BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Aset sebagai elemen penting suatu entitas baik sektor publik maupun swasta,
|
|
- Suharto Adi Sugiarto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Aset sebagai elemen penting suatu entitas baik sektor publik maupun swasta, yang berperan dalam mewujudkan keberlangsungan entitas tersebut. Ketersediaan aset merupakan salah satu penunjang kegiatan operasional dalam mencapai tujuan entitas tersebut. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) No. 1, aset diklasifikasikan menjadi dalam aset lancar dan nonlancar. Aset non lancar diklasiflkasikan menjadi investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan, dan aset lainnya. Aset tetap didefinisikan sebagai benda fisik yang memiliki nilai dalam periode lebih dari setahun (Hasting, 2009: 3) sedangkan menurut SAP No.l, aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset tetap terdiri dari tanah, gedung dan bangunan, peralatan dan mesin. jalan, irigasi, dan jaringan, dan aset tetap lainnya. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (BMN/BMD), aset tetap termasuk dalam kategori (BMN/BMD). Seiring dengan berkembangnya tugas dan fungsi pemerintah pusat yang dituangkan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) setiap tahunnya dan dijalankan oleh masing-masing Kementerian/Lembaga Negara (K/L), maka jumlah aset tetap yang dibutuhkan juga semakin meningkat. 1
2 Berdasarkan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Tahun (Audited) diketahui bahwa jumlah belanja modal tahun 2013 meningkat 24,64 persen atau sebesar Rp ,00 dari jumlah belanja modal tahun 2012, namun pada tahun 2014 terjadi penurunan belanja modal sebesar 18,53 persen atau sebesar Rp33, ,00. Belanja modal tersebut, berperan dalam peningkatan jumlah aset sebesar 1,5 persen dari jumlah aset pada tahun 2013 sebesar Rp ,00 menjadi Rp ,00 pada tahun Jenis Aset Tetap 31 Desember 2014 (Audited) (Rp) Tabel 1.1 Posisi Aset Tetap 31 Desember 2013 (Audited) (Rp) 31 Desember 2012 (Audited) (Rp) Tanah Peralatan dan Mesin Gedung dan Bangunan Jalan, Irigasi, dan Jaringan Aset Tetap Konstruksi Dalam Pengerjaan Aset Tetap sebelum Penyusutan Akumutasi Penyusutan Aset Tetap ( ) ( ) Jumlah Aset Tetap ket: () berarti minus Sumber: LKPP (Audited), BPK-RI Perkembangan BMN berupa aset tetap sebagaimana Tabel 1.1 membuat pemerintah perlu untuk menerapkan manajemen aset untuk menjamin berjalannya peran aset tersebut dalam pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing K/L, demi terwujud tata kelola pemerintahan yang baik (good 2
3 governance) yang mana tidak terjadi temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada LKPP. Namun demikian, sebagaimana Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) LKPP Tahun telah diungkapkan kelemahan Sistem Pengendalian Internal (SPI) atas pengelolaan aset tetap yaitu aset tetap belum tercatat pada Neraca/Laporan BMN, belum dilakukan inventarisasi dan penilaian, aset tetap tidak diketahui keberadaannya, dikuasai/digunakan oleh pihak lain dan belum didukung dokumen kepemilikan. Tabel 1.2 Jumlah Belanja Modal Uraian Belanja 31 Desember Desember Desember 2012 Modal (Audited) (Audited) (Audited) (Rp) (Rp) (Rp) Beianja Modal Tanah Belanja Modal Peralatan dan Mesin Belanja Modal Gedung dan Bangunan Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan Belanja Modal Aset Tetap Lainnya Belanja Modal BLU Belanja Dana Bergulir Jumlah Sumber: (Audited),BPK-RI, Tahun 2014 terdapat peningkatan permasalahan dalam penatausahaan dan pengamanan aset tetap sebesar Rp50,233 triliun atau 600 persen dari Rp8,287 triliun pada tahun 2013 menjadi Rp58,52 triliun pada tahun 2014 yang terjadi pada 56 K/L. Permasalahan aset tersebut disebabkan antara lain: (1) aset tetap 3
4 belum dicatat dalam neraca dan belum dikoreksi dari Rp748,24 juta pada 2 K/L menjadi Rpl39,22 miliar pada 13 K/L; (2) aset tetap yang diperoleh sebelum Tahun 2005 belum dilakukan IP dari satu K/L senilai Rp636, 11 miliar pada tahun 2013 menjadi 7 K/L senilai Rp937,11 miliar pada tahun 2014; (3) aset tetap tidak diketahui keberadaannya dari Rp83,80 miliar pada 11 K/L pada tahun 2013 menjadi Rp612,03 miliar pada 21 K/L pada tahun 2014; (4) aset tetap belum didukung dengan dokumen kepemilikan dari Rp6,38 triliun pada 11 K/L di tahun 2013 menjadi Rp43,47 triliun pada 22 K/L pada tahun 2014; (5) aset tetap dikuasai/digunakan pihak lain yang tidak sesuai ketentuan pengelolaan BMN dari 9 K/L senilai Rp1,88 triliun menjadi 30 K/L senilai Rp2,12 triliun. Salah satu faktor pemicu terjadinya permasalahan aset tetap dikuasai/digunakan pihak lain yang, tidak sesuai ketentuan pengelolaan BMN adalah kondisi aset dalam keadaan menggangur/idle. BMN idle tersebut kurang mendapatkan pengamanan dan kurang diketahui oleh masyarakat sekitarnya. Kondisi idle tersebut memberikan peluang pihak lain untuk menggunakan atau menguasai BMN idle tersebut untuk kepentingan pribadi. Keberadaan BMN idle di suatu daerah tidak hanya terkait pengamanan tetapi juga terkait permasalahan secara fisik, sosial, maupun keamanan. Sebagai contoh, dari segi fisik dan sosial, suatu lahan kosong memberikan kesempatan pihak lain untuk membangun bangunan liar yang menjadi daerah kumuh sehingga menurunkan estetika lingkungan disekitarnya. Dari segi keamanan, lahan kosong tersebut memicu kesempatan orang yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan kejahatan seperti pencurian, pemalakan, dan perjudian di wilayah 4
5 sekitar karena tidak adanya penerangan. Kejahatan di perkotaan akan menyebabkan timbulnya biaya yang tinggi, salah satunya adalah penurunan nilai dari suatu properti (O'Sullivan, 2013: 311). Dalam pengelolaan BMN, adanya BMN idle berimplikasi tidak hanya pada belanja negara, tetapi juga pada pendapatan. Dari segi belanja yang timbul untuk pemeliharaan dan pengamanan BMN tersebut sedangkan dari segi pendapatan terdapat potensi PNBP dari pemanfataan atau pemindahtanganan BMN idle. Untuk itu, pemerintah menerbitkan PMK No.250/PMK.06/2011 tentang Tata Cara Pengelolaan BMN yang Tidak Digunakan untuk Menyelenggarakan Tugas dan Fungsi Kementerian/Lembaga, sebagai pedoman dalam mengembangkan berbagai alternatif penggunaan melalui analisis penggunaan tertmggi dan terbaik (Highest and Best Use). Implikasi dari penerapan PMK No.250/PMK.06/2011 tersebut, K/L harus melaporkan BMN idle kepada Pengelola Barang, dalam hal ini Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) sebagai unit eselon satu pada Kementerian Keuangan, yang memiliki tugas dan fungsi antara lain di bidang kekayaan negara berupaya untuk melakukan pengelolaan kekayaan negara guna mencapai optimalisasi. Optimalisasi dapat direfleksikan pada opportunity penghematan dana APBN. Dengan optimaiisasi, DJKN dapai menjaring aset-aset idle pada K/L dapat diusulkan sehingga menghasilkan penerimaan negara dari kelompok PNBP hasil BMN (Media Kekayaan Negara Edisi 13, 2013). Berdasarkan LKPP Tahun 2013, jumlah BMN idle tercatat sebesar Rp ,00 terdiri dari tanah seluas m 2 senilai 5
6 Rp ,00 dan bangunan sebanyak 39 unit senilai Rp ,00 sedangkan pada tahun 2014 jumlah BMN idle menjadi Rp ,00. Besaran BMN idle tersebut telah dilaporkan dan disajikan dalam Laporan BMN idle dan telah diserahkan kepada Pengelola Barang dari Pengguna Barang. Pengguna Barang yang melaporkan adalah Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan, Mahkamah Agung (MA Rl). Badan Pusat Statistik dan Badan Tenaga Nuklir Nasional. Beckwith (2010: 1) menyatakan bahwa analisis HBU merupakan dasar dari proses penilaian sebuah properti. Penggunaan Tertinggi dan Terbaik (HBU) didefinisikan sebagai penggunaan tanah kosong atau tanah terbangun yang memungkinkan secara fisik, sesuai peraturan, memenuhi kelayakan keuangan dan menghasilkan nilai tertinggi (Hidayati dan Hardjanto, 2012: 49). Sebagai salah satu instansi Lembaga Tinggi Negara, MA RI memiliki aset dengan jumlah sebesar Rpl ,00 dan memiliki jumlah satker sebanyak kurang lebih satker yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Berdasarkan LKKL 2013 audited, MA RI mencatat tanah sebesar 36,45 persen dari total aset tetap atau Rp ,00 dan jumlah PNBP berasal dari pengelolaan BMN sebesar 5.61 persen dari total PNBP atau sebesar Rp ,00. Hal tersebut menjadi perhatian dari pimpinan MA RI bagaimana mengoptimalkan aset yang dimiliki bukan hanya sebagai penunjang tugas dan fungsi, tetapi juga sebagai revenue center yang berasal dari PNBP. Salah satu dari BMN idle yang terdapat pada MA RI adalah lahan kosong di Jalan Karang Benda Kelurahan Berkoh Purwokerto yang status 6
7 penggunaannya tercatat pada Pengadilan Agama (PA) Purwokerto seluas ±4.114 m 2. Lokasi lahan tersebut dekat dengan perumahan, kolom renang umum, kampus-kampus, perkantoran, rumah sakit serta terminal bus. Saat ini, lahan kosong tersebut dimanfaatkan oleh penduduk setempat untuk berladang sehingga belum digunakan untuk memenuhi tujuan manajemen aset yaitu untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi. Di sisi lain, terdapat plang yang menyatakan tanah tersebut milik Pemerintah Daerah (Pemda) Banyumas karena belum ada pengamanan dari lahan tersebut. Dengan demikian lahan kosong tersebut dapat memberikan efek negatif kepada MA Rl yaitu peluang pengusaaan lahan oleh pihak lain baik dari masyarakat maupun pemerintah daerah setempat. Oleh karena itu, penulis menganggap penting bagaimana analisis penggunaan tertinggi dan terbaik untuk mengoptimalkan lahan kosong tersebut sehingga pengelolaan BMN di PA Purwokerto dapat menjadi contoh bagi optimalisasi BMN idle pada satuan kerja MA Rl lainnya serta memberikan peluang untuk dimanfaatkan oleh pihak ketiga dalam rangka pemanfaatan BMN. Dengan demikian, optimalisasi BMN idle berupa lahan yang menganggur tersebut tidak akan menjadi cost center yang membebani APBN dengan biaya pengamanan dan pemeliharaannya tetapi menjadi revenue center yang memberikan kontribusi PNBP dari pemanfaatan tanah pada MA Rl. 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai optimalisasi aset di Satker MA Rl belum pernah dilakukan namun beberapa penelitian mengenai manajemen aset telah banyak dilakukan antara lain sebagai berikut. 7
8 1. Asmara (2014), melakukan penelitian tentang penggunaan tertinggi dan terbaik bentasarkan analisis produkstivitas properti, analisis pasar, analisis fisik, dan analisis keuangan terhadap tanah kosong milik PT. DG yang terletak di Jl. Raya Kuta, Kab. Badung Bali seluas 4.460m 2 dengan alternatif penggunaan untuk ruko jual, apartemen jual, dan hotel. Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan analisis produktifitas dengan analisis fisik dengan metode rating grid, analisis keuangan dengan metode Discounted Cash Flow (DCF), dan analisis pasar, disimpulkan penggunaan tertinggi dan terbaik untuk lahan kosong milik PT DG adalah penggunaan ruko jual. 2. Irfan (2014), melakukan penelitian dengan analisis HBU terhadap rencana pengembangan terminal Baranangsiang Kota Bogor yang menyajikan hasil penelitian, yaitu alternatif penggunaan pengembangan terminal Baranangsiang sebagai pusat perbelanjaan merupakan penggunaan tertinggi dan terbaik. 3. Kene (2014), menganalisis penggunaan tertinggi dan terbaik atas tanah seluas ± 2 Ha berlokasi di Jl. Batu Licin Simpang Empat, Kabupaten Tanah Bumbu menggunakan analisis fisik dan legalitas melalui threshold testing dengan rating dengan pengumpulan sample melalui metode purposive sampling - justment, kemudian dilakukan analisis keuangan dan analisis pasar. Hasil penelitian adalah alternatif penggunaan kompleks perkantoran dan pertokoan merupakan pengggunaan yang paling layak dan optimal untuk dikembangkan. 8
9 4. Luce (2012), menganalisis penggunaan tertinggi dan terbaik atas properti 3701 N. Fairfax Arlington. Virginia dalam mempertimbangkan pembayaran hutang pemilik pilihan: (1) merenovasi gedung kantor yang sudah ada; (2) multi-family building; (3) membangun hotel; atau (4) menjual properti. Penggunaan tertinggi dan terbaik properti dilakukan dengan menganalisis analisis pasar, kelayakan pasar dan keuangan, serta mempertimbangkan alternatif penjualan bangunan saat ini untuk membayar seluruh hutang. Hasil penelitian disimpulkan bahwa alternatif terakhir yaitu penjualan properti memberikan dana yang dibutuhkan pemilik untuk membayar hutang dan profit bagi pemilik properti dari selisih lebih penjualan dengan hutang. 5. Putra (2014), melakukan penelitian tentang optimalisasi lahan melalui analisis penggunaan tertinggi dan terbaik terhadap lahan kosong di Kompleks Cunda Plaza Lhoksumawe, Aceh seluas m 2. Hasil penelitian menyatakan bahwa berdasarkan analisis fisik, peraturan, pasar, perspektif masyarakat, dan keuangan disimpulkan bahwa penggunaan tertinggi dan terbaik dari lahan adalah untuk pusat perbelanjaan. 6. Supit (2013), melakukan penelitian terhadap tanah milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara yang terletak di Jalan Trans Manado-Bitung Kecamatan Mapanget Kota dengan menggunakan analisis produktifitas, pasar dan kelayakan keuangan. Hasil penelitian menyajikan bahwa hotel sebagai alternatif pemanfaatan lahan yang paling optimal dan potensial. 9
10 Dengan demikian, beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu terdapat kesamaan dengan penelitian ini yaitu tentang konsep managemen aset pemerintah dalam mendukung pelayanan publik, baik berupa tanah maupun bangunan. Asmara (2014), Irfan (2014), Luce (2012), Putra (2014), dan Supit (2013) menekankan menggunakan analisis HBU untuk menentukan penggunaan suatu lahan yang layak sebagai penggunaan tertinggi dan terbaik. Perbedaan dengan penelitian ini adalah terletak pada objek penelitian yang merupakan BMN idle pada Pengguna Barang yaitu MA Rl yang dilakukan optimalisasi BMN berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 250/PMK.06/ 2011 tentang Tata Cara Pengelolaan Barang Milik Negara yang Tidak Digunakan untuk Menyelenggarakan Tugas dan Fungsi Kementerian/Lembaga. Selain itu, dalam pengambilan sampling dalam analisis produktifitas, di mana penulis menyebarkan kuesioner dengan justment sampling kepada responden yang mengetahui lingkungan di sekitar objek penelitian. Metode pengolahan hasil kuesioner menggunakan borda count yang mengurutkan pilihan dari tertinggi hingga terendah. Perbedaan lainnya adalah lokasi, tata guna lahan, waktu penelitian. 1.3 Perumusan Masalah Lahan kosong seluas ±4.114m 2 di Jalan Karang Benda Kelurahan Berkoh Kecamatan Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas yang tercatat pada Pengadilan Agama Purwokerto tidak digunakan/dimanfaatkan sejak perolehannya pada tahun Selain itu, saat ini lahan tersebut digunakan oleh masyarakat 10
11 sekitar untuk berladang dan bahkan terdapat plang nama tanah milik Pemkab Banyumas yang tertanam di lahan tersebut. Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka lahan tersebut dapat dikategori sebagai BMN idle yang belum digunakan secara optimal sehingga diperlukan analisis penggunaan lahan tertinggi dan terbaik atau Highest Best and Use (HBU). Penggunaan lahan sesuai HBU akan menjadikan pengelolaan BMN lebih tertib fisik, tertib hukum, dan tertib administrasi sehingga menimalisir potensi gugatan dari pihak ketiga atas pengusaan tanah tersebut, menimalisir potensi temuan pada LKKL MA RI pada tahun yang akan datang serta berkontribusi dalam PNBP. 1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Alternatif apa yang menjadi alternatif penggunaan tertinggi dan terbaik pada tanah kosong di Jalan Karang Benda Kecamatan Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas? 2. Berapa indikasi nilai wajar tanah menggunakan pendekatan data pasar dan nilai wajar tanah menggunakan pendekatan pendapatan berdasarkan penggunaan yang terpilih melalui analisis HBU, sebagai dasar mengambil kebijakan dalam rangka pemanfaatan tanah tersebut? 1.5 Tujuan Penelitian Beberapa tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 11
12 1. Mengkaji berbagai alternatif penggunaan dalam menentukan penggunaan tertinggi dan terbaik pada tanah kosong di Jalan Karang Benda Kecamatan Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas. 2. Menentukan indikasi nilai wajar tanah menggunakan pendekatan data pasar dan nilai wajar tanah menggunakan pendekatan pendapatan sebagai dasar kebijakan dalam rangka pemanfaatan tanah tersebut. 1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi kalangan akademis maupun untuk praktisi sebagai berikut. 1. Bagi PA Purwokerto selaku Kuasa Pengguna Barang dari MA RI, penelitian ini dapat memberikan informasi dalam pengambilan kebijakan optimalisasi aset sekaligus menjadi contoh bagi satuan kerja di Lingkungan MA RI. 2. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat sebagai referensi peluang bisnis melalui kerjasama dengan pihak MA RI, sedangkan bagi peneliti lain sebagai sarana untuk evaluasi penerapan optimalisasi aset dan sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya, terutama pada topik yang diteliti saat ini. 1.7 Sistematika Penelitian Adapun sistematika penulisan ini dibagi menjadi 5 bab. Bab I merupakan Pendahuluan yang mencakup uraian tentang latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Bab II membahas Landasan Teori, kajian pustaka terhadap penelitian terdahulu serta menguraikan kerangka penelitian. Bab III merupakan Metode Penelitian 12
13 yang terdiri dari desain penelitian, metode pengumpulan data, metode pengambilan sample, definisi operasional, dan metode analisis data. Bab IV merupakan Analisis Data dengan menggunakan analisis produktifitas, analisis pasar, analisis keuangan, dan analisis produktivitas maksimal. Bab V berisikan Simpulan dan Saran, membahas kesimpulan, implikasi penelitian, keterbatasan, dan saran yang dinyatakan secara terpisah. 13
BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. maupun non komersial, karena aset memegang peranan penting dalam
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Keberadaan aset tidak bisa diabaikan dalam sebuah organisasi komersial maupun non komersial, karena aset memegang peranan penting dalam keberlangsungan sebuah organisasi.
Lebih terperinciOptimalisasi Peran Strategis Aset Tetap dan Pengendalian atas Proses Normalisasi Data Barang Milik Negara bagi APBN
Optimalisasi Peran Strategis Aset Tetap dan Pengendalian atas Proses Normalisasi Data Barang Milik Negara bagi APBN ABSTRAK Berdasarkan hasil pemeriksaan LKPP Tahun 2011, 2012 dan 2013 telah mengungkapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. otonomi daerah, yang ditandai dengan lahirnya Undang-undang Nomor 22 Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia, terhitung sejak tahun 1999 telah menggunakan sistem pemerintahan yang bersifat Desentralisasi, atau yang lebih dikenal dengan otonomi daerah, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemilik aset. Aset berarti kekayaan atau harta yang nantinya diharapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aset merupakan hal yang sangat fundamental bagi perseorangan maupun organisasi, karena merupakan bagian yang penting dalam pencapaian tujuan dari pemilik aset. Aset
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Otonomi daerah dimulai sejak diberlakukannya Undang-undang Nomor 22
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah dimulai sejak diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh Indonesia Property Watch (2015), menunjukkan bahwa rata-rata
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan pengembang properti berdasarkan survei yang dilakukan oleh Indonesia Property Watch (2015), menunjukkan bahwa rata-rata jumlah pengembang di bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nasution (2007) menyatakan beberapa kelemahan yang ditemukan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasution (2007) menyatakan beberapa kelemahan yang ditemukan pada sistem keuangan yang diterapkan Indonesia pada masa orde baru yaitu: (1) kelemahan dalam design
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kurang merata. Dari sejumlah jiwa penduduk pada tahun 2013, sebaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Kabupaten Sukoharjo merupakan wilayah kabupaten dengan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi namun dengan sebaran penduduk yang kurang merata. Dari sejumlah
Lebih terperinciCATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA
CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA PADA LAPORAN BARANG KUASA PENGGUNA UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG PENGADILAN AGAMA BANJARNEGARA BAGIAN ANGGARAN 005.04 SEMESTER II TAHUN2016 I. Pendahuluan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tidak pernah selesai. Dari hasil pemeriksaan BPK pada tahun sampai tahun 2014 ditemukan banyak penyimpangan-penyimpangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah keuangan pemerintahan di Indonesia merupakan masalah yang tidak pernah selesai. Dari hasil pemeriksaan BPK pada tahun 2009 sampai tahun 2014 ditemukan banyak
Lebih terperinci50 BAB VII PENUTUP BAB VII PENUTUP A. RANGKUMAN
50 BAB VII PENUTUP BAB VII PENUTUP A. RANGKUMAN Setelah diuraikan mengenai Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara dalam kerangka Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat beserta kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. telah memunculkan optimisme baru, best practices dalam penataan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan paradigma baru pengelolaan barang milik negara/aset negara telah memunculkan optimisme baru, best practices dalam penataan dan pengelolaan aset negara yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang serta
Lebih terperinciLAPORAN KEUANGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2014 (AUDITED)
BAGIAN ANGGARAN 065 LAPORAN KEUANGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2014 (AUDITED) Jl. Jenderal Gatot Subroto No.44 Jakarta Selatan 12190 KATA PENGANTAR Sebagaimana
Lebih terperinciCATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA
CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA PADA LAPORAN BARANG KUASA PENGGUNA UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG PENGADILAN AGAMA BANJARNEGARA BAGIAN ANGGARAN 5.4 SEMESTER I TAHUN 216 I. Pendahuluan CATATAN
Lebih terperinciBAGIAN ANGGARAN 087 LAPORAN KEUANGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (AUDITED)
BAGIAN ANGGARAN 087 LAPORAN KEUANGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (AUDITED) Jl. Ampera Raya No.7 Cilandak Jakarta Selatan Kata Pengantar... Daftar Isi...
Lebih terperinciKebijakan Penyusunan dan Pelaporan BMN
Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kebijakan Penyusunan dan Pelaporan BMN Disampaikan oleh: Direktur Barang Milik Negara Pada Kegiatan Bimbingan Teknis Penatausahaan BMN Jakarta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah diperbaharui
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan pemerintahan yang berorientasi pada otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah diperbaharui menjadi Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciANALISIS ATAS KONDISI KEUANGAN PEMERINTAH BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT Tahun Anggaran 2012
ANALISIS ATAS KONDISI KEUANGAN PEMERINTAH BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT Tahun Anggaran 2012 I. PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Pridensial, yaitu pelaksanaan sistem pemerintahan dipimpin oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pelaksanakan pemerintahan di Indonesia menggunakan sistem pemerintahan Pridensial, yaitu pelaksanaan sistem pemerintahan dipimpin oleh Presiden. Presiden
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Seiring berjalannya reformasi birokrasi pemerintahan maka seluruh hal-hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring berjalannya reformasi birokrasi pemerintahan maka seluruh hal-hal yang terkait dengan penyelenggaraan pemerintah dituntut untuk dapat menjalankan
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG PENILAIAN KEMBALI BARANG MILIK NEGARA/DAERAH
KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG PENILAIAN KEMBALI BARANG MILIK NEGARA/DAERAH 1 Dasar Hukum PP 27/2014 Pasal 52: Dalam kondisi tertentu,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. keberadaannya akan melampaui umur semua bangunan dan segala penggunaan
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan aset permanen yang tidak memiliki umur ekonomis, keberadaannya akan melampaui umur semua bangunan dan segala penggunaan yang berada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karakteristik organisasi nirlaba atau organisasi sektor publik berbeda dengan organisasi bisnis pada umumnya. Perbedaan utama yang mendasar terletak pada cara organisasi
Lebih terperinciCATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA
CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA PADA LAPORAN BARANG KUASA PENGGUNA UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG PENGADILAN AGAMA BANJARNEGARA BAGIAN ANGGARAN 005.01 SEMESTER I TAHUN 2016 I. Pendahuluan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun mengamanatkan diselenggarakannya otonomi seluas-luasnya dalam kerangka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan diselenggarakannya otonomi seluas-luasnya dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Lebih terperinciCATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA /ESELON I/SATUAN KERJA...
LAMPIRAN VI CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA /ESELON I/SATUAN KERJA... I. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dimulai pada tahun 2003 dengan Undang-undang nomor 17 Tahun 2003
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dampak dari dikeluarkannya paket regulasi pengelolaan keuangan negara yang dimulai pada tahun 2003 dengan Undang-undang nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Lebih terperinciKomisi Pemilihan Umum Kabupaten Magetan
Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Magetan LAPORAN BARANG MILIK NEGARA Untuk Periode Yang Berakhir 30 Juni 2016 TAHUN ANGGARAN 2016 KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MAGETAN Jl. Karya Dharma No. 70 Magetan
Lebih terperinciCATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA
CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA PADA LAPORAN BARANG KUASA PENGGUNA UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG PENGADILAN AGAMA SOE BAGIAN ANGGARAN 005.04 I TAHUN 2016 I. Pendahuluan a. Dasar Hukum 1.
Lebih terperinciBABl PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan atas informasi keuangan yang informatif
BABl., PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini kebutuhan atas informasi keuangan yang informatif semakin meningkat, baik di sektor privat maupun di sektor publik. Untuk itu penyajian laporan keuangan
Lebih terperinci1. Sampul Luar Merupakan sampul luar dari laporan keuangan, memuat informasi mengenai Eselon I dan periode penyampaian laporan keuangan.
BAGIAN ANGGARAN 015 LAPORAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2010 AUDITED Jl. Gatot Subroto Kav. 40-42 Jakarta Selatan SISTEMATIKA PENYAJIAN LAPORAN
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. ini Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu memiliki tujuh aset idle yang
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil identifikasi terhadap aset tetap non operasional milik Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu diperoleh informasi bahwa pada saat ini Pemerintah
Lebih terperinciBADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (BPKP)
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (BPKP) LaporanBarang Milik Negara (Audited) Untuk Periodeyang Berakhir 31 Desember2016 JalanPramuka No. 33, Jakarta Timur 13120 CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK
Lebih terperinciPIDATO MENTERI KEUANGAN PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI POKOK-POKOK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG
PIDATO MENTERI KEUANGAN PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI POKOK-POKOK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016 REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasca dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasca dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah terkait otonomi daerah, banyak wilayah-wilayah di Indonesia mengusulkan diri untuk
Lebih terperinciKomisi Pemilihan Umum Kabupaten Magetan
Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Magetan LAPORAN BARANG MILIK NEGARA Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2015 TAHUN ANGGARAN 2015 KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MAGETAN Jl. Karya Dharma No. 70 Magetan
Lebih terperinciBADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI Laporan Keuangan Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember
Lebih terperinciCATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA
CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA PADA LAPORAN BARANG PEMBANTU PENGGUNA WILAYAH UNIT AKUNTANSI PEMBANTU PENGGUNA BARANG WILAYAH PENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA BAGIAN ANGGARAN 005.03 SEMESTER II TAHUN2014
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara/Daerah sebagai kelanjutan dari 3 (tiga) paket Undang-undang yang telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahun 2006 merupakan babak baru dalam sejarah pengelolaan kekayaan Negara Republik Indonesia pada umumnya dan pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) pada khususnya,
Lebih terperinciBALAI BESAR INSEMINASI BUATAN SINGOSARI
BALAI BESAR INSEMINASI BUATAN SINGOSARI Laporan Keuangan Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember 2014 Ds. Toyomarto Kec. Singosari Kab.Malang Kotak Pos 8 Singosari 65153 Telp.0341-458359 KATA PENGANTAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, Undang-Undang Nomor 25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 yang selanjutnya diamandemen oleh Undang-Undang Nomor 32 serta 33 Tahun 2004, mengenai pemberian
Lebih terperinciPENYUSUTAN ATAS ASET TETAP PEMERINTAH. Abstract
PENYUSUTAN ATAS ASET TETAP PEMERINTAH Oleh Margono WIDYAISWARA PADA PUSDIKLAT KEKAYAAN NEGARA DAN PERIMBANGAN KEUANGAN BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN Abstract Salah satu point
Lebih terperinciRINGKASAN LAPORAN KEUANGAN
RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang -Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah
Lebih terperinciCATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA
CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA PADA LAPORAN BARANG KUASA PENGGUNA UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG PENGADILAN AGAMA BANJARNEGARA BAGIAN ANGGARAN 5.1 SEMESTER II TAHUN216 I. Pendahuluan a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejak diwajibkannya penyusunan Laporan Posisi Keuangan sebagai bagian dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aset tetap telah menjadi fokus utama akuntansi pemerintahan di Indonesia sejak diwajibkannya penyusunan Laporan Posisi Keuangan sebagai bagian dari laporan
Lebih terperinciCATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PERIODE TAHUN ANGGARAN 2013
CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PERIODE TAHUN ANGGARAN 2013 I. PENDAHULUAN A. Dasar Hukum 1. Undang- Undang Nomor. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Lebih terperinciRINGKASAN LAPORAN KEUANGAN
RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. menyatakan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prinsip- prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) melalui
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak reformasi keuangan negara bergulir, yang ditandai dengan terbitnya Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, pemerintah Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan lahan pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan lahan pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terus ditingkatkan. Contoh wujud pendayagunaan lahan yang telah dilakukan antara lain melalui sinergi antara
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.92, 2013 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Bantuan Peralatan Mesin. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/M-IND/PER/12/2012 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciMAHKAMAH AGUNG RI BADAN URUSAN ADMINISTRASI
MAHKAMAH AGUNG RI BADAN URUSAN ADMINISTRASI JL. MEDAN MERDEKA UTARA NO.9-3 TELP. 3843348,380350,345766 (Hunting) TROMOL POS NO. 00 - JAKARTA 00 Nomor : 03/BUA/PL/I/0 Lampiran : (satu) bundel Perihal :
Lebih terperinciRingkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2013 dan 2012 dapat disajikan sebagai berikut:
RINGKASAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.05/2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik dalam pengelolaan keuangan negara. yang bersifat umum meliputi penetapan arah, kebijakan umum, strategi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kementerian Keuangan merupakan instansi pemerintah yang mempunyai peranan vital di dalam negara Indonesia untuk membantu melakukan pembangunan perekonomian. Peranan
Lebih terperinciPada hari ini Kamis tanggal Empatbelas bulan Januari tahun Dua Ribu Enam Belas, bertempat di KOTA METRO, kami yang bertanda tangan dibawah ini :
KEMENTRIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA KANTOR WILAYAH DJKN LAMPUNG DAN BENGKULU KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG METRO JL. AH Nasution.6 BERITA ACARA REKONSILIASI
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. Pemerintah daerah di dalam menjalankan kewenangannya telah diberikan
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah di dalam menjalankan kewenangannya telah diberikan kebebasan yang lebih besar setelah dikeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang
Lebih terperinciLaporan Barang Kuasa Pengguna Balai Besar Logam dan Mesin Tahun Anggaran 2017
CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA PADA BALAI BESAR LOGAM DAN MESIN PERIODE TAHUN ANGGARAN 2017 I. PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM a) Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara; b) Undang-Undang
Lebih terperinciCATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA. CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA Satker Pengadilan Agama Muara Bulian
LAMPIRAN VI CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA I. DASAR HUKUM CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA Satker Pengadilan Agama Muara Bulian 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. - Dasar Hukum
CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA PADA LAPORAN BARANG KUASA PENGGUNA PENGADILAN AGAMA BUOL PENGADILAN AGAMA BUOL PERIODE SEMESTER I TAHUN ANGGARAN 2014 I. PENDAHULUAN Dasar Hukum 1. UndangUndang
Lebih terperinciPada hari ini Jumat tanggal Tiga belas bulan Januari tahun Dua Ribu Tujuh belas, bertempat di KOTA MATARAM, kami yang bertanda tangan dibawah ini :
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA KANTOR WILAYAH DJKN BALI DAN NUSA TENGGARA KPKNL MATARAM Jalan Pendidikan 24 Mataram BERITA ACARA REKONSILIASI DATA BARANG MILIK
Lebih terperinciRealisasi Belanja Negara pada TA 2014 adalah senilai Rp ,00 atau mencapai 90,41% dari alokasi anggaran senilai Rp ,00.
RINGKASAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213/PMK.05/2013 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan kegiatan produktif manusia, baik sebagai wadah maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah memiliki fungsi dan kedudukan yang sangat penting dalam berbagai kehidupan, menyebabkan tanah menjadi komoditi yang mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penelitian terkait analisis nilai sewa. Selain itu, dalam bab ini juga dijelaskan
BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas beberapa alasan yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian terkait analisis nilai sewa. Selain itu, dalam bab ini juga dijelaskan rumusan masalah yang menjadi pokok
Lebih terperinciRINGKASAN LAPORAN KEUANGAN
RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN ix RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang -Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007
Lebih terperinciMODUL PENYUSUTAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA ASET TETAP PADA ENTITAS PEMERINTAH PUSAT ABSTRAK
LAMPIRAN SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /KM.6/2013 TENTANG MODUL PENYUSUTAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA ASET TETAP PADA ENTITAS MODUL PENYUSUTAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA ASET TETAP PADA ENTITAS
Lebih terperinciBAGIAN ANGGARAN 007 RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN
BAGIAN ANGGARAN 007 RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA TAHUN ANGGARAN 2014 AUDITED Jl. Veteran 17 18 Jakarta 10110 I. PENDAHULUAN Berdasarkan ketentuan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang
Lebih terperinciBADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (065) LAPORAN KEUANGAN UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2015 (Audited) Jalan Jenderal Gatot Subroto Nomor 44 Jakarta Selatan 12190 RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan
Lebih terperinciUNIVERSITAS BENGKULU
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BENGKULU Jalan W.R. Supratman, Kandang Limun Bengkulu 38371A Telpon (0736) 21170, 26793 Faksimile (0736) 20815 Laman : //www.unib.ac.id e-mail : rektorat@unib
Lebih terperinciPENDAHULUAN. menjadi landasan dalam menyusun pertanyaan penelitian, serta tujuan penelitian.
BAB I. PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah yang kemudian menjadi landasan dalam menyusun pertanyaan penelitian, serta tujuan penelitian. Disamping
Lebih terperinci3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republi
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 03/PMK.06/2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG BERASAL DARI BARANG RAMPASAN NEGARA DAN BARANG GRATIFIKASI DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Manajemen perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang memuat informasi keuangan masa lalu perusahaan yang dinyatakan dalam satuan mata uang serta
Lebih terperinciCATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KLATEN PERIODE 31 Desember 2017
CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KLATEN PERIODE 31 Desember 2017 I. PENDAHULUAN 1. DASAR HUKUM a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; b. Undang-Undang
Lebih terperinciHalaman Kata Pengantar Pernyataan Tanggung Jawab. Daftar Tabel Daftar Grafik. viii Daftar Lampiran. ix Daftar Singkatan
DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar i Pernyataan Tanggung Jawab ii Daftar Isi iii Daftar Tabel iv Daftar Grafik viii Daftar Lampiran ix Daftar Singkatan x Ringkasan 1 I. Laporan Realisasi Anggaran 4 II.
Lebih terperinciBADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI Laporan Keuangan Audited Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2012 Jalan Purnawarman Nomor 99, Kebayoran Baru Jakarta DAFTAR ISI Kata
Lebih terperinciSALDO AWAL MUTASI SALDO AKHIR
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA KANTOR W ILAYAH DJKN LAMPUNG DAN BENGKULU KPKN LBAN D AR LAMPUNG JL. BASUKI RAHMAT NO. 12 BANDAR LAMPUNG - 35214 BERITA ACARA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara/Lembaga (LKKL) berkontribusi terhadap pemberian opini WDP Laporan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lima tahun terakhir, jumlah opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) berkontribusi
Lebih terperinciLaporan Keuangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun Anggaran 2015 (Audited)
Laporan Keuangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun Anggaran 215 (Audited) RINGKASAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan
Lebih terperinciMODUL PENYUSUTAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA ASET TETAP PADA ENTITAS PEMERINTAH PUSAT
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR... TENTANG MODUL PENYUSUTAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA ASET TETAP PADA ENTITAS PEMERINTAH PUSAT MODUL PENYUSUTAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA ASET TETAP PADA ENTITAS
Lebih terperinciKEGIATAN PENILAIAN DALAM PENGELOLAAN BMN Oleh : Listiyarko Wijito Widyaiswara Muda, Pusdiklat KNPK
KEGIATAN PENILAIAN DALAM PENGELOLAAN BMN Oleh : Listiyarko Wijito Widyaiswara Muda, Pusdiklat KNPK ABSTRAKSI Dalam melakukan pengelolaan BMN, pengetahuan tentang penilaian Barang Milik Negara sangat diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tekanan akuntabilitas pada organisasi sektor publik baik pemerintah di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan akuntabilitas pada organisasi sektor publik baik pemerintah di tingkat pusat maupun daerah mendorong dilakukannya perbaikan kinerja. Pemerintah sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada sebuah pemerintahan akan saling terkait fungsinya guna memperjuangkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki beragam instansi pemerintah dengan tugas dan wewenang masing-masing. Meski begitu, seluruh instansi pemerintah yang berada pada sebuah pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertib, serta menjamin kedudukan hukum yang sama bagi warga masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengendalian Internal..., Eka, Fakultas Ekonomi 2017
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aparatur Sipil Negara (ASN) mempunyai kewajiban dalam pelayanan kepada masyarakat sebagaimana tercantum dalam undang- undang dasar 1945 dan dituangkan kedalam UU Nomer
Lebih terperinciCATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA
CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA PADA LAPORAN BARANG KUASA PENGGUNA UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG PENGADILAN AGAMA WATAMPONE BAGIAN ANGGARAN 005.01 SEMESTER I TAHUN2016 I. Pendahuluan CATATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah investasi. Akan tetapi, banyak investasi pada real estate lebih banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena tanah merupakan pondasi dari semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia, baik kegiatan yang
Lebih terperinciSIARAN PERS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
SIARAN PERS Terjadi Peningkatan Kualitas dalam Penyajian Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga LKPP 2009 Wajar Dengan Pengecualian Jakarta, Selasa (1 Juni 2009) Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data Pada bagian ini penulis akan menguraikan penyajian dan analisis data mengenai pelaksanaan Reviu Laporan Keuangan Kementerian Dalam Negeri
Lebih terperinciLaporan Keuangan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Semester 1 Tahun 2013
RINGKASAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah dengan 233/PMK.05/2011
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompleks perlu dikelola secara optimal karena sudah tidak sesuai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan barang milik negara/daerah yang semakin berkembang dan kompleks perlu dikelola secara optimal karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan pengelolaan
Lebih terperinciRINGKASAN LAPORAN KEUANGAN
RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah dengan
Lebih terperinciCATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PERIODE TAHUNAN TAHUN ANGGARAN 2014 AUDITED
I. PENDAHULUAN CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PERIODE TAHUNAN TAHUN ANGGARAN 2014 AUDITED A. Dasar Hukum 1. Undang- Undang Nomor. 17 Tahun 2003
Lebih terperinciBAHAN RAPAT MENTERI PEKERJAAN UMUM PADA RAPAT KERJA DENGAN KOMISI V DPR-RI Jakarta, 11 Februari 2014
OPINI BPK TERHADAP LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN PU TAHUN 2012 BAHAN RAPAT MENTERI PEKERJAAN UMUM PADA RAPAT KERJA DENGAN KOMISI V DPR-RI Jakarta, 11 Februari 2014 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM OPINI BPK TERHADAP
Lebih terperinciLAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA GIRI MENANG. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun 2014 JL. SOEKARNO-HATTA NO.2, GERUNG
PENGADILAN AGAMA GIRI MENANG LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun 2014 JL. SOEKARNO-HATTA NO.2, GERUNG LOMBOK JL. SOEKARNO-HATTA BARAT - Nusa Tenggara NO.2, Barat GERUNG 83363
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
Lebih terperinciBIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI
ANALISIS ATAS KONDISI KEUANGAN PEMERINTAH BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT Tahun Anggaran 2011 I. PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma baru pengelolaan barang milik negara/aset negara telah memunculkan optimisme baru dalam penataan dan pengelolaan aset negara. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Penyelenggaraan pemerintahan yang berorientasi pada otonomi daerah,
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan pemerintahan yang berorientasi pada otonomi daerah, setelah lahirnya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (sebagaimana telah
Lebih terperinciB A B V PENYUSUTAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA ASET T ETAP
41 B A BV PENYUSUTAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA ASET TETAP Berdasarkan lampiran I Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, khususnya Paragraf 52 Pernyataan Standar
Lebih terperinci