BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pertumbuhan industri perbankan nasional secara Compound Annual

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pertumbuhan industri perbankan nasional secara Compound Annual"

Transkripsi

1 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian Analisis Industri Perbankan Nasional Pertumbuhan industri perbankan nasional secara Compound Annual Growth Rate (CAGR) yaitu tingkat pertumbuhan dari tahun ke tahun, selama kurun waktu 5 tahun terakhir menunjukkan bahwa perbankan nasional tetap tumbuh meskipun pertumbuhannya tidak sebesar perbankan syariah. CAGR aset perbankan nasional tumbuh sebesar 15,44%, pembiayaan sebesar 19,38% dan DPK sebesar 15,00%. Pertumbuhan industri perbankan syariah juga sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan angka CAGR yang lebih tinggi daripada CAGR perbankan nasional yaitu pada aset sebesar 35,66%, pembiayaan sebesar 35,94% dan DPK 36,04% (BNI Syariah, 2013: 90-91). Adapun faktor penunjang prospek ekonomi 2014 untuk pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia antara lain adalah pertumbuhan sektor ekonomi berorientasi ekspor, jasa dan pertanian yang memiliki peluang memperkuat laju pertumbuhan perbankan, rencana Kementerian Agama untuk merealisasikan pengalihan sebagian besar pengelolaan dana haji kepada bank syariah serta sosialisasi ib secara nasional dalam rangka meningkatkan minat transaksi keuangan syariah. Dengan bermodal jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia maka Indonesia secara bertahap akan mampu menjadi global player 56

2 57 dalam bidang keuangan syariah. Keyakinan atas potensi Indonesia untuk menjadi global player keuangan syariah ini didasari oleh : 1) Prospek ekonomi yang cerah, tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang baik dalam beberapa tahun terakhir yang ditopang oleh fundamental ekonomi yang solid. 2) Memiliki sumber daya alam yang melimpah yang dapat dijadikan sebagai underlying transaksi industri keuangan syariah (Panin Bank Syariah, 2013: 44) Analisis Posisi Bersaing BUS Menurut David (2011: 106) analisis kondisi keuangan merupakan cara terbaik untuk mengukur posisi bersaing suatu perusahaan. Posisi bersaing BUS dalam industri perbankan nasional dalam tesis ini dianalisis dengan cara mengkomparasikan kondisi keuangannya dengan pesaingnya BUK. Lemahnya posisi bersaing dapat terlihat jelas dari indikator capaian pangsa pasar yang masih jauh di bawah BUK. Berikut adalah gambar yang menunjukkan capaian pangsa pasar BUS dibanding BUK. Gambar 5.1. Pangsa Pasar BUS vs BUK Sumber : Bank Indonesia, (2013: 35) 1) (diolah)

3 58 Posisi bersaing BUS juga dapat dianalisis dari sisi profitabilitasnya, yakni ROA yang masih jauh di bawah pesaingnya BUK. Profitabilitas BUS dibanding BUK yang diukur dari ROA disajikan dalam gambar berikut ini : Gambar 5.2. Return on Asset BUS vs BUK (%) Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, (2014: Tabel 1.22.a dan Tabel 38) 1 dan 2) Jika dilihat dari CAR dan total aset, posisi bersaing BUS juga masih terbilang lemah dibanding BUK. Gambar 5.3. menunjukkan CAR yang diraih BUS dibanding BUK, sedangkan total aset ditunjukkan dalam gambar 5.4. Gambar 5.3. CAR yang diraih BUS vs BUK Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, (2014: Tabel 1.22.a dan Tabel 38) 1 dan 2)

4 59 Gambar 5.4. Total Aset BUS vs BUK (dalam miliar rupiah) Sumber : BI ( : 43) 2 dan 3) dan OJK, (2014: Tabel 1.22.a) 1) Berdasarkan semua indikator di atas, disimpulkan bahwa posisi bersaing BUS dalam industri perbankan nasional masih lemah dibanding pesaingnya BUK Kerangka Analisis Perumusan Strategi Alat-alat Kerangka Analisis Perumusan Strategi yang penulis gunakan adalah EFE, CPM dan IFE pada tahap input dan hanya GSM pada tahap pencocokan karena merupakan tehnik analisis yang paling relevan dan agar penelitian tesis ini tetap fokus. Adapun pada tahap pengambilan keputusan, penulis tidak menggunakan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) karena kajian penelitian tesis ini dibatasi hanya sampai perumusan strategi perusahaan BUS berdasarkan pendekatan BOS, dan bukan pemilihan beberapa alternatif strategi dengan menggunakan QSPM.

5 Tahap Input Analisis Matriks External Factor Evaluation (EFE) Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi dan menyimpulkan informasi-informasi yang menyangkut persoalan eksternal BUS terkait masalah ekonomi, sosial, demografi, lingkungan, pemerintahan, hukum, teknologi dan informasi tentang peluang dan ancaman internal BUS dalam industri perbankan nasional. Penulis menggunakan data-data sekunder yang bersumber dari tulisan Alamsyah (2012: 1-8) 1) dalam mengidentifikasi pokok-pokok peluang dan ancaman BUS yang digunakan dalam analisis matriks EFE. Analisis matriks EFE tersebut menghasilkan bahwa faktor kunci ekternal BUS agar bisa sukses dalam industri perbankan nasional adalah jumlah penduduk muslim yang besar menjadi potensi nasabah sebagaimana ditunjukkan oleh nilai bobot yang terbesar, yakni 0,21. Tingkat kemampuan BUS memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman juga masih rendah sebagaimana ditunjukkan oleh total skor tertimbang sebesar 2,08 yang masih di bawah rata-rata sebesar 2,5. Analisis matriks EFE untuk BUS dapat dilihat pada Tabel 5.1.

6 61 Faktor Kunci Eksternal Bobot Peringkat Skor Tertimbang Peluang (B) (P) (BxP) 1) Jumlah penduduk muslim yang besar menjadi 0,21 2 0,43 potensi nasabah. 2) Pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi pada 0,10 3 0,29 kisaran 6%-6,5%. 3) Indonesia memiliki sumber daya alam yang 0,10 2 0,19 melimpah yang dapat dijadikan sebagai underlying transaksi industri keuangan syariah. 4) Peningkatan jumlah penduduk usia produktif 0,11 2 0,22 dan membesarnya kelompok kelas menengah. 5) Komitmen pemerintah dan MUI untuk terus 0,05 2 0,10 menumbuh-kembangkan perbankan syariah. 6) Peningkatan sovereign credit rating 0,11 2 0,22 Indonesia menjadi investment grade yang akan meningkatkan minat investor untuk berinvestasi pada industri keuangan syariah. 7) Pengesahan beberapa perundang-undangan yang memberikan kepastian hukum dan meningkatkan aktivitas pasar keuangan syariah. 0,06 2 0,12 Ancaman 1) BUK dengan kelebihan skala perusahaannya akan lebih mudah menarik DPK dibanding BUS yang skalanya relatif kecil. 2) Kompetisi di industri perbankan sudah sangat ketat sehingga bank syariah tidak dapat lagi sekedar mengandalkan produk-produk standar untuk menarik nasabah. 3) Kesepakatan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 yang memungkinkan pasar potensial domestik akan direbut oleh pesaing dari negara lain. 4) Ekonomi global yang melambat dan pasar keuangan global yang bergejolak. 5) Likuiditas semakin sulit dan persaingan memperebutkan dana pihak ketiga (DPK) semakin ketat. 6) Belum tersedia kerangka hukum yang mampu menyelesaikan permasalahan keuangan syariah secara komprehensif. 7) Belum terbentuknya kodifikasi produk dan standar regulasi yang bersifat nasional dan global untuk menjembatani perbedaan dalam fiqh muamalah. TOTAL Sumber : Alamsyah (2012: 1-8) Tabel 5.1. Matriks EFE untuk BUS 0,05 2 0,10 0,04 2 0,08 0,04 2 0,09 0,04 2 0,08 0,04 2 0,08 0,03 2 0,05 0,03 1 0,03 1,00 2,08

7 Analisis Competitive Profile Matrix (CPM) Analisis CPM menghasilkan bahwa kelemahan utama BUS dibanding BUK adalah skala perusahaan yang ditunjukkan nilai skornya sebesar 0,12 yang terkecil, dan kekuatan BUS dibanding BUK adalah kehandalan sebagaimana ditunjukkan oleh nilai skornya yang terbesar, yakni 0,56. Diketahui juga dari hasil analisis CPM bahwa faktor sukses kritikal yang paling penting adalah inovasi dan diferensiasi sebagaimana ditunjukkan oleh nilai bobotnya yang terbesar, yakni 0,25. Analisis CPM menyimpulkan bahwa posisi strategis BUS dalam industri perbankan nasional lebih lemah dibanding pesaingnya BUK sebagaimana total skor BUS sebesar 2,29 lebih kecil dibanding total skor BUK sebesar 2,53. Analisis CPM untuk BUS terurai dalam Tabel 5.2. Tabel 5.2. CPM untuk BUS Faktor Sukses Kritikal Bobot (B) BUS BUK Peringkat (P) Skor (BxP) Peringkat (P) Skor (BxP) 1. Inovasi dan diferensiasi 0,25 2 0,50 2 0,50 2. Pangsa Pasar 0,18 2 0,35 2 0,35 3. Kehandalan 0,14 4 0,56 1 0,14 4. Skala Perusahaan 0,12 1 0,12 4 0,50 5. Kinerja Perusahaan 0,08 2 0,16 3 0,24 6. Sumber Daya Manusia 0,08 2 0,16 3 0,24 7. Kompetensi Teknologi Informasi 0,06 2 0,13 4 0,25 8. Pengiklanan 0,05 4 0,18 4 0,18 9. Dukungan Pemerintah 0,04 3 0,13 3 0,13 Total 1,00 2,29 2,53 Sumber : Alamsyah (2012: 1-8) Batasan faktor-faktor sukses kritikal CPM : 1. Inovasi di sini adalah gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu produk, proses atau jasa. Diferensiasi di sini adalah

8 63 pembedaan produk dan/atau jasa perusahaan yang memiliki sesuatu yang lebih baik dan akan menciptakan nilai yang lebih tinggi bagi pelanggan dibandingkan produk pesaing. 2. Pangsa pasar di sini adalah bagian pasar yang dikuasai oleh suatu perusahaan dari seluruh potensi jual. 3. Skala perusahaan di sini adalah ukuran perusahaan yang menggambarkan besar atau kecilnya perusahaan yang ditunjukkan oleh jumlah aset yang dimilikinya. 4. Kehandalan di sini adalah kemampuan bank/perusahaan dalam menghadapi fluktuasi ekonomi baik domestik maupun global sehingga tidak berdampak signifikan terhadap pencapaian tujuan strategis perusahaan. 5. Kinerja bank/perusahaan di sini adalah kemampuan suatu perusahaan mengelola sumber daya yang ada dalam rangka mencapai tujuan strategisnya. 6. Sumber daya manusia di sini adalah manusia yang berkerja untuk perusaahaan sebagai sumber daya yang dapat menjadikan tujuan strategis perusahaan tercapai, baik karena kualitas maupun kuantitasnya. 7. Kompetensi teknologi informasi di sini adalah kemampuan atau keahlian bank dalam memanfaatkan perkembangan teknologi informasi mutakhir yang dibutuhkan dalam operasi hariannya. 8. Pengiklanan di sini adalah setiap kegiatan bank/perusahaan yang meliputi pemasangan iklan, promosi, kampanye, dan kegiatan lainnya yang bertujuan untuk menarik konsumen untuk membeli produk dan/atau jasa yang ditawarkan.

9 64 9. Dukungan pemerintah di sini adalah segala bentuk upaya pemerintah dalam menumbuh-kembangkan perbankan nasional dan melindunginya dari ancaman Analisis Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Analisis matriks IFE digunakan untuk mengevaluasi dan menyimpulkan kekuatan dan kelemahan utama pada daerah-daerah fungsional BUS, dan juga untuk menentukan strategi perusahaan BUS yang cocok dengan kekuatan dan kelemahan internal BUS. Penulis menggunakan data-data sekunder yang bersumber dari tulisan Alamsyah (2012: 4) 1) dalam mengidentifikasi pokokpokok kekuatan dan kelemahan BUS yang digunakan dalam analisis matriks IFE. Analisis matriks IFE menghasilkan bahwa faktor kunci internal BUS yang paling penting agar bisa sukses dalam industri adalah belum terciptanya inovasi dan diferensiasi produk dan jasa yang kompetitif sebagaimana ditunjukkan oleh nilai bobot yang terbesar, yakni 0,21. Tingkat kemampuan BUS memanfaatkan kekuatannya dan mengatasi kelemahannya juga masih rendah sebagaimana ditunjukkan oleh total skor tertimbang sebesar 2,19 yang masih di bawah rata-rata sebesar 2,5. Analisis matriks IFE untuk BUS dapat dilihat pada Tabel 5.3.

10 65 Tabel 5.3. Matriks IFE BUS Kekuatan Faktor Kunci Internal 1) Tidak terdapat produk yang bersifat spekulatif sehingga mempunyai daya tahan yang kuat dan teruji ketangguhannya dari direct hit krisis keuangan global. 2) Pertumbuhan DPK, aset dan pembiayaan yang tinggi, masing-masing sebesar 36,04%, 35,66%, 35,94% pada ) Berdasarkan prinsip syariah yang dapat membentuk sentimen positif pasar penduduk muslim. Bobot (B) Peringkat (P) Skor Tertimbang (BxP) 0,04 4 0,14 0,10 4 0,38 0,11 1 0,11 4) Sistem bagi hasil yang berkeadilan. 0,04 3 0,13 5) Pengembangan keuangan syariah bersifat 0,05 3 0,15 market driven dan dorongan bottom up dalam memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga lebih bertumpu pada sektor riil. 6) Gencarnya edukasi dan sosialisasi produk dan layanan perbankan syariah. 0,06 3 0,18 7) Peningkatan kualitas layanan perbankan syariah. Kelemahan 1) Kemampuan pemanfaatan teknologi informasi yang masih rendah. 2) Ketersediaan sumber daya manusia yang ahli masih kurang. 3) Cakupan jaringan dan fasilitas yang masih terbatas. 4) Kemampuan pengelolaan likuiditas masih relatif terbatas. 5) Belum terciptanya inovasi dan diferensiasi produk dan jasa yang kompetitif. 0,10 3 0,29 0,05 2 0,11 0,04 2 0,08 0,11 2 0,21 0,04 2 0,07 0,21 1 0,21 6) Skala ekonomi bank syariah yang masih 0,03 2 0,06 kecil. 7) Kondisi permodalan yang masih lebih 0,03 2 0,06 kecil dibanding BUK. TOTAL 1,00 2,19 Sumber : Alamsyah (2012: 1-8)

11 Tahap Pencocokan Analisis Grand Strategy Matrix Pertumbuhan industri perbankan nasional secara Compound Annual Growth Rate (CAGR) yaitu tingkat pertumbuhan dari tahun ke tahun, selama kurun waktu 5 tahun terakhir menunjukkan bahwa perbankan nasional tetap tumbuh meskipun pertumbuhannya tidak sebesar perbankan syariah. CAGR aset tumbuh sebesar 15,44%, pembiayaan sebesar 19,38% dan DPK sebesar 15,00%. Pertumbuhan industri perbankan syariah juga sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan angka CAGR yang lebih tinggi daripada CAGR perbankan nasional yaitu pada aset sebesar 35,66%, pembiayaan sebesar 35,94% dan DPK 36,04% (BNI Syariah, 2013: 90-91). Pertumbuhan suatu industri tergolong cepat jika mencapai 5% per tahunnya (David, 2011: ). Berdasarkan informasi pertumbuhan industri perbankan nasional ini dan hasil analisis CPM, dapat disimpulkan bahwa BUS berada pada Kuadran II GSM, yakni pada kuadran pertumbuhan industri yang cepat tapi posisi bersaingnya lemah seperti pada gambar berikut. Pertumbuhan Industri yang Cepat Posisi Bersaing yang Lemah Kuadran II BUS Kuadran III Kuadran I Kuadran IV Posisi Bersaing yang Kuat Pertumbuhan Industri yang Lambat Gambar 5.1. Grand Strategy Matrix BUS

12 Tahap Pengambilan Keputusan Semua tehnik analisis di atas menyimpulkan bahwa BOS merupakan strategi perusahaan yang cocok untuk BUS karena BOS merupakan strategi pengembangan dan penetrasi pasar yang paling cocok berdasarkan kekuatan dan kelemahan utama BUS. BOS memungkinkan BUS memanfaatkan pasar penduduk muslim Indonesia yang besar dengan menciptakan ruang pasar baru (blue ocean) dengan laju pertumbuhan yang pesat, dan menjadikan kompetisi menjadi tidak relevan. Hal ini menjadikan BOS merupakan strategi perusahaan yang paling cocok untuk BUS, karena untuk memenangkan persaingan BUS tidak dapat bersaing head to head dengan BUK yang memiliki skala perusahaan yang jauh lebih besar dan competitive advantage yang lebih unggul dibanding BUS. BOS juga merupakan strategi solutif yang tepat atas faktor kunci internal utama BUS, yakni belum terciptanya inovasi dan diferensiasi produk dan jasa yang kompetitif, karena BOS berlandaskan pada inovasi nilai. BOS merupakan strategi yang cocok untuk BUS juga didasari atas hasil penelitian terdahulu, seperti penelitian Aspara dan kawan-kawan. Penelitian Aspara yang meneliti lebih dari 850 perusahaan Finlandia, baik perusahaan global ataupun nasional dari berbagai macam industri, menghasilkan bahwa perusahaan yang menciptakan peluang pasar baru dengan memanfaatkan BOS telah mendapatkan keunggulan yang menguntungkan dalam pertumbuhan penjualan mereka (Aspara et. al., 2008:8). Dalam sebuah studi tentang inisiatif bisnis di 108 perusahaan, 14%-nya adalah inisiatif-inisiatif yang bertujuan menciptakan samudra biru yang menghasilkan 61% laba total (Kim dan Maubourgne, 2005:7).

13 Pembahasan Perumusan Blue Ocean Strategy (BOS) Ada 4 prinsip yang akan dijadikan panduan penulis dalam merumuskan BOS sebagai strategi perusahaan BUS, yakni 1) merekonstruksi batasan-batasan pasar, 2) fokus pada gambaran besar, bukan angka, 3) menjangkau lampauan permintaan yang ada, dan 4) menjalankan rangkaian strategi dengan benar. 1) Prinsip Merekonstruksi Batasan-batasan Pasar Untuk melepaskan diri dari samudra merah perbankan nasional, batasanbatasan umum mengenai industri perbankan nasional di mana BUS berkompetisi perlu didobrak. Daripada mendefinisikan industri perbankan nasional secara serupa dengan pesaing, batasan-batasan pasar/industri perbankan nasional perlu direkonstruksi dalam rangka menciptakan blue ocean dengan cara mencermati kelompok strategis dan orientasi fungsional-emosional industri. Pada industri perbankan nasional di mana BUS bermain, blue ocean dapat diciptakan dengan mencermati kelompok-kelompok strategis. Pada satu ekstrem, industri perbankan nasional dibanjiri oleh bank-bank yang membidik nasabah perkotaan, khususnya Jakarta. Hal ini terlihat jelas dari data pangsa DPK per provinsi yang diterbitkan BI sebagaimana dirangkum dalam gambar 5.5. Pemain industri ini berlomba-lomba menawarkan layanan yang memikat dengan luasnya jaringan kantor cabang yang berada hampir di setiap sudut kota dan dilengkapi dengan fasilitas dan desain bangunan yang mewah. Pada ekstrem yang lain adalah kelompok strategis nasabah pedesaan (luar Jakarta). Nasabah pedesaan meskipun

14 69 jumlahnya jauh lebih besar dibanding penduduk Jakarta, namun masih sangat kecil dibidik oleh pemain industri perbankan nasional sebagai pasar yang berpotensi sangat besar. Gambar 5.5. Pangsa DPK 2014 (%) dan Proyeksi Jumlah Penduduk 2015 Sumber : BPS dan OJK, (2014: diolah) BUS dapat membuka blue ocean, ruang pasar baru dengan pertumbuhan yang sangat pesat, dengan cara mengeksploitasi keunggulan-keunggulan khas dari dua kelompok strategis tersebut sekaligus menghilangkan dan mengurangi elemen-elemen remeh lainnya. Keunggulan khas dari nasabah perkotaan adalah rata-rata tingkat pendapatan penduduknya yang tinggi, sedangkan keunggulan khas dari nasabah pedesaan adalah jumlah penduduknya yang sangat besar. Strategi perusahaan BUS dapat berupa pemberian kemudahan waktu berkunjung bagi eksekutif-eksekutif Jakarta dengan penghasilan tinggi yang tidak sempat pergi ke bank pada hari kerja, dengan membuka layanan pada hari Sabtu

15 70 dan Minggu. Sedangkan untuk menangkap nasabah pedesaan dalam jumlah masif, BUS dapat mensiasatinya dengan cara memberikan layanan direct banking. Direct banking di sini adalah penyediaan tenaga sales untuk langsung ke tempat nasabah atau penyediaan kendaraan (mini bus) pada tempat-tempat berkumpulnya orang banyak seperti pasar dan tempat diadakannya tabligh akbar, untuk memberikan layanan perbankan. Strategi direct banking ini memiliki beberapa keunggulan dibanding membuka kantor cabang, diantaranya adalah biaya investasi dan operasional harian yang jauh lebih efisien, peningkatan kecepatan layanan yang signifikan, lebih memuaskan pelanggan karena lebih dekat dengan pelanggan, cakupan area yang lebih luas, dan lain-lain. Adapun elemen-elemen remeh dari dua kelompok strategis di atas yang perlu dihilangkan adalah kemewahan pada kantor cabang. Alih-alih menawarkan kemewahan kantor cabang, BUS seharusnya fokus pada kecepatan layanan karena pelanggan membutuhkan kecepatan layanan bukan kemewahan kantor cabang. Sedangkan elemen yang dikurangi adalah jumlah karyawan yang bertugas. Strategi direct banking memungkinkan BUS dapat mengurangi jumlah karyawan dan manajemen yang bertugas sebagaimana jumlahnya pada kantor cabang. Selama ini BUS hanya memanfaatkan daya tarik emosional industrinya yang mengakibatkan citra yang terbentuk bersifat tertutup/eksklusif bahwa BUS hanya untuk muslim. BUS dapat menciptakan BOS dengan cara merubah orientasi bisnisnya, dari emosional religius berbasiskan sentimen agama kepada fungsional rahmatan lil alamin (rahmat untuk semesta alam) berbasiskan kepuasan pelanggan. Hal ini menjadi semakin mendesak mengingat jumlah

16 71 nasabah yang loyal kepada prinsip syariah masih sangat rendah, yakni 22,4% (Alamsyah: 2014). Peralihan ke orientasi fungsional rahmatan lil alamin ini tetap berpedoman pada prinsip-prinsip syariah. 2) Prinsip Fokus pada Gambaran Besar, bukan Angka Prinsip kedua perumusan BOS adalah fokus pada gambaran besar arah strategi perusahaan BUS, bukan pada data-data numerik yang menyita banyak waktu. Gambaran besar tersebut dituangkan dalam Kanvas Strategi yang sangat komunikatif karena setiap level pekerja dapat dengan mudah memahami strategi perusahaannya yang menyangkut masalah-masalah kritikal seperti bagaimana BUS meningkatkan pertumbuhan, menangkap segmen baru, kondisi persaingan saat kini, proyeksi fokus BUS di masa depan. Dalam membuat Kanvas Strategi untuk BUS, penulis memadukannya dengan ERRC (Eliminate-Reduce-Raise- Create) Grid agar lebih mudah difahami. Kanvas Strategi dan ERRC Grid dimaksud selengkapnya disajikan dalam Grafik 5.6. Dengan mencermati Kanvas Strategi BUS, dapat dengan mudah diketahui bahwa profil strategi atau kurva nilai BUS saat kini (current) tidak memiliki divergensi atau gerak menjauh dari pesaingnya BUK. BUS cendrung bersaing pada faktor-faktor utama industri yang sama-sama dijadikan ajang kompetisi baik oleh BUS dan BUK yang memiliki competitive advantage dan skala perusahaan yang jauh lebih besar.

17 72 Sumber : Kim dan Mauborgne (2005: 43) Gambar 5.6. Kanvas Strategi dan ERRC Grid BUS

18 73 Hal ini tentu saja mengakibatkan posisi bersaing BUS lemah. Strategi perusahaan BUS saat kini belum secara jelas menentukan fokusnya. Selain itu, strategi perusahaan BUS saat kini juga tidak merefleksikan suatu upaya penciptaan disticntive competence yang dapat memperkuat posisi bersaing BUS dalam industri. Kanvas Strategi di atas dengan cepat menjelaskan strategi perusahaan BUS di masa depan (future, maksudnya di sini adalah masa setelah perumusan BOS) dengan upaya penciptaan disticntive competence yang memungkinkan BUS mengalami loncatan pertumbuhan yang pesat dan memperkuat posisi bersaingnya. Upaya penciptaan disticntive competence tersebut dilaksanakan dengan metode Kerangka Kerja Empat Langkah atau ERRC Grid BOS yang tergambar sekaligus dengan Kanvas Strategi di atas. Dengan menghilangkan (eliminate) dan mengurangi (reduce) faktor-faktor remeh, sekaligus meningkatkan (raise) dan menciptakan (create) inovasi nilai sebagaimana disebutkan dalam Kanvas Strategi di atas, BUS tidak hanya menciptakan disticntive competence tapi juga struktur biaya yang sangat efisien karena banyak biaya yang dihilangkan atau dikurangi. Selain itu, pada strategi perusahaan BUS masa depan juga terlihat jelas divergensi dan fokusnya, yakni pengembangan pasar. 3) Prinsip Menjangkau Lampauan Permintaan yang Ada Untuk menjangkau lampauan permintaan yang ada, BUS harus menerapkan konsep nonkonsumen BOS untuk mengungkap permintaan laten yang potensinya sangat besar. Nonkonsumen yang dapat mengungkap permintaan

19 74 laten yang sangat besar namun tidak dibidik oleh pemain industri perbankan nasional adalah collective depositors, yakni dimungkinkannya proses pelayanan perbankan secara kolektif untuk kelompok atau komunitas masyarakat seperti kelompok tani, koperasi, majelis ta lim, paguyuban pedagang, komunitas bike to work dan lain-lain. Berdasarkan prinsip fokus pada gambaran besar, dapat diproyeksikan betapa besarnya jumlah nasabah nonkonsumen yang berupa perkumpulan masyarakat yang bisa memaksimalkan ukuran blue ocean yang akan BUS ciptakan. Strategi collective depositors ini tidak hanya menciptakan permintaan pasar dalam jumlah masif yang selama ini belum dimanfaatkan, tapi juga memberikan lompatan inovasi nilai berupa peningkatan kecepatan layanan yang signifikan. Bank selama ini memberikan layanan kepada pelanggannya secara satu per satu yang mengakibatkan proses pelayanan yang lama dan timbulnya antrian panjang yang menjadikan proses layanan semakin lama. Strategi collective depositors dapat mengurangi secara signifikan dan bahkan menghilangkan semua proses yang sangat tidak efektif itu. Lompatan inovasi kecepatan layanan ini juga akan meningkatkan minat masyarakat dalam menggunakan produk dan jasa BUS yang akan mengakibatkan pertumbuhan pangsa pasar BUS meningkat pesat dan memperkuat posisi bersaing BUS. Strategi lain yang tidak kalah penting dalam memaksimalkan ukuran blue ocean adalah cross selling dana-dana sosial umat, yakni strategi menarik pelanggan dengan cara menjadikan dana-dana sosial umat seperti zakat, infaq, sedekah, wakaf uang, tabungan kurban, tabungan haji dan umroh sebagai faktor

20 75 pemicu pelanggan membeli produk dan jasa BUS yang lainnya. Nonkonsumen dana-dana sosial umat merupakan pangsa pasar yang besar, apalagi jika dikolaborasikan dengan strategi cross selling. Seperti kata pepatah sekali mendayung, dua-tiga pulau terlampaui, strategi cross selling memungkinkan BUS menjangkau lampauan permintaan nasabah yang telah ada. 4) Prinsip Menjalankan Rangkaian Strategi dengan Benar Sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 5.2. di bawah ini, perumusan BOS sebagai strategi perusaahaan BUS yang telah dibuat di atas telah didasari pada rangkaian utilitas pembeli, harga, biaya dan pengadopsian. Hal ini menyimpulkan bahwa perumusan BOS yang telah dibuat akan sukses secara komersil.

21 76 Utilitas Pembeli Kecepatan layanan Kemudahan waktu kunjung Direct banking Collective depositors Harga lebih kompetitif Universalitas Bank Syariah Harga Kompetitif Lompatan pertumbuhan laba yang sangat pesat dengan penciptaan blue ocean, memungkinkan BUS mampu memberi harga yang lebih terjangkau, dan penentu harga industri. Inovasi nilai meningkatkan mutu pelayanan dan loyalitas pelanggan. Pengadopsian BUS memiliki sumber daya yang kuat untuk mengatasi hambatan pengadopsian. CAR naik, menjadi 17%. Pertumbuhan industri perbankan syariah pesat, 36%. Komitmen Pemerintah dan MUI mengembangkan bank syariah. Biaya Struktur biaya lebih efisien dengan inovasi nilai dan ERRC Grid. Elemen-elemen remeh berbiaya tinggi dikurangi atau dihilangkan. Blue Ocean Strategy yang sukses secara komersil. Gambar 5.2. Rangkaian Strategi Perusahaan BUS Berdasarkan BOS Sumber : Kim dan Mauborgne (2005: 118)

22 77 Berikut persentase jawaban para responden terhadap perumusan BOS sebagai strategi perusahaan untuk BUS : Tabel 5.4. Persentase Jawaban Responden No Pernyataan/Pertanyaan SS S TT TS STS 1) Strategi perusahaan Bank Umum Syariah (BUS) yang berdasarkan Blue Ocean Strategy (BOS) dapat menghasilkan produk/jasa yang menawarkan nilai tambah dan alasan kuat untuk dibeli. 2) Strategi perusahaan BUS yang berdasarkan BOS mampu menciptakan harga yang lebih terjangkau/murah dengan kualitas pelayanan terbaik. 3) Strategi perusahaan BUS yang berdasarkan BOS mampu menjadikan BUS sebagai penentu harga dalam industri. 4) Strategi perusahaan BUS yang berdasarkan BOS mampu membentuk struktur biaya yang efisien. 5) Strategi perusahaan BUS yang berdasarkan BOS mampu membentuk biaya yang sesuai dengan target laba pada harga strategis. 6) BUS memilki lingkungan yang kondusif bagi pengadopsian BOS. 7) BUS memilki kemampuan mengatasi hambatan dalam penerapan BOS. 25% 75% 50% 50% 25% 50% 25% 100% 100% 25% 50% 25% 100% Sumber : Data diolah (2015) Dapat disimpulkan dari uraian persentase jawaban responden di atas bahwa mayoritas responden yang menjawab kuesioner menyatakan setuju dengan

23 78 semua pernyataan-pernyataan kuesioner di atas. Hanya satu pernyataan saja, yakni nomor 6, yang 25% responden menyatakan tidak setuju, tapi 75% responden lainnya menyatakan setuju terhadap pernyataan nomor 6 dimaksud. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa perumusan strategi perusahaan BUS berdasarkan pendekatan BOS di atas sudah benar dan dapat sukses secara komersil untuk diterapkan oleh BUS. BOS merupakan strategi yang cocok untuk BUS juga didasari atas hasil penelitian terdahulu, seperti penelitian Aspara dan kawan-kawan. Penelitian Aspara yang meneliti lebih dari 850 perusahaan Finlandia, baik perusahaan global ataupun nasional dari berbagai macam industri, menghasilkan bahwa perusahaan yang menciptakan peluang pasar baru dengan memanfaatkan BOS telah mendapatkan keunggulan yang menguntungkan dalam pertumbuhan penjualan mereka (Aspara et. al., 2008:8). Penelitian Abishua juga menguatkan bahwa BOS merupakan strategi perusahaan yang cocok untuk BUS. Penelitian Abishua tersebut menghasilkan bahwa bank perkreditan mampu menciptakan pasar baru yang tidak tersaingi, jadi strategi bersaingnya merupakan Blue Ocean Strategy sepenuhnya. Penelitian ini menyimpulkan bank perkreditan telah berhasil membangun keunggulan bersaing yang dapat meneruskan pertumbuhan bank secara berkesinambungan (Abishua, 2010: 76). Selain itu, penelitian Chadiq juga menghasilkan bahwa implementasi dari strategi blue ocean memungkinkan untuk melahirkan suatu kondisi kinerja yang tinggi dan sulit ditiru (Chadhiq, 2009: 53).

BAB IV METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan kerangka kerja atau rencana untuk

BAB IV METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan kerangka kerja atau rencana untuk 45 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan kerangka kerja atau rencana untuk melakukan studi yang akan digunakan sebagai pedoman dalam mengumpulkan dan menganalisis

Lebih terperinci

Perumusan Strategi Perusahaan Dengan Cara Membandingkan Bank Umum Syariah Terhadap Bank Umum Konvensional Berdasarkan Pendekatan Blue Ocean Strategy

Perumusan Strategi Perusahaan Dengan Cara Membandingkan Bank Umum Syariah Terhadap Bank Umum Konvensional Berdasarkan Pendekatan Blue Ocean Strategy Perumusan Strategi Perusahaan Dengan Cara Membandingkan Bank Umum Syariah Terhadap Bank Umum Konvensional Berdasarkan Pendekatan Blue Ocean Strategy TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Strategi Samudra Biru (Blue Ocean Strategy) yang tidak berhasil adalah pada pendekatan strateginya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Strategi Samudra Biru (Blue Ocean Strategy) yang tidak berhasil adalah pada pendekatan strateginya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Strategi Samudra Biru (Blue Ocean Strategy) Perbedaan antara perusahaan yang berhasil dengan perusahaan yang tidak berhasil adalah pada pendekatan strateginya. Perusahaan pada

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Analisis Deskriptif Metode analisis deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Penggambaran Situasi Industri Penggambaran situasi industri dilakukan dengan menggunakan alat analisis yaitu kanvas strategi dan kurva nilai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penilaian Global Islamic Finance Report (GIFR) (www.jawapos.com), Indonesia menduduki peringkat kelima sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penilaian Global Islamic Finance Report (GIFR) (www.jawapos.com), Indonesia menduduki peringkat kelima sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga Keuangan Syariah (LKS) atau secara global di kenal sebagai Institution of Islamic Finance, mencakup lembaga bank dan nonbank. Berdasarkan penilaian Global

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Kebun Raya Bogor dengan pengelolanya adalah Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (PKT-KRB), LIPI. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis hasil pengolahan data maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis hasil pengolahan data maka dapat disimpulkan bahwa: BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis hasil pengolahan data maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Dapat diketahui faktor eksternal PT. Gema Shafa Marwa adalah: a. Faktor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kontekstual terhadap situasi yang mirip dalam organisasi lain, di mana

BAB III METODE PENELITIAN. kontekstual terhadap situasi yang mirip dalam organisasi lain, di mana BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Metode studi kasus meliputi analisis mendalam dan kontekstual terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam dunia perekonomian yang terus berubah seiring berjalannya waktu, tidak dapat dipungkiri adanya persaingan bisnis antar perusahaan untuk dapat terus bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.6. LATAR BELAKANG MASALAH. Pada Era Globalisasi sekarang kebutuhan akan asuransi bukan

BAB I PENDAHULUAN 1.6. LATAR BELAKANG MASALAH. Pada Era Globalisasi sekarang kebutuhan akan asuransi bukan BAB I PENDAHULUAN 1.6. LATAR BELAKANG MASALAH Pada Era Globalisasi sekarang kebutuhan akan asuransi bukan merupakan hal yang aneh dan mungkin menjadi kebutuhan primer yang wajib dipikirkan untuk keuangan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1 Penentuan Competing Factors Pada tahap pertama, dilakukan business analysis dengan melakukan indepth interview kepada 9 (sembilan) partisipan untuk menentukan competing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan dengan permodalan yang masih tergolong tinggi seperti pada CAR yang berada

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan dengan permodalan yang masih tergolong tinggi seperti pada CAR yang berada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi industri perbankan nasional saat ini menunjukkan perkembangan yang positif didukung dengan kinerja rentabilitas dan efisiensi yang tergolong baik. Hal

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Analisis Deskriptif Metode analisis deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Wisata Agro Tambi yang terletak di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Salah satu instrumen investasi berjangka yang masih cukup diminati masyarakat Indonesia saat ini adalah deposito. Deposito adalah simpanan yang penarikannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan dan peningkatan yang baik. Terlebih didorong oleh

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan dan peningkatan yang baik. Terlebih didorong oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan bisnis perbankan di Indonesia sampai saat ini terus menunjukkan pertumbuhan dan peningkatan yang baik. Terlebih didorong oleh perkembangan pengetahuan masyarakat

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Formulasi Strategi Kata strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategos. Strategos terbentuk dari kata stratos yang berarti militer dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang melanda beberapa Negara di Asia pada tahun menuntut

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang melanda beberapa Negara di Asia pada tahun menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya persaingan dalam industri perbankan di Indonesia paska krisis ekonomi yang melanda beberapa Negara di Asia pada tahun 1997 1998 menuntut pelaku industri perbankan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan dunia usaha berkembang dengan pesat, hal ini dapat kita

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan dunia usaha berkembang dengan pesat, hal ini dapat kita BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini persaingan dunia usaha berkembang dengan pesat, hal ini dapat kita lihat dengan banyaknya bermunculan usaha-usaha sejenis yang pada dasarnya mereka mendirikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kusumadmo (2013), kata strategi secara etimologis berasal dari kata Strategos

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kusumadmo (2013), kata strategi secara etimologis berasal dari kata Strategos BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi strategi Dalam buku Manajemen Strategik-Pengetahuan yang dikutip oleh Kusumadmo (2013), kata strategi secara etimologis berasal dari kata Strategos dalam bahasa yunani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk bentuk

BAB I PENDAHULUAN. simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan syariah di dunia diperkirakan mencapai 250 miliar Dollar AS,

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan syariah di dunia diperkirakan mencapai 250 miliar Dollar AS, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laju pertumbuhan perbankan syariah di tingkat global tak diragukan lagi. Aset lembaga keuangan syariah di dunia diperkirakan mencapai 250 miliar Dollar AS, tumbuh rata-rata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Strategi Samudra Biru (Blue Ocean Strategy) Pengertian Strategi Samudra Biru (Blue Ocean Strategy)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Strategi Samudra Biru (Blue Ocean Strategy) Pengertian Strategi Samudra Biru (Blue Ocean Strategy) 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Strategi Samudra Biru (Blue Ocean Strategy) 2.1.1. Pengertian Strategi Samudra Biru (Blue Ocean Strategy) Strategi samudra biru ( Blue Ocean Strategy ) ditandai oleh ruang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Melambatnya laju pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir tahun sebagaimana data BI Infografis Pertumbuhan Ekonomi () dengan persentase yang dicatat oleh Bank Indonesia adalah

Lebih terperinci

6 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 104 Saran 105 DAFTAR PUSTAKA 106 LAMPIRAN 111 RIWAYAT HIDUP

6 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 104 Saran 105 DAFTAR PUSTAKA 106 LAMPIRAN 111 RIWAYAT HIDUP iii DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN vii 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 4 Manfaat Penelitian 4 Ruang Lingkup Penelitian 4 2 TINJAUAN PUSTAKA

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu metode yang meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu

Lebih terperinci

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik dan hukum serta sosial budaya. Sedangkan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah telah berkembang begitu pesat di Indonesia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah telah berkembang begitu pesat di Indonesia dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan syariah telah berkembang begitu pesat di Indonesia dengan bermunculan bank-bank umum syariah maupun unit usaha syariah yang dimiliki oleh bank-bank konvensional.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian deskriptif, jenis penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana faktor faktor internal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Bank menurut Hoggson, adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode analisis

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode analisis BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode analisis deskriptif adalah metode yang digunakan untuk meneliti sekelompok manusia,

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan 22 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Strategi Penelitian ini menggunakan perencanaan strategi sebagai kerangka teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini telah. mengalami perkembangan yang cukup pesat, ini dibuktikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini telah. mengalami perkembangan yang cukup pesat, ini dibuktikan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perbankan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini telah mengalami perkembangan yang cukup pesat, ini dibuktikan dengan semakin banyaknya bank pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan perhatian yang serius dan bersungguh sungguh dalam mendorong perkembangan perbankan syariah. Semangat ini dilandasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pengertian Strategi Menurut David (2009, p18) Strategi adalah sarana bersama dengan tujuan jangka panjang hendak dicapai. Strategi bisnis mencakup ekspansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (lack of fund) menjadi pilar penting untuk meningkatkan partisipasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. (lack of fund) menjadi pilar penting untuk meningkatkan partisipasi masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mekanisme kerja bank yang menjadi jembatan antara masyarakat yang kelebihan dana (surplus of fund) dengan masyarakat yang membutuhkan dana (lack of fund) menjadi pilar

Lebih terperinci

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik 96 BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik Analisis lingkungan membantu perusahaan dalam menentukan langkah strategi yang tepat dalam

Lebih terperinci

Analisis Strategi Bisnis Malinda Furniture Gallery Pada PT. Andreti Internasional

Analisis Strategi Bisnis Malinda Furniture Gallery Pada PT. Andreti Internasional Analisis Strategi Bisnis Malinda Furniture Gallery Pada PT. Andreti Internasional Vernerdi 070070684303 Bong Wongso Adiputra 0700707370 ABSTRAK PT. Andreti Internasional merupakan suatu perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak mengalami perubahan, khususnya setelah terjadi krisis

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak mengalami perubahan, khususnya setelah terjadi krisis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia perbankan saat ini banyak mengalami perubahan, khususnya setelah terjadi krisis ekonomi pada tahun 1997. Menurut beberapa pengamat dan analis, krisis

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB 1 PENDAHULUAN

DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB 1 PENDAHULUAN ABSTRAK Dengan semakin majunya pertumbuhan perekonomian Indonesia, tidak dapat dipungkiri bahwa hal tersebut diakibatkan oleh perkembangan sektor industri yang semakin pesat, baik industri migas maupun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dengan repositioning yang dilakukan Bank Mandiri sejak berdiri sampai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dengan repositioning yang dilakukan Bank Mandiri sejak berdiri sampai BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dengan repositioning yang dilakukan Bank Mandiri sejak berdiri sampai dengan saat ini Bank Mandiri selalu berupaya menjadi Bank nomor 1 di Indonesia yang unggul

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3. Disain Penelitian Menurut Sarwono, Jonathan (2006:79) dalam melakukan penelitian salah satu hal penting adalah membuat desain penelitian. Desain Penelitian bagaikan sebuah peta

Lebih terperinci

UKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN ANALISIS BSC DAN SWOT PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK, KCU BEKASI

UKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN ANALISIS BSC DAN SWOT PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK, KCU BEKASI UKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN ANALISIS BSC DAN SWOT PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK, KCU BEKASI DISUSUN OLEH : NAMA : Metta Mustika Septiani NPM : 10208799 JURUSAN : Manajemen (S-1) PEMBIMBING

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Disain Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif menurut Arikunto (2005: 234) adalah penelitian yang dimaksud untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk. dari kegiataan perbankan (Umam, 2011:1).

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk. dari kegiataan perbankan (Umam, 2011:1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan elemen penting dalam pembangunan suatu negara. Hal ini tercermin dalam pengertian perbankan secara teknik yuridis, yaitu sebagai badan usaha

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura ANALISIS STRATEGI SWOT UNTUK MEMPERLUAS PEMASARAN PRODUK KURMA SALAK UD BUDI JAYA BANGKALAN Moh. Sirat ) 1, Rakmawati) 2 Banun Diyah Probowati ) 2 E-mail : rakhma_ub@yahoo.com dan banundiyah@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mana didasarkan pada Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. mana didasarkan pada Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 sebagai landasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Bank syariah pertama berdiri di Indonesia sekitar tahun 1992 di mana didasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan pelarian nasabah oleh masyarakat telah jauh berkurang jika

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan pelarian nasabah oleh masyarakat telah jauh berkurang jika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak berlangsungnya krisis nilai tukar pada pertengahan tahun 1997 yang diikuti krisis ekonomi, sampai akhir tahun 1999 perbankan masih terpuruk. Posisi keuangan dan

Lebih terperinci

VI. STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PDAM KABUPATEN SUKABUMI. Dari hasil penelitian pada PDAM Kabupaten Sukabumi yang didukung

VI. STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PDAM KABUPATEN SUKABUMI. Dari hasil penelitian pada PDAM Kabupaten Sukabumi yang didukung VI. STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PDAM KABUPATEN SUKABUMI Dari hasil penelitian pada PDAM Kabupaten Sukabumi yang didukung oleh wawancara terhadap para responden dan informasi-informasi yang diperoleh dari

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Manajemen merupakan proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menginkan proses pembelian barang kebutuhan sehari-hari dengan mudah dan

BAB I PENDAHULUAN. menginkan proses pembelian barang kebutuhan sehari-hari dengan mudah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan ekonomi yang pesat di Indonesia mengakibatkan daya beli masyarakat akan tinggi. Pemenuhan kebutuhan primer, sekunder dan tersier pun meningkat

Lebih terperinci

3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN Industri farmasi merupakan salah satu industri besar dan berpengaruh di Indonesia, karena Indonesia merupakan pasar obat potensial (Pharos, 2008) Hingga saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. toko yang menjual bakpia di jalan KS.Tubun, Ngampilan dapat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. toko yang menjual bakpia di jalan KS.Tubun, Ngampilan dapat menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan primer, sehingga bagi sebagian orang bisnis tersebut sangat berpotensi untuk dijadikan peluang usaha. Saat ini bisnis makanan sangat

Lebih terperinci

ANALISIS VALUE INNOVATION PADA PT.WIJAYA PANCA SENTOSA FOOD MELALUI STRATEGI BLUE OCEAN

ANALISIS VALUE INNOVATION PADA PT.WIJAYA PANCA SENTOSA FOOD MELALUI STRATEGI BLUE OCEAN ANALISIS VALUE INNOVATION PADA PT.WIJAYA PANCA SENTOSA FOOD MELALUI STRATEGI BLUE OCEAN 691 Andyka Kurniawan Susanto Program Manajemen Bisnis, Program Studi Manajemen, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Definisi Manajemen Menurut Stephen P. Robins dan Mary Coulter (2012:9) manajemen adalah mengkoordinasikan dan mengawasi kegiatan kerja orang lain sehingga kegiatan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang digunakan Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Menurut (Sanders, Tom J., 2012) Penelitian manajemen strategis cenderungdilakukan

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... xiv LAMPIRAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... xiv LAMPIRAN ABSTRAK Persaingan di era globalisasi banyak memiliki tantangan dan hambatan bukan hanya dari lingkungan internal perusahaan saja tetapi lingkungan eksternal perusahaan dan posisi perusahaan, PT. Fajar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT. Pelni merupakan perusahaan pelayaran nasional yang bergerak dalam bidang jasa dan memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini terus meningkat. Hal ini mengakibatkan pengusaha-pengusaha harus bisa mengembangkan pola pikir yang kritis dalam menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (LKMS), saat itu bank syariah belum muncul karena Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. (LKMS), saat itu bank syariah belum muncul karena Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia terus mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman. Negara maju maupun negara berkembang terus menunjukkan perubahan dan perkembangannya, seperti

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERNYATAAN ORISINALITAS...iii

DAFTAR ISI. PERNYATAAN ORISINALITAS...iii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS...iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK INDONESIA... vii ABSTRAK INGGRIS...viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi saat ini dunia perbankan merupakan bagian yang sangat penting bagi setiap Negara. Persaingan memperebutkan pangsa pasar yang sempit namun potensial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia dalam lima tahun terakhir, antara tahun 2008 hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan di Eropa dan Amerika,

Lebih terperinci

Pertumbuhan yang menakjubkan.

Pertumbuhan yang menakjubkan. 1 2 Inspirasi Kim.. Cirque Du Soleil Didirikan 1984 oleh sekolompok pementas jalanan, dipimpin oleh Guy Laliberte. Karyanya disaksikan hampir 40 juta orang di 40 negara Tingkat pemasukan dalam kurun kurang

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kajian Teori 3.1.1. Strategi Perusahaan Cakupan strategi perusahaan terutama tentang pilihan arah untuk perusahaan secara keseluruhan. Ini berkaitan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 29 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Sektor UKM memiliki peran dan fungsi sangat strategik dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia, tetapi kredit perbankan untuk sektor ini dinilai masih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Ibadah haji dan umroh adalah ibadah

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara 20 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara (lampiran 1) dengan pihak perusahaan sebanyak 3 responden

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. lebih lanjut dalam perencanaan dan perumusan strategi bisnis. Jadi akan di jabarkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. lebih lanjut dalam perencanaan dan perumusan strategi bisnis. Jadi akan di jabarkan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Ada pengkajian yang secara teoritis menjadi landasan teori yang di rumuskan lebih lanjut dalam perencanaan dan perumusan strategi bisnis. Jadi akan di jabarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. PT Asuransi Bangun Askrida, atau yang biasa disebut Askrida, didirikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. PT Asuransi Bangun Askrida, atau yang biasa disebut Askrida, didirikan 52 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan 4.1.1 Sejarah PT. Asuransi Bangun Askrida PT Asuransi Bangun Askrida, atau yang biasa disebut Askrida, didirikan oleh bank pembangunan daerah seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan berbagai lembaga keuangan. Daya tarik (attractiveness) bisnis jasa

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan berbagai lembaga keuangan. Daya tarik (attractiveness) bisnis jasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jasa pelayanan lembaga keuangan bank dan non bank pada umumnya dari tahun ke tahun semakin menjadi perhatian masyarakat luas. Hal itu dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN BAB II MANAJEMEN PEMASARAN 2.1 Konsep Pemasaran Pemasaran tidak bisa dipandang sebagai cara yang sempit yaitu sebagai tugas mencari cara-cara yang benar untuk menjual produk/jasa. Pemasaran yang ahli bukan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syariah dan Kredit Bank Konvensional

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syariah dan Kredit Bank Konvensional 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Peran perbankan dalam menggerakkan perekonomian suatu negara yang berdampak pada peningkatan pendapatan nasional adalah cermin efektifitas perbankan dalam menjalankan fungsinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ketat. Fenomena ini disebabkan oleh semakin banyaknya lembaga-lembaga

BAB 1 PENDAHULUAN. ketat. Fenomena ini disebabkan oleh semakin banyaknya lembaga-lembaga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis di era globalisasi seperti sekarang ini menjadi sangat ketat. Fenomena ini disebabkan oleh semakin banyaknya lembaga-lembaga keuangan yang

Lebih terperinci

PERUMUSAN STRATEGI KORPORAT PERUSAHAAN CHEMICAL

PERUMUSAN STRATEGI KORPORAT PERUSAHAAN CHEMICAL PERUMUSAN STRATEGI KORPORAT PERUSAHAAN CHEMICAL Mochammad Taufiqurrochman 1) dan Buana Ma ruf 2) Manajemen Industri Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Januari Diakses melalui http//www.bi.go.id.pada Tanggal 12 Oktober Undang-Undang Perbankan Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. Januari Diakses melalui http//www.bi.go.id.pada Tanggal 12 Oktober Undang-Undang Perbankan Syariah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu negara. Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan dan perkembangan ekonomi global sangat mempengaruhi pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Salah satunya perubahan perubahan pada nilai suatu mata uang Rupiah

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI UNTUK PENGEMBANGAN PASAR INDUSTRI SELULER DI PEKANBARU (STUDI KASUS PERUSAHAAN XXX)

FORMULASI STRATEGI UNTUK PENGEMBANGAN PASAR INDUSTRI SELULER DI PEKANBARU (STUDI KASUS PERUSAHAAN XXX) FORMULASI STRATEGI UNTUK PENGEMBANGAN PASAR INDUSTRI SELULER DI PEKANBARU (STUDI KASUS PERUSAHAAN XXX) Gezang Putri Agung dan Fuad Achmadi Project Management, Magister Management Technology, ITS Jl. Cokroaminoto

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Potensi perikanan yang dimiliki Kabupaten Lampung Barat yang sangat besar ternyata belum memberikan kontribusi yang optimal bagi masyarakat dan pemerintah daerah.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha menyadari suatu kebutuhan untuk mengeksploitasi sepenuhnya aset-aset mereka demi memaksimalkan kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (funding) dalam bentuk Giro, Tabungan dan Deposito yang dana tersebut. disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. (funding) dalam bentuk Giro, Tabungan dan Deposito yang dana tersebut. disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang memiliki peranan yang sangat penting, dimana dalam kegiatannya bank sebagai penghimpun dana masyarakat (funding) dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Strategi Strategi merupakan cara-cara yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya melalui pengintegrasian segala keunggulan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan teori 2.1.1 Pengertian Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2007, p7), manajemen adalah proses pengoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jasa pelayanan perbankan dari tahun ke tahun selalu

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jasa pelayanan perbankan dari tahun ke tahun selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan jasa pelayanan perbankan dari tahun ke tahun selalu menunjukkan peningkatan. Hal ini semakin terlihat persaingan baik dari segi kualitas dan promosi jasa

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data 15 III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Pengambilan data dilakukan di PT. Mitra Bangun Cemerlang yang terletak di JL. Raya Kukun Cadas km 1,7 Kampung Pangondokan, Kelurahan Kutabaru, Kecamatan Pasar

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bank syariah atau Bank Islam, merupakan salah satu bentuk dari. perbankan nasional yang mendasarkan operasionalnya pada syariah (hukum)

I PENDAHULUAN. Bank syariah atau Bank Islam, merupakan salah satu bentuk dari. perbankan nasional yang mendasarkan operasionalnya pada syariah (hukum) I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank syariah atau Bank Islam, merupakan salah satu bentuk dari perbankan nasional yang mendasarkan operasionalnya pada syariah (hukum) Islam. Menurut Schaik (2001), Bank

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu penelitian dimulai pada bulan April 2013 sampai bulan Juni 2013. B.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan bisnis perbankan di Indonesia terus mengalami kemajuan yang sangat pesat. Bank-bank dituntut untuk menjadi lebih dinamis terhadap perubahan agar siap bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halangan bagi setiap informasi. Konsekuensinya, setiap usaha yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. halangan bagi setiap informasi. Konsekuensinya, setiap usaha yang dilahirkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Era globalisasi sekarang ini antara lain ditandai dengan tidak adanya halangan bagi setiap informasi. Konsekuensinya, setiap usaha yang dilahirkan dituntut untuk sensitif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis di Desa Kadeula Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada dua alasan utama yaitu adanya pandangan bahwa bunga (interest) pada bank

I. PENDAHULUAN. pada dua alasan utama yaitu adanya pandangan bahwa bunga (interest) pada bank I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejarah berdirinya perbankan syariah dengan sistem bagi hasil didasarkan pada dua alasan utama yaitu adanya pandangan bahwa bunga (interest) pada bank konvensional hukumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan juga berfungsi sebagai Financial Intermediaries antara pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan juga berfungsi sebagai Financial Intermediaries antara pihak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Industri perbankan merupakan suatu industri yang sangat mengutamakan pelayanan dan juga berfungsi sebagai Financial Intermediaries antara pihak yang memiliki

Lebih terperinci

ANALISA METODE SWOT DAN PERENCANAAN STRATEGI GUNA MENENTUKAN STRATEGI BISNIS PERUSAHAAN PANEL LISTRIK PADA PT. LAKSANA PANEL

ANALISA METODE SWOT DAN PERENCANAAN STRATEGI GUNA MENENTUKAN STRATEGI BISNIS PERUSAHAAN PANEL LISTRIK PADA PT. LAKSANA PANEL ANALISA METODE SWOT DAN PERENCANAAN STRATEGI GUNA MENENTUKAN STRATEGI BISNIS PERUSAHAAN PANEL LISTRIK PADA PT. LAKSANA PANEL Hana Mareta Rachmawati 1*, Ahmad Juang Pratama 1 1 Program Studi Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STRATEGI PERUSAHAAN

BAB IV ANALISA STRATEGI PERUSAHAAN BAB IV ANALISA STRATEGI PERUSAHAAN 4.1 Faktor Strategi Eksternal 4.1.1 Identifikasi Faktor Lingkungan Eksternal Penentuan faktor strategi eksternal bertujuan untuk mengetahui berbagai peluang serta ancaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan negara Indonesia ini. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri

BAB I PENDAHULUAN. dengan negara Indonesia ini. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah Satu faktor penting dalam pembangunan suatu negara adalah adanya dukungan sistem keuangan yang sehat dan stabil, demikian pula dengan negara Indonesia ini. Sistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Indonesia untuk menembus pasar global atau meningkatkan ekspornya atau menghadapi persaingan dari produk-produk impor

Lebih terperinci