan oleh benih melon varietas MAI 119 menghadapi risiko senilai 0,766. Hal ini disebabkan fluktuasi produksi varietas MAI 119 yang relatif tidak stabil selama sepuluh periode sehingga grafik pada Gambar 1 dapat menjelaskan bahwa jika persentase keberhasilan produksi mengalami fluktuasi yang signifikan terutama pada peningkatan yang sangat signifikan pada periode dua sebesar 10,2 kg menjadi 91,5 kg pada periode empat, lalu menurun lagi menjadi 9,1 kg pada periode lima. Fluktuasi produksi yang terjadi sangat signifikan, maka nilai koefisien variasi untuk varietas MAI 119 mengindikasikan bahwa risiko yang dihadapi perusahaan saat memproduksi varietas tersebut adalah tinggi. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara, dalam proses produksi selama sepuluh periode, varietas MAI 119 memiliki daya tumbuh rata-rata yang lebih rendah dibandingkan varietas lainnya yaitu 92,3 persen. Daya tumbuh yang menurun atau rendah dapat disebabkan teknik pengeringan yang kurang baik sehingga kadar air dalam benih masih tinggi. Proses pengeringan ini juga sangat tergantung pada kondisi cuaca yang selalu berbeda-beda setiap hari sehingga sangat mempengaruhi daya tumbuh benih yang kemudian akan berdampak pada kualitas benih melon. Jadi, risiko produksi yang tinggi pada varietas MAI

83 juga dapat berasal dari daya tumbuh rata-rata yang paling rendah selama sepuluh periode. Berdasarkan perhitungan juga dapat dilihat bahwa varietas MAI 119 juga memiliki return yang lebih tinggi dibandingkan varietas lainnya. Maka dapat disimpulkan bahwa varietas ini memiliki return dan risiko tertinggi. Pernyataan ini sesuai dengan konsep high risk high return. Semakin tinggi risiko yang akan dihadapi maka return yang diperoleh maka akan semakin tinggi pula. Berdasarkan hasil penilaian risiko pada kegiatan spesialisasi, diperoleh bahwa nilai koefisien variasi yang paling rendah terjadi pada benih melon varietas SUMO yaitu 0,342, yang artinya adalah bahwa setiap satu rupiah yang dihasilkan oleh benih melon varietas SUMO menghadapi risiko senilai 0,342. Hal ini menunjukkan bahwa varietas SUMO memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dibandingkan varietas lainnya karena semakin kecil nilai koefisien variasi maka semakin rendah pula tingkat risiko yang dihadapi. Tingkat risiko yang rendah pada varietas SUMO disebabkan varietas SUMO memiliki net atau jaring yang relatif lebih sedikit pada kulit buahnya dibandingkan varietas lainnya sehingga pada proses produksi varietas melon relatif mudah dibandingkan dengan kedua varietas lainnya sehingga risiko kegagalan dalam penyilangan lebih kecil. Dalam proses produksi selama sepuluh periode, varietas SUMO memiliki daya tumbuh rata-rata yang paling tinggi dibandingkan varietas lainnya yaitu 97,7 persen. Daya tumbuh benih yang tinggi akan menghasilkan kualitas benih yang semakin baik pula. Jadi, hasil daya tumbuh benih yang tertinggi ini dapat menjadi indikator bahwa risiko produksi yang terjadi pada varietas SUMO lebih rendah dibandingkan varietas lainnya. Sementara, nilai koefisien variasi benih melon varietas LADIKA adalah 0,462 yang berarti setiap satu rupiah yang dihasilkan oleh benih melon varietas LADIKA menghadapi risiko senilai 0,462. Nilai koefisien variasi varietas LADIKA berada diantara varietas MAI 119 dan SUMO. Jadi, untuk menekan risiko yang terjadi, maka CV MGA melakukan diversifikasi ketiga varietas, yaitu LADIKA, MAI 119, dan SUMO. Apabila perusahan menghadapi risiko pada 68

84 salah satu varietas benih melon akan ditutupi oleh varietas lainnya sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian yang terlalu tinggi Analisis Risiko Portofolio Salah satu bentuk strategi penanganan risiko yang sering dilakukan perusahaan adalah diversifikasi usaha. Diversifikasi merupakan strategi investasi dengan menempatkan dana dalam berbagai kegiatan usaha dengan tujuan untuk meminimalkan risiko. CV MGA dalam menjalankan usahanya juga turut menggunakan teknik strategi diversifikasi ini yaitu dengan mengusahakan berbagai varietas benih melon. Perhitungan risiko tunggal dari masing-masing varietas benih melon yang dilakukan sebelumnya merupakan gambaran besaran risiko produksi yang dihadapi oleh CV MGA. Gambaran ini merupakan nilai risiko yang dihadapi apabila CV MGA hanya mengusahakan satu varietas benih melon saja. Faktanya CV MGA mengusahakan tiga varietas benih melon, yaitu varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO. Berdasarkan hasil wawancara, bahwa upaya diversifikasi yang dilakukan oleh CV MGA karena permintaan pasar, artinya CV MGA melakukan upaya untuk merespon pasar atas varietas benih yang dihasilkan. jadi, upaya diversifikasi yang dilakukan CV MGA adalah untuk memenuhi permintaan pasar yang selalu berubah sesuai tren. Penilaian risiko pada kegiatan diversifikasi dilihat berdasarkan penerimaan yang diperoleh dari gabungan varietas benih melon yang diteliti. Perhitungan risiko pada kegiatan diversifikasi yang dilakukan meliputi gabungan dari dua komoditas dan tiga komoditas. Pengukuran risiko portofolio ini diawali dengan menghitung bobot portofolio atau fraction portfolio. Bobot portofolio diperoleh berdasarkan luas lahan yang digunakan pada masing-masing varietas. Pada benih melon varietas LADIKA diperlukan luas lahan sebesar m 2. Pada benih melon varietas MAI 119 diperlukan luas lahan sebesar m 2. Pada benih melon varietas SUMO diperlukan luas lahan sebesar m 2. Dengan diketahuinya luas lahan yang digunakan pada masing-masing varietas makan akan diperoleh nilai bobot portofolio pada masing-masing varietas benih melon. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7. 69

85 Setelah diketahui bobot portofolio pada setiap gabungan komoditas, maka dilakukan perhitungan risiko portofolio yang mencakup dua varietas dan tiga varietas. Risiko portofolio dari kombinasi dua aset yang dihitung adalah sebanyak tiga portofolio, antara lain gabungan LADIKA dan MAI 119, LADIKA dan SUMO, serta MAI 119 dan SUMO. Risiko portofolio dari kombinasi tiga varietas yang dihitung adalah gabungan LADIKA, MAI 119, dan SUMO. Total perhitungan risiko portofolio yang dianalisis adalah sebanyak empat portofolio. Perhitungan risiko portofolio LADIKA, MAI 119, dan SUMO pada CV MGA dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Penilaian Risiko Portofolio pada Benih Melon Varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO Expected Standard Coefficient Varietas Variance Return(Rp) Deviation Variation LAD+MAI ,71E ,9 0,691 LAD+SUM , ,52 0,424 MAI+SUMO ,4 0,711 LAD+MAI+SUM ,652 Keterangan: LAD = LADIKA MAI = MAI 119 SUM = SUMO Hasil perhitungan risiko portofolio pada kegiatan diversifikasi yang ditampilkan pada Tabel 14 merupakan gambaran risiko yang dihadapi CV MGA sehingga dapat dibandingkan risiko portofolio jika mengusahakan dua varietas sekaligus dan tiga varietas sekaligus. Penjelasan mengenai hasil perhitungan risiko portofolio benih melon pada Tabel 14 tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. LADIKA dengan MAI 119 Pada Tabel 14, dapat dilihat perbandingan risiko yang dihadapi perusahaan jika mengusahakan varietas LADIKA dengan MAI 119 beserta portofolionya. Kombinasi antara varietas LADIKA dengan MAI 119 ini memiliki expected return yang tertinggi pada kegiatan diversifikasi. Nilai expected return pada 70

86 diversifikasi kedua varietas ini berada diantara nilai expected return pada varietas LADIKA dan expected return varietas MAI 119. Tujuan penggunaan strategi diversifikasi pada kondisi yang berisiko adalah untuk meminimalisasi besarnya risiko. Hal ini akan efektif apabila hasil penilaian risiko menunjukkan nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai risiko pada saat mengusahakan satu varietas. Hasil perhitungan risiko dari kombinasi antara varietas LADIKA dan MAI 119 ini menghasilkan nilai coefficient variation sebesar 0,691. Nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan mengusahakan spesialisasi MAI 119 saja yang memiliki nilai coefficient variation sebesar 0,766. Kegiatan diversifikasi dua komoditas ini ternyata dapat menurunkan risiko sebesar 0,075. Namun jika perbandingannya dilakukan kepada varietas LADIKA, maka manfaat untuk mengurangi risiko tidak akan berpengaruh karena nilai risiko tunggal lebih rendah dari pada nilai risiko diversifikasi. Kombinasi risiko diversifikasi antara LADIKA dan MAI 119 ini lebih efektif pada kondisi dimana CV MGA hanya mengusahakan varietas MAI 119 saja. Hal ini berarti kegiatan diversifikasi pada LADIKA dan MAI 119 dapat meminimalkan risiko yang dihadapi perusahaan. Risiko diversifikasi dua varietas, yaitu LADIKA dan MAI 119 merupakan risiko kedua paling tinggi diantara perhitungan risiko diversifikasi dua varietas benih melon lainnya, ini disebabkan oleh kombinasi dua varietas yang salah satunya memiliki nilai koefisien variasi yang paling tinggi yaitu MAI 119 sehingga menghasilkan nilai koefisen variasi yang tinggi juga. Hal ini tidak terlepas dari tingginya fluktuasi produksi yang terjadi pada kedua varietas tersebut. selain itu, varietas MAI 119 juga memiliki daya tumbuh yang relatif lebih kecil dibandingkan varietas lainnya sehingga mempengaruhi keberhasilan produksi benih melon. 2. LADIKA dengan SUMO Strategi diversifikasi yang kedua merupakan kombinasi varietas LADIKA dan SUMO. Hasil perhitungan risiko pada gabungan kedua varietas benih melon ini menunjukkan angka yang paling rendah dari keseluruhan perhitungan risiko diversifikasi, yaitu 0,424. Nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan mengusahakan spesialisasi varietas LADIKA yang memiliki nilai coefficient 71

87 variation sebesar 0,462. Kegiatan diversifikasi dua komoditas ini ternyata dapat menurunkan risiko sebesar 0,038. Hal ini berarti kegiatan diversifikasi pada LADIKA dan SUMO dapat meminimalkan risiko yang dihadapi perusahaan. Kombinasi LADIKA dan SUMO juga memperoleh expected return yang rendah dibandingkan kombinasi lainnya. Dengan demikian, hal ini sesuai dengan konsep low risk low return. Dimana kombinasi ini memiliki risiko yang rendah dan memiliki expected return yang rendah dibandingkan kombinasi varietas lainnnya. Kombinasi kedua varietas ini menghasilkan nilai coefficient variation terendah karena varietas SUMO memiliki nilai risiko spesialisasi terendah sehingga dapat menguntungkan bagi perusahaan. Hal ini disebabkan hasil produksi dari varietas SUMO memiliki tingkat fluktuatif yang relatif rendah dibandingkan yang lain. Selain itu, dalam proses produksi terutama teknik penyilangan, varietas SUMO memiliki tingkat risiko kegagalan yang lebih rendah sehingga dapat mengurangi risiko produksi diversifikasi antara varietas LADIKA dan SUMO. 3. MAI 119 dengan SUMO Diversifikasi benih melon varietas MAI 119 dengan SUMO merupakan kombinasi varietas benih melon dengan nilai expected return tertinggi dan terendah. Kombinasi diversifikasi kedua varietas ini juga memiliki nilai expected return tertinggi kedua setelah kombinasi varietas LADIKA dan MAI 119. Tingginya nilai expected return memiliki hubungan yang positif dengan besarnya risiko yang dihadapi. Nilai risiko yang diperoleh melalui perhitungan koefisien variasi sebesar 0,711. Nilai ini memiliki pengertian bahwa CV MGA menghadapi risiko produksi kombinasi varietas MAI 119 dengan SUMO senilai 0,711 untuk setiap return yang diharapkan. Risiko diversifikasi antara varietas MAI 119 dan SUMO merupakan risiko yang paling tinggi diantara perhitungan risiko diversifikasi dua varietas lainnya, yaitu sebesar 0,711. Namun, nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan mengusahakan spesialisasi varietas MAI 119 yang memiliki nilai coefficient variation sebesar 0,766. Kegiatan diversifikasi dua komoditas ini ternyata dapat 72

88 menurunkan risiko sebesar 0,055. Hal ini berarti kegiatan diversifikasi pada MAI 119 dan SUMO dapat meminimalkan risiko yang dihadapi perusahaan. Berdasarkan informasi di lapangan, benih melon varietas MAI 119 merupakan varietas yang relatif lebih tahan terhadap penyakit yang menyerang tanaman. Namun, varietas MAI 119 memiliki daya tumbuh rata-rata yang paling rendah dibandingkan varietas lainnya yaitu 92,3 persen. Daya tumbuh yang menurun atau rendah dapat disebabkan teknik pengeringan yang kurang baik sehingga kadar air dalam benih masih tinggi. Proses pengeringan ini juga sangat tergantung pada kondisi cuaca yang selalu berbeda-beda setiap hari sehingga sangat mempengaruhi daya tumbuh benih yang kemudian akan berdampak pada kualitas benih melon. Jadi, risiko produksi yang tinggi pada varietas MAI 119 juga dapat berasal dari daya tumbuh rata-rata yang paling rendah selama sepuluh periode. 4. LADIKA, MAI 119 dan SUMO Kombinasi antara varietas LADIKA, MAI 119 dan SUMO merupakan kombinasi portofolio dengan tiga varietas benih melon. Kombinasi ketiga varietas benih melon ini merupakan kombinasi yang menunjukkan nilai risiko secara keseluruhan. Perolehan nilai risiko diversifikasi melalui perhitungan koefisien variasi sebesar 0,652. Besarnya nilai risiko yang dihadapi pada saat melakukan kombinasi ketiga varietas benih melon menunjukkan nilai yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kombinasi diversifikasi varietas LADIKA dengan MAI 119 dan MAI 119 dengan SUMO. Namun nilai risiko kombinasi dari tiga varietas ini memiliki nilai yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kombinasi varietas LADIKA dengan SUMO, spesialisasi LADIKA, dan spesialisasi SUMO. Kombinasi ketiga varietas ini efektif dilakukan, karena dengan adanya usaha diversifikasi ketiga varietas ini mampu mengurangi tingginya nilai risiko tunggal pada varietas MEI 119. Padahal apabila dibandingkan dengan risiko tunggal varietas LADIKA dan varietas SUMO, maka nilai risiko yang dihadapi CV MGA pada saat mengusahakan ketiga kombinasi varietas tersebut lebih tinggi. Artinya kombinasi ketiga varietas ini tidak efektif pada usaha tunggal varietas LADIKA maupun varietas SUMO. 73

89 Hasil penilaian seluruh risiko diversifikasi yang diterapkan oleh CV MGA hanya efektif ketika perusahaan ingin memproduksi varietas MAI 119, sedangkan untuk pengusahaan varietas LADIKA dan SUMO, strategi diversifikasi ini belum mampu mengurangi nilai risiko yang dihadapi. Dengan demikian, nilai risiko cenderung lebih tinggi pada usaha diversifikasi yang mengandung varietas MAI 119 dibandingkan dengan varietas yang tidak mengandung varietas MAI 119. Hal ini disebabkan varietas MAI 119 memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi dibandingkan kedua varietas lainnya sehingga jika dilakukan kombinasi akan menghasilkan nilai koefisien variasi yang tinggi juga dan berimplikasi terhadap risiko yang diperoleh akan tinggi juga. Begitu juga dengan perolehan expected return yang terjadi pada varietas MAI 119 merupakan nilai yang tertinggi. Hal ini berpengaruh pada proporsi luas lahan varietas MAI 119 yang paling luas diantara varietas lainnya. Perbedaan luas tanam ini berpengaruh pada perhitungan risiko portofolio terutama fraksi portofolio varietas MAI 119 yang paling tinggi dibandingkan varietas lainnya. Hal inilah yang menyebabkan nilai risiko portofolio usaha diversifikasi yang mengandung varietas MAI 119 relatif akan lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengandung varietas MAI 119. Berdasarkan hasil perbandingan risiko pada ketiga varietas benih melon yang dilakukan CV MGA dapat disimpulkan bahwa diversifikasi dapat mengurangi risiko yang ada. Akan tetapi, dengan melakukan diversifikasi tidak serta merta berarti menghilangkan risiko atau membuat risiko menjadi nol. Artinya meskipun perusahaan telah melakukan diversifikasi, perusahaan tetap menghadapi risiko. Hal ini dapat dilihat pada hasil perbandingan risiko produksi yang diperoleh yakni nilai variance, standard deviation, coefficient variation tidak sama dengan nol. Dengan adanya diversifikasi maka kegagalan pada salah satu usaha diharapkan bisa dikompensasi dari usaha lainnya. Oleh karena itu, diversifikasi merupakan alternatif yang tepat untuk meminimalkan risiko. Sementara, berdasarkan hasil simulasi apabila terjadi perubahan pada proporsi lahan yang mana proporsi untuk benih varietas MAI 119 ditingkatkan 25% menjadi 5000 m 2, untuk varietas luas LADIKA menjadi 1500 m 2, dan 74

90 SUMO menjadi 1000 m 2 maka akan terjadi perubahan risiko yang terjadi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Simulasi Penilaian Risiko Portofolio pada Benih Melon Varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO Expected Standard Coefficient Varietas Variance Return(Rp) Deviation Variation LAD+MAI ,98E ,4 0,716 LAD+SUM , ,6 0,428 MAI+SUMO ,5 0,731 LAD+MAI+SUM ,693 Berdasarkan simulasi pada Tabel 15, dapat diketahui bahwa perubahan proporsi lahan dapat mengubah risiko produksi. Perhitungan risiko menunjukkan bahwa secara keseluruhan risiko yang terjadi semakin meningkat karena perubahan proporsi lahan yang dilakukan pada simulasi tersebut. oleh karena itu, perusahaan lebih baik berada pada kondisi proporsi lahan seperti semula atau pada kondisi yang nyata sebab risiko produksi yang terjadi lebih rendah dibandingkan risiko hasil simulasi pada Tabel 15. Berdasarkan hasil wawancara, permintaan akan benih varietas MAI 119 diprediksi akan terus meningkat, maka CV MGA akan tetap memproduksi benih melon varietas MAI 119 meskipun risiko produksi pada MAI 119 adalah yang paling tinggi. Hal ini sesuai dengan expected return yang diperoleh dari varietas MAI 119 yang memiliki nilai tertinggi pula. Jadi bagaimanapun, benih melon varietas MAI 119 tetap diproduksi meskipun risikonya juga tinggi karena menjanjikan expected return yang tinggi pula. Dengan demikian, berdasarkan perhitungan risiko yang dilakukan, jika perusahaan ingin melakukan kegiatan diversifikasi maka diversifikasi dari ketiga varietas tepat untuk digunakan karena risiko yang diperoleh lebih kecil dari pada kombinasi LADIKA dengan MAI 119 dan kombinasi MAI 119 dan SUMO Strategi Pengelolaan Risiko Strategi pengelolaan risiko merupakan kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan risiko. Strategi pengelolaan risiko 75

91 yang baik dan spesifik akan mampu menekan dampak risiko yang ditimbulkan sehingga perusahaan dapat memperoleh pendapatan sesuai dengan yang ditargetkan. Sebaliknya apabila perusahaan tidak mampu menyusun strategi pengelolaan risiko yang tepat maka akan menimbulkan kerugian pada perusahaan. Strategi pengelolaan risiko yang diterapkan di perusahaan diharapkan merupakan strategi yang tepat dan efektif dalam menekan risiko. Upaya yang dilakukan oleh CV MGA dalam mengelola risiko yang dihadapi adalah dengan mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang ada terlebih dahulu selanjutnya diambil tindakan penanganan risiko (mitigasi) apabila risiko produksi sudah terjadi dan tindakan pencegahan risiko (preventif) ketika risiko belum terjadi sehingga langkah ini adalah langkah antispasi dari perusahaan. Strategi pengelolaan risiko yang disusun merupakan bentuk kajian yang diambil berdasarkan kondisi sebenarnya yang terjadi pada perusahaan. Usaha produksi benih melon yang difokuskan kepada ketiga varietas benih melon memiliki tingkat risiko yang cukup tinggi dan berbeda-beda sehingga membutuhkan strategi pengelolaan risiko yang tepat. CV MGA sebagai perusahaan agribisnis tentunya sudah menyadari adanya risiko pada usaha produksi benih melon yang diusahakan. Perusahaan juga telah melakukan beberapa langkah pengelolaan risiko yang disebabkan oleh sumbersumber risiko, antara lain: 1) Pengelolaan risiko yang disebabkan kondisi cuaca yang sulit diprediksi. Dalam menghadapi risiko ini perusahaan melakukan tindakan preventif dengan cara melakukan persemaian di dalam green house untuk mencegah risiko kelayuan pada bibit karena bibit melon sangat rentan dengan panasnya sinar matahari yang berlebihan. Selain itu, perusahaan memberikan paranet dan mulsa. Pemakaian paranet dilakukan di dalam green house apabila kondisi cuaca panas yang sangat ekstrim. Sementara pemakaian mulsa dilakukan di luar green house yaitu pada lahan penanaman buah melon. Pemakaian mulsa ini berfungsi untuk menjaga kestabilan kondisi tanaman baik dalam keadaan curah hujan yang berlebih atau pun panas yang berlebih. Pada saat terjadi musim hujan secara terus-menerus, mulsa berfungsi untuk mengurangi kelembapan tanah karena curah hujan tidak 76

92 langsung jatuh pada tanah atau lahan melon. Sementara pada musim kemarau yang berlebihan, mulsa berfungsi untuk menjaga kelembaban tanah agar tanah tidak terlalu kering. 2) Pengelolaan risiko yang disebabkan serangan hama dan penyakit. Dalam menghadapi risiko ini perusahaan melakukan tindakan mitigasi untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko tersebut. Perusahaan melakukan penanganan hama dan penyakit dengan pencabutan tanaman yang sudah terserang hama dan penyakit dan penggunaan pestisida berupa fungisida, insektisida dan bakterisida. Jika serangan penyakit meningkat, perusahaan juga meningkatkan intensitas penyemprotan pestisida sebagai upaya dalam mengurangi risiko kegagalan produksi. 3) Pengelolaan risiko yang disebabkan kesalahan pada proses produksi benih melon. Dalam menghadapi risiko pada persemaian, CV MGA membuat jadwal selisih hari persemaian selama 7-10 hari. Jadi jika galur jantan disemai pada tanggal 1, maka galur betina disemai pada tanggal 10. Upaya ini dilakukan agar bunga jantan dapat menghindari terjadinya pencampuran galur betina dan jantan sehingga dapat mencegah risiko perkawinan campuran. Pada tahap penyilangan, risiko yang biasa terjadi adalah pernyerbukan sendiri (serumah) dan penyerbukan campuran (umum). Penyerbukan sendiri (serumah) terjadi ketika kurang bersihnya proses kastrasi yang dilakukan, sementara penyerbukan campuran dapat disebabkan oleh faktor alam seperti angin. Kedua risiko ini juga tidak terlepas dari keterampilan tenaga kerja (SDM). Keterampilan yang rendah dari tenaga kerja dalam melakukan kastrasi dan penyilangan dapat menjadi sumber risiko kegagalan dalam menghasilkan benih melon yang diinginkan. Jadi, upaya yang dilakukan perusahaan untuk mengantisipasi kegagalan dalam melakukan penyilangan adalah bunga jantan dan betina ditutup dengan menggunakan kertas sehingga kemungkinan risiko penyerbukan campuran dan sendiri sangat kecil untuk terjadi. Selain itu, staf pada bagian produksi juga memberikan pengawasan pada tenaga kerja yang melakukan penyilangan benih melon sebagai bentuk antisipasi human error yang menyebabkan risiko kegagalan dalam melakukan penyilangan. 77

93 Pada tahap pemeliharaan, risiko produksi yang terjadi adalah serangan hama dan penyakit yang menyerang tanaman. Maka, penanganan risiko yang dilakukan CV MGA adalah pencabutan tanaman yang terkena penyakit serta melakukan penyemprotan pestisida berupa insektisida, fungisida, dan bakterisida. Sementara pada tahap pemanenan, risiko yang terjadi adalah pemetikan melon sebelum waktunya atau tidak tepat pada waktunya sehingga menyebabkan benih melon yang akan dihasilkan belum masak sempurna sehingga daya tumbuh benihnya juga menjadi rendah. Karena risiko ini berkaitan dengan ketelitian tenaga kerja yang melakukan pemanenan, maka CV MGA membuat penjadwalan panen yang sangat baik. Oleh karena itu, upaya yang dilakukan perusahaan untuk mencegah terjadinya risiko pemanenan sebelum waktunya adalah membuat jadwal yang sangat baik dengan pemberian tanda (benang) pada melon agar tidak terjadi kesalahan pada pemetikan atau pemanenan buah melon. 4) pengelolaan risiko yang disebabkan kesalahan yang dilakukan tenaga kerja. Kesalahan tersebut terjadi pada saat tenaga kerja melakukan proses pengolahan lahan, ketidaktepatan jadwal antara pengolahan lahan dan persedian benih, proses persilangan, dan human error (kecerobohan) tenaga kerja. Oleh karena itu, perusahaan melakukan tindakan preventif. Risiko pada saat pengolahan lahan dapat dicegah dengan melakukan pengawasan yang ketat terhadap tenaga kerja agar tenaga kerja tidak bekerja sesuka hati dan memperhatikan SOP yang diberikan pengawas, selain itu, CV MGA juga harus melakukan penjadwalan tanam yang baik agar tidak terjadi masa tunggu pada lahan yang sudah diolah. Sementara, human error (kecerobohan) tenaga kerja yang kurang memperhatikan kebersihan pada saat memasuki areal yang belum terkena penyakit dapat dicegah dengan penerapan SOP yang diberlakukan ketika memasuki areal tertentu, misalnya dengan mencuci tangan dan kaki sebelum memasuki areal tertentu dan penggunaan sarung tangan. Hal ini dilakukan karena tenaga kerja juga dapat menjadi perantara dalam penyebaran penyakit. Selain itu, strategi mitigasi yang dilakukan CV MGA untuk mengurangi dampak risiko produksi adalah dengan melakukan diversifikasi pada lahan yang ada dengan memproduksi tiga varietas benih melon yaitu LADIKA, MAI 119, 78

94 dan SUMO sehingga kegagalan pada produksi salah satu varietas benih melon dapat ditutupi dari kegiatan produksi varietas benih melon lainnya. Dari ketiga varietas yang diusahakan, diketahui bahwa varietas MAI 119 merupakan varietas yang paling tinggi nilai risikonya. Namun permintaan akan varietas ini juga yang paling tinggi dibandingkan permintaan benih varietas lainnya sehingga produksi dan return yang dihasilkan varietas MAI 119 juga lebih tinggi dibandingkan varietas lainnya. Atas dasar pertimbangan inilah, CV MGA tetap memproduksi benih melon varietas MAI 119, bahkan menjadikan varietas MAI 119 sebagai prioritas untuk saat ini meskipun nilai risikonya adalah yang tertinggi. Oleh karena itu, CV MGA harus memperhatikan pemilihan varietas yang akan dikombinasikan dengan varietas MAI 119, CV MGA sebaiknya memilih kombinasi varietas benih melon yang memiliki risiko paling rendah dan lebih memfokuskan penanganan pada varietas yang memiliki risiko tinggi terutama dalam hal pemeliharaan atau perawatan dan pengendalian hama dan penyakit sehingga diversifikasi yang dilakukan mampu memberikan nilai risiko yang lebih rendah bagi keseluruhan kombinasi varietas benih melon. 79

95 VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Karakteristik yang dimiliki setiap varietas benih melon berbeda-beda dan turut menentukan sumber risiko yang dihadapi. Sumber-sumber risiko yang dihadapi CV MGA dalam mengusahakan berbagai varietas benih melon antara lain kondisi cuaca dan iklim, hama dan penyakit, kegiatan produksi benih, dan keterampilan tenaga kerja. 2. Berdasarkan hasil analisis risiko tunggal yang diusahakan CV MGA diperoleh risiko yang paling tinggi terdapat pada benih melon varietas MAI 119, sedangkan nilai risiko yang paling rendah terjadi pada benih melon varietas SUMO. Sementara hasil analisis risiko portofolio yang diusahakan, diperoleh risiko yang paling tinggi terjadi pada kombinasi varietas MAI 119 dan SUMO, sedangkan nilai risiko yang paling rendah terjadi pada kombinasi LADIKA dan SUMO. 3. Strategi pengelolaan risiko yang diterapkan oleh CV MGA berdasarkan sumber-sumber risiko yang ada antara lain pengelolaan risiko produksi yang disebabkan kondisi cuaca yang sulit untuk diprediksi, hama dan penyakit, kesalahan pada kegiatan produksi benih, dan tenaga kerja yang kurang terampil dan teliti. Selain itu, pengelolaan risiko juga dilakukan dengan upaya diversifikasi. Berdasarkan hasil risiko dari kegiatan diversifikasi, diperoleh bahwa kombinasi LADIKA dan SUMO memiliki risiko dengan nilai terendah. Namun, meskipun kombinasi LADIKA dan SUMO merupakan risiko dengan nilai terendah, CV MGA tidak memilih kombinasi ini karena perusahaan harus melakukan diversifikasi yang mengandung varietas MAI

96 7.2. Saran 1. Perusahaan melakukan pengawasan secara intensif terhadap tenaga kerja agar tenaga kerja tidak melakukan kecerobohan yang dapat mempengaruhi hasil produksi dan kualitas benih yang dihasilkan, seperti pada pengolahan lahan dan pengaturan penjadwalan tanam agar tidak terjadi keterlambatan pada penanaman bibit melon di lahan yang sudah diolah. Penanaman bibit yang tepat waktu juga dapat mempengaruhi kualitas benih yang dihasilkan. 2. Usaha pengendalian risiko hama dan penyakit seharusnya tidak hanya mengandalkan pada kegiatan penyemprotan obat-obatan saja tapi juga perlu upaya pencegahan dini melalui perawatan dan pemeliharaan tanaman yang lebih intensif. 3. Pengelolaan risiko pada varietas MAI 119 yang menjadi prioritas perusahaan saat ini harus lebih ditingkatkan lagi. Varietas MAI 119 memiliki risiko produksi yang paling tinggi dibandingkan varietas lainnya. Oleh karena itu, sebaiknya perusahaan lebih memfokuskan penanganan risiko produksi pada varietas MAI 119 terutama dalam hal perawatan dan pengendalian hama dan penyakit. 4. Penempatan SOP yang jelas di lokasi atau area-area tertentu, seperti mencuci tangan dan kaki serta menggunakan sarung tangan sebelum memasuki areaarea tertentu. 5. Perusahaan sebaiknya meletakkan alat pengatur suhu di dalam green house agar dapat mengetahui kondisi suhu pada saat melakukan persemaian benih melon. 81

97 DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik Luas Panen Tanaman Buah-buahan di Indonesia Periode Darmawi Manajemen Risiko. Jakarta : Bumi Aksara. Debertin D.L Agriculturural Production Economics. New York: Macmillan. Publishing Company. Departemen Pertanian Panen, Produksi, dan Produktivitas Melon Indonesia Tahun Jakarta: http: //deptan.go.id [diakses tanggal 27 September 2011] Diether K,B Fisher Collage of Business : Mean Variance Analisis. Dinas Pertanian Jawa Tengah Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Melon di Wilayah Sentra Melon Provinsi Jawa Tengah Tahun [diakses tanggal 25 Januari 2012] Ditjen Hortikultura Volume Ekspor Buah Melon Tahun Jakarta: [diakses tanggal 3 Oktober 2011] Ditjen Hortikultura Volume Impor, Nilai Benih Melon, dan Negara Produsen Tahun Jakarta: [diakses tanggal 3 Oktober 2011] Ditjen Hortikultura a. Perkembangan PDB Komoditas Hortikultura Tahun Jakarta: [diakses tanggal 21 juni 2011] Ditjen Hortikultura b. Perkiraan Permintaan Buah-buahan Indonesia Tahun Jakarta: tanggal 3 Oktober 2011] Elton E. J., M. J. Gruber Risk Reduction and Portfolio Size : An Analytical Solution. Journal of Business 50: Ginting L Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada Usaha Cempaka Baru di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Harwood et all Managing Risk in Farming: Concepts, Reasearch and Analysis. Agricultural Economic Report No.774. US Department od Agriculture. 82

98 Herlambang M Pengaruh Market Orientation, Inovasi Produk Dan Kualitas Produk Terhadap Kinerja Bisnis Dalam Menciptakan Keunggulan Bersaing Pada CV MGA [Thesis]. Surakarta: Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret. Kountur R Manajemen Risiko. Jakarta: Abdi Tandur. Kountur R Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan. Jakarta: PPM. Prajnanta F Melon, Pemeliharaan Secara Intensif dan Kiat Sukses Beragribisnis. Jakarta: Penebar Swadaya. Safitri NA Analisis Risiko Produksi Daun Potong Di PT Pesona Daun Mas Asri, Ciawi Kabupaten Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Samadi B Usahatani Melon. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Saragih B Agribisnis Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. Bogor : IPB Press. Sembiring. 2010, Analisis Risiko Produksi Sayuran Organic pada The Pinewood Organic Farm di Kabupaten Bogor Jawa Barat [skripsi]. Bogor : Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Tarigan Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik pada Permata Hati Organik Farm di Bogor Jawa Barat [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Zebua Analisis Risiko Produksi Tanaman Hias Adenium di Perusahaan Anisa Adenium, Bekasi Timur, Jawa Barat [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. 83

99 LAMPIRAN 84

100 Lampiran 1. Penilaian Risiko Produksi pada Kegiatan Spesialisasi Berdasarkan Penerimaan CV Multi Global Agrindo Pada Benih Melon varietas LADIKA, MAI 119 dan SUMO Tahun Peluang (p i ) Return (r i ) p i x r i 1. LADIKA Kondisi Tertinggi 0, Kondisi Normal 0, Kondisi Terendah 0, Expected Return (ER) r i - ER (r i - ER) 2 p i x (r i - ER) ,64E ,291E ,83E ,1664E ,86E ,9282E+15 Variance 4,34E+15 Standard Deviation 6,6E+07 Coefficient Variation 0,462 Peluang (p i ) Return (r i ) p i x r i 2. MAI 119 Kondisi Tertinggi 0, Kondisi Normal 0, Kondisi Terendah 0, Expected Return (ER) r i - ER (r i - ER) 2 p i x (r i - ER) ,56E +16 1,6673E ,27E+14 2,4797E ,41E +16 9,641E+15 Variance 2,66E+16 Standard Deviation 1,6E+08 Coefficient Variation 0,766 Peluang (p i ) Return (r i ) p i x r i 85

101 3. SUMO Kondisi Tertinggi 0, Kondisi Normal 0, Kondisi Terendah 0, Expected Return (ER) r i - ER (r i - ER) 2 p i x (r i - ER) ,34E+15 4,6851E ,94E+13 9,68E ,57E+15 4,7045E+14 Variance 9,49E+14 Standard Deviation 3,1E+07 Coefficient Variation 0,346 86

102 Lampiran 2. Penilaian Risiko Produksi pada Kegiatan Diversifikasi Berdasarkan Penerimaan CV Multi Global Agrindo Pada Benih Melon varietas LADIKA, MAI 119 dan SUMO Tahun N o Komo ditas k (1- k) s i s j ρ i j k 2 2 s i (1- k) 2 s j 2 2k (1- k) s ij s p 2 SD CV 1 LAD + MAI 0, 33 0, ,72 24E +14 1, E+16 4, E+15 1,714 2 E ,9 0, LAD + SUM 0, 57 0, ,40 89E +15 1, E+14 9, E+14 2, E ,52 0, MAI + SUM 0, 73 0, ,41 55E +16 6, E+13 1,978 8 E+15 1, E ,4 0,

103 Lampiran 3. Perusahaan CV MGA CV Multi Global Agrindo Merk dagang MGA MAI 119 LADIKA SUMO Penyeleksian Buah Melon Penyiraman Benih 88

104 Lampiran 4. Kegiatan Produksi Benih Melon Kemasan Ladika Kemasan MAI 119 Bibit Melon Jantan Pembungkusan Calon Buah Melon yang Disilangkan Kemasan SUMO Bibit Melon Betina Pendataan Galur Buah Melon 89

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon Melon (Cucumis melo L.) berasal dari daerah Mediterania kemudian menyebar luas ke Timur Tengah dan Asia. Akhirnya, tanaman melon menyebar ke segala

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep dan Definisi Risiko Menurut Frank Knight, risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di CV Multi Global Agrindo yang berlokasi di Jl. Solo, Tawangmangu KM 30 Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar.

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry Tomat (Lycopersicon esculentum) termasuk dalam famili Solanaceae. Tomat varietas cerasiforme (Dun) Alef sering disebut tomat cherry yang didapati tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

VI. PEMBAHASAN 6.1. Identifikasi Sumber-sumber Risiko

VI. PEMBAHASAN 6.1. Identifikasi Sumber-sumber Risiko VI. PEMBAHASAN Risiko produksi merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh besar pada keberhasilan produksi. Risiko ini berdampak pada kualitas dan kuantitas hasil produksi yang dihasilkan. risiko

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam potensi sumber daya alam yang melimpah serta didukung dengan kondisi lingkungan, iklim, dan cuaca yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko Sutawi (2008) mengemukakan bahwa kemitraan merupakan salah satu upaya untuk menekan risiko yang dihadapi petani. Dengan cara mengalihkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah) 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Sektor pertanian adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial dalam memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan ekonomi dan memegang peranan penting

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian Pada dasarnya kegiatan produksi pada pertanian mengandung berbagai risiko dan ketidakpastian dalam pengusahaannya. Dalam kegiatan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN VARIETAS MELON (Cucumis melo L.) MELALUI METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) (Kasus Kota Bogor, Jawa Barat) Oleh : HAMRAH A

PENGEMBANGAN VARIETAS MELON (Cucumis melo L.) MELALUI METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) (Kasus Kota Bogor, Jawa Barat) Oleh : HAMRAH A PENGEMBANGAN VARIETAS MELON (Cucumis melo L.) MELALUI METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) (Kasus Kota Bogor, Jawa Barat) Oleh : HAMRAH A 14104675 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI

ANALISIS RISIKO PRODUKSI VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI 6.1. Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Usaha pengurangan risiko melalui diversifikasi tanaman hias adenium tidak sepenuhnya mampu menghilangkan risiko. Adanya risiko dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 4 Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011]

TINJAUAN PUSTAKA. 4  Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011] II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-sumber Risiko Risiko dapat dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Risiko dapat terjadi pada pelayanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia,

Lebih terperinci

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Risiko Suatu bisnis yang dilakukan oleh para pelaku usaha pasti dihadapkan pada risiko dalam usahanya. Selain risiko, pebisnis dalam melakukan aktivitas bisnisnya dihadapkan

Lebih terperinci

SKRIPSI ARDIANSYAH H

SKRIPSI ARDIANSYAH H FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan) SKRIPSI ARDIANSYAH H34066019

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin (Brassica rapa cv. caisin) Caisin (Brassica rapa cv. caisin) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam suku kubis-kubisan atau sawi-sawian (Brassicaceae/Cruciferae).

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di perusahaan Anisa Adenium, yang berada di Bekasi Timur, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilaksanakan secara sengaja

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias dan Tanaman Buah

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias dan Tanaman Buah II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias dan Tanaman Buah Indonesia memiliki iklim dan wilayah tropis yang menyebabkan banyak tanaman dapat tumbuh dengan baik di Indonesia, sehingga wilayah dan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI YUNITA ARIANI ZEBUA H34096127 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Komoditas hortikultura dapat menjadi sumber pendapatan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Istilah risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty) sering digunakan secara bersamaan atau bahwa risiko sama dengan ketidakpastian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peranan penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani. Hal ini perlu mendapat perhatian berbagai pihak, karena sektor pertanian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan hortikuktura diharapkan mampu menambah pangsa pasar serta berdaya

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masyarakat Ekonomi ASEAN yang telah diberlakukan pada akhir 2015 lalu tidak hanya menghadirkan peluang yang sangat luas untuk memperbesar cakupan bisnis bagi para pelaku dunia

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK PADA PT MASADA ORGANIK INDONESIA DI BOGOR JAWA BARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK PADA PT MASADA ORGANIK INDONESIA DI BOGOR JAWA BARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK PADA PT MASADA ORGANIK INDONESIA DI BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI PUTRI ANNISA CHER H34070052 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, 2007.

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, 2007. Lampiran 1 Lokasi Stasiun Iklim di Provinsi Jawa Barat. Lokasi Kabupaten Bujur Lintang Tinggi (mdpl) Pacet Cianjur 107 o 05 E 06 o 73 S 1150 Citeko Bogor 106 o 94 E 06 o 70 S 920 Geofisika Bandung 107

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Oleh : AYU LESTARI A14102659 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih memegang peranan penting di dalam perekonomian Indonesia, karena alasan-alasan tertentu yaitu: sektor pertanian mampu meyediakan lapangan kerja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan yang bidang pekerjaannya berhubungan dengan pemanfaatan alam sekitar dengan menghasilkan produk pertanian yang diperlukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian telah memberikan peranan yang besar dalam perekonomian Indonesia melalui penyediaan pangan, bahan baku produksi, perolehan devisa negara dalam kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang cukup besar di dunia. Pada masa zaman pemerintahan Hindia-Belanda, Indonesia merupakan negara terkenal yang menjadi pemasok hasil

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. terhitung sejak pembuatan proposal penelitian. Pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2011.

IV METODE PENELITIAN. terhitung sejak pembuatan proposal penelitian. Pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2011. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai risiko produksi sayuran organik ini dilaksanakan di PT Masada Organik Indonesia, Desa Ciburial, Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Risiko menunjukkan situasi, dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan dari suatu keputusan dan peluang dari kemungkinan-kemungkinan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari nilai devisa yang dihasilkan.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki peluang besar dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang melimpah untuk memajukan sektor pertanian. Salah satu subsektor

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Langkah awal dalam menganalisis suatu risiko adalah dengan melakukan identifikasi pada risiko dan sumber risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian unggulan yang memiliki beberapa peranan penting yaitu dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting karena selain sebagai penghasil komoditi untuk memenuhi kebutuhan pangan, sektor pertanian juga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman buah dari famili caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat. Tanaman pepaya banyak ditanam baik di daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai kekayaan hayati yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian dibidang pertanian. Sektor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Florikultura

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Florikultura II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Florikultura Agribisnis secara umum adalah suatu sistem yang terdiri dari empat subsistem yang terintegrasi secara fungsional. Sub-sistem pertama adalah agribisnis hulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional saat ini dihadapkan pada tantangan berupa kesenjangan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional saat ini dihadapkan pada tantangan berupa kesenjangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional saat ini dihadapkan pada tantangan berupa kesenjangan masalah kemiskinan dan tantangan dampak krisis ekonomi yang ditandai dengan tingginya tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan penting di dalam pembangunan ekonomi suatu negara, khususnya di negaranegara sedang berkembang yang

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA. Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA. Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A07400606 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR SKRIPSI INTAN AISYAH NASUTION H34066065 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor strategis yang memberikan kontribusi dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian di masa depan. Globalisasi dan liberalisasi

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) Oleh FAISHAL ABDUL AZIZ H34066044 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Cabai Merah Keriting Cabai merah keriting atau lombok merah (Capsicum annum, L) merupakan tanaman hortikultura sayur sayuran semusim untuk rempah-rempah yang diperlukan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) SKRIPSI PUSPA HERAWATI NASUTION H 34076122 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Mentimun

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Mentimun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Mentimun Mentimun atau ketimun mempunyai nama latin Cucumis Sativus L. Mentimun termasuk dalam keluarga labu-labuan (cucubitaceae). Sejarah mentimun berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi wilayah (Badan Litbang Pertanian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agribisnis buah-buahan Indonesia saat ini dan masa mendatang akan banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses globalisasi, proses yang ditandai

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg) I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sangat luas dan juga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Komoditas pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian memiki arti penting dalam pembangunan perekonomian bangsa. Pemerintah telah menetapkan pertanian sebagai prioritas utama pembangunan di masa mendatang. Sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilakan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Secara sempit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian (agraris) yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani atau bergerak di bidang pertanian. Tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian ke depan. Globalisasi dan liberasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah-buahan merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, PDB komoditi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan Natalia Nursery. Perusahaan ini merupakan perusahaan pribadi yang memiliki dua lahan budidaya yaitu di Desa Tapos,

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI ANGGREK DENDROBIUM PADA PERMATA ANGGREK DI KOTA BOGOR PROVINSI JAWA BARAT

ANALISIS RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI ANGGREK DENDROBIUM PADA PERMATA ANGGREK DI KOTA BOGOR PROVINSI JAWA BARAT ANALISIS RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI ANGGREK DENDROBIUM PADA PERMATA ANGGREK DI KOTA BOGOR PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI WELFRIN CHANRILO PANGGABEAN H34087032 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang

Lebih terperinci