BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
|
|
- Agus Kusnadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Definisi iklim kerja diartikan sebagai persepsi tentang kebijakan, praktekpraktek dan prosedur-prosedur organisasional yang dirasa dan diterima oleh individu-individu dalam organisasi menurut Reichers dan Scheinder (1990) dalam Siswanto (2012). Persepsi tersebut harus berjalan selaras dengan kebutuhan individu di dalam organisasi tersebut. Selain itu iklim kerja menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan untuk dapat memenuhi kebutuhan dari organisasi dalam mencapai tujuan. Persepsi mempengaruhi praktek terhadap suatu objek. Kartono (1990) dalam Khoiri (2010) mengemukakan bahwa praktek terhadap suatu objek dipengaruhi oleh persepsi tentang suatu objek, kerentanan, faktor sosiopsikologi, faktor demografi, media masa, anjuran orang lain, serta perhitungan untung rugi dari praktek tersebut. Persepsi merupakan salah satu bagian dalam merefeksikan perilaku manusia. Azwar (2009) dalam Khoiri (2010) menyampaikan bahwa perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, minat, emosi, kehendak, berfikir, motivasi, persepsi, sikap, reaksi dan sebagainya. Seiring dengan perubahan era globalisasi, lingkungan kerja juga ikut berubah. Perubahan tersebut seperti perpindahan populasi, perubahan teknologi maupun perubahan budaya yang disebabkan oleh globalisasi itu sendiri. Hal tersebut juga diungkapkan oleh EU OSHA (2013), maka dari itu dibutuhkan cara untuk mengatasi perubahan tersebut agar pekerja merasa nyaman dalam bekerja. EU OSHA (2013) menyebutkan bahwa tujuan dari tempat kerja yang nyaman adalah memastikan pekerja yakin bahwa dirinya aman, sehat, puas dan engaged pada tempat kerjanya. 1
2 2 Aman merupakan bagian dari keselamatan atau safety yang berbentuk budaya dari organisasi tersebut. Budaya keselamatan atau safety culture menurut Al-Quds (2013) adalah produk yang dihasilkan dari individu, kelompok, sikap, persepsi, dan juga pola perilaku yang menentukan komitmen dan kecakapan dalam menata organisasi keselamatan. Definisi lain safety culture di lingkungan nuklir menurut IAEA (1991), budaya keselamatan adalah kumpulan karakteristik dan sikap dalam organisasi dan individu yang menetapkan hal tersebut sebagai prioritas utama, isu keselamatan instalasi nuklir sebagai perhatian dan kepentingan yang utama. Pada penelitian Morrow dkk (2014), safety culture menerima banyak perhatian di industri-industri termasuk di operasi tenaga nuklir. Bahkan beberapa contoh kecelakaan dimana safety culture diidentifikasi sebagai hal yang juga berkontribusi penyebab terjadinya kecelakaan, termasuk BP s Texas City Refinery Explosion di tahun 2005 (Chemical Safety Board, 2007), The Washington Metropolitan Area Transit Authority Rail Collision di tahun 2009 (National Transportation Safety Board, 2010), The Deepwater Horizon Oil Spill di tahun 2010 (United States Coast Guard, 2011), The Upper Big Branch Mine Explosion di tahun 2010 (Mine Safety and Health Administration, 2011), dan The Fukushima Nuclear Accident di tahun 2011 (National Diet of Japan, 2012). Terkait dengan kecelakaan Fukushima nuclear, walaupun sebuah sistem telah memiliki proteksi yang sangat canggih berdasarkan teknologi, namun tanpa adanya pemahaman dan pengertian dari nuclear security culture maka sistem yang sedemikian canggih pun tidak dapat menjaminnya. Nuclear security culture ini terdiri dari rangkaian karakteristik, sikap dan perilaku dari individu, organisasi dan institusi yang berfungsi sebagai sarana untuk mendukung dan meningkatkan keamanan nuklir (IAEA Security Series No.7, 2008). Kebanyakan insiden terkait nuklir dihasilkan dari kurangnya kesadaran nuclear security culture. Selain itu, nuclear security culture menjadi subjek yang penting saat nuclear security summit di Hague dengan 53 negara sebagai partisipannya termasuk Indonesia (European Union, 2014).
3 3 Hubungan antara security culture dengan safety culture (IAEA Security Series No.7, 2008) adalah ketika keduanya mempertimbangkan resiko dari human error, namun nuclear security memiliki penekanan tambahan pada tindakan yang disengaja yang dimaksudkan dapat menyebabkan kerusakan. Karena keamanan membutuhkan sikap dan perilaku yang berbeda seperti kerahasiaan informasi dan upaya mencegah tindakan berbahaya. Oleh karena itu dengan cara yang sama, nuclear security culture mengacu pada dedikasi, akuntabilitas, dan pemahaman tentang semua individu yang terlibat dalam kegiatan yang memiliki pengaruh pada keamanan kegiatan nuklir. Safety culture dipengaruhi oleh beberapa faktor. Penelitian ini dimulai oleh Zohar (1980) dengan 8 dimensi, diantaranya sikap manajemen terhadap keselamatan, dampak praktek-praktek keselamatan kerja terhadap promosi dan yang lainya. Flin (2000) juga meneliti faktor yang berpengaruh terhadap keselamatan di Industri Inggris. Selain itu Khoiri (2010) menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi safety culture di Instalasi Radiologi adalah komitmen top manajemen, komunikasi, kompetensi, dan keterlibatan pekerja. Puspitasari (2012) menunjukkan bahwa terdapat 5 faktor yang berpengaruh positif terhadap perilaku K3 pada sebuah perusahaan peleburan yaitu, komunikasi, kompetensi pekerja, langkah kerja, level resiko, dan keterlibatan pekerja. Security culture menurut IAEA Security Series No.7 (2008) pada nuclear memiliki 4 karakteristik/dimensi yang harus diperhatikan. Empat karakteristik tersebut adalah beliefs and attitude, principal, management system, dan behaviour. Pada Yoo dan Lee (2015), karakterikstik ini dipakai pada survei yang dilakukan pada personel fasilitas nuklir di Korea Selatan pada tahun 2009 dengan sedikit perubahan dengan menyesuaikan dengan kondisi disana. Pengukuran terhadap safety culture biasanya menggunakan sebuah kuesioner. Al-Quds (2013) melakukan penelitian untuk mengukur budaya keselamatan, meneliti variasi antara unit-unit perawatan intensif neonatal (NICU), dan menilai asosiasi dengan karakteristiknya menggunakan kuesioner safety attitude. Kuesioner safety attitude juga digunakan oleh Yadlapati (2014) untuk
4 Jumlah Negara 4 mengukur safety culture di Endoscopy Lab. Bahkan Liao (2015) juga menggunakan kuesioner dalam melakukan penelitian safety culture pada pesawat komersial untuk melihat perbedaan perspektif Chinese dan Western pilot. Hospital Survey on Safety Culture (HSOPSC) juga digunakan untuk mengetahui safety culture di Rumah Sakit Turki mengenai persepsi suster terhadap pasien (Güneş, 2015). Selain itu, Faradilla (2015) juga melakukan evaluasi iklim keselamatan rawat inap menggunakan kuesioner KIKRS milik Hasibuan (2014), SAQ, dan HSOPSC. Penerapan survei terhadap safety culture/climate sering digunakan di bidang healthcare menurut The Health Foundation (2011) di dalam Faradilla (2015) adalah Safety Attitude Questionaire (SAQ), Patient Safety Culture in Healthcare Organisations (PSCHO), Hospital Survey on Patient Safety Culture (HSOPSC), Safety Climate Survey (SCS), dan Manchester Patient Safety Assessment (MPSA). Selain itu di Indonesia terdapat Kuesioner Iklim Keselamatan Rumah Sakit (KIKRS) yang dikembangkan oleh Hasibuan (2014). Perbandingan penggunaan kuesioner safety climate tersebut adalah seperti pada Gambar SCS HSOPSC PSCHO SAQ KIKRS Kuesioner Gambar 1. 1 Perbandingan Penggunaan Kuesioner Safety Climate di Bidang Healthcare (Faradilla, 2015)
5 5 Begitu pula dengan security nuclear, Yoo dan Lee (2015) juga menggunakan kuesioner untuk surveinya terhadap personel di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Hal ini dikarenakan survei berupa kuesioner merupakan cara yang efektif untuk menguji tingkat kesadaran dari security nuclear. Kuesioner yang digunakan harus mencakup segala aspek pada security nuclear. Yoo dan Lee (2015) menjelaskan bahwa WINS (World Institute of Nuclear Security) mempublikasi sebuah kuesioner yang sederhana. Namun kuesioner tersebut tidak cukup untuk menganalisis semua elemen dari security nuclear. Dan beberapa negara telah berusaha mengembangkan kuesioner yang mencerminkan unsur-unsur dari security culture mereka sendiri. Yoo dan Lee (2015) menyatakan bahwa bahwa ROK (nuclear power di Korea Selatan) memprakarsai studi untuk mengembangkan kuesioner yang terdiri dari 20 pertanyaan security nuclear culture di tahun Namun selain Korea Selatan, jumlah penggunaan kuesioner security culture belum diketahui secara pasti. Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) merupakan instansi milik pemeritah yang memperhatikan perkembangan pendayagunaan dan pemanfaatan tenaga atom bagi kesejahteraan masyarakat. Badan pemerintah ini tentunya berkaitan erat dengan aktivitas berbahaya yang kaitannya dengan nuklir dan radiasi. BATAN telah memiliki kuesioner sendiri yang terdapat pada Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Nomor: 200/KA/X/2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Penerapan Budaya Keselamatan. Kuesioner tersebut terakhir disebarkan pada tahun 2014 oleh BATAN Yogyakarta. Hasil dari kuesioner tersebut karyawan Pusat Sains dan Teknologi Akserator (PSTA) BATAN Yogyakarta memiliki skor 660 dari total skor 1000 dan skor tersebut masuk pada peringkat C. Namun kuesioner ini belum mencakup mengenai security culture. Menurut hasil wawancara langsung dengan Kepala Bidang Keselamatan dan Kesehatan (BK2) PSTA BATAN Yogyakarta, banyak karyawan yang kurang memahami maksud dari pertanyaan pada kuesioner tersebut. Hal ini dikarenakan bahasa yang dicantumkan pada kuesioner memiliki bahasa yang kurang mudah dipahami. Permasalahan lain yaitu karyawan yang berusia muda dirasa masih
6 score 6 kurang memahami safety culture. Pada penelitian dari Yoo dan Lee (2015) dilihat dari kategori operating system, maka hasil yang ditampilkan jika dikategorikan berdasarkan usia adalah seperti pada Gambar 1.2. Gambar tersebut tidak menunjukkan tren yang jelas seperti semakin tua usia maka akan semakin baik kinerja pada kategori tersebut s 30s 40s 50s 60s age Roles and responbilities Working conditions Information security Report & feedback Establishing a goal Education & training Evaluation of trustworthiness Emergency response exercise Gambar 1.2 Operating System Category by Age (Yoo dan Lee, 2015) Selain kuesioner mengenai safety culture yang dimiliki BATAN, Indonesia belum memiliki kuesioner sendiri di bidang nuklir terutama mengenai security culture. Oleh karena itu melihat dari kuesioner yang ada di BATAN masih memerlukan pengembangan, serta penelitian mengenai kuesioner dibidang nuklir yang masih kurang maka penelitian ini mencoba mengembangkan instrumen penelitian mengenai persepsi karyawan terhadap safety culture dan security culture pada bidang nuklir khususnya di Indonesia. Pengembangan ini diharapkan dapat menghasilkan kuesioner yang mudah dipahami serta mencakup safety dan security secara keseluruhan.
7 7 1.2 Rumuan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan penilaian safety culture dan security culture pada bidang nuklir dengan mengambil studi kasus di PSTA BATAN Yogyakarta dengan mengembangkan sebuah instrumen pengukuran untuk memperoleh indikator yang berperan dalam penerapan safety dan security culture. 1.3 Asumsi dan Batasan Masalah Permasalahan yang akan diteliti memiliki asumsi bahwa kuesioner yang dihasilkan dapat digunakan untuk seluruh bidang nuklir di Indonesia. Selain itu, permasalahan yang akan diteliti memiliki batasan-batasan sebagai berikut: 1. Karyawan yang diteliti adalah karyawan yang sudah mengikuti diklat Proteksi Radiasi bagi Karyawan Baru. 2. Validasi yang dilakukan adalah validasi internal untuk kuesioner yang dihasilkan. 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengembangkan instrumen pengukuran terhadap safety dan security culture menurut persepsi karyawan di bidang nuklir. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang dihasilkan dari penelitian ini adalah: 1. Memiliki alat ukur yang sesuai dengan safety culture maupun security culture yang dapat diterapkan pada bidang nuklir Indonesia. 2. Membantu pihak-pihak terkait dalam menerapkan safety culture maupun security culture yang ada di bidang nuklir.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan layanan jasa yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat. Rumah sakit merupakan tempat yang sangat kompleks, terdapat ratusan macam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. layanan kesehatan, maka fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama. seperti klinik harus selalu berusaha untuk memenuhinya dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat akan jasa layanan kesehatan semakin tinggi, hal ini disebabkan karena semakin tingginya kesadaran masyarakat akan artinya kesehatan. Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di segala bidang termasuk bidang kesehatan. Peralatan kedokteran baru banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi yang terjadi belakangan ini membawa dampak perubahan di segala bidang termasuk bidang kesehatan. Peralatan kedokteran baru banyak diketemukan demikian
Lebih terperincikeselamatan penyedia jasa kesehatan serta pasien mereka (Gershon et al., 2000, Pronovost dan Sexton, 2005). Keselamatan dalam organisasi kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Safety Culture (budaya keselamatan) adalah produk yang dihasilkan dari individu, kelompok, sikap, persepsi dan juga pola perilaku yang menentukan komitmen dan kecakapan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Queen Latifa Yogyakarta, Kemudian dilakukan analisis antara Profesi, Intensitas
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional,mendeskripsikan budaya keselamatan pasien di RS Queen Latifa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri minyak dan gas merupakan salah satu industri terpenting dalam menunjang kehidupan manusia, khususnya dalam memenuhi kebutuhan energi. Hal ini merujuk pada
Lebih terperinciKAJIAN PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN DI IEBE
Hasil-hasil Penelitian ESN Tahun 2009 ISSN 0854-5561 KAJIAN PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN DI IEBE ABSTRAK KAJIAN PENERAPAN SUOAYA KESELAMATAN lese. Kajian Suatu kajian terhadap penerapan budaya keselamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi- tingginya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat di lingkungannya. Kesehatan dan keselamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terkait keselamatan di RS yaitu: keselamatan pasien, keselamatan pekerja atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk di RS. Isu penting terkait keselamatan di RS yaitu: keselamatan pasien, keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
KUESIONER PENELITIAN OLEH : SYAHARA HIKMAH FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA Assalamualaikum w.w Selamat pagi/ siang/ sore Saya adalah mahasiswi semester akhir Fakultas Kesehatan Masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi 385.000 kejadian luka akibat benda tajam yang terkontaminasi darah pada tenaga kesehatan di rumah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan keberhasilan baik berupa hasil produksi maupun hasil layanannya. Untuk menunjang keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu bentuk organisasi yang bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan. Berdasarkan Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Dunia industri erat kaitannya dengan proses produksi yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dunia industri erat kaitannya dengan proses produksi yang memerlukan penggunaan teknologi yang sangat maju. Adanya teknologi bisa memudahkan proses produksi
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional sedang memasuki era industrialisasi dan globalisasi yang ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan teknologi tinggi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Pada November 1999, the American Hospital Asosiation (AHA) Board of
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang yang mendasari latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. A. Latar Belakang Pada November 1999, the American Hospital
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk
kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi akan membawa dampak terhadap perubahan tatanan kehidupan
Lebih terperinciSISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI B.Y. Eko Budi Jumpeno Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN Jalan Cinere Pasar Jumat, Jakarta 12440 PO Box 7043 JKSKL, Jakarta 12070 PENDAHULUAN Pemanfaatan
Lebih terperinciLAMPIRAN I : PRAKTEK YANG DITERAPKAN UNTUK PENGEMBANGAN BUDAYA KESELAMATAN YANG TIDAK DISEBUTKAN DALAM INSAG 4.
LAMPIRAN I : PRAKTEK YANG DITERAPKAN UNTUK PENGEMBANGAN BUDAYA KESELAMATAN YANG TIDAK DISEBUTKAN DALAM INSAG 4. SISTEM DAN PROSES Pemanfaatan sistem informasi elektronik untuk mempermudah informasi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal tersebut yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri sekarang semakin pesat yang diikuti dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal tersebut yang mendukung penggunaan peralatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan masyarakat sekitar rumah sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan pengelolaan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) pada era globalisasi ini semakin tinggi. Pekerja, pengunjung, pasien dan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta. PSTA memiliki banyak bidang dimana terdapat beberapa sub bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pusat Sains dan Teknologi Akselerator (PSTA) adalah salah satu institusi litbang dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) yang berlokasi di Yogyakarta. PSTA memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berawal ketika Institute of Medicine menerbitkan laporan To Err Is
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan pasien menjadi isu prioritas dalam perawatan kesehatan, dimana gerakan keselamatan pasien dimulai sejak tahun 2000 yang berawal ketika Institute of Medicine
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagian masyarakat menyatakan bahwa mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pelayanan RS adalah suatu topik yang senantiasa merupakan isu yang hampir selalu hangat dibahas pada berbagai seminar di media massa. Bahkan sebagian masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sama beratnya untuk diimplementasikan (Vincent, 2011).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan pasien adalah pondasi utama dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. Sejalan dengan perkembangan sistem pelayanan rumah sakit yang semakin kompleks, menciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusianya, agar dapat menghasilkan produk yang berkualitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang canggih serta munculnya inovasi-inovasi baru di bidang teknik produksi, telah mendorong perusahaan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sehat 2010 yang telah dicanangkan oleh Departemen Kesehatan mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia yang penduduknya hidup dalam lingkungan
Lebih terperinciBAB I. padat pakar dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat pakar dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di rumah sakit menyangkut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keselamatan para tenaga kerjanya (Siswanto, 2001). penting. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2003
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pembangunan di semua sektor kegiatan industri dan jasa semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan tersebut ternyata tidak hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara paripurna, menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, ataupun. terhadap pasiennya (UU No 44 Tahun 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan perseorangan secara paripurna, menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, ataupun gawat darurat yang bermutu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global. World Health Organization. pembedahan pada tahun Di negara bagian AS yang hanya berpopulasi
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Komplikasi dan kematian akibat pembedahan menjadi salah satu masalah kesehatan global. World Health Organization (WHO) memperkirakan sedikitnya ada setengah juta kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. World Health Organization mengidentifikasikan masa remaja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Health Organization mengidentifikasikan masa remaja sebagai periode pertumbuhan manusia yang terjadi setelah masa a nak-anak dan sebelum dewasa yaitu dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit (RS) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mengobati dan menyembuhkan pasien dari penyakit. Dalam menjalankan tujuannya, rumah sakit
Lebih terperinciPENGETAHUAN DAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN KEAMANAN PEMBERIAN TERAPI OBAT
PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN KEAMANAN PEMBERIAN TERAPI OBAT Dewi Andriani* *Akademi Keperawatan Adi Husada, Jl. Kapasari No. 95 Surabaya. Email : andridewi64@gmail.com. ABSTRAK Pendahuluan:
Lebih terperinciPERSEPSI PEKERJA TERHADAP SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA
PERSEPSI PEKERJA TERHADAP SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA Yohana Eko 1, Andrean Prasetya Wijaya 2, Andi 3 ABSTRAK : Budaya keselamatan kerja merupakan hal yang harus diterapkan
Lebih terperinciPENELITIAN PERSEPSI PERAWAT TENTANG SAFETY HOSPITAL. Di Ruang Mawar RSUD Dr Harjono Ponorogo. Oleh : DWI HERI SUSANTO NIM :
PENELITIAN PERSEPSI PERAWAT TENTANG SAFETY HOSPITAL Di Ruang Mawar RSUD Dr Harjono Ponorogo Oleh : DWI HERI SUSANTO NIM : 096700 Disusun oleh: SELVIANI NUR CAHYADI NIM: 09I676 PRODI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi khususnya pada bidang kesehatan, mendorong pelayanan kesehatan untuk terus berupaya meningkatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberian obat secara aman merupakan perhatian utama ketika melaksanakan pemberian obat kepada pasien. Sebagai petugas yang terlibat langsung dalam pemberian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta. PSTA memiliki banyak bidang dimana terdapat beberapa sub bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pusat Sains dan Teknologi Akselerator (PSTA) adalah salah satu institusi litbang dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) yang berlokasi di Yogyakarta. PSTA memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejak lama diterapkan di berbagai sektor industri, kecuali di sektor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak akhir abad 18 di tingkat Internasional, program K3 sudah sejak lama diterapkan di berbagai sektor industri, kecuali di sektor kesehatan. Perkembangan K3 di rumah
Lebih terperincimendapatkan 5,7% KTD, 50% diantaranya berhubungan dengan prosedur operasi (Zegers et al., 2009). Penelitian oleh (Wilson et al.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada tahun 2000 Institute of Medicine di Amerika Serikat menerbitkan laporan yang mengagetkan banyak pihak yaitu : To Err is Human, building a Safer Health
Lebih terperinciASPEK KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI NUKLIR, LIMBAH RADIOAKTIF DAN BENCANA GEMPA PADA PLTN DI INDONESIA SKRIPSI
ASPEK KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI NUKLIR, LIMBAH RADIOAKTIF DAN BENCANA GEMPA PADA PLTN DI INDONESIA SKRIPSI Oleh NAUSA NUGRAHA SP. 04 02 02 0471 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi individu atau masyarakat melalui pembangunan kesehatan. Pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak lima tahun terakhir angkutan udara di Indonesia mengalami perkembangan yang signifikan. Data angkutan udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Kementrian Perhubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh tenaga kesehatan melalui program-program yang telah ditetapkan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan pasien merupakan prioritas utama yang harus dilaksanakan oleh rumah sakit. Hal ini sangat erat kaitannya baik dengan citra rumah sakit maupun keamanan pasien.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Penelitian Sebelumnya Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis menggunakan pustaka-pustaka yang mendukung. Pustakapustaka yang digunakan adalah penelitian-penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanpa adanya peran aktif dari pegawai atau karyawan sebagai salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap sistem organisasi baik instansi pemerintah maupun perusahaan swasta, dalam melaksanakan aktivitasnya akan selalu berusaha mencapai hasil sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (safety) di rumah sakit yaitu: keselamatan pasien (patient safety),
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu:
Lebih terperinciPENILAIAN BUDAYA KESELAMATAN DENGAN METODE SAFETY CULTURE ASSESSMENT REVIEW TEAM (SCART) (STUDI KASUS DI PRSG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL)
Jurnal Teknik Industri, Volume x, Nomor x, Tahun 2015, Halaman x-x Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/ieoj PENILAIAN BUDAYA DENGAN METODE SAFETY CULTURE ASSESSMENT REVIEW TEAM (SCART)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. untuk memperhatikan masalah keselamatan. Kementerian Kesehatan Republik
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu institusi penyelenggara pelayanan kesehatan dituntut untuk memperhatikan masalah keselamatan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat, maka syarat mutu makin bertambah penting. Hal tersebut mudah saja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kesehatan, serta makin baiknya tingkat pendidikan serta keadaan sosial ekonomi masyarakat, maka syarat mutu
Lebih terperinciNo. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2
TATA CARA / PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN ( IKP ) 1 dari 2 Insiden Keselamatan Pasien ( IKP ) adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan atau berpotensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyelamatkan pasien. Untuk menjalankan tujuannya ini, rumah sakit terdiri atas
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk menyelamatkan pasien. Untuk menjalankan tujuannya ini, rumah sakit terdiri atas kegiatan
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN PROGRAM PENINGKATAN MUTU KLINIS DAN KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS PUJON
KERANGKA ACUAN PROGRAM PENINGKATAN MUTU KLINIS DAN KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS PUJON BAB I PENDAHULUAN Semakin meningkatnya tingkat pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat, m a k a s i s t e m n i l
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan jasa yang di dalamnya terdapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan jasa yang di dalamnya terdapat banyak aktivitas yang tidak terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi perhatian adalah medication error. Medication error menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu permasalahan kesehatan yang sampai saat ini masih menjadi perhatian adalah medication error. Medication error menimbulkan berbagai dampak bagi pasien, mulai
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengawasan K3 juga salah satu penyebab terjadinya kecelakaan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pekerjaan konstruksi merupakan kegiatan yang cukup banyak menggunakan berbagai peralatan, baik canggih maupun manual. Peralatan ini dilaksanakan di lahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdampak terhadap pelayanan kesehatan, dimana dimasa lalu pelayanan. diharapkan terjadi penekanan / penurunan insiden.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi ini perkembangan ilmu dan teknologi sangatlah pesat termasuk ilmu dan teknologi kedokteran. Peralatan kedokteran baru banyak diketemukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dipakai, produk yang dipakai sifatnya tidak berwujud (Intangible)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sektor untuk mencapai tujuan pembangunan nasional bangsa Indonesia, berperan dalam pelayanan kesehatan dan berkontribusi bagi pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan investasi esensial bangsa yang secara signifikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan investasi esensial bangsa yang secara signifikan mempengaruhi kemajuan suatu negeri. Agenda pembangunan di bidang kesehatan menekankan pada pembenahan
Lebih terperinciBATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,
PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 196/KA/XI/2011 TENTANG PEDOMAN KUALIFIKASI DAN SERTIFIKASI PETUGAS DAN SUPERVISOR IRADIATOR (STANDAR BATAN BIDANG APLIKASI TEKNOLOGI ISOTOP DAN RADIASI)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada era globalisasi, pelayanan prima merupakan. elemen utama di rumah sakit dan unit kesehatan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi, pelayanan prima merupakan elemen utama di rumah sakit dan unit kesehatan. Rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai institusi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan, rumah sakit
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai institusi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan, rumah sakit mempunyai peran penting dalam upaya peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. Pertambahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Rumah Sakit merupakan tempat yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah Sakit merupakan layanan jasa yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat. Rumah Sakit merupakan tempat yang sangat komplek, terdapat ratusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam strategi World Trade Organization (WTO) pada tahun 2010 Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah suatu organisasi yang dilakukan oleh tenaga medis professional yang terorganisir baik dari sarana prasarana kedokteran yang permanen, pelayanan kedokteran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. isu yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit, yaitu: keselamatan pasien,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga rumah sakit. Ada lima isu yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit, yaitu: keselamatan pasien,
Lebih terperinciKEGIATAN BUDAYA KESELAMATAN NUKLIR FNCA. Ir. Alfahari Mardi, MSc. dan Ir. Johnny Situmorang
KEGIATAN BUDAYA FNCA=FORUM ON NUCLEAR COOPERATION IN ASIA KESELAMATAN NUKLIR FNCA Lokakarya Budaya Keselamatan Instalasi Nuklir 17-20 Mei 2005, Jakarta Badan Pengawas Tenaga Nuklir - BAPETEN Ir. Alfahari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada awal tahun 1980-an, untuk mendorong lahirnya berbagai konsep safety management, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) mulai ditempatkan
Lebih terperinciManajemen Bahan Kimia Melalui Responsible Care dari Penerapan Praktik Manajemen Kode Keamanan
Manajemen Bahan Kimia Melalui dari Penerapan Praktik Manajemen Presented at Webinar Regulasi Manajemen Bahan Kimia, Alat dan Praktik Terbaik Jakarta, 27 Juli 2017 Oleh: Heroe Soesanto Wakil Ketua Performance
Lebih terperinci- 5 - INDIKATOR KINERJA UTAMA BAPETEN
- 5 - LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka melaksanakan pembangunan masyarakat dan menyumbang pemasukan bagi negara peranan Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi diharapkan masih tetap memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan
Lebih terperinciKESELAMATAN, KEAMANAN, & KESEHATAN KERJA
KESELAMATAN, KEAMANAN, & KESEHATAN KERJA CHAPTER 16 PERSONNEL MANAGEMENT & HUMAN RESOURCES William Werther & Keith Davies (2006), 5 th Edition Singapore. McGraw Hills 1 Konsep tunjangan wajib ini diawali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pada dekade terakhir, organisasi (perusahaan) yang sebelumnya lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada dekade terakhir, organisasi (perusahaan) yang sebelumnya lebih berfokus pada kualitas jasa/ produk yang dihasilkan telah mengalami pergeseran orientasi, yaitu mulai
Lebih terperinciPeranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan
Jurnal Teknologi Proses Media Publikasi Karya Ilmiah Teknik Kimia 4(2) Juli 2005 : 1 5 ISSN 1412-7814 Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan Harrys Siregar Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kualitas pelayanan yang ditawarkan kepada konsumen dalam. merasakan kepuasan terhadap kualitas yang ditawarkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia antara lain adalah kesehatan. Setiap orang melakukan berbagai cara untuk memperoleh kesehatan yang prima. Seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan dikendalikan. Salah satu pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu industri jasa yang memberikan pelayanan kesehatan bagi orang banyak. Sebagaimana tempat kerja pada umumnya, rumah sakit juga memiliki
Lebih terperinciPENINGKATAN PELAYANAN KESELAMATAN KERJA DI PUSAT TEKNOLOGI NUKLIR BAHAN DAN RADIOMETRI
Seminar Keselamatan Nuklir Agustus 006 ISSN: 11 58 PENINGKATAN PELAYANAN KESELAMATAN KERJA DI PUSAT TEKNOLOGI NUKLIR BAHAN DAN RADIOMETRI Endang Kurnia Pusat teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri BATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu : keselamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pondasi penting bagi produktifitas suatu perusahaan terletak pada kinerja para
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pondasi penting bagi produktifitas suatu perusahaan terletak pada kinerja para pekerja, kinerja yang dimaksud adalah mutu dari pekerjaan yang dihasilkan oleh para karyawan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. memperhatikan manusia sebagai human center dari berbagai aspek. Kemajuan
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi yang dibarengi dengan pesatnya kemajuan di bidang teknologi telekomunikasi dan transportasi, dunia seakan tanpa batas ruang dan jarak. Tatanan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Dunia perindustrian di era globalisasi mengalami perkembangan yang semakin pesat. Hal
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perindustrian di era globalisasi mengalami perkembangan yang semakin pesat. Hal ini membuat persaingan antara industri besar, industri menengah, dan industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi yang luas sehingga harus memiliki sumberdaya, baik modal
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan suatu institusi atau organisasi pelayanan kesehatan dengan fungsi yang luas dan menyeluruh, padat pakar dan padat modal. Rumah sakit melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan di Indonesia. Secara umum pada saat ini masyarakat menggantungkan pelayanan kesehatan pada rumah sakit.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebaliknya yang lemah akan menghambat dan bertentangan dengan tujuan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya organisasi merupakan suatu kekuatan sosial yang tidak tampak, yang dapat menggerakkan orang-orang dalam suatu organisasi untuk melakukan aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi perdagangan bebas yang kini dihadapi Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi perdagangan bebas yang kini dihadapi Indonesia, menimbulkan berbagai dampak terhadap iklim kompetisi yang tinggi di segala bidang, yang memaksa setiap
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Sebagai institusi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan, rumah sakit
1 PENDAHULUAN Sebagai institusi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan, rumah sakit mempunyai peran penting dalam upaya peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. Pertambahan jumlah rumah sakit terlihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerjaan merupakan bagian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia, yaitu dapat memberikan kepuasan, tantangan, bahkan dapat pula menjadi gangguan dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya. Hal tersebut menyebabkan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Proses pembangunan proyek konstruksi pada umumnya merupakan kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya. Hal tersebut menyebabkan industri konstruksi mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan dan keselamatan kerja adalah upaya pecegahan dari kecelakaan dan melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan sarana kesehatan untuk menangani masalah kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat, rumah sakit mempunyai
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi dalam segala bidang pembangunan mendorong perubahan yang radikal, termasuk perubahan perilaku sebagai wujud eksplisit dari pola pikir yang teradopsi
Lebih terperinciPENINGKATAN MUTU HASIL UJI KOMPETENSI PERSONIL PPR SEBAGAI STRATEGI PENGAWASAN TENAGA NUKLIR
PENINGKATAN MUTU HASIL UJI KOMPETENSI PERSONIL PPR SEBAGAI STRATEGI PENGAWASAN TENAGA NUKLIR ARIS SANYOTO, SUPENI Balai DIKLAT BAPETEN Jl. Alam Asri Desa Tugu Utara, Cisarua Bogor. ABSTRAK PENINGKATAN
Lebih terperinciPROGRAM KERJA BIDANG KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA TAHUN 2016
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH MALANG RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA PROGRAM KERJA BIDANG KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA TAHUN 2016 Jember, Desember DETASEMEN KESEHATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memenuhinya serta meminimalkan kesalahan yang membuat pasien kecewa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepuasan pasien memiliki hubungan yang erat dengan kualitas. Kualitas memberikan dorongan atau motivasi untuk menjalin ikatan pasien dengan rumah sakit. Adanya ikatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki tujuan yang berbeda-beda dan diperlukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Setiap organisasi memiliki tujuan yang berbeda-beda dan diperlukan strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk mengukur ketercapaian tujuan suatu organisasi diperlukan
Lebih terperinciRelationship Knowledge, Motivation And Supervision With Performance In Applying Patient Safety At RSUD Haji
HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN SUPERVISI DENGAN KINERJA PENERAPAN KESELAMATAN PASIEN DI RSUD HAJI Relationship Knowledge, Motivation And Supervision With Performance In Applying Patient Safety At
Lebih terperinci