BAB. V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN. A. Kesimpulan. 1. Seroprevalensi antibodi IgG anti-t. gondii pada penderita skizofrenia tidak lebih

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB. V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN. A. Kesimpulan. 1. Seroprevalensi antibodi IgG anti-t. gondii pada penderita skizofrenia tidak lebih"

Transkripsi

1 70 BAB. V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN A. Kesimpulan 1. Seroprevalensi antibodi IgG anti-t. gondii pada penderita skizofrenia tidak lebih tinggi dari kelompok non-skizofrenia, namun dapat dikatakan tinggi karena >40%. Seroprevalensi kelompok skizofrenia sebesar 69,14% dan kelompok nonskizofrenia sebesar 65,625%. Berdasarkan analisis bivariat dengan Chi-Suare diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dari kedua kelompok tersebut. 2. Faktor risiko toksoplasmosis yang memiliki hubungan terhadap seroprevalensi toksoplasmosis pada kelompok skizofrenia antara lain konsumsi daging bakar/panggang, kontak dengan daging mentah/tanah, sumber air, konsumsi air mentah dan kebiasaan cuci tangan. Pada kelompok non-skizorenia, faktor risiko yang memiliki hubungan dengan seroprevalensi toksoplasmosis antara lain kepemilikan hewan ternak, konsumsi daging bakar/panggang, dan sumber air. Faktor risiko yang tidak memiliki hubungan pada kedua kelompok antara lain usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama penyakit skizofrenia, konsumsi sate (sapi, kambing, ayam, dan kelinci), konsumsi sayuran mentah, aktivitas keluar rumah, dan kebiasan mandi.

2 71 B. Saran 1. Perlu dilakukan survei langsung ke tempat tinggal penderita skizofrenia untuk mengetahui kondisi kebersihan diri mereka sehingga dapat dilakukan upaya untuk mengurangi risiko tertular toksoplasmosis. 2. Perlu dilakukan edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan diri yang berhubungan dengan faktor risiko toksoplasmosis pada keluarga atau orang terdekat yang secara langsung berhubungan dengan penderita skizofrenia. C. Ringkasan 1. Latar Belakang Toksoplasmosis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit spesies Toxoplasma gondii. Menurut Soedarto (2011), T. gondii adalah parasit intraseluler yang hidup di dalam sel-sel manusia maupun hewan (mamalia dan unggas). Prevalensi toksoplasmosis berbeda di beberapa negara dan dihubungkan dengan berbagai faktor, seperti umur, kebiasaan makan dan keberadaan kucing domestik (Tenter et al.,2000). Prevalensi toksoplasmosis di Indonesia berbeda di berbagai daerah. Vander Veen menyatakan prevalensi di Surabaya, Jawa Timur sebesar 63% (Chahaya, 2003), Jakarta 75% (Terezawa et al., 2003), Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 61.5% (Sudjono, 2010),dan Jawa Tengah bagian selatan sebesar 62,54% (Retmanasari, 2015). Manusia dapat terinfeksi T. gondii dengan cara

3 72 kebiasaan konsumsi daging yang kurang matang, konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi ookista T. gondii, penularan transplasenta dari ibu ke janin, tranfusi darah, transplantasi organ, dan lain-lain. Pada kasus toksoplasmosis sering tidak menimbulkan gejala, namun pada sebagian kasus akan menimbulkan gejala yang parah, seperti hidrosepalus, mikrosepalus, kalsifikasi intrakranial, kerusakan retina, abses otak, retardasi mental, limfadenopati, dan gejala lainnya (Torrey and Yolken, 2003). Seroprevalensi toksoplasmosis berhubungan dengan beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan pola transmisi. Masyarakat di area urban maupun rural yang kurang memiliki informasi tentang pola transmisi toksoplasmosis memiliki risiko terinfeksi toksoplasmosis lebih besar dibandingkan masyarakat yang telah mengetahui informasi tersebut dan menerapkan pola hidup sehat. Sekelompok individu yang memiliki keterbatasan dalam mengolah informasi memiliki risiko yang besar pula, seperti pada sekelompok penderita gangguan jiwa termasuk skizofrenia. Skizofrenia menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia merupakan penyakit dominan dari seluruh gangguan jiwa, dimana 70% dari total gangguan jiwa di Indonesia adalah skizofrenia. Menurut data riset kesehatan dasar tahun 2013, prevalensi skizofrenia di Indonesia sebesar 0,17% dan provinsi dengan prevalensi tertinggi adalah Aceh dan Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu sebesar 0,27%. Penelitian Alvarado-esuivel et al., (2006) tentang seroprevalensi toksoplasmosis pada

4 73 beberapa penderita gangguan jiwa di Meksiko menunjukkan hasil signifikan pada gangguan jiwa jenis skizofrenia dan alzeimer. Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk berfikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukan emosi serta berperilaku dengan sikap yang tidak dapat diterima secara sosial (Isaacs, 2005). Pada penderita skizofrenia kemampuan mengolah informasi mengalami kemunduran sehingga beberapa hal yang dapat menyebabkan penyakit kurang diketahui sehingga kemungkinan infeksi toksoplasmosis lebih tinggi. Para penderita skizofrenia memiliki kebiasaan sehari-hari yang mungkin dapat memicu infeksi seperti kebiasaan diri membersihkan diri yang sulit dilakukan atas kemauan sendiri, sehingga dibutuhkan peran keluarga atau orang dekat untuk selalu mengontrol kegiatan yang berhubungan kebersihan. Selain itu, kebiasaan keluar rumah tanpa pendamping sering dilakukan penderita skizofrenia sehingga penderita dapat mengkonsumsi apa saja yang ditemui tanpa mengetahui bahwa makanan tersebut bersih atau tidak. Makanan yang diperoleh penderita skizofrenia dari lingkungan yang tidak layak atau kotor dapat terkontaminasi ookista T. gondii. Pada beberapa kasus toksoplasmosis di populasi umum, faktor risiko pola konsumsi makanan memiliki hubungan dengan penularan toksoplasmosis. Beberapa jenis makanan yang dapat menyebabkan toksoplasmosis adalah makanan olahan daging yang kurang matang, konsumsi sayuran mentah dan buah yang tidak dicuci sempurna. Pengetahuan keluarga mengenai faktor risiko

5 74 toksoplasmosis berperan penting karena sebagian besar aktivitas konsumsi makanan dan aktivitas lainnya dilakukan di lingkungan tempat tinggal. Ketidaktahuan keluarga mengenai pola konsumsi yang sehat dapat menjadi penyebab infeksi T. gondii. Berdasarkan hasil penelitian Sudjono (2010) di populasi umum di wilayah Yogyakarta menunjukkan beberapa faktor risiko yang memiliki hubungan dengan toksoplasmosis, antara lain jenis kelamin, kontak dengan kucing, tinggi dataran (geografi), konsumsi daging kambing kurang matang, konsumsi sayuran mentah, pekerjaan yang ada kontak dengan daging ternak mentah dan tanah. Seroprevalensi toksoplasmosis yang tinggi berhubungan dengan prevalensi toksoplasmosis pada hewan ternak, seperti sapi, kambing, babi, ayam, itik, dan lainlain. Prevalensi toksoplasmosis pada kambing dan sapi di Yogyakarta adalah 78% dan 21% (Artama, 2008). Daging kambing dan sapi biasanya dikonsumsi dalam bentuk sate yang diperdagangkan, dapat diduga pada daging tersebut masih terdapat kista dan tidak semua kista mati akibat pengolahan. Penanganan daging ternak mentah juga berpotensi menyebabkan infeksi T. gondii pada tukang jagal, pedagang, dan juru masak melalui perlukaan atau kurangnya kebersihan (Sudjono, 2010). Beberapa studi epidemiologi yang dilakukan pada pekerja Rumah Pemotongan Hewan (RPH) dan penjual daging di Surabaya menunjukan toksoplasmosis yang tinggi sebesar 85% dan pada pemotong kambing diluar RPH sebesar 80%, dan pada penjual daging kambing sebesar 80% (Winarno, 2006). Infeksi T. gondii tidak hanya disebabkan konsumsi daging, namun dapat juga akibat konsumsi sayuran mentah

6 75 sebagai lalapan dan sumber air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang dimungkinkan terkontaminasi ookista T. gondii. Sumber air yang dapat terkontaminasi adalah air yang tidak melalui pengolahan kimiawi atau proses filtrasi, sehingga ookista tetap bertahan hidup. Gangneux and Marie (2012) menyatakan bahwa ookista tidak dapat bertahan hidup pada air yang mengalami filtrasi, klorinasi, treatmen ozon, kondisi dingin dan kondisi panas. Di Brazil pernah dilaporkan bahwa penduduk yang menggunakan air minum yang tidak difiltrasi mempunyai risiko toksoplasmosis dengan odd ratio sebesar 3,0 (Bahia-oliviera et al.,2003). Pencemaran ookista di lingkungan berpotensi menyebarkan infeksi toksoplasmosis pada kucing yang belum terinfeksi atau kepada mamalia termasuk manusia. Manusia juga dapat tercemar ookista di tanah misalnya bila menkonsumsi sayuran mentah yang tercemar tinja kucing. Bobic (1998) menyatakan bahwa kebiasaan kontak langsung dengan tanah seperti petani atau berkebun memiliki hubungan dengan toksoplasmosis, sedangkan kontak dengan kucing tidak ada hubungan dengan kejadian toksoplasmosis. Penelitian sudjono (2010) pada populasi umum menunjukkan adanya hubungan kontak dengan daging mentah dan tanah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kasus toksoplasmosis pada masyarakat terjadi pada berbagai umur, kalangan dan tingkat pendidikan. Prevalensi toksoplasmosis dinyatakan meningkat dengan meningkatnya umur, bahkan pada wanita usia subur peningkatan titer antibodinya sebesar 0.8% per tahum (Hokelek, 2006; Leblebicioglu, 2008). Jenis kelamin

7 76 perempuan memiliki kerentanan terinfeksi T. gondii berkisar 4-100% (Ishaku, 2009). Penelitian toksoplasmosis pada skizofrenia oleh Alvarado-esquivel et al., (2006) menunjukkan bahwa individu skizofrenia pada kelompok umur tahun, than, tahun memiliki hubungan terhadap seroprevalensi toksoplasmosis. Penelitian Omar et al., (2015) dan Juannah et al., (2013) menunjukkan adanya hubungan tingkat pendidikan penderita skizofrenia dengan seroprevalensi toksoplasmosis di Malaysia. Individu skizofrenia yang tidak menempuh pendidikan perguruan tinggi dinyatakan lebih berisiko untuk terinfeksi T. gondii dikarenakan informasi yang diperoleh pada saat menempuh pendidikan tidak mencakup informasi mengenai risiko toksoplasmosis, walaupun informasi mengenai pentingnya menjaga kebersihan sudah diberikan. Kondisi ini didukung dengan kemampuan individu skizofrenia yang mengalami kesulitan dalam menerima dan menginterpretasikan informasi yang diterimanya (Isaac, 2005). Emelia et al.,(2012) dalam penelitiannya memasukkan kategori lama penyakit skizofrenia menjadi kurang dari 10 tahun dan lebih dari 10 tahun yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama pengobatan terhadap seropositif toksoplasmosis. Respon manusia terhadap T. gondii berhubungan dengan status imunitas manusia yang terinfeksi, strain T. gondii dan lamanya infeksi (Suzuki, 2002). Respon imun yang berperan dalam infeksi T. gondii adalah sistem imun humoral dan sistem imun seluler. Respon imun humoral dengan diproduksi antibodi IgG dan IgM digunakan sebagai alat deteksi toksoplasmosis dengan menerapkan metode ELISA.

8 77 Keberadaan respon imun humoral sangat esensial dalam memberikan perlindungan pada hospes. Respon imun humoral berkaitan dengan bentuk takizoit yang aktif dan invasif dalam sistem sirkulasi. Immunoglobulin M dan G berperan utama dalam sirkulasi (Subekti et al, 2006). Immunoglobulin G dapat menembus plasenta masuk ke janin dan berperan pada imunitas bayi sampai umur 6-9 bulan. Tingginya prevalensi toksoplasmosis pada masyarakat dimungkinkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang faktor risiko toksoplasmosis, sehingga kecenderungan individu yang mengalami skizofrenia lebih besar akibat ketidakmampuan individu tersebut dalam menerima dan memproses informasi. Penelitian mengenai seroprevalensi toksoplasmosis pada skizofrenia sudah banyak dilakukan di berbagai negara dan beberapa penelitian tersebut menunjukan bahwa seroprevalensi pada penderita skizofrenia lebih tinggi dibandingkan pada populasi umum, seperti di Turki pada skizofrenia sebesar 61% dan kontrol 45% (Yuksel et al., 2010), di Iran sebesar 57% pada skizofrenia dan 29% pada kontrol (Hamidinejat et al.,2010), di Ethiopia sebesar 97% pada skizofrenia dan 87% pada kontrol (Tedla et al., 2011), di Meksiko sebesar 20% pada skizofrenia dan 5% pada kontrol (Alvaradoesquival et al., 2011), dan di Malaysia sebesar 51,5% pada skizofrenia dan 18,2% pada kontrol (Omar et al., 2015). Tingginya seroprevalensi toksoplasmosis pada penderita skizofrenia di beberapa Negara tersebut dan tingginya seroprevalensi toksoplasmosis di Daerah Istimewa Yogyakarta pada penelitian Sudjono (2010) yang

9 78 mendasari perlunya dilakukan penelitian tentang seroprevalensi dan faktor risiko toksoplasmosis pada penderita skizofrenia di Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Tinjauan Pustaka Toksoplasmosismerupakan penyakit akibat infeksi protozoa darah dan jaringan yaitu Toxoplasma gondiiyang dapat menginfeksi pada manusia dan hewan. Toxoplasma gondii adalah parasit intraseluler yang hidup di dalam sel-sel sistem retikulo-endotel dan sel parenkim manusia maupun hewan mamalia, terutama kucing dan unggas (Soedarto, 2011). T. gondii pertama kali ditemukan oleh Nicolle dan Manceaux pada tahun 1908 yang diisolasi dari sejenis tikus Afrika Utara yaitu Ctenodactylus gondii (Black and Boothroyd, 2000). Morfologi T. gondii dibedakan berdasarkan stadium perkembangannya yaitu stadium ookista dan trofozoit. Ookista terdapat dalam tinja kucing (hospes definitif) berukuran lebar 9-11πm dan panjang πm, berisi dua sporokista yang masing-masing sporokista berisi 4 sporozoit. Ookista berbentuk lonjong, berukuran x 9-11 mikron. Stadium trofozoit terbagi menjadi dua bentuk, yaitu Takizoit dan Bradizoit. Takizoit merupakan bentuk aktif yang mampu berproliferasi secara cepat, sedangan bradizoit merupakan bentuk inaktif yang berproliferasi lambat. Takizoit memperbanyak diri secara cepat di dalam berbagai macam sel tubuh hospes intermediet (manusia dan hewan) dan sel epithelial intestinal dari hospes definitif (kucing). Bentuk takizoit didalamnya terdapat berbagai organela dan inclusion bodies, yaitu pellicle (lapisan luar), apical ring, polar ring, conoid, rhoptries, microneme, micropore, mitochondria, sub pellicular microtubule,

10 79 Retikulum Endoplasma kasar dan halus, kompleks golgi, ribosom, inti, granula padat, granula amylopectin apicoplast (AJioka, 2011).Bradizoit adalah bentuk trofozoit dari T. gondii yang memperbanyak diri secara lambat di dalam jaringan. Bradizoit dapat ditemukan di berbagai organ visceral, misalnya paru-paru, hati, ginjal, namun lebih sering dijumpai pada jaringan saraf dan otot, misalnya otak, mata, otot skeletal, dan myocardium (Dubey et al., 1998). Daur hidup T. gondii melalui dua siklus yaitu siklus enteroepitel dan siklus ekstraintestinal. Siklus enteroepitelial di dalam tubuh hospes definitif berupai kucing. Di dalam tubuh host definitive (kucing), di usus akan terjadi perkembangan secara aseksual pada sel pertama dan terbentuk merozoit. Merozoit akan memasuki sel usu lain dan mengalami perkembangan aseksual sampai kurang lebih 5 kali siklus (Frenkel, 1973). Beberapa merozoit kemudian akan berkembang menjadi gametosit dan berada di usus halus pada 3 15 hari setelah infeksi (Dubey et al., 2004) Fertilisasi makrogametosit dan mikrogametosit terjadi di enterosit dan dihasilkan zigot. Zigot yang terbentuk kemudian akan berkembang berubah menjadi ookista dan keluar bersama dengan tinja kucing (Zaman, 1997). Siklus ekstraintestinal terjadi di dalam tubuh hospes perantara seperti manusia, kambing dan domba. Pada siklus ekstraintestinal, ookista yang keluar bersama tinja kucing belum bersifat infektif. Pada lingkungan yang sesuai akan mengalami sporulasi sehingga ookista akan berisi sporozoit dan menjadi bentuk yang infektif. Masing-masing ookista mengandung 2 sporokista dan setelah 48 jam akan

11 80 terbentuk 4 sporozoit 4 sporozoit pada setiap sporokista. Ookista dengan 8 sporozoit di dalamnya jika tertelan kucing akan mengulangi siklus hidup seksual dalam tubuh kucing (Kasper, 2008). Manusia dapat terinfeksi oleh T. gondii dengan berbagai cara. Pada toksoplasmosis kongenital, transmisi dapat terjadi pada janin melalui plasenta apabila ibu mendapat infeksi primer sewaktu hamil. Pada toksoplasmosis akuista (dapatan), infeksi dapat terjadi apabila seseorang mengkonsumsi daging mentah atau kurang matang dimana daging tersebut mengandung trofozoit T. gondii (Muslim HM., 2009). Tercemarnya alat-alat untuk masak dan tangan oleh bentuk infektif parasit ini pada waktu pengolahan makanan merupakan sumber lain untuk penyebaran T. gondii. Pada orang yang tidak makan daging memiliki kemungkinan yang sama terinfeksi T. gondii apabila ookista yang dikeluarkan dengan tinja kucing tertelan. Kontak yang sering terjadi dengan hewan terkontaminasi atau dagingnya, dapat dihubungkan dengan adanya prevalensi yang lebih tinggi di antara dokter hewan, mahasiswa kedokteran hewan, pekerja di rumah potong hewan dan orang yang menangani daging mentah seperti juru masak (Chahaya, 2003). Cara tranmisi lainnya melalui transplantasi organ tubuh dari donor penderita toksoplasmosis laten kepada resipien yang belum pernah terinfeksi T. gondii. Infeksi juga dapat terjadi di laboratorium pada orang yang bekerja dengan binatang percobaan yang diinfeksi dengan T. gondii yang hidup (Muslim HM., 2009).

12 81 Skizofrenia merupakan salah satu gangguan kejiwaan berat dan menunjukkan adanya disorganisasi (kemunduran) fungsi kepribadian, sehingga menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani, 2004). Gangguan jiwa jenis ini dapat terjadi mulai sekitar masa remaja dan kebanyakan pada laki-laki menjadi sakit pada usia antara tahun, sedangkan pada perempuan kebanyakan penampakan gejala antara usia tahun (Kaplan, et al., 1991). Gangguan kejiwaan skizofrenia ini sering menyebabkan kegagalan individu dalam mencapai berbagai keterampilan yang diperlukan untuk hidup yang menyebabkan penderita menjadi beban keluarga dan masyarakat (Chandra, 2004). Skizofrenia dikelompokkan menjadi dua tipe, tipe I ditandai dengan menonjolnya gejala-gejala positif seperti halusinasi, delusi atau asosiasi longgar, sedangkan tipe II ditemukan gejala negatif, seperti penarikan diri, apatis, dan perawatan diri yang buruk (Forum Sains Indonesia, 2008). Pada kondisi seperti ini penderita bisa terjadi disorientasi dan kebiasaankebiasaan yang memungkinkan terjadinya penurunan kesehatan seperti kebiasaan makan apa saja yang dia anggap sebagai makanan enak, bepergian keluar rumah dan mencari makan disekitar pembuangan sampah, dan lain-lain. Perilaku yang tidak sehat ini sangat mungkin akan meningkatkan kecenderungan terjadi infeksi berbagai penyakit termasuk infeksi T.gondii. 3. Landasan Teori

13 82 Toxoplasma gondii merupakan protozoa darah dan jaringan yang dapat menyebabkan penyakit toksoplasmosis pada manusia dan hewan. Toxoplasma gondii adalah parasit intraseluler yang hidup di dalam sel-sel sistem retikulo-endotel dan sel parenkim manusia maupun hewan mamalia, terutama kucing dan unggas. Manusia dapat terinfeksi oleh T. gondii dengan berbagai cara, secara kongenital dari ibu ke janin, konsumsi daging terinfeksi ookista T. gondii, kontaminasi air atau makanan oleh T. gondii, tranfusi darah, dan transplantasi organ. Skizofrenia merupakan salah satu gangguan kejiwaan berat dan menunjukkan adanya disorganisasi (kemunduran) fungsi kepribadian, sehingga menyebabkan disability. Gangguan jiwa jenis ini dapat terjadi mulai sekitar masa remaja dan kebanyakan pada laki-laki menjadi sakit pada usia antara tahun, sedangkan pada perempuan kebanyakan penampakan gejala antara usia tahun. Penderita skizofrenia sering terjadi disorientasi sehingga menunjukkan perilaku hidup yang tidak sehat, jarang mandi, mengembara, makan apa saja yang ditemukan sehingga kemungkinan terjadinya infeksi T. gondii lebih besar. Penderita skizofrenia dapat terinfeksi T. gondii karena beberapa sebab, seperti infeksi karena faktor kongenital dari ibu yang terinfeksi selama masa kehamilan sehingga dapat memicu perkembangan abnormalitas neurologisnya atau infeksi pada penderita skizofrenia akibat kebiasaan hidup yang cenderung berisiko terinfeksi T. gondii. Diagnosis toksoplasmosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan serologis dan menemukan parasit dalam jaringan tubuh penderita.

14 83 Gejala klinis sering kali meragukan dan menemukan parasit dalam jaringan tubuh penderita bukanlah suatu hal yang mudah. Pemeriksaan secara serologis terhadap antibodi penderita toksoplasmosis merupakan alat bantu yang mudah dan baik. Dasar pemeriksaan serologis adalah antigen toksoplasmosis bereaksi dengan antibodi spesifik yang terdapat dalam serum darah penderita, yaitu IgM, IgG, IgA, dan IgE karena T. gondii mempunyai antigen yang bersifat imunogenik. Limfosit B naïve memiliki reseptor IgM dan IgD pada permukaannya, adanya antigen imunogenik T. gondii, menyebabkan sel system imun mengalami isotype atau class switching menjadi IgG atau IgA atau IgE yang mempunyai fungsi efektor mengeliminasi antigen yang dilepaskan T. gondii saat menginvasi sel hospes. 4. Cara Penelitian Penelitian akan dilakukan dengan beberapa tahapan, antara lain Tahap persiapan yang meliputi penyusunan proposal, survei kasus toksoplasmosis dan skizofrenia, pengurusan ijin penelitian dan Ethical Clearance. Tahap pengambilan sampel darah vena dan pengisian kuisioner untuk data faktor risiko toksoplasmosis yang akan dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta untuk populasi skizofrenia, sedangkan data untuk populasi masyarakat umum diperoleh dari hasil penelitian Prof. drh. Wayan Tunas Artama PhD. Koleksi sampel darah subjek penelitian akan dilaksanakan selama satu bulan sampai jumlah minimal sampel terpenuhi dan dilakukan oleh petugas medis yang kompeten. Sampel darah diambil sebanyak 3 ml dan disentrifuge dan diambil serum. Selanjunya serum dipindahkan ke

15 84 dalam microtube dan disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu C sampai wa ktu akan dilakukan uji ELISA untuk deteksi Antibodi IgG anti-t. gondii. Tahap pengukuran antibodi IgG dengan metode ELISA. Pengukuran antibodi IgG dilakukan menggunakan ELISA kit (GenWay,) dengan prosedur yang sama sebagai berikut. a) Tahap persiapan meliputi pengenceran sampel yang akan diuji dengan Sample Diluent 1:40 serta pengenceran wash buffer1:20. Sebanyak 5 µl sample ditambah 195 µl sample diluent. b) Menambahkan 100 µl sampel, calibrator, kontroldan blank pada setiap well, dan selanjutnya di inkubasi pada suhu 37 0 C selama 30 menit. c) Setelah inkubasi, dilakukan pencucian sebanyak 5 kali menggunakan wash buffer. d) Menambahkan 100 µl enzyme conjugate pada setiap well dan campur selama 10 detik dan selanjutnya diinkubasi pada suhu 37 0 C selama 30 menit. e) Melakukan pencucian kedua selama 5 kali dengan wash buffer. f) Menambahkan 100 µl TMB yang berfungsi sebagai substrat pada setiap well, dan inkubasi selama 15 menit. g) Menambahkan 100 µl 1N HCl sebagai stop solution untuk menghentikan reaksi. h) Melakukan pembacaan Optical Density menggunakan Elisa Reader pada panjang gelombang 450 nm.

16 85 i) Hasil dan Kesimpulan Pemeriksaan antibodi IgG T.gondii pada kelompok skizofrenia menunjukan bahwa prevalensi toksoplasmosis pada penderita skizofrenia di Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 69,14% (n=94), sedangkan pada kelompok non-skizofrenia menunjukan prevalensi sebesar 65,625% (n=64). Prevalensi pada kedua kelompok tergolong cukup tinggi, walaupun berdasarkan analisis Chi Square tidak menunjukan perbedaan yang signifikan karena p value sebesar 0,642 > 0,05. Seropositif antibodi IgG anti-t. gondii menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dari kedua kelompok dengan p value< 0,05, yaitu sebesar 0,000. Konsentrasi < 32 IU/ml merupakan sampel serum yang dinyatakan negatif toksoplasmosis, sedangkan konsentrasi serum 32 IU/ml 100 IU/ml merupakan positif toksoplasmosi dengan konsentrasi antibodi IgG rendah dan konsentrasi >100 IU/ml adalah positif toksoplasmosis dengan konsentrasi antibodi IgG tinggi. Faktor risiko yang dikumpulkan melalui kuisioner meliputi beberapa karakteristik, antara lain usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, lama penyakit skizofrenia, pola konsumsi makanan (konsumsi sate sapi, konsumsi sate kambing, konsumsi sate ayam, konsumsi sate kelinci, konsumsi daging bakar/panggang, dan konsumsi sayuran mentah), kepemilikan ternak, kontak dengan daging mentah/tanah, aktivitas keluar rumah tanpa pendamping, kebiasan mandi, kebiasan cuci tangan, sumber air, dan konsumsi air mentah. Karakteristik tersebut selanjutnya akan dibedakan sebagai karakteristik sosio-demografi dan karakteristik

17 86 faktor lingkungan. Setiap karakteristik akan disajikan berdsarkan proporsi seropositif dan dianalisis stastistik sehingga diketahui faktor risiko yang memiliki pengaruh terhadap seropositif toksoplasmosis pada kelompok skizofrenia dan non skizofrenia. Hubungan faktor risiko dan toksoplasmosis pada penderita skizofrenia ditunjukan pada tabel di atas dimana karakteristik yang mempengaruhi memiliki p value 0,05 antara lain konsumsi daging bakr/panggang (0,019), kontak dengan daging mentah/tanah (0,050), kebiasaan cuci tangan (0,002), konsumsi air mentah (0,019), dan sumber air (0,008). Karakteristik yang dianggap berpengaruh pada kelompok non-skizofrenia antara lain kepemilikan ternak (0,001), konsumsi daging bakar/panggang (0,036), dan sumber air (0,023). Karakteristik lamanya penyakit skizofrenia, aktivitas keluar rumah, dan kebiasaan mandi hanya di ujikan pada kelompok skizofrenia saja, sehingga tidak ada data mengenai 3 karakteristik tersebut pada kelompok non-skizofrenia. Penambahan karakteristik pada kelompok skizofrenia bertujuan untuk menggali kemunginan adanya faktor risiko yang berhubungan dengn tingkah laku sehari-hari pada penderita skizofrenia yang umumnya berbeda dengan masyarakt umum. Karakteristik pada dua kelompok tersebut yang memiliki pengaruh yang signifikan pada prevalensi toksoplasmosis selanjutnya di analisi multivariat untuk mengetahui karakteristik yang paling berpengaruh dan sebagai faktor risiko terhadap prevalensi toksoplasmosis. Analisis multivariat yang digunakan adalah Logistic Binary Regression untuk menentukan faktor risiko dan besarnya risiko (OR).

18 87 Faktor risiko yang memiliki pengaruh dominan pada kelompok skizofrenia dengan OR terbesar adalah konsumsi air mentah yaitu 10,471, kemudian sumber air (3.209), kontak dengan daging mentah/tanah seperti kegiatan memasak, bertani, dan berkebun dengan OR sebesar serta konsumsi daging bakar/panggang dengan OR 0.299, dan kebiasaan cuci tangan dengan OR Faktor risiko yang memiliki hubungan signifikan dengan prevalensi pada kelompok non-skizofrenia dengan nilai OR terbesar adalah kepemilikan ternak/peliharaan dengan OR 9.403, selanjutnya konsumsi daging bakar/panggang dengan OR dan sumber air dengan OR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. parasit spesies Toxoplasma gondii. Menurut Soedarto (2011), T. gondii adalah parasit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. parasit spesies Toxoplasma gondii. Menurut Soedarto (2011), T. gondii adalah parasit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Toksoplasmosis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit spesies Toxoplasma gondii. Menurut Soedarto (2011), T. gondii adalah parasit intraseluler

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, dapat menginfeksi pada hewan dan manusia dengan prevalensi yang bervariasi (Soulsby, 1982). Hospes

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Toksoplasmosis 2.1.1. Definisi Toksoplasmosis Toksoplasmosis, suatu penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, merupakan penyakit parasit pada hewan yang dapat ditularkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hewan ke manusia. Toxoplasma gondii berperan sebagai parasit obligat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hewan ke manusia. Toxoplasma gondii berperan sebagai parasit obligat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Toksoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Toxoplasma gondii berperan sebagai parasit obligat intraseluler

Lebih terperinci

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING 3.1. Virus Tokso Pada Kucing Toksoplasmosis gondii atau yang lebih sering disebut dengan tokso adalah suatu gejala penyakit yang disebabkan oleh protozoa toksoplasmosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit ini adalah hewan yang ada di sekitar kita, seperti ayam, kucing, anjing, burung,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit ini adalah hewan yang ada di sekitar kita, seperti ayam, kucing, anjing, burung, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG TORCH adalah singkatan dari toxoplasma, rubella, citomegalovirus, dan herpes, yaitu penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa atau parasit darah dan virus. Penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu malaria, schistosomiasis, leismaniasis, toksoplasmosis, filariasis, dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu malaria, schistosomiasis, leismaniasis, toksoplasmosis, filariasis, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit parasiter saat ini menjadi ancaman yang cukup serius bagi manusia. Ada 6 jenis penyakit parasiter yang sangat serius melanda dunia, yaitu malaria, schistosomiasis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan hewan dapat menularkan penyakit, manusia tetap menyayangi hewan

BAB I PENDAHULUAN. dengan hewan dapat menularkan penyakit, manusia tetap menyayangi hewan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia sulit terlepas dari kehidupan hewan, baik sebagai teman bermain atau untuk keperluan lain. Meskipun disadari bahwa kedekatan dengan hewan dapat menularkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. TORCH merupakan suatu istilah jenis penyakit infeksi yang terdiri

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. TORCH merupakan suatu istilah jenis penyakit infeksi yang terdiri BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang TORCH merupakan suatu istilah jenis penyakit infeksi yang terdiri dari Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakit ini sama bahayanya bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. protozoa parasit Toxoplasma gondii (T.gondii), parasit tersebut dapat menginfeksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. protozoa parasit Toxoplasma gondii (T.gondii), parasit tersebut dapat menginfeksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toxoplasmosis adalah penyakit zoonotik yang disebabkan oleh protozoa parasit Toxoplasma gondii (T.gondii), parasit tersebut dapat menginfeksi semua mamalia dan spesies

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ini tersebar di berbagai penjuru dunia. Di Indonesia, penyakit ini bersifat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ini tersebar di berbagai penjuru dunia. Di Indonesia, penyakit ini bersifat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toksoplasmosis merupakan salah satu dari sekian banyak penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang secara alami dapat menular dari hewan ke manusia. Gejala klinis dari penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. protozoa Toxoplasma gondii, infeksi parasit ini dijumpai di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. protozoa Toxoplasma gondii, infeksi parasit ini dijumpai di seluruh dunia BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Toksoplasmosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan parasit protozoa Toxoplasma gondii, infeksi parasit ini dijumpai di seluruh dunia (Kijlstra dan Jongert, 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh protozoa Toxoplasma gondii. Infeksi toksoplasmosis dapat terjadi

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh protozoa Toxoplasma gondii. Infeksi toksoplasmosis dapat terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit zoonosis merupakan penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Salah satu penyakit zoonosis adalah toksoplasmosis yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proses Tugas Akhir ini di peroleh dari berbagai sumber, yaitu: 1. Wawancara dan survey kepada Dr.dr.Raditya wratsangka,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Toxoplasma gondii, merupakan penyakit yang banyak dijumpai di seluruh dunia.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Toxoplasma gondii, merupakan penyakit yang banyak dijumpai di seluruh dunia. PENDAHULUAN Latar Belakang Toksoplasmosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii, merupakan penyakit yang banyak dijumpai di seluruh dunia. Luasnya penyebaran toksoplasmosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii

BAB I PENDAHULUAN. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii yang menyebabkan dampak merugikan terhadap hewan dan manusia diseluruh dunia. Toxoplasma gondii

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kehamilan Kehamilan adalah suatu kondisi dari seorang wanita yang memiliki janin sedang tumbuh di dalam rahimnya (Maulina, 2010). Proses kehamilan diawali dengan proses pembuahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Toksoplasmosis 2.1.1. Definisi Toksoplasmosis, suatu penyakit yang disebabkan oleh T.gondii, merupakan penyakit parasit pada hewan yang dapat ditularkan ke manusia (Hiswani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. protozoa yang ditularkan melalui feses kucing. Infeksi penyakit yang ditularkan

BAB I PENDAHULUAN. protozoa yang ditularkan melalui feses kucing. Infeksi penyakit yang ditularkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara beriklim tropis, penyakit akibat parasit masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius. Salah satu di antaranya adalah infeksi protozoa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang beriklim tropis, penularan penyakit oleh parasit menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang beriklim tropis, penularan penyakit oleh parasit menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara yang beriklim tropis, penularan penyakit oleh parasit menjadi semakin mudah dan cepat. Hingga saat ini penyakit yang disebabkan oleh parasit masih menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Toxoplasma gondii 2.1.1 Epidemiologi Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh hewan bersel satu (protozoa) Toxoplasma gondii. Parasit ini pertama kali ditemukan oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Toxoplasmosis 2.1.1 Definisi Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, yang merupakan parasit obligat intraselular yang dapat menginfeksi

Lebih terperinci

BAB II VIRUS TOKSO Definisi Virus Tokso

BAB II VIRUS TOKSO Definisi Virus Tokso BAB II VIRUS TOKSO 2.1. Definisi Virus Tokso Tokso adalah kependekan dari toksoplasmosis, istilah medis untuk penyakit ini. Toksoplasmosis gondii atau yang lebih sering disebut dengan tokso adalah suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Toxoplasma gondii 2.1.1 Epidemiologi Toxoplasma gondii Infeksi protozoa Toxoplasma gondii adalah salah satu yang paling umum dari pada infeksi parasit manusia dan hewan berdarah

Lebih terperinci

TOKSOPLASMOSIS DAN UPAYA PENCEGAHNNYA RASMALIAH. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

TOKSOPLASMOSIS DAN UPAYA PENCEGAHNNYA RASMALIAH. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara TOKSOPLASMOSIS DAN UPAYA PENCEGAHNNYA RASMALIAH Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Toxoplasma gondii pada tahun 1908 pertama kali ditemukan pada binatang pengerat, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toksoplasmosis adalah penyakit zoonis yang disebabkan oleh protozoa Toxoplasma gondii. Parasit tersebut mampu menginfeksi hampir semua jenis sel berinti (nucleated

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Toxoplasmosis Toxoplasmosis ditemukan pada tahun 1909 oleh Nicelle dan Manceaux yang pada saat itu menyerang hewan pengerat di Tunisia, Afrika Utara (Hiswani, 2003).

Lebih terperinci

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 8 BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan mulai Juli sampai dengan Agustus 2010. Pemeliharaan ayam broiler dimulai dari Day Old Chick (DOC)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Cytenodactylus gundi) di Afrika pada tahun 1908 (Levine, 1985). Toxoplasma

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Cytenodactylus gundi) di Afrika pada tahun 1908 (Levine, 1985). Toxoplasma BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Toxoplasma gondii 2.1.1 Epidemiologi Toxoplasma gondii Toxoplasma gondii pertama kali ditemukan pada binatang mengerat (Cytenodactylus gundi) di Afrika pada tahun 1908 (Levine,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Toxoplasma gondii 2.1.1 Epidemiologi Toxoplasma gondii Toksoplasmosis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa yang disebut T. gondii. penyakit ini bersifat zoonosis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Skizofrenia merupakan salah satu gangguan kejiwaan berat dan menunjukkan adanya disorganisasi (kemunduran) fungsi kepribadian, sehingga menyebabkan disability (ketidakmampuan)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Toksoplasmosis Epidemiologi Penyakit Toksoplasmosis Toxoplasmosis disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii. Parasit ini termasuk protozoa subfilum apicomplexa, kelas sporozoa, sub

Lebih terperinci

Trichomonas Vaginalis

Trichomonas Vaginalis Trichomonas Vaginalis Trichomonas vaginalis tidak mempunyai stadium kista. Stadium trofozoit berukuran 10-25 mikron x 7-8 mikron mempunyai 4 flagel anterior dan 1 flagel posterior yang melekat pada tepi

Lebih terperinci

GAMBARAN KETERPAPARAN TERHADAP KUCING DENGAN KEJADIAN TOKSOPLASMOSIS PADA PEMELIHARA DAN BUKAN PEMELIHARA KUCING DI KECAMATAN MULYOREJO, SURABAYA

GAMBARAN KETERPAPARAN TERHADAP KUCING DENGAN KEJADIAN TOKSOPLASMOSIS PADA PEMELIHARA DAN BUKAN PEMELIHARA KUCING DI KECAMATAN MULYOREJO, SURABAYA GAMBARAN KETERPAPARAN TERHADAP KUCING DENGAN KEJADIAN TOKSOPLASMOSIS PADA PEMELIHARA DAN BUKAN PEMELIHARA KUCING DI KECAMATAN MULYOREJO, SURABAYA Description Between Cats Exposure with Toxoplasmosis Disease

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Giardia intestinalis. Penyakit ini menjadi salah satu penyakit diare akibat infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Giardia intestinalis. Penyakit ini menjadi salah satu penyakit diare akibat infeksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Giardiasis adalah penyakit diare yang disebabkan oleh protozoa patogen Giardia intestinalis. Penyakit ini menjadi salah satu penyakit diare akibat infeksi protozoa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Infeksi Toxoplasma gondii (T. gondii) dan Cytomegalovirus (CMV) pada

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Infeksi Toxoplasma gondii (T. gondii) dan Cytomegalovirus (CMV) pada BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Infeksi Toxoplasma gondii (T. gondii) dan Cytomegalovirus (CMV) pada manusia merupakan infeksi yang memberikan efek membahayakan umumnya pada ibu dan anak.

Lebih terperinci

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis Leptospirosis adalah penyakit berbahaya yang diakibatkan oleh bakteri Leptospira interrogans sensu lato. Penyakit ini dapat menyerang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 28 HASIL DAN PEMBAHASAN Dipilihnya desa Tanjung, Jati, Pada Mulya, Parigi Mulya dan Wanasari di Kecamatan Cipunegara pada penelitian ini karena daerah ini memiliki banyak peternakan unggas sektor 1 dan

Lebih terperinci

E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran μm 2.

E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran μm 2. PROTOZOA Entamoeba coli E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran 15-50 μm 2. sitoplasma mengandung banyak vakuola yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR SINGKATAN INTISARI... ABSTRACT...

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR SINGKATAN INTISARI... ABSTRACT... DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR SINGKATAN INTISARI... ABSTRACT... BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian 14 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Pelayanan Mikrobiologi Terpadu, Bagian Mikrobiologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO TERHADAP KEJADIAN TOKSOPLASMOSIS PADA WANITA USIA SUBUR DI RSU ASSALAM GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

FAKTOR RISIKO TERHADAP KEJADIAN TOKSOPLASMOSIS PADA WANITA USIA SUBUR DI RSU ASSALAM GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH FAKTOR RISIKO TERHADAP KEJADIAN TOKSOPLASMOSIS PADA WANITA USIA SUBUR DI RSU ASSALAM GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah E. histolytica Penyebab amebiasis adalah parasit Entamoeba histolytica yang merupakan anggota kelas rhizopoda (rhiz=akar, podium=kaki). 10 Amebiasis pertama kali diidentifikasi

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS I. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari dan memahami golongan darah. 2. Untuk mengetahui cara menentukan golongan darah pada manusia. II. Tinjauan Pustaka Jenis penggolongan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebiasaan mengadakan hubungan seksual bebas mungkin dapat dianggap sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebiasaan mengadakan hubungan seksual bebas mungkin dapat dianggap sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola perilaku seksual Kebiasaan mengadakan hubungan seksual bebas mungkin dapat dianggap sebagai suatu bentuk kenakalan. Hubungan bebas diartikan sebagai hubungan seksual yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. disebabkan oleh protozoa, seperti Entamoeba histolytica, Giardia lamblia dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. disebabkan oleh protozoa, seperti Entamoeba histolytica, Giardia lamblia dan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Infeksi protozoa usus adalah salah satu bentuk infeksi parasit usus yang disebabkan oleh protozoa, seperti Entamoeba histolytica, Giardia lamblia dan Cryptosporidium parvum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kucing terbagi dalam 3 kelompok, yaitu panthera, acinonyx dan felis. Panthera

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kucing terbagi dalam 3 kelompok, yaitu panthera, acinonyx dan felis. Panthera BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kucing (Felis silvestris catus) Dahulu kucing adalah binatang liar yang berasal dari miacis (sejenis musang yang hidup liar pada 60 juta tahun silam). Selama evolusinya keluarga

Lebih terperinci

Jurnal Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Infeksi Rubella

Jurnal Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Infeksi Rubella Jurnal Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Infeksi Rubella TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit infeksi yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Toksoplasma gondii 2.1.1 Epidemiologi Toksoplasma gondii Menurut Konishi et al, (1987) dalam Chahaya, (2003) toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma

Lebih terperinci

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I (Bagian Parasitologi) Pengertian Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari jasad renik yang hidup pada jasad lain di dalam maupun di luar tubuh dengan maksud mengambil

Lebih terperinci

MAKALAH PARASITOLOGI TOXOPLASMA GONDII

MAKALAH PARASITOLOGI TOXOPLASMA GONDII MAKALAH PARASITOLOGI TOXOPLASMA GONDII DISUSUN OLEH : CIPTO SURIANTIKA (1204015080) ELSA ELFIYANA (1204015148) KHORISMAN ADE SAMPA (1204015220) OKA TANNIA PURNASITA (1204015323) OKTAVIANI HERDIANA (1204015324)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut WHO infeksi Toxoplasmosis sudah ada sejak tahun 1975, juga menurut survei WHO tahun 2009 Toxoplasmosis telah menyebar diseluruh dunia dan sekitar 300

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2013 di RSUP. Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2013 di RSUP. Dr. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2013 di RSUP.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan infeksi bakteri sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang dijumpai di berbagai negara berkembang terutama di daerah tropis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar belakang

1 PENDAHULUAN Latar belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar belakang Trichinellosis adalah zoonosis akibat infeksi cacing nematoda Trichinella spp., tersebar hampir di semua benua dan dapat menyebabkan kematian pada kasus berat. Beberapa data

Lebih terperinci

Food-borne Outbreak. Saptawati Bardosono

Food-borne Outbreak. Saptawati Bardosono Food-borne Outbreak Saptawati Bardosono Pendahuluan Terjadinya outbreak dari suatu penyakit yang disebabkan oleh makanan merupakan contoh yang baik untuk aplikasi epidemiologi dalam mengatasi masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Diare Penyakit diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Selain penyakit ini masih endemis di hampir semua daerah, juga sering muncul

Lebih terperinci

PENCEGAHAN TOKSOPLASMOSIS MELALUI POLA MAKAN DAN CARA HIDUP SEHAT

PENCEGAHAN TOKSOPLASMOSIS MELALUI POLA MAKAN DAN CARA HIDUP SEHAT PENCEGAHAN TOKSOPLASMOSIS MELALUI POLA MAKAN DAN CARA HIDUP SEHAT TOLIBIN ISKANDAR Balai Penelitian Veteriner Jalan R.E. Martadinata No. 30, P.O. Box 16114 ABSTRAK Toksoplasmosis adalah penyakit menular

Lebih terperinci

The IgM Insidence and IgG Prevalence of Positive Anti-Toxoplasma in Kedurus Abattoir Workers at Surabaya

The IgM Insidence and IgG Prevalence of Positive Anti-Toxoplasma in Kedurus Abattoir Workers at Surabaya INSIDEN IgM DAN PREVALENSI IgG ANTI-TOXOPLASMA POSITIF PADA PEKERJA RUMAH POTONG HEWAN KEDURUS SURABAYA The IgM Insidence and IgG Prevalence of Positive Anti-Toxoplasma in Kedurus Abattoir Workers at Surabaya

Lebih terperinci

BAB I. Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh

BAB I. Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh mikroorganisme Leptospira interogans yang mempengaruhi baik manusia maupun hewan. Manusia terinfeksi melalui

Lebih terperinci

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA BAB 2 TI JAUA PUSTAKA 2.1. Infeksi Cacing Pita 2.1.1. Definisi Infeksi cacing pita atau taeniasis ialah penyakit zoonosis parasiter yang disebabkan cacing pita yang tergolong dalam genus Taenia (Taenia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2013, United Nations Program on HIV/AIDS (UNAIDS) melaporkan bahwa diperkirakan 35,3 juta orang hidup dengan HIV secara global. Wilayah yang terkena dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Sexually Transmited Infections (STIs) adalah penyakit yang didapatkan seseorang karena melakukan hubungan seksual dengan orang yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Karakteristik Subyek Penelitian ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta pada bulan Februari tahun 2016. Subyek penelitian ini adalah

Lebih terperinci

INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)?

INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)? INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)? Virus influenza A H7 adalah kelompok virus influenza yang biasanya beredar di antara burung. Virus influenza A (H7N9) adalah salah satu sub-kelompok di

Lebih terperinci

HOST. Pejamu, adalah populasi atau organisme yang diteliti dalam suatu studi. Penting dalam terjadinya penyakit karena :

HOST. Pejamu, adalah populasi atau organisme yang diteliti dalam suatu studi. Penting dalam terjadinya penyakit karena : HOST Pendahuluan Definisi Pejamu, adalah populasi atau organisme yang diteliti dalam suatu studi Penting dalam terjadinya penyakit karena : Bervariasi : geografis, sosekbud, keturunan Menentukan kualitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Gejala umumnya muncul 10 hingga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Serum dan Kuning Telur Hasil AGPT memperlihatkan pembentukan garis presipitasi yang berwarna putih pada pengujian serum dan kuning telur tiga dari sepuluh ekor ayam yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepar merupakan organ atau kelenjar terbesar dari tubuh yang berfungsi sebagai pusat metabolisme, hal ini menjadikan fungsi hepar sebagai organ vital. Sel hepar rentan

Lebih terperinci

DEFINISI KASUS MALARIA

DEFINISI KASUS MALARIA DEFINISI KASUS MALARIA Definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahun, jutaan orang terekspos risiko penyakit mematikan melalui transfusi darah yang tidak aman. Pada database global, skrining tidak dilakukan untuk penyakit

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metodologi

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metodologi BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada periode waktu Juni 007 sampai dengan Juni 008 di Instalasi Karantina Hewan (IKH) Balai Besar Karantina Hewan Soekarno Hatta dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rubella, Sitomegalovirus (CMV) dan Herpes Simplex Virus (HSV). Walaupun

BAB I PENDAHULUAN. Rubella, Sitomegalovirus (CMV) dan Herpes Simplex Virus (HSV). Walaupun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi TORCH merupakan akronim dari kelompok infeksi Toksoplasma, Rubella, Sitomegalovirus (CMV) dan Herpes Simplex Virus (HSV). Walaupun berbeda dalam taksonomi

Lebih terperinci

Disusun Oleh : ANAS WAHID OKTARIANA J PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Disusun Oleh : ANAS WAHID OKTARIANA J PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FAKTOR RISIKO TERHADAP KEJADIAN TOKSOPLASMOSIS PADA WANITA USIA SUBUR DI RSU ASSALAM GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid akut merupakan penyakit infeksi akut bersifat sistemik yang disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang dikenal dengan Salmonella

Lebih terperinci

SEROPREVALENSI Toxoplasma gondii PADA HEWAN TERNAK KAMBING DI KOTA BANDAR LAMPUNG. (Skripsi) Oleh : AUDYA PRATIWI PUTRI RIYANDA

SEROPREVALENSI Toxoplasma gondii PADA HEWAN TERNAK KAMBING DI KOTA BANDAR LAMPUNG. (Skripsi) Oleh : AUDYA PRATIWI PUTRI RIYANDA SEROPREVALENSI Toxoplasma gondii PADA HEWAN TERNAK KAMBING DI KOTA BANDAR LAMPUNG (Skripsi) Oleh : AUDYA PRATIWI PUTRI RIYANDA UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 SEROPREVALENSI Toxoplasma gondii PADA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penderitanya dan menghasilkan kerentanan terhadap berbagai infeksi. sel T CD4 yang rendah (Cabada, 2015; WHO, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. penderitanya dan menghasilkan kerentanan terhadap berbagai infeksi. sel T CD4 yang rendah (Cabada, 2015; WHO, 2016). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penderita HIV/AIDS meningkat setiap tahun dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Sel limfosit T CD4 merupakan sel target infeksi HIV, penurunan jumlah dan fungsi

Lebih terperinci

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dan tepat

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dan tepat LEMBAR KUESIONER Nama : Tanggal : Alamat : Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dan tepat Beri tanda silang (x) pada jawaban yang benar Jenjang pendidikan terakhir yang anda jalani : a. SD b.

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Trichuris trichiura Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak terdapat pada manusia. Diperkirakan sekitar 900 juta orang pernah terinfeksi

Lebih terperinci

Penelitian Klinis-Epidemiologis Leptospirosis pada Manusia dan Reservoir di Yucatan, Meksiko

Penelitian Klinis-Epidemiologis Leptospirosis pada Manusia dan Reservoir di Yucatan, Meksiko Penelitian Klinis-Epidemiologis Leptospirosis pada Manusia dan Reservoir di Yucatan, Meksiko RINGKASAN Dilakukan penelitian klinis-epidemiologis leptospirosis pada manusia dan reservoir di Yucatán, Meksiko.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Cysticercus cellulosae, crude antigen, ELISA

ABSTRAK. Kata kunci: Cysticercus cellulosae, crude antigen, ELISA ABSTRAK Sistiserkosis merupakan penyakit parasitik yang disebabkan oleh larva stadium metacestoda cacing pita yang disebut Cysticercus. Cysticercus yang ditemukan pada babi adalah Cysticercus cellulosae

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Toxoplasma gondii adalah parasit protozoa yang ditemukan di seluruh

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Toxoplasma gondii adalah parasit protozoa yang ditemukan di seluruh BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toxoplasma gondii adalah parasit protozoa yang ditemukan di seluruh dunia (Aiello, 1997; Dubey, 2010). Parasit ini dapat menginfeksi hampir semua hewan berdarah panas,

Lebih terperinci

Proses Penularan Penyakit

Proses Penularan Penyakit Bab II Filariasis Filariasis atau Penyakit Kaki Gajah (Elephantiasis) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Filariasis disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kucing merupakan salah satu hewan kesayangan yang banyak diminati untuk dipelihara oleh masyarakat. Masyarakat banyak memelihara kucing, tetapi banyak juga yang kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi perilaku, yaitu bagaimana prestasi kerja yang ditampilkan oleh individu baik proses maupun hasilnya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus ribonucleic acid (RNA) yang termasuk family retroviridae dan genus lentivirus yang menyebabkan penurunan imunitas tubuh.

Lebih terperinci

TREMATODA PENDAHULUAN

TREMATODA PENDAHULUAN TREMATODA PENDAHULUAN Trematoda termasuk dalam filum Platyhelminthes Morfologi umum : Pipih seperti daun, tidak bersegmen Tidak mempunyai rongga badan Mempunyai 2 batil isap : mulut dan perut. Mempunyai

Lebih terperinci

maksimum, agar dapat memberikan absorban tertinggi untuk setiap konsentrasi (Satiadarma,2004).

maksimum, agar dapat memberikan absorban tertinggi untuk setiap konsentrasi (Satiadarma,2004). PENDAHULUAN Produk farmasi yang ada di pasaran tidak hanya sediaan untuk manusia saja, tetapi juga untuk hewan yang diternakkan. Hewan yang diternakkan membutuhkan suatu sediaan farmasi untuk memperbaiki

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengambilan Data

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengambilan Data METODE PENELITIAN Waktu, Tempat dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan baseline dari penelitian Dr. Ir. Sri Anna Marliyati MSi. dengan judul Studi Pengaruh Pemanfaatan Karoten dari Crude Pal Oil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris lumbricoides Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia (FKUI, 1998). Termasuk dalam

Lebih terperinci

Proses Penyakit Menular

Proses Penyakit Menular Proses Penyakit Menular Bagaimana penyakit berkembang? Spektrum penyakit Penyakit Subklinis (secara klinis tidak tampak) Terinfeksi tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit; biasanya terjadi perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

LAPORAN GAMBARAN DURATION OF IMMUNITY VAKSIN RABIVET 92. Pusat Veterinaria Farma ABSTRAK

LAPORAN GAMBARAN DURATION OF IMMUNITY VAKSIN RABIVET 92. Pusat Veterinaria Farma ABSTRAK LAPORAN GAMBARAN DURATION OF IMMUNITY VAKSIN RABIVET 92 Darmawan, Dyah Estikoma dan Rosmalina Sari Dewi D Pusat Veterinaria Farma ABSTRAK Untuk mendapatkan gambaran antibodi hasil vaksinasi Rabivet Supra

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. zoonoses (host to host transmission) karena penularannya hanya memerlukan

PENDAHULUAN. zoonoses (host to host transmission) karena penularannya hanya memerlukan PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Leptospirosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri patogen Leptospira, yang ditularkan secara langsung maupun tidak langsung dari hewan ke manusia,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Keberadaan antibodi sebagai respon terhadap vaksinasi dapat dideteksi melalui pengujian dengan teknik ELISA. Metode ELISA yang digunakan adalah metode tidak langsung. ELISA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit plasmodium yaitu makhluk hidup bersel satu yang termasuk ke dalam kelompok protozoa. Malaria ditularkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diare merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diare merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi di negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diare merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi di negara berkembang. Penyakit tersebut sering dihubungkan dengan beberapa keadaan misalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis penyakit infeksi yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan. bila infeksi diderita oleh ibu hamil ( Widodo, 2009 )

BAB I PENDAHULUAN. jenis penyakit infeksi yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan. bila infeksi diderita oleh ibu hamil ( Widodo, 2009 ) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit infeksi yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakti

Lebih terperinci

PARASITOLOGI. OLEH: Dra. Nuzulia Irawati, MS

PARASITOLOGI. OLEH: Dra. Nuzulia Irawati, MS PARASITOLOGI OLEH: Dra. Nuzulia Irawati, MS DEFINISI PARASITOLOGI ialah ilmu yang mempelajari tentang jasad hidup untuk sementara atau menetap pada/ di dalam jasad hidup lain dengan maksud mengambil sebagian

Lebih terperinci