AKSESIBILITAS TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "AKSESIBILITAS TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION"

Transkripsi

1 AKSESIBILITAS TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION Aksesibilitas terhadap media komunikasi cyber extension adalah peluang memanfaatkan media komunikasi cyber extension yang meliputi beberapa aspek, yaitu: persepsi, ketersediaan teknologi informasi, ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi, dan keterjangkauan fasilitas training. 35 Persepsi Tentang Media Komunikasi Cyber Extension Persepsi adalah penilaian petani tentang media komunikasi cyber extension berdasarkan karakteristik inovasi media komunikasi cyber extension. Persepsi petani tentang media komunikasi cyber extension diidentifikasi dari tingkat keuntungan relatif, tingkat kerumitan, tingkat kesesuaian, dan tingkat kemungkinan dicoba. Data tentang persepsi diperoleh dari petani pengguna cyber extension. Data persepsi juga diperoleh dari petani non pengguna cyber extension, yaitu : persepsi tentang tingkat keuntungan relatif dan persepsi tentang tingkat kerumitan media komunikasi cyber extension. Secara umum petani pengguna cyber extension menilai media komunikasi cyber extension lebih baik dibandingkan dengan petani non pengguna cyber extension. Hal ini dapat dilihat dari persentase petani pengguna cyber extension yang menilai lebih tinggi persepsi tentang tingkat keuntungan relatif dan persepsi tentang tingkat kerumitan. Persepsi tentang Tingkat Keuntungan Relatif Media Komunikasi Cyber Extension Tingkat keuntungan relatif adalah derajat dimana cyber extension dipandang sebagai jauh lebih baik dibandingkan dengan teknologi yang sebelumnya atau terdahulu. Tingkat keuntungan relatif dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu: rendah dan tinggi. Persepsi tentang tingkat keuntungan relatif media komunikasi cyber extension diidentifikasi dari tingkat penggunaan media komunikasi cyber extension, manfaat media komunikasi cyber extension, dan harga yang harus dikeluarkan untuk dapat mengakses media komunikasi cyber extension. Persentase petani berdasarkan persepsi tentang tingkat keuntungan relatif dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Persentase petani menurut persepsi tentang tingkat keuntungan relatif media komunikasi cyber extension Persepsi tentang tingkat keuntungan relatif Kategori petani Pengguna Non pengguna Total Rendah Tinggi Total Tabel 4 menyajikan data persentase petani menurut persepsi tentang tingkat keuntungan relatif. Dari total petani, sebagian besar petani (52.8%) menilai tingkat keuntungan relatif tinggi. Sebagian besar (66.7%) petani pengguna cyber

2 36 extension menilai tingkat keuntungan relatif tinggi, sedangkan sebagian besar petani non pengguna cyber extension menilai tingkat keuntungan relatif rendah (61.1%). Persepsi tentang tingkat keuntungan relatif tinggi apabila petani menilai penggunaan, harga dan manfaat dari media komunikasi cyber extension lebih baik dibandingkan dengan media komunikasi interpersonal dan media massa. Petani menilai tingkat keuntungan relatif tinggi dikarenakan petani mengetahui fungsi atau manfaat dari media komunikasi cyber extension dan menilai media komunikasi cyber extension lebih baik dibandingkan dengan media komunikasi interpersonal dan media massa. Fungsi atau manfaat dari media komunikasi cyber extension, yaitu: ketersediaan informasi terus-menerus tanpa adanya keterbatasan waktu, mencari informasi secara interaktif, informasi dapat lebih cepat diakses dan dapat memperluas jaringan pemasaran, serta menghemat waktu dan biaya. Data persepsi tentang tingkat keuntungan relatif ini sejalan dengan hasil penelitian Mulyandari (2011) yang menyatakan bahwa sebagian besar (89.0%) petani menyatakan bahwa aplikasi teknologi informasi dalam implementasi cyber extension lebih menguntungkan secara ekonomi dalam mendukung kegiatan usahatani apabila dibandingkan dengan sebelum menggunakan teknologi informasi. Keuntungan nyata yang sangat dirasakan oleh petani adalah menghemat waktu dan biaya transportasi, dan dapat mengakses informasi sesuai dengan kebutuhan melalui internet karena dibantu dengan pemanfaatan teknologi informasi. Persepsi tentang Tingkat Kerumitan Media Komunikasi Cyber Extension Tingkat kerumitan adalah suatu derajat atau tingkat dimana media komunikasi cyber extension dianggap sulit untuk diakses. Tingkat kerumitan dalam penelitian ini diidentifikasi dari tingkat kerumitan akses terhadap media komunikasi cyber extension. Tingkat kerumitan dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu: rendah dan tinggi. Tingkat kerumitan tinggi diartikan memberikan penilaian media komunikasi cyber extension semakin tidak rumit diakses. Persentase petani berdasarkan tingkat kerumitan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Persentase petani menurut persepsi tentang tingkat kerumitan media komunikasi cyber extension. Persepsi tentang tingkat kerumitan Kategori petani Pengguna Non pengguna Total 1 Rendah Tinggi Total Tabel 5 menyajikan data persentase petani menurut persepsi tentang tingkat kerumitan media komunikasi cyber extension. Sebagian besar petani (61.1%) menilai tingkat kerumitan tinggi. Sebagian besar petani pengguna cyber extension (77.8%) menilai tingkat kerumitan tinggi, sedangkan sebagian besar petani non pengguna cyber extension (55.6%) menilai tingkat kerumitan rendah. Petani yang menilai tingkat kerumitan tinggi, artinya menilai mengakses informasi mengenai teknologi pertanian melalui media komunikasi cyber extension semakin tidak rumit dibandingkan dengan media komunikasi interpersonal dan media massa.

3 Tabel 5 menunjukan bahwa petani non pengguna menilai media komunikasi cyber extension semakin rumit diakses, karena petani non pengguna tidak pernah menggunakan media komunikasi cyber extension dan tidak mengetahui bagaimana cara mengakses media komunikasi cyber extension, sehingga petani non pengguna cyber extension memutuskan untuk tidak menggunakan media komunikasi cyber extension. Persepsi tentang Tingkat Kesesuaian Media Komunikasi Cyber Extension Tingkat kesesuaian adalah derajat dimana media komunikasi cyber extension dipandang sebagai konsisten atau sesuai dengan pengalaman sebelumnya, dan kebutuhan terhadap informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias). Tingkat kesesuaian dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu: rendah dan tinggi. Jumlah dan persentase petani pengguna media komunikasi cyber extension menurut persepsi tentang tingkat kesesuaian dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Jumlah dan persentase petani menurut persepsi tentang tingkat kesesuaian media komunikasi cyber extension No Tingkat kesesuaian Pengguna cyber extension (%) 1 Rendah Tinggi Total Tabel 6 menyajikan data jumlah dan persentase petani menurut persepsi tentang tingkat kesesuaian media komunikasi cyber extension. Terdapat 66.7 persen petani pengguna media komunikasi cyber extension menilai tingkat kesesuaian tinggi. Sebanyak 33.3 persen petani pengguna cyber extension menilai tingkat kesesuaian rendah. Beberapa petani menyatakan bahwa petani kurang percaya atau khawatir terhadap informasi yang terdapat pada media komunikasi cyber extension terkait penyampaian informasi yang tidak benar. Menurut beberapa petani biaya dan alat komunikasi untuk mengakses media komunikasi cyber extension masih tergolong mahal. Persepsi tingkat kesesuaian tinggi dilihat dari kesesuaian informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias) yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension, kesesuaian biaya, dan kesesuaian alat komunikasi untuk dapat mengakses media komunikasi cyber extension. Persepsi terhadap Tingkat Kemungkinan Dicoba Media Komunikasi Cyber Extension Tingkat kemungkinan dicoba adalah suatu derajat dimana media komunikasi cyber extension dapat dicoba dalam skala kecil. Tingkat kemungkinan dicoba dibedakan menjadi dua kategori, yaitu: rendah dan tinggi. Tingkat kemungkinan dicoba tinggi apabila petani menilai informasi teknologi pertanian dapat digunakan dengan mudah, petani dapat menyebarkan informasi kepada petani lainnya, biaya yang dikeluarkan rendah, dan alat komunikasi yang digunakan 37

4 38 harganya terjangkau. Persentase petani pengguna cyber extension berdasarkan persepsi tentang tingkat kemungkinan dicoba dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Persentase petani menurut persepsi tentang tingkat kemungkinan dicoba media komunikasi cyber extension No Tingkat kemungkinan dicoba Pengguna cyber extension % 1 Rendah Tinggi Total Tabel 7 menyajikan data persentase petani menurut persepsi tentang tingkat kemungkinan dicoba media komunikasi cyber extension. Terdapat 38.9 persen petani pengguna cyber extension menilai tingkat kemungkinan dicoba rendah, sedangkan 61.1 persen petani pengguna cyber extension menilai tingkat kemungkinan dicoba tinggi. Menurut beberapa petani informasi yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension sulit untuk dicoba baik dalam skala kecil maupun skala besar dikarenakan lahan yang sempit. Petani menilai menggunakan media komunikasi cyber extension untuk pemasaran, membangun komunikasi melalui internet masih sulit untuk digunakan. Tingkat Ketersediaan Teknologi Informasi Ketersediaan teknologi informasi adalah jenis saluran atau tempat yang memungkinkan petani menggunakan media komunikasi cyber extension berbasis teknologi informasi dalam mendapatkan informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias). Ketersediaan teknologi informasi yang tersedia terdiri dari: telepon rumah, telepon genggam, komputer berinternet, dan warnet. Data tentang tingkat ketersediaan teknologi informasi relavan untuk petani pengguna dan non pengguna cyber extension. Persentase petani menurut ketersediaan teknologi informasi disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Persentase petani menurut tingkat ketersediaan teknologi informasi No Teknologi informasi Kategori petani Pengguna Non Pengguna Total 1 Telepon rumah Telepon genggam Komputer berinternet Warnet Catatan : Petani boleh menjawab lebih dari satu jawaban Tabel 8 menyajikan data petani menurut tingkat ketersediaan teknologi informasi. 1. Telepon genggam merupakan teknologi informasi yang sebagian besar digunakan dalam mencari informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias) baik petani pengguna dan non pengguna cyber extension.

5 2. Telepon rumah digunakan petani pengguna dan non pengguna cyber extension sebesar 16.7 persen. Telepon rumah semakin sedikit digunakan dikarenakan petani lebih banyak menggunakan telepon genggam dalam mencari informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias). 3. Komputer berinternet sebagian besar digunakan petani pengguna cyber extension (72.2%). Tidak ada petani non pengguna cyber extension yang menggunakan komputer berinternet dalam mencari informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias). Terdapat petani non pengguna cyber extension yang memiliki komputer berinternet, akan tetapi tidak digunakan untuk mencari informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias). Berikut beberapa pernyataan petani non pengguna media komunikasi cyber extension: Saya punya laptop di rumah mbak, lagi pula harga laptop dapat terjangkau, tapi saya tidak dapat menggunakannya, laptop di rumah anak-anak saya yang pakai untuk kebutuhan sekolah (Bpk BYN, 44 tahun) Saya punya komputer berinternet di rumah, anak saya yang sering pakai, tapi saya tidak pernah mencari informasi mengenai tanaman hias di internet, karena malas dan tidak punya waktu (Ibu DDH, 50 tahun) 4. Warnet digunakan petani pengguna cyber extension sebesar 16.7 persen dalam mengakses informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias), sedangkan tidak ada petani non pengguna cyber extension yang menggunakan warnet dalam mengakses informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias). Petani pengguna cyber extension menggunakan warnet karena tidak memiliki fasilitas untuk mengakses media komunikasi cyber extension di telepon genggam (HP) dan tidak memiliki komputer berinternet. Hal ini seperti terungkap oleh petani laki-laki berikut ini: Saya tidak memiliki komputer berinternet, serta HP saya agak susah jika digunakan untuk internetan, jadi kalau mau mencari informasi melalui internet, saya pergi ke warnet dekat rumah saya (Mas NDN, 27 tahun) 39 Tingkat Ketersediaan Infrastruktur Jaringan Komunikasi Ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi adalah keberadaan dan kondisi infrastruktur yang mendukung dapat operasionalnya sarana teknologi informasi dan komunikasi untuk akses informasi berbasis teknologi informasi. Tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi yang diidentifikasi terdiri atas: jaringan telepon rumah dan jaringan internet yang tersedia di rumah. Data tentang tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi ini diperoleh dari petani pengguna media komunikasi cyber extension. Persentase petani menurut tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi dapat dilihat pada Tabel 9.

6 40 Tabel 9 Persentase petani menurut tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi No Tingkat ketersediaan infrastruktur Pengguna cyber extension jaringan komunikasi % 1 Rendah Tinggi Total Tabel 9 menyajikan data persentase petani menurut tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi. Terdapat 11.1 persen petani dengan tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi rendah, sedangkan 88.9 persen petani dengan tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi tinggi. Tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi ini berhubungan dengan pemanfaatan media komunikasi cyber extension, ketika tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi tinggi, maka petani akan semakin mudah mengakses media komunikasi cyber extension. Tingkat Keterjangkauan Fasilitas Training Tingkat keterjangkauan fasilitasi training adalah kemudahan petani memperoleh pelatihan penggunaan teknologi informasi. Keterjangkauan fasilitas training yang diidentifikasi meliputi; (1) penggunaan komputer untuk pengolahan data dan akses informasi; (2) pemanfaatan telepon genggam untuk akses informasi; dan (3) pemanfaatan dan pengelolaan informasi melalui internet. Keterjangkauan fasilitas training dikategorikan ke dalam dua kategori, yaitu: rendah dan tinggi. Persentase petani pengguna dan non pengguna cyber extension berdasarkan tingkat keterjangkauan fasilitas training dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Persentase petani menurut tingkat keterjangkauan fasilitas training No Tingkat keterjangkauan Kategori petani Total fasilitas training Pengguna Non Pengguna 1 Rendah Tinggi Total Tabel 10 menyajikan data persentase petani menurut tingkat keterjangkauan fasilitas training. Dari total petani, sebagian besar petani (52.7%) dengan tingkat keterjangkauan fasilitas training tinggi. Terdapat 55.6 persen petani pengguna cyber extension dengan tingkat keterjangkauan fasilitas training tinggi. Terdapat (50.0%) petani non pengguna cyber extension dengan tingkat keterjangkauan fasilitas training rendah dan tinggi seimbang.

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN AKSESIBILITAS TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN AKSESIBILITAS TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION 69 HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN AKSESIBILITAS TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION Aksesibilitas terhadap media komunikasi cyber extension adalah peluang memanfaatkan media komunikasi cyber

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION DALAM DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION DALAM DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN 45 HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION DALAM DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN Efektivitas media komunikasi cyber extension dalam diseminasi informasi mengenai

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka 5 PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Cyber Extension dan Diseminasi Teknologi Pertanian Definisi teknologi menurut (Mangunwidjaja dan Sailah 2009) adalah teknologi terdiri atas unsur yang terkandung

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DALAM DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN INDAH PERMATASARI

EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DALAM DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN INDAH PERMATASARI EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DALAM DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN INDAH PERMATASARI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS KEBIJAKAN ATAS PERUBAHAN HARGA OUTPUT/ INPUT, PENGELUARAN RISET JAGUNG DAN INFRASTRUKTUR JALAN

VIII. ANALISIS KEBIJAKAN ATAS PERUBAHAN HARGA OUTPUT/ INPUT, PENGELUARAN RISET JAGUNG DAN INFRASTRUKTUR JALAN VIII. ANALISIS KEBIJAKAN ATAS PERUBAHAN HARGA OUTPUT/ INPUT, PENGELUARAN RISET JAGUNG DAN INFRASTRUKTUR JALAN 8.1. Pengaruh Perubahan Harga Output dan Harga Input terhadap Penawaran Output dan Permintaan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN CYBER EXTENSION UMI ATHIAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN CYBER EXTENSION UMI ATHIAH FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN CYBER EXTENSION UMI ATHIAH DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 ii PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Bagian ini merupakan bab terakhir dari laporan penelitian ini yang berisi kesimpulan hasil penelitian secara keseluruhan serta implikasi dari penelitian yang telah

Lebih terperinci

BAB VI RINGKASAN TEMUAN, KONTRIBUSI TEORITIK, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN PENELITIAN LANJUTAN

BAB VI RINGKASAN TEMUAN, KONTRIBUSI TEORITIK, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN PENELITIAN LANJUTAN BAB VI RINGKASAN TEMUAN, KONTRIBUSI TEORITIK, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN PENELITIAN LANJUTAN Bab ini berisi ringkasan hasil temuan penelitian, kontribusi penelitiam terhadap perkembangan teori, implikasi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI CYBER EXTENSION DALAM PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA PERTANIAN: KENDALA YANG DIHADAPI DI PROVINSI LAMPUNG

IMPLEMENTASI CYBER EXTENSION DALAM PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA PERTANIAN: KENDALA YANG DIHADAPI DI PROVINSI LAMPUNG IMPLEMENTASI CYBER EXTENSION DALAM PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA PERTANIAN: KENDALA YANG DIHADAPI DI PROVINSI LAMPUNG Sumaryo* 1, Kordiyana K. Rangga 2 1,2 Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. lapisan masyarakat maka tidak lagi sekarang, dengan banyaknya warung internet

BAB I. Pendahuluan. lapisan masyarakat maka tidak lagi sekarang, dengan banyaknya warung internet BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang masalah Munculnya toko dalam jaringan (yang berikutnya akan disingkat daring) dipengaruhi oleh perkembangan internet di Indonesia dan kecenderungan konsumen yang mulai

Lebih terperinci

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan 1. Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa pos belanja pemerintah memiliki hubungan yang signifikan dengan probabilitas terjadinya korupsi. Berdasarkan perhitungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. umum, ditemukan kesulitan untuk memilih kendaraan umum mana saja. kemacetan lalu lintas dan polusi udara.

BAB 1 PENDAHULUAN. umum, ditemukan kesulitan untuk memilih kendaraan umum mana saja. kemacetan lalu lintas dan polusi udara. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kendaraan Umum Bertrayek yang beroperasi di DKI Jakarta sangat banyak dan beraneka ragam, antara lain bus, mini bus, mikrolet, busway dan kendaraan umum-kendaraan umum

Lebih terperinci

Sehat berarti kondisi fisik dan mental yang normal tanpa gangguan, baik gangguan dari luar maupun dari dalam tubuh sendiri

Sehat berarti kondisi fisik dan mental yang normal tanpa gangguan, baik gangguan dari luar maupun dari dalam tubuh sendiri INDIKATOR KESEHATAN Sehat berarti kondisi fisik dan mental yang normal tanpa gangguan, baik gangguan dari luar maupun dari dalam tubuh sendiri 3 RSUD Muaradua, Kabupaten OKU Selatan Salah satu aspek terpenting

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan pembangunan di Indonesia telah sejak lama mengedepankan peningkatan sektor pertanian. Demikian pula visi pembangunan pertanian tahun 2005 2009 didasarkan pada tujuan pembangunan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey. Menurut Singarimbun dan Sofyan Effendi (989: ) bahwa penelitian survey adalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi sudah semakin berkembang dewasa ini. Dengan memanfaatkan IPTEK yang semakin maju, manusia mulai membuat inovasi-inovasi baru yang bermanfaat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN RESPONDEN/PETANI SAYURAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN RESPONDEN/PETANI SAYURAN 143 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN RESPONDEN/PETANI SAYURAN Kedua lokasi penelitian yaitu di wilayah BPP Pacet dan BPP Bumiaji merupakan sentra tanaman sayuran dataran tinggi yang sama-sama memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah sedang berupaya menjaga ketahanan pangan Indonesia dengan cara meningkatkan produksi tanaman pangan agar kebutuhan pangan Indonesia tercukupi. Ketidak tersediaan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skala prioritas utama dan strategi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ditujukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skala prioritas utama dan strategi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ditujukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skala prioritas utama dan strategi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia di

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian Desa Banjarharjo adalah salah satu desa di Kecamatan Kalibawang Kabupaten Kulon Progo, Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia usaha mengalami kemajuan yang. tersebut. Banyak produk elektronik yang beragam jenis dan variasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia usaha mengalami kemajuan yang. tersebut. Banyak produk elektronik yang beragam jenis dan variasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia usaha mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan produk yang benar-benar

Lebih terperinci

Penilaian Kepuasan Penggunaan Alat dan Mesin Dalam Pengembangan Padi (Studi Kasus Kabupaten Ngawi dan Sragen) Sugiyono 1, Rahmat Yanuar 2, Sutrisno 3

Penilaian Kepuasan Penggunaan Alat dan Mesin Dalam Pengembangan Padi (Studi Kasus Kabupaten Ngawi dan Sragen) Sugiyono 1, Rahmat Yanuar 2, Sutrisno 3 Penilaian Kepuasan Penggunaan Alat dan Mesin Dalam Pengembangan Padi (Studi Kasus Kabupaten Ngawi dan Sragen) Sugiyono 1, Rahmat Yanuar 2, Sutrisno 3 1. Alumni Program Studi Teknik Pertanian, Sekolah Pascasarjana,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. teknologi tersebut untuk terus menyesuaikan diri dan mengadopsinya. Teknologi

I. PENDAHULUAN. teknologi tersebut untuk terus menyesuaikan diri dan mengadopsinya. Teknologi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi yang terjadi menuntut manusia yang merupakan subjek dari teknologi tersebut untuk terus menyesuaikan diri dan mengadopsinya. Teknologi memberikan banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh yang besar bagi dunia industri, salah satunya adalah industri

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh yang besar bagi dunia industri, salah satunya adalah industri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan teknologi pada dekade terakhir ini memberikan pengaruh yang besar bagi dunia industri, salah satunya adalah industri komunikasi. Untuk

Lebih terperinci

antara teknologi komputer dan telekomunikasi dengan teknologi lainnya seperti

antara teknologi komputer dan telekomunikasi dengan teknologi lainnya seperti BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teknologi informasi berkembang pesat dewasa ini. Penggabungan antara teknologi komputer dengan telekomunikasi telah menghasilkan suatu revolusi di bidang

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Kuisioner Analisis Perancangan Sistem Penjualan Berbasis Web untuk Pelanggan. Pada Bengkel I-Mechanic

LAMPIRAN. Kuisioner Analisis Perancangan Sistem Penjualan Berbasis Web untuk Pelanggan. Pada Bengkel I-Mechanic L 1 LAMPIRAN Kuisioner Analisis Perancangan Sistem Penjualan Berbasis Web untuk Pelanggan No Pertanyaan 1. Bagaimana biasanya anda melakukan pembelian produk di bengkel I-Mechanic? A. Datang Langsung B.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian 111 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Mengacu pada tujuan penelitian, peneliti berusaha mencari hubungan antar peubah yang terkait dengan karakteristik individu petani, perilaku komunikasi, faktor lingkungan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian berkelanjutan merupakan suatu program yang mutlak dilakukan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan, memperluas lapangan kerja dan pengentasan masyarakat

Lebih terperinci

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT No. 42 / IX / 14 Agustus 2006 PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005 Dari hasil Susenas 2005, sebanyak 7,7 juta dari 58,8 juta rumahtangga

Lebih terperinci

JURNAL 1 : POTENSI ADOPSI STRATEGI E-COMMERCE UNTUK DI LIBYA.

JURNAL 1 : POTENSI ADOPSI STRATEGI E-COMMERCE UNTUK DI LIBYA. Nama : Sapto N. Setiawan Jurusan : 42SIB JURNAL 1 : POTENSI ADOPSI STRATEGI E-COMMERCE UNTUK DI LIBYA. Penerapan electronic commerce (e-commerce) telah menjadikan hubungan bisnis yang sehat antara produsen

Lebih terperinci

BAB 4 IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK LAYANAN JASA PERBANKAN DI KOTA BANDUNG

BAB 4 IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK LAYANAN JASA PERBANKAN DI KOTA BANDUNG BAB 4 IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK LAYANAN JASA PERBANKAN DI KOTA BANDUNG Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi diduga akan mengakibatkan perubahan bagi layanan jasa, perubahan layanan ini diduga

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. kebutuhan akan internet di Indonesia semakin bertambah dari tahun ketahun

BAB I LATAR BELAKANG. kebutuhan akan internet di Indonesia semakin bertambah dari tahun ketahun BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Masalah Internet merupakan salah satu kebutuhan utama bagi sebagian besar orang yang tinggal di perkotaan, baik untuk kebutuhan pekerjaan ataupun untuk kebutuhan

Lebih terperinci

PEMETAAN DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA. Saktyanu K. Dermoredjo

PEMETAAN DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA. Saktyanu K. Dermoredjo 1 PEMETAAN DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA Saktyanu K. Dermoredjo Pendahuluan 1. Dinamika perkembangan ekonomi global akhir-akhir ini memberikan sinyal terhadap pentingnya peningkatan daya saing. Seiring

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. lift, eskalator maupun lainnya. Di lingkungan masyarakat luar akses banyak sekali

BAB. I PENDAHULUAN. lift, eskalator maupun lainnya. Di lingkungan masyarakat luar akses banyak sekali BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Pentingnya Akses (Jalan) di dalam Dunia Pendidikan Akses tidak hanya terdapat di dalam sebuah bangunan, seperti adanya tangga, lift, eskalator maupun lainnya. Di

Lebih terperinci

Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah Ratnaningsih 1. ABSTRAK

Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah Ratnaningsih 1. ABSTRAK PERSEPSI PETANI TENTANG DETERMINAN SELEKSI SALURAN KOMUNIKASI DALAM PENERIMAAN INFORMASI USAHATANI PADI (KASUS PETANI KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN) Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.2 Kesimpulan. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan,

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.2 Kesimpulan. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan, BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.2 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut. 1. Sampai dengan periode akhir tahun penelitian yaitu tahun 2011,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian. data melalui wawancara untuk menjelaskan hubungan yang mungkin tejadi diantara.

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian. data melalui wawancara untuk menjelaskan hubungan yang mungkin tejadi diantara. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat explanatory (penjelasan) dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara untuk menjelaskan hubungan yang mungkin tejadi diantara variabel-variabel

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BACA DI SEKOLAH

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BACA DI SEKOLAH UPAYA MENINGKATKAN MINAT BACA DI SEKOLAH A. Ridwan Siregar Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN Minat baca adalah keinginan atau kecenderungan hati yang tinggi (gairah) untuk membaca. Minat baca dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. produksi hanya diterima petani setiap musim sedangkan pengeluaran harus

I. PENDAHULUAN. produksi hanya diterima petani setiap musim sedangkan pengeluaran harus I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Keterbatasan modal merupakan permasalahan yang paling umum terjadi dalam usaha, terutama bagi usaha kecil seperti usahatani. Ciri khas dari kehidupan petani adalah perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara elektronik (e-commerce) yang sangat populer dikalangan penggunanya.

BAB I PENDAHULUAN. secara elektronik (e-commerce) yang sangat populer dikalangan penggunanya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi ternyata berdampak luas terhadap berbagai aspek. Tidak terkecuali perkembangan dunia bisnis dan pemasaran. Internet sudah menjadi salah

Lebih terperinci

BAB VIII HUBUNGAN PARTISIPASI DENGAN SIKAP DAN KARAKTERISTIK INTERNAL INDIVIDU PETANI

BAB VIII HUBUNGAN PARTISIPASI DENGAN SIKAP DAN KARAKTERISTIK INTERNAL INDIVIDU PETANI 62 BAB VIII HUBUNGAN PARTISIPASI DENGAN SIKAP DAN KARAKTERISTIK INTERNAL INDIVIDU PETANI 8.1 Hubungan Partisipasi dengan Sikap Petani terhadap Sistem Pertanian Organik Sikap seringkali mempengaruhi tingkah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009. 41 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian Letak Geografis dan Keadaan Wilayah Kelurahan Lenteng Agung merupakan salah satu kelurahan dari enam kelurahan di Kecamatan Jagakarsa termasuk dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan produksi dan memperluas keanekaragaman hasil pertanian. Hal ini berguna untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 59 BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 8.1 Pengambilan Keputusan Inovasi Prima Tani oleh Petani Pengambilan keputusan inovasi Prima

Lebih terperinci

Latar Belakang PENDAHULUAN

Latar Belakang PENDAHULUAN PENDAHULUAN Latar Belakang Kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan di berbagai daerah, termasuk Maluku, tidak saja mempunyai andil yang cukup penting dalam sektor pertanian, tetapi telah pula menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidak sedikit berbagai usaha kecil bermunculan untuk turut bersaing dalam bisnis. Usaha Kecil tersebut biasanya muncul dengan berbagai inovasi baru. Dan terkadang lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, maksud dan tujuan dilakukan penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pascapanen adalah serangkaian kegiatan yang meliputi pemanenan, pengolahan, sampai dengan hasil siap konsumsi (Hasbi, 2012:187). Sedangkan penanganan pascapanen adalah

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAERAH PERI-URBAN DENGAN PENDEKATAN MODEL DINAMIS (Studi Kasus : Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta)

POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAERAH PERI-URBAN DENGAN PENDEKATAN MODEL DINAMIS (Studi Kasus : Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta) POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAERAH PERI-URBAN DENGAN PENDEKATAN MODEL DINAMIS (Studi Kasus : Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta) TUGAS AKHIR Oleh: PANGI L2D 002 426 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi informasi pada saat sekarang ini sangat pesat.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi informasi pada saat sekarang ini sangat pesat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi pada saat sekarang ini sangat pesat. Seiring dengan kemajuan dan kecanggihan teknologi membuat individu mengalami perubahan besar dalam

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi didefinisikan sebagai suatu kondisi ideal masa depan yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kemajuan dan perkembangan zaman. Hal yang menarik dari kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kemajuan dan perkembangan zaman. Hal yang menarik dari kemajuan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi informasi mengalami kemajuan yang sangat pesat seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman. Hal yang menarik dari kemajuan dan perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi didefinisikan sebagai suatu kondisi ideal masa depan yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini.

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN WARNET AURORA PABELAN KARTASURA SURAKARTA

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN WARNET AURORA PABELAN KARTASURA SURAKARTA PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN WARNET AURORA PABELAN KARTASURA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bila kita melihat kondisi sekarang ini, sudah mulai marak piranti atau alat bantu penunjang aktifitas yang semakin memiliki kecerdasan atau kemampuan komputasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin pesat pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin pesat pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang semakin pesat pada berbagai aspek kehidupan, salah satunya adalah perkembangan teknologi yang berbasis telekomunikasi. Ini menyebabkan

Lebih terperinci

PROFIL PETANI KELAPA SAWIT FOLA SWADAYA DI DESA SENAMA NENEK KECAMATAN TAPUNG HULU KABUPATEN KAMPAR

PROFIL PETANI KELAPA SAWIT FOLA SWADAYA DI DESA SENAMA NENEK KECAMATAN TAPUNG HULU KABUPATEN KAMPAR PROFIL PETANI KELAPA SAWIT FOLA SWADAYA DI DESA SENAMA NENEK KECAMATAN TAPUNG HULU KABUPATEN KAMPAR Oleh: Roza Yulida dan Jumi'aty Yusri Laboratorium Komunikasi dan Sosiologi Pertanian rozayu I i da falg

Lebih terperinci

BAB VII KARAKTERISTIK INTERNAL, KARAKTERISTIK EKSTERNAL, DAN KARAKTERSTIK INOVASI PRIMA TANI

BAB VII KARAKTERISTIK INTERNAL, KARAKTERISTIK EKSTERNAL, DAN KARAKTERSTIK INOVASI PRIMA TANI 48 BAB VII KARAKTERISTIK INTERNAL, KARAKTERISTIK EKSTERNAL, DAN KARAKTERSTIK INOVASI PRIMA TANI 7.1 Karakteristik Internal Petani Karakteristik internal petani adalah faktor yang datang dari dalam diri

Lebih terperinci

Utilization of Cyber Extension via Mobile Phones by Farmers in Ragunan Orchid Park, South Jakarta

Utilization of Cyber Extension via Mobile Phones by Farmers in Ragunan Orchid Park, South Jakarta Pemanfaatan Cyber Extension melalui Telepon Genggam oleh Petani Anggrek di Taman Anggrek Ragunan, Jakarta Selatan Utilization of Cyber Extension via Mobile Phones by Farmers in Ragunan Orchid Park, South

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kesimpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Pernyataan. 1. Tujuan dari kuesioner ini adalah pengambilan data untuk skripsi.

Lampiran 1. Surat Pernyataan. 1. Tujuan dari kuesioner ini adalah pengambilan data untuk skripsi. LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Pernyataan Dengan ini saya bersedia secara sukarela untuk mengisi kuesioner dengan ketentuanketentuan yang ada dibawah ini. Nama : 1. Tujuan dari kuesioner ini adalah pengambilan

Lebih terperinci

STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015

STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015 No. 16/07/33/16/Th.I, 16 Juli 2017 STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015 Pemuda adalah bagian dari penduduk usia produktif yaitu berumur 16-30 tahun. Jumlah pemuda di Kabupaten Blora adalah 167.881 jiwa atau

Lebih terperinci

Distribusi Variabel Berdasarkan Tingkat Analisis, Jenis data, Variabel, dan Skala Pengukuran

Distribusi Variabel Berdasarkan Tingkat Analisis, Jenis data, Variabel, dan Skala Pengukuran Distribusi Variabel Berdasarkan, Jenis data, Variabel, dan Skala Pengukuran No 1. Individu Umur Umur dihitung berdasarkan ulang tahun Demografi yang terakhir (berdasarkan konsep demografi). Pencatatan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan 108 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan mengenai prospek pemanfaatan kotoran sapi menjadi biogas di Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan kota-kota besar di Indonesia saat ini berada dalam tahap yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan kota-kota besar di Indonesia saat ini berada dalam tahap yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kota-kota besar di Indonesia saat ini berada dalam tahap yang relatif tinggi sebagai akibat pertumbuhan ekonomi yang pesat, peningkatan aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan internet tersebut. Alat telekomunikasi seperti handphone pada era

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan internet tersebut. Alat telekomunikasi seperti handphone pada era 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi canggih telah menjadi suatu keharusan dalam menunjang kegiatan sehari-hari. Teknologi informasi (internet) adalah salah satu teknologi yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saat ini semakin pesat dan semakin tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Salah satu perkembangan pesat

Lebih terperinci

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PRIORITAS PEMBANGUNAN 2017 Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah menyebabkan begitu banyak perubahan dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah menyebabkan begitu banyak perubahan dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Globalisasi telah menyebabkan begitu banyak perubahan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dalam bidang teknologi. Perkembangan teknologi mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang begitu cepat, serta aktivitas pembangunan dalam berbagai bidang tentu saja akan menyebabkan ikut meningkatnya permintaan akan lahan dalam hal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan membahas mengenai temuan studi, kesimpulan dan rekomendasi yang merupakan sintesa dari hasil kajian indikator ekonomi dalam transportasi berkelanjutan yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada bab sebelumnya melalui penilaian posisi perkembangan dan faktor - faktor yang mempengaruhinya maka dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan jumlah limbah dan penyempitan lahan yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan jumlah limbah dan penyempitan lahan yang digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan jumlah limbah dan penyempitan lahan yang digunakan sebagai tempat pembuangan sampah telah menciptakan kebutuhan untuk menerapkan manajemen limbah yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS 8 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Konsep Difusi Inovasi Sejumlah konsep dan teori mengenai difusi inovasi yang dirujuk dari Rogers dan Shoemaker (1971) dan Rogers (1995) yang dikemukakan dalam subbab ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ini didukung dengan berkembangnya jaringan internet di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ini didukung dengan berkembangnya jaringan internet di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pada media teknologi berkembang dengan sangat pesat. Kemajuan ini didukung dengan berkembangnya jaringan internet di Indonesia dari kota besar hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini didorong oleh peranan komputer dalam kehidupan sehari-hari, misalnya

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini didorong oleh peranan komputer dalam kehidupan sehari-hari, misalnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan penggunaan komputer di Indonesia semakin meningkat. Hal ini didorong oleh peranan komputer dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam menyelesaikan

Lebih terperinci

DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN DAN PERMASALAHANNYA (Study Kasus di Provinsi Bengkulu)

DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN DAN PERMASALAHANNYA (Study Kasus di Provinsi Bengkulu) DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN DAN PERMASALAHANNYA (Study Kasus di Provinsi Bengkulu) Edi Basuno dan Yusuf Pusat Studi Ekonomi dan Kibajakan Pembangunan Pertanian BPTP NTT ABSTRAK Diseminasi hasil pengkajian

Lebih terperinci

ABSTRAK

ABSTRAK HUBUNGAN KARAKTERISTIK WANITA TANI DENGAN PENGETAHUAN WANITA TANI PADA USAHATANI SAYURAN (Kasus Wanita Tani Sayuran di Desa Mekarbakti, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung) Diarsi Eka Yani 1, Pepi

Lebih terperinci

Lampiran 1 Daftar Indikator

Lampiran 1 Daftar Indikator Lampiran Daftar by 37.44.207.69 on 02/07/7. For personal use only. o. Satuan STABILITAS EKOOMI MAKRO. Kedinamisan Ekonomi Regional..0 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Rupiah (juta), harga konstan..02

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersebut petani hanya dapat melakukan kegiatan pertanian ala kadarnya sesuai

I. PENDAHULUAN. tersebut petani hanya dapat melakukan kegiatan pertanian ala kadarnya sesuai I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris, mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Sebagian besar petani adalah petani gurem (petani kecil) yang memiliki lahan

Lebih terperinci

Sri Hariati Dongge,S.Farm,Apt,MPH Dinas Kesehatan Kab. Konawe Sulawesi Tenggara

Sri Hariati Dongge,S.Farm,Apt,MPH Dinas Kesehatan Kab. Konawe Sulawesi Tenggara FORUM NASIONAL II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia PERSEPSI FARMASIS TENTANG KEBIJAKAN SUBSTITUSI GENERIK DAN PELAKSANAANNYA DI KABUPATEN KONAWE Sri Hariati Dongge,S.Farm,Apt,MPH Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. M-DAG / PER / 3 /2016 tentang ketentuan Umum Pasal 1, perdagangan adalah

BAB I PENDAHULUAN. M-DAG / PER / 3 /2016 tentang ketentuan Umum Pasal 1, perdagangan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 22 / M-DAG / PER / 3 /2016 tentang ketentuan Umum Pasal 1, perdagangan adalah tatanan kegiatan

Lebih terperinci

BAB VI UNSUR-UNSUR DIFUSI INOVASI TELEPON SELULER

BAB VI UNSUR-UNSUR DIFUSI INOVASI TELEPON SELULER 46 BAB VI UNSUR-UNSUR DIFUSI INOVASI TELEPON SELULER Merujuk pada definisi difusi inovasi menurut Rogers dan Shoemaker (1971), terdapat empat unsur dalam proses difusi, yaitu: (1) inovasi, (2) saluran

Lebih terperinci

PERILAKU PETANI SAYURAN DALAM MEMANFAATKAN TEKNOLOGI INFORMASI

PERILAKU PETANI SAYURAN DALAM MEMANFAATKAN TEKNOLOGI INFORMASI PERILAKU PETANI SAYURAN DALAM MEMANFAATKAN TEKNOLOGI INFORMASI Retno S.H. Mulyandari Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian, Jalan Ir. H. Juanda No. 20, Bogor 16122 Telp. (0251) 8321746,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam melakukan kegiatan sehingga juga akan mempengaruhi banyaknya

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam melakukan kegiatan sehingga juga akan mempengaruhi banyaknya V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Responden 1. Umur Umur merupakan suatu ukuran lamanya hidup seseorang dalam satuan tahun. Umur akan berhubungan dengan kemampuan dan aktivitas seseorang dalam melakukan

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM 4.1 Pertumbuhan Ekonomi

4. GAMBARAN UMUM 4.1 Pertumbuhan Ekonomi 4. GAMBARAN UMUM 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha yang timbul akibat adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor penting, salah satunya adalah kepuasan pelanggan yang merupakan isu

BAB I PENDAHULUAN. faktor penting, salah satunya adalah kepuasan pelanggan yang merupakan isu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pelanggan pada kondisi pasar yang kompetitif merupakan faktor penting, salah satunya adalah kepuasan pelanggan yang merupakan isu utama dari bisnis pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2011 adalah 237.641.326 jiwa. Dengan populasi sebesar itu Indonesia menduduki peringkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, dimana di dalam smartphone tersebut

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, dimana di dalam smartphone tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Smartphone saat ini adalah penunjang kebutuhan hidup masyarakat di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, dimana di dalam smartphone tersebut mempunyai fitur-fitur

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dayasaing Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan di Indonesia terletak pada pembangunan bidang ekonomi

I. PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan di Indonesia terletak pada pembangunan bidang ekonomi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prioritas pembangunan di Indonesia terletak pada pembangunan bidang ekonomi dengan lebih difokuskan di sektor pertanian, karena sektor pertanian yang berhasil merupakan

Lebih terperinci

STUDI DAN EVALUASI TERHADAP KUNJUNGAN WEB BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN NUSA TENGGARA BARAT PENDAHULUAN

STUDI DAN EVALUASI TERHADAP KUNJUNGAN WEB BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN NUSA TENGGARA BARAT PENDAHULUAN STUDI DAN EVALUASI TERHADAP KUNJUNGAN WEB BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN NUSA TENGGARA BARAT Farida Sukmawati 1) dan Hamid Nurtika 1) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat email

Lebih terperinci

1. MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN PENGADILAN

1. MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN PENGADILAN 1. MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN PENGADILAN 1.1 Pengadilan telah mengumumkan visi, misi (tujuan), dan detil bagaimana memenuhi nilai dasar (seperti : aksesibilitas, aktualitas, dan keadilan). 1.2 Pimpinan

Lebih terperinci

BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA

BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA Adanya komponen waktu dalam proses difusi, dapat mengukur tingkat keinovativan dan laju

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Uji Validitas Instrumentasi

Lampiran 1. Hasil Uji Validitas Instrumentasi LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Uji Validitas Instrumentasi a. Motivasi (Y 1 ) r (N=10) Variabel Indikator Pertanyaan Koefisien Korelasi Memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan 0.780 valid Keterangan Dikucilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat sehari-hari. Kebutuhan untuk memperoleh informasi secara

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat sehari-hari. Kebutuhan untuk memperoleh informasi secara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Keberadaan internet mengakibatkan adanya transformasi perilaku dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Kebutuhan untuk memperoleh informasi secara cepat memberikan

Lebih terperinci