BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
|
|
- Bambang Rachman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 19 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Analisis Masalah Data medan listrik akan dihitung dengan rumus medan listrik menggunakan metode bayangan, yaitu: E Qi 2yi 2 2 ( xi x) yi 2 (3.1) Dengan: Dengan: E Qi ` = Medan Listrik = muatan konduktor i (C) ε = permisivitas udara (8.85 x C 2 N -1 m 2 ) x x i, y i = koordinat titik tinjau = koordinat konduktor i Sebelum menghitung Medan Listrik dengan persamaan di atas, maka terlebih dahulu perlu diketahui diamete untuk N konduktor, dengan persamaan: da d( N. r / d) 1/ N (3.2) Dengan: da = diameter untuk N konduktor a (m)
2 20 d = diameter untuk satu konduktor (m) N = jumlah sub konduktor r = jari-jari sub konduktor (m) Dari persamaan 3.2 kemudian kita dapat menentukan kerapatan konduktor untuk N konduktor dengan persamaan: Paa 1 2Ha ln 2 da (3.3) Pab 1 1 L ab ln 2 La (3.4) Dengan: P aa : kerapatan konduktor dari a ke a P ab Ha da L a : kerapatan konduktor dari a ke b : tinggi konduktor dari atas tanah : diameter untuk N konduktor : Tinggi bayangan konduktor a L ab : Tinggi bayangan konduktor a ke b Karena V dapat diketahui dari data spesifikasi menara, sebagai tegangan dari phasa ke phasa, maka dapatlah kita ketahui muatan konduktor i dengan persamaan: [Q] = [P -1 ] [V] (3.5)
3 21 Dengan: Q : muatan konduktor P : kerapatan konduktor V : tegangan konduktor Selanjutnya program bantu yang akan dibuat dirancang menggunakan metode lain, yaitu persamaan karakteristik impedansi. Jika pilihan menggunakan metode yang kedua ini medan listrik dihitung dengan persamaan: E Z B w 0 z y h0 (3.6) Dengan: E y = kuat medan listrik pada sumbu y (V/m) 0 = Permeabilitas udara ( H/m) B z = Medan magnet pada sumbu z (T) Z 0 = Karakteristik impedansi ( ) h w = Tinggi konduktor dari tanah (m) = Strip konduktor (m)
4 Wolframe Mathematica versi Mathematica adalah software program komputer yang dikembangkan oleh Stepen Wolfram melalui lembaga Wolfram Research di Champaign, Illionis, Amerika Serikat untuk keperluan bidang matematika, statistika, dan ilmu pengetahuan teknik yang dirilis pertama kali pada 23 Juni Mathematica merupakan software yang sangat handal dengan fasilitas terintegrasi lengkap untuk menyelesaikan beragam masalah matematika. Mathemamatica memiliki fasilitas fungsi matematica terpasang (built-in mathematica function) lebih dari 750 buah yang menjadikan sintaks programnya dapat dinyatakan hanya dalam beberapa baris program. Bilamana Mathematica telah diinstalasi pada komputer, maka kita dapat mengoperasikannya dengan cara: double klik ikon Mathematica pada layar monitor, atau pada menu start, program, Mathematica Berikut tampilan halaman kerja Wolfram Mathematica versi 10.01: Gambar 3.1 Tampilan halaman kerja Wolframe versi 10.01
5 23 Adapun dalam penggunaan Wolfram Mathematica, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: gunakan kurung siku [] untuk variabel suatu fungsi nama fungsi selalu dimulai dengan huruf besar gunakan spasi sebagai pengganti * pangkat menggunakan ^ untuk membuat komentar selalu diapit dengan tanda (*Komentar*) (Tanpa tanda kutip) koma ditandai dengan tanda titik (.) perintah ; (tanpa tanda titik) memerintahkan program untuk tidak menampilkan hasilnya. 3.3 Perancangan Diagram Alir Proses perancangan program bantu dalam laporan tugas akhir ini dirancang melalui tahapan-tahapan berikut: 1. Perancangan diagram alir dan algoritma penghitungan medan listrik dengan metode bayangan dan persamaan karakteristik impedansi 2. Pembuatan program lengkap berdasarkan rancangan diagram alir dan algoritma dengan menggunakan bahasa pemograman Wolfram Mathematica versi 10.0
6 24 Dalam merancang suatu program yang terstruktur dan terkendali dengan baik, terlebih dahulu perlu dilakukan perancangan diagram alir (Flowchart) serta algoritma program sehingga dapat memperjelas langkah-langkah dalam membuat program secara utuh. Rancangan diagram alir dapat dilihat sebagai berikut: Mulai Input: π, ε 0 Tentukan: P Tentukan Q E = Q/2πε Periksa parameter Metode= Bayangan? Z 0Bw E h 0 Bandingkan metode bayangan dan karakteristik impedansi Periksa parameter Metode bayangan=karakteristik impedansi? selesai Gambar 3.2 diagram alir penelitian
7 25 Adapun langkah-langkah algoritma program bantu yang digunakan dalam penyelesaian perhitungan medan lisrtik dengan metode bayangan dan persamaan karakteriktik impedansi adalah sebagai berikut: a. Persiapan penjabaran secara matematik perhitungan medan listrik b. Penjabaran solusi matematik diameter N konduktor (d a ) dengan rumus da d( N. r / d) 1/ N c. Penjabaran solusi matematik penyelesaian metode bayangan kerapatan medan konduktor ρ d. Penjabaran solusi matematik penyelesaian muatan Q dengan metode bayangan e. Membuat program komputer dan mendapatkan hasil numerik untuk penyelesaian medan listrik dengan metode bayangan f. Pengujian hasil numerik solusi matematik medan listrik dengan metode bayangan g. Memperbaiki solusi matematik dan program komputer dengan memperhatikan parameter dan syarat batas h. Membuat program komputer untuk menghitung medan listrik dengan karakteristik impedansi E y Z 0 B h z 0 w i. Membandingan hasil yang diperoleh dengan metode bayangan dan karakteristik impedansi j. Membandingkan hasil yang diperoleh dengan metode bayangan dan hasil data lapangan k. Membandingan hasil yang diperoleh dengan karakteristik impedansi dan data lapangan
8 26 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Pengukuran dan Spesifikasi Menara SUTT 150 kv Perhitungan dilakukan dengan mengambil data-data SUTT 150 kv dari G.I Titi Kuning - G.I Berastagi di desa Ujung Jati, kecamatan Berastagi, kabupaten Karo. Nomor menara 39 dan 40. Berikut merupakan informasi data dari menara tersebut: Tipe menara : Saluran Ganda Konduktor Fasa : 1 x 240 mm 2 ACSR GMR : ft ( m) Konduktor tanah : 1 x 50 mm 2 GSW Diameter : ft (0.008 m) Andongan : 3.5 m Jumlah sub konduktor (phasa): 4 Diameter sub konduktor : mm Tegangan operasi line to line : kv Tegangan operasi line to netral: 86.6 kv
9 27 Gambar 4.1 Konstruksi menara transmisi 150 kv antara G.I titi Kuning dan G.I Berastagi Untuk melakukan perhitungan ini diambil beberapa asumsi yaitu: Sistem dianggap dalam keadaan seimbang Tidak dipengaruhi kondisi sekitarnya Distribusi muatan di permukaan saluran seragam Dari gambar 4.1 dapat diketahui kedudukan koordinat masing-masing konduktor: x1 = x2 = x3 = x4 = x5 = x6 = jarak titik lengan menara terhadap konduktor = 8.4 m y1 = y4 = jarak ketinggian konduktor 1 dan 5 terhadap tanah = 28 m y2 = y5 = jarak ketinggian konduktor 2 dan 6 terhadap tanah = 23.5 m y3 = y6 = jarak ketinggian konduktor 3 dan 7 terhadap tanah = 19 m Hasil pengukuran kuat untuk saluran Transmisi disajikan atas kerjasama PT. PLN UPT Indonesia dan LP USU pada nomor menara disajikan sebagai berikut:
10 28 Tabel 4.1. Hasil Pengukuran Medan Listrik dan Medan Magnet di menara G.I Titi Kuning G.I Berastagi Jarak Pengukuran (m) Kuat Medan Listrik No (KV/m) ,0010 0, ,0009 0, ,0012 0, ,002 0, ,06 0, ,7 0, ,4 0, ,0 0, ,5 0, ,3 0, ,3 0, ,3 0, ,0 0, ,5 0, ,4 0, ,0 0, ,0 0, ,76 0, ,0 0, ,15 0, ,7 0, ,2 0,25 Induksi Medan Magnet (µt) / (A/m)
11 Perhitungan Medan Listrik dengan Metode Bayangan Berdasarkan data-data yang ada mula-mula kita hitung harga d a dengan menggunakan persamaan 3.2, sehingga: 3 1/ 4 da (4*11.75x10 / ) m Setelah harga da diketahui maka digunakan persamaan 3.3 dan 3.4 dengan memasukkan koefisien 1/2πε ke matriks P. Sehingga kita peroleh matriks P sebagai berikut: x Sedangkan Matriks V di peroleh dari tegangan phasa ke phasa: V1 = V4 = kv 0 0 = j0.0 kv V2 = V5 = kv = j V3 = V6 = kv = j kv kv Selanjutnya kita akan mendapatkan nilai dari Q dengan persamaan 3.5. Dengan demikian, medan listrik dapat dihitung Medan Listrik dengan persamaan 3.1, dengan hasil perhitungannya ditampilkan pada tabel 4.2 berikut ini:
12 30 Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Medan Listrik dengan Metode Bayangan No Jarak Pengukuran (m) E Qi 2yi 2 2 ( xi x) yi (kv/m)
13 Perhitungan Kuat Medan Listrik dengan Persamaan Karakteristik Impedansi Dengan menggunakan data kuat medan magnet (B) pada tabel 4.1 dan memasukkan data-data berikut ini,maka medan listrik (E) dapat dihitung ulang menggunakan persamaan 3.6: Diameter ACSR = m Z 0 = 120π w h π = 3,14 w = 2πr = πd = 3,14 x 0,008 m = 0,02512 m h = 19 m
14 32 Selanjutnya hasil perhitungan ulang medan listrik dengan Karakteristik Impedansi disajikan pada tabel 4.3 berikut: Tabel 4.3. Hasil Perhitungan Medan Listrik dengan PersamaanKarakteristik Impedansi Z 0Bzw h Jarak Pengukuran Medan Magnet (kv/m) No (m) (µt) ,1 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , E y 0
15 Perbandingan Hasil Perhitungan menggunakan Metode Bayangan dan Persamaan Karakteristik Impedansi Berdasarkan hasil yang didapat dengan perhitungan metode bayangan dan persamaan karakteristik impedansi pada tabel 4.2 dan 4.3, maka dapat kita bandingkan hasil perhitungan yang didapat dengan kedua metode seperti disajikan pada tabel 4.4 berikut: Tabel 4.4. Perbandingan Medan Listrik Perhitungan dengan Metode Bayangan dan Persamaan Karakteristik Impedansi E Qi 2yi 2 2 ( xi x) yi 2 Jarak Pengukuran (kv/m) (kv/m) No (m) , E y Z 0Bzw h 0
16 34 Hasil pada tabel 4.4 di atas dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti ditunjukkan pada gambar 4.1 berikut ini: Perbandingan metode bayangan dan karakteristik impedansi E kv 8 6 Persamaan karakteristik Impedansi 4 2 Metode Bayangan Gambar 4.1. Grafik 2D Perbandingan Hasil Perhitungan Medan Listrik dengan Metode Bayangan dan Karakteristik Impedansi Dari grafik di atas dapat kita lihat terdapat perbedaan yang sangat signifikan pada kedua metode, walaupun grafik masih menunjukkan lengkungan yang layak untuk grafik Medan Listrik. Perbedaan ini disebabkan persamaan karakteristik Impedansi sangat bergantung pada hasil pengukuran Medan magnet di lapangan. Berikut ini dasjikan pula grafik dalam bentuk 3 dimensi:
17 35 Gambar 4.2. Grafik 3D Perbandingan Hasil Perhitungan Medan Listrik dengan Metode Bayangan dan Karakteristik Impedansi 4.5 Perbandingan Hasil Pengukurandengan Perhitungan Perbandingan Hasil Pengukuran dengan Perhitungan Menggunakan Metode Bayangan Dari tabel 4.1 dan 4.2 dapat kita sajikan perbandingan antaran pengukuran medan listrik dengan hasil perhitungan yang didapat dengan metode bayangan, seperti ditunjukkan tabel 4.5 berikut ini:
18 36 Tabel 4.5. Perbandingan Hasil Pengukuran Medan Listrik dengan Perhitungan Menggunakan Metode Bayangan No Jarak Pengukuran (m) E Pengukuran (kv) E Perhitungan (kv) 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,
19 37 data pada tabel 4.5 di atas dapat pula disajikan dalam grafik seperti ditunjukkan pada gambar 4.3 berikut: Perbandingan Perhitungan dan Pengukuran E kv 8 Pengukuran Metode Bayangan Gambar 4.3. Grafik 2D Perbandingan Medan Listrik Pengukuran dengan Perhitungan menggunakan Metode Bayangan Dari grafik di atas dapat kita lihat terdapat perbedaan yang sangat signifikan pada pengukuran dan metode bayangan, walaupun grafik masih menunjukkan lengkungan yang layak untuk grafik Medan Listrik. Perbedaan ini disebabkan hasil pengukuran di lapangan bisa mengalami perbedaan baik karena faktor cuaca, kesalahan pembacaan oleh pengukur, atau masalah eksternal lainnya. Secara teori grafik yang paling mendekati untuk medan listrik adalah grafik hasil perhitungan dengan metode bayangan. Berikut ini dasjikan pula grafik dalam bentuk 3 dimensi:
20 38 Gambar 4.4. Grafik 3D Perbandingan Medan Listrik Pengukuran dengan Perhitungan menggunakan Metode Bayangan Perbandingan Hasil Pengukuran dengan Perhitungan menggunakan Karakteristik Impedansi Dari tabel 4.1 dan 4.3 kita bisa menyajikan tabel perbandingan hasil pengukuran dan di lapangan dan perhitungan dengan menggunkan persamaan karakteristik impedansi seperti disajikan pada tabel 4.6 berikut ini:
21 39 Tabel 4.6. Perbandingan Hasil Pengukuran dengan Perhitungan menggunakan Karakteristik Impedansi No Jarak Pengukuran (m) E Pengukuran (kv) E Perhitungan (kv) 0,0010 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,
22 40 berikut ini disajikan tampilan tabel 4.6 dalam bentuk grafik seperti ditunjukkan pada gambar 4.5 berikut ini: Perbandingan Perhitungan dan Pengukuran E kv 8 6 Pengukuran 4 2 Persamaan Karakteristik Impedansi Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Medan Listrik Pengukuran dengan Perhitungan menggunakan Karakteristik Impedansi Dari grafik di atas dapat kita lihat grafik perhitungan dengan persamaan karakteristik impedansi paling mendekati dengan hasil perhitungan di lapangan. Hal ini disebabkan, dalam menghitung medan listrik dengan persamaan karakteristik impedansi kita sangat bergantung pada data medan magnet yang juga kita dapat dari hasil pengukuran di lapangan. Berikut ini dasjikan pula grafik dalam bentuk 3 dimensi.
23 41 Gambar 4.6. Grafik Perbandingan Medan Listrik Pengukuran dengan Perhitungan menggunakan Karakteristik Impedansi
24 42 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil-hasil yang didapat pada bab sebelumnya, maka dapatlah disimpulkan bahwa: 1. Metode bayangan dan persamaan karakteristik impedansi dapat digunakan untuk menghitung Medan Magnet pada saluran Transmisi 2. Penggunaan Wolfram Mathematic dalam perhitungan sangat memudahkan perhitungan, selain itu Wolframe juga memiliki ketelitian angka lebih akurat dengan banyak digit di belakang koma. Hal ini dapat kita lihat pada data-data yang ditampilkan pada tabel 4.2 dan Metode bayangan lebih baik digunakan dalam perhitungan Medan Listrik, sebab grafiknya lebih stabil. Sedangan pada persamaan Karakteristik Impedansi sebelumnya kita harus memiliki data medan magnet yang kemungkinan besar mengakibatkan hasil perhitungannnya tidak stabil, hal ini disebabkan faktor-faktor eksternal yang mengganggu saat pengukuran medan magnet. Sehingga, pada saat kita memplot hasil pengkuran dan perhitungan dengan persamaan karakteristik impedansi grafiknya lebih mendekati dengan hasil pengukuran.
25 43 4. Berdasarkan data yang ditunjukkan pada tabel 4.1 diketahui medan listrik tertinggi ada pada kemiringan 2 m dan terendah pada kemiringan 18 m ke kiri dari menara yaitu 8.0 kv/m dan kv/m. Sedangkan hasil perhitungan dengan metode bayangan masih di bawah 3 kv/m, dan nilai tertinggi di dapat kv/m pada kemiringan 4 m untuk perhitungan dengan persamaan Karakteristik Impedansi. Dengan demikian berdasarkan Rekomendasi IRPA/INIRC pada tabel 2.1 dan rekomendasi WHO pada tabel 2.2, jaringan transmisi SUTT 150 kv untuk G.I Titi Kuning G.I Berastagi aman bagi kesehatan. 5.2 Saran Ada beberapa saran untuk penelitian selanjutnya: 1. Menggunakan Metode Bayangan untuk kabel yang lain, karena sejauh ini penulis mencukupkan pada kabel terbawah dengan tinggi 19 m. 2. Menggunakan Metode bayangan untuk menghitung medan magnet untuk menyempurnakan penelitian ini. 3. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya peneliti melakukan pengukuran langsung ke lapangan.
ANALISIS DATA MEDAN LISTRIK DENGAN METODE BAYANGAN DAN PERSAMAAN KARAKTERISTIK IMPEDANSI DI BAWAH ANDONGAN JARINGAN TRANSMISI SUTT 150 KV SKRIPSI
i ANALISIS DATA MEDAN LISTRIK DENGAN METODE BAYANGAN DAN PERSAMAAN KARAKTERISTIK IMPEDANSI DI BAWAH ANDONGAN JARINGAN TRANSMISI SUTT 150 KV SKRIPSI NURHASANAH 100801051 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA
Lebih terperinciSTUDI INTENSITAS MEDAN LISTRIK DI SUTT 150 kv KONFIGURASI VERTIKAL UNTUK LINGKUNGAN PEMUKIMAN
STUDI INTENSITAS MEDAN LISTRIK DI SUTT 150 kv KONFIGURASI VERTIKAL UNTUK LINGKUNGAN PEMUKIMAN I.N.Y. Prayoga 1, A.A.N. Amrita 2, C.G.I.Partha 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciPERBANDINGAN KUAT MEDAN LISTRIK DI BAWAH SALURAN TRANSMISI 150 KV ANTARA G.I. T.KUNING DAN G.I
PRBANDINGAN KUAT MDAN LISTRIK DI BAWAH SALURAN TRANSMISI 150 KV ANTARA G.I. T.KUNING DAN G.I. BRASTAGI BRDASARKAN PNGUKURAN DAN PRHITUNGAN DNGAN MNGGUNAKAN MTOD BAYANGAN Syafril Ramadan, Hendra Zulkarnain
Lebih terperinciKAJIAN KUAT MEDAN LISTRIK PADA KONFIGURASI HORISONTAL SALURAN TRANSMISI 150 KV
KAJIAN KUAT MEDAN LISTRIK PADA KONFIGURASI HORISONTAL SALURAN TRANSMISI 15 KV I.P.H. Wahyudi 1, A.A.N.Amrita 2, W.G. Ariastina 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Email
Lebih terperinciPEMAJANAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV DI PROPONSI RIAU
PEMAJANAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 1 KV DI PROPONSI RIAU Suwitno, Fri Murdiya Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Riau, Pekanbaru Email : suwitnowd@yahoo.co.id
Lebih terperinci2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saluran Transmisi Saluran transmisi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berperan menyalurkan daya listrik dari pusat-pusat pembangkit listrik ke gardu induk.
Lebih terperinciIV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN. terbuat dari tembaga. Plat dengan tebal 0,5 mm dibentuk lingkaran dengan
34 IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Alat Ukur Tegangan dan Arus Induksi Alat ukur tegangan induksi dibuat dengan menggunakan dua buah plat yang terbuat dari tembaga. Plat dengan tebal 0,5 mm dibentuk lingkaran
Lebih terperinciBAB III. Transformator
BAB III Transformator Transformator merupakan suatu alat listrik yang mengubah tegangan arus bolak-balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsipprinsip
Lebih terperinciSTUDI PERENCANAAN SALURAN TRANSMISI 150 kv BAMBE INCOMER
SALURAN TRANSMISI 150 kv BAMBE INCOMER Widen Lukmantono NRP 2209105033 Dosen Pembimbing Ir.Syariffuddin Mahmudsyah, M.Eng Ir.Teguh Yuwono JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi
Lebih terperinciPERANCANGAN ALAT PENGUKUR BESAR MEDAN LISTRIK PADA SALURAN TRANSMISI
PERANCANGAN ALAT PENGUKUR BESAR MEDAN LISTRIK PADA SALURAN TRANSMISI SKRIPSI untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai derajat Sarjana S1 Disusun oleh: Bima Ariawan Riffendi 13524066 Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PERANCANGAN DIAGRAM ALIR ANALISA DAN DESAIN TOWER TRANSMISI
BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 DIAGRAM ALIR ANALISA DAN DESAIN TOWER TRANSMISI LISTRIK 150 kv (SUTT) START ANALISIS. ANALISIS DAN DESAIN AWAL STRUKTUR ATAS TOWER TRANSMISI 150 kv : MODELING INPUT DATA
Lebih terperinciLAMPIRAN B. Jarak Bebas Minimum Horisontal dari Sumbu Vertikal Menara/Tiang. Jarak Horisont al Akibat Ayunan Kondukt or H (m)
Keterangan: 1. X1 = Panjang upper cross arm = 13,4 m 2. X2 = Panjang middle cross arm = 13,8 m 3. X3 = Panjang lower cross arm = 14,3 m 4. H = Ketinggian lower cross arm dari permukaan tanah = 46,5 m 5.
Lebih terperinciBAB 3 PENGOLAHAN DATA
BAB 3 PENGOLAHAN DATA 3.1 Pengertian Pengolahan Data Pengolahan data dapat diartikan sebagai penjabaran atas pengukuran data kuantitatif menjadi suatu penyajian yang lebih mudah dimengerti dan menguraikan
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. hari. Jumlah hari guruh yang terjadi pada suatu daerah dalam satu tahun disebut
BAB II DASAR TEORI II.1 Hari Guruh Tahunan Isokreaunic Level (I kl ) Hari guruh adalah hari dimana guruh terdengar minimal satu kali dalam satu hari. Jumlah hari guruh yang terjadi pada suatu daerah dalam
Lebih terperinciBAB III KEADAAN UMUM MENARA SUTET
BAB III KEADAAN UMUM MENARA SUTET SUTET atau Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi merupakan media pendistribusian listrik oleh PLN berupa kabel dengan tegangan listriknya dinaikkan hingga mencapai 500kV
Lebih terperinciPERHITUNGAN ARUS INDUKSI ELEKTROSTATIS DI BAWAH SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI 500 KV DI JALUR PEDAN-UNGARAN TUGAS AKHIR
PERHITUNGAN ARUS INDUKSI ELEKTROSTATIS DI BAWAH SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI 500 KV DI JALUR PEDAN-UNGARAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai
Lebih terperinciSTUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV
STUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV Fariz Dwi Pratomo NRP 2209105044 Dosen Pembimbing IG Ngurah Satriyadi Hernanda, ST, MT Dr.
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan
Lebih terperinciBAB 4 ANALISA KONSEP ADAPTIF RELE JARAK PADA JARINGAN SALURAN TRANSMISI GANDA MUARA TAWAR - CIBATU
36 BAB 4 ANALISA KONSEP ADAPTIF RELE JARAK PADA JARINGAN SALURAN TRANSMISI GANDA MUARA TAWAR - CIBATU 4.1 DIAGRAM GARIS TUNGGAL GITET 5 KV MUARA TAWAR Unit Pembangkitan Muara Tawar adalah sebuah Pembangkit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam penyaluran daya listrik akan terjadi rugi-rugi daya penyaluran dan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam penyaluran daya listrik akan terjadi rugi-rugi daya penyaluran dan terdapat jatuh tegangan (voltage drop) yang besarnya sebanding dengan panjang saluran. Penggunaan
Lebih terperinciSTUDI ALIRAN DAYA PADA SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA BAGIAN UTARA (SUMBAGUT) 150 kv DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE POWERWORLD VERSI 17
STUDI ALIRAN DAYA PADA SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA BAGIAN UTARA (SUMBAGUT) 50 kv DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE POWERWORLD VERSI 7 Adly Lidya, Yulianta Siregar Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen
Lebih terperinciLAMPIRAN A KUAT MEDAN LISTRIK PADA TITIK UJI A, B, DAN C UNTUK BERBAGAI MACAM JENIS KONFIGURASI KAWAT PENGHANTAR
E (kv/m) E (kv/m) LAMPIRAN A KUAT MEDAN LISTRIK PADA TITIK UJI A, B, DAN C UNTUK BERBAGAI MACAM JENIS KONFIGURASI KAWAT PENGHANTAR 1. Konfigurasi Fasa Kawat Penghantar RST-RST 0.8 0.7 0.6 0.5 pada titik
Lebih terperinciHukum Gauss. Pekan #2. Hukum Gauss Pekan #2 1 / 17
Hukum Gauss Pekan #2 Hukum Gauss Pekan #2 1 / 17 Pokok bahasan: Fluks Hukum Gauss Penerapan hukum Gauss Hukum Gauss Pekan #2 2 / 17 Fluks dari suatu vektor Misal terdapat udara yang mengalir dengan kecepatan
Lebih terperinciRANCANGBANGUN TRANSFORMATOR STEP UP
DAFTAR ISI RANCANGBANGUN TRANSFORMATOR STEP UP 220 V / 5 KV, 0,5 A, 50 Hz... i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING.. Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN... Error! Bookmark not defined. LEMBAR
Lebih terperinciKESALAHAN-KESALAHAN DALAM PENGUKURAN
KESALAHAN-KESALAHAN DALAM PENGKAN 1. Internal (alat itu sendiri). Eksternal (manusia, lingkungan) Istilah dalam pengukuran 1. Ketelitian (accuracy). Presisi 3. Sensivitas 4. Kesalahan (error) Ketelitian
Lebih terperinciPERHITUNGAN BESAR RUGI-RUGI DAYA KORONA PADA SISTEM SALURAN TRANSMISI 275 KV GI MAMBONG MALAYSIA GI BENGKAYANG INDONESIA
PERHITUNGAN BESAR RUGI-RUGI DAYA KORONA PADA SISTEM SALURAN TRANSMISI 275 KV GI MAMBONG MALAYSIA GI BENGKAYANG INDONESIA Luthfi Mulya Dirgantara 1 ), Danial 2 ), Usman A. Gani 3 ) Jurusan Teknik Elektro,
Lebih terperinciTUGAS AKHIR DISTRIBUSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA TIAP MENARA TRANSMISI MINDO SIMBOLON NIM :
TUGAS AKHIR DISTRIBUSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA TIAP MENARA TRANSMISI (STUDI KASUS TRANSMISI 150 KV TITI KUNING-BRASTAGI) Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan
Lebih terperinciREPRESENTASI SISTEM TENAGA LISTRIK
REPRESENTASI SISTEM TENAGA LISTRIK Tujuan Instruksional Umum: Mahasiswa akan dapat merepresentasikan komponen-komponen yang ada pada sebuah sistem tenaga listrik secara benar untuk mendapatkan perhitungan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian Skripsi ini antara lain adalah: 1. Studi literatur, yaitu dengan cara menelaah, menggali, serta mengkaji
Lebih terperinciPENENTUAN SLACK BUS PADA JARINGAN TENAGA LISTRIK SUMBAGUT 150 KV MENGGUNAKAN METODE ARTIFICIAL BEE COLONY
PENENTUAN SLACK BUS PADA JARINGAN TENAGA LISTRIK SUMBAGUT 150 KV MENGGUNAKAN METODE ARTIFICIAL BEE COLONY Tommy Oys Damanik, Yulianta Siregar Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian Tugas Akhir Skripsi ini antara lain adalah sebagai berikut : a. Studi literatur, yaitu langkah pertaman yang
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Penulis. Raizal Dzil Wafa M.
i KATA PENGANTAR Buku ini dibuat untuk memudahkan siapa saja yang ingin belajar MATLAB terutama bagi yang baru mengenal MATLAB. Buku ini sangat cocok untuk pemula terutama untuk pelajar yang sedang menempuh
Lebih terperinciBAB II SALURAN TRANSMISI
BAB II SALURAN TRANSMISI 2.1 Umum Penyampaian informasi dari suatu sumber informasi kepada penerima informasi dapat terlaksana bila ada suatu sistem atau media penyampaian di antara keduanya. Jika jarak
Lebih terperinciIII PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1. Umum Berdasarkan standard operasi PT. PLN (Persero), setiap pelanggan energi listrik dengan daya kontrak di atas 197 kva dilayani melalui jaringan tegangan menengah
Lebih terperinciPOLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam operasi pelayanan penyediaan energi listrik khususnya di GI Bungaran, sistem tenaga listrik dapat mengalami berbagai macam gangguan, misal gangguan dari hubung
Lebih terperinciEksperimen HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan data
7 jam dan disonikasi selama jam agar membran yang dihasilkan homogen. Langkah selanjutnya, membran dituangkan ke permukaan kaca yang kedua sisi kanan dan kiri telah diisolasi. Selanjutnya membran direndam
Lebih terperinciStudi Analisis Gangguan Petir Terhadap Kinerja Arrester Pada Sistem Distribusi Tegangan Menengah 20 KV Menggunakan Alternative Transient Program (ATP)
Studi Analisis Gangguan Petir Terhadap Kinerja Arrester Pada Sistem Distribusi Tegangan Menengah 20 KV Menggunakan Alternative Transient Program (ATP) Zainal Abidin *) *) Program Studi Teknik Elektro,
Lebih terperinciDAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN...
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang
Lebih terperinciPEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN
PEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN Oleh : Nina Dahliana Nur 2211106015 Dosen Pembimbing : 1. I Gusti Ngurah Satriyadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika yang merupakan ide-ide abstrak tidak dapat begitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika yang merupakan ide-ide abstrak tidak dapat begitu mudah untuk dipahami oleh para siswa. Ide-ide abstrak tersebut perlu dinyatakan ke dalam bentuk representasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibangkitkan oleh pembangkit harus dinaikkan dengan trafo step up. Hal ini
2.1 Sistem Transmisi Tenaga Listrik BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem transmisi adalah sistem yang menghubungkan antara sistem pembangkitan dengan sistem distribusi untuk menyalurkan tenaga listrik yang dihasilkan
Lebih terperinciKISI-KISI SOAL UKG 2015 TEKNIK JARINGAN LISTRIK PROFESIONAL PPPPTK BBL MEDAN
KISI-KISI SOAL UKG 2015 TEKNIK JARINGAN LISTRIK PROFESIONAL PPPPTK BBL MEDAN STANDAR KOMPETENSI GURU No Kompetensi Utama KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS/KEAHLIAN/BK Indikator
Lebih terperinciBAB III Metodologi Penelitian
BAB III Metodologi Penelitian 3.1 Metode Penelitian Untuk mendapatkan perumusan, analisis dan pemecahan masalah, penulis perlu melakukan pengumpulan data dan fakta yang lengkap, relevan dan objektif, serta
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
20 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian Dalam penulisan skripsi ini, populasi dalam penelitian adalah semua produk speaker komputer dengan berbagai kualitasnya. Speaker komputer
Lebih terperinciAnalisa Dampak SUTET 500 KV Bagi Masyarakat Yang Berada Disekitarnya
Analisa Dampak SUTET 500 KV Bagi Masyarakat Yang Berada Disekitarnya Disusun oleh Nama : Rangga Erlangga NPM : 15411866 Jurusan : Teknik Elektro Dosen Pembimbing I : Dr. Hartono Siswono, ST., MT Dosen
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH MUTUAL INDUCTANCE TERHADAP SETTING RELE JARAK PADA SALURAN TRANSMISI DOUBLE CIRCUIT 150 kv ANTARA GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD
STUDI PENGARUH MUTUAL INDUCTANCE TERHADAP SETTING RELE JARAK PADA SALURAN TRANSMISI DOUBLE CIRCUIT 150 kv ANTARA GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD Ahmad Ridwan 1, I G. Dyana A. 2, I W. Arta W. 3 1,2,3 Jurusan
Lebih terperinciBAB III KONSEP PERHITUNGAN JATUH TEGANGAN
26 BAB KONSEP PERHTUNGAN JATUH TEGANGAN studi kasus: Berikut ini proses perencanan yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan Mulai Pengumpulan data : 1. Spesifikasi Transformator 2. Spesifikasi Penyulang
Lebih terperinciPengenalan Geogebra. Oleh: Hazrul Iswadi. Disampaikan pada seminar internal Departemen MIPA. Tanggal 10 September 2011
Pengenalan Geogebra Oleh: Hazrul Iswadi Disampaikan pada seminar internal Departemen MIPA Tanggal 10 September 2011 Departemen MIPA Universitas Surabaya A. Apa itu GeoGebra? GeoGebra adalah software gratis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Line Ungaran Purwodadi. T.46a. GI Mranggen
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Konsumsi listrik Indonesia setiap tahunnya terus meningkat sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Hal tersebut mengharuskan untuk meningkatakan
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH KELEMBABAN UDARA TERHADAP KUAT MEDAN LISTRIK DI SEKITAR SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI. Rio Sandi *)
ANALISIS ENGARUH KELEMAAN UDARA TERHADA KUAT MEDAN LISTRIK DI SEKITAR SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 5 kv QUADRULE Rio Sandi *) *) rogram Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
Lebih terperinciε = tegangan imbas (volt)
BAB NUKTANS PAA KONUKTOR SELNER. nduktansi Pada Penghantar Berarus Adanya flu magnet pada saluran dφ (.) ε dt engan permeabilitas μ yang konstan maka: di dφ φ Li e L L (.) dt di dimana: ε tegangan imbas
Lebih terperinciPEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN PEMISAH ( PMS ) PADA GARDU INDUK 150 kv SRONDOL PT. PLN ( PERSERO ) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG
Makalah Seminar Kerja Praktek PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN PEMISAH ( PMS ) PADA GARDU INDUK 150 kv SRONDOL PT. PLN ( PERSERO ) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG Rieza Dwi Baskara. 1, Dr. Ir.
Lebih terperinciBINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET. Hani Nurbiantoro Santosa, PhD.
BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET Hani Nurbiantoro Santosa, PhD hanisantosa@gmail.com 2 BAB 4 KAPASITOR Kapasitas, Kapasitor Pelat Sejajar, Kapasitor Bola, Kapasitor Silinder, Kapasitor Pengganti Seri dan Paralel,
Lebih terperinciDAFTAR ISI PUSPA LITA DESTIANI,2014
DAFTAR ISI Lembar Pernyataan Keaslian Skripsi Lembar Pengesahan ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... x BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Lebih terperinciMITIGASI GANGGUAN TRANSMISI AKIBAT PETIR PADA PT. PLN (PERSERO) P3B SUMATERA UPT TANJUNG KARANG
1 MITIGASI GANGGUAN TRANSMISI AKIBAT PETIR PADA PT. PLN (PERSERO) P3B SUMATERA UPT TANJUNG KARANG Handy Wihartady, Eko Prasetyo, Muhammad Bayu Rahmady, Rahmat Hidayat, Aryo Tiger Wibowo PT. PLN (Persero)
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. keras dan perangkat lunak, adapun perangkat tersebut yaitu: laptop yang dilengkapi dengan peralatan printer.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak, adapun perangkat tersebut yaitu: 1. Perangkat
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PENGHALUSAN JARING ELEMEN SEGITIGA REGANGAN KONSTAN SECARA ADAPTIF
PENGEMBANGAN PENGHALUSAN JARING ELEMEN SEGITIGA REGANGAN KONSTAN SECARA ADAPTIF Kevin Tjoanda 1, Wong Foek Tjong 2, Pamuda Pudjisuryadi 3 ABSTRAK : Penelitian ini menghasilkan program matlab yang mampu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan menggunakan metode semi numerik dimana koefisen transmisi didapatkan dengan menyelesaikan persamaan Schrodinger menggunakan MMT karena metode ini dalam
Lebih terperinciBAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH
BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH II. 1 TEORI GELOMBANG BERJALAN II.1.1 Pendahuluan Teori gelombang berjalan pada kawat transmisi telah mulai disusun secara intensif sejak tahun 1910, terlebih-lebih
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM
BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sebuah generator magnet permanen fluks axial yang dirangkai dengan keluaran 1 fase. Cara kerja dari generator axial ini adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan ditemukannya Generator Sinkron atau Alternator, telah memberikan. digunakan yaitu listrik dalam rumah tangga dan industri.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Generator Sinkron merupakan mesin listrik yang mengubah energi mekanis berupa putaran menjadi energi listrik. Energi mekanis diberikan oleh penggerak mulanya. Sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari lingkungan atau benda diluar sistem sensor. Input rangsangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sensor merupakan suatu alat yang dapat menerima sinyal atau rangsangan yang berasal dari lingkungan atau benda diluar sistem sensor. Input rangsangan dari
Lebih terperinciKUAT MEDAN ELEKTRIK DI PERMUKAAN ISOLATOR PENDUKUNG
BAB II KUAT MEDAN ELEKTRIK DI PERMUKAAN ISOLATOR PENDUKUNG II.1. Umum Isolator pendukung jenis post silinder polos digunakan pada sistem instalasi tegangan tinggi pasangan dalam. Udara di sekitar permukaan
Lebih terperinciPT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN. SUTT/SUTET Dan ROW. Belajar & Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai Nilai Perusahaan
SUTT/SUTET Dan ROW Saluran Transmisi Tenaga Listrik A. Saluran Udara B. Saluran Kabel C. Saluran dengan Isolasi Gas Macam Saluran Udara Tegangan Tinggi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kv Saluran
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PENGARUH IMPEDANSI SURJA PEMBUMIAN MENARA TRANSMISI TERHADAP TEGANGAN LENGAN MENARA WINDY ROLAND TOBING NIM :
TUGAS AKHIR PENGARUH IMPEDANSI SURJA PEMBUMIAN MENARA TRANSMISI TERHADAP TEGANGAN LENGAN MENARA Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen
Lebih terperinciEVALUASI KINERJA SISTEM PTROTEKSI KAWAT TANAH. TRANSMISI 150 kv SEI ROTAN TEBING TINGGI. Oleh : SADAK NAINGGOLAN Nim :
EVALUASI KINERJA SISTEM PTROTEKSI KAWAT TANAH TRANSMISI 150 kv SEI ROTAN TEBING TINGGI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM
BAB III PERANCANGAN SISTEM Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengukuran resistivitas dikhususkan pada bahan yang bebentuk silinder. Rancangan alat ukur ini dibuat untuk mengukur tegangan dan arus
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian skripsi ini antara lain adalah: 1. Studi literatur, yaitu cara menelaah, menggali, serta mengkaji teoremateorema
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM
BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari skripsi meliputi gambaran alat, cara kerja sistem dan modul yang digunakan. Gambar 3.1 merupakan diagram cara
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan pada PT. PLN (Persero) Area Cimahi Rayon Padalarang dengan subjek yang diangkat adalah terhadap saluran Jaringan Tegangan
Lebih terperinciFisika EBTANAS Tahun 1996
Fisika EBTANAS Tahun 1996 EBTANAS-96-01 Di bawah ini yang merupakan kelompok besaran turunan A. momentum, waktu, kuat arus B. kecepatan, usaha, massa C. energi, usaha, waktu putar D. waktu putar, panjang,
Lebih terperinciSTUDI ANALISIS SETTING BACKUP PROTEKSI PADA SUTT 150 KV GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AKIBAT UPRATING DAN PENAMBAHAN SALURAN
STUDI ANALISIS SETTING BACKUP PROTEKSI PADA SUTT 150 KV GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AKIBAT UPRATING DAN PENAMBAHAN SALURAN I Putu Dimas Darma Laksana 1, I Gede Dyana Arjana 2, Cok Gede Indra Partha 3 1,2,3
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seiring dengan pesatnya pertumbuhan penduduk, ekonomi, industri, dan perumahan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan tenaga listrik diberbagai wilayah di Indonesia semakin meningkat seiring dengan pesatnya pertumbuhan penduduk, ekonomi, industri, dan perumahan. Untuk memenuhi
Lebih terperinciIMPLEMENTASI ALGORITMA GREEDY DALAM MASALAH LINTASAN TERPANJANG MENGGUNAKAN BAHASA C TUGAS AKHIR INDRIANI ARMANSYAH SRG
IMPLEMENTASI ALGORITMA GREEDY DALAM MASALAH LINTASAN TERPANJANG MENGGUNAKAN BAHASA C TUGAS AKHIR INDRIANI ARMANSYAH SRG 112406122 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK INFORMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA
Lebih terperinciKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 18 TAHUN 2015 RUANG BEBAS DAN JARAK BEBAS MINIMUM PADA SALURAN
Lebih terperinciBAB V IMPLEMENTASI SISTEM
BAB V IMPLEMENTASI SISTEM Sistem setelah dianalisa dan dirancang, maka sistem tersebut siap diterapkan atau diimplementasikan. Tahap implementasi sistem ini merupakan tahap meletakkan perancangan sistem
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Gardu Induk 150 KV Teluk Betung Tragi Tarahan, Bandar Lampung, Provinsi Lampung. B. Data Penelitian Untuk mendukung terlaksananya
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar
DAFTAR ISI Halaman Judul i Surat Pernyataan ii Lembar Pengesahan Pembimbing iii Lembar Pengesahan Penguji iv Pernyataan Persetujuan Publikasi Ilmiah v Lembar Persembahan vi Motto vii Kata Pengantar viii
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan sistem komputerisasi. Salah satu bentuk perusahaan yang sangat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini komputer merupakan kebutuhan yang umum dalam sebuah perusahaan. Di dalam perusahaan, banyak hal menjadi lebih efisien dengan menggunakan
Lebih terperinciSTUDI PERANCANGAN ANTENA SUSUN MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DUAL-BAND (2.4 GHz dan 3.3 GHz)
STUDI PERANCANGAN ANTENA SUSUN MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DUAL-BAND (2.4 GHz dan 3.3 GHz) Apli Nardo Sinaga, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.
BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama seperti pada gambar 2.1 yaitu : a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan Listrik Negara ( PLN ) mempunyai sistem transmisi listrik di Pulau Jawa yang terhubung dengan Pulau Bali dan Pulau Madura yang disebut dengan sistem interkoneksi
Lebih terperinciGambar (a) Arah medan magnet, (b) Garis-garis medan magnet
Pada pelajaran listrik telah dikaji bahwa jika sebuah muatan diletakkan dalam medan listrik, ia mengalami gaya listrik dan energi listriknya dapat dipakai sebagai tenaga gerak untuk berpindah tempat. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gardu induk maka tenaga listrik tidak dapat disalurkan. Sehingga pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gardu Induk merupakan bagian vital dari sistem tenaga listrik, tanpa adanya gardu induk maka tenaga listrik tidak dapat disalurkan. Sehingga pembangunan suatu gardu
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gangguan yang Terjadi pada SKTT Gangguan yang terjadi pada saluran kabel tegangan tinggi (SKTT) umumnya bersifat permanen dan diikuti kerusakan sehingga diperlukan perbaikan
Lebih terperinciBAB III PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA
17 BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA 3.1. Penjabaran Tugas (Classification Of Task) Langkah pertama untuk bisa memulai suatu proses perancangan adalah dengan menyusun daftar kehendak. Dafar kehendak
Lebih terperinciSAL TRANS GEL MIKRO (I) Ref : Pozar
SAL TRANS GEL MIKRO (I) Ref : Pozar Sal koaksial dan medan gelombang TEM Kuat medan arah z : E E t Vo ln( b / a) Sal koaksial ideal ρ' e ρ J S jkz H Rapat arus pd permukaan luar konduktor dalam : Daya
Lebih terperinciDASAR TEORI. Kata kunci: Kabel Single core, Kabel Three core, Rugi Daya, Transmisi. I. PENDAHULUAN
ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA KABEL TANAH SINGLE CORE DENGAN KABEL LAUT THREE CORE 150 KV JAWA MADURA Nurlita Chandra Mukti 1, Mahfudz Shidiq, Ir., MT. 2, Soemarwanto, Ir., MT. 3 ¹Mahasiswa Teknik
Lebih terperinciPERHITUNGAN RUGI-RUGI TEGANGAN PADA SALURAN DISTRIBUSI PRIMER 20 KV DI GARDU INDUK BUKIT SIGUNTANG PALEMBANG
PERHITUNGAN RUGI-RUGI TEGANGAN PADA SALURAN DISTRIBUSI PRIMER 20 KV DI GARDU INDUK BUKIT SIGUNTANG PALEMBANG LAPORAN AKHIR Dibuat untuk memenuhi syarat menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik
Lebih terperinciANALISA GAYA DAN INTENSITAS MEDAN LISTRIK PADA SUTM 20 kv TERHADAP LINGKUNGAN Muhammad Asrial 1*, Yani Ridal 1, Mirzazoni 1
ANALISA GAYA DAN INTENSITAS MEDAN LISTRIK PADA SUTM 20 kv TERHADAP LINGKUNGAN Muhammad Asrial 1*, Yani Ridal 1, Mirzazoni 1 1 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Bung Hatta
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. blok diagram seperti yang terlihat pada Gambar 3.1. Sistem Blok Diagram Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Penelitian Penelitian yang dilakukan dapat dijelaskan dengan lebih baik melalui blok diagram seperti yang terlihat pada Gambar 3.1. Input Proses Output Frekuensi Daya
Lebih terperinciPercobaan 5 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan
Percobaan 5 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan I. TUJUAN PRAKTIKUM Mahasiswa mampu memasang dan menganalisis Mahasiswa mampu membuat rangkaian kendali untuk 3 motor induksi 3 fasa II. DASAR
Lebih terperinciSTUDI KARAKTERISTIK DISTRIBUSI KUAT MEDAN LISTRIK PADA KONFIGURASI SUTM 20 kv
STUDI KARAKTERISTIK DISTRIUSI KUAT MEDAN LISTRIK ADA KONFIGURASI SUTM 0 kv Eko udi Kasih *) *) rogram Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura biax_3gas@yahoo.co.id Abstrak ada proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tegangan tinggi dapat diukur dengan menggunakan alat ukur elektroda bola-bola.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tegangan tinggi dapat diukur dengan menggunakan alat ukur elektroda bola-bola. Alat ukur ini terdiri dari dua elektroda bola yang berdiameter sama dan terbuat dari
Lebih terperinciLATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS
Muatan Diskrit LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS 1. Ada empat buah muatan titik yaitu Q 1, Q 2, Q 3 dan Q 4. Jika Q 1 menarik Q 2, Q 1 menolak Q 3 dan Q 3 menarik Q 4 sedangkan Q 4 bermuatan negatif,
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR GELOMBANG BERJALAN DAN PEMBUMIAN (PENTANAHAN)
BAB II TEORI DASAR GELOMBANG BERJALAN DAN PEMBUMIAN (PENTANAHAN) 2.1 Gelombang Berjalan Teori gelombang berjalan pada kawat transmisi telah disusun secara intensif sejak tahun 1910, terlebih-lebih dalam
Lebih terperinciSKRIPSI. STUDI INTENSITAS MEDAN LISTRIK DI SUTT 150 kv KONFIGURASI VERTIKAL UNTUK LINGKUNGAN PEMUKIMAN. I Nyoman Yudi Prayoga
SKRIPSI STUDI INTENSITAS MEDAN LISTRIK DI SUTT 150 kv KONFIGURASI VERTIKAL UNTUK LINGKUNGAN PEMUKIMAN I Nyoman Yudi Prayoga JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN 2015
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan energi, khususnya energi listrik di Indonesia, merupakan bagian tak terpisahkan dari kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari seiring dengan pesatnya
Lebih terperinciBAB III PEMODELAN SISTEM POROS-ROTOR
BAB III PEMODELAN SISTEM POROS-ROTOR 3.1 Pendahuluan Pemodelan sistem poros-rotor telah dikembangkan oleh beberapa peneliti. Adam [2] telah menggunakan formulasi Jeffcot rotor dalam pemodelan sistem poros-rotor,
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. DESAIN ALTERNATIF TOWER TRANSMISI LISTRIK 150 kv (SUTT) PADA PROYEK PT. PLN PERSERO
TUGAS AKHIR DESAIN ALTERNATIF TOWER TRANSMISI LISTRIK 150 kv (SUTT) PADA PROYEK PT. PLN PERSERO Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun Oleh: NAMA : ADE SAPUTRA
Lebih terperinci