EVALUASI PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN PADA INSTALASI NUKLIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN PADA INSTALASI NUKLIR"

Transkripsi

1 -110 ISSN }lusri Heni, dkk. EVALUASI PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN PADA INSTALASI NUKLIR., Yusri Heni, Liliana Pandi., Pandu Dewanto Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir - BAPETEN Johnny Situ morang, Sigit Santosa Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuk/ir - BATAN ABSTRAK EVALUASI PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN PADA INSTALASI NUKLIR. Telah dilakukan evaluasi penerapan budaya keselamatan pada instalasi nuklir oleh Tim P2STPIBN BAPETEN dengan melibatkan personel dari PTRKN BATAN terhadap tiga pusat di BATAN yang mempunyai reaktor riset. Evaluasi dilakukan melalui pelaksanaan survei menggunakan kuesioner yang diedarkan kepada 133 responden, wawancara, observasi dokumen dan peninjauan ke fasilitas. Profil penerapan budaya keselamatan hasil evaluasi penerapan budaya keselamatan instalasi nuklir ditiga pusat tersebut cukup baik. karena berdasarkan penilaian pekerja terhadap karakteristik-karakteristik yang dievaluasi menunjukkan nilai diatas rata-rata. Praktek yang baik (good practise) adalah Pandangan individu terhadap keselamatan dan Tidak ada konflik antara keselamatan dengan produksi. Karakteristik yang mendapatkan penilaian rendah dari responden dan perlu perhatian manajemen adalah Komitmen Top Manajemen terhadap keselamatan; Hubungan dengan badan pengawas serta Motivasi dan kepuasan kerja. Dari segi posisi tahap pengembangan budaya keselamatan berada pada tahap If dimana keselamatan sudah menjadi tujuan organisasi. Hasi/ evaluasi penerapan budaya keselamatan instalasi nuk/ir ini dapat digunakan oleh fasilitas sebagai bahan pertimbangan peningkatan kinerja keselamatan dan bagi Badan Pengawas dapat digunakan sebagai pertimbangan pelaksanaan pengawasan instalasi nuk/ir. Kata kunci : budaya keselamatan, Instalasi nuk/ir ABSTRACT EVALUATION OF SAFETY CULTURE IMPLEMENTATION ON NUCLEAR INSTALLATION. Evaluation of Safety culture implementation on nue/ear installation has been performed by P2STPIBN BAPETEN and personnel from PTRKN BATAN for three center of BATAN who has research reactor. Implementation of evaluation has been performed by survey using questioner that distributed to 133 respondents, interview, document observation and visit to facility. The profile of the evaluation result for safety culture implementation on three centers are good enough because based on the personnel evaluation for characteristics show over the middle value. Good practice of implementation of safety culture is a individual view of safety, and there is not conflict between safety and production. The characteristics with low value is Top management commitment to safety, Relationship to regulators and other external group, Motivation andjob satisfaction. Theposition of developing phase safety culture is at stage-2 where the safety has been an organizational objective. Facility can be used the result of evaluation for enhancing safety performance, and as the consideration on control nue/ear installation for regulatory body. Keyword: Safety culture, nue/ear installation PENDAHULUAN Pemanfaatan dimulai sejak Tenaga lebih dari nuklir 40 tahun di Indonesia yang lalusudah dan berkembang dengan pesat dalam berbagai bidang pembangunan antara lain penelitian, industri, kesehatan, perdagangan maupun jasa teknik serta pendidikan. Saat ini Indonesia mempunyai 3 reaktor riset dan instalasi nuklir maupun fasilitas radiasi lainnya yang berada di BATAN dan BANTEK. Namun demikian hasil pengawasan menunjukkan masih adanya berbagai temuan atau penyimpangan terhadap persyaratan yang ditentukan oleh BAPE TEN. Karena itu kepatuhan terhadap persyaratan yang ditentukan oleh BAPETEN harus ditingkatkan. Dari data IAEA menunjukkan bahwa kecelakaan yang kerap terjadi disebabkan oleh faktor

2 Yusri Heni, dkk. ISSN III manusia, oleh karena itu perlu upaya meminimalkan terjadinya kecelakaan. IAEA menghimbau kepada seluruh pengguna tenaga nuklir untuk memperhatikan dan mengembangkan budaya keselamatan yang diikuti oleh seluruh pekerja radiasi sebagai individu maupun organisasi yang bergerak dalam bidang ket~:naganukliran. Budaya keselamatan melibatkan siapapun yang perilakunya dapat berpengaruh terhadap keselamatan nuklir, baik dari pihak pengguna maupun pengawas. Budaya bagi setiap organisasi yang bergerak di bidang pemanfaatan tenaga nuklir terpusat pada keselamatan. Melemahnya budaya keselamatan di fasilitas merupakan akar penyebab dari penurunan kinerja keselamatan dan apabila gejala ini tidak dikenali diperkirakan dapat menjadi masalah terhadap keselamatan yaitu berupa penyimpangan atau kecelakaan nuklir. Oalam penerapan budaya keselamatan, Badan Pengawas tenaga nuklir mempunyai peran ganda yaitu mempromosikan budaya keselamatan dan melakukan evaluasi keselamatan nuklir dari pemegang ijin termasuk diantaranya adalah evaluasi penerapan budaya keselamatan. Hasil kajian evaluasi penerapan budaya keselamatan terhadap instalasi nuklir dapat digunakan oleh fasilitas untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan penerapan budaya keselamatan sehingga dapat dilakukan perbaikan atau peningkatan kinerja keselamatan, sedangakan bagi badan pengawas untuk mengetahui akar penyebab masalah keselamatan dalam temuantemuan hasil pengawasan keselamatan nuklir dan pertimbangan dalam pengawasan instalasi nuklir tersebut. TEOR! Budaya bagi setiap organisasi yang bergerak di bidang pemanfaatan tenaga nuklir terpusat pada keselamatan. Hal ini mencerminkan kesadaran manusia akan dampak negatif yang mungkin terjadi dan pemberian perhatian yang ketat terhadap keselamatan sangat penting agar keselamatan pemanfaatan tenaga nuklir tersebut benar-benar tercapai. Untuk organisasi nuklir, budaya keselamatan adalah aspek penting dari budaya organisasi. UU No. 10 tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, menditinisikan bahwa "Budaya Keselamatan adalah sifat dan sikap dalam organisasi dan individu yang menekankan pentingnya keselamatan, oleh karena itu budaya keselamatan mempersyaratkan agar semua kewajiban yang berkaitan dengan keselamatan harus dilaksanakan secara benar, seksama, dan penuh rasa tanggungjawab".(i] Hal ini selaras dengan detinisi IAEA dalam INSAG-4 yang menyatakan bahwa budaya keselamatan adalah gabungan karakteristik dan sikap yang terbentuk dalam organisasi dan individu yang menempatkan keselamatan sebayai prioritas utama sepadan dengan kepentingannyap Organisasi dengan budaya keselamatan yang positif ditandai dengan komunikasi saling percaya, berbagi persepsi akan pentingnya keselamatan dan dengan efektititas tindakan pencegahan, oleh karenanya budaya keselamatan merupakan produk tata nilai, sikap, kemampuan, dan pola perilaku dari individu maupun organisasi untuk menentukan model dan kemampuan organisasi dalam mengelola keselamatan yang tinggi[3]". Budaya keselamatan yang baik dalam instalasi nuklir harusmerupakan refleksi dari tata nilai yang terdapat dalam semua tingkatan dalam organisasi dan didasarkan pada keyakinan bahwa keselamatan adalah penting dan menjadi tanggung jawab serta perhatian setiap orang. [3] Budaya Keselamatan mempunyai dua komponen utama. Komponen pertama adalah kerangka kerja yang diperlukan dalam suatu organisasi, hal ini merupakan tanggung jawab dari hirarki manajemen yang ditunjukkan dengan komitmen tingkat pengambil kebijakkan dan komitmen tingkat manajer. Komponen kedua adalah sikap individu pada semua tingkatan dalam merespon dan memanfaatkan kerangka kerja tersebut yang ditunjukkan dalam komitmen pad a tingkat individu. Komitmen tingkat kebijakkan meliputi: Pernyataan Kebijakan, struktur organisasi, sumber daya, pengaturan diri organisasi. Sedangkan komitmen pada tingkat manajer mencakup: Pendetinisian tanggungjawab, kendali praktek keselamatan, penghargaan dan sanksi, audit, pengukuran dan pembandingan. Komitmen Individu mencakup sikap bertanya, pendekatan yang ketat dan bijaksana dan komunikasi. Karakteristik budaya keselamatan merupakan paramater penerapan budaya keselamatan dari komitmen pihak manajemen maupun komitmen individu yang dapat diketahui dari nilai indikator budaya keselamatannya. TATAKERJA Metode Evaluasi Penerapan Budaya Keselamatan Penerapan budaya keselamatan dalam suatu instalasi nuklir dapat dievaluasi dengan metode survei yang dapat dilakukan oleh internal organisasi itu sendiri dalam rangka peningkatan kinerja keselamatan (self assesment), atau dapat dilakukan oleh pihak luar (independent assesment) seperti badan pengawas untuk menegtahui akar penyebab

3 112!!!!!!!!! ISSN J'usr; Hen;, tlkk. masalah keselamatan dalam temuan-temuan hasil pengawasan. Survei dilakukan kepada para pegawai dan para manajer untuk melihat praktek keselamatan yang telah dilakukan di tempat kerja (I, 3,6). Oalam pelaksanaan survei, para manajer hams melihat beberapa pilihan survei untuk menentukan metoda yang paling sesuai dengan tujuan survei dan konteks organisasi. Secara umum, informasi mengenai sikap, pendapat, atau persepsi pegawai dapat dikumpulkan dengan memilih satu dari dua cara yaitu: kuesioner tertulis atau wawancara langsung. Oalam prakteknya, kedua cara ini dapat dilakukan dengan banyak pendekatan. Salah satunya adalah dengan mengirimkan kuesioner dalam jumlah besar; dan wawancara tidak terstruktur dengan orang-orang terpilih. Selain dua metoda di atas, metode lain yang juga dapat diterapkandalam survei pegawai yaitu pengamatan atau observasi. ke lapangan dan tinjauan dokumentasi. Masing masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu dianjurkan untuk melakukan pendekatan ganda, yaitu kombinasi beberapa metode yang diterapkan untuk mengukur parameter yang sarna untuk memahami budaya keselamatan dalam suatu organisasi. Evaluasi penerapan budaya keselamatan banyak dilakukan untuk identifikasi kekuatan dan kelemahan organisasi, misalnya dalam bidang komunikasi, kepatuhan pekerja terhadap kerangka kerja, atau pengelolaan sumberdaya manusia. Oalam mengelola hasil survei diasumsikan bahwa proses survei akan menghasilkan informasi yang diharapkan yaitu bagaimana informasi tersebut dapat dimanfaatkan sesuai dengan tujuan survei. Pertanyaan dari kuesioner disusun berdasarkan karakteristik budaya keselamatan yang dipilih dan jawaban dari setiap pertanyaan tersebut menunjukkan indikator budaya keselamatan yang menunjukkan nilai yang ditetapkan sebagai hasil survei yang diinginkan. Pelaksanaan Survei Evaluasi penerapan budaya keselamatan instalasi nuklir dilaksanakan melalui survei kepada para pekerja dan para manajer di tiga instalasi nuklir BATAN yang mempunyai reaktor riset dilakukan melalui pengisian kuesioner oleh responden. Untuk keperluan verifikasi data hasil pengisian/jawaban kuesioner, pelaksanaan survei dilengkapi wawancara kepada wakil pejabat struktural dan wakil para pekerja non struktural, serta observasi dokumen & observasi ke lapangan/fasilitas. Kuesioner yang disusun terdiri dari 60 pertanyaan dari 14 karakteristik budaya keselamatan yang dianggap mempunyai peranan penting dalam penerapan budaya keselamatan instalasi nuklir. Setiap pertanyaan menunjukkan indikator budaya keselamatan dari karakteristik yang terkait yang dapat dinilai dengan pemilihan jawaban oleh responden pada jawaban yang dianggap paling sesuai/mewakili kondisi di tempat kerja. Setiap jawaban menunjukkan nilai kualitatif yang dapat disetarakan dengan nilai kuantitatif dari skala nilai linkert (SNL) dari Upaya meningkatkan nilai kualitatif indikator kinerja keselamatan dapat dilakukan dengan mengupayakan kondisi yang terdapat pada jawaban yang mempunyai nilai linkert lebih tinggi dengan kriteria sebagai berikut : Tahap : Sangat kurang 4.0 : Kurang 6.0 : Cukup 8.0 : Baik 10.0 : Sangat baik Untuk penilaian terhadap posisi tahap pengembangan budaya keselamatan, pada beberapa pertanyaan kuesioner sekaligus menunjukkan indikator atau ciri-ciri posisi tahap pengembangan budaya keselamatan organisasi, hasilnya akan menentukan bahwa : Keselamatan didasarkan peraturan perundang-undangan. Tahap 2 Keselamatan dipertimbangkan sebagai tujuan organisasi. Tahap 3 Unjuk kerja keselamatan senantiasa ditingkatkan. Rekomendasi Tim survei dan usulan - usulan dari responden untuk evaluasi penerapan budaya keselamatan disusun dalam 3 cluster yang berupa : I. Komitmen pada tingkat kebijakan yaitu pimpinan sebagai pemegang ijin pemanfaatan tenaga nuklir, terdiri dari: Pemyataan Kebijakan keselamatan; Struktur Manajemen; Sumberdaya; Pengaturan diri. Yang termasuk dalam cluster ini adalah karakteristik : Komitmen top manajemen terhadap keselamatan; Alokasi sumber daya yang tepat; Pendekatan sistematis terhadap keselamatan; Hubungan antara bad an pengawas dan organisasi lain; pembelajaran organisasi. 2. Komitmen manajer (Struktural {:selon [II, [V), terdiri dari: Oefinisi tanggungjawab; Oefinisi Kendali Praktek Keselamatan; Kualifikasi dan Pelatihan; Penghargaan dan Sanksi; Audit, Penilaian & Pembandingan. Yang termasuk dalam cluster ini adalah karakteristik: Konflik antara tidak adanya keselamatan dengan produksi; Kualitas dokumen dan prosedur; Staf yang cakap dan mencukupi jumlahnya; Posisi tanggungjawab dan pertanggungjawaban yang jelas; Motivasi dan kepuasan kerja; Peranan para manajer. Prosiding PPI PDlPTN 2006

4 - Yusri Heni, dkk. ISSN Komitmen Individu (semua pekerja) terdiri dari: Sikap bertanyalkritis; Pendekatan yang ketat dan bijakasana; Komunikasi. Yang termasuk dalam cluster ini adalah karakteristik: Komunikasi dan keterbukaan; Kepatuhan terhadap peraturan dan prosedur ; Pandangan individu terhadap keselamatan. Sebagai pedoman untuk evaluasi, digunakan indikator-indikator dari 14 (empat belas) karakteristik budaya keselamatan sebagai berikut: I. Komitmen top manajemen terhadap keselamatan. Pemyataan kebijakan keselamatan dari pimpinan sebagai kerangka aeuan seluruh pekerja, Kunjungan pimpinan ke fasilitas untuk meninjau dan mendiskusikan tentang halhal yang berkaitan dengan keselamatan, Menyediakan waktu yang eukup terhadap isuisu keselamatan, memberikan epntoh / keteladanan dalam pernakaian perlengkapan keselamatan, mendorong upaya - upaya untuk peningkatan keselamatan, memberikan arahan yang efektif dan melibatkan diri dalam pertemuan-pertemuan keselamatan, dan sosialisasi kebijakkan keselamatan dan pengaturan diri pelaksanaan keselamatan. 2. Pendekatan sistematis terhadap Keselamatan. Hal ini ditunjukkan dengan penerapan sistem manajemen keselamatan dan program jaminan kualitas, tersedianya prosedur keselamatan yang lengkap. Prioritas keselamatan dapat diidentifikasi dengan informasi yang tersedia dalam laporan pertangungjawaban, pengkajian/evaluasi terhadap praktek keselamatan dan pengendalian resiko. Kerjasama untuk p mgambilan keputusan keselamatan. 3. Konflik antara keselamatan dengan produksi. Indikator pada karakteristik ini meneakup: Seharusnya tidak ada konflik jika keselamatan benar-benar merupakan prioritas utama. Ketika isu keselamatan timbul selama melaksanakan pekerjaan, maka pekerjaan tersebut harus dihentikan sementara untuk pelaksanan pengkajian diri dan penyelesaian setiap masalah. Para pegawai tidak seharusnya melaksanakan pekerjaannya tanpa melakukan penilaian risiko, dan mengambil risiko untuk menghemat waktu dan mencapai target produksi. 4. Hubungan dengan Badan Pengawas dan organisasi lain. Indikator dari karakteristik ini terdiri dari: Terjalinnya hubungan saling menghormati antara anggota organisasi dengan badan pengawas atau organisasi lainnya. Berbagi pengetahuan tentang rencana jangka panjang dengan Badan Pengawas dapat membantu meningkatkan kepereayaan dan mendorong Badan Pengawas agar lebih siap dengan rencana pengawasannya di masa mendatang, Hubungan tersebut harus berdasarkan saling pereaya dan dengan komunikasi terbuka Hubungan dengan badan pengawas dan organisasi lainnya dapat ditunjukkan dengan.inisiatif dari pemegang izinlfasilitas untuk mengadakan pertemuan dengan badan pengawas untuk pereneanaan operasi, untuk membahas tentang keselamatan sistem, untuk mendiskusikan tentang peraturan/ketentuan keselamatan yang digunakan. Sedangkan dengan pengguna fasilitas dapat dilakukan pertemuan untuk membahas tentang keselamatan operasi yang akan dilakukan atas permintaan pengguna. 5. Kualitas Dokumen dan Prosedur. Dokumentasi harus lengkap dan mudah dipahami. Tanggung jawab dalam menyiapkan dokumentasi dan tinjauannya harus jelas. Dokumentasi dapat digunakan baik untuk pelatihan maupun pelaksanaan kerja. Sangat penting bahwa dokumentasi keselamatan dapat diakses oleh para pegawai, dan mudah untuk digunakan, dilakukan peninjauan dan revisi terhadap dokumen dan prosedur. 6. Kepatuhan terhadap peraturan dan prosedur, merupakan hal yang sangat penting untuk penyelenggaraan keselamatan. Prosedur harus menyatakan apa yang harus dilakukan. Pelanggaran terhadap peraturan dan prosedur menunjukkan bahwa budaya keselamatan lemah. Kepatuhan terhadap peraturan dan prosedur ditunjukkan dengan indikator penyimpangan dim mematuhi prosedur operasi, ketentuan keselamatan, prosedur pemeliharaan dan ketentuan terhadap peraturan kepegawaian. Toleransi untuk melakukan penyimpangan terhadap prosedur dari pihak manajemen, prosedur yang rumit dan tidak praktis merupakan faktor terjadinya pelanggaran terhadap prosedur. 7. Staff yang cakap dan mencukupi jumlahnya. Pekerja akan mengalami resiko dan mempengaruhi beban kerja jika jumlah pegawai tidak cukup untuk melaksanakan tugasnya atau kurang cakap/kompeten dalam melaksanakan tugasnya. Kesesuaian kemampuan pekerja dengan tugas yang diberikan, kualitas dan kuantitas pelatihan dan pelatihan ulang sesuai dengan kompetensi yang diperlukan. Baik kualitas maupun kuantitas pegawai merupakan hal yang sangat penting dalam penerapan budaya keselamatan. Proslding PPI - PDIPTN 2006 ogyakarta, 10 Jull 2006'

5 114 ISSN Yusri Heni, dkk. 8. Posisi tanggungjawab dan pertanggungjawaban yang jelas. Dari sudut pandang keselamatan, sangat penting bahwa tidak ada ketimpangan antara jabatan dan tanggung jawab kese]amatan. Uraian tugas harus menje]askan tugas, wewenang dan tanggung jawab dalam setiap jabatan seearajelas. Pekerja oarang yang bertanggung jawab mengenai keselamatan di tempat kerjanya. Pertanggungjawaban menunjukkan bahwa tujuan yang ditetapkan terfokus dan target untuk peneapaiannya dinyatakan dengan jelas, perkembangannya dieva]uasi dan ada konsekuensi untuk peneapaiannya. 9. Motivasi dan Kepuasan Kerja. Perilaku para pegawai sangat dipengaruhi oleh motivasi yang dimiliki dan kepuasan kerja. Aspek ini berupa kualitas kepemimpinan, dan perhatian pada rencana kerja dalam organisasi. Motivasi dan kepuasan kerja juga dipengaruhi oleh adanya penghargaan dan sangsi/hukuman atas kinerja kese]amatan yang dilakukan pekerja. ] O. Alokasi sumberdaya yang tepat. Harus diberikan perhatian terhadap perencanaan kebutuhan sumberdaya untuk program keselamatan, baik untuk pekerjaan rutin maupun pekerjaan yang insidentil. Alokasi sumberdaya untuk program keselamatan dan strategi diperlukan untuk mengatasi adanya kebutuhan yang mendesak seperti keeelakaan. Masalah ini tidak hanya menjadi perhatian tetapi juga diperlukan keah Iian khusus untuk menanganinya. ] I. Pandangan individu terhadap keselamatan. Tanggung jawab terhadap keselamatan berada pada setiap pegawai dan bukan hanya berada pad a pemimpin dan Badan Pengawas. Indikatomya ada]ah pemahaman pekerja terhadap potensi bahaya, kesadaran dan tindakan yang perlu dilakukan serta pandangan untuk mendukung keselamatan. Dalam fasilitas nuklir, kese]amatan terdiri dari keselamatan industri dan keselamatan lingkungan dan juga keselamatan nuklir. 12. Peranan para manajer. Para manajer dalam beberapa organisasi lebih banyak menerapkan pendekatan kekuasaan dari pada pendekatan organisasi lainnya. Peranan manajer terhadap keselamatan ditunjukkan dengan indikator: Manajer harus mempunyai pengetahuan keselamatan yang eukup agar pereaya diri dalam mendiskusikan masalah keselamatan dengan anak buahnya. Mencurahkan waktu dan tenaga untuk memotivasi dan membina pekerja untuk memperhatikan keselamatan, perencanaan kerja yang selalu mempertimbangkan keselamatan, senantiasa memastikan tujuan keselamatan tereapai, mengikuti status dan perkembangan, kunjungan manajer ke lapangan, pertemuan manajer dengan pekerja. ]3. Komunikasi dan Keterbukaan. Komunikasi yang baik diperlukan dalam suatu organisasi jika ingin pegawainya me]akukan tugas secara efektif. Para pegawai harus pereaya diri dan mereka dapat dipereaya dengan pengetahuan yang mereka miliki serta mempunyai kesempatan untuk mendiskusikan masalah yang dihadapi baik seeara kelompok atau secara individual, komunikasi antar individu dan antar bidang. Hubungan kerja dengan rekan kerja, pertemuan informal dan formal tentang keselamatan. Organisasi dapat menggunakan media komunikasi ganda untuk menghubungi para pegawainya. Maka suatu organisasi tersebut akan secara terus menerus mendorong suasana keterbukaan di an tara para pegawainya. 14. Pembelajaran organisasi. Kriteria ini hampir dianggap sarna dengan filosofi organisasi dimana pendekatan setiap masalah dipandang sarna dengan kesempatan untuk belajar. Adanya kemauan untuk belajar dari orang lain dan berbagi penga]aman dengan men~ka. Organisasi seeara terus menerus mengevaluasi kembali kondisi lingkungan sekitamya dan menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Komitmen pada pembelajaran organisasi adalah sangat penting da]am mengkaj i masa]ah keselamatan dan mengidentifikasi akar penyebab masalah dengan tepat. Hal ini ditunjukkan dengan pandangan manajemen terhadap kesalahan yang terjadi, penerapan sistem manajemen keselamatan, evaluasi/survey ten tang penyelenggaraan keselamatan, upaya perbaikan yang berkaitan dengan kese]amatan, pandangan manajemen terhadap pendapat / masukkan dari dalam maupun luar. HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi penerapan budaya keselamatan yang dilakukan me]a]ui survei olt:h BAPETEN kepada pekerja ditiga instalasi nuklir di BATAN dilakukan melalui pengisian kuesioner oleh 133 responden, wawaneara untuk setiap instalasi masingmasing oleh 6 orang wakil pejabat struktura] dan 6 orang wakil non struktural. Setelah dilakukan analisis terhadap data dan informasi yang diperoleh dari pelaksanaan survei didapatkan profil penerapan budaya keselamatan dari ketiga instalasi dihitung secara rata-rata yang ditunjukkan pad a Gambar I. Prosldlng PPI PDIPTN 2006

6 YU~'riHeni, dkk. ISSN T4-M. T3-1d. Komunikasi dan keterbukaan A1-K. Komitmen top manajemen terhadap keselamatan 10 A3-M. Pendekatan sistematis terhadap keselamatan A6-M. Konflik antara tidak adanya keselamatan dan produksi AD5-M. pl~ranan para Manager A7-K.Hubungan dgn badan pengawi.o3-ld. Pandangan Individu thdp.. 3 khselamatan. A10-M. Kualitas dokumen dan prose /; ~O-K.Alokasi sumber daya yang tepat A16-M. A 15-M. Posisi tanggung jawab dan pertanggungjawaban yang jelas.3 )a.11-1d. Kepatuhan terhadap dan prosedur ~2-M. Stat yg cakap dan mencukupi jumlahnya. peraturan Gambar I. Radar Chart evaluasi penerapan BK Intalasi NukUr. Hasil analisis terhadap data dan informasi dari pelaksanaan survei penerapan budaya keselamatan yang berupa isian kuesioner dari responden yang diverifikasi dengan data observasi (wawancara, dokumen, kunjungan), adalah sebagai berikut: Komitmen Pimpinan Pada Cluster Kebijakkan/ I. Komitmlm top manajemen terhadap keselamatan. Hasil suryei menunjukkan bahwa komitmen top manajemen terhadap keselamatan adalah cukup, nilai rata-rata SNL sebesar 6.0. Hal ini merupakan hasil penilaian terendah dari responden sehingga perlu mendapat perhatian pihak pimpinan / manajemen untuk ditingkatkan. 2. Pendekatan sistema tis terhadap keselamatan. Hasil survei menunjukkan bahwa Pendekatan Sistematis terhadap Keselamatan cukup baik mempunyai nilai rata-rata SNL sebesar 7.0. Karakteristik ini masih dapat ditingkatkan dengan menerapkan sistem manajemen keselamatan dan sistem manajemen mutu secara konsisten. 3. Hubungan dengan Badan Pengawas dan organisasi lain. Hasil survei menunjukkan bahwa hubungan dg Badan Pengawas dan organisasi lain cukup mempunyai nilai rata-rata SNL sebesar 6.0. Hal ini merupakan hasil penilaian terendah dari responden sehingga perlu mendapat perhatian manajemen untuk meningkatkan hubungan badan pengawas untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan keselamatan dan perencanaan operasi. 4. Alokasi sumberdaya yang tepat. Hasil survei menunjukkan bahwa Alokasi Sumberdaya yang Tepat cukup baik mempunyai nilai rata-rata sebesar 7,4. Upaya peningkatan terhadap sumberdaya masih dapat ditingkatkan untuk keselamatan dan kedaruratan serta penambahan SOM. 5. Pembelajaran organisasi. Hasil survei menunjukkan bahwa Pembelajaran organisasi cukup baik mempunyai nilai rata-rata SNL sebesar 6,9. Pembelajaran dari pengalaman operasional fasilitas lain yang sejenis perlu dilakukan untuk peningkatan keselamatan. Komi/men Pada Cluster Manajer I. Konflik antara keselamatan dengan produksi. Hasil survei menunjukkan bahwa konflik antara keselamatan dengan produksi cukup baik dan mempunyai nilai rata-rata SNL sebesar 7,8. Karakteristik ini merupakan praktek yang baik Pustek Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 10 Jul! 2006 BATAN

7 1/6 ISSN 02]6-3]28 J'usri Heni, dkk. (Good practise) sebagai kekuatan organisasi dimana pihak manajemen tidak mengutamakan target produksi dan lebih memperhatikan keselamatan sesuai kerangka kerja yang ditetapkan. 2. Kualitas dokumen dan prosedur. Hasil survei menunjukkan bahwa kualitas dokumen dan prosedur Cukup, mempunyai nilai rata - rata SNL sebesar 6,2. Dibeberapa pusat pelaksanaan program jaminan kualitas masih perlu ditingkatkan, evaluasi dan revisi prosedur perlu perhatian pihak manajemen. 3. Star yang cakap dan mencukupi jumlahnya. Hasil survei menunjukkan bahwa stafyang cakap dan mencukupi jumlahnya cukup mempunyai nilai rata-rata SNL sebesar 6,6. Dari sisi kualifikasi atau kompetensi staf cukup baik, namun demikian di beberapa pusat jumlah SDM terutama untuk operasi dan perawatan perlu ditambah yang baru dan yang senior sudah mendekati masa pensiun. 4. Posisi tanggungjawab dan pertanggungjawaban yang jelas. Hasil survei menunjukkan bahwa posisi tanggungjawab dan pertanggungjawaban yang jelas cukup baik mempunyai nilai rata-rata SNL sebesar 7,6. Sebagian besar uraian tugas wewenang, tanggungjawab dan kompetensi setiap individu sudah didifiniskan dalam anjab (analisa jabatan) oleh manajemen, namun dalam prakteknya belum sepenuhnya dilaksanakan secara konsisten. 5. Motivasi dan kepuasan kerja. Hasil survei menunjukkan bahwa motivasi dan kepuasan kerja cukup, mempunyai nilai rata-rata SNL sebesar 6,2. Perhatian manajemen terhadap prestasi kinerja keselamatan pekerja masih perlu ditingkatkan, diantaranya dengan penerapan penghargaan dan sangsi. 6. Peranan para manajer. Hasil survei menunjukkan bahwa peranan para manajer cukup baik mempunyai nilai rata-rata SNL sebesar 7,06. Peranan para manajer terhadap peningkatan keselamatan masih dapat ditingkatkan, perhatian diberikan dengan mempertimbangkan keterlibatan seluruh pekerja dalam pengelolaan keselamatan. Komitmen Pada Cluster Individu J. Kepatuhan terhadap peraturan dan prosedur, Hasil survei menunjukkan bahwa kepatuhan terhadap peraturan dan prosedur cukup baik mempunyai nilai rata-rata SNL sebesar 7,3. Hal ini merupakan kekuatan dari organisasi, yang masih dapat ditingkatkan melalui peran panutan atau contoh yang diterapkan oleh pimpinan. 2. Pandangan individu terhadap keselamatan. Hasil survei menunjukkan bahwa Pandangan individu terhadap keselamatan baik mempunyai nilai rata-rata SNL sebesar 8,26 dan merupakan praktek yang baik (Good practv,'e). Kesadaran individu terhadap praktek keselamatan sudah baik dan perlu dipertahankan. 3. Komunikasi dan Keterbukaan. Hasil survei menunjukkan bahwa Komunikasi dan Keterbukaan cukup mempunyai nilai rata-rata SNL sebesar 6,6. Upaya peningkatan komunikasi masih perlu dilakukan baik antar pekerja maupun pimpinan dengan pekerja. KESIMPULAN DAN SARAN Hasil survei evaluasi penerapan budaya keselamatan instalasi nuklir yang dilakukan pad a pekerja yang terdiri dari para pejabat struktural dan non struktural di 3 unit kerja yang mempunyai reaktor riset di SA TAN, diperoleh profil karakteristik penerapan budaya keselamatan yang ditunjukkan oleh grafik dan kesimpulan sebagai berikut ini : I. Penerapan budaya keselamatan pad a instalasi nuklir di tiga pusat SATAN yang mempunyai reaktor riset tersebut sudah dilakukan, berdasarkan hasil survei menunjukkan profil penerapan budaya keselamatan yang cukup baik, karena berdasarkan penilaian pekerja terhadap karakteristik-karakteristik yang dievaluasi menunjukkan nilai diatas rata-rata. 2. Karakteristik budaya keselamatan yang mendapatkan nilai tinggi merupakan praktek yang baik (good practise) adalah Pandangan individu terhadap keselamatan dan Tidak ada konflik antara keselamatan dengan produksi. Hal ini merupakan kekuatan organisasi yang perlu dipertahankan yang sangat berperan terhadap kinerja keselamatan. 3. Namun demikian masih dijumpai adanya karakteristik yang mendapatkan nilai lebih rendah dari karakteristik yang lain perlu menjadi perhatian dari pihak manajemen untuk ditingkatkan dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi. Karakteristik budaya kcselamatan tersebut antara lain: a. Komitmen Top Manajemen terhadap keselamatan. Pustek Akselerator dan Proses Bahan BATAN Yogyakarta, 10 Jull 2006

8 - Yusri Heni, dkk. ISSN b. Hubungan dengan badan pengawas. c. Motivasi dan kepuasan kerja. TANYAJAWAB 4. Hasil evaluasi terhadap posisi tahap pengembangan budaya keselamatan di ketiga pusat tersebut berada pada posisi tahap II dimana keselamatan merupakan tujuan organisasi. 5. Hasil kajian evaluasi penerapan budaya keselamatan instalasi nukjir ini dapat digunakan oleh masing-masing pusat sebagai bahan pertimbangan peningkatan kinerja keselamatan. Bagi Badan Pengawas hasil evaluasi dapat digunakan sebagai pertimbangan pelaksanaan pengawasan instalasi nukjir. DAFT AR ACUAN I. U.U. No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran.. 2. IAEA, Safety Report INSAG-4" Safety Culture", Vienna, IAEA,TECDOC-1329, Safety Culture in Nuclear Installations: Guidance for Use in the Enhancement of Safety Culture, Vienna, IAEA,TECDOC-1321, Self Assessment of Safety Culture in Nuclear Installations, Vienna, IAEA, Safety Report INSAG-15" Key Practical Issues in Strengthening Safety Culture, Vienna, IAEA, TECDOC-860, Guiedelines for Organizational Self Assessment of Safety Culture in Organizations Team-ASCOT Guideline, Vienna, Nazaroh - Budaya keselamatan hasil evaluasi yang saudara lakukan pada 3 reaktor cukup baik tapi perlu ditingkatkan pada : Komitmen Top Manajemen, Hub Badan Pengawas dan Matwasi, Kepuasan Kerja. Kira-kira apa saja yang menjadi penyebab hal tersebut di atas? Apakah termasuk faktor dana? Yusri Heni - Apa yang dilakukan adalah Bapeten memherikan penjelasan hasil survey kepada pengamhil kebijkan Batan-Bapeten sehingga fasilitas mengetahui profil penerapan budaya keselamatan difasilitasnya. - Pihak manajemen belum mengetahui penerapan hudaya keselamatan seperti apa, manajemen keselamatan helum dilakukan denganfasilitas. - Termasuk dana. Tegas Sutondo - Sejauh mana hasil survey mencerminkan jawaban yang objektif, mengingat respomden umumnya punya beban psikologis (takut sarna atasan, dsb). Yusri Heni - Data utama evaluasi dari hasil kuestioner yang diisi oleh responden. - Validasi hasil survey dilakukan dengan metode wawancara, observasi, evaluasi dokumen dan observasi ke lapangan.

KAJIAN PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN DI IEBE

KAJIAN PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN DI IEBE Hasil-hasil Penelitian ESN Tahun 2009 ISSN 0854-5561 KAJIAN PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN DI IEBE ABSTRAK KAJIAN PENERAPAN SUOAYA KESELAMATAN lese. Kajian Suatu kajian terhadap penerapan budaya keselamatan

Lebih terperinci

INDIKATOR BUDAYA KESELAMATAN

INDIKATOR BUDAYA KESELAMATAN INDIKATOR BUDAYA KESELAMATAN YUSRI HENI y.heni@bapeten.go.id BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR DAFTAR ACUAN TEC DOC 1329, BAB 8. INSAG 4 - Safety Culture TEC DOC 860: ASCOT Guideline "Safety Culture"???? Each

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA

Lebih terperinci

GEJALA MELEMAHNYA BUDAYA KESELAMATAN

GEJALA MELEMAHNYA BUDAYA KESELAMATAN GEJALA MELEMAHNYA BUDAYA KESELAMATAN Oleh : Suharno LOKAKARYA BUDAYA KESELAMTAN INSTALASI NUKLIR Jakarta 17 20 Mei 2005 1. PENDAHULUAN Kelemahan dapat memicu terjadinya keadaan keselamatan yang tidak stabil

Lebih terperinci

PENILAIAN BUDAYA KESELAMATAN DENGAN METODE SAFETY CULTURE ASSESSMENT REVIEW TEAM (SCART) (STUDI KASUS DI PRSG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL)

PENILAIAN BUDAYA KESELAMATAN DENGAN METODE SAFETY CULTURE ASSESSMENT REVIEW TEAM (SCART) (STUDI KASUS DI PRSG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL) Jurnal Teknik Industri, Volume x, Nomor x, Tahun 2015, Halaman x-x Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/ieoj PENILAIAN BUDAYA DENGAN METODE SAFETY CULTURE ASSESSMENT REVIEW TEAM (SCART)

Lebih terperinci

BUDAYA KESELAMATAN DI BIDANG PEMELIHARAAN PLTN

BUDAYA KESELAMATAN DI BIDANG PEMELIHARAAN PLTN BUDAYA KESELAMATAN DI BIDANG PEMELIHARAAN PLTN Yohanes Dwi Anggoro, Sahala M. Lumbanraja (PPEN) BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan 12710 Telp./Fax.: 021-5204243, Email:yohanes.anggoro@batan.go.id

Lebih terperinci

KEGIATAN BUDAYA KESELAMATAN NUKLIR FNCA. Ir. Alfahari Mardi, MSc. dan Ir. Johnny Situmorang

KEGIATAN BUDAYA KESELAMATAN NUKLIR FNCA. Ir. Alfahari Mardi, MSc. dan Ir. Johnny Situmorang KEGIATAN BUDAYA FNCA=FORUM ON NUCLEAR COOPERATION IN ASIA KESELAMATAN NUKLIR FNCA Lokakarya Budaya Keselamatan Instalasi Nuklir 17-20 Mei 2005, Jakarta Badan Pengawas Tenaga Nuklir - BAPETEN Ir. Alfahari

Lebih terperinci

JAMINAN MUTU UNTUK PERSIAPAN PEMBANGUNAN PLTN

JAMINAN MUTU UNTUK PERSIAPAN PEMBANGUNAN PLTN JAMINAN MUTU UNTUK PERSIAPAN PEMBANGUNAN PLTN Syahrudin PSJMN-BATAN, Kawasan PUSPIPTEK, GD71, Lt.2,Cisauk, Tangerang Abstrak Jaminan Mutu untuk Persiapan Pembangunan PLTN. Standar sistem manajemen terus

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA MANAJEMEN AUDIT ATAS FUNGSI PERSONALIA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN

BAB 4 ANALISA MANAJEMEN AUDIT ATAS FUNGSI PERSONALIA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN 39 BAB 4 ANALISA MANAJEMEN AUDIT ATAS FUNGSI PERSONALIA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN 4.1 Analisa terhadap Fungsi Personalia Pada bagian ini, akan dipaparkan hasil analisa atas fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebaliknya yang lemah akan menghambat dan bertentangan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. sebaliknya yang lemah akan menghambat dan bertentangan dengan tujuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya organisasi merupakan suatu kekuatan sosial yang tidak tampak, yang dapat menggerakkan orang-orang dalam suatu organisasi untuk melakukan aktivitas

Lebih terperinci

PENINGKATAN PELAYANAN KESELAMATAN KERJA DI PUSAT TEKNOLOGI NUKLIR BAHAN DAN RADIOMETRI

PENINGKATAN PELAYANAN KESELAMATAN KERJA DI PUSAT TEKNOLOGI NUKLIR BAHAN DAN RADIOMETRI Seminar Keselamatan Nuklir Agustus 006 ISSN: 11 58 PENINGKATAN PELAYANAN KESELAMATAN KERJA DI PUSAT TEKNOLOGI NUKLIR BAHAN DAN RADIOMETRI Endang Kurnia Pusat teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri BATAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI Kami PT Bening Tunggal Mandiri berkomitmen untuk melaksanakan kegiatan bisnis perusahaan berdasarkan aspek HSE. PT Bening Tunggal Mandiri

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP 6.1 Kesimpulan

BAB 6 PENUTUP 6.1 Kesimpulan BAB 6 PENUTUP 6.1 Kesimpulan Dari hasil pengolahan data dan analisis, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dimensi Student Satisfaction Inventory dan Metode Servqual dapat digunakan

Lebih terperinci

PENGKAJIAN INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR

PENGKAJIAN INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR PENGKAJIAN INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR Liliana Yetta Pandi-P2STPIBN Yudi Pramono-DP2IBN Pelatihan Jabatan Fungsional Pengawasan Radiasi Tingkat Ahli-BAPETEN Cisarua, 16 25 Nopember 2000 PENDAHULUAN Dasar

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S)

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S) REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S) SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 20 TAHUN 2009 TANGGAL : 17 FEBRUARI

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JAMINAN MUTU DI RSG GAS*)

IMPLEMENTASI JAMINAN MUTU DI RSG GAS*) IMPLEMENTASI JAMINAN MUTU DI RSG GAS*) Pranto Busono, Warsono, Rohadi, Rofei**) ABSTRAK IMPLEMENTASI JAMINAN MUTU DI RSG GAS. Jaminan Mutu merupakan prasyarat untuk pengoperasian instalasi nuklir sehingga

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : bahwa sesuai dengan

Lebih terperinci

2. PERSYARATAN UNTUK PENGKAJIAN KESELAMATAN DALAM PROSES PERIJINAN REAKTOR RISET

2. PERSYARATAN UNTUK PENGKAJIAN KESELAMATAN DALAM PROSES PERIJINAN REAKTOR RISET 2. PERSYARATAN UNTUK PENGKAJIAN KESELAMATAN DALAM PROSES PERIJINAN REAKTOR RISET KRITERIA DAN TANGGUNG-JAWAB PENGKAJIAN 201. Untuk suatu reaktor riset yang akan dibangun (atau mengalami suatu modifikasi

Lebih terperinci

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang 134 Struktur Organisasi PT. Akari Indonesia Pusat dan Cabang Dewan Komisaris Direktur Internal Audit General Manager Manajer Pemasaran Manajer Operasi Manajer Keuangan Manajer Sumber Daya Manusia Kepala

Lebih terperinci

LAMPIRAN. A. Hasil kuisioner Proses TI PO2 Menentukan Arsitektur Informasi

LAMPIRAN. A. Hasil kuisioner Proses TI PO2 Menentukan Arsitektur Informasi LAMPIRAN Lampiran A. Hasil kuisioner Proses TI PO Menentukan Arsitektur Informasi Responden Adanya kesadaran bahwa arsitektur informasi penting bagi organisasi Pengetahuan untuk mengembangkan arsitektur

Lebih terperinci

Pengertian. Audit SDM:

Pengertian. Audit SDM: Audit SDM Audit SDM: Pengertian Pemeriksaan dan penilaian secara sistematis, objektif dan terdokumentasi terhadap fungsi-fungsi organisasi yang terpengaruh oleh manajemen SDM untuk pemenuhan tujuan organisasi.

Lebih terperinci

KAJIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN (SML) DALAM SISTEM MANAJEMEN TERINTEGRASI UNTUK KESELAMATAN INSTALASI NUKLIR

KAJIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN (SML) DALAM SISTEM MANAJEMEN TERINTEGRASI UNTUK KESELAMATAN INSTALASI NUKLIR KAJIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN (SML) DALAM SISTEM MANAJEMEN TERINTEGRASI UNTUK KESELAMATAN INSTALASI NUKLIR Nur Tri Harjanto ABSTRAK KAJIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN LlNGKUNGAN (SML) DALAM

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. A. Hasil Kuesioner Prioritas TI JUMLAH. Sangat Perlu. Tidak Perlu Perlu

LAMPIRAN. Lampiran 1. A. Hasil Kuesioner Prioritas TI JUMLAH. Sangat Perlu. Tidak Perlu Perlu Lampiran LAMPIRAN A. Hasil Kuesioner Prioritas TI JUMLAH Proses TI PO - Menetapkan Rencana Strategis IT Perencanaan strategis TI diperlukan untuk mengelola dan mengarahkan semua sumber daya TI sesuai dengan

Lebih terperinci

KUISIONER Penentuan Tingkat Kepentingan Kriteria MBNQA SDM

KUISIONER Penentuan Tingkat Kepentingan Kriteria MBNQA SDM KUISIONER Penentuan Tingkat Kepentingan Kriteria MBNQA SDM A. BIODATA Nama Jabatan Umur Jenis Kelamin Alamat :.. :.. :.. :.. :.. B. PETUNJUK PENGISIAN Untuk menyamakan pemahaman dan prosedur, maka peneliti

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang :

Lebih terperinci

EVALUASI LINGKUNGAN PENGENDALIAN CONTROL ENVIRONMENT EVALUATION (CEE)

EVALUASI LINGKUNGAN PENGENDALIAN CONTROL ENVIRONMENT EVALUATION (CEE) EVALUASI LINGKUNGAN PENGENDALIAN CONTROL ENVIRONMENT EVALUATION (CEE) Tim PIU IDF Grant World Bank 1 CEE Control Environment Evaluation Evaluasi lingkungan Pengendalian Penilaian lingkungan pengendalian

Lebih terperinci

Peningkatan Mutu Hasil Uji Kompetensi Personil Sebagai Strategi Pengawasan Tenaga Nuklir. Aris Sanyoto Balai DIKLAT - BAPETEN

Peningkatan Mutu Hasil Uji Kompetensi Personil Sebagai Strategi Pengawasan Tenaga Nuklir. Aris Sanyoto Balai DIKLAT - BAPETEN Widyanuklida Vol. 9 No. 1-2, November 2009 Peningkatan Mutu Hasil Uji Kompetensi Personil Sebagai Strategi Pengawasan Tenaga Nuklir Aris Sanyoto Balai DIKLAT - BAPETEN Abstrak Badan Tenaga Atom Intemasional

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PADA PT ROMANCE BEDDING AND FURNITURE

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PADA PT ROMANCE BEDDING AND FURNITURE BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PADA PT ROMANCE BEDDING AND FURNITURE Pengelolaan SDM yang dilaksanakan dengan baik di perusahaan dapat mempengaruhi kinerja suatu perusahaan.

Lebih terperinci

INTISARI TINGKAT KESIAPAN INSTALASI GAWAT DARURAT DALAM PELAKSANAAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT BEDAH SINDUADI

INTISARI TINGKAT KESIAPAN INSTALASI GAWAT DARURAT DALAM PELAKSANAAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT BEDAH SINDUADI INTISARI TINGKAT KESIAPAN INSTALASI GAWAT DARURAT DALAM PELAKSANAAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT BEDAH SINDUADI Ayu Lidya Rahmah 1, Elsye Maria Rosa 2, Ekorini Listiowati 3 Magister Manajemen

Lebih terperinci

ZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007

ZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007 SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001: 2000/SNI 19-9001-2001 ZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007 1 OBJEKTIF : Mendapatkan gambaran

Lebih terperinci

Kebijakan Manajemen Risiko PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Kebijakan Manajemen Risiko PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. I. PENDAHULUAN Berdasarkan Peraturan Menteri BUMN No.1/M-MBU/2011 tanggal 1 November 2011, manajemen risiko merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penerapan Good Corporate Governance. Pengelolaan

Lebih terperinci

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, KEPUTUSAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 127/KA/VII/2009 TENTANG PENETAPAN STANDAR BATAN TENTANG PEDOMAN KUALIFIKASI DAN SERTIFIKASI PETUGAS ANALISIS AKTIVASI NEUTRON (SB 0007 BATAN:2009)

Lebih terperinci

PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO

PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO 1. Pengertian Manajemen Resiko Menurut Wikipedia bahasa Indonesia menyebutkan bahwa manajemen resiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN MUTU BAPETEN

EVALUASI PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN MUTU BAPETEN EVALUASI PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN MUTU BAPETEN Yusri Heni Nurwidi Astuti Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir Badan Pengawas Tenaga nuklir ABSTRAK EVALUASI PELAKSANAAN

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi IV.1 Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi dengan Val IT Perencanaan investasi TI yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau yang dilakukan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 200/KA/X/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN

PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 200/KA/X/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 200/KA/X/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, Menimbang:

Lebih terperinci

MANAJEMEN OPERASIONAL

MANAJEMEN OPERASIONAL MANAJEMEN OPERASIONAL SUBSISTEM MANAJEMEN TENAGA KERJA Astrid Lestari Tungadi, S.Kom., M.TI. PENDAHULUAN Subsistem yang berhubungan dengan pengembangan sumber daya manusia dalam hal keterampilan dan pengetahuan

Lebih terperinci

PT. PYRIDAM FARMA Tbk. MANAJEMEN RISIKO

PT. PYRIDAM FARMA Tbk. MANAJEMEN RISIKO PT. PYRIDAM FARMA Tbk. MANAJEMEN RISIKO 071116 PIAGAM UNIT MANAJEMEN RISIKO PT. PYRIDAM FARMA Tbk. PT. Pyridam Farma Tbk. tidak luput dari risiko usaha, baik dari sumber eksternal maupun internal sehubungan

Lebih terperinci

Sistem manajemen mutu Persyaratan

Sistem manajemen mutu Persyaratan SNI ISO 9001-2008 Standar Nasional Indonesia Sistem manajemen mutu Persyaratan ICS 03.120.10 Badan Standardisasi Nasional SNI ISO 9001-2008 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iv Pendahuluan... vi 0.1

Lebih terperinci

KETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1

KETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1 KETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1 Dewi Prima Meiliasari, Zulfiandri, dan Taruniyati Handayani Direktorat Pengaturan Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir Badan Pengawas Tenaga Nuklir ABSTRAK.

Lebih terperinci

Agar setiap fungsi MSDM dapt diterapkan dengan baik dan tepat maka perlu adanya perencanaan. 1. Perencanaan organisasi

Agar setiap fungsi MSDM dapt diterapkan dengan baik dan tepat maka perlu adanya perencanaan. 1. Perencanaan organisasi PERTEMUAN KE-TUJUH PERENCANAAN FUNGSI-FUNGSI MSDM Agar setiap fungsi MSDM dapt diterapkan dengan baik dan tepat maka perlu adanya perencanaan. 1. Perencanaan organisasi organisasi merupakan alat dan wadah

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 43 BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengelolaan SDM yang dilaksanakan dengan baik di perusahaan dapat mempengaruhi kinerja suatu perusahaan. Untuk itu, perlu dilakukan audit operasional atas fungsi SDM di

Lebih terperinci

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN - 1 - PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI Konglomerasi

Lebih terperinci

Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi

Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi Ditetapkan September 2005 Direvisi April 2012 Direvisi Oktober 2017 Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi Epson akan memenuhi tanggung jawab sosialnya dengan melaksanakan prinsip prinsip sebagaimana di bawah

Lebih terperinci

ISO/DIS 9001:2015 Pengenalan Revisi dan Transisi

ISO/DIS 9001:2015 Pengenalan Revisi dan Transisi Selamat Datang di Pelatihan IAPMO R&T Registration Services ISO/DIS 9001:2015 Pengenalan Revisi dan Transisi QMS-100, Rev 1, dated 2/20/2015 1 Agenda Pengenalan Annex SL Perubahan ISO 9001 Ringkasan QMS-100,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016 Luthfil Hadi Anshari 1, Nizwardi Azkha 2 1,2 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Andalas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.534, 2011 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Keselamatan Operasi Reaktor Nondaya. Prosedur. Pelaporan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

UPT PUSKESMAS SAITNIHUTA

UPT PUSKESMAS SAITNIHUTA PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS SAITNIHUTA Desa Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul kode pos : 2457 Email :puskesmassaitnihuta@yahoo.co.id KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian ini adalah langkah demi langkah dalam penyusunan Tugas Akhir mulai dari tahap persiapan penelitian hingga pembuatan dokumentasi

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi komunikasi bencana yang dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan pengelolaan komunikasi bencana

Lebih terperinci

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK 2016 PT ELNUSA TBK PIAGAM AUDIT INTERNAL (Internal Audit Charter) Internal Audit 2016 Daftar Isi Bab I PENDAHULUAN Halaman A. Pengertian 1 B. Visi,Misi, dan Strategi 1 C. Maksud dan Tujuan 3 Bab II ORGANISASI

Lebih terperinci

KUESIONER. Pengaruh Pengendalian internal, Review internal, Komitmen Organisasi serta

KUESIONER. Pengaruh Pengendalian internal, Review internal, Komitmen Organisasi serta KUESIONER Pengaruh Pengendalian internal, Review internal, Komitmen Organisasi serta Penegakan Hukum Terhadap Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Dan Kinerja Perusahaan A. Identitas Responden

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1998 TENTANG BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1998 TENTANG BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1998 TENTANG BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NO.SKB.003/SKB/I/2013

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NO.SKB.003/SKB/I/2013 SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NO.SKB.003/SKB/I/2013 TENTANG INTERNAL AUDIT CHARTER (PIAGAM AUDIT INTERNAL) PT ASURANSI JASA INDONESIA (PERSERO) 1. VISI, MISI DAN STRUKTUR ORGANISASI

Lebih terperinci

Sistem manajemen mutu Persyaratan

Sistem manajemen mutu Persyaratan Standar Nasional Indonesia Sistem manajemen mutu Persyaratan ICS 03.120.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iv Pendahuluan... vi 0.1 Umum... vi 0.2 Pendekatan proses...

Lebih terperinci

PENDEKATAN ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN (TRAINING NEEDS ASSESSMENT) PADA BADAN PENGAWAS PEMANFAATAN TEKNOLOGI NUKLIR

PENDEKATAN ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN (TRAINING NEEDS ASSESSMENT) PADA BADAN PENGAWAS PEMANFAATAN TEKNOLOGI NUKLIR PENDEKATAN ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN (TRAINING NEEDS ASSESSMENT) PADA BADAN PENGAWAS PEMANFAATAN TEKNOLOGI NUKLIR Ahmad Ciptadi Syuryavin 1, Nanang Triagung EH 2 BAPETEN, Jl. Gajah Mada No.8, Jakarta,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri bahan bangunan di Indonesia terus berkembang pesat seiring meningkatnya kondisi perekonomian nasional,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri bahan bangunan di Indonesia terus berkembang pesat seiring meningkatnya kondisi perekonomian nasional, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri bahan bangunan di Indonesia terus berkembang pesat seiring meningkatnya kondisi perekonomian nasional, dimana kesejahteraan masyarakat memberikan kontribusi

Lebih terperinci

TATA KELOLA, KEPEMIMPINAN DAN PENGARAHAN (TKP) > 80% Terpenuhi 20-79% Terpenuhi sebagian < 20% Tidak terpenuhi

TATA KELOLA, KEPEMIMPINAN DAN PENGARAHAN (TKP) > 80% Terpenuhi 20-79% Terpenuhi sebagian < 20% Tidak terpenuhi STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN TATA KELOLA TATA KELOLA, KEPEMIMPINAN DAN PENGARAHAN (TKP) > 8% Terpenuhi 2-79% Terpenuhi sebagian < 2% Tidak terpenuhi Standar TKP. 1 Tanggung jawab dan akuntabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperluas ke semua bidang kegiatan operasional perusahaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. diperluas ke semua bidang kegiatan operasional perusahaan. Dengan demikian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini jangkauan aktivitas dari audit internal tidak hanya menyangkut pada pemeriksaan keuangan saja, akan tetapi jangkauan pemeriksaannya telah diperluas

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.996, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Manajemen Risiko. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.844, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BATAN. Unit Kerja. Rinvian Tugas. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN

Lebih terperinci

KAJIAN PERSYARATAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR KARTINI

KAJIAN PERSYARATAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR KARTINI KAJIAN PERSYARATAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR KARTINI Liliana Yetta Pandi* dan Berthie Isa S** * Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir ** Direktorat Perizinan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. IV.1 Penetapan Kebijakan Dan Prosedur Pengendalian Mutu

BAB IV HASIL PENELITIAN. IV.1 Penetapan Kebijakan Dan Prosedur Pengendalian Mutu BAB IV HASIL PENELITIAN IV.1 Penetapan Kebijakan Dan Prosedur Pengendalian Mutu Berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil pembicaraan dengan top manajemen KAP Jamaludin, Aria, Sukimto & Rekan sebagaimana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengumpulan Dokumen BSI UMY Penelitian memerlukan dokumen visi dan misi BSI UMY.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengumpulan Dokumen BSI UMY Penelitian memerlukan dokumen visi dan misi BSI UMY. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Dokumen BSI UMY Penelitian memerlukan dokumen visi dan misi BSI UMY. Visi yang dimiliki oleh BSI UMY adalah menjadi Biro yang mampu meningkatkan posisi UMY sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Definisi iklim kerja diartikan sebagai persepsi tentang kebijakan, praktekpraktek dan prosedur-prosedur organisasional yang dirasa dan diterima oleh individu-individu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI v. ABSTRAK i KATA PENGANTAR. ii. DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN xiv

DAFTAR ISI v. ABSTRAK i KATA PENGANTAR. ii. DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN xiv DAFTAR ISI ABSTRAK i KATA PENGANTAR. ii DAFTAR ISI v DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN xiv BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Penelitian. 1 2 Identifikasi Masalah.. 3 3 Maksud dan Tujuan Penelitian.. 4

Lebih terperinci

INTERNAL AUDIT K3 TJIPTO S.

INTERNAL AUDIT K3 TJIPTO S. INTERNAL AUDIT K3 TJIPTO S. LANGKAH SMK3 TAHAPAN 1. INPUT : KEBIJAKAN DAN PERENCANAAN 2. PROCESS: IMPLEMENTASI DAN OPERASI 3. OUTPUT : EVALUASI DAN TINJAU ULANG INPUT 1. Pembentukan tim 2. Penentuan lingkup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun internasional harus bekerja secara kompetitif dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi

Lebih terperinci

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 196/KA/XI/2011 TENTANG PEDOMAN KUALIFIKASI DAN SERTIFIKASI PETUGAS DAN SUPERVISOR IRADIATOR (STANDAR BATAN BIDANG APLIKASI TEKNOLOGI ISOTOP DAN RADIASI)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA Menimbang : a. bahwa terjadinya kecelakaan di tempat kerja sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah mendapatkan laba semaksimal mungkin dalam waktu yang tidak terbatas, sehingga perusahaan mampu mendapatkan laba yang

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ditarik kesimpulan : 1. Lebih dari separuh bidan pelaksana pelayanan KIA di Puskesmas pada jajaran perilaku yang kurang baik. 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemanfaatan tenaga nuklir di bidang industri, medis, penelitian dan lain-lain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemanfaatan tenaga nuklir di bidang industri, medis, penelitian dan lain-lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan tenaga nuklir di bidang industri, medis, penelitian dan lain-lain dari hari kehari sudah sangat meluas di Indonesia dan semakin meningkat baik dari segi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. penunjang medis dan melaksanakan pelayanan administratif. Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB 1 : PENDAHULUAN. penunjang medis dan melaksanakan pelayanan administratif. Sumber Daya Manusia (SDM) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi 14 BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi PT. Freshklido Graha Solusi adalah perusahaan jasa kebersihan terkemuka di Indonesia, yang menawarkan solusi cerdas

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner Keahlian Ketua PENGANTAR

Lampiran 1 Kuesioner Keahlian Ketua PENGANTAR Lampiran 1 Kuesioner Keahlian Ketua PENGANTAR Sebagai salah satu syarat kelulusan seorang mahasiswa Fakultas Psikologi UKM Bandung, saya sebagai peneliti bermaksud untuk mengadakan suatu penelitian sebagai

Lebih terperinci

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya 4.1q1 Bagaimana organisasi menentukan masalah eksternal dan internal yang relevan dengan tujuan dan arah strategis?

Lebih terperinci

Tata laksana dan metoda survey akreditasi

Tata laksana dan metoda survey akreditasi Tata laksana dan metoda survey akreditasi Pelaksanaan survei Periksa dokumen yang menjadi regulasi: dokumen eksternal dan internal Telusur: Wawancara: Pimpinan puskesmas Penanggung jawab program Staf puskesmas

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

Catatan informasi klien

Catatan informasi klien Catatan informasi klien Ikhtisar Untuk semua asesmen yang dilakukan oleh LRQA, tujuan audit ini adalah: penentuan ketaatan sistem manajemen klien, atau bagian darinya, dengan kriteria audit; penentuan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN BUDAYA KESELAMATAN PEKERJA RADIASI RUMAH SAKIT DI INDONESIA

UPAYA PENINGKATAN BUDAYA KESELAMATAN PEKERJA RADIASI RUMAH SAKIT DI INDONESIA YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 010 UPAYA PENINGKATAN BUDAYA KESELAMATAN PEKERJA RADIASI RUMAH SAKIT DI INDONESIA Muhammad Khoiri Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-Badan Tenaga Nuklir Nasional Jl. Babarsari P.O.Box

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang baik dan sehat serta memperoleh layanan kesehatan. Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang baik dan sehat serta memperoleh layanan kesehatan. Rumah Sakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia hal ini tercantum dalam butir H Undang-Undang Dasar 1945. Didalamya menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, - 1 - RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT KERJA

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BUKU PENILAIAN

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BUKU PENILAIAN MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PAM.MM01.001.01 BUKU PENILAIAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN

Lebih terperinci

Survey Budaya Aman Rumah Sakit 2016 Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita

Survey Budaya Aman Rumah Sakit 2016 Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Survey Budaya Aman Rumah Sakit 2016 Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita PENDAHULUAN JCI Standard GLD 13. Hospital leadership creates and supports a culture of safety program throughout

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Dr. Ir. Katharina Oginawati MS

Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Dr. Ir. Katharina Oginawati MS Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Dr. Ir. Katharina Oginawati MS 1 SNI Standar Nasional Indonesia Dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) SNI SNI 19-14001 14001-1997: 1997: Sistem manajemen

Lebih terperinci

PENILAIAN DAN STRATEGI PENINGKATAN MATURITAS SPIP. Per 13 Februari 2018

PENILAIAN DAN STRATEGI PENINGKATAN MATURITAS SPIP. Per 13 Februari 2018 PENILAIAN DAN STRATEGI PENINGKATAN MATURITAS SPIP Per 13 Februari 2018 A. STRUKTUR MATURITAS SPIP Definisi Maturitas SPIP Tingkat maturitas penyelenggaraan SPIP adalah tingkat kematangan/kesempurnaan penyelenggaraan

Lebih terperinci

DEWI KURNIASIH Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang 2014

DEWI KURNIASIH Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang 2014 1 ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN INTERNAL PERENCANAAN PROYEK DALAM MENINGKATKAN EFEKTIFITAS ANGGARAN BIAYA PROYEK (Studi PT. Bangun Cahaya Gemilang Batam) DEWI KURNIASIH 070420103072 Jurusan Akuntansi,

Lebih terperinci

PERSEPSI PEGAWAI TERHADAP PENGAWASAN MELEKAT OLEH PIMPINAN DI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN TANAH DATAR

PERSEPSI PEGAWAI TERHADAP PENGAWASAN MELEKAT OLEH PIMPINAN DI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN TANAH DATAR PERSEPSI PEGAWAI TERHADAP PENGAWASAN MELEKAT OLEH PIMPINAN DI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN TANAH DATAR Chandra Dwi Putra Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstract This article describes the perception

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN INSPEKSI DALAM PENGAWASAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN INSPEKSI DALAM PENGAWASAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN INSPEKSI DALAM PENGAWASAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS (...) NOMOR :002/RSTAB/PER-DIR/VII/2017 TENTANG PANDUAN EVALUASI STAF MEDIS DOKTER BAB I DEFINISI

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS (...) NOMOR :002/RSTAB/PER-DIR/VII/2017 TENTANG PANDUAN EVALUASI STAF MEDIS DOKTER BAB I DEFINISI LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS (...) NOMOR :002/RSTAB/PER-DIR/VII/2017 TENTANG PANDUAN EVALUASI STAF MEDIS DOKTER BAB I DEFINISI A. PENDAHULUAN Pada masa sekarang ini peningkatan produktifitas dan kualitas

Lebih terperinci

PENGARUH SISTEM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DAN PEMBERIAN INSENTIF TERHADAP KINERJA K3 PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

PENGARUH SISTEM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DAN PEMBERIAN INSENTIF TERHADAP KINERJA K3 PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA PENGARUH SISTEM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DAN PEMBERIAN INSENTIF TERHADAP KINERJA K3 PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA Intan Mayasari 1) dan I Putu Artama Wiguna 2) 1) Program Studi Magister

Lebih terperinci

JUDUL UNIT : Melakukan Komunikasi Di Tempat Kerja

JUDUL UNIT : Melakukan Komunikasi Di Tempat Kerja Sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi Bidang Programer komputer KODE UNIT : TIK.PR01.001.01 JUDUL UNIT : Melakukan Komunikasi Di Tempat Kerja DESKRIPSI UNIT : Unit ini menentukan kompetensi yang diperlukan

Lebih terperinci

7.1.Project Control. Schedule kunjungan ke lapangan dan partisipasi audit. Meninjau ulang temuan audit dan pelaporan perbaikan

7.1.Project Control. Schedule kunjungan ke lapangan dan partisipasi audit. Meninjau ulang temuan audit dan pelaporan perbaikan 7.1.Project Control Proyek Control bertanggung jawab kepada manajer lapangan perwakilan PT.Freeport Indonesia dan Dewan Direksi PT Prima Tunggal Javaland juga bertanggung jawab terhadap semua aktivitas

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI B.Y. Eko Budi Jumpeno Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN Jalan Cinere Pasar Jumat, Jakarta 12440 PO Box 7043 JKSKL, Jakarta 12070 PENDAHULUAN Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 2.1. Sejarah Singkat Organisasi Tahun 1954 1957 : Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktif: Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktif dilatarbelakangi oleh adanya

Lebih terperinci

Subsistem Manajemen Tenaga Kerja

Subsistem Manajemen Tenaga Kerja Subsistem Manajemen Tenaga Kerja Merupakan subsistem yang antara lain berhubungan dengan pengembangan SDM dalam hal ketrampilan dan pengetahuan, melalui pelatihan-pelatihan atau pendidikan. Pertemuan ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dimana peneliti mempelajari suatu deskripsi mengenai fakta atau masalah yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang ekonomi saat ini menunjukkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang ekonomi saat ini menunjukkan perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan di bidang ekonomi saat ini menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan muncul dan tumbuhnya berbagai perusahaan yang

Lebih terperinci