Etos Kerja dan Kinerja Istri Nelayan dalam Menopang Ekonomi Rumah Tangga

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Etos Kerja dan Kinerja Istri Nelayan dalam Menopang Ekonomi Rumah Tangga"

Transkripsi

1 Bab 6 Etos Kerja dan Kinerja Istri Nelayan dalam Menopang Ekonomi Rumah Tangga Kehidupan Ekonomi Rumah Tangga Nelayan Tradisional Kehidupan ekonomi rumah tangga nelayan tradisional di lokasi penelitian tidak jauh berbeda dengan kehidupan rumah tangga pedesaan sebagaimana umumnya. Kehidupan rumah tangga nelayan tradisional selalu dipersepsikan pada arah yang pesimistik, bahwa mereka merupakan suatu komunitas yang pasif, apatis, fatalistis, enggan berubah, dan kurang kreatif. Lebih daripada itu, ada juga asumsi yang menyatakan bahwa sebutan rumah tangga nelayan tradisional selalu menunjuk pada lapisan kelompok masyarakat miskin dibandingkan dengan masyarakat lainnya (Mubyarto, et. al. 1984). Dengan demikian, masyarakat nelayan tradisional identik dengan kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Terdapat beberapa ciri yang cukup menonjol dari komunitas nelayan ini. Pertama, kegiatannya lebih padat karya meskipun mereka pada umumnya telah menggunakan motor tempel dengan peralatan tangkap ikan yang sederhana. Kedua, teknologi yang mereka gunakan untuk pengolahan hasil usaha laut juga masih sederhana. Ketiga, tingkat pendidikan dan keterampilan yang mereka miliki masih sangat rendah. Keempat, tingginya frekuensi keterlibatan anak pra usia kerja dan istri nelayan dalam usaha ekonomi rumah tangga (Muklis, ed., 1988; Farida Nurland,1988; Ratna Indrawasih, 1993). 153

2 MELAMPAUI KASUR - SUMUR - DAPUR Berkaitan dengan kegiatan istri nelayan tradisional dalam kehidupan ekonomi rumah tangga ternyata memiliki peran yang cukup strategis. Istri nelayan tradisional dihadapkan pada norma bahwa perempuan adalah istri, ibu rumah tangga yang selain melaksanakan pekerjaan sampingan untuk membantu suami mencari nafkah, harus pula menyelesaikan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah, mengurus anak dan sebagainya atau kegiatan yang meliputi kasur-sumur-dapur. Sementara itu di satu sisi, kebutuhan hidup yang semakin besar menuntut istri nelayan tradisioanal atau anggota rumah tangga lainnya untuk ikut serta melakukan kegiatan produktif untuk memperoleh pendapatan. Hal ini berarti bahwa perempuan, istri nelayan tradisional mempunyai dua sisi dan status dalam kegiatan bekerja yaitu dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga dan melakukan kegiatan produktif yang menghasilkan pendapatan langsung. Rumah tangga nelayan tradisional di Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal pada umumnya mengandalkan sumber daya laut sebagai sumber pendapatan, hal ini berlangsung secara turun-temurun. Mereka tidak mengenal sifat pekerjaan yang berkaitan dengan penangkapan ikan di laut secara musiman, kecuali waktu hujan lebat atau ombak besar yang hanya berlangsung rata-rata hari pada setiap tahunnya. Melakukan kegiatan produktif yang berkaitan dengan penangkapan ikan di laut memiliki tingkat resiko yang relatif kecil dibanding dengan usaha tani di darat, dari aspek kegagalannya. Dengan demikian, melakukan kegiatan produktif yang berkaitan dengan penangkapan ikan di laut yang telah berlangsung dari generasi ke generasi merupakan sumber pendapatan rumah tangga mereka, sekalipun hasilnya relatif kecil tetapi lebih menjamin pendapatannya, sehingga kebutuhan anggota rumah tangga yang berlangsung setiap hari minimal dapat terpenuhi. Pada umumnya kepala rumah tangga hanya pemilik kapal motor kecil dan atau menjadi Anak Buah Kapal (ABK) dari pemilik kapal besar atau juragan laut, kehidupan mereka akan sangat terbantu oleh istri nelayan yang melakukan kegiatan produktif. Oleh karena itu 154

3 BAB 6 ETOS KERJA DAN KINERJA ISTRI NELAYAN DALAM MENOPANG EKONOMI RUMAH TANGGA para istri nelayan akhirnya memilih untuk melakukan kegiatan produktif guna menambah pendapatan suami sehingga pendapatan rumah-tangganya menjadi lebih besar. Variasi kegiatan produktif yang dilakukan istri nelayan biasanya tidak jauh dari kegiatan kenelayanan atau kegiatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari seperi warung makan dan toko kelontong walaupun para istri nelayan dalam melakukan kegiatan produktif mereka tidak pernah mengabaikan peran utama mereka sebagai ibu rumah tangga. Para istri nelayan tetap mengerjakan pekerjaan rumah tangga, seperti kutipan hasil wawancara dengan Ibu Kusniah, Lha pripun malih, bapake meniko mboten saget dijagakne hasile. Kulo kan mboten saget mendhel mawon. Nanging nggih tetep gawean omah kulo cekel sedoyo. Sinten malih ingkang mbantu mangke (Lha bagaimana lagi, bapaknya itu tidak bisa diandalkan hasilnya. Saya kan tidak bisa tinggal diam saja. Tetapi ya harus tetap pekerjaan rumah saya selesaikan semua. Siapa lagi yang membantu). Pilihan kegiatan produktif para istri nelayan, sebenarnya lebih disebabkan oleh dorongan untuk meningkatkan kehidupan ekonomi rumah-tangganya karena pendapatan suami yang tidak menentu terlebih dengan adanya gangguan perubahan iklim, namun demikian keputusan untuk melakukan kegiatan produktif dikarenakan beberapa hal. Pertama karena sudah ada pengalaman bekerja sejak muda, seperti dikemukakan Ibu Saudah bahwa beliau melakukan pekerjaan mengolah ikan sejak muda, sejak sebelum menikah. Pada saat itu hanya untuk membantu orang tua menambah penghasilan keluarga. Saking nem-neman kulo mpun nggereh, dereng mikir butuh nanging ngrencangi tiyang sepuh (Dari muda saya sudah membuat ikan asin, belum memikirkan kebutuhan tetapi membantu orang tua). Mencermati kegiatan istri nelayan yang melakukan kegiatan produktif seperti perdagangan, pengasinan ikan, atau pun usaha lain di sekitar tempat tinggal mereka, dari mulai ikut-ikutan, menjadi kegiatan yang menyenangkan. Ibu Saudah mengatakan dengan melakukan kegiatan produktif yang dapat menghasilkan pendapatan sehingga 155

4 MELAMPAUI KASUR - SUMUR - DAPUR kebutuhan rumah tangganya semakin terpenuhi. Ibu Saudah menyatakan: Tinimbang nglangut, kulo mending sadean. Anak kulo sampun ageng. Kulo stress menawi teng nggriyo mawon (Daripada melamun, saya lebih baik berjualan. Anak saya sudah besar. Saya stres kalau di rumah saja). Rata-rata pendapatan nelayan di Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal dikelola secara beragam. Beberapa rumah tangga nelayan tradisional, pendapatan melaut dikelola oleh istrinya, ada pula pendapatan suami dari melaut diserahkan sebagian saja kepada istrinya, kira-kira 30%-50% seperti dituturkan oleh Ibu Riana, selebihnya digunakan untuk modal melaut kembali. Pola pengelolaan yang lain adalah pendapatan melaut tidak diberikan kepada istrinya yang juga memiliki pendapatan, namun ada pembagian alokasi kebutuhan. Misalnya untuk sekolah anak dan kebutuhan bulanan seperti listrik, dikeluarkan dari pendapatan suami dari hasil melaut, sedangkan untuk kebutuhan sehari-hari dikelola oleh istri nelayan dari pendapatannya sendiri. Kegiatan produktif yang dilakukan oleh istri nelayan tradisional tak ubahnya sebagai upaya sadar untuk meningkatkan taraf kehidupan ekonomi rumah tangga nelayan. Apa yang mereka lakukan adalah murni karena motivasi untuk sedikit mengubah kondisi rumah tangga menjadi lebih baik lagi. Apapun yang menjadi alasan istri nelayan tradisional yang melakukan kegiatan produktif sebenarnya telah menjalankan beberapa peran sentral rumah tangga. Mungkin simbol kepala rumah tangga ada pada suami, tetapi teknis kegiatan rumah tangga adalah menjadi kewenangan istri. Mulai dari mengatur keuangan keluarga, menjalankan pekerjaan rumah tangga rutin dan beragam aktivitas lainnya, sehingga akan terlihat bagaimana sebenarnya istri nelayan memiliki alokasi waktu aktivitas yang lebih padat daripada suami dan anggota rumah tangga lainnya. 156

5 BAB 6 ETOS KERJA DAN KINERJA ISTRI NELAYAN DALAM MENOPANG EKONOMI RUMAH TANGGA Istri Nelayan yang Melakukan Kegiatan Produktif vs Istri Nelayan yang Tidak Melakukan Kegiatan Produktif Kegiatan istri nelayan tradisional dalam melakukan kegiatan produktif banyak terkonsentrasi pada sektor informal. Mereka memiliki cara-cara atau terobosan-terobosan yang sangat berarti dalam membantu suami untuk menunjang kelangsungan hidup ekonomi rumah tangga mereka. Bias gender dalam kehidupan ekonomi rumah tangga sudah tampak kabur pada kehidupan nelayan tradisional karena para istri juga didorong untuk ikut berperan dalam mencari tambahan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup ekonomi rumahtangganya, sehingga mereka tidak hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan membelanjakan pendapatan suami mereka dari melaut, namun mereka juga ikut terlibat dalam kegiatan mencari nafkah. Kecenderungannya justru mereka merasa bebas mengalokasikan pendapatan rumah tangga karena memiliki pendapatan sendiri. Bagi yang memilih untuk tidak melakukan kegiatan produktif biasanya justru ibu rumah tangga muda, yang masih mengurus anak balita, juga karena malu dan malas. Menurut Ibu Sri Mulyati, yang melakukan kegiatan produktif rata-rata ibu-ibu paruh baya, di samping karena beban hidup dan cukup banyak waktu. Beliau juga meragukan anak-anak muda yakni istri nelayan tradisional muda tidak mau untuk ikut melakukan kegiatan produktif di sekitar TPI, kalaupun mereka mau melakukan kegiatan produktif mereka lebih memilih bekerja di pabrik, menjadi pembantu di kota atau menjadi TKI di luar negeri. Meskipun mereka berkeyakinan, bahwa ke depan tetap ada penerus dari usaha yang berhubungan dengan kenelayanan. Mboten purun lare nem-neman nyambut damel amis-amis. Milih dateng pabrik, dados rewang menawi mboten nggih kesah luar negeri dados TKI. Kathah-kathahipun teng nggriyo, ngurusi lare ingkang tasih alit (Tidak mau anak muda bekerja yang bau amis. Memilih di pabrik, jadi pembantu kalau tidak pergi ke Luar Negeri jadi TKI. Kebanyakan di rumah mengurus anak yang masih kecil). 157

6 MELAMPAUI KASUR - SUMUR - DAPUR Dengan demikian bagi para istri nelayan tradisional yang melakukan kegiatan produktif berarti mempunyai peran ganda. Selain melakukan pekerjaan rumah tangga seperti, memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah, mengurus anak dan sebagainya atau kegiatan yang meliputi kasur-sumur-dapur, para istri nelayan tersebut juga melakukan kegiatan produktif seperti mengolah ikan menjadi ikan asin, mengolah rebon menjadi terasi atau sebagai pedagang ikan segar dan sebagainya, untuk memperoleh pendapatan agar dapat menambah pendapatan rumah tangga. Berbeda dengan pendapat Ibu Nurhayati, perempuan melakukan kegiatan produktif itu karena beban hidup, kalau sudah kaya tidak perlu bekerja. Dalam rumah tangga nelayan terdapat rentang pendapatan yang lebar karena perbedaan status yakni sebagai nelayan pemilik perahu atau Juragan Laut dan nelayan yang menyediakan bekal melaut seperti beras, gula, teh, kopi dan lain-lain yang disebut Juragan Darat dan nelayan buruh atau Anak Buah Kapal. Hal ini tergambar sangat jelas dari pendapat Ibu Nurhayati, yang mengatakan kalau istri juragan ya tidak perlu melakukan kegiatan produktif. Kalau orang seperti dirinya, istri Anak Buah Kapal, kalau tidak melakukan kegiatan produktif dan mengandalkan pendapatan suami tidak akan cukup : Lhah nyambut damel mboten wonten pilihan sanes, sagete sadean ulam. Menawi semahipun juragan nggih saget ongkang-ongkang... ( Bekerja tidak ada pilihan lain, bisanya berjualan ikan. Seumpama suaminya juragan ya bisa santaisantai). Partisipasi istri nelayan tradisonal dalam mendukung ekonomi rumah tangga antara istri nelayan yang melakukan kegiatan produktif dan yang tidak melakukan kegiatan produktif diwujudkan dalam ketiga perannya baik dalam (a) lingkungan rumah tangga, (b) dalam bidang ekonomi, maupun (c) dalam kegiatan sosial atau masyarakat. Peran istri tradisional dalam lingkungan rumah tangga meliputi kegiatan mulai dari memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah, mengurus anak-anak dan sebagainya atau kegiatan yang meliputi

7 BAB 6 ETOS KERJA DAN KINERJA ISTRI NELAYAN DALAM MENOPANG EKONOMI RUMAH TANGGA kasur-sumur-dapur. Pekerjaan ini tidak dihargai atau tidak dinilai dengan uang, tetapi besar pengaruhnya terhadap pencapain kesejahteraan rumah tangga. Kegiatan ini mereka lakukan sebelum melakukan aktivitas di luar rumah atau melakukan kegiatan produktif, walaupun kegiatan ini dilakukan bersama-sama dengan anggota rumah-tangganya, namun kegiatan istri ini masih memiliki porsi yang cukup tinggi. Sebelum melakukan aktivitas dalam bidang ekonomi atau melakukan kegiatan produktif, istri nelayan tradisional telah menyelesaikan pekerjaan rumah-tangganya, maka tidak aneh lagi jika seorang ibu bangun tidur lebih pagi dari suaminya. Memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah, mengurus anak dan sebagainya atau kegiatan yang meliputi kasur-sumur-dapur, adalah kegiatan rutin para istri nelayan tradisional sebelum mereka melakukan kegiatan produktif di luar rumah. Istri nelayan tradisional yang ikut membantu perolehan dan penambahan pendapatan rumah tangga pada umumnya mendapat dukungan dari para suami sebab di samping pekerjaan ini tidak mengganggu tugasnya sebagai ibu rumah tangga, juga sebagai upaya istri nelayan untuk mendapatkan tambahan pendapatan karena para suami menyadari ketidakmampuan mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari rumah tangga mereka karena pendapatan mereka yang kecil atau tidak menentu. Bagi istri nelayan tradisional yang tidak melakukan kegiatan produktif, peran dalam mengelola keuangan rumah tangga terletak pada bagaimana mengelola pendapatan dari suami supaya cukup. Hal ini diungkapkan oleh Ibu Sri Mulyati: Sakjane nggih sami mawon. Tiyang estri mboten nyambut damel kan nggih ngurus lare ingkang tasih alit. Mangke manawi lare sampun ageng, butuhe sampun kathah, mesthi mikir maleh, tetep teng nggriyo menopo nyambut damel.pinter-pintere mawon ngecake butuh. Menawi tasih enem, tiyang jaler kan saget nyambi macem-macem, saget miang ping kalih isuk sore (Sejatinya ya sama saja. Seorang istri tidak bekerja kan juga ngurusi anak yang masih kecil. Nanti kalau anak sudah besar, kebutuhan semakin banyak, tentu berpikir lagi, tetap di rumah atau bekerja. Pandaipandainya memenuhi kebutuhan. Kalau masih muda, laki- 159

8 MELAMPAUI KASUR - SUMUR - DAPUR laki dapat bekerja macam-macam, bisa melaut dua kali pagi dan sore). Pola Penyelesaian Pekerjaan Rumah Tangga Pola penyelesaian pekerjaan rumah tangga yang dilakukan para istri nelayan tradisional antara lain: istri nelayan mengerjakan pekerjaan rumah tangga sebelum dan setelah melakukan kegiatan produktif di luar rumah. Pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci pakaian, dan membersihkan rumah, mengurus anak dan sebagainya atau kegiatan yang berkaitan dengan kasur-sumur-dapur, merupakan pekerjaan rutin yang dilakukan oleh para istri nelayan tradisional. Kegiatan tersebut ada yang dilakukan sendiri atau dibantu oleh anaknya yang sudah besar atau diserahkan kepada anaknya yang sudah memiliki suami dan tinggal satu rumah. Ada pula yang diselesaikan oleh istri dan anakanak membantu, suami juga banyak membantu terutama dalam maintenance housework seperti memperbaiki rumah. Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan adanya berbagai variasi untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangga yakni: (a) dilakukan sendiri oleh istri nelayan baik sebelum atau setelah melakukan kegiatan produktif, (b) diserahkan kepada anak atau anggota rumah tangga yang tinggal di rumah, (c) dikerjakan bersama dengan anak atau anggota rumah tangga lain serta (d) diselesaikan oleh anak- anaknya yang telah dewasa. Pengalaman Melakukan Kegiatan Produktif Para istri nelayan tradisional telah lama melakukan kegiatan produktif, oleh karena itu banyak hal yang ditemui dan dirasakan oleh mereka, antara lain: Pengalaman dalam hal produksi: secepatnya bahan atau ikan harus dibersihkan dan diolah, dilanjutkan dengan proses pengeringan yang harus diusahakan secara baik agar segera siap dijual, kemudian 160

9 BAB 6 ETOS KERJA DAN KINERJA ISTRI NELAYAN DALAM MENOPANG EKONOMI RUMAH TANGGA dilakukan penyortiran hasil produksi secara cermat karena akan sangat mempengaruhi harga jual dan pendapatan. Dalam melakukan kegiatan produktif pada umumnya para istri nelayan tradisional menyatakan bahwa kegiatan tersebut menyenangkan karena pekerjaannya tidak sulit dan banyak teman serta mendapatkan uang. Juga dapat beraktualisasi diri dan membantu suami, karena pada dasarnya mereka tidak bisa diam sehingga harus terus bekerja. Kegiatan produktif awalnya dimulai dari hanya melihat, kemudian ikut menjual hasil tangkapan ikan. Ada pula yang awalnya bekerja di sawah sendiri dan atau menjadi buruh tani sebelum punya sawah, namun diajak beberapa tetangga ke TPI lalu bergabung dengan beberapa teman untuk mengeringkan ikan. Kegiatan mengeringkan ikan ini sudah dilakukan sejak muda, sejak sebelum menikah bahkan ada yang sudah melakukannya sejak 20 tahun yang lalu. Pada saat itu hanya untuk membantu orang tua menambah pendapatan rumah tangga. Saking nem-neman kulo mpun nggereh, dereng mikir butuh nanging ngrencangi tiyang sepuh (Dari muda saya sudah membuat ikan asin, belum memikirkan kebutuhan tetapi membantu orang tua) Kata Ibu Saudah. Pada umunya para istri nelayan tradisioanal tidak melakukan kegiatan produktif selain pengolahan ikan dan penjualan ikan segar karena sudah nyaman dengan kegiatan yang dilakukannya sekarang. Berdasarkan keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa melakukan kegiatan produktif merupakan kegiatan yang menyenangkan dan sangat membantu meringankan suami karena hasil yang diperoleh cukup dapat membantu pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Pendapat Tentang Melakukan Kegiatan Produktif Beberapa informan dalam penelitian turut memberikan pendapat mengenai ragam kegiatan produktif yang mereka lakukan, sebagai bagian dari aktivitas ekonomi. Persepsi yang muncul kebanyakan berupa lamanya melakukan aktivitas dan deskripsi 161

10 MELAMPAUI KASUR - SUMUR - DAPUR kegiatan yang dilakukan. Seperti penjelasan yang diberikan oleh salah satu informan Ibu Sutria sebagai berikut: Pedamelan meniko sampun kulo tekuni wiwit saderenge nikah. Pedamelan niki mboten angel, halal lan modalipun mboten kathah. Hasilipun langsung saget pun sade. Kulo sampun remen pedamelan niki tur nggih caket kaliyan griyo Menurut penuturan Ibu Sutria, pekerjaan ini sudah ditekuni sangat lama, bahkan sebelum menikah. Jenis pekerjaan yang dilakukan tidaklah membutuhkan keterampilan khusus. Hasilnyapun langsung dapat dijual. Salah satu alasan beliau menyenangi pekerjaan ini adalah aktivitas yang dilakukan tidak terlalu jauh dari tempat tinggal. Demikian juga yang disampaikan Ibu Sumiati alasan untuk belakukan kegiatan menjual ikan segar. Seneng Bu mergane pun biasa nek mboten ngeber niku malah pripun, wong kok mung thenguk-thenguk wae malah rasane kesel (Senang Bu karena sudah terbiasa kalau tidak jualan ikan malah bagaimana, orang kok cuma duduk-duduk saja malah rasanya capai) Ibu Riana memberikan alasan mengapa para istri nelayan tradisional harus melakukan kegiatan produktif: Ibu-Ibu purun kerjo niki sae Bu amargi tambah pengalaman, angsal arto dados mboten namung jagake Bapake nek wonten kebutuhan kathah utawi ndadak saget nyekapi (Ibu-Ibu mau bekerja itu bagus Bu karena menambah pengalaman, dapat uang jadi tidak hanya mengandalkan bapaknya kalau ada kebutuhan banyak atau mendadak bisa mencukupi). Menurut Ibu Nurhayati melakukan kegiatan produktif dengan menjual ikan segar di dekat TPI itu enak, hal ini disampaikan sebagai berikut: Biasanipun sadean caket kaliyan TPI dados sing ajeng disade nipu pun cemepak enak to mas (Biasanya berjualan dekat dengan TPI jadi yang akan dijual sudah tersedia enak kan mas). 162

11 BAB 6 ETOS KERJA DAN KINERJA ISTRI NELAYAN DALAM MENOPANG EKONOMI RUMAH TANGGA Ibu Sri Mulyati menyatakan hal yang sama dengan Ibu Nurhayati juga Ibu Saudah yang melakukan kegiatan produktif, bisa mencukupi kebutuhan tidak bosan dengan pekerjaan di rumah, bisa ketemu teman-teman, bercanda bersama. seneng saget pinanggih tiyang kathah mboten bosen gawean ngomah (senang bisa ketemu banyak orang, tidak bosan dengan pekerjaan rumah). Menurut Ibu Sri Supriati dan Ibu Kusniah serta Ibu Suliyah bahwa dengan melakukan kegiatan produktif dapat mencukupi kebutuhan dan resiko kecil, pendapat mereka dapat disimpulkan sebagai berikut: nggih Alhamdulillah cukup kangge memenuhi kebutuhan, mboten kathah resikone mas tur sagete kerjo nggih koyo ngeten niki (ya Alhamdulillah bisa untuk mencukupi kebutuhan, tidak banyak resikonya mas dan bisanya bekerja ya seperti ini). Berbeda dengan ibu-ibu istri nelayan tradisional yang telah menyampaikan pendapatnya, Ibu Muslikah yang memilki anak-anak yang sudah besar sehingga melakukan kegiatan produktif dimaknai sebagai berikut : Ketimbang nganggur teng nggriyo, anak-anakpun ageng nek teng nggriyo mawon mboten enthuk duwit (Daripada menganggur di rumah, anak-anak sudah besar di rumah saja tidak dapat uang). Berdasarkan pendapat para istri nelayan tradisional tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa bagi istri nelayan tradisional, melakukan kegiatan produktif itu menyenangkan, pekerjaan yang halal, pendapatannya lumayan, resiko kecil, modal tidak besar, memiliki banyak teman dan pekerjaannya mudah dan dekat dari rumah. 163

12 MELAMPAUI KASUR - SUMUR - DAPUR Pendapat Tentang Kegiatann Melaut Berikut dikutip bebeberapa ungkapan istri nelayan tradisional terkait kegiatan melaut yang dilakukan para nelayan atau suaminya. Menurut Ibu Sutria melaut memiliki resiko yang tidak kecil seperti yang dituturkan kapada peneliti sebagai berikut: 164 Miang niku (a) angsale mboten mesti, (b) resiko abot, (c) mboten saget miang terus, (d) kadang jawah, ombake ageng hasile nggih sekedik, cuaca mbotententu, milo kulo asring nyuwun Bapake mbok wis ora usah miang bantu aku wae gawe gereh lan terasi utawi buruh (Melaut itu (a) hasilnya tidak tentu, (b) resiko berat, (c) tidak bisa melaut terus, (d) kadang hujan, gelombangnya besar hasilnya ya sedikit, cuaca tidak pasti, maka saya sering minta bapaknya tidak usah melaut membantu saya membuat ikan asin dan terasi atau menjadi buruh). Demikian juga yang disampaikan Ibu Sumiati tentang kegiatan melaut adalah sebagai berikut: Jane nggih mboten seneng Bu namung entene lan sagete ming miang mugi-mugi anak-anak mangke mboten dados nelayan saget dados pegawai (Sebenarnya yang senang Bu tetapi adanya dan bisanya hanya melaut semoga anak-anak nanti tidak menjadi nelayan, bisa jadi pegawai). Ibu Riana dan Ibu Muslikah mengatakan bahwa pada dasarnya melaut itu memiliki konsekuensi sebagai berikut: Miang niku gawean abot Bu teng tengah laut hasile mboten cucuk nek kepengine kula anak-anak niku purun sekolah sing duwur supados dados pegawai e malah sing kalih melu miang Bapake ( Melaut itu pekerjaan berat Bu di tengah laut hasilnya tidak sesuai kalau keinginan saya anak-anak itu mau sekolah yang tinggi agar jadi pegawai e malah yang dua ikut bapaknya melaut). Pendapat senada Ibu Nurhayati dan Ibu Sri Mulyati bahwa melaut itu merupakan pekerjaan halal dan hanya berharap kepada anak-anaknya semoga tidak kesulitan dalam hidupnya, seperti dituturkan sebagai berikut:

13 BAB 6 ETOS KERJA DAN KINERJA ISTRI NELAYAN DALAM MENOPANG EKONOMI RUMAH TANGGA Ingkang baken pedamelan niku halal, nek saget niku nggih enten sing neruske nanging langkung remen lare-lare mboten rekoso (Yang penting pekerjaan itu halal, kalau bisa ya ada yang meneruskan tetapi lebih senang anak-anak tidak susah). Menurut Ibu Saudah menyatakan bahwa anak laki-laki harus membantu melaut dan harus terampil seperti yang disampaikan sebagai berikut: lare jaler nggih kedah bantu miang, karepe ngoten nggih mboten kedah miang namung nek kedah miang nggih kudu prigel (Anak laki-laki ya harus membantu melaut, keinginannya ya tidak harus melaut tetapi kalau harus melaut ya harus cekatan). Menurut Ibu Supriati dan Ibu Kusniah bahwa suaminya akhirnya memilih tidak melaut dan membantu pekerjaan istrinya dirumah yakni nggereh, hal ini dituturkan sebagai berikut: Bapake pun jarang miang kathah-kathahe teng darat amargi bapake niku namung dados ABK. Akhire bapake katahe mbantu kulo nggereh mawon (Bapaknya sudah jarang melaut banyak waktu didarat karena bapaknya hanya ABK. Akhirnya bapaknya lebih banyak membantu saya membuat ikan asin saja atau nggereh). Berdasarkan ungkapan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan melaut itu penuh resiko, penuh ketidakpastian pendapatannya, biaya operasionalnya tidak sedikit bahkan nelayan kadang harus menanggung kerugian. Resiko yang dialami sebenarnya kurang sebanding dengan potensi hasil yang dapat diperoleh. Nelayan akan sangat bergantung pada alam akan hasil tangkapannya. Demikian pula istri nelayan dan usaha-usaha yang terkait dengan sektor kenelayanan yang sangat bergantung pada hasil tangkapan dari nelayan. Tingginya resiko kegiatan melaut inilah yang kadangkala menjadi satu alasan tersendiri mengapa generasi muda kurang berminat untuk menekuni kegiatan kenelayanan. 165

14 MELAMPAUI KASUR - SUMUR - DAPUR Akan tetapi, meskipun resiko yang ditanggung cukup besar namun hasilnya tidak seberapa besar. Kegiatan melaut dan beragam aktivitas kenelayanan tetap dilakukan oleh rumah tangga nelayan. Alasannya tentu saja adalah faktor kebiasaan. Aktivitas yang dilakukan merupakan kegiatan turun-temurun. Umumnya rumah tangga nelayan juga tidak memiliki keterampilan lain selain pekerjaan yang terkait dengan sektor kenelayanan. Ketiadaan pilihan inilah yang menjadi alasan. Sebenarnya terdapat beberapa program dari pemerintah dan beberapa pihak untuk mengentaskan rumah tangga nelayan dari kondisi sulit ini. Misalnya dipersiapkan lapangan kerja baru, dibekali dengan keterampilan khusus. Namun sekali lagi, mengubah paradigma dan kebiasaan yang telah mengakar bukanlah pekerjaan yang mudah, inilah yang menyebabkan berbagai program yang telah dicanangkan belum berjalan efektif. Peran Istri Nelayan Dalam Mempertahankan Kehidupan Ekonomi Rumah Tangga Keterlibatan kaum perempuan dalam kegiatan produktif sering lebih signifikan daripada asumsi-asumsi yang sering dibangun. Berdasar estimasi di smbilan (9) negara produsen utama perikanan, tidak kurang dari 46% kegiatan perikanan merupakan kegiatan perikanan skala kecil dan kaum perempuan terlibat baik sebelum maupun setelah adanya kegiatan penangkapan ikan (The World Fish Center, 2010). Lebih lanjut The World Fish Center (2010) menyatakan bahwa, keterlibatan kaum perempuan atau istri nelayan dalam mendukung suami adalah melakukan kegiatan-kegiatan sebagai suatu mata pencaharian dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rumah tangga nelayan. Kontribusi istri nelayan demikian penting bagi rumah tangga nelayan walaupun secara pribadi penghasilan yang mereka terima kecil. (The World Fish Center, 2010). Keterlibatan kaum perempuan dalam kegiatan kenelayanan tidak hanya di darat saja tapi kadang juga di laut sebagaimana 166

15 BAB 6 ETOS KERJA DAN KINERJA ISTRI NELAYAN DALAM MENOPANG EKONOMI RUMAH TANGGA dinyatakan dengan ungkapan berikut ini: in many parts of the world, women engage in collecting mollusks and near- shore fishing using small hand nets. In some regions of developing countries, such as East and West Africa, Southest Asia and the Pasific, women also use gear to fish near-shore and off shore in canoesor boats (Nadel Klien and Davis, 1988; FAO, World Bank, IFAD, 2009). Bentuk kontribusi para istri nelayan di Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal dalam memperoleh pendapatan sebagian besar adalah sebagai penjual ikan segar atau ngeber, mengolah atau mengeringkan ikan atau nggereh, membuat terasi dan warungan atau kelontong dan makanan. Penjual ikan segar dan pengolah ikan asin serta membuat terasi, biasanya membeli ikan dari nelayan, TPI atau hasil tangkapan suami namun tetap membelinya. Mereka pada umumnya memperoleh laba usaha berkisar persen dari harga jual. Jika hari libur dan pengunjung banyak, laba usaha mencapai persen dari harga jual. Istri nelayan tradisional ini ada yang hanya sebagai penjual ikan segar, penjual ikan kering, atau keduanya. Usaha lain adalah mengasinkan ikan. Bahan baku ikan cukup banyak tersedia karena memang Desa Gempolsewu dan Sendang Sikucing merupakan wilayah yang potensial akan hasil lautnya di banding dengan desa lain di Kecamatan Rowosari. Rutinitas pengasinan ikan dilakukan terutama pada musim tangkapan ikan yang tiba di bulan Maret-Mei. Apabila hasil ikan melimpah maka pengasinan ikan menjadi salah satu cara untuk mengawetkan ikan sehingga menambah value added hasil perikanan. Kegiatan ini dilakukan setiap hari tanpa libur. Mereka hanya akan libur ketika ikan hasil tangkapan nelayan sebagai bahan baku sangat sulit ditemukan atau ketika alasan tertentu saja seperti sedang punya acara/hajatan pernikahan atau kithanan dan sebagainya. Jika dibandingkan dengan pendapatan suami, pendapatan istri mereka relatif lebih stabil meski tidak banyak. Hal ini dikarenakan hasil tangkapan nelayan sangat tidak pasti terutama pada musimmusim tertentu. Terkait dengan istri nelayan tradisional yang tidak 167

16 MELAMPAUI KASUR - SUMUR - DAPUR melakukan kegiatan produktif, kondisi rumah-tangganya sebenarnya secara tidak langsung akan melahirkan ketergantungan pada sumber pendapatan lain untuk menutup kebutuhan. Apabila tidak ada sumber pendapatan lain, maka keadaan ini akan ditutup dengan berhutang atau menjual aset yang dimiliki. Artinya ketergantungan kepada istri nelayan tidak sekedar back up saja namun juga sebagai motor penggerak ekonomi rumah tangga. Biasanya pendapatan dari istri nelayan tradisional akan dipergunakan untuk menutup kebutuhan hidup sehari-hari rumah tangga. Oleh karena itu, akan sangat wajar apabila rumah tangga nelayan sulit untuk menabung dan merencanakan keuangan rumah tangga dengan lebih baik, mengingat struktur pendapatan suami nelayan yang sangat tidak menentu dan beresiko akan kerugian, namun kegiatan produktif istri nelayan tradisional yang sebenarnya lebih stabil. Di saat yang sama, tidak ada perubahan dalam pola konsumsi rumah-tangganya. Memperhatikan berbagai informasi dari istri nelayan tradisional sebagai informan penelitian ini tampak jelas bahwa tuntutan atau kebutuhan untuk melakukan kegiatan produktif bagi istri nelayan di lingkungan Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal mencerminkan suatu strategi ganda dalam rangka pemenuhan kebutuhan ekonomi rumah tangga mereka. Strategi ganda yang dimaksud di sini ialah strategi mencari nafkah tidak hanya mengandalkan satu sumber saja yakni pendapatan suami yang berasal dari kegiatan melaut sebagai nelayan, tetapi juga dari istrinya yang melakukan kegiatan produktif. Jadi kalau sumber pendapatan diperoleh dari dua sumber, maka pemenuhan kebutuhan rumah tangganya semakin terpenuhi. Berdasarkan data yang diperoleh dari para istri nelayan tradisional, menunjukkan bahwa istri nelayan dapat memberikan kontribusi dalam mendukung ekonomi rumah tangga. Hal ini nampak bahwa istri nelayan tradisional yang melakukan kegiatan produktif mereka akan memperoleh pendapatan yang dapat digunakan untuk 168

17 BAB 6 ETOS KERJA DAN KINERJA ISTRI NELAYAN DALAM MENOPANG EKONOMI RUMAH TANGGA memenuhi kebutuhan rumah-tangganya tanpa meninggalkan tugas sebagai ibu rumah tangga. Dengan demikian kondisi tersebut sesuai dengan Teori Model A yang dikemukan Talcott Parsons (1968), tentang adanya pemisahan antara laki-laki dan perempuan dalam hal pendidikan, pekerjaan rumah, pengambilan keputusan dan pengasuhan anak yang lebih menguntungkan laki-laki. Dewasa ini sudah terjadi pergeseran peran perempuan dalam melakukan kegiatan produktif yang semula didominasi laki-laki. Kenyataan menunjukkan bahwa meskipun perempuan melakukan kegiatan produktif tidak mengurangi eksistensinya sebagai ibu rumah tangga yang mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah, mengurus anak dan sebagainya. Rangkuman Komunitas rumah tangga nelayan tradisional yang dipersepsikan sebagai komunitas yang pasif, apatis, enggan berubah sebenarnya tidaklah demikian. Kondisi kemiskinan dan rendahnya perubahan komunitas nelayan tradisional lebih disebabkan oleh kondisi demografis dan geografis yang menimbulkan hambatan dan ketergantungan serta kesulitan untuk mengakses berbagai kemajuan seperti kemajuan teknologi. Rumah tangga nelayan tradisional mayoritas mengandalkan sumber daya laut, tercermin dari mata pencaharian mereka yang erat kaitannya dengan laut. Variasi kegiatan produktif mereka hanyalah di sekitar kenelayanan. Kenyataannya kegiatan melaut memiliki resiko yang tidak kecil, lagi pula dewasa ini perolehannya tidak lagi dapat diandalkan. Kondisi inilah yang merupakan salah satu dorongan mengapa istri nelayan tradisional tergerak untuk melakukan kegiatan produktif. Melakukan kegiatan produktif bagi sebagian istri nelayan tradisional merupakan kebutuhan agar kehidupan rumah tangga 169

18 MELAMPAUI KASUR - SUMUR - DAPUR mereka khususnya ekonomi rumah tangga lebih baik, lebih sejahtera. Dalam wilayah penelitian sebagian istri nelayan tradisional memang masih ada yang tidak melakukan kegiatan produktif. Mereka lebih berkonsentrasi pada tugas atau pekerjaan rumah tangga khususnya merawat anak dan umumnya usia mereka masih muda. Alasan utama mereka adalah mengurus anak tetapi ada pula alasan lain yakni malas dan malu. Peran istri nelayan tradisional dalam mempertahankan kehidupan ekonomi rumah tangga cukup berarti. Situasi pendapatan suami yang tidak stabil, tidak dapat diandalkan bahkan kadang justru merugi karena tidak mendapatkan hasil dan tuntutan kebutuhan rumah tangga yang cenderung meningkat, maka kegiatan istri nelayan dalam bentuk kerja produktif jelas sangat penting. Pendapatan istri nelayan tradisional merupakan sumber penyelamat ekonomi rumah tangga, walaupun tetap saja memiliki keterbatasan. Pada umumnya kontribusi pendapatan istri nelayan masih terbatas pada pemenuhan kebutuhan ekonomi rumah tangga, belum mampu menyentuh kebutuhan lain seperti untuk memenuhi biaya pendidikan, kesehatan, hiburan dan sebagainya. Istri nelayan tradisional memiliki peranan yang sentral dalam peta perekonomian dan keberlangsungan hidup keluarga nelayan, seperti dijelaskan di bab sebelumnya yang menyatakan peran istri nelayan tradisional lebih dari kegiatan domestik kerumahtanggaan atau kegiatan yang meliputi kasur-sumur-dapur. Mereka banyak mengambil peran sebagai penggerak ekonomi rumah tangga. Sentralnya peran istri nelayan tradisional tidak hanya tercermin dari alokasi waktu yang lebih banyak untuk beraktivitas dibandingkan suami. Lebih daripada itu, karakter pekerjaan yang dilakukan istri nelayan lebih menjanjikan pedapatan yang pasti dibanding aktivitas melaut suami, sehingga bagi rumah tangga nelayan yang istrinya bekerja, perekonomian rumah tangga umumnya lebih baik. Hal ini dikarenakan ada motor penggerak ekonomi keluarga yang lebih bisa menjanjikan uang harian untuk memenuhi kebutuhan harian rumah-tangganya. 170

19 BAB 6 ETOS KERJA DAN KINERJA ISTRI NELAYAN DALAM MENOPANG EKONOMI RUMAH TANGGA Pendapatan yang diperoleh oleh istri nelayan tradisional memang tidak besar, bahkan kadangkala tidak sebesar hasil melaut suami ketika sedang musim panen ikan. Tetapi, kegiatan melaut ada musimnya, tidak melaut secara terus-menerus. Sedangkan pekerjaan yang dilakukan istri nelayan tradisional dengan berbagai variasinya tidak memiliki musim. Mereka dapat melakukan kegiatan produktif setiap hari walaupun suami mereka tidak melaut sehingga tidak menghasilkan uang. Disinilah sentralnya peran kegiatan produktif yang dilakukan istri nelayan tradisional, selalu ada saat menjadi penopang dan menjadi tumpuan. 171

Nilai Kegiatan Istri Nelayan dalam Mengelola Hasil Tangkapan pada Kehidupannya

Nilai Kegiatan Istri Nelayan dalam Mengelola Hasil Tangkapan pada Kehidupannya Bab 7 Nilai Kegiatan Istri Nelayan dalam Mengelola Hasil Tangkapan pada Kehidupannya Istri Nelayan dalam Kegiatan Mengelola Hasil Tangkapan Kegiatan produktif sebagian besar istri nelayan tradisional di

Lebih terperinci

Istri Nelayan dan Kegiatan Produktif

Istri Nelayan dan Kegiatan Produktif Bab 5 Istri Nelayan dan Kegiatan Produktif Makna Kegiatan Produktif Kegiatan produktif merupakan fenomena yang umum dan merupakan suatu kebutuhan individu untuk pemenuhan kebutuhan hidup ekonomi. Dengan

Lebih terperinci

MELAMPAUI KASUR - SUMUR - DAPUR

MELAMPAUI KASUR - SUMUR - DAPUR Bab 9 Kesimpulan Kehidupan rumah tangga nelayan tradisional di Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal pada umumnya berada di bawah garis kemiskinan. Penyebab kemiskinan berasal dari dalam diri nelayan sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

Bab 3 Metode Penelitian

Bab 3 Metode Penelitian Bab 3 Metode Penelitian Metode Penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang terfokus pada upaya-upaya untuk memahami setting sosial tertentu dan tidak membuat prediksi-prediksi

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab 1. Latar Belakang

Pendahuluan. Bab 1. Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah laut kurang lebih tujuh puluh persen dari wilayah keseluruhan, yang seharusnya menjanjikan kehidupan masyarakat pesisir atau nelayan menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Eksistensi Matriproduksi di Wilayah Pantai Penelitian tentang Eksistensi Matriproduksi di Wilayah Pantai ini dilakukan oleh Hendry Sitorus (2003). Dalam penelitian ini dijelaskan

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN. perah di Desa Krisik Kecamatan Pudak Kabupaten Ponorogo? kotorannya menjadi sumber energi alternatif (biogas)?

DAFTAR PERTANYAAN. perah di Desa Krisik Kecamatan Pudak Kabupaten Ponorogo? kotorannya menjadi sumber energi alternatif (biogas)? DAFTAR PERTANYAAN 1. Bagaimana Peranan Pemerintah Desa dalam memanfaatkan limbah kotoran sapi perah di Desa Krisik Kecamatan Pudak Kabupaten Ponorogo? 2. Apakah pemerintah desa krisik pernah mengadakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam perekonomian Indonesia karena beberapa alasan antara lain: (1) sumberdaya perikanan, sumberdaya perairan

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN Rumahtangga adalah basis unit kegiatan produksi dan konsumsi dimana anggota rumahtangga merupakan sumberdaya manusia

Lebih terperinci

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN 78 7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN 7.1 Kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah terkait sistem bagi hasil nelayan dan pelelangan Menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kecamatan Srandakan merupakan salah satu kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Bantul. Secara astronomi keberadaan posisi Kecamatan Srandakan terletak di 110 14 46 Bujur

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH TUGAS AKHIR TKP 481 Oleh : ASTRID EKANINGDYAH L2D000400 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian 28 BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian Strategi nafkah dalam kehidupan sehari-hari direprensentasikan oleh keterlibatan individu-individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan agraris, dimana terdiri dari banyak pulau dan sebagian besar mata pencaharian penduduknya bercocok tanam atau petani. Pertanian

Lebih terperinci

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR 31 KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR Pengertian kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian BAB V KESIMPULAN Bagian kesimpulan ini menyampaikan empat hal. Pertama, mekanisme ekstraksi surplus yang terjadi dalam relasi sosial produksi pertanian padi dan posisi perempuan buruh tani di dalamnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Indonesia diarahkan untuk pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Termasuk dalam proses pembangunan adalah usaha masyarakat untuk

Lebih terperinci

0leh : Bibik Nurudduja,S.Ag,M.H

0leh : Bibik Nurudduja,S.Ag,M.H 0leh : Bibik Nurudduja,S.Ag,M.H Bibik nurudduja Tinggal di Desa Kunir RT 01 RW 06 Kecamatan Dempet Kabupaten Demak Jawa Tengah Alumni fak.syariah IAIN Walisongo Semarang & Magister Ilmu Hukum konsentrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak penduduk dengan berbagai macam ragam mata pencaharian. Dimana mata pencaharian merupakan aktivitas manusia untuk dapat memperoleh taraf hidup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Kemiskinan Nelayan Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis

Lebih terperinci

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 56 5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 5.1 Bentuk Keterlibatan Tengkulak Bentuk-bentuk keterlibatan tengkulak merupakan cara atau metode yang dilakukan oleh tengkulak untuk melibatkan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Teori Curahan Waktu Kerja Istri Nelayan. sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai pencari nafkah, dilakukan dalam

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Teori Curahan Waktu Kerja Istri Nelayan. sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai pencari nafkah, dilakukan dalam BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Curahan Waktu Kerja Istri Nelayan Menurut Kharisun (2014) Secara umum wanita mempunyai peran baik sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai pencari nafkah, dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN. batasan wilayah sebelah Utara Desa Blorok, sebelah Selatan Desa Kedungsuren,

BAB III HASIL PENELITIAN. batasan wilayah sebelah Utara Desa Blorok, sebelah Selatan Desa Kedungsuren, BAB III HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Sumur Di nama kondisi umum masyarakat Desa Sumur Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal sebagai berikut: Kondisi mengenai luas wilayah Desa Sumur 241.250 Ha. Dimana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

BAB III PERCERAIAN DI KALANGAN EKS TKI DI DESA GENUK WATU KECAMATAN NGORO KABUPATEN JOMBANG

BAB III PERCERAIAN DI KALANGAN EKS TKI DI DESA GENUK WATU KECAMATAN NGORO KABUPATEN JOMBANG BAB III PERCERAIAN DI KALANGAN EKS TKI DI DESA GENUK WATU KECAMATAN NGORO KABUPATEN JOMBANG A. Diskripsi Keluarga Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Desa Genuk Watu Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang 1. Keagamaan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI VI KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI 6.1. Karekteristik Umum Responden Konsumen yang berkunjung ke Restoran Mira Sari memiliki latar belakang yang berbeda-beda, baik dari segi sosial maupun ekonomi.

Lebih terperinci

KONTRIBUSI EKONOMI PRODUKTIF WANITA NELAYAN TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA (Studi Kasus di Desa Lembar Kecamatan Lembar Kabupaten Lombok Barat)

KONTRIBUSI EKONOMI PRODUKTIF WANITA NELAYAN TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA (Studi Kasus di Desa Lembar Kecamatan Lembar Kabupaten Lombok Barat) KONTRIBUSI EKONOMI PRODUKTIF WANITA NELAYAN TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA (Studi Kasus di Desa Lembar Kecamatan Lembar Kabupaten Lombok Barat) ROHMIATI AMINI Universitas Nahdlatul Wathan Mataram e-mail:

Lebih terperinci

MELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara

MELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara MELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara PEMBUKAAN PSB KOTA SURABAYA Oleh: Dr. Asmara Indahingwati, S.E., S.Pd., M.M TUJUAN PROGRAM Meningkatkan pendapatan dan Kesejahteraan masyarakat Daerah. Mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut. Kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki beragam suku bangsa yang menyebar dan menetap pada berbagai pulau besar maupun pulau-pulau kecil yang membentang dari Sabang sampai

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN A. PROFIL PEREMPUAN BEKERJA DI SEKTOR INFORMAL

BAB III HASIL PENELITIAN A. PROFIL PEREMPUAN BEKERJA DI SEKTOR INFORMAL BAB III HASIL PENELITIAN A. PROFIL PEREMPUAN BEKERJA DI SEKTOR INFORMAL Mengamati potensi sumber daya manusia dan peran perempuan bekerja di sektor informal, yang jumlahnya cenderung meningkat tentunya

Lebih terperinci

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat nelayan merupakan bagian dari kelompok masyarakat yang tinggal di daerah pesisir. Pada umumnya mereka adalah kelompok masyarakat tertinggal yang berada pada

Lebih terperinci

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO Setya Prihatiningtyas Dosen Program Studi Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI 6.1 Peran (Pembagian Kerja) dalam Rumahtangga Peserta Peran atau pembagian kerja tidak hanya terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Beban Ganda Beban ganda wanita adalah tugas rangkap yang dijalani oleh seorang wanita (lebih dari satu peran) yakni sebagai ibu

Lebih terperinci

BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI

BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI 5.1 Strategi Nafkah Petani Petani di Desa Curug melakukan pilihan terhadap strategi nafkah yang berbeda-beda untuk menghidupi keluarganya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan SDM yang optimal demi meningkatkan pembangunan. pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Hal ini di karenakan tidak

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan SDM yang optimal demi meningkatkan pembangunan. pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Hal ini di karenakan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang tentunya memerlukan SDM yang optimal demi meningkatkan pembangunan. Sekarang ini, Indonesia banyak menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Perkebunan teh PTPN VIII Ciater Subang merupakan perkebunan yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Perkebunan teh PTPN VIII Ciater Subang merupakan perkebunan yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Perkebunan teh PTPN VIII Ciater Subang merupakan perkebunan yang tetap bertahan dari zaman kolonial Belanda sampai tahun 1990, bahkan sampai sekarang. Keberadaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Isu tentang peran perempuan Indonesia dalam pembangunan nasional dewasa ini menjadi semakin penting dan menarik. Peran perempuan Indonesia dalam pembangunan nasional

Lebih terperinci

POLIGAMI MASYARAKAT GANG WAYO DESA KEDUNG BANTENG KECAMATAN TANGGULANGIN KABUPATEN SIDOARJO. A. Gambaran umum Gang wayo desa Kedung Banteng

POLIGAMI MASYARAKAT GANG WAYO DESA KEDUNG BANTENG KECAMATAN TANGGULANGIN KABUPATEN SIDOARJO. A. Gambaran umum Gang wayo desa Kedung Banteng BAB III POLIGAMI MASYARAKAT GANG WAYO DESA KEDUNG BANTENG KECAMATAN TANGGULANGIN KABUPATEN SIDOARJO. A. Gambaran umum Gang wayo desa Kedung Banteng 1. Pemetaan Wilayah secara Global. Secara garis besar

Lebih terperinci

VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS

VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS Pada bagian ini akan dikemukakan beberapa ringkasan hasil dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya. Selanjutnya akan dikemukakan sintesis dari keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi budaya patriarki yang masih mengakar kuat di Indonesia hingga saat ini, mengakibatkan posisi perempuan semakin terpuruk, terutama pada kelompok miskin. Perempuan

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia hingga saat ini belum mampu mensejahterakan seluruh masyarakat Indonesia. Sebagian besar masyarakat masih belum merasakan

Lebih terperinci

BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL

BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL 31 BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL Lee (1984) dalam teorinya Dorong-Tarik (Push-Pull Theory) berpendapat bahwa migrasi dari desa ke kota disebabkan oleh faktor pendorong

Lebih terperinci

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu indikator dari pemberdayaan masyarakat adalah kemampuan dan kebebasan untuk membuat pilihan yang terbaik dalam menentukan atau memperbaiki kehidupannya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki sumber kekayaan alam yang berlimpah dan memiliki jumlah penduduk nomor empat di dunia. Saat ini penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, petani dan nelayan selalu lebih miskin dibandingkan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, petani dan nelayan selalu lebih miskin dibandingkan penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk bermatapencaharian sebagai petani dan nelayan yang tinggal di pedesaan merupakan penyumbang terbesar jumlah penduduk miskin di Indonesia. Pada umumnya, petani

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap 2.1.1 Definisi perikanan tangkap Penangkapan ikan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 45 Tahun 2009 didefinisikan sebagai kegiatan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut merupakan data tentang partisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum masalah utama yang sedang dihadapi secara nasional adalah sedikitnya peluang kerja, padahal peluang kerja yang besar dalam aneka jenis pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghendaki berbagai penyelenggaraan pendidikan dengan program-program

BAB I PENDAHULUAN. menghendaki berbagai penyelenggaraan pendidikan dengan program-program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan pada dasarnya merupaka n upaya mencapai taraf hidup

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan pada dasarnya merupaka n upaya mencapai taraf hidup PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupaka n upaya mencapai taraf hidup masyarakat yang lebih berkualitas sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku. Oleh karena itu proses pembangunan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Strategi Bertahan Strategi bertahan hidup menarik untuk diteliti sebagai suatu pemahaman bagaimana rumah tangga mengelola dan memanfaatkan aset sumber daya dan modal yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN 6.1. Strategi Nafkah Sebelum Konversi Lahan Strategi nafkah suatu rumahtangga dibangun dengan mengkombinasikan aset-aset

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhnratu merupakan daerah pesisir di selatan Kabupaten Sukabumi yang sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi. Palabuhanratu terkenal

Lebih terperinci

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN : Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: 127-136 ISSN : 2088-3137 KONTRIBUSI EKONOMI PRODUKTIF WANITA NELAYAN TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI PANGANDARAN, KABUPATEN CIAMIS Trie

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan masih menjadi masalah yang mengancam Bangsa Indonesia. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2007 sebesar 37,17 juta jiwa yang berarti sebanyak 16,58

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN Sebelum membahas pola pembagian peran dalam keluarga responden, terlebih dahulu akan di jelaskan mengenai karakteristik responden yang akan dirinci

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 banyak menyebabkan munculnya masalah baru, seperti terjadinya PHK secara besar-besaran, jumlah pengangguran

Lebih terperinci

BAB III KAUM MUDA PARUH WAKTU DAN GAYA HIDUP MODERN. banyak kaum muda yang masih berstatus sebagai mahasiswa bekerja paruh waktu dengan

BAB III KAUM MUDA PARUH WAKTU DAN GAYA HIDUP MODERN. banyak kaum muda yang masih berstatus sebagai mahasiswa bekerja paruh waktu dengan BAB III KAUM MUDA PARUH WAKTU DAN GAYA HIDUP MODERN Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tujuan kaum muda melakukan pekerjaan paruh waktu dan mengetahui dampak pekerjaan paruh waktu tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara sedang berkembang kemiskinan adalah masalah utama. Menurut Chambers (1983), kemiskinan yang dialami oleh sebagian besar rakyat di negara sedang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kelautan dengan kekayaan laut maritim yang sangat melimpah, negara kepulauan terbesar di dunia dengan garis pantai yang terpanjang

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENELITIAN 69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan merupakan makhluk sosial yang membutuhkan pengakuan dan penghormatan untuk memosisikan dirinya sebagai manusia yang bermartabat. Dalam pandangan politik

Lebih terperinci

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian LAMPIRAN 143 144 Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian 145 146 Lampiran 3 Pengukuran Variabel Penelitian untuk Jawaban Pengetahuan No. Pernyataan Betul Salah Pengetahuan tentang keluarga sistem matrilineal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia yang secara geografis adalah negara kepulauan dan memiliki garis pantai yang panjang, serta sebagian besar terdiri dari lautan. Koreksi panjang garis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Soekartawi, dkk 1993:1). (Junianto, 2003:5).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Soekartawi, dkk 1993:1). (Junianto, 2003:5). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam dan lingkungan yang melimpah. Indonesia juga terkenal sebagai negara maritim dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan (Archipelagic state) terbesar di dunia. Jumlah Pulaunya mencapai 17.506 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Kurang lebih 60%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, artinya kegiatan pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, artinya kegiatan pertanian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, artinya kegiatan pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial. Kebanyakan sistem patriarki juga

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT I. Perumusan Masalah Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang optimal membutuhkan sebuah pemahaman yang luas dimana pengelolaan SDA harus memperhatikan aspek

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. motor, dan alat tangkap atau sebagai manajer. ikan. Status nelayan tersebut adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. motor, dan alat tangkap atau sebagai manajer. ikan. Status nelayan tersebut adalah sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis 1. Pengertian Nelayan Nelayan menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1985 adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Juragan adalah pemilik

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Penelitian ini berupaya menjawab masalah konflik peran pada Ibu bekerja yang baru pertama kali memiliki anak dan cara mereka mengatasinya. Dari penelitian

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK PEDAGANG MAKANAN DI SEKTOR INFORMAL

BAB IV KARAKTERISTIK PEDAGANG MAKANAN DI SEKTOR INFORMAL 25 BAB IV KARAKTERISTIK PEDAGANG MAKANAN DI SEKTOR INFORMAL Umur dan Tingkat Pendidikan Responden Data primer di lapangan menunjukkan bahwa dari 35 responden pedagang makanan di Jalan Babakan, umur rata-rata

Lebih terperinci

BAB III PSIKOLOGIS SUAMI YANG DITINGGAL ISTRI SEBAGAI TENAGA KERJA WANITA (TKW) DI DESA TEMBONG

BAB III PSIKOLOGIS SUAMI YANG DITINGGAL ISTRI SEBAGAI TENAGA KERJA WANITA (TKW) DI DESA TEMBONG BAB III PSIKOLOGIS SUAMI YANG DITINGGAL ISTRI SEBAGAI TENAGA KERJA WANITA (TKW) DI DESA TEMBONG A. Profil Responden Tenaga kerja wanita di Desa Tembong Kec. Carita sangatlah banyak, istri yang pergi ke

Lebih terperinci

BAB II FENOMENA KELUARGA DAHULU DAN SEKARANG. bekerja, peran istri yang bekerja terhadap keharmonisan keluarga, dan faktor

BAB II FENOMENA KELUARGA DAHULU DAN SEKARANG. bekerja, peran istri yang bekerja terhadap keharmonisan keluarga, dan faktor BAB II FENOMENA KELUARGA DAHULU DAN SEKARANG Pada bab ini akan dijelaskan mengenai suami yang tidak bekerja di Surabaya, peran istri dalam meningkatkan perekonomian keluarga, penyebab istri bekerja, peran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Migrasi Kerja

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Migrasi Kerja II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Migrasi Kerja Migrasi kerja merupakan reaksi atas tekanan interaksi faktor-faktor positif, negatif dan netral (Hugo 1981). Suryana (1979) menyatakan tekanan itu berupa tekanan

Lebih terperinci

IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)

IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) 31 Ideologi Gender Ideologi gender adalah suatu pemikiran yang dianut oleh masyarakat yang mempengaruhi WKRT (Wanita Kepala Rumah Tangga)

Lebih terperinci

Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/

Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/ PROFIL USAHA ISTRI NELAYAN MANGGOPOH PALAK GADANG PADANG PARIAMAN Oleh: Hasan Basri Nasution Peneliti Pusat Kajian Mangrove dan Kawasan Pesisir Universitas Bung Hatta Jl. Sumatera Ulak Karang Padang Abstrak

Lebih terperinci

KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc

KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc Tuntutan Kemiskinan terhadap Peran Ekonomi Perempuan Permasalahan keluarga yang ada saat ini didominasi oleh adanya masalah sosial ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era modern ini peran wanita sangat dibutuhkan dalam membangun perkembangan ekonomi maupun sektor lain dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang paling penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang paling penting dalam masyarakat yang terbentuk dari hubungan pernikahan laki-laki dan wanita untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB VIII FAKTOR PENAHAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN KE LUAR DESA

BAB VIII FAKTOR PENAHAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN KE LUAR DESA 63 BAB VIII FAKTOR PENAHAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN KE LUAR DESA Fenomena mobilitas penduduk perempuan ke luar desa sebenarnya bukanlah merupakan suatu fenomena yang dianggap tabu oleh penduduk Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar BelakangS Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah Indonesia terdiri dari wilayah lautan dan sebagian besar masyarakat pesisir bermata pencaharian

Lebih terperinci

BAB VII KETERKAITAN ANTARA SEKTOR PERTANIAN DAN LUAR PERTANIAN DI PULAU PRAMUKA

BAB VII KETERKAITAN ANTARA SEKTOR PERTANIAN DAN LUAR PERTANIAN DI PULAU PRAMUKA 105 BAB VII KETERKAITAN ANTARA SEKTOR PERTANIAN DAN LUAR PERTANIAN DI PULAU PRAMUKA 7.1 Supply Bahan Baku Pangan Usaha Pariwisata di Pulau Pramuka Munculnya usaha yang diakibatkan oleh adanya kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Selain itu juga Indonesia merupakan negara agraris

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Nelayan mandiri memiliki sejumlah karakteristik khas yang membedakannya dengan nelayan lain. Karakteristik tersebut dapat diketahui dari empat komponen kemandirian, yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pergaulan dengan sesamanya (gregoriousness). Individu yang terhimpun dalam masyarakat (society) merupakan sistem

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pergaulan dengan sesamanya (gregoriousness). Individu yang terhimpun dalam masyarakat (society) merupakan sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa orang lain, hal ini disebabkan keterbatasan kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan. Adanya keterbatasan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Desa Lebih terletak di Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali dengan luas wilayah 205 Ha. Desa Lebih termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian

Lebih terperinci