BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan dan Pengendalian Produksi Konsep Dasar Sistem Produksi Menurut Gaspersz (2012, p. 7), suatu proses dalam sistem produksi merupakan integrasi sekuensial dari tenaga kerja, material, informasi, metode kerja, dan mesin atau peralatan dalam suatu lingkungan guna menghasilkan nilai tambah bagi suatu produk. Terdapat lima desain sistem produksi sebagai respon terhadap permintaan konsumen (Gaspersz, 2012, p. 11): 1. Design-to-Order / Engineer-to-Order 2. Make-to-Order 3. Assemble-to-Order 4. Make-to-Stock 5. Make-to-Demand Konsep Perencanaan dan Pengendalian Produksi Menurut Nasution & Prasetyawan (2008, p. 15), perencanaan dan pengendalian produksi adalah suatu proses perencanaan dan pengendalian aliran material yang masuk dan keluar dari suatu sistem produksi guna memenuhi permintaan dengan jumlah yang tepat dan dengan biaya yang minimum. Terdapat enam strategi sistem perencanaan dan pengendalian produksi, dimana manajemen industri dapat memilih salah satu atau mengkombinasikan lebih dari satu strategi. Keenam strategi tersebut adalah (Gaspersz, 2012, p. 23): 1. Project Management System 2. Material&Capacity Requirement Planning (M&CRP) dan Manufacturing Resource Planning (MRP II) 3. Just-in-Time (JIT) atau Lean 4. Continuous Process Control 5. Flexible Control System 6. Agile Control System Menurut Gaspersz (2012, p. 42), sistem M&CRP dan MRP II telah terbukti lebih baik dan telah menjadi pilihan tradisional selama ini untuk desain produksi Make-to-Order, Assemble-to-Order, atau Make-to-Stock. Menurut survei yang dilakukan oleh Jonsson dan Mattson (2006), 75% perusahaan manufaktur menggunakan MRP sebagain metode utama untuk perencanaan bahan baku. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh Pandey et al (2000), Ornek & Cengiz (2006), serta Taal & Wortmann (1997), MRP relatif lebih mudah digunakan dan dipahami oleh user sehingga MRP lebih banyak dipilih sebagai metode utama (Milne, Wang, Yen, & Fordyce, 2012, p. 1566). Sedangkan menurut (Agrawal, 2010, p. 101) yang mengutip Kimura dan Terada (1981), Just-in-Time (JIT) merupakan konsep produksi untuk menentukan kebutuhan suatu item pada waktu yang dibutuhkan. Sistem yang pada prinsipnya sangat mirip dengan pull system ini dikendalikan oleh informasi pada downstream yang pada dasarnya lebih berkaitan kepada Make-to-Stock. Dengan memperhatikan tipe perusahaan yang merupakan Make-to-Order dan dengan mempertimbangkan skala perusahaan, maka 4

2 5 Material Requirement Planning (MRP) lebih cocok dan memungkinkan untuk diterapkan pada PT Artistika Kreasi Mandiri. 2.2 Peramalan Konsep Dasar Peramalan Peramalan merupakan input dasar yang digunakan dalam pengambilan keputusan dari suatu proses manajemen operasi karena menyediakan informasi permintaan di masa depan (Svenson, 2009, p. 72). Menurut Render, Stair, & Hanna (2009, p. 178) teknik peramalan secara umum dapat dibedakan sebagai berikut (lihat Gambar 2.1). S umber: (Render, Stair, & Hanna, 2009, p. 179) Gambar 2.1 Tipe-tipe Teknik Peramalan Time-series methods merupakan metode peramalan yang didasarkan hanya pada informasi dan pola data di masa lalu untuk meramalkan nilai di masa depan pada suatu rangkaian tertentu. Beberapa pola tersebut antara lain tren, musiman, siklus, dan acak. Sedangkan causal methods merupakan peramalan yang diturunkan dari hasil analisis data disamping data hasil peramalan rangkaian waktu yang dilakukan, sehingga terdapat variabel dengan nilai yang berkaitan dengan nilai yang diramalkan (Nahmias, 2009, pp ) Teknik Peramalan Menurut Baroto (2002, pp ), pada pola data tren dan acak, metode peramalan yang sesuai untuk digunakan antara lain adalah regresi linier, exponential smoothing, atau double exponential smoothing. Berdasarkan hal tersebut, teknik peramalan yang digunakan dalam studi kasus ini antara lain: 1. Double exponential smoothing satu parameter (Metode Brown) Pada teknik double exponential smoothing satu parameter (Metode Brown), perhitungan menambahkan satu parameter (Ginting, 2007, p. 53): (2.1) (2.2) Dimana: S t = Single exponential smoothing pada periode t S t = Double exponential smoothing pada periode t Rumus untuk menghitung peramalan periode t adalah sebagai berikut: (2.3) (2.4) (2.5) 2. Double exponential smoothing dua parameter (Metode Holt) Pada teknik double exponential smoothing dua parameter (metode Holt), perhitungan memerlukan dua konstanta smoothing, α dan β, serta

3 6 menggunakan dua perhitungan smoothing yang dirumuskan sebagai berikut (Nahmias, 2009, p. 77): (2.6) (2.7) (2.8) Dimana: S t = Intercept pada periode t G t = Slope pada periode t α = Konstanta smoothing pada intercept β = Konstanta smoothing pada slope τ = jarak antar waktu peramalan 3. Regresi Linier Perumusan peramalan pada teknik ini adalah sebagai berikut (Nahmias, 2009, pp ): (2.9) Dimana: F t = Peramalan permintaan b = Derajat kemiringan persamaan garis regresi a = Konstanta y bila x = 0 t = Periode Untuk mencari nilai a dan b dilakukan perhitungan berikut: (2.10) (2.11) (2.12) (2.13) Dimana: = Rata-rata permintaan D i = Permintaan pada periode i n = Periode waktu Keakuratan Peramalan Render, Stair, dan Hanna (2009, pp ) mengatakan bahwa tingkat kesalahan dari hasil suatu peramalan dapat dilihat dari selisih antara nilai peramalan dengan nilai sebenarnya. Beberapa cara untuk mengukur keakuratan peramalan dilihat dari nilai Mean Absolute Deviation (MAD), Mean Squared Error (MSE), serta Mean Absolute Percent Error (MAPE) yang dirumuskan sebagai berikut: (2.14) (2.15) (2.16) 2.3 Perencanaan Agregat Menurut Nahmias (2009, p. 125), perencanaan agregat merupakan perencanaan pengambilan keputusan mengenai berapa banyak karyawan yang

4 7 harus dipertahankan dan berapa banyak barang yang harus diproduksi. Beberapa biaya di dalam perencanaan agregat antara lain (Nahmias, 2009, p. 130): 1. Smoothing costs, yaitu biaya tambahan sebagai hasil dari perubahan tingkat produksi dari suatu periode ke periode berikutnya. 2. Holding costs, yaitu biaya tambahan sebagai hasil dari penyimpanan inventori. 3. Shortage costs, yaitu biaya yang dihasilkan pada tingkat inventori yang negatif. 4. Regular time costs, yaitu biaya yang dihasilkan dari proses produksi tiap unit produk selama jam kerja reguler. 5. Overtime and subcontracting costs, yaitu biaya yang dihasilkan dari proses produksi tiap unit produk di luar jam kerja reguler. 6. Idle time costs, yaitu biaya menunggu. Kebanyakan biaya ini bernilai nol. Secara umum terdapat tiga strategi untuk mengevaluasi perencanaan agregat (Nahmias, 2009, pp ): 1. Chase Strategy (Zero Inventory Plan), dimana penyesuaian tingkat produksi dilakukan dengan menambah dan mengurangi pekerja sesuai dengan kebutuhan (persediaan = nol). 2. Constant Workforce Plan, dimana penyesuaian tingkat produksi dilakukan dengan menyimpan kelebihan produksi (tidak ada penambahan atau pengurangan pekerja). 3. Mixed Strategies and Additional Constrants, dimana penyesuaian tingkat produksi dilakukan dengan menggabungkan antara Zero Inventory Plan dengan Constant Workforce Plan. 2.4 Master Production Scheduling (MPS) Menurut Gaspersz (2012, pp ), Master Production Scheduling (MPS) merupakan suatu cara untuk menyusun dan memperbaharui jadwal produksi induk yang memiliki empat fungsi utama, yaitu: 1. Menyediakan input utama kepada sistem Material Requirement Planning (MRP) dan Capacity Requirement Planning (CRP). 2. Menjadwalkan pesanan-pesanan produksi dan pembelian untuk item-item MPS. 3. Memberikan landasan untuk menentukan kebutuhan sumber daya dan kapasitas. 4. Memberikan basis untuk pembuatan janji tentang penyerahan produk kepada pelanggan. Bentuk atau format umum dari rancangan MPS dapat dilihat pada Tabel 2.1 dibawah ini (Gaspersz, 2012, p. 244):

5 8 Tabel 2.1 Bentuk Umum dari Master Production Scheduling Item No: Description: Lead Time: Safety Stock: On Hand: Demand Time Fences: Lot Size: Planning Time Fences: Periode Past Due Apr-13 Mei-13 Sales Forecast <-> Actual Orders Projected Available Balance Available to Promises Master Scheduled Sumber: (Gaspersz, 2012, p. 244). Keterangan dan rumus perhitungan dari Tabel 2.1 tersebut antara lain (Gaspersz, 2012, pp ): - Lead Time, yaitu waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau membeli suatu item. - On Hand, yaitu nilai inventori awal yang tersedia secara fisik. - Lot Size, yaitu jumlah item yang biasanya dipesan dari pabrik/pemasok. - Safety Stock, yaitu stok pengaman yang difungsikan untuk mencegah fluktuasi dalam ramalan penjualan. - Demand Time Fence (DTF), yaitu periode mendatang dari MPS dimana dalam periode ini perubahan-perubahan terhadap MPS tidak dapat diterima. - Planning Time Fence (PTF), yaitu periode mendatang dari MPS dimana dalam periode ini perubahan-perubahan terhadap MPS dievaluasi guna mencegah ketidaksesuaian jadwal yang akan menimbulkan kerugian. - Time Periods for Display, yaitu banyaknya periode waktu yang ditampilkan dalam format MPS. - Sales Forecast (SF), yaitu nilai peramalan penjualan item yang dijadwalkan. - Actual Orders (AO), yaitu jumlah pesanan yang diterima dan bersifat pasti. - Projected Available Balances (PAB), yaitu proyeksi on-hand inventory selama waktu perencanaan MPS, yang menunjukkan status inventori yang diproyeksikan pada setiap akhir periode dalam waktu perencanaan MPS. Nilai PAB didapatkan dari formulasi sebagai berikut: (2.17) (2.18) atau (2.20) - Available-To-Promise (ATP), yaitu informasi mengenai estimasi waktu penyelesaian produksi dapat dilakukan. Nilai ATP didapatkan dari formulasi sebagai berikut: (2.19) (2.20) Jun-13 Jul-13 Aug-13 Sep-13 Oct-13 Nov-13 Dec-13

6 9 - Master Scheduled (MS), yaitu jadwal produksi yang diantisipasi untuk item tertentu. Nilai MS didapatkan dari formulasi sebagai berikut: (2.21) 2.5 Material Requirement Planning (MRP) Gaspersz (2012, p. 266) menyatakan bahwa MRP adalah suatu metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders. Metode MRP merupakan metode perencanaan dan pengendalian pesanan dan inventori untuk item-item dependent demand, seperti bahan baku, parts, subassemblies, dan assemblies, dimana semua hal tersebut biasa disebut sebagai manufacturing inventories. Prinsip MRP adalah memperoleh material yang tepat dari sumber yang tepat untuk penempatan yang tepat pada waktu yang tepat. Sebagai suatu sistem, lima input utama MRP antara lain adalah (Gaspersz, 2012, pp ): 1. Master Production Scheduling (MPS) 2. Bill of Material (BOM) 3. Item Master 4. Orders 5. Requirements Struktur MRP Gambaran mengenai input yang dibutuhkan, serta output yang dihasilkan dari suatu sistem MRP dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut: Sumber: (Baroto, 2002, p. 145) Gambar 2.2 Struktur Sistem MRP Tahapan Pembuatan MRP Terdapat empat tahapan dalam pembuatan MRP, yaitu (Baroto, 2002, pp ): 1. Netting, yaitu proses perhitungan untuk menetapkan jumlah kebutuhan bersih, yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan. Beberapa data yang diperlukan pada tahapan ini antara lain kebutuhan kotor untuk setiap periode, persediaan yang dimiliki pada awal perencanaan, serta rencana penerimaan untuk setiap periode perencanaan.

7 10 2. Lotting, yaitu proses untuk menentukan besarnya jumlah pesanan optimal untuk setiap item secara individual berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan bersih yang telah dilakukan. Beberapa teknik lotting antara lain lot for lot, economic order quantity, fix order quantity, dan lain-lain. 3. Offseting, yaitu proses untuk menentukan saat yang tepat untuk melakukan rencana pemesanan dalam rangka memenuhi kebutuhan bersih. Rencana pemesanan diperoleh dengan mengurangkan ukuran lot awal yang diinginkan dengan besarnya lead time. 4. Explosion, yaitu proses untuk menghitung kebutuhan kotor untuk tiap item/komponen yang lebih bawah, yang didasarkan pada rencana pemesanan item-item produk pada level yang lebih atas Format MRP Bentuk atau format umum dari MRP dapat dilihat pada Tabel 2.2 (Gaspersz, 2012, p. 271): Tabel 2.2 Bentuk Umum dari Material Requirement Planning Part No: Description: BOM UOM: On Hand: Lead Time: Order Policy: Safety Stock: Lot Size: Periode Past Due Apr-13 Gross Requirement Scheduled Receipts Projected Available Balance 1 (PAB 1) Net Requirement Planned Order Receipt Planned Order Release Projected Available Balance 2 (PAB 2) Sumber: (Gaspersz, 2012, p. 271). Keterangan dan rumus perhitungan dari Tabel 2.2 tersebut antara lain (Gaspersz, 2012, pp ): - Lead Time, yaitu jangka waktu yang dibutuhkan dari waktu MRP menyarankan suatu pesanan sampai item yang dipesan siap digunakan. - On Hand, yaitu kuantitas item yang secara fisik tersedia. - Lot Size, yaitu kuantitas yang harus dipesan serta teknik lot-sizing yang digunakan. - Safety Stock (SS), yaitu stok aman untuk mencegah fluktuasi permintaan. - Planning Horizon, yaitu banyaknya waktu yang tercakup dalam perencanaan. - Gross Requirements, yaitu total dari semua kebutuhan, termasuk kebutuhan antisipatif untuk setiap periode waktu. Pada bahan baku nilai ini didapatkan dari nilai Master Scheduled pada MPS. Sedangkan pada material nilai ini didapatkan dari nilai Planned Order Release material yang berada pada level diatasnya dikalikan dengan kuantitas bahan baku yang digunakan. May-13 Jun-13 Jul-13 Aug-13 Sep-13 Oct-13 Nov-13 Dec-13

8 11 - Scheduled Receipt, yaitu total penerimaan yang dijadwalkan. - Projected Available Balance 1, yaitu projected availabel balance yang tidak termasuk planned orders. Nilai PAB 1 didapatkan dari formulasi sebagai berikut: PAB1 t = PAB2 t-1 Gross Requirement t + Scheduled Receipt t (2.22) - Net Requirements (NR), yaitu kekurangan material yang diproyeksikan untuk suatu periode. Nilai ini didapatkan dari formulasi sebagai berikut: NR t = (-1*PAB1 t ) + Safety Stock (if NR t < SS) (2.23) atau NR t = 0 (if NR t > SS) (2.24) - Planned Order Receipts, yaitu kuantitas pesanan pengisi kembali yang telah direncanakan untuk diterima guna memenuhi kebutuhan bersih. Nilai Planned Order Receipts didapatkan dari formulasi sebagai berikut: (2.25) - Planned Order Releases, yaitu kuantitas planned orders dikeluarkan dalam periode tertentu agar item yang dipesan tersedia saat dibutuhkan. Nilai Planned Order Release didapatkan dari formulasi sebagai berikut: Planned Order Release t = Planned Order Receipt t+lot size (2.26) - Projected Available Balance 2, yaitu projected availabel balance yang sudah termasuk planned orders. Nilai PAB 2 didapatkan dari formulasi sebagai berikut: PAB2 t = PAB1 t + Planned Order Receipt t (2.27) 2.6 Pengembangan Sistem Informasi Menurut O Brien & Marakas (2010, p. 4), sistem informasi merupakan kombinasi dari manusia, hardware, software, jaringan komunikasi, sumber data, serta kebijakan dan prosedur yang bertujuan untuk menyimpan, memperoleh, mengubah, dan menyebarluaskan informasi di dalam suatu organisasi. Keseluruhan proses membangun, menyebarkan, menggunakan, serta memperbaharui sistem informasi disebut sebagai Systems Development Life Cycle (SDLC). Lima tahapan utama SDLC antara lain project planning phase, analysis phase, design phase, implementation phase, dan support phase (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, pp ) Metodologi Pengembangan Sistem Metodologi pengembangan sistem menyediakan suatu panduan untuk menyelesaikan setiap aktivitas dalam pengembangan sistem, termasuk model, tools, serta teknik secara spesifik. Salah satu metode yang paling awal muncul adalah Unified Process. Fase di dalam Unified Process terdiri dari inception, elaboration, construction, serta transition (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, pp ). Dalam pengembangan sistem, digunakan suatu model untuk menggambarkan inputs, outputs, proses, objek, interaksi objek, lokasi, jaringan, peralatan, serta hal lain diantaranya (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p. 48). Suatu notasi yang mendefinisikan pemodelan sistem dalam bentuk diagram adalah Unified Modeling Language (UML). UML merupakan

9 12 suatu set standar model yang dibangun dan notasi yang dikembangkan secara spesifik untuk pengembangan berorientasi objek (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p. 48). Pengembangan berorientasi objek unggul dalam hal perawatan, dimana software dapat dimodifikasi untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan (Din & Idris, 2009, p. 71) Pemodelan Analisis Kebutuhan Sistem dengan Notasi UML 1. Activity Diagram Activity diagram merupakan suatu diagram aliran kerja sederhana yang mendeskripsikan berbagai aktivitas user (atau sistem), orang yang melakukan aktivitas tersebut, serta urutan dari aliran aktivitasnya (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p. 144). Simbol-simbol pada activity diagram dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut: Sumber: (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p. 145) Gambar 2.3 Simbol-simbol pada Activity Diagram 2. Event Table Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, pp ), event merupakan kejadian pada waktu dan tempat tertentu yang dapat digambarkan dan perlu untuk diingat. Dalam sebuah event table, terdapat baris dan kolom yang menggambarkan kejadian-kejadian beserta informasi yang berkaitan dengannya. Format pembuatan event table dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut: Sumber: (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p. 175) Gambar 2.4 Format Event Table

10 13 3. Use Case Diagram Use case diagram merupakan diagram yang menggambarkan peran user dan caranya berinteraksinya dengan sistem. Use case diagram juga berisi mengenai proses-proses bisnis yang perlu didukung oleh sistem (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p. 213). Notasi dan contoh use case diagram sederhana dapat dilihat pada Gambar 2.5 berikut: Sumber: (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p. 215) Gambar 2.5 Notasi dan Contoh Use Case Diagram Sederhana 4. Use Case Description Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p. 220), use case diagram dideskripsikan lebih lanjut kedalam suatu use case description untuk menggambarkan kebutuhan pengembangan sistem pada tingkat yang lebih detail. Menurut tingkat detail dari deskripsinya, use case description dibedakan menjadi brief description, intermediate description, dan fully developed description. Adapun tingkat detail dari use case description yang digunakan dalam studi kasus ini adalah fully developed description, dimana formatnya dapat dilihat seperti pada Tabel 2.3 berikut: Tabel 2.3 Format Pembuatan Use Case Description Sumber: (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p. 223) 5. Domain Model Class Diagram Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p. 185), domain class diagram merepresentasikan objek-objek yang terdapat pada sebuah sistem ke dalam sebuah kelas. Kelas tersebut kemudian berisi entitas-entitas yang saling berhubungan dan memiliki fungsi tertentu. Contoh dari suatu domain model class diagram dapat dilihat pada Gambar 2.6 berikut:

11 14 Sumber: (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p. 185) Gambar 2.6 Contoh Domain Model Class Diagram 6. System Sequence Diagram Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p. 225), System Sequence Diagram (SSD) merupakan suatu jenis dari interaction diagram yang digunakan untuk menggambarkan aliran informasi yang berasal dan keluar dari sistem otomatis. SSD mendokumentasikan input dan output serta mengidentifikasi interaksi diantara aktor dan sistem. Contoh dari suatu SSD sederhana dapat dilihat pada Gambar 2.7 berikut: Sumber: (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p. 229) Gambar 2.7 Contoh System Sequence Diagram Sederhana 7. Statechart Diagram Statechart diagram menggambarkan informasi mengenai status dari suatu objek problem domain. Tidak semua kelas memerlukan statechart, hanya kelas-kelas yang memerlukan pengawasan dalam prosesnya yang memerlukannya. Contoh dari suatu statechart diagram sederhana dapat dilihat pada Gambar 2.8 berikut: Sumber: (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p. 237) Gambar 2.8 Contoh Statechart Sederhana

12 Pemodelan Desain Sistem dengan Notasi UML 1. Deployment Environment Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, pp ), deployment environment terdiri dari hardware, system software, dan networking environment dalam suatu sistem yang akan beroperasi. Secara umum, model arsitektur jaringan komputer terbagi menjadi dua, yaitu centralized architecture dan distributed architecture. 2. First-Cut Design Class Diagram Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p. 309), first-cut design class diagram dikembangkan dari domain model class diagram, dengan penambahan: (1) Menguraikan atribut dengan tipe dan inisial sesuai dengan nilainya, dan (2) Menambahkan arah panah navigasi. Contoh dari first-cut design class diagram sederhana dapat dilihat pada Gambar 2.9 berikut: Sumber: (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p. 307) Gambar 2.9 Contoh First-Cut Design Class Diagram Sederhana 3. Three-Layer Sequence Diagram Three-layer completed sequence diagram menunjukan asosiasi suatu kelas dengan tiga lapisan, yaitu view layer classes yang merupakan objek tampilan menu dan form yang dimaksud, business layer classes yang merupakan pengendali objek dan kelas, serta data access layer classes yang berisikan objek database kelas (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010, p. 435). Notasi yang digunakan dalam pembuatan three-layer sequence diagram dapat dilihat pada Tabel 2.4 berikut: Tabel 2.4 Notasi Pembuatan Three-Layer Sequence Diagram Gambar Notasi Actor Actor Objek Object Lifeline Sumber: (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p. 315) Input dan Output Message

13 16 4. Updated Design Class Diagram Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p. 338), updated design class diagram merupakan class diagram yang sudah dikembangkan melalui tiga penambahan: (1) constructor methods, (2) data get and set methods, serta (3) use specific methods. Contoh dari updated design class diagram dapat dilihat pada Gambar 2.10 berikut: Sumber: (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p. 339) Gambar 2.10 Contoh Updated Design Class Diagram 5. Package Diagram Package diagram merupakan diagram tingkat tinggi yang memungkinkan designer untuk menghubungkan kelas-kelas yang saling berhubungan ke dalam suatu group layer yang sama. Group layer tersebut terbagi menjadi the view layer, the domain layer, serta the data access layer (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, pp ). Contoh pembuatan package diagram dapat dilihat pada Gambar 2.11 berikut: Sumber: (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p. 341) Gambar 2.11 Contoh Package Diagram

14 6. Database Design Beberapa langkah dalam membuat perancangan database berdasarkan skema dari class diagram antara lain tentukan kelas yang membutuhkan persistent storage, tampilkan persistent storage, tampilkan hubungan antar persistent storage, serta pilih tipe data dan batasan nilainya (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p. 400). 7. User Interface Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p. 442) user interface merupakan bagian dari sistem informasi yang memerlukan interaksi dari user guna menghasilkan suatu input dan output. Dalam merancang suatu user interface yang interaktif, terdapat delapan aturan emas yang perlu untuk diikuti, yaitu (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p. 454): a. Strive for Consistency b. Enable Frequent Users to Use Shortcuts c. Offer Informative Feedback d. Design Dialogs to Yield Closure e. Offer Simple Error Handling f. Permit Easy Reversal of Actions g. Support Internal Locus of Control h. Reduce Short-Term Memory Load Story board merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mendokumentasikan rancangan user interface dengan menunjukkan urutannya pada tampilan (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p. 460). 17

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Dibawah ini merupakan diagram alir yang menggambarkan langkahlangkah dalam melakukan penelitian di PT. Dankos Laboratorioes

Lebih terperinci

Manufacturing Lead Time dari keempat jenis operasi proses produksi dapat digambarkan sebagai berikut (Gaspersz, 2012, p. 11):

Manufacturing Lead Time dari keempat jenis operasi proses produksi dapat digambarkan sebagai berikut (Gaspersz, 2012, p. 11): BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem produksi Sistem produksi merupakan sistem integrasi yang memiliki komponen struktural dan fungsional dari suatu proses yang memberikan nilai tambah pada proses produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material (material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Distribusi Distribusi dari barang mengacu pada hubungan yang ada diantara titik produksi dan pelanggan akhir, yang sering terdiri dari beberapa jenis inventory yang harus dikelola.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1. Material Requirement Planning (MRP) Menurut Heryanto (1997, p193), persediaan adalah bahan baku atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang dikumpulkan digunakan untuk mendukung pengolahan data yang dilakukan ataupun sebagai input dari setiap metode-metode

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirements Planning 2.1.1 Definisi MRP MRP adalah dasar komputer mengenai perencanaan produksi dan inventory control. MRP juga dikenal sebagai tahapan waktu perencanaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Arti dan Peran Persediaan Persediaan sesungguhnya memiliki arti yang penting bagi perusahaan, baik yang berorintasi perdagangan, industri jasa maupun industri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Untuk memecahkan masalah yang diuraikan pada sub bab 1.2 diperlukan beberapa terori pendukung yang relevan. 2.1 Inventory Control Pengawasan persediaan digunakan untuk mengatur tersedianya

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Perumusan Masalah Metodologi penelitian penting dilakukan untuk menentukan pola pikir dalam mengindentifikasi masalah dan melakukan pemecahannya. Untuk melakukan pemecahan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 69 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan Pipa PVC Pada bab ini ditampilkan data-data penjualan pipa PVC yang diambil pada saat pengamatan dilakukan. Data yang ditampilkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Untuk melakukan pemecahan masalah yang berkaitan dengan perencanaan bahan baku di PT. Mitra Manis Sentosa, maka dibawah

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan Data penjualan grout tipe Fix pada PT.Graha Citra Mandiri mulai dari Januari 2004 sampai dengan Oktober 2006 ditunjukkan pada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Persediaan 2.1.1.1 Definisi serta Tujuan Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Persediaan (inventory) didefinisikan sebagai sumber daya yang di simpan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan Pengertian mengenai Production Planning and Inventory control (PPIC) akan dikemukakan berdasarkan konsep sistem. Produksi

Lebih terperinci

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1. Pengertian Material Requirements Planning (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Definisi MRP adalah suatu teknik yang dipakai untuk merencanakan pembuatan/pembelian komponen/bahan baku yang diperlukan untuk melaksanakan MPS. MRP ini merupakan hal

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 64 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Surya Toto Indonesia bergerak di bidang ceramic sanitary wares and plumbing hardware., salah satu produknya yaitu kloset tipe

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan)

BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan) BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan) Peramalan merupakan upaya untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Peramalan digunakan untuk melihat atau memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Permintaan 2.1.1 Pengertian Manajemen permintaan didefinisikan sebagai suatu fungsi pengelolaan dari semua permintaan produk untuk menjamin bahwa penyusunan jadwal induk

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Dari hasil pengumpulan data yang didapat dari divisi produksi PT. Indotek Jaya, maka data tersebut diperlukan untuk membuat rancangan MRP (Material

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perencanaan dan Pengendalian Produksi Menurut Teguh Baroto (2002, p13), produksi adalah suatu proses pengubahan bahan baku menjadi produk jadi. Sedangkan sistem produksi

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Langkah-langkah dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam membuat sistem untuk menghasilkan suatu perencanaan

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) ABC Amber Text Converter Trial version, http://www.processtext.com/abctxt.html MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Definisi MRP adalah suatu teknik yang dipakai untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Analisis Darminto dan Julianty (2002: 52) mengatakan bahwa Analisis adalah penguraian suatu pokok atas sebagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Menurut (Connolly & Begg, 2005: 312), Sistem informasi adalah sumber daya yang memungkinkan pengumpulan, manajemen, kontrol,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Yang Dihasilkan PT. Harapan Widyatama Pertiwi adalah perusahaan yang memproduksi pipa berdasarkan pesanan (make to order), tetapi ada pula beberapa produk yang diproduksi

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Penelitian Dibawah ini merupakan diagram alir yang menggambarkan langkah-langkah dalam melakukan penelitian di PT. Mulia Knitting Factory Ltd. Mulai Penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Maintenance Dalam buku Maintenance Engineering Handbook (Hinggins, Mobley, & Smith, 2002) Mobley mengatakan bahwa perawatan tidak hanya tentang pencegahan, pemberian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 22 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Menurut Teguh Baroto (2002, p14), perencanaan dan pengendalian produksi (PPC) adalah aktivitas bagaimana mengelola proses produksi tersebut. PPC merupakan tindakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Definisi Dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sumberdaya menganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PPIC AIR MINERAL DI PT. X

PERANCANGAN SISTEM PPIC AIR MINERAL DI PT. X Widya, et al. / Perancangan Sistem PPIC Air Mineral di PT. X / Jurnal Titra, Vol. 5, No. 1, Januari 217, pp. 79-86 PERANCANGAN SISTEM PPIC AIR MINERAL DI PT. X Ferdian Rama Widya 1, Tanti Octavia 2 Abstract:

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 69 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan tahap pendahuluan sebelum memasuki bagian pengolahan data. Data yang dibutuhkan untuk pengolahan terlebih dahulu didokumentasikan.

Lebih terperinci

BAB 4 HAS IL D AN PEMBAHAS AN

BAB 4 HAS IL D AN PEMBAHAS AN BAB 4 HAS IL D AN PEMBAHAS AN 4.1 Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data yang dilakukan pada perusahaan bertujuan untuk melakukan proses pengolahan data dan memecahkan masalah di perusahaan. Proses pengumpulan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. melaksanakan kegiatan utama suatu perusahaan.

BAB II LANDASAN TEORI. melaksanakan kegiatan utama suatu perusahaan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Sistem informasi merupakan suatu sistem dalam suatu organisasi yang mempertemukan pengolah transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 24 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu kerja baik setiap elemen ataupun siklus dengan mengunakan alat-alat yang telah disiapkan. Teknik

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian dibuat untuk mengetahui urutan langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan untuk pemecahan masalah yang berkaitan dengan penjadwalan asesoris pada PT.

Lebih terperinci

RENCANA INDUK PRODUKSI (MASTER PRODUCTION SCHEDULE)

RENCANA INDUK PRODUKSI (MASTER PRODUCTION SCHEDULE) RENCANA INDUK PRODUKSI (MASTER PRODUCTION SCHEDULE) Pokok Bahasan: I. MPS II. Hubungan Production Plan dengan MPS III. Contoh MPS IV. Available to Promise (ATP) V. Perubahan MPS & Time Fences VI. Projected

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 20 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Menurut Biegel (referensi 3), persediaan adalah bahan yang disimpan di dalam gudang yang kemudian akan digunakan untuk kelangsungan suatu proses produksi (bahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8).

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem informasi adalah data yang dikumpulkan, dikelompokkan dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah satu kesatuan informasi yang saling terkait dan

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Bahan Baku Bahan baku atau yang lebih dikenal dengan sebutan raw material merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ. Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ. Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ Fakultas FEB Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Proses dalam MRP Bill of material (BOM)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia yaitu PT. Indosat, Tbk yang beralamat di jalan Daan Mogot KM 11

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia yaitu PT. Indosat, Tbk yang beralamat di jalan Daan Mogot KM 11 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu perusahaan telekomunikasi di Indonesia yaitu PT. Indosat, Tbk yang beralamat

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. periode April 2015 Maret 2016 menghasilkan kurva trend positif (trend meningkat)

BAB V ANALISA HASIL. periode April 2015 Maret 2016 menghasilkan kurva trend positif (trend meningkat) 102 BAB V ANALISA HASIL 5.1 Peramalan Metode peramalan yang digunakan dalam penelitian ini adalah proyeksi trend yang terdiri dari linier trend model, quadratic trend model, exponential growth curve trend

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1.Persediaan Menurut Eddy Herjanto (1999, p 219-220), persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 3 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Proses Produksi Produksi adalah suatu kegiatan yang bertujuan menghasilkan sesuatu, sedangkan proses adalah suatu metode atau cara yang dilakukan. Menurut Assauri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 1.1 Sistem Informasi

BAB 2 LANDASAN TEORI 1.1 Sistem Informasi BAB 2 LANDASAN TEORI 1.1 Sistem Informasi 1.1.1 Pengertian Sistem Menurut Satzinger, et al (2012), sistem adalah kumpulan beberapa komponen yang saling terkait yang bekerja secara bersama-sama untuk mencapai

Lebih terperinci

PENERAPAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU CARDED FIBER PADA PT. HILON INDONESIA- BALI.

PENERAPAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU CARDED FIBER PADA PT. HILON INDONESIA- BALI. PENERAPAN TERIAL REQUIREMENTS PLANNING DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU CARDED FIBER PADA PT. HILON INDONESIA- BALI I Made Dwi Budiana Penindra (1), I Dewa Made Krishna Muku (2), Hadi Santosa (3)

Lebih terperinci

Perencanaan Kebutuhan Komponen Tutup Ruang Transmisi Panser Anoa 6x6 PT PINDAD Persero

Perencanaan Kebutuhan Komponen Tutup Ruang Transmisi Panser Anoa 6x6 PT PINDAD Persero Perencanaan Kebutuhan Komponen Tutup Ruang Transmisi Panser Anoa 6x6 PT PINDAD Persero Rizky Saraswati 1), dan I Wayan Suletra 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN MANUFACTURING RESOURCE PLANNING (MRP II) DI PT KSP

USULAN PENERAPAN MANUFACTURING RESOURCE PLANNING (MRP II) DI PT KSP USULAN PENERAPAN MANUFACTURING RESOURCE PLANNING (MRP II) DI PT KSP Anggara Hayun 1 ; Johanda 2 1 Peneliti BPPT, Cibinong Science Center LIPI, Jln. Raya Bogor KM 46, Cibinong PO BOX 422, Bogor 43253 2

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Oleh: Mega Inayati Rif ah, S.T., M.Sc. Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak No. 28, Komplek Balapan, Yogyakarta PART 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 60 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah : 1. Data Kapasitas Produksi Adapun kapasitas produksi reguler perhari untuk satu lini produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini peran teknologi informasi sangat penting bagi proses bisnis pada suatu perusahaan. Adanya teknologi informasi pada perusahaan dapat mendukung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Di dalam melakukan suatu kegiatan dan analisis usaha atau produksi bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Keberadaan persediaan dalam suatu unit usaha perlu diatur sedemikian rupa sehingga kelancaran pemenuhan kebutuhan pemakai dapat dijamin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Jenis data Data Cara pengumpulan Sumber data 1. Jenis dan jumlah produk yang dihasilkan

BAB III METODOLOGI. Jenis data Data Cara pengumpulan Sumber data 1. Jenis dan jumlah produk yang dihasilkan BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April 2011 sampai Mei 2011 di PT. Pindo Deli Pulp and Paper di bagian Paper machine 12. Lokasi Industri

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN PRODUKSI DISPLAY BARANG DENGAN METODE AGREGAT PADA PD IMPRESSA MULIA

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN PRODUKSI DISPLAY BARANG DENGAN METODE AGREGAT PADA PD IMPRESSA MULIA ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN PRODUKSI DISPLAY BARANG DENGAN METODE AGREGAT PADA PD IMPRESSA MULIA Fitri Susianti Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara,

Lebih terperinci

Material Requirements Planning (MRP)

Material Requirements Planning (MRP) Material Requirements Planning (MRP) Pokok Bahasan: I. Tujuan MRP II. Input & Output MRP III. Contoh Logika MRP & Struktur Produk IV. Contoh MRP Kereta Dorong V. Sistem Informasi MR Kuliah ke-4: Rabu,

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Definisi Perencanaan dan Pengendalian Produksi Menurut Baroto (2002, p13), proses produksi adalah aktivitas bagaimana membuat produk jadi dari bahan baku yang melibatkan mesin,

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara

Universitas Bina Nusantara Universitas Bina Nusantara Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2005/2006 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi untuk Memenuhi Kebutuhan Bahan Baku Produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori-teori yang menjadi dasar penulisan adalah sebagai berikut :

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori-teori yang menjadi dasar penulisan adalah sebagai berikut : BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar/Umum Teori-teori yang menjadi dasar penulisan adalah sebagai berikut : 2.1.1 Sistem Pengertian sistem menurut Williams dan Sawyer (2005, p457) adalah sekumpulan

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis Manajemen Persediaan Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot Dinar Nur Affini, SE., MM. Program Studi Manajemen Perencanaan Kebutuhan Material Perencanaan Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Kerangka Pikir Pemecahan Masalah Adapun kerangka pemikiran pemecahan masalah dalam bentuk diagram, adalah sebagai berikut: Gambar 3.1 Flow Diagram Kerangka Pikir Pemecahan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Pemecahan Masalah Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Pemecahan 62 3.2 Penjelasan Flow Chart Metodologi Pemecahan Masalah Dari flow chart metodologi pemcahan

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen Modul ke: Manajemen Persediaan Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB Fakultas FEB Christian Kuswibowo, M.Sc Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Bagian Isi MRP didasarkan pada permintaan dependen.

Lebih terperinci

Perencanaan Produksi Yarn Divisi Spinning 2 PT ABC

Perencanaan Produksi Yarn Divisi Spinning 2 PT ABC Perencanaan Produksi Yarn Divisi Spinning 2 PT ABC Wakhid Ahmad Jauhari *1) dan Namrotul Uela Fatakunul Imamah *2) 1) Dosen Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Ir Sutami

Lebih terperinci

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1 Landasan Teori Perencanaan kebutuhan material (material requirements planning) merupakan metode perencanaan dan pengendalian pesanan dan inventori untuk item-item

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Model Data Time-Series Merupakan model yang meramalkan suatu nilai dengan mengambil data dari histori. Data histori ini dicatat dalam bentuk rentang periode seperti minggu, bulan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan BAB 3 METODOLOGI Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan beberapa metode yang masuk dalam kategori praktek terbaik untuk melakukan pengurangan jumlah persediaan barang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dewasa ini, persaingan antar perusahaan semakin sengit. Konsumen juga semakin cerdas dalam memilih produk atau jasa yang mereka inginkan. Oleh karena itu, setiap

Lebih terperinci

CAPACITY PLANNING. Zulfa Fitri Ikatrinasari, MT., Dr. / Euis Nina S. Y., ST, MT

CAPACITY PLANNING. Zulfa Fitri Ikatrinasari, MT., Dr. / Euis Nina S. Y., ST, MT CAPACITY PLANNING Modul ke: Definisi Kapasitas, Manajemen Kapasitas, Capacity Planning Factors, Bill of Capacity, dan Capacity Requirement Planning. Fakultas Pascasarjana Zulfa Fitri Ikatrinasari, MT.,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Robbins dan Coulter (2012:36) manajemen mengacu pada proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan efektif dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan dan Pengendalian Produksi Produksi adalah suatu proses pengubahan bahan baku menjadi produk jadi. Sedangkan sistem produksi adalah sekumpulan aktivitas untuk pembuatan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Hasil pengumpulan data yang didapat dari departemen PPIC (Production Planning and Inventory Control) PT. Pulogadung Pawitra Laksana (PT. PPL) adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional 2.1.1 Pengertian Manajemen Operasional Definisi dasar dari Manajemen Operasional (Stevenson, 2010) yaitu sebuah ilmu manajemen atau pengendalian dari sebuah

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Peramalan Kebutuhan Bahan Baku Pada bab ini berisikan tentang analisa hasil dari pengolahan data dalam perhitungan Forecasting dan MRP tepung terigu untuk 12 bulan yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional 2.1.1 Pengertian Manajemen Definisi dasar dari Manajemen Menurut buku Management Robbins & Coulter (2012:22), Manajemen juga meliputi koordinasi dan mengawasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini sistem informasi dan ilmu pengetahuan di bidang komputerisasi berkembang semakin pesat, karena pesatnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini sistem informasi dan ilmu pengetahuan di bidang komputerisasi berkembang semakin pesat, karena pesatnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini sistem informasi dan ilmu pengetahuan di bidang komputerisasi berkembang semakin pesat, karena pesatnya teknologi tersebut maka semakin pesat pula kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN BAB II LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pengertian Manajemen dan Manajemen Operasional Pengertian manajemen operasional tidak lepas dari pengertian manajemen. Dengan kata lain manajemen yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk Laporan Tugas Akhir BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suati pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PERENCANAAN PRODUKSI 2.1.2 Forecasting Forecasting (peramalan) bertujuan untuk memperkirakan prospek ekonomi dan kegiatan usaha serta pengaruh lingkungan terhadap prospek tersebut.

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) PENDAHULUAN Dimulai dari 25 s.d 30 tahun yang lalu di mana diperkenalkan mekanisme untuk menghitung material yang dibutuhkan, kapan diperlukan dan berapa banyak. Konsep

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Manajemen Permintaan Pada dasarnya manajemen permintaan (demand management) didefinisikan sebagai suatu fungsi pengelolaan dari semua permintaan produk untuk menjamin

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2005,p4), Pengendalian persediaan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyusunan tugas akhir ini dibutuhkan beberapa landasan teori sebagai acuan dalam penyusunannya. Landasan teori yang dibutuhkan antara lain teori tentang Sistem Informasi, teori

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. Berdasarkan data permintaan produk Dolly aktual yang didapat (permintaan

BAB V ANALISA HASIL. Berdasarkan data permintaan produk Dolly aktual yang didapat (permintaan BAB V ANALISA HASIL Bab ini berisikan mengenai analisa hasil dari pengolahan data dalam perhitungan MRP Dolly pada satu tahun yang akan datang yang telah dibahas pada bab sebelumnya. 5.1 Analisa Peramalan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Sejarah Perusahaan CV. Mitra Abadi Teknik merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang perancangan dan manufaktur untuk peralatan

Lebih terperinci

1. Pendahuluan 2. Kajian Pustaka

1. Pendahuluan 2. Kajian Pustaka 1. Pendahuluan Teknologi menjadi elemen yang sangat penting dalam persaingan bisnis saat ini. Melalui implementasi teknologi, perusahaan dapat bersaing dalam persaingan bisnis dengan pemahaman, pemenuhan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Bin Packing Problem Menurut Wu, Li, Goh, & Souza (2009, p. 2), memasukkan kemasan barang ke dalam suatu tempat merupakan

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Bin Packing Problem Menurut Wu, Li, Goh, & Souza (2009, p. 2), memasukkan kemasan barang ke dalam suatu tempat merupakan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Bin Packing Problem Menurut Wu, Li, Goh, & Souza (2009, p. 2), memasukkan kemasan barang ke dalam suatu tempat merupakan suatu material handling yang penting dalam manufaktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan teknologi semakin pesat, tak terkecuali dalam bidang industri. Disamping itu saat ini telah memasuki era globalisasi, perusahaanperusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL Variabel Penelitian di sini merupakan suatu atribut atau nilai atau sifat dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Inventory atau Persediaan Inventory adalah item atau material yang dipakai oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk menjalankan bisnisnya[10]. Persediaan adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis saat ini sangatlah ketat, baik dalam pasar lokal maupun pasar global. Setiap perusahaan harus melakukan peningkatan kualitas produk, kecepatan respon

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT Klip Plastik Indonesia sejak dari Agustus-Desember 2015, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di PT Klip Plastik

Lebih terperinci

PERENCANAAN MATERIAL YANG DIBUTUHKAN (MATERIAL REQUIREMENT PLANNING)

PERENCANAAN MATERIAL YANG DIBUTUHKAN (MATERIAL REQUIREMENT PLANNING) BAB PERENCANAAN MATERIAL YANG DIBUTUHKAN (MATERIAL REQUIREMENT PLANNING) TUJUAN: Setelah memahami materi ini Mahasiswa diharapkan dapat:. Memahami perencanaan terhadap dependent demand.. Mengetahui manfaat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.2. Manajemen Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teknik Industri 2.1.1 Peramalan Peramalan atau forecasting adalah seni dan ilmu untuk memprediksi peristiwa-peristiwa masa depan. Peramalan merupakan perhitungan yang objektif

Lebih terperinci