BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Persediaan Definisi serta Tujuan Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Persediaan (inventory) didefinisikan sebagai sumber daya yang di simpan untuk memenuhi permintaan saat ini maupun saat yang akan datang. Jadi perencanaan dan pengendalian persediaan merupakan suatu usaha pengaturan dan perencanaan segala sumber daya yang ada dan disimpan untuk digunakan guna memenuhi kebutuhan permintaan saat ini maupun yang akan datang. Secara umum, tujuan suatu perusahaan melakukan perencanaan dan pengendalian persediaan adalah untuk memperoleh penghematan biaya yang berarti. Penghematan tersebut diperoleh dengan cara mengelola persediaan secara efektif dan efisien, artinya persediaan yang ada tidak berlebih ataupun kurang dalam memenuhi kebutuhan permintaan pasar Manfaat Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Perencanaan dan pengendalian persediaan yang meliputi persediaan bahan baku, barang dalam proses (work in process), dan barang jadi memiliki fungsi yang sangat penting bagi perusahaan. Ada beberapa kegunaan atau manfaat yang dapat diperoleh suatu perusahaan dalam melakukan sistem persediaan, yaitu :

2 16 Untuk memenuhi permintaan konsumen yang telah diramalkan. Karena permintaan tidak dapat diketahui secara pasti, maka diperlukan persediaan tambahan yang dinamakan safety stock atau buffer stock untuk memenuhi lonjakan permintaan yang diramalkan. Dapat memenuhi pesanan konsumen dalam waktu yang cepat. Jika perusahaan tidak memiliki persediaan sehingga tidak dapat memenuhi pesanan konsumen pada saat yang tepat, maka kemungkinannya konsumen akan berpindah ke perusahaan lain. Untuk berjaga-jaga guna menjaga kelancaran produksi. Jika tersedianya bahan baku tergantung pada musim tertentu, maka perlu bagi perusahaan melakukan penyimpanan untuk menghindari stock out (kehabisan bahan baku). Disamping itu, persediaan dilakukan sebagai tindakan antisipasi terhadap keterlambatan pengiriman, bencana alam, atau kerusuhan massa. Untuk menghindari resiko akibat kenaikan harga. Untuk mendapatkan potongan harga jika membeli bahan baku dalam jumlah banyak. Untuk menekan harga pokok per unit barang. Perusahaan seringkali memanfaatkan apa yang disebut dengan economics of scale, dimana dengan ini biaya produksi per unit dapat ditekan dengan konsekuensi adanya kebijakan perusahaan untuk menyimpan bahan baku dalam jumlah besar.

3 Faktor-faktor Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Untuk mengetahui kebijakan tingkat persediaan barang yang optimal perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut antara lain : Biaya persediaan barang (Inventory Costs) Biaya yang berkaitan dengan persediaan barang dapat dibedakan sebagai berikut : a. Holding costs atau Carrying costs Biaya yang dikeluarkan karena memelihara barang atau opportunity costs karena melakukan investasi dalam barang dan bukan investasi lainnya. b. Ordering costs Biaya yang dikeluarkan untuk memesan barang dari supplier untuk mengganti barang yang telah dijual. c. Stock Out costs Biaya yang timbul karena kehabisan barang pada saat diperlukan. Sejauh mana permintaan barang oleh konsumen dapat diketahui. Jika permintaan barang dapat diketahui, maka perusahaan dapat menentukan berapa kebutuhan barang dalam suatu periode. Kebutuhan barang dalam periode inilah yang harus dapat dipenuhi oleh perusahaan. Lama penyerahan barang antara saat dipesan dengan barang tiba, atau disebut sebagai lead time atau delivery time. Terdapat atau tidak kemungkinan untuk menunda pemenuhan pesanan dari konsumen atau disebut sebagai backlogging.

4 18 Kemungkinan diperolehnya diskon untuk pembelian dalam jumlah besar. Kebijaksanaan perusahaan untuk menyimpan barang dalam jumlah besar atau kecil memiliki untung ruginya masing-masing. Jika perusahaan melakukan pembelian barang dalam jumlah besar, maka perusahaan akan menerima diskon, dapat mengantisipasi lonjakan pesanan dari konsumen, dan dapat menghindari kehabisan bahan baku (stock out) dengan konsekuensi meningkatnya biaya penyimpanan atau holding costs. Sedangkan jika perusahaan hanya memiliki persediaan dalam jumlah kecil, maka biaya penyimpanan akan relatif kecil dengan konsekuensi perusahaan harus melakukan pemesanan bahan baku lebih sering guna memenuhi permintaan konsumen Klasifikasi Persediaan Berdasarkan barang yang disimpan, maka persediaan dapat dikelompokkan sebagai berikut (Handoko,2000,p334) : Persediaan Bahan baku (Raw Material Inventory) Persediaan berupa barang-barang berwujud yang digunakan sebagai bahan dasar dalam proses produksi yang diperoleh dari alam atau dibeli dari supplier. Persediaan Bahan pendukung (Support Material Inventory) Persediaan berupa bahan-bahan atau barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi untuk mendukung keberhasilan kegiatan produksi, bukan merupakan komponen dari barang jadi.

5 19 Persediaan Komponen produk (Parts/Components Inventory) Persediaan berupa bahan-bahan atau barang-barang yang ikut dirakit secara langsung dengan komponen lain untuk menghasilkan barang jadi, merupakan komponen dari barang jadi. Persediaan Barang dalam proses (Work In Process Inventory) Persediaan berupa barang-barang yang menjadi output dari suatu bagian proses produksi yang masih akan diolah lebih lanjut hingga menghasilkan barang jadi. Adakalanya barang setengah jadi di suatu pabrik merupakan barang jadi bagi pabrik lain, karena memang proses produksinya hanya sampai tahap itu saja. Persediaan Barang jadi (Product Inventory) Persediaan berupa barang-barang yang telah selesai diproses atau barangbarang yang menjadi output terakhir dari suatu proses produksi yang siap untuk dijual ke pasar. Berdasarkan fungsinya, maka persediaan dapat dikelompokkan sebagai berikut (Herjanto,1999,p220) : Lot Size Inventory atau Batch Stock Persediaan yang timbul karena terjadinya pengadaan (replenishment), transaksi pembelian, atau pembuatan bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah kebutuhan pada saat itu. Pembelian dalam jumlah yang besar dilakukan dengan maksud untuk memperoleh potongan harga atau penghematan biaya pesan dan biaya angkut.

6 20 Fluctuation Inventory atau Safety Stock Persediaan yang diadakan untuk menghadapi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan; permintaan konsumen yang selalu berubah-ubah setiap saat; dan untuk menghadapi situasi yang tidak menentu, seperti kesalahan peramalan demand, lead time, jumlah produk yang reject, dan lain sebagainya. Safety stock ini digunakan sebagai pengaman agar tidak terjadi kegagalan dalam memenuhi pesanan konsumen atau memenuhi kebutuhan produksi. Anticipation Stock Persediaan yang diadakan untuk menghadapi perubahan permintaan konsumen yang dapat diramalkan. Disamping itu persediaan jenis ini juga dilakukan sebagai usaha antisipasi terhadap kemungkinan sulitnya memperoleh bahan baku agar jalannya proses produksi tidak terganggu. Pipeline Inventory Persediaan yang berupa sejumlah item yang mengalir dari suatu lokasi penyimpanan ke lokasi penyimpanan yang lain. Jika pada perpindahan tersebut terjadi perubahan fisik disebut WIP (work in process). Rumus : Total WIP + Transport Inventory = Pipeline Inventory Excess Inventory Persediaan yang diadakan tanpa adanya alasan apapun.

7 Sistem Persediaan Dua Tipe Dasar Sistem Persediaan Sistem persediaan yang independen dengan model-model deterministik secara umum terdiri atas dua tipe dasar, yaitu : Sistem ukuran pemesanan tetap (Sistem Q) Tipe sistem persediaan ukuran pemesanan tetap (Sistem Q) ini memiliki beberapa karakteristik, antara lain : o Demand diketahui atau dapat dihitung dengan pasti dan dianggap kontinu. o Jumlah yang dipesan tetap. o Waktu antar pemesanan tidak berubah. o Tingkat pemesanan diperiksa secara kontinu. o Pemesanan kembali dilakukan apabila tingkat persediaan telah mencapai tingkat tertentu. Sistem persediaan ini mencakup tiga model, yaitu : o Model Economic Order Quantity Dasar (EOQ Ideal) o Model EOQ Back Order o Model EOQ Discount Quantity Sistem interval pemesanan tetap (Sistem P) Tipe sistem persediaan interval pemesanan tetap (Sistem P) ini memiliki beberapa karakteristik, antara lain : o Tingkat persediaan maksimum ditentukan berdasarkan pemakaian selama lead time dan interval pemesanan.

8 22 o Pemesanan dilakukan setelah periode tertentu yang tetap. o Ukuran pemesanan adalah selisih antara persediaan maksimum dengan posisi persediaan pada saat pemeriksaan. Sistem persediaan ini mencakup dua model, yaitu : o Model Economic Order Interval satu - item o Model Economic Order Interval multi-item Disamping model-model persediaan diatas, ada pula model Economic Production Quantity untuk satu item dan multi item. Model-model sistem persediaan tersebut dibedakan satu dengan yang lain menurut asumsi yang digunakan Model Sistem Persediaan Melalui model sistem persediaan maka akan dapat dijawab dua hal penting yang berkaitan dengan masalah-masalah persediaan dalam realitas yang rumit, yaitu berapa banyak harus dipesan dan kapan (berapa kali) melakukan pesanan sehingga biaya persediaan dapat diminimalkan Model Basic Economic Order Quantity Model ini merupakan model yang tertua dan paling sederhana, pertama kali diperkenalkan oleh Ford W Harris pada tahun model ini diturunkan dengan menggunakan beberapa asumsi, yaitu : o Permintaan diketahui secara pasti dan konstan.

9 23 o Biaya yang relevan untuk perhitungan adalah ordering costs dan carrying costs. o Tidak ada shortage. o Lead time diketahui dan konstan. o Sekali pesan sekali terima. o Tidak ada potongan harga walaupun memesan dalam jumlah besar. Dengan asumsi di atas, maka masalah biaya persediaan barang akan ditentukan oleh berapa banyak barang yang dipesan, biaya pesanan, dan biaya penyimpanan serta pemeliharaan dari barang tersebut. Ordering costs atau biaya pesanan untuk setiap kali pesan barang jumlahnya adalah tetap, terlepas dari jumlah unit barang yang dipesan. Sedangkan carrying costs merupakan biaya penyimpanan dan pemeliharaan barang selama satu tahun. Besarnya carrying costs umumnya dinyatakan dengan suatu nilai persentase tertentu dari harga persediaan barang yang disimpan. Alternatifnya, carrying costs dihitung dari nilai rata-rata persediaan barang. Perilaku dari ordering costs dan carrying costs tergantung dari kuantitas barang yang dipesan atau tergantung dari tingkat persediaan barang. Jika kuantitas barang yang dipesan besar sehingga tingkat persediaan barang yang ada juga besar, maka ordering costs akan berkurang tetapi carrying costs akan meningkat. Sebaliknya, jika kuantitas barang yang dipesan kecil sehingga tingkat persediaan barang yang ada juga kecil, maka ordering costs akan relatif besar dan carrying costs kecil. Dengan demikian terdapat pertimbangan untung rugi antara ordering

10 24 costs dan carrying costs yang ditentukan oleh tingkat barang yang dipesan atau tingkat persediaan barang yang ada. Gambar 2.1 di bawah ini menjelaskan siklus pengendalian persediaan yang sesuai dengan asumsi model ini. Suatu volume pesanan (Q) diterima dan digunakan pada tingkat yang konstan. Jika persediaan berkurang sampai reorder point (R) maka pesanan selanjutnya segera ditempatkan, jadi tidak perlu menunggu persediaan habis karena penyerahan barang perlu waktu yang disebut lead time. Setiap pesanan diterima seluruhnya sekali pada saat persediaan habis, sehingga tidak ada stock out. Siklus ini berulang dengan volume pesanan, lead time, dan reorder point yang sama. Gambar 2.1 Siklus Model Basic Economic Order Quantity Hubungan antara unsur-unsur biaya persediaan dengan volume pesanan ditunjukkan oleh gambar 2.2. Karena antara ordering cost dengan carrying cost berbanding terbalik, maka jumlah dari keduanya menghasilkan kurva total inventory cost yang cembung (convex). Besarnya carrying cost per tahun adalah

11 25 rata-rata tingkat persediaan barang dikalikan dengan biaya pemeliharaan dan penyimpanan per unit barang dalam setahun.sedangkan besarnya ordering cost per tahun adalah jumlah pesanan dalam setahun dikalikan dengan biaya pesanan untuk setiap kali pesan barang. Jadi, total biaya persediaan barang per tahun adalah jumlah dari carrying cost dan ordering cost. Gambar 2.2 Kurva Biaya Persediaan Economic Order Quantity (EOQ) = 2 x Co x S Cc S Frekuensi pesan dalam 1 tahun (m) = EOQ Interval pemesanan (t) = Hari kerja/thn m Re-Order Point (ROP) = S x L Hari kerja/thn

12 26 Total carrying cost adalah perkalian antara carrying cost per unit per periode waktu, Cc, dengan rata-rata persediaan yang dimiliki. Karena permintaan konstan, maka Total carrying cost = EOQ Cc 2 Total ordering cost adalah perkalian antara ordering cost per pesanan, Co, dengan frekuensi pemesanan per periode waktu yang diamati. Karena permintaan diketahui dengan pasti dan konstan, maka Total ordering cost = Co S EOQ Karena diasumsikan tidak ada shortage ( tidak ada shortage cost ), maka total inventory cost, TC, adalah gabungan dari Total carrying cost dan Total ordering S P S Co EOQ EOQ Cc 2 cost. TC = ( ) Model Economic Order Quantity Bertahap Economic Order Quantity (EOQ) = 2 x Co x S S Cc 1 Q S Frekuensi pesan dalam 1 tahun (m) = EOQ Interval pemesanan (t) = Hari kerja/thn m S Tingkat persediaan maksimal = EOQ 1- Q Tingkat persediaan maksimal Rata-rata tingkat persediaan = 2

13 27 TC = ( S P) EOQ Cc 1- S Co + + EOQ 2 S Q Peramalan Definisi Peramalan Peramalan adalah prediksi, proyeksi, estimasi tingkat kejadian yang tidak pasti di masa yang akan datang. Ketepatan secara mutlak dalam memprediksi dan tingkat kegiatan yang akan datang adalah tidak mungkin dicapai oleh karena itu ketika perusahaan tidak dapat melihat kejadian yang akan datang secara pasti, diperlukan waktu dan tenaga besar agar mereka dapat memiliki kekuatan untuk menarik kesimpulan terhadap kejadian yang akan datang (Yamit,199,p13) Jenis-jenis peramalan Berdasarkan horison waktu, pada dasarnya peramalan dapat dibedakan menjadi (Herjanto,1999,p116) : 1. Peramalan Jangka Panjang Yaitu yang mencangkup waktu lebih besar dari 24 bulan, misalnya peramalan yang diperlukan dalam kaitannya dengan penanaman modal dan perencanaan fasilitas. 2. Peramalan Jangka Menengah Yaitu antara 3-24 bulan, misalnya untuk perencanaan penjualan, perencanaan dan anggaran produksi.

14 28 3. Peramalan Jangka Pendek Yaitu untuk jangka waktu yang kurang dari 3 bulan, misalnya peramalan dalam hubungannya dengan perencanaan pembelian material, penjadwalan kerja dan penugasan Pola Data Pola data pada dasarnya dapat dibedakan menjadi empat macam, antara lain (Makridakis,1999,p10): a. Pola Horizontal atau stationary (H) Pola data ini terjadi apabila nilai data observasi berfluktuasi disekitar nilai rata rata yang konstan. Dengan demikian dapat dikatakan pola data ini sebagai stationary pada rata-rata hitungannya (mean). Pola data horizontal ini juga sering disebut sebagai Average Demand for The Period. Jumlah Bulan Data Rata-rata Gambar 2.3 Pola Horizontal (H)

15 29 b. Pola Musiman arau Seasonal (S) Pola data ini terjadi apabila data observasinya dipengaruhi oleh faktor musiman (musim dingin, semi, panas, gugur) seperti harian (hari besar : Natal, Lebaran, dll), mingguan, bulanan atau tahunan (tahun baru) tertentu. Pola data musiman ini juga sering disebut Seasonal Element Jumlah Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Bulan Gambar 2.4 Pola Musiman (S) Agst Sept Oct Nov Des 8 c. Pola Siklis atau Cyclical (C) Pola data ini terjadi apabila data observasinya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis (Business Cycle), pola ini dapat terlihat seperti pada penjualan produk seperti kendaraan bermotor atau peralatan elektronik. Pola data siklis ini juga sering disebut Cyclical Element.

16 30 Jumlah Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Bulan Gambar 2.5 Pola Siklis (C) Agst Sept Oct Nov Des d. Pola Trend (T) Pola data ini terjadi apabila data observasinya mengalami kenaikan atau penurunan jangka panjang didalam datanya. Pola data trend ini sering disebut Trend Linier. Jumlah waktu waktu Bulan Gambar 2.6 Pola Trend (T)

17 Metode Peramalan Metode peramalan yang dipergunakan ada 3, yaitu : 1. Metode Double Moving Average. Metode ini membuat peramalan untuk periode berikutnya dengan jalan merata-ratakan nilai permintaan aktual n periode terakhir, pemilihan nilai n dan koefisien pembebanan ditentukan secara sembarang dan dapat ditentukan dengan mencoba beberapa kombinasi. 2. Metode Double Exponential Smoothing satu parameter dari Brown. Pemulusan eksponensial linear hanya dapat dengan tiga nilai data dan satu nilai untuk α. Pendekatan ini juga memberikan bobot yang semakin menurun pada observasi masa lalu sehingga pemulusan eksponensial linear lebih disukai daripada rata-rata bergerak linear sebagai suatu metode peramalan dalam berbagai kasus yang terjadi. Metoda pemulusan eksponensial metode Brown adalah serupa dengan rata-rata bergerak linier karena kedua nilai pemulusan tunggal dan ganda ketinggalan dari data yang sebenarnya bilamana terdapat unsur trend, perbedaan antara nilai pemulusan tunggal dan ganda dapat ditambahkan kepada nilai pemulusan tunggal dan disesuaikan untuk trend. Dimana dasar pemikiran dari pemulusan eksponensial linear dari Brown adalah serupa dengan rata rata bergerak linear, dimana persamaan yang dipakai yaitu :

18 32 Metode Double Exponential Satu Parameter dari Brown : Inisialisasi awal : S ' t = S " t = X t ' S t S " t ' ( 1 α ) S ( 1) = α. Xt + t " ( 1 α ) S ( 1) ' = α.. S 1+ t a t = ' 2. S t S " t α bt = 1 α F ' " ( S t S t ) ( t + m) = at + bt. m 3. Metode Asosiatif atau Analisa Regresi. Metode ini dapat digunakan apabila pola data permintaan secara konsistensi naik atau turun. Metode ini mencocokan garis pada sejumlah persamaan sehingga jumlah dari kuadrat jarak vertikal observasi dari garis dapat diminimasi. Berikut adalah rumus rumus regresi linear sederhana y t a+ b = dengan : t b n n xy x ( x ) = 2 2 x y a = y bx Di mana ; y = nilai peramalan a = konstanta y b = nilai kemiringan n = jumlah data t = indeks penunjuk waktu (dimulai dari 0 dan terus berlanjut untuk periode yang diramalkan)

19 Statistik Ketepatan Peramalan Ukuran Statistik Standar (Makridakis,1999,p40) : Error e t = X t - F t Nilai Tengah Kesalahan Absolut (Mean Error) ME = e t / n n t= 1 Nilai Tengah Galat Absolut (Mean Absolute Error) MAE = n 1 e t n 1 t+ Nilai Tengah Galat Kuadrat (Mean Square Error) MSE = 1 n n t+ 1 e t Master Production Schedule Master Production Schedule (MPS) adalah gambaran atas periode perencanaan dari suatu periode perencanaan dari suatu permintaan, termasuk peramalan, pesanan-pesanan pelanggan yang telah diterima tetapi belum dikirim, rencana suplai penawaran, permintaan akhir, dan kuantitas yang dijanjikan tersedia (Available to Promis/ATP). (Herjanto,1999,p260) Fungsi MPS Penjadwalan produksi induk pada dasarnya berkaitan dengan aktivitas melakukan 3 fungsi utama, yaitu :

20 34 1) Menyediakan atau memberi input utama kepada sistem perencana kebutuhan material atau kapasitas. 2) Menjadwalkan pesanan-pesanan produksi dan pembelian (Production and Purchase Orders) untuk item-item MPS. 3) Memberikan landasan untuk penentuan kebutuhan sumber daya dan kapasitas Input MPS Sebagai suatu aktivitas proses, penjadwalan produksi induk (MPS) membutuhkan 5 input utama, yaitu (Gasperz,2002,p142) : 1) Data permintaan total merupakan salah satu sumber data bagi proses penjadwalan produksi induk. Data permintaan total berkaitan dengan ramalan penjualan dan pesanan-pesanan. 2) Status inventory berkaitan dengan informasi tentang on hand inventory, stok yang dialokasikan untuk penggunaan tertentu (allocated stock), pesanan-pesanan produksi dan pembelian yang dikeluarkan (released production and purchase orders), dan Firm Planned Orders, MPS harus mengetahui secara akurat berapa banyak persediaan yang tersedia dan berapa banyak yang harus dipesan. 3) Rencana produksi memberikan sekumpulan batasan kepada MPS. MPS harus menjumlahkannya untuk menentukan tingkat produksi, inventory, dan sumber-sumber daya lain dalam rencana produksi itu.

21 35 4) Data perencanaan berkaitan dengan aturan-aturan tentang Lot sizing yang harus digunakan, Shrinkage factor, stok pengaman (Safety stock), dan waktu tunggu (Lead time) dari masing-masing item yang biasanya tersedia dalam file induk dari item (Item Master File). 5) Informasi dari RCCP berupa kebutuhan kapsitas untuk mengimplementasikan MPS menjadi salah satu input bagi MPS Teknik Penyusunan MPS Bentuk umum dari MPS adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Tabel Master Production Schedule (MPS) Item No : Tabel Description : Lead Time : Safety Stock : On Hand : Demand Time Fences : Planning Time Fences : Period Past Due Forecast Actual Order Project Available Balance Available to Promise Master Scheduled Kapasitas Produksi Terpasang (KPT) Keterangan untuk tabel di atas adalah sebagai berikut : 1) Lead time menyatakan waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau membeli suatu item. 2) On hand adalah posisi persediaan bahan baku awal yang secara fisik tersedia dalam stok, yang merupakan kuantitas dari item yang ada dalam stok. 3) Lot size adalah kuantitas dari item yang biasanya dipesan dari pabrik atau pemasok.

22 36 4) Safety stock adalah stok tambahan dari item yang direncanakan untuk berada dalam inventory yang dijadikan sebagai stok pengaman guna mengatasi fluktuasi dalam ramalan penjualan, pesanan-pesanan pelanggan dalam waktu singkat, kebijaksanaan manajemen berkaitan dengan stabilisasi dari sistem manufakturing, dimana apabila sistem manufakturing semakin stabil kebijaksanaan stok pengaman dapat diminimumkan. 5) Demand Time Fence (DTF) adalah periode mendatang dari MPS, dimana dalam periode ini perubahan-perubahan terhadap MPS tidak diizinkan atau tidak diterima karena akan menimbulkan kerugian biaya yang besar akibat ketidaksesuaian atau kekacauan jadwal. 6) Planning Time Fence (PTF) adalah periode mendatang dari MPS dimana dalam ini perubahan-perubahan terhadap MPS dievaluasi guna mencegah ketidaksesuaian atau kekacauan jadwal yang akan menimbulkan kerugian dalam biaya. 7) Time Periods for Display adalah banyaknya periode waktu yang ditampilkan dalam format MPS. 8) Sales Plan (Sales Forecast) merupakan rencana penjualan atau peramalan penjulan item yang dijadwalkan itu. 9) Actual orders merupakan pesanan-pesanan yang diterima dan bersifat pasti. 10) Projected Available Balances (PAB) merupakan proyeksi on hand inventory dari waktu ke waktu selama horison perencanaan MPS, yang

23 37 menunjukkan status inventory yang diproyeksikan pada akhir dari setiap periode waktu dalam horison perencanaan MPS. 11) Available To Promise (ATP) merupakan informasi yang sangat berguna bagi departemen pemasaran untuk mampu memberikan jawaban yang tepat terhadap penyataan pelanggaran tentang : Kapan Anda dapat mengirimkan item yang telah dipesan itu? Nilai ATP memberikan informasi tentang berapa banyak item atau produk tertentu yang dijadwalkan pada periode waktu itu tersedia untuk pesanan pelanggan sehingga berdasarkan informasi itu bagian pemasaran dapat membuat janji yang tepat pada pelanggan. 12) Master Production Schedule (MPS) merupakan jadwal produksi atau manufakturing yang diantisipasi (anticipated manufacturing schedule) untuk item tertentu Bill Of Material Bill Of Material atau struktur produk adalah daftar dari bahan, material, atau komponen yang dibutuhkan untuk dirakit, dicampur untuk membuat produk akhir (Herjanto,1999,p260). Atau dapat juga didefinisikan sebagai cara-cara komponen-komponen itu bergabung ke dalam suatu produk selama proses manufacturing (Gasperz,2002,p148). Pada dasarnya struktur produk terbagi atas : Struktur standart Dimana lebih banyak subassemblies daripada produk akhir, dan lebih banyak komponen daripada subassemblies.

24 38 Struktur modular Dimana lebih sedikit subassemblies daripada produk akhir. Struktur Inverted Dimana lebih sedikit subassemblies daripada produk akhir, dan lebih sedikit komponen dan bahan baku dibandingkan subassemblies. Planning BOM tidak menggambarkan produk aktual yang akan dibuat, tetapi menggambarkan composite product yang diciptakan untuk memudahkan dan meningkatkan akurasi peramalan penjualan, mengurangi jumlah end items, membuat proses perencanaan dan penjadwalan menjadi lebih akurat. Planning Bills Of Material terbagi dalam dua jenis : Planning Bills dengan item yang dijadwalkan merupakan komponen atau subassemblies untuk pembuatan produk akhir (end items), dimana item-item yang dijadwalkan itu secara fisik lebih kecil daripada produk akhir. Yang termasuk dalam kategori ini adalah : 1. Modular Bills Keuntungan dari penggunaan modular planning bills adalah : - cocok dipergunakan untuk produk yang memiliki banyak pilihan. - jumlah items yang dijadwalkan dalam MPS menjadi lebih sedikit - peramalan berdasarkan modules lebih akurat dibandingkan dengan peramalan untuk konfigurasi spesifik. 2. Inverted Bills Of Material Adalah suatu komponen tunggal atau bahan baku, seperti minyak, besi, pulp, atau coklat yang dapat diubah kedalam banyak produk unik. Perencanaan menggunakan inverted bills umum diterapkan dalam industri proses (Flow Shop manufacturing). Planning Bills dengan item yang dijadwalkan secara fisik lebih besar daripada produk akhir.

25 Material Requirement Planning Material Requirement Planning dikembangkan untuk membantu pengelolahan persediaan barang yang permintaannya memiliki ketergantungan (Herjanto,1999,p257). MRP adalah suatu konsep dalam manajemen produksi yang membahas cara yang tepat dalam perencanaan kebutuhan barang dalam proses produksi, sehingga barang dibutuhkan dapat tersedia sesuai dengan yang direncanakan Tujuan MRP Secara umum sistem MRP dimaksudkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut (Herjanto,1999,p258): 1) Memindahkan persediaan MRP menentukan berapa banyak dan kapan suatu komponen diperlukan disesuaikan dengan jadwal induk produksi (master production schedule). Dengan menggunakan metode ini, pembelian atas komponen yang diperlukan untuk suatu rencana produksi dapat dilakukan sebatas yang diperlukan saja sehingga dapat meminimalkan biaya persediaan. 2) Mengurangi resiko karena keterlambatan produksi atau pengiriman MRP mengidentifikasi banyaknya bahan dan komponen yang diperlukan baik dari segi jumlah dan waktunya dengan memperhatikan waktu tenggang produksi maupun pembelian komponen, sehingga

26 40 memperkecil resiko tidak tersedianya bahan yang akan diproses yang mengakibatkan terganggunya rencana produksi. 3) Komitmen yang realistis Dengan MRP, jadwal produksi diharapkan dapat dipenuhi sesuai dengan rencana, sehingga komitmen terhadap pengiriman barang dilakukan secara lebih realistis. Hal ini mendorongnya meningkatkan kepuasan dan kepercayaan konsumen. 4) Meningkatkan realistis MRP juga mendorong peningkatan efisiensi karena jumlah persediaan, waktu produksi, dan waktu pengiriman barang dapat direncanakan lebih baik sesuai dengan jadwal induk produksi Karakteristik Dasar Sistem MRP Manajemen persediaan sistem MRP (Yamit,1999,p152) memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Perhatian terhadap kapan dibutuhkan Integrasi pemikiran antara fungsi pengawasan produksin dan manajemen persediaan mengakibatkan pergeseran perhatian terhadap kapan dibutuhkan ketimbang perhatian langsung terhadap kapan melakukan pemesanan. Jika manajer operasi memiliki informasi tanggal permintaan, maka pemesanan dan penjadwalan komponen untuk merakit produk merupakan masalah kapan dibutuhkan.

27 41 2. Perhatian terhadap prioritas pemesanan Adanya kesadaran bahwa semua pesanan konsumen tidak memiliki prioritas yang sama atau produk yang satu lebih penting dari produk yang lain. Hal ini memungkinkan dilakukannya penjadwalan untuk memenuhi prioritas pemesanan. 3. Penundaan pengiriman permintaan Konsekuensi dari prioritas pesanan menghasilkan konsep penundaan pengiriman yaitu menunda produksi atau pesanan terhadap item yang telah dijadwal, untuk memaksimumkan kesalahan produksi. 4. Fungsi integrasi Pengawasan produksi dan manajemen persediaan dipandang sebagai fungsi yang terintegrasi Masukan bagi MRP Pada dasarnya MRP membutuhkan 5 sumber informasi utama (Gasperz,2002,p178), yaitu : 1. Master Production Schedule (MPS) MPS yang merupakan suatu pernyataan definitif tentang produk akhir apa yang direncanakan perusahaan untuk diproduksi, berapa kuantitas yang dibutuhkan, pada waktu kapan dibutuhkan, dan bilamana produk itu akan diproduksi.

28 42 2. Bill Of Material (BOM) BOM merupakan daftar dari semua material, part, dan subassemblies, serta kuantitas dari masing-masing yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit produk atau parent assembly. MRP menggunakan BOM sebagai basis untuk perhitungan banyaknya setiap setiap material yang dibutuhkan untuk setiap periode waktu. 3. Item Master Item Master merupakan suatu komponen file yang berisi informasi status tentang material, parts, subassemblies, dan produk-produk yang menunjukan kuantitas on-hand, kuantitas yang dialokasikan (allocated quantity), waktu tunggu yang direncanakan (planned lead time), ukuran lot (lot size), stok pengaman, kriteria lot sizing, toleransi untuk scrap atau hasil, dan berbagai informasi penting lainnya yang berkaitan dengan suatu item. 4. Pesanan-pesanan (orders) Pesanan-pesanan (orders) akan memberitahukan tentang berapa banyak dari setiap item yang akan diperoleh sehingga akan meningkatkan stock-on-hand dimasa mendatang. Pada dasarnya terdapat dua jenis pesanan, yaitu : shop orders or work orders or manufacturing orders berupa pesanan-pesanan yang akan dibuat atau diproduksi di dalam pabrik, dan purchase orders yang merupakan pesanan-pesanan pembelian suatu item dari pemasok eksternal. Kita

29 43 dapat juga mengkategorikan pesanan-pesanan yang datang (incoming orders) apabila dari shop orders atau purchase orders dalam bentuk yang berbeda, yang memberitahu apakah pesanan-pesanan itu telah dikeluarkan (release orders) atau apakah pesanan itu masih berupa rencana yang belum dikeluarkan (planned orders). 5. Kebutuhan kebutuhan (requirements) Kebutuhan-kebutuhan (requirements) akan memberitahukan tentang berapa banyak dari masing-masing item itu dibutuhkan sehingga akan mengurangi stock-on-hand di masa mendatang. Pada dasarnya terdapat dua jenis kebutuhan, yaitu : kebutuhan internal yang biasanya digunakan dalam pabrik untuk membuat produk lain, dan kebutuhan eksternal yang akan dikirim ke luar negri berupa : pesanan pelanggan (customers orders), service parts, dan sales forecasts. Suatu catatan kebutuhan biasanya berisi informasi tentang : nomor item yang dibutuhkan, kuantitas yang dibutuhkan, waktu yang dibutuhkan, kuantitas yang telah dikeluarkan dari stock room, dan lain-lain. Pesanan pelangan juga berisi informasi tambahan seperti : nama pelanggan, alamat pengiriman, waktu penyerahan yang diinginkan oleh pelanggan, waktu yang dijanjikan untuk dikirim, dan lain-lain.

30 Perhitungan MRP Bentuk dari tabel Master Requirement Planning (MRP) adalah : Tabel 2.1 Tabel Master Requirement Planning(MRP) Part No : Description : BOM UOM : On Hand : Lead Time : Order Policy : Safety Stock : Lot Size : Period Past Due Gross Reguirement Scheduled Receipts PAB 1 Net Reguirement Plan Order Receipts Plan Order Release PAB 2 Keterangan untuk tabel diatas adalah sebagai berikut : 1. Lead Time merupakan jangka waktu yang dibutuhkan sejak MRP menyarankan suatu pesanan sampai item yang dipesan itu siap untuk digunakan. 2. On Hand merupakan inventory on-hand yang menunjukan kuantitas dari item yang secara fisik ada dalam stock room. 3. Lot Size merupakan kuantias pesanan (order quantity) dari item yang memberitahukan MRP berapa banyak kuantitas yang harus dipesan serta teknik lot-sizing apa yang dipakai. 4. Safety Stock merupakan stok pengaman yang ditetapkan oleh perencana MRP untuk mengatasi fluktuasi dalam permintaan (demand) atau penawaran (supply).

31 45 5. Gross Requirement merupakan total dari semua kebutuhan, termasuk kebutuhan yang diantisipasi (anticipated requirements) untuk setiap periode waktu. 6. Schedule Receipts adalah jumlah item yang akan diterima pada suatu periode tertentu berdasarkan pesanan yang dibuat. 7. Net Requirement adalah jumlah kebutuhan bersih dari suatu item yang diperlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan kasar pada suatu periode yang akan datang. 8. Planned Order Receipt menyatakan kuantitas pesanan pengisian kembali (pesanan manufacturing atau pesanan pembelian) yang telah direncanakan guna memenuhi kebutuhan bersih (net requirement). 9. Planned Order Release merupakan kuantitas planned order release yang ditempatkan atau dikeluarkan dalam periode tertentu, agar item yang dipesan itu akan tersedia pada saat dibutuhkan. Item yang tersedia pada saat dibutuhkan tidak lain adalah kuantitas planned order receipts yang ditetapkan menggunakan lead time offset.

32 Proses MRP Kebutuhan untuk setiap komponen yang diperlukan dalam melaksanakan MRP dihitung dengan menggunakan prosedur (Herjanto,1999,p263) sebagai berikut : 1. Netting, yaitu jumlah menghitung kebutuhan bersih dari kebutuhan kasar dengan memperhitungkan jumlah barang yang akan diterima, jumlah persediaan yang ada, dan jumlah persediaan yang akan dialokasikan. 2. Konversi dari kebutuhan bersih menjadi kuantitas-kuantitas pemesanan. 3. Menempatkan suatu pelepasan pemesanan pada waktu yang tepat dengan cara menghitung mundur (backward schedulling) dari waktu yang dikehendaki dengan memperhitungkan waktu tenggang, agar memenuhi pesanan komponen yang bersangkutan. 4. Menjabarkan rencana produksi produk akhir ke perusahaan kasar untuk komponen-komponennya melalui daftar material. 2.2 Kerangka Pemikiran Ukuran jumlah barang yang dipesan (lot size) akan berhubungan dengan biaya pemesanan ataupun biaya penyimpanan barang. Semakin rendah ukuran lot, yang bearti semakin sering melakukan pemesanan barang, akan menurunkan biaya penyimpanan,

33 47 tetapi menambah biaya pemesanan. Sebaliknya, semakin tinggi ukuran lot akan mengurangi frekuensi pemesanan, yang berarti mengurangi biaya pemesanan, tetapi meningkatnya biaya penyimpanan (Herjanto,1999,p270). Untuk itu perlu dicari ukuran lot yang tepat yang dapat meminimalkan total biaya persediaan Lot For Lot (LFL) Metode Lot For Lot atau metode persediaan minimal berdasarkan pada ide menyediakan persediaan atau memproduksi sesuai dengan yang diperlukan saja, jumlah persediaan diusahakan seminimal mungkin. Jika pesanan dapat dilakukan dalam jumlah berapa saja, pesanan sesuai dengan jumlah yang sesungguhnya diperlukan (Lot For Lot) menghasilkan tidak adanya persediaan. Biaya yang timbul hanya berupa biaya pemesanan. Metode ini mengandung resiko yang tinggi. Apabila terjadi keterlambatan dalam pengiriman barang, mengakibatkan terhentinya produksi jika persediaan itu berupa bahan baku, atau tidak terpenuhinya permintaan pelanggan apabila persediaan itu berupa barang jadi. Namun, bagi perusahaan tertentu seperti yang menjual barang-barang yang tidak tahan lama, metode ini merupakan satu-satunya pilihan terbaik Economic Order Quantity (EOQ) Economic Order Quantity (EOQ) atau jumlah pesanan ekonomis merupakan salah satu model yang sudah tua, diperkenalkan oleh F.W.Harris pada tahun 1914, tetapi paling banyak dikenal dalam teknik pengendalian persediaan.

34 48 EOQ banyak dogunakan sampai saat ini karena mudah penggunaannya, meskipun dalam penerapannya harus memperhatikan asumsi yang dipakai. Asumsi tersebut antara lain sebagai berikut : 1. Barang yang dipesan dan disimpan hanya satu macam. 2. Kebutuhan atau permintaan barang diketahui dan konstan. 3. Biaya pemesanan dan biaya penyimpanan diketahui dan konstan. 4. Barang yang dipesan diterima dalam satu batch. 5. Harga barang tetap dan tidak tergantung dari jumlah yang dibeli (tidak ada potongan kuantitas). 6. Waktu tenggang (Lead Time) diketahui dan konstan. Perhitungan untuk EOQ adalah sebagai berikut : EOQ = 2. DS H Dimana : D = Jumlah kebutuhan barang S = Biaya pemesanan H = Biaya penyimpanan Periodic Order Quantity (POQ) Metode ini sering juga disebut dengan metode Uniform Order Cycle, merupakan pengembangan dari metode EOQ untuk permintaan yang tidak seragam dengan beberapa periode. Rata-rata permintaan digunakan dalam model EOQ untuk mendapatkan rata-rata jumlah barang setiap kali pemesanan. Angka terakhir ini menentukan jumlah periode waktu yang dicangkup dalam setiap kali

35 49 pemesanan. Angka ini selanjutnya dibagi dengan rata-rata jumlah permintaan per periode dan hasilnya dibulatkan ke dalam integer. Angka terakhir menunjukan jumlah periode waktu yang dicakup dalam setiap kali pemesanan. Perhitungan diatas dapat diselesaikan dalam satu rumus sebagai berikut : POQ = Dimana : EOQ d EOQ = hasil Perhitungan EOQ D = Rata-rata kebutuhan Setelah pengukuran lot dilakukan, maka langkah berikutnya untuk mengetahui perbandingan biaya terminal yang dapat dikeluarkan oleh perusahaan baru dapat dilaksanakan.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Definisi Dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sumberdaya menganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material (material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Persediaan 2.1.1.1 Definisi serta Tujuan Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Persediaan ( inventory ) didefinisikan sebagai sumber daya yang di simpan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1. Material Requirement Planning (MRP) Menurut Heryanto (1997, p193), persediaan adalah bahan baku atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 64 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Surya Toto Indonesia bergerak di bidang ceramic sanitary wares and plumbing hardware., salah satu produknya yaitu kloset tipe

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Arti dan Peran Persediaan Persediaan sesungguhnya memiliki arti yang penting bagi perusahaan, baik yang berorintasi perdagangan, industri jasa maupun industri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirements Planning 2.1.1 Definisi MRP MRP adalah dasar komputer mengenai perencanaan produksi dan inventory control. MRP juga dikenal sebagai tahapan waktu perencanaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Untuk memecahkan masalah yang diuraikan pada sub bab 1.2 diperlukan beberapa terori pendukung yang relevan. 2.1 Inventory Control Pengawasan persediaan digunakan untuk mengatur tersedianya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan BAB 3 METODOLOGI Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan beberapa metode yang masuk dalam kategori praktek terbaik untuk melakukan pengurangan jumlah persediaan barang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan Data penjualan grout tipe Fix pada PT.Graha Citra Mandiri mulai dari Januari 2004 sampai dengan Oktober 2006 ditunjukkan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Keberadaan persediaan dalam suatu unit usaha perlu diatur sedemikian rupa sehingga kelancaran pemenuhan kebutuhan pemakai dapat dijamin

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis Manajemen Persediaan Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot Dinar Nur Affini, SE., MM. Program Studi Manajemen Perencanaan Kebutuhan Material Perencanaan Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang dikumpulkan digunakan untuk mendukung pengolahan data yang dilakukan ataupun sebagai input dari setiap metode-metode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Bahan Baku Bahan baku atau yang lebih dikenal dengan sebutan raw material merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Di dalam melakukan suatu kegiatan dan analisis usaha atau produksi bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2005,p4), Pengendalian persediaan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan,

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL (MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING) (MRP) BAB - 8

PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL (MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING) (MRP) BAB - 8 PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL (MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING) (MRP) BAB - 8 Sebelum penggunaan MRP, perencanaan pengendalian persediaan biasanya dilakukan melalui pendekatan reaktif sbb : a. Reorder

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan sebagai kekayaan perusahaan, memiliki peranan penting dalam operasi bisnis. Dalam pabrik (manufacturing), persediaan dapat terdiri dari: persediaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1.Persediaan Menurut Eddy Herjanto (1999, p 219-220), persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8).

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem informasi adalah data yang dikumpulkan, dikelompokkan dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah satu kesatuan informasi yang saling terkait dan

Lebih terperinci

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1. Pengertian Material Requirements Planning (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.2. Manajemen Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari bahasa kata to manage yang artinya mengatur atau mengelola. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pentingnya Persediaan Bagi Perusahaan Suatu perusahaan akan selalu mempunyai persediaan, baik persediaan berupa persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi ataupun persediaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan)

BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan) BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan) Peramalan merupakan upaya untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Peramalan digunakan untuk melihat atau memperkirakan

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Koperasi Niaga Abadi Ridhotullah (KNAR) adalah badan usaha yang bergerak dalam bidang distributor makanan dan minuman ringan (snack). Koperasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pada setiap perusahaan, baik perusahaan kecil, perusahaan menengah maupun perusahaan besar, persediaan sangat penting bagi kelangsungan

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Definisi MRP adalah suatu teknik yang dipakai untuk merencanakan pembuatan/pembelian komponen/bahan baku yang diperlukan untuk melaksanakan MPS. MRP ini merupakan hal

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perencanaan dan Pengendalian Produksi Menurut Teguh Baroto (2002, p13), produksi adalah suatu proses pengubahan bahan baku menjadi produk jadi. Sedangkan sistem produksi

Lebih terperinci

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Inventory Management Persediaan berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Jenis data Data Cara pengumpulan Sumber data 1. Jenis dan jumlah produk yang dihasilkan

BAB III METODOLOGI. Jenis data Data Cara pengumpulan Sumber data 1. Jenis dan jumlah produk yang dihasilkan BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April 2011 sampai Mei 2011 di PT. Pindo Deli Pulp and Paper di bagian Paper machine 12. Lokasi Industri

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Dari hasil pengumpulan data yang didapat dari divisi produksi PT. Indotek Jaya, maka data tersebut diperlukan untuk membuat rancangan MRP (Material

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Mulai Identifikasi Masalah Pengumpulan Data : - data penjualan - data kebutuhan bahan baku - data IM F - data biaya pesan - data biaya simpan Pengolahan Data : - Peramalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT Klip Plastik Indonesia sejak dari Agustus-Desember 2015, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di PT Klip Plastik

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Oleh: Mega Inayati Rif ah, S.T., M.Sc. Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak No. 28, Komplek Balapan, Yogyakarta PART 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Menara Cemerlang, suatu perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan karung plastik. Pada saat ini perusahaan sedang mengalami penjualan yang pesat dan mengalami

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) ABC Amber Text Converter Trial version, http://www.processtext.com/abctxt.html MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Definisi MRP adalah suatu teknik yang dipakai untuk

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 69 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan Pipa PVC Pada bab ini ditampilkan data-data penjualan pipa PVC yang diambil pada saat pengamatan dilakukan. Data yang ditampilkan

Lebih terperinci

BAB 2 Landasan Teori

BAB 2 Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori 2.1. Manajemen Operasional Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010:4), manajemen operasi adalah serangkaian aktifitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Peramalan Kebutuhan Bahan Baku Pada bab ini berisikan tentang analisa hasil dari pengolahan data dalam perhitungan Forecasting dan MRP tepung terigu untuk 12 bulan yang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Yang Dihasilkan PT. Harapan Widyatama Pertiwi adalah perusahaan yang memproduksi pipa berdasarkan pesanan (make to order), tetapi ada pula beberapa produk yang diproduksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasi Menurut Mahadevan (2010 : 3) manajemen operasi adalah kunci untuk mencapai keunggulan kompetitif bagi organisasi, apakah mereka berada di industri manufaktur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku.

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku. BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa penelitian terdahulu sebagai referensi penelitian yang dilakukan. Referensi yang digunakan merupakan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Dibawah ini merupakan diagram alir yang menggambarkan langkahlangkah dalam melakukan penelitian di PT. Dankos Laboratorioes

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Sejarah Perusahaan CV. Kurnia Teknik adalah sebuah CV spesialis moulding dan juga menerima jasa CNC, EDM, INJECT, dan DIGIT. CV. Kurnia

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan Pengertian mengenai Production Planning and Inventory control (PPIC) akan dikemukakan berdasarkan konsep sistem. Produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi 1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi roti dan bermacam jenis kue basah. Bahan baku utama yang

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi semakin sulit untuk diperkirakan. Selama ini, manajer PT. Focus

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen Modul ke: Manajemen Persediaan Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB Fakultas FEB Christian Kuswibowo, M.Sc Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Bagian Isi MRP didasarkan pada permintaan dependen.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 Sistem Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaaan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sejarah manajemen menurut William (2008:44) sebagai bidang studi manajemen mungkin berusia 125 tahun, tetapi ide-ide dan praktek manajemen benarbenar

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 60 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah : 1. Data Kapasitas Produksi Adapun kapasitas produksi reguler perhari untuk satu lini produksi

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan (Inventory Management)

Manajemen Persediaan (Inventory Management) Manajemen Persediaan (Inventory Management) 1 A. PERSEDIAAN (INVENTORY) Persediaan adalah bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu misalnya untuk proses produksi atau

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ. Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ. Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ Fakultas FEB Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Proses dalam MRP Bill of material (BOM)

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

PENERAPAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU CARDED FIBER PADA PT. HILON INDONESIA- BALI.

PENERAPAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU CARDED FIBER PADA PT. HILON INDONESIA- BALI. PENERAPAN TERIAL REQUIREMENTS PLANNING DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU CARDED FIBER PADA PT. HILON INDONESIA- BALI I Made Dwi Budiana Penindra (1), I Dewa Made Krishna Muku (2), Hadi Santosa (3)

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. Berdasarkan data permintaan produk Dolly aktual yang didapat (permintaan

BAB V ANALISA HASIL. Berdasarkan data permintaan produk Dolly aktual yang didapat (permintaan BAB V ANALISA HASIL Bab ini berisikan mengenai analisa hasil dari pengolahan data dalam perhitungan MRP Dolly pada satu tahun yang akan datang yang telah dibahas pada bab sebelumnya. 5.1 Analisa Peramalan

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) PENDAHULUAN Dimulai dari 25 s.d 30 tahun yang lalu di mana diperkenalkan mekanisme untuk menghitung material yang dibutuhkan, kapan diperlukan dan berapa banyak. Konsep

Lebih terperinci

BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis

BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis . Mata Kuliah Semester PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis : IV Pertemuan Ke : 13 Pokok Bahasan Dosen : Perencanaan Kebutuhan

Lebih terperinci

RENCANA INDUK PRODUKSI (MASTER PRODUCTION SCHEDULE)

RENCANA INDUK PRODUKSI (MASTER PRODUCTION SCHEDULE) RENCANA INDUK PRODUKSI (MASTER PRODUCTION SCHEDULE) Pokok Bahasan: I. MPS II. Hubungan Production Plan dengan MPS III. Contoh MPS IV. Available to Promise (ATP) V. Perubahan MPS & Time Fences VI. Projected

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Robbins dan Coulter (2012:36) manajemen mengacu pada proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan efektif dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah: 10 2.1. Persediaan 2.1.1. Pengertian Persediaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam perusahaan setiap manajer operasional dituntut untuk dapat mengelola dan mengadakan persediaan agar terciptanya efektifitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Fungsi Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pengertian persediaan menurut Handoko (1996) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumberdaya-sumberdaya

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 69 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan tahap pendahuluan sebelum memasuki bagian pengolahan data. Data yang dibutuhkan untuk pengolahan terlebih dahulu didokumentasikan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Industri Kertas Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kertas yang besar. Sampai tahun 2011 terdapat 84 pabrik pulp dan kertas. Pabrik-pabrik tersebut

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Langkah-langkah dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam membuat sistem untuk menghasilkan suatu perencanaan

Lebih terperinci

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1 Landasan Teori Perencanaan kebutuhan material (material requirements planning) merupakan metode perencanaan dan pengendalian pesanan dan inventori untuk item-item

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan : stok dari elemen-elemen/item-item untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang atau bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu

Lebih terperinci

MRP. Master Production. Bill of. Lead. Inventory. planning programs. Purchasing MODUL 11 JIT DAN MRP

MRP. Master Production. Bill of. Lead. Inventory. planning programs. Purchasing MODUL 11 JIT DAN MRP MODUL 11 MRP adalah suatu teknik yang menggunakan BOM (bill of materials), inventory dan master schedule untuk mengetahui kebutuhan suatu part pada suatu waktu. Struktur MRP MRP membutuhkan data dari Bill

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 24 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu kerja baik setiap elemen ataupun siklus dengan mengunakan alat-alat yang telah disiapkan. Teknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk Laporan Tugas Akhir BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suati pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis semakin lama semakin tinggi dan sulit. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Permintaan 2.1.1 Pengertian Manajemen permintaan didefinisikan sebagai suatu fungsi pengelolaan dari semua permintaan produk untuk menjamin bahwa penyusunan jadwal induk

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ II.1 Pengertian Persediaan Persediaaan adalah semua sediaan barang- barang untuk keperluan menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan dan Pengendalian Produksi Produksi adalah suatu proses pengubahan bahan baku menjadi produk jadi. Sedangkan sistem produksi adalah sekumpulan aktivitas untuk pembuatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode tertentu, atau persediaan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory controll), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA II.1 Peramalan...7

TINJAUAN PUSTAKA II.1 Peramalan...7 DAFTAR ISI Halaman Lembar Judul...i Lembar Pengesahan...ii Lembar Pernyataan...iii Kata Pengantar...iv Daftar Isi...vi Daftar Tabel...x Daftar Gambar...xii Daftar Persamaan...xiii Daftar Lampiran...xv

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Keadaan perekonomian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan.

Bab 1. Pendahuluan. Keadaan perekonomian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. 1 Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian Keadaan perekonomian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Sampai saat ini perekonomian Indonesia belum bisa pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills merupakan sebuah perusahaan penghasil kertas yang dalam kegiatan produksinya, perusahaan tersebut menerapkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. Januari 2008 sampai dengan Desember 2008 rata-rata permintaan semakin

BAB V ANALISA HASIL. Januari 2008 sampai dengan Desember 2008 rata-rata permintaan semakin BAB V ANALISA HASIL Pada bab sebelumnya telah dilakukan pengolahan data-data yang dikumpulkan untuk pembuatan Perencanaan Kebutuhan Material (MRP). Kemudian dalam bab ini berisikan analisa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Distribusi Distribusi merupakan suatu proses kegiatan aliran atau penyaluran barang dari produsen sampai ke tangan konsumen. Distribusi memerlukan perencanaan, dan pengendalian

Lebih terperinci

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Teori Inventori Inventory merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Pemecahan Masalah Dalam menyelesaikan permasalah yang ditemui, metodologi yang digunakan adalah perencanaan persediaan dan tingkat persediaan pengaman.

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PPIC AIR MINERAL DI PT. X

PERANCANGAN SISTEM PPIC AIR MINERAL DI PT. X Widya, et al. / Perancangan Sistem PPIC Air Mineral di PT. X / Jurnal Titra, Vol. 5, No. 1, Januari 217, pp. 79-86 PERANCANGAN SISTEM PPIC AIR MINERAL DI PT. X Ferdian Rama Widya 1, Tanti Octavia 2 Abstract:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan Menurut Pardede (2005), persediaan (inventory) adalah sejumlah barang atau bahan yang tersedia untuk digunakan sewaktu-waktu di masa yang akan datang. Sediaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Kerangka Pikir Pemecahan Masalah Adapun kerangka pemikiran pemecahan masalah dalam bentuk diagram, adalah sebagai berikut: Gambar 3.1 Flow Diagram Kerangka Pikir Pemecahan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sunber daya mengganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lanjut tersebut adalah berupa

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH. 4.1 Sistem Pengadaan Perlengkapan Produksi pada PT. Indomo Mulia

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH. 4.1 Sistem Pengadaan Perlengkapan Produksi pada PT. Indomo Mulia 46 BAB IV PEMBAHASAN MASALAH 4.1 Sistem Pengadaan Perlengkapan Produksi pada PT. Indomo Mulia PT Indomo mulia merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distribusi peralatan rumah tangga salah satu produk

Lebih terperinci