BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1 Penentuan Competing Factors Pada tahap pertama, dilakukan business analysis dengan melakukan indepth interview kepada 9 (sembilan) partisipan untuk menentukan competing factors di dalam produk pembiayaan sindikasi skim musyarakah mutanaqishah. Menurut Wubben et. al (2012 : 252), penentuan competing factors disepakati jika hasil wawancara mendalam kepada partisipan diperoleh hasil jawaban yang sama atas >50% partisipan (majority concern). Setelah dilakukan in-depth interview kepada 9 (sembilan) partisipan yang terdiri dari tingkat jabatan Manager, Department Head dan Group Head, diperoleh hasil sebagai berikut: Competing Factors Tabel 5.1 Hasil In-Depth Interview Penentuan Competing Factors Jabatan Harga / Pricing Service Level Agreement (SLA) Manajemen Relasi Sumber : Data yang diolah (2016) Account Holder / RM Account Executive / Sales Jaringan Kantor Keunikan Produk Tujuan Pembiayaan Fitur Syarat Pembiayaan Partisipan 1 Manager Partisipan 2 Manager Partisipan 3 Manager Partisipan 4 Manager Partisipan 5 Manager Partisipan 6 Dept. Head Partisipan 7 Dept. Head Partisipan 8 Dept. Head Partisipan 9 Group Head Jumlah Persetujuan Partisipan Currency Jumlah % 100,00% 100,00% 77,78% 88,89% 66,67% 55,56% 22,22% 11,11% 11,11% 11,11% 11,11% % Manager 55,56% 55,56% 55,56% 55,56% 33,33% 22,22% 11,11% 11,11% 11,11% 11,11% 11,11% % Dept. Head 33,33% 33,33% 11,11% 22,22% 22,22% 22,22% 11,11% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% % Group Head 11,11% 11,11% 11,11% 11,11% 11,11% 11,11% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% Dari tabel tersebut, dari hasil in-depth interview kepada partisipan diketahui bahwa terdapat 11 (sebelas) competing factors, yaitu Harga (Pricing), 74

2 75 Service Level Agreement (SLA), Manajemen Relasi, Account Holder / Relationship Manager, Account Executive / Sales, Jaringan Kantor, Keunikan Produk, Tujuan Pembiayaan, Fitur, Syarat Pembiayaan dan Currency. Kemudian sesuai penjelasan pada metode analisis data, telah disebutkan bahwa penentuan competing factors disepakati jika hasil wawancara mendalam kepada partisipan diperoleh hasil jawaban yang sama atas >50% partisipan (majority concern), sehingga competing factors yang >50% dijawab oleh partisipan antara lain Harga (Pricing) sebesar 100%, Service Level Agreement (SLA) sebesar 100%, Manajemen Relasi sebesar 77,78%, Account Holder / Relationship Manager sebesar 88,89%, Account Executive / Sales sebesar 66,67% dan Jaringan Kantor sebesar 55,56%. Adapun dari keenam competing factors tersebut, komposisi jawaban responden berdasarkan jabatan, yaitu competing factors Harga dijawab oleh jabatan Manager dengan persentase 55,56%, sisanya oleh 33,33% Dept. Head dan 11,11% oleh Group Head. Selanjutnya competing factors Service Level Agreement (SLA) sama dengan competing factors Harga, yaitu dijawaban oleh jabatan Manager dengan persentase 55,56%, sisanya oleh 33,33% Dept. Head dan 11,11% oleh Group Head. Kemudian untuk competing factors Manajemen Relasi dijawab oleh Manager sebesar 55,56% dan sisanya masing-masing 11,11% oleh jabatan Dept. Head dan Group Head. Selanjutnya competing factors Account Holder / Relationship Manager dijawab oleh 55,56% dan sisanya masing-masing 22,22% dan 11,11% oleh jabatan Dept. Head dan Group Head. Competing factors selanjutnya yaitu Account Executive / Sales, dijawab sebesar 33,33% oleh jabatan

3 76 Manager, sisanya masing-masing sebesar 22,22% dan 11,11% oleh jabatan Dept. Head dan Group Head. Kemudian yang terakhir yaitu competing factors Jaringan Kantor (Distribution Channel), dijawab sebesar 22,22% oleh jabatan Manager, sisanya masing-masing sebesar 22,22% dan 11,11% oleh jabatan Dept. Head dan Group Head. Dari keenam competing factors yang diperoleh melalui in-depth interview sebesar >50% dari jawaban responden, ternyata hasil competing factors tersebut berbanding lurus dengan jawaban Group Head (jabatan tertinggi pada responden). 5.2 Penentuan Kanvas Strategi Lama Tahap kedua, yaitu membuat kanvas strategi lama, yang terdiri dari kanvas strategi pembiayaan sindikasi skim musyarakah mutanaqishah yang saat ini berlangsung dan kanvas strategi pembiayaan sindikasi secara umum di perbankan. Di dalam pembuatan kanvas strategi, penentuan nilai masing-masing competing factors dilakukan dengan in-depth interview kepada partisipan internal Bank Syariah Mandiri yang berjumlah 9 (sembilan) orang untuk menentukan tinggi rendahnya tingkatan pada suatu competing factors. Menurut Rachman (2013 : 43), kanvas strategi dapat digambarkan dengan tingkatan Sangat Tinggi, Tinggi, Sedang, Rendah atau Sangat Rendah. Menurut Kim dan Mauborgne (2015 : 31), sumbu vertikal dari kanvas strategi tersebut, merangkum tingkat penawaran yang didapatkan pembeli di semua competing factors. Skor tinggi menandakan sebuah perusahaan memberikan penawaran lebih kepada konsumen. Adapun rekap hasil in-depth interview dengan partisipan diperoleh hasil sebagai berikut:

4 77 Tabel 5.2 Hasil In-Depth Interview Kanvas Strategi Pembiayaan Sindikasi Skim Musyarakah Mutanaqishah Saat Ini Competing Factors Jabatan Harga / Pricing Sumber : Data yang diolah (2016) Service Level Agreement (SLA) Manajemen Relasi Account Holder / RM Account Executive / Sales Jaringan Kantor Partisipan 1 Manager Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Partisipan 2 Manager Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sedang Tinggi Partisipan 3 Manager Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Rendah Partisipan 4 Manager Sedang Tinggi Sedang Tinggi Sedang Sedang Partisipan 5 Manager Rendah Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Partisipan 6 Dept. Head Rendah Sedang Tinggi Sedang Rendah Rendah Partisipan 7 Dept. Head Rendah Sedang Tinggi Sedang Rendah Sedang Partisipan 8 Dept. Head Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Partisipan 9 Group Head Rendah Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Mayoritas (>50%) Rendah Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Jumlah % 55,56% 55,56% 66,67% 55,56% 66,67% 55,56% % Manager 22,22% 11,11% 33,33% 11,11% 44,44% 22,22% % Dept. Head 22,22% 33,33% 22,22% 33,33% 11,11% 22,22% % Group Head 11,11% 11,11% 11,11% 11,11% 11,11% 11,11% Berdasarkan hasil tersebut, maka diperoleh hasil kanvas strategi skim musyarakah mutanaqishah yang saat ini sedang berlangsung sebagai berikut: SANGAT TINGGI Kanvas Strategi Pembiayaan Sindikasi Musyarakah Mutanaqishah Saat Ini TINGGI Offering Level SEDANG RENDAH SANGAT RENDAH Competing Factors Pembiayaan Sindikasi Skim Musyarakah Mutanaqishah Saat Ini Gambar 5.1 Kanvas Strategi Pembiayaan Sindikasi MMQ Sumber : Data yang diolah (2016)

5 78 Setelah mengetahui kanvas strategi yang saat ini berlangsung pada pembiayaan sindikasi skim musyarakah mutanaqishah, tahap selanjutnya yaitu menentukan kanvas strategi pembiayaan sindikasi secara umum di perbankan didapatkan dari in-depth interview kepada partisipan internal Bank Syariah Mandiri yang berjumlah 9 (sembilan) orang dan partisipan eksternal dari bank lain yang berjumlah 2 (dua) orang, sehingga pada tahap analisis ini jumlah partisipan sebanyak 11 (sebelas) orang. Menurut Rachman (2013 : 43), kanvas strategi dapat digambarkan dengan tingkatan Sangat Tinggi, Tinggi, Sedang, Rendah atau Sangat Rendah. Menurut Kim dan Mauborgne (2015 : 31), sumbu vertikal dari kanvas strategi tersebut, merangkum tingkat penawaran yang didapatkan pembeli di semua competing factors. Skor tinggi menandakan sebuah perusahaan memberikan penawaran lebih kepada konsumen. Adapun rekap hasil in-depth interview dengan partisipan diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 5.3 Hasil In-Depth Interview Kanvas Strategi Pembiayaan Sindikasi Secara Umum Competing Factors Jabatan Harga / Pricing Sumber : Data yang diolah (2016) Service Level Agreement (SLA) Manajemen Relasi Account Holder / RM Account Executive / Sales Jaringan Kantor Partisipan 1 Manager Sedang Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Partisipan 2 Manager Tinggi Sedang Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Partisipan 3 Manager Rendah Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang Partisipan 4 Manager Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Partisipan 5 Manager Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Tinggi Partisipan 6 Dept. Head Sedang Tinggi Tinggi Sedang Rendah Rendah Partisipan 7 Dept. Head Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Tinggi Partisipan 8 Dept. Head Rendah Tinggi Tinggi Sedang Rendah Tinggi Partisipan 9 Group Head Sedang Sedang Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Partisipan 10 Manager Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Tinggi (Eksternal) Partisipan 11 Manager (Eksternal) Sedang Sedang Sangat Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Mayoritas (>50%) Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Tinggi Jumlah % 72,73% 72,73% 63,64% 54,55% 63,64% 63,64% % Manager 45,45% 54,55% 36,36% 36,36% 45,45% 36,36% % Dept. Head 18,18% 9,09% 18,18% 18,18% 9,09% 18,18% % Group Head 9,09% 9,09% 9,09% 0,00% 9,09% 9,09%

6 79 Berdasarkan hasil tersebut, maka diperoleh hasil kanvas strategi pembiayaan sindikasi yang saat ini sedang berlangsung di perbankan secara umum yaitu sebagai berikut: Kanvas Strategi Pembiayaan Sindikasi Secara Umum SANGAT TINGGI Offering Level TINGGI SEDANG RENDAH SANGAT RENDAH Pembiayaan Sindikasi Secara Umum di Perbankan Competing Factors Gambar 5.2 Kanvas Strategi Pembiayaan Sindikasi Secara Umum Sumber : Data yang diolah (2016) Setelah mengetahui kedua kanvas strategi, baik pembiayaan sindikasi skim musyarakah mutanaqishah maupun pembiayaan sindikasi secara umum, maka dapat disimpulkan bahwa kedua gambar tersebut menunjukkan kedua pembiayaan sindikasi musyarakah mutanaqishah yang saat ini berlangsung di PT Bank

7 80 Syariah Mandiri belum menjauh dari persaingan (konvergensi) dan masih mendekat pada standar persaingan yang berlaku di industri. Berdasarkan hasil in-depth interview, saat ini perbedaan antara pembiayaan sindikasi skim muyarakah mutanaqishah dengan pembiayaan sindikasi yang berlaku secara umum di perbankan terletak pada competing factors Harga (Pricing) dan Jaringan Kantor (Distribution Channel). Pada pembiayaan sindikasi skim musyarakah mutanaqishah, competing factors Harga (Pricing) dinilai dari mayoritas partisipan berada dalam tingkatan RENDAH, sedangkan pada pembiayaan sindikasi secara umum, competing factors Harga (Pricing) berada dalam tingkatan SEDANG. Selanjutnya untuk competing factors Jaringan Kantor (Distribution Channel), pada pembiayaan sindikasi skim musyarakah mutanaqishah dinilai oleh mayoritas partisipan berada dalam tingkatan SEDANG, sedangkan pada pembiayaan sindikasi secara umum, competing factors Jaringan Kantor (Distribution Channel) berada dalam tingkatan TINGGI. Walaupun terdapat dua perbedaan tingkat competing factors pembiayaan sindikasi skim musyarakah mutanaqishah dengan pembiayaan sindikasi secara umum, namun perbedaan tersebut belum signifikan dan belum membuat pembiayaan sindikasi skim musyarakah mutanaqishah menjauh dari persaingan (divergensi). Jika dibandingkan dalam satu kanvas strategi blue ocean, maka perbandingan antara pembiayaan sindikasi skim musyarakah mutanaqishah dengan pembiayaan sindikasi secara umum dapat dilihat sebagai berikut.

8 81 Pembiayaan Sindikasi MMQ VS Pembiayaan Sindikasi Secara Umum SANGAT TINGGI Offering Level TINGGI SEDANG RENDAH SANGAT RENDAH Pembiayaan Sindikasi Secara Umum di Perbankan Competing Factors Pembiayaan Sindikasi Skim Musyarakah Mutanaqishah Saat Ini Gambar 5.3 Kanvas Strategi Pembiayaan Sindikasi MMQ VS Pembiayaan Sindikasi Secara Umum Sumber : Data yang diolah (2016) Dari Gambar 5.3 tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pembiayaan sindikasi skim musyarakah mutanaqishah yang saat ini berlangsung di PT Bank Syariah Mandiri masih berada dalam kanvas strategi pesaing, sehingga persaingan

9 82 menjadi ketat dan pembiayaan sindikasi skim musyarakah mutanaqishah yang saat ini berlangsung masih terjebak dalam red ocean. 5.3 Pencarian Ide Blue Ocean Strategy Tahap ketiga, dilakukan pencarian cara agar blue ocean strategy dapat diterapkan di industri melalui jalan pencarian blue ocean strategy, jika salah satu dari enam jalan pencarian blue ocean strategy dapat diaplikasikan, maka blue ocean strategy dapat diterapkan pada produk pembiayaan sindikasi skim musyarakah mutanaqishah. Pada tahap ini dilakukan in-depth interview kepada partisipan untuk menentukan pada jalan pencarian mana blue ocean strategy dapat diterapkan pada produk pembiayaan sindikasi skim musyarakah mutanaqishah. Menurut Wubben et. al (2012 : 257), penentuan tahapan pencarian blue ocean strategy disepakati jika hasil wawancara mendalam kepada partisipan dijawab YA oleh >50% partisipan (majority concern), sedangkan jika hasil wawancara dijawab TIDAK oleh >50% maka pencarian blue ocean strategy dilanjutkan pada jalan pencarian ke dua, dan begitu seterusnya sampai tahap pencarian terakhir. Pencarian ide blue ocean strategy agar dapat diterapkan di industri, dilakukan melalui enam jalan, antara lain dengan mencermati industri - industri alternatif, mencermati kelompok - kelompok strategis dalam industri, mencermati rantai pembeli, mencermati penawaran produk dan jasa pelengkap, mencermati daya tarik emosional atau fungsional bagi pembeli, dan mencermati waktu.

10 83 Setelah dilakukan in-depth interview kepada 9 (sembilan) partisipan, pada jalan pertama yaitu mencermati industri - industri alternatif, ternyata jalan pencarian ini dijawab TIDAK oleh >50% dari partisipan, yang artinya mencermati industri - industri alternatif dalam mencari ide blue ocean strategy pembiayaan sindikasi skim musyarakah mutanaqishah dinilai belum dapat mencari ide blue ocean strategy agar dapat diterapkan di industri. Selanjutnya, dilanjutkan dengan mencari jalan ide blue ocean strategy pada jalan kedua, yaitu dengan mencermati kelompok - kelompok strategis dalam industri. Setelah dilakukan in-depth interview kepada 9 (sembilan) partisipan, pada jalan kedua yaitu mencermati kelompok - kelompok strategis dalam industri, ternyata jalan pencarian ini dijawab YA oleh >50% dari partisipan, yang artinya mencermati kelompok - kelompok strategis pada industri dalam pencarian ide blue ocean strategy pembiayaan sindikasi skim musyarakah mutanaqishah dinilai dapat mencari ide blue ocean strategy agar dapat diterapkan di industri. Kelompok kelompok strategis yang dimaksud ialah organisasi di dalam suatu industri yang memiliki kesamaan ciri-ciri dan karakteristik strategis. Dalam hal ini, kesamaan ciri-ciri dan karakteristik strategis yang dimaksud adalah nasabah corporate yang membutuhkan pendanaan (dari hasil pembiayaan ulang), dalam jumlah besar, telah memiliki asset sebagai jaminan dan ingin melakukan refinancing atas asset yang sebelumnya telah dibiayai tersebut. Jika pada tahap kedua dalam mencari ide blue ocean strategy ini (mencermati kelompok - kelompok strategis dalam industri), dijawab >50% oleh partisipan, maka tidak perlu ke tahapan rerangka kerja enam langkah lainnya.

11 Kerangka Kerja Empat Langkah Tahap keempat, yaitu membuat kerangka kerja empat langkah, dengan cara menentukan faktor-faktor yang harus dihilangkan (eliminate), dikurangi (reduce), ditingkatkan (raise) dan diciptakan (create) dalam pembiayaan sindikasi skim musyarakah mutanaqishah. Penentuan faktor-faktor yang harus dihilangkan (eliminate), dikurangi (reduce), ditingkatkan (raise) dan diciptakan (create) tersebut didapatkan dengan in-depth interview kepada partisipan. Menurut Wubben et. al (2012 : 258), faktor-faktor tersebut ditetapkan jika hasil in-depth interview kepada partisipan diperoleh hasil jawaban yang sama atas >50% partisipan (majority concern). Setelah dilakukan in-depth interview kepada 9 (sembilan) partisipan, maka diperoleh hasil bahwa faktor-faktor yang harus dihilangkan (eliminate), dikurangi (reduce), ditingkatkan (raise) dan diciptakan (create) dalam pembiayaan sindikasi skim musyarakah mutanaqishah adalah sebagai berikut: 1) Faktor yang dihilangkan (eliminate) Berdasarkan hasil in-depth interview kepada 9 (sembilan) partisipan, diperoleh hasil bahwa faktor faktor yang harus dihilangkan (eliminate) untuk menekan biaya - biaya (sesuai dengan konsep value innovation) adalah Account Evecutive / Sales dan Jaringan Kantor (Distribution Channel). Adapun ringkasan hasil in-depth interview untuk faktor - faktor kompetisi yang harus dihilangkan dijelaskan dalam Tabel 5.4 sebagai berikut.

12 85 Competing Factors Tabel 5.4 Faktor Kompetisi yang Dihilangkan (Eliminate) Jabatan Harga / Pricing Sumber : Data yang diolah (2016) Service Level Agreement (SLA) Manajemen Relasi Account Holder / RM Account Executive / Sales Jaringan Kantor Partisipan 1 Manager Partisipan 2 Manager Partisipan 3 Manager Partisipan 4 Manager Partisipan 5 Manager Partisipan 6 Dept. Head Partisipan 7 Dept. Head Partisipan 8 Dept. Head Partisipan 9 Group Head Jumlah Persetujuan Partisipan Jumlah % 0,00% 11,11% 0,00% 0,00% 77,78% 66,67% % Manager 0,00% 11,11% 0,00% 0,00% 33,33% 33,33% % Dept. Head 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 33,33% 22,22% % Group Head 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 11,11% 11,11% Berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil bahwa faktor faktor yang dihilangkan (eliminate) adalah Account Evecutive / Sales dan Jaringan Kantor (Distribution Channel). Account Evecutive / Sales dipilih oleh 77,78% responden, yang berasal secara berturut-turut dari jabatan Manager 33,33%, Dept. Head 33,33% dan Group Head 11,11%. Kemudian Jaringan Kantor (Distribution Channel) dipilih oleh 66,67% responden, yang berasal secara berturut-turut dari jabatan Manager 33,33%, Dept. Head 22,22% dan Group Head 11,11%, serta competing factor lainnya dianggap sama (tidak berubah) karena masih >50%. Adapun perlakukan atas Account Evecutive / Sales yang dihilangkan dapat dikembalikan kepada Divisi / Unit Kerja terkait dan dilakukan penempatan ulang pada Unit Kerja yang membutuhkan atau kekurangan karyawan. Kemudian perlakuan pada Jaringan Kantor (Distribution Channel) yang dihilangkan dapat diterapkan melalui alih fungsi

13 86 dan pemetaan segmen untuk nasabah segmen sindikasi dapat diproses oleh Kantor Pusat. Pada penelitian ini, Account Evecutive / Sales dan Jaringan Kantor (Distribution Channel) dihilangkan (eliminate) untuk menekan biaya - biaya (sesuai dengan konsep value innovation), namum pada penelitian Mazhaly et. al (2013 : 250), Account Evecutive / Sales justru ditingkatkan dalam kanvas strategi, hal ini untuk meningkatkan penjualan pada industri Trading Automatic Tank Gauging. 2) Faktor yang dikurangi (reduce) Berdasarkan hasil in-depth interview kepada 9 (sembilan) partisipan, diperoleh hasil bahwa faktor faktor yang harus dikurangi (reduce) untuk menekan biaya - biaya (sesuai dengan konsep value innovation) blue ocean strategy adalah faktor Harga (Pricing). Adapun ringkasan hasil in-depth interview untuk faktor - faktor kompetisi yang harus dikurangi dijelaskan dalam Tabel 5.5 sebagai berikut. Competing Factors Tabel 5.5 Faktor Kompetisi yang Dikurangi (Reduce) Jabatan Harga / Pricing Sumber : Data yang diolah (2016) Service Level Agreement (SLA) Manajemen Relasi Account Holder / RM Account Executive / Sales Jaringan Kantor Partisipan 1 Manager Partisipan 2 Manager Partisipan 3 Manager Partisipan 4 Manager Partisipan 5 Manager Partisipan 6 Dept. Head Partisipan 7 Dept. Head Partisipan 8 Dept. Head Partisipan 9 Group Head Jumlah Persetujuan Partisipan Jumlah % 77,78% 0,00% 0,00% 0,00% 11,11% 11,11% % Manager 33,33% 0,00% 0,00% 0,00% 11,11% 11,11% % Dept. Head 33,33% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% % Group Head 11,11% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%

14 87 Berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil bahwa faktor faktor yang dikurangi (reduce) adalah Harga / Pricing. Competing factors tersebut dipilih oleh 77,78% responden, yang berasal secara berturut-turut dari jabatan Manager 33,33%, Dept. Head 33,33% dan Group Head 11,11%. Adapun competing factor lainnya dianggap sama (tidak berubah) karena masih >50%. Harga / Pricing pada pembiayaan sindikasi skim musyarakah mutanaqishah dapat dikurangi atau berpotensi lebih rendah karena tidak menggunakan ceiling price seperti pembiayaan sindikasi pada umumnya atau dapat juga diturunkan melalui persetujuan Direksi. Pada penelitian ini, Harga / Pricing dikurangi (reduce) untuk menekan biaya - biaya (sesuai dengan konsep value innovation), hal ini berbanding lurus dengan kondisi kanvas strategi yang diterapkan pada maskapai penerbangan Southwest Airlines yang menurunkan harga dan memiliki slogannya kecepatan pesawat dengan harga mobil kapan pun anda membutuhkannya. Southwest Airlines dapat menurunkan harga karena menekan biaya pada competing factors makanan, ruang tunggu dan pilihan kelas kursi. Dalam hal ini Southwest Airlines mempelopori penerbangan point to point antara kota-kota berukuran sedang, sebelumnya industri penerbangan beroperasi melalui sistem hub and spoke, yaitu menghubungkan antara ibukota sebagai poros dan kota lain sebagai jari-jari. Sedangkan pada kasus Cirque du Soleil, competing factors Harga / Pricing justru ditingkatkan, hal ini dilakukan Cirque du Soleil dalam rangka meningkatkan citra industri sirkus dengan memunculkan competing factors non-sirkus baru, antara lain; tema, jumlah produksi yang banyak, lingkungan

15 88 menonton yang dipercantik, serta musik dan tarian artistik. Faktor-faktor ini yang sepenuhnya baru dan dalam industri sirkus dan didapatkan dari industri alternatif teater. Cirque du Soleil dan Southwest Airlines menciptakan blue ocean strategy dalam berbagai situasi bisnis dan konteks industri yang sangat berbeda, namun profil strategis dan kanvas strategi mereka mengarahkan perusahaan dalam melaksanakan proses rekonstruksi demi mencapai terobosan nilai pelanggan dan perusahaan itu sendiri (Kim dan Mauborgne 2015 : 49). 3) Faktor yang ditingkatkan (raise) Berdasarkan hasil in-depth interview kepada 9 (sembilan) partisipan, diperoleh hasil bahwa faktor faktor yang harus ditingkatkan (raise) untuk menciptakan nilai pelanggan (sesuai dengan konsep value innovation) adalah faktor Service Level Agreement (SLA), Manajemen Relasi dan Account Holder / Relationship Manager. Adapun ringkasan hasil in-depth interview dijelaskan dalam Tabel 5.6 sebagai berikut. Competing Factors Tabel 5.6 Faktor Kompetisi yang Ditingkatkan (Raise) Jabatan Harga / Pricing Sumber : Data yang diolah (2016) Service Level Agreement (SLA) Manajemen Relasi Account Holder / RM Account Executive / Sales Partisipan 1 Manager Partisipan 2 Manager Partisipan 3 Manager Partisipan 4 Manager Partisipan 5 Manager Partisipan 6 Dept. Head Partisipan 7 Dept. Head Partisipan 8 Dept. Head Partisipan 9 Group Head Jumlah Persetujuan Partisipan Jaringan Kantor Jumlah % 0,00% 88,89% 66,67% 55,56% 0,00% 0,00% % Manager 0,00% 44,44% 33,33% 22,22% 0,00% 0,00% % Dept. Head 0,00% 33,33% 22,22% 22,22% 0,00% 0,00% % Group Head 0,00% 11,11% 11,11% 11,11% 0,00% 0,00%

16 89 Berdasarkan Tabel 5.6, diperoleh hasil bahwa faktor faktor yang ditingkatkan (raise) adalah Service Level Agreement (SLA), Manajemen Relasi dan Account Holder / Relationship Manager. Competing factors tersebut dipilih oleh masing-masing 88,89%, 66,67% dan 55,56% responden. Service Level Agreement (SLA) dipilih oleh 88,89% responden, yang berasal secara berturut-turut dari jabatan Manager 44,44%, Dept. Head 33,33% dan Group Head 11,11%. Selanjutnya Manajemen Relasi dipilih oleh 66,67% responden, yang berasal secara berturut-turut dari jabatan Manager 33,33%, Dept. Head 22,22% dan Group Head 11,11%. Kemudian Account Holder / Relationship Manager dipilih oleh 66,67% responden, yang berasal secara berturut-turut dari jabatan Manager 33,33%, Dept. Head 22,22% dan Group Head 11,11%. Adapun competing factor lainnya dianggap sama (tidak berubah) karena masih >50%. Service Level Agreement (SLA) dapat ditingkatkan melalui penetapan dan monitoring SLA yang disepakati oleh Unit Bisnis dan Unit terkait pembiayaan lainnya. Kemudian peningkatan Manajemen Relasi dan Account Holder / Relationship Manager dapat diakomodir melalui pelatihan, manning analysis dan struktur organisasi serta penetapan standar layanan yang baik. Pada penelitian ini, competing factors Service Level Agreement (SLA), Manajemen Relasi dan Account Holder / Relationship Manager ditingkatkan (raise) untuk menciptakan nilai pelanggan (sesuai dengan konsep value innovation). Jika dibandingkan dengan kasus European Financial Services (EFS), competing factors Manajemen Relasi dihilangkan dan Account Executive dikurangi karena dianggap berbiaya paling

17 90 tinggi dalam bisnis ini. Kemudian competing factors Kecepatan ditingkatkan melalui proses komputerisasi, yang memungkinkan konsumen memasukkan data secara langsung daripada harus mengirim faksimile ke EFS, yang pada saat itu merupakan norma industri (Kim dan Mauborgne 2015 : 110). 4) Faktor yang diciptakan (create) Berdasarkan hasil in-depth interview kepada 9 (sembilan) partisipan, diperoleh hasil bahwa faktor faktor yang harus diciptakan (create) untuk menciptakan nilai pelanggan (sesuai dengan konsep value innovation) adalah faktor Arranger Sindikasi. Adapun ringkasan hasil in-depth interview untuk faktor - faktor kompetisi yang harus diciptakan dijelaskan dalam Tabel 5.7 sebagai berikut. Competing Factors Tabel 5.7 Faktor Kompetisi yang Diciptakan (Create) Jabatan Sumber : Data yang diolah (2016) Syarat Pencairan Pembiayaan Arranger Sindikasi Pemahaman Masyarakat / Sosialisasi Hubungan Baik Partisipan 1 Manager Partisipan 2 Manager Partisipan 3 Manager Partisipan 4 Manager Partisipan 5 Manager Partisipan 6 Dept. Head Partisipan 7 Dept. Head Partisipan 8 Dept. Head Partisipan 9 Group Head Jumlah Persetujuan Partisipan Jumlah % 11,11% 55,56% 22,22% 11,11% % Manager 11,11% 11,11% 22,22% 11,11% % Dept. Head 0,00% 33,33% 0,00% 0,00% % Group Head 0,00% 11,11% 0,00% 0,00% Berdasarkan Tabel 5.7 diperoleh hasil bahwa faktor faktor yang diciptakan (create) adalah Arranger Sindikasi. Competing factors tersebut

18 91 dipilih oleh 55,56% responden, yang berasal secara berturut-turut dari jabatan Manager 11,11%, Dept. Head 33,33% dan Group Head 11,11%. Adapun competing factor lainnya dianggap sama (tidak berubah) karena masih >50%. Dalam hal ini, Arranger Sindikasi diciptakan dalam rangka menangkap potensi ruang pasar baru yang belum terjelajahi dalam perbankan syariah, bank dapat memperoleh fee dengan menjadi Arranger Sindikasi tanpa harus menjadi partisipan pemberi pembiayaan. Arranger Sindikasi dapat diciptakan melalui penambahan tim di dalam struktur organisasi baru maupun yang sudah ada, penambahan dan dukungan infrastruktur serta dengan pemenuhan karyawan yang mumpuni di bidang Arranger Sindikasi. 5.5 Kanvas Strategi Baru Tahap kelima, yaitu setelah menentukan faktor-faktor yang harus dikurangi, dihilangkan, ditingkatkan dan diciptakan, maka akan terbentuk kanvas strategi baru dengan kurva yang menjauh dari persaingan (divergensi). Di dalam pembuatan kanvas strategi baru, dilakukan dengan in-depth interview kepada partisipan yang telah dilakukan pada tahapan sebelumnya (mencari faktor persaingan yang dihilangkan, dikurangi, ditingkatkan dan diciptakan). Selanjutnya, menurut Rachman (2013 : 43), kanvas strategi dapat digambarkan dengan tingkatan Sangat Tinggi, Tinggi, Sedang, Rendah atau Sangat Rendah. Menurut Kim dan Mauborgne (2015 : 31), sumbu vertikal dari kanvas strategi tersebut, merangkum tingkat penawaran yang didapatkan pembeli di

19 92 semua competing factors. Skor tinggi menandakan sebuah perusahaan memberikan penawaran lebih kepada konsumen. Adapun setelah dilakukan in-depth interview kepada partisipan pada tahapan sebelumnya, faktor yang ditingkatkan yaitu Service Level Agreement (SLA), Manajemen Relasi dan Account Holder / RM, faktor yang diciptakan yaitu Arranger Sindikasi, faktor yang dikurangi yaitu Harga (Pricing), sedangkan faktor yang dihilangkan antara lain Account Executive / Sales dan Jaringan Kantor (Distribution Channel), sehingga didapatkan hasil kanvas strategi masa depan pembiayaan sindikasi skim musyarakah mutanaqishah sebagaimana digambarkan pada Gambar 5.4 di bawah ini. Future Value Curve SANGAT TINGGI Offering Level TINGGI SEDANG RENDAH SANGAT RENDAH Pembiayaan Sindikasi Skim Musyarakah Mutanaqisha Competing Factors Gambar 5.4 Kanvas Strategi Baru Pembiayaan Sindikasi Skim Musyarakah Mutanaqishah Sumber : Data yang diolah (2016)

20 93 Berikut perbandingan kanvas strategi pembiayaan sindikasi skim musyarakah mutanaqishah lama, pembiayaan sindikasi secara umum dan pembiayaan sindikasi skim musyarakah mutanaqishah masa depan. Industry Canvas Strategy SANGAT TINGGI TINGGI Offering Level SEDANG RENDAH SANGAT RENDAH FAKTOR YANG DIKURANGI FAKTOR YANG DITINGKATKAN FAKTOR YANG DIHILANGKAN FAKTOR YANG DICIPTAKAN Pembiayaan Sindikasi Secara Umum di Perbankan Competing Factors Pembiayaan Sindikasi Skim Musyarakah Mutanaqishah Saat Ini Pembiayaan Sindikasi Skim Musyarakah Mutanaqishah di Masa Depan Gambar 5.5 Perbandingan Kanvas Strategi Pembiayaan Sindikasi Umum, Sindikasi Skim Musyarakah Mutanaqishah Saat Ini dan Masa Depan Sumber : Data yang diolah (2016)

21 94 Dalam konsep value innovation, perusahaan dituntut untuk dapat memberikan nilai lebih kepada pelanggan sekaligus menekan biaya biaya. Dalam hal ini, pembiayaan sindikasi skim musyarakah mutanaqishah berusaha meningkatkan nilai pelanggan dengan faktor faktor yang ditingkatkan dan diciptakan. Faktor - faktor yang ditingkatkan yaitu Service Level Agreement (SLA), Manajemen Relasi dan Account Holder / RM, sedangkan faktor yang diciptakan yaitu Arranger Sindikasi. Selanjutnya dalam hal menekan biaya biaya, pembiayaan sindikasi skim musyarakah mutanaqishah berusaha menekan biaya dengan adanya faktor faktor yang dikurangi dan dihilangkan. Faktor yang dikurangi yaitu Harga (Pricing), sedangkan faktor faktor yang dihilangkan antara lain Account Executive / Sales dan Jaringan Kantor (Distribution Channel). 5.6 Penentuan Ide Blue Ocean Strategy yang Layak Secara Komersial Tahap keenam, yaitu memenuhi rangkaian syarat untuk menentukan ide blue ocean strategy agar layak secara komersial, yang terdiri dari manfaat untuk pembeli, harga, biaya dan adopsi. Jika telah memenuhi keempat aspek tersebut maka ide blue ocean strategy layak secara komersial dan dapat diterima oleh pasar. (Wubben et. al, 2012 : 258). Penilaian yang terdiri dari manfaat untuk pembeli, harga, biaya dan adopsi tersebut didapatkan dengan in-depth interview kepada partisipan. Faktor-faktor tersebut ditetapkan jika hasil wawancara mendalam kepada partisipan diperoleh hasil jawaban yang sama atas >50% partisipan (majority concern).

22 95 Pada aspek pertama yaitu memberikan nilai lebih kepada pelanggan, berdasarkan hasil in-depth interview diperoleh hasil bahwa semua partisipan menjawab bahwa pembiayaan sindikasi skim musyarakah mutanaqishah dapat memberikan nilai lebih kepada pelanggan. Hal ini didasari beberapa alasan, antara lain; di dalam pembiayaan syariah untuk refinancing asset menggunakan skim musyarakah mutanaqishah dan tidak dapat disubstitusikan dengan skim lainnya, menggunakam hybrid contract sehingga banyak transaksi yang dapat dipenuhi, mempunyai manfaat yang berbeda dan juga memiliki keunggulan yang berbeda pula, fleksibilitas fitur dan multifungsi, sehingga diperoleh hasil bahwa pembiayaan sindikasi skim musyarakah mutanaqishah dapat memberikan nilai lebih kepada pelanggan. Pada aspek yang kedua yaitu harga, berdasarkan hasil in-depth interview diperoleh hasil bahwa pembiayaan sindikasi skim musyarakah mutanaqishah dapat memberikan penawaran harga (rate) yang lebih murah dibandingkan pesaing. Hal ini didasari beberapa alasan, antara lain; karena pembiayaan sindikasi skim musyarakah mutanaqishah tidak mewajibkan adanya ceiling price seperti pembiayaan murabahah, adanya review harga (rate) secara priodik dan fleksibilitas pricing (sesuai dengan keputusan komite pembiayaan), sehingga diperoleh hasil bahwa pembiayaan sindikasi skim musyarakah mutanaqishah dapat memberikan harga yang lebih murah dibandingkan dengan skim lain kepada pelanggan. Pada aspek yang ketiga yaitu terkait biaya, berdasarkan hasil in-depth interview diperoleh hasil bahwa pembiayaan sindikasi skim musyarakah

23 96 mutanaqishah belum dapat menekan biaya-biaya agar menjauh dari persaingan. Hal ini didasari alasan, antara lain; karena dalam menjalankan pembiayaan sindikasi skim musyarakah mutanaqishah perusahaan tetap mengeluarkan operational expenses seperti umumnya pada skim lain, sehingga diperoleh hasil bahwa pembiayaan sindikasi skim musyarakah mutanaqishah belum dapat menekan biaya-biaya agar menjauh dari persaingan industri (divergensi). Selain itu harus dipikirkan kembali cara agar pembiayaan sindikasi skim musyarakah mutanaqishah dapat menekan biaya-biaya agar ide blue ocean ini layak secara komersial. Misalnya dengan manning analysis jumlah karyawan yang tidak terlalu banyak, prinsip branchless banking dan penekanan biaya-biaya pada aspek lainnya. Pada aspek yang keempat, yaitu dalam hal pengadopsian, berdasarkan hasil in-depth interview diperoleh hasil bahwa pembiayaan sindikasi skim musyarakah mutanaqishah dapat diadopsi dan diterapkan ke dalam strategi perusahaan. Hal ini didasari alasan, antara lain; pengadopsian dilakukan dengan persiapan yang matang, waktu yang tepat dan disertai mitigasi risiko yang baik, sehingga diperoleh hasil bahwa blue ocean strategy pada pembiayaan sindikasi skim musyarakah mutanaqishah dapat diadopsi ke dalam strategi perusahaan.

24 97

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Penggambaran Situasi Industri Penggambaran situasi industri dilakukan dengan menggunakan alat analisis yaitu kanvas strategi dan kurva nilai.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Analisis Deskriptif Metode analisis deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan bisnis memasuki era persaingan yang semakin ketat di antara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan bisnis memasuki era persaingan yang semakin ketat di antara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis memasuki era persaingan yang semakin ketat di antara perusahaan sejenis. Hal tersebut memaksa para pelaku usaha untuk berlomba mencari strategi pemasaran

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Kebun Raya Bogor dengan pengelolanya adalah Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (PKT-KRB), LIPI. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kontekstual terhadap situasi yang mirip dalam organisasi lain, di mana

BAB III METODE PENELITIAN. kontekstual terhadap situasi yang mirip dalam organisasi lain, di mana BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Metode studi kasus meliputi analisis mendalam dan kontekstual terhadap

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Formulasi Strategi Kata strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategos. Strategos terbentuk dari kata stratos yang berarti militer dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Strategi Samudra Biru (Blue Ocean Strategy) yang tidak berhasil adalah pada pendekatan strateginya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Strategi Samudra Biru (Blue Ocean Strategy) yang tidak berhasil adalah pada pendekatan strateginya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Strategi Samudra Biru (Blue Ocean Strategy) Perbedaan antara perusahaan yang berhasil dengan perusahaan yang tidak berhasil adalah pada pendekatan strateginya. Perusahaan pada

Lebih terperinci

ANALISIS VALUE INNOVATION PADA PT.WIJAYA PANCA SENTOSA FOOD MELALUI STRATEGI BLUE OCEAN

ANALISIS VALUE INNOVATION PADA PT.WIJAYA PANCA SENTOSA FOOD MELALUI STRATEGI BLUE OCEAN ANALISIS VALUE INNOVATION PADA PT.WIJAYA PANCA SENTOSA FOOD MELALUI STRATEGI BLUE OCEAN 691 Andyka Kurniawan Susanto Program Manajemen Bisnis, Program Studi Manajemen, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kusumadmo (2013), kata strategi secara etimologis berasal dari kata Strategos

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kusumadmo (2013), kata strategi secara etimologis berasal dari kata Strategos BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi strategi Dalam buku Manajemen Strategik-Pengetahuan yang dikutip oleh Kusumadmo (2013), kata strategi secara etimologis berasal dari kata Strategos dalam bahasa yunani

Lebih terperinci

PERUMUSAN ADDED VALUE DALAM KONSEP BISNIS COFFEEIN MELALUI PENDEKATAN BLUE OCEAN STRATEGY

PERUMUSAN ADDED VALUE DALAM KONSEP BISNIS COFFEEIN MELALUI PENDEKATAN BLUE OCEAN STRATEGY Volume 1, Nomor 1, April 2016 PERUMUSAN ADDED VALUE DALAM KONSEP BISNIS COFFEEIN MELALUI PENDEKATAN BLUE OCEAN STRATEGY Richie Fernaldi Jurusan Manajemen, Fakultas Manajemen Bisnis, Universitas Ciputra,

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Penggambaran Situasi Industri Minuman Teh Siap Saji 6.1.1. Faktor-faktor Kompetisi Your tea merupakan bisnis minuman teh siap saji yang dijalankan dengan konsep dan sistem

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Fokus Penelitian Fokus penelitian ini dimaksudkan untuk membatasi studi kualitatif sekaligus membatasi penelitian guna memilih mana data yang relevan dan mana yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Strategi Samudra Biru (Blue Ocean Strategy) Pengertian Strategi Samudra Biru (Blue Ocean Strategy)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Strategi Samudra Biru (Blue Ocean Strategy) Pengertian Strategi Samudra Biru (Blue Ocean Strategy) 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Strategi Samudra Biru (Blue Ocean Strategy) 2.1.1. Pengertian Strategi Samudra Biru (Blue Ocean Strategy) Strategi samudra biru ( Blue Ocean Strategy ) ditandai oleh ruang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 75 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan 1. PT. Bank BRISyariah merupakan bank baru dalam industri perbankan. BRISyariah berhasil mencatat sebagai bank ketiga terbesar berdasarkan aset. Bank syariah

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pertumbuhan industri perbankan nasional secara Compound Annual

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pertumbuhan industri perbankan nasional secara Compound Annual BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Analisis Industri Perbankan Nasional Pertumbuhan industri perbankan nasional secara Compound Annual Growth Rate (CAGR) yaitu tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Waralaba Minuman Teh Siap Saji Your Tea dengan perusahaan franchisor adalah CV. Sari Hijau Lestari di Perumahan Pakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono (2014), metode penelitian kualitatif dapat diartikan

Lebih terperinci

DESAIN STRATEGI PENGEMBANGAN UKM DENGAN KOMBINASI METODE BENCHMARKING DAN BLUE OCEAN STRATEGY

DESAIN STRATEGI PENGEMBANGAN UKM DENGAN KOMBINASI METODE BENCHMARKING DAN BLUE OCEAN STRATEGY DESAIN STRATEGI PENGEMBANGAN UKM DENGAN KOMBINASI METODE BENCHMARKING DAN BLUE OCEAN STRATEGY Firman Bani Albar 1 *, Angga Wisudianto 2, Ghaida Fatcha Mubiena3, Agus Mansur 4 Jurusan Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Bungin, Burhan Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Bungin, Burhan Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 105 DAFTAR PUSTAKA Alhaddi, Hanan. 2014. Blue Ocean Strategy and Sustainability for Strategic Management. Jurnal Business, Management and Governance, Vol. 82, hal 125-132. Arief Rachman S., Sugih Arto

Lebih terperinci

VII. FORMULASI BLUE OCEAN STRATEGY (BOS) PADA PRODUK DAFA YOGHURT

VII. FORMULASI BLUE OCEAN STRATEGY (BOS) PADA PRODUK DAFA YOGHURT VII. FORMULASI BLUE OCEAN STRATEGY (BOS) PADA PRODUK DAFA YOGHURT 7.1. Formulasi Blue Ocean Strategy (BOS) Kim dan Mauborgne (2005) menyebutkan dalam bukunya, Blue Ocean Strategy, bahwa terdapat enam prinsip

Lebih terperinci

3.3 Populasi dan Sampel Istilah populasi dalam penelitian ini sendiri tidak digunakan karena jenis dalam penelitian ini sendiri adalah penelitian kual

3.3 Populasi dan Sampel Istilah populasi dalam penelitian ini sendiri tidak digunakan karena jenis dalam penelitian ini sendiri adalah penelitian kual BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Di dalam penelitian ini, penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan penelitian kualitatif selain itu untuk melakukan analisis dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB II KAJIAN LITERATUR BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Penelitian Terdahulu Kajian penelitian terdahulu disebut juga dengan kajian induktif. Kajian ini dimaksudkan untuk mencari kajian dari peneliti terdahulu, sehingga dapat diketahui

Lebih terperinci

Blue Ocean Strategy dan Kano Model dalam Pengembangan Produk Sukses

Blue Ocean Strategy dan Kano Model dalam Pengembangan Produk Sukses 11 Blue Ocean Strategy dan Kano Model dalam Pengembangan Produk Sukses Anita Indrasari Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Setia Budi J1. Letjen Sutoyo Mojosongo Surakarta 57127 E-mail

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Value Chain Value chain menurut Porter adalah alat bantu yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi cara menciptakan customer value lebih bagi pelanggan. Dijelaskan bahwa setiap

Lebih terperinci

RUMUSAN DASAR STRATEGI BISNIS PADA USAHA SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA DAN ALAT ANALISIS METODE BLUE OCEAN STRATEGY

RUMUSAN DASAR STRATEGI BISNIS PADA USAHA SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA DAN ALAT ANALISIS METODE BLUE OCEAN STRATEGY Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.01 Vol.4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2016 RUMUSAN DASAR STRATEGI BISNIS PADA USAHA SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN KERANGKA

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan kerangka kerja atau rencana untuk

BAB IV METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan kerangka kerja atau rencana untuk 45 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan kerangka kerja atau rencana untuk melakukan studi yang akan digunakan sebagai pedoman dalam mengumpulkan dan menganalisis

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Analisis Deskriptif Metode analisis deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu

Lebih terperinci

DOKUMENTASI WAWANCARA

DOKUMENTASI WAWANCARA LAMPIRAN DOKUMENTASI WAWANCARA BROSUR KPR ib Tampak bagian depan dan belakang brosur Tampak bagian dalam brosur Yang ada di Cabang STRUKTUR ORGANISASI Tabel Angsuran Pembiayaan Rumah (KPR ib Muamalat)

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI MANAJERIAL

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI MANAJERIAL BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI MANAJERIAL 5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dibuat dibuat berdasarkan dari hasil analisa yang diperoleh. Dari analisa yang dilakukan pada Bab IV, maka dapat diambil beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan utama dari suatu perusahaan adalah mempertahankan pelanggan, karena pelanggan yang loyal akan berkomitmen untuk setia kepada suatu perusahaan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kasus pada salah satu usaha bisnis yoghurt yang cukup besar di Kabupaten Bogor, yakni di Unit Pengolahan

Lebih terperinci

BAB 4. SIMPULAN DAN SARAN

BAB 4. SIMPULAN DAN SARAN BAB 4. SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Berikut adalah kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan berdasarkan data-data yang terkumpul: 1. Belum tercapainya target capability

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dengan rancangan strategi samudra biru KT-Gongsin yaitu :

BAB V PENUTUP. dengan rancangan strategi samudra biru KT-Gongsin yaitu : BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari penelitian ini peneliti mendapatkan beberapa kesimpulan terkait dengan rancangan strategi samudra biru KT-Gongsin yaitu : 1. Fokus KT-Gongsin fokus pada peningkatan nilai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berbeda dari pemasaran berbasis barang. Ada beberapa perbedaan utama dalam

BAB II LANDASAN TEORI. berbeda dari pemasaran berbasis barang. Ada beberapa perbedaan utama dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran Pendidikan Pemasaran pendidikan adalah usaha berbasis pemasaran jasa yang itu berbeda dari pemasaran berbasis barang. Ada beberapa perbedaan utama dalam pemasaran barang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemetaan strategi salah satu unit bisnis utama di bank DKI yaitu unit GKK (Grup Komersial dan Korporasi).Pentingnya penyusunan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Universal Broker Indonesia disimpulkan sebagai berikut : 1. Perusahaan mengimplementasikan tujuh faktor kompetitif dalam mensikapi

BAB V PENUTUP. Universal Broker Indonesia disimpulkan sebagai berikut : 1. Perusahaan mengimplementasikan tujuh faktor kompetitif dalam mensikapi BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Hasil analisis dan pembahasan pada bab terdahulu tentang keunggulan bersaing melalui diferensiasi produk jasa perantara perdagangan efek pada PT Universal Broker Indonesia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dapat ditarik sesuai dengan pertanyaan penelitian adalah: menggunakan uang elektronik pada transaksi e-commerce.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dapat ditarik sesuai dengan pertanyaan penelitian adalah: menggunakan uang elektronik pada transaksi e-commerce. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada Bab IV, kesimpulan yang dapat ditarik sesuai dengan pertanyaan penelitian adalah: 1. Faktor kepercayaan konsumen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Fokus Kajian dan Lokasi Penelitian Fokus kajian penelitian adalah mengevaluasi posisi perusahaan dibandingkan perusahaan pesaing dan mendapatkan strategi pemasaran

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bank berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan (financial

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bank berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan (financial BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bank berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediary) yang menyalurkan dana masyarakat dan menginvestasikan kembali dana tersebut untuk mendukung perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menginkan proses pembelian barang kebutuhan sehari-hari dengan mudah dan

BAB I PENDAHULUAN. menginkan proses pembelian barang kebutuhan sehari-hari dengan mudah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan ekonomi yang pesat di Indonesia mengakibatkan daya beli masyarakat akan tinggi. Pemenuhan kebutuhan primer, sekunder dan tersier pun meningkat

Lebih terperinci

a home base to excellence Mata Kuliah : Rancangan Bisnis (Kewirausahaan Lanjut) Kode : LSE 304 Review BMC Pertemuan - 1

a home base to excellence Mata Kuliah : Rancangan Bisnis (Kewirausahaan Lanjut) Kode : LSE 304 Review BMC Pertemuan - 1 a home base to excellence Mata Kuliah : Rancangan Bisnis (Kewirausahaan Lanjut) Kode : LSE 304 SKS : 3 SKS Review BMC Pertemuan - 1 a home base to excellence Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengaruh besar terhadap kelangsungan bisnis bank tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengaruh besar terhadap kelangsungan bisnis bank tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegagalan pengembangan proyek IT dalam sebuah bank realitanya dapat memberikan pengaruh besar terhadap kelangsungan bisnis bank tersebut. Kegagalan IT dari segi teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS INOVASI NILAI STUDI KASUS PADA COKELAT NDALEM. Theresia Harista Kurniastuti E.Kusumadmo, MM., Ph.D.

ANALISIS INOVASI NILAI STUDI KASUS PADA COKELAT NDALEM. Theresia Harista Kurniastuti E.Kusumadmo, MM., Ph.D. ANALISIS INOVASI NILAI STUDI KASUS PADA COKELAT NDALEM Theresia Harista Kurniastuti E.Kusumadmo, MM., Ph.D. Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jalan Babarsari 43-44,

Lebih terperinci

PERUMUSAN STRATEGI BERSAING PT. HIGH VOLT TECHNOLOGY BERDASARKAN BLUE OCEAN STRATEGY

PERUMUSAN STRATEGI BERSAING PT. HIGH VOLT TECHNOLOGY BERDASARKAN BLUE OCEAN STRATEGY PERUMUSAN STRATEGI BERSAING PT. HIGH VOLT TECHNOLOGY BERDASARKAN BLUE OCEAN STRATEGY Rosetta Dilla Prabowo dan Eddy Madiono Sutanto Program Manajemen Bisnis, Program Studi Manajemen, Universitas Kristen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketat, kehadiran Teknologi Sistem Informasi merupakan key success factor bagi

BAB I PENDAHULUAN. ketat, kehadiran Teknologi Sistem Informasi merupakan key success factor bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Isu Penelitian Industri perbankan di Indonesia saat ini mengalami persaingan yang sangat ketat, kehadiran Teknologi Sistem Informasi merupakan key success factor

Lebih terperinci

Ramlan Ruvendi Strategi Samudera Biru

Ramlan Ruvendi Strategi Samudera Biru Ramlan Ruvendi Strategi Samudera Biru Bagaimana menciptakan ruang pasar tanpa pesaing dan membuat kompetisi tidak relevan Strategi Samudera Biru Vs Strategi Samudera Merah STRATEGI SAMUDERA MERAH Bersaing

Lebih terperinci

pilihan produsen - produsen loenpia baru yang berada di Kota Semarang karena kualitas rasa loenpianya memiliki perbedaan tersendiri. 4.2 Gambaran Umum

pilihan produsen - produsen loenpia baru yang berada di Kota Semarang karena kualitas rasa loenpianya memiliki perbedaan tersendiri. 4.2 Gambaran Umum BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Loenpia Mataram 481 4.1.1 Sejarah Loenpia Mataram 481 Sejarah berdirinya Loenpia Mataram 481 ini bermula ketika itu pemilik melihat bahwa makanan khas Kota

Lebih terperinci

PT Bank Bukopin Tbk. Sejarah. Misi. Visi 12/20/2011

PT Bank Bukopin Tbk. Sejarah. Misi. Visi 12/20/2011 Sejarah PT Bank Bukopin Tbk Barkah Rezasyah Dedi Putra Rakhmat Robbi Richi Aktorian Sandi Welviko Bank Bukopin yang sejak berdirinya tanggal 10 Juli 1970 Didukung oleh lebih dari 300 kantor yang tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat dunia seolah tanpa batas dan berdampak juga dengan kegiatan. yang dibutuhkannya dan pemasar juga memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. membuat dunia seolah tanpa batas dan berdampak juga dengan kegiatan. yang dibutuhkannya dan pemasar juga memiliki berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang ditandai dengan hadirnya internet membuat dunia seolah tanpa batas dan berdampak juga dengan kegiatan pemasaran. Konsumen saat ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (customer value delivery) secara menguntungkan. Dalam kondisi persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. (customer value delivery) secara menguntungkan. Dalam kondisi persaingan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pemasaran adalah untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Setiap bisnis diciptakan untuk menyampaikan nilai kepada konsumen (customer value delivery)

Lebih terperinci

BAB V RENCANA AKSI. dilakukan pembagian beberapa kegiatan sebagai berikut: 1. Pengembangan produk low cost & acquirer platform

BAB V RENCANA AKSI. dilakukan pembagian beberapa kegiatan sebagai berikut: 1. Pengembangan produk low cost & acquirer platform BAB V RENCANA AKSI Dalam menindaklanjuti strategi dan rencana yang di bahas pada bab IV, perlu disusun rencana aksi yang perlu dilakukan oleh perusahaan. Penjabaran rencana aksi mencakup tata waktu kegiatan,

Lebih terperinci

BAB I PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PROFIL PERUSAHAAN BAB I PROFIL PERUSAHAAN 1.1. Sejarah Perusahaan PT Rahajasa Media Internet (RadNet) didirikan oleh dua orang pendiri, salah satu diantaranya adalah Roy Rahajasa Yamin, pada bulan November tahun 1994. RadNet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Sedangkan bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah Islam adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apakah Anda puas dengan hasil investasi perusahaan Anda pada inovasi? Persentase responden yang menjawab ya

BAB I PENDAHULUAN. Apakah Anda puas dengan hasil investasi perusahaan Anda pada inovasi? Persentase responden yang menjawab ya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada kebanyakan perusahaan, investasi dalam inovasi mengikuti siklus boom-bust. Survei tahunan yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Industri mengkonfirmasi

Lebih terperinci

Sistem Pengendalian Managemen Southwest Airlines Corporation

Sistem Pengendalian Managemen Southwest Airlines Corporation Sistem Pengendalian Managemen Southwest Airlines Corporation Class: Executive B 30 C Disususn Oleh : Group 10 Pranandang Adi Laksana Ryan Cipta Kusuma Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Gadjah Mada

Lebih terperinci

PENERAPAN BLUE OCEAN STRATEGY (BOS) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEUNGGULAN BERSAING (Studi Pada Waroeng Steak And Shake Cabang Jl. Kawi Bawah 18 Malang)

PENERAPAN BLUE OCEAN STRATEGY (BOS) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEUNGGULAN BERSAING (Studi Pada Waroeng Steak And Shake Cabang Jl. Kawi Bawah 18 Malang) PENERAPAN BLUE OCEAN STRATEGY (BOS) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEUNGGULAN BERSAING (Studi Pada Waroeng Steak And Shake Cabang Jl. Kawi Bawah 18 Malang) Ratnasari Srikandi Kumadji Edy Yulianto Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

Distinctive Strategic Management

Distinctive Strategic Management Modul ke: 07 Distinctive Strategic Management Strategik Plan and Business Model Flatform Fakultas Sekolah Pasca Sarjana Dr. Chaerudin, MM Program Studi Magister Manajemen Program Kelas Karyawan (PKK) www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN 152 III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dalam rangka menyelesaikan tugas akhir ini dilaksanakan di Pengolahan Ikan Asap UKM Petikan Cita Halus yang berada di Jl. Akar Wangi

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1 Sejarah PT.Bank Bukopin tbk PT. Bank Bukopin, tbk yang sejak berdirinya tanggal 10 Juli 1970 menfokuskan diri pada segmen UMKMK, saat ini telah tumbuh dan berkembang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Business Assignment

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Business Assignment BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Business Assignment Program studi Master of Business Administration Institut Teknologi Bandung (MBA-ITB) menekankan pentingnya pemahaman dan penguasaan atas dinamika

Lebih terperinci

ANALISA SIKAP TERHADAP PERILAKU PENGUSAHA UKM PADA PELAKSANAAN KREDIT PROGRAM KEMITRAAN BNI DI SENTRA KREDIT KECIL (SKC) CABANG BOGOR.

ANALISA SIKAP TERHADAP PERILAKU PENGUSAHA UKM PADA PELAKSANAAN KREDIT PROGRAM KEMITRAAN BNI DI SENTRA KREDIT KECIL (SKC) CABANG BOGOR. ANALISA SIKAP TERHADAP PERILAKU PENGUSAHA UKM PADA PELAKSANAAN KREDIT PROGRAM KEMITRAAN BNI DI SENTRA KREDIT KECIL (SKC) CABANG BOGOR Oleh HENDRI UTAMI F052050145 SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan konsep baru dalam dunia properti yang disebut green property. Green

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan konsep baru dalam dunia properti yang disebut green property. Green BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga planet yang sehat, yang didukung oleh gencarnya aksi kampanye penghijauan bumi baik dari pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan Indonesia saat ini terus mengalami peningkatan dalam hal Dana

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan Indonesia saat ini terus mengalami peningkatan dalam hal Dana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perbankan Indonesia saat ini terus mengalami peningkatan dalam hal Dana Pihak Ketiga (DPK). Salah satu indikatornya adalah pertumbuhan dana kelolaan yang berasal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kinerja bisnis pada industri jasa kurir yang telah diuraikan pada bab-bab

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kinerja bisnis pada industri jasa kurir yang telah diuraikan pada bab-bab BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis kajian strategi dalam upaya membangkitkan kinerja bisnis pada industri jasa kurir yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Strategi Produk Produk adalah segala sesuatu yang yang ditawarkan kepada pasar untuk diambil alih, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Chan (2003) mendefinisikan relationship marketing sebagai pengenalan

BAB I PENDAHULUAN. Chan (2003) mendefinisikan relationship marketing sebagai pengenalan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan segala lini perusahaan pada masa kini merupakan hasil pengelolaan yang baik dalam tiap-tiap lini perusahaan. Dalam sebuah perusahaan, terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi perhatian manajemen puncak lembaga-lembaga keuangan di dunia (Mc. Peningkatan perhatian tersebut dipicu oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi perhatian manajemen puncak lembaga-lembaga keuangan di dunia (Mc. Peningkatan perhatian tersebut dipicu oleh adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manajemen risiko operasional merupakan salah satu topik yang telah menjadi perhatian manajemen puncak lembaga-lembaga keuangan di dunia (Mc Kinsey and Co.,2009). Peningkatan

Lebih terperinci

Kanvas Strategi Blue Ocean Studi Kasus Pabrik Jaya Bakpia Pathuk 25

Kanvas Strategi Blue Ocean Studi Kasus Pabrik Jaya Bakpia Pathuk 25 Kanvas Strategi Blue Ocean Studi Kasus Pabrik Jaya Bakpia Pathuk 25 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Peryaratan Mencapai Derajat Sarjana Ekonomi ( S1 ) Pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Industri perbankan Indonesia pada masa pra-krisis merupakan salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan yang pesat antara tahun

1.1. Latar Belakang Industri perbankan Indonesia pada masa pra-krisis merupakan salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan yang pesat antara tahun 1.1. Latar Belakang Industri perbankan Indonesia pada masa pra-krisis merupakan salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan yang pesat antara tahun 1992 dan 1997 dengan tingkat pertumbuhan aset sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif dan semakin sengit. Sudah menjadi tuntutan yang mutlak bagi

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif dan semakin sengit. Sudah menjadi tuntutan yang mutlak bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dewasa ini persaingan global diantara perusahaan sejenis semakin kompetitif dan semakin sengit. Sudah menjadi tuntutan yang mutlak bagi organisasi bisnis

Lebih terperinci

13. MENYESUAIKAN STRUKTUR DAN KONTROL DENGAN STRATEGI (Matching Structure and Control to Strategy)

13. MENYESUAIKAN STRUKTUR DAN KONTROL DENGAN STRATEGI (Matching Structure and Control to Strategy) 1 13. MENYESUAIKAN STRUKTUR DAN KONTROL DENGAN STRATEGI (Matching Structure and Control to Strategy) Struktur and Kontrol pada Functional Level Manufacturing * Strategi fungsional umumnya memfokus pada

Lebih terperinci

KOMITE-KOMITE DI BAWAH DIREKSI

KOMITE-KOMITE DI BAWAH DIREKSI KOMITE-KOMITE DI BAWAH DIREKSI Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi, maka Direksi memiliki komite-komite di bawah Direksi yang bertugas membantu Direksi untuk

Lebih terperinci

2 BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN

2 BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN 2 BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN Menurut UU No. 10 Tahun 1998 Bab 1 Pasal 1 Ayat 1 dan 2: Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara

Lebih terperinci

Materi Minggu 3. Model Deskriptif Manajemen Strategik (Bagian 1) Menurut David (1999) dalam proses manajemen strategik ada tiga tahap, yaitu:

Materi Minggu 3. Model Deskriptif Manajemen Strategik (Bagian 1) Menurut David (1999) dalam proses manajemen strategik ada tiga tahap, yaitu: M a n a j e m e n S t r a t e g i k 15 Materi Minggu 3 Model Deskriptif Manajemen Strategik (Bagian 1) 3.1 Proses Manajemen Strategik Manajemen strategik merupakan proses tiga tingkatan yang melibatkan

Lebih terperinci

Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy

Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy Perusahaan yang memiliki keunggulan bersaing diharuskan mampu dalam memahami perubahan struktur pasar dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 3 1.3 Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini dipaparkan mengenai latar belakang penelitian, permasalahan penelitian, tujuan, manfaat dan ruang lingkup penelitian serta sistematika penulisan penelitian.

Lebih terperinci

Kesuksesan Penerapan CRM pada KLM Royal Dutch Airlines

Kesuksesan Penerapan CRM pada KLM Royal Dutch Airlines Kesuksesan Penerapan CRM pada KLM Royal Dutch Airlines Berdasarkan CRM EXCELLENCE AT KLM ROYAL DUTCH AIRLINES (Communications of the Association for Information Systems (Volume 16,2005) 539-558) OLEH :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan menjawab hipotesis penelitian yang diajukan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan menjawab hipotesis penelitian yang diajukan. 53 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab IV ini akan disajikan gambaran data penelitian yang didapat dari hasil jawaban responden, proses pengolahan data dan analisis hasil pengolahan data tersebut.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen Strategik-Pengetahuan, Strategi berasal dari kata Yunani strategos

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen Strategik-Pengetahuan, Strategi berasal dari kata Yunani strategos 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Strategi 2.1.1. Definisi Strategi Di dalam kutipan buku karangan Kusumadmo (2013) yang berjudul Manajemen Strategik-Pengetahuan, Strategi berasal dari kata Yunani strategos

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Keberhasilan fenomenal Southwest Airlines di Amerika Serikat sebagai

BAB I. PENDAHULUAN. Keberhasilan fenomenal Southwest Airlines di Amerika Serikat sebagai BAB I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Keberhasilan fenomenal Southwest Airlines di Amerika Serikat sebagai maskapai Low Cost Carrier (LCC) dapat dilihat dari keuntungan yang diperoleh setiap tahunnya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah disalah satu Bank Syariah atau Unit Usaha Syariah di Malang, yaitu Bank Muamalat Indonesia Kantor Cabang Malang yang beralamat

Lebih terperinci

Dhiani Dyahjatmayanti, ST.P., M.B.A.

Dhiani Dyahjatmayanti, ST.P., M.B.A. Dhiani Dyahjatmayanti, ST.P., M.B.A. STTKD Yogyakarta Jl.Parangtritis Km.4,5 Yogyakarta, http://www.sttkd.ac.id - info@sttkd.ac.id, sttkdyogyakarta@yahoo.com Kekuatan Lingkungan Lingkungan Semua kekuatan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN KERANGKA MANAJEMEN RISIKO

KEBIJAKAN DAN KERANGKA MANAJEMEN RISIKO Kebijakan KEBIJAKAN DAN KERANGKA MANAJEMEN RISIKO Dalam menjalankan fungsi, Bank membentuk tata kelola manajemen risiko yang sehat, Satuan Kerja yang Independen, merumuskan tingkat risiko yang akan diambil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Strategic Strategy dalam sebuah perusahaan terdiri dari beberapa pergerakan kompetitif dan pendekatan bisnis yang manager lakukan untuk mengembangkan bisnis, menarik dan melayani

Lebih terperinci

LAMPIRAN WAWANCARA. Wawancara ini dilakukan pada saat kami melakukan survei di Perumahan Citra, dengan

LAMPIRAN WAWANCARA. Wawancara ini dilakukan pada saat kami melakukan survei di Perumahan Citra, dengan L57 LAMPIRAN WAWANCARA Wawancara ini dilakukan pada saat kami melakukan survei di Perumahan Citra, dengan 3 orang narasumber, yaitu: Bapak Hendry Tamzil, selaku Marketing Manager Perumahan Citra Bapak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran yang berorientasi pada pelanggan tersebut, membuat perusahaan harus. mencapai kepuasan pelanggan (Rangkuti, 2002:53).

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran yang berorientasi pada pelanggan tersebut, membuat perusahaan harus. mencapai kepuasan pelanggan (Rangkuti, 2002:53). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memasuki era perdagangan bebas saat ini, perusahaan dihadapkan pada persaingan yang semakin ketat. Terdapat berbagai tantangan dan peluang yang terdapat di pasar,

Lebih terperinci

PERUMUSAN BLUE OCEAN STRATEGY PT LIPPO GENERAL INSURANCE TBK MENJADI LEADER DI INDUSTRI ASURANSI INDONESIA

PERUMUSAN BLUE OCEAN STRATEGY PT LIPPO GENERAL INSURANCE TBK MENJADI LEADER DI INDUSTRI ASURANSI INDONESIA PERUMUSAN BLUE OCEAN STRATEGY PT LIPPO GENERAL INSURANCE TBK MENJADI LEADER DI INDUSTRI ASURANSI INDONESIA Dicky Hendrianto 1 dicky_pimpom@yahoo.com Azhar Kasim 2 azharkasim30@gmail.com Alumni Sekolah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 129 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Rendahnya pencapaian market share perbankan syariah pada layanan Giro ib wadiah menduduki posisi paling bawah sebagai sebuah output pemasaran

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil pengolahan dan analisis data, pengujian hipotesis, analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: Peneliti mengelompokkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan saat ini sangat pesat dengan disertai adanya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan saat ini sangat pesat dengan disertai adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia perbankan saat ini sangat pesat dengan disertai adanya tantangan-tantangan yang semakin luas dan kompleks, hal tersebut menjadikan perbankan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Penyelesaian masalah yang diteliti dalam penelitian ini memerlukan teoriteori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data.beberapa teori tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci

Pertumbuhan yang menakjubkan.

Pertumbuhan yang menakjubkan. 1 2 Inspirasi Kim.. Cirque Du Soleil Didirikan 1984 oleh sekolompok pementas jalanan, dipimpin oleh Guy Laliberte. Karyanya disaksikan hampir 40 juta orang di 40 negara Tingkat pemasukan dalam kurun kurang

Lebih terperinci

mengenai Implementasi Customer Relationship Management (CRM) untuk 1. Implementasi Customer Relationship Management (CRM) untuk

mengenai Implementasi Customer Relationship Management (CRM) untuk 1. Implementasi Customer Relationship Management (CRM) untuk BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan diatas, maka penelitian ini dapat disimpulkan mengenai Implementasi Customer Relationship Management (CRM) untuk mempertahankan nasabah pada Bank Muamalat

Lebih terperinci

MANAJEMEN STRATEGIK BANK

MANAJEMEN STRATEGIK BANK MANAJEMEN STRATEGIK BANK Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan, sasaran organisasi serta mendapatkan dan mempertahankan competitive advantage yang dijabarkan ke dalam kebijakan-kebijakan dan program-program.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. V.1 Kesimpulan Model Bisnis Distro Dista. Distro merupakan industri kreatif yang dijalankan oleh anak muda

BAB V KESIMPULAN. V.1 Kesimpulan Model Bisnis Distro Dista. Distro merupakan industri kreatif yang dijalankan oleh anak muda BAB V KESIMPULAN V.1 Kesimpulan Model Bisnis Distro Dista Distro merupakan industri kreatif yang dijalankan oleh anak muda dalam membuat dan menjual produk dengan desain yang berbeda dari yang lainnya.

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMASARAN UMKM. Program Teras Usaha Mahasiswa Pelatihan Wirausaha Tahap I Juni 2016

MANAJEMEN PEMASARAN UMKM. Program Teras Usaha Mahasiswa Pelatihan Wirausaha Tahap I Juni 2016 MANAJEMEN PEMASARAN UMKM Program Teras Usaha Mahasiswa Pelatihan Wirausaha Tahap I 17-18 Juni 2016 Pemasaran Produk merupakan perwujudan ide dari seorang pengusaha Dalam beberapa kasus, produk itu dapat

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF FRANSISKA SISWANTARI,

RINGKASAN EKSEKUTIF FRANSISKA SISWANTARI, RINGKASAN EKSEKUTIF FRANSISKA SISWANTARI, 2003. Alternatif Strategi Bisnis Merchandising Bank A Card Center (Studi kasus pada Bank A Card Center). Di bawah bimbingan UJANG SUMARWAN dan E. GUMBIRA SAID.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi saat ini, berbagai industri berlomba untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi saat ini, berbagai industri berlomba untuk dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, berbagai industri berlomba untuk dapat menyediakan berbagai keinginan dan kebutuhan masyarakat. Indonesia sebagai salah satu negara

Lebih terperinci

MUSYARAKAH MUTANAQISAH SEBAGAI ALTERNATIF PADA PEMBIAYAAN KPRS DI BANK SYARIAH. Kajian LiSEnSi, Selasa, 23 Maret 2010

MUSYARAKAH MUTANAQISAH SEBAGAI ALTERNATIF PADA PEMBIAYAAN KPRS DI BANK SYARIAH. Kajian LiSEnSi, Selasa, 23 Maret 2010 MUSYARAKAH MUTANAQISAH SEBAGAI ALTERNATIF PADA PEMBIAYAAN KPRS DI BANK SYARIAH Kajian LiSEnSi, Selasa, 23 Maret 2010 Rumah adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Terungkapnya krisis kredit subprime

Lebih terperinci