BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teknik Industri Peramalan Peramalan atau forecasting adalah seni dan ilmu untuk memprediksi peristiwa-peristiwa masa depan. Peramalan merupakan perhitungan yang objektif dan dengan menggunakan data-data masa lalu untuk menentukan sesuatu di masa yang akan datang (Sumayang, 2003, p24). Peramalan adalah sebuah teknik yang menggunakan data historis untuk memperkirakan proyek yang akan datang (Chapman, 2006, p17). Peramalan memerlukan pengambilan data historis dan memproyeksikannya ke masa depan dengan beberapa model matematis. Bisa jadi berupa prediksi subjektif atau intuitif tentang masa depan. Menurut Render (2001, p46), terdapat tiga kategori yang bermanfaat untuk manajer operasi, yaitu: a. Peramalan jangka pendek. Rentang waktunya mencapai satu tahun tetapi umumnya dari satu hingga tiga bulan. Untuk merencanakan pembelian, jadwal kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan dan tingkat produksi. b. Peramalan jangka menengah. Peramalan jangka menengah biasanya berjangka tiga bulan hingga tiga tahun. Peramalan ini sangat bermanfaat untuk perencanaan penjualan, perencanaan dan produksi, penganggaran kas, dan analisa rencana operasi.

2 30 c. Peramalan jangka panjang. Rentang waktunya biasa untuk tiga tahun lebih. Biasanya untuk merencanakan produk baru, pengeluaran modal, lokasi fasilitas, ekspansi bisnis, penelitian dan pengembangan. Terdapat empat tahap utama dalam siklus hidup suatu produk, yaitu tahap pertama yaitu perkenalan, tahap kedua yaitu pertumbuhan, tahap ketiga yaitu dewasa, dan tahap keempat yaitu penurunan. Peramalan berguna dalam memproyeksikan tingkat penetapan karyawan yang berbeda, tingkat persediaan, dan kapasitas produksi ketika produksi bergerak dari tahap pertama kepada tahap terakhir. Pendekatan peramalan dapat dilakukan dengan cara kualitatif yaitu dengan memanfaatkan faktor-faktor seperti intuisi, pengalaman pribadi, dan sistem nilai pengambilan keputusan dan untuk peramalan jangka panjang. Sedangkan cara yang berikutnya yaitu dengan cara kuantitatif menggunakan berbagai model matematis yang menggunakan data historis dan atau variabel-variabel kausal untuk meramalkan permintaan. Dasar-dasar pertimbangan dalam rangka pemilihan metode peramalan yang akan digunakan sebagai berikut : 1. Pengguna atau pelaku dan kecanggihan metode. 2. Waktu peramalan dan sumber daya yang tersedia. 3. Tergantung pada tujuan penggunaan dan karakteristik keputusan manajemen.

3 31 Didalam peramalan kuantitatif dapat dibagi menjadi peramalan seri waktu dan model kausal. Dalam metode seri waktu memiliki empat komponen yang digambarkan pada Gambar 3.1, antara lain: 1. Trend adalah gerakan ke atas atau ke bawah secara berangsur-angsur dari data sepanjang waktu. 2. Musim adalah pola data yang berulang setelah periode harian, mingguan, bulanan, atau kuartalan. 3. Siklus adalah pola dalam data yang terjadi setiap beberapa tahun. Siklus biasanya dikaitkan dengan siklus bisnis dan merupakan hal yang sangat penting dalam analisis dan perencanaan bisnis jangka pendek. 4. Variasi acak adalah tanda dalam data yang disebabkan oleh peluang dan situasi yang tidak biasa; variabel acak mengikuti pola yang tidak dapat dilihat. Sering dihapus dengan menghilangkan periode waktu yang jelas-jelas menyimpang. Gambar 2.1 Pola Data Permintaan Untuk pola data Trend, dapat menggunakan metode peramalan regresi linear ataupun double exponential smoothing satu parameter Brown (Baroto, 2002, p32). Setelah itu, akan dibandingkan antara kedua metode, yang mana yang lebih baik untuk digunakan.

4 32 Metode ini dibandingkan dengan melihat kepada Mean Absolute Percentage Error dan Mean Square Error. Hal ini dikarenakan metode peramalan harus dapat dipercaya sehingga semakin kecil nilai eror, maka semakin mulus pula peramalannya. Metode yang akan digunakan dalam meramalkan permintaan untuk pola data Trend adalah: 1. Metode Penghalusan Exponential (Double Exponential Smooting) Metode pemulusan eksponensial tunggal (single exponential smoothing) dengan menambahkan parameter α dalam modelnya untuk mengurangi faktor kerandoman. Biasanya yang sering digunakan adalah Double Exponential Smoothing satu parameter supaya peramalan dapat menghasilkan hasil yang mulus. Dasar pemikirannya serupa dengan rata rata bergerak linier yang secara matematis dapat ditunjukan dengan rumus : S S a ' t '' t t = α. X ' = 2S S ( 1 α ) S ' = α. S + (1 α) S t + m t t t t + '' t α ' '' bt = ( St St ) 1 α F = a + b m t ( t 1) '' ( t 1) Dimana: X t = Data penerimaan pada periode t a = Faktor atau konstanta pemulusan F t + m = Perkiraan untuk periode t Berbeda dengan metode rata-rata bergerak yang hanya menggunakan N data periode terakhir dalam melakukan perkiraan, metode pemulusan eksponensial tunggal mengikutsertakan semua periode. Setiap data pengamatan mempunyai

5 33 kontribusi dalam penentuan nilai perkiraan periode sesudahnya. Namun dalam perhitungannya cukup diwakili oleh data pengamatan dan hasil perkiraan terakhir, karena nilai perkiraan periode sebelumnya sudah mengandung nilai-nilai pengamatan sebelumnya. 2. Metode Asosiatif (Linier Regresion) Model asosiatif bergantung kepada pengenalan variabel yang dapat dikaitkan dan dapat digunakan untuk meramalkan nilai variabel yang menjadi perhatian kita. Metode utama yang dikenal dan digunakan secara luas dalam metode ini adalah regresi. Berikut ini rumus rumus regresi linear sederhana : = a + b n b = n ty t ( t) a = y bt Dimana: y = nilai peramalan a = konstanta y b = nilai kemiringan n = jumlah data t =indeks penunjuk waktu (dimulai dari 0 dan terus berlanjut untuk periode yang diramalkan). y t t t 2 2 y

6 34 Satu cara untuk mengevaluasi keefektifan peramalan yaitu dengan menggunakan MAPE, MSE dan MAD. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tentang sejauh mana ramalan memprediksi nilai aktual dengan baik. Semakin kecil nilai MAPE, MSE dan MAD yang diperoleh berarti memiliki tingkat kesalahan yang semakin kecil. Berikut adalah rumus-rumus yang digunakan : n t = 1 MAPE = PE n t MSE = n 1 t = n e 2 i MAD = 1 n Xi - X rata- rata Fungsi Persediaan Persediaan memiliki beberapa fungsi penting yang menambah fleksibilitas dari suatu perusahaan. Fungsi persediaan menurut Render dan Heizer (2001, p314), yaitu: 1. Untuk memberikan suatu stok barang-barang agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan timbul dari konsumen. 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. Misalnya bila permintaan hanya tinggi pada musim panas, persediaan dapat diadakan selama musim dingin untuk menghindari biaya kehabisan stok. 3. Untuk mengambil keuntungan dari potongan harga dalam jumlah besar.

7 35 4. Untuk melakukan hedging terhadap inflasi dan perubahan harga. 5. Untuk menghindari kekurangan stok akibat kejadian tidak terduga. 6. Untuk menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik dengan menggunakan barang-barang dalam proses dalam persediaannya Biaya-Biaya Persediaan Biaya persediaan adalah keseluruhan biaya operasi atas sistem persediaan. Menurut Handoko (2000, p333) berikut ini adalah jenis jenis biaya persediaan, yaitu : 1. Biaya penyimpanan Biaya penyimpanan (holding costs atau carrying costs) adalah biaya yang dikeluarkan atas investasi dalam persediaan dan pemeliharaan maupun investasi saran, fisik untuk menyimpan persediaan yang besarnya bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak, atau rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya ini adalah variabel bila bervariasi dengan tingkat persediaan. Bila biaya fasilitas penyimpanan (gudang) tidak variabel, tetapi tetap, maka tidak dimasukkan dalam biaya penyimpanan per unit. 2. Biaya pemesanan (pembelian) Setiap kali suatu bahan dipesan, perusahaan menanggung biaya pemesanan (order costs atau procurement costs). Biaya pemesanan adalah biaya yang berasal dari pembelian pesanan dari supplier. Biaya pemesanan seperti biaya membuat daftar permintaan, menganalisis supplier, membuat pesanan

8 36 pembelian, penerimaan bahan, inspeksi bahan, dan pelaksanaan proses transaksi. Secara normal, biaya per pesanan (di luar biaya bahan dan potongan kuantitas) tidak naik bila kuantitas pesanan bertambah besar. 3. Biaya penyiapan (manufacturing). Bila perusahaan memproduksi sendiri bahan-bahan dalam pabrik, perusahaan menghadapi biaya penyiapan (setup costs) untuk memproduksi komponen tertentu. Biaya persiapan seperti biaya yang dikeluarkan akibat perubahan proses produksi, pembuatan jadwal kerja, persiapan sebelum produksi, dan pengecekan kualiatas. Karena konsep biaya ini analog dengan biaya pemesanan, maka untuk selanjutnya akan digunakan istilah biaya pemesanan yang dapat berarti keduanya. 4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (stock-out cost) Dari semua biaya-biaya yang berhubungan dengan tingkat persediaan, biaya kekurangan bahan adalah yang paling sulit diperkirakan. Biaya ini timbul bilamana persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Kekurangan bahan bisa dari luar maupun dari dalam perusahaan. Kekurangan dari luar terjadi apabila pesanan konsumen tidak dapat dipenuhi. Sedangkan kekurangan dari dalam terjadi apabila departemen tidak dapat memenuhi kebutuhan departemen lain maupun penundaan pengiriman maupun idle kapasitas. Biaya kekurangan dari pihak luar dapat berupa biaya back order, biaya kehilangan kesempatan penjualan, dan biaya kehilangan kesempatan menerima keuntungan.

9 Safety stock Safety stock merupakan jumlah dari persediaan barang jadi, yang juga disebut sebagai buffer stock, yang digunakan untuk memenuhi permintaan pelanggan ketika terjadi hal yang tiba-tiba. Rumus untuk menghitung safety stock (Greene, 1997, p309) adalah: Safety stock = Safety Factor * Standar Deviasi Standar deviasi merupakan hasil perhitungan yang menggunakan data permintaan selama periode yang bersangkutan. Rumus untuk menghitung standar deviasi (S) adalah: S = (x-x) n 2 Dengan x = jumlah permintaan dalam periode yang bersangkutan, x = rata-rata permintaan selama periode yang bersangkutan, n = jumlah periode data permintaan Penjadwalan Produksi Penjadwalan adalah mengatur pendayagunaan kapasitas dan sumber daya yang tersedia melalui suatu aktivitas atas tugas (Sumayang, 2003, p183). Penjadwalan mempunyai tujuan untuk mencapai beberapa hal seperti: 2.1 Efisiensi yang tinggi. 2.2 Persediaan atau inventori sedikit. 2.3 Kepuasan pelanggan. Penjadwalan dapat dibedakan berdasarkan jenis proses produksi, yaitu:

10 38 Penjadwalan proses yang terus-menerus atau line process scheduling. Penjadwalan proses lini digunakan pada jalur proses perakitan atau assembly line dan pada proses pengolahan. Penjadwalan tergantung pada rancang bangun proses tersebut terutama untuk satu jenis produk. Tetapi apabila bermacam-macam jenis produk maka perlu diadakan perubahan pada proses dan jadwal produksi. Perubahan ini mungkin saja sederhana tetapi dapat juga rumit sehingga memerlukan perubahan mendasar pada peralatan dan pada pusat kerja. Kemampuan mengikuti perubahan proses yang cepat akan memberikan suatu keunggulan fleksibilitas untuk assembly line. Apabila jenis produk banyak maka terjadi perubahan proses produksi, untuk itu perlu menghitung besar persediaan yang paling ekonomis. Penjadwalan proses yang terputus-putus atau intermittent process scheduling. Akan ditemukan istilah-istilah seperti shop atau tempat kerja, job, dan work center. Job berarti pelanggan, pasien, bahan baku, produk dalam prosesn, atau apapun yang mengalir melalui jadwal proses. Work center adalah pusat kerja yang berarti ruangan kantor, fasilitas, atau keahlian khusus. Berbeda dengan penjadwalan di proses line maka penjadwalan di proses ini masing-masing job mengalir melalui pergerakan yang tidak teratur dan penuh dengan jadwal mulai dan berhenti. Aliran yang tidak teratur disebabkan karena pusat kerja dikelompokkan berdasarkan jenis mesin dan keterampilan pekerja yang sama, sehingga job

11 39 atau pelanggan akan mengalir dari satu pusat kerja ke pusat kerja yang lain sesuai dengan jadwal dan tahapan kerja yang telah ditentukan. Karena aliran dan jalur pekerjaan tidak beraturan maka penjadwalan kadangkadang menjadi rumit dan penuh dengan menunggu giliran masuk atau antrian ke pusat-pusat kerja. Antrian job akan terjadi pada setiap work center yang menunggu giliran proses sebagai tahapan untuk dapat meneruskan ke proses berikutnya. Penjadwalan proses intermittent mempunyai hubungan sangat erat dengan beberapa hal berikut ini: Analisis pemasukan dan pengeluaran atau input-output analysis. Pemuatan atau loading. Tahapan atau sequencing. Pengiriman atau dispatching. Penjadwalan proses proyek yang menggunakan Gantt Chart. Beberapa alat bantu yang digunakan dalam perencanaan proses yaitu: 1) Struktur Produk Struktur Produk adalah suatu susunan hirarki dari komponen-komponen pembentuk suatu produk akhir. Biasanya produk akhir ditempatkan di level 0 dan komponen pembentuk berikutnya adalah ditempatkan di level 1, dan seterusnya. Pada umumnya produk akhir disebut juga induk atau parent dan komponen pembentuknya disebut juga anak atau child. Manfaat Struktur Produk adalah : 1. Mengetahui berapa jumlah item penyusunan suatu produk akhir.

12 40 2. Memberikan rincian mengenai komponen apa saja yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk. Dalam Struktur Produk ada dua teknik yang digunakan yaitu : 1. Explosion Suatu teknik penguraian komponen struktur produk yang urutan dimulai dari induk sampai komponen pada level paling bawah 2. Implosion Suatu teknik penguraian komponen struktur produk yang urutan dimulai dari komponen sampai induk atau level atas. Berikut adalah contoh struktur produk dari pulpen: Gambar 2.2 Struktur Produk Pulpen

13 41 Keterangan: Nilai x menunjukkan no komponen, y menunjukkan kuantitas komponen yang diperlukan untuk menyusun produk benda 2) Bill Of Material (BOM) Bill of Material (BOM) merupakan rangkaian struktur semua komponen yang digunakan untuk memproduksi barang jadi sesuai dengan Master Production Scheduling. Bill Of Material (BOM) adalah daftar (list) dari bahan, material atau komponen yang dibutuhkan untuk dirakit, dicampur atau mebuat produk akhir. Menurut Render dan Heizer Bill Of Material dibagi menjadi: 1. Bill Of Material yang berupa modul (modular bills) Bill Of Material dapat diatur di seputar modul produk. Modul bukan merupakan produk akhir yang akan dijual, tapi merupakan komponen yang dapat diproduksi dan dirakit menjadi satu unit produk. Modul-modul ini mungkin merupakan komponen inti dari suatu produk akhir atau pilihan produk. Bill Of Material untuk modul-modul tersebut disebut modular bill. 2. Bill untuk perencanaan dan Phantom Bills Ada lagi jenis Bill Of Material yang lain. Yaitu meliputi bill untuk perencanaan dan Phantom Bills. Bill untuk perencanaan diciptakan agar dapat menugaskan induk buatan kepada Bill Of Materialnya. Bill untuk perencanaan mungkin juga dikenal sebagai sebutan pseudo bill atau angka peralatan. Phantom Bill Of Material adalah Bill Of Material untuk komponen, biasanya sub-sub perakitan yang hanya ada sementara waktu. Bill ini langsung bergerak ke perakitan lainnya. Sehingga bill ini diberi kode agar

14 42 diperlakukan secara khusus; lead timenya nol dan ditangani sebagai bahan integral dari bahan induknya. Phantom bill tidak pernah dimasukkan kedalam persediaan. Ada beberapa format dari Bill of Material (BOM) yaitu: 1. Single-Level BOM BOM yang menggambarkan hubungan sebuah induk dengan satu level komponenkomponen pembentuknya. 2. Multi-Level BOM BOM yang menggambarkan struktur produk lengkap dari level 0 sampai level paling bawah. 3. Indented BOM BOM yang dilengkapi dengan informasi level setiap komponen. 4. Summarized BOM BOM yang dilengkapi dengan jumlah total tiap komponen yang dibutuhkan Master Production Schedule (MPS) Aktifitas Master Production Schedule (MPS) pada dasarnya berkaitan dengan bagaimana menyusun dan memperbaharui jadwal produksi induk (Master Production Schedule/MPS), memproses transaksi MPS, memelihara catatan-catatan MPS, mengevaluasi efektifitas dari MPS, dan memberikan laporan evaluasi dalam periode waktu yang teratur untuk keperluan umpan-balik tinjauan ulang.

15 43 Fungsi MPS adalah : 1. Menjadwalkan jumlah end item yang akan diproduksi. 2. Memberikan input bagi MRP. 3. Sebagai dasar dari pembuatan perencanaan sumber daya. 4. Merupakan dasar untuk menetapkan janji pengiriman pada konsumen. Tujuan MPS adalah : 1. Memenuhi target tingkat pelayanan terhadap konsumen. 2. Efisiensi penggunaan sumber daya produksi. 3. Mencapai target tingkat produksi tertentu. Lingkungan manufaktur sangat menetukan proses penjadwalan MPS, lingkungan yang umum dipertimbangkan ketika akan mendesain MPS (Chapman, 2006, p78) adalah: Make To Stock Biasanya akan dikirim secara langsung dari gudang produk akhir dan harus ada stok sebelum pesanan pelanggan tiba. Produk akhir harus dibuat dan diselesaikan terlebih dahulu sebelum menerima pesanan dari pelanggan. Make To Order Biasanya dikerjakan setelah menerima pesanan dari pelanggan. Seringkali komponen-komponen memiliki waktu tunggu yang panjang (long lead time) direncanakan atau dibuat lebih awal guna mengurangi waktu tunggu penyerahan kepada pelanggan. Assembly To Order

16 44 Item No. Lead Time On Hand Pada dasarnya seperti Make To Order, dimana semua komponen yang digunakan dalam assembly atau proses akhir direncanakan atau dibuat lebih awal, kemudian disimpan dalam stock guna mengantisipasi pesanan pelanggan. Menurut Gaspersz (1998, p ) pada dasarnya jadwal produksi induk (Master Production Schedulling = MPS) merupakan suatu pernyataan tentang produk akhir (termasuk parts pengganti dan suku cadang) dari suatu perusahaan industri manufaktur yang merencanakan memproduksi output berkaitan dengan kuantitas dan periode waktu. Tabel 2.1 Contoh Tabel MPS Description Safety Stock Demand Time Fences Planning Time Fences Periode Past Due Forecast Actual Order Project Available Balance Available to Promise Master Schedule Kapasitas Produksi Terpasang Penjelasan mengenai komponen-komponen yang terdapat dalam tabel 3.2 MPS adalah sebagai berikut : a) Item No menyatakan kode produk yang akan diproduksi. b) Lead time menyatakan waktu yang dibutuhkan untuk me-release atau memanufaktur suatu produk. c) On hand menyatakan jumlah produk yang ada di gudang sebagai sisa periode sebelumnya. d) Description menyatakan deskripsi produk secara umum.

17 45 e) Safety stock merupakan stok pengaman yang harus ada di tangan sebagai antisipasi terhadap kebutuhan di masa akan datang. f) Demand Time Fences (DTF) adalah periode mendatang dari MPS di mana dalam periode ini perubahan terhadap MPS tidak diijinkan atau tidak diterima karena akan menimbulkan kerugian biaya yang besar akibat ketidaksesuaian atau kekacauan jadwal. g) Planning Time Fences (PTF) merupakan batas waktu penyesuaian pesanan di mana permintaan masih boleh berubah. Perubahan masih akan dilayani sepanjang material dan kapasitas masih tersedia. h) Forecast merupakan rencana penjualan atau peramalan penjualan untuk item yang dijadwalkan itu. i) Actual Order (AO) merupakan pesanan-pesanan yang diterima dan bersifat pasti. j) Projected Available Balance (PAB) merupakan perkiraan jumlah sisa produk pada akhir periode. PAB dihitung dengan menggunakan rumus: PAB t < DTF = PAB t-1 + MS t AO PAB DTF < t < PTF = PAB t-1 + MS t AO atau F t (pilih yang besar) k) Available to Promise memberikan informasi tentang berapa banyak item atau produk tertentu yang dijadwalkan pada periode waktu itu tersedia untuk pesanan pelanggan, sehingga berdasarkan informasi ini bagian pemasaran dapat membuat janji yang tepat bagi pelanggan. ATP t = ATP t-1 + MS t AO t l) Master Schedule merupakan jadwal produksi atau manufakturing yang diantisipasi untuk produk atau item tertentu.

18 Metode Petersen Silver Metode ini merupakan salah satu cara untuk mengetahui kemulusan data, sehingga dapat diketahui metode lot size yang tepat untuk digunakan. Jika data yang diteliti menunjukkan adanya kemulusan (hasil perhitungan lebih kecil dari 0.25) maka akan dipergunakan metode statik sedangkan bila tidak (hasil perhitungan lebih besar dari 0.25) maka akan digunakan metode dinamik. Untuk metode Petersen silver rumus yang akan digunakan yaitu : n 2 n D t t= 1 V = 1 n 2 D t t= 1 Dimana data untuk Dt didapatkan dari data permintaan per periode Material Requirement Planning (MRP) Pengertian MRP MRP merupakan suatu prosedur logis berupa aturan keputusan dan teknik transaksi berbasis komputer yang dirancang untuk menerjemahkan jadwal induk produksi menjadi kebutuhan bersih untuk semua item. Sistem MRP dikembangkan untuk membantu perusahaan manufaktur mengatasi kebutuhan akan item-item dependent secara lebih baik dan efisien. Menurut Schoeder (2000, p368) persediaan untuk independent demand didefinisikan sebagai persediaan yang dipengaruhi atau tunduk pada kondisi-kondisi pasar dan bebas dari operasi misalnya : persediaan barang jadi dan suku cadang pada suatu perusahaan manufaktur yang digunakan untuk memenuhi permintaan konsumen

19 47 pada suatu perusahaan persediaan ini harus dikelola dengan metoda titik pemesanan. Sebaliknya untuk dependent demand tidak dipengaruhi oleh kondisi-kondisi pasar dan hanya tergantung pada permintaan suku cadang ditingkat atasnya. Beberapa ciri-ciri dependent demand adalah : - Ada hubungan matematis antara kebutuhan suatu item dengan item yang lain yang berada pada level yang lebih tinggi - Kebutuhan diturunkan dari pemakaian item dalam pembuatan item lain - Misal kebutuhan akan bahan baku, komponen atau su assembly dalam pembuatan suatu produk jadi - Item perlu ada hanya pada saat dibutuhkan - Diperlukan MRP untuk menjadwalkan seluruh komponen dependent yang diperlukan dalam rencana MPS/JIP Tujuan dan Manfaat Sistem MRP Sistem MRP adalah suatu sistem yang bertujuan untuk menghasilkan informasi yang tepat untuk melakukan tindakan yang tepat (pembatalan pesanan, pesan ulang, dan penjadwalan ulang). Tindakan ini juga merupakan dasar untuk membuat keputusan baru mengenai pembelian atau produksi yang merupakan perbaikan atas keputusan yang telah dibuat sebelumnya. Ada empat tujuan yang menjadi ciri utama sistem MRP yaitu sebagai berikut : 1. Menentukan kebutuhan pada saat yang tepat

20 48 Menentukan secara tepat kapan suatu pekerjaan harus selesai (atau meterial harus tersedia) untuk memenuhi permintaan atas produk akhir yang sudah direncanakan dalam jadwal induk produksi (JIP). 2. Menentukan kebutuhan minimal setiap item Dengan diketahuinya kebutuhan akhir, sistem MRP dapat menentukan secara tepat sistem penjadwalan (prioritas) untuk memenuhi semua kebutuhan minimal setiap item. 3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan Memberikan indikasi kapan pemesanan atau pembatalan pemesanan harus dilakukan. Pemesanan perlu dilakukan lewat pembelian atau dibuat pada pabrik sendiri. 4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang sudah direncanakan Apabila kapasitas yang ada tidak mampu memenuhi pesanan yang dijadwalkan pada waktu yang diinginkan, maka sistem MRP dapat memberikan indikasi untuk melakukan rencana penjadwalan ulang (jika mungkin) dengan menentukan prioritas pesanan yang realistik. Jika penjadwalan ulang ini masih tidak memungkinkan untuk memenuhi pesanan, maka pembatalan atas suatu pesanan harus dilakukan.

21 Mekanisme Dasar dari Proses MRP Tabel 2.2 Contoh Tabel MRP Part no : Description: BOM UOM : On hand : Lead time : Order policy : Safety stock : Lot size : period Past due gross requirement scheduled receipts projected available balance 1 net requirement planned order receipts planned order release projected available balance 2 Penjelasan mengenai tabel sebelumnya adalah sebagai berikut : 1. Part no menyatakan kode komponen atau material yang akan dirakit 2. BOM (Bill of Materials) UOM (Unit of Material) menyatakan satuan komponen atau material yang akan dirakit 3. Lead time menyatakan waktu yang dibutuhkan untuk merilis atau mengirim suatu komponen. 4. Safety stock menyatakan cadangan material yang harus ada sebagai antisipasi kebutuhan dimasa yang akan datang.

22 50 5. Description menyatakan deskripsi material secara umum. 6. On Hand menyatakan jumlah material yang ada di tangan sebagai sisa periode sebelumnya. 7. Order Policy menyatakan jenis pendekatan yang digunakan untuk menentukan ukuran lot yang dibutuhkan saat memesan barang. 8. Lot Size menyatakan penentuan ukuran lot saat memesan barang. 9. Gross Requirement menyatakan jumlah yang akan diproduksi atau dipakai pada setiap periode. Untuk item akhir (produk jadi), kuantitas gross requirement sama dengan MPS (Master Production Schedule). Untuk komponen, kuantitas gross requirement diturunkan dari Planned Order Release induknya. 10. Scheduled Receipts menyatakan material yang dipesan dan akan diterima pada periode tertentu. 11. Projected Available Balance I ( PAB I ) menyatakan kuantitas material yang ada di tangan sebagai persediaan pada awal periode. PAB I dapat dihitung dengan menambahkan material on hand periode sebelumnya dengan Scheduled Receipts pada periode itu dan menguranginya dengan Gross Requirement pada periode yang sama. Atau jika dimasukkan pada rumus adalah sebagai berikut : PAB I = (PAB II) t-1 - (Gross Requirement) t + (Scheduled Receipts) t 12. Net Requirements menyatakan jumlah bersih (netto) dari setiap komponen yang harus disediakan untuk memenuhi induk komponennya atau untuk memenuhi Master Production Scheduled. Net Requirements sama dengan nol jika Projected Available Balance I lebih besar dari nol dan sama dengan minus jika Projected Available Balance I kurang sama dengan dari nol. Net Requirement = -(PAB I) t + Safety stock

23 Planned Order Receipts menyatakan kuantitas pemesanan yang dibutuhkan pada suatu periode. Planned Order Receipts muncul pada saat yang sama dengan Net Requirements, akan tetapi ukuran pemesanannya (lot sizing) bergantung kepada Order Policy-nya. Selain itu juga harus mempertimbangkan Safety stock juga. 14. Planned Order Release menyatakan kapan suatu pesanan sudah harus dilakukan atau dimanufaktur sehingga komponen ini tersedia ketika dibutuhkan oleh induk itemnya. Kapan suatu pesanan harus dilakukan ditetapkan dengan periode Lead time sebelum dibutuhkan. 15. Projected Available Balance II ( PAB II ) menyatakan kuantitas material yang ada di tanagn sebagai persediaan pada akhir periode. PAB II dapat dihitung dengan cara mengurangkan Planned Order Receipts pada Net Requirements. PAB II = (PAB II) t-1 + (Schedule receipt) t (Gross Requirement) t + atau dapat disingkat : (Planned Order Receipt) t PAB II = (PAB I) t + (Planned Order Receipt) Prosedur Sistem MRP Sistem MRP memiliki empat langkah utama yang selanjutnya keempat langkah ini harus diterapkan satu per satu pada periode perencanaan dan pada setiap item. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut : - Netting : Perhitungan kebutuhan bersih. - Lotting : Penentuan ukuran lot. - Offsetting : Penetapan besarnya lead time. - Explosion : Perhitungan selanjutnya untuk item level di bawahnya.

24 Netting Netting adalah proses perhitungan untuk menetapkan jumlah kebutuhan bersih, yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaaan persediaan ( yang ada dalam persediaan dan yang sedang dipesan). Data yang diperlukan dalam proses perhitungan kebutuhan bersih ini adalah : 1. Kebutuhan kotor untuk setiap periode. 2. Persediaan yang dipunyai pada awal perencanaan. 3. Rencana penerimaan untuk setiap periode perencanaan Lotting Untuk menjamin bahwa semua kebutuhan-kebutuhan akan dipenuhi, pesanan akan dijadwalkan untuk penyelesaian pada awal periode dimana ada kebutuhan bersih yang positif. Ukuran dari pesanan dapat mungkin sama dengan kebutuhan bersih di periode yang bersangkutan, atau mungkin saja lebih besar yang meliputi kebutuhan bersih di periode mendatang untuk memanfaatkan skala ekonominya. Lotting adalah suatu proses untuk menentukan besarnya jumlah pesanan optimal untuk setiap item secara individual didasarkan pada hasil perhitungan kebutuhan bersih yang telah dilakukan. Ukuran lot menentukan besarnya jumlah komponen yang diterima setiap kali pesan. Penentuan ukuran lot ini sangat tergantung pada besarnya biaya-biaya persediaan, seperti biaya pesan, biaya simpan, biaya modal, dan harga barang itu sendiri. Ada banyak alternatif metode untuk menentukan ukuran lot. Beberapa teknik diarahkan untuk meminimalkan total ongkos set-up dan ongkos simpan. Teknikteknik tersebut adalah sebagai berikut : 1. Economic Order Quantity (EOQ)

25 53 Dalam teknik ini besarnya ukuran lot adalah tetap. Penentuan lot berdasarkan biaya pesan dan biaya simpan, dengan formula seperti berikut : EOQ = 2AD H dimana : EOQ = jumlah pemesanan yang ekonomis D = Demand rata-rata per horison A = biaya pesan bahan baku H = biaya simpan bahan baku dalam suatu periode Metode EOQ ini biasanya dipakai untuk horizon perencanaan selama satu tahun sebesar dua belas bulan. Metode EOQ baik digunakan bila semua data konstan dan perbandingan biaya pesan dan simpan sangat besar. 2. Period Order Quantity (POQ) Teknik POQ disebut juga dengan Economic Time CycIe. Teknik POQ ini digunakan untuk menentukan interval waktu order (Economic Order Interval) dengan formula seperti berikut : dimana : POQ = EOQ D POQ = Total Periode dalam melakukan pemesanan EOQ = jumlah pemesanan yang ekonomis D = Demand rata-rata per horison

26 54 Keuntungan menggunakan teknik POQ adalah dapat menghasilkan lot size order yang berbeda dalam memenuhi net requirement dengan mengkalkulasikan kebutuhan dari beberapa periode. Teknik POQ ini akan lebih baik kemampuannya jika digunakan pada saat biaya setup tiap tahun sama tetapi biaya carrying-nya lebih rendah. 3. Lot-For-Lot (LFL) Teknik penetapan ukuran lot dilakukan atas dasar pesanan diskrit. Di samping itu, teknik ini merupakan cara paling sederhana dari semua teknik ukuran lot yang ada. Teknik ini selalu melakukan perhitungan kembali (bersifat dinamis) terutama apabila terjadi perubahan pada kebutuhan bersih. Penggunaan teknik ini bertujuan untuk meminimumkan ongkos simpan, sehingga dengan teknik ini ongkos simpan menjadi nol. Oleh karena itu sering digunakan untuk item-item yang mempunyai biaya simpan per unit sangat mahal Sistem Informasi Sistem informasi merupakan pengaturan orang, data, proses, dan teknologi informasi yang berinteraksi untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk mendukung organisasi. (Whitten dan Bentley, 2004, p12). Pemain yang terlibat dalam suatu sistem adalah: System analyst: merupakan fasilitator atau pelatih yang menjembatani jurang komunikasi yang biasanya berkembang di antara sistem non-teknis (owner dan user) dengan sistem teknis (designer dan builder).

27 55 System owner: biasanya mempunyai jabatan manajemen dan lebih tertarik pada inti sistem, berapa biaya yang dikeluarkan dan apakah keuntungan yang dapat diberikan pada perusahaan. System user: lebih memperhatikan bagaimana fungsi sistem berpengaruh pada pekerjaan mereka. Apakah memberikan kemudahan, mudah digunakan, dan mudah dimengerti. System designer: spesialis dari sistem informasi. Tertarik pada teknologi informasi yang dipilih dan rancangan sistem yang menggunakan teknologi. Bertindak sebagai penerjemah kebutuhan bisnis dari keinginan user dengan merancang database, input, output, layar, jaringan, dan software. System builder: spesialis teknik yang membangun sistem informasi dan komponennya berdasarkan pada spesifikasi rancangan yang dibuat oleh system designer. Terdapat beberapa keuntungan dengan menggunakan sistem informasi (Whitten dan Bentley, 2004, p14), yaitu: Meningkatkan keuntungan bisnis. Mengurangi biaya yang dikeluarkan. Menaikkan nilai saham di pasar. Memperbaiki hubungan dengan konsumen. Menghemat biaya pada sistem. Meningkatkan efisiensi. Memperbaiki pengambilan keputusan. Tingkat kesalahan menjadi semakin kecil.

28 56 Memiliki pemahaman dan pengertian yang sesuai dengan peraturan. Memperbaiki keamanan. Meningkatkan kapasitas. Dalam menerapkan sistem informasi diperlukan analisa dan perancangan sistem yang tepat dan akurat agar dapat sesuai dengan kebutuhan yang ada, mengingat membutuhkan biaya yang cukup besar didalam perancangan dan penerapannya. Analisis sistem merupakan teknik pemecahan masalah yang menguraikan sistem menjadi komponen-komponen untuk dipelajari apakah sistem tersebut bekerja dan berinteraksi untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Whitten dan Bentley, 2004, p186). Perancangan sistem adalah rancangan yang dapat mewakili komponenkomponen dari sistem dan menyatukannya kembali menjadi sistem yang utuh dan diharapkan menjadi sistem yang lebih baik dari yang sebelumnya. Aktifitas di dalamnya dapat berupa penambahan, pengurangan, atau perubahan komponen pada sistem awal. Menggunakan metode Object Oriented Analysis & Design (OOAD) yang bertujuan agar semua data tersedia untuk semua fungsi (Mathiassen, 2000, p4). Beberapa keuntungan yang didapatkan dari OOAD adalah: - Merupakan konsep yang umum yang dapat digunakan untuk memodel hampir semua fenomena dan dapat dinyatakan dalam bahasa umum (natural language). Noun menjadi object atau class Verb menjadi behaviour Adjective menjadi attributes Membuat perubahan menjadi lokal, tidak bepengaruh pada modul yang lainnya.

29 57 System user Problem Domain Application Domain Gambar 2.3 Konteks Sistem Seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.3, konteks sistem dapat dilihat dari dua pandangan perspektif: sistem memodelkan sesuatu (problem domain) dan sistem dioperasikan oleh user (application domain) (Mathiassen, 2000, p6). Problem domain merupakan bagian dari sebuah konteks yang diatur, diawasi, atau dikendalikan oleh sebuah sistem. Sedangkan application domain adalah suatu organisasi yang mengatur, mengawasi, atau mengendalikan problem domain. Problem domain mendeskripsikan tujuan sistem, dan juga bagian dari realitas mengenai sistem yang akan mendukung pengaturan, pengawasan, dan pengendalian. Sedangkan application domain merupakan suatu bagian dari organisasi user.

30 58 Problem Domain Analysis Requirements for use Application Domain Analysis Model Component Design Specifications of components Specifications of architecture Architectural Design Gambar 2.4 Siklus Pengembangan dengan OOAD OOA&D mencakupi empat perspektif melalui empat aktifitas utama, seperti pada Gambar 2.4 (Mathiassen, 2000, p14). Hubungan keempat aktifitas yang penting dan bertahap dapat berubah dari satu proyek ke proyek lainnya. Sebagai notasi, akan digunakan Unified Modeling Language (UML). Terdapat dua keuntungan dengan menggunakan UML, yaitu UML dapat membangun suatu divisi di antara proses dan notasi dan UML memberikan akses kepada pasar yang lebih luas dalam pengembangannya. Langkah awal yaitu dengan memilih sistem.

31 59 Ideas Situation Systems System Definition Gambar 2.5Aktifitas dalam Memilih Sistem Pada Gambar 2.5 pemilihan sistem didasarkan pada tiga aktifitas (Mathiassen, 2000, p25). Aktifitas pertama berfokus pada tantangan: untuk mendapatkan kilasan mengenai situasi dan cara orang dalam menginterpretasikan tantangan tersebut. Yang kedua, membuat dan mengevaluasi ide untuk perancangan sistem. Yang ketiga, definisi sistem diformulasikan dan dipilih. Situasi didefinisikan melalui rich picture. Rich picture sebuah penggambaran proses bisnis. Ide mendeskripsikan bagian dari solusi yang dapat diringkas menjadi satu atau beberapa definisi. Dan tujuan mendefinisikan sistem adalah untuk memilih sistem yang akan dkembangkan.

32 60 Sistem definisi secara FACTOR adalah: Functionality: Fungsi sistem yang mendukung tugas application-domain. Application domain: Bagian dari suatu organisasi yang berhubungan dengan administrasi, monitor, atau mengendalikan problem domain. Conditions: Dengan kondisi yang bagaimana sistem akan dikembangkan dan digunakan. Technology: Semua teknologi yang digunakan untuk mengembangkan dan menjalankan sistem. Objects: object yang utama didalam problem domain. Responsibility: tanggung jawab sistem (kegunaan) secara keseluruhan dalam hubungannya dengan konteks sistem Analisa Problem Domain Terdapat 3 kegiatan yang terjadi dalam analisa problem domain seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.6 (Mathiassen p46): Mencari elemen dari Problem Domain yaitu objects, classes, dan events Buat model berdasarkan hubungan strutural antara class dan objects yang dipilih. Interaksi antar object dan class serta behaviour dari object dan class.

33 61 System Definition Behaviour Classes Iterate Structure Model Gambar 2.6 Aktifitas dalam Analisa Problem Domain System definition adalah suatu uraian ringkas dari suatu sistem terkomputerisasi yang dinyatakan dalam bahasa alami. Class adalah objek atau event yang merupakan bagian dari sistem. Structure adalah hubungan antara class dan objek. Behaviour adalah properti yang bersifat dinamis yang dimiliki oleh objek. Tujuan dalam pemilihan sistem adalah untuk menentukan (menyepakati) karakteristik sistem secara menyeluruh.. Prinsip dalam memilih system adalah: Memahami situasi. Menumbuhkan gagasan baru. Menggambarkan alternative sistem.

34 62 Class seperti pada Gambar 2.7 (Mathiassen, 2000, p55): Prinsip: Klasifikasikan object didalam problem domain. Object: suatu entitas yang mempunyai identitas, state dan behavior. Class: adalah deskripsi dari kumpulan object yang mempunyai struktur, behavior pattern dan attribute yang sama. Prinsip : Object diberi karakter sesuai dengan eventnya. Event: insiden yang terjadi seketika yang melibatkan satu atau lebih object. Find candidates for classes Find candidates for events Evaluate and select systematically Event table Gambar 2.7 Aktifitas dalam Memilih Class dan Event Cara menentukan class adalah: Cari calon. Jangan membuang terlalu cepat, lebih baik dievaluasi dengan teliti. Model baru atau perbaiki situasi tidak hanya seperti apa adanya Bagaimana menemukan candidate untuk class. Kata benda didalam keterangan atau pembicaraan. Daftar dari tipical object.

35 63 Cari persamaan dengan sistem komputer. Literatur teknis didalam problem domain. Beri nama class secara hati hati. Sederhana, mudah dibaca, tepat, tidak membingungkan, seperti yang digunakan di problem domain. Cara menentukan event adalah: Cari event didalam problem domain, bukan didalam sistem komputer Jika event tidak instantaneous harus dipecah menjadi event yang lebih kecil Dimana menemukan candidate events : Kata kerja didalam penjelasan atau wawancara Daftar event yang umum atau tipikal type dari event Sistem komputer yang sejenis Literatur teknis didalam problem domain Cara menentukan structure adalah sebagai berikut: Dimulai dengan class dan event yang ada pada event table. Tentukan struktur object dan struktur class. Hubungkan antar class. Hasilnya adalah class diagram. Hubungan yang terjadi antara class dalam structure adalah:

36 64 Asosiasi: hubungan yang dinyatakan dengan angka dan melambangkan kaitan antara satu class dengan class yang lain (Gambar 2.8). Anywhere from one to many Car 0..* Ownership Owned By Used By 1..* Person Anywhere from zero to many Name is optional, but recommended Gambar 2.8 Hubungan Asosiasi Agregasi: hubungan yang menyatakan suatu class merupakan suatu bagian dari class yang lain (Gambar 2.9) * Body Motor Wheel Car Anywhere from four to many A car has One and only one Body is Owned by Car 1 1..* Cam Shaft Cylinder 1 2..* Assembly side Component side (min and max) Gambar 2.9 Hubungan Agregasi

37 65 Generalisasi: hubungan yang menyatakan bahwa beberapa class berada dalam satu grup dengan atribut utama yang sama (Gambar 2.10). Passenger Car Group under one generalisation Account Taxi Private Car Bank book Checking Loan Taxi is a passenger car or Taxis are a subset of passenger cars Customer Person Employee Class without objects Service Multiple inheritance Gambar 2.10 Hubungan Generalisasi Behaviour pada sistem adalah: apa yang dilakukan oleh class tersebut dan digambarkan melalui statechart diagram. Event yang terjadi dalam statechart ini memiliki tiga tipe, yaitu: sequence: event yang berurutan, selection: event yang hanya dilakukan berdasarkan pilihan, dan iteration: event yang dilakukan nol hingga berulangulang (Gambar 2.11). Gambar 2.11 Struktur pada Statechart Diagram

38 Analisa Application Domain Aktifitas utama pada analisa application domain digambarkan pada gambar di bawah ini: System Definition and model Usage Interfaces Iterate Functions Requirements Gambar 2.12 Aktifitas dalam Analisa Application Domain Yang dilakukan dalam tahap usage adalah (Gambar 2.13 ): System definition Evaluate systematically Use cases and actors Find actors and use cases Explore patterns Gambar 2.13 Aktifitas dalam Tahap Usage

39 67 Actor: abstraksi dari user atau sistem lain yang berinteraksi dengan target sistem. - Actors adalah orang yang mengerjakan pekerjaan. Use case: pola interaksi antara sistem dan aktor didalam application domain. - Ikuti proses bagaimana pekerjaan akan dilakukan Cara menentukan Actor dan Use Case adalah sebagai berikut: Berdasarkan pekerjaan dan pembagian pekerja. Identifikasikan actors. Jelaskan use cases. Yang dilakukan dalam tahap Function adalah (Gambar 2.14): System Definition Evaluate critically Find functions Use Cases Specify complex functions Function list Gambar 2.14 Aktifitas dalam Tahap Function Temukan function dalam use case.

40 68 Tentukan tipe function Tentukan spesifikasi function Terdapat 4 tipe function (Mathiassen. 2000, p140),yaitu: Update; diaktivasi karena adanya konsekuens event pada PD (Problem Domain) yang menghasilkan terjadinya perubahan dalam status model. AD * I F M PD * Update Gambar 2.15 Fungsi: Update Read; diaktivasi karena aktor membutuhkan suatu informasi dan sebagai hasilnya, komputer menampilkan bagian yang diperlukan kepada aktor. AD * I F M PD Read Gambar 2.16 Fungsi: Read Compute; diaktivasi karena aktor membutuhkan suatu informasi secara matematis dan sebagai hasilnya, sistem akan menghitung dan menampilkan hasilnya pada aktor.

41 69 AD * I F M PD Compute Gambar 2.17 Fungsi: Compute Signal; diaktivasi karena terjadinya perubahan pada status dalam model yang terkait dan sebagai hasilnya, sistem akan menampilkan sinyal balik kepada aktor. AD I F M * PD Signal Gambar 2.18 Fungsi: Signal Spesifikasi dari function adalah: Simple: function yang mudah dilakukan, misalnya membuat data baru. Medium: function yang memerlukan keterjelasan data, misalnya membuat janji. Complex: function yang membutuhkan data yang lengkap dan detail, misalnya memberikan daftar janji yang mungkin dilakukan. Very complex: function yang mempunyai beberapa function di dalamnya, misalnya membuat jadwal. Interface adalah fasilitas yang membuat model sistem dan function dapat berinteraksi dengan actors, yang dilakukan dalam tahap Interface adalah (Gambar 2.19):

42 70 Function list Class diagram Explore patterns Determine interface elements Describe interface elements Use cases Evaluate interface elements Description of interfaces Gambar 2.19 Aktifitas dalam Tahap Interface User interface harus dapat mewakili hubungan model dan function dengan user secara jelsa dan mudah dimengerti. Interface yang baik dilandaskan akan kebutuhan user dan bagaimana sistem akan digunakan. Analisis harus dilakukan berdasarkan deskripsi yang jelas tentang user dengan elemen-elemen yang terkait Desain Arsitektur Terdapat dua bagian yang terjadi dalam desain arsitektur, yaitu: Component architecture: struktur sistem yang terdiri dari komponen yang saling terkoneksi.

43 71 Process architecture: struktur eksekusi sistem yang terdiri dari proses yang saling bergantungan (interdependent). Aktifitas yang dilakukan pada desain arsitektur akan diperlihatkan pada Gambar Gambar 2.20 Aktifitas dalam Desain Arsitektur Beberapa kualitas desain yang baik adalah: Sistem memodel bagian dari problem domain yang sudah disetujui bersama dengan user Fungsi dari sistem correspond pada requirement dari application domain Interface merupakan implementasi dari interaksi yang telah di terangkan. Platform teknis digunakan secara efektif Sistem dapat diadaptasi terhadap requirement baru dan kebutuhan. a. Kriteria Aktifitas yang terdapat pada penentuan criteria adalah:

44 72 Gambar 2.21 Aktifitas dalam Menentukan Kriteria Tujuan dari criteria adalah untuk mengatur prioritas perancangan (Mathiassen, 2000, p177). Terdapat 12 jenis kriteria software : 1. Usable adalah kemampuan sistem untuk beradapatasi dengan situasi organisasi, tugas dan hal hal teknis. 2. Secure adalah kemampuan untuk melakukan pencegahan terhadap akses yang tidak berwenang. 3. Efficient adalah penggunaan secara ekonomis terhadap fasilitas technical platform. 4. Correct adalah sesuai dengan kebutuhan., 5. Reliable adalah ketepatan dalam melakukan suatu fungsi. 6. Maintainable adalah kemampuan untuk perbaikan sistem yang rusak. 7. Testable adalah penempatan biaya untuk memastikan sistem bekerja sesuai dengan yang diinginkan. 8. Flexible adalah kemampuan untuk modifikasi sistem yang berjalan.

45 73 9. Comprehensible adalah usaha yang diperlukan untuk memperoleh pengertian akan suatu sistem. 10. Reusable adalah potensi untuk menggunakan sistem pada bagian sistem lain yang saling berhubungan. 11. Portable adalah kemampuan sistem untuk dapat dipindahkan ke technical platform yang lain. 12. Interoperable adalah kemampuan untuk merangkai sistem ke dalam sistem yang lain. Tabel 2.3 Prioritas Kriteria Kriteria Very Important Important Less Important Irrelevant Easily Fulfilled Usable Secure Efficient... b. Component Menurut Mathiassen et al. (2000, p189), tujuan dari components adalah untuk menciptakan sistem yang comprehensible dan flexible. Component architecture adalah sebuah struktur sistem dari components yang saling berhubungan. Aktifitas yang terjadi ditunjukkan pada Gambar 2.22.

46 74 Gambar 2.22 Aktifitas dalam Desain Arsitektur-Component Komponen adalah server dan beberapa dari client. Server memberikan kumpulan dari operation (atau services) pada client. Client menggunakan server secara independent. Arsitektur yang baik untuk mendistribusikan system secara geografis. Bentuk distribusi dari bagian sistem harus diputuskan antara client dan server. Dimana dengan distribusi client dan server data-data umumnya disimpan pada server, dan dapat diakses oleh bagian lain yang memiliki autorisasi kedalamnya. Selain itu untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan perlu dilakukan back-up dari data-data yang disimpan terutama dengan pola centralized data.

47 75 Pada Tabel 2.4 akan diperlihatkan macam-macam distribusi untuk Client/Server. Tabel 2.4 Lima Macam Distribusi Client/Server Client Server Arsitektur U U + F + M Distributed Presentation U F + M Local Presentation U + F F + M Distributed Functionality U + F M Centralised Data U + F + M M Distributed Data c. Process Menurut Mathiassen et al. (2000, p209), tujuan process adalah untuk mendefinisikan struktur program secara fisik. Aktifitas yang dilakukan diperlihatkan pada Gambar Class diagram and component specifications Identify shared Deployment diagram Distribute program Select coordination mechanisms Explore distribution patterns Explore coordination patterns Gambar 2.23 Aktifitas dalam Desain Arsitektur-Process Komponen yang berbeda perlu ditempatkan pada prosesor yang berbeda. Pertama, pisahkan objek yang aktif dari komponen program yang pasif. Kedua, tentukan prosesor yang tersedia.

48 76 Distribusikan komponen program dan objek aktif kepada prosesor tersebut Komponen Model Komponen model adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan model dari problem domain. Analisis : model dijelaskan dengan menggunakan class diagram dan statechart diagram, model juga digunakan sebagai dasar untuk mendesain komponen model yang berorientasi object. Tujuan dari komponen model adalah untuk memberikan data yang sekarang dan data historis ke user dan sistem yang lainnya. Informasi yang di simpan berhubungan dengan sistem yang ada didalam problem domain. Hasil dari aktifitas komponen model adalah class diagram dari aktivitas analisis yang direvisi. Yang akan direvisi adalah model class yang mempunyai hubungan many-to-many sehingga akan menambah class baru di antaranya. Database merupakan kumpulan dari class-class yang tersedia dalam class diagram. Sehingga class yang ada didalamnya akan dihubungkan melalui database beserta hubungan yang terkait (McLeod, 2001, p179).

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang mendukung metode penelitian pada penulisan skripsi ini. Teori yang akan dijelaskan akan mencakup metode dari subjek teknik industri dan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Perumusan Masalah Metodologi penelitian penting dilakukan untuk menentukan pola pikir dalam mengindentifikasi masalah dan melakukan pemecahannya. Untuk melakukan pemecahan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Dibawah ini merupakan diagram alir yang menggambarkan langkahlangkah dalam melakukan penelitian di PT. Dankos Laboratorioes

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1. Material Requirement Planning (MRP) Menurut Heryanto (1997, p193), persediaan adalah bahan baku atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan Pengertian mengenai Production Planning and Inventory control (PPIC) akan dikemukakan berdasarkan konsep sistem. Produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Arti dan Peran Persediaan Persediaan sesungguhnya memiliki arti yang penting bagi perusahaan, baik yang berorintasi perdagangan, industri jasa maupun industri

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Perumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Model perumusan masalah dan pengambilan keputusan yang digunakan dalam skripsi ini dimulai dengan melakukan observasi lapangan

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Bahan Baku Bahan baku atau yang lebih dikenal dengan sebutan raw material merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material (material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Di dalam melakukan suatu kegiatan dan analisis usaha atau produksi bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8).

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem informasi adalah data yang dikumpulkan, dikelompokkan dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah satu kesatuan informasi yang saling terkait dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Keberadaan persediaan dalam suatu unit usaha perlu diatur sedemikian rupa sehingga kelancaran pemenuhan kebutuhan pemakai dapat dijamin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirements Planning 2.1.1 Definisi MRP MRP adalah dasar komputer mengenai perencanaan produksi dan inventory control. MRP juga dikenal sebagai tahapan waktu perencanaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perencanaan dan Pengendalian Produksi Menurut Teguh Baroto (2002, p13), produksi adalah suatu proses pengubahan bahan baku menjadi produk jadi. Sedangkan sistem produksi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Pemecahan Masalah Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian 88 A B Analisis Sistem Berjalan Membuat Rich Picture dari sistem yang sedang berjalan Perancangan database

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 64 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Surya Toto Indonesia bergerak di bidang ceramic sanitary wares and plumbing hardware., salah satu produknya yaitu kloset tipe

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Untuk melakukan pemecahan masalah yang berkaitan dengan perencanaan bahan baku di PT. Mitra Manis Sentosa, maka dibawah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Diagram alir untuk memecahkan permasalahan di PT. Krakatau Steel yang digunakan adalah sebagai berikut : Mulai Studi Literatur

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) PENDAHULUAN Dimulai dari 25 s.d 30 tahun yang lalu di mana diperkenalkan mekanisme untuk menghitung material yang dibutuhkan, kapan diperlukan dan berapa banyak. Konsep

Lebih terperinci

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1. Pengertian Material Requirements Planning (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Pemesanan Bahan Baku dengan Metode MRP Pada Plant A PT.

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Pemesanan Bahan Baku dengan Metode MRP Pada Plant A PT. UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Pemesanan Bahan Baku dengan Metode

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan Data penjualan grout tipe Fix pada PT.Graha Citra Mandiri mulai dari Januari 2004 sampai dengan Oktober 2006 ditunjukkan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT Klip Plastik Indonesia sejak dari Agustus-Desember 2015, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di PT Klip Plastik

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen Modul ke: Manajemen Persediaan Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB Fakultas FEB Christian Kuswibowo, M.Sc Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Bagian Isi MRP didasarkan pada permintaan dependen.

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang dikumpulkan digunakan untuk mendukung pengolahan data yang dilakukan ataupun sebagai input dari setiap metode-metode

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian dibuat untuk mengetahui urutan langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan untuk pemecahan masalah yang berkaitan dengan penjadwalan asesoris pada PT.

Lebih terperinci

Gambar 4.50 Form Bahan Baku Keluar

Gambar 4.50 Form Bahan Baku Keluar 261 Gambar 4.50 Form Bahan Baku Keluar e) Form Historis BB Bulanan Form ini merupakan form yang menampilkan data bahan baku keluar, tetapi data akan dikelompokkan dalam kurun waktu bulanan. Sehingga dari

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Oleh: Mega Inayati Rif ah, S.T., M.Sc. Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak No. 28, Komplek Balapan, Yogyakarta PART 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI. Sistem yang dirancang bertujuan untuk mendukung persediaan bahan yang

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI. Sistem yang dirancang bertujuan untuk mendukung persediaan bahan yang 127 BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI 4.1 The Task 4.1.1 Purpose Sistem yang dirancang bertujuan untuk mendukung persediaan bahan yang dimulai dari pendataan bahan yang baru, bahan masuk yang dimulai

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Penelitian Dibawah ini merupakan diagram alir yang menggambarkan langkah-langkah dalam melakukan penelitian di PT. Mulia Knitting Factory Ltd. Mulai Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Kerangka Pikir Pemecahan Masalah Adapun kerangka pemikiran pemecahan masalah dalam bentuk diagram, adalah sebagai berikut: Gambar 3.1 Flow Diagram Kerangka Pikir Pemecahan

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan)

BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan) BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan) Peramalan merupakan upaya untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Peramalan digunakan untuk melihat atau memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Persediaan 2.1.1.1 Definisi serta Tujuan Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Persediaan (inventory) didefinisikan sebagai sumber daya yang di simpan

Lebih terperinci

BAB 4 HAS IL D AN PEMBAHAS AN

BAB 4 HAS IL D AN PEMBAHAS AN BAB 4 HAS IL D AN PEMBAHAS AN 4.1 Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data yang dilakukan pada perusahaan bertujuan untuk melakukan proses pengolahan data dan memecahkan masalah di perusahaan. Proses pengumpulan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A KERANGKA DOKUMEN ANALISIS

LAMPIRAN A KERANGKA DOKUMEN ANALISIS 195 LAMPIRAN A KERANGKA DOKUMEN ANALISIS 1. The Task. Penjelasan ringkas dari latar belakang dan hubungan dokumen. 1.1 Purpose. Maksud keseluruhan dari proyek pengembangan sistem. 1.2 System Definition.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan dan Pengendalian Produksi Produksi adalah suatu proses pengubahan bahan baku menjadi produk jadi. Sedangkan sistem produksi adalah sekumpulan aktivitas untuk pembuatan

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Definisi MRP adalah suatu teknik yang dipakai untuk merencanakan pembuatan/pembelian komponen/bahan baku yang diperlukan untuk melaksanakan MPS. MRP ini merupakan hal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Untuk memecahkan masalah yang diuraikan pada sub bab 1.2 diperlukan beberapa terori pendukung yang relevan. 2.1 Inventory Control Pengawasan persediaan digunakan untuk mengatur tersedianya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.2. Manajemen Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia yaitu PT. Indosat, Tbk yang beralamat di jalan Daan Mogot KM 11

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia yaitu PT. Indosat, Tbk yang beralamat di jalan Daan Mogot KM 11 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu perusahaan telekomunikasi di Indonesia yaitu PT. Indosat, Tbk yang beralamat

Lebih terperinci

Perencanaan Kebutuhan Komponen Tutup Ruang Transmisi Panser Anoa 6x6 PT PINDAD Persero

Perencanaan Kebutuhan Komponen Tutup Ruang Transmisi Panser Anoa 6x6 PT PINDAD Persero Perencanaan Kebutuhan Komponen Tutup Ruang Transmisi Panser Anoa 6x6 PT PINDAD Persero Rizky Saraswati 1), dan I Wayan Suletra 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ. Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ. Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ Fakultas FEB Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Proses dalam MRP Bill of material (BOM)

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008 SKRIPSI PROGRAM GANDA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Nicholas Yulius Munandar

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 69 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan Pipa PVC Pada bab ini ditampilkan data-data penjualan pipa PVC yang diambil pada saat pengamatan dilakukan. Data yang ditampilkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Yang Dihasilkan PT. Harapan Widyatama Pertiwi adalah perusahaan yang memproduksi pipa berdasarkan pesanan (make to order), tetapi ada pula beberapa produk yang diproduksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. bersatu untuk mencapai tujuan yang sama.

BAB 2 LANDASAN TEORI. bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. bersatu untuk mencapai tujuan yang sama. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut Mulyadi (2001, p2) Sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya, yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Definisi Perencanaan dan Pengendalian Produksi Menurut Baroto (2002, p13), proses produksi adalah aktivitas bagaimana membuat produk jadi dari bahan baku yang melibatkan mesin,

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah memberikan garis-garis besar tahapan penelitian secara keseluruhan yang disusun secara sistematis sehingga pada pelaksanaannya, penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Distribusi Distribusi merupakan suatu proses kegiatan aliran atau penyaluran barang dari produsen sampai ke tangan konsumen. Distribusi memerlukan perencanaan, dan pengendalian

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis Manajemen Persediaan Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot Dinar Nur Affini, SE., MM. Program Studi Manajemen Perencanaan Kebutuhan Material Perencanaan Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Langkah-langkah dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam membuat sistem untuk menghasilkan suatu perencanaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Produksi Menurut Gaspertz (2001), produksi merupakan fungsi pokok dalam setiap organisasi yang mencakup aktivitas yang bertanggung jawab untuk menciptakan nilai tambah

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) ABC Amber Text Converter Trial version, http://www.processtext.com/abctxt.html MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Definisi MRP adalah suatu teknik yang dipakai untuk

Lebih terperinci

Material Requirements Planning (MRP)

Material Requirements Planning (MRP) Material Requirements Planning (MRP) Pokok Bahasan: I. Tujuan MRP II. Input & Output MRP III. Contoh Logika MRP & Struktur Produk IV. Contoh MRP Kereta Dorong V. Sistem Informasi MR Kuliah ke-4: Rabu,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Definisi Dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sumberdaya menganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1.Persediaan Menurut Eddy Herjanto (1999, p 219-220), persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah: 10 2.1. Persediaan 2.1.1. Pengertian Persediaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam perusahaan setiap manajer operasional dituntut untuk dapat mengelola dan mengadakan persediaan agar terciptanya efektifitas

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Mulai Identifikasi Masalah Pengumpulan Data : - data penjualan - data kebutuhan bahan baku - data IM F - data biaya pesan - data biaya simpan Pengolahan Data : - Peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Robbins dan Coulter (2012:36) manajemen mengacu pada proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan efektif dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasi Menurut Mahadevan (2010 : 3) manajemen operasi adalah kunci untuk mencapai keunggulan kompetitif bagi organisasi, apakah mereka berada di industri manufaktur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Praktikum Sistem Produksi ATA 2014/2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Praktikum Sistem Produksi ATA 2014/2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktifitas produksi yang terjadi pada sebuah perusahaan tidak hanya terbatas pada hal yang berkaitan dengan menghasilkan produk saja, namun kegiatan tersebut erat kaitannya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyusunan tugas akhir ini dibutuhkan beberapa landasan teori sebagai acuan dalam penyusunannya. Landasan teori yang dibutuhkan antara lain teori tentang Sistem Informasi, teori

Lebih terperinci

5.4. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi. dinamakan dengan Unified Modeling Language (UML). UML merupakan bahasa

5.4. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi. dinamakan dengan Unified Modeling Language (UML). UML merupakan bahasa 162 5.4. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Analisis dan perancangan sistem informasi berikut menggunakan alat bantu yang dinamakan dengan Unified Modeling Language (UML). UML merupakan bahasa permodelan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Hasil pengumpulan data yang didapat dari departemen PPIC (Production Planning and Inventory Control) PT. Pulogadung Pawitra Laksana (PT. PPL) adalah

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN PRODUKSI DISPLAY BARANG DENGAN METODE AGREGAT PADA PD IMPRESSA MULIA

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN PRODUKSI DISPLAY BARANG DENGAN METODE AGREGAT PADA PD IMPRESSA MULIA ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN PRODUKSI DISPLAY BARANG DENGAN METODE AGREGAT PADA PD IMPRESSA MULIA Fitri Susianti Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda 2004-2005 Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2004/2005 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) PADA PT.INDOALUMINIUM

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari bahasa kata to manage yang artinya mengatur atau mengelola. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis

BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis . Mata Kuliah Semester PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis : IV Pertemuan Ke : 13 Pokok Bahasan Dosen : Perencanaan Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian. untuk memperbaiki keterlambatan penerimaan produk ketangan konsumen.

BAB III. Metode Penelitian. untuk memperbaiki keterlambatan penerimaan produk ketangan konsumen. BAB III Metode Penelitian 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pt. Anugraha Wening Caranadwaya, diperusahaan Manufacturing yang bergerak di bidang Garment (pakaian, celana, rompi,

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. Berdasarkan data permintaan produk Dolly aktual yang didapat (permintaan

BAB V ANALISA HASIL. Berdasarkan data permintaan produk Dolly aktual yang didapat (permintaan BAB V ANALISA HASIL Bab ini berisikan mengenai analisa hasil dari pengolahan data dalam perhitungan MRP Dolly pada satu tahun yang akan datang yang telah dibahas pada bab sebelumnya. 5.1 Analisa Peramalan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 60 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah : 1. Data Kapasitas Produksi Adapun kapasitas produksi reguler perhari untuk satu lini produksi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 1 3.1 PERSEDIAAN BAB III TINJAUAN PUSTAKA Maryani, dkk (2012) yang dikutip oleh Yudhistira (2015), menyatakan bahwa persediaan barang merupakan bagian yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Persediaan

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN P.D. SINAR MULIA. Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan P.D. Sinar Mulia mendukung

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN P.D. SINAR MULIA. Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan P.D. Sinar Mulia mendukung BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN P.D. SINAR MULIA 4.1. The Task 4.1.1. Purpose Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan P.D. Sinar Mulia mendukung kegiatan dari setiap pengguna

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan BAB 3 METODOLOGI Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan beberapa metode yang masuk dalam kategori praktek terbaik untuk melakukan pengurangan jumlah persediaan barang

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara

Universitas Bina Nusantara Universitas Bina Nusantara Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2005/2006 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi untuk Memenuhi Kebutuhan Bahan Baku Produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan sebagai kekayaan perusahaan, memiliki peranan penting dalam operasi bisnis. Dalam pabrik (manufacturing), persediaan dapat terdiri dari: persediaan

Lebih terperinci

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1 Landasan Teori Perencanaan kebutuhan material (material requirements planning) merupakan metode perencanaan dan pengendalian pesanan dan inventori untuk item-item

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.1. Persediaan Persediaan merupakan salah satu pos modal dalam perusahaan yang melibatkan investasi yang besar. Kelebihan persediaan dapat berakibat pemborosan atau tidak efisien,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Produksi Menurut (Herjanto, 1999): Secara umum, kegiatan produksi atau operasi merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan penciptaan atau pembuatan barang,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sejarah manajemen menurut William (2008:44) sebagai bidang studi manajemen mungkin berusia 125 tahun, tetapi ide-ide dan praktek manajemen benarbenar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda 2006-2007 Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI UNTUK PERENCANAAN PRODUKSI PADA PT. SINAR SOSRO Jennifer

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. melaksanakan kegiatan utama suatu perusahaan.

BAB II LANDASAN TEORI. melaksanakan kegiatan utama suatu perusahaan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Sistem informasi merupakan suatu sistem dalam suatu organisasi yang mempertemukan pengolah transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Manajemen Permintaan Pada dasarnya manajemen permintaan (demand management) didefinisikan sebagai suatu fungsi pengelolaan dari semua permintaan produk untuk menjamin

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 78 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah produk unit karoseri yang pernah diproduksi oleh PT. Karyatugas Paramitra dari bulan Januari sampai

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. periode April 2015 Maret 2016 menghasilkan kurva trend positif (trend meningkat)

BAB V ANALISA HASIL. periode April 2015 Maret 2016 menghasilkan kurva trend positif (trend meningkat) 102 BAB V ANALISA HASIL 5.1 Peramalan Metode peramalan yang digunakan dalam penelitian ini adalah proyeksi trend yang terdiri dari linier trend model, quadratic trend model, exponential growth curve trend

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Industri Kertas Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kertas yang besar. Sampai tahun 2011 terdapat 84 pabrik pulp dan kertas. Pabrik-pabrik tersebut

Lebih terperinci

Laporan Perencanaan Produksi (LPP) Laporan perencanaan produksi dipilih sebagai class karena laporan perencanaan

Laporan Perencanaan Produksi (LPP) Laporan perencanaan produksi dipilih sebagai class karena laporan perencanaan 261 Barang jadi (nama class diganti menjadi Produk) Produk dipilih sebagai class karena data barang jadi merupakan obyek yang diadministrasikan, dikontrol, dan dimonitor oleh Bagian Gudang setiap minggu.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Permintaan 2.1.1 Pengertian Manajemen permintaan didefinisikan sebagai suatu fungsi pengelolaan dari semua permintaan produk untuk menjamin bahwa penyusunan jadwal induk

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN UNTUK PENYUSUNAN RENCANA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Pogram Studi Ganda Sistem Informasi-Manajemen Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2009/2010 ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU UNTUK MENGOPTIMALKAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alir di bawah ini merupakan langkah-langkah yang diambil untuk mendukung

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alir di bawah ini merupakan langkah-langkah yang diambil untuk mendukung BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Pemecahan Masalah Diagram alir di bawah ini merupakan langkah-langkah yang diambil untuk mendukung proses penelitian yang akan dibuat agar penelitian dapat berjalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Pengertian manajemen menurut Robbins dan Coulter (2010;23) adalah pengkoordinasikan dan pengawasan dari aktivitas pekerjaan orang lain sehingga pekerjaan mereka

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 69 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan tahap pendahuluan sebelum memasuki bagian pengolahan data. Data yang dibutuhkan untuk pengolahan terlebih dahulu didokumentasikan.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEKS PASAR TRADISIONAL DAN PLASA LAMONGAN. Oleh : Arinda Yudhit Bandripta

TUGAS AKHIR ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEKS PASAR TRADISIONAL DAN PLASA LAMONGAN. Oleh : Arinda Yudhit Bandripta TUGAS AKHIR ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEKS PASAR TRADISIONAL DAN PLASA LAMONGAN Oleh : Arinda Yudhit Bandripta 3107.100.551 Dosen Pembimbing : Ir. Retno Indryani, Ms LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 52 BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah adalah langkah-langkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Dengan berdasarkan pada metodologi ini, penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan dan Pengendalian Produksi 2.1.1 Konsep Dasar Sistem Produksi Menurut Gaspersz (2012, p. 7), suatu proses dalam sistem produksi merupakan integrasi sekuensial dari tenaga

Lebih terperinci