BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Widyawati Tanudjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Toxoplasma gondii Epidemiologi Toxoplasma gondii Toksoplasmosis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa yang disebut T. gondii. penyakit ini bersifat zoonosis, yaitu penyakit hewan yang dapat ditularkan ke manusia. Di Indonesia prevalensi zat anti T.gondii yang positif pada manusia berkisar antara 2%-63%. Pada orang Eskimo prevalensinya 1%, sedangkan di El Savador, Amerika Tengah prevalensinya 90% (Gandahusada et al. 2003). Suatu survei serologis yang dilakukan pada berbagai jenis hewan di Amerika memberikan gambaran penyebaran penyakit toksoplasmosis dengan prevalensi yaitu pada anjing (34%-59%), kucing (34%), sapi (47%), babi (30%), dan kambing (48%) (Soeharsono, 2002). Sedangkan, prevalensi T. gondii pada binatang di Indonesia, yaitu pada kucing 35-73%, babi 11-36%, kambing 11-61%, anjing 75% dan pada ternak lain kurang dari 10% (Gandahusada et al. 2003). Pada umumnya, prevalensi T.gondii akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tetapi tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan (Gandahusada et al. 2003). Di Amerika Serikat, individu dengan umur tahun memiliki prevalensi toksoplasmosis sebesar 5-30%, sedangkan individu dengan umur lebih dari 50 tahun memiliki prevalensi toksoplasmosis sebesar 10-67% (Kasper & Fauci, 2010). Penelitian yang dilakukan di India juga menunjukkan bahwa prevalensi T.gondii pada usia tahun sebesar 18,1% dan meningkat menjadi 40,5% pada usia lebih dari 40 tahun (Singh et al., 2014). 7
2 Namun, penelitian yang dilakukan di Iran menunjukkan bahwa tidak ditemukan korelasi antara infeksi T.gondii dengan umur, karena infeksi T.gondii yang tinggi terjadi pada anak-anak dan remaja (Babaie et al. 2013). Tingkat infeksi yang tinggi terjadi pada anak-anak kemungkinan disebabkan karena tingginya jumlah kucing liar dan kebiasaan bermain anak, seperti kontak dengan tanah (Ghorbani et.al., 1978 dalam Babaie et al. 2013). Selain itu, prevalensi T.gondii yang meningkat seiring bertambahnya umur tidak hanya terjadi pada manusia, tetapi juga pada hewan. Penelitian yang dilakukan di Skotlandia pada 825 domba menunjukkan bahwa terjadi peningkatan seropositif T.gondii dari 37,7% pada usia 1 tahun menjadi 73,8% pada usia 6 tahun (Katzer et al., 2011). Menurut Gandahusada (2003) dalam Yaudza (2010), T.gondii pertama kali ditemukan oleh Nicole dan Splendore pada tahun 1908 pada limfa dan hati hewan pengerat Ctenodactylus gundii di Tunisia Afrika dan pada seekor kelinci di Brazil. Sejak saat itu, infeksi T.gondii telah ditemukan pada lebih dari 200 spesies mamalia dan burung (Wijayanti, 2013). Kejadian toksoplasmosis di suatu wilayah dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti faktor iklim, kebiasaan mengonsumsi daging mentah atau setengah matang, kebiasaan mencuci tangan, kebiasaan memelihara kucing, kualitas air yang dikonsumsi, sanitasi lingkungan (adanya vektor seperti lipas dan lalat yang dapat memindahkan ookista dari feses kucing ke makanan), dan tingkat sosial ekonomi (Robert-Gangneux & Marie-Laure Dardé, 2012) 8
3 2.1.2 Morfologi Toxoplasma gondii T.gondii merupakan protozoa obligat intraseluler yang memiliki tiga bentuk, yaitu takizoit (bentuk proliferatif), kista (berisi bradizoit) dan ookista (berisi sporozoit) (Hiswani, 2005 dalam Yaudza (2010). Bentuk takizoit menyerupai bulan sabit dengan ujung yang runcing dan ujung lain agak membulat. Bentuk ini terdapat di dalam tubuh hospes perantara seperti burung dan mamalia termasuk manusia dan kucing sebagai hospes definitif. Takizoit ditemukan pada infeksi akut dalam berbagai jaringan tubuh (Yaudza, 2010). Kista dibentuk di dalam sel hospes bila takizoit yang membelah telah membentuk dinding. Ukuran kista berbeda-beda, ada yang berukuran kecil yang hanya berisi beberapa bradizoit dan ada pula yang berukuran 200 mikron berisi kirakira 3000 bradizoit (Yaudza, 2010). Ookista berbentuk lonjong, berukuran x 9-11 µm. Ookista mempunyai dinding, berisi satu sporoblas yang membelah menjadi dua sporoblas. Pada perkembangan selanjutnya kedua sporoblas membentuk dinding dan menjadi sporokista. Masing-masing sporokista tersebut berisi 4 sporozoit yang berukuran 8 x 2 µm dan sebuah benda residu (Yaudza, 2010) Siklus hidup Toxoplasma gondii Daur hidup T.gondii melalui dua siklus yaitu siklus enteroepitel dan siklus ekstraintestinal. Siklus enteroepitelial di dalam tubuh hospes definitif seperti kucing. Siklus ekstraintestinal pula di dalam tubuh hospes perantara seperti manusia, kambing dan domba. Pada siklus ekstraintestinal, ookista yang keluar bersama tinja kucing belum bersifat infektif. Setelah mengalami sporulasi, ookista akan berisi sporozoit dan menjadi bentuk yang infektif (Yaudza, 2010). 9
4 Ookista T.gondii yang telah bersporulasi dapat bertahan di lingkungan tergantug selama 1,5 tahun (Frenkel et.al., 1975 dalam Lindsay et al., 2002) dan selama 4,5 tahun pada temperatur 4 0 C (Dubey, 1998 dalam Lindsay et al., 2002). Ookista T.gondii juga dapat menjadi resisten di lingkungan tergantung dari tingkat sporulasi ookista. Contohnya, paparan secara terus-menerus yang diberikan pada ookista dalam terperatur 37 0 C selama 24 jam dapat mematikan ookista yang belum bersporulasi, tetapi ookista yang telah bersporulasi dapat bertahan setidaknya 32 hari pada temperatur 35 0 C dan 9 hari pada temperatur 40 0 C (Dubey et al., 1970 dalam Lindsay et al., 2002). Lingkungan merupakan salah satu tempat ookista berkembang dengan baik menjadi bentuk yang infektif. Manusia dan hospes perantara lainnya akan terinfeksi jika tertelan bentuk ookista yang berada di lingkungan tersebut (Yaudza, 2010). Gambar 2.1 Siklus Hidup Toxoplasma gondii Sumber : CDC,
5 2.1.4 Penularan Toxoplasma gondii Penularan penyakit toksoplasmosis dan terjadi melalui berbagai cara, yaitu kepemilikan kucing, konsumsi daging mentah/setengah matang, berkebun, kontak dengan tanah, konsumsi sayur atau buah mentah yang tidak dicuci, jarang membersihkan pisau dapur setelah digunakan, kebiasaan mencuci tangan yang kurang baik, minum air yang tidak dimasak, kondisi sanitasi kurang, dan bepergian ke wilayah Eropa, Amerika, dan Kanada (Baril et al. 1999; Kapperud et al. 1996; Weigel et al. 1999; Cook et al. 2000; Jones et al. 2001; Avelino et al. 2014; Hammond-Aryee et al. 2014) Pada toksoplasmosis kongenital, penularan toksoplasma kepada janin terjadi melalui plasenta bila ibunya mendapat infeksi primer saat hamil. Pada toksoplasmosis akuisita, infeksi dapat terjadi bila mengonsumsi daging mentah atau kurang matang ketika daging tersebut mengandung kista atau trofozoit T.gondii. Di Australia pernah terjadi outbreak toksoplasmosis akut dan kongenital yang terjadi karena mengonsumsi daging kanguru dan sate kambing yang masih setengah matang (Robson et.al., 1995 dalam Tenter et al. (2000). Penularan juga dapat terjadi bila meminum air yang tercemar ookista T.gondii (Yaudza, 2010). Outbreak toksoplasmosis pertama terjadi di Panama tahun 1979 yang menginfeksi 39 tentara yang menggunakan tiga sumber air untuk dikonsumsi (Benenson et.al., 1982 dalam Aubert & Villena 2009). Selain itu, outbreak toksoplasmosis terbesar pernah terjadi di Brazil yang menginfeksi 290 penduduk yang mengonsumsi air tanpa difilter (Keenihan et.al., 2002 dalam Aubert & Villena 2009). Susu yang tidak dipasteurisasi juga dapat menjadi sumber penularan infeksi T.gondii. Outbreak toksoplasmosis yang pernah terjadi di Amerika Serikat dan Inggris disebabkan karena mengonsumsi susu kambing yang tidak dipasteurisasi 11
6 (Riemann et.al., 1975, Sacks et.al., 1982, De Andrade et.al., 1984, Skinner et.al., 1990 dalam Tenter, 2009). Kontak dengan tanah yang mengandung ookista juga dapat menjadi sumber penularan infeksi T.gondii. Penelitian yang dilakukan oleh Cook et.al. (2002) dalam (Robert-Gangneux & Marie-Laure Dardé, 2012) menyebutkan bahwa 6-17% dari faktor risiko infeksi T.gondii disebabkan oleh kontak dengan tanah yang mengandung ookista. Penelitian terkait tanah yang terkontaminasi ookista T.gondii pernah dilakukan di Pakistan oleh Ajmal et al. (2013) yang memberikan hasil bahwa tanah yang digunakan untuk berkebun di daerah perkotaan sebanyak 20% mengandung ookista T.gondii sedangkan di daerah pedesaan menunjukkan 13.3% sampel tanah untuk berkebun tersebut mengandung ookista T.gondii. Selain itu, kontaminasi T.gondii pada air dan tanah dapat mengontaminasi buah dan sayur yang dikonsumsi manusia. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa mengonsumsi sayur mentah atau buah yang tidak dicuci dapat meningkatkan risiko terinfeksi T.gondii (Tenter, 2009). Penelitian yang dilakukan di Pakistan terhadap 250 sampel buah dan sayur menunjukkan bahwa sebanyak 4% buah dan 5.6% sayuran telah terinfeksi T.gondii (Ajmal et al. 2013). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Kapperud et al. (1996) di Norwegia menunjukkan bahwa konsumsi sayuran mentah yang tidak dicuci dapat meningkatkan risiko terinfeksi T.gondii sebesar 5,7 kali (OR=5.7). Kontak yang sering terjadi dengan hewan terkontaminasi atau dagingnya dapat dihubungkan dengan adanya prevalensi yang lebih tinggi untuk terinfeksi T.gondii di antara dokter hewan, mahasiswa kedokteran hewan, pekerja di rumah potong hewan, dan orang yang menangani daging mentah seperti juru masak dan penjual daging (Chahaya, 2003 dalam Yaudza, 2010). 12
7 2.1.5 Pencegahan toksoplasmosis Keberadaan kucing sebagai hospes definitif menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit toksoplasmosis. Untuk mencegah infeksi T.gondii pada kucing peliharaan, sebaiknya kucing dirawat dengan baik dan beri makanan yang matang pada kucing sehingga kucing tidak berburu tikus atau burung. Lalat dan lipas dapat menjadi vektor mekanik yang dapat memindahkan ookista dari tanah atau lantai ke makanan (Gandahusada et al. 2003). Untuk mencegah terjadinya infeksi dengan ookista yang berada di dalam tanah, dapat diusahakan mematikan ookista dengan bahan kimia seperti formalin, amonia dan iodin dalam bentuk larutan serta air panas 70 o C yang disiramkan pada tinja kucing (Gandahusada, 2003 dalam Yaudza, 2010). Sayur-mayur yang dimakan sebagai lalapan harus dicuci bersih, karena ada kemungkinan ookista melekat pada sayuran. Pada makanan yang matang sebaiknya ditutup supaya tidak dihinggapi lalat atau kecoa yang dapat memindahkan ookista dari tinja kucing ke makanan tersebut. Hindari mengonsumsi air yang tidak melalui proses filtrasi terutama pada daerah yang menggunakan air permukaan sebagai sumber air minum utama (Robert-Gangneux & Marie-Laure Dardé, 2012). Kista jaringan dalam hospes perantara (kambing, sapi, babi, dan ayam) sebagai sumber infeksi dapat dimatikan dengan memasaknya minimal pada temperatur 67 0 C (Dubey et al., 1990) atau dengan membekukannya pada temperatur C (Kotula et al., 1991). Selain itu, hindari pula mencicipi daging yang masih setengah matang saat memasak karena kemungkinan kista jaringan dapat berpindah pada saat mencicipi daging. Daging yang hanya diberi garam dan diasapi tidak dapat membunuh T.gondii secara konsisten (Uttah et al., 2013) Pada tukang potong daging, penjual daging, dan juru masak, setelah memegang daging mentah sebaiknya 13
8 cuci tangan dengan sabun hingga bersih. Selain itu, peralatan memasak yang bersentuhan langsung dengan daging mentah sebaiknya dicuci bersih menggunakan sabun kemudian dibilas menggunakan air hangat sehingga dapat membunuh T.gondii yang berbentuk bradizoit/takizoit (Uttah et al., 2013). Yang paling penting dicegah adalah terjadinya toksoplasmosis kongenital, yaitu infeksi T.gondii pada janin saat masa kehamilan yang akan memberikan dampak berupa anak yang lahir cacat dengan retardasi mental dan gangguan motorik, yang merupakan beban masyarakat. Pencegahan dengan tindakan abortus artefisial yang dilakukan selambatnya sampai kehamilan minggu, mengurangi kejadian toksoplasmosis kongenital kurang dari 50 %, karena lebih dari 50 % toksoplasmosis kongenital diakibatkan infeksi primer pada trimester terakhir kehamilan (Chahaya, 2003 dalam Yaudza, 2010). 2.2 Air Kontaminasi Toxoplasma gondii pada air Air merupakan salah satu bagian terpenting dalam hidup manusia karena berbagai aktivitas yang dilakukan manusia sebagian besar membutuhkan air, seperti minum, memasak, mencuci, dan sebagainya. Adanya kandungan bakteri di dalam air menunjukkan bahwa air tersebut tidak layak dikonsumsi. Bakteri yang seringkali digunakan sebagai indikator kualitas air adalah bakteri E.coli dan Coliform. Namun, ada pula parasit yang dapat digunakan sebagai indikator kualitas air minum, yaitu T.gondii. Di Indonesia hingga saat ini belum ada penelitian terkait keberadaan T.gondii pada sumber air yang ada di masyarakat. Namun, di beberapa negara pernah terjadi outbreak akibat mengonsumsi air yang mengandung ookista T.gondii. Kontaminasi T.gondii pada air bermula dari 14
9 adanya feses kucing pada sumber air tersebut yang selanjutnya hanyut oleh hujan dan aliran air yang ada di sekitarnya sehingga mencemari lebih banyak sumber air. Sumber air yang telah terkontaminasi oleh ookista T.gondii jika tertelan dapat menyebabkan penyakit toksoplasmosis. Berikut merupakan data outbreak T.gondii pada air yang terjadi di beberapa negara. Tabel Error! No text of specified style in document..1 Outbreak Toksoplasmosis Akibat Konsumsi Air Negara Tahun Total Kasus Penyebab Pustaka Panama Prajurit menggunakan 3 sumber air untuk diminum Benenson et.al., (1982) dalam Aubert & Villena, (2009) British Colombia, Canada Konsumsi air yang terkontaminasi T.gondii Bowie et al., (1997) Brazil Anak kucing yang menetap di atas tangki sumber air dan ookista masuk ke dalam sumber air de Moura et.al., (2006) Dampak positif yang ditimbulkan akibat terjadinya outbreak toksoplasmosis tersebut adalah berbagai negara mulai melakukan penelitian terkait prevalensi keberadaan T.gondii pada sumber-sumber air yang digunakan masyarakat. Berikut merupakan hasil penelitian terkait prevalensi T.gondii pada sumber air. 15
10 Tabel Error! No text of specified style in document..2 Prevalensi Toxoplasma gondii pada Sumber Air Jenis Sampel Lokasi Prevalensi Pustaka Air di lingkungan Perancis 7,7% Aubert & Villena (2009) Underground water (UW), public drinking water (PDW) Perancis 8% Villena et al. (2004) Air minum perkotaan Pakistan 6% Ajmal et al. (2013) Danau dan kolam Pakistan 9% Ajmal et al. (2013) Penampungan air Pakistan 7% Ajmal et al. (2013) Air irigasi sawah Pakistan 13% Ajmal et al. (2013) Air sumur Pakistan 6% Ajmal et al. (2013) Ookista T.gondii yang terdapat pada air dapat hidup dalam waktu yang lama dan dapat bertahan pada kondisi beku maupun pada suhu air yang cukup hangat (Robert-Gangneux & Marie-Laure Dardé, 2012). Ookista pada air tersebut tidak mati hanya karena melalui proses kimia dan fisika seperti klorinasi maupun menggunakan ozon (Dumètre et al., 2008). Proses klorinasi yang biasa dilakukan dilakukan untuk menghilangkan bakteri/parasit pada air ternyata tidak mampu untuk mematikan ookista T.gondii. Selain klorinasi, efek dari metode desinfeksi air lainnya seperti radiasi sinar ultraviolet (UV) dan ozonasi terhadap ookista T.gondii belum diketahui (Wainwright et al., 2007). Meskipun demikian, mendeteksi ookista T.gondii pada sampel yang terdapat di lingkungan, seperti tanah, air, dan makanan sangat sulit. Tidak ada metode pemeriksaan yang cepat untuk mendeteksi ookista T.gondii pada air atau sampel lingkungan lainnya (Jones & Dubey, 2010). 16
11 2.3 Perilaku Pedagang Daging Definisi Perilaku Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2007) di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perilaku diartikan sebagai tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Menurut Skinner dalam Murti (2008), perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a. Perilaku Tertutup (covert behavior) Perilaku tertutup terjadi jika respon terhadap stimulus masih belum dapat diamati secara langsung dari luar. Respon tersebut masih terbatas dalam bentuk perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. b. Perilaku Terbuka (overt behavior) Perilaku terbuka terjadi jika respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain Perilaku sehat Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2005) dalam Silalahi (2010) adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehatsakit, penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat sakit (kesehatan), seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan. Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati, yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan (Silalahi, 2010). Menurut Sarafino (2006) dalam Silalahi (2010), perilaku kesehatan adalah 17
12 setiap aktivitas individu yang dilakukan untuk mempertahankan atau meningkatkan kondisi kesehatan tanpa memperhatikan status kesehatan Higiene Pedagang Daging Praktik higiene merupakan suatu tindakan yang dilakukan dalam upaya memelihara dan melindungi kebersihan individu dan subyeknya. Sedangkan menurut Menteri Kesehatan (2003c) dalam Kepmenkes RI No tahun 2003, pengertian penjamah makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan makanan dan peralatannya mulai dari dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai dengan penyajian. Penjamah makanan yang menangani bahan makanan sering menyebabkan kontaminasi mikrobiologis. Kebersihan penjamah makanan merupakan kunci kebersihan dalam pengolahan makanan yang aman dan sehat. Dengan demikian, penjamah makanan harus mengikuti prosedur yang memadai untuk mencegah kontaminasi pada makanan yang ditanganinya. Prosedur yang penting bagi pekerja pengolahan makanan adalah mencuci tangan serta menjaga kebersihan dan kesehatan diri (Purnawijayanti, 2001) Mencuci tangan Menurut Purnawijayanti (2001), frekuensi mencuci tangan disesuaikan dengan kebutuhan. Pada prinsipnya mencuci tangan dilakukan setiap saat, setelah tangan menyentuh benda-benda yang dapat menjadi sumber kontaminasi atau cemaran. Berikut ini merupakan beberapa kegiatan yang sebaiknya diikuti dengan kegiatan mencuci tangan. 1. Sebelum memulai pekerjaan dan pada waktu menangani kebersihan tangan harus tetap dijaga. 18
13 2. Sesudah melakukan kegiatan-kegiatan pribadi, seperti merokok, makan, minum, bersin, batuk, dan setelah menggunakan toilet (buang air kecil atau besar) 3. Setelah menyentuh benda-benda yang dapat menjadi sumber kontaminan, seperti telepon, uang kain, atau baju kotor, bahan makanan mentah ataupun segar, daging, cangkang telur, dan peralatan kotor Mencuci tangan merupakan salah satu upaya untuk mencegah penyakit T.gondii. Bagian terpenting saat mencuci tangan adalah air yang cukup dan adanya sabun. Penggunaan sabun sangat penting untuk menghilangkan kotoran dan kuman yang terdapat di tangan. Saat mencuci tangan, bagian sela-sela jari dan kuku jari juga harus dibersihkan. Membersihkan sela jari dan kuku jari sebaiknya dilakukan setidaknya selama 20 detik sehingga kotoran dan kuman dapat dibersihkan secara lebih maksimal (Medeiros et al., 2000) Kebersihan dan kesehatan diri Menurut Menteri Kesehatan (2008) dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.519/Menkes/SK/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat, adapun persyaratan perilaku hidup bersih dan sehat pedagang, antara lain: 1. Bagi pedagang karkas daging/unggas, ikan, dan pemotongan unggas menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan pekerjaannya (sarung tangan, celemek, dan lain-lain). 2. Berpola hidup bersih dan sehat (cuci tangan dengan sabun, tidak merokok, mandi sebelum pulang terutama pada pedagang dan pemotong unggas, tidak buang sampah sembarangan, tidak meludah dan buang dahak sembarangan). 3. Dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi pedagang secara berkala, minimal 6 bulan sekali. 19
14 4. Pedagang makanan siap saji tidak sedang menderita penyakit menular langsung, seperti diare, hepatitis, TBC, kudis, ISPA, dan lain-lain Perilaku berisiko pedagang daging terinfeksi Toxoplasma gondii Penularan toksoplasmosis yang cukup cepat menjadi salah satu penyebab tingginya prevalensi toksoplasmosis di Indonesia maupun di berbagai negara. Secara umum, penularan toksoplasmosis disebabkan oleh perilaku mengonsumsi daging mentah, kontak dengan kucing, tidak mencuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan daging mentah, tidak mencuci buah maupun sayur sebelum dimakan, dan kontak dengan lingkungan yang terdapat ookista T.gondii (Dharmana, 2007 dalam Indrayanthi, 2014). Begitu pula menurut Sukaryawati (2011) dalam Indrayanthi, 2014) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku konsumsi daging mentah atau belum matang sempurna, konsumsi lawar, dan keberadaan kucing di lingkungan rumah ibu hamil terhadap kejadian toksoplasmosis di Kecamatan Mengwi. Berbagai perilaku berisiko terinfeksi T.gondii tidak terlepas dari budaya masyarakat setempat. Salah satu perilaku berisiko terinfeksi T.gondii adalah mengonsumsi daging mentah atau setengah matang. Budaya di Bali dalam mengolah lawar menggunakan darah segar menjadi salah satu sumber penularan penyakit toksoplasmosis. Selain itu, salah satu perilaku masyarakat yang berisiko tertular toksoplasmosis di Korea adalah mengonsumsi hati babi mentah karena diyakini hati mentah memiliki nilai gizi yang bagus (Choi et al., 1997). Para pedagang daging di pasar tradisional dapat terinfeksi T.gondii jika tidak menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Kebersihan diri tersebut dapat berupa kebiasaan mencuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan daging mentah dan menjaga kebersihan kuku, 20
15 sehingga kotoran pada tangan dan kuku tidak berpindah pada makanan yang dikonsumsi oleh pedagang. Selain itu, kebersihan lingkungan sekitar tempat berdagang juga perlu diperhatikan, seperti sanitasi air bersih yang digunakan untuk mencuci tangan dan daging, sanitasi peralatan berdagang, dan sanitasi tempat berjualan. 2.4 Pasar Tradisional Definisi Pasar Tradisional Yang dimaksud dengan pasar tradisional adalah pasar yang ada pada masa kini, yang masih memiliki karakter atau ciri-ciri pada masa lalu, salah satunya adalah adanya interaksi sosial langsung antara penjual dan pembeli yang sifatnya tawarmenawar harga barang dan jasa (Mayasari, 2011). Selain itu, menurut Siregar (2011) pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi, dengan organisasi pasar yang masih sangat sederhana, tingkat efisiensi dan spesialisasi yang rendah, lingkungan fisik yang kotor dan pola bangunan yang sempit (Agustiar, dalam Fitri, 1999). Menurut Menteri Perdagangan (2013) dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 70/M-DAG/PER/12/2013 tentang pedoman penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern, mendefinisikan pasar tradisional sebagai pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar-menawar. 21
16 2.4.2 Ciri-ciri pasar tradisional Menurut Siregar (2011), beberapa potensi dan ciri pasar tradisional, yaitu: a. Kemampuan pasar tradisional dalam menyerap komoditi lokal dari kawasan sekitarnya. b. Berfungsi sebagai supplier untuk berbagai input pertanian, perumahan, serta kebutuhan pokok masyarakat secara luas. c. Pasar tradisional memiliki segmentasi pasar tersendiri, yang membedakannya dari pasar modern. d. Para pedagang yang beroperasi di pasar umumnya kaum wanita sehingga sangat bermanfaat bagi peningkatan kesempatan berusaha untuk kaum wanita, dalam arti wanita umumnya memiliki keunggulan dibandingkan dengan pria dalam melayani konsumen. e. Potensi pasar akan semakin penting karena market turn over yang cukup cepat dengan sistem pembayaran tunai. Kelebihan pasar tradisional dapat dilihat dari beberapa aspek, di antaranya harganya yang lebih murah dan bisa ditawar, dekat dengan permukiman, dan memberikan banyak pilihan produk yang segar. Akan tetapi dengan adanya hal tersebut bukan berarti pasar tradisional tidak memiliki kelemahan. Selama ini justru pasar tradisional lebih dikenal kelemahannya. Kelemahan itu antara lain adalah kesan bahwa pasar terlihat becek, kotor, bau, dan terlalu padat lalu lintas pembelinya (Esther dan Didik, 2003 dalam Siregar, 2011). 22
17 2.4.3 Persyaratan kesehatan lingkungan pasar tradisional Menurut Menteri Kesehatan (2008) dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.519/Menkes/SK/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat, adapun syarat-syarat kesehatan lingkungan pasar, antara lain: a. Tempat Penjualan Bahan Pangan Basah 1. Mempunyai meja tempat penjualan dengan permukaan yang rata dengan kemiringan yang cukup sehingga tidak menimbulkan genangan air dan tersedia lubang pembuangan air, setiap sisi memiliki sekat pembatas dan mudah dibersihkan, dengan tinggi minimal 60 cm dari lantai dan terbuat dari bahan tahan karat dan bukan dari kayu. 2. Alat pemotong tidak terbuat dari bahan kayu, tidak mengandung bahan beracun, kedap air, dan mudah dibersihkan. 3. Pisau untuk memotong bahan mentah harus berbeda dan tidak berkarat. 4. Tersedia tempat penyimpanan bahan pangan, seperti ikan dan daging menggunakan cold chain atau bersuhu rendah ( C). 5. Tersedia tempat untuk pencucian bahan pangan dan peralatan. 6. Tersedia tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun dan air yang mengalir. 7. Saluran pembuangan limbah tertutup, dengan kemiringan sesuai ketentuan yang berlaku sehingga memudahkan aliran limbah, serta tidak melewati areal penjualan. 8. Tersedia tempat sampah kering dan basah, kedap air, tertutup, dan mudah diangkat. 9. Tempat penjualan bebas vektor penular penyakit dan tempat perindukannya, seperti lalat, kecoa, tikus, dan nyamuk. 23
18 b. Sanitasi Air Bersih Adapun syarat sanitasi air bersih di pasar tradisional, antara lain: 1. Tersedia air bersih dengan jumlah yang cukup setiap hari secara berkesinambungan, minimal 40 liter per pedagang. 2. Kualitas air bersih yang tersedia memenuhi persyaratan. 3. Tersedia tandon air yang menjamin kesinambungan ketersediaan air dan dilengkapi dengan kran air yang tidak bocor. 4. Jarak sumber air bersih dengan pembuangan limbah minimal 10 meter. 5. Kualitas air bersih diperiksa setiap 6 (enam) bulan sekali Sanitasi makanan pada pedagang di pasar tradisional Pengertian sanitasi diartikan sebagai usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai perpindahan penyakit (Mulyono, 2001 dalam Setyorini, 2013). Sanitasi pada makanan dibatasi yang berhubungan dengan pengolahan makanan yang meliputi sanitasi air bersih, sanitasi peralatan, dan sanitasi tempat penjualan. Menurut Menteri Kesehatan (2003a) dalam Kepmenkes RI No.715 tahun 2003, kondisi sanitasi yang dapat mempengaruhi keberadaan mikroorganisme pada makanan, antara lain: a. Sanitasi Air Bersih Air yang dapat digunakan dalam pengolahan makanan minimal harus memenuhi syarat air dapat diminum. Adapun syarat syarat air yang dapat diminum menurut Purnawijayanti (2001), antara lain: 1. Bebas dari bakteri berbahaya serta bebas dari ketidakmurnian kimiawi 24
19 2. Bersih dan jernih 3. Tidak berwarna dan berbau 4. Tidak mengandung bahan tersuspensi (penyebab keruh) Secara fisik air yang dapat digunakan untuk pengolahan makanan adalah air tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau dan jernih dengan suhu baik dibawah suhu udara sehingga menimbulkan rasa nyaman. Bila salah satu syarat fisik tidak terpenuhi, maka kemungkinan besar air tersebut tidak sehat (zat kimia, zat organik dapat merubah warna, bau, rasa dan kejernihan air). Sebaliknya jika semua syarat terpenuhi belum tentu baik untuk diminum, kemungkinan mengandung zat atau bibit penyakit yang membahayakan. Mikroorganisme yang paling umum digunakan sebagai petunjuk atau indicator adanya pencemaran tinja dalam air adalah bakteri dengan kelompok Coliform dan Escherichia coli. b. Sanitasi Peralatan Peralatan yang digunakan untuk mengolah makanan dan minuman selalu dijaga dalam kondisi yang baik dan sering kali dibersihkan serta didesinfeksi. Menurut Menteri Kesehatan (2003a), peralatan yang digunakan untuk mengolah dan menyajikan makanan harus sesuai dengan peruntukannya dan tidak terkontaminasi. Kontaminasi pada peralatan makan dapat disebabkan karena : 1. Alat alat makan dipergunakan oleh orang yang terinfeksi kuman 2. Proses pencucian yang kurang baik. Terutama pada metode pencucian yang kurang sempurna dan belum menggunakan desinfektan dalam pencuciannya. 3. Penggunaan alat makan yang kurang baik setelah dicuci. Selain itu, Menteri Kesehatan (2003b) dalam Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang pedoman persyaratan hygiene sanitasi makanan jajanan juga mengatur tentang sanitasi peralatan, antara lain: 25
20 1. Peralatan yang sudah dipakai dicuci dengan air bersih dan dengan sabun 2. Kemudian dikeringkan menggunakan alat pengering/lap kering 3. Kemudian peralatan yang sudah bersih tersebut disimpan di tempat yang bebas pencemaran. c. Sanitasi Tempat Penjualan Sanitasi tempat penjualan adalah keadaan lokasi tempat penjualan yang terhindar dari pencemaran yang diakibatkan oleh debu atau asap, tidak ada lalat disekitarnya, terdapat tempat sampah yang memenuhi syarat, yaitu dibuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat, mempunyai tutup sehingga tidak dapat dihinggapi lalat. Tempat penjualan yang bersih dan dipelihara dengan baik akan menjadi tempat yang higienis dan menyenangkan sebagai tempat kerja. Kebersihan tempat penjualan sangat menentukan mutu dan keamanan makanan yang dihasilkan. Sebaliknya, mikroorganisme tumbuh dengan baik pada lingkungan yang lembab dan hangat, mengandung zat gizi yang baik seperti pada bahan makanan dan lingkungan yang kotor (Menteri Kesehatan, 2003a). 2.5 Pasar Tradisional, Perilaku Pedagang, dan Kaitannya dengan Penularan Penyakit Menurut Toya (2012), selama ini pasar tradisional identik dengan tempat yang kumuh, dan kotor terutama pada bagian pasar yang menjual daging dengan banyak lalat yang beterbangan sehingga memudahkan terjadinya penularan penyakit. Penelitian yang dilakukan Arnia dan Efrida Warganegara (2013) pada daging sapi di pasar tradisional di Kota Bandar Lampung menunjukkan bahwa dari 7 sampel daging sapi yang digunakan, 5 sampel di antaranya telah terkontaminasi bakteri E.coli. Penelitian lain menunjukkan bahwa pada daging sapi yang dijual di pasar 26
21 tradisional di Kota Gorontalo menunjukkan bahwa dari 13 sampel daging sapi, 9 sampel di antaranya tidak memenuhi syarat karena telah melebihi batas maksimum cemaran mikroba yang ditetapkan oleh badan standar nasional Indonesia (SNI) 7388 tahun 2009 (batas maksimum E. coli 1 x 101 koloni/gram) (Ngabito, 2013). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Suwanti et.al (2006) pada ayam di beberapa pasar di Surabaya menunjukkan bahwa sebanyak 30% ayam telah terinfeksi T.gondii. Kontaminasi bakteri pada daging yang dijual di pasar tradisional dapat melalui tangan penjual, pemotongan yang tidak higienis sehingga bakteri dari alat pemotong dapat berpindah ke daging, dari kemasan yang kurang steril, dari air yang digunakan untuk membersihkan daging atau alat pemotong yang kemungkinan sudah tercemar bakteri (Arnia & Warganegara 2013). Sebagian besar outbreaks yang terjadi pada penyakit yang bersumber dari makanan disebabkan karena praktik higiene yang buruk terutama dalam mengolah makanan (Mudey et al., 2010). Toksoplasmosis merupakan salah satu penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya penularan melalui makanan (foodborne disease). Kontaminasi pada makanan dapat terjadi karena kondisi kesehatan penjamah makanan, kebersihan diri, serta pengetahuan dan perilaku terkait keamanan makanan (Mead et al., 1999). Selain itu, kontaminasi juga dapat terjadi karena tidak mencuci tangan, keberadaan serangga, dan melalui udara jika cuaca panas (Isara & Isah, 2009). 27
BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang beriklim tropis, penularan penyakit oleh parasit menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara yang beriklim tropis, penularan penyakit oleh parasit menjadi semakin mudah dan cepat. Hingga saat ini penyakit yang disebabkan oleh parasit masih menjadi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Toksoplasmosis 2.1.1. Definisi Toksoplasmosis, suatu penyakit yang disebabkan oleh T.gondii, merupakan penyakit parasit pada hewan yang dapat ditularkan ke manusia (Hiswani,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Toksoplasmosis 2.1.1. Definisi Toksoplasmosis Toksoplasmosis, suatu penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, merupakan penyakit parasit pada hewan yang dapat ditularkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Toxoplasma gondii 2.1.1 Epidemiologi Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh hewan bersel satu (protozoa) Toxoplasma gondii. Parasit ini pertama kali ditemukan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. protozoa yang ditularkan melalui feses kucing. Infeksi penyakit yang ditularkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara beriklim tropis, penyakit akibat parasit masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius. Salah satu di antaranya adalah infeksi protozoa yang
Lebih terperinciB. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan
Syarat kesehatan yang mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat: A. Lokasi 1. Lokasi sesuai dengan Rencana Umum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh protozoa Toxoplasma gondii. Infeksi toksoplasmosis dapat terjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit zoonosis merupakan penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Salah satu penyakit zoonosis adalah toksoplasmosis yang disebabkan oleh
Lebih terperinciBAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING
BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING 3.1. Virus Tokso Pada Kucing Toksoplasmosis gondii atau yang lebih sering disebut dengan tokso adalah suatu gejala penyakit yang disebabkan oleh protozoa toksoplasmosis
Lebih terperinciLEMBAR PENILAIAN PASAR SETONOBETEK SESUAI KEPMENKES RI NO. 519/MENKES/SK/VI/2008 YANG TELAH DIMODIFIKASI
LEMBAR PENILAIAN PASAR SETONOBETEK SESUAI KEPMENKES RI NO. 9/MENKES/SK/VI/ YANG TELAH DIMODIFIKASI NO. a. b. - VARIABEL UPAYA BANGUNAN PASAR Penataan ruang dagang Tempat penjualan bahan pangan dan makanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. parasit spesies Toxoplasma gondii. Menurut Soedarto (2011), T. gondii adalah parasit
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Toksoplasmosis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit spesies Toxoplasma gondii. Menurut Soedarto (2011), T. gondii adalah parasit intraseluler
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii yang menyebabkan dampak merugikan terhadap hewan dan manusia diseluruh dunia. Toxoplasma gondii
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hewan ke manusia. Toxoplasma gondii berperan sebagai parasit obligat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Toksoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Toxoplasma gondii berperan sebagai parasit obligat intraseluler
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Tempat Penjualan Daging Ayam Sampel daging ayam yang diteliti diperoleh dari pasar-pasar di Kota Tangerang Selatan. Selama pengambilan kuisioner terdapat 24 pedagang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu malaria, schistosomiasis, leismaniasis, toksoplasmosis, filariasis, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit parasiter saat ini menjadi ancaman yang cukup serius bagi manusia. Ada 6 jenis penyakit parasiter yang sangat serius melanda dunia, yaitu malaria, schistosomiasis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit ini adalah hewan yang ada di sekitar kita, seperti ayam, kucing, anjing, burung,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG TORCH adalah singkatan dari toxoplasma, rubella, citomegalovirus, dan herpes, yaitu penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa atau parasit darah dan virus. Penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan hewan dapat menularkan penyakit, manusia tetap menyayangi hewan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia sulit terlepas dari kehidupan hewan, baik sebagai teman bermain atau untuk keperluan lain. Meskipun disadari bahwa kedekatan dengan hewan dapat menularkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Cytenodactylus gundi) di Afrika pada tahun 1908 (Levine, 1985). Toxoplasma
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Toxoplasma gondii 2.1.1 Epidemiologi Toxoplasma gondii Toxoplasma gondii pertama kali ditemukan pada binatang mengerat (Cytenodactylus gundi) di Afrika pada tahun 1908 (Levine,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Desa Kaliyoso terdapat di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah barat
Lebih terperinciLEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN
LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2012 (Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003) No Objek Pengamatan Prinsip I : Pemilihan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Mranggen merupakan daerah yang berada di Kabupaten Demak
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Mranggen merupakan daerah yang berada di Kabupaten Demak yang mempunyai banyak pemukiman kumuh, yaitu dapat dilihat dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. TORCH merupakan suatu istilah jenis penyakit infeksi yang terdiri
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang TORCH merupakan suatu istilah jenis penyakit infeksi yang terdiri dari Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakit ini sama bahayanya bagi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penyakit yang ditularkan melalui makanan (foodborne disease) merupakan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit yang ditularkan melalui makanan (foodborne disease) merupakan permasalahan kesehatan masyarakat yang banyak dijumpai dan penyebab signifikan menurunnya produktivitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Toksoplasma gondii 2.1.1 Epidemiologi Toksoplasma gondii Menurut Konishi et al, (1987) dalam Chahaya, (2003) toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma
Lebih terperinciLembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur. Padang Bulan Di Kota Medan Tahun Nama : No.
LAMPIRAN Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur Padang Bulan Di Kota Medan Tahun 2011 Nama : No.Sampel : Lokasi : Jenis Kelamin : Umur : Lama Berjualan : No Pertanyaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. protozoa parasit Toxoplasma gondii (T.gondii), parasit tersebut dapat menginfeksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toxoplasmosis adalah penyakit zoonotik yang disebabkan oleh protozoa parasit Toxoplasma gondii (T.gondii), parasit tersebut dapat menginfeksi semua mamalia dan spesies
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup manusia yang harus dicapai, untuk itu diperlukan upaya-upaya dalam mengatasi masalah kesehatan
Lebih terperinciUntuk menjamin makanan aman
Untuk menjamin makanan aman HIGIENE & SANITASI MAKANAN Mencegah kontaminasi makanan oleh mikroba Mencegah perkembangbiakan mikroba Mencegah terjadinya kontaminasi cemaran lain Higiene : upaya untuk memelihara
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA
BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proses Tugas Akhir ini di peroleh dari berbagai sumber, yaitu: 1. Wawancara dan survey kepada Dr.dr.Raditya wratsangka,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Diare Penyakit diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Selain penyakit ini masih endemis di hampir semua daerah, juga sering muncul
Lebih terperinciLEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan
LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI A. IDENTITAS PEKERJA Nama Alamat Usia :... :... :. Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Status Perkawinan : 1.Kawin 2.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Berikut ini adalah deskripsi lokasi penelitian yang dilihat atas dua aspek, yaitu Geografi dan Demografi : 1.1.1 Keadaan Geografis Pasar jajan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, dapat menginfeksi pada hewan dan manusia dengan prevalensi yang bervariasi (Soulsby, 1982). Hospes
Lebih terperinci1 KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN
Lampiran KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Escherichia coli PADA MAKANAN DI RUMAH MAKAN KHAS MINANG JALAN SETIA BUDI KELURAHAN TANJUNG REJO KECAMATAN MEDAN SUNGGAL
Lebih terperinciGambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak
Gambar lampiran : Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran 2: saluran limbah yang kotor dan tidak tertutup dekat dengan Pengolahan sambal Gambar lampiran 3: keadaan dapur yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu
Lebih terperinciBAB II VIRUS TOKSO Definisi Virus Tokso
BAB II VIRUS TOKSO 2.1. Definisi Virus Tokso Tokso adalah kependekan dari toksoplasmosis, istilah medis untuk penyakit ini. Toksoplasmosis gondii atau yang lebih sering disebut dengan tokso adalah suatu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kehamilan Kehamilan adalah suatu kondisi dari seorang wanita yang memiliki janin sedang tumbuh di dalam rahimnya (Maulina, 2010). Proses kehamilan diawali dengan proses pembuahan
Lebih terperinciHIGIENE DAN SANITASI SARANA PP - IRT
HIGIENE DAN SANITASI SARANA PP - IRT BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Pendahuluan Sanitasi : pencegahan penyakit dengan menghilangkan/mengatur
Lebih terperinciLampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk
94 Lampiran 1 Lembar Observasi Higiene Sanitasi Pengolahan Tahu Pada Industri Rumah Tangga Pembuatan Tahu di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia Kota Medan Tahun 2016 (Sumber : Keputusan Menteri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Toxoplasmosis Toxoplasmosis ditemukan pada tahun 1909 oleh Nicelle dan Manceaux yang pada saat itu menyerang hewan pengerat di Tunisia, Afrika Utara (Hiswani, 2003).
Lebih terperinciLampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung
LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung Kombinasi Jumlah Tabung yang Positif 1:10 1:100 1:1000 APM per gram atau ml 0 0 0
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN
LAMPIRAN 58 LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN KARAKTERISTIK SAMPEL Responden adalah penjamah makanan di rumah makan Jumlah responden adalah seluruh penjamah makanan di rumah makan Lembar
Lebih terperinciSTUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012
1 Summary STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 TRI ASTUTI NIM 811408115 Program Studi Kesehatan
Lebih terperinciStudi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012
Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012 Febriyani Bobihu, 811408025 Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas
Lebih terperinciHUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN
Lebih terperinci- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI
- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI A. BANGUNAN 1. Lokasi Lokasi jasaboga tidak berdekatan dengan sumber pencemaran seperti tempat sampah umum, WC umum, pabrik cat dan sumber pencemaran
Lebih terperinciBahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.
Langkah 3 Penggunaan formalin: Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih: lantai, kapal, gudang, pakaian. Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah zat di alam yang dalam kondisi normal di atas permukaan bumi ini berbentuk cair, akan membeku pada suhu di bawah nol derajat celcius dan mendidih pada suhu
Lebih terperinciMENERAPKAN HIGIENE SANITASI
BAHAN AJAR PELATIHAN JURU SEMBELIH HALAL KODE UNIT KOMPETENSI : A. 016200.006.01 MENERAPKAN HIGIENE SANITASI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1 DAFTAR ISI
Lebih terperinciLampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran
LAMPIRAN Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran No Parameter Bobot Nilai A Kondisi umum sekitar restoran 1 Lokasi 1 0 Jarak jasaboga minimal 500 m dari sumber pencemaran seperti tempat sampah umum,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ini tersebar di berbagai penjuru dunia. Di Indonesia, penyakit ini bersifat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toksoplasmosis merupakan salah satu dari sekian banyak penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang secara alami dapat menular dari hewan ke manusia. Gejala klinis dari penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. media pertumbuhan mikroorganisme. Daging (segar) juga mengandung enzim-enzim
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging adalah salah satu pangan asal hewan yang mengandung zat gizi yang sangat baik untuk kesehatan dan pertumbuhan manusia, serta sangat baik sebagai media pertumbuhan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Limba U I Kec. Kota Selatan Kota Gorontalo. Pasar sental Kota Gorontalo
44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pasar sentral kota Gorontalo berlokasi di jalan Setia Budi. I kelurahan Limba U I Kec. Kota Selatan Kota Gorontalo. Pasar sental Kota
Lebih terperinciARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2
ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 Lintang Sekar Langit lintangsekar96@gmail.com Peminatan Kesehatan Lingkungan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya yang berkaitan dengan makanan dan minuman masih menjadi masalah yang paling sering ditemukan di
Lebih terperinciI. Data Responden Penjamah Makanan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan :
KUESIONER HIGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Escherichia coli PADA PERALATAN MAKAN DI INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT UMUM MAYJEN H.A THALIB KABUPATEN KERINCI TAHUN 0 I. Data Responden Penjamah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makanan adalah bahan yang biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan, dimakan oleh mahluk hidup untuk memberikan tenaga dan nutrisi. Makanan yang dibutuhkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atau dikenal dengan kampus induk/pusat, kampus 2 terletak di Jalan Raden Saleh,
33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Universitas Negeri Gorontalo merupakan salah satu perguruan tinggi di Gorontalo. Kampus Universitas Negeri Gorontalo terbagi atas 3, yaitu kampus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang cukup, kehidupan manusia akan terganggu sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan bahan pokok yang penting dalam kehidupan manusia. Sebagai salah satu kebutuhan pokok, makanan dan minuman dibutuhkan manusia untuk hidup,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan derajat kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Higiene Sanitasi Makanan Higiene adalah suatu usaha yang dilakukan untuk melindungi, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
Lebih terperinciTanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI
Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2012 DAFTAR ISI 1. Apa Kandungan gizi dalam Daging ayam? 2. Bagaimana ciri-ciri
Lebih terperinciLembar Observasi. Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012
Lampiran 1 Lembar Observasi Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012 Nama : No. sampel : Lokasi : Jenis kelamin : Umur : Lama
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. oleh makhluk lain misalnya hewan dan tumbuhan. Bagi manusia, air diperlukan untuk
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air sangat diperlukan oleh tubuh manusia seperti halnya udara dan makanan. Tanpa air, manusia tidak akan bisa bertahan hidup lama. Selain berguna untuk manusia, air
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya pendapatan masyarakat dan meningkatnya kegiatan pekerjaan di luar rumah, akan meningkatkan kebutuhan jasa pelayanan makanan terolah termasuk makanan dari
Lebih terperinciKuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah makanan
Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah A. Karakteristik Responden 1. Nama :. Umur :. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : B. Pertanyaan 1. Apakah ibu/bapak sebelum dan sesudah bekerja mengolah selalu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Toxoplasma gondii, merupakan penyakit yang banyak dijumpai di seluruh dunia.
PENDAHULUAN Latar Belakang Toksoplasmosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii, merupakan penyakit yang banyak dijumpai di seluruh dunia. Luasnya penyebaran toksoplasmosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang diperlukan manusia untuk pertumbuhan dan perkembangan badan. Makanan yang dikonsumsi harus aman dan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
xxix HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel daging ayam beku yang diambil sebagai bahan penelitian berasal dari daerah DKI Jakarta sebanyak 16 sampel, 11 sampel dari Bekasi, 8 sampel dari Bogor, dan 18 sampel dari
Lebih terperinciBAB II CUCI TANGAN PAKAI SABUN UNTUK CEGAH PENYAKIT
BAB II CUCI TANGAN PAKAI SABUN UNTUK CEGAH PENYAKIT 2.1 Pengertian Cuci Tangan Menurut Dr. Handrawan Nadesul, (2006) tangan adalah media utama bagi penularan kuman-kuman penyebab penyakit. Akibat kurangnya
Lebih terperinciUNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI
Lampiran 1. LEMBAR KUESIONER UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI A. IDENTITAS INFORMAN Nama :. Alamat : Usia :.Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Pendidikan terakhir : Unit Kerja : Masa kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia, selain kebutuhan sandang dan papan. Sandang dan papan menjadi kebutuhan pokok manusia karena
Lebih terperinci10/13/2015 HIGIENE KARYAWAN DALAM PENGOLAHAN MAKANAN
HIGIENE KARYAWAN DALAM PENGOLAHAN MAKANAN Jur. Tek. Industri Pertanian FTP-UB Higiene adalah ilmu yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan berbagai usaha untuk mempertahankan atau untuk memperbaiki
Lebih terperinciPangan dengan potensi bahaya. Bahan Pangan Apa yang Mudah Terkontaminasi? BERBAGAI JENIS BAHAYA SERTA CARA PENGENDALIANNYA
BERBAGAI JENIS BAHAYA SERTA CARA PENGENDALIANNYA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA FISIK BAHAYA KIMIA BEBAS BAHAYA Mengapa Keamanan Pangan Penting? Melindungi
Lebih terperinciBERBAGAI JENIS BAHAYA SERTA CARA PENGENDALIANNYA
BERBAGAI JENIS BAHAYA SERTA CARA PENGENDALIANNYA BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Mengapa Keamanan Pangan Penting? Melindungi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebersihan makanan dan minuman sangatlah penting karena berkaitan dengan kondisi tubuh manusia. Apabila makanan dan minuman yang dikonsumsi tidak terjaga kebersihannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah materi essensial didalam kehidupan. Tidak satupun makhluk hidup di dunia ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel hidup, baik tumbuhan maupun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Soil Transmitted Helminth (STH) atau penyakit kecacingan yang penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan masyarakat khususnya
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN (INFORMED CONSENT)
LAMPIRAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL Jl.Arjuna Utara 9, Kebun Jeruk, Jakarta Barat 0 Indonesia Telp. (02) 674223 Fax. (02) 674248 Saya yang bertanda tangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan zat yang memiliki peranan sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia.tanpa air, berbagai proses kehidupan tidak dapat berlangsung. Oleh karena itu,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan manusia yang mutlak harus dipenuhi dan fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa yang lain. Kandungan air dalam tubuh manusia rata-rata 65 %
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keamanan pangan, dalam UU RI no 7 tahun 1996 didefinisikan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan
Lebih terperinciFAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG
Volume 1, Nomor 2, Tahun 212, Halaman 147-153 FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG * ) Alumnus FKM
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003 Tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan, pada pasal 1 menyebutkan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA
PENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan 1 PROSEDUR Direktorat
Lebih terperinciPilihlah salah satu jawaban yang paling benar dan tepat
LEMBAR KUESIONER Nama : Tanggal : Alamat : Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dan tepat Beri tanda silang (x) pada jawaban yang benar Jenjang pendidikan terakhir yang anda jalani : a. SD b.
Lebih terperincikotak turun 4. Berapa persen air tawar (freshwater) dari seluruh total air di bumi? Jawaban : Kurang lebih 4%.
Aturan Permainan A i r M i n u m & S a n i ta s i kotak turun 4. Berapa persen air tawar (freshwater) dari seluruh total air di bumi? Kurang lebih 4%. Sumber: http://water.usgs.gov/edu/earthhowmuch.html
Lebih terperinciUlar Tangga Air Minum dan Sanitasi merupakan permainan yang disusun untuk meningkatkan kepedulian tentang pentingnya menjaga lingkungan.
Aturan Permainan & A i r M i n u m S a n i t a s i U l a r Ta n g g a A i r M i n u m & S a n i ta s i Ular Tangga Air Minum dan Sanitasi merupakan permainan yang disusun untuk meningkatkan kepedulian
Lebih terperinciSanitasi Penyedia Makanan
Bab 6 Sanitasi Penyediaan Makanan Sanitasi Penyedia Makanan Sanitasi Jasa Boga Sanitasi Rumah Makan & Restoran Sanitasi Hotel Sanitasi Rumah Sakit Sanitasi Transportasi Penggolongan Jasa Boga Jasa boga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia untuk dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan
Lebih terperinciLampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara kepada Konsumen Restoran X
7 Lampiran. Daftar Pertanyaan Wawancara kepada Konsumen Restoran X. Kapan Anda datang untuk makan di Restoran ini? Jawaban:. Produk apa yang biasanya Anda beli? Jawaban:. Selama makan di restoran ini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan bagian penting dalam pengolahan makanan yang harus dilaksanakan denga baik. Sanitasi dapat didefinisikan sebagai usaha pencegahan penyakit dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daging adalah semua jaringan hewan, baik yang berupa daging dari karkas, organ, dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak menimbulkan gangguan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah yang ada di Provinsi Gorontalo,
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah yang ada di Provinsi Gorontalo, yang luas wilayahnya 64,79 KM atau sekitar
Lebih terperinciBAKTERI PENCEMAR MAKANAN. Modul 3
BAKTERI PENCEMAR MAKANAN Modul 3 PENDAHULUAN Di negara maju 60% kasus keracunan makanan akibat Penanganan makanan yg tidak baik Kontaminasi makanan di tempat penjualan Di negara berkembang tidak ada data
Lebih terperinciPEMERIKSAAN KELAIKAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN 1. Nama rumah makan/restoran :. 2. Alamat :.
b.. CONTOH FORMULIR RM.. PEMERIKSAAN KELAIKAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN. Nama rumah makan/restoran :.. Alamat :... NamaPengusaha/penanggungjawab :.. Jumlah karyawan :... orang. Jumlah penjamah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Makanan jajanan (street food)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan jajanan sudah menjadi bagian yang penting dalam kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Makanan jajanan (street food) adalah makanan dan
Lebih terperinciHIGIENE SANITASI PANGAN
HIGIENE SANITASI PANGAN Oleh Mahmud Yunus, SKM.,M.Kes KA. SUBDIT HIGIENE SANITASI PANGAN DIREKTORAT PENYEHATAN LINGKUNGAN, DITJEN PP & PL KEMENTERIAN KESEHATAN RI Disampaikan pada Workshop Peringatan Hari
Lebih terperinciLampiran 1. Formulir Persetujuan Partisipasi Dalam Penelitian FORMULIR PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) NASKAH PENJELASAN
97 Lampiran 1. Formulir Persetujuan Partisipasi Dalam Penelitian FORMULIR PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) NASKAH PENJELASAN Sebagai persyaratan untuk menyelesaikan studi di
Lebih terperinci