III. KERANGKA PEMIKIRAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. KERANGKA PEMIKIRAN"

Transkripsi

1 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Analisis Deskriptif Metode analisis deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir 2003) Blue Ocean Strategy (BOS) Samudera biru atau blue ocean termasuk istilah yang baru, yakni sejak Kim dan Mauborgne (2005) memperkenalkan dengan definisi adalah suatu ruang pasar baru yang tidak ketat dengan unsur persaingan. Samudera biru ditandai oleh ruang pasar yang belum terjelajahi, adanya penciptaan permintaan, dan peluang pertumbuhan yang sangat menguntungkan. Kim dan Mauborgne (2005) mengemukakan bahwa baik industri maupun perusahaan bukanlah alat analisis yang tepat dalam mempelajari akar pertumbuhan yang menguntungkan. Namun, langkah strategis perusahaan sendirilah yang menjadi unit analisis yang tepat untuk menjelaskan penciptaan samudera biru dan kinerja tinggi yang lestari. Langkah strategis adalah seperangkat tindakan dan keputusan manajerial yang turut membuat penawaran (produk atau jasa) bisnis unggulan dan bersifat menciptakan pasar Formulasi Blue Ocean Strategy (BOS) Inovasi nilai yang merupakan batu-pijak dari strategi samudera biru adalah strategi yang merangkul seluruh sistem kegiatan perusahaan. Adanya inovasi nilai akan menuntut perusahaan untuk mengarahkan seluruh sistem pada tujuan mencapai lompatan dalam nilai bagi pembeli dan bagi perusahaan itu sendiri. 44

2 Strategi samudera merah yang berbasiskan kompetisi mengasumsikan bahwa kondisi-kondisi struktural itu terdefinisi dan perusahaan dipaksa untuk berkompetisi dalam kondisi-kondisi itu. Asumsi ini disebut sebagai pandangan strukturalis atau determinisme lingkungan. Sebaliknya, inovasi nilai didasarkan pada pandangan bahwa batasan-batasan pasar dan struktur industri tidaklah diterima begitu saja dan bisa direkonstruksi melalui tindakan dan keyakinan pelaku industri. Hal ini disebut sebagai pandangan rekonstruksionis (Kim dan Mauborgne 2005). Berikut disajikan perbedaan antara strategi samudera merah dengan strategi samudera biru pada Tabel 11 di bawah ini. Tabel 11. Strategi Samudera Merah Versus Strategi Samudera Biru Strategi Samudera Merah Bersaing dalam ruang pasar yang sudah ada Memenangi kompetisi Mengeksploitasi permintaan yang ada Memilih antara nilai-biaya (value-cost trade-off) Memadukan keseluruhan sistem kegiatan perusahan dengan pilihan strategis antara diferensiasi atau biaya rendah Sumber: Kim dan Mauborgne (2005) Strategi Samudera Biru Menciptakan ruang pasar yang belum ada pesaingnya Menjadikan kompetisi tidak relevan Menciptakan dan menangkap permintaan baru Mendobrak pertukaran nilai-biaya Memadukan keseluruhan sistem kegiatan perusahaan dalam mengejar diferensiasi dan biaya rendah Dalam strategi samudera biru, terdapat enam prinsip yang mendorong kesuksesan penerapan dan pelaksanaan strategi samudera biru. Namun dalam memformulasikan strategi samudera biru, hanya empat prinsip yang perlu dilalui atau dianalisis menggunakan alat analisis tertentu. Tabel 12 di bawah ini, menyajikan enam prinsip strategi samudera biru beserta risiko-risiko yang dapat ditangani oleh setiap prinsip tersebut. 45

3 Tabel 12. Enam Prinsip Strategi Samudera Biru Faktor Risiko yang Ditangani oleh Prinsip-Prinsip Perumusan Setiap Prinsip Merekonstruksi batasan-batasan pasar Fokus pada gambaran besar, bukan pada angka Menjangkau melampaui permintaan yang ada Melakukan rangkaian strategis dengan tepat Prinsip-Prinsip Eksekusi / Pelaksanaan Mengatasi hambatan-hambatan utama dalam organisasi Mengintegrasikan eksekusi ke dalam strategi Sumber: Kim dan Mauborgne (2005) Risiko pencarian Risiko perencanaan Risiko skala Risiko model bisnis Faktor Risiko yang Ditangani oleh Setiap Prinsip Risiko organisasi Risiko manajemen Pada prinsip pertama, yakni merekonstruksi batasan-batasan pasar, dapat digunakan untuk mengidentifikasi jalan-jalan yang bisa ditempuh untuk secara sistematis menciptakan ruang pasar yang belum ada pesaingnya dalam beragam domain industri, sehingga hal ini dapat memperkecil adanya risiko pencarian (search risk). Pada prinsip kedua, dapat digunakan untuk merancang proses perencanaan strategi perusahaan untuk bergerak melampaui perbaikan statistik menuju inovasi nilai. Prinsip ini dapat mengatasi risiko perencanaan. Prinsip ketiga, dapat digunakan untuk menciptakan permintaan baru dengan ukuran terbesar. Pada praktik konvensional, biasanya perusahaan akan membidik segmentasi lebih tajam guna memenuhi preferensi pelanggan yang sudah ada. Namun praktik itu sering kali berujung pada pasar dengan target yang semakin kecil. Sehingga dengan melalui prinsip ini, akan diarahkan untuk mengagregasikan (mengumpulkan) permintaan, sekaligus meminimalkan risiko skala (scale risk). Kemudian prinsip ke empat, dapat digunakan untuk membantu membuat rancangan strategi yang memungkinkan perusahaan tidak hanya memberikan lompatan nilai bagi khalayak pembeli, tetapi juga membangun sebuah model 46

4 bisnis lestari yang mampu memetik laba dari samudera biru yang sedang diciptakan perusahaan, sehingga hal ini dapat meminimalkan risiko model bisnis Prinsip 1 : Merekonstruksi Batasan-Batasan Pasar Fokus dari prinsip ini adalah untuk menjauh dari kompetisi dan menciptakan samudera biru. Prinsip ini bisa menangani risiko pencarian yang dihadapi banyak perusahaan. Secara khusus, Kim dan Mauborgne (2005) menemukan enam pendekatan dasar untuk membentuk ulang batasan-batasan pasar, yang disebut sebagai kerangka kerja enam jalan. Jalan-jalan ini berlaku umum untuk semua sektor industri dan membantu perusahaan menapaki koridor ide-ide samudera biru yang awet secara komersil. Enam jalan ini menentang enam asumsi pokok yang mendasari strategi di banyak perusahaan, yang membuat perusahaan terus terperangkap untuk berkompetisi dalam samudera merah. Biasanya, perusahaan cenderung melakukan hal-hal sebagai berikut: 1) Mendefinisikan industri mereka secara serupa dan berfokus untuk menjadi yang terbaik dalam definisi tersebut. 2) Melihat industri mereka melalui lensa kelompok-kelompok strategis yang sudah diterima secara umum (seperti mobil mewah, mobil ekonomis, dan kendaraan keluarga), dan berusaha untuk menonjol dalam kelompok strategis tempat mereka bermain. 3) Berfokus pada kelompok pembeli yang sama, baik itu pembeli langsung atau purchaser (sebagaimana dalam industri peralatan kantor), pengguna atau user (sebagaimana dalam industri pakaian), maupun pemberi pengaruh atau influencer (sebagaimana dalam industri farmasi). 4) Mendefinisikan secara sama cakupan dari produk dan jasa yang ditawarkan oleh industri mereka. 5) Menerima begitu saja orientasi fungsional atau emosional dari industri mereka. 6) Berfokus pada titik yang sama pada waktu yang sama dan sering kali, pada ancaman-ancaman persaingan terkini yang sama dalam merumuskan strategi. 47

5 Semakin perusahaan menganut kebijakan konvensional yang sama mengenai bagaimana mereka berkompetisi, semakin besar konvergensi (titik temu) kompetitif di antara mereka. Untuk melepaskan diri dari samudera merah, perusahaan harus mendobrak batasan-batasan umum mengenai cara mereka berkompetisi. Berikut secara ringkas, kerangka kerja enam jalan yang ditunjukkan dalam Tabel 13 di bawah ini. Tabel 13. Enam Jalan Menuju Blue Ocean Red Ocean Penciptaan Blue Ocean Industri Kelompok strategis Kelompok pembeli Cakupan produk atau penawaran jasa Orientasi fungsionalemosional Waktu Berfokus pada pesaing dalam industri Berfokus pada posisi kompetitif dalam kelompok strategis Berfokus pada melayani kelompok pembeli secara lebih baik Berfokus pada memaksimalkan nilai produk dan penawaran jasa dalam batasan-batasan industri Berfokus pada memperbaiki kinerja harga dalam orientasi fungsional-emosional industrinya Berfokus pada adaptasi terhadap tren-tren eksternal yang terjadi Sumber: Kim dan Mauborgne (2005) Mencermati industri alternatif Mencermati kelompok strategis dalam industri Meredefinisikan kelompok pembeli industri Mencermati produk dan penawaran jasa pelengkap Memikirkan ulang orientasi fungsional-emosional industrinya Berpartisipasi dalam membentuk tren-tren eksternal sepanjang waktu Prinsip 2 : Fokus pada Gambaran Besar, Bukan pada Angka Prinsip ini merupakan kunci untuk mengurangi risiko perencanaan investasi tenaga dan waktu yang terlalu besar dengan hasil hanya berupa langkah taktis samudera merah (Kim dan Mauborgne 2005). Dalam prinsip ini, perusahaan mengembangkan pendekatan alternatif bagi proses perencanaan strategis yang ada berdasarkan bukan pada mempersiapkan dokumen tetapi menggambar kanvas strategi. Pendekatan ini secara konsisten menghasilkan strategi yang membuka 48

6 kreativitas dari beragam jenis orang dalam suatu organisasi, membuka mata perusahaan kepada samudera biru, dan mudah dipahami serta dikomunikasikan untuk bisa diterapkan secara efektif. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, bahwa kanvas strategi menjadi alat analisis untuk menggambarkan industri yang ada. Dalam prinsip kedua merumuskan strategi samudera biru ini, kanvas strategi digunakan sebagai alat analisis yang tidak hanya memvisualkan posisi strategis terkini sebuah perusahaan dalam ruang pasar, tetapi juga membantu memetakan strategi di masa depan Kanvas Strategi Kanvas strategi adalah kerangka aksi sekaligus diagnosa untuk membangun strategi samudera biru yang baik. Ada dua fungsi dari kanvas strategi yang dapat dimanfaatkan, yaitu kanvas strategi merangkum situasi terkini dalam ruang pasar yang sudah dikenal, sehingga bisa digunakan untuk memahami dimana kompetisi saat ini sedang tercurah, memahami faktor-faktor apa yang sedang dijadikan ajang kompetisi dalam produk, jasa, dan pengiriman, serta memahami apa yang didapatkan konsumen dari penawaran kompetitif yang ada di pasar (Kim dan Mauborgne 2005). Kanvas strategi menghasilkan tiga hal. Pertama, ia menunjukkan profil strategis suatu industri dengan menggambarkan secara jelas faktor-faktor (dan faktor-faktor yang mungkin di masa depan) yang mempengaruhi kompetisi diantara sesama pemain industri. Kedua, ia menunjukkan profil strategis dari kompetitor mutakhir dan potensial, mengidentifikasi faktor-faktor itu yang menjadi ajang investasi bagi mereka secara strategis. Ketiga, ia menunjukkan profil strategis perusahaan (kurva nilai perusahan) yang menggambarkan bagaimana perusahaan berinvestasi pada faktor-faktor kompetisi dan bagaimana perusahaan melakukan investasi faktorfaktor tersebut di masa depan. Kim dan Mauborgne (2005), membuat proses terstruktur tentang bagaimana menggambar dan membahas kanvas strategi yang mendorong strategi suatu perusahaan ke arah samudera biru. Langkah-langkah dalam memvisualkan 49

7 strategi ini terdiri dari empat langkah diantaranya yaitu: (1) kebangkitan visual, (2) eksplorasi visual, (3) pameran strategi visual, dan (4) komunikasi visual. Tabel 14. Empat Langkah dalam Memvisualisasi Strategi 1. Kebangkitan Visual 2. Eksplorasi Visual 3. Pameran Strategi Visual Membandingkan Pergi ke Menggambar bisnis dengan lapangan untuk kanvas strategi bisnis pesaing menjelajahi masa depan Anda dengan enam jalan Anda didasarkan menggambar penciptaan pada wawasan kanvas strategi samudera biru yang didapat dari Anda yang pengamatan ada lapangan Melihat perubahan apa yang perlu dilakukan pada strategi Anda Mengamati keunggulan khas dari produk dan jasa alternatif Sumber: Kim dan Mauborgne (2005) Melihat faktor apa yang Anda harus hapuskan, ciptakan, atau ubah Mendapatkan umpan-balik mengenai kanvas strategi alternatif dari konsumen, konsumen pesaing, dan nonkonsumen Menggunakan umpan-balik itu untuk membangun strategi masa depan terbaik Anda 4. Komunikasi Visual Tuangkan profil strategis Anda yang lalu dan akan datang di satu halaman untuk mudah dibandingkan Dukung hanya proyek-proyek dan langkahlangkah operasional yang memungkinkan perusahaan menutup celah demi mewujudkan strategi yang baru Dengan membuat kanvas strategi, dapat memungkinkan perusahaan untuk melihat masa depan dan masa kini. Untuk bisa melakukan hal ini, perusahaan harus memahami cara membaca kurva nilai. Yang ada dalam kurva nilai suatu industri adalah banyaknya pengetahuan strategis mengenai status terkini dan masa depan sebuah bisnis (Kim dan Mauborgne 2005) Kurva Nilai Kurva nilai merupakan komponen dasar dari sebuah kanvas strategi. Kurva nilai adalah penggambaran grafis mengenai kinerja relatif perusahaan 50

8 berkenaan dengan faktor-faktor kompetisi dalam industri (Kim dan Mauborgne 2005). Oleh karena itu, dengan menggunakan kanvas strategi, melalui kurva nilainya, dapat dilihat grafis tentang profil strategis perusahaan secara umum dibandingkan dengan perusahaan yang lain. Biasanya, perusahaan yang cenderung tidak menerapkan blue ocean strategy atau mempunyai visi untuk memenangkan persaingan di dalam industri, akan mengikuti profil strategi diferensiasi (differentiation) atau strategi biaya rendah (leadership cost). Karena berada dalam kondisi persaingan bisnis yang bersifat samudera merah, maka perusahaan tersebut akan dihadapkan pada dilema trade-off pengambilan keputusan tentang penerapan strategi yang akan digunakan, yakni apakah akan menerapkan strategi differensiasi ataukah biaya rendah. Dengan melihat kurva nilai pada kanvas strategi tersebut dapat juga dilihat faktor-faktor apa sajakah yang dijadikan kompetisi oleh perusahaan-perusahaan dalam industri. Sehingga hasil grafis dari kurva nilai tersebut dapat memperlihatkan bahwa di dalam industri memang terdapat suasana kompetisi atau persaingan. Kemudian selain menunjukkan penggambaran grafis akan profil strategi perusahaan, kurva nilai dapat menunjukkan besar kecilnya tingkat investasi atau biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk melaksanakan strateginya, kaitannya adalah dengan melihat faktor-faktor yang dijadikan kompetisi dengan pesaing tersebut. Jika melihat kurva nilai dalam kanvas strategi, maka perusahaan dapat melihat strategi samudera biru akan sangat berbeda dengan strategi samudera merah. Strategi samudera biru yang efektif, memiliki tiga kualitas yang saling melengkapi dalam kurva nilainya, yakni: fokus, gerak menjauh (divergensi), dan moto utama. Tanpa kualitas-kualitas ini, strategi perusahaan akan kabur, tidak khas, sulit dikomunikasikan, dan memiliki struktur biaya tinggi (Kim dan Mauborgne 2005). Setiap strategi hebat, memiliki fokus, dan suatu profil strategis atau kurva nilai perusahaan harus jelas menunjukkan fokus tersebut. Ketika kurva nilai suatu perusahaan kurang fokus, struktur biayanya akan cenderung tinggi dan model bisnisnya cenderung kompleks untuk diimplementasikan dan dieksekusi. 51

9 Ketika strategi suatu perusahaan dibentuk secara reaktif dalam usaha mengikuti irama kompetisi, strategi tersebut akan kehilangan keunikannya. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan yang saling berkompetisi memperebutkan pasar dalam suatu industri, kurva nilainya hampir identik. Sebaliknya, kurva nilai dari strategi samudera biru akan tampak selalu menonjol, maksudnya dengan kata lain, dalam kurva nilainya akan terlihat kurva yang bergerak menjauh (divergensi). Jika tidak memiliki divergensi, strategi suatu perusahaan hanya menjadi imitator yang tidak bisa menonjol dalam ruang pasar. Selain itu, sebuah strategi yang baik memiliki moto yang jelas dan memikat yang berbicara kepada pasar, sehingga dengan moto ini, pasar akan tertarik dengan produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan. Jika tidak memiliki moto memikat yang mampu menarik pembeli, strategi perusahaan hanya akan menjadi wacana internal atau menjadi contoh klasik dari inovasi demi kepentingan inovasi semata, yang tidak memiliki potensi komersial dan kemampuan alamiah untuk lepas landas Mendefinisikan Kurva Nilai Dalam kurva nilai suatu industri adalah terdapat banyak pengetahuan strategis mengenai status terkini dan masa depan sebuah bisnis (Kim dan Mauborgne 2005). 1) Strategi Samudera Biru Perusahaan tersebut berada di daerah yang benar, dengan menerapkan strategi samudera biru, yakni ketika perusahan memenuhi tiga kriteria yang baik yang telah disebutkan di atas, yaitu: fokus, gerak menjauh (divergensi), dan moto utama. 2) Perusahaan yang Terperangkap dalam Samudera Merah Perusahaan sedang terperangkap di samudera merah (red ocean), apabila kurva nilai suatu perusahaan bertemu dengan kurva nilai pesaingnya. Strategi yang diterapkan perusahaan cenderung berusaha memenangi kompetisi dengan bertumpu pada biaya atau kualitas. 52

10 3) Penawaran Berlebihan Tanpa Hasil Memadai Jika kurva nilai perusahaan menunjukkan tingkat yang tinggi dalam semua faktor, maka perlu diteliti apakah pangsa pasar dan profitabilitas yang didapatkan sesuai dengan investasi yang dikeluarkan. Apabila terjadi, maka perusahaan cenderung memberikan pasokan atau penawaran yang berlebihan kepada konsumen tanpa memberikan tambahan nilai yang memadai kepada perusahaan sendiri. 4) Strategi yang Tidak Koheren Ketika kurva nilai suatu perusahaan terlihat tidak beraturan, seperti gerak zig-zag tanpa pola, dimana penawaran bisa digambarkan sebagai rendahtinggi-rendah-rendah-tinggi-rendah, maka hal tersebut menandakan bahwa perusahaan tidak memiliki strategi yang koheren. Strateginya cenderung didasarkan pada berbagai substrategi yang terlepas sendiri-sendiri. Sub-sub strategi ini mungkin masuk akal dan membuat bisnis berjalan dan semua orang bekerja, tapi secara kolektif sub-sub strategi itu tidak banyak bermanfaat dalam membedakan perusahaan dari pesaing utama atau dalam membangun visi strategis yang jelas. Hal ini sering merupakan cerminan dari suatu organisasi dengan sekat-sekat divisional atau fungsional. 5) Kontradiksi Strategis Kontradiksi strategis merupakan area dimana perusahaan memberikan penawaran tingkat tinggi pada satu faktor kompetisi, sementara mengabaikan area-area lain yang mendukung faktor tersebut. 6) Perusahaan yang Didorong secara Internal Hal ini dapat dilihat dari jenis bahasa yang digunakan dalam faktor kompetisi. Jenis bahasa ini memberikan pengetahuan apakah sisi strategis dibangun berdasarkan perspektif luar-ke-dalam yang didorong oleh sisi permintaan, ataukah sebaliknya. Perubahan kanvas strategi suatu industri secara fundamental dapat dimulai dengan mengarahkan kembali fokus strategi dari pesaing ke alternatif, dan dari konsumen ke non-konsumen industri tersebut (Kim dan Mauborgne 2005). 53

11 Prinsip 3 : Menjangkau Melampaui Permintaan yang Ada Prinsip ini merupakan komponen kunci dalam mencapai inovasi nilai. Dengan meningkatkan permintaan terbesar atas sebuah penawaran baru, pendekatan ini mengurangi risiko skala yang mengiringi penciptaan pasar baru. Untuk mencapai hal ini, perusahaan harus menentang dua praktik strategi konvensional, yakni berfokus pada konsumen yang ada dan dorongan mempertajam segmentasi demi mengakomodasi perbedaan di pihak pembeli (Kim dan Mauborgne 2005). Umumnya, untuk menumbuhkan pangsa pasar mereka terhadap suatu pasar, perusahaan-perusahaan berupaya mempertahankan dan memperluas konsumen yang ada. Hal ini kerap mengarah pada segmentasi yang lebih tajam dan perancangan jasa atau produk secara lebih baik untuk bisa memenuhi preferensi konsumen. Semakin ketat kompetisinya, semakin besar penyesuaian atau kustomisasi (customization) pada produk atau jasa secara rata-rata. Ketika perusahaanperusahaan bersaing untuk memenuhi preferensi konsumen melalui segmentasi yang lebih tajam, mereka berisiko menciptakan pasar sasaran yang terlalu kecil. Untuk memaksimalkan ukuran samudera biru, perusahaan harus mengambil jalan berlawanan. Yang biasanya berkonsentrasi pada konsumen, perusahaan kini perlu melihat non-konsumen. Selain itu, yang biasanya berfokus pada perbedaan konsumen, perusahaan kini perlu mengembangkan hal-hal yang dihargai pembeli secara umum (commonalities). Hal ini dilakukan agar memungkinkan perusahaan untuk menjangkau melampaui permintaan yang ada demi membuka lahan massa konsumen baru yang sebelumnya tidak ada. Ada tiga tingkatan non-konsumen yang bisa diubah menjadi konsumen. Tiga tingkatan ini berbeda dalam hal jarak relatif mereka terhadap konsumen. Sebagaimana digambarkan dalam Gambar 7 di bawah ini. 54

12 Tingkatan Pertama Pasar Anda Tingkatan Kedua Tingkatan Ketiga Gambar 7. Tiga Tingkatan Non-Konsumen Sumber: Kim dan Mauborgne (2005) Tingkat pertama dari non-konsumen adalah yang terdekat dengan pasar perusahaan, yaitu berada di tubir pasar perusahaan. Mereka adalah pembeli yang meski melakukan pembelian atas produk sebuah industri karena kebutuhan, tapi secara mental merupakan non-konsumen dari industri. Mereka menunggu untuk meninggalkan industri itu ketika ada peluang. Namun, jika diberikan lompatan nilai, mereka tidak hanya akan tinggal, tetapi juga meningkatkan frekuensi pembelian mereka sekaligus mendobrak permintaan laten yang besar. Tingkat kedua dari non-konsumen adalah orang-orang yang menolak membeli penawaran atau produk industri. Mereka adalah pembeli yang melihat penawaran dari industri sebagai suatu pilihan untuk memenuhi kebutuhan, tetapi tetap saja mereka menolak membelinya. Tingkat ketiga dari non-konsumen adalah yang terjauh dari pasar. Mereka adalah non-konsumen yang tidak pernah berpikir bahwa penawaran dari industri adalah suatu pilihan. Dengan berfokus pada kesamaan utama di antara nonkonsumen ini dan di antara konsumen yang sudah ada, perusahaan bisa memahami bagaimana menarik mereka ke dalam pasar baru (Kim dan Mauborgne 2005). 55

13 Kerangka Kerja Empat Langkah dan Skema Hapuskan-Kurangi- Tingkatkan-Ciptakan Ketika kanvas strategi digunakan untuk memetakan strategi di masa depan, maka ada tahapan yang harus dilalui untuk membuat kanvas strategi baru atau kurva nilai baru. Untuk merekonstruksi elemen-elemen nilai pembeli dalam membuat kurva nilai baru, Kim dan Mauborgne (2005) telah mengembangkan kerangka kerja empat langkah. Hal ini dimaksudkan supaya bisa mendobrak dilema atau pertukaran (trade-off) antara diferensiasi dan biaya rendah, serta agar bisa menciptakan kurva nilai baru. Kerangka kerja empat langkah berisi tentang empat pertanyaan kunci menantang logika strategi dan model bisnis sebuah industri, antara lain: 1) Faktor apa saja yang harus dihapuskan dari faktor-faktor yang telah diterima begitu saja oleh industri? 2) Faktor apa saja yang harus dikurangi hingga di bawah standar industri? 3) Faktor apa saja yang harus ditingkatkan hingga di atas standar industri? 4) Faktor apa saja yang belum pernah ditawarkan industri sehingga harus diciptakan? Kerangka kerja empat langkah tersebut kemudian dilengkapi dengan skema yang disebut Skema Hapuskan-Kurangi-Tingkatkan-Ciptakan. Skema ini mendorong perusahaan untuk tidak hanya menanyakan empat pertanyaan dalam kerangka kerja empat langkah, tetapi juga bertindak berdasarkan keempat pertanyaan tersebut untuk menciptakan suatu kurva nilai baru. Skema ini memberikan empat manfaat utama kepada perusahaan, yaitu: 1) Ia mendorong perusahaan untuk mengejar diferensiasi dan biaya murah secara bersamaan untuk mendobrak pertukaran nilai-biaya. 2) Ia segera mengubah perusahaan yang hanya berfokus pada upaya meningkatkan dan menciptakan, serta mengubah perusahaan yang sering memodifikasi produk dan jasa secara berlebihan (kesalahan umum dalam banyak perusahaan). 3) Skema ini dengan mudah dipahami oleh manajer di level apa pun, sehingga menciptakan tingkat keterlibatan yang tinggi dalam penerapannya. 4) Skema ini mendorong perusahaan untuk bersemangat dalam menganalisis setip faktor industri yang menjadi ajang kompetisi, sehingga ia menemukan 56

14 berbagai asumsi implisit yang mereka buat secara tak sadar dalam berkompetisi Prinsip 4 : Menjalankan Rangkaian Strategis Secara Benar Prinsip ini akan membantu dalam menciptakan dan menguatkan ide-ide samudera biru demi memastikan kesinambungan komersilnya. Perusahaan perlu membangun strategi samudera biru mereka dalam empat rangkaian, yaitu utilitas pembeli, harga, biaya, dan pengadopsian. Dengan memahami rangkaian strategis yang benar dan memahami cara menilai ide-ide samudera biru berlandaskan kriteria-kriteria kunci dalam rangkaian tersebut, maka perusahaan dapat mengurangi risiko strategi bisnis yang diterapkan (Kim dan Mauborgne 2005). Pelaksanaan prinsip ke empat ini dapat dibantu dengan menggunakan rangkaian diagram atau flowchart. Awal mula memulai adalah utilitas bagi pembeli. Apakah konsumen bersedia mencoba produk yang ditawarkan? Jika tidak, maka tidak ada peluang blue ocean pada strategi yang dibuat. Hal ini diakibatkan strategi yang dibuat tidak dapat menjual atau pembeli belum merasakan sesuatu yang istimewa dan berbeda pada produk yang ditawarkan dibandingkan pesaing. Ketika mendapatkan jawaban Ya, maka langkah selanjutnya adalah menentukan harga strategis. Di dalam BOS, harga yang rendah bukanlah tindakan yang dilakukan untuk menarik konsumen agar mau mencoba produk yang ditawarkan. Kedua langkah awal ini menentukan pemasukan dari perusahaan sekaligus memastikan telah terjadi lompatan dalam nilai pembeli bersih. Langkah ketiga adalah biaya sebagai tanda untuk mengamankan laba. jangan sampai biaya yang mempengaruhi harga. Perusahaan juga tidak boleh mengorbankan utilitas ketika biaya tinggi menghalangi kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba pada harga strategis. Ketika hal ini terjadi, maka perusahaan harus melepas atau menunda dan memperbaiki strategi yang didapat kerena BOS menentang adanya value-cost trade-off. Langkah terakhir adalah menghadapi rintangan pengadopsian. Rintangan pengadopsian bisa diperoleh dari eksternal perusahaan seperti retailer, mitra bisnis, atau pihak-pihak yang berkepentingan yang berada di luar perusahaan. 57

15 Sedangkan untuk internal dapat berasal dari karyawan yang merasa nyaman sebelum terjadinya pengadopsian strategi. Ketika rintangan pengadopsian dapat diatasi, maka BOS yang didapat layak untuk dieksekusi secara komersil Kerangka Pemikiran Operasional Unit Pengolahan Susu Koperasi Pondok Pesantren Pertanian Darul Fallah (UPS Koppontren Darul Fallah) sebagai salah satu unit bisnis dari Unit Peternakan Koppontren DaFa, terlebih dahulu dianalisis secara deskriptif mengenai internal perusahaannya, seperti aspek organisasi dan lainnya, termasuk analisis tentang resourcement (sumber daya) yang dimiliki. Pada tahap ini, sebelumnya dilakukan pengumpulan data primer berdasarkan wawancara dengan pihak internal Koppontren Darul Fallah. UPS Koppontren Darul Fallah yang memproduksi yoghurt dengan brand DaFa Yoghurt terlebih dahulu dianalisis mengenai keunggulan dan kelemahan pada manajemennya maupun pada produknya. Di sisi lain perlu dianalisis juga dari sisi pesaing-pesaingnya, mengenai bagaimana keunggulan maupun kelemahan yang dimiliki. Hal ini dilakukan untuk menganalisis situasi industri yoghurt di Bogor. Keunggulan, kelemahan, atribut, maupun ciri-ciri khusus tersebut dijadikan sebagai faktor pembanding (faktor kompetisi industri) untuk membuat kanvas strategi industri yoghurt di Bogor. Selain itu, untuk menentukan faktor-faktor kompetisi juga mengacu pada penelitian terdahulu serta melakukan wawancara dengan pihak internal perusahaan, akademisi, instansi terkait, ahli yang mengerti situasi industri yoghurt, maupun konsumen dan non-konsumen yoghurt. Wawancara dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi tentang pertanyaan mengenai faktorfaktor yang menjadi fokus utama dalam industri. Setelah menganalisis industri yoghurt, kemudian dilakukan tahap perumusan strategi samudera biru (blue ocean strategy). Kerangka dalam merumuskan strategi samudera biru ini mengikuti empat prinsip perumusan BOS, yakni diantaranya: 1) merekonstruksi batasan-batasan pasar; 2) fokus pada gambaran besar, bukan pada angka; 3) menjangkau melampaui permintaan yang ada; dan 4) menjalankan rangkaian strategis secara benar. Untuk menghasilkan 58

16 strategi samudera biru yang baik dan layak harus melalui keempat prinsip tersebut. Dalam setiap prinsip, dilalui tahapan atau prosedur menggunakan alat analisis yang berbeda-beda. Prinsip pertama yang harus dilalui adalah merekonstruksi batasan-batasan pasar. Dalam hal ini, perusahaan dituntut untuk mendefinisikan ulang batasanbatasan pasar. Alat analisis untuk merekonstruksi batasan-batasan pasar ini disebut sebagai kerangka kerja enam jalan. Kemudian dalam prinsip ke dua, yakni fokus gambaran besar, bukan pada angka, dilakukan analisis untuk memetakan strategi di masa depan. Hal ini dilakukan dengan membuat kanvas strategi. Langkah-langkah dalam membuat kanvas strategi ini mengacu pada buku Blue Ocean Strategy dari Kim dan Mauborgne (2005). Hasil dari kanvas strategi dapat digunakan untuk melihat profil strategis dari masing-masing perusahaan sekaligus dapat dijadikan dasar untuk membuktikan adanya persaingan (red ocean) dalam industri yoghurt. Prinsip ke tiga yang harus dilalui adalah menjangkau melampaui permintaan yang ada. Dalam hal ini, perusahaan diarahkan untuk mengubah pandangan, yang sebelumnya melihat pasar dengan dasar konsumen, kini diubah menjadi pandangan yang berdasar pada non-konsumen. Sehingga hal ini dapat membuat perusahaan menjangkau melampaui permintaan yang ada demi membuka massa konsumen baru yang sebelumnya tidak ada. Ada tiga tingkatan non-konsumen yang bisa diubah menjadi konsumen. Dengan memahami nonkonsumen, maka perusahaan dapat menarik mereka menjadi konsumen. Setelah melakukan analisis melalui prinsip pertama hingga ketiga, maka informasi berupa faktor-faktor kompetisi indistri yang diperoleh tersebut kemudian dianalisis lebih lanjut berdasarkan pertanyaan-pertanyaan pada kerangka kerja empat langkah. Selanjutnya informasi faktor-faktor kompetisi yang dihasilkan tersebut kemudian dipetakan dalam skema hapuskan-kurangitingkatkan-ciptakan. Faktor-faktor dalam skema tersebut merupakan ide strategi samudera biru. Ide strategi samudera biru yang telah dibuat, kemudian dianalisis berdasarkan prinsip ke empat yaitu menjalankan rangkaian strategis secara benar, yang berdasarkan empat kriteria yaitu utilitas istimewa, harga, biaya, dan 59

17 pengadopsian. Setelah melalui rangkaian strategis, kemudian ide samudera biru yang telah didapat diujikan menggunakan indeks ide samudera biru (BOI). Pengujian tersebut berupa penyimbolan berdasarkan pada empat kriteria rangkaian strategis samudera biru. Jika ide strategi samudera biru yang diciptakan telah memenuhi keempat kriteria tersebut, maka ide strategi samudera biru yang didapat tersebut telah layak dan bisa dipertimbangkan untuk melakukan eksekusi terhadap ide strategi tersebut. Skema atau gambar kerangka pemikiran operasional secara terstruktur dapat dilihat pada Gambar 8 di bawah ini. 60

18 Produk DaFa Yoghurt Unit Pengolahan Susu Koppontren Darul Fallah Produksi belum optimal Pemasaran terbatas melalui agen distributor saja Adanya situasi kompetisi atau persaingan dalam industri yoghurt Analisis Situasi Industri Yoghurt di Bogor Perumusan Blue Ocean Strategy (BOS) untuk Bisnis DaFa Yoghurt Prinsip 1 Merekonstruksi Batasan-Batasan Pasar Prinsip 2 Fokus pada Gambaran Besar, Bukan pada Angka Prinsip 3 Menjangkau Melampaui Permintaan yang Ada Kerangka Kerja Enam Jalan Kanvas Strategi Tiga Tingkatan Non-Konsumen Kerangka Kerja Empat Langkah dan Skema Hapuskan-Kurangi-Tingkatkan-Ciptakan Prinsip 4 Menjalankan Rangkaian Strategis Secara Benar Rangkaian Strategi Samudera Biru Blue Ocean Strategy (BOS) yang Baik dan Layak untuk Komersialisasi DaFa Yoghurt Gambar 8. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian 61

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Analisis Deskriptif Metode analisis deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Strategi Samudra Biru (Blue Ocean Strategy) yang tidak berhasil adalah pada pendekatan strateginya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Strategi Samudra Biru (Blue Ocean Strategy) yang tidak berhasil adalah pada pendekatan strateginya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Strategi Samudra Biru (Blue Ocean Strategy) Perbedaan antara perusahaan yang berhasil dengan perusahaan yang tidak berhasil adalah pada pendekatan strateginya. Perusahaan pada

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Penggambaran Situasi Industri Penggambaran situasi industri dilakukan dengan menggunakan alat analisis yaitu kanvas strategi dan kurva nilai.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kontekstual terhadap situasi yang mirip dalam organisasi lain, di mana

BAB III METODE PENELITIAN. kontekstual terhadap situasi yang mirip dalam organisasi lain, di mana BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Metode studi kasus meliputi analisis mendalam dan kontekstual terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Strategi Samudra Biru (Blue Ocean Strategy) Pengertian Strategi Samudra Biru (Blue Ocean Strategy)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Strategi Samudra Biru (Blue Ocean Strategy) Pengertian Strategi Samudra Biru (Blue Ocean Strategy) 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Strategi Samudra Biru (Blue Ocean Strategy) 2.1.1. Pengertian Strategi Samudra Biru (Blue Ocean Strategy) Strategi samudra biru ( Blue Ocean Strategy ) ditandai oleh ruang

Lebih terperinci

Ramlan Ruvendi Strategi Samudera Biru

Ramlan Ruvendi Strategi Samudera Biru Ramlan Ruvendi Strategi Samudera Biru Bagaimana menciptakan ruang pasar tanpa pesaing dan membuat kompetisi tidak relevan Strategi Samudera Biru Vs Strategi Samudera Merah STRATEGI SAMUDERA MERAH Bersaing

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Formulasi Strategi Kata strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategos. Strategos terbentuk dari kata stratos yang berarti militer dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kusumadmo (2013), kata strategi secara etimologis berasal dari kata Strategos

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kusumadmo (2013), kata strategi secara etimologis berasal dari kata Strategos BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi strategi Dalam buku Manajemen Strategik-Pengetahuan yang dikutip oleh Kusumadmo (2013), kata strategi secara etimologis berasal dari kata Strategos dalam bahasa yunani

Lebih terperinci

Pertumbuhan yang menakjubkan.

Pertumbuhan yang menakjubkan. 1 2 Inspirasi Kim.. Cirque Du Soleil Didirikan 1984 oleh sekolompok pementas jalanan, dipimpin oleh Guy Laliberte. Karyanya disaksikan hampir 40 juta orang di 40 negara Tingkat pemasukan dalam kurun kurang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berbeda dari pemasaran berbasis barang. Ada beberapa perbedaan utama dalam

BAB II LANDASAN TEORI. berbeda dari pemasaran berbasis barang. Ada beberapa perbedaan utama dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran Pendidikan Pemasaran pendidikan adalah usaha berbasis pemasaran jasa yang itu berbeda dari pemasaran berbasis barang. Ada beberapa perbedaan utama dalam pemasaran barang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen Strategik-Pengetahuan, Strategi berasal dari kata Yunani strategos

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen Strategik-Pengetahuan, Strategi berasal dari kata Yunani strategos 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Strategi 2.1.1. Definisi Strategi Di dalam kutipan buku karangan Kusumadmo (2013) yang berjudul Manajemen Strategik-Pengetahuan, Strategi berasal dari kata Yunani strategos

Lebih terperinci

VII. FORMULASI BLUE OCEAN STRATEGY (BOS) PADA PRODUK DAFA YOGHURT

VII. FORMULASI BLUE OCEAN STRATEGY (BOS) PADA PRODUK DAFA YOGHURT VII. FORMULASI BLUE OCEAN STRATEGY (BOS) PADA PRODUK DAFA YOGHURT 7.1. Formulasi Blue Ocean Strategy (BOS) Kim dan Mauborgne (2005) menyebutkan dalam bukunya, Blue Ocean Strategy, bahwa terdapat enam prinsip

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Kebun Raya Bogor dengan pengelolanya adalah Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (PKT-KRB), LIPI. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kasus pada salah satu usaha bisnis yoghurt yang cukup besar di Kabupaten Bogor, yakni di Unit Pengolahan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI BLUE OCEAN STRATEGY DI INDONESIA. Yustina Chrismardani

IMPLEMENTASI BLUE OCEAN STRATEGY DI INDONESIA. Yustina Chrismardani IMPLEMENTASI BLUE OCEAN STRATEGY DI INDONESIA Yustina Chrismardani Abstract Blue Ocean Strategy was a strategy to create uncontested market and make competition irrelevant. In blue ocean, demand is created

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB II KAJIAN LITERATUR BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Penelitian Terdahulu Kajian penelitian terdahulu disebut juga dengan kajian induktif. Kajian ini dimaksudkan untuk mencari kajian dari peneliti terdahulu, sehingga dapat diketahui

Lebih terperinci

ANALISIS VALUE INNOVATION PADA PT.WIJAYA PANCA SENTOSA FOOD MELALUI STRATEGI BLUE OCEAN

ANALISIS VALUE INNOVATION PADA PT.WIJAYA PANCA SENTOSA FOOD MELALUI STRATEGI BLUE OCEAN ANALISIS VALUE INNOVATION PADA PT.WIJAYA PANCA SENTOSA FOOD MELALUI STRATEGI BLUE OCEAN 691 Andyka Kurniawan Susanto Program Manajemen Bisnis, Program Studi Manajemen, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

ANALISIS INOVASI NILAI STUDI KASUS PADA COKELAT NDALEM. Theresia Harista Kurniastuti E.Kusumadmo, MM., Ph.D.

ANALISIS INOVASI NILAI STUDI KASUS PADA COKELAT NDALEM. Theresia Harista Kurniastuti E.Kusumadmo, MM., Ph.D. ANALISIS INOVASI NILAI STUDI KASUS PADA COKELAT NDALEM Theresia Harista Kurniastuti E.Kusumadmo, MM., Ph.D. Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jalan Babarsari 43-44,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Fokus Penelitian Fokus penelitian ini dimaksudkan untuk membatasi studi kualitatif sekaligus membatasi penelitian guna memilih mana data yang relevan dan mana yang

Lebih terperinci

PERUMUSAN STRATEGI BERSAING PT. HIGH VOLT TECHNOLOGY BERDASARKAN BLUE OCEAN STRATEGY

PERUMUSAN STRATEGI BERSAING PT. HIGH VOLT TECHNOLOGY BERDASARKAN BLUE OCEAN STRATEGY PERUMUSAN STRATEGI BERSAING PT. HIGH VOLT TECHNOLOGY BERDASARKAN BLUE OCEAN STRATEGY Rosetta Dilla Prabowo dan Eddy Madiono Sutanto Program Manajemen Bisnis, Program Studi Manajemen, Universitas Kristen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia industri berjalan seperti layaknya roda baik itu perusahaan yang bergerak di industri produk maupun jasa. Umumnya ketika roda waktu sedang berada di atas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Penyelesaian masalah yang diteliti dalam penelitian ini memerlukan teoriteori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data.beberapa teori tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Pengertian Strategi Menurut David (2013), Strategi adalah alat untuk mencapai tujuan jangka panjang.

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Pengertian Strategi Menurut David (2013), Strategi adalah alat untuk mencapai tujuan jangka panjang. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Strategi Menurut David (2013), Strategi adalah alat untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis dapat mencakup ekspansi geografis, diversifikasi,

Lebih terperinci

RUMUSAN DASAR STRATEGI BISNIS PADA USAHA SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA DAN ALAT ANALISIS METODE BLUE OCEAN STRATEGY

RUMUSAN DASAR STRATEGI BISNIS PADA USAHA SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA DAN ALAT ANALISIS METODE BLUE OCEAN STRATEGY Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.01 Vol.4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2016 RUMUSAN DASAR STRATEGI BISNIS PADA USAHA SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN KERANGKA

Lebih terperinci

PENERAPAN BLUE OCEAN STRATEGY (BOS) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEUNGGULAN BERSAING (Studi Pada Waroeng Steak And Shake Cabang Jl. Kawi Bawah 18 Malang)

PENERAPAN BLUE OCEAN STRATEGY (BOS) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEUNGGULAN BERSAING (Studi Pada Waroeng Steak And Shake Cabang Jl. Kawi Bawah 18 Malang) PENERAPAN BLUE OCEAN STRATEGY (BOS) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEUNGGULAN BERSAING (Studi Pada Waroeng Steak And Shake Cabang Jl. Kawi Bawah 18 Malang) Ratnasari Srikandi Kumadji Edy Yulianto Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Penggambaran Situasi Industri Minuman Teh Siap Saji 6.1.1. Faktor-faktor Kompetisi Your tea merupakan bisnis minuman teh siap saji yang dijalankan dengan konsep dan sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Porter Strategi kompetitif merupakan suatu framework yang dapat membantu perusahaan untuk menganalisa industrinya secara keseluruhan, serta menganalisa kompetitor dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan bisnis diantara perusahaan sejenis semakin kompetitif

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan bisnis diantara perusahaan sejenis semakin kompetitif BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini persaingan bisnis diantara perusahaan sejenis semakin kompetitif dan semakin sengit. Persaingan diantara perusahaan-perusahaan tersebut muncul karena perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

3.3 Populasi dan Sampel Istilah populasi dalam penelitian ini sendiri tidak digunakan karena jenis dalam penelitian ini sendiri adalah penelitian kual

3.3 Populasi dan Sampel Istilah populasi dalam penelitian ini sendiri tidak digunakan karena jenis dalam penelitian ini sendiri adalah penelitian kual BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Di dalam penelitian ini, penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan penelitian kualitatif selain itu untuk melakukan analisis dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Produksi Organisasi industri merupakan salah satu mata rantai dari sistem perekonomian, karena ia memproduksi dan mendistribusikan produk (barang dan/atau

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1 Penentuan Competing Factors Pada tahap pertama, dilakukan business analysis dengan melakukan indepth interview kepada 9 (sembilan) partisipan untuk menentukan competing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. toko yang menjual bakpia di jalan KS.Tubun, Ngampilan dapat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. toko yang menjual bakpia di jalan KS.Tubun, Ngampilan dapat menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan primer, sehingga bagi sebagian orang bisnis tersebut sangat berpotensi untuk dijadikan peluang usaha. Saat ini bisnis makanan sangat

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Waralaba Minuman Teh Siap Saji Your Tea dengan perusahaan franchisor adalah CV. Sari Hijau Lestari di Perumahan Pakuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI Kajian Pustaka 2.1 Pengertian Strategi Menurut David (2006, p16) Strategi (strategy) adalah alat untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi juga merupakan tindakan potensial

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Fokus Kajian dan Lokasi Penelitian Fokus kajian penelitian adalah mengevaluasi posisi perusahaan dibandingkan perusahaan pesaing dan mendapatkan strategi pemasaran

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teh

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teh II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teh Teh sebagai minuman ditemukan sekitar tahun 2737 sebelum masehi oleh Kaisar Shen Nung dari Cina. Saat itu kaisar yang juga disebut sebagai Bapak Tanaman Obat-obatan Tradisional

Lebih terperinci

ANALISIS LINGKUNGAN ORGANISASI

ANALISIS LINGKUNGAN ORGANISASI Smart In Leadership 1 ANALISIS LINGKUNGAN ORGANISASI 3.1. ALAT ANALISIS ORGANISASI Alat analisis yang masih cukup ampuh untuk mengetahui jatuh bangunnya suatu negara dikemukakan oleh Ibnu Khaldun pada

Lebih terperinci

Dalam rangka untuk mengatur dasar pemasaran olahraga, ada empat istilah penting untuk memahami: harga, nilai, pendapatan, dan Laba.

Dalam rangka untuk mengatur dasar pemasaran olahraga, ada empat istilah penting untuk memahami: harga, nilai, pendapatan, dan Laba. Dalam rangka untuk mengatur dasar pemasaran olahraga, ada empat istilah penting untuk memahami: harga, nilai, pendapatan, dan Laba. Harga tidak hanya mempengaruhi profitabilitas produk olahraga, itu mengkomunikasikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha menyadari suatu kebutuhan untuk mengeksploitasi sepenuhnya aset-aset mereka demi memaksimalkan kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat dan terbuka. Kondisi ini menuntut perusahaan-perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat dan terbuka. Kondisi ini menuntut perusahaan-perusahaan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini, persaingan di dalam dunia usaha menjadi semakin ketat dan terbuka. Kondisi ini menuntut perusahaan-perusahaan untuk mengelola

Lebih terperinci

Distinctive Strategic Management

Distinctive Strategic Management Modul ke: 07 Distinctive Strategic Management Strategik Plan and Business Model Flatform Fakultas Sekolah Pasca Sarjana Dr. Chaerudin, MM Program Studi Magister Manajemen Program Kelas Karyawan (PKK) www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pemasaran Menurut Parkinson (1991), pemasaran merupakan suatu cara berpikir baru tentang bagaimana perusahaan atau suatu organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apapun, baik itu skala usaha yang besar, maupun skala usaha yang kecil.

BAB I PENDAHULUAN. apapun, baik itu skala usaha yang besar, maupun skala usaha yang kecil. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam dunia bisnis pasti tidak akan terlepas dari yang namanya persaingan. Persaingan akan selalu ada di segala macam bisnis dan bentuk usaha apapun, baik itu skala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Strategik (Strategic Planning) merupakan salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Strategik (Strategic Planning) merupakan salah satu kunci BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perencanaan Strategik (Strategic Planning) merupakan salah satu kunci keberhasilan bagi suatu perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan. Perencanaan Strategik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Konsep Strategi Manajemen Pemasaran. bersaing (Wheelen dan Hunger, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Konsep Strategi Manajemen Pemasaran. bersaing (Wheelen dan Hunger, 2012). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Strategi Manajemen Pemasaran 2.1.1 Strategi Strategi perusahaan merupakan perencanaan komprehensif tentang bagaimana perusahaan akan mencapai misi dan tujuannya. Strategi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab bab sebelumnya,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab bab sebelumnya, BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik oleh penulis sesuai dengan tujuan perumusan masalah adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun jasa. Karena situasi yang berubah sangat cepat inilah suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. maupun jasa. Karena situasi yang berubah sangat cepat inilah suatu perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, lingkungan bisnis berubah sangat cepat dalam bidang produk maupun jasa. Karena situasi yang berubah sangat cepat inilah suatu perusahaan harus dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan konsep baru dalam dunia properti yang disebut green property. Green

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan konsep baru dalam dunia properti yang disebut green property. Green BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga planet yang sehat, yang didukung oleh gencarnya aksi kampanye penghijauan bumi baik dari pemerintah

Lebih terperinci

Materi 14 EVALUASI STRATEGI DAN KINERJA. deden08m.com 1

Materi 14 EVALUASI STRATEGI DAN KINERJA. deden08m.com 1 Materi 14 EVALUASI STRATEGI DAN KINERJA deden08m.com 1 EVALUASI STRATEGI DAN KINERJA: Posisi Perusahaan dalam Industri (1) Rencana bisnis yang efektif harus mendefinisikan secara jelas di mana posisi perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang memiliki sumber daya yang terkuatlah yang akan bertahan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang memiliki sumber daya yang terkuatlah yang akan bertahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini di dunia bisnis yang semakin maju dan berkembang, serta tingginya tingkat persaingan mengantarkan kepada suatu paradigma bahwa perusahaan yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. strategic triangle, pasar oligopoli, serta red ocean strategy dan blue ocean. strategy yang sesuai dengan topik penelitian ini.

BAB II LANDASAN TEORI. strategic triangle, pasar oligopoli, serta red ocean strategy dan blue ocean. strategy yang sesuai dengan topik penelitian ini. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini membahas mengenai teori-teori yang mendukung dalam konteks penelitian ini, meliputi pelanggan, tanggapan pelanggan, bauran pemasaran, the strategic triangle, pasar oligopoli,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian Indonesia saat ini berada dalam situasi yang bergejolak, berubah sangat cepat, dan sulit untuk diprediksi. Keadaan ini merupakan kelanjutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Berdasarkan Harga Konstan menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Berdasarkan Harga Konstan menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini dijelaskan tentang teori-teori yang digunakan untuk menyusun kerangka pemikiran teoritis. Teori yang digunakan adalah menyangkut konsep strategi blue ocean, customer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peringkat ekonomi Indonesia yang menempati urutan sepuluh besar menurut

BAB I PENDAHULUAN. peringkat ekonomi Indonesia yang menempati urutan sepuluh besar menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi nasional yang menunjukan hasil positif ditandai dengan peringkat ekonomi Indonesia yang menempati urutan sepuluh besar menurut data Bank Dunia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tujuan perusahaan adalah dengan perencanaan strategik. Perencanaan strategik membantu perusahaan dalam mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tujuan perusahaan adalah dengan perencanaan strategik. Perencanaan strategik membantu perusahaan dalam mengembangkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu kunci keberhasilan bagi suatu perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan adalah dengan perencanaan strategik. Perencanaan strategik membantu

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pertumbuhan industri perbankan nasional secara Compound Annual

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pertumbuhan industri perbankan nasional secara Compound Annual BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Analisis Industri Perbankan Nasional Pertumbuhan industri perbankan nasional secara Compound Annual Growth Rate (CAGR) yaitu tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri yang tumbuh dan berkembang secara cepat dan dinamis mengharuskan perusahaan untuk terus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri yang tumbuh dan berkembang secara cepat dan dinamis mengharuskan perusahaan untuk terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri yang tumbuh dan berkembang secara cepat dan dinamis mengharuskan perusahaan untuk terus mempertahankan dan meningkatkan kinerja perusahaan. Tidak

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN 152 III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dalam rangka menyelesaikan tugas akhir ini dilaksanakan di Pengolahan Ikan Asap UKM Petikan Cita Halus yang berada di Jl. Akar Wangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Bela kang Pene litian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Bela kang Pene litian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi dewasa ini, kita telah dan akan menghadapi beberapa ciri perdagangan bebas internasional sebagaimana ditetapkan dalam Putaran Uruguay

Lebih terperinci

pilihan produsen - produsen loenpia baru yang berada di Kota Semarang karena kualitas rasa loenpianya memiliki perbedaan tersendiri. 4.2 Gambaran Umum

pilihan produsen - produsen loenpia baru yang berada di Kota Semarang karena kualitas rasa loenpianya memiliki perbedaan tersendiri. 4.2 Gambaran Umum BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Loenpia Mataram 481 4.1.1 Sejarah Loenpia Mataram 481 Sejarah berdirinya Loenpia Mataram 481 ini bermula ketika itu pemilik melihat bahwa makanan khas Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat. Saat ini, tercatat ada sekitar 800. distro di sejumlah kota di Indonesia 1.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat. Saat ini, tercatat ada sekitar 800. distro di sejumlah kota di Indonesia 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis distribution store atau distro di beberapa kota besar di Indonesia terus membaik. Di Jakarta, misalnya, bisnis penjualan fashion dengan

Lebih terperinci

KUESIONER ANALISIS KOMPETITIF (Menggunakan Model PORTER: 5 kekuatan persaingan pokok)

KUESIONER ANALISIS KOMPETITIF (Menggunakan Model PORTER: 5 kekuatan persaingan pokok) L-2 KUESIONER NLISIS KOMPETITIF (Menggunakan Model PORTER: 5 kekuatan persaingan pokok) 1. erikan tanda ( ), untuk faktor yang relevan dengan usaha Indigrow pada kotak yang disediakan disebelah kiri faktor

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Industri ritel memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara., terutama berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Seiring dengan pesatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merombak kehidupan perekonomian ke arah yang lebih maju. Hal ini dapat. terjual namun terlalu sedikit konsumen yang membeli.

BAB I PENDAHULUAN. merombak kehidupan perekonomian ke arah yang lebih maju. Hal ini dapat. terjual namun terlalu sedikit konsumen yang membeli. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dan kemajuan teknologi sangat pesat jika dibandingkan dengan masa-masa lampau, teknologi dalam industri turut pula merombak kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis pasar modern sudah cukup lama memasuki industri retail Indonesia dan dengan cepat memperluas wilayahnya sampai ke pelosok daerah. Bagi sebagian konsumen pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan domestik harus mempersiapkan secara matang kinerja dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan domestik harus mempersiapkan secara matang kinerja dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era perdagangan bebas setiap perusahaan bersaing tidak hanya pada perusahaan domestik saja, tetapi juga pada perusahaan internasional. Oleh karena

Lebih terperinci

Kanvas Strategi Blue Ocean Studi Kasus Pabrik Jaya Bakpia Pathuk 25

Kanvas Strategi Blue Ocean Studi Kasus Pabrik Jaya Bakpia Pathuk 25 Kanvas Strategi Blue Ocean Studi Kasus Pabrik Jaya Bakpia Pathuk 25 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Peryaratan Mencapai Derajat Sarjana Ekonomi ( S1 ) Pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

Strategi Pemasaran yang Digerakkan oleh Pelanggan Menciptakan Nilai Bagi Pelanggan Sasaran

Strategi Pemasaran yang Digerakkan oleh Pelanggan Menciptakan Nilai Bagi Pelanggan Sasaran Strategi Pemasaran yang Digerakkan oleh Pelanggan Menciptakan Nilai Bagi Pelanggan Sasaran Market segmentation membagi pasar menjadi kelompok-kelompok kecil dengan kebutuhan, karakteristik atau perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) pada 2011 atau sekitar Rp169,62

BAB I PENDAHULUAN. terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) pada 2011 atau sekitar Rp169,62 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemenuhan terhadap kebutuhan dasar tersebut menjadi hal yang mutlak jika manusia ingin tetap menjaga keberlangsungan

Lebih terperinci

1. BAB I 2. PENDAHULUAN. Johnson Indonesia merupakan perusahaan industri susu kelas premium yang

1. BAB I 2. PENDAHULUAN. Johnson Indonesia merupakan perusahaan industri susu kelas premium yang 1. BAB I 2. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut data retail audit AC Nielsen untuk periode tahun 2012, PT Mead Johnson Indonesia merupakan perusahaan industri susu kelas premium yang berada di peringkat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. A Latar Belakang Masalah... 1 B Rumusan Masalah... 5 C Tujuan Penelitian... 5 D Kegunaan Penelitian... 5

DAFTAR ISI. A Latar Belakang Masalah... 1 B Rumusan Masalah... 5 C Tujuan Penelitian... 5 D Kegunaan Penelitian... 5 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN TUGAS AKHIR... ii LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR... iii PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi RIWAYAT HIDUP... vii LEMBAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Porter Wachjuni 2014) (Departemen Perdagangan 2007). (Suaramerdeka, 2013)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Porter Wachjuni 2014) (Departemen Perdagangan 2007). (Suaramerdeka, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam industri apapun, industri nasional ataupun internasional yang menghasilkan barang dan jasa, aturan persaingan tercakup dalam lima kekuatan bersaing

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Strategi Kompetitif Porter dalam Menghadapi ACFTA. kompetitif sendiri, agar tidak kalah dalam persaingan global, baik itu

BAB IV ANALISIS DATA. A. Strategi Kompetitif Porter dalam Menghadapi ACFTA. kompetitif sendiri, agar tidak kalah dalam persaingan global, baik itu BAB IV ANALISIS DATA A. Strategi Kompetitif Porter dalam Menghadapi ACFTA Diberlakukannya ACFTA sebagai sebuah perdagangan bebas, memaksa setiap industri atau perusahaan harus mempunyai keunggulan kompetitif

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Landasan Teori Landasan teori merupakan dasar-dasar teori dari berbagai penjelasan para ahli yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan pengkajian terhadap fenomena ataupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, banyak perusahaan yang bertumbuh dan berkembang yang menyebabkan perusahaan kembali melakukan pengembangan pada strategi bisnis

Lebih terperinci

Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy

Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy Perusahaan yang memiliki keunggulan bersaing diharuskan mampu dalam memahami perubahan struktur pasar dan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 20 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Strategi Strategi merupakan cara-cara yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya melalui pengintegrasian segala keunggulan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari data dan analisis yang dilakukan berikut kesimpulan penelitian ini:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari data dan analisis yang dilakukan berikut kesimpulan penelitian ini: BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Dari data dan analisis yang dilakukan berikut kesimpulan penelitian ini: 1. Pasar semen di Indonesia mengalami pergeseran struktur dari oligopoli menuju

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berbagai rancangan penelitian yang akan dilakukan oleh tiap peneliti memiliki

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berbagai rancangan penelitian yang akan dilakukan oleh tiap peneliti memiliki BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Berbagai rancangan penelitian yang akan dilakukan oleh tiap peneliti memiliki ciri khas masing-masing, berbeda antara satu dengan yang lain, karena cara

Lebih terperinci

terdefinisikan dan diterima, serta aturan - aturan dalam persaingan sudah diketahui terlebih dahulu. Perusahaan atau pelaku usaha harus mampu untuk me

terdefinisikan dan diterima, serta aturan - aturan dalam persaingan sudah diketahui terlebih dahulu. Perusahaan atau pelaku usaha harus mampu untuk me BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis di era globalisasi saat ini sangat berkembang dengan pesat, banyak berbagai usaha baru bermunculan dan menjadi pesaing atau kompetitor bagi usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dan informasi dewasa ini semakin meningkat serta dampak era globalisasi telah mengubah perilaku konsumen dan pelaku usaha. Perusahaan tidak saja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tajam antar perusahaan. Dengan adanya kemajuan teknologi yang juga terus

BAB 1 PENDAHULUAN. tajam antar perusahaan. Dengan adanya kemajuan teknologi yang juga terus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh pasar global yang melanda dunia memberikan peluang dan tantangan bisnis bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Pasar global akan terus memperluas produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Perusahaan dalam menjalankan usahanya dihadapkan pada 2 macam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Perusahaan dalam menjalankan usahanya dihadapkan pada 2 macam BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perusahaan dalam menjalankan usahanya dihadapkan pada 2 macam lingkungan yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Perusahaan yang semakin membesar akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mendukung pembangunan ekonomi masyarakat. PT. Pos Indonesia. merupakan suatu BUMN yang bergerak dalam kegiatan pelayanan lalu

BAB 1 PENDAHULUAN. mendukung pembangunan ekonomi masyarakat. PT. Pos Indonesia. merupakan suatu BUMN yang bergerak dalam kegiatan pelayanan lalu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jasa pengiriman punya peranan penting dan strategis dalam mendukung pembangunan ekonomi masyarakat. PT. Pos Indonesia merupakan suatu BUMN yang bergerak dalam kegiatan

Lebih terperinci

PORTER 5 FORCES. Analisis potensi..., Dian Lestari, FT UI, 2007

PORTER 5 FORCES. Analisis potensi..., Dian Lestari, FT UI, 2007 BAB 3. PORTER 5 FORCES Pemodelan Porter 5 Forces dikembangkan pertama kali oleh Michael Porter. Porter 5 Forces adalah tool yang digunakan untuk menganalisis bagaimana lingkungan yang kompetitif akan berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula keanekaragaman produk yang dihasilkan. Produk dengan jenis, kemasan, manfaat, rasa, dan tampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan persaingan bisnis pada era globalisasi dewasa ini. semakin tidak dapat diprediksikan. Selain itu disertai juga dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan persaingan bisnis pada era globalisasi dewasa ini. semakin tidak dapat diprediksikan. Selain itu disertai juga dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan persaingan bisnis pada era globalisasi dewasa ini semakin tidak dapat diprediksikan. Selain itu disertai juga dengan perkembangan informasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin ketat. Kondisi persaingan saat ini

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin ketat. Kondisi persaingan saat ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ekonomi yang semakin pesat di Indonesia membuat persaingan antar perusahaan semakin ketat. Kondisi persaingan saat ini menunjukan perubahan

Lebih terperinci

Materi Minggu 10. Implementasi Strategik, Evaluasi dan Pengawasan

Materi Minggu 10. Implementasi Strategik, Evaluasi dan Pengawasan M a n a j e m e n S t r a t e g i k 77 Materi Minggu 10 Implementasi Strategik, Evaluasi dan Pengawasan 10.1 Implementasi Strategi Implementasi strategi adalah jumlah keseluruhan aktivitas dan pilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dimana PR merupakan suatu organisasi dengan informasi manajemen yang diharapkan,

BAB I PENDAHULUAN. Dimana PR merupakan suatu organisasi dengan informasi manajemen yang diharapkan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini Public Relations (PR) atau yang sering disebut dengan humas merupakan bagian yang sangat penting bagi sebuah perusahaan. Dimana PR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TA...ii. HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... iii. HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI..

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TA...ii. HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... iii. HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI.. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TA...ii HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... iii HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI.. iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v MOTO... vi KATA PENGANTAR...vii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan sebuah investasi yang tak ternilai harganya. Pada saat ini begitu banyaknya berdiri rumah sakit-rumah sakit maupun tempat perawatan kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampak adalah semakin ketatnya kompetisi di beberapa sektor industri.

BAB I PENDAHULUAN. dampak adalah semakin ketatnya kompetisi di beberapa sektor industri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dewasa ini, setiap perusahaan menghadapi tantangan untuk terus bertahan dan tumbuh berkembang. Globalisasi dan kemajuan dalam pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditujukkan oleh adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditujukkan oleh adanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1. Konsep Strategis Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan dalam perkembangannya konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditujukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Kotler dan Armstrong (2008:10), Pemasaran sebagai suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perencanaan Strategi Sistem dan Teknologi Informasi 2.1.1 Pengertian Perencanaan Strategis Perencanaan strategis, menurut Ward dan Peppard (2002, p462) adalah analisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku positif, seperti terjadinya kelekatan emosional terhadap produk dan

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku positif, seperti terjadinya kelekatan emosional terhadap produk dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepuasan atau kesenangan yang tinggi akan menyebabkan konsumen berperilaku positif, seperti terjadinya kelekatan emosional terhadap produk dan preferensi rasional

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Menurut Basu Swasstha DH dan Ibnu Sukotjo (2002:179) pemasaran adalah:

II. LANDASAN TEORI. Menurut Basu Swasstha DH dan Ibnu Sukotjo (2002:179) pemasaran adalah: 11 II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pengertian Pemasaran pada mulanya difokuskan pada produk barang, kemudian pada lembaga-lembaga yang melaksanakan proses pemasaran dan terakhir yang dilaksanakan

Lebih terperinci

DESAIN STRATEGI PENGEMBANGAN UKM DENGAN KOMBINASI METODE BENCHMARKING DAN BLUE OCEAN STRATEGY

DESAIN STRATEGI PENGEMBANGAN UKM DENGAN KOMBINASI METODE BENCHMARKING DAN BLUE OCEAN STRATEGY DESAIN STRATEGI PENGEMBANGAN UKM DENGAN KOMBINASI METODE BENCHMARKING DAN BLUE OCEAN STRATEGY Firman Bani Albar 1 *, Angga Wisudianto 2, Ghaida Fatcha Mubiena3, Agus Mansur 4 Jurusan Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci