BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 2015 sebanyak 122 daerah ditetapkan oleh pemerintah sebagai daerah tertinggal. Penetapan ini ada dalam Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun Salah satunya adalah Kabupaten Morowali Utara yang berada di Provinsi Sulawesi Tengah. Suatu daerah ditetapkan sebagai daerah tertinggal berdasarkan kriteria perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, kemampuan keuangan daerah, aksesibiltas, serta karakteristik daerah. Pengertian daerah tertinggal berbeda dengan pengertian desa tertinggal. Pengertian ini kemudian menjadi paradox ketika banyak desa-desa tertinggal yang rupanya terletak di daerah-daerah yang cukup maju. Kabupaten Morowali Utara sendiri merupakan hasil pemekaran dari kabupaten Morowali pada tahun Kecamatan-Kecamatan yang ada pun masih bersifat tertinggal ataupun terpencil. Daerah terpencil atau desa terpencil secara umum diartikan wilayah yang sulit dalam berbagai aspek seperti belum tersedianya pelayanan umum, belum tersedianya infrastruktur komunikasi dan transportasi yang memadai sehingga menimbulkan kesulitan yang tinggi bagi masyarakat yang berdomisili ditempat tersebut (Kaputra dkk, 2013:157). Salah satu desa terpencil di Kabupaten Morowali Utara yaitu desa Pandauke yang berada di kecamatan Mamosalato. Secara geografis letak yang terpencil membuat guru-guru didesa ini merasakan adanya hambatan dalam menggunakan Teknologi Komunikasidan Informasi dan juga hambatan sarana transportasi. Guru adalah seseorang yang mempunyai tugas memberikan pendidikan dan pengetahuan kepada para siswa yang nantinya akan membantu mengembangkan bangsa dan negaranya sehingga guru 1

2 dituntut mempunyai kapasitas yang cukup baik agar dapat menjalankan tugasnya tanpa hambatan. Setiap guru mempunyai tugas yang sama tidak peduli apakah gurutersebut berada didesa ataupun dikota. Tetapi nyatanya saat ini terjadi kesenjangan antara guru yang didesaataupun guru yang dikota tak hanya dari segi pengetahuan tetapi juga segi Teknologi Informasi dan Komunikasi. Umumnya guru yang berada di kota akan cukup mengenal teknologi karena kehidupan yang lebih modern dibandingkan didesa. Kesenjangan akan lebih terlihat pada daerah yang terpencil karena minimnya infrastruktur yang memadai. Hambatan yang sangat umum terjadi di desa terpencil adalah hambatan komunikasi dan juga transportasi. Ini menjadi penting karena letak desa Pandauke yang cukup jauh dari ibukota Kabupaten yaitu Kolonodale yang ditempuh selama 8 jam sekali perjalanan sehingga dengan waktu tempuh pulang-pergi bisa memakan waktu 16 jam tentunya cukup menguras tenaga dan biaya. Padahal beberapa pengurusan berkas-berkas seperti tunjangan guru daerah terpencil atau sertifikasi misalnya harus diurus di ibukota Kabupaten atau ibukota Provinsi. Selain itu pula masalah berikutnya adalah penerapan database sekolah-sekolah dan guru secara online. Tentunya ini diterapkan pada semua sekolah termasuk didesa terpencil seperti Pandauke. Infrastruktur yang minim membuat mereka kesulitan dalam hal mengakses TIK dan juga listrik yang belum ada membuat mereka memutuskan untuk tidak membeli barang elektronik seperti komputer. Sinyal telepon genggam pun cukup sulit karena letak tower yang berada 2 jam dari desa ini. Untuk mengatasi masalah seperti ini pemerinta membuat berbagai program Melaluiproyek Universal Service Obligation (USO), Kementerian Komunikasi dan Informatika telah menelurkan sejumlah program inovasi salah satunya adalah program Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK). Fokus utama program ini dalah untuk mengurangi kesenjangan informasi di masyarakat pedesaan, sesuai tujuan Kebijakan dan Rencana Strategis kedepan Kementerian Komunikasi dan Informatika, yakni diantaranya : Tersedianya akses komunikasi dan 2

3 informastika yang merata di seluruh Indonesia (Buku Putih Komunikasi dan Informatika Indonesia, 2010). Dengan program yang ada ini diharapkan akses internet oleh masyarakat pedesaan akan meningkat. Program Pusat Layanan Internet Kecamatan, selanjutnya disebut PLIK, merupakan salah satu bentuk konsep dari sebuah Telecenter, yaitu fasilitas akses bersama dilengkapi dengan telepon, komputer, televisi dan video, dan perangkat teknologi lainnya. Tujuan dasar dari pusat seperti ini untuk memberikan kemudahan dalam mendapatkan layanan informasi dan komunikasi untuk pengembangan masyarakat (Roman, 2004:54). Dalam hal ini PLIK salah satu program pemerintah sebagai bentuk dukungan penuh perluasan layanan akses internet bagi masyarakat luas terutama masyarakat daerah pedesaan sekaligus mendorong pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk tujuan peningkatan kecerdasan warga dan kesejahteraan masyarakat. Dengan adanya PLIK di desa Pandauke membuat warga sangat ramai mengunjungi tempat tersebut. Guru adalah pengguna terbanyak di daerah ini, seperti dikutip dari wawancara bersama pengelola PLIK Mamosalato Pengguna terbanyak PLIK disini adalah para Guru, apalagi ketika sudah waktunya untuk mengakses Padamu negeri 1, didalam ruangan ini akan dikhususkan untuk dipakai oleh para guru-guru tersebut 2. PLIK didesa Pandauke dinilai cukup aktif dan warga disana pun cukup antusias dalam penggunaannya di bandingkan dengan titik PLIK lain yang beerada di Kabupaten Mamosalato yang telah tutup sebelum program tersebut berakhir 3. Salah satu teori yang menarik dan cocok digunakan untuk permasalahan diatas adalah teori difusi inovasi. Telecenter dapat dikatakan sebuah inovasi yang berwujud ide, praktik, atau objek baru yang awalnya belum diketahu suatu kelompok masyarakat. Ketika 1 Padamu negeri adalah sebuah sistem online dari pemerintah yang ditujukan bagi para admin disekolah-sekolah seluruh Indonesia untuk melakukan transaksi pengiriman data yang lebih cepat dan efisien yang dibangun sejak 20 Juni Wawancara dengan bapak gunawan 12juli 2015 pengelola PLIK mamosalato 3 Wawancara dengan para pengelola PLIK di kabupaten Morowali 10Juli

4 telecenter digunakan atau disebarkan ada proses adopsi yang dilakukan masyarakat terhadap inovasi. Dengan kata lain, studi tentang difusi inovasi adalah tentang bagaimana, mengapa, dan pada tingkat apa ide baru atau teknologi menyebar di antara para anggota suatu sistem sosial. Sebuah inovasi adalah Ide, praktek atau teknologi dianggap sebagai baru oleh seorang individu [Rogers 2003]. Roman menjelaskan bahwa untuk melihat proses adopsi dari suatu inovasi dalam hal ini Telecenter ada 3 aspek penting yang dapat dilihat yaitu (1) The Perceived Attributes of Innovation, (2) The communication Aspects dan (3) The Consequences of Innovation Adoption. Tetapi dalam penelitian ini hanya akan melihat aspek The Perceived Attributes. Pada aspek ini akan melihat Atribut Inovasi yang dikemukakan oleh Rogers yaitu Relative Advantage, Compability, Complexity, Trialability dan Observability. Atribut inovasi dapat menjelaskan dan memahami laju suatu adopsi. Atribut ini dirasa perlu untuk diketahui karena nantinya akan berhubungan dengan kebutuhan apa saja yang diperlukan oleh seorang calon pengadopsi Inovasi yang pada akhirnya akan membantu perencanaan program-program selanjutnya sehingga sesuai dengan sasaran dan tujuan.selain itu juga akan melihat persiapan para Guru di daerah terpencil menuju masyarakat Informasi apalagi Guru-guru masih banyak yang belum sadar dengan pentingnya TIK bagi kehidupan mereka. Pada akhirnya juga sistem data para guru di Indonesia akhirnya menerapkan sistem secara online ini juga akan berdampak pada guru yang berada di daerah terpencil. Dengan menggunakan Teori Difusi Inovasi diharapkan akan menjelaskan bagaimana atribut inovasi yang ada pada PLIK di desa Pandauke. Inovasi dalam penelitian ini adalah sebuah ide atau gagasan berupa tempat yang dikemas menjadi sebuah telecenter yang menyediakan fasilitas berupa komputer dan Internet yaitu PLIK yang belum ada sebelumnya didesa Pandauke. Sebuah inovasi yang dikemas 4

5 dengan baik tidak akan berguna apabila inovasi tersebut tidak diadopsi oleh orang-orang yang ditujukan dari pengadaan Inovasi tersebut. B. Rumusan Masalah Dari penjelasan latar belakang diatas, maka peneliti dapat menarik rumusan masalah dari penelitian ini antara lain: Bagaimana Atribut Inovasi Program Penyedia Layanan Internet Kecamatan (PLIK) oleh Guru di desa Pandauke Di kecamatan Mamosalato Kabupaten Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan Latar belakang dan Rumusan Masalah diatas, maka Tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui dan memahami Atribut Inovasi Program Penyedia Layanan Internet Kecamatan (PLIK) oleh Guru di desa Pandaukei kecamatan Mamosalato Kabupaten Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dapat dari hasil penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap Kajian Ilmu Komunikasi dibidang teknologi komunikasi di wilayah pedesaan serta dapat menjadi referensi bagi pembaca yang berminat akan melakukan penelitian berikutnya. b. Dapat menambah referensi penelitian Teori difusi Inovasi yang diterapkan pada sebuah telecenter. 5

6 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi dan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan khususnya Kementerian Komunikasi dan Informatika RI dan pemerintah daerah kabupaten Morowali mengenai program PLIK diwilayah kabupaten morowali. E. Kerangka Pemikiran Perkembangan masyarakat saat ini menuju masyarakat informasi menjadi hal penting yang harus diperhatikan dari pemerintah. Tercapainya masyarakat informasi itu pula harus didukung oleh adanya infrastruktur dibidang teknologi khususnya TIK. Perkembangan TIK ini juga sekaligus pertanda masuknya manusia kedalam era revolusi informasi. Sehingga akses terhadap akses informasi sangat diperlukan. Untuk itulah pemerintah membuat program PLIK yang diharapkan dapat menjadi penunjang dan kemudahan mendapatkan informasi terhadap masyarakat pedesaan yang kurang adanya sarana teknologi. Keberhasilan dari implementasi PLIK ini bergantung bagaimana masyarakat menerima dan menggunakannya. 1. Teori Difusi Inovasi Selain internet, telecenter juga merupakan suatu ide yang baru yang ada di dalam masyarakat pedesaan. Teori difusi inovasi merupakan teori yang digunakan untuk membahas mengenai penelitian-penelitian tentang suatu inovasi atau ide baru yang dikomunikasikan ke dalam suatu kelompok masyarakat tertentu. Teori ini berkembang sebagai respon terhadap pembangunan masyarakat yang menawarkan inovasi tertentu agar dapat mendorong adopsi pada masyarakat tertentu. Tantangan dalam memanfaatkan internet pada telecenter yang disediakan oleh pemerintah Indonesia di setiap daerah, terletak pada keterbatasan akses dan pemanfaatannya. Untuk memahami keterbatasan ini diperlukan 6

7 melihat empat elemen yang menjadi asumsi dari teori ini (Rogers, 1983: 10-24) yaitu: a. Inovasi, adalah ide, praktik, atau objek yang dianggap sebagai baru oleh individu atau unit-unit lain yang akan mengadopsinya. Setidaknya ada beberapa elemen yang dapat mempengaruhi suatu inovasi yang mempengaruhi pengadopsiannya, antara lain: 1.) Relative advantage, yaitu suatu anggapan di mana inovasi baru yang datang dianggap lebih baik daripada ide yang ada sebelumnya.;2.) Compatibility, yaitu suatu anggapan di mana inovasi dirasa selaras dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman, dan juga kebutuhan dari pengadopsi.; 3.) Complexity, yaitu anggapan di mana inovasi yang datang terasa sulit untuk dipahami dan digunakan.; 4.) Trialability, yaitu suatu anggapan di mana inovasi dapat diaplikasikan dalam kedaan yang terbatas.; 5.) Observability, yaitu suatu anggapan di mana hasil inovasi dapat dilihat oleh orang lain. b. Komunikasi, merupakan suatu media atau saluran di mana pesan-pesan yang berisi inovasi itu berpindah dari satu orang ke orang lain. Selain itu juga inti dari proses difusi adalah proses perpindahan suatu ide yang baru dari satu penerima kepada penerima yang lain, proses ini juga melibatkan, yaitu suatu inovasi, individu atau unit lain pengadopsi yang memiliki pengetahuan, atau pengalaman dalam menggunakan inovasi, individu atau unit lain yang belum memiliki pengetahuan tentang inovasi, dan saluran komunikasi yang menghubungkan dua unit. Sebuah saluran komunikasi adalah sarana yang pesan dapatkan dari salah satu orang ke orang lain. Ada dua model komunikasi yang umum digunakan, yaitu interpersonal channel dan mass communication. Sedangkan saluran yang digunakan setidaknya ada dua yaitu media massa dan opinion leader. Sifat hubungan pertukaran informasi 7

8 antara pasangan individu menentukan kondisi yang mana sumber akan atau tidak akan mengirimkan inovasi untuk penerima, dan juga efeknya. c. Waktu, merupakan elemen selanjutnya dalam proses difusi. Dengan adanya jangka waktu tertentu, proses difusi bisa didokumentasikan lalu dipelajari oleh pihak lain. Dimensi waktu dalam proses difusi inovasi meliputi, Pertama, proses keputusan inovasi mulai dari pengetahuan pertama hingga keputusan untuk mengadopsi atau menolak. Ada lima tahapan adopsi yang dimodelkan dalam teori ini yaitu knowledge, persuasion, decision, implementation, dan confirmation. Kedua, Perbandingan antara individu atau unit lain yang cepat mengadopsi dan yang lebih lambat mengadopsi. Ketiga, ratarata waktu mengadopsi yang dihitung dari jumlah pengadopsi dalam rentang waktu tertentu. d. Sistem sosial, merupakan suatu unit yang terikat di mana mereka bergabung untuk menyelesaikan masalah bersama dan untuk mencapai suatu tujuan bersama. Proses difusi itu sendiri terjadi dalam suatu sistem social. Opinion Leader dan agen perubahan, menyebabkan suatu difusi inovasi berjalan dalam berbagai cara. Struktur dalam suatu sistem social mempengaruhi cara difusi itu terjadi. Pemahaman tentang sistem social berkaitan dengan difusi inovasi sangat penting. Sejalan dengan pemikiran Rogers, dalam tulisan Roman (2004) bahwa untuk memahami teori difusi inovasi dalam telecenter harus memahami yaitu 1. Perceived Attributes of Innovations, yaitu bagaimana persepsi masyarakat tentang adanya telecenter dan layanan yang disediakan, meliputi relative advantage, compatibility, dan complexity, 2. The Communication Process, yaitu bagaimana inovasi dikomunikasikan dan dibagikan dan juga bagaimana 8

9 inovasi yang lain dicari dan dibuat didalam telecenter tersebut. 3. The consequences of adaption, yaitu bagaimana biaya dan dampak sosioekonomi didalam masyarakat Pada akhirnya perkembangan teknologi komunikasi dengan adanya internet dan telecenter meningkatkan hubungan individu dengan yang lainnya. telecenter diharapkan dapat membuka pintu masuk dan kesetaraan dalam memperoleh informasi. Tetapi di Indonesia sendiri sangat terlihat kesenjangan akses informasi antara masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan. Teori difusi inovasi ini sendiri dianggap mampu untuk memberikan pemahaman terhadap elemen dari proses difusi inovasi. Sehingga dengaan kondisi masyarakat yang kekinian dalam perkembangan internet ini terdapat dua poin penting dalam teori ini yaitu kompatibilitas inovasi dan komunikasi partisipatif (lindawati, 2014: 259) yang juga akan menjadi poin penting dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini teori difusi inovasi membantu membentuk persepsi dan pengambilan keputusan para guru terhadap PLIK yang ada didesa pandauke. Persepsi para guru akan dilihat melalui 5 atribut inovasi yang telah dikemukakan oleh Rogers yaitu Relative Advantage, compability, Complexity, Trialability dan Compability. Sebagaimana juga dikemukan oleh Roman (2003) bahwa untuk melihat proses adopsi inovasi terhadap telecenter dapat dijelaskan melalui 5 atribut inovasi Rogers. 2. Telecenter Salah satu strategi untuk menjembatani kesenjangan digital dalam suatu negara, dan antara negara-negara, adalah untuk mendorong adanya telecenter yang biasanya menawarkan akses publik seperti komputer, internet, dan teknologi komunikasi lainnya, memberikan pelatihan, dan menyediakan layanan bisnis tertentu. 9

10 Konsep telecenter umumnya mengacu pada komunitas pusat sumber daya informasi terletak di pedesaan wilayah negara berkembang. Sebuah telecenter adalah fasilitas akses bersama dilengkapi dengan telepon, komputer, televisi dan video, dan perangkat teknologi lainnya. Tujuan dasar dari pusat seperti ini untuk memberikan kemudahan dalam mendapatkan layanan komunikasi dan informasi untuk pengembangan masyarakat. Selain itu telecenter adalah sebuah organisasi yang menerima dukungan eksternal, paling tidak pada awalnya, oleh donor internasional, pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat, atau kelompok lain diluar masyarakat tersebut (Roman, 2004: 54). Yang terpenting telecenter menyediakan fasilitas tersebut untuk publik, sehingga setiap individu atau rumah tangga tidak perlu memiliki komputer dan peralatan telekomunikasi mereka sendiri.telecenter juga yang paling mungkin akan didirikan di lokasi di mana individu akses ke Internet tidak terjangkau atau tidak tersedia. Telecenter merupakan strategi penting untuk menutup kesenjangan digital di negara-negara berkembang, meskipun kafe cyber dan jenis lain dari telecenter juga sama penting di daerah tertentu dari negara-negara maju. Sebuah telecenter dapat terdiri dari sebuah ruangan kecil yang dilengkapi dengan satu atau lebih komputer dan telepon jarak jauh atau telepon nirkabel. Satu atau lebih individu staf atau pengelola yang mengetahui telecenter, dan biaya-biaya yang kecil per jam dalam penggunaan untuk komputer / internet, fax, atau telepon jarak jauh. Sebuah pelayanan nasional telekomunikasi dapat menyediakan peralatan ini pada tarif diskon untuk operator, yang sering menghasilkan pendapatan yang cukup untuk mendukung / keluarganya. 3. Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) 10

11 PLIK merupakan pusat sarana dan prasarana penyediaan layanan jasa akses internet di ibukota kecamatan yang dibiayai melalui dana Kontribusi Kewajiban Pelayanan Universai Telekomunikasi yang diarahkan untuk terwujudnya akses layanan internet di desa di Ibu Kota Kecamatan pada tahun Program PLIK menyediakan layanan akses internet dikecamatan, masing-masing terdiri dari 1 unit Server PLIK dan 5 unit personal Computer (PC) client yang akan disediakan oleh Internet Service Provider (ISP) yang ditunjuk sebagai pemenang lelang yang diselenggarakan oleh BTIP. PLIK merupakan salah satu bentuk konsep dari telecenter. Telecenter adalah sejenis layanan yang memberikan kontribusi kepada pembangunan dengan cara menyediakan akses informasi, komunikasi dan teknologi pendidikan, serta keterampilan ke seluruh penduduk, menciptakan kompetensi masyarakat yang mandiri dalam ekonomi informasi, membangun pasar serta peluang bagi sektor swasta. Dengan demikian PLIK memiliki peran penting dalam memfasilitasi serta membantu masyarakat dalam memperoleh informasi yang mereka butuhkan. Dalam hal ini masyarakat juga mengambil andil penting dalam memajukan dan memanfaatkan PLIK yang berada di daerah mereka sehingga manfaat dari PLIK dapat terlihat dan dirasakan. Ini sesuai dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika (Perkominfo) 48/PER/M.KOMINFO/11/2010 pasal 1 ayat 9 yang menjelaskan bahwa internet kecamatan adalah lokasi penyediaan jasa akses internet pada kecamatan di daerah tertinggal, daerah terpencil, daerah perintisan, daerah perbatasan, dan daerah tidak layak secara ekonomis, serta wilayah yang belum terjangkau akses layanan internet. Selanjutnya Permenkominfo 48/PER/M.KOMINFO/11/2010 pasal 2 ayat 1 menyebutkan bahwa pada Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi (WPUT) internet kecamatan dilaksanakan melalui penyediaan PLIK diibukota 11

12 kecamatan yang terdiri atas PLIK yang bersifat tetap dan PLIK yang bersifat bergerak. Melalui program internet kecamatan seperti halnya PLIK ini, sangat membantu meningkatkan aksesbilitas masyarakat serta memberikan harapan mengurangi kesenjangan digital dan juga meningkatkan harapan tentang adanya keterbukaan informasi. Walaupun sebenarnya upaya pemenuhan kebutuhan informasi dan komunikasi masyarakat tidak hanya dilakukan oleh pemerintah tetapi juga dilakukan oleh LSM dan swasta. Selain itu dibuatnya program PLIK ini adalah untuk mengantisipasi dan menghindari hal-hal sebagai berikut: - Pemekaran wilayah Pemerintah Daerah yang berdampak pada penambahan jumlah kecamatan - Karakteristik wilayah pedesaan IKC dengan territorial yang sangat luas sehingga membutuhkan lebih dari satu PLIK - Karakteristik pertumbuhan ekonomi dan industry serta tingkat kebutuhan masyarakat yang cukup tinggi sehingga membutuhkan lebih dari satu PLIK 4. Guru di daerah terpencil sebagai pengadopsi PLIK Dengan posisi geografis dan keadaan ekonomi yang rendah, biasanya menjadi hambatan bagi tenaga pengajar untuk mau mengabdi di sekolah yang berada di pedasaan atau daerah terpencil, sehingga yang terjadi adalah jumlah tenaga pendidik sedikit. Hal ini menjadi penghambat dalam proses belajar mengajar. Sulitnya akses informasi masuk ke wilayah perbatasan, menyebabkan secara kualitas pengetahuan tenagapendidik tidak semaju tenaga pendidik yang ada di perkotaan. Hal ini juga berakibat pada rendahnya kualitas siswanya. Aspek geografis mengasumsikan bahwa kondisi geografis suatu daerah akan berpengaruh terhadap pembentukan identitas suatu kelompok masyarakat sehingga kondisi geografis dapat mempengaruhi guru yang berdomisili di daerah terpencil. 12

13 Sekolah di pedesaan biasanya mengisolasi guru dari peluang untuk interaksi dengan rekan-rekan mereka, pengembangan profesi, dan sistem promosi guru. Beberapa negara telah menempatkan program-program inovatif di tempat untuk memerangi isolasi tersebut. Misalnya, Mali telah menciptakan buletin profesional untuk guru pedesaan (Thomas & Shaw, 1992). Begitu juga dengan Indonesia yang mulai membuat inovasi yang tidak hanya ditujukan bagi guru tetapi juga bagi masyarakat pedesaan PLIK merupakan sebuah program pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan teknologi dan informasi di pedesaan. PLIK disini sebagai sebuah infrastruktur TIK bagi guru yang berada di desa terpencil. Berkembangnya TIK yang cukup signifikan membuat para guru mau tidak mau harus mengikuti perkembangan zaman ini. Apalagi dengan kesenjangan yang ada di kota dan didesa.sehingga PLIK dipercaya mampu memberikan mereka kemampuan dan pengetauan TIK yang dibutuhkan. Untuk mengadopsi PLIK ini diperlukan keyakinan dan pengetahuan. Dalam kasus keyakinan guru tentang ICT, misalnya, pengetahuan tentang blog dan bagaimana blog, dan bahkan mengetahui guru lain yang menggunakan blog dalam praktek mereka, tidak berarti bahwa seorang guru akan percaya bahwa blog dapat menguntungkan untuk digunakan. Pengetahuan adalah berasal dari luar diri, dalam arti bahwa ia memerlukan evaluasi atau penilaian untuk mencapai konsensus. Sedangkan, keyakinan yang dibentuk oleh non-konsensus, mereka berasal dari perasaan afektif dan evaluasi serta pengalaman pribadi, penilaian atau kritik (Pajares, 1992). Sehingga guru yang mengadopsi PLIK di pedesaan telah melalui tahap-tahap yang disebut dengan pengetahuan dan keyakinan. Kemudian Prestridge (2012) Menyatakan ada dasarnya guru-guru yang menggunakan ICT berdasarkan kompetensi ICT dan keyakinan biasanya mempraktekannya hanya untuk mengembangkan keterampilan mereka terhadap ICT. 13

14 F. Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, dapat disimpulkan bahwa Telecenter mempunyai peranan besar dalam menyediakan fasilitas TIK bagi masyarakat pedesaan. Telecenter dibuat agar kebutuhan informasi di masyarakat khususnya masyarakat pedesaan dapat terpenuhi. Selain itu juga berperan besar dalam mengurangi kesenjangan digital antar daerah. Telecenter dalam hal ini yaitu PLIK ini akan berfokus pada PLIK yang berada di kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi tengah. Beberapa kecamatan dikabupaten ini masih jauh dari akses teknologi seperti internet. Untuk itulah pemerintah menempatkan 9 titik PLIK di kabupaten ini. PLIK sendiri diharapkan dapat memperkecil kesenjangan informasi antara masyarakat dipedesaan. Tetapi sayangnya, hampir seluruh titik PLIK ini akhirnya tutup. Berbagai kendala didapatkan dalam penerapan PLIK oleh masyarakat pedesaan. Masyarakat pedesaan didalam penelitian ini adalah para guru pengguna PLIK di desa pandauke. Salah satu desa yang paling aktif menggunakan PLIK adalah desa Pandauke yang merupakan salah satu desa terpencil dikabupaten morowali Utara. Salah satu kelompok masyarakat yang aktif menggunakannya adalah Para Guru. Proses penggunaan PLIK oleh guru didesa pandauke dapat dijelaskan dengan menggunakan teori difusi inovasi dengan melihat bagaimana atribut inovasi dapat mempengaruhi mereka mengadopsi suatu inovasi. Indikator atau parameter yang digunakan dalam penelitian ini diuraikan dalam Tabel 1 14

15 Konsep Tabel 1.1: Operasionalisasi Konsep Penelitian Makna Konsep 1. Relative Advantage Relative Advantage adalah Keuntungan lebih yang didapatkan oleh pengadopsi dari suatu inovasi dibandingkan dengan inovasi sebelumnya yang dapat diukur melalui keuntungan ekonomi, prestige sosial, menghemat waktu dan tenaga, kenyamanan dan juga kepuasan. Keuntungan Ekonomi disini di mana PLIK dapat memberikan keuntungan ekonomi kepada calon pengadopsinya dibandingkan dengan inovasi yang digunakan sebelumnya. Kemudian Prestige sosial diukur dengan bagaimana PLIK dapat mengubah status sosial atau pandangan orang lain kepada pengadopsi. Menghemat waktu dan tenaga di mana dengan adanya PLIK pengadopsi merasakan keuntungan jarak yang lebih dekat sehingga dapat menghemat waktu dan Usaha. Kenyamanan di mana adanya PLIK ini dirasakan fleksibilitas dan aksesbilitas. Fleksibilitas disini di mana pengadopsi dapat pergi kapan saja ke PLIK. Aksesbilitas di mana pengadopsi disediakan fasilitas yang dapat digunakan untuk apa saja seperti komputer, print dan internet. Kepuasan di mana pelayanan operator dan fasilitas yang disediakan sesuai dengan keinginan pengadopsi. 2. Compability Compability adalah di mana suatu inovasi dalam hal ini PLIK dianggap sesuai dengan nilai-nilai budaya, pengalaman masa lalu dan juga kebutuhan. 3. Complexity Complexity adalah mudah atau silitnya dalam menggunakanfasilitas PLIK yang telah disediakan. 4. Trialability Trialability adalah di mana PLIK dapat dicoba dalam batas tertentu. Trialability disini diukur dengan informan yang secara langsung mencoba PLIK dari proses pelatihan yang diadakan pengelola dan juga informan yang mencoba secara langsung. 5. Observability Observability adalah keuntungan yang didapatkan selama menggunakan PLIK dapat dilihat oleh orang lain. 15

16 G. Metodologi Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data yang sedalam-dalamnya. Maka dalam penelitian ini studi deskriptif digunakan untuk menjelaskan bagaimana adopsi inovasi yang dilakukan oleh guru di desa pandauke terhadap teknologi informasi dan Komunikasi melalui program PLIK. 1. Jenis Penelitian Untuk mengetahui bagaimana adopsi inovasi guru terhadap telecenter melalui program PLIK di desa pandauke maka akan menggunakan pendekatan deskriptif bersifat kualitatif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif bersifat deskriptif. Jenis penelitian ini dipilih karena pertimbangan kondisi yang bervariasi dalam penelitian serta tidak memerlukan kuantifikasi. Kondisi-kondisi tersebut juga lebih mudah dipahami apabila dideskripsikan dengan kata-kata atau gambarangambarandaripada dengan angka. 2. Obyek Penelitian Obyek penelitian merupakan hal yang menjadi sasaran dalam penelitian ini, terdiri atas lokus atau lokasi penelitian dan fokus atau hal yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini. Yang menjadi lokus dalam penelitian ini adalah Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) yang berada di desa pandauke pada tahun Secara spesifik di tentukan tahun disini dikarenakan pada tahun tersebut program ini berjalan yaitu pada tahun 2011 diadakan PLIK didesa pandauke sampai pada tahun 2014 dikarenakan program dari 16

17 pemerintah ini telah berakhir. Kemudian yang menjadi fokus penelitian ini adalah adopsi inovasi yang dilakukan para guru didesa terpencil terhadap PLIK didesa pandauke pada tahun Alasan pemilihan lokasi di desa Pandauke karena akses layanan internet untuk masyarakat sangat terbatas. Selain itu juga desa Pandauke memiliki jumlah guru yang cukup banyak dibandingkan dengan desa yang lain. Tentunya mereka juga membutuhan media informasi dan komunikasi (internet) dengan adanya peraturan pemerintah berupa pengisian database sekolah melalui online. 3. Informan Penelitian Informan dalam penelitian ini adalah para guru yang yang aktif menggunakan PLIK didesa pandauke dan juga bertempat tinggal didesa pandauke. Hal ini disebabkan karena pilihan objek penelitian yang berada didesa tersebut, dan dari wawancara yang dilakukan dengan pengelola PLIK bahwa guru yang dominan menggunakan PLIK disana berasal dari desa pandauke. Alasan lain juga untuk mempermudah peneliti bertemu dengan informan penelitian, dikarenakan jika mengambil informan dari desa yang lain peneliti akan merasa kesusahan dengan situasi desa-desa dikecamatan mamosalato yang susah untuk ditempuh. Informan penelitian ini rata-rata masih berusia 30 tahun. Berikut profil lengkap dari informan penelitian ini: 17

18 No Nama Informasi 1. Irwan Informan yang pertama adalah bapak Irwan guru SMP Mamosalato satu atap. Pendidikan terakhir bapak Irwan adalah Sarjana (S1) Pendidikan. Selain menjadi guru bapak Irwan juga menjadi operator pada sekolah jika ada sistem online seperti padamu negeri atau data base sekolah secara online. Usia bapak Irwan saat ini adalah 31 tahun dan telah menguasai komputer sejak masih duduk dibangku kuliah. Perangkat TIK yang dimiliki dirumah berupa komputer semenjak ditugaskan sebagai guru dikecamatan mamosalato. Kemudian setelah masuknya PLIK didesa mereka Bapak Irwan kemudian mulai membeli laptop karena menganggap laptop lebih mudah dibawa kemanamana. Ketika PLIK masih aktif di desa pandauke bapak Irwan sering membantu beberapa pengguna dan termasuk rekannya yang ingin belajar komputer atau internet. Biasanya akan menghabiskan waktu selama 2 jam perhari dan selama 5 kali seminggu akan dihabiskan di PLIK. Selain untuk mencari berita bapak Irwan juga aktif dalam menggunakan media sosial. 2. Jens Informan yang kedua adalah bapak Jens guru SDN Tananagaya. Pendidikan terakhir bapak Jens adalah Sarjana (S1) Usia bapak Jens sekarang adalah 33 tahun dan sebelumnya telah menggunakan komputer ketika masih kuliah. Sering menggunakan PLIK karena sering bertukar pikiran dengan bapak Irwan.Perangkat TIK yang dimiliki hanya sebatas HP bukan smartphone, untuk komputer atau laptop belum dimiliki sama sekali. Ini dipengaruhi karena listrik yang belum ada. Biasanya selama seminggu bapak Jens aktif datang menggunakan PLIK untuk belajar mengetik dan untuk mengakses youtube. 3. Sabdin Informan yang ketiga adalah bapak Sabdin yang merupakan guru SMA Negeri 1 mamosalato. Pendidikan terakhir bapak Sabdin adalah S1. Bapak Sabdin mulai mengajar di SMA N 1 Mamosalato sejak tahun Usiaa bapak Sabdin saat ini adalah 29 tahun. Sering menggunakan PLIK karena di ajak oleh bapak Gunawan pengelola PLIK dan juga karena merasa ingin belajar komputer dan internet. Keterbatasan keterampilan komputer pada saat kuliah membuat bapak Sabdin tertarik untuk sering datang di PLIK. Biasanya bapak Sabdin hanya datang untuk mengakses media sosial, sehingga setelah apa yang dia inginkan telah selesai dia akan berhenti pada saat itu juga jadi untuk berapa jam mengakses internet 18

19 tidak tentu. 4. Sugiyani Informan yang keempat adalah ibu sugiyani yang merupakan guru SDN 1 Pandauke. Pendidikan terakhir dari ibu sugiyani adalah diploma. Tetapi saat ini sedang melanjutkan ke jenjang strata 1 (s1). Usia ibu sugiyani saat ini adalah 30 tahun. Pertama kali menggunakan PLIK saat mengikuti pelatihan yang diberikan bapak gunawan atau pengelola PLIK Pandauke. Kemudian karena tempat tinggal yang berdekatan dengan PLIK akhirnya ditunjuk sebagai operator sekolah saat adanya sistem ddatabase Padamu Negeri. Karena pekerjaan ibu sugiyani juga sebagai ibu rumah tangga, jadi tidak begitu bebas menggunakan PLIK sehingga seminggu hanya akan datang ke PLIK sebanyak 3 kali. Biasanya akan mengakses media sosial, mencari bahan untuk tugas kuliah atau belajar menggunakan internet. Fasilitas TIK yang dipunyai berupa laptop dan komputer. 5. Fransiska Informan yang kelima adalah ibu siska yang merupakan seorang guru di SMP Tanasumpu, Mamosalato. Pendidikan terakhir ibu siska adalah S1. Usia ibu siska saat ini adalah 32 tahun. Pertama kali menggunakan PLIK karena ingin belajar mengetik dan belajar internet. Selama seminggu ibu hanya menggunakan PLIK sebanyak 3 kali yang disebabkan kesibukannya dirumah dan dikebun. Untuk saat ini dan ketika PLIK masih berjalaan ibu siska sama sekali tidak mempunyai komputer atau laptop. Dan ketika PLIK akhirnya ditutup, ibu siska membeli sebuah smartphone yang bisa mengakses internet walaupun di desa mereka sangat susah jaringan. 6. Maemunah Informan yang terakhir adalah ibu Maemunah yang merupakan seorang guru di SMA 1 Mamosalato. Pendidikan terakhir ibu Maemunah adalah S1 yang sekarang berusia 54 tahun. Pertama kali menggunakan PLIK karena merasa ingin belajar internet dan komputer.selama seminggu biasanya akan seringke PLIK diwaktu sore hari untuk berkumpul dengan teman-teman sesama guru, dan juga belajar menggunakan komputer. Ibu maemunah mempunyai Komputer dirumah yang digunakan bersama anaknya yang juga masih kuliah. 7. Gunawan Bapak Gunawan addalah Pengelola PLIK yang berada didesa Pandauke. Berusia 52 tahun dan merupakan pensiunan PNS. Posisi bapak Gunawan disini untuk menjelaskan bagaimana perjalanan PLIK selama berada di desanya. Dengan dibantu anaknya bapak Gunawan mengajarkan komputer dan internet kepada 19

20 masyarakat sekitar. 4. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Wawancara merupakan Tanya jawab dengan tujuan memperoleh informasi-informasi yang digunakan untuk berbagai macam kepentingan. Dalam hal ini wawancara dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh informasi-informasi dari informan sebagai data primer penelitian. Wawancara dilakukan secara terbuka, terfokus dan open ended. Terbuka artinya peneliti tidak memberikan pilihan jawaban atas pertanyaan yang diajukan sehingga informan bisa lebih mengeksplorasi pemikirannya. Terfokus artinya narasumber yang diwawancarai hanya dalam waktu singkat. Kemudian open-ended yaitu peneliti mengajukan pertanyaan kepada narasumber mengenai fakta yang berkaitan dengan objek dan hal tersebut diluar opini peneliti terhadap objek yang bersangkutan. Selain itu wawancara juga dilakukan dengan semi terstruktur, artinya peneliti telah menyusun pedoman tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada informan. Namun pada pelaksanaan wawancara peneliti bisa bersikap fleksibel dan tidak harus runtut serta dimungkinkan juga adanya pengembangan pertanyaan. Hal tersebut menyesuaikan dengan kondisi dan posisi informan, tetapi tetap harus pada batas pedoman yang telah ditetapkan. b. Observasi Observasi atau pengamatan juga dilakukan untuk melengkapi sumber data dari hasil wawancara. Dalam hal ini peneliti melakukanpengamatan terbuka, yang diketahui oleh subjek agar subjek tersebut bisa secara sukarela memberikan informasi kepadapeneliti. 20

21 c. Studi Pustaka Untuk mendapat teori-teori dan data lain-lain yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti melakukan studi pustaka dengan sumber buku, jurnal, makalah, internet dan sumber-sumber yang lainnya. 5. Teknik Analisis Data Analisis data dalam hal ini adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan dan mengkategorikan. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan selama memasuki lapangan yaitu selama proses pengumpulan data dan setelah selesai dari lapangan. Analisis data dalam hal ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan. Marshall dan Rossman dalam Kabalmay (2002: 56) mengungkapkan untuk menganalisis data-data yang telah didapat sehingga diperoleh kesimpulan yang valid maka ditempuh langkahlangkah sebagai berikut: 1. Mengorganisasikan data Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara mendalam (indepthh interviewer) di mana data tersebut direkam dengan handphone dibantu alat tulis lainnya. Kemudian dibuatkan transkipnya dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tertulissecara verbatim. Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang agar penulis mengerti benar data atau hasil yang telah didapatkan. 2. Reduksi Data Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti. Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal yang diungkapkan oleh responden. 21

22 Tahapan ini dibutuhkan pengertian mendalam terhadap data. Dengan pedoman ini, peneliti kemudian kembali membaca transkip wawancara dan melakukaninterpretasi, melakukan pemilihan data yang relevan dengan fokus penelitian. Data yang relevan kemudian diberi penjelasan singkat, kemudian dikelompokkan atau dikategorikan berdasarkan kerangka konsep yang telah dibuat. 3. Penyajian Data Penyajian data dilakukan dengan menyusun data yang diperoleh dan telah direduksi, kemudian disajikan dalam bentuk narasi dan tulisan dengan menyusun kalimat secara logis dan sistematis sehingga mudah dibaca dan dipahami. 4. Penarikan Kesimpulan Dalam penelitian ini penarikan kesimpulan dimulai sejak pengumpulan data, yaitu dengan memahami arti dari berbagai hal yang ditemui dengan melakukan pencatatan pertanyaan-pertanyaan, peraturan-peraturan, arahan dan berbagai jawaban perlu diverifikasi. Hal tersebut dilakukan dengan aktivitas pengulangan dengan tujuan pemantapan dan penelusuran data kembali. 22

PENDIDIKAN. Oleh : Suyantiningsih, M.Ed. Jur. KTP FIP

PENDIDIKAN. Oleh : Suyantiningsih, M.Ed. Jur. KTP FIP PENDIDIKAN Oleh : Suyantiningsih, M.Ed. Jur. KTP FIP DEFINISI Difusi adalah proses inovasi yang dikomunikasikan melalui saluran-saluran tertentu kepada anggota sistem sosial Komunikasi adalah sebuah proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pergeseran paradigma dalam pendidikan yang semula terpusat menjadi terdesentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pergeseran paradigma dalam pendidikan yang semula terpusat menjadi terdesentralisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran paradigma dalam pendidikan yang semula terpusat menjadi terdesentralisasi membawa konsekuensi dalam pengelolaan pendidikan, khususnya di tingkat sekolah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan informasi terus meningkat seiring dengan perkembangan teknologi informasi. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar penyelenggaraan kepemerintahan di Indonesia mengamanatkan bahwa salah satu tujuan didirikan Negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inovasi Rogers (2003) mengartikan inovasi sebagai ide, praktik atau objek yang dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya pengetahuan

Lebih terperinci

TEORI KOMUNIKASI KONTEKS BUDAYA DAN MASYARAKAT

TEORI KOMUNIKASI KONTEKS BUDAYA DAN MASYARAKAT PENYEBARAN INFORMASI DAN PENGARUH Teori Komunikasi-1, Sesi 14 Hipotesis Dua Langkah Lazarsfeld TEORI KOMUNIKASI KONTEKS BUDAYA DAN MASYARAKAT PENYEBARAN INFORMASI DAN PENGARUH: Hipotesis Dua Langkah Lazarsfeld

Lebih terperinci

Praktikum Perilaku Konsumen

Praktikum Perilaku Konsumen Modul ke: Praktikum Perilaku Konsumen Difusi dan Inovasi Konsumen Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ade Permata Surya, S.Gz., MM. Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id Definisi Inovasi dan Difusi Inovasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan bagian yang amat vital bagi kehidupan seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan bagian yang amat vital bagi kehidupan seluruh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan bagian yang amat vital bagi kehidupan seluruh manusia dan merupakan jantung berjalan lancarnya dunia pendidikan, kegiatan ekonomi dan relasi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara pada dasarnya merupakan suatu wadah terjadinya bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Negara pada dasarnya merupakan suatu wadah terjadinya bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara pada dasarnya merupakan suatu wadah terjadinya bentuk komunikasi sosial serta aturan-aturan yang mengikat didalamnya. Masyarakat di suatu negara memiliki

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 19 / PER/M.KOMINFO / 12 / 2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 19 / PER/M.KOMINFO / 12 / 2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 19 / PER/M.KOMINFO / 12 / 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: 48/PER/M.KOMINFO/11/2009 TENTANG PENYEDIAAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN REGULASI TELEKOMUNIKASI INDONESIA TENTANG RENCANA STRATEGIS RPJMN DALAM PEMBANGUNAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

KEBIJAKAN DAN REGULASI TELEKOMUNIKASI INDONESIA TENTANG RENCANA STRATEGIS RPJMN DALAM PEMBANGUNAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KEBIJAKAN DAN REGULASI TELEKOMUNIKASI INDONESIA TENTANG RENCANA STRATEGIS RPJMN 2015-2019 DALAM PEMBANGUNAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Eko Kurniawan 55415120005 Jurnal Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

DIFUSI INOVASI. Agustina Bidarti Fakultas Pertanian Unsri

DIFUSI INOVASI. Agustina Bidarti Fakultas Pertanian Unsri DIFUSI INOVASI M ETODE PENGEMBANGAN PARTISIPATIF Agustina Bidarti Fakultas Pertanian Unsri Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Adopsi 1. Sifat inovasi (keuntungan relatif, kompabilitas, kompleksitas, triabilitas,

Lebih terperinci

Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa

Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa Modul ke: 9 Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa Model Dampak / Pengaruh Komunikasi Massa Fakultas ILMU KOMUNIKASI Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm., Ph.D Program Studi Broadcasting Judul Sub Bahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip dasar yang dideklarasikan dalam WSIS untuk mewujudkan masyarakat informasi antara lain diperlukannya peran pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip dasar yang dideklarasikan dalam WSIS untuk mewujudkan masyarakat informasi antara lain diperlukannya peran pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat internasional mengusung isu mengenai adanya kesenjangan informasi (informasi gap) dan kesenjangan dijital (digital divide) di dalam sebuah forum yang disebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang sekitar 35% dan akan berkembang lebih pesat lagi dalam beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang sekitar 35% dan akan berkembang lebih pesat lagi dalam beberapa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Ikesutiyaningsih (2003), aplikasi telemedicine di Indonesia sudah berkembang sekitar 35% dan akan berkembang lebih pesat lagi dalam beberapa tahun kedepan,

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

AKSESIBILITAS TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION

AKSESIBILITAS TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION AKSESIBILITAS TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION Aksesibilitas terhadap media komunikasi cyber extension adalah peluang memanfaatkan media komunikasi cyber extension yang meliputi beberapa aspek,

Lebih terperinci

Pengguna Internet Indonesia BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Pengguna Internet Indonesia BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1.1. Globalisasi dan Kemajuan Teknologi Pada era globalisasi saat ini transaksi barang dan jasa bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Mobilitas masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYEDIAAN JASA AKSES INTERNET PADA WILAYAH PELAYANAN UNIVERSAL TELEKOMUNIKASI INTERNET KECAMATAN DENGAN

Lebih terperinci

Transformasi Masyarakat Informasi di Indonesia Ditinjau dari Aspek Budaya, Teknologi, Sosial dan Ekonomi Nurintan Cynthia Tyasmara

Transformasi Masyarakat Informasi di Indonesia Ditinjau dari Aspek Budaya, Teknologi, Sosial dan Ekonomi Nurintan Cynthia Tyasmara Transformasi Masyarakat Informasi di Indonesia Ditinjau dari Aspek Budaya, Teknologi, Sosial dan Ekonomi Nurintan Cynthia Tyasmara 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Tujuan Masyarakat informasi ditandai

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Akan tetapi pada implementasi PLIK di Indonesia, pemerintah (Kominfo)

BAB IV PENUTUP. Akan tetapi pada implementasi PLIK di Indonesia, pemerintah (Kominfo) BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan standar ketetapan USO (Universal Service Obligation) tentang Kewajiban pelayanan Universal terdapat sub bagian yang meliputi pembangunan, pengembangan, pemberdayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini telah membuat masyarakat mempunyai gaya hidup yang lebih baik dan modern

BAB I PENDAHULUAN. ini telah membuat masyarakat mempunyai gaya hidup yang lebih baik dan modern BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi dan perekonomian masyarakat dewasa ini telah membuat masyarakat mempunyai gaya hidup yang lebih baik dan modern sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, termasuk inovasi dalam kegiatan jual beli barang dan jasa. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. manusia, termasuk inovasi dalam kegiatan jual beli barang dan jasa. Saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern ini banyak inovasi yang dilakukan demi kemudahan hidup manusia, termasuk inovasi dalam kegiatan jual beli barang dan jasa. Saat ini kegiatan jual dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) membuat dunia menjadi transparan, seolah-olah menjadi satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dila Farida Nurfajriah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dila Farida Nurfajriah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di dunia berkembang sangat pesat dan telah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan dan profesi.

Lebih terperinci

JURNAL 1 : POTENSI ADOPSI STRATEGI E-COMMERCE UNTUK DI LIBYA.

JURNAL 1 : POTENSI ADOPSI STRATEGI E-COMMERCE UNTUK DI LIBYA. Nama : Sapto N. Setiawan Jurusan : 42SIB JURNAL 1 : POTENSI ADOPSI STRATEGI E-COMMERCE UNTUK DI LIBYA. Penerapan electronic commerce (e-commerce) telah menjadikan hubungan bisnis yang sehat antara produsen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang semakin mengglobal. membawa dampak pada dunia usaha. Dengan adanya perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang semakin mengglobal. membawa dampak pada dunia usaha. Dengan adanya perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan teknologi yang semakin mengglobal membawa dampak pada dunia usaha. Dengan adanya perkembangan dan kemajuan teknologi, dunia usaha dituntut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan teknologi baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi sistem perdagangan dan transaksi di dunia. Salah satu perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kondisi geografis Indonesia yang merupakan Kepulauan menjadi salah satu kendala dalam pemerataan infrastruktur telekomunikasi dan penetrasi penggunaan fasilitas telekomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi saat ini berkembang dengan sangat pesat. Pemanfaatan teknologi informasi sudah menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. Service mempunyai banyak karakteristik seperti, bersifat intangible dan

BAB II KERANGKA TEORITIS. Service mempunyai banyak karakteristik seperti, bersifat intangible dan BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1 Pengertian Service Service atau layanan sekarang ini sudah sangat berbeda dengan layanan tradisional yang dulu pernah ada. Layanan sekarang ini lebih bersifat cepat, tanggap,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.946, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKOMINFO. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Bidang teknologi informasi saat ini telah berkembang secara massal dan cepat. Teknologi tersebut telah berhasil mengubah bentuk masyarakat manusia, dari masyarakat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Standar Pelayanan Umum ini dibuat sebagai salahsatu persyaratan pelayanan publi di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

KATA PENGANTAR. Standar Pelayanan Umum ini dibuat sebagai salahsatu persyaratan pelayanan publi di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan. KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata ala, karena berkat rahmat-nya kami bisa menyelesaikan STANDAR PELAYANAN UMUM OPERASIONAL SISTEM INFORMASI PENYEBARLUASAN MATERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian dunia ditandai oleh semakin

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian dunia ditandai oleh semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan perekonomian dunia ditandai oleh semakin cepatnya arus komunikasi sebagai konsekuensi dari liberalisasi dan globalisasi dunia. Liberalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreatif memicu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan akselerasi yang

BAB I PENDAHULUAN. kreatif memicu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan akselerasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kemampuan sumber daya manusia yang sangat inovatif dan kreatif memicu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan akselerasi yang tinggi. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skala prioritas utama dan strategi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ditujukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skala prioritas utama dan strategi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ditujukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skala prioritas utama dan strategi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas, tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas, tujuan pendidikan adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bisnis baru bagi perusahaan yang berkembang di Indonesia. Keadaan tersebut

I. PENDAHULUAN. bisnis baru bagi perusahaan yang berkembang di Indonesia. Keadaan tersebut I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi seperti sekarang ini menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang berkembang di Indonesia. Keadaan tersebut memunculkan persaingan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dunia yang penuh dengan tantangan dan persaingan mengharuskan pada semua sektor kehidupan dan perusahaan untuk mempersiapkan diri, hal ini terjadi

Lebih terperinci

Dalam konteks difusi inovasi menuju adopsi final itulah Rogers (1983) menawarkan karakteristik yang dapat membantu mengurangi ketidakpastian tentang

Dalam konteks difusi inovasi menuju adopsi final itulah Rogers (1983) menawarkan karakteristik yang dapat membantu mengurangi ketidakpastian tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teori difusi inovasi yang dikembangkan Everett M Rogers dikenal luas sebagai teori yang membahas keputusan inovasi. Melalui buku Diffusion of Innovation (DOI), Rogers

Lebih terperinci

Pokok Bahasan : - Perkembangan Teknologi Informasi - WELCOME. Kursus Online - Pertemuan 5 - Join : Follow

Pokok Bahasan : - Perkembangan Teknologi Informasi - WELCOME. Kursus Online - Pertemuan 5 - Join :  Follow Pokok Bahasan : - Perkembangan Teknologi Informasi - WELCOME Kursus Online - Pertemuan 5 - Join : www.makinpinter.com Follow : @makinpinter PERKEMBANGAN 01 Teknologi untuk berkomunikasi sudah mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halnya bertransaksi secara langsung. Konsumen juga bisa menulusuri (surfing)

BAB I PENDAHULUAN. halnya bertransaksi secara langsung. Konsumen juga bisa menulusuri (surfing) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya teknologi dan internet memberikan kemudahan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup. Mulainya era digital membuat masyarakat terdorong dalam melakukan

Lebih terperinci

Jurnal Bisnis & Teknologi Politeknik NSC Surabaya ISSN : & E - ISSN :

Jurnal Bisnis & Teknologi Politeknik NSC Surabaya ISSN : & E - ISSN : Volume 4, Nomor 1, Juli 2017 81 PENERAPAN METODE PERKULIAHAN E-LEARNING BERBASIS VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS MAHASISWA Rudianto 1, I Kadek Bagus Feristha Udayana 2 1 Prodi Teknik Komputer, Politeknik

Lebih terperinci

Latar Belakang PENDAHULUAN

Latar Belakang PENDAHULUAN PENDAHULUAN Latar Belakang Kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan di berbagai daerah, termasuk Maluku, tidak saja mempunyai andil yang cukup penting dalam sektor pertanian, tetapi telah pula menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada akhir tahun 2015 ini, negara-negara yang tergabung dalam ASEAN, akan memasuki era baru penerapan perdagangan bebas kawasan Asia Tenggara, yaitu ASEAN Free Trade

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era globalisasi yang semakin maju dan kompleks di berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era globalisasi yang semakin maju dan kompleks di berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang semakin maju dan kompleks di berbagai sektor kehidupan membawa konsekuensi dibutuhkannya Sumber Daya Manusia (SDM) yang professional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana jasa pengiriman. Bisnis jasa pengiriman di dalam negeri beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. sarana jasa pengiriman. Bisnis jasa pengiriman di dalam negeri beberapa tahun 17 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini banyak muncul industri-industri yang menawarkan serta memasarkan sarana jasa pengiriman. Bisnis jasa pengiriman di dalam negeri beberapa tahun terakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masyarakat yang buta akan informasi. Internet (interconnectionnetworking)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masyarakat yang buta akan informasi. Internet (interconnectionnetworking) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini manusia dihadapkan pada era globalisasi yang merupakan salah satu dampak dari perkembangan teknologi informasi (internet). Semakin derasnya arus globalisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (ojek), kini telah hadir ojek online (GO-JEK), GO-JEK adalah perusahaan berjiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. (ojek), kini telah hadir ojek online (GO-JEK), GO-JEK adalah perusahaan berjiwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi lalu lintas yang padat dan kesibukan masyarakat di Surabaya tidak memungkiri mereka untuk menggunakan jasa transportasi. Untuk menghindari kemacetan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, masyarakat pengguna smartphone lebih banyak dibandingkan handphone biasa. Survei yang dilakukan perusahaan komunikasi CloudTalk menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN WALIKOTA GORONTALO NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN WALIKOTA GORONTALO NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN WALIKOTA GORONTALO NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEPEGAWAIAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA BIDANG KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Artikel Perkembangan Teknologi Informasi

Artikel Perkembangan Teknologi Informasi Artikel Perkembangan Teknologi Informasi 04315039 IRSYAD WIDIATMAJA TUGAS TIK NAROTAMA http://narotama.ac.id http://irsyad-widiatmaja.mhs.narotama.ac.id 1 - By Aingindra - Mei 3, 2014 Perkembangan Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya memiliki kebutuhan untuk berkomunikasi. Kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh manusia memiliki manfaat atau fungsi bagi kehidupannya. Komunikasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PEMBERLAKUAN DAN PENERAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA BIDANG KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Sejarah dari KEMKOMINFO Sejarah berdirinya Departemen Komunikasi dan Informatika RI ( DEPKOMINFO RI ) sebagai departemen baru, berdasarkan Peraturan Presiden

Lebih terperinci

Teori Komunikasi Massa 2. Komunikasi Massa Universitas Pembangunan Jaya, 2015

Teori Komunikasi Massa 2. Komunikasi Massa Universitas Pembangunan Jaya, 2015 Teori Komunikasi Massa 2 Komunikasi Massa Universitas Pembangunan Jaya, 2015 Teori yang Akan Dibahas : Diffusion of Innovation Theory Agenda Setting Theory Media Studies New Media Teori Difusi Inovasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi standar menjadi hadirnya sebuah telepon seluler pintar atau smartphone

BAB I PENDAHULUAN. fungsi standar menjadi hadirnya sebuah telepon seluler pintar atau smartphone BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri telekomunikasi nasional saat ini ditandai dengan tiga tren utama (APJII, 2013). Pertama, tergesernya fitur telepon genggam atau ponsel dengan fungsi

Lebih terperinci

Definisi-definisi Difusi adalah proses inovasi yang dikomunikasikan melalui saluran-saluran tertentu kepada anggota sistem sosial Komunikasi adalah se

Definisi-definisi Difusi adalah proses inovasi yang dikomunikasikan melalui saluran-saluran tertentu kepada anggota sistem sosial Komunikasi adalah se DIFUSI INOVASI Everett M. Rogers Jat Jat Wirijadinata Definisi-definisi Difusi adalah proses inovasi yang dikomunikasikan melalui saluran-saluran tertentu kepada anggota sistem sosial Komunikasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi jaringan internet telah mengubah paradigma dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi jaringan internet telah mengubah paradigma dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi jaringan internet telah mengubah paradigma dalam mendapatkan informasi dan berkomunikasi, yang tidak lagi dibatasi oleh dimensi ruang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KEWAJIBAN PELAYANAN UMUM (KPU/USO) ICT DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN POS DAN INFORMATIKA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

KEBIJAKAN KEWAJIBAN PELAYANAN UMUM (KPU/USO) ICT DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN POS DAN INFORMATIKA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KEBIJAKAN KEWAJIBAN PELAYANAN UMUM (KPU/USO) ICT DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN POS DAN INFORMATIKA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA AGENDA I. SEKILAS KPU ICT A. Latar Belakang B. Kebijakan

Lebih terperinci

Tugas Teknologi Komunikasi KABUPATEN PASER KALTIM

Tugas Teknologi Komunikasi KABUPATEN PASER KALTIM Tugas Teknologi Komunikasi PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENUNJANG IMPLEMENTASI E-GOVERNMENT DI DISHUBKOMINFO KABUPATEN PASER KALTIM Oleh ARDIANSYAH NIM. 8508118070 Produksi Media Informasi Publik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Terminal Kota Surakarta. Alasan

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Terminal Kota Surakarta. Alasan BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan mengambil lokasi penelitian di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Terminal Kota Surakarta. Alasan pemilihan lokasi ini dikarenakan Unit

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Lampung Selatan Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 23 Tahun 2012 tentang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.221, 2014 KEMEN KP. Perpustakaan Khusus. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8/PERMEN-KP/2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

Perempuan; Ita Yuliati Alita Group

Perempuan; Ita Yuliati Alita Group Perempuan; Menjadi penggerak ekonomi dunia? Ita Yuliati Alita Group Meutia Hatta : Perempuan bukanlah merupakan beban atau hambatan dalam pembangunan, melainkan salah satu potensi, aset di dalam pembangunan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang pada era sekarang. Pendidikan di Indonesia adalah hak dan kewajiban setiap warga negara. Setiap warga

Lebih terperinci

DAFTAR INFORMASI PUBLIK HASIL PENELITIAN TAHUN 2012

DAFTAR INFORMASI PUBLIK HASIL PENELITIAN TAHUN 2012 KOMINFO DAFTAR INFOR PUBLIK HASIL PENELITIAN TAHUN 2012 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI PEJABAT PENGELOLA INFOR DAN DOKUMENTASI 2012 KOMINFO KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI PEJABAT

Lebih terperinci

HAND-OUT MATAKULIAH INOVASI DAN DIFUSI PENDIDIKAN. (Suyantiningsih, M.Ed.)

HAND-OUT MATAKULIAH INOVASI DAN DIFUSI PENDIDIKAN. (Suyantiningsih, M.Ed.) HAND-OUT MATAKULIAH INOVASI DAN DIFUSI PENDIDIKAN (Suyantiningsih, M.Ed.) PENDAHULUAN Dalam sejarah Amerika Serikat, teori difusi inovasi telah ada sejak tahun 1950-an. Dalam konteks sejarah yang dimaksud,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Teori S-O-R (Stimulus-Organism-Response) merupakan proses komunikasi yang menimbulkan reaksi khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pendekatan pembangunan yang saat ini diterapkan di Indonesia bersifat bottom up yang menggantikan pendekatan lama yang bersifat top down. Dalam konteks pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi. Keberadaan teknologi selular pertama kali masuk ke

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi. Keberadaan teknologi selular pertama kali masuk ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi memunculkan banyaknya perubahan, khususnya di bidang teknologi komunikasi. Keberadaan teknologi selular pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1984,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi digital berkaitan erat dengan digitalisasi media. Hal ini mendorong setiap media dan suatu perusahaan

Lebih terperinci

Peran Komputer di Bidang Perdagangan

Peran Komputer di Bidang Perdagangan Peran Komputer di Bidang Perdagangan Makalah Ini Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Komputer Masyarakat Dosen Pembina : A. Sidiq Purnomo, S.Kom., M.Eng. Disusun Oleh : Sudioko 14111002 Teknik Informatika

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 20 / PER/M.KOMINFO / 12 / 2010 TENTANG SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DAN MONITORING LAYANAN INTERNET KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS 8 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Konsep Difusi Inovasi Sejumlah konsep dan teori mengenai difusi inovasi yang dirujuk dari Rogers dan Shoemaker (1971) dan Rogers (1995) yang dikemukakan dalam subbab ini

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 11/PER/ M.KOMINFO/04/ 2007 TENTANG PENYEDIAAN KEWAJIBAN PELAYANAN UNIVERSAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Humas Pemerintahan dan Humas Perusahaan. Humas Pemerintahan dan. satu peran yang berbeda dari kedua Humas tersebut adalah Humas

BAB I PENDAHULUAN. Humas Pemerintahan dan Humas Perusahaan. Humas Pemerintahan dan. satu peran yang berbeda dari kedua Humas tersebut adalah Humas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Humas (Hubungan Masyarakat) dibedakan menjadi dua yaitu Humas Pemerintahan dan Humas Perusahaan. Humas Pemerintahan dan Humas Perusahaan tentunya memiliki peran yang

Lebih terperinci

INOVASI SI & NEW TECHNOLOGY. Pertemuan 1

INOVASI SI & NEW TECHNOLOGY. Pertemuan 1 INOVASI SI & NEW TECHNOLOGY Pertemuan 1 BACKGROUND Di tengah persaingan global yang semakin ketat dan keterbukaan pasar yang menghubungkan semua negara, Inovasi adalah salah satu kunci untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Koran dalam bentuk media cetak merupakan salah satu bentuk media massa yang sudah ada sejak beratus tahun lalu, dan menjadi bagian dari masyarakat. Koran berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif atau industri kreatif. Perkembangan industri kreatif menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif atau industri kreatif. Perkembangan industri kreatif menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1990-an, dimulailah era baru ekonomi dunia yang mengintensifkan informasi dan kreativitas, era tersebut populer dengan sebutan ekonomi kreatif atau industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang, disamping kebutuhan akan sandang, pangan serta papan. Informasi terjadi atas dasar komunikasi antar individu satu dan

BAB I PENDAHULUAN. orang, disamping kebutuhan akan sandang, pangan serta papan. Informasi terjadi atas dasar komunikasi antar individu satu dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Informasi saat ini merupakan kebutuhan utama bagi setiap orang, disamping kebutuhan akan sandang, pangan serta papan. Informasi terjadi atas dasar komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi jaringan saat ini telah berkembang dengan pesat. Berbagai macam teknologi telah dikembangkan untuk membantu manusia dalam berkomunikasi. Kalau pada era tahun

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Lampiran : 1 Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor : 04 /Per/M/Kominfo/3/2010 Tanggal : 30 Maret 2010 INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 1 Satuan Kerja : KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan penelitian ini, dapat diambil beberapa simpulan sesuai dengan permasalahan yang diteliti, sebagai berikut: Dukungan kebijakan

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA MAKALAH KELEBIHAN DAN KEKURANGAN E-COMERCE NAMA : Nury Kurnia Nurahdy NIM/Kelas : 09.12.4168/S1-SI-4H SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Pendahuluan Perkembangan

Lebih terperinci

DAFTAR INFORMASI PUBLIK INFORMASI YANG WAJIB TERSEDIA SETIAP SAAT PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TAHUN 2011

DAFTAR INFORMASI PUBLIK INFORMASI YANG WAJIB TERSEDIA SETIAP SAAT PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TAHUN 2011 KOMINFO KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI Jl. Medan Merdeka Barat No. 9 Jakarta 10110., Telp/Fax.: (021) 3452841; E-mail : pelayanan@mail.kominfo.go.id

Lebih terperinci

KOMUNIKASI INTERAKTIF PADA PEMERINTAH DAERAH

KOMUNIKASI INTERAKTIF PADA PEMERINTAH DAERAH KOMUNIKASI INTERAKTIF PADA PEMERINTAH DAERAH (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan akun @hubkominfosolo sebagai Media Komunikasi Publik Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Surakarta) NASKAH

Lebih terperinci

:IRWAN HIDAYATULLAH JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

:IRWAN HIDAYATULLAH JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Membangun jaringan Rt/Rw net disusun oleh : Nama :IRWAN HIDAYATULLAH NIM : 08.11.2341 Kelas : S1-TI-6G JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK

Lebih terperinci

6. KESIMPULAN DAN SARAN

6. KESIMPULAN DAN SARAN 6. KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menyimpulkan hasil analisis dan pembahasan penelitian pada bab sebelumnya. Perlu diingat bahwa setiap hasil analisis yang disimpulkan oleh peneliti berada pada asumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia merupakan ujung tombak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia merupakan ujung tombak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kementerian Perdagangan Republik Indonesia merupakan ujung tombak ekonomi Indonesia di seluruh pasar global. Terdapat tiga elemen katalisator di balik mesin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin canggih telah merubah sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin canggih telah merubah sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin canggih telah merubah sebagian besar kehidupan manusia. Tuntutan hidup yang semakin tinggi menyebabkan sebagian masyarakat memiliki

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA YANG BERDAYA SAING TINGGI

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA YANG BERDAYA SAING TINGGI KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA YANG BERDAYA SAING TINGGI Gumilang Hardjakoesoema

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 11 / PER / M.KOMINFO / 04 / 2007 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 11 / PER / M.KOMINFO / 04 / 2007 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 11 / PER / M.KOMINFO / 04 / 2007 TENTANG PENYEDIAAN KEWAJIBAN PELAYANAN UNIVERSAL TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian yang bersifat kualitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian yang bersifat kualitatif. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian yang bersifat kualitatif. Alasan peneliti memilih menggunakan metode kualitatif adalah karena metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif untuk menjelaskan mengenai efektivitas program peningkatan kualitas dan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Commerce merupakan bagian dari e-business, di mana cakupan e-business lebih

BAB III LANDASAN TEORI. Commerce merupakan bagian dari e-business, di mana cakupan e-business lebih BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konsep Dasar E-Commerce Electronic Commerce (e-commerce) adalah proses pembelian, penjualan atau pertukaran produk, jasa dan informasi melalui jaringan komputer. e- Commerce

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.980, 2015 KEMEN-KOMINFO. Pelayanan. Universal. Kewajiban. Pelaksanaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kenyamanan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang

Lebih terperinci