BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Antrian Hampir semua orang telah mengalami gangguan dari keharusan menunggu dalam barisan tunggu. Fenomena ini semakin menjadi hal yang umum dalam masyarakat yang semakin padat. Mobil mengantri ketika jalan sedang macet dan mengantri dalam gardu tol; orang mengantri di depan kasir di supermarket untuk membayar, mengantri di kantor pos dan lain-lain. Konsumen tentu tidak menyukai penungguan ini dan sebagai manajer, tidak juga menyukai konsumen harus menunggu juga, karena akan menimbulkan biaya dari sisi perusahaan. Lalu kenapa ada antrian? Jawabannya sangat sederhana. Karena permintaan terhadap pelayanan lebih besar daripada fasilitas pelayanan yang tersedia. Mengapa begitu? Ada banyak alasan sebagai contoh, ada kekurangan pelayanan akan tidak layak secara ekonomis bagi bisnis untuk menyediakan tingkat pelayanan yang diperlukan untuk menghindari antrian atau ada keterbatasan tempat untuk menyediakan jumlah fasilitas pelayanan yang dapat disediakan. Umumnya keterbatasan ini dapat dihilangkan dengan pengeluaran sejumlah modal dan dengan mengetahui seberapa banyak fasilitas pelayanan yang harus disediakan sebelumnya. Seseorang dapat mengetahui jawaban-jawaban dari pertanyaan- 8

2 9 pertanyaan berikut seperti berapa lama konsumen harus menunggu dan berapa banyak orang yang membentuk barisan antrian. Teori antrian mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini melalui analisis detil matematika (Gross, 1974:1). Model antrian sangat berguna baik dalam bidang manufaktur dan juga jasa. Analisis antrian dalam bentuk panjang antrian, rata-rata waktu menunggu, dan faktor lain membantu untuk memahami sistem jasa, aktivitas pemeliharaan, dan aktivitas pengendalian shop-floor (Heizer, 2005:658) Struktur Dasar Model Antrian Proses yang terjadi pada model antrian dapat digambarkan sebagai berikut: Sistem Antrian Sumber Input Konsumen Antrian Mekanisme Pelayanan Konsumen yang telah dilayani Gambar 2.1 Struktur Dasar Model Antrian Gambar di atas dapat diterangkan sebagai berikut: unit-unit (langganan) yang memerlukan pelayanan yang diturunkan dari sumber input memasuki sistem antrian dan ikut dalam antrian. Dalam waktu-waktu tertentu, anggota antrian ini dipilih untuk dilayani. Pemilihan ini didasarkan pada suatu aturan tertentu yang disebut disiplin pelayanan atau service dicipline. Pelayanan yang diperlukan dilaksanakan dengan suatu mekanisme pelayanan tertentu (service mechanism).

3 10 Setelah itu, unit-unit (langganan) tersebut meninggalkan sistem antrian (Tjutju, 2003:350). Unsur-unsur dasar model antrian bergantung dari faktor-faktor berikut ini: 1. Pola Kedatangan Konsumen (kedatangan tunggal atau kelompok) 2. Kapasitas Sistem (terhingga atau tidak terhingga) 3. Disiplin Antrian (FCFS, LCFS, SIRO) dan prioritas pelayanan 4. Mekanisme Pelayanan 5. Pola Pelayanan Dari Pelayan Pola Kedatangan Konsumen Pola kedatangan atau input dalam sistem antrian terkadang dalam rata-rata banyaknya kedatangan per unit waktu atau dangan rata-rata waktu antara kedatangan. Karena kedua kuantitas ini saling berhubungan, baik salah satu dari pengukuran ini dapat digunakan untuk menggambarkan sistem input. Suatu karakteristik yang perlu diketahui dari sumber input ialah ukurannya (jumlahnya), yaitu total unit yang memerlukan pelayanan dari waktu ke waktu atau disebut jumlah total langganan potensial. Ini bisa dianggap terbatas ataupun tidak terbatas. Karena perhitungan akan lebih mudah untuk jumlah unit yang tidak terbatas, maka asumsi ini sering digunakan, terlebih lagi jika jumlah unit ini cukup besar. Untuk jumlah langganan yang terbatas, perhitungan menjadi lebih sulit karena jumlah unit dalam sistem antrian akan mempengaruhi jumlah langganan potensial di luar sistem setiap waktu. Bagaimanapun asumsi jumlah yang terbatas ini harus tetap dibuat jika sumber input yang menurunkan (menghasilkan) unit-unit yang

4 11 memerlukan pelayanan ini jelas-jelas dipengaruhi oleh jumlah unit dalam sistem antrian (Gross, 1974:2). Dalam situasi di mana aliran input adalah determistik, maka pola kedatangan seluruhnya ditentukan baik rata-rata tingkat kedatangan atau rata-rata waktu antar kedatangan. Di lain pihak, jika terdapat ketidakpastian dari pola kedatangan (random, probalistic atau stokastik) maka nilai rata-rata didapat hanya melalui pengukuran dari kecenderungan dari proses input dan karakteristik lanjutan yang diperlukan dalam bentuk distribusi peluang yang dihubungkan dengan proses random (Gross, 1974:3). Pola statistik dari penurunan unit-unit yang memerlukan pelayanan ini juga harus ditentukan. Dalam hal ini, asumsi yang biasa digunakan adalah unitunit ini diturunkan dengan mengikuti proses poison, artinya sampai suatu waktu tertentu jumlah unit yang diturunkan ini mempunyai distribusi poison. Ini adalah suatu kasus di mana kedatangan pada sistem antrian terjadi secara random, tetapi dengan tingkat rata-rata tertentu. Asumsi berikutnya adalah bahwa distribusi kemungkinan dari waktu antar kedatangan (interarrival time) adalah distribusi eksponensial (Tjutju, 2003:350). Kelakuan dari unit-unit (langganan) yang memasuki sistem sangat penting untuk diketahui. Jika seorang konsumen yang memerlukan pelayanan itu akan menolak memasuki sistem antrian jika antrian terlalu panjang, konsumen itu dikatakan melakukan balking. Di lain pihak, jika konsumen yang sudah memasuki antrian, tetapi setelah beberapa waktu konsumen tersebut kehilangan kesabarannya dan memutuskan untuk pergi, maka konsumen dikatakan melakukan reneging. Dalam situasi di mana ada dua atau lebih saluran

5 12 penungguan, konsumen berganti dari suatu tempat ke tempat lain, disebut jockeying. Konsumen-konsumen diatas tergolong konsumen yang tidak sabaran (impatient customer) (Gross, 1974:3). Yang terakhir yang perlu diperhatikan dari pola kedatangan adalah perubahan pola dengan waktu. Pola kedatangan yang tidak berubah dengan waktu disebut Stationary Arrival Pattern. Sedangkan yang bergantung disebut Nonstationary Arrival Pattern (Gross, 1974:3) Kapasitas Sistem Karakteristik suatu antrian ditentukan oleh jumlah unit maksimum yang boleh ada di dalam ruang tunggu atau sistemnya. Sehingga ketika garis antrian mencapai panjang tertentu, tidak ada konsumen tambahan yang boleh masuk sampai ada ruang yang tersedia untuk penyelesaian pelayanan. Hal ini mengacu pada situasi antrian terbatas, di mana ada limit terbatas pada ukuran antrian. Antrian dikatakan terbatas atau tidak terbatas, bergantung apakah jumlah unitnya terbatas atau tidak terbatas (Tjutju, 2003:351) Disiplin Pelayanan Disiplin antrian berkaitan dengan perilaku di mana konsumen dipilih untuk dilayani ketika sebuah antrian telah dibentuk. Disiplin pelayanan yang paling sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari adalah first come-first served (yang datang lebih dulu dilayani lebih dulu), atau random, atau dapat pula berdasarkan prosedur prioritas tertentu. Jika tidak ada keterangan apa-apa tentang disiplin

6 13 pelayanan ini, maka asumsi yang biasa digunakan adalah first come first serve (Tjutju, 2003:351). Ada dua situasi umum dalam prioritas disiplin. Yang pertama adalah preemptive, konsumen dengan prioritas tertinggi diperbolehkan memasuki pelayanan secepatnya walaupun seorang konsumen dengan prioritas yang lebih rendah telah terlebih dahulu memasuki sistem ketika konsumen dengan prioritas lebih tinggi memasuki sistem. Konsumen dengan prioritas lebih rendah dihentikan pelayanannya kemudian setelah konsumen dengan prioritas lebih tinggi selesai dilayani maka pelayanan konsumen dengan prioritas lebih rendah dilanjutkan. Ada dua kemungkinan variasi, konsumen yang dihentikan tersebut dapat melanjutkan di tempat di mana pelayanan yang telah dijalaninya dihentikan atau mengulang pelayanan lagi dari awal. Situasi umum yang kedua dinamakan kasus nonpreemptive di mana konsumen dengan prioritas lebih tinggi dapat langsung ke depan antrian tetapi tidak dapat langsung dilayani sampai konsumen yang sedang dilayani saat itu selesai dilayani, walaupun konsumen ini mempunyai prioritas yang lebih rendah. Namun kadang sangat mungkin mempunyai kedua situasi umum tersebut (Gross, 1974:5) Mekanisme Pelayanan Mekanisme Pelayanan terdiri atas satu atau lebih fasilitas pelayanan yang masing-masing terdiri atas satu atau lebih saluran pelayanan paralel. Jika ada lebih dari satu fasilitas pelayanan, maka unit-unit yang memerlukan pelayanan akan dilayani oleh serangkaian fasilitas pelayanan ini (saluran pelayanan seri). Pada fasilitas pelayanan semacam ini, unit yang memerlukan pelayanan memasuki

7 14 salah satu saluran pelayanan paralel dan dilayani sepenuhnya oleh pelayan yang bersangkutan. Suatu model antrian harus menetapkan urutan-urutan fasilitas semacam itu sekaligus dengan jumlah pelayanan masing-masing saluran paralelnya. Kebanyakan model-model dasar mengasumsikan salah satu fasilitas pelayanan dengan satu atau beberapa pelayanan terbatas (Tjutju, 2003:352) Pola Pelayanan Dari Pelayan Pola pelayanan dapat digambarkan sebagai dalam tingkat (jumlah konsumen yang dilayani per unit waktu) atau sebagai dalam waktu (waktu yang dibutuhkan untuk melayani seorang konsumen) di mana hal ini adalah sesuatu yang sangat penting yang membedakan antara tingkat kedatangan dan waktu pelayanan. Ketika seseorang berbicara mengenai tingkat kedatangan atau waktu pelayanan, dikondisikan bahwa sistem tidak kosong, yaitu ada orang di dalam sistem yang membutuhkan pelayanan. Pelayanan dapat single di mana konsumen dilayani pada satu waktu oleh pelayan atau batch di mana konsumen dilayani secara simultan oleh pelayan yang sama. Situasi di mana pelayan bergantung pada banyaknya konsumen yang menunggu disebut pelayanan state-dependent. Pelayanan dalam kasus kedatangan, dapat dikategorikan stationary dan nonstationary dalam kaitannya dengan waktu (Gross, 1974:6) Struktur Antrian (Subagyo, 1990:262) Struktur antrian berdasarkan proses pelayanannya, dapat dikategorikan fasilitas-fasilitas pelayanan dalam susunan saluran (channel) yang menunjukkan jumlah jalur untuk memasuki sistem pelayanan atau menunjukan jumlah fasilitas

8 15 pelayanan (single atau multiple) dan fase (phase) yang menunjukkan stationstation pelayanan di mana para pelanggan harus melaluinya sebelum pelayanan lengkap (single atau multiple). Ada 4 model struktur antrian dasar sistem antrian: 1. Single Channel-Single Phase Artinya hanya ada satu jalur untuk memasuki sistem pelayanan atau ada satu fasilitas pelayanan. Single Phase menunjukkan hanya ada satu stasiun pelayanan atau sekumpulan tunggal operasi yang dilaksanakan. Setelah menerima pelayanan, individu-individu keluar dari sistem. Sumber Populasi Antrian Fasilitas Pelayanan Keluar Gambar 2.2 Single Channel, Single Phase 2. Single Channel-Multi Phase Artinya hanya ada satu jalur untuk memasuki sistem pelayanan atau ada satu fasilitas pelayanan. Multi Phase menunjukkan hanya ada dua atau lebih stasiun pelayanan yang dilaksanakan berurutan. Sumber Populasi Antrian Fasilitas Pelayanan Antrian Fasilitas Pelayanan Keluar Fase 1 Fase 2 Gambar 2.3 Single Channel, Multi Phase

9 16 3. Multi Channel-Single Phase Artinya hanya ada dua atau lebih jalur untuk memasuki sistem pelayanan. Single Phase menunjukkan hanya ada satu stasiun pelayanan atau sekumpulan tunggal operasi yang dilaksanakan. Sistem ini terjadi ketika dua atau lebih fasilitas pelayanan dialiri oleh aliran tunggal. Fasilitas Pelayanan Sumber Populasi Antrian Fasilitas Pelayanan Keluar Gambar 2.4 Multi Channel, Single Phase 4. Multi Channel-Multi Phase Setiap sistem ini mempunyai beberapa fasilitas pelayanan pada setiap tahap, sehingga lebih dari satu individu dapat dilayani pada suatu waktu Sumber Populasi Antrian Fasilitas Pelayanan Fasilitas Pelayanan Antrian Antrian Fasilitas Pelayanan Fasilitas Pelayanan Keluar Fase 1 Fase 2 Gambar 2.5 Multi Channel, Multi Phase

10 Mengukur Kinerja Antrian (Heizer, 2005:663) Model antrian membantu para manajer membuat keputusan untuk menyeimbangkan biaya pelayanan dengan menggunakan biaya antrian. Dengan menganalisis antrian akan dapat memperoleh banyak ukuran kinerja sebuah sistem antrian, meliputi hal berikut: 1. Waktu rata-rata yang dihabiskan oleh pelanggan dalam antrian. 2. Panjang antrian rata-rata. 3. Waktu rata-rata yang dihabiskan oleh pelanggan dalam sistem (waktu tunggu ditambah waktu pelayanan). 4. Jumlah pelanggan rata-rata dalam sistem. 5. Probabilitas fasilitas pelayanan akan kosong. 6. Faktor utilisasi sistem. 7. Probabilitas sejumlah pelanggan berada dalam sistem Pemilihan Model Antrian Yang Sesuai (Taha, 1997:232) Penggunaan teori antrian dalam praktek melibatkan dua aspek utama: 1. Pemilihan model matematis yang sesuai yang akan mewakili sistem secara memadai dengan tujuan menentukan ukuran kinerja sistem tersebut. 2. Penerapan sebuah model keputusan yang didasari oleh ukuran kinerja sistem tersebut untuk maksud perancangan sarana pelayanan tersebut. Pemilihan satu model tertentu untuk menganalisi situasi antrian, baik secara analitis maupun simulasi, terutama ditentukan oleh distribusi kedatangan

11 18 dan waktu pelayanan. Dalam praktek penentuan kedua distribusi ini berarti pengamatan terhadap sistem antrian tersebut selama operasi dan pencatatan data yang bersangkutan. Kebanyakan situasi antrian memiliki apa yang disebut periode sibuk, yaitu periode di mana laju kedatangan meningkat dibandingan dengan saat-saat lainnya selama hari yang bersangkutan. Dalam situasi seperti ini, data perlu dikumpulkan selama periode-periode sibuk. Ini kemungkinan merupakan sikap konservatif, tetapi kita harus mengingat bahwa kepadatan tertinggi dalam sistem antrian terjadi selama periode-periode sibuk. Dengan demikian, sistem tersebut harus dirancang untuk memperhitungkan kondisi ekstrim ini. Mengumpulkan data berkenaan kedatangan dan keberangkatan dapat dicapai dengan salah satu dari dua cara: 1. Mengukur jam antar kedatangan (keberangkatan) yang berturut-turut untuk memperoleh waktu antar kedatangan (pelayanan) 2. Menghitung jumlah kedatangan(keberangkatan) selama satu unit waktu yang dipilih. Mekanisme pengumpulan data dapat didasari penggunaan teknik alat pengukur waktu atau alat pencatat otomatis. Setelah mangumpulkan data dengan cara yang baru digariskan di atas, informasi tersebut harus diringkaskan dengan cara tertentu yang memungkinkan kita untuk menentukan distribusi yang bersangkutan.ini biasanya dapat dicapai dengan pertama-tama meringkaskan observasi tersebut dalam bentuk histogram frekuensi, lalu menyarankan distribusi teoritis yang sesuai dengan data yang diamati.

12 Proses Kelahiran dan Kematian (Tjutju, 2003:356) Kebanyakan model dasar antrian menganggap bahwa input (unit kedatangan) dan output (leaving unit) dari sistem antrian terjadi menurut proses birth-death (kelahiran-kematian). Kelahiran dalah kedatangan calling unit yang baru dari sistem antrian, sedangkan kematian adalah keberangkatan unit yang telah dilayani. Proses kelahiran dan kematian ini terjadi secara random yang ratarata terjadinya hanya bergantung pada keadaan yang sedang berlangsung (current state) dari sistem (jumlah calling unit dalam sistem antrian). 2.2 Teknik Pengumpulan Data (Sutalaksana, 1979:117) Teknik-Teknik pengukuran waktu dibagi ke dalam dua bagian. Cara pertama pengukuran waktu secara langsung di mana pengukurannya dilakukan secara langsung yaitu di tempat di mana pekerjaan yang bersangkutan dijalankan. Dua cara yang termasuk didalamnya adalah cara jam berhenti dan disampling pekerjaan. Cara kedua pengukuran waktu secara tidak langsung di mana perhitungan waktu tanpa harus berada di tempat pekerjaan, yaitu membaca tabletable yang tersedia asalkan mengetauhi jalannya pekerjaan melalui elemen-elemen pekerjaan atau elemen-elemen gerakan. Yang termasuk kelompok ini adalah data waktu baku dan data waktu gerakan. Selanjutnya adalah melakukan pengukuran pendahuluan. Tujuan melakukan pengukuran pendahuluan adalah untuk mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan untuk tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan. Dengan melakukan pengukuran yang banyak sekali ini pengukur akan kehilangan sebagian kepastian akan ketetapan/rata-rata waktu penyelesaian yang

13 20 sebenarnya. Tingkat ketelitian dan keyakinan adalah pencerminan tingkat kepastian yang diinginkan oleh pengukur setelah memutuskan tidak akan melakukan pengukuran yang sangat banyak. Tingkat ketelitian menunjukan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian yang sebenarnya. Sedangkan tingkat keyakinan menunjukan besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi. Sebelumnya melakukan pengumpulan data, tujuan dari pengumpulan data harus diketahui terlebih dahulu. Hal-hal penting yang perlu diketahui dan ditetapkan adalah untuk apa hasil pengukuran digunakan, berapa tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran tersebut. Dalam model antrian, distribusi waktu antar kedatangan dan distribusi waktu pelayanan dapat mewakili situasi di mana pelanggan tiba dan dilayani secara individual atau kelompok. Oleh karena pengumpulan data guna mencari distribusi waktu antar kedatangan dan distribusi waktu pelayanan perlu dilakukan. Data waktu antar kedatangan dapat dihitung dengan terlebih dahulu mencari data tingkat kedatangan.data ini dapat diperoleh dengan menghitung secara langsung dengan menggunakan counter. Sedangkan data waktu pelayanan dapat dihitung dengan menggunakan stopwatch. 2.3 Uji Statistik Metode statistik sebetulnya memberi cara yang obyektif guna mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menginterprestasikan data kuantitatif secara deskriptif serta menarik kesimpulan tentang karakteristis populasi tertentu dengan menggunakan hasil dari serangkaian sempel yang dipilih dari populasi

14 21 yang bersangkutan. Serangkaian observasi dilakukan terhadap sebagian dari objek dengan tujuan memperoleh gambaran mengenai keseluruhan obyek. Sebelum data yang berbentuk sampel dapat dipakai bagi tujuan penarikan kesimpulan, penyederhanaan data tersebut secara sistematis merupakan suatu usaha pokok yang harus dilakukan. Hal tersebut umumnya dilakukan dengan menyusun distribusi frekuensi serta menghitung rata-rata hitung, median, deviasi standar, dan ciri-ciri lain distribusi yang bersangkutan. Hasil komputasi rata-rata hitung, deviasi standar dan sebagainya dari data sampel menggambarkan ciri-ciri atau karakteristik sampel tersebut dan dinamakan statistik sampel. Penarikan kesimpulan tentang parameter populasi dengan menggunakan statistik sampel harus dilakukan sesuai dengan asas-asas teori probabilitas. Kemudian kita menarik kesimpulan berdasarkan deduksi yang bersifat apriori (priordeducation) di mana kita menganggap bahwa karakteristik sampel semestinya atau kemungkinan besar mendekati karakteristik sampel semestinya atau kemungkinan besar mendekati karakteristik populasi darimana sampel tersebut dipilih. Penarikan kesimpulan itu dapat merupakan pendugaan tentang beberapa parameter distribusi populasi atau mungkin merupakan pengujian suatu hipotesa yang menyatakan nilai parameter distribusi populasi. (Dajan, 1996: 1) Populasi dan Sampel (Dajan, 1996:110) Populasi (population) acapkali dinamakan universum (universe). Populasi sedemikian merupakan keseluruhan unsur-unsur yang memiliki satu atau beberapa ciri atau karakteristik yang sama. Kita juga dapat berbicara tentang populasi yang terdiri dari nilai-nilai kuantitatif yang diperoleh dari hasil pengukuran atau

15 22 observasi dari satu atau beberapa ciri unsur-unsur populasi yang terdiri dari benda-benda atau manusia itu sendiri. Salah satu tujuan statistik inferensia adalah melakukan pendugaan atau taksiran tentang populasi sedemikian itu atau beberapa karakteristiknya tertentu. Tidak heran jika populasi sedemikian itu seyogyanya dispesifikasikan secara jelas dan hati-hati. Suatu pendugaan atau menarik kesimpulan tentang suatu populasi yang memiliki karakteristik yang berbeda dari populasi yang datanya digunakan sebagai dasar pendugaan atau penarikan kesimpulan tidak dapat dilakukan. Ciriciri suatu populasi akan lebih tepat diketahui jika observasi atau pengukuran dilakukan terhadap tiap-tiap unsur populasi tanpa pengecualian. Pada umumnya penelitian terhadap populasi dilakukan dengan jalan melakukan observasi atau pengukuran terhadap sebagian dari keseluruhan populasi. Bagian yang diobservasi bagi tujuan penelitian populasi atau karakteristik ini dinamakan sampel. Sampel demikian itu dapat dikumpulkan atau dipilih dalam berbagai cara seperti misalnya dipilih secara random atau secara statistik. Sampel sistematik dipilih berdasarkan suatu sistem tertentu. Dalam kondisi tertentu, sampel statistik memang lebih baik jika dibandingkan dengan sampel random. Meskipun demikian, perkembangan teoritis mengenai teknik pendugaan secara statistik umumnya menggunakan unsur-unsur random sebagai asumsi dasar. Jika kita melakukan pemilihan sampel dari populasi yang tidak terhingga atau melakukan pemilihan (sampling with replacement), pemilihan sampel random dapat dirumuskan sebagai suatu cara pemilihan sampel sedemikian rupa sehingga tiap unsur dalam populasi memiliki dalam populasi akan memiliki kesempatan yang sama dan secara independen terpilih. Cara

16 23 sedemikian itu akan berbeda dengan cara pemilihan sampel tanpa pemulihan (without replacement) dari populasi yang terbatas. Jika jumlah unsur dalam populasi terbatas sedangkan pemilihan sampelnya dilakukan tanpa pemulihan maka sampelnya masih dikatakan random jika dipilih sedemikian rupa agar tiap sampel yang besarnya sama dan yang mungkin dipilih memiliki kesempatan yang sama sebagai sampel yang terpilih Variabel Random (Dajan, 1996:111) Pemilihan unsur dasar atau observasi dari suatu populasi akan menimbulkan sembarang hasil (kejadian) dari sejumlah hasil kejadian yang mungkin dapat terjadi. Dengan sendirinya, kita tidak pernah dapat mengetahui sebelumnya unsur sempel mana yang akan kita peroleh. Maka pemilihan secara random sejumlah n unsur dari suatu populasi sebetulnya terdiri dari sejumlah n percobaan dari suatu eksperimen random. Jadi setiap kali kita memilih suatu sampel random sebetulnya sama dengan melakukan suatu eksperimen random yang hasilnya merupakan nilai-nilai sampel. Bagi serangkain eksperimen sedemikian itu, kita akan memperoleh sejumlah angka-angka kuantitatif bagi tiap hasil. Variabel yang nilainya merupakan suatu bilangan ditentukan oleh terjadinya hasil suatu percobaan dinamakan variable random. Variabel yang sedemikian itu dapat merupakan variabel diskrit atau kontinu. Variabel random diskrit hanya dapat ditanyakan dengan nilai-nilai atau harga-harga yang terbatas jumlahnya. Harga variabel yang sedemikian itu dapat dinyatakan dengan bilangan bulat. Sebaliknya, variabel kontinu dianggap dapat dinyatakan dengan sembarang

17 24 harga yang terdapat dalam suatu interval atau suatu kelompok interval tertentu. Dalam proses sampel secara aktual, harga-harga variabel diskrit memiliki atribut atau ciri yang ingin kita ketahui. Sebaliknya, variabel yang kontinu diperoleh dari hasil pengukuran ciri-ciri unsur populasi atas dasar skala yang kontinu Metode Parametik atau Non-Parametik (Dajan, 1996:342) Pengujian parametrik merupakan pengujian yang tertuju pada parameter populasi seperti misalnya rata-rata, varians dan proporsi populasi. Pengujian parametrik merupakan cara pengujian klasik dan didasarkan pada beberapa asumsi seperti misalnya (1) observasi yang sampel dipilih dari populasi harus bebas, stokastik, dan random, (2) observasi sampel harus dipilih dari populasi yang dianggap atau diketahui memiliki distribusi normal, (3) dalam kasus pengujian tentang beda antara 2 parameter, populasi X 1 dan X 2 bukan saja dianggap memiliki distribusi normal tetapi juga memiliki σ 1 2 dan σ 1 2 yang sama (asumsi homoscedasticity) atau paling tidak rasio antara kedua varians diketahui, (4) parameter populasi yang diuji merupakan hasil pengaruh kombinasi linier. Kasarnya, pengaruh harus bersifat aditif. Metode non-parametrik sebaliknya tidak pernah merumuskan kondisi maupun asumsi mengenai populasi di mana sampelnya dipilih. Tidak heran jika statistik non-parametrik acapkali dinamakan statistik bebas distribusi (distribution free statistics) karena metodenya tidak membutuhkan yaitu (1) observasi sampel harus independen dan random, (2) variable harus kontinu. Meskipun demikian, asumsinya jelas lebih sedikit dan lunak jika dibandingkan dengan asumsi bagi statistik parametrik. Selain daripada itu, asumsinya boleh dipenuhi atau tidak

18 25 dipenuhi dalam penggunaan metode non-parametrik. Istilah non-parametrik dan bebas distribusi sebetulnya tidak identik. Non-parametrik digunakan untuk menggambarkan bentuk pengujian yang tidak melibatkan parameter populasi tertentu. Sebaliknya, bebas distribusi berarti bentuk pengujian yang tidak membutuhkan asumsi mengenai bentuk distribusi populasi. Lepas dari perbedaan di atas, metode non-parametrik umumnya berarti metode pengujian yang banyak menyangkut salah satu dari satu atau kedua kondisi tersebut. Dalam banyak hal, asumsi tentang distribusi populasi yang normal memang sulit diterima. Guna melengkapi pengujian parametrik yang tradisional, serangkaian cara pengujian statistik yang berhubungan dengan pola distribusi populasi yang tidak diketahui telah dikembangkan. Namun prosedur non-parametrik sebaiknya digunakan hanya bila distribusi populasi tidak diketahui oleh peneliti. Metode non-parametrik terutama berguna sekali andai kata sifat observasi datanya hanya dapat dinyatakan dalam urutan (order) atau pangkat (rank) tetapi tidak dapat diukur dalam skala kuantitatif. 2.4 Pemodelan dan Simulasi Pengenalan Model Kata model sudah banyak digunakan dalam berbagai cabang ilmu, baik dalam ilmu eksakta, maupun ilmu-ilmu sosial. Masing-masing cabang ilmu tersebut memberikan makna terhadap kata model yang sedikit berbeda. Dalam penggunaannya, Murthy memberikan definisi model yang mengacu pada konsep sistem yaitu sebuah model adalah representasi suatu sistem. Dengan kata lain sebuah model harus mewakili sistem nyatanya, dan

19 26 menyebutkan bahwa sebuah model disebut memadai bila dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kegunaan model terhadap fenomena yang diselidiki adalah: 1. Memberikan Gambaran (description) 2. Memberikan Penjelasan (explenation) 3. Memberikan Ramalan (prediction) Karakteristik Model Agar model yang dibuat bermanfaat sesuai dengan yang diinginkan pemodel, maka menurut Siregar (1997) model tersebut harus memiliki empat karakteristik sebagai berikut: 1. Mempunyai tingkat generalisasi yang tinggi 2. Mempunyai mekanisme yang transparan 3. Memiliki potensi untuk dikembangkan 4. Mempunyai kepekaan terhadap perubahan asumsi Klasifikasi Model Menurut Simatupang (1995) sudut pandang pembuat model dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu tata nilai yang dianut oleh pemodel, ilmu pengetahuan yang dimiliki, dan pengalaman yang berhubungan dengan masalah yang akan dimodelkan. Oleh karena itu pengklasifikasian model-model itu penting karena dapat membantu pemahaman kita terhadap prospek penggunaannya dalam aplikasi bisnis. Menurut Murdick et al yang dikutip oleh Simatupang (1995) dan Arifin (1991) model dapat diklasifikasikan dalam delapan kelas yaitu:

20 27 1. Berdasarkan Fungsi Ada tiga jenis model yang termasuk dalam kelas ini yaitu: a. Model Destriptif Model ini hanya memberikan gambaran dari sistem nyata tentang kondisi atau kegiatan sekarang atau masa lalu tanpa berusaha memprediksi atau memberikan rekomendasi. b. Model Prediktif Model ini berusaha menjelaskan hubungan variabel bebas dengan variabel terikat untuk meramalkan hasil dari kondisi tertentu dan memungkinkan untuk membuat percobaan dengan Jika... maka. Contoh teori antrian. c. Model Normatif 2. Berdasarkan Struktur Model-model yang termasuk kelas ini: a. Model Ikonis Model ini mengambil sebagian dari sifat fisik dari hal-hal yang diwakili mereka, sehingga menyerupai sistem yang sebenarnya namun dalam skala yang berbeda. b. Model Analog Model ini menggambarkan situasi dinamik yang dapat digunakan untuk perkiraan dan pengendalian.

21 28 c. Model Simbolik Model ini menggunakan bermacam-macam simbol untuk menjelaskan aspek dunia nyata. 3. Berdasarkan Acuan Waktu a. Model Statistik Model statistik tidak berubah oleh pengaruh waktu. b. Model Dinamik Model dinamik menunjukkan perubahan kebiasaan akibat aktivitasaktivitasnya. Perubahan itu dapat diturunkan sebagai fungsi dari waktu, sehingga model-model ini menganggap waktu sebagai variabel bebas. 4. Berdasarkan Acuan Tingkat Ketidakpastian a. Model Deterministik Dalam model ini diambil suatu kelompok khusus dari nilai-nilai input dan dari nilai ini diharapkan adanya output tertentu yang ditetapkan secara unik yang merupakan pemecahan dari sebuah model dalam situasi yang pasti. b. Model Probabilistik Merupakan model yang mencakup distribusi-distribusi kemungkinan untuk input-input dan memberikan serangkaian nilai dari sekurangkurangnya satu variabel output dengan probabilitas yang berkaitan pada tiap nilai.

22 29 c. Model Konflik Dalam model ini sifat alamiah pengambil keputusan berada dalam pengendalian lawan. d. Model Tak Pasti Model ini dikembangkan untuk menghadapi ketidakpastian mutlak. Dalam model ini kondisi masa depan dan probabilitasnya tidak diketahui. Pertimbangan dalam model ini berdasarkan pertimbangan, utilitas, dan resiko melalui probabilitas. 5. Berdasarkan Derajat Generalisasi a. Model Umum Model umum dunia usaha merupakan model yang dapat diterapkan dalam berbagai bidang usaha fungsional dari usaha, dan dapat juga dipakai untuk beberapa jenis masalah yang berbeda. b. Model Spesifik Model khusus merupakan model-model yang dapat dipakai dalam bidang usaha fungsional tunggal atau hanya dapat digunakan untuk masalahmasalah tertentu. 6. Berdasarkan Acuan Lingkungan a. Model Terbuka Model terbuka mempunyai satu atau lebih variabel eksogen yaitu variabel yang berasal dari lingkungan eksternal. Model ini mempunyai

23 30 variabel interaksi dengan lingkungannya dalam bentuk pertukaran informasi, material atau energi. b. Model Tertutup Model ini tidak mempunyai interaksi dengan lingkungannya. Variabel yang dimilikinya semuanya endogen yaitu berasal dari lingkungan terkendali dan internal. 7. Berdasarkan Derajat Kuantifikasi a. Model Kualitatif Model ini menggambarkan kualitas (baik/buruknya) suatu realita. Model ini dapat dikelompokan menjadi model mental dan model verbal. Model mental adalah model yang menggambarkan titik awal dari abstraksi pengambilan keputusan dalam memahami masalah yang akan dimodelkan. b. Model Kuantitatif Model ini merupakan model yang variabelnya dapat dikuantifikasikan. Model kuantitatif terdiri dari model statistik, optimis, heuristik dan simulasi. 8. Berdasarkan Dimensi a. Model Duadimensi Model ini mempunyai dua dimensi penentu sehingga modelnya sangat sederhana.

24 31 b. Model Multidimensi Model ini mempunyai banyak faktor penentu atau mempunyai lebih dari dua variabel Proses Pemodelan Proses pemodelan dilakukan menurut tahap sebagai berikut: 1. Identifikasi Permasalan dan Tujuan Perumusan masalah merupakan langkah awal yang paling kritis dalam pengembangan model karena jika permasalahan yang dirumuskan salah maka konsekuensi logisnya adalah model yang dibangun tidak akan menyelesaikan masalah yang dihadapi. Untuk merumuskan permasalahan diperlukan kreativitas, karena permasalahan harus dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. 2. Pendefinisian Sistem Pendefinisian sistem dilakukan berdasarkan perumusan masalah dan tujuan yang telah ditetapkan pada langkah sebelumnya. Masalah yang menjadi objek penelitian diuraikan menurut elemen-elemen sehingga gambaran sistemnya akan semakin jelas. 3. Identifikasi Variabel Dalam mengidentifikasi variabel yang perlu dipertimbangkan adalah relevan, minimum, lengkap dan operasional.

25 32 4. Formulasi Model Formulasi model harus mencerminkan bagaimana perilaku sistem dalam mencapai tujuan. Perilaku itu digambarkan melalui relasi antar variabel. 5. Validasi Model Untuk dapat menyatakan suatu model merupakan model yang baik, tidak cukup dengan hanya melihat model tersebut sudah menggambarkan sistem yang sesungguhnya, karena kepentingan suatu model adalah dapat diimplementasikan. 6. Implementasi Model Agar model dapat diimplementasikan, maka pengembang perlu melibatkan pengambilan keputusan dan pemakai model. Bagi pengambil keputusan pertimbangannya pada efisiensi dan efektivitas model dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Sedangkan pertimbangan yang perlu dipikirkan oleh perancang model adalah faktor-faktor yang mungkin dapat menjadi penghambat dalam implementasi Pengenalan Simulasi Simulasi adalah hal terbaik yang dapat kita lakukan di samping mengamati sistem nyata. Dalam simulasi, kita menggunakan model-model komputer (secara harafiah) meniru perilaku situasi nyata tersebut sebagai fungsi dari waktu. Sementara simulasi berlanjut, data statistik yang berkaitan dengan sistem itu dikumpulkan dengan cara yang sangat serupa dengan cara hal ini dilakukan dalam

26 33 kehidupan nyata. Kemungkinan perbedaan utama adalah bahwa dalam simulasi kita hanya perlu memperhatikan sistem tersebut ketika terjadi perubahan dalam data statistik. Perubahan seperti itu berkaitan dengan munculnya kejadian (events). Pengembangan model dalam simulasi dapat didasari oleh salah satu dari dua pendekatan: penjadwalan kejadian berikutnya (next-event scheduling) atau operasi proses (process operation). Walaupun kedua pendekatan ini didasari oleh konsep pengumpulan data statistik yang sama ketika satu kejadian muncul, perbedaan utamanya adalah dalam jumlah perincian yang harus diberikan oleh pengguna. Pendekatan penjadwalan kegiatan berikutnya umumnya memerlukan usaha pemodelan yang luas, sementara pendekatan proses mengotomatisasikan sebagian besar usaha pemodelan atas nama pengguna. Kerugiannya adalah bahwa simulasi proses kemungkinan tidaklah seluwes pendekatan penjadwalan berikutnya. Serbaliknya model-model yang berorientasi pada proses biasanya lebih padat dan lebih mudah diterapkan Perancangan Simulasi Simulasi adalah proses pemahaman tingkah laku sistem dengan jalan mengembangkan suatu model deskriptif dari sistem tersebut dan mempertimbangkan strategi-strategi yang berlaku. Keuntungan menggunakan simulasi: 1. Tidak mempengaruhi keadaan sistem aslinya sehingga dapat dilakukan Trial and Error.

27 34 2. Dapat dilakukan dalam Compressed Times sehingga menghemat waktu percobaan. 3. Simulasi adalah Cost Effective. 4. Simulasi mendorong terciptanya solusi yang total dan kreatif. 5. Dalam simulasi, prilaku sistem dapat diamati secara menyeluruh. Tahapan dalam melakukan simulasi dari suatu sistem: 1. Planing the Study, meliputi Menentukan Tujuan. Mengidentifikasi Pembatas-Pembatas. Mengidentifikasikan sistem,sistem yang akan disimulasikan akan didefinisikan. 2. Menyusun Model,model mengenai sistem yang bersangkutan dibuat. 3. Melakukan Eksperimen, dilakukan eksperimen pada model simulasi yang dibuat termasuk penentuan-penentuan atribut simulasi seperti warm-up period,steady-state,replika,ataupun penggunaan metodemetode perancangan eksperimen. 4. Menganalisa Output,analisa output berkenaan dengan menarik kesimpulan mengenai sistem aktual berdasarkan model simulasi yang dibuat untuk sistem tersebut. 5. Melaporkan Hasil, dibuat rekomendasi dan usulan perbaikan untuk sistem yang dimodelkan.

28 Menentukan Jumlah Replikasi Replikasi digunakan untuk menentukan berapa banyak simulasi akan diulang. Replikasi dibutuhkan agar kesimpulan yang ditarik dari model dapat mewakili seluruh keadaan sebenarnya yang mungkin terjadi. Untuk data kurang dari 30 (N < 30): /,. (2-1) Untuk data lebih atau sama dengan 30 (N 30) Di mana: R = Jumlah replikasi yang harus dilakukan. /. (2-2) σ = Standar deviasi yang didapatkan dari replikasi awal R 0. e = Error yang diinginkan Verifikasi dan Validasi Verifikasi adalah proses mendemonstrasikan apakah suatu model sudah bekerja sesuai dengan keinginan yang diharapkan. Sedangkan validasi adalah proses melihat apakah model simulasi yang dibuat telah mendapatkan hasil yang sama atau mendekati dengan hasil dari kenyataan yang sebenarnya dari suatu sistem nyata yang telah berjalan dan yang akan dibuat simulasinya. 2.5 Promodel ProModel (Production Modeler ) adalah perangkat simulasi untuk memodelkan berbagai macam sistem manufaktur dan jasa. Sistem manufaktur misalnya lantai produksi, konveyor (ban berjalan), produksi massal, jalur perakitan, sistem

29 36 produksi fleksibel, crane, sistem Just-In-Time. Sistem jasa misalnya rumah sakit, pusat informasi, operasional gudang, sistem transportasi, departement store, sistem informasi, manajemen jasa pelanggan dan proses bisnis lainnya. Kesemuanya dapat dimodelkan secara efisien dan cepat dengan menggunakan ProModel. Elemen-elemen dalam ProModel terbagi atas elemen umum (general elements) dan elemen tambahan (advance elements). Elemen-elemen umum tersebut adalah: 1. Lokasi (location) Lokasi mewakili tempat-tempat tertentu pada sistem yang sifatnya tetap di mana entitas dijalankan atau dirutekan untuk diproses. Lokasi digunakan untuk memodelkan elemen-elemen seperti mesin, stasiun kerja, antrian, dan conveyor. Setiap lokasi memiliki nama dan nomor indeks. Lokasi didefinisikan dalam location editor yang dapat diakses melalui menu build. Yang dilakukan dalam mendefinisikan lokasi termasuk menentukan icon grafis yang akan mewakili lokasi pada layout, nama lokasi, kapasitas, jumlah unit, downtime, dan level statistik yang diinginkan. 2. Entitas (entities) Entitas adalah segala sesuatu yang diproses didalam model. Komponen produk, orang, atau bahkan kertas kerja dapat dimodelkan sebagai entitas. Dalam mendefinisikan entitas termasuk menentukan icon grafis yang akan mewakili entitas pada layout, nama entitas, dan spesifikasi dari tiap tipe entitas dalam sistem termasuk kecepatan, level statistik, dan catatan tambahan mengenai entitas. Kecepatan diterapkan untuk entitas yang bergerak dengan sendirinya maupun sepanjang jalur kerja seperti orang atau kendaraan.

30 37 3. Proses (processing) Proses mendefinisikan rute dari entitas melalui sistem dan operasi yang terjadi pada tiap lokasi yang dimasukinya. Begitu entitas memasuki sistem, proses menentukan segala sesuatu yang terjadi padanya hingga keluar dari sistem. Dalam proses didefinisikan entitas yang akan diproses, lokasi tempat pemrosesan, operasi yang terjadi selama di lokasi dan bergerak antar lokasi, rute proses, dan aturan dari rute. 4. Kedatangan (arrivals) Setiap saat entitas baru didatangkan ke dalam sistem, maka disebut dengan kedatangan. Suatu kedatangan didefinisikan dengan menentukan: 1. Jumlah entitas baru untuk setiap kedatangan 2. Frekuensi kedatangan 3. Lokasi terjadinya kedatangan 4. Waktu kedatangan pertama 5. Jumlah total kedatangan yang terjadi Frekuensi kedatangan dapat didefinisikan dalam bentuk distribusi menurut suatu pola kedatangan tertentu yang berulang menurut siklus waktu tertentu. Sedangkan elemen tambahan adalah: 1. Atribut (atributes) Atribut adalah predikat yang dipasangkan pada lokasi atau entitas dan biasanya berisi informasi mengenai lokasi atau entitas tersebut. Atribut dapat

31 38 berisi bilangan riil maupun integer, termasuk nomor indeks dari elemen yang di-assign dalam bentuk nama elemen. Atribut sangat berguna apabila nilai dari atribut di-assign pada suatu bagian logik yang lain, misalnya pada lokasi yang berbeda. Atribut untuk entitas adalah predikat yang di-assign ke suatu entitas dan mengandung informasi numerik mengenai entitas tersebut diidentifikasikan dengan nama dan di-assign dengan suatu nilai atau nama yang disimpan dengan nilai tertentu. Sedangkan atribut untuk lokasi adalah predikat yang di-assign pada suatu lokasi dan berisi informasi numerik tentang lokasi tersebut. Juga diidentifikasikan dengan nama dan bisa diassign dengan suatu nilai atau nama elemen model yang disimpan sebagai nilai. 2. Variabel (variables) Ada dua tipe variabel, yaitu global dan lokal. Variabel global merepresentasikan nilai numerik yang terus berubah dan dapat digunakan diseluruh bagian model. Variabel global didefinisikan melalui variables editor. Sedangkan variabel lokal hanya dapat digunakan dalam logik yang menyatakannya, sehingga berguna apabila diperlukan variabel atribut dalam blok tunggal dari logik. Variabel lokal bersifat seperti atribut temporer (sementara) yang di-assign dan dievaluasi dalam bagian logik yang sama. Didefinisikan menggunakan pernyataan INT dan REAL. 3. Makro (macros) Makro adalah predikat yang dipakai untuk mewakili ekspresi, kumpulan pernyataan dan fungsi atau teks yang sifatnya sering digunakan

32 39 dalam model. Nama dari makro yang bersangkutan dapat menggantikan serangkaian teks pada bagian manapun darimodeldan seering apapun. 4. Distribusi yang definisikan oleh pengguna (user define distribution) Jika distribusi yang didefinisikan oleh ProModel tidak cukup untuk mewakili data, maka dapat didefinisikan dalam elemen ini, dengan menyatakan spesifikasi parameter dan distribusi probabilitas diskrit maupun kontinyu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Herjanto (2008:2) mengemukakan bahwa manajemen operasi merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Herjanto (2008:2) mengemukakan bahwa manajemen operasi merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Manajemen Operasi 2.1.1.1 Pengertian Manajemen Operasi Herjanto (2008:2) mengemukakan bahwa manajemen operasi merupakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Antrian Teori antrian adalah teori yang menyangkut studi sistematis dari antrian atau baris-baris penungguan. Formasi baris-baris penungguan ini tentu saja merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 14 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendahuluan Antrian adalah kejadian yang sering dijumpai dalam kehidupan seharihari. Menunggu di depan loket untuk mendapatakan tiket kereta api, menunggu pengisian bahan bakar,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 17 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Fenomena menunggu untuk kemudian mendapatkan pelayanan, seperti halnya nasabah yang menunggu pada loket bank, kendaraan yang menunggu pada lampu merah, produk yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Antrian Teori antrian pertama kali disusun oleh Agner Krarup Erlang yang hidup pada periode 1878-1929. Dia merupakan seorang insinyur Demark yang bekerja di industri telepon.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Metode Pengambilan Sampling 2.1.1. Populasi Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. antrian (queuing theory), merupakan sebuah bagian penting dan juga alat yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. antrian (queuing theory), merupakan sebuah bagian penting dan juga alat yang 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Antrian Ilmu pengetahuan tentang bentuk antrian yang sering disebut dengan teori antrian (queuing theory), merupakan sebuah bagian penting dan juga alat yang sangat berharga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam pelayanan ada beberapa faktor penting pada sistem antrian yaitu pelanggan dan pelayan, dimana ada periode waktu sibuk maupun periode dimana pelayan menganggur. Dan waktu dimana

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelayanan Yang dimaksud pelayanan pada area anti karat adalah banyaknya output pallet yang dapat dihasilkan per hari pada area tersebut. Peningkatan pelayanan dapat dilihat dari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Antrian 2.1.1 Definisi Antrian Antrian adalah suatu garis tunggu dari nasabah yang memerlukan layanan dari satu atau lebih pelayanan. Kejadian garis tunggu timbul disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi, akan mempengaruhi perekonomian Indonesia dimana akan semakin terbuka

BAB I PENDAHULUAN. investasi, akan mempengaruhi perekonomian Indonesia dimana akan semakin terbuka 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi ini dengan semakin berkembangnya dunia perdagangan dan investasi, akan mempengaruhi perekonomian Indonesia dimana akan semakin terbuka

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN SISTEM ANTRIAN MODEL M/M/S PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO)

ANALISIS PENERAPAN SISTEM ANTRIAN MODEL M/M/S PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 2 (2015), hal 111 118. ANALISIS PENERAPAN SISTEM ANTRIAN MODEL M/M/S PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk. KANTOR CABANG PONTIANAK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Antrian Sistem antrian adalah merupakan keseluruhan dari proses para pelanggan atau barang yang berdatangan dan memasuki barisan antrian yang seterusnya memerlukan pelayanan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metode Simulasi 2.1.1 Pengertian Metode Simulasi Simulasi ialah suatu metodologi untuk melaksanakan percobaan dengan menggunakan model dari suatu sistem nyata (Siagian, 1987).

Lebih terperinci

Gambar Skema Proses Pemodelan

Gambar Skema Proses Pemodelan Suatu representasi yang memadai dari suatu sistem. Miniature atau potret atas intisari yang mencerminkan karakteristik yang dipilih dari sistem tersebut. Penyederhanaan dari sistem yang akan dipelajari.

Lebih terperinci

SIMULASI SISTEM. Himpunan elemen-elemen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu.

SIMULASI SISTEM. Himpunan elemen-elemen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu. SIMULASI SISTEM Sistem Himpunan elemen-elemen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu. Karakteristik Sistem: komponen ; Relasi; Tujuan ; Batasan; Lingkungan; Interface; Input; Output. Cara

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS SISTEM ANTRIAN TELLER BANK BNI DENGAN VISUALISASI PROMODEL (STUDI KASUS CABANG UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK)

ANALISIS EFEKTIVITAS SISTEM ANTRIAN TELLER BANK BNI DENGAN VISUALISASI PROMODEL (STUDI KASUS CABANG UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK) ANALISIS EFEKTIVITAS SISTEM ANTRIAN TELLER BANK BNI DENGAN VISUALISASI PROMODEL (STUDI KASUS CABANG UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK) Penulis: Gargentiana Gian Program Studi Ekstensi Departemen Manajemen Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Manajemen Operasi Menurut Heinzer dan Render (2011;4), manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemodelan dan Simulasi Model merupakan representasi sistem dalam kehidupan nyata yang menjadi fokus perhatian dan menjadi pokok permasalakan. Pemodelan dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB 8 TEORI ANTRIAN (QUEUEING THEORY)

BAB 8 TEORI ANTRIAN (QUEUEING THEORY) BAB 8 TEORI ANTRIAN (QUEUEING THEORY) Analisis pertama kali diperkenalkan oleh A.K. Erlang (93) yang mempelajari fluktuasi permintaan fasilitas telepon dan keterlambatan annya. Saat ini analisis banyak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar Teori Antrian Dalam kehidupan sehari-hari, antrian (queueing) sangat sering ditemukan. Mengantri sering harus dilakukan jika kita menunggu giliran misalnya mengambil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Model Dan Simulasi Yang dimaksud dengan model adalah suatu gambaran, abstraksi atau imajinasi dari suatu sistem nyata. (Schmidt & Taylor, 1970). Model juga dapat berarti suatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Antrian 2.1.1. Sejarah Teori Antrian. Teori antrian adalah teori yang menyangkut studi matematis dari antrian atau baris-baris penungguan. Teori antrian berkenaan dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI Menunggu dalam suatu antrian adalah hal yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam sebuah sistem pelayanan tertentu. Dalam pelaksanaan pelayanan pelaku utama dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Blanchard (2000) mendefinisikan sistem sebagai sekumpulan dari elemen-elemen yang mempunyai fungsi bersama untuk mencapai suatu tujuan (Miftahol, 2009). Sedangkan Law (2004)

Lebih terperinci

PENGANTAR MODEL STOKASTIK. Teknik Industri 2015

PENGANTAR MODEL STOKASTIK. Teknik Industri 2015 PENGANTAR MODEL STOKASTIK hanna.udinus@gmail.com Teknik Industri 2015 the model must fit the data, not vice versa J.P. Benzecri Agenda Masalah Industri Konsep Model Klasifikasi dan Jenis Model Model Stokastik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Kedatangan, populasi yang akan dilayani (calling population)

BAB I PENDAHULUAN. 1. Kedatangan, populasi yang akan dilayani (calling population) BAB I PENDAHULUAN Antrian yang panjang sering kali kita lihat di bank saat nasabah mengantri di teller untuk melakukan transaksi, airport saat para calon penumpang melakukan check-in, di super market saat

Lebih terperinci

Dasar-Dasar Pemodelan Sistem

Dasar-Dasar Pemodelan Sistem Bab 1: Dasar-Dasar Pemodelan Sistem Pemodelan dan Simulasi Sistem Monica A. Kappiantari Sumber: Harrell, C., B.K. Ghosh and R.O. Bowden, Jr., Simulation Using Promodel, 2 nd ed., McGraw- Hill, Singapore,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Antrian Siapapun yang pernah pergi berbelanja ke supermarket atau ke bioskop mengalami ketidaknyamanan dalam mengantri. Dalam hal mengantri, tidak hanya manusia saja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dalam pembahasan model antrean dengan disiplin pelayanan Preemptive,

BAB II KAJIAN TEORI. dalam pembahasan model antrean dengan disiplin pelayanan Preemptive, BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dijabarkan tentang dasar-dasar yang digunakan dalam pembahasan model antrean dengan disiplin pelayanan Preemptive, mencangkup tentang teori antrean, pola kedatangan

Lebih terperinci

3. KLASIFIKASI MODEL.

3. KLASIFIKASI MODEL. 3. KLASIFIKASI MODEL alsen.medikano@gmail.com (1) KLASIFIKASI MODEL Murdick, Ross, Claggett (1984) dan Ackoff, Gupta, Minas (1962) Kelas I. Fungsi 1. model Diskriptif memberikan gambaran sistem nyata,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Ada tiga komponen dalam sistim antrian yaitu : 1. Kedatangan, populasi yang akan dilayani (calling population)

BAB II LANDASAN TEORI. Ada tiga komponen dalam sistim antrian yaitu : 1. Kedatangan, populasi yang akan dilayani (calling population) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Karakteristik Sistem Antrian Ada tiga komponen dalam sistim antrian yaitu : 1. Kedatangan, populasi yang akan dilayani (calling population) 2. Antrian 3. pelayanan Masing-masing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2.2 Klasifikasi Model Simulasi

I. PENDAHULUAN. 2.2 Klasifikasi Model Simulasi SIMULASI SISTEM ANTRIAN DI KANTOR BPJS MENGGUNAKAN MATLAB Bella Nurbaitty Shafira 1), Risdawati Hutabarat 2), Winal Prawira 3) Jurusan Teknik Elektro, Universitas Lampung BNShafira@gmail.com, Risdawatihtb@gmail.com,

Lebih terperinci

Modul 13. PENELITIAN OPERASIONAL TEORI ANTRIAN. Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Modul 13. PENELITIAN OPERASIONAL TEORI ANTRIAN. Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI Modul 13. Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2007 1. PENGANTAR Antri adalah kejadian yang biasa dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB ANDASAN TEORI. Teori Antrian Sistim ekonomi dan dunia usaha (bisnis) sebagian besar beroperasi dengan sumber daya yang relatif terbatas.sering terjadi pada orang, barang, dan komponen harus menunggu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pembahasan model antrian dengan working vacation pada pola kedatangan

BAB II LANDASAN TEORI. pembahasan model antrian dengan working vacation pada pola kedatangan BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini diuraikan tentang dasar-dasar yang diperlukan dalam pembahasan model antrian dengan working vacation pada pola kedatangan berkelompok (batch arrival) satu server, mencakup

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Memodelkan Antrian Analisis atas sistem antrian serta penentuan tingkat kapasitas (teller) yang optimal (seimbang antara kebutuhan nasabah dengan kapasitas perusahaan)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Teori antrian pertama kali dikemukakan oleh A.K.Erlang, yang menggambarkan model antrian untuk menentukan jumlah optimal dari fasilitas telepon switching yang digunakan untuk melayani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya persaingan antar perusahaan di. sektor perdagangan dan jasa, maka Manajemen operasi memegang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya persaingan antar perusahaan di. sektor perdagangan dan jasa, maka Manajemen operasi memegang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang Dengan semakin meningkatnya persaingan antar perusahaan di sektor perdagangan dan jasa, maka Manajemen operasi memegang peranan penting bagi perusahaan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 SISTEM PENGELOLAAN STOK BARANG Stok barang dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang. Stok barang

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kesimpulannya. Penelitian ini dilakukan pada PT. Jasa Marga (Persero) Tbk.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kesimpulannya. Penelitian ini dilakukan pada PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Menurut Sugiyono (2009:2) mengemukakan Objek penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN MULTI CHANNEL MULTI PHASE PADA ANTRIAN PEMBUATAN SURAT IZIN MENGEMUDI DENGAN MODEL ANTRIAN (M/M/c):( )

ANALISIS ANTRIAN MULTI CHANNEL MULTI PHASE PADA ANTRIAN PEMBUATAN SURAT IZIN MENGEMUDI DENGAN MODEL ANTRIAN (M/M/c):( ) Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 2 (2015), hal 127-134 ANALISIS ANTRIAN MULTI CHANNEL MULTI PHASE PADA ANTRIAN PEMBUATAN SURAT IZIN MENGEMUDI DENGAN MODEL ANTRIAN (M/M/c):(

Lebih terperinci

2.1 Pengantar Model Simulasi Sistem Diskrit

2.1 Pengantar Model Simulasi Sistem Diskrit Pokok Bahasan Pendahuluan Sistem, Model dan Simulasi Keuntungan dan Kerugian Simulasi Jenis-jenis Simulasi Simulasi Komputer Bahasa Simulasi Tahapan Pemodelan Simulasi 19 20 PENGANTAR PEMODELAN & SIMULASI

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menggunakan teori dan model antrian untuk menganalisa operasi 1. Penggunaan teori antrian 2. Struktur masalah antrian 3. Distribusi

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN PADA MCDONALD PUSAT GROSIR CILILITAN (PGC) (Untuk Memenuhi Tugas Operational Research)

ANALISIS ANTRIAN PADA MCDONALD PUSAT GROSIR CILILITAN (PGC) (Untuk Memenuhi Tugas Operational Research) 2013 ANALISIS ANTRIAN PADA MCDONALD PUSAT GROSIR CILILITAN (PGC) (Untuk Memenuhi Tugas Operational Research) Disusun oleh: Dian Fitriana Arthati (09.5934), Dede Firmansyah (09.5918), Eka Fauziah Rahmawati

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 13 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Antrian merupakan kejadian yang sering dijumpai dalam kehidupan seharihari. Menunggu di depan kasir untuk membayar barang yang kita beli, menunggu pengisian bahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Antrian Suatu antrian ialah suatu garis tunggu dari nasabah yang memerlukan layanan dari satu atau lebih fasilitas pelayanan. Kejadian garis tunggu timbul disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Operasi 2.1.1 Pengertian Manajemen Operasi Manajemen operasi merupakan salah satu fungsi utama dari sebuah organisasi dan secara utuh berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. X(t) disebut ruang keadaan (state space). Satu nilai t dari T disebut indeks atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. X(t) disebut ruang keadaan (state space). Satu nilai t dari T disebut indeks atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Stokastik Menurut Gross (2008), proses stokastik adalah himpunan variabel acak Semua kemungkinan nilai yang dapat terjadi pada variabel acak X(t) disebut ruang keadaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen operasional adalah the term operation management

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen operasional adalah the term operation management BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Manajemen Operasional Krajewski dan Ritzman (2002:6) mengemukakan bahwa manajemen operasional adalah the term operation management refers to the direction

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Dalam skripsi ini akan dibahas tentang model antrean satu server dengan

BAB III PEMBAHASAN. Dalam skripsi ini akan dibahas tentang model antrean satu server dengan BAB III PEMBAHASAN Dalam skripsi ini akan dibahas tentang model antrean satu server dengan disiplin antrean Preemptive dengan pola kedatangan berdistribusi Poisson dan waktu pelayanan berdistribusi Eksponensial.

Lebih terperinci

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Sistem Antrian Antrian ialah suatu garis tunggu pelanggan yang memerlukan layanan dari satu/lebih

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktuwaktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus. Teknik pengukuran waktu terbagi atas dua bagian

Lebih terperinci

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi MODEL ANTRIAN Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Pertemuan Ke- 11 Riani L. JurusanTeknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 Pendahuluan Teori antrian merupakan teori yang menyangkut studi matematis

Lebih terperinci

PENARIKAN SAMPEL & PENDUGAAN PARAMETER

PENARIKAN SAMPEL & PENDUGAAN PARAMETER PENARIKAN SAMPEL & PENDUGAAN PARAMETER Arti Penarikan Sampel Populasi ( Universe) adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti

Lebih terperinci

Metode Kuantitatif. Kuliah 5 Model Antrian (Queuing Model) Dr. Sri Poernomo Sari, ST, MT 23 April 2009

Metode Kuantitatif. Kuliah 5 Model Antrian (Queuing Model) Dr. Sri Poernomo Sari, ST, MT 23 April 2009 Metode Kuantitatif Kuliah 5 Model Antrian (Queuing Model) Dr. Sri Poernomo Sari, ST, MT 3 April 009. Pendahuluan. Struktur Model Antrian (The Structure of Queuing Model) 3. Single-Channel Model 4. Multiple-Channel

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM ANTRIAN UNTUK MENENTUKAN JUMLAH GARDU KELUAR YANG OPTIMAL PADA GERBANG TOL TANJUNG MULIA

ANALISIS SISTEM ANTRIAN UNTUK MENENTUKAN JUMLAH GARDU KELUAR YANG OPTIMAL PADA GERBANG TOL TANJUNG MULIA Seminar Nasional Teknik Industri [SNTI2017] Lhokseumawe-Aceh, 13-14 Agustus 2017 ANALISIS SISTEM ANTRIAN UNTUK MENENTUKAN JUMLAH GARDU KELUAR YANG OPTIMAL PADA GERBANG TOL TANJUNG MULIA Anwar 1, Mukhlis

Lebih terperinci

MODEL SISTEM ANTRIAN

MODEL SISTEM ANTRIAN MODEL SISTEM ANTRIAN Pendahuluan Teori antrian ditemukan oleh AK Erlang seorang ahli matematika Denmark tahun 1909 Sistem antrian berkembang karena fasilitas pelayanan (server) yang semakin mahal dan terbatas

Lebih terperinci

Simulasi Model Sistem Jasa. DosenPengampu: Ratih Setyaningrum,MT Hanna Lestari, M.Eng

Simulasi Model Sistem Jasa. DosenPengampu: Ratih Setyaningrum,MT Hanna Lestari, M.Eng Simulasi Model Sistem Jasa DosenPengampu: Ratih Setyaningrum,MT Hanna Lestari, M.Eng Pendahuluan Sistem jasa Sebuah sistem pemrosesan dimana didalamnya disediakan satu atau lebih jasa bagi pelanggan Karakter

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori

BAB II. Landasan Teori BAB II Landasan Teori Antrian merupakan waktu tunggu yang dialami pelanggan untuk mencapai tujuan, dikarenakan jumlah pelanggan melebihi kapasitas layanan yang tersedia. Waktu tunggu yang terlalu lama

Lebih terperinci

TEORI ANTRIAN MATA KULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-13. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

TEORI ANTRIAN MATA KULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-13. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia TEORI ANTRIAN MATA KULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-13 Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Pendahuluan (1) Pertamakali dipublikasikan pada tahun 1909 oleh Agner

Lebih terperinci

PENYUSUNAN MODEL Elsa Pudji Setiawati

PENYUSUNAN MODEL Elsa Pudji Setiawati PENYUSUNAN MODEL Elsa Pudji Setiawati 140 223 159 BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNPAD DAFTAR ISI DAFTAR ISI 1. Definisi Model.. 2. Alasan Pembuatan Model...... 3. Karakteristik Model

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1. Uji Kecukupan Data Untuk menguji sekumpulan data, terlebih dahulu diperlukan untuk menguji kecukupan jumlah pengamatan yang telah dilakukan. Karena itu

Lebih terperinci

Analisis Sistem Antrian Pada Pelayanan Poli Kandungan Dan Ibu Hamil Di Rumah Sakit X Surabaya

Analisis Sistem Antrian Pada Pelayanan Poli Kandungan Dan Ibu Hamil Di Rumah Sakit X Surabaya Analisis Sistem Antrian Pada Pelayanan Poli Kandungan Dan Ibu Hamil Di Rumah Sakit X Surabaya Zarah Ayu Annisa 1308030058 Dosen Pembimbing : Dra. Sri Mumpuni R., MT PENDAHULUAN Antrian Meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

ANTRIAN. pelayanan. Gambar 1 : sebuah sistem antrian

ANTRIAN. pelayanan. Gambar 1 : sebuah sistem antrian ANTRIAN Jika permintaan terhadap suatu jasa melebihi suplai, akan mengakibatkan terjadi antrian. Masalah tersebut dapat terjadi pada berbagai keadaan. Sebagai contoh Kendaraan menunggu lampu lalu lintas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan sehari-hari, antrian, queuing atau waiting line sangat sering dijumpai. Dalam hal ini antrian terjadi pada saat ada pihak yang harus menunggu

Lebih terperinci

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Sistem Antrian Antrian ialah suatu garis tunggu pelanggan yang memerlukan layanan dari satu/lebih

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Counter Fiesta Steak Restaurant adalah sebuah restaurant cepat saji yang menjual makanan hotplate dan hanya memiliki 1 jalur antrian dengan 1 buah loket pemesanan sekaligus pembayaran yang dilayani

Lebih terperinci

SISTEM TRANSPORTASI BUS KAMPUS UNAND

SISTEM TRANSPORTASI BUS KAMPUS UNAND SISTEM TRANSPORTASI BUS KAMPUS UNAND Aro Manis, Siti Tri Susiati Hutami Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Andalas Abstrak Pada umumnya, bus kampus beroperasi untuk mengantarkan mahasiswa

Lebih terperinci

Lecture 2 : Teori Antrian

Lecture 2 : Teori Antrian Lecture 2 : Teori Antrian hanna.udinus@gmail.com Teknik industri 2015 If you leave the queue for any reason, of course you can rejoin the queue. At the back. Three miles away the great british pastime

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang sering terjadi adalah fenomena penungguan. Fenomena ini biasa terjadi apabila kebutuhan akan suatu pelayanan melebihi

Lebih terperinci

MAKALAH REKAYASA TRAFIK TEORI ANTRI

MAKALAH REKAYASA TRAFIK TEORI ANTRI MAKALAH REKAYASA TRAFIK TEORI ANTRI Oleh TT 2D Bibba Nur Aristya 1231130009 Dewi Sekar Putih 1231130042 Dinari Gustiana Cita D. 1231130006 D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI POLITEKNIK NEGERI MALANG 2014 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PELAYANAN DI STASIUN TAWANG SEMARANG DENGAN METODE ANTRIAN

ANALISIS SISTEM PELAYANAN DI STASIUN TAWANG SEMARANG DENGAN METODE ANTRIAN ANALISIS SISTEM PELAYANAN DI STASIUN TAWANG SEMARANG DENGAN METODE ANTRIAN SKRIPSI Oleh: NURSIHAN 24010210110001 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2015 ANALISIS

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 24 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Ilmu pengetahuan tentang bentuk antrian, yang sering disebut sebagai teori antrian (queueing theory) merupakan sebuah bagian penting operasi dan juga alat yang sangat

Lebih terperinci

Antrian adalah garis tunggu dan pelanggan (satuan) yang

Antrian adalah garis tunggu dan pelanggan (satuan) yang Pendahuluan Antrian Antrian adalah garis tunggu dan pelanggan (satuan) yang membutuhkan layanan dari satu atau lebih pelayan (fasilitas pelayanan). Masalah yang timbul dalam antrian adalah bagaimana mengusahakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pengertian Jasa Menurut Saladin (2007:71) pengertian jasa yaitu Jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak pada pihak lain

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini diuraikan dua subbab yaitu tinjauan pustaka dan landasan teori. Subbab tinjauan pustaka memuat hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan. Subbab landasan teori memuat

Lebih terperinci

Pengembangan Simulasi Komputer Model Antrian Nasabah Untuk Menganalisa Unjuk Kerja Layanan Teller Bank 1

Pengembangan Simulasi Komputer Model Antrian Nasabah Untuk Menganalisa Unjuk Kerja Layanan Teller Bank 1 Pengembangan Simulasi Komputer Model Antrian Nasabah Untuk Menganalisa Unjuk Kerja Layanan Teller Bank 1 M Munawar Yusro, Nurul Hidayat, Maharani 2 Abstrak Sistem antrian merupakan faktor yang penting

Lebih terperinci

Teori Antrian. Aminudin, Prinsip-prinsip Riset Operasi

Teori Antrian. Aminudin, Prinsip-prinsip Riset Operasi Teori Antrian Aminudin, Prinsip-prinsip Riset Operasi Contoh Kendaraan berhenti berderet-deret menunggu di traffic light. Pesawat menunggu lepas landas di bandara. Surat antri untuk diketik oleh sekretaris.

Lebih terperinci

Teori Antrian. Riset Operasi TIP FTP UB Mas ud Effendi

Teori Antrian. Riset Operasi TIP FTP UB Mas ud Effendi Teori Antrian Riset Operasi TIP FTP UB Mas ud Effendi Bentuk Umum Teori Antrian Pelayanan Tunggal Pelayanan Multipel Pendahuluan Banyak waktu dihabiskan untuk menunggu oleh manusia, produk, dll Penyediaan

Lebih terperinci

TEORI ANTRIAN (QUEUING THEORY) Teknik Riset Operasi Fitri Yulianti Universitas Gunadarma

TEORI ANTRIAN (QUEUING THEORY) Teknik Riset Operasi Fitri Yulianti Universitas Gunadarma TEORI ANTRIAN (QUEUING THEORY) Teknik Riset Operasi Fitri Yulianti Universitas Gunadarma Menunggu dalam suatu antrian adalah hal yang paling sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari Siapapun yang pergi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB LANDASAN TEORI Efisiensi Menurut Vincent Gaspersz (998, hal 4), efisiensi adalah ukuran yang menunjukan bagaimana baiknya sumber daya digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output Efisiensi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam Kamus Bahasa Inggris dari Oxford [13] menjelaskan simulasi : The

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam Kamus Bahasa Inggris dari Oxford [13] menjelaskan simulasi : The BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teknik Simulasi Dalam Kamus Bahasa Inggris dari Oxford [13] menjelaskan simulasi : The Technique of imitating then behaviour of some situation or system (economic, mechanical,

Lebih terperinci

TEKNIK SIMULASI. Nova Nur Hidayati TI 5F

TEKNIK SIMULASI. Nova Nur Hidayati TI 5F TEKNIK SIMULASI Nova Nur Hidayati TI 5F 10530982 PENDAHULUAN TUJUAN MEMPELAJARI SIMULASI Melalui kuliah ini diharapkan kita dapat mempelajari suatu sistem dengan memanfaatkan komputer untuk meniru (to

Lebih terperinci

Manajemen Sains. Pengenalan Riset Operasi. Eko Prasetyo Teknik Informatika

Manajemen Sains. Pengenalan Riset Operasi. Eko Prasetyo Teknik Informatika Manajemen Sains Pengenalan Riset Operasi Eko Prasetyo Teknik Informatika Univ. Muhammadiyah Gresik 2011 Pendahuluan Riset Operasi (Operations Research/OR) banyak diterapkan dalam menyelesaikan masalahmasalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika adalah ilmu yang penting dipelajari karena menyangkut pengembangan berpikir dan erat dengan kehidupan sehari-hari serta bidang lain. Hal ini diperkuat

Lebih terperinci

ANALISA SIFAT-SIFAT ANTRIAN M/M/1 DENGAN WORKING VACATION

ANALISA SIFAT-SIFAT ANTRIAN M/M/1 DENGAN WORKING VACATION ANALISA SIFAT-SIFAT ANTRIAN M/M/1 DENGAN WORKING VACATION Oleh: Desi Nur Faizah 1209 1000 17 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

11/1/2016 Azwar Anas, M. Kom - STIE-GK Muara Bulian 1 TEORI ANTRIAN

11/1/2016 Azwar Anas, M. Kom - STIE-GK Muara Bulian 1 TEORI ANTRIAN 11/1/2016 Azwar Anas, M. Kom - STIE-GK Muara Bulian 1 TEORI ANTRIAN 11/1/2016 Azwar Anas, M. Kom - STIE-GK Muara Bulian 2 Pendahuluan Perhatikan beberapa situasi berikut ini: Kendaraan berhenti berderet-deret

Lebih terperinci

BAB. Teori Antrian PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB. Teori Antrian PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN BAB 10 Teori Antrian PENDAHULUAN ntrian yang panjang sering kali kita lihat di bank saat nasabah mengantri di teller untuk melakukan transaksi, airport saat para calon penumpang melakukan checkin,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

Analisis Model dan Simulasi. Hanna Lestari, M.Eng

Analisis Model dan Simulasi. Hanna Lestari, M.Eng Analisis Model dan Simulasi Hanna Lestari, M.Eng Simulasi dan Pemodelan Klasifikasi Model preskriptif deskriptif diskret kontinu probabilistik deterministik statik dinamik loop terbuka - tertutup Simulasi

Lebih terperinci

TOOLS SIMULASI INVENTORI PADA SUPERMARKET

TOOLS SIMULASI INVENTORI PADA SUPERMARKET TOOLS SIMULASI INVENTORI PADA SUPERMARKET 1) Benny Santoso 2) Liliana 3) Imelda Yapitro Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Surabaya Raya Kalirungkut Surabaya 60293 (031) 298 1395 email

Lebih terperinci

6. PENGEMBANGAN MODEL.

6. PENGEMBANGAN MODEL. 6. PENGEMBANGAN MODEL alsen.medikano@gmail.com 1 1. TAHAPAN PENGEMBANGAN MODEL Kriteria memodelkan suatu sistem : 1. Harus mewakili (representasi) sistem nyatanya 2. Merupakan penyederhanaan dari kompleksnya

Lebih terperinci

Operations Management

Operations Management Operations Management OPERATIONS RESEARCH William J. Stevenson 8 th edition Pendahuluan Analisis antrian pertama kali diperkenalkan oleh A.K Erlang (1913) yang mempelajari fluktuasi permintaan fasilitas

Lebih terperinci

OPTIMALISASI SISTEM ANTRIAN PELANGGAN PADA PELAYANAN TELLER DI KANTOR POS (STUDI KASUS PADA KANTOR POS CABANG SUKOREJO KENDAL)

OPTIMALISASI SISTEM ANTRIAN PELANGGAN PADA PELAYANAN TELLER DI KANTOR POS (STUDI KASUS PADA KANTOR POS CABANG SUKOREJO KENDAL) OPTIMALISASI SISTEM ANTRIAN PELANGGAN PADA PELAYANAN TELLER DI KANTOR POS (STUDI KASUS PADA KANTOR POS CABANG SUKOREJO KENDAL) Diyan Mumpuni 1, Bambang Irawanto 2, Dr. Sunarsih 3 1,2,3 Jurusan Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siapa saja. Contoh kongkrit yang dapat dilihat dalam kegiatan sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. siapa saja. Contoh kongkrit yang dapat dilihat dalam kegiatan sehari-hari seperti BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah antrian adalah masalah umum yang pernah dan akan dialami oleh siapa saja. Contoh kongkrit yang dapat dilihat dalam kegiatan sehari-hari seperti antrian kendaraan

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM ANTRIAN TRANSPORTASI BUSWAY DI HALTE PULOGADUNG DAN DUKUH ATAS

ANALISIS SISTEM ANTRIAN TRANSPORTASI BUSWAY DI HALTE PULOGADUNG DAN DUKUH ATAS ANALISIS SISTEM ANTRIAN TRANSPORTASI BUSWAY DI HALTE PULOGADUNG DAN DUKUH ATAS Umi Marfuah 1), Anita Syarifah 2) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta Email: umi.marfuah1@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Pengembangan Simulasi Komputer Model Antrian Nasabah Untuk Menganalisa Unjuk Kerja Layanan Teller Bank 1

Pengembangan Simulasi Komputer Model Antrian Nasabah Untuk Menganalisa Unjuk Kerja Layanan Teller Bank 1 Pengembangan Simulasi Komputer Model Antrian Nasabah Untuk Menganalisa Unjuk Kerja Layanan Teller Bank 1 M Munawar Yusro, Nurul Hidayat, Maharani 2 Abstrak Sistem antrian merupakan faktor yang penting

Lebih terperinci

LABORATORIUM SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DAN INTELIGENSIA BISNIS

LABORATORIUM SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DAN INTELIGENSIA BISNIS LABORATORIUM SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DAN INTELIGENSIA BISNIS Latar Belakang Pelayanan terpusat di satu tempat Antrian pemohon SIM yg cukup panjang (bottleneck) Loket berjauhan Sumber daya terbatas Lamanya

Lebih terperinci

Hanif Fakhrurroja, MT

Hanif Fakhrurroja, MT Pertemuan 2 Model-Model Riset Operasional Hanif Fakhrurroja, MT PIKSI GANESHA, 2013 Hanif Fakhrurroja @hanifoza hanifoza@gmail.com Pendahuluan Pendahuluan Model Dalam Riset Operasional Sebuah model keputusan

Lebih terperinci