BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Seiring berjalannya reformasi birokrasi pemerintahan maka seluruh hal-hal

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Seiring berjalannya reformasi birokrasi pemerintahan maka seluruh hal-hal"

Yohanes Darmali
6 tahun lalu
Tontonan:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring berjalannya reformasi birokrasi pemerintahan maka seluruh hal-hal yang terkait dengan penyelenggaraan pemerintah dituntut untuk dapat menjalankan aktivitas organisasinya secara transparan dan akuntabel. Transparan dan akuntabel merupakan dua kata yang saling terkait satu sama lain dimana transparan memiliki pengertian bahwa masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan seluruh akses informasi terkait mengenai kegiatan instansi pemerintah melaui suatu manajemen sistem informasi publik. Keterbukaan akan informasi tersebut akan memudahkan kontrol bagi rakyat. Transparansi kepada publik tidak ada artinya tanpa akuntabilitas karena kegiatan penyelenggaraan pemerintahan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Seluruh kegiatan pemerintah yang menggunakan dana APBN menjadi tanggung jawab masing-masing instansi dalam pertanggungjawabannya karena hal ini berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara yang nantinya akan berhubungan dengan bagus atau tidaknya kinerja pemerintah. Keadaan tersebut secara tidak langsung akan berdampak pada stimulus ekonomi dalam dan luar negeri karena berdasarkan laporan keuangan yang disampaikan pemerintah kepada publik akan menjadi bahan pertimbangan para investor untuk menanamkan modalnya atau tidak pada potensi sektor riil ekonomi negara. Pemerintah tentunya berharap pada pertumbuhan investasi yang tinggi dari investor luar negeri yang menanamkan modalnya di berbagai sektor perekonomian untuk menggeliatkan kembali sektor 1

2 2 swasta yang terpuruk pasca krisis ekonomi. Pertumbuhan sektor swasta akan banyak menyerap tenaga kerja sehingga dapat memperkecil angka pengangguran penduduk. Alasan lain terhadap tuntutan akan transparansi dan akuntabilitas publik juga tidak terlepas oleh makin luasnya pengetahuan dan keingintahuan masyarakat untuk memperoleh informasi terkait khususnya pengelolaan keuangan negara. Pada saat ini masyarakat semakin pintar dalam memilah dan mengolah informasi secara umum sehingga pemerintah tidak bisa membuat pertanggungjawaban yang asal-asalan dalam penyusunan laporan keuangan. Historis masa lalu dengan segala bentuk korupsi kolusi dan nepotisme yang dilakukan sebelum reformasi birokrasi juga telah memberikan dampak psikologis cukup besar dan trauma psikis masyarakat terhadap kinerja pemerintah sehingga diperlukan usaha yang menyeluruh dan terkoordinasi dengan baik antar elemenelemen instansi pemerintah untuk memulihkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan. Kondisi tersebut tidak memberikan pilihan lain kepada elemen instansi pemerintah kecuali dapat menjalankan pemerintahannya dengan transparan dan akuntabel. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, pengelolaan keuangan negara perlu dilaksanakan secara professional, terbuka dan bertanggungjawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sehingga harus dikelola dengan menggunakan suatu sistem pengelolaan keuangan negara yang baik. Penerapan sistem informasi yang terpadu antar unit instansi pemerintah akan memudahkan publik dalam memperoleh informasi yang diinginkan. Sistem informasi yang diterapkan juga harus up to date karena

3 3 berdasarkan tren perkembangan teknologi terkini, hal tersebut dapat menciptkan suatu sistem pengolahan yang lebih cepat dan efisien dalam pengoperasiannya. Hal ini dilakukan agar setiap informasi yang dihasilkan dapat lebih cepat diolah dan menghasilkan output yang berkualitas karena sistem informasi yang terintegrasi dengan baik dapat dengan mudah diakses dan dioperasikan oleh para penggunanya. Maka dari itu, pengelolaan keuangan negara dalam hal ini terutama pengelolaan aset harus menggunakan sistem yang terintegrasi oleh masing-masing instansi pemerintah yaitu melalui Sistem Informasi Manajemen Akuntansi Keuangan (SIMAK) Barang Milik Negara (BMN) dibawah naungan Direktorat Jenderal Keuangan Negara (DJKN) Kementerian Keuangan sebagai pusat pengelola seluruh aset negara. Pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara menjadi suatu hal yang sangat penting karena penyelenggaraan pemerintahan tersebut menggunakan dana yang diwujudkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Pengelolaan keuangan Negara menyangkut berbagai hal yang sangat kompleks. Hal ini tertuang pada pada UU No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dinyatakan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Pengelolaan keuangan negara terutama masalah pengelolaan aset telah menjadi sorotan penting bagi penatausahaan dan tertibnya administrasi pemerintah sehingga memerlukan praktek akuntansi yang sesuai dengan kaidah standar akuntansi pemerintah dan ketentuan aturan-aturan

4 4 lain yang telah ditetapkan pemerintah dan penatausahaan yang baik dan terstruktur dalam mengelola aset milik negara. Menindaklanjuti tertibnya administrasi pengelolaan keuangan negara tersebut kemudian pemerintah mengeluarkan UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yang menyatakan bahwa perbendaharaan negara adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD. Oleh karena itu pengelolaan dan pertanggung jawaban atas barang milik negara merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam hal pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara. UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara juga menjelaskan bahwa yang dimaksud barang milik negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN dan perolehan lainnya yang sah. Termasuk dalam pengertian lainnya yang sah, di dalam PP 6 tahun 2006 sebagaimana telah dirubah dalam PP 38 tahun 2008 tentang pengelolaan BMN/D disebutkan antara lain barang yang diperoleh dari sumbangan/hibah, diperoleh sebagai pelaksanaan perjanjian/kontrak, diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang, dan diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. PP Nomor 6 Tahun 2006 pada dasarnya merupakan penyatuan peraturan-peraturan mengenai pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) yang telah ada sebelumnya, mengatur hal-hal yang belum tertampung dalam peraturanperaturan yang ada sebelumnya, dan memberikan landasan hukum yang lebih kuat agar tertib administrasi dan tertib pengelolaan BMN/D dimaksud dapat

5 5 diwujudkan. Oleh karena itu, dengan adanya PP Nomor 6 Tahun 2006 diharapkan pengelolaan BMN/D semakin tertib baik dalam hal pengadministrasiannya maupun pengelolaannya, sehingga dimasa mendatang dapat lebih efektif dan efisien. Pertanggungjawaban atas BMN kemudian menjadi sangat penting ketika pemerintah wajib menyampaikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN dalam bentuk laporan keuangan yang disusun melalui suatu proses akuntansi atas transaksi keuangan, aset, hutang, ekuitas dana, pendapatan dan belanja, termasuk transaksi pembiayaan dan perhitungan. Informasi BMN memberikan sumbangan yang signifikan di dalam laporan keuangan (neraca) yaitu berkaitan dengan pospos persediaan, aset tetap, maupun aset lainnya. Selain itu dalam penggunaan aplikasi SIMAK BMN menyatukan konsep manajemen barang dan pelaporan untuk tujuan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD dalam bentuk neraca sehingga SIMAK BMN dapat memenuhi kebutuhan manajerial dan pertanggungjawaban sekaligus. Selain itu Pemerintah wajib melakukan pengamanan terhadap BMN. Pengamanan tersebut meliputi pengamanan fisik yaitu dengan melakukan inventarisasi aset untuk mengetahui kondisi Barang Milik Negara yang berada di dalam ruang kerja maupun di luar ruangan, Kedua, pengamanan administratif yaitu dengan melakukan penatausahaan Barang Milik Negara. Dalam rangka pengamanan administratif dibutuhkan sistem penatausahaan yang dapat menciptakan pengendalian (controlling) atas BMN. Selain berfungsi sebagai alat kontrol, sistem penatausahaan tersebut juga harus dapat memenuhi kebutuhan manajemen pemerintah di dalam perencanaan

6 6 pengadaan, pengembangan, pemeliharaan, maupun penghapusan Barang Milik Negara. Terakhir, pengamanan hukum yaitu agar aset negara yang dikelola oleh masing-masing instansi pemerintah sesuai pengelolaannya dengan peraturanperaturan yang ditetapkan oleh pemerintah melalui Undang-Undang, Peraturan Menteri Keuangan (PMK), Peraturan Pemerintah (PP) dan lain-lain. Pada intinya, dengan dasar hukum yang kuat maka pengelolaan aset tersebut harus dapat dilakukan secara tertib dan bertanggungjawab serta taat aturan. Begitu pentingnya penatausahaan Barang Milik Negara (BMN) sehingga penulis tertarik untuk meneliti penatausahaan menggunakan sistem aplikasi terintregasi dengan judul ANALISIS PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA MELALUI PENGGUNAAN APLIKASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN AKUNTANSI BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI BAHAN PENYUSUNAN NERACA PADA SATKER SEKRETARIAT JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka penulis merumuskan masalah skripsi ini sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Keuangan (SIMAK) Barang Milik Negara dalam penyajian gambaran aset dalam neraca pada laporan keuangan instansi? 2. Apakah aplikasi Sistem Informasi Manajemen Akuntansi Keuangan (SIMAK) Barang Milik Negara sudah diimplementasikan dengan baik dan dapat digunakan sebagai sarana pengelolaan aset negara?

7 7 C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui konsep sistem informasi aset yang diimplementasikan pemerintahan dalam SIMAK BMN. 2. Mengkaji pelaksanaan SIMAK BMN dalam pengelolaan aset pemerintahan di BPK RI. Berdasarkan tujuan penelitian di atas, berikut adalah kegunaan penelitan yang ingin didapatkan dari penelitian ini: 1. Memberikan pengetahuan yang lebih luas bagi para pembaca tentang konsep SIMAK BMN 2. Memberikan gambaran yang memadai bagi para pembaca tentang penerapan SIMAK BMN dalam penyajian aset pada laporan keuangan di satuan kerja Sekretariat Jenderal BPK RI. 3. Memberikan gambaran yang memadai bagi para pembaca tentang penerapan SIMAK BMN dalam pengelolaan aset pada satuan kerja Sekretariat Jenderal BPK RI

dokumen-dokumen yang mirip

BAB I PENDAHULUAN. tidak, sebelum munculnya reformasi akuntansi, Indonesia masih. menggunakan UU Perbendaharaan Indonesia atau ICW Staatblads 1928.

BAB I PENDAHULUAN. tidak, sebelum munculnya reformasi akuntansi, Indonesia masih. menggunakan UU Perbendaharaan Indonesia atau ICW Staatblads 1928. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sejarahnya perkembangan akuntansi pemerintah di Indonesia masih tergolong lamban dalam mengikuti perkembangan jaman. Bagaimana tidak, sebelum munculnya reformasi