ANALISIS RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI ANGGREK DENDROBIUM PADA PERMATA ANGGREK DI KOTA BOGOR PROVINSI JAWA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI ANGGREK DENDROBIUM PADA PERMATA ANGGREK DI KOTA BOGOR PROVINSI JAWA BARAT"

Transkripsi

1 ANALISIS RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI ANGGREK DENDROBIUM PADA PERMATA ANGGREK DI KOTA BOGOR PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI WELFRIN CHANRILO PANGGABEAN H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 i

2 RINGKASAN WELFRIN CHANRILO PANGGABEAN. Analisis Risiko Usaha Diversifikasi Anggrek Dendrobium pada Permata Anggrek di Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANNA FARIYANTI). Anggrek merupakan salah satu kelompok komoditas tanaman hias yang memiliki prospek yang cukup baik. Jumlah produksi anggrek sejak tahun 2005 rata-rata meningkat sebesar 22,94 persen tiap tahunnya. Tingginya jumlah produksi tanaman anggrek ini disebabkan oleh semakin meningkatnya produktivitas usaha budidaya anggrek disertai dengan kemajuan yang terjadi pada bagian hilir yaitu proses pemasaran dan distribusi. Namun tingginya jumlah produksi tanaman hias ini tidak selalu berada pada level yang konstan, melainkan berfluktuasi. Fenomena ini merupakan salah satu indikator terdapatnya risiko dalam pengusahaan anggrek, khusunya dendrobium. Permata Anggrek merupakan sebuah perusahaan yang fokus usahanya adalah pada pemeliharaan dan penjualan dendrobium. Sejak tahun 2008 Permata Anggrek mulai melakukan diversifikasi usaha yaitu dengan melakukan penjualan terhadap tiga kelompok dendrobium, yaitu dendrobium campur besar, sedang dan kecil. Upaya diversifikasi yang dilakukan perusahaan ini adalah dalam rangka mengurangi besarnya risiko dalam pengusahaan satu kelompok dendrobium. Permasalahan yang dihadapi oleh Permata Anggrek adalah bahwa upaya diversifikasi yang sedang dilakukan juga ternyata tidak mampu sepenuhnya menghilangkan risiko yang ada. Usaha diversifikasi pengusahaan tiga kelompok dendrobium dihadapkan kepada dua sumber risiko yang sama yaitu risiko pra penjualan dan risiko dalam pasar. Salah satu sumber risiko pra penjualan diindikasikan oleh banyaknya jumlah tanaman yang mati pada proses pemeliharaan. Dalam satu tahun terakhir yaitu pada bulan Maret 2010 hingga Maret 2011 tercatat ada 717 pot tanaman dendrobium yang mati. Rata-rata kematian tanaman perbulan adalah sekitar pot tanaman. Sumber risiko dalam pasar yang terlihat jelas dihadapi melalui diversifikasi usaha dendrobium adalah risiko harga jual yang ditunjukkan oleh fluktuasi harga jual, Dendrobium campur besar, sedang dan kecil menghadapi fluktuasi harga jual yang berbeda-beda. Masing-masing tiap pot tanaman memiliki range yaitu: dendrobium campur besar (Rp Rp ), dendrobium campur sedang (Rp Rp ) dan dendrobium campur kecil (Rp Rp ). Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis usaha diversifikasi yang dilakukan oleh Permata Anggrek dalam upaya menurunkan risiko, dan (2) mengkaji alternatif bentuk penanganan risiko pengusahaan anggrek dendrobium pada Permata Anggrek. Penelitian ini dilaksanakan di Permata Anggrek yang berlokasi di Jalan Lodaya C No 10, Komplek BPPB Pasir Mulya Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Jawa Barat merupakan sentra produksi anggrek. Pengambilan data dilaksanakan mulai bulan Februari- April Penelitian ini menggunakan metode analisis risiko yaitu variance, standard deviation, dan coefficient variation serta melihat pengaruh diversifikasi untuk mengurangi risiko. ii

3 Indikasi adanya risiko dalam usaha pemeliharaan dan penjualan dendrobium terlihat dari nilai penjualan yang berfluktuasi. Sumber risiko pada tahapan pra penjualan ini disebabkan oleh perubahan iklim dan cuaca serta serangan hama yang dapat menurunkan jumlah persediaan. Risiko dalam penjualan (pasar) disebabkan oleh fluktuasi harga jual, kerusakan tanaman pada proses pengiriman dan selera konsumen yang tidak sesuai dengan jenis anggrek yang dijual. Berdasarkan hasil penilaian risiko tunggal menggunakan ukuran coefficient variation, diketahui bahwa usaha penjualan kelompok dendrobium campur sedang Permata Anggrek menghadapi risiko sebesar 0,764. Artinya, untuk setiap satu satuan hasil penjualan yang diperoleh Permata Anggrek, maka risiko (kerugian) yang dihadapi adalah sebesar 0,764 satuan. Nilai ini merupakan nilai risiko tertinggi dibandingkan dengan nilai risiko kelompok dendrobium lainnya. Hasil analisis risiko usaha diversifikasi antara dua kelompok dan tiga kelompok dendrobium menghasilkan kombinasi dendrobium campur besar dengan sedang merupakan kombinasi yang paling tinggi nilai risikonya dibandingkan dengan kombinasi lainnya. Nilai coefficient variation kombinasi dendrobium campur besar dan sedang sebesar 0,737, sedangkan nilai risiko yang paling rendah dimiliki oleh kombinasi dendrobium campur besar dengan kecil. Nilai coefficient variation kombinasi dendrobium campur besar dengan kecil sebesar 0,433. Diversifikasi pada beberapa kelompok dendrobium dapat menekan risiko namun diversifikasi tidak serta merta juga dapat menghilangkan risiko. Saran yang direkomendasikan adalah usaha diversifikasi yang dilakukan oleh Permata Anggrek dari sudut pandang penilaian dan analisis risiko sudah cukup baik. Namun, hal itu belumlah cukup, dibutuhkan pengendalian risiko yang lebih baik. Beberapa bentuk strategi penanganan risiko yang dapat diterapkan oleh Permata Anggrek yaitu: integrasi vertikal, diversifikasi usaha, kontrak pemasaran dan perbaikan sarana serta prasarana produksi. Hal yang cukup penting juga untuk diterapkan adalah strategi kontrak pemasaran, yaitu untuk mengurangi besarnya pengaruh risiko harga dalam pengusahaan dendrobium. Disamping itu juga usaha pengendalian risiko yang telah dilakukan sebelumnya oleh Permata Anggrek juga perlu untuk dipertahankan dan diperbaiki lagi dalam penerapannya. Salah satunya ialah dengan tetap menecegah serangan hama dan penyakit yang dapat mematikan tanaman. iii

4 ANALISIS RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI ANGGREK DENDROBIUM PADA PERMATA ANGGREK DI KOTA BOGOR PROVINSI JAWA BARAT WELFRIN CHANRILO PANGGABEAN H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 iv

5 Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Risiko Usaha Diversifikasi Anggrek Dendrobium pada..permata..anggrek di Kota Bogor Provinsi Jawa Barat : Welfrin Chanrilo Panggabean : H Menyetujui, Pembimbing Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi NIP Mengetahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus: v

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Risiko Usaha Diversifikasi Anggrek Dendrobium pada Permata Anggrek di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juli 2011 Welfrin Chanrilo Panggabean H vi

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Berastagi Kabupaten Karo, Sumatera Utara pada tanggal 16 Januari Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak H.M Panggabean dengan Ibunda R.K Silalahi. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri No 1 Muaramulia Tanah Jawa pada tahun Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Swasta Karya Bakti dan lulus pada tahun Pendidikan lanjutan Sekolah Menengah Atas diselesaikan oleh penulis pada tahun 2005 di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tanah Jawa. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Keahlian Manajemen Agribisnis, Program Diploma Institut Pertanian Bogor melalui jalur Reguler. Pada tahun 2009 penulis diterima di program sarjana penyelenggaraan khusus Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. vii

8 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Risiko Usaha Diversifikasi Anggrek Dendrobium pada Permata Anggrek di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko yang dihadapi perusahaan pada upaya diversifikasi anggrek dendrobium Permata Anggrek. Analisis risiko juga dilakukan dengan memberikan strategi penanganan risiko yang sesuai dengan keadaan perusahaan. Segala upaya dan kerja keras dengan optimal telah dilakukan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga dapat memberikan manfaat kepada semua pihak. Bogor, Juli 2011 Welfrin Chanrilo Panggabean viii

9 UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada: 1. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi selaku dosen pembimbing, atas bimbingan, arahan dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Ir. Popong Nurhayati, MM yang menjadi dosen penguji utama dan pembimbing akademik. 3. Dra. Yusalina, MSi selaku perwakilan komisi akademik dalam memberikan masukan berupa kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini. 4. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen evaluator yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritikan dan saran demi perbaikan skripsi ini. 5. Trismadi Nurbayuto yang bersedia menjadi pembahas seminar yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan kritik dan saran dalam penyelesaian skripsi ini 6. Orang tua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta, kasih dan doa yang diberikan. Semoga skripsi ini menjadi persembahan yang terbaik. 7. Ir. Roslina Yuniar, MM selaku pemilik Permata Anggrek atas waktu, kesempatan, informasi dan dukungan yang diberikan. 8. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman Agribisnis angkatan VI atas semangat dan motivasi selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya. Bogor, Juli 2011 Welfrin Chanrilo Panggabean ix

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Kegunaan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 9 II. TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Anggrek Analisis Risiko Komoditi Hortikultura III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Risiko Agribisnis Risiko Portofolio dalam Diversifikasi Strategi Pengelolaan Risiko Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis Risiko Analisis Risiko Tunggal Analisis Risiko pada Usaha Diversifikasi Analisis Strategi Pengelolaan Risiko Defenisi Operasional V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Organisasi dan Manajemen Perusahaan Sumberdaya Usaha Permata Anggrek Tenaga Kerja Sumberdaya Fisik Sumberdaya Modal Unit Bisnis Gambaran Budidaya Anggrek Dendrobium Permata Anggrek Pemilihan Bibit atau Bakal Tanaman Anggrek xii xiv xv x

11 5.5.2 Pemilihan Media Tanam Pemupukan Pengendalian Hama dan Penyakit Pembungaan Anggrek Pemasaran Anggrek Dendrobium Deskripsi Penerimaan VI. ANALISIS RISIKO PADA PERUSAHAAN Identifikasi Risiko Sumber Risiko Pra Penjualan Sumber Risiko dalam Pasar Analisis Risiko Analisis Risiko Tunggal Analisis Risiko Diversifikasi Strategi Penanganan Risiko VII. KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Struktur Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha Tahun (persen) Perkembangan Produk Domestik Bruto Menurut Komoditas Hortikultura Indonesia Berdasarkan Harga Berlaku Periode Studi Terdahulu Yang Berkaitan Dengan Penelitian Sentra Produksi Tanaman Hias Unggulan di Jawa Barat pada Tahun Pengelompokan Peluang berdasarkan Persentase Penjualan Dendrobium Campur Besar, Sedang dan Kecil pada Permata Anggrek Rincian Biaya Investasi yang Dikeluarkan oleh Permata Anggrek pada Tahun Rincian Biaya Tetap Bulanan Usaha Anggrek Dendrobium pada Permata Anggrek Rincian Biaya Variabel Usaha Pembesaran Anggrek Dendrobium Campur Kecil pada Permata Anggrek untuk 100 Pot Tanaman Rincian Biaya Variabel Usaha Pemeliharaan Anggrek Dendrobium Campur Besar, Sedang dan Kecil pada Bulan Pertama Pengusahaan Penjualan Anggrek Dendrobium Campur Besar, Sedang dan Kecil pada Permata Anggrek Periode Agustus 2009 sampai Maret Rata-rata Realisasi Penjualan Fisik dan Nilai Penjualan Permata Anggrek dalam Memperoleh Penjualan Tertinggi, Normal dan Terendah pada Anggrek Dendrobium Campur Besar, Sedang dan kecil Perbandingan antara Curah Hujan Kota Bogor dan Jumlah Anggrek Dendrobium yang Mati periode Maret hingga Desember xii

13 13. Penilaian Expected Return Berdasarkan Nilai Penjualan Anggrek Dendrobium Campur Besar, Sedang dan Kecil Penilaian Risiko Permata Anggrek Berdasarkan Nilai Penjualan pada Dendrobium Campur Besar, Sedang dan Kecil Penilaian Risiko Portofolio pada Kelompok Dendrobium Campur Besar, Sedang dan Kecil Permata Anggrek Penilaian Risiko Portofolio pada Kelompok Dendrobium Campur Besar, Sedang dan Kecil Permata Anggrek xiii

14 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Lima Komoditi Tertinggi Produksi Tanaman Hias Indonesia Perkembangan Volume Ekspor-Impor Anggrek Tahun Keuntungan Permata Anggrek Periode Juli 2009-Maret Harga Jual DendrobiumCampur Besar, Sedang dan Kecil periode Agustus 2009 Maret Hubungan Antara Expected Income dan Income Variance Skema Langkah-Langkah Kerangka Berpikir Operasional Analisis Risiko Usaha Diversifikasi pada Permata Anggrek Gambar Dendrobium Campur Besar Gambar Dendrobium Campur Sedang Gambar Dendrobium Campur Kecil Tahapan Pemeliharaan Anggrek Dendrobium Saluran Pemasaran Anggrek Dendrobium Permata Anggrek xiv

15 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Gambar Jenis Pestisida dan Pupuk yang Digunakan Untuk Tanaman Dendrobium Permata Anggrek Rincian Perhitungan Peluang, Expected Return, Standard Deviation dan Coefficient Variation pada Analisis Risiko Tunggal Dendrobium Campur Besar, Sedang dan Kecil Penentuan Nilai Persentase Penjualan Periode Agustus 2009-Maret xv

16 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dikawasan Asia Tenggara yang memiliki kekuatan ekonomi pada ketersediaan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang sangat melimpah. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 berjumlah jiwa dan luas wilayah (termasuk perairan) seluas km 2. Jumlah ini jauh lebih luas dibandingkan dengan negara Singapura yang hanya memiliki luasan wilayah seluas 692,7 km 2 (CIA The world Factbook 2010). Gambaran ini menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara besar yang sangat berpotensi menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia khususnya di kawasan Asia Tenggara. Salah satu sektor yang menjadi unggulan dan basis perekonomian Indonesia adalah sektor pertanian. Peran dan pertumbuhan sektor pertanian Indonesia dalam kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Struktur Produk Domestik Bruto di Indonesia Menurut Lapangan Usaha Tahun (persen) Lapangan Usaha Tahun Pertanian, Peternakan Kehutanan dan Perikanan 13,1 13,0 13,7 14,4 15,3 Pertambangan dan Penggalian 11,1 11,0 11,2 11,0 10,5 Industri Pengolahan 27,4 27,5 27,1 27,9 26,4 Listrik Gas dan Air Bersih 1,0 0,9 0,9 0,8 0,8 Konstruksi 7,0 7,5 7,7 8,4 9,9 Perdagangan, Hotel dan Restoran 15,6 15,0 14,9 14,0 13,4 Pengangkutan dan Komunikasi 6,5 6,9 6,7 6,3 6,3 Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 8,3 8,1 7,7 7,4 7,2 Jasa-jasa 10,0 10,1 10,1 9,8 10,2 PDB Sumber : Badan Pusat Statistik (2010) Pada kurun waktu tahun terdapat tiga sektor ekonomi yang memiliki kontribusi besar dalam pertumbuhan PDB. Ketiga sektor tersebut adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan. Ketiga 1

17 sektor ini memiliki kontribusi sekitar 50 persen dari total pertumbuhan PDB yaitu rata-rata 55,74 persen tiap tahunnya. Tabel 1 menunjukkan pertumbuhan sektor pertanian dalam hal ini adalah pertanian secara keseluruhan yang meliputi pertanian (usahatani), peternakan, kehutanan dan perikanan mengalami pertumbuhan yang positif selama empat tahun terakhir. Kontribusi sektor pertanian dalam pembentukan PDB tahun menempati urutan nomor tiga tertinggi, dan pada tahun meningkat menjadi urutan nomor dua tertinggi diantara kesembilan sektor penyusun PDB. Fenomena ini merupakan gambaran dan bukti dari kesuksesan petani Indonesia dalam program swasembada pangan khususnya beras dalam negeri. Salah satu subsektor pertanian yang saat ini juga berkembang dengan baik adalah subsektor hortikultura. Hortikultura berasal dari kata hortus ( kebun) dan colere (budidaya). Hortikultura mencakup budidaya, pemrosesan, dan penjualan buah-buahan, kacang-kacangan, sayuran, tanaman hias dan bunga (Reiley dan Shry, 2002). Perkembangan subsektor ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan Produk Domestik Bruto Komoditas Hortikultura Indonesia Berdasarkan Harga Berlaku Periode Tahun Kelompok Komoditi Nilai PDB (Milyar Rp) Buah-buahan Sayuran Tanaman Biofarmaka Tanaman Hias Hortikultura Keterangan : 1 angka sementara Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) Pada Tabel 2 dapat dilihat perkembangan PDB komoditas hortikultura Indonesia tiap tahunnya menunjukkan pertumbuhan yang positif dari setiap kelompok komoditi. Secara keseluruhan pertumbuhan bidang hortikultura mengalami peningkatan tiap tahunnya, yaitu: 8,70 persen (2005); 11,08 persen (2006); 11,88 persen (2007) dan 4,55 persen (2008). 2

18 Salah satu kelompok komoditi hortikultura yang menunjukkan perkembangan dengan baik adalah kelompok komoditi tanaman hias. Pada Tabel 2 terlihat bahwa kontribusi kelompok komoditi tanaman hias memiliki kontribusi yang semakin meningkat tiap tahunnya terhadap nilai PDB Indonesia. Persentase pertumbuhan komoditi tanaman hias sejak tahun 2004 berada pada kisaran nilai 1,15 1,54 persen. Nilai pertumbuhan ini diprediksi lebih baik lagi jika melihat angka pertumbuhan sementara tahun 2008, yaitu meningkat sekitar 28,47 persen dari tahun sebelumnya. Tanaman hias merupakan salah satu komoditas yang memberikan nilai tambah bagi pembangunan nasional karena dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Perkembangan agribisnis tanaman hias dalam lima tahun terakhir sejak tahun 2005 tergolong cukup menarik untuk diamati, karena ada beberapa jenis tanaman hias yang perkembangannya positif namun ada juga yang perkembangannya negatif. Pada periode tahun 2005 hingga 2008 terdapat lima jenis komoditi tanaman hias yang jumlah produksinya paling tinggi di Indonesia yaitu: bunga mawar, krisan, sedap malam, melati dan anggrek. Komoditi yang produksinya paling tinggi adalah tanaman krisan dan trennya juga sangat prospektif. Sedangkan jumlah produksi yang paling rendah dari kelima komoditi tersebut dimiliki oleh tanaman anggrek. Namun apabila dilihat dari jumlah produksinya, tiap tahun tanaman anggrek memiliki tren yang positif. Perkembangan produksi kelima tanaman hias ini dapat dilihat pada Gambar 1. Anggrek sebagai salah satu tanaman hias yang trennya positf, menjadi perlu untuk diamati. Tanaman yang sering digunakan untuk menghias (mendekorasi) ruangan ini umumnya terdiri dari tiga bentuk, yaitu: bunga potong, bunga hidup (community pot), dan akhir-akhir ini yang banyak dikembangkan adalah bunga kering 1. Pada Gambar 1 terlihat bahwa per tahunnya jumlah produksi tanaman anggrek menunjukkan tren yang meningkat, yaitu rata-rata sebesar 22,94 persen pertahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan jumlah produksi tanaman anggrek memiliki kontribusi juga terhadap peningkatan jumlah PDB di subsektor hortikultura. Dengan demikian, pertumbuhan produksi tanaman anggrek berkontribusi juga terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia khususnya dalam bidang pertanian. 1 Wisnu P Jati. Peluang Usaha Pengeringan Bunga Anggrek Dendrobium. Pimnas 2006 [8 Desember 2009] 3

19 Gambar 1. Lima Komoditi Tertinggi Produksi Tanaman Hias Indonesia Sumber : Badan Pusat Statistik (2010) Produksi anggrek yang demikian tinggi juga tidak terlepas dari peran bidang penjualan dan distribusi yang menyalurkan anggrek dari produsen hingga sampai ke tangan konsumen. Gambar 2 merupakan gambaran perdagangan luar negeri komoditi anggrek yang mengindikasikan bahwa nilai ekspor anggrek Indonesia sejak tahun 2005 mengalami penurunan. Hal ini diduga akibat dari pasarnya yang tidak dapat dikendalikan dan ditambah juga oleh mahalnya biaya karantina yang ditetapkan pemerintah 1. Fenomena penurunan jumlah ekspor anggrek Indonesia ini tidaklah terlalu mengkhawatirkan karena jumlah impor produk anggrek dari luar Indonesia juga menunjukkan tren yang semakin menurun. Sebagian besar impor anggrek Indonesia yang umumnya bersumber dari negara Thailand adalah anggrekanggrek muda atau indukan. Akan tetapi kondisi aktivitas ekspor-impor komoditi anggrek yang berfluktuatif ini menjadi sebuah gambaran bahwa dalam proses distribusi dan perdagangan ada banyak faktor eksternal yang turut berperan menjadikan usaha produksi dan distribusi anggrek menjadi berisiko. 1 RR Ariyani Ekspor Anggrek Indonesia Masih Minim. [25 November 2010] 4

20 Gambar 2. Perkembangan Volume Ekspor-Impor Anggrek Tahun Sumber : Departemen Pertanian (2010) Selera konsumen anggrek yang sangat bervariasi dan dinamis berkembang menuju kesempurnaan baik dari sisi warna, bentuk dan ukuran serta daya tahan menjadikan jenis anggrek cukup beragam di pasar. Saat ini anggrek yang cukup dominan diminati masyarakat adalah jenis Dendrobium (34 persen), Oncidium Golden Shower (26 persen), Catleya (20 persen) dan Vanda (17 persen) serta anggrek lainnya (3 persen) 1. Tingginya permintaan masyarakat terhadap anggrek dendrobium dikarenakan jenis dendrobium sering digunakan sebagai rangkaian bunga. Namun usaha produksi dan distribusi anggrek dendrobium yang demikian prospektif juga dihadapkan pada permasalahan risiko yang diindikasikan dari fluktuasi tingkat produktivitas. Produktivitas tanaman anggrek khususnya anggrek potong pada periode tahun 2003 hingga 2008 sangat berfluktuasi yaitu pada kisaran 5 tangkai/ m 2 hingga 15 tangkai/m 2 tiap tahunnya 2. Salah satu penyebab variasi jumlah produksi tersebut adalah akibat dari perbedaan penggunaan teknologi dalam proses produksi serta pengaruh eksternal seperti perubahan kondisi lingkungan. Usaha produksi dan penjualan anggrek dendrobium yang 1 Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Road Map Pasaca Panen dan Pemasaran Anggrek Jakarta. Hlm 5. 2 Jurnal Litbang Pertanian Potensi Anggrek Dendrobium dalam Meningkatkan Variasi dan Kualitas Anggrek Bunga Potong. 5

21 dilakukan oleh petani anggrek umumnya dihadapkan pada dua sumber risiko utama yaitu: risiko produksi (risiko pra penjualan) dan risiko dalam pasar. Risiko produksi merupakan risiko yang muncul pada tahapan proses produksi, sumbernya berupa perubahan cuaca, serangan hama, dan kegagalan dalam hal teknis produksi. Sedangkan risiko dalam pasar muncul melalui fluktuasi harga jual. Diversifikasi merupakan salah satu bentuk solusi yang sering digunakan oleh para petani anggrek untuk mengurangi risiko yang ada. Bentuk diversifikasi dalam pengusahaan anggrek umumnya terdiri dari kombinasi pengusahaan antara sesama anggrek dendrobium dan dendrobium dengan jenis anggrek lain seperti: vanda, cattleya, oncidium dan phalaenopsis. Strategi pengelolaan risiko melalui diversifikasi yang bertujuan untuk menekan dampak risiko dalam usaha dendrobium menjadi suatu hal yang menarik untuk dikaji. Oleh karena itu, penelitian mengenai risiko diversifikasi usaha tanaman dendrobium penting untuk dilakukan. 1.2 Perumusan Masalah Permata Anggrek merupakan sebuah perusahaan agribisnis yang menjadikan tanaman hias sebagai komoditas utama usahanya. Kegiatan utama perusahaan yang berdiri sejak tahun 2004 ini terdiri dari usaha pembesaran dan penyediaan tanaman anggrek yang berbentuk pot plant. Berdasarkan 5000 jenis anggrek yang terdapat di Indonesia, Permata Anggrek hanya memfokuskan usahanya pada anggrek-anggrek yang dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di daerah Bogor, antara lain: dendrobium, phalaenopsis, vanda, cattleya, oncidium dan spesies. Selain itu, Permata Anggrek juga mengusahakan perlengkapan dan peralatan yang dibutuhkan dalam perawatan tanaman anggrek. Namun dalam pengusahaannya, Permata Anggrek lebih memfokuskan usahanya pada anggrek dendrobium. Besarnya proporsi usaha pada dendrobium beserta perbandingannya dengan anggrek lainnya terlihat dari besarnya keuntungan yang diperoleh Permata Anggrek dalam kurun waktu Juli 2009 hingga Maret 2010, seperti yang terlihat pada Gambar 3. 6

22 Gambar 3. Keuntungan Permata Anggrek Periode Juli 2009-Maret 2011 Sumber : Permata Anggrek (2011) Permata Anggrek merupakan sebuah perusahaan yang fokus usahanya adalah pada usaha penyediaan dan penjualan dendrobium. Sejak tahun 2008 Permata Anggrek mulai melakukan diversifikasi usaha yaitu dengan melakukan penjualan terhadap tiga kelompok dendrobium, yaitu dendrobium campur besar, sedang dan kecil. Upaya diversifikasi yang dilakukan perusahaan ini adalah dalam rangka mengurangi besarnya risiko dalam pengusahaan satu kelompok dendrobium. Diversifikasi usaha yang dilakukan Permata Anggrek pada awalnya ditujukan untuk mengurangi risiko pada usaha dendrobium campur kecil. Namun ternyata usaha diversifikasi melalui pengusahaan tiga kelompok dendrobium dihadapkan pada sumber risiko yang sama yaitu risiko pra penjualan dan risiko dalam pasar. Salah satu sumber risiko pra penjualan diindikasikan oleh banyaknya jumlah tanaman yang mati pada proses pemeliharaan. Dalam satu tahun terakhir yaitu pada bulan Maret 2010 hingga Maret 2011 tercatat ada 717 pot tanaman dendrobium yang mati. Rata-rata kematian tanaman perbulan adalah sekitar pot tanaman. Sumber risiko dalam pasar yang terlihat jelas dihadapi melalui diversifikasi usaha adalah risiko harga jual yang ditunjukkan oleh fluktuasi harga jual, seperti yang terlihat pada Gambar 4. Dendrobium campur besar, sedang dan 7

23 kecil menghadapi fluktuasi harga jual yang berbeda-beda. Masing-masing tiap pot tanaman memiliki range yaitu: dendrobium campur besar (Rp Rp ), dendrobium campur sedang (Rp Rp ) dan dendrobium campur kecil (Rp Rp ). Gambar 4. Harga Jual Dendrobium Campur Besar, Sedang dan Kecil Periode Agustus Maret2011 Sumber : Permata Anggrek (2011) Penerapan diversifikasi dalam upaya mengurangi risiko merupakan sesuatu yang menarik untuk diteliti, karena ditengah-tengah kondisi yang demikian Permata Anggrek masih tetap mampu melakukan usaha penjualan. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Apakah diversifikasi pengusahaan tiga kelompok dendrobium dapat mengurangi risiko nilai penjualan pada Permata Anggrek? 2. Apa bentuk usaha yang dilakukan oleh Permata Anggrek dalam mengatasi permasalahan risiko? 8

24 1.3 Tujuan Berdasarakan perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penelitian ini ditujukan untuk: 1. Menganalisis usaha diversifikasi yang dilakukan oleh Permata Anggrek dalam upaya mengurangi risiko. 2. Mengkaji alternatif bentuk penanganan risiko pengusahaan anggrek dendrobium pada Permata Anggrek. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti, petani atau pengusaha anggrek, akademisi, masyarakat dan pembaca lainnya yang tertarik untuk mengetahui tentang risiko pada usaha diversifikasi anggrek dendrobium. Bagi petani dan pengusaha anggrek, sebagai bahan informasi dan masukan untuk proses pengambilan keputusan dalam mewaspadai risiko sehingga dapat meminimalisasi kerugian. Bagi penulis, sebagai bentuk bakti dan kontribusi terhadap kemajuan agribisnis Indonesia, disamping untuk menambah wawasan penulis sendiri dalam menerapkan teori dan menajamkan kemampuan analisisnya. Bagi pembaca dan masyarakat lainnya, merupakan sebuah bentuk karya tulisan yang dapat memperkaya khazanah informasi terkait tanaman anggrek dendrobium Ruang Lingkup Penelitian 1. Diversifikasi usaha dalam penelitian ini adalah diversifikasi produksi dan penjualan berbagai kelompok anggrek dendrobium. Kelompok dendrobium yang diusahakan dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu: dendrobium campur besar, dendrobium campur sedang dan dendrobium campur kecil. 2. Keseluruhan kelompok anggrek dendrobium yang diteliti adalah jenis dendrobium hasil rekayasa. Dendrobium hasil rekayasa merupakan jenis dendrobium yang dihasilkan melalui rekayasa genetika. Bentuknya berupa hasil silangan dengan dendrobium lainnya (generativ) dan tindakan perbanyakan vegetatif. 9

25 3. Pengelompokkan anggrek dendrobium yang terdiri atas tiga kelompok tersebut dilakukan mengikuti dasar pengelompokkan yang dilakukan oleh Permata Anggrek. Dasar pengelompokkan ditentukan berdasarkan bentuk dan ukuran fisik dendrobium yang beragam. 10

26 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Anggrek Anggrek merupakan salah satu kelompok tanaman hias dengan keberagaman spesies yang sangat banyak. Diperkirakan jumlahnya saat ini berada pada kisaran jenis di seluruh dunia. Sarwono (2002) menyatakan bahwa Indonesia memiliki 5000 jenis spesies yang tersebar di seluruh nusantara. Dan jika dibandingkan dengan jumlah jenis tanaman anggrek, Indonesia memiliki 25-33,33 persen dari total jenis anggrek di seluruh dunia. Keberagaman jenis anggrek yang cukup bervariasi ini disebabkan oleh kemampuan anggrek dalam beradaptasi di berbagai iklim dan lingkungan. Semakin berkembangnya ilmu genetika dan persilangan tanaman, dipercaya juga sebagai penyebab beragamnya jenis anggrek di dunia. Bagi para penikmat dan pecinta tanaman hias, tanaman anggrek dianggap memiliki keunikan tersendiri. Hal ini dikarenakan karakteristik fisik bunganya yang cukup indah dan memiliki bibir (labellum). Bibir ini jugalah yang menjadi salah satu faktor yang digunakan sebagai dasar dalam pengelompokan jenis tanaman anggrek. Tanaman anggrek juga dianggap lebih menarik dibandingkan dengan tanaman hias lainnya, ini disebabkan karena keragamannya dan kemudahan dalam pemeliharaannya. Dalam perkembangannya bunga anggrek tidak hanya dikonsumsi dalam bentuk bunga hidup (dalam pot), melainkan dalam bentuk bunga potong dan bunga kering juga. Secara fisik tanaman anggrek sering dianggap sebagai tanaman parasit. Namun faktanya tanaman anggrek adalah tanaman epifit dan bukan parasit. Dikatakan epifit karena pada habitat aslinya tanaman anggrek hidup dengan cara menempel pada tanaman lain, tetapi tidak merugikan tanaman yang ditumpangi tersebut. Berdasarkan tempat tumbuhnya sifat tumbuh anggrek dapat dibedakan menjadi empat kelompok yaitu: anggrek epifit yang hidup pada tumbuhan lain (penopang), anggrek semi epifit yang sebagian akarnya menempel pada tanaman lain, anggrek semiterestrik yang hidup diatas permukaan tanah, anggrek terestrik yang hidup di atas tanah dan media yang hampir sama dengan tanah dan anggrek saprofit yang dapat hidup pada media organik. 11

27 Dalam pemasarannya tidak semua jenis anggrek memiliki tingkat permintaan yang cukup tinggi. Sekitar 5000 jenis anggrek yang ada di Indonesia, hanya ada lima jenis yang cukup diminati di pasar yaitu: dendrobium, phalaenopsis, vanda, cattleya, dan oncidium. Kelebihan dari kelima jenis anggrek ini adalah kemudahan dalam hal pembudidayaan dan pemeliharaannya. Struktur tanaman anggrek hampir sama dengan struktur tanaman lainnya, yakni terdiri dari akar, batang, daun dan bunga. Sifat-sifat khas tanaman dari famili anggrek-anggrekan terlihat jelas pada karakter akar, batang, daun, bunga buah dan bijinya. Akar tanaman anggrek berfungsi untuk mengambil, menyerap dan mendistribusikan unsur-unsur hara ke seluruh bagian tanaman. Namun disamping itu, akar tanaman anggrek juga berfungsi untuk menempelkan diri pada media tumbuh. Serta pada tanaman-tanaman tertentu akar juga berfungsi untuk menyerap air dari udara dan juga dapat berfotosintesis. Menurut Sarwono (2002), setiap bunga tanaman anggrek memiliki struktur tiga plus tiga yang terdiri dari tiga sepal luar (daun kelopak) dan tiga petal dalam (daun mahkota). Namun, tipe sepal dan petal dari masing-masing jenis anggrek berbeda berdasarkan bentuk, warna dan ukurannya. Secara umum berdasarkan tipe pertumbuhannya batang tanaman anggrek dapat dibedakan menjadi dua bagian. Monopodial yang batang utamanya terus tumbuh dan tidak terbatas panjangnya dan simpodial yang batang utamanya tersusun atas ruas-ruas tahunan dan pertumbuhan batangnya terbatas. Disamping kedua jenis batang tersebut, tanaman anggrek juga memiliki umbi semu pada batang atau ujung pangkal daunnya yang berfungsi untuk menyimpan air, karbohidrat dan unsur hara. Keragaman jenis anggrek yang cukup banyak juga menyebabkan variasi bentuk daun anggrek yang cukup beragam. Biasanya bentuk daun anggrek menunjukkan habitat tempat tinggal anggrek itu sendiri. Tulang daun anggrek sejajar dengan helaian daun. Bentuk daun ada yang bulat panjang seperti pensil, sempit atau lebar mirip palem, berdaging tipis atau tebal, permukaan halus atau kasar, bahkan ada jenis anggrek yang tidak berdaun. Dendrobium berasal dari bahasa Yunani dan terdiri dari kata dendro yang berarti pohon dan bios yang berarti hidup. Jika digabungkan akan memiliki arti pohon kehidupan. Anggrek dendrobium dapat tumbuh baik bila lingkungannya 12

28 mempunyai intensitas cahaya sekitar persen ( fc). Kelembapan relatif (RH) yang dibutuhkan anggrek dendrobium sekitar persen. Suhu udara yang diperlukan pada siang hari sekitar C, sedangkan pada malam hari sekitar C (Setiawan, 2005). Berdasarkan sisi genus yang ada anggrek dendrobium tergolong popular dibandingkan dengan jenis anggrek lainnya. Hal ini dikarenakan plasma nutfahnya banyak tersedia dan mudah didapat. Hal ini juga menyebabkan potensi untuk merekayasa melalui perkawinan silang menjadi lebih besar. Keberagaman jenis anggrek dendrobium ini mengakibatkan tingginya permintaan produk ini di pasar. Menurut Setiawan (2005), anggrek dendrobium memiliki pangsa pasar sekitar 50 persen dibandingkan semua jenis anggrek di pasar lokal. Besarnya pangsa pasar anggrek dendrobium antara lain disebabkan oleh beberapa hal berikut (Setiawan, 2005): 1. Bunga anggrek dendrobium mempunyai aneka macam bentuk, ukuran dan warna. Warna dasar yang telah ditemukan yaitu putih, ungu, merah, kuning, hijau, biru, hitam, cokelat, dan kombinasi dari warna-warna dasar tersebut. 2. Bunga anggrek dendrobium yang telah mekar dapat bertahan lebih dari 30 hari (masih berada di dalam pot) dan setiap tangkainya memiliki lebih dari 20 kuntum bunga yang tersusun rapi dan indah. 3. Tanaman dendrobium hampir semuanya mudah berbunga. Jika telah dewasa dan telah berbunga yang ketiga kalinya, dendrobium dapat mengeluarkan lebih dari dua tangkai bunga pada waktu bersamaan dan tidak mengenal musim (sepanjang tahun). 4. Pemeliharaannya cukup mudah karena mudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Sebagai contoh, intensitas sinar yang dibutuhkan dendrobium dewasa sekitar persen. Bila diperlukan intensitas sinar 100 persen terus, mulamula anggrek dendrobium akan mengalami shock (daun terbakar), tetapi setelah keluar tunas baru berikutnya, tanaman akan segera menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. 5. Pertumbuhan anggrek dendrobium akan optimal pada lokasi kurang dari 400 m dpl. Meskipun demikian, pemeliharaan di daerah lebih dari 400 m dpl masih tetap bisa bertumbuh dan berbunga, tetapi tidak optimum. 13

29 6. Harga jual anggrek dendrobium relatif murah jika dibandingkan dengan jenis anggrek lain. Rantai budidaya tanaman anggrek dendrobium dibedakan berdasarkan media tanamnya, yaitu dengan pot dan dengan tanpa pot. Secara keseluruhannya sebenarnya hampir sama, perbedaanya hanya terletak pada tahapan persiapan media tanamnya. Untuk budidaya berdasarkan pot persiapan media tanamnya dimulai dari tahapan pembuatan atau penyediaan pot, pembuatan rak, penyusunan media tanam dan penanaman. Sedangkan budidaya anggrek dengan tanpa pot, tahapan persiapan media tanamnya dimulai dari kegiatan pembuatan bedengan, pembuatan media tanam dan penanaman. Selanjutnya baik dengan sistem pot atau dengan tanpa pot adalah tahapan pemupukan, penyiraman, pengendalian hama penyakit tanaman, dan diakhiri oleh tahapan pemanenan. 2.2 Analisis Risiko Komoditi Hortikultura Usaha pertanian sering dihadapkan pada kondisi ketidakpastian dari faktor luar yang tidak dapat dikendalikan dengan baik oleh para pelaku usaha. Kondisi demikian menyebabkan usaha pertanian menjadi cukup berisiko. Hortikultura sebagai salah satu bidang atau bagian pertanian juga dihadapkan pada kondisi demikian. Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis tentang risiko pada komoditi hortikultura diantaranya: Arfah (2009), Ginting (2009), Safitri (2009), Tarigan (2009) dan Fariyanti (2008). Arfah (2009) menjelaskan risiko penjualan anggrek phalaenopsis pada PT Ekakarya Graha Flora. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan risiko penjualan dalam pengembangan usahanya. Dijelaskan bahwa penyebab munculnya risiko penjualan adalah dikarenakan adanya klaim penjualan oleh para pembeli lokal dan pembeli dari luar negeri. Dalam menganalisis permasalahan risiko ini, Arfah (2009) menggunkan alat pengukuran analisis risiko berupa: expected return, variance, standard deviation dan coefficient variation. Disamping itu Arfah juga menggunakan analisis deskriptif untuk menganalisis manajemen risiko. Hasilnya adalah risiko penjualan pada pasar luar negeri lebih tinggi dari pada pasar lokal. Hasil perhitungan coefficient variation menunjukkan nilai risiko penjualan berdasarkan realisasi penjualan pada pembeli luar negeri bernilai 14

30 0, dan nilai risiko penjualan pasar lokal adalah senilai 0, Namun jika menggunakan acuan nilai pendapatan bersih, maka risiko penjualan anggrek phalaenopsis memiliki nilai tertinggi pada pembeli lokal, yaitu senilai 0, dibandingkan pembeli luar negeri yang nilai risiko penjualannya 0, Ginting (2009) dalam skripsinya membahas permasalahan risiko produksi jamur tiram yang bersumber dari fluktuasi produksi tanaman jamur tiram. Jika dilihat lebih rinci, penyebab fluktuasi produksi ini dikarenakan serangan hama dan kondisi iklim yang juga tidak menentu. Penelitian ini juga menggunakan alat analisis risiko berupa expected return, variance, standard deviation, dan coefficient variation. Ginting (2009) menyebutkan dari hasil penilaian risiko yang menggunakan ukuran coefficient variation, diketahui bahwa budidaya jamur tiram putih pada Cempaka baru menghadapi risiko produksi sebesar 0,32. Artinya, untuk setiap satu satuan hasil produksi yang diperoleh Cempaka Baru, maka risiko (kerugian) yang dihadapi adalah sebesar 0,32 satuan. Untuk mengatasi tingginya risiko produksi ini Ginting memberikan solusi penanganan risiko produksi dengan tindakan preventif (pencegahan). Penelitian Safitri (2009) mengenai risiko produksi daun potong di PT Pesona Daun Mas Asri bersumber dari ketidakstabilan jumlah produksi daun potong. Perubahan cuaca yang tidak dapat diprediksi dan serangan hama yang sulit diduga merupakan sumber risiko produksi pada usaha produksi daun potong. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian Safitri (2009) merupakan gabungan dari analisis deskriptif dan analisis risiko. Analisis risiko menggunakan expected return, variance, standard deviation, dan coefficient variation. Dalam pembahasannya komoditi yang dikaji hanya dibatasi dalam dua komoditi saja, yaitu Asparagus bintang dan Philodendron marble. Analisis risiko yang digunakan oleh Safitri (2009) menggunakan model analisis tunggal (spesialisasi) dan analisis portofolio (diversifikasi). Dengan menggunakan model tunggal (spesialisasi), Philodendron marble memiliki risiko produksi yang lebih tinggi dibandingkan tanaman Asparagus bintang jika acuannya adalah produktifitas. Tetapi jika menggunakan acuan pendapatan bersih 15

31 maka tanaman yang memiliki risiko produksi tertinggi adalah komoditas Asparagus bintang. Namun hasil penghitungan model portofolio ternyata memberikan hasil yang jauh lebih baik dalam hal pengelolaan risiko, yaitu risiko produksi menjadi lebih rendah dibandingkan dengan model tunggal (spesialisasi). Tarigan (2009) menganalisis risiko produksi sayuran organik pada Permata Hati Organic Farm yang berada di Bogor. Risiko diidentifikasi berdasarkan tingkat produksi sayuran organik yang berfluktuasi. Hasil penelitian menyebutkan bahwa risiko produksi disebabkan oleh kerentanan tanaman sayuran organik terhadap perubahan cuaca, dan serangan hama yang mengakibatkan turunnya jumlah produksi. Untuk melihat besaran risiko yang dihadapi Permata Hati Organic Farm digunakan pengukuran risiko yaitu dengan analisis risiko yang terdiri dari expected return, variance, standard deviation, dan coefficient variation. Model penghitungan risiko menggunakan model spesialisasi dan model portofolio. Model penghitungan risiko spesialisasi hanya dikhususkan terhadap komoditi brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai keriting. Sedangkan untuk model penghitungan portofolio menggunakan kombinasi komoditi tomat dengan bayam hijau dan cabai keriting dengan brokoli. Hasil penelitian Tarigan (2009) menunjukkan bahwa pada model penghitungan spesialisasi berdasarkan produktifitas, tanaman bayam hijau memiliki nilai risiko produksi tertinggi dibandingkan komoditas lainnya. Dalam angka disebutkan nilai coefficient variation-nya sebesar 0,225. Artinya setiap satu satuan yang dihasilkan memiliki risiko produksi sebesar 0,225. Dan tanaman dengan risiko produksi terendah dimiliki oleh cabai keriting yang nilai coefficient variation-nya hanya 0,048. Setelah diteliti ternyata komoditas bayam hijau merupakan tanaman yang paling sering diserang hama khususnya pada musim penghujan. Tetapi jika menggunakan nilai pendapatan bersih sebagai dasar penghitungan risiko tunggalnya, maka tanaman yang paling tinggi risikonya adalah tanaman cabai keriting dan yang paling rendah risikonya adalah tanaman brokoli. Analisis risiko dengan model penghitungan portofolio menunjukkan bahwa kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko. 16

32 Penanganan risiko yang dilakukan di Permata Hati Organic Farm menggunakan teknik diversifikasi pada lahan yang ada. Dengan adanya diversifikasi usaha, diharapkan dapat menutupi kegagalan pada usaha yang merugi. Selain itu model kemitraan dengan para petani sayuran dan dengan lembaga penyedia sarana produksi pertanian juga merupakan alternatif lain yang dimaksimalkan agar risiko produksi pada Permata Hati Organic Farm dapat diminimalisir. Dari sisi internal perusahaan dilakukan juga perombakan dan perbaikan fungsi masing-masing lembaga yang ada, agar tercipta kerjasama dan kesatuan kerja yang lebih baik. Penelitian Fariyanti (2008) mengenai risiko produksi dan harga kentang dan kubis dianalisis dengan menggunakan analisis risiko model Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (1,1) dengan menggunakan data cross section dengan 143 rumahtangga petani sayuran sebagai sampel. Analisis risiko digunakan data panel untuk tiga musim tanam. Berdasarkan analisis risiko diperoleh bahwa risiko produksi kentang yang diindikasikan oleh fluktuasi produksi disebabkan oleh risiko produksi pada musim sebelumnya dan penggunaan input pupuk dan tenaga kerja. Sedangkan lahan, benih, dan obatobatan menjadi faktor yang mengurangi risiko produksi. Pada komoditas kubis, lahan dan obat-obatan menjadi faktor yang menimbulkan risiko. Sementara benih, pupuk dan tenaga kerja menjadi faktor yang mengurangi risiko produksi. Risiko produksi pada komoditas kentang lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas kubis. Namun risiko harga malah terjadi sebaliknya yaitu, risiko harga tanaman kubis lebih tinggi daripada tanaman kentang. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perilaku rumah tangga petani dengan adanya risiko produksi dan harga produk tergolong risk aversion dengan melakukan pengurangan penggunaan luas lahan garapan, benih, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja. Pengurangan tertinggi ditemukan pada input, produksi, pendapatan dan pengeluaran rumah tangga akibat peningkatan risiko produksi dan harga produk serta upah. 17

33 Penelitian terdahulu yang telah dipaparkan menjadi sebuah gambaran umum yang dapat digunakan sebagai acuan dan bahan pembanding dengan penelitian yang dilakukan. Berdasarkan kelima bahan penelitian dapat ditarik sebuah hubungan yang menjadi kesamaan penelitian yaitu, didapatkan bahwa hampir semua risiko produksi diindikasikan oleh fluktuasi jumlah produksi komoditi pertanian. Keseluruhan penelitian yang menganalisis risiko produksi komoditas tanaman yaitu: Ginting (2009), Safitri (2009), Tarigan (2009) dan Fariyanti (2008) disebabkan oleh pengaruh cuaca yang tidak dapat diprediksi serta serangan hama dan penyakit yang tidak dapat dicegah dengan baik. Begitu juga halnya dengan risiko penjualan yang diteliti oleh Arfah (2009), risiko juga diindikasikan oleh fluktuasi nilai penjualan. Kesimpulan lainnya adalah bahwa risiko yang dihadapi dalam usaha hortikultura berada pada kisaran 15 persen hingga 35 persen. Dalam analisis risiko sebahagian besar menggunakan alat ukur expected return, variance, standard deviation, dan coefficient variation. Hanya penelitian Fariyanti (2008) yang menggunakan model Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (GARCH). Analisis risiko portofolio yang dilakukan pada perusahaan dengan metode diversifikasi ternyata dapat mengurangi besaran risiko pada komoditi tunggal. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada lokasi dimana penelitian dilakukan dan jenis komoditi yang menjadi objek penelitian. Kajian penelitian ini akan difokuskan terhadap risiko usaha penjualan komoditi anggrek dendrobium melalui usaha diversifikasi. Bahan penelitian yang sebelumnya juga dirasa sudah cukup untuk digunakan sebagai bahan referensi dalam penelitian ini. Bahan-bahan penelitian terdahulu yang menjadi bahan acuan dalam penelitian ini ditampilkan dalam Tabel 3. 18

34 Tabel 3. Studi Terdahulu Yang Berkaitan Dengan Penelitian No Penulis Judul Penelitian Metode Analisis 1 Arfah (2009) Analisis Risiko Penjualan Anggrek Phalaenopsis pada PT Ekakarya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat. Analisis deskriptif dan analisis risiko 2 Ginting (2009) Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada Usaha Cempaka Baru di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor 3 Safitri (2009) Analisis Risiko Produksi Daun Potong di PT Pesona Daun Mas Asri, Ciawi Kabupaten Bogor, Jawa Barat 4 Tarigan (2009) Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik Pada Permata Hati Organic Farm di Bogor, Jawa Barat 5 Fariyanti (2008) Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam Menghadapi Risiko Produksi dan Harga Produk di Kecamatan Pengalengan Kabupaten Bandung Analisis deskriptif dan analisis risiko Analisis deskriptif dan analisis risiko Analisis deskriptif dan analisis risiko Analisis risiko model GARCH dan menghitung nilai varian 19

35 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan permasalahan penelitian. Pengertian risiko, analisis risiko, dan manajemen risiko merupakan teori-teori yang dianggap memiliki keterkaitan sangat erat dalam hal permasalahan penelitian. Oleh karena itu akan dijabarkan secara spesifik pada sub bab-sub bab berikut Risiko Agribisnis Agribisnis merupakan sebuah konsep dan paradigma baru dalam dunia pertanian. Saragih (1998), menyebutkan bahwa Agribisnis dicetuskan oleh Davis dan Goldberg pada tahun 1957 di Universitas Harvard. Agribusiness is the sum total of all operations involved in the manufacture and all distribution of farm supplies; production activities on the farm, and the storage processing and distribution of farm commodities and items made from them. Dari defenisi tersebut agribisnis dapat dibagi ke dalam tiga subsistem yaitu: subsistem input (off-farm hulu), budidaya (on farm) dan output (off-farm hilir). Penggunaan risiko dalam bahasa sehari-hari merupakan sebuah bukti bahwa risiko adalah sebuah kosakata yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Risiko dapat diartikan sebagai sebuah kondisi dimana hasil yang ingin dicapai dari suatu usaha tidak 100 persen pasti. Pilihannya adalah suatu kejadian itu memiliki manfaat positif (untung) atau sebaliknya adalah manfaat negatif (merugi). Namun itu baru pengertian risiko secara sederhana, pendapat para ahli berikut ini diharapkan dapat membantu untuk mendapatkan pengertian risiko yang lebih lengkap dan jelas. Harwood et al. (1999) mengartikan risiko sebagai kemungkinan kejadian yang menimbulkan kerugian. Dalam ruang lingkup perusahaan risiko tampak dalam kejadian-kejadian berikut: kegagalan penjualan barang yang sudah diproduksi, kenaikan harga bahan baku yang cukup tinggi secara mendadak, piutang-piutang yang tidak dapat ditagih, kebocoran kas perusahaan akibat ketidakjujuran karyawan, kegagalan produksi karena kerusakan mesin, dan hal-hal 20

36 lainnya. Risiko juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi adanya kemungkinan deviasi (penyimpangan) terhadap hasil yang diinginkan atau diharapakan. Jika menggunakan bahasa statistik hal ini dapat diartikan menjadi derajat penyimpangan sesuatu nilai di sekitar posisi sentral atau disekitar titik rata-rata. Ketidakpastian memiliki keeratan hubungan dengan risiko. Risiko dapat diartikan sebagai ketidakpastian (risk is uncertainity) yang mungkin melahirkan kerugian. Beberapa defenisi juga menyebutkan bahwa ketidakpastian merupakan sumber atau penyebab suatu kondisi dikatakan berisiko. Namun sebenarnya kedua kondisi ini memiliki pengertian yang berbeda. Ketidakpastian lebih tepat disebutkan kepada kondisi yang peluangnya terjadinya belum dapat diukur dengan baik berbeda dengan konsep risiko. Debertin (1986) mengatakan bahwa risiko merupakan kondisi dimana peluang terjadinya suatu kejadian sudah dapat diperhitungkan dengan baik oleh si pembuat keputusan. Robison dan Barry (1987) menyebutkan ketidakpastian menunjukkan peluang suatu kejadian yang tidak dapat diketahui oleh pembuat keputusan. Peluang kejadian yang tidak diketahui secara kuantitatif dikarenakan tidak ada informasi atau data pendukung untuk menghitung nilai peluangnya. Sehingga selama peluang suatu kejadian tidak dapat diukur maka kejadian tersebut termasuk kedalam kategori ketidakpastian. Risiko sering dikaitkan juga dengan dampak atau akibat dari suatu kejadian yang dirasakan mengandung risiko. Menurut Darmawi (2010) risiko berdasarkan kemungkinan akibatnya dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu: risiko spekulatif dan risiko murni. Risiko spekulatif diartikan sebagai risiko yang memiliki kemungkinan mengalami kerugian atau kegagalan tetapi disamping itu terdapat juga kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan. Sedangkan risiko murni merupakan risiko yang hanya bergerak ke satu arah saja yaitu ke arah kemungkinan kerugian. Kedua jenis risiko ini sering dibahas dalam konsep ekonomi perusahaan. Karena berpengaruh terhadap proses penanganan risiko, contohnya jenis risiko yang dapat diasuransikan hanyalah risiko murni. Petani dan peternak selalu dihadapkan dengan kondisi ketidakpastian setiap harinya. Mulai dari ketidakpastian cuaca, serangan hama, dan harga input maupun output. Ketidakpastian ini menyebabkan bidang agribisnis menjadi sangat riskan dengan kerugian. Perubahan struktur pola usaha pertanian ke arah industri 21

37 juga mengharuskan para pelaku usaha untuk menerapkan strategi pengendalian risiko 1. Menurut Harwood et al. (1999), sumber-sumber risiko pertanian dapat diklasifikasikan kedalam lima bagian yaitu: risiko pasar (market risk), risiko produksi (yield risk), risiko kelembagaan (institutional risk), risiko keuangan (financial risk), dan risiko sumber daya manusia (personal risk). 1. Risiko pasar yaitu risiko pergerakan harga yang berdampak negatif terhadap perusahaan. Risiko pasar yang lebih dikenal dengan market risk atau price risk ini merupakan risiko yang terjadi akibat dari tidak stabilnya harga komoditi baik yang digunakan sebagai sumber daya atau input dan output sebagai hasil dari usaha. Namun selain itu risiko pasar juga dipengaruhi oleh penurunan permintaan terhadap output perusahaan, mutu produk yang tidak sesuai, persaingan antar sesama produsen, kegagalan strategi pemasaran, kelemahan daya tawar perusahaan dibandingkan dengan pembeli. 2. Risiko produksi merupakan kegagalan yang terjadi dalam proses budidaya atau proses menghasilkan suatu komoditas yang diakibatkan oleh faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan. Bentuknya umumnya berhubungan dengan keadaan alam seperti curah hujan yang tidak menentu, perubahan cuaca yang tidak sesuai perkiraan, serta serangan hama dan gulma yang tidak terkontrol. 3. Risiko institusi merupakan risiko yang disebabkan oleh perubahan kebijakankebijakan makro dan mikro oleh pemerintah atau lembaga pembuat kebijakan dalam bidang pertanian. Perubahan kebijakan ini dapat berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap kegiatan usaha perusahaan, contohnya berupa kebijakan harga bibit tanaman, kebijakan harga jual, kebijakan penggunaan pupuk kimia maupun kebijakan ekspor dan impor. 4. Risiko finansial merupakan bentuk-bentuk risiko yang dihadapi perusahaan terkait dengan bidang keuangan khususnya dalam hal permodalan. Jika perusahaan memiliki modal yang berasal dari pinjaman bank maka akan berhadapan dengan tingkat suku bunga kredit. Selain itu kenaikan Upah 1 Sarah A. Drolette. Januari Managing Marketing Risk in Agriculture. Utah State University. Hlm 1. 22

38 Minimum Regional (UMR), piutang hutang yang macet, aliran uang yang rendah juga merupakan faktor-faktor yang menyebabkan perusahaan dihadapkan pada risiko finansial. 5. Risiko sumber daya manusia, yaitu risiko yang dihadapi oleh perusahaan yang berkaitan dengan perilaku manusia dalam melakukan kegiatan usaha. Risiko yang disebabkan oleh sumber daya manusia ini dapat menyebabkan kerugian contohnya ketika melakukan kesalahan pencatatan data, kelalaian dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab, pencurian, rusaknya fasilitas produksi, mogok kerja ataupun meninggalnya tenaga kerja pada saat menjalankan tugas. Dalam menghadapi risiko setiap pelaku bisnis atau pengusaha memiliki perilaku yang berbeda-beda. Secara umum perilaku individu dalam menghadapi risiko dapat dikategorikan menjadi tiga jenis yaitu: risk averse, risk neutral dan risk preferer. Berdasarkan teori utilitas perilaku ini dapat dijelasakan melalui Gambar 5. Gambar 5 menunjukkan hubungan antara expected income dan income variance. Income variance merupakan ukuran tingkat risiko, sedangkan expected income merupakan tingkat kepuasan para pembuat keputusan. Perilaku individu atau pembuat keputusan dalam menghadapi risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori sebagai berikut: 1. Pembuat keputusan yang takut akan risiko (Risk Averse), yaitu perilaku individu yang berusaha untuk menghindari risiko. Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (income variance) yang merupakan ukuran tingkat risiko akan diimbangi dengan menaikkan expected income. 2. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (Risk Neutral), yaitu perilaku individu yang apabila terjadi kenaikan income variance (ukuran tingkat risiko) tidak akan diimbangi dengan menaikkan expected income. Artinya, jika income variance semakin tinggi, maka expected income akan tetap. 23

39 3. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (Risk Preferer), yaitu perilaku individu yang menyukai risiko. Sikap ini menunjukkan bahwa jika adanya kenaikan income variance akan diimbangi oleh pembuat keputusan dengan kesediannya menerima expected income lebih rendah. Risk preferer cenderung menganggap risiko sebagai sesuatu hal yang tidak perlu dikhawatirkan. Expected Income Risk Averse Expected Income Risk Preferer Income Variance Income Variance Risk Neutral Expected Income Income Variance Gambar 5. Hubungan Antara Expected Income dan Income Variance Sumber: Debertin (1986) Risiko Portofolio dalam Diversifikasi Pengukuran risiko menjadi sangat penting dalam tahapan analisis risiko karena tahapan ini dapat menentukan relatifitas penting atau tidaknya risiko tersebut untuk ditangani dan untuk memperoleh informasi yang akan menolong 24

40 dalam menetapkan kombinasi strategi manajemen risiko. Untuk menentukan banyaknya kejadian yang dianggap berisiko dapat menggunakan konsep perhitungan peluang. Hasil dari perhitungan peluang ini akan menunjukkan seberapa sering perusahaan menghadapi periode atau hasil yang sesuai dengan harapan, melebihi harapan dan tidak sesuai dengan harapan. Pengukuran risiko juga mencakup proses penilaian risiko. Menurut Elton dan Grubber (1995) terdapat beberapa penilaian risiko yaitu: perhitungan nilai varian (variance), standar baku (standard deviation) dan koefisien variasi (coefficient variation). Ketiga alat ukur penilaian risiko ini saling berkaitan satu sama lain dengan nilai varian sebagai dasar perhitungan untuk pengukuran lainnya. Standar baku merupakan akar kuadrat dari perhitungan nilai varian sedangkan koefisien variasi merupakan rasio antara nilai standar baku dengan nilai expected return. Expected return merupakan nilai atau hasil yang diharapkan oleh pengusaha atau pelaku usaha. Expected return dapat berbentuk jumlah produksi, jumlah penjualan dan penerimaan atau pendapatan. Alat penilaian risiko dengan model varian dan standar baku sering sekali dianggap kurang tepat apabila dibandingkan dengan penerimaan (return). Varian dan standar baku hanya menunjukkan nilai risiko secara absolut. Khususnya apabila dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan dalam manajemen perusahaan, model perhitungan dengan varian dan standar baku tidak layak. Untuk mengatasi hal itu model perhitungan dengan menggunakan koefisien variasi merupakan model yang paling sesuai. Koefisien variasi sudah memperhitungkan antara nilai risiko yang dihadapi sebuah perusahaan dan perbandingannya dengan setiap satu satuan penerimaan (return) yang diperoleh oleh perusahaan. Sehingga pada akhirnya pernyataan yang mengatakan high risk high return dapat diuji dan dilihat kebenarannya dalam kasus yang dihadapi perusahaan. Pelaku bisnis mempunyai banyak alternatif dalam melakukan investasi. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan pelaku bisnis dalam menginvestasikan dananya dengan melakukan kombinasi dari beberapa kegiatan usaha atau aset. Kombinasi dari beberapa kegiatan usaha atau aset dinamakan dengan diversifikasi. Teori portofolio merupakan teori yang menjelaskan penyaluran 25

41 modal ke dalam berbagai macam investasi dengan tujuan menekan risiko. Teori portofolio membahas portofolio yang optimum yaitu portofolio yang memberikan hasil pengembalian tertinggi pada suatu tingkatan risiko tertentu atau tingkat risiko paling rendah dengan suatu hasil tertentu. Teori portofolio membantu manajemen dalam pengambilan keputusan mengenai kombinasi investasi yang paling aman dikaitkan dengan tingkat risiko yang dihadapi. Dasar teori ini adalah pada kenyataannya investor tidak menginvestasikan seluruh dana hanya untuk satu jenis investasi tetapi melakukan diversifikasi dengan tujuan menekan risiko. Fluktuasi tingkat keuntungan akan berkurang karena saling menghilangkan jika memiliki beberapa jenis investasi. Menurut Diether (2009) perhitungan expected return pada risiko portofolio adalah: E(r p ) = w 1 E(r 1 ) + w 2 E(r 2 ) + + w n E(r n ) Dimana proporsi dari masing-masing aset adalah: w 1 + w w n = 1 Sedangkan rumusan perhitungan variance untuk risiko portofolio adalah: σ p 2 = w 1 σ 2 (r 1 ) + w 2 σ 2 (r 2 ) + + w n σ 2 (r n ) + 2w 1 w 2 cov (r 1,r 2 ) + 2w 1 w 3 cov (r 1,r 3 ) + + 2w 1 w n cov (r 1,r n ) + 2w 2 w 3 cov (r 2,r 3 ) + 2w 2 w 4 cov (r 2,r 4 ) + + 2w 2 w n cov (r 2,r n ) Keterangan: E (r p ) : Expected return dari keseluruhan usaha diversifikasi (1,2,, n) w 1, w 2,, w n : Fraction (proporsi) penggunaan masing-masing aset (1,2,,n) 2 σ p : Variance portofolio untuk masing-masing investasi (1,2,, n) cov (r 1,r 2; ; r 1,r n; r 2,r 3; ; r 2,r n ) : Covariance antara masing-masing aset (r 1,r 2; ; r 1,r n; r 2,r 3; ; r 2,r n ) Dalam perhitungan nilai covariance pada analisis risiko portofolio perlu diperhatikan juga nilai koefisien korelasi. Koefisien korelasi merupakan alat ukur statistik mengenai hubungan dari serial data yang menunjukkan pergerakan bersamaan relatif (relative comovements) antara serial data tersebut. Jika serial data bergerak dengan arah yang sama disebut dengan korelasi positif, sebaliknya jika bergerak dengan arah berlawanan disebut korelasi negatif. 26

42 Nilai koefisien korelasi investasi aset i dan j (ρ ij ) mempunyai nilai maksimum positif (+1) dan minimum negatif satu (-1). Berapa kemungkinan korelasi diantara dua aset diantaranya adalah sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1986): 1. Nilai koefisien korelasi positif satu (+1) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j selalu bergerak sama-sama. 2. Nilai koefisien korelasi negatif satu (-1) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j selalu bergerak berlawanan arah. 3. Nilai koefisien korelasi sama dengan nol (0) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j tidak ada hubungan satu dengan yang lain. Dalam penelitian ini koefisien korelasi diasumsikan memiliki nilai (+1) atau memiliki korelasi positif diantara komoditas yang digabungkan. Penilaian berupa peningkatan investasi melalui penambahan modal usaha untuk melakukan perluasan lahan dan pengendalian hama dan penyakit dalam usaha penjualan dendrobium. Hal ini akan berpengaruh terhadap pendapatan yang akan diterima dengan harapan risiko yang ditimbulkan akan menjadi lebih kecil Strategi Pengelolaan Risiko Strategi pengelolaan risiko merupakan langkah lanjutan dari proses identifikasi dan pengukuran risiko. Strategi pengelolaan risiko berbentuk langkahlangkah yang ditujukan untuk mengurangi tingkat kerugian dari suatu kondisi yang dianggap berisiko. Penanganan risiko dapat dimasukkan ke dalam fungsifungsi manajemen. Sehingga fungsi-fungsi manajemen yang dikenal dengan planning, organizing, actuating dan controlling (POAC) bertambah satu, yaitu fungsi penanganan risiko (Kountur, 2008). Menurut Lam (2008), beberapa alasan pentingnya manajemen risiko yaitu: mengelola risiko adalah tugas manajemen, manajemen risiko dapat mengurangi volalitas pendapatan, manajemen risiko dapat memaksimalkan nilai aset pemegang saham, dan manajemen risiko dapat memperbesar peluang kerja dan jaminan finansial. Kountur (2004) menjelaskan bahwa manajemen risiko merupakan bentuk langkah atau cara-cara yang digunakan manajemen untuk menangani risiko. Manajemen risiko juga menjadi sangat penting dalam lingkup perusahaan karena dapat membantu untuk menjamin pencapaian tujuan, memperkecil kemungkinan 27

43 bangkrut, meningkatkan keuntungan perusahaan, dan memberikan keamanan pekerjaan. Pendapat Kountur juga hampir sama dengan konsep manajemen risiko yang dikemukakan oleh Darmawi (2010), yaitu bahwa manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Darmawi (2010) juga berpendapat bahwa ada lima manfaat yang dapat diperoleh perusahaan melalui penerapan manajemen risiko yaitu: manajemen risiko dapat mencegah perusahaan dari kegagalan, pengurangan pengeluaran, peningkatan laba, pengurangan fluktuasi laba tahunan dan aliran kas, serta secara tidak langsung menolong public image karena manajemen risiko melindungi perusahan dari hal-hal buruk yang dapat merugikan perusahaan. Kountur (2008) menyebutkan ada beberapa bentuk pilihan-pilihan penanganan risiko. Pilihan-pilihan ini didasarkan pada tingkatan atau status risiko. Langkah-langkah penanganan risiko disesuaikan dengan tingkat besaran risiko yang akan ditangani. Beberapa strategi penanganan risiko yang dijelaskan oleh Kountur (2008), yaitu: 1. Strategi Menghindar Strategi menghindar merupakan strategi yang dilakukan jika dihadapkan pada kondisi risiko yang terlalu besar. Artinya kemungkinan terjadinya sangat besar dan akibat yang ditimbulkan juga sangat besar. Risiko yang dihadapi tidak dapat dikendalikan oleh manajemen dan tidak dapat ditangani dengan strategistrategi penanganan lain. 2. Strategi Mencegah Strategi pencegahan adalah strategi untuk membuat kemungkinan terjadinya risiko sekecil-kecilnya. Sasarannya adalah bagaimana agar kemungkinan atau probabilitas terjadinya suatu yang merugikan itu dapat dibuat sekecil-kecilnya. 3. Strategi Pengurangan Kerugian Risiko Strategi pengurangan kerugian risiko ini dilakukan untuk mengurangi akibat dari risiko. Diharapkan akibat dari kerugian dapat ditekan menjadi sekecil mungkin. Ada beberapa teknik untuk mengurangi kerugian akibat risiko yaitu 28

44 dengan teknik penyebaran, menggabungkan dan memperbaiki sarana pelaksanaan usaha. 4. Strategi Pengalihan Risiko Strategi berdasarkan akibat dan kemungkinan terjadinya dapat dibagi kedalam dua bagian, yaitu: risiko yang dapat dikendalikan dan risiko yang tidak dapat dikendalikan. Strategi pengalihan risiko idelnya dilakukan pada risiko yang tidak dapat dikendalikan perusahaan. Namun untuk yang dapat dikendalikan juga dapat diterapkan jika memiliki akibat risiko yang cukup besar. Bentuk pengalihan risiko ini berupa pelimpahan risiko kepada pihak lain yaitu melalui program asuransi, hedging, leasing, factoring, dan outsorcing. 5. Strategi Mendanai Risiko Strategi mendanai risiko ini merupakan bentuk pencegahan perusahaan dari kebangkrutan atau keterpurukan pada saat perusahaan terkena kerugian akibat dari kejadian yang berisiko. Hal ini sangat tepat apabila diterapkan pada risikorisiko kecil yang peluang terjadinya sangat kecil dan akibatnya juga kecil. Bentuk pendanaan risiko ini berupa penggunaan kas kecil dan penyediaan dana cadangan. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Permata Anggrek telah melakukan usaha diversifikasi pengusahaan dendrobium sejak tahun 2008, yaitu dengan mengusahakan tiga kelompok dendrobium. Usaha diversifikasi yang dilakukan oleh Permata Anggrek bertujuan untuk menekan risiko pada pengusahaan satu kelompok dendrobium. Namun ternyata upaya diversifikasi yang dilakukan oleh Permata Anggrek tidak serta merta mampu menghilangkan risiko. Upaya diversifikasi Permata Anggrek dihadapkan pada dua sumber risiko utama yaitu: risiko pra penjualan dan risiko dalam pasar. Risiko pra penjualan merupakan risiko yang bersumber dari proses pemeliharaan sebelum anggrek dendrobium dijual, bentuknya berupa perubahan iklim dan cuaca serta serangan hama. Sedangkan risiko dalam pasar diartikan sebagai risiko yang terjadi pada saat produk anggrek dendrobium dijual. Sumber risikonya adalah perubahan harga jual, perubahan selera dan kerusakan tanaman pada proses distribusi. Keseluruhan risiko ini mengakibatkan nilai penjualan Permata Anggrek menjadi berfluktuasi. 29

45 Untuk mengatasi risiko pada usaha diversifikasi ini Permata Anggrek sebagai pelaku usaha harus memiliki solusi penanganan yang tepat. Dalam merumuskan solusi penanganan risiko dibutuhkan sebuah studi dan analisis yang komprehensif. Bentuk studinya akan dirumuskan dalam bentuk kerangka berpikir operasional yang terdiri dari beberapa langkah, yaitu: identifikasi risiko, perhitungan risiko, dan penanganan risiko melalui penerapan strategi penanganan risiko. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 6. Usaha Permata Anggrek Risiko Pra Penjualan: Perubahan cuaca dan iklim Serangan hama dan penyakit Diversifikasi Dendrobium Risiko dalam Pasar: Fluktuasi Harga Jual Perubahan Selera Konsumen Kerusakan Pada Proses distribusi Fluktuasi Nilai Penjualan Analisis Risiko: 1. Expected Return 2. Ragam (variance) 3. Simpangan Baku (standard deviation) 4. Koefisien Variasi (coefficient variation) Analisis Deskriptif Strategi Penanganan Risiko Gambar 6. Skema Langkah-Langkah Kerangka Berpikir Operasional Analisis Risiko Usaha Diversifikasi pada Permata Anggrek 30

46 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Permata Anggrek yang berlokasi di Jalan Lodaya C No 10, Komplek BPPB Pasir Mulya Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Jawa Barat merupakan sentra produksi anggrek. Dalam skala nasional, Jawa Barat merupakan produsen anggrek terbesar pada periode tahun Tahun 2000 jumlah produksi anggrek potong di Jawa Barat berjumlah tangkai. Jumlah ini mengalami peningkatan yang sangat tinggi, tepatnya pada tahun 2008 jumlah produksi anggrek potong menjadi tangkai (Dinas Pertanian Jawa Barat, 2010). Tabel 4. Sentra Produksi Tanaman Hias Unggulan di Jawa Barat pada Tahun 2007 No Komoditas Kabupaten/Kota Produksi (tgk) Kecamatan Utama 1 Anggrek Bogor Gunung Sindur Karawang Cikampek Cirebon Sawangan 2 Krisan Bandung Parompong, Lembang,Cisarua Cianjur Sukaresmi, Pacet, Cugenang, Cipanasa Sukabumi Nangrak, Cibadak Bandung Banjaran, Soreang 3 Sedap Malam Warungkondong, Cianjur Sukalayu Kota Tasikmalaya Indihiang 4 Mawar Bandung Parompong, Lembang,Cisarua Cianjur Cipanas, Sukaresmi Sumber : Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat (2010) Departemen Pertanian Bidang Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat menyebutkan bahwa Jawa Barat mempunyai empat komoditas unggulan khusus tanaman hias yaitu anggrek, sedap malam, mawar dan krisan. Keempat komoditas ini tergolong komoditas yang sudah diterima di pasar internasional. Pada Tabel 4 31

47 terlihat bahwa daerah Bogor merupakan salah satu produsen anggrek yang terbesar di Jawa Barat. Pada tahun 2007 Bogor memproduksi anggrek sebanyak tangkai. Proporsi produksi anggrek daerah Bogor sebesar 72,44 persen dari total produksi anggrek Jawa Barat, Karawang 21,34 persen dan Cirebon sebesar 6,21 persen. Berdasarkan data ini dapat disimpulkan bahwa perkembangan tanaman anggrek secara umum berkembang dengan baik di daerah Bogor. Dinas Pertanian Kota Bogor mencatat ada empat perusahaan yang memfokuskan usahanya dalam usaha budidaya dan penjualan tanaman anggrek dendrobium, yaitu: Puspa Pesona, Tyas Orchids, Pesona Anggrek dan Permata Anggrek. Penelitian ini akan dikhususkan pada Permata Anggrek dikarenakan pengalaman perusahaan yang sudah mengusahakan tanaman anggrek dendrobium sejak tahun Permata Anggrek juga telah diakui oleh Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI) sebagai salah satu anggota pada regional Bogor. Permata Anggrek juga merupakan salah satu mitra Dinas Pertanian Kota Bogor untuk menjadi pendamping bagi sebuah kelompok tani anggrek yang berada di daerah Pasir Mulya. Disamping itu pihak pemerintah khususnya Departemen Pertanian juga sering mengunjungi perusahaan ini untuk mengadakan pelatihan dan transfer pengetahuan terkait budidaya dan distribusi tanaman anggrek. Pengambilan data pada Permata Anggrek dilaksanakan pada bulan Februari-April Jenis dan Sumber Data Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kualitatif merupakan data yang bentuknya berupa keterangan dan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan penelitian yang bukan angka (non numerik). Dalam penelitian ini data kualitatif terdiri dari fakta-fakta tentang perkembangan anggrek dendrobium, teknis pelaksanan usaha, kondisi usaha, peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam usaha anggrek dendrobium, dan hal lainnya yang terkait dengan penelitian. Berbeda dengan data kualitatif, dalam data kuantitatif bentuknya merupakan fakta dan informasi tentang usaha anggrek dendrobium yang sudah disusun dan lebih terukur. Data kuantitatif ini terdiri dari informasi tentang omzet perusahaan, jumlah penjualan, dan perkembangan harga jual anggrek. 32

48 Berdasarkan sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui proses wawancara yang dilakukan dengan bagian pemilik perusahaan, karyawan perusahaan, konsumen dan pihak-pihak yang terkait dengan topik penelitian khususnya dalam bidang penjualan anggrek dendrobium. Data primer ini merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber atau objek penelitian, sehingga dalam pencariannya banyak menggunakan wawancara, teknik observasi, pengamatan, dan studi kasus di Permata Anggrek. Data sekunder merupakan data pendukung yang tidak langsung ditemukan oleh peneliti, data ini diperoleh melalui studi literatur dan penelusuran dari berbagai literatur yang ada di Permata Anggrek, Badan Pusat Statistik, Dinas Hortikultura Departemen Pertanian, Perpustakaan Institut Pertanian Bogor, website internet, buku-buku dan jurnal yang terkait dengan perkembangan tanaman anggrek dendrobium. Hal ini dimaksudkan untuk mendukung penelitian agar lebih jelas dan spesifik. 4.3 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara, yaitu disesuaikan dengan subjek yang akan dicari informasinya. Bentuk-bentuk teknik pengumpulan data, yaitu: 1. Wawancara dan diskusi yang digunakan untuk memperoleh data yang sesuai dengan kondisi yang sebenarnya terjadi (memeriksa kebenaran). Namun wawancara juga diperlukan untuk menggali informasi yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini banyak dilakukan di lingkungan Permata Anggrek, mulai dari pemilik perusahaan, karyawan, dan para konsumen serta penyedia kebutuhan produksi dan penjualan anggrek dendrobium. 2. Observasi atau pengamatan yang digunakan untuk penggalian informasi dengan melihat secara langsung suatu proses atau kegiatan yang sulit dijelaskan dengan teknik wawancara. Observasi juga dibutuhkan untuk melihat lebih detil dan spesifik tahapan penjualan anggrek dendrobium pada Permata Anggrek. 3. Kuesioner yang digunakan untuk mengarahkan pertanyaan agar sesuai dengan topik sehingga tidak keluar dari kajian. Selain itu, kuesioner juga 33

49 diharapakan dapat memberikan gambaran tentang karakteristik konsumen yang berbelanja di Permata Anggrek. Kuesioner ini akan digunakan untuk mencari peluang terjadinya penjualan yang baik, normal dan buruk dalam Permata Anggrek. Keseluruhan teknik ini digunakan bersamaan dan disesuaikan dengan kondisi dan situasi Permata Anggrek. 4.4 Metode Analisis Data Pengkajian dan pembahasan dalam penelitian ini dilakukan dengan pengolahan data dan informasi berupa data primer dan sekunder. Data ini diolah dan dianalisis melalui beberapa metode pengolahan data yang dikelompokkan kedalam dua jenis metode yaitu: metode analisis deskriptif (kualitatif) dan metode analisis risiko (kuantitatif). Metode analisis yang digunakan disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis pengaruh diversifikasi terhadap upaya Permata Anggrek dalam mengurangi risiko pada usaha penjualan anggrek dendrobium. Analisis risiko digunakan untuk menghitung nilai risiko diversifikasi terhadap penjualan yang dihadapi Permata Anggrek. Analisis risiko ini akan menggunakan data kuantitaif yang diperoleh dari Permata Anggrek. Sumber data yang digunakan berupa jumlah penjualan anggrek dendrobium, laporan biaya, penerimaan dan pendapatan perusahaan dan persediaan tanaman. Satuan waktu data yang digunakan adalah bulanan yang dimulai dari bulan Agustus 2009 sampai Maret Periode data yang berjumlah 20 bulan ini sudah cukup untuk menggambarkan kondisi terbaru terkait risiko pada diversifikasi dendrobium pada Permata Anggrek. Analsisis deskruptif digunakan untuk mengidentifikasi penyebab risiko serta melihat strategi penanganan risiko yang telah diterapkan. Jenis data yang digunakan dalam metode deskriptif ini adalah data dan informasi kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara disertai diskusi dengan pihak Permata Anggrek. 34

50 4.4.1 Analisis Deskriptif Analisis deskriptif merupakan analisis yang banyak diterapkan untuk menganalisis sikap manajemen internal Permata Anggrek dalam membuat keputusan pada saat dihadapkan pada situasi penjualan yang sangat riskan. Selain itu analisis ini juga digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lengkap terkait proses penetapan kebijakan Permata Anggrek dalam hal penjualan. Efektif atau tidaknya pola manajemen risiko perusahaan juga merupakan bidang yang dikaji dengan analisis deskriptif ini. Harapannya ialah dengan adanya analisis deskriptif ini dapat membantu melengkapi analisis risiko yang bersifat kuantitatif Analisis Risiko Analisis risiko yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran untuk menilai penyimpangan. Penyimpangan dalam hal ini diartikan sebagai selisih antara target atau harapan perusahaan dengan realita yang diterima. Bentukbentuk alat ukur yang digunakan adalah instrumen dasar dalam ilmu statistik yaitu: ragam (variance), simpangan baku (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation). Ukuran-ukuran simpangan ini juga dibantu oleh alat ukur lainnya yaitu perhitungan peluang dan expected return Analisis Risiko Tunggal Analisis kuantitatif diawali dengan menentukan besarnya peluang. Penentuan peluang diperoleh berdasarkan dari suatu kejadian pada kegiatan budidaya yang dapat diukur dari pengalaman yang telah dialami oleh perusahaan. Peluang dari masing-masing kegiatan budidaya akan diperoleh pada tiga kondisi yaitu tertinggi, normal dan terendah. a. Peluang (probability) Menurut Darmawi (2010), dari sudut pandang empiris maka probabilitas dapat dipandang sebagai frekuensi terjadinya event dalam jangka panjang yang dinyatakan dalam persentase. Dalam perhitungan nilai risiko nilai peluang menjadi sangat penting karena akan sangat menentukan nilai dan besaran risiko yang dihadapi perusahaan. 35

51 Untuk penelitian ini, peluang bersumber dari data fisik penjualan yang dikelompokkan menjadi tiga jenis kondisi yaitu: kondisi tertinggi, normal dan terendah. Pengukuran peluang (P) pada setiap kondisi diperoleh dari frekuensi kejadian setiap kondisi yang dibagi dengan periode waktu selama kegiatan berlangsung. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut (Darmawi, 2010): Keterangan: n W i = Frekuensi kejadian atau banyaknya observasi (20 periode) = Frekuensi terjadinya peristiwa yang dihitung peluangnya dari masingmasing kelompok dendrobium (campur besar, sedang dan kecil) Darmawi (2010) menyebutkan bahwa probabilitas adalah nilai atau angka yang terletak antara 0 dan 1 yang diberikan kepada masing-masing kejadian. Apabila nilai suatu peluang sama dengan 1, maka hal tersebut merupakan sebuah kepastian. Ini artinya bahwa kejadian itu sudah pasti terjadi dalam percobaan atau kejadian berikutnya. Penelitian ini menggunakan peluang penjualan fisik anggrek dendrobium pada Permata Anggrek. Peluang didapatkan dari pengalaman penjualan perusahaan dalam kurun waktu 20 bulan terkahir. Dasar penentuan dan pengelompokan kondisi penjualan (tertinggi, normal dan terendah) diambil berdasarkan persentase penjualan fisik dendrobium tiap bulan. Yaitu berdasarkan jumlah fisik dendrobium yang terjual dibagi terhadap persediaan anggrek yang tetap tiap bulannya. Masing-masing kelompok dendrobium mempunyai persediaan anggrek yang berbeda, yaitu untuk dendrobium campur besar berjumlah 90 pot/bulan, dendrobium campur sedang berjumlah 450 pot/bulan dan dendrobium campur kecil berjumlah 500 pot/bulan. Menurut manajemen Permata Anggrek persentase penjualan bunga yang diusahakan sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan lingkungan, perubahan selera konsumen serta perubahan harga jual. Kisaran persentase penjualan yang ditetapkan Permata Anggrek untuk komoditas bunga yang diusahakan dapat 36

52 dilihat pada Tabel 5. Data persentase penjualan merupakan hasil wawancara dengan Permata Anggrek. Tabel 5. Pengelompokan Peluang berdasarkan Persentase Penjualan Dendrobium Campur Besar, Sedang dan Kecil pada Permata Anggrek No. Kondisi Penjualan Persentase Penjualan (%) 1 Tertinggi > 75 2 Normal Terendah < 25 b. Expected return Expected return atau nilai harapan merupakan besaran atau perolehan yang menjadi harapan atau target yang ingin dicapai dari suatu kegiatan usaha. Nilai harapan ini juga merupakan sebuah kondisi atau kemungkinan-kemungkinan yang bersumber dari perhitungan peluang dengan hasil yang telah diperoleh pada usaha sebelumnya. Nilai harapan dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk melanjutkan kegiatan usaha. Penyelesaian pengambilan keputusan yang mengandung risiko dapat dilakukan dengan menggunakan Expected return. Rumus Expected return dituliskan sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995): Keterangan : ER i = Expected return dari masing-masing kelompok dendrobium (i = campur besar, sedang dan kecil) Pij = Peluang dari suatu kejadian (i = dendrobium campur besar, sedang dan kecil; j= tertinggi, normal dan terendah) Rij = Return /Nilai Penjualan (i = dendrobium campur besar, sedang dan kecil; j= tertinggi, normal dan terendah) n = 20 observasi 37

53 c. Ragam (variance) Pengukuran variance dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dengan expected return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian. Nilai variance dapat dituliskan dengan rumusan pengukuran sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995): Keterangan: P ij R ij = Variance dari return masing-masing kelompok dendrobium (i=campur besar, sedang dan kecil) = Peluang dari suatu kejadian (i = dendrobium campur besar, sedang dan kecil; j= tertinggi, normal dan terendah) = Return /Nilai Penjualan (i = dendrobium campur besar, sedang dan kecil; j= tertinggi, normal dan terendah) = Expected return dari masing-masing kelompok dendrobium (i = campur besar, sedang dan kecil) Dari nilai variance dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai variance maka semakin kecil penyimpangannya sehingga semakin kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha tersebut. d. Simpangan Baku (standard deviation) Standard deviation dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai variance. Risiko dalam penelitian ini berarti besarnya fluktuasi nilai penjualan, sehingga semakin kecil nilai standard deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha. Secara matematis pengukuran standard deviation dapat dituliskan sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995) : Keterangan: = Variance dari masing-masing kelompok dendrobium (i=campur besar, sedang dan kecil) 38

54 = Standard deviation dari masing-masing kelompok dendrobium (i=campur besar, sedang dan kecil) e. Koefisien Variasi (coefficient variation) Coefficient variation diukur dari rasio standard deviation dengan return yang diharapkan atau ekspektasi return (expected return). Semakin kecil nilai coefficient variation maka akan semakin rendah risiko yang dihadapi. Pengukuran coefficient variation sebagai berikut (Elton dan Gruber 1995): Keterangan: CV i = Coefficient Variation dari masing-masing kelompok dendrobium (i=campur besar, sedang dan kecil) = Standard deviation dari masing-masing kelompok dendrobium (i=campur besar, sedang dan kecil) = Expected return dari masing-masing kelompok dendrobium (i = campur besar, sedang dan kecil ; j= tertinggi, normal dan terendah) Analisis Risiko pada Kegiatan Usaha Diversifikasi Kegiatan usaha diversifikasi merupakan salah satu upaya untuk meminimalisasi risiko yang dihadapi. Risiko yang dihadapi disebut dengan risiko portofolio. Untuk mengukur risiko portofolio dapat dilakukan dengan menghitung variance gabungan dari beberapa kegiatan usaha. Diversifikasi yang dilakukan Permata Anggrek adalah dengan cara diversifikasi berbagai kelompok dendrobium. Jika investasi untuk dua aset maka variance gabungan dapat dituliskan sebagai berikut (Elton dan Gruber 1995):. Keterangan : σ p 2 σ 12 σ p 2 = X 1 σ 1 2 +X 2 2 σ X 1 X 2 σ 12 = Variance portofolio untuk investasi dua aset yang digabungkan (dendrobium campur besar dengan sedang, dendrobium campur besar dengan kecil, dan dendrobium campur sedang dengan kecil) = Covariance antara investasi dua aset yang digabungkan (dendrobium campur besar dengan sedang, dendrobium campur besar dengan kecil, dan dendrobium campur sedang dengan kecil) 39

55 σ 1 σ 2 X 1 X 2 = Standard deviation investasi aset 1 (pertama) = Standard deviation investasi aset 2 (kedua) = Fraction portofolio pada investasi aset 1 (pertama) = Fraction portofolio pada investasi aset 2 (kedua) Covariance antara kedua aktiva i dan j dihitung dengan menggunakan persamaan berikut (Elton dan Grubber 1995): Keterangan : σ 12 = ρ 12 σ 1 σ 2 ρ 12 = Nilai koefisien korelasi diantara aset 1 dan 2 σ 1 = Standard deviation investasi aset 1 (pertama) = Standard deviation investasi aset 2 (kedua) σ 2 Menurut Diether (2009) untuk menghitung besarnya variance gabungan kombinasi tiga aset dapat dituliskan sebagai berikut: σp 2 = X 12 σ X1 X 2 σ 1 σ 2 + X 22 σ X2 X 3 σ 2 σ 3 +2X 1 X 3 σ 1 σ 3 + X 32 σ 3 2 Keterangan: = Variance portofolio untuk tiga aset yang digabungkan (dendrobium campur besar, sedang dan kecil) σ 1 = Standard deviation investasi aset 1 (dendrobium campur besar) σ 2 = Standard deviation investasi aset 2 (dendrobium campur sedang) σ 3 = Standard deviation investasi aset 3 (dendrobium campur kecil) X 1 = Fraction portofolio pada investasi aset 1 (dendrobium campur besar) X 2 = Fraction portofolio pada investasi aset 2 (dendrobium campur sedang) X 3 = Fraction portofolio pada investasi aset 3 (dendrobium campur kecil) σ 1 σ 2 = Covariance antara aset 1 dan aset 2 (dendrobium campur besar dengan sedang) σ 2 σ 3 = Covariance antara aset 2 dan aset 3 (dendrobium campur sedang dengan kecil) σ 1 σ 3 = Covariance antara aset 1 dan aset 3 (dendrobium campur besar dengan kecil) Perhitungan besarnya fraksi portofolio yang digunakan pada penelitian ini adalah berdasarkan alokasi investasi perusahaan yaitu besarnya penggunaan lahan pada komoditas yang diusahakan. Total luas lahan Permata Anggrek untuk ketiga kelompok dendrobium yang diusahakan adalah seluas 1000 m 2. Pembagian lahan 40

56 kelompok dendrobium Permata Anggrek adalah 200 m 2 untuk dendrobium campur besar, 300 m 2 untuk dendrobium campur sedang dan 500 m 2 untuk dendrobium campur kecil Analisis Strategi Pengelolaan Risiko Analisis strategi pengelolaan risiko dilakukan dengan melihat dan mengkaji strategi pengelolan risiko diversifikasi yang sudah diterapkan oleh Permata Anggrek. Analisis ini bertujuan untuk menilai bentuk strategi yang telah diterapkan untuk kemudian di evaluasi apakah sudah efektif dalam mengatasi risiko diversifikasi yang ada. Analisis ini merupakan langkah terakhir dari keseluruhan analisis risiko diversifikasi Permata Anggrek. Bentuk teknik analisis ini dilakukan dengan menggunakan media wawancara dan pengamatan kepada seluruh proses penjualan yang dilakukan oleh Permata Anggrek. Teknik ini dilakukan untuk menggali informasi yang menunjukkan bagaimana Permata Anggrek menangani permasalahan risiko pada usaha diversifikasi. Kemudian langkah selanjutnya adalah mengevaluasi teknik yang sudah dilakukan perusahaan. Dan diakhiri dengan memberi masukan efektif kepada perusahaan untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam mengatasi permasalahan risiko diversifikasi. 4.5 Defenisi Operasional 1. Peluang (P) merupakan frekuensi kejadian setiap kondisi dibagi dengan periode waktu selama kegiatan penjualan dendrobium campur besar, sedang dan kecil. 2. Expected return adalah jumlah dari nilai penjualan yang diharapkan pada kelompok dendrobium campur besar, sedang dan kecil. 3. Variance merupakan ragam atau variasi dari peluang ketiga kondisi nilai penjualan dendrobium campur besar, sedang dan kecil. 4. Return yang digunakan berdasarkan nilai penjualan yang diterima perusahaan dari kelompok dendrobium campur besar, sedang dan kecil (rupiah). 5. Standard deviation merupakan penyimpangan dari return yang diharapkan melalui usaha penjualan dendrobium campur besar sedang dan kecil. 41

57 6. Coefficient variation adalah besarnya risiko yang dihadapi Permata Anggrek apabila menginvestasikan satu rupiah pada kelompok dendrobium campur besar, sedang dan kecil. 7. Koefisien korelasi pada penelitian ini diasumsikan nilainya sebesar (+1). 42

58 V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Permata Anggrek merupakan sebuah perusahaan produsen dan distributor tanaman anggrek yang berdiri pada 1 Februari Pada awalnya Permata Anggrek memiliki arah bisnis pada proses pembudidayaan tanaman anggrek dendrobium dari tahapan botolan sampai berbunga. Jika dihitung secara keseluruhan proses ini memakan waktu sekitar dua sampai tiga tahun. Sehingga pada tahun pertama tanaman anggrek yang diusahakan oleh Permata Anggrek belum ditargetkan untuk dipasarkan. Pada saat memulai usaha, perusahaan ini hanya memiliki lahan seluas 450 m 2. Lahan ini dipersiapkan untuk proses pembesaran anggrek dari botolan hingga pot tunggal. Kegiatan usaha yang dilakukan Permata Anggrek pada tahun pertama adalah melakukan pemesanan dan menanam anggrek dari botolan. Permata Anggrek menargetkan untuk memesan dan menanam 100 botol bibit anggrek dendrobium per bulannya. Pada saat memasuki tahun 2005 Permata Anggrek menyadari bahwa dengan usaha penanaman anggrek botolan yang sudah dijalankan memiliki kendala pada keterbatasan lahan, padahal saat itu Permata Anggrek sudah menambah lahannya menjadi 920 m 2. Lokasi Permata Anggrek yang berada di Kota Bogor, yaitu tepatnya di daerah Pasir Mulya Jalan Lodaya Komplek BPPB menjadikan Permata Anggrek mudah untuk dikunjungi oleh konsumen baik pedagang keliling maupun para penikmat dan pecinta anggrek. Sebagian besar konsumen yang datang memiliki keinginan untuk membeli anggrek yang sudah berbunga. Tingginya permintaan anggrek kondisi berbunga ini dijadikan peluang oleh Permata Anggrek, sehingga menggeser konsep awal yang tadinya memfokuskan usaha pada budidaya tanaman botolan hingga berbunga berubah menjadi usaha pada budidaya tanaman remaja hingga berbunga. Lahan yang hanya berukuran 920 m 2 difokuskan untuk pembesaran anggrek dendrobium dari tahapan botolan yang sudah terlanjur dipesan pada tahun pertama, sedangkan untuk memenuhi permintaan konsumen akan tanaman berbunga pihak Permata Anggrek menambah lahannya seluas 500 m 2. Total lahan yang dimiliki Permata Anggrek pada tahun 2005 seluas m 2. 43

59 Permata Anggrek pada tahun 2005 memilih untuk menghentikan pemesanan anggrek jenis botolan. Hal ini diputuskan atas pertimbangan keterbatasan lahan dan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk membesarkan anggrek dari botolan hingga tanaman berbunga. Akhirnya pada tahun 2005 Permata Anggrek memilih untuk mengusahakan anggrek melalui tahapan seedling hingga berbunga. Untuk menghasilkan tanaman anggrek yang berkualitas tinggi dan sesuai selera masyarakat Permata Anggrek mendatangkan seedling anggrek dari Bangkok dan seedling silangan dalam negeri. Namun ternyata usaha pembesaran anggrek dari tahapan seedling ini juga ternyata tidak sesuai dengan daya tampung kebun anggrek yang dimiliki oleh Permata Anggrek, sehingga pada tahun-tahun berikutnya perusahaan hanya memfokuskan pembesaran anggrek pada tahapan remaja hingga berbunga. Untuk tahapan ini hanya membutuhkan waktu sekitar empat sampai enam bulan. Dalam menjalankan usahanya Permata Anggrek juga dihadapkan pada perubahan kondisi pasar. Kondisi ini berdampak langsung terhadap perkembangan usaha. Permata Anggrek menyebutkan bahwa pada awal pendirian perusahaan pada tahun 2004 hingga tahun 2009 merupakan periode keemasan bagi para pebisnis anggrek, terbukti pada tahun tersebut ada banyak pengusahapengusaha anggrek baru yang muncul dan ikut meramaikan industri anggrek. Permata anggrek juga sempat merasakan pertumbuhan industri anggrek tersebut. Puncak pertumbuhan pasar tanaman anggrek terjadi pada tahun 2009 pada saat usaha tanaman hias lainnya seperti aglonema dan anthurium juga tinggi permintaannya. Akan tetapi, sejak akhir tahun 2009 pasar tanaman hias dan anggrek dalam negeri mulai berkurang. Hal ini diakibatkan oleh penurunan pasar tanaman hias secara keseluruhan. Penurunan pasar anggrek ini juga semakin sulit untuk diatasi karena perubahan iklim dan cuaca pada tahun 2010 yang tidak dapat dikendalikan. Kondisi ini mengakibatkan budidaya tanaman anggrek semakin sulit khususnya untuk tahapan pembungaan. Implikasi dari perubahan anomali cuaca dan penurunan pasar anggrek mengakibatkan para pengusaha anggrek khususnya pengusaha pembibitan dan seedling anggrek mengurangi jumlah produksinya. Fenomena ini juga berdampak secara langsung kepada Permata Anggrek yang sangat membutuhkan anggrek jenis remaja. Dengan semakin 44

60 sulitnya industri anggrek pada tahun 2010 Permata Anggrek memilih untuk melakukan tindakan efisiensi biaya yaitu dengan mengurangi luasan lahan yang awalnya m 2 menjadi m 2. Demikianlah jumlah lahan yang dimiliki hingga saat ini hanya m Organisasi dan Manajemen Perusahaan Organisasi merupakan sebuah bentuk kerjasama dan interaksi antar sekelompok orang (dua atau lebih) yang bergabung dan bersepakat dalam upaya mencapai tujuan (Ruky, 2002). Dalam penyusunannya setiap individu yang terlibat dalam sistem memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan serta kewenangan akan sumberdaya fisik yang ada. Keseluruhan tugas, tanggung jawab dan kewenangan masing-masing individu ini akan disatukan untuk pencapaian tujuan dari sistem yang ada. Dalam hal sistem usaha atau bisnis peran organisasi ini cukup dibutuhkan dan menjadi salah satu kekuatan perusahaan dalam menghadapi dunia persaingan usaha. Organisasi mempunyai peran besar dalam mengefektifkan fungsi masingmasing sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan, khususnya dalam hal perencanaan, pengkoordinasian dan penyatuan antar individu. Permata Anggrek mempunyai visi usaha yang baik yaitu memaksimalkan keuntungan dengan menjual dan mengenalkan produk anggrek ke masyarakat luas. Visi ini bukan hanya berorientasi kepada maksimalisasi keuntungan melainkan dalam hal edukasi dan pengenalan tanaman anggrek kemasyarakat luas serta pelestarian tanaman anggrek yang pada beberapa komoditi sudah cukup langka. Dalam menjalankan visi ini Permata Anggrek juga menyadari pentingnya peranan organisasi, namun dalam penerapannya masih tergolong sederhana. Hal ini dikarenakan skala usaha Permata Anggrek yang masih tergolong kecil sehingga belum memiliki struktur organisasi yang cukup jelas. Pendekatan yang dilakukan dalam penerapan struktur organisasi masih berdasarkan kekeluargaan bukan secara stuktural. Selain dikarenakan skala usahanya yang masih kecil struktur organisasi semakin sederhana dikarenakan usaha anggrek tergolong usaha yang padat modal bukan padat karya. Dalam prakteknya pembagian kerja dilakukan secara sederhana dan diatur sesuai fungsi dan tugas masing-masing. 45

61 Permata Anggrek dipimpin oleh Ir. Roslina Yuniar, MM yang menjabat sebagai pemimpin dan pelaksana utama perusahaan. Pada awal berdirinya usaha, pemimpin dibantu oleh bagian penanggung jawab harian, dan karyawan di bagian produksi. Namun dengan semakin berkurangnya skala usaha yang diusahakan, bagian-bagian dalam struktur organisasi ini juga berubah menjadi lebih sederhana lagi. Pemimpin memiliki peran yang cukup besar dalam proses pengendalian jalannya usaha, yaitu bertanggung jawab terhadap kemajuan dan pencapaian target usaha. Tugas pemimpin usaha antara lain: a) Pemimpin dan pengelola utama usaha b) Mengatur jalannya usaha dan mengontrol semua kegiatan usaha c) Menentukan target perusahaan baik yang bulanan maupun tahunan d) Mengawasi kegiatan pemeliharaan dan pemasaran produk anggrek e) Membina hubungan dan kerja sama dengan para penyedia sarana input dan para konsumen besar f) Menetapkan standar harga jual kepada para konsumen Dalam prakteknya pemilik yang sekaligus menjabat sebagai pemimpin perusahaan tidaklah selalu berada di kebun, oleh karena itu dibutuhkan seorang individu yang berfungsi menjadi penanggung jawab harian, baik dalam pengawasan produksi maupun usaha pemasaran anggrek. Fungsi dari seorang penanggung jawab harian ini adalah: a) Mengontrol dan mengawasi kegiatan pemeliharaan atau kinerja para karyawan lainnya b) Penanggung jawab kegiatan penjualan harian yang umumnya dengan para konsumen dengan skala pemesanan kecil c) Melakukan pencatatan terhadap arus kas Permata Anggrek, baik arus kas masuk maupun arus kas keluar yang sifatnya harian, bulanan dan tahunan d) Melakukan laporan kepada pemimpin Permata Anggrek secara berkala Permata Anggrek juga sangat bergantung kepada proses produksi dan pemeliharaan anggrek, oleh karena itu dibutuhkan beberapa karyawan yang bertugas untuk menjalankan proses pemeliharaan. 46

62 Karyawan ini memiliki bidang kerja, antara lain: a) Perawatan tanaman anggrek berupa penyiraman, pemupukan, penyemprotan hama dan penggantian media tanam tanaman anggrek b) Memasarkan tanaman anggrek di dalam kebun c) Menjaga dan mengusahakan kebersihan kebun secara keseluruhan d) Melaporkan kondisi baik jumlah tanaman dan kebutuhan akan sarana produksi kepada penanggung jawab harian 5.3 Sumberdaya Usaha Permata Anggrek Sumberdaya yang dimiliki oleh Permata Anggrek secara keseluruhan dapat dibagi kedalam tiga bagian, yaitu: sumberdaya manusia atau tenaga kerja, sumberdaya fisik dan sumberdaya keuangan atau permodalan. Sumberdaya manusia adalah kekuatan tenaga kerja yang dimiliki oleh Permata Anggrek dalam menjalankan usahanya baik di bidang produksi, pemasaran dan administrasi atau pencatatan. Sumberdaya fisik adalah keseluruhan aset fisik yang dimiliki oleh Permata Anggrek untuk menjalankan usahanya berupa bangunan (rumah anggrek), alat dan perlengkapan produksi. Sumberdaya keuangan merupakan keragaan sumber-sumber keuangan Permata Anggrek dalam memulai dan menjalankan usaha Tenaga Kerja Tenaga kerja memiliki peran yang cukup penting dalam proses berjalannya usaha dalam pencapaian visi perusahaan. Tenaga kerja memiliki fungsi dalam menjaga efisiensi dan efektivitas dari organisasi. Pemimpin Permata Anggrek juga menyadari akan peran penting dari tenaga kerja, dan berusaha untuk mencari tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan Permata Anggrek. Permata Anggrek dalam proses perekrutan tenaga kerjanya memberikan beberapa persyaratan yang berbeda dan tergantung pada posisi bidang kerja yang akan dikerjakan. Saat ini Permata Anggrek hanya memiliki tiga orang tenaga kerja yang memiliki bidang kerja yang berbeda dan fungsinya dalam struktur organisasi. Pada awalnya jumlah tenaga kerja yang ikut berkontribusi dalam perjalanan usaha berjumlah lima orang, namun dengan semakin sulitnya usaha anggrek dendrobium 47

63 jumlah tenaga kerja ini dikurangi demi tercapainya efisiensi biaya tetapi dengan tetap memprioritaskan kualitas dan kelanjutan usaha. Sistem penggajian tenaga kerja yang diterapkan oleh Permata Anggrek tergolong sudah efektif untuk luasan lahan seluas 1200 meter 2. Sistem penggajian Permata Anggrek pada awalnya ditetapkan secara bulanan, tetapi dikarenakan mental tidak disiplin tenaga kerja yang terkadang tidak hadir pada jadwal yang sudah ditentukan, maka satu orang tenaga kerja diupah dengan sistem pembayaran harian, tetapi tetap dibayarkan pada akhir bulan. Gaji yang dikeluarkan oleh Permata Anggrek untuk sistem bulanan sebesar Rp ,- per bulan sedangkan untuk sistem harian sebesar Rp ,- per hari. Para karyawan yang bekerja juga disediakan fasilitas tempat tinggal, makan harian dan biaya komunikasi. Fasilitas ini merupakan bentuk pelayanan perusahaan diluar gaji yang diberikan. Latar belakang pendidikan tenaga kerja yang dimiliki oleh Permata Anggrek cukup bervariasi. Ada yang lulusan Sekolah Menegah Atas dan Sekolah Dasar. Pemilik yang sekaligus menjabat sebagai pemimpin Permata Anggrek berlatar belakang pendidikan sarjana teknik elektro dan magister manajemen. Latar belakang pendidikan masing-masing tenaga kerja juga merupakan dasar penentuan Permata Anggrek dalam menentukan bidang kerja yang menjadi tanggung jawab setiap karyawan. Sistem jadwal kerja yang berlaku di Permata Anggrek disusun secara sistematis dan dijadwal agar tidak ada satu hari pun yang kosong (libur). Jadwal kerja yang berlaku di Permata Anggrek adalah delapan jam per hari yang dimulai dari pukul WIB sampai WIB dengan waktu istirahat satu jam pada pukul WIB hingga WIB. Dalam satu minggu para tenaga kerja hanya bekerja selama lima hari, tetapi dengan catatan hari Sabtu dan hari Minggu tidak libur. Permata Anggrek mengganti jadwal libur dari hari sabtu dan hari minggu ke hari lain dikarenakan umumnya pada hari tersebut aktivitas penjualan lebih sibuk dibandingkan dengan hari biasa. 48

64 5.3.2 Sumberdaya Fisik Sarana dan prasarana fisik yang digunakan oleh Permata Anggrek tidaklah seluruhnya murni milik pemilik, ada beberapa yang masih sewa berdasarkan kontrak per tahun. Tanah atau lahan yang digunakan sebagai sarana utama dengan luasan m 2 masih bersumber dari sewa dengan pemilik lahan. Aset asli yang murni dimiliki oleh Permata Anggrek antara lain berupa: a) Bangunan rumah anggrek yang terbuat dari konstruksi besi dan paranet untuk mengatur intensitas cahaya yang tepat bagi tanaman anggrek. Terdapat dua buah rumah anggrek yang menjadi tempat produksi anggrek. b) Rak-rak paralon semi beton untuk tempat memajang pot-pot tanaman anggrek. Rak-rak ini memiliki lebar sekitar satu meter dan panjang yang berbeda-beda. Masing masing rak dapat menampung puluhan hingga ratusan pot tanaman anggrek. c) Instalasi irigasi yang bersumber dari air tanah untuk mengairi seluruh tanaman anggrek. d) Bangunan tempat penjualan anggrek dan tempat untuk proses pencatatan atau administrasi sederhana Sumberdaya Modal Pada awal pendirian usaha Permata Anggrek pemilik mengandalkan modal sendiri dalam mengusahakan usahanya. Modal awal berjumlah Rp ,- dan semua dana ini digunakan untuk membangun rumah anggrek yang pada awalnya berbahan dasar kayu dan bambu serta pembelian tanaman anggrek. Namun selanjutnya usaha Permata Anggrek juga mendapatkan tambahan dana dari pihak luar yaitu dari Perusahaan PT Pertamina melalui Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL). Jumlah dana yang diterima Permata Anggrek adalah Rp ,- pada tahun 2007 dan ditambah lagi sebesar Rp ,- pada tahun Keseluruhan dana ini digunakan untuk membiayai semua kegiatan produksi dan pemasaran produk anggrek. 49

65 5.4 Unit Bisnis Unit bisnis yang dijalankan pada Permata Anggrek 75 persen diarahkan pada usaha pemeliharaan dan penjualan produk anggrek dendrobium. Selain itu Permata Anggrek juga mengusahakan jenis anggrek lain yang cukup diminati oleh masyarakat seperti anggrek bulan (phalaenopsis), vanda, gramathopylum, cattleya, dan oncidium. Lahan Permata Anggrek seluas 1000 m 2 digunakan oleh perusahaan untuk mengusahakan dendrobium sedangkan sisanya seluas 200 m 2 digunakan untuk mengusahakan anggrek jenis lain. Kecilnya proporsi pengusahaan anggrek jenis lain dibandingkan dengan dendrobium dikarenakan harganya yang relatif lebih mahal dan kondisi iklim yang tidak sesuai dengan iklim pemeliharaanya. Permata Anggrek juga dikenal sebagai mitra yang cukup baik bagi perusahaan penyedia jasa pelatihan. Pelatihan dan kursus singkat mengenai usaha budidaya dan teknik merawat anggrek merupakan unit usaha yang juga diusahakan oleh Permata Anggrek. Salah satu mitra Permata Anggrek yang cukup sering melakukan kerjasama adalah Prima Kelola IPB. Permata Anggrek menyediakan jasa pelatihan budidaya dan perawatan tanaman anggrek bagi kalangan hobiis yang sifatnya individu dan kelompok. Jasa pelatihan diadakan secara langsung di kebun. Selain kepada perusahaan penyedia jasa pelatihan, pelatihan yang diadakan Permata Anggrek juga umumnya diikuti oleh para hobiis yang berasal dari Kota Bogor dan Jakarta. Unit bisnis Permata Anggrek juga menyediakan pelayanan perangkaian anggrek pot. Usaha ini banyak diminati masyarakat perkotaan yang menikmati anggrek pada saat berbunga. Umumnya konsumen pemesan rangkaian bunga pot menggunakan anggrek untuk acara-acara perayaan dan paket bingkisan atau hadiah yang diberikan kepada orang lain. Jenis anggrek dendrobium yang dijual oleh Permata Anggrek terdiri atas lima kelompok yaitu: dendrobium campur, hybrid, seedling, kompot dan dendrobium mini. Masing-masing jenis anggrek ini memiliki perbedaan pada bentuk fisik dan harganya. Yang sering dijual dan cukup banyak dicari oleh konsumen adalah kelompok anggrek dendrobium campur. Kelompok ini terdiri atas tiga jenis yaitu: dendrobium campur besar, dendrobium campur sedang dan 50

66 dendrobium campur kecil. Dendrobium campur besar merupakan kelompok jenis tanaman dendrobium yang umumnya memiliki tinggi diatas 50 cm yang ditanam pada pot ukuran 20 cm. Jenis tanaman ini memiliki diameter batang yang lebih besar yaitu sebesar 1,5 2 cm. Beberapa jenis dendrobium yang tergolong kelompok dendrobium campur besar antara lain: dendrobium burana, dendrobium jade, dendrobium susana neil, dendrobium ckai dan dendrobium lasianthera. Permata Anggrek menargetkan untuk menyediakan 90 pot tanaman dendrobium campur besar tiap bulannya. Jenis tanaman yang disediakan adalah tanaman siap bunga. Bentuk dan ukuran fisik dendrobium campur besar dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7. Dendrobium Campur Besar Sumber: Permata Anggrek (2011) Dendrobium campur sedang adalah kelompok jenis tanaman dendrobium yang memiliki tinggi sekitar cm. Ukuran diameter batang juga lebih kecil dbandingkan dengan dendrobium campur besar, yaitu sebesar 1-1,5 cm. Permata Anggrek menargetkan untuk membeli 450 pot tanaman dendrobium campur sedang setiap bulannya. Beberapa jenis dendrobium yang tergolong kelompok dendrobium campur sedang antara lain: dendrobium sonia, dendrobium airy white dan dendrobium king dragon. Dasar penentuan ini adalah atas pertimbangan luasan lahan yang dimiliki dan atas potensi pasar periode sebelumnya. Jenis tanaman yang disediakan adalah tanaman siap bunga. Sedangkan dendrobium campur kecil adalah kelompok tanaman dendrobium dengan tinggi dibawah 30 cm dan umumnya memiliki ukuran diameter batang yang paling kecil yaitu 51

67 dibawah 1 cm. Beberapa jenis dendrobium yang tergolong kelompok dendrobium campur kecil adalah dendrobium chao praya gem, dendrobium hirota pink. Permata Anggrek menargetkan untuk menyediakan 500 pot tanaman setiap bulannya. Bentuk dan ukuran dendrobium campur sedang dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Dendrobium Campur Sedang Sumber: Permata Anggrek (2011) Kelompok dendrobium campur besar dan sedang memiliki daya tahan terhadap penyakit yang lebih kuat dibandingkan dengan dendrobium campur kecil. Kelompok anggrek dendrobium campur kecil adalah kelompok anggrek yang produksinya sebesar 20 persen masih bersumber dari Permata Anggrek (dapat dilihat pada Gambar 9). Tetapi untuk memenuhi kebutuhan produknya Permata Anggrek juga memasok dari luar perusahaan. Gambar 9. Dendrobium Campur Kecil Sumber: Permata Anggrek (2011) 52

68 Berbeda dengan kelompok dendrobium campur besar dan sedang yang hanya bersumber dari pasokan perusahaan lain. Permata Anggrek memilih untuk memasok sebagian besar anggreknya dari luar perusahaan dikarenakan keterbatasan lahan, modal dan lamanya proses pemeliharaan yang mengakibatkan arus kas keuangan menjadi tidak lancar. 5.5 Gambaran Budidaya Anggrek Dendrobium Permata Anggrek Usaha pembudidayaan tanaman anggrek khususnya dendrobium berjalan dengan cukup baik di daerah Bogor. Syarat tumbuh berupa iklim, kebutuhan cahaya dan kelembaban udara sangat sesuai dengan kebutuhan tanaman anggrek dendrobium. Sedangkan untuk kondisi tanahnya tidak terlalu diperhitungkan karena tanaman anggrek tidak langsung bersentuhan dengan tanah seperti jenis tanaman lainnya, melainkan membutuhkan media tanam yang juga cukup mudah untuk diperoleh di Kota Bogor. Daerah Kecamatan Bogor Barat yang termasuk ke dalam Kotamadya Bogor merupakan daerah yang tepat bagi pemeliharaan tanaman anggrek dendrobium, baik untuk proses penghasilan bibit hingga pemeliharaan berbunga. Suhu di daerah ini tergolong tropis yaitu berkisar antara C merupakan suhu yang ideal bagi usaha pemeliharaan dendrobium. Secara umum proses pembudidayaan tanaman anggrek dendrobium khususnya dendrobium campur besar, sedang dan kecil hampir sama dengan jenis anggrek lainnya. Namun secara garis besar proses pembudidayaan anggrek hingga berbunga dapat dibagi lima tahapan yaitu dari tahapan botolan, community pot, pot tunggal, seedling dan remaja. Perbedaan dari kelima tahapan ini terletak pada lamanya waktu pemeliharaan dan penggunaan sumberdaya input yang lebih banyak. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 10 yaitu untuk tiap-tiap tahapan membutuhkan waktu sekitar enam bulan. Kelima tahapan pemeliharaan anggrek secara keseluruhan menghabiskan waktu sekitar dua tahun. Pada tahapan remaja menuju berbunga terdapat sebuah tahapan siap bunga. Tahapan siap bunga merupakan tahapan penjembatan yang menjadi cukup dibutuhkan apabila persediaan tanaman berbunga sangat sedikit. Tahapan siap bunga hanya membutuhkan waktu sekitar satu sampai dua bulan agar berbunga. 53

69 6 bulan Botolan Community Pot Pot Tunggal 6 bulan Berbunga 6 bulan Remaja 6 bulan Seedling Gambar 10. Tahapan Pemeliharaan Anggrek Dendrobium Sumber : Permata Anggrek (2011) Permata Anggrek dalam mengusahakan anggreknya memanfaatkan kelima tahapan ini, yaitu 10 persen untuk tahapan botolan, 15 persen untuk tahapan seedling dan 75 persen untuk tahapan remaja. Namun keadaan sekarang untuk jenis botolan sudah tidak diusahakan lagi, begitu juga halnya dengan yang seedling. Hal ini dikarenakan terbatasnya lahan yang dimiliki oleh Permata Anggrek. Dari semua tahapan ini bentuk penanganan dari tiap-tiap tahapan hampir sama yaitu diawal dimulai dengan proses pemilihan bibit atau bakal calon tanaman yang akan dibesarkan, pembuatan media tanam dan pemeliharaan. Proses pemeliharaan terdiri dari kegiatan penyiraman, pembersihan gulma, penggantian media tanam, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit serta pembungaaan anggrek Pemilihan Bibit atau Bakal Tanaman Anggrek Proses budidaya anggrek hanya akan difokuskan kepada dendrobium campur kecil, karena dendrobium campur besar dan sedang tidak dibudidayakan dari awal melainkan hanya dilakukan proses pemeliharaan sebelum dijual. Proses budidaya dimulai dengan proses penyediaan bibit anggrek yang akan dibudidayakan. Dalam proses penyediaan ini dibutuhkan sebuah kemampuan khusus untuk mengenali dan memilih jenis bibit yang layak untuk digunakan. Karena pada tahapan ini dapat berdampak terhadap kegagalan produksi dimana tanaman anggrek tidak dapat bertumbuh dengan baik. Berdasarkan tahapan pengusahaan anggrek dendrobium maka jenis bakal tanaman yang akan diusahakan dapat dibagi tiga yaitu: jenis tanaman botolan yang sering juga disebut bibit anggrek, jenis tanaman dalam bentuk kompot (community pot) dan jenis 54

70 tanaman muda atau remaja. Masing-masing jenis tanaman ini memiliki kriteria pemilihan dan penanganan yang berbeda-beda, yaitu: 1. Jenis Botolan Jenis botolan adalah jenis bibit anggrek yang berumur satu tahun sejak diperbanyak dari induknya. Disebut bibit botolan dikarenakan medianya yang terbuat dari botol. Satu botol biasanya terdiri dari tanaman. Bibit botolan ini merupakan hasil dari proses perbanyakan. Bentuk perbanyakan tanaman anggrek terbagi atas dua bagian yaitu perbanyakan generatif dan vegetatif. Perbanyakan generatif adalah perbanyakan yang dilakukan dengan menggunakan biji sedangkan vegetatif adalah perbanyakan yang menggunakan stek, keiki, pemisahan rumpun dan kultur jaringan. Adapun kriteria pemilihan dan penanganan bibit botolan yang baik menurut Permata Anggrek adalah: a. Pilih bibit yang seragam b. Warna daun tampak hijau segar, mulus dan tidak menunjukkan gejala keriput c. Kondisi media dalam botol harus benar-benar bersih, tidak ditumbuhi cendawan d. Bibit dalam botol masih hidup seluruhnya e. Sebaiknya bibit segera dipindahkan ke pot 2. Jenis Kompot Bibit kompot adalah jenis bibit yang disiapkan secara berkelompok (community pot/ pot komunitas) yaitu dalam satu pot terdiri dari beberapa tanaman yang umumnya berjumlah tanaman. Kelebihan bibit kompot dibandingkan dengan bibit dalam botol adalah tidak terlalu rumit cara penanamannya, terutama saat memindah bibit kecambah kedalam pot. Hal ini juga mengandung risiko kematian bibit seperti yang sering dikhawatirkan para pengusaha anggrek pemula. Selain itu, bibit-bibit ini mudah diamati perkembangannya sejak awal. Jika hendak menggunakan jenis bibit yang seperti ini, menurut Permata Anggrek perlu memperhatikan beberapa hal berikut: a. Pot dan tanaman harus bebas dan bersih dari jamur b. Pertumbuhan bibit tanaman seragam dan subur c. Sistem pengakarannya kuat dan jumlahnya banyak 55

71 d. Tidak terdapat bercak pada daun e. Diantara rumpun bibit tanaman tidak ada yang layu, busuk atapun mati f. Jumlah bibit tanaman sesuai dengan ukuran pot, untuk pot ukuran 15 cm, biasanya berisi 25 bibit 3. Jenis Tanaman Muda Jenis tanaman muda adalah jenis bibit tanaman yang sering juga disebut jenis tanaman remaja, umumnya jenis tanaman ini membutuhkan waktu sekitar enam bulan kemudian untuk berbunga. Tanaman ini biasanya dijual dalam pot-pot kecil. Menurut Permata Anggrek beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bibit tanaman muda adalah sebagai berikut: a. Akar, batang dan daun harus tampak sehat b. Warna daun hijau mulus tanpa bercak c. Daun tampak lebat dan tebal Jika dibandingkan secara keseluruhan, bibit botolan memiliki harga lebih murah. Bibit botolan masih berupa kecambah, terdiri dari 2-4 daun kecil dan sedikit akar. Namun bagi penganggrek pemula, risiko kematian saat memidahkan bibit kedalam pot cukup tinggi dan waktu yang dibutuhkan untuk siap berbunga adalah sekitar 2 tahun Pemilihan Media Tanam Fungsi media tanam adalah sebagai tempat menempel dan menyimpan unsur hara serta air yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman anggrek. Media tumbuh yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu tidak mudah lapuk, tidak menjadi sumber penyakit, mempunyai daya serap yang cukup baik, mampu mengikat air dan unsur hara dengan baik, mudah didapat dalam jumlah yang diinginkan dan relatif murah harganya. Media tanam sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi bunga optimal, sehingga perlu dicari media tanam yang sesuai. Media tanam yang sering digunakan oleh Permata Anggrek adalah pakis, moss, arang dan kaliandra. Untuk tanaman dendrobium yang sering digunakan adalah arang, pakis dan kaliandra. Campuran pakis dan kaliandra digunakan pada tanaman muda (remaja) karena kedua media tanam tersebut memiliki kelebihan dalam daya mengikat air, daya serap (drainase) yang baik dan serta mengandung 56

72 unsur Nitrogen (N) yang cukup tinggi. Unsur N ini sangat dibutuhkan dalam pembentukan akar. Jenis pakis yang digunakan adalah jenis pakis halus yang sudah dicincang terlebih dahulu hal ini bertujuan untuk mengurangi pembusukan akibat kelembaban yang terlalu tinggi yang dapat mengakibatkan pembusukan. Namun sebelum digunakan sebagai media tanam pakis dan kaliandra sebaiknya dilarutkan terlebih dahulu di dalam cairan fungisida, hal ini bertujuan untuk menguruangi risiko kerusakan akar tanaman akibat jamur. Selanjutnya media tanam arang digunakan untuk tanaman dewasa yang akarnya sudah cukup banyak dan membutuhkan media tanam yang kuat untuk dijadikan penopang. Keseluruhan media tanam yang telah dipilih dan akan digunakan selanjutnya akan dimasukkan ke dalam pot yang terbuat dari tanah liat. Setiap pot diharuskan untuk memiliki lubang-lubang kecil, lubang ini berfungsi untuk memperlancar sirkulasi, mempermudah penyerapan dan drainase Pemupukan Seperti tanaman lain, anggrek membutuhkan nutrisi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Kebutuhan tanaman anggrek akan nutrisi sama dengan tumbuhan lainnya. Unsur-unsur yang dibutuhkan tumbuhan adalah sebagai berikut: unsur makro (karbon, hydrogen, oksigen, kalsium, kalium, nitrogen, phosphor, sulfur, dan magnesium), unsur mikro (besi, mangan, boron, tembaga, seng, molibednum, dan klorida), dan unsur-unsur bermanfaat (kobal, natrium, dan silikon). Berdasarkan aspek pemupukan, pemupukan anggrek dapat dibagi menjadi dua fase, yaitu fase pertumbuhan vegetatif dan fase pertumbuhan generatif. Fase vegetatif adalah periode pertumbuhan dari semaian hingga menjadi anggrek muda. Pada fase ini tumbuhan menggunakan sebagian besar karbohidrat, sehingga perlu diberikan pupuk yang kandungan unsur N-nya tinggi. Fase generatif adalah fase pertumbuhan anggrek dewasa yang siap bunga. Pada fase ini diberikan unsur hara Phosphor (P) yang tinggi untuk merangsang proses pembungaan dan unsur Kalium (K) untuk memperkuat dinding sel sehingga bunga tidak mudah rontok serta tangkai bunga menjadi lebih kuat. Pemupukan tanaman anggrek dapat dilakukan dalam dua teknik, yaitu teknik pemupukan dengan daun dan dengan melalui media tanam. Pemupukan 57

73 dengan daun jauh lebih efektif dibandingkan dengan pemupukan melalui media tanam. Karena daun menyerap sekitar 90 persen pupuk dan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan akar yang hanya berkisar 10 persen. Permata Anggrek biasanya melakukan pemupukan pada pagi hari yaitu diantara pukul WIB. Hal ini sesuai dengan kebutuhan tanaman anggrek yang bagusnya dipupuk pada keadaan pencahayaan yang cukup yaitu tidak terlalu kering dan tidak terlalu lembab. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk kimia dengan komposisi perbandingan Nitrogen, Phosphor, Kalium sebesar 30:10:10 pada fase pertumbuhan vegetatif. Sedangkan pada fase vegetatif remaja perbandingan NPK yang diberikan adalah 21:21:21. Untuk tanaman yang memasuki fase generatif khususnya dalam merangsang proses pembungannya perbandingannya adalah 10:30:30. Dosis pemberian pupuknya adalah satu gram untuk satu liter air. Permata Anggrek membatasi penggunaan pupuk kimia sesuai dengan kebutuhan tanaman anggrek, yaitu sekitar dua gram perminggunya. Hal ini untuk mengantisipasi efek negatif dari penggunaan pupuk yang berlebihan yang dapat mengakibatkan kerusakan tanaman. Jadwal pemupukan dilakukan pada hari Senin dan Jumat Pengendalian Hama dan Penyakit Sebagai tanaman yang pertumbuhannya sangat tergantung pada kondisi lingkungan anggrek sangat rentan terhadap gangguan pertumbuhan yang dapat menyebabkan anggrek menjadi tidak sehat dan mengalami kerusakan. Gangguan pertumbuhan yang sering menyerang tanaman anggrek dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu: serangan yang disebabkan oleh hama dan serangan penyakit yang disebabkan oleh bakteri, jamur dan virus. Jenis hama yang sering menyerang anggrek adalah kutu putih (Paseodococcus sp), thrips, semut, tungau, rayap dan keong. Tanaman yang diserang oleh hama biasanya diatasi dengan penyemprotan insektisida yang bersifat sistemik dan diselingi dengan insektisida yang bersifat kontak. Gangguan pertumbuhan yang disebabkan oleh penyakit juga cukup sering terjadi pada tanaman anggrek, khususnya serangan penyakit yang disebabkan oleh jamur dan bakteri. Hal ini dikarenakan kondisi cuaca Kota Bogor yang cukup 58

74 lembab. Gejala awal serangannya juga tidak terlalu kelihatan dan kelihatan sangat jelas jika tanaman yang diserang sudah cukup parah. Oleh karena itu untuk mengatasi penyakit yang disebabkan oleh bakteri, jamur dan virus ini biasanya Permata Anggrek harus jeli dan teliti dalam mengidentifikasi jenis penyakit yang sedang menyerang, dan melakukan penyemprotan apabila sudah terserang. Jenis pengobatan yang diberikan tergantung jenis penyebab penyakitnya, jika disebabkan oleh jamur maka jenis pengobatan yang diberikan adalah dengan menyemprotkan fungisida. Hama dan penyakit yang menyerang anggrek ini dapat mengakibatkan kegagalan dalam pemeliharaan tanaman anggrek, oleh karena itu Permata Anggrek dalam mengatasi permasalahan ini menerapkan strategi pencegahan. Strategi pencegahan ini dilakukan dengan cara menyemprotkan anti hama dan jamur satu kali dalam seminggu. Penyemprotan dilakukan secara rutin pada hari Selasa untuk insektisida dan hari Kamis untuk fungisida. Dosis penyemprotannya adalah satu milliliter untuk satu liter air. Khusus untuk fungisida pada keadaankeadaan tertentu yaitu pada kondisi musim hujan, penyemprotan dapat dilakukan dua sampai tiga kali dalam seminggu Pembungaan Anggrek Agar dapat melakukan proses pembungaan dengan baik, anggrek memerlukan beberapa faktor secara bersama yang mempengaruhi proses pembungaannya. Faktor tersebut adalah faktor genetis, fisiologis dan lingkungan. Faktor genetis adalah faktor-faktor yang merupakan genetis atau sifat asli tanaman, contohnya anggrek dendrobium yang memiliki daun tebal dan kaku serta umumnya berbunga setelah berumur 5-6 bulan sejak dirawat mulai tahapan remaja. Faktor fisiologis adalah faktor yang merupakan kombinasi antara faktor genetis dan lingkungan, faktor ini berupa kesehatan tanaman itu sendiri, apakah secara fisik sudah layak berbunga atau tidak. Sedangkan faktor lingkungan adalah faktor-faktor yang bersifat eksternal yang mempunyai pengaruh sangat besar dalam proses pembungaan, faktor ini berupa kondisi cuaca atau iklim yang tepat agar tanaman dapat berbunga. Untuk tanaman anggrek dendrobium yang sangat perlu diperhatikan adalah faktor lingkungan. Umumnya syarat iklim yang dibutuhkan anggrek 59

75 dendrobium adalah tingkat suhu udara pada skala 26 0 C-28 0 C dan intensitas cahaya matahari sekitar 60 persen. Faktor lingkungan ini menjadi sangat perlu diperhatikan dan dipenuhi kebutuhannya pada saat tanaman memasuki tahapan berbunga. Faktor ini juga yang menjadi langkah pertama yang harus dipenuhi apabila tanaman tidak berbunga. Dan jika masih tidak berbunga biasanya diberikan perangsang pembungaan yaitu berupa penyemprotan hormon gibberelin. Selain itu terhambatnya proses pembungaan juga dapat disebabkan oleh jumlah rumpun tanaman yang terlalu padat dalam satu pot, untuk hal ini langkah penanganannya adalah dengan memindahkan rumpun yang terlalu padat tersebut ke pot baru atau pemecahan rumpun (split). 5.6 Pemasaran Anggrek Dendrobium Usaha pembesaran tanaman anggrek pada akhirnya siap untuk dijual apabila tanaman sudah mulai berbunga. Karena sebagian besar para konsumen menyukai tanaman anggrek karena bentuk bunganya yang unik. Konsumen tanaman anggrek dendrobium terbagi atas dua kelompok yaitu konsumen yang hanya penikmat bunga anggrek dan konsumen yang hobi untuk memelihara tanaman anggrek. Seperti yang dijelaskan pada Gambar 11. Masing-masing karakter konsumen ini memiliki perbedaan dalam melakukan pembelian. Untuk konsumen penikmat bunga anggrek umumnya membeli pada saat tanaman sudah kelihatan berbunga, sedangkan konsumen yang hobi untuk memelihara anggrek lebih suka membelanjakan uangnya untuk membeli anggrek dendrobium jenis baru. Bunga tanaman dendrobium dapat bertahan selama satu sampai dua bulan sejak mulai berbunga. Hal ini menjadi peluang bagi Permata Anggrek dalam memasarkan produknya, karena apabila tanaman sudah lewat masa berbunga maka tanaman anggrek umumnya lebih sulit untuk dipasarkan. Bentuk pemasaran tanaman anggrek dendrobium yang dilakukan oleh permata Anggrek adalah dengan strategi promosi sederhana yaitu berdasarkan pengalaman para konsumennya yang umumnya saling memberitahukan antara satu dengan yang lain. Namun untuk lebih meningkatkan penjualannya, Permata Anggrek juga sering mengikuti pameran-pameran tanaman hias. Hal ini bertujuan untuk lebih mengenalkan keberadaan Permata Anggrek kepada masyarakat. Strategi ini 60

76 menjadi sangat efektif khususnya jika melihat letak kebun Permata Anggrek yang berada di komplek perumahan sehingga sulit untuk dijangkau oleh masyarakat. Gambaran konsumen anggrek dendrobium Permata Anggrek adalah pedagang dan konsumen langsung. Para pedagang umumnya adalah pedagang pengecer yang biasanya berlokasi di Jalan Pajajaran, Jalan Gunung Semeru dan Jalan Dadali Bogor. Namun terkadang ada juga pedagang yang berlokasi di luar kota Bogor seperti Jakarta, Padang, Jambi, Pontianak, Manado dan Ujung Pandang. Pedagang yang berada di luar Bogor merupakan para pedagang besar berbeda dengan di Bogor yang umumnya hanya pedagang kecil. Pasar konsumen langsung sebagian besar adalah para pecinta bunga dan hobiis anggrek yang berasal dari Kota Bogor dan Jakarta. Harga jual yang diberikan kepada pedagang berbeda dengan harga jual kepada konsumen. Untuk harga jual kepada pedagang perusahaan memberikan harga yang lebih murah dibandingkan dengan harga jual kepada konsumen akhir. Harga jual kepada konsumen akhir umumnya tetap tetapi harga jual kepada pedagang umumnya berfluktuasi dikarenakan antara Permata Anggrek dengan pedagang lain memiliki posisi tawar yang sama. Permata Anggrek Pedagang Besar Pedagang Kecil Pedagang Kecil Konsumen Akhir Konsumen Akhir Konsumen Akhir Gambar 11. Saluran Pemasaran Anggrek Dendrobium Permata Anggrek Tahun 2011 Sumber: Permata Anggrek (2011) 61

77 5.7 Deskripsi Penerimaan Penerimaan yang diperoleh oleh Permata Anggrek melalui usahanya secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu hasil dari penjualan anggrek dendrobium, penjualan produk selain dendrobium dan hasil jasa pelatihan budidaya oleh pemilik Permata Anggrek. Ketiga komponen penerimaan ini diharapakan dapat menutupi semua pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan Permata Anggrek. Jenis biaya yang dikeluarkan oleh Permata Anggrek dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh Permata Anggrek per bulannya bernilai tetap dan tidak dipengaruhi oleh jumlah anggrek dendrobium yang diproduksi. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh Permata Anggrek adalah sebagai berikut: biaya sewa lahan, biaya tenaga kerja, biaya listrik dan biaya penyusutan atas investasi. Kebun Permata Anggrek yang didirikan sejak tahun 2004 sudah pernah direinvestasi pada tahun 2008 yaitu dikarenakan bahan pendirian bangunan sudah tidak layak lagi untuk digunakan. Rincian biaya investasi yang dikeluarkan pada tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Rincian Biaya Investasi yang Dikeluarkan Oleh Permata Anggrek pada Tahun 2008 No Uraian Nilai (Rp) Umur Ekonomis (tahun) Penyusutan (Rp/ tahun) Persentase (%) 1 Rumah Anggrek ,28 2 Pipa (paralon) ,85 3 Jaring / Net 55% ,96 4 Pompa Air ,47 5 Instalasi Sumur Bor ,70 6 Bak Air ,85 7 Pompa Sprayer ,39 8 Selang Air ,49 Total Sumber: Permata Anggrek (2011) 62

78 Pembangunan rumah anggrek dan pemasangan pipa paralon memberikan kontribusi tertinggi dalam usaha investasi yang dilakukan oleh Permata Anggrek. Masing masing berkontribusi sebesar 46,28 persen dan 30,85 persen dari total biaya investasi. Rumah anggrek mempunyai peranan yang sangat penting khususnya terhadap budidaya anggrek dendrobium yang hanya membutuhkan sekitar 55 persen cahaya matahari. Rumah anggrek yang dibuat dengan menggunakan jaring atau net juga memiliki manfaat dalam mencegah hama-hama yang menyerang tanaman yang ada didalamnya. Pipa paralon dalam budidaya tanaman anggrek berperan sebagai penyangga yang berfungsi untuk dasar tempat seluruh pot tanaman anggrek diletakkan. Paralon ini bermanfaat dalam pencegahan pot tanaman anggrek kontak langsung dengan tanah, agar lebih terhindar dari serangan hama dan efektif dalam pemberian nutrisinya. Selain kedua komponen diatas jaring net, pompa air, instalsi sumur air, bak air, pompa sprayer dan selang air jika dijumlah hanya berkontribusi 22,87 persen. Dari gambaran biaya investasi yang terdapat pada Tabel 6 dapat dismipulkan bahwa total biaya penyusutan yang dikeluarkan oleh Permata Anggrek adalah Rp ,- tiap tahunnya. Nilai ini akan dijumlahkan dengan komponen pengeluaran biaya tetap lainnya. Rincian pengeluaran biaya tetap dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rincian Biaya Tetap Bulanan Usaha Anggrek Dendrobium pada Permata Anggrek No Uraian Nilai (Rp) Persentase (%) 1 Tenaga kerja ,22 2 Biaya sewa lahan ,45 3 Biaya listrik ,55 4 Penyusutan ,80 Total Sumber: Permata Anggrek (2011) Biaya tenaga kerja terhadap biaya tetap berkontribusi sebesar 68,22 persen, dan komponen ini menjadi komponen penyumbang terbesar dari seluruh komponen pengeluaran biaya tetap. Biaya tenaga kerja menjadi besar dikarenakan usaha anggrek dendrobium bukan hanya dibidang pemeliharaan saja melainkan 63

79 pada tahapan penjualan juga. Biaya sewa lahan berkontribusi sebesar 15,45 persen dari total biaya tetap. Biaya listrik dan penyusutan menyumbang sisanya yaitu 16,33 persen. Komponen biaya yang memiliki kontribusi terhadap total pengeluaran usaha anggrek dendrobium bersumber dari pengeluaran biaya variabel. Biaya variabel merupakan keseluruhan biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan dan bergantung kepada jumlah produk yang diusahakan. Biasanya semakin besar skala usahanya maka semakin besar juga pengeluaran akan biaya variabel. Biaya variabel yang dikeluarkan oleh Permata Anggrek dibagi kedalam dua bagian, yaitu biaya pembesaran dendrobium campur kecil yang berjumlah 100 pot tiap bulan dan biaya pembelian serta pemeliharaan dendrobium campur besar, sedang dan kecil yang totalnya berjumlah 940 pot tanaman. Untuk usaha pembesaran anggrek dendrobium campur kecil yang berjumlah 100 pot tanaman pada Permata Anggrek, komponen pengeluaran biaya variabel terdiri dari pembelian tanaman remaja yang akan dibesarkan, pembelian pupuk, pembelian insektisida, pembelian fungisida dan biaya transportasi. Rincian pengeluaran biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Rincian Biaya Variabel Usaha Pembesaran Anggrek Dendrobium Campur Kecil pada Permata Anggrek Untuk 100 tanaman No Uraian Nilai (Rp) Persentase (%) 1 Anggrek Remaja ,33 2 Pupuk ,76 3 Insektisida ,76 4 Fungisida ,19 5 Transportasi ,95 Total Sumber: Permata Anggrek (2011) Pada Tabel 8 tercatat bahwa biaya variabel terbesar dalam usaha pembesaran dendrobium remaja bersumber dari biaya pembelian anggrek remaja yang berjumlah 100 pot. Harga beli tiap pot anggrek remaja sebesar Rp 7.000,- tiap pot tanaman. Biaya pembelian pupuk dan pestisida masing-masing sebesar Rp ,- nilai ini bersumber dari perhitungan Permata Anggrek yang 64

80 mengasumsikan biaya pupuk dan pestisida sebesar Rp ,- untuk 1000 tanaman. Sehingga biaya pupuk dan pestisida masing-masing senilai Rp. 400,- per pot tanaman. Biaya fungsida yang dikeluarkan oleh Permata Anggrek sebesar Rp 100,- per pot tanaman. Biaya pembelian pupuk, insektisida dan fungisida pada usaha pembesaran dendrobium campur kecil lebih besar dibandingkan dengan usaha pemeliharaan dendrobium lainnya dikarenakan jumlah pupuk yang digunakan lebih banyak dan disesuaikan juga dengan lamanya waktu pembesaran yang membutuhkan waktu sekitar 4 bulan. Sedangkan biaya variabel untuk pemeliharaan dendrobium campur besar sedang dan kecil terdiri dari biaya pembelian tanaman, pembelian pupuk, pembelian insektisida, pembelian fungisida dan biaya transportasi. Rincian pengeluarannya dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Rincian Biaya Variabel Usaha Pemeliharaan Anggrek Dendrobium Campur Besar, Sedang dan Kecil pada Bulan Pertama Pengusahaan No Uraian Nilai (Rp) Persentase (%) 1 Dendrobium Campur Besar ,63 2 Dendrobium Campur Sedang ,02 3 Dendrobium Campur Kecil ,72 4 Pupuk ,78 5 Insektisida ,78 6 Fungisida ,19 5 Transportasi ,88 Total Sumber: Permata Anggrek (2011) Biaya variabel yang tercatat dalam Tabel 9 dibuat berdasarkan data pada saat Permata Anggrek pertama kali melakukan pengusahaan semua kelompok dendrobium. Biaya variabel terbesar dalam usaha pemeliharaan anggrek dendrobium campur besar, sedang dan kecil bersumber dari pembelian tanaman anggrek yang akan dipelihara sebelum dijual. Harga beli masing anggrek antara dendrobium campur besar, sedang dan kecil adalah senilai Rp , Rp dan Rp tiap potnya. Biaya pembelian pupuk dan insektisida pada proses 65

81 pemeliharaan sebesar Rp 100,- tiap pot tanaman, sedangkan biaya fungisida hanya senilai Rp 25,- tiap pot tanaman. Total penerimaan yang diterima oleh Permata Anggrek bersumber dari penjualan masing-masing dendrobium. Selain itu penerimaan Permata Anggrek juga bersumber dari biaya pelatihan. Rincian penerimaan Permata Anggrek tidak tetap dan tergantung penjualan fisik dendrobium serta dipengaruhi oleh harga jual yang cenderung berfluktuasi. 66

82 VI. ANALISIS RISIKO PADA PERUSAHAAN 6.1 Identifikasi Risiko Usaha pengurangan risiko melalui diversifikasi tanaman anggrek dendrobium tidak sepenuhnya mampu menghilangkan risiko. Risiko ini terlihat melalui adanya fluktuasi dan variasi nilai penjualan yang dilakukan oleh Permata Anggrek. Risiko ini berpengaruh terhadap penerimaan atau pendapatan perusahaan. Bagi Permata Anggrek pengurangan risiko melalui upaya diversifikasi ini belum pernah dikaji atau diteliti sebelumnya secara detil. Risiko yang dihadapi melalui upaya diversifikasi Permata Anggrek merupakan risiko yang muncul pada pengusahaan tiga kelompok dendrobium. Umumnya risiko ini diakibatkan oleh faktor-faktor eksternal, yang sulit untuk dikendalikan oleh Perusahaan. Demikian halnya bagi Permata Anggrek, risiko pada usaha diversifikasi penjualan juga merupakan hasil dari kegagalan perusahaan dalam mengontrol dan mengantisipasi faktor eksternal. Sumber-sumber risiko pada upaya diversifikasi anggrek dendrobium merupakan hasil dari kegagalan Permata Anggrek dalam mengontrol dua tahapan besar usaha anggrek yang sedang dijalankan. Dua tahapan itu adalah proses penyediaan anggrek untuk kemudian dijual dan proses penjualan anggrek itu sendiri. Penjualan Permata Anggrek dalam 20 bulan terakhir yaitu sejak Agustus 2009 hingga Maret 2011 cukup berfluktuatif, dan jika dikelompokkan berdasarkan kondisinya dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu: tertinggi, normal dan terendah. Pengelompokkan kondisi ini ditentukan berdasarkan asumsi penjualan anggrek dendrobium per bulannya. Keragaan penjualan anggrek dendrobium campur besar, sedang dan kecil dapat dilihat pada Tabel 10. Penjualan dendrobium campur Permata Anggrek dalam 20 bulan terakhir menunjukkan nilai penjualan yang sangat bervariasi. Masing-masing kelompok dendrobium memiliki nilai penjualan yang berbeda-beda. Dalam periode waktu tersebut total penjualan terbesar dimiliki oleh anggrek jenis dendrobium campur kecil yaitu pot tanaman, kemudian diikuti oleh penjualan dendrobium campur sedang sejumlah pot. Sedangkan total penjualan dendrobium campur besar memiliki jumlah penjualan terkecil dibandingkan yang lainnya yaitu sebesar 798 pot tanaman. Total penjualan anggrek dendrobium per bulannya juga 67

83 cukup bervariasi. Setiap bulannya Permata Anggrek menargetkan untuk menyediakan anggrek dendrobium sesuai dengan standar persediaan perusahaan. Standar persediaan dendrobium campur besar, sedang dan kecil adalah masing masing berjumlah 90 pot, 450 pot dan 500 pot. Tujuan penetapan standar persediaan ini adalah untuk menjaga ketersediaan produk yang sama jumlahnya tiap bulan. Persediaan dendrobium yang sama setiap bulan ternyata tidak menjadi jaminan bahwa penjualan fisik (pot tanaman) akan sama juga. Penjualan masingmasing kelompok dendrobium tidak pernah sama selama 20 periode. Kondisi ini merupakan sebuah fakta yang memperlihatkan bahwa terdapat risiko pada usaha diversifikasi komoditas anggrek dendrobium. Tabel 10. Penjualan Anggrek Dendrobium Campur Besar, Sedang dan Kecil pada Permata Anggrek Periode Agustus 2009 sampai Maret 2011 Tahun Bulan Dendrobium Campur Besar Penjualan (pot) Dendrobium Campur Sedang Dendrobium Campur Kecil Total Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret Sumber: Permata Anggrek (2011) 68

84 Data penjualan ketiga kelompok dendrobium yang dicatat pada Tabel 10 pada bulan-bulan tertentu berjumlah nol. Kondisi ini berarti bahwa pada bulan tersebut penjualan dendrobium sama sekali tidak ada. Pada kelompok dendrobium campur besar kondisi yang demikian terjadi pada bulan Oktober dan Desember Pada kelompok dendrobium campur sedang kondisi tidak terjualnya dendrobium terjadi pada bulan Januari hingga April 2010 dan pada bulan Oktober Sedangkan pada kelompok dendrobium campur kecil penjualan dendrobium setiap bulan pasti ada dan tidak pernah berjumlah nol. Penyebab dari tidak terjualnya anggrek dendrobium adalah dikarenakan stok persediaan Permata Anggrek sedang kosong atau sedang tidak layak jual. Kosongnya persediaan anggrek dendrobium terjadi akibat dari tidak adanya pembelian yang dilakukan oleh Permata Anggrek pada bulan tersebut. Sedangkan kondisi tidak layak jual adalah kondisi dimana anggrek sedang tidak berbunga. Analisis risiko diversifikasi anggrek dendrobium hanya difokuskan kepada tiga kelompok anggrek dendrobium yaitu: dendrobium campur besar, dendrobium campur sedang dan dendrobium campur kecil. Untuk mengetahui besaran risiko yang dihadapi oleh Permata Anggrek dihitung dengan menggunakan standard deviation, variance, coefficient variation yang merupakan hasil dari perhitungan peluang masing-masing kondisi penjualan. Peluang terjadinya kondisi penjualan tertinggi, normal dan terendah merupakan perhitungan nilai rata-rata persentase penjualan fisik ketiga jenis dendrobium tersebut berdasarkan periode waktu yang ada. Nilai peluang masing-masing kondisi dapat dilihat pada Tabel 11. Nilai peluang yang ada pada Tabel 11 tidak semuanya dihitung berdasarkan 20 observasi. Perhitungan nilai peluang hanya dilakukan terhadap penjualan dimana jumlah persediaannya sesuai dengan standar Permata Anggrek. Artinya penjualan dendrobium campur besar dan sedang yang pada bulan-bulan tertentu tidak ada (berjumlah nol) tidak dihitung dalam perhitungan nilai peluang. Sehingga untuk dendrobium campur besar jumlah observasi menjadi 18 periode sedangkan dendrobium campur sedang hanya dapat dilakukan perhitungan kepada 15 observasi. Namun dendrobium campur kecil tetap dihitung berdasarkan 20 observasi. 69

85 Tabel 11. Rata-rata Realisasi Penjualan Fisik dan Nilai Penjualan Permata Anggrek dalam Memperoleh Penjualan Tertinggi, Normal dan Terendah pada Anggrek Dendrobium Campur Besar, Sedang dan kecil Penjualan Nilai Penjualan Komoditas Kondisi Peluang Fisik (pot) (Rp) Tertinggi 0, Dendrobium Campur Besar Normal 0, Terendah 0, Tertinggi 0, Dendrobium Campur Sedang Normal 0, Terendah 0, Dendrobium Campur Kecil Tertinggi 0, Normal 0, Terendah 0, Tabel 11 memperlihatkan bahwa nilai rata-rata realisasi penjualan (fisik) masing-masing anggrek dendrobium campur besar, sedang dan kecil pada kondisi tertinggi, normal dan terendah cukup berbeda. Begitu juga halnya dengan penilaian peluang terjadi penjualan tertinggi, normal dan rendah memiliki nilai yang berbeda. Pada jenis anggrek dendrobium campur besar range nilai realisasi penjualan berada pada antara 9 pot hingga 135 pot tanaman. Untuk jenis anggrek dendrobium campur sedang range jumlah realisasi penjualannya antara 68 pot hingga 491 pot. Dan jenis anggrek dendrobium campur kecil mempunyai range realisasi penjualan antara 107 pot hingga 488 pot tanaman. Sedangkan range nilai penjualan anggrek dendrobium campur besar berada pada kisaran Rp ,- hingga Rp ,- untuk anggrek dendrobium campur sedang berkisar antara Rp ,- hingga Rp ,- dan anggrek dendrobium campur kecil berkisar antaran Rp ,- hingga Rp ,-. Penjualan tertinggi merupakan penjualan tertinggi yang pernah didapatkan Permata Anggrek selama periode penjualan berlangsung, yaitu nilai penjualan fisik diatas 75 persen dari total persediaan yang sudah ditetapkan. Sedangkan penjualan normal adalah penjualan yang lebih sering terjadi yaitu pada saat penjualan berada pada kisaran 25 persen hingga 75 persen dari total persediaan yang sudah ditetapkan. Dan penjualan terendah adalah nilai penjualan terendah yang pernah didapatkan perusahaan yaitu apabila nilai penjualan hanya berada di 70

86 bawah 25 persen dari total persediaan masing-masing kelompok dendrobium yang sudah ditetapkan. Penjualan yang diharapkan perusahaan adalah kondisi penjualan tertinggi karena akan berimplikasi terhadap peningkatan nilai pendapatan yang akan diperoleh perusahaan. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan munculnya risiko pada upaya diversifikasi Permata Anggrek yaitu yang menyebabkan penjualan Permata Anggrek mencapai kondisi tertinggi dan terendah. Faktor-faktor penyebab munculnya risiko penjualan secara umum dapat dibagi dua bagian besar yaitu: kegagalan Permata Anggrek pada proses penyediaan tanaman anggrek (pra penjualan) dan kegagalan perusahaan dalam mengendalikan pasar Sumber Risiko Pra Penjualan Proses penjualan anggrek yang dilakukan oleh Permata Anggrek dimulai dari proses penyediaan anggrek yang akan dipasarkan. Dalam proses ini Permata Anggrek menggunakan dua sistem untuk memasok anggrek yang akan dipasarkan yaitu: dengan cara produksi sendiri dan dengan membeli dari produsen lain. Pada usaha penjualan dendrobium campur kecil proporsi perbandingan antara anggrek hasil produksi sendiri dengan anggrek hasil pasokan dari luar Permata Anggrek awalnya adalah 50 persen berbanding 50 persen. Namun sejak tahun 2009 disaat pasar anggrek sudah semakin sulit berkembang dan bibit untuk produksi sendiri juga sulit untuk diperoleh, perbandingan jumlah anggrek produksi sendiri dengan pasokan dari luar adalah 20 persen berbanding 80 persen. Dari 500 pot persediaan anggrek yang ditargetkan oleh Permata Anggrek memasok 400 pot tanaman anggrek per bulannya dari luar perusahaan dan sisanya yang berjumlah 100 pot tanaman anggrek adalah hasil produksi Permata Anggrek sendiri. Tanaman yang dipasok dari luar Permata Anggrek merupakan tanaman siap bunga yang hanya membutuhkan waktu pemeliharaan sekitar sebulan agar berbunga. Berbeda dengan pengusahaan dendrobium campur campur besar dan sedang, Permata Anggrek hanya mengandalkan pasokan dari luar perusahaan. Bentuk tanaman yang dipasok adalah tanaman siap bunga yang hanya membutuhkan waktu pemeliharaan sebulan agar berbunga. Usaha penyediaan dan pemeliharaan tanaman yang dilakukan oleh Permata Anggrek dihadapkan pada risiko yang dapat menyebabkan berkurangnya 71

87 persediaan tanaman yang akan dijual. Risiko ini merupakan jenis risiko yang tergolong risiko produksi, karena akibat dari adanya risiko ini adalah menyebabkan tanaman yang sedang dipelihara mengalami kematian. Sumber risiko pada tahapan pra penjualan ini disebabkan oleh dua faktor penting yaitu: perubahan iklim cuaca dan serangan hama dan penyakit. 1. Perubahan Iklim dan Cuaca Sumber risiko utamanya pada tahapan pra penjualan adalah bersumber dari iklim dan cuaca yang semakin sulit untuk diprediksi. Tanaman dendrobium adalah tanaman yang membutuhkan banyak cahaya matahari dan memerlukan suhu ideal sekitar C. Sebaliknya dendrobium juga adalah jenis tanaman yang rentan terhadap perubahan cuaca, khususnya kondisi basah dan lembab. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Bogor menyebutkan bahwa kondisi cuaca pada tahun 2010 di Kota Bogor berubah-ubah dan tidak sesuai dengan siklus normal. Kondisi yang demikian sangat tidak ideal dalam proses pemeliharaan dendrobium. Akibat dari perubahan cuaca ini pada bulan Maret 2010 hingga Februari 2011 tercatat ada 717 pot tanaman yang mati. Gambaran jumlah tanaman dendrobium yang mati pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 menunjukkan hubungan antara perubahan cuaca dan iklim yang diwakili oleh curah hujan dengan kerusakan tanaman yang ditunjukkan oleh jumlah tanaman yang mati. Sebagian besar kelompok tanaman yang mati adalah tanaman jenis dendrobium campur kecil, hal ini dikarenakan fisik tanaman yang lebih rentan terkena penyakit apabila terjadi perubahan cuaca dan iklim. Sebelum bulan Maret 2009 jumlah tanaman yang mati hampir tidak ditemukan di Permata Anggrek. Iklim dan cuaca sebelum periode tersebut jauh lebih stabil dan dapat diprediksi. Namun, setelah perubahan curah hujan yang terjadi pada awal Maret 2010 situasi curah hujan menjadi lebih sulit diprediksi. Terlihat jelas pada bulan April curah hujan turun turun drastis dari bulan sebelumnya dan pada bulan berikutnya naik sangat darastis juga. Kondisi ini mengakibatkan tingginya jumlah tanaman yang mati. 72

88 Tabel 12 juga menunjukkan bahwa jumlah tanaman yang mati tertinggi terjadi pada bulan September 2010, yaitu sebanyak 123 pot tanaman. Kondisi ini terjadi pada saat curah hujan di Kota Bogor juga mencapai kisaran tertinggi dalam periode Maret 2010 hingga Februari Curah hujan yang tinggi menjadikan suhu di kota bogor juga menjadi cukup dingin. Curah hujan yang tinggi juga berakibat terhadap tingginya kelembaban pada iklim Kota Bogor. Pada kondisi yang demikian jamur menjadi sangat cepat berkembang. Karena jamur adalah kelompok organisme yang sangat menyukai kondisi lembab. Jamur adalah salah satu kelompok hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman dendrobium. Tabel 12. Perbandingan antara Curah Hujan Kota Bogor dan Jumlah Anggrek Dendrobium yang Mati periode Maret hingga Februari 2011 Waktu Curah Hujan (mm) Jumlah Tanaman Yang Mati (pot) Maret 414,5 43 April 42,9 16 Mei 330,9 74 Juni 303,4 95 Juli 270,4 120 Agustus 477,6 50 September Oktober 436,2 119 November 284,3 30 Desember 177,3 0 Januari 202,7 0 Februari 89,0 47 Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor (diolah) 2. Serangan Hama dan Penyakit Usaha pemeliharaan tanaman anggrek dendrobium juga dihadapkan pada risiko yang bersumber dari serangan hama dan penyakit. Serangan hama dan penyakit ini memiliki hubungan juga dengan perubahan cuaca. Pada saat curah hujan sedang tinggi kematian tanaman disebabkan oleh serangan jamur dan bakteri yang bertumbuh dengan baik. Serangan jamur menyebabkan tanaman mengalami kerusakan dan umumnya tanaman yang sudah terserang jamur akan lebih rentan untuk diserang oleh bakteri, selanjutnya apabila terlambat ditangani 73

89 maka serangan bakteri ini dapat menyebabkan pembusukan yang pada akhirnya menjadikan tanaman mati. Pada awalnya Permata Anggrek cukup kesulitan menghadapi fenomena matinya sejumlah tanaman ini, karena jika dilihat pada bulan Mei hingga Juli 2010 curah hujan lebih stabil yaitu pada kisaran 330,9-270,4 mm namun jumlah tanaman yang mati juga semakin banyak dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Tetapi pada akhirnya pada bulan Desember 2010 hingga Januari 2011 permasalahan kematian tanaman ini sudah bisa diantisipasi walaupun pada bulan Februari masih ada juga tanaman yang mati. Solusi dan penanganan yang dilakukan oleh Permata Anggrek adalah dengan meningkatkan dosis penggunaan fungisida dan bakterisida serta meningkatkan intensitas penyemprotan tiap minggunya khususnya pada saat curah hujan tinggi. Matinya sejumlah tanaman dendrobium ini merupakan sumber risiko yang cukup berpengaruh juga terhadap penjualan karena berdampak terhadap berkurangnya persediaan produk yang akan dipasarkan serta menimbulkan kerugian Sumber Risiko dalam Pasar Sumber risiko lainnya yang ditemukan pada Permata Anggrek adalah berasal dari tahapan penjualan atau pasar. Pada tahapan ini Permata Anggrek dihadapkan kepada sumber risiko yang muncul dari sisi permintaan (demand). Sisi demand ini merupakan faktor eksternal yang tidak bisa dikendalikan oleh perusahaan. Sisi demand dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain harga jual produk itu sendiri, harga jual produk lain (substitusi), selera masyarakat, tingkat pendapatan, jumlah penduduk. Masing-masing faktor ini juga berpengaruh terhadap produk anggrek yang dijual oleh Permata Anggrek. Beberapa faktor yang mempengaruhi penjualan dan menjadi sumber risiko, yaitu: selera konsumen, harga jual anggrek dan kerusakan pada saat proses pengiriman tanaman. 1. Selera Konsumen Selera merupakan salah satu variabel yang cukup berpengaruh dalam konsep permintaan. Pertemuan atau titik keseimbangan antara permintaan dengan supply dapat berubah posisinya apabila selera berubah. Usaha produksi dan penjualan anggrek merupakan salah satu usaha yang cukup bergantung kepada faktor selera ini. Selera dalam usaha anggrek dapat diartikan sebagai kecintaan 74

90 dan ketertarikan para konsumen yang seluruhnya adalah para penikmat dan pecinta tanaman terhadap berbagai jenis anggrek. Setiap konsumen mempunyai penilaian dan ketertarikan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Bentuk usaha anggrek yang terdiri atas usaha anggrek dan anggrek pot memiliki standar penilaian selera yang berbeda. Anggrek potong biasanya sudah memiliki standar selera umum yang menjadi acuan bagi para pengusahanya, yaitu memiliki bunga yang lebih bulat dan lebar, panjang tangkai antara 40 cm- 60 cm dan jumlah kuntum yang cukup banyak antara kuntum per tangkainya. Sedangkan pada anggrek pot hampir tidak ada acuan yang menjadi standar selera konsumen. Selera konsumen anggrek pot menjadi jauh lebih sulit untuk diprediksi, padahal apabila dapat diidentifikasi selera ini merupakan sebuah variabel yang dapat menjadi keunggulan pengusaha anggrek pot. Permata Anggrek merupakan perusahaan yang tergolong kepada jenis pengusaha anggrek pot. Perusahaan pernah juga mengalami kesulitan dalam memprediksi selera konsumen. Pada awal pendirian usaha, Permata Anggrek memilih untuk mengusahakan anggrek dendrobium jenis hybrid yang bentuk bunganya keriting dan kurus. Ternyata fakta di lapangan jenis bunga berbentuk keriting kurang diminati dan terbukti pada periode Agustus 2009 hingga Maret 2011 jumlah penjualan anggrek jenis hybrid ini hanya berjumlah 67 pot tanaman. Rata-rata penjualan tanaman kelompok ini adalah 3-4 pot tanaman perbulannya. Penjualan tertinggi dalam satu bulan berjumlah 15 pot tanaman namun di periode yang lain tepatnya pada bulan Desember 2009, Agustus 2010, Oktober 2010, November 2010 dan Januari 2011 perusahaan sama sekali tidak dapat menjual tanaman kelompok ini. Bahkan pada bulan lainnya juga terkadang perusahaan hanya mampu menjual satu tanaman dalam satu bulan. Jika dilihat dari jumlah penjualan ini dapat dipastikan bahwa pihak Permata Anggrek telah mengalami kerugian untuk biaya produksi yang tetap dikeluarkan apabila produk belum terjual. Sisi keuangan dan efisiensi usaha juga menjadi tidak efisien dikarenakan modal yang digunakan untuk membeli produk ini menjadi tidak lancar. Usaha diversifikasi yang dilakukan oleh Permata Anggrek juga dihadapkan pada permasalahan selera ini. Usaha dendrobium campur besar dan sedang adalah jenis anggrek yang sangat dipengaruhi oleh perubahan selera ini. 75

91 Saat ini tercatat bahwa kelompok dendrobium campur besar banyak yang tidak dapat dijual dikarenakan bentuk fisik tanamannya yang lebih tinggi, dan kurang diminati oleh konsumen anggrek. Akibatnya adalah anggrek menjadi menumpuk di kebun dan apabila sudah hampir satu tahun masih tidak dapat dijual maka kelompok anggrek ini akan dianggap afkir dan dijual dengan harga rendah. 2. Harga Jual Proses penjualan anggrek merupakan sebuah kondisi keseimbangan atau titik temu antara sisi permintaan konsumen dengan persediaan atau penawaran dari sisi produsen dan distributor. Pertemuan antara kedua sisi ini yaitu permintaan dan penawaran ditunjukkan oleh banyaknya jumlah penjualan yang terjadi dalam periode tertentu. Salah satu faktor yang mewakili antara sisi permintaan dari konsumen dan penawaran dari penjual adalah harga jual. Faktor ini cukup dominan pengaruhnya pada proses penjualan. Harga jual menggambarkan kondisi harga yang bersedia dibayarkan oleh konsumen untuk mendapatkan anggrek yang diinginkan. Sedangkan bagi penjual harga jual merupakan harga standar yang ditetapkan untuk mendapatkan target keuntungan. Harga jual yang diperhitungkan adalah harga jual dendrobium ke pedagang dikarenakan kelompok pembeli inilah yang dominan melakukan pembelian di Permata Anggrek. Harga jual yang ditetapkan oleh Permata Anggrek adalah harga jual pasar anggrek, sehingga umumnya harga jual yang berlaku lebih berfluktuasi. Perubahan harga jual ini dapat menyebabkan penerimaan Permata Anggrek menjadi berubah-ubah. Harga jual dendrobium campur sedang berada pada kisaran Rp sampai Rp Range antara harga jual terendah dengan harga jual tertinggi sebesar Rp Range harga jual dendrobium campur sedang ini merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan range harga jual dendrobium campur besar dan kecil yang masing-masing bernilai Rp dan Rp Kerusakan Tanaman pada Proses Pengiriman Proses pengiriman merupakan proses yang cukup penting juga dalam usaha penjualan dendrobium. Sebahagian besar pembeli dendrobium Permata Anggrek adalah kelompok pedagang yang berlokasi di luar kota Bogor. Untuk pedagang yang demikian tahapan penjualan menjadi lebih riskan, dikarenakan 76

92 harus melalui tahapan distribusi yang lebih lama. Proses ditribusi dan transportasi yang dilakukan oleh Permata Anggrek, terdiri dari dua bentuk. Untuk daerah bogor dan sekitarnya jenis transportasi yang digunakan adalah dengan menggunakan mobil pick up yang disewa dari luar perusahaan. Sedangkan untuk distribusi dan transportasi yang berada di luar Jawa Barat dan Jakarta biasanya menggunakan jasa ekspedisi. Fakta yang terjadi adalah pada saat pengiriman produk melalui alat transportasi ada beberapa tanaman yang mengalami kerusakan. Bentuk kerusakannya adalah patahnya batang dan rusaknya kelopak bunga. Hal ini menjadi kerugian Permata Anggrek dikarenakan umumnya proses pengiriman bunga adalah menjadi tanggungan Permata Anggrek. Untuk hal ini biasanya tanaman yang rusak tidak diterima oleh Pembeli dan dalam pembayaran, tanaman yang demikian tidak akan diperhitungkan. 6.2 Analisis Risiko Analisis risiko merupakan sebuah tahapan komprehensif dalam proses penilaian risiko. Kegiatan penilaian ini dimulai dengan perhitungan peluang, nilai expected return, hingga nilai besaran risiko. Nilai hasil perhitungan peluang dan rata-rata penerimaan yang dilakukan sebelumnya dijadikan sebagai bahan perhitungan lanjutan, yaitu untuk mengukur nilai expected return. Nilai expected return merupakan nilai harapan penjualan berdasarkan masing-masing kondisi (tertinggi, normal dan terendah) pada kelompok dendrobium campur besar, sedang dan kecil. Nilai harapan ini sudah memperhitungkan risiko yang ada. Hasil perhitungan nilai expected return dapat dilihat pada Tabel 13. Perhitungan expected return hanya dilakukan kepada nilai penjualan dendrobium. Tujuannya adalah untuk melihat pengaruh harga jual yang berfluktuasi terhadap penentuan nilai risiko pada usaha diversifikasi. Tabel 13. Penilaian Expected Return Berdasarkan Nilai Penjualan Anggrek Dendrobium Campur Besar, Sedang dan Kecil Kelompok Tanaman Expected Return (Rp) Dendrobium Campur Besar Dendrobium Campur Sedang Dendrobium Campur Kecil

93 Tabel 13 memperlihatkan nilai expected return dendrobium campur kecil merupakan yang terbesar dari antara kelompok dendrobium lainnya. Ini memperlihatkan bahwa nilai penjualan Permata Anggrek yang terbesar bersumber dari kelompok dendrobium ini. Pada tahapan perencanaan perusahaan, Permata Anggrek mengharapkan keuntungan dan penjualan terbesar juga bersumber dari dendrobium campur kecil. Tetapi pada faktanya Permata Anggrek juga melakukan usaha diversifikasi penjualan yaitu dengan melakukan penjualan kelompok dendrobium campur besar dan sedang. Penilaian expected return yang diperoleh selanjutnya akan digunakan sebagai bahan perhitungan selanjutnya. Proses tahapan selanjutnya adalah mengukur nilai dan besaran simpangan atau gap antara expected return dengan realisasi nilai penjualan yang diperoleh Permata Anggrek. Pengukuran akan dilakukan dengan dua cara yaitu: pengukuran risiko tunggal dan pengukuran risiko diversifikasi. Perhitungan ini ditujukan untuk membandingkan nilai risiko apabila hanya melakukan satu kelompok dendrobium dengan mengusahakan lebih dari satu kelompok dendrobium Analisis Risiko Tunggal Analisis ini akan memperlihatkan nilai risiko masing-masing kelompok dendrobium yaitu melalui perhitungan nilai variance, standard deviation dan coefficient variation. Dengan mengetahui besar dan nilai dari perhitungan ini maka dapat dilihat seberapa besar risiko yang dihadapi Permata Anggrek dalam mengusahakan ketiga kelompok dendrobium. Tabel 14 merupakan hasil perhitungan besaran risiko yang dihadapi Permata Anggrek dalam usaha penjualan dendrobium. 78

94 Tabel 14. Penilaian Risiko Permata Anggrek Berdasarkan Nilai Penjualan pada Dendrobium Campur Besar, Sedang dan Kecil Kelompok Anggrek Dendrobium Campur Besar Dendrobium Campur Sedang Dendrobium Campur Kecil Variance Standard Deviation Coefficient Variation ,275 0, ,126 0, ,346 0,419 Berdasarkan Tabel 14 diperoleh bahwa kelompok dendrobium campur sedang mempunyai nilai variance yang paling tinggi dibandingkan dengan dendrobium campur besar dan kecil yaitu sebesar Demikian halnya dengan nilai standar deviasi kelompok dendrobium campur sedang mempunyai nilai tertinggi diantara ketiga kelompok dendrobium tersebut. Koefisien variasi diukur dari rasio standar deviasi dengan expected return. Nilai coefficient variation menunjukkan bahwa di antara ketiga kelompok dendrobium ternyata kelompok dendrobium campur kecil yang mempunyai nilai yang paling rendah, yaitu senilai 0,419. Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap satu rupiah yang dihasilkan ternyata usaha kelompok dendrobium campur kecil menghadapi risiko senilai 0,419 dan nilai ini merupakan nilai yang paling rendah dibandingkan dengan kelompok dendrobium lainnya. Semakin rendah nilai coefficient variation maka semakin rendah tingkat risiko yang dihadapi. Sebaliknya nilai coefficient variation yang tertinggi dimiliki oleh kelompok dendrobium campur sedang. Sehingga dari ketiga kelompok dendrobium yang diusahakan di Permata Anggrek risiko terbesarnya dimiliki oleh kelompok dendrobium campur sedang. Dendrobium campur sedang memiliki nilai risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok dendrobium lainnya dikarenakan harga jualnya yang sering berubah-ubah. Harga jual dendrobium campur sedang berada pada kisaran Rp sampai Rp Range antara harga jual terendah dengan harga jual tertinggi sebesar Rp Kondisi harga jual yang sangat berfluktuasi ini juga membuat nilai penjualan yang diterima oleh Permata Anggrek juga ikut bervariasi. Selain itu jika dilihat dari jumlah penjualan fisiknya kelompok 79

95 dendrobium campur sedang ini juga memiliki variasi yang cukup tinggi. Variasi ini disebabkan oleh perubahan selera konsumen yang tidak sesuai dengan prediksi perusahaan. Penentuan jenis dendrobium yang akan dijual sepenuhnya ditentukan oleh pemilik perusahaan, namun pemilik perusahaan juga memiliki pekerjaan lain disamping menjadi pemimpin Permata Anggrek. Kondisi ini mengakibatkan tugas untuk menentukan jenis anggrek yang akan dijual diserahkan kepada penanggung jawab harian. Padahal pengetahuan dan pengalaman penanggungjawab harian tentang jenis anggrek yang menjadi tren pada periode saat ini masih belum sebaik pengetahuan dan pengalaman pemilik Permata Anggrek. Hal ini berakibat terhadap tidak sesuainya anggrek yang disediakan dengan selera konsumen. Berbeda halnya dengan kelompok dendrobium campur kecil yang memiliki nilai coefficient variation paling rendah. Kelompok dendrobium ini memiliki nilai variasi penjualan yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok dendrobium lainnya. Hal ini dikarenakan selera konsumen pada kelompok dendrobium jenis ini jauh lebih stabil dan tidak gampang berubah. Sehingga Permata Anggrek juga tidak terlalu kesulitan dalam menentukan jenis dendrobium campur kecil yang akan dijual di periode-periode berikutnya Analisis Risiko Diversifikasi Salah satu bentuk strategi penanganan risiko yang sering dilakukan perusahaan adalah diversifikasi usaha. Permata Anggrek dalam menjalankan usahanya juga turut menggunakan teknik strategi diversifikasi ini yaitu dengan mengusahakan berbagai kelompok dendrobium. Perhitungan risiko tunggal dari masing-masing komoditi yang dilakukan sebelumnya merupakan gambaran besaran risiko yang dihadapi oleh Permata Anggrek dari setiap kelompok dendrobium. Gambaran itu merupakan nilai risiko yang dihadapi apabila Permata Anggrek hanya mengusahakan satu kelompok dendrobium. Faktanya Permata Anggrek mengusahakan tiga kelompok dendrobium secara bersamaan. Untuk menilai risiko ketiga kelompok dendrobium tersebut digunakan rumusan risiko diversifikasi yang menghitung nilai risiko dendrobium secara bersamaan. 80

96 Proses perhitungan risiko dilakukan dengan dua teknik perhitungan yaitu dengan penggabungan dua kelompok tanaman dendrobium dan dengan penggabungan tiga kelompok dendrobium. Penggabungan dua kelompok dendrobium terdiri dari tiga kombinasi yaitu dendrobium campur besar dengan campur sedang, dendrobium campur besar dengan kecil dan dendrobium campur sedang dengan kecil. Sedangkan penggabungan tiga kelompok dendrobium merupakan gabungan antara dendrobium campur besar, sedang dan kecil. Hasil perhitungan risiko portofolio pada kelompok dendrobium campur besar, sedang dan kecil pada Permata Anggrek dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Penilaian Risiko Portofolio pada Kelompok Dendrobium Campur Besar, Sedang dan Kecil Permata Anggrek Kelompok Anggrek Expected Return (Rp) Variance Standard Deviation Coefficient Variation D.C.B + D.C.S , , ,39 0,737 D.C.B + D.C.K , , ,05 0,433 D.C.S + D.C.K , , ,64 0,510 D.C.B + D.C.S + D.C. K , , ,37 0,516 Keterangan: D.C.B : Dendrobium Campur Besar D.C.S : Dendrobium Campur Sedang D.C.K : Dendrobium Campur Kecil Hasil perhitungan risiko diversifikasi yang ditampilkan pada Tabel 15 merupakan gambaran risiko yang dihadapi Permata Anggrek dengan melakukan dua dan tiga kombinasi usaha penjualan dendrobium. Penjelasan mengenai hasil perhitungan risiko diversifikasi kelompok dendrobium pada Tabel 15 tersebut dijelaskan sebagai berikut. 1. Dendrobium Campur Besar dengan Sedang Kombinasi antara dendrobium campur besar dan sedang ini merupakan kombinasi antara kelompok dendrobium dengan expected return yang rendah. Kecilnya nilai expected return ini dikarenakan proporsi pengusahaan kedua kelompok dendrobium lebih kecil dibandingkan dengan kelompok dendrobium 81

97 campur kecil. Hasil perhitungan risiko diversifikasi kedua kelompok ini ternyata cukup besar, khususnya dibandingkan dengan expected return-nya yang lebih kecil. Hasil ini bertentangan dengan pendapat yang menyatakan high risk high return dan low risk low return. Karena pada faktanya pada saat nilai return yang diharapkan kecil ternyata nilai risiko yang dihadapi lebih besar dibandingkan dengan kombinasi lain dengan nilai expected return yang lebih besar. Tujuan penggunaan strategi diversifikasi pada kondisi yang berisiko adalah untuk meminimalisasi besarnya risiko pada satu komoditi atau usaha. Hal ini akan efektif apabila hasil penilaian risiko menunjukkan nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai risiko pada saat mengusahakan satu komoditi. Pada Permata Anggrek nilai risiko kombinasi antara dendrobium campur besar dengan sedang menunjukkan hasil yang tidak terlalu signifikan jika dibandingkan dengan hanya mengusahakan satu kelompok dendrobium. Nilai coefficient variation kombinasi antara dendrobium campur besar dan sedang hampir sama dengan nilai coefficient variation dendrobium campur sedang dengan penghitungan risiko tunggal yaitu masing-masing bernilai 0,737 dengan 0,764. Melalui usaha diversifikasi dua kelompok dendrobium hanya mampu menurunkan risiko usaha sebesar 0,027. Hasil penilaian ini menunjukkan bahwa jika perusahaan mengusahakan kedua kelompok antara dendrobium campur besar dengan sedang memiliki nilai risiko yang sama dengan nilai risiko jika perusahaan hanya mengusahakan dendrobium campur sedang saja. Risiko diversifikasi dua kelompok dendrobium antara dendrobium campur besar dengan dendrobium campur sedang merupakan risiko yang paling tinggi diantara perhitungan risiko diversifikasi dua kelompok dendrobium lainnya. Hal ini tidak terlepas dari tingginya fluktuasi harga jual yang dimiliki oleh dendrobium campur sedang dan besar. Selain itu pengusahaan dendrobium campur besar juga cukup rentan terhadap kerusakan pada saat pengiriman ke luar kota, yaitu kerusakan atau patahnya batang tanaman. Ketidakmampuan Permata Anggrek dalam menentukan jenis dendrobium yang diinginkan oleh konsumen juga merupakan penyebab tingginya nilai coefficient variation pada kombinasi dua kelompok dendrobium ini. 82

98 2. Dendrobium Campur Besar dengan Kecil Strategi diversifikasi yang kedua merupakan kombinasi antara dendrobium campur besar dan kecil. Kombinasi ini merupakan kombinasi antara kelompok dendrobium dengan nilai expected return tertinggi dan kelompok dendrobium dengan nilai expected return terendah. Hasil perhitungan risiko pada gabungan kedua kelompok dendrobium ini menunjukkan angka yang paling rendah dari keseluruhan perhitungan risiko diversifikasi. Hal ini didasarkan kepada nilai coefficient variation yang diperoleh yaitu berdasarkan nilai penjualan. Nilai coefficient variation pengusahaan dendrobium campur besar dengan dendrobium campur kecil bernilai 0,433. Nilai ini dapat diartikan sebagai besaran risiko yang dihadapi per setiap return yang diharapkan pada saat melakukan usaha penjualan dendrobium campur besar dan kecil. Usaha diversifikasi antara pengusahaan dendrobium campur besar dan kecil ini memiliki manfaat yang cukup baik di saat Permata Anggrek hanya mengusahakan kelompok dendrobium campur besar. Perbandingan antara nilai risiko tunggal dengan risiko diversifikasi pengusahaan dendrobium campur besar memiliki selisih yang cukup tinggi yaitu antara 0,183 skala perhitungan. Namun jika perbandingannya dilakukan kepada kelompok dendrobium campur kecil, maka manfaat untuk mengurangi risiko tidak terlalu berpengaruh. Perbandingan nilai risiko tunggal dengan nilai risiko diversifikasi pada pengusahaan dendrobium campur kecil adalah hampir sama. Kombinasi risiko diversifikasi antara dendrobium campur besar dan kecil ini lebih efektif pada kondisi dimana Permata Anggrek hanya mengusahakan kelompok dendrobium campur besar saja. Rendahnya nilai risiko diversifikasi dendrobium campur besar dengan kecil adalah dikarenakan proporsi penggunaan sumberdaya input sebagian besar digunakan untuk mengusahakan dendrobium campur kecil, sehingga besarnya risiko pada pengusahaan dendrobium campur besar menjadi berkurang. Informasi di lapangan menyebutkan bahwa kelompok komoditas dendrobium campur kecil merupakan kelompok dendrobium yang range fluktuasi harga jualnya merupakan yang terendah dibandingkan dengan kelompok dendrobium yang lain. Selain itu dendrobium campur kecil juga biasanya dipasarkan di sekitar daerah jawa barat, sehingga risiko kerusakan tanaman pada saat pengiriman menjadi sangat jarang 83

99 terjadi. Berbeda dengan dendrobium campur besar yang range fluktuasi harga jualnya juga cukup tinggi dan rentan juga terhadap kerusakan pada saat proses pengiriman ke luar kota. 3. Dendrobium Campur Sedang dan Kecil Penilaian risiko diversifikasi dua kelompok dendrobium antara kelompok dendrobium campur sedang dengan dendrobium campur kecil memiliki nilai expected return tertinggi dibandingkan dengan penggabungan dua kelompok dendrobium lainnya. Tingginya nilai expected return tidak memiliki hubungan yang positif dengan besaran risiko yang dihadapi. Nilai risiko yang diperoleh melalui perhitungan coefficient variation berdasarkan nilai penjualan bernilai 0,510. Nilai ini memiliki pengertian bahwa Permata Anggrek menghadapi risiko usaha penjualan dendrobium campur sedang dan kecil senilai 0,510 per setiap return yang diharapkan. Pengusahaan dendrobium campur sedang dihadapkan pada perubahan harga jual yang range-nya paling tinggi. Sedangkan sumber risiko pada pengusahaan dendrobium campur kecil adalah bersumber dari kerentanannya terhadap serangan hama dan perubahan cuaca. Dendrobium campur kecil memiliki bentuk fisik yang lebih kecil dibandingkan jenis dendrobium lainnya. Bentuk ukurannya yang kecil menjadikan dendrobium campur kecil sering diserang bakteri dan jamur pada musim hujan. Strategi penerapan diversifikasi sangat tepat digunakan apabila Permata Anggrek lebih banyak atau hanya mengusahakan kelompok dendrobium campur sedang. Karena akan berdampak terhadap pengurangan besaran risiko yang dihadapi oleh Permata anggrek. Pada kombinasi diversifikasi ini terlihat bahwa melalui usaha diversifikasi maka risiko pada pengusahaan dendrobium campur sedang yang lebih besar menjadi lebih kecil apabila digabungkan dengan dendrobium campur kecil. 4. Dendrobium Campur Besar, Sedang dan Kecil Kombinasi antara dendrobium campur besar, sedang dan kecil merupakan kombinasi portofolio dengan tiga kelompok dendrobium. Kombinasi ketiga kelompok dendrobium ini merupakan kombinasi yang menunjukkan nilai risiko secara keseluruhan. Perhitungan expected return yang dimiliki oleh ketiga 84

100 kombinasi ini menunjukkan angka tertinggi kedua setelah nilai expected return kombinasi dendrobium campur sedang dan kecil. Perolehan nilai risiko diversifikasi melalui perhitungan coefficient variation adalah 0,516 berdasarkan nilai penjualan. Besaran nilai risiko yang dihadapi pada saat melakukan kombinasi ketiga kelompok dendrobium menunjukkan nilai yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kombinasi dua kelompok dendrobium. Kombinasi tersebut adalah kombinasi dendrobium campur sedang dengan kecil dan kombinasi dendrobium campur besar dengan kecil. Namun nilai risiko kombinasi tiga kelompok dendrobium memiliki nilai yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kombinasi dua kelompok, yaitu kombinasi dendrobium campur besar dengan sedang. Keseluruhan perbandingan dilakukan atas dasar penilaian coefficient variation nilai penjualan. Kombinasi ketiga kelompok dendrobium ini efektif pada pengusahaan dendrobium campur besar dan kelompok dendrobium campur sedang. Nilai risiko tunggal kedua kelompok dendrobium lebih tinggi dibandingkan dengan nilai risiko pada kombinasi tiga kelompok dendrobium. Artinya usaha diversifikasi ketiga kelompok dendrobium ini mampu mengurangi tingginya nilai risiko tunggal yang dihadapi oleh dendrobium campur besar dan dendrobium campur sedang. Padahal apabila dibandingkan dengan risiko tunggal dendrobium campur kecil, maka nilai risiko yang dihadapi Permata Anggrek pada saat mengusahakan ketiga kombinasi dendrobium lebih tinggi. Artinya kombinasi ketiga kelompok ini tidak efektif pada usaha tunggal dendrobium campur kecil. Hasil penilaian seluruh risiko diversifikasi yang diterapkan oleh Permata Anggrek hanya efektif pada pengusahaan kelompok dendrobium campur besar dan sedang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 16. Sedangkan untuk pengusahaan dendrobium campur kecil, strategi diversifikasi ini belum mampu mengurangi nilai risiko yang dihadapi. Padahal proporsi penggunaan sumberdaya perusahaan lebih banyak digunakan untuk mengusahakan kelompok dendrobium campur kecil. Proporsi perbandingan penggunaan sumberdaya modal yang digunakan kepada kelompok dendrobium campur kecil, sedang dan besar adalah masing-masing 50 persen, 30 persen dan 20 persen. 85

101 Nilai risiko cenderung lebih tinggi pada usaha diversifikasi yang mengandung kelompok komoditas dendrobium campur sedang dibandingkan usaha diversifikasi yang tidak mengandung dendrobium campur sedang. Hal ini disebabkan dendrobium campur sedang memiliki tingkat risiko yang paling tinggi dibandingkan kedua kelompok dendrobium yang lain. Namun sebaliknya apabila dalam perhitungan terdapat kombinasi penggabungan dengan dendrobium campur kecil, nilai risikonya akan cenderung lebih rendah. Hal ini akibat dari proporsi pengusahaan dendrobium campur kecil yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok dendrobium lainnya. Tabel 16. Penilaian Risiko Tunggal dan Portofolio pada Kelompok Dendrobium Campur Besar, Sedang dan Kecil Permata Anggrek Kelompok Anggrek Expected Return (Rp) Variance Risiko Tunggal Standard Deviation Coefficient Variation D.C.B ,275 0,616 D.C.S ,126 0,764 D.C.K ,346 0,419 Risiko Portofolio D.C.B + D.C.S , , ,39 0,737 D.C.B + D.C.K , , ,05 0,433 D.C.S + D.C.K , , ,64 0,510 D.C.B + D.C.S , , ,37 0,516 D.C. K Keterangan: D.C.B : Dendrobium Campur Besar D.C.S : Dendrobium Campur Sedang D.C.K : Dendrobium Campur Kecil Berdasarkan hasil perbandingan risiko pada ketiga kelompok komoditas dendrobium yang dilakukan Permata Anggrek disimpulkan bahwa diversifikasi dapat mengurangi risiko yang ada. Akan tetapi, dengan melakukan diversifikasi tidak serta-merta berarti menghilangkan risiko atau membuat risiko menjadi nol. Artinya meskipun perusahaan telah melakukan diversifikasi, perusahaan tetap menghadapi risiko. Hal ini dapat dilihat pada hasil perbandingan risiko produksi 86

102 yang diperoleh yakni nilai variance, standard deviation, coefficient variation tidak sama dengan nol. Dengan adanya diversifikasi maka kegagalan pada salah satu usaha diharapkan bisa dikompensasi dari usaha yang lainnya. Oleh karena itu, diversifikasi merupakan alternatif yang tepat untuk meminimalkan risiko. 6.3 Strategi Penanganan Risiko Strategi penanganan risiko merupakan siasat untuk melindungi aset dan kemampuan perusahaan dalam memberikan hasil dengan mengurangi ancaman kerugian akibat dari peristiwa yang tidak dapat dikendalikan. Strategi pengelolaan yang disiapkan secara rinci dan spesifik dapat membantu perusahaan dalam menekan dan meminimalisasi besaran risiko yang dihadapi perusahaan. Sehingga pada akhirnya seluruh target dan harapan penerimaan yang sudah disiapkan pada proses perencanaan dapat dicapai dengan baik. Namun sebaliknya, apabila perusahaan tidak mampu menyusun strategi penanganan risiko dengan baik akan berdampak terhadap bertambahnya besaran kerugian yang pada akhirnya dapat mengurangi penerimaan perusahaan. Analisis risiko yang merupakan rangkaian usaha penanganan dan pengendalian tingginya nilai risiko yang dihadapi sebuah perusahaan menempatkan kegiatan penyusunan strategi penanganan risiko ini sebagai langkah final atau tahapan terakhir. Artinya, tahapan strategi penanganan risiko ini merupakan kajian aplikatif yang harus diterapkan apabila perusahaan hendak mengurangi dan mengendalikan risiko yang sedang dihadapi. Strategi penanganan risiko yang disusun merupakan bentuk kajian yang diambil berdasarkan kondisi sebenarnya yang terjadi pada perusahaan. Usaha penjualan dendrobium Permata Anggrek yang difokuskan kepada tiga kelompok dendrobium memiliki tingkat risiko yang cukup tinggi dan membutuhkan strategi penanganan risiko yang tepat. Permata Anggrek sebagai perusahaan agribisnis juga sebenarnya sudah menyadari akan adanya risiko pada usaha penjualan dendrobium yang mereka lakukan, dan perusahaan juga telah melakukan beberapa langkah penanganan risiko, antara lain: pencegahan dan pengendalian serangan hama dan penyakit untuk mengurangi jumlah tanaman yang mati, pembelian anggrek siap bunga untuk memenuhi permintaan pembeli, dan merespon dengan baik perubahan tren permintaan. Selain itu, Permata Anggrek juga telah melakukan usaha diversifikasi 87

103 pengusahaan dendrobium dengan cara menjual tiga kelompok dendrobium. Keseluruhan usaha penanganan risiko usaha penjualan tersebut ada yang efektif dan memiliki pengaruh positif dalam mengurangi risiko, tetapi ada juga yang ternyata tidak memiliki pengaruh dalam mengurangi nilai risiko. Berikut ini akan dijelaskan tentang strategi penanganan risiko yang dapat diterapkan pada Permata Anggrek terkait dengan besaran risiko yang sedang dihadapi. 1. Integrasi Vertikal Integrasi Vertikal merupakan salah satu bentuk strategi penanganan risiko yang dapat diterapkan pada Permata Anggrek. Integrasi vertikal merupakan gabungan dua usaha yang memiliki jenis usaha yang berbeda namun memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain. Strategi integrasi vertikal ini sering diterapkan oleh perusahaan dimana usaha yang sedang dijalankan sangat bergantung dengan usaha lainnya. Usaha penjualan dendrobium yang dilakukan oleh Permata Anggrek dalam kurun waktu dua tahun terkahir sangat menggantungkan persediaan produknya dari luar perusahaan. Situasi yang demikian memiliki banyak kelemahan, antara lain: Posisi Permata Anggrek menjadi sangat rentan apabila penyedia dendrobium tidak mampu menyediakan produk secara kualitas dan kuantitas Kualitas produk yang akan dijual menjadi lebih terjamin dikarenakan perusahaan dapat mengontrol dengan baik selama proses produksi Harga beli dendrobium dari penyedia lebih besar dibandingkan dengan biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan apabila memproduksi sendiri Integrasi vertikal menjadi solusi yang tepat bagi Permata Anggrek dikarenakan kegiatan penjualan yang dilakukan oleh Permata Anggrek sangat bergantung kepada ketersediaan produk yang akan dijual. Bentuk integrasi vertikal yang dapat dilakukan adalah dengan memproduksi kembali dendrobium campur kecil. Kelompok dendrobium campur kecil memiliki nilai risiko terendah dibandingkan dengan kelompok lainnya. Melakukan usaha produksi maka ketersediaan produk dendrobium yang akan dijual akan lebih terjamin baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Sumberdaya yang dibutuhkan untuk kegiatan produksi juga masih mencukupi. Kebun yang ada belum sepenuhnya dimanfaatkan secara maksimal, karena masih tersedia beberapa lahan yang 88

104 kosong. Saat ini, kebun masih mampu menampung sekitar 1000 pot tanaman. Selain itu, tenaga kerja yang ada juga masih belum dimanfaatkan secara maksimal. Usaha integrasi vertikal ini akan memberikan manfaat yang cukup besar bagi usaha penjualan dendrobium. 2. Diversifikasi Usaha Diversifikasi usaha merupakan bentuk strategi penanganan risiko yang didasarkan pada ide bahwa hasil dari bermacam-macam usaha tidak meningkat atau turun pada suatu saat bersamaan, sehingga apabila satu usaha memiliki hasil yang rendah maka usaha-usaha yang lain mungkin akan memiliki hasil yang lebih tinggi. Kelebihan dari diversifikasi antara lain: mengurangi risiko, efektifitas tenaga kerja, efektifitas peralatan dan efisiensi biaya. Permata Anggrek juga telah menerapkan strategi diversifikasi usaha dalam usaha penjualan yang sedang dilakukan. Bentuk diversifikasi usaha yang dilakukan Permata Anggrek cukup beragam antara lain adalah dengan mengusahakan tiga kelompok dendrobium. Namun diversifikasi yang dijalankan selama ini belum efektif dari sisi risiko. Hal ini dikarenakan bentuk diversifikasi mengakibatkan semakin tingginya nilai risiko yang dihadapi oleh Permata Anggrek. Ketiga kombinasi kelompok dendrobium yang diusahakan harus dievaluasi lagi pengusahaannya. Kelompok dendrobium campur sedang merupakan kelompok dendrobium yang paling tinggi nilai risikonya. Permata Anggrek seharusnya mampu menemukan kelompok dendrobium lainnya yang dapat dijadikan sebagai pilihan dengan tujuan untuk meminimalkan risiko tunggal. Kelompok dendrobium yang menjadi prioritas Permata Anggrek adalah kelompok dendrobium campur kecil. Dengan demikian, pada saat perusahaan hendak memilih kelompok dendrobium yang akan dijadikan pilihan diversifikasi harus mampu memberikan nilai risiko yang lebih rendah bagi keseluruhan kombinasi dendrobium. 3. Kontrak Pemasaran Kontrak pemasaran adalah perjanjian baik antara pedagang dan produsen tentang penetapan harga dan penjualan suatu komoditi sebelum panen atau sebelum komoditi dipasarkan. Usaha kontrak pemasaran ini sangat tepat diterapkan pada Permata Anggrek. Harga jual Permata Anggrek yang mengikuti 89

105 harga pasar, merupakan alasan utama penggunaan kontrak pemasaran ini. Adanya kontrak pemasaran maka harga jual dendrobium lebih pasti dan menjadi tidak berfluktuasi. Kontrak pemasaran dapat dilakukan kepada konsumen yang tergolong pelanggan tetap Permata Anggrek. Solusi kontrak pemasaran bukan hanya menjamin kestabilan harga jual, tetapi hal ini juga sangat membantu dalam menjamin jumlah produk yang akan dijual. Dengan demikian variasi jumlah penjualan perbulannya menjadi berkurang. Kontrak penjualan juga memudahkan Permata Anggrek dalam menentukan jenis-jenis dendrobium yang akan dijual, karena dengan adanya kontrak penjualan permasalahan terkait perubahan selera menjadi lebih mudah diantisipasi. 4. Perbaikan Sarana Produksi Salah satu sumber risiko pada usaha penjualan dendrobium adalah disebabkan oleh kegagalan dalam proses perawatan dan pemeliharaan yang ditunjukkan dengan banyaknya jumlah tanaman yang mati. Banyaknya tanaman yang mati disebabkan oleh perubahan cuaca yang berdampak terhadap semakin tingginya serangan hama dan penyakit yang menyerang tanaman dendrobium. Penanganan terhadap serangan hama ini dilakukan dengan meningkatkan dosis penggunaan serta intensitas penyemprotan anti hama dan obat kepada dendrobium. Selain itu pengubahan jenis insektisida juga penting untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan setiap insektisida memiliki bahan aktif yang berbeda. Perbedaan penggunaan bahan aktif juga diharapkan dapat membunuh jenis hama yang sudah kebal pada satu jenis insektisida. Usaha untuk mengurangi serangan hama dan penyakit dapat juga dilakukan dengan cara memperbaiki sarana produksi. Rumah anggrek merupakan sarana produksi utama yang menjadi tempat dimana dendrobium diusahakan. Rumah anggrek yang ada saat ini merupakan hasil desain yang disesuaikan dengan kondisi cuaca saat awal berdiri, yaitu pada tahun Rumah anggrek yang ada saat ini seharusnya diubah sesuai dengan kondisi cuaca yang sering tidak stabil. Pengubahan bentuk dapat dilakukan dengan menyediakan tempat atau lokasi baru yang dapat dijadikan sebagai tempat berlindung tanaman dari hujan yang berkepanjangan dan sinar matahari yang cukup terik. Disamping itu pada 90

106 saat musim penghujan Permata Anggrek juga harus mengubah media tanam dendrobium yang terbuat dari gabungan pakis dan kaliandra dengan media tanam yang terbuat dari arang. Media tanam pakis dan kaliandra umumnya lebih lembab karena dapat menyimpan banyak air. Kondisi yang demikian menjadikan dendrobium lebih rentan terkena penyakit. Penyakit yang muncul disebabkan oleh serangan jamur dan bakteri. Serangan ini dapat menyebabkan kebusukan tanaman, yang apabila menyerang akar tanaman dapat menyebabkan kematian. Pada kondisi yang demikian media tanam yang tepat adalah arang. Karena arang tidak terlalu banyak menyerap air. Sebaliknya pada saat musim kemarau jenis media tanam yang seharusnya digunakan adalah media tanam pakis dan kaliandra yang dapat menyimpan lebih banyak air. 91

107 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Diversifikasi usaha merupakan salah satu bentuk strategi perusahaan dalam usaha mengurangi risiko dan memaksimalkan keuntungan. Diversifikasi usaha yang dilakukan oleh Permata Anggrek dengan menjual dendrobium campur besar, sedang dan kecil merupakan sebuah solusi untuk mengurangi risiko. Ratarata pengusahaan diversifikasi yang dilakukan oleh Permata Anggrek dapat mengurangi risiko pra penjualan dan risiko dalam pasar. Diversifikasi yang dilakukan dengan kombinasi anggrek dendrobium campur kecil memberikan risiko yang paling rendah dibandingkan dengan kombinasi lainnya. Usaha diversifikasi dendrobium yang dilakukan Permata Anggrek dihadapkan pada kendala risiko yang dapat dikelompokkan kedalam dua bagian yaitu: risiko pra penjualan dan risiko dalam pasar. Sumber risiko pra penjualan berasal dari tidak teraturnya persediaan dendrobium karena adanya perubahan iklim dan cuaca serta serangan hama dan penyakit. Risiko pada pasar bersumber dari perubahan selera konsumen, fluktuasi harga jual dan kerusakan pada saat proses transportasi dan distribusi. Permata Anggrek dalam upaya mengendalikan risiko pengusahaan dendrobium telah melakukan banyak cara yang cukup efektif, diantaranya adalah pencegahan dan pengendalian serangan hama dan penyakit untuk mengurangi jumlah tanaman yang mati, dan merespon dengan baik perubahan tren permintaan. Selain itu Permata Anggrek juga melakukan strategi integrasi vertikal untuk mengurangi risiko yang ada pada tahapan pemeliharaan, yaitu dengan memproduksi anggrek dendrobium sendiri khususnya kelompok dendrobium campur kecil. 7.2 Saran Usaha diversifikasi yang dilakukan oleh Permata Anggrek dari sudut pandang penilaian dan analisis risiko masih belum tepat penggunaanya. Oleh karena itu, dibutuhkan kombinasi kelompok dendrobium yang lebih baik dan tepat serta mampu mengurangi tingginya nilai risiko pada usaha penjualan dendrobium. Hal yang cukup penting juga untuk diterapkan adalah strategi integrasi vertikal dan kontrak pemasaran. Integrasi vertikal dilakukan dengan mengusahakan dan 92

108 memproduksi dendrobium campur kecil sendiri, sedangkan kontrak pemasaran memiliki manfaat untuk mengurangi besarnya pengaruh risiko harga dalam pengusahaan dendrobium. Usaha penanganan risiko yang telah dilakukan sebelumnya juga perlu untuk diperbaiki. Usaha pengedalian risiko kematian tanaman pada proses pemeliharaan perlu diubah yaitu bukan hanya mengandalkan pada kegiatan penyemprotan obat-obatan, akan tetapi perlu memperhatikan juga aspek sarana produksi yaitu rumah anggrek yang sudah tidak sesuai lagi dengan iklim sekarang. 93

109 DAFTAR PUSTAKA Arfah S Analisis Risiko Penjualan Anggrek Phalaenopsis Pada PT Ekakarya Graha Flora Di Cikampek, Jawa Barat [skripsi]. Bogor. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik Data Strategis BPS [8 Desember 2009] Berita Resmi Statistik. [25 November 2010]. Saragih B Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. Bogor : Yayasan Mulia Persada Indonesia. Darmawi H Manajemen Risiko. Bumi Aksara. Jakarta. Debertin DL Agricultural Production Economics. New York: Macmillan Publishing Company. Departemen Pertanian Perkembangan Volume Ekspor-Impor Anggrek Tahun [25 November 2010] Diether KB Mean Variance Analysis A Portfolio of Three Risky Assets. Fisher College of Business. [20 Desember 2010] Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Jawa Barat Sentra Produksi Tanaman Hias Unggulan di Jawa Barat pada Tahun [25 November 2010] Direktorat Jenderal Hortikultura Perkembangan PDB Komoditas Hortikultura Indonesia Berdasarkan Harga Berlaku Periode Jakarta: Departemen Pertanian Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Road Map Pasaca Panen dan Pemasaran Anggrek Jakarta. Elton EJ dan Gruber MJ Modern Portfolio Theory And Investment Analysis. Fifth Edition. New York: John Wiley and Sons Inc. Fariyanti A Perilaku ekonomi rumahtangga petani sayuran dalam menghadapi risiko produksi dan harga produk di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung [disertasi]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. 94

110 Ginting L Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada Usaha Cempaka Baru di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Harwood J.R. Heifner, K. Coble, T. Perry, dan A. Somwaru Managing Risk in Farming : Concepts, Research and Analysis, Agricultural Economics Report No.774. US Department of Agriculture. Kountur R Manajemen Risiko Operasional: Memahami Cara Mengelola Risiko Perusahaan. Jakarta: PPM Kountur R Manajemen Risiko. Jakarta: Abdi Tandur. Lam J Enterprise Risk Management. Jakarta Pusat: PT Ray Indonesia. Reiley HE dan Shry Jr CL Introductory Horticulture. Sixth Edition. Albany: Thomson Learning Inc Robison LJ dan Barry PJ The Competitive Firm s Response to Risk. London: Macmillan Publisher. Ruky SA Sukses Sebagai Manajer Profesional Tanpa Gelar MM atau MBA. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Safitri NA Analisis Risiko Produksi Daun Potong Di PT Pesona Daun Mas Asri, Ciawi Kabupaten Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Sarwono B Merawat Anggrek. Jakarta: Penebar Swadaya. Setiawan H Usaha Pembesaran Anggrek. Jakarta: Penebar Swadaya. Sutiyoso Y Anggrek Potong Dendrobium. Jakarta: Penebar Swadaya. Tarigan PES Analisis risiko produksi sayuran organik pada Permata Hati Organic Farm di Bogor Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Wisdya S Analisis Risiko Produksi Anggrek Phalaenopsis Pada PT Ekakarya Graha Flora Di Cikampek, Jawa Barat [skripsi]. Bogor. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. 95

111 LAMPIRAN 96

112 Lampiran 1. Gambar Jenis Pestisida dan Pupuk yang Digunakan Untuk Tanaman Dendrobium Permata Anggrek Pupuk Hyponex Fungisida Dithane M-45 Insektisida Confidor 20 WP Insektisida Decis-25 EC Insektisida Curacron 500 EC 97

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon Melon (Cucumis melo L.) berasal dari daerah Mediterania kemudian menyebar luas ke Timur Tengah dan Asia. Akhirnya, tanaman melon menyebar ke segala

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 4 Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011]

TINJAUAN PUSTAKA. 4  Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011] II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-sumber Risiko Risiko dapat dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Risiko dapat terjadi pada pelayanan,

Lebih terperinci

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor strategis yang memberikan kontribusi dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Florikultura

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Florikultura II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Florikultura Agribisnis secara umum adalah suatu sistem yang terdiri dari empat subsistem yang terintegrasi secara fungsional. Sub-sistem pertama adalah agribisnis hulu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry Tomat (Lycopersicon esculentum) termasuk dalam famili Solanaceae. Tomat varietas cerasiforme (Dun) Alef sering disebut tomat cherry yang didapati tumbuh

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias dan Tanaman Buah

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias dan Tanaman Buah II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias dan Tanaman Buah Indonesia memiliki iklim dan wilayah tropis yang menyebabkan banyak tanaman dapat tumbuh dengan baik di Indonesia, sehingga wilayah dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI YUNITA ARIANI ZEBUA H34096127 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masyarakat Ekonomi ASEAN yang telah diberlakukan pada akhir 2015 lalu tidak hanya menghadirkan peluang yang sangat luas untuk memperbesar cakupan bisnis bagi para pelaku dunia

Lebih terperinci

PENGANTAR AGRIBISNIS

PENGANTAR AGRIBISNIS PENGANTAR AGRIBISNIS PENGANTAR AGRIBISNIS I. PEMAHAMAN TENTANG AGRIBISNIS 1. EVOLUSI PERTANIAN MENUJU AGRIBISNIS Berburu dan Meramu budidaya pertanian (farming) ekstensif untuk memenuhi kebutuhan rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin (Brassica rapa cv. caisin) Caisin (Brassica rapa cv. caisin) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam suku kubis-kubisan atau sawi-sawian (Brassicaceae/Cruciferae).

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting karena selain sebagai penghasil komoditi untuk memenuhi kebutuhan pangan, sektor pertanian juga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian Pada dasarnya kegiatan produksi pada pertanian mengandung berbagai risiko dan ketidakpastian dalam pengusahaannya. Dalam kegiatan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam potensi sumber daya alam yang melimpah serta didukung dengan kondisi lingkungan, iklim, dan cuaca yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Komoditas hortikultura dapat menjadi sumber pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat populer di mata dunia karena memiliki bunga yang cantik, indah dan menarik. Selain itu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 5 [Diakses tanggal 24 November 2011]

TINJAUAN PUSTAKA. 5  [Diakses tanggal 24 November 2011] II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Hortikultura Menurut Zulkarnain (2009), kata hortikultura (horticulture) berasal dari bahasa latin, yakni hortus yang berarti kebun dan colere yang berarti menumbuhkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas bunga di Indonesia sangatlah berlimpah. Menurut Dirjen Hortikultura Indonesia tahun 2006-2007, permintaan bunga hias di pasar dunia cenderung meningkat setiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan oleh masyarakat. Sektor pertanian adalah sektor

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian Risiko harga suatu komoditas dapat bersumber dari fluktuasi harga output maupun harga input pertanian. Umumnya kegiatan produksi

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) SKRIPSI PUSPA HERAWATI NASUTION H 34076122 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor dalam perekonomian nasional dinilai strategis dan mampu menjadi mesin penggerak pembangunan suatu negara. Pada tahun 2009 sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan penting di dalam pembangunan ekonomi suatu negara, khususnya di negaranegara sedang berkembang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI

ANALISIS RISIKO PRODUKSI VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI 6.1. Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Usaha pengurangan risiko melalui diversifikasi tanaman hias adenium tidak sepenuhnya mampu menghilangkan risiko. Adanya risiko dalam

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Langkah awal dalam menganalisis suatu risiko adalah dengan melakukan identifikasi pada risiko dan sumber risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan,

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep dan Definisi Risiko Menurut Frank Knight, risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko Sutawi (2008) mengemukakan bahwa kemitraan merupakan salah satu upaya untuk menekan risiko yang dihadapi petani. Dengan cara mengalihkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor unggulan dalam sektor pertanian di Indonesia. Perkembangan hortikultura di Indonesia dapat dilihat dari perkembangan produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Studi tentang petani dan usahatani, terutama dari aspek budidaya sudah cukup banyak dilakukan di Indonesia. Namun, kajian dan penelitian dalam hal pemilihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian adalah sektor penting dalam perekonomian Indonesia. Beberapa peran penting sektor pertanian yaitu menyerap tenaga kerja, sumber pendapatan bagi masyarakat,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan karena sektor pertanian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di perusahaan Anisa Adenium, yang berada di Bekasi Timur, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilaksanakan secara sengaja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial dalam memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan ekonomi dan memegang peranan penting

Lebih terperinci

SKRIPSI ARDIANSYAH H

SKRIPSI ARDIANSYAH H FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan) SKRIPSI ARDIANSYAH H34066019

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Florikultura

II TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Florikultura II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Florikultura Sistem agribisnis terdiri atas berbagai macam subsistem yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Menurut Saragih (2001) 2, setidaknya terdapat

Lebih terperinci

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Risiko Suatu bisnis yang dilakukan oleh para pelaku usaha pasti dihadapkan pada risiko dalam usahanya. Selain risiko, pebisnis dalam melakukan aktivitas bisnisnya dihadapkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang sangat luas dan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Jawa Barat merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Oleh : AYU LESTARI A14102659 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK SKRIPSI MARUDUT HUTABALIAN A14105571 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Istilah risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty) sering digunakan secara bersamaan atau bahwa risiko sama dengan ketidakpastian.

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai keanekaragaman tanaman hortikultura meliputi tanaman buah, tanaman sayuran dan tanaman hias. Menurut Wijaya (2006), Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PENGUSAHAAN BUNGA PADA PT SAUNG MIRWAN KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

ANALISIS RISIKO PENGUSAHAAN BUNGA PADA PT SAUNG MIRWAN KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT ANALISIS RISIKO PENGUSAHAAN BUNGA PADA PT SAUNG MIRWAN KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI NATALINA SIANTURI H34086062 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem yang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 45 V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Sentra Penanaman Anggrek Dendrobium Bunga Potong di Indonesia Dendrobium merupakan salah satu genus dalam famili Orchidaceae yang dapat tumbuh di dataran rendah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian (agraris) yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani atau bergerak di bidang pertanian. Tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) Oleh FAISHAL ABDUL AZIZ H34066044 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan yang bidang pekerjaannya berhubungan dengan pemanfaatan alam sekitar dengan menghasilkan produk pertanian yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian ditujukan untuk meningkatkan ketahanan pangan, mengembangkan agribisnis dan meningkatkan kesejahteraan petani, mengisyaratkan bahwa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Mentimun

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Mentimun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Mentimun Mentimun atau ketimun mempunyai nama latin Cucumis Sativus L. Mentimun termasuk dalam keluarga labu-labuan (cucubitaceae). Sejarah mentimun berasal dari

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hortikultura tergolong sebagai komoditas komersial bernilai ekonomi tinggi (high value commodity). Kontribusi sub sektor hortikultura pada nilai Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian berkelanjutan memiliki tiga tujuan yaitu: tujuan ekonomi (efisiensi dan pertumbuhan), tujuan sosial (kepemilikan/keadilan) dan tujuan ekologi (kelestarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis dan relatif subur. Atas alasan demikian Indonesia memiliki kekayaan flora yang melimpah juga beraneka ragam.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. (Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan ).

PENDAHULUAN. (Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan ). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan pada tataran nasional merupakan kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan dalam jumlah yang cukup, mutu yang layak,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan Natalia Nursery. Perusahaan ini merupakan perusahaan pribadi yang memiliki dua lahan budidaya yaitu di Desa Tapos,

Lebih terperinci

VI. PEMBAHASAN 6.1. Identifikasi Sumber-sumber Risiko

VI. PEMBAHASAN 6.1. Identifikasi Sumber-sumber Risiko VI. PEMBAHASAN Risiko produksi merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh besar pada keberhasilan produksi. Risiko ini berdampak pada kualitas dan kuantitas hasil produksi yang dihasilkan. risiko

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berkawasan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah pengembangan hortikultura untuk meningkatkan pendapatan petani kecil. Petani kecil yang dimaksud dalam pengembangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prospek Perikanan Di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prospek Perikanan Di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prospek Perikanan Di Indonesia Sektor perikanan di Indonesia masih dipandang memiliki prospek yang cerah untuk terus dikembangkan karena potensi yang dimiliki tidak hanya dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Cabai Merah Keriting Cabai merah keriting atau lombok merah (Capsicum annum, L) merupakan tanaman hortikultura sayur sayuran semusim untuk rempah-rempah yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berpengaruh terhadap pembangunan negara. Pertanian merupakan salah satu bagian dari bidang agribisnis. Saragih dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Biologi Anggrek 2.1.1 Deskripsi Anggrek Anggrek merupakan famili terbesar dalam tumbuhan biji, seluruhnya meliputi 20.000 jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hal-hal yang akan diuraikan dalam pembahasan dibagi dalam tiga bagian yakni bagian (1) penelaahan terhadap perekonomian Kabupaten Karo secara makro, yang dibahas adalah mengenai

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian Indonesia dipengaruhi oleh beberapa sektor usaha, dimana masing-masing sektor memberikan kontribusinya terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sangat luas dan juga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Komoditas pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam struktur ekonomi nasional. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg)

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan manusia, karena di dalam sayuran mengandung berbagai sumber vitamin,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang dibudidayakan dalam hortikultura meliputi buah-buahan, sayur-sayuran,

Lebih terperinci