PENGEMBANGAN VARIETAS MELON (Cucumis melo L.) MELALUI METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) (Kasus Kota Bogor, Jawa Barat) Oleh : HAMRAH A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN VARIETAS MELON (Cucumis melo L.) MELALUI METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) (Kasus Kota Bogor, Jawa Barat) Oleh : HAMRAH A"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN VARIETAS MELON (Cucumis melo L.) MELALUI METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) (Kasus Kota Bogor, Jawa Barat) Oleh : HAMRAH A PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

2 RINGKASAN HAMRAH. Pengembangan Varietas Melon (Cucumis Melo L.) Melalui Metode Quality Function Deployment (QFD) (Kasus Kota Bogor, Jawa Barat). Di bawah bimbingan YAYAH K. WAGIONO. Hortikultura merupakan salah satu komoditi andalan utama sektor pertanian. Komoditi hortikultura terdiri dari tanaman hias, sayur-sayuran, buahbuahan, dan aneka tanaman. Permintaan masyarakat akan komoditi hortikultura khususnya buah-buahan semakin meningkat seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan kebutuhan gizi. Buah-buahan Indonesia yang permintaannya diperkirakan akan terus mengalami peningkatan salah satunya adalah melon. Melon banyak disukai oleh masyarakat Indonesia karena rasanya yang enak, manis, harum, dan kandungan gizinya yang tinggi. Peluang permintaan melon yang tinggi ini belum dapat direspon oleh sisi produksi, hal tersebut disebabkan masih sedikitnya daerah sentra-sentra penanaman melon di Indonesia. Permasalahan yang lain yaitu masih rendahnya daya saing melon Indonesia di pasar luar negeri disebabkan mutu melon yang masih rendah. Oleh karena itu, pengembangan melon di Indonesia masih perlu ditingkatkan agar dapat memenuhi permintaan konsumen dengan meningkatkan produksinya dan perlu mendapatkan perhatian khusus sehingga dapat dihasilkan melon yang bermutu tinggi sesuai keinginan konsumen. Permasalahan utama yang dihadapi dalam pengembangan melon saat ini adalah benih melon masih impor dan menyebabkan varietas melon yang berkembang di Indonesia saat ini masih berasal dari benih impor. Hal tersebut mengakibatkan persepsi konsumen terhadap buah melon adalah buah melon impor. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka upaya untuk memproduksi benih melon dalam negeri terus dilakukan, sehingga dapat menghasilkan varietas melon sesuai dengan keinginan konsumen. Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB merupakan salah satu lembaga penelitian di Indonesia dan juga sebagai produsen benih berusaha mencoba mengembangkan melon yang berkualitas dan sesuai keinginan konsumen melalui kegiatan pemuliaan untuk mendapatkan varietas-varietas unggul baru yang mempunyai sifat-sifat seperti yang diinginkan oleh konsumen. Salah satu cara dengan menerapkan metode Quality Function Deployment (QFD) dalam pemuliaan tanaman. Penerapan metode QFD diawali dengan pembentukan matriks House Of Quality (HOQ). Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi ideotipe melon yang diinginkan konsumen dan menerapkan metode QFD (menyusun matriks HOQ) dalam pengembangan varietas melon (pemuliaan melon) di PKBT IPB. Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor. Survei dilakukan terhadap pedagang pengecer dan konsumen langsung buah melon utuh serta survei terhadap pemulia melon yaitu PKBT IPB dan konsumen benih yang juga sebagai produsen buah melon yaitu PT Rejosari Bumi Unit Tapos Ciawi, Bogor. Jenis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

3 Data primer diambil dengan metode survei berupa wawancara berdasarkan kuisioner dengan pedagang pengecer dan konsumen langsung buah melon utuh serta pemulia melon PKBT IPB dan konsumen benih yang juga sebagai produsen buah melon PT Rejosari Bumi Unit Tapos Ciawi, Bogor. Data sekunder diperoleh dari instansi, internet, serta literatur-literatur dan sumber-sumber lain yang terkait dengan topik penelitian. Konsumen yang diambil dikelompokkan menjadi dua yaitu konsumen lembaga (konsumen benih) dan konsumen bukan lembaga dengan keseluruhan 80 konsumen. Konsumen lembaga hanya diambil satu konsumen yaitu PT Rejosari Bumi Unit Tapos Ciawi Bogor. Konsumen bukan lembaga diambil 79 konsumen yang terdiri dari pedagang pengecer dan konsumen langsung buah melon utuh. Pedagang pengecer terdiri atas pedagang pengecer buah melon utuh di pasar tradisional, kios buah, toko buah, supermarket, dan hypermarket yang diambil sebanyak 36 pedagang dan dilakukan secara sengaja (purposive). Konsumen langsung buah melon utuh dibagi menjadi dua kelompok yaitu rumah tangga dan bukan rumah tangga (usaha restoran, pedagang-pedagang es buah, dan soup buah). Pengambilan konsumen rumah tangga dilakukan secara sengaja (purposive) yang dibagi menjadi tiga kelas ekonomi. Setiap kelas ekonomi diambil sebanyak 10 konsumen rumah tangga secara kebetulan (accidental). Usaha restoran ditentukan secara sengaja (purposive) yang akan diambil sebanyak tiga usaha restoran. Pedagang es buah dan soup buah diambil masing-masing 5 pedagang secara kebetulan (accidental). Penerapan metode QFD diawali dengan menyusun matriks HOQ. Langkah-langkah penyusunan matriks HOQ dalam pengembangan varietas melon meliputi tujuah langkah. Langkah pertama dimulai dengan penyusunan persyaratan pelanggan (ideotipe buah melon yang diinginkan konsumen), langkah kedua penyusunan persyaratan teknik, langkah ketiga mengembangkan matriks hubungan antara persyaratan pelanggan dan persyaratan teknik, langkah keempat mengembangkan matriks hubungan antar persyaratan teknik, langkah kelima melakukan penilaian kompetitif, langkah keenam mengembangkan prioritas persyaratan pelanggan dan langkah ketujuah atau langkah terakhir adalah mengembangkan prioritas persyaratan teknik. Konsumen dalam penelitian ini dibagi dua yaitu konsumen lembaga (konsumen benih) dan konsumen bukan lembaga. Berdasarkan hasil penyusunan persyaratan pelanggan (ideotipe buah melon yang diinginkan konsumen) diketahui bahwa buah melon yang diinginkan oleh konsumen lembaga adalah buah melon tanpa jaring, sedangkan buah melon yang diinginkan oleh konsumen bukan lembaga adalah buah melon berjaring. Berdasarkan bobot absolut persyaratan pelanggan, urutan prioritas persyaratan pelanggan yang harus dipenuhi oleh PKBT IPB dalam pengembangan varietas melon (pemuliaan melon) khususnya melon tanpa jaring yaitu bobot kecil < 1kg, bentuk bulat, rasa manis sekali, warna kulit kuning, daging tebal, tekstur daging berserat halus, aroma wangi, ketebalan kulit tipis, kadar air sedikit, daya simpan 5 10 hari, warna daging hijau muda kekuningan dan tekstur kulit tidak berjaring. Berdasarkan bobot absolut persyaratan pelanggan, urutan prioritas persyaratan pelanggan yang harus dipenuhi oleh PKBT IPB dalam pengembangan varietas melon (pemuliaan melon) khususnya melon berjaring yaitu daging tebal,

4 ketebalan kulit tipis, tekstur daging halus tidak berserat, warna kulit hijau kekuningan, aroma wangi, rasa manis, bobot sedang (1 2,5 kg), bentuk bulat, warna daging hijau muda kekuningan, tekstur kulit berjaring kasar, kadar air sedang, dan daya simpan 5 10 hari. Berdasarkan bobot absolut persyaratan teknik, urutan prioritas persyaratan teknik yang harus dipenuhi oleh PKBT IPB dalam pengembangan varietas melon (pemuliaan melon) khususnya melon tanpa jaring yaitu bobot, ketebalan daging, kadar air, warna kulit, ketebalan kulit, tekstur daging, panjang, lingkar, kadar PTT, bentuk, warna daging, dan kepadatan jala. Berdasarkan bobot absolut persyaratan teknik, urutan prioritas persyaratan teknik yang harus dipenuhi oleh PKBT IPB dalam pengembangan varietas melon (pemuliaan melon) khususnya melon berjaring yaitu bobot, ketebalan daging, kadar air, warna kulit, ketebalan kulit, tekstur daging, panjang, lingkar, kadar PTT, bentuk, warna daging, dan kepadatan jala. Berdasarkan bobot relatif persyaratan teknik, urutan prioritas persyaratan teknik yang harus dipenuhi oleh PKBT IPB dalam pengembangan varietas melon (pemuliaan melon) khususnya melon tanpa jaring yaitu bobot, ketebalan daging, panjang, lingkar, bentuk, kadar air, ketebalan kulit, warna kulit, kadar PTT, tekstur daging, warna daging, dan kepadatan jala. Berdasarkan bobot relatif persyaratan teknik, urutan prioritas persyaratan teknik yang harus dipenuhi oleh PKBT IPB dalam pengembangan varietas melon (pemuliaan melon) khususnya melon berjaring yaitu bobot, ketebalan daging, kadar air, ketebalan kulit, warna kulit, tekstur daging, bentuk, panjang, lingkar, kadar PTT, warna daging, dan kepadatan jala. Hasil dari penelitian ini adalah matriks perencanaan pengembangan varietas melon dan digunakan sebagai bahan masukan bagi PKBT IPB dalam melakukan kegiatan pemuliaan melon, sehingga keinginan konsumen dapat terpenuhi. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan membangun ketiga matriks HOQ lainnya.

5 PENGEMBANGAN VARIETAS MELON (Cucumis melo L.) MELALUI METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) (Kasus Kota Bogor, Jawa Barat) Oleh : HAMRAH A Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

6 Judul : Pengembangan Varietas Melon (Cucumis Melo L.) Melalui Metode Quality Function Deployment (QFD) (Kasus Kota Bogor, Jawa Barat) Nama : Hamrah NRP : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Skripsi Ir. Yayah K. Wagiono, MEc NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. H. Supiandi Sabiham, M. Agr NIP Tanggal Lulus :

7 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL PENGEMBANGAN VARIETAS MELON (Cucumis melo L.) MELALUI METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) (Kasus Kota Bogor, Jawa Barat) BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN- BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. Bogor, April 2007 Hamrah A

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kecamatan Muara Badak, Kalimantan Timur pada tanggal 22 Mei 1983, merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak H. Mapiasse dan Ibu Hj. Dayah. Pada tahun 1995 penulis menyelesaikan pendidikan di SDN 018 Muara Badak. Kemudian pada tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMPN I Muara Badak. Pendidikan menengah atas diselesaikan pada tahun 2001 di SMUN 5 Samarinda. Pada tahun 2001 penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Mulawarman Samarinda pada Program Studi Diploma III Budidaya Tanaman Perkebunan Konsentrasi Agribisnis, Fakultas Pertanian. Kemudian pada tahun 2005 penulis melanjutkan studi untuk mendapatkan gelar sarjana pada Program Ekstensi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

9 i KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul Pengembangan Varietas Melon (Cucumis melo L.) Melalui Metode Quality Function Deployment (QFD) (Kasus Kota Bogor, Jawa Barat). Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi ideotipe buah melon yang diinginkan konsumen di Kota Bogor dan menerapkan metode QFD dalam perencanaan pengembangan varietas melon di Pusat Kajian Buahbuahan Tropika (PKBT) IPB. Hasil penelitian ini dijadikan sebagai bahan masukan bagi PKBT IPB dan pemuliaan melon. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan pada penelitian ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan penelitian ini sangat penulis harapkan. Akhir kata terima kasih kepada semua pihak atas kerjasama dan bantuannya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

10 ii UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini tidak akan tercapai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Kedua orang tua tercinta, kakak, dan adik atas segala doa, kasih sayang, dan pengorbanan yang tak terbatas baik moril maupun materil. 2. Ibu Ir. Yayah K. Wagiono, MEc yang telah memberikan perhatian dan kesabarannya selama membimbing penulis dalam melakukan penelitian. 3. Bapak Muhammad Firdaus, PhD selaku dosen evaluator pada saat penulis kolokium dan dosen penguji utama dalam ujian skripsi atas segala saran, kritik, dan masukan yang telah diberikannya. 4. Bapak Rahmat Yanuar, SP, MSi atas kesediannya menjadi dosen penguji komisi pendidikan dalam ujian skripsi penulis. 5. Bapak Willy Bayuardi Suwarno, SP, MSi dan Bapak Endang atas semua waktu, bantuan, dan masukan yang diberikan kepada penulis saat melakukan penelitian di PKBT IPB. 6. Ahmad Jauhari Hasibuan atas kesediannya untuk menjadi pembahas pada saat penulis seminar. 7. Seluruh staf-staf PKBT IPB atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis. 8. Seluruh konsumen di Kota Bogor yang bersedia menjadi narasumber dalam penelitian ini.

11 iii 9. Kak Ali di Samarinda dan Kak Evi di Bogor atas segala bantuannya. Buat Kak Evi maaf apabila selama ini tidak pernah menghubungin. 10. Seluruh warga di rumah kedua-ku M17 atas dukungan, bantuan, dan kebersamaannya selama ini. Spesial buat Syahida Rizki Fadilla (kikiyu) atas bantuan IT dan kreatifitasnya. Arigatoo gozaimasu!! 11. Teman seperjuanganku : Lestika, Sari, dan Apip atas segala bantuan, masukan, dan semangatnya selama penelitian. Ganbatte kudasai.!! 12. Teman-teman selama kuliah di Ekstensi MAB IPB (Lena, Inda, Andri, Mbak Vina) atas semua bantuan dan kebersamaanya dan seluruh warga ekstensi MAB IPB yang tidak bisa disebutkan satu per satu. 13. Teman-teman di Samarinda dan Balikpapan yang telah memberikan doa, motivasi, dan semangatnya kepada penulis selama penelitian dan makasih atas liburannya.

12 iv DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Batasan Penelitian... 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Melon Varietas Melon Hasil Penelitian Terdahulu Preferensi Konsumen Terhadap Atribut Buah-buahan Quality Function Deployment (QFD) BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Mutu Konsep Total Quality Management (TQM) Fokus Pada Pelanggan Konsep Quality Function Deployment (QFD) Pengertian QFD Struktur QFD Proses QFD Manfaat QFD Kerangka Pemikiran Operasional BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Sampel Metode Pengolahan dan Analisis Data Tabulasi Deskriptif Quality Function Deployment (QFD) Penjelasan Istilah Dalam Penelitian BAB V GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Gambaran Umum Kota Bogor Gambaran Umum Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB vi x xi

13 v Visi dan Misi Program Pengembangan Fasilitas dan Staf Struktur Organisasi Dukungan dan Kerjasama Kegiatan dan Pencapaian Hasil Gambaran Umum Kegiatan Pemuliaan Melon di Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB Karakteristik Umum Konsumen Lembaga Karakteristik Umum Konsumen Bukan Lembaga Karakteristik Umum Pedagang Pengecer Buah Melon Utuh di Kota Bogor Karakteristik Umum Konsumen Buah Melon Utuh Usaha Restoran, Pedagang Es, dan Soup Buah di Kota Bogor Karakteristik Umum Konsumen Rumah Tangga Buah Melon Utuh di Kota Bogor BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Penyusunan Matiks House Of Quality (HOQ) Penyusunan Persyaratan Pelanggan (What) Penyusunan Persyaratan Teknik (How) Pengembangan Matriks Hubungan antara Persyaratan Pelanggan (What) dan Persyaratan Teknik (How) Pengembangan Matriks Hubungan antar Persyaratan Teknik (How) Penilaian Kompetitif Penilaian Kompetitif Pelanggan Penilaian Kompetitif Teknik Pengembangan Prioritas Persyaratan Pelanggan Kepentingan Bagi Pelanggan Nilai Sasaran Persyaratan Pelanggan Faktor Skala Kenaikan Poin Penjualan Bobot Absolut Persyaratan Pelanggan Pengembangan Prioritas Persyaratan Teknik Derajat Kesulitan Nilai Sasaran Persyaratan Teknik Bobot Absolut Persyaratan Teknik Bobot Relatif Persyaratan Teknik BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA

14 vi DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Volume Ekspor Komoditi Hortikultura Tahun Perkiraan Permintaan Buah-buahan Indonesia Tahun Kandungan Gizi Melon Per 100 Gram Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Melon Indonesia Tahun Volume Ekspor Buah Melon Tahun Volume Impor, Nilai Benih Melon, dan Negara Produsen Tahun Jumlah Rumah Tangga, Penduduk, Luas Wilayah, dan Kepadatan Penduduk Kota Bogor Tahun Persyaratan Pelanggan untuk Konsumen Lembaga Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring di Kota Bogor Tahun Karakter Bobot Buah Melon yang Diinginkan Konsumen di Kota Bogor Tahun Karakter Bentuk Buah Melon yang Diinginkan Konsumen di Kota Bogor Tahun Karakter Warna Kulit Buah Melon yang Diinginkan Konsumen di Kota Bogor Tahun Karakter Warna Daging Buah Melon yang Diinginkan Konsumen di Kota Bogor Tahun Karakter Ketebalan Kulit Buah Melon yang Diinginkan Konsumen di Kota Bogor Tahun Karakter Ketebalan Daging Buah Melon yang Diinginkan Konsumen di Kota Bogor Tahun Karakter Tekstur Kulit Buah Melon yang Diinginkan Konsumen di Kota Bogor Tahun

15 vii 16. Karakter Tekstur Daging Buah Melon yang Diinginkan Konsumen di Kota Bogor Tahun Karakter Kadar Air Buah Melon yang Diinginkan Konsumen di Kota Bogor Tahun Karakter Rasa Buah Melon yang Diinginkan Konsumen di Kota Bogor Tahun Karakter Aroma Buah Melon yang Diinginkan Konsumen di Kota Bogor Tahun Karakter Daya Simpan Buah Melon yang Diinginkan Konsumen di Kota Bogor Tahun Persyaratan Pelanggan untuk Konsumen Bukan Lembaga Terhadap Buah Melon Berjaring di Kota Bogor Tahun Persyaratan Teknik Pemuliaan Melon Hubungan antara Persyaratan Pelanggan dengan Persyaratan Teknik Matriks Hubungan antar Persyaratan Teknik Pemuliaan Melon Penilaian Kompetitif Pelanggan Penilaian Kompetitif Teknik Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Bobot Buah Sedang (1-2,5 kg) bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Bentuk Buah Bulat bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Warna Kulit Buah Hijau Kekuningan bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Warna Daging Buah Hijau Muda Kekuningan bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Ketebalan Kulit Buah Tipis bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Daging Buah Tebal bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun

16 viii 33. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Tekstur Kulit Buah Jaring Kasar bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Tekstur Daging Buah Halus Tidak Berserat bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Kadar Air Buah Sedang bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Rasa Buah Manis bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Aroma Buah Wangi bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Daya Simpan Buah 5 10 Hari bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun Tingkat Kepentingan Setiap Persyaratan Pelanggan di Kota Bogor Tahun Nilai Sasaran Setiap Persyaratan Pelanggan Faktor Skala Kenaikan Setiap Persyaratan Pelanggan Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Bobot Buah Sedang (1 2,5 kg) bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Bentuk Buah Bulat bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun Poin Penjualan persyaratan Pelanggan Warna Kulit Buah Hijau Kekuningan bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Warna Daging Buah Hijau Muda Kekuningan bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Ketebalan Kulit Buah Tipis bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Daging Buah Tebal bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun

17 ix 48. Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Tekstur Kulit Buah Jaring Kasar bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Tekstur Daging Buah Halus Tidak Berserat bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Kadar Air Buah Sedang bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Rasa Buah Manis bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Aroma Buah Wangi bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Daya Simpan Buah 5 10 Hari bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun Poin Penjualan Setiap Persyaratan Pelanggan di Kota Bogor Tahun Bobot Absolut Setiap Persyaratan Pelanggan Terhadap Buah Melon Derajat Kesulitan Setiap Persyaratan Teknik Nilai Sasaran Setiap Persyaratan Teknik Bobot Absolut Setiap Persyaratan Teknik Buah Melon Bobot Relatif Setiap Persyaratan Teknik Buah Melon

18 x DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Matriks Struktur QFD Proses QFD Kerangka Pemikiran Operasional Matriks House of Quality (HOQ) Dasar Matriks House Of Quality (HOQ) Perencanaan Varietas Melon

19 xi DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Struktur Organisasi Pusat Kajian Buah-buahan Tropika LPPM IPB Melon Tanpa Jaring Melon Berjaring Perhitungan Faktor Skala Kenaikan Setiap Persyaratan Pelanggan Bright Meta Perhitungan Faktor Skala Kenaikan Setiap Persyaratan Pelanggan Golden Rock Meta Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Pelanggan Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Pelanggan Terhadap Buah Melon Berjaring Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik Bobot Buah Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik Bentuk Buah Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik Panjang Buah Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik Lingkar Buah Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik Warna Kulit Buah Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik Warna Daging Buah Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik Ketebalan Kulit Buah Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik Ketebalan Daging Buah Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring

20 xii 16. Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik Kepadatan Jala Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik Tekstur Daging Buah Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik Tekstur Daging Buah Terhadap Buah Melon Berjaring Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik Kadar Air Buah Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik Kadar Air Buah Terhadap Buah Melon Berjaring Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik Kadar PTT Buah Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Bobot Buah Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Bobot Buah Terhadap Buah Melon Berjaring Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Bentuk Buah Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Bentuk Buah Terhadap Buah Melon Berjaring Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Panjang Buah Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Panjang Buah Terhadap Buah Melon Berjaring Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Lingkar Buah Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Lingkar Buah Terhadap Buah Melon Berjaring Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Warna Kulit Buah Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Warna Kulit Buah Terhadap Buah Melon Berjaring

21 xiii 32. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Warna Daging Buah Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Warna Daging Buah Terhadap Buah Melon Berjaring Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Ketebalan Kulit Buah Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Ketebalan Kulit Buah Terhadap Buah Melon Berjaring Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Ketebalan Daging Buah Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Ketebalan Daging Buah Terhadap Buah Melon Berjaring Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Kepadatan Jala Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Kepadatan Jala Terhadap Buah Melon Berjaring Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Tekstur Daging Buah Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Tekstur Daging Buah Terhadap Buah Melon Berjaring Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Kadar Air Buah Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Kadar Air Buah Terhadap Buah Melon Berjaring Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Kadar PTT Buah Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik Kadar PTT Buah Terhadap Buah Melon Berjaring

22 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu komoditi andalan utama sektor pertanian. Perkembangan ekspor untuk komoditi hortikultura dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 cenderung berfluktuasi. Total ekspor hortikultura tertinggi dicapai pada tahun 2005 sebesar ,51 ton, sementara terendahnya terjadi pada tahun 2001 sebesar ,21 ton (Tabel 1). Komoditi hortikultura terdiri dari tanaman hias, sayur-sayuran, buah-buahan, dan aneka tanaman. Tabel 1. Volume Ekspor Komoditi Hortikultura Tahun Komoditi Volume Ekspor (ton) Tanaman Hias Sayursayuran Segar Olahan Buahbuahan Segar Olahan Aneka Tanaman Total Ekspor Sumber : Departemen Pertanian, 2006 (diolah). Buah-buahan merupakan bagian dari komoditi hortikultura yang mempunyai potensi cerah sebagai penghasil devisa negara dari ekspor non migas. Hal tersebut dapat dilihat dari komoditi buah-buahan yang mempunyai realisasi ekspor terbesar diantara komoditi hortikultura lainnya. Pada tahun 2001 volume

23 2 ekspor buah-buahan baik segar maupun olahan mencapai ,22 ton dan terus meningkat hingga mencapai ,20 ton pada tahun 2005 (Tabel 1). Permintaan masyarakat akan komoditi hortikultura khususnya buahbuahan semakin meningkat seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan kebutuhan gizi. Buah-buahan memiliki komposisi zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Tingginya kesadaran masyarakat akan nilai gizi yang terkandung dalam buah-buahan menyebabkan permintaan buah-buahan ini akan terus meningkat dan diperkirakan pada tahun 2015 permintaan buah-buahan akan mencapai 44,5 persen dengan konsumsi per kapitanya 78,74 kilogram dan total konsumsinya hingga ton (Tabel 2). Tabel 2. Perkiraan Permintaan Buah-buahan Indonesia Tahun Tahun Populasi (juta) Pertumbuhan Permintaan (%) Konsumsi Per Kapita (kg) Total Konsumsi (ribu ton) Sumber : Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT), Buah-buahan Indonesia yang permintaannya diperkirakan akan terus mengalami peningkatan salah satunya adalah melon. Melon banyak disukai oleh masyarakat Indonesia karena rasanya yang enak, manis, harum, dan kandungan gizinya yang tinggi. Melon merupakan salah satu buah eksklusif yang telah memasyarakat. Harganya yang bervariasi, dari yang mahal sampai yang murah, menyebabkan semua kalangan dapat menjangkaunya. Melon adalah buah yang banyak tumbuh di daerah beriklim tropik dan subtropik. Melon dikenal sebagai buah yang mengandung kadar air yang tinggi.

24 3 Melon dikenal dalam dunia kesehatan mengandung unsur-unsur yang diperlukan tubuh manusia. Oleh karena itu, melon sering dianjurkan ahli-ahli gizi untuk terapi kesehatan karena mempunyai khasiat yaitu membantu sistem pembuangan, antikanker, menurunkan risiko stroke dan penyakit jantung, dan mencegah penggumpalan darah (Prajnanta, 2002). Pada Tabel 3 dipaparkan kandungan gizi melon setiap 100 gram bahan dapat dimakan. Tabel 3. Kandungan Gizi Melon Per 100 Gram Kandungan Gizi Nilai Satuan Kalori (energi) kal Protein 0.60 gr Lemak 0.10 gr Karbohidrat 5.10 gr Kalsium mg Fosfor mg Besi 0.50 mg Vitamin A SI Vitamin B mg Vitamin B mg Vitamin C mg Niasin 0.80 gr Serat 0.30 gr Air gr Sumber : Wirakusumah dalam Prajnanta, Melon berdasarkan penampilan kulit buahnya digolongkan menjadi tipe berjaring (netted melon) dan tipe tanpa jaring (winter melon). Melon tipe berjaring terdiri dari dua macam yaitu musk melon (Cucumis melo var reticulatus) dan cantaloupe (Cucumis melo var cantalupensis), contohnya varietas sky rocket, action 434, aroma, emerald sweet, dan new century. Melon tipe tanpa jaring adalah casaba melon (Cucumis melo var inodorus), contohnya varietas honey dew, honey world, dan super salmon. Tanaman melon yang banyak diusahakan orang

25 4 sebagai penghasil buah komersial di Indonesia adalah sky rocket, action 434, honey dew, dan jade dew (Setiadi, 2006). Pada tahun 2010 diperkirakan permintaan melon mencapai ton dengan produksi ton, sedangkan tingkat konsumsi mencapai 1,60 kilogram/kapita/tahun (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2004). Perkiraan tingkat konsumsi melon ini sangat kecil dibandingkan dengan perkiraan tingkat permintaan maupun produksinya. Berdasarkan Tabel 4, pada tahun 2005 produksi melon mencapai ton dengan tingkat konsumsi telah mencapai 0,26 kilogram/kapita/tahun yang hampir mendekati perkiraan tingkat konsumsi pada tahun Hal ini menandakan bahwa terdapat ketidaksesuaian antara perkiraan tingkat permintaan maupun produksinya dengan perkiraan tingkat konsumsi yang dibuat untuk tahun Walaupun demikian, peluang permintaan melon yang tinggi ini masih belum dapat direspon oleh sisi produksi. Luas panen, produksi, dan produktivitas melon Indonesia masih berfluktuasi setiap tahunnya. Produksi melon terendah terjadi pada tahun 2001 sebesar ton dengan luas panen hektar dan produksitivitas 12,33 ton per hektar. Pada tahun-tahun berikutnya luas panen, produksi, produktivitas melon Indonesia terus mengalami peningkatan hingga tahun 2003, tetapi pada tahun 2004 mengalami penurunan yang cukup besar baik luas panen, produksi, dan produktivitas, kemudian meningkat lagi pada tahun 2005 (Tabel 4).

26 5 Tabel 4. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Melon Indonesia Tahun Tahun Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha) Sumber : Departemen Pertanian, Penurunan produksi melon ini diakibatkan oleh masih sedikitnya daerah sentra-sentra penanaman melon di Indonesia. Daerah sentra penanaman melon saat ini hanya terdapat di daerah Ngawi, Madiun, Malang, Pacitan, Klaten, Sukabumi, Cisarua Bogor, Yogyakarta, Lampung, Aceh, Medan,dan Riau (Setiadi, 2006). Melon merupakan komoditi buah yang bernilai ekonomi tinggi dan penghasil devisa negara. Berdasarkan Tabel 5, ekspor melon meningkat dari tahun 2001 sampai tahun 2002, tetapi pada tahun 2003 ekspor melon mengalami penurunan sejumlah 263,85 ton padahal produksi melon pada tahun yang sama mencapai ton (Tabel 4) dan merupakan produksi melon tertinggi. Hal ini menandakan bahwa masih rendahnya daya saing melon Indonesia di pasar luar negeri disebabkan mutu melon yang masih rendah. Pada tahun 2004 volume ekspor melon mengalami penurunan sejumlah 69,66 ton, hal ini disebabkan produksi melon Indonesia pada tahun yang sama juga sangat rendah dibandingkan pada tahun sebelumnya dan pada tahun 2005 mengalami kenaikan lagi sejumlah 296,56 ton.

27 6 Tabel 5. Volume Ekspor Buah Melon Tahun Tahun Ekspor Buah Melon Volume (ton) Nilai (US$) Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, Berdasarkan data ekspor melon pada tahun 2002, menunjukkan bahwa melon merupakan komoditi penghasil devisa kelima dari kelompok buah-buahan, dari aspek volume, melon menduduki peringkat keenam dengan negara tujuan ekspor Singapura, Malaysia, Jepang, Korea, dan Hongkong 1. Berdasarkan kondisi yang telah dipaparkan di atas, pengembangan melon di Indonesia masih perlu ditingkatkan agar dapat memenuhi permintaan konsumen dengan meningkatkan produksinya dan perlu mendapatkan perhatian khusus sehingga dapat dihasilkan melon yang bermutu tinggi sesuai keinginan konsumen. 1.2 Perumusan Masalah Melon merupakan tanaman yang memiliki perkembangan yang bagus di Indonesia, tetapi selama perkembangan tersebut terdapat permasalahan yaitu benih melon di Indonesia masih impor. Berdasarkan Tabel 6, impor benih melon tertinggi terjadi pada tahun 2001 sejumlah 6,39 ton dengan nilai Rp sedangkan terendahnya terjadi pada tahun 2005 sejumlah 1,65 ton dengan nilai Rp Rendahnya impor benih melon ini disebabkan saat ini benih-benih melon sudah mulai diproduksi di Indonesia untuk mengurangi 1 Situs Departemen Pertanian Melon, Buah Segar Berpotensi. Tanggal 8 Oktober 2006.

28 7 ketergantungan terhadap benih impor. Data impor, nilai benih melon, dan asal negara produsennya dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Volume Impor, Nilai Benih Melon, dan Negara Produsen Tahun Tahun Volume Nilai Negara Produsen (ton) (milyar) China, Belanda, Thailand, Jepang, Taiwan, Denmark,Australia, Korea, dan USA Thailand, Jepang, Vietnam, Israel, dan Taiwan Vietnam, Thailand, Jepang, Taiwan, dan Korea Vietnam, Thailand, USA, Malaysia, Jepang, China, Korea, Taiwan, dan Australia Jepang, Korea, Taiwan, Vietnam, Malaysia, dan Thailand Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2006 (diolah). Keterangan : Sesuai Surat Permohonan Izin Impor Benih Melon. Walaupun demikian varietas-varietas melon yang berkembang di Indonesia saat ini masih berasal dari benih impor yaitu Amerika Serikat, Jepang, Taiwan, Thailand, Australia, Korea, Denmark, Malaysia, Vietnam, China, Belanda, dan Israel (Tabel 6). Hal tersebut mengakibatkan persepsi konsumen terhadap buah melon adalah buah melon impor. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka upaya untuk memproduksi benih melon dalam negeri terus dilakukan, sehingga dapat menghasilkan varietas melon sesuai dengan keinginan konsumen. Peran serta lembaga-lembaga penelitian sangat diperlukan untuk dapat meghasilkan benih-benih melon yang bermutu tinggi sehingga dapat dihasilkan varietas-varietas melon sesuai dengan keinginan konsumen. Pusat Kajian Buahbuahan Tropika (PKBT) IPB merupakan salah satu lembaga penelitian di Indonesia dan juga sebagai produsen benih berusaha mencoba mengembangkan melon yang berkualitas dan sesuai keinginan konsumen melalui kegiatan

29 8 pemuliaan untuk mendapatkan varietas-varietas unggul baru yang mempunyai sifat-sifat seperti yang diinginkan oleh konsumen. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghasilkan varietas melon yang dapat memenuhi keinginan konsumen adalah dengan menerapkan metode Quality Function Deployment (QFD) dalam pemuliaan tanaman. QFD merupakan alat yang digunakan untuk pelaksanaan Total Quality Management (TQM) dalam pengembangan produk. Alat ini merupakan alat perencanaan yang digunakan untuk memenuhi keinginan konsumen. Penerapan metode QFD dalam pengembangan produk diawali dengan pembentukan matriks atau sering disebut sebagai House Of Quality (HOQ). Matriks ini menerjemahkan apa yang diinginkan konsumen menjadi apa yang dihasilkan organisasi sehingga produk yang dihasilkan akan dapat memenuhi keinginan konsumen (Besterfield et al. dalam Silvana 2004). Oleh karena itu, penerapan metode QFD diperlukan dalam pemuliaan melon. Berdasarkan hal tersebut, masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan metode QFD (penyusunan matriks HOQ) dalam pengembangan varietas melon di PKBT IPB. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi ideotipe melon yang diinginkan konsumen. 2. Menerapkan metode QFD (menyusun matriks HOQ) dalam pengembangan varietas melon (pemuliaan melon) di PKBT IPB.

30 9 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan berguna sebagai : 1. Bahan masukan bagi pemulia melon dalam pengembangan varietas melon (pemuliaan melon) sehingga dapat dihasilkan varietas melon yang dapat memenuhi keinginan konsumen. 2. Bahan informasi bagi pemasar dan pihak-pihak lain yang ingin mengetahui keinginan konsumen terhadap buah melon utuh. 3. Bahan masukan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan manajemen mutu dan perilaku konsumen buah melon. 1.5 Batasan Penelitian Pada penelitian ini terdapat keterbatasan-keterbatasan sebagai berikut : 1. Konsumen dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua yaitu, konsumen lembaga dan konsumen bukan lembaga. Lembaga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah konsumen benih dan juga sebagai produsen buah melon. 2. Konsumen lembaga yaitu PT Rejosari Bumi Unit Tapos Ciawi Bogor dan konsumen bukan lembaga yaitu pedagang pengecer buah melon utuh (pedagang pengecer tradisional, kios buah, toko buah, supermarket, dan hypermarket) dan konsumen langsung buah melon utuh yaitu rumah tangga dan bukan rumah tangga (usaha restoran, pedagang-pedagang es buah dan soup buah). 3. Metode QFD terdiri dari empat matriks, dalam penelitian ini hanya matriks perencanaan produk.

31 10 4. Variabel dalam penelitian ini ialah atribut buah yang diperhatikan konsumen dalam menentukan kualitas melon dan dapat diperbaiki melalui kegiatan pemuliaan.

32 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Melon Varietas Melon Melon (Cucumis melo L.) berasal dari daerah Mediterania kemudian menyebar luas ke Timur Tengah dan Asia. Akhirnya, tanaman melon menyebar ke segala penjuru dunia, terutama daerah tropis dan subtropis mulai dari Jepang, Cina, Taiwan, Australia, hingga berkembang di Indonesia. Melon mulai dikembangkan di Indonesia pada tahun 1980-an di daerah Cisarua, Cibinong, Darmaga (Bogor), dan Kalianda (Lampung) oleh PT Jaka Utama Lampung. Perusahaan agribisnis ini mencoba menanam beberapa varietas melon dari Amerika, Taiwan, Jepang, dan Cina. Bahkan mereka mendatangkan tenaga ahli dari Taiwan untuk membantu teknis budidayanya, sehingga tidak mengherankan varietas melon yang terkenal di Indonesia adalah varietas melon dari Taiwan. Varietas melon yang beredar di pasaran saat ini sangat beragam yang pada dasarnya merupakan varietas melon hibrida introduksi dari Taiwan, Thailand, dan Belanda (Prajnanta, 2002). Melon tipe berjaring mempunyai ciri-ciri kulit buahnya tebal, keras, kasar, berjaring, dan tahan lama. Melon tipe ini terdiri dari dua tipe yaitu musk melon (Cucumis melo var reticulatus) dan cantaloupe melon (Cucumis melo var cantalupensis). Tipe musk melon banyak ditanam di Indonesia, tipe ini mempunyai ciri-ciri yaitu kulit buahnya kasar, tetapi ada juga yang halus, berjaring atau beralur, berwarna hijau kekuning-kuningan, daging buah berwarna

33 12 jingga atau berwarna hijau cerah. Contohnya varietas sky rocket, action 434, aroma, dan emerald sweet. Tipe cantaloupe melon mempunyai ciri-ciri kulit buah halus atau berjaring, berwarna hijau keputihan, daging buah berwarna jingga, aromanya tajam, dan tidak tahan disimpan lama. Contoh varietasnya sakata 144, dan new century yang berbentuk lonjong. Melon tipe tanpa jaring mempunyai ciri-ciri berkulit buah halus dan mengkilap. Contoh melon tipe ini adalah casaba melon (Cucumis melo var inodorus) dengan varietas honey dew, honey world, dan super salmon (Prajnanta, 2002). Berikut ini diuraikan sifat-sifat berbagai varietas melon hibrida yang beredar di Indonesia (Prajnanta, 2002) : 1. Sky Rocket Varietas ini bentuknya bulat, warna kulitnya hijau kekuningan ditutupi jaring, warna dagingnya hijau muda, baunya harum, rasa buahnya sangat manis dengan kadar gula persen, renyah, dan legit. Kulit buahnya tebal dan mempunyai berat rata-rata 2,0 3,0 kilogram. 2. New Century Varietas new century merupakan jenis melon berbuah lonjong dan berdaging jingga. Daging buah tebal, jingga muda, lembut, rasa buahnya sangat manis (kadar gula buah mencapai 14 persen), dan renyah. Varietas jenis ini beratnya mampu mencapai 2,5-4,0 kilogram. 3. Ten Me Ten me dikenal sebagai varietas melon paling mahal yang pernah ada di Indonesia. Buah berbentuk bulat panjang, berat rata-rata 2,0-4,0 kilogram,

34 13 kulit buah berjaring halus dan teratur. Daging buah tebal, putih krem, sangat lembut, berair, dan sangat enak. 4. Honey Dew Buah berwarna hijau putih. Permukaan halus tanpa jala. Daging lembut tidak berserat, berwarna hijau muda, kandungan gula persen brix. Bijinya sedikit dan bobot 1,4 2,0 kilogram. 5. Emerald Sweet Penampilan varietas ini lebih menarik dibandingkan sky rocket. Jaringnya tebal, kadar gulanya tinggi (15-19 persen). Bentuk buah bulat agak lonjong dengan berat berkisar 1,5-2,5 kilogram. Kulit buah berwarna hijau keabuabuan dengan daging buah hijau kekuningan dan lembut. Rasa buah sangat manis dan beraroma. 6. Melon Ngawi Melon Ngawi sebenarnya bukan varietas melon. Malon Ngawi merupakan melon F-1 Hybrid varietas Action 434. Buah berbentuk bulat, bobotnya 2,1-4,0 kilogram. Kulit buah berjaring, warna hijau kuning, daging buahnya tebal, dan aromanya tidak begitu tajam. 7. Golden Melon Berbentuk bulat oval, bobot rata-rata satu kilogram, kulitnya tidak berjaring, dan berwarna kuning mulus. Warna daging buahnya putih krem, daging buahnya tebal, teksturnya lembut, berair, dan rasanya manis.

35 Hasil Penelitian Terdahulu Preferensi Konsumen Terhadap Atribut Buah-buahan Rahmawati (2000) melakukan penelitian mengenai preferensi konsumen terhadap atribut buah-buahan di Kotamadya Bogor. Jenis Buah-buahan yang diteliti adalah jenis buah yang sering dikonsumsi keluarga yaitu jeruk, pepaya, pisang, mangga, dan rambutan dengan menggunakan analisis konjoin yang digunakan untuk mengukur nilai kegunaan dan nilai relatif penting dari tiap atribut. Nilai kegunaan menunjukkan preferensi konsumen terhadap taraf suatu atribut. Taraf buah yang diinginkan responden adalah buah yang matang, ukuran sedang kecuali untuk rambutan ukurannya besar, berkulit bersih, daging buah agak keras kecuali pisang daging buahnya lunak, dan selalu tersedia di pasar. Warna dan rasa cenderung relatif untuk masing-masing jenis buah. Hasil peringkat nilai relatif penting untuk buah pisang, rambutan, dan jeruk berturut-turut adalah rasa, derajat kematangan, ukuran, warna, kebersihan kulit buah, dan ketersediaan buah di pasar. Buah pepaya dan mangga berturutturut adalah rasa, ukuran, derajat kematangan, warna, kebersihan kulit buah, ketersediaan buah di pasar, dan kekerasan daging buah. Saleh (2003) melakukan penelitian mengenai kajian preferensi konsumen terhadap buah-buahan di Swalayan Hero Pajajaran Bogor. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa alasan responden dalam mengkonsumsi buah-buahan ditentukan oleh faktor-faktor gizi, pelengkap menu makanan keluarga, sebagai pencuci mulut, dan diet. Responden mengambil keputusan membeli buah-buahan

36 15 lebih terpengaruh dengan melihat langsung atribut fisik buah-buahan yang ada serta pengaruh harga dan potongan harga. Preferensi konsumen terhadap buah-buahan dianalisis dengan alat analisis konjoin yang digunakan untuk mengukur nilai kegunaan dan nilai relatif penting dari tiap yang diteliti. Jenis buah-buahan yang dianalisis adalah buah anggur, apel, jeruk, melon, duku, mangga, pisang, strawbery, dan belimbing. Nilai kegunaan dari analisis konjoin menunjukkan taraf buah yang diinginkan konsumen adalah buah yang matang, berukuran sedang, daging buah lunak, karakter buah sedikit berair kecuali jeruk, dan untuk anggur responden memilih buah yang tidak berbiji. Warna dan rasa cenderung relatif untuk masing-masing jenis buah. Khusus buah melon, responden memilih buah melon yang berwarna kuning kehijauan dan berasa manis sampai manis agak tawar. Hasil peringkat nilai relatif penting untuk buah melon berturut-turut adalah rasa buah, ukuran buah, derajat kematangan, warna kulit buah, kekerasan daging buah, dan warna daging buah. Martias (1997) melakukan penelitian mengenai analisis preferensi konsumen dan perilaku konsumsi buah-buahan pada masyarakat kelas atas. Penelitian ini menggunakan The Before Consumption Positioning Technique pada analisis pembentukan persepsi konsumen dan The After Consumption Positioning Technique untuk menentukan preferensi konsumen. Hasil penelitiannya menunjukkan alasan utama masyarakat kelas atas dalam mengkonsumsi buah-buahan ditentukan oleh faktor gizi, rasa, dan kebiasaan. Faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan jenis buah antara lain

37 16 mutu, kebersihan, dan warna buah. Atribut buah salak yang cenderung diinginkan konsumen yaitu buah salak yang rasanya manis, ukuran buah yang besar, daging buah tebal dan keras, dan kulit buah yang bersih. Atribut buah mangga yang cenderung diinginkan konsumen yaitu buah mangga yang rasanya manis, ukuran besar, kulit yang bersih, daging buah cenderung manis, dan derajat kematangan cenderung mentah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu bahwa pada penelitian sebelumnya cenderung menitikberatkan pada preferensi konsumen dan tidak melihat bagaimana kemampuan produsen dalam memenuhi keinginan konsumen tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba menerapkan metode QFD untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap buah melon dan kemampuan produsen (pemulia melon) untuk menghasilkan buah melon yang dapat memenuhi keinginan dan harapan konsumen. Adapun atribut-atribut buah dalam penelitian ini hanya atribut buah yang diperhatikan konsumen di dalam pemilihan buah melon dan dapat diperbaiki melalui kegiatan pemuliaan tanaman melon. Atribut buah melon tersebut meliputi bobot buah, bentuk buah, warna kulit dan daging buah, ketebalan kulit dan daging buah, tekstur kulit dan daging buah, kadar air, rasa buah, aroma buah, dan daya simpan buah Quality Function Deployment (QFD) Muspitawati (2002) melakukan penelitian mengenai kajian strategi peningkatan kualitas produk industri sayuran segar PT Saung Mirwan, Ciawi, Bogor. Penelitian ini dilakukan beberapa tahapan, yaitu mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dengan menggunakan Quality Function Deployment (QFD),

38 17 mengidentifikasi prioritas komoditi dengan menggunakan diagram pareto dan mengamati proses karakteristik mutu tertinggi, dan tahapan terakhir analisis SWOT. Penerapan metode QFD diawali dengan merancang tabel konsumen dengan perumusan persyaratan pelanggan, kemudian menentukan tingkat kepentingan masing-masing atribut yang merupakan hasil dari pendapat para konsumen ahli. Langkah selanjutnya merumuskan tingkat kepuasan para pelanggan dengan menggunakan nilai indeks. Nilai indeks ini dimasukkan ke dalam kategori interval kelas yang sesuai sehingga didapat tingkat kepuasan konsumen. Langkah selanjutnya adalah menyesuaikan keinginan konsumen dan karakteristik proses yang sesuai, kemudian dilakukan analisa hubungan antar masing-masing atribut dengan seluruh karakteristik proses dalam matriks QFD. Hasil penelitiannya menunjukkan atribut-atribut kualitas yang diingikan pelanggan adalah kesegaran, kebersihan, warna, bentuk, ukuran yang seragam, daya tahan, dan adanya jaminan keamanan pangan. Analisis QFD menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam memenuhi keinginan dan harapan pelanggan cukup memuaskan dan bila dibandingkan dengan pesaing, PT Saung Mirwan memiliki nilai kriteria mutu yang sama atau lebih baik. Agar harapan konsumen yaitu kesegaran terpenuhi, maka perusahaan harus meningkatkan kemampuannya dalam penanganan bahan baku, pengawasan, dan penyimpan. Batubara (2003) melakukan penelitian mengenai membangun kepuasan pelanggan melalui QFD (kasus restoran Hoka-hoka Bento). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa restoran Hoka-hoka Bento dapat memuaskan pelanggannya, apabila 16 atribut mutu restoran yang menjadi spesifikasi pelanggan terpenuhi.

39 18 Atribut tersebut adalah keramahan dan kesopanan staf, kemampuan staf melakukan tugas, harga produk, kecepatan melayani, keragaman produk makanan, respon keluhan pelanggan, kebersihan dan kerapihan staf, kecepatan staf membersihkan meja, kenyamanan restoran, kotak saran, penawaran menu favorit, kebersihan makanan, citarasa lokal, kamar mandi dan tempat cuci tangan, fasilitas delivery, dan terakhir kemudahan lokasi. Kemampuan produsen dalam memenuhi harapan pelanggannya masih perlu ditingkatkan, terutama dalam hal pelayanan. Oleh karena itu, untuk memenuhi harapan tertinggi pelanggan yaitu atribut keramah-tamahan dan kesopanan staf, perusahaan harus mengoptimalkan kemampuannya dalam hal pelayanan yaitu mengadakan pelatihan dan membuat Standar Operasi Pelayanan (SOP). Simanjuntak (2005) melakukan penelitian mengenai penerapan metode Quality Function Deployment (QFD) dalam pengembangan varietas nenas. Penelitiannya dilakukan di Kota Bogor dan Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB. Penerapan metode QFD yaitu dengan membangun matriks House Of Quality (HOQ). Langkah pertama dimulai dengan menyusun persyaratan pelanggan yaitu persyaratan pelanggan primer dan sekunder. Langkah kedua menyusun persyaratan teknik yaitu persyaratan teknik primer dan sekunder. Langkah ketiga adalah membangun matriks hubungan antara persyaratan pelanggan dengan teknik dengan hubungan yang kuat, sedang, lemah, dan ada yang tidak memiliki hubungan sama sekali.

40 19 Langkah kempat adalah membangun matriks hubungan antar persayaratan teknik yang dibedakan menjadi hubungan yang bersifat positif (mendukung) dan negatif (berlawanan). Langkah kelima dalam membangun matriks HOQ yaitu penilaian kompetitif pelanggan dan penilaian kompetitif teknik. Langkah keenam yaitu megembangkan prioritas pelanggan meliputi tingkat kepentingan, nilai sasaran, faktor skala kenaikan, point penjualan, dan bobot absolut. Langkah terakhir adalah mengembangkan prioritas persyaratan teknik meliputi derajat kesulitan, nilai sasaran, bobot absolut, dan bobot relatif. Hasil dari penelitian ini adalah matriks perencanaan varietas nenas. Matriks tersebut dapat digunakan PKBT IPB dalam melakukan kegiatan pemuliaan tanaman nenas, sehingga keinginan dan harapan pelanggan dapat terpenuhi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian ini akan dikembangkan dua varietas melon yaitu varietas melon tanpa jaring dan varietas melon berjaring, hal tersebut dilakukan agar dapat mewakili keinginan konsumen lembaga maupun konsumen bukan lembaga, sehingga pada akhirnya akan diperoleh penggabungan dua matriks HOQ.

41 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Mutu Pemahaman konsep mutu sangat penting dalam pengembangan aktivitas suatu perusahaan karena pertumbuhan suatu perusahaan sangat ditentukan oleh mutu produk atau jasa yang dihasilkannya. Mutu merupakan istilah yang artinya berbeda-beda bagi setiap orang dan organisasi, dalam upaya memahami konsep mutu suatu produk, maka berikut ini dikemukakan beberapa definisi mutu menurut para ahli dan organisasi. American Society for Quality Control dalam Render dan Heizer (2001) mendefinisikan bahwa mutu adalah totalitas bentuk dan karakteristik barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang tampak jelas maupun yang tersembunyi. Menurut Oakland (1993) mutu adalah memenuhi persyaratan pelanggan sedangkan menurut Deming dalam Oakland (1993) mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pelanggan, sekarang, dan yang akan datang. Definisi lain mengenai mutu juga terdapat dalam Goetsch dan Davis (2000). Menurut Fred Smith, CEO of Federal Express mendefinisikan mutu adalah usaha untuk memenuhi harapan yang ditetapkan pelanggan. The General Services Administration (GSA) mendefinisikan mutu adalah memenuhi kebutuhan pelanggan pada saat pertama kali dan seterusnya. Boeing mendefinisikan mutu ialah memberikan pelanggannya dengan produk dan jasa yang memenuhi

42 21 kebutuhan dan harapan secara konsisten. The U.S Departemen Of Defense (DOD) mendefinisikan mutu adalah mengerjakan sesuatu dengan benar saat pertama kali, selalu berusaha untuk memperbaiki dan selalu berusaha untuk memuaskan pelanggan. Walaupun tidak ada definisi mutu yang dapat diterima secara universal, namun dari beberapa definisi di atas terdapat beberapa persamaan yang terdapat dalam elemen-elemen sebagai berikut : 1. Mutu meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. 2. Mutu mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan. 3. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa mendatang). Berdasarkan elemen-elemen tersebut Goetsch dan Davis mendefinisikan mutu sebagai kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Garvin dalam Nasution (2001) mengidentifikasikan delapan dimensi yang dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik mutu produk yaitu : 1. Kinerja (performance), berkaitan dengan aspek fungsional dari produk dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli suatu produk. 2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features),merupakan aspek kedua dari performansi yang menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya.

43 22 3. Kehandalan (reliability), berkaitan dengan kemungkinan suatu produk berfungsi secara berhasil dalam periode tertentu di bawah kondisi tertentu. 4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to spesifications), berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. 5. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat digunakan. 6. Kemampuan pelayanan (service ability), yaitu meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi, penanganan keluhan yang memuaskan. 7. Estetika (esthetics), yaitu daya tarik produk terhadap panca indera. 8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), berkaitan dengan perasaan pelanggan dalam mengkonsumsi produk dan juga berkaitan dengan reputasi. Menurut Kader dalam Poerwanto (1996) berbagai komponen mutu digunakan untuk mengevaluasi komoditas dalam hubungannya dengan spesifikasi untuk pengkelasan atau standar, seleksi dalam program pemuliaan tanaman, evaluasi terhadap respon tanaman atas kondisi lingkungan atau perlakuan pascapanen. Kriteria mutu untuk produk buah-buahan meliputi : 1. Mutu visual atau penampakan, yang meliputi ukuran (dimensi, berat, dan volume), bentuk (rasio antar dimensi, kereragaman, dan kondisi permukaan), warna (keseragaman warna, intensitas, dan gloss) serta kondisi umum (kemulusan, ada atau tidaknya cacat dan kerusakan). 2. Tekstur dan mouthfeel, meliputi kekerasan, keempukan, kerenyahan, kesegaran, kealotan, dan kekentalan sari buah. Mutu tekstur buah tropika

44 23 berkaitan dengan kepentingan transportasi dan peruntukan (konsumsi segar atau setelah diolah). 3. Flavor (rasa, aroma, dan citarasa), meliputi kemanisan, keasaman, intensitas rasa pahit, pedas, sepat, intensitas dan kualitas aroma serta off-flavor. Off flavor biasanya terjadi karena kesalahan dalam perlakuan pascapanen. 4. Nilai gizi dan zat berkhasiat (mutu fungsional), meliputi kandungan gula atau karbohidrat, vitamin dan mineral, antioksidan (karoten, isoflavon), dan zat berkhasiat lainnya. 5. Keamanan, yang meliputi bebas kontaminasi baik oleh mikroba patogen, toksin, bahan kimia, pestisida, serta cemaran fisik lainnya (kotoran). 6. Kemudahan penanganan, meliputi kemudahan untuk dikonsumsi, kemudahan untuk disajikan, kemudahan pembuangan sampah serta banyaknya sampah, dan sebagainya. 7. Sifat mutu lainnya, seperti faktor ekonomi (harga), faktor lingkungan, halal, umur simpan, dan konsistensi suplai Konsep Total Quality Management (TQM) Total Quality Management (TQM) menekankan pada komitmen manajemen untuk memiliki keinginan yang berkesinambungan bagi perusahaan untuk mencapai kesempurnaan di segala aspek barang dan jasa yang penting bagi konsumen (Render dan Heizer, 2001). Menurut Kotler (2005) TQM adalah pendekatan organisasi secara menyeluruh untuk secara berkesinambungan memperbaiki mutu semua proses, produk, dan pelayanan organisasi. Jika perusahaan ingin bertahan dalam persaingan dan memperoleh laba, maka perusahaan tersebut harus menjalankan TQM.

45 24 Menurut Goetsch dan Davis (2000) TQM adalah suatu pendekatan untuk menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya. Pendekatan TQM hanya akan tercapai dengan memperhatikan karakteristik TQM sebagai berikut : 1. Dasar strategi 2. Fokus pada pelanggan (internal dan eksternal) 3. Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas 4. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam membuat keputusan dan menyelesaikan masalah 5. Memiliki komitmen jangka panjang 6. Membutuhkan kerjasama tim 7. Memperbaiki proses secara berkesinambungan 8. Mengadakan pendidikan dan pelatihan 9. Memberikan kebebasan yang terkendali 10. Memiliki kesatuan tujuan 11. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan Sasaran utama yang ingin dicapai TQM adalah kepuasan pelanggan, memastikan mutu kepada pelanggan, menumbuhkan kerjasama yang baik dari seluruh karyawan dari semua tingkatan serta kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan (Marimin, 2004).

46 Fokus Pada Pelanggan Pelanggan adalah semua orang yang menuntut kita atau perusahaan untuk memenuhi standar kualitas tertentu, dan karena itu akan memberikan pengaruh pada performa kita atau perusahaan. Pada dasarnya, dikenal tiga macam pelanggan dalam sistem kualitas modern yaitu (Gasperz dalam Nasution, 2001) : 1. Pelanggan Internal Orang yang berada dalam perusahaan dan memiliki pengaruh pada performansi pekerjaan (perusahaan). 2. Pelanggan Antara Orang yang bertindak atau berperan sebagai perantara, bukan sebagai pemakai akhir produk. 3. Pelanggan Eksternal Pembeli atau pemakai akhir produk, sering disebut sebagai pelanggan nyata. Menurut Kotler (2005) pelanggan adalah orang yang menyampaikan keinginannya kepada kita. Kunci utama mempertahankan pelanggan adalah kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) produk yang diperkirakan terhadap kerja (atau hasil) yang diharapkan. Jika kinerja di bawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan puas. Pelanggan yang sangat puas akan tetap setia dalam waktu yang lebih lama dan membeli lebih banyak.

47 Konsep Quality Function Deployment (QFD) Pengertian QFD Tugas menerjemahkan permintaan-permintaan pelanggan sasaran menjadi prototipe yang berfungsi dibantu beberapa metode yang dikenal sebagai penyebaran fungsi mutu Quality Function Deployment (QFD). Metodologi ini mengambil daftar atribut pelanggan Customer Attribute (CA) yang diinginkan, yang dihasilkan riset pasar, dan mengubahnya menjadi daftar atribut rekayasa Engineering Attribute (EA) yang dapat digunakan oleh para insinyur. Sumbangan utama QFD adalah bahwa metode tersebut meningkatkan komunikasi antara para pemasar, insinyur, dan orang-orang bagian produksi (Kotler, 2005). Gaspersz dalam Marimin (2004) mendefinisikan QFD sebagai suatu proses atau mekanisme terstruktur untuk menentukan kebutuhan pelanggan dan menerjemahkan kebutuhan-kebutuhan itu ke dalam kebutuhan teknis yang relevan, di mana masing-masing area fungsional dan level organisasi dapat mengerti dan bertindak. QFD menerjemahkan apa yang diinginkan pelanggan serta bagaimana cara organisasi menghasilkannya. Hal tersebut memungkinkan organisasi memprioritaskan kebutuhan pelanggan, mencari inovasi untuk menanggapi kebutuhan pelanggan, merubah proses agar lebih efektif. QFD adalah penerapan penting untuk proses perbaikan sehingga organisasi memungkinkan untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan (Goestch dan David,2000).

48 Struktur QFD Matriks House of Quality (HOQ) adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan struktur QFD (Gambar 1). Tembok rumah sebelah kiri (komponen 1) merupakan masukan dari pelanggan. Pada langkah ini, perusahaan berusaha menentukan segala persyaratan pelanggan yang berhubungan dengan penentuan produk. Agar dapat memenuhi persyaratan pelanggan, perusahaan mengusahakan spesifikasi kinerja tertentu dan mensyaratkan pemasoknya untuk melakukan hal yang sama. Langkah ini terdapat pada bagian langit-langit rumah (komponen 2). Tembok rumah sebelah kanan (komponen 3) adalah matriks perencanaan. Matriks ini merupakan komponen yang digunakan untuk menerjemahkan persyaratan pelanggan menjadi rencana-rencana untuk memenuhi atau melebihi persyaratan yang ditentukan pelanggan. Matriks ini meliputi langkah-langkah seperti menggambarkan persyaratan pelanggan pada suatu matriks dan proses pemanufakturan pada matriks lainnya, memprioritaskan persyaratan pelanggan, dan mengambil keputusan mengenai perbaikan yang dibutuhkan dalam proses pemanufakturan. Pada bagian tengah rumah (komponen 4) adalah tempat di mana persyaratan pelanggan dikonversikan ke dalam aspek-aspek pemanufakturan. Pada bagian bawah rumah (komponen 5) merupakan daftar prioritas persayaratan proses manufaktur. Pada bagian atap (komponen 6), langkah yang dilakukan adalah mengidentifikasi pertukaran yang berhubungan dengan persyaratan manufaktur. Pertanyaan yang akan dijawab dalam komponen 6 adalah apa yang

49 28 terbaik yang dapat dilakukan organisasi dengan mempertimbangkan persyaratan pelanggan dan kemampuan pemanufakturan organisasi (Goestch dan David,2000). 6. Identifikasi pertukaran yang berhubungan dengan persyaratan produksi 1. Masukan Pelanggan 2. Tuntunan atau spesifikasi terkini pengusaha perusahaan terhadap pemasok 4. Hubungan : Apa arti tuntutan pelanggan bagi proses pabrikasi? Dimana ada iteraksi antar hubungan? 3. Matrik Perencanaan : Pemeringkatan Kepentingan Pemeringkatan persaing Nilai sasaran Skala kenaikan yang dibutuhkan Poin penjualan Bobot Perencanaan (dikalkulasikan) 5. Daftar prioritas dari persyaratan proses penting bagi perusahaan Gambar 1. Matriks Struktur QFD (Goestch dan Davis, 2000) Proses QFD Titik awal (starting point) dari QFD adalah pelanggan serta keinginan dan kebutuhan dari pelanggan, hal ini disebut sebagai suara dari pelanggan. Inti dari QFD adalah suatu matriks besar yang menghubungkan apa keinginan pelanggan (what) dan bagaimana suatu produk akan didesain dan diproduksi agar memenuhi pelanggan tersebut (how).

50 29 Menurut Besterfield et al. dalam Simanjuntak (2005), proses QFD secara lengkap terdiri dari empat fase yang dinyatakan dalam empat matriks, yaitu : 1. Matriks Perencanaan Produk Fase ini dimulai dari persyaratan pelanggan, untuk setiap persyaratan pelanggan harus ditentukan persyaratan desain yang dibutuhkan, di mana jika memuaskan akan membawa hasil dalam pemenuhan persyaratan pelanggan. 2. Matriks Pengembangan Bagian Persyaratan desain dari matriks pertama dibawa ke matriks kedua untuk menentukan karakteristik kualitas bagian. 3. Matriks Perencanaan Proses Operasi proses kunci ditentukan oleh karakteristik kualitas bagian dari matriks sebelumnya. 4. Matriks Perencanaan Produksi Persyaratan produksi ditentukan dari operasi proses kunci. Pada fase ini dihasilkan prototipe dan peluncuran produk. Proses QFD dimulai dari riset segmentasi pasar untuk mengetahui siapa pelanggan produk kita dan karakteristik serta kebutuhan pelanggan, kemudian mengevaluasi tingkat persaingan pasar. Hasil dari riset pasar diterjemahkan ke dalam desain produk secara teknis dan karakteristik teknis yang sesuai atau cocok dengan apa yang dibutuhkan pelanggan. Setelah desain produk dilanjutkan dengan desain proses, yaitu merancang bagaimana proses pembuatan produk sehingga diketahui karakteristik dari setiap bagian atau tahapan proses produksi. Kemudian ditentukan proses operasi atau produksi dan arus proses produksi.

51 30 Akhirnya, disusun rencana produksi dan pelaksanaan produksi yang menghasilkan produk sesuai dengan kebutuhan pelanggan (Nasution, 2001). Riset Segmentasi Pasar Karakteristik Pelanggan Evaluasi Tingkat Persaingan Karakteristik Teknis Kesesuaian dengan Kebutuhan Pelanggan Desain Proses Karakteristik Bagian Proses Operasi Arus Proses Produksi Rencana Produksi Pelaksanaan Produksi Produk Tim Umpan Balik Gambar 2. Proses QFD (Nasution, 2001) Manfaat QFD Menurut (Goestch dan Davis, 2000), QFD memberikan sejumlah manfaat bagi organisasi yang mencoba untuk mempertinggi daya saingnya dengan memperbaiki secara kontinu kualitas dan produktivitasnya. Manfaat dari QFD antara lain : 1. Fokus pada pelanggan QFD memerlukan pengumpulan masukan dan umpan balik dari pelanggan. Informasi kemudian diterjemahkan ke dalam sekumpulan persyaratan pelanggan yang spesifik.

52 31 2. Efisiensi waktu QFD dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan dalam pengembagan produk karena memfokuskan pada persyaratan pelanggan yang spesifik dan telah diidentifikasi dengan jelas. 3. Orientasi kerjasama tim QFD merupakan pendekatan orientasi kerjasama tim. Semua keputusan dalam proses didasarkan atas konsensus dan dicapai melalui diskusi mendalam dan brainstorming. 4. Orientasi pada dokumentasi Salah satu produk yang dihasilkan dari proses QFD adalah dokumen komprehensif mengenai semua data yang berhubungan dengan segala proses yang ada dan perbandingannya dengan persyaratan pelanggan. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Permasalahan yang dihadapi dalam perkembangan melon di Indonesia saat ini adalah benih melon masih impor. Varietas melon yang berkembang di Indonesia saat ini masih berasal dari benih impor sehingga persepsi konsumen terhadap buah melon adalah buah melon impor baik buah melon tanpa jaring maupun buah melon berjaring. Adapun atribut-atribut buah dalam penelitian ini hanya atribut buah yang diperhatikan konsumen di dalam pemilihan buah melon yaitu bobot buah, bentuk buah, warna kulit dan daging buah, ketebalan kulit dan daging buah, tekstur kulit dan daging buah, kadar air, rasa buah, aroma buah, dan daya simpan buah. Atribut buah melon ini akan dimasukkan ke dalam persyaratan pelanggan untuk mengetahui ideotipe buah melon yang diinginkan oleh konsumen.

53 32 Konsumen dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua yaitu, konsumen lembaga yaitu PT Rejosari Bumi Unit Tapos Ciawi Bogor dan konsumen bukan lembaga yaitu pedagang pengecer buah melon utuh (pedagang pengecer tradisional, kios buah, toko buah, supermarket, dan hypermarket) dan konsumen langsung buah melon utuh yaitu rumah tangga dan bukan rumah tangga (usaha restoran, pedagang-pedagang es buah dan soup buah). Konsumen lembaga adalah konsumen benih melon yaitu PT Rejosari Bumi Unit Tapos Ciawi Bogor dan juga sebagai produsen buah melon yang diasumsikan mengetahui tipe-tipe melon seperti apa yang diinginkan konsumen. Konsumen bukan lembaga adalah konsumen yang tidak memproduksi buah melon. Peran serta lembaga-lembaga penelitian sangat diperlukan untuk dapat meghasilkan benih-benih melon yang bermutu tinggi sehingga dapat dihasilkan varietas-varietas melon sesuai dengan keinginan konsumen. PKBT IPB merupakan salah satu lembaga penelitian di Indonesia dan juga sebagai produsen benih berusaha mencoba mengembangkan melon yang berkualitas dan sesuai keinginan konsumen melalui kegiatan pemuliaan untuk mendapatkan varietasvarietas unggul baru yang mempunyai sifat-sifat seperti yang diinginkan oleh konsumen. Salah satu cara untuk menghasilkan varietas melon sesuai keinginan konsumen adalah dengan menerapkan metode QFD. Metode QFD ini mencoba menyesuaikan antara apa yang diinginkan konsumen dengan persyaratan teknik yang dimiliki oleh produsen. Persyaratan teknik merupakan hasil pendapat dari pakar ahli di PKBT IPB.

54 33 Penerapan metode QFD diawali dengan penyusunan matriks HOQ. Matriks HOQ yang disusun hanya matriks HOQ yang pertama yaitu matriks perencanaan produk. Langkah-langkah dalam penyusunan matriks ini terdiri dari penyusunan persyaratan pelanggan (what), menyusun peryaratan teknik (how), mengembangkan matriks hubungan antara persyaratan pelanggan dan persyaratan teknik, mengembangkan matriks hubungan antara persyaratan teknik, penilaian kompetitif yang terdiri dari penilaian kompetitif pelanggan dan penilaian kompetitif teknik, mengembangkan prioritas persyaratan pelanggan yang terdiri dari kepentingan bagi pelanggan, nilai sasaran, faktor skala kenaikan, poin penjualan dan bobot absolut. Langkah terakhir adalah mengembangkan prioritas persyaratan teknik meliputi derajat kesulitan, nilai sasaran, bobot absolut, dan bobot relatif. Matriks HOQ yang telah disusun ini digunakan untuk merumuskan perencanaan pengembangan varietas melon dan sebagai bahan masukan bagi PKBT IPB. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 3.

55 34 Benih melon masih impor Varietas melon di Indonesia masih berasal dari benih impor Persepsi konsumen terhadap buah melon adalah buah melon impor baik melon tanpa jaring maupun melon berjaring Atribut Buah Melon : Bobot,bentuk, warna kulit dan daging, ketebalan kulit dan daging buah, tekstur kulit dan daging buah, kadar air, rasa buah, aroma buah, dan daya simpan buah. Konsumen Lembaga : PT Rejosari Bumi Unit Tapos Ciawi Bogor Konsumen Bukan Lembaga : Pedagang Pengecer Konsumen Langsung Buah Melon Utuh : Rumah Tangga Bukan RumahTangga Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB Kegiatan Pemuliaan dan Pengembangan Varietas Melon Penerapan Metode Quality Function Deployment (QFD) Penyusunan Matriks House Of Quality (HOQ) Langkah-langkah : 1. Menyusun persyaratan pelanggan 2. Menyusun persyaratan teknik 3. Mengembangkan matriks hubungan antara persyaratan pelanggan dan persyaratan teknik 4. Mengembangkan matriks hubungan antar persyaratan teknik 5. Penilaian kompetitif 6. Mengembangkan prioritas persyaratan pelanggan 7. Mengembangkan prioritas persyaratan teknik Perencanaan Pengembangan Varietas Melon Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional. Keterangan : Rekomendasi bagi PKBT IPB

56 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan mengambil lokasi di wilayah Kota Bogor. Survei dilakukan terhadap pedagang pengecer dan konsumen langsung buah melon utuh serta survei terhadap pemulia melon dan konsumen benih yang juga sebagai produsen buah melon. Pemilihan Kota Bogor dilakukan secara sengaja (purposive), hal ini dikarenakan Kota Bogor merupakan salah satu sentra penanaman melon di Indonesia dan juga merupakan daerah penanaman melon pertama di Indonesia. Selain itu, masyarakat Kota Bogor merupakan salah satu konsumen yang potensial dilihat dari penduduknya yang berkembang pesat, perumahan yang dibangun, dan pendapatan penduduk yang cukup tinggi. Survei terhadap pemulia melon dilakukan di Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB yang juga sebagai produsen benih melon. Survei terhadap konsumen benih dilakukan di PT Rejosari Bumi Unit Tapos Ciawi Bogor yang juga sebagai produsen buah. Pemilihan PKBT IPB dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PKBT IPB merupakan produsen benih yang mencoba mengembangkan melon yang berkualitas melalui pemuliaan tanaman. Pemilihan PT Rejosari Bumi Unit Tapos Ciawi Bogor juga dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang memproduksi buah melon dan juga sebagai konsumen benih yang sangat memperhatikan mutu melon yang dihasilkannya

57 36 serta mengetahui tipe-tipe melon seperti apa yang diinginkan konsumen. Penelitian lapangan untuk pengambilan data dilakukan pada bulan Desember 2006 sampai Februari Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diambil dengan metode survei berupa wawancara berdasarkan kuisioner dengan pedagang pengecer dan konsumen langsung buah melon utuh serta pemulia melon dan konsumen benih yang juga sebagai produsen buah melon. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian, Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB, internet, serta literatur-literatur dan sumber-sumber lain yang terkait dengan topik penelitian. 4.3 Metode Pengambilan Sampel Konsumen yang diambil dikelompokkan menjadi dua yaitu konsumen lembaga dan konsumen bukan lembaga dengan keseluruhan 80 konsumen. Konsumen lembaga hanya diambil satu konsumen yaitu PT Rejosari Bumi Unit Tapos Ciawi Bogor. Konsumen bukan lembaga diambil 79 konsumen yang terdiri dari pedagang pengecer dan konsumen langsung buah melon utuh. Pedagang pengecer terdiri atas pedagang pengecer buah melon utuh di pasar tradisional, kios buah, toko buah, supermarket, dan hypermarket. Penentuan tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan asumsi pedagang pengecer mengetahui keinginan konsumennya karena berinteraksi langsung dengan

58 37 konsumen. Pedagang pengecer buah melon utuh di pasar tradisonal, kios buah, toko buah, supermarket, dan hypermarket diambil sebanyak 36 pedagang. Jumlah ini ditentukan sendiri karena tidak adanya kerangka contoh (sample frame) dari jumlah pedagang pengecer buah melon utuh di Kota Bogor. Konsumen langsung buah melon utuh di Kota Bogor dibagi menjadi dua kelompok yaitu rumah tangga dan bukan rumah tangga (usaha restoran, pedagang-pedagang es buah, dan soup buah). Pengambilan konsumen rumah tangga dilakukan secara sengaja (purposive). Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, Kota Bogor dapat dibedakan atas tiga kelas yaitu kelas ekonomi atas, kelas ekonomi menengah, dan kelas ekonomi bawah. Pendekatan pengkelasan yang digunakan adalah berdasarkan pengkelasan yang terdapat pada buku pedoman pencacah kor dari Badan Pusat Statistik (BPS) untuk melakukan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), yang menetapkan tiga kelas berdasarkan jumlah pengeluaran rumah tangga sebulan (BPS, 2006). Setiap kelas ekonomi diambil sebanyak 10 konsumen rumah tangga secara kebetulan (accidental), jumlah ini ditentukan sendiri karena tidak adanya kerangka contoh (sample frame) dari jumlah konsumen buah melon utuh di Kota Bogor. Usaha restoran ditentukan secara sengaja (purposive) yang diambil sebanyak tiga usaha yaitu Padang Trio Permai, Vegetarian Karunia Baru, dan Hartz Chicken Buffet. Jumlah ini ditetapkan dengan pertimbangan bahwa usaha restoran bersifat homogen. Alasan pemilihan usaha restoran tersebut ialah usaha restoran tersebut sudah cukup terkenal di Kota Bogor.

59 38 Pedagang es buah dan soup buah diambil masing-masing 5 pedagang secara kebetulan (accidental). Jumlah ini ditentukan sendiri karena tidak adanya kerangka contoh (sample frame) dari jumlah pedagang es dan soup buah di Kota Bogor dan alasan lainnya yaitu salah salah satu bahan baku dari es dan soup buah tersebut adalah buah melon. 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Tabulasi Deskriptif Tabulasi deskriptif yang digunakan pada penelitian ini adalah tabel frekuensi. Data ditabulasikan dan dikelompokkan berdasarkan jawaban yang sama kemudian dipersentasekan berdasarkan jumlah seluruh konsumen. Persentase yang paling besar merupakan faktor yang dominan dari masing-masing variabel yang diteliti. Tabulasi deskriptif ini digunakan untuk mengetahui karakteristik konsumen, ideotipe melon yang diinginkan konsumen (persyaratan pelanggan), tingkat kepentingan, dan poin penjualan dari setiap persyaratan pelanggan dan hasilnya digunakan dalam metode QFD kecuali karakteristik konsumen Quality Function Deployment (QFD) QFD adalah sebuah alat perencanaan yang digunakan untuk memenuhi harapan konsumen. Alat perencanaan utama dalam QFD adalah House Of Quality (HOQ). HOQ menerjemahkan suara konsumen ke dalam persyaratan desain yang memenuhi nilai tujuan spesifik dan mencocokkan dengan bagaimana cara organisasi agar dapat memenuhi persyaratan tersebut. Langkah-langkah dalam

60 39 penyusunan matriks HOQ adalah sebagai berikut (Besterfield et al. dalam Silvana 2004) : 1. Mendaftarkan Persyaratan Pelanggan (What) QFD diawali dengan sebuah daftar tujuan. Daftar ini disebut sebagai apa yang konsumen butuhkan atau harapkan dalam sebuah produk khusus. Daftar persyaratan pelanggan dibagi menjadi sebuah hierarki persyaratan pelanggan primer, sekunder, dan tersier. Daftar persyaratan pelanggan primer biasanya bersifat umum. Definisi lebih jauh dilakukan dengan mendefinisikan sebuah daftar persyaratan pelanggan sekunder baru dan lebih detail yang dibutuhkan untuk mendukung persyaratan pelanggan primer, dengan kata lain sebuah persyaratan pelanggan primer mungkin meliputi banyak persyaratan pelanggan sekunder. Walaupun item dari daftar persyaratan pelanggan sekunder menunjukkan detail yang lebih baik daripada persyaratan pelanggan primer, persyaratan pelanggan sekunder sering tidak langsung dilakukan oleh staf teknisi dan masih membutuhkan definisi lebih jauh, sehingga dibutuhkan persyaratan pelanggan tersier. 2. Mendaftarkan Persyaratan Teknik (How) Tujuan dari HOQ adalah untuk mendesain atau mengubah desain dari sebuah produk dalam cara yang memenuhi atau melebihi harapan konsumen. Setelah kebutuhan dan harapan konsumen ditunjukkan dalam persyaratan pelanggan, tim QFD harus menyusun karakteristik teknik atau persyaratan teknik (bagaimana) yang akan mempengaruhi satu atau lebih persyaratan pelanggan.

61 40 Daftar persyaratan teknik dibagi menjadi hierarki persyaratan teknik primer, sekunder, dan tersier. Definisi lebih jauh dari persyaratan teknik dilakukan dengan mendefinisikan sebuah daftar persyaratan teknik sekunder yang mewakili detail yang lebih baik daripada yang ada dalam daftar persyaratan teknik primer. Seringkali persyaratan teknik sekunder masih belum dapat langsung dilakukan melainkan masih membutuhkan definisi lebih jauh, sehingga dibutuhkan persyaratan teknik tersier. 3. Mengembangkan Matriks Hubungan antara Persyaratan Pelanggan dan Persyaratan Teknik Langkah selanjutnya adalah membandingkan persyaratan pelanggan dan persyaratan teknik, dan menentukan hubungannya masing-masing. Mencari hubungan antara persyaratan teknik bisa menjadi sangat membingungkan karena setiap persyaratan pelanggan mungkin mempengaruhi lebih dari satu persyaratan teknik, dan sebaliknya. Salah satu cara untuk mengurangi kebingungan dalam menentukan hubungan antara persyaratan pelanggan dengan persyaratan teknik yaitu dengan menggunakan sebuah matriks hubungan. Matriks ini di isi oleh tim QFD. Matriks hubungan digunakan untuk menunjukkan dengan grafik derajat pengaruh antara setiap persyaratan teknik dan setiap persyaratan pelanggan. Sudah menjadi hal biasa untuk menggunakan simbol untuk menunjukkan derajat hubungan antara persyaratan pelanggan dan persyaratan teknik, sebagai contohnya yaitu : : Sebuah lingkaran penuh menunjukkan hubungan kuat, bernilai 9 O : Sebuah lingkaran kosong menunjukkan hubungan medium, bernilai 3

62 41 : Sebuah segitiga menunjukkan hubungan lemah, bernilai 1 : Sebuah kotak kosong menunjukkan tidak ada hubungan, bernilai 0 Setelah matriks hubungan telah lengkap, dilakukan evaluasi untuk baris dan kolom kosong. Sebuah baris kosong mengindikasikan bahwa sebuah persyaratan pelanggan tidak dituju oleh setiap persyaratan teknik. Oleh karena itu, harapan konsumen tidak terpenuhi. Persyaratan teknik tambahan harus dipertimbangkan untuk memuaskan persyaratan pelanggan tersebut. Sebuah kolom kosong mengindikasikan bahwa sebuah persyaratan teknik tidak mempengaruhi setiap persyaratan pelanggan dan setelah dilakukan penyelidikan secara hati-hati, mungkin dihilangkan dari HOQ. 4. Mengembangkan Matriks Hubungan antar Persyaratan Teknik Hubungan antar persyaratan teknik disebut matriks korelasi dan berada pada atap HOQ. Matriks ini digunakan untuk mengidentifikasi setiap hubungan antar setiap persyaratan teknik. Matriks korelasi adalah sebuah tabel segitiga yang menghubungkan persyaratan teknik. Simbol digunakan untuk menjelaskan kekuatan hubungan, sebagi contohnya yaitu : vv : Menunjukkan hubungan positif kuat, bernilai (+9) v : Menunjukkan hubungan positif lemah, bernilai (+3) X : Menunjukkan hubungan negatif lemah, bernilai ( 3) XX : Menunjukkan hubungan negatif kuat, bernilai ( 9)? : Menunjukkan tidak ada hubungan, bernilai (0) 5. Penilaian Kompetitif Penilaian kompetitif adalah sepasang tabel bobot (atau grafik) yang melukiskan item demi item bagaimana produk kompetitif dibandingkan

63 42 dengan produk organisasi. Tabel penilaian kompetitif dipisahkan menjadi dua kategori, yaitu penilaian pelanggan dan penilaian teknik. Penilaian Kompetitif Pelanggan Penilaian kompetitif pelanggan membuat sebuah blok kolom berhubungan dengan setiap persyaratan pelanggan dalam HOQ di sisi kanan dari matriks hubungan. Angka 1 sampai dengan 4 didaftarkan dalam kolom evaluasi kompetitif untuk mengidentifikasikan sebuah peringkat dari 1 untuk terburuk sampai 4 untuk yang terbaik. Penilaian Kompetitif Teknik Penilaian kompetitif teknik membuat sebuah blok baris berhubungan dengan setiap persyaratan teknik dalam HOQ di bawah matriks hubungan kemudian produk organisasi dan pesaing dievaluasi untuk setiap persyaratan teknik. Sama dengan penilaian kompetitif pelanggan, uji data diubah menjadi angka 1 sampai dengan 4, di mana 1 untuk yang terburuk dan 4 untuk yang terbaik. 6. Mengembangkan Prioritas Persyaratan Pelanggan Prioritas persyaratan pelanggan membuat sebuah blok kolom berhubungan dengan setiap persyaratan pelanggan dalam HOQ di sisi kanan penilaian kompetitif pelanggan. Prioritas persyaratan pelanggan ini mencakup kolom untuk kepentingan bagi pelanggan, nilai sasaran, faktor skala kenaikan, poin penjualan dan sebuah bobot absolut. Kepentingan bagi Pelanggan Merangking setiap persyaratan pelanggan dengan menunjukkan sebuah rating. Angka 1 sampai dengan 4 didaftarkan dalam kolom kepentingan bagi

64 43 pelanggan untuk mengindikasikan sebuah rating 1 untuk tingkat kepentingan paling rendah sampai dengan 4 untuk sangat penting. Semakin penting persyaratan pelanggan semakin tinggi ratingnya. Nilai Sasaran Kolom nilai sasaran berada pada skala yang sama dengan penilaian kompetitif pelanggan (1 untuk terburuk dan 4 untuk terbaik). Kolom ini adalah kolom di mana tim QFD memutuskan apakah mereka ingin mempertahankan produk mereka tidak berubah, memperbaiki produk atau membuat produk lebih baik daripada kompetitor. Faktor Skala Kenaikan Faktor skala kenaikan adalah rasio antar nilai sasaran dengan rating produk yang diberikan dalam penilaian kompetitif pelanggan. Semakin tinggi nilainya, semakin banyak usaha yang dibutuhkan. Poin Penjualan Poin penjualan memberitahukan tim QFD seberapa baik sebuah persyaratan pelanggan akan menjual. Tujuannya adalah untuk mempromosikan persyaratan pelanggan yang terbaik dan setiap persyaratan pelanggan yang akan menolong dalam penjualan produk. Bobot Absolut Bobot absolut dihitung dengan mengalikan kepentingan bagi pelanggan, faktor skala kenaikan dan poin penjualan : Bobot Absolut = (Kepentingan bagi Pelanggan)(Faktor Skala Kenaikan)(Poin Penjualan) Setelah menjumlahkan semua bobot absolut, sebuah persentase dan rangking untuk setiap persyaratan pelanggan dapat ditentukan. Bobot

65 44 kemudian dapat digunakan sebagai pedoman dalam fase perencanaan dari pengembangan produk. 7. Mengembangkan Prioritas Persyaratan Teknik Prioritas persyaratan teknik membuat blok baris berhubungan untuk setiap persyaratan teknik dalam HOQ di bawah penilaian kompetitif teknik. Prioritas persyaratan teknik ini mencakup derajat kesulitan teknik, nilai sasaran serta bobot absolut dan relatif. Tim QFD mengidentifikasi persyaratan teknik yang paling dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan pelanggan dan membutuhkan perbaikan. Derajat Kesulitan Banyak pengguna HOQ menambahkan derajat kesulitan untuk mengimplementasikan setiap persyaratan teknik yang ditunjukkan dalam baris pertama dari prioritas persyaratan teknik. Derajat kesulitan ditentukan dengan memberikan nilai untuk setiap persyaratan teknik dari 1 (paling tidak sulit) sampai dengan 4 (sangat sulit). Nilai Sasaran Sebuah nilai sasaran untuk setiap persyaratan teknik dimasukkan di bawah derajat kesulitan teknis. Hal ini merupakan sebuah ukuran objektif yang mendefinisikan nilai yang harus diperoleh untuk mencapai persyaratan teknis. Seberapa banyak nilai diambil untuk memenuhi atau melebihi harapan konsumen dijawab dengan mengevaluasi semua informasi yang dimasukkan ke dalam HOQ dan memilih nilai sasaran. Nilai sasaran untuk setiap persyaratan teknik ditentukan menggunakan skala 1 (terburuk) sampai dengan 4 (terbaik).

66 45 Bobot Absolut Dua baris terakhir dari prioritas persyaratan teknik adalah bobot absolut dan bobot relatif. Sebuah metode yang populer dan mudah untuk menentukan bobot adalah dengan menunjukkan nilai bernomor kepada simbol dal;am simbol matriks hubungan. Bobot absolut untuk persyaratan teknik ke-j kemudian diberikan dengan : a j = n i= 1 R ij C i di mana : a j = Vektor baris dari bobot absolut untuk persyaratan teknik (j = 1,...,m) R ij = Bobot yang ditunjukkan oleh matriks hubungan (i = 1,...,n, j = 1,...,m) C i = Vektor kolom dari kepentingan bagi pelanggan untuk persyaratan pelanggan (i = 1,...,n) m = Nomor persyaratan teknik n = Nomor persyaratan pelanggan Bobot Relatif Pada cara yang sama, bobot relatif untuk persyaratan teknik ke-j diberikan dengan mengganti derajat kepentingan untuk persyaratan pelanggan dengan bobot absolut untuk persyaratan pelanggan, yaitu : b j = n i= 1 R ij d i di mana : b j = Vektor baris dari bobot relatif untuk persyaratan teknik ( j = 1,...,m) d i = Vektor kolom dari bobot absolut untuk persyaratan pelanggan

67 46 (i = 1,...,n) Rating absolut dan relatif yang lebih tinggi mengidentifikasi area di mana usaha teknik butuh untuk dikonsentrasikan. Perbedaan utama antara kedua bobot ini adalah bobot relatif juga mencakup informasi faktor skala kenaikan dan poin penjualan. Bobot ini menunjukkan dampak dari karakteristik teknis pada persyaratan pelanggan. Sejalan dengan derajat kesulitan teknis, keputusan dapat dibuat dengan memperhatikan di mana mengalokasikan sumber daya untuk perbaikan kualitas. Matriks HOQ dasar dapat dilihat pada Gambar 4. Penerapan metode QFD pada produk pertanian memiliki kendalakendala antara lain produk yang diinginkan oleh konsumen sesuai dengan hasil matriks HOQ-nya tidak bisa langsung dihasilkan karena memerlukan waktu yang lama dalam proses pembuatannya tidak seperti produk non pertanian.

68 47

69 Penjelasan Istilah dalam Penelitian 1. Benih : Biji yang telah dipilih dan dipersiapkan sebagai bahan penanaman. 2. Buah Tropika : Buah-buahan yang berasal dari wilayah beriklim tropika. 3. Buah Subtropika : Buah-buahan yang berasal dari wilayah beriklim subtropik. 4. Galur Murni : Galur yang dihasilkan melalui seleksi dan persilangan dalam beberapa generasi. 5. Genotipe : Susunan genetik individu. 6. House Of Quality (HOQ) : Matrik berbentuk rumah yang menghubungkan apa yang diinginkan konsumen (what) dan bagaimana suatu produk akan diproduksi (how) agar mampu memenuhi keinginan konsumen. 7. Hibrida : Generasi pertama (F1) dari persilangan sepasang atau lebih tetua yang mempunyai sifat-sifat unggul. 8. Ideotipe : Tipe tanaman ideal yang diinginkan konsumen. 9. Karaketer : Sifat atau ciri dari suatu produk. 10. Keinginan : Hasrat pemuasan keinginan yang spesifik. 11. Mutu : Memenuhi atau melebihi keinginan konsumen. 12. Konsumen Lembaga : Konsumen benih melon dan juga sebagai produsen buah melon. 13. Konsumen Bukan Lembaga : Konsumen yang tidak memproduksi buah melon. 14. Pemuliaan Tanaman : Suatu cara atau kegiatan memperbaiki sifat-sifat tanaman agar tanaman tersebut menjadi lebih bermanfaat.

70 Pengembangan Varietas : Mengembangkan varietas yang sudah ada menuju ke arah yang lebih baik sesuai dengan keinginan konsumen. 16. Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan : rata-rata biaya yang dikeluarkan rumah tangga sebulan untuk kosumsi rumah tangga yaitu konsumsi makanan dan konsumsi bukan makanan. 17. Perencanaan Produk : Menerjemahkan kebutuhan-kebutuhan konsumen ke dalam kebutuhan-kebutuhan teknik. 18. Persilangan : Pengkombinasian gamet dari dua induk (tetua) yang memiliki sifat unggul, dengan tujuan menghasilkan tanaman baru yang memiliki sifat unggul dari kedua induk tersebut. 19. Plasma Nutfah : Material hereditas. 20. Quality Function Deployment (QFD) : Alat perencanaan produksi yang digunakan untuk memenuhi harapan atau keinginan konsumen. 21. Seleksi : Mengidentifikasi tanaman yang memiliki sifat unggul atau diinginkan dari plasma nutfah yang ada. 22. Selfing : Persilangan sendiri. 23. Total Quality Management (TQM) : Suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas kinerja seluruh aspek organisasi. 24. Varietas : Populasi tanaman yang dapat diperbanyak kembali untuk produksi komersial.

71 BAB V GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Gambaran Umum Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara BT BT dan LS LS serta mempunyai ketinggian rata-rata minimal 190 meter dan maksimal 350 meter dari permukaan laut dengan jarak dari ibu kota kurang lebih 60 kilometer. Kondisi iklim di Kota Bogor cukup sejuk dengan suhu rata-rata tiap bulan 26 0 C dengan suhu terendah 21,8 0 C dengan suhu tertinggi 30,4 0 C. Kelembaban udara 70 persen dengan curah hujan rata-rata setiap tahun sekitar milimeter dengan curah hujan terbesar pada bulan Desember dan Januari. Luas wilayah Kota Bogor sebesar 118,50 kilometer persegi. Secara Administratif Kota Bogor terdiri dari 6 wilayah Kecamatan yaitu Bogor Utara, Bogor Selatan, Bogor Barat, Bogor Timur, Bogor Tengah, dan Kecamatan Tanah Sereal, 31 kelurahan dan 37 desa (lima diantaranya termasuk desa tertinggal yaitu desa Pamoyanan, Genteng, Balungbangjaya, Mekarwangi dan Sindangrasa), 210 dusun, 623 RW, RT dan dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Bogor yaitu sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kemang, Bojong Gede, dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor. 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor.

72 51 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Darmaga dan Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor. Hasil registrasi penduduk akhir tahun 2005 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota Bogor sebanyak jiwa, terdiri dari jiwa laki-laki dan jiwa perempuan. Sex ratio penduduk Kota Bogor adalah 102 yang artinya 102 penduduk laki-laki barbanding dengan 100 penduduk perempuan, dengan luas Kota Bogor 118,50 kilometer perseg, ini berarti kepadatan penduduk per kilometer perseginya sebesar jiwa. Kecamatan Bogor Barat merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu jiwa, sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di kecamatan Bogor Timur yang hanya jiwa. Kecamatan Bogor Tengah merupakan kecamatan terpadat, yaitu jiwa perkilometer perseginya, hal ini disebabkan karena pusat pemerintahan dan kegiatan ekonomi banyak berada di kecamatan tersebut (Tabel 7). Tabel 7. Jumlah Rumah Tangga, Penduduk, Luas Wilayah, dan Kepadatan Penduduk Kota Bogor Tahun 2005 Kecamatan Rumah Tangga Penduduk (jiwa) Luas Wilayah (km 2 ) Kepadatan Penduduk (jiwa/km 2 ) Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sereal Total Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bogor Dalam Angka, Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2005, pengeluaran rata-rata per kapita sebulan untuk buah-buahan di Kota Bogor

73 52 mencapai Rp Jumlah Perusahaan Perdagangan Nasional di Kota Bogor tahun 2005 adalah 7.070, terdapat peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sekitar 7,5 persen dan dari sekian jumlah Perusahaan Perdagangan Nasional yang ada masih didominasi oleh perdagangan kecil dengan jumlah Jumlah kios menurut pasar di Kota Bogor adalah kios, terdiri dari kios di Unit Pasar Kebon Kembang, kios di Unit Pasar Bogor, 756 kios di Unit Pasar Jambu Dua, 550 kios di Unit Pasar Merdeka, 275 kios di Unit Pasar Sukasari, 235 kios di Unit Pasar Padusaka, dan 203 kios di Unit Pasar Gunung Batu (BPS Kota Bogor Dalam Angka, 2006) Gambaran Umum Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) Institut Pertanian Bogor merupakan salah satu pusat kajian di bawah lembaga penelitian IPB. PKBT ini didirikan dengan SK Rektor IPB nomor : 027/Um/1996 pada tanggal 3 mei PKBT sendiri diresmikan oleh Rektor IPB pada tanggal 15 November 1997 dengan menempati gedung GMK Baranagsiang. PKBT didirikan sebagai wujud nyata peran IPB sebagai lembaga pendidikan yang mengusung misi pengabdian pada masyarakat dalam mendukung pengembangan buah-buahan Indonesia melalui kegiatan-kegiatan riset yang terpadu, intensif, dan integratif Visi dan Misi Visi dari PKBT IPB adalah sebagai pusat penelitian buah-buahan tropika bertaraf internasional yang mengembangkan IPTEK dan sumber daya manusia dan menghasilkan varietas unggul yang menggerakkan mata rantai agribisnis dan agro-industri buah-buahan unggulan Indonesia. Misi dari PKBT IPB yaitu : 1. Menyelenggarakan penelitian di bidang buah-buahan tropika.

74 53 2. Penentu kecenderungan pengembangan teknologi buah-buahan tropika. 3. Menggalang komitmen dan penyatuan sumber daya (SDM, program, infrastruktur) serta kemitraan jangka panjang antara perguruan tinggi, lembaga penelitian, pelaku agribisnis dan agro-industri serta instansi-instansi terkait yang mempunyai kepedulian yang sama untuk membangun dan mengembangkan Agro-technological Cluster buah-buahan tropika Indonesia Program Pengembangan Salah satu upaya untuk mencapai visi dan misinya, PKBT IPB telah menetapkan program Riset Unggulan Strategi Nasional untuk Pengembangan Buah-buahan Unggulan Indonesia, yang menitikberatkan pada pemuliaan tanaman. Selanjutnya, program riset tersebut dijabarkan menjadi topik-topik penelitian yang dilakukan pada jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Program riset tersebut meliputi : 1. Perakitan varietas dan perbaikan genetika tanaman. 2. Teknologi dan manajemen pembibitan serta distribusi bibit. 3. Teknologi dan manajemen produksi dan sistem usahatani. 4. Teknologi dan penanganan pasca panen dan pengolahan hasil. 5. Pengembangan sistem standarisasi mutu. 6. Ekonomi dan pemasaran Fasilitas dan Staf PKBT IPB memiliki akses terhadap sumberdaya manusia, networking, dan berbagai fasilitas di IPB yang dapat mendukung kegiatan penelitian dan pengembangan buah-buahan Indonesia. Sekertariat PKBT IPB bertempat di

75 54 gedung eks GMK Baranangsiang lantai 1. Gedung ini dilengkapi dengan berbagai sarana informasi yang dapat mendukung kegiatan penelitian dan pengembangan, seperti fasilitas laboratorium-laboratorium fisiologi, biologi seluler dan molekuler tanaman serta kebun-kebun percobaan, kebun koleksi plasma nutfah, dan kebun pembibitan. Kebun percobaan nutfah tersebar di beberapa lokasi, yaitu kebun percobaan Tajur, kebun percobaan Pasir Kuda, kebun percobaan Cikabayan, serta kebun percobaan Leuwiliang dan Jasinga. PKBT IPB juga dilengkapi dengan perpustakaan, komputer, internet, dan web-site yang dapat diakses oleh masyarakat umum yang membutuhkan informasi mengenai penelitian buahbuahan. PKBT IPB didukung oleh staf peneliti yang berasal dari berbagai disiplin ilmu, antara lain pemuliaan tanaman, hortikultura, fisiologi tanaman, genetika tanaman, bioteknologi tanaman, biokimia, hama dan penyakit tanaman, ilmu tanah, teknologi pangan dan ekonomi pertanian, sosiologi pertanian, dan pasca panen dan pengolahan hasil hortikultura Struktur Organisasi PKBT IPB memiliki struktur organisasi yang dapat dilihat pada Lampiran 1 dan dapat dilihat bahwa PKBT IPB berada di bawah naungan Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat Dukungan dan Kerjasama Pada pelaksanaan program riset dan pengembangan buah-buahan unggulan Indonesia, PKBT IPB mendapat dukungan dari jurusan dan pusat-pusat studi lainnya di lingkungan IPB (internal) maupun instansi lain di luar IPB (eksternal).

76 55 Dukungan tersebut berupa fasilitas penelitian, sumberdaya peneliti, maupun keterpaduan riset antara PKBT IPB dengan pusat studi tersebut. Kerjasama yang dilakukan antara PKBT IPB dengan pusat-pusat studi, perguruan tinggi baik dalam maupun luar negeri, instansi pemerintah dan berbagai macam perusahaan swasta dapat berupa penelitian, pengembangan dan komersialisasi buah-buahan tropika, kajian-kajian, pelatihan, seminar, dan lokakarya Kegiatan dan Pencapaian Hasil Sejak berdiri hingga sekarang PKBT IPB telah menghasilkan beberapa hal antara lain : 1. Program Riset Unggulan Nasional (RUSNAS) Pengembangan Buah-buahan Unggulan Indonesia. 2. Varietas dan genotipe baru : Varietas baru yang sudah dilepas : Manggis Wanayasa. Varietas baru dalam proses pelepasan : Pisang Rajabulu, Nenas Delika Subang, dan Nenas Mahkota Bogor. Varietas yang sudah dilaunching : Pepaya Arum Bogor, Pepaya Prima Bogor, Pepaya Wulung Bogor, Melon Tanpa Jaring yaitu Midori Meta dan Bright Meta, dan Melon Tipe Berjaring yaitu Golden Meta dan Golden Rock Meta. Beberapa genotipe pepaya, pisang, nenas, dan melon unggul yang potensial untuk dikembangkan.

77 56 3. Teknologi-teknologi baru dalam budidaya buah-buahan. 4. Tiga buku abstrak hasil-hasil penelitian yang meliputi aspek teknologi budidaya, teknologi pasca panen, dan sosial ekonomi. 5. Pelaksanaan beberapa kajian, pelatihan, lokakarya, dan seminar yang pelaksanaannya bekerjasama dengan pihak-pihak yang terkait masalah pengembangan buah-buahan tropika. 5.2 Gambaran Umum Kegiatan Pemuliaan Melon di Pusat Kajian Buahbuahan Tropika (PKBT) IPB Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) sebagai lembaga penelitian di IPB, telah melakukan serangkaian program pemuliaan melon dengan memanfaatkan plasma nutfah lokal maupun introduksi melon. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari upaya untuk mengatasi salah satu permasalahan produksi melon di Indonesia. Adapun varietas-varietas melon yang telah dihasilkan PKBT IPB antara lain Bright Meta dan Golden Rock Meta. Bright Meta merupakan melon tanpa jaring dengan bobot buah 1,1 1,5 kilogram, warna kulit kuning, warna daging buah hijau muda, tekstur daging crispy, dan kandungan gula 14,5 persen sedangkan Golden Rock Meta merupakan melon tipe berjaring dengan bobot buah 1,6 2,0 kilogram, warna kulit hijau, warna daging buah jingga, tekstur daging berserat halus, dan kandungan gula 13 persen. Pemuliaan melon ditujukan ke arah pembentukan varietas melon hibrida yang dilakukan dalam jangka waktu empat tahun atau sekitar 13 musim tanam, di mana satu musim tanam dilaksanakan kurang lebih tiga bulan. Perakitan varietas melon hibrida ini dilakukan dalam beberapa tahapan. Tahapan pertama adalah

78 57 pembentukan populasi dasar yang dilakukan selama dua musim tanam melalui persilangan sepasang atau lebih tetua galur silang dalam (inbred line) yang mempunyai sifat unggul kemudian dilanjutkan dengan selfing. Tahapan kedua adalah pembentukan galur murni yang dilakukan selama enam musim tanam dengan melakukan selfing dan seleksi. Selfing dilakukan secara terus menerus sehingga diperoleh galur yang mendekati homozigot. Selfing dilakukan lima sampai tujuh generasi tanpa mengurangi daya vigornya. Selama pembentukan galur murni tersebut diperlukan metode seleksi yang baik. Metode seleksi menggunakan metode pedigree atau metode seleksi berulang. Tahapan selanjutnya adalah pembentukan hibrida yang dilakukan selama empat musim tanam melalui persilangan diantara galur-galur murni yang potensial kemudian dilanjutkan uji keturunan untuk melihat kemampuan daya gabung dan efek heterosis maksimumnya. Keunggulan hibrida dikaitkan dengan peristiwa heterosisnya, di mana heterosis merupakan peningkatan ukuran atau vigor hibrida di atas rata-rata kedua tetuanya. Setelah itu ditentukan kombinasi persilangan potensial penghasil hibrida. Memproduksi benih hibrida membutuhkan persilangan terkendali. Adapun beberapa cara yang dilakukan yaitu cara emaskulasi dan penyerbukan dengan tangan, membuang bunga jantan pada tanaman induk betina sehingga apabila terjadi penyerbukan silang diperoleh hibrida, penggunaan tanaman melon gynoecious yang hanya memiliki bunga betina dan digunakan sebagai tetua betina, penggunaan hormon pertumbuhan ethepon untuk merangsang perkembangan bunga betina pada tanaman melon monoecious yang dijadikan tetua betina, dan penggunaan teknik mandul jantan. Teknik ini merupakan teknik yang paling

79 58 efektif, di mana pada melon telah diidentifikasi lima gen mandul jantan berupa single gen resesif yang diberi simbol ms-1, ms-2, ms-3, ms-4, dan ms-5. Khusus untuk ms-1 dan ms-2 tidak dapat digunakan secara luas karena sulit untuk diidentifikasi. Pasangan yang memberikan daya gabung yang baik atau nilai heterosis maksimum dipilih dan dipertahankan sebagai calon tetua untuk menghasilkan varietas hibrida. Sebelum suatu galur atau populasi harapan dilepas menjadi suatu varietas maka lebih dulu diadakan pengujian atau adaptasi diberbagai lokasi, musim atau tahun. Pengujian dilakukan selama satu musim tanam. Maksud pengujian ini untuk melihat kemampuan tanaman terhadap lingkungan dibandingkan varietas unggul yang telah ada. Hasilnya berguna untuk memperoleh informasi mengenai genotipe yang perlu diseleksi, dijadikan tetua dalam hibridisasi selanjutnya dan genotipe yang dapat dijadikan varietas budidaya. Tetua-tetua dari hibrida potensial dipertahankan untuk memproduksi benih hibrida. Pada umumnya pemuliaan melon relatif lebih cepat apabila dibandingkan dengan pemuliaan tanaman lainnya yang membutuhkan waktu relatif lama seperti tanaman pepaya. 5.3 Karakteristik Umum Konsumen Lembaga Konsumen lembaga hanya diambil satu konsumen yaitu PT Rejosari Bumi Unit Tapos Ciawi Bogor sebagai konsumen benih dan juga sebagai produsen buah melon. PT Rejosari Bumi Unit Tapos Ciawi Bogor merupakan perusahaan yang bergerak dibidang agribisnis dengan salah satu komoditi andalannya yaitu melon yang penanamannya dilakukan secara hidroponik.

80 59 Perusahaan ini resmi didirikan pada tahun 1996 dengan luas areal 750 hektar yang mencakup kandang ternak sapi, lapangan rumput, kebun papaya, rumah kaca (greenhouse), taman, rumah tinggal pimpinan perusahaan, mess karyawan, tempat parkir, dan jalan. Khusus areal yang digunakan untuk penanaman melon luasnya 2 hektar. Melon yang diproduksi ada dua tipe yaitu tipe berjaring (netted melon) dan tipe tanpa jaring (winter melon). Melon tipe berjaring yaitu musk melon sedangkan melon tipe tanpa jaring yaitu golden melon. Sampai saat ini perusahaan masih membeli benih melon dari luar yaitu Jepang dengan harga yang cukup mahal yaitu Rp per biji untuk musk melon dan Rp 225 per biji untuk golden melon. Perusahaan belum dapat memproduksi benih melon sendiri disebabkan adanya keterbatasan waktu, teknologi, dan biaya. PT Rejosari Bumi Unit Tapos Ciawi Bogor sebagai produsen buah melon menjual melonnya langsung ke supermarket salah satunya adalah Rend Market Jakarta. Perusahaan juga melayani pembelian eceran di mana konsumen bisa langsung datang ke kebun untuk membeli melon. Pada saat sekarang ini, permintaan untuk musk melon kurang lebih 500 buah per minggu dengan harga jual Rp per buah sedangkan untuk golden melon kurang lebih satu ton per minggu dengan harga jual Rp per kilogram.

81 Karaktersitik Umum Konsumen Bukan Lembaga Karakteristik Umum Pedagang Pengecer Buah Melon Utuh di Kota Bogor Pedagang pengecer buah melon utuh seluruhnya berjumlah 36 pedagang yang terdiri dari pedagang pengecer buah melon utuh di pasar tradisional, kios buah, toko buah, supermarket, dan hypermarket. Jumlah pedagang pengecer buah melon utuh di pasar tradisional ada 15 pedagang terdiri dari empat pedagang di Pasar Anyer, satu pedagang di pasar Merdeka, enam pedagang di Pasar Bogor, satu pedagang di Pasar Sukasari, dua pedagang di Pasar Gunung Batu, dan satu pedagang di Pasar Warung Jambu. Kios buah ada 13 kios dan toko buah ada tiga toko yaitu toko buah Fanada, Fortune, dan Bahagia. Supermarket ada empat supermarket yaitu ADA Swalayan, HERO Padjajaran, Matahari Market Place Ekalokasari Plaza, dan Ramayana Plaza Jambu Dua, sedangkan hypermarket hanya diambil satu yaitu Giant Botanical Square. Berdasarkan hasil survei, pada umumnya pedagang pengecer buah melon utuh mengenal tipe melon yang dijual. Melon yang dijual di pasar tradisional, kios buah, dan toko buah adalah melon yang berjaring (netted melon). Melon yang berasal dari Jawa Timur yaitu Ngawi (biasanya disebut melon ngawi), Blitar, dan Banyuwangi banyak terdapat di pasar tradisional dan kios buah, sedangkan di toko buah selain melon ngawi juga terdapat melon sky rocket dan rock melon. Permintaan konsumen terhadap buah melon dalam sehari tidak menentu, tetapi umumnya, pedagang pengecer buah melon utuh di pasar tradisional, kios

82 61 buah maupun toko buah memasok melon dari Pasar Induk Kramat Jati Jakarta sebanyak kurang lebih 100 kilogram untuk penjualan selama seminggu. Buah melon yang dijual di supermarket dan hypermarket ada dua tipe yaitu tipe berjaring (netted melon) dan tipe tanpa jaring (winter melon). Melon tipe berjaring yaitu sky rocket, red sweet, rock melon, melon salmon, dan honey dew, sedangkan melon tanpa jaring yaitu golden melon, melon apel, melon super, dan hamy kwang. Pada umunya permintaan konsumen terbanyak pada tipe berjaring atau sekitar 80 persen, hal tersebut dikarenakan konsumen lebih mengenal melon tipe tersebut selain itu rasanya lebih enak, manis, dan selalu tersedia, sedangkan permintaan konsumen pada tipe tanpa jaring hanya berkisar 20 persen dan umumnya konsumen membelinya hanya untuk coba-coba atau mencicipinya saja. Sama halnya dengan pedagang pengecer buah melon utuh di pasar tradisional, kios buah maupun toko buah, permintaan konsumen terhadap buah melon utuh dalam sehari juga tidak menentu, tetapi umumnya pihak supermarket dan hypermarket memasok melon kurang lebih 60 kilogram untuk penjualan selama dua sampai tiga hari Karakteristik Umum Konsumen Buah Melon Utuh Usaha Restoran, Pedagang Es, dan Soup Buah di Kota Bogor Konsumen buah melon utuh usaha restoran, pedagang es dan soup buah seluruhnya berjumlah 13 yang terdiri dari tiga usaha restoran yaitu Padang Trio Permai, Vegatarian Karunia Baru, dan Hartz Chicken Buffet, sedangkan pedagang es buah dan soup buah masing-masing diambil lima pedagang.

83 62 Berdasarkan hasil survei, pada umumnya usaha restoran maupun pedagang es dan soup buah mengenal tipe melon yang disajikan yaitu tipe berjaring (netted melon). Bagi usaha restoran, melon merupakan bahan baku tambahan dan apabila melon tidak ada dapat diganti dengan buah yang lain. Melon biasanya disajikan dalam bentuk buah segar sebagai pencuci mulut dan jus dengan proporsi 20 persen untuk buah segar dan 80 persen untuk jus atau tergantung permintaan. Kebutuhan melon dalam sehari sekitar satu sampai dua buah melon. Bagi pedagang es dan soup buah, melon merupakan bahan baku utama dan apabila tidak tersedia dapat diganti dengan buah yang lain seperti blewah, tetapi melon tetap diusahakan selalu ada. Kebutuhan melon sekitar satu sampai dua buah per hari Karakteristik Umum Konsumen Rumah Tangga Buah Melon Utuh di Kota Bogor Konsumen rumah tangga buah melon utuh seluruhnya berjumlah 30 orang yang dibagi menjadi tiga kelas ekonomi yaitu kelas ekonomi atas, kelas ekonomi menengah, dan kelas ekonomi bawah. Hal ini dilakukan agar penelitian ini dapat mewakili konsumen rumah tangga dari berbagai kalangan. Rumah tangga yang diambil adalah rumah tangga yang mengkonsumsi buah melon terdiri dari ibu rumah tangga, seorang ayah dengan keputusan sendiri, anggota keluarga yang telah memiliki penghasilan dan mempunyai wewenang dalam membelanjakan pendapatannya. Berdasarkan hasil survei, pada umumnya konsumen rumah tangga tidak mengenal nama varietas melon yang dikonsumsi. Konsumen rumah tangga hanya mengenal tipe melon tersebut dilihat dari penampilan kulitnya yaitu tipe berjaring

84 63 (netted melon). Sebanyak 25 orang mengkonsumsi tipe melon berjaring, satu orang mengkonsumsi tipe melon tanpa jaring (winter melon), dan empat orang mengkonsumsi kedua-duanya. Konsumsi buah melon dalam seminggu dilakukan tidak tentu sebanyak 15 orang, empat orang mengkonsumsi buah melon sebanyak satu kali dalam seminggu, lima orang mengkonsumsi buah melon dua kali dalam seminggu, dan enam orang mengkonsumsi buah melon lebih dari tiga kali dalam seminggu. Buah melon yang dibeli biasanya dikonsumsi dalam bentuk buah segar dan jus.

85 BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Penyusunan Matriks House Of Quality (HOQ) Alat perencanaan yang digunakan untuk memenuhi keinginan konsumen adalah Quality Function Deployment (QFD). Penerapan metode QFD diawali dengan pembentukan matriks House Of Quality (HOQ). Matriks ini menerjemahkan apa yang diinginkan konsumen menjadi apa yang dihasilkan organisasi sehingga produk yang dihasilkan akan dapat memenuhi keinginan konsumen. Langkah-langkah penyusunan matriks HOQ dalam pengembangan varietas melon (pemuliaan melon) di Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB dimulai dengan penyusunan persyaratan pelanggan (what), kemudian penyusunan persyaratan teknik (how), mengembangkan matriks hubungan antara persyaratan pelanggan dan persyaratan teknik, mengembangkan matriks hubungan antar persyaratan teknik, penilaian kompetitif, mengembangkan prioritas persyaratan pelanggan dan mengembangkan prioritas persyaratan teknik. Matriks HOQ ini digunakan dalam perencanaan pengembangan varietas melon Penyusunan Persyaratan Pelanggan (What) Penyusunan matriks HOQ diawali dengan menyusun persyaratan pelanggan. Persyaratan pelanggan ini menyusun tembok rumah sebelah kiri dari matriks HOQ. Persyaratan pelanggan adalah apa saja yang konsumen butuhkan atau harapkan dari sebuah produk. Tujuan dari penyusunan persyaratan

86 65 pelanggan adalah untuk mengetahui ideotipe buah melon yang diinginkan konsumen (persyaratan pelanggan). Ideotipe buah melon terdiri atas karakter internal dan eksternal. Karakter internal meliputi bobot buah, bentuk buah, warna kulit, warna daging buah dan sebagainya, sedangkan karakter eksternalnya seperti harga. Pada penelitian ini, karakter buah melon yang dimaksud adalah karakter internal yang dapat diperbaiki kualitasnya melalui kegiatan pemuliaan melon yang dilakukan di PKBT IPB (Silvana, 2004). Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap satu konsumen lembaga (konsumen benih), diketahui ideotipe buah melon yang diinginkan konsumen lembaga (persyaratan pelanggan). Persyaratan pelanggan untuk konsumen lembaga (konsumen benih) di Kota Bogor tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 8, berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa buah melon yang diinginkan oleh konsumen lembaga adalah buah melon tanpa jaring. Tabel 8. Persyaratan Pelanggan untuk Konsumen Lembaga Terhadap Buah Melon Tanpa Jaring di Kota Bogor Tahun 2007 Persyaratan Pelanggan Primer Penampilan Tekstur Rasa Aroma Daya Simpan Persyaratan Pelanggan Sekunder Bobot Kecil < 1 kg Bentuk Bulat Warna Kulit Kuning Warna Daging Hijau Muda Kekuningan Ketebalan Kulit Tipis Daging Tebal Tekstur Kulit Tidak Berjaring Tekstur Daging Berserat Halus Kadar Air Sedikit Rasa Manis Sekali Aroma Wangi Daya Simpan 5 10 Hari

87 66 Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 79 konsumen bukan lembaga, diketahui ideotipe buah melon yang diinginkan konsumen bukan lembaga (persyaratan pelanggan). Hasil survei dianalisis menggunakan tabulasi deskriptif berupa tabel frekuensi, di mana kriteria dari setiap karakter buah melon yang memiliki frekuensi terbanyak merupakan ideotipe buah melon yang diinginkan konsumen. Berdasarkan total 79 konsumen, sebanyak 46 konsumen (58,23 persen) menginginkan buah melon dengan bobot sedang (1 2,5 kg), karena menurut konsumen bobot tersebut merupakan bobot standar dan cukup untuk dikonsumsi, bahkan untuk konsumsi beberapa hari. Sebanyak 20 konsumen (25,32 persen) menginginkan buah melon dengan bobot yang besar (> 2,5 kg), karena dengan bobot yang besar daging buahnya akan semakin banyak, selain itu konsumen juga memilih buah melon dengan bobot yang besar untuk disajikan pada suatu acara. Konsumen yang lain sebanyak 11 konsumen (13,92 persen) menginginkan bobot buah melon tergantung kebutuhannya sedangkan sisanya dua konsumen (2,53 persen) menginginkan buah melon yang bobotnya kecil (< 1kg). Menurut konsumen bobot yang kecil lebih praktis dan cukup untuk sekali konsumsi. Karakter bobot buah melon yang diinginkan konsumen dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Karakter Bobot Buah Melon yang Diinginkan Konsumen di Kota Bogor Tahun 2007 Karakter Bobot Buah Jumlah (orang) Persentase (%) Kecil (< 1 kg) Sedang (1-2,5 kg) Besar (> 2,5 kg) Tergantung Kebutuhan Total

88 67 Bentuk buah melon yang diinginkan konsumen adalah bentuk buah yang bulat. Sebanyak 46 konsumen (58,23 persen) menginginkan buah melon dengan bentuk yang bulat karena lebih menarik dan mempermudah dalam proses pemotongan, selain itu konsumen lebih mengenal buah melon dengan bentuk yang bulat. Sebanyak 28 konsumen (35,43 persen) tidak mempertimbangkan bentuk buah melon, menurut mereka bentuk buah melon tidak menjadi masalah dalam pemilihan buah melon baik buah melon yang bentuknya bulat atau oval. Empat konsumen (5,07 persen) menginginkan bentuk buah melon yang oval dan sisanya satu konsumen (1,27 persen) menginginkan bentuk buah melon yang lonjong. Karakter bentuk buah melon yang diinginkan konsumen dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Karakter Bentuk Buah Melon yang Diinginkan Konsumen di Kota Bogor Tahun 2007 Karakter Bentuk Buah Jumlah (orang) Persentase (%) Bulat Oval Lonjong Tidak Memp ertimbangkan Total Warna kulit buah melon yang diinginkan konsumen adalah hijau kekuningan. Sebanyak 45 konsumen (56,96 persen) menginginkan buah melon dengan warna kulit hijau kekuningan karena warnanya lebih menarik dan buahnya sudah matang. Alasan lainnya yaitu rasanya lebih manis dan sudah menjadi warna yang umum untuk kulit buah melon sedangkan 13 konsumen (16,46 persen) menginginkan buah melon dengan warna kulit hijau karena buahnya belum terlalu matang sehingga dapat disimpan beberapa hari sebelum dikonsumsi dan tidak cepat busuk.

89 68 Konsumen lainnya sebanyak 11 konsumen (13,92 persen) menginginkan buah melon dengan warna kulit kuning. Alasannya yaitu tingkat kematangan buah melon sudah sempurna dan siap untuk dikonsumsi, selain itu warnanya lebih menarik sedangkan sisanya sebanyak sepuluh konsumen (12,66 persen) tidak mempertimbangkan warna kulit dalam memilih buah melon. Karakter warna kulit buah melon yang diinginkan konsumen dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Karakter Warna Kulit Buah Melon yang Diinginkan Konsumen di Kota Bogor Tahun 2007 Karakter Warna Kulit Buah Jumlah (orang) Persentase (%) Hijau Kuning Hijau Kekuningan Tidak Mempertimbangkan Total Konsumen umumnya lebih menginginkan buah melon dengan warna daging buah hijau muda kekuningan yaitu sebanyak 57 konsumen (72,15 persen). Alasannya buah melon dengan daging buah hijau muda kekuningan kelihatan lebih segar dan warna tersebut umumnya lebih dikenal oleh konsumen. Sebanyak 21 konsumen (26,58 persen) menginginkan buah melon dengan warna daging buah jingga karena warnanya lebih menarik dan dapat mengundang selera, rasanya lebih enak dan manis. Selain itu, buah melon dengan warna daging buah jingga mengandung beta karoten yang sangat baik untuk kesehatan. Sisanya sebanyak satu konsumen (1,27 persen) menginginkan buah melon dengan warna daging buah kuning keputihan. Karakter warna daging buah melon yang diinginkan konsumen dapat dilihat pada Tabel 12.

90 69 Tabel 12. Karakter Warna Daging Buah Melon yang Diinginkan Konsumen di Kota Bogor Tahun 2007 Karakter Warna Daging Buah Jumlah (orang) Persentase (%) Hijau Muda Kekuningan Kuning Keputihan Jingga Tidak Mempertimbangkan 0 0 Total Ketebalan kulit buah melon yang diinginkan oleh konsumen adalah tipis. Sebanyak 61 konsumen (77,22 persen) menginginkan buah melon dengan ketebalan kulit yang tipis. Alasannya agar daging buahnya lebih banyak dan memudahkan dalam pemotongan buah melon. Sebanyak 15 konsumen (18,99 persen) menginginkan ketebalan kulit buah sedang. Alasannya agar dapat melindungi daging buah melon sehingga tidak mudah rusak, sedangkan sisanya tiga konsumen (3,79 persen) tidak mempertimbangkan ketebalan kulit dalam memilih buah melon. Karakter ketebalan kulit buah melon yang diinginkan konsumen dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Karakter Ketebalan Kulit Buah Melon yang Diinginkan Konsumen di Kota Bogor Tahun 2007 Karakter Ketebalan Kulit Buah Jumlah (orang) Persentase (%) Tebal 0 0 Sedang Tipis Tidak Mempertimbangkan Total Seluruh konsumen (100 persen) menginginkan buah melon dengan daging buah yang tebal sehingga dapat dikonsumsi lebih banyak. Karakter ketebalan daging buah melon yang diinginkan konsumen dapat dilihat pada Tabel 14.

91 70 Tabel 14. Karakter Ketebalan Daging Buah Melon yang Diinginkan Konsumen di Kota Bogor Tahun 2007 Karakter Ketebalan Daging Buah Jumlah (orang) Persentase (%) Tebal Sedang 0 0 Tipis 0 0 Tidak Mempertimbangkan 0 0 Total Tekstur kulit buah melon yang berjaring kasar merupakan karakter yang diinginkan oleh konsumen sebanyak 55 konsumen (69,62 persen) karena rasanya lebih manis. Konsumen yang lain sebanyak 18 konsumen (22,78 persen) tidak mempertimbangkan tekstur kulit dalam memilih buah melon. Sisanya menginginkan tekstur kulit buah melon berjaring halus dan tidak berjaring. Masing-masing sebanyak lima konsumen (6,33 persen) menginginkan tekstur kulit buah melon berjaring halus dan satu konsumen (1,27 persen) menginginkan tekstur kulit buah melon tidak berjaring karena lebih menyukai buah melon tipe tersebut. Karakter tekstur kulit buah melon yang diinginkan konsumen dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Karakter Tekstur Kulit Buah Melon yang Diinginkan Konsumen di Kota Bogor Tahun 2007 Karakter Tekstur Kulit Buah Jumlah (orang) Persentase (%) Jaring Halus Jaring Kasar Tidak Berjaring Tidak Mempertimbangkan Total Hampir seluruh konsumen yaitu mencapai 69 konsumen (87,34 persen) menginginkan daging buah melon yang halus dan tidak berserat. Alasannya lebih enak dan lebih renyah pada saat dikonsumsi. Konsumen yang lain sebanyak sembilan konsumen (11,39 persen) menginginkan daging buah melon yang

92 71 berserat halus, sedangkan sisanya satu konsumen (1,27 persen) tidak mempertimbangkan tekstur daging buah dalam memilih buah melon. Karakter tekstur daging buah melon yang diinginkan konsumen dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Karakter Tekstur Daging Buah Melon yang Diinginkan Konsumen di Kota Bogor Tahun 2007 Karakter Tekstur Daging Buah Jumlah (orang) Persentase (%) Halus Tidak Berserat Berserat Halus Berserat Kasar 0 0 Tidak Mempertimbangkan Total Kadar air buah melon yang sedang merupakan keinginan konsumen di dalam memilih buah melon yaitu sebanyak 35 konsumen (44,31 persen). Hal tersebut dikarenakan dengan kadar air yang sedang buah melon lebih segar untuk dikonsumsi dan tidak cepat busuk walaupun disimpan beberapa hari, sedangkan 23 konsumen (29,11 persen) menginginkan buah melon dengan kadar air yang sedikit karena lebih renyah atau lebih crispy pada saat dikonsumsi. Konsumen yang lain sebanyak 19 konsumen (24,05 persen) menginginkan buah melon dengan kadar air yang banyak. Alasannya selain lebih segar pada saat dikonsumsi dan rasanya juga lebih manis. Sisanya dua konsumen (2,53 persen) tidak mempertimbangkan kadar air dalam memilih buah melon. Karakter kadar air buah melon yang diinginkan konsumen dapat dilihat pada Tabel 17.

93 72 Tabel 17. Karakter Kadar Air Buah Melon yang Diinginkan Konsumen di Kota Bogor Tahun 2007 Karakter Kadar Air Buah Jumlah (orang) Persentase (%) Sedikit Sedang Banyak Tidak Mempertimbangkan Total Mayoritas konsumen menginginkan buah melon dengan rasa yang manis yaitu sebanyak 62 konsumen (78,48 persen) karena dengan rasa yang manis baik untuk konsumsi buah segar. Sisanya sebanyak 17 konsumen (21,52 persen) menginginkan buah melon dengan rasa yang manis sekali. Karakter rasa buah melon yang diinginkan konsumen dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Karakter Rasa Buah Melon yang Diinginkan Konsumen di Kota Bogor Tahun 2007 Karakter Rasa Buah Jumlah (orang) Persentase (%) Hambar 0 0 Manis Manis Sekali Tidak Mempertimbangkan 0 0 Total Mayoritas konsumen menginginkan buah melon dengan aroma yang wangi sebanyak 64 konsumen (81,01 persen). Alasannya dengan aroma yang wangi dapat mengundang selera untuk mengkonsumsi buah melon tersebut. Konsumen yang lain sebanyak 14 konsumen (17,72 persen) tidak mempertimbangkan aroma buah dalam memilih buah melon dan sisanya satu konsumen (1,27 persen) menginginkan buah melon dengan aroma agak wangi. Karakter aroma buah melon yang diinginkan konsumen dapat dilihat pada Tabel 19.

94 73 Tabel 19. Karakter Aroma Buah Melon yang Diinginkan Konsumen di Kota Bogor Tahun 2007 Karakter Aroma Buah Jumlah (orang) Persentase (%) Wangi Agak Wangi Tidak Wangi 0 0 Tidak Mempertimbangkan Total Daya simpan buah melon yang diinginkan konsumen adalah 5 10 hari sebanyak 59 konsumen (74,69 persen). Hal ini dikarenakan dengan daya simpan tersebut buah melon tidak cepat busuk dan lebih segar untuk dikonsumsi, sedangkan 15 konsumen (18,99 persen) menginginkan daya simpan buah melon hari, alasannya agar dapat disimpan lebih lama. Konsumen yang lain sebanyak dua konsumen (2,53 persen) menginginkan daya simpan buah melon hari dan sisanya tiga konsumen (3,79 persen) tidak mempertimbangkan daya simpan buah dalam memilih buah melon. Karakter daya simpan buah melon yang diinginkan konsumen dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Karakter Daya Simpan Buah Melon yang Diinginkan Konsumen di Kota Bogor Tahun 2007 Karakter Daya Simpan Buah Jumlah (orang) Persentase (%) 5-10 hari hari hari Tidak Mempertimbangkan Total Berdasarkan penjelasan di atas, diketahui bahwa buah melon yang diinginkan oleh konsumen bukan lembaga adalah buah melon berjaring. Ideotipe buah melon yang diinginkan konsumen bukan lembaga (persyaratan pelanggan) di Kota Bogor tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 21.

95 74 Tabel 21. Persyaratan Pelanggan untuk Konsumen Bukan Lembaga Terhadap Buah Melon Berjaring di Kota Bogor Tahun 2007 Persyaratan Pelanggan Primer Penampilan Tekstur Rasa Aroma Daya Simpan Persyaratan Pelanggan Sekunder Bobot Sedang (1 2,5 kg) Bentuk Bulat Warna Kulit Hijau Kekuningan Warna Daging Hijau Muda Kekuningan Ketebalan Kulit Tipis Daging Tebal Tekstur Kulit Berjaring Kasar Tekstur Daging Halus Tidak Berserat Kadar Air Sedang Rasa Manis Aroma Wangi Daya Simpan 5 10 Hari Persyaratan pelanggan terdiri dari persyaratan pelanggan primer dan persyaratan pelanggan sekunder. Persyaratan pelanggan primer meliputi penampilan, tekstur, rasa, aroma, dan daya simpan. Persyaratan pelanggan sekunder yang termasuk ke dalam penampilan yaitu bobot buah kecil < 1 kg dan sedang (1 2,5 kg), bentuk buah bulat, warna kulit buah kuning dan hijau kekuningan, warna daging buah hijau muda kekuningan, ketebalan kulit buah tipis, dan daging buah tebal. Persyaratan pelanggan sekunder yang termasuk ke dalam tekstur yaitu tekstur kulit buah tidak berjaring dan berjaring kasar, tekstur daging buah berserat halus dan halus tidak berserat, dan kadar air sedikit dan sedang. Persyaratan pelanggan sekunder yang termasuk ke dalam rasa yaitu rasa buah manis sekali dan manis. Persyaratan pelanggan sekunder yang termasuk ke dalam aroma yaitu aroma buah wangi. Persyaratan pelanggan sekunder yang termasuk ke dalam daya simpan yaitu daya simpan buah 5 10 hari.

96 Penyusunan Persyaratan Teknik (How) Tujuan HOQ adalah untuk mengubah desain sebuah produk dalam cara memenuhi atau melebihi harapan konsumen. Setelah kebutuhan dan harapan konsumen dinyatakan dalam persyaratan pelanggan, kemudian disusun persyaratan teknik (how) yang akan mempengaruhi satu atau lebih persyaratan pelanggan. Persyaratan teknik ini menyusun langit-langit atau lantai kedua dari HOQ. Setelah mengetahui persyaratan pelanggan terhadap buah melon, pemulia melon kemudian menerjemahkan persyaratan pelanggan tersebut ke dalam persyaratan teknik. Kemudian persyaratan teknik tersebut dibagi menjadi persyaratan teknik primer dan persyaratan teknik sekunder. Persyaratan teknik primer dibagi menjadi sifat fisik dan sifat kimia. Persyaratan teknik sekunder yang termasuk ke dalam sifat fisik yaitu bobot buah, bentuk buah, panjang buah, lingkar buah, warna kulit buah, warna daging buah, ketebalan kulit buah, ketebalan daging buah, kepadatan jala, dan tekstur daging. Persyaratan teknik sekunder yang termasuk ke dalam sifat kimia yaitu kadar air dan kadar Padatan Terlarut Total (PTT). Persyaratan teknik yang dapat diketahui melalui pengamatan visual dan dapat dinyatakan secara kualitatif yaitu bentuk buah, warna kulit, warna daging, kepadatan jala, dan tekstur daging, sedangkan persyaratan teknik selain kelima persyaratan teknik tersebut dapat diketahui melalui pengukuran dan dinyatakan secara kuantitatif. Persyaratan teknik buah melon dan satuan pengukurannya untuk konsumen lembaga maupun konsumen bukan lembaga dapat dilihat pada Tabel 22.

97 76 Tabel 22. Persyaratan Teknik Pemuliaan Melon Persyaratan Teknik Primer Persyaratan Teknik Sekunder Satuan Pengukuran Bobot kg Bentuk - Panjang cm Lingkar cm Warna Kulit - Sifat Fisik Warna Daging - Ketebalan Kulit mm Ketebalan Daging mm Kepadatan Jala - Tekstur Daging Renyah/Sedang/Lunak Kadar Air persen Sifat Kimia Kadar Padatan Terlarut Total (PTT) 0 Brix Pengembangan Matriks Hubungan antara Persyaratan Pelanggan (What) dan Persyaratan Teknik (How) Langkah selanjutnya dalam menyusun HOQ adalah membandingkan persyaratan pelanggan dan persyaratan teknik, kemudian menentukan hubungan antara kedua persyaratan tersebut. Setiap persyaratan pelanggan mungkin mempengaruhi lebih dari satu persyaratan teknik, begitu juga sebaliknya. Menentukan hubungan antara persyaratan pelanggan dan persyaratan teknik terkadang sangat membingungkan dan untuk mengurangi kebingungan di atas dapat digunakan Matriks L atau Matriks Hubungan. Pada penelitian ini untuk menentukan hubungan kedua persyaratan di atas digunakan matriks hubungan. Matriks hubungan ini menyusun bagian dalam dari HOQ. Hubungan yang terjadi antara persyaratan pelanggan dan persyaratan teknik dapat merupakan hubungan kuat, sedang, lemah, atau tidak memiliki hubungan sama sekali dan untuk menunjukkan derajat hubungan antara persyaratan pelanggan dengan persyaratan teknik, digunakan simbol sebagai berikut :

98 77 n : Hubungan kuat, bernilai 9 : Hubungan Sedang, bernilai 3 : Hubungan lemah, bernilai 1 : Tidak Ada Hubungan, bernilai 0 Bobot ini akan digunakan nanti dalam menentukan situasi trade-off untuk karakteristik yang bertentangan dan menentukan sebuah bobot absolut pada bagian bawah matriks. Berdasarkan survei terhadap pemulia melon, diketahui hubungan persyaratan pelanggan terhadap buah melon dengan persyaratan teknik untuk memenuhi persyaratan pelanggan tersebut. Matriks hubungan antara persyaratan pelanggan dengan persyaratan teknik buah melon untuk konsumen lembaga dan konsumen bukan lembaga dapat dilihat pada Tabel 23.

99 78 Tabel 23. Hubungan antara Persyaratan Pelanggan dengan Persyaratan Teknik Rasa Persyaratan Pelanggan (How) Penampilan Tekstur Bobot Kecil < 1 kg n n Bobot Sedang 1-2,5 kg n n Bentuk Bulat n n n Warna Kulit Kuning Warna Kulit Hijau Kekuningan Warna Daging Hijau Muda Kekuningan Ketebalan Kulit Tipis n Daging Tebal n n Tekstur Kulit Tidak Berjaring n Tekstur Kulit Berjaring Kasar n Tekstur Daging Berserat Halus Tekstur Daging Halus Tidak Berserat n n n n n Kadar Air Sedikit n n Kadar Air Sedang n n Rasa Manis Sekali Rasa Manis Persyaratan Teknik ( How) Aroma Aroma Wangi Daya Simpan Daya Simpan 5-10 Hari Keterangan : : Hubungan kuat, bernilai 9 : Hubungan sedang, bernilai 3? : Hubungan lemah, bernilai 1 : Tidak ada hubungan, bernilai 0 Bobot Bentuk Panjang Lingkar Sifat Fisik Warna Kulit Warna Daging Ketebalan Kulit Ketebalan Daging Kepadatan Jala Tekstur Daging Sifat Kimia Kadar Air Kadar PTT n n Contoh hubungan kuat terjadi antara persyaratan pelanggan kadar air buah dengan persyaratan teknik tekstur daging buah. Untuk menghasilkan buah melon dengan kadar air yang sedikit maka tekstur daging buah melon dibuat renyah, sedangkan untuk menghasilkan buah melon dengan kadar air yang sedang maka tekstur daging buah melon dibuat sedang yaitu tidak terlalu renyah dan tidak terlalu lunak. Hubungan kuat juga terjadi antara persyaratan pelanggan rasa buah dengan persyaratan teknik kadar PTT. Semakin tinggi kadar PTT dalam buah maka semakin manis rasa buahnya.

100 79 Contoh hubungan sedang terjadi antara persyaratan pelanggan tekstur kulit buah dengan persyaratan teknik warna kulit buah. Buah melon dengan tekstur kulit tidak berjaring biasanya memiliki warna kulit cerah, sedangkan buah melon dengan tekstur kulit berjaring kasar biasanya memiliki warna kulit agak gelap. Hubungan sedang juga terjadi antara persyaratan pelanggan daya simpan buah dengan persyaratan teknik ketebalan kulit buah. Buah melon yang tahan disimpan lama biasanya memiliki kulit buah yang tebal dan sebaliknya. Contoh hubungan lemah terjadi antara persyaratan pelanggan bentuk buah dengan persyaratan teknik bobot buah. Buah yang bentuknya bulat, bobot buahnya cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan buah yang bentuknya oval atau lonjong. Tetapi hal tersebut tidak berlaku seterusnya. Hubungan lemah juga terjadi antara persyaratan pelanggan aroma buah dengan persyaratan teknik warna kulit. Buah yang warna kulitnya agak gelap biasanya aroma buahnya wangi, sedangkan buah yang warna kulitnya cerah biasanya aroma buahnya tidak wangi. Tetapi hal tersebut tidak selalu demikian. Persyaratan pelanggan yang tidak memiliki hubungan dengan persyaratan teknik antara lain rasa buah dengan kadar air dan aroma buah dengan kadar PTT. Buah yang rasanya manis tidak dipengaruhi oleh kadar airnya melainkan hanya dipengaruhi oleh kadar PTT-nya, sedangkan buah yang aromanya wangi atau tidak wangi tidak dipengaruhi oleh tinggi atau rendahnya kadar PTT Pengembangan Matriks Hubungan antar Persyaratan Teknik (How) Atap dari HOQ disebut matriks korelasi yang digunakan untuk mengidentifikasi persyaratan teknik mana saja yang saling mendukung dan saling bertentangan satu sama lain. Persyaratan teknik yang saling bertentangan sangat

101 80 penting, karena persyaratan teknik tersebut secara teratur merupakan hasil dari persyaratan pelanggan yang bertentangan dan konsekuensinya menunjukkan titik di mana trade-off harus dibuat. Hubungan yang terjadi antar persyaratan teknik dapat berupa hubungan positif kuat, positif lemah, negatif lemah, negatif kuat, dan tidak memiliki hubungan sama sekali. Hubungan tersebut menggunakan simbol sebagai berikut : vv : Hubungan positif kuat, bernilai (+9) v : Hubungan positif lemah, bernilai (+3) X : Hubungan negatif lemah, bernilai ( 3) XX : Hubungan negatif kuat, bernilai ( 9)? : Tidak ada hubungan, bernilai (0) Berdasarkan survei terhadap pemulia melon, diketahui hubungan antara persyaratan teknik pemuliaan melon. Matriks hubungan antar persyaratan teknik pemuliaan melon dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Matriks Hubungan antar Persyaratan Teknik Pemuliaan Melon BB BT PJ LK WK WD KK KD KJ TD KA PTT BB x v v v vv BT vv vv x PJ LK WK WD KK KD KJ TD vv KA PTT

102 81 Keterangan : vv = Hubungan positif kuat, bernilai (+9) v = Hubungan positif lemah, bernilai (+3) X = Hubungan negatif lemah, bernilai ( 3) XX = Hubungan negatif kuat, bernilai ( 9)? = Tidak ada hubungan, bernilai (0) BB = Bobot KK = Ketebalan Kulit BT = Bentuk KD = Ketebalan Daging PJ = Panjang KJ = Kepadatan Jala LK = Lingkar TD = Tekstur Daging WK = Warna Kulit KA = Kadar Air WD = Warna Daging PTT = Kadar Padatan Terlarut Total Contoh hubungan antar persyaratan teknik yang memiliki hubungan positif kuat adalah bobot buah dengan ketebalan daging (Muhtar, 2005). Buah melon yang bobotnya besar, daging buahnya semakin tebal. Hubungan positif kuat juga terjadi antara persyaratan teknik bentuk buah dengan panjang dan lingkar buah. Buah melon yang bentuknya bulat memiliki panjang dan lingkar buah yang lebih kecil dibandingkan dengan buah melon yang bentuknya oval atau lonjong. Contoh hubungan antar persyaratan teknik yang memiliki hubungan positif lemah adalah bobot buah dengan panjang dan lingkar buah (Muhtar, 2005). Semakin besar bobot buah melon biasanya panjang dan lingkar buah akan semakin besar. Hubungan positif lemah juga terjadi antara persyaratan teknik bobot buah dengan ketebalan kulit. Buah melon yang bobotnya besar, sedang atau kecil selain dipengaruhi oleh ketebalan daging buahnya biasanya dipengaruhi juga oleh ketebalan kulit buahnya. Contoh hubungan antar persyaratan teknik yang memiliki hubungan negatif lemah antara lain bobot buah dengan bentuk buah dan bentuk buah dengan ketebalan daging (Muhtar, 2005). Buah yang bentuknya bulat, bobot buahnya cenderung lebih tinggi, sehingga daging buahnya juga semakin tebal dibandingkan dengan buah yang bentuknya oval atau lonjong. Tetapi hal tersebut tidak berlaku seterusnya.

103 82 Hubungan negatif kuat tidak terjadi antara persyaratan teknik pemuliaan melon. Selain memiliki hubungan positif dan negatif, juga terdapat ketidakadaan hubungan antar persyaratan teknik. Contoh antar persyaratan teknik yang tidak memiliki hubungan antara lain bobot buah dengan kadar air maupun kadar PTT. Apabila terjadi trade-off maka pemulia tidak akan mengalami banyak kesulitan karena antara kedua persyaratan tersebut tidak ada keterkaitan dalam pemuliaan melon Penilaian Kompetitif Penilaian kompetitif adalah sepasang tabel bobot yang menggambarkan item demi item bagaimana produk pesaing dibandingkan dengan produk organisasi. Tabel penilaian kompetitif dibagi menjadi dua kategori yaitu penilaian pelanggan dan penilaian teknik. PKBT IPB sebagai lembaga penelitian telah melakukan serangkaian program pemuliaan melon yang telah menghasilkan sejumlah melon hibrida dan terus melakukan pengembangan melon hibrida sehingga dapat dihasilkan varietas unggul. Varietas yang sudah dilauncing yaitu melon Golden Meta (H150), melon Bright Meta (H52), melon Golden Rock Meta (H94), dan melon Midori Meta (H36). Pada penelitian ini akan dikembangkan dua tipe melon yaitu melon tipe tanpa jaring dan melon tipe berjaring. Hal tersebut dilakukan agar dapat mewakili persyaratan pelanggan bagi konsumen lembaga (konsumen benih) maupun konsumen bukan lembaga. Melon tanpa jaring yang akan dikembangkan adalah varietas melon Bright Meta yang mewakili ideotipe melon yang diinginkan oleh konsumen lembaga (konsumen benih). Varietas ini memiliki kelebihan yaitu

104 83 warna dagingnya hijau muda dan kadar airnya sedikit. Melon berjaring yang akan dikembangkan adalah varietas melon Golden Rock Meta yang mewakili ideotipe melon yang diinginkan oleh konsumen bukan lembaga. Varietas ini memiliki kelebihan yaitu warna dagingnya jingga dan rasanya lebih manis. Pada penilaian kompetitif, baik penilaian kompetitif pelanggan maupun penilaian kompetitif teknik, melon tanpa jaring hasil pemuliaan PKBT IPB yaitu varietas melon Bright Meta yang lebih unggul dibandingkan dengan pesaing terdekatnya yaitu varietas Golden Melon. Sedangkan melon berjaring hasil pemuliaan PKBT IPB yaitu varietas melon Golden Rock Meta yang lebih unggul dibandingkan dengan pesaing terdekatnya yaitu melon varietas Action 434. Berdasarkan survei yang telah dilakukan, melon tanpa jaring yang banyak dijumpai di supermarket adalah varietas Golden Melon. Selain itu Golden Melon merupakan melon yang diproduksi oleh konsumen lembaga (konsumen benih). Melon berjaring yang banyak dijumpai di supermarket maupun pasar tradisional adalah melon varietas Action 434 atau biasa disebut melon Ngawi yang lebih unggul dibandingkan Sky Rocket Penilaian Kompetitif Pelanggan Penilaian kompetitif pelanggan adalah cara untuk menentukan apakah persyaratan pelanggan sudah terpenuhi dan mengidentifikasi persyaratan pelanggan mana yang perlu mendapat perhatian lebih dalam desain selanjutnya. Penilaian kompetitif pelanggan juga mencakup penilaian di mana posisi organisasi dibandingkan dengan pesaing terdekatnya dalam batasan persyaratan pelanggan. Penilaian kompetitif pelanggan menempati kolom disebelah kanan dari matriks

105 84 hubungan antara persyaratan pelanggan dan persyaratan teknik. Penilaian kompetitif pelanggan menggunakan skala likert empat tingkat. Penilaian kompetitif pelanggan diketahui dengan melakukan survei terhadap konsumen lembaga (konsumen benih) dan konsumen bukan lembaga yaitu konsumen rumah tangga yang merupakan konsumen langsung buah melon. Penilaian kompetitif pelanggan bagi konsumen lembaga dan konsumen bukan lembaga dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Penilaian Kompetitif Pelanggan Konsumen Konsumen Persyaratan Pelanggan Lembaga Bukan Lembaga Bright Golden Golden Action Meta Melon Rock Meta 434 Bobot Kecil < 1 kg 2 4 Bobot Sedang (1 2,5 kg) 3 3 Bentuk Bulat Warna Kulit Kuning 4 4 Warna Kulit Hijau Kekuningan 3 3 Warna Daging Hijau Muda Kekuningan Ketebalan Kulit Tipis Daging Tebal Tekstur Kulit Tidak Berjaring 4 4 Tekstur Kulit Berjaring Kasar 3 3 Tekstur Daging Berserat Halus 3 3 Tekstur Daging Halus Tidak Berserat 2 2 Kadar Air Sedikit 4 4 Kadar Air Sedang 3 3 Rasa Manis Sekali 3 4 Rasa Manis 4 2 Aroma Wangi Daya Simpan 5 10 Hari Keterangan : 2 = Buruk, 3 = Baik, 4 = Sangat baik Pada penilaian kompetitif konsumen lembaga, Bright Meta dinilai sangat baik dibandingkan dengan Golden Melon dalam hal persyaratan pelanggan warna daging buah, sedangkan persyaratan pelanggan yang dinilai sama-sama sangat baik yaitu warna kulit buah, tekstur kulit buah, dan kadar air. Sementara Golden Melon dinilai sangat baik dibandingkan dengan Bright Meta dalam hal

106 85 persyaratan bobot buah, bentuk buah, dan rasa buah sedangkan persyaratan pelanggan yang dinilai sama-sama baik yaitu ketebalan kulit buah, ketebalan daging buah, tekstur daging buah, dan daya simpan buah. Persyaratan pelanggan yang dinilai sama-sama buruk yaitu aroma buah. Pada penilaian kompetitif konsumen bukan lembaga, Golden Rock Meta dinilai sangat baik dibandingkan dengan Action 434 dalam hal persyaratan pelanggan rasa buah. Sementara Action 434 dinilai sangat baik oleh konsumen bukan lembaga dibandingkan dengan Golden Rock Meta dalam hal persyaratan ketebalan daging buah. Persyaratan pelanggan yang dinilai sama-sama baik yaitu bobot buah, bentuk buah buah, warna kulit buah, warna daging buah, tekstur kulit buah, kadar air, dan daya simpan buah. Sementara persyaratan pelanggan yang dinilai samasama buruk yaitu ketebalan kulit buah, tekstur daging buah, dan aroma buah Penilaian Kompetitif Teknik Penilaian kompetitif teknik adalah penilaian produk dibandingkan dengan pesaing terdekatnya untuk setiap persyaratan teknik. Penilaian kompetitif teknik menempati baris di bawah matriks hubungan antara persyaratan pelanggan dengan persyaratan teknik. Penilaian kompetitif teknik menggunakan skala likert empat tingkat. Berdasarkan survei terhadap pemulia melon, diketahui penilaian kompetitif teknik antara Bright Meta dengan Golden Melon dan penilaian kompetitif teknik antara Golden Rock Meta dengan Action 434 yang dapat dilihat pada Tabel 26.

107 86 Tabel 26. Penilaian Kompetitif Teknik Konsumen Konsumen Persyaratan Teknik Lembaga Bukan Lembaga Bright Golden Golden Action Meta Melon Rock Meta 434 Bobot Bentuk Panjang Lingkar Warna Kulit Warna Daging Ketebalan Kulit Ketebalan Daging Kepadatan Jala Tekstur Daging Kadar Air Kadar Padatan Terlarut Total (PTT) Keterangan : 2 = Buruk, 3 = Baik, 4 = Sangat baik Berdasarkan hasil survei terhadap pemulia melon di PKBT IPB, Bright Meta dinilai sama-sama sangat baik dalam hal persyaratan teknik warna kulit buah, sedangkan persyaratan teknik warna daging buah dan kadar air dinilai sangat baik dibandingkan Golden Melon. Persyaratan teknik yang dinilai samasama baik yaitu panjang buah, diameter buah, lingkar buah, ketebalan kulit buah, ketebalan daging buah, kepadatan jala, dan tekstur daging buah. Golden Melon dinilai lebih baik dibandingkan dengan Bright Meta dalam hal persyaratan teknik bobot buah, bentuk buah, dan kadar PTT. Berdasarkan hasil survei terhadap pemulia melon di PKBT IPB, Golden Rock Meta dinilai sama-sama sangat baik dalam hal persyaratan teknik bentuk buah. Persyaratan teknik warna daging buah dan kadar PTT dinilai lebih baik dibandingkan Action 434, sedangkan Action 434 dinilai sangat baik dibandingkan dengan Golden Rock Meta dalam hal persyaratan teknik bobot buah dan tekstur daging buah.

108 87 Persyaratan teknik panjang buah, warna kulit buah, kepadatan jala, dan kadar air dinilai sama-sama baik oleh pemulia melon. Golden Rock Meta dinilai lebih buruk dibandingkan Action 434 dalam hal persyaratan teknik lingkar buah dan ketebalan daging buah, sedangkan persyaratan teknik yang dinilai sama-sama buruk yaitu ketebalan kulit Pengembangan Prioritas Persyaratan Pelanggan Prioritas pelanggan menunjukkan urutan prioritas persyaratan pelanggan yang dipenuhi melalui pemuliaan melon. Prioritas persyaratan pelanggan mencakup kepentingan bagi pelanggan, nilai sasaran, faktor skala kenaikan, poin penjualan, dan bobot absolut Kepentingan Bagi Pelanggan Setiap persyaratan pelanggan diberi rating sesuai dengan tingkat kepentingan bagi pelanggan. Rating kepentingan berguna untuk memprioritaskan usaha dan membuat keputusan trade-off. Skala yang digunakan adalah skala likert empat tingkat. Tingkat kepentingan setiap persyaratan pelanggan diketahui melalui survei terhadap satu konsumen lembaga (konsumen benih) dan 79 konsumen bukan lembaga terhadap buah melon di Kota Bogor tahun Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap satu konsumen lembaga (konsumen benih), diketahui tingkat kepentingan setiap persyaratan pelanggan untuk konsumen lembaga (konsumen benih). Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 79 konsumen bukan lembaga, diketahui tingkat kepentingan setiap persyaratan pelanggan untuk konsumen bukan lembaga. Hasil survei dianalisis menggunakan tabulasi deskriptif berupa

109 88 tabel frekuensi, di mana kriteria dari setiap tingkat kepentingan yang memiliki frekuensi terbanyak merupakan tingkat kepentingan suatu persyaratan pelanggan. Berdasarkan total 79 konsumen, sebanyak 58 konsumen (73,42 persen) menyatakan bahwa bobot buah yang sedang (1 2,5 kg) penting bagi konsumen karena cukup untuk dikonsumsi. Konsumen yang lain sebanyak 13 konsumen (16,46 persen) menyatakan bobot buah yang sedang tidak penting bagi konsumen, sedangkan sisanya delapan konsumen (10,12 persen) menyatakan sangat penting. Tingkat kepentingan bobot buah sedang (1 2,5 kg) bagi konsumen bukan lembaga dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Bobot Buah Sedang (1 2,5 kg) bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 Tingkat Kepentingan Jumlah (orang) Persentase (%) Bobot Buah Sedang (1 2,5 kg) Sangat Tidak Penting 0 0 Tidak Penting Penting Sangat Penting Total Berdasarkan total 79 konsumen, sebanyak 56 konsumen (70,89 persen) menyatakan bahwa bentuk buah yang bulat penting bagi konsumen karena lebih menarik dan mempermudah dalam proses pemotongan, selain itu proses pematangannya lebih merata. Konsumen yang lain sebanyak 21 konsumen (26,58 persen) menyatakan bentuk buah yang bulat tidak penting bagi konsumen, sedangkan sisanya dua konsumen (2,53 persen) menyatakan sangat penting. Tingkat kepentingan bentuk buah bulat bagi konsumen bukan lembaga dapat dilihat pada Tabel 28.

110 89 Tabel 28. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Bentuk Buah Bulat bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 Tingkat Kepentingan Jumlah (orang) Persentase (%) Bentuk Buah Bulat Sangat Tidak Penting 0 0 Tidak Penting Penting Sangat Penting Total Berdasarkan total 79 konsumen, sebanyak 41 konsumen (51,90 persen) menyatakan bahwa warna kulit buah hijau kekuningan sangat penting bagi konsumen. Warna kulit tersebut menandakan buah sudah matang dan siap untuk dikonsumsi. Sisa konsumen yaitu sebanyak 27 konsumen (34,18persen) menyatakan bahwa warna kulit buah hijau kekuningan penting bagi konsumen dan 11 konsumen (13,92 persen) menyatakan tidak penting. Tingkat kepentingan warna kulit buah hijau kekuningan bagi konsumen bukan lembaga dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Warna Kulit Buah Hijau Kekuningan bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 Tingkat Kepentingan Jumlah (orang) Persentase (%) Warna Kulit Buah Hijau Kekuningan Sangat Tidak Penting 0 0 Tidak Penting Penting Sangat Penting Total Berdasarkan total 79 konsumen, sebanyak 54 konsumen (68,35 persen) menyatakan bahwa warna daging buah hijau muda kekuningan penting bagi konsumen. Menurut konsumen warna tersebut terlihat lebih segar untuk dikonsumsi dan lebih enak. Konsumen yang lain sebanyak 22 konsumen (27,85 persen) menyatakan warna daging buah hijau muda kekuningan sangat penting

111 90 bagi konsumen, sedangkan sisanya tiga konsumen (3,8 persen) menyatakan tidak penting. Tingkat kepentingan warna daging buah hijau muda kekuningan bagi konsumen bukan lembaga dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Warna Daging Buah Hijau Muda Kekuningan bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 Tingkat Kepentingan Jumlah (orang) Persentase (%) Warna Daging Buah Hijau Muda Kekuningan Sangat Tidak Penting 0 0 Tidak Penting Penting Sangat Penting Total Berdasarkan total 79 konsumen, sebanyak 70 konsumen (88,61 persen) menyatakan bahwa kulit buah yang tipis penting bagi konsumen karena yang dikonsumsi lebih banyak dan mempermudah proses pemotongan. Konsumen yang lain sebanyak lima konsumen (6,33 persen) menyatakan kulit buah yang tipis sangat penting bagi konsumen dan sisanya empat konsumen (5,06 persen) menyatakan tidak penting. Tingkat kepentingan ketebalan kulit buah tipis bagi konsumen bukan lembaga dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Ketebalan Kulit Buah Tipis bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 Tingkat Kepentingan Jumlah (orang) Persentase (%) Ketebalan Kulit Buah Sedang Sangat Tidak Penting 0 0 Tidak Penting Penting Sangat Penting Total Berdasarkan total 79 konsumen, sebanyak 72 konsumen (91,14 persen) menyatakan bahwa daging buah yang tebal sangat penting bagi konsumen karena

112 91 yang dikonsumsi lebih banyak. Sisa konsumen sebanyak tujuh konsumen (8,86 persen) menyatakan daging buah yang tebal penting bagi konsumen. Tingkat kepentingan daging buah tebal bagi konsumen bukan lembaga dapat dilihat pada Tabel 32. Tabel 32. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Daging Buah Tebal bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 Tingkat Kepentingan Jumlah (orang) Persentase (%) Daging Buah Tebal Sangat Tidak Penting 0 0 Tidak Penting 0 0 Penting Sangat Penting Total Berdasarkan total 79 konsumen, sebanyak 32 konsumen (40,51 persen) menyatakan bahwa tekstur kulit buah yang berjaring kasar penting bagi konsumen karena dengan tekstur kulit tersebut biasanya rasanya lebih manis. Konsumen yang lain sebanyak 26 konsumen (32,91 persen) menyatakan tekstur kulit buah yang berjaring kasar sangat penting, sedangkan sisanya sebanyak 21 konsumen (26,58 persen) menyatakan tidak penting. Tingkat kepentingan tekstur kulit buah jaring kasar bagi konsumen bukan lembaga dapat dilihat pada Tabel 33. Tabel 33. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Tekstur Kulit Buah Jaring Kasar bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 Tingkat Kepentingan Jumlah (orang) Persentase (%) Tekstur Kulit Buah Jaring Kasar Sangat Tidak Penting 0 0 Tidak Penting Penting Sangat Penting Total

113 92 Berdasarkan total 79 konsumen, sebanyak 42 konsumen (53,16 persen) menyatakan bahwa tekstur daging buah halus tidak berserat penting bagi konsumen karena lebih enak dan lebih renyah pada saat dikonsumsi. Konsumen yang lain sebanyak 34 konsumen (43,04 persen) menyatakan tekstur daging buah halus tidak berserat sangat penting bagi konsumen, sedangkan sisanya tiga konsumen (3,8 persen) menyatakan tekstur daging buah halus tidak berserat tidak penting bagi konsumen. Tingkat kepentingan tekstur daging buah halus tidak berserat bagi konsumen bukan lembaga dapat dilihat pada Tabel 34. Tabel 34. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Tekstur Daging Buah Halus Tidak Berserat bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 Tingkat Kepentingan Jumlah (orang) Persentase (%) Tekstur Daging Buah Halus Tidak Berserat Sangat Tidak Penting 0 0 Tidak Penting Penting Sangat Penting Total Berdasarkan total 79 konsumen, sebanyak 64 konsumen (81,01 persen) menyatakan bahwa kadar air yang sedang penting bagi konsumen karena terasa lebih renyah dan segar untuk dikonsumsi. Sisa konsumen sebanyak 12 konsumen (15,19 persen) menyatakan kadar air yang sedang sangat penting bagi konsumen dan tiga konsumen (3,8 persen) menyatakan tidak penting. Tingkat kepentingan kadar air sedang bagi konsumen bukan lembaga dapat dilihat pada Tabel 35.

114 93 Tabel 35. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Kadar Air Buah Sedang bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 Tingkat Kepentingan Jumlah (orang) Persentase (%) Kadar Air Buah Sedang Sangat Tidak Penting 0 0 Tidak Penting Penting Sangat Penting Total Berdasarkan total 79 konsumen, sebanyak 66 konsumen (83,54 persen) menyatakan rasa buah yang manis sangat penting bagi konsumen karena lebih enak dan dapat mengundang selera. Sisa konsumen sebanyak 12 konsumen (15,19 persen) menyatakan rasa buah yang manis penting bagi konsumen dan satu konsumen (1,27 persen) menyatakan tidak penting. Tingkat kepentingan rasa buah manis bagi konsumen bukan lembaga dapat dilihat pada Tabel 36. Tabel 36. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Rasa Buah Manis bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 Tingkat Kepentingan Jumlah (orang) Persentase (%) Rasa Buah Manis Sangat Tidak Penting 0 0 Tidak Penting Penting Sangat Penting Total Berdasarkan total 79 konsumen, sebanyak 49 konsumen (62,03 persen) menyatakan aroma buah yang wangi penting bagi konsumen karena dapat mengundang selera untuk mengkonsumsinya. Konsumen yang lain sebanyak 19 konsumen (24,05 persen) menyatakan aroma buah yang wangi sangat penting bagi konsumen dan sisanya 11 konsumen (13,92 persen) menyatakan tidak penting. Tingkat kepentingan aroma buah wangi bagi konsumen bukan lembaga dapat dilihat pada Tabel 37.

115 94 Tabel 37. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Aroma Buah Wangi bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 Tingkat Kepentingan Jumlah (orang) Persentase (%) Aroma Buah Wangi Sangat Tidak Penting 0 0 Tidak Penting Penting Sangat Penting Total Berdasarkan total 79 konsumen, sebanyak 50 konsumen (63,29 persen) menyatakan bahwa daya simpan buah 5 10 hari penting bagi konsumen karena dengan daya simpan tersebut buah melon masih baik untuk dikonsumsi. Konsumen yang lain sebanyak 27 konsumen (34,18 persen) menyatakan daya simpan buah 5 10 hari sangat penting bagi konsumen dan sisanya dua konsumen (2,53 persen) menyatakan tidak penting. Tingkat kepentingan daya simpan buah 5 10 hari bagi konsumen bukan lembaga dapat dilihat pada Tabel 38. Tabel 38. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Daya Simpan Buah 5 10 Hari bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 Tingkat Kepentingan Jumlah (orang) Persentase (%) Daya Simpan Buah 5 10 Hari Sangat Tidak Penting 0 0 Tidak Penting Penting Sangat Penting Total Berdasarkan penjelasan di atas, diketahui tingkat kepentingan setiap persyaratan pelanggan untuk konsumen bukan lembaga. Tingkat kepentingan setiap persyaratan pelanggan bagi konsumen lembaga dan konsumen bukan lembaga di Kota Bogor tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 39.

116 95 Persyaratan pelanggan bagi konsumen lembaga (konsumen benih) yang dinilai sangat penting yaitu warna kulit buah kuning, daging buah tebal, tekstur daging buah berserat halus, dan rasa buah manis sekali, selain kelima persyaratan pelanggan tersebut dinilai penting. Persyaratan pelanggan bagi konsumen bukan lembaga yang dinilai sangat penting yaitu warna kulit buah hijau kekuningan, daging buah tebal, dan rasa buah manis, selain ketiga persyaratan pelanggan tersebut dinilai penting. Tabel 39. Tingkat Kepentingan Setiap Persyaratan Pelanggan di Kota Bogor Tahun 2007 Persyaratan Pelanggan Konsumen Konsumen Lembaga Bukan Lembaga Bobot Kecil < 1 kg 3 Bobot Sedang (1 2,5 kg) 3 Bentuk Bulat 3 3 Warna Kulit Kuning 4 Warna Kulit Hijau Kekuningan 4 Warna Daging Hijau Muda Kekuningan 3 3 Ketebalan Kulit Tipis 3 3 Daging Tebal 4 4 Tekstur Kulit Tidak Berjaring 3 Tekstur Kulit Berjaring Kasar 3 Tekstur Daging Berserat Halus 4 Tekstur Daging Halus Tidak Berserat 3 Kadar Air Sedikit 3 Kadar Air Sedang 3 Rasa Manis Sekali 4 Rasa Manis 4 Aroma Wangi 3 3 Daya Simpan 5 10 Hari 3 3 Keterangan : 3 = Penting, 4 = Sangat penting Nilai Sasaran Persyaratan Pelanggan Nilai sasaran ditentukan dengan mengevaluasi penilaian dari setiap persyaratan pelanggan dan membuat penilaian baru yang mempertahankan produk tidak berubah, memperbaiki produk atau membuat produk lebih dari pesaingnya. Nilai sasaran menggunakan skala yang sama dengan penilaian kompetitif

117 96 pelanggan, yaitu skala likert empat tingkat. Berdasarkan survei terhadap pemulia melon, diketahui nilai sasaran untuk setiap persyaratan pelanggan dalam pemuliaan melon. Nilai sasaran setiap persyaratan pelanggan Bright Meta dapat dan nilai sasaran setiap persyaratan pelangggan Golden Rock Meta dapat dilihat pada Tabel 40. Tabel 40. Nilai Sasaran Setiap Persyaratan Pelanggan Persyaratan Teknik Nilai Bright Meta Bright Meta Nilai Golden Melon Nilai Sasaran Bright Meta Nilai Golden Rock Meta Golden Rock Meta Nilai Action 434 Nilai Sasaran Golden Rock Meta Bobot Kecil < 1 kg Bobot Sedang (1 2,5 kg) Bentuk Bulat Warna Kulit Kuning Warna Kulit Hijau Kekuningan Warna Daging Hijau Muda Kekuningan Ketebalan Kulit Tipis Daging Tebal Tekstur Kulit Tidak Berjaring Tekstur Kulit Berjaring Kasar Tekstur Daging Berserat Halus Tekstur Daging Halus Tidak Berserat Kadar Air Sedikit Kadar Air Sedang Rasa Manis Sekali Rasa Manis Aroma Wangi Daya Simpan 5 10 Hari Keterangan : 2 = Buruk, 3 = Baik, 4 = Sangat baik Berdasarkan nilai sasaran setiap persyaratan pelanggan Bright Meta, pemulia melon ingin memperbaiki Bright Meta dalam hal bobot buah dan bentuk buah karena dinilai lebih buruk oleh konsumen dibandingkan Golden Melon

118 97 sehinggan dapat menyamai Golden Melon. Rasa Golden Melon dinilai sangat baik dibandingkan Bright Meta sehingga perlu perbaikan dan dapat menyamai Golden Melon. Aroma buah juga perlu perbaikan karena dinilai sama-sama buruk oleh konsumen sehingga dapat melebihi Golden Melon. Persyaratan pelanggan yang tidak perlu perbaikan yaitu warna kulit buah, tekstur kulit buah, dan kadar air karena sudah dinilai sama-sama sangat baik oleh konsumen. Warna daging buah juga tidak perlu perbaikan karena dinilai lebih baik dibandingkan Golden Melon, sedangkan ketebalan kulit buah, ketebalan daging buah, tekstur daging buah, dan daya simpan buah juga tidak perlu perbaikan karena sudah dinilai sama-sama baik oleh konsumen. Berdasarkan nilai sasaran setiap persyaratan pelanggan Golden Rock Meta, pemulia melon ingin memperbaiki Golden Rock Meta dalam hal warna kulit buah, ketebalan kulit buah, ketebalan daging buah, tekstur daging buah, dan aroma buah. Walaupun warna kulit buah dinilai oleh konsumen sama-sama baik, tetapi pemulia tetap ingin memperbaiki sehingga sesuai dengan peryaratan yang diinginkan oleh konsumen yaitu warna kulit buah hijau kekuningan. Ketebalan kulit buah, tekstur daging buah, dan aroma buah nilai sama-sama buruk oleh konsumen, sehingga pemulia ingin memperbaikinya melebihi Action 434, sedangkan ketebalan daging juga perlu perbaikan sehingga dapat menyamai Action 434. Golden Rock Meta yang tidak perlu perbaikan yaitu bobot buah, bentuk buah, warna daging buah, tekstur kulit buah, kadar air buah, dan daya simpan buah karena dinilai sama-sama baik oleh konsumen. Rasa buah manis oleh

119 98 pemulia tidak perlu perbaikan karena sudah dinilai sangat baik daripada Action Faktor Skala Kenaikan Fakor skala kenaikan adalah rasio antara nilai sasaran dengan rating produk yang diberikan dalam penilaian kompetitif pelanggan. Persyaratan pelanggan yang memiliki nilai faktor skala kenaikan di atas satu berarti membutuhkan perbaikan, semakin besar nilai faktor skala kenaikan berarti semakin membutuhkan usaha perbaikan. Berdasarkan hasil perhitungan menurut rumus di atas, maka didapat nilai faktor skala kenaikan setiap persyaratan pelanggan Bright Meta dan nilai faktor skala kenaikan setiap persyaratan pelanggan Golden Rock Meta yang dapat dilihat pada Tabel 41. Tabel 41. Faktor Skala Kenaikan Setiap Persyaratan Pelanggan Persyaratan Pelanggan Bright Golden Meta Rock Meta Bobot Kecil < 1 kg 2 Bobot Sedang (1 2,5 kg) 1 Bentuk Bulat 2 1 Warna Kulit Kuning 1 Warna Kulit Hijau Kekuningan 1.33 Warna Daging Hijau Muda Kekuningan 1 1 Ketebalan Kulit Tipis 1 2 Daging Tebal 1 2 Tekstur Kulit Tidak Berjaring 1 Tekstur Kulit Berjaring Kasar 1 Tekstur Daging Berserat Halus 1 Tekstur Daging Halus Tidak Berserat 2 Kadar Air Sedikit 1 Kadar Air Sedang 1 Rasa Manis Sekali 1.33 Rasa Manis 1 Aroma Wangi Daya Simpan 5 10 Hari 1 1

120 Poin Penjualan Poin penjualan memberitahukan seberapa baik suatu persyaratan pelanggan akan menjual. Tujuan dari poin penjualan adalah mempromosikan persyaratan pelanggan yang terbaik dan persyaratan pelanggan yang akan menolong dalam penjualan produk. Poin penjualan ditentukan dengan mengidentifikasi persyaratan pelanggan yang akan menolong dalam penjualan produk. Pada penelitian ini, poin penjualan adalah berupa nilai yang sudah ditentukan sebelumnya yaitu nilai 1,0 apabila persyaratan pelanggan tidak menolong dalam penjualan, nilai 1,2 apabila persyartan pelanggan cukup menolong dalam penjualan, nilai 1,5 apabila persyaratan pelanggan menolong dalam penjualan produk. Poin penjualan dari setiap persyaratan pelanggan diketahui melalui survei terhadap satu konsumen lembaga (konsumen benih) dan 79 konsumen bukan lembaga terhadap buah melon di Kota Bogor tahun Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap satu konsumen lembaga (konsumen benih), diketahui poin penjualan dari setiap persyaratan pelanggan untuk konsumen lembaga (konsumen benih). Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 79 konsumen bukan lembaga, diketahui poin penjualan dari setiap persyaratan pelanggan untuk konsumen bukan lembaga. Hasil survei dianalisis menggunakan tabulasi deskriptif berupa tabel frekuensi, di mana kriteria dari setiap poin penjualan yang memiliki frekuensi terbanyak merupakan poin penjualan dari suatu persyaratan pelanggan. Berdasarkan total 79 konsumen, sebanyak 58 konsumen (73,41 persen) menyatakan bahwa bobot buah yang sedang (1 2,5 kg) menolong dalam penjualan buah melon. Bobot tersebut membuat konsumen lebih tertarik untuk

121 100 membelinya dibandingkan buah yang bobotnya besar. Konsumen yang lain sebanyak 20 konsumen (25,32 persen) menyatakan bobot buah yang sedang (1 2,5 kg) cukup menolong dalam penjualan dan sisanya satu konsumen (1,27 persen) menyatakan tidak menolong dalam penjualan. Poin penjualan dari persyaratan pelanggan bobot buah sedang (1 2,5 kg) dapat dilihat pada Tabel 42. Tabel 42. Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Bobot Buah Sedang (1 2,5 kg) bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 Poin Penjualan Jumlah (orang) Persentase (%) Bobot Buah Sedang (1 2,5 kg) 1.0 (Tidak Menolong dalam Penjualan) (Cukup Menolong dalam Penjualan) (Menolong dalam Penjualan) Total Berdasarkan total 79 konsumen, sebanyak 39 konsumen (49,36 persen) menyatakan buah melon dengan bentuk yang bulat menolong dalam penjualan karena umumnya konsumen lebih mengenal buah melon dengan bentuk yang bulat sehingga lebih tertarik untuk membelinya. Konsumen yang lain sebanyak 34 konsumen (43,04 persen) menyatakan buah melon yang bentuknya bulat cukup menolong dalam penjualan, sedangkan sisanya enam konsumen (7,6 persen) menyatakan tidak menolong dalam penjualan. Poin penjualan dari persyaratan pelanggan bentuk buah bulat dapat dilihat pada Tabel 43. Tabel 43. Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Bentuk Buah Bulat bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 Poin Penjualan Jumlah (orang) Persentase (%) Bentuk Buah Bulat 1.0 (Tidak Menolong dalam Penjualan) (Cukup Menolong dalam Penjualan) (Menolong dalam Penjualan) Total

122 101 Berdasarkan total 79 konsumen, sebanyak 59 konsumen (74,68 persen) menyatakan bahwa warna kulit buah hijau kekuningan menolong dalam penjualan buah melon karena warnanya lebih menarik sehingga konsumen lebih tertarik untuk membelinya. Sisa konsumen yaitu sebanyak 20 konsumen (25,32 persen) menyatakan warna kulit buah hijau kekuningan cukup menolong dalam penjualan buah melon. Poin penjualan dari persyaratan pelanggan warna kulit buah hijau kekuningan dapat dilihat pada Tabel 44. Tabel 44. Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Warna Kulit Buah Hijau Kekuningan bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 Poin Penjualan Jumlah (orang) Persentase (%) Warna Kulit Buah Hijau Kekuningan 1.0 (Tidak Menolong dalam Penjualan) (Cukup Menolong dalam Penjualan) (Menolong dalam Penjualan) Total Berdasarkan total 79 konsumen, sebanyak 69 konsumen (87,34persen) menyatakan bahwa warna daging buah hijau muda kekuningan menolong dalam penjualan buah melon karena lebih banyak diminati dan umumnya konsumen lebih mengenal warna dari buah melon tersebut. Sisa konsumen yaitu sebanyak 10 konsumen (12,66 persen) menyatakan warna daging buah hijau muda kekuningan cukup menolong dalam penjualan. Poin penjualan dari persyaratan pelanggan warna daging buah hijau muda kekuningan dapat dilihat pada Tabel 45.

123 102 Tabel 45. Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Warna Daging Buah Hijau Muda Kekuningan bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 Poin Penjualan Jumlah (orang) Persentase (%) Warna Daging Buah Hijau Muda Kekuningan 1.0 (Tidak Menolong dalam Penjualan) (Cukup Menolong dalam Penjualan) (Menolong dalam Penjualan) Total Berdasarkan total 79 konsumen, sebanyak 57 konsumen (72,15 persen) menyatakan bahwa ketebalan kulit buah yang tipis menolong dalam penjualan buah melon karena yang terbuang tidak terlalu banyak sehingga konsumen tidak merasa dirugikan. Konsumen yang lain sebanyak 18 konsumen (22,79 persen) menyatakan ketebalan kulit buah yang tipis cukup menolong dalam penjualan buah melon, sedangkan sisanya empat konsumen (5,06 persen) menyatakan ketebalan kulit buah tipis tidak menolong dalam penjualan buah melon. Poin penjualan dari persyaratan pelanggan ketebalan kulit buah tipis dapat dilihat pada Tabel 46. Tabel 46. Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Ketebalan Kulit Buah Tipis bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 Poin Penjualan Jumlah (orang) Persentase (%) Ketebalan Kulit Buah Tipis 1.0 (Tidak Menolong dalam Penjualan) (Cukup Menolong dalam Penjualan) (Menolong dalam Penjualan) Total Berdasarkan total 79 konsumen, sebanyak 75 konsumen (95 persen) menyatakan bahwa daging buah yang tebal menolong dalam penjualan buah melon karena yang dikonsumsi lebih banyak dan lebih laku terjual. Sisa konsumen sebanyak empat konsumen (5 persen) menyatakan daging buah yang

124 103 tebal cukup menolong dalam penjualan buah melon. Poin penjualan dari persyaratan pelanggan daging buah tebal dapat dilihat pada Tabel 47. Tabel 47. Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Daging Buah Tebal bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 Poin Penjualan Jumlah (orang) Persentase (%) Daging Buah Tebal 1.0 (Tidak Menolong dalam Penjualan) (Cukup Menolong dalam Penjualan) (Menolong dalam Penjualan) Total Berdasarkan total 79 konsumen, sebanyak 38 konsumen (48,1 persen) menyatakan bahwa tekstur kulit buah yang berjaring kasar menolong dalam penjualan buah melon karena konsumen lebih mengenal dan menyukai buah melon tipe tersebut sehingga lebih tertarik untuk membelinya. Konsumen yang lain yaitu sebanyak 34 konsumen (43,04 persen) menyatakan tekstur kulit buah yang berjaring kasar cukup menolong dalam penjualan, sedangkan sisanya tujuh konsumen (8,86 persen) tidak menolong dalam penjualan. Poin penjualan dari persyaratan pelanggan tekstur kulit buah berjaring kasar dapat dilihat pada Tabel 48. Tabel 48. Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Tekstur Kulit Buah Jaring Kasar bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 Poin Penjualan Jumlah (orang) Persentase (%) Tekstur Kulit Buah Jaring Kasar 1.0 (Tidak Menolong dalam Penjualan) (Cukup Menolong dalam Penjualan) (Menolong dalam Penjualan) Total Berdasarkan total 79 konsumen, sebanyak 60 konsumen (75,95 persen) menyatakan bahwa tekstur daging buah halus tidak berserat menolong dalam

125 104 penjualan buah melon karena lebih disukai oleh konsumen dan terasa lebih enak pada saat dikonsumsi, sedangkan sisanya sebanyak 19 konsumen (24,05 persen) menyatakan cukup menolong dalam penjualan. Poin penjualan dari persyaratan pelanggan tekstur daging buah halus tidak berserat dapat dilihat pada Tabel 49. Tabel 49. Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Tekstur Daging Buah Halus Tidak Berserat bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 Poin Penjualan Jumlah (orang) Persentase (%) Tekstur Daging Buah Halus Tidak Berserat 1.0 (Tidak Menolong dalam Penjualan) (Cukup Menolong dalam Penjualan) (Menolong dalam Penjualan) Total Berdasarkan total 79 konsumen, sebanyak 57 konsumen (72,15 persen) menyatakan bahwa kadar air yang sedang menolong dalam penjualan buah melon karena tidak cepat busuk walaupun disimpan beberapa hari sehingga lebih laku terjual dan tidak merugikan konsumen, sedangkan sisanya sebanyak 22 konsumen (27,85 persen) menyatakan cukup menolong dalam penjualan. Poin penjualan dari persyaratan pelanggan kadar air sedang dapat dilihat pada Tabel 50. Tabel 50. Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Kadar Air Buah Sedang bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 Poin Penjualan Jumlah (orang) Persentase (%) Kadar Air Buah Sedang 1.0 (Tidak Menolong dalam Penjualan) (Cukup Menolong dalam Penjualan) (Menolong dalam Penjualan) Total Berdasarkan total 79 konsumen, sebanyak 73 konsumen (92,4 persen) menyatakan bahwa rasa buah melon yang manis menolong dalam penjualan. Pada umumnya konsumen lebih menyukai rasa yang manis dibandingkan dengan

126 105 rasa yang manis sekali. Sisa konsumen sebanyak enam konsumen (7,6 persen) menyatakan rasa buah melon yang manis cukup menolong dalam penjualan. Poin penjualan dari persyaratan pelanggan rasa buah manis dapat dilihat pada Tabel 51. Tabel 51. Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Rasa Buah Manis bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 Poin Penjualan Jumlah (orang) Persentase (%) Rasa Buah Manis 1.0 (Tidak Menolong dalam Penjualan) (Cukup Menolong dalam Penjualan) (Menolong dalam Penjualan) Total Berdasarkan total 79 konsumen, sebanyak 42 konsumen (53,17 persen) menyatakan bahwa aroma buah melon yang wangi cukup menolong dalam penjualan karena aroma yang wangi membuat konsumen tertarik untuk membelinya walaupun aroma yang wangi belum tentu rasanya manis. Konsumen lain sebanyak 28 konsumen (35,44 persen) menyatakan aroma buah melon yang wangi menolong dalam penjualan, sedangkan sisanya sembilan konsumen (11,39 persen) menyatakan tidak menolong dalam penjualan. Poin penjualan dari persyaratan pelanggan aroma buah wangi dapat dilihat pada Tabel 52. Tabel 52. Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Aroma Buah Wangi bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 Poin Penjualan Jumlah (orang) Persentase (%) Aroma Buah Wangi 1.0 (Tidak Menolong dalam Penjualan) (Cukup Menolong dalam Penjualan) (Menolong dalam Penjualan) Total Berdasarkan total 79 konsumen, sebanyak 67 konsumen (84,81 persen) menyatakan bahwa daya simpan 5 10 hari menolong dalam penjualan buah

127 106 melon karena dengan daya simpan yang tidak terlalu lama buah melon tidak cepat busuk dan masih baik untuk dikonsumsi selain itu rasanya juga masih enak. Konsumen lain sebanyak 11 konsumen (13,92 persen) menyatakan daya simpan 5 10 hari cukup menolong dalam penjualan, sedangkan sisanya satu konsumen (1,27 persen) menyatakan tidak menolong dalam penjualan. Poin penjualan dari persyaratan pelanggan daya simpan buah 5 10 hari dapat dilihat pada Tabel 53. Tabel 53. Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Daya Simpan Buah 5 10 Hari bagi Konsumen Bukan Lembaga di Kota Bogor Tahun 2007 Poin Penjualan Jumlah (orang) Persentase (%) Daya Simpan Buah (Tidak Menolong dalam Penjualan) (Cukup Menolong dalam Penjualan) (Menolong dalam Penjualan) Total Berdasarkan penjelasan di atas, diketahui poin penjualan dari setiap persyaratan pelanggan untuk konsumen bukan lembaga. Poin penjualan dari setiap persyaratan pelanggan bagi konsumen lembaga dan konsumen bukan lembaga di Kota Bogor tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 54. Persyaratan pelanggan bagi konsumen lembaga (konsumen benih) yang dinilai cukup menolong dalam penjualan yaitu warna daging buah hijau muda kekuningan, tekstur kulit buah tidak berjaring, dan aroma buah wangi, selain ketiga persyaratan pelanggan tersebut dinilai menolong dalam penjualan. Persyaratan pelanggan bagi konsumen bukan lembaga yang dinilai cukup menolong dalam penjualan yaitu aroma buah wangi, selain kedua persyaratan pelanggan tersebut dinilai menolong dalam penjualan.

128 107 Tabel 54. Poin Penjualan Setiap Persyaratan Pelanggan di Kota Bogor Tahun 2007 Persyaratan Pelanggan Konsumen Konsumen Lembaga Bukan Lembaga Bobot Kecil < 1 kg 1.5 Bobot Sedang (1 2,5 kg) 1.5 Bentuk Bulat Warna Kulit Kuning 1.5 Warna Kulit Hijau Kekuningan 1.5 Warna Daging Hijau Muda Kekuningan Ketebalan Kulit Tipis Daging Tebal Tekstur Kulit Tidak Berjaring 1.2 Tekstur Kulit Berjaring Kasar 1.5 Tekstur Daging Berserat Halus 1.5 Tekstur Daging Halus Tidak Berserat 1.5 Kadar Air Sedikit 1.5 Kadar Air Sedang 1.5 Rasa Manis Sekali 1.5 Rasa Manis 1.5 Aroma Wangi Daya Simpan 5 10 Hari Keterangan : 1,2 = Cukup menolong dalam penjualan, 1,5 = Menolong dalam penjualan Bobot Absolut Persyaratan Pelanggan Bobot absolut diperoleh dari perkalian antara kepentingan bagi pelanggan, faktor skala kenaikan, dan poin penjualan untuk setiap persyaratan pelanggan. Setelah menjumlahkan semua, bobot absolut, persentase, dan rangking untuk setiap persyaratan pelanggan dapat ditentukan. Bobot kemudian dapat digunakan sebagai petunjuk untuk fase perencanaan dan pengembangan produk. Berdasarkan hasil perhitungan menurut rumus di atas, bobot absolut setiap persyaratan pelanggan terhadap buah melon tanpa jaring dan bobot absolut setiap persyaratan pelanggan terhadap buah melon berjaring dapat dilihat pada Tabel 55.

129 108 Tabel 55. Bobot Absolut Setiap Persyaratan Pelanggan terhadap Buah Melon Melon Tanpa Jaring Melon Berjaring Persyaratan Bobot Persentase Prioritas Bobot Persentase Prioritas Pelanggan Absolt (%) Absolt (%) Bobot Kecil < 1 kg Bobot Sedang (1 2,5 kg) Bentuk Bulat Warna Kulit Kuning Warna Kulit Hijau Kekuningan Warna Daging Hijau Muda Kekuningan Ketebalan Kulit Tipis Daging Tebal Tekstur Kulit Tidak Berjaring Tekstur Kulit Berjaring Kasar Tekstur Daging Berserat Halus Tekstur Daging Halus Tidak Berserat Kadar Air Sedikit Kadar Air Sedang Rasa Manis Sekali Rasa Manis Aroma Wangi Daya Simpan 5 10 Hari Total Berdasarkan Tabel 55, diperoleh hasil berupa prioritas persyaratan pelanggan terhadap buah melon tanpa jaring dan buah melon berjaring. Urutan prioritas persyaratan pelanggan dimulai dari persyaratan pelanggan yang memiliki bobot absolut terbesar sampai dengan persyaratan pelanggan yang memiliki bobot absolut terkecil. Urutan prioritas persyaratan pelanggan yang harus dipenuhi oleh pemulia melon dalam pengembangan varietas melon khususnya melon tanpa jaring yaitu : 1. Bobot kecil < 1kg dan bentuk bulat 2. Rasa manis sekali

130 Warna kulit kuning, daging tebal, dan tekstur daging berserat halus 4. Aroma wangi 5. Ketebalan kulit tipis, kadar air sedikit, dan daya simpan 5 10 hari 6. Warna daging hijau muda kekuningan dan tekstur kulit tidak berjaring Urutan prioritas persyaratan pelanggan yang harus dipenuhi oleh pemulia melon dalam pengembangan varietas melon khususnya melon berjaring yaitu : 1. Daging tebal 2. Ketebalan kulit tipis dan tekstur daging halus tidak berserat 3. Warna kulit hijau kekuningan 4. Aroma wangi 5. Rasa manis 6. Bobot sedang (1 2,5 kg), bentuk bulat, warna daging hijau muda kekuningan, tekstur kulit berjaring kasar, kadar air sedang, dan daya simpan 5 10 hari. Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB memiliki serangkaian program pemuliaan melon yang bertujuan untuk dapat menghasilkan varietas melon hibrida unggul yang sesuai dengan keinginan konsumen. Program ini terdiri dari beberapa tahapan. Tahapan pertama adalah pembentukan populasi dasar melalui persilangan beberapa tetua potensial yang memiliki sifat-sifat unggul yang diinginkan, kemudian dilanjutkan dengan selfing. Tahap kedua adalah pembentukan galur murni yang dilakukan melalui selfing dan seleksi sedikitnya lima generasi. Tahap berikutnya adalah pembentukan hibrida melalui persilangan antara galur-galur murni yang potensial. Tahap ini dilanjutkan dengan pengujian penampilan dari hibrida-hibrida tersebut, khususnya karakter

131 110 kualitas buah. Pada tahap ini, digunakan juga varietas komersial sebagai pembanding. Hibrida-hibrida yang lebih baik dari varietas pembanding dilanjutkan dengan pengujian atau adaptasi diberbagai lokasi dan musim, setelah melalui tahapan tersebut diperoleh varietas melon hibrida unggul yang dapat memenuhi semua keinginan konsumen Pengembangan Prioritas Persyaratan Teknik Langkah terakhir dalam membangun sebuah matriks HOQ adalah pengembangan prioritas persyaratan teknik dengan tujuan mengidentifikasi persyaratan teknik mana yang paling dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan pelanggan dan membutuhkan perbaikan. Prioritas persyaratan teknik berada di bawah penilaian kompetitif teknik. Prioritas persyaratan teknik meliputi derajat kesulitan, nilai sasaran, bobot absolut, dan bobot relatif Derajat Kesulitan Derajat kesulitan membantu mengevaluasi kemampuan untuk mengimplementasi perbaikan kesulitan. Derajat kesulitan menempati baris pertama prioritas persyaratan teknik. Derajat kesulitan ditentukan dengan memberikan skala likert empat tingkat kepada setiap persyaratan teknik. Derajat kesulitan diketahui melalui survei terhadap pemulia melon. Derajat kesulitan setiap persyaratan teknik dapat dilihat pada Tabel 56.

132 111 Tabel 56. Derajat Kesulitan Setiap Persyaratan Teknik Persyaratan Teknik Derajat Kesulitan Bobot 4 Bentuk 2 Panjang 3 Lingkar 3 Warna Kulit 3 Warna Daging 2 Ketebalan Kulit 3 Ketebalan Daging 3 Kepadatan Jala 3 Tekstur Daging 2 Kadar Air 3 Kadar PTT 3 Keterangan : 2 = Mudah, 3 = Sulit, 4 = Sangat Sulit Persyaratan teknik yang dinilai mudah untuk dipenuhi oleh pemulia adalah bentuk buah, warna daging buah, dan tekstur daging buah. Persyaratan teknik yang sulit untuk dipenuhi adalah panjang buah, lingkar buah, warna kulit buah, ketebalan kulit buah, ketebalan daging buah, kepadatan jala, kadar air, dan kadar PTT, sedangkan persyaratan teknik yang sangat sulit untuk dipenuhi hanya bobot buah. Kegiatan pemuliaan melon untuk memenuhi persyaratan pelanggan yang telah dipaparkan sebelumnya yaitu seleksi, persilangan, dan pengujian. Persyaratan teknik yang dapat dipenuhi melalui seleksi dan persilangan yaitu bobot buah, bentuk buah, panjang buah, lingkar buah, warna kulit buah, warna daging buah, ketebalan kulit buah, ketebalan daging buah, kepadatan jala, tekstur daging, kadar air, dan kadar PTT. Pengujian dilakukan selain untuk memperoleh informasi mengenai genotipe yang ada, juga diperlukan adanya pengkondisian lingkungan untuk melihat kemampuan tanaman terhadap lingkungan. Faktor lingkungan sangat besar perananya dalam masa pertumbuhan dan perkembangan tanaman melon dilapangan. Misalnya untuk menghasilkan bobot buah yang baik dengan

133 112 memperlebar jarak tanam khususnya pada saat musim hujan dengan tujuan untuk memperoleh sinar matahari yang cukup, tingkat kemanisan buah dapat dilakukan melalui pemupukan, dan sistem pengairan yang baik untuk pembentukan jaring yang sempurna dan buah tidak mudah pecah Nilai Sasaran Persyaratan Teknik Nilai sasaran persyaratan teknik merupakan nilai yang harus diperoleh untuk menghasilkan persyaratan teknik agar dapat menghasilkan kualitas produk yang sesuai dengan keinginan konsumen. Nilai sasaran ini berada di bawah derajat kesulitan dan ditentukan dengan menggunakan skala likert empat tingkat. Berdasarkan survei terhadap pemulia melon, diketahui nilai sasaran setiap persyaratan teknik dalam pemuliaan melon. Nilai sasaran setiap persyaratan teknik Bright Meta dan nilai sasaran setiap persyaratan teknik Golden Rock Meta dapat dilihat pada Tabel 57. Tabel 57. Nilai Sasaran Setiap Persyaratan Teknik Persyaratan Teknik Nilai Bright Meta Bright Meta Nilai Nilai Golden Sasaran Melon Bright Nilai Golden Rock Meta Golden Rock Meta Nilai Action 434 Nilai Sasaran Golden Rock Meta Meta Bobot Bentuk Panjang Lingkar Warna Kulit Warna Daging Ketebalan kulit Ketebalan daging Kepadatan jala Tekstur daging Kadar air Kadar PTT Keterangan : 3 = Baik, 4 = Sangat baik

134 113 Berdasarkan nilai sasaran setiap persyaratan teknik Bright Meta, menurut pemulia melon persyaratan teknik yang perlu perbaikan yaitu bobot buah, bentuk buah, dan kadar PTT karena Golden Melon dinilai sangat baik dibandingkan Bright Meta. Walaupun dinilai sama-sama baik persyaratan teknik yang juga perlu perbaikan yaitu panjang buah, lingkar buah, dan ketebalan daging buah sehingga bisa melebihi pesaingnya yaitu Golden Melon. Persyaratan teknik yang tidak memerlukan perbaikan yaitu warna kulit buah karena dinilai sama-sama sangat baik, sedangkan warna daging buah dan kadar air juga tidak memerlukan perbaikan karena dinilai lebih baik dibandingkan pesaingnya yaitu Golden Melon. Persyaratan teknik yang juga tidak perlu perbaikan yaitu ketebalan kulit buah, kepadatan jala, dan tekstur daging buah karena sudah dinilai sama-sama baik. Berdasarkan nilai sasaran setiap persyaratan teknik Golden Rock Meta, menurut pemulia melon persyaratan teknik yang perlu perbaikan yaitu lingkar buah dan ketebalan daging buah karena dinilai lebih buruk dibandingkan pesaingnya yaitu Action 434. Walaupun dinilai sama-sama baik, pemulia tetap ingin memperbaikinya agar menjadi lebih baik lagi dalam hal persyaratan teknik warna kulit buah. Persyaratan teknik ketebalan kulit juga perlu perbaikan karena dinilai sama-sama buruk sehingga bisa menjadi lebih baik lagi melebihi pesaingnya. Action 434 dinilai sangat baik dibandingkan Golden Rock Meta dalam hal peryaratan teknik bobot buah dan tekstur daging buah sehingga perlu perbaikan agar dapat menyamai Action 434. Persyaratan teknik yang tidak perlu dirubah antara lain warna daging buah dan kadar PTT karena dinilai sangat baik dibandingkan Action 434. Persyaratan teknik lain yang tidak perlu dirubah yaitu panjang buah, kepadatan jala, dan kadar

135 114 air buah karena dinilai sama-sama baik, sedangkan bentuk buah tidak perlu dirubah karena sudah nilai sama-sama sangat baik Bobot Absolut Persyaratan Teknik Bobot absolut untuk setiap persyaratan teknik ditentukan dengan mengalikan nilai simbol pada matriks hubungan antara persyaratan pelanggan dan persyaratan teknik, dengan kepentingan bagi pelanggan untuk setiap persyaratan pelanggan, kemudian dijumlahkan. Bobot absolut berada di atas bobot relatif pada prioritas persyaratan teknik. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bobot absolut setiap persyaratan teknik. Bobot absolut setiap persyaratan teknik buah melon tanpa jaring dan bobot absolut setiap persyaratan teknik buah melon berjaring dapat dilihat pada Tabel 58. Tabel 58. Bobot Absolut Setiap Persyaratan Teknik Buah Melon Buah Melon Tanpa Jaring Buah Melon Berjaring Persyaratan Bobot Persentase Prioritas Bobot Persentase Prioritas Teknik Absolut (%) Absolut (%) Bobot Bentuk Panjang Lingkar Warna Kulit Warna Daging Ketebalan Kulit Ketebalan Daging Kepadatan Jala Tekstur Daging Kadar Air Kadar PTT Total Berdasarkan Tabel 58, diperoleh urutan prioritas persyaratan teknik dalam pemuliaan melon berdasarkan bobot absolut. Urutan prioritas persyaratan teknik dimulai dari persyaratan teknik yang memiliki bobot absolut terbesar sampai dengan persyaratan teknik yang memiliki bobot absolut terkecil.

136 115 Urutan prioritas persyaratan teknik dalam pemuliaan melon berdasarkan bobot absolut khususnya melon tanpa jaring yaitu : 1. Bobot 2. Ketebalan daging 3. Kadar air 4. Warna kulit 5. Ketebalan kulit 6. Tekstur daging 7. Panjang, lingkar, dan kadar PTT 8. Bentuk 9. Warna daging dan kepadatan jala Urutan prioritas persyaratan teknik dalam pemuliaan melon berdasarkan bobot absolut khususnya melon berjaring yaitu : 1. Bobot 2. Ketebalan daging 3. Kadar air 4. Warna kulit 5. Ketebalan kulit 6. Tekstur daging, panjang, lingkar, dan kadar PTT 7. Bentuk 8. Warna daging dan kepadatan jala

137 Bobot Relatif Persyaratan Teknik Bobot relatif untuk setiap persyaratan teknik ditentukan dengan mengalikan nilai simbol pada matriks hubungan antara persyaratan pelanggan dan persyaratan teknik, dengan bobot absolut pada prioritas persyaratan pelanggan. Bobot relatif berada pada baris paling bawah dari prioritas persyaratan teknik. Pemulia melon perlu memusatkan perhatian pada persyaratan teknik melon tanpa jarring maupun berjaring yang memiliki nilai bobot absolut dan bobot relatif lebih tinggi. Perbedaan utama antara bobot absolut dan bobot relatif yaitu bobot relatif mencakup informasi tentang faktor skala kenaikan dan poin penjualan. Sejalan dengan derajat kesulitan teknik, keputusan dapat dibuat dengan memperhatikan di mana mengalokasikan sumber daya untuk perbaikan kualitas. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bobot relatif setiap persyaratan teknik. Bobot relatif setiap persyaratan teknik buah melon tanpa jaring dan bobot relatif setiap persyaratan teknik buah melon berjaring dapat dilihat pada Tabel 59. Tabel 59. Bobot Relatif Setiap Persyaratan Teknik Buah Melon Buah Melon Tanpa Jaring Buah Melon Berjaring Persyaratan Bobot Persentase Prioritas Bobot Persentase Prioritas Teknik Relatif (%) Relatif (%) Bobot Bentuk Panjang Lingkar Warna Kulit Warna Daging Ketebalan Kulit Ketebalan Daging Kepadatan Jala Tekstur Daging Kadar Air Kadar PTT Total

138 117 Berdasarkan Tabel 59, diperoleh urutan prioritas persyaratan teknik dalam pemuliaan melon berdasarkan bobot relatif. Urutan prioritas persyaratan teknik dimulai dari persyaratan teknik yang memiliki bobot relatif terbesar sampai dengan persyaratan teknik yang memiliki bobot relatif terkecil. Urutan prioritas persyaratan teknik dalam pemuliaan melon berdasarkan bobot relatif khususnya melon tanpa jaring yaitu : 1. Bobot 2. Ketebalan daging 3. Panjang dan lingkar 4. Bentuk 5. Kadar air 6. Ketebalan kulit 7. Warna kulit dan kadar PTT 8. Tekstur daging 9. Warna daging 10. Kepadatan jala Urutan prioritas persyaratan teknik dalam pemuliaan melon berdasarkan bobot relatif khususnya melon berjaring yaitu : 1. Bobot 2. Ketebalan daging 3. Kadar air 4. Ketebalan kulit 5. Warna kulit 6. Tekstur Daging

139 Bentuk 8. Panjang, lingkar, dan kadar PTT 9. Warna daging dan kepadatan jala Kegiatan pemuliaan melon mencakup seleksi, persilangan, dan pengujian. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan genotipe melon yang dapat memenuhi semua persyaratan teknik, sehingga pada akhirnya dapat memenuhi semua persyaratan pelanggan. Seleksi dan persilangan dilakukan untuk mendapatkan genotipe melon yang dapat memenuhi persyaratan teknik sesuai dengan urutan prioritasnya (berdasarkan nilai bobot absolut dan bobot relatif). Seleksi dan persilangan telah dilakukan, tahap selanjutnya adalah mengadakan pengujian. Pengujian berguna untuk memperoleh informasi mengenai genotipe yang perlu diseleksi, yang dijadikan tetua dalam hibridisasi selanjutnya, dan genotipe yang dapat dijadikan varietas melon yang memenuhi semua persyaratan teknik maupun persyaratan pelanggan. Langkah-langkah dalam mengimplementasikan metode QFD (penyusunan matriks HOQ) telah selesai dilakukan sehingga diperoleh matriks HOQ secara lengkap. Matriks HOQ ini digunakan dalam perencanaan varietas melon tanpa jaring maupun varietas melon berjaring. Matriks HOQ perencanaan varietas melon dapat dilihat pada Gambar 5.

140 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Alat perencanaan yang digunakan untuk memenuhi keinginan konsumen adalah Quality Function Deployment (QFD). Pada penelitian ini QFD digunakan sebagai alat perencanaan pengembangan varietas melon di Pusat Kajian Buahbuahan Tropika (PKBT) IPB. Penerapan metode QFD diawali dengan pembentukan matriks House Of Quality (HOQ). Matriks ini menerjemahkan apa yang diinginkan konsumen menjadi apa yang dihasilkan organisasi sehingga produk yang dihasilkan akan dapat memenuhi keinginan konsumen. Langkahlangkah penyusunan matriks HOQ dalam pengembangan varietas melon meliputi tujuah langkah. Langkah pertama dimulai dengan penyusunan persyaratan pelanggan (ideotipe buah melon yang diinginkan konsumen), langkah kedua penyusunan persyaratan teknik, langkah ketiga mengembangkan matriks hubungan antara persyaratan pelanggan dan persyaratan teknik, langkah keempat mengembangkan matriks hubungan antar persyaratan teknik, langkah kelima melakukan penilaian kompetitif, langkah keenam mengembangkan prioritas persyaratan pelanggan dan langkah ketujuah atau langkah terakhir adalah mengembangkan prioritas persyaratan teknik. Konsumen dalam penelitian ini dibagi dua yaitu konsumen lembaga (konsumen benih) dan konsumen bukan lembaga. Berdasarkan hasil penyusunan persyaratan pelanggan (ideotipe buah melon yang diinginkan konsumen)

141 121 diketahui bahwa buah melon yang diinginkan oleh konsumen lembaga adalah buah melon tanpa jaring, sedangkan buah melon yang diinginkan oleh konsumen bukan lembaga adalah buah melon berjaring. Berdasarkan bobot absolut persyaratan pelanggan, urutan prioritas persyaratan pelanggan yang harus dipenuhi oleh PKBT IPB dalam pengembangan varietas melon (pemuliaan melon) khususnya melon tanpa jaring yaitu bobot kecil < 1kg, bentuk bulat, rasa manis sekali, warna kulit kuning, daging tebal, tekstur daging berserat halus, aroma wangi, ketebalan kulit tipis, kadar air sedikit, daya simpan 5 10 hari, warna daging hijau muda kekuningan dan tekstur kulit tidak berjaring. Berdasarkan bobot absolut persyaratan pelanggan, urutan prioritas persyaratan pelanggan yang harus dipenuhi oleh PKBT IPB dalam pengembangan varietas melon (pemuliaan melon) khususnya melon berjaring yaitu daging tebal, ketebalan kulit tipis, tekstur daging halus tidak berserat, warna kulit hijau kekuningan, aroma wangi, rasa manis, bobot sedang (1 2,5 kg), bentuk bulat, warna daging hijau muda kekuningan, tekstur kulit berjaring kasar, kadar air sedang, dan daya simpan 5 10 hari. Berdasarkan bobot absolut persyaratan teknik, urutan prioritas persyaratan teknik yang harus dipenuhi oleh PKBT IPB dalam pengembangan varietas melon (pemuliaan melon) khususnya melon tanpa jaring yaitu bobot, ketebalan daging, kadar air, warna kulit, ketebalan kulit, tekstur daging, panjang, lingkar, kadar PTT, bentuk, warna daging, dan kepadatan jala. Berdasarkan bobot absolut persyaratan teknik, urutan prioritas persyaratan teknik yang harus dipenuhi oleh PKBT IPB dalam pengembangan varietas melon (pemuliaan melon) khususnya

142 122 melon berjaring yaitu bobot, ketebalan daging, kadar air, warna kulit, ketebalan kulit, tekstur daging, panjang, lingkar, kadar PTT, bentuk, warna daging, dan kepadatan jala. Berdasarkan bobot relatif persyaratan teknik, urutan prioritas persyaratan teknik yang harus dipenuhi oleh PKBT IPB dalam pengembangan varietas melon (pemuliaan melon) khususnya melon tanpa jaring yaitu bobot, ketebalan daging, panjang, lingkar, bentuk, kadar air, ketebalan kulit, warna kulit, kadar PTT, tekstur daging, warna daging, dan kepadatan jala. Berdasarkan bobot relatif persyaratan teknik, urutan prioritas persyaratan teknik yang harus dipenuhi oleh PKBT IPB dalam pengembangan varietas melon (pemuliaan melon) khususnya melon berjaring yaitu bobot, ketebalan daging, kadar air, ketebalan kulit, warna kulit, tekstur daging, bentuk, panjang, lingkar, kadar PTT, warna daging, dan kepadatan jala. Kendala yang dihadapi dalam penerapan metode QFD pada produk pertanian yaitu bahwa produk yang diinginkan oleh konsumen sesuai dengan hasil matriks HOQ-nya tidak bisa langsung dihasilkan karena memerlukan waktu yang lama dalam proses pembuatannya tidak seperti produk-produk non pertanian. 7.2 Saran 1. Pemuliaan melon dalam penelitian ini adalah PKBT IPB dapat menggunakan matriks HOQ perencanaan varietas melon yang dihasilkan untuk merumuskan perencanaan varietas melon dalam kegiatan pengembangan varietas melon. 2. Implementasi metode QFD dalam pengembangan varietas melon yang tidak dilakukan dalam penelitian ini dapat dilanjutkan dengan menyusun ketiga

143 123 matriks HOQ selanjutnya, yaitu matriks pengembangan bagian, matriks perencanaan proses, dan matriks perencanaan produksi, sampai dihasilkan varietas melon yang dapat memenuhi keinginan konsumen. 3. Berdasarkan matriks HOQ, varietas melon Bright Meta dan varietas melon Golden Rock Meta belum dapat memenuhi keinginan konsumen. Oleh karena itu pemulia harus melakukan seleksi dan persilangan agar dapat menghasilkan varietas melon yang dapat memenuhi keinginan konsumen, dengan memperhatikan matriks HOQ perencanaan varietas melon yang dihasilkan pada penelitian ini, terutama pada bobot dan rasa buahnya.

144 124 DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Buku Pedoman Pencacah Kor Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Badan Pusat Statistik. Jakarta- Indonesia Kota Bogor Dalam Angka Badan Pusat Statistik. Bogor-Indonesia. Batubara, Siti C Membangun Kepuasan Pelanggan Melalui Quality Function Deployment : Kasus Restoran Hoka-hoka Bento. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Departemen Pertanian Ekspor Komoditi Hortikultura Indonesia Tahun Departemen Pertanian Republik Indonesia. Jakarta Statistik Hortikultura Tahun 2005 (Angka Tetap). Direktorat Jenderal Hortikultura. Departemen Pertanian Republik Indonesia. Jakarta. Direktorat Jenderal Hortikultura Ekspor Melon. Jakarta Impor Benih Melon. Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi. Direktorat Jenderal Hortikultura. Jakarta Standar Mutu Melon, Semangka, Markisa Segar, dan Laporan Sinkronisasi Direktorat Tanaman Buah. Jakarta. Goetsch, David L and Davis, Stanley B Quality Management : Introduction to Total Quality Management for Production Processing and Services. Third Edition. Prentice Hall. New Jersey. Kotler, Philip Manajemen Pemasaran. Edisi Kesebelas. Index. Jakarta. Marimin Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Martias, Devi Y Analisis Preferensi Konsumen dan Perilaku Konsumsi Buah-buahan pada Masyarakat Kelas Atas (Studi Kasus di Kompleks Pemukiman Villa Duta, Kelurahan Baranagsiang, Kecamatan Bogor Timur, Kotamadya Bogor). Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor

145 125 Muhtar, Muhammad A Evaluasi Karakteristik Hortikultura 20 Hibrida Melon (Cucumis melo L.) Hasil Pemuliaan Pusat Kajian Buah-buahan Tropika IPB. Skripsi. Jurusan Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Muspitawati, Heti Kajian Strategi Peningkatan Kualitas Produk Industri Sayuran Segar (Studi Kasus di PT Saung Mirwan, Ciawi, Bogor). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nasution, Muhammad N Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management). Ghalia Indonesia. Jakarta. Oakland, John S Total Quality Management : The Route to Improving Performance. Second Edition. Butterworth-Heinemann. Oxford. Poerwanto, Roedhy Peran Manajemen Budidaya Tanaman dalam Peningkatan Ketersediaan dan Mutu Buah-buahan. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Prajnanta, Final Melon, Pemeliharaan Secara Intensif dan Kiat Sukses Beragribisnis. Penebar Swadaya. Jakarta. Pusat Kajian Buah-buahan Tropika Laporan Utama Riset Unggulan Strategi Nasional Pengembangan Buah-buahan Unggulan Indonesia Tahun Kerjasama Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia dengan Pusat Kajian Buah-buahan Tropika Lembaga Penelitian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rahmawati, Afifah Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Atribut Buah-buahan di Kota Madya Bogor. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Render, Barry dan Heizer, Jay Prinsip-prinsip Manajemen Operasi Edisi Pertama. Salemba Empat. Jakarta. Saleh, Zulfikar Kajian Preferensi Konsumen Terhadap Buah-buahan di Hero Pajajaran Bogor. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Setiadi dan Parimin S. P Bertanam Melon. Penebar Swadaya. Jakarta. Silvana, Fidelia Pengembangan Varietas Pepaya dengan Mengantisipasi Keinginan Pelanggan (Penerapan Metode Quality Function Deployment). Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

146 126 Simanjuntak, Mayer F Penerapan Metode Quality Function Deployment (QFD) dalam Pengembangan Varietas Nenas. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

147

148 Lampiran 1. Struktur Organisasi Pusat Kajian Buah-buahan Tropika LPPM IPB STRUKTUR ORGANISASI PUSAT KAJIAN BUAH-BUAHAN TROPIKA LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT INSTITUT PERTANIAN BOGOR REKTOR KETUA LPPM KEPALA PUSAT SEKRETARIS PUSAT ADMINISTRASI DAN INFORMASI KEPALA DIVISI PEMULIAAN TANAMAN KEPALA DIVISI PENGEMBANGAN TEKNOLOGI KEPALA DIVISI PEMASARAN DAN KERJASAMA PENELITI

149 128 Lampiran 2. Melon Tanpa Jaring Hibrida 52 Nama varietas : Bright Meta Nama varietas :GoldenMelon Bentuk batang : persegi Bentuk batang : persegi Diameter batang : 10 mm Diameter batang : 10.7 mm Warna batang : hijau Warna bantang : Hijau Bentuk daun : bulat telur Bentuk daun : Bulat Tepi daun : bergerigi Tepi daun : Berombak Ujung daun : tumpul Ujung daun : Tumpul Warna daun : hijau Warna daun : Hijau Permukaan daun : kasap Permukaan daun : Kasap Umur berbunga jantan: 18 HSPT Umur berbunga jantan: 17 HSPT Umur berbunga betina: 33 HSPT Umur berbunga betina: 24 HSPT Umur panen : 62 HSPT Umur panen : 60 HSPT Bentuk buah : lonjong Bentuk buah : Bulat Panjang buah : 16.0 cm Panjang buah : 13.0 cm Diameter buah : 12.0 cm Diameter buah : 10.0 cm Lingkar buah : 37.8 cm Lingkar buah : 33.0 cm Tipe kulit buah : tidak berjala Tipe kulit buah : tidak berjala Warna kulit muda : hijau Warna kulit muda : Hijau Warna kulit tua : kuning Warna kulit tua : Kuning Ketebalan kulit : 4 mm Ketebalan kulit : 5 mm Ketebalan daging : 20 mm Ketebalan daging : 20 mm Warna daging : hijau muda Warna daging : putih Tekstur daging : crispy Tekstur daging : crispy Aroma buah : tidak wangi Aroma buah : tidak wangi PTT ( 0 Brix) : 14.5 PTT ( 0 Brix) : 16.0 Bobot buah : kg Bobot buah : 0.75 kg Daya simpan buah : 14 hari Daya simpan buah : hari

150 129 Lampiran 3. Melon Berjaring Hibrida Hibrida Nama varietas : Golden Rock Meta Nama varietas : Action 434 Bentuk batang : persegi lima Bentuk batang : persegi lima Diameter batang : 1 cm Diameter batang : 10 cm Warna batang : hijau Warna batang : hijau Bentuk daun : bulat telur Bentuk daun : bulat Tepi daun : ombak Tepi daun : berombak Ujung daun : tumpul Ujung daun : membulat Warna daun : hijau Warna daun : hijau Permukaan daun : kasap Permukaan daun : kasap Umur berbunga jantan: 17 HSPT Umur berbunga jantan: 16 HSPT Umur berbunga betina: 32 HSPT Umur berbunga betina: 30 HSPT Umur panen : 64 hari Umur panen : 67 hari Bentuk buah : bulat Bentuk buah : bulat Panjang buah : 15.5 cm Panjang buah : cm Diamter buah : 14.9 cm Diamter buah : cm Lingkar buah : 43.2 cm Lingkar buah : cm Tipe kulit buah : berjala Tipe kulit buah : berjala Warna kulit muda : hijau Warna kulit muda : hijau Warna kulit tua : hijau Warna kulit tua : hijau Ketebalan kulit : 9 mm Ketebalan kulit : 9 mm Ketebalan daging : 21 mm Ketebalan daging : 30 mm Warna daging : jingga Warna daging : hijau muda Tekstur daging : berserat halus Tekstur daging : berserat halus Aroma buah : tidak wangi Aroma buah : tidak wangi PTT ( 0 Brix) : 13.0 PTT ( 0 Brix) : 7.17 Bobot buah : kg Bobot buah : 1.53 kg Daya simpan buah : 10 hari Daya simpan buah : 8 hari

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon Melon (Cucumis melo L.) berasal dari daerah Mediterania kemudian menyebar luas ke Timur Tengah dan Asia. Akhirnya, tanaman melon menyebar ke segala

Lebih terperinci

METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) UNTUK INFORMASI PENYEMPURNAAN PERAKITAN VARIETAS MELON

METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) UNTUK INFORMASI PENYEMPURNAAN PERAKITAN VARIETAS MELON 48 Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007) METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) UNTUK INFORMASI PENYEMPURNAAN PERAKITAN VARIETAS MELON Yayah K. Wagiono 1 dan Hamrah 2

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang

I. PENDAHULUAN. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang peranan penting bagi pembangunan pertanian di Indonesia. Fungsi buah-buahan sangat penting bagi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang Sektor pertanian Indonesia terdiri dari enam sub sektor, yaitu sub sektor

PENDAHULUAN. Latar Belakang Sektor pertanian Indonesia terdiri dari enam sub sektor, yaitu sub sektor I 1.1. PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian Indonesia terdiri dari enam sub sektor, yaitu sub sektor tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan, dan perikanan. Hortikultura sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buahan juga bersifat spesifik lokasi, responsif terhadap teknologi maju, produk

BAB I PENDAHULUAN. buahan juga bersifat spesifik lokasi, responsif terhadap teknologi maju, produk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditi buah buahan mempunyai keragaman dalam jenisnya serta memiliki nilai ekonomi yang tinggi dibandingkan dengan tanaman pangan. Selain itu, buah buahan juga bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi berarti peluang pasar internasional bagi produk dalam negeri dan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi berarti peluang pasar internasional bagi produk dalam negeri dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi membuat keterkaitan ekonomi nasional dengan perekonomian internasional menjadi makin erat. Dalam skala nasional, globalisasi berarti peluang pasar internasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan perekonomian pada suatu negara akan didukung dengan kegiatan-kegiatan

I. PENDAHULUAN. Kegiatan perekonomian pada suatu negara akan didukung dengan kegiatan-kegiatan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan perekonomian pada suatu negara akan didukung dengan kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh negara tersebut. Di Indonesia, sektor pertanian memegang peranan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis, oleh karena itu Indonesia memiliki keanekaragaman buah-buahan tropis. Banyak buah yang dapat tumbuh di Indonesia namun tidak dapat tumbuh

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Oleh : MAYA ANDINI KARTIKASARI NRP. A14105684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskanberdasarkanlatarbelakangdanrumusanmasalah, Indonesia mempunyai banyak wilayah yang dapat dijadikan sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskanberdasarkanlatarbelakangdanrumusanmasalah, Indonesia mempunyai banyak wilayah yang dapat dijadikan sebagai lahan 1 BAB I PENDAHULUAN Padababiniakandibahasmengenaipendahuluan merupakanbagianawaldarisuatupenelitian. pendahuluaniniterdiridarilatarbelakangmasalah yang Bab yang menjelaskantimbulnyaalasan-alasanmasalah

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT IKAN SEGAR DI PT. HERO SUPERMARKET (Kasus di Hero Pajajaran, Bogor) Oleh : SYARIFUDDIN A

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT IKAN SEGAR DI PT. HERO SUPERMARKET (Kasus di Hero Pajajaran, Bogor) Oleh : SYARIFUDDIN A ANALISIS PERILAKU KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT IKAN SEGAR DI PT. HERO SUPERMARKET (Kasus di Hero Pajajaran, Bogor) Skripsi Oleh : SYARIFUDDIN A.074999.043 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN SAYURAN DI PASAR TRADISIONAL ( Studi Kasus Di Pasar Baru Bogor) Oleh : FITRIA FISSAMAWATI A

ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN SAYURAN DI PASAR TRADISIONAL ( Studi Kasus Di Pasar Baru Bogor) Oleh : FITRIA FISSAMAWATI A ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN SAYURAN DI PASAR TRADISIONAL ( Studi Kasus Di Pasar Baru Bogor) Oleh : FITRIA FISSAMAWATI A 14105548 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA. Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA. Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A07400606 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS BENCHMARKING BISNIS KOMPETITIF STEAK (Studi Kasus Obonk Steak and Ribs di Bogor, Jawa Barat) Oleh : ZULKA AFIFFEY A

ANALISIS BENCHMARKING BISNIS KOMPETITIF STEAK (Studi Kasus Obonk Steak and Ribs di Bogor, Jawa Barat) Oleh : ZULKA AFIFFEY A ANALISIS BENCHMARKING BISNIS KOMPETITIF STEAK (Studi Kasus Obonk Steak and Ribs di Bogor, Jawa Barat) Oleh : ZULKA AFIFFEY A14105629 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) yaitu di Gabungan Kelompok Tani Sugih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah) 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Sektor pertanian adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produktivitas buah-buahan nasional di Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produktivitas buah-buahan nasional di Indonesia memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan produktivitas buah-buahan nasional di Indonesia memiliki urgensi penting karena dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, konsumsi buah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produk hortikultura memiliki peranan penting bagi pembangunan pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Produk hortikultura memiliki peranan penting bagi pembangunan pertanian yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produk hortikultura memiliki peranan penting bagi pembangunan pertanian yang meliputi buah-buahan dan sayuran. Buah-buahan berfungsi penting dalam proses metabolisme tubuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang Pepaya merupakan salah satu komoditi buah penting dalam perekonomian Indonesia. Produksi buah pepaya nasional pada tahun 2006 mencapai 9.76% dari total produksi buah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tren produksi buah-buahan semakin meningkat setiap tahunnya, hal ini disebabkan terjadinya kenaikan jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Perkembangan tersebut tampak pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah-buahan merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, PDB komoditi

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA. Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A

STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA. Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A 14104631 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian. Ekspor negara Indonesia banyak dihasilkan dari sektor pertanian, salah satunya hortikultura

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR Oleh PITRI YULIAN SARI H 34066100 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang mampu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris,

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris, sehingga pemerintah memprioritaskan pembangunan bidang ekonomi yang menitikberatkan pada sektor pertanian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah karena memiliki peranan yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi jangka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

KESENJANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR PRODUK PERTANIAN ANTARA KAWASAN BARAT DENGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA. Disusun Oleh: Ainun Mardiah A

KESENJANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR PRODUK PERTANIAN ANTARA KAWASAN BARAT DENGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA. Disusun Oleh: Ainun Mardiah A KESENJANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR PRODUK PERTANIAN ANTARA KAWASAN BARAT DENGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA Disusun Oleh: Ainun Mardiah A14303053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS POSISI PRODUK SUSU BUBUK WYETH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BAURAN PEMASARAN (Kasus Tiga Supermarket di Kota Bogor)

ANALISIS POSISI PRODUK SUSU BUBUK WYETH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BAURAN PEMASARAN (Kasus Tiga Supermarket di Kota Bogor) ANALISIS POSISI PRODUK SUSU BUBUK WYETH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BAURAN PEMASARAN (Kasus Tiga Supermarket di Kota Bogor) Oleh: NAOMI MUTIARA ERITA S. A14103571 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK (Kasus : Rumah Makan di Kota Bogor) EKO SUPRIYANA A.14101630 PROGRAM STUDI EKSTENSI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara maritim terbesar di dunia. Sektor Perikanan dan Kelautan adalah salah satu sektor andalan yang dijadikan pemerintah sebagai salah

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI KEDELAI NASIONAL SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA KEDELAI NASIONAL.

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI KEDELAI NASIONAL SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA KEDELAI NASIONAL. PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI KEDELAI NASIONAL SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA KEDELAI NASIONAL Oleh : DEDY MARETHA A14104530 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN KAPSUL HERBAL DR LIZA (Studi Kasus Hotel Salak The Heritage Bogor, Jawa Barat)

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN KAPSUL HERBAL DR LIZA (Studi Kasus Hotel Salak The Heritage Bogor, Jawa Barat) ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN KAPSUL HERBAL DR LIZA (Studi Kasus Hotel Salak The Heritage Bogor, Jawa Barat) Oleh : Zahakir Haris A14104638 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR. Oleh : AMATU AS SAHEDA A

PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR. Oleh : AMATU AS SAHEDA A PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR Oleh : AMATU AS SAHEDA A14105511 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara agraris yang sebagian besar masyarakatnya hidup pada sektor pertanian. Saat ini sektor pertanian sangat prospektif untuk dikembangkan, karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

PERAMALAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BUAH INDONESIA. Oleh: Taufan S Nusantara A

PERAMALAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BUAH INDONESIA. Oleh: Taufan S Nusantara A PERAMALAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BUAH INDONESIA Oleh: Taufan S Nusantara A14103703 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan hortikuktura diharapkan mampu menambah pangsa pasar serta berdaya

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) Oleh : MAROJIE FIRWIYANTO A 14105683 PROGRAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilakan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Secara sempit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlebih keuntungan dalam sektor pertanian. Sektor pertanian terutama

BAB I PENDAHULUAN. terlebih keuntungan dalam sektor pertanian. Sektor pertanian terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki iklim tropis yang banyak memberikan keuntungan, terlebih keuntungan dalam sektor pertanian. Sektor pertanian terutama hortikultura seperti buah-buahan,

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRODUK YOU C 1000 (Studi Kasus Mahasiswa Strata Satu Institut Pertanian Bogor) Oleh : Prawira Atma Negara A

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRODUK YOU C 1000 (Studi Kasus Mahasiswa Strata Satu Institut Pertanian Bogor) Oleh : Prawira Atma Negara A ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRODUK YOU C 1000 (Studi Kasus Mahasiswa Strata Satu Institut Pertanian Bogor) Oleh : Prawira Atma Negara A 14105587 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP KINERJA ORGANISASI KELOMPOK USAHA TANAMAN HIAS AKUARIUM (KUTHA) BUNGA AIR DI DESA CIAWI, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP KINERJA ORGANISASI KELOMPOK USAHA TANAMAN HIAS AKUARIUM (KUTHA) BUNGA AIR DI DESA CIAWI, KABUPATEN BOGOR ANALISIS PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP KINERJA ORGANISASI KELOMPOK USAHA TANAMAN HIAS AKUARIUM (KUTHA) BUNGA AIR DI DESA CIAWI, KABUPATEN BOGOR Oleh : Topan Candra Negara A14105618 PROGRAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus)

KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus) KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian sebagai penyedia bahan baku untuk sektor industri. Produksi sektor

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian sebagai penyedia bahan baku untuk sektor industri. Produksi sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara agraris yang dalam penerapannya mengandalkan sektor pertanian dalam menopang serta sumber mata pencaharian bagi masyarakat. Sektor pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN menunjukkan bahwa masih rendahnya kepercayaan atau loyalitas konsumen

I. PENDAHULUAN menunjukkan bahwa masih rendahnya kepercayaan atau loyalitas konsumen I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin maraknya buah-buahan impor masuk ke pasar dalam negeri menunjukkan bahwa masih rendahnya kepercayaan atau loyalitas konsumen terhadap kualitas buah-buahan lokal.

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A14105608 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Oleh : AYU LESTARI A14102659 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar paling utama bagi manusia adalah kebutuhan pangan. Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun

Lebih terperinci

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP ROKOK KRETEK DI KECAMATAN BOGOR BARAT. Oleh : Muser Hijrah Fery Andi A

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP ROKOK KRETEK DI KECAMATAN BOGOR BARAT. Oleh : Muser Hijrah Fery Andi A ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP ROKOK KRETEK DI KECAMATAN BOGOR BARAT Oleh : Muser Hijrah Fery Andi A.14102695 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

OPTIMALISASI DISTRIBUSI SAYURAN DAN BUAH PADA SENTRA AGRO MANDIRI DI KOTA BOGOR. Oleh : Irwan Firdaus A

OPTIMALISASI DISTRIBUSI SAYURAN DAN BUAH PADA SENTRA AGRO MANDIRI DI KOTA BOGOR. Oleh : Irwan Firdaus A OPTIMALISASI DISTRIBUSI SAYURAN DAN BUAH PADA SENTRA AGRO MANDIRI DI KOTA BOGOR Oleh : Irwan Firdaus A 14104572 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN KONSUMEN KOPI BUBUK INSTAN (KASUS DI GIANT BOTANI SQUARE, BOGOR) Oleh: NURRAYYAN ARMADA A

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN KONSUMEN KOPI BUBUK INSTAN (KASUS DI GIANT BOTANI SQUARE, BOGOR) Oleh: NURRAYYAN ARMADA A FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN KONSUMEN KOPI BUBUK INSTAN (KASUS DI GIANT BOTANI SQUARE, BOGOR) Oleh: NURRAYYAN ARMADA A14105695 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR. Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR. Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A 14105563 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN MARTABAK AIR MANCUR BOGOR (Kasus Cabang Jl.Pajajaran dan Cabang Jl. Sudirman) Oleh SAN SARY A

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN MARTABAK AIR MANCUR BOGOR (Kasus Cabang Jl.Pajajaran dan Cabang Jl. Sudirman) Oleh SAN SARY A ANALISIS PERILAKU KONSUMEN MARTABAK AIR MANCUR BOGOR (Kasus Cabang Jl.Pajajaran dan Cabang Jl. Sudirman) Oleh SAN SARY A 14103585 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A 1 ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A14104104 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, 2007.

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, 2007. Lampiran 1 Lokasi Stasiun Iklim di Provinsi Jawa Barat. Lokasi Kabupaten Bujur Lintang Tinggi (mdpl) Pacet Cianjur 107 o 05 E 06 o 73 S 1150 Citeko Bogor 106 o 94 E 06 o 70 S 920 Geofisika Bandung 107

Lebih terperinci

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A 14103696 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lndonesia pada tahun 1794, di daerah-daerah dataran tinggi seperti

I. PENDAHULUAN. lndonesia pada tahun 1794, di daerah-daerah dataran tinggi seperti I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kentang (Solanurn tuberosurn L.) merupakan salah satu komoditi hortikultura penting di dunia. Tanaman ini pertama kali ditanam di lndonesia pada tahun 1794, di daerah-daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan kekayaannya termasuk kekayaan tentang makanan tradisional, banyak makanan tradisional yang tidak dijumpai di negara lain

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA. Oleh: JUMINI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA. Oleh: JUMINI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA Oleh: A 14105565 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di Indonesia. Menurut Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (1990) menyatakan

I. PENDAHULUAN. di Indonesia. Menurut Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (1990) menyatakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang penting di Indonesia. Sektor ini memegang peranan penting dalam perekonomian, seperti kontribusi terhadap peningkatan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN PASOKAN BELIMBING SEGAR BERDASARKAN PERAMALAN TIME SERIES PADA PT. SEWU SEGAR NUSANTARA

MANAJEMEN PERSEDIAAN PASOKAN BELIMBING SEGAR BERDASARKAN PERAMALAN TIME SERIES PADA PT. SEWU SEGAR NUSANTARA MANAJEMEN PERSEDIAAN PASOKAN BELIMBING SEGAR BERDASARKAN PERAMALAN TIME SERIES PADA PT. SEWU SEGAR NUSANTARA Oleh AHMAD IMAM AMRULLAH HAKIM A.14102655 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN PRODUK CREPE (Kasus: D Crepes dan Crepes Co Pangrango Plaza - Bogor)

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN PRODUK CREPE (Kasus: D Crepes dan Crepes Co Pangrango Plaza - Bogor) ANALISIS PERILAKU KONSUMEN SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN PRODUK CREPE (Kasus: D Crepes dan Crepes Co Pangrango Plaza - Bogor) Oleh: ARYA SAJIWA A14103660 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang sangat mudah untuk

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang sangat mudah untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang sangat mudah untuk ditanami berbagai macam tumbuhan dan buah-buahan. Sebagai negara pertanian, pertumbuhan ekonomi nasional

Lebih terperinci

DAMPAK PENGHAPUSAN TARIF IMPOR KEDELAI DI INDONESIA

DAMPAK PENGHAPUSAN TARIF IMPOR KEDELAI DI INDONESIA DAMPAK PENGHAPUSAN TARIF IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh: RONI A 14105600 PROGRAM SARJANA EKTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN RONI, Dampak Penghapusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai agroekologi dataran rendah sampai dataran tinggi yang hampir semua dapat menghasilkan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai agroekologi dataran rendah sampai dataran tinggi yang hampir semua dapat menghasilkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai agroekologi dataran rendah sampai dataran tinggi yang hampir semua dapat menghasilkan buah-buahan. Indonesia menghasilkan banyak jenis buah-buahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang memiliki lahan pertanian cukup luas dengan hasil pertanian yang melimpah. Pisang merupakan salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg) I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai keanekaragaman sumberdaya hayati yang berlimpah. Terdapat banyak sekali potensi alam yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEPUNG TULANG IKAN MADIDIHANG (Thunnus albacares) SEBAGAI SUPLEMEN DALAM PEMBUATAN BISKUIT (CRACKERS) Oleh : Nurul Maulida C

PEMANFAATAN TEPUNG TULANG IKAN MADIDIHANG (Thunnus albacares) SEBAGAI SUPLEMEN DALAM PEMBUATAN BISKUIT (CRACKERS) Oleh : Nurul Maulida C PEMANFAATAN TEPUNG TULANG IKAN MADIDIHANG (Thunnus albacares) SEBAGAI SUPLEMEN DALAM PEMBUATAN BISKUIT (CRACKERS) Oleh : Nurul Maulida C34101045 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional saat ini dihadapkan pada tantangan berupa kesenjangan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional saat ini dihadapkan pada tantangan berupa kesenjangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional saat ini dihadapkan pada tantangan berupa kesenjangan masalah kemiskinan dan tantangan dampak krisis ekonomi yang ditandai dengan tingginya tingkat

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PERUSAHAAN AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) MEREK CITRABAS DELUXE (Studi Kasus di PT. Buana Tirta Abadi Jakarta)

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PERUSAHAAN AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) MEREK CITRABAS DELUXE (Studi Kasus di PT. Buana Tirta Abadi Jakarta) ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PERUSAHAAN AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) MEREK CITRABAS DELUXE (Studi Kasus di PT. Buana Tirta Abadi Jakarta) Oleh : CITRA WIDYALESTARI A 14105522 PROGRAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A 14105605 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI PEPAYA (Carica papaya) DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT. CIPTA DAYA AGRI JAYA DI BOGOR JAWA BARAT

ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI PEPAYA (Carica papaya) DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT. CIPTA DAYA AGRI JAYA DI BOGOR JAWA BARAT ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI PEPAYA (Carica papaya) DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT. CIPTA DAYA AGRI JAYA DI BOGOR JAWA BARAT OLEH : EDWIN HAPOSAN A14102671 POGRAM EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai kekayaan hayati yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian dibidang pertanian. Sektor

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan yang bidang pekerjaannya berhubungan dengan pemanfaatan alam sekitar dengan menghasilkan produk pertanian yang diperlukan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan strategis di Indonesia. Arti strategis tersebut salah satunya terlihat dari banyaknya kedelai yang diolah menjadi berbagai

Lebih terperinci

PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI

PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI DWIANA SILVI LEUNAWATI A14103669 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil menengah dan koperasi serta

I. PENDAHULUAN. komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil menengah dan koperasi serta 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian di bidang pangan khususnya hortikultura pada saat ini ditujukan untuk memantapkan swasembada pangan, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan memperbaiki

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI. Oleh : DEVI KUNTARI NPM :

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI. Oleh : DEVI KUNTARI NPM : ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI Oleh : DEVI KUNTARI NPM : 0824010021 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JATIM

Lebih terperinci

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP AGLAONEMA HIBRIDA LOKAL (Kasus Konsumen Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan) OLEH:

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP AGLAONEMA HIBRIDA LOKAL (Kasus Konsumen Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan) OLEH: ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP AGLAONEMA HIBRIDA LOKAL (Kasus Konsumen Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan) OLEH: NISA SOFIANI A 14105582 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agribisnis buah-buahan Indonesia saat ini dan masa mendatang akan banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses globalisasi, proses yang ditandai

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT PERKEBUNAN NUSANTARA VIII (Di Perkebunan Cisalak Baru-Bantarjaya, Kabupaten Lebak)

ANALISIS KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT PERKEBUNAN NUSANTARA VIII (Di Perkebunan Cisalak Baru-Bantarjaya, Kabupaten Lebak) ANALISIS KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT PERKEBUNAN NUSANTARA VIII (Di Perkebunan Cisalak Baru-Bantarjaya, Kabupaten Lebak) Oleh : ASTRID INDAH LESTARI A14103027 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

ANALISIS SENSITIVITAS HARGA DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINYAK GORENG MEREK BIMOLI DI KOTA BOGOR INDRA UTAMA NASUTION A.

ANALISIS SENSITIVITAS HARGA DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINYAK GORENG MEREK BIMOLI DI KOTA BOGOR INDRA UTAMA NASUTION A. ANALISIS SENSITIVITAS HARGA DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINYAK GORENG MEREK BIMOLI DI KOTA BOGOR INDRA UTAMA NASUTION A. 14103550 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK

ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK (Studi Kasus: Desa Nanggerang, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) Oleh : TANTRI MAHARANI A14104624 PROGAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

OPTIMALISASI WAKTU PADA PROSES PEMBUATAN KERIPIK BUAH APEL (Pyrus malus L) DENGAN VACUUM FRYING

OPTIMALISASI WAKTU PADA PROSES PEMBUATAN KERIPIK BUAH APEL (Pyrus malus L) DENGAN VACUUM FRYING TUGAS AKHIR OPTIMALISASI WAKTU PADA PROSES PEMBUATAN KERIPIK BUAH APEL (Pyrus malus L) DENGAN VACUUM FRYING The Optimalize of time in the Process of Manifacturing Apple Chips With Vacuum Frying Diajukan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT Oleh NORA MERYANI A 14105693 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR. Oleh : Endang Pudji Astuti A

ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR. Oleh : Endang Pudji Astuti A ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR Oleh : Endang Pudji Astuti A14104065 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS POSITIONING MINUMAN SERBUK INSTAN MARIMAS

ANALISIS POSITIONING MINUMAN SERBUK INSTAN MARIMAS ANALISIS POSITIONING MINUMAN SERBUK INSTAN MARIMAS (SURVEY : JAKARTA DAN BOGOR) LINDA SUMIATI PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN LINDA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi wilayah (Badan Litbang Pertanian

Lebih terperinci